Indomie Taiwan

18
Laris Manis di Taiwan, Kasus Indomie ‘Berbahaya’ Berindikasi Perang Dagang Indofood Klarifikasi Kabar Kandungan Berbahaya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk selaku produsen Indomie menegaskan, produk mie instan yang diekspor ke Taiwan sudah memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan.“Sehubungan dengan pemberitaan di media massa Taiwan baru-baru ini, mengenai kandungan bahan pengawet E218 (Methyl P-Hydroxybenzoate) dalam produk mi instan Indomie, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menjelaskan bahwa produk mi instan yang diekspor oleh Perseroan ke Taiwan telah sepenuhnya memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan,” jelas Taufik Wiraatmadja, Direktur ICBP dalam siaran persnya, Senin (11/10/2010).ICBP juga berkeyakinan, pemberitaan mengenai mie instan yang muncul di media massa Taiwan, bukanlah merupakan produk mi instan ICBP yang ditujukan untuk pasar Taiwan.ICBP telah mengekspor produk mi instan ke berbagai negara di seluruh dunia selama lebih dari 20 tahun. Perseroan senantiasa berupaya memastikan bahwa produknya telah memenuhi peraturan dan ketentuan keselamatan makanan yang berlaku di berbagai negara dimana produk mi instannya dipasarkan.“ICBP menekankan bahwa produk Perseroan telah sepenuhnya memenuhi panduan dan peraturan yang berlaku secara global, yang ditetapkan oleh CODEX Alimentarius Commission, sebuah badan internasional yang mengatur standar makanan. Terkait pemberitaan ini, saat ini kami tengah meninjau situasi di Taiwan, dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan konsumen kami di Taiwan dan di berbagai negara lainnya “, katanya.Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMII) Franky Sibarani sebelumnya mengatakan, produk Indomie di Taiwan itu tidak diekspor oleh produsennya langsung.“Informasi itu tidak semuanya benar, sudah kita klarifikasi ke produsennya bahwa mie instan yang dikirim dari Indonesia ke Taiwan bukan dikirim oleh produsen secara resmi tapi melalui eksportir yang ke Taiwan. Pada masa pengiriman bisa saja terjadi kontaminasi,” jelas Franky.Akibat rumor tersebut, Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan anak usahanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang memegang merek dagang Indomie langsung memerah cukup dalam pagi ini lantaran isu adanya bahan pengawet berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie.Saham ICBP dibuka turun Rp 100 ke Rp 5.600 dari penutupan pekan kemarin Rp 5.700 per saham. Penurunan malah sempat menyentuh level Rp 5.200, turun 8,77% dan sempat bergerak di bawah harga IPO di Rp 5.395 per saham.ICBP merupakan perusahaan yang memegang langsung merek dagang Indomie, sehingga wajar kalau saham ini menurun cukup dalam pagi ini. Senada dengan itu, saham INDF dibuka stagnan di level Rp 5.100 dan sempat turun Rp 300 (5,88%) ke level Rp 4.800 per saham.Namun sekitar pukul 11.00 waktu JATS, kedua saham itu sudah membaik, harga INDF sudah bertengger di Rp 4.875 (- 4,41%), sedangkan ICBP sedikit membaik bertengger di level Rp 5.550 (-2,63%).

description

kasus

Transcript of Indomie Taiwan

Laris Manis di Taiwan, Kasus Indomie Berbahaya Berindikasi Perang Dagang

Laris Manis di Taiwan, Kasus Indomie Berbahaya Berindikasi Perang Dagang

Indofood Klarifikasi Kabar Kandungan Berbahaya

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk selaku produsen Indomie menegaskan, produk mie instan yang diekspor ke Taiwan sudah memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan.Sehubungan dengan pemberitaan di media massa Taiwan baru-baru ini, mengenai kandungan bahan pengawet E218 (Methyl P-Hydroxybenzoate) dalam produk mi instan Indomie, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menjelaskan bahwa produk mi instan yang diekspor oleh Perseroan ke Taiwan telah sepenuhnya memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan, jelas Taufik Wiraatmadja, Direktur ICBP dalam siaran persnya, Senin (11/10/2010).ICBP juga berkeyakinan, pemberitaan mengenai mie instan yang muncul di media massa Taiwan, bukanlah merupakan produk mi instan ICBP yang ditujukan untuk pasar Taiwan.ICBP telah mengekspor produk mi instan ke berbagai negara di seluruh dunia selama lebih dari 20 tahun. Perseroan senantiasa berupaya memastikan bahwa produknya telah memenuhi peraturan dan ketentuan keselamatan makanan yang berlaku di berbagai negara dimana produk mi instannya dipasarkan.ICBP menekankan bahwa produk Perseroan telah sepenuhnya memenuhi panduan dan peraturan yang berlaku secara global, yang ditetapkan oleh CODEX Alimentarius Commission, sebuah badan internasional yang mengatur standar makanan. Terkait pemberitaan ini, saat ini kami tengah meninjau situasi di Taiwan, dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan konsumen kami di Taiwan dan di berbagai negara lainnya , katanya.Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMII) Franky Sibarani sebelumnya mengatakan, produk Indomie di Taiwan itu tidak diekspor oleh produsennya langsung.Informasi itu tidak semuanya benar, sudah kita klarifikasi ke produsennya bahwa mie instan yang dikirim dari Indonesia ke Taiwan bukan dikirim oleh produsen secara resmi tapi melalui eksportir yang ke Taiwan. Pada masa pengiriman bisa saja terjadi kontaminasi, jelas Franky.Akibat rumor tersebut, Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan anak usahanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang memegang merek dagang Indomie langsung memerah cukup dalam pagi ini lantaran isu adanya bahan pengawet berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie.Saham ICBP dibuka turun Rp 100 ke Rp 5.600 dari penutupan pekan kemarin Rp 5.700 per saham. Penurunan malah sempat menyentuh level Rp 5.200, turun 8,77% dan sempat bergerak di bawah harga IPO di Rp 5.395 per saham.ICBP merupakan perusahaan yang memegang langsung merek dagang Indomie, sehingga wajar kalau saham ini menurun cukup dalam pagi ini. Senada dengan itu, saham INDF dibuka stagnan di level Rp 5.100 dan sempat turun Rp 300 (5,88%) ke level Rp 4.800 per saham.Namun sekitar pukul 11.00 waktu JATS, kedua saham itu sudah membaik, harga INDF sudah bertengger di Rp 4.875 (-4,41%), sedangkan ICBP sedikit membaik bertengger di level Rp 5.550 (-2,63%).Laris Manis di Taiwan, Kasus Indomie Berbahaya Berindikasi Perang Dagang

Masalah pelarangan produk Indomie di Taiwan memunculkan dugaan. Salah satunya adalah isu perang dagang yang dipicu laris manisnya produk mie instant Indonesia itu di Taiwan.Ada indikasi, ada kafe yang jual Indomie. Mereka industrinya kena masalah, makanya mereka bikin move seperti itu, kata Kepala Bidang Perdagangan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei Bambang Mulyanto di gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Senin (11/10/2010).Bambang menjelaskan dugaan seperti itu bisa saja terjadi karena produk mie instant Indonesia selaian digemari oleh 150.000 TKI di Taiwan juga digemari oleh masyarakat Taiwan.Pasarnya paling tidak TKI jumlahnya sampai 150.000 orang, tentunya punya majikan, punya anak, semakin disukai (mie instant Indonesia), katanya.Ia menjelaskan, pada hari ini pihak KBRI Indonesia sudah melakukan klarifikasi di media-media nasional setempat. Berdasarkan laporan yang ia terima, toko-toko di Taiwan masih tidak boleh dijual produk Indomie disamping penjual yang masih takut.Sementara Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh mengatakan kasus-kasus semacam ini dalam perdagangan internasional merupakan suatu hal yang biasa. Sehingga langkah klarifikasi perlu dilakukan, pihaknya akan melakukan pengecekan dan klarifikasi resmi terhadap otoritas perdagangan di Taiwan, apakah hal itu sebagai tuduhan resmi atau tidak.Kalau tidak betul kita akan protes, katanya.Selain itu pihaknya juga akan melakukan klarifikasi kepada produsen mie instant yang di Indonesia untuk memastikan apakah produk tersebut berasal dari Indonesia.Karena banyak juga yang ditempel, katanya.Seperti diketahui, sebelumnya, media-media di Taiwan memberitakan penarikan Indomie dari sejumlah supermarket. Indomie ditarik karena mengandung Methyl P-Hydroxybenzoate yang dilarang di Taiwan.Sementara PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk selaku produsen Indomie dalam siaran persnya menegaskan, produk mie instan yang diekspor ke Taiwan sudah memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan.Sehubungan dengan pemberitaan di media massa Taiwan baru-baru ini, mengenai kandungan bahan pengawet E218 (Methyl P-Hydroxybenzoate) dalam produk mi instan Indomie, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menjelaskan bahwa produk mi instan yang diekspor oleh Perseroan ke Taiwan telah sepenuhnya memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan, jelas Taufik Wiraatmadja, Direktur ICBP dalam siaran persnya, Senin (11/10/2010).ICBP juga berkeyakinan, pemberitaan mengenai mie instan yang muncul di media massa Taiwan, bukanlah merupakan produk mi instan ICBP yang ditujukan untuk pasar Taiwan.ICBP telah mengekspor produk mi instan ke berbagai negara di seluruh dunia selama lebih dari 20 tahun. Perseroan senantiasa berupaya memastikan bahwa produknya telah memenuhi peraturan dan ketentuan keselamatan makanan yang berlaku di berbagai negara dimana produk mi instannya dipasarkan.ICBP menekankan bahwa produk Perseroan telah sepenuhnya memenuhi panduan dan peraturan yang berlaku secara global, yang ditetapkan oleh CODEX Alimentarius Commission, sebuah badan internasional yang mengatur standar makanan. Terkait pemberitaan ini, saat ini kami tengah meninjau situasi di Taiwan, dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan konsumen kami di Taiwan dan di berbagai negara lainnya , katanya.Oleh : detik.com

http://uniqpost.com/7542/laris-manis-di-taiwan-kasus-indomie-berbahaya-berindikasi-perang-dagang/Kronologi Penarikan Indomie di Taiwan

Juni 2010, Indofood sudah menerima surat dari Food and Drugs Administration.

Kamis, 14 Oktober 2010, 12:25 WIB

Ita Lismawati F. Malau, Iwan Kurniawan

Ilustrasi iklan Indomie

BERITA TERKAITVIVAnews - Kasus penarikan Indomie di Taiwan ternyata bermula pada 9 Juni lalu saat Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taiwan mendapatkan surat dari Food and Drugs Administration (FDA) Taiwan yang memberitahukan mi instan produk Indofood tidak sesuai persyaratan FDA."Dalam surat tersebut dilampirkan pemeriksaan produk Indomie dari Januari-20 Mei 2010 terdapat bahan pengawet yang tidak diizinkan di Taiwan di bumbu Indomie goreng dan saus barberque," ucap Direktur Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang dalam rapat dengar pendapat antara BPOM dengan Komisi IX bidang Kesehatan DPR di Jakarta, Kamis 14 Oktober 2010.Franciscus Welirang yang didampingi direktur Indofood lainnya menyatakan pada pertengahan Juni 2010 Indofood telah merespon surat tersebut. Dalam surat balasan tersebut, Indofood menyatakan selalu menyesuaikan persyaratan dan peraturan yang berlaku di Taiwan.Pada 2 Juli 2010 telah terjadi pertemuan antara Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan dan Importir tunggal Indomie di Taiwan untuk merencanakan Nota Kesepahaman. Indomie sendiri, menurut Franciscus, memiliki dua jenis label Indomie untuk ekspor dan domestik.Sejak Juli hingga awal Oktober 2010, Fransiscus tidak mendengar masalah apapun terhadap Indomie yang diekspor ke Taiwan. Pada 8 Oktober 2010 tiba-tiba mendengar pengumuman di media Taiwan dan Hongkong di kecap Indomie terdapat pengawet yang tidak sesuai. Atas laporan tersebut saat ini, tim Indofood saat ini sedang mencari fakta di Taiwan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kami belum menemukan konteks yang tepat karena dari pihak Taiwan belum ada pengumuman lebih lanjut," ucapnya.Ia menduga Indomie yang ditemukan di Taiwan bukan untuk pasar Taiwan. "Kami memang tidak bisa mencegah ekspor pararel dari Indonesia," ucapnya. (sj).

http://nasional.vivanews.com/news/read/182865-kronologis-penarikan-indomie-di-taiwanKronologis Penarikan Indomie dari Taiwan

Kasus penarikan Indomie dari Taiwan mendapat perhatian tersendiri dari publik Indonesia bahkan kasus ini pun sempat menjadi sorotan di negara tetangga lainnya. Sebenarnya pihak Taiwan sudah menarik produk ini sejak 9 Juni lalu, berikut kronologisnya:Tanggal 9 Juni 2010, Food and Drugs Administration (FDA) Taiwan melayangkan surat teguran kepada Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taiwan karena produk tersebut tidak sesuai persyaratan FDA.Dalam surat itu juga dicantumkan tanggal pemeriksaan Indomie dari Januari-20 Mei 2010 terdapat bahan pengawet yang tidak diizinkan di Taiwan di bumbu Indomie goreng dan saus barberque, ucap Direktur Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang, Kamis (14/10) kemarin.Tak lama kemudian, pihak Indofood pun merespon surat tersebut. Dalam surat balasannya, Indofood menegaskan selalu menyesuaikan persyaratan dan peraturan yang berlaku di Taiwan.Tanggal 2 Juli 2010, terjadi pertemuan antara Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan dan Importir tunggal Indomie di Taiwan untuk merencanakan Nota Kesepahaman.Menurut Fransiscus, Indomie sendiri memang memiliki dua jenis label Indomie, yakni untuk diekspor ke luar negeri dan untuk domestik (loka) sendiri.Juli hingga Oktober 2010, Fransiscus mengaku sudah tidak ada masalah lagi dengan Indomie yang diekspor ke Taiwan. Hingga pada tanggal 8 Oktober kemarin secara tiba-tiba ada pengumuman di media Taiwan dan Hong Kong di kecap Indomie terdapat pengawet seperti yang dikabarkan saat ini.Atas laporan inilah kemudian pihak Indofood mencari fakta di Taiwan untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.Saat ini kami belum menemukan konteks yang tepat karena dari pihak Taiwan belum ada pengumuman lebih lanjut, ucapnya.

http://kampungtki.com/baca/20308

Produk Indomie Ditarik di Taiwan

Media di Taiwan melaporkan bahwa di dalam produk Mie Instant Indomie telah dimasukkan E218 (Methyl P-Hydroxybenzoate), sebuah bahan pangan pengawet. Produk ini kemudian ditarik dari sejumlah supermarket di Taiwan karena mengandung zat pengawet yang dilarang di Taiwan.Kabar ini lalu cepat diklarifikasi oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk CBP (ICBP atau Perseroan). Pihaknya menjelaskan bahwa produk yang di ekspor ke Taiwan sepenuhnya sudah sesuai dengan peraturan Departemen Kesehatan Taiwan Biro Keamanan Pangan.Kami meninjau situasi di Taiwan, sehubungan dengan laporan-laporan ini dan akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi konsumen kami di negara ini, kami menekankan bahwa produk-produk kami sudah sesuai dengan panduan yang diterima secara global yang ditetapkan oleh CODEX Alimentarius Commission, makanan badan standar internasional, kata Direktur ICBP Taufik Wiraatmadja dalam siaran persnya di Jakarta, Senin (11/10/) ini.ICBP juga berkeyakinan, pemberitaan mengenai mie instan yang muncul di media massa Taiwan, bukanlah merupakan produk mi instan ICBP yang ditujukan untuk pasar Taiwan.Sementara itu, di tempat lain, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMII) Franky Sibarani mengatakan kalau Indomie Berbahaya di Taiwan terkontaminasi selama pengiriman.Sudah kita klarifikasi ke produsennya bahwa mie instan yang dikirim dari Indonesia ke Taiwan bukan dikirim oleh produsen secara resmi tapi melalui eksportir yang ke Taiwan. Pada masa pengiriman bisa saja terjadi kontaminasi, jelas Franky.Dia juga menegaskan bahwa kasus ini sudah terjaid sejak Juli Agustus yang lalu, kini kasusnya pun sudah selesai dan baru diekspose oleh media massa Indonesia saat ini.

http://www.lintasberita.com/go/1376067wIndofood Kirim Tim Verifikasi ke Taiwan

Sebagai tindak lanjut kasus penarikan produk Indomie di Taiwan, Komisi IX DPR memanggil Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan petinggi PT Indofood Sukses Makmur Tbk untuk menghadiri rapat dengar pendapat.Kepala BPOM, Kustantinah, memaparkan di depan Komisi IX DPR RI bahwa kandungan methyl p-hydroxy-benzoate yang terdapat dalam kecap mie instan Indomie, telah memenuhi standar Codex Alimentarius Commission (CAC) sebagai standar internasional.Kandungan ini juga telah memenuhi batas pengguanaan sehingga memang aman untuk dikonsumsi. Sedangkan di Taiwan tidak diperbolehkan adanya kandungan nipagin sekecil apapun.Kustantinah sendiri mengaku tidak memiliki otoritas untuk melakukan pengawasan produk Indonesia yang beredari di luar negeri.Sementara itu, Franciscus Welirang, Vice President PT Indofood Sukses Makmur Tbk menegaskan selama ini perusahaannya selalu mengikuti standar yang berlaku di masing-masing negara, termasuk di Taiwan, meski negara tersebut tidak tergabung dalam CAC.Pihaknya pun akan mengirim tim ke Taiwan untuk melakukan verifikasi terhadap produk mie instant ini

http://kampungtki.com/baca/2038Di Taiwan, Indomie Ditarik dari Pasaran

Senin, 11 Oktober 2010 - 16:09 WIB| More

JAKARTA (Pos Kota) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kustantinah belum bisa memastikan apakah mi instan merek Indomie yang beredar di Taiwan sama dengan yang dipasarkan di Indonesia.

Tiap negara memiliki syarat tersendiri dan terkadang berbeda, katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (11/10) menanggapi penarikan Indomie oleh Kementerian Kesehatan Taiwan.

Menurut Kustantinah, produk Indomie yang terdaftar di Indonesia aman untuk dikonsumsi. Syarat yang diterapkan di Indonesia, sambungnya, mengacu pada syarat secara internasional, Codex, badan standarisasi internasional.

Pernyataan ini menanggapi razia Indomie yang dilakukan pemerintah Taiwan terhadap dua jaringan supermarket terbesar di wilayah itu. Pemerintah Taiwan menemukan Indomie yang dijual mengandung dua bahan pengawet terlarang jenis methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid. Bahan pengawet ini hanya dibolehkan untuk kosmetik.

Meski menyatakan aman, namun BPOM tetap akan melakukan uji ulang kualitas mi instan di pasaran. Hari ini juga kami perintahkan Balai POM di seluruh Indonesia melakukan pengambilan sampel ulang untuk semua merek mi instan, tegas Kustantinah.

Dalam pemeriksaan periodik BPOM lima tahun terakhir terhadap kecap yang ada dalam produk mi instan, tidak ditemukan adanya kandungan nipagin melebihi batas maksimum yang diizinkan.

Dari dokumen pemeriksaan BPOM, kandungan nipagin di kecap mi instan ini sebesar 250 miligram per kilogram, sesuai dengan batas maksimal, ujar Kustantinah.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sendiri menegaskan produk mi instan Indomie yang diekspor perseroan ke Taiwan telah memenuhi peraturan dari Kementerian Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan. (aby/dms)http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/10/11/di-taiwan-indomie-ditarik-dari-pasaranKasus Indomie Bisa Merembet ke 80 Negara Tujuan Lain

Nasional

Ditulis oleh jpnn

Kamis, 14 Oktober 2010 14:48

Jakarta - Pemerintah dan semua pihak terkait diharapkan tidak menganggap sepele kasus Indomie di Taiwan. Jangan dianggap perkara itu sebagai masalah kecil yang akan hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, harus ditangani secara baik dengan melakukan komunikasi dan edukasi di dalam dan luar negeri. Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman (Gapmmi) Franky Sibarani, mengatakan, penemuan kandungan Nipagin dalam kecap Indomie di dua jenis Indomie (keduanya mi goreng) di Taiwan menyisakan dua pekerjaan rumah (PR) yang harus segera ditangani. Dalam situasi ini ada dua pekerjaan besar yang harus kita lakukan. Pertama komunikasi ke luar (negeri) secara G to G (Government to Government) dan B to B (Business to Business), ujarnya di kantor Kementerian Perindustrian, kemarin (13/10). Kedua, kata Franky, melakukan komunikasi di dalam negeri yang juga tidak mudah. Sebab, kata Franky, market (pasar) di dalam negeri untuk mi instan juga sangat besar. Pada 2009 konsumsi mi instan domestik mencapai 1,8 juta ton. Konsumen di dalam negeri pun harus diyakinkan bahwa memang (mengonsumsi mi instan) aman. Jangan terpengaruh dengan yang di luar. Menurut saya yang terbesar itu justru market kita. Itu adalah PR yang harus kita selesaikan juga, ujarnya.Menurut Franky, masalah Indomie ini bukan masalah Indomie saja tetapi masalah Indonesia di perdagangan global. Indonesia harus belajar dari pengalaman peristiwa Melamin yang menerpa Tiongkok. Saat itu, kandungan melamin dalam susu menewaskan satu orang di sana dan setelah dilakukan pengecekan ternyata melamin adalah salah satu penyebab kematian tersebut.Memang, Indomie tidak separah itu dan tidak sampai menyebabkan kematian. Bahkan menyebabkan konsumennya secara otomatis mendapatkan perawatan medis pun tidak. Tetapi penanganan kasusnya harus sama. Peristiwa melamin itu menyebar ke berbagai negara bahkan di Indonesia itu ada tiga pabrik yang tutup, kemudian ada beberapa produk yang akhirnya tidak diproduksi dan hampir merusak citra persusuan di dalam negeri, jelasnya.Sehingga, kata Franky, jika dikaitkan dengan konteksnya seperti kasus Indomie di Taiwan, sejak mereka umumkan hari Minggu dan Senin bahwa Indomie berbahaya, kemudian Hong Kong, Singapura, Malaysia, Uni Emirat Arab, bereaksi. Itu tidak menutup kemungkinan untuk adanya negara negara baru bereaksi serupa, ujarnya.Saat ini saja, berdasarkan informasi yang diperoleh Franky, Taiwan melakukan aksi lain dengan mengecek jenis produk makanan dan minuman berbeda selain mi instan dari Indonesia untuk dikaji kandungannya. Sedangkan negara lain belum melakukan langkah sejauh itu.Hal tersebut yang harus menjadi kekhawatiran Indonesia karena mi instan produksi dalam negeri diekspor ke sekitar 80 negara tujuan. Sebaran sebanyak itu berpotensi untuk melakukan pengecekan yang sama seperti yang dilakukan Taiwan. Itu kekhawatiran kita. Itu menyangkut Indonesia, pasar kita di luar, ujarnya, lagi.Pada 2006, nilai ekspor mi instan Indonesia mencapai USD 36,5 juta. Kemudian melonjak pada 2009 menjadi USD 95 juta. Tahun 2010 ini nilai ekspornya diprediksi melesat menjadi USD 140 juta. Jika Indonesia sanggup menyelesaikan dua PR-nya itu maka bukan mustahil target tersebut bisa tercapai.Menurut Franky, di mana ada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) maka di situlah mi instan asal Indonesia menjadi primadona. Termasuk di Taiwan, Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Arab Saudi. Seperti di Taiwan, katanya, ceruk pasarnya adalah 125 ribu TKI dan pekerja Indonesia.Di dalam perkembangannya, mereka yang mengonsumsi mi instan yang sebagian besar adalah orang Indonesia sudah merembet ke penduduk pribumi. Jadi semula hanya dikonsumsi pekerja rumah tangganya, misalnya, belakangan sudah dikonsumsi para majikan. Itu faktanya di Taiwan, maka konsumsinya meningkat, terangnya.Terlebih mi instan asal Indonesia berdasarkan harga adalah paling murah jika dibandingkan mi instan produksi negara lain. Di sana, persaingan terjadi antara produksi Indonesia dengan mi instan produksi Vietnam, Hong Kong, Thailand, bahkan Taiwan sendiri. Sayangnya saya belum dapat data persentase pangsa pasarnya di sana sehingga tidak bisa petakan persaingannya, katanya.Ketika konsumsi mi instan asal Indonesia di Taiwan meningkat, maka terjadi paralel impor sehingga terjadi pengiriman produk yang bukan spesifikasi Taiwan tetapi masuk ke sana. Sebagai ilustrasi, Franky menjelaskan, ada satu importer Taiwan yang ditunjuk untuk melakukan impor Indomie di sana membawa produk yang memang sesuai standar Taiwan yaitu tanpa kandungan Nipagin.Tetapi, permintaan di sana meningkat sehingga ada pedagang Taiwan yang belanja ke Indonesia untuk mendatangkan mi serupa ke sana. Padahal yang dibawa adalah bukan spesifikasi untuk Taiwan. Itu perbandingannya adalah 1 banding 5. Artinya, 1 adalah yang resmi ditunjuk produsen sedangkan yang lima bukan yang ditunjuk. Tapi itu juga belum tentu ilegal bagi mereka. Secara standar (produk) berbeda tetapi impornya masuk di pabeanan mereka, ulasnya.Memang, kata Franky, berkaitan dengan aturan di negara lain maka Indonesia tidak bisa terlalu reaktif. Tetapi yang harus dilakukan adalah saat ini produsen masing-masing di dalam negeri melakukan monitoring terhadap setiap produknya di negara tujuan ekspor.Kemudian Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di setiap negara dibantu atase perdagangan agar lebih peduli terhadap kondisi seperti ini. Kemudian peran BPOM diaktifkan untuk berkomunikasi sejauh berpotensi. Supaya, incase, misalnya terjadi di suatu negara di situ terjadi pengambilan sampel, diharapkan sebelum umumkan hasilnya, komunikasi dulu dengan perwakilan negara kita di negara tersebut, harapnya.

Batas Maksimal Nipagin DipertanyakanYayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) mempertanyakan akuras kadar maksimal nipagin yang dikonsumsi manusia per hari. Mereka menganggap Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, tentang persyaratan bahan tambahan makanan hanya mengacu pada uji pustaka tanpa dilakukan uji laboratorium sama sekali.Ketua Marius Widjajarta mengaku ragu pada Permenkes yang mengatur tentang batas minimal nipagin per hari dalam tubuh manusia. "Apakah peraturan tersebut dibuat dengan uji klinis dari laboratorium?" tanyanya.Mantan tim teknis Standar Nasional Indonesia (SNI) itu mengatakan, peraturan yang disahkan pada 1988 itu sudah layak direvisi. Sebab, di dalamnya mengatur tentang kesehatan manusia. "Apalagi keputusan di dalamnya hanya dibuat dengan uji pustaka saja," terang Marius.Idealnya, menurut Marius, menentukan batas maksimal kadar bahan makanan tambahan itu diteliti dengan menggunakan dua uji. Yakni uji pustaka dan uji laboratorium. "Sayangnya di Indonesia tidak pernah menyertakan uji laboratorium untuk menyempurnakan hasil akhir," ucapnya.Bahkan, Marius yakin pemerintah menetapkan batas kadar nipagin dalam tubuh sebanyak 250 mg/kg itu diambil tanpa melalui uji laboratorium. "Itu hanya pustaka saja, kan sudah ada pegangan dari Codex Alimentarius Commission (CAC)," lanjutnya.Penyempurnaan uji kadar bahan makanan tambahan itu, kata Marius, sudah pernah dia usulkan kepada SNI. Yang harapannya bisa mengubah standarisasi yang sudah ditetapkan CAC Indonesia. "Kami tidak tahu, itu hitung-hitungan 250 mg/kg dari mana," tegasnya.Pentingnya uji laboratorium itu, lanjut Marius, untuk memberikan jaminan keselamatan dan keamanan kepada konsumen. Terutama untuk makanan dan minuman yang mengandung bahan tambahan pangan. Dikonfirmasi secara terpisah, kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kustantinah mengaku, hanya menjalankan pengawasan sesuai dengan peraturan yang telah dibuat dalam Permenkes tersebut. "Itu sudah ada ketentuan yang jelas dalam Permenkes," ujarnya.Kata Kustantinah, BPOM hanya menjalankan kinerjanya untuk mengawasi makanan dan obat yang beredar di Indonesia. Dia mengaku, menggunakan uji laboratorium untuk mengasi seluruh makanan dan minuman yang teregistrasi. "Itu sudah menjadi tugas sehari-hari, dan sudah dilakukan rutin tiap tahun untuk mengecek ulang hasil uji yang sudah ada," tambahnya.Kata dia, pada lima tahun terakhir BPOM tidak pernah menemukan hasil kadar nipagin lebih dari 250 mg/kg pada seluruh mi instan yang terdaftar di Indonesia. "Dan secara sampling, kami sedang meneliti ulang kadar nipagin Indomie dan beberapa makanan lain," terang Kustantinah.

http://www.jambi-independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=10726%3Akasus-indomie-bisa-merembet-ke-80-negara-tujuan-lain&catid=25%3Anasional&Itemid=29Jakarta, Produk mie instan milik Indomie dicekal di Taiwan dan Hong Kong karena alasannya menggunakan Methylparaben atau Methyl P-Hydroxybenzoate (E218) sebagai pengawetnya. Apa itu zat pengawet E218? Benarkah berbahaya?Departemen Kesehatan dan badan pengawas makanan di Taiwan melakukan razia di sejumlah supermarket untuk menarik produk Indomie sejak pekan lalu.Departemen Kesehatan Taiwan beralasan Indomie menggunakan zat pengawet Methyl P-Hydroxybenzoate yang tidak boleh digunakan untuk makanan. Di Taiwan zat ini hanya digunakan untuk produk kosmetik agar tidak berjamur.Seperti apa sebenarnya Methyl P-Hydroxybenzoate itu?Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration (FDA) seperti dilansir Ehow, Senin (11/10/2010) memasukkan Methyl P-Hydroxybenzoate sebagai zat pengawet yang aman.Bahan ini memang diperbolehkan untuk digunakan pada produk kosmetik, produk farmasi atau obat serta produk makanan.

1. Penggunaan untuk kosmetikSelama lebih dari 80 tahun, metil telah digunakan sebagai pengawet dalam industri kosmetik yang sering ditemukan pada pelembab wajah, produk anti-penuaan, pewarna rambut, produk pemutihan kulit, gel cukur, pembersih wajah, spray, shampo dan conditioner, maskara, eye shadow dan alas bedak.

2. Penggunaan untuk farmasiDalam industri farmasi, metil telah digunakan untuk melindungi obat sejak 1924. Metil digunakan untuk anti-bakteri seperti pada antibiotik topikal, kortikosteroid dan obat tetes mata. Beberapa antibiotik seperti penggunaan methylparaben pada penisilin mencegah kontaminasi mikroorganisme.

3. Penggunaan untuk makananKarena sifatnya yang anti jamur, metil digunakan sebagai penghambat ragi dalam produk makanan. FDA mengatakan produk ini aman digunakan dalam jumlah kecil. Pada makanan metil ditemukan pada berbagai produk susu beku, minyak dan lemak, selai, sirup dan bumbu-bumbu.

Sebagai pengawet makanan, FDA menggolongkan Methylparaben dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS). Artinya, bahan kimia ini bisa dan aman untuk digunakan pada sebagian besar produk makanan.Sebagai pengawet makanan, Methylparaben memiliki keunggulan dibanding pengawet lain yaitu lebih mudah larut air. Oleh karenanya, senyawa ini sering dipakai karena dinilai lebih aman saat terlibat kontak dengan cairan.Kelebihan lainnya, Methylparaben tidak hanya mencegah pertumbuhan bakteri pada makanan instan dan awetan. Lebih dari itu, senyawa ini juga bisa membantu menjaga kestabilan rasa sehingga makanan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.Di dalam tubuh, senyawa ini juga relatif aman karena mudah dimetabolisme. Karena mudah diserap, baik melalui saluran pencernaan maupun kulit, senyawa ini juga lebih cepat dikeluarkan dari dalam tubuh.Dalam penggunaan untuk kosmetika, Methylparaben jarang menimbulkan iritasi meski dapat memicu alergi pada sebagian orang. Senyawa ini tergolong senyawa non-toxic, yang tidak beracun sekalipun terserap melalui permukaan kulit maupun pencernaan.Meski ada beberapa penemuan soal bahaya metil namun hingga kini penemuan tersebut belum sepenuhnya diuji. Penelitian Cosmetic Safety Database metil telah dikaitkan dengan kanker, alergi, gangguan endokrin, keracunan atau perubahan tingkat sel. Namun penemuan ini masih harus dibuktikan.Sementara beberapa penelitian menunjukkan metil dapat bereaksi dengan paparan ultraviolet B sehingga mengakibatkan peningkatan kerusakan DNA dan penuaan kulit. Namun seperti ditegaskan FDA sepanjang jumlah yang dipakai tidak melebihi dosis produk ini cukup aman.

http://www.detikhealth.com/read/2010/10/11/120508/1461029/763/apa-itu-zat-pengawet-methyl-p-hydroxybenzoate

Soal Kandungan Indomie, Pemerintah Jangan Asal Klaim

Rabu, 13 Oktober 2010 | 10:31 WIB

Besar Kecil Normal

Indomie

TEMPO Interaktif, Jakarta: Ketua Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir mengimbau, pemerintah seharusnya tidak langsung mengklaim mi instan Indomie aman untuk di konsumsi. Apalagi saat ini mi instan Indomie beredar luas di pasaran ini. "Jadi seharusnya pemerintah menyebutkan kapan terakhir Badan POM melakukan pengetesan terhadap produk indomie, " ujar Husna melalui telepon, Rabu (13/10).Husna mengatakan, klaim menteri kesehatan bahwa produk indomie aman mungkin saja benar. "Karena kan yang menetapkan ambang batas bahan pengawet itu pemerintah," katanya.YLKI dalam beberapa tahun terakhir ini tidak pernah melakukan tes laboratorium terkait kandungan produk mie instan. Namun, menurutnya, sekecil apapun bahan pengawet yang digunakan pasti akan mempengaruhi kesehatan sang konsumen. "Banyak konsumen yang tidak sadar karena efeknya memang berjangka panjang," ujarnya.Polemik produk Indomie muncul setelah pemerintah Taiwan melakukan boikot atas produk mi instan Indomie. Taiwan mengatakan, produk yang mereka temukan di lapangan mengandung nipagin-- zat pengawet dalam kecap dan saus Indomie-- yang dilarang di sana.Namun berita ini dibantah oleh PT Indofood sebagai produsen Indomie. Menurut mereka, Indomie yang dieksport ke Taiwan sudah memenuhi ketentuan yang berlaku. Indofood menduga produk yang ditemukan pemerintah Taiwan bukan produk yang secara resmi dieksport oleh Indofood, tapi adalah produk Indomie yang diperuntukan bagi pasar Indonesia yang memang memiliki spesifikasi berbeda. Pemerintah melalui Menteri Kesehatan, Endang R Sedyaningsih, menyatakan bahwa Indomie aman untuk dikonsumsi. Alasannya, kadar nipagin dalam Indomie masih memenuhi ambang batas yang ditentukan pemerintah, yaitu sebesar 250 miligram/kilogram. Endang menyatakan, ambang batas ini masih di bawah ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO) sebesar 1000 miligram/kilogram.Febriyan http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/10/13/brk,20101013-284406,id.html

Jakarta, Penarikan produk indomie di Taiwan akibat mengandung zat pengawet nipagin (Methylparaben) menyedot perhatian puiblik. Sebenarnya berapa kandungan zat pengawet di dalam indomie?Sebagai zat pengawet makanan, Badan pengawas makanan dan obat Amerika (FDA) menggolongkan Methylparaben atau nipagin dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS) yang larut dalam air. Intinya Methylparaben dipakai untuk mencegah pembusukan dan kontaminasi dari jamur sehingga produk tahan terhadap jamur dan mikroba dalam beberapa jangka waktu.Batas yang diperbolehkan untuk metylparaben dalam dunia internasional yang tercantum dalam Codex sebesar 1.000 mg/kg produk. Sedangkan di Indonesia mengambil batas yang lebih konservatif dan lebih kecil lagi yaitu 250 mg/kg produk."Nipagin itu adanya di kecap dan bukan di dalam mienya. Dalam satu bungkus indomie terdapat 4 gram kecap, yang berarti dari 4 gram kecap tersebut hanya terdapat nipagin sebesar 1 mg saja," ujar Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Ph.D disela-sela acara press briefing pelaksanaan kampanye campak dan polio tambahan tahap II tahun 2010 di gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa (12/10/2010).

Lalu berapa jumlah metylparaben yang aman untuk dikonsumsi orang?

Menkes menuturkan menurut ahli pangan yang baru saja ia tanyakan, orang masih aman untuk mengonsumsi zat pengawet tersebut sebanyak 10 mg/kg berat badannya. Jika seseorang memiliki berat badan sebesar 50 kg, maka ia masih aman mengonsumsi metylparaben sebesar 500 mg dalam sehari. Jumlah tersebut sama dengan jumlah 2 kg kecap."Jadi orang tidak akan sakit karena mengonsumsi nipagin, tapi akan klenger akibat mengonsumsi 2 kg kecap," ungkap Menkes.Lebih lanjut Menkes menuturkan kecap dalam indomie tersebut tidak diminum oleh seseorang, tapi hanya membubuhkannya saja. Selain itu Menkes juga tetap menganjurkan masyarakat untuk selalu mengonsumsi sayur dan buah."Indomie itu aman, asalkan tidak makan ratusan bungkus indomie per harinya. Saya juga tidak menganjurkan orang untuk makan indomie 3 kali sehari," imbuhnya.Metylparaben tidak hanya terdapat di dalam kecap indomie, tapi juga ada di dalam kue kering dan kecap botolan. Pengawet ini masih boleh dikonsumsi oleh manusia dalam kadar yang kecil.

http://www.detikhealth.com/read/2010/10/12/155500/1462588/763/berapa-kandungan-zat-pengawet-dalam-indomie?l993306763