IMUN & LIMFOID

61
SISTEM IMUNITAS, JARINGAN LIMFOID DAN ORGAN LIMFOID MAKALAH disusun sebagai tugas mata kuliah BMS 3 Dosen Pembina Kartika Indah Sari, drg., M.Kes. disusun oleh : Laurensius Randy S 160110140049 Nadya Oktarina H 160110140050 Miftahul Jannah 160110140051 Yuyun Sya’adah 160110140052 Regi Taufik Firdaus 160110140053 Silvyara Ayu P 160110140054 Ramzy Ramadhan 160110140055 Ulfa Nadya Arifin 160110140056 Celine Hestiana 160110140058 Amatillah 160110140059 Alveolannisa Cintani B 160110140060

description

sistem imun limfoid limfatik

Transcript of IMUN & LIMFOID

SISTEM IMUNITAS, JARINGAN LIMFOID DAN ORGAN LIMFOID

MAKALAH

disusun sebagai tugas mata kuliah BMS 3

Dosen PembinaKartika Indah Sari, drg., M.Kes.

disusun oleh :Laurensius Randy S160110140049Nadya Oktarina H160110140050Miftahul Jannah160110140051Yuyun Syaadah160110140052Regi Taufik Firdaus160110140053Silvyara Ayu P160110140054Ramzy Ramadhan160110140055Ulfa Nadya Arifin160110140056Celine Hestiana160110140058Amatillah 160110140059Alveolannisa Cintani B160110140060

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS PADJADJARANJATINANGOR2015-2016KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kamipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, terima kasih kami ucapkan kepada Tim Dosen mata kuliah BMS 3 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang telah memberikan arahan kepada kami dalam memperoleh data yang kami butuhkan.Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuanmengenai mata kuliah BMS 3, khususnya tentang Sistem Imunitas, Jaringan dan Organ Limfoid. Selain itu makalah ini diajukanuntuk memenuhi tugas mata kuliah BMS 3 yang diberikan oleh Tim Dosen mata kuliah BMS 3 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.Tentunya semua hal tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun mengenai makalah ini.

Jatinangor, 4 Mei 2015

PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I ANALISIS KASUS41.1Latar Belakang41.2Tujuan41.3 Perumusan Masalah4BAB II TINJAUAN PUSTAKA62.1Anatomi Jaringan dan Organ Limfoid62.2Histogenesis Organ Limfoid102.2.1Histogenesis Lien102.2.2Histogenesis Timus102.2.3Histogenesis Nodus Limphaticus112.2.4Histogenesis Tonsil112.3Regenerasi Organ Limfoid122.4Histofisiologi Organ Limfoid132.5Sistem Limfoid dan Organ Limfoid secara Fisiologis152.5.1Pengertian Sistem Limfatik Manusia152.5.2Fisiologi Sistem Limfatik Manusia162.5.2Organ-Organ dan Jaringan Sistem Limfoid192.6Sistem Imun242.6.1Pengertian Sistem Imun242.6.2Mekanisme Kerja Imun262.7Respon Imun272.6.1Respon Imun Non Spesifik272.6.2Respon Imun Spesifik302.8Gangguan pada Sistem Imun dan Limfoid332.8.1Imunodefisiensi332.8.2Gangguan Jaringan Limfoid34BAB III PEMBAHASAN36BAB IV KESIMPULAN39DAFTAR PUSTAKA40

BAB IANALISIS KASUS

0. Latar BelakangSeorang anak lelaki mengunjungi dr. Ade dengan ibunya. Anak lelaki ini bernama Toni Silitonga berumur 11 tahun. Sang ibu mengeluhkan keadaan Toni yang sering mengalami demam berulang, sulit bernapas, sulit menelan dan mulut yang berbau busuk. Dokter menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu Toni. Dokter mendiagnosa Toni Silitonga sebagai tonsillitis kronis. Dokter kemudian memberikan antibiotik, obat untuk meredakan gejala dan juga obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh Toni. Dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan bedah, tonsilektomi, untuk mengatasi masalah yang dihadapi Toni Silitonga.

0. TujuanMengetahui sistem imunitas, jaringan limfoid dan organ limfoid.

0. Perumusan Masalah1. Bagaimana anatomi dari sistem imunitas dan sistem limfoid?1. Bagaimana mekanisme histofisiologi, histogenesis, dan regenerasi organ limfoid?1. Bagaimana struktur dan fungsi jaringan dan organ limfoid?1. Bagaimana mekanisme, macam dan peran sistem imunitas?1. Bagaimana respon imun spesifik dan non spesifik secara umum?1. Apa gangguan pada jaringan dan organ limfoid dan apa faktor-faktor penyebabnya?1. Bagaimana etiologi Tonsillitis Kronis?

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Jaringan dan Organ LimfoidJaringan limfoid dibedakan berdasarkan kepadatan sel-sel limfositnya dibagi menjadi dua, yaitu jaringan limfoid tersebar/ difuse dan jaringan limfoid noduler .Jaringan limfoid berada bersama dengan plasmasit dan makrofag sebagai kumpulan sel yang rapat dalam jaringan pengikat longgar. Jaringan ini terdiri atas stroma dan sel-sel limfosit. Stromanya terdiri atas anyaman serabut retikuler dan sel-sel retikuler dari sel mesenchim.Organ limfoid terdapat di Nodus lymphaticus pada daerah di antara nodulus lymphaticus, cortex bagian dalam, dan medulla; Lien pada selubung jaringan limfoid periarterial; Tonsilla daerah di antara nodulus lymphaticus dan Plaques peyeri.Organ Limfoid, dibedakan berdasarkan fungsinya:1. Organ Limfoid primer/sentral, berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit yang berasal dari jaringan myeloid. Terdiri atas Thymus untuk diferensiasi limfosit T dan Bursa ekivalen/sumsum tulang belakang untuk diferensiasi limfosit B. 1. Organ limfoid sekunder/perifer, berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-selyang imunokompeten yang berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Terdiri dari Nodus lymphaticus, Lien dan Tonsil. Thymus Terletak di mediastinum anterior berupa 2 lobus. Pada bayi dan anak-anak, timus agak besar dan sampai ke mediastinum superior. Timus terus berkembang sampai pubertas mencapai berat 30 -50 gr. Kemudian mengalami regresi dan digantikan oleh jaringan lemak. Pada orang dewasa timus mengalami atrofi dan hampir tidak berfungsi. Satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia yang tampak.

Gambar 2.1.1 ThymusNodus LymphaticusDitemukan berkelompok yang menerima limfe dari bagian tubuh. Merupakan organ kecil yang terletak berderet-deret sepanjang pembuluh limfe. Berbentuk seperti ginjal atau oval dengan ukuran 1-2,5 mm. Tersebar dalam jumlah yang cukup banyak pada area-area tertentu di dalam tubuh, contohnya adalah pada ekstremitas ,leher, ruang retroperitonial di daerah pelvis dan abdomen, daerah mediastinum, dll. Jaringan parenkimnya terutama merupakan kumpulan jaringan limfoid yang dapat mengenal antigen yang datang masuk kedalam nodus dan memberikan reaksi imunologis secara spesifik. Bagian yang melekuk kedalam disebut hilus, merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah.

Gambar 2.1.2 Nodus LimphaticusLienTerletak di cavum abdominalis di sebelah kiri atas, di inferior diaphragm. Terletak dilateralis ginjal dan posterolateral gaster. Bagian posterolateral disebut permukaan diaphragmatic dan bagian antero medeoial berisi hillus dimana A, V dan Nervus, masuk-keluar melalui hillus ini. Limpa disuplai oleh A. Splenicus. Sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Gambar 2.1.3 LienTonsilMerupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang dibungkus oleh capsul jaringan pemyambung, tapi tidak lengkap. Terdiri atas bagian tengah (germinal center) dan crypti, pinggir yang menonjol. Organ limfoid ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu; Tonsila lingualis yang terdapat di facies dorsalis radix linguale dan sepanjang 1/3 posterior lidah, Tonsila palatina yang terdapat pada posteo lateral cavum oral dan diantara arcus glossopalatinus dan arcus pharyngopalatinal, dibawah membran mucosa, dan Tonsila pharyngealis yang terdapat pada atap dan dinding dorsal nasopharynx atau dibagian posterior nasopharynx. Ketiga organ ini disebut juga Ring Of Waldeyer.

Gambar 2.1.4 Tonsil

2.2 Histogenesis Organ Limfoid 2.2.1 Histogenesis LienPrimordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim memperbanyak diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian muncul sel primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar atau medulla oseum. Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel induk dalam medulla osseum.

2.2.2 Histogenesis Timus1) thymus berasal dari 2 tonjolan epitel entoderm saccus branchialis III.2) Tonjolan ini memiliki lumen yang kemudian akan di isi oleh sel-sel yang akan mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di sekelilingnya.3) Pada umur 6 minggu akan muncul limfosit yang makin lama akan semakin bertambah banyak dan parenkim akan berubah menjadi sel stelat yang dihubungkan oleh desmosom.4) Medulla terbentuk dibagian yang lebih dalam.5) Limfosit berasal dari sel induk dari saccus vitelinus semasa embrio dan sumsum tulang semasa postnatal yang pindah ke primordium thymus untuk berubah menjadi limfosit.6) Pada manusia thymus merupakan organ pertama dalam sistem imunitas tempat munculnya limfosit dan aktif seterusnya selama masa embrio. 2.2.3 Histogenesis Nodus Lymphaticus1) Nodus lymphaticus berasal dari saccus lymphaticus embryonalis. 2) Nodus lymphaticus babi : memiliki sedikit perbedaan, dimana arah atau letak vas lymphaticum afferens dan vas lymphaticum efferensnya terbalik. Sedangkan nodulus lymphaticus terletak disebelah perifer. 2.2.4 Histogenesis TonsilTonsil merupakan suatu akumulasi dari limfoid noduli permanen yang letaknya dibawah epitel yang telah terorganisis sebagai suatu organ. Pada tonsil terdapat epitel permukaan yang ditunjang oleh jaringan ikat retikuler dan kapsul jaringan ikat serta kriptus didalamnya.Perluasan ke lateral dari kantong faringeal kedua diserap dan bagian dorsalnya tetap ada dan menjadi epitel tonsilla palatina. Pilar tonsil berasal dari arcus branchial kedua dan ketiga. Kripte tonsillar pertama terbentuk pada usia kehamilan 12 minggu dan kapsul terbentuk pada usia kehamilan 20 minggu.

2.3 Regenerasi Organ Limfoid1) ThymusThymus terjadi regenerasi pada proses invulsi yaitu Pertumbumbuhan kembali organ timus menjadi bentuk yang sederhana melalui degenerasi dan regenerasi. Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak. Proses tersebut dapat dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya penyakit, stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini disebut sebagai accidental involution. Pada binatang percobaan akan terjadi experimental involution yang dapat diikuti regenerasi yang intensif. Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat interlobular.

2) LimpaMulanya primordium limpa tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis kemudian sel-sel mesenkim yang ada memperbanyak diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian muncul sel primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar atau medulla oseum. Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel induk dalam medulla osseum Apabila limpa diangkat, maka fungsinya akan diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi kesembuhan dengan timbulnya jaringan pengikat.

2.4 Histofisiologi Organ Limfoid 2.4.1 Histofisiologis Thymus Limfosit sangat penting untuk perkembangan, karena adanya sejenis limfosit yang bertanggungjawab atas penolakan jaringan cangkok, delayed hypersensitvity, reaksi terhadap fungsi mikroorganisme dan virus tertentu. Limfosit T tidak melepaskan antibodi yang biasa tetapi diperlukan untuk membantu reaksi humoral oleh limfosit B. Limfosit thymus baru bersifat imunokompeten apabila sudah berada di luar thymus. Dari beberapa percobaan dapat dikemukakan 2 alternatif :1) Thymus menyediakan suatu lingkungan untuk penggembangan sel-sel induk yang berasal dari sumsum tulang waktu postnatal untuk selanjutnya berdifferensiasi menjadi limfosit di perifer.2) Thymus menghasilkan sebuah atau lebih faktor yang berpengaruh kepada sel induk di perifer dan menyebabkan diferensiasi menjadi limfosit yang berpengaruh akan thymus (limfosit T).Adanya faktor yang dilepaskan oleh thymus belum diketemukan dalam darah. Tetapi didapatkan ekstrak dari thymus tanpa sel yang rupanya merangsang fungsi thymus baik dalam percobaan invitro maupun invivo. Maka adanya hormon yang disebut thymosin. Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi limfosit thymus dan mulai berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di cortex tepi memberikan limfosit kecil yang berkelompok di cortex sebelah dalam. Proliferasi di thymus tidak dipengaruhi oleh antigen yang berbeda dengan di limfosit di organ limfoid perifer, dengan adanya blood thymus barrier.Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju organ limfoid perifer untuk berkumpul di daerah yang dibawah pengaruh thymus (thymus depending regions) yaitu cortex bagian dalam nodus lymphaticus, selubung limfoid periarterial di lien, daerah antara nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri dan appendiks. 2.4.2 Histofisiologi Nodus LymphaticusDinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan sel-sel yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya barier yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun eksogen. Sel bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel membrana mukosa yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari perngrusakan oleh fagosit dalam darah maka akan berproliferasi dan menghasilkan toksin yang mudah masuk dalam limfe.Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk karena terdapat sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh yang merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk mengenal antigen dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus juga merupakan tempat penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau sumsum tulang.

2.5 Sistem Limfoid dan Organ Limfoid secara Fisiologis 2.5.1 Pengertian Sistem Limfatik ManusiaSistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi. Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah. Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena. Susunan limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang labih kecil. Kelenjar-kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat besar didalam saluran limfe. Didalam limfe tidak terdapat sel lain. Limfe dalam salurannya digerakkan oleh kontraksi otot disekitarnya dan dalam beberapa saluran limfe dalam salurannya digerakkan oleh kontraksi otot disekitarnya dan dalam beberapa saluran limfe yang gerakannya besar itu dibantu oleh katup. Sistem limfatik ini berfungsi untuk absorbsi zat-zat makanan dari traktus gastrointestinal, bertanggung jawab untuk absorbs lemak, dan salah satu mekanis pertahanan tubuh terhadap infeksi. (Syaifuddin, 2009).Sistem limfatik manusia terdiri dari dua bagian penting yaitu :1) Pembuluh limfa2) Jaringan dan organ limfa

2.5.2 Fisiologi Sistem Limfatik ManusiaSistem limfatik manusia terdiri atas :1) Saluran LimfeSaluran limfa adalah cairan bening menyerupai plasma yang tidak mengandung protein plasma dan memiliki kompetensi yang serupa dengan cairan interstisial. Limfe mengangkut protein plasma yang meresap kedasar kapiler dan kembali kedalam aliran darah. Limfe juga membawa partikel yang lebih besar, missal bakteri dan sisa sel dari jaringan yang rusak, kemudian difiltrasi dan dihancurkan oleh nodus limfe. Limfe mengandung limfosit, yang bersirkulasi didalam sistem limfatik dan memungkinnya menjaga area tubuh yang berbeda. Dilakteal usus halus, lemak diabsorbsi kedalam limfatik yang membuat limfe disebut dengan kili, tampak seperti susu. Membran serosa yang paling lebar adalah peritoneum, memran serosa bertalian erat dengan sistem saluran limfe. Lipatannya yang banyak itu membawa saluran limfe dan pembuluh darah. Membran ini dilapisi oleh endotelium, dan didalamnya terdapat banyak lubang-lubang halus. Lubang-lubang ini disebut stomata, mereka berhubungan dengan pembuluh limfe dan dengan demikian menghindarkan limfe berkumpul dalam ruang serosa.2) Pembuluh LimfePembuluh limfa merupakan bagian penting dalam sistem peredaran limfa. Peredaran limfa adalah peradaran terbuka. Limfa dari jaringan akan masuk kekapiler limfa. Kapiler limfa akan bergabung dengan kapiler limfa yang lain membentuk pembuluh limfa. Pembuluh limfa akan terkumpul di pembuluh limfa dada. Limfa akhirnya akan kembali kesistem peradaran darah. Aliran limfa dalam pembuluh limfa dipengaruhi oleh kerangka otot rangka. Disepanjang pembuluh limfa terdapat buku limfa yang disebut dengan nodus limfa yang berbentuk bulatan kecil. Semua cairan limfa berasal dari daerah kepala, leher, dada , paru-paru, jantung dan lengan kanan terkumpul dalam pembuluh-pembuluh limfa dan bersatu menjadi pembuluh limfa kanan disebut juga dengan duktus limfatikus dekster. Pembuluh limfa bermuara dipembuluh vena dibawah tulang selangka kanan. Cairan limfa yang berasal dari bagian selain yang bermuara dipembuluh limfa kanan akan bermuara pada pembuluh limfa dada yang disebut dengan duktus toraksikus yang bermuara ditulang selangka kiri.Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian merjan. Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinana halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe didalam jaringan berbagai organ. Sejenis pembuluh limfe khusus, disebut lakteal dijumpai dalam vili usus kecil. Kelenjar limfe berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat disepanjang pebuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai ditempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat didalam leher, axila, torax, abdomen, dan lipatan paha. Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran yang cembung dan yang cekung. Pinggiran yang cekung disebut hilum. Sebuah kelenjar terdiri atas jaringan fibrus, jaringan otot, dan jaringan kelenjar. Disebelah luar, jaringan limfe terbungkus oleh kapsul fibrus. Dari sini keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan fibrus, yaitu trabekulae, masuk kedalam kelenjar dan membentuk sekat-sekat. Runagan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak sel darah putih atau limfosit. Pembuluh limfe aferen menembus kapsul dipinggiran yang cembung dan menuangkan isinya kedalam kelenjar. Bahan ini bercampur dengan benda-benda kecil daripada limfe yang banyak sekali terdapat didalam kelenjar dan selanjutnya campuran ini dikumpulkan pembuluh limfe aferen yang mengeluarkan melalui hilum. Arteri dan vena juga masuk dan keluar kelenjar melalui hilum.Saluran limfe terdapat dua batang saluran limfe yang utama, duktus torasikus dan batang saluran kanan. Duktus torasikus bermula sebagai reseptakulum khili atau sisternakhili didepan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan torax menyimpang kesebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena-vena besar disebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya kedalam vena-vena itu. Duktus torasikus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari bagian yang menyalurkan limfenya ke duktus limfe kanan. Duktus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan isinya kedalam vena yang berada disebelah bawah kanan leher. Hampir semua jaringan tubuh memiliki pembuluh limfatik, kecuali sistem saraf pusat, tulang, dan sebagian besar lapisan superfisial kulit. Suatu infeksi pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang, yang tampak pada pembengkakan kelenjar yang sakit diketiak atau lipat paha dalam hal sebuah jari tangan atau jari kaki terkena infeksi.Adapun fungsi pembuluh limfa yaitu :1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan kedalam sirkulasi darah2. Mengangkut limfosit dan kalenjar limfe ke sirkulasi darah3. Membuat lemak yang sudah diemulsi dari susu ke sirkulasi darah 4. Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme5. Menghasilkan zat antibodi untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi

2.5.3 Organ-Organ dan Jaringan Sistem Limfatik Organ-organ limfoid mencakup sumsum merah, nodus limfa, limpa, timus dan tonsil. Organ limfoid ini berperan untuk mengumpulkan dan menghancurkan mikroorganisme penginfeksi lain di dalam jaringan limfoid.Organ limfoid yaitu : 1) Sumsum merah Sumsum merah mencakup jaringan yang menghasilkan limfosit. Saat dilepaskan dari sumsum merah, sel-sel limfosit masih identik. Perkembangan selanjutnya apakah akan menjadi sel B atau sel T tergantung pada tempat pematangannya. Sel B mengalami pematangan disumsum merah, sedangkan sel T mengalami pematangan ditimus. Kedua jenis limfosit tersebut bersirkulasi di seluruh tubuh dan limfa, kemudian terkonsentrasi dalam limpa, nodus limfa dan jaringan limfatik.

2) Nodus Limfa (Kalenjar Limfa) Nodus limfa merupakan organ yang berbentuk kacang atau oval yang terletak sering berk umpul disepanjang pembuluh limfe. Limfe mengalir melalui sejumlah nodus biasanya 8-10 nodus sebelum kembali ke sirkulasi vena. Nodus ini memiliki berbagai ukuran yaitu sebagian berukuran kecil seperti kepala peniti dan yang paling besar berukuran sebesar almond. Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran yang cembung dan yang cekung. Pinggiran yang cekung disebut hilum. Sebuah kelenjar terdiri atas jaringan fibrus, jaringan otot, dan jaringan kelenjar. Disebelah luar, jaringan limfe terbungkus oleh kapsul fibrus. Dari sini keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan fibrus, yaitu trabekulae, masuk kedalam kelenjar dan membentuk sekat-sekat. Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak sel darah putih atau limfosit. Pembuluh limfe aferen menembus kapsul dipinggiran yang cembung dan menuangkan isinya kedalam kelenjar. Bahan ini bercampur dengan benda-benda kecil daripada limfe yang banyak sekali terdapat didalam kelenjar dan selanjutnya campuran ini dikumpulkan pembuluh limfe aferen yang mengeluarkan melalui hilum. Arteri dan vena juga masuk dan keluar kelenjar melalui hilum. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai ditempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat didalam leher, axila, torax, abdomen, dan lipatan paha. Nodus limfa diselubungi jaringan ikat longgar yang membagi nodus menjadi nodulus-nodulus. Tiap nodulus mengandung ruang-ruang (sinus) yang berisi limfosit dan makrofag. Saat cairan limfa melewati sinus maka makrofag akan memakan bakteri dan mikroorganisme. Fungsi nodus limfe adalah sebagai berikut :1. Filtrasi dan fagositosisCairan limfe difiltrasi oleh jaringan retikular dan limfoid saat melalui nodus limfe. Materi yang mengendap adalah mikroba, fagosit yang hidup dan mati yang berisi mikroba yang dimakan, sel dari tumor ganas, sel jaringan yang rusak, serta partikel yang dihirup. Materi organik dihancurkan di nodus limfe oleh makrofag dan antibodi. Sebagian partikel anorganik yang diinhalasi tidak dapat dihancurkan di nodus limfe oleh fagositosis. Sebagian partikel ini tetap di dalam makrofag dan tidak menyebabkan sel terbunuh atau rusak.2. Proliferasi limfositLimfosit T dan B teraktivasi memperbanyak diri di nodus limfe. Antibodi yang dihasilkan oleh limfosit B terensitisasi masuk kelimfe dan darah lalu mengaliri ke nodus.

3) LimpaLimpa adalah organ limfoid terbesar. Limpa ialah sebuah kelenjar bewarna ungu tua yang terletak disebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri dibawah iga kesembilan sepuluh dan sebelas. Limpa berdekatan paada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Limfa menyentuh ginjal kiri, kelokan kolon dan kiri atas, dan ekor pankreas.Limpa terdiri atas jaringan struktur jaringan ikat. Di antara jalinan-jalinan itu terbentuk isi limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel darah. Limpa dibungkus oleh kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastik dan beberapa serabut otot halus. Serabut otot halus ini berperan seandainya ada sangan kecil bagi fungsi limpa manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk yang disebut trabekulae yang masuk kedalam jaringan limpa dan membaginya dalam beberapa bagian.Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di permukaan dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung kedalam pulpa sehingga darahnya dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan tidak seperti pada organ-organ lain yang dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini tidak terdapat sistem kapiler biasa, tetapi darah langsung berhubungan dengan sel-sel limpa. Darah yang mengalir dalam limpa dikumpulkan lagi dalam sebuah sinus yang bekerja seperti vena dan yang menghantarkan darahnya kedalam cabang-cabang vena. Cabang-cabang ini bersatu dan membentuk vena limpa. Vena ini membawa darahnya dari limpa masuk peredaran gerbang dan diantarkan ke hati.Adapun fungsi limpa, yaitu :1. FagositosisLeukosit, trombosit, dan mikroba difagositosis dilimpa. Tidak seperti nodus limfe, limpa tidak memiliki limpatik aferen yang masuk sehingga limpa tidak terpapar penyakit yang disebarkan oleh limfe.2. Cadangan darahLimpa mengandung 350 ml darah dan dalam merespons terhadap stimulus simpatik dapat dengan cepat mengembalikan volume ini ke sirkulasi, misal pada pendarahan.3. Respons imun Limpa mengandung limfosit B dan T yang diaktivasi oleh keberadaan antigen, missal pada infeksi. Proliferasi limfosit saat infeksi yang serius dapat menyebabkan pembesaran limpa (splenomegali).4. EritropoiesisLimpa dan hati merupakan tempat memproduksi sel darah janin yang penting. Selain itu, limpa juga dapat memenuhi fungsi pada orang dewasa pada saat dibutuhkan.

4) TimusTimus adalah tempat dimana limfosit berkembang menjadi sel T. Kalenjar timus berada dibagian atas mediastinum di belakang sternum dan memanjang keatas hingga dasar leher. Berat kalenjar ini sekitar 10-15 gram pada saat lahir dan tumbuh hingga pubertas, selanjutnya akan mengalami atrofi. Berat maksimum timus saat pubertas adalah 30-40 gram. Timus sekresikan hormon timopoietin yang menyebabkan kekebalan pada sel T. Timus berbeda dengan organ limfoid lainnya karena hanya berfungsi untuk tempat pematangan limfosit T. Selain itu juga, karena timus adalah satu-satunya organ limfoid yang tidak memerangi antigen secara langsung.5) TonsilTonsil adalah organ limfoid yang paling sedarhana. Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe. Letaknya antara dua tiang fauses (lengkung langit-langit) dan mendapat persediaan limfosit melimpah didalam cairan yang ada permukaannya dan yang ada didalam sela-sela tonsil.Sejumlah besar jaringan limfoid masuk kedalam formasi limpa, membran serosa, dan dalam kulit usus halus. Di dalam usus mereka ditampung didalam mukosa(selaput lendir). Di beberapa tempat dijumpai beberapa nudulus jaringan limfe. Khilus sentralis didalam vilus berhubungan dengan pembuluh limfe dalam jaringan submukosa. Dari sini limfe keluar dan akhirnya sampai di reseptakulum khili. Tonsil terdapat dimulut dan tenggorokan, Tonsil juga berfungsi untuk melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan faring. Oleh karena itu antigen dihancurkan dengan ditelan dan diinhalasi.

2.6 Sistem Imun 2.6.1 Pengertian Sistem ImunSistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme padaorganismeyang melindungi tubuh terhadap pengaruhbiologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogenserta seltumor. Imunitas atau sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atausystem imun non spesifikdan imunitas adaptifatau system imun spesifik.Sistem imun non-spesifik yang alami dan sistem imun spesifik. Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia, kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel Tdelayed hypersensitivity.Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang.Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit.Imunitas dibagi menjadi dua, yaitu;1) Imunitas AktifImunitas aktif melibatkan proses prodiksi antibodi dalam tubuh seseorang untuk merespon antigen tertentu. Selain itu, sel B memori dan sel T akan diproduksi dan bereaksi lebih cepat jika terjadi serangan kedua oleh antigen yang sama. Imunitas aktif diperoleh dengan dua cara, yaitu secara alami dan buatan.2) Imunitas PasifImunitas atau kekebalan sementara terhadap suatu antigen karena menerima antibodi dari orang lain.

2.6.2 Mekanisme Kerja HormonKeberadaan mikroba patogen dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak diharapkan akan memicu sistem imun untuk melakukan tindakan dengan urutan mekanisme sebagai berikut : introduksi, persuasi, dan represi.Meskipun komplemen dapat diasosiasikan sesuai artinya, yaitu pelengkap, namun sesungguhnya fungsinya amatlah vital. Faktor komplemen bertugas untuk menganalisa masalah untuk selanjutnya mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya akan diolah dandipecah-pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh. Setelah itu limfosit T bekerja dengan memakan mikroba patogen. Sel limfosit terdiri dari dua spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak akan bermetamorfosa menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan imunoglobulin (G,A,M,D,E), maka sel T akan menjadi divisi T helper, T sitotoksik, dan T supresor.Dalam kondisi yang berat akan terjadi beberapa proses berikut : sel limfosit T akan meminimalisasi efek patogenik dari mikroba patogen dengan cara bekerjasama dengan antibodi untuk mengenali dan merubah antigen dari mikroba patogen menjadi serpihan asam amino melalui sebuah mekanisme yang disebut Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Selain itu sel limfosit T bersama dengan sel NK (Natural Killer) dan sel-sel dendritik dapat bertindak langsung secara represif untuk menghentikan kegiatan mikroba patogen yang destruktif melalui aktivitas kimiawi zatyang disebut perforin. Dalam beberapa kondisi khusus, sel limfosit T dapat memperoleh bantuan dari sel makrofag yang berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC) alias sel penyaji antigen.Sedangkan Sel limfosit B bertugas untuk membangun sistem manajemen komunikasi terpadu di wilayah cairan tubuh (imunitas humoral). Bila ada antigen dari unsur asing yang masuk, maka sel limfosit B akan merespon dengan cara membentuk sel plasma yang spesifik untuk menghasilkan molekul imunoglobulin yang sesuai dengan karakteristik antigen dari unsur asing tersebut.

2.7 Respon Imun 2.7.1 Respon Imun Non-SpesifikRespon imun non spesifik adalah respon imun yang sudah ada sejak lahir, yaitu dengan mekanisme sama setiap individu, lini pertahanan pertama tubuh, didak memiliki target spesifik dan merespon dengan cepat. Contoh dari respon imun spesifik misalnya pda reaksi inflamasi.1) Barrier Fisik, Kimia dan Mekanik 1. Kulit, merupakan lini pertahanan pertama tubuh, karena sifatnya yang impermeable terhadap berbagai bahan. 2. Membrane mukosa, berfungsi menghasilkan mukus, yaitu untuk menjebak mikroba dan partikel asing lainnya. Apabila partikel yang masuk berupa partikel kecil, maka akan sesegara mungkin dikeluarkan dari dalam tubuh, contoh: bersin. Namun apabila partikel yang masuk ke dalam tubuh berukuran besar maka partikel tersebut akan ditelan bersama mukus ke saluran pencernaan untuk dihancurkan dalam proses percernaan. 3. Cairan tubuh beberapa jenis dari cairan tubuh mengandung berbagai jenis antimikroba, contoh: enzim lisosom untuk penghancuran mikroorganisme dalam saliva. 4. Faktor mekanik, yaitu cara lain untuk mengeluarkan partikel asing dengan cara mengeluarkan air mata, saliva dan urine.

2) FagositosisMerupakan garis pertahanan kedua tubuh, dimana proses ini terdiri dari dua proses, yaitu penelanan dan pencernaan mikroorganisme. Agen utama yag berperan dalam proses ini adalah neutrophil dan monosit. Sistem Fagositik Mononuklear atau Retikuloendotial terdiri dari: Makrofag alveolar yang terdepat di paru-paru, Sel Kupffer yang terdapat di hati, Sel Langerhans yang terdapat di epidermis, Mikroglia yang terdapat di system saraf pusat, Sel Mesangial yang terdapat di ginjal dan Sel Retikular yang terdapat di limpa, pembuluh limfe, sumsum tulang, timus.

3) InflamasiMerupakan respon lokal tubuh terhadap suatu infeksi. Gejalanya beruapa merah (rubor), bengkak (tumor), panas (kalor), nyeri (dolor) dan terjadi gangguang pada jaringan atau organ yang terkena inflamasi. Pertahanan oleh makrofagMasuknya bakteri ke jaringan

Vasodilatasi lokal (terjadi setelah munculnya protein histamine, serotonin, dan kinin.

Permeabilitas kapiler meningkat

Edema lokal

Pengisolasian daerah meradang

Proliferasi leukosit

Munculnya neutrophil dan monosit

Penghancuran bakteri

Respon peradangan

Perbaikan jaringan

4) Zat Antivirus dan Antibakteri Dikeluarkan oleh tubuh sebagai perlindungan tubuh terhadap infeksi. Interferon, protein antivirus yang dikeluarkan oleh sel yang terinfeksi virus. Fungsinya adalah untuk menghalangi multiplikasi daripada virus. Jenis interferon ini ada tiga, yaitu: Interferon , diproduksi oleh leukosit yang terinfeksi virus, Interferon , diproduksi oleh fibroblas yang terinfeksi virus dan Interferon , diproduksi oleh 2 jenis limfosit imun.Sistem Komplemen, merupakan sekelompok protein plasma inaktif yang berperan dalam proses meningkatkan system pertahanan tubuh, yaitu dengan mempercepat terjadinya proses fagositosis.

2.7.2 Respon Imun SpesifikRespon imun spesifik melindungi tubuh dari seranfab patogen dan juga mematiskan [ertahanan tubuh tidak berbalik melawan jaringan tubuh sendiri. Respon imun spesifik timbul dari 2 sistem berbeda yang saling bekerja sama, yaitu antibody-mediated immunity ( imunitas yang diperantai antibody) atau disebut juga imunitas humoral, dan cell-mediated immunity ( imunitas yang diperantai sel ).

1) Antibody-Mediated ImmunityRespon imun yang diperantai antibody tidak melibatkan sel, melainkan hanya senyawa kimia yang ndisebut antibody. Antibodi akan menerang bakteri atau virus sebelum patogen tersebut masuk ke dalam sel tubuh, Senyawa tersebut juga bereaksi terhadap zat zat toksin dan protein asing. Antibodi dihasilkan oleh sel kimfosit B dan reaktivasi bila mengenali antigen yang terdaopat pada permukaan sel patogen, dengan pantuan sel limfosit T. Terdapat 3 jenis sel limfosit B, yaitu sebagai berikut:Sel B Plasma : Mensekresikan antibody ke sistem sirkulasi tubuh. Setiap antibody sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel plasma memproduksi antobodi sangat cepat, yaitu sekitar 2000/detik untuk tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat hidup selama 4 5 hari.Sel B Memori : Hidup untuk waktu yang lama dalam darah, Sel tersebut tidak memproduksi antibody, tapi diprogram untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon dengan sangat cepat bila terjadi infeksi keduaSel B Pembelah : Berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel sel limfosit B.Ketika suatu patogen mencoba menyerang tubuh untuk pertama kalinya, masing masing antigen yang dimiliki patogen tersebut akan mengativasikan satu sel B, yang akan membelah dengan sangat cepat untuk membetuk populasi sel yang besar. Semua sel baru tersebut adalah identik (disebut klon) dan mereka semua kemudian mensekresikan antobodi yang spesifik terhadap patogen yang sebagai menyerang tersebut. Aksi antibody terhadap antigen adalah sebagai berikut; menyebabkan antigen saling melekat ( aglutinasi ) lalu menstimulasi fagositosis oleh neutrophil serta berperan sebagai antitoksin dan menyebabkan pengandapan toksin bakteri dan mencegah bakteri patogen melekat pada membran sel tubuh. Setelah infeksi berakhir, sel B yang mensekresi antibody akan mati. Serangkaian respon terhadap patogen tersebut dinamakan respon imun primer. Meskipun demikian, sel sel B memori yang telah mengingat pantogen yang menginfeksi, masih tetap hidup untuk beberapa tahun dalam tubuh. Jika patogen yang salama berusaha menginfeksi kembali, sel B tersebut membelah dengan sangat cepat ,menghasilkan sel - sel aktif dalam jumlah yang lebih besar lagi, yang semuanya memiliki kemampuan mensekresi antobodi spesifik. Respon tersebut dinamakan respon imun sekunder, dan merupakan respon yang jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan respon imun primer.

2) Cell-Mediated Immmunity Cell-mediated immunity adalah respon imun yang melibatkan sel sel yang menyeran langsung organism easing. Sel ang terlibat adalah sel limfosit T, yang ketika teraktifasi akan mematikan beberapa organisme. Namun, kebanyakan menyerang sel tubuh yang terinfeksi. Tubuh menggunakan respon imun tersebut untuk berhadapan dengan parasit multiseluler , fungi, sel sel kanker , dan walaupun tidak menguntungkan juga menyerang jaringan atau organ transplan yang dianggap sel asing. Ketika suatu patogen menginfeksi tubuh untuk pertama kalinya, setiap antigen yang terdapat pada permukaan patogen akan menstimulasi 1 sel limfosit T untu membentuk klon. Beberapa klon akan mwnjadi sel sel memori yang tetap bertahan dalam tubuh untuk mempersiapkan respon imun sekunder bila terjadi infeksi lagi oleh patogen yang sama. Klon yang lainnya akan berkembang lagi menjadi salah satu dari 3 jenis sel T berikut, yaitu:Sel T Pembantu (helper T cell) : Sel T membantu atau mengontrol komponen respon imun spesifik lainnya. Sel T helper menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibody, mengatifasi makrofag untuk segara bersiap memfagositosit patogen dan sisa sisa sel. Sel T Pembunuh (killer T cell) : Sel T sitotosik, menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel sel patogen yang relatif besar ( misalnya parasit ) secara langsung. Kedua sel saling berhadapan, membran bertemu dengan membran dan sel T killer akan melubangi lawannya. Sel yang ternfeksi atau sel parasit akan kehilangan sitoplasmanya dan mati.Sel T supresor (Suppresor T cell) : berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun. Mekanisme tersebut diperlukan ketika infeksi telah berhasil diatasi. Mekanisme tersebut penting sebab jika tubuh terus menerus memproduksi antobodi dan menstimulasi sel B dan sel T untuk terus membelah bahkan ketika tidak dibutuhkan, komponen sistem imun tersebut daoat merusak jaringan tubuh sendiri.

2.8 Gangguan pada Sistem dan Organ Limfoid 2.8.1 ImunodefisiensiDapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel fagositik.1) Imunodefisiensi PrimerMerupakan kelainan langka yang penyebabnya bersifat genetik. Gejala biasanya timbul pada awal kehidupan setelah perlindungan oleh antibodi maternal menurun. Tanpa terapi yang tepat, bayi dan anak-anak yang menderita kelainan ini jarang dapat bertahan hidup sampai usia dewasa.Kelainan pada sel-sel fagositik akan bermanifestasi dalam bentuk peningkatan insidensi infeksi bakterial. Selain bakteri, pasien dapat pula terinfeksi virus.Contoh dari imunodefisiensi primer ini adalah sindrom bruton, yaitu semua jenis antibodi menghilang dari dalam plasma pasien.2) Imunodefisiensi SekunderImunodefisiensi sekunder lebih sering dijumpai dibandingkan defisiensi primer dan kerap kali terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang mendasarnya atau akibat dari terapi ini. Penyebab umum imunodefisiensi sekunder adalah malnutrisi, stres kronik, luka bakar, uremia, diabetes melitus, kelainan autoimun tertentu, kontak dengan obat-obatan serta zat kimia yang imunotoksik.Contoh dari imunodefisiensi sekunder ini adalah AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang disebabkan oleh HIV.2.8.2 Gangguan pada Jaringan LimfoidMacam dari gangguan limfoid ini misalnya kanker kelenjar getah bening dan tonsilitis.Biasanya disebabkan oleh; faktor genetik, sistem kekebalan tubuh yang mengalami penurunan, racun atau radikal bebas yang ada pada lingkungan maupun makanan serta pengawet makanan, terlalu sering mengonsumsi minuman beralkohol, kurang minum air putih, gaya hidup yang tidak sehat, infeksi yang disebabkan oleh antigen seperti bakteri dan virus dan inflamasi.

BAB IIIPEMBAHASAN

Tonsilitis merupakan salah satu hasil respon imun yang terjadi di tonsil palatina yang ditandai dengan adanya inflamasi pada tonsil palatina. Respon ini dihasilkan akibat infeksi viral dari serangan GABHS (Group A beta-hemolitik Streptococcus). GABHS lebih sering menyerang anak-anak pada rentang usia 5-15 tahun dibandingkan orang dewasa yang hanya memiliki persentase terserang sebesar 10-20%. Secara pemeriksaan klinis, orang yang mengalami tonsilitis memiliki beberapa ciri, yaitu adanya hyperaemic dan pembengkakan pada tonsil palatina, uvula, dasar lidah, dan dinding pharingeal dan akibat dari pembengkakan tersebut tonsil palatina memiliki bentuk yang abnormal dengan lipatan bidang kecil berwarna putih.

Gambar 1. TonsilitisTonsilitis terbagi atas dua macam, yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronis. Gejala yang dialami pasien, baik tonsilitis akut maupun tonsilitis kronis, secaraumum sama, yaitu demam, menggigil, sakit tenggorokan, halitosis, dysphagia, odynophagia, dan rasa nyeri pada sudut rahang bawah hingga mencapai telinga. Namun, apabila tonsilitis kronis ditandai juga dengan adanya tonsilitis yang berulang terjadi dan servikal nodus yang menjadi lebih lunak. Kedua macam tonsilitis tersebut merupakan hasil dari serangan polimikroba bakteri, yaitu seperti group A beta-hemolitic Streptococcus, Streptococcus viridian, Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, dan Bacteroides. Tonsilitis kronis yang berulang dapat diakibatkan pula karena beberapa faktor predisposisi, yaitu rangasangan kronik (rokok, makanan), kebersihan mulut yang kurang, pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, dan suhu yang berubah), alergi (iritasi kronik), keadaan umum (kurang gizi dan kelelahan fisik), dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak sesuai.Serangan GABHS dapat menyebabkan penyakit komplikasi. Komplikasi ini terbagi dua jenis, yaitu komplikasi suppurative dan komplikasi non-suppurative. Komplikasi nonsuppurative akibat serangan GABHS terdiri dari scarlet fever, demam rematik akut, dan glomerulonephritis post-streptococcus. Sedangkan, komplikasi suppurative dari serangan GABHS terdiri atas peritonsillar, abses daerah tenggorokan, hingga selulitis parafaringeal dan retrofaringeal. Dari kedua komplikasi tersebut, komplikasi suppurative serangan GABHS merupakan komplikasi yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan kematian pada penderita akibat selulitis parafaringeal dan retrofaringeal.

Penanganan untuk tonsilitis dapat dilakukan dengan :1) Mengonsumsi nutrisi dan minum air yang cukup karena dapat meningkatkan kondisi sel-sel tubuh untuk penyembuhan tonsilitis tahap awal.2) Pemberian analgesik untuk demam dan antipyretic untuk menurunkan rasa sakit.3) Pemberian penisilin, namun hanya efektif apabila bakteri yang menyerang adalah Streptococcus tonsilitis.4) Pemberian antibiotik untuk melawan serangan GABHS sehingga :a. Mencegah demam rematik akutb. Mencegah komplikasi suppurativec. Mengurangi gejala yang dialamid. Memulihkan pasien dari tonsilitis sehingga mencegah transmisi GABHS kepada orang lain.5) Tonsilektomi, yaitu pengangkatan tonsil palatina. Pilihan ini diambil kepada pasien yang mengalami tonsilitis kronis lebih dari 3 bulan, saluran respirasi yang terganggu, kesulitan menelan, dan indikasi klinis lainnya. Dari beberapa kasus tindakan yang telah dilakukan, pengangkatan tonsil tidak memiliki dampak yang besar bagi sistem imun lokal pada daerah rongga tenggorokan karena fungsi tonsil yang diangkat akan digantikan dengan tonsil lain di sekitarnya. Namun, operasi tonsilektomi kepada anak-anak masih diperdebatkan mengenai keuntungan hilangnya dan sumber infeksi dengan kerugian hilangnya sumber pertahanan lokal maupun sistemik saat masa pertumbuhan dan perkembangan.

BAB IVKESIMPULAN

Berdasarkan kasus pasien bernama Toni Silitonga, yang dimana mengalami gejala seperti demam berulang, sulit bernapas, sulit menelan dan mulut berbau busuk, dapat dinyatakan bahwa pasien menderita Tonsillitis Kronis.Tonsilitis merupakan salah satu hasil respon imun yang terjadi di tonsil palatina yang ditandai dengan adanya inflamasi pada tonsil palatina. Respon ini dihasilkan akibat infeksi viral dari serangan GABHS (Group A beta-hemolitik Streptococcus). GABHS lebih sering menyerang anak-anak pada rentang usia 5-15 tahun dibandingkan orang dewasa yang hanya memiliki persentase terserang sebesar 10-20%. Secara pemeriksaan klinis, orang yang mengalami tonsilitis memiliki beberapa ciri, yaitu adanya hyperaemic dan pembengkakan pada tonsil palatina, uvula, dasar lidah, dan dinding pharingeal dan akibat dari pembengkakan tersebut tonsil palatina memiliki bentuk yang abnormal dengan lipatan bidang kecil berwarna putih.Penanganan untuk pasien Toni Silitonga dapat dilakukan dengan mengonsumsi nutrisi dan minum air yang cukup karena dapat meningkatkan kondisi sel-sel tubuh untuk penyembuhan tonsilitis tahap awal, dan memberikan analgesik untuk demam dan antipyretic untuk menurunkan rasa sakit, pemberian antibiotik dan tonsilektomi.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, dkk. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:EGC.Bailey, B.J. dan Johnson J.T. 2006. Head and Neck Surgery. Edisi 4. Philadelphia: Lippinscott Williams Wilkins Publisher.Sharav, Yair dan Rafael Benoliel. 2008. Orofacial Pain and Headache. Philadelphia: Mosby.Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula: Jakarta. EGCSubowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta: Bumi AksaraSubowo .1981. Histologi Khusus. Bandung : Universitas Padjajaran.