IMPLIKASI BRENT SPAR TERHADAP PERUSAHAAN MINYAK SHELL DAN PEMERINTAHAN INGGRIS.docx
-
Upload
rezky-efryanto-zebua -
Category
Documents
-
view
45 -
download
4
description
Transcript of IMPLIKASI BRENT SPAR TERHADAP PERUSAHAAN MINYAK SHELL DAN PEMERINTAHAN INGGRIS.docx
IMPLIKASI BRENT SPAR TERHADAP PERUSAHAAN MINYAK SHELL DAN
PEMERINTAHAN INGGRIS 1994-1995
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ekonomi dan industri dewasa ini semakin menuntut negara-negara di
seluruh dunia untuk mendapatkan sumber energi guna memenuhi kebutuhan industrinya.
Dalam konteks ini, sumber energi yang di butuhkan adalah minyak bumi, gas, dan batu bara.
Diantara jenis sumber energi tadi, minyak bumi merupakan sumber energi yang paling
banyak dibutuhkan. Oleh sebab itu, perkembangan industri pertambangan minyak sangat
tinggi. Namun, seperti yang kita ketahui, setiap pertambangan sumber daya alam pasti
memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Pada pertambangan minyak bumi, salah satu
kendalanya adalah penanganan masalah mesin pengebor minyak ketika alat-alat tersebut
tidak digunakan lagi. Ini disebabkan oleh ukuran dan berat dari alat ini yang cukup besar.
Permasalahan inilah yang diangkat dalam tulisan ini. Fokus studi kasusnya adalah implikasi
dan kasus pembuangan atau penenggelaman alat pengeboran minyak bumi (Brent Spar) oleh
perusahaan minyak Shell atas persetujuan pemerintah Inggris.
Shell merupakan grup perusahaan energi dan petrokimia global dengan 90.000
karyawan di lebih dari 80 negara dan wilayah. Shell didirikan pada tahun 1907 dengan induk
perusahaannya adalah Royal Dutch Shell plc dan bermarkas besar di Den Haag, Belanda dan
juga di London, Inggris. Shell memiliki keterkaitan sejarah yang kuat dengan Indonesia.
Penemuan sejumlah besar minyak mentah komersial di Sumatera, Indonesia, 100 tahun yang
lalu menjadi titik tolak didirikannya Royal-Dutch Petroleum1. Perusahaan ini sempat menjadi
atensi utama pemberitaan media dan pemberitaan global pada tahun 1994-1995 karena
pencanangan perusahaan ini yangg ingin membuang atau menenggelamkan mesin pengebor
minyak bumi yang sering disebut dengan Brent Spar ke Laut Atlantik Utara. Hal ini berawal
ketika mesin pengebor minyak sudah usang, para pemiliknya (Shell) harus mencari cara
untuk membuangnya. Awalnya, mesin tambang Norwegia pertama yang tak terpakai tersebut
akan dibawa ke pantai untuk di bongkar. Namun Shell, yakni pemilik gabungan dengan
1 http://www.shell.co.id/id/aboutshell.html, diakses tanggal 03 April 2013, pkl 09.27
1
Exxon (Esso), memutuskan untuk membuang mesin tambang Brent Spar Inggris dengan
menyeretnya ke Atlantik Utara dan menenggelamkannya ke dasar lautan2.
Sebelum memutuskan untuk melakukan penenggelaman di Laut AtlantikUtara
tersebut, Shell terlebih dahulu telah mencanangkan beberapa pilihan terkait dengan prosedur
pembuangan Brent Spar tersebut3. adapun opsi yang diajukan adalah sebagai berikut.
1. Melakukan pembuangan di daratan.
2. Melakukannya di tempat yang berbeda.
3. Dekomposisi.
4. Membuang ke dalam lautan dalam ( tetapi menggunakan lautan Inggris ).
Sebelumnya, ada keinginan Shell agar Brent Spar dibuang ke wilayah daratan.
Namun, pembuangan benda yang diletakkan di dalam air dengan kedalaman lebih dari 75
meter dan berat 4000 ton tersebut mendapat larangan dari The International Maritime
Organization’s. Organisasi ini menyatakan bahwa tenggelamnya struktur di dalam lautan tersebut
merupakan opsi yang dapat diterima. Disamping hal itu, pembuangan di daratan akan memakan
biaya yang lebih mahal dibandingkan pembuangan ke wliayah perairan.
Shell pada akhirnya menjalankan opsi yang keempat aksinya tersebut dengan
pertimbangan harga yang murah dan impak yang sedikit untuk lingkungan atau
environmental impact ( BPEO ). Pertimbangan lainnya jika dibuang di daratan, maka akan
beresiko kepada karyawan, dan polusi udara4. Atas izin dari pemerintah Inggris, Shell
semakin memantapkan langkahnya untuk menenggelamkan alat pengebor minyak bumi
tersebut. Sayangnya, penenggelaman itu ditentang oleh beberapa negara Eropa dan organisasi
pecinta alam seperti Greenpeace di Jerman.
Organisasi aktivis internasional, Greenpeace, menggelar kampanye politis termasuk
pemboikotan konsumen di Eropa yang ditujukan secara khusus kepada Shell. Sasaran utama
kampanye adalah Jerman, Denmark, dan Belanda. Tindakan pemerintah di Eropa
dimobilisasi seputar konvensi Oslo dan Paris yang mengatur pembuangan limbah ke Laut
Utara. Konvensi Oslo tahun 1972 memuat pencegahan terjadinya pencemaran laut akibat
pembuangan dari kapal dan pesawat udara, dan Konvensi Paris 1974 memuat pencegahan
2 Low, Nicholas dan Brendan Glesson.2009.POLITIK HIJAU: Kritik terhadap Politik Konvensional menujuPolitik Berwawasan Lingkungan dan Keadilan. Bandung: Nusa Media. Alih bahasa oleh Dariyatno, hal 43 =http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/04/the-brent-spar-controversy-an-example-of-risk-communicarion-gone-wrong-539825.html, diakses tanggal 28 Maret 2013, pkl 10.034 ibid
2
terjadinya pencemaran kelautan dari sumber limbah di darat. Kedua konvensi ini diputuskan
berdasarkan kerangka Organisasi Maritim Internasional (IMO)5.
Kontroversi dimulai di media, ketika Greenpeace dengan berani mempublikasikan
gambar ke dalam media mengenai aktivitas di Brent Spar. Kemudian pada 9 Mei, German
Environmental and Industrial Ministries memprotes bagaimana tidak adanya
penginvestigasian oleh pemerintah Inggris terhadap pembuangan yang dilakukan dan
menyebabkan polusi ke daratan oleh Shell. Protes kembali muncul setelah pemerintahan
Inggris tidak menepati deadline yang telah disepakati oleh para pemrotes. Aksi protes yang
dilakukan menjadi semakin besar setelah group konservatif join ke dalam Green
action tersebut, pasalnya agenda media mengenai tindakan yang dilakukan Brent Spar
menjadi semakin gencar. Bahkan stasiun minyak Shell sampai di boikot, akibat protes keras
yang dilakukan. Boikot dilakukan di Jerman, Belanda, dan beberapa negara
Skadinavia. Greenpeace juga mengadakan survei di Jerman yang menghasilkan bahwa 74 %
populasi menyetujui terhadap pemboikotan stasiun pengeboran minyak Shell. Bahkan North
Sea Protection Conference juga mengkritik John Gummer, mengenai pemberitaan yang
berada di media massa. Pada akhirnya G7 summit di Kanada juga memutuskan agar John
Major untuk memberhentikan aktivitas Brent Spar.
Greenpeace kemudian juga memberikan klaim bahwa banyak sekali bahan metal
berat dan yang lain material organic beracun tinggi yang tidak dipublikasikan oleh Shell.
Kemudian protes berpindah ke Belanda. Dalam krisis tersebut, Shell hanya sedikit melakukan
support. Justru Pemerintahan Inggrislah yang mencoba untuk mempersuasi masyarakat Eropa
bahwa pengeboran minyak yang dilakukan dalam lautan tersebut sesuai dengan BPEO.
Tetapi ternyata argumen tersebut, tidak dapat diterima. Shell Inggris mendapatkan kecaman
keras dari Jerman dan Belanda. Image mereka menjadi, mereka mempunyai sikap negative
dari PR. Hal tersebut telah mengancam sales dari Shell itu sendiri. Laporan lingkungan
tersebut tidak akan diketahui oleh publik tanpa adanya laporan dari para aktivis. Shell
akhirnya melakukan iklan untuk berjanji melakukan perubahan di 100 koran lokal dan
nasional di Jerman serta Belanda. Shell meminta maaf dan berusaha untuk mengoreksi
tindakannya yang ‘membuang sampah’ di laut dalam teknisnya dan aspek – aspek
lingkungan. Di Denmark, Shell bahkan mengirimkan 250.000 kartu kredit untuk menjelaskan
hal tersebut. Bahkan di bulan Juli 1995, Shell juga harus bertanya kepada perusahaan
Norwegia Det Norske Veritas untuk menginvestigasi laporan dari Greenpeace. Laporan
5 Low, Nicholas dan Brendan Glesson.2009.POLITIK HIJAU: Kritik terhadap Politik Konvensional menujuPolitik Berwawasan Lingkungan dan Keadilan. Bandung: Nusa Media. Alih bahasa oleh Dariyatno, hal 5
3
tersebut ternyata salah, dan membuat Greenpeace menyatakan permintaan maaf mengenai
polusi yang dilakukan Shell. Tetapi investigasi tersebut tetap menghasilkan bahwa yang
dilakukan Brent Spar jelas salah.
4