INDIKATOR MAKROEKONOMI DAN NILAI TUKAR DI ASIA ...
Transcript of INDIKATOR MAKROEKONOMI DAN NILAI TUKAR DI ASIA ...
1
INDIKATOR MAKROEKONOMI DAN NILAI TUKAR DI ASIA: ANALISIS
ERROR CORRECTION MODEL
Arfiana Rachel
2010-013-014
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta
Abstrak
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai indikator makroekonomi dan nilai tukar
di Asia pada periode 1980M1 – 2012M9. Untuk itu akan diteliti apakah terdapat
pengaruh dari berbagai indikator makroekonomi dalam periode sample serta
perubahan struktural terhadap stabilitas nilai tukar di Asia. Penelitian ini
menggunakan metode Error Correction Model. Pengujian yang dilakukan pada
penelitian ini adalah uji stasioneritas data, uji kointegrasi, uji metode Error
Correction Model, uji stabilitas menggunakan Cumulative Sum of Recursive Residual
(CUSUM) dan CUSUM of Squares Test (CUSUMQ). Untuk menjelaskan fenomena
perubahan struktural, dilakukan estimasi menggunakan dua variabel dummy, pada
masa krisis keuangan Asia (1997M6-1998M12) dan krisis keuangan Global
(2007M8-2009M3). Dari hasil estimasi tersebut menghasilkan adanya pengaruh yang
signifikan pada variabel makroekonomi terhadap nilai tukar di Indonesia, Thailand,
Korea, Malaysia, dan Singapura meskipun terdapat beberapa variabel makroekonomi
( tingkat inflasi di Thailand serta jumlah uang beredar di Malaysia dan Singapura )
yang tidak memberikan pengaruh signifikan.
2
I.Pendahuluan
Pada umumnya, baik negara maju maupun negara berkembang sudah memiliki
pasar keuangan. Pasar keuangan memegang peranan penting dalam perekonomian
dengan menyalurkan dana dari rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah yang telah
menabung kelebihan dana kepada mereka yang mempunyai kekurangan dana
(Mishkin, 2008:32). Salah satu bagian dari pasar keuangan adalah pasar valuta asing
(foreign exchange market). Pasar valuta asing (foreign exchange market) merupakan
pasar yang menjadi tempat untuk mentransfer satu mata uang negara asal ke dalam
mata uang negara yang dituju sehingga menjadi alat dalam pergerakan dana
antarnegara, serta membantu perdagangan internasional dan investasi. Dalam pasar
valuta asing, terdapat instrumen keuangan paling penting, yaitu kurs, juga dikenal
dengan nama nilai tukar atau foreign exchange rate yang merupakan harga dari mata
uang satu negara dalam mata uang negara lainnya (Mishkin, 2008:7). Nilai tukar
ditentukan di pasar valuta asing yang terbuka untuk berbagai jenis pembeli dan
penjual yang akan melakukan transaksi nilai tukar. Transaksi yang dilakukan
mengacu pada perubahan nilai tukar beberapa mata uang terhadap mata uang utama
dunia lainnnya, seperti Dollar Amerika Serikat (USD), Yen Jepang (JPY), Euro
(EUR), Poundsterling (GBP), dan lain-lain. Kinerja nilai tukar suatu mata uang
sangat tergantung pada kondisi perekonomian masing-masing negara. Semakin baik
perekonomian suatu negara maka semakin tinggi pula nilai tukar mata uangnya
terhadap mata uang negara lain. Faktor utama yang mungkin berpengaruh besar
terhadap pergerakan nilai tukar mata uang adalah faktor makroekonomi. Beberapa
negara besar di Asia seperti Indonesia, Thailand, Korea, Malaysia, dan Singapura
memiliki transaksi mata uang dengan tingkat volatilitas yang tinggi sehingga tidak
memungkinkan volatilitas dari nilai tukar tersebut disebabkan oleh faktor
makroekonomi yang sama. Dalam penelitian ini penulis akan melihat juga pengaruh
dari indikator makroekonomi lainnya yang secara signifikan mempengaruhi nilai
tukar di beberapa negara di Asia dengan menggunakan Error Correction Model. Hal
ini terkait dengan hasil dari penelitian empiris yang menunjukkan bahwa dari setiap
indikator makroekonomi mempunyai hasil yang berbeda-beda baik dalam hubungan
3
yang positif maupun negatif serta Error Corection Model dapat merepresentasikan
hubungan yang dinamis dalam jangka panjang dan jangka pendek.
II.Landasan Teoritis
Menurut Fabozzi dan Franco (1996) “an exchange rate is defined as the
amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the
price of one currency in items of another currency”. Sedangkan menurut Adiningsih,
et.al (1998) bahwa nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara
lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang
ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi nilai tukar (foreign exchange rate) yang diperdagangkan di pasar
valuta asing. Salah satunya adalah faktor eksternal yang berhubungan dengan kondisi
makroekonomi. Menurut Mankiw (2012), makroekonomi merupakan hal yang
penting bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara karena kondisi makroekonomi
mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat. Faktor makroekonomi merupakan faktor
yang berada di luar perusahaan tetapi mempengaruhi kenaikan dan penurunan kinerja
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara empiris, Pratiwi dan Mardanugraha (2010) dalam studinya
berpendapat bahwa terdapat hubungan yang positif antara GDP dan nilai tukar. Su
(2012) memiliki pendapat yang berbeda dari hasil penelitiannya bahwa dalam jangka
panjang GDP memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap nilai tukar.
Udoh, et.al (2012) dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi memiliki
korelasi yang negatif dengan nilai tukar Bleaney (1996) dalam penelitiannya
menemukan bahwa terdapat korelasi yang sangat positif antara inflasi dan nilai tukar.
Mirchandani (2013) dari studinya juga menunjukkan adanya hubungan negatif antara
tingkat suku bunga dengan nilai tukar. Asari, et.al (2011) dari hasil penelitiannya
bahwa dalam jangka panjang tingkat suku bunga akan berpengaruh positif terhadap
nilai tukar. Holod (2000) dalam hasil studinya bahwa jumlah uang beredar
berhubungan positif dengan nilai tukar. Mahmood, et.al (2011) juga mengungkapkan
hal yang sama bahwa foreign direct investment memiliki hubungan negatif dengan
4
nilai tukar. Kim dan Hirata (2010) dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
foreign direct investment memliki pengaruh yang positif terhadap nilai tukar dalam
jangka panjang.
Model Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode kointegrasi yaitu
metode koreksi kesalahan (Error Correction Model / ECM) yang pertama kali
diperkenalkan oleh Engel dan Granger pada tahun 1987.
Model jangka panjang nilai tukar:
(1)
Dimana,
= Nilai tukar ; = Gross Domestic Product Real ; = Tingkat inflasi ; =
Tingkat suku bunga ; = Jumlah uang beredar ; = Foreign Direct Investment ;
= Konstanta ; = Parameter dari Gross domestic product real ; = Parameter
dari tingkat inflasi ; = Parameter dari tingkat suku bunga ; = Parameter dari
jumlah uang beredar ; = Parameter dari Foreign direct investment.
Sedangkan model penyesuaian jangka pendek atau yang disebut juga dengan
model koreksi kesalahan (Error Correction Model) adalah:
(2)
Dimana,
=
= konstanta; = parameter dari Error Correction Term (speed of adjustment);
= parameter dari perubahan Real Gross Domestic Product, = parameter dari
perubahan Tingkat inflasi; = parameter dari perubahan Tingkat suku bunga; =
parameter dari perubahan Jumlah uang beredar; = parameter dari perubahan
Foreign direct investment.
5
III.Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan enam variabel, yaitu satu variabel terikat dan
lima variabel bebas. Variabel terikat yaitu nilai tukar dari lima negara yang berbeda
di Asia. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Thailand, Korea, Malaysia, dan
Singapura. Sedangkan, variabel bebas yang digunakan adalah variabel
makroekonomi seperti GDP riil, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang
beredar, dan foreign direct investment. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder yang berupa data time series (data runtun waktu). Data
terdiri dari dari nilai tukar dari beberapa negara di Asia yaitu, Indonesia, Thailand,
Korea, Malaysia, dan Singapura. Semua data nilai tukar ini dihitung dengan
menggunakan rumus
untuk mendapatkan nilai tukar riil. Selain data
nilai tukar, data lain yang juga digunakan adalah data variabel makroekonomi seperti
GDP riil, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dalam arti luas
(M2), dan foreign direct investment dari masing-masing negara. Data diperoleh dari
berbagai sumber seperti, International Monetary Fund (IMF) melalui publikasi
elektronik yang bersumber dari International Financial Statistics (IFS) dan World
Bank. Semua data variabel merupakan data bulanan dalam periode 1980.M1 sampai
2012.M9 yang diperoleh dari proses interpolasi data karena ketidaktersediaan data.
Proses interpolasi tersebut menggunakan cubic spline method dengan observasi
terakhir yang disesuaikan dengan sumber data. Metode analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini dimulai dengan uji stasioneritas dan uji kointegrasi, selanjutnya
estimasi pada tahap Error Correction Model.
Model Estimasi
Model ARDL (1,1) adalah sebagai berikut:
(3)
6
Dengan asumsi dan | | sebagai kondisi stabilitas model AR(1).
Persamaan (3) dapat ditulis dengan menggunakan lag operator menjadi:
[ ]
(4)
Maka persamaan (4) dapat ditulis menjadi
(5)
dimana,
;
;
;
;
;
Dengan menetapkan L = 1, maka Unrestricted long-run multiplier adalah
;
;
;
;
Dengan adanya kointegrasi antara , , , , , dan menunjukkan
bahwa meskipun variabel-variabel tersebut tidak stasioner secara individual, jika
kombinasi linier dari variabel-variabel ini menghasilkan kondisi yang stasioner maka
variabel-variabel ini dikatakan terkointegrasi, atau terdapat suatu hubungan jangka
panjang antara variabel-variabel tersebut. Variabel-variabel tersebut akan
7
terkointegrasi jika hubungan variabel-variabel tersebut dalam jangka panjang akan
mendekati atau mencapai kondisi ekuilibriumnya. Dengan demikian kondisi
ekuilibrium dapat dituliskan sebagai berikut:
(6)
Kondisi ekuilibrium ini menunjukkan kondisi keseimbangan jangka panjang
antar variabel dan belum menangkap adanya shock. Jadi relasi kointegrasi dapat
ditulis sebagai berikut:
(7)
Model ARDL (1,1) dalam persamaan (3) dapat diparameterisasi dengan mengurangi
dari kedua sisi persamaan serta menambah dan mengurangi
di sisi kanan persamaan sehingga
diperoleh:
(8a)
( – )
(8b)
[
]
(8c)
8
Persamaan (8c) adalah model ARDL (1,1) dalam bentuk model ECM yang
dispesifikasikan dengan variabel dalam first difference dan dengan equilibrium error
(error-correction term). Model ini menunjukkan hubungan jangka panjang dan
deviasi jangka pendek dari kondisi ekuilibrium. Perubahan dalam nilai tukar (
dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabel eksogen
( ) dan koreksi equilibrium error periode sebelumnya
yang ditunjukkan oleh persamaan dalam tanda kurung patah. Equilibrium error
tersebut merupakan variabel gangguan periode sebelumnya ). Kecepatan
penyesuaian ditentukan oleh parameter , dengan kondisi stabilitas | |
maka . Bila mendekati maka terjadi penyesuaian
cepat ke tingkat ekuilibrium, dan sebaliknya terjadi jika mendekati nol
menunjukkan penyesuain yang lambat.
Equilibrium error bernilai positif pada artinya variabel berada di
atas nilai ekuilibrium dimana terdapat kointegrasi antara variabel-variabel
dan sehingga respon koreksi yang akan terjadi adalah akan
turun di periode berikutnya: . Sebaliknya, jika equilibrium error negatif pada
artinya variabel berada di bawah nilai ekuilibriumnya sehingga respon
koreksi yang akan terjadi adalah akan meningkat pada periode berikutnya:
.
Model ECM dalam persamaan (8c) dapat juga ditulis sebagai:
[
]
(9)
Estimasi Error Correction Model tersebut dapat dilakukan dengan prosedur
dua langkah Engle dan Granger (1987). Langkah pertama adalah mengestimasi
hubungan kointegrasi dengan regresi Ordinary Least Squares (OLS):
9
(10)
Langkah kedua, residual OLS ( ) yang diperoleh dari langkah pertama kemudian
diambil lag satu periode lalu disubstitusikan ke persamaan (9) sebagai error
correction term, sehingga model ECM menjadi:
(11)
Dimana,
Estimasi dengan Variabel Dummy
Untuk menjelaskan kejadian-kejadian struktural pada perekonomian, maka
dimasukkan variabel dummy untuk menspesifikasikan model nilai tukar. Variabel
dummy yang digunakan bertujuan untuk menjelaskan periode kejadian ekonomi yang
disebabkan karena adanya perubahan struktural sehingga diduga dapat
mempengaruhi model penelitian.
Dua variabel dummy yang dirancang untuk menjelaskan krisis keuangan Asia dan
Global:
D1 : 0 = Untuk periode lainnya
1 = Untuk periode 1997M6 – 1998M12
D2 : 0 = Untuk periode lainnya
1 = Untuk periode 2007M8 – 2009M3
Variabel D1 menjelaskan krisis keuangan Asia pada periode 1997-1998 dan
variabel D2 menjelaskan krisis keuangan global pada periode 2007-2009. Estimasi
yang digunakan dengan variabel dummy, yaitu intercept dummy.
10
Variabel dummy disubstitusi ke dalam persamaan jangka panjang (1):
(12)
Variabel dummy disubstitusi ke dalam persamaan penyesuaian jangka pendek (2):
(13)
IV.Analisis dan Pembahasan
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat yaitu nilai tukar ( ) dan lima
variabel bebas yaitu GDP riil ( ), tingkat inflasi ( ), tingkat suku bunga ( ),
jumlah uang beredar ( ), dan foreign direct investment ( ). Variabel-variabel
tersebut menggunakan data bulanan dalam periode 1980.M1 sampai 2012.M9 yang
diperoleh dari International Financial Statistic (IFS) – International Monetary Fund
(IMF). Pengujian dilakukan dengan tahapan pengujian stasioneritas, uji kointegrasi,
dan estimasi error correction model.
Tabel 1. Estimasi Koefisien jangka panjang dan jangka pendek model nilai tukar
periode 1980M1 – 2012M9
Negara Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Estimated Long-run coefficients on exchange rate
Indonesia
HPTRENDX1I -0.889309 0.160683 -5.534542 0.0000*
LNX2I 2.304894 0.061863 37.25781 0.0000*
X3I 0.013781 0.000787 17.50729 0.0000*
LNX4I -0.090373 0.013644 -6.623597 0.0000*
HPTRENDX5I -0.085123 0.021475 -3.963912 0.0001*
C 5.596157 0.303404 18.44460 0.0000*
Adjusted R2
0.989428
Thailand
HPTRENDX1T -0.427455 0.066761 -6.402732 0.0000*
LNX2T 0.046437 1.307223 0.035523 0.9717
X3T -0.005222 0.002023 -2.581462 0.0102*
11
LNX4T 0.128503 0.012755 10.07484 0.0000*
HPTRENDX5T 0.300554 0.025172 11.93980 0.0000*
C -2.382498 0.338562 -7.037112 0.0000*
Adjusted R2 0.741364
Korea
HPTRENDX1K -2.667983 0.195766 -13.62846 0.0000*
LNX2K 2.453664 1.182758 2.074528 0.0387**
X3K -0.018630 0.001933 -9.640133 0.0000*
LNX4K 1.288675 0.082262 15.66547 0.0000*
HPTRENDX5K -0.107894 0.012856 -8.392795 0.0000*
C 3.831666 0.142012 26.98121 0.0000*
Adjusted R2 0.864255
Malaysia
X1M -0.012487 0.001179 -10.59319 0.0000*
X2M 0.020444 0.003528 5.795263 0.0000*
X3M -0.008681 0.003065 -2.832073 0.0049*
LNX4M 0.127606 0.048530 2.629403 0.0089*
LNX5M -0.041795 0.008615 -4.851586 0.0000*
C -0.322510 0.356531 -0.904576 0.3663
Adjusted R2 0.684821
Singapura
X1S 0.007666 0.000735 10.43488 0.0000*
X2S -0.030802 0.002443 -12.60735 0.0000*
X3S -0.009225 0.004401 -2.096409 0.0367**
LNX4S 0.029532 0.037704 0.783269 0.4339
LNX5S -0.129924 0.017753 -7.318605 0.0000*
C 6.687203 0.326596 20.47547 0.0000*
Adjusted R2 0.832127
Error-Correction representation for the ARDL (1,1) model of exchange rate
Indonesia
D(HPTRENDX1I) -3.709043 1.721975 -2.153946 0.0319**
D(LNX2I) 1.989031 0.256081 7.767206 0.0000*
D(X3I) 0.001388 0.000712 1.951064 0.0518***
D(LNX4I) 0.012251 0.013381 0.915589 0.3605
D(HPTRENDX5I) 0.025180 0.104847 0.240163 0.8103
ECT1(-1) -0.046172 0.017839 -2.588270 0.0100*
12
C 0.011575 0.008197 1.412198 0.1587
Adjusted R2 0.184518
Thailand
D(HPTRENDX1T) -1.426978 0.446660 -3.194774 0.0015*
D(LNX2T) 0.411416 0.172259 2.388364 0.0174*
D(X3T) 0.002501 0.000838 2.982396 0.0030*
D(LNX4T) -0.000235 0.004092 -0.057455 0.9542
D(HPTRENDX5T) 0.112494 0.064501 1.744063 0.0819***
ECT2(-1) -0.013238 0.008770 -1.509409 0.1320
C 0.006617 0.002266 2.920092 0.0037*
Adjusted R2 0.050923
Korea
D(HPTRENDX1K) -2.625016 0.819944 -3.201458 0.0015*
D(LNX2K) 0.949102 0.221428 4.286279 0.0000*
D(X3K) 0.010928 0.001497 7.299074 0.0000*
D(LNX4K) 0.281221 0.127777 2.200878 0.0283**
D(HPTRENDX5K) 0.115980 0.051203 2.265099 0.0241**
ECT3(-1) -0.018318 0.011468 -1.597306 0.1110
C 0.011194 0.003978 2.813942 0.0051*
Adjusted R2 0.194902
Malaysia
D(X1M) 0.001031 0.001116 0.923752 0.3562
D(X2M) 0.008633 0.002834 3.045844 0.0025*
D(X3M) 0.000243 0.001028 0.236147 0.8134
D(LNX4M) 0.182303 0.072606 2.510851 0.0125*
D(LNX5M) -0.005859 0.008126 -0.721015 0.4713
ECT4(-1) 0.001511 0.009896 0.152633 0.8788
C -0.003234 0.001373 -2.356072 0.0190**
Adjusted R2 0.031059
Singapura
D(X1S) -0.000530 0.001562 -0.339349 0.7345
D(X2S) -0.003478 0.002700 -1.287749 0.1986
D(X3S) 0.010443 0.002081 5.017991 0.0000*
D(LNX4S) -0.073966 0.095457 -0.774856 0.4389
13
D(LNX5S) -0.060092 0.024961 -2.407457 0.0165**
ECT5(-1) -0.009226 0.010279 -0.897518 0.3700
C -3.39E-05 0.001563 -0.021671 0.9827
Adjusted R2 0.069035
Catatan: *99% significance, **95% significance, ***90% significance
Dalam jangka panjang dapat dilihat bahwa GDP riil secara signifikan negatif
mempengaruhi nilai tukar di Indonesia, Thailand, Korea, dan Malaysia. Namun,
secara signifikan positif mempengaruhi nilai tukar di Singapura. Tingkat inflasi
secara signifikan positif mempengaruhi nilai tukar di Indonesia, Korea, dan
Malaysia. Akan tetapi, secara signifikan negatif mempengaruhi nilai tukar di
Singapura. tingkat suku bunga secara signifikan negatif mempengaruhi nilai tukar di
Thailand, Korea, Malaysia, dan Singapura, secara signifikan positif mempengaruhi
nilai tukar di Indonesia. Jumlah uang beredar secara signifikan positif mempengaruhi
nilai tukar di Thailand, Korea, dan Malaysia, secara signifikan negatif mempengaruhi
nilai tukar di Indonesia. Foreign direct investment secara signifikan negatif
mempengaruhi nilai tukar di Indonesia, Korea, Malaysia, dan Singapura. Namun,
signifikan positif mempengaruhi nilai tukar di Thailand. Berdasarkan estimasi error
correction model bahwa Indonesia memiliki koefisien ECT yang signifikan sebesar -
0.046172. Hal ini menunjukkan besaran koefisien ECT negatif sehingga proses
penyesuaian nilai tukar untuk kembali ke kondisi ekuilibrium cukup lambat (slow
convergence) karena nilai koefisien mendekati nol. Sedangkan, besaran koefisien
ECT untuk Thailand (-0.013238), Korea (-0.018318), Singapura (-0.009226) serta
Malaysia yang memiliki koefisien ECT positif (0.001511) dan tidak signifikan. Hal
ini menunjukkan bahwa model dari error correction model dari negara-negara
tersebut menjadi tidak tepat untuk diestimasi lebih lanjut.
14
Tabel 2. Estimasi Koefisien jangka panjang dan jangka pendek model nilai
tukar dengan dua variabel dummy periode 1980M1 – 2012M9
Negara Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Estimated Long-run coefficients on exchange rate with 2 intercept dummies
Indonesia
HPTRENDX1I -1.038770 0.171866 -6.044052 0.0000*
LNX2I 2.359976 0.065618 35.96546 0.0000*
X3I 0.012211 0.001498 8.152692 0.0000*
LNX4I -0.094079 0.013818 -6.808536 0.0000*
HPTRENDX5I -0.067535 0.022247 -3.035662 0.0026*
D1 0.084965 0.077447 1.097073 0.2733
D2 -0.112120 0.042060 -2.665741 0.0080*
C 5.728474 0.326410 17.54995 0.0000*
Adjusted R2 0.989593
Thailand
HPTRENDX1T -0.364578 0.059959 -6.080462 0.0000*
LNX2T -0.078417 1.165950 -0.067256 0.9464
X3T -0.017115 0.002223 -7.699842 0.0000*
LNX4T 0.104369 0.011855 8.803866 0.0000*
HPTRENDX5T 0.243538 0.023496 10.36491 0.0000*
D1 0.367661 0.039477 9.313271 0.0000*
D2 -0.080703 0.031811 -2.536971 0.0116*
C -1.141025 0.339199 -3.363882 0.0008*
Adjusted R2 0.794327
Korea
HPTRENDX1K -1.973349 0.197209 -10.00638 0.0000*
LNX2K 2.385270 1.086107 2.196166 0.0287**
X3K -0.024984 0.001924 -12.98661 0.0000*
LNX4K 0.999185 0.082953 12.04524 0.0000*
HPTRENDX5K -0.104954 0.012096 -8.676864 0.0000*
D1 0.302363 0.035671 8.476514 0.0000*
D2 -0.043016 0.029584 -1.454051 0.1467***
C 4.614776 0.159123 29.00126 0.0000*
Adjusted R2 0.885541
Malaysia X1M -0.011659 0.001091 -10.68303 0.0000*
15
X2M 0.024076 0.003299 7.297040 0.0000*
X3M -0.019955 0.003120 -6.396320 0.0000*
LNX4M 0.019125 0.047208 0.405130 0.6856
LNX5M -0.032278 0.008116 -3.976984 0.0001*
D1 0.220418 0.026042 8.463862 0.0000*
D2 -0.003904 0.023703 -0.164702 0.8693
C 0.479473 0.343549 1.395647 0.1636
Adjusted R2 0.732951
Singapura
X1S 0.008675 0.000797 10.88290 0.0000*
X2S -0.032663 0.002497 -13.07992 0.0000*
X3S -0.012753 0.004696 -2.715904 0.0069*
LNX4S 0.017955 0.038082 0.471498 0.6376
LNX5S -0.134695 0.017704 -7.608278 0.0000*
D1 0.070283 0.030341 2.316439 0.0211**
D2 -0.060071 0.028517 -2.106510 0.0358**
C 7.044015 0.347033 20.29783 0.0000*
Adjusted R2 0.835589
Error-Correction representation for the ARDL (1,1) model of exchange rate with 2 intercept
dummies
Indonesia
D(HPTRENDX1I) -3.618339 1.722021 -2.101216 0.0363**
D(LNX2I) 1.990868 0.255998 7.776880 0.0000*
D(X3I) 0.001357 0.000709 1.913750 0.0564***
D(LNX4I) 0.012107 0.013379 0.904934 0.3661
D(HPTRENDX5I) 0.019191 0.104996 0.182775 0.8551
ECT01(-1) -0.047221 0.017968 -2.628040 0.0089*
C 0.011248 0.008200 1.371658 0.1710
Adjusted R2 0.184949
Thailand
D(HPTRENDX1T) -1.410761 0.431388 -3.270285 0.0012*
D(LNX2T) 0.405165 0.171694 2.359809 0.0188**
D(X3T) 0.002397 0.000838 2.860703 0.0045*
D(LNX4T) -4.04E-05 0.004069 -0.009924 0.9921
D(HPTRENDX5T) 0.098941 0.063860 1.549329 0.1221***
16
ECT02(-1) -0.021163 0.009538 -2.218788 0.0271**
C 0.006695 0.002231 3.000668 0.0029*
Adjusted R2 0.057377
Korea
D(HPTRENDX1K) -2.403711 0.797751 -3.013111 0.0028*
D(LNX2K) 0.949073 0.221687 4.281132 0.0000*
D(X3K) 0.010915 0.001513 7.214901 0.0000*
D(LNX4K) 0.268699 0.127646 2.105039 0.0359**
D(HPTRENDX5K) 0.103481 0.050123 2.064552 0.0396**
ECT03(-1) -0.015570 0.012112 -1.285451 0.1994
C 0.010459 0.003927 2.663237 0.0081*
Adjusted R2 0.193025
Malaysia
D(X1M) 0.000577 0.001101 0.523629 0.6008
D(X2M) 0.008723 0.002817 3.097063 0.0021*
D(X3M) 3.82E-05 0.001027 0.037187 0.9704
D(LNX4M) 0.184480 0.072242 2.553654 0.0110*
D(LNX5M) -0.006554 0.008066 -0.812521 0.4170
ECT04(-1) -0.021335 0.010658 -2.001827 0.0460**
C -0.003129 0.001365 -2.291334 0.0225**
Adjusted R2 0.040983
Singapura
D(X1S) -0.000601 0.001562 -0.384501 0.7008
D(X2S) -0.003637 0.002694 -1.349930 0.1778
D(X3S) 0.010363 0.002080 4.981141 0.0000*
D(LNX4S) -0.081689 0.095665 -0.853905 0.3937
D(LNX5S) -0.062214 0.025043 -2.484310 0.0134*
ECT05(-1) -0.013352 0.010518 -1.269479 0.2050
C 0.000104 0.001567 0.066251 0.9472
Adjusted R2 0.070976
Catatan: *99% significance, **95% significance, ***90% significance
17
Hasil estimasi koefisien dari variabel D1 (1997M6-1998M12) pada periode
krisis keuangan Asia menunjukkan hampir semuanya signifikan dari masing-masing
negara, kecuali negara Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dari krisis
keuangan Asia menyebabkan kenaikan pada nilai tukar di Thailand sebesar 37%,
Korea sebesar 30%, Malaysia sebesar 22%, dan Singapura sebesar 7% dibandingkan
pada masa tidak terjadi krisis. Begitupun juga dengan koefisien dari variabel D2
(2007M8-2009M3) pada periode krisis keuangan Global menunjukkan hasil yang
signifikan, kecuali negara Malaysia. Dimana, perubahan dalam krisis keuangan
Global menyebabkan penurunan dalam nilai tukar di Indonesia sebesar 11%,
Thailand sebesar 8%, Korea sebesar 4%, Singapura sebesar 6% dibandingkan dengan
masa tidak terjadi krisis. Hasil estimasi dengan dua variabel dummy menghasilkan
nilai Adjusted R2 yang mengalami peningkatan dari persamaan tanpa variabel
dummy. Besaran koefisien ECT dalam penyesuaian jangka pendek untuk negara
Indonesia, Thailand, dan Malaysi bernilai negatif dan signifikan. Hal ini
menunjukkan adanya derajat penyesuaian ke arah ekuilibrium yang bersifat lambat.
Sedangkan, untuk negara Korea dan Singapura memiliki koefisien ECT yang negatif
tetapi tidak signifikan.
V.Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
dalam jangka panjang variabel makroekonomi ini berpengaruh signfikan terhadap
nilai tukar di setiap negara-negara Asia (Indonesia, Thailand, Korea, Malaysia, dan
Singapura). Variabel GDP riil menunjukkan adanya pengaruh yang terdapat
pengaruh positif yang signifikan terhadap nilai tukar di Singapura dan terdapat
pengaruh negatif yang signifikan terhadap nilai tukar di negara Indonesia, Thailand,
Korea, dan Malaysia Variabel tingkat inflasi menunjukkan adanya pengaruh positif
yang signifikan terhadap nilai tukar di Indonesia, Korea, dan Malaysia (kecuali
variabel tingkat inflasi di Thailand yang tidak memberikan pengaruh karena
probabilitasnya yang tidak signifikan) dan secara signifikan negatif mempengaruhi
nilai tukar di Singapura. Hasil estimasi dalam jangka panjang menunjukkan tingkat
suku bunga secara signifikan negatif mempengaruhi nilai tukar di Thailand, Korea,
18
Malaysia, dan Singapura dan terdapat pengaruh yang signifikan positif pada nilai
tukar di Indonesia. Jumlah uang beredar secara signifikan positif memberikan
pengaruh terhadap nilai tukar di Thailand, Korea, dan Malaysia (kecuali variabel
jumlah uang beredar di Singapura yang tidak memberikan pengaruh terhadap nilai
tukar karena probabilitasnya yang tidak signifikan) dan memberikan pengaruh
signifikan negatif pada nilai tukar di Indonesia. Foreign direct investment
memberikan pengaruh yang signifikan negatif terhadap nilai tukar di Indonesia,
Korea, Malaysia, dan Singapura. Metode Error Correction Model dengan
pendekatan ARDL (1,1) menghasilkan nilai koefisien error correction term yang
signifikan dengan besaran koefisien ECT di Indonesia, Thailand, dan Korea bernilai
negatif yang menunjukkan tingkat kecepatan penyesuaian yang lambat (slow
convergence) untuk kembali ke kondisi ekuilibrium, sedangkan di Malaysia memiliki
besaran koefisien ECT yang bernilai positif sehingga menunjukkan tingkat
penyesuaian yang cukup cepat untuk kembali ke kondisi ekuilibrium. Dalam
penelitian ini juga dilakukan estimasi menggunakan dua variabel dummy, pada masa
krisis keuangan Asia (1997M6-1998M12) dan krisis keuangan Global (2007M8-
2009M3). Pada negara Indonesia dan Korea, menunjukkan semua variabel (GDP riil,
tingkat inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan foreign direct
investment) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar serta
menunjukkan tanda yang diharapkan sesuai dengan teori dalam jangka panjang.
Dengan demikian, stabilitas nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan struktural yang
terjadi dalam perekonomian, seperti krisis keuangan Asia dan krisis keuangan
Global. Oleh karena itu, implikasi dari perubahan kebijakan ekonomi dari setiap
negara-negara di Asia bahwa adanya kejadian-kejadian struktural pada ekonomi
global yang dapat mempengaruhi stabilitas nilai tukar.
19
DAFTAR RUJUKAN
Adiningsih, S., et al.(1998). Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar
Modal Indonesia (edisi pertama). Jakarta: Bursa Efek Jakarta.
Anonim. Foreign exchange market. Retrieved Sept 19, 2013,
http://en.wikipedia.org/wiki/Foreign_exchange_market/.
______. Exchange rate. Retrieved Sept 19, 2013,
http://en.wikipedia.org/wiki/Exchange_rate/.
______. Forex trading adalah-asia trade FX. Retrieved Sept 23, 2013,
http://Asiatradefx.com/forex-trading-adalah/.
______.Foreign Direct Investment. Retrieved Oct 13, 2013,
http://en.wikipedia.org/wiki/Foreign_direct_investment/.
______.Gross Domestic Product. Retrieved Oct 13, 2013,
http://en.wikipedia.org/wiki/Gross_domestic_product/.
Asari, F.F.A.H., Baharuddin, N.S., Jusoh, N., Mohamad, Z., Shamsudin, N., &
Jusoff, K. (2011). A Vector Error Correction Model (VECM) Approach in
Explaining the Relationship Between Interest Rate and Inflation Towards
Exchange Rate Volatility in Malaysia. World Applied Sciences Journal, 12, 49-
56.
Bank for International Settlements. (2013). Foreign exchange turnover in April
2013: preliminary global results. Triennial Central Bank Survey.
Bleaney, M & Fielding, D. (2002). Exchange Rate Regimes, Inflation and Output
Volatility in Developing Countries. Journal of development economics. 68, 233-245.
Branson, Wm.H. (1981). Macroeconomic Determinants of Real Exchange
Rates. Economic Outlook, 29(59).
Campa, J.M. (1993). Entry by Foreign Firms in the United States under Exchange
Rate Uncertainty. Review of Economics and Statistics. 75, 614-622.
Cho, D & West, K.D. (2003). Interest Rates and Exchange Rates in the Korean,
Philippine, and Thai Exchange Rate Crises. National Bureau of Economic
Research.
20
Danmola, R.A. (2013). The Impact of Exchange Rate Volatility on the
Macroeconomic Variables in Nigeria. European Scientific Journal, 9(7).
Engle, R.F dan Granger. C.W.J. (1987). Cointegration and error correction:
representation, estimation, and testing. Econometrica, 55, 251-276.
Fabozzi, F.J & Franco, M. (1996). Capital Market (2nd ed.). Upper Saddle River,
N.J.: Pearson Prentice Hall.
Froot, K & Stein, J. (1991). Exchange Rates and Foreign Direct Investment: An
Imperfect Capital Markets Approach. Quarterly Journal of Economics. 196, 1191-
1218.
Holod, D. (2000). The Relationship Between Price Level, Money Supply, and
Exchange Rate in Ukraine. National University of Kiev-Mohyla Academy.
Kim, N.T & Hirata, J. (2010). Determinants of exchange rate arrangements in
East Asia and lessons for Vietnam.
Lee-Lee, C & Hui-Boon, T. (2007). Macroeconomic Factors of Exchange Rate
Volatility Evidence from four neighbouring ASEAN economies. Studies in
Economics and Finance, 24(4), 266-285.
Levin, J.H. (1997). Money Supply Growth and Exchange Rate Dynamics. Journal of
Economic Integration. 12(3), 344-358.
Mahmood, I., Ehsanullah, M., & Ahmed, H. (2011). Exchange Rate Volatility
& Macroeconomic Variables in Pakistan. Business Management Dynamics
Journal, 1(2), 11-22.
Mankiw, N. Gregory. (2012). Principles Of Economics (6th
ed.). Cengage Learning
Asia.
Mirchandani, Anita. (2013). Analysis of Macroeconomic Determinants of
Exchange Rate Volatility in India. International Journal of Economics and
Financial Issues, 3(1), 172-179.
Mishkin, F.S. (2008). The Economics of Money, Banking, and Financial Markets
(8th
ed.). Upper Saddle River, N.J. : Pearson Education, Inc.
21
Nucu, A.E. (2011). The Relationship between Exchange Rate and Key
Macroeconomic Indicators. Case Study: Romania. The Romanian Economic
Journal, 14(41).
Oladi, R.H.B dan Chau, N. (2008). Multinational Corporations and Export Quality.
Journal of Economic Behavior & Organization. 65(1), 147-155.
Parveen, S., Khan, A.Q., & Ismail, M. (2012). Analysis of The Factors Affecting
Exchange Rate Variability in Pakistan. Academic Research International, 2(3).
Pratiwi, Q.S dan Mardanugraha, E. (2010). Exchange Rate System and
Macroeconomic Stability in Indonesia. Depok: Faculty of Economic
University of Indonesia.
Samsul, M. (2006). Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Erlangga: Jakarta.
Su, C.W. (2012). The Relationship between Exchange Rate and Macroeconomic
Variables in China. Original Scientific Paper, 30, 33 56.
Simon W.L.S. (1997). Is There Life Outside the ERM? An Evaluation of the
Effects of Sterling's Devaluation on the UK Economy. International
Journal of Finance and Economics, 2,199-216.
Tabas, H.M., Mirzaeenezhad, M.R., & Mohammadi, T. (2012). The Effect of the
Real Effective Exchange Rate Fluctuations on Macro-Economic Indicators (Gross
Domestic Product (GDP), Inflation and Money Supply). Interdisciplinary
Journal of Contemporary Research in Business, 4(6).
Udoh, E.J., Akpan, S.B., John, D.E., & Patrick, I.V. (2012). Cointegration between
Exchange Rate Volatility and Key Macroeconomic Fundamentals: Evidence from
Nigeria. Scientific Research, 3, 846 855.