Info Kita Onlline Februari

1

Click here to load reader

Transcript of Info Kita Onlline Februari

Page 1: Info Kita Onlline Februari

Kementerian Kesehatan RI telah mencetak dan mendistribusikan Kartu Jamkesmas baru tahun 2013 untuk 86,4 juta penduduk Indonesia.

Pendistribusian kartu baru berwarna biru tersebut melalui 497 Dinkes Kab/Kota dan 9.900 Puskesmas di seluruh Indonesia. Sosialisasi pun dilakukan Kemenkes secara bertahap mulai bulan November sampai Desember 2012.

“Mengenai peserta baru, kartu warna biru ini sudah bisa digunakan mulai 1 Januari 2013 dan pemegang kartu lama warna hijau tetap bisa digunakan tetapi sampai batas waktu tanggal 28 Februari 2013,” papar Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS saat Temu Media, di kantor Kemenkes (18/01). Hadir pada kesempatan tersebut Dirut PT. ASKES, DR.dr. Fachmi Idris, M.Kes; Ketua Pokja Bansos Kesehatan untuk Masyarakat Miskin TNP2K, Prastuti Soewondo, SE, MPH, Ph.D dan Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, drg. Usman Sumantri, M.Sc

Dirjen BUK mengakui, pendistribusian kartu Jamkesmas bukan pekerjaan yang mudah. Beberapa kendala yang dialami antara lain kartu peserta terlambat diterima oleh Dinkes Kab/Kota, kartu yang

diterima rusak, terpotong, dan tulisan tidak terbaca. Sedangkan dari segi kepesertaan, peserta tidak ditemukan karena meninggal, pindah alamat dan peserta dapat kartu tetapi belum dapat digunakan di RS karena peserta baru.

Kendala sepertiu ini biasa terjadi di masa transisi pada Januari dan Februari ini. Diperkirakan masalah selesai per 1 Maret sekaligus menetapkan kartu lama tidak berlaku,” ujar dr. Supriyantoro []

enteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, melantik dua Pejabat Eselon I di lingkungan Kemenkes RI. Pertama, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS,

menggantikan dr. Ratna Rosita, MPHM, sebagai Sekretaris Jenderal Kemenkes RI, serta Prof. dr. Akmal Taher, Sp.U(K), menggantikan dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, sebagai Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI, Jumat (1/2), di Jakarta.

Sekretaris Jenderal adalah kunci dalam pelaksanaan tugas koordinasi, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi Kementerian Kesehatan serta memfasilitasi penyelenggaraan administrasi dan hubungan kerja dengan Kementerian/Lembaga lain. Direktorat Jenderal BUK merupakan unsur pelaksana yang membawahi banyak satuan kerja baik di

Kantor Pusat maupun di Unit Pelaksana Teknis.

Kepada sejumlah media, Menkes menyatakan bahwa pengangkatan dan pelantikan yang dilaksanakan untuk mengisi jabatan kosong, karena pejabat lama telah mencapai batas usia pensiun, mutasi, promosi, dan untuk mengisi jabatan dalam struktur organisasi baru. Sementara parameter yang digunakan dalam pengisian jabatan, Menurut Menkes adalah kapasitas, kompetensi, integritas, loyalitas, moralitas, pendidikan-pelatihan, serta pengabdian dan komitmen para calon pejabat pada tugas negara.

“Langkah ini juga dimaksudkan untuk penyegaran, pembenahan dan pemantapan organisasi dalam rangka peningkatan kinerja”, tandas Menkes []

Menkes Lantik Sesjen dan Dirjen Bina Upaya Kesehatan

Jamu sangat bermanfaat untuk digunakan dalam program promotif-preventif. Pemanfaatan Jamu juga akan mendorong

masyarakat untuk mampu secara mandiri menjaga dan memelihara kesehatannya. Hasil riset saintifikasi jamu juga menunjukkan bahwa jamu bermanfaat dalam pengobatan penyakit degeneratif dan paliatif secara bermakna, antara lain untuk menurunkan asam urat dan tekanan darah.

Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, pada peresmian Rumah Riset Jamu Hortus Medicus dan Gedung Pelatihan Iptek Tanaman Obat dan Jamu, Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu (31/1).

“Hasil riset dan bukti-bukti ilmiah ini

akan makin meningkatkan kepercayaan atau trust para dokter, tenaga kesehatan, juga para ilmuwan, bahkan masyarakat, tentang manfaat jamu untuk kesehatan”, kata Menkes.

Menkes mengatakan, beberapa dasawarsa terakhir, dunia sudah memposisikan obat tradisional, termasuk ramuan/jamu dan keterampilan, sebagai pilihan untuk pengobatan dan untuk menjaga kebugaran bagi masyarakat. Berbagai negara, seperti Cina, Korea, India dan Thailand sudah sangat maju dalam pengembangan obat tradisional, berkat dukungan dan komitmen Pemerintah yang kuat.

“Saya yakin dan percaya bahwa cita-cita menjadikan jamu sebagai mainstream perekonomian Indonesia dan meningkatkan

devisa negara akan terwujud. Sebab, Indonesia memiliki megabiodiversity tanaman obat”, ujar Menkes.

Pada kesempatan tersebut, Menkes meminta Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu untuk terus meningkatkan riset tanaman obat dan jamu, sebab ada ribuan ramuan di Indonesia yang perlu dibuktikan keamanannya dan khasiatnya bagi kesehatan.

“Saya juga minta agar Riset Tanaman Obat dan Jamu diselenggarakan secara periodik, karena pada tahun 2012 baru 20% etnis yang dikaji, yaitu 221 dari 1068 etnis yang ada di Tanah Air kita”, tambah Menkes []

KartU JaMKeSMaS BarU 2013

edisi Februari

Pusat Komunikasi PublikINFO KIta

WEB: UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT KUNJUNGI www.sehatnegeriku.com

MeNKeS: tingkatkan terus riset tanaman Obat dan Jamu

Kecacatan pada penderita kusta, seringkali tampak menyeramkan bagi sebagian orang, sehingga muncul perasaan takut yang berlebihan (leprofobia). Meski penderita

telah sembuh secara medis, tapi predikat kusta tetap melekat pada diri mereka seumur hidup. Predikat ini melatar-belakangi permasalahan psikologis bagi Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK), sehingga mereka merasa takut, kecewa, depresi, tidak percaya diri, malu, merasa diri tidak berharga, tidak berguna, dan khawatir akan dikucilkan.

Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, pada Pembukaan Workshop Pemberdayaan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dan Peresmian Gedung Pelayanan Poliklinik Kusta Terpadu dalam rangka Peringatan Hari Kusta Sedunia ke-60, di Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala, Tangerang (13/2). Pada 2013, Hari Kusta Sedunia jatuh pada 27 Januari 2013

Menkes mencontohkan beberapa penolakan masyarakat terhadap penderita kusta, antara lain dikeluarkan dari pekerjaan, dan diceraikan pasangan. Bahkan, tidak jarang diskriminasi ditunjukkan dalam bentuk keengganan petugas kesehatan melayani penderita kusta yang seharusnya justru memberikan pelayanan kepada penderita.

Menkes menerangkan pada peringatan Hari Kusta Sedunia tahun lalu, telah dilakukan Penandatanganan Piagam Seruan Nasional Mengatasi Kusta oleh organisasi wakil-wakil profesi. Piagam ini menyerukan agar stigma dan diskriminasi terhadap OYPMK di pelayanan kesehatan dihentikan.

Indonesia masih menjadi penyumbang kasus kusta nomor 3 terbanyak di dunia, setelah India dan Brasil. Pada 2011, Indonesia melaporkan 20.023 kasus baru kusta. Berdasarkan angka tersebut, jumlah kasus dengan kecacatan tingkat 2, yaitu cacat yang kelihatan, berjumlah2.025 orang (10,11%).

Menkes menekankan bahwa dalam upaya pengendalian kusta, diperlukan perhatian dalam hal penemuan penderita kusta, serta pengobatan dini sebelum terjadinya kecacatan, khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan []

Hapus Diskriminasi Penderita Kusta

M

02