Infobank 10/10/2016, hal. 86 Bancassurance tak seharusnya ... 10 Oktober 2016.pdf · yang sederhana...

16
Infobank – 10/10/2016, hal. 86 Bancassurance tak seharusnya eksklusif

Transcript of Infobank 10/10/2016, hal. 86 Bancassurance tak seharusnya ... 10 Oktober 2016.pdf · yang sederhana...

Infobank – 10/10/2016, hal. 86 Bancassurance tak seharusnya eksklusif

Infobank – 10/10/2016, hal. 84-85 Seiring Sejalan Dengan Pertumbuhan Pasar Modal

Bisnis Indonesia – 10/10/2016, hal. 21 Aliran Premi ke Luar Negeri Terpangkas

Harian Kontan – 10/10/2016, hal. 24 Modal Indonesia Re Mencapai Rp 3 Triliun

09/10/2016 OJK Ingin Reasuransi Ke Luar Negeri Turun 25% http://keuangan.kontan.co.id/news/ojk-ingin-reasuransi-ke-luar-negeri-turun-25

JAKARTA. Peleburan PT Reasuransi International Indonesia (ReINDO) ke dalam PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) mendapat sambutan positif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Regulator berharap kinerja Indonesia Re semakin optimal. Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (IKNB OJK) berharap, sinergi dua BUMN reasuransi ini dapat mengurangi aliran premi reasuransi ke luar negeri hingga 25% secara bertahap. Artinya, target aliran premi reasuransi dapat ditekan dari Rp 20 triliun per tahun menjadi Rp 15 triliun per tahun. Di sisi lain, optimalisasi premi dalam negeri diharapkan terus bertumbuh. Untuk reasuransi produk yang sederhana seperti asuransi jiwa dan asuransi kesehatan diharapkan tumbuh signifikan. "Adapun untuk reasuransi high risk seperti satelit, penerbangan, cargo, kilang minyak dan gas serta high building diharapkan meningkat bertahap antara 10% hingga 15%," terang Firdaus. Ke depannya, Indonesia Re telah memiliki proyeksi skala operasional. Berdasarkan peta jalannya (roadmap), Indonesia Re tidak bisa hanya beroperasi di dalam negeri melainkan juga diperluas ke tingkat regional. Hal ini demi mencapai kestabilan portofolio. Saat ini Indonesia Re mengklaim telah mendapatkan dukungan dari berbagai mitra kerja di kawasan regional ASEAN. Bahkan telah melebarkan sayap hingga Asia Afrika, dimana mesin pertumbuhan dan sumber hasil underwriting terbaik dunia berada. Reporter Dina Farisah Editor Sanny Cicilia

09/10/2016 Reasuransi Sumbang Dfefisit Transaksi Berjalan http://keuangan.kontan.co.id/news/reasuransi-sumbang-dfefisit-transaksi-berjalan

JAKARTA. Tantangan industri reasuransi Tanah Air cukup berat. Jumlah premi reasuransi yang mengalir ke luar negeri sangat fantastis. Menteri BUMN Rini Soemarno menyayangkan kondisi reasuransi saat ini. Sebab selama bertahun-tahun, reasuransi dalam negeri menyumbang defisit transaksi berjalan. Sejak tahun 2013, aliran premi reasuransi ke luar negeri mencapai Rp 20 triliun per tahun. Selain menimbulkan beban defisit transaksi berjalan, kondisi ini juga menghilangkan potensi penerimaan pajak negara triliunan rupiah setiap tahunnya. Untuk memperbaiki kondisi ini, pihaknya melebur PT Reasuransi International Indonesia (ReINDO) ke dalam PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re). "Kami menggabungkan dua anak usaha reasuransi BUMN. Nantinya, tidak boleh lagi ada BUMN yang mendapat modal negara yang perang harga," terang Rini. Saat ini, perusahaan BUMN reasuransi Indonesia berada di urutan nomor tujuh di ASEAN. Setelah adanya peleburan ini, Rini berharap Indonesia Re akan menjadi pemimpin reasuransi di tingkat ASEAN. Untuk diketahui, peleburan ReINDO ke dalam Indonesia Re merupakan tahap awal penggabungan reasuransi BUMN. Selanjutnya, Reasuransi Nasional (Nasre) akan ikut bergabung ke dalam Indonesia Re. Reporter Dina Farisah Editor Sanny Cicilia

09/10/2016 Indonesia Re Targetkan Premi Rp 18 Triliun http://keuangan.kontan.co.id/news/indonesia-re-targetkan-premi-rp-18-triliun

JAKARTA. PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) menargetkan pertumbuhan kinerja pasca bergabungnya PT Reasuransi International Indonesia (ReINDO). Premi Indonesia Re akan dipacu berkali-kali lipat. Frans Y Sahusilawane, Direktur Utama PT Indonesia Re memproyeksikan pendapatan premi perusahaan antara Rp 15 triliun hingga Rp 18 triliun dalam lima tahun mendatang. Angka ini naik tiga kali lipat dibandingkan saat ini. Target premi ini tentu membutuhkan dukungan permodalan dari pemerintah. Untungnya, Indonesia Re telah mendapat komitmen dari pemerintah terkait pemenuhan modal yang dibutuhkan. Nantinya suntikan modal ini akan berasal dari penyertaan modal negara (PMN) atau melalui sinergi BUMN. Dengan demikian, Indonesia Re dapat menjadi reasuransi nomor satu di ASEAN. "Manfaat modal besar bukan hanya untuk mem-back up pengembangan portofolio. Melainkan juga untuk menurunkan defisit transaksi berjalan dan mengurangi kerugian akibat kehilangan potensi penerimaan pajak negara," ungkap Frans. Selain itu, besarnya modal juga memberikan manfaat agar perusahaan memiliki nilai strategis sebagai langkah awal menciptakan pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan industri ke depan. Nantinya, dengan semakin kokohnya permodalan, Indonesia Re berkomitmen tidak hanya melayani dengan kemampuan modal, melainkan juga akan memberikan pelayanan bermodalkan kemampuan perusahaan. Saat ini, rata-rata pembayaran klaim Indonesia Retercatat 10,4 hari setelah konfirmasi. Waktu ini lebih cepat 20 hari dari ketentuan yang berlaku. Reporter Dina Farisah Editor Sanny Cicilia

09/10/2016 Modal Indonesia Re akan tambah Rp 600 miliar http://keuangan.kontan.co.id/news/modal-indonesia-re-akan-tambah-rp-600-miliar

JAKARTA. PT Reasuransi International Indonesia (ReINDO) telah melebur ke dalam PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re). Peleburan atau merger ini akan menambah kekuatan modal perusahaan. Frans Y Sahusilawane, Direktur Utama PT Indonesia Re mengatakan, saat ini total ekuitas perusahaan sekitar Rp 2,3 triliun. Dengan meleburnya ReINDO ke dalam tubuh Indonesia Re maka kemungkinan akan ada tambahan modal antara Rp 500 miliar hingga Rp 600 miliar. Modal tersebut berasal dari sinergi badan usaha milik negara (BUMN). Modal ini akan berkembang seiring dengan portofolio yang akan dikembangkan. "Hingga akhir tahun, kami memperkirakan modal akan menjadi Rp 3 triliun. Kami akan lihat dulu penggunaanya karena kami juga tidak ingin ada modal menganggur " terang Frans pada acara Grand Launching Indonesia Re, Jumat malam (7/10). Acara ini juga dihadiri oleh Menteri BUMN, Rini Soemarno. Menurut Rini, persoalan reasuransi selama ini berada di permodalan. Reasuransi dalam negeri dinilai tidak bisa besar karena modalnya kecil. Oleh karena itu, merger dianggap sebagai jawaban atas tantangan ini. Ke depannya, permodalan reasuransi harus selalu ditambah. Pihaknya berharap, dengan dibentuknya holding BUMN reasuransi ini maka akan ada penambahan modal tanpa membebani negara. Reporter Dina Farisah Editor Sanny Cicilia

10/10/2016 Indonesia Re Targetkan Jadi Reasuransi Terbesar Asean http://www.beritasatu.com/asuransi/391581-indonesia-re-targetkan-jadi-reasuransi-terbesar-asean.html

Jakarta – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menargetkan dalam lima tahun mendatang menjadi perusahaan reasuransi terbesar di kawasan Asean. Saat ini, Indonesia Re berada di urutan tujuh besar perusahaan-perusahaan reasuransi di Asean. Direktur Utama Indonesia Re Frans Sahusilawane menjelaskan, untuk bisa menjadi perusahaan reasurasi terbesar, Indonesia Re harus memproduksi premi sekitar Rp 15-18 triliun. "Artinya, kami harus mengejar target tiga kali lipat dari posisi saat ini yang sebesar Rp 5 triliun," ungkap dia di Jakarta, akhir pekan lalu. Dukungan permodalan juga menjadi faktor penting untuk bisa menjadi perusahaan reasuransi terbesar. Pemerintah, menurut dia, sudah memberi dukungan permodalan dalam bentuk penyertaan modal negara ataupun sinergi perusahaan milik negara. "Sampai akhir tahun ini kami targetkan modal mencapai Rp 3 triliun, dengan adanya penambahan modal dari sinergi BUMN sekitar Rp 500-600 miliar," ujar dia. Upaya lain yang akan dilakukan perseroan adalah meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia (SDM) dan penggunaan teknologi informasi. Frans mengungkapkan, pihaknya akan mendirikan ReINDO Institute ReINDO Survey yang akan berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga riset, untuk menghadirkan informasi dan pengetahuan mengenai berbagai risiko yang menjadi atribut produk asuransi. "Dengan perkembangan kompleksitas risiko dan emerging risks seperti climate change,nanotechnology, cyber risks, kita menghadapi game changer dan perubahan zaman, di mana pengetahuan dan pengalaman praktik sudah tidak lagi memadai. Hanya dengan penguasaan state of the art knowledge dan teknologi kita dapat berinovasi menciptakan values, yang dapat melayani dan memenuhi ekspektasi konsumen yang semakin demanding pula," ucap dia. Sementara itu, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menjelaskan, setiap tahun industri asuransi umum menghasilkan pendapatan premi Rp 250 triliun. Namun industri asuransi pula yang mencatatkan kontribusi terbesar terhadap defisit transaksi pembayaran, yakni mencapai Rp 20 triliun per tahun.

"Perusahaan asuransi banyak memanfaatkan jasa perusahaan reasuransi asing, karena perusahaan reasuransi domestik berukuran kecil dan bersaing harga," ungkap dia. Oleh karena itu, Indonesia perlu membuat sebuah perusahaan reasuransi berskala besar. Tujuan pembentukan perusahaan reasuransi berskala besar tersebut bukan hanya untuk mengurangi defisit transaksi berjalan, tetapi juga sebagai representatif di mata global. "Dengan besarnya potensi pendapatan premi yang ada di Indonesia, Indonesia Re bisa menjadi perusahaan reasuransi terbesar di Asean dari posisi saat ini tujuh besar," kata dia. Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Nonbank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Djaelani mengungkapkan, terbentuknya Indonesia Re diharapkan menjadi pemimpin pasar di pasar dalam negeri dan Asean. "Terbentuknya Indonesia Re bukan menjatuhkan perusahaan yang sudah ada, namun agar bisa bersaing secara kompetitif," kata dia. Penurunan defisit transaksi pembayaran, ungkap Firdaus, tentu saja menjadi tujuan utama atas pembentukan Indonesia Re. Bahkan, sebelum Indonesia Re terbentuk, OJK sudah mengeluarkan POJK Nomor 14/POJK.05/2015 tentang Retensi Sendiri dan Dukungan Reasuransi dalam Negeri. "Dampak dari POJK yang sudah kami keluarkan sudah mulai terlihat, akhir tahun kami targetkan defisit transaksi pembayaran bisa berkurang 25%," ungkap dia. Frans mengungkapkan, cikal bakal Indonesia Re sudah terbentuk 62 tahun lalu dengan didirikannya PT Reasuransi Umum Indonesia atau RUI pada 1954. Sama seperti tujuan pembentukan Indonesia Re saat ini, RUI atau UmumRe dibentuk untuk mengatasi beban neraca pembarayan dari arus premi reasuransi yang besar ke luar negeri. Selanjutnya, melalui Paket Kebijakan Ekonomi Maret 2015 dan PP Nomor 77 Tahun 2015, pemerintah memulai restrukturisasi dan revitalisasi industri reasuransi nasional. Pembentukan Indonesia Re diawali dengan penggabungan ReINDO ke dalam Indonesia Re yang dulunya bernama ASEI Re. Ke depan, anak usah PT Askrindo (Persero), yakni PT. Nasre akan bergabung dalam Indonesia Re. "Penggabungannya sambil menunggu pembentukan holding asuransi umum, nanti ASEI yang menjadi anak usaha Indonesia Re akan spin off ke holding asuransi umum, sedangkan Nasre akan spin off dan bergabung dengan Indonesia Re. Gita Rossiana/THM Bisnis Indonesia – 10/10/2016, hal. 21 (Berita Photo) Target Sepuluh Besar

Bisnis Indonesia – 10/10/2016, hal. 21 (Berita Photo) BNI Indonesia Masters 2016

Media Indonesia – 10/10/2016, hal. 14 (Berita Photo) Juara BNI Indonesian Masters 2016

Bisnis Indonesia – 10/10/2016, hal. 21 (Berita Photo) Calon Nasabah

Harian Kontan – 10/10/2016, hal. 24 Aturan Manfaat Dapen