IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN...

16

Transcript of IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN...

Page 1: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI
Page 2: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI
Page 3: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI

PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI INDONESIA*

Oleh : Lastuti Abubakar

I. Pendahuluan

Berlakunya Undang-Undang No : 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Undang-

Undang No : 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang ( UU SRG) yang di

dalamnya mengatur Jaminan Resi Gudang sebagai pranata jaminan kebendaan

baru, dan PP No 78 Tahun 2010 Tentang Penjaminan Infrakstruktur Dalam Proyek

Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha

Penjaminan Infrastruktur1 yang memunculkan PT Perjaminan Infrastruktur sebagai

penjamin dalam kerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 2, serta berkembangnya objek dan lembaga

penjaminan dalam aktivitas ekonomi, telah mengubah peta hukum jaminan di

Indonesia. Dapat dikatakan, hukum jaminan Indonesia mengalami perkembangan

yang sangat pesat, baik kelembagaan, subjek maupun objek jaminan.

Undang-undang SRG misalnya, secara tegas menyebutkan bahwa Jaminan

Resi Gudang merupakan lembaga jaminan kebendaan baru, sejajar dengan jaminan-

jaminan kebendaan yang sudah ada seperti Hak Tanggungan, Hipotik, Gadai dan

Fidusia.3 Hal ini menimbulkan perbedaan pendapat mengenai kedudukan jaminan

resi gudang sebagai jaminan kebendaan baru mengingat bahwa UU SRG tidak

mengatur tentang jaminan, namun mengatur Sistem Resi Gudang , yang

didalamnya mengatur Resi Gudang sebagai objek jaminan, sebagai bagian dari

sistem resi gudang. Selain itu, munculnya berbagai lembaga Penjaminan dalam

aktivitas ekonomi seperti PT Penjamin Infrastruktur,Lembaga Penjamin Simpanan

dan Penjamin Kredit di Perbankan, Lembaga Kliring dan Penjaminan baik di Pasar

Modal maupun Bursa Berjangka turut mewarnai perkembangan hukum Jaminan di

Indonesia, khususnya perkembangan jaminan perorangan atau penanggungan

*Tulisan ini dimuat dalam buku Mieke Komar Kantaatmadja, Perkembangan Hukum Di Indonesia; Tinjauan Retrospeksi dan Prospektif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2012 1 Berdasarkan PP No : 35 Tahun 2009 Tentang Penyertaan Modal Negara RI untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Penjaminan Infrastruktur. Pembentukan PT Penjaminan Infrastruktur ini tidak dapat dipisahkan dari PP No : 13 tahun 2010 tentang Perubahan PP No : 67 tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Selanjutnya PT Penjaminan Infrastruktur ini 2 Lihat Peraturan pemerintah No : 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. 3 Penamaan Undang-undang No : 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan Undang-undang No : 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (UU SRG) menjadi salah satu alasan bahwa jaminan Resi Gudang bukanlah jaminan kebendaan baru, mengingat UU SRG tidak ditujukan untuk mengatur secara khusus jaminan SRG, melainkan mengatur tentang sistem resi gudang.

Page 4: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

sebagaimana diatur dalam Pasal 1820- Pasal 1850 KUHPerdata4 . Terdapat

anggapan bahwa eksistensi lembaga penjamin tersebut bukanlah pengembangan

dari penanggungan sebagaimana halnya corporate guarantee atau bank guarantee.

Penulis dapat memahami perbedaan pendapat tersebut mengingat perkembangan

jaminan dalam praktik tidak diikuti oleh pembaruan hukum jaminan, khususnya

hukum perdata sebagai aturan umum (lex generalis), sehingga menimbulkan

keraguan terhadap eksistensi pranata jaminan dan lembaga tersebut. Hal ini tentu

berdampak terhadap jaminan kepastian dan perlindungan hukum bagi para kreditor.

Jaminan kepastian hukum bagi kreditor ini menjadi urgen mengingat jaminan

berfungsi untuk memberikan kepastian hukum bagi kreditor (pihak yang berpiutang)

bahwa debitor ( pemilik utang) akan melaksanakan kewajibannya atau membayar

utang-utangnya5. Oleh karena itu, keberadaan jaminan dalam hubungan hukum

timbal balik , khususnya dalam transaksi bisnis hampir dapat dipastikan, selalu

diperjanjikan oleh para pihak . Eksistensi dan fungsi jaminan ini sangat mudah

diidentifikasi dalam aktivitas bisnis khususnya dalam kredit perbankan dan

pembiayaan, transaksi perdagangan dan kontrak-kontrak bisnis lainnya dengan

membuat perjanjian jaminan atau guarantee agreemeent.6

Hukum membedakan jaminan menjadi jaminan umum dan jaminan khusus.

Dimaksudkan dengan jaqminan umum adalah jaminan yang diberikan oleh undang-

undang dan jaminan khusus adalah jaminan yang diperjanjikan oleh para pihak dan

dituangkan dalam perjanjian jaminan 7. Dalam praktik, jaminan kebendaan lebih

disukai oleh para kreditor mengingat tersedianya benda tertentu yang disendirikan

guna menjamin pelunasan utang debitor. Sifat kebendaan yang melekat pada

jaminan kebendaan memberikan kedudukan yang kuat bagi kreditor, yakni

kekuasaan langsung terhadap benda jaminan dan hak tersebut dapat dipertahankan

4 Penanggungan atau borgtoch adalah jenis perjanjian bernama yang diatur dalam Buku III KUHPerdata, yang pada prinsipnya perjanjian antara penanggung dengan kreditor, yang objeknya adalah kesanggupan pihak penanggung untuk menjamin dalam hal debitor tidak sanggup membayar atau wanprestasi, maka penanggung akan membayar melakukan prestasi debitor. 5 Berdasarkan terminology hukum, utang diartikan sebagai kewajiban (prestasi) debitor baik yang timbul dari perjanjian maupun undang-undang. Secara tegas pengertian utang dalam arti luas tersebut dapat dilihat dalam Undang-undang No : 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 6 Wijmeersh. E.O, Bank Guarantees on First Demand Under Belgian Law dalam Hague- Zagreb Essays 6 on The Law of International Trade- Credit And Guarantee Financing Transfer of Technology, TMC Asser Institut- Martinus Nijhoff Publishers, Netherlands, 1987, hlm. 92. 7 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia –Pokok Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 1980,hlm.44. lihat pula Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Jaminan, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2008, hlm. 77, yang membedakan jaminan dari

Page 5: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

terhadap siapapun.8 Dalam hal debitor tidak melaksanakan kewajiban baik yang

timbul dari perjanjian maupun perbuatan melawan hukum, maka kreditor dapat

mengeksekusi sesuai ketentuan yang berlaku dan mengambil pelunasan dari objek

jaminan tersebut.

Sejalan dengan perkembangan aktivitas bisnis, kebutuhan terhadap kepastian dan

perlindungan hukum dalam bertransaksi semakin menguat. Para pengelola dana

seperti perbankan dan lembaga pembiayaan atau pemilik dana (investor) yang ingin

berinvestasi senantiasa berharap bahwa dana yang dikucurkan dan return yang

diharapkan dijamin kepastiannya akan diterima. Khusus bagi dunia perbankan dan

lembaga pembiayaan, fungsi intermediary mengharuskan mereka menyalurkan

kredit/pembiayaan sebanyak-banyak nya tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian

(prudential banking principle). Salah satu wujud kepatuhan terhadap prinsip tersebut,

sebelum memberikan kredit/pembiayaan, diperlukan analisa9 terhadap beberapa

faktor, antara lain ketersediaan collateral atau jaminan. Saat ini perbankan/lembaga

pembiayaan berpeluang menyalurkan dana bagi para pelaku agribisnis dengan

jaminan resi gudang. Undang undang Resi Gudang mengatur perihal hak kreditor

dan mekanisme eksekusi jaminan Resi Gudang dalam hal debitor wanprestasi.

Namun di sisi lain , masih banyak anggapan bahwa jaminan resi gudang bukan

merupakan jaminan baru , melainkan jaminan kebendaan yang objeknya adalah

surat berharga Resi Gudang, sehingga cukup menggunakan gadai10 atau fidusia 11,

mengingat ke 2 pranata jaminan tersebut memberikan kemungkinan bagi surat

berharga, termasuk Resi Gudang untuk menjadi objek jaminan.

Sejalan dengan perkembangan jenis jaminan kebendaan dengan munculnya jaminan

Resi Gudang, muncul pertanyaan lainnya, apakah lembaga-lembaga penjaminan,

khususnya lembaga penjaminan infrastruktur yang dibentuk oleh pemerintah untuk

menjamin para investor dapat dikatagorikan sebagai pengembangan dari jaminan

8 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1974, hlm. 96. Lihat pula Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm . 236. 9 Dalam praktik pemberian kredit/pembiayaan perbankan, analisa dalam pemberian kredit diatur dalam Pasal 8 dan penjelasan Pasal 8 UU Perbankan ( UU no : 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU no : 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan), yang mengatur bahwa dalam hal debitor beriktikad baik dan mempunyai kemampuan membayar Bank dapat memberikan kredit. Selain itu, Bank wajib melakukan analisa terhadap character, capital, capacity, collateral dan condition of economic ( the 5 C’s analysis of credit) 10 Gadai adalah jaminan kebendaan yang objeknya berupa benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud. Berdasarkan Pasal 1152 KUHPerdata, benda bergerak tidak beruwjud meliputi juga surat berharga. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 1152 KIUHperdata, Benda jaminan gadai harus selalu berada dalam penguasaan kreditor. 11 Berdasarkan Pasal 1 sub 1 UU No : 42 tahun 1999 tentang Fidusia, berbeda dengan syarat sahnya gadai, dapat disimpulkan bahwa objek jaminan fidusia tetap dalam penguasaan debitor. Selanjutnya Pasal 1 sub 2 UU Fidusia mencakup juga surat

Page 6: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

perorangan seperti halnya corporate guarantee atau bank guarantee? Ke dua

permasalahan tersebut menarik untuk dicermati dari sudut pandang hukum,

khususnya kesiapan hukum dalam mengantisipasi perkembangan hukum jaminan

dalam praktik.

II. PENGATURAN HUKUM JAMINAN DI INDONESIA

Hukum jaminan merupakan bagian dari hukum perdata, khususnya bagian

dari hukum benda dan hukum perikatan sebagaimana diatur dalam buku II dan buku

III KUHPerdata. Berbeda dengan Buku III KUHPerdata yang menganut sistem

terbuka 12, maka buku II KUHPerdata menganut sistem tertutup 13. Hal ini berarti

tidak diperkenankan menciptakan hak kebendaan baru selain yang sudah diatur

dalam KUHPerdata, termasuk hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan,

kecuali berdasarkan undang-undang. Pitlo dan Hofmann sepakat bahwa selain yang

disebutkan oleh Undang-undang, tidak ada hak kebendaan lain.14 Berdasarkan

pendapat tersebut maka pengaturan hukum jaminan di Indonesia harus diwadahi

oleh Undang-undang. Dalam perkembangannya pengaturan hukum jaminan

kebendaan di luar KUHPerdata dapat ditemukan dalam bentuk Undang-undang yang

mengatur jaminan kebendaan selain Gadai dan Hipotik, yakni UU Hak Tanggungan

15, UU Fidusia16 dan UU Sistem Resi Gudang.

Saat ini pengaturan hukum jaminan di Indonesia tersebar dalam beberapa

aturan. Jaminan umum diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata, sedangkan

jaminan khusus berupa jaminan perorangan diatur Buku III KUHPerdata tentang

perjanjian penanggungan( borgtoch). Jenis jaminan perorangan ini bahkan sudah

dikenal sebelum abad modern dalam lapangan hukum keluarga ketika seorang istri

menjamin utang suami, dan dituangkan dalam contract of guarantee.17 dan dalam

perkembangannya diperjanjikan oleh para pihak sesuai kebutuhan. Dalam praktik,

12 Sistem terbuka buku II KUHPerdata mengacu pada asas kebebasan berkontrak yang di atur dalam Pasal 1338 ayat (1) dan Pasal 1319 KUHPerdata, yang memberikan kebebasan bagi para pihak untuk membuat perjanjian-perjanjian di luar KUHPerdata, sepanjang memenuhi syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata. Di samping itu, seluruh ketentuan dalam buku III KUHPerdata berlaku untuk perjanjian-perjanjian yang di buat para pihak . Dalam literatur perjanjian yang demikian disebut perjanjian tidak bernama (onbenoemde overeenskomsten). Lihat Riduan Syahrani, Seluk Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 212. 13 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, cet. VI, 1979, hlm . 13 14 J. Satrio, Hukum jaminan- Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 7 15 Undang-Undang Nomor : 4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah dan Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah. 16 Undang-Undang Nomor : 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia. 17 James O Donovan & john Phillips, The Modern Contract of Guarantee, The Law Book Company Limited, Sidney, 1985, hlm.14.

Page 7: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

jaminan perorangan berkembang dengan digunakannya corporate guarantee dan

bank guarantee yang dituangkan dalam perjanjian jaminan. Perkembangan jaminan

perorangan dalam bentuk corporate guarantee di Indonesia dipertegas dengan

hadirnya PT Penjaminan Infrastruktur yang sengaja dibentuk untuk memberikan

jaminan kepastian investasi bagi para investor yang berinvestasi di Indonesia. Pasal

1 Angka 1 PP No : 78 Tahun 2010 secara tegas mengatur bahwa penjaminan

infrastruktur adalah pemberian jaminan atas kewajiban finasial penaggung jawab

Proyek Kerjasama yang dilaksanakan berdasarkan perjanjian jaminan. Hal ini berarti

PT Penjaminan akan bertindak sebagai penanggung (borg). Hal ini berarti, hukum

jaminan perorangan di Indonesia bertransformasi menjadi corporate guarantee.

Selanjutnya, jaminan kebendaan berupa hipotik dan gadai di atur dalam buku II

KUHPerdata. Berlakunya Undang-undang No : 4 Tahun 1996 Tentang Hak

tanggungan atas Tanah dan Benda-benda yang Terkait dengan Tanah, mencabut

ketentuan dalam Buku II Tentang Hipotik atas benda tidak bergerak tanah dan

bangunan di atas tanah. Dengan demikian, hipotik hanya mengatur jaminan yang

objeknya benda tidak bergerak selain tanah .Lebih lanjut, berlakunya Undang-

undang No : 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia, menyudahi kontroversi praktik

Fiduciaire Eigendom Overdracht, yang selama ini dilakukan berdasarkan kebutuhan

praktik. Semula jaminan Fidusia pun dipertanyakan eksistensinya sebagai jaminan

kebendaan mengingat jaminan Fidusia tidak diwadahi oleh Undang-undang.

Dengan demikian, saat ini pengaturan hukum jaminan kebendaan di Indonesia

bertambah dengan hadirnya jaminan Resi Gudang.

III. PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN DI INDONESIA

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, perkembangan hukum jaminan di

Indonesia ditandai dengan munculnya jaminan kebendaan Resi Gudang, dan

semakin banyak digunakannya mekanisme perjanjian penanggungan dalam bentuk

corporate guarantee dalam berbagai aktivitas bisnis. Selain perkembangan pranata

jaminan kebendaan dan perorangan, dalam praktik banyak ditemukan perkembanga

n objek jaminan kebendaan. Sebagai contoh hak manfaat atas suatu benda 18, hak

sewa atau hak pakai atas benda, piutang yang akan ada 19, efek berbentuk opsi atau

18 Lihat UU No : 19 Tahun 2008 Tentang SUrat Berharga Syariah Negara. Dalam praktik penerbitan SBSN atau sukuk berbasis akad ijarah, maka asset yang dialihkan dari penerbit kepada investor adalah hak manfaat atas asset. 19 Piutang merupakan hak yang bersifat relative (persoonlijk), sehingga tdak memiliki sifat absolute dan tidak dapat dipertahankan kepada siapapun kecuali pihak yang terikat dalam perjanjian.

Page 8: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

kontrak berjangka , saham PT yang tidak dicetak 20, bahkan Surat Keputusan

Pengangkatan sebagai anggota DPR. Sangat menarik mencermati perkembangan

objek jaminan dalam praktik saat ini, mengingat objek-objek tersebut secara yuridis

tidak diakomodasikan dalam sistem hukum benda di Indonesia.

Dengan demikian, perkembangan hukum jaminan di Indonesia secara garis besar

dapat dipetakan sebagai berikut :

a. PT Penjamin Infrastruktur sebagai salah bentuk perkembangan

penanggung dalam jaminan perorangan

Jaminan perorangan yang diatur dalam Pasal 1820 – Pasal 1850 KUHPerdata ,

dalam praktik mengalami perkembangan dengan hadirnya jaminan perusahaan

corporate guarantee) dan jaminan Bank (Bank Guarantee). Ke dua bentuk

jaminan perorangan ini dalam praktik didasarkan pada perjanjian para pihak.

Khusus untuk bank guarantee selain tunduk pada perjanjian para

pihak,KUHPerdata, juga tunduk pada ketentuan Perbankan 21. Sementara itu,

terhadap corporate guarantee berlaku perjanjian para pihak, KUHPerdata dan

asas-asas dalam hukum korporasi .22

Berlakunya UU No : 78 Tahun 2010 Tentang Penjaminan Infrastruktur

melahirkan lembaga jaminan perorangan berbentuk corporate guarantee yakni

PT Penjamin Infrastruktur sebagai badan usaha yang diberi tugas khusus untuk

melaksanakan penjaminan infrastruktur . Penulis berpendapat dan

menyimpulkan dari regulasi yang terkait dengan eksistensi lembaga penjaminan

ini , bahwa PT Penjamin Infrastruktur merupakan perkembangan dari jaminan

perorangan dan karenanya dapat mengacu pada Buku III Tentang Perjanjian

penanggungan sebagai lex generalis. Pendapat ini didasarkan pada beberapa

hal :

1. Mekanisme penjaminan ini dituangkan dalam kesepakatan tertulis yang

memuat hak dan kewajiban antara penjamin dan penerima jaminan dalam

rangka penjaminan infrastruktur. Secara khusus, PT Penjamin Infrastruktur

ditujukan untuk memberikan kepastian hukum bagi para investor dalam

20 Dimaksudkan dengan saham PT dalam tulisan ini bukan saham yang diperdagangkan di pasar modal yang menganutscripless trading system 21 Lihat Surat Keputusan direksi Direksi Bank Indonesia tertanggal 18 Maret 1992 Tentang Pemberian Garansi Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia No : 3/7/UKU tertanggal 18 Maret 1991 Tentang Pemberian Bank Garansi oleh Bank. 22 Pengertian korporasi di Indonesia ditafsirkan secara luas yakni mencakup kelompok terstruktur yang terdiri dari 3 orang atau lebih , yang eksistensinya untuk waktu tertentu, dan bertindak dengan tujuan melakukan satu atau lebih tindak pidana yang diatur daalm undang-undang ini dengan tujuan memperoleh keuntungan finasial atau non financial baik secara langsung maupun tidak langsung. Lihat Pasal 6 UU Tindak Pidana Pencucian Uang.

Page 9: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur

terkait dengan perluasan dan percepatan pembangunan ekonomi Indonesia.

Hal ini sejalan dengan Fungsi penjaminan secara umum.

2. PT Penjamin Infrastruktur sebagai penjamin mempunyai hak regres, yaitu hak

untuk menagih debitur (dalam hal ini penanggung jawab proyek Kerjasama)

atas apa yang telah dibayarkannya kepada penerima jaminan dalam rangka

memenuhi kewajiban financial penanggung jawab proyek kerjasama dengan

memperhitungkan nilai waktu dari uang yang dibayarkan tersebut (time value

of money).23 Hak regres atau subrogasi ini menjadi ciri yang melekat dalam

jaminan perorangan.

Ke dua hal tersebut di atas memenuhi syarat untuk dibuatnya perjanjian

penanggungan sebagaimana di atur dalam Pasal 1820 KUHPerdata Tentang

perjanjian penanggungan (borgtocht), dan secara teori dapat digolongkan

sebagai Jaminan Perusahaan (corporate guarantee). Dalam praktik bisnis,

selain PT Penjamin Infrastruktur, masih banyak lagi kehadiran pranata jaminan

perusahaan yang digunakan. Adakalanya perkembangan bentuk jaminan

perorangan ini diikuti dengan memasukkan unsure lainnya, seperti mekanisme

asuransi.24

b. Perkembangan pranata jaminan kebendaan Resi Gudang.

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pengaturan jaminan Resi Gudang

dalam UU SRG berlebihan, dengan pemikiran bahwa masih dapat digunakan

jaminan yang sudah ada yakni Gadai atau Fidusia. Penulis sependapat bahwa

sepanjang dapat dimasukkan dalam katagori Gadai atau Fidusia, sebaiknya tidak

dibuat jaminan kebendaan baru. Oleh karena itu, sebelum memutuskan apakah

Jaminan Resi Gudang dapat diakui sebegai jaminan kebendaan baru ada

baiknya dilihat perbedaan antara jaminan Resi Gudang dengan Gadai dan

Fidusia. Apakah memang jaminan Resi Gudang memenuhi criteria salah satu

pranata jaminan tersebut. Berikut beberapa perbedaan antara jaminan Resi

Gudang dengan Gadai dan Fidusia :

23 Lihat Pasal Pasal 1 Angka 20 Peraturan Presiden No : 78 tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha. 24 Lihat pula UU No :T entang Lembaga Penjamin Simpanan yang mengatur kedudukan Lembaga Penjamin Simpanan dalam aktivitas perbankan, yang berfungsi sebagai lembaga yang menjamin simpanan nasabah selaku kreditur Bank. Lihat Pula UU No : 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang mengatur kedudukan Lembaga Kliring dan Penjaminan, yang salah satu fungsinya adalah menjamin bahwa para pihak dalam transaksi akan melakukan kewajiban dan mendapatkan haknya.

Page 10: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

1. Para Pihak dalam perjanjian Jaminan Resi Gudang adalah Debitor sebagai

pemegang surat berharga Resi Gudang, yang merupakan pemilik barang di

gudang dan kreditor (perbankan atau lembaga pembiayaan) sebagai

penerima jaminan resi gudang . Selain para pihak dalam perjanjian jaminan

yang dibuat, mekanisme jaminan resi gudang melibatkan juga pengelola

gudang yang melakukan penyimpanan, pemeliharaan, dan pengawasan

barang yang disimpan oleh pemilik barang serta menerbitkan resi gudang;

Pusat Registrasi Resi Gudang yang berfungsi melakukan penatausahaan

Resi Gudang yang meliputi pencatatan, penyimpanan, pemindahbukuan

kepemilikan, pembebanan hak jaminan, pelaporan serta penyediaan sistem

dan jaringan informasi; dan Lembaga Jaminan Resi Gudang yang menjamin

hak dan kepentingan pemegang Resi Gudang atau penerima hak jaminan

dari kegagalan , kelalaian dan ketidakmampuan pengelola gudang dalam

melaksanakan kewajibannya dalam menyimpan dan menyerahkan barang.

Keberadaan seluruh lembaga-lembaga tersebut merupakan satu kesatuan

dalam sistem resi gudang.

2. Objek Jaminan resi Gudang adalah surat berharga Resi Gudang, yang

memberikan hak kebendaan pada pemilik/pemegangnya terhadap barang di

gudang. Hal ini mirip dengan jaminan Fidusia atas efek yang diperdagangkan

di bursa efek, atau piutang (hak tagih). Perbedaannya dengan Fidusia adalah

bahwa dalam jaminan resi Gudang, objek jaminan yaitu Resi Gudang harus

diserahkan atau berada dalam penguasaan kreditor. Mekanisme ini mirip

dengan Gadai surat berharga.

3. Perjanjian jaminan resi gudang harus dituangkan dalam Akta Perjanjian Hak

Jaminan dan diberitahukan sebagai Hak Jaminan kepada Pusat Registrasi

dan Pengelola Gudang. Hal ini tidak diperlukan dalam Gadai Surat Berharga

lainnya.

4. UU Resi Gudang mengakui Hak-hak kebendaan yang diberikan kepada

penerima jaminan resi gudang sama halnya dengan jaminan kebendaan lain,

seperti hak yang bersifat absolute, memiliki droit de suite dan droit de

preference.

5. Jaminan Resi Gudang diatur secara khusus, dan tunduk pada mekanisme

penjaminan dan eksekusi yang diatur dalam UU SRG, dan tidak pada

ketentuan Gadai pada Buku II KUHPerdata. Demikian pula halnya dengan

UU Fidusia, tidak dapat diterapkan secara utuh bagi jaminan Resi Gudang.

6. Mengingat jaminan Resi Gudang memiliki unsur-unsur khas yang tidak

dimiliki oleh Gadai dan Fidusia, maka selama diatur dalam Undang-undang

Page 11: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

khusus dan memiliki sifat-sifat kebendaan, secara teori resi gudang dapat

diterima sebagai jaminan kebendaan baru.

Penulis cenderung berpendapat, sangat sulit bagi jaminan Resi Gudang untuk

memilih salah satu dari jaminan yang telah ada yakni Gadai atau Fidusia mengingat

terdapat hal-hal khusus yang harus ada dalam jaminan Resi Gudang. Berdasarkan

pemikiran tersebut, penerimaan jaminan Resi Gudang sebagai pranata jaminan

kebendaan baru bukanlah hal yang tidak mungkin. Hukum perlu mengantisipasi

perkembangan dalam praktik yang tujuan dan manfaatnya jelas.25 Penerimaan

jaminan Resi Gudang sebagai pranata jaminan kebendaan baru sangat bermanfaat

bagi perbankan dan lembaga pembiayaan lain sebagai bentuk jaminan kepastian

dan perlindungan hukum , di sisi yang lain, pelaku usaha, khususnya para petani

pemilik komoditi dimudahkan untuk mendapatkan akses pembiayaan baik melalui

perbankan maupun lembaga pembiayaan lain karena memiliki salah satu unsure

yang lazim diperlukan dalam pemberian kredit atau pembiayaan, yakni ketersediaan

collateral. Mengacu pada pemikiran tersebut, penulis cenderung dapat menerima

keberadaan jaminan Resi Gudang sebagai pranata jaminan kebendaan baru dengan

catatan, diperlukan regulasi khusus tentang jaminan Resi Gudang, dan

memisahkannya dari regulasi sistem resi gudang. Hal ini perlu dilakukan untuk

menerobos sistem tertutup yang dianut oleh hukum benda.

c. Perkembangan objek jaminan kebendaan

Sebagai bagian dari sistem hukum benda, objek jaminan kebendaan mengacu pada

pengertian benda yang masih merujuk pada Buku II KUHPerdata. Selanjutnya,

berdasarkan Pasal 499 KUHPerdata, benda didefinisikan sebagai segala sesuatu

yang dapat dijadikan objek hak milik. Termasuk ke dalam pengertian benda adalah

barang ( goederen, lichamelijke zaken) dan hak-hak (rechten, onlichamelijke zaken)

yang berupa hak atas suatu barang tidak berwujud seperti hak kekayaan intelektual,

yang dapat dimiliki dan diperlakukan sama dengan kekayaan lainnya, seperti

diperjualbelikan atau disewakan 26, sepanjang memenuhi syarat yang telah

ditentukan oleh undang-undang.

Lebih lanjut, jenis benda yang dapat menjadi objek jaminan, bergantung pada jenis

jaminan kebendaan yang digunakan. Gadai misalnya diperuntukkan untuk benda

bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud; Hak Tanggungan diperuntukkan

25 Manfaat paling besar akan dirasakan oleh pelaku usaha di bidang agribisnis atau komoditi pertanian yang selama ini sulit untuk mendapatkan akses pembiayaan karena tidak tersedianya jaminan. Melalui sistem resi gudang, komoditi atau hasil pertanian dikonversi menjadi surat berharga yang dapat dijaminkan dan dialihkan. 26 Tim Lindsay, Hak Kekayaan Intelektual-Suatu Pengantar, Alumni, Bandung, 2003,hlm. 4.

Page 12: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

bagi benda tidak bergerak tanah dan benda-benda yang melekat dengan tanah. satu

hal yang harus diperhatian bahwa objek jaminan apapun mensyaratkan bahwa objek

jaminan haruslah memenuhi syarat sebagai benda.

Dalam praktik bisnis, objek transaksi berkembang jauh meninggalkan sifat

kebendaan. Ambil saja sebagai contoh ,derivatif surat berharga, termasuk Resi

Gudang yang dapat dijadikan objek transaksi. Hal ini juga terjadi di dalam praktik

pembebanan jaminan kebendaan. Banyak sekali objek transaksi atau objek jaminan

yang semakin sulit untuk digolongkan sebagai benda. Satu hal yang penulis

simpulkan adalah interpretasi luas dari para pihak, khususnya pelaku bisnis bahwa

saat ini benda dinilai sebagai segala sesuatu yang bernilai komersial dan dapat

dikonversi menjadi sejumlah uang. Hal ini berdampak pula pada perjanjian jaminan

kebendaan dalam praktik. Objek jaminan kebendaan dalam praktik pun berkembang

sejalan dengan perkembangan pengertian benda. Pembebanan Hak atas tanah,

yang semula hanya terhadap hak milik, HGB, HGU dan Hak pakai, meluas menjadi

Hak sewa atas tanah, ijin menggunakan lahan. Surat berharga yang semula

merupakan benda bergerak tidak berwujud, dan memiliki sifat-sifat kebendaan

bergerak ke arah surat yang mempunyai harga , dan memunculkan jaminan Sk

pengangkatan, jaminan derivatif surat berharga yang jauh meninggalkan sifat

kebendaannya seperti kontrak opsi saham atau kontrak berjangka indeks efek,

bahkan resi yang menyatakan bahwa seseorang mempunyai saham di suatu

Perseroan Terbatas.

Sistem tertutup yang dianut oleh buku II KUHPerdata, menegaskan bahwa

hak kebendaan tidak dapat timbul selain ditentukan dengan undang-undang.

Perkembangan benda sebagaimana diuraikan di atas, menyisakan permasalahan

hukum yakni apakah objek tersebut dapat dimasukkan dalam pengertian benda

berdasarkan hukum positif Indonesia, khususnya hukum benda? Penuli s

berpendapat, tidak ada jalan lain kecuali melakukan pembahruan hukum perdata,

khususnya hukum benda untuk mengantisipasi perkembangan dalam praktik.

IV. URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI INDONESIA

Pembaharuan hukum perdata, khususnya Buku II dan Buku III merupakan kebutuhan

mendesak untuk menciptakan kepastian dan perlindungan hukum serta memberikan

landasan hukum yang kokoh bagi para pihak dalam aktivitas ekonomi. Hukum

Perdata Indonesia yang masih mengacu Pada KUHPerdata sudah tidak sepenuhnya

relevan dengan perkembangan aktivitas ekonomi dewasa ini.

Page 13: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

Berkaitan dengan perkembangan hukum jaminan, perlu disadari bahwa KUHPerdata

tidak mampu lagi mengantisipasi perkembangan objek jaminan. Salah satu

hambatan yuridis dalam mengantisipasi perkembangan objek jaminan adalah sistem

hukum benda yang bersifat tertutup, yang membatasi interpretasi terhadap benda.

Mengacu pada pengertian benda dalam KUHPerdata yang dibatasi pada “segala

sesuatu yang dapat dimiliki”, perkembangan objek transaksi dalam lapangan hukum

ekonomi dapat dikatakan tidak mempunyai dasar hukum. Hal ini berbeda dengan

pembaharuan hukum perdata di Belanda, yang menjadi acuan bagi hukum perdata

Indonesia. Pengaturan benda dalam Niuewe Burgerlijk Wetbook (NBW), tidak lagi

menggunakan istilah zakenrecht, melainkan Goederenrecht yang meliputi semua

benda dan hak-hak kekayaan. Selanjutnya dalam NBW dikatakan bahwa “goederen

zijn alle actieve vermogens bestandelen” ( barang adalah semua unsure aktif harta

kekayaan ).27

Semula, sistem hukum benda di Belanda pun menganggap bahwa zaak atau benda

dalam sistem hukum benda diartikan secara sempit, yakini tidak meliputi pengertian

zaak dalam lapangan hukum perikatan. Hal ini terlihat dalam Arrest Hoge Raad

tanggal 27 Mei 1910, yang membatalkan sewa menyewa luas pagar, dengan

pertimbangan bahwa luas pagar bukanlah benda menurut hukum benda, sehingga

sewa perjanjian sewa luas pagar tersebut tidak ada.28 Namun demikian, tidak

demikian halnya dengan hukum perikatan sebagaimana diatur dalam Pasal 1548

KUHPerdata yang memperkenankan kenikmatan suatu barang menjadi objek sewa

menyewa. Para ahli hukum , termasuk Pitlo berbendapat lebih luas, bahwa setiap

penyerahan suatuzaak untuk dipakai dan sebaliknya menerima suatu harga disebut

sewa.

Mengacu pada pengertian barang menurut NBW terlihat bahwa NBW memperluas

pengertian benda pada segala sesuatu yang mempunyai nilai ekonomi dan

menghilangkan sifat” dapat dimiliki”. Penulis mencermati bahwa pembaharuan

hukum perdata di Belanda mempengaruhi juga bidang hukum lainnya yang selaras

dengan hukum bendanya. Hal ini dapat dilihat dari diaturnya perjanjian khusus yang

mengatur tentang naik turunnya nilai uang, yang dalam BW lama dikategorikan

sebagai perjanjian untung-untungan. Sejalan dengan pembaharuan dalam NBW,

maka perkembangan objek transaksi yang semula diragukan keabsahannya menjadi

legal. Naik turunnya harga saham atau derivatif saham atau surat berharga lainnya

27 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya, Bandung, 1996,hlm . 52. 28 Sri Soedewi, Hukum Perdata : Hukum Benda,Liberty, Jogyakarta, 200, hlm .18. lihat pula M Moerasad, Tafiran Singkat Tentang Beberapa Bab dalam Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1977.

Page 14: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

dipastikan masuk dalam pengertian benda menurut NBW. Hal ini memberikan rasa

mana bagi para investor atau para pihak yang bertransaksi. Tentu saja, bukan lagi

menjadi masalah hukum apabila jaminan kebendaan di Belanda pun mengacu pada

objek yang semakin meluas.

Penulis berpendapat, pembaharuan hukum perdata di Belanda dapat dijadikan

acuan dalam melakukan pembaharuan hukum benda di Indonesia. Diperlukan

perubahan ruang lingkup benda dalam KUHPerdata agar dapat memenuhi

kebutuhan praktik yang sejalan dengan arah pembaharuan hukum di Indonesia.29

Walaupun pembaharuan hukum dapat dilakukan melalui penemuan-penemuan

hukum, penulis lebih menyarankan pembaharuan hukum benda dilakukan dengan

memperbaharui KUHPerdata atau melakukan kodifikasi parsial melalui hukukm

kebendaan nasional mengingat Indonesia menganut civil law system yang

mengutamakan peraturan perundang-undangan sebagai sumber hukum utama.

Berbeda dengan common law system, pembaharuan hukum melalui yurisprudensi

lebih mudah dilakukan.

Penulis berpendapat,pembaharuan buku II KUHPerdata dapat dilakukan dengan

mengubah (amandemen) Buku II KUHPerdata atau membuat kodifikasi parsial

tentang Hukum Benda Nasional dengan memperhatikan asas-asas yang berlaku

universal dengan tetap memiliki ciri yang sesuai dengan filosofi bangsa dan

kebutuhan masyarakat.

Beberapa asas dalam hokum benda nasional yang harus diperhatikan dalam

pembaharuan hokum benda antara lain 30:

1. Asas tertutup , yaitu bahwa tidak dapat dibuat hak kebendaan baru selain yang

disebut secara limitatif dalam undang-undang, untuk mewujudkan kepastian

hokum dalam hak kebendaan.

2. Asas absolut, bahwa setiap orang harus menghormati hak tersebut.

3. Asas dapat diserahkan, bahwa pemilkan benda mengandung wewenang benda

untuk menyerahkan bendanya.

4. Asas mengikuti (droit de suite), bahwa hak kebendaan akan mengikuti benda

ditangan siapapun benda berada.

5. Asas publisitas, bahwa pendaftaran merupakan bukti kepemilikan,

29 Penulis mengusulkan bahwa sekurang-kurangnya pengertian benda meliputi segala sesuatu yang bernilai ekonomi dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lihat Lastuti Abubakar, Transaksi Derivatif Di Indonesia_ Tinjauan Hukum Tentang Perdagangan Derivatif di Bursa Efek, Book Terrace & Library, Bandung, 2009. 30 Lihat Djuhaendah Hasan, op.cit, hlm .61. llihat pula Sri Soedewi Masychoen Sofwan, op.cit,hlm. 27 dst. Bandingkan pula dengan Mafriam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung, 1983.hlm 36-40.

Page 15: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

6. Asas individual , bahwa objek hak kebendaan hanya terhadap benda yang dapat

ditentukan.

7. Asas totalitas , bahwa hak milik hanya dapat diletakkan pada terhadap benda

secara totalitas atau secara keseluruhan dan tidak pada bagian benda.

8. Asas pelekatan ( asesi), yaitu asas yang melekatkan benda pelengkap pada

benda pokoknya, dan

9. Asas bezit merupakan title yang sempurna bagi benda bergerak.

Selain asas-asas hokum benda di atas, perluasan pengertian benda tentu mengacu

kepada tujuan pembaharuan hokum di Indonesia, antara lain memperhatikan

kebutuhan masyarakat dengan rambu-rambu tidak bertentangan dengan filosofi

bangsa. Berdasarkan hal itu, tentu eksploitasi benda atau unsur benda semata-mata

untuk memenuhi kepentingan ekonomi namun menimbulkan kehancuran manusia

maupun alam ,tanpa batas tidak diperkenankan. Disinilah hokum berfungsi sebagai

sarana pembaharuan dengan tetap memperhatikan tujuannya yaitu terjadinya

perubahan dengan tetap memelihara ketertiban (keteraturan).31

Selanjutnya, mekanisme Pembaharuan Buku II KUHPerdata atau gagasan

membentuk Hukum Benda Nasiona lebih tepat dilalkukan dengan pembahruan

KUHPerdata atau pembentukan UU yang mengatur tentang hokum benda agar

sejalan dengan sistem tertutup yang dianut oleh hukum benda. Hal ini tidak berarti

bahwa pembaharuan hukum melalui penemuan hukum yang menjelma dalam

yurisprudensi tidak dapat dilakukan. Penulis berpendapat yurisprudensi akan sangat

relevan dan berperan untuk memberikan penafsiran dan menerjemahkan

pembaharuan Buku II KUHPerdata atau Undang-Undang Tentang hukum benda

tersebut dalam praktik.

PENUTUP

Perkembangan objek jaminan dalam praktik perlu diikuti oleh pembaharuan hukum

perdata, khususnya Buku II Tentang Benda. Urgensi pembaharuan hukum perdata,

semata mata ditujukan untuk memberikan landasan hukum yang semakin kokoh bagi

aktivitas ekonomi, khususnya perkembangan jaminan sebagai pendukung aktivitas

ekonomi. Beberapa hal yang selayaknya dipertimbangkan terkait dengan

perkembangan hokum jaminan adalah :

1. Perkembangan pranata jaminan yang meliputi kelembagaan (pranata), subjek

dan objek jaminan perlu disikapi secara positif. Fungsi jaminan yang ditujukan

31 Lihat Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan (kumpulan Karya Tulis), Alumni, Bandung, 2002, hlm. 20.

Page 16: IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/IMPLIKASI...IMPLIKASI PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN TERHADAP URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM BENDA DI

untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi kreditor selayaknya

diberi landasan hukum yang kokoh mengingat kreditor dan investor berkontribusi

terhadap ketersediaan pembiayaan dan investasi, yang pada gilirannya akan

menggerakkan perekonomian bangsa.

2. Untuk memberikan landasan hukum yang kokoh, diperlukan pembaharuan

hukum perdata, khususnya hukum benda terkait dengan objek transaksi yakni

benda. Berkaitan dengan pengaturan benda, perlu didefinisikan kembali tentang

ruang lingkup benda sehingga meliputi juga semua unsure aktif dari harta

kekayaan yang bernilai ekonomi dengan tetap memperhatikan filosofi

bangsa.disamping itu pembaharuan hukum melalui penemuan hukum yang

menjelma dalam yurisprudensi perlu tetap dikembangkan untuk memperkuat

pembaharuan hukum benda.

3. Mekanisme pembaharuan hukum benda dilakukan dengan mengubah atau

memrbaharui buku II KUHPerdata atau membuat kodifikasi parsial tentang

Hukum Benda Nasional yang antisipatif terhadap perkembangan dengan tetap

memperhatikan asas-asas dan filosofi bangsa.

DAFTAR PUSTAKA