INDUSTRI NITROGEN.docx
-
Upload
eria-harini -
Category
Documents
-
view
20 -
download
3
Transcript of INDUSTRI NITROGEN.docx
INDUSTRI NITROGEN
I. Pendahuluan
Nitogen yang telah diikat dari udara merupakan bahan baku utama dari proses pembuatan
pupuk. Nitrogen dapat diikat dalam bentuk nitrogen sianamida, tetapi prosesnya terlalu mahal.
Proses lain dalam pengikatan oksigen adalah proses termal dengan mencampurkan oksida
nitrogen, sianida, alumunium nitrida, dekomposisi amonia, dll. Proses ini secara teknik dapat
dilakukan tetapi secara industri bersifat kurang komersial.
Haber dan Nernst melakukan study tentang kesetimbangan hidrogen dan nitrogen pada
tekanan rendah untuk membentuk amonia dan menemukan jenis katalis yang tepat. Haber dan
Bosch kemudian menemukan proses baru untuk mendapatkan hidrogen dan nitrogen yang
tidak mahal. Produksi hidrogen dari proses elektrolisis air dan distilasi udara cair untuk
mendapatkan nitrogen, merupakan proses yang tidak mahal dalam mendapatkan bahan baku
pembuatan amonia.
Amonia merupakan senyawa nitogen yang paling penting dan paling banyak digunakan.
Dalam proses pembuatan amonia, diperlukan bahan-bahan seperti udara, air, hidrokarbon, dan
sumber energi. Amonia paling banyak diperoleh dari proses sintesis, tetapi sebagian lain
diperoleh dari produk lain. Sendawa chili (NaNO3) merupakan senyawa yang paling banyak
ditambang untuk menjadi sumber nitrogen. Urea, hidroksilamin, dan hidrazin merupakan
senyawa-senyawa yang terbuat dari amonia.
Pemakaian amonia adalah terbeasar adalah 80% sebagai pupuk. Penggunaan lain adalah
dalam proses pembuatan pulp kertas, pembuatan asam nitrit dan nitrat, pembuatan ester asam
nitrat dan senyawa nitro, dan sebagai refrigeran (zat pendingin).
II. Sintesis Amonia
Amonia memiliki rumus molekul NH3. Amonia dapat diperoleh dari H2 (hidrogen) dan
N2(nitrogen). H2dapat diperoleh dari pemrosesan gas alam yang mengandung rantai
hidrokarbon (metana). Sedangkan N2diperoleh dari udara yang mengandung 79% N2 dan 21%
O2.
Reaksi umum dari sintesis amonia adalah:
½N2(g) + 1½ H2(g) NH3(g) ∆H12°C = -46,0 kJ , ∆H659°C = -55,6 kJ
Konstanta kesetimbangan dari reaksi di atas, dapat dituliskan:
Kp=P NH3
P N 21/2 x P H 2
3 /2
Karena produk amonia memiliki volume yang lebih kecil daripada molekul reaktan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke produk ketika tekanan dinaikkan. Sehingga reaksi pembuatan
amonia ini merupakan reaksi yang berjalan dengan tekanan tinggi. Reaksi sintesis amonia
merupakan reaksi yang eksoterm, sehingga ketika temperatur dinaikkan,kesetimbangan akan
bergeser ke arah reaktan atau berkurangnya konversi produk. Meskipun demikian, kenaikan
temperatur dapat menaikkan laju reaksi. Kenaikan laju reaksi ini dapat mengurangi ukuran
peralatan produksi sehingga mengurangi biaya produksi. Dengan adanya aspek positif dan
negatif dari kenaikan temperatur tersebut, diperlukan adanya suatu kombinasi untuk
mendapatkan kondisi operasi yang baik dan menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Reaksi antara hidrogen dan nitrogen merupakan reaksi yang berjalan lambat, sehingga
laju reaksinya perlu dinaikkan. Kenaikan laju reaksi dapat dilakukan dengan pemilihan katalis
yang efisien. Katalis yang paling banyak digunakan dalam proses sintesis amonia adalah besi
yang ditambahkan promoters. Promoters yang ditambahkan adalah oksida alumunium,
zicronium, atau silikon dengan konsentrasi sebesar 3%, dan kalium oksida sekitar 1%.
Promoters digunakan untuk menambah tingkat penyerapan dari katalis. Pada laju tertentu,
reaksi dengan menggunakan katalis besi murni akan menghasilkan konversi 3-5%, katalis besi
dengan menggunakan promoters adalah 8-9%, dan katalis besi yang diberi promoters dengan
jumlah dua kali lipat akan menghasilkan konversi sebesar 13-14%. Katalis besi akan berhenti
bekerja ketika dipanaskan di atas 520°C. Katalis juga akan tidak aktif ketika dikontakkan
dengan dengan tembaga, fosfor, arsenik, sulfur, dan karbon monoksida, karena senyawa-
senyawa tersebut merupakan racun bagi katalis yang menyebabkan komposisi besi akan
berubah.
Diagram proses pembuatan amonia adalah sebagai berikut:
Sumber: Shreve’s Chemical Process Industries, 5th ed
Gambar 1. Diagram proses pembuatan amonia
Secara rinci, tahapan proses pembuatan amonia dari gas alam berdasarkan diagram proses
di atas adalah sebagai berikut:
a) Pembuatan reaktan gas
Amonia berasal dari reaksi antara N2dan H2dengan perbandingan 1:3. Gas
H2didapatkan dari sumber hidrokarbon, seperti kayu, batu bara, gas alam, minyak
mentah, minyak bakar, dll. H2juga dapat didapatkan dari proses elektrolisis air. Tetapi,
yang paling banyak digunakan saat ini adalah dari gas alam.
b) Pemurnian
Gas alam yang digunakan sebagai bahan pembuatan amonia, biasanya masih
mengandung zat pengotor (impurities), terutama senyawa sulfur atau belerang.
Kandungan sulfur ini dapat menyebabkan kerusakan pada katalis reformer. Oleh karena
itu, sebelum dilakukan proses lebih lanjut, gas alam perlu dimurnikan terlebih dahulu dari
senyawa-senyawa sulfur di dalam desulfurizer.
c) Reforming unit
Gas alam yang telah dihilangkan kandungan sulfurnya di dalam desulfurizer, akan
direaksikan dengan uap air di primary reformer yang berisi katalis nikel. Reaksi di
primary reformer ini merupakan reaksi yang endotermis, sehingga membutuhkan panas
dari luar agar reaksi tersebut dapat terjadi. Oleh karena itu, sebelum direaksikan,
campuran gas dan steam harus dipanaskan terlebih dahulu. Reaksi yang terjadi di dalam
primary reformer adalah:
CH4 + H2O CO + 3H2
CO +H2O CO2 + H2
Gas alam yang mengandung metana akan bereaksi dengan uap air membentuk gas
hidrogen dan karbon monoksida. Karbon monoksida yang terbentuk juga akan bereaksi
dengan uap air untuk membentuk karbon dioksida dan hidrogen.
Setelah direaksikan di primary reformer, gas yang dikeluarkan akan menuju ke
secondary reformer yang berisi katalis nikel. Di secondary reformer, terjadi
penyempurnaan reaksi yang telah terjadi sebelumnya. Gas-gas keluaran primary
reformer akan direaksikan dengan udara yang telah dikompresi. Gas H2 yang ada di
dalam gas, akan bereaksi dengan O2 dan menghasilkan H2O. Reaksi ini bersifat
eksotermik, sehingga menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan dari reaksi ini dapat
dimanfaatkan untuk memanaskan steam pada boiler. Selain mengandung O2, udara juga
mengandung N2. N2tersebut belum bereaksi di secondary reformer, tetapi akan menjadi
feed atau masukan di amonia converter.
Pada reaksi yang terjadi di reformer, terdapat gas karbon monoksida (CO) yang
terbentuk. Keberadaan gas ini dapat mengganggu reaksi di amonia converter karena akan
meracuni katalis, sehingga perlu terjadinya reaksi konversi gas CO. Gas CO direaksikan
dengan uap air menjadi gas CO2 dan H2., dengan reaksi:
CO + H2O CO2 + H2
Selain bertujuan untuk mengonversi gas karbon monoksida menjadi gas karbon
dioksida yang lebih mudah dihilangkan, reaksi tersebut juga bertujuan untuk
meningkatkan produksi gas hidrogen. Reaksi di atas terjadi melalui dua tahapan dengan
suhu reaksi yang berbeda. Reaksi pertama dilakukan pada suhu tinggi sekitar 371°C
untuk meningkatkan laju pengurangan CO. Reaksi selanjutunya dilangsungkan pada suhu
yang lebih rendah sekitar 203°C, agar konversi H2yang dihasilkan tinggi.
d) CO2absorber dan stripper
Setelah terjadi konversi CO menjadi CO2, CO2yang dihasilkan akan dihilangkan.
Penghilangan CO2 dilakukan dengan cara absorbsi di menara absorber. CO2yang telah
dipisahkan ini dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk urea.
Penghilangan CO2 dapat dihilangkan dengan absorbsi di air, tetapi pada kolom
stripper dibutuhkan reagen alkali. Proses yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan absorben inorganik (K2CO3), absorben organik (amina), atau absorben fisik
(Fluor’s propylene carbonate). Pemilihan absorben ini didasarkan atas level CO2 sisa dan
efek zat pengotor.
Salah satu contoh absorben yang digunakan di dalam kolom absorbsi adalah K2CO3.
CO2 akan direduksi dengan mengontakkan gas CO2 dengan larutan karbonat, K2CO3.
Reaksi yang terjadi adalah:
H2O + CO2 + K2CO3 2KHCO3
CO2yang telah terabsorb dalam larutan karbonat, kemudian akan dipisahkan di dalam
kolom stripper. CO2yang telah lepas akan dibuang ke udara, sedangkan larutan karbonat
akan digunakan kembali sebagai absorben di menara absorber.