Industri feedlot lecture note (catatan kuliah)
-
Upload
mohammad-rifky-febianto -
Category
Business
-
view
229 -
download
2
description
Transcript of Industri feedlot lecture note (catatan kuliah)
INDUSTRI FEEDLOT
LECTURE NOTE
Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
2013
NUTRISI SAPI PADA INDUSTRI FEEDLOT
Oleh : Satrijo Widi Purbojo, Ph.D.
A. Overview
Mata kuliah Industri Feedlot merupakan mata kuliah pilihan yang bisa diambil
oleh mahasiswa jurusan produksi ternak, jurusan nutrisi dan makanan ternak dan
jurusan sosial ekonomi peternakan. Oleh karena mahasiswa berasal dari jurusan yang
berbeda, maka pemahaman awal tentang nutrisi sapi sangat beragam. Untuk
menyamakan persepsi mahasiswa sebelum masuk ke masalah pokok, maka overview
tentang nutrisi sapi perlu disampaikan.
Apakah itu nutrien ?
Nutrien adalah bagian-bagian dari makanan yang digunakan oleh mahluk hidup
untuk pertumbuhan, mempertahankan hidup pokok dan aktifitas fungsi-fungsi
tubuh. Nutrien terdiri atas : karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
Apakah itu karbohidrat ?
Karbohidrat adalah zat makanan sumber energi yang tersusun atas unsur C,H dan O.
Karbohidrat merupakan sumber utama dalam ransum sapi yang terdiri dari pati dan
selulose.
Apakah itu protein ?
Protein adalah zat makanan yang tersusun atas asam-asam amino esensial dan asam-
asam amino non esensial. Unsur utama protein adalah N. Protein dibutuhkan oleh
mahluk hidup untuk pertumbuhan otot dan jaringan tubuh. Ternak ruminansia dapat
memproduksi beberapa asam amino melalui aktivitas mikroba rumen, guna
memenuhi sebagian kebutuhan protein tubuhnya.
Apakah itu mineral ?
Mineral adalah elemen-lemen alami berupa unsur-unsur kimia yang dibutuhkan
mahluk hidup untuk mengatur fungsi-fungsi tubuh. Kekurangan salah satu unsur
mineral mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh tertentu. Mineral yang
dibutuhkan ternak adalah Na, Ca, P, Fe, Cu, K, Mn, Mg, Zn, Mo, Se, I dan Co.
Dalam penyusunan ransum sapi, hanya Na dan Ca yang diperhitungkan sedangkan
yang lain adalah trace mineral (dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit).
Apakah itu vitamin ?
Vitamin adalah komponen yang bertanggungjawab terhadap beberapa fungsi tubuh.
Vitamin digolongkan sebagai vitamin yang larut dalam lemak (fat soluble) misalnya
vitamin A, D, E dan K. Sedangkan vitamin yang tidak larut dalam lemak (water
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 2
soluble) adalah vitamin B dan C. Masing-masing vitamin mempunyai fungsi yang
spesifik, misalnya vitamin A untuk pemeliharaan fungsi mata, vitamin D untuk
membantu proses pembuatan tulang dsb.
Apakah itu feed additive ?
Feed additive adalah suatu bahan yang tidak mempunyai nilai nutrisi, yang
dicampurkan dalam ransum untuk maksud-maksud tertentu. Beberapa jenis feed
additive yang biasa dicampurkan dalam ransum adalah :
a. Antibiotics: untuk pencegahan penyakit (disease prevention)
b. Coccidiostats: untuk mengontrol parasit
c. Xanthophyll: untuk membuat agar warna kuning telur menjadi cerah
d. Hormones: untuk memacu pertumbuhan (increase growth)
e. Tranquilizers: agar ternak menjadi tenang tidak stress (calm nerves), khususnya
pada saat pengangkutan (cattle, turkeys)
f. Antioxidants: untuk mencegah ransum menjadi tengik (rancid)
g. Pellet Binders: untuk membuat pelet berbentuk butiran (keep in pellet form)
h. Flavoring Agents: untuk membuat agar ransum rasanya enak (make taste better)
Nutrien apa yang memberikan energi utama pada ternak ?
Karbohidrat (CHO) yang terdiri dari pati dan selulose; fat atau lemak.
Nilai energi lemak adalah 2,5 kali dari nilai energi karbohidrat. Energi adalah
bagian terbesar bahan penyusun ransum. Sapi yang sedang tumbuh (steer)
membutuhkan energi sampai 90% dari ransumnya. Kebutuhan energi diukur dalam
kalori atau TDN (Total Digestible Nutrients)
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 3
Apakah itu ruminansia ?
Ruminansia adalah ternak yang mempunyai lebih dari satu perut, mengunyah
kembali makanan yang telah masuk ke dalam perut. Sapi, kerbau, domba dan
kambing adalah ruminansia yang mempunyai 4 perut yaitu : rumen, omasum,
abomasum dan reticulum.
Mikroba rumen dapat memproduksi sendiri kebutuhan vitamin B, sehingga dalam
ransum ruminansia tidak perlu ditambah vitamin B. Mikroba rumen juga dapat
memproduksi beberapa protein apabila diberikan nitrogen dan karbohidrat dengan
benar.
Berapa banyak kebutuhan pakan seekor ternak ?
Sangat tergantung kepada keadaan ternak itu sendiri. Ternak yang sedang bunting,
menyusui, bekerja ataupun sedang dalam masa pertumbuhan mempunyai kebutuhan
pakan yang berbeda.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi asupan pakan (feed intake) ?
a. Faktor internal
Adalah faktor yang berasal dari kondisi internal ternak itu sendiri. Misalnya :
1. Gastric distension : adanya tekanan yang kuat pada rongga perut akan
menurunkan asupan pakan (mislanya kembung perut / bloat)
2. Glucostatic theory: pada kondoisi glukosa darah tinggi, nafsu makan akan
turun
3. Thermostatic control: ternak akan makan untuk mempertahankan panas
kehangatan tubuh dan akan berhenti makan untuk mencegah terjadinya
hyperthermia
4. Lipostatic control: kandungan asam lemak yang tinggi dalam tubuh akan
menurunkan nafsu makan
b. Faktor fisiologis
Adalah faktor yang berasal dari kondisi/status fisiologis apakah ternak sedang
tumbuh, estrus, bunting, menyusui, kegemukan ataupun sakit.
1. Growth: ternak yang sedang tumbuh persentase asupan pakannya lebih tinggi,
berdasarkan persentase BK per bobot badan
2. Obesity: kegemukan akan mengakibatkan asupan pakan menurun, karena
gastro intestinal space terdesak oleh abdominal mass
3. Estrus: ternak yang sedang birahi akan kehilangan nafsu makan
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 4
4. Pregnancy: ternak yang sedang bunting akan meningkat asupan pakannya
pada saat pertengahan kebuntingan, kemudian menurun pada akhir
kebuntingan dan menurun drastic pada saat persalinan
5. Lactation: asupan pakan dari ternak yang sedang menyusui/laktasi meningkat
seiring dengan kebutuhan untuk memproduksi susu
6. Disease: ternak yang sakit umumnya nafsu makannya turun
c. Faktor dietari
1. Energy concentration: ketika kandungan energi pada ransum tinggi, asupan
pakan cenderung menurun
2. Rate of passage / digestibility: hay kualitas jelek yang digiling halus akan
meningkatkan asupan pakan, namun akan menurunkan kecernaannya karena
pakan melalui system pencernaan lebih singkat waktunya.
3. Warna, bentuk, bau dan rasa akan mempengaruhi asupan pakan
4. Water intake: menurunnya asupan air akan mengakibatkan menurunnya pula
asupan pakan, dan sebaliknya.
d. Faktor lingkungan
1. Cold environments: pada kondisi lingkungan yang dingin, biasanya ternak
makan lebih banyak untuk memelihara kehangatan tubuh
2. Hot environments: pada kondisi lingkungan yang panas, biasanya ternak
makan lebih sedikit untuk mencegah terjadinya panas tubuh yang berlebihan
3. Photoperiod: kebanyakan ternak makan selama lingkungannya terang
4. Social factors: ternak akan termotivasi makan apabila melihat temannya
makan.
Bagaimanakah pencernaan energi pada rumen ?
Pada rumen, mikroba mencerna selulose dan hemiselulose yang berasal dari
hijauan dan pati yang berasal dari biji-bijian menghasilkan produk kaya energi
yang disebut volatile fatty acids (VFA) yang kemudian akan diserap oleh dinding
rumen. VFA adalah sumber utama energi bagi ternak. Sebagian pati tidak dicerna
didalam rumen dan mengalir melewati perut sejati (abomasum) menuju usus kecil
(small intestine) dimana pati dipecah secara enzimatis kemudian diserap.
Species-species mikroba rumen mempunyai spesialisasi dalam memecah pati
ataupun selulose. Ketika pakan mengandung hijauan/roughages yang tinggi,
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 5
selulose/serat kasar yang dicerna oleh mikroba mendominasi. Sedangkan apabila
pakan mengandung bijian yang tinggi (konsentrat), jumlah pati yang dicerna
mikroba meningkat.
Perubahan komposisi ransum antara hijauan/rougahges dan bijian/konsentrat
hendaknya dilakukan secara berjenjang untuk memberi waktu kepada populasi
mikroba rumen beradaptasi. Waktu 2 minggu dibutuhkan untuk adaptasi perubahan
komposisi ransum.
Biji-bijian mempunyai laju pemecahan yang bervariasi di dalam rumen. Hal
ini berkaitan dengan struktur kimia dari pati dan struktur fisik dari bisian itu
sendiri. Sebagai contoh, jagung kering terdegradasi di dalam rumen lebih lambat
dibanding dengan jagung yang kandungan airnya tinggi ataupun gandum kering.
Hal ini berimplikasi kepada bagaimana kita harus mempertahankan/memelihara
kesehatan/kemampuan rumen apabila kita memberikan pakan yang mengandung
tinggi biji-bijian pada ransum feedlot.
Bagaimanakah pencernaan protein pada rumen ?
Protein kasar (PK) atau Crude protein (CP) terdiri atas true protein dan non-
protein nitrogen (NPN). Kecepatan pencernaan protein di dalam rumen sangat
tergantung kepada bagaimana tingkat kelarutan protein dalam cairan rumen. Protein
yang tingkat kelarutannya tinggi, lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen dari
pada protein yang tidak larut dalam cairan rumen. Nonprotein nitrogen (NPN)
seperti urea dan ammonia mempunyai tingkat kelarutan 100% di dalam rumen.
Mikroba rumen menggunakan nitrogen yang masuk ke dalam rumen untuk
membentuk protein mikroba. Selanjutnya mikroba bersama dengan digesta
berpindah dari rumen ke lower digestive tract, di mana mereka akan dicerna dan
diserap oleh hewan.
Sebagian besar protein yang tidak larut dalam cairan rumen (bypass or
escape protein) melewati lower digestive tract, tanpa mengalami perubahan.
Protein tersebut selanjutnya akan dicerna secara enzimatis dan dicerna pada small
intestine. Pencernaan bypass protein sangatlah efisien dan merupakan komponen
penting dalam penyusunan ransum untuk sapi-sapi yang bertumbuh dengan cepat
(penggemukan).
Aktivitas mikroba rumen dalam memecah dan membentuk dietary protein
merupakan implikasi penting bagi ternak ruminansia, yaitu :
Ternak ruminansia dapat bertahan hidup pada kondisi pakan yang jelek
kualitasnya, rendah biaya kebutuhan proteinnya dibandingkan dengan ternak
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 6
monogastrik karena mikroba rumen dapat meningkatkan kualitas protein
dengan memproduksi asam amino yang terbatas.
Ternak ruminansia dapat menggunakan sumber protein yang murah berupa
non-protein nitrogen seperti urea dalam ransumnya, sebagai substitusi protein.
Agar pertumbuhan ternak optimum, keseimbangan antara protein yang larut
dalam rumen (soluble protein) termasuk non-protein nitrogen (NPN) dan protein
yang tidak larut dalam rumen (bypass protein) harus diperhatikan. Ransum dengan
kandungan tinggi protein larut dalam rumen (soluble protein) atau NPN tidak
dapat mencukupi kebutuhan protein pada small intestine. Sedangkan ransum
dengan kandungan tinggi bypass protein tidak dapat mencukupi kebutuhan nitrogen
bagi mikroba rumen untuk pertumbuhan mikroba dan pencernaan pakan yang
efisien. Ransum yang optimum biasanya mengandung 30-40% bypass protein dan
60-70% rumen soluble protein. Kurang dari 30% total protein dapat dipenuhi dalam
bentuk NPN.
Agar mikroba rumen dapat menggunakan NPN, kecukupan akan karbohidrat
yang larut air (soluble carbohydrates) seperti pati harus tersedia dalam ransum.
Tanpa adanya energi yang cukup pada ransum, kapasitas mikroba rumen untuk
mengunakan NPN akan sangat berat. Kelebihan NPN akan diserap oleh hewan
dalam bentuk ammonia dan diekskresikan melalui urine, keringat dan paru-paru
(pernafasan). Apabila kandungan NPN dalam ransum terlalu tinggi, maka
keracunan akan terjadi (urea poisoning).
B. Bahan pakan
Ternak ruminansia biasanya mengkonsumsi pakan dalam bentuk hijauan
(roughage) dan pakan penguat/bijian (concentrate) . Pakan hijauan kandungan serat
kasarnya tinggi dan rendah kandungan energinya. Sebaliknya pakan konsentrat
kandungan serat kasarnya rendah dan tinggi kandungan energinya.
Ternak sapi dapat memanfaatkan bahan pakan yang bervariasi. Bahan pakan
diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok berdasarkan kandungan nutrisi dan
bentuk fisiknya. Beberapa bahan pakan yang umum dikelompokkan ke dalam 4
kelompok sebagai berikut :
1. Roughages, -- hijauan pakan ternak baik segar maupun kering (hay). Bahan pakan
kelompok ini berasal dari rumput, leguminosa dan browse/rambanan. Secara umum
kandungan serat kasarnya tinggi dan kandungan energinya rendah sampai sedang.
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 7
Kandungan proteinnya variasinya lebar tergantung kepada species hijauan dan
umur hijauan.
2. Grains, -- bahan pakan yang berasal dari biji-bijian. Bahan pakan kelompok ini
secara umum mempunyai kandungan energi yang tinggi dan kandungan serat
kasarnya rendah. Kebanyakan bahan pakan kelompok ini kandungan proteinnya
moderate/sedang, misalnya jagung, oat, barley, bulgur, shorgum dsb.
3. Oilseeds, -- bahan pakan yang berasal dari biji-bijian yang bisa diambil minyaknya
seperti kedelai dan canola meal. Bahan pakan kelompok ini umumnya mempunyai
kandungan protein dan energi yang tinggi. Sedangkan kandungan serat kasarnya
bervariasi tergantung species tanaman, umur dan bagian biji mana yang digunakan.
4. Byproducts, -- bahan pakan yang merupakan limbah pertanian ataupun limbah
industri. Limbah pertanian yang biasanya digunakan sebagai pakan ternak adalah
jerami padi, bekatul, batang/daun jagung sisa panen, batang/daun kedelai sisa
panen, kulit biji coklat dsb. Sedangkan limbah industri yang biasa digunakan
sebagai pakan ternak adalah ampas tahu, onggok, bungkil kelapa, bungkil kedelai,
ampas bir, ampas nanas, roti afkir dsb. Bahan pakan kelompok ini mempunyai
kandungan nutrisi yang bervariasi, namun umumnya mempunyai kandungan
moisture/kadar air yang tinggi.
Pada industri feedlot, pakan yang diberikan kepada ternak sebagian besar (80-
90%) berupa konsentrat dan sebagian kecil (10-20%) berupa roughage/hijuan.
Roughage yang diberikan dapat dalam bentuk segar, ataupun dalam bentuk awetan
seperti hay maupun silase.
Konsentrat untuk sapi mengandung serat kasar yang rendah, kandungan
karbohidratnya (CH) tinggi, namun kandungan protein kasarnya (CP) tidak terlalu
tinggi. Konsentrat dibedakan menjadi bentuk tepung, butiran dan pellet. Masing-
masing bentuk mempunyai keunggulan dan kelemahan, namun sampai saat ini bentuk
pelletlah yang paling unggul dan sering digunakan oleh peternak. Konsentrat dapat
dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu :
1. Biji-bijian dari jenis graminae (cerealia) dan hasil samping dari pengolahannya.
Sebagai contoh : jagung, sorghum, gandum, bekatul, dedak jagung, polard dan
limbah pembuatan bir.
2. Bungkil. Sebagai contoh : bungkil kedele, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa,
bungkil biji kapok dan bungkil kelapa sawit.
3. Biji-bijian leguminosae. Sebagai contoh : kacang tanah, kacang hijau dan buncis.
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 8
4. Umbi-umbian dan akar kering. Sebagai contoh : ketela pohon, ubi jalar dan
kentang.
5. Tepung daun. Sebagai contoh : tepung daun lamtoro, tepung daun alfafa dan
tepung rumput-rumputan
6. Hasil samping pabrik gula. Sebagai contoh : molases dan sisa bit gula.
7. Produk hewan. Sebagai contoh : tepung ikan, tepung darah, tepung tulang, tepung
daging, tepung bulu, tepung sisa produk unggas dan sisa produk susu kering.
Jenis konsentrat yang sudah umum digunakan dan tersedia di pasaran untuk
industri feedlot di Indonesia adalah : ampas bir, ampas nanas, ampas tahu, biji kapas,
bungkil kelapa, polong kulit coklat, dedak, jagung giling kasar, onggok, pollard, tetes
(molases) dan tepung ikan. Komposisi beberapa hijauan pakan dan beberapa bahan
pakan konsentratdi Indonesia untuk formulasi ransum pemeliharaan dan pertumbuhan
sapi tersaji dalam Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 : Komposisi beberapa hijauan pakan di Indonesia untuk formulasi ransum pemeliharaan dan pertumbuhan sapi
Pakan Hijauan BK%
Energi%
Protein%
SK%
Calcium%
Phospor%
Jerami padi 86,0 39,0 3,7 35,9 1,42 0,21
Rumput Gajah 18,0 51,0 9,1 33,1 0,51 0,51
Rumput Raja 22,0 54,0 13,5 34,1 0,52 0,50
Jagung muda 22,0 58,0 8,0 25,7 0,28 0,14
Tabel 2 : Komposisi beberapa bahan pakan konsentratdi Indonesia untuk formulasi ransum pemeliharaan dan pertumbuhan sapi
Pakan Konsentrat BK%
Energi%
Protein%
SK%
Calcium%
Phospor%
Ampas nanas 20,0 68,0 3,4 14,5 0,26 0,09
Bungkil kelapa 86,0 73,0 21,6 12,1 1,65 0,21
Dedak halus 86,0 81,0 13,8 11,6 0,12 1,51
Kulit buah coklat 88,9 47,0 14,6 33,0 0,12 1,51
Onggok 88,7 69,0 1,2 3,7 0,15 0,15
Polard 88,4 86,0 18,7 7,7 0,10 0,90
Tetes 77,0 53,0 5,4 10,0 1,09 0,12
Jagung kuning 86,0 80,0 10,3 2,5 0,03 0,26
Ampas tahu 16,3 78,0 23,7 23,6 0,28 0,66
Biji kapas 86,0 74,3 22,1 19,7 0,15 0,44
Biji kapuk 86,0 74,0 31.7 24,0 0,47 0,26
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 9
Tepung ikan 86,0 69,0 61,2 6,61 4,34
Urea 90,0 250
C. Strategi pemberian pakan
Pemberian pakan terhadap ternak-ternak sapi pada industri feedlot, pada
prinsipnya bertujuan untuk :
» Mendapatkan ternak dengan laju pertumbuhan yang tinggi
» Konversi pakan selama proses penggemukan rendah atau efisien
» Biaya pakan untuk pertambahan bobot badan seekonomis mungkin dan murah
» Produksi karkas terutama daging yang maksimal
» Kualitas karkas dan daging yang baik
» Harga daging yang dipasarkan menguntungkan dan sesuai dengan selera konsumen.
Untuk mencapai sasaran atau tujuan tersebut, ada beberapa strategi yang harus
dilakukan yaitu:
1. Untuk mendapatkan ternak dengan laju pertumbuhan yang tinggi maka pemilihan
ternak bakalan harus selektif, dengan kriteria ternak sapi pada posisi umur, dengan
laju pertumbuhan yang cepat, antara lain pada usia sekitar pubertas. Umumnya sapi
berumur 2-2,5 tahun.
2. Untuk mendapatkan pertumbuhan kompensasi dengan laju pertumbuhan yang lebih
tinggi dari keadaan normal, dipilih sapi bakalan yang kurus tapi sehat. Kondisi
kurus bukan karena stress lingkungan atau kekurangan pakan.
3. Individu dan bangsa sapi yang dipilih dari bangsa sapi tipe potong dengan adaptasi
yang baik di daerah tropis.
4. Formulasi ransum yang diberikan pada sapi diusahakan dengan mempertimbangkan
pola pertumbuhan jaringan tubuh (komponen karkas) yang mengacu pada produksi
daging sesuai selera konsumen. Imbangan nilai nutrisi antara konsumsi energi dan
protein perlu diperhatikan mengingat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan jaringan muskulus dan lemak.
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 10
5. Efisiensi penggunaan pakan diefisienkan dengan memanipulasi mikroba rumen
(perlakuan defaunasi, penggunaan antibiotika, probiotik, amoniasi urea dan lain-
lain).
6. Hal ini mengingat struktur alat pencernaan yang spesifik dari ruminansia,
memberikan keunggulan tersendiri dalam kapasitasnya sebagai ternak yang mampu
memanfaatkan hijauan berkadar serat kasar tinggi dan tidak bersaing dengan
kepentingan manusia.
Secara faali ternak ruminansia seperti sapi, pakan utamanya adalah roughage/
hijauan, sedangkan pakan konsentrat hanyalah sebagai pelengkap. Pada industri
feedlot, di mana pertumbuhan bobot badan dipacu cepat, maka energi dan protein yang
dibutuhkan dari asupan pakan harus mencukupi. Apabila kita hanya mengandalkan
pakan utama dari hijauan, maka tujuan tersebut tidak dapat tercapai. Oleh karena pola
pemberian pakan harus di rubah, di mana konsentrat yang mempunyai kandungan
energi dan protrein yang tinggi sebagai pakan utama dan hijauan sebagai pakan
pelengkap.
Sapi-sapi bakalan impor atau sapi-sapi bakalan yang diperoleh dari peternakan
inti, pada umumnya telah terbiasa makan konsentrat, sehingga peternak plasma tinggal
melanjutkan memberikan pakan sampai mencapai proporsi 80% konsentrat dan 20%
hijauan. Sedangkan sapi-sapi bakalan yang diperoleh dari pasar hewan ataupun
peternak di pedesaan, pada umumnya belum terbiasa makan konsentrat dalam jumlah
banyak. Agar tidak terjadi gangguan metabolisme, perubahan pola pakan harus
dilakukan secara gradual/bertahap agar rumen sapi mempunyai cukup waktu untuk
beradaptasi. Waktu yang digunakan untuk adaptasi perubahan pola pakan adalah
sekitar 2 minggu, dengan tahapan sebagai berikut:
Tahap 1, -- hari ke 1-3 diberi konsentrat 20% dan hijauan 80%
Tahap 2, -- hari ke 4-7 diberi konsentrat 40% dan hijauan 60%
Tahap 3, -- hari ke 8-12 diberi konsentrat 50% dan hijauan 50%
Tahap 4, -- hari ke 13-14 diberi konsentrat 60% dan hijauan 40%
Tahap 5, -- setelah hari ke 14, sapi diberi konsentrat 80% dan hijauan 20% sampai
dengan akhir pemeliharaan/penggemukan.
Apabila selama masa adaptasi pakan menunjukkan gejala gangguan
pencernaan, maka kuantitas hijauan ditingkatkan. Demikian pula apabila ternak
menderita mencret dan dalam kotorannya ditemukan konsentrat yang tidak tercerna,
maka jumlah hijauan yang diberikan ditingkatkan.
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 11
D. Menyusun ransum
Keberhasilan usaha penggemukan sapi melalui sistem feedlot sangat ditentukan
oleh bagaimana kita menyusun ransum. Ransum yang kita susun hendaklah mencukupi
kebutuhan ternak sesuai dengan pertumbuhan bobot badan yang kita harapkan, sesuai
dengan potensi genetik bangsa sapi yang dipelihara. Ransum yang kita susun haruslah
memperhatikan prinsip-prinsip ekonomis, sehingga kita harus meramu bahan-bahan
pakan yang murah dan tersedia sepanjang tahun di sekitar kita. Tahap penyusunan
ransum adalah sebagai berikut :
Step 1 : Menaksir berat badan sapi yang akan digemukan dan berapa ADG yang
diharapkan dengan melihat Tabel 3.
Step 2 : Berdasarkan Tabel 3, dapat dihitung konsumsi bahan kering (DM) sapi yang
bersangkutan. Tabel ini juga dapat menunjukkan tingkat zat-zat makanan
yang harus dipenuhi dalam bahan keringnya.
Step 3 : Berdasarkan Tabel 1 & 2, pilihlah bahan-bahan pakan yang tersedia disekitar
lokasi dan harganya paling murah. Carilah jumlah dari bahan-bahan tersebut
yang menghasilkan ransum sama dan seimbang dalam BK, energi, protein
kasar, Calcium dan Phospor.
Step 4 : Hitunglah apakah bahan-bahan pakan yang paling murah dapat memenuhi
kebutuhan energi (TDN). Kalau tidak, maka campurkanlah bahan-bahan
pakan yang sedikit lebih mahal tapi mengandung energi lebih tinggi. Hal
yang sama juga dilakukan apabila protein kasar tidak mencukupi,
tambahkanlah bahan pakan yang yang kadar protein kasarnya lebih tinggi
walaupun harganya lebih mahal.
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 12
Tabel 3 : Ransum yang dibutuhkan untuk menggemukan sapi potong jantan untuk tujuan pemeliharaan dan pertumbuhan
BW ADG DM TDN/Energi Protein Ca P(kg) (kg) (kg) (%) (kg) (%) (gr) (gr) (gr)
250 0 4.4 1.8 2.0 45 337 9 90.75 6.4 2.6 3.8 59 693 21 171.0 6.6 2.6 4.3 66 753 23 181.1 6.6 2.6 4.6 70 782 30 20
300 0 5.0 1.7 2.4 48 385 10 100.75 7.4 2.5 4.3 58 753 23 181.0 7.5 2.5 5.0 66 819 28 201.1 7.6 2.5 5.3 70 847 30 22
350 0 5.7 1.6 2.6 46 432 12 120.75 8.3 2.4 4.8 58 806 25 181.0 8.5 2.4 5.6 66 874 30 211.1 8.5 2.4 5.9 69 899 31 231.2 8.5 2.4 6.2 73 743 32 24
400 0 6.2 1.6 2.9 47 478 13 130.75 9.1 2.3 5.4 59 875 26 211.0 9.3 2.3 6.2 67 913 31 241.1 9.4 2.4 6.6 70 942 32 251.2 9.4 2.4 7.0 74 967 33 251.3 9.4 2.4 7.2 77 988 33 26
450 0 6.8 1.5 3.2 47 528 14 140.75 10.0 2.2 5.9 59 911 26 231.0 10.2 2.2 6.8 67 952 29 261.1 10.2 2.3 7.2 71 975 30 271.2 10.2 2.3 7.6 75 998 31 281.3 10.2 2.3 7.9 77 1018 32 29
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 13
CONTOH 1:
Feedloter mempunyai sapi-sapi bakalan dengan bobot badan rata-rata 350 kg.
Susunlah ransum untuk menaikkan bobot badan sebesar 1 kg/hari dengan
menggunakan bahan utama AMPAS NANAS.
Step 1 :
Kebutuhan Bahan Kering (BK) seekor sapi jantan dengan bobot badan 350 kg
dengan ADG 1 kg, dari Tabel 3 diperoleh:
BK TDN/Energi Protein Ca P
Satuan (kg) (gr)
Berat zat makanan 8.5 5.6 874 30 21
% dari BK 100% 65.69% 10.3% 0.35% 0.24%
5,6/8,5 x100% 874/8500 x100%
30/8500 x100%
21/8500 x100%
Step 2 :
Bahan Makanan yang tersedia dan komposisi zat makanannya menurut Tabel 1 & 2
BK
%
Energi
%
Protein
%
SK
%
Calcium
%
Phospor
%
Ampas nanas 20,0 68,0 3,4 14,5 0,26 0,09
Bungkil kelapa 86,0 73,0 21,6 12,1 1,65 0,21
Dedak halus 86,0 81,0 13,8 11,6 0,12 1,51
Tetes 77,0 53,0 5,4 10,0 1,09 0,12
Tepung ikan 86,0 69,0 61,2 6,61 4,34
Urea 90,0 250
Step 3 :
Energi/TDN yang tersedia dalam ampas nanas dan kekurangannya.
BK yang dapat dikonsumsi 8500 gr x 68% = 5780 gr energi yang tersedia di dalam
ampas nanas.
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa diperlukan 5,6 kg energi untuk seekor sapi
dengan BB 350 kg untuk menaikkan BB 1 kg per hari.
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 14
BK Energi Protein Calcium PhosporBerat
sebenar nya (kg)
Harga /kg
harga (Rp)
gram
Kebutuhan 8500 5600 874 30 21
Ampas nanas 8500 5780 289 22 8 42,5
Kekurangan 0 +180 -585 -8 -13
68% x 8500
3,4% x 8500
Kandungan energi pada ampas nanas cukup dapat memenuhi kebutuhan tersebut di
atas, namun kandungan protein, calcium dan phospor tidak mencukupi.
Step 4 :
Ampas nanas cukup banyak mengandung energi, yakni 68%, sedangkan yang
dibutuhkan 65,9% (5600/5780 x 68%). Akan tetapi kekurangan protein 585 gr.
Harga per unit protein termurah adalah urea dan termahal adalah tepung ikan.
Penggunaan urea terbatas hanya 100 gr as fed dan tepung ikan terbatas hanya 250
gram as fed per ekor. Hal ini karena sifat urea yang toxic dan sifat tepung ikan yang
kurang disukai sapi.
Untuk meningkatkan palatabilitas ransum ditambahkan 1 kg tetes dan 42 gr garam
dapur (0,5% dari jumlah ransum) per ekor sapi.
Jenis bahan pakan
BK Energi Protein Calcium PhosporBerat
sebenarnya (kg)
Harga /kg
harga (Rp)
GramGaram dapur 42 0,042Urea 90 225 0,100Tepung ikan 215 148 131 14,7 9,3 0,250Tetes 770 408 42 8,4 0,9 1,000Ampas nanas 7383 5020 251 19,2 6,6 36,900Jumlah 8500 5576 649 41,8 16,8 38,450Kebutuhan 8500 5600 874 30,0 21,0Kekurangan Cocok -24 -225 OK -4,2
Step 5 :
1. Dari langkah 4 ternyata bahwa ransum tersebut masih membutuhkan 24 gr energi,
225 gr PK dan 4,2 phospor.
2. Dari bahan-bahan yang tersedia, maka dedak padi halus adalah paling murah dan
mengandung phospor untuk menutup kekurangan fosfat dalam ransum. Demikian
pula bungkil kelapa kaya akan PK.
3. Setiap kg ampas nanas yang dikurangi dari susunan ransum tersebut, menyebabkan
menurunnya kandung PK 34 gr dan setiap kg penambahan bungkil kelapa dan
dedak akan menaikkan PK rata-rata 171 gr.
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 15
4. Dari setiap kg bahan kering ransum tambahan, dibutuhkan kurang lebih 225 gr PK
(kekurangan semula) + 34 gr PK (pengurangan 1 kg ampas nanas) = 259 gr PK.
5. Ransum tersebut memerlukan lebih dari 1 kg BK bungkil kelapa (karena
kekurangannya adalah 225 + 34 = 259 gr PK). Dari setiap kg BK bungkil kelapa,
hanya 216 gr PK.
6. Dari perhitungan ini maka ransum tersebut membutuhkan kurang lebih 1,2 kg
bungkil kelapa atau dedak.
7. Apabila jumlah ampas nanas dikurangi dan dibulatkan menjadi 6000 gr, maka akan
ada 1383 gr BK yang dapat diberikan kepada sapi dan harus dibagi antara dedak
dan bungkil kelapa untuk memenuhi kebutuhan akan PK dan phospor.
8. Karena kedua bahan tersebut mengandung lebih banyak energi dibandingkan
dengan ampas nanas, maka energi bukanlah merupakan hal yang perlu
diperhitungkan.
9. Ransum tersebut memerlukan 225 gr + 48 gr = 273 gr PK, dari 1383 gr BK
sehingga persentase PK nya adalah 273/1383 x 100% = 19,7%.
10. Dengan menggunakan Pearson Square, dapat ditentukan proporsi penambahan
dedak dan bungkil kelapa, sebagai berikut:
Dedak padi (13,8%) PK 1,9 1,9/7,8 x 100% = 24,36%
19,7% PK dibutuhkan
Bungkil kelapa (21,16%)
5,9 5,9/7,8 x 100% = 75,64%
7,8 100,00%
Jumlah dedak padi yang ditambahkan adalah 24,36% x 1383 = 336,9 gr
Jumlah bungkil kelapa yang ditambahkan adl 75,64% x 1383 = 1046,1 gr
Premix untuk ransum terakhir:
Jenis bahan pakan
BK Energi Protein Calcium PhosporBerat
sebenarnya (kg)
Harga /kg
harga (Rp)
gram
Grm dapur 42 0,042
Urea 90 225 0,100
Tepung ikan 215 148 131 14,7 9,3 0,250
Jumlah 347 148 357 14,7 9,3 0,392
Premix terdiri dari 42 gr garam dapur, 100 gr urea dan 250 gram tepung ikan per ekor. Bahan-bahan ini dicampur secara hati-hati dengan dedak padi sebelum dicampur ke
dalam bahan-bahan makanan utama.
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 16
Ransum Terakhir:Jenis bahan pakan
BK Energi Protein Calcium PhosporBerat
sebenarnya (kg)
Harga /kg
harga (Rp)
gram
Ampas nanas 6000 4080 204 15,6 5,4 30,000
Tetes 770 408 42 8,4 0,9 1,000
Dedak halus 336,9 272,89 46,49 0,4 5,1 0,392
Bk. kelapa 1046,1 763,65 225,96 17,26 2,2 1,216
Bahan premix 347 148 357 14,7 9,3 0,392
Jml zat mak 8500 5672,5 875,45 56,36 22,9 33,000
Kebutuhan 8500 5600 874 30,0 21,0
0 +72,5 +1,45 +26,36 +1,9 CUKUP
Susunan ransum akhir :
Jenis bahan pakan Kg per ekor sebenarnya
Kg per 25 ekor Persentase
Ampas nanas 30,000 750,00 90,91
Tetes 1,000 25,00 3,03
Dedak halus 0,392 9,80 1,19
Bungkil kelapa 1,216 30,40 3,68
Bahan premix 0,392 9,8 1,19
33,000 100 Jumlah biaya ransum ini cukup murah disebabkan karena ampas nanas yang harganya
sangat murah (karena merupakan limbah).
Harga tersebut belum termasuk biaya mencampur, biaya angkut dan lain-lain.
CONTOH 2:
Sebuah perusahaan Peternakan Feedlot mempunyai sapi-sapi bakalan dengan bobot
badan rata-rata 350 kg. Sapi-sapi kelompok I diharapkan mempunyai ADG 0,75 kg,
dan sapi-sapi kelompok II diharapkan mempunyai ADG 1,0 kg. Susunlah ransum
untuk menaikkan bobot badan sebesar 0,75 kg/hari dan 1 kg/hari dengan
menggunakan bahan pakan utama RUMPUT GAJAH.
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 17
Step 1 :
Kebutuhan Bahan Kering (BK) seekor sapi jantan dengan bobot badan 350 kg
dengan ADG 0,75 kg dan 1,0 kg, dari Tabel 3 diperoleh:
ADG BK TDN/Energi Protein Ca P
(kg) (gr)
0,75 kg/hari 8,3 4,8 806 25 18
% dari BK 100% 58% 10% 0.3% 0.21%
1,0 kg/hari 8,5 5,6 874 30 21
% dari BK 100% 66% 10% 0,35% 0,25%
Step 2 :
Bahan Pakan yang tersedia dan komposisi zat makanannya menurut Tabel 1 & 2
Jenis Bahan Pakan
BK
%
Energi
%
Protein
%
Calcium
%
Phospor
%
Rpt Gajah 18,0 51,0 9,1 0,51 0,51
Dedak halus 86,0 81,0 13,8 0,12 1,51
Polard 88,4 86,0 18,7 0,10 0,91
Tepung Lamtoro 86,0 71,0 23,7 1,40 0,21
Step 3 :
Energi/TDN yang tersedia dalam Rumput Gajah dan kekurangannya.
BK yang dapat dikonsumsi untuk mencapai ADG 0,75 kg/hari 8300 gr x 51% =
4233 gr energi yang tersedia di dalam Rumput Gajah.
BK yang dapat dikonsumsi untuk mencapai ADG 1,0 kg/hari 8500 gr x 51% =
4335 gr energi yang tersedia di dalam Rumput Gajah.
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa diperlukan 4,8 kg energi untuk seekor sapi
dengan BB 350 kg untuk menaikkan BB 0,75 kg/hari dan 5,6 kg energi untuk seekor
sapi dengan BB 350 kg untuk menaikkan BB 1,0 kg/hari.
BK Energi Protein Calcium Phospor Berat sebenarnya (kg)
Harga /kg
harga (Rp)gram
Kebutuhan (BB 350/ADG 0,75 kg)
8300 4800 806 25 18
Rpt Gajah 8300 4233 755 42,3 42,3
Kekurangan 0 -567 -51 cukup cukup
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 18
BK Energi Protein Calcium Phospor Berat sebenarnya (kg)
Harga /kg
harga (Rp)
gram
Kebutuhan (BB 350/ADG 1,0 kg)
8500 5600 874 30 21
Rpt Gajah 8500 4335 773,5 43,35 43,35
Kekurangan 0 -1265 -100,5 cukup cukup
Kandungan energi dan protein masih belum mencukupi untuk mencapai ADG 0,75
kg/hari dan ADG 1,0 kg/hari. Namun kandungan calcium dan phospor dari Rumput
Gajah lebih dari cukup.
Dari bahan-bahan pakan setempat selain Rumput Gajah, bahan pakan yang tersedia
dengan harga murah adalah Dedak Halus.
Dengan metode Pearson, maka perbandingan jumlah Rumput Gajah dan Dedak Halus
dapat dihitung sebagai berikut :
ADG 0,75 kg/hari:Rumput Gajah
(51%) TDN 81-58 = 23 23/30 = 77%
58% TDN dibutuhkan (ADG
0,75 kg/hr)
Dedak Halus (81%) TDN
58-51 = 7 7/30 = 23%
30 100,00%
ADG 1,0 kg/hari:Rumput Gajah
(51%) TDN 81-66 = 15 15/30 = 50%
66% TDN dibutuhkan (ADG
1,0 kg/hr)
Dedak Halus (81%) TDN
66-51 = 15 15/30 = 50%
30 100,00%
Step 4 :
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 19
Dari perhitungan menggunakan Metode Pearson tersebut diatas, maka perbandingan
antara Rumput Gajah dan Dedak Halus untuk mencapai ADG 0,75 kg/hr haruslah
77% Rumput Gajah dan 23% Dedak Halus. Sedangkan untuk mencapai ADG 1,0
kg/hr, perbandingan antara Rumput Gajah dan Dedak Halus dalam Bahan Kering
adalah 50% : 50%.
Untuk ADG 0,75 kg/hr, jumlah BK yang dibutuhkan adalah 8300 gr, sehingga jumlah
Rumput Gajah yang dibutuhkan adalah 77% x 8300 gr BK = 6391 gram, sedangkan
jumlah Dedak Halus yang dibutuhkan adalah 23% x 8300 gr BK = 1909 gram.
Untuk ADG 1,0 kg/hr, jumlah BK yang dibutuhkan adalah 8500 gr, sehingga jumlah
Rumput Gajah yang dibutuhkan adalah 50% x 8500 gr BK = 4250 gram, sedangkan
jumlah Dedak Halus yang dibutuhkan juga 50% x 8500 gr BK = 4250 gram.
Ransum Terakhir dengan bobot 350 kg, ADG 0,75 kg/hr
Jenis bahan pakan
BK Energi Protein Calcium PhosporBerat
sebenarnya (kg)
Harga/kg
harga (Rp)
ADG 0,75kg/harigram
Rpt Gajah 6391 3259 581 33 33 35,51Dedak halus 1909 1546 263 2 29 2,219Jml zat mak 8300 4805 844 35 62 37,729Kebutuhan 8300 4800 806 25 18
0 Cukup Cukup Cukup Cukup
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 20
Ransum Terakhir dengan bobot 350 kg, ADG 1,0 kg/hr
Jenis bahan pakan
BK Energi Protein Calcium PhosporBerat
sebenarnya (kg)
Harga/kg
harga (Rp)
ADG 1,0 kg/hariGram
Rpt Gajah 4250 2167,5 386,75 21,7 21,7 23,61Dedak halus 4250 3442,5 586,5 5,1 64,2 4,942Jml zat mak 8500 5610,0 973,25 26,8 65,9 28,552Kebutuhan 8500 5600 874 30 21
0 Cukup Cukup Kurang sedikit
Cukup
Susunan ransum akhir as fed :
Jenis bahan pakan
Kg per ekor sebenarnya Kg per 25 ekor Persentase
ADG 0,75kg/hariRpt Gajah 35,50 887,50 94,2Dedak halus 2,22 55,50 5,8
37,72 942,50 100ADG 0,75kg/hari
Rpt Gajah 23,61 590,25 82,7Dedak halus 4,94 123,5 17,3
28,55 713,75 100
Jumlah biaya ransum ini cukup murah disebabkan karena Rumput Gajah dan Dedak
Halus cukup murah dan tersedia sepanjang tahun.
Ransum untuk mencapai ADG 1,0 kg/hr masih kekurangan Calcium sedikit, taburkan
garam dapur kedalam ransumnya untuk mengatasinya, atau sediakan mineral lick
untuk dijilat.
Tabel 1 : Komposisi beberapa hijauan pakan di Indonesia untuk formulasi ransum pemeliharaan dan pertumbuhan sapi
Pakan HijauanPakan Hijauan BK%
Energi%
Protein%
SK%
Calcium%
Phospor%
Jerami padi 86,0 39,0 3,7 35,9 1,42 0,21Rumput Gajah 18,0 51,0 9,1 33,1 0,51 0,51Rumput Raja 22,0 54,0 13,5 34,1 0,52 0,50Jagung muda 22,0 58,0 8,0 25,7 0,28 0,14
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 21
Tabel 2 : Komposisi beberapa bahan pakan di Indonesia untuk formulasi ransum pemeliharaan dan pertumbuhan sapiPakan Konsentrat BK
%Energi
%Protein
%SK%
Calcium%
Phospor%
Ampas nanas 20,0 68,0 3,4 14,5 0,26 0,09Bungkil kelapa 86,0 73,0 21,6 12,1 1,65 0,21Dedak halus 86,0 81,0 13,8 11,6 0,12 1,51Kulit buah coklat 88,9 47,0 14,6 33,0 0,12 1,51Onggok 88,7 69,0 1,2 3,7 0,15 0,15Polard 88,4 86,0 18,7 7,7 0,10 0,90Tetes 77,0 53,0 5,4 10,0 1,09 0,12Jagung kuning 86,0 80,0 10,3 2,5 0,03 0,26Ampas tahu 16,3 78,0 23,7 23,6 0,28 0,66Biji kapas 86,0 74,3 22,1 19,7 0,15 0,44Biji kapuk 86,0 74,0 31.7 24,0 0,47 0,26Tepung ikan 86,0 69,0 61,2 6,61 4,34Urea 90,0 250
Tabel 3 : Ransum yang dibutuhkan untuk menggemukan sapi potong jantan untuk tujuan pemeliharaan dan pertumbuhan
BW ADG DM TDN/Energi Protein Ca P(kg) (kg) (kg) (%) (kg) (%) (gr) (gr) (gr)
250 0 4.4 1.8 2.0 45 337 9 90.75 6.4 2.6 3.8 59 693 21 171.0 6.6 2.6 4.3 66 753 23 181.1 6.6 2.6 4.6 70 782 30 20
300 0 5.0 1.7 2.4 48 385 10 100.75 7.4 2.5 4.3 58 753 23 181.0 7.5 2.5 5.0 66 819 28 201.1 7.6 2.5 5.3 70 847 30 22
350 0 5.7 1.6 2.6 46 432 12 120.75 8.3 2.4 4.8 58 806 25 181.0 8.5 2.4 5.6 66 874 30 211.1 8.5 2.4 5.9 69 899 31 231.2 8.5 2.4 6.2 73 743 32 24
400 0 6.2 1.6 2.9 47 478 13 130.75 9.1 2.3 5.4 59 875 26 211.0 9.3 2.3 6.2 67 913 31 241.1 9.4 2.4 6.6 70 942 32 251.2 9.4 2.4 7.0 74 967 33 251.3 9.4 2.4 7.2 77 988 33 26
450 0 6.8 1.5 3.2 47 528 14 140.75 10.0 2.2 5.9 59 911 26 231.0 10.2 2.2 6.8 67 952 29 261.1 10.2 2.3 7.2 71 975 30 271.2 10.2 2.3 7.6 75 998 31 28
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 22
1.3 10.2 2.3 7.9 77 1018 32 29
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 23
HITUNGAN PENGGUNAAN UREA
1. Non Protein Nitrogen (NPN) suplemen mengandung 38% nitrogen. 1 kg suplemen
tersebut setara dengan berapa kg protein kasar ?
Jawab :
1 kg PK mengandung 0,16 kg nitrogen
1 kg NPN suplemen mengandung 0,38 kg N
NPN suplemen mengandung 0,38/0,16 = 2,37 kali sejumlah N dalam bentuk PK
1 kg NPN suplemen equivalen dengan 2,37 kg PK.
2. Berapa kg urea (45% N) harus ditambahkan dalam suatu campuran pakan yang
mengandung 10% PK untuk membuat campuran final seberat 1 ton dan mengandung
12% PK ?
Jawab :
Kadar PK dari 1 ton pakan harus dinaikkan 2% (10% 12%) atau 0,2 x 1000 kg =
20 kg PK.
Urea mengandung 45% N atau 0,45/0,16 = 2,81 kali sebanyak 1 kg protein.
Jika 1 kg urea = 2,81 kg PK, maka urea yang harus ditambahkan adalah 20/2,81 =
7,12 kg.
3. 50 kg pakan mengandung 36% protein suplemen dan 1/5 dari PK nya berasal dari urea
(42% N). Berapa kg urea yang terdapat dalam pakan ?
Jawab :
Jumlah PK di dalam 50 kg pakan adalah: 50 x 0,36= 18 kg
Jika 1/5 dari total PK berasal dari urea, berarti 3,6 kg dari urea (1/5 x 18 kg)
Urea mengandung 42% N, berarti 1 kg urea setara 2,62 kg PK (0,42/0,16)
Berarti 3,6/2,62 atau 1,37 kg urea terkandung dalam 50 kg pakan protein suplemen
Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 24