Imunologi Dasar Imunitas Humoral
-
Upload
winda-diah-nugraheni -
Category
Documents
-
view
165 -
download
5
description
Transcript of Imunologi Dasar Imunitas Humoral
Imunologi Dasar : Imunitas Humoral
Posted on Februari 1, 2012
SEL LlMFOSIT B
Progenitor sel limfosit B adalah sel stem hematopoietik pluripoten. Dinamakan
pluripoten karena sel ini juga merupakan progenitor sel hematopoietik lainnya, seperti sel
polimorfonuklear, sel monosit dan sel makrofag.
Pada masa embrio sel ini ditemukan pada yolk sac, yang kemudian bermigrasi ke hati,
limpa dan sumsum tulang. Setelah bayi lahir, sel asal (stem cell) hanya ditemukan pada
sumsum tulang. Dinamakan limfosit B karena tempat perkembangan utamanya pada
burung adalah bursa fabricius, sedangkan pada manusia tempat perkembangan utamanya
adalah sumsum tulang.
Sel pertama yang dapat dikenal sebagai prekursor (pendahulu) sel limfosit B adalah sel
yang sitoplasmanya mengandung rantai berat µ, terdiri atas bagian variabel V dan bagian
konstan C tanpa rantai ringan L, dan tanpa imunoglobulin pada permukaannya. Sel ini
dinamakan sel pro-limfosit B. Selain rantai µ, sel pro-limfosit B juga memperlihatkan
molekul lain pada permukaannya, antara lain antigen HLA-DR, reseptor komplemen C3b
dan reseptor virus Epstein-Barr (EBV). Pada manusia sel pro-limfosit B sudah dapat
ditemukan di hati fetus pada masa gestasi minggu ke-7 dan ke-8.
Sel pro-limfosit B ini berkembang menjadi sel limfosit B imatur. Pada tahap ini sel
limfosit B imatur telah dapat membentuk rantai ringan L imunoglobulin sehingga
mempunyai petanda imunoglobulin pada permukaan membran sel yang berfungsi sebagai
reseptor antigen. Bila sel limfosit B sudah memperlihatkan petanda rantai berat H dan
rantai ringan L yang lengkap, maka sel ini tidak akan dapat memproduksi rantai berat H
dan rantai ringan L lain yang mengandung bagian variabel (bagian yang berikatan dengan
antigen) yang berbeda. Jadi setiap sel limfosit B hanya memproduksi satu macam bagian
variabel dari imunoglobulin. lni berarti imunoglobulin yang dibentuk hanya ditujukan
terhadap satu determinan antigenik saja. Sel B imatur mempunyai sifat yang unik. Jika
sel ini terpajan dengan ligannya (pasangan kontra imunoglobulin yang ada pada
permukaan membran sel), sel ini tidak akan terstimulasi, bahkan mengalami proses yang
dinamakan apoptosis sehingga sel menjadi mati (programmed cell death). Jika ligannya
itu adalah antigen diri (self antigen), maka sel yang bereaksi terhadap antigen diri akan
mengalami apoptosis sehingga tubuh menjadi toleran terhadap antigen diri. Hal ini terjadi
pada masa perkembangan di sumsum tulang. Oleh karena itu, sel limfosit B yang keluar
dari sumsum tulang merupakan sel limfosit B yang hanya bereaksi terhadap antigen
asing. Kemudian sel limfosit B imatur yang telah memperlihatkan imunoglobulin lengkap
pada permukaannya akan keluar dari sumsum tulang dan masuk ke dalam sirkulasi
perifer serta bermigrasi ke jaringan limfoid untuk terus berkembang menjadi sel matur
(lihat Gambar 9-1). Sel B ini memperlihatkan petanda imunoglobulin IgM dan IgD
dengan bagian variabel yang sama pada permukaan membran sel dan dinamakan sel B
matur.
Perkembangan dari sel asal (stem cell) sampai menjadi sel B matur tidak memerlukan
stimulasi antigen, tetapi terjadi di bawah pengaruh lingkungan mikro dan genetik. Tahap
perkembangan ini dinamakan tahapan generasi keragaman klon (clone diversity), yaitu
klon yang mempunyai imunoglobulin permukaan dengan daya ikat terhadap determinan
antigen tertentu.
Tahap selanjutnya memerlukan stimulasi antigen, yang dinamakan tahapan respons imun.
Setelah distimulasi oleh antigen, maka sel B matur akan menjadi aktif dan dinamakan sel
B aktif. Sel B aktif kemudian akan berubah menjadi sel blast dan berproliferasi serta
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi imunoglobulin.
Beberapa progeni sel B aktif tersebut akan mulai mensekresi imunoglobulin kelas lain
seperti IgG, IgA, dan IgE dengan bagian variabel yang sama yang dinamakan alih isotip
atau alih kelas rantai berat (isotype switching).
Beberapa progeni sel B aktif lainnya ada yang tidak mensekresi imunoglobulin
melainkan tetap sebagai sel B yang memperlihatkan petanda imunoglobulin pada
permukaannya dan dinamakan sel B memori. Μ
Sel B memori ini mengandung imunoglobulin yang afinitasnya lebih tinggi. Maturasi
afinitas ini diperoleh melalui mutasi somatik. Sel B matur yang tidak distimulasi, jadi
yang tidak menemukan ligannya, akan mati dengan waktu paruh 3-4 hari. Sedangkan sel
B memori akan bertahan hidup lebih lama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
tanpa stimulasi antigen. Sel B memori ini akan beresirkulasi secara aktif melalui
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan kelenjar limfe. Bila antigen dapat lama disimpan
oleh sel dendrit di kelenjar limfe, maka sel dendrit ini pada suatu waktu akan
mengekspresikan antigen tersebut pada permukaannya. Antigen yang diekspresikan oleh
sel dendrit ini akan merangsang sel B memori menjadi aktif kembali, berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Dalam hal ini, kadar
antibodi terhadap suatu antigen tertentu dapat bertahan lama pada kadar protektif,
sehingga kekebalan yang timbul dapat bertahan lama.
Aktivasi dan fungsi sel B
Bila sel limfosit B matur distimulasi antigen ligannya, maka sel B akan berdiferensiasi
menjadi aktif dan berproliferasi. Ikatan antara antigen dan imunoglobulin pada
permukaan sel B, akan mengakibatkan terjadinya ikatan silang antara imunoglobulin
permukaan sel B. Ikatan silang ini mengakibatkan aktivasi enzim kinase dan peningkatan
ion Ca++ dalam sitoplasma. Terjadilah fosforilase protein yang meregulasi transkripsi gen
antara lain protoonkogen (proto oncogene) yang produknya meregulasi pertumbuhan dan
diferensiasi sel. Aktivasi mitosis ini dapat terjadi dengan atau tanpa bantuan sel T,
tergantung pada sifat antigen yang merangsangnya. Proliferasi akan mengakibatkan
ekspansi klon diferensiasi dan selanjutnya sekresi antibodi. Fungsi fisiologis antibodi
adalah untuk menetralkan dan mengeliminasi antigen yang menginduksi
pembentukannya.
Dikenal 2 macam antigen yang dapat menstimulasi sel B, yaitu antigen yang tidak
tergantung pada sel T (TI = T cell independent) dan antigen yang tergantung pada sel T
(TD = T cell dependent). Antigen TI dapat merangsang sel B untuk berproliferasi dan
mensekresi imunoglobulin tanpa bantuan sel T penolong (Th = T helper). Contohnya
adalah antigen dengan susunan molekul karbohidrat, atau antigen yang mengekspresikan
determinan antigen (epitop) identik yang multipel, sehingga dapat mengadakan ikatan
silang antara imunoglobulin yang ada pada permukaan sel B. Ikatan silang ini
mengakibatkan terjadinya aktivasi sel B, proliferasi, dan diferensiasi. Polisakarida
pneumokok, polimer D-asam amino dan polivinil pirolidin mempunyai epitop identik
yang multipel, sehingga dapat mengaktifkan sel B tanpa bantuan sel T. Demikian pula
lipopolisakarida (LPS), yaitu komponen dinding sel beberapa bakteri Gram negatif dapat
pula mengaktifkan sel B. Tetapi LPS pada konsentrasi tinggi dapat merupakan aktivator
sel B yang bersifat poliklonal. Hal ini diperkirakan karena LPS tidak mengaktifkan sel B
melalui reseptor antigen, tetapi melalui reseptor mitogen.
Antigen TD merupakan antigen protein yang membutuhkan bantuan sel Th melalui
limfokin yang dihasilkannya, agar dapat merangsang sel B untuk berproliferasi dan
berdiferensiasi.
Terdapat dua macam respons antibodi, yaitu respons antibodi primer dan sekunder.
Respons antibodi primer adalah respons sel B terhadap pajanan antigen ligannya yang
pertama kali, sedangkan respons antibodi sekunder adalah respons sel B pada pajanan
berikutnya, jadi merupakan respons sel B memori. Kedua macam respons antibodi ini
berbeda baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Perbedaan tersebut adalah pada
respons antibodi sekunder terbentuknya antibodi lebih cepat dan jumlahnya pun lebih
banyak.
Pada respons antibodi primer, kelas imunoglobulin yang disekresi terutama adalah IgM,
karena sel B istirahat hanya memperlihatkan IgM dan IgD pada permukaannya (IgD
jarang disekresi). Sedangkan pada respons antibodi sekunder, antibodi yang disekresi
terutama adalah isotip lainnya seperti IgG, IgA, dan IgE sebagai hasil alih isotip. Afinitas
antibodi yang dibentuk pada respons antibodi sekunder lebih tinggi dibanding dengan
respons antibodi primer, dan dinamakan maturasi afinitas.
Respons sel B memori adalah khusus oleh stimulasi antigen TD, sedangkan stimulasi
oleh antigen TI pada umumnya tidak memperlihatkan respons sel B memori dan
imunoglobulin yang dibentuk umumnya adalah IgM. Hal ini menandakan bahwa respons
antibodi sekunder memerlukan pengaruh sel Th atau limfokin yang disekresikannya.
STRUKTUR IMUNOGLOBULIN
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum
atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili
glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-
18% karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi
tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik
dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast.
Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai perbedaan sifat
fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen spesifik dan aktivitas
biologik berlainan. Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai polipeptida
yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai H (rantai berat)
dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai ringan) dengan berat molekul 22.000.
Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua
rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur
yang simetris. Yang menarik dari susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah
simetris rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian dari
rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh ikatan
disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan disulfid
interchain. Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai H
terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (γ), rantai A (α), rantai M (μ), rantai E (ε) dan rantai D
(δ). Setiap rantai mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2
domain; sedang rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-
masing 5 domain.
Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen. Enzim papain
memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari bagian H dan
rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam amino yang bervariasi sesuai dengan
variabilitas antigen. Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen (antigen
binding site) yang menentukan spesifisitas imunoglobulin. Fragmen lain disebut Fc yang
hanya mengandung bagian rantai H saja dan mempunyai susunan asam amino yang tetap.
Fragmen Fc tidak dapat mengikat antigen tetapi memiliki sifat antigenik dan menentukan
aktivitas imunoglobulin yang bersangkutan, misalnya kemampuan fiksasi dengan
komplemen, terikat pada permukaan sel makrofag, dan yang menempel pada sel mast dan
basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan basofil, dan kemampuan menembus
plasenta.
Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada gugusan karboksil
terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida (interchain) dengan akibat kehilangan
sebagian besar susunan asam amino yang menentukan sifat antigenik determinan, namun
demikian masih tetap mempunyai sifat antigenik. Fragmen Fab yang tersisa menjadi satu
rangkaian fragmen yang dikenal sebagai F(ab2) yang mempunyai 2 tempat pengikatan
antigen.
KLASIFIKASI IMUNOGLOBULIN
Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas mempunyai berat molekul,
masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda. Pada manusia dikenal 4 sub kelas IgG yang
mempunyai rantai berat γl, γ2, γ3, dan γ4. Perbedaan antar subkelas lebih sedikit dari pada
perbedaan antar kelas.
Imunoglobulin G
IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat H dan 2
rantai ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S dengan berat molekul
sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah
imunoglobulin.
Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan yang
tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-
20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%. Masa paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas
IgG3 yang hanya mempunyai masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen
setiap subkelas IgG juga tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan
IgG4 tidak dapat mengikat komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur
alternatif. Lokasi ikatan C1q pada molekul IgG adalah pada domain CH2.
Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc. Ikatan
antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag memfagosit antigen
yang telah dibungkus antibodi (opsonisasi). Ikatan ini terjadi pada subkelas IgG1 dan
IgG3 pada lokasi domain CH3.
Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan kompleks
imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks imun yang terdiri dari
ikatan sel dan antibodi dengan reseptor Fc pada sel killer memulai respons sitolitik
(antibody dependent cell-mediated cytotoxicity = ADCC) yang ditujukan pada antibodi
yang diliputi sel. Kompleks imun yang berinteraksi dengan sel limfosit pada reseptor Fc
pada trombosit akan menyebabkan reaksi dan agregasi trombosit. Reseptor Fc memegang
peranan pada transport IgG melalui sel plasenta dari ibu ke sirkulasi janin.
Imunoglobulin M
Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin, dengan koefisien
sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini mempunyai 12% dari
beratnya adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah antibodi yang pertama kali timbul pada
respon imun terhadap antigen dan antibodi yang utama pada golongan darah secara
alami. Gabungan antigen dengan satu molekul IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade
komplemen.
IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai μ dan CH. Molekul monomer
dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada domain CH4 menyerupai
gelang dan tiap monomer dihubungkan satu dengan lain pada ujung permulaan dan
akhirnya oleh protein J yang berfungsi sebagai kunci.
Imunoglobulin A
IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam serum
terdapat sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80% terdiri dari molekul monomer
dengan berat molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa polimer dapat berupa dua, tiga,
empat atau lima monomer yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh jembatan disulfida
dan rantai tunggal J (lihat Gambar 9-6). Polimer tersebut mempunyai koefisien
sedimentasi 10,13,15 S.
Sekretori IgA
Sekretori imunoglobulin A (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling banyak terdapat
pada sekret mukosa saliva, trakeobronkial, kolostrum/ASI, dan urogenital. IgA yang
berada dalam sekret internal seperti cairan sinovial, amnion, pleura, atau serebrospinal
adalah tipe IgA serum.
SIgA terdiri dari 4 komponen yaitu dimer yang terdiri dari 2 molekul monomer, dan
sebuah komponen sekretori serta sebuah rantai J. Komponen sekretori diproduksi oleh sel
epitel dan dihubungkan pada bagian Fc imunoglobulin A oleh rantai J dimer yang
memungkinkan melewati sel epitel mukosa (lihat Gambar 4-6). SIgA merupakan
pertahanan pertama pada daerah mukosa dengan cara menghambat perkembangan
antigen lokal, dan telah dibuktikan dapat menghambat virus menembus mukosa.
Imunoglobulin D
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap
pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000. Rantai δ
mempunyai berat molekul 60.000 – 70.000 dan l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi
utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin permukaan sel limfosit B
bersama IgM dan diduga berperan dalam diferensiasi sel ini.