IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 1960 …yuridis, yang berbatas berdimensi tiga, yaitu...

21
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 1960 BERKAITAN DENGAN PERMOHONAN HAK MILIK ATAS TANAH NEGARA DI SEPADAN REL PT KAI DI KELURAHAN PUCANGSAWIT OLEH KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: ANDRIAN SHIDIQ C100130023 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 1960 …yuridis, yang berbatas berdimensi tiga, yaitu...

  • i

    IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 1960 BERKAITAN

    DENGAN PERMOHONAN HAK MILIK ATAS TANAH NEGARA DI

    SEPADAN REL PT KAI DI KELURAHAN PUCANGSAWIT

    OLEH KANTOR PERTANAHAN

    KOTA SURAKARTA

    Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1

    pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

    Oleh:

    ANDRIAN SHIDIQ

    C100130023

    PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2018

  • 1

    IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 1960 BERKAITAN

    DENGAN PERMOHONAN HAK MILIK ATAS TANAH NEGARA DI

    SEPADAN REL PT KAI DI KELURAHAN PUCANGSAWIT

    OLEH KANTOR PERTANAHAN

    KOTA SURAKARTA

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan permohonan hak atas tanah

    yang terletak di sepadan rel PT. KAI di Kalurahan Pucangsawit Kota Surakarta

    dan juga mengetahui hambatan yang timbul dalam pelaksanaan permohonan hak

    atas tanah yang terletak di sepadan rel PT. KAI di Kalurahan Pucangsawit Kota

    Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode sosiologis atau empiris dengan

    jenis penelitian fact finding. Sumber data berasal dari data primer yaitu

    wawancara, observasi, pengamatan, dan angket dan data sekunder yang diperoleh

    secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain baik lisan maupun

    tulisan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi

    Undang-Undang nomor 51 tahun 1960 berkaitan dengan permohonan hak milik

    atas tanah negara di sepadan rel PT. KAI di Kelurahan Pucangsawit oleh Kantor

    Pertanahan Kota Surakarta yaitu 1) Persyaratan permohonan pendaftaran tanah

    pertama kali untukTanah Negara di Sepadan Rel PT. KAI di Kelurahan

    Pucangsawit di Kantor Pertanahan Kota Surakarta; 2) Prosedur pelaksanaan

    pemberian hak atas tanah negaradi Sepadan Rel PT. KAI di Kantor Pertanahan

    Kota Surakarta; 3) Jangka waktu pendaftaran Hak milik atas Tanah Negaradi

    Sepadan Rel PT. KAI di Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Hambatan-Hambatan

    Dalam Pelaksanaan Penanganan Masalah TanahAset PT Kereta Api Indonesia

    (Persero) Yang Dikuasai Masyarakat Di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta

    yaitu 1) Fasilitas dan sumber daya manusia untuk melakukan pengukuran tanah

    sangat minim, sehingga prosesnya relative lama; 2) Sistem untuk mengajukan

    permohonan tanah negara belum disosialisasikan secara transparan; 3) Kurannya

    personil petugas pengukuran tanah di kantor Pertanahan Kota Surakarta sehingga

    untuk mengajukan permohonan penngukuran harus antri menunggu gilliran. Hal

    ini berakkibat waktu untuk proses pensertipikatan akan lebih lama; dan 4) Warga

    yang menempati sepadan rel kereta api adalah warga yang tidak mampu, dengan

    tingkat pendidikan yang masih sangat minim dan tingkat ekonomi yang kurang

    mamapu.

    Kata Kunci: Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, Permohonan Hak Milik

    Atas Tanah Negara.

    Abstract

    This study aims to determine the implementation of land rights application located

    on the equivalent rail PT. KAI in the Pucangsawit Sub-district of Surakarta City

    and also know the obstacles that arise in the implementation of the land rights

    application located on the equivalent rail PT. KAI in Pucangsawit Sub-district of

    Surakarta City. This research uses sociological or empirical method with research

    type of fact finding. Source of data derived from the primary data are interviews,

  • 2

    observations, observations, and questionnaires and secondary data obtained

    indirectly from the object, but through other sources both oral and written. Based

    on the results of the study can be concluded that the implementation of Law

    number 51 of 1960 relating to the application of property rights to state land on

    the equivalent rail PT. KAI in Pucangsawit Sub District by Land Office of

    Surakarta City that is 1) Requirement of first land registration application for State

    Land in equivalent Rail PT. KAI in Pucangsawit Urban Village Office of

    Surakarta; 2) Procedures for the implementation of the granting of land rights in

    the State of Reliance PT. KAI at the Land Office of Surakarta City; 3) Period of

    registration of ownership of Land of the State of Reliance on Relay of PT. KAI at

    the Land Office of Surakarta City. Obstacles in the Implementation of Land

    Problems The PT Kereta Api Indonesia (Persero) Community Controlled In The

    Pucangsawit Sub-District of Surakarta City is 1) Facilities and human resources to

    conduct soil measurement is minimal, so the process is relatively long; 2) The

    system for applying for state land has not been socialized in a transparent manner;

    3) Kurannya land measurement personnel in the Land Office of Surakarta so that

    to apply for penngukuran must queue waiting for the turn. This will result in time

    for the process of certificate will be longer; and 4) Residents who occupy the

    equivalent of railroads are inadequate citizens, with very low level of education

    and economic level that are less mamapu.

    Keywords: Law Number 51 Year 1960, Land title Application.

    1. PENDAHULUAN

    Problematika pertanahan terus mencuat dalam dinamika kehidupan bangsa

    kita. Berbagai daerah di nusantara tentunya mempunyai karakteristik

    permasalahan pertanahan yang berbeda-beda di antara satu wilayah dengan

    wilayah lainya. Keadaan ini semakin nyata konsekuensi dari dasar pemahaman

    dan pandangan orang Indonesia terhadap tanah. Kebanyakan orang Indonesia

    memandang tanah sebagai sarana tempat tnggal dan memberikan penghidupan

    sehingga tanah mempunyai fungsi yang sangat penting.1

    Tanah merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Segala

    aktivitas manusia tidak dapat dilepaskan dari keberadaan tanah sebab tanah

    merupakan tempat bagi manusia unntuk menjalani dan melanjutkan

    hudupnya.Mengingat akan pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka tanah

    dapat dijadikan sebagai sarana untuk kesejahteraan bangsa Indonesia, sehingga

    perlu campur tangan negara untuk mengaturnya sesuai dengan Pasal 33 ayat (3)

    1Arie Sukanti Hutagalung & Markus Gunawan, 2009, Kewenangan Pemerintah di Bidang

    Pertanahan, Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 1.

  • 3

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan

    bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai

    oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    Ketentuan mengenai tanah juga dapat kita lihat dalam Undang-Undang

    Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

    Agraria atau yang biasa kita sebut dengan UUPA.

    Pengertian agraria meliputi bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung

    di dalamnya.Dalam batas-batas yang ditentukan dalam Pasal 48, bahkan meliputi

    juga ruang angkasa. Yaitu ruang di atas bumi dan air yang mengandung: tenaga

    dan unsure-unsur yang dapat digunakan untuk usaha-usaha memelihara dan

    memperkembangkan kesuburan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

    dalamnya dan hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan itu.2

    Tanah sebagai bagian dari bumi disebutkan dalam Passal 4 ayat (1)

    UUPA, yaitu “Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud

    dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang

    disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai orang-orang, baik sendiri

    maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan hukum.” Dengan demikian,

    jelas bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumu, sedangkan

    hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas,

    berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Adapun ruang dalam pengertian

    yuridis, yang berbatas berdimensi tiga, yaitu penjang, lebar, dan tinggi, yang

    dipelajari dari Hukum Penataan Ruang.3

    UUPA dan Undang-Undang yang terkait dengan tanah beserta peraturan

    pelaksanaannya tidak menyebutkan dan mengatur tanah negara secara tegas.Di

    dalam UUPA sendiri sebutan yang digunakan bagi tanah negara adalah “tanah

    yang dikuasai langsung oleh negara.” Istilah tanah negara itu sendiri muncul

    delam praktik administrasi pertanahan, dimana penguasaannya dilakukan oleh

    otoritas pertanahan.4

    2Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta: Djambatan, hal. 6.

    3Urip Santoso, 2012, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Jakarta: Kencana, hal. 9.

    4Julius Sembiring, 2016, Tanah Negara, Jakarta: Kencana, hal. 2.

  • 4

    Peristiwa pendudukan tanah-tanah oleh rakyat yang terlibat dalam

    sengketa agraria di sepanjang Rel PT. KAI Kelurahan Pucangsawit terdapat

    masalah pertanahan yang harus di perhatikan dan diperlukan adanya kebijakan

    dari pemerintah. Kasus yang terjadi di Kalurahan Pucangsawit Kota Surakarta

    adalah terdapat beberapa tanah Negara di sekitar Rel PT.KAI yang belum

    dikelola. Di tanah Negara tersebut beberapa orang penduduk mendirikan

    bangunan rumah tembok (permanen).Rumah-rumah tersebut didirikan oleh

    penduduk dengan pengertian bahwa rumah tersebut didirikan tanpa memiliki

    sertifikat tanah yang resmi.

    Dalam kasus di atas maka pendiri bangunan rumah ini secara yuridis tidak

    dapat dibenarkan bahkan boleh dikatakan penduduk yang menempati dan

    mendirikan bangunan di sepanjang Rel PT.KAI telah melanggar peraturan

    keagrariaan. Karena melanggar peraturan maka seharusnya pemerintah memberi

    sanksi dengan menindak sesuai dengan hukum atau aturan yang berlaku di

    Indonesia. Tetapi yang terjadi sebaliknya yaitu pemerintah tidak menindak atau

    member sanksi tetapi membiarkan bahkan pada akhirnya memberikan

    rekomendasi atau member ijin pada masyarakat tersebut untuk mensertifikasikan

    tanah yang dikuasainya.

    Berdasarkan latar belakang di atas dalam penelitian ini penulis mempunyai

    tujuan untuk: Pertama, mengetahui pelaksanaan permohonan hak atas tanah yang

    terletak di sepanjang rel PT. KAI di Kalurahan Pucangsawit Kota Surakarta.

    Kedua, mengetahui hambatan yang timbul dalam pelaksanaan permohonan hak

    atas tanah yang terletak di sepanjang rel PT.KAI di Kalurahan Pucangsawit Kota

    Surakarta. Sedangkan manfaat penelitian ini sebagai berikut: Pertama, manfaat

    teoriti syaitu diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan hukum

    khususnya dalam pengajuan pensertifikasian tanah hak milik atas tanah negara

    menjadi sertifikat oleh kelompok masyarakat kepada pemerintah. Kedua, manfaat

    prakti syaitu dapat memberikan kejelasan bagi masyarakat awam tentang hukum

    sertapihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian proses pensertifikatan tanah hak

    milik negara menjadi sertifikat hak milik.

  • 5

    2. METODE

    Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sosiologis atau

    empiris, yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian

    dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan, atau terhadap

    masyarakat. Jenis penelitianya itu fact finding. Yaitu hanya untuk menemukan

    fakta-fakta atau gejala-gejala hukum yang ada.

    Penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu data yang diperoleh

    seorang peneliti langsung dari objeknnya. Misalnya, dengan cara wawancara,

    observasi, pengamatan, dan angket. Data sekunder meliputi data yang diperoleh

    seorang peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain

    baik lisan maupun tulisan. Misalnya, buku-buku teks, jurnal, majalah, Koran,

    dokumen, peraturan perundangan, dan sebagainya.

    Metode analisis data analisis data kualitatif, yaitu suatu tatacara penelitian

    yang menghasilkan data deskriptif analisis, yakni apa yang dinyatakan oleh

    responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti

    dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Implementasi Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 Berkaitan dengan

    Permohonan Hak Milik Atas Tanah Negara di Sepadan Rel PT KAI di

    Kelurahan Pucangsawit oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta

    Pelaksanaan permohan hak milik atas tanah negara di sepadan rel kereta

    api diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

    Pertama, Tahap Persiapan. Sebelum melakukan permohan tanah di kantor

    pertanahan kota Surakarta pemohon melakukan persiapan awal administrasi,

    meliputi: pemohon mengajukan permohonan ukur ke Kantor Pertanahan,

    pemohon mendapat hasil pengukuran dari Kantor Pertanahan., mengajukan surat

    permohonan ke PT.KAI Jogja dengan melampirkan hasil pengukuran dari kantor

    pertanahan, kurang lebih 7(tuju) hari kerja tim dari PT.KAI melakukan survai

    lokasi objek pengukuran, dan kurang lebih 30 ( tiga puluh) hari mendapat surat

    balasan rekomendasi untuk permohonan tanah. Kedua, TahapPelaksanaan. Pada

  • 6

    tahapan ini pemohon sudah menyiapkan data administrasi yang berupa bukti fisik

    dan bukti yuridis atas tanah yang di mohonyaitu pemohon menggajukan

    permohonan tanah kepada kepala kantor pertanahan dengan melampirkan surat

    rekommendasi dari PT. KAI dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Ketiga,

    Tahap pendaftaran sertipikat, pemohon telah menerima surat keputusan pemberian

    hak milik atas tanah negara di sepadan rel PT. KAI dari kantor pertanahan untuk

    selanjutnya dilakukan pendaftaran sertipikat dengan menyertakan pajak BPHTB.

    Pertama, Persyaratan Permohonan Pendaftaran Tanah Pertama Kali

    untuk Tanah Negara di Sepadan Rel PT. KAI di Kelurahan Pucangsawit di

    Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Dalam proses pengajuan permohonan

    pensertipikatan Tanah Negaradi Sepadan Rel PT. KAI di Surakarta memerlukan

    adanya bukti penguasaan fisik dari pemohon atau yang menguasai tanah Negara

    tersebut dari hasil wawancara penulis dengan Lurah di kelurahan Pucangsawt

    Selvi Raung, SKM. :

    "Dalam melakukan permohonan pemohon di haruskan menguasai atau

    menempati tanah tersebut minimal selama 20 (duapuluh) tahun. Dari

    pernyataan tersebut muncul permasalahan saat pemegang penguasaan fisik

    telah beralih kepada orang lain, hal tersebut disebut dengan pelimpahan

    Tanah Garapan, yang berupa surat pernyataan yang di buat oleh pemohon

    dikuatkan dengan cap mengetahui dari kelurahan bahwa benar tanah

    tersebut di kuasai pemohon dan tidak ada yang lain dengan ditanda tangani

    oleh 2 (dua) orang saksi yang benar-benar mengetahui tentang tanah yang

    di mohon tersebut biasanya salah satu saksi menggunakan Ketua RT

    setempat misalkan pemilik pertama sudah meninggal di haruskan

    menyertakan SKW (Surat Keterangan Waris) yang di sah kan lurah dan

    camat hal tersebut hanya bertujuan untuk mengetahui ahli waris dari

    penguasa fisik yang sudah meninggal dengan kata yang lain yang di waris

    itu obyeknya dan dengan catatan apabila tanah negara telah terdaftar di

    Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Apabila Tanah Negara Belum terdaftar

    Atau termasuk Tanah Negara bebas maka yang mengajukan bisa langsung

    oleh yang menguasai terakhir walaupun telah beralih beberapa kali dengan

    melampirkan bukti rekomendasi teknis dari instansi terkait dalam hal ini

    PT.KAI DAOP Jogja."5

    Di wilayah Pucangsawit sendiri memang masih banyak tanah yang belum

    bersertipikat masih berstatus tanah negara, hal ini bisa dilihat dari data pemohon

    5Hasil wawancara dengan Selvi Raung, SKM selaku Kepala Kelurahan Pucangsawit

  • 7

    yang mengajukan surat pelimpahan tanah garapan guna melengkapi persyaratan

    dalam pengajuan permohonan Hak Milik kepada Kantor Pertanahan Kota

    Surakarta 6 (enam) tahun terakhir yang tercatat di dalam buku agenda kelurahan

    Pucangsawit seperti yang tersaji pada tabel di bawah ini :

    Persyaratan Pendaftaran pertama kali untuk Tanah Negara diatur dalam

    Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9

    Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah

    Negara Dan Hak Pengelolaan yaitu: Pasal 8 ayat (1) Hak Milik dapat diberikan

    kepada: Warga Negara Indonesia; dan Badan-badan Hukum yang ditetapkan oleh

    Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

    yaitu: Baik Pemerintah; dan Badan Keagamaan dan Badan Sosial yang ditunjuk

    oleh Pemerintah. Ayat (2) Pemberian Hak Milik untuk badan hukum

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,hanya dapat diberikan atas tanah-

    tanah tertentu yang benar-benar berkaitan langsung dengan tugas pokok

    dan fungsinya. Pasal 9 ayat (1) Permohonan Hak Milik atas Tanah Negara

    diajukan secarater tulis; (2) Permohonan Hak Milik sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1). Pasal 10 Permohonan Hak Milik sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9

    ayat (1) dilampiri dengan: mengenai pemohon, tanahnya dan surat pernyataan

    pemohon mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-tanah yang telah dimiliki

    oleh pemohon termasuk bidang tanah yang dimohon, sesuai contoh Lampiran 3.6

    Selain syarat yang tercantum di Peraturan Kepala Badan Pertanahan

    Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan

    Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan dalam prakteknya di Kantor

    Pertanahan Kota Surakarta harus menyertakan: Surat Pemberitahuan Pajak

    Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tanah yang di mohon oleh

    yang bersangkutan, hal ini yang sebenarnya banyak menimbulkan pertanyaan

    bagaimana bisa tanah yang masih berstatus Tanah Negara sudah memiliki Surat

    Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) atas

    6Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun

    1999 Tenrtang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak

    Pengelolaan Pasal 8,9,10

  • 8

    nama yang menguasai tanah negara yang baru akan dimohonkan tersebut,dan

    rekomendasi teknis dari instansi terkait sesuai dengan letak dan kondisi tanah.

    Dari hasil wawancara penulis dengan Kasi Hubungan Hukum Pertanahan

    Kantor Pertanahan Kota Surakarta yaitu Bapak Agus Suprapta, SH.MKn:

    "Dengan memiliki Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan

    Bangunan (SPPT PBB) bukan berarti orang yang menguasai/menempati

    tanah yang di atasnya merupakan pemilik tanah tersebut hal ini

    dikarenakan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan

    Bangunan (SPPT PBB) itu sendiri bukan merupakan alat bukti hak, yang

    bersangkutan bisa mendapatkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang

    Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tersebut karena yang

    bersangkutan menguasai, menggunakan, memperoleh manfaat dari tanah

    itu, jadi wajar apabila pemerintah pusat/kabupaten/daerah menarik

    retribusi, serta siapapun yang menguasai, menggunakan, memperoleh

    manfaat tanah di Indonesia harus membayar pajak, dengan begitu yang

    menguasai atas tanah negara tersebut juga merasakan langsung dari

    manfaat membayar pajak yaitu pembangunan jalan, fasilitas umum, serta

    pembangunan-pembangunan yang lainnyaselain itu fungsi lain Surat

    Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB)

    untuk dasar penghitungan pengajuan BPHTB (Bea Perolehan Hak atas

    Tanah dan Bangunan) ke pemerintah Kota Surakarta"7

    Di Kota Surakarta sendiri memang masih banyak tanah yang belumdi

    daftarkan atau belum bersertifikat hal ini bisa dilihat dari data permohonan yang

    diajukan pada Kantor Pertanahan di bawah ini:8

    Kedua, Prosedur pelaksanaan pemberian hak atas tanah negara di

    Sepadan Rel PT. KAI di Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Dalam

    pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah pertama kali, dalam hal ini adalah

    Pemberian Hak Milik atas Tanah Negaradi Sepadan Rel PT.KAI dari

    mulaipenerimaan dokumen sampai terbitnya sertifikat itu sendiri meliputi

    beberapa kegiatan dan membutuhkan waktu sebagaimana yang diatur dalam

    peraturan yang berlaku.Dalam melaksanakan pendaftaran tanah pertama kali,

    termasuk dalam hal ini Pemberian Hak Milik atas Tanah Negaradi Sepadan Rel

    PT.KAI terdapat aturan yang wajib dipenuhi oleh Kantor Pertanahan

    Kota/Kabupaten, yang disebut Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan

    7Hasil Wawancara dengan Kasi Hubungan Hukum Pertanahan Kantor Pertanahan Kota

    Surakarta Bapak AGUS SUPRAPTA, SH, MKN Padatanggal 19 April 2018 8Sumber : Data di Kantor Pertanahan Kota Surakarta

  • 9

    tersebut diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 1 Tahun 2010

    tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.

    Bagan Alur Proses Proses Pemberian Hak Milik/Hak Guna Bangunan/Hak

    Pakai/Hak Pengelolaan (Penerbitan dan Pendaftaran SK Hak) Perkaban Nomor 1

    Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan merupakan

    garis besar pelaksanaan pendaftaran tanahsebagaimana yang tersebut dalam

    Lampiran II Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 1 Tahun 2010.tentang

    Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.baik untuk proses Pemberian Hak

    Milik/Hak Guna Bangunan/Hak Pakai/Hak Pengelolaan (Penerbitan dan

    Pendaftaran SK Hak).

    Adapun prosedur pemberian hak milik atas tanah negara menurut

    Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 9

    Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah

    Negara dan Hak pengelolaan antara lain. (1) Permohonan diajukan secara tertulis

    secara individu / bersama apabila diwakilkan dalam hal ini dapat memberikan

    surat kuasa kepada PPAT untuk mengurus permohonan ke Kantor Pertanahan

    Kota Surakarta; (2) Permohonan tersebut memuat meliputi keterangan mengenai

    identitas Pemohon yaitu apabila perorangan: nama, umur, kewarganegaraan

    tempat tinggal dan pekerjaannya serta keterangan mengenai istri/suami dan

    anaknya yang masih menjadi tanggungannya;dan Keterangan mengenai tanahnya

    yang meliputi: data fisik dan data yuridis data yuridis, data yuridis yaitu: surat

    girik, surat kapling, surat-surat bukti pele pasan hak / pelunasan tanah dan rumah,

    putusan pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak dan surat-surat bukti

    perolehan tanah lainnya. Data fisik yaitu: luas tanah, letak, dan ukuran

    bangunannya. (3) Surat pernyataan pemohon bermaterai; (4) Surat rekomendasi

    dari PT. KAI DAOP Jogja; (5) Setelah berkas permohonan tersebut diterima,

    maka Kepala Kantor Pertanahan yaitu memeriksa dan meneliti kelengkapan data

    yuridis dan data fisik, mencatat dalam formulir isian sesuai ketentuan;

    memberikan tanda terima berkas permohonan formulir isian yang ditentukan,

    memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya yang diperlukan untuk

    menyelesaikan permohonan tersebut dengan rinciannya sesuai dengan ketentuan

  • 10

    peraturan perundangan yang berlaku; (6) Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan

    memerintahkan kepada Kepala Seksi Hak Atas Tanah atau petugas yang ditunjuk

    untuk memeriksa permohonan hak terhadap tanah yang sudah terdaftar dan tanah

    yang data yuridis dan data fisiknya telah cukup untuk mengambil keputusan yang

    dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah; (7) Dalam hal keputusan

    pemberian hak milik telah dilimpahkan kepada kepala Kantor Pertanahan maka

    setelah mempertimbangkan pendapat dari Kepala Seksi Hubungan Hukum

    Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk atau Tim Penelitian Tanah atau Panitia

    Pemeriksa Tanah A, Kepala Kantor Pertanahan akan menerbitkan keputusan

    pemberian hak atas tanah yang dimohon atau keputusan penolakan yang disertai

    dengan alasan penolakannya, dengan mempertimbangkan rekomendasi dari

    PT.KAI DAOP Jogja; (8) Dalam hal keputusan pemberian hak tidak dilimpahkan

    kepada Kepala Kantor Pertanahan, maka Kepala Kantor Pertanahan yang

    bersangkutan menyampaikan berkas permohonan tersebut kepada Kepala Kantor

    Wilayah disertai dengan pertimbangnnya. (9) Setelah menerima berkas

    permohonan yang disertai pendapat dan pertimbangan dari Kepala Kantor

    Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah memerintahkan kepada Kepala Bidang Hak

    Atas Tanah untuk memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data

    fisik, dan apabila belum lengkap segera meminta Kepala Kantor Pertanahan yang

    bersangkutan untuk melengkapinya. Kemudian Kepala Kantor Wilayah

    menerbitkan Keputusan pemberian hak atas tanah yang dimohon atau penolakan

    yang disertai dengan alasan penolakannya; (10) Dalam hal keputusan pemberian

    hak tidak dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah, maka Kepala Kantor

    Wilayah menyampaikan berkas permohonan tersebut kepada Menteri disertai

    pendapat dan pertimbangnnya; (11) Setelah menerima berkas permohonan yang

    disertai pertimbangan tersebut Menteri memerintahkan kepada pejabat yang

    ditunjuk untuk memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik

    atas tanah yang dimohon dengan memperhatikan pendapat dan pertimbangan

    Kepala Kantor Wilayah, kemudian Menteri menerbitkan Keputusan Pemberian

    Hak Atas Tanah yang dimohon atau penolakan yang disertai dengan alasan

    penolakannya; (12) Keputusan Pemberian Hak atau Keputusan Penolakan

  • 11

    disampaikan kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan cara lain yang

    menjamin sampainya keputusan tersebut kepada yang berhak.

    Kewenangan Pemberian hak atas tanah dapat dilihat pada Peraturan

    Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013

    tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan

    Pendaftaran Tanah tepatnya Pasal 3 huruf b yang berbunyi :

    "Kepala Kantor Pertanahan memberi keputusan mengenai pemberian Hak

    Milik untuk orang perseorangan atas tanah non pertanian yang luasnya

    tidak lebih dari 3000 M2 (tigaribu meter persegi)"9

    Sedangkan Kewenangan pemberian hak atas tanah yang lebih dari 3000

    M2 terdapat pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

    Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak

    Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah tepatnya Pasal 7 huruf b yang

    berbunyi :

    "Kepala Kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional memberi keputusan

    mengenai Pemberian Hak Milik untuk orang perseorangan atas tanah non

    pertanian yang luasnya lebih dari 3000 M2 (tigaribu meter persegi) dan

    tidak lebih dari 10.000 M2 (sepuluhribu meter persegi)"10

    Selanjutnya, guna mengetahui prosedur dan alur pendaftaran tanah

    pertama kali di Kantor Pertanahan Kota Surakarta secara lebih terperinci.

    Prosedur Pendaftaran Tanah Negaradi Sepadan Rel PT. KAI Menjadi Hak Milik

    di Kantor Pertanahan Kota Surakarta dimulai dari pemohon/ PPAT selaku kuasa

    dari pemohon menerima berkas lengkap setelah itu mengajukan permohonan

    pendaftaran kepada bagian Loket Kantor Pertanahan Kota Surakarta dengan

    membawa persyaratan-persyaratan yang diwajibkan. Setelah dari loket berkas

    permohonan pendaftaran dinyatakan lengkap dan kewajiban pembayaran telah

    dibayarkan oleh pemohon/PPAT selaku kuasa maka berkas permohonan akan

    diserahkan kepada Kepala Seksi Infrastruktur Pertanahan.

    9Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013

    tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah

    Pasal 3 huruf b 10

    Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013

    tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah

    Pasal 7 huruf b

  • 12

    Sementara di Kasi Infrastruktur Pertanahan akan dilakukan pengumpulan dan

    pengelolaan data fisik atas tanah negaradi Sepadan Rel PT.KAI yang dimohon

    tersebut dengan memperhatikan pertimbangan tehnis dari PT.KAI daop Jogja,

    seperti pengecekan lokasi tanah pada peta Kantor Pertanahan Kota Surakarta,

    Pengukuran tanah yang dimohon sesuai petunjuk teksnis yang dikeluarka oleh

    PT.KAI untuk memperoleh data mengenai lokasi tanahnya, berapa luasnya,

    dimana batas-batasnya, ada tidaknya bangunan dan tanaman yang melekat

    diatasnya, serta tanah yang di mohon tersebut tidak tumpang tindih dengan

    PT.KAI yang artinya tanah yang dimohon memang benar benar di luar

    penguasaan PT.KAI daop Jogja. Untuk selanjutnya dibuatkan Surat

    Ukur.Pengumpulan dan pengelolaan data fisik atas tanah ini penting artinya bagi

    guna menjembatani adanya perbedaan data yang dimohon dengan keadaan fisik

    yang ada di lapangan. Setelah di lakukan prosedur tersebut kurang lebihnya satu

    sampai dua bulan baru bisa terbit gambar sket lokasi tanah negara yang dimohon

    sesuai dengan rekomendasi teknis dari PT.KAI daop Jogja, gambar sket

    merupakan syarat yang harus ada sebelum masuk ke tahap berikutnya.

    Segera setelah pengumpulan dan pengelolaan data fisik serta data

    yuridisdinyatakan lengkap, maka proses berlanjut di sidang yang akan

    menghadirkan pemohon baik dengan didampingi oleh PPAT selaku kuasa ataupun

    tidak serta manghadirkan pemangku wilayah setempat dalah hal ini kepala

    kelurahan. Sidang tersebut sendiri akan dipimpin oleh Panitia A guna menemukan

    kesamaan antara data fisik dan dengan data yuridis dengan pengakuan pemohon

    yang berada di bawah sumpah. Panitia A adalah panitia yang bertugas

    melaksanakan pemeriksaan, penelitian dan pengkajian data fisik maupun data

    yuridis baik di lapangan maupun di kantor dalam rangka penyelesaian

    permohonan pemberian Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas tanah

    Negara, Hak Pengelolaan dan permohonan pengakuan hak atas tanah.

    Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan (Perkaban)

    Nomor 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksanaan Tanah.

    Panitia A dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor

    Pertanahan. Penunjukan Kepala Kantor Pertanahan atas pejabat dan/atau staf yang

  • 13

    akan menjadi Panitia A didasarkan pada tugas pokok dan fungsi, keahlian,

    pengalaman dan/atau kemampuan dari yang bersangkutan. Dalam Pasal 3

    Perkaban Nomor 7 Tahun 2007 dinyatakan bahwa Susunan keanggotaan Panitia A

    terdiri dari Ketua merangkap Anggota, Wakil Ketua merangkap Anggota,

    Anggota, dan Sekretaris bukan Anggota, kemudian Ketua Panitia A menunjuk

    sebanyak 3(tiga) orang anggota yang bertugas ke lapangan sedangkan anggota

    yang lainnya bertugas di kantor11

    .Pada prakteknya di Kantor Pertanahan Kota

    Surakarta, Lurah setempat dilibatkan sebagai salah satu anggota panitia A, dimana

    Lurah tersebut dianggap yang paling mengetahui atas riwayat tanah

    tersebut.Segera setelah dilaksanakannya sidang Panitia A, maka Panitia A akan

    membuat suatu resume mengenai tanah yang dimohon tersebut. Adapun resume

    mengenai tanah tersebut dinamakan dengan risalah Panitia Pemeriksaan Tanah A.

    Data fisik dan data yuridis yang telah dicantumkan dalam risalah Panitia

    Pemeriksaan Tanah A (Daftar Isian 201C/ DI201C) kemudian diserahkan kembali

    kepada Kasi Hubungan Hukum Pertanahan untuk dilakukan pengumuman data

    fisik dan data yuridis, dan pengesahannya. Pengumuman data fisik dan data

    yuridis dilakukan di Kantor Pertanahan Kota Surakarta dan Kantor Kelurahan

    sesuai dengan lokasi tanah negara yang telah dimohon.Setelah itu berkas diajukan

    kepada Kepala Kantor Pertanahan sebagai suatu rekomendasi diterbitkanya Surat

    Keputusan Pemberian hak atas tanah.

    Setelah Keputusan Pemberian hak atas tanah ditandatangani oleh Kepala

    Kantor Pertanahan maka untuk lampiran Proses Validasi Bea Perolehan Hak

    Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Surakarta. Setelah proses

    Validasi dilakukan berkas diserahkan kembali kepada KASI Hubungan Hukum

    Pertanahan untuk selanjutnya dibukukan dalam buku tanah yang ditandatangani

    oleh Kepala Kantor Pertanahan. Tahap terakhir adalah pengisian administrasi

    pendaftaran tanah yang dilakukan oleh KASI Hubungan Hukum Pertanahan serta

    penjahitan buku tanah dengan gambar situasi/surat ukur, dimana buku tanah

    dengan gambar situasi/surat ukur yang telah dijahit merupakan produk akhir dari

    adanya pendaftaran tanah pertama kali yaitu sertipikat hak atas tanah. Sertipikat

    11

    Ibid, Pasal 3

  • 14

    yang telah diserahkan ke Loket Pendaftaran kemudian akan diserahkan kepada

    pemohon ataupun kepada PPAT selaku kuasa urus tanah negara.

    Ketiga, Jangka waktu pendaftaran Hak milik atas Tanah Negaradi

    Sepadan Rel PT. KAI di Kantor Pertanahan Kota Surakarta.Perihal jangka

    waktu pendaftaran dan biaya pendaftaran Hak Milik atas Tanah Negaradi Sepadan

    Rel PT.KAI di Kantor Pertanahan Kota Surakarta dasar pengaturannya sesuai

    dengan jangka waktu pendaftaran dan biaya pendaftaran hak milik atas tanah

    negara sesuai Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan Perkaban Nomor 1

    Tahun 2000. Dalam Standar Pelayanan dan Pengaturan Tanah diatas disebutkan

    bahwa jangka waktu pendaftaran pertama kali untuk Tanah Negara Non Pertanian

    yang luasnya tidak lebih dari 2000m2, adalah selama 38 hari. Namun pada

    prakteknya, proses pendaftaran pertama kali untuk Tanah Negara di kota

    Surakarta tidak bisa secara mutlak selesai pada waktu 38 hari sejak berkas

    permohonan masuk ke loket sampai terbitnya sertipikat. Sebagaimana penjelasan

    Kasi Hubungan Hukum Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Surakarta Bapak

    Agus Suprapta, SH, MKN:

    “Dalam jangka waktu pendaftaran pertama kali untuk Tanah Negara Kota

    Surakarta sebagaimana disebutkan dalam Perkaban 1 Tahun 2010 yaitu

    selama 38 hari, tidak bisa diartikan bahwa semua permohonan bisa selesai

    dalam 38 hari kerja, karena yang tertulis tersebut diatas setelah selesainya

    proses ukur yang berarti terbitnya sket gambar tanah yang dimohon dan

    biasanya terbitnya gambar sket sekitar 1-2 bulan setelah dilakukannya

    pengukuran di lapangan, hal ini disebabkan mengingat banyaknya berkas

    yang harus diperiksa dan hambatan-hambatan di proses pengukuran dan

    pemetaan, tidak sebandingnya jumlah pekerjaan pengukuran tanah di

    Surakarta dengan petugas ukur yang tersedia, dan setelah terbit baru bisa

    dilaksanakan sidang, hasil dari sidang tersebut berupa Surat Keputusan

    Kepala Kantor Pertanahan yang biasanya terbit ± 2 minggu setelah

    sidang,Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan itulah nantinya yang

    akan dijadikan dasar untuk proses validasi BPHTB di Pemerintahan Kota

    Surakarta. Untuk lamanya proses validasi di pemerintah kota Surakarta ± 1

    minggu setelah proses tersebut selesai barulah akan di daftarkan di Kantor

    Pertanahan yang lamanya tercantum dalam Perkaban 1 Tahun 2010 yaitu

    selama 38 haritersebut"12

    12

    HasilWawancaradenganKasiHubunganHukumPertanahan Kantor Pertanahan Kota

    Surakarta Bapak AGUS SUPRAPTA, SH, MKNPadatanggal 19 april 2018

  • 15

    Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri memberi arti

    kata “standar” sebagai 1) ukuran tertentu yang digunakan sebagai patokan, dan 2)

    sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran

    nilai.13

    Pelaksanaan Pemberian Hak Milik atas Tanah Negara di kota Surakarta

    memberi kewajiban kepada pemohon guna membayarkan sejumlah biaya yang

    harus dikeluarkan guna pendaftaran tanah pertama kali tersebut. Adapun dalam

    Lampiran II Perkaban Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan

    Pengaturan Tanah disebutkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan dalam rangka

    Pendaftaran Tanah untuk Pertama kali dalam hal ini pemberian hak milik atas

    tanah negara untuk Perorangan adalah sesuai dengan ketentuan Peraturan

    Pemerintah tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang

    berlaku pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Adapun Peraturan

    Pemerintah yang dimaksud di atas dan yang berlaku saat ini yaitu Peraturan

    Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis

    Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional.

    4. PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Pertama, Proses permohonan tanah tersebut dapat terjadia pabila: adanya

    kemauan dan inisiatif dari masyarakat untuk mengajukan permohonan sertipikat

    hak milik dan tanah yang di tempati tersebut adalah tanah negara yang benar-

    benar di luar penguasaan PT.KAI DAOP Jogja sesuai dengan rekomendasi teknis

    yang dikeluarkan PT.KAI DAOP Jogja.

    Kedua, pertimbangan diberikan sertipikat tanah hak millik dari kantor

    pertanahan adalah pemohon sudah lama menempati daerah tersebut, pemohon

    mau di tata untuk menghindar lingkngan yang kumuh, menurut hasil pengukuran

    dari kantor pertanahan kota Surakarta tanah tersebut di luar garis sepadan rel PT.

    13

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses di http://kbbi.web.id pada 20 April 2018 di

    Surakarta

    http://kbbi.web.id/

  • 16

    KAI, pemohon taat pada peraturan dan sanggup menjalankan kewajiban, area

    tersebut layak dijadikan tempat hunian.

    Ketiga, hambatan dan solusi dalam permohonan hak milik atas tahan

    negara di sepadan rel PT.KAI di Kelurahan Pucangsawit oleh Kantor Pertanahan

    Kota Surakarta adalah: banyaknya warga masyarakat di sepadan rel PT.KAI

    yang tidak mengetahui batas tanah yang dikuasai PT.KAI; kurangnya

    pengetahuan dan pemahaman warga masyarakat tentang hukum pertanahan

    khususnya didalam proses permohonan hak atas tanah di sepadan rel PT.KAI

    sehingga perlu adanya penerangan dan sosialisasi dari Kantor Pertanahan dan

    Instansi yang terkait; perlunya penyederhanaan tata cara dan birokrasi dalam

    permohonan rekomendasi pada kantor PT. KAI DAOP Jogja sehingga proses

    yang dilakukan dalam permohonan hak atas tanah di sepadan rel PT. KAI tidak

    terlalu lama; pentingnya peningkatan kwalitas sumberdaya manusia dari instansi

    kantor pertanahan dengan diadakannya pelatian dan pendidikan agar supaya

    dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat lebih baik.

    4.2 Saran

    Pertama, perlu ditingkatkan sosialisasi aturan perundang-undangan agar

    warga sekitar rel PT.KAI tidak melakukan pelanggaran hukum dengan

    mendirikan atau menguasai tanah yang bukan miliknya terkait dengan Undang-

    undang No 51 PRP Tahun 1960 Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin

    Yang Berhak Atau Kuasanya..

    Kedua, untuk PT.KAI apabila ada tanah di sepadan rel PT.KAI sepanjang

    rel yang dikuasai atau di kelola oleh warga sekitar untuk segera dijelaskan status

    pengelolaannya.

    Ketiga,perlu adanya kerjasama antara Kantor Pertanahan dengan PT.KAI

    dan instansi lanya yang terkait dengan masalah pertanahan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Buku-buku

    Arie, Sukanti Hutagalung & Markus Gunawan. 2009. Kewenangan Pemerintah di

    Bidang Pertanahan. Jakarta: Rajawali Pers.

  • 17

    Boedhi Harsono. 2003. Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan

    Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta:

    Djambatan.

    Budi Harsono. 2008. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Djambatan.

    ______. 2008. Undang-undang Pokok Agraria, Sejarah Penyusunan, Isi dan

    Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.

    Julius, Sembiring. 2016. Tanah Negara. Jakarta: Kencana.

    Urip, Santoso. 2012. Hukum Agraria Kajian Komprehensif. Jakarta: Kencana.

    Peraturan Perundang-Undangan

    Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016 tentang

    Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional

    Dan Kantor Pertanahan

    Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang

    Kementerian Agraria dan Tata Ruang

    Perka BPN RI Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian

    Hak atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran