industri perdagangan susu

24
PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada umumnya. Permintaan terhadap komoditi peternakan sebagai sumber protein hewani diperkirakan akan semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran akan gizi masyarakat Susu sebagai salah satu hasil komoditi peternakan, adalah bahan makanan yang menjadi sumber zat gizi atau protein. Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran kebutuhan gizi masyarakat yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsumsi protein hewani dari 6.8 liter/kapita/tahun pada tahun 2005, dan tahun 2008 konsumsi susu meningkat menjadi 7.7 liter/kapita/tahun (setara dengan 25 g/kapita/hari), angka tertinggi sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 (Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2006 dan Sinar Harapan, 2007). Pembangunan sub sektor petemakan, khususnya pengembangan usaha sapi perah, merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan penyediaan sumber kebutuhan protein hewani dan sebagai upaya mendukung

Transcript of industri perdagangan susu

Page 1: industri perdagangan susu

PENDAHULUAN

Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan

baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional

pada umumnya. Permintaan terhadap komoditi peternakan sebagai

sumber protein hewani diperkirakan akan semakin meningkat akibat

peningkatan jumlah penduduk dan  meningkatnya kesadaran akan gizi

masyarakat

Susu sebagai salah satu hasil komoditi peternakan, adalah bahan

makanan yang menjadi sumber zat gizi atau protein. Kebutuhan protein

hewani masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran kebutuhan

gizi masyarakat yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal

ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsumsi protein hewani dari

6.8 liter/kapita/tahun pada tahun 2005, dan tahun 2008 konsumsi susu

meningkat menjadi 7.7 liter/kapita/tahun (setara dengan 25 g/kapita/hari),

angka tertinggi sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 (Ditjen

Bina Produksi Peternakan, 2006 dan Sinar Harapan, 2007).

Pembangunan sub sektor petemakan,  khususnya pengembangan usaha

sapi perah, merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan

penyediaan sumber kebutuhan protein hewani dan sebagai upaya

mendukung program revitalisasi putih, sebagai upaya peningkatan

kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.

Berbagai tantangan yang dihadapi oleh usaha ini cukup berat baik

di tingkat global dan regional, makro serta mikro. Di tingkat global dan

regional tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan kegiatan ekspor

dan substitusi impor dalam upaya perolehan dan penghematan devisa

negara. Di tingkat makro tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan

ketahanan pangan nasional, dalam hal ini pangan protein asal ternak,

dimana untuk susu ditargetkan sebesar 6 kg/kapita/tahun . Sampai

dengan akhir tahun 2003, hal tersebut telah mencapai 7.28

Page 2: industri perdagangan susu

kg/kapita/tahun, meskipun sebagian besar masih merupakan komponen

impor (Statistik Peternakan, 2003). Di tingkat mikro tantangan yang

dihadapi adalah meningkatkan pendekatan kesejahteraan peternak

melalui peningkatan efisiensi usaha yang terkait dengan upaya

peningkatan populasi ternak dan skala usaha.Dengan adanya tantangan-

tantangan dan perkembangan tersebut, maka pembangunan peternakan,

khususnya pengembangan usaha sapi perah, ditujukan kepada satu visi

terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif melalui pembangunan

peternakan tangguh berbasis sumberdaya lokal (Sudrajat, 2000). Visi

tersebut mengandung arti bahwa usaha peternakan tangguh yang

diidamkan harus memihak kepada rakyat, memanfaatkan potensi

sumberdaya lokal dan memfasilitasi usaha peternakan rakyat. Salah satu

yang menjadi program utama adalah meningkatkan konsumsi susu

masyarakat, sehingga upaya yang dilakukan diantaranya adalah

meningkatkan supply didalam negeri dan secara bertahap mengurangi

ketergantungan peternak terhadap industri pengolahan susu (IPS) dalam

kaitannya dengan distribusi dan  produksi.

Permintaan terhadap komoditi susu yang tinggi dari tahun ke tahun

terus mengalami peningkatan, tetapi produksi susu nasional belum

mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Maka

pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan impor susu dari luar

negeri. Selain melakukan impor pemerintah juga melakukan ekspor susu

dalam bentuk susu olahan. 

Page 3: industri perdagangan susu

PEMBAHASAN

Kegiatan Usaha peternakan sapi perah, tergabung dalam koperasi

susu sapi perah, yang memiliki unit usaha apakah penyediaan pakan

ternak, pemasaran, pengolahan susu dan sebagainya. Semua aktivitas

yang dilakukan secara kolektif dapat dilakukan dalam koperasi sesuai

dengan prinsip dan nilai yang dimiliki. Koperasi susu yang berfungsi

sebagai produsen kolektif susu sapi perah yang  berasal dari peternak,

berupaya untuk menyediakan kebutuhan susu dalam rangka mewujudkan

ketahanan pangan dan mendukung revitalisasi putih, namun dalam

pelaksanaannya koperasi susu mengalami kesulitan dalam

pelaksanaannya, akibat dibukanya kran globalisasi yang membuka

kesempatan bagi IPS (Industri Pengolahan Susu), untuk mendapatkan

bahan baku susu dari impor.

Perkembangan usaha sapi perah di Indonesia yang cukup signifkan

itu tidak terlepas dari upaya Pemerintah dalam bentuk dukungan

kebijakan yang bersifat lintas sektoral, perlindungan atau proteksi

terhadap usaha peternakan rakyat dan penyediaan fasilitas kredit serta

permodalan dalarn meningkatkan skala usaha dan populasi sapi perah di

tingkat keluarga peternak. Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama

(SKB) tiga Menteri, yakni Menteri Koperasi, Menteri Pertanian dan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan yang selanjutnya dikukuhkan dengan

INPRES Nomor 2 Tahun 1985 mengatur tentang pemasaran susu segar

dari peternak ke IPS . Dalam hal ini IPS wajib menerima susu segar dalam

negeri (SSDN) dan bukti serap sebagai pengaman harga SSDN dan

harga bahan baku impor.

Beberapa instrumen kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah

selama ini adalah adanya (a) rasio impor bahan baku susu yang dikaitkan

dengan keharusan serap susu segar domestik, atau yang lebih dikenal

dengan rasio BUSEP (Bukti Serap), dan (b) penerapan tarif impor untuk

Page 4: industri perdagangan susu

bahan baku susu impor maupun produk susu (susu bubuk, keju dan

mentega). Namun, Sejak ditandatanganinya kesepakatan antara

Pemerintah RI dengan IMF pada bulan Januari 1998 tentang

penghapusan tataniaga SSDN, maka sejak saat itu sistem rasio BUSEP

juga telah dihapus. Dengan ketentuan tersebut sesungguhnya komoditas

susu telah memasuki era pasar bebas, meskipun seharusnya baru akan

dimulai pada tahun 2003 . Hal ini berarti bahwa komoditas susu memasuki

pasar bebas lebih awal dari kesepakatan waktu yang telah ditetapkan,

sehingga harus memiliki daya saing kuat untuk mengantisipasi masuknya

bahan baku susu impor. Oleh karenanya harga SSDN yang berlaku harus

merupakan harga pasar yang kompetitif, terutama jika dipertimbangkan

ancaman dari produsen susu kaliber dunia dari negara tetangga seperti

Australia dan New Zealand.

Dari data BPS tahun 2005, terlihat bahwa produksi susu di dalam

negeri belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi susu masyarakat

dan IPS yang sellaui mengalami peningkatan. Kebutuhan susu nasional

setiap hari mencapai 3.75 juta liter sedangkan jumlah prosuksi susu

nasional sebesar 1.25 juta. Jadi 75 persen kebutuhan susu nasional

dipenuhi oleh pemrintah dengan melakukan impor susu dari beberapa

negara seperti Australia, Prancis dan selandia Baru.

Tabel 1. Perkembangan Ekspor dan Impor Susu Indonesia (1999-2003)

Tahun Ekspor Susu Olahan Impor Susu Bubuk

Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) Nilai (US $)

1999 2 060 68 953 4 876 808 2 887 970

2000 370 334 630 934 5 756 787 3 706 110

2001 561 578 1 263 956 8 589 098 7 371 636

2002 3 382 293 1 660 603 8 476 317 6 746 121

2003 4 550 200 2 448 417 10 844 437 16 501 144

Sumber : Ditjen Bina Produksi Peternakan, Tahun 2006

Page 5: industri perdagangan susu

Sebagai upaya untuk melindungi peternak dan koperasi susu sapi

perah Indonesia, pada tahun 1998 terdapat instruksi Presiden No. 4

tahun1998 yang membuat kebijakan tentang susu impor. Instruksi

tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan tiga menteri (Pertanian,

Perindustrian dan Perdagangan serta Koperasi) yang berisi bukti serap

susu nasional. Apabila IPS membeli susu impor maka diwajibkan untuk

mebeli susu dari petermaka nasional. Jika IPS impor susu sebanyak dua

kilogram maka wajib membeli susu dari peternak atau koperasi sebanyak

satu kilogram.

Pada saat Indonesia akan memasuki era perdangan bebas

(WTO/World Trade Organization) pemerintah mencabut Instruksi Presiden

No. 4 tahun 1998. Pencabutan kebijakan tersebut tidak diimbangi dengan

proteksi dari pemerintah terhadap para peternak nasional. sehingga

memberikan keleluasaan kepada Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk

membeli susu impor dari luar negeri. Selain itu besarnya tarif impor untuk

susu Indonesia masih tergolong rendah hanya berkisar 0-5 persen.

Rendahnya tarif impor tersebut menyebabkan semakin tingginya jumlah

impor yang dilakukan oleh IPS. Hal tersebut akan mendorong semakin

rendahnya daya saing dari produsen susu, yakni peternak sapi perah dan

koperasi.

Usaha pembangunan di bidang koperasi dimaksudkan untuk lebih

meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah dalam kegiatan ekonomi

agar dengan demikian tingkat kesejahteraan golongan tersebut semakin

meningkat. Pembinaan koperasi bertujuan untuk mengusahakan agar

kehidupan koperasi kembali kepada alas dan sendi-sendi dasar koperasi.

Untuk itu kebijaksanaan yang telah ditempuh adalah :

melaksanakan pembinaan organisasi koperasi dan pembinaan usahanya.

Kegiatan yang dilaksanakan berbentuk pendidikan dan latihan

keterampilan bagi para anggota pengurus dan badan pemeriksa koperasi,

serta penyuluhan dan penerangan bagi para anggota koperasi dan

Page 6: industri perdagangan susu

masyarakat luas dengan harapan agar mereka berminat untuk menjadi

anggota koperasi. Pelaksanaan kegiatan tersebut dijalankan dengan satu

program pokok, yaitu Program Pendidikan Perkoperasian.

Tujuan pembinaan koperasi selanjutnya adalah untuk

meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah dalam kegiatan-kegiatan

usahanya agar kesejahteraan mereka meningkat. Untuk itu,

kebijaksanaan yang ditempuh, adalah: Pertama, meningkatkan pendidikan

perkoperasian, terutama pendidikan dalam bidang tatalaksana untuk

tenaga di lingkungan koperasi-koperasi primer. Kedua, mengusahakan

agar koperasi-koperasi primer memperoleh kesempatan untuk

melaksanakan kegiatan usaha. Ketiga, mengusahakan agar untuk

koperasi-koperasi primer, selalu menyediakan dana-dana kredit yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan usaha masing-masing dengan

syarat-syarat yang ringan.

Pembinaan koperasi berikutnya adalah bertujuan untuk

meningkatkan peranan dan kemampuan koperasi, agar tumbuh menjadi

koperasi primer yang tangguh dan mampu menjadi kekuatan ekonomi

desa, serta mengantarkan masyarakat menuju kemajuan dan

kesejahteraan. Untuk itu, pembinaan koperasi diarahkan untuk: (1)

meningkatkan kemampuan koperasi untuk berprakarsa dan berswakarya,

(2) meningkatkan kemampuan koperasi sebagai salah satu wadah utama

untuk membina kemampuan usaha golongan ekonomi lemah, (3)

meningkatkan kemampuan koperasi sekunder dan koperasi-koperasi

primer lainnya sehingga mampu melayani kepentingan anggota, (4)

meningkatkan peranan koperasi dalam berbagai sektor kegiatan pere-

konomian, dan (5) meningkatkan kemampuan koperasi untuk

mengadakan kerjasama dengan koperasi-koperasi lain dan badan usaha

bukan koperasi di wilayah atau di daerah masing-masing.

Sesuai dengan hal-hal tersebut di atas, pembinaan kelembagaan

koperasi diarahkan untuk mencapai delapan tujuan. Pertama,

meningkatkan kemampuan organisasi koperasi, dengan mendorong

Page 7: industri perdagangan susu

berfungsinya perlengkapan organisasi koperasi dan terwujudnya

pembagian tugas yang jelas, sehingga koperasi benar-benar mampu

mencerminkan sifat demokrasinya dan mampu mendukung peningkatan

usahanya. Kedua, mengembangkan sistem organisasi intern koperasi

agar peranan anggota dalam menentukan kebijaksanaan, partisipasinya

dalam kegiatan usaha dan pengawasan, menjadi semakin besar dan

sesuai dengan kepentingan bersama. Ketiga, membentuk dan

mengembangkan unit-unit organisasi usaha di masing-masing wilayah

kerja koperasi sebagai unit organik, sehingga ada peningkatan dalam

jangkauan dan mutu pelayanan terhadap anggota koperasi. Keempat,

membina dan mengembangkan kemampuan teknis, keterampilan

manajemen dan jiwa kewirakoperasian para manajer, karyawan, dan

anggota Badan Pemeriksa Koperasi, agar koperasi tumbuh menjadi

kelompok yang berhasilguna serta mampu memberikan pelayanan usaha

yang optimal kepada para anggotanya. Kelima, mengembangkan dan

membina sistem informasi manajemen koperasi, sehingga pelaksanaan

pengambilan keputusan benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan

para anggotanya dengan dukungan informasi yang lengkap dan dapat

diandalkan. Keenam, melaksanakan pembinaan dan pengawasan agar

perlengkapan organisasi koperasi sungguh-sungguh dapat melaksanakan

kegiatannya sesuai dengan fungsinya. Agar Gerakan Koperasi juga dapat

melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan, maka akan dikembangkan

dan dimantapkan pengembangan Pusat Administrasi Usaha yang dapat

mendorong terbentuknya Koperasi Jasa Audit. Ketujuh, meningkatkan dan

memperluas kegiatan penyuluhan dan penerangan dalam upaya

meningkatkan kesadaran dan pengertian masyarakat akan pentingnya

koperasi dalam membantu meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi

kepentingan/kebutuhan mereka, dengan memanfaatkan berbagai media

dan metoda yang tepat dan efektif. Kedelapan, meningkatkan apresiasi

terhadap koperasi di berbagai kalangan fungsional, seperti pemuka

masyarakat, ilmuwan, wartawan, kelompok tani, kelompok profesi dan

Page 8: industri perdagangan susu

sebagainya dengan kegiatan seminar, sayembara karya tulis, rembug

desa dan sebagainya.

Dalam rangka meningkatkan peranan dan kemampuan koperasi,

maka di samping diselenggarakan pembinaan kelembagaan, juga

dilaksanakan pembinaan usaha. Sebagaimana diketahui, kehidupan

koperasi pada hakekatnya merupakan usaha bersama sesuai dengan

kepentingan dan kegiatan ekonomi para anggotanya dalam mewujudkan

tujuan bersama, yaitu peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan para

anggota koperasi. Pembinaan usaha tersebut dilaksanakan dengan cara-

cara berikut: Pertama, memantapkan dan mengembangkan lebih lanjut

usaha koperasi primer, dalam bidang-bidang pelayanan kebutuhan pokok

untuk masyarakat, produksi dan pengolahan hasil serta pemasarannya,

simpan-pinjam, dan jasa-jasa lainnya, agar tumbuh menjadi suatu

lembaga ekonomi yang mandiri, mampu melayani kebutuhan para

anggota dan masyarakat di sekitarnya. Kedua, meningkatkan kemampuan

perencanaan usaha koperasi primer. Ketiga, meningkatkan kemampuan

koperasi primer untuk memanfaatkan berbagai fasilitas perkreditan yang

tersedia untuk pertumbuhan usahanya. Keempat, meningkatkan dan

membina usaha Koperasi Simpan Pinjam agar mampu berperan aktif

dengan efektif dalam mengisi kebutuhan para anggota koperasi. Kelima,

mengembangkan kerjasama dan jalinan usaha antara Koperasi Primer

dengan dukungan koperasi sekundernya. Keenam, memantapkan dan

mengembangkan Pusat-pusat Pelayanan Koperasi sehingga benar-benar

dapat berperan dalam mendukung pengembangan usaha koperasi

sekunder dan koperasi primer lainnya. Kini sudah saatnya masyarakat

peternakan mengembalikan fungsi dan peran koperasi susu sebagaimana

fitrahnya.

Dinamika Koperasi Susu

Koperasi sapi perah merupakan perusahaan yang bergerak di

dalam produksi susu segar dan kemudian dipasarkan ke industri susu

Page 9: industri perdagangan susu

sebagai bahan baku susu olahan dan produk asal susu lainnya. Koperasi

dalam memproduksi susu segar bermitra dengan peternak rakyat yang

menjadi anggota koperasi.

Sebagai anggota koperasi, peternak adalah juga pemegang saham

melalui simpanan wajib dan simpanan pokok dan sebagainya. Dengan

demikian keberhasilan koperasi dalam bisnis susu segar secara langsung

merupakan keberhasilan para peternak anggota itu sendiri. Sebaliknya

jika terjadi mismanajemen dalam pengurusan koperasi akan merugikan

perkembangan peternak anggota koperasi.

Pada kenyataannya, berbagai laporan penelitian memperlihatkan

bahwa usaha sapi perah rakyat selama 25 tahun terakhir tidak mengalami

perkembangan, malah cenderung statis, khususnya dalam ukuran usaha

yang tetap bertahan pada skala 2-3 ekor per peternak. Pada sisi koperasi

dilaporkan pula bahwa hanya 20 persen dari total koperasi sapi perah

yang dapat dinyatakan beroperasi secara layak dengan tingkat produksi

yang relatif tinggi. Pertanyaan menarik yang muncul dari dua kenyataan di

atas adalah apakah koperasi sebagai sebuah perusahaan dalam hukum

ekonomi telah mengalokasikan faktor produksi secara efisien? Pertanyaan

kedua adalah: apakah koperasi mempunyai manajeman yang sesuai

dengan konsep saling menguntungkan antara sesama mitra?

Penyelesaian kedua pertanyaan ini sangat penting dalam usaha

meningkatkan laju pertumbuhan produksi susu segar dalam negeri dan

meningkatkan insentif kepada peternak rakyat.

Permintaan susu dalam negeri relatif besar dan terus mengalami

pertumbuhan dan baru dapat dipenuhi 30 persen sedangkan sisanya

dipenuhi melalui impor. Beberapa tahun lagi, Indonesia akan memasuki

pasar bebas dunia, dan ini berarti koperasi harus segera mencari jalan

keluar bagi peningkatan produksi dan menjadi tuan di rumah sendiri.

Sekalipun setelah krisis ekonomi, susu impor menurun dan penyerapan

susu segar dalam negeri meningkat, IPS akan lebih menyukai impor susu

karena harganya akan lebih murah. Meskipun saat ini, harga susu dunia

Page 10: industri perdagangan susu

melonjak hingga lebih dari 100% akibat kekeringan di Australia. Selama

Januari hingga Juni 2007, harga bahan baku susu berupa full cream milk

powder impor naik dari 2.900 dolar AS per ton menjadi 4.500 dolar AS per

ton.

Kebutuhan susu dalam negeri yang dapat dipasok dari produksi

dalam negeri baru mencapai 45% (360.000 ton) dari total kebutuhan

800.000 ton, sehingga sisanya masih diimpor dari luar negeri. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, maka produksi dalam negeri harus

ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Secara nasional,

sebagian besar agribisnis sapi perah merupakan peternakan rakyat yang

ditangani koperasi, sehingga sebagian besar (90%) produksi susu

ditangani oleh koperasi.

Peternakan rakyat menurut data tahun 2000, populasi sapi perah

sebanyak 354,3 ribu ekor dengan skala kepemilikan 2-3 ekor per KK dan

produktivitas rendah sekitar 9-10 liter per ekor per hari. Hal ini disebabkan

antara lain kualitas pakan yang belum baik dan pemeliharaan yang belum

optimal. Skala usaha KUD sebagian besar (60%) kapasitas produksinya

masih rendah, yaitu di bawah 5.000 liter per hari. Skala kepemilikan sapi

perah 2-3 ekor per peternak hasilnya tidak optimal dengan produktivitas

rendah berakibat kehidupan peternak stagnan, bahkan tidak dapat

mencukupi kebutuhan hidupnya.

Perdagangan Susu Indonesia

Dalam peta perdagangan internasional produk-produk susu, saat

ini Indonesia berada pada posisi sebagai net-consumer. Sampai saat ini

industri pengolahan susu nasional masih sangat bergantung pada impor

bahan baku susu. Jika kondisi tersebut tidak dibenahi dengan

membangun sebuah sistem agribisnis yang berbasis peternakan, maka

Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor hasil ternak khususnya

susu sapi.

Page 11: industri perdagangan susu

Dilihat dari sisi konsumsi, sampai saat ini konsumsi masyarakat

Indonesia terhadap produk susu masih tergolong sangat rendah bila

dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Konsumsi susu

masyarakat Indonesia hanya 8 liter/kapita/tahun itu pun sudah termasuk

produk-produk olahan yang mengandung susu. Konsumsi susu negara

tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Singapura rata-rata mencapai 30

liter/kapita/tahun, sedangkan negara-negara Eropa sudah mencapai 100

liter/kapita/tahun. Seiring dengan semakin tingginya pendapatan

masyarakat dan semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia,

dapat dipastikan bahwa konsumsi produk-produk susu oleh penduduk

Indonesia akan meningkat.

Perkiraan peningkatan konsumsi tersebut merupakan peluang yang

harus dimanfaatkan dengan baik. Produksi susu segar dan produk-produk

derivatnya seharusnya dapat ditingkatkan. Kondisi produksi susu segar

Indonesia saat ini, sebagian besar (90%) dihasilkan oleh usaha rakyat

dengan skala usaha 2-3 ekor sapi perah per peternak. Skala usaha ternak

sekecil ini jelas kurang ekonomis karena keuntungan yang didapatkan dari

hasil penjualan susu hanya cukup untuk memenuhi sebagian kebutuhan

hidup. Dari sisi produksi, dengan demikian, kepemilikan sapi perah per

peternak perlu ditingkatkan. Menurut manajemen modern sapi perah,

skala ekonomis bisa dicapai dengan kepemilikan minimal 10 ekor sapi per

peternak.

Dari sisi kelembagaan, sebagian besar peternak sapi perah yang

ada di Indonesia merupakan anggota koperasi susu. Koperasi tersebut

merupakan lembaga yang bertindak sebagai mediator antara peternak

dengan industri pengolahan susu. Koperasi susu sangat menentukan

posisi tawar peternak dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu

penjualan, dan harga yang akan diterima peternak. Peranan koperasi

sebagai mediator perlu dipertahankan. Pelayanannya perlu ditingkatkan

dengan cara meningkatkan kualitas SDM koperasi serta memperkuat

Page 12: industri perdagangan susu

networking dengan industri-industri pengolahan. Adaptasi kelembagaan

contract farming akan sangat membatu terwujudnya upaya ini.

Terkait dengan agribisnis susu, pada tahun 1983 Pemerintah telah

mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri yaitu

Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan

Koperasi. Dalam SKB tersebut industri pengolah susu diwajibkan

menyerap susu segar dalam negeri sebagai pendamping dari susu impor

untuk bahan baku industrinya. Proporsi penyerapan susu segar dalam

negeri ditetapkan dalam bentuk rasio susu yaitu perbandingan antara

pemakaian susu segar dalam negeri dan susu impor yang harus

dibuktikan dalam bentuk ”bukti serap” (BUSEP). BUSEP tersebut

bertujuan untuk melindungi peternak dalam negeri dari persaingan

terhadap susu impor. Namun dengan adanya Inpres No 4 Tahun 1998

yang merupakan bagian dari LoI yang ditetapkan oleh IMF, maka

ketentuan pemerintah yang membatasi impor susu melalui BUSEP

menjadi tidak berlaku lagi, sehingga susu impor menjadi komoditi bebas

masuk. Persoalan di industri hilir pun ada, misalnya tarif BM yang tidak

harmonis antara produk susu (5%) dengan bahan baku lain seperti gula

(35%) dan kemasan (5%-20%). Guna meningkatkan pangsa pelaku pasar

domestik dalam pasar susu segar Indonesia, BUSEP perlu diberlakukan

kembali dan tarif BM produk susu perlu peninjauan kembali.

Kekurangan produksi susu segar dalam negeri merupakan peluang

besar peternak susu untuk mengembangkan usahanya. Namun demikian

peternak masih menghadapi permasalahan, antara lain yaitu rendahnya

kemampuan budidaya khususnya menyangkut kesehatan ternak dan mutu

bibit yang rendah. Kekurangan tersebut selain mengakibatkan lambatnya

pertumbuhan produksi susu juga berpengaruh terhadap kualitas susu

yang dihasilkan. Selain itu mulai sulitnya lahan sebagai sumber rumput

hijauan bagi ternak, tingginya biaya transportasi, serta kecilnya skala

usaha sebagaimana telah dikemukakan di atas, juga menjadi penghambat

perkembangan produksi susu domestik.

Page 13: industri perdagangan susu

Dalam hal pemasaran susu dari peternak dalam negeri,

keberadaan Inpres No 4/1998 mengakibatkan posisi industri pengolahan

susu menjadi jauh lebih kuat dibandingkan peternak karena industri

pengolahan susu mempunyai pilihan untuk memenuhi bahan baku yang

dibutuhkan yaitu susu segar dari dalam negeri maupun dari impor. Hal ini

menyebabkan relatif rendahnya harga susu segar yang diterima oleh

perternak dalam negeri.

Permasalahan lain yang dihadapi peternak adalah besarnya

ketergantungan peternak terhadap industri pengolahan susu dalam

memasarkan susu segar yang dihasilkannya. Dengan absennya

keberpihakan Pemerintah terhadap peternak, hal ini menimbulkan

kecenderungan bahwa harga susu segar yang diterima peternak relatif

rendah. Adanya pemberlakuan standar bahan baku yang ketat oleh

kalangan industri pengolah susu mendudukkan peternak sapi perah pada

posisi tawar (bargaining position) yang rendah. Lebih ekstrim lagi,

keberadaan industri pengolah susu ini dapat menyebabkan terbentuknya

struktur pasar oligopsoni yang tentunya menekan peternak. Selain harga

susu yang sangat murah pada struktur pasar tersebut, tekanan yang

diterima peternak semakin bertambah dengan adanya retribusi yang

diberlakukan oleh kebanyakan Pemda di era otonomi daerah ini.

Bila melihat perkembangan agribisnis persusuan di negara lain,

peran koperasi sangatlah besar dalam mengembangkan usaha tersebut.

Di India, misalnya, koperasi susu telah berkembang sedemikian rupa

sehingga sampai saat ini kurang lebih telah berjumlah 57.000 unit dengan

6 juta anggota. Begitu pula di Uruguay, dimana para peternak

domestiknya telah mampu memproduksi 90% dari total produksi susu

nasional. Besarnya peran koperasi tersebut belum terlihat di Indonesia.

Koperasi susu kita mempunyai posisi tawar yang sangat lemah ketika

berhadapan dengan industri pengolahan susu, baik dalam hal jumlah

penjualan susu, waktu penjualan, dan harga yang diperoleh.

Page 14: industri perdagangan susu

Masalah penting mengenai perkoperasian susu adalah proses

pembentukan koperasi tersebut umumnya bersifat top-down dan

intervensi pemerintah relatif besar dalam mengatur organisasi.

Pembentukan anggota koperasi bukanlah atas dasar akumulasi modal

anggota tetapi lebih banyak bersifat pemberian kredit ternak sapi dalam

rangka kemitraan dengan bantuan modal dari pemerintah. Status anggota

koperasi hanya berfungsi pada saat menjual susu segar dan pembayaran

iuran wajib dan iuran pokok. Koperasi sebagai lembaga ekonomi dalam

menjalankan manajemen tanpa pengawasan yang ketat oleh anggota,

justru sebaliknya koperasi cenderung berkuasa mengatur anggota.

Arah Kebijakan

Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat

ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan

baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak saat ini, yaitu dengan

meningkatkan produksi dan konsumsi susu nasional. Adapun kebijakan

dalam upaya substitusi impor susu yang dapat diambil untuk mencapai

kondisi tersebut antara lain sebagai berikut.

Pertama, Pemerintah perlu memberikan dukungan nyata untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil ternak (susu) kepada para

peternak. Daya saing susu yang dihasilkan peternak hanya akan dapat

ditingkatkan apabila produktivitas dan kualitas tersebut ditingkatkan. Untuk

itu, penelitian dan pengembangan khususnya mengenai teknis dan

manajemen produksi perlu ditingkatkan. Gerakan nasional sebaiknya

diikuti dengan aktivitas nyata berupa bantuan antara lain dalam bentuk

pelatihan dan penyuluhan budidaya sapi perah yang baik, mendorong

tersedianya bibit sapi unggul, kemudahan untuk pemanfaatan lahan,

akses dan ketersediaan modal, serta pengembangan beragam industri

pengolahan susu sehingga harga di tingkat peternak menjadi relatif lebih

stabil.

Page 15: industri perdagangan susu

Kedua, perlu dibentuk wadah kemitraan yang jujur dan

memperhatikan kepentingan bersama antara peternak, koperasi susu dan

industri pengolahan susu sehingga pengembangan agribisnis berbasis

peternakan dapat berjalan dengan baik. Semua pihak yang terkait

haruslah saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Ini dapat

diwujudkan melalui sistem contract farming, dimana terdapat keterpaduan

dari berbagai unsur baik peternak, koperasi, industri/pemodal maupun

pemerintah.

Ketiga, koperasi susu perlu didorong dan difasilitasi agar dapat

melakukan pengolahan sederhana susu segar, antara lain yakni

pasteurisasi dan pengemasan susu segar, pengolahan menjadi yogurt,

keju dsb. Hal ini disertai dengan program promosi secara luas kepada

masyarakat, terutama anak-anak, tentang manfaat mengkonsumsi susu

segar dan produk-produk olahannya. Pendirian pabrik pengolahan susu

yang dimiliki gerakan koperasi juga perlu didorong. Langkah ini diperlukan

untuk mengantisipasi makin menguat dan relatif stabilnya nilai kurs rupiah

terhadap US dolar, yang dapat mengakibatkan industri pengolahan susu

kembali mengimpor sebagian besar dari bahan baku susunya dari luar

negeri.

Keempat, Pemerintah Pusat maupun Daerah sebaiknya

mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampu memperkuat posisi tawar

peternak sapi perah khususnya dan pengembangan agribisnis berbasis

peternakan umumnya. Ini antara lain dapat dilakukan dengan

menghapuskan retribusi yang menyebabkan ongkos produksi bertambah

mahal, menghapuskan pajak pertambahan nilai bila pengolahan masih

dilakukan oleh peternak, serta pemberlakuan tarif bea masuk terhadap

susu impor untuk melindungi produksi dalam negeri.

Kelima, mengefektifkan kinerja dewan persusuan nasional agar

dapat merangkul seluruh stakeholder persusuan termasuk IPS yang

mengatur regulasi harga dan penyerapan susu yang berpihak pada

peternak rakyat.

Page 16: industri perdagangan susu

PENUTUP

Kelima arah kebijakan di atas diharapkan dapat segera diwujudkan

oleh para pengambil kebijakan dalam rangka merealisasikan gerakan

revolusi putih. Revolusi putih yang berhasil akan menjamin terjadinya

peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia: ketersediaan

suplai susu yang terjamin, meningkatnya pendapatan peternak dan pelaku

usaha lainnya di bidang peternakan.

Page 17: industri perdagangan susu

DAFTAR PUSTAKA

Feryanto, 2010. Susu: Komoditi Potensial Yang Terabaikan. Avalaible at feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/tag/susu/. 18 Januari 2011.

Harian Kompas, 17 Februari 2009. Judul berita “ Harga Susu Sementara Tidak Akan Diturunkan”

Sinar Harapan. 2007.  “Tragedi 15 tetes susu”. opini tentang perkembangan peternakan sapi perah dan koperasi, menjelaskan bahwa pada tahun 2006 konsumsi susu masyarakatnya Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan dengan Negara India mencapai 44,9 liter/orang/tahun. Begitu juga dengan Malaysia yang 25 liter/orang/tahun; Thailand 25 liter, Singapura 20 liter, Filipina 11 liter/orang/tahun dan Vietnam 8,5 liter/orang/tahun

Trantono, Yuari. 2009. Koperasi Sapi Perah dan Perdagangan Susu. Avalaible at ternakonline.wordpress.com/.../koperasi-sapi-perah-dan-perdagangan-susu/. 18 Januari 2011.