Index TK13

151
INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN TAHUN 2013

description

berisi indeks tenaga kerja indonesia tahun 2013

Transcript of Index TK13

INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

TAHUN 2013

Pusat Perencanaan Tenaga KerjaSekretariat Jenderal - Kemnakertrans R.I.

2013

INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

TAHUN 2013

ISBN : 978-602-7536-17-3

INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN TAHUN 2013

Diterbitkan oleh :

Pusat Perencanaan Tenaga Kerja

Sekretariat Jenderal

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950

Telepon : 021-5270944

Fax : 021-5270944

Website : http://pusatptk.depnakertrans.go.id

iii

SAMBUTAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.

Tingkat keberhasilan pembangunan di berbagai bidang, seperti banyaknya penciptaan kesempatan kerja, berkurangnya tingkat penganggur terbuka, setengah penganggur, meningkatnya angkatan kerja yang terampil, meningkatnya tingkat produktivitas tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang mendapat perlindungan serta keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan lainnya. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan setiap tahunnya diperlukan alat ukur yang dapat diterapkan di seluruh Indonesia.

Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan tersebut adalah Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan. Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini, berdasarkan Kepmenakertrans Nomor 457 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan melalui 9 (sembilan) indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, penduduk dan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi kerja, produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja serta jaminan sosial tenaga kerja. Dari kesembilan indikator utama tersebut diasumsikan sudah dapat merefleksikan seluruh aspek ketenagakerjaan.

Hasil pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini meningkat sebanyak 2,16 yakni dari 54,15 pada tahun 2012 meningkat menjadi 56,31 pada tahun 2013. Peningkatan indeks ini merupakan

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

iv

manifestasi kerja keras dari semua pihak, yakni Gubernur, Bupati, Walikota, seluruh pejabat dan pegawai Kemnakertrans, Kepala Dinas yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan dan seluruh jajarannya.

Kami mengharapkan para Gubernur, Bupati, Walikota memprioritaskan pembangunan bidang ketenagakerjaan agar pembangunan ketenagakerjaan semakin lebih baik, serta menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015, dan semua pihak agar mendorong pembangunan ketenagakerjaan secara intensif di daerah, terutama daerah yang indeks pembangunan ketenagakerjaan dalam tingkatan status rendah, maupun yang indikator utamanya juga masih rendah.

Akhirnya saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pimpinan dan staf Pusat Perencanaan Tenaga Kerja dan semua pihak yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran terhadap tersusunnya Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini.

Jakarta, Oktober 2013

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia,

Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

v

KATA PENGANTAR

SEKRETARIS JENDERAL

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.

Indeks pembangunan ketenagakerjaan ini merupakan salah satu alat ukur

yang sangat penting bagi keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan di setiap

daerah khususnya provinsi. Penyusunan indeks pembangunan ketenagakerjaan ini

merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, khususnya pasal 7 dan pasal 8.

Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini,

berdasarkan Kepmenakertrans Nomor 457 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan. Dalam pengukuran Indeks

Pembangunan Ketenagakerjaan melalui 9 (sembilan) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, penduduk dan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan

dan kompetensi kerja, produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi

lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja serta jaminan sosial tenaga

kerja. Dari kesembilan indikator utama tersebut diasumsikan sudah dapat

merefleksikan seluruh aspek ketenagakerjaan.

Berdasarkan pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

menunjukkan hasil pembangunan ketenagakerjaan yang mengalami peningkatan

nilai Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan dari 49,92 pada tahun 2011 meningkat

menjadi 54,15 pada tahun 2012 dan meningkat lagi menjadi 56,31 pada tahun 2013.

Peningkatan ini, merupakan manifestasi kerja keras dari seluruh pemangku

kepentingan, baik yang di pusat maupun di daerah. Namun demikian kita masih

harus bekerja lebih keras lagi karena Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Nasional yang dicapai masih dalam klasifikasi menengah bawah.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

vi

Penghitungan indeks pembangunan ketenagakerjaan ini dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi kebijakan dan program yang telah dilakukan oleh setiap

Pemerintah Daerah di bidang pembangunan ketenagakerjaan, serta sebagai bahan

penyusunan rencana pembangunan ketenagakerjaan ke depan. Hasil evaluasi

tersebut juga diperlukan Pemerintah Pusat sebagai bahan pembinaan Pemerintah

Daerah. Indeks pembangunan ketenagakerjaan ini juga berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam kajian ketenagakerjaan pada

umumnya serta bidang ketenagakerjaan lainnya.

Pada kesempatan ini kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada

pimpinan dan staf Pusat Perencanaan Tenaga Kerja, Sekretariat Jenderal,

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, semua pihak serta para pakar yang

telah membantu, sehingga buku indeks pembangunan ketenagakerjaan ini dapat

dirumuskan dengan baik.

Jakarta, Oktober 2013 Sekretaris Jenderal,

Dr. Ir. Muchtar Luthfie,MMA NIP 19541204 198212 1 001

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

vii

DAFTAR ISI

Sambutan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.......................... iii Kata Pengantar Sekretaris Jenderal Kemnakertrans RI......................... v Daftar Isi ............................................................................................... vii Daftar Tabel .......................................................................................... ix Daftar Gambar...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1 1.1. Latar Belakang ......................................................... 1 1.2 Tujuan ...................................................................... 3 1.3 Ruang Lingkup, Metodologi dan Sumber Data........ 3 1.4 Konsep dan Definisi.................................................. 5

BAB II INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN

KETENAGAKERJAAN ......................................................

11 2.1 Indikator Utama dan Sub Indikator ......................... 11 2.1.1. Indikator Utama ......................................... 11 2.1.2. Sub Indikator .............................................. 12 2.2. Penetapan Bobot dan Kriteria Pengukuran

Indikator Utama dan Sub Indikator Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan ..............................

15 2.2.1. Penetapan Bobot Indikator Utama dan

Sub Indikator ..............................................

15 2.2.2. Kriteria Pengukuran ................................... 16

BAB III METODE PENGHITUNGAN ............................................ 23 3.1. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan 23 3.1.1. Menghitung Koefisien Masing-Masing

Indikator Utama .........................................

23 3.1.2. Menghitung Indeks Masing-Masing Sub

Indikator .....................................................

24 3.1.3. Menentukan Sub Indikator Sebelum

Pembobotan ...............................................

34 3.1.4. Menentukan Indeks Sub Indikator Setelah

Pembobotan ...............................................

35 3.1.5. Menghitung Indeks Indikator Utama......... 37 3.1.6. Menghitung Indeks Komposit Untuk

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan.....

37

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

viii

3.2. Penetapan Status Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan ......................................................

38

BAB IV PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN

KETENAGAKERJAAN ......................................................

41 4.1. Nasional ................................................................... 41 4.2. Provinsi..................................................................... 46

BAB V PENUTUP ...................................................................... 125

Lampiran Daftar Pustaka Tim Penyusun Tim Penilai Tim Pengukur

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Indikator Utama dan Sub Indikator Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan ..........................................

15

Tabel 3.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Sub Indikator Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan...........

36

Tabel 3.2 Tingkatan Status Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan.... 38 Tabel 4.1 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Nasional

Tahun 2011-2013 .................................................................

43 Tabel 4.2 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Menurut Provinsi

Tahun 2013 ..........................................................................

44 Table 4.3 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Menurut Indikator

Utama dan Provinsi Terbaik Tahun 2013 .............................

45 Table 4.4 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Aceh......... 47 Table 4.5 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Sumatera Utara ....................................................................

49 Table 4.6 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Sumatera Barat....................................................................

52 Table 4.7 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Riau......... 54 Table 4.8 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi........ 56 Table 4.9 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Sumatera Selatan..................................................................

59 Table 4.10 Indeks Pembangunan KetenagakerjaanProvinsi Bengkulu... 61 Table 4.11 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Lampung.. 63 Table 4.12 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung....................................................................

65 Table 4.13 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Kepulauan Riau.....................................................................

68 Table 4.14 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

DKI Jakarta............................................................................

71 Table 4.15 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Jawa Barat............................................................................

73 Table 4.16 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa

Tengah..................................................................................

75 Table 4.17 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Banten..... 78 Table 4.18 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Jawa Timur ...........................................................................

80

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

x

Table 4.19 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Daerah Istimewa Yogyakarta.............................................................

83

Table 4.20 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Bali........... 85 Table 4.21 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Nusa

Tenggara Barat.....................................................................

88 Table 4.22 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Nusa

Tenggara Timur.....................................................................

90 Table 4.23 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Barat..................................................................

92 Table 4.24 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Tengah...............................................................

94 Table 4.25 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Selatan...............................................................

97 Table 4.26 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Timur.................................................................

99 Table 4.27 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Utara......................................................................

101 Table 4.28 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Tengah...................................................................

104 Table 4.29 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Selatan...................................................................

106 Table 4.30 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi

Tenggara.............................................................................

108 Table 4.31 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo 110 Table 4.32 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Barat......................................................................

113 Table 4.33 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Maluku..... 115 Table 4.34 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Maluku Utara........................................................................

117 Table 4.35 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Papua....... 119 Table 4.36 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Papua Barat .........................................................................

122

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan .........................................................

39

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hasil pengukuran Indeks pembangunan ketenagakerjaan Tahun 2011

secara Nasional masih berada pada tingkatan rendah dengan indeks sebesar

49,92, kemudian pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar

54,15 dengan tingkatan status menengah bawah. Besarnya nilai indeks

pembangunan ketenagakerjaan tersebut menggambarkan adanya

keberhasilan yang dicapai dalam pembangunan ketenagakerjaan.

Keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan dapat dilihat dari semakin

mengecilnya tingkat penganggur terbuka, semakin mengecilnya tingkat

setengah penganggur, meningkatnya produktivitas tenaga kerja, semakin

sedikitnya jumlah pekerja anak, sedikit adanya peningkatan ukuran-ukuran

hubungan industrial dan pengawasan ketenagakerjaan.

Hasil pembangunan ketenagakerjaan di masing-masing provinsi di

seluruh Indonesia memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda. Tingkat

keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya prioritas pemerintah daerah, ketersediaan sumber daya

manusia (SDM), baik dari sisi jumlah maupun kualitasnya, ketersediaan

sarana dan prasarana serta besarnya dukungan dari pemerintah pusat atau

lembaga lainnya. Prioritas daerah dapat dilihat dari besarnya anggaran yang

disediakan untuk pembangunan ketenagakerjaan, besarnya lembaga yang

bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan serta fokusnya kebijakan dan

program ketenagakerjaan yang dikembangkan. Hal ini berakibat langsung

terhadap hasil pembangunan di daerah dan pembangunan secara nasional.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

2

Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia masih banyak dan

kompleks, seperti masih besarnya jumlah penganggur terbuka, besarnya

jumlah setengah penganggur (bekerja kurang dari 35 jam per minggu),

terbatasnya kesempatan kerja baru, masih besarnya angkatan kerja yang

berpendidikan maksimum SD, rendahnya kualitas angkatan kerja, rendahnya

produktivitas tenaga kerja, rendahnya kesadaran perusahaan melaporkan

ketenagakerjaan, rendahnya perlindungan dan kesejahteraan pekerja dan

permasalahan ketenagakerjaan lainnya.

Permasalahan ketenagakerjaan di atas bersifat nasional. Namun harus

dipahami bahwa setiap provinsi memiliki intensitas permasalahan yang

berbeda-beda, baik mengenai juml ah maupun karakteristiknya. Pemerintah

dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus memiliki peta

keberhasilan dan permasalahan ketenagakerjaan secara spesifik di tiap-tiap

daerah khususnya di tingkat provinsi. Peta tersebut tercermin dari indeks

pembangunan ketenagakerjaan baik secara keseluruhan maupun masing-

masing indikator maupun sub indikator.

Indeks pembangunan ketenagakerjaan masing-masing daerah sangat

dibutuhkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, baik sebagai dasar

evaluasi pembangunan di masing-masing daerah dan sebagai dasar

pembangunan ketenagakerjaan. Bagi pemerintah pusat, indeks

pembangunan ketenagakerjaan dapat dijadikan dasar evaluasi kebijakan dan

penyusunan program nasional pembangunan ketenagakerjaan di setiap

daerah maupun setiap fungsi ketenagakerjaan. Bagi pemerintah daerah,

indeks pembangunan ketenagakerjaan ini dapat dijadikan sebagai dasar

penyusunan kebijakan dan program yang dikembangkan, terutama fungsi

ketenagakerjaan yang dianggap kurang berhasil.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan

ketenagakerjaan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, serta

pembangunan ketenagakerjaan di setiap fungsi ketenagakerjaan (unit eselon

I ketenagakerjaan), maka perlu dilakukan pengukuran pembangunan

ketenagakerjaan. Untuk itu, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

perlu melakukan pengukuran indeks pembangunan ketenagakerjaan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

3

1.2. Tujuan

Penyusunan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan bertujuan untuk :

1. Mengetahui hasil pembangunan ketenagakerjaan, secara

keseluruhan di setiap Provinsi, maupun setiap fungsi

ketenagakerjaan secara Nasional;

2. Menyusun peta pembangunan ketenagakerjaan;

3. Bahan evaluasi dan penyusunan kebijakan dan program

pembangunan ketenagakerjaan;

4. Dasar pembinaan pembangunan ketenagakerjaan;

5. Dasar koordinasi antar instansi;

6. Dasar pengusulan program pembangunan ketenagakerjaan.

1.3. Ruang Lingkup, Metodologi dan Sumber Data

1.3.1. Ruang Lingkup

Penyusunan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan dilakukan

berdasarkan umpan balik (feedback) dari keberhasilan perencanaan

tenaga kerja yang telah dilakukan daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota),

sebagaimana yang diamanatkan Pasal 7 Ayat 3 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang berbunyi

bahwa dalam penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan

program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan,

pemerintah harus berpedoman pada perencanaan tenaga kerja. Hal

ini dilanjutkan dalam Pasal 8, bahwa Perencanaan tenaga kerja

disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan yang antara lain

meliputi : a. Penduduk dan tenaga kerja; b. Kesempatan kerja;

c. Pelatihan dan kompetensi kerja; d. Produktivitas tenaga kerja; e.

Hubungan industrial; f. Kondisi lingkungan kerja; g. Pengupahan dan

kesejahteraan tenaga kerja; dan h. Jaminan sosial tenaga kerja.

Komponen ketenagakerjaan yang termaktub dalam Pasal 8 tersebut

dijadikan indikator utama dalam pengukuran Indeks Pembangunan

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

4

Ketenagakerjaan, dan setiap indikator utama diuraikan kedalam sub

indikator yang dapat mewakili keberhasilan setiap indikator utama.

1.3.2. Metodologi

Metodologi pengumpulan data dan informasi serta pengolahan

data berdasarkan :

1. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara :

- Wawancara langsung dengan seluruh pejabat yang

bertangung jawab dibidang ketenagakerjaan Provinsi, BPS

Provinsi dan Bappeda Provinsi;

- Kepustakaan, yaitu melalui pengumpulan data laporan

tahunan yang dikeluarkan oleh dinas ketenagakerjaan

Provinsi, Bappeda dan hasil survei yang dipublikasikan oleh

BPS Provinsi, serta data dan informasi di unit teknis

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

- Permintaan khusus ke PT Jamsostek Pusat;

- Pengolahan database Survei Angkatan Kerja Nasional.

2. Pengolahan data dan informasi indeks pembangunan

ketenagakerjaan dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 457 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan.

3. Analisis indeks pembangunan ketenagakerjaan dilakukan secara

deskriptif, serta asumsi indeks setiap indikator dan sub indikator

bila:

- Kurang dari (<) 50 persen adalah kurang baik;

- 50 – 80 persen adalah cukup baik;

- Lebih dari (>) 80 persen adalah baik.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

5

1.3.3. Sumber Data

Data untuk pengukuran indeks pembangunan

ketenagakerjaan tahun 2013 ini menggunakan data tahun 2012 yang

bersumber dari :

1. Dinas yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di 33

Provinsi;

2. Badan Pusat Statistik pusat dan daerah;

3. Unit Teknis Ketenagakerjaan di Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi R.I;

4. PT. Jamsostek pusat dan daerah.

1.4. Konsep dan Definisi

1. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan adalah suatu nilai yang

bisa menggambarkan kondisi keberhasilan pembangunan

ketenagakerjaan dan dinyatakan dalam bentuk suatu indeks

komposit yang mencakup 9 (sembilan) bidang pembangunan

ketenagakerjaan yang dianggap sangat mendasar yaitu

perencanaan tenaga kerja, penduduk dan tenaga kerja,

penciptaan kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi kerja,

produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi

lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, serta

jaminan sosial tenaga kerja.

2. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan

tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa

kerja.

3. Perencanaan Tenaga Kerja adalah proses penyusunan rencana

ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan

dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program

pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.

4. Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun dan

lebih.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

6

5. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke

atas) yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja atau

punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan mereka yang

tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.

6. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus)

dalam seminggu yang lalu.

7. Penganggur Terbuka terdiri dari :

a. mereka yang mencari pekerjaan ;

b. mereka yang mempersiapkan usaha;

c. mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak

mungkin dapat pekerjaan;

d. mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai

bekerja.

8. Tingkat Penganggur Terbuka yang selanjutnya disingkat TPT,

adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah

angkatan kerja.

9. Setengah Penganggur adalah kegiatan seseorang yang bekerja

dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu).

10. Tingkat Setengah Penganggur adalah rasio jumlah setengah

penganggur terhadap jumlah penduduk yang bekerja.

11. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

12. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

13. Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas

barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di

wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

14. Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,

memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi

kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

7

keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan

kualifikasi jabatan atau pekerjaan.

15. Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja

yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

16. Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang

terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang

dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh,

dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

17. Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang selanjutnya disingkat SP/SB,

adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk

pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan,

yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan

bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta

melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta

meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

18. Lembaga Kerjasama Bipartit yang selanjutnya disebut LKS Bipartit,

adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang

anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat

buruh yang sudah tercatat di instansi yang bertanggung jawab di

bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh.

19. Peraturan Perusahaan yang selanjutnya disingkat PP, adalah

peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang

memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.

20. Perjanjian Kerja Bersama yang selanjutnya disingkat PKB, adalah

perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat

pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat

buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di

bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa

pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-

syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

8

21. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat

yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau

gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat

pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,

perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan

kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya

dalam satu perusahaan.

22. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan

dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi

kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan

menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan

perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh

dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah

atau akan dilakukan.

23. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

selanjutnya disingkat SMK3, adalah bagian dari sistem

manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan

sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,

pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif.

24. Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang selanjutnya disebut Jamsostek,

adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk

santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari

penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai

akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja

berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan

meninggal dunia.

25. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung

dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena

hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

9

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan

pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

26. Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan adalah kegiatan

wajib perusahaan dalam pelaporan mengenai identitas

perusahaan, hubungan ketenagakerjaan, perlindungan tenaga

kerja dan kesempatan kerja pada perusahaannya.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

11

BAB II

INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN

KETENAGAKERJAAN

Pengukuran indeks pembangunan ketenagakerjaan tahun 2013

berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 457 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan. Pengukuran indeks pembangunan ketenagakerjaan didasarkan pada indikator utama dan sub indikator utama.

2.1. Indikator Utama dan Sub Indikator

2.1.1. Indikator Utama

Indikator yang digunakan dalam penyusunan indeks pembangunan ketenagakerjaan ini terdiri dari indikator utama dan sub indikator. Indikator utama merupakan gambaran aktivitas utama dalam bidang ketenagakerjaan, sebagaimana tercermin dalam Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu :

a. Perencanaan tenaga kerja; b. Penduduk dan tenaga kerja; c. Kesempatan kerja; d. Pelatihan dan kompetensi kerja; e. Produktivitas tenaga kerja; f. Hubungan industrial; g. Kondisi lingkungan kerja; h. Pengupahan dan kesejahteraan pekerja; i. Jaminan sosial tenaga kerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

12

2.1.2. Sub Indikator

Sub indikator merupakan kegiatan pokok dari indikator utama, yang dianggap dapat mewakili indikator utama. Sub indikator dari tiap-tiap indikator utama adalah :

a. Perencanaan tenaga kerja terdiri dari 7 (tujuh) sub indikator : 1) Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi

Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi dan pelaksanaan pembangunan ketenagakerjaan di daerah masing-masing.

2) Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi pendidikan dan pelatihan di daerah masing-masing.

3) Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi penciptaan dan perluasan kesempatan kerja di daerah masing-masing.

4) Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi produktivitas tenaga kerja di daerah masing-masing.

5) Perencanaan Hubungan Industrial Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi hubungan industrial di daerah masing-masing.

6) Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi pengawasan tenaga kerja di daerah masing-masing.

7) Perencanaan Pengupahan dan Jaminan Sosial Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi pengupahan dan jamsostek di daerah masing-masing.

b. Penduduk dan tenaga kerja terdiri dari 4 (empat) sub indikator: 1) Angkatan Kerja Muda

Sebagai gambaran kemampuan pemerintah provinsi dalam mendorong peningkatan jenjang pendidikan dan kualitas calon tenaga kerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

13

2) Pekerja Anak Sebagai usaha memberikan kesempatan/mengembalikan anak yang terpaksa bekerja untuk memperoleh pendidikan baik formal maupun informal serta menghapus dan mengurangi pekerja anak dan sebagai usaha mengembangkan intelektualitas SDM yang bermutu untuk pembangunan di masa depan serta usaha menghapus dan mengurangi pekerja anak dan melindungi anak yang terpaksa bekerja agar terhindar dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

3) Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Sebagai gambaran ketidakmampuan perekonomian suatu daerah, dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja bagi tambahan angkatan kerja.

4) Tingkat Setengah Penganggur Sebagai gambaran ketidakmampuan perekonomian suatu daerah, dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja sesuai jam kerja normal (minimum 35 jam per minggu).

c. Kesempatan kerja sub indikatornya adalah: 1) Kesempatan Kerja Formal

Sebagai gambaran kemampuan perekonomian suatu daerah, dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja yang memiliki hubungan kerja yang jelas (formal).

2) Kesempatan Kerja Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga Sebagai gambaran kemampuan perekonomian suatu daerah dan masyarakat dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja yang tidak memiliki hubungan kerja yang jelas (informal).

3) Tambahan Kesempatan Kerja Sebagai gambaran kemampuan perekonomian suatu daerah, dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja.

d. Pelatihan dan kompetensi kerja terdiri dari 2 (dua) sub indikator: 1) Kapasitas Pelatihan

Sebagai gambaran kemampuan lembaga pelatihan kerja pemerintah (BLK) di suatu daerah dalam menyelenggarakan

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

14

pelatihan kerja bagi masyarakat guna meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kompetensi tenaga kerja.

2) Jumlah Lulusan Pelatihan Sebagai gambaran kemampuan BLK di suatu daerah dalam meluluskan peserta pelatihan.

e. Produktivitas tenaga kerja terdiri dari 1 (satu) sub indikator: Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Sebagai gambaran kemampuan pemerintah provinsi dan masyarakat dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

f. Hubungan Industrial terdiri dari 4 (empat) sub indikator: 1) Peraturan Perusahaan (PP) yang disahkan

Sebagai gambaran jumlah perusahaan yang menyusun peraturan perusahaan secara bipartit.

2) Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang didaftarkan Sebagai gambaran jumlah perusahaan yang menyusun sarana hubungan industrial yang mengatur kepentingan para pihak dalam mewujudkan hubungan industrial yang harmonis.

3) Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan Sebagai gambaran jumlah perusahaan yang mempunyai sarana hubungan industrial yang mampu menyelesaikan setiap perselisihan tanpa melalui pengadilan hubungan industrial.

4) Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial Sebagai gambaran ketidakmampuan perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan antara pekerja/buruh dengan pengusaha.

g. Kondisi lingkungan kerja terdiri dari 3 (tiga) sub indikator: 1) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) di perusahaan Sebagai gambaran keberhasilan perusahaan yang diaudit dalam penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja.

2) Jumlah Kecelakaan Kerja Sebagai gambaran perusahaan yang belum menerapkan norma keselamatan dan kesehatan kerja secara sempurna.

3) Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan Sebagai gambaran kepatuhan perusahaan dalam menerapkan Undang-Undang wajib lapor ketenagakerjaan Nomor 7 Tahun 1981.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

15

h. Pengupahan dan kesejahteraan pekerja terdiri dari 1 (satu) sub indikator yaitu: Besaran upah minimum terhadap Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagai gambaran kemampuan pemerintah provinsi dalam menetapkan upah minimum mengacu pada standar kebutuhan hidup yang ditempatkan pada skala minimal, yaitu dengan mempertimbangkan KHL, kondisi pasar kerja, produktivitas makro, pertumbuhan ekonomi dan usaha yang paling tidak mampu.

i. Jamsostek terdiri dari 2 (dua) sub indikator: 1) Perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek

Sebagai gambaran kesadaran perusahaan untuk memberikan perlindungan kepada pekerjanya melalui program Jamsostek.

2) Pekerja/Buruh yang menjadi anggota Jamsostek aktif Sebagai gambaran kesadaran perusahaan mengikutsertakan pekerja/buruh dalam program Jamsostek.

2.2. Penetapan Bobot dan Kriteria Pengukuran Indikator Utama dan Sub Indikator Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

2.2.1. Penetapan Bobot Indikator Utama dan Sub Indikator

Tabel 2.1 Daftar Indikator Utama dan Sub Indikator

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

INDIKATOR UTAMA (u) SUB INDIKATOR (s)

BOBOT

INDIKATOR UTAMA

SUB INDIKATOR

(Wu) (Ws)

1. Perencanaan Tenaga Kerja 15

1.1.1.1. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 40

1.1.1.2. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 10

1.1.1.3. Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 10

1.1.1.4. Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 10

1.1.1.5. Perencanaan Hubungan Industrial 10

1.1.1.6. Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja 10

1.1.1.7. Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 10

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 10

a. Angkatan Kerja Muda (Umur 15-19 Tahun) 25

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

16

INDIKATOR UTAMA (u) SUB INDIKATOR (s)

BOBOT

INDIKATOR UTAMA

SUB INDIKATOR

(Wu) (Ws)

b. Pekerja Anak 25

c. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 25

d. Tingkat Setengah Penganggur 25

3. Kesempatan Kerja 15

a. Kesempatan Kerja Sektor Formal 35

b. Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

25

c. Tambahan Kesempatan Kerja 40

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 10

a. Kapasitas Pelatihan 50

b. Jumlah Lulusan Pelatihan 50

5. Produktivitas Tenaga Kerja 10

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 100

6. Hubungan Industrial 10

a. Peraturan Perusahaan (PP) yang disahkan 25

b. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) didaftarkan 25

c. Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan 25

d. Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 25

7. Kondisi Lingkungan Kerja 10

a. Kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan 40

b. Penerapan SMK3 di Perusahaan 30

c. Jumlah Kecelakaan Kerja 30

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 100

9. Jamsostek 10

a. Perusahaan yang menjadi Peserta Jamsostek 50

b. Pekerja/Buruh yang menjadi Peserta Jamsostek Aktif 50

2.2.2. Kriteria Pengukuran

a. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Pengukuran sub indikator perencanaan tenaga kerja provinsi dihitung menggunakan kriteria sebagai berikut: 1) Keberadaan unit atau tugas dan fungsi di bidang

perencanaan tenaga kerja diberikan nilai: 15;

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

17

2) Terbentuknya tim perencanaan tenaga kerja diberikan nilai: 15;dan

3) Ketersediaan buku rencana tenaga kerja yang masih berlaku diberikan nilai: 70, dengan kelengkapan informasi tentang: a) Persediaan tenaga kerja; b) Kebutuhan tenaga kerja; c) Keseimbangan tenaga kerja; d) Produktivitas tenaga kerja; dan e) Kebijakan dan program, meliputi:

(1) Umum (penciptaan kesempatan kerja, investasi, pengurangan pengangguran, dll);

(2) Kebijakan sektoral; (3) Kebijakan pelatihan; (4) Kebijakan penempatan; (5) Kebijakan pengawasan; (6) Kebijakan hubungan industrial dan jamsos; (7) Kebijakan ketenagakerjaan lainnya.

f) Akurasi perencanaan tenaga kerja dengan berbagai karakteristiknya.

b. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan Nilai maksimum 100 untuk perencanaan pendidikan dan pelatihan dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana pendidikan dan pelatihan dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.

c. Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja Nilai maksimum 100 untuk perencanaan perluasan kesempatan kerja dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana perluasan kesempatan kerja dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan perluasan kesempatan kerja dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.

d. Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja Nilai maksimum 100 untuk perencanaan produktivitas tenaga kerja dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana untuk produktivitas tenaga kerja

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

18

dengan nilai 50 dan adanya anggaran untuk kegiatan produktivitas tenaga kerja dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.

e. Perencanaan Hubungan Industrial Nilai maksimum 100 untuk perencanaan hubungan industrial dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana hubungan industrial dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan hubungan industrial dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.

f. Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja Nilai maksimum 100 untuk perencanaan pengawasan tenaga kerja dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana pengawasan tenaga kerja dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan pengawasan tenaga kerja dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.

g. Perencanaan Pengupahan dan Jamsos Nilai maksimum 100 untuk perencanaan pengupahan dan jamsos dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana pengupahan dan jamsos dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan pengupahan dan jamsos dengan nilai 50 serta akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.

h. Angkatan Kerja Muda Besaran proporsi angkatan kerja muda (umur 15-19 tahun) diharapkan akan semakin kecil, untuk itu yang terbaik proporsi angkatan kerja muda diharapkan 0 persen dan yang terburuk diharapkan hanya sebesar 40 persen.

i. Pekerja Anak Pekerja anak diharapkan semakin berkurang dan menjadi tidak ada di negara kita, tetapi hal ini sulit dicapai. Batas toleransi maksimum tingkat partisipasi pekerja anak adalah 40 persen dan yang diharapkan adalah 0 persen (tidak ada pekerja anak).

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

19

j. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Tingkat penganggur terbuka menggambarkan proporsi jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan. Besaran TPT ini diharapkan semakin kecil. Dalam pembangunan ketenagakerjaan besaran TPT terbaik adalah 3 persen dari total angkatan kerja dan terburuk adalah 15 persen.

k. Tingkat Setengah Penganggur Tingkat setengah penganggur menggambarkan proporsi jumlah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan tidak termasuk yang tidak bekerja (0 jam) terhadap total penduduk yang bekerja. Besaran tingkat setengah penganggur diharapkan semakin mengecil, yang terbaik tingkat setengah penganggur hanya 10 persen dan yang terburuk 50 persen.

l. Kesempatan Kerja Sektor Formal Pekerjaan yang layak (decent work) merupakan wujud yang harus diperjuangkan oleh pemerintah, sehingga kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Untuk pekerja layak atau disebut formal diharapkan yang terbaik adalah mencapai 75 persen dari jumlah pekerja dan yang terburuk adalah 10 persen.

m. Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga Kesempatan kerja sektor ini, khususnya adalah kesempatan kerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu anggota keluarga, dan pekerja bebas atau kesempatan kerja diluar pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar. Kesempatan kerja sektor ini di suatu daerah yang terbaik adalah 25 persen dari total penduduk yang bekerja dan yang terburuk adalah 90 persen.

n. Tambahan Kesempatan Kerja Keberhasilan program penempatan tenaga kerja adalah ditempatkannya semua angkatan kerja. Untuk itu, yang terbaik adalah 100 persen angkatan kerja ditempatkan dan yang terburuk adalah 0 persen (tidak ada yang ditempatkan).

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

20

o. Kapasitas Pelatihan Daya tampung (kapasitas) lembaga pelatihan yang dimiliki daerah diharapkan mampu menampung penganggur terbuka yang berpendidikan SMTP-SMTA. Daya tampung BLK yang terbaik adalah 20 persen dari angkatan kerja berpendidikan maksimal SMTA dan yang terburuk adalah 0 persen.

p. Lulusan Pelatihan Lulusan dari lembaga pelatihan yang terbaik adalah sebesar 20 persen dari penganggur terbuka yang berpendidikan SMTP- SMTA dan yang terburuk adalah 0 persen.

q. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja merupakan rata-rata nilai barang dan jasa yang dihasilkan setiap pekerja. Produktivitas tenaga kerja terbaik adalah sebesar Rp100 juta/tenaga kerja sedangkan yang terburuk adalah sebesar Rp 5 juta/tenaga kerja.

r. Peraturan Perusahaan (PP) yang Disahkan Peraturan Perusahaan merupakan peraturan yang harus dibuat perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10 orang, yang mengatur hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja, syarat kerja dan tata tertib. Kondisi terbaik adalah 100 persen perusahaan memiliki PP dan kondisi terburuk adalah 0 persen.

s. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang Didaftarkan Perusahaan yang telah memiliki PP didorong untuk menyusun PKB bersama-sama dengan Serikat Pekerja. Dengan memiliki PKB, hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja disepakati bersama. Kondisi terbaik adalah 100 persen perusahaan memiliki PKB dan yang terburuk adalah 0 persen.

t. Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan Perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 50 orang mempunyai kewajiban membentuk LKS Bipartit. Lembaga ini berfungsi sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan. Untuk itu, kondisi terbaik

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

21

adalah 100 persen perusahaan memiliki LKS Bipartit dan yang terburuk adalah 0 persen.

u. Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial Perselisihan hubungan industrial akan sangat mengganggu proses produksi serta terganggunya hubungan pekerja dengan perusahaan. Untuk itu, kondisi yang terbaik adalah 0 persen (tidak ada perselisihan) dan yang terburuk adalah 10 persen.

v. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Perusahaan Penerapan SMK3 di perusahaan merupakan hal yang wajib dilaksanakan. Pengauditan penerapan SMK3 ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, kondisi terbaik adalah 5 persen (perusahaan wajib sudah diaudit penerapan SMK3nya) dan yang terburuk adalah 0 persen.

w. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang harus dihindari baik oleh pekerja maupun pengusaha karena akan sangat merugikan kedua belah pihak. Untuk itu, kondisi yang terbaik tingkat kecelakaan kerja adalah 0 persen dan yang terburuk adalah 5 persen.

x. Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan Setiap perusahaan kecil, menengah dan besar wajib melaporkan keadaan ketenagakerjaannya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981. Untuk itu, kondisi terbaik adalah 100 persen (perusahaan melaporkan ketenagakerjaannya) dan yang terburuk adalah 0 persen.

y. Besaran UMP terhadap KHL Besaran upah sangat berpengaruh kepada kesejahteraan pekerja. UMP yang berfungsi sebagai jaring pengaman masih menjadi tumpuan bagi para pekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu, diharapkan nilai UMP secara bertahap dapat memenuhi KHL. Kondisi terbaik besaran UMP terhadap KHL adalah 100 persen dan yang terburuk adalah 0 persen.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

22

z. Perusahaan yang Menjadi Anggota Jamsostek Seluruh perusahaan selayaknya menjadi anggota Jamsostek agar bisa melindungi perusahaan dan tenaga kerjanya. Kondisi terbaik adalah 100 persen (perusahaan di wilayah tersebut seluruhnya menjadi anggota Jamsostek) dan kondisi terburuk adalah 0 persen.

aa. Pekerja/Buruh yang Menjadi Anggota Jamsostek aktif Menjadi anggota Jamsostek sangat penting bagi pekerja/buruh karena dapat menjadi jaminan terhadap kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua dan lain-lain. Untuk itu, diharapkan seluruh pekerja/buruh perusahaan diikutsertakan menjadi anggota Jamsostek. Kondisi terbaik bila semua pekerja/buruh menjadi anggota Jamsostek adalah 100 persen dan kondisi yang terburuk adalah 0 persen.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

23

BAB III

METODE PENGHITUNGAN

3.1. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Angka indeks pembangunan ketenagakerjaan untuk suatu daerah dihitung berdasarkan indikator utama dan sub indikator yang telah diberikan pembobotan. Proses penghitungan indeks pembangunan ketenagakerjaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: 1. Menghitung koefisien masing-masing indikator utama; 2. Menghitung indeks masing-masing sub indikator; 3. Menghitung indeks indikator utama; dan 4. Menghitung indeks komposit untuk indeks pembangunan

ketenagakerjaan.

Keempat tahapan penghitungan indeks pembangunan ketenagakerjaan tersebut adalah sebagai berikut:

3.1.1. Menghitung Koefisien Masing-Masing Indikator Utama

Koefisien indikator utama dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot indikator utama dengan jumlah bobot setiap sub indikatornya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan

: Koefisien Indikator Utama ke-n : Bobot Indikator Utama ke-n : Bobot Sub Indikator dari Indikator Utama ke-n

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

24

3.1.2. Menghitung Indeks Masing-Masing Sub Indikator

Proses penghitungan indeks masing-masing sub indikator terdiri dari 3 (tiga) langkah, yakni: a. Menentukan nilai aktual sub indikator; b. Menentukan indeks sub indikator sebelum pembobotan; dan c. Menentukan indeks sub indikator setelah pembobotan.

Proses penghitungan indeks masing-masing sub indikator ini akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Menentukan Nilai Aktual Sub Indikator Nilai aktual sub indikator dihitung secara individual menggunakan berbagai formula. Berikut akan dijelaskan secara rinci proses penghitungan nilai aktual setiap sub indikator dimaksud.

1) Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Nilai aktual perencanaan tenaga kerja provinsi merupakan penjumlahan dari ketersediaan tupoksi, tim PTK dan buku RTK yang masih berlaku, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual sub indikator PTK Provinsi di

Provinsi j Tupoksi : Unit atau Tugas Pokok dan Fungsi Tim PTK : Tim Perencanaan Tenaga Kerja Buku RTK : Buku Rencana Tenaga Kerja yang masih berlaku

2) Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan Nilai aktual sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana pendidikan dan pelatihan dengan ketersediaan anggaran kegiatan diklat yangdirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual sub indikator rencana Diklat

dari Provinsi j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

25

3) Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja Nilai aktual sub indikator perencanaan perluasan kesempatan kerja dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana perluasan kesempatan kerja dengan ketersediaan anggaran perluasan kesempatan kerja yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual sub indikator perluasan

kesempatan Kerja dari Provinsi j KK : Kesempatan Kerja

4) Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja Nilai aktual sub indikator perencanaan produktivitas tenaga kerja dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana produktivitas tenaga kerja dengan ketersediaan anggaran kegiatan produktivitas tenaga kerja yang dirumuskansebagai berikut:

Keterangan :Nilai aktual sub indikator produktivitas

tenaga kerja dari Provinsi j

5) Perencanaan Hubungan Industrial Nilai aktual sub indikator perencanaan hubungan industrial dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana hubungan industrial dengan ketersediaan anggaran kegiatan HI yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual sub indikator hubungan

industrialdari Provinsi j HI : Hubungan industrial

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

26

6) Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja Nilai aktual sub indikator perencanaan pengawasan tenaga kerja dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana pengawasan tenaga kerja dengan ketersediaan anggaran kegiatan pengawasan tenaga kerja yang dirumuskan sebagai berikut:

Dengan : : Nilai aktual sub indikator pengawasan

tenaga kerja dari Provinsi j Wasnaker : Pengawasan tenaga kerja

7) Perencanaan Pengupahan dan Jaminan Sosial Nilai aktual sub indikator perencanaan pengupahan dan jaminan sosial dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana pengupahan dan jamsos dengan ketersediaan anggaran kegiatan pengupahan dan jamsos yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual sub indikator pengupahan dan

jamsos dari Provinsi j

8) Angkatan Kerja Muda Nilai aktual angkatan kerja muda merupakan rasio antara angkatan kerja muda (15-19 tahun) dengan penduduk usia kerja muda (15-19 tahun), yang rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual angkatan kerja muda dari

Provinsi j

MudaAK : Jumlah angkatan kerja muda

MudaPUK : Jumlah penduduk usia kerja muda

10021 xPUK

AKx

Muda

Muda

j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

27

9) Pekerja Anak Nilai aktual tingkat pekerja anak merupakan rasio antara penduduk yang bekerja di bawah 18 tahun dengan jumlah penduduk yang bekerja, yang rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual tingkat pekerja anak dari

Provinsi j ∑ : Jumlah pekerja anak ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja

10) Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Nilai aktual TPT dihitung dengan membandingkan antara jumlah penganggur terbuka (angkatan kerja dikurangi penduduk yang bekerja) dengan total angkatan kerja menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual tingkat penganggur terbuka

dari Provinsi j ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja ∑ : Jumlah angkatan kerja

11) Tingkat Setengah Penganggur

Nilai aktual tingkat setengah penganggur dihitung dengan cara membandingkan jumlah setengah penganggur (PYB < 35 jam dalam seminggu dan tidak termasuk tidak bekerja/0 jam) dengan total penduduk yang bekerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

10022 xPYB

PYBx

Anak

j

10023 x

AK

PYBAKx j

100min/35

24 xPYB

ggujamPYBx j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

28

Keterangan : Nilai aktual tingkat setengah

penganggur dari Provinsi j ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja ∑ < 35 jam/minggu : Jumlah setengah penganggur

tidak termasuk tidak bekerja/0 jam

12) Penciptaan Kesempatan Kerja Sektor Formal

Nilai aktual penciptaan kesempatan kerja sektor formal merupakan rasio antara jumlah penduduk yang bekerja sektor formal (berusaha dengan buruh dan pekerja/buruh/karyawan) dengan jumlah penduduk yang bekerja.

Keterangan : Nilai aktual tingkat penciptaan KK sektor

formal Dari Provinsi j ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja sektor

formal ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja

13) Penciptaan Kesempatan Kerja Sektor InformalTidak

Termasuk Pekerja Keluarga Nilai aktual penciptaan kesempatan kerja sektor informal tidak termasuk pekerja keluarga merupakan selisih antara total penduduk yang bekerja (tanpa pekerja keluarga) dengan penduduk yang bekerja di sektor formal dibagi dengan total penduduk yang bekerja.

Keterangan : Nilai aktual tingkat penciptaan KK sektor

Informal dari Provinsi j

100

.32 x

PYB

PYBSFKelPekPYBx j

10031 xPYB

PYBSFx j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

29

∑ : Jumlah penduduk yang bekerja sektor formal

∑ : Jumlah penduduk yang bekerja Pek.Kel : Pekerja Keluarga

14) Tambahan Kesempatan Kerja Nilai aktual tambahan kesempatan kerja merupakan perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja.

Keterangan : Nilai aktual tingkat tambahan kesempatan

kerja dari Provinsi j ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja ∑ : Jumlah angkatan kerja

15) Kapasitas Pelatihan Nilai aktual kapasitas pelatihan merupakan perbandingan antara daya tampung BLK dengan penganggur terbuka yang berpendidikan SMTP sampai dengan SMTA.

Keterangan : Nilai aktual tingkat kapasitas pelatihan

dari Provinsi j DTP : Daya tampung lembaga pelatihan BLK : Penganggur terbuka (SMTP-SMTA)

16) Lulusan Pelatihan Lulusan pelatihan dihitung dengan cara membandingkan total lulusan peserta pelatihan dengan penganggur terbuka yang berpendidikan SMTP sampai dengan SMTA.

10033 xAK

PYBx j

10041 xPT

DTPx

SMTASMTP

BLKj

10042 xPT

LPPx

SMTASMTP

j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

30

Keterangan : Nilai aktual tingkat lulusan pelatihan dari

Provinsi j LPP : Lulusan peserta pelatihan : Penganggur terbuka (SMTP-SMTA)

17) Produktivitas Tenaga Kerja Nilai aktual produktivitas tenaga kerja dihitung dengan membandingkan produk domestik regional bruto (PDRB) dengan total penduduk yang bekerja menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual produktivitas tenaga kerja dari

Provinsi j PDRB ADHK : Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Konstan PYB : Penduduk yang bekerja

18) Peraturan Perusahaan (PP) yang disahkan Nilai aktual jumlah PP yang disahkan dihitung dengan cara membandingkan jumlah perusahaan wajib lapor yang telah memiliki PP dengan total perusahaan wajib lapor menggunakan rumus:

Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan wajib lapor

yang mempunyai PP dari Provinsi j ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor yang

mempunyai PP yang disahkan ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor

X51j= PDRB ADHK

PYB

10061 xPW

PWPPx j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

31

19) Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang didaftarkan Untuk menghitung jumlah perjanjian kerja bersama (PKB) yang didaftarkan adalah dengan membandingkan jumlah perusahaan wajib lapor yang telah memiliki PKB dengan total perusahaan wajib lapor menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan wajib lapor

yang mempunyai PKB dari Provinsi j ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor yang

mempunyai PKB ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor

20) Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan

Nilai aktual jumlah LKS Bipartit di perusahaan dihitung dengan membandingkan antara jumlah perusahaan menengah dan besar yang wajib lapor dan memiliki LKS Bipartit dengan total perusahaan wajib lapor menggunakan rumus:

Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan wajib lapor

yang mempunyai lembaga bipartit dari Provinsi j

∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor yang mempunyai LKS Bipartit

∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor

21) Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial Untuk menghitung jumlah perselisihan hubungan industrial dilakukan dengan membandingkan total perselisihan hubungan industrial dengan total perusahaan wajib lapor menggunakan rumus:

10062 xPW

PWPKBx j

10063 xPW

PWBTx j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

32

Keterangan : : Nilai aktual tingkat perselisihan hubungan

industrial dari Provinsi j ∑ : Jumlah perselisihan HI ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor

22) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Perusahaan Dihitung dengan membandingkan jumlah perusahaan yang diaudit penerapan SMK3 dengan total perusahaan wajib lapor menggunakanrumus:

Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan wajib lapor

yang menerapkan SMK3 dari Provinsi j ∑ : Jumlah perusahaan yang diaudit

menerapkan SMK3 ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor

23) Jumlah Kecelakaan Kerja Penghitungan jumlah kecelakaan kerja dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja di perusahaan wajib lapor dengan total tenaga kerja di perusahaan wajib lapor.

Keterangan : Nilai aktual tingkat kecelakaan kerja pada

perusahaan wajib lapor dari Provinsi j

10064 xPW

PHIx j

1003

71 xPW

PWSMKx j

10072 xTKPW

TKKKx j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

33

∑ : Jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja pada perusahaan wajib lapor

∑ : Jumlah tenaga kerja pada perusahaan wajib lapor

24) Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan

Dihitung dengan membandingkan antara jumlah perusahaan wajib lapor dengan total perusahaan kecil, menengah dan besar.

Keterangan

jx73 : Nilai aktual tingkat kepatuhan perusahaan

wajibketenagakerjaan di perusahaan dari Provinsi j

PW : Jumlah perusahaan wajib lapor

BesarKecilP : Jumlah perusahaan kecil, menengah dan

besar

25) Besaran UMP terhadap KHL Besaran UMP terhadap KHL dihitung dengan cara membandingkan besaran UMP dengan KHL menggunakan rumus:

Keterangan : Nilai aktual tingkat besaran UMP dari

Provinsi j : Upah minimum Provinsi : Kebutuhan hidup layak

26) Perusahaan yang menjadi Peserta Jamsostek Untuk menghitung perusahaan yang menjadi peserta Jamsostek dilakukan dengan cara membandingkan total

10073 xP

PWx

BesarKecil

j

10081 xKHL

UMPx j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

34

perusahaan yang menjadi peserta Jamsostek dengan total perusahaan wajib Jamsostek menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan yang

menjadi peserta Jamsostek dari Provinsi j ∑ : Jumlah perusahaan yang menjadi peserta

Jamsostek aktif

PWJ : Jumlah perusahaan wajibJamsostek

27) Pekerja/Buruh yang menjadi Peserta Jamsostek aktif

Untuk menghitung pekerja/buruh yang menjadi peserta Jamsostek aktif adalah dengan membandingkan total pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek aktif dengan total pekerja/buruh di perusahaan wajib lapor.

Keterangan : Nilai aktual tingkat pekerja/buruh yang

menjadi peserta Jamsostek dari Provinsi j ∑ : Jumlah pekerja/buruh yang menjadi

peserta Jamsostek aktif ∑ : Jumlah pekerja/buruh di perusahaan wajib

lapor

3.1.3. Menentukan Indeks Sub Indikator Sebelum Pembobotan

Indeks sub indikator sebelum pembobotan dihitung berdasarkan perbandingan antara selisih nilai aktual suatu sub indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum sub indikator yang bersangkutan menggunakan rumus sebagai berikut:

10091 xPWJ

PWJSTKx j

10092 xTKPW

TKJSTKx j

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

35

Keterangan

: Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama

ke-n dari daerah j sebelum pembobotan; dengan n=Indikator Utama;

j = Provinsi; i =Sub Indikator

: Nilai aktual sub indikator ke-i untuk indikator utama ke-n

dari Provinsi-j

: Nilai minimum sub indikator ke-i

: Nilai maksimum sub indikator ke-i

Nilai maksimum dan minimum dari setiap sub indikator indeks pembangunan ketenagakerjaan dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3.1.

3.1.4. MenentukanIndeks Sub Indikator Setelah Pembobotan

Indeks sub indikator setelah pembobotan dihitung berdasarkan karakteristik dari masing-masing sub indikator. Jadi, formula yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sub indikator, yakni sebagai berikut:

1) Jika nilai aktual sub indikator atau tingkat capaian sub indikator diharapkan tinggi digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama

ke-n dari Provinsi j setelah pembobotandengan n : Indikator utama j : Provinsi i : Sub indikator : Bobot sub indikator ke-i untuk

indikator utama ke-n dari Provinsi j : Indeks sub indikator ke-i untuk

indikator utama ke-n dari Provinsi j sebelum pembobotan

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

36

Tabel 3.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Sub Indikator

Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

No Sub Indikator Nilai

Maksimum Nilai

Minimum Ket.*)

(xmax) (xmin)

1 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 100 0 %

2 Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 0 %

3 Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 0 %

4 Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 0 %

5 Perencanaan Hubungan Industrial 100 0 %

6 Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja 100 0 %

7 Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 0 %

8 Angkatan Kerja Muda 40 0 %

9 Pekerja Anak 40 0 %

10 Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 15 3 %

11 Tingkat Setengah Penganggur 50 10 %

12 Kesempatan Kerja Sektor Formal 75 10 %

13 Kesempatan Kerja Sektor InformalTidak Termasuk Pekerja Keluarga

90 25 %

14 Tambahan Kesempatan Kerja 100 0 %

15 Kapasitas Pelatihan 20 0 %

16 Jumlah Lulusan Pelatihan 20 0 %

17 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 100 5 Juta/TK

18 Peraturan Perusahaan (PP) yang disahkan 100 0 %

19 Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang didaftarkan 100 0 %

20 Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan 100 0 %

21 Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 10 0 %

22 Penerapan SMK3 di Perusahaan 5 0 %

23 Jumlah Kecelakaan Kerja 5 0 %

24 Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 100 0 %

25 Besaran Upah Minimum terhadap KHL 100 0 %

26 Perusahaan yang Menjadi Anggota Jamsostek Aktif 100 0 %

27 Pekerja/Buruh yang Menjadi Anggota Jamsostek Aktif 100 0 %

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

37

2) Jika nilai aktual sub indikator atau tingkat capaian sub indikator diharapkan rendah digunakan rumus sebagai berikut:

( )

Keterangan : Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama

ke-n dari Provinsi j setelah pembobotan dengan n = Indikator utama

j = Provinsi i = Sub indikator : Bobot sub indikator ke-i untuk indikator utama

ke-n dari Provinsi j : Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama

ke-n dari Provinsi j sebelum pembobotan

3.1.5. Menghitung Indeks Indikator Utama

Indeks indikator utama merupakan perkalian dari koefisien indikator utama dengan total indeks sub indikator. Rumusnya adalah sebagai berikut:

(∑ )

Keterangan : Indeks indikator utama ke-n dari Provinsi j

: Koefisien indikator utama ke-n dari Provinsi j

: Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama ke-n dari

Provinsi j setelah pembobotan; dengan n = Indikator utama

i = Sub indikator j = Provinsi

3.1.6. Menghitung Indeks Komposit untuk Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Indeks komposit indeks pembangunan ketenagakerjaan merupakan total dari indeks indikator utama. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

38

Keterangan

: Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan dari Provinsi j

: Indeks indikator utama ke-n dari Provinsi j,

Dengan n = Indikator utama j = Provinsi

Seluruh tahapan penghitungan indeks pembangunan ketenagakerjaan tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3.2. Penetapan Status Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Sebagai tahap akhir pengukuran indeks pembangunan ketenagakerjaan adalah menentukan status daerah yang menjadi objek pengukuran. Untuk tingkat provinsi statusnya dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:

a. Rendah (< 50);

b. Sedang atau menengah (antara 50 dan 80); dan

c. Tinggi (80 ke atas).

Untuk keperluan perbandingan antar daerah, status menengah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu menengah bawah dan menengah atas dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2

Tingkatan Status Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Tingkatan Status Kriteria

Rendah ≤ 49,99

Menengah bawah 50,00 − 65,99

Menengah atas 66,00 – 79,99

Tinggi ≥ 80,00

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

39

Gambar 3.1 Kerangka Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

PROPINSI ‘X’

PROPINSI ‘X’

INDIKATOR UTAMA

SUB INDIKATOR

BOBOT INDIKATOR UTAMA (Wu)

HITUNG KOEFISIEN

n

n

nWs

Wuk

KOEFISIEN INDIKATOR UTAMA (kn)

HITUNG INDEKS INDIKATOR UTAMA

jinjnjn IsukIu ,,,,

INDEKS INDIKATOR UTAMA (Iu)

HITUNG INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN PROPINSI

‘X’

jnj IuIPK ,

INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN PROPINSI ‘X’

(IPK j)

NILAI MAKS & MIN SUB INDIKATOR (Xmax & Xmin)

HITUNG INDEKS SUB INDIKATOR SEBELUM BOBOT

minmax

min,,

,,xx

xxuIxu

jin

jin

INDEKS SUB INDIKATOR SEBELUM BOBOT (Ixu)

HITUNG INDEKS SUB INDIKATOR SETELAH BOBOT

ATAU

jinjinjin IxuWsuIsu ,,,,,,

)( ,,,,,,,, jinjinjinjin IxuWsuWsuIsu

INDEKS SUB INDIKATOR SETELAH BOBOT (Isu)

BOBOT SUB

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

41

BAB IV

PENGUKURAN INDEKS

PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

4.1. Nasional Nilai indeks pembangunan ketenagakerjaan secara Nasional dalam

rentang waktu 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup

besar meskipun masih berada pada tingkatan status menengah bawah.

Dalam periode 2011-2013 telah terjadi peningkatan indeks sebesar 6,39 dari

49,92 tahun 2011 menjadi 56,31 tahun 2013.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja nilai indeksnya berfluktuatif

selama periode tiga tahun tersebut. Pada tahun 2011 indeks indikator utama

perencanaan tenaga kerja sebesar 9,25 meningkat tahun 2012 menjadi

sebesar 11,20. Tahun 2013 terjadi penurunan menjadi sebesar 10,75, hal ini

disebabkan ada beberapa provinsi yang belum memiliki buku RTK Provinsi

atau sudah habis masa berlakunya.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja nilai indeksnya juga

berfluktuatif. Tahun 2011 nilai indeksnya sebesar 5,68 mengalami penurunan

tahun 2012 menjadi sebesar 5,48 dan kembali meningkat tahun 2013 menjadi

sebesar 5,66. Nilai indeks indikator utama penduduk dan tenaga kerja ini

banyak dipengaruhi oleh rendahnya pekerja anak dan tingkat penganggur

terbuka secara keseluruhan.

Indikator utama kesempatan kerja merupakan salah satu indikator

utama yang mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2011

nilai indeksnya sebesar 9,92 kemudian meningkat tahun 2012 menjadi

sebesar 10,53 dan tahun 2013 meningkat kembali menjadi sebesar 10,75. Hal

ini didukung oleh meningkatnya ketiga sub indikatornya.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja juga mengalami

peningkatan nilai indeksnya dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2011 sub

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

42

indikatornya masih terdiri dari 3 (tiga) sub indikator dengan nilai indeks

sebesar 2,80. Tahun 2012 dan 2013 sub indikatornya berkurang satu menjadi

dua sub indikator tetapi nilai indeksnya tetap mengalami peningkatan

menjadi sebesar 3,90 tahun 2012 dan 4,72 tahun 2013. Nilai indeks indikator

utama pelatihan dan kompetensi kerja ini masih rendah dalam tiga tahun

terakhir yang menunjukkan belum dioptimalkannya keberadaan BLK milik

pemerintah dalam melakukan pelatihan tenaga kerja.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja merupakan indikator utama

yang dalam tiga tahun terakhir nilai indeksnya paling rendah. Tahun 2011

indeksnya sebesar 1,59 meningkat tahun 2012 menjadi sebesar 1,73 dan

tahun 2013 meningkat kembali menjadi sebesar 1,86. Masih rendahnya

angka indeks indikator utama produktivitas tenaga kerja ini menunjukkan

bahwa secara umum produktivitas tenaga kerja di Indonesia masih rendah.

Indikator utama hubungan industrial dalam tiga tahun terakhir nilai

indeksnya terendah kedua setelah indikator utama produktivitas tenaga

kerja. Tahun 2011 indeksnya sebesar 1,68 mengalami peningkatan tahun

2012 menjadi sebesar 2,86 kemudian meningkat kembali tahun 2013 menjadi

sebesar 3,36. Angka indeks indikator utama hubungan industrial ini masih

sangat rendah karena hanya sub indikator jumlah perselisihan hubungan

industrial saja yang memberikan kontribusi yang cukup baik sedangkan sub

indikator lainnya kontribusinya masih kurang baik.

Indikator utama ketujuh yakni kondisi lingkungan kerja nilai indeksnya

secara keseluruhan terus mengalami peningkatan tetapi termasuk kedalam

kelompok indeks yang masih rendah. Tahun 2011 dengan 2 (dua) sub

indikator indeksnya sebesar 5,02 mengalami penurunan menjadi sebesar 3,71

tahun 2012 dengan 3 (tiga) sub indikator. Tahun 2013 indeksnya mengalami

peningkatan meskipun kecil menjadi sebesar 3,73.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja merupakan

indikator utama yang konsisten meningkat dengan nilai yang baik. Tahun

2011 indeksnya sebesar 8,47 meningkat menjadi sebesar 8,93 tahun 2012

kemudian meningkat lagi tahun 2013 menjadi sebesar 9,33.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

43

Tabel. 4.1 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Nasional

Tahun 2011-2013

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR

NILAI AKTUAL INDEKS INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR 2011 2012 2013

2011 2012 2013

1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,25 11,20 10,75

PTK Provinsi 28,03 66,26 63.81 1,68 3,98 3.83

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 86,36 84,85 82.12 1,30 1,27 1.23

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 86,36 83,94 77.88 1,30 1,26 1.17

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 81,82 81,21 73.64 1,23 1,22 1.10

Perencanaan Hubungan Industrial 87,88 80,45 81.36 1,32 1,21 1.22

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 87,88 82,58 80.76 1,32 1,24 1.21

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 74,24 68,94 65.61 1,11 1,03 0.98

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,68 5,48 5,66

Angkatan Kerja Muda 33,54 35,43 33.17 0,43 0,32 0.46

Pekerja Anak 0,11 3,87 4.07 2,49 2,26 2.25

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 6,55 5,75 5.33 1,76 1,91 2.01

Tingkat Setengah Penganggur 33,96 34,39 35.06 1,00 0,99 0.95

3. Kesempatan Kerja 9,92 10,53 10,75

Kesempatan Kerja Sektor Formal 32,91 37,72 39.10 1,85 2,24 2.35

Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

47,34 44,21 42.85 2,46 2,64 2.72

Tambahan Kesempatan Kerja 93,45 94,25 94.67 5,61 5,66 5.68

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,80 3,90 4,72

Kapasitas Pelatihan 5,51 12,65 13.01 0,96 2,71 2.90

Jumlah Lulusan Pelatihan 2,00 5,71 7.33 0,25 1,19 1.83

Jumlah Lulusan Pelatihan Yang Ditempatkan 39,61 - 1,58

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,59 1,73 1,86

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja (Juta Rp.) 20.15 21.41 22.69 1,59 1,73 1.86

6. Hubungan Industrial 1,68 2,86 3,36

PP Yang Disahkan 14,12 14,96 18.20 0,28 0,37 0.46

PKB Yang Didaftarkan 4,08 4,58 4.72 0,08 0,11 0.12

LKS Bipartit di Perusahaan 4,64 24,86 34.44 0,09 0,61 0.86

SP/SB di Perusahaan 7,56 - 0,15

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2,87 2,94 2.28 1,07 1,76 1.93

7. Kondisi Lingkungan Kerja 5,02 3,71 3,73

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan

11,71 13.15 - 0,47 0.53

Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,63 0,87 0.79 0,63 0,52 0.47

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,61 0,47 0.45 4,39 2,72 2.73

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,47 8,93 9,33

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 85,02 90,28 98.82 8,47 8,93 9.33

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,50 5,81 6,14

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 55,23 58,34 66.52 2,64 2,92 3.19

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 58,90 61,11 60.93 2,86 2,89 2.95

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan 49,92 54,15 56,31

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

44

Tabel 4.2 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Menurut Provinsi

Tahun 2013

Provinsi Indeks

Pembangunan Ketenagakerjaan

Peringkat Tingkatan

Status

D.K.I. Jakarta 64.83 1 Menengah bawah

Kepulauan Riau 64.14 2 Menengah bawah

Kalimantan Tengah 62.01 3 Menengah bawah

D.I. Yogyakarta 61.58 4 Menengah bawah

Bali 61.21 5 Menengah bawah

Sulawesi Tengah 60.67 6 Menengah bawah

Bengkulu 60.61 7 Menengah bawah

Jambi 60.01 8 Menengah bawah

Kalimantan Timur 59.62 9 Menengah bawah

Kalimantan Selatan 59.49 10 Menengah bawah

Sulawesi Tenggara 59.07 11 Menengah bawah

Sumatera Barat 58.83 12 Menengah bawah

Kepulauan Bangka Belitung 58.79 13 Menengah bawah

Papua Barat 57.96 14 Menengah bawah

Jawa Timur 57.73 15 Menengah bawah

Sulawesi Utara 57.10 16 Menengah bawah

Riau 56.23 17 Menengah bawah

Banten 56.13 18 Menengah bawah

Jawa Barat 55.98 19 Menengah bawah

Sulawesi Selatan 55.39 20 Menengah bawah

Sumatera Utara 54.67 21 Menengah bawah

Gorontalo 54.44 22 Menengah bawah

Jawa Tengah 53.35 23 Menengah bawah

Sulawesi Barat 53.31 24 Menengah bawah

Aceh 52.96 25 Menengah bawah

Maluku Utara 52.83 26 Menengah bawah

Nusa Tenggara Timur 52.42 27 Menengah bawah

Sumatera Selatan 52.23 28 Menengah bawah

Papua 50.48 29 Menengah bawah

Lampung 49.52 30 Rendah

Nusa Tenggara Barat 49.49 31 Rendah

Maluku 47.75 32 Rendah

Kalimantan Barat 47.25 33 Rendah

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

45

Indikator utama terakhir, jaminan sosial tenaga kerja nilai indeksnya

mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2011 indeks

indikator utama ini sebesar 5,50 meningkat pada tahun 2012 menjadi sebesar

5,81 dan tahun 2013 meningkat kembali menjadi sebesar 6,14. Peningkatan

nilai indeks indikator utama jaminan sosial tenaga kerja ini diharapkan

berpengaruh terhadap perbaikan jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh

tenaga kerja di Indonesia.

Indeks pembangunan ketenagakerjaan tahun 2013 menurut provinsi

menunjukkan Provinsi DKI Jakarta menempati peringkat pertama dengan nilai

indeks sebesar 64,83 diikuti Provinsi Kepulauan Riau di peringkat kedua

dengan nilai indeks sebesar 64,14 dan peringkat ketiga ditempati Provinsi

Kalimantan Tengah dengan nilai indeks sebesar 62,01. Provinsi Nusa Tenggara

Barat menempati peringkat ketigapuluh dengan nilai indeks sebesar 49,49,

Provinsi Maluku berada di peringkat 31 (tiga puluh satu) dengan nilai indeks

sebesar 47,75 dan peringkat terakhir Provinsi Kalimantan Barat dengan nilai

indeks sebesar 47,25. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel. 4.3 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Menurut Indikator Utama dan Provinsi Terbaik Tahun 2013

Indikator Utama Provinsi

1. Perencanaan Tenaga Kerja DI Yogyakarta

2. Penduduk dan Tenaga Kerja Kepulauan Riau

3. Kesempatan Kerja Kepulauan Riau

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Kalimantan Tengah

5. Produktivitas Tenaga Kerja DKI Jakarta

6. Hubungan Industrial Sulawesi Utara

7. Kondisi Lingkungan Kerja Riau

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja Sulawesi Utara

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Riau

Dari kesembilan indikator utama indeks pembangunan ketenagakerjaan

tahun 2013, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terbaik pada

indikator utama perencanaan tenaga kerja. Terbaik pada indikator utama

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

46

penduduk dan tenaga kerja dan kesempatan kerja diperoleh oleh Provinsi

Kepulauan Riau. Untuk indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja,

Provinsi Kalimantan Tengah merupakan yang terbaik. Provinsi DKI Jakarta

memperoleh indeks terbaik pada indikator utama produktivitas tenaga kerja.

Untuk indikator utama hubungan industrial dan pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, Provinsi Sulawesi Utara merupakan yang terbaik.

Sementara itu, Provinsi Riau memperoleh terbaik pada indikator utama

kondisi lingkungan kerja dan jaminan sosial tenaga kerja.

4.2. Provinsi

Hasil pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan tiap-tiap

provinsi secara lengkap diuraikan di bawah ini.

4.2.1. Pemerintah Aceh

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Aceh adalah

sebesar 52,96 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-25 dari 33

provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja dan jaminan sosial tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan

pelatihan dan perencanaan hubungan industrial.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub

indikator tambahan kesempatan kerja, dan cukup baiknya kesempatan kerja

sektor formal dan sektor informal tidak termasuk pekerja keluarga.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

Pemerintah Aceh dikarenakan tingginya persentase upah minimum provinsi

terhadap kebutuhan hidup layak.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

47

Tabel.4.4 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Pemerintah Aceh

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI

AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,71

PTK Provinsi 71,07 4,26

21

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 50 0.75

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 50 0.75

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,76

Angkatan Kerja Muda 21.52 1.15

32 Pekerja Anak 1.97 2.38

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 9.10 1.23

Tingkat Setengah Penganggur 50.63 0.00

3. Kesempatan Kerja 10,58

Kesempatan Kerja Sektor Formal 40.22 2.44

15 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

43.44 2.69

Tambahan Kesempatan Kerja 90.90 5.45

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,15

Kapasitas Pelatihan 5.78 1.45 26

Jumlah Lulusan Pelatihan 2.81 0.70

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,62

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 20,349,760 1,62 13

6. Hubungan Industrial 4,37

PP Yang Disahkan 13.31 0.33

3 PKB Yang Didaftarkan 3.68 0.09

LKS Bipartit di Perusahaan 57.89 1.45

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.00 2.50

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,36

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 7,20 0,29

23 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,38 0,23

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,27 2,84

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,48

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 98,84 9,48 22

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,93

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 57.58 2.88 18

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 61.00 3.05

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 52,96 25

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

48

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan cukup baiknya sub indikator perusahaan yang

menjadi anggota jamsostek dan pekerja/buruh yang menjadi anggota

jamsostek.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan

dan kompetensi kerja, kondisi lingkungan kerja, hubungan industrial, dan

penduduk dan tenaga kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Pemerintah

Aceh.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan sedikitnya jumlah lulusan

pelatihan.

4.2.2. Provinsi Sumatera Utara

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sumatera

Utara adalah sebesar 54,67 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-21

dari 33 provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator

utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan kesejahteraan

pekerja, kesempatan kerja, dan penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama Perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan

pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial dan

pengupahan dan jaminan sosial tenaga kerja.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi tertinggi kedua, karena tingginya persentase upah minimum

provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

49

Tabel.4.5 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Sumatera Utara

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,61

PTK Provinsi 71 4.26

14

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20

Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,16

Angkatan Kerja Muda 41.78 0.00

26 Pekerja Anak 6.26 2.11

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 6.20 1.83

Tingkat Setengah Penganggur 30.52 1.22

3. Kesempatan Kerja 10,89

Kesempatan Kerja Sektor Formal 40.09 2.43

11 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

40.88 2.83

Tambahan Kesempatan Kerja 93.80 5.63

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 1,56

Kapasitas Pelatihan 4.27 1.07 30

Jumlah Lulusan Pelatihan 1.95 0.49

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,93

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 23,377,509 1.93 6

6. Hubungan Industrial 3,97

PP Yang Disahkan 12.44 0.31

8 PKB Yang Didaftarkan 3.46 0.09

LKS Bipartit di Perusahaan 47.46 1.19

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.44 2.39

7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,60

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 6.44 0.26

4 Penerapan SMK3 di Perusahaan 3.00 1.80

Jumlah Kecelakaan Kerja 0.76 2.54

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 124.22 10,00 2

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,94

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 41.02 2.05 24

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 57.80 2.89

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 54,67 21

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

50

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub

indikator tambahan kesempatan kerja, dan cukup baiknya kesempatan kerja

sektor formal dan sektor informal tidak termasuk pekerja keluarga.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,

produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, dan

jaminan sosial tenaga kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan sedikitnya jumlah

lulusan pelatihan.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sumatera

Utara.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sumatera

Utara karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan dan sedikitnya

Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan.

4.2.3. Provinsi Sumatera Barat Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sumatera

Barat adalah sebesar 58,83 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-12

dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja,

kesempatan kerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan tenaga

kerja.

Indikator utama Perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan

pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

pengawasan ketenagakerjaan, perencanaan pengupahan dan jamsos dan

perencanaan hubungan industrial.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

51

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi kedua tertinggi dalam penentuan indeks keseluruhan Provinsi

Sumatera Barat dengan tingginya persentase upah minimum provinsi

terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub

indikator tambahan kesempatan kerja dan cukup berkembangnya

kesempatan kerja sektor informal tidak termasuk pekerja keluarga.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan baiknya sub indikator perusahaan yang menjadi

anggota jamsostek dan cukup baiknya pekerja/buruh yang menjadi anggota

jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi

lingkungan kerja, hubungan industrial, dan pelatihan dan kompetensi kerja

ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Sumatera Barat.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena rendahnya

kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan dan penerapan SMK3.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sumatera

Barat karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan dan sedikitnya

Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

52

Tabel.4.6 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Sumatera Barat

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,84

PTK Provinsi 67,36 4,04

11

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 90 1.35

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,69

Angkatan Kerja Muda 25.02 0.94

16

Pekerja Anak 2.71 2.33

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 6.52 1.77

Tingkat Setengah Penganggur 39.55 0.65

3. Kesempatan Kerja 9,99

Kesempatan Kerja Sektor Formal 35.68 2.07

25 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

49.96 2.31

Tambahan Kesempatan Kerja 93.48 5.61

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 4,88

Kapasitas Pelatihan 14.41 3.60 16

Jumlah Lulusan Pelatihan 5.11 1.28

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,74

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 21,549,418 1,74 9

6. Hubungan Industrial 4,24

PP Yang Disahkan 18.81 0.47

6 PKB Yang Didaftarkan 8.45 0.21

LKS Bipartit di Perusahaan 77.50 1.94

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 3.53 1.62

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,17

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 4,17 0,17 28 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,74 0,44

Jumlah Kecelakaan Kerja 1,14 2,56

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 104.62 10,00 12

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7,29 9

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 85.56 4,28 9

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 60.24 3,01

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 58,83 12

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

53

4.2.4. Provinsi Riau

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Riau

adalah sebesar 56,23 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-17 dari 33

provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu

kesempatan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, jaminan sosial

tenaga kerja, penduduk dan tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub

indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja

sektor formal dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja

keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi kedua tertinggi dalam penentuan indeks keseluruhan Provinsi Riau

dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan

hidup layak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang

baik dikarenakan baiknya sub indikator perusahaan yang menjadi anggota

jamsostek dan pekerja/buruh yang menjadi anggota jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya penerapan SMK3 di perusahaan dan rendahnya

jumlah kecelakaan kerja.

Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,

perencanaan tenaga kerja, hubungan industrial, dan produktivitas tenaga

kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan sedikitnya jumlah

lulusan pelatihan.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan kontribusi

rendah karena seluruh sub indikator perencanaan tenaga kerja kurang baik,

terutama tidak tersedianya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

54

Tabel.4.7 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Riau

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 2,55

PTK Provinsi 15 0.90

32

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 20 0.30

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 20 0.30

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 10 0.15

Perencanaan Hubungan Industrial 30 0.45

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 30 0.45

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 0 0.00

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,10

Angkatan Kerja Muda 27.87 0.76

8 Pekerja Anak 3.38 2.29

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.30 2.23

Tingkat Setengah Penganggur 36.84 0.82

3. Kesempatan Kerja 11,77

Kesempatan Kerja Sektor Formal 47.67 3.04

7 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

38.23 2.99

Tambahan Kesempatan Kerja 95.70 5.74

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,25

Kapasitas Pelatihan 6.58 1.64 25

Jumlah Lulusan Pelatihan 2.44 0.61

5. Produktivitas Tenaga Kerja 4,15

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 44,417,762 4,15 4

6. Hubungan Industrial 3,85

PP Yang Disahkan 32.91 0.82

10 PKB Yang Didaftarkan 6.02 0.15

LKS Bipartit di Perusahaan 20.26 0.51

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.52 2.37

7. Kondisi Lingkungan Kerja 5,78

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 4,44 0,18

1 Penerapan SMK3 di Perusahaan 5,31 3,00

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,67 2,60

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 100.61 10,00 14

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 9,78

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 164.29 5.00 1

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 95.52 4.78

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 56,23 17

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

55

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Riau karena

sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, sedikitnya Perjanjian Kerja

Bersama yang didaftarkan dan sedikitnya Lembaga Kerja Sama Bipartit di

perusahaan.

4.2.5. Provinsi Jambi

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Jambi

adalah sebesar 60,01 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-8 dari 33

provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama, yaitu

kesempatan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, perencanaan

tenaga kerja, jaminan sosial tenaga kerja, pelatihan dan kompetensi kerja

dan penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub

indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja

sektor formal dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja

keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi tertinggi kedua dalam penentuan indeks keseluruhan Provinsi

Jambi dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap

kebutuhan hidup layak.

Indikator utama Perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan perluasan kesempatan

kerja, perencanaan produktivitas tenaga kerja dan perencanaan pengawasan

ketenagakerjaan.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena baiknya perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek dan cukup

baiknya pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks

yang cukup baik karena cukup baiknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan

jumlah lulusan pelatihan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

56

Tabel.4.8 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Jambi

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,69

PTK Provinsi 49 2,94

27

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 60 0.90

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 90 1.35

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20

Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 50 0.75

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,91

Angkatan Kerja Muda 25.26 0.92

13 Pekerja Anak 2.50 2.34

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.22 2.46

Tingkat Setengah Penganggur 46.94 0.19

3. Kesempatan Kerja 11,01

Kesempatan Kerja Sektor Formal 40.49 2.46

10 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

42.45 2.74

Tambahan Kesempatan Kerja 96.78 5.81

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,37

Kapasitas Pelatihan 15.25 3.81 11

Jumlah Lulusan Pelatihan 10.22 2.55

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,98

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 14,311,363 0,98 23

6. Hubungan Industrial 4,34

PP Yang Disahkan 22.57 0.56

4 PKB Yang Didaftarkan 3.87 0.10

LKS Bipartit di Perusahaan 72.98 1.82

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2.57 1.86

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,44

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 6,22 0,25

22 Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,04 0,62

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,71 2,57

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 111.16 10,00 8

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,26

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 97.48 4.87 4

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 67.79 3.39

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 60,01 8

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

57

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi

lingkungan kerja, dan hubungan industrial memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jambi.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Jambi.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya

perusahaan yang melaksanakan kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan

diperusahaan dan rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jambi

karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, dan sedikitnya

Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan.

4.2.6. Provinsi Sumatera Selatan

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sumatera

Selatan adalah sebesar 52,23 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-28

dari 33 provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator

utama, yaitu pengupahan dan kesejahteraan pekerja, kesempatan kerja,

perencanaan tenaga kerja dan penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub

indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja

sektor formal dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja

keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Sumatera Selatan

dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan

hidup layak.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

58

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan,

perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan produktivitas tenaga

kerja dan perencanaan hubungan industrial.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan

dan kesempatan kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, dan

jaminan sosial tenaga kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Sumatera Selatan.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan

pelatihan.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

rendahnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan, dan

rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sumatera

Selatan karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, sedikitnya

Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan dan sedikitnya Lembaga Kerja

Sama Bipartit di perusahaan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

59

Tabel.4.9 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Sumatera Selatan

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,57

PTK Provinsi 42 2,52

28

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 90 1.35

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20

Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,19

Angkatan Kerja Muda 32.73 0.45

25 Pekerja Anak 2.86 2.32

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.70 1.94

Tingkat Setengah Penganggur 42.41 0.47

3. Kesempatan Kerja 10,55

Kesempatan Kerja Sektor Formal 35.96 2.10

16 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

41.51 2.80

Tambahan Kesempatan Kerja 94.30 5.66

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 3,14

Kapasitas Pelatihan 9.18 2,29 22

Jumlah Lulusan Pelatihan 3.37 0,84

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,62

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 20,406,327 1,62 12

6. Hubungan Industrial 3,97

PP Yang Disahkan 28.03 0.70

8 PKB Yang Didaftarkan 8.83 0.22

LKS Bipartit di Perusahaan 21.98 0.55

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.00 2.50

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,74

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 7,80 0,31

12 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,88 0,53

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,17 2,90

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 112.66 10,00 6

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,45

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 60.08 3.00 28

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 28.91 1.45

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 52,23 28

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

60

4.2.7. Provinsi Bengkulu

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Bengkulu

adalah sebesar 60,61 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-7 dari 33

provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi kerja, dan penduduk dan

tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan

pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial dan

perencanaan pengupahan dan jaminan sosial.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik

dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub indikator

tambahan kesempatan kerja, dan cukup berkembangnya kesempatan kerja

sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Bengkulu dengan

tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup

layak.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan

pelatihan.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

banyaknya perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi

lingkungan kerja, dan hubungan industrial, ternyata mendapatkan indeks

yang kurang baik.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

61

Tabel.4.10 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Bengkulu

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,69

PTK Provinsi 87,33 5,24

12

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 70 1.05

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20

Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 60 0.90

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,31

Angkatan Kerja Muda 28.19 0.74

4 Pekerja Anak 3.09 2.31

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.61 2.50

Tingkat Setengah Penganggur 37.73 0.77

3. Kesempatan Kerja 10,20

Kesempatan Kerja Sektor Formal 32.64 1.83

22 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

45.18 2.59

Tambahan Kesempatan Kerja 96.39 5.78

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 7,93

Kapasitas Pelatihan 23.66 5,00 5

Jumlah Lulusan Pelatihan 11.73 2,93

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,67

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 11,399,082 0,67 27

6. Hubungan Industrial 3,58

PP Yang Disahkan 25.93 0.65

13 PKB Yang Didaftarkan 11.04 0.28

LKS Bipartit di Perusahaan 60.08 1.50

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 5.37 1.16

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,27

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 7,58 0,30

25 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,91 0,54

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,96 2,42

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 115.09 10,00 5

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,96

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 78.91 3,95 12

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 60.19 3,01

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 60,61 7

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

62

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Bengkulu.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

rendahnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan, dan

rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

sedikitnya Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Peraturan

Perusahaan yang disahkan.

4.2.8. Provinsi Lampung

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Lampung

adalah sebesar 49,52 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-30 dari 33

provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja,

kesempatan kerja, dan penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena baiknya sub indikator perencanaan pengawasan

ketenagakerjaan, perencanaan pendidikan dan pelatihan, perencanaan

perluasan kesempatan kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan

produktivitas tenaga kerja, dan perencanaan pengupahan dan jaminan sosial.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Lampung dengan

tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup

layak.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik

dengan adanya pertambahan kesempatan kerja yang besar di sub indikator

tambahan kesempatan kerja, dan cukup berkembangnya kesempatan kerja

sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

63

Tabel.4.11 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Lampung

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,04

PTK Provinsi 64 3,84

17

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,61

Angkatan Kerja Muda 32.83 0.45

17 Pekerja Anak 4.04 2.25

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.18 2.04

Tingkat Setengah Penganggur 36.17 0.86

3. Kesempatan Kerja 9,75

Kesempatan Kerja Sektor Formal 30.43 1.65

27 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

48.27 2.41

Tambahan Kesempatan Kerja 94.82 5.69

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 1,67

Kapasitas Pelatihan 3.60 0.90 29

Jumlah Lulusan Pelatihan 3.08 0.77

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,80

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 12,614,128 0,80 25

6. Hubungan Industrial 3,14

PP Yang Disahkan 11.59 0.29

19 PKB Yang Didaftarkan 4.33 0.11

LKS Bipartit di Perusahaan 17.76 0.44

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.82 2.29

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,60

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 8,06 0,32

15 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,78 0,47

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,32 2,81

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 108.62 10,00 11

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3,93

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 40.12 2.01 30

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 38.38 1.92

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 49,52 30

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

64

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Lampung karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat penganggur

terbuka.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan

dan kompetensi kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, dan

jaminan sosial tenaga kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Lampung.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan

pelatihan.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama

yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

rendahnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan, dan

rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

sedikitnya perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

4.2.9. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung adalah sebesar 58,77 sehingga provinsi ini berada

di peringkat ke-13 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam)

indikator utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja, jaminan

sosial tenaga kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, penduduk dan

tenaga kerja, dan pelatihan dan kompetensi kerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

65

Tabel.4.12 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Kepulaun Bangka Belitung

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,53

PTK Provinsi 70,44 4,23

23

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 70 1.05

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 70 1.05

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,09

Angkatan Kerja Muda 37.89 0.13

9 Pekerja Anak 3.40 2.29

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.49 2.40

Tingkat Setengah Penganggur 29.69 1.27

3. Kesempatan Kerja 12,16

Kesempatan Kerja Sektor Formal 51.62 3.36

5 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

37.94 3.00

Tambahan Kesempatan Kerja 96.51 5.79

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,03

Kapasitas Pelatihan 13.30 3.33 14

Jumlah Lulusan Pelatihan 10.81 2.70

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,69

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 21,010,046 1,69 10

6. Hubungan Industrial 3,00

PP Yang Disahkan 29.84 0.75

22 PKB Yang Didaftarkan 5.54 0.14

LKS Bipartit di Perusahaan 49.54 1.24

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 6.49 0.88

7. Kondisi Lingkungan Kerja 2,92

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 4,30 0,17

30 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,17 0,10

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,60 2,64

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 7,11

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 71.06 7.11 32

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 9,26

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 100.52 5.00 2

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 85.23 4.26

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 58,77 13

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

66

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik

dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub indikator

tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja sektor formal

dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena baiknya sub indikator perencanaan hubungan industrial,

perencanaan pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan

kerja, dan perencanaan produktivitas tenaga kerja.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena banyaknya

perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi cukup baik dalam penentuan peringkat Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung dengan cukup tingginya persentase upah minimum provinsi

terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena rendahnya tingkat penganggur terbuka, tingkat setengah

penganggur, dan sedikitnya pekerja anak.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan

pelatihan.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi

lingkungan kerja, dan hubungan industrial, ternyata mendapatkan indeks

yang kurang baik.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan, karena

rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan dan rendahnya kepatuhan wajib

lapor ketenagakerjaan di perusahaan.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

67

sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama

yang didaftarkan, dan masih banyaknya jumlah perselisihan hubungan

industrial.

4.2.10. Provinsi Kepulauan Riau

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi

Kepulauan Riau adalah sebesar 64,14 sehingga provinsi ini berada di

peringkat ke-2 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam)

indikator utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja,

pengupahan dan kesejahteraan pekerja, penduduk dan tenaga kerja, jaminan

sosial tenaga kerja, dan produktivitas tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik

dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub indikator

tambahan kesempatan kerja, kesempatan kerja sektor formal dan

kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan,

perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial,

perencanaan pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan

dan jamsos.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Kepulauan Riau dengan

tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup

layak.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena rendahnya tingkat penganggur terbuka, tingkat setengah

penganggur dan sedikitnya pekerja anak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

banyaknya perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Kepulauan Riau karena tingginya indeks sub indikator tingkat produktivitas

tenaga kerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

68

Tabel.4.13 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Kepulaun Riau

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,01

PTK Provinsi 71 4,26

18

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 60 0.90

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20

Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 7,69

Angkatan Kerja Muda 24.08 1.00

1 Pekerja Anak 1.75 2.39

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.37 2.01

Tingkat Setengah Penganggur 13.24 2.30

3. Kesempatan Kerja 14,28

Kesempatan Kerja Sektor Formal 70.13 4.86

1 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

24.78 3.75

Tambahan Kesempatan Kerja 94.63 5.68

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 1,91

Kapasitas Pelatihan 3.75 0.94 28

Jumlah Lulusan Pelatihan 3.88 0.97

5. Produktivitas Tenaga Kerja 5,53

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 57,490,396 5,53 3

6. Hubungan Industrial 3,66

PP Yang Disahkan 32.43 0.81

11 PKB Yang Didaftarkan 3.98 0.10

LKS Bipartit di Perusahaan 18.21 0.46

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.81 2.30

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,88

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 18,93 0,76

9 Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,32 0,79

Jumlah Kecelakaan Kerja 1,11 2,34

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,90

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 89.04 8,90 24

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7,27

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 125.37 5,00 10

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 45.45 2,27

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 64,14 2

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

69

Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,

hubungan industrial, dan kondisi lingkungan kerja ternyata mendapatkan

indeks yang kurang baik.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan

pelatihan.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena

sedikitnya Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, rendahnya Lembaga

Kerja Sama bipartit di perusahaan, dan Peraturan Perusahaan yang disahkan.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang

kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan, karena

rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan dan rendahnya kepatuhan wajib

lapor ketenagakerjaan di perusahaan.

4.2.11. Provinsi DKI Jakarta

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi DKI

Jakarta adalah sebesar 64,83 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat

pertama dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator

utama, yaitu kesempatan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja,

produktivitas tenaga kerja, perencanaan tenaga kerja, jaminan sosial tenaga

kerja dan penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik

dikarenakan banyaknya kesempatan kerja sektor formal dan tambahan

kesempatan kerja serta kesempatan kerja di sektor informal makin

berkembang.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi DKI Jakarta dengan

tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup

layak.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi DKI Jakarta dengan tingginya tingkat produktivitas tenaga kerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

70

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan

pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, dan

perencanaan hubungan industrial.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang baik juga terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi DKI Jakarta dengan banyaknya pekerja/buruh yang

menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi DKI

Jakarta karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat setengah

penganggur.

Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,

hubungan industrial, dan kondisi lingkungan kerja belum memberikan

kontribusi yang baik pada pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2013.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi DKI Jakarta dikarenakan kurang baiknya kedua sub indikatornya.

Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks Provinsi DKI Jakarta dengan rendahnya

Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang

didaftarkan dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.

Kondisi lingkungan kerja termasuk indikator utama yang kurang baik

kontribusinya dikarenakan rendahnya kepatuhan wajib lapor

ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di perusahaan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

71

Tabel.4.14 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi DKI Jakarta

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,23

PTK Provinsi 36,26 2,18

30

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 50 0.75

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 50 0.75

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,07

Angkatan Kerja Muda 37.80 0.14

6 Pekerja Anak 2.22 2.36

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 9.87 1.07

Tingkat Setengah Penganggur 9.31 2.50

3. Kesempatan Kerja 14,18

Kesempatan Kerja Sektor Formal 72.16 5.02

2 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

22.66 3.75

Tambahan Kesempatan Kerja 90.13 5.41

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 1,23

Kapasitas Pelatihan 1.39 0.35 31

Jumlah Lulusan Pelatihan 3.52 0.88

5. Produktivitas Tenaga Kerja 9,26

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 92,965,149 9,26 1

6. Hubungan Industrial 3,10

PP Yang Disahkan 15.78 0.39

20 PKB Yang Didaftarkan 2.89 0.07

LKS Bipartit di Perusahaan 16.89 0.42

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.14 2.21

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,71

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 6,39 0,26

13 Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,13 0,68

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,37 2,78

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 108.85 10,00 10

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,06

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 61.21 3,06 6

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 152.59 5,00

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 64,83 1

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

72

4.2.12. Provinsi Jawa Barat

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Jawa

Barat adalah sebesar 55,98 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat

ke-19 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama,

yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan

tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan

dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan

pengawasan ketenagakerjaan dan perencanaan pengupahan dan jamsos.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub

indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja

sektor formal, dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja

keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat dengan cukup tingginya persentase

upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi Jawa Barat dengan banyaknya perusahaan dan pekerja/buruh yang

menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Jawa Barat karena sedikitnya pekerja anak dan cukup rendahnya tingkat

setengah penganggur.

Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,

produktivitas tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja, dan hubungan

industrial, belum memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan

indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

73

Tabel.4.15 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Jawa Barat

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,55

PTK Provinsi 75,85 4,55

2

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1,50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1,50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1,50

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1,50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1,50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 1,50

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,53

Angkatan Kerja Muda 35.63 0.27

18 Pekerja Anak 2.23 2.36

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 9.08 1.23

Tingkat Setengah Penganggur 23.47 1.66

3. Kesempatan Kerja 10,87

Kesempatan Kerja Sektor Formal 45.30 2.85

13 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

45.62 2.56

Tambahan Kesempatan Kerja 90.92 5.46

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 0,77

Kapasitas Pelatihan 2.03 0.51 32

Jumlah Lulusan Pelatihan 1.05 0.26

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,57

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 19,890,173 1,57 15

6. Hubungan Industrial 3,38

PP Yang Disahkan 26.18 0.65

16 PKB Yang Didaftarkan 3.85 0.10

LKS Bipartit di Perusahaan 12.29 0.31

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.71 2.32

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,17

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 3,55 0,14

27 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,89 0,53

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,84 2,50

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,92

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 89.17 8,92 23

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,23

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 89.55 4.48 5

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 75.03 3.75

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 55,98 19

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

74

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi Jawa Barat dikarenakan kurang baiknya kedua sub indikatornya

(kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan).

Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa

Barat dengan sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian

Kerja Bersama yang didaftarkan dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di

perusahaan.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Jawa Barat

dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto

terhadap penduduk yang bekerja.

4.2.13. Provinsi Jawa Tengah

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Jawa

Tengah adalah sebesar 53,35 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat

ke-23 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama,

yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan

tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan

dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan

pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan dan jamsos.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub

indikator tambahan kesempatan kerja, dan berkembangnya kesempatan

kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah dengan tingginya persentase upah

minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

75

Tabel.4.16 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Jawa Tengah

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,39

PTK Provinsi 64 3,84

9

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 90 1.35

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 90 1.35

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,77

Angkatan Kerja Muda 36.80 0.20

14 Pekerja Anak 2.79 2.33

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.63 1.95

Tingkat Setengah Penganggur 29.40 1.29

3. Kesempatan Kerja 9,90

Kesempatan Kerja Sektor Formal 33.86 1.93

26 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

49.93 2.31

Tambahan Kesempatan Kerja 94.37 5.66

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,06

Kapasitas Pelatihan 5.98 1.50 27

Jumlah Lulusan Pelatihan 2.26 0.56

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,85

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 13,069,450 0,85 24

6. Hubungan Industrial 3,40

PP Yang Disahkan 14.85 0.37

15 PKB Yang Didaftarkan 4.18 0.10

LKS Bipartit di Perusahaan 20.77 0.52

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.37 2.41

7. Kondisi Lingkungan Kerja 2,76

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 3,87 0,15

32 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,36 0,22

Jumlah Kecelakaan Kerja 1,01 2,39

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,65

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 96.46 9,65 19

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,57

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 64.41 3.22 15

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 66.92 3.35

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 53,35 23

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

76

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah dengan cukup banyaknya perusahaan

dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Jawa Tengah karena sedikitnya pekerja anak, rendahnya tingkat penganggur

terbuka, dan tingkat setengah penganggur.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan

dan kompetensi kerja, kondisi lingkungan kerja, dan hubungan industrial

belum memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks

pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa

Tengah dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto

terhadap penduduk yang bekerja.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi Jawa Tengah dikarenakan kurang baiknya kedua sub indikator

kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan.

Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa

Tengah dengan sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian

Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di

perusahaan.

4.2.14. Provinsi Banten

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Banten

adalah sebesar 56,13 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat ke-18

dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan

tenaga kerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

77

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan

dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan

pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan dan jamsos.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub

indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja

sektor formal, dan berkembangnya kesempatan kerja sektor informal (tidak

termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Banten dengan tingginya persentase upah

minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Banten dengan cukup banyaknya perusahaan dan

pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Banten karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat setengah

penganggur.

Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,

produktivitas tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja, dan hubungan industrial

belum memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks

pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Banten.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang paling rendah terhadap indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Banten dikarenakan kurang baiknya sub indikator

kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

78

Tabel.4.17 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Banten

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,41

PTK Provinsi 73.45 4.41

3

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 1.50

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,31

Angkatan Kerja Muda 39.10 0.06

21 Pekerja Anak 3.32 2.29

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 10.13 1.01

Tingkat Setengah Penganggur 18.92 1.94

3. Kesempatan Kerja 12,52

Kesempatan Kerja Sektor Formal 58.51 3.92

4 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

34.44 3.21

Tambahan Kesempatan Kerja 89.87 5.39

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 0,34

Kapasitas Pelatihan 1.16 0.29 33

Jumlah Lulusan Pelatihan 0.20 0.05

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,76

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 21,711,501 1,76 8

6. Hubungan Industrial 2,59

PP Yang Disahkan 26.05 0.65

29 PKB Yang Didaftarkan 5.53 0.14

LKS Bipartit di Perusahaan 6.95 0.17

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 3.49 1.63

7. Kondisi Lingkungan Kerja 2,57

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 6,16 0,25

33 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,84 0,50

Jumlah Kecelakaan Kerja 1,97 1,82

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,87

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 98.72 9,87 16

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7,76

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 55.26 2.76 8

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 108.12 5.00

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 56,13 18

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

79

Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Banten dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto

terhadap penduduk yang bekerja.

Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Banten karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian

Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di

perusahaan.

4.2.15. Provinsi Jawa Timur

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Jawa

Timur adalah sebesar 57,73 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat

ke-15 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama,

yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, penduduk dan tenaga kerja, pelatihan dan

kompetensi kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik, karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan

dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan

pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan dan jamsos.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub

indikator tambahan kesempatan kerja, dan berkembangnya kesempatan

kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur dengan tingginya persentase upah

minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Jawa Timur karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

80

Tabel.4.18 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Jawa Timur

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,63

PTK Provinsi 75,5 4,53

7

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 90 1.35

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,24

Angkatan Kerja Muda 31.95 0.50

5 Pekerja Anak 1.92 2.38

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.12 2.27

Tingkat Setengah Penganggur 32.60 1.09

3. Kesempatan Kerja 10,16

Kesempatan Kerja Sektor Formal 33.80 1.92

23 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

46.87 2.49

Tambahan Kesempatan Kerja 95.88 5.75

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 5,76

Kapasitas Pelatihan 21.29 5.00 13

Jumlah Lulusan Pelatihan 3.02 0.76

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,65

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 20,630,256 1,65 11

6. Hubungan Industrial 2,91

PP Yang Disahkan 6.31 0.16

23 PKB Yang Didaftarkan 2.93 0.07

LKS Bipartit di Perusahaan 11.22 0.28

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.41 2.40

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,26

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,47 0,22

26 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,67 0,40

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,60 2,64

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,63

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 96,27 9,63 20

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,50

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 66.83 3.34 21

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 43.13 2.16

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 57,73 15

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

81

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur dengan banyaknya kapasitas pelatihan

yang dimiliki.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur dengan cukup banyaknya perusahaan

yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial, dan kondisi lingkungan kerja belum memberikan kontribusi yang

baik pada pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa

Timur.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa

Timur dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto

terhadap penduduk yang bekerja.

Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa

Timur karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian

Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di

perusahaan.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya kurang baik

karena sedikitnya jumlah kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan

penerapan SMK3 di perusahaan.

4.2.16. Daerah Istimewa Yogyakarta

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Daerah Istimewa

Yogyakarta adalah sebesar 61,58 sehingga menempatkan provinsi ini di

peringkat ke-4 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam)

indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja,

pengupahan dan kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja,

penduduk dan tenaga kerja, dan pelatihan dan kompetensi kerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

82

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik, karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan tenaga kerja

provinsi dan seluruh perencanaan lainnya.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub

indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja

sektor formal, dan berkembangnya kesempatan kerja sektor informal (tidak

termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan DI.Yogyakarta dengan tingginya persentase upah minimum

provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan

DI.Yogyakarta dengan banyaknya perusahaan yang menjadi anggota

Jamsostek dan cukup banyaknya pekerja/buruh yang menjadi anggota

Jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

DI.Yogyakarta karena sedikitnya pekerja anak, rendahnya tingkat penganggur

terbuka, dan relatif rendahnya tingkat setengah penganggur.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan DI.Yogyakarta dengan cukup banyaknya kapasitas pelatihan

yang dimiliki dan jumlah lulusan pelatihan.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial, dan kondisi lingkungan kerja belum memberikan kontribusi yang

baik pada pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan

DI.Yogyakarta.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan DI.Yogyakarta

dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto

terhadap penduduk yang bekerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

83

Tabel.4.19 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Daerah Istimewa Yogyakarta

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,68

PTK Provinsi 78 4.68

1

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 1.50

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,80

Angkatan Kerja Muda 27.83 0.76

3 Pekerja Anak 1.93 2.38

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.97 2.30

Tingkat Setengah Penganggur 28.24 1.36

3. Kesempatan Kerja 11,34

Kesempatan Kerja Sektor Formal 43.44 2.70

8 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

40.18 2.87

Tambahan Kesempatan Kerja 96.03 5.76

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,50

Kapasitas Pelatihan 14.27 3.57 10

Jumlah Lulusan Pelatihan 11.74 2.94

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,79

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 12,480,002 0,79 26

6. Hubungan Industrial 1,58

PP Yang Disahkan 22.14 0.55

33 PKB Yang Didaftarkan 7.18 0.18

LKS Bipartit di Perusahaan 25.59 0.64

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 9.17 0.21

7. Kondisi Lingkungan Kerja 2,86

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,30 0,21

31 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,31 0,19

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,90 2,46

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 111.26 10,00 7

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,03

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 83.85 4.19 7

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 76.75 3.84

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 61,58 4

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

84

Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan DI.Yogyakarta

karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja

Bersama yang didaftarkan, Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan, dan

masih banyaknya jumlah perselisihan hubungan industrial.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan DI.Yogyakarta

karena sedikitnya jumlah kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan

penerapan SMK3 di perusahaan.

4.2.17. Provinsi Bali

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Bali

adalah sebesar 61,21 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat ke-5

dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi

kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, dan penduduk dan tenaga

kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan

dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, dan

perencanaan pengawasan ketenagakerjaan.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub

indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja

sektor formal, dan berkembangnya kesempatan kerja sektor informal (tidak

termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Bali dengan banyaknya kapasitas pelatihan yang

dimiliki dan jumlah lulusan pelatihan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

85

Tabel.4.20 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Bali

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,55

PTK Provinsi 71,7 4,30

8

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 90 1.35

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,82

Angkatan Kerja Muda 34.82 0.32

2 Pekerja Anak 3.81 2.26

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 2.04 2.50

Tingkat Setengah Penganggur 22.23 1.74

3. Kesempatan Kerja 11,84

Kesempatan Kerja Sektor Formal 46.95 2.98

6 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

38.38 2.98

Tambahan Kesempatan Kerja 97.96 5.88

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 9,30

Kapasitas Pelatihan 31.40 5.00 2

Jumlah Lulusan Pelatihan 17.19 4.30

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,00

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 14,459,499 1,00 20

6. Hubungan Industrial 2,73

PP Yang Disahkan 12.97 0.32

27 PKB Yang Didaftarkan 2.66 0.07

LKS Bipartit di Perusahaan 23.38 0.58

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2.97 1.76

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,47

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,91 0,24

20 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,46 0,27

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,07 2,96

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,78

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 87.81 8,78 27

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,72

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 73.45 3.67 25

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 21.03 1.05

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 61,21 5

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

86

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Bali dengan tingginya persentase upah minimum

provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Bali karena sedikitnya pekerja anak, rendahnya tingkat penganggur terbuka,

dan relatif rendahnya tingkat setengah penganggur.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial, kondisi lingkungan kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja belum

memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Bali.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Bali

dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto

terhadap penduduk yang bekerja.

Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Bali

karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja

Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Bali

karena sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan

SMK3 di perusahaan.

4.2.18. Provinsi Nusa Tenggara Barat

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Nusa

Tenggara Barat adalah sebesar 49,49 sehingga menempatkan provinsi ini di

peringkat ke-31 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima)

indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, kesempatan kerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan

penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

87

pengawasan ketenagakerjaan, dan cukup baiknya sub indikator perencanaan

pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja,

perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial,

dan perencanaan pengupahan dan jamsos.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan tingginya persentase

upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub

indikator tambahan kesempatan kerja, dan berkembangnya kesempatan

kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan cukup banyaknya

pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Nusa Tenggara Barat karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial, kondisi lingkungan kerja, dan pelatihan dan kompetensi kerja,

belum memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks

pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Nusa

Tenggara Barat karena masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional

bruto terhadap penduduk yang bekerja.

Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Nusa

Tenggara Barat karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan,

Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit

di perusahaan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

88

Tabel.4.21 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Nusa Tenggara Barat

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,57

PTK Provinsi 76,18 4,57

22

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 70 1.05

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 60 0.90

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 60 0.90

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 80 1.20

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,02

Angkatan Kerja Muda 33.41 0.41

27 Pekerja Anak 4.26 2.23

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.26 2.03

Tingkat Setengah Penganggur 44.50 0.34

3. Kesempatan Kerja 8,59

Kesempatan Kerja Sektor Formal 23.87 1.12

33 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

59.08 1.78

Tambahan Kesempatan Kerja 94.74 5.68

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 3,65

Kapasitas Pelatihan 8.16 2.04 19

Jumlah Lulusan Pelatihan 6.43 1.61

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,50

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 9,738,493 0.50 29

6. Hubungan Industrial 2,84

PP Yang Disahkan 11.39 0.28

25 PKB Yang Didaftarkan 5.44 0.14

LKS Bipartit di Perusahaan 15.12 0.38

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.83 2.04

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,31

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,66 0,23

24 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,27 0,16

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,12 2,93

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,93

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 99.30 9.93 15

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,08

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 38.42 1.92 23

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 63.25 3.16

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 49,49 31

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

89

Indikator utama kondisi lingkungan kerja belum memberikan

kontribusi yang baik dikarenakan sedikitnya kepatuhan wajib lapor

ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di perusahaan.

4.2.19. Provinsi Nusa Tenggara Timur

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Nusa

Tenggara Timur adalah sebesar 52,42 sehingga menempatkan provinsi ini di

peringkat ke-27 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima)

indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi kerja,

dan penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena didukung oleh baiknya sub indikator PTK Provinsi, perencanaan

pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja,

perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial,

dan perencanaan pengawasan ketenagakerjaan.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan tingginya persentase

upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik

dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator

tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor

informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan besarnya kapasitas

pelatihan yang dimiliki.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Nusa Tenggara Timur karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

90

Tabel.4.22 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Nusa Tenggara Timur

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,78

PTK Provinsi 84,18 5,05

6

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50

Perencanaan Hubungan Industrial 85 1.28

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 95 1.43

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 55 0.83

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,24

Angkatan Kerja Muda 33.14 0.43

22

Pekerja Anak 5.51 2.16

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 2.89 2.50

Tingkat Setengah Penganggur 47.51 0.16

3. Kesempatan Kerja 8,99

Kesempatan Kerja Sektor Formal 20.12 0.82

32

Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

49.32 2.35

Tambahan Kesempatan Kerja 97.11 5.83

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 5,55

Kapasitas Pelatihan 17.08 4.27 15 Jumlah Lulusan Pelatihan 5.11 1.28

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,17

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 6,617,714 0,17 33

6. Hubungan Industrial 2,71

PP Yang Disahkan 9.94 0.25

28

PKB Yang Didaftarkan 0.64 0.02

LKS Bipartit di Perusahaan 16.07 0.40

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.81 2.05

7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,24

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 30,48 1,22 8

Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,08 0,05

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,04 2,97

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,51

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 95.07 9.51 21

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3,24

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 27.04 1.35 32 Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 37.71 1.89

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 52,42 27

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

91

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial, jaminan sosial tenaga kerja dan kondisi lingkungan kerja belum

memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja masih rendah sehingga

kontribusinya paling kecil terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Indikator utama hubungan industrial masih rendah dikarenakan

sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama

yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.

4.2.20. Provinsi Kalimantan Barat

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi

Kalimantan Barat adalah sebesar 47,25 sehingga menempatkan provinsi ini di

peringkat terakhir dari 33 provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4

(empat) indikator utama, yaitu kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan

tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub

indikator tambahan kesempatan kerja dan cukup berkembangnya

kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat karena tingginya persentase upah

minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi Kalimantan Barat karena sudah banyaknya perusahaan dan

pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja termasuk indikator utama

yang memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat karena sedikitnya pekerja anak

dan rendahnya tingkat penganggur terbuka.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

92

Tabel.4.23 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Kalimantan Barat

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 0,00

PTK Provinsi 0 0.00

33

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 0 0.00

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 0 0.00

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 0 0.00

Perencanaan Hubungan Industrial 0 0.00

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 0 0.00

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 0 0.00

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,23

Angkatan Kerja Muda 37.00 0.19

23 Pekerja Anak 3.94 2.25

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.48 2.40

Tingkat Setengah Penganggur 43.82 0.39

3. Kesempatan Kerja 10,46

Kesempatan Kerja Sektor Formal 32.48 1.82

18 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

40.58 2.85

Tambahan Kesempatan Kerja 96.52 5.79

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 3,63

Kapasitas Pelatihan 7.38 1.84 20

Jumlah Lulusan Pelatihan 7.16 1.79

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,17

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 16,146,866 1,17 19

6. Hubungan Industrial 4,49

PP Yang Disahkan 27.71 0.69

2 PKB Yang Didaftarkan 2.83 0.07

LKS Bipartit di Perusahaan 61.49 1.54

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.23 2.19

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,50

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 3,83 0,15

18 Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,07 0,64

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,48 2,71

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,67

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 96.66 9,67 18

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 9,10

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 95.78 4.79 3

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 86.19 4.31

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 47,25 33

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

93

Indikator utama yang lain, yaitu perencanaan tenaga kerja,

produktivitas tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja, pelatihan dan

kompetensi kerja, dan hubungan industrial belum memberikan kontribusi

yang baik pada pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Barat.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah dikarenakan belum memilikinya perencanaan tenaga kerja

provinsi maupun perencanaan ketenagakerjaan lainnya.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Barat karena masih rendahnya rasio pendapatan domestik

regional bruto terhadap penduduk yang bekerja.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya relatif rendah

karena sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan

SMK3 di perusahaan.

Indikator utama hubungan industrial belum memberikan kontribusi

yang baik karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan dan

Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan.

4.2.21. Provinsi Kalimantan Tengah

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Kalimantan

Tengah adalah sebesar 62,01 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat

ke-3 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama,

yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi kerja, jaminan sosial tenaga

kerja dan penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik

dikarenakan banyaknya kesempatan kerja di sub indikator tambahan

kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor informal

(tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama perencanaan tenaga kerja juga memberikan indeks

yang baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan

pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja,

perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial

dan perencanaan pengawasan ketenagakerjaan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

94

Tabel.4.24 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Kalimantan Tengah

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,94

PTK Provinsi 69,76 4,19

19

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 90 1.35

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20

Perencanaan Hubungan Industrial 90 1.35

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 20 0.30

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,04

Angkatan Kerja Muda 33.85 0.38

10 Pekerja Anak 3.26 2.30

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.17 2.46

Tingkat Setengah Penganggur 35.72 0.89

3. Kesempatan Kerja 11,18

Kesempatan Kerja Sektor Formal 39.50 2.38

9 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

38.25 2.99

Tambahan Kesempatan Kerja 96.83 5.81

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 7,48

Kapasitas Pelatihan 41.69 5,00 1

Jumlah Lulusan Pelatihan 9.92 2,48

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,58

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 20,003,317 1,58 14

6. Hubungan Industrial 4,22

PP Yang Disahkan 45.90 1.15

7 PKB Yang Didaftarkan 4.60 0.11

LKS Bipartit di Perusahaan 28.23 0.71

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.99 2.25

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,51

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,48 0,22

17 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,49 0,30

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,01 2,99

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 121.23 10,00 3

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7,07

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 66.47 3.32 11

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 75.02 3.75

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 62,01 3

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

95

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Kalimantan Tengah

dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan

hidup layak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah karena cukup banyaknya

perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks

yang cukup baik dikarenakan besarnya kapasitas pelatihan yang dimiliki.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi

yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Tengah karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi

lingkungan kerja, dan hubungan industrial ternyata mendapatkan indeks yang

kurang baik.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Tengah karena rendahnya rasio PDRB terhadap penduduk yang

bekerja.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja termasuk indikator utama

yang kurang baik kontribusinya dikarenakan sedikitnya kepatuhan wajib lapor

ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di perusahaan.

Indikator utama hubungan industrial kontribusinya relatif rendah

dikarenakan sedikitnya Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, Lembaga

Kerja Sama Bipartit, dan Peraturan Perusahaan yang disahkan.

4.2.22. Provinsi Kalimantan Selatan

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi

Kalimantan Selatan adalah sebesar 59,49 sehingga provinsi ini berada di

peringkat ke-10 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima)

indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja,

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

96

pengupahan dan kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja dan

pelatihan dan kompetensi kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan,

perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan produktivitas tenaga

kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan pengawasan

ketenagakerjaan dan perencanaan pengupahan dan jamsos.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub

indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja

sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi Kalimantan Selatan dikarenakan tingginya persentase upah

minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja termasuk yang

memberikan kontribusi cukup baik terhadap pembentukan indeks

pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Selatan dikarenakan

cukup banyaknya jumlah perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi

anggota jamsostek.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja berkontribusi cukup

baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Selatan karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial, kondisi lingkungan kerja, dan penduduk dan tenaga kerja ternyata

mendapatkan indeks yang kurang baik.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya relatif kurang

baik dikarenakan sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan

penerapan SMK3 di perusahaan.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Selatan karena rendahnya rasio PDRB terhadap penduduk yang

bekerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

97

Tabel.4.25 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Kalimantan Selatan

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,18

PTK Provinsi 60,5 3,63

10

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 90 1.35

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,92

Angkatan Kerja Muda 44.54 0,00

30 Pekerja Anak 4.35 2.23

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.25 2.03

Tingkat Setengah Penganggur 39.53 0.65

3. Kesempatan Kerja 10,47

Kesempatan Kerja Sektor Formal 36.26 2.12

17 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

43.79 2.67

Tambahan Kesempatan Kerja 94.75 5.69

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,21

Kapasitas Pelatihan 18.50 4,62 12

Jumlah Lulusan Pelatihan 6.36 1,59

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,46

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 18,897,505 1,46 16

6. Hubungan Industrial 3,15

PP Yang Disahkan 21.64 0.54

18 PKB Yang Didaftarkan 7.16 0.18

LKS Bipartit di Perusahaan 27.16 0.68

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2.99 1.75

7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,30

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 4,99 0,20

7 Penerapan SMK3 di Perusahaan 2,04 1,23

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,21 2,87

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 116.29 10,00 4

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,80

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 58.15 2.91 13

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 77.91 3.90

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 59,49 10

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

98

Indikator utama hubungan industrial berkontribusi kurang baik

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Kalimantan Selatan dikarenakan sedikitnya Peraturan Perusahaan yang

disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja

Sama Bipartit di perusahaan.

4.2.23. Provinsi Kalimantan Timur

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi

Kalimantan Timur adalah sebesar 59,62 sehingga provinsi ini berada di

peringkat ke-9 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam)

indikator utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja,

pengupahan dan kesejahteraan pekerja, produktivitas tenaga kerja, jaminan

sosial tenaga kerja, dan penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik

karena besarnya sub indikator tambahan kesempatan kerja, kesempatan

kerja sektor formal dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk

pekerja keluarga).

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dengan baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan

pelatihan dan sub indikator perencanaan hubungan industrial.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi Kalimantan Timur dikarenakan tingginya persentase upah minimum

provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan cukup baiknya rasio antara PDRB terhadap penduduk

yang bekerja.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan sedikitnya pekerja anak, relatif rendahnya tingkat

penganggur terbuka, dan tingkat setengah penganggur.

Indikator utama yang lain, yaitu hubungan industrial, pelatihan dan

kompetensi kerja dan kondisi lingkungan kerja ternyata mendapatkan indeks

yang kurang baik.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

99

Tabel.4.26 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Kalimantan Timur

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,38

PTK Provinsi 60.5 3.63

24

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 60 0.90

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 65 0.98

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 55 0.83

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,72

Angkatan Kerja Muda 35.04 0.31

15

Pekerja Anak 1.89 2.38

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 8.90 1.27

Tingkat Setengah Penganggur 21.85 1.76

3. Kesempatan Kerja 12,68

Kesempatan Kerja Sektor Formal 57.04 3.80

3

Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

30.81 3.41

Tambahan Kesempatan Kerja 91.10 5.47

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,82

Kapasitas Pelatihan 6.07 1.52 23

Jumlah Lulusan Pelatihan 5.19 1.30

5. Produktivitas Tenaga Kerja 7,30

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 74,318,240 7,30 2

6. Hubungan Industrial 2,04

PP Yang Disahkan 9.89 0.25

31

PKB Yang Didaftarkan 2.07 0.05

LKS Bipartit di Perusahaan 4.02 0.10

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 3.44 1.64

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,85

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 10,76 0,43 10

Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,04 0,62

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,33 2,80

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,20

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 82.00 8.20 29

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,64

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 41.02 2.05 14 Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 91.71 4.59

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 59,62 9

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

100

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi paling

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan

Timur dikarenakan sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan,

Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit

di perusahaan.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

dikarenakan sub indikator kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah

lulusan pelatihan masih sedikit.

4.2.24. Provinsi Sulawesi Utara

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi

Utara adalah sebesar 57,10 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-16

dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, penduduk dan tenaga kerja, hubungan industrial, dan

jaminan sosial tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya sub indikator PTK Provinsi, perencanaan

pendidikan dan pelatihan, dan sub indikator perencanaan pengupahan dan

jamsos.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik

karena baiknya sub indikator tambahan kesempatan kerja dan cukup baiknya

sub indikator kesempatan kerja sektor formal dan sektor informal (tidak

termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi Sulawesi Utara dikarenakan tingginya persentase upah minimum

provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan sedikitnya pekerja anak, relatif rendahnya tingkat

penganggur terbuka, dan tingkat setengah penganggur.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

101

Tabel.4.27 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Sulawesi Utara

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,65

PTK Provinsi 84,18 5,05

13

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 70 1.05

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,04

Angkatan Kerja Muda 26.80 0.83

11 Pekerja Anak 2.20 2.36

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 7.79 1.50

Tingkat Setengah Penganggur 28.46 1.35

3. Kesempatan Kerja 10,69

Kesempatan Kerja Sektor Formal 43.05 2.67

14 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

46.88 2.49

Tambahan Kesempatan Kerja 92.21 5.53

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,40

Kapasitas Pelatihan 6.41 1.60 24

Jumlah Lulusan Pelatihan 3.19 0.80

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,81

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 22,236,244 1,81 7

6. Hubungan Industrial 5,56

PP Yang Disahkan 22.71 0.57

1 PKB Yang Didaftarkan 15.65 0.39

LKS Bipartit di Perusahaan 84.21 2.11

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.03 2.49

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,50

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 13,44 0,54

19 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,10 0,06

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,16 2,91

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 133.69 10,00 1

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,45

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 62.59 3.13 22

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 46.42 2.32

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 57,10 16

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

102

Indikator utama hubungan industrial memberikan indeks yang cukup

baik dikarenakan baiknya sub indikator jumlah perselisihan hubungan

industrial dan sub indikator Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan cukup banyaknya perusahaan dan pekerja/buruh

yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan

dan kompetensi kerja dan kondisi lingkungan kerja ternyata mendapatkan

indeks yang kurang baik.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Utara dikarenakan rendahnya rasio PDRB terhadap penduduk yang

bekerja.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan

kontribusi rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

dikarenakan sub indikator kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan

masih sedikit.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan

sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di

perusahaan.

4.2.25. Provinsi Sulawesi Tengah

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi

Tengah adalah sebesar 60,67 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-6

dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi kerja, jaminan sosial

tenaga kerja serta penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena baiknya sub indikator PTK Provinsi, perencanaan pendidikan dan

pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan

pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan dan Jamsos.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

103

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik karena banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator

tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor

informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan

Provinsi Sulawesi Tengah dikarenakan tingginya persentase upah minimum

provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks

yang baik dikarenakan banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan cukup

banyaknya jumlah lulusan pelatihan.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan cukup banyaknya perusahaan yang menjadi anggota

jamsostek dan pekerja/buruh yang menjadi anggota jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan rendahnya tingkat penganggur terbuka dan

sedikitnya pekerja anak.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial dan kondisi lingkungan kerja ternyata mendapatkan indeks yang

kurang baik.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Tengah dikarenakan kurang baiknya rasio PDRB terhadap penduduk

yang bekerja.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan sedikitnya

Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang

didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan

rendahnya sub indikator kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan

penerapan SMK3 di perusahaan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

104

Tabel.4.28 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Sulawesi Tengah

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,35

PTK Provinsi 85.02 5.10

4

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,50

Angkatan Kerja Muda 33.89 0.38

19 Pekerja Anak 5.52 2.16

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.93 2.31

Tingkat Setengah Penganggur 39.55 0.65

3. Kesempatan Kerja 10,11

Kesempatan Kerja Sektor Formal 33.56 1.90

24 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

47.74 2.44

Tambahan Kesempatan Kerja 96.07 5.76

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 8,49

Kapasitas Pelatihan 28.52 5,00 4

Jumlah Lulusan Pelatihan 13.97 3,49

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,37

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 18,035,218 1.37 17

6. Hubungan Industrial 3,17

PP Yang Disahkan 10.91 0.27

18 PKB Yang Didaftarkan 4.37 0.11

LKS Bipartit di Perusahaan 16.00 0.40

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.47 2.38

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,76

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 9,85 0,39

11 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,76 0,46

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,15 2,91

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,83

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 98.33 9,83 17

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,65

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 58.77 2.94 19

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 54.28 2.71

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 60,67 6

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

105

4.2.26. Provinsi Sulawesi Selatan

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi

Selatan adalah sebesar 55,39 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-20

dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu

kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja serta penduduk dan

tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik karena banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator

tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor

informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena cukup baiknya sub indikator perencanaan tenaga kerja provinsi

dan baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan,

perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan hubungan industrial,

perencanaan pengawasan ketenagakerjaan dan perencanaan pengupahan

dan Jamsos.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Selatan dikarenakan tingginya persentase upah minimum provinsi

terhadap kebutuhan hidup layak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan cukup banyaknya pekerja/buruh yang menjadi

anggota Jamsostek.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan sedikitnya pekerja anak dan relatif rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi

lingkungan kerja, hubungan industrial dan pelatihan dan kompetensi kerja

ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

106

Tabel.4.29 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Sulawesi Selatan

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,34

PTK Provinsi 34,86 2,09

25

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,19

Angkatan Kerja Muda 32.61 0.46

24 Pekerja Anak 5.81 2.14

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.87 1.90

Tingkat Setengah Penganggur 38.93 0.69

3. Kesempatan Kerja 10,41

Kesempatan Kerja Sektor Formal 36.08 2.11

19 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

43.96 2.66

Tambahan Kesempatan Kerja 94.13 5.65

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 4,84

Kapasitas Pelatihan 12.70 3.17 17

Jumlah Lulusan Pelatihan 6.65 1.66

5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,35

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 17,809,284 1,35 18

6. Hubungan Industrial 4,26

PP Yang Disahkan 11.38 0.28

5 PKB Yang Didaftarkan 2.72 0.07

LKS Bipartit di Perusahaan 71.36 1.78

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.49 2.13

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,46

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 12,20 0,49

21 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,26 0,15

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,30 2,82

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 110.80 10,00 9

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,53

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 36.71 1.84 20

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 73.96 3.70

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 55,39 20

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

107

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Selatan dikarenakan kurang baiknya rasio PDRB terhadap penduduk

yang bekerja.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan

sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di

perusahaan.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan sedikitnya

Peraturan Perusahaan yang disahkan dan Perjanjian Kerja Bersama yang

didaftarkan.

4.2.27. Provinsi Sulawesi Tenggara

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi

Tenggara adalah sebesar 59,07 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-

11 dari 33 provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator

utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, dan pelatihan dan kompetensi kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

baik karena baiknya sub indikator perencanaan tenaga kerja provinsi,

perencanaan pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan

kerja, perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan

industrial, perencanaan pengawasan ketenagakerjaan dan perencanaan

pengupahan dan jamsos.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik karena banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator

tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor

informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi

lingkungan kerja, hubungan industrial, jaminan sosial tenaga kerja dan

penduduk dan tenaga kerja belum memberikan kontribusi yang baik

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

108

Tabel.4.30 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Sulawesi Tenggara

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,08

PTK Provinsi 70,44 4,23

5

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 90 1.35

Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 1.50

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,99

Angkatan Kerja Muda 35.05 0.31

29 Pekerja Anak 7.83 2.01

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.04 2.28

Tingkat Setengah Penganggur 43.82 0.39

3. Kesempatan Kerja 10,22

Kesempatan Kerja Sektor Formal 32.92 1.85

21 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

44.68 2.61

Tambahan Kesempatan Kerja 95.96 5.76

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 7,19

Kapasitas Pelatihan 14.39 3.60 8

Jumlah Lulusan Pelatihan 14.39 3.60

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,99

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 14,366,535 0,9 22

6. Hubungan Industrial 3,60

PP Yang Disahkan 7.54 0.19

12 PKB Yang Didaftarkan 1.25 0.03

LKS Bipartit di Perusahaan 38.10 0.95

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.28 2.43

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,60

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 30,30 1,29

6 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,09 0,06

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,04 2,98

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 101.83 10,00 13

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,67

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 68.50 3.43 26

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 24.83 1.24

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 59,07 11

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

109

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Tenggara dikarenakan kurang baiknya rasio PDRB terhadap

penduduk yang bekerja.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan

sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di

perusahaan.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan sedikitnya

Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang

didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.

4.2.28. Provinsi Gorontalo

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Gorontalo

adalah sebesar 54,44 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-22 dari 33

provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu

perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi serta penduduk dan tenaga

kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya sub indikator PTK Provinsi, dan perencanaan

perluasan kesempatan kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik karena banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator

tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor

informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Gorontalo dikarenakan tingginya persentase upah minimum provinsi

terhadap kebutuhan hidup layak.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

110

Tabel.4.31 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Gorontalo

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,42

PTK Provinsi 87,75 5,27

15

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 60 0.90

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,11

Angkatan Kerja Muda 29.90 0.63

6 Pekerja Anak 4.09 2.24

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.36 2.22

Tingkat Setengah Penganggur 33.74 1.02

3. Kesempatan Kerja 10,24

Kesempatan Kerja Sektor Formal 36.65 2.15

20 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

49.26 2.35

Tambahan Kesempatan Kerja 95.64 5.74

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,92

Kapasitas Pelatihan 13.96 3.49 9

Jumlah Lulusan Pelatihan 13.71 3.43

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,27

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 7,591,205 0,27 32

6. Hubungan Industrial 2,86

PP Yang Disahkan 5.11 0.13

24 PKB Yang Didaftarkan 0.86 0.02

LKS Bipartit di Perusahaan 29.43 0.74

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2.09 1.98

7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,85

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 48,69 1,95

3 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,00 0,00

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,16 2,90

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,41

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 84.06 8.41 28

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3,37

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 23.09 1.15 31

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 44.21 2.21

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 54,44 22

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

111

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks

yang cukup baik dikarenakan cukup banyaknya kapasitas pelatihan yang

dimiliki dan jumlah lulusan pelatihan.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik dikarenakan sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial, jaminan sosial tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja masih

kurang baik kontribusinya terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Gorontalo dikarenakan kurang baiknya rasio PDRB terhadap penduduk yang

bekerja.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan masih

sedikitnya jumlah Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja

Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi

relatif rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan

belum adanya perusahaan yang menerapkan SMK3.

4.2.29. Provinsi Sulawesi Barat

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi

Barat adalah sebesar 53,31 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-24

dari 33 provinsi. Pencapaian peringkat tersebut didukung oleh 4 (empat)

indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, pelatihan dan kompetensi

kerja, kesempatan kerja, dan pengupahan dan kesejahteraan pekerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks paling

tinggi karena baiknya sub indikator perencanaan pengawasan

ketenagakerjaan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan

hubungan industrial, dan perencanaan pengupahan dan jamsos.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

112

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks

yang baik karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah

lulusan pelatihan.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang banyak pada sub

indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja

sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi yang baik dalam penentuan peringkat Provinsi Sulawesi Barat

dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan

hidup layak.

Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, jaminan

sosial tenaga kerja, hubungan industrial, penduduk dan tenaga kerja, dan

kondisi lingkungan kerja masih kurang baik kontribusinya terhadap

pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Barat.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Barat.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya

jumlah perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan masih

sedikitnya jumlah Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja

Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

113

Tabel.4.32 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Sulawesi Barat

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,20

PTK Provinsi 71,7 4,30

16

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 60 0.90

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,49

Angkatan Kerja Muda 40.87 0.00

33 Pekerja Anak 8.16 1.99

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 2.14 2.50

Tingkat Setengah Penganggur 56.44 0,00

3. Kesempatan Kerja 9,45

Kesempatan Kerja Sektor Formal 25.26 1.23

29 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

49.29 2.35

Tambahan Kesempatan Kerja 97.86 5.87

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 10,00

Kapasitas Pelatihan 23.20 5,00 3

Jumlah Lulusan Pelatihan 21.07 5,00

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,57

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 10,394,509 0,57 28

6. Hubungan Industrial 2,76

PP Yang Disahkan 1.94 0.05

26 PKB Yang Didaftarkan 0.62 0.02

LKS Bipartit di Perusahaan 8.89 0.22

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.09 2.48

7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,57

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 39,34 1,57

5 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,03 0,02

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,03 2,98

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,16

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 81.58 8,16 30

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 2,10

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 16.83 0.84 33

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 25.25 1.26

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 53,31 24

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

114

4.2.30. Provinsi Maluku

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Maluku

adalah sebesar 47,75 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-32 dari 33

provinsi. Pencapaian peringkat tersebut didukung oleh 5 (lima) indikator

utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan

kesejahteraan pekerja, kondisi lingkungan kerja, dan penduduk dan tenaga

kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang paling

tinggi dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang banyak di sub

indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja

sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pengawasan

ketenagakerjaan, perencanaan pendidikan dan pelatihan, dan perencanaan

produktivitas tenaga kerja.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi cukup baik dalam penentuan peringkat Provinsi Maluku dengan

cukup tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan

hidup layak.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena cukup banyaknya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan

di perusahaan dan sedikitnya jumlah kecelakaan kerja.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan relatif rendahnya tingkat

penganggur terbuka.

Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, pelatihan

dan kompetensi kerja, hubungan industrial, dan jaminan sosial tenaga kerja

masih kurang baik kontribusinya terhadap pembentukan indeks

pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Maluku.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Maluku karena rendahnya rasio PDRB terhadap penduduk yang bekerja.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

115

Tabel.4.33 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Maluku

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 8,97

PTK Provinsi 42 2,52

31

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 50 0.75

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20

Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,34

Angkatan Kerja Muda 26.69 0.83

20 Pekerja Anak 4.01 2.25

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 7.51 1.56

Tingkat Setengah Penganggur 38.79 0.70

3. Kesempatan Kerja 9,40

Kesempatan Kerja Sektor Formal 28.30 1.48

30 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

48.83 2.37

Tambahan Kesempatan Kerja 92.49 5.55

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 3,42

Kapasitas Pelatihan 9.57 2.39 21

Jumlah Lulusan Pelatihan 4.12 1.03

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,31

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 7,963,068 0,31 30

6. Hubungan Industrial 3,94

PP Yang Disahkan 9.12 0.23

9 PKB Yang Didaftarkan 2.92 0.07

LKS Bipartit di Perusahaan 47.34 1.18

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.19 2.45

7. Kondisi Lingkungan Kerja 5,49

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 63,04 2,52

2 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,02 0,01

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,06 2,96

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 6,21

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 62.06 6,21 33

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,67

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 63.68 3.18 27

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 29.63 1.48

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 47,75 32

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

116

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan kontribusi

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya

kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan masih

sedikitnya jumlah Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja

Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan.

4.2.31. Provinsi Maluku Utara

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Maluku

Utara adalah sebesar 52,83 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-26

dari 33 provinsi. Pencapaian peringkat tersebut didukung oleh 5 (lima)

indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja,

pengupahan dan kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi kerja, dan

penduduk dan tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks cukup

baik karena baiknya sub indikator perencanaan perluasan kesempatan kerja

dan perencanaan pengawasan ketenagakerjaan.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan kontribusi yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang banyak di sub

indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja

sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi cukup baik dalam penentuan peringkat Provinsi Maluku Utara

dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan

hidup layak

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks

yang cukup baik karena cukup banyaknya kapasitas pelatihan dan jumlah

lulusan pelatihan.

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena rendahnya tingkat penganggur terbuka dan sedikitnya

pekerja anak.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

117

Tabel.4.34 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Maluku Utara

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,11

PTK Provinsi 73,45 4,41

26

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 70 1.05

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05

Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 80 1.20

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 10 0.15

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,00

Angkatan Kerja Muda 33.40 0.41

28 Pekerja Anak 7.11 2.06

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.76 2.13

Tingkat Setengah Penganggur 43.63 0.40

3. Kesempatan Kerja 9,70

Kesempatan Kerja Sektor Formal 28.53 1.50

28 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

46.84 2.49

Tambahan Kesempatan Kerja 95.24 5.71

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 7,20

Kapasitas Pelatihan 17.30 4.32 7

Jumlah Lulusan Pelatihan 11.49 2.87

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,29

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 7,770,495 0,29 31

6. Hubungan Industrial 3,48

PP Yang Disahkan 13.98 0.35

14 PKB Yang Didaftarkan 4.08 0.10

LKS Bipartit di Perusahaan 24.00 0.60

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.28 2.43

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,60

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 16,67 0,67

16 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,00 0,00

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,12 2,93

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,81

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 88.12 8,81 26

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,65

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 43.57 2.18 28

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 49.38 2.47

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 52,83 26

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

118

Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial, kondisi lingkungn kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja masih

kurang baik kontribusinya terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Maluku Utara.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena masih sedikitnya

jumlah Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang

didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan belum adanya

perusahaan yang menerapkan SMK3 dan sedikitnya kepatuhan wajib lapor

ketenagakerjaan di perusahaan.

4.2.32. Provinsi Papua

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Papua

adalah sebesar 50,48 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-29 dari 33

provinsi. Pencapaian peringkat tersebut hanya didukung oleh 4 (empat)

indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja,

pengupahan dan kesejahteraan pekerja, dan jaminan sosial tenaga kerja.

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

paling tinggi karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan

pelatihan dan perencanaan produktivitas tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan kontribusi yang cukup

baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang banyak di sub

indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja

sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi cukup baik dalam penentuan peringkat Provinsi Papua dengan

tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup

layak.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

119

Tabel.4.35 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi Papua

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,73

PTK Provinsi 66.26 3,98

16

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 85 1.28

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 65 0.98

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20

Perencanaan Hubungan Industrial 75 1.13

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 75 1.13

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,78

Angkatan Kerja Muda 50.97 0,00

31 Pekerja Anak 11.82 1.76

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.63 2.37

Tingkat Setengah Penganggur 38.14 0.74

3. Kesempatan Kerja 9,18

Kesempatan Kerja Sektor Formal 18.95 0.72

31 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

43.64 2.67

Tambahan Kesempatan Kerja 96.37 5.78

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 4,06

Kapasitas Pelatihan 6.55 2.46 18

Jumlah Lulusan Pelatihan 6.41 1.60

5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,99

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 14,368,808 0,99 21

6. Hubungan Industrial 1,97

PP Yang Disahkan 32.23 0.81

32 PKB Yang Didaftarkan 7.74 0.19

LKS Bipartit di Perusahaan 34.20 0.85

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 9.52 0.12

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,40

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,73 0,23

29 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,60 0,36

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,31 2,82

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,90

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 88.98 8,90 25

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,39

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 84.49 4.22 16

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 43.28 2.16

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 50,48 29

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

120

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena banyaknya perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, hubungan

industrial, kondisi lingkungan kerja, dan penduduk dan tenaga kerja masih

kurang baik kontribusinya terhadap pembentukan indeks pembangunan

ketenagakerjaan Provinsi Papua.

Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi

paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Papua.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya jumlah

Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang

didaftarkan, Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan, dan masih

banyaknya jumlah perselisihan hubungan industrial.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan sedikitnya

perusahaan yang menerapkan SMK3 dan sedikitnya kepatuhan wajib lapor

ketenagakerjaan di perusahaan.

4.2.33. Provinsi Papua Barat

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Papua

Barat adalah sebesar 57,96 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-14

dari 33 provinsi. Pencapaian peringkat tersebut didukung oleh 6 (enam)

indikator utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja,

pelatihan dan kompetensi kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja,

penduduk dan tenaga kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja.

Indikator utama kesempatan kerja memberikan kontribusi yang paling

tinggi dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub

indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja

sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).

Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan

pelatihan dan cukup baiknya sub indikator perencanaan perluasan

kesempatan kerja, perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

121

hubungan industrial, perencanaan pengawasan ketenagakerjaan, dan

perencanaan pengupahan dan Jamsos.

Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks

yang cukup baik karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan

jumlah lulusan pelatihan.

Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan

kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Papua Barat dengan

tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup

layak

Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena rendahnya tingkat penganggur terbuka dan sedikitnya

pekerja anak.

Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang

cukup baik karena cukup banyaknya jumlah perusahaan dan pekerja/buruh

yang menjadi anggota Jamsostek.

Indikator utama yang lain, yakni hubungan industrial, produktivitas

tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja masih kurang baik kontribusinya

terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Papua Barat.

Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi paling

rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat,

karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja

Bersama yang didaftarkan, dan masih banyaknya jumlah perselisihan

hubungan industrial.

Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi rendah

terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya penerapan

SMK3 di perusahaan dan sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan

di perusahaan.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

122

Tabel.4.36 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Provinsi PapuaBarat

INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL

INDEKS INDIKATOR

UTAMA/SUB INDIKATOR

PERINGKAT NASIONAL

1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,35

PTK Provinsi 55,86 3,35

29

Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20

Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 70 1.05

Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 60 0.90

Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05

Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 60 0.90

Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90

2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,02

Angkatan Kerja Muda 26.39 0.85

12 Pekerja Anak 4.31 2.23

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.49 1.98

Tingkat Setengah Penganggur 34.64 0.96

3. Kesempatan Kerja 10,87

Kesempatan Kerja Sektor Formal 38.77 2.32

12 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga

40.20 2.87

Tambahan Kesempatan Kerja 94.51 5.67

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 8,12

Kapasitas Pelatihan 20.70 5,00 6

Jumlah Lulusan Pelatihan 12.46 3,12

5. Produktivitas Tenaga Kerja 3,72

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 40,326,329 3,72 5

6. Hubungan Industrial 2,11

PP Yang Disahkan 7.08 0.18

30 PKB Yang Didaftarkan 4.44 0.11

LKS Bipartit di Perusahaan 70.07 1.75

Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 9.72 0.07

7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,74

Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 19,84 0,79

12 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,07 0,04

Jumlah Kecelakaan Kerja 0,15 2,91

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,06

Besaran Upah Minimum terhadap KHL 80,56 8,06 31

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,97

Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 75.96 3.80 17

Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 43.53 2.18

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 57,96 14

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

123

4.2.34. Provinsi Kalimantan Utara

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 Provinsi

Kalimantan Utara secara yuridis terpisah dengan Provinsi Kalimantan Timur,

namun sampai dengan sekarang belum terbentuk dinas yang bertanggung

jawab di bidang ketenagakerjaan, untuk itu pengukuran indeks pembangunan

ketenagakerjaan Tahun 2013 belum dilakukan secara terpisah dengan

Provinsi Kalimantan Timur.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013

125

BAB V

PENUTUP

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini merupakan

suatu dokumen yang memuat hasil pengukuran Indeks Pembangunan

Ketenagakerjaan di setiap fungsi secara Nasional dan setiap fungsi di 33

Provinsi di Indonesia.

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan ini merupakan gambaran hasil

pembangunan ketenagakerjaan yang sudah dilakukan, baik secara

keseluruhan (seluruh indikator utama) maupun secara parsial (sub indikator)

baik secara Nasional dan tiap-tiap provinsi seluruh Indonesia.

Dengan disusunnya Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun

2013 ini diharapkan setiap unit ketenagakerjaan di Kementerian Tenaga Kerja

dan Transmigrasi untuk mendorong pembangunan ketenagakerjaan yang

indikatornya relatif rendah dan provinsi yang indeks pembangunan

ketenagakerjaannya juga rendah. Pemerintah provinsi diharapkan

menindaklanjuti dengan menginventarisasi permasalahan-permasalahan

yang menghambat nilai indeks pembangunan ketenagakerjaan secara

keseluruhan maupun indikator utama/sub indikator yang selanjutnya

dijadikan pijakan penyusunan kebijakan. Selain itu agar dijadikan bahan

evaluasi kebijakan dan program ketenagakerjaan yang telah dilakukan serta

sebagai bahan penyusunan kebijakan dan program pembangunan

ketenagakerjaan di masa yang akan datang.

LAMPIRAN

Lampiran 1

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI

PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA

DAFTAR PERTANYAAN

PENGUKURAN

INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

TAHUN 2013

I. DAERAH

1. PROVINSI

2. DINAS

3. ALAMAT

4. TELEPON

5. E-MAIL

II. PENGESAHAN

………………………, …………………… 2013

Kepala Dinas

ttd dan cap

( ………………………………… )

NIP.

DAFTAR PUSTAKA BPS, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Provinsi

Kabupaten/Kota.

International Labour Organization, Key Indicator of The Labour Market.

BPS, Keadaan Angkatan Kerja Indonesia, Sakernas.

Payaman Simanjuntak, Prof. Dr., Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta, LDFE UI.

Supranto J, Statistik Teori dan Aplikasi, Jakarta, Erlangga 1994.

Yudoswasono, Dr dan Endang Sulistyaningsih, Perencanaan Tenaga Kerja, 1994.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Depnakertrans.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2007 Tentang Tata cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, Depnakertrans.

Permenakertrans No.16/Men/XI/2010 Tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro, Kemnakertrans.

Wardoyo Bambang, Konsep Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (Manpower Development Index).

TIM PENYUSUN Pengarah : Dr. Ir. Muchtar Luthfie, MMA

Penanggungjawab : Drs. Nurahman, M.Si

Koordinator : Bambang Wardoyo, SE.MM

Penulis : Rini Nurhayati, SE.MT

Dra. Gunarti Pamungkas, MA

Endang Asriyati, S.Si

Atep Juarsa, S.Si

Sukma Hadinuriani, S.Sos

Anggit Tri Widyaningsih, S.Si

Pengolah Data : Edi Gunadi, SE

Atep Juarsa, S.Si

Sukma Hadinuriani, S.Sos

Anggit Tri Widyaningsih, S.Si

Jaelani Efendi, SP

Narasumber : Prof. Dr. Payaman Simanjuntak

Drs. Suwito Ardiyanto, SH, MH

Mulyadi Kurdi, SH, MH

Tim Teknis : Reni Mursidayanti, SH, MH

Adriani, SE, MA

Drs. Akhmad Junaedi

Drs. Dopang Manurung, M.Si

Ir. Sanggam Purba, MM

Khairul Ismed, ST, MT

Drs. Sapto Purnomo, MT

Selviana, S.Kom, M.Si

St. Reno Budi Susatyo, ST

Unit Teknis Lainnya

TIM PENILAI

1. Dr. Ir. Muchtar Luthfie, MMA

2. Drs. Nurahman, M.Si

3. Sunarno, SH, MH

4. Ir. Sugiarto Sumas, MT

5. Drs. Ending Khaerudin, MM

6. Drs. Suhartono, MM

7. Roostiawati, SH, M.Sc

8. Drs. Bibit Setiawan, MM

9. Ir. Maruli A. Hasoloan, MA. Ph.D

10. Drs. Bambang Satrio Lelono, MA

11. Iskandar Maula, SH, MM

12. Ir. Timbur Saut Parulian Siahaan, M.Kes

13. Bambang Wardoyo, SE, MM

TIM PENGUKUR

1. Drs. Nurahman, M.Si

2. Syarifuddin Sinaga, SH

3. Bambang Wardoyo, SE, MM

4. Rini Nurhayati, SE, MT

5. Drs. Akhmad Junaedi

6. Ir. Sanggam Purba, MM

7. Adriani, SE, MA

8. Khairul Ismed, ST, MT

9. Drs. Sapto Purnomo, MT

10. Reni Mursidayanti, SH, MH

11. Selviana, S.Kom, M.Si

12. Ganjar Kusmana, SH

13. St. Reno Budi Susatyo, ST

14. Drs. Ardencius Gultom

15. Woro Sukesti, SE

16. Jasarlem Damanik, SE

17. Sri Ning Sulastri, SE, MM

18. Dra. Gunarti Pamungkas, MA

19. Endang Asriyati, S.Si

20. Edi Gunadi, SE

21. Atep Juarsa, S.Si

22. Sukma Hadinuriani, S.Sos

23. Anggit Tri Widyaningsih, S.Si

24. Alita Rachmawati, SH

25. Widyantoro Mukti R, S.Sos, MM

26. Kurtisan Wahyudi, SE

27. Ervin Jongguran M, SE. Ak

28. Dwi Hadianto, S.Sos

29. Yulvita Sangdiah, S.Si

30. Puspita Mekarsari, SE

31. R.S. Ramdhani, S.Sos

32. Karseno

33. Saring

34. Lussy Herfiana Aprianti, A.md

35. Dimas Radhitya Pramudya Wardana, A.md

36. Dicky Irawan, SH

37. Jaelani Efendi, SP

38. Faizah