Indonesia Dan Australia Tandatangani Perjanjian Kerjasama Peningkatan Keselamatan Transportasi

10

Click here to load reader

Transcript of Indonesia Dan Australia Tandatangani Perjanjian Kerjasama Peningkatan Keselamatan Transportasi

Page 1: Indonesia Dan Australia Tandatangani Perjanjian Kerjasama Peningkatan Keselamatan Transportasi

Indonesia dan Australia tandatangani perjanjian kerjasama peningkatan keselamatan transportasi

Pemerintah Australia dan Pemerintah Republik Indonesia hari ini menandatangani sebuah perjanjian penting dalam rangka kerja sama peningkatan keselamatan transportasi Indonesia.

Menteri Transportasi Anthony Albanese mengatakan bahwa Australia mengganggap penting hubungannya yang erat dengan Indonesia. Perjanjian yang kami tandatangani hari ini akan memperluas ruang lingkup kerjasama yang akan memberikan manfaat bagi kedua negara, menurut beliau.

“Saya mendapat kehormatan untuk mengunjungi Indonesia begitu awal sejak saya menjabat sebagai Menteri untuk bekerja sama berlandaskan hubungan tersebut,” kata Menteri Albanese.

Menteri Albanese dan Menteri Perhubungan RI, Jusman Syafi’i Djamal, menandatangani Nota Kesepahaman Kerjasama Sektor Transportasi dalam upacara yang diselenggarakan di Jakarta hari ini.

Nota Kesepahaman tersebut menyediakan landasan bagi perluasan hubungan kerjasama yang telah ada antara Australia dan Indonesia.

Para Menteri juga menandatangani Lampiran Nota Kesepahaman yang menetapkan ketentuan paket bantuan bilateral keselamatan transportasi.

Menteri Albanese mengakui peran penting transportasi bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di kawasan Australia dan Indonesia dan menekankan pentingnya keamanan, efisiensi dan keselamatan sistem transportasi kita.

“Adalah hal yang penting sekali bahwa masyarakat pengguna transportasi di kedua negara yakin bahwa keselamatan transportasi merupakan prioritas dan pelajaran-pelajaran yang dipetik dari kecelakaan-kecelakaan transportasi waktu lalu dituangkan dalam tindakan,” kata Menteri Albanese.

“Bantuan Australia akan melengkapi upaya-upaya penting yang telah dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk meningkatkan keselamatan pada pelayanan transportasinya.”

Bersadarkan perjanjian tersebut, Australia akan menyediakan hampir Rp 200 milyar [A$24 juta] selama tiga tahun untuk paket pelatihan dan bantuan teknik guna membantu meningkatkan keselamatan transportasi Indonesia.

“Australia telah bekerja sama erat dengan Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan sejumlah langkah untuk menangani bidang-bidang yang dinilai Indonesia sebagai prioritas utama keselamatan,” kata Menteri Albanese.

Page 2: Indonesia Dan Australia Tandatangani Perjanjian Kerjasama Peningkatan Keselamatan Transportasi

Menteri Albanese mengisyaratkan bahwa proyek-proyek yang akan dilaksanakan berdasarkan paket bantuan tersebut mencakup:

* Pelatihan bagi hingga 40 peserta Indonesia per tahun bagi para inspektur kelaikan udara untuk mencapai standar internasional selama masa paket bantuan tersebut; * Bimbingan dan pelatihan manajemen jasa lalu lintas udara; * Penyediaan tenaga ahli dan bimbingan dalam investigasi keselamatan transportasi guna meningkatkan kapasitas Indonesia dalam melaksanakan penyelidikan kecelakaan transportasi; serta * Alih pengetahuan teknik dan keahlian bagi penyelenggara SAR Indonesia, penyelenggara ferry dan staf pengawasan pelayaran.

“Paket bantuan Australia untuk peningkatan keselamatan transportasi senilai Rp 200 milyar [A$24 juta] tersebut menyediakan landasan niat baik dan kerjasama yang lebih luas antara Australia dan Indonesia dalam sejumlah hal penting menyangkut transportasi di masa depan,” ujar Menteri Albanese.

Page 3: Indonesia Dan Australia Tandatangani Perjanjian Kerjasama Peningkatan Keselamatan Transportasi

Indonesia-Rusia Tandatangani Delapan Kesepakatan Kerjasama

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Federasi Rusia, Kamis ( 6/9) di Jakarta, menyepakati delapan kerjasama dwipihak demi meningkatkan hubungan kedua negara.

Penandatanganan kesepakatan yang dilakukan sejumlah perwakilan dari kedua negara dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Kamis, dengan disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Kedelapan kesepakatan kerjasama adalah, pertama, kerjasama antara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan Rusia dalam hal audit yang ditandatangani Ketua BPK, Anwar Nasution, dan timpalannya dari Rusia, S.V. Stephasin.

Kedua adalah kerjasama di bidang pengurangan dampak negatif pada lingkungan yang ditandatangani Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar dan timpalannya dari Rusia, K.B. Pulikopsky.

Ketiga adalah nota kesepahaman (MoU) antara kedua negara di bidang olahraga dan latihan fisik yang ditandatangani Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga, Adhyaksa Dault, dan timpalannya dari Rusia, V.A. Fetisov.

Keempat adalah kesepakatan di bidang pemajuan dan perlindungan investasi di Indonesia yang ditandatangani oleh Ketua BKPM, Mohammad Lutfi, dan dari Rusia, V.G Savalyev.

Kelima adalah nota kesepahaman (MoU) kerjasama di bidang upaya mengatasi terorisme yang ditandatangani Dirjen Amerika dan Eropa Deplu, Eddi Hariyadi, dan timpalannya dari Rusia, A.Losyukov.

Keenam adalah kesepakatan di bidang perpanjangan pinjaman negara kepada pemerintah RI yang ditandatangani Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto dan timpalannya dari Rusia, A.A. Storchak.

Ketujuh adalah kerjasama kebudayaan dan sinematografi periode 2008-2010 yang ditandatangani Sekjen Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Sapta Nirwandar, dan Dubes Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov.

Sedangkan terakhir adalah kerjasama di bidang prosedur teknis penempatan dan pengelolaan anggaran kredit negara yang ditandatangani Dirjen Pengelolaan Hutang Depkeu, Rahmat Waluyanto, dan timpalannya dari Rusia, A.A. Storchak.

Presiden Putin tiba di Jakarta pada Kamis siang bagi kunjungan kenegaraan singkat sekitar 10 jam di Indonesia, sebelum bertolak menuju Sydney, Australia, guna mengikuti KTT APEC.

Page 4: Indonesia Dan Australia Tandatangani Perjanjian Kerjasama Peningkatan Keselamatan Transportasi

Indonesia-Korea Kerja Sama Sistem Informasi Bencana

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan bekerjasama membuat proyek Sistem Diseminasi informasi Bencana Nasional (Establishment of a National Disaster Information Dissemination System) di Indonesia terutama untuk daerah rawan tsunami.

Penandatangan proyek tersebut secara resmi dilaksanakan oleh Plt Dirjen SKDI (Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi) Depkominfo Freddy H Tulung dengan President Representatif KOICA, Lee Jong Seon di kantor Depkominfo di Jakarta, Selasa.

Kerjasama antarpemerintah itu dilakukan melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) untuk pihak Indonesia dengan Badan Kerjasama Internasional Korea (KOICA/The Korea International Cooperation Agency) untuk Korea.

Freddy menjelaskan proyek yang didanai dari hibah KOICA sebesar tiga juta dolar AS tersebut bertujuan untuk mempersiapkan rencana induk dan teknologi Sistem Diseminasi informasi Bencana Nasional, serta program pelatihan bagi pejabat instansi pemerintah yang terkait dan masyarakat, yang dilakukan selama dua periode atau dua tahun yaitu 2008 sampai 2009."Indonesia menyiapkan dana pendamping sebesar Rp1,5 Miliar yang terbagi atas Rp750 juta per tahunnya. Dana itu diambilkan dari APBN 2008," katanya.Proyek tersebut akan dilengkapi peralatan informasi dan komunikasi yang disebut Sistem Diseminasi Informasi Bencana Nasional meliputi Disaster Information Sharing System (DISS), Cell Broadcasting Service (CBS) dan TV Broadcasting Service (TBS) serta Radio Broadcasting Services (RBS).DISS merupakan sistem respon dan penyebaran informasi status bencana ke instansi pemerintah yang terkait, dan CBS yaitu sistem penyebaran informasi melalui pesan singkat (SMS) dengan bantuan teknologi telekomunikasi seluler yang melibatkan operator telekomunikasi.Sedangkan TBS dan RBS merupakan sistem penyebaran informasi status bencana berbentuk teks dan suara untuk disiarkan melalui radio dan stasiun televisi.Freddy mengatakan peralatan Sistem Diseminasi Informasi Bencana Nasional tersebut akan dipasang di daerah-darah yang rawan akan bencana terutama tsunami seperti Aceh, Bengkulu, Sumatera Barat, Jakarta, Yogyakarta, Bali dan NTB.

Untuk mempersiapkan "master plan" sistem tersebut, KOICA dan Depkominfo akan mengumpulkan dokumen dan laporan tentang sistem dan manajemen diseminasi informasi bencana, melakukan survey lokasi peralatan, survey dan berkoordinasi dengan operator telekomunikasi, penyelanggara siaran radio dan televisi untuk pelaksanaan DISS, CBS, TBS dan RBS langsung ke masyarakat.

KOICA juga akan mengundang sekitar 20 pegawai pemerintah dari Depkominfo, Dephub, Ristek, BPPT, BMG dan pemerintah daerah untuk menjalani pelatihan manajemen Sistem Diseminasi Informasi Bencana Nasional selama dua minggu di Korea.

Dari jadwal proyek tersebut, "master plan" dan pengembangan sistem DISS, CBS, TBS dan RBS diharapkan selesai pada akhir periode pertama sedangkan pelatihan akan dilakukan pada pertengahan periode kedua proyek.

Page 5: Indonesia Dan Australia Tandatangani Perjanjian Kerjasama Peningkatan Keselamatan Transportasi

Pengembangan Indonesia-Korea Dalam Kerjasama Pembangunan

Dalam rangka meningkatkan kerjasama antara MAP UGM dan Universitas Hankuk di bidang pendidikan maka diselenggarakan sebuah seminar (policy forum) dengan tajuk “Pengembangan Indonesia-Korea dalam Kerjasama Pembangunan”. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 22 Januari 2010 bertempat di Ruang Seminar MAP UGM. Pembicara utama pada seminar ini adalah Prof. Yang Seung Yoon, Guru Besar dari Hankuk University, Korea Selatan. Sedangkan peserta seminar terdiri dari para dosen, praktisi dan mahasiswa pascasarjana MAP UGM.Seminar ini diawali dengan pembicaraan mengenai hubungan Korea Selatan dan Indonesia yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Park Chung Heed dan Presiden Soeharto. Menurut Prof Yang, Hubungan Korea Selatan dengan Indonesia mulai berkembang pesat sejak akhir 1960-an. Kedua pemimpin negara baik Korea Selatan maupun Indonesia yang bersifat militer memiliki tujuan yang sama, yaitu membangun ideologi negara dan pemerintahan yang anti-komunisme dan membangun ekonomi nasional. Kedua presiden menggunakan peran militer yang cukup dominan dalam pembangunan negaranya masing-masing. Di Indonesia, terdapat gerakan ABRI masuk desa yang mengerjakan poyek pemerintah berupa pembangunan sarana fisik di wilayah desa. Sedangkan, di Korea Selatan terdapat Gerakan Kampung Baru. Institusi militer digunakan karena orang militer secara cepat ingin menunjukkan keberhasilannya pada masyarakat. Gerakan militer ini tentu saja menjadi legitimasi bagi berdirinya suatu pemerintahan. Karena kekuasaan pemerintah akan diakui oleh masyarakat jika pemerintah mampu membangun sektor fisik maupun sektor ekonomi suatu negara. Keterlibatan militer dalam pembangunan di level grassroots, juga memudahkan penerimaan masyarakat terhadap kehadiran militer dalam ruang sipil. Secara politis, militer dapat dengan mudah mengawasi dan mengontrol kegiatan masyarakat serta memobilisasi masyarakat untuk tujuan-tujuan politik dan kenegaraan. Pada saat sekarang, hubungan antara Korea Selatan dan Indonesia semakin diperkuat dengan didirikannya Asosiasi Sarjana Korea dan Indonesia bermana INAKOS (International Association for Korean Studies in Indonesia). Asosiasi yang berpusat di Pusat Studi Korea UGM ini bertujuan untuk memfasilitasi hubungan Korea Selatan dan Indonesia di bidang pendidikan dan penelitian.Selanjutnya, Prof Yang mengemukakan tentang keberhasilan Korea Selatan dalam membangun negaranya. Jika ditilik dari sejarah, pada tahun 1950 Korea Selatan termasuk negara miskin karena perekonomian negaranya hanya bersandar pada pertanian, belum lagi sempat hancur gara-gara pendudukan Jepang pada tahun 1945 dan Perang Korea pada tahun 1950. Diawal tahun 1960-an, perekonomian bangsa Indonesia tidak jauh berbeda dengan Korea. Namun, pada saat sekarang Korea Selatan menjadi negara perdagangan terbesar ke-11 di dunia. Korea Selatan adalah contoh negara yang sukses dan berkembang sebagai anggota OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) dan berhasil melakukan swasembada pangan dan pengembangan pendidikan tinggi dalam waktu yang singkat. Industri nasional Korea Selatan adalah Industri Semen, tetapi tidak banyak hasil alam yang bisa diandalkan dari Korea Selatan karena langkanya sumber daya alam terutama komoditi pertanian. Ini dikarenakan Semenanjung Korea adalah wilayah yang memiliki musim dingin yang panjang dan tanah yang berbatu sehingga daratan ini tidak mudah ditanami oleh berbagai macam tanaman pangan. Kondisi yang demikian tidak menjadi penghalang bagi kemajuan perekonomian, pembangunan dan pendidikan di negara ini. Pada dekade 1960-an hingga 1980-an, kalangan pengusaha Korea telah membangun hubungan dagang dan membuka akses pasar ke negara-negara kawasan seperti Jepang, bahkan telah menyeberang ke Amerika dan Eropa. Kebijakan pemerintah untuk memberikan suku bunga bank yang rendah pada wirausahawan dalam negeri turut mendorong berkembangnya perekonomian mikro. Korea Selatan menjadi salah satu negara eksportir barang manufaktur berteknologi tinggi utama, mulai dari elektronik, mobil/bus, kapal, mesin-mesin, petrokimia hingga robotik. korporasi raksasa Samsung, LG, Hyundai-Kia, KB Financial Group, industry perkapalan dan SK. Bahkan, Burj Dubai, Gedung Tertinggi di dunia yang terdapat di Dubai, dibangun oleh Samsung Engineering & Construction Korea Selatan. Kapal penumpang terbesar di dunia bernama MS Oasis of the seas juga merupakan kapal yang dibuat oleh perusahaan Korea Selatan STX Europe.Setelah perekonomian Korea Selatan mengalami kemajuan maka kualitas dan keterjangkauan bidang pendidikan ditingkatkan. Pemerintah memberi perhatian besar pada bidang pendidikan serta investasi agresif di kegiatan penelitian. Sebagai buktinya, pemerintah Korea Selatan menaikkan gaji guru sebesar dua kali lipat karena guru merpakan ujung tombak dan aktor vital

Page 6: Indonesia Dan Australia Tandatangani Perjanjian Kerjasama Peningkatan Keselamatan Transportasi

dalam pengembangan dunia pendidikan. Pemerintah juga mengambil langkah-langkah ekspansif antara tahun 1960-an dan 1990-an guna memperluas akses pendidikan bagi segenap warga negara. Komitmen Pemerintah Korea Selatan terhadap pembangunan pendidikan tercermin pada public expenditureDisamping faktor pendidikan, keberhasilan Korea Selatan dalam pembangunan dikaitkan dengan karakter bangsa. Tumbuhnya jiwa kewiraswastaan, tenaga kerja yang sangat terlatih, pemerintahan yang relatif bersih, makroekonomi yang solid, dan kondisi sosial-politik yang relatif bebas dari konflik jelas didukung oleh budaya kerja keras dan etos kerja yang tinggi. Selain “political will” pemerintah Korea Selatan yang tinggi terhadap pembangunan bangsanya, mentalitas rakyat Korea sudah terbentuk yaitu dengan mencintai negara, bangga dan cinta menggunakan produk lokal serta tidak konsumtif. Prinsip Negara Korea Selatan adalah “paling aman dan paling murah”, karakter bangsa yang sangat mengedepankan efisiensi jelas termanifestasi pada prinsip negara tersebut. Bagi rakyat Korea Selatan, krisis merupakan langkah awal dalam menuju gerbang kesuksesan. Krisis yang dalam bahasa Korea memiliki bunyi wi-qi, wiqi adalah kesempatan baru merupakan representasi simbol bahasa pada rakyat Korea Selatan bahwa krisis merupakan saat dimana suatu kesempatan baru muncul.Bukti nyata dari karakter rakyat Korea Selatan yang begitu mencintai negaranya adalah lahirnya “gerakan emas”. Gerakan emas merupakan gerakan pengumpulan emas yang dilakukan oleh masyarakat Korea Selatan. Pengumpulan emas senilai 25 Milyar US $ yang selanjutnya dijual ke luar negeri merupakan upaya bersama dalam mengatasi krisis keuangan di Korea Selatan. Bahkan, Prof. Yang menceritakan bahwa ibu kandungnya sendiri ikut menyumbang cincin emas pernikahan yang telah dimiliki selama puluhan tahun. Ketika Prof. Yang melarang keputusan ibunya tersebut karena berpendapat bahwa cincin emas itu bernilai sakral dan menjadi lambang dari kehadiran si ayah yang telah tiada, maka si ibu dengan lugas menjawab “negara harus diutamakan”. Pengorbanan yang diberikan rakyat kepada negara tentu dilatarbelakangi oleh besarnya rasa kepercayaan publik pada negara dan institusi negara. Hal ini tidak mengherankan, karena birokrasi dan pemerintahan Korea Selatan terkenal sangat bersih, tidak korup dan sangat efisien. Seperti yang diungkapkan oleh Rothstein dan Stolle bahwa negara dan institusi negara memiliki kapasitas untuk membangun kepercayaan publik. Kepercayaan publik menajdi sedemikian fundamental karena berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.Di bidang politik, Korea Selatan menghadapi persoalan yang cukup rumit. Negara tetangganya di sebelah utara, Korea Utara, menjadi pemicu dari tekanan politik yang didapat Korea Selatan. Korea Utara dan Korea Selatan pernah bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Sempat terjadi perang diantara Korea Utara dan Korea Selatan pada tahun 1950 namun terjadi gencatan senjata pada tahun 1953. Hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara semakin tidak harmonis sejak Korea Utara memiliki misil nuklir dan melakukan beberapa kali tes misil. Tidak hanya Korea Selatan, negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Rusia bahkan lembaga sebesar PBB menyerukan penghentian uji coba dan kepemilikan nuklir di Korea Utara. Namun, Korea Utara menafikkan seruan ini bahkan memanfaatkan kemampuan nuklirnya untuk berdiplomasi dengan negara lain terutama dengan Amerika Serikat. Pada tahun-tahun belakangan ini terjadi beberapa bencana yang mengakibatkan kelaparan massif di Korea Utara. Banjir besar yang terjadi pada tahun 2006 dan kegagalan panen yang melanda pada tahun 2009 menyebabkan berjuta-juta penduduk Korea Utara kelaparan. Terjadi penurunan jumlah bantuan internasional pada pertengahan 2009, karena Korea Utara dinilai melanggar kesepakatan larangan melakukan uji coba oleh nuklir. Polemik program nuklir Korea Utara tidak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa jutaan rakyat Korea Utara tengah diserang bencana kelaparan. Menyadari keadaan yang dilematis ini, Korea Selatan berkeinginan untuk mengirimkan bantuan makanan namun tekanan politik yang begitu kuat terutama dari Amerika Serikat menghambat political will pemerintah Korea Selatan tersebut. berupa besarnya jumlah anggaran pendidikan. artinya adalah waktu darurat dan

Pada akhirnya, kita dapat melihat Korea Selatan yang awalnya hanyalah negara pertanian tradisional paling miskin, sekarang negara ini bangkit dan menjadi negara industri modern. Pengalaman Korea Selatan dalam menghadapi krisis ekonomi dunia dapat menjadi pijakan bagi Indonesia untuk belajar dan mengadopsi nilai sosial serta program kerja mereka bagi kemajuan bangsa. Korea Selatan merupakan bangsa yang menggunakan persoalan krisis ekonomi

Page 7: Indonesia Dan Australia Tandatangani Perjanjian Kerjasama Peningkatan Keselamatan Transportasi

nasionalnya sebagai basis dan pemicu semangat untuk sebuah upaya perbaikan. Sangat menarik untuk mempelajari Korea Selatan dari perspektif ekonomi dan sosial.