Indikator Perilaku Sehat Skala Nasional

3
Inter Fokus INDIKATOR PERILAKU SEHAT SKALA NASIONAL (Tidak merokok, Diet / Pola makan yang baik, Melakukan aktivitas fisik / olah raga) Oleh Ir. Dunanty RK Sianipar, MPH Data UNDP tahun 2001 mencatat bahwa indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indexs) Di Indonesia masih menempati urutan ke 102 dari 162 negara. Tingkat Pendidikan, pendapatan serta kesehatan penduduk Indonesia belum memuaskan. Peranan keberhasilan pembangunan kesehatan sangat menentukan tercapainya tujuan pembangunan nasional, karena dalam rangka menghadapi makin ketatnya persaingan pada era globalisasi,pendidik yang sehat akan menunjang keberhasilan program pendidikan dan juga akan mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk. Visi Indonesia sehat 2010 yang telah ditetapkan sebagai gambaran prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat pada tahun 2010, haruslah dapat mewujudkan dan dilaksanakan secara bertaat azas dan berkesinambungan. Untuk itu rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 telah disusun oleh Departement Kesehatan bersama sama dengan lintas sektor, perguruan tinggi, LSM, organisasi profesi, dan 7 partai besar yang selanjutnya akan digunakan sebagai acuan program kesehatan dalam mengembangkan rencana strategis untuk mencapai indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan. Salah satu indikator keberhasilannya adalah perilaku hidup sehat yang didefinisikan sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Selanjutnya ada 19 perilaku hidup sehat yang menjadi sasaran pembangunan kesehatan Dan bila dicermati perilaku-perilaku tersebut melekat pada masing-masing program kesehatan prioritas seperti KIA, GIZI, immunisasi, kesling, Gaya hidup dan JKPM.Situasi ini dapat memberi peluang tapi juga hambatan bagi penanggungjawab program untuk dapat mencapai target perubahan perilaku bila dilakukan sendiri-sendiri atau dibebankan pada satu program sektor saja. Karena masalah-masalah kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sosial budaya, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Ditambah lagi pada era disentralisasi dimana setiap daerah mempunyai permasalahan kesehatan lokal spesifik yang juga mempunyai aspek perilaku yang perlu ditangani secara lokal. Untuk itu perlu disusun skala prioritas bagi 19 indikator perilaku hidup sehat agar dapat ditangani secara nasional atau lokal/daerah dengan tetap menacu kepada paradigma sehat yang memandang pembangunan kesehatan lebih menekankan kepada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan kuratif dan rehabilitasi. Saat ini pembangunan bidang kesehatan di Indonesia mempunyai beban ganda, dimana penyakit infeksi dan menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, sementara itu telah terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, kanker, diabetes melitus yang semuanya erat kaitannya dengan Interaksi Agustus 2002

Transcript of Indikator Perilaku Sehat Skala Nasional

Page 1: Indikator Perilaku Sehat Skala Nasional

Inter Fokus

INDIKATOR PERILAKU SEHAT SKALA NASIONAL(Tidak merokok, Diet / Pola makan yang baik, Melakukan aktivitas

fisik / olah raga)

OlehIr. Dunanty RK Sianipar, MPH

Data UNDP tahun 2001 mencatat bahwa indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indexs) Di Indonesia masih menempati urutan ke 102 dari 162 negara. Tingkat Pendidikan, pendapatan serta kesehatan penduduk Indonesia belum memuaskan.

Peranan keberhasi lan pembangunan kesehatan sangat menentukan tercapainya tujuan pembangunan nasional, karena dalam rangka menghadapi makin ketatnya persaingan pada era global isasi ,pendidik yang sehat akan menunjang keberhasi lan program pendidikan dan juga akan mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk.

Visi Indonesia sehat 2010 yang telah ditetapkan sebagai gambaran prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat pada tahun 2010, haruslah dapat mewujudkan dan di laksanakan secara bertaat azas dan berkesinambungan. Untuk itu rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 telah disusun oleh Departement Kesehatan bersama sama dengan l intas sektor, perguruan t inggi, LSM, organisasi profesi , dan 7 partai besar yang selanjutnya akan digunakan sebagai acuan program kesehatan dalam mengembangkan rencana strategis untuk mencapai indikator keberhasi lan pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan.

Salah satu indikator keberhasi lannya adalah peri laku hidup sehat yang didefinis ikan sebagai peri laku proakti f untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit , mel indungi dir i dari ancaman penyakit , serta berperan akti f dalam gerakan kesehatan masyarakat. Selanjutnya ada 19 peri laku hidup sehat yang menjadi sasaran pembangunan kesehatan Dan bi la dicermati peri laku-peri laku tersebut melekat pada masing-masing program kesehatan prior itas sepert i KIA, GIZI, immunisasi , kesl ing, Gaya hidup dan JKPM.Situasi ini dapat memberi peluang tapi juga hambatan bagi penanggungjawab program untuk dapat mencapai target perubahan peri laku bi la di lakukan sendir i -sendir i atau dibebankan pada satu program sektor saja. Karena masalah-masalah kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor sepert i sosial budaya, ekonomi, pendidikan dan lain- lain. Ditambah lagi pada era disentral isasi dimana setiap daerah mempunyai permasalahan kesehatan lokal spesif ik yang juga mempunyai aspek peri laku yang perlu ditangani secara lokal.

Untuk itu perlu disusun skala prior itas bagi 19 indikator peri laku hidup sehat agar dapat ditangani secara nasional atau lokal/daerah dengan tetap menacu kepada paradigma sehat yang memandang pembangunan kesehatan lebih menekankan kepada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan kurati f dan rehabi l i tasi . Saat ini pembangunan bidang kesehatan di Indonesia mempunyai beban ganda, dimana penyakit infeksi dan menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, sementara itu telah terjadi peningkatan penyakit t idak menular sepert i jantung, stroke, kanker, diabetes melitus yang semuanya erat kaitannya dengan gaya hidup sepert i kebiasaan makan yang buruk, kurang aktivitas f is ik dan merokok.

Hasi l SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1995 menunjukan bahwa 83 per 1000 penduduk menderita Hyperyensi , 3 Per 1000 penduduk mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke, 1,2% penduduk mengalami diabetes, 6,8% mengalami kelebihan berat badan dan 1,1% Obesitas. Penyakit kanker merupakan 6% penyebab kematian di Indonesia. Penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab kematian telah meningkat dari urutan ke11 (SKRT1972) menjadi urutan 3 (SKRT1986) dan menjadi penyebab kematian utama (SKRT1992 dan 1995). Organisasi Kesehatan dunia (WHO) memperkirakan penyakit t idak menular telah menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% seluruh kesakitan didunia. Angka kematiaan dan kesakitan tersebut sebagian besar terjadi pada penduduk dengan Sosial Ekonomi menengah kebawah. Penyakit-penyakit akibat gaya hidup tersebut dapat dicegah dengan meniadakan faktor resiko dan

Interaksi Agustus 2002

Page 2: Indikator Perilaku Sehat Skala Nasional

Inter Fokus

merubah peri laku. Selanjutnya penyakit jantung koroner, diabetes mell i tus dan kanker mempunyai faktor resiko yang hampir sama. Faktor-faktor resiko tersebut antara lain merokok, Hypertensi (tekanan darah t inggi) , Obesitas (Berat Badan Lebih), Stress (Tekanan J iwa), kurang aktivitas f is ik dan olah raga. Bi la diperhatikan semua faktor r is iko tersebut dapat disederhanakan menjadi 3 kelompok peri laku yaitu merokok, diet (pola makan), dan aktivitas/olah raga.

Hubungan antara penyakit dan faktor r is ikonya dapat di l ihat pada bagan berikut ini

Selain hal tersebut yang telah diuraikan diatas,peri laku sehat yang telah di identi f ikasi tersebut sejalan dengan issue global dan regional ( Mega Country Healthy Asean Life Style ) .Masalah merokok telah menjadi issue global,karena selain mengakibatkan penyakit sepert i jantung,kanker juga disinyal ir menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang buruk akan berakibat buruk bagi semua golongan umur,bi la terjadi pada usia bal ita akan menjadi generasi yang lemah/generasi yang hi lang dikemudian hari , demikian juga bi la terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi-bayi yang kurang sehat, bagi manusia produkti f akan mengakibatkan produkvitas menurun. Kurang aktivitas f is ik dan olahraga mengakibatkan metabol isme tubuh

Terganggu yang bi la berlangsung lama akan menyebabkan penyakit sepert i jantung, paru-paru, pembuluh darah, kebiasaan olah raga yang di lakukan sejak dini dikemudian hari akan mencetak olahragawan-olahragawan yang berkual itas yang dapat diketengahkan di dunia internasional

Maka prevalansi ke t iga peri laku beris iko ini secara periodik diperlukan untuk mengetahui kecenderungannya sehingga intervensi promosi kesehatan yang efekti f dan ef is ien dapat di lakukan.

Sebagai indikator Peri laku Sehat Skala Nasional Pusat Promosi Kesehatan bekerjasama dengan badan Penel it ian dan Pengembangan Kesehatan, serta Badan Pusat Statist ik berupaya untuk memasukkan 3 indikator tersebut ke dalam daftar pertanyaan SUSENASKOR (setiap tahun) dan MODUL (setiap 3 tahun). Indikator Peri laku sehat lainnya dapat diperoleh dari survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Survei Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI), dan survei lain yang bersifat regional sepert i studi Evaluasi Manfaat (SEM) dan survei-survei yang bersifat lokal yang di lakukan oleh berbagai pihak sesuai kebutuhan daerah.

Jakarta, 2 Jul i 2002

Interaksi Agustus 2002

CVD, CANCER CHRONIC RESPOIRATORYDISEASE RISK FACTORS

Non-modiflabie Risk FactorAgeSexGenes

BEHAVIOURAL RISK FACTOR

TobaccoDietAlcoholPhisical Activity

Sosio Economic Cultural & Environmental

Conditions

ENDPOINTS

Coronary heart disease

StrokePeripheral vascular

diseaseSeveral cancersCOPD/emphysema

World Healt Organization Mega Country Health Promotion Meeting On 3-5 December 2002 in Genewa

INTERMIDATERISK FACTOR

HypertensionDiabetesObsesity

Page 3: Indikator Perilaku Sehat Skala Nasional

Inter Fokus

Pusat Promosi Kesehatan

Interaksi Agustus 2002