Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web...

100
KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN ANGKA KUMAN PADA COASS DAN PERAWAT SETELAH MELAKUKAN TINDAKAN HAND HYGIENE Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh PIPIT PUSPITA DEWI 20100310084 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER i

Transcript of Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web...

Page 1: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN ANGKA KUMAN PADA COASS DAN PERAWAT SETELAH

MELAKUKAN TINDAKAN HAND HYGIENE

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

PIPIT PUSPITA DEWI

20100310084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

i

Page 2: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

HALAMAN PENGESAHAN KTI

PERBEDAAN ANGKA KUMAN PADA COASS DAN PERAWAT SETELAH MELAKUKAN TINDAKAN HAND HYGIENE

Disusun oleh:

PIPIT PUSPITA DEWI

20100310084

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 18 Januari 2014

Dosen Pembimbing Dosen penguji

dr. Inayati Habib, M.Kes dr. Kusbaryanto

NIK: 173025 NIK: 173022

Mengetahui

Kaprodi Pendidikan Dokter Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M.Kes dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes

NIK: 173.027 NIK: 173.031

ii

Page 3: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Karya tulis ini kupersembahkan untuk Kedua orangtuaku, Aiptu Sugiyono dan Eko Budi Hartati, S.E, M.Si

Alm. Kakek atas doanya selama ini untukku

Kedua adikku, Nana Diana P dan Yuda Adipradana

MOTTO

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.” (Q.S. Al-

Ankabut (29) : 6)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

iii

Page 4: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

(Q.S. Alam Nasyrah 94:6)

Knowledge comes from experience. “Information is not knowledge. The only source of knowledge is Experience”. (Albert

Einstein)

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang

harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak (Ernest Newman)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Muhammad Ali)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan

saat mereka menyerah (Thomas Alva Edison)

Follow your curiosity. “I have no special talent. I am only passionately curious.” (Albert Einstein)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Pipit Puspita Dewi

NIM : 20100310084

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

iv

Page 5: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 18 Januari 2014

Yang membuat pernyataan,

Tanda tangan

Pipit Puspita Dewi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat, rahmat, karunia dan

perlindungan-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan

v

Page 6: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, dan semoga

sampai kepada kita selaku umat yang taat dan patuh terhadap risalah yang dibawa

olehnya.

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Perbandingan Angka Kuman pada

Coass dan Perawat Setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene” disusun untuk

memperoleh gelar derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Kusbaryanto, M.Kes selaku dosen penguji Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. Inayati Habib, M.Kes selaku dosen pembimbing utama selama proses

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Pak jamhari di laboratorium mikrobiologi UMY yang telah banyak

membantu dalam proses kerja di laboratorium.

5. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral

ataupun materiil serta memberikan doa untuk kelancaran dan kemudahan

dalam melaksanakan penelitian ini.

vi

Page 7: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

6. Adikku tercinta Nana Diana Pramudita dan Yuda Adi Pradana yang telah

memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

7. Sahabatku dan teman-teman sejawat Pendidikan Dokter UMY angkatan

2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah berjuang

bersama-sama untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman seperjuangan penelitian ini, yaitu Diana Kartika Sary yang telah

berjuang bersama-sama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan baik.

Penulis menyadari dalam penulisan Karya tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga saran dan kritik membangun sangat penulis

harapkan. Penulis juga berharap apa yang telah disajikan dalam Karya tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

masukan bagi semua pihak.

Yogyakarta, 18 Januari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i

vii

Page 8: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Halaman Pengesahan........................................................................................... ii

Halaman Persembahan.........................................................................................iii

Halaman Motto.....................................................................................................iv

Kata Pengantar.................................................................................................... vi

Daftar Isi............................................................................................................. viii

Daftar Tabel.......................................................................................................... x

Daftar Gambar......................................................................................................xi

Abstract................................................................................................................xii

Intisari..................................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1B. Rumusan Masalah................................................................................... 8C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 8D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 9E. Keaslian Penelitian................................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka..................................................................................... 11B. Kerangka Konsep.................................................................................... 28C. Hipotesis................................................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian.....................................................................................30B. Populasi dan Sampel............................................................................... 30C. Variabel dan Definisi Operasional...........................................................31

viii

Page 9: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

D. Instrumen Penelitian................................................................................32E. Cara Pengumpulan Data........................................................................ .32F. Analisis Data...........................................................................................34G. Etika Penelitian.......................................................................................34H. Kesulitan Penelitian................................................................................34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian........................................................................................35B. Pembahasan.............................................................................................40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..............................................................................................47B. Saran........................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1. Tabel Angka Infeksi Nosokomial..............................................................3

2. Jumlah mikroorganisme pada tangan sebelum cuci tangan...................... 26

ix

Page 10: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta .....................................................................35

4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta......................................................................35

5. Distribusi Frekuensi Coass dan Perawat berdasarkan Bangsal/Poli di RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta........................................................36

6. Distribusi Frekuensi Coass berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2 setelah

Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta........................................................................................36

7. Distribusi Frekuensi Perawat berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2

setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta........................................................................................37

DAFTAR GAMBAR

1. My five Moments for Hand Hygiene............................................... 20

2. Teknik mencuci tangan dengan sabun dan air................................. 22

x

Page 11: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

3. Metode streak plate.......................................................................... 33

4. Hasil pengkulturan bakteri setelah cuci tangan................................46

The Differences of Bacterial Count on Coass and Nurses After Doing

Hand Hygiene

Pipit Puspita Dewi1, Inayati Habib2

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Mikrobiologi FK UMY

xi

Page 12: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

ABSTRACT

Nosocomial infection is the infection obtained from hospital or infection appears after 72 hours caring in hospital. Nosocomial infection may come from inside of body (endogen infection) or outside of body (exogenous infection). Source of transmission of nosokomial infection are medical personnels. The prevention and control of nosocomial infection is to prevent the spread of pathogenic microba. Hand hygiene is one of the most important ways to prevent the spread of nosocomial infections.

This research aimed to know about the differences of bacterial count between coass and nurses after do hand hygiene. The type of this research is an analityc observational study. This research has been done at microbiology laboratory Medical Faculty of Muhammadiyah University Yogyakarta and sample taken in hospital. The number of respondent is 48, consist of 24 coass and 24 nurses, the samples is taken by total sampling (coass) and quota sampling (nurses). Sample taking on the palm of the hand after respondent doing hand washing. After that, culturing into TSA media along 24 hours on 37oC, and then the number of exist colony was counted. Analyzing of data used mann-whitney test.

The result showed that the differences of bacterial count of coass and nurses are p value = 0,003 (p<0,05). It means that there are significant differences or statistically significant. Total of bacterial count on coass after doing hand hygiene are <847 CFU/cm2 as big as 62,5% and total of bacterial count on nurses after doing hand hygiene are <847 CFU/cm2 as big as 100%.

The conclusion is there are significant differences or statistically significant of bacterial count on coass and nurses after doing hand hygiene.

Keyword : nosocomial infection, hand hygiene, bacterial count

Perbedaan Angka Kuman pada Coass dan Perawat Setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene

Pipit Puspita Dewi1, Inayati Habib2

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Mikrobiologi FK UMY

xii

Page 13: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

INTISARI

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit atau infeksi yang timbul sesudah 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Infeksi nosokomial dapat berasal dari dalam tubuh penderita (infeksi endogen) maupun luar tubuh (infeksi eksogen). Sumber penularan infeksi nosokomial adalah tenaga medis. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial yaitu mencegah penyebaran mikroba patogen. Kebersihan tangan merupakan salah satu cara yang paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. Metode penelitian ini menggunakan analitik observasional. Tempat penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY dan pengambilan swab telapak tangan di rumah sakit. Jumlah responden 48 orang yang terdiri dari 24 coass dan 24 perawat, teknik pengambilan sampel dengan total sampling (coass) dan quota sampling (perawat). Pengambilan sampel pada telapak tangan dilakukan setelah responden mencuci tangan. Setelah itu dikultur pada media TSA selama 24 jam pada 37oC dan kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni yang ada. Analisis data yang digunakan adalah mann-whitney test.

Hasil menunjukkan terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene dengan nilai p = 0,003 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna secara statistik. Jumlah angka kuman pada coass setelah melakukan tindakan hand hygiene adalah <847 CFU/cm2 sebanyak 62,5%, sedangkan jumlah angka kuman pada perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene adalah <847 CFU/cm2

sebanyak 100%.

Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna secara statistik angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene.

Kata kunci : infeksi nosokomial, cuci tangan, angka kuman

xiii

Page 14: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit

(hospital aquired infection) atau infeksi yang timbul atau terjadi sesudah

72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang

mempunyai ICU, angka infeksi nosokomialnya lebih tinggi dibanding

yang tidak mempunyai ICU. Kejadian infeksi nosokomial juga lebih tinggi

di rumah sakit pendidikan oleh karena lebih banyak dilakukan tindakan

pemeriksaan (diagnostik) dan pengobatan yang bersifat invasif

(Zulkarnain, 2009).

Penularan dapat terjadi melalui cara silang (cross infection) dari

satu pasien kepada pasien yang lainnya atau infeksi diri sendiri di mana

kuman sudah ada pada pasien kemudian melalui suatu migrasi (gesekan)

pindah tempat dan di tempat yang baru menyebabkan infeksi (self

infection atau auto infection). Tidak hanya pasien rawat yang dapat

tertular, tapi juga seluruh personil rumah sakit yang berhubungan dengan

pasien, juga penunggu dan pengunjung pasien. Infeksi ini dapat terbawa ke

tengah keluarganya masing-masing (Zulkarnain, 2009).

Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu

pasien dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, penggunaan obat

imunosupresan dan steroid, daya tahan tubuh menurun pada pasien luka

bakar, pada pasien yang melakukan prosedur diagnostik invasif, infus

1

Page 15: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

lama atau pemasangan kateter urin yang lama dan infeksi nosokomial pada

luka operasi. Sebagai sumber penularan dan cara penularan terutama

melalui tangan, jarum suntik, kateter intravena, kateter urin, kain kasa atau

verban, cara keliru dalam menangani luka, peralatan operasi yang

terkontaminasi, dan lain-lain. Kuman penyebab infeksi nosokomial yang

tersering adalah Proteus, E.coli, S.aureus, dan Pseudo-monas. Selain itu

terdapat juga peningkatan infeksi nosokomial oleh kuman Enterocococus

faecialis (Streptococcus faecialis) (Zulkarnain, 2009).

Di ruang rawat intensif, infeksi nosokomial lebih sering terjadi

dibandingkan dengan bangsal rawat biasa. Secara universal di seluruh

dunia, 5%-10% pasien memperoleh infeksi nosokomial, 20%-30% bagi

pasien yang menjalani perawatan di unit perawatan intensif (ICU)

(Erasmus et al., 2010). Penelitian dari berbagai universitas di Amerika

Serikat menyebutkan bahwa pasien ICU mempunyai kekerapan infeksi

nosokomial 5-8 kali lebih tinggi. Systematic review of the literature

conducted by WHO menyatakan bahwa prevalensi tertinggi infeksi

nosokomial adalah ICU sebesar 28,2%, surgery sebesar 26,4%, mixed

population sebesar 23,6%, pediatrics sebesar 18,2%, dan other high risk

patient sebesar 3,6%. Angka infeksi nosokomial pada bangsal anak terjadi

paling tinggi pada umur <1 tahun. Angka infeksi tertinggi (terutama

infeksi sistemik) terjadi di NICU (neonatal intensive care) oleh karena

risiko infeksi bertambah tinggi (misal pada bayi berat badan lahir rendah).

Bayi prematur 500-1000 gram jika mereka hidup mempunyai risiko tinggi

2

Page 16: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

untuk infeksi (Soedarmo dkk, 2008). Organisme yang menyebabkan

infeksi nosokomial dalam NICU paling sering dibawa oleh tangan dari

dokter, perawat, fisioterapis, dan personil lain (Barbara C.C. Lam, 2004).

Tabel Angka Infeksi Nosokomial Menurut Pelayanan 1986-1990

Pelayanan infeksi per 100 pasien infeksi per 1000 yang dipulangkan patient-day Penyakit dalam 3,5 5,7Onkologi 5,1 8,1Unit luka bakar 14,9 11,9Operasi jantung 9,8 9,8Ortopedi 3,9 5,8Mata 0,0 0,0Kebidanan 0,9 5,0Anak (umum) 0,4 0,9*kamar bersalin risiko tinggi 14,0 9,9*kamar bersalin bayi sehat 0,4 1,1

(Soedarmo dkk, 2008)

Di Belanda dilaporkan 10.000 kasus infeksi nosokomial pertahun

(penduduk Belanda 15 juta). Angka infeksi rumah sakit di Indonesia masih

sedikit. Angka yang ada hanya muncul dari beberapa penelitian yang

sporadis di beberapa bagian seperti Bagian Anak, ICU, Bedah, Penyakit

Dalam. Dalam penelitian selama 1988-1889 di rumah sakit Bandung

didapatkan insidens infeksi nosokomial 9,1% di ICU dan 8,8% di ruang

neonatus (Zulkarnain, 2009). Dari hasil studi deskriptif Suwarni, A. di

semua rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa

proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%

dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar

3

Page 17: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

antara 4,3 sampai 11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari

(Suwarni, 2001).

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita

maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme

yang semula memang sudah ada di dalam tubuh dan berpindah ke tempat

baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sedangkan

infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang

berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. Adapun

faktor ekstrinsik sebagai sumber penularan di rumah sakit adalah tenaga

medis (dokter, perawat, coass, dll), peralatan medis, pengunjung, keluarga,

bangsal atau lingkungan, penderita lain serta makanan dan minuman.

Sedangkan faktor intrinsik meliputi umur, kondisi umum penderita, risiko

terapi serta adanya penyakit lain. Faktor-faktor ini merupakan faktor

predisposisi (Darmadi, 2008).

Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab

meningkatnya angka morbidity dan mortality di rumah sakit, sehingga

dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang

maupun negara maju. Saat ini, angka kejadian infeksi nosokomial telah

dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin

operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka

kejadian infeksi nosokomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar

biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial sehingga pihak

penderita sangat dirugikan (Darmadi, 2008).

4

Page 18: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh banyak faktor

(multifaktorial), baik faktor yang ada dalam diri penderita sendiri, maupun

faktor yang berada di sekitarnya. Setiap faktor-faktor tersebut hendaknya

dicermati, diwaspadai, dan dianggap berpotensi. Dengan mengenal faktor-

faktor yang berpengaruh merupakan modal awal upaya pencegahan dan

pengendalian infeksi nosokomial (Darmadi, 2008).

Inti dari pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah

mencegah penyebaran mikroba patogen yang berarti upaya mencegah

berpindahnya mikroba patogen, di antaranya melalui perilaku atau

kebiasaan petugas yang terkait dengan layanan medis (Darmadi, 2008).

Pencegahan infeksi nosokomial dari sisi petugas diantaranya

adalah petugas layanan medis harus menerapkan kebersihan personal

(hand hygiene) dan segala tindakannya harus pula higienis, serta petugas

layanan medis harus pula memperlakukan semua material dan instrumen

dengan cara higienis (R.N. Harley dalam Darmadi, 2008).

Faktor-faktor yang dianggap berkontribusi dalam kebersihan

tangan (hand hygiene) yang buruk meliputi tidak tersedianya wastafel

untuk mencuci tangan, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan cuci

tangan, kondisi pasien, kurangnya pengetahuan tentang hand hygiene

( Lankford, et al, 2003). Hampir semua mahasiswa kedokteran (99,6%)

mengetahui prosedur cuci tangan yang benar, namum mereka

meremehkannya karena hanya 52,9% dari mereka menganggap itu sebagai

5

Page 19: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

tindakan preventif yang paling penting untuk mengontrol infeksi (Huang,

et al, 2013).

Kebersihan tangan merupakan salah satu cara yang paling penting

untuk mencegah penyebaran infeksi. Penyedia layanan kesehatan harus

berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan pada titik-titik kunci

sebelum kontak dengan pasien, setelah kontak dengan cairan tubuh atau

darah atau permukaan yang terkontaminasi, sebelum prosedur invasif, dan

setelah melepas handscoens (CDC, 2012).

Seperti sabda Rasulullah SAW:

اإليمان من فة النظا

“Kebersihan itu adalah satu sudut dari iman” (HR. Imam Ahmad dan Turmudzi)

البيهقى ( ) رواه نظيف Cاال Cة الجن اليدخل Cه فان Cفوا فتنظ نظيف االسالم

Artinya: “Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih” ( HR. Baihaqi ).

Mencuci tangan merupakan hal yang penting pada setiap

lingkungan tempat klien dirawat, termasuk rumah sakit. Mencuci tangan

merupakan tindakan paling efektif untuk mengontrol infeksi nosokomial

dan didefinisikan sebagai menggosok seluruh permukaan kedua tangan

yang bersabun atau berbusa dengan kuat atau secara bersamaan (Garner

dan Favero dalam Bermen, 1998).

6

Page 20: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Mencuci tangan merupakan hal yang sederhana yang biasa

dilakukan, tetapi sangat besar manfaatnya. Penelitian yang dilakukan oleh

Sari et al (2012) membuktikan bahwa cairan pencuci tangan dari formula

World Health Organization (WHO) yaitu alcohol-based handrub, terdapat

dua jenis handrub formulasi WHO yaitu formulasi pertama memiliki

komposisi yang terdiri dari ethanol, glycerol dan hydrogen peroxide,

sedangkan formulasi kedua terdiri dari isopropyl alcohol, glycerol, dan

hydrogen peroxide, berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis pada

tangan subjek penelitian sebelum, setelah, dan rata-rata penurunan angka

kuman mencuci tangan menggunakan cairan pencuci tangan formula

WHO berdasarkan Total Plate Count adalah terdapat perbedaan yang

bermakna jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah mencuci tangan

menggunakan cairan pencuci tangan formula WHO. Perbedaan penurunan

angka kuman setelah menggunakan cairan pencuci tangan formula WHO

lebih tinggi dibandingkan dengan dengan rata-rata penurunan angka

kuman setelah mencuci tangan menggunakan cairan pencuci tangan

komersial.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengkaji tentang

perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan

tindakan hand hygiene. Peneliti memilih coass dan perawat sebagai

subyek penelitian karena coass merupakan mahasiswa kedokteran yang

sedang menjalankan pendidikan profesi di rumah sakit untuk lebih

mengenalkan dunia kedokteran kepada calon dokter. Coass dan perawat

7

Page 21: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

merupakan tenaga kesehatan yang lebih banyak berinteraksi dengan pasien

di rumah sakit dan selama ini penelitian-penelitian yang lain lebih banyak

memilih perawat sebagai subyek penelitian. Oleh karena itu, peneliti juga

ingin mengkaji coass sebagai subyek penelitian dalam penelitian ini

dikarenakan coass juga merupakan tenaga medis terdepan yang nantinya

akan menjadi dokter yang akan berinteraksi dengan pasien banyak dan

berbagai macam jenis penyakit.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka perlu dirumuskan masalah:

1. Apakah terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat

setelah melakukan tindakan hand hygiene?

2. Berapakah jumlah angka kuman pada coass dan perawat setelah

melakukan tindakan hand hygiene?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

1. Untuk mengetahui perbedaan nilai angka kuman setelah melakukan

tindakan hand hygiene

2. Untuk mengetahui infeksi nosokomial pada beberapa bangsal di rumah

sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui nilai angka kuman antar coass pada beberapa bangsal

setelah melakukan tindakan hand hygiene

8

Page 22: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

2. Mengetahui nilai angka kuman antar perawat pada beberapa bangsal

setelah melakukan tindakan hand hygiene

3. Mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah

melakukan tindakan hand hygiene pada beberapa bangsal

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu menambah pengetahuan

tentang perilaku hand hygiene dan infeksi nosokomial. Serta untuk

proses pembelajaran yang bisa dikembangkan dalam proses

pencegahan infeksi nosokomial.

2. Manfaat penelitian ini bagi klinisi yaitu dapat mengetahui pentingnya

mencuci tangan dan dapat melakukan serta menerapkan perilaku

mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah

melakukan tindakan medis terhadap pasien.

3. Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah memberikan informasi

tentang pentingnya mencuci tangan untuk mencegah berbagai macam

penyakit karena infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.

4. Manfaat penelitian ini bagi rumah sakit adalah memberikan informasi

tentang kejadian infeksi nosokomial serta upaya penanganan dan

pencegahan infeksi di rumah sakit.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang cuci tangan dan angka kuman sebelumnya sudah

pernah dilakukan oleh:

9

Page 23: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

1. Meila dengan judul “Hubungan Perilaku Cuci Tangan Perawat dengan

Angka Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Nosokomial”. Penelitian

dilakukan secara analitik observasional dengan hasil tidak terdapat

hubungan yang signifikan secara statistik antara perilaku mencuci

tangan perawat dengan angka bakteri aerob penyebab infeksi

nosokomial.

2. Pinter dengan judul “Perbandingan Efektifitas Cuci Tangan

Menggunakan Alkohol 70%, Sabun dan Irgasan DP 300 terhadap

Penurunan umlah Bakteri”. Penelitian dilakukan secara randomized

control trial dengan dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan

antara jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah cuci tangan

menggunakan antiseptik alkohol

Pada penelitian yang akan peneliti lakukan adalah menggunakan

metode analitik observasional dengan membandingkan beberapa bangsal

(bangsal bedah, bangsal anak, bangsal obsgyn, bangsal dalam, poli mata

dan poli syaraf) untuk mengetahui angka kuman pada coass dan perawat

serta untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan perawat

setelah melakukan tindakan hand hygiene.

10

Page 24: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Nosokomial

1. Definisi

Istilah infeksi nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata

nosos (penyakit) dan komeion (merawat). Nosocomion (atau menurut

Latin, nosocomium) berarti tempat untuk merawat atau rumah sakit

(Darmadi, 2008). Secara umum definisi infeksi nosokomial yaitu setiap

infeksi yang didapat selama perawatan di rumah sakit, tetapi bukan timbul

ataupun pada stadium inkubasi pada saat masuk rumah sakit, atau

merupakan infeksi yang berhubungan dengan perawatan di rumah sakit

sebelumnya (Soedarmo dkk, 2008).

Infeksi nosokomial mewakili risiko utama untuk keselamatan

pasien dan berkontribusi terhadap penderitaan, perpanjangan tinggal di

rumah sakit, biaya dan kematian (Sax H, et al., 2007).

Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila memiliki ciri-ciri:

a. Pada waktu penderita mulai dirawat dirumah sakit tidak didapatkan

tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut

b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang

dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut

c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya

setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan

11

Page 25: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi

sebelumnya

e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda

infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika

dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta

belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial (Darmadi,

2008).

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya infeksi nosokomial

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita

(infeksi endogen) maupun luar tubuh (infeksi eksogen). Infeksi

endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang

sudah ada di dalam tubuh dan berpindah ke tempat baru. Menurut

Darmadi (2008), faktor intrinsik meliputi umur, kondisi umum

penderita, risiko terapi serta adanya penyakit lain. Sedangkan faktor-

faktor luar (extrinsic factor) yang berpengaruh dalam insidensi infeksi

nosokomial adalah sebagai berikut:

1) Petugas pelayanan medis

Dokter, perawat, bidan, coass, tenaga laboratorium, dan

sebagainya.

2) Peralatan dan material medis

Jarum, kateter, instrumen, respirator, kain atau doek, kassa, dan

lain-lain.

12

Page 26: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

3) Lingkungan

Berupa lingkungan internal seperti ruangan atau bangsal

perawatan, kamar bersalin, dan kamar bedah. Sedangkan

lingkungan eksternal adalah halaman rumah sakit dan tempat

pembuangan sampah atau pengolahan limbah.

4) Makanan atau minuman

Hidangan yang disajikan setiap saat kepada penderita.

5) Penderita lain

Keberadaan penderita lain dalam satu kamar/ruangan/bangsal

perawatan dapat merupakan sumber penularan.

6) Pengunjung atau keluarga

Keberadaan tamu/keluarga dapat merupakan sumber penularan.

Pasien rawat inap sering mendapat mendapat flora endogen

sekunder di rumah sakit. Tersering flora ini berasal dari pasien lain

melalui petugas rumah sakit. Makanan, air minum, dan sumber bakteri

dari lingkungan memegang peran yang lebih kecil dalam penyebaran

patogen nosokomial. Kebanyakan infeksi nosokomial adalah

autochthonous (berasal dari flora endogen pasien), tetapi infeksi silang

antara pasien yang dirawat juga dapat terjadi. Infeksi silang (cross-

infection) dapat terjadi melalui penularan langsung (kontak atau udara)

atau tidak langsung (orang ke benda ke orang, atau benda ke orang)

(Soedarmo dkk, 2008).

13

Page 27: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya infeksi nosokomial:

a. Peningkatan jumlah orang yang rentan di rumah sakit (orang

berusia lanjut, orang yang tak berdaya, atau pasien dengan

imunosupresi)

b. Peningkatan penggunaan prosedur invasif (misalnya pemasangan

jalur vena, bantuan ventilasi) atau supresi sistem imun

c. Peningkatan pergerakan pasien antar bangsal akibat tekanan di

tempat tidur

d. Penggunaan antibiotik lebih luas dan timbulnya strain resisten

(Mandal, et al, 2008).

Pada dasarnya setiap penderita yang sedang dirawat di

ruangan/bangsal perawatan manapun dapat terjangkit infeksi

nosokomial, namun intensitas perhatian lebih banyak ditujukan pada:

1) Ruangan/bangsal perawatan anak

Berbagai faktor peluang terjadinya infeksi nosokomial antara lain:

a. Umur balita adalah umur rentan

b. Adanya tindakan invasif seperti terpasangnya set infus/cairan

infus, atau tranfusi darah

c. Mobilitas yang tinggi dari penderita (digendong oleh orang

tua/keluarga yang bebas pergi ke mana saja)

d. Penunggu/keluarga yang bebas keluar-masuk

e. Padatnya jumlah penderita yang dirawat dalam satu

ruangan/bangsal (Darmadi, 2008).

14

Page 28: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

2) Ruangan/bangsal perawatan penyakit menular

Penderita yang dirawat di ruangan/bangsal perawatan ini

mempunyai potensi menularkan penyakit, jadi penderita-penderita

berperan sebagai reservoir mikroba patogen. Penyebaraan mikroba

patogen melalui produk infeksius penyakit seperti sputum,

sekreta/ekskreta, darah, urine, atau feses. Hal ini tentunya berisiko

menular terhadap penderita lain, apabila:

a. Penanganan produk infeksius tersebut tidak prosedural

b. Tidak/kurang adanya penyuluhan kesehatan bagi penderita atau

keluarganya

c. Jumlah penderita yang sedang dirawat melebihi kapasitas

tempat tidur yang tersedia.

3) Ruangan/bangsal perawatan khusus

Penderita yang dirawat pada tempat khusus ini harus dilindungi

dari kemungkinan tertular, dilandasi oleh berbagai faktor:

a. Pemulihan kesehatannya memerlukan waktu yang cukup lama,

dengan keadaan umum yang buruk

b. Komplikasi yang timbul dari penyakit dasar cukup berat, di

mana juga memerlukan terapi atau tindakan medis tersendiri

c. Dapat dipastikan adanya penyakit lain yang menyertai penyakit

dasar

d. Beban mental/psikologis penderita (Darmadi, 2008).

15

Page 29: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Contoh kasus yang harus dirawat pada ruangan/bangsal khusus ini

antara lain:

a. Diabetes militus dengan komplikasi gangren

b. Steven-Johnson syndrome

c. Luka bakar yang cukup luas

d. HIV/AIDS

e. Kanker pada stadium lanjut, dan lain-lain

4) Ruangan/bangsal perawatan intensif

Pada ruangan/bangsal ini dirawat penderita dengan kondisi yang

memerlukan perhatian istimewa, misalnya:

a. Penderita yang berada dalam keadaan kritis

b. Penderita yang sewaktu-waktu memerlukan tindakan medis

akut

c. Penderita yang menggunakan berbagai alat bantu medis

d. Penderita yang membutuhkan pemantauan monitoring tanda-

tanda vital secara terus menerus (Darmadi, 2008).

3. Pencegahan Infeksi Nosokomial

Cuci tangan adalah prosedur terpenting dalam pencegahan

infeksi nosokomial (Barbara C.C. Lam, 2004). Cuci tangan adalah

tindakan sederhana, tetapi kurangnya kepatuhan diantara penyedia

layanan kesehatan adalah masalah di seluruh dunia (WHO, 2009).

Mencuci tangan (dengan sabun dan air, atau desinfeksi menggunakan

alcohol-based hand rub) dianggap ukuran paling penting untuk

16

Page 30: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

mencegah infeksi nosokomial dan penyebaran dari patogen

antimikroba resisten (Erasmus, et al., 2010).

Inti dari pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial

adalah pada masalah perkembangbiakan mikroba patogen pada

reservoir serta penyebarannya dari reservoir ke pejamu (penderita yang

sedang dalam proses asuhan keperawatan). Langkah-langkah yang

harus dilakukan petugas ruangan/bangsal perawatan antara lain:

a. Menjaga agar ruangan/bangsal perawatan selalu terjaga

kebersihannya, serta memerhatikan ventilasi dan pencahayaannya

b. Peralatan medis dan peralatan nonmedis yang tersedia dalam

ruangan/bangsal perawatan harus siap pakai, dalam keadaan bersih,

dan tetap terjaga sterilitasnya

c. Mencegah perilaku dengan tindakan yang tidak higienis dan atau

tidak aseptik

d. Mengenal diagnosis penyakit dari penderita terutama yang rawan

terjangkit infeksi nosokomial

e. Mengenal tindakan-tindakan invasif yang berpotensi dapat

menimbulkan infeksi nosokomial

f. Mencegah terjadinya infeksi silang di antara penderita-penderita

yang dirawat dalam satu ruangan/bangsal perawatan (Darmadi,

2008).

B. Cuci Tangan

1. Definisi

17

Page 31: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan

kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan

air (DepKes RI dalam Novi Hediyani, 2012). Kebersihan tangan adalah

elemen inti untuk melindungi pasien terhadap infeksi nosokomial.

Mencuci tangan dengan cara menggosok tangan menggunakan alkohol

(alcohol-based) adalah prosedur yang sederhana dan ringan yang

membutuhkan hanya beberapa detik (Sax H, et al., 2007).

Tujuan mencuci tangan merupakan salah satu unsur pencegahan

penularan infeksi (CDC, 2012). Karena penularan penyakit dapat terjadi

ketika orang yang terinfeksi tidak mencuci tangan dengan benar kemudian

langsung menyentuh atau mengolah makanan dan makanan tersebut

dikonsumsi orang lain. Mencuci tangan juga dapat menurunkan bioburden

(jumlah mikroorganisme) pada tangan dan untuk mencegah

penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi, seperti pasien, tenaga

perawatan kesehatan dan peralatan (Schaffer, 2000).

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh (Musadad, dkk, 1993)

yaitu perilaku cuci tangan oleh tenaga kesehatan baik dokter maupun

perawat menunjukkan bahwa sebagian besar petugas tersebut tidak

melaksanakan cuci tangan. Hal ini terlihat pada waktu petugas akan

memeriksa pasien, baik saat pertama kali atau pergantian dari pasien satu

ke pasien lainnya. Mereka pada umumnya mencuci tangan setelah selesai

melakukan pemeriksaan pasien keseluruhannya. Kondisi seperti ini dapat

18

Page 32: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

memicu terjadinya infeksi nosokomial yang dikenal dengan Healthcare

Associated Infection (HAIs).

2. Indikasi Mencuci Tangan

Indikasi mencuci tangan menurut World Health Organization adalah:

a. Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, dengan

atau tidak menggunakan sarung tangan.

b. Segera setelah melepas sarung tangan (gloves).

c. Sebelum menangani peralatan invasif.

d. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit

yang tidak utuh, dan benda yang terkontaminasi, bahkan jika

menggunakan sarung tangan.

e. Selama perawatan pasien, ketika berpindah dari yang

terkontaminasi ke tubuh pasien.

f. Setelah bersentuhan dengan benda-benda mati di sekitar pasien

(WHO, 2006).

Indikasi mencuci tangan menurut World Health Organization dalam

“My 5 Moments for Hand Hygiene”, yaitu:

a. Sebelum menyentuh pasien

b. Sebelum prosedur aseptik

c. Setelah terekspore cairan tubuh

d. Setelah menyentuh pasien

e. Setelah menyentuh benda-benda di sekeliling pasien

19

Page 33: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

'My five moments for hand hygiene': a user-centred design approach to understand, train, monitor and report hand hygiene (Sax H, et al, 2007).

3. Cara Mencuci Tangan

Teknik mencuci tangan dengan sabun dan air (durasi 40-60 detik):

1) Membasuh tangan dengan air mengalir

2) Meratakan sabun dengan kedua telapak tangan

3) Menggosok kedua tangan memutar

4) Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan

tangan kanan, begitu pula sebaliknya

5) Menggosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan

6) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci

7) Menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan

dan lakukan sebaliknya

8) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak

tangan kiri dan sebaliknya

20

Page 34: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

9) Menggosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan

kanan dan melakukan sebaliknya

10) Membilas kedua tangan dengan air

11) Mengeringkan dengan handuk sekali pakai

12) Mematikan kran dengan handuk (WHO, 2009)

(WHO, 2009)

21

Page 35: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

C. Prosedur laboratorium infeksi nosokomial

Infeksi nosokomial sangat berkaitan dengan keberadaan mikroba

patogen, oleh karena itu peran laboratorium mikrobiologi rumah sakit

sangat menentukan. Proses pemeriksaan yang dilakukan menuntut dua

persyaratan (Darmadi, 2008) :

1. Ketelitian kerja

Mikroba patogen yang ditemukan baik melalui pemeriksaan

mikroskopis maupun melalui biakan/kultur adalah mikroba patogen

yang benar-benar bersumber dari spesimen. Jadi dalam hal ini dituntut

ketelitian kerja untuk menghindari adanya kemungkinan kontaminasi

yang dapat mengacaukan hasil laboratorium.

2. Kecepatan laporan

Dengan adanya informasi tentang macam mikroba patogen yang

ditemukan dan segera dilaporkan, maka akan ada tindakan-tindakan

yang bersifat korektif, khususnya terhadap pemberian antibiotik.

Kegiatan laboratorium mikrobiologi meliputi:

a. Identifikasi secara tepat mikroba patogen penyebab infeksi nosokomial

b. Mengerjakan tes kepekaan

c. Melacak jenis mikroba patogen pencemar yang ada disetiap unit

kerja/lingkungan rumah sakit, khususnya ruangan/bangsal/kamar

perawatan

d. Pemeriksaan mikrobiologi terhadap petugas (Darmadi, 2008).

22

Page 36: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Untuk memperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi yang optimal, maka

banyak hal yang perlu diperhatikan (Darmadi, 2008):

a. Mikroba patogen pencemar yang berada di ruang kerja laboratorium

mikrobiologi telah benar-benar dapat di eliminasi

b. Cara pengambilan, penampungan, dan pengiriman spesimen harus

benar

c. Prosedur kerja pemeriksaan identifikasi mikroba patogen telah sesuai

dan dapat diselesaikan dalam waktu sesingkat mungkin.

Spesimen diperoleh dari penderita yang sedang dalam perawatan di

ruangan/bangsal. Spesimen yang diperoleh dalam bentuk darah, urine, pus,

dahak, feses, jaringan mati dekubitus/kulit, dan lain-lain. Terkait dengan

pemeriksaan mikrobiologi, tugas pokok laboratorium mikrobiologi adalah:

1. Menentukan mikroba patogen sebagai penyebab penyakit infeksi

2. Menetapkan antibiotik yang tepat untuk menanggulangi infeksi

melalui tes resistensi (Darmadi, 2008).

Untuk memperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi yang

maksimal, spesimen hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Jumlah spesimen harus cukup untuk seluruh prosedur pemeriksaan

2. Spesimen harus mewakili proses infeksi, misalnya: sputum, pus

dari luka, usapan dari luka bagian dalam

3. Usahakan spesimen tidak terkontaminasi dengan menggunakan alat

steril dan aseptik

23

Page 37: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

4. Spesimen harus cepat dibawa ke laboratorium untuk diperiksa

5. Sebaiknya spesimen diambil sebelum pemberian antibiotik

(Darmadi, 2008).

D. Metode pemeriksaan angka kuman

Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu

secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan

mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu:

a. Pengukuran menggunakan bilik hitung (counting chamber)

Pada pengukuran ini, untuk bakteri digunakan bilik hitung

Petroff Hausser, sedangkan untuk mikroorganisme eukariot digunakan

hemositometer. Keuntungan menggunakan metode ini adalah mudah,

murah, dan cepat, serta bisa diperoleh informasi tentang ukuran dan

morfologi mikroorgansime. Kerugiannya adalah populasi

mikroorganisme yang digunakan harus banyak (minimum berkisar 106

CFU/mL), karena pengukuran dengan volume dalam jumlah sedikit

tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati, serta kesulitan

menghitung sel yang motil (Pratiwi, 2008).

b. Pengukuran menggunakan electronic counter

Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui

lubang kecil (orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang

ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur tahanan listrik (ditandai

dengan naiknya tahanan) pada saat bakteri melalui orifice. Pada saat

24

Page 38: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa diperoleh

dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta dapat menghitung sel dengan

ukuran besar. Kerugiannya adalah metode ini tidak bisa digunakan

untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan debris, filamen,

serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi,

2008).

c. Pengukuran dengan plating technique

Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak

(visible) dan didasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan

tumbuh, membelah, dan memproduksi satu koloni tunggal. Satuan

penghitungan yang dipakai adalah CFU (colony forming unit) dengan

cara membuat seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel

pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plate dengan jumlah

koloni berkisar 25-250 atau 30-300.

Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah, dan sensitif

karena menggunakan colony counter sebagai alat hitung dan dapat

digunakan untuk menghitung mikroorgansime pada sampel makanan,

air ataupun tanah. Kerugiannya adalah harus digunakan media yang

sesuai dan penghitungannya yang kurang akurat karena satu koloni

tidak selalu berasal dari satu individu sel (Pratiwi, 2008).

25

Page 39: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

E. Standar angka kuman di tangan

Jumlah mikroorganisme pada tangan sebelum cuci tangan menurut

referensi adalah:

Lokasi pada tangan Kepadatan mikroorgansime

1. Dibawah kuku jari 61.368 CFU/cm2

2. Telapak tangan 847 CFU/cm2

3. Punggung tangan 250 CFU/cm2

4. Disela jari 223 CFU/cm2

5. Diatas kuku jari 89 CFU/cm2

(Number of Microorganism on Your Hands, 2008)

Fakta tentang mencuci tangan (handwashing) :

a. Manusia memiliki sekitar 2 hingga 10 juta bakteri di antara ujung jari

dan siku.

b. Tangan basah menyebarkan kuman 1.000 kali lebih banyak daripada

tangan kering.

c. Jumlah kuman pada ujung jari bertambah dua kali lipat setelah Anda

menggunakan toilet.

d. Kuman dapat bertahan hidup di tangan sampai tiga jam.

e. Jutaan kuman bersembunyi di balik aksesori yang di kenakan,

misalnya di bawah jam tangan, gelang, atau cincin (hand hygiene

europe, 2012).

26

Page 40: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Kerangka Konsep

Keterangan:

--------- : tidak dilakukan

: dilakukan

27

F.intrinsik :

- umur

- kondisi umum

- risiko terapi

- adanya penyakit lain

f.ekstrinsik :

- tenaga medis

- lingkungan/bangsal

- peralatan medis

- makanan /minuman

- penderita lain

Pencegahan

Hand hygiene

Tenaga Medis

Coass Perawat

Angka KumanBangsal bedah

Bangsal dalam

Bangsal obsgyn

Bangsal anak

Poli Mata

Infeksi Nosokomial

Angka Kuman

Angka Kuman

Hasil

Poli Syaraf

Page 41: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah

melakukan tindakan hand hygiene

2. Jumlah angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan

hand hygiene adalah < 847 CFU/cm2

28

Page 42: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional

dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

B. Populasi dan Sampel

1) Populasi dalam penelitian ini adalah coass dan perawat yang bertugas

di poliklinik dan bangsal rawat jalan di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

2) Sampel dalam penelitian ini adalah coass dan perawat yang berada di

bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn, bangsal anak, poli

mata dan poli syaraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta antara

bulan Juni-September 2013 sebanyak 48 responden.

3) Cara pengambilan sampel dan besar sampel yaitu ditentukan dengan

cara quota sampling untuk perawat dan total sampling untuk coass.

4) Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk

pengambilan sampel swab telapak tangan coass dan perawat dan

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

untuk pemeriksaan angka kuman. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Juni-September 2013.

5) Kriteria inklusi dan ekslusi

a. Kriteria inklusi:

29

Page 43: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

1. Petugas medis (coass dan perawat) yang beraktivitas di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di bangsal

bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn, bangsal anak, poli

mata, dan poli syaraf.

2. Petugas medis (coass dan perawat) yang melakukan cuci

tangan setelah melakukan tindakan medis.

3. Petugas medis (coass dan perawat) yang bersedia mengikuti

penelitian.

b. Kriteria eksklusi: Petugas medis (coass dan perawat) yang menolak

untuk ikut dalam penelitian.

C. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian

1. Variabel bebas : tindakan cuci tangan coass dan perawat

2. Variabel terikat : angka kuman pada telapak tangan coass

dan perawat

Definisi Operasional

1. Perilaku mencuci tangan adalah tindakan untuk membersihkan tangan

dari segala macam mikroorganisme menggunakan sabun dan dibilas

pada air yang mengalir. Tujuan mencuci tangan adalah untuk

menurunkan jumlah mikroorganisme pada tangan dan untuk mencegah

penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi, seperti pasien,

tenaga perawatan kesehatan dan peralatan.

30

Page 44: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

2. Angka kuman adalah jumlah bakteri yang dihitung pada perbenihan

media TSA dengan satuan Coloni Forming Unit (CFU)/cm2 dengan

menggunakan metode streak plate.

3. Perawat adalah tenaga paramedis yang membantu melakukan tindakan

keperawatan yang bermitra dengan tenaga medis dan mempunyai tugas

untuk melakukan tindakan medis di bangsal dan poliklinik RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta. Perawat dalam penelitian ini adalah

perawat yang bertugas di bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal

obsgyn, bangsal anak, poli mata, dan poli syaraf.

4. Coass adalah mahasiswa kedokteran yang telah memiliki gelar sebagai

Sarjana Kedokteran dan sedang menjalankan pendidikan profesi untuk

mendapatkan gelar dokter. Coass dalam penelitian ini adalah coass

yang bertugas di bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn,

bangsal anak, poli mata, dan poli syaraf.

D. Instrumen Penelitian

Alat : kapas lidi steril, lampu spiritus, inkubator, korek api, petri disk,

tissue/lap, spidol permanent, tabung reaksi, ose, counter

Bahan : medium TSA, larutan NaCl fisiologis, sabun cair

E. Cara Pengumpulan Data

I. Langkah-langkah pengambilan sampel:

1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

31

Page 45: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

2) Mengambil sampel swab di telapak tangan responden setelah

melakukan cuci tangan seluas 2x2cm dengan kapas lidi steril

kemudian dimasukkan kedalam NaCl steril 1 ml.

3) Sampel selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk

menghitung angka kuman.

II. Langkah-langkah pemeriksaan angka kuman

Pemeriksaan angka kuman dengan metode streak plate dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengambil satu ose steril standar dan kemudian dimasukkan

ke dalam cairan sampel.

2) Mengambil sampel dengan ose standar yang steril. Selanjutnya

digoreskan pada media TSA seperti pada gambar:

3) Dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.

4) Setelah diinkubasi, koloni yang tumbuh pada media TSA

dihitung jumlahnya.

5) Perhitungan angka kuman menurut rumus sebagai berikut:

Angka Kuman = n x 0,02 x 500 CFU/ml/4cm2

32

Page 46: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Keterangan: n adalah jumlah koloni yang dihitung. Karena

dalam penghitungan menggunakan luas permukaan dalam

sentimeter (cm2) yaitu 4cm2.

F. Analisa Data

Setelah melakukan penelitian, data yang diperoleh dari percobaan akan

disajikan dengan membuat tabel yang berisi angka kuman pada coass dan

perawat. Untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan

perawat dilakukan analisis data menggunakan Mann-Whitney test.

G. Etika Penelitian

Peneliti tetap menjaga hak-hak responden untuk ikut dalam penelitian dan

tidak ada paksaan untuk mengikuti penelitian.

H. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dihadapi saat melakukan penelitian adalah terjadinya

kontaminasi. Kontaminasi ini terjadi jika kurang memperhatikan kesterilan

alat dan lingkungan pada saat penelitian.

33

Page 47: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai perbedaan angka kuman pada coass dan perawat

setelah melakukan tindakan hand hygiene menggunakan 48 sampel, yaitu 24

sampel coass dan 24 sampel perawat. Masing-masing responden dimintai

inform consent secara lisan untuk persetujuan dilakukannya penelitian.

A. HASIL

Dari hasil penelitian pada 24 coass dan 24 perawat di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh data :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

No Jenis Kelamin Jumlah Coass Jumlah Perawat

1. Laki-laki 11 2

2. Perempuan 13 22

Jumlah 24 24

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

No Lama Kerja Jumlah Coass Jumlah Perawat

1. 1-2 bulan 6 23

2. 3-4 bulan 3 0

3. 5-6 bulan 0 0

4. 7-8 bulan 6 1

5. >8 bulan 9 0

34

Page 48: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Coass dan Perawat berdasarkan Bangsal/Poli di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

No Bangsal / Poli Jumlah Coass Jumlah Perawat

1. Peny.Dalam 4 11

2. Ibnu Sina 7 6

3. Raudah 0 2

4. Sakinah 0 3

6. Poli mata 2 0

7. Poli bedah 6 1

8. Poli obsgyn 1 1

9. Poli syaraf 4 0

Perbedaan jumlah angka kuman pada coass dan perawat setelah

melakukan tindakan hand hygiene dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Coass berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2 setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

No Angka kuman/cm2 Jumlah Coass Dalam Persen

1. 0-500 CFU/cm2 15 62,5%

2. 501-1000 CFU/cm2 5 20,83%

3. 1001-1500 CFU/cm2 2 8,33%

4. >1500 CFU/cm2 2 8,33%

Pada tabel di atas dapat dilihat paling banyak coass memiliki angka kuman

0-500 CFU/cm2 yaitu 62,5% setelah melakukan cuci tangan.

35

Page 49: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perawat berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2 setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

No Angka kuman/cm2 Jumlah Perawat Dalam Persen

1. 0-100 CFU/cm2 12 50 %

2. 101-200 CFU/cm2 4 16,67%

3. 201-300 CFU/cm2 4 16,67%

4. 301-400 CFU/cm2 3 12,5%

5. 401-500 CFU/cm2 1 4,17 %

Pada tabel di atas dapat dilihat paling banyak perawat memiliki

angka kuman 0-100 CFU/cm2 yaitu 50% setelah melakukan cuci tangan.

Tabel 4.6 Jumlah Mikroorganisme pada Tangan Sebelum Cuci Tangan Menurut Referensi:

Lokasi pada tangan Kepadatan mikroorgansime

1. Dibawah kuku jari 61.368 CFU/cm2

2. Telapak tangan 847 CFU/cm2

3. Punggung tangan 250 CFU/cm2

4. Disela jari 223 CFU/cm2

5. Diatas kuku jari 89 CFU/cm2

( Number of Microorganisme on Your Hands, 2008)

Pada tabel di atas dapat dilihat angka kuman pada coass dan

perawat setelah melakukan tindakan cuci tangan telah sesuai berdasarkan

tabel angka kuman menurut referensi.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah angka kuman

pada coass dan perawat, dilakukan analisis data pada data yang diperoleh

36

Page 50: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

menggunakan spss 17 dengan terlebih dahulu menguji distribusi data

normal ataukah tidak normal yaitu seperti tabel dibawah ini:

Tests of Normality

tenaga

medis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

angka kuman koas .251 24 .000 .746 24 .000

perawat .207 24 .009 .882 24 .009

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil test of normality, jumlah sampel yang digunakan

adalah 48 sampel (kurang dari 50) sehingga test of normality nya dilihat

pada bagian Shapiro-Wilk. Dari tabel didapatkan nilai significansi atau

nilai probabilitas pada koas 0,000 dan perawat 0,009 (nilai p<0,05) yang

artinya bahwa distribusi data tidak normal, sehingga analisis data

menggunakan turunan dari independent sample t-test, yaitu Mann-Whitney

Test.

Mann-Whitney Test

37

Ranks

tenaga

medis N Mean Rank Sum of Ranks

angka kuman koas 24 30.60 734.50

perawat 24 18.40 441.50

Total 48

Page 51: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Test Statisticsa

angka kuman

Mann-Whitney U 141.500

Wilcoxon W 441.500

Z -3.022

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Grouping Variable: tenaga medis

Berdasarkan tabel di atas, nilai p=0,003 (p<0,05) yang artinya

terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah

melakukan tindakan hand hygiene.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara bangsal atau

poliklinik dengan angka kuman, dilakukan analisis data menggunakan

korelasi, dengan hasil sebagai berikut:

Correlations

kategori angkakuman

Spearman's rho kategori Correlation Coefficient 1.000 .482**

Sig. (2-tailed) . .001

N 48 48

angkakuman Correlation Coefficient .482** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 48 48

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

38

Page 52: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Berdasarkan tabel korelasi di atas, nilai p=0,001 (p<0,05) yang

artinya terdapat hubungan antara bangsal tempat coass dan perawat

bertugas dengan kekuatan korelasi sedang (r=0,482).

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama kerja coass

dan perawat dengan angka kuman yang dihasilkan, dilakukan analisis

menggunakan korelasi dengan hasil sebagai berikut:

Correlations

lama kerja angkakuman

Spearman's rho lama kerja Correlation Coefficient 1.000 .392**

Sig. (2-tailed) . .006

N 48 48

angkakuman Correlation Coefficient .392** 1.000

Sig. (2-tailed) .006 .

N 48 48

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel korelasi di atas, nilai p=0,257 (p>0,05) yang

artinya tidak terdapat hubungan antara lama kerja coass dan perawat

dengan kekuatan korelasinya lemah (r=0,392).

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa setelah cuci

tangan, jumlah kuman pada coass dan perawat telah sesuai dengan tabel

referensi yang ada. Tabel angka kuman didapatkan dari referensi.

39

Page 53: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, paling banyak coass

memiliki angka kuman 0-500 CFU/cm2 yaitu 62,5% setelah melakukan

cuci tangan dan paling banyak perawat memiliki angka kuman 0-100

CFU/cm2 yaitu 50 % setelah melakukan cuci tangan. Kemudian dilakukan

olah data dengan Mann-Whitney test dengan hasil terdapat perbedaan

angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand

hygiene.

Perbedaan jumlah angka kuman pada coass dan perawat bisa

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya lama kerja, aktivitas yang

dilakukan, bangsal tempat bertugas, durasi mencuci tangan, pengetahuan

dan pengalaman. Infeksi nosokomial dapat ditransmisikan antara pasien

yang berada di rumah sakit dengan tenaga kesehatan atau tenaga medis

termasuk koas dan perawat. Pasien yang ditangani oleh tenaga medis

(khususnya koas dan perawat) dengan pelatihan dan pengetahuan yang

kurang merupakan risiko tinggi untuk terjadinya kontak dengan infeksi

nosokomial (HCAIs). Tingkat pengetahuan dan ketrampilan koas dan

perawat dipengaruhi oleh sumber belajar seperti kuliah formal,

pengalaman waktu bertugas, hospital guidelines, dan artikel sains (Huang,

et al, 2013).

Lama kerja koas dan perawat pada data yang didapatkan peneliti,

tidak berpengaruh pada angka kuman yang dihasilkan. Hal ini mungkin

berkaitan dengan langkah-langkah mencuci tangan yang tidak sesuai

dengan referensi yang ada sehingga angka kuman yang dihasilkan juga

40

Page 54: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

berbeda. Berdasarkan analisis spss menggunakan korelasi menunjukkan

bahwa lama kerja coass dan perawat tidak berpengaruh, dibuktikan dengan

nilai p=0,257 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara lama

kerja coass dan perawat serta kekuatan korelasinya (r) = 0,241 yang

artinya kekuatan korelasinya lemah.

Aktivitas yang dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis di

bangsal juga akan mempengaruhi hasil angka kuman. Semakin padatnya

aktivitas yang dilakukan akan mempengaruhi jumlah mikroorganisme

yang ada di tangan. Berdasarkan hasil yang didapatkan peneliti, angka

kuman pada perawat cenderung lebih rendah daripada coass karena

kemungkinan perawat banyak melakukan tindakan medis sehingga lebih

sering untuk melakukan cuci tangan. Berdasarkan analisis spss

menggunakan korelasi menunjukkan bahwa bangsal tempat coass dan

perawat bertugas berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan,

dibuktikan dengan nilai p=0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan

antara bangsal tempat coass dan perawat bertugas dengan kekuatan

korelasinya (r) = 0,482 yang artinya kekuatan korelasinya sedang.

Sikap perawat dan koas yang baik dalam mencegah infeksi

nosokomial dapat meningkatkan perilaku perawat dan koas dalam

melaksanakan universal precaution. Pengetahuan perawat dan koas

tentang infeksi nosokomial sangat berpengaruh terhadap sikap yang

ditunjukkan perawat dan koas terhadap upaya pencegahan secara

menyeluruh (universal precaution), sedangkan sikap tidak mendukung

41

Page 55: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

perawat ataupun koas dalam upaya universal precaution sering

ditunjukkan dengan sikap tidak peduli dan mengesampingkan cuci tangan

setelah melakukan tindakan medis karena menganggap tidak kotor, atau

bahkan mencuci tangan tetapi tidak sesuai dengan referensi yang

dianjurkan oleh WHO.

Banyak koas dan perawat yang mengetahui prosedur hand hygiene

yang benar menurut referensi, tetapi pada kenyataannya banyak dari

mereka tidak mengikuti referensi pada waktu melakukan cuci tangan

sehingga angka kuman yang dihasilkan juga berbeda atau tidak sama satu

dengan yang lainnya (Huang et al, 2013).

Pengalaman melakukan cuci tangan juga berpengaruh terhadap

angka kuman yang dihasilkan. Semakin sering tenaga medis dan

paramedis melakukan cuci tangan, maka pengalaman semakin banyak

sehingga tingkat kesadaran akan universal precaution terhadap infeksi

nosokomial juga semakin tinggi.

Faktor tentang durasi atau lamanya mencuci tangan juga

berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan. Mencuci tangan

sesuai durasi yang telah ada dan ditetapkan oleh WHO, yaitu 40-60 detik

dapat menurunkan jumlah angka bakteri di tangan (Lucet et al, 2002).

Rekomendasi optimal dari durasi mencuci tangan kurang lebih 30 detik

sampai 1 menit (Girou, et al, 2002).

Tangan tenaga medis merupakan wahana yang paling umum untuk

penularan patogen kesehatan terkait dari pasien ke pasien dan dalam

42

Page 56: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

lingkungan kesehatan. Hal ini sangat memudahkan terjadinya kontak

dengan mikroorganisme dan mentransfernya ke objek lain (Allegranzi &

Pittet, 2009).

Dari hasil analisis penelitian yang saya dapatkan, terdapat

perbedaan angka kuman pada coas dan perawat setelah melakukan

tindakan hand hygiene. Pada coass didapatkan hasil angka kuman tertinggi

adalah 0-500 CFU/cm2 yaitu sebesar 62,5% setelah melakukan cuci

tangan, sedangkan pada perawat angka kuman tertinggi adalah 0-100

CFU/cm2 yaitu sebesar 50%. Jika dibandingkan dengan penelitian dari

Meila Supeni dengan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan atau

bermakna secara statistik antara perilaku atau teknik cuci tangan perawat

dengan angka bakteri (p>0,05). Hasil yang berbeda dari penelitian kami

dapat disebabkan oleh bebarapa faktor. Faktor tersebut ada yang berasal

dari dalam (coass dan perawat) dan faktor yang berasal dari luar

(lingkungan).

Faktor dari dalam (coass dan perawat) bisa disebabkan oleh lama

kerja, durasi mencuci tangan, aktivitas yang dilakukan, pengetahuan dan

pengalaman, serta perilaku atau teknik cuci tangan. Sedangkan faktor dari

luar berupa terjadinya kontaminasi dari lingkungan.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pinter Hartono, dengan hasil

terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri sebelum

43

Page 57: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

dan sesudah cuci tangan menggunakan antiseptik alkohol (p<0,05). Hal ini

sebanding dengan penelitian yang saya lakukan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan

angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand

hygiene. Perbedaan angka kuman bisa disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya lama kerja, durasi mencuci tangan, aktivitas yang dilakukan,

dan tingkat pengetahuan dari tenaga medis dan paramedis.

Lama kerja koas dan perawat pada data yang didapatkan peneliti,

tidak berpengaruh pada angka kuman yang dihasilkan. Berdasarkan

analisis spss menggunakan korelasi menunjukkan bahwa lama kerja coass

dan perawat tidak berpengaruh, dibuktikan dengan nilai p=0,257 (p>0,05)

yang artinya tidak terdapat hubungan antara lama kerja coass dan perawat

serta kekuatan korelasinya (r) = 0,241 yang artinya kekuatan korelasinya

lemah. Selain lama kerja, bangsal tempat coass dan perawat bertugas

berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan, dibuktikan dengan

nilai p=0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara bangsal

tempat coass dan perawat bertugas dengan kekuatan korelasinya (r) =

0,482 yang artinya kekuatan korelasinya sedang.

44

Page 58: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Gambar Hasil pengkulturan bakteri setelah cuci tangan

45

Page 59: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna secara statistik

angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan

hand hygiene (p= 0,003 atau p<0,05).

2. Jumlah angka kuman pada coass setelah melakukan tindakan hand

hygiene berkisar antara <847 CFU/cm2 sampai dengan >1500

CFU/cm2 sedangkan jumlah angka kuman pada perawat setelah

melakukan tindakan hand hygiene adalah <847 CFU/cm2

B. SARAN

a. Perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu dengan

menambah sampel dan melakukan pengulangan pada tiap sampel.

b. Perlu diperhatikan adanya kontaminasi sebelum dilakukan

inkubasi.

c. Perlu informasi yang benar kepada petugas medis dan paramedis

tentang tindakan cuci tangan dan pentingnya melakukan tindakan

cuci tangan.

46

Page 60: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

d. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan

supporting staff di rumah sakit (dokter yang bertugas, gizi, laboran,

dll ).

47

Page 61: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

DAFTAR PUSTAKA

Allegranzi, B., Pittet, D. 2009. Role of hand hygiene in healthcare-associated infection prevention. Journal of Hospital Infection, 73, 305-315. Diakses 12 november 2013 dari www.elseiverhealth.com/journals/jhin.

Barbara C.C. Lam, M. F. (2004). Hand Hygiene Practices in a Neonatal Intensive Care Unit: A Multimodal Intervention and Impact on Nosocomial Infection. Official Journal of The American Academy of pediatrics. Diakses 10 April 2013, dari http://pediatrics.aappublications.org/content/114/5/e565.full.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012). Hand Hygiene in Healthcare Settings. Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 08 April 2013 dari http://www.cdc.gov/handhygiene/Basics.html.

Centers for Disease Control and Prevention. (2012). Hand Hygiene Basics. Centers for Disease Control and Prevention. Diakses 09 April 2013, dari http://www.cdc.gov/handhygiene/Basics.html

Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Medika.

DepKes RI dalam Novi Hediyani. (2012). Manfaat Mencuci Tangan bagi Kesehatan. Diakses 08 April 2013, dari http://www.dokterku-online.com/index.php/article/88-manfaat-mencuci-tangan-bagi-kesehatan

Erasmus, Vicki., Daha, Thea J., Brug, Hans., Richardus, Jan H., Behrendt, M., Vos, M., et al. (2010). Systematic Review of Studies on Compliance with Hand Hygiene Guidelines in Hospital Care. Chicago Journal. Diakses 26 April 2013 dari http://www.jstor.org/stable/pdfplus/10.1086/650451.pd f?acceptTC=true.

Erasmus, Vicki., Daha, Thea J., Brug, Hans., Richardus, Jan H., Behrendt, M., Vos, M., et al .(2010). Systematic Review of Studies on Compliance with Hand Hygiene Guidelines in Hospital Care. Chicago Journal. , http://www.jstor.org/stable/10.1086/650451.

Garner dan Favero dalam Bermen. (1998). Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb. Diakses 30 Maret 2013, dari http://books.google.co.id/books?id=9tLaDcEaV7wC&pg=PA2&dq=cuci+tangan&hl=en&sa=X&ei=wspaUf3PHMeGrAfTsoCACw&redir_esc=y#v=onepage&q=cuci%20tangan&f=false

Girou, E., Loyeau, S., & Buisson, C. (2002). Efficacy of handrubbing with alcohol based solution versus standard handwashing with antiseptic soap:

48

Page 62: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

randomised clinical trial. Diakses 14 oktober 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC117885

hand hygiene europe. (2012). Diakses 04 April 2013, dari hand hygiene europe: http://www.handhygieneeurope.com/acatalog/Information_facts_and_figures.html

Hartono, P. (2007). Perbandingan efektivitas cuci tangan menggunakan alkohol

70%, sabun dan irgasan dp 300 terhadap penurunan jumlah bakteri. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

Huang, Yuanchun., Xie, Wenni., Zeng, Jun., et al. 2013. Limited knowledge and practice of Chinese medical students regarding health-care associated infections. J Infect Dev Ctries, 7(2):144-151

Lankford, Marry, et al. (2003). Influence of Role Models and Hospital design on the Hand Hygiene of Health-Care Workers. Emerging Infectious Disease, 217-223. Diakses 14 Mei 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc /articles/PMC2901948/#!po=76.3158

Lucet, J.C, et al. (2002). Hand contamination before and after different hand hygiene techniques: a randomized clinical trial. Journal of Hospital Infection, 276-280. Diakses 15 oktober 2013 dari http://medisafe.ph/articles/Article.Hand%20contamination.pdf

Mandal, B., et al. (2008). Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series.

Musadad, D. Anwar, et al. (1993). Kebiasaan cuci tangan petugas rumah sakit dalam pencegahan infeksi nosokomial. Cermin Dunia Kedokteran No. 82.

Number of Microorganism on Your Hands. (2008). Number of Microorganism on Your Hands. Dipetik 08 April 2013, dari http://www.handhygiene.net /antisepsis/microorganisms.hands.html

Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga Medical Series.

Sax H, et al. (2007). About SAVE LIVES: Clean Your Hands. Diakses 04 April 2013, dari http://www.who.int/gpsc/5may/background/5moments/en/index. html

Sax H, et al. (2007). ‘My five moments for hand hygiene’:a user-centred design approach to understand, train, monitor and report hand hygiene, Journal of Hospital Infection., 67, 9-21.

Schaffer, g. h. (2000). Pencegahan infeksi dan praktik yang aman. Jakarta: EGC.

49

Page 63: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Soedarmo, dkk. (2008). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd.ed). Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Supeni, M. (2006). Hubungan perilaku cuci tangan perawat dengan angka bakteri aerob penyebab infeksi nosokomial. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

Suwarni, A. (2001). Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial yogyakarta .

World Health Organization. (2006). Health-care facility recommendations for standard precautions key elements at a glance. European Tissue Symposium. Diakses 06 April 2013, dari http://www.europeantissue.com/wp-content/uploads/World-Health-Organization-Hands-Washing-Instructions.pdf

World Health Organization. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: a Sumary. Diakses 07 Juni 2013, dari http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597906_eng.pdf

Zulkarnain. (2009). Infeksi Nosokomial. Jakarta: Interna Publishing.

50

Page 64: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

LAMPIRAN

Data hasil angka kuman pada coass setelah melakukan tindakan hand hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

No Nama Bangsal Lama Kerja Aktivitas Angka Kuman

1. Reni

Anak

8 bulan Follow up 8602. Aji 9,5 bulan Mengantar pasien

post op1100

3. Priya 9 bulan Follow up, asisten dokter di poli

300

4. Waskito 8 bulan Perawatan bayi 3385. Dwi 9 bulan Follow up 756. Fauziyah 1 bulan Follow up 337. Maya 1 bulan Follow up 1288. Charly

Bedah

8 bulan Asisten op 5739. Ramdhan 8 bulan Asisten op 24310. Ali 1,7 tahun Asisten op di OK 53311. Fasha 8 bulan Asisten op 8512. Dimas 8 bulan Asisten op, medikasi

luka di poli, follow up pasien bangsal

870

13. Arutala 1 bulan Vital sign 30014. Firman

Interna9,5 bulan Vital sign 108

15. Fara 9,5 bulan Follow up 6016. Novita 9,5 bulan Vital sign 19017. Bianda 1 bulan Follow up 4018. Harry

Syaraf4 bulan Vital sign 2320

19. Tejo 4 bulan Vital sign 35320. Shintia 9 bulan Vital sign 232021. Dian Vital sign 62822. Annisa Mata 8 bulan Pemeriksaan mata 135023. Arif 4 bulan Pemeriksaan mata 30024. Agung Obsgyn 10 bulan Vital sign 328

51

Page 65: Indikasi mencuci tangan menurut World Health …thesis.umy.ac.id/datapublik/t35431.docx · Web viewPenyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan

Data hasil angka kuman pada perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

No Nama Bangsal Lama Kerja

Aktivitas Angka Kuman

1. Novi

Ibnu Sina

1 bulan Infus, injeksi 1892. Mey 1 bulan Infus, nebul, vital

sign46

3. Henty 1 bulan Infus 154. Lila 1 bulan Infus 855. Aulia 1 bulan Infus, melepas

kateter123

6. Nurul 1 bulan Infus, nebul 157. Safitri 1 bulan Infus, melepas

kateter103

8. Falita

Marwah

7 bulan Mengantar pasien hemodialisa

152

9. Wahyu 1 bulan Injeksi 3110. Vivi 1 bulan Injeksi 8711. Eko 1 bulan Injeksi 4012. Nur 1 bulan Infus 613. Dela 1 bulan Bersihin feses 8214. Ratna Raudah 1 bulan Nebul 12815. Dewi 1 bulan Forbeden 2816. Lia

Sakinah

1 bulan Mengantar bayi, nyiapin obat

34

17. Nindi 1 bulan Bersihin feses, ganti infus

102

18. Vika 2 bulan Injeksi 419. Baiti

Arafah1 bulan EKG 30

20. Dina 1 bulan EKG 13021. Harni 1 bulan EKG, injeksi 3722. Ema 1 bulan Vital sign 22023. Anggun Poli bedah 1,5 bulan Vital sign 14824. Sinta Poli obsgyn 1 bulan Vital sign 20

52