IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG...

134
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DI BAZNAS KABUPATEN TANGERANG S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Oleh: LUTHFI HIDAYAT NIM. 1110046300009 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438 H / 2017 M

Transcript of IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG...

Page 1: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011

TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DI BAZNAS

KABUPATEN TANGERANG

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Oleh:

LUTHFI HIDAYAT

NIM. 1110046300009

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438 H / 2017 M

Page 2: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Page 3: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Page 4: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Page 5: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

ABSTRAK

Luthfi Hidayat, NIM. 1110046300009. “Implementasi Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang”,

Program Studi Ekonomi Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H./2017 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui: (a) sistem pengelolaan zakat

menurut UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat; (b) sistem

pengelolaan zakat menurut UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat,

dan (c) pengaruh UU No. 23 Tahun 2011 terhadap Pengelolaan Zakat di

BAZNAS Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

sosiologis. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif yaitu

penelitian yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara

kuantifikasi lainnya, tetapi menggunakan prosedur analisis data kualitatif.

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Sebelum

diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2011, pengelolaan zakat diatur berdasarkan

UU No. 38 Tahun 1999. Meskipun harus diakui bahwa dalam peraturan-peraturan

tersebut masih banyak kekurangan yang sangat mendasar, misalnya tidak

dijatuhkannya sanksi bagi muzakki yang melalaikan kewajibannya, tetapi undang-

undang tersebut mendorong upaya pembentukan lembaga pengelola zakat yang

amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat.

Dalam UU No. 23 Tahun 2011 terdapat penambahan pasal-pasal yang

belum diatur dalam UU sebelumnya, perbedaan tersebut adalah : (1) Penambahan

ayat dan penjabaran definisi tentang pengelolaan zakat; (2) Pasal 5 ayat (1),

tentang pembentukan BAZNAS oleh Pemerintah; dan (3) Pasal 7 ayat (1). Salah

satu hal terpenting dalam UU No. 23 Tahun 2011 diantaranya adalah terkait

dengan penguatan kelembagaan, dimana BAZNAS disebutkan sebagai lembaga

pemerintah non struktural yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah.

Diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2011 memberikan pencerahan baru

bagi BAZNAS pada semua tingkatan. Kehadiran UU No. 23 Tahun 2011 ini

berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum,

terintegrasi, dan akuntabilitas. Kehadiran UU tersebut telah memperkuat posisi

BAZNAS Kabupaten dalam sistem pengelolaan zakat yang lebih professional.

Bagi BAZNAS Kabupaten Tangerang, kehadiran UU ini memberikan dampak

positif dan telah menempatkan BAZNAS Kabupaten Tangerang sebagai lembaga

non struktural yang mendapatkan perhatian penuh dari Pemerintah Kabupaten

Tangerang, sehingga kinerjanya lebih efektif dan efesien.

Kata kunci : Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang

Pembimbing : Dr. H. Muhammad Maksum, M.A.

Page 6: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabby, Tuhan seru

sekalian alam, atas limpahkan rahmat dan karunia-Nya yang telah ditebarkan

kepada makhluk-makhluk-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW., yang telah membimbing umat manusia

menuju jalan yang penuh dengan ridho-Nya.

Skripsi ini berjudul “Implementasi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang”, ditulis sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.).

Penulisan skripsi ini terselesaikan berkat bantuan semua pihak, Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. AM. Hasan Ali, M.A. Selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah dan

Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. Selaku Sekretaris Program Studi

Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu

penulis secara tidak langsung dalam menulis skripsi ini.

4. Arip Purkon, SHI, MA. Selaku Pembimbing Akademik yang juga

senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa melakukan

perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

ii

5. Bapak Dr. H. Muhammad Maksum, M.A., Sebagai dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya selama

membimbing penulis.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang mengajarkan ilmu yang tak ternilai harganya,

dan tak pernah lelah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan

studi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Staf Perpustakaan

utama yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi.

8. Kepada Pihak BAZNAS Kota Tangerang yang telah bersedia memberikan

data dan informasi, semoga kedepannya menjadi lembaga yang

berkembang secara pesat dan dapat memajukan Kota Tagerang menjadi

kota yang lebih baik.

9. Ayahanda dan Ibunda tercinta (Bpk. Saduni Efendi dan Ibu Siti Hamidah)

serta saudara-saudariku tersayang yang telah memberikan dukungan baik

mpril maupum materil kepada saya.

10. Teman-teman seperjuangan , khususnya jurusan Manajemen Zakat

Angkatan 2010, dan kepada kawan–kawanku sekalian yang tidak bisa saya

ucapkan satu persatu yang selalu menghadirkan kehangatan kebersamaan,

serta perhatian dan kebaikan kalian semua tidak akan pernah terlupakan.

Akhir kata hanya kepada Allah penulis memanjatkan doa. Semoga Allah

memberikan balasan berupa amal, pahala, dan keberkahan kepada mereka atas

dorongan, dukungan dak kontribusi mereka, saya hanyalah hamba yang dhoif.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat dan kontribusi bagi banyak orang. Amiin

Jakarta, 20 Juli 2017

Luthfi Hidayat

Page 8: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI .………………………………………............................................. iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………… 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………. 11

D. Metode Penelitian …………………………………………….. 12

E. Study Review Terdahulu ……………………………………… 16

F. Sistematika Penulisan ………………………………………… 19

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG ZAKAT DAN

PROBLEMATIKANYA

A. Zakat dan Permasalahannya ………………………………….. 21

1. Pengertian Zakat …………………………………………… 21

2. Sejarah Disyari’atkannya Zakat …………………………… 25

Page 9: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

iv

3. Macam-macam Zakat ……………………………………… 28

4. Muzakki dan Mustahiq Zakat ……………………………… 37

5. Hikmah Zakat ……………………………………………… 40

B. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang Nomor 38

Tahun 1999 ………………………………….………………… 44

C. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011 ………………………………….………………… 47

BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS KABUPATEN

TANGERANG

A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Tangerang .………... 51

B. Dasar Hukum Pendirian BAZNAS Kabupaten Tangerang ....... 52

C. Maksud dan Tujuan BAZNAS Kabupaten Tangerang ……….. 53

D. Visi, Misi dan Motto BAZNAS Kabupaten Tangerang ……..... 54

E. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang ............... 55

F. Fungsi Dan Tugas Pokok Organisasi ………..……………..…. 58

BAB IV PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN

2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DI BAZNAS

KABUPATEN TANGERANG

A. Pengumpulan Zakat ………………………………………………..… 60

B. Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat …………………………. 63

Page 10: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

v

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat di BAZNAS

Kabupaten Tangerang ………………………………………..….….. 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………..… 85

B. Saran ………………………………………………………………… 86

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..……… 89

LAMPIRAN

Page 11: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pelaksana BAZNAS Kabupaten Tangerang Priode 2015-2020 ……. 56

Tabel 4.1 Rekapitulasi Pengumpulan Zakat Oleh BAZNAS

Kabupaten Tangerang Tahun 2012-2016 ……………………………………… 69

Page 12: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang

Masa Khidmat 2015-2020 …………….……………………………………….. 57

Page 13: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk beragama

Islam terbesar di dunia. Jumlah penduduk muslim yang sangat besar merupakan

salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengentaskan

kemiskinan yang saat ini sedang melanda bangsa Indonesia, karena dengan jumlah

penduduk muslim yang sangat besar 88 % sehingga melalui salah satu instrumen

keagamaan yaitu zakat dapat mengentaskan kemiskinan dan memperkecil

kesenjangan sosial yang ada di masyarakat.

Zakat merupakan kewajiban agama yang harus dikeluarkan bagi umat

muslim yang mampu sesuai dengan syariat agama Islam. Zakat merupakan ibadah

amaliyah yang menjurus ke aspek sosial, untuk mengatur kehidupan manusia

dalam hubungannya dengan Allah, dan dalam hubungan dengan sesama manusia,

sehingga zakat memiliki fungsi secara vertikal dan horizontal karena sebagai

wujud ketaatan agama kepada Allah namun juga sebagai wujud kepedulian sosial

kepada sesamanya.

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat

penting, strategis, dan menentukan,1 baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun

dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat

termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima,

1 Yusuf al-Qardhawi, Al-Ibadah fil-Islam, (Beirut: Muassasah Risalah, 1993), h 235

1

Page 14: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

2

sebagaimana yang diungkapkan dalam berbagai hadist Nabi, sehingga

keberadaannya dianggap sebagai ma’luum minad-diin bidhdharuurah atau

diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman

seseorang.2 Di dalam Al-Qur’an terdapat dua puluh tujuh ayat yang mensejajarkan

kewajiban shalat dengan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata.3 Hal ini

menegaskan adanya kaitan komplementer antara ibadah shalat dan zakat. Jika

shalat berdimensi vertikal-ketuhanan, maka zakat merupakan ibadah yang

berdimensi horizontal-kemanusiaan.4 Di dalam Al-Qur’an terdapat pula berbagai

ayat yang memuji orang-orang yang secara sungguh-sungguh menunaikannya,

dan sebaliknya memberikan ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya.

Zakat bukan sekadar kebaikan hati orang-orang kaya terhadap orang

miskin, tetapi zakat adalah hak Tuhan dan hak orang miskin yang terdapat dalam

harta orang kaya, sehingga zakat wajib dikeluarkan. Demikian kuatnya pengaruh

zakat, sampai Khalifah Abu Bakar Ashiddiq bertekad memerangi orang-orang

yang shalat, tetapi tidak mau mengeluarkan zakat dimasa pemerintahannya.

Ketegasan sikap ini menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah

suatu kedurhakaan dan jika hal ini dibiarkan, maka akan memunculkan berbagai

kedurhakaan dan kemaksiatan lainnya.

Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

muslim Indonesia, sebenarnya memiliki potensi strategis yang layak

dikembangkan menjadi salah satu instrument pemerataan pendapatan, yakni

2 Ali Yafie. Menggagas Fith Sosial, (Bandung, 1994), h. 231.

3 Yusuf al-Qardhawi, Fiqhu Zakat, (Beirut: Muassasah Risalah, 1991), h. 42

4 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 2008), h.

90

Page 15: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

3

institusi zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas

penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dan secara cultural, kewajiban zakat,

dorongan berinfaq, dan bersedekah di jalan Allah telah mengakar kuat dalam

tradisi kehidupan masyarakat muslim. Dengan demikian, mayoritas penduduk

Indonesia, secara ideal, bisa terlibat dalam mekanisme pengelolaan zakat. Apabila

hal itu bisa terlaksana dalam aktivitas sehari-hari umat Islam, maka secara

hipotetik, zakat berpotensi mempengaruhi aktivitas ekonomi nasional, termasuk di

dalamnya adalah penguatan pemberdayaan ekonomi nasional.

Secara substantif, zakat, infaq, dan sedekah adalah bagian dari mekanisme

keagamaan yang berintikan semangat pemerataan pendapatan. Dana zakat diambil

dari harta orang berkelebihan dan disalurkan kepada orang yang kekurangan.

Zakat tidak dimaksudkan untuk memiskinkan orang kaya, juga tidakuntuk

melecehkan jerih payah orang kaya.5 Hal ini disebabkan karena zakat diambil dari

sebagian kecil hartanya dengan beberapa kriteria tertentu yang wajib dizakati.

Oleh karena itu, alokasi dana zakat tidak bisa diberikan secara sembarangan dan

hanya dapat disalurkan kepada kelompok masyarakat tertentu.

Seperti halnya dengan zakat, walaupun infaq dan sedekah tidak wajib,

diinstitusi ini merupakan media pemerataan pendapatan bagi umat Islam

sangatdianjurkan. Dengan kata lain, infaq dan sedekah merupakan media untuk

memperbaiki taraf kehidupan, disamping adanya zakat yang diwajibkan kepada

orang Islam yang mampu. Dengan demikian dana zakat, infaq, dan sedekah bisa

diupayakan secara maksimal untuk memberdayakan ekonomi masyarakat.

5 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Pemikiran Ekonomi Islam: Suatu Penelitian Kepustakaan

Masa Kini, (Jakarta: LPPW, 2001), h.134

Page 16: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

4

Relevansi zakat di masa sekarang menjadi semakin penting, terlepas dari

pajak yang telah ada, karena tempat penyalurannya berbeda. Zakat merupakan

faktor utama dalam pemerataan harta benda di kalangan umat Islam, dan juga

merupakan sarana utama dalam menyebar luaskan perasaan senasib

sepenanggungan dan persaudaraan di kalangan umat Islam. Karena itu dapat

dikatakan bahwa zakat, kalau akan dinamakan pajak, maka ia adalah pajak dalam

bentuk yang sangat khusus.6

Pengembangan pemaknaan zakat semacam itu perlu dilakukan karena

pemaknaan zakat oleh seseorang atau lembaga dapat mempengaruhi orientasi dan

model pengelolaan dan zakat dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Secara teologis, zakat akan mendorong seseorang untuk mengeluarkan sebagian

kekayaannya untuk orang lain atas dasar kepatuhannya kepada Allah SWT.

Sedangkan secara sosio ekonomi, zakat diharapkan dapat membantu dan

memperbaiki taraf sosial ekonomi penerimaannya serta mempererat hubungan si

kaya dan si miskin. Disamping itu, apabila zakat dimaknai secara politis strategis,

maka zakat diharapkan mampu memberikan implikasi yang besar pada penguatan

daya tahan bangsa dalam melangsungkan kehidupannya.

Dalam perspektif nasional, badan amil zakat atau lembaga amil

zakatdiharapkan tidak hanya terpaku pada memikirkan kebutuhan sendiri,

melainkan juga mau terlibat dan melibatkan diri untuk memberi kepedulian

terhadap warga masyarakat guna mengatasi kemiskinan dan kemelaratan. Dengan

6 A.Rahman Zainuddin “Zakat Implikasinya pada Pemerataan” dalam Budhy Munawar-

Rachman

(Ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1994),

Cet.ke-

1, h. 437

Page 17: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

5

demikian, kehadiran badan amil zakat di samping bersifat keagamaan, juga

ditempatkan dalam konteks cita-cita bangsa, yaitu membangun masyarakat yang

sejahtera, adil, dan makmur. Oleh karena itu peningkatan daya guna badan amil

zakat, khususnya dalam melakukan pembangunan ekonomi masyarakat mesti

dilakukan.

Pengelolaan zakat awalnya pada masa penjajahan dan kemerdekaan

memilki gambaran buram tentang fungsi zakat karena tidak ada pembayaran dan

penyaluran zakat secara baik sehingga pada masa orde baru pemerintah

mengeluarkan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dalam rangka

melembagakan pengelolaan zakat agar mempermudah dalam pengelolaan zakat

sehingga menunjang kebutuhan sosial untuk konsumtif maupun produktif serta

merupakan awal dari terbukanya keterlibatan publik secara aktif melalui BAZ

(Badan Amil Zakat). Namun Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat dianggap belum mampu menjawab permasalahan pengelolaan

tersebut sehingga pemerintah merevisi UU Nomor 38 Tahun 1999 menjadi

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat agar dapat

memperbaiki undang-undang sebelumnya karena UU Nomor 38 Tahun 1999

sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 dibuat dalam rangka

meningkatkan dayaguna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga

sesuai dengan syariat agama Islam yang bertujuan melakukan pengelolaan zakat.

Pengelolaan yang dimaksud meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Page 18: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

6

Namun dalam implementasinya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

mengalami banyak kontroversi karena dianggap mempersulit masyarakat dalam

mengumpulkan zakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Pada

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 terdapat pasal krusial yang menyalahi

norma dalam masyarakat, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 dapat

mengerdilkan peran mandiri masyarakat dalam memberdayakan dana zakat.

Selain itu, hasil revisi Undang-undang zakat tersebut, telah menghambat kinerja

dan menghambat peran lembaga-lembaga zakat yang telah ada. Disyahkannya

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dinilai belum

sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan dan belum menjawab permasalahan

perzakatan yang ada karena, di dalam Undang-undang tersebut terdapat pasal

yang multitafsir yang bisa menimbulkan pro dan kontra di kalangan pegiat zakat.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 dimaksudkan untuk memastikan

keteraturan dan akuntabilitas dalam perencanaan pengumpulan, pendistribusian,

dan pendayagunaan zakat; pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat; dan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan

pengelolaan zakat. Akan tetapi adanya krisis kepercayaan masyarakat pada kinerja

pemerintah merupakan salah satu alasan mengapa banyak kontroversi mengenai

pengelolaan zakat yang langsung ditangani pemerintah, karena dikhawatirkan

akan muncul peluang timbulnya korupsi dan ketidakmerataan pendistribusian

zakat.

Sikap tradisional masyarakat juga mempengaruhi terhambatnya

pengaplikasian Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, karena para pemberi

Page 19: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

7

zakat lebih mempercayakan penyaluran kepada masjid terdekat atau lembaga

lembaga penyalur lainnya yang ada di daerahnya, yang setiap tahun melakukan

pengumpulan dan penyaluran zakat. Penyaluran zakat melalui masjid didasari

kepraktisan dan kedekatan lokasi. Alasan lain mengapa masyarakat tidak

mempercayai lembaga yang dibentuk pemerintah diakibatkan sistem birokasi dan

good governance yang masih lemah didukung pula dengan tingkat korupsi yang

sangat tinggi di Indonesia, sehingga dikhawatirkan zakat yang merupakan salah

satu wujud ketaatan agama akan disalahgunakan oleh pemerintah untuk

kepentingan politis dan tidak sesuai dengan tujuan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011.

Selain itu dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 terdapat pasal-

pasal yang tidak berkesinambungan dengan kondisi masyarakat dan menghambat

kinerja pendistribusian zakat dari lembaga penyaluran zakat yang selama

bertahun-tahun melaksanakan penyaluran zakat karena kurang mendapat jaminan

dan pelindungan hukum yang memadai dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun

2011.

Bila dibandingkan dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, maka

UU zakat yang baru ini memiliki banyak perbedaan. Perbedaan ini tidak hanya

bersifat asesoris, akan tetapi juga mencakup substansinya. Beberapa perbedaan

mendasar antara Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 dengan Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011 yang baru disahkan antara lain, dalam Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011 yang disahkan pada tanggal 27 Oktober 2011 terdapat 11

Bab dan 47 Pasal. Muatan yang terkandung dalam Undang-undang Zakat baru

Page 20: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

8

tersebut adalah: 1). Pengelolaan zakat menjadi kewenangan Negara, masyarakat

diperkenankan ikut mengelola apabila ada izin dari pemerintah. 2). Pengelolaan

zakat dilakukan oleh BAZNAS yang beroperasi dari tingkat pusat sampai dengan

Kota/Kabupaten secara hirarkis (untuk selanjutnya BAZNAS dapat membentuk

UPZ (Unit Pengumpul Zakat). 3). Anggota BAZNAS terdiri dari delapan orang

perwakilan masyakat dan tiga orang perwakilan pemerintah. Perwakilan

masyarakat terdiri dari Ulama, tenaga profesional, dan tokoh masyarakat,

sedangkan perwakilan pemerintah dan unsur kementerian terkait. 4). LAZ

berperan membantu BAZNAS dalam pengelolaan zakat (untuk selanjutnya LAZ

dapat membentuk perwakilan). Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 secara

tersirat mengakomodasi keberadaan LAZ daerah.7

Jika melihat dari beberapa isi Undang-undang terbaru Nomor 23 Tahun

2011, ada beberapa poin penting yang mesti kita telaah lebih lanjut. Salah satunya

seperti persoalan mengenai pengelolaan zakat yang kini dipusatkan pada

Pemerintah atau sentralisasi zakat pada BAZNAS. Jika dilihat dari kenyataan

yang ada, lalu bagaimana dengan peran LAZNAS dalam mengelola zakat yang

sudah terlebih dahulu mengelola zakat itu sendiri sebelum terbentuknya

BAZNAS. Seharusnya dengan terbitnya undang-undang ini diharapkan dapat

menjadi acuan penting untuk pengelolaan zakat di Indonesia kedepannya. Tetapi

nyatanya dengan lahirnya Amandemen undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat ini, masih banyak menuai protes dan kecaman dari

berbagai elemen dan para praktisi zakat di Indonesia. Apalagi banyak munculnya

7 Undang-undang Republika Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat

Page 21: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

9

penafsiran atas isi Undang-undang Pengelolaan Zakat yang baru ini, sehingga

mengakibatkan banyaknya pro-kontra mengenai isi dari Undang-undang

Pengelolaan Zakat itu sendiri. Adanya Undang-Undang baru ini diharapkan dapat

menjawab masalah-masalah pengelolaan zakat di Indonesia, bukan malah

menambah permasalahan dalam pengelolaan zakat. Banyak harapan dari pihak

LAZ terhadap Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, sehingga dapat

memberikan solusi atas pengelolaan zakat yang sebelumnya diatur dalam Undang-

undang Nomor 38 Tahun 1999.

BAZNAS Kabupaten Tangerang merupakan salah satu lembaga pengelola

zakat di wilayah provinsi Banten yang dibentuk berdasarakan Surat Keputusan

Bupati Tangerang Nomor 451/Kep.459-Huk/2015. Keberadaan BAZNAS

Kabupaten Tangerang memiliki posisi yang cukup strategis terkait pengelolaan

zakat di wilayah Kabupaten Tangerang. Dengan diberlakukannya Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011, BAZNAS Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Indonesia,

termasuk didalamnya BAZNAS Kabupaten Tangerang, dituntut untuk lebih

optimal dalam melakukan tugas dan fungsinya. .

Sehubungan dengan hal itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai implementasi pengelolaan zakat setelah berlakunya Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011. Hasil penelitian tersebut selanjutnya akan penulis

tuangkan dalam sebuah skripsi dengan judul: “Implementasi Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten

Tangerang”.

Page 22: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

10

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di

atas, banyak masalah yang dapat dikaji dan diteliti. Namun agar penelitian

ini lebih terfokus dan sekaligus menghindari terjadinya kesimpang siuran

dalam pembahasan, maka masalah-masalah yang akan dikaji dan dianalisis

dibatasi seputar implementasi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang. Pembatasan

tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran lebih konkrit tentang

upaya yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam

mengimpelemtasikan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat.

2. Perumusan Masalah

Zakat memiliki potensi yang cukup besar dalam upaya memecahkan

persoalan kemiskinan, jika mampu dikelola dan dimanage secara baik dan

benar oleh badan yang diberikan tugas dan kewenangan untuk itu.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian

ini penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana pengelolaan zakat menurut Undang-undang Nomor 38 Tahun

1999 Tentang Pengelolaan Zakat ?

b. Bagaimana pengelolaan zakat menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Zakat ?

Page 23: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

11

c. Bagaimana penerapan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Pengelolaan zakat menurut Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999

Tentang Pengelolaan Zakat ?

b. Pengelolaan zakat menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat ?

c. Penerapan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang ?

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:

a. Bagi akademisi, dapat menambah khazanah pengetahuan serta ilmu yang

luas demi meningkatkan kompetensi diri, kecerdasan intelektual dan

emosional dalam bidang ekonomi syariah, khususnya mengenai

pengelolaan dana zakat sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011.

b. Bagi praktisi, dapat menambah sumbangan wacana pemikiran serta

motivasi kepada praktisi dalam menerapkan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Page 24: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

12

c. Bagi masyarakat, dapat meningkatkan kesadaran dan keinginan

masyarakat untuk berzakat dan menambah pengetahuan tentang seputar

zakat di Indonesia.

Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, dapat

memperkaya wawasan dalam ekonomi Islam pada umumnya dan khususnya

memperoleh bukti yang sangat signifikan terhadap masalah yang diteliti

serta memperoleh pengetahuan mengenai pengelolaan zakat di Indonesia

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis. Pendekatan yuridis

diartikan sebagai penelitian hukum dimana hukum tidak dikonsepsikan

suatu gejala normatif yang mandiri (otonom), tetapi sebagai suatu institusi

sosial yang dikaitkan secara riil dengan informan sosial yang lain. Menurut

pandangan penelitian ini, hukum dipelajari sebagai suatu peraturan yang

menimbulkan akibat-akibat pada berbagai segi kehidupan sosial.8 Sisi

yuridis dalam penelitian ini akan meninjau dua peraturan undang-undang

yaitu, Undang Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat

yang akan menjadi dasar yuridis dalam penegelolaan zakat yang dilakukan

oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang.

8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2001),

h. 6.

Page 25: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

13

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif yaitu

penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.9

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sebagai

berikut :

a. Sumber primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang

otentik dalam bentuk perundang-undangan tentang zakat, dan subyek

penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer adalah

“kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai”. 10

Sumber data primer penelitian ini, penulis peroleh baik melalui kegiatan

observasi dengan ikut terlibat langsung dalam mengamati proses

pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang, maupun dari hasil

wawancara dengan informan yang berkaitan. Adapun sumber data

sekunder diantaranya adalah:

1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat;

2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;

dan

3) Hasil wawancara dengan informan yang berkaitan.

b. Sumber sekunder, adalah data-data yang berasal dari orang kedua atau

bukan data yang datang langsung, namun data-data ini mendukung

pembahasan dari penelitian ini.

9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ....., h. 6.

10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ....., h. 157.

Page 26: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

14

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini yaitu

dengan menggunakan metode dokumentasi dan metode interview/

wawancara.

a. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai variabel yang

berupa catatan, buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,

majalah, catatan harian, agenda, dan sebagainya. Metode dokumentasi ini

digunakan untuk mendapatkan data berupa tulisan yang sehubungan

dengan obyek penelitian yang akan di bahas dalam penelitian, serta

digunakan sebagai metode penguat dari hasil metode interview atau

wawancara. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

menyangkut pembahasan yang penulis kaji atau teliti. Dalam hal ini,

dokumentasi yang dijadikan acuan berupa arsip atau dokumen dari

BAZNAS Kabupaten Tangerang.

b. Metode Interview

Yaitu usaha mengumpulkan informasi dengan menggunakan

sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula.

Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-

hal yang tidak dapat diperoleh lewat pengamatan.11

Dengan

menggunakan metode ini diharapkan dapat memperoleh jawaban secara

langsung, jujur, dan benar serta keterangan lengkap dari informan

11

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 1996),

cetakan-I, h. 59

Page 27: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

15

sehubungan dengan obyek penelitian. Sehingga dapat diperoleh

informasi yang valid dengan bertanya langsung kepada informan. Dalam

hal ini informan adalah pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang.

Adapun informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Bapak

K.H. Afif Afify, Ketua BAZNAS Kabupaten Tangerang, Bapak Drs. H.

Yahya Erfan Ma’sum, Sekretaris BAZNAS Kabupaten Tangerang, dan

Bapak Drs. Nano Sumarno, Bendahara BAZNAS Kabupaten Tangerang.

4. Analisis Data

Menurut Moleong, analisa data merupakan tahap terpenting dari

sebuah penulisan. Sebab pada tahap ini data dapat dikerjakan dan

dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah pemahaman

yang benar-benar dapat digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan

yang telah dirumuskan. Secara definitif, analisa data merupakan proses

pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola kategori dan suatu

uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang dirumuskan oleh data.12

Metode analisis data yang digunakan adalah content analysis atau

analisis isi, yakni pengolahan data dengan cara pemilahan tersendiri

berkaitan dengan pembahasan dari beberapa gagasan atau pemikiran para

tokoh yang kemudian dideskripsikan, dibahas dan dikritik. Selanjutnya

dikategorisasikan (dikelompokkan) dengan data yang sejenis, dan dianalisa

isinya secara kritis guna mendapatkan formulasi yang kongkrit dan

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2001),

h. 103.

Page 28: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

16

memadai, sehingga pada akhirnya dijadikan sebagai langkah dalam

mengambil kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yang ada.13

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan, penulis menggunakan standar acuan Buku

Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2012 M.

E. Study Review Terdahulu

Sudah cukup banyak studi yang dilakukan seputar lembaga zakat, baik

tentang mekanisme pengumpulan, penyaluran maupun pendistribusiannya.

Namun, sepanjang yang penulis ketahui, belum ada seorangpun yang menulis

tentang manajemen pengelolaan zakat sebelum dan sesudah berlakunya Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, khususnya pada

BAZNAS Kabupaten Tangerang. Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, ada

beberapa karya ilmiah yang secara spesifik serumpun dengan judul yang diangkat

penulis. Walaupun obyek kajiannya sama, namun masih terdapat perbedaan yang

mendasar, seperti:

Skripsi yang berjudul “Pendistribusian Dana Zakat Untuk Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten

Karawang, yang disusun oleh Mukhlisin, Program Studi Muamalat (Ekonomi

13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 163.

Page 29: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

17

Islam) Tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang mekanisme pendistribusian

zakat di Kabupaten Karawang.

Selain itu, skripsi yang berjudul: “Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui

Zakat Produktif (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Daerah/BAZDA Kota

Tangerang), yang disusun oleh M. Syahril Syamsuddin, Konsentrasi Perbankan

Syari’ah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), tahun 2010. Skripsi ini lebih

menitik beratkan pada pengelolaan zakat produktif.

Selain itu juga skripsi yang berjudul: “Efektivitas Pengelolaan Dana Zakat

BAZDA Kota Tangerang Selatan Terhadap Pemberdayaan Pengusaha Kecil dan

Mikro”, yang disusun oleh Lisa Hafizah, tahun 2005. Skripsi ini membahas

tentang penghelolaan zakat pada BAZDA Kota Tangerang Selatan khususnya

dalam hal pemberdayaan pengusaha kecil dan mikro.

Penelitian yang dilakukan oleh Dzulfadli Nashby, Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Perbankan Syari’ah

dengan judul “Kajian Perubahan Undang-Undang No.38 tahun 1999 Tentang

Pengelolaan Zakat dan Pengaruhnya Terhadap Pengelolaan Zakat di Indonesia”.

Perbedaan mendasar dalam penulisan ini terdapat pada objek dan subjek

penelitian. Pada penelitian ini sodara Dzulfadli meneliti Undang-Undang No.38

tahun 1999 sedangkan Penulis mengkaji tentang pengelolaan zakat berdasarkan

UU No.23 Tahun 2011.

Skripsi dari Saudara M. Yusuf (2009), “Implementasi Undang-undang

No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat oleh Badan Amil Zakat di Kota

Depok”. Pada penelitian ini membahas tentang implementasi dari Undang-

Page 30: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

18

Undang No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, yang dilakukan Badan

Amil Zakat Kota Depok. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa hambatan yang

paling utama adalah adanya sifat keengganan atau menolak untuk membayar

kewajiban dari sebagian muzzaki dikarenakan kurangnya kepercayaan dari

sebagian masyarakat terhadap proses birokrasi. Untuk meningkatkan jumlah

pendapatan zakat yang diterima, BAZDA Kota Depok mengaggap perlu adanya

rgulasi laen selain Undang-Undang No.38 tahun 1999 yang lebih mengikat

umumnya kepada masyarakat Kota Depok dan khususnya kepada para Pegawai

Negri Sipil yang ada dilingkungan kota Depok. Regulasi tambahan tersebut

dimaksudkan agar kepada setiap PNS yang ada di Kota Depok dapat langsung

dipotong gajinya untuk disisihkan membayar zakat, sebagai bentuk dari zakat

profesi. Persamaan penelitian ini dengan yang penulis angkat ialah sama-sama

membahas penerapan UU mengenai zakat. Namun terdapat pula perbedaannya

yaitu dalam hal substansinya yang dibahas. Selain itu terdapat pula perbedaan dari

penelitian ini dengan penelitian yang penulis angkat, yaitu dari metode penelitian

yang digunakan.

Jurnal dari saudari Trie Anis Rasidah dan Asfi Manzilati, Mahasiswi

Universitas Brawijaya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2014), “Implementasi

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat

Lembaga Amil Zakat (studi pada beberapa LAZ Di kota Malang)”. Perbedaan dari

penelitian ini ialah dari segi objek dan subjek penelitian. Pada penelitian ini

membahas implementasi undang-undang no.23 tahun 2011 terhadap legalitas

pengelolaan zakat suatu lembaga, studi kasus pada beberapa LAZ di Kota Malang.

Page 31: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

19

Dengan menggunakan analisis kualitatif dan pendekatan content analysis sehingga

dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian. Dari hasil penelitian ini,

diketahui bahwa dalam implementasi undang-undang nomor 23 tahun 2011

terhadap legalitas pengelolaan zakat oleh lembaga amil zakat (studi pada beberapa

LAZ di Kota Malang) belim tersosialisasi kepada masyarakat sehingga pihak

pengelola zakat dan masyarakat ragu bahwa undang-undang nomor 23 tahun 2011

tentang pengelola zakat benar-benar diterapkan hal ini dikarenakan masih

banyaknya pasal yang tidak sesuai dengan kodisi masyarakat sehingga

mengambat legalitas LAZ dalam mengelola zakat. Maka, diperlukan peninjauan

ulang dan sosialitas mengenai undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan konkrit tentang

penelitian ini, maka sistematika penulisannya disusun sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, meliputi pembahsan tentang: Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metode Penulisan, Study Review Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.

Bab II, Kajian Teoritis Tentang Zakat dan Problematikanya, yang memuat

pembahasan tentang: Zakat dan Permasalahannya, Pengelolaan Zakat menurut

Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, dan Pengelolaan Zakat menurut Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011.

Page 32: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

20

Bab III, Gambaran Umum BAZNAS Kabupaten Tangerang, yang

pembahasannya terdiri atas: Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Tangerang,

Dasar Hukum Pendirian BAZNAS Kabupaten Tangerang, Maksud dan Tujuan

BAZNAS Kabupaten Tangerang, Visi, Missi, dan Motto BAZNAS Kabupaten

Tangerang, Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang, dan Fungsi dan

Tugas Pokok Organisasi

Bab IV, Penerapan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang, yang memuat pembahasan

tentang: Pengumpulan Zakat, Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat, dan

Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang

Bab V, Penutup, memuat Kesimpulan dan Saran-saran.

Page 33: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

21

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG ZAKAT

DAN PROBLEMATIKANYA

A. Zakat dan Permasalahannya

1. Pengertian Zakat

Zakat berasal dari bentukan kata “zakaa”, yang secara etimologi

berarti “suci”. “baik”, “berkah”, “tumbuh”, “berkembang”, “bertambah”,

dan “subur”.

Secara terminologi, zakat berarti nama bagi sejumlah harta tertentu

yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk

dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan

persyaratan tertentu pula.1

Selain itu zakat juga mempunyai beberapa nama di dalam Al-

Qur‟an, tetapi tetap mempunyai arti yang sama. Nama-nama tersebut antara

lain :

a. Zakat

Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 43:

ألا انصلح ءارا انضكبح و

اسكعا يع انشاكع

1 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1998), h. 13.

Page 34: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

22

Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah kamu

bersama orang-orang yang rukuk” (QS. al-Baqarah : 43).2

b. Shodaqoh

خز ي أيانى صذلخ رطشى رضكى ثب صم عهى إ صلرك

سع عهى سك نى للا Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo‟alah

untuk mereka.(QS. at-Taubah : 103)3

أنى عها أ للا مجم ؤخز انصذلبد انزثخ ع عجبد

أ للا انزاة انشحى

Artinya: “Tidaklah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima

taubat dari hamba-hambanya dan menerima zakat, dan

bahwasanya Allah maha penerima taubat lagi Maha

penyayang” (QS. at-Taubah 104)4

c. Haq

انز أشؤ جبد يعششبد غش يعششبد انخم انضسع يخزهفب أكه انضز انشيب

يزشبثب غش

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-

macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan

warnanya), dan tidak sama (rasanya) makanlah dari buahnya

(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah

haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada

fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan,

sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-

lebihan” (QS. al-An‟am : 141).5

2 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Bumi Restu, 1976),

h. 16 3 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 298

4 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 297

5 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 212

21

Page 35: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

23

d. Nafaqah

بأب انز ءايا إ كثشا ي الحجبس انشجب نؤكه أيال انبط ثبنجبطم صذ ع سجم للا انز كض انزت فمب ف سجم للا انفعخ ل

ى ثعزاة أنى فجشش

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya sebagian besar

dari orang-orang Yahudi dan Rahib-rahib Nasrani benarbenar

memakan harta orang dengan jalan yang bathil, dan mereka

menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-

orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada

mereka (bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih). (QS.

at-Taubah : 34)6

Dalam istilah fikih, zakat adalah sejumlah harta yang di keluarkan

dari jenis harta tertentu yang di serahkan kepada orang-orang yang berhak

menerimanya dengan syarat yang telah di tentukan.7

Beberapa ahli fikih mendefinisikan zakat sebagai berikut:

a. Menurut Abi Syuja‟.8 Zakat adalah suatu nama tertentu yang di ambil

dari harta tertentu dan di berikan kepada golongan tertentu.

b. Menurut Sayyid Sabiq,9 zakat adalah nama suatu hak Allah yang

dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin, dan dinamakan zakat karena

ada harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan

tambahnya beberapa kebaikan.

6 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 283

7 Lahmudin Nasution , Fiqh I, (Jakarta : Logos, 1995), h. 145.

8 Abi Syuja‟, Fath al-Qorib, (Bandung : Al-Maarif, t.th), h. 22

9 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunah, juz lll, (Kuwait : Dar al-Bayan, 1968), h. 5

Page 36: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

24

c. Menurut Yusuf Qardhawi,10

zakat adalah sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah dan diserahkan kepada orang-orang yang berhak.

d. Menurut Didin Hafidhuddin,11

zakat adalah harta yang telah memenuhi

syarat tertentu yang dikeluarkan oleh pemiliknya kepada orang yang

berhak menerimanya.

e. Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 1999, zakat adalah harta yang

wajib di sisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh

orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada

yang berhak menerimanya.

Selain itu, zakat dapat pula diartikan sebagai pemberian sesuatu yang

wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut sifat dan ukuran

tertentu, kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya.12

Sayyid

Sabiq mendefinisikan zakat sebagai sebuah nama harta yang harus

dikeluarkan manusia dari hak Allah untuk diberikan kepada fakir miskin.13

Mahmud Syalthout, dalam Bukunya “Fatawa”, menyatakan bahwa

zakat secara terminologi adalah nama sebagian harta yang dikeluarkan oleh

hartawan untuk diberikan kepada saudaranya yang fakir-miskin dan untuk

kepentingan umum yang meliputi penertiban masyarakat dan peningkatan

taraf hidup umat.14

Sedangkan Hasby Ash-Shiddieqy menyatakan bahwa

10

Yusuf Qordhawi, Fiqh Zakat, Terj. Salman Harun, et.al., (Jakarta: Litera Antar Nusa,

Cet. 6, 2002), h. 37 11

Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani,

2002), h. 7 12

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih Jilid I, (Jakarta: Dir.

PPTAI, 1983), h. 229. 13

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid I, h. 276. 14

Mahmud Syalthout, Fatawa, (Kairo: Darul Qolam, 1966), h. 114.

Page 37: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

25

zakat secara terminologi adalah mengeluarkan sebagian dari harta guna

diberikan kepada mereka yang telah diterangkan syara‟, menurut aturan

yang telah ditentukan di dalam Kitabullah, Sunnah Rasul dan Undang-

undang Fiqih.15

Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38

Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Bab I Pasal 1 ayat 2, bahwa zakat

adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang

dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya.16

Berdasarkan beberapa definisi yang telah penulis sebutkan di atas,

maka adapatlah disimpulkan bahwa zakat adalah harta yang wajib

dikeluarkan oleh seseorang atau badan karena telah memenuhi syarat-syarat

tertentu yang akan dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya

berdasarkan ketentuan syari‟at agama Islam.

2. Sejarah Disyari’atkannya Zakat

Zakat bukanlah syari‟at baru yang hanya terdapat pada Syari‟at

Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi zakat

merupakan bagian dari syari‟at yang dibawa oleh para Rasul dahulu, sebagai

rangkaian dari ibadah fardhu lainnya, seperti shalat, puasa dan haji.

Zakat merupakan suatu ibadah maliyah yang lebih menjurus kepada

aspek sosial, untuk mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya

15

Hasby Ash-Shiddiey, Pedomna Zakat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 5. 16

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Dirjen

Bimas Islam, 2003), h. 3

Page 38: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

26

dengan Allah, dan dalam hubungannya dengan sesama manusia. Jika shalat

lebih menjurus kepada pembinaan kepribadian yang mulia, maka zakat lebih

menjurus kepada pembinaan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu tidak

mengherankan jika ibadah zakat ini juga merupakan ibadah bagi umat-umat

sebelum Islam, sebagaimana yang diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur‟an

bahwa Nabi Ibrahim dan anak cucunya telah diperintahkan oleh Allah untuk

menunaikan zakat, sebagaimana mereka diperintahkan mendirikan shalat.

Di antara ayat-ayat itu adalah sebagai berikut:

a. Firman Allah dalam Surat Al-Anbiya ayat 73 yang berbunyi:

جعهبى أئخ ذ ثؤيشب أحب إنى فعم انخشاد إلبو انصلح إزبء انضكبح

كبا نب عبثذ

Artinya: “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin, yang

memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami

wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan

shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka

selalu menyembah”17

b. Firman Allah dalam Surat Maryam ayat 54-55 sebagai berikut:

م إ اركش ف انكزبة إسبع

كب صبدق انعذ كب سسل

كب ؤيش أه ثبنصلح .جب انضكبح كب عذ سث يشظ

Artinya: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah

Ismail yang tersebut di dalam Al-Qur‟an, sesungguhnya ia

adalah seorang yang benar janjinya dan ia adalah seorang

Rasul dan Nabi. Dan ia menyuruh ahlinya (umatnya) untuk

17

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 504.

Page 39: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

27

bershalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang

diridhai di sisi Tuhannya”.18

c. Firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 12 yang berbunyi:

نمذ أخز للا يثبق ث إسشائم ثعثب يى اث عشش مجب لبل للا إ يعكى نئ ألزى انصلح ءارزى انضكبح ءايزى ثشسه عضسرى ألشظزى للا

حسب لكفش عكى سئبركى لشظبلدخهكى جبد رجش ي رحزب البس ف كفش ثعذ رنك يكى

فمذ ظم ساء انسجم

Artinya: “Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari)

Bani Israil, dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang

pemimpin dan Allah berfirman: „Sesungguhnya Aku beserta

kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat, dan

menunaikan zakat, serta beriman kepada rasul-rasul-Ku, dan

kamu bantu mereka, dan kamu pinjamkan kepada Allah

pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-

dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam

surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang

siapa yang kafir di antaramu sesudah itu, ssungguhnya ia telah

tersesat dari jalan yang lurus”.19

d. Firman Allah dalam Surat Mayam ayat 30-31 sebagai berikut:

لبل إ عجذ للا ءارب انكزبة .جعه جب جعه يجبسكب أ

أصب ثبنصلح انضكبح يب كذ بيب ديذ ح

Artinya: “Berkata Isa, „Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia

memberikau Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang

Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana

saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku

(mendirikan) shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup”.20

18

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 468 19

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 161 20

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 466

Page 40: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

28

e. Firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 123 sebagai berikut:

ثى أحب إنك أ ارجع يهخ

إثشاى حفب يب كب ي انششك

Artinya: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) „Ikutilah

agama Ibrahim, seorang yang hanif dan dia tidak termasuk

orang-orang yang musyrik”.21

f. Firman Allah dalam Surat Al-An‟am ayat 161 sebagai berikut:

ذا سث إن صشاغ لم إيسزمى دب لب يهخ إثشاى

فب يب كب ي انششك ح

Artinya: “Katakanlah: „Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh

Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar,

agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu tidak termasuk

orang-orang yang musyrik”.22

Demikianlah ayat-ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan bahwa zakat

telah diperintahkan oleh Allah Swt. kepada umat-umat sebelum Nabi

Muhammad Saw.

3. Macam-macam Zakat

Zakat merupakan shodaqoh wajib yang telah ditentukan macam dan

jenisnya. Dalam ilmu Fiqih zakat dibagi menjadi 2 macam, yaitu zakat fitrah

dan zakat maal.

a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan oleh setiap orang

Islam yang mempunyai kelebihan untuk keperluan keluarga yang wajar

21

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 420 22

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 216

Page 41: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

29

pada malam hari raya Idul Fitri.23

Zakat ini dinamakan zakat fitrah

karena di kaitkan dengan diri (al-Fitrah) seseorang. Zakat fitrah

dibayarkan pada bulan Ramadhan hingga sholat Idul Fitri. Adapun

jumlah dan jenis zakat ini adalah 1 sha‟ tamar atau satu sha‟ gandum,24

tergantung jenis makanan pokok yang terdapat di daerah tertentu.25

Zakat fitrah ini dimaksudkan untuk membersihkan dosa-dosa

yang pernah dilakukan selama puasa Ramadhan, agar orang-orang itu

benar-benar kembali kepada keadaan fitrah, dan juga untuk

menggembirakan hati fakir miskin pada hari raya idul fitri. Hal ini

sebagaimana tercantum dalam hadist Nabi SAW.26

عجذ انذيشم خبنذ ث يحد حذثب لبل انسشلذ انشح عجذ ث للا

اث اخجشب للا عجذ لبل يشا اخجشب كب صذق شخ كب انخل ضذ ث سبس اخجشب -ع ش ت اث ع انصذف يحد لبل انشح عجذ سسل فشض : لبل عجبط اث ع شيخعك طشح انفطش صكبح سهى عه للا صه للا

انشفث انهغ ي) نهصبئى (نهصبو لجم أداب ي نهسبك طعخ أداب ي يمجنخ صكبح ف انصلح .انصذلبد ي صذلخ ف انصلح ثعذ

Artinya: “Mahmud bin Kholid Adimaski dan Abdullah bin Abdurrahman

berkata : kami diceritakan oleh Marwan. Abdullah berkata :

kami diceritakan oleh abu zayid al Khouladani. Dia adalah

guru yang jujur. ibn wahab juga meriwayatkan darinya.

Diceritakan oleh sayyar bin Abdurrahman dari Mahmud asy

Shodafi dari Ikrimah dari ibn Addas berkata : Rasulullah SAW

23

Muhammad Daud Ali, Habibah Daud Ali, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 244 24

Satu Sha‟ sama dengan ukuran takaran 2,304 Kg 25

Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asy‟as As-Sijistani. Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar al–

kutub al-ilmiyyah, 1996), h. 97 26

Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asy‟as as-Sijistani. Sunan abi Daud, h. 99

Page 42: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

30

mewajibkan zakat fitrah sebagai upaya penyucian bagi puasa

(orang yang berpuasa) dari main-main (tidak serius) dan dosa,

serta upaya memberi makan kepada orang-orang miskin.

Barang siapa menyerahkan zakat sebelum salat ied, maka itu

dihitung sebagai zakat yang akan diterima. Tetapi barang siapa

menyerahlan sesudah salat ied maka itu dianggap sebagai

sedekah”.

b. Zakat Mal

Zakat mal adalah zakat yang berupa harta kekayaan yang

dikeluarkan oleh seseorang atau badan hukum dengan ketentuan telah

memenuhi satu nishab dan telah dimiliki selama satu tahun.27

Zakat maal disyariatkan berdasarkan firman Allah surat Al-

Baqarah : 267

فما ي بأب انز ءايا أطجبد يب كسجزى يب أخشجب

نكى ي السض ل را انخجث

ي رفم نسزى ثآخز إل أ

رغعا ف اعها أ للا غ

حذ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari

apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah

kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari

padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya, dan

ketahuilah bahwa Allah Maha kaya lagi Maha terpuji. (QS. Al-

Baqarah : 267).28

Dalam kitab fiqih klasik, harta kekayaan yang wajib dizakati

meliputi: binatang ternak, emas dan perak, barang perdagangan, hasil

27

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van

Hoeve, 1993), h. 224 28

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 67

Page 43: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

31

bumi serta barang tambang dan rikaz. Pembahasan ini akan dibahas

dalam uraian sebagai berikut:

1) Binatang ternak

Dalam kelompok ini para fukaha sepakat bahwa binatang

ternak yang wajib dizakati meliputi unta, sapi, kambing dan

semisalnya.29

Para fuqaha mensyaratkan beberapa hal dalam pengeluaran

zakat untuk binatang ternak, meskipun masih ada perselisihan

pendapat di dalamnya. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:30

a) Binatang ternak itu unta, sapi, dan kambing yang jinak.

b) Jumlah binatang ternak itu hendaknya mencapai nisab

c) Pemilik binatang itu telah memilikinya selama satu tahun penuh

terhitung dari hari pertama ia memilikinya dan pemilikan itu tetap

tertahan selama masa kepemilikan.

d) Binatang itu termasuk binatang yang mencari rumput sendiri dan

bukan binatang yang diupayakan rumputnya dengan biaya

pemiliknya.

2) Zakat Emas dan Perak

Dasar diwajibkan zakat terhadap emas dan perak adalah sesuai

dengan firman Allah SWT Surat at-Taubah 34:

29

Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh‟ Ala Madzhab al-Arba‟ah , Juz 1, (Beirut: Darul Fiqr,

1972), h. 542 30

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 283

Page 44: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

32

انزت انفعخ انز كضفمب ف سجم للا فجششى ل

ثعزاة أنى

Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan

tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukan

pada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang

pedih”(QS. At-Taubah : 34).31

Diwajibkan zakat atas emas dan perak baik berupa mata uang

kepingan atau bongkahan,32

dengan syarat emas dan perak tersebut

sudah sampai satu nishab serta telah dimiliki selama satu tahun. Jika

tidak sampai satu nishab, maka tidak wajib mengeluarkan zakat

kecuali emas tersebut diperdagangkan. Adapun zakat yang

dikeluarkan masuk dalam kategori zakat perniagaan.33

Ulama fiqih berpendapat bahwa emas dan perak wajib dizakati

jika cukup nishabnya. Menurut pendapat mereka, nishab emas adalah

20 mitsqal, sedangkan perak adalah 200 dirham.34

Mereka juga

memberi syarat yaitu berlakunya waktu satu tahun. Dan zakat yang

wajib dikeluarkan adalah 2,5% dari harta yang dimiliki.35

3) Zakat Barang Tambang (Ma‟din) dan Barang Temuan (Rikaz)

Barang tambang adalah segala sesuatu yang berharga yang

ditemukan atau dikeluarkan dari dalam bumi, seperti : besi, timah dan

31

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 283 32

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 34 33

Hasbi Ash-Shiddiqi, Pedoman Zakat, h. 57 34

Menurut Jumhur, 20 Mithqal adalah sebesar 91 gram emas, sedangkan 200 Dirham

sama dengan 643 gram perak 35

. Jawad Mughniyah, al-Fiqih ala Madzabil al-Khamsah, Terj. Masykur AB, Fiqih Lima

Madzhab, (Jakarta: Lentera, 1996), h. 185

Page 45: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

33

sebagainya.36

Sedangkan yang dimaksud dengan rikaz adalah harta

simpanan pada masa dahulu yang terpendam di dalam tanah dan tidak

ada yang memilikinya.37

Hasil tambang apabila telah sampai satu nishab, maka wajib

dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga dan tidak disyaratkan

sampai satu tahun. Adapun zakatnya sebanyak 2,5 %.38

Sedangkan

untuk rikaz, zakat yang dikeluarkan adalah 1/5. Sama halnya hasil

tanmbang, rikaz juga tidak disyaratkan sampai satu tahun melainkan

dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga.39

4) Harta Perdagangan

Harta perdagangan adalah harta yang berupa benda, tempat

tinggal, jenis-jenis binatang, pakaian, maupun barang-barang yang

lainnya yang disediakan untuk diperdagangkan. Termasuk dalam

kategori ini menurut Mazhab Maliki ialah perhiasan yang

diperdagangkan.40

Zakat atas barang-barang perniagaan didasarkan

pada firman Allah SWT:

فم ا بأب انز ءايا أي طجبد يب كسجزى يب

أخشجب نكى ي السض Artinya: ”Hai orang-orang yang beiman, nafkahkanlah (di jalan

Allah) sebagian dari usahamu yang baik-baik dan sebagian

dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. (QS. al-

Baqarah :267).41

36

Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, jilid II, (Beirut: Daar al-Fiqr, 1980), h. 65 37

Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, h. 66 38

Hasbi Ash-Shiddiqi, Pedoman Zakat, h. 106 39

Hasbi Ash-Shiddiqi, Pedoman Zakat, h. 107 40

Wahbah Az-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1995), h. 164 41

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 67

Page 46: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

34

Zakat yang wajib dikeluarkan dari harta perdagangan ialah

2,5 % harga barang dagangan. Jumlah zakat yang wajib dikeluarkan

darinya sama dengan zakat emas dan perak.42

5) Tanam-tanaman dan Buah-buahan

Kewajiban zakat hasil tanaman dan buah-buahan ini terdapat

dalam firman Allah SWT:

انز أشؤ جبد يعششبد غش يعششبد انخم انضسع يخزهفب أكه انضز انشيب يزشبثب غش يزشبث كها ي و ثش إرا أثش ءارا حم

شفا إ ل حت حصبد ل رس انسشف

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung

dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanaman yang

bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa

(bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah

dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah,

dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin) dan janganlah kamu

berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orangorang yang berlebih-lebihan”. (QS. al-An‟am: 141)43

Zakat hasil bumi ini tanpa adanya syarat haul, sebab setiap kali

panen harus dikeluarkan zakatnya. Sedangkan hasil bumi ada yang

sekali setahun dan ada yang dua sampai tiga kali dalam satu tahun.

Jadi setiap kali panen jika hasilnya telah mencapai satu nishab, maka

wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Para fuqaha sepakat bahwa zakat

42

Hasbi Ash-Shiddiqi, Pedoman Zakat, h. 104 43

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 212

Page 47: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

35

hasil tanaman adalah 10 % untuk tanaman yang memperoleh siraman

dari air hujan. Sedangkan

Dewasa ini kita telah mengalami perubahan struktural

ekonomi, dari ekonomi agraris beralih ke ekonomi industri atau jasa,

seperti pegawai, dokter, dan pekerjaan lainnya yang memperoleh

pendapatan dari upah, gaji, honorarium, atau berbagai pungutan

tertentu atas jasa yang diberikan. Hasil profesi merupakan sumber

pendapatan atau kekayaan yang tidak banyak dikenal pada masa

lampau, oleh karenanya bentuk pendapatan ini tidak banyak dibahas,

khususnya yang berkaitan dengan zakat. Meskipun demikian bukan

berarti harta yang didapatkan dari hasil profesi tersebut bebas dari

zakat, sebab zakat pada hakekatnya adalah pungutan harta yang

diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang

miskin. Dengan demikian hasil profesi seseorang apabila telah

memenuhi ketentuan wajib zakat maka wajib baginya untuk

menunaikan zakat.

Kewajiban zakat profesi ini berdasarkan pemahaman kembali

terhadap keumuman makna yang terkandung dalam surat al-Baqarah

267:

فما بأب انز ءايا أي طجبد يب كسجزى يب

ض أخشجب نكى ي الس

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian

dari sebagian usahamu yang baik-baik dan sebagian dari

Page 48: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

36

apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu. (QS. Al-

Baqarah : 267)”44

Zakat penghasilan bersih dari seorang pegawai atau dari

profesi tertentu dapat diambil dari dalam setahun penuh jika

pendapatan bersih setahun itu mencapai satu nishab. Zakat tersebut

hanya diambil dari pendapatan bersih, sedangkan gaji atau upah

setahun yang tidak mencapai nishab (setelah dikurangi biaya hidup)

tidak wajib dizakati.

Menurut Didin Hafidhuddin bahwa zakat profesi dapat

dianalogikan pada dua hal, yaitu pada zakat pertanian serta zakat emas

dan perak. Jika dianalogikan pada zakat pertanian, maka zakat profesi

tidak ada ketentuan haul. Dan nishabnya senilai 653 kilogram padi

dan waktu mengeluarkan zakatnya adalah pada saat menerima gaji.

Sedangkan bila dianalogikan dengan zakat emas dan perak, maka

zakat yang wajib dikeluarkan dari suatu profesi adalah seperempat

puluh atau 2,5%. Hal ini karena gaji, upah, atau yang lainnya pada

umumnya diterima dalam bentuk uang.45

Qiyas yang digunakan dalam

menentukan zakat profesi adalah qiyas syabah,46

yaitu qiyas yang

„illat hukumnya ditetapkan dengan metode syabah.

Sedangkan Dr. Amin Rais berpendapat bahwa zakat terhadap

profesi-profesi modern perlu di tingkatkan sekitar 10% atau 20%. Hal

44

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 212 45

Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, h. 97 46

Qiyas sabah adalah mempersamakan furu‟ (cabang atau yang di qiyaskan) dengan asal

(pokok masalah atau tempat bersandarnya qiyas) karena ada jaami‟ (alasan yang

mempertemukannya) yang menyerupainya

Page 49: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

37

ini didasarkan dari begitu mudahnya seseorang dalam mendapatkan

rizki yang melimpah. Profesi-profesi yang mendapatkan rizki secara

gampang misalnya : dokter, komisaris perusahaan, konsultan, akuntan,

pengacara, notaris, importir, eksportir, dan masih banyak lagi profesi

modern yang lain. Semua ini demi kehidupan sosial yang lebih sehat

supaya jarak antara yang kaya dan miskin tidak semakin menganga

lebar.47

4. Muzakki dan Mustahiq Zakat

a. Muzakki

Seseorang yang wajib mengeluarkan zakat disebut muzakki.

Muzakki adalah orang Islam atau badan hukum yang memiliki kekayaan

yang cukup nishab. Memang orang yang tidak beragama Islam tidak

diwajibkan untuk mengeluarkan zakat sebagaimana tidak diwajibkan

untuk mendirikan shalat, puasa, dan kewajiban-kewajiban lainnya.48

Sebagaimana ibadah yang lainnya, zakat juga mempunyai syarat

wajib dan syarat sah. Menurut kesepakatan ulama, syarat wajib zakat

adalah: merdeka, muslim, baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh,

mencapai nishab, dan haul. Adapun syarat sahnya adalah niat yang

menyertai pelaksanaan zakat.49

Namun demikian, sebagian ulama

berpendapat bahwa anak kecil yang belum baligh dan orang gila juga

wajib mengeluarkan zakat, yang dilaksanakan oleh walinya, karena dalil-

47

Amin Rais, Cakrawala Islam : Antara Cita Dan Fakta, (Mizan, Bandung : 1987), h.

58-61. 48

Syukri Ghazali dkk., Pedoman Zakat, (Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan

Islam, Zakat dan Wakaf, 1999), h. 117. 49

Wahbah Az-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 98.

Page 50: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

38

dalil tentang zakat baik dari Al-Qur‟an maupun Al-Hadits tidak

memberikan keterangan yang khusus.

b. Mustahiq Zakat

Mustahiq zakat artinya adalah orang-orang yang berhak

menerima zakat sesuai dengan ketentuan syari‟at Islam. Dalam Al-

Qur‟an Surat At-Taubah ayat 60 dijelaskan mengenai orang-orang yang

berhak menerima zakat (mustahiq zakat), yang terdiri dari delapan

golongan (al-ashnaf at-tsamaniyah), yaitu:

1) Fakir

Fakir adalah mereka yang berada di bawah garis kemiskinan

dan tidak memiliki mata pencaharian, sehingga mereka ditempatkan di

urutan pertama sebagai penerima zakat.

2) Miskin

Miskin adalah mereka yang memiliki mata pencaharian, tetapi

pengahsilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

3) Amil

Amil zakat adalah mereka yang terlibat dalam pengelolaan dan

manajemen zakat. Ruang lingkup pekerjaan mereka sekurang-

kurangnya meliputi empat hal, yaitu sebagai pengumpul, pencatat,

pengelola dan pendistribusi zakat.

4) Muallaf

Muallaf adalah mereka yang perlu dita‟lif (didekatkan) hatinya

kepada Islam. Mereka antara lain: orang Islam yang belum kokoh

Page 51: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

39

keimanannya karena baru masuk Islam, juga non Islam yang

diharapkan masuk Islam atau mengajak koleganya untuk masuk Islam,

atau diharapkan akan membantu orang-orang Islam, minimal tidak

mengganggu orang-orang Islam.

5) Riqab

Riqab artinya ialah budak belian yang diberi kebebasan usaha

mengumpulkan kekayaan agar ia dapat menebus dirinya. Pada zaman

dahulu, riqab disediakan untuk membebaskan budak. Untuk zaman

sekarang digunakan untuk membebaskan tawanan kaum muslimin

yang berada di tangan musuh.

6) Gharim

Gharim artinya adalah orang-orang Islam yang dihimpit

(dililit) hutang dan tidak sanggup membayarnya.

7) Sabilillah

Sabilillah artinya dalah jalan yang dapat menyampaikan

sesuatu karena ridho Allah, baik berupa ilmu maupun amal. Jumhur

Ulama mengartikan fi sabilillah di sini adalah perang. Bagian

sabilillah (dari zakat) itu diberikan kepada para angkatan bersenjata

yang lillahi ta‟ala, artinya tidak mendapat gaji dari pemerintah. Pada

zaman sekarang yang paling penting bagian fi sabilillah itu ialah guna

membiayai para propagandis Islam dan mengirim mereka ke negara-

negara non Islam guna pensyiaran agama Islam oleh lembaga-lembaga

Islam yang cukup teratur dan terorganisir. Termasuk sabilillah ialah

Page 52: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

40

nafkah para guru yang mengajarkan ilmu syari‟at dan ilmu-ilmu

lainnya yang diperlukan oleh masyarakat umum.

8) Ibnu Sabil

Ibnu Sabli artinya adalah orang musafir muslim yang berada di

tengah perjalanan, yang bukan untuk tujuan maksiat, dan kehabisan

bekal.50

5. Hikmah Zakat

Kesenjangan penghasilan, rezeki dan mata pencaharian di kalangan

manusia merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Dalam

kehidupan bermasyarakat, kedudukan setiap orang tidak sama, ada yang

mendapat karunia Allah lebih banyak, ada yang sedikit, dan bahkan ada

yang untuk makan sehari-hari pun sangat susah untuk mendapatkannya. Hal

ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 71 yang berbunyi:

للا فعم ثععكى عه ثعط ف انشصق شاد سصلى فب انز فعها ث

بى فى ف عه يب يهكذ أ ساء أفجعخ للا جحذ

Artinya: “Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain

dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya

itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak

yang mereka miliki, agar mereka sama-sama (merasakan) rezeki

itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah”.51

Kesenjangan itu perlu didekatkan, dan sebagai salah satu caranya

adalah dengan zakat. Orang yang kaya harta berkewajiban mendekatkan

kesenjangan itu, karena memang ada hak fakir miskin dalam harta orang

50

Muhammad Ridwan Yahya, 2006, Buku Pintar Praktis Fiqih dan Amaliyah Zakat,

Jakarta: Pustaka Nawaitu, h. 107-123. 51

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 412.

Page 53: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

41

kaya itu, sebagaimana firman Allah dalam Surat Ad-Dzariyat ayat 19

sebagai berikut:

ف أيانى حك نهسبئم انحشوArtinya: “Dan pada harta mereka ada hak orang miskin yang meminta dan

orang yang hidup kekurangan”.52

M. Ali Hasan menyatakan bahwa di antara hikmah zakat itu adalah:

mensucikan harta, mensucikan jiwa si pemberi zakat dari sifat kikir,

membersihkan jiwa si penerima zakat dari sifat dengki, dan membangun

masyarakat yang lemah.53

Wahbah Al-Zuhayly menyatakan bahwa di antara hikmah zakat

adalah sebagai berikut:

a. menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan pada

pendosa dan pencuri;

b. merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang yang

sangat membutuhkan bantuan;

c. mensucikan jiwa dari penyakit kikir; dan

d. sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat harta yang telah diberikan oleh

Allah.54

Menurut Didin Hafidhuddin, di antara hikmah zakat adalah sebagai

berikut:

a. sebagai perwujudan keimanan kepada Allah Swt., mensyukuri nikmat-

Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,

52

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 859. 53

M. Ali Hasan, Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di

Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 18-22. 54

Wahbah Az-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 86-88.

Page 54: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

42

menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan

ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta

yang dimiliki.

b. karena zakat hak mustahiq, maka zakat berfungsi untuk menolong,

membantu dan membina mereka terutama fakir-miskin, ke arah

kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada

Allah Swt., terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan

sifat iri dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka,

ketika mereka melihat orang kaya memiliki harta yang cukup banyak;

c. sebagai pilar amal bersama (jama‟i) antara orang-orang kaya yang

berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya

digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya

tersebut ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan

berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya. Selain itu, zakat

juga berfungsi sebagai salah satu bentuk konkrit dari jaminan sosial yang

disyari‟atkan oleh ajaran Islam;

d. sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun

prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah,

pendidikan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi, sekaligus sarana

pengembangan kualitas sumberdaya manusia muslim;

e. untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu

bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan

Page 55: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

43

bagian dari hak orang lain dari harta yang diusahakan dengan baik dan

benar sesuai dengan ketentuan Allah;

f. dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu

instrument pemerataan pendapatan;

g. dorongan ajaran islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang

beriman untuk berzakat, berinfak dan bersedekah menunjukkan bahwa

ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha

sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi

kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi

muzakki. Zakat yang dikelola dengan baik, akan mampu membuka

lapangan kerja dan usaha yang luas sekaligus penguasaan aset-aset oleh

umat Islam.55

B. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999

Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan

zakat. Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau

badan yang dimiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat.

Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan dan kepastian

hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Menurut pasal 5 UU Nomor 38 Tahun 1999 Pengelolaan zakat bertujuan:

55

Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya Tentang Zakat, Infak dan Sedekah, Kami

Menjawab, (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), 2006), h. 20-25.

Page 56: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

44

1. Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai

dengan tuntunan agama;

2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.

Organisasi pengelolaan zakat terkandung dalam pasal 6 UU Nomor 38

Tahun 1999:

1. Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh

pemerintah.

2. Pembentukan badan amil zakat:

a. Nasional oleh Presiden atas usul Menteri;

b. Daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen

agama propinsi;

c. Daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas usul

kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota;

d. Kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan.

Page 57: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

45

3. Badan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat

koordinatif, konsultatif dan informatif.

4. Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang

memenuhi persyaratan tertentu.

5. Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas

dan unsur pelaksana.

Pengumpulan zakat terkandung dalam pasal 11, 12, 13, 14, 15, UU Nomor

38 Tahun 1999.

Pasal 11

(1) Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah.

(2) Harta yang dikenai zakat adalah;

a. emas, perak, dan uang;

b. perdagangan dan perusahaan;

c. hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan;

d. hasil pertambangan;

e. hasil peternakan;

f. hasil pendapatan dan jasa;

g. rikaz.

(3) Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar, dan waktunya ditetapkan

berdasarkan hukum agama.

Pasal 12

(1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dengan cara mnerima

atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki.

(2) Badan amil zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat

harta muzakki yang berada di bank atas permintaan muzakki.

Pasal 13

Badan amil zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq,

shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat.

Pasal 14

(1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya

berdasarkan hukum agama.

(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), muzakki dapat meminta bantuan

Page 58: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

46

kepada badan amil zakat atau badan amil zakat memberikan bantuan kepada

muzakki untuk menghitungnya.

(3) Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil

zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang

bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan amil zakat

ditetapkan dengan keputusan menteri.

Pendayagunaan Zakat terkandung dalam pasal 16 dan 17 UU Nomor 38

Tahun 1999.

Pasal 16

(1) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan

ketentuan agama.

(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas

kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.

(3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri.

Pasal 17

Hasil penerimaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 didayagunakan terutama untuk usaha yang

produktif.

Pengawasan pengelolaan zakat tekandung dalam pasal 18 dan 19 UU

Nomor 38 Tahun 1999.

Pasal 18

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan amil zakat dilakukan oleh

unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5).

(2) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota.

(3) Unsur pengawas berkedudukan di semua tingkatan badan amil zakat.

(4) Dalam melakukan pemeriksaan keuangan badan amil zakat, unsur pengawas

dapat meminta bantuan akuntan publik.

Pasal 19

Badan amil zakat memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya

kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan tingkatannya.

Sanksi bagi pelanggar UU Nomor 38 Tahun 1999 terkandung dalam pasal

21:

Page 59: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

47

Pasal 21

(1) Setiap pengelola zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau mencatat

dengan tidak benar harta zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan

kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 12, dan Pasal 13 dalam

undang-undang ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga

bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta

rupiah).

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) di atas merupakan pelanggaran.

(3) Setiap petugas badan amil zakat dan petugas lembaga amil zakat yang

melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

C. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

Gagasan besar penataan pengelolaan zakat yang tertuang dalam Undang-

Undang No 23 Tahun 2011 dan menjiwai keseluruhan pasalnya adalah pengelolaan

yang terintegrasi. Kata terintegrasi menjadi asas yang melandasi kegiatan pengelolaan

zakat di negara ini, baik yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di

semua tingkatan maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang mendapat legalitas sesuai

kebutuhan perundang-undangan.

Menurut ketentuan undang-undang, zakat yang terkumpul disalurkan

berdasarkan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan. Integrasi pengelolaan

zakat menempatkan BAZNAS sebagai koordinator. Peran koodinator merupakan satu

kesenyawaan dengan integrasi.

Pasal 6 dan 7 Undang-Undang No. 23 tahun 2011 sebagai dasar hukum yang

memberikan ruang terbuka kepada BAZNAS untuk menjalankan fungsi koordinasi.

Ketika LAZ menjadi bagian dari sistem yang dikoordinasikan BAZNAS, maka

posisinya secara hukum menjadi kuat, sehingga prinsip tuntunan syariah dalam Al-

Qur‟an (At Taubah ayat 103 dan 60) dapat terpenuhi.

Page 60: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

48

Undang-Undang No. 23 tahun 2011 sejatinya bertujuan untuk menata

pengelolaan zakat yang lebih baik. Penataan sebagaimana dimaksud tidak terlepas

dari kepentingan untuk menjadikan amil zakat lebih profesional, memiliki legalitas

secara yuridis formal dan mengikuti sistem pertanggungjawaban kepada pemerintah

dan masyarakat. Tugas dan tanggung jawab sebagai amil zakat tidak bisa dilepaskan

dari prinsip syariah yang mengaitkan zakat dengan kewenangan pemerintah (ulil

amri) untuk mengangkat amil zakat.

BAZNAS dan LAZ harus bersinergi dalam satu tujuan besar, yaitu

mengoptimalkan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunakan zakat untuk

meningkatkan kesejahteraan umat dan bangsa. Peningkatan kinerja, pembenahan alur

pelaporan dan pertanggungjawaban BAZNAS dan LAZ harus menjadi perhatian

bersama.56

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan

zakat secara nasional dan berkedudukan di ibu kota negara. Dalam melaksanakan

tugasnya, BAZNAS menyelenggarakan fungsi, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian pengumpulan, pendistribusikan dan pendayagunaan zakat juga

melakukan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

BAZNAS dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dapat bekerjasama dengan pihak

terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka

pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk

BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota.

Undang-Undang No. 23 tahun 2011 pada Bab III diatur tentang

pengumpulam, pedistribusian, pendayagunaan zakat dan pelaporan. Muzakki

56

M. Fuad Nasar, Integrasi Pengelolaan Zakat dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011,

http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/integrasi-pengelolaan-zakat-dalam-uu-no-23-tahun-2011/,

diakses 4 Juni 2017.

Page 61: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

49

melakukan penghitungan sendiri terhadap harta wajib zakatnya. Kalaupun muzakki

tidak bisa menghitung sendiri, maka BAZNAS bisa membantu menghitung kewajiban

zakat yang harus ia bayar.

Pasal 22 UU No 23 tahun 2011 menyebutkan bahwa zakat yang dibayarkan

melalui BAZNAS atau LAZ dapat mengurangi kewajiban membayar pajak dari

penghasilan kena pajak. Untuk itu BAZNAS dan LAZ berkewajiban memberikan

bukti setoran zakat kepada muzakki. Bukti setoran itu digunakan sebagai pengurang

penghasilan kena pajak.

Zakat yang terkumpul wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syariat

Islam, dan pendistribusiannya dilakukan berdasarkan skala priorotas, dengan

memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan (pasal 25 dan 26).

Zakat yang terkumpul didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka

penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Namun, pendayagunaan

untuk usaha produktif jikalau kebutuhan dasar mustahik sudah terpenuhi.

BAZNAS dan LAZ tidak hanya menerima zakat, tetapi juga diberi

kewenangan oleh Undang-Undang untuk mengelola infak, sedekah, dan dana sosial

keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaannya dilakukan sesuai dengan

syariat Islam dan dilakukan sesuai peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi, dan

harus dicatat dalam pembukuan tersendiri.

Agar pengelolaan zakat infak, sedekah dan dana sosial lainnya yang dikelola

oleh BAZNAS transparan dan akuntabel maka BAZNAS kabupaten/kota wajib

melaporkan pelaksanaan pengelolaannya ke BAZNAS provinsi dan pemerintah

daerah secara berkala, begitu pula BAZNAS provinsi. Sedangkan LAZ wajib

melaporkan kegiatannya kepada BAZNAS dan pemerintah secara berkala.

Page 62: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

50

BAZNAS wajib menyampaikan laporan kegiatannya kepada menteri secara

berkala. Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cteak atau

media elektronik.57

Dalam Al-Qur‟an, Allah Swt. telah memerintahkan kepada kaum

muslimin untuk memungut/mengambil Zakat dari sebagian harta para muzakki

untuk diberikan kepada mustahik Zakat. Zakat ini dipergunakan selain untuk

dimensi ibadah yaitu sebagai salah satu rukun Islam juga sebagai dimensi sosial

yaitu untuk memperkecil jurang pemisah antara si kaya dan si miskin,

mengembangkan solidaritas sosial, menghilangkan sikap materialisme dan

individualisme.

Dalam hal pengumpulan, pendayagunaan, pengawasan dan sanksi atas

pelanggaran pengelolaan zakat ini pemerintah telah membuat aturan atau tata cara

Pengelolaan Zakat yang dimuat dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2011 yang

menyempurnakan Undang-undang mengenai Zakat sebelumnya yaitu Undang-

undang No. 38 Tahun 1999. Undang-undang No. 38 Tahun 1999 masih berlaku

selagi tidak bertentangan dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2011.

57

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

Page 63: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

51

BAB III

GAMBARAN UMUM BAZNAS KABUPATEN TANGERANG

A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu Kabupaten di wilayah

Provinsi Banten dengan jumlah penduduk muslim mencapai 2.667.088 (Dua Juta

Enam Ratus Enam Puluh Tujuh Ribu Delapan Puluh Delapan) jiwa dari total

jumlah penduduk sebanyak 2.834.376 (Dua Juta Delapan ratus Tiga Puluh Empat

Ribu Tiga Ratus Tujuh Puluh Enam) jiwa. Ini berarti lebih dari 90% penduduk

Kabupaten Tangerang beragama Islam. Jumlah tersebut sangat potensial bagi

pengelolaan dana zakat di Kabupaten Tangerang.

Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat, Kabupaten Tangerang telah memiliki sebuah lembaga khusus

yang berfungsi melakukan pengelolaan zakat di wilayah Kabupaten Tangerang.

Lembaga tersebut bernama BAZIS (Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah).

Lembaga ini bertugas mengelola zakat, infaq dan shadaqah di wilayah Kabupaten

Tangerang. Dalam perjalanannya, BAZIS Kabupaten Tangerang berubah nama

menjadi BAZDA (Badan AMil Zakat Daerah) Kabupaten Tangerang.

BAZDA Kabupaten Tangerang didirikan berdasarkan ketentuan Undang-

undang Nomor 38 Tahun 1999. Keberadaan BAZDA Kabupaten Setelah

diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, BAZDA Kabupaten

Tangerang berubah nama menjadi BAZNAS Kabupaten Tangerang, berdasarkan

Surat Keputusan Bupati Tangerang Nomor 451/Kep.459-Huk/2015. Sejak saat itu,

51

Page 64: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

52

lembaga resmi yang berfungsi melakukan pengelolaan zakat di wilayah

Kabupaten Tangerang bernama BAZNAS Kabupaten Tangerang.

B. Dasar Hukum Pendirian BAZNAS Kabupaten Tangerang

Dasar hukum yang dijadikan landasan pengolaan zakat oleh BAZNAS

Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 25 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;

3. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2014 tentang Optimalisasi Pengumpulan

Zakat di Kementerian/Lembaga, Sekretariat Jenderal Lembaga Negara,

Sekjen Komisi Negara, pemerintah daerah, BUMN dan BUMD melalui

Badan Amil Zakat Nasional;

4. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 118 Tahun 2014

tentang Pembentukan BAZNAS Propinsi;

5. Peraturan Menteria Agama Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014

tentang Syarat dan Tatacara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta

Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif;

6. Surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 903/2017/SJ

Tanggal 22 April 2015 Tentang Dukungan Pembiayaan BAZNAS Provinsi

dan BAZNAS Kabupaten/Kota dalam APBD;

7. Kesepakatan Bersama Menteri Agama RI, Menteri Keuangan RI dan Ketua

Umum KADIN Indonesia Nomor 17 Tahun 2003, Nomor 29/KMK.01/2003,

Page 65: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

53

Nomor 001/DP/I/2003 tentang Sosialisasi dan Penggalangan Zakat di

Kalangan DUnia Usaha Nasional Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat;

8. Keputusan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI Nomor DJ.II/568

Tahun 2014 tentang Pembentukan BAZNAS Kabupaten/Kota seluruh

Indonesia;

9. Peraturan daerah Provinsi Banten Nomor 24 Tahun 2004 tentang Pengelolaan

Zakat;

10. Instruksi Gubernur Banten Nomor 451/1122/Kesra/2005 tentang Zakat, Infak

dan Shadaqoh;

11. Peraturan daerah Kabupaten Tangerang Nomor 24 tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Zakat, Infak dan SHodaqoh;

12. Surat Keputusan Bupati Tangerang Nomor 451/Kep.459-Huk/2015 Tanggal

24 Agustus 2015 tentang Pengangkatan Pimpinan Badan Amil Zakat nasional

Kabupaten Tangerang Periode 2015-20120; dan

13. Surat keputusan Ketua BAZNAS Kabupaten Tangerang Nomor

16/BAZNAS-KAB/X/2015 Tanggal 01 Oktober 2015 tentang Pengangkatan

Pelaksana BAZNAS Kabupaten Tangerang Periode 2015-2020.1

C. Maksud dan Tujuan BAZNAS Kabupaten Tangerang

Adapun maksud dan tujuan BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah

sebagai berikut:

1 Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Page 66: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

54

1. Terciptanya tertib administrasi pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh di

Kabupaten Tangerang;

2. Terciptanya sumber daya manusia yang professional dan pengelolaan zakat,

infaq dan shodaqoh di Kabupaten Tangerang;

3. Optimalisasi pengelolaan zakat, dana ZIS harus dikelola oleh Lembaga

(amylin) dan UPZ (Unit Pengumpul Zakat) di seluruh Kecamatan se-

Kabupaten Tangerang;

4. Terciptanya perencanaan pendistribusian dan pendayagunaan yang tepat bagi

mustahik berdasarkan data akurat;

5. Terciptanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan zakat, infak dan

shodaqoh di Kabupaten Tangerang;

6. Terwujudnya masyarakat Kabupaten Tangerang yang cerdas, makmur,

religious dan berwawasan lingkungan melalui apengelolaan zakat, infak dan

shodaqoh di Kabupaten Tangerang yang maksimal dan professional; dan

7. Terjalinnya hubungan yang harmonis antara BAZNAS Kabupaten dan UPZ

Kecamatan se-kabupaten Tangerang sehingga dapat terwujud satu kesatuan

yang utuh “One Team, One Spirit, One Goal” untuk mewujudkan Kabupaten

Tangerang GEMILANG.

D. Visi, Misi dan Motto BAZNAS Kabupaten Tangerang

1. Visi BAZNAS Kabupaten Tangerang

Visi BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah “Terwujudnya

masyarakat sadar zakat dan berkurangnya kesenjangan sosial para

mustahik”.

Page 67: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

55

2. Misi BAZNAS Kabupaten Tangerang

Adapun misi BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah sebagai

berikut:

a. Optimalisasi pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, shodaqoh

(ZIS) sesuai ketentuan Syari’at islam.

b. Meningkatkan kesadaran muzakki melalui BAZNAS, dan memperkecil

kesenjangan sosial para mustahik.

c. Melaksanakan ibadah ijtima‟iyah (sosial) berbasis ukhuwwah islamiyah

untuk kesejahteraan umat.

3. Motto BAZNAS Kabupaten Tangerang

Adapun Motto BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah sebagai

berikut: “Bersama BAZNAS menuju soleh individual dan soleh social”.2

E. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang

Struktur organisasi pengelolaan zakat di tingkat Kabupaten Tangerang

terdiri dari unsur Dewan Pertimbangan, unsur Komisi Pengawas dan unsur Badan

Pelaksana/Pengurus Baznas.

Adapun susuna organisasi Badan AMil Zakat Nasional (BAZNAS)

Kabupaten Tangerang sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Nomor

541/Kep.459-Huk/2015 Tanggal 24 Agustus 2015 tentang Pengangkatan

Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Tangerang Periode 2015-2020

adalah sebagai berikut:

2 Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Page 68: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

56

Ketua : K.H. Afif Afify

Wakil Ketua I : K.H. Djasmaryadi

Wakil Ketua II : H. Ihsan Nur Alam Jaelani, MA.

Wakil Ketua III : K.H. Afif Asytari

Selanjutnya Ketua BAZNAS Kabupaten Tangerang mengangkat Pelaksana

BAZNAS Kabupaten Tangerang. Adapun Surat Keputusan Ketua BAZNAS

Kabupaten Tangerang Nomor 16/BAZNAS-KAB/X/2015 Tanggal 01 Oktober

2015 tentang Pengangkatan Pelaksana BAZNAS Kabupaten Tangerang Periode

2015-2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Pelaksana BAZNAS Kabupaten Tangerang Periode 2015-2020

No Nama Jabatan

1 Drs. H. Yahya Erfan Ma’sum Sekretaris

2 Drs. Nano Sumarno Bendahara

3 H. Hanafi Edi, S.Ag. Auditor Internal

4 H. Acang Amil Zakat Bid. Pengumpulan

5 Abdul Mufti Amil Zakat Bid. Pengumpulan

6 Dra. Hj. Khaeroyaroh Amil Zakat Bid. Pendistribusian dan

Pendayagunaan

7 A. Zaky Yudhistira, S.E., M.H. Amil Zakat Bid. Pendistribusian dan

Pendayagunaan

8 Hj. Siti Umroh, S.Pd.I., M.M. Amil Zakat Bag. Perencanaan,

Keuangan dan Laporan

9 M. Sumarlin, S.E. Amil Zakat Bag. Perencanaan,

Keuangan dan Laporan

10 Arwati Amil Zakat Bag. Perencanaan,

Keuangan dan Laporan

11 Fahmi, S.H.I. Amil Zakat Bag. SDM dan Umum

12 Siti Aisyah Amil Zakat Bag. SDM dan Umum

13 M. Aju Amil Zakat Bag. SDM dan Umum

Page 69: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

57

Adapun Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang Masa

Khidmat 2015-2020 adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1.

Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang

Masa Khidmat : 2015-2020

KETUA

K.H. Afif Afify

WAKIL

KETUA III

K.H. Afifi Asytari

Amil Zakat Bidang

Pendistribusian dan

Pendayagunaan

Dra. Hj. Khaeroyaroh

A. Zaky Yudhistira,

SE, MH.

WAKIL

KETUA II

H. Ihsan Nur Alam

J.

WAKIL

KETUA I

K.H. Djasmaryadi

BENDAHARA

Drs, Nano Sumarno

Amil Zakat Bidang

Pengumpulan

H. Acang

Abdul Mufti

Amil Zakat Bagian

Perencanaan,

Keuangan dan

pelaporan

Hj. Siti Umroh,

MM. M.

Sumarlin, SE

Arwati

Amil Zakat Bagian

ADM, SDM dan

Umum

Fahmi, S.H.I. Siti Aisyah

M. Aju

SEKRETARIS

Drs. H. Yahya Erfan

Ma’sum.

AUDITOR

INTERNAL

H. Hanafi Edi, S.Ag.

Page 70: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

58

F. Fungsi dan Tugas Pokok Organisasi

1. Dewan Pertimbangan

Berfungsi memberikan pertimbangan, fatwa, saran kepada Badan

Pelaksana/Pengurus Baznas dalam pengelolaan ZIS menyangkut aspek

hukum syariah dan aspek managerial.

Tugas Pokok Dewan Pertimbangan meliputi :

Memberikan garis-garis kebijakan umum kepada Pengurus Baznas.

Mengesahkan rencana kerja Pengurus Baznas yang telah disetujui

Komisi Pengawas.

Mengeluarkan fatwa baik diminta maupun tidak diminta.

Memberikan pertimbangan, persetujuan/rekomendasi atas rencana dan

laporan kerja Pengurus Baznas.

Menunjuk akuntan publik apabila diperlukan.

2. Komisi Pengawas

Berfungsi sebagai internal Baznas melakukan pengawasan terhadap

seluruh aktivitas/operasional Baznas.

Tugas Pokok Komisi Pengawas meliputi :

Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.

Mengawasi pelaksanaan kebijakan umum yang ditetapkan Dewan

Pertimbangan.

Mengawasi operasional pengumpulan, pendistribusian dan

pendayagunaan ZIS.

Melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap kinerja Pengurus Baznas.

Page 71: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

59

3. Badan Pelaksana/Pengurus BAZNAS

Berfungsi sebagai pelaksana dan pengelola dana Zakat, Infak dan

Shadaqoh.

Tugas Pokok Badan Pelaksana/Pengurus Baznas meliputi :

Membuat rencana kerja BAZNAS sesuai kebijakan umum Dewan

Pertimbangan.

Melaksanakan pengumpulan segala macam zakat, infaq dan shodaqoh

(ZIS) dari masyarakat, termasuk para pegawai di lingkungan pemerintah

Kabupaten Tangerang.

Mendayagunakan hasil pengumpulan dana ZIS kepada mustahiq sesuai

ketentuan syariah.

Menyalurkan dana ZIS kepada masyarakat mustahiq sesuai dengan hasil

musyawarah yang disahkan oleh Dewan Pertimbangan dan Komisi

Pengawas.

Membuat dan menyampaikan laporan hasil kerja tahunan kepada Bupati

Tangerang sebagai pertanggung jawaban Pengurus BAZNAS Kabupaten

Tangerang.3

3 Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Page 72: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

60

BAB IV

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011

TENTANG ZAKAT DI BAZNAS KABUPATEN TANGERANG

A. Pengumpulan Zakat

Al-Qur’an mengamanatkan kepada amylin zakat untuk mengambil zakat

dari harta orang-orang Islam. Hal tersebut ditegaskan oleh Allah Swt. dalam Al-

Qur’an Surat At-Taubah Ayat 103 sebagai berikut:

خذ مه أمىالهم صدقة تطهزهم وتزكيهم بها وصل عليهم إن صلتك

سكه لهم وللا سميع عليم

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk

mereka.(QS. at-Taubah : 103)1

Firman Allah Swt. tersebut memerintahkan kepada semua mahluk-Nya

untuk memungut/mengambil zakat dari sebagian harta para muzakki untuk

diberikan kepada mustahik zakat. Zakat ini dipergunakan selain untuk dimensi

ibadah yaitu sebagai salah satu rukun Islam juga sebagai dimensi sosial yaitu

untuk memperkecil jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, mengembangkan

solidaritas sosial, menghilangkan sikap materialisme dan individualisme.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

hal tersebut dijelaskan dalam BAB III yang terdiri dari beberapa pasal-pasal

sebagai berikut :

Pasal 21

1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Bumi Restu, 1976),

h. 298

60

Page 73: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

61

1. Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan penghitungan sendiri

atas kewajiban zakatnya

2. Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzaki dapat

meminta bantuan BAZNAS.

Pasal 22

Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ

dikurangkan dari penghasilan kena pajak

Pasal 23

1. BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap

muzaki

2. Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai

pengurang penghasilan kena pajak

Pasal 24

Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh BAZNAS, BAZNAS

provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Pemerintah.2

Pengumpulan zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang dibagi menjadi

dua kategori, yaitu pengumpulan zakat fitrah dan pengumpulan zakat mal. Dalam

upaya pengumpulan zakat fitrah, BAZNAS Kabupaten Tangerang membentuk

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di tingkat Kecamatan se-Kabupaten Tangerang

sebanyak 29 UPZ, sesuai dengan jumlah kecamatan yang ada di wilayah

Kabupaten Tangerang. Selain itu, BAZNAS Kabupaten Tangerang juga

membentuk UPZ di setiap SKPD, Dinas/Instansi dan lembaga lainnya yang

berada di lingkungan wilayah kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang.

Pada setiap akhir Bulan Sya’ban, atau selambat-lambatnya awal Bulan

ramadhan, BAZNAS Kabupaten Tangerang mengumpulkan UPZ Kecamatan UPZ

pada setiap SKPD, Dinas/Instansi untuk melakukan sosialisasi tentang kisaran

zakat fitrah yang harus dikeluarkan oleh muzakki pada tahun berjalan, yang

ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang. Selanjutnya,

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Page 74: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

62

BAZNAS Kabupaten Tangerang membagian kupon zakat yang telah dicetak

kepada setiap UPZ Kecamatan, SKPD, dan Dinas/Instansi untuk disebarkan di

lingkungannya masing-masing. Para UPZ di lingkungan SKPD dan DInas/Instansi

menyebarkan kupon zakat kepada para pegawai yang ada di lingkungannya,

sedangkan UPZ Kecamatan mendistribusikan kupon zakat ke desa/kelurahan yang

ada di wilayahnya untuk dibagikan kepada masyarakat.

Hasil perolehan zakat fitran dari seluruh UPZ Kecamatan, SKPD dan

Dinas/Instansi selanjutnya disetorkan ke BAZNAS Kabupaten Tangerang sebesar

25,5% (sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang), dan sisaanya

didistribusikan di lingkungan UPZ masing masing.3

Dalam hal pengumpulan zakat mal, BAZNAS Kabupaten Tangerang melakukan

pendataan para calon muzakki (agniya) yang ada di wilayah Kabupaten

Tangerang. Selanjutnya BAZNAS Kabupaten Tangerang memberikan brosur

yang isinya adalah ajakan untuk berzakat kepada para calon muzakki. BAZNAS

Kabupaten Tangerang merespon sekaligus membantu para calon muzakki dari

mulai penghitungan nishab dan haul, sampai pada penyalurannya. Diantara para

calon muzakki, ada yang menyerahkan secara langsung zakat mal mereka ke

Kantor BAZNAS Kabupaten Tangerang, dan ada pula yang meminta pengurus

BAZNAS Kabupaten Tangerang untuk mengambil zakat mal di kediaman calon

3 Wawancara dengan Ketua BAZNAS Kabupaten Tangerang, K.H. Afif Afify tanggal 03

Mei 2017.

Page 75: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

63

muzakki. Pada tahun 2016, BAZNAS Kabupaten Tangerang telah dapat

mengumpulkan dana zakat sebesar Rp. 3.063.244.046.4

B. Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat

Pendistribusian adalah penyaluran/pembagian/pengiriman barang-barang dan

sebagainya kepada orang banyak atau beberapa tempat,5 Sedangkan pendayagunaan

zakat adalah bentuk pemanfaatan dana zakat secara maksimum tanp mengurangi

nilai dan kegunaannya, sehingga berdayaguna untuk mencapai kemaslahatan umat.6

Jadi pendistribusian zakat adalah penyaluran zakat kepada orang yang berhak

menerima (mustahiq zakat) baik secara konsumtif ataupun produktif. Di dalam surat

At-taubah ayat 60 disebutkan delapan kategori kelompok yang berhak menerima

zakat (mustahiq).

إوما الصدقات للفقزاء والمساكيه هم والعامليه عليها والمؤلفة قلىب

وفي الزقاب والغارميه وفي سبيل للا وابه السبيل فزيضة مه للا وللا عليم

حكيم

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.7

4 Wawancara dengan Ketua BAZNAS Kabupaten Tangerang, K.H. Afif Afify tanggal 03

Mei 2017. 5 Meity Taqdir Qadratillah, et al., Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, (Jakarta:

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), h.

100 6 Kementrian Agama RI, Pedoman Zakat Sembilan Seri, (Jakarta: Proyek Peningkatan

Zakat dan Wakaf Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2002), h. 95-96 7 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 196

Page 76: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

64

Dari ayat ini cukup jelas bahwa pendistribusian zakat harus sampai kepada

delapan kelompok yang telah disebutkan, walaupun dalam perkembangannya

mengalami perluasan makna karena menyesuaikan dengan perkembangan situasi dan

kondisi modern.

Mengenai pendistribusian dan pendayagunaan zakat menurut Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011 Bab III, Bagian Kedua Pasal 25 dan 26, dan

Bagian Ketiga Pasal 27 sebagai berikut:

Bagian Kedua

Pendistribusian

Pasal 25

Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.

Pasal 26

Pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dilakukan

berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan,

dan kewilayahan

Bagian Ketiga

Pendayagunaan

Pasal 27

1. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan

fakir miskin dan peningkatan kualitas umat

2. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri

Adapun bentuk pendistribusian dan pendayagunaan zakat di BAZNAS

Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:

1. Program Pemberdayaan Ekonomi BAZNAS Kabupaten Tangerang

a. Asnaf Fakir/Miskin, Mualaf dan Riqob

1) Program Indonesia Peduli

Page 77: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

65

Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Langsung Tunai

sebesar Rp. 250.000 / keluarga kepada 1540 keluarga pra sejahtera

di kecamatan, dengan jumlah anggaran mencapai Rp. 385.000.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Langsung Tunai

sebesar Rp. 100.000/keluarga kepada keluarga pra sejahtera dan anak

yatim melalui dinas / instansi dan di lingkungan Baznas, dengan

jumlah anggaran mencapai Rp. 53.000.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Peningkatan Kesejahteraan

Mualaf, dengan jumlah anggaran mencapai Rp. 46.264.209.

2) Progam Indonesia Makmur

Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Modal Bergulir dan

Keterampilan Usaha, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.

50.000.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Pengembangan serta

Pemutakhiran Data Mustahik dan Muzaki dengan cara melaksanakan

identifikasi dan verifikasi pada lembaga/ perorangan yang akan

mendapat bantuan serta melakukan pendekatan kepada calon muzaki

dan mustahik di 29 kecamatan, dengan jumlah anggaran Rp.

55.000.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Dana Bencana

Alam dan Kegiatan pada Pergeseran Aqidah, dengan jumlah anggaran

mencapai Rp. 100.000.000.

3) Program Indonesia Sehat

Page 78: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

66

Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelayanan Kesehatan

Masyarakat dengan memberikan Bantuan Pengobatan Cuma-Cuma

kepada keluarga pra sejahtera dan lansia melalui rumah sehat, dengan

jumlah anggaran mencapai Rp. 80.000.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Biaya Pengobatan

melalui pengajuan permohonan proposal, dengan jumlah anggaran

mencapai Rp. 20.000.000.

4) Program Indonesia Cerdas

Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelatihan Kader untuk

Pendidik dan deteksi dini anak berkebutuhan khusus (bagi guru Tk,

Ra dan Paud), dengan jumlah anggaran mencapai Rp. 30.000.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelaksanaan Pendidikan

anak berkebutuhan khusus, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.

80.000.000.8

b. Asnaf Fisabilillah dan Ghorimin

1) Program Indonesia Taqwa

Program yang berbentuk kegiatan berupa Peningkatan Sarana dan

Prasarana Ibadah dengan memberikan Bantuan Pembangunan Masjid

kategori A sebesar @ Rp. 5.000.000. kepada 12 masjid, dan

Masjid kategori B dan C sebesar @ Rp. 4.000.000. kepada 71

masjid, dengan jumlah anggaran mencapai Rp. 344.000.000.

8 Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Page 79: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

67

Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Marbot Masjid

sebesar Rp. 500.000/orang kepada 116 orang, dengan jumlah

anggaran mencapai Rp. 58.000.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Pemberian Insentif kepada

guru ngaji, guru TPA/TPQ, guru/pengasuh pondok pesantren

tradisional / majlis talim sebesar Rp. 500.000 / orang kepada 380

orang, dengan jumlah anggaran mencapai Rp. 190.000.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Pengadaan Mobelair untuk

madrasah / sekolah sebesar Rp. 6.500.000 / unit kepada 42 madrasah /

sekolah, dengan jumlah anggaran mencapai Rp. 273.000.000.9

c. Asnaf Ibnu Sabil

1) Program Indonesia Peduli

Program yang berbentuk kegiatan berupa Menyalurkan Bantuan

Sarana Ibadah, Sarana Pendidikan dan Kegiatan Keagamaan melalui

pengajuan proposal, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.

100.000.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Membantu Dana

Transportasi kepada orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan,

orang yang terlantar dan orang yang kehilangan, dengan jumlah

anggaran mencapai Rp. 10.000.000.

2) Program Indonesia Cerdas

9 Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Page 80: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

68

Program yang berbentuk kegiatan berupa Membantu meringankan

beban biaya pendidikan kepada siswa dan santri kurang mampu

dengan memberikan Bantuan Bea Siswa tingkat SD/Ibtidaiyah,

SMP/Tsanawiyah dan Santri Salafi/Ponpes Kobong sebesar Rp.

400.000/orang kepada 522 orang, dengan jumlah anggaran mencapai

Rp. 208.800.000.

Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Bea Siswa tingkat

SLA/Aliyah sebesar Rp. 600.000/orang kepada 353 orang, dengan

jumlah anggaran mencapai Rp. 211.800.000.10

d. Asnaf Amilin

Program yang berbentuk kegiatan berupa Memberikan Hak Amilin

sesuai dengan Asnaf kepada seluruh komponen yang terlibat dalam

pengelolaan dana ZIS dan kegiatan penunjang lainnya, dengan jumlah

anggaran mencapai Rp. 218.305.728.11

e. Pengalokasian Dana Infaq, Shodaqoh dan Jasa Bank

1) Program Indonesia Peduli

Publikasi, Sosialisasi dan Pemahaman akan sadar zakat dengan

Pembuatan Spanduk/Baliho, Kalender, Buletin dan Iqro, dengan

jumlah anggaran mencapai Rp. 85.000.000. Percetakan dan

Pendistribusian Kupon Zakat Fitrah dengan jumlah anggaran

mencapai Rp. 70.000.000.

10

Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016 11

Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Page 81: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

69

Peningkatan Etos Kerja BAZ Kecamatan/UPZ Dinas/Instansi dengan

Bantuan Pendanaan dan Pengembangan Dana ZIS untuk BAZ di

29 Kecamatan dengan jumlah anggaran mencapai Rp.

48.500.000. Pemberian Penghargaan/hadiah berupa Laptop dengan

jumlah anggaran mencapai Rp. 77.000.000. Pengadaan 2 Unit

Sepeda Motor dengan jumlah anggaran mencapai Rp.

29.000.000.

Penyediaan Dana Antisipasi kegiatan yang berkaitan dengan

pengelolaan dana ZIS yang bersifat insidentil dengan jumlah anggaran

mencapai Rp. 69.800.341.12

Adapun rekapitulasi pengumpulan zakat oleh BAZNAS

Kabupaten Tangerang Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Rekapitulasi Pengumpulan Zakat oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang

Tahun 2012-2016

No Tahun Target (%) Realisasi (%)

1 2012 Rp. 1.690.000.000,-

(33,80%)

Rp. 1.940.071.238,-

(38,80%)

2 2013 Rp. 1.940.000.000,-

(38,80%)

Rp. 2.393.717.972,-

(47,87%)

3 2014 Rp. 2.190.000.000,-

(48,30%)

Rp. 2.847.720.686,-

59,95%)

4 2015 Rp. 2.440.000.000,-

(48,80%)

Rp. 2.892.470.278,-

(57,85%)

5 2016 Rp. 2.690.000.000,-

(53,80%)

Rp. 3.063.244.046,-

(61,26%)13

12

Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016 13

Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Page 82: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

70

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten

Tangerang

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolan Zakat tersebut menunjukkan adanya perhatian pemerintah terhadap

pengelolaan zakat di Indonesia, akan tetapi hal ini perlu untuk dicermati ulang

oleh pemerintah, karena di dalam Undang-undang tersebut terdapat beberapa

pasal yang harus diperbaiki demi kemajuan pengelolaan zakat kedepannya.

Adapun beberapa pasal krusial menurut penulis diantaranya sebagai

berikut:14

Pasal 5 ayat (1). Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah

memebentuk BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional). Seperti diketahui

pengakuan terhadap pengelolaan zakat oleh BAZNAS dan LAZNAS. Akan tetapi

dengan pasal 5 ayat 1 ini menandakan bahwasannya pemerintah akan melakukan

sentralisasi zakat nasional.

Dalam pasal ini dijelaskan dimana semua pengelolaan zakat nasional

dilakukan satu pintu melalui BAZNAS, artinya yang memiliki tangung jawab dan

wewenang penuh dalam pengelolaan zakat Nasional adalah BAZNAS.

Pasal 7 ayat (1). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi: (a) perencanaan pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat; (b) pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunan zakat; (c) pengendalian pengumpulan,

14

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengeloaan Zakat

Page 83: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

71

pendistribusian dan pendayagunaan zakat; (d) pelaporan dan pertanggungjawaban

pelaksaan pengelolaan zakat.

Dalam pasal tidak dijelaskan secara spesifik, apakah BAZNAS sebagai

regulator ataukah sebagai operator (pelaksana) pengelolaan zakat nasional.

Tentunya ini membuat tumpang tindih antara fungsi BAZNAS dan LAZ.

Pasal 17 ayat (1). Untuk membantu BAZNAS dalam pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.

Dalam hal ini LAZNAS diposisikan dibawah BAZNAS dan bertugas membantu

pengelolaan BAZNAS.

Seperti yang kita ketahui bahwa LAZNAS telah berdiri jauh sebelum

keluarnya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, dan sekarang LAZNAS

diposisikan sebagai pembantu BAZNAS dalam pengumpulan, pendistribusian,

dan pendayagunaan zakat.

Pasal 18 ayat (2). Pemeberian izin bagi LAZ yang harus mempersyaratkan

LAZ harus berbentuk ormas. Dengan Undang- Undang seperti ini tentunya akan

menyulitkan perkembangan LAZ kedepannya karena untuk mendapatkan izin

LAZ harus berbentuk ormas. Karena tidak semua LAZ yang ada terbentuk dari

sebuah ormas.

Pasal 29. Menjelaskan tentang “koordinasi” BAZNAZ dan BAZNAS

Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota serta antara BAZNAS dan LAZ, perlu

dijelaskan secara rinci mekanismenya.15

15

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat

Page 84: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

72

Pasal ini menurut penulis masih umum, karena kata “koordinasi” dalam

hal ini masih multitafsir. Tentunya hal ini akan menimbulkan kebingungan dalam

pelaksanaannya. Seharusnya dirinci saja dalam pasal tersebut, supaya langsung

jelas pelaksanaannya seperti yang diharapkan.

Pasal 38. Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat

melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin

pejabat yang berwenang.

Pasal ini sebenarnya tidak salah secara hukum Islam, akan tetapi jika

dilihat dari sudut pandang ke Indonesiaan tentunya hal ini akan banyak

berbenturan dengan pihak-pihak lain. Seperti yang kita ketahui Indonesia

bukanlah negara Islam, akan tetapi negara hukum. Maka dari itu mewajibkan

pemeluk Islam untuk menunaikan zakatnya, tapi kenyataannya masih sangat sulit

untuk memberikan ketertarikan dan pemahaman untuk berzakat. Sehingga

kewajiban zakat ini masih bersifat ajakan tanpa disertai hukuman bagi yang tidak

menunaikan zakat. Dengan adanya pasal 38 diatas, tentunya hal ini akan

menurunkan minat masyarakat untuk melakukan pengumpulan zakat, karena

peraturan yang ditetapkan. Misalnya pengumpulan zakat di masjid- masjid, panti

asuhan, yayasan, dan lain- lain yang akan terkena dampak atas berlakunya

Undang-Undang ini jika mereka tidak mempunyai regulasi dan badan hukum

yang sah.

Pasal 41. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 dipidana dengan

Page 85: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

73

pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun, dan/ atau pidana denda paling banyak

Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).16

Dengan adanya hukuman denda seperti ini alangkah baiknya jika dialihkan

bagi orang yang tidak membayar zakat, padahal ia mampu dan memiliki

penghasilan yang masuk dalam kriteria wajib zakat. Tentunya hal tersebut lebih

tepat guna peningkatan pengumpulan zakat dibandingkan dengan memberikan

denda kepada yang melakukan pengelolaan zakat.

Tidak cukup banyak perbedaan dalam peraturan Undang-Undang

Pengelolaan Zakat yang lama Nomor 38 Tahun 1999 dengan Undang-Undang

Pengelolaan Zakat yang baru Nomor 23 Tahun 2011. Hanya saja dalam Undang-

Undang pengelolaan zakat yang baru telah memberikan kepastian dan tanggung

jawab baru kepada sebuah lembaga yang dipandang dapat mengkordinir

kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh Lembaga Amil Zakat dan dapat

mengkordinasikan kepentingan stakeholders dan pilihan tersebut jatuh kepada

BAZNAS.

Setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, BAZNAS

cukup memiliki kewenangan yang lebih. Kalau ada yang meragukan kemampuan

BAZNAS pada masa lalu itu karena mereka memiliki kewenangan yang terbatas

sehingga dari sisi pengumpulan maupun pendistrbusian kalah jauh dengan LAZ.

Tetapi dengan kewenangan yang diberikan sekarang mereka akan sangat leluasa

karena memiliki keluluasaan dan jejaring hingga tingkat struktur yang paling

16

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat

Page 86: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

74

bawah sampai dengan lembaga pemerintahan seperti perusahaan BUMN dan

Swasta. 17

BAZNAS sebagai lembaga yang diatur secara definitif dalam Undang-

Undang juga memiliki sifat mandiri. Sifat mandiri tersebut diatur dalam pasal 5

ayat (3) Undang-Undang Pengelolaan Zakat, ada dua unsur lain yang diatur dalam

pasal tersebut, yaitu BAZNAS sebagai lembaga pemerintah non-struktural, dan

BAZNAS yang bertanggung jawab kepada presiden melalui menteri (dalam hal

ini Menteri Agama). Sifat mandiri dari lembaga yang dibentuk secara definitif

dari suatu undang-undang adalah lepas dari kekuasaan eksekutif, legeslatif,

maupun yudikatif.18

Namun kedudukan presiden dalam pasal 5 ayat (3) sebagai

kepala pemerintahan bukan kepala negara, karena dibantu oleh Menteri dalam

pelaksanaan tugasnya. Sehingga, dengan adanya ketentuan BAZNAS bertanggung

jawab terhadap presiden melalui menteri, ini sudah menkonstruksikan bahwa

kedudukan BAZNAS berada dibawah kekuasaan Eksekutif. Hal ini secara

otomatis mereduksi makna dari sifat mandiri pada BAZNAS itu sendiri.

Pada tanggal 16 Agustus 2012 lalu, Koalisi Masyarakat Zakat (KOMAZ)

telah mendaftarkan gugatan terhadap Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

tentang pengelolaan Zakat, Gugatan tersebut didaftarkan dengan empat isu utama

yaitu :19

1. Adanya sentralisasi pengelolaan zakat di tangan BAZNAS, dan pasal yang

digugat adalah pasal 6 dan 7 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011.

17

Media Informasi Organisasi Pengelolaan Zakat, Edisi 16 TH VII Januari-Februari

2012, h. 4 18

Media Informasi Organisasi Pengelolaan Zakat, h. 5 19

Kamal, “Catatan Terhadap Uji Materi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 10

Page 87: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

75

2. Terjadinya pelemahan terhadap LAZ, dan pasal yang digugat adalah pasal 16,

17, dan 18 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011.

3. Adanya persyaratan LAZ sebagai ormas, dan pasal yang digugat adalah pasal

17 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011.

4. Adanya potensi kriminalitas terhadap Amil-Amil tradisional, dan pasal yang

digugat adalah pasa 38 dan 48 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011.

Berdasarkan beberapa gugatan yang diajukan oleh Koalisi Masyarakat

Zakat (KOMAZ) di atas menggambarkan, munculnya Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dirasakan ada ketidak adilan antara

Lembaga Amil Zakat yang didirikan oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat

yang didirikan oleh swata. Adanya diskriminasi, subkordinasi, antara LAZ dan

BAZNAS misalnya karena BAZNAS memiliki tanggung jawab penuh terhadap

pengelolaan zakat, sehingga memungkinkan BAZNAS masuk ke ranah operator

Lembaga Amil Zakat. Akibatnya terjadi satu fungsi antara LAZ dan BAZNAS

dan ini sangat disayangkan karena posisi BAZNAS masuk ke ranah operator

bukan menjadi regulator seperti yang diharapkan oleh Lembaga Amil Zakat pada

umumnya,

Berdasarkan hasil pengamatan yang penuli lakukan, sekaligus wawancara

yang dilakukan dengan Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang, diperoleh

informasi tentang factor pendukung dan penghambat pelaksanaan Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat sebagai berikut:

Page 88: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

76

1. Faktor Pendukung

Adapun faktor pendukung pelaksanaan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat sebagai berikut:

a. Adanya undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan zakat, sehingga

pengurus memilki kekuatan hukum dalam mengambil, menetapakan dan

menyalurkan zakat. Keberadaan undang-undang tersebut menambah

keyakinan para pengurus untuk mengelola zakat.

b. Dukungan dan bantuan dari pemerintah, pembentukan BAZNAS Kabupaten

Tangerang sangat dipengaruhi dengan keterlibatan Pemerintah Kabupaten

Tangerang, hal ini dibuktikan dengan peran pemerintah Kabupaten

Tangerang dalam memberikan dana operasional kepada pengurus BAZNAS

Kabupaten Tangerang yang terus mengalami peningkatan beberapa tahun

terakhir ini walaupun masih belum memenuhi semua kebutuhan BAZNAS

itu sendiri.

c. Memiliki sumber daya manusia yang berpengalaman, pengurus BAZNAS

Kabupaten Tangerang juga merupakan faktor pendukung yang kuat untuk

mengoptimalisasikan pelaksanaan zakat dengan memberikan pelayanan

yang terbaik terhadap muzakki maupun mustahik zakat.

d. Memiliki lokasi yang strategis, keberadaan BAZNAS Kabupaten Tangerang

yang strategis yakni di komplek Perkantoran Islamic Center Citra Raya

Kabupaten Tangerang menjadikan informasi mengenai zakat lebih akurat

Page 89: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

77

dan mudah disampaikan kepada siapapun terutama kepada muzakki dan

mustahik zakat.20

2. Faktor Penghambat

Dari pengamatan penulis dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2011, terdapat faktor penghambat. Adapun faktor penghambat dalam

hal ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Dana operasional yang minim, walaupun beberapa tahun terakhir ini

pemerintah Kabupaten Tangerang meningkatkan jumlah dana operasional

BAZNAS tapi itu belum mampu untuk memenuhi seluruh dana operasional

BAZNAS Kabupaten Tangerang, sehingga BAZNAS harus berhemat-hemat

dalam menggunakan anggaran dana dan kas yang ada.

b. Kurangnya Kesadaran berzakat lewat lembaga, kesadaran masyarakat untuk

berzakat saat ini terus mengalami peningkatan, tapi kegiatan berzakat

tersebut tidak disalurkan melalui lembaga resmi yang dibentuk oleh

pemerintah, hal ini terjadi karena kurangnya kepercayaan kepada lembaga

zakat sehingga mereka lebih yakin dengan menyalurkan zakat mereka

langsung kepada mustahik.

c. Sosialisasi undang-undang yang belum tepat sasaran, dengan adanya

undang-undang zakat diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat

untuk berzakat, karena undang-undang mempunyai kekuatan hukum yang

sah dan memberikan keyakinan kepada muzakki. Namun sosialisasi yang

belum mengena kepada target dan sasaran zakat maka menjadikan undang-

20

Wawancara dengan Ketua BAZNAS Kabupaten Tangerang, K.H. Afif Afify tanggal 03

Mei 2017.

Page 90: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

78

undang zakat seolah-olah hanya sebagai aturan yang tertulis dan tidak

terlalu penting untuk dilaksanakan.21

2. Langkah-Langkah Untuk Menyelesaikan Hambatan dalam Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Hasil wawancara yang dilakukan dengan Ketua BAZNAS Kabupaten

Tangerang tentang langkah-langkah yang diambil dalam upaya menyelesaikan

hambatan dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut:

a. BAZNAS Kabupaten Tangerang akan membentuk organisasi yang

mengkoordinasi seluruh UPZ yang ada di Kabupaten Tangerang. Salah satu

sebab tidak terlaksananya tugas dan tanggung jawab UPZ dalam Undang-

Undang tersebut adalah tidak adanya kesepahaman bersama tentang metode

dalam pengelolaan zakat termasuk didalamnya tidak satu pendapat dalam

menerima dan memahami tugas dan tanggung jawab UPZ dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat tersebut. Hal ini

berdampak pada kesenjangan dalam melakukan kegiatan pengelolaan zakat.

Oleh karena itu masyarakat perlu membentuk organisasi koordinasi UPZ di

Kabupaten Tangerang. Tujuannya ialah bagaimana antara masjid yang satu

dengan masjid yang lain dapat berkoordinasi dengan daerah pengumpulan

dan penyaluran zakat. Semua masjid mempunyai jamaah tetap, untuk itu

dalam pengelolaan database, upaya pengumpulan dan penyaluran zakat

sudah seharusnya dibuat aturan koordinasi khusus antara satu masjid dengan

21

Wawancara dengan Ketua BAZNAS Kabupaten Tangerang, K.H. Afif Afify tanggal 03

Mei 2017.

Page 91: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

79

masjid lainnya. Selanjutnya Ketua BAZNAS Kabupaten Tangerang

menambahkan di Kabupaten Tangerang ada Dewan Masjid Indonesia (DMI)

sebagai organisasi pembinaan profesi pengelola masjid. Kemudian beliau

menambahkan bahwa di Kabupaten Tangerang sebelumnya sudah ada

wacana untuk membuat forum seperti itu. Waktu itu dalam pengelolaan

dana infak anak yatim yang ada di masjid-masjid, namun belum sempat

terlaksana karena kurangnya tenaga yang mau mengelola. Adanya wadah

ini akan mempermudah dan dipandang efektif dalam upaya efektifitas

sosialisasi peraturan pengelolaan zakat, dan sosialisasi yang diberikan akan

lebih mudah untuk ditindak lanjuti. Selama ini yang menjadi kendala tidak

satu persepsinya bahkan menjadi saingan antara masjid yang satu dengan

masjid tetangganya. Menurut penulis tidak terlaksananya wacana ini selain

karena tenaga juga tidak adanya koordinasi dengan pemerintah, sehingga

terkesan pengelolaan coba-coba, wadah ini tidak ada pengukuhan yang

jelas.

b. Membentuk jaringan kerja sama BAZNAS, LAZ dan UPZ yang ada,

cakupan wilayah kerja BAZNAS biasanya sangat terbatas, disamping

jumlah anggotanya yang kurang ditambah dengan alokasi dana yang

terbatas, artinya budget akan sangat terkuras bila harus menjaring daerah-

daerah pelosok yang justru menuntut perhatian lebih. Oleh karena itu untuk

kasus di Kabupaten Tangerang, BAZNAS harus kembali menghubungi

pengelola UPZ setempat untuk membuat jaringan kerja sama. Selanjutnya

BAZNAS mengeluarkan surat keputusan pembentukan UPZ dengan

Page 92: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

80

komposisi pengurus yang diusulkan oleh pengurus masjid setempat. Hal ini

dikarenakan posisi sentral pengelolaan zakat adalah masjid, karena masjid

adalah tempat berkumpul umat Islam dalam beribadah. Masjid seharusnya

bukan hanya tempat ibadah ritual saja tetapi juga ibadah sosial. Bagaimana

memakmurkan masjid yang berdampak kepada kemakmuran bagi jamaah

sekitarnya.

c. Sosialisasi peraturan pengelolaan zakat harus berorientasi kemasyarakatan,

selama ini sosialisasi peraturan pengelolaan zakat dengan dibentuk wadah

komunikasi BAZNAS se-Kabupaten Tangerang, sekecamatan, sekelurahan,

dan seterusnya, ini dimanfaatkan untuk sosialisasi perundang-undangan

zakat

d. Kelemahan Undang-Undang zakat, menunjukkan Undang-Undang ini harus

diamandemen atau dipertegas dalam petunjuk pelaksanaannya di lapangan.

Untuk itu pentingnya ada Peraturan Daerah tentang pengelolaan zakat.22

Berdasarkan uraian di atas, dapat diilustrasikan bahwa terwujudnya

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat ini

berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hokum,

terintegrasi, dan akuntabilitas. Dari asas ini dapat diketahui bahwa

kemunculan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat ini dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, hal

22

Wawancara dengan Ketua BAZNAS Kabupaten Tangerang, K.H. Afif Afify tanggal 03

Mei 2017.

Page 93: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

81

tersebut tercemin dari tujuan pengelolaan zakat dalam Undang-undang Nomor

23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat ini.23

Dalam Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat juga dibahas beberapa

catatan mengenai ruang lingkup dan komoditas yang harus dizakati dan

beberapa aktifitas ekonomi yang mengharuskan pelakunya untuk

mengeluarkan, hal tersebut tercermin dalam pasal 4 (empat), walaupun

keterangan lebih lanjut atau teknis operasionalnya akan diatur dalam

Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Agama.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

lebih banyak mengatur tentang; pertama, keberadaan amil zakat (yang dalam

hal ini diperankan oleh BAZNAS dan LAZ), kedua, mengatur tentang

sistematika dan cara pengelolaan zakat yang profesional. Pernyataan ini bukan

tanpa alasan, bayangkan dari 47 pasal yang ada pada UU Zakat ini, hampir

separo lebih mengatur tentang BAZNAS/LAZ dan mekanisme tentang

Pengelolaan zakat.

Disamping itu, dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 ini juga

mengatur mekanisme pembentukan Badan atau Lembaga Zakat melalui surat

keputusan Menteri dan persyaratan pemberian izin bagi Lembaga Amil Zakat

(LAZ) sehingga memudahkan BAZNAS mengontrol dan mengawasi LAZ

yang tumbuh dan berkembang secara liar ditengah-tengah masyarakat.24

Sehingga Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak sebagai amil zakat

23

Pasal 2 dan 3 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. 24

Pasal 18 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

Page 94: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

82

dengan melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat

tanpa izin pejabat yang berwenang dan akan dikenakan sanksi.25

Bila dibandingkan dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999,

maka Undang-undang zakat yang baru ini memiliki banyak perbedaan.

Perbedaan ini bukan hanya bersifat asesoris, akan tetapi juga mencakup

substansinya. Beberapa perbedaan mendasar antara Undang-undang Nomor 38

Tahun 1999 dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 antara lain

adalah:

a. Pada Undang-undang lama, namanya adalah Undang-undang Tentang

Pengelolaan Zakat, sementara Undang-undang Zakat baru namanya adalah

UU Zakat, Infak dan Sedekah. Namun Ketika diasahkan tetap menjadi

Undang-Undang Tentang Pengelolaan Zakat.

b. Pada Undang-undang lama, posisi pemerintah dan masyarakat sejajar

dalam pengelolaan zakat, sementara dalam Undang-undang zakat baru

posisi pemerintah dan atau badan zakat pemerintah (BAZNAS) lebih

tinggi.

c. Pada Undang-undang lama, masyarakat dibebaskan untuk mengelola zakat,

pada Undang-undang baru, hanya yang diberi izin saja yang boleh

mengelola zakat.

d. Pada Undang-undang lama, pengaturan Lembaga Amil Zakat (LAZ) hanya

dalam dua pasal, sementara pada UU baru, LAZ diatur dalam 13 pasal.

25

Pasal 38 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

Page 95: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

83

e. Pada Undang-undang lama, LAZ dibentuk oleh masyarakat, sementara

pada UU baru, LAZ dibentuk oleh organisasi kemasyarakatan Islam yang

bergerak di bidang dakwah, sosial dan pendidikan, ketentuan ini kemudian

ditiadakan, karena termasuk materi yang digugat oleh sebagian organisasi

LAZ, yang kemudian juga termasuk bagian yang dikabulkan oleh

Mahkamah Konstitusi pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

86/PUU-X/2012 Tanggal 31 Oktober 2013.

f. Pada Undang-undang lama, aturan lanjutan Undang –undang semuanya

akan diatur dalam Peraturan Menteri, sementara pada Undang-undang baru,

sebagian besar diatur pada Peraturan Pemerintah.26

Salah satu hal terpenting dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat di antaranya adalah terkait dengan penguatan

kelembagaan. Dalam Undang-undang ini BAZNAS (Badan Amil Zakat

Nasional) disebutkan sebagai lembaga pemerintah non struktural yang

merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah. Dalam hal ini secara teknis

BAZNAS di bawah koordinasi Kementerian Agama. Jika pada Undang-

Undang Nomor 38 Tahun 1999 yang duduk di BAZNAS disebut sebagai

pengurus, maka di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat, sebutan mereka tidak lagi sebagai pengurus, tapi anggota

komisioner.

Selain itu, dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 pasal 6 dan 7

ayat 1 dijelaskan, peran BAZNAS menjadi lembaga yang berwenang

26

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

Page 96: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

84

melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Fungsi BAZNAS

disebutkan sebagai perencanaan, pelaksana, pengendalian baik dalam

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Selain itu,

pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. Dalam hal

ini BAZNAS cukup punya kewenangan yang lebih. Jika kemampuan

BAZNAS pada Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 memiliki kewenangan

yang terbatas sehingga dari sisi pengumpulan maupun pendistribusian kalah

jauh dengan LAZ. Akan tetapi dengan kewenangan yang diberikan sekarang

BAZNAS akan sangat leluasa dengan memiliki hirarki dan jaringan hingga

tingkat struktur yang paling bawah.

BAZNAS sebagai lembaga yang diatur secara definitif dalam undang-

undang juga memiliki sifat mandiri28. Namun, selain sifat mandiri, ada dua

unsur lain yang diatur dalam Pasal tersebut, yaitu BAZNAS sebagai lembaga

pemerintah non-struktural, dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui

Menteri Agama.

Disamping itu BAZNAS juga berfungsi unutuk mengawasi LAZ agar

lebih transparan dan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh muzaki

sehingga memang harus ada verifikasi secara lebih ketat dan profesional

dalam menjalankan fungsinya.

Page 97: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

85

BAB V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan uaraian pada bab-bab sebelumnya, dapatlah ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat, pengelola zakat diatur berdasarkan Undang-undang Nomor

38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama

(KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor

38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

dan Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Zakat. Meskipun harus diakui bahwa dalam peraturan-peraturan

tersebut masih banyak kekurangan yang sangat mendasar, misalnya tidak

dijatuhkannya sanksi bagi muzakki yang melalaikan kewajibannya (tidak mau

berzakat), tetapi undang-undang tersebut mendorong upaya pembentukan

lembaga pengelola zakat yang amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat.

2. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 terdapat penambahan pasal-

pasal yang belum diatur dalam Undang-undang Nomor. 38 Tahun 1999,

perbedaan tersebut adalah : (1) Terdapat penambahan ayat, penjabaran definisi

yang terkait dengan pengelolaan zakat; (2) Pasal 5 ayat (1), untuk

melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk BAZNAS; dan (3)

Pasal 7 ayat (1), dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

85

Page 98: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

86

Pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi: (a) perencanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; (b) pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian,dan pendayagunaan zakat; (c) pengendalian pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan pelaporan dan

pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat; (d) Pasal 17, untuk

membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ; (e) Pasal 38, setiap

orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan

pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat

yang berwenang; dan (f) Pasal 41, setiap orang yang dengan sengaja dan

melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana

denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Selanjutnya

ada empat hal pokok yang dilakukan dalam sistem Lembaga Amil Zakat pada

umumnya, yaitu Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan

Pelaporan.

3. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat memberikan pencerahan baru bagi BAZNAS pada semua tingkatan.

Kehadiran Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

ini berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian

hokum, terintegrasi, dan akuntabilitas. Dari asas ini dapat diketahui bahwa

kemunculan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

ini dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam

Page 99: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

87

pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, hal tersebut

tercemin dari tujuan pengelolaan zakat dalam Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat ini. Selain itu, kehadiran Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat telah memperkuat

posisi BAZNAS Kabupaten dalam manajemen pengelolaan zakat yang lebih

professional.

B. Saran

Adapun saran-saran yang penulis berikan kepada Baznas Kota Pekanbaru

adalah sebagai berikut:

1. BAZNAS kabupaten Tangerang hendaknya melakukan pembinaan lebih

intensif kepada Unit Pengumpul Zakat di Kecamatan/SKPD/Dinas Instansi se-

kabupaten Tangerang, serta memberikan ide-ide pembaharuan dalam

pelaksanaan zakat.

2. BAZNAS Kabupaten Tangerang agar dapat melakukan pendataan yang lebih

kongkrit tentang keberadaan mustahik zakat di seluruh pelosok daerah

Kabupaten Tangerang.

3. BAZNAS Kabupaten Tangerang bisa memberikan bantuan pemikiran kepada

mustahik yang akan mendapatkan bantuan zakat, supaya mereka mampu

memanfaatkan dana tersebut dengan sebaik-baiknya serta mampu mengelola

dana yang mereka dapatkan dari harta zakat (zakat produktif).

Page 100: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

88

4. Kepada semua masyarakat muslim hendaknya menyalurkan zakatnya kepada

pengurus badan amil zakat untuk dikelola dan diberdayakan, sehingga zakat

tersebut tersalurkan kepada orang yang benar-benar berhak menerimanya.

Page 101: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

89

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Imam, Ihya Ulumuddin, jilid II, (Beirut: Daar al-Fiqr, 1980)

Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI

Press, 2008)

Al-Jazairi, Abubakar Jabir, Minhaful Muslim, (Beirut: Daar El-Fikr, 1076)

Al-Jaziri, Abdurrahman, Fiqh’ Ala Madzhab al-Arba’ah , Juz 1, (Beirut: Darul

Fiqr, 1972)

Al-Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2002)

--------------------, Yusuf, Al-Ibadah fil-Islam, (Beirut: Muassasah Risalah, 1993)

--------------------, Fiqhu Zakat, (Beirut: Muassasah Risalah, 1991)

--------------------, Fiqh Zakat, Terj. Salman Harun, et.al., (Jakarta: Litera Antar

Nusa, Cet. 6, 2002)

Al-Qurtubi, Al-jami’ Li Ahkam Al-Qur’an, (Beirut Libanon: Daar el-Kutub

„Ilmiyyah 1413 H/1993M Jilid VII-VIII)

Al-Sarakhshi, Syam al-Din, Al-Mabsuth, Juz. III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993

Ash-Shiddieqy, Hasby, Pedomna Zakat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987)

Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 1996)

As-Sijistani, Abu Dawud Sulaiman Ibn Al-Asy‟as. Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar

al–kutub al-ilmiyyah, 1996)

Az-Zuhayli, Wahbah, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Juz II (Beirut: Dar al-Fikr,

1997)

--------------------, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1995)

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Bumi Restu,

1976)

Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen

Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Depag R.I., 2007)

89

Page 102: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

90

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru

van Hoeve, 1993)

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999, tentang

Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2003)

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih Jilid I, (Jakarta:

Dir. PPTAI, 1983)

Dokumen Program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Ghazali, Syukri dkk., Pedoman Zakat, (Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana

Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, 1999)

Hafidhuddin, Didin, Anda Bertanya Tentang Zakat, Infak dan Sedekah, Kami

Menjawab, (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), 2006)

--------------------, Mimbar Agama & Budaya, (Jakarta : UIN Jakarta, Volume

XIX, No.3, 2002)

--------------------, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1998)

--------------------, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani,

2002)

Hasan, M. Ali, Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di

Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006)

Ja‟far, Muhammadiyah, Tuntunan Ibadat Zakat, Puasa dan Haji, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2005)

Kamal, “Catatan Terhadap Uji Materi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012)

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,

2001)

Mughniyah, Jawad, al-Fiqih ala Madzabil al-Khamsah, Terj. Masykur AB, Fiqih

Lima Madzhab, (Jakarta: Lentera, 1996)

Nasution, Lahmudin, Fiqh I, (Jakarta : Logos, 1995)

Rais, Amin, Cakrawala Islam : Antara Cita Dan Fakta, (Mizan, Bandung : 1987)

Page 103: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

91

Ridha, Rasyid, Imam Muhammad, Tafsir al-Qur`an al-Hakim al-Syahir bi Tafsir

al-Manar, juz. 10. (Bierut: Dar al-Fikr)

Rosyidah, Trie Anis, “Implementasi Undang-Undang No. 23 Tahun 2011

Terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat Oleh Lembaga Amil Zakat”,

Jurnal, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Sabiq, Sayyid, Fiqh as-Sunah, juz lll, (Kuwait : Dar al-Bayan, 1968)

Siddiqi, Muhammad Nejatullah, Pemikiran Ekonomi Islam: Suatu Penelitian

Kepustakaan Masa Kini, (Jakarta: LPPW, 2001)

Syalthout, Mahmud, Fatawa, (Kairo: Darul Qolam, 1966)

Syuja‟, Abi, Fath al-Qorib, (Bandung : Al-Maarif, t.th)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat

Yafie, Ali. Menggagas Fith Sosial, (Bandung, 1994)

Yahya, Muhammad Ridwan, Buku Pintar Praktis Fiqih dan Amaliyah Zakat,

(Jakarta: Pustaka Nawait, 2006)

Zainuddin, A. Rahman “Zakat Implikasinya pada Pemerataan” dalam Budhy

Munawar-Rachman (Ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam

Sejarah, (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1994)

Page 104: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Page 105: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Page 106: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Lampiran

PEDOMAN WAWANCARA

Assalamu’alaikum Waahmatullahi Wabaakatuh.

Perkenalkan nama saya LUTFHI HIDAYAT, saya mahasiswa Universitas

Islam SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta, Fakultas Syari’ah dan Hukum,

Jurusan Manajemen Zakat dan Wakaf. Sekarang ini saya sedang menyusun skripsi

dengan judul : “Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang”..

Pada kesempatan ini saya memohon kiranya bapak dapat memberikan

informasi tekait dengan penelitian yang saya tulis:

Saya memiliki beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan kepada Bapak.

Saya harap bapak bisa memberikan jawabannya.

1. Pada saat ini pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, dimana sebelumnya diatur oleh

Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. Menurut

Bapak, apa perbedaan yang paling mendasar dari kedua Undang-undang Zakat

ini ?

2. Bagaimana sistem pengelolaan zakat yang diterapkan di BAZNAS Kabupaten

Tangerang ?

3. Apa saja program-porogram unggulan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam

pengelolaan zakat ?

4. Apakah BAZNAS Kabupaten Tangerang pernah menerima laporan dari

Lembaga Zakat swasta yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang ? Lembaga

mana saja ?

5. Apakah pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang sudah

memenuhi target sesuai yang diharapkan ?

6. Apa saja langkah-langkah yang telah dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten

Tangerang dalam upaya optimalisasi p[engelolaan zakat di wilayah Kabupaten

Tangerang ?

7. Apa saja kendala yang dihadapi oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam

pengelolaan zakat di Kabupaten Tangerang ?

8. Apa saja upaya yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam

meminimalisir hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengelolaan zakat ?

9. Apa upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dalam membantu

mensukseskan pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang ?

Page 107: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

HASIL WAWANCARA

DENGAN PENGURUS BAZNAS KABUPATEN TANGERANG

Pertanyaan 1

Pada saat ini pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, dimana sebelumnya diatur oleh

Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. Menurut

Bapak, apa perbedaan yang paling mendasar dari kedua Undang-undang Zakat

ini ?

Jawaban 1

Pada prinsipnya, kdua undang-undang tersebut saling melengkapi. Artinya ada

pasal-pasal yang tidak ditemukan pada Undang-undang Nomor 38 tahun 1999

kemudian disempurnakan oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat. Tapi jika dicermati lebih mendalam, ternyata Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat jauh lebih memberikan ruang

gerak yang cukup luas kepada BAZNAS Kabupaten/Kota untuk merealisasikan

program-programnya dengan baik.

Pertanyaan 2

Bagaimana sistem pengelolaan zakat yang diterapkan di BAZNAS Kabupaten

Tangerang ?

Jawaban 2

Sistem pengelolaanya insyaallah sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

oleh undang-undang, dan tentunya juga disesuaikan dengan kebijakan Pemerintah

daerah Kabupaten Tangerang.

Pertanyaan 3

Apa saja program-porogram unggulan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam

pengelolaan zakat ?

Jawaban 3

Program unggulan yang diterapkan di BAZNAS Kabupaten Tangerang

diantaranya adalah:

a. Asnaf Fakir/Miskin, Mualaf dan Riqob

1) Program Indonesia Peduli, yaitu program yang berbentuk Bantuan

Langsung Tunai dan Peningkatan Kesejahteraan Mualaf.

2) Progam Indonesia Makmur, yaitu program yang berbentuk Bantuan Modal

Bergulir dan Keterampilan Usaha, Pengembangan serta Pemutakhiran Data

Mustahik dan Muzaki dengan cara melaksanakan identifikasi dan verifikasi

pada lembaga/perorangan yang akan mendapat bantuan serta melakukan

Page 108: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

pendekatan kepada calon muzaki dan mustahik di 29 kecamatan, program

yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Dana Bencana Alam dan Kegiatan

pada Pergeseran Aqidah.

3) Program Indonesia Sehat, yaitu program yang berbentuk Pelayanan

Kesehatan Masyarakat dengan memberikan Bantuan Pengobatan Cuma-

Cuma kepada keluarga pra sejahtera dan lansia melalui rumah sehat, dan

Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Biaya Pengobatan

melalui pengajuan permohonan proposal.

4) Program Indonesia Cerdas, yaitu program Pelatihan Kader untuk Pendidik

dan deteksi dini anak berkebutuhan khusus (bagi guru Tk, Ra dan Paud).

b. Asnaf Fisabilillah dan Ghorimin

Program Indonesia Taqwa, yaitu program Program dalam bentuk

Peningkatan Sarana dan Prasarana Ibadah dengan memberikan Bantuan

Pembangunan Masjid, Bantuan Marbot Masjid, Pemberian Insentif kepada

guru ngaji, guru TPA/TPQ, guru/pengasuh pondok pesantren tradisional /

majlis talim, dan Pengadaan Mobelair untuk madrasah / sekolah.

c. Asnaf Ibnu Sabil

1) Program Indonesia Peduli, yaitu Program berupa Menyalurkan Bantuan

Sarana Ibadah, Sarana Pendidikan dan Kegiatan Keagamaan melalui

pengajuan proposal, dan Membantu Dana Transportasi kepada orang yang

kehabisan bekal dalam perjalanan, orang yang terlantar dan orang yang

kehilangan.

2) Program Indonesia Cerdas, yaitu Program berupa bantuan meringankan

beban biaya pendidikan kepada siswa dan santri kurang mampu dengan

memberikan Bantuan Bea Siswa tingkat SD/Ibtidaiyah, SMP/Tsanawiyah

dan Santri Salafi/Ponpes Kobong,

d. Asnaf Amilin

Program yang berbentuk kegiatan berupa Memberikan Hak Amilin

sesuai dengan Asnaf kepada seluruh komponen yang terlibat dalam

pengelolaan dana ZIS dan kegiatan penunjang lainnya.

Pertanyaan 4

Apakah BAZNAS Kabupaten Tangerang pernah menerima laporan dari Lembaga

Zakat swasta yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang ? Lembaga mana saja ?

Jawaban 4

Sampai saat ini BAZNAS Kabupaten Tangerang belum pernah menerima laporan

secara resmi dari Lembaga Zakat swasta yang ada di wilayah Kabupaten.

Tangerang

Pertanyaan 5

Apakah pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang sudah memenuhi

target sesuai yang diharapkan ?

Page 109: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Jawaban 5

Jujur, bahwa target yang ditetapkan belum bias tercapai. Tapi Alhamdulillah

setiap tahun pengumpuylan dana zakat dari setiap kecamatan di wilayah

Kabupaten Tangerang selalu ada peningkatan.

Pertanyaan 6

Apa saja langkah-langkah yang telah dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten

Tangerang dalam upaya optimalisasi pengelolaan zakat di wilayah Kabupaten

Tangerang ?

Jawaban 6

Banyak, diantaranya melakukan:

- Melakukan evaluasi terhadap program kerja tahunan yang dilakukan bersama

antara Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang dengan UPZ Kecamatan dan

DInas Instansi.

- Melakukan sosialisasi tentang pentingnya zakat di setiap even tingkat

Kabupaten maupun tingkat Kecamatan.

- Memasang beberapa spanduk anjuran zakat. Dll.

Pertanyaan 7

Apa saja kendala yang dihadapi oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam

pengelolaan zakat di Kabupaten Tangerang ?

Jawaban 7

Diantara kendala yang dihadapi adalah:

- Pengetahuan masyarakat terhadap kewajiban zakat masih kurang.

- Tradisi lama yang masih melekat di beberapa wilayah, dimana masih terdapat

masyarakat yang berpendirian bahwa menyalurkan zakat secara langsuang

kepada mustahiq lebih baik daripada menyalurkan kepada badan resmi yang

ada.

- Adanya unsur kurang percaya dari masyarakat terhadap pengelola zakat di

tingkat bawah.

Pertanyaan 8

Apa saja upaya yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam

meminimalisir hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengelolaan zakat ?

Jawaban 8

Diantaranya adalah:

- Memberikan pembekalan kepada Pengurus UPZ Kecamatan/Dinas dan Instansi

untuk modal sosialisasi di tingkat bawah.

- Tidak bosan-bosannya melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam

berbagai kesempatan.

- Mengajak para Kyai, Ustadz dan tokoh masyarakat untuk berpartisipasi aktif

memberikan pengertian kepada masyarakat tentang kewajiban berzakat.

Page 110: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pertanyaan 9

Apa upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dalam membantu

mensukseskan pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang ?

Jawaban 9

Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam membantu mensukseskan pengelolaan

zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang sudah cukup baik. Langkah-langkah

yang telah ditempuh diantaranya:

- Bekerjasama dengan BAZNAS Kabupaten Tangerang melakukan sosialisasi di

tingkat kecamatan dan desa/kelurahan.

- Memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh BAZNAS Kabupaten

Tangerang.

- Memberikan anggaran operasional bagi kegiatan BAZNAS Kabupaten

Tangerang.

- Membuka diri untuk menerima berbagai masukan yang disampaikan oleh

BAZNAS Kabupaten Tangerang demi perbaikan dan kemajuan pengelolaan

zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang.

Page 111: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

MATERI UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999

TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta

pendayagunaan zakat.

2. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang

dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya.

3. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang

berkewajiban menunaikan zakat.

4. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat.

5. Agama adalah agama Islam.

6. Manteri adalah Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya

meliputi bidang agama.

Pasal 2

Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau

badan yang dimiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat.

Pasal 3

Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan

pelayanan kepada muzakki, mustahiq, dan amil zakat.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 4

Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan, dan kepastian

hokum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 5

Pengelolaan zakat bertujuan :

1. meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai

dengan tuntutan agama;

2. meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;

3. meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.

Page 112: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

BAB III

ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT

Pasal 6

(1) Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh

pemerintah.

(2) Pembentukan badan amil zakat:

a. nasional oleh Presiden atas usul Menteri;

b. daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen

agama propinsi;

c. daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau walikota atas usul

kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota;

d. kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan.

(3) Badan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat

koordinatif, konsultatif, dan informatif.

(4) Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang

memenuhi persyaratan tertentu.

(5) Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas,

dan unsur pelaksana.

Pasal 7

(1) Lembaga amil zakat dilakukan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah.

(2) Lembaga amil zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

persyaratan yang diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal 8

Badan amil zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan lembaga amil

zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai tugas pokok

mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan

ketentuan agama.

Pasal 9

Dalam melaksanakan tugasnya, badan amil zakat dan lembaga amil zakat

bertanggungjawab kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi dan tata kerja badan

amil zakatditetapkan dengan keputusan menteri.

Page 113: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

BAB IV

PENGUMPULAN ZAKAT

Pasal 11

(1) Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah.

(2) Harta yang dikenai zakat adalah;

a. emas, perak, dan uang;

b. perdagangan dan perusahaan;

c. hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan;

d. hasil pertambangan;

e. hasil peternakan;

f. hasil pendapatan dan jasa;

g. rikaz.

(3) Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar, dan waktunya ditetapkan

berdasarkan hukum agama.

Pasal 12

(1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dengan cara mnerima

atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki.

(2) Badan amil zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat

harta muzakki yang berada di bank atas permintaan muzakki.

Pasal 13

Badan amil zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq,

shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat.

Pasal 14

(1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya

berdasarkan hukum agama.

(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), muzakki dapat meminta bantuan

kepada badan amil zakat atau badan amil zakat memberikan bantuan kepada

muzakki untuk menghitungnya.

(3) Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil

zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang

bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan amil zakat

ditetapkan dengan keputusan menteri.

Page 114: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

BAB V

PENDAYAGUNAAN ZAKAT

Pasal 16

(1) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan

ketentuan agama.

(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas

kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.

(3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri.

Pasal 17

Hasil penerimaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 didayagunakan terutama untuk usaha yang

produktif.

BAB VI

PENGAWASAN

Pasal 18

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan amil zakat dilakukan oleh

unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5).

(2) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota.

(3) Unsur pengawas berkedudukan di semua tingkatan badan amil zakat.

(4) Dalam melakukan pemeriksaan keuangan badan amil zakat, unsur pengawas

dapat meminta bantuan akuntan publik.

Pasal 19

Badan amil zakat memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya

kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 20

Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan badan amil zakat dan

lembaga amil zakat.

BAB VII

S A N K S I

Pasal 21

(1) Setiap pengelola zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau mencatat

dengan tidak benar harta zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan

kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 12, dan Pasal 13 dalam

undang-undang ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga

bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta

rupiah).

Page 115: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) di atas merupakan pelanggaran.

(3) Setiap petugas badan amil zakat dan petugas lembaga amil zakat yang

melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

KETENTUAN-KETENTUAN LAIN

Pasal 22

Dalam hal muzakki berada atau menetap di luar negeri, pengumpulan

zakatnya dilakukan oleh unit pengumpul zakat pada perwakilan Republik

Indonesia, yang selanjutnya diteruskan kepada badan amil zakat nasional.

Pasal 23

Dalam menunjang pelaksanaan tugas badan amil zakat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8, pemerintah wajib membantu biaya operasional badan

amil zakat.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24

1. Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan zakat masih

tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan

peraturan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.

2. Selambat-lambatnya dua tahun sejak diundangkannya undang-undang ini,

setiap organisasi pengelolaan zakat yang telah ada wajib menyesuaikan

menurut ketentuan Undang-undang ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 116: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

MATERI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011

TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat

2. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan

usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan

syariat Islam

3. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar

zakat untuk kemaslahatan umum

4. Sedekah adalah harta maupun nonharta yang dikeluarkan oleh seorang

muslim atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum

5. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban

menunaikan zakat

6. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zaka

7. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah

lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional

8. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang

dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

9. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disingkat UPZ adalah satuan

organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu mengumpulkan

zakat

10. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disingkat UPZ adalah satuan

organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat

11. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum

12. Hak Amil adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat dimanfaatkan untuk

biaya operasional dalam pengelolaan zakat sesuai syariat Islam

13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang agama

Pasal 2

Pengelolaan zakat berasaskan:

1. Syariat Islam

2. Amanah

3. Kemanfaatan

Page 117: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

4. Keadilan

5. Kepastian hukum

6. Terintegrasi

7. Akuntabilitas

Pasal 3

Pengelolaan zakat bertujuan :

1. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat

2. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan

penanggulangan kemiskinan

Pasal 4

1. Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah

2. Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Emas, perak, dan logam mulia lainnya

b. Uang dan surat berharga lainnya

c. Perniagaan

d. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan

e. Peternakan dan perikanan

f. Pertambangan

g. Perindustrian

h. Pendapatan dan jasa

i. Rikaz.

3. Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan harta yang dimiliki

oleh muzaki perseorangan atau badan usaha

4. Syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan

sesuai dengan syariat Islam

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penghitungan zakat mal

dan zakat fitrah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan

Menteri.

BAB II

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 5

1. Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk BAZNAS

2. BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di ibu kota

negara

3. BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga

pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada

Presiden melalui Menteri

Page 118: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pasal 6

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

pengelolaan zakat secara nasional.

Pasal 7

1. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, BAZNAS

menyelenggarakan fungsi :

a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat

2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat bekerja sama

dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada

Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Bagian Kedua

Keanggotaan

Pasal 8

1. BAZNAS terdiri atas 11 (sebelas) orang anggota

2. Keanggotaan BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 8

(delapan) orang dari unsur masyarakat dan 3 (tiga) orang dari unsur pemerintah

3. Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur

ulama, tenaga profesional, dan tokoh masyarakat Islam

4. Unsur pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditunjuk dari

kementerian/instansi yang berkaitan dengan pengelolaan zakat

5. BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua

Pasal 9

Masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 (lima) tahun dan dapat

dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan

Pasal 10

1. Anggota BAZNAS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri

2. Anggota BAZNAS dari unsur masyarakat diangkat oleh Presiden atas usul

Menteri setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia

3. Ketua dan wakil ketua BAZNAS dipilih oleh anggota

Pasal 11

Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota BAZNAS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 paling sedikit harus :

a. Warga negara Indonesia

b. Beragama Islam

Page 119: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

c. Bertakwa kepada Allah SWT

d. Berakhlak mulia

e. Berusia minimal 40 (empat puluh) tahun

f. Sehat jasmani dan rohani

g. Tidak menjadi anggota partai politik

h. Memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat; dan

i. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang

diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun

Pasal 12

Anggota BAZNAS diberhentikan apabila:

a. Meninggal dunia

b. Habis masa jabatan

c. Mengundurkan diri

d. Tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus

e. Tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai, tata cara pengangkatan dan pemberhentian

anggota BAZNAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diatur dalam Peraturan

Pemerintah

Pasal 14

1. Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibantu oleh sekretariat

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja sekretariat BAZNAS

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga

BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota

Pasal 15

1. Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan

kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota

2. BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul gubernur setelah mendapat

pertimbangan BAZNAS

3. BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk

atas usul bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS

4. Dalam hal gubernur atau bupati/walikota tidak mengusulkan pembentukan

BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota, Menteri atau pejabat yang

ditunjuk dapat membentuk BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota

setelah mendapat pertimbangan BAZNAS

5. BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota melaksanakan tugas dan

fungsi BAZNAS di provinsi atau kabupaten/kota masing-masing

Page 120: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pasal 16

1. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan

BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah,

badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan

perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada

tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja BAZNAS provinsi

dan BAZNAS kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat

Lembaga Amil Zakat

Pasal 17

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.

Pasal 18

1. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk

oleh menteri

2. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan apabila memenuhi

persyaratan paling sedikit:

a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan islam yang mengelola bidang

pendidikan, dakwah, dan sosial

b. Berbentuk lembaga berbadan hukum

c. Mendapat rekomendasi dari baznas

d. Memiliki pengawas syariat

e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk

melaksanakan kegiatannya

f. Bersifat nirlaba

g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat

h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala

Pasal 19

LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala

Pasal 20

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan organisasi, mekanisme

perizinan, pembentukan perwakilan, pelaporan, dan pertanggungjawaban LAZ

diatur dalam Peraturan Pemerintah

Page 121: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

BAB III

PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN,

PENDAYAGUNAAN, DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu

Pengumpulan

Pasal 21

1. Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan penghitungan sendiri

atas kewajiban zakatnya

2. Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzaki dapat

meminta bantuan BAZNAS.

Pasal 22

Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ

dikurangkan dari penghasilan kena pajak

Pasal 23

1. BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap

muzaki

2. Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai

pengurang penghasilan kena pajak

Pasal 24

Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh BAZNAS, BAZNAS

provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Pemerintah

Bagian Kedua

Pendistribusian

Pasal 25

Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.

Pasal 26

Pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dilakukan

berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan,

dan kewilayahan

Bagian Ketiga

Pendayagunaan

Pasal 27

1. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan

fakir miskin dan peningkatan kualitas umat

2. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi

Page 122: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri

Bagian Keempat

Pengelolaan Infak, Sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya

Pasal 28

1. Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya

2. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan

lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan syariat

Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi

3. Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat

dalam pembukuan tersendiri

Bagian Kelima

Pelaporan

Pasal 29

1. BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan

pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada

BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala

2. BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan

zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS

dan pemerintah daerah secara berkala

3. LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah

daerah secara berkala

4. BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada Menteri secara berkala

5. Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak atau media

elektronik

6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan BAZNAS kabupaten/kota,

BAZNAS provinsi, LAZ, dan BAZNAS diatur dalam Peraturan Pemerintah

BAB IV

PEMBIAYAAN

Pasal 30

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil

Pasal 31

1. Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS provinsi dan BAZNAS

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dibiayai

dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil

Page 123: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

2. Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAZNAS provinsi

dan BAZNAS kabupaten/kota dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara

Pasal 32

LAZ dapat menggunakan Hak Amil untuk membiayai kegiatan

operasional

Pasal 33

1. Pembiayaan BAZNAS dan penggunaan Hak Amil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 30, Pasal 31 ayat (1), dan Pasal 32 diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Pemerintah

2. Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan pembiayaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 34

1. Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS,

BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ

2. Gubernur dan bupati/walikota melaksanakan pembinaan dan pengawasan

terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ sesuai

dengan kewenangannya

3. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi

fasilitasi, sosialisasi, dan edukasi

BAB VI

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 35

1. Masyarakat dapat berperan serta dalam pembinaan dan pengawasan terhadap

BAZNAS dan LAZ

2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka :

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menunaikan zakat melalui

BAZNAS dan LAZ

b. Memberikan saran untuk peningkatan kinerja BAZNAS dan LAZ

3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk :

a. Akses terhadap informasi tentang pengelolaan zakat yang dilakukan oleh

BAZNAS dan LAZ

b. Penyampaian informasi apabila terjadi penyimpangan dalam pengelolaan

zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ.2

Page 124: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

BAB VII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 36

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal

23 ayat (1), Pasal 28 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 29 ayat (3) dikenai

sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara dari kegiatan; dan/atau

c. pencabutan izin.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VIII

LARANGAN

Pasal 37

Setiap orang dilarang melakukan tindakan memiliki, menjaminkan,

menghibahkan, menjual, dan/atau mengalihkan zakat, infak, sedekah, dan/atau

dana sosial keagamaan lainnya yang ada dalam pengelolaannya.

Pasal 38

Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat

melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin

pejabat yang berwenang.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 39

Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum tidak melakukan

pendistribusian zakat sesuai dengan ketentuan Pasal 25 dipidana dengan pidana

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 40

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 41

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dipidana dengan pidana

Page 125: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 42

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 40

merupakan kejahatan.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 merupakan

pelanggaran.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 43

(1) Badan Amil Zakat Nasional yang telah ada sebelum Undang-Undang ini

berlaku tetap menjalankan tugas dan fungsi sebagai BAZNAS berdasarkan

Undang-Undang ini sampai terbentuknya BAZNAS yang baru sesuai dengan

Undang-Undang ini.

(2) Badan Amil Zakat Daerah Provinsi dan Badan Amil Zakat Daerah

kabupaten/kota yang telah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku tetap

menjalankan tugas dan fungsi sebagai BAZNAS provinsi dan BAZNAS

kabupaten/kota sampai terbentuknya kepengurusan baru berdasarkan

Undang-Undang ini.

(3) LAZ yang telah dikukuhkan oleh Menteri sebelum Undang-Undang ini

berlaku dinyatakan sebagai LAZ berdasarkan Undang-Undang ini.

(4) LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib menyesuaikan diri paling

lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-

undangan tentang Pengelolaan Zakat dan peraturan pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3885) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 45

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 38

Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3885) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 126: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pasal 46

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling

lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 47

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 127: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Lampiran 3

PERBEDAAN REGULASI PENGELOLAAN ZAKAT BERDASARKAN

KETENTUAN UU NOMOR 38 TAHUN 1999 DAN UU NOMOR 23

TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

1. Pengaturan Pengumpulan Zakat

Pengaturan pengumpulan Zakat ini diatur dalam Bab IV tentang

Pengumpulan Zakat Pasal 11-15 dan Pasal 22 Undang-undang No. 38 Tahun

1999 dan Bab III Bagian Kesatu Tentang Pengumpulan Pasal 21-24 Undang-

undang No. 23 Tahun 2011. Berikut bunyi pengaturan Zakat dalam kedua

Undang-undang tersebut.

Pengaturan Pengumpulan Zakat dalam UU No. 38 Tahun 1999

Pasal 11

(1) Zakat terdiri atas Zakat mal dan Zakat fitrah.

(2) Harta yang dikenai Zakat adalah :

a. emas, perak dan uang;

b. perdagangan dan perusahaan;

c. hasil pertanian, perkebunan dan perikanan;

d. hasil pertambangan;

e. hasil peternakan;

f. hasil pendapatan dan jasa;

g. rikaz

(3) Penghitungan Zakat mal menurut nishab, kadar dan waktunya

ditetapkan berdasarkan hukum agama.

Pasal 12

(1) Pengumpulan Zakat dilakukan oleh badan amil Zakat dengan cara

menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan

muzakki.

(2) Badan amil Zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam

pengumpulan Zakat harta muzakki yang berada di bank atas

permintaan muzakki.

Pasal 13

Badan amil Zakat dapat menerima harta selain Zakat seperti infaq,

shadaqah, wasiat waris dan kafarat.

Page 128: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pasal 14

(1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban

Zakatnya berdasarkan hukum agama.

(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartaya dan kewajiban

Zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), muzakki dapat

meminta bantuan kepada badan amil Zakat atau badan amil Zakat

memberikan bantuan kepada muzakki untuk menghitungnya.

(3) Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil Zakat atau

lembaga amil Zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena

pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

Lingkup kewenangan pengumpulan Zakat oleh badan amil Zakat

ditetapkan dengan keputusan menteri.

Pasal 22

Dalam hal muzakki berada atau menetap di luar negeri, pengumpulan

Zakatnya dilakukan oleh unit pengumpul Zakat pada perwakilan

Republik Indonesia, yang selanjutnya diteruskan kepada badan amil

Zakat nasional.

Pengaturan Pengumpulan Zakat Menurut UU No. 23 Tahun 2011

Pasal 21

(1) Dalam rangka pengumpulan Zakat, muzaki melakukan

penghitungan sendiri atas kewajiban Zakatnya.

(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban Zakatnya,

muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.

Pasal 22

Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ

dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

Pasal 23

(1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran Zakat kepada

setiap muzaki.

(2) Bukti setoran Zakat sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

Pasal 24

Lingkup kewenangan pengumpulan Zakat oleh BAZNAS, BAZNAS

provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

Page 129: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pasal 21

Mengatur mengenai penghitungan Zakat dimana penghitungan harta

untuk diambil Zakatnya oleh muzakki sendiri namun jika muzakki

merasa bingung menghitung Zakat yang harus dikeluarkan hartanya

maka muzakki berhak untuk meminta bantuan kepada BAZNAS

(Badan Amil Zakat Nasional) selaku lembaga pemegang otoritas

mengenai urusan Zakat ini.

Pasal 22

Mengatur mengenai keringanan dari negara bagi muzakki yang telah

membayar Zakat dalam hal pembayaran pajak kepada negara karena

pembayaran Zakat ini dapat mengurangi wajib pajak dalam

membayarkan pajak kepada Negara

Pasal 23

Mengatur mengenai pengurangan wajib pajak dalam membayarkan

pajak kepada negara dengan membayarkan Zakat harus disertai bukti

pembayaran Zakat yang telah diberikan oleh BAZNAS (Badan Amil

Zakat Nasional) atau LAZ (Lembaga Amil Zakat).

Pasal 24

Mengatur mengenai hak BAZNAS mengenai kewenangan

pengumpulan Zakat ini diatur oleh peraturan pemerintah.

2. Pengaturan Pendayagunaan Zakat

Peraturan mengenai pendayagunaan Zakat ini diatur dalam Bab V

tentang Pendayagunaan Zakat Pasal 16 dan 17 Undang-undang No. 38 Tahun

1999 dan Bab III Bagian Ketiga tentang Pendayagunaan Pasal 27 Ayat 1-3

Undang-undang No. 23 Tahun 2011 mengenai Pengelolaan Zakat, bunyi Pasal

tersebut adalah sebagai berikut:

Pengaturan Pendayagunaan Zakat Menurut UU No. 38 Tahun 1999

Pasal 16

(1) Hasil pengumpulan Zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai

dengan ketentuan agama.

(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan Zakat berdasarkan skala

prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha

yang produktif.

Page 130: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

(3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan Zakat

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan

menteri.

Pasal 17

Hasil penerimaan infaq, shadaqah, wasiat, waris dan kafarat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 didayagunakan terutama untuk

usaha yang produktif.

Pengaturan Pendayagunaan Zakat Menurut UU No. 23 Tahun 2011

Pasal 27

(1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka

penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

(2) Pendayagunaan Zakat untuk usaha produktif sebagaimana

dimaksud pada Ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar

mustahik telah terpenuhi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan Zakat untuk usaha

produktif sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diatur dengan

Peraturan Menteri.

Pasal 27

Mengatur mengenai pendayagunaan Zakat dimana apabila kebutuhan

mustahik Zakat telah terpenhi maka harta Zakat dapat didayagunakan

untuk usaha produktif dalam rangka penangan pengentasan kemiskinan

dan peningkatan kualitas umat. Harta Zakat juga dapat didayagunakan

untuk kepentingan publik seperti untuk membangun saran ibadah,

sarana transportasi, sarana pendidikan, sarana kesehatan sepanjang

tidak melanggar ketentuan syariat Islam.

3. Pengawasan Pengelolaan Zakat

Mengenai pengawasan Pengelolaan Zakat ini diatur dalam Bab VI

Tentang Pengawasan Pasal 18-20 Undang-undang No. 38 Tahun 1999 dan Bab

V tentang Pembinaan dan Pengawasan Pasal 35 Ayat 1 dan 3 Undang-undang

No. 23 Tahun 2011. berikut bunyi Pasal tersebut.

Pengawasan Zakat Menurut UU No. 38 Tahun 1999

Pasal 18

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan amil Zakat

dilakukan oleh unsur pengawassebagaimana dimaksud dalam Pasal

6 ayat (5).

Page 131: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

(2) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota.

(3) Unsur pengawas berkedudukan di semua tingkatan badan amil

Zakat.

(4) Dalam melakukan pemeriksaan keuangan badan amil Zakat, unsur

pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.

Pasal 19

Badan amil Zakat memberikan laporan Tahunan pelaksanaan tugasnya

kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 20

Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan badan amil Zakat

dan lembaga amil Zakat.

Pengaturan pengawasan Zakat menurut UU No. 23 Tahun 2011

Pasal 34

(1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap

BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan

LAZ.

(2) Gubernur dan bupati/walikota melaksanakan pembinaan dan

pengawasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS

kabupaten/kota, dan LAZ sesuai dengan kewenangannya.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

meliputi fasilitasi, sosialisasi, dan edukasi.

Pasal 35

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pembinaan dan pengawasan

terhadap BAZNAS dan LAZ.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilakukan dalam

bentuk:

a. akses terhadap informasi tentang Pengelolaan Zakat yang

dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ; dan

b. penyampaian informasi apabila terjadi penyimpangan dalam

Pengelolaan Zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ.

Dalam hal pengawasan ini Undang-undang menyebutkan bahwa

pengawasan Pengelolaan Zakat ini masyarakat dapat ikut berperan aktik

mengawasi Pengelolaan dana Zakat yang telah mereka keluarkan kepada

Page 132: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

BAZNAS dan LAZ melalaui akses terhadap informasi tentang Pengelolaan

Zakat yang telah dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ.

4. Sanksi Atas Pelanggaran Pengelolaan Zakat

Aturan mengenai sanksi jika terjadi pelanggaran mengenai pengolaan

harta Zakat ini dijelaskan dalam Bab VII tentang Sanksi Pasal 21 Undang-

undang No. 38 Tahun 1999 dan Bab VII Tentang Sanksi Administratif Pasal 36

dan Bab IX tentang Ketentuan Pidana Pasal 39-42 Undang-undang No. 23

Tahun 2011. berikut bunyi Pasal Pasal sebagaimana di atas

Pengaturan Sanksi Pelanggaran Pengelolaan Zakat Menurut UU No. 38

Tahun 1999

Pasal 21

(1) Setiap pengelola Zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat

atau mencatat dengan tidak benar harta Zakat, infaq, shadaqah,

wasiat, hibah, waris dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8, Pasal 12, Pasal 13, dalam Undang-undang ini diancam

dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan atau

denda sebanyak-banyaknya Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) di atas merupakan

pelanggaran.

(3) Setiap petugas badan amil Zakat dan petugas lembaga amil Zakat

yang melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengaturan sanksi pelanggaran Pengelolaan Zakat menurut UU No. 23

Tahun 2011

Pasal 36

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 19, Pasal 23 Ayat (1), Pasal 28 Ayat (2) dan Ayat (3), serta

Pasal 29 Ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara dari kegiatan; dan/atau

c. pencabutan izin.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana

dimaksud pada Ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Page 133: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pasal ini menjelaskan mengenai penetapan sanksi administratif bagi

LAZ yang melanggar Pasal 19 (LAZ wajib melaporkan pelaksanaan

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan Zakat yang telah

diaudit kepada BAZNAS secara berkala.), Pasal 23 Ayat 1 (BAZNAS

atau LAZ wajib memberikan bukti setoran Zakat kepada setiap

muzaki), Pasal 28 Ayat 2 (Pendistribusian dan pendayagunaan infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya sebagaimana dimaksud

pada Ayat (1) dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan

sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi.) dan Ayat 3

(Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus

dicatat dalam pembukuan tersendiri.) dan Pasal 29 Ayat 3 (LAZ wajib

menyampaikan laporan pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak, sedekah,

dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah

daerah secara berkala.)

Pasal 39

Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum tidak melakukan

pendistribusian Zakat sesuai dengan ketentuan Pasal 25 dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) Tahun dan/atau pidana

denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal ini menjelaskan mengenai sanksi pidana jika terjadi

pelanggaran/tidak memenuhi ketentuan Pasal 25 yaitu Zakat wajib

didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam. Jika ini

tidak direalisasikan oleh LAZ/orang yang mengelola Zakat maka yang

bertanggung jawab atas LAZ yang melakukan pelanggaran ini akan

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) Tahun dan/atau

pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

Pasal 40

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) Tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal ini menjelaskan mengenai sanksi pidana jika terjadi pelanggaran

pada Pasal 37 yaitu Setiap orang dilarang melakukan tindakan

memiliki, menjaminkan, menghibahkan, menjual, dan/atau

mengalihkan Zakat, infak, sedekah, dan/atau dana sosial keagamaan

lainnya yang ada dalam Pengelolaannya. Jika LAZ atau seseorang yang

mengelola Zakat melanggar ketentuan ini maka akan dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) Tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 134: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36182/1/LUTHFI HIDAYAT-FEB.pdf · 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pasal 41

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 1 (satu) Tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal ini menjelaskan mengenai sanksi pidana jika terjadi pelanggaran

pada Pasal 38 yaitu Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak

selaku amil Zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau

pendayagunaan Zakat tanpa izin pejabat yang berwenang. dipidana

dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) Tahun dan/atau pidana

denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 42

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 40

merupakan kejahatan.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 merupakan

pelanggaran.

Pasal ini menjelaskan mengenai pelanggaran yang terjadi pada Pasal 39

dan 40 adalah sebuah kejahatan karena pelanggaran terhadap Pasal

tersebut merugikan mustahik Zakat karena tidak menutup kemungkinan

akan adanya kedzoliman karena pelanggaran Pasal-Pasal itu, dan

pelanggaran pada Pasal 41 hanya sebuah pelanggaran karena pada

esensinya tujuan utama Zakat tercapai namun ada sedikit kerugian bagi

muzakki karena tidak mendapat bukti pembayaran yang nantinya dapat

digunakan sebagai pengurang waijb pajak dalam membayarkan

pajaknya bagi negara.