Indikasi Intubasi

10
Indikasi Intubasi Indikasi umum Terdapat empat situasi klinis yang menjadi indikasi intubasi : 1. Pasien apneu pada respiratory arrest 2. Pasien dengan obstruksi jalan napas total atau parsial 3. Pasien yang membutuhkan invasive respiratory support untuk oksigenasi 4. Pasien yang yang dalam perawatan basic airway dinilai efektif, tetapi di prediksi memiliki kondisi klinis dapat terjadi kemungkinan tinggi obstruksi jalan napas, aspirasi atau gagal ventilasi Dalam masing-masing tiap kelompok, intubasi dibagi lagi berdasarkan kepentingannya : 1. Immediate intubasi : pada pasien yang membutuhkan definitive airway care yang dapat ditunda dengan waktu yang minimum 2. Urgent intubasi : pada pasien dengan teknik dasar dapat memaintain pasien secara fisiologis dalam waktu yang singkat. 3. Observant situation : pada pasien yang tidak terdapat indikasi intubasi. Indikasi di ruang operasi 1. Pasien dengan kebutuhan ventilasi tekanan positif 2. Melindungi traktus respiratorius dari aspirasi isi lambung 3. Prosedur operasi yang melibatkan kepala dan leher atau dalam kondisi posisi non-supinasi 4. Hampir seluruh kondisi pada neuromuscular paralisis 5. Prosedur operasi yang melibatkancranium, thoraks, atau abdomen 6. Prosedur yang dilakukan pada penderita hipertensi intracranial

Transcript of Indikasi Intubasi

Indikasi IntubasiIndikasi umumTerdapat empat situasi klinis yang menjadi indikasi intubasi :1. Pasien apneu pada respiratory arrest2. Pasien dengan obstruksi jalan napas total atau parsial3. Pasien yang membutuhkan invasive respiratory support untuk oksigenasi4. Pasien yang yang dalam perawatan basic airway dinilai efektif, tetapi di prediksi memiliki kondisi klinis dapat terjadi kemungkinan tinggi obstruksi jalan napas, aspirasi atau gagal ventilasi Dalam masing-masing tiap kelompok, intubasi dibagi lagi berdasarkan kepentingannya :1. Immediate intubasi : pada pasien yang membutuhkan definitive airway care yang dapat ditunda dengan waktu yang minimum2. Urgent intubasi : pada pasien dengan teknik dasar dapat memaintain pasien secara fisiologis dalam waktu yang singkat.3. Observant situation : pada pasien yang tidak terdapat indikasi intubasi.

Indikasi di ruang operasi1. Pasien dengan kebutuhan ventilasi tekanan positif2. Melindungi traktus respiratorius dari aspirasi isi lambung3. Prosedur operasi yang melibatkan kepala dan leher atau dalam kondisi posisi non-supinasi 4. Hampir seluruh kondisi pada neuromuscular paralisis5. Prosedur operasi yang melibatkancranium, thoraks, atau abdomen6. Prosedur yang dilakukan pada penderita hipertensi intracranial

Indikasi non-operatif1. Pada pasien dengan kondisi tidak sadar dan ketidak mampuan melindungi jalan napas2. Cedera pulmoner atau multisystem yang berat yang berhubungan dengan gagal napas, seperti sepsis, obstruksi jalan napas, hypoxemia, dan hiperkarbia.

Referensi :Benger, jonathan. Nolan, jerry. 2009. Emergency Airway Management. Chapter 5 Indications for intubation. Cambridge, New York

ShockKlasifikasi shock1. Shock hipovolemik : karena penurunan sirkulasi volume darah dan dikarakteristikan dengan reduksi tekanan pengisian diastolic2. Shock kariogenik : karena kegagalan pompa jantung tang dihubungkan dengan kehilangan kontraktilias miokardial/ fungsional miokardium atau struktur/ kegagalan mekanik dari anatomy kardiak dan digambarkan dengan peningkatan tekanan pengisian diastolic dan volume3. Shock obstruktif : karena adanya obstruksi pada aliran pada sirkuit kardiovaskular dan digambarkan dengan gangguan pengisian diastolic atau kelebihan afterload4. Dhock distributive : disebabkan oleh kehilangan kendali vasomotor yang menyebabkan dilatasi arteri/ vena dilatasi dan dikarakteristikan oleh peningkatan kardiak output dan penurunan SVR

EtiologiHipovolemik :1. Perdarahan Trauma Gastrointestinal Retroperitoneal2. Non hemoragik Dehidrasi Muntah Poliuri3. Interstisial fluid redistribution Thermal injury Trauma Anafilaksis

Shock kardiogenik1. Miopati2. Regurgitasi3. Aritmia

Shock obstruktif1. Gangguan pengisian diastolic Tamponade jantung2. Gangguan sistolik kontraksi Emboli paru Diseksi aorta

Shock distributive1. Sepsis2. Anafilaktik3. Neurogenik4. Endokrinologik

Patofisiologi shock

Terapi awal1. Bawa ke ruangan ICU2. Pasang akses vena 3. CVC4. Arterial kateter5. EKG monitoring6. Pulse oksimetri7. Hemodinamik support ( MAP 60 mmHg2. PAOP = 12-18 mmHg3. Hb >10 g/dl4. Saturasi Arterial >92%5. Improving renal function

Tatalaksana berdasarkan jenis shockShock hipovolemik1. Penggantian cairan segera berupa darah, colloid atau kristaloid2. Identifikasi sumber perdarahn atau hilangnya cairanCardiogenic Shock1. LV infarction Intra-aortic balloon pump (IABP) Cardiac angiography Revascularization- angioplasty- coronary bypass2. RV infarction Fluid and inotropes with PA catheter monitoring3. Mechanical abnormality Echocardiography Cardiac cath Corrective surgeryObstructive Shock1. Pericardial tamponade pericardiocentesi surgical drainage 2. Pulmonary embolism heparin ventilation/perfusion lung scan pulmonary angiography

Distributive Shock1. Septic shock Identifikasi infeksi Pemberian antimicrobial agent ICU monitoring dan support dengan cairan

Referensi :Kumar and parnio. 2001. Shock, patofisiologi, classification and management. Society of critical care medicine.

NyeriNyeri merupakan sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan bervariasi pada tiap individu. (Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2003).

Etiologi nyeri : Rheumatoid arthritis Neuropaty perifer Kanker Panas Mekanikal Kimia

Mekanisme nyeriTransduksiSebagian besar jaringan dan organ diinervasi reseptor khusus Nyeri nociceptor yang berhubungan dgn dengan saraf aferen primer dan berujung di spinal cord.Jika suatu stimuli (kimiawi, mekanik, panas) datangdiubah menjadi impuls saraf pada saraf aferen primerditransmisikan sepanjang saraf aferen ke spinal cord ke SSP

Transmisi Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf aferen (serabut nociceptor),yang terdiri dari dua macam: serabut A-(A- fiber) : peka thd nyeri tajam, panas :first pain serabut C (C fiber) : peka thd nyeri tumpul dan lama second pain Persepsi nyeri Setelah sampai di otak nyeri dirasakan secara sadar menimbulkan respon

Tatalaksana nyeri

1. Terapi non-farmakologi Intervensi psikologis: Relaksasi, hipnosis, dll.- Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) utk nyeri bedah, traumatik, danoral-facial2. Terapi farmakologi Analgesik : non-opiat dan opiat

Referensi :Main J, Chris. 2000. Pain management.

Prinsip penatalaksanaan nyeriPengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik yang palingringan sampai ke yang paling kuatTahapannya:Tahap I : analgesik non-opiat : AINSTahap II : analgesik AINS + ajuvan (antidepresan)Tahap III : analgesik opiat lemah + AINS + ajuvanTahap IV : analgesik opiat kuat + AINS + ajuvanContoh ajuvan : antidepresan, antikonvulsan, agonis 2, dll.

MenggigilEtiologi :1. Demam2. Hipotermia

PatofisiologiBerlokasi pada posterior hipotalamus didekat dinding dari ventrikel ketiga yang merupakan area yang disebut primary motor center, daerah ini mengatur terjadinya menggigil. Area ini normalnya diinhibisi oleh sinyal yang berasal dari pusat suhu di anterior hipotalamus-preoptik area tetapi kondisi ini akan ditutupi oleh sinyal dingin yang berasal dari kulit dan spinal kord. Selanjtnya daerah ini akan terkativasi saat suhu tubuh turun. Peningkatan aktivitas muscular merupakan usaha tubuh untuk menghasilkan panas.

Tatalaksana Target temperature : 36-37oCTarget temperature pasien dengan hipotermi 33-35,5oCPemberian selimut hangatPemberian penghangat tubuhTramadol 1-2 mg/kgBBMeperidini (antispasmotik agent)

Referensi :

Miller, Cari. 2011.Pharmacological Treatment of Post-Anesthetic Shivering. Texas. United States