Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

109
BAB III HASIL SURVEY INAP PROVINSI DKI JAKARTA Pada hasil survei Indonesian National Assesment Program (INAP) yang dilaksanakan tahun 2009 ini, dideskripsikan peserta dan kemampuan peserta, latar belakang siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi pembelajaran, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, dan Matematika. Data diambil dari 33 provinsi di Indonesia, dan pada bagian ini akan dideskripsikan hasil survey dari provinsi DKI Jakarta. Hasil selengkapnya sebagai berikut: A. Deskripsi Peserta dan Kemampuan Peserta Wilayah DKI Jakarta Survey Indonesian National Assesment Program (INAP) diikuti oleh total 13690 peserta dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Jawa Tengah menempati posisi pertama dengan jumlah peserta paling banyak, yaitu 920 peserta atau 6,7%. Provinsi dengan jumlah peserta paling banyak kedua yaitu Jawa Barat, yaitu 903 peserta atau 6,6% dan diikuti Provinsi Jawa Timur, yaitu 773 peserta atau 5,6% dari total peserta. DKI Jakarta dengan jumlah peserta 589 atau 4,3% dari keseluruhan peserta menempati posisi ketujuh. Provinsi dengan jumlah peserta paling sedikit yakni provinsi Papua Barat. Provinsi ini diwakili oleh 197 peserta atau sekitar 2,2% dari total keseluruhan peserta. Distribusi peserta selengkapnya disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Distribusi Peserta INAP 2009 tiap Provinsi No Provinsi Frekuen si Persen 1 DKI JAKARTA 589 4,3 2 JAWA BARAT 903 6,6 3 JAWA TENGAH 920 6,7 4 DI YOGYAKARTA 350 2,6 5 JAWA TIMUR 773 5,6

Transcript of Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Page 1: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

BAB III

HASIL SURVEY INAP PROVINSI DKI JAKARTA

Pada hasil survei Indonesian National Assesment Program (INAP) yang dilaksanakan tahun 2009 ini, dideskripsikan peserta dan kemampuan peserta, latar belakang siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi pembelajaran, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, dan Matematika. Data diambil dari 33 provinsi di Indonesia, dan pada bagian ini akan dideskripsikan hasil survey dari provinsi DKI Jakarta. Hasil selengkapnya sebagai berikut:

A. Deskripsi Peserta dan Kemampuan Peserta Wilayah DKI Jakarta

Survey Indonesian National Assesment Program (INAP) diikuti oleh total 13690 peserta dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Jawa Tengah menempati posisi pertama dengan jumlah peserta paling banyak, yaitu 920 peserta atau 6,7%. Provinsi dengan jumlah peserta paling banyak kedua yaitu Jawa Barat, yaitu 903 peserta atau 6,6% dan diikuti Provinsi Jawa Timur, yaitu 773 peserta atau 5,6% dari total peserta. DKI Jakarta dengan jumlah peserta 589 atau 4,3% dari keseluruhan peserta menempati posisi ketujuh. Provinsi dengan jumlah peserta paling sedikit yakni provinsi Papua Barat. Provinsi ini diwakili oleh 197 peserta atau sekitar 2,2% dari total keseluruhan peserta. Distribusi peserta selengkapnya disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Distribusi Peserta INAP 2009 tiap Provinsi

No ProvinsiFrekuens

i Persen1 DKI JAKARTA 589 4,32 JAWA BARAT 903 6,63 JAWA TENGAH 920 6,74 DI YOGYAKARTA 350 2,65 JAWA TIMUR 773 5,66 NANGGORE ACEH DARUSSALAM 287 2,17 SUMATERA UTARA 660 4,88 SUMATERA BARAT 386 2,89 RIAU 350 2,610 JAMBI 287 2,111 SUMATERA SELATAN 473 3,512 LAMPUNG 373 2,713 KALIMANTAN BARAT 375 2,714 KALIMANTAN TENGAH 327 2,415 KALIMANTAN SELATAN 261 1,916 KALIMANTAN TIMUR 346 2,517 SULAWESI UTARA 335 2,418 SULAWESI TENGAH 355 2,6

Page 2: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

19 SULAWESI SELATAN 613 4,520 SULAWESI TENGGARA 359 2,621 MALUKU 376 2,722 BALI 373 2,723 NUSA TENGGARA BARAT 407 324 NUSA TENGGARA TIMUR 350 2,625 PAPUA 317 2,326 BENGKULU 374 2,727 MALUKU UTARA 312 2,328 BANGKA BELITUNG 371 2,729 GORONTALO 270 230 BANTEN 490 3,631 KEPULAUAN RIAU 243 1,832 SULAWESI BARAT 288 2,133 PAPUA BARAT 197 1,4

Total NASIONAL 13690 100

1. Distribusi siswa berdasarkan jenis sekolahSurvey ini diikuti oleh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Siswa yang berasal dari SMP yakni sebanyak 553 sekolah atau 94%, jauh lebih besar dibandingkan siswa yang berasal dari MTs, yaitu sebanyak 36 sekolah atau 6%. Hasil tersebut disajikan pada Gambar 3.1

SMP (553)94%

MTS (36)6%

Kategori Peserta Berdasarkan Jenis Sekolah

Gambar 3.1. Distribusi Peserta INAP 2009 Berdasarkan Jenis Sekolah

Page 3: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

2. Distribusi siswa berdasarkan jenis kelamin

Adapun distribusi siswa berdasarkan jenis kelamin yakni sejumlah 223 atau 38% siswa berjenis kelamin laki-laki. Jumlah tersebut lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah peserta perempuan yang mencapai 366 siswa, atau setara dengan 62% dari jumlah keseluruhan peserta. Untuk lebih jelasnya, disajikan pada gambar 3.2 berikut ini:

laki-laki(223)38%

perempuan(366)62%

Kategori Peserta Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 3.2. Distribusi siswa berdasarkan jenis kelamin

3. Distribusi siswa berdasarkan status sekolahDistribusi siswa berdasarkan status sekolah meliputi sekolah negeri dan sekolah swasta. Persentase siswa peserta survey yang berasal dari sekolah negeri yakni 407 siswa atau 69%, sedangkan siswa yang berasal dari sekolah swasta sebanyak 182 siswa atau 31% saja. Grafik distribusi siswa berdasarkan status sekolah disajikan pada gambar 3.3 berikut ini:

negeri(407)69%

swasta (182)31%

Kategori Peserta Berdasarkan Satus Sekolah

Gambar 3.3. Distribusi siswa berdasarkan status sekolah

Page 4: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

4. Kemampuan siswa DKI Jakarta dalam Mata Pelajaran Bahasa IndonesiaDalam survey ini, kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ditinjau dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Nilai rata-rata peserta survey dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk provinsi DKI Jakarta yakni 71,20 dengan standar deviasi atau keragaman data sebesar 6,038. Nilai-nilai tersebut merentang dari nilai 48,62 sampai dengan 85,67. Kurva distribusi frekuensi untuk nilai Bahasa Indonesia disajikan dalam gambar 3.4 berikut ini:

Gambar 3.4. Distribusi Frekuensi nilai bahasa indonesia provinsi DKI Jakarta

Tabel 3.2. Nilai Bahasa Indonesia di Provinsi DKI Jakarta

No. Provinsi N MeanStd.

Deviation

Minimum

Maximum

1 DKI JAKARTA 589 71,2015 6,03834 48,62 85,67

Berikut akan disajikan data kemampuan siswa DKI Jakarta dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan grafik box plot dibawah ini, sumbu axis merupakan provinsi DKI Jakarta, sedangkan pada sumbu ordinat merupakan rentangan nilai Bahasa Indonesia. Pada grafik tersebut, kaki atas merupakan nilai maksimum, kaki bawah merupakan nilai minimum, sabuk tengah hitam tebal merupakan median, batas kotak atas merupakan kuartil ketiga, dan batas kotak bawah merupakan kuartil pertama.

Page 5: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.5. grafik box plot nilai Bahasa Indonesia

5. Kemampuan siswa DKI Jakarta dalam Mata Pelajaran Biologi

Dalam survey ini, kemampuan siswa dalam mata pelajaran Biologi juga ditinjau dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Nilai rata-rata peserta survey dalam mata pelajaran Biologi di provinsi DKI Jakarta adalah 58,58. Nilai tersebut lebih rendah daripada nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia. Standar deviasi pada nilai mata pelajaran ini sebesar 10,014. Dan nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan persebaran nilai Bahasa Indonesia. Merentang dari nilai terendah adalah 28,75 dan nlai tertinggi adalah 79,31. Kurva distribusi frekuensi untuk nilai Biologi disajikan dalam gambar 3.6 berikut ini:

Gambar 3.6. Grafik fungsi distribusi nilai mata pelajaran Biologi

Page 6: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Tabel 3.3. Nilai Biologi di Provinsi DKI Jakarta

No Provinsi N MeanStd.

DeviationMinimum Maximum

1 DKI JAKARTA 589 57,98 9,98 28,75 79,31

Adapun data kemampian sisa provinsi DKI Jakarta dalam mata pelajaran Biologi disajikan dalam bentuk grafik box plot. Dari grafik box plot dibawah ini, sumbu mendatar merupakan provinsi DKI Jakarta, sedangkan pada sumbu ordinat merupakan rentangan nilai.

Gambar 3.7. grafik box plot nilai Biologi

6. Kemampuan siswa Provinsi DKI Jakarta dalam Mata Pelajaran Fisika

Nilai rata-rata peserta survey dalam mata pelajaran Fisika Provinsi DKI Jakarta dalah 54,54. Nilai rata-rata tersebut cenderung rendah apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Standar deviasi pada nilai mata pelajaran ini sebesar 9,423. Merentang dari nilai terrendah 30,14 dan nilai tertinggi 78,13. Adapun kurva distribusi frekuensi untuk nilai Fisika disajikan dalam gambar 3.10 berikut ini:

Page 7: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.8. Grafik distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Fisika

Tabel 3.4. Nilai Fisika Provinsi DKI Jakarta

No. Provinsi N MeanStd.

DeviationMinimum Maximum

1 DKI JAKARTA 589 48,92 11,77 5 86

Adapun data survey tersebut disajikan dalam bentuk grafik box plot. Dari grafik box plot dibawah ini, sumbu axis merupakan provinsi DKI Jakarta dan seterusnya berdasarkan tabel 3.4, sedangkan pada sumbu ordinat merupakan rentangan nilai Fisika.

Gambar 3.9. Grafik box plot perolehan nilai Fisika di provinsi DKI Jakarta

Page 8: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

7. Kemampuan siswa dalam Mata Pelajaran MatematikaNilai rata-rata peserta survey dalam mata pelajaran Matematika di Provinsi DKI Jakarta

yakni 49,48. Nilai rata-rata tersebut merupakan nilai rata-rata paling rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata mata pelajaran lain dalam survey ini. Standar deviasi pada nilai mata pelajaran ini cukup besar, yakni 11,787. Merentang dari nilai terendah 5,13 hingga nilai tertinggi 86,55. Adapun kurva distribusi frekuensi untuk nilai Matematika disajikan dalam gambar 3.13 berikut ini:

Gambar 3.10. Grafik distribusi frekuensi nilai pelajaran Matematika

Tabel 3.5. Tabel perolehan nilai pelajaran Matematika tiap-tiap provinsi

No. Provinsi N MeanStd.

Deviation

Minimum

Maximum

1 DKI JAKARTA 589 57,86 5,85 42,25 75,25

Adapun data survey tersebut disajikan dalam bentuk grafik box plot. Dari grafik box plot dibawah ini, sumbu axis provinsi DKI Jakarta, sedangkan pada sumbu ordinat merupakan rentangan nilai Matematika.

Page 9: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.11. Grafik box plot perolehan nilai pelajaran Matematika tiap-tiap provinsi

8. Rerata Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, dan Matematika

Rata-rata nilai pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, dan Matematika disajikan dalam grafik 3.16 yang berupa grafik box plot untuk provinsi DKI Jakarta berikut ini. Sumbu ordinat merupakan rentangan nilai rata-rata gabungan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika.

Gambar 3.12. Rara-rata nilai pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika

Page 10: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

B. Latar Belakang Siswa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa

Data yang diperoleh dari Survei INAP 2009 pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) diolah dan ditampilkan sehingga hasil deskripsi tersebut dapat menggambarkan latar belakang siswa. Deskripsi tersebut dapat dikelompokan menjadi jenis sekolah, status sekolah, jenis kelamin, umur siswa, jumlah saudara, anak ke, cita-cita, kegiatan yang disukai, bahasa yang digunakan.

1. Jenis Sekolah

Berdasarkan gambar 3.11, telah diketahui bahwa jumlah siswa yang berasal dari Sekolah Menegah Pertama (SMP) jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan berdasarkan data, ternyata rata-rata nilai Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika siswa SMP juga lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berasal dari MTs. Dengan demikian, faktor jenis sekolah sedikit banyak dapat mempengaruhi prestasi siswa. Untuk lebih jelasnya, disajikan grafik box plot dalam gambar 3.13 berikut ini:

Gambar 3.13. Grafik box plot rata-rata nilai berdasarkan jenis sekolah

2. Status Sekolah

Berdasarkan gambar 3.3, telah dikemukakan bahwa jumlah siswa yang duduk di sekolah negeri mempunyai persentase 69,1%, sedangkan sisanya yaitu 30,9% siswa berasal dari sekolah swasta. Data mengenai rata-rata nilai Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika berdasarkan status sekolah menunjukkan bahwa rata-rata nilai pada mata pelajaran tersebut untuk sekolah negeri lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai pada siswa yang bersekolah di sekolah swasta. Hal ini digambarkan dalam grafik box plot pada gambar 3.14 berikut:

Page 11: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.14. Grafik box plot rata-rata nilai berdasarkan status sekolah

3. Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar 3.2 mengenai jumlah peserta berdasarkan jenis kelamin, telah diketahui bahwa jumlah siswa perempuan mempunyai persentase 62%, sedangkan jumlah siswa laki-laki mempunyai persentase 38%. Hal ini sejalan dengan rata-rata nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika siswa perempuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa laki-laki. Untuk lebih jelasnya, disajikan grafik box plot dalam gambar 3.19 berikut:

Gambar 3.15. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan jenis kelamin

Page 12: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

4. Umur Siswa

Berdasarkan grafik pada gambar 3.20, diketahui dari 598 siswa dari data hasil survey di provinsi DKI Jakarta ada sebanyak 421 siswa peserta survey berada pada umur 13 tahun. Jumlah siswa terbanyak kedua berada pada umur 14 tahu, yaitu sebanyak 91 siswa. Terbanyak ketiga yaitu siswa yang mempunyai umur 12 tahun, yaitu sebanyak 67 siswa. Terbanyak keempat yaitu siswa yang berumur 15 tahun, yaitu sebanyak 7 siswa. Siswa lainnya yang berada di bawah umur 9 tahun ada 1 orang siswa. Untuk lebih jelasnya, data tersebut disajikan dalam diagram batang pada gambar 3.16 berikut ini:

19 th

15 th

14 th

13 th

12 th

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Umur Siswa

67

421

91

7

1

Gambar 3.16. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan umur

Berdasarkan grafik box plot pada gambar 3.21, siswa dengan umur 13 tahun mempunyai rata-rata nilai Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika yang paling tinggi dibandingkan dengan siswa dengan umur dibawah atau diatas 13 tahun. Dan rata-rata yang paling rendah jatuh pada siswa yang mempuyai umur 15 tahun. Data selengkapnya disajikan dalam gambar 3.17 berikut ini:

Gambar 3.17.Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan umur

Page 13: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

5. Jumlah Saudara

Berdasarkan gambar 3.18, kondisi yang paling banyak terjadi adalah siswa dengan saudara kandung 1 orang, yaitu sebanyak 203 siswa. Terbanyak kedua adalah siswa dengan saudara kandung 2 orang, yaitu 176 siswa. Terbanyak ketiga adalah siswa dengan saudara kandung 3 orang, yaitu sebanyak 104 siswa. Terbanyak keempat yaitu siswa dengan saudara kandung 4 orang, yaitu sebanyak 34 siswa. Terbanyak kelima adalah siswa dengan saudara kandung 5 orang yaitu sebanyak 16 siswa. Terbanyak keenam yaitu siswa dengan jumlah saudara 6 orang, yaitu sebanyak 8 siswa. Terbanyak ketujuh yaitu siswa dengan jumlah saudara 7 orang, yaitu sebanyak 6 siswa. Selebihnya, terdapat siswa yang mempunyai saudara kandung 8 orang sebanyak 3 dan yang melmiliki saudara kandung 9 orang sebanyak 2 orang,. Data tersebut disajikan dalam diagram batang pada gambar 3.18 berikut ini:

1 saudara

2 saudara

3 saudara

4 saudara

5 saudara

6 saudara

7 saudara

8 saudara

9 saudara

0 5 10 15 20 25 30 35 40

203

176

104

34

16

8

6

3

2

Gambar 3.18. Jumlah siswa berdasarkan jumlah saudara

Berdasarkan data yang diperoleh dalam survey, nilai rata-rata pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika tertinggi dicapai oleh siswa yang mempunyai jumlah saudara 2 orang. Nilai rata-rata tertinggi kedua dicapai oleh siswa yang mempunyai jumlah saudara kandung 1 orang. Hal lain yang diperoleh yakni tampaknya tidak terdapat pengaruh berapa banyak saudara terhadap nilai rata-rata pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika siswa di provinsi DKI Jakarta. Data selengkapnya disajikan dalam grafik box plot pada gambar 3.19 dibawah ini:

Page 14: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.19. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan jumlah saudara yang dimiliki

siswa

6. Anak Ke-

Berdasarkan grafik pada gambar 3.20, kondisi yang paling banyak terjadi adalah siswa adalah anak pertama. Dari total 287 siswa, 280 diantaranya adalah anak pertama. Terbanyak kedua adalah siswa tersebut merupakan anak kedua, yaitu 155. Terbanyak ketiga adalah siswa tersebut merupakan anak ketiga, yaitu sebanyak 80 siswa. Grafik dari data tersebut disajikan dalam gambar 3.20 dibawah ini. Terlihat bahwa grafik cendrung terus melandai seiring dengan bertambahnya status urutan anak kecuali pada anak ketujuh yang banyaknya lebih dari banyak siswa yang merupakan anak keenam.

anak ke-1

anak ke-2

anak ke-3

anak ke-4

anak ke-5

anak ke-6

anak ke-7

anak ke-8

anak ke-9

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

280

155

80

38

17

6

7

1

3

Status Siswa Anak Ke-

Gambar 3.20. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan status anak ke-

Page 15: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai rata-rata siswa, ternyata siswa dengan status urutan anak ke-9 mempunyai rata-rata nilai Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika yang paling tinggi dibandingkan dengan siswa dengan urutan anak yang lain. Data selengkapnya disajikan dalam grafik boxplot pada gambar 3.21 berikut ini:

Gambar 3.21. Rata-rata nilai siswa berdasarkan urutan anak ke-

7. Cita-cita

Berdasarkan grafik pada gambar 3.21 dibawah ini, cita-cita yang paling diminati oleh siswa adalah menjadi atlet. Dari total 588 siswa, sebanyak 561 siswa ingin menjadi atlet. Profesi yang paling diminati kedua adalah tenaga ahli dengan perbedaan nilai yang sangat jauh dengan yang diminati pertam yaitu sebanyak 7 siswa. Diagram batang dari data tersebut disajikan dalam gambar 3,22 dibawah ini:

Page 16: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

tentara

polisi

tenaga ahli

pengusaha/pedagang/wiraswasta

guru/dosen/pengajar

atlet

artis

lainnya

1

2

7

5

3

561

5

4

Cita - cita

Gambar 3.22. Jumlah siswa berdasarkan cita-citanya

Berdasarkan grafik box plot pada gambar 3.27 dibawah ini, diketahui bahwa siswa yang mempunyai cita-cita pedagang/penusaha/wirausahawan mempunyai rata-rata nilai pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika yang paling tinggi dibandingkan dengan siswa dengan cita-cita tentara, polisi, tenaga ali, atlet, artis, pemimpin dan lainnya. Sedangkan pada posisi rata-rata nilai yang paling rendah diduduki oleh siswa dengan cita-cita menjadi polisi. Untuk lebih jelasnya, disajikan grafik box plot pada gambar 3.23 berikut :

Gambar 3.23. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan cita-citanya

Page 17: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

8. Kegiatan yang paling disukai

Berdasarkan data yang diperoleh dari survey, kegiatan yang paling disukai siswa adalah berolahraga. Kegiatan ini menempati jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan kegiatan lain, yaitu sebanyak 363 siswa dari total siswa 586 orang. Kegiatan paling disukai kedua yakni menulis, mengarang, dan membaca. Kegiatan ini disukai oleh 103 siswa. Kegiatan paling disukai nomor tiga yakni kegiatan yang berhubungan dengan kesenian. Sebanyak 74 siswa menyukai kegiatan ini. Sedangkan bermain menempati kegiatan paling disukai nomor empat, yakni sebanyak 37 siswa. Sisanya, yaitu 12 siswa menyukai hal-hal di luar olah raga, menulis, mengarang, membaca, kesenian, dan bermain. Data tersebut disajikan dalam diagram batang pada gambar 3.24 dibawah ini:

olahraga

membaca/menulis/mengarang

kesenian

bermain

lainnya

363

103

74

37

9

Kegitan yang Disuka

Gambar 3.24. Jumlah siswa berdasarkan kegiatan yang paling disukai

Dari data mengenai kegiatan yang paling disukai siswa, kemudian ditinjau rata-rata nilai yang diperoleh siswa. Dari hasil survey untuk provinsi DKI Jakarta, didapat bahwa siswa dengan kegiatan yang paling disukai membaca, menulis,dan mengarang mempunyai nilai rata-rata Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika yang palig tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kegiatan paling disukai yang lain. Rata-rata nilai tertinggi kedua ditemmpati oleh siswa-siswa yang mempunyai kegiatan yang disukai berupa kegiatan yang berhbungan dengan kesenian. Walaupun demikian, selisih antara rata-rata nilai siswa dengan kegiatan membaca, menulis, dan mengarang dengan siswa yang menyukai kegiatan yang berhubungan dengan kesenian hanya tipis sekali. Untuk lebih jelasnya, disajikan grafik box plot pada gambar 3.25 berikut:

Page 18: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.25. Grafik box plot rata-rata nilai siswa berdasarkan kegiatan yang paling disukai

9. Bahasa yang Digunakan di Rumah

Berdasarkan hasil survey di Provinsi DKI Jakarta, kategori bahasa yang dipakai di rumah dibedakan menjadi tiga, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing. Kondisi yang paling banyak terjadi di Provinsi DKI Jakarta adalah siswa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari di rumah. Siswa yang menggunakan Bahasa Indonesia di rumah mencapai 561 siswa. Pada posisi kedua, ditempati oleh siswa yang menggunakan Bahasa Daerah yang banyaknya jauh di bawah banyak siswa yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari di rumah yaitu sebanyak 27 siswa.Sedangkan siswa yang mengunakan Bahasa Asing sebagai bahasa sehari-hari sangatlah sedikit, hanya terdapat 1 siswa dari total 589 siswa. Kondisi tersebut disajikan dalam diagram batang pada gambar 3.26 berikut:

Page 19: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.26. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan bahasa yang digunakan di rumah

Berdasarkan data mengenai jumlah siswa berdasarkan bahasa yang digunakan di rumah, didapatkan bahwa siswa yang menggunakan bahasa daerah mempunyai rata-rata nilai paling tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan Bahasa Indonesia ataupun bahasa asing. Walaupun demikian, rata-rata nilai untuk siswa yang menggunakan Bahasa Indonesia tidak terlalu jauh dengan rata-rata nilai siswa yang menggunakan bahasa daerah. Dengan demikian, selisih antara ketiga bahasa yang digunakan tidaklah signifikan. Data tersebut disajikan dalam grafik box plot pada gambar 3.27 berikut ini:

Gambar 3.27. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan bahasa yang dipakai di rumah

561

27 1

Page 20: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

10. Tinggal Bersama Orangtua

Berdasarkan data yang diperoleh dari survey, siswa yang tinggal bersama dengan orang tuanya mencapai 95%. Sedangkan untuk sisanya yaitu 5%, siswa tidak tinggal bersama dengan orang tuanya. Data tersebut disajikan dalam diagram pie pada gambar 3.27 berikut ini:

ya95%

tidak5%

Tinggal bersama Orang tua

Gambar 3.32. Diagram pie siswa yang tinggal bersama dengan orang tuanya

Berdasarkan data hasil survey, didapatkan bahwa siswa yang tinggal bersama dengan orang tuanya mempunyai rata-rata nilai yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan nilai rata-rata nilai siswa yang tidak tinggal bersama orang tuanya. Keduanya hampir memiliki rata-rata yang hampir sama, hanya saja siswa yang tidak tinggal bersama orang tuanya memiliki rata-rata nilai sediit lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya disajikan pada grafik box plot pada gambar 3. 29 berikut ini:

Gambar 3.33. Grafik box plot rata-rata nilai siswa berdasarkan status tinggal bersama orang tua

Page 21: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

11. Suasana di Rumah

Berdasarkan data hasil survey, sebesar 98% siswa merasa suasana di rumah menyenangkan. Sedangkan hanya 2% siswa saja yang menilai susasana rumahnya tidak menyenangkan. Data tersebut diatas disajikan dalam diagram pie pada gambar 3.30 berikut ini:

menyenangkan98%

tidak menyenangkan2%

Suasana di Rumah

Gambar 3.30. Persentase siswa berdasarkan suasana di rumah

Berdasarkan persentase tersebut, kemudian diselidiki mengenai perbedaan rata-rata nilai yang diperoleh antara siswa yang suasana rumahnya menyenangkan dan siswa yang suasana rumahnya tidak menyenangkan. Berdasarkan hasil survey, diperoleh bahwa nilai rata-rata untuk siswa yang sasana rumahnya tidak menyenangkan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang suasana rumahnya menyenangkan. Namun demikian saat dibandingkan dengan banyak siswa untuk masing-masing kondisi, dimana terdapat perbedaan bnyak siswa yang cukup jauh maka dapat dikatakan bahwa perbedaan nilai rata-rata ini tidk Hasil tersebut disajikan dalam diagram box plot pada gambar 3.31 berikut ini:

Page 22: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.31. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan suasana rumah

12. Hubungan dengan Keluarga

Berdasarkan data hasil survey, diperoleh bahwa 99% siswa mempunyai huungan yang baik dnegan keluarga, sedangkan ssanya, yaitu 1%, mempunyai hubungan yang tidak baik dengan keluarga. Data mengenai hubungan dengan keluarga ini disajikan dalam diagram pie pada gambar 3.32 berikut ini:

baik99%

tidak baik1%

Hubungan dengan Keluarga

Gambar 3.32. Diagram pie persentase siswa berdasarkan hubungan keluarga

13. Lokasi Rumah

Lokasi rumah siswa dibagi menjadi empat, yaitu kompleks perumahan, daerah keramaian, perkampungan gang padat, dan pedesaan yang tenang. Berdasarkan data hasil survey, populasi terbanyak di Provinsi DKI Jakarta yaitu siswa yang tinggal di lokasi perkampungan atau gang padat. Dari total 589 siswa, 321 siswa atau 55% tinggal di lokasi tersebut.

Page 23: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Sedangkan terbanyak kedua adalah siswa yang tinggal di kompleks perumahan jauh dari keramaian, yaitu 160 siswa atau 27%. Terbanyak ketiga adalah siswa yang tinggal di daerah keramaian, yaitu mencapai 15% atau 90 siswa. Sedangkan sisanya tinggal di daerah pedesaan yang tenang mencapai 18 siswa, atau sekitar 3%. Untuk lebih jelasnya, data disajikan dalam diagram pie pada gambar 3.33 berikut ini:

27%

15%

55%

2%

Lokasi Rumah

komplek perumahan jauh dari keramaiandaerah keramaianperkampungan/gang yang padat pendudukpedesaan yang tenang

Gambar 3.33. Persentase jumlah siswa berdasarkan lokasi rumah

Nilai rata-rata siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika dan Matematika berdasarkan lokasi siswa tinggal disajikan dalam grafik box plot pada gambar 3.39 berikut ini:

Gambar 3.34. Nilai rata-rata siswa berdasarkan lokasi siswa tinggal

Page 24: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Dalam grafik tersebut, terlihat bahwa siswa yang tinggal di kompleks perumahan yang jauh dari keramaian memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang tinggal di lokasi lain. Sedangkan siswa yang tinggal di daerah keramaian mempunyai nilai rata-rata yang paling rendah.

14. Kondisi Rumah

Kondisi rumah dibedakan menjadi tiga, yaitu bagus, sedang dan sederhana. Keseluruhan data hasil survey untuk provinsi DKI Jakarta sebanyak 589 siswa. Persentase paling banyak adalah siswa yang tinggal di rumah yang sedang, yakni sekitar 78% atau 460 siswa. Sedangkan siswa yang tinggal di rumah yang sederhana sekitar 6% atau 35 siswa dan siswa yang tinggal di rumah yang bagus sekitar 94% atau 94 siswa. Data tersebut disajikan dalam diagram pie pada gambar 3.35 dibawah ini:

6%

78%

16%

Kondisi Rumah

sederhanasedangbagus

Gambar 3.35. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan kondisi rumah

Berdasarkan hasil survey, siswa yang tinggal di rumah yang bagus memiliki rata-rata nilai yang lebih tingi dibandingkan yang lainnya. Siswa yang tinggal di rumah yang sedang mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada siswa yang tunggal di rumah sederhana. Untuk lebih jelasnya, disajkan sebuah grafik box plot pada gambar 3.36 dibawah ni:

Page 25: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.36. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan kondisi rumah siswa

15. Kepemilikan radio

Ketersediaan sarana prasarana di dalam rumah juga dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan belajar siswa. Dalam hal ini, sarana yang ditinjau adalah kepemilikan radio. Berdasarkan hasil survey, diperoleh bahwa 75% siswa memiliki radio sedangkan sisanya, yaitu 25% siswa tidak memiliki radio. Data tersebut disajikan dalam diagram pie pada gambar 3.37 berikut ini:

ya(441)75%

tidak(148)25%

Kepemilikan Radio

Page 26: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.37. Diagram pie kepemilikan radio siswa

16. Kepemilikan TV

Ketersediaan sarana juga ditinjau dari kepemilikan televisi oleh siswa. Berdasarkan hasil survey, sebanyak 98% siswa memiliki televisi, sedangkan sisanya, yaitu 2% siswa tidak memiliki televisi di rumahnya. Untuk lebih jelasnya, disajikan diagram pie pada gambar 3.38 dibawah ni:

ya(578)98%

tidak(11)2%

Kepemilikan Televisi

Gambar 3.38. Diagram pie jumlah siswa atas kepemilikan televisi

Berdasarkan hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa berdasarkan kepemilikan televisi, diperoleh bahwa siswa yang memiliki televisi mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang tidak memiliki televisi. Data tersebut disajikan dalam grafik box plot pada gambar 3.39 dibawah ini:

Gambar 3.39. Nilai rata-rata siswa berdasarkan kepemilikan televisi

Page 27: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

17. Kepemilikan Kulkas

Ketersediaan sarana juga ditinjau dari kepemilikan kulkas oleh siswa. Berdasarkan hasil survey, persentase jumlah siswa yang memiliki kulkas yaitu sebanyak 83%, sedangkan sisanya, yaitu 17% siswa tidak memiliki kulkas. Data tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.40 berikut ini:

ya(490)83%

tidak(99)17%

Kepemilikan Kulkas di Rumah

Gambar 3.40. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan kepemilikan kulkas

18. Kepemilikan Mesin Cuci

Ketersediaan sarana juga ditinjau dari kepemilikan mesin cuci oleh siswa. Berdasarkan hasil survey, 52% siswa memiliki mesin cuci, sedangkan sisanya, yaitu 48% siswa tidak memiliki mesin cuci. Data tersebut disajikan dalam bentuk diagram pie pada gamabr 3.41 dibawah ini:

Page 28: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya (281)48%

tidak (308)52%

Kepemilikan Mesin Cuci

Gambar 3.41. Diagram pie jumlah siswa berdasarkan kepemilikan mesin cuci

19. Kepemilikan DVD/VCD Player

Ketersediaan sarana juga ditinjau dari kepemilikan video oleh siswa. Berdasarkan hasil survey, persentase jumlah siswa yang memiliki video yaitu 84% sedangkan sisanya, yaitu 16% siswa tidak memiliki video. Data terebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.42 dibawah ini:

ya (495)84%

tidak (94)16%

Kepemilikan DVD/VCD Player di Rumah

Gambar 3.42. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan kepemilikan video

20. Kepemilikan Kamera atau Handycam

Ketersediaan sarana juga ditinjau dari kepemilikan kamera oleh siswa. Berdasarkan hasil survey, persentase jumlah siswa yang memiliki kamera atau handycam ada 42%, sedangkan

Page 29: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

58% siswa tidak memiliki kamera/handycam. Data tersebut disajkan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.43 berikut ini:

ya42%

tidak58%

kepemilikan Kamera atau Handycam

Gambar 3.43. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan kepemilikan kamera atau handycam

21. Kepemilikan Komputer atau Notebook PC

Ketersediaan sarana juga ditinjau dari kepemilikan komputer oleh siswa. Berdasarkan hasil survey, persentase jumlah siswa yang memiliki komputer ada 45%, sedangkan 55% siswa tidak memiliki komputer. Data tersebut disajkan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.44 berikut ini:

ya45%

tidak55%

Kepemilikan Komputer atau Notebook PC

Gambar 3.44. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan kepemilikan komputer atau notebook

Berdasarkan hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa berdasarkan kepemilikan komputer, dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata siswa yang memiliki komputer lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang tidak memiliki komputer di rumahnya. Data tersebut disajikan dalam grafik box plot seperti pada gambar 3.45 dibawah ini:

Page 30: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.45. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan kepemilikan komputer atau notebook PC

22. Kepemilikan Sepeda Motor

Ketersediaan sarana juga ditinjau dari kepemilikan sepeda motor oleh siswa. Berdasarkan hasil survey, persentase jumlah siswa yang memiliki sepeda motor cukup besar, yakni 82%, sedangkan sisanya, yaitu 18% siswa tidak memiliki sepeda motor. Data tersebut disajkan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.46 berikut ini:

ya82%

tidak18%

Kepemilikan Sepeda Motor

Gambar 3.46. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan kepemilikan sepeda motor

Berdasarkan data hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa berdasarkan kepemilikan sepeda motor, diperoleh bahwa nilai rata-rata siswa yang memiliki sepeda motor lebih tinggi

Page 31: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang tidak memiliki sepeda motor. Data tersebut disajikan dalam grafik box plot seperti pada gambar 3.47 berikut ini:

Gambar 3.47. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan kepemilikan sepeda motor23. Kepemilikan Mobil

Ketersediaan sarana juga ditinjau dari kepemilikan mobil oleh siswa. Berdasarkan hasil survey, persentase jumlah siswa yang memiliki mobil hanyalah 20% saja, sedangkan 80% siswa tidak memiliki mobil. Data tersebut disajkan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.48 berikut ini:

ya20%

tidak80%

Kepemilikan Mobil

Gambar 3.48. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan kepemilikan mobil

Berdasarkan hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa berdasarkan kepemilikan mobil, diperoleh bahwa nilai rata-rata siswa yang memiliki mobil lebih tinggi dibandingkan dengan

Page 32: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

nilai rata-rata siswa yang tidak memiliki mobil. Data tersebut disajikan dalam bentuk grafik box plot seperti pada gambar 3.49 berikut ini:

Gambar 3.49. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan kepemilikan mobil

24. Pendidikan Terakhir Ayah

Berdasarkan hasil survey mengenai pendidikan terakhir ayah, diperoleh hasil bahwa mayoritas siswa mempunyai ayah dengan pendidikan terakhir SMA atau sederajat. Jumlah ini mencapai 283 siswa dari total 579 siswa. Sedangkan terbanyak kedua yaitu siswa yang mempunyai ayah dengan pendidikan terakhir SMP, yaitu sebanyak 84. Terbanyak ketiga yaitu siswa yang mempunyai ayah dengan pendidikan terakhir Sarjana/S1, yaitu sebanyak 74 siswa.Terbanyak keempat yaitu siswa yang pendidikan terakhir sang ayah adalah SD atau MI yaitu sebanyak 65 siswa. Terbanyak kelima yaitu siswa yang mempunyai ayah dengan pendidikan terakhir D1, D2, D3, atau akademi, yaitu sebanyak 34 siswa. Banyak siswa yang pendidikan terakhir ayahnya magister/S2 sebanding dengan yang tidak tamat SD atau tidak mengenyam pendidikan di sekolah, yaitu sebanyak 19 siswa.Untuk memperjelas, disajikan pada diagram batang seperti pada gambar 3.50 dibawah ini:

Page 33: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

tidak tamat SD/tidak sekolah

tamat SD/MI

tamat SMP/MTS

tamat SMA/sederajat

tamat D1/D2/D3/akademi

sarjana/S1

magister/S2

doktor/S3

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

19

65

84

283

34

74

19

1

Pendidikan Terakhir Ayah

Gambar 3.50. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan pendidikan terakhir ayah

Berdasarkan hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa berdasarkan pendidikan terakhir ayah, diperoleh bahwa nilai rata-rata paling tinggi dicapai oleh siswa yang memiliki ayah dengan pendidikan terakhir D3, D2, D1 atau akademi. Pada posisi nilai rata-rata paling rendah, terdapat siswa yang memiliki ayah yang tidak mengenyam pendidikan. Data tersebut disajikan dalam grafik box plot seperti pada gambar 3.51 berikut ini:

Gambar 3.51. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan pendidikan terakhir ayah

Page 34: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

25. Pendidikan Terakhir Ibu

Berdasarkan hasil survey mengenai pendidikan terakhir ibu, diperoleh hasil bahwa mayoritas siswa mempunyai ibu dengan pendidikan terakhir SMA atau sederajat. Jumlah ini mencapai 236 siswa dari total 580 siswa. Sedangkan terbanyak kedua yaitu siswa yang mempunyai ibu dengan pendidikan terakhir SMP/MTS atau sederajat, yaitu sebanyak 113. Terbanyak ketiga yaitu siswa yang mempunyai ibu dengan pendidikan terakhir SD/MI, yaitu sebanyak 109 siswa. Terbanyak kempat yaitu siswa yang memiliki ibu dengan pendidikan terakhir Sarjana, yaitu sebanyak 51 siswa. Terbanyak kelima yaitu siswa yang memiliki ibu dengan pendidikan terakhir D1, D2 atau D3, yaitu sebanyak 37 siswa. Terbanyak keenamma yaitu siswa yang mempunyai ibu yang tidak tamat SD atau mengenyam pendidikan di sekolah, yaitu sebanyak 25 siswa. Sedangkan siswa yang memiliki ibu dengan pendidikan terakhir Magister sebanyak 7 siswa, dan yang memiliki ibu dengan pendidikan terakhir Doktor sebanyak 2 siswa. Untuk memperjelas, data tersebut disajikan dalam diagram batang seperti pada gambar 3.52 dibawah ini:

tidak tamat SD/tidak sekolah

tamat SD/MI

tamat SMP/MTS

tamat SMA/sederajat

tamat D1/D2/D3/akademi

sarjana/S1

magister/S2

doktor/S3

25

109

113

236

37

51

7

2

Pendidikan Terakhir Ibu

Gambar 3.52. Diagram batang persentase jumlah siswa berdasarkan pendidikan terakhir ibu

Berdasarkan hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa berdasarkan pendidikan terakhir ibu, diperoleh bahwa nilai rata-rata paling tinggi dicapai oleh siswa yang memiliki ibu dengan pendidikan terakhir D3, D2, D1 atai akademi. Pada posisi nilai rata-rata paling rendah, terdapat siswa yang memiliki ibu yang tidak mengenyam pendidikan. Data tersebut disajikan dalam grafik box plot seperti pada gambar 3.58 berikut ini:

Page 35: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.53. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan pendidikan terakhir ibu

26. Pekerjaan Ayah

Berdasarkan hasil survey mengenai pekerjaan ayah, diperoleh bahwa mayoritas siswa provinsi DKI Jakarta mempunyai ayah dengan profesi pengusaha, yaitu sebanyak 202 siswa. Terbanyak kedua yaitu siswa yang memiliki ayah dengan profesi pegawai swasta atau BUMN, yaitu sebanyak 139 siswa. Terbanyak ketiga yaitu siswa yang memiliki ayah dengan profesi buruh atau supir, yaitu sebanyak 89 siswa. Terbanyak keempat yaitu siswa yang memiliki ayah dengan profesi PNS, yaitu 52 siswa. Terbanyak kelima yaitu siswa yang memiliki ayah dengan profesi petani atau nelayan, yaitu sebnyak 39 siswa. Sedangkan siswa yang memiliki ayah tidak bekerja sebanyak 10 siswa dan yang memiliki pekerjaan lainnya ada 4 siswa. Untuk lebih jelasnya, data tersebut disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 3.54 dibawah ini:

Page 36: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

PNS

pegawai swasta/BUMN

pengusaha

petani/nelayan

buruh/sopir

tidak bekerja

lainnya

52

139

202

39

89

10

4

Pekerjaan Ayah

Gambar 3.54. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan pekerjaan ayah

Beradsarkan data hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa berdasarkan pekerjaan ayah, diperoleh bahwa nilai rata-rata tertinggi dicapai oleh siswa yang memiliki ayah dengan profesi PNS. Sedangkan siswa yang memiliki ayah dengan profesi lainnya mepunyai nilai rata-rata yang paling rendah. Data tersebut disajikan pada grafik box plot seperti pada gambar 3.55 dibawah ini:

Page 37: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.55. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan pekerjaan ayah

27. Pekerjaan Ibu

Berdasarkan hasil survey mengenai pekerjaan ibu, dari 559 siswa diperoleh bahwa mayoritas siswa mempunyai ibu yang tidak bekerja, yaitu sebanyak 392 siswa. Terbanyak kedua yaitu siswa yang memiliki ibu dengan profesi pengusaha, yaitu sebanyak 57 siswa. Terbanyak ketiga yaitu siswa yang memiliki ibu dengan pegawai swasta atau BUMN, yaitu sebanyak 38 siswa. Terbanyak keempat yaitu siswa yang memiliki ibu dengan profesi petani atau nelayan, yaitu 32 siswa. Terbanyak kelima yaitu siswa yang memiliki ibu dengan profesi buruh atau supir, yaitu sebanyak 19 siswa. Terbanyak keenam yaitu siswa yang memiliki profesi PNS, yaitu sebanyak 18 siswa. Sisanya yaitu 3 siswa memiliki ibu yang dengan profesi lain-lain. Untuk lebih jelasnya, data tersebut disajikan dalam diagram batang seperti pada gambar 3.56 dibawah ini:

Page 38: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

PNS

pegawai swasta/BUMN

pengusaha

petani/nelayan

buruh/sopir

tidak bekerja

lainnya

18

38

57

32

19

392

3

Pekerjaan Ibu

Gambar 3.56. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan pekerjaan ibu

Berdasarkan data hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa berdasarkan pekerjaan ibu, diperoleh bahwa nilai rata-rata tertinggi dicapai oleh siswa yang memiliki ibu dengan profesi pegawai swasta atau BUMN, sedangkan siswa yang meemiliki ibu dengan profesi lainnya mempunyai nilai rata-rata yang paling rendah. Data tersebut disajikan dalam bentuk grafik box plot pada gambar 3.57 dibawah ini:

Gambar 3.57. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan pekerjaan ibu

Page 39: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

28. Tempat Tinggal

Berdasarkan data hasil survey mengenai persentase jumlah siswa berdasarkan tempat tinggal, dari 589 siswa diperoleh bahwa sebagian besar siswa tinggal di rumah orang tua atau rumah kakek dan nenek. Persentase siswa yang tinggal di rumah mencapai 99%, sedangkan sisanya, yaitu 1% siswa tinggal di asrama, panti asuhan atau kos. Data mengenai tempat tinggal siswa disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.58 dibawah ini:

rumah ortu/kakek-nenek/saudara

99%

asrama sekolah/panti asuhan/kos1%

Tempat Tinggal

Gambar 3.58. Diagram pie mengenai persentase tempat tinggal siswa

Berdasarkan data hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa berdasarkan tempat tinggal siswa, diperoleh bahwa siswa yang tinggal di rumah orang tua atau kakek nenek memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang bertempat tinggal di asrama, panti asuhan atau kos. Data tersebut di sajikan dalam grafik box plot seperti pada gambar 3.59 berikut ini:

Page 40: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.59. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan tempat tinggal siswa

29. Ayah Tinggal di Rumah

Berdasarkan data hasil survey mengenai persentase jumlah siswa menurut keberadaan ayah di rumah, diperoleh bahwa sebesar 93% siswa mempunyai ayah yang tinggal di rumah, sedangkan sisanya, yaitu 7% siswa mempunyai ayah yang tidak berada di rumah. Data tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.60 dibawah ini:

ya93%

tidak7%

Keberadaan Ayah di Rumah

Gambar 3.60. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan keberadaan ayah di rumah

Page 41: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Berdasarkan data hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa ditinjau dari keberadaan ayah di rumah, diperoleh bahwa nilai rata-rata siswa yang ayahnya tidak tinggal di rumah lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang ayahnya tidak berada di rumah. Data tersebut disajikan dalam grafik box plot pada gambar 3.61 berikut ini:

Gambar 3.61. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan keberadaan ayah di rumah

30. Ibu Tinggal di Rumah

Berdasarkan data hasil survey mengenai persentase jumlah siswa menurut keberadaan ibu di rumah, diperoleh bahwa sebesar 87% siswa mempunyai ibu yang tinggal di rumah, sedangkan sisanya, yaitu 13% siswa mempunyai ibu yang tidak berada di rumah. Data tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.62 dibawah ini:

tidak13%

ya87%

Keberadaan Ibu di Rumah

Gambar 3.62. Diagram pie persentase siswa berdasarkan keberadaan ibu di rumah

Page 42: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Berdasarkan data hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa ditinjau dari keberadaan ibu di rumah, diperoleh bahwa nilai rata-rata siswa yang ibunya tinggal di rumah relative sama dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang ibunya tidak berada di rumah. Data tersebut disajikan dalam grafik box plot pada gambar 3.63 berikut ini:

Gambar 3.63. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan keberadaan ibu di rumah

31. Kakak Adik Tinggal di Rumah

Berdasarkan data hasil survey mengenai persentase siswa ditinjau dari keberadaan kakak dan adik di rumah, diperoleh bahwa sebanyak 87% siswa mempunyai kakak atau adik yang tingal di rumah, sedangkan sisanya, yaitu 13% mempunyai kakak atau adik yang tidak tinggal di rumah atau bahkan tidak mempunyai kakak atau adik. Data hasil survey tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.64 dibawah ini:

tidak13%

ya87%

Keberadaan Kakak dan/atau Adik di Rumah

Gambar 3.64. Diagram pie mengenai persentase siswa berdasarkan keberadaan kakak atau adik

Page 43: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Berdasarkan data hasil survey mengenai nilai rata-rata siswa ditinjau dari aspek keberadaan kakak atau adik di rumah, diperoleh bahwa nilai rata-rata siswa yang mempunyai kaka atau adik yang tinggal di rumah lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang memiliki kakak atau adik yang tidak berada di rumah atau bahkan tidak memiliki kakak atau adik. Data tersebut disajikan dalam bentuk grafik box plot seperti pada gambar 3.65 dibawah ini:

Gambar 3.65. Grafik box plot nilai rata-rata siswa berdasarkan keberadaan kakak atau adik di rumah

32. Kakek Nenek Tinggal di rumah

Berdasarkan data hasil survey mengenai persentase siswa ditinjau dari keberadaan kakek dan nenek di rumah, diperoleh bahwa sebanyak 80% siswa mempunyai kakek yang tidak tinggal di rumah atau bahkan sudah tidak mempunyai kakek dan nenek, sedangkan sisanya, yaitu 20% mempunyai kakek dan nenek yang tinggal di rumah. Data hasil survey tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.66 dibawah ini:

Page 44: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya20%

tidak80%

Keberadaan Kakek dan Nenek di Rumah

Gambar 3.66. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan keberadaan kakek dan nenek

33. Babby sitter tinggal di rumah

Berdasarkan data hasil survey mengenai persentase siswa ditinjau dari keberadaan baby sitter di rumah, diperoleh bahwa sebanyak 97% siswa mempunyai baby sitter yang tidak tinggal di rumah atau bahkan sudah tidak mempunyai baby sitter, sedangkan sisanya, yaitu 3% mempunyai baby sitter yang tinggal di rumah. Data hasil survey tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.67dibawah ini:

ya3%

tidak97%

Pengasuh Anak Tinggl di Rumah

Gambar 3.67. Diagram pie persentase jumlah siswa berdasarkan leberadaan baby sitter di rumah

34. Pembantu Tinggal di Rumah

Berdasarkan data hasil survey mengenai persentase siswa ditinjau dari keberadaan pembantu di rumah, diperoleh bahwa sebanyak 87% siswa mempunyai pembantu yang tidak

Page 45: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

tinggal di rumah atau bahkan tidak mempunyai pembantu sama sekali, sedangkan sisanya, yaitu 13% mempunyai pembantu yang tinggal di rumah. Data hasil survey tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.68 dibawah ini:

ya13%

tidak87%

Pembantu Tinggal di Rumah

Gambar 3.68. Diagram pie persentase jumlah siswa menurut keberadaan pembantu yang di rumah

35. Keberadaan orang lain tinggal di rumah

Berdasarkan gambar diagram pie tentang keberadaan orang lain di rumah, terdapat persentase siswa yang keberadaan orang lain tinggal dirumah sebesar 3% dan 97 % sisanya adalah siswa yang keberadaan orang lain tidak tinggal di rumah. Data hasil survey tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.69 dibawah ini:

ya3%

tidak97%

Keberadaan Orang Lain di Rumah

Gambar 3.69. Diagram pie persentase siswa berdasarkan keberadaan orang lain di rumah

Page 46: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

36. Pendamping Belajar di Rumah

Berdasarkan gambar diagram pie pendamping belajar di rumah, terdapat persentase siswa yang didampingi ibunya saat belajar dirumah sebesar 31 %, didampingi ayah saat belajar sebesar 9%, didampingi kakak sebesar 18% saat belajar di rumah. Selain itu prosentase siawa yang saat belajar didampingi oleh paman, bibi, kakek, nenek, atau kerabat adalah sebesar 2%, yang didampingi pengasuh atau guru les ada sebesar 6%, dan yang belajar tanpa pendamping atau belajar sendiri ada 34%. Data hasil survey tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.70 dibawah ini:

ayah9% ibu

31%

kakak18%

paman/bibi/kakek/nenek/kerabat2%

pengasuh/guru les6%

tanpa pendamping/be-lajar sendiri

33%

Pendamping belajar di Rumah

Gambar 3.70. Diargam pie persentase siswa berdasarkan pendamping belajar di rumah

37. Waktu Belajar

Berdasar diagram pie Waktu Belajar di Rumah dapat diketahui bahwa persentase waktu belajar siswa di rumah sebesar 57% rutin setiap hari, 30% jika ada PR saja, 5% siswa belajar jika aka nada ulangan atau ujian saja, dan 8% karena hal lainnya. Data hasil survey tersebut disajikan dalam diagram pie seperti pada gambar 3.71 dibawah ini:

57%30%

5% 8%

Waktu Belajar di Rumah

rutin setiap harikalau ada PR sajakalau mau ulangan/ujian sajalainnya

Gambar 3.71. Diagram pie persentase siswa berdasarkan waktu belajar di rumah

Page 47: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Waktu belajar siswa di rumah idealnya mempengaruhi rerata pencapaian hasil belajarnya. Semakin banyak waktu belajar di rumah, kemungkinan rerata pencapaian hasil belajarnya akan semakin baik. Namun hasil analisis menunjukkan bahwa siswa yang sehari-harinya belajar dengan rutin, ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rerata pencapaian hasil belajar Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, dan Matematika. Hasil selengkapnya disajikan pada boxplot perbandingan rerata pencapaian belajar bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, dan Matematika siswa berdasarkan waktu belajar. Berdasarkan hasil tersebut nampak bahwa kuartil pertama, median, kuartil ketiga, dan batas atas rerata pencapaian belajar siswa yang belajar jika aka nada ulangan atau ujian saja paling tinggi. Sedangkan siswa yang belajar kalau mau ulangan/ujian dan karena hal lainnya median rerata pencapaian belajarnya juga tidak jauh berbeda dengan siswa yang belajar secara rutin dan kalau ada PR.

Gambar 3.72. Grafik box plot nilai siswa berdasarkan waktu belajar

Page 48: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

38. Lama Belajar

Berdasar diagram pie Lama Waktu Belajar tiap Hari para siswa peserta survey untuk Provinsi DKI Jakarta, dapat diketahui bahwa persentase lama waktu belajar siswa tiap hari adalah sebesar 14% selama lebih dari 2 jam, 46% selama 1-2 jam, 35% selama 30menit-1jam, dan 5% selama kurang dari 30 menit.

lebih dari 2 jam14%

1 jam - 2 jam46%

30 menit - 1 jam35%

kurang dari 30 menit5%

tidak pernah0%

Lama Belajar per Hari

Gambar 3.73. Diegram pie persentase siswa berdasarkan lama waktu belajar sehari-hari

Lama waktu belajar siswa tiap hari mempengaruhi rerata pencapaian belajar Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, dan Matematika. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh adanya kecenderungan semakin lama waktu belajar siswa tiap hari, semakin tinggi pencapaian rerata belajarnya. Sebagaimana hasil survey yang didapat untuk Provinsi DKI Jakarta, dimana nilai rata-rata tertinggi dicapai oleh siswa-siswa yang waktu belajarnya dalam sehari lebih dari 2 jam, berangsur menurun seiiring semakin sedikitnya waktu belajar yang digunakan, dan yang terendah nilai rata-ratanya adalah mereka yang waktu belajar per harinya kurang dari 30 menit. Hal ini menunjukkan bahwa lama waktu belajar siswa tiap hari berpengaruh signifikan terhadap rerata pencapaian belajar Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, dan Matematika untuk Provinsi DKI Jakarta. Hasil tersebut secara lebih lengkap disajikan pada boxplot perbandingan rerata pencapaian belajar Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, Matematika siswa berdasarkan lama waktu belajar tiap hari.

Page 49: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.74. Grafik box plot nilai siswa berdasarkan lama belajar setiap harinya

39. Kegiatan selama Belajar

Berdasarkan diagram pie, diketahui bahwa persentase kegiatan belajar siswa dengan mengerjakan PR sebesar 89% dan 11% sisanya tidak belajar dengan mengerjakan PR.

ya89%

tidak11%

Kegiatan Selama Belajar: Mengerjakan Tugas

Gambar 3.75. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kegiatan selama belajar

Page 50: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

40. Menyempurnakan Catatan

Berdasarkan diagram pie, dapat diketahui bahwa persentase kegiatan belajar dengan menyempurnakan catatan sebesar 36% dan 64% sisanya tidak belajar dengan menyempurnakan catatan.

ya36%

tidak64%

Kegiatan Selama Belajar: Menyempurnakan Catatan

Gambar 3.76. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kegiatan selama belajar: mengerjakan PR

41. Membaca Ulang Pelajaran

Berdasarkan diagram pie, diketahui bahwa persentase kegiatan belajar dengan membaca ulang pelajaran sebesar 54% dan 46% sisanya tidak belajar dengan membaca ulang pelajaran.

ya54%

tidak46%

Kegiatan Selama Belajar: Mengulang Pelajaran

Gambar 3.77. Diagram pie persentase siswa menurut kegiatan selama belajar : membaca ulang pelajaran

Page 51: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

42. Mengerjalan kegiatan lainnya

Berdasarkan diagram pie, diketahui bahwa persentase kegiatan belajar dengan melakukan kegiatan lain-lain sebesar 36% dan 64% sisanya tidak belajar dengan melakukan kegiatan lain-lain.

ya36%

tidak64%

Kegiatan Selama Belajar: Melakukan Hal Lain

Gambar 3.78. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kegiatan selama belajar: melakukan kegiatan lain

43. Kepemilikan peralatan belajar berupa buku

Berdasarkan diagram pie, persentase siswa yang memiliki peralatan belajar berupa buku sebesar 97%, dan 3% sisanya tidak memiliki peralatan belajar berupa buku.

ya97%

tidak3%

Kepemilikan Peralatan Belajar Berupa: Buku

Gambar 3.79. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kepemilikan buku

Page 52: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

44. Kepemilikan perlengkapan belajar berupa alat tulis

Berdasarkan diagram pie, persentase siswa yang memiliki perlengkapan belajar berupa alat tulis sebesar 95%, dan 5% sisanya tidak memiliki perlengkapan belajar berupa alat tulis.

ya95%

tidak5%

Kepemilikan Peralatan Belajar Berupa: Alat-alat Tulis

Gambar 3.80. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kepemilikan alat tulis

45. Kepemilikan perlengkapan belajar berupa meja belajar

Berdasarkan diagram pie, persentase siswa yang memiliki perlengkapan belajar berupa meja belajar sebesar 70% dan 30% sisanya tidak memiliki perlengkapan belajar berupa meja belajar.

ya70%

tidak30%

Kepemilikan Peralatan Belajar Berupa: Meja Belajar

Gambar 3.81. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kepemilikan meja belajar

Page 53: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

46. Kepemilikan perlengkapan belajar berupa kalkulator

Berdasarkan diagram pie, persentase siswa yang memiliki perlengkapan belajar berupa kalkulator sebesar 63% dan 37% sisanya tidak memiliki perlengkapan belajar berupa kalkulator.

ya64%

tidak37%

Kepemilikan Perlatan Belajar Berupa: Kalku-lator

Gambar 3.82. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kepemilikan kalkulator

47. Kepemilikan perlengkapan belajar berupa komputer

Berdasarkan diagram pie, persentase siswa yang memiliki tidak perlengkapan belajar berupa komputer sebesar 60% dan 40% sisanya memiliki perlengkapan belajar berupa komputer.

ya40%

tidak60%

Kepemilikan Peralatan Belajar Berupa: Komputer

Gambar 3.83. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kepemilikan komputer

48. Kegiatan yang paling disukai

Page 54: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Berdasarkan diagram batang pada gambar 3.84, dapat diketahui bahwa kegiatan yang paling disukai siswa secara berurutan adalah menonton TV (3353 siswa), membaca (55 siswa), bermain (7 siswa), olahraga (77 siswa), piknik (29 siswa), mengerjakan kegiatan lainnya (7 siswa), dan yang paling sedikit adalah mengerjakanhobi (6 siswa).

membaca

menonton tv

olahraga

bermain

mengerjakan hobi

piknik dgn keluarga

lainnya

55

335

77

79

6

29

7

Kegiatan Yang Paling Disuka

Gambar 3.84. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan kegiatan yang paling disukai

49. Bacaan yang paling disukai

Berdasarkan diagram batang, dapat diketahui bahwa bacaan yang paling disukai siswa secara berurutan adalah komik (253 siswa), buku cerita (166 siswa), buku ilmu pengetahuan (87 siswa), dan yang paling sedikit adalah koran-majalah (81 siswa).

komik

buku cerita

buku ilmu pengetahuan

koran/majalah

253

166

87

81

Bacaan yang Paling Disukai

Gambar 3.85. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan bacaan yang paling disukai

50. Mata pelajaran yang paling disukai

Page 55: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Berdasarkan diagram batang, dapat diketahui bahwa mata pelajaran yang paling disukai siswa secara berurutan adalah Bahasa (221 siswa), Olahraga-Kesenian (112 siswa), Matematika (92 siswa), IPA (55 siswa), Teknologi Informasi (46 siswa), IPS (46 siswa), dan yang terakhir adalah Kewarganegaraan (15 siswa).

matematika

bahasa(indo/daerah/inggris)

IPA

IPS

kewarganegaraan

olahraga/kesenian

teknologi informasi

92

221

55

48

15

112

46

Mata Pelajaran yang Paling Disukai

Gambar 3.86. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan mata pelakaran yang paling disukai

51. Mata pelajaran yang paling mudah

Berdasarkan diagram batang, dapat diketahui bahwa mata pelajaran yang paling mudah menurut siswa secara berurutan Bahasa (162 siswa), Olahraga-Kesenian (134siswa), Teknologi Informasi (72 siswa), IPS (53 siswa), Agama (30 siswa), Matematika (30 siswa), IPA (26 siswa), dan yang terakhir adalah Kewarganegaraan (9 siswa).

matematika

bahasa(indo/daerah/inggris)

IPA

IPS

kewarganegaraan

olahraga/kesenian

teknologi informasi

agama

30

162

26

53

9

143

72

30

Mata Pelajaran yang Palinng Mudah

Gambar 3.87. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan mata pelajaran yang paling mudah

52. Mata pelajaran yang paling sulit

Page 56: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Berdasarkan diagram batang, dapat diketahui bahwa mata pelajaran yang paling sulit menurut siswa secara berurutan adalah Matematika (358 siswa), Bahasa (84 siswa), IPA (84 siswa), IPS (31 siswa), Kewarganegaraan (14 siswa), Teknologi Informasi (6 siswa), Olahraga-Kesenian (6 siswa), dan yang terakhir adalah Agama (3 siswa).

matematika

bahasa(indo/daerah/inggris)

IPA

IPS

kewarganegaraan

olahraga/kesenian

teknologi informasi

agama

358

84

84

31

14

6

6

3

Mata Pelajaran yang paling Sulit

Gambar 3.88. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan mata pelajaran yang paling sulit

53. Mata pelajaran yang paling penting

Berdasarkan diagram batang, dapat diketahui bahwa mata pelajaran yang paling penting menurut siswa secara berurutan adalah Matematika (236 siswa), Bahasa (160 siswa), IPA (65 siswa), Kewarganegaraan (40 siswa), Agama (24 siswa), IPS (23 siswa), Teknologi Informasi (19 siswa), dan yang terakhir adalah Olahraga-Kesenian (12 siswa).

matematika

bahasa(indo/daerah/inggris)

IPA

IPS

kewarganegaraan

olahraga/kesenian

teknologi informasi

agama

236

160

65

23

40

12

19

24

Mata Pelajaran yang Paling Penting

Gambar 3.89. Diagram batang jumlah siswa berdasarkan mata pelajaran yang paling penting

C. Kesulitan Siswa dalam Pembelajaran

Page 57: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

1. Kesulitan dalam Pembelajaran Matematika

Kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika yang diteliti dalam analisis ini meliputi kesulitan dalam mempelajari operasi hitung bilangan bulat, kesulitan dalam mempelajari operasi hitung pecahan, kesulitan dalam mempelajari operasi bentuk aljabar, kesulitan dalam mempelajari system persamaan linear satu variabel, kesulitan dalam mempelajari model matematika, kesulitan dalam mempelajari himpunan bagian, kesulitan dalam mempelajari aritmatika sosial, kesulitan dalam mempelajari perbandingan, kesulitan dalam mempelajari himpunan, kesulitan dalam mempelajari diagram venn, kesulitan dalam mempelajari sudut, kesulitan dalam mempelajari keliling bidang datar, kesulitan dalam mempelajari luas bidang datar, dan kesulitan dalam mempelajari garis pada segitiga.

a. Kesulitan operasi hitung bilangan bulat

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari operasi hitung bilangan bulat dapat dilihat pada diagram pie di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari operasi hitung bilangan bulat sebesar 8% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari operasi hitung bilangan bulat sebesar 92%.

ya8%

tidak92%

Kesulitan Hitung Operasi Bilangan Bulat

Gambar 3.90. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan operasi bilangan bulat

b. Kesulitan operasi hitung pecahan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari operasi hitung pecahan dapat dilihat pada diagram pie di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari operasi hitung pecahan sebesar 11% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari operasi hitung pecahan sebesar 89%.

Page 58: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya12%

tidak89%

Kesulitan Operasi Hitung Pecahan

Gambar 3.91. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan operasi hitung pecahan

c. Kesulitan operasi bentuk aljabar

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari operasi bentuk aljabar dapat dilihat pada diagram pie di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari operasi bentuk aljabar sebesar 33% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari operasi bentuk aljabar sebesar 67%.

ya33%

tidak67%

Kesulitan Operasi Aljabar

Gambar 3.92. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan operasi bentuk aljabar

d. Kesulitan sistem persamaan linear satu variable

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari system persamaan linear satu variabel dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari system persamaan linear

Page 59: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

satu variabel sebesar 25% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari system persamaan linear satu variabel sebesar 75%.

ya25%

tidak75%

Kesulitan Sistem Persamaan Linier Satu Variabel

Gambar 3.93. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan sistem persamaan satu variabel

e. Kesulitan model matematika

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari model matematika dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari model matematika sebesar 24% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari model matematika sebesar 76%.

ya24%

tidak76%

Kesulitan Model Matematika

Gambar 3.94. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan model matematika

Page 60: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

f. Kesulitan himpunan bagian

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari himpunan bagian dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari himpunan bagian sebesar 11% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari himpunan bagian sebesar 89%.

ya11%

tidak89%

Kesulitan Himpunan Bagian

Gambar 3.95. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan himpunan bagian

g. Kesulitan aritmetika sosial

Hasil analisis angket tentang kesulitan siswa dalam mempelajari aritmatika sosial dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari aritmatika sosial sebesar 43% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari aritmatika sosial sebesar 57%.

ya43%

tidak57%

Kesulitan Aitmatika Sosial

Gambar 3.96. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan aritmatika sosial

Page 61: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

h. Kesulitan perbandingan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari perbandingan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari perbandingan sebesar 13% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari perbandingan sebesar 87%.

ya18%

tidak82%

Kesulitan Perbandingan

Gambar 3.97. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan perbandingan

i. Kesulitan himpunan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari himpunan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari himpunan sebesar 8% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari himpunan sebesar 92%.

ya9%

tidak92%

Kesulitan Himpunan

Gambar 3.98. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan himpunan

Page 62: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

j. Kesulitan diagram Venn

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari diagram venn dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari diagram venn sebesar 10% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari diagram venn sebesar 90%.

ya11%

tidak90%

Kesulitan Diagram Venn

Gambar 3.99. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan diagram Venn

k. Kesulitan mempelajari sudut

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari sudut dapat dilihat pada Gambar 3.100 berikut. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari sudut sebesar 14% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari sudut sebesar 86%.

ya14%

tidak86%

Kesulitan Mempelajari Sudut

Gambar 3.100. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mempelajari sudut

Page 63: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

l. Kesulitan keliling bangun datar

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari keliling bangun datar dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari keliling bangun datar sebesar 11% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari keliling bangun datar sebesar 89%.

ya11%

tidak89%

Kesulitan Keliling Bangun Datar

Gambar 3.101. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan keliling bangun datar

m.Kesulitan luas bangun datar

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari luas bangun datar dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari luas bangun datar sebesar 11% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari luas bangun datar sebesar 89%.

ya12%

tidak89%

Kesulitan Luas Bangun Datar

Gambar 3.102. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan luas bangun datar

Page 64: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

n. Kesulitan mempelajari garis pada segitiga

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari garis pada segitiga yang meiputi garis bagi, baris tinggi, garis berat, dan garis sumbu pada segitiga dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari garis pada segitiga sebesar 42% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari garis pada segitiga sebesar 58%.

ya42%

tidak58%

Kesulitan Mempelajari Garis pada Segitiga

Gambar 3.103. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mempelajari garis pada segitiga

2. Kesulitan dalam Pembelajaran Fisika dan Kimia

Kesulitan siswa dalam pembelajaran Fisika dan Kimia yang diteliti dalam analisis ini meliputi kesulitan dalam mempelajari besaran pokok, kesulitan dalam mempelajari besaran turunan, kesulitan dalam mempelajari suhu, kesulitan dalam mempelajari larutan, kesulitan dalam mempelajari unsur dan rumus kimia, kesulitan dalam mempelajari unsur, senyawa, dan campuran, kesulitan dalam mempelajari sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya, kesulitan dalam mempelajari massa jenis, kesulitan dalam mempelajari perubahan wujud zat, kesulitan dalam mempelajari sifat fisika zat, kesulitan dalam mempelajari perubahan fisika dan kimia zat, kesulitan dalam mempelajari reaksi kimia, kesulitan dalam mempelajari gejala alam biotik dan abiotik, kesulitan dalam mempelajari gerak lurus beraturan, kesulitan dalam mempelajari gerak lurus tidak beraturan, dan kesulitan dalam mempelajari tentang mikroskop.

a. Kesulitan mempelajari besaran pokok

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari besaran pokok dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari besaran pokok sebesar 12% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari besaran pokok sebesar 88%.

Page 65: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya12%

tidak88%

Kesulitan Mempelajari Besaran Pokok

Gambar 3.104. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mempelajari besaran pokok

b. Kesulitan mempelajari besaran turunan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari besaran turunan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari besaran turunan sebesar 12% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari besaran turunan sebesar 88%.

ya12%

tidak88%

Kesulitan alam Mempelajari Besaran Turunan

Gambar 3.05. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mempelajari besaran turunan

c. Kesulitan mempelajari suhu

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari suhu dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari suhu sebesar 24% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari suhu sebesar 76%.

Page 66: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya24%

tidak76%

Kesulitan dalam Mempelajari Suhu

Gambar 3.106. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mempelajari suhu

d. Kesulitan mempelajari larutan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari larutan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari larutan sebesar 28% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari larutan sebesar 72%.

ya28%

tidak72%

Kesulitan dalam Mempelajari Larutan

Gambar 3.107. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mempelajari larutan

e. Kesulitan unsur dan rumus kimia

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari unsure dan rumus kimia dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari unsure dan rumus kimia sebesar

Page 67: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

45% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari unsure dan rumus kimia sebesar 55%.

ya45%

tidak55%

Kesulitan dalam Mempelajari Unsur dan Rumus Kimia

Gambar 3.108. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan unsur dan rumus kimia

f. Kesulitan mempelajari unsure, senyawa, dan campuran

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari unsur, senyawa, dan campuran dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari unsur, senyawa, dan campuran sebesar 26% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari unsur, senyawa, dan campuran sebesar 74%.

ya26%

tidak74%

Kesulitan dalam Mempelajari Unsur, Senyawa, dan Cam-puran

Gambar 3.109. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mempelajari unsur, senyawa dan campuran

Page 68: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

g. Kesulitan sifat-sifat zat berdasarkan wujutnya

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya sebesar 17% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya sebesar 83%.

ya17%

tidak83%

Kesulitan dalam Mempelajari Sifat-Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya

Gambar 3.110. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan sifat zat berdasarkan wujudnya

h. Kesulitan mempelajari masa jenis

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari massa jenis dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari massa jenis sebesar 24% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari massa jenis sebesar 76%.

ya24%

tidak76%

Kesulitan dalam Mempelajari Massa Jenis

Page 69: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.111. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mempelajari massa jenis

i. Kesulitan mempelajari perubahan wujud zat

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari perubahan wujud zat dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari perubahan wujud zat sebesar 11% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari perubahan wujud zat sebesar 89%.

ya11%

tidak89%

Kesulitan dalam Mempelajari Perubahan Wujud Zat

Gambar 3.112. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mempelajari perubahan wujud zat

j. Kesulitan mengenai sifat fisika zat

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari sifat fisika zat dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari sifat fisika zat sebesar 28% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari sifat fisika zat sebesar 72%.

Page 70: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya28%

tidak72%

Kesulitan dalam Mempelajari Sifat Fisika Zat

Gambar 3.113. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mengenai sifat zat fisika

k. Kesulitan perubahan fisika dan kimia zat

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari perubahan fisika dan kimia zat dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari perubahan fisika dan kimia zat sebesar 21% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari perubahan fisika dan kimia zat sebesar 79%.

ya21%

tidak79%

Kesulitan dalam Mempelajari Perubahan Fisika dan Kimia Zat

Gambar 3.114. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan perubahan fisika dan kimia zat

l. Kesulitan reaksi kimia

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari reaksi kimia dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase

Page 71: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari reaksi kimia sebesar 31% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari reaksi kimia sebesar 69%.

ya31%

tidak69%

Kesulitan dalam Mempelajari Reaksi Kimia

Gambar 3.115. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan reaksi kimia

o. Kesulitan gejala alam biotic dan abiotik

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari gejala alam biotic dan abiotik dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari gejala alam biotic dan abiotik sebesar 10% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari gejala alam biotic dan abiotik sebesar 90%.

ya10%

tidak90%

Kesulitan dalam Mempelajari Gejala Alam Biotik dan Abiotik

Gambar 3.116. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan gejala alam biotik dan abiotik

p. Kesulitan gerak lurus beraturan

Page 72: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari gerak lurus beraturan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari gerak lurus beraturan sebesar 14% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari gerak lurus beraturan sebesar 86%.

ya14%

tidak86%

kesulitan dalam mempelajari gerak lurus beraturan

Gambar 3.117. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan gerak lurus beraturan

q. Gerak lurus tidak beraturan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari gerak lurus tidak beraturan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari gerak lurus tidak beraturan sebesar 15% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari gerak lurus tidak beraturan sebesar 85%.

ya15%

tidak85%

Kesulitan dalam Mempelajari Gerak Lurus Tidak Beraturan

Gambar 3.118. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan gerak lurus tidak beraturan

Page 73: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

r. Kesulitan mengenai mikroskop

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari mikroskop dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari mikroskop sebesar 11% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari mikroskop sebesar 89%.

ya11%

tidak89%

Kesulitan dalam Mempelajari tentang Mikroskop

Gambar 3.119. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mengenai mikroskop

s. Kesulitan mengenai getaran, gelombang, dan optic

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari getaran, gelombang, dan optik dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari getaran, gelombang, dan optik sebesar 29% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari getaran, gelombang, dan optik sebesar 71%.

ya30%

tidak71%

Kesulitan Getaran, Gelombang, dan Optik

Page 74: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.120. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan getaran, gelombang dan optik

3. Kesulitan dalam Pembelajaran Biologi

Kesulitan siswa dalam pembelajaran Biologi yang diteliti dalam analisis ini meliputi kesulitan dalam mempelajari ciri makhluk hidup, kesulitan dalam mempelajari klasifikasi makhluk hidup, kesulitan dalam mempelajari keragaman sistem organism, kesulitan dalam mempelajari ekosistem, kesulitan dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, kesulitan dalam mempelajari kepadatan populasi, dan kesulitan dalam mempelajari pengelolaan lingkungan hidup.

a. Kesulitan memahami tentang ciri makluk hidup

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari ciri makhluk hidup dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari ciri makhluk hidup sebesar 3% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari ciri makhluk hidup sebesar 97%.

ya3%

tidak97%

Kesulitan Memahami Ciri Makhluk Hidup

Gambar 3.121. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan makhluk hidup

b. Kesulitan klasifikasi makluk hidup

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari klasifikasi makhluk hidup dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari klasifikasi makhluk hidup sebesar 11% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari klasifikasi makhluk hidup sebesar 89%.

Page 75: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya11%

tidak89%

Kesulitan Memahami Klasifikasi Makhluk hidup

Gambar 3.122. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan klasifikasi makhluk hidup

c. Kesulitan keragaman system organism

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari keragaman sistem organisme dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari keragaman sistem organisme sebesar 9% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari keragaman sistem organisme sebesar 91%.

ya9%

tidak91%

Kesulitan Memahami tentang Keragaman Sistem Organisme

Gambar 3.123. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan keragaman sistem organisme

d. Kesulitan mengenai ekosistem

Page 76: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari ekosistem dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari ekosistem sebesar 4% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari ekosistem sebesar 96%.

ya4%

tidak96%

Kesulitan Memahami tentang Ekosistem

Gambar 3.124. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan ekosistem

e. Kesulitan mengenai keanekaragaman makluk hidup

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup sebesar 4% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup sebesar 96%.

ya4%

tidak96%

Kesulitan Memahami tentang Keanekaragaman Makhluk Hidup

Gambar 3.125. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan keanekaragaman makhluk hidup

Page 77: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

f. Kesulitan mengenai kepadatan populasi

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari kepadatan populasi dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari kepadatan populasi sebesar 6% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari kepadatan populasi sebesar 94%.

ya6%

tidak94%

Kesulitan Memahami tentang Kepadatan Populasi

Gambar 3.126. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan kepadatan populasi

g. Kesulitan mengenai pengelolaan lingkungan hidup

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari pengelolaan lingkungan hidup sebesar 5% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari pengelolaan lingkungan hidup sebesar 95%.

Page 78: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya5%

tidak95%

Kesulitan Memhami tentang Pengelolaan Lingkungan

Gambar 3.127. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan pengelolaan lingkungan hidup

4. Kesulitan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kesulitan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang diteliti dalam analisis ini meliputi kesulitan dalam mempelajari bacaan fiksi, kesulitan dalam mempelajari jadwal kendaraan umum, kesulitan dalam memahami tabel, kesulitan dalam mempelajari bacaan nonfiksi, kesulitan dalam membandingkan karakter 2 tokoh, kesulitan dalam memprediksi bacaan, kesulitan dalam menulis ulang dengan pandangan berbeda, kesulitan dalam meringkas isi bacaan, kesulitan dalam menyimpulkan bacaan, kesulitan dalam mempelajari ungkapan dan maknanya, kesulitan dalam menilai wacana, kesulitan dalam berpendapat pada wacana, dan kesulitan dalam menghubungkan cerita dengan kenyataan.

a. Kesulitan bacaan fiksi

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari bacaan fiksi dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari bacaan fiksi sebesar 23% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari bacaan fiksi sebesar 77%.

Page 79: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya23%

tidak77%

Kesulitan dalam Mempelajari Bacaan Fiksi

Gambar 3.128. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan bacaan fiksi

b. Kesulitan jadwal kendaraan umum

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari jadwal kendaraan umum dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari jadwal kendaraan umum sebesar 5% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari jadwal kendaraan umum sebesar 95%.

ya5%

tidak95%

Kesulitan dalam Mempelajari Jadwal Kendaraan Umum

Gambar 3.129. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan jadwal kendaraan umum

c. Kesulitan memahami tabel

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam memahami tabel dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase

Page 80: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

siswa yang merasa kesulitan dalam memahami tabel sebesar 8% dan yang tidak merasa kesulitan dalam memahami tabel sebesar 92%.

ya8%

tidak92%

Kesulitan dalam Memahami Tabel

Gambar 3.130. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan memahami tabel

d. Kesulitan bacaan nonfiksi

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami bacaan nonfiksi dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari dan memahami bacaan nonfiksi sebesar 27% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari dan memahami bacaan nonfiksi sebesar 73%.

ya27%

tidak73%

Kesulitan dalam Mempelajari Bacaan Nonfiksi

Gambar 3.131. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan bacaan nonfiksi

e. Kesulitan membandingkan karakter 2 tokoh

Page 81: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam membandingkan karakter 2 tokoh dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam membandingkan karakter 2 tokoh sebesar 8% dan yang tidak merasa kesulitan dalam membandingkan karakter 2 tokoh sebesar 92%.

ya8%

tidak92%

Kesulitan dalam Membandingkan Karakter 2 Tokoh

Gambar 3.132. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan membandingkan karakter 2 tokoh

f. Kesulitan memprediksi bacaan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam memprediksi bacaan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam memprediksi bacaan sebesar 19% dan yang tidak merasa kesulitan dalam memprediksi bacaan sebesar 81%.

ya20%

tidak81%

Kesulitan dalam Memprediksi Bacaan

Gambar 3.133. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan memprediksi bacaan

Page 82: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

g. Kesulitan menulis ulang dengan pandangan berbeda

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam menulis ulang dengan pandangan berbeda dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam menulis ulang dengan pandangan berbeda sebesar 28% dan yang tidak merasa kesulitan dalam menulis ulang dengan pandangan berbeda sebesar 72%.

ya28%

tidak72%

Kesulitan dalam Menulis Ulang dengan Pandangan Berbeda

Gambar 3.134. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan menulis ulang dengan pandangan berbeda

h. Kesulitan meringkas isi bacaan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam meringkas isi bacaan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam meringkas isi bacaan sebesar 11% dan yang tidak merasa kesulitan dalam meringkas isi bacaan sebesar 89%.

ya11%

tidak89%

Kesulitan dalam Meringkas Isi Bacaan

Page 83: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

Gambar 3.135. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan meringkas isi bacaan

i. Kesulitan dalam menyimpulkan bacaan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam menyimpulkan bacaan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam menyimpulkan bacaan sebesar 18% dan yang tidak merasa kesulitan dalam menyimpulkan bacaan sebesar 82%.

ya18%

tidak82%

Kesulitan dalam Menyimpulkan Bacaan

Gambar 3.136. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan dalam menyimpulkan bacaan

j. Kesulitan mengenai ungkapan dan maknanya

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam mempelajari ungkapan dan maknanya dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari ungkapan dan maknanya sebesar 24% dan yang tidak merasa kesulitan dalam mempelajari ungkapan dan maknanya sebesar 76%.

Page 84: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

ya24%

tidak76%

Kesulitan dalam Mempelajari Ungkapan dan Maknanya

Gambar 3.137. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan mengenai ungkapan dan makna

k. Kesulitan dalam menilai wacana

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam menilai wacana dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam menilai wacana sebesar 17% dan yang tidak merasa kesulitan dalam menilai wacana sebesar 83%.

ya17%

tidak83%

Kesulitan dalam Menilai Wacana

Gambar 3.138. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan dalam menilai wacana

l. Kesulitan berpendapat pada wacana

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam berpendapat pada wacana dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase

Page 85: Inap Bab III INAP 2009_SMP_DKI Jakarta

siswa yang merasa kesulitan dalam berpendapat pada wacana sebesar 14% dan yang tidak merasa kesulitan dalam berpendapat pada wacana sebesar 86%.

ya14%

tidak86%

Kesulitan dalam Berpendapat pada Wacana

Gambar 3.139. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan berpendapat dalam wacana

m.Kesulitan menghubungkan cerita dengan kenyataan

Hasil analisis tentang kesulitan siswa dalam menghubungkan cerita dengan kenyataan dapat dilihat pada gambar di bawah. Berdasar gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa persentase siswa yang merasa kesulitan dalam menghubungkan cerita dengan kenyataan sebesar 28% dan yang tidak merasa kesulitan dalam menghubungkan cerita dengan kenyataan sebesar 72%.

ya28%

tidak72%

Kesulitan dalam Menghubungkan Cerita dengan Kenyataan

Gambar 3.140. Diagram pie persentase siswa berdasarkan kesulitan menghubungkan cerita dengan kenyataan