Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

8
A. KERANGKA KEBIJAKAN HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR) "Kebijakan Pembangunan HTR terkait dengan kebijakan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja baru dan memperbaiki kualitas pertumbuhan melalui investasi yang proporsional antar pelaku ekonomi" (Sambutan Menteri Kehutanan dalam Workshop Pembangunan HTR tanggal 2122 Februari 2007). HTR memberikan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan hutan secara legal dengan membuka kesempatan yang lebih luas untuk memanfaatkan hasil hutan kayu pada hutan tanaman, menyediakan kredit melalui BLU (Badan Layanan Umum) dan peluangpeluang pasar. Keluarga, kelompok, koperasi, Badan Usaha Milik Negara/Daerah/Swasta dapat melakukan penanaman kayu dan mendapatkan perizinan dari hutan negara dengan waktu hingga 100 tahun. Pemerintah telah menyedia kan dana hingga Rp 43,2 triliun untuk program ini. Dimana pemberian izin tergantung dari bentuk usulan dan pengelolaan HTR secara individu, kelompok, koperasi atau badan usaha. Bagi perorangan diberi izin hingga luasan 15 ha lahan hutan tanaman. Sedangkan untuk koperasi paling luas 700 ha. Dalam pelaksanaannya, HTR dapat dilakukan dengan pola mandiri, pola kemitraan, dan pola developer. HTR hanya akan dikem bangkan pada kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak, dengan tujuan agar masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan mengelola sendiri sumber daya hutan yang ada demi meningkatkan kesejahteraan nya. Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan HTR, Kemenhut telah membentuk Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan (BLU Pusat P2H) yang merupakan satuan kerja di Kemen Informasi ringkas seputar Kehutanan Masyarakat ini diterbitkan atas kerjasama FKKM dan HuMa. SERI 003 | MEI 2012 | www.fkkehutananmasyarakat.wordpress.com Hutan Tanaman Rakyat (HTR) PENGANTAR Hutan Tanaman Rakyat (HTR) menjadi salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan untuk memberikan akses legal kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan hutan yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat selain untuk menekan laju deforestasi di Indonesia dengan melibatkan masyarakat, diluar Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD). Banyak pihak memandang kebijakan HTR ini sebagai pengakuan negara terhadap pengelolaan hutan oleh rakyat yang selama ini terabaikan, namun mampu menjaga kelestarian alam dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bagi masyarakat, hutan tak hanya memiliki makna ekologis, tetapi juga sosial, budaya dan ekonomi. Selain mengulas tentang kerangka kebijakan dan prosedur perizinan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Info Brief ini juga mengungkapkan peran HTR dalam memperkuat hak kelola rakyat dan mengurangi konflik kehutanan, serta tantangan yang dihadapi dalam pelaksa naannya. Info Brief ini diharapkan mampu menjadi jendela informasi bagi masyarakat sekitar hutan untuk memperoleh hak kelolanya dan sekaligus mendorong percepatan pencapaian target pengembangan Hutan Tanaman Rakyat di Indonesia.

description

Info ringkas tentang skema Hutan Tanaman Rakyat. Publikasi ini diterbitkan atas kerjasama FKKM dan HuMa.

Transcript of Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

Page 1: Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

A. KERANGKA KEBIJAKAN HUTANTANAMAN RAKYAT (HTR)"Kebijakan Pembangunan HTR terkaitdengan kebijakan pemerintah dalammengentaskan kemiskinan, menciptakanlapangan kerja baru dan memperbaiki kualitaspertumbuhan melalui investasi yangproporsional antar pelaku ekonomi" (SambutanMenteri Kehutanan dalam WorkshopPembangunan HTR tanggal 21­22 Februari2007). HTR memberikan akses bagi masyarakatuntuk memanfaatkan hutan secara legal denganmembuka kesempatan yang lebih luas untukmemanfaatkan hasil hutan kayu pada hutantanaman, menyediakan kredit melalui BLU(Badan Layanan Umum) dan peluang­peluangpasar. Keluarga, kelompok, koperasi, BadanUsaha Milik Negara/Daerah/Swasta dapatmelakukan penanaman kayu dan mendapatkanperizinan dari hutan negara dengan waktu

hingga 100 tahun. Pemerintah telah menyedia­kan dana hingga Rp 43,2 triliun untuk programini. Dimana pemberian izin tergantung daribentuk usulan dan pengelolaan HTR secaraindividu, kelompok, koperasi atau badan usaha.Bagi perorangan diberi izin hingga luasan 15 halahan hutan tanaman. Sedangkan untukkoperasi paling luas 700 ha.Dalam pelaksanaannya, HTR dapatdilakukan dengan pola mandiri, pola kemitraan,dan pola developer. HTR hanya akan dikem­bangkan pada kawasan hutan produksi yangtidak dibebani hak, dengan tujuan agarmasyarakat yang bermukim di sekitar kawasanhutan mengelola sendiri sumber daya hutanyang ada demi meningkatkan kesejahteraan­nya. Dalam rangka mendorong percepatanpembangunan HTR, Kemenhut telahmembentuk Badan Layanan Umum PusatPembiayaan Pembangunan Hutan (BLU PusatP2H) yang merupakan satuan kerja di Kemen­

Informasi ringkas seputarKehutanan Masyarakat ini

diterbitkan atas kerjasama FKKMdan HuMa.

SERI 003 | MEI 2012 | www.fkkehutananmasyarakat.wordpress.com

Hutan Tanaman Rakyat (HTR)PENGANTAR

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) menjadi salah satu kebijakan yang dikeluarkan olehKementerian Kehutanan untuk memberikan akses legal kepada masyarakat untuk dapatmemanfaatkan hutan yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat selainuntuk menekan laju deforestasi di Indonesia dengan melibatkan masyarakat, diluar HutanKemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD). Banyak pihak memandang kebijakan HTRini sebagai pengakuan negara terhadap pengelolaan hutan oleh rakyat yang selama initerabaikan, namun mampu menjaga kelestarian alam dan memberikan kesejahteraan bagimasyarakat. Bagi masyarakat, hutan tak hanya memiliki makna ekologis, tetapi juga sosial,budaya dan ekonomi.

Selain mengulas tentang kerangka kebijakan dan prosedur perizinan Hutan TanamanRakyat (HTR), Info Brief ini juga mengungkapkan peran HTR dalam memperkuat hak kelolarakyat dan mengurangi konflik kehutanan, serta tantangan yang dihadapi dalam pelaksa­naannya. Info Brief ini diharapkan mampu menjadi jendela informasi bagi masyarakatsekitar hutan untuk memperoleh hak kelolanya dan sekaligus mendorong percepatanpencapaian target pengembangan Hutan Tanaman Rakyat di Indonesia.

Page 2: Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

info KM2terian Kehutanan yang menerapkan PolaPengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum(PPK­BLU). Badan ini yang akan memberikanpelayanan berupa penyediaan pembiayaanpembangunan hutan kepada peserta HTR,melalui pinjaman dana bergulir.B. PROSEDUR PERIZINAN danPELAKSANAAN HUTAN TANAMAN RAKYATKonsep HTR didesain dalam kerangkarevitalisasi sektor kehutanan untuk meningkat­kan kontribusi kehutanan terhadap pertumbuhanekonomi, mengurangi pengangguran dan peng­entasan kemiskinan. HutanTanaman Rakyat (HTR) adalahhutan tanaman pada hutanproduksi yang dibangun olehkelompok masyarakat untukmeningkatkan potensi dankualitas hutan produksi denganmenerapkan silvikultur dalamrangka menjamin kelestariansumber daya hutan. Jadi HTRlebih kepada pemberian hakkelola kepada individu/kelompoktani/koperasi dan melibatkanmereka dalam bisnis perkayuanlayaknya perusahaan dalamkonsep HTI.Sementara terdapat polapengembangan HTR yangdirencanakan yaitu :

1. Pola Mandiri, yaitu HTR yangdibangun sendiri oleh pemegang IUPHHK­HTRdengan biaya sendiri (baik modal sendirimaupun pinjaman). Dalam pola ini, masyarakatlokal membentuk kelompok dan pemerintahmengalokasikan areal dan SK IUPHHK­HTRuntuk setiap individu maupun kelompok. Masing­masing ketua kelompok bertanggung jawab ataspelaksanaan HTR, pengajuan danpengembalian kredit, pasar, dan pendampingandari pemerintah.2. Pola Kemitraan dengan HTI BUMN/S,yaitu HTR yang dibangun oleh pemegangIUPHHK­HTR bersama dengan mitra (BUMN/S/D) berdasarkan kesepakatan bersama dengandifasilitasi oleh Pemerintah/Pemda agar terse­lenggara kemitraan yang menguntungkan keduabelah pihak. Dalam pola ini, masyarakatmembentuk kelompok diajukan oleh Bupati danMenhut. Pemerintah menerbitkan SK IUPHHK­HTR ke individu dan menetapkan mitra. Mitrabertanggung jawab atas pendampingan,input/modal, pelatihan dan pasar.

3. Pola Developer, yaitu HTR yangdibangun oleh BUMN/S atas permintaan peme­gang IUPHHK­HTR dan biaya pembangunannyamenjadi tanggungjawab pemegang IUPHHK­HTR. Melalui pola ini, BUMN/S sebagaideveloper membangun HTR dan selanjutnyadiserahkan oleh pemerintah kepada masyarakat.Pemerintah memberikan SK IUPHHK­HTR yangselanjutnya biaya pembangunannyadiperhitungkan sebagai pinjaman pemegang SKdan dikembalikan bertahap sesuai perjanjian.Dalam konteks Kehutanan Masyarakat,HTR yang dimaksud adalah yang menggunakanPola Mandiri, namun jikapola yang dipakaiadalah Pola Kemitraanatau Pola Developermaka masih perlupenilaian terhadapotoritas pengelolaanhutannya antaramasyarakat danperusahaan/developer.Misalnya yang dikatakanHTR dan dilakukan padalahan­lahan masyarakatdi sekitar konsesiperusahaan, dimanasemua aktivitas darimulai penyiapan lahanhingga pemanenandilakukan perusahaan.Sementara masyarakat hanya mendapatkanhasil bersih keuntungan, dengan demikianotoritas penanaman hingga pasar berada padaperusahaan, oleh karena itu belum dapatdikatakan sebagai KM.Adapun mekanisme penetapan ArealHTR adalah sebagai berikut:1. Alokasi dan Penetapan ArealPembangunan HTR dilakukan oleh MenteriKehutanan dengan kriteria: Kawasan HutanProduksi yang tidak produktif dan tidak dibebaniizin/hak lain dan diutamakan dekat denganpemukiman masyarakat (aksesibilitas tidaksulit).2. Alokasi dan penetapan areal tersebut,berupa pencadangan areal HTR yangdidasarkan pada rencana pembangunan HTRyang diusulkan oleh Bupati/Walikota atau KepalaKesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP),dan luas areal pencadangan disesuaikandengan keberadaan masyarakat di sekitarhutan.

info KM

Hutan Tanaman Rakyat(HTR) adalah hutantanaman pada hutan

produksi yang dibangun olehkelompok masyarakat untukmeningkatkan potensi dan

kualitas hutan produksidengan menerapkan

silvikultur dalam rangkamenjamin kelestarian sumber

daya hutan.

Page 3: Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

info KM 3

3. Rencana pencadangan areal HTRdilampiri pertimbangan teknis dari Kepala DinasKabupaten/Kota atau Kepala KPHP yangmemuat:a. Informasi kondisi areal dan penutupanlahan, informasi (kawasan atau areal)tumpang tindih perizinan, tanamanreboisasi dan rehabilitasi;b. Daftar nama­nama masyarakat calonpemegang izin IUPHHK­HTR yangdiketahui oleh Camat dan KepalaDesa/Lurah sesuai KTP setempat;c. Pernyataan bahwa aksesibilitas arealyang diusulkan tidak sulit; dand. Peta usulan rencana pembangunanHTR skala 1:50.000 atau skala1:100.000, dengan tembusan disampai­kan kepada Direktur Jenderal danDirektur Jenderal Planologi Kehutanan.4. Direktur Jenderal Planologi Kehutanankemudian melakukan verifikasi peta usulan loka­si HTR yang disampaikan oleh Bupati/Walikotadan menyiapkan konsep peta pencadanganareal HTR serta hasilnya disampaikan kepada

Direktur Jenderal.5. Direktur Jenderal melakukan verifikasirencana pembangunan HTR yang disampaikanoleh Bupati/Walikota dari aspek teknis danadministratif, dan menyiapkan konsep Keputus­an Menteri tentang penetapan/alokasi areal HTRdengan dilampiri konsep peta pencadanganareal HTR dan mengusulkan melalui SekretarisJenderal kepada Menteri untuk ditetapkan.6. Setelah Menteri Kehutanan menerbit­kan pencadangan areal untuk pembangunanHTR, kemudian disampaikan kepada Bupati/Walikota atau Kepala KPHP dengan tembusankepada Gubernur.7. Apabila Bupati/Walikota atau KepalaKPHP tidak menerbitkan IUPHHK­HTR padaareal yang telah dicadangkan dalam jangkawaktu 2 (dua) tahun sejak diterbitkan pencada­ngan, maka ketetapan pencadangan tersebutdapat dibatalkan oleh Menteri untuk kemudianditetapkan untuk pemanfaatan lebih lanjut.8. Berdasarkan pencadangan areal HTR,Bupati/Walikota atau Kepala KPHP melakukan

Hutan, bagi masyarakat, tak hanya memiliki fungsi dan makna ekologis, tetapi juga sosial,budaya dan manfaat ekonomis.

Foto: kusumachandra/giz

Page 4: Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

info KM4

Foto: Hasantoha Adnan

sosialisasi ke desa terkait alokasi areal. Dalampelaksanaannya, sosialisasi dapat dilakukanoleh Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada diJakarta, Provinsi atau Kabupaten/Kota.Sedangkan mekanisme penetapanperizinan pembangunan HTR, dapat dilakukanoleh perorangan, kelompok tani maupunkoperasi, sebagai berikut:

1. Pemohon Perorangan/Kelompok tani(melalui Kepala Desa) dan Koperasimengajukan permohonan IUPHHK­HTR kepadaBupati/Walikota atau Kepala KPHP melaluiKepala Desa dengan tembusan kepada KepalaUPT.2. Persyaratan permohonan yangdiajukan oleh Pemohon Perorangan/KelompokTani yakni fotokopi KTP, Surat Keterangan dariKepala Desa bahwa benar pemohon berdomisilidi desa tersebut dan Sketsa areal yang dimohondilampiri dengan susunan anggota Kelompok.Sedangkan untuk Koperasi yakni fotokopi AktaPendirian koperasi, Surat Keterangan dari

Kepala Desa bahwa benar Koperasi dibentuk didesa tersebut dan Peta areal yang dimohondilampiri dengan Skala 1:10.000 serta dilampiridengan susunan anggota Koperasi. Sketsa danatau Peta areal memuat informasi mengenaiwilayah administrasi pemerintah, koordinat danbatas­batas yang jelas dan berada dalam arealpenca­dangan HTR yang telah ditetapkan olehMenteri.3. Kepala Desa melakukan verifikasi KTPatau domisili dan disampaikan kepada KepalaDinas Kabupaten/Kota dan atau Kepala KPHPdengan tembusan kepada Camat dan KepalaUPT.4. Kepala UPT kemudian melakukanverifikasi persyaratan administrasi dan sketsa/peta areal yang dimohon, berkoordinasi denganBPKH dan hasilnya disampaikan kepada Bupati/Walikota dan atau Kepala KPHP sebagai pertim­bangan teknis.5. Berdasarkan pertimbangan dariKepala UPT, Bupati/Walikota atau KPHP atasnama Menteri menerbitkan IUPHHK­HTR

Kementerian Kehutanan membentuk Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan (BLUPusat P2H) yang memberikan pelayanan berupa penyediaan pembiayaan pembangunan hutan kepadapeserta HTR, melalui pinjaman dana bergulir, untuk mendorong pembangunan HTR.

Page 5: Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

info KM 5dengan tembusan kepada: Menteri, Gubernur,Dirjen Bina Usaha kehutanan, Kepala DishutPropinsi dan Kabupaten/Kota, dan Kepala UPT.

6. Kepala UPT melaporkan kepadaMenteri Kehutanan, rekapitulasi penerbitanKeputusan IUPHHK­HTRsecara periodik tiap 3(tiga) bulan.C. HUTAN TANAMANRAKYAT: HAK KELOLARAKYAT danPENYELESAIANKONFLIK KEHUTANANSalah satu darienam kebijakan prioritaspembangunan kehutanantahun 2010­2014 adalahRevitalisasi PemanfaatanHutan dan IndustriKehutanan. Pemanfaatanhutan alam dalammemenuhi kebutuhanindustri kehutanan saat inisudah tidak dapatdiharapkan lagi. Kondisi hutan alam yangterdegradasi akibat illegal logging dankebakaran hutan, menyebabkan kurangnyasuplai kayu untuk industri kehutanan.Pengembangan hutan tanaman, baik hutantanaman industri maupun hutan tanaman rakyatmerupakan salah cara untuk memenuhikebutuhan industri kayu nasional.Untuk mendukung kebijakan tersebut,sejak tahun 2007 Pemerintah, khususnyaKementerian Kehutanan menggiatkan programHutan Tanaman Rakyat (HTR). Kebijakan HTRmerupakan kebijakan Pemerintah untukmengatasi masalah kemiskinan (pro­poor),menciptakan lapangan kerja baru (pro­job),memperbaiki kualitas pertumbuhan melaluiinvestasi yang proporsional antar pelakuekonomi (pro­growth) dan memperbaiki kualitaslingkungan (pro­environment). Kebijakan HTRmemberikan akses lebih kepada masyarakatdalam pengelolaan sumberdaya hutan melaluipenetapan areal untuk HTR, akses ke lembagakeuangan, dan penetapan harga dasar kayuHTR untuk melindungi dan memberikan aksespasar kepada masyarakat. Dengan demikian,kebijakan HTR juga merupakan salah satuupaya dalam memberdayakan ekonomimasyarakat untuk mengatasi kemiskinan melaluipemberian akses yang lebih luas ke hukum,lembaga keuangan dan pasar.HTR dibangun dalam kerangka pengelo­

laan hutan yang berbasis masyarakat yangdilakukan dengan memberikan lahan kepadaperorangan dalam kelompok dan koperasidengan luasan tertentu. Kegiatan pemberda­yaan hutan masyarakat dalam rangka HTRdilakukan untuk meningkatkan pendapatanpetani, memanfaatkansecara maksimal danlestari lahan­lahan yangtidak produktif,menghasilkan kayu bakar,menghasilkan kayu bahanbangunan dan bahan bakuindustri, mempercepatusaha rehabilitasi lahan,menghasilkan buah­buahan, umbi­umbian,bahan obat­obatan,sayuran dan pakan ternak.HTR dapat dijadikanpijakan awal pem­bangunan hutan diIndonesia. Oleh karena itudiperlukan sebuah konseptentang HTR yang mudahdipahami masyarakat. HTRmerupakan hutan tanaman pada hutan produksiyang dibangun oleh perorangan atau kelompokmasyarakat dan koperasi untuk meningkatkanpotensi dan kualitas hutan produksi denganmenerapkan silvikultur dalam rangka menjaminkelestarian sumber daya hutan.Pada tahap pertama pembangunanhutan tanaman rakyat sebaiknya dipusatkanpada kawasan hutan produksi yang sudahdisediakan untuk pembangunan HTI yang dalamkondisi terlantar atau tidak lagi dimanfaatkan.Untuk itu Kementerian Kehutanan perlumelakukan kajian dan penilaian ulang secaralebih rinci terhadap status serta kondisi kawasanhutan produksi yang sudah ditetapkan ataudicadangkan untuk pembangunan HTI. Darisekitar 9 juta ha kawasan hutan produksi yangsudah disediakan untuk membangun HTI,sekitar 6 juta ha belum ditanami atau tidakberhasil penanamannya. Dengan demikian,melalui HTR terjadi distribusi manfaat atas hutanyang dapat dianggap sebagai tahap awalreformasi tenurial kehutanan.D. TANTANGAN PENGEMBANGAN HUTANTANAMAN RAKYATPemerintah telah menargetkanpencapaian HTR sampai tahun 2014 seluas 5,4juta ha. Saat ini Kemenhut baru mencadangkanareal HTR seluas 631,628 ha (11,7%) dan barumendapat menetapkan hanya 90.414,89 ha

Kebijakan HTR memberikan

akses lebih kepada masyarakat

dalam pengelolaan

sumberdaya hutan melalui

penetapan areal untuk HTR,

akses ke lembaga keuangan,

dan penetapan harga dasar

kayu HTR untuk melindungi

dan memberikan akses pasar

kepada masyarakat.

Page 6: Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

info KM6(1,67%). Lambatnya proses realisasi HTRdisebabkan oleh sejumlah tantangan yangmasih ditemui dalam pengembangannya,diantaranya:

1. Pada umumnya kawasan hutan yangdiusulkan bagi HTR berada dalam situasiberkonflik dengan kawasan permukiman,pertanian bahkan pengusaan lahan oleh pihaklain. Hal ini terjadi karena penunjukan kawasanhutan melalui TGHK yang dibuat secara politikdan administrasi banyak mengabaikan kebera­daan hak­hak masyarakat. Walaupun ada petapadu serasi antara TGHK dan RTWRP, namunhasilnya tidak memperlihatkankondisi riil di lapangan. Hal inidikarenakan tidak adanyapartisipasi dan kurangakuratnya skala peta yangdigunakan. Akibatnyabanyaknya kawasanpemukiman, kawasan pertanianmasyarakat termasukkan kedalam kawasan hutan. Hinggasaat ini, belum adapenyelesaian peta secaranasional tentang tumpang tindihantara kawasan hutan dankepemilikan masyarakat.Sedikitnya 13.000 desa yangmasuk dalam kawasan hutandimana dulunya kawasantersebut merupakan kawasanhutan negara yang dikelola olehperusahaan maupun ditetapkansebagai HL, KSA dan KPA. Padahal desa­desatersebut sudah hadir terlebih dahulu sebelumadanya penetapan kawasan hutan sejak tahun1979. Sampai saat ini masalah utama dalampengajuan HTR adalah tumpang tindih dengankawasan konsesi perusahaan.2. Belajar dari pengalaman pembangun­an HTI, ternyata HTI yang berhasil adalah HTIyang dibangun secara swadana olehperusahaan dan siap dengan industri yang akanmenampung hasilnya. Sementara itu kendalayang akan menghambat atau menggagalkanpengembangan hutan tanaman oleh rakyatadalah ketersediaan modal untuk membangunhutan tanaman dan kemungkinan sulitnyapemasaran hasil tanaman. Untuk itu masyarakatyang membangun hutan tanaman dapatmembentuk kelompok untuk bermitra denganindustri pengolahan atau pemasaran kayu,kecuali apabila kelompok masyarakat tersebutsudah mampu memiliki industri dan membangunjaringan pasar secara mandiri.

3. Demikian juga dalam proses fasilitasiHTR berdasarkan P.55/Menhut­II/2011 pasal 20disebutkan bahwa pendamping HTR adalahperorangan yang ditetapkan melalui KeputusanBupati/Walikota untuk mendampingi masyarakatdalam melakukan pembangunan HTR. Kegiatanpendampingan dilakukan sejak pembentukankelompok tani hutan maupun koperasi.Pendamping dapat berasal dari penyuluhlapangan kehutanan, koperasi/LSM, lulusanpendidikan formal kehutanan dan pertanian,sarjana sosial, dan purna bhakti kehutanan,serta bidang ilmu lainnya yang pernah bekerja dibidang kehutanan.Namun dalamkenyataannya tenagakerja dan penyuluhtersebut tidak adahingga saat ini. Adabeberapa kabupaten,seperti KabupatenLampung Barat, telahmenyediakan tenagapenyuluh kehutanan,tetapi berada pada dinaslain dan hanya bersifatkoordinasi dengan DinasKehutanan.Kelemahannya adalahtidak terfokus danterdukungnya tenagapendamping kehutanandalam memfasilitasiketiga bentuk KM ini.Penunjukkan tenaga kerja oleh Bupati pada saatini masih terkendala pada pemahaman danterbatasnya anggaran perekrutan. Seharusnyaperekrutan tenaga sarjana terdidik danpendamping bisa juga dilakukan olehpemerintah pusat dan ditempatkan di kabupatendibawah koordinasi KPH atau UPT terkait.4. Penunjukkan LSM dalam pendamping­an HTR dan penguatan organisasi, namun tidakada disebutkan pembiayaan terkait fasilitasi danpendampingan tersebut. Terkesan bahwa LSMatau organisasi pendamping memiliki sumberpendanaan. Proses penanaman hinggapemanenan dan adminstrasi HTR cukup rumitkarena berlaku seperti layaknya pemegang IzinHTI, oleh karena itu sangat berat bagi kelompokatau koperasi untuk melakukannya tanpa adapen­dampingan intensif pada proses ini.Seharusnya pemerintah menyiapkan pendanaanuntuk organisasi tersebut layaknya sepertiPNPM.

Untuk itu masyarakat yangmembangun hutan

tanaman dapat membentukkelompok untuk bermitra

dengan industri pengolahanatau pemasaran kayu,

kecuali apabila kelompokmasyarakat tersebut sudahmampu memiliki industridan membangun jaringan

pasar secara mandiri.

Page 7: Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

info KM 7

5. Soal pembiayaan merupakan hal yangpenting, sebab meskipun pemerintah telahmemberi IUPHHK­HTR, masyarakat masih me­merlukan biaya lainnya untuk memenuhikewajiban yang harus dilakukan seperti tatabatas, rencana umum dan rencana operasionalyang sangat rumit, pengamanan areal, penataantata usaha pemanfaatan hasil hutan, danlaporan kerja pemanfatan hasil hutan kepadapemberi izin. Serta adanya rencanapemanfaatan kayu pada kawasan HP jikamasyarakat ingin memanfaatkannya.Masyarakat juga membutuhkan fasilitas untukmengerjakan pengisian rencana umum danrencana operasional. Dengan kata lain, jika tidakada dukungan dan fasilitasi dari pihak ketigaseperti LSM, Perguruan Tinggi dan pemerintahdaerah, pengisian rencana umum dan rencanaoperasi HTR tidak dapat dilakukan olehmasyarakat pemegang hak.6. Proses administrasi dan perizinan tatausaha kayu bagi HTR sama dengan prosesadminsitrasi dan perizinan tata kelola bagiperusahaan HPH/HTI. Sehingga tidak adakebijakan khusus dan unsur pemberdayaannya.Hal ini terlihat dari kewajiban­kewajiban yang

dibebankan kepada pemegang hak HTR sertaprovisi yang dibebankannya. Proses yang rumitdan panjang tidak mendorong pengembanganHTR dan peluang bagi kelompok petani miskinhutan. Jika dibandingkan dengan proses admi­nistrasi dan tata kelola perkebunan kelapa sawit,karet, kopi dan lain­lainnya jelas konsep HTRkalah menarik dan kurang menguntungkan.7. Pemberian akses pengelolaan hutanmelalui HTR yang bersifat izin serupa denganizin HTI, yang membuat Kemenhut dan Peme­rintah Daerah tidak dapat menganggarkanpembiayaan untuk proses fasilitasi setelah izinkeluar. Itulah yang membedakannya denganHKm dan HD. Dalam HTR, Kemenhut menye­diakan dana bergulir dengan bunga rendah bagiproses pengembangan HTR. Oleh karena itu,kalau tujuannya pemberdayaan masyarakat danpengentasan kemiskinan, seharusnya bentukperizinan HTR baik itu secara administrasi danperpajakan tidak disamakan dengan perusahaanHPH/HTI, harus ada penyederhanaan dankemudahan.8. Beberapa tantangan operasional lain­nya, seperti:

Foto: Aziz indra/gizKegiatan pemberdayaan hutan masyarakat dalam rangka HTR dilakukan untuk meningkatkan pendapatanpetani, memanfaatkan secara maksimal dan lestari lahan­lahan yang tidak produktif, termasuk mempercepatusaha rehabilitasi lahan.

Page 8: Info KM - Hutan Tanaman Rakyat

info KM8

Info KM ini merupakan bagian dari upaya FKKM dan HuMa dalam mendorong KehutananMasyarakat untuk mewujudkan sistem pengelolaan sumber daya hutan oleh rakyat melaluiorganisasi masyarakat yang berlandaskan pada prinsip keadilan, transparansi, pertanggung­jawaban, dan keberlanjutan pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial­budaya. Untuk mencapai misiini, FKKM dan HuMa mendukung proses­proses pengembangan kelembagaan kehutananmasyarakat melalui penyebaran informasi, pengembangan konsep, penguatan kapasitas (capacitybuilding), dan perumusan kebijakan kehutanan.Forum Komunikasi Kehutanan MasyarakatAlamat : Gedung Kusnoto, LIPI, lantai 1. Jln. H Juanda No. 16, Bogor 16002.Telp/faks : 021­8310396. Email : seknas­[email protected].

a. Kawasan yang ditetapkan menjadiareal hutan tanaman tidak menjaminkepastian usaha, ditinjau dari sisipenguasaan lahan, jangka waktupemanfaatan maupun pengalihan izinpemanfaatan;b. Penetapan lokasi yang keliru yang tidaksesuai dengan jenis yang ditanammenyebabkan tanaman tidak berdayahasil, biaya pembangunan tanamanmenjadi mahal, atau kayu hasil tanamansulit dipasarkan;c. Minat masyarakat untuk mengembangkanhutan tanaman umumnya rendah karenatanaman hutan memerlukan waktu cukuplama untuk siap dipanen;d. Kemampuan masyarakat untuk mem­bangun dan mengelola hutan tanamanumumnya rendah, ditinjau dari sisi mutusumberdaya manusia, peralatan, maupunpembiayaan untuk pembangunantanaman;e. Kelembagaan masyarakat untuk mela­kukan usaha hutan tanaman masih lemahbahkan di banyak desa belum tersedia;f. Ketidakpastian pasar dan harga jual darikayu hasil tanaman masyarakat;g. Serangan hama penyakit akibat pe­ngembangan hutan tanaman sejenis dankebakaran hutan akibat pembukaan lahanmenggunakan cara pembakaran.***Daftar Bacaan

Andri Santosa dan Mangarah Silalahi, (2011).Laporan Kajian Kebijakan KehutananMasyarakat dan Kesiapannya dalamREDD+. FKKM, Bogor.Emilia dan Suwito, (2007). "Hutan TanamanRakyat: Agenda baru untuk pengentasankemiskinan?", Warta Tenure No.4/Februari.

Kementerian Kehutanan, (2011). PendampinganHutan Tanaman Rakyat (HTR), BadanPenyuluhan dan Pengembangan SDMKehutanan, Pusat PengembanganPenyuluhan Kehutanan.Permenhut No. P.23/Menhut­II/2007 tentangCara Permohonan Izin Usaha PemanfatanHasil Hutan Kayu Pada Hutan TanamanRakyat Dalam Hutan Tanaman.

Permenhut No. P.5/Menhut­II/2008 tentangPerubahan Permenhut No. P.23 Menhut­II/2007.Permenhut No. P.9/Menhut­II/2008 tentangPersyaratan Kelompok Tani untukMendapatkan Pinjaman Dana BergulirPembangunan HTR.Permenhut No. 62/Menhut­II/2008 tentangRencana Kerja Usaha Hasil PemanfaatanHutan Kayu HTI dan HTR.Permenhut No. P.64/Menhut­II/2008 tentangStandar Biaya Pembangunan HTI dan HTR.Permenhut No. P.14/Menhut­II/2009 tentangPerubahan Permenhut No. P.62/Menhut­II/2008.Permenhut No. P.55/Menhut­II/2011 tentang TataCara Permohonan Izin Usaha PemanfaatanHasil Hutan Kayu pada Hutan TanamanRakyat dalam Hutan Tanaman.Perdirjen Bina Produksi Kehutanan (BPK)No.P.06/VI­BPHT/2007 tentang PetunjukTeknis Pembangunan HTR.Perdirjen BPK No.P.06/VI­BPHT/2008 tentangPerubahan Perdirjen BPK No.P.06/VI­BPHT/2007.