IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri...

187
IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN PERKOTAAN KEPANJEN (STUDI PADA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN CIPTA KARYA KABUPATEN MALANG) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ASTRI DEWI PUJIATI NIM. 135030101111006 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2017

Transcript of IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri...

Page 1: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

1

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI

KAWASAN PERKOTAAN KEPANJEN

(STUDI PADA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN

CIPTA KARYA KABUPATEN MALANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

ASTRI DEWI PUJIATI

NIM. 135030101111006

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG

2017

Page 2: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

2

ii

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Q.S. Al-Baqarah: 153)

Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah

Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik

Tuhan pasti kan menunjukan kebesaran dan kuasa-Nya

Bagi hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa

Jangan menyerah…

Jangan menyerah…

Jangan menyerah…

(d`Masiv - Jangan Menyerah)

Page 3: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

3

iii

Page 4: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

4

iv

Page 5: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

5

v

Page 6: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

6

vi

RINGKASAN

Astri Dewi Pujiati. 2017. Implementasi Program Pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen (Studi pada Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang). Dr. Siswidiyanto, M.S;

174 Halaman + XVI.

Program pengelolaan RTH merupakan program pembangunan Kabupaten

Malang yang secara konseptual terintegrasi dengan amanat yang tertuang pada

Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Secara teknis,

program tersebut diimplementasikan pada Kawasan Perkotaan Kepanjen untuk

meningkatkan ketersediaan RTH di kawasan tersebut. Namun, hingga kini

ketersediaan RTH pada Kawasan Perkotaan Kepanjen masih belum ideal. Dalam

hal ini tentu muncul kesenjangan dimana selama 10 tahun kebijakan tersebut

diundangkan pada tahun 2007, prosentase RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

masih belum mencapai angka 30 %.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian

deskriptif dan dibatasi oleh dua fokus penelitian yaitu (1) Implementasi program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen; (2) Faktor pendukung dan

penghambat implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen. Metode analisis data yang digunakan adalah model interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen memiliki sejumlah kekurangan

pada tahapan pengorganisasian dan aplikasi. Kekurangan tersebut seperti

pengaturan terhadap pembagian tugas dan koordinasi yang kurang tegas,

keterbatasan sumber daya yang digunakan, kurangnya kegiatan di dalam proses

penyusunan kerangka acuan program dan pelaksanaannya yang terkendala dari

segi waktu. Selain itu, implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen juga dipengaruhi oleh beberapa faktor penghambat dan

pendukung. Adapun, faktor pendukungnya yaitu adanya peraturan daerah tentang

rencana detail tata ruang untuk kawasan perkotaan kepanjen yang di dalamnya

telah ditetapkan zona RTH serta adanya partisipasi dari masyarakat sekitar dalam

pengelolaan RTH. Sedangkan, faktor penghambatnya yaitu keterbatasan pada

sumber daya yang digunakan seperti jumlah personil di lapangan, besaran

anggaran serta ketersediaan lahan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa secara keseluruhan

implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen dapat

dikatakan belum berjalan dengan baik sebab terdapat beberapa kekurangan

dibeberapa tahapannya. Oleh sebab itu, rekomendasi yang dapat diberikan yaitu

perlu menyusun dokumen khusus tentang pelaksanaan program pengelolaan RTH

yang memuat pembagian tugas dan koordinasi untuk para pihak yang terlibat.

Menambah jumlah personil di lapangan, bekerja sama dengan pihak swasta dan

melakukan terobosan dengan mewajibkan setiap bangunan melakukan tamanisasi

hingga membuat aturan yang tegas tentang pemanfaatan ruang berupa lahan,

sehingga ketersediaan sumber daya yang digunakan dapat lebih memadai.

Kata Kunci: Implementasi Program, Program Pengelolaan RTH

Page 7: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

7

vii

SUMMARY

Astri Dewi Pujiati. 2017. The Implementation of Green Open Space

Management Program in Kepanjen Urban Area (A Study at Departement of

Housing, Settlement Area and Copyright, Malang Regency). Dr. Siswidiyanto,

M.S; 174 Pages + XVI.

Green Open Space management program is a Malang Regency’s

development program that has integrated with the mandate of Act No. 26 of 2007

About Spatial Planning, conceptually. These program, technically, is

implementing at Kepanjen Urban Area to increasing the availability of green open

space at that area. However, the availability of green open space at Kepanjen

Urban Area is still not fulfilled up to now. In this case, there is a gap between the

policy that was set in 2007 with the percentage of green open space at Kepanjen

Urban Area. Because of since the policy is apllied for ten years, the percentage of

green open space at Kepanjen Urban Area is still not reaching 30 %.

This research used qualitative method with the types of descriptive

research and it has restricted by two research focuses. They are (1)

Implementation of green open space management program in Kepanjen Urban

Area; (2) The supporting and resistor factors in the implementation of green open

space management program in Kepanjen Urban Area. The method of data analysis

in this research used interactive model by Miles, Huberman and Saldana.

The result of this research is the implementation of green open space

management program in Kepanjen Urban Area has some weaknesses in the

organizing and application steps. Those weaknesses are unsettled settings in the

coordination and division of the tasks, the resources are limited, the activities in a

process of making reference framework is not complex, and there is a resistance

in timing aspect when it was applied. In addition, the implementation of green

open space management program has influenced by supporting and resistor

factors. The supporting factors are there is a local regulation about spatial detail

planning for Kepanjen Urban Area 2014-2034 in which has been set of the green

open space zone and there is a citizen participant that take a part in managing the

green open space at Kepanjen Urban Area. Furthermore, the resistor factors are

there is a limited resources in the number of personnel who are working in the

field, amount of the budget, and the availability of land areas.

The conclusion of this research is the implementation of green open space

management program in Kepanjen Urban Area, generally, can be said that it was

not good. Because of it has some weakness in several steps. Therefore, the

recommendations that can be given are the local government have to make a

special document about the implementation of those program that is including the

coordination and division of the tasks for each stakeholders. Increasing the

number of personnel, cooperating with privat sector, require for all building to do

a planting activity and compose a strict rules about land use. So, the availability of

resources that used in implementing the program, can be adequate.

Key Words: Program Implementation, Green Open Space Management Program

Page 8: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

8

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Implementasi Program Pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen (Studi Pada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

dan Cipta Karya Kabupaten Malang)”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik Pada Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya;

2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.S selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Publik;

3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi

Publik;

4. Bapak Dr. Siswidiyanto, M.S selaku Dosen Pembimbing;

5. Bapak Kasi di Bidang Penataan Ruang dan Bangunan Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang;

Page 9: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

9

ix

6. Ibu Rina selaku Staf Bidang Penataan Ruang dan Bangunan Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang;

7. Bapak Yudho selaku Kepala UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang;

8. Bapak Himawan selaku Staf UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang;

9. Ibu Aniek selaku Kasubag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang;

10. Ibu Dyah selaku Kasubid Pemeliharaan Lingkungan Hidup Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Malang;

11. Cak Mad selaku Ketua Komunitas Arek Kepanjen;

12. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan do’a, dukungan dan kasih

sayang; serta

13. Pihak lainnya yang telah memberikan semangat dan do’a untuk kelancaran

selama proses penyusunan skripsi.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 8 Mei 2017

Penulis

Page 10: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

10

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini merupakan hasil perjuangan penulis yang tidak akan selesai

tanpa adanya dukungan dan do`a dari banyak pihak. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini, penulis mempersembahkan karya pertamanya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Sutirto dan Ibu Aprimiharti yang telah

memberikan kasih sayang sepanjang masa;

2. Nenek tersayang yaitu Mbah Sumiati yang saat menelepon tidak lupa

menanyakan “Gimana skripsi selesai?”;

3. Keluarga besarku yang ada di Jatiroto dan Malang;

4. Kakak-kakak dan keponakanku yaitu Jen, yang selalu memberikan hiburan;

5. Teman-teman seperjuangan terdahsyat yaitu Intan, Ghina, Novia, Agnes, Deta,

Mufida, Daning yang selalu kompak mulai dari zaman maba sampai sekarang

serta Ria, Astari, Farida dan Selvy yang telah bersedia membantuku dalam

menyelesaikan skripsi ini;

6. Teman-teman lawas tersayang yaitu Afi, Nisa, Atul, Nurma, Tiwi, Kiki,

Diana, Najwa, Ocy, Litha, Icha, Umi, Lila, Khur; serta

7. Pihak-pihak lainnya yang telah memberikan do’a dan bantuan selama penulis

melakukan penelitian.

x

Page 11: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

11

DAFTAR ISI

MOTTO ............................................................................................................ ii

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. iii

TANDA PENGESAHAN ................................................................................. iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................. v

RINGKASAN ................................................................................................... vi

SUMMERY ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 9

E. Sistematika Pembahasan 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 13

A. Administrasi Publik 13

1. Definisi Administrasi Publik 13

2. Ruang Lingkup Administrasi Publik 14

B. Kebijakan Publik 15

1. Definisi Kebijakan Publik 15

2. Tahapan Kebijakan Publik 16

3. Aspek Manajemen dalam Implementasi Kebijakan Publik 18

4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi

Kebijakan Publik 28

5. Tahapan Implementasi Program 30

C. Penataan Ruang 36

1. Definisi dan Prinsip Dasar Penataan Ruang 36

2. Asas dan Tujuan Penataan Ruang 38

3. Klasifikasi Penataan Ruang 39

D. Ruang Terbuka Hijau (RTH) 39

1. Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) 39

2. Fungsi dan Manfaat RTH 40

3. Tipologi RTH 41

xi

Page 12: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

12

4. Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan 43

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 46

A. Jenis Penelitian 46

B. Fokus Penelitian 46

C. Lokasi dan Situs Penelitian ............................................................ 48

D. Sumber Data .................................................................................. 48

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 50

F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 53

G. Analisis Data .................................................................................. 54

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ................................ 58

A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian 58

1. Gambaran Umum Kabupaten Malang ...................................... 58

2. Gambaran Umum Kawasan Perkotaan Kepanjen 60

3. Gambaran Umum Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

dan Cipta Karya Kabupaten Malang 69

B. Penyajian Data 77

1. Implementasi Program Pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen ................................................................. 77

a). Interpretasi 79

b). Pengorganisasian ................................................................ 89

c). Aplikasi ............................................................................... 110

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program

Pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen 114

a). Faktor Pendukung 115

b). Faktor Penghambat ............................................................. 118

C. Analisis dan Interpretasi 122

1. Implementasi Program Pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen 123

a). Interpretasi 123

b). Pengorganisasian ................................................................ 131

c). Aplikasi ............................................................................... 146

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program

Pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen 151

a). Faktor Pendukung 151

b). Faktor Penghambat 156

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 163

A. Kesimpulan .................................................................................. 163

B. Saran ............................................................................................. 166

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 169

LAMPIRAN ....................................................................................................... 172

xii

Page 13: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

13

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ............................ 44

2. Daftar Narasumber Penelitian .......................................................... 51

3. Mata Pencaharian Penduduk Kawasan Perkotaan

Kepanjen Tahun 2013 ..................................................................... 64

4. Ketersediaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

Tahun 2013, 2014 dan 2015 ............................................................. 67

5. Kondisi Kepegawaian Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang Menurut

Latar Belakang Pendidikan Tahun 2015 .......................................... 101

6. Anggaran Kegiatan Program Pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Tahun 2013, 2014 dan 2015 ............................ 104

7. Persentase Lahan Terpakai Menurut Jenis di

Kawasan Perkotaan Kepanjen Tahun 2015...................................... 108

xiii

Page 14: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

14

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Tahapan Kebijakan Publik ............................................................... 17

2. Lima Variasi Kombinasi Fungsi-Fungsi Manajemen ...................... 23

3. Klasifikasi Rencana .......................................................................... 26

4. Sekuensi Implementasi Kebijakan Publik ........................................ 29

5. Tipologi RTH ................................................................................... 42

6. Analisis Data Model Interaktif ......................................................... 55

7. Peta Administratif Kabupaten Malang ............................................. 60

8. Peta Kecamatan Kepanjen................................................................ 63

9. Bagan Struktur Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang........................... 74

10. Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Kepanjen ....................... 98

xiv

Page 15: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

15

DAFTAR GRAFIK

No. Judul Halaman

1. Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Kepanjen

Tahun 1990, 2000, 2010 dan 2015 ................................................... 6

xv

Page 16: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

16

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara ....................................................................... 172

2. Daftar Riwayat Hidup ...................................................................... 174

3. Surat Keterangan Riset .................................................................... 175

xvi

Page 17: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia administrasi publik sangat erat kaitannya dengan apa yang

dikerjakan oleh pemerintah. Hal tersebut diungkapkan oleh Keban (2004:17)

dengan menjelaskan bahwa apa yang menjadi kegiatan administrasi publik

seyogyanya adalah apa yang dikerjakan pula oleh pemerintah, baik yang

menyangkut pemberian pelayanan publik, maupun penyediaan barang-barang

publik melalui berbagai program pembangunan untuk memenuhi kepentingan

publik. Secara umum, kegiatan-kegiatan tersebut dapat ditinjau dari apa yang

secara formal dilaksanakan oleh pejabat pemerintahan di sektor publik seperti di

lembaga departemen, dinas, badan dan sebagainya. Dengan demikian, mengacu

pada pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa apa yang menjadi kegiatan

administrasi publik adalah segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemerintah

khususnya dalam rangka memenuhi kepentingan publik (public interest).

Adapun pekerjaan dari pemerintah sendiri cakupannya luas dan bervariasi

sebab bidang atau urusan yang ditangani oleh pemerintah menyangkut seluruh

aspek kehidupan manusia. Pekerjaan pemerintah pun menjadi semakin kompleks

tatkala kepentingan publik yang harus dipenuhi juga semakin kompleks (Keban,

2008:17-18). Hal ini menyebabkan pemerintah dituntut untuk dapat bekerja secara

lebih responsif, akuntabel, efektif dan efisien. Untuk mewujudkannya, maka

1

Page 18: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia memberlakukan konsep desentralisasi

yang dilakukan dengan melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada

pemerintah daerah.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, pasal

1 ayat (8) menjelaskan bahwa “Desentralisasi adalah penyerahan urusan

pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas

otonomi”. Adapun, urusan pemerintahan yang dilimpahkan tersebut ialah urusan

pemerintahan konkuren yang terdiri dari urusan yang bersifat pilihan dan wajib.

Bidang lingkungan hidup merupakan salah satu urusan konkuren bersifat wajib

yang menjadi tanggung jawab bagi setiap pemerintah daerah. Adanya hal tersebut

secara otomatis mendorong setiap daerah otonom untuk menjadi lebih mandiri

dalam melakukan serangkaian program pembangunan dan mengurus urusan

pemerintahan, khususnya di bidang lingkungan hidup.

Saat ini, pemerintah pusat dan daerah bersama-sama tengah berupaya

untuk melaksanakan pembangunan dalam rangka mengatasi permasalahan di

bidang lingkungan hidup. Hal tersebut dikarenakan lingkungan hidup merupakan

salah satu aspek terpenting bagi manusia dalam melangsungkan kehidupannya.

Lingkungan hidup adalah salah satu sumber kesejahteraan bagi manusia. Apabila

tingkat kualitas lingkungan hidup semakin baik, maka semakin tinggi pula

kualitas kehidupan manusia. Kondisi tersebut telah dijelaskan di dalam Undang-

Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup bagian umum bahwa “lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan

hak asasi bagi setiap warga negara Indonesia sebagaimana yang telah

2

Page 19: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

diamanatkan pada Pasal 28 H Undang-Undang Dasar 1945” yang berbunyi

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat kualitas

lingkungan hidup berdampak secara linier terhadap tingkat kesejahteraan

masyarakat.

Namun, sejalan dengan perkembangan zaman yang ditandai dengan

semakin canggihnya teknologi dan pesatnya industrialisasi ternyata tidak serta

merta membuat kondisi lingkungan hidup menjadi lebih baik. Tanpa dipungkiri

lagi bahwa kondisi lingkungan hidup saat ini sangat memprihatinkan. Disamping

itu timbul permasalahan pada kualitas lingkungan hidup yang kian menurun

seperti adanya pencemaran udara, air dan tanah, punahnya beberapa spesies flora

dan fauna dan sebagainya. Bahkan isu menurunnya kualitas lingkungan hidup

telah menjadi perbincangan dikancah internasional.

Adanya pemanasan global (global warming) telah menjadi salah satu fakta

bahwa kondisi lingkungan hidup secara global mulai mengalami penurunan

kualitas. Pemicu utamanya ialah efek rumah kaca (greenhouse effect). Menurut

Siagian (2014:30), efek rumah kaca merupakan proses pemanasan suhu udara di

permukaan bumi yang disebabkan oleh panas matahari yang masuk ke bumi tidak

dapat dipantulkan kembali ke atmosfer karena tingginya kadar gas karbon

dioksida (CO2) yang menahan panas matahari tersebut. Lebih jauh, Siagian

menambahkan bahwa jika efek rumah kaca semakin kuat dan berkesinambungan

untuk jangka waktu yang panjang, maka dapat dipastikan bahwa lapisan es yang

3

Page 20: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

ada di kutub utara dan selatan akan mencair, sehingga dapat mengancam

eksistensi kawasan pantai dan negara-negara kepulauan karena permukaan air laut

semakin naik.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang

No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Kebijakan tersebut merupakan salah

satu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka mengendalikan

kerusakan lingkungan hidup melalui upaya penyelenggaraan penataan ruang

dengan memperhatikan faktor kelestarian lingkungan hidup. Hal ini mengingat

bahwa penyelenggaraan penataan ruang terdiri dari serangkaian kegiatan yang

diarahkan untuk dapat mendukung terwujudnya pengelolaan lingkungan hidup

yang berkelanjutan. Adapun wujudnya ialah dengan adanya amanat tentang

perlunya penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada setiap

wilayah administratif kota maupun kawasan perkotaan dengan ketentuan proporsi

luasan minimal sebesar 30 (tiga puluh) persen yang terdiri dari 20 (dua puluh)

persen RTH Publik dan 10 (sepuluh) persen RTH Privat. Amanat tersebut tertuang

di dalam Pasal 28 huruf (a) yang berbunyi “rencana penyediaan dan pemanfaatan

ruang terbuka hijau.” Serta pada Pasal 29 ayat (1), (2) dan (3) yang berbunyi:

(1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a

terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.

(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga

puluh) persen dari luas wilayah kota.

(3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit

20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

4

Page 21: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

Dengan demikian, adanya amanat yang tertuang di dalam kebijakan

tersebut telah membuat setiap wilayah administratif diwajibkan untuk dapat

memenuhi amanat tersebut melalui berbagai upaya yang salah satunya dapat

melalui program yang mendukung.

Sejalan dengan hal diatas, Pemerintah Kabupaten Malang melalui

Perangkat Daerah terkait telah menerapkan program yang konsepnya terintegrasi

dengan amanat yang terkandung dalam kebijakan penataan ruang. Khususnya,

dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan RTH sebesar 30% dari luas wilayah

kota. Program tersebut merupakan program pengelolaan RTH yang secara khusus

dimaksudkan untuk mencapai sasaran tersedianya RTH sebesar 30 persen di

Kawasan Perkotaan Kabupaten Malang, termasuk wilayah Kecamatan Kepanjen.

Kecamatan Kepanjen merupakan Ibukota dari Kabupaten Malang yang

sekaligus menjadi sasaran dari program pengelolaan RTH. Hal tersebut mengingat

adanya pertimbangan bahwa menurut Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 3

Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Malang,

Kecamatan Kepanjen juga merupakan kawasan perkotaan yang menjadi pusat dari

Wilayah Pengembangan (WP) Kepanjen. Sehingga, pada kawasan tersebut

terdapat fungsi dan peranan perkotaan seperti pusat pemerintahan kabupaten,

pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten, pusat kesehatan skala kabupaten,

pendidikan tinggi, pusat kegiatan olahraga, pusat kegiatan kesenian regional-

nasional, pusat pelayanan umum kabupaten serta pusat kegiatan militer

(www.ciptakarya.malangkab.go.id).

5

Page 22: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

Mengacu pada kondisi Kepanjen tersebut, maka konsekuensi yang

ditimbulkan ialah terpusatnya pembangunan di kawasan perkotaan Kepanjen yang

pada akhirnya menyebabkan peningkatan jumlah penduduk di Kepanjen. Hal

tersebut dapat ditinjau dari data mengenai jumlah penduduk di Kawasan

Perkotaan Kepanjen tahun 1999, 2000, 2010 dan 2015 sebagai berikut:

Grafik 1 : Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Kepanjen Tahun

1990, 2000, 2010 dan 2015

Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka Tahun 2016, diolah

Berdasarkan pada grafik 1 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah

penduduk Kawasan Perkotaan Kepanjen pada tahun 1990 mencapai 84.057 jiwa,

tahun 2000 mencapai 93.391 jiwa, tahun 2010 mencapai 102.621 dan tahun 2015

mencapai 106.668 jiwa. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk di

Kawasan Perkotaan Kepanjen terus mengalami peningkatan.

Peningkatnya jumlah penduduk tersebut menyebabkan tingginya angka

kepadatan penduduk di Kawasan Perkotaan Kepanjen yang mencapai angka 2.306

per km2 pada tahun 2015. Namun, perlu diketahui bahwa dengan kondisi yang

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

1990 2000 2010 2015

Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Kepanjen

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

1990 2000 2010 2015

Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Kepanjen

6

Page 23: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

demikian, timbul permasalahan lain yaitu masalah ketersediaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen. Hal tersebut lantaran banyaknya jumlah penduduk di

Kawasan Perkotaan Kepanjen berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan

hunian dan untuk memenuhinya dilakukan pembangunan fisik dengan struktur

perkerasan melalui langkah konversi ruang terbuka seperti lahan pertanian,

perkebunan, tegal, hutan dan sebagainya. Alhasil, timbul konsekuensi dimana

kawasan permukiman semakin bertambah tetapi peningkatan tersebut justru

menyebabkan ketersediaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen sulit untuk

mengalami peningkatan.

Apabila kondisi tersebut tidak segera mendapatkan tindakan penanganan

dan pengendalian yang tegas, maka dapat dipastikan kawasan tersebut akan

mengalami permasalahan pada lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan menurut

Permen PU No. 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan

RTH di Kawasan Perkotaan, fungsi utama dari adanya RTH ialah untuk

menyeimbangkan ekosistem kota mengingat berfungsinya RTH sebagai produsen

oksigen, penyerap air hujan, pengatur iklim mikro, penyerap polutan dan

sebagainya. Sehingga, apabila ketersediaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

kurang maka akan timbul permasalahan pada segi lingkungan hidup yang berupa

ketidakseimbangan terhadap ekosistem kota. Oleh sebab itu, diterapkanlah

program pengelolaan RTH sebagai sebuah cara yang dimaksudkan untuk

mengembangkan ketersediaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen sekaligus

sebagai bentuk tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Malang terhadap upaya

pelestarian lingkungan hidup melalui pengembangan ketersediaan RTH.

7

Page 24: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

Namun, meskipun program pengelolaan RTH telah diimplementasikan,

tetap merupakan sebuah fakta bahwa kondisi RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen masih belum dapat dikatakan ideal karena sampai pada tahun 2016,

persentase RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen masih mencapai angka 10

persen yang tersebar pada ruang publik dan privat (www.radarmalang.co.id).

Dalam hal ini tentunya menimbulkan sebuah kesenjangan dalam pencapaian

persentase RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen sebab selama 10 tahun sejak

diundangkannya kebijakan penataan ruang pada tahun 2007, kondisi RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen masih belum dapat mencapai angka 30 persen dari

total luas wilayahnya.

Adapun kondisi demikian, tentu tidak terlepas dari upaya yang dilakukan

oleh pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kabupaten Malang melalui Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang selaku

pihak yang secara teknis bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program

pengelolaan RTH. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen, sehingga judul yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu

“Implementasi Program Pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

(Studi Pada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang)”.

8

Page 25: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang penelitian, maka

permasalahan yang dapat ditarik untuk dijadikan pembahasan dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dalam

penelitian ini antara lain:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai implementasi program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat

dari implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen.

D. Manfaat Penelitian

Ditinjau dari segi akademis maupun segi praktis, adanya penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

9

Page 26: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

1. Manfaat Akademis

a) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menunjang penerapan

ilmu administrasi publik khususnya dalam konteks implementasi kebijakan.

b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain,

khususnya penelitian yang mengangkat topik serupa dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a) Adanya penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis khususnya dalam

menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan terutama yang

berkaitan dengan implementasi kebijakan publik.

b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah

Daerah Kabupaten Malang khususnya Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya dalam meningkatkan perannya selaku

implementor program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan ketersediaan RTH di

Kabupaten Malang.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan gambaran umum dari masing-masing

bab yang ditulis dalam suatu penelitian. Sehingga, memuat konsep pemikiran

yang digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan permasalahan-permasalahan

secara lebih sistematis. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini

yaitu:

10

Page 27: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

BAB I Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang penelitian,

kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah berdasarkan

latar belakang, penetapan tujuan dan manfaat penelitian serta

uraian sistematika pembahasan sebagai penutup.

BAB II Pada bab ini diuraikan beberapa teori yang memiliki relevansi

dengan topik yang diangkat dalam penelitian, dalam hal ini teori

administrasi publik, implementasi kebijakan publik, penataan

ruang dan ruang terbuka hijau yang digunakan sebagai landasan

dalam penelitian ini.

BAB III Pada bab ini dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini. Mengingat metode penelitian yang digunakan

adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, maka

uraian pada bab ini tersusun atas komponen-komponen metode

kualitatif yang memuat jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi

dan situs penelitian, sumber data, pengumpulan data, instrumen

penelitian dan metode analisis.

BAB IV Pada bab ini, pemaparan difokuskan tentang penyajian data

berdasarkan fokus penelitian, yang kemudian dilakukan

pembahasan atau analisis data dengan mengacu pada teori-teori

yang relevan, sehingga dalam bab ini secara umum memaparkan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

11

Page 28: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

BAB V Pada bab ini, penarikan kesimpulan dilakukan dengan

memperhatikan hasil analisa teoritis terhadap data-data fokus

penelitian yaitu implementasi program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen beserta faktor-faktor pendukung dan

penghambatnya. Selain itu, pada bab ini juga disampaikan

beberapa rekomendasi berupa saran-saran yang diharapakan dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam mengimplementasikan

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen agar

dapat berjalan semakin baik.

12

Page 29: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi Publik

1. Definisi Administrasi Publik

Administrasi adalah suatu hal yang tidak hanya terbatas pada kegiatan

perkantoran, ketik-mengetik, surat-menyurat, ketatausahaan dan sebagainya.

Melainkan lebih luas lagi sebab menurut Siagian (2014:2), administrasi dipandang

sebagai “keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang

didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya”. Ditinjau dari sisi perkembangannya, administrasi berkembang

sebagai sebuah ilmu dan terbagi atas dua bagian besar yaitu administrasi publik

dan administrasi privat atau swasta (Siagian, 2014:7). Dua bagian administrasi

tersebut memiliki perbedaan yang didasarkan berbagai hal. Appleby membedakan

antara administrasi publik dengan swasta berdasarkan orientasi pada pihak yang

dilayani, jika administrasi swasta orientasinya adalah melayani kepentingan

swasta atau pribadi. Sedangkan, administrasi publik lebih berorientasi pada

melayani kepentingan publik (Keban, 2008:20). Adanya perbedaan orientasi

tersebut, secara otomatis juga telah menyebabkan administrasi swasta dan

administrasi publik berbeda.

Administrasi publik sendiri merupakan suatu disiplin ilmu yang dalam

perkembangannya terus mengalami dinamika, sehingga terdapat variasi dalam

Page 30: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

14

penafsirannya karena faktor perbedaan perspektif yang digunakan dalam

menafsirkan istilah administrasi publik.

Nigro dan Nigro memberikan definisi terhadap administrasi publik sebagai

berikut:

Administrasi publik adalah usaha kerja sama kelompok dalam suatu

lingkungan publik, yang mencakup ketiga cabang yaitu judikatif, legislatif,

dan eksekutif; mempunyai suatu peranan penting dalam memformulasikan

kebijakan publik, sehingga menjadi bagian dari proses politik; yang sangat

berbeda dengan cara-cara yang ditempuh oleh administrasi swasta; dan

berkaitan erat dengan beberapa kelompok swasta dan individu dalam

pemberian pelayanan kepada masyarakat (Keban, 2008:5-6).

Sedangkan, menurut Chandler dan Plano, “Administrasi publik adalah

proses dimana sumber daya dan personel publik diorganisir dan dikoordinasikan

untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengelola (manage)

keputusan-keputusan dalam kebijakan publik” (Indradi, 2010:114).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perhatian utama

dalam mendefinisikan administrasi publik yaitu administrasi publik berkaitan erat

dengan tugas-tugas pemerintahan terutama dalam menyelesaikan masalah-

masalah publik melalui proses kebijakan publik.

2. Ruang Lingkup Administrasi Publik

Administrasi publik harus diakui memiliki ruang lingkup yang sangat

kompleks karena dinamika permasalahan yang dihadapi masyarakat pun juga turut

berkembang semakin kompleks (Keban, 2008:8). Chandler dan Plano pun juga

menambahkan bahwa “Apabila kehidupan manusia menjadi semakin kompleks

Page 31: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

15

permasalahannya, maka apa yang dikerjakan oleh pemerintah atau administrasi

publik juga semakin kompleks” (Keban, 2008:8).

Berdasarkan hal tersebut, Keban menjabarkan ruang lingkup administrasi

publik ke dalam enam dimensi strategis. Adapun keenam dimensi strategis

tersebut antara lain:

a. Dimensi kebijakan, menyangkut proses pembuatan keputusan untuk

penentuan tujuan dan cara atau alternatif terbaik untuk mencapai

tujuan tersebut.

b. Dimensi struktur organisasi, berkenaan dengan pengaturan struktur

yang meliputi pembentukan unit, pembagian tugas antar unit (lembaga-

lembaga publik) untuk mencapai tujuan dan target, termasuk

wewenang dan tanggung jawabnya.

c. Dimensi manajemen, menyangkut proses bagaimana kegiatan-kegiatan

yang telah dirancang dapat diimplementasikan (digerakkan, diorganisir

dan dikontrol) untuk mencapai tujuan organisasi melalui prinsip-

prinsip manajemen.

d. Dimensi etika, memberikan tuntutan moral terhadap administrator

tentang apa yang salah dan apa yang benar, atau apa yang baik dan

yang buruk.

e. Dimensi lingkungan, adalah suasana dan kondisi sekitar yang

mempengaruhi seluruh dimensi yang ada yaitu dimensi struktur

organisasi, manajemen, kebijakan dan tanggung jawab moral.

f. Dimensi akuntabilitas kinerja, berkenaan dengan pembuktian nyata

atas kehadiran dan kegunaan riil pemerintah yang menjalankan fungsi-

fungsi administrasi publik di dalam suatu negara (Keban, 2008:10-11).

B. Kebijakan Publik

1. Definisi Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari dunia

pemerintahan. Mengacu pendapat dari Lemay, kebijakan publik dipandang

sebagai “Suatu kebijakan publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh

lembaga pemerintah atau pejabat pemerintah” (Keban, 2008:60). Dye juga

Page 32: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

16

mendefinisikan bahwa “Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh

pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan” (Winarno, 2007:17). Sejalan

dengan definisi tersebut, Peterson juga memberikan pendapat terhadap definisi

kebijakan publik dengan mengemukakan bahwa “Kebijakan publik secara umum

dilihat sebagai aksi pemerintah dalam menghadapi masalah, dengan mengarahkan

perhatian terhadap “siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana” (Keban,

2008:61).

Dengan demikian, berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan

maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penekanan kebijakan publik terletak

pada pemerintah. Hal tersebut lantaran pemerintah sebagai aktor yang berperan

penting dalam memutuskan terhadap apa yang harus dipilih dan

diimplementasikan untuk menyelesaikan suatu permasalahan publik demi

mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

2. Tahapan Kebijakan Publik

Sementara itu, kebijakan publik adalah produk pemerintah yang

pembuatannya dilakukan melalui serangkaian tahapan. Adapun, diantara beberapa

tahapan tersebut, implementasi kebijakan publik adalah salah satunya. Menurut

Dunn, implementasi kebijakan publik merupakan tahapan ke empat setelah tahap

penyusunan agenda, tahap formulasi kebijakan dan tahap adopsi kebijakan serta

merupakan tahapan sebelum tahap evaluasi kebijakan (Winarno, 2007:32-33).

Adapun secara lebih jelasnya, Dunn mengilustrasikan tahapan kebijakan publik

tersebut ke dalam sebuah sekuensi sebagaimana gambar 1 berikut:

Page 33: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

17

Gambar 1 : Tahapan Kebijakan Publik

Sumber : Winarno (2007:33)

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan di dalam

proses kebijakan publik yang dinilai memegang peranan penting sebab kebijakan

publik yang telah dirumuskan akan dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh

tujuan yang dijabarkan dalam kebijakan dapat tercapai (Winarno, 2007: Wahab,

2014). Selaras dengan hal tersebut, Udoji secara tegas mengemukakan bahwa

“Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu hal penting bahkan mungkin jauh lebih

penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan berupa impian

atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak

diimplementasikan” (Wahab, 2014:126). Selain itu, Keban (2008:67)

mengungkapkan bahwa “Implementasi kebijakan merupakan suatu tahap dimana

kebijakan yang telah diadopsi tersebut dilaksanakan oleh unit-unit administratif

tertentu dengan memobilisasikan dana dan sumberdaya yang ada”.

Page 34: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

18

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi memegang

peranan yang penting dalam proses kebijakan publik sebab adanya implementasi

adalah untuk mengetahui apakah suatu kebijakan mampu memberikan hasil dan

dampak yang dapat menghantarkan pada suatu perubahan yang lebih baik.

Namun, penekanan lain yang juga harus diperhatikan ialah apabila suatu

kebijakan diharapkan dapat memberikan hasil yang sesuai, maka hal ini harus

disertai pula dengan adanya perencanaan dan pelaksanaan yang baik.

3. Aspek Manajemen dalam Implementasi Program

Manajemen merupakan sebuah ilmu yang didefinisikan di dalam

Ensiklopedia Administrasi sebagai berikut:

Manajemen adalah segenap perbuatan menggerakkan sekelompok orang

dan mengarahkan fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai

tujuan tertentu. Manajemen dapat berlangsung dalam bidang-kerja

administrasi, yakni: kepegawaian, keuangan, perbekalan, tata usaha dan

hubungan masyarakat. Demikian juga dapat dilakukan dalam bidang kerja

substansi. Misalnya: produksi, penjualan, pengajaran, industrialisasi,

agrarian, pertahanan keamanan dan sebagainya. Pada pokoknya

manajemen terdiri atas unsur-unsur: perencanaan, penggerakkan,

pengontrolan. Unsur ini adalah juga merupakan pola-pola perbuatan serta

fungsi-fungsi pokok manajer. Manajemen telah dipelajari secara luas oleh

suatu cabang ilmu administrasi yakni ilmu manajemen (Indradi, 2010:98-

99).

Sementara itu, menurut Siagian (2014:5), untuk mendefinisikan

manajemen dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu sebagai upaya dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui serangkaian kegiatan dan

sebagai kemampuan dari seorang manajer dalam merealisasikan tujuan melalui

kegiatan-kegiatan orang lain. Kemudian, Hersey dan Blanchard mengemukakan

bahwa “manajemen sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama

Page 35: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

19

individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi” (Siswanto, 2013:2).

Dengan demikian, mengacu pada hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

manajemen adalah proses yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang mendukung.

Dalam perkembangannya, manajemen terus mengalami penyempurnaan

melalui perubahan paradigma. Menurut Keban perkembangan dari manajemen

tersebut paling tidak dipengaruhi oleh tiga pandangan yaitu manajemen normatif,

manajemen deskriptif dan manajemen publik. Adapun dua paradigma pertama

tidak memiliki lokus yang jelas sebab hanya menggambarkan apa yang sebaiknya

dilakukan (normatif) dan menggambarkan apa yang seharusnya dilakukan

(deskriptif), sehingga dalam hal ini manajemen hanya dipandang sebagai suatu hal

yang umum (Keban, 2008:94).

Namun setelah paradiga manajemen publik muncul, manajemen memiliki

lokus yang pasti karena manajemen publik menggambarkan apa yang sebaiknya

dilakukan (normatif) dan yang seharusnya (deskriptif) harus dilakukan oleh para

manajer publik di instansi pemerintah (Keban, 2008:94). Hal ini menunjukan

bahwa manajemen tidak hanya berlaku di dunia bisnis saja, melainkan juga

diterapkan pada sektor publik untuk menunjang kegiatan administrasi publik

dalam mencapai tujuan.

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu kegiatan administrasi

publik yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang dijabarkan

dalam kebijakan dapat tercapai. Agar kebijakan publik dapat mencapai tujuannya,

Page 36: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

20

maka harus diimplementasikan dan sesuai dengan pendapat dari Nugroho

(2008:494), kebijakan publik tersebut dapat diimplementasikan secara langsung

dalam bentuk program. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program

merupakan instrumen bagi kebijakan publik dalam rangka mencapai tujuannya.

Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien, pada

pelaksanaan suatu program pun terdapat aspek manajemen dimana fungsi-fungsi

manajemen tertentu diterapkan untuk dapat menunjang pencapaian tujuan

tersebut. Adapun fungsi-fungsi tersebut menurut Siswanto (2013:23),

diilustrasikan sebagai fungsi dari seorang manajer karena manajer merupakan

sosok yang harus melaksanakan suatu rangkaian aktivitas dalam suatu organisasi.

Adapun rangkaian aktivitas yang dimaksud merupakan fungsi dari seorang

manajer. Sehingga, dalam hal ini fungsi manajemen dapat direpresentasikan oleh

fungsi dari seorang manajer dalam suatu organisasi. Secara lebih lanjut, Siswanto

(2013:23) menjabarkan fungsi manajer tersebut ke dalam dua arah yaitu fungsi

manajer ke dalam organisasi dan fungsi manajer ke luar organisasi. Adapun,

fungsi manajer ke dalam organisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu

sudut pandang proses dan spesialisasi kerja.

Ditinjau dari sudut pandang proses, fungsi manajer dalam hal ini

merupakan tahapan aktivitas yang secara kontinyu mutlak dioperasikan oleh

manajer sebagaimana pendistribusian fungsi tersebut meliputi perancanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian dan pengendalian (Siswanto,

2013:23). Adapun penjelasan dari masing-masing fungsi tersebut adalah sebagai

berikut:

Page 37: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

21

a. Perencanaan (planning)

Aktivitas perencanaan dilakukan untuk menetapkan sejumlah

pekerjaan yang harus dilaksanakan kemudian. Setiap manajer dituntut

terlebih dahulu agar mereka membuat rencana tentang aktivitas yang

harus dilakukan. Perencanaan tersebut merupakan aktivitas untuk

memilih dan menghubungkan fakta serta aktivitas membuat dan

menggunakan dugaan mengenai masa yang akan datang dalam hal

merumuskan aktivitas yang direncanakan.

b. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian sebagai fungsi manajemen yang kedua adalah

organisasi baik dalam arti statis yaitu skema, bentuk, bagan yang

menunjukan hubungan diantara fungsi, otoritas dan tanggung jawab

yang berhubungan satu sama lain. sedangkan organisasi dalam arti

dinamis adalah proses pendistribusian pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh individu atau kelompok dengan otoritas yang

diperlukan untuk pengoperasiannya. Jadi, pengorganisasian berarti

menetapkan sistem organisasi yang dianut organisasi dan mengadakan

distribusi kerja agar mempermudah perealisasian tujuan.

c. Pengarahan (directing)

Aktivitas pengarahan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan

pemberian perintah dan saran. Hal ini mengandung permasalahan

dalam menunjukan rencana yang penting kepada bawahan yang

bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Selain itu, penting juga

hubungan individual setiap saat diantara manajer dan para bawahannya

yang terikat dalam organisasi. Agar organisasi selalu dinamis, manajer

haruslah memberikan perintah dan saran secara jelas dan realistis

kepada bawahan yang sudah ditempatkan pada posisi sesuai dengan

kemampuannya.

d. Pemotivasian (motivating)

Agar tercipta keadaan kerja yang menggairahkan, manajer harus

melaksanakan fungsinya, memotivasi bawahannya. Motivasi

dimaksudkan setiap perasaan, kehendak, atau keinginan yang sangat

mempengaruhi kemauan individu. Dengan demikian, individu tersebut

didorong berperilaku dan bertindak mencapai tujuan.

e. Pengendalian (controlling)

Dengan aktivitas pengendalian, berarti manajer harus mengevaluasi

dan menilai pekerjaan yang dilakukan para bawahan. Demikian pula

manajer harus mengevaluasi dan menilai pelaksanaan rencana kerja

secara makro untuk mengetahui apakah pekerjaan dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Hal itu dilakukan

untuk membimbing bawahan agar pekerjaan yang dikerjakan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan (Siswanto, 2013:24-25).

Page 38: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

22

Ditinjau dari sudut pandang spesialisasi kerja, fungsi manajer dalam hal ini

merupakan penerapan fungsi sesuai dengan bidang kerja yang ada dalam

organisasi. Adapun, fungsi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Fungsi keuangan

Dalam bidang keuangan, manajer harus berusaha agar posisi keuangan

organisasi setiap saat dapat memberikan dana dalam aktivitas secara

rutin maupun berkala.

b. Fungsi ketenagakerjaan

Dalam bidang ketenagakerjaan manajer harus berusaha agar bawahan

selalu ada dalam kondisi moral dan disiplin kerja yang tinggi.

c. Fungsi pemasaran

Dalam bidang pemasaran, manajer harus berusaha agar pelaksanaan

aktivitas organisasi yang mengarahkan arus barang dan jasa dari

produsen kepada konsumen dapat memenuhi para konsumen dengan

sebaik-baiknya.

d. Fungsi pembelian

Dalam bidang pembelian, manajer harus berusaha agar pembelian

bahan baku dan bahan penolong dapat terjamin kualitasnya dan dengan

harga yang serendah mungkin.

e. Fungsi produksi

Dalam bidang produksi, manajer harus berusaha agar barang dapat

diproduksikan dengan teknik yang tidak berbelit (Siswanto, 2013:26).

Sedangkan, fungsi manajer ke luar organisasi merupakan aktivitas yang

dilakukan oleh seorang manajer dalam membangun hubungan dengan pihak luar

yang memiliki kepentingan dengan organisasi maupun organisasi yang

berkepentingan dengan pihak tertentu (Siswanto, 2013:26-27). Adapun, fungsi

manajer keluar organisasi antara lainnya yaitu:

a. Penyampaian informasi ekonomis kepada pihak yang berkepentingan

dengan organisasi, misalnya kepada pemegang saham, investor,

pemasok, pelanggan, bank, kreditur, pemerintah dan sejenisnya;

b. Penyampaian informasi umum kepada pihak luar, misalnya

pengumuman, pameran, siaran dan sejenisnya;

c. Kerja sama dengan pihak lain, pemerintah maupun swasta dalam

maupun luar negeri (Siswanto, 2013:27).

Page 39: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

23

Sementara itu, Terrry mengemukakan bahwa terdapat beragam variasi

dalam menentukan fungsi-fungsi manajemen mengingat adanya perbedaan

pendapat diantara kalangan kelompok paham (scholar) dan para pelaksana

manajemen (Terry, 2013:15). Lebih jauh, Terry menunjukan beberapa macam

variasi fungsi-fungsi manajemen tersebut ke dalam lima kombinasi sebagaimana

ditunjukan melalui gambar 2 berikut:

Gambar 2 : Lima Variasi Kombinasi Fungsi-Fungsi Manajemen

Sumber : Terry (2013:16)

Berdasarkan pada gambar 2 tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi-fungsi

tersebut disusun dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu, dari seluruh variasi

yang ada terdapat tiga fungsi yang sama yaitu fungsi perencanaan,

Page 40: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

24

pengorganisasian dan pengawasan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa ketiga

fungsi manajemen tersebut merupakan fungsi yang paling mendasar dalam proses

manajemen dan fungsi perencanaan merupakan fungsi yang paling awal yang

harus dilakukan. Terry (2013:17) menjelaskan bahwa fungsi perencanaan

(planning) adalah sebagai berikut:

Perencanaan merupakan fungsi untuk menetapkan pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.

Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk

pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk

mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu

pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.

Sedangkan, menurut Siswanto (2013:24), fungsi perencanaan dijelaskan

sebagai berikut:

Aktivitas perencanaan dilakukan untuk menetapkan sejumlah pekerjaan

yang harus dilaksanakan kemudian. Setiap manajer dituntut terlebih

dahulu agar mereka membuat rencana tentang aktivitas yang harus

dilakukan. Perencanaan tersebut merupakan aktivitas untuk memilih dan

menghubungkan fakta serta aktivitas membuat dan menggunakan dugaan

mengenai masa yang akan datang dalam hal merumuskan aktivitas yang

direncanakan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi perencanaan

merupakan fungsi mendasar dan paling awal dalam proses manajemen karena

fungsi ini menekankan pada sebuah aktivitas untuk menentukkan sejumlah

kegiatan yang hendak dilaksanakan di masa depan, sehingga dalam hal ini juga

terdapat suatu kegiatan pengambilan keputusan yang didasari oleh upaya

memprediksi masa depan dan menghubungkannya dengan kenyataan.

Adapun dalam pelaksanaannya, terdapat pengklasifikasian terhadap

perencanaan. Menurut Terry, klasifikasi dari rencana-rencana tersebut diantaranya

Page 41: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

25

yaitu jenis rencana orientasi dan jenis rencana oprasional. Jenis rencana orientasi

berusaha untuk memperjelas sasaran-sasaran perusahaan dengan dapat membuat

proyeksi tentang hal-hal yang diharapkan dapat terjadi. Rencana tersebut juga

dapat membantu para manajer dalam mengevaluasi situasi perusahaan.

Sedangkan, rencana operasional adalah rencana yang mencakup kegiatan-kegiatan

yang akan dilakukan oleh pihak tertentu dengan mengaktifkan sumber-sumber

fisik seperti fasilitas, bahan dan personil (Terry, 2013:62).

Sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Terry sebelumnya, Stoner

dan Wankel juga mengklasifikasikan rencana ke dalam dua jenis yaitu rencana

strategis (strategic plan) dan rencana operasional (operational plan). Adapun

penjelasan dari masing-masing rencana dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Rencana Strategis

Rencana ini dirancang untuk mencapai tujuan organisasi yang luas,

yaitu untuk melaksanakan misi yang merupakan satu-satunya alasan

kehadiran organisasi tersebut. Perencanaan strategis adalah proses

perencanaan jangka panjang yang formal untuk menentukan dan

mencapai tujuan organisasi. Sehingga, rencana strategis sangat penting

bagi setiap organisasi.

b. Rencana Operasional

Rencana operasional memberikan deskripsi tentang bagaimana rencana

strategis dilakukan. Rencana operasional terdiri atas dua macam yaitu

rencana sekali pakai dan rencana tetap. Rencana sekali pakai

dikembangkan untuk mencapai tujuan tertentu dan ditinggalkan

manakala tujuan tersebut telah tercapai. Adapun bentuk dari rencana

ini seperti program, proyek dan anggaran. Sementara, rencana tetap

merupakan pendekatan yang sudah dilakukan untuk menangani situasi

yang terjadi berulang (repetitive) dan dapat diperkirakan. Bentuk dari

rencana ini antara lain kebijakan (policy), prosedur standar (standard

procedure) dan peraturan (rules) (Siswanto, 2013:48-50).

Adapun lebih jelasnya, Siswanto mengilustrasikan pengklasifikasian

rencana-rencana tersebut sebagaimana yang ditunjukan oleh gambar 3 berikut:

Page 42: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

26

Gambar 3 : Klasifikasi Rencana

Sumber : Siswanto (2013:51)

Sementara itu, perencanaan merupakan sebuah proses yang sistematis,

yang terdiri dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan satu sama lain untuk

mencapai hasil tertentu yang diinginkan (Siswanto, 2013:45). Sehingga, di dalam

perencanaan terdapat serangkaian aktivitas yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Prakiraan (forecasting)

Prakiraan merupakan suatu usaha yang sistematis untuk meramalkan

atau memperkirakan waktu yang akan datang dengan penarikan

kesimpulan atas fakta yang telah diketahui.

b. Penetapan tujuan (establishing objective)

Penetapan tujuan merupakan suatu aktivitas untuk menetapkan sesuatu

yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan.

c. Pemrograman (programming)

Pemrograman adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan maksud

untuk menetapkan:

1) Langkah-langkah utama yang diperlukan untuk mencapai suatu

tujuan;

2) Unit dan anggota yang bertanggung jawab untuk setiap langkah;

3) Urutan serta pengaturan waktu setiap langkah.

Page 43: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

27

d. Penjadwalan (scheduling)

Penjadwalan adalah penetapan atau penunjukan waktu menurut

kronologi tertentu guna melaksanakan berbagai macam pekerjaan.

e. Penganggaran (budgeting)

Penganggaran merupakan suatu aktivitas untuk membuat pernyataan

tentang sumber daya keuangan (financial recources) yang disediakan

untuk aktivitas dan waktu tertentu.

f. Pengembangan prosedur (developing procedure)

Pengembangan prosedur merupakan suatu aktivitas menormalisasikan

cara, teknik, dan metode pelaksanaan suatu pekerjaan.

g. Penetapan dan interpretasi kebijakan (establishing and interpreting

policies) adalah suatu aktivitas yang dilakukan dalam menetapkan

syarat berdasarkan kondisi mana manajer dan para bawahannya akan

bekerja. Suatu kebijakan adalah sebagai suatu keputusan yang

senantiasa berlaku untuk permasalahan yang timbul berulang demi

suatu organisasi (Siswanto, 2013:45-46).

Setelah proses perencanaan dilaksanakan, maka aktivitas selanjutnya yang

dilakukan adalah pelaksanaan perencanaan. Menurut Terry terdapat beberapa

karakteristik tertentu dalam pelaksanaan perencanaan antara lain:

a. Tempat untuk mengawali perencanaan. Lebih baik mengawali

perencanaan dengan hal-hal yang utama. Dengan cara tersebut akan

didapat suatu kerangka yang luas yang membantu memperlancar

pertimbangan perencanaan. Sering pula seorang perencana merasa

lebih mudah membuatnya dengan cara mundur dari sasarannya seperti

di dalam pembuatan jadwal kerja. Pendekatan tersebut menekankan

pada sasaran ada uamh mendukung pendapat bahwa perencanaan

diawali pada tingkat teratas organisasi, sedangkan ada pula yang

menyatakan sebaliknya, yakni diawali dari bawah.

b. Pengaruh dari elemen manusia. Sukses atau kegagalan suatu rencana

langsung berhubungan dengan cara-cara para pegawai melaksanakan

tugasnya masing-masing. Kepercayaan terhadap rencana dan memikul

tanggung jawab yang tertera di dalamnya merupakan unsur-unsur

utama terhadap efektivitas sebagian besar rencana. Karena

menyangkut elemen manusia maka rencana-rencana yang baik dapat

gagal, namun rencana-rencana yang sedang dapat berhasil baik.

c. Penetapan komponen rencana mengandung dua unsur, yakni (a)

variabel dan (b) konstan yang pertama mengatur jumlah alternative

yang datangnya dan rencana yang bersangkutan biasanya mendapatkan

banyak perhatian dari perencanannya.

d. Proses percobaan dari perencanaan. Banyak rencana yang

dikembangkan penyusunan perlahan-lahan diawali dengan pembuatan

Page 44: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

28

konsep-konsep dasar dan kata. Konsep dan data tersebut kemudian

disempurnakan hingga menjadi rencana akhir (Terry, 2013:71-72).

Berdasarkan keseluruhan pendapat tentang fungsi perencanaan, maka

dapat disimpulkan bahwa fungsi perencanaan adalah salah satu fungsi mendasar

yang pasti ada pada setiap proses manajemen dimana bagi pelaksanaan suatu

program, diterapkannya fungsi perencanaan tersebut dapat memberikan dukungan

dalam hal pencapaian tujuan dari program yang diimplementasikan.

4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik

Nugroho (2008:494) menjelaskan bahwa “Implementasi kebijakan pada

prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya”. Lebih

jauh, Nugroho mengemukakan bahwa ada dua pilihan langkah yang ada dalam

mengimplementasikan kebijakan publik yaitu “langsung mengimplementasikan

dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari

kebijakan publik tersebut” (Nugroho, 2008:494). Adapun, dua pilihan langkah

tersebut digambarkan oleh Nugroho sebagai berikut:

Page 45: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

29

Gambar 4 : Sekuensi Implementasi Kebijakan Publik

Sumber : Nugroho (2008:495)

Mengacu pada gambar 4 tersebut, Nugroho menjelaskan bahwa:

“kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang atau Perda adalah jenis

kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang

sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang

bisa langsung operasional antara lain Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan

Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas dan lain-lain. Rangkaian

implementasi kebijakan, dari gambar di atas, dapat dilihat dengan jelas,

yaitu dimulai dari program, ke proyek, dan ke kegiatan” (Nugroho,

2008:495).

Dengan demikian, mengacu pada pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa program adalah rangkaian dari implementasi kebijakan publik yang

berfungsi sebagai alat agar tujuan kebijakan publik dapat tercapai. Sehingga,

dengan perkataan lain program merupakan bentuk dalam mengimplementasikan

kebijakan publik yang menyebabkan program dan kebijakan publik adalah satu

kesatuan. Hal ini didukung dengan pendapat dari Winarno (2007:143) yang

mengemukakan bahwa “Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar

Page 46: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

30

mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan”. Selain itu, pernyataan serupa

juga diungkapkan oleh Ripley dan Franklin bahwa “Implementasi mencakup

tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan) oleh berbagai aktor, khususnya para

birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan” (Winarno,

2007:145).

Oleh sebab itu, sering terdengar istilah implementasi program seperti salah

satunya ialah Implementasi Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

yang menjadi topik dalam penelitian ini. Program tersebut merupakan salah satu

bentuk implementasi dari Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan ruang terbuka hijau

(RTH) sebesar 30% dari luas wilayah kota maupun perkotaan.

5. Tahapan Implementasi Program

Implementasi kebijakan merupakan sebuah proses yang meliputi beberapa

tahapan. Jones dalam Widodo (2009:89) mengemukakan bahwa tahapan dalam

aktivitas implementasi kebijakan terdiri dari tiga macam yaitu pengorganisasian

(organization), interpretasi (interpretation) dan aplikasi (application). Adapun,

ketiga tahapan tersebut kemudian dijabarkan secara lebih jelas dan rinci oleh

Widodo (2009:90-94) sebagai berikut:

a. Tahap Interpretasi (Interpretation)

Tahapan penjabaran sebuah kebijakan yang masih bersifat abstrak ke

dalam kebijakan yang lebih bersifat teknis operasional. Wujudnya

dapat berupa kebijakan umum atau strategis (misalnya peraturan

daerah) yang kemudian dijabarkan ke dalam kebijakan manajerial

(misalnya keputusan kepala daerah) dan kebijakan manajerial

dijabarkan dalam kebijakan teknis operasional (misalnya kebijakan

kepala dinas, badan, dan sebagainya) sebagai unsur pelaksana teknis

Page 47: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

31

pemerintah daerah. Tahap interpretasi sekaligus menjadi kegiatan

untuk mengkomunikasikan kebijakan (sosialisasi) agar pihak-pihak

yang terlibat dapat mengetahui, memahami, menerima dan mendukung

pelaksanaan dari suatu kebijakan.

b. Tahap Pengorganisasian (to Organized)

Tahapan yang lebih mengarah pada proses kegiatan pengaturan dan

penetapan terhadap 5 (lima) hal, antara lain:

1) Pelaksana Kebijakan

Pelaksana kebijakan sangat tergantung kepada jenis kebijakan apa

yang akan dilaksanakan, namun setidaknya dapat diidentifikasi

sebagai berikut:

a) Dinas, badan, kantor, Unit Pelaksana Teknis (UPT) di

lingkungan pemerintah daerah.

b) Sektor swasta.

c) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

d) Komponen masyarakat.

Penetapan pelaku kebijakan bukan sekadar menetapkan lembaga

mana yang melaksanakan dan siapa saja yang melaksanakan, tetapi

juga menetapkan tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung

jawab dari masing-masing pelaku kebijakan tersebut.

2) Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure)

Standard Operating Procedure (SOP) merupakan pedoman,

petunjuk, tuntunan dan referensi bagi para pelaku kebijakan dalam

melaksanakan kebijakan agar para pelaku tersebut dapat

mengetahui apa yang harus disiapkan dan lakukan, siapa

sasarannya dan hasil apa yang ingin dicapai dari pelaksanaan

kebijakan tersebut. Standard Operating Procedure (SOP) juga

berfungsi sebagai langkah untuk mencegah timbulnya perbedaan

dalam bersikap dan bertindak saat dihadapkan pada permasalahan

dalam melaksanakan kebijakan. Oleh sebab itu, setiap kebijakan

yang dibuat perlu ditetapkan prosedur tetap (Protap) atau prosedur

baku berupa standar prosedur operasi dan atau standar pelayanan

minimal (SPM).

3) Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

Langkah berikutnya yang perlu diperhatikan adalah penetapan

anggaran sesuai dengan macam dan jenis kebijakan dan sumber

anggaran yang dapat berasal dari pemerintah pusat (APBN),

APBD, sektor swasta, swadaya masyarakat, dan lain-lain.

Demikian pula peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

suatu kebijakan karena macam, jenis dan besar kecilnya peralatan

yang diperlukan sangat bervariasi dan tergantung kepada jenis

kebijakan yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, anggaran

dan peralatan yang memadai sangat diprioritaskan untuk mencapai

efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan kebijakan.

Page 48: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

32

4) Penetapan Manajemen Pelaksanaan Kebijakan

Manajemen pelaksanaan kebijakan dalam hal ini lebih ditekankan

pada penetapan pola kepemimpinan dan koordinasi dalam

melaksanakan sebuah kebijakan. Apabila pelaksanaan kebijakan

melibatkan lebih dari satu lembaga (pelaku kebijakan), maka harus

jelas dan tegas pola kepemimpinan yang digunakan, apakah

menggunakan pola kolegial atau ada salah satu lembaga yang

ditunjuk sebagai koordinator. Bila ditunjukan salah satu diantara

pelaku kebijakan untuk menjadi koordinator biasanya lembaga

yang terkait erat dengan pelaksanaan kebijakan yang diberi tugas

sebagai leading sector bertindak sebagai koordinator dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut.

5) Penetapan Jadwal Kegiatan

Agar kinerja pelaksanaan kebijakan menjadi baik setidaknya dari

“dimesi proses pelaksanaan kebijakan”, maka perlu ada penetapan

jadwal pelaksanaan kebijakan. Jadwal pelaksanaan kebijakan tadi

harus diikuti dan dipatuhi secara konsisten oleh para pelaku

kebijakan. Jadwal pelaksanaan kebijakan ini penting, tidak saja

dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan kebijakan, tetapi

sekaligus dapat dijadikan sebagai standar untuk menilai kinerja

pelaksanaan kebijakan, terutama dilihat dari dimensi proses

pelaksanaan kebijakan. Oleh sebab itu, setiap pelaksanaan

kebijakan perlu ditegaskan dan disusun jadwal pelaksanaan

kebijakan.

c. Tahap Aplikasi (application)

Tahapan penerapan rencana proses implementasi kebijakan ke dalam

realitas nyata. Tahap aplikasi merupakan perwujudan dari pelaksanaan

masing-masing kegiatan dalam tahapan yang telah disebutkan

sebelumnya.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa dalam proses

implementasi sebuah program terdapat serangkaian aktivitas yang tersusun secara

sistematis dimana aktivitas tersebut dituangkan dalam bentuk tahap persiapan,

pengaturan dan pelaksanaan. Adapun dalam setiap tahapan pada proses

implementasi tersebut juga terdapat berbagai hal yang harus diperhatikan seperti

yang dikemukakan oleh Widodo (2009:89-90) bahwa dalam proses implementasi

kebijakan, hal-hal yang harus mendapatkan perhatian dan persiapan adalah

Page 49: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

33

interpretasi, organisasi, penyediaan risorsis, manajemen program, dan penyediaan

layanan dan manfaat pada publik.

Mengacu pada pendapat tersebut dapat ditinjau bahwa terdapat banyak hal

yang harus diperhatikan dalam menunjang proses implementasi, salah satunya

adalah penyediaan risorsis. Dalam hal ini, penyediaan risorsis merupakan upaya

yang dilakukan untuk menunjang proses implementasi melalui penyediaan dan

pemanfaatan terhadap sumber daya yang ada. Oleh sebab itu, ketersediaan sumber

daya dalam proses implementasi ini sangat penting seperti yang diungkapkan oleh

Edward III dalam Widodo (2009:98) bahwa:

Bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-

aturan, serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan

atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang

bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai

sumber-sumber daya untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.

Mengacu pada pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa jika sumber

daya yang dimiliki kurang memadai untuk menunjang proses implementasi

meskipun aturannya sangat jelas, maka proses implementasi tersebut akan

mengalami kendala yang berdampak pada pencapaian tujuan yang kurang efektif.

Selanjutnya, Edward III dalam Widodo (2009:98) juga menjabarkan bahwa

sumber-sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan meliputi

sumber daya manusia, sumber daya keuangan dan sumber daya peralatan. Adapun

penjelasan dari masing-masing sumber daya dapat dipaparkan sebagai berikut:

Page 50: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

34

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia pada proses implementasi program adalah pihak

pelaksana yang bertanggung jawab atas pelaksaan suatu program. Dalam hal ini,

hal yang harus diperhatikan untuk sumber daya manusia adalah kuantitas dan

kualitasnya. Hal ini disampaikan oleh Edward III bahwa “Sumber daya manusia

(staff) harus cukup (jumlah) dan cakap (keahlian)”. Mengacu atas pendapat

tersebut, Widodo kemudian menjabarkan bahwa:

Jika demikian, efektivitas pelaksanaan kebijakan sangat tergantung kepada

sumber daya manusia (aparatur) yang bertanggung jawab melaksanakan

kebijakan. Sekalipun aturan main pelaksanaan kebijakan jelas dan

kebijakan telah ditransformasikan dengan tepat, namun manakala sumber

daya manusia terbatas baik dari jumlah maupun kualitas (keahlian)

pelaksanan kebijakan tidak akan berjalan efektif. Sekalipun demikian, agar

diperoleh efektivitas pelaksanaan kebijakan tidak hanya mengandalkan

banyaknya sumber daya manusia, tetapi harus memiliki keterampilan yang

diperlukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang menjadi tanggung

jawabnya (Widodo, 2009:98-99).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa sumber daya

manusia adalah salah satu kunci dalam keberhasilan proses implementasi,

sehingga ketersediaannya harus diperhatikan baik dari segi kualitas maupun

kuantitas. Artinya, selain jumlah sumber daya manusia yang harus cukup dalam

melaksanakan suatu program, sumber daya manusia juga harus memiliki

kemampuan atau keterampilan yang memadai sesuai dengan bidang yang

ditekuni. Dengan demikian, penetapan sumber daya manusia yang digunakan

untuk pelaksanaan proses implementasi program harus tepat dan seimbang secara

kualitas maupun kuantitas.

Page 51: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

35

b. Sumber Daya Keuangan

Selain memanfaatkan sumber daya manusia, dalam proses implementasi

kebijakan maupun program juga memerlukan sumber daya keuangan atau

anggaran. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk kelangsungan kegiatan

operasionalisasi dalam implementasi sebuah program. Tanpa adanya keuangan

ataupun anggaran yang memadai, maka pelaksanaan dari sebuah program akan

menemui kendala. Hal tersebut ditegaskan oleh pernyataan dari Edward III bahwa

“Terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan kepada

publik yang harus diberikan kepada masyarakat juga terbatas” (Widodo,

2009:100). Mengacu pada pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa

terbatasnya anggaran dalam penyediaan pelayanan publik dapat menyebabkan

turunnya kualitas pelayanan publik yang diberikan. Hal tersebut juga sama seperti

halnya dalam proses implementasi program karena jika anggaran yang digunakan

terbatas, maka implementasi dari suatu kebijakan maupun program tidak akan

berjalan secara maksimal.

c. Sumber Daya Peralatan

Edward III memberikan penjelasan bahwa “Sumber daya peralatan

merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu

kebijakan yang meliputi gedung, tanah dan sarana yang semuanya akan

memudahkan dalam memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan”

(Widodo, 2009:102). Mengacu pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

ketersediaan peralatan, yang dapat berupa sarana maupun prasarana juga dapat

mempengaruhi proses implementasi dari suatu program. Hal ini sama seperti

Page 52: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

36

halnya ketersediaan anggaran yang apabila jumlahnya terbatas, maka dapat

menjadi penghambat dalam proses implementasi. Ketersediaan peralatan yang

terbatas pun juga akan menghalangi kelancaran proses implementasi dari sebuah

program. Oleh sebab itu, peralatan yang disediakan harus memadai baik dari sisi

kualitas maupun kuantitas.

C. Penataan Ruang

1. Definisi dan Prinsip Dasar Penataan Ruang

Mengacu pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang pasal 1 ayat (5), yang dimaksud dengan penataan ruang adalah “suatu

sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang”.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa penataan ruang

merupakan sebuah proses yang menekankan pada tiga hal penting yaitu

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Mirsa (2012:40-42) mengungkapkan bahwa ketiga hal tersebut adalah guidelines

dalam menata ruang yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan Tata Ruang

Rencana tata ruang disusun dengan perspektif menuju keadaan masa

depan yang diharapkan, bertitik tolak dari data, informasi, ilmu

pengetahuan dan teknologi yang dapat digunakan. Rencana tata ruang

perlu disempurnakan secara berkala mengingat adanya tuntutan

pembangunan dan perkembangan keadaan. Dalam penyusunan dan

penetapan rencana tata ruang ada langkah-langkah yang harus

ditempuh, antara lain:

1) Menentukan arah pengembangan yang akan dicapai dilihat dari

segi ekonomi, sosial budaya, daya dukung dan daya tampung

Page 53: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

37

lingkungan serta tidak melupakan fungsi-fungsi pertahanan-

keamanan;

2) Mengidentifikasi berbagai potensi dan masalah pembangunan

dalam suatu wilayah perencanaan;

3) Perumusan rencana tata ruang;

4) Penetapan rencana tata ruang.

b. Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program kegiatan pelaksanaan

pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang

ditetapkan di dalam rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang

diselenggarakan secara bertahap melalui penyiapan program kegiatan

pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang

yang akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik secara

sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan rencata tata ruang

yang telah ditetapkan. Dinamika dalam pemanfaatan ruang tersebut

dapat dilihat dari beberapa indikator yang dapat dijadikan tolok-ukur,

diantaranya adalah:

1) Perubahan nilai sosial akibat rencana tata ruang;

2) Perubahan nilai tanah dan sumber daya alam lainnya;

3) Perubahan status hukum tanah akibat rencana tata ruang;

4) Dampak terhadap lingkungan;

5) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, maka

dilakukan pengendalian melalui kegiatan pengawasan dan penertiban

pemanfaatan ruang. Adapun yang dimaksud dengan pengawasan

adalah usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan

fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Sedangkan,

penertiban adalah usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan

ruang yang direncanakan dapat terwujud sesuai dengan ketetapan.

Adapun prinsip-prinsip dasar dari penataan ruang yang harus diperhatikan

adalah sebagai berikut (Mirsa, 2012:40):

a. Pengambilan keputusan untuk menentukan pilihan;

b. Suatu penetapan pengalihan sumber daya (resources allocation);

c. Suatu penetapan dan usaha pencapaian sasaran dan tujuan

pembangunan (setting up goals and objectives);

d. Suatu pencapaian keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang,

yaitu:

1) Dapat membuat perkiraan yang baik dan menjabarkannya dalam

suatu penjadwalan yang berurutan sesuai dengan kebutuhan dan

sumber daya yang mendukungnya;

Page 54: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

38

2) Pelaksanaan pentahapan untuk mencapai tujuan masa mendatang

disusun dalam urutan kegiatan yang logis, rasional dan tertata

secara bertahap, berurutan.

2. Asas dan Tujuan Penataan Ruang

Asas dan tujuan dalam penyelenggaraan penataan ruang telah dijelaskan di

dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, khususnya

pada pasal 2 dan pasal 3. Pada pasal 2 telah dijelaskan bahwa:

Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang

diselenggarakan berdasarkan asas:

a. Keterpaduan;

b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;

c. Keberlanjutan;

d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;

e. Keterbukaan;

f. Kebersamaan dan kemitraan;

g. Pelindungan kepentingan umum;

h. Kepastian hukum dan keadilan; dan

i. Akuntabilitas.

Sedangkan, tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang telah dirumuskan

di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pada

pasal 3 yaitu:

Untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,

produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan

Ketahanan Nasional dengan:

a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan

buatan;

b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan

sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak

negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Page 55: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

39

3. Klasifikasi Penataan Ruang

Penataan ruang sebagaimana dijelaskan pada Bab III Pasal 4 dan 5

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, diklasifikasikan

berdasarkan lima hal, meliputi:

a. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan

sistem internal perkotaan.

b. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan

lindung dan kawasan budi daya.

c. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan

ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan

ruang wilayah kabupaten/kota.

d. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan

ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

e. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas

penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan

strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis

kabupaten/kota.

E. Ruang Terbuka Hijau

1. Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang pasal 1 ayat (31) dijelaskan bahwa definisi dari Ruang Terbuka Hijau

(RTH) adalah “Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh

tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam”.

Selain itu, definisi dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga dijelaskan oleh

Punomohadi bahwa:

Ruang terbuka hijau merupakan sebentang lahan terbuka tanpa bangunan

yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan

status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau

berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai

Page 56: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

40

tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan

dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta

benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH

yang bersangkutan (Imansari & Khadiyanta, 2015:104).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa RTH merupakan area terbuka

baik berupa area memanjang maupun mengelompok yang memiliki ciri utama

adanya tumbuh-tumbuhan yang dominan serta benda-benda yang berfungsi

sebagai pelengkap RTH.

2. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008

Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan, RTH memiliki empat fungsi dimana keempat fungsi tersebut dapat

dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota

seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.

Adapun keempat fungsi tersebut antara lain:

a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu:

1) Fungsi ekologis:

a) Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem

sirkulasi udara (paru-paru kota);

b) Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara

alami dapat berlangsung lancar;

c) Sebagai peneduh;

d) Produsen oksigen;

e) Penyerap air hujan;

f) Penyedia habitat satwa;

g) Penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta;

h) Penahan angin.

b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:

1) Fungsi sosial dan budaya:

a) Menggambarkan ekspresi budaya lokal;

b) Merupakan media komunikasi warga kota;

c) Tempat rekreasi;

Page 57: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

41

d) Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam

mempelajari alam.

2) Fungsi ekonomi:

a) Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah,

daun, sayur-mayur;

b) Menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan

dan lainlain.

3) Fungsi estetika:

a) Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota

baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan

permukimam, maupun makro: lansekap kota secara

keseluruhan;

b) Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;

c) Pembentuk faktor keindahan arsitektural;

d) Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area

terbangun dan tidak terbangun.

Berdasarkan atas fungsi RTH tersebut, maka manfaat RTH yang dapat

diperoleh digolongkan menjadi manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Adapun penjelasannya menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun

2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu

membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan

mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah);

b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible),

yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan

kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan

beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau

keanekaragaman hayati).

3. Tipologi Ruang Terbuka Hijau

Mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008

Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan, pembagian jenis-jenis RTH didasarkan pada empat hal yang dapat

ditunjukan melalui gambar 5 berikut:

Page 58: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

42

Gambar 5 : Tipologi RTH

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan

Berdasarkan pada gambar 5, dapat diketahui bahwa menurut jenisnya,

RTH dapat diklasifikasikan ke dalam empat hal. Pertama, ditinjau dari segi fisik,

RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami (habitat liar alami, kawasan lindung

dan taman-taman nasional) dan RTH non alami atau binaan (taman, lapangan

olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan). Kedua, ditinjau dari segi fungsi,

RTH memiliki fungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Ketiga,

ditinjau dari segi struktur ruang, RTH dapat dibedakan menjadi RTH mengikuti

pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar) dan RTH mengikuti pola

planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Terakhir, ditinjau

dari segi kepemilikan, RTH dibedakan menjadi dua jenis yaitu RTH Publik

(taman kota, hutan kota, sabuk hijau, jalur pejalan kaki, pulau jalan dan median

jalan, ruang dibawah jalan laying, RTH sempadan rel kereta api, jalur hijau

jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai,

Page 59: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

43

RTH pengamanan sumber air baku/mata air, Pemakaman) serta RTH Privat

(pekarangan rumah, halaman perkantoran, taman atap bangunan, dan sebagainya).

4. Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan

Pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Pasal

1 ayat 25 dijelaskan bahwa “Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai

kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi”. Dalam hal penyediaan RTH pada

kawasan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu luas wilayah,

jumlah penduduk dan kebutuhan fungsi tertentu.

Ketiga hal tersebut dijelaskan secara lebih rinci dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Adapun penjelasannya

adalah sebagai berikut:

a. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai

berikut:

(1) Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH

privat;

(2) Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal

30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%

terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

(3) Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang

bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan

atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap

dipertahankan keberadaannya.

b. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan

dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan

standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku.

Page 60: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

44

Tabel 1. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

No. Unit

Lingkungan Tipe RTH

Luas

Minimal/unit

(m2)

Luas

Minimal/kapita

(m2)

Lokasi

1. 250 jiwa Taman RT 250 1,0

Di tengah

lingkungan

RT

2. 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5 Di pusat

kegiatan RW

3. 30.000 jiwa Taman

Kelurahan 9.000 0,3

Dikelompokan

dengan

sekolah/pusat

kelurahan

4. 120.000 jiwa

Taman

kecamatan 24.000 0,2

Dikelompokan

dengan

sekolah/pusat

kecamatan

Pemakaman Disesuaikan 1,2 Terbesar

5.

480.000 jiwa

Taman kota 144.000 0,3 Di pusat

wilayah/kota

Hutan kota Disesuaikan 4,0

Di dalam/

kawasan

pinggiran

Untuk

fungsi-

fungsi

tertentu

Disesuaikan 12,5

Disesuaikan

dengan

kebutuhan

Sumber : Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

c. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu

Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau

pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian

sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi

Page 61: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

45

perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak

teganggu. RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta

api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan

perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan

pantai, dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air.

Page 62: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan

jenis penelitian deskriptif. Pemilihan tersebut didasarkan atas pertimbangan

bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”

(Moleong, 2007:6). Sedangkan jenis penelitian deskriptif yang digunakan

bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran fakta-fakta yang ditemukan

secara sistematis sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Dengan demikian, penggunaan metode penelitian kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif merupakan metode yang dinilai tepat untuk digunakan dalam

penelitian yang dimaksudkan untuk memahami bagaimana implementasi program

pengelolaan RTH dalam rangka pengembangan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjan secara holistik dan alamiah.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Gunawan (2013:109-110),

diketahui bahwa ditetapkannya fokus penelitian dalam penelitian kualitatif

dilakukan untuk membatasi bidang kajian dan bidang temuan, sehingga peneliti

Page 63: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

47

hanya mencari dan mengumpulkan data yang sesuai dengan kriteria dan relevan

dengan fokus penelitian. Oleh sebab itu, fokus yang ditetapkan dalam penelitian

ini antara lain:

1. Implementasi program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan

Perkotaan Kepanjen:

a) Interpretasi

1. Pemahaman antar stakeholder

2. Konsistensi tujuan

3. Sosialisasi program

b) Pengorganisasian

1. Pembagian tugas antar stakeholder

2. Koordinasi pihak-pihak yang terlibat

3. Ketersediaan petunjuk atau pedoman pelaksanaan

4. Sumber daya

a. Manusia

b. Keuangan

c. Sarana dan Prasarana

c) Aplikasi

1. Penyusunan rencana operasional program

2. Pelaksanaan rencana operasional program

2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi program pengelolaan RTH

di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

Page 64: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

48

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melaksanakan

penelitian secara langsung terhadap objek yang diteliti. Sehingga, lokasi yang

ditetapkan pada penelitian ini adalah Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Penetapan tersebut didasari dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Kepanjen

yang termasuk sebagai kawasan perkotaan Kabupaten Malang dan sebagaimana

amanat yang tertuang pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang, memiliki ketersediaan RTH yang masih belum mencapai angka 30 % dari

total luas wilayahnya.

Sedangkan, situs penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah

pada beberapa Perangakat Daerah Kabupaten Malang terkait, yaitu:

1. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang;

2. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang.

Penetapan situs penelitian tersebut didasari alasan karena data yang

dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini tersedia pada kedua perangkat daerah

tersebut.

D. Sumber Data

Penelitian ini ditunjang oleh berbagai macam data yang berdasarkan

sumbernya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu data primer dan data

sekunder. Adapun penjelasan atas data-data tersebut dapat dipaparkan sebagai

berikut:

Page 65: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

49

1. Data Primer

Data primer merupakan jenis data yang diperoleh secara langsung melalui

kegiatan wawancara dengan berbagai narasumber untuk memperoleh informasi

maupun data yang relevan dengan fokus penelitian. Untuk itu, data primer pada

penelitian ini meliputi hasil wawancara dengan berbagai pihak yaitu:

a) Kepala UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

dan Cipta Karya Kabupaten Malang;

b) Staf UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang;

c) Kasubid Pemeliharaan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Malang;

d) Kasi Bidang Penataan Ruang dan Penataan Bangunan Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang;

e) Ketua Komunitas Arek Kepanjen.

2. Data Sekunder

Sedangkan, data sekunder ialah data yang berfungsi untuk memperkuat

data primer dan secara tidak langsung diperoleh dari dokumen-dokumen yang

terkait dengan penelitian ini. Adapun data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini bersumber dari:

a) Renstra Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang tahun 2016-2021;

b) Renja Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang tahun 2016;

Page 66: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

50

c) Review Renstra Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang tahun

2011-2015;

d) Review Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang tahun 2011-

2015;

e) Laporan kinerja Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang tahun

2015;

f) Dokumen Kabupaten Malang dalam angka tahun 2016;

g) Data ketersediaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen tahun 2013, 2014 dan

2015.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

memperoleh data. Sugiyono mengungkapkan bahwa “Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan” (Sugiyono, 2014:224). Dalam hal pengumpulan data, terdapat

berbagai macam teknik yang dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan

kebutuhan dari suatu penelitian. Adapun macam-macam teknik pengumpulan data

menurut Sugiyono (2014:225) adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan

gabungan (triangulasi). Mengacu pada penjelasan tersebut, maka teknik

pengumpulan data yang dipilih dan digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Page 67: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

51

1. Wawancara

Menurut Esterberg terdapat berbagai macam teknik wawancara yang dapat

digunakan yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur dan tidak terstruktur

(Sugiyono, 2014:233). Mengacu pada pendapat tersebut, maka dalam penelitian

ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan

tersebut diajukan kepada para narasumber yang dipilih dengan mengajukan

pertanyaan seputar tema penelitian. Adapun daftar narasumber dalam penelitian

ini dapat ditunjukan melalui tabel 2 berikut:

Tabel 2: Daftar Narasumber Penelitian

No. Nama / Inisial Identitas Narasumber Lokasi Wawancara

1. Bapak Yudho Kepala UPT

Pengelolaan Taman

Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman

dan Cipta Karya

Kabupaten Malang

Kantor Dinas

Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten

Malang, Jalan

Trunojoyo Kav.6

Kepanjen, Kabupaten

Malang.

2. Bapak Himawan Staf UPT Pengelolaan

Taman Dinas

Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten

Malang

Kantor Dinas

Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten

Malang, Jalan

Trunojoyo Kav.6

Kepanjen.

3. Ibu Dyah Kasubid Pemeliharaan

Lingkungan Hidup

Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten

Malang

Kantor Dinas

Lingkungan Hidup

Kabupaten Malang,

Jalan K. H. Agus Salim

No. 7 Kota Malang.

Page 68: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

52

No. Nama / Inisial Identitas Narasumber Lokasi Wawancara

4. Bapak X Kasi dari Bidang

Penataan Ruang dan

Penataan Bangunan

Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman

dan Cipta Karya

Kabupaten Malang

Kantor Dinas

Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten

Malang, Jalan

Trunojoyo Kav.6

Kepanjen.

5. Cak Mad Ketua Komunitas Arek

Kepanjen

Basecamp Komunitas

AK, Jalan Ahmad Yani,

Kepanjen.

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2017

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi pada penelitian ini

bertujuan untuk mendapatkan data sekunder dengan cara mempelajari, mencatat

dan memanfaatkan data maupun dokumen yang tersedia berupa:

a) Renstra Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang tahun 2016-2021;

b) Renja Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang tahun 2016;

c) Review Renstra Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang tahun

2011-2015;

d) Review Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang tahun 2011-

2015;

e) Laporan kinerja Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang tahun

2015;

f) Dokumen Kabupaten Malang dalam angka tahun 2016;

Page 69: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

53

g) Data ketersediaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen tahun 2013, 2014 dan

2015.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam rangka memecahkan permasalahan pada suatu

penelitian. Mengingat penelitian ini adalah penelitian dengan metode kualitatif,

maka instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Peneliti sendiri

Pada penelitian kualitatif, peneliti sendiri dianggap sebagai key instrument

yang berperan penting dalam proses pengumpulan data, sehingga menurut

Sugiyono (2014:222) peneliti sebagai instrumen kunci harus “divalidasi” untuk

mengetahui seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian dengan

terjun ke lapangan. Lebih jauh, Sugiyono menjelaskan bahwa validasi tersebut

meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti memasuki objek

penelitian (secara akademik maupun logistik) (Sugiyono, 2014:222).

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara merupakan petunjuk yang digunakan oleh peneliti

saat melakukan proses wawancara, yang terdiri dari serangkaian pertanyaan untuk

disampaikan kepada para narasumber. Sehingga, dalam hal ini peneliti diharuskan

untuk menyusun pedoman wawancara agar proses wawancara dapat berjalan

Page 70: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

54

sesuai rencana dan mendapatkan data yang diinginkan. Adapun pedoman

wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini terlampir pada

lampiran 1.

3. Peralatan penunjang lainnya

Peralatan penunjang lain yang dimaksud dalam hal ini adalah peralatan

yang digunakan selama kegiatan penelitian berlangsung, yang memiliki fungsi

sebagai penunjang penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan baik. Adapun

alat pendukung tersebut antara lain dapat berupa peralatan tulis, kamera dan

perekam suara.

G. Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan mengemukakan bahwa

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga

dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”

(Sugiyono, 2014:244). Selain itu, Sugiyono (2014:244) juga mengungkapkan

bahwa analisis data juga dilakukan dengan cara mengorganisasikan data,

menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

yang dapat diceritakan kepada orang lain. Oleh sebab itu, pemilihan metode

analisis data yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap analisis data.

Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini menggunakan metode analisis

data Miles, Huberman dan Saldana yang dikenal dengan model interaktifnya

Page 71: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

55

untuk menganalisis data hasil penelitian. Aktivitas dalam menganalisis data

kualitiatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus sampai

tuntas, hingga data mencapai titik jenuh. Adapun model interaktif dalam

menganalisis data dijelaskan sebagai berikut (Miles, Huberman & Saldana,

2014:14):

Gambar 6 : Analisis Data Model Interaktif

Sumber: Miles, Huberman & Saldana (2014:14)

Berdasarkan pada gambar 6 dapat diketahui bahwa analisis data model

interaktif yang dijelaskan oleh Miles, Huberman dan Saldana terdiri dari tiga

aktivitas. Aktivitas tersebut dimulai setelah tahapan pengumpulan data dilakukan

yaitu kondensasi data (data condensation), penyajian data (data display) dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusions: drawing/verifying). Adapun

tahapan-tahapan tersebut dijelaskan oleh Miles, Huberman & Saldana (2014:12-

14) sebagai berikut:

Page 72: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

56

1. Pengumpulan data (Data collection)

Pengumpulan data merupakan tahap dimana peneliti menggunakan teknik

wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data penelitian. Teknik

wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian

kualitatif. Sedangkan, teknik dokumentasi merupakan teknik untuk

mengumpulkan data-data penunjang maupun pelengkap untuk data primer,

sehingga data primer semakin kuat. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data

secara berulang dan berkesinambungan hingga data jenuh, sehingga data yang

terkumpul menjadi lengkap dan maksimal.

2. Kondensasi data (Data Condensation)

Tahap dimana data-data yang diperoleh dari proses wawancara maupun

dokumentasi ditelaah dengan melakukan proses pemilihan, pemusatan,

penyederhanaan, pengabstraksian dan ditransformasikan menjadi rangkuman,

tabel maupun gambar. Kemudian data tersebut disesuaikan dengan fokus

penelitian. Adapun data-data yang tidak berhubungan dengan fokus penelitian

diabaikan, sehingga data-data dalam penelitian hanya yang berhubungan dengan

judul penelitian. Dengan mengkondensasi data, maka data akan menjadi kuat.

3. Penyajian data (Data display)

Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam

menemukan gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian yang ditemukan

dari penelitian yang dilakukan. Sebab dalam hal ini data disajikan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, grafik, matriks dan sejenisnya, sehingga peneliti dapat

Page 73: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

57

dengan mudah memahami apa yang terjadi dan merencanakan kegiatan

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

4. Menarik kesimpulan atau verifikasi (Conclusions: drawing/verifying)

Menarik kesimpulan adalah langkah terakhir dalam analisis data dengan

menggunakan model interaktif. Kesimpulan awal yang masih bersifat sementara

dapat berubah seiring dengan diperolehnya bukti-bukti kuat yang diperoleh dari

verifikasi data. Verifikasi data dilakukan oleh peneliti secara terus-menerus

sepanjang proses penelitian berlangsung yaitu sejak awal memasuki lokasi

penelitian sampai proses pengumpulan data.

Page 74: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Malang

Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten dari 38 kabupaten

dan/atau kota yang berada di Provinsi Jawa Timur. Secara astonomis, wilayah

Kabupaten Malang terletak di garis koordinat 112º17’10,90” – 122º57’00,00”

Bujur Timur (BT) dan 7º44’55,11” – 8º26’35,45” Lintang Selatan (LS).

Kabupaten Malang memiliki luas wilayah sebesar 3.534,86 km2 dan terdiri dari 33

Kecamatan, 12 Kelurahan, 378 Desa, 3.217 Rukun Warga (RW) dan 14.718

Rukun Tetangga (RT), yang tersebar pada wilayah perkotaan dan perdesaan.

Sedangkan ditinjau dari segi geografis, wilayah Kabupaten Malang berada

pada ketinggian antara 0–2000 m dari permukaan laut dan mayoritas berupa

daerah dataran tinggi karena wilayahnya dikelilingi oleh 9 gunung dan 1

pegunungan yang menyebar merata di sebelah utara, timur, selatan dan barat wilayah

Kabupaten Malang. Beberapa gunung dan pegunungan tersebut seperti G. Kelud

(1.731 m), G. Kawi (2.651 m), G. Panderman (2.040 m), G. Anjasmoro (2.277 m), G.

Welirang (2.156 m), G. Arjuno (3.339 m), G.Bromo (2.329 m), G. Batok (2.868 m),

G.Semeru (3.676 m) dan Pegunungan Kendeng (600 m). Adanya beberapa gunung

dan pegunungan tersebut menyebabkan kondisi suhu udara di wilayah Kabupaten

Malang sangat rendah, sehingga Kabupaten Malang dikenal sebagai daerah yang

memiliki udara sejuk. Hal ini ditunjang dengan adanya data tentang suhu udara

58

Page 75: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

2

rata-rata di Kabupaten Malang berkisar antara 19,1° C - 26,6° C dengan

kelembaban udara rata-rata berkisar antara 71° C - 89° C dan curah hujan rata-rata

berkisar antara 2 mm hingga 780 mm.

Selanjutnya ditinjau dari segi administratif, wilayah Kabupaten Malang

berbatasan langsung dengan beberapa wilayah. Berikut dipaparkan beberapa

wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Malang beserta peta administratif

Kabupaten Malang, yaitu:

a) Sebelah Utara : Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Mojokerto dan

Jombang;

b) Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang;

c) Sebelah Selatan : Samudera Indonesia;

d) Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri;

e) Lingkar dalam : Kota Malang dan Kota Batu.

59

Page 76: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

3

Gambar 7 : Peta Administratif Kabupaten Malang

Sumber : www.malangkab.go.id

2. Gambaran Umum Kawasan Perkotaan Kepanjen

a) Kronologi Pemindahan Ibukota Kabupaten Malang

Kecamatan Kepanjen merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Malang dan sekaligus menjadi Ibukota dari Kabupaten Malang. Hal

tersebut mengingat pusat pemerintahan daerah Kabupaten Malang terletak di

60

Page 77: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

4

Kecamatan Kepanjen. Adapun proses penetapan Kecamatan Kepanjen sebagai

Ibukota Kabupaten Malang diawali oleh adanya usulan Bupati Malang tentang

pemindahan Ibukota Kabupaten Malang yang direalisasikan dengan adanya surat

Nomor 135.7/093/421.202/2007 yang diajukan kepada Ketua DPRD Kabupaten

Malang pada tanggal 17 Januari 2007. Kemudian, pada tanggal 12 Maret 2007,

usulan tersebut diperkuat dengan adanya persetujuan dari DPRD Kabupaten

Malang berdasarkan Keputusan Nomor 3 Tahun 2007 tentang Persetujuan

Pemindahan Ibukota Kabupaten Malang ke Kecamatan Kepanjen. Hingga

akhirnya, hal tersebut lebih diperkuat lagi dengan ditetapkannya Peraturan

Pemerintah No. 18 Tahun 2008 Tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Malang

Dari Wilayah Kota Malang Ke Wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.

Adanya pemindahan Ibukota Kabupaten Malang dari yang semula

berkedudukan di wilayah Kota Malang ke Kecamatan Kepanjen membawa

perubahan terhadap kondisi fisik di Kecamatan Kepanjen. Perubahan tersebut

ditandai dengan banyaknya pembangunan sarana dan prasarana maupun

bangunan-bangunan sebagai penunjang kehidupan masyarakat setempat. Selain

itu, perubahan lain yang nampak adalah adanya berbagai kegiatan skala kabupaten

yang berpusat di Kecamatan Kepanjen seperti kegiatan militer yang ada di

kompleks Yon Zipur 5/Arati Bhaya Wighina, kegiatan olahraga yang berpusat di

Stadion Kanjuruhan, kegiatan pelayanan umum, kesehatan dan pendidikan.

Adapun kondisi yang demikian, menyebabkan Kecamatan Kepanjen dijuluki

sebagai kawasan perkotaan karena memiliki peranan dan fungsi perkotaan,

sehingga kegiatan utama lebih diarahkan untuk pemusatan dan distribusi

61

Page 78: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

5

pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Sementara itu,

peranan dan fungsi perkotaan yang terdapat di Kawasan Perkotaan Kepanjen akan

semakin berkembang lantaran sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang

No. 3 Tahun 2010 Tentang RTRW Kabupaten Malang, Kawasan Perkotaan

Kepanjen ditetapkan menjadi pusat dari Wilayah Pengembangan (WP) Kepanjen.

b) Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Kawasan Perkotaan Kepanjen memiliki luas wilayah sebesar 46,25 km2

yang terbagi dalam 4 kelurahan dan 14 desa. Adapun 4 kelurahan tersebut antara

lain Kepanjen, Cepokomulyo, Penarukan dan Ardirejo. Sedangkan, 14 desa yang

dimaksud adalah Dilem, Ngadilangkung, Mojosari, Jatirejoyoso, Curungrejo,

Sukoraharjo, Kedungpedaringan, Tegalsari, Panggungrejo, Mangunrejo, Kemiri,

Jenggolo, Sengguruh dan Talangagung.

Secara administratif, Kawasan Perkotaan Kepanjen berbatasan langsung

dengan wilayah:

1) Sebelah Utara : Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Ngajum;

2) Sebelah Selatan : Kecamatan Pagak, Kecamatan Pagelaran;

3) Sebelah Barat : Kecamatan Ngajum, Kecamatan Kromengan dan

Kecamatan Sumberpucung; dan

4) Sebelah Timur : Kecamatan Bululawang dan Kecamatan Gondanglegi.

Adapun secara lebih jelas, peta untuk Kawasan Perkotaan Kepanjen dapat ditinjau

dari gambar 8 berikut:

62

Page 79: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

6

Gambar 8 : Peta Kecamatan Kepanjen

Sumber : Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang, 2014

Kawasan Perkotaan Kepanjen merupakan wilayah yang dialiri oleh sungai

terpanjang di Jawa Timur yaitu Sungai Brantas serta Sungai Metro yang

merupakan anak Sungai Brantas. Oleh sebab itu, dengan keberadaan dua sungai

ini diharapkan mampu menunjang kebutuhan akan air oleh masyarakat setempat,

khususnya untuk memenuhi kebutuhan irigasi pertanian. Sementara itu, ditinjau

dari segi kondisi topografi, Kawasan Perkotaan Kepanjen merupakan daerah

dataran rendah yang berada pada ketinggian rata-rata 440 meter diatas permukaan

laut dan diapit oleh tiga gunung besar yaitu Gunung Kawi, Gunung Semeru dan

Pegunungan Malang Selatan.

63

Page 80: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

7

c) Aspek Demografi

Berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen Kabupaten Malang Dalam

Angka (2016), jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Kepanjen sampai tahun

2015 adalah sebanyak 106.668 jiwa, terdiri dari 52.914 jiwa penduduk laki-laki

dan 53.754 jiwa penduduk perempuan. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata per

tahunnya adalah 1 %. Sedangkan, tingkat kepadatan penduduk di Kawasan

Perkotaan Kepanjen ialah sebesar 2.306 jiwa per km2 pada tahun 2015.

Adapun, mata pencaharian penduduk di Kawasan Perkotaan Kepanjen

mayoritas didominasi oleh sektor non-pertanian karena sesuai dengan data pada

tahun 2013, persentase untuk sektor non-pertanian mencapai angka 66,92 %.

Sedangkan persentase untuk sektor pertanian mencapai angka 33,08 %. Secara

lebih detail, penjabaran mata pencaharian penduduk di Kawasan Perkotaan

Kepanjen dapat diketahui berdasarkan tabel 3 berikut:

Tabel 3: Mata Pencaharian Penduduk Kawasan Perkotaan Kepanjen

Tahun 2013

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1. Petani atau buruh tani 8.412

2. Pengusaha 286

3. Pengrajin 220

4. Buruh bangunan 1.739

5. Buruh industri 4.218

6. Pedagang 5.872

7. PNS 2.856

8. Pegawai swasta 872

64

Page 81: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

8

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang)

9. TNI 123

10. Lain-lain 430

Sumber: www.kepanjen.malangkab.go.id

Berdasarkan pada tabel 3 dapat diketahui bahwa jenis mata pencaharian di

Kawasan Perkotaan Kepanjen sangat beragam. Penduduk di Kawasan Perkotaan

Kepanjen banyak yang berprofesi sebagai petani atau buruh tani dan sedikit yang

berprofesi sebagai TNI. Namun, komposisi antara penduduk yang berprofesi di

sektor pertanian dan sektor non-pertanian menunjukan bahwa lebih banyak

penduduk yang berprofesi di sektor non-pertanian dari pada di sektor pertanian.

Hal ini dibuktikan dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian

mencapai 16.186 orang, sedangkan jumlah penduduk yang bekerja di sektor

pertanian hanya mencapai 8.412 orang. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa kegiatan utama di Kawasan Perkotaan Kepanjen adalah bukan pertanian.

d) Kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kepanjen

Kondisi RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen saat ini masih dikatakan

belum mencapai 30 % sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 26

Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Persentase luasan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen secara keseluruhan masih jauh dari angka 20 % untuk RTH

privat sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Bapak Himawan selaku staff

UPT Pengelolaan Taman DPKPCK Kabupaten Malang bahwa:

“Secara keseluruhan dari RTH nya ada. Secara luasan belum mencukupi

semua tapi ada, tapi untuk perawatannya ada yang sudah maksimal, ada

yang belum. Untuk mencapai RTH publik sebesar 20 % masih jauh.”

(Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.37 WIB)

65

Page 82: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

9

Sementara itu, kondisi akan kurangnya ketersediaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen juga diungkapkan oleh pihak lain bahwa pada tahun 2016

pun persentase RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen masih mencapai angka 10

%. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Malang, Tridiyah Maistuti bahwa:

“Kondisi RTH di Kota Kepanjen saat ini sekitar 10 % yang tersebar pada

ruang publik dan ruang privat. Peningkatan jumlah RTH menjadi salah

satu Pekerjaan Rumah (PR) besar ke depan” (Sumber: radar malang,

2016).

Berdasarkan dua pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa sementara ini

persentase RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen masih belum mencapai jumlah

yang ideal. Namun, disisi lain upaya untuk menambah jumlah RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen masih terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Malang khususnya melalui Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Taman sebagai unsur

pelaksana teknis operasional yang khusus dibentuk untuk menunjang kegiatan

teknis Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang.

Adapun jenis RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen yang dikelola dan

dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malang adalah RTH dengan

jenis binaan (non-alami) yang berupa taman kota, median jalan, jalur hijau jalan,

makam dan sempadan sungai. Secara lebih detail, berikut dipaparkan data tentang

ketersediaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen pada tahun 2013 sampai tahun

2015 yaitu:

66

Page 83: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

10

Tabel 4: Ketersediaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen Tahun 2013,

2014 dan 2015

No. Bentuk RTH Lokasi Luas (m2)

2013 2014 2015

1. Taman Kota

a.Taman Metro I Depan Pemandian

Metro Kepanjen 488 488 488

b.Taman Stadion

Kanjuruhan

Depan Stadion

Kanjuruhan

Kepanjen (82 x 3)

Ds.

Kedungpedaringan

246 246 246

c.Taman

Penarukan

Jalan Penarukan

Kepanjen (89.82 x

2)

518 518 518

d.Taman Kodok

Ngorek Segmen 4

dan 5

Jln Ry Talangagung

(121.6 x 3) 515 515 515

e. Taman Depan

Dinas Pengairan

Depan Dinas

Pengairan Kepanjen 68 100 100

f. Taman

Nusantara Stasiun

Kereta Kepanjen

Depan Stasiun

Kereta Api

Kepanjen

439 439 439

g. Taman Kehati Ngadilangkung

Kepanjen 3.600 5.000 11.067

h. Taman SKPD

Mojosari

Ngadilangkung

Kepanjen 250 250 350

i. Taman Puspa

Jalibar

Jalibar

Ngadilangkung

Kepanjen

5.000 5.000 5.000

j. Taman Bock

Office

Jl Panji Kepanjen 5.000 5.000 5.000

k. Taman Bhumi

Arema

Jl Trunojoyo

Kedungpedaringan

Kepanjen

5.000 5.000 5.000

l. Taman Buah

Nusantara

Jl Trunojoyo

Kepanjen - 1.344 1.344

m. Taman TPA

Talangagung Desa Talangagung - - 36.600

n. Taman TPA

Randuagung

Desa Randuagung - - 55.300

Jumlah Luas Taman Kota 21.122 23.899 121.966

67

Page 84: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

11

No. Bentuk RTH Lokasi

Luas (m2)

2013 2014 2015

2. Sempadan Sungai

a. Sempadan Sungai

Metro

275 275 275

Jumlah Luas Sempadan Sungai 275 275 275

3. Median Jalan

a. Median Jalibar

(Jalur Lintas Barat)

Jalibar Kepanjen

(Ngadilangkung,

Mojosari) 1.750 12.000 12.000

Jumlah Luas Median Jalan 1.750 12.000 12.000

Total Luas RTH 23.147 36.174 134.241

Sumber : Dinas Perumahan, Kawasan Perukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang, 2017

Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa ketersediaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen paling banyak berbentuk taman kota yang

berjumlah 14 taman kota. Sementara, jika ditinjau dari sudut pandang lokasinya,

maka ketersediaannya masih tersebar dibagian utara dan barat saja yaitu di Desa

Ngadilangkung, Desa Kedungpedaringan, Desa Talangagung dan Kelurahan

Kepanjen. Sedangkan, bila ditinjau dari sudut pandang luasnya, RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen mengalami peningkatan selama dua tahun, terhitung dari

tahun 2013 sampai 2015. terdapat bentuk RTH yang luasnya tetap dan terdapat

pula bentuk RTH yang mengalami pertambahan luas. Adapun bentuk RTH yang

luasnya bertambah dari tahun 2013 sampai 2015 adalah taman kota sebesar

111.094 m2 dan sempadan sungai sebesar 10.250 m2.

68

Page 85: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

12

3. Gambaran Umum Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang

a) Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang merupakan salah satu perangkat daerah di Kabupaten Malang yang

dibentuk pada tahun 2016 melalui Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 9

Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

merupakan perangkat daerah hasil peleburan dari dua perangkat daerah yaitu

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dengan Badan Perumahan Kabupaten Malang.

Menindaklanjuti peraturan daerah tersebut, Bupati Kabupaten Malang

kemudian mengeluarkan Peraturan Bupati Kabupaten Malang No. 62 Tahun 2016

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang.

Berdasarkan peraturan tersebut, diketahui bahwa Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang adalah perangkat daerah yang

melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang perumahan, kawasan

permukiman, bidang cipta karya dan penataan ruang. Hal tersebut telah dijelaskan

pada Pasal 4 bahwa Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang memiliki tugas pokok yaitu:

1) Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang perumahan dan

kawasan permukiman serta bidang cipta karya berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan; dan

69

Page 86: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

13

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai

bidang tugasnya.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang Kabupaten Malang juga

mengemban beberapa fungsi sebagaimana tertuang di dalam Renstra Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

Kabupaten Malang Tahun 2016-2021. Adapun fungsi-fungsi tersebut antara lain:

1) Pengumpulan, pengelolaan dan pengendalian data yang berbentuk

database serta analisis data untuk penyusunan program kegiatan;

2) Perencanaan strategis pada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

dan Cipta Karya;

3) Perumusan kebijakan teknis pada Dinas Perumahan dan Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya;

4) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya;

5) Pembinaan dan pelaksanaan tugas Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya;

6) Pelaksanaan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya;

7) Penyelenggara kesekretariatan Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya;

8) Penyelenggaraan koordinasi, perencanaan, pengendalian, kebijakan,

strategi serta sosialisasi pembangunan perumahan, kawasan

permukiman dan cipta karya;

9) Pelaksanaan dan fasilitasi bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas

(PSU) perumahan, kawasan permukiman dan cipta karya;

10) Pelaksanaan sertifikasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya;

11) Penyediaan informasi data perumahan, kawasan permukiman dan

cipta karya;

12) Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) berdasarkan skala

prioritas;

13) Penyusunan kebijakan, dan standarisasi teknis bangunan gedung

termasuk pengelolaan gedung dan rumah aset daerah;

14) Pembangunan dan pemeliharaan gedung-gedung aset daerah,

pembinaan teknis dan pengawasan pembangunan dan pengelolaan

bangunan gedung dan rumah aset Pemerintah Daerah;

15) Pelaksanaan pelayanan publik yang berorientasi pada mutu

pelayanan prima;

70

Page 87: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

14

16) Penyusunan prosedur manajemen mutu serta melaksanakan secara

berkelanjutan dengan perbaikan secara terus menerus;

17) Penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan air bersih atau air

minum, air limbah domestik (sanitasi), drainase, jalan lingkungan;

18) Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi air minum dan

sanitasi melalui kerja sama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat;

19) Penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarkat miskin dan rawan

air;

20) Penyelenggara pembangunan prasarana dan sarana air minum,

sanitasi, drainase lingkungan, jalan lingkungan;

21) Pembinaan teknis dan manajemen pengelolaan air bersih perdesaan;

22) Pelaksanaan pengesahan pemanfaatan ruang, perumahan dan

kawasan permukiman serta rekomendasi teknis Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya;

23) Pelaksanaan pengawasan atas pemanfaatan Penataan Ruang

perumahan dan kawasan permukiman serta pertimbangan teknik

sesuai perizinan dan peraturan yang berlaku;

24) Pelaksanaan koordinasi dan pembinaan serta pemantauan dan

evaluasi terhadap perkembangan perumahan dan kawasan

permukiman terhadap pelaku perumahan;

25) Penyelenggara pembangunan prasarana dan sarana Ruang Terbuka

Hijau (RTH);

26) Pembinaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya.

b) Misi dan Visi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang

Misi dan visi adalah satu kesatuan dimana misi merupakan alasan mengapa

suatu organisasi hadir. Adanya misi juga menentukan visi dari suatu organisasi

yaitu arah kemana organisasi itu akan dibawa. Sehingga, misi dari suatu

organisasi sifatnya statis, sedangkan visi lebih bersifat fleksibel karena visi sangat

tergantung pada sosok pemimpin organisasi (Nugroho, 2008:496). Adapun dalam

hal ini, dengan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki oleh

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang,

maka mengacu pada Renstra Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

71

Page 88: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

15

Karya Kabupaten Malang Kabupaten Malang Tahun 2016-2021, visi yang

ditetapkan adalah “Terwujudnya penataan ruang, tata bangunan dan lingkungan

yang berkualitas”. Sedangkan, misi yang telah dirumuskan untuk mencapai visi

tersebut antara lain:

1) Mewujudkan pengelolaan ruang wilayah kabupaten malang yang

berkualitas;

2) Mewujudkan pengelolaan bangunan gedung pemerintah dan

masyarakat yang berkualitas;

3) Mewujudkan peningkatan prasarana dan sarana dasar permukiman

masyarakat yang berkualitas;

4) Mewujudkan peningkatan kualitas kebersihan dan keasrian kawasan

perkotaan yang berkualitas.

c) Struktur Organisasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang dalam menjalankan tugas dan kewenangannya dilengkapi dengan struktur

organisasi yang telah ditetapkan melalui Peraturan Bupati Kabupaten Malang No.

62 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta

Tata Kerja Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang. Berdasarkan peraturan tersebut, dijelaskan bahwa struktur organisasi

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

terdiri dari:

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, membawahi:

a) Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Keuangan;

b) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;

72

Page 89: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

16

3. Bidang Perumahan, membawahi:

a) Seksi Rumah Umum, Khusus dan Komersial;

b) Seksi Rumah Swadaya;

c) Seksi Pengendalian Ruang dan Bangunan;

4. Bidang Permukiman, membawahi:

a) Seksi Pengembangan Prasarana Air Minum;

b) Seksi Penanganan Limbah Domestik;

c) Seksi Prasarana Lingkungan;

5. Bidang Penataan Ruang dan Penataan Bangunan, membawahi:

a) Seksi Perencanaan Penataan Ruang;

b) Seksi Penyediaan dan Penataan Bangunan;

c) Seksi Pemanfaatan Ruang dan Bangunan.

6. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Air Limbah Domestik

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertamanan

Adapun, secara lebih jelasnya, berikut disajikan gambar 9 tentang bagan

struktur organisasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang:

73

Page 90: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

17

Gambar 9: Bagan Struktur Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang

Sumber : Peraturan Bupati Kabupaten Malang No. 62 Tahun 2016

Berdasarkan gambar 9 dapat diketahui bahwa Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang dipimpin oleh seorang Kepala

Dinas yang membawahi sekretariat, tiga bidang dan UPT. Masing-masing bagian

tersebut memiliki deskripsi kerja yang berbeda-beda. Adapun menurut Renstra

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

Kabupaten Malang Tahun 2016-2021, deskripsi kerja dari setiap bagian pada

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepala Dinas memiliki tugas memimpin Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya dalam rangka perumusan kebijakan

organisasi, tata laksana perkantoran, penyusunan rencana anggaran

rutin berdasarkan skala prioritas pembangunan dan manajemen

pelaksanaan pembangunan, pengendalian teknik pembangunan,

monitoring dan evaluasi, pelaporan, pembinaan pegawai, pengelolaan

74

Page 91: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

18

dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan serta melaksanakan tugas-

tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Sekretariat memiliki tugas melaksanakan koordinasi perencanaan,

evaluasi dan pelaporan program Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya, pengelolaan urusan kepegawaian,

urusan umum yang meliputi kegiatan surat menyurat, penggandaan,

perlengkapan rumah tangga, hubungan masyarakat, urusan keuangan

serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan bidang tugasnya. Sedangkan, fungsi dari sekretariat

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya antara lain:

a. Perencanaan kegiatan kesekretariatan;

b. Pengelola urusan administrasi kepegawaian, kesejahteraan dan

pendidikan pelatihan pegawai;

c. Pengelolaan urusan rumah tangga, keprotokolan dan hubungan

masyarakat;

d. Penyelenggaraan pengelolaan administrasi keuangan dan kekayaan

daerah;

e. Penyelenggaraan kegiatan surat menyurat, pengetikan,

penggandaan, kearsipan;

f. Pengelolaan administrasi perlengkapan dan mengurus

pemeliharaan, kebersihan dan keamanan kantor;

g. Pengkoordinasian dan penyusunan rencana pembangunan, evaluasi

dan pelaporan.

3. Bidang Perumahan memiliki tugas merumuskan kebijakan dan

melakukan koordinasi terhadap pelaksanaan rumah umum, rumah

komersial, rumah susun dan rumah khusus, data rumah dan kawasan

permukiman berbasis Teknologi Informasi (TI) serta melaksanakan

tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

bidang tugasnya. Sedangkan, fungsi dari bidang perumahan antara

lain:

a. Pengumpulan dan penyediaan data, informasi sebagai bahan

pengendalian pelaksanaan dan pengelolaan rumah umum, rumah

komersial, rumah susun, rumah khusus dan;

b. Perencanaan pencadangan lahan rumah umum dan rumah

komersial;

c. Pelaksanaan fasilitasi bantuan Prasarana Sarana dan Utilitas (PSU)

rumah umum, rumah komersial, rumah susun dan rumah khusus;

d. Pelaksanaan fasilitasi perencanaan dan pembangunan, rumah

umum dan komersial, rumah susun dan rumah khusus;

e. Pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan, kebijakan

strategis, program dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan

Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK), rumah umum dan

komersial, pembiayaan, rumah susun, rumah khusus;

75

Page 92: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

19

f. Pengumpulan data dan informasi sebagai bahan penyusunan

prosedur pengelolaan, pemanfaatan dan perizinan perumahan dan

kawasan permukiman;

g. Fasilitasi penyerahan PSU perumahan dan kawasan permukiman;

h. Perencanaan program dan administrasi kerja sama kegiatan

tanggung jawab sosial badan usaha atau Corporate Social

Responsibility (CSR).

4. Bidang Permukiman memiliki tugas yaitu merumuskan Rencana

Strategus dan menyelenggarakan pengelolaan program atau kegiatan

bidang permukiman serta melaksanakan tugas-tugas lain yang

diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sedangkan, fungsi dari bidang permukiman adalah:

a. Menyusun Rencana Strategis bidang Permukiman dan

melaksanakan perencanaan bidang permukiman;

b. Melaksanakan program atau kegiatan pembangunan bidang

permukiman;

c. Melaksanakan pelayanan bidang permukiman;

d. Monitoring evaluasi dan pelaporan bidang permukiman.

5. Bidang Penataan Ruang dan Penataan Bangunan memiliki tugas yaitu

merumuskan Rencana Strategis dan menyelenggarakan pengelolaan

program atau kegiatan bidang penataan ruang dan penataan bangunan

serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan bidang tugasnya. Sedangkan fungsi dari bidang

penataan ruang dan penataan bangunan antara lain:

a. Menyusun Rencana Strategis bidang penataan ruang dan penataan

bangunan;

b. Melaksanakan perencanaan bidang penataan ruang dan penataan

bangunan;

c. Melaksanakan program atau kegiatan pembangunan, pemeliharaan

dan pengelolaan bidang penataan ruang dan penataan bangunan;

d. Melaksanakan pelayanan bidang penataan ruang dan penataan

bangunan;

e. Monitoring evaluasi dan pelaporan bidang penataan ruang dan

penataan bangunan;

f. Pelaksanaan Sertifikasi Kepemilikan Bangunan Gedung

(SKBG).

6. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Air Limbah Domestik memiliki tugas

yaitu melaksanakan sebagian dari tugas Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya dalam menyelenggarakan pelayanan dan

pengelolaan Air Limbah Domestik. Sedangkan fungsi dari Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Air Limbah Domestik yaitu:

a. Pelaksanaan fasilitas pelayanan dan pengelolaan Air Limbah

Domestik;

76

Page 93: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

20

b. Pelaksanaan pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

pengelolaan Air Limbah Domestik;

c. Pelaksanaan pemungutan dan pengelolaan administrasi retribusi

pengelolaan air limbah domestik sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertamanan memiliki tugas yaitu

melaksanakan sebagian dari tugas Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya dalam pengembangan pembangunan

peningkatan operasional pemeliharaan dan pengawasan taman kota dan

jalur hijau beserta aksesorisnya. Sedangkan fungsi dari Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Pertamanan antara lain:

a. Melaksanakan perencanaan, pengembangan, pembangunan,

peningkatan, operasional, pemeliharaan dan pengawasan taman

kota dan jalur hijau beserta aksesorisnya guna menunjang

keindahan kota;

b. Menyusun dan menyelenggarakan rencana anggaran operasional,

kebutuhan personal, peningkatan dan perluasan taman kota,

pemeliharaan taman dan makam serta jumlah prasarana dan sarana;

c. Melaksanakan inventarisasi pemetaan taman kota dan makam,

aksesori dan peralatan operasional pertamanan di seluruh wilayah

daerah;

d. Melaksanakan penataan dan pengadaan tanaman, pembibitan,

tanaman hias, pengadaan dan pemeliharaan aksesori taman,

penghijauan kota serta perawatan peralatan operasional

pertamanan.

B. Penyajian Data

1. Implementasi Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di

Kawasan Perkotaan Kepanjen

Permasalahan akan ketersediaan RTH yang belum memenuhi angka 30 %

dari yang telah ditentukan adalah salah satu fenomena yang dapat dijumpai di

kawasan perkotaan maupun wilayah kota. Upaya untuk mencapai luasan ideal

tersebut terus dilakukan dalam berbagai hal seperti salah satunya melalui program

pengelolaan RTH yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malang

melalui Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya. Mengacu pada

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

77

Page 94: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

21

Karya Kabupaten Malang tahun 2016-2021, program tersebut dimuat sebagai

salah satu program pembangunan daerah untuk mewujudkan visi Kabupaten

Malang periode tahun 2016-2021 yaitu “Terwujudnya Kabupaten Malang yang

Istiqomah dan Memiliki Mental Bekerja Keras Guna Mencapai Kemajuan

Pembangunan yang Bermanfaat Nyata untuk Rakyat Berbasis Perdesaan

(MADEP MANTEB MANETEP)” serta salah satu dari tujuh misi yang berbunyi

“Mengembangkan ketersediaan infrastruktur jalan, transportasi, telematika,

pengairan, permukiman dan prasarana lingkungan yang menunjang aktivitas sosial

kemasyarakatan”.

Adapun pada periode tahun 2010-2015, program pengelolaan RTH ini

sempat dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup yang saat ini berubah

menjadi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang serta Dinas Cipta Karya dan

Tata Ruang Kabupaten Malang. Namun, sejak memasuki periode tahun 2016-

2021, Program Pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan sepenuhnya telah

menjadi tanggung jawab dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang yang saat ini

dikenal sebagai Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang. Untuk mengetahui implementasi dari program tersebut,

berikut dijabarkan penjelasan tentang proses implementasi program pengelolaan

RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen yang mengacu pada tiga tahapan yaitu

interpretasi, pengorganisasian dan aplikasi.

78

Page 95: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

22

a) Interpretasi

Tahapan interpretasi dapat dimaknai sebagai tahapan dimana suatu

kebijakan yang bersifat abstrak dijabarkan ke dalam kebijakan yang lebih bersifat

teknis operasional untuk siap dijalankan oleh unsur pelaksana teknis di lingkup

pemerintahan daerah. Dalam hal ini, adanya program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan merupakan bentuk implementasi dari kebijakan penataan

ruang yaitu Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang

dilaksanakan dengan mengacu pada Renstra Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang Kabupaten Malang Tahun 2016-

2021. Pada tahapan ini juga dilakukan peninjauan terhadap beberapa kegiatan

dalam rangka untuk mendapatkan kesepahaman bersama, konsistensi tujuan dari

program sampai kegiatan pelaksanaan serta wujud sosialisasi yang dilakukan

dalam rangka memperoleh dukungan dan diketahui oleh publik. Oleh sebab itu,

pada tahapan ini, kegiatan-kegiatan yang ditinjau diantaranya dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Pemahaman antar Stakeholder

Stakeholder dalam konteks ini dapat dimaksudkan sebagai pihak-pihak

yang terlibat dalam pelaksanaan program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen. Pihak-pihak tersebut jelas memiliki andil dalam pelaksanaan program

tersebut, sehingga perlu dibangun kesepahaman bersama diantara pihak-pihak

yang terlibat tersebut. Adapun harapannya tidak lain adalah agar program

pengelolaan RTH yang dilaksanakan di Kawasan Perkotaan Kepanjen dapat

79

Page 96: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

23

dilaksanakan sebagaimana mestinya mengingat dengan adanya kesepahaman

bersama maka tujuan dari program tersebut dapat tercapai.

Adapun para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program pengelolaan

RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen ini antara lain meliputi pihak pemerintah

daerah melalui perangkat daerah terkait, masyarakat sekitar dan secara tidak

langsung juga melibatkan pihak pelaku usaha. Pemahaman dari para pihak

tersebut pun tentang adanya program ini menunjukkan bahwa terdapat

kesepahaman yang sama karena secara umum mereka menilai bahwa program ini

bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup melalui pemeliharaan RTH kota

secara optimal, sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Hal tersebut

dapat diketahui berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak X selaku

Kasi Bidang Penataan Ruang dan Penataan Bangunan Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang, bahwa:

“Tujuannya untuk mengoptimalkan dan pemeliharaan RTH kota, untuk

peningkatan kualitas lingkungan.” (Hasil wawancara pada tanggal 16

Februari 2017, pukul 9.11 WIB)

Sementara itu, Bapak Himawan selaku staf UPT Pengelolaan Taman

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

Kabupaten Malang juga memberikan pernyataan bahwa:

“Yang jelas untuk memberikan manfaat kepada masyarakat disekitarnya.

Manfaatnya itu tadi ya kita melihatnya dari mana yaa dari estetikanya kan

untuk menunjang keindahan kota, dari segi manfaat ya kalo yang taman

bermain yaa anak-anak bisa bermain disitu, kalo yang untuk lapangan ya

berarti untuk pengembangan hobi dan minat serta kita punya fungsi-fungsi

untuk pelestarian lingkungan hidup.” (Hasil wawancara pada tanggal 20

Februari 2017, pukul 10.38 WIB)

80

Page 97: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

24

Selain itu, dalam kesempatan wawancara dengan pihak Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Malang yaitu Bu Dyah selaku Kasubid Pemeliharaan

Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Malang juga memberikan penjelasan bahwa:

“Ya untuk menunjang kelestarian LH dimana kita kan kegiatan ini kalau di

DLH kan untuk menunjang kelestarian LH terus meningkatan peran serta

masyarakat dalam pengelolaan RTH. Lha ini masuk di program

pengelolaan RTH.” (Hasil wawancara pada tanggal 13 Februari 2017,

pukul 9.45 WIB)

Kemudian, pada kesempatan yang sama komunitas masyarakat bernama

Komunitas Arek Kepanjen (AK) juga memberikan pemahamannya mengenai

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Hal ini diungkapkan

oleh Cak Mad selaku ketua dari Komunitas Arek Kepanjen (AK), bahwa:

“Itu memang salah satu apa namanya, salah satu persyaratan karena untuk

menjadi kota itu minimal 30 persen dari luas wilayah itu harus ada RTH

nya. Nah jadi itu memang persyaratan jadi lumrah bukan suatu hal yang

istimewa nggak, semua kota seperti itu.” (Hasil wawancara pada tanggal

15 Maret 2017, pukul 14.20 WIB)

Berdasarkan pada keseluruhan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program pengelolaan RTH

di Kawasan Perkotaan Kepanjen telah memiliki pahaman yang mengarah pada

suatu hal dimana adanya program tersebut memang dilaksanakan untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup khususnya di Kawasan Perkotaan Kepanjen

melalui pengoptimalan pemeliharaan dan pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen dan sekaligus sebagai upaya nyata dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat sekitar serta mencapai luasan RTH minimal 30 % di Kawasan

Perkotaan Kepanjen.

81

Page 98: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

25

2) Konsistensi Tujuan

Suatu program agar dapat berjalan dengan semestinya, maka harus

ditunjang dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan. Adapun kegiatan-kegiatan

tersebut harus mencerminkan pula tujuan awal dari program yang hendak dicapai,

sehingga terwujud adanya konsistensi tujuan dari program sampai pelaksanaan

kegiatan. Dalam hal ini, adanya program pengelolaan RTH yang diterapkan di

Kawasan Perkotaan Kepanjen juga diharapkan memiliki tujuan yang konsisten

dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaannya.

Menurut Renstra Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang tahun 2016-2021, program pengelolaan RTH

merupakan salah satu program yang dirancang untuk mencapai tujuan akan

meningkatnya pengelolaan RTH kawasan perkotaan yang ditandai oleh

meningkatnya pengembangan dan pemeliharaan RTH kawasan perkotaan.

Berdasarkan tujuan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan tersebut merupakan

tujuan awal yang dirumuskan untuk melestarikan lingkungan hidup khususnya di

kawasan perkotaan dengan harapan RTH kawasan perkotaan dapat terpelihara

secara optimal dan bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Sekaligus sebagai upaya

nyata untuk mencapai luasan RTH minimal 30 % di Kawasan Perkotaan

Kepanjen.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, program pengelolaan RTH kemudian

diimplementasikan melalui berbagai bentuk kegiatan pelaksanaan yang terdiri dari

dua macam kegiatan. Selanjutnya, untuk mengetahui konsistensi tujuan dari

82

Page 99: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

26

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen, maka dalam hal ini

diperlukan peninjauan terhadap tujuan dari kegiatan pelaksanaan program

tersebut. Adapun beberapa kegiatan pelaksanaan dari program tersebut dapat

ditinjau dari Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang tahun 2016-2021 yaitu:

a. Kegiatan pemeliharaan RTH

Kegiatan pemeliharaan RTH merupakan kegiatan dari program

pengelolaan RTH yang telah dirumuskan di dalam Rencana Strategis (Renstra)

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

tahun 2016-2021. Secara teknis, tujuan dari kegiatan ini tidak dijelaskan pada

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang tahun 2016-2021. Namun, informasi seputar kegiatan

pemeliharaan RTH beserta tujuannya dapat dipahami melalui pernyataan yang

diungkapkan oleh Bapak X selaku Kasi Bidang Penataan Ruang dan Penataan

Bangunan Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang bahwa:

“Penyediaaan RTH kota sehingga mencapai 30% (tiga puluh persen) dari

luas perkotaan, dengan mengembangkan RTH pekarangan, RTH taman

dan hutan kota, RTH jalur hijau jalan dan RTH fungsi tertentu, dan

pengawasan, perawatan dan pemeliharaan kondisi RTH agar dapat

berfungsi sebagaimana mestinya.” (Hasil wawancara pada tanggal 16

Februari 2017, pukul 9.12 WIB)

Selain itu, informasi tambahan tentang kegiatan pelaksanaan dari program

pengelolaan RTH juga didukung dengan pernyataan yang diungkapkan oleh

83

Page 100: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

27

Bapak Himawan selaku Staf UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang bahwa:

“Kita punya Taman Kehati. Taman itu keanekaragamanhayati lah disitu

kita punya tanaman macam-macam jadi semacam museum untuk tanaman

tapi hidup semua bukan yang sudah mati tapi yang masih hidup.

Kemudian kita punya juga Taman Puspa, sama seperti Taman Kehati cuma

disini isinya tanaman hias. Nah itu juga ada nilai edukasinya. Jadi selain

kegiatan penanaman juga pemeliharaan. Selain itu kalau ada kegiatan apa

namanya edukasi bisa diperkenalkan juga ini tanaman apa, cuma kita kan

tau ya anak sekarang pengetahuan terhadap tanaman-tanaman kan kurang

sekali ya, coba mbak tahu tanamannya buah sirsat seperti apa, tanaman

buah sawo itu seperti apa, kan jarang yang tau. Yang tau ya buah itu ada di

pasar seperti itu modelnya, tanamannya seperti apa kita gak tau. Cara

pembibitannya, cara pengembangannya sampai berbuah seperti apa juga

tidak pernah ada akses kan kesitu, nah disini kita bisa menerapkan seperti

itu.” (Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.39 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa narasumber, dapat

disimpulkan bahwa secara umum kegiatan pelaksanaan dari program pengelolaan

RTH berupa pemeliharaan RTH ini diarahkan untuk mengembangkan

ketersediaan RTH kota melalui penanaman sampai pemeliharaan taman agar dapat

mencapai luasan ideal sebesar 30 % khususnya dari total luas Perkotaan

Kepanjen. Selain itu, kegiatan ini juga sekaligus sebagai sarana edukasi bagi

masyarakat sekitar agar memiliki pengetahuan tentang mengelola tanaman.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

mengembangkan ketersediaan RTH khususnya di Kawasan Perkotaan Kepanjen

melalui pengawasan, perawatan dan pemeliharaan kondisi RTH agar kualitas

RTH semakin meningkat serta membuka pengetahuan masyarakat sekitar tentang

mengelola tanaman, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan akan hal

tersebut.

84

Page 101: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

28

b. Kegiatan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan RTH

Adapun untuk kegiatan peningkatan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan RTH ini sebelumnya merupakan kegiatan dari program pengelolaan

RTH yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, adanya kegiatan peningkatan peran serta

masyarakat dalam pengelolaan RTH ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki

peran aktif dalam upaya menghijaukan kawasan perkotaan dan mendorong

masyarakat agar memiliki kesadaran dalam menjaga lingkungan hidup yang ada

disekitarnya. Sama seperti halnya kegiatan pemeliharaan RTH, tujuan dari

kegiatan ini juga tidak dijelaskan secara jelas pada Rencana Strategis (Renstra)

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

tahun 2016-2021 maupun dalam Review Renstra Dinas Lingkungan Hidup tahun

2011-2015. Namun, tujuan dari kegiatan tersebut dapat diketahui berdasarkan

dukungan pernyataan dari Ibu Dyah selaku Kasubid Pemeliharaan Lingkungan

Hidup DLH Kabupaten Malang, bahwa:

“Untuk menunjang kelestarian LH dan meningkatan peran serta

masyarakat dalam pengelolaan RTH disini kegiatan aksinya berupa

pengadaan pohon di Kakija (kanan kiri jalan) di kepanjen. Kita tujuannya

kan untuk mendukung kegiatan adipura itu. Jadi disini kila LH kan

pengadaan, lah yang peran serta masyarakatnya itu dia dalam

penanamannya, pemeliharaannya seperti itu.” (Hasil wawancara pada

tanggal 13 Februari 2017, pukul 9.46 WIB)

Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa saat program pengelolaan

RTH dengan kegiatan peningkatan peran serta masyarakat dilaksanakan oleh

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, wujud nyata atas partisipasi

masyarakat dalam mengelola RTH ialah dengan melakukan kegiatan penanaman

85

Page 102: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

29

sampai pemeliharaan. Sedangkan pihak dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Malang dalam hal ini hanya bertindak sebagai penyedia melalui pengadaan bibit-

bibit tanaman maupun pohon di Kakija (kanan kiri jalan) yang diutamakan di

Kepanjen. Aksi tersebut sekaligus sebagai upaya nyata yang bertujuan dalam

rangka mendukung kegiatan adipura yang difokuskan di Kawasan Perkotaan

Kepanjen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini memiliki tujuan untuk

melestarikan lingkungan hidup melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam

mengelola RTH serta mendukung pelaksanaan dari kegiatan adipura yang

difokuskan di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

Berdasarkan keseluruhan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

dari dilaksanakannya program pengelolaan RTH telah dijelaskan secara jelas

dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang tahun 2016-2021. Namun, untuk tujuan dari

kegiatan-kegiatan pelaksanaan program tersebut tidak dirumuskan dalam Rencana

Strategis (Renstra) Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang tahun 2016-2021. Sehingga, untuk mengetahui konsistensi

tujuan program hingga kegiatan pelaksanaannya dilakukan dengan meninjau hasil

wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Adapun, hasilnya menunjukan

bahwa program pengelolaan RTH memiliki tujuan untuk meningkatkan

pengelolaan RTH kawasan perkotaan yang ditandai oleh meningkatnya

pengembangan dan pemeliharaan RTH kawasan perkotaan. Kemudian,

berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai pihak terkait menunjukan bahwa

tujuan dari masing-masing kegiatan pelaksanaan adalah untuk mengembangkan

86

Page 103: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

30

ketersediaan RTH dan melestarikan lingkungan hidup melalui peningkatan peran

serta masyarakat dalam mengelola RTH. Selain itu, terdapat pula serta tujuan

tambahan lainnya seperti mendukung kegiatan adipura dan memberikan sarana

edukasi kepada masyarakat sekitar.

3) Sosialisasi Program

Sebuah program harus disosialisasikan guna mendapatkan dukungan dan

diketahui oleh seluruh pihak khususnya masyarakat. Hal ini juga sekaligus

sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi atas upaya yang dilakukan oleh

pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan dan pembangunan di daerah.

Adanya kegiatan sosialisasi juga dapat dipandang sebagai suatu sarana untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memberikan aspirasinya terhadap

pembangunan daerah. Sehingga harapannya dari pihak masyarakat terdapat suatu

dorongan untuk turut serta dalam rangka mensukseskan implementasi dari sebuah

program.

Program pengelolaan RTH yang dilaksanakan di Kawasan Perkotaan

Kepanjen pun juga disosialisasikan dengan maksud yang demikian. Selain sebagai

bentuk akuntabilitas dan transparansi upaya Pemerintah Kabupaten Malang, juga

sebagai bentuk agar program tersebut dapat diketahui dan didukung oleh

masyarakat. Adapun wujud kongkritnya ialah seperti yang diungkapkan oleh

Bapak Himawan selaku staf UPT Pengelolaan Taman bahwa:

“Kalau tahun lalu ya yang sudah berjalan karena kami kan masih baru ya.

Kalau tahun lalu kita mengumpulkan masyarakat disekitar ini di Kepanjen

bersama AK, dengan greencom terus dari kelurahan-kelurahan kita

kumpulkan disini terus ngomong kita itu ngobrol semacam sarasehan gitu,

kita punya program seperti ini, Kepanjen itu punya cita-cita seperti ini dan

87

Page 104: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

31

dari masyarakat itu kira-kira ada masukan apa, yang bagus yang gimana,

yang kurang bagus yang seperti apa terus masyarakat punya keinginan

seperti apa, kita tampung suaranya, kita wadahi ya lalu kita wujudkan

dalam bentuk program. Tahun 2016 adalah yang pertama dilaksanakan

tapi pernah tau juga ya kalo ada bentuk yang lain yang isinya serupa itu

kan juga ada mungkin dalam grup yang lebih kecil atau dalam kelompok

yang lebih kecil.” (Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2017, pukul

10.40 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa sosialisasi

dari program pengelolaan RTH yang dilaksanakan pada tahun 2016 adalah

pelaksanaan yang pertama. Sosialisasinya pun dilaksanakan dengan cara

membentuk suatu forum yang dihadiri oleh beberapa pihak seperti pihak dari

dinas terkait, pihak kelurahan dan kelompok masyarakat. Acaranya pun terkait

seputar kegiatan pengenalan program serta mewadahi segala aspirasi dari

masyarakat.

Selanjutnya, harapan agar adanya sosialisasi dari program ini dapat

diketahui dan didukung oleh masyarakat pun juga dapat diketahui berdasarkan

pernyataan dari Cak Mad selaku ketua dari Komunitas Arek Kepanjen (AK),

bahwa:

“Mendukung ya apalagi kita pernah mengupayakan untuk Taman

Condong yang ada di depan stasiun itu untuk dibangun ternyata sudah

dibangun. Kalau untuk RTH kita selama ini baru derlink aja kemudian kita

sering diskusi dengan Dinas Lingkungan Hidup. Kalau Cipta Karya ya

biasanya ya dengan Cipta Karya terus kita ada tiap bulan itu ada bersih

kuburan, itu juga dengan Cipta Karya. Jadi, tiap akhir bulan kita keliling

dengan kuburan satu ke kuburan lain untuk membersihkan kuburan karena

pada dasarnya kuburan itu sendiri kalo dikelola dengan baik bisa jadi

RTH.” (Hasil wawancara pada tanggal 15 Maret 2017, pukul 14.22 WIB)

88

Page 105: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

32

Berdasarkan keseluruhan data yang diperoleh terkait dengan sosialisasi

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen, dapat disimpulkan

bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak terkait pada tahun 2016

adalah yang pertama. Adapun dalam pelaksanaannya, sosialisasi program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen dilakukan dengan membentuk

suatu forum yang dihadiri oleh berbagai pihak salah satunya dari pihak kelompok

masyarakat yaitu Komunitas Arek Kepanjen. Adanya sosialisasi tersebut telah

membuat komunitas tersebut mengetahui bahwa Pemerintah Kabupaten Malang

melalui dinas terkait tengah berupaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen yang direalisasikan melalui program

pengelolaan RTH. Bahkan dengan adanya sosialisasi tersebut, Komunitas Arek

Kepanjen juga turut serta dalam implementasi program pengelolaan RTH secara

tidak langsung dengan memberikan dukungan berupa aksi nyata yaitu

memberikan aspirasi tentang pembangunan Taman Condong serta kegiatan bersih

makam yang dilakukan pada setiap akhir bulan.

b) Pengorganisasian

1) Pembagian Tugas antar Stakeholder

Pembagian tugas tentunya sangat penting dilakukan dalam

mengimplementasikan sebuah program apabila pihak yang terlibat lebih dari satu.

Mengacu pada hal tersebut, adanya kegiatan implementasikan program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen ini juga dilakukan pembagian

tugas lantaran melibatkan banyak pihak. Pembagian tugas tersebut dilakukan

berdasarkan kompetensi masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan dari

89

Page 106: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

33

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Adapun dalam

mengimplementasikan program ini, pihak-pihak tersebut mengemban tugas yang

berbeda-beda. Bu Dyah Selaku Kasubid Pemeliharaan Lingkungan Hidup DLH

Kabupaten Malang memberikan penjelasan tentang pihak-pihak yang terlibat

sebagai berikut:

“Untuk menunjang kegiatan adipura kita kan bersinergi lintas SKPD

(kalau dulu istilahnya SKPD, sekarang PD) itu kan tidak bisa DLH sendiri,

lah itu bersinergi dengan DCKTR, Dinas Pengairan, semua. Lah disini

juga di dalam DLH itu kita bersinergi antar bidang seperti itu, kan yang

kemarin untuk menangani RTH itu kan bidangnya bidang pemantauan dan

pemulihan trus yang nangani adipura itu bidang pengembangan kapasitas

kelembagaan (PKK).” (Hasil wawancara pada tanggal 13 Februari 2017,

pukul 9.47 WIB)

Kemudian informasi lainnya juga diungkapkan oleh Bapak Himawan

selaku Staf UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

dan Cipta Karya Kabupaten Malang, bahwa:

“Kalau dulu kita kan keterikatannya banyak, ada dari BLH, ada yang

memberikan CSR dari pertamina juga ada, dari kehutanan juga ada.

Banyak mbak, jadi tidak menutup kemungkinan hanya kalau RTH

hubungannya berarti cuma dengan di taman, enggak, di tata bangunan dan

penataan ruang juga ada hubungannya, kawasan permukiman juga ada

karena kan gak mungkin kawasan permukiman terlepas dari RTH juga gak

mungkin kan, itu kan salah satu fasilitas ya.” (Hasil wawancara pada

tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.38 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dari dua narasumber tersebut, dapat

diketahui bahwa implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen sejauh ini melibatkan banyak pihak, baik yang bersifat langsung

maupun tidak langsung. Selain melibatkan masyarakat, kegiatan

mengimplementasikan program tersebut juga melibatkan beberapa perangkat

daerah di lingkup Kabupaten Malang serta pelaku usaha. Pihak-pihak tersebut

90

Page 107: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

34

mengemban tugas yang berbeda-beda. Untuk mengetahui tugas dari masing-

masing pihak berikut disajikan pernyataan dari Bu Dyah Selaku Kasubid

Pemeliharaan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang

yang mengemukakan bahwa:

“Kita tujuannya kan untuk mendukung kegiatan adipura itu. Jadi disini

kita LH kan pengadaan, lah yang peran serta masyarakatnya itu dia dalam

penanamannya, pemeliharaannya seperti itu.” (Hasil wawancara pada

tanggal 13 Februari 2017, pukul 9.48 WIB)

Kemudian pernyataan dari Bapak Himawan selaku Staf UPT Pengelolaan

Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang, bahwa:

“Yaa kita kan terbatas ya karena kita yang mengelola, mereka yang

mendatangkan CSR nya ya mereka yang dibutuhkan apa, tempatnya kalau

dikatakan kehutanan ada CSR mau nanem pohon sekian ribu, kita

nyarikan tempatnya dimana nanti, kita survey bareng, yang dibutuhkan apa

oo.. butuh digali, butuh ditandai, kita nyiapkan. Jadi mereka itu dalam

lingkup mencarikan CSR nya kemudian memantau, jadi kan mereka yang

nanem juga ingin tahu gimana sih tanamanku kan gitu.” (Hasil wawancara

pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.39 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa narasumber, dapat diketahui

bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program pengelolaan RTH

ada yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan deskripsi tugas dari

masing-masing pihak juga telah jelas. Adapun pihak yang terlibat secara langsung

adalah Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang, Dinas Lingkungan Hidup beserta masyarakat. Masing-masing pihak

tersebut mengemban tugas yang berbeda-beda seperti Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang melalui UPT Pengelolaan

Taman yang bertugas sebagai pelaksana utama bagi program pengelolaan RTH,

91

Page 108: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

35

Dinas Lingkungan Hidup bertugas dalam meningkatkan peran serta masyarakat

melalui kegiatan pengadaan tanaman serta masyarakat yang memiliki tugas untuk

memelihara dan merawat tanaman yang telah ditanam.

Sedangkan, pihak yang terlibat secara tidak langsung dalam hal ini adalah

perangkat daerah lainnya seperti Dinas Kehutanan serta pihak pelaku usaha. Pada

pelaksanaan program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen sempat

terdapat pihak pelaku usaha yang mendukung program pengelolaan RTH dengan

memberikan ribuan bibit pohon untuk ditanam di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

Hal tersebut dilakukan oleh pihak pelaku usaha sebagai bentuk tanggung jawab

sosial perusahaan kepada lingkungan (Corporate Social Responsibility).

Sementara itu, untuk mendatangkan pihak pelaku usaha tersebut dalam hal ini

dibantu oleh pihak Dinas Kehutanan Kabupaten Malang.

2) Koordinasi antar Stakeholder

Adanya koordinasi sangat dibutuhkan untuk menjamin pencapaian tujuan

dari program penglolaan RTH. Hal ini mengingat antar pihak yang terlibat dengan

tugas yang berbeda-beda, saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan yang

dikehendaki bersama. Adapun dalam pelaksanaan program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen ini juga dilakukan koordinasi dengan beberapa

pihak yang terlibat. Pihak-pihak tersebut melakukan koordinasi karena

mengemban tugas yang berbeda-beda. Adanya hal tersebut secara otomatis telah

menciptakan suatu usaha saling membantu dan melengkapi satu sama lain,

sehingga usaha untuk mencapai tujuan dari program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen dapat tercapai dengan cepat.

92

Page 109: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

36

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Bu Dyah selaku Kasubid

Pemeliharaan Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Malang bahwa:

“Ya kita tadi itu untuk misalnya khusus untuk RTH ya kita kan untuk

menentukan tanaman apa sih sama titik-titik lokasinya nanti dimana itu

koordinasi sama kecamatan, sama desa, sama masyarakat disitu. Kan kita

untuk jenis tanamannya kan menyesuaikan dengan masyarakat disana. Jadi

bukan kita yang menentukan misalnya masyarakat situ pingin mangga,

pingin sirsat lah kita ada kemauan masyarakat dan lokasi yang akan

ditanami itu. Jadi nanti kan masyarakat ada timbal balik, soalnya

masyarakat punya kewajiban untuk memelihara tadi.” (Hasil wawancara

pada tanggal 13 Februari 2017, pukul 9.49 WIB)

Serta pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Himawan selaku Staf

UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang, bahwa:

“Ya kita kan terbatas ya karena kita yang mengelola, mereka yang

mendatangkan CSR nya ya mereka yang dibutuhkan apa, tempatnya kalau

dikatakan kehutanan ada CSR mau nanem pohon sekian ribu, kita

nyarikan tempatnya dimana nanti, kita survei bareng, yang dibutuhkan apa

oo.. butuh digali, butuh ditandai, kita nyiapkan. Jadi mereka itu dalam

lingkup mencarikan CSR nya kemudian memantau, jadi kan mereka yang

nanem juga ingin tau gimana sih tanamanku kan gitu.” (Hasil wawancara

pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.39 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dimaknai bahwa pihak-pihak

yang terlibat dalam pelaksanaan program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen melakukan koordinasi dalam berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan

tersebut seperti dalam upaya penanaman pohon oleh masyarakat sekitar. Dalam

hal ini, pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang melalukan koordinasi

dengan pihak kecamatan, desa dan masyarakat untuk menentukan jenis bibit

tanaman yang akan ditanam, sehingga pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Malang selaku penyedia bibit tanaman dapat menyesuaikan dan menyediakan

93

Page 110: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

37

bibit tanaman sesuai dengan keinginan dari masyarakat setempat. Hal tersebut

juga mengingat bahwa masyarakat sekitar memiliki kewajiban untuk melakukan

kegiatan penanaman hingga pemeliharaan. Sedangkan, untuk penentuan lokasi

penanaman bibit tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang

berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan desa karena pihak tersebut adalah

yang paling mengetahui tentang kondisi fisik di wilayahnya, sehingga dapat

menentukan lokasi mana yang tepat untuk dilakukan kegiatan penanaman bibit

tanaman.

Selain itu, koordinasi juga dilakukan pada kegiatan yang sama yaitu

penanaman bibit pohon, tetapi dalam hal ini pihak yang dilibatkan adalah sektor

privat. Diketahui bahwa Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang bertindak sebagai pengelola RTH terutama di Kawasan

Perkotaan Kepanjen. Untuk menunjang kegiatan pengelolaan RTH tersebut, Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Malang dalam rangka

mendatangkan CSR dari sektor privat. Dalam hal ini, pihak sektor privat

memberikan bantuan berupa penyediaan ribuan bibit pohon dan penentuan lokasi

penanamanya dilakukan oleh pihak Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang.

3) Ketersediaan Petunjuk Pelaksanaan

Adanya petunjuk atau pedoman pelaksanaan juga menjadi salah satu hal

penting dalam pelaksanaan program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen sebab ketersediaannya dapat membantu pihak pelaksana dalam

94

Page 111: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

38

bertindak untuk mencapai tujuan dari program tersebut. Adapun program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen dilaksanakan dengan mengacu

pada Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan Undang-

undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Berdasarkan kedua kebijakan tersebutlah, program pengelolaan RTH ini

diadakan terutama di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Namun, kedua kebijakan

tersebut masih bersifat umum dan harus diterjemahkan lagi ke dalam kebijakan

yang lebih bersifat teknis operasional agar dapat menjadi pedoman teknis bagi

pihak pelaksana dalam mengimplementasikan program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen. Oleh sebab itu, Bu Dyah selaku Kasubid

Pemeliharaan Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Malang memberikan

keterangan bahwa:

“Kan untuk nama programnya, ini sudah ada berdasarkan kita acuannya

Permendagri tentang kode-kode rekening. Kalo RTH landasannya UU No.

26 tahun 2007, UU No. 32 tahun 2009, PP No. 63 tahun 2002, Permen PU

No. 5 tahun 2008, Permendagri No. 1 tahun 2007, Instruksi Menteri PU

No. 31 tahun 1991, Perda Jawa Timur No. 2 tahun 2006, Perda Kab.

Malang No. 6 tahun 2008, Perda Kab. Malang No. 3 tahun 2010, DPPA-

SKPD BLH Kab. Malang No.930/128/DPPA/421.119/2015, Keputusan

Kepala BLH Kab. Malang No. 180/571/KEP/421.206/2015.” (Hasil

wawancara pada tanggal 13 Februari 2017, pukul 9.50 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa adanya

Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan Undang-

undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup yang menengarai dilaksanakannya program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen ternyata masih diperjelas dengan beberapa kebijakan

95

Page 112: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

39

dibawahnya. Kebijkan tersebut merupakan kebijakan yang dibuat oleh unsur

penyelenggara pemerintahan dari pusat hingga daerah. Secara umum, setelah

diundangkannya kebijakan penataan ruang pada tahun 2007 serta kebijakan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tahun 2009, terdapat

kebijakan penjelas dibawahnya yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

melalui Permendagri No. 1 tahun 2007 Tentang Penataan RTH di Kawasan

Perkotaan serta kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum melalui

Permen PU No. 5 tahun 2008 Tentang Pedoman, Penyediaan dan Pemanfaatan

RTH di Kawasan Perkotaan. Kemudian, dari tingkat pusat kebijakan tersebut

diperjelas lagi dengan adanya peraturan daerah yang dibuat oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Malang. Peraturan daerah tersebut adalah Peraturan Daerah

Kabupaten Malang No. 6 tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah Kabupaten Malang Tahun 2005-2025 serta Peraturan Daerah

Kabupaten Malang No. 3 tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Malang.

Sementara itu, selama kegiatan penelitian berlangsung, peneliti

memperoleh pemahaman bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 3 tahun

2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang juga diperjelas

dengan adanya kebijakan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK), yang

tidak lain merupakan tindak lanjut atas kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah

tersebut. Sehingga, pada setiap kawasan di Kabupaten Malang harus memiliki

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK). Namun, untuk saat ini

Kabupaten Malang masih memiliki satu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

96

Page 113: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

40

(RDTRK) yaitu Kawasan Perkotaan Kepanjen. Hal tersebut dapat diketahui dari

ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 5 tahun 2014 Tentang

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-

2034.

Kebijakan tersebut memuat beberapa hal khususnya tentang rencana

terperinci tentang tata ruang Kawasan Perkotaan Kepanjen diantaranya seperti

rencana pola ruang, ketentuan pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi. Adapun

untuk hal yang berkaitan dengan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen juga telah

diatur pada kebijakan ini melalui pembagian zona, sehingga terdapat zona RTH

kota dalam rencana pola ruang Kawasan Perkotaan Kepanjen. Adapun lebih

jelasnya, berikut disajikan gambar 10 tentang rencana pola ruang Kawasan

Perkotaan Kepanjen.

97

Page 114: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

41

Gambar 10 : Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Kepanjen

Sumber : Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang, 2014

Berdasarkan gambar 10 dan Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 5

tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan

Kepanjen Tahun 2014-2034, dapat diketahui bahwa luas zona untuk RTH kota

yang direncanakan adalah 559,87 hektar, yang notabene tersebar diseluruh sub

Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Kepanjen. Oleh sebab itu, dalam hal

pelaksanaan program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen juga

harus mengacu pada peraturan tersebut.

Namun, untuk mewujudkan rencana tersebut sekaligus melaksanakan

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen dibutuhkan acuan

98

Page 115: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

42

yang lebih bersifat operasional. Adapun acuan yang dimaksud dalam hal ini

adalah Rencana Strategis (Renstra) yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala

Dinas atau Badan sebab perangkat daerah merupakan unsur pelaksana teknis di

daerah. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Bu Dyah selaku

Kasubid Pemeliharaan Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Malang bahwa:

“Bukan juknis dek, kalo ini kan sudah ada apa kita mengacu pada renstra

(rencana strategi) itu kan sudah ada lima tahun seperti apa itu, acuannya

itu” (Hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.41 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dalam

mengimplementasikan program tersebut, dokumen yang dijadikan sebagai acuan

ialah Renstra. Rencana Strategis (Renstra) yaitu dokumen perencanaan strategis

perangkat daerah untuk periode 5 tahun. Adapun Renstra tersebut dijabarkan lagi

menjadi Rencana Kerja (Renja) yang disusun untuk jangka waktu 1 tahun.

Dengan demikian, berkaitan dengan ketersediaan pedoman atau petunjuk

pelaksanaan dari program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

yang sifatnya paling operasional dalam hal ini ialah Keputusan Kepala Dinas

melalui penetapan Rencana Strategis Dinas yang selanjutnya dijabarkan ke dalam

Rencana Kerja Dinas. Adapun pada Renja Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang telah tersusun indikator kinerja

sasaran dengan Standard Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dipenuhi di tahun

yang bersangkutan. Khususnya, dalam melaksanakan program pengelolaan RTH

pada Renja Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang tahun 2016 telah terumuskan indikator kinerja sasaran yaitu persentase

99

Page 116: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

43

(Taman Kota) RTH publik sebesar 20 % dari luas wilayah kota atau kawasan

perkotaan dengan SPM yang harus dipenuhi pada tahun 2015 adalah 0,15 %.

4) Sumber Daya

Sumber daya merupakan salah satu pendukung lainnya yang sangat

penting digunakan untuk menjamin suatu program yang diimplementasikan dapat

mencapai tujuan yang ditetapkan. Pada umumnya, suatu program tidak dapat

berjalan dengan baik jika pelaksanaannya tidak disertai dengan sumber daya

manusia, keuangan dan sarana maupun prasarana yang memadai. Oleh sebab itu,

untuk mendukung program pengelolaan RTH ini, maka dibutuhkan pula sumber

daya manusia, keuangan dan sarana maupun prasarana yang memadai. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai faktor kunci dalam

implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen sebab

tanpa sumber daya manusia, maka sumber daya yang lainnya tidak dapat

dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Adapun, sumber daya manusia yang

digunakan dalam implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen ini secara umum adalah seluruh aparatur yang ada pada Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang. Namun,

apabila ditinjau berdasarkan tupoksi dari setiap bidang pada dinas tersebut, maka

program pengelolaan RTH ini merupakan tanggung jawab dari Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang sejak tahun 2017.

100

Page 117: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

44

Secara umum, kondisi sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang dapat

ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Adapun dari segi kuantitasnya,

sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang pada tahun 2015 sebesar 451

orang. Sementara itu, dititinjau dari segi kualitasnya, sumber daya manusia yang

dimiliki oleh Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang dapat ditinjau berdasarkan data tentang kepegawaian sebagai

berikut:

Tabel 5: Kondisi Kepegawaian Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang Menurut Latar Belakang Pendidikan

Tahun 2015

Sumber : Laporan Kinerja Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Malang Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa secara kuantitas, sumber daya

manusia yang dimiliki Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

No. Jenjang Pendidikan PNS Kontrak Sub Total

1. S2 9 - 9

2. S1 41 26 67

3. D3 5 7 12

4. SLTA/Sederajat 120 118 238

5. SLTP 41 32 73

6. SD 33 19 52

Total 249 202 451

101

Page 118: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

45

Kabupaten Malang sejumlah 451 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 249 pegawai

yang berstatus PNS dan 202 pegawai yang berstatus non-PNS.

Sedangkan apabila ditinjau dari segi kualitas, Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang memiliki pegawai yang

sebagian besar menyelesaikan pendidikannya dalam jenjang SLTA/sederajat. Hal

ini diketahui bahwa jumlah lulusan SLTA/sederajat lebih tinggi dari pada jumlah

para pegawai yang menamatkan pendidikannya pada jenjang perguruan tinggi

yaitu sebesar 238 orang.

Disisi lain, program pengelolaan RTH yang diimplementasikan di

Kawasan Perkotaan Kepanjen juga melibatkan sumber daya manusia yang

diterjunkan ke lapangan untuk kegiatan pemeliharaan RTH dan sumber daya

manusia tersebut merupakan bagian dari UPT Pengelolaan Taman dari Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang yang

berbentuk tim. Adapun ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya, tim tersebut

secara umum memiliki kualitas yang dirasa sudah memadai meskipun secara

kuantitas masih menjadi kendala dalam pelaksanaan program ini. Untuk lebih

jelasnya, berikut kondisi kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang

dipaparkan oleh Bapak Himawan selaku Staf UPT Pengelolaan Taman Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang, bahwa:

“Kalau kita ngomongnya tentang SDM nya ya macem-macem ya dari

jumlah ada 42 orang di lapangan, pendidikan atau tingkat keterampilannya

atau dari apa yang dilihat kan berbeda-beda. Kan kadang kita tahu dia

masih SD tapi dia itu terampil dalam bidang tertentu, gitu jadi gak

selamanya yang dia itu pendidikannya lebih tinggi lalu keterampilannya

jadi tinggi itu enggak tapi ada kecenderungan seperti itu. Jadi kalau

seumpama dia yang merawat taman gitu ya, ini kan siapa saja bisa tapi

102

Page 119: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

46

harus dilatih dulu di Kepanjen setelah dilatih itu baru nanti ditempatkan

ditempat-tempat yang lain katakanlah kalau disini kan wilayahnya besar ya

ada Lawang, Singosari kadang sampai di Ngantang. Jadi sebelum mereka

disebar, di Kepanjen ditraining dulu setelah ditraining baru disebar.”

(Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.40 WIB)

Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa sumber daya manusia yang

menangani kegiatan teknis di lapangan memiliki latar belakang pendidikan yang

berbeda. Namun, untuk menghasilkan tingkat keterampilan yang memadai dan

sesuai dengan harapan, pihak UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang memberikan pelatihan

(training) kepada seluruh tim yang bertugas di lapangan sebelum tim tersebut

disebar ke seluruh tempat. Oleh sebab itu, ditinjau dari sudut pandang kualitas,

sumber daya manusia yang bertugas di lapangan dirasa memiliki kualitas yang

memadai karena pihak UPT Pengelolaan Taman DPKPCK Kabupaten Malang

telah berupaya untuk menjamin kualitas sumber daya manusianya melalui

pelatihan yang diberikan sebelumnya.

Sementara itu, sumber daya manusia yang bertugas di lapangan apabila

ditinjau dari segi kuantitas masih menjadi kendala. Hal ini diungkapkan oleh

Bapak Himawan selaku Staf UPT Pengelolaan Taman DPKPCK Kabupaten

Malang, bahwa:

“Dari tenaga kita yang ditanggung itu besar sekali per orangnya itu. Satu

orangnya itu mencapai 400 meter persegi dan itu pun masih kurang, masih

harus ditambah kegiatan disana dan disana yang sifatnya insidental karena

biar ada yang merawat dari tempat lain harus ditarik untuk LH jadi gitu.”

(Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.41 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa memang

terdapat keterbatasan pada jumlah sumber daya manusia yang dimiliki. Hal ini

103

Page 120: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

47

juga sekaligus menunjukan bahwa antara jumlah sumber daya manusia yang ada

dengan beban kerja itu tidak seimbang karena satu orangnya harus melakukan

kegiatan pemeliharaan RTH pada luasan 400 m2. Berdasarkan luasan yang harus

ditanggung per orangnya tersebut tentu sangat besar sekali jika ditanggung oleh

satu orang.

b. Sumber Daya Keuangan

Ditinjau dari segi sumber daya keuangan yang digunakan dalam

implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen ini

sepenuhnya berasal dari APBD Kabupaten Malang. Adapun secara lebih rinci,

pendanaan atas implementasi program pengelolaan RTH ini dapat ditelusuri

berdasarkan anggaran pada setiap kegiatan pelaksanaan dari program tersebut.

Tabel 6: Anggaran Kegiatan Program Pengelolaan RTH Kawasan

Perkotaan Tahun 2013, 2014 dan 2015

No. Kegiatan Anggaran (dalam rupiah)

Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015

1. Kegiatan

Pemeliharaan

RTH

3.342.599.000 3.450.594.000 3.450.594.600

2. Kegiatan

Peningkatan

Peran serta

Masyarakat

dalam

Pengelolaan RTH

100.000.000 500.000.000 500.000.000

Sumber : Review Renstra BLH dan DCKTR Kab. Malang Tahun 2011-2015,

diolah peneliti

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk

mengimplementasikan program pengelolaan RTH melalui kegiatan

104

Page 121: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

48

pelaksanaannya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi, hal tersebut

masih belum dapat dikatakan memadai untuk mendukung pelaksanaan program

pengelolaan RTH. Hal ini mengacu dari penjelasan Bapak Yudho selaku Kepala

UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang, bahwa:

“Kalau anggaran dibilang kurang memang kalau dipresentase dengan

jumlah yang idealnya tadi memang masih kurang banyak tapi kita kan juga

gak harus satu kali anggaran selesai itu kan enggak jadi bertahap. Memang

kita tetap setiap kali tetap menganggarkan memang jumlahnya juga

terbatas dari APBD yang kita dapat itu aja. Kalau idealnya relatif ya

soalnya menurut kebutuhan juga jadi kalau kita punya lahan luas mungkin

anggarannya juga besar tapi tergantung dari APBD kita kalau APBD

terlalu kecil ya nantinya nanti dengan luasan yang luas sekali kan

bertahap. Kalau dibilang ideal, idealnya ya relatif juga.” (Hasil wawancara

pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.40 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa sejauh ini

dari pihak Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang tetap menganggarkan dana setiap tahunnya yang disesuaikan pula dengan

kebutuhan di lapangan. Namun, hal tersebut juga seringkali tidak sesuai dengan

harapan karena memang harus mengacu pula pada keterbatasan dari APBD

Kabupaten Malang. Meskipun demikian, program pengelolaan RTH ini tetap

dilaksanakan untuk dapat memenuhi luasan RTH perkotaan secara ideal dengan

melaksanakannya secara bertahap setiap tahunnya karena untuk mencapai target

tersebut tidak dapat dipenuhi hanya dengan satu kali anggaran.

105

Page 122: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

49

c. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Ketersediaan dan macam sarana dan prasarana yang digunakan juga

menjadi salah satu hal yang diprioritaskan untuk menunjang kesuksesan

implementasi sebuah program khususnya program pengelolaan RTH. Adapun

sarana dan prasarana yang digunakan dalam menunjang implementasi program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen ini dapat ditinjau dari

ketersediaan dan macamnya.

Ditinjau dari segi macamnya, secara keseluruhan sarana dan prasarana

yang digunakan antara lain berupa kendaraan sebagai sarana untuk survey lokasi

dan pengiriman bibit tanaman serta papan informasi dan lahan untuk menambah

jumlah RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen sebagai prasarananya. Sedangkan,

apabila ditinjau dari segi ketersediaannya, sarana yang digunakan dalam

mengimplementasikan program ini dirasa sudah memadai. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan dari Bapak Yudho selaku Kepala UPT Pengelolaan Taman

DPKPCK Kabupaten Malang, bahwa:

“Kalau sarpras untuk menuju lokasi pakai kendaraan dinas, kalau misal

untuk pengiriman bibit kalau yang di kita pick up sama truck sudah ada

armadanya.” (Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2017, pukul

10.41 WIB)

Hasil wawancara menyebutkan bahwa kendaraan dinas adalah salah satu

sarana yang digunakan untuk menunjang program pengelolaan RTH. Hal ini

menunjukan bahwa sarana yang digunakan sangat memadai karena pihak dinas

telah menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk menunjang pelaksanaan

tugas dari masing-masing unit. Adapun sarana transportasi yang dimiliki oleh

106

Page 123: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

50

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

mengacu pada Renstra Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang tahun 2016-2021 dapat diketahui dari data sebagai berikut:

1. Kendaraan roda 4 dan 6 sebanyak 54 unit, meliputi:

a) Mobil innova : 2 unit

b) Mobil Xenia : 1 unit

c) Mobil APV : 4 unit

d) Mobil Avanza : 2 unit

e) Mobil Toyota Rush : 2 unit

f) Mobil Kijang : 2 unit

g) Mobil Katana : 1 unit

h) Dump Truck : 11 unit

i) Hino : 2 unit

j) Arm Roll : 13 unit

k) Dyna Ryno : 1 unit

l) Mitsubishi : 1 unit

m) Hino (double cabin) : 2 unit

n) Mobil pickup : 7 unit

o) Tangki truck : 2 unit

p) Toyota Dyna : 1 unit

2. Kendaraan roda 2 dan 3 sebanyak 59 unit, meliputi:

a) Honda supra fit : 3 unit

b) Shogun : 9 unit

c) Bajaj Fulsar : 2 unit

d) Trail : 6 unit

e) GL max : 2 unit

f) Legenda 2 : 9 unit

g) Revo fit : 2 unit

h) Honda Win : 8 unit

i) Honda Vario 150 : 4 unit

j) Yamaha MX King : 1 unit

k) Tosa R-3 : 3 unit

l) Viar R-3 : 6 unit

m) Happy R-3 : 2 unit

n) Hercules R-3 : 1 unit

o) Jialing : 1 unit

Namun, hal tersebut berbeda halnya dengan ketersediaan untuk

prasarananya karena masih belum memadai. Prasarana berupa lahan ini masih

107

Page 124: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

51

menjadi kendala utama dalam mengimplementasikan program pengelolaan RTH

di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Padahal ketersediaan lahan ini sangat

dibutuhkan untuk menambah luasan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Hal

ini sama seperti yang diungkapkan oleh Bapak Yudo dan Bapak Himawan dari

UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang yang menjelaskan bahwa:

“Daerah perkotaan kan jarang sekali tanah-tanah yang kosong ya, kita

membutuhkan lahan-lahan ya, lah pengadaan lahan juga gak mudah dan

gak murah untuk RTH. Itu penghambatnya disitu pengadaan lahannya.”

(Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.42 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa upaya untuk

pengadaan lahan di Kawasan Perkotaan Kepanjen sangat sulit dilakukan karena

untuk mendapatkan lahan dibutuhkan biaya yang besar sedangkan kondisi untuk

lahan yang masih kosong pun juga sudah jarang ditemukan di Kawasan Perkotaan

Kepanjen. Hal ini dapat didukung dengan adanya data tentang persentase lahan

terpakai menurut jenis di Kecamatan Kepanjen pada tahun 2015 sebaga berikut:

Tabel 7: Persentase Lahan Terpakai Menurut Jenis di Kecamatan

Kepanjen Tahun 2015

No. Jenis lahan Luas lahan (%)

1. Sawah 46,53

2. Permukiman 16,58

3. Tegal/kebun 25,17

4. Budidaya kolam 0,17

5. Lahan parkir 0,009

6. RTH 0,29

Total (%) 88,74

Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2017

108

Page 125: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

52

Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa lebih dari separuh luas

lahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Kepanjen telah digunakan. Dengan

demikian, hal ini dapat menjadi bukti bahwa memang sangat sulit untuk

menemukan lahan yang kosong di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Oleh sebab itu,

untuk menutupi kekurangan tersebut dilakukanlah strategi seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Himawan selaku staff UPT Pengelolaan Taman

DPKPCK Kabupaten Malang, bahwa:

“Yang pertama karena kita dikejarnya dalam bentuk luasan, ya kita

berusaha untuk memenuhi luasan, sambil berjalan kita mengelola yang

sudah ada karena kan tidak mungkin kalau kita hanya mengejar luasan

tanpa ada pengelolaan.” (Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2017,

pukul 10.42 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa meskipun

terdapat hambatan dalam upaya pengadaan lahan, namun tetap dilakukan strategi

berupa pengelolaan terhadap RTH yang sudah ada di Kawasan Perkotaan

Kepanjen seraya berusaha untuk menambah luasan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi ketentuan sebesar 30

% dari luas wilayah Kepanjen.

Namun demikian, secara kesuluruhan sumber daya yang digunakan untuk

mendukung implementasi dari program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen memiliki keterbatasan dari sisi kuantitas. Oleh sebab itu, adanya

berbagai sumber daya yang digunakan tersebut dinilai masih belum memadai baik

ditinjau dari segi sumber daya manusia, sumber daya sarana dan prasarana

maupun sumber daya anggaran.

109

Page 126: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

53

c) Aplikasi

Pada tahapan ini, peninjauan dilakukan terhadap proses penyusunan dan

pelaksanaan rencana operasional dari program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen, yang sekaligus sebagai bentuk operasionalisasi atas berbagai

kegiatan pada tahapan sebelumnya. Adapun penjelasan atas proses penyusunan

dan pelaksanaan dari program tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Penyusunan Rencana Operasional Program

Sebelum program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen siap

untuk diaplikasikan secara nyata, maka terlebih dahulu dilakukan proses

penyusunan rencana operasional dari program tersebut. Kegiatan ini bertujuan

untuk membuat program berjalan dan dapat mencapai keberhasilan dalam

pengimplementasiannya. Penyusunan rencana operasional ini juga sangat

bermanfaat bagi para pelaksana dalam melaksanakan Program Pengelolaan RTH

di Kawasan Perkotaan Kepanjen sebab seluruh kegiatan untuk mendukung

program tersebut disusun guna mengarahkan para pelaksana dalam bertindak.

Adapun penyusunan rencana operasional program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen dituangkan dalam sebuah dokumen yang bernama

kerangka acuan. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh Bapak

Himawan selaku Staf UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang bahwa:

“DPA. Kalo sampeyan biasanya ee ya disebut KA (Kerangka Acuan) juga

ya sama dengan KA. KA modelnya seperti itu juga. Disitu lebih rinci,

ee..kegiatan ini, kegiatannya ini, kegiatannya ini, kegiatannya ini. Jumlah

110

Page 127: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

54

volumenya berapa, satuannya berapa, keluar semua disitu. Nah beserta

nilainya.” (Hasil wawancara pada tanggal 15 Maret 2017, pukul 10.28

WIB)

Kerangka acuan merupakan dokumen perencanaan pelaksanaan dari

sebuah program yang sifatnya dilaksanakan dalam periode satu kali anggaran.

Adapun dalam proses penyusunannya, hal utama yang menjadi perhatian adalah

perolehan anggaran. Hal tersebut dikarenakan dengan anggaran yang diperoleh

akan menentukan pendistribusian jumlah kegiatan sesuai kebutuhan. Hal ini dapat

ditelusuri dari pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Himawan selaku Staf

UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang bahwa:

“Proses penyusunannya pertama kita kan kalau seperti itu diberi dulu

anggarannya. Nah dari anggaran itu kita distribusikan sesuai dengan

kebutuhannya. Kalau kebutuhannya disini kan ada RTH, nanti yang RTH

didistribusikan lagi kegiatannya apa saja, ada yang perencanaan, ada yang

fisik, ada yang pengelolaan, ada yang macam-macam. Satu per satu nanti

keluar volumenya juga. Dari volume nanti keluar ada satuan, ada nilainya

juga. Terus ada lagi, oo..ada penjadwalan. Kalau bulan ini harus

mengerjakan ini, bulan ini harus mengerjakan ini, namanya schedule.”

(Hasil wawancara pada tanggal 15 Maret 2017, pukul 10.29 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa perolehan

anggaran dalam proses penyusunan kerangka acuan menjadi hal yang sangat

penting karena dari anggaran yang diperoleh tersebut, dilakukan pendistribusian

ke dalam berbagai macam kegiatan yang disesuaikan pula dengan kebutuhan,

sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah anggaran yang diperoleh akan sangat

mempengaruhi penyusunan kerangka acuan. Disamping itu, di dalam proses

111

Page 128: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

55

penyusunan kerangka acuan juga dilakukan penetapan jadwal kegiatan untuk

memudahkan para pelaksana dalam melakukan tugasnya.

2) Pelaksanaan Rencana Operasional Program

Setelah dilakukan proses penyusunan kerangka acuan untuk program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen, maka langkah selanjutnya

yang dilakukan adalah pelaksanaan atas kerangka acuan tersebut. Adapun dalam

proses pelaksanaannya tetap mengacu pada jadwal kegiatan yang telah ditetapkan.

Hal ini memang menjadi sebuah keharusan karena penetapan jadwal kegiatan

merupakan wujud kongkrit atas penyerapan anggaran yang dilaksanakan dalam

rangka mencapai target yang telah ditetapkan. Sehingga, apabila pelaksanaannya

tidak sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan, maka dapat dipastikan

bahwa perangkat daerah yang bertanggung jawab akan memperoleh teguran. Hal

tersebut diketahui dari pernyataan yang diungkapkan oleh Bu Dyah selaku

Kasubid Pemeliharaan Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Malang bahwa:

“Ya. Kita kan harus sesuai schedule dek. Kalau tidak kan kita nanti kena

kan penyerapan anggaran itu kan sudah harus sesuai target. Kalau enggak

kita kan kena ee..rapot itu merah itu kayak anak sekolah, itu kan kita nanti

teguran kalau tidak sesuai schedule.” (Hasil wawancara pada tanggal 20

Maret 2017, pukul 11.10 WIB)

Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa proses

pelaksanaan kerangka acuan dari program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen harus mengikuti jadwal kegiatan yang telah disusun dan

termuat di dalam kerangka acuan sebab jika tidak sesuai dengan jadwal kegiatan,

maka pihak pelaksana dapat dikatakan belum optimal dalam melaksanakan

112

Page 129: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

56

program tersebut. Hal ini juga sama seperti halnya yang diungkapkan oleh Bapak

Himawan selaku staf UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang bahwa:

“Menurut schedule ya sudah kita laksanakan sesuai dengan schedule. Tapi

kalau untuk yang real biasanya ada ee… banyak hambatan ya. Hambatan-

hambatan yang harus diselesaikan terutama dari segi ya waktu. Karena

kadang karena kita adanya sudah semakin banyak, kalau dilihat dari

angka, bukan dari prosentase ya, kalau dari prosentase kecil memang tapi

saat itu dikeluarkan dalam bentuk ee.. dalam satuan meter persegi ini

menjadi luas. Nah, disitu kita jadi agak keberatan karena iya kalau

dianggap berat ya keberatan karena kekuatan kita belum bisa meng-cover

sekian itu. Jadi harus ekstra.” (Hasil wawancara pada tanggal 15 Maret

2017, pukul 10.31 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa dalam

keadaan yang sebenarnya saat proses pelaksanaan berlangsung, adanya hambatan

atau kendala merupakan kondisi yang harus diselesaikan. Adapun hambatan yang

menjadi perhatian utama dalam hal ini adalah dari segi waktu. Pada dokumen

kerangka acuan yang memuat jadwal kegiatan, tahap-tahap pelaksanaan kegiatan

memang harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Namun, dalam hal

pelaksanaan kerangka acuan dari program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen ini terdapat ketidakseimbangan antara kapasitas yang dimiliki

dengan kegiatan yang harus mencapai target tertentu. Hal ini terjadi karena

terdapat perubahan terhadap satuan untuk menentukan luasan RTH menjadi meter

persegi. Oleh sebab itu, terdapat hambatan dalam segi waktu karena kapasitas

yang dimiliki oleh pihak pelaksana belum optimal dalam melaksanakan kegiatan

untuk mencapai target tertentu. Sehingga pihak pelaksana harus menyelesaikan

hambatan tersebut dengan bekerja secara ekstra.

113

Page 130: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

57

Dengan demikian, ditinjau berdasarkan keseluruhan data yang diperoleh,

dapat dipahami bahwa memang pelaksanaan dari kerangka acuan harus sesuai

dengan jadwal kegiatan yang termuat di dalam kerangka acuan tersebut. Namun

demikian, dalam proses pelaksanaan terkadang juga terdapat kendala dan hal ini

harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat karena akan sangat

berpengaruh terhadap pelaksanaan jadwal kegiatan.

1. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Pengelolaan

RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

Implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

menurut Renstra Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang Tahun 2016-2021 merupakan aksi nyata yang bertujuan untuk

meningkatkan pengelolaan RTH kawasan perkotaan yang ditandai oleh

meningkatnya pengembangan dan pemeliharaan RTH kawasan perkotaan. Sejalan

dengan hal tersebut, terkadang terdapat pula faktor baik yang sifatnya mendukung

maupun menghambat dan hal ini tentunya akan mempengaruhi jalannya proses

implementasi dari program tersebut. Oleh sebab itu, untuk mengetahui faktor

pendukung maupun penghambat dari implementasi program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen, berikut dipaparkan tentang penjelasannya antara

lain:

a) Faktor Pendukung

Implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

didukung oleh berbagai faktor selama proses pelaksanaannya, sehingga hal ini

114

Page 131: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

58

dapat menjadi nilai tambah tersendiri untuk program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen yang diimplementasikan. Adapun, faktor

pendukung yang ditemukan selama pelaksanaan program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen adalah sebagai berikut:

1) Faktor Kebijakan

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang merupakan

sebuah kebijakan yang telah membuat program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen ada untuk dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk memenuhi

amanat yang tertuang dalam kebijakan tersebut yaitu agar setiap wilayah kota

maupun kawasan perkotaan di wilayah kabupaten dapat menyediakan RTH

sebesar 30 % dari total luas wilayah tersebut. Selanjutnya, agar kebijakan tersebut

lebih bersifat operasional, maka kebijakan tersebut harus dijabarkan lagi ke dalam

kebijakan yang lebih bersifat operasional.

Terkait dengan hal tersebut, Kabupaten Malang telah menetapkan

Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Malang serta satu kebijakan rencana detail tata ruang

Kabupaten Malang yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 5 Tahun 2014

Tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan

Kepanjen Tahun 2014-2034. Adapun, kebijakan RDTR untuk Kawasan Perkotaan

Kepanjen tersebut memberikan kemudahan bagi pelaksanaan program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen karena pada kebijakan tersebut

telah ditentukan rencana pola ruang secara lebih rinci untuk Kawasan Perkotaan

Kepanjen termasuk juga untuk bidang RTH. Hal ini diungkapkan oleh Bapak

115

Page 132: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

59

Himawan selaku staff UPT Pengelolaan Taman DPKPCK Kabupaten Malang

bahwa:

“Kalau RDTRK itu produknya ada di tata ruang. Itu nanti plotnya itu

seperti apa, kalau setiap luas lahan sekian RTHnya berapa,

permukimannya berapa, itu nanti masuknya di RDTRK. Nanti ditentukan

juga karena dia sudah bilangnya detail nanti RTHnya dititik mana, nanti

dititik mana, dititik mana, sampai titik itu.” (Hasil wawancara pada tanggal

1 Maret 2017, pukul 10.40 WIB)

Berdasarkan pada pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa tersedianya

Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 5 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail

Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-2034,

secara langsung telah memberikan dukungan dalam proses pelaksanaan program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Bentuk dukungan tersebut

terlihat bahwa pada kebijakan tersebut, masalah untuk penempatan lokasi RTH

telah ditentukan atau dipetakan. Sehingga, pihak pelaksana program dalam hal ini

hanya tinggal melaksanakan tugasnya terutama dalam mengelola dan mengadakan

pembangunan RTH dengan mengacu pada kebijakan tersebut.

2) Faktor Keterlibatan Masyarakat

Implementasi dari program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen memang merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten

Malang melalui perangkat daerah terkait. Namun, hal tersebut tidak menutup

kemungkinan bagi masyarakat untuk dapat terlibat karena sebaik-baiknya proses

implementasi adalah yang diketahui dan didukung oleh masyarakat dengan

memberikan partisipasinya dalam aksi nyata. Keterlibatan masyarakat dalam

proses implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

116

Page 133: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

60

menjadi salah satu faktor pendukung dalam menunjang kelancaran implementasi

dari program tersebut. Sebab, dalam hal ini pihak masyarakat dan pihak perangkat

daerah saling bekerja sama dalam upaya penanaman pohon bersama. Hal ini dapat

diketahui berdasarkan pernyataan dari Bu Dyah selaku Kasubid Pemeliharaan

Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Malang bahwa:

“Ya dari keterlibatan masyarakat itu, peran serta masyarakat itu kan. Iya

kan dia kan nanti yang ee..dia yang nanem, yang memelihara, yang

merawat, nanti kan dia hasilnya yang apa, kan tanaman buah ya dia

mintanya, kan nanti yang menikmati buahnya kan ya masyarakat itu.

Makanya kita pun untuk ngasih bibitnya itu kan kita bukan atas kemauan

kita. Kita survey ke lapangan, masyarakat menghendaki buah apa. Jadinya

kan nanti masyarakat itu ee..mau merawat gitu dek. Kan ada hasil timbal

balik gitu lho, kita ngasih dia merawat, nanti dia yang merasakan hasilnya

seperti itu.” (Hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.28

WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dipahami bahwa terdapat

peran serta masyarakat dalam implementasi program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen. Hal ini mengingat salah satu kegiatan pelaksanaan

atas program tersebut adalah peningkatan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan RTH, sehingga partisipasi dari masyarakat di sekitar Kawasan

Perkotaan Kepanjen harus dibangun dan untuk itu dilakukanlah aksi nyata berupa

penanaman pohon. Adapun bentuk kerja sama yang terjalin antara pihak

perangkat daerah terkait dengan pihak masyarakat adalah kerja sama yang

berorientasi hasil timbal balik.

Hal tersebut mengingat pihak perangkat daerah terkait bertindak sebagai

penyedia bibit-bibit tanaman berdasarkan keinginan masyarakat, sedangkan pihak

117

Page 134: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

61

masyarakat bertugas untuk melakukan kegiatan penanaman, pemeliharaan,

perawatan dan pemanfaatan hasil tanaman. Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat

sekitar dalam hal ini dapat mendukung kegiatan pelaksanaan program pengelolaan

RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen mengingat masyarakat sekitar telah

memiliki kemauan dan kesadaran dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar

melalui kegiatan penanaman bibit tanaman sampai pada pemanfaatan hasil

penanaman tersebut.

b) Faktor Penghambat

Implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

juga memiliki faktor yang menghambat dalam proses pelaksanaannya, sehingga

hal ini menjadi kekurangan tersendiri bagi implementasi program pengelolaan

RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Adapun, faktor penghambat dalam

mengimplementasikan program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen yaitu:

1) Faktor Sumber Daya

Sumber daya merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam proses

implementasi dari sebuah kebijakan atau program karena untuk membuat

kebijakan atau program dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan sumber

daya yang memadai. Namun, jika keadaan menunjukan arah yang sebaliknya,

maka dapat menyebabkan proses implementasi kebijakan maupun program

menjadi terhambat dan hal inilah yang terjadi pada proses implementasi program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

118

Page 135: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

62

Ditinjau dari macam sumber daya yang digunakan untuk menunjang

implementasi program pengelolaan RTH, terdapat keterbatasan pada ketiga

macam sumber daya yang digunakan yaitu sumber daya manusia, keuangan serta

prasarana. Sehingga, hal tersebut dapat menyebabkan implementasi program

pengelolaan RTH kurang dapat berjalan dengan baik. Adapun keterkaitan dari

keterbatasan masing-masing sumber daya terhadap proses implementasi program

pengelolaan RTH dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Keterbatasan Sumber Daya Prasarana

Lahan merupakan sumber daya prasarana yang digunakan untuk

menunjang pelaksanaan program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen. Namun, ketersediaannya menunjukan adanya kuantitas yang tidak

memadai. Padahal, lahan merupakan prasarana yang menjadi kebutuhan utama

dalam menambah kuantitas RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Adanya

kondisi yang demikian tentu dapat menjadi kendala tersendiri untuk proses

implementasi program pengelolaan RTH. Hal tersebut seperti yang disampaikan

oleh Bapak Yudho selaku Kepala UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang, bahwa:

“Kalau penghambatnya ini macem-macem bisa luasan. Luasan karena

nanti apalagi daerah perkotaan kan jarang sekali tanah-tanah yang kosong

ya. Kita membutuhkan lahan-lahan itu ya, nah pengadaan lahan untuk

RTH gak mudah dan gak murah. Itu penghambatnya disitu.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu

penghambat dalam melaksanakan program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen adalah pengadaan lahan. Sulitnya pengadaan lahan

119

Page 136: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

63

disebabkan oleh kurangnya ketersediaan lahan terutama di kawasan perkotaan.

Padahal, disatu sisi untuk menambah luasan RTH ataupun melakukan

pembangunan RTH dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen, ketersediaan lahan sangat dibutuhkan.

b. Keterbatasan Jumlah Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan aspek berpengaruh lainnya yang juga

menentukan keberhasilan atas implementasi dari sebuah kebijakan maupun

program, khususnya pada program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen, baik ditinjau dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Adapun pada

pelaksanaan program tersebut, sumber daya manusia yang dikerahkan dapat

digolongkan menurut wilayah kerjanya yaitu sumber daya manusia yang

bertempat di kantor pusat dan sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan

di lapangan. Secara kualitas, sumber daya manusia yang dimiliki untuk

melaksanakan program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen telah

mumpuni. Namun, bila ditinjau secara kuantitas, masih terdapat kendala untuk

sumber daya manusia yang dimiliki. Hal tersebut dikarenakan terdapat

keterbatasan pada jumlah sumber daya manusia yang dikerahkan di lapangan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, terdapat ketimpangan dalam

pelaksanaan kegiatan pengelolaan RTH sebab antara jumlah sumber daya manusia

yang dikerahkan di lapangan dengan beban kerja yang harus dilakukan tidak

sesuai. Bapak Himawan selaku staf UPT Pengelolaan Taman Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang mengungkapkan

bahwa:

120

Page 137: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

64

“Dari tenaga kita yang ditanggung itu besar sekali per orangnya itu. Satu

orangnya itu mencapai 400 meter persegi dan itu pun masih kurang, masih

harus ditambah kegiatan disana dan disana yang sifatnya insidental karena

biar ada yang merawat dari tempat lain harus ditarik untuk LH jadi gitu.”

(Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.41 WIB)

Menurut hasil wawancara tersebut, dapat dipahami bahwa secara

kuantitas, sumber daya manusia yang dikerahkan untuk melakukan kegiatan

pengelolaan RTH masih sangat terbatas. Apabila dirata-rata, satu orang harus

melakukan kegiatan pengelolaan pada luasan 400 meter persegi. Angka tersebut

tentunya sangat besar untuk ditanggung oleh satu orang. Oleh sebab itu, hal ini

dapat menjadi penghambat dalam mendukung kelancaran proses program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen karena terdapat

ketidaksesuaian sumber daya manusia dalam segi kuantitas dengan beban kerja

yang harus ditanggung.

c. Keterbatasan Sumber Daya Keuangan

Keuangan atau anggaran dalam implementasi program pengelolaan RTH

merupakan sumber daya lainnya yang digunakan untuk menunjang keberhasilan

dari implementasi program tersebut. Namun, ditinjau dari segi ketersediannya,

sumber daya tersebut kurang memadai, sehingga berdampak pada terhambatnya

kegiatan operasionalisasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen. Kondisi yang demikian dikemukakan oleh Bapak Yudho selaku Kepala

UPT Pengelolaan Taman DPKPCK Kabupaten Malang, bahwa:

“Kalau anggaran dibilang kurang memang kalau dipresentase dengan

jumlah yang idealnya tadi memang masih kurang banyak tapi kita kan juga

gak harus satu kali anggaran selesai itu kan enggak jadi bertahap. Memang

kita tetap setiap kali tetap menganggarkan memang jumlahnya juga

terbatas dari APBD yang kita dapat itu aja. Kalau idealnya relatif ya

121

Page 138: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

65

soalnya menurut kebutuhan juga jadi kalau kita punya lahan luas mungkin

anggarannya juga besar tapi tergantung dari APBD kita kalau APBD

terlalu kecil ya nantinya nanti dengan luasan yang luas sekali kan

bertahap. Kalau dibilang ideal, idealnya ya relatif juga.” (Hasil wawancara

pada tanggal 20 Februari 2017, pukul 10.40 WIB)

Menurut pemaparan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

memang terdapat kendala pada sumber daya keuangan yang digunakan dalam

proses implementasi program pengelolaan RTH. Upaya yang dilakukan oleh

pihak Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang dalam mengusulkan anggaran setiap tahunnya yang disesuaikan pula

dengan kebutuhan di lapangan harus mengalami ketidaksesuaian antara besaran

yang diusulkan dengan besaran yang diperoleh. Kondisi ini disebabkan pula oleh

adanya keterbatasan dari APBD Kabupaten Malang. Apabila jumlah APBD

terbatas, maka besaran anggaran yang dialokasikan untuk operasionalisasi

program pengelolaan RTH juga akan terbatas. Sehingga, pelaksanaan kegiatan

dalam rangka mencapai target yang ideal yaitu prosentase RTH sebesar 30 %

harus dilakukan secara bertahap. Oleh sebab itu, adanya keterbatasan anggaran

tersebut dapat menghambat proses implementasi program pengelolaan RTH.

C. Analisis dan Interpretasi

Pada pembahasan ini, uraian lebih ditekankan pada pemaparan tentang

temuan-temuan berdasarkan data fokus penelitian dari implementasi program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen yang kemudian ditafsirkan

sesuai dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun, analisis

122

Page 139: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

66

dan interpretasi tentang proses implementasi program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Implementasi Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di

Kawasan Perkotaan Kepanjen

a) Interpretasi

Tahapan interpretasi merupakan tahapan awal yang harus dilakukan pada

proses implementasi program. Pada tahapan ini, kegiatan yang ditinjau meliputi

pemahaman dari pihak-pihak yang terlibat, konsistensi tujuan serta sosialisasi

program. Sehingga, pembahasan pada tahap ini lebih difokuskan pada analisa

teoritis terhadap hasil penelitian dari ketiga kegiatan tersebut. Adapun,

pembahasan atas masing-masing kegiatan dapat disajikan sebagai berikut:

1) Pemahaman antar Stakeholder

Berdasarkan pemahaman dari para pihak yang terlibat dalam proses

implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen, baik

yang secara langsung maupun tidak langsung diperoleh hasil bahwa program

tersebut dilaksanakan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup khususnya di

Kawasan Perkotaan Kepanjen melalui pengoptimalan pemeliharaan dan

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Sekaligus sebagai upaya nyata

dalam meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat sekitar melalui

penyediaan fasilitas publik berupa RTH dan untuk mencapai luasan RTH minimal

30 % di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

123

Page 140: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

67

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pemahaman dari para

pihak yang terlibat terhadap adanya program ini beragam. Setidaknya terdapat tiga

hal yang dapat ditangkap dari hasil pemahaman tersebut yaitu pertama

meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui pemeliharaan RTH. Kedua,

menunjang keindahan kota melalui penyediaan fasilitas publik yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat. Ketiga, memenuhi persyaratan untuk menyediakan

RTH sebesar 30 % dari total luas kawasan perkotaan maupun wilayah kota.

Namun dengan keberagaman tersebut, justru menunjukan bahwa terdapat

pemahaman yang sama diantara para pihak yang terlibat yaitu program

pengelolaan RTH dipahami sebagai program yang sangat penting dan bermanfaat.

Dikatakan sebagai program yang sangat penting dan bermanfaat sebab

sesuai dengan poin yang pertama, program yang dirancang untuk meningkatkan

ketersediaan RTH secara kualitas dan kuantitas tersebut, dapat meningkatkan

kualitas lingkungan hidup melalui pemeliharaan RTH. Hal tersebut sesuai dengan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, RTH

memiliki empat fungsi dan salah satunya menyebutkan bahwa RTH memiliki

fungsi utama yang secara umum dapat membantu melestarikan dan meningkatkan

kualitas lingkungan hidup khususnya di kawasan perkotaan. Dalam hal ini, fungsi

tersebut dikenal sebagai fungsi ekologis karena menurut peraturan tersebut, RTH

diketahui dapat berfungsi sebagai pengatur sistem sirkulasi udara (paru-paru

kota), penyerap air hujan, penyerap polutan media udara, air dan tanah, penahan

angin, peneduh, produsen oksigen serta penyedia habitat bagi aneka satwa.

124

Page 141: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

68

Dengan demikian, adanya pemahaman bahwa adanya program pengelolaan RTH

di Kawasan Perkotaan Kepanjen sangat penting dan bermanfaat untuk

meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui pemeliharaan RTH memanglah

benar sebab dengan meningkatkan ketersediaan RTH, maka kualitas dan

kelestarian lingkungan hidup terutama di perkotaan dapat terjamin mengingat

fungsi utama dari RTH tersebut.

Kedua, dikatakan sebagai program yang sangat penting dan bermanfaat

sebab sesuai dengan poin yang kedua, program yang dirancang untuk

meningkatkan ketersediaan RTH secara kualitas dan kuantitas tersebut, dapat

menjadi penunjang bagi keindahan kota melalui penyediaan RTH dan sekaligus

menambah fasilitas publik berupa RTH yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat. Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan, RTH juga memiliki fungsi tambahan diantaranya berupa fungsi

estetika dan fungsi sosial-budaya. Ditinjau dari fungsi estetika, menurut Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, RTH dapat membuat

kondisi fisik suatu kota atau kawasan perkotaan menjadi lebih indah dan

meningkatkan kenyamanan di dalam kota atau kawasan perkotaan. Sedangkan,

ditinjau dari fungsi sosial-budaya, RTH dapat dipandang sebagai tempat rekreasi

dan berkumpul bagi masyarakat sekitar serta objek yang dapat dimanfaatkan

untuk kegiatan penelitian maupun pendidikan terkait dengan alam sekitar.

125

Page 142: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

69

Mengacu pada hal tersebut dapat disimpulkan bahwa memang benar

adanya pemahaman tentang adanya program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen sangat penting dan bermanfaat untuk dapat menunjang

keindahan kota dan menyediakan fasilitas publik yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat. Hal ini dikarenakan dengan adanya program pengelolaan RTH,

kualitas dan kuantitas RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen dapat mengalami

peningkatan seperti yang saat ini telah terbangun sebagai taman kota yaitu Taman

Kehati, Taman Puspa, Taman Median Jalibar dan sebagainya. Apabila ditinjau

dari segi estetika, maka hal tersebut dapat memberikan keindahan tersendiri bagi

tampilan fisik Kawasan Perkotaan Kepanjen. Selain itu, ditinjau dari segi sosial-

budaya, adanya program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

tersebut juga dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakat sekitar mengingat

RTH yang merupakan objek dari program tersebut adalah fasilitas publik yang

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat rekreasi bagi

keluarga, tempat bermain untuk anak-anak serta sarana untuk pengembangan hobi

dan minat.

Selanjutnya, dikatakan sebagai program yang penting dan bermanfaat

sebab sesuai dengan poin yang ketiga, adanya program pengelolaan RTH tersebut

merupakan wujud nyata dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyediakan

RTH sebesar 30 % dari total luas suatu wilayah kota maupun kawasan perkotaan.

Menurut Permen PU No. 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan diatur mengenai

penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan ialah bahwa proporsi

126

Page 143: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

70

RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20%

RTH publik dan 10% terdiri dari RTH privat. Oleh sebab itu, adanya pemahaman

tentang hal tersebut dari para pihak yang terlibat dalam program pengelolaan RTH

di Kawasan Perkotaan Kepanjen juga benar adanya karena program tersebut

sangat penting untuk merealisasikan amanat yang tertuang pada kebijakan

penataan ruang khususnya dalam mengupayakan agar ketersediaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen dapat mencapai 30 %.

Dengan demikian, program pengelolaan RTH ini merupakan program

yang dipahami sebagai program yang penting dan bermanfaat sebab melalui

program ini kualitas lingkungan hidup dan keindahan Kawasan Perkotaan

Kepanjen dapat ditingkatkan serta sebagai upaya yang nyata untuk memenuhi

amanat dari UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang menyatakan

bahwa proporsi RTH pada wilayah kota minimal sebesar 30 % dari luas wilayah

kota.

2) Konsistensi Tujuan

Diimplementasikannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang ialah untuk mewujudkan tujuan agar pada setiap wilayah kota

maupun kawasan perkotaan dapat menyediakan RTH dengan proporsi minimal

sebesar 30 % dari total luas wilayah kota maupun kawasan perkotaan di wilayah

kabupaten. Tujuan tersebut sekaligus menjadi amanat yang harus dipenuhi oleh

setiap pemerintah daerah, sehingga dalam hal ini pemerintah daerah dituntut agar

dapat mewujudkan tujuan tersebut melalui berbagai program daerah yang

mendukung. Hal tersebut seperti halnya program pengelolaan RTH yang

127

Page 144: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

71

dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Malang melalui perangkat daerah

terkait. Program tersebut adalah bentuk implementasi dari kebijakan penataan

ruang yang berupaya untuk menyediakan RTH secara ideal di kawasan perkotaan

khususnya Kawasan Perkotaan Kepanjen. Sesuai dengan pendapat dari Winarno

(2007:143) yang mengemukakan bahwa diimplementasikannya kebijakan melalui

sebuah program dimaksudkan agar tujuan maupun dampak yang diinginkan dapat

terwujud. Berdasarkan pendapat tersebut, maka program pengelolaan RTH yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Malang merupakan sebuah program

yang secara konseptual terintegrasi dengan amanat yang tertuang pada kebijakan

penataan ruang. Sehingga, dapat dikatakan bahwa program pengelolaan RTH

adalah instrumen untuk mengimplementasikan kebijakan penataan ruang yang

dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari kebijakan penataan ruang secara umum

dan mencapai tujuan untuk meningkatkan pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen secara khusus.

Selanjutnya, berkaitan dengan pencapaian tujuan program, Nugroho

(2008:494) memberikan penjelasan bahwa implementasi kebijakan merupakan

cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya melalui dua langkah pilihan

yaitu diimplementasikan melalui kebijakan turunan atau melalui serangkaian

implementasi kebijakan yang dimulai dari program, proyek dan kegiatan. Atas

dasar tersebut, maka dapat dikatakan bahwa program dan kegiatan merupakan

satu kesatuan dalam rangkaian implementasi kebijakan publik. Oleh sebab itu,

dalam hal ini tujuan kebijakan, program dan kegiatan harus konsisten mengingat

penjelasan sebelumnya.

128

Page 145: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

72

Disisi lain, berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya sebagaimana

teori yang telah dipaparkan, implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen merupakan bentuk implementasi dari Undang-Undang No. 26

Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Adapun, tujuan dari program tersebut telah

dirumuskan secara jelas dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang tahun 2016-2021 yaitu

untuk meningkatkan pengelolaan RTH kawasan perkotaan yang ditandai oleh

meningkatnya pengembangan dan pemeliharaan RTH kawasan perkotaan.

Namun, hal tersebut lain halnya dengan kegiatan pelaksanaan dari program

tersebut karena tujuan dari kegiatan pelaksanaan program tidak turut dirumuskan

dalam Renstra Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang. Sehingga, untuk mengetahui tujuan dari masing-masing

kegiatan pelaksanaan program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

dilakukan peninjauan terhadap hasil wawancara dengan beberapa pihak yang

terkait.

Adapun, hasilnya terdapat konsistensi tujuan antara program dan kegiatan.

Hal ini dikarenakan tujuan dari program pengelolaan RTH diwujudkan melalui

kegiatan pemeliharaan RTH dan kegiatan peningkatan peran serta masyarakat

dalam pengelolaan RTH. Tujuan dari masing-masing kegiatan pelaksanaan pun

juga diarahkan untuk mencapai tujuan dari program pengelolaan RTH yaitu untuk

mengembangkan ketersediaan RTH dan melestarikan lingkungan hidup melalui

peningkatan peran serta masyarakat dalam mengelola RTH yang diwujudkan

seperti halnya dalam aksi penanaman pohon di Kakija (Kanan Kiri Jalan)

129

Page 146: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

73

Kepanjen. Selain itu, terdapat pula beberapa tujuan tambahan lainnya di dalam

kegiatan pelaksanaan program yaitu untuk mendukung kegiatan adipura dan

memberikan sarana edukasi kepada masyarakat sekitar.

3) Sosialisasi Program

Kegiatan sosialisasi program termasuk ke dalam tahapan interpretasi yang

telah dijelaskan oleh Widodo (2009: 89-94) sebagai kegiatan mengkomunikasikan

atau mensosialisasikan sebuah kebijakan maupun program kepada para pihak

yang terlibat agar pelaksanaan dari kebijakan atau program tersebut dapat

diketahui dan didukung oleh para pihak yang terlibat. Oleh sebab itu, setiap

kebijakan maupun program yang diimplementasikan oleh pemerintah baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus disosialisasikan supaya pihak-

pihak yang terlibat, baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

mengetahui dan memberikan dukungan terhadap proses implementasi dari sebuah

kebijakan maupun program.

Berkaitan dengan hal tersebut, sosialisasi untuk program pengelolaan RTH

di Kawasan Perkotaan Kepanjen juga diperlukan dalam rangka untuk memperoleh

dukungan dan diketahui oleh publik terutama masyarakat dan sekaligus sebagai

wujud tanggung jawab dan keterbukaan atas upaya yang dilakukan oleh

pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun dalam

pelaksanaannya, kegiatan sosialisasi untuk program tersebut telah dilakukan oleh

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang yang kini mengalami

perubahan nomenklatur menjadi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang. Pelaksanaannya dilakukan pada tahun 2016 dan

130

Page 147: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

74

saat itu merupakan pelaksanaan yang pertama. Kegiatan tersebut dihadiri oleh

berbagai pihak khususnya kelompok masyarakat dan berbagai perangkat daerah.

Apabila ditinjau lebih lanjut, kegiatan mensosialisasikan program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen secara langsung telah

memberikan informasi kepada para pihak yang terlibat bahwa Pemerintah

Kabupaten Malang memiliki salah satu program yang ditunjukan untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen secara

umum. Agar program tersebut dapat dilaksanakan dengan lancar, maka para pihak

yang terlibat harus mengetahui bahkan mendukung program tersebut dengan

disertai aksi yang nyata. Adapun, bentuk dukungan dari para pihak yang terlibat

khususnya masyarakat pun telah ditunjukan dengan adanya berbagai aksi seperti

turut sertanya masyarakat di sekitar Kawasan Perkotaan Kepanjen dalam

melakukan kegiatan penanaman pohon di kanan kiri jalan, merawat hingga

memelihara serta adanya kegiatan bersih makam yang dilakukan setiap akhir

bulan oleh komunitas masyarakat bernama Arek Kepanjen.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa adanya

kegiatan sosialisasi untuk program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen selain telah membuat para pihak yang terlibat mengetahui adanya

program tersebut, juga telah membuat para pihak yang terlibat memberikan

dukungannya yang dapat diketahui melalui berbagai aksi nyata dari masyarakat di

Kawasan Perkotaan Kepanjen.

131

Page 148: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

75

b) Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan tahapan lanjutan yang dilakukan setelah

tahapan interpretasi. Pada tahapan ini, kegiatan pengaturan terhadap beberapa hal

dilakukan seperti pembagian tugas antar pihak yang terlibat, koordinasi antar

pihak yang terlibat, ketersediaan petunjuk pelaksanaan, sumber daya yang

meliputi sumber daya manusia, keuangan serta sarana dan prasarana.

1) Pembagian Tugas antar Stakeholder

Suatu kebijakan dapat dilaksanakan oleh lebih dari satu pelaksana

kebijakan dan masing-masing mengemban tugas pokok dan fungsi yang berbeda-

beda. Widodo (2009:91-92) mengemukakan bahwa pelaksana kebijakan sangat

tergantung kepada jenis kebijakan. Pelaksana kebijakan dapat berasal dari pihak

pemerintah, sektor swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta komponen

masyarakat. Penetapan pelaksana kebijakan tersebut diiringi pula oleh penetapan

tugas pokok fungsi, kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing

pelaksana kebijakan.

Pada implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen, pihak Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang merupakan pelaksana utama yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan program tersebut. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang

dimiliki oleh Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang, dinas tersebut memiliki kewenangan untuk melaksanakan

program pengelolaan RTH, hingga secara khusus pihak Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang membentuk UPT

132

Page 149: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

76

Pengelolaan Taman sebagai salah satu bagian dari dinas yang membidangi urusan

pengembangan pembangunan peningkatan operasional pemeliharaan dan

pengawasan taman kota dan jalur hijau beserta aksesorisnya. Dengan demikian,

secara teknis, UPT Pengelolaan Taman yang bertanggung jawab atas

diimplementasikannya program tersebut.

Selain itu, untuk mendukung pencapaian tujuan dari program pengelolaan

RTH, terdapat banyak pihak yang terlibat seperti dari kalangan pemerintah daerah

terdapat Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, dari pihak pelaku usaha

dan juga dari masyarakat. masing-masing pihak memiliki tugas yang berbeda-

beda dalam mendukung proses implementasi program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen. Namun, tugas yang dimiliki oleh masing-masing

pihak tersebut tidak ditetapkan dan disebutkan secara formal dan jelas dalam suatu

dokumen tertentu. Hanya pelaksana program dari kalangan perangkat daerah yang

memiliki tugas pokok dan fungsi yang secara formal ditetapkan pada suatu

peraturan daerah, namun hal tersebut bersifat umum dan bukan secara khusus

untuk implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

Sehingga, apabila hal tersebut ditinjau dari sudut pandang teoritis, maka tidak

sesuai dengan pendapat dari Widodo (2009:92) dimana penetapan pelaku

kebijakan harus disertai pula dengan penetapan tupoksi, kewenangan dan

tanggung jawab dari masing-masing pelaksana kebijakan. Hal ini dikarenakan

para pelaksana program tidak dijelaskan dan ditetapkan secara tegas dan formal

tentang tupoksi, kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing dalam

implementasi Program Pengelolaan RTH.

133

Page 150: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

77

Mengacu pada hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa kendalanya

adalah pada tidak terdapatnya penetapan tupoksi, kewenangan dan tanggung

jawab secara formal dan tegas untuk masing-masing pihak yang terlibat. Namun,

diluar hal itu, masing-masing pihak yang terlibat dalam implementasi program

pengelolaan RTH tetap memiliki tugas yang berbeda-beda, yang dapat diketahui

berdasarkan bentuk dukungan yang diberikan. Misalnya, pihak dari pelaku usaha

memberikan dukungan berupa pemberian bibit tanaman, sehingga dalam hal ini

pihak pelaku usaha bertugas dalam membantu pihak pemerintah daerah dengan

menyediakan bibit tanaman.

Berdasarkan uraian tersebut, apabila ditinjau dari teori fungsi manajemen,

maka hal tersebut merupakan fungsi manajer ke luar organisasi yang dijelaskan

oleh Siswanto (2013:27) sebagai suatu aktivitas dari seorang manajer yang

memiliki kepentingan dengan pihak luar. Adapun, hal-hal yang termasuk ke

dalam fungsi tersebut menurut Siswanto (2013:27) salah satunya adalah

membangun kerja sama dengan pihak luar seperti pemerintah maupun dengan

sektor swasta dalam maupun luar negeri. Keterlibatan banyak pihak dalam

mendukung proses implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen merupakan bentuk kerja sama antara Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang melalui UPT

Pengelolaan Taman selaku pelaksana yang berwenang dalam

mengimplementasikan program, dengan berbagai pihak seperti lintas perangkat

daerah, sektor swasta dan masyarakat. Adapun, masing-masing pihak memiliki

134

Page 151: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

78

tugas yang berbeda-beda dan dilakukan untuk membantu merealisasikan tujuan

dari program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

2) Koordinasi antar Stakeholder

Tahapan pengorganisasian pada proses implementasi kebijakan merupakan

tahap pengaturan terhadap lima hal. Adapun, penetapan manajemen pelaksanaan

kebijakan merupakan salah satu hal yang diatur pada tahap ini. Widodo (2009:93)

memberikan penjelasan terhadap manajemen pelaksanaan kebijakan sebagai suatu

hal yang difokuskan dalam penentuan pola kepemimpinan dan koordinasi dalam

pelaksanaan sebuah kebijakan yang melibatkan banyak pihak. Dalam hal ini,

penetapan pola kepemimpinan yang tegas dan jelas sangat dibutuhkan untuk dapat

menentukan pihak yang bertindak sebagai koordinator dalam pelaksanaan

kebijakan.

Pada proses implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen terdapat banyak pihak yang terlibat. Selain Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang selaku implementor

program tersebut, pihak yang terlibat juga berasal dari berbagai kalangan seperti

masyarakat, sektor swasta, lintas perangkat daerah seperti Dinas Kehutanan

Kabupaten Malang dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, kecamatan

dan desa. Adapun, pihak-pihak tersebut melakukan koordinasi dalam berbagai hal

seperti Dinas Lingkungan Hidup yang berkoordinasi dengan pihak kecamatan,

desa dan masyarakat untuk meningkatkan peran serta masyarakat melalui aksi

penanaman bibit tanaman serta Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

135

Page 152: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

79

Cipta Karya yang berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan untuk mendatangkan

CSR.

Mengacu pada uraian tersebut, apabila ditinjau dari sudut pandang teoritis,

maka adanya koordinasi yang dilakukan merupakan bentuk penetapan manajemen

pelaksanaan dari proses implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen. Koordinasi tersebut dilakukan untuk merealisasikan tujuan

dari program tersebut secara cepat. Namun, mengacu pada teori yang telah

disebutkan, bentuk koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut tidak

menunjukan Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang sebagai koordinator pada proses implementasi program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Hal ini dikarenakan tidak

adanya pola kepemimpinan secara jelas dan tegas untuk mengarahkan pihak-pihak

tersebut dalam berkoordinasi. Adapun hal yang demikian hanya dapat ditemukan

pada bentuk koordinasi antar bidang pada Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang karena pada dokumen Renstra

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

telah dijelaskan pola kepemimpinan yang dituangkan dalam bentuk bagan struktur

organisasi dimana pimpinan dijabat oleh kepala dinas dan pelaksana teknis

dilaksanakan oleh UPT Pengelolaan Taman. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat pihak yang bertindak sebagai koordinator pada proses

implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

Meskipun, dalam hal ini Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang adalah implementor dari program tersebut. Hal ini dapat

136

Page 153: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

80

dijelaskan bahwa koordinasi yang dilakukan oleh berbagai pihak tidak terdapat

pola kepemimpinan yang jelas dan tegas. Adanya pola kepemimpinan yang tegas

dan jelas dapat membantu menentukan pihak yang bertindak sebagai koordinator.

Namun, jika dalam suatu pelaksanaan program yang melibatkan banyak pihak

tidak terdapat pola kepemimpinan, maka pihak yang bertindak sebagai

koordinator tidak dapat ditentukan dalam hal ini.

3) Ketersediaan Petunjuk Pelaksanaan

Proses implementasi suatu program harus ditunjang dengan ketersediaan

pedoman pelaksanaan karena hal ini digunakan oleh pihak pelaksana sebagai

acuan dalam bertindak. Widodo (2009:92) memperjelas pernyataan tersebut

dengan memberikan penjelasan bahwa setiap kebijakan yang dibuat perlu

ditunjang dengan adanya pedoman pelaksanaan yang dapat membantu kelancaran

dalam proses implementasi suatu program. Pedoman pelaksanaan tersebut dapat

berupa Standard Operating Procedure (SOP) maupun Standar Pelayanan Minimal

(SPM). Hal tersebut sangat membantu pihak pelaksana dalam bertindak dan

mencegah perbedaan sikap dalam menghadapi suatu permasalahan saat proses

implementasi berlangsung. Sehingga, dapat dikatakan bahwa ketersediaan

pedoman pelaksanaan sangat penting dalam menunjang proses implementasi

program.

Selaras dengan hal tersebut, program pengelolaan RTH merupakan

program yang dirancang untuk melaksanakan amanat dan mewujudkan tujuan

yang tertuang di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang. Sehingga dalam pelaksanaan program tersebut, Undang-Undang No. 26

137

Page 154: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

81

Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang menjadi acuannya. Namun, sesuai dengan

pernyataan dari Nugroho (2008:495) yang mengemukakan bahwa undang-undang

merupakan kebijakan publik yang masih memerlukan kebijakan penjelas yang

lebih bersifat operasional, maka kebijakan penataan ruang tersebut tidak dapat

dikatakan sebagai pedoman pelaksanaan dari program pengelolaan RTH. Hal ini

mengingat kebijakan penataan ruang tersebut merupakan jenis kebijakan publik

yang masih bersifat abstrak dan memerlukan kebijakan atau keputusan yang lebih

bersifat teknis operasional.

Berkaitan dengan ketersediaan pedoman atau petunjuk pelaksanaan dari

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen yang sifatnya paling

operasional dalam hal ini ialah Keputusan Kepala Dinas melalui penetapan

Rencana Strategis Dinas yang selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja

Dinas. Adapun pada Renja Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang telah tersusun indikator kinerja sasaran dengan

Standard Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dipenuhi di tahun yang

bersangkutan. Khususnya, dalam melaksanakan program pengelolaan RTH pada

Renja Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang tahun 2016 telah terumuskan indikator kinerja sasaran yaitu persentase

(Taman Kota) RTH publik sebesar 20 % dari luas wilayah kota atau kawasan

perkotaan dengan SPM yang harus dipenuhi pada tahun 2015 adalah 0,15 %.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini Renja menjadi petunjuk

teknis bagi pihak pelaksana program dalam mencapai target yang telah ditetapkan

karena di dalam Renja telah dirumuskan teknis pelaksanaan atas program tersebut

138

Page 155: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

82

seperti adanya indikator kinerja sasaran dengan Standard Pelayanan Minimal

(SPM) yang harus dipenuhi.

4) Sumber Daya

Kesuksesan proses implementasi yang sedang berlangsung setidaknya

harus didukung oleh tiga macam sumber daya yaitu manusia, keuangan serta

sarana dan prasarana. Hal ini dikarenakan sesuai dengan pernyataan dari Edward

III dalam Widodo (2009:98) yang mengemukakan bahwa sumber daya merupakan

hal penting yang harus tersedia dalam menunjang proses implementasi dari

sebuah program. Hal ini dikarenakan dengan adanya sumber daya yang memadai,

maka proses implementasi program dapat berjalan dengan baik. Namun, jika

kondisi menunjukan hal yang sebaliknya, maka proses implementasi program

tidak akan berjalan secara efektif, meskipun peraturannya telah ditetapkan secara

jelas dan konsisten. Oleh sebab itu, dalam proses implementasi program

pengelolaan RTH ini pelaksanaannya juga memanfaatkan sumber daya manusia,

keuangan dan peralatan (sarana dan prasarana).

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia pada pelaksanaan program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen adalah pihak pelaksana yang bertanggung jawab

dalam pelaksanaan program tersebut. Pada pelaksanaan program pengelolaan

RTH ini sumber daya manusia yang dikerahkan adalah pihak dari Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang. Hal ini

karena sesuai tugas pokok dan fungsi, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

dan Cipta Karya Kabupaten Malang memiliki tugas pokok untuk melaksanakan

139

Page 156: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

83

urusan pemerintahan daerah bidang perumahan dan kawasan permukiman serta

bidang cipta karya serta mengemban salah satu fungsi yakni penyelenggara

pembangunan prasarana dan sarana Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Adanya kesesuaian antara pihak pelaksana dengan tugas, pokok dan fungsi

yang diemban tersebut sesuai dengan pendapat dari Widodo (2009:89) yang

mengemukakan bahwa penetapan pelaku kebijakan juga harus disertai pula

dengan penetapan tugas, pokok dan fungsi beserta kewenangan dan tanggung

jawab dari pelaku kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, atas dasar pendapat tersebut

maka Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang ditetapkan sebagai pelaksana yang bertanggung jawab terhadap

implementasi program pengelolaan RTH mengingat program tersebut sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi yang dimilliki oleh dinas tersebut. Dengan

demikian, sumber daya manusia yang dimanfaatkan dalam pelaksanaan program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan RTH adalah para aparatur Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang.

Adapun, untuk menentukan kondisi sumber daya manusia dalam

implementasi program pengelolaan RTH ini dilakukan peninjauan terhadap

kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang mengingat menurut pendapat

yang dikemukakan oleh Edward III dalam Widodo (2009:98) bahwa sumber daya

manusia haruslah dalam kondisi yang cukup dalam segi jumlah dan memadai

dalam segi keahlian.

140

Page 157: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

84

Secara umum, kondisi sumber daya manusia di Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang apabila ditinjau dari

segi kualitas menunjukan bahwa setengah dari jumlah keseluruhan sumber daya

manusia yang dimiliki telah menamatkan pendidikannya di jenjang

SLTA/sederajat yaitu sebesar 238. Sedangkan, aparatur yang menempuh jenjang

pendidikan tinggi menunjukan jumlah yang lebih sedikit bila dibandingkan

dengan jumlah aparatur yang menempuh jenjang pendidikan SLTA/sederajat yaitu

sebesar 88. Namun, terlepas dari latar belakang pendidikan, sumber daya manusia

yang dimiliki oleh Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang khususnya sumber daya manusia yang bertugas di lapangan

memiliki kualitas yang sudah memadai. Hal ini dikarenakan pihak dari UPT

Pengelolaan Taman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang telah memberikan kegiatan pelatihan bagi tim yang bertugas di

lapangan sebelum tim tersebut disebar ke berbagai lokasi RTH. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa kualitas sumber daya manusia dalam implementasi

program pengelolaan RTH ini telah memadai karena telah diadakannya kegiatan

pelatihan dalam rangka meningkatkan keterampilan bagi para pegawai.

Sementara itu, ditinjau dari segi kuantitas, jumlah sumber daya manusia

yang bertugas di kantor pusat dirasa sudah mencukupi karena jumlah keseluruhan

aparatur yang ada di Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang mencapai 451 orang. Namun, hal tersebut lain halnya dengan

jumlah sumber daya manusia yang bertugas di lapangan karena menurut hasil

wawancara menunjukan bahwa jumlah personil yang bertugas di lapangan

141

Page 158: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

85

berjumlah 42 orang. Adapun jumlah tersebut dirasa sangat kurang mencukupi

karena setiap satu orang harus melakukan kegiatan pemeliharaan RTH pada

luasan 400 m2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat

ketidakseimbangan antara jumlah sumber daya manusia dengan beban kerja yang

ada.

Berdasarkan keseluruhan penjelasan, maka dapat diketahui bahwa secara

kualitas tidak terdapat kendala. Namun, secara kuantitas terdapat kendala dimana

antara jumlah sumber daya manusia yang bertugas di lapangan tidak sebanding

dengan beban kerja yang harus ditanggung oleh per orangnya. Secara teori, hal

tersebut dapat menyebabkan proses implementasi program pengelolaan RTH

menjadi terhambat karena seperti yang diungkapkan oleh Widodo (2009:98-99)

bahwa efektivitas pelaksanaan kebijakan sangat ditentukan oleh kondisi sumber

daya manusia yang bertanggung jawab atas hal tersebut, baik dari segi kuantitas

maupun kualitas. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara kualitas dengan

kuantitas sumber daya manusia, maka implementasi dari suatu program tidak akan

dapat berjalan dengan baik meskipun aturan main dari implementasi program

tersebut telah ditetapkan dengan jelas. Oleh sebab itu, dalam proses implementasi

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen harus

mempertimbangkan kembali tentang sumber daya manusia yang digunakan baik

secara kualitas maupun secara kuantitas agar proses implementasi dari program

tersebut dapat berjalan secara efektif.

142

Page 159: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

86

b. Sumber Daya Keuangan

Pada proses implementasi program, salah satu sumber daya lainnya yang

sangat penting untuk menunjang kelangsungan kegiatan operasionalisasi adalah

sumber daya keuangan atau anggaran. Ketersediaan anggaran menjadi hal yang

harus dipertimbangkan terutama terhadap penetapan besaran dan sumber dari

anggaran tersebut (Widodo, 2009:92). Sementara itu, ketersediaan sumber daya

ini akan sangat berpengaruh pada proses implementasi dari sebuah program

karena sesuai dengan pendapat dari Edward III dalam Widodo (2009:100) bahwa

ketersediaan anggaran yang terbatas dapat berdampak pada menurunnya kualitas

pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Hal tersebut juga sama

seperti halnya dalam proses implementasi program karena jika anggaran yang

digunakan terbatas, maka implementasi dari suatu kebijakan maupun program

tidak akan berjalan secara maksimal.

Pada proses implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen, pihak Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Cipta

Karya Kabupaten Malang pun juga telah menyiapkan anggaran setiap tahunnya

untuk operasionalisasi program tersebut. Adapun anggaran tersebut bersumber

dari APBD Kabupaten Malang yang telah dialokasikan sesuai dengan kebutuhan.

Berkaitan dengan besaran anggaran yang digunakan untuk proses implementasi

program pengelolaan RTH ini dapat diketahui dengan mengacu pada Review

Renstra Dinas Lingkungan Hidup Tahun 2011-2015 dan Review Renstra Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Tahun 2011-2015. Pada

kedua dokumen tersebut telah dirumuskan besaran anggaran untuk setiap kegiatan

143

Page 160: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

87

pelaksanaan dari program pengelolaan RTH. Pada tahun anggaran 2015, anggaran

yang disediakan untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan RTH adalah sebesar

Rp. 3.450.594.600. Sedangkan, untuk pelaksanaan kegiatan peningkatan peran

serta masyarakat dalam pengelolaan RTH adalah sebesar Rp. 500.000.000.

Dengan demikian, besaran anggaran yang disediakan untuk

mengimplementasikan program pengelolaan RTH di tahun anggaran 2015 adalah

sebesar Rp. 3.950.594.000.

Adanya penetapan anggaran tersebut oleh Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang merupakan bentuk

memobilisasikan dana yang telah diperoleh. Secara teori, hal ini dipahami sebagai

tahap implementasi kebijakan dimana kebijakan yang telah diadopsi tersebut

dilaksanakan oleh unit-unit administratif tertentu dengan memobilisasikan dana

dan sumberdaya yang ada (Keban, 2004:67). Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang selaku pihak pelaksana yang

bertanggung jawab dalam pelaksanaan program pengelolaan RTH, telah

merumuskan pendanaan indikatif untuk operasionalisasi program pengelolaan

RTH pada Renstra Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang.

Namun, disisi lain, anggaran yang digunakan untuk mengimplementasikan

program pengelolaan RTH oleh Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang dikatakan belum memadai apabila disesuaikan

dengan kebutuhan di lapangan. Belum memadainya anggaran tersebut disebabkan

oleh keterbatasan APBD Kabupaten Malang, sehingga dalam pengalokasiannya

144

Page 161: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

88

harus menganut prinsip keadilan mengingat terdapat banyak program

pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Malang melalui

perangkat daerah terkait. Secara teori, hal tersebut menunjukan bahwa program

pengelolaan RTH memiliki sumber daya keuangan yang terbatas untuk

pengimplementasiannya. Jika anggaran yang digunakan terbatas, maka

implementasi dari program tersebut tidak akan berjalan secara optimal.

Berdasarkan hasil wawancara, program pengelolaan RTH ini tetap

dilaksanakan untuk dapat memenuhi luasan RTH perkotaan secara ideal dengan

melaksanakannya secara bertahap setiap tahunnya karena untuk mencapai target

tersebut tidak dapat dipenuhi hanya dengan satu kali anggaran. Hal ini berarti

bahwa dalam mengimplementasikan program pengelolaan RTH terdapat kendala

berupa keterbatasan anggaran yang diperoleh, sehingga upaya dalam mencapai

target ketersediaan RTH sebesar 30 % tersebut harus dilakukan secara bertahap

oleh pihak Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten

Malang.

c. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Ketersediaan dan macam sarana dan prasarana yang digunakan juga

menjadi salah satu hal yang diprioritaskan untuk menunjang kesuksesan

implementasi dari sebuah program. Widodo (2009: 92-93) menjelaskan bahwa

macam, jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan sangat bervariasi dan

tergantung pada macam dan jenis kebijakan yang akan dilaksanakan. Selain itu,

dukungan peralatan yang cukup dan memadai juga akan berpengaruh terhadap

145

Page 162: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

89

efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan kebijakan. Disisi lain, Edward III

dalam Widodo (2009:102) juga memberikan penjelasan tentang ketersediaan

sumber daya peralatan yang dapat memudahkan dalam pengimplementasian suatu

program karena sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan sebagai

penunjang dalam kegiatan operasionalisasi implementasi dari suatu program.

Dengan demikian, mengacu pada dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

ketersediaan peralatan, yang dapat berupa sarana maupun prasarana juga dapat

mempengaruhi proses implementasi dari suatu program. Apabila ketersediaan

sarana dan prasarana yang digunakan terbatas, maka akan berdampak terhadap

kelancaran proses implementasi dari sebuah program.

Pada implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen ini bentuk dukungan dari segi sumber daya sarana dan prasarana dapat

dikatakan belum memadai untuk ketersediaan prasarananya. Hal ini dikarenakan

lahan sebagai prasarana utama dalam mendukung proses implementasi program

pengelolaan RTH tidak memadai secara kuantitas. Kondisi tersebut disebabkan

oleh sulitnya pengadaan lahan di Kawasan Perkotaan Kepanjen karena untuk

mendapatkan lahan dibutuhkan biaya yang besar. Selain itu, lahan yang masih

kosong pun juga sudah jarang ditemukan di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Secara

teori, hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Edward

III karena lahan yang merupakan prasarana untuk menambah luasan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen kurang memadai. Sehingga, sesuai dengan

pendapat dari Widodo, hal tersebut dapat mempengaruhi proses implementasi

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen mengingat program

146

Page 163: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

90

tersebut didukung oleh sumber daya prasarana berupa lahan yang kurang

memadai.

c) Aplikasi

1) Penyusunan Rencana Operasional Program

Ditinjau dari sudut pandang manajemen, terdapat fungsi-fungsi

manajemen yang kaitannya dengan implementasi kebijakan publik adalah

mendukung pencapaian tujuan dari kebijakan yang diimplementasikan melalui

fungsi-fungsi manajemen agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Secara teori, di dalam sebuah proses manajemen terdapat beberapa fungsi

manajemen yang merupakan representasi atas tugas-tugas yang dikerjakan oleh

seorang manajer (Terry, 2013:15). Adapun dari beberapa fungsi manajemen yang

ada, terdapat fungsi perencanaan yang merupakan fungsi yang bersifat

fundamental dalam suatu proses manajemen karena perencanaan adalah fungsi

yang dapat ditemukan dalam setiap model-model fungsi manajemen yang

dikemukakan oleh beberapa ahli.

Menurut Terry (2013:17), perencanaan dalam proses manajemen berfungsi

dalam menentukan serangkaian kegiatan yang harus dikerjakan oleh sekelompok

orang dalam rangka mencapai tujuan tertentu, sehingga kegiatan pengambilan

keputusan juga terdapat dalam hal ini. Adapun dalam perwujudannya, terdapat

berbagai macam jenis perencanaan dimana salah satunya adalah rencana

operasional. Menurut Terry (2013:62), rencana operasional dijelaskan sebagai

rencana yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan

147

Page 164: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

91

oleh pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut dengan memanfaatkan

beberapa sumber daya yang tersedia.

Program pengelolaan RTH merupakan bentuk implementasi dari

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang memiliki

tujuan untuk mewujudkan amanat dari kebijakan penataan ruang secara umum

dan untuk meningkatkan pengelolaan RTH kawasan perkotaan yang ditandai oleh

meningkatnya pengembangan dan pemeliharaan RTH kawasan perkotaan.

Sehingga, untuk mencapai tujuan tersebut, maka penerapan fungsi manajemen

dilakukan dalam hal ini termasuk fungsi perencanaan. Seperti yang diungkapkan

oleh Terry (2013:16) bahwa fungsi perencanaan adalah fungsi yang bersifat

fundamental dalam suatu proses manajemen, sehingga pada setiap pelaksanaan

kebijakan maupun program selalu diawali oleh kegiatan perencanaan, termasuk

program pengelolaan RTH yang diimplementasikan saat ini.

Adapun perencanaan yang dilakukan untuk mengimplementasikan

program pengelolaan RTH tersebut diwujudkan melalui penyusunan kerangka

acuan. Secara teori, diadakannya penyusunan kerangka acuan untuk program

tersebut merupakan jenis perencanaan operasional karena sesuai dengan pendapat

dari Terry, pada proses penyusunan kerangka acuan tersebut terdapat kegiatan

mengaktifkan sumber-sumber fisik yang dalam hal ini berupa uang (anggaran).

Kegiatan tersebut merupakan hal yang pertama dilakukan setelah anggaran

diperoleh dengan mendistribusikannya sesuai dengan kebutuhan yang ada,

sehingga dalam hal ini kemudian muncul berbagai kegiatan yang harus

dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau dengan kata lainnya

148

Page 165: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

92

adalah jadwal kegiatan (schedule). Sebagaimana teori yang telah dikemukakan

oleh Terry, ditetapkannya jadwal kegiatan dalam proses penyusunan kerangka

acuan merupakan salah satu hal yang juga dicakup dalam perencanaan

operasional. Dengan demikian, adanya proses penyusunan kerangka acuan untuk

program pengelolaan RTH merupakan bentuk penerapan atas fungsi perencanaan

dalam rangka mencapai tujuan dari program pengelolaan RTH dimana

penyusunan kerangka acuan tersebut merupakan perencanaan yang berbentuk

rencana operasional.

Sementara itu, proses penyusunan kerangka acuan program pengelolaan

RTH apablia ditinjau dari sudut pandang teori tentang perencanaan, maka proses

penyusunan rencana operasional program pengelolaan RTH berupa kerangka

acuan tersebut dapat dikatakan tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

Siswanto (2013:45-46) bahwa perencanaan adalah proses yang terdiri dari

serangkaian aktivitas yaitu pertama, prakiraan yang merupakan kegiatan meramal

masa depan kemudian menarik suatu kesimpulan atas fakta yang diketahui.

Kedua, aktivitas dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan

pekerjaan. Ketiga, pemrograman yang merupakan suatu aktivitas dalam

menentukan langkah utama beserta penanggung jawab atas setiap langkah tersebut

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keempat, penjadwalan yang

merupakan kegiatan untuk menetapkan urutan pelaksanaan berbagai macam

kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kelima, penganggaran yaitu

aktivitas menyusun pernyataan tentang sumber daya keuangan yang akan

digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilaksanakan. Keenam,

149

Page 166: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

93

pengembangan prosedur yang merupakan aktivitas dalam menormalisasikan cara,

teknik maupun metode pelaksanaan suatu pekerjaan. Ketujuh, penetapan dan

interpretasi kebijakan yaitu aktivitas menentukan keputusan yang bersifat tetap

beserta menetapkan syarat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perkerjaan

yang akan dilakukan oleh manajer dan para bawahannya.

Adapun, ketidaksesuaian tersebut dikarenakan proses penyusunan

kerangka acuan diawali dengan mendistribusikan anggaran yang diperoleh sesuai

dengan kebutuhan yang ada. Kemudian, muncul berbagai kegiatan yang harus

dilaksanakan dan penetapan waktu pelaksanaan untuk kegiatan tersebut. Dalam

hal ini disebut dengan kegiatan penyusunan jadwal kegiatan (schedule).

2) Pelaksanaan Rencana Operasional Program

Setalah dilakukan proses penyusunan rencana operasional program

pengelolaan RTH berupa kerangka acuan, maka hal yang selanjutnya dilakukan

adalah pelaksanaan kerangka acuan tersebut. Adapun dalam pelaksanaannya,

Terry (2013:71) menjelaskan bahwa terdapat karakteristik tertentu di dalam

pelaksanaan perencanaan yaitu pertama, tempat untuk mengawali perencanaan

yang dapat diawali dari tingkatan tertinggi maupun tingkat bawah pada suatu

organisasi. Kedua, pengaruh dari elemen manusia dimana keberhasilan dari

pelaksanaan rencana sangat bergantung pada cara para pegawai dalam

melaksanakan tugasnya. Ketiga, adanya dua unsur sebagai komponen di dalam

rencana yaitu variabel dan konstan. Keempat, proses percobaan dari perencanaan

yang semula diawali dengan pembuatan konsep dasar dan data kemudian

disempurnakan hingga menjadi rencana akhir.

150

Page 167: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

94

Sebagaimana pendapat tersebut dan berdasarkan atas perolehan data

penelitian, maka dapat dianalisis bahwa pelaksanaan kerangka acuan sebagai

bentuk rencana operasional bagi program pengelolaan RTH mencerminkan

karakteristik yang kedua yaitu pengaruh dari elemen manusia. Hal ini dikarenakan

meskipun rencana telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal kegiatan, namun

dalam kenyataannya pelaksanaan rencana tersebut menuai hambatan karena

terdapat ketidakseimbangan antara kapasitas yang dimiliki dengan kegiatan yang

harus dilaksanakan untuk mencapai target tertentu. Hal ini terjadi karena terdapat

perubahan terhadap satuan untuk menentukan luasan RTH menjadi meter persegi.

Sehingga, pihak pelaksana sebagai sumber daya manusia yang memikul tanggung

jawab untuk melaksanakan rencana tersebut harus bekerja keras untuk

menyelesaikan hambatan tersebut karena jika pelaksanaan kegiatan tidak sesuai

dengan jadwal kegiatan, maka pihak pelaksana akan mendapatkan teguran.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan rencana operasional

program pengelolaan RTH yang berupa kerangka acuan ini sangat dipengaruhi

oleh faktor sumber daya manusia karena pelaksanaannya sangat ditentukan oleh

bagaimana pihak pelaksana tersebut mampu melaksanakan tugasnya sesuai

dengan yang direncanakan.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Pengelolaan

RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

Program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen dalam

pengimplementasiannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sifatnya dapat

151

Page 168: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

95

mendukung maupun menghambat jalannya proses implementasi tersebut. oleh

sebab itu, pada pembahasan ini dijelaskan tentang faktor pendukung dan

penghambat dari implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen.

a) Faktor Pendukung

1) Faktor Kebijakan

Pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang telah

jelas disebutkan bahwa setiap wilayah kota maupun kawasan perkotaan agar dapat

menyediakan RTH dengan ketentuan minimal sebesar 30 % dari total luas suatu

wilayah kota maupun kawasan perkotaan. Ketentuan tersebut terdiri dari 20 %

RTH publik dan 10 % RTH privat. Adanya ketentuan tersebut membuat pihak

pemerintah daerah termasuk Pemerintah Kabupaten Malang diwajibkan untuk

menyediakan RTH sebesar 30 % di kawasan perkotaan Kabupaten Malang

khususnya Kawasan Perkotaan Kepanjen. Menanggapi adanya kebijakan tersebut,

Pemerintah Kabupaten Malang menetapkan kebijakan tentang rencana tata ruang

wilayah untuk Kabupaten Malang melalui Peraturan Daerah Kabupaten Malang

No. 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang

beserta kebijakan tentang rencana detail tata ruang Kabupaten Malang yaitu

Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 5 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail

Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-2034

sebagai bentuk kebijakan operasional bagi Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

Tentang Penataan.

152

Page 169: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

96

Secara teori, adanya kedua peraturan daerah tersebut dapat dikatakan

sebagai bentuk implementasi dari kebijakan penataan ruang karena sesuai dengan

pendapat dari Nugroho (2008:494) yang menyatakan bahwa pada prinsipnya

implementasi kebijakan merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai

tujuannya melalui mengimplementasikannya dalam bentuk program atau melalui

formulasi kebijakan turunan dari kebijakan publik tersebut. Adapun,

ditetapkannya kedua Peraturan Daerah Kabupaten Malang tersebut juga sekaligus

untuk memenuhi amanat dan tujuan yang termuat di dalam kebijakan penataan

ruang melalui upaya perencanaan tata ruang.

Berkaitan dengan perencanaan tata ruang, Mirsa (2012:40-42)

memberikan penjelasan bahwa dalam proses penataan ruang terdapat tiga hal

utama yang harus diperhatikan dalam menata ruang yaitu perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Adapun, perencanaan

tata ruang menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,

pasal 1 ayat 13 adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola

ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Atas dasar

tersebut, maka adanya Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 5 Tahun 2014

Tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan

Kepanjen Tahun 2014-2034 merupakan bentuk rencana tata ruang yang telah

ditetapkan untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang di Kawasan

Perkotaan Kepanjen. Peraturan daerah tersebut merupakan peraturan yang

menjelaskan tentang rencana tata ruang untuk Kawasan Perkotaan Kepanjen

secara rinci, sehingga segala ketentuan tentang pemanfaatan ruang hingga

153

Page 170: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

97

pembagian zona diatur dalam peraturan tersebut termasuk penetapan untuk

rencana zona RTH kota.

Adanya, penetapan rencana zona RTH kota pada Peraturan Daerah

Kabupaten Malang No. 5 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang

(RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-2034 disadari telah

memberikan dukungan dalam proses implementasi program pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen. Hal ini dikarenakan urusan dalam hal penempatan

lokasi RTH telah ditentukan atau dipetakan melalui penetapan rencana zona RTH

kota pada peraturan daerah tersebut. Sehingga, pihak pelaksana program dalam

hal ini dapat menjadikan peraturan daerah tersebut acuan dalam melaksanakan

tugasnya terutama dalam mengelola dan mengadakan pembangunan RTH.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adanya Peraturan Daerah Kabupaten

Malang No. 5 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian

Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-2034 merupakan faktor yang

mendukung dalam implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen mengingat program tersebut secara konseptual terintegrasi

dengan amanat yang tertuang di dalam kebijakan penataan ruang yaitu

menyediakan RTH sebesar 30 % dari total luas suatu wilayah kota maupun

kawasan perkotaan.

2) Faktor Keterlibatan Masyarakat

Pada program pengelolaan RTH terdapat salah satu kegiatan pelaksanaan

yaitu kegiatan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan RTH.

Apabila dipahami, kegiatan tersebut berorientasi pada upaya membangun

154

Page 171: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

98

kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar termasuk

RTH. Sehingga, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Malang melalui perangkat

daerah terkait berusaha agar terdapat suatu upaya kerja sama antara pemerintah

dengan masyarakat dalam pengelolaan RTH.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa upaya yang dilakukan

oleh Pemerintah Kabupaten Malang dalam melibatkan masyarakat pada

implementasi program pengelolaan RTH sesuai dengan teori manajemen yang

diungkapkan oleh Hersey dan Blanchard dalam Siswanto (2013:2) yang

mengemukakan bahwa manajemen merupakan usaha kerja sama yang melibatkan

individu-individu atau kelompok dalam rangka mencapai tujuan dari suatu

organisasi. Hal ini dikarenakan upaya tersebut merupakan salah satu cara yang

tepat untuk dapat mencapai tujuan dari program pengelolaan RTH melalui

partisipasi dari masyarakat.

Disamping itu, sesuai dengan salah satu fungsi manajemen yaitu motivasi,

maka di dalam upaya untuk mencapai tujuan dari program pengelolaan RTH

secara efektif dan efisien, pihak pemerintah harus dapat memotivasi masyarakat

agar masyarakat terdorong untuk berpartisipasi dalam mengelolan RTH. Secara

teori, motivasi tersebut di dalam proses manajemen merupakan salah satu fungsi

yang dijelaskan oleh Siswanto (2013:25) sebagai tugas dari seorang manajer

dalam menciptakan kondisi kerja yang dapat memotivasi bawahannya agar para

bawahan tersebut terdorong untuk berperilaku dan bertindak dalam mencapai

tujuan.

155

Page 172: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

99

Sebagaimana dengan pendapat tersebut, untuk dapat memotivasi

masyarakat di Kawasan Perkotaan Kepanjen agar terdorong untuk memiliki rasa

tanggung jawab dalam menjaga lingkungan sekitar termasuk RTH, maka Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Malang selaku perangkat daerah yang

melaksanakan kegiatan peningkatan peran serta masyarakat dalam mengelola

RTH untuk program pengelolaan RTH pada tahun 2015 melakukan sebuah

tindakan yang dapat memotivasi masyarakat di Kawasan Perkotaan Kepanjen

melalui pengadaan bibit tanaman yang disesuaikan dengan keingingan dari

masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan pihak Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Malang hanya bertindak sebagai penyedia saja, sementara masyarakat

setempatlah yang diserahi tugas mulai dari kegiatan penanaman hingga

perawatan. Oleh sebab itu, agar masyarakat di Kawasan Perkotaan Kepanjen

bersedia untuk melakukan kegiatan tersebut, pihak Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Malang memberikan bibit tanaman yang disesuaikan dengan keinginan

dari masyarakat setempat, selain itu, masyarakatlah yang nantinya juga akan

menikmati hasil dari kegiatan tersebut. Dengan demikian, adanya tindakan yang

dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang tersebut merupakan

bentuk terobosan yang dilakukan untuk mendorong masyarakat agar bertindak

untuk mencapai tujuan dari program pengelolaan RTH tersebut.

b) Faktor Penghambat

1) Faktor Sumber Daya

Sumber daya merupakan unsur yang paling penting dalam menunjang

kelancaran implementasi dari sebuah kebijakan maupun program. Hal tersebut

156

Page 173: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

100

sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Edward III dalam Widodo (2009:98)

bahwa sumber daya merupakan hal penting yang harus tersedia dalam menunjang

proses implementasi dari sebuah program. Hal ini dikarenakan dengan adanya

sumber daya yang memadai, maka proses implementasi program dapat berjalan

dengan baik. Namun, jika kondisi menunjukan hal yang sebaliknya, maka proses

implementasi program tidak akan berjalan secara efektif, meskipun peraturannya

telah ditetapkan secara jelas dan konsisten.

Adapun dalam implementasi program pengelolaan RTH, sumber daya

yang tersedia untuk menunjang kegiatan operasionalisasi program tersebut belum

memadai apabila ditinjau dari segi sumber daya manusia, prasarana dan keuangan.

Secara teori, adanya sumber daya yang belum memadai tersebut menyebabkan

jalannya implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen tidak efektif. Sehingga, dapat dikatakan bahwa keterbatasan sumber

daya tersebut telah menjadi penghambat tersendiri dalam proses implementasi

program pengelolaan RTH yang menyebabkan program tidak dapat berjalan

secara efektif. Adapun penjelasan dari masing-masing sumber daya yang

menghambat proses implementasi program tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keterbatasan Sumber Daya Prasarana

Ketersediaan lahan merupakan salah satu sumber daya prasarana yang

digunakan untuk menunjang implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan

Perkotaan Kepanjen sebab program tersebut merupakan program pembangunan

yang bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan RTH kawasan perkotaan yang

157

Page 174: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

101

ditandai oleh meningkatnya pengembangan dan pemeliharaan RTH kawasan

perkotaan dengan memanfaatkan ruang berupa lahan untuk pengadaan RTH di

Kawasan Perkotaan Kepanjen.

Secara teori, hal tersebut merupakan bentuk pemanfaatan ruang yang

dijelaskan oleh Mirsa (2012:41) sebagai serangkaian program kegiatan

pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan ruang menurut jangka waktu

yang telah ditetapkan di dalam rencana tata ruang. Sebagaimana pendapat

tersebut, program pengelolaan RTH juga mengacu pada Peraturan Daerah

Kabupaten Malang No. 5 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang

(RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-2034 dalam hal

pengadaan RTH melalui pemanfaatan ruang di Kawasan Perkotaan Kepanjen.

Oleh sebab itu, mengacu pada hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa ruang

berupa lahan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam

rangka mewujudkan tujuan akan tercapainya prosentase sebesar 30 % di Kawasan

Perkotaan Kepanjen mengingat dengan adanya ketersediaan lahan yang memadai,

maka kegiatan pengadaan RTH akan mudah untuk diwujudkan.

Namun , kondisi yang demikian tidak dijumpai pada Kawasan Perkotaan

Kepanjen sebab pengadaan lahan sendiri di Kawasan Perkotaan Kepanjen sangat

sulit mengingat tidak mudah dan tidak murahnya lahan yang tersedia di Kawasan

Perkotaan Kepanjen. Menurut data yang diperoleh pun menunjukan bahwa

persentase lahan yang telah terpakai menurut jenis di Kawasan Perkotaan

Kepanjen telah mencapai angka 88,74 %. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat

pemanfaatan ruang berupa lahan di Kawasan Perkotaan Kepanjen sangat tinggi.

158

Page 175: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

102

Disamping itu, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Widodo

(2009: 92-93) bahwa dukungan peralatan yang cukup dan memadai juga akan

berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan kebijakan,

maka ketersediaan lahan di Kawasan Perkotaan Kepanjen sebagai prasarana yang

kurang memadai dapat mempengaruhi implementasi program pengelolaan RTH

dalam mencapai tujuannya sebab dengan terbatasnya lahan yang tersedia, maka

upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH di Kawasan Perkotaan

Kepanjen agar mencapai 30 % dapat menuai hambatan. Oleh sebab itu,

ketersediaan lahan merupakan sumber daya prasarana yang menjadi penghambat

dalam implementasi program pengelolaan RTH karena ketersediaannya yang

kurang memadai.

b. Keterbatasan Jumlah Sumber Daya Manusia

Implementasi dari sebuah program harus didukung oleh sumber daya

manusia yang menurut Edward III dalam Widodo (2009:98) harus memadai baik

dari sisi kualitas maupun kuantitas. Sebagaimana pendapat tersebut, pada

implementasi program pengelolaan RTH pun juga harus didukung oleh sumber

daya manusia yang cakap dan cukup, sehingga proses implementasi dari program

tersebut dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini, peninjauan terhadap sumber

daya manusia untuk implementasi program pengelolaan RTH dilakukan dengan

meninjau kondisi sumber daya manusia pada Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang mengingat sesuai dengan tugas,

pokok dan fungsi yang dimiliki, dinas tersebut memiliki kewenangan dalam

menjalankan program tersebut, sehingga Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

159

Page 176: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

103

dan Cipta Karya Kabupaten Malang bertindak sebagai implementor untuk

program pengelolaan RTH.

Secara teknis, dinas tersebut membentuk UPT Pengelolaan Taman untuk

menangani urusan dibidang RTH serta mengerahkan sejumlah personil untuk

melaksanakan kegiatan pemeliharaan RTH di lapangan. Ditinjau dari segi

kualitas, sumber daya manusia tersebut memiliki tingkat keterampilan yang

memadai karena telah diberikan pelatihan sebelum disebar ke seluruh lokasi RTH.

Namun, apabila ditinjau dari segi kuantitas, jumlah sumber daya manusia yang

melaksanakan kegiatan tersebut dapat dikatakan kurang memadai sebab terdapat

ketidaksesuaian antara jumlah personil yang dikerahkan di lapangan dengan beban

kerja yang harus ditanggung per satu orangnya. Dengan demikian, dapat diketahui

bahwa sumber daya manusia yang dimanfaatkan untuk proses implementasi

program pengelolaan RTH tidak sesuai antara kualitas dan kuantitas yang dimiliki

karena terdapat kendala dalam hal kuantitasnya.

Secara teori, kondisi yang demikian dapat menyebabkan jalannya

implementasi program pengelolaan RTH menjadi terhambat sebab sebagaimana

pendapat dari Widodo (2009:98-99) yang menjelaskan bahwa adanya keterbatasan

sumber daya manusia baik dari segi jumlah maupun kualitas dapat mempengaruhi

jalannya pelaksanaan dari suatu kebijakan karena pelaksanaannya tersebut tidak

dapat berjalan secara efektif. Atas dasar tersebut, maka jelas bahwa sekalipun

program pengelolaan RTH telah dirumuskan secara jelas di dalam Renstra Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang, namun

tidak didukung dengan adanya keterpaduan antara kualitas dan kuantitas sumber

160

Page 177: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

104

daya manusianya, maka proses implementasi program pengelolaan RTH akan

menuai hambatan. Dengan demikian, kondisi dari sumber daya manusia yang

menunjukan adanya jumlah yang kurang memadai dalam hal ini dapat menjadi

penghambat bagi kelancaran proses implementasi program pengelolaan RTH.

c. Keterbatasan Sumber Daya Keuangan

Sumber daya keuangan atau anggaran menjadi hal lain yang sangat

menentukan bagi kelancaran implementasi program pengelolaan RTH karena

ketersediaannya sangat dibutuhkan untuk mendukung dan membiayai proses

implementasi program pengelolaan RTH. Sehingga, dapat dikatakan bahwa

optimalnya implementasi program pengelolaan RTH sangat bergantung pada

ketersediaan anggaran. Apabila besaran anggaran tersebut memadai dan sesuai

dengan kebutuhan, maka implementasi program pengelolaan RTH dapat berjalan

dengan optimal. Namun, jika sebaliknya, maka proses implementasi dari program

tersebut akan menuai hambatan.

Selama ini, besaran anggaran yang disediakan untuk membiayai

implementasi program pengelolaan RTH bersumber dari APBD Kabupaten

Malang. Sementara itu, diketahui dari dokumen Review Renstra Dinas

Lingkungan Hidup Tahun 2011-2015 dan Review Renstra Dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Tahun 2011-2015, besaran anggaran

untuk mengimplementasikan program pengelolaan RTH pada tahun 2015 sebesar

Rp. 3.950.594.000. Adapun jumlah tersebut menunjukan nominal yang besar,

namun jumlah tersebut dapat dikatakan belum memadai untuk memenuhi

kebutuhan dalam mengimplementasikan program pengelolaan RTH. Belum

161

Page 178: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

105

memadainya anggaran tersebut dikarenakan terdapat keterbatasan di dalam APBD

Kabupaten Malang. Oleh sebab itu, pelaksanaan program pengelolaan RTH dalam

rangka menyediakan RTH di Kawasan Perkotaan sebesar 30 % harus dilakukan

secara bertahap dan tentunya akan membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Secara teori, adanya keterbatasan pada sumber daya anggaran tersebut

dapat mempengaruhi proses implementasi program pengelolaan RTH karena

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Edward III dalam Widodo

(2009:100) bahwa ketersediaan anggaran yang terbatas dapat berdampak pada

menurunnya kualitas pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Hal

tersebut juga sama seperti halnya dalam proses implementasi program karena jika

anggaran yang digunakan terbatas, maka implementasi dari suatu kebijakan

maupun program tidak akan dapat berjalan secara optimal. Oleh sebab itu,

terdapatnya keterbatasan dari segi sumber daya anggaran yang digunakan dapat

menjadi penghambat dalam proses implementasi program pengelolaan RTH.

162

Page 179: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

1

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang implementasi

program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen, maka terdapat

beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu:

1. Implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

masih memiliki kekurangan terhadap beberapa hal yaitu tidak dirumuskannya

tujuan dari kegiatan pelaksanaan program secara tegas dan jelas di dalam

dokumen rencana strategis Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang. Kemudian, pengaturan terhadap pembagian

tugas dan koordinasi diantara beberapa pihak yang terlibat pun juga tidak

ditetapkan secara jelas dan tegas dalam suatu dokumen tertulis, sehingga

kedudukan dan kewenangan dari masing-masing pihak yang terlibat tidak

dapat ditentukan dalam hal ini. Selain itu, koordinasi yang dilakukan oleh para

pihak tersebut tidak menunjukan adanya pola kepemimpinan yang tegas dan

jelas, sehingga pihak yang bertindak sebagai koordinator juga tidak dapat

ditentukan dalam hal ini, meskipun Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

dan Cipta Karya Kabupaten Malang merupakan implementor dari program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Hal serupa juga diketahui

dari adanya berbagai sumber daya yang digunakan untuk menunjang kegiatan

operasionalisasi belum memadai, baik ditinjau dari segi kuantitas sumber daya

163

Page 180: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

2

manusia, besaran anggaran serta prasarana lahan. Selanjutnya, kekurangan

juga berasal dari adanya proses penyusunan rencana operasional program yang

masih belum memuat beberapa kegiatan karena seperti kegiatan prakiraan,

penetapan tujuan, pemrograman, pengembangan prosedur serta penetapan dan

interpretasi kebijakan. Sehingga, kegiatan yang terdapat di dalam proses

penyusunan kerangka acuan tersebut masih belum kompleks. Kemudian, di

dalam pelaksanaannya pun juga terdapat kekurangan yaitu adanya kendala

utama yang berasal dari segi waktu sebagai dampak atas ketidaksesuaian

antara kapasitas yang dimiliki oleh pihak pelaksana dengan beban kerja yang

berorientasi dalam pencapaian target RTH sebesar 30 % tersebut, sehingga

menyebabkan pihak pelaksana harus bekerja dengan ekstra untuk

menyelesaikan kendala tersebut. Dengan demikian, adanya beberapa

kekurangan tersebut telah menyebabkan implementasi dari program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen dikatakan belum dapat

berjalan dengan baik.

2. Implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat. Adapun

bentuk dukungan untuk implementasi program tersebut adalah adanya Perda

Kabupaten Malang No. 5 tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang

Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-2034. Di dalam peraturan

tersebut telah ditetapkan struktur dan pola ruang dari Kecamatan Kepanjen

secara rinci termasuk penetapan untuk zona RTH, sehingga urusan dalam hal

penempatan lokasi RTH telah ditentukan atau dipetakan dalam peraturan

164

Page 181: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

3

tersebut. Sehingga, pihak pelaksana program dalam hal ini dapat menjadikan

peraturan daerah tersebut acuan dalam melaksanakan pengadaan

pembangunan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Selain itu, dukungan

lain berasal dari adanya keterlibatan masyarakat di Kawasan Perkotaan

Kepanjen yang diwujudkan dengan berbagai aksi. Dalam hal ini masyarakat

telah memiliki kesadaran dan dorongan untuk membantu Pemerintah

Kabupaten Malang dalam merealisasikan tujuan dari program pengelolaan

RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Sementara itu, bentuk hambatan dalam

implementasi program ini ialah adanya keterbatasan terhadap sumber daya

yang digunakan. Keterbatasan sumber daya yang dimaksud meliputi

kurangnya jumlah personil di lapangan, besaran anggaran dan ketersediaan

lahan di Kawasan Perkotaan Kepanjen. Adanya keterbatasan tersebut secara

langsung telah menyebabkan proses implementasi program pengelolaan RTH

belum dapat berjalan dengan baik.

Selain itu, terdapat beberapa temuan hasil penelitian yang dirasa menarik

dalam impementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen

yaitu terdapatnya Perda Kabupaten Malang No. 5 tahun 2014 Tentang Rencana

Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-2034.

Adanya peraturan tersebut telah membantu proses implementasi dari program

pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen sebab di dalam peraturan

tersebut telah ditetapkan zona RTH. Disamping itu, terdapat prinsip-prinsip

manajemen yang diterapkan dalam implementasi program pengelolaan RTH di

165

Page 182: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

4

Kawasan Perkotaan Kepanjen guna membantu pencapaian tujuan dari program

tersebut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka berikut

dipaparkan tentang beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

implementasi program pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan Kepanjen, antara

lain:

1. Pemerintah Kabupaten Malang melalui perangkat daerah terkait yaitu Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang perlu

merumuskan dan memperjelas beberapa hal ke dalam Renstra Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang

tentang tujuan dari masing-masing kegiatan pelaksanaan program pengelolaan

RTH serta keterkaitan antara tujuan program dengan tujuan dari masing-

masing kegiatan pelaksanaan program tersebut, sehingga konsistensi dari

tujuan program hingga kegiatan pelaksanaannya dapat diketahui dan

ditentukan secara formal melalui adanya pernyataan tertulis.

2. Pemerintah Kabupaten Malang melalui perangkat daerah terkait yaitu Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang perlu

menyusun suatu dokumen khusus tentang pelaksanaan program pengelolaan

RTH dimana di dalam dokumen tersebut dapat dimuat tentang siapa saja pihak

yang terlibat dalam mendukung proses implementasi program pengelolaan

RTH, pembagian tugas serta pola kepemimpinan untuk mengkoordinasikan

166

Page 183: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

5

pihak-pihak tersebut, sehingga pihak yang menjadi koordinator untuk program

tersebut dapat ditentukan dengan jelas.

3. Pemerintah Kabupaten Malang melalui perangkat daerah terkait yaitu Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang perlu

memperhatikan kembali terhadap sumber daya-sumber daya yang digunakan

sebagai penunjang dalam proses implementasi program pengelolaan RTH

khususnya pada sumber daya manusianya yang perlu dilakukan penambahan

terhadap jumlah personil yang bertugas dalam melaksanakan kegiatan

pemeliharaan RTH. Selain itu, besaran anggaran juga harus dipertimbangkan

dalam hal ini. Apabila besaran anggaran yang tersedia kurang memadai

dikarenakan pengalokasian yang terbatas dari APBD Kabupaten Malang,

maka Pemerintah Kabupaten Malang melalui perangkat daerah terkait

termasuk Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang perlu mengadakan kerja sama secara kontinyu dengan

sektor swasta karena sektor swasta dapat mendukung implementasi program

tersebut melalui pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate

Social Responsibility) yang menjadi kewajiban bagi setiap sektor swasta.

Sehingga, permasalahan akan keterbatasan anggaran dapat terkover dengan

adanya kerja sama tersebut. Disamping itu, ketersediaan lahan juga harus

mendapatkan perhatian bersama dalam hal ini karena ketersediaan lahan

adalah salah satu sumber daya terpenting untuk dapat meningkatkan kuantitas

RTH di Kawasan Perkotaaan Kepanjen. Oleh sebab itu, Pemerintah

Kabupaten Malang perlu membuat suatu aturan yang tegas dalam hal

167

Page 184: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

6

pemanfaatan ruang yang berupa lahan ataupun melakukan sebuah terobosan

agar setiap bangunan yang ada di Kawasan Perkotaan Kepanjen diwajibkan

untuk melakukan kegiatan tamanisasi atau menyediakan taman yang

berbentuk vertikal (vertical garden). Sehingga, prosentase untuk RTH privat

dapat meningkat dalam hal ini.

168

Page 185: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

169

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Malang. 2016. Kabupaten Malang Dalam Angka Tahun 2016,

diakses pada tanggal 10 Februari 2017 dari http://

https://malangkab.bps.go.id/index.php/publikasi/427.

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang.

2016. Rencana Strategis Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan

Cipta Karya Kabupaten Malang Tahun 2016-2021. Malang: Tidak

Dipublikasikan.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Http://www.ciptakarya.malangkab.go.id, diakses pada tanggal 11 Novenber 2016.

Http://www.kepanjen.malangkab.go.id, diakses pada tanggal 10 Februari 2017.

Http://www.malangkab.go.id, diakses pada tanggal 5 Februari 2017.

Http://www.radarmalang.co.id, diakses pada tanggal 27 Desember 2016, pukul

13.54 WIB.

Imansari, N., & Khadiyanta, P. 2015. Penyediaan hutan kota dan taman kota

sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik menurut preferensi

masyarakat di kawasan pusat Kota Tangerang. Jurnal Ruang, 1(3): 101-

110, diakses pada tanggal 10 Februari 2017 dari

http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/ruang/article/download/78/pdf.

Indradi, Sjamsiar Sjamsuddin. 2010. Dasar-Dasar dan Teori Administrasi Publik.

Malang: Agritek YPN.

Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep,

Teori dan Isu. Edisi Kedua. Jogjakarta: Gava Media.

Laporan Kinerja Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang Tahun

2015, diakses pada tanggal 6 Februari 2017 dari

http://www.ciptakarya.malangkab.go.id/downloads/LKJ-2015-Revisi-

Maret-2016.pdf.

Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis: A

Methods Sourcebook. California: Sage Publications, Inc.

Mirsa, Rinaldi. 2012. Elemen Tata Ruang Kota. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Page 186: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

170

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nugroho, Riant D. 2008. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan

Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Peraturan Bupati Kabupaten Malang No. 62 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang.

Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 9 Tahun 2016 Tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Malang No.5.2014. “Perda Rencana Detail Tata

Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kepanjen Tahun 2014-2034 No. 5

Tahun 2014”, diakses pada tanggal 6 Februari 2017 dari http://www.bag-

hukum.malangkab.go.id/downloads/5-rencana-detail-tata-ruang-bag-

wilayah-perkotaan-kepanjen-n2014-2034.pdf.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5.2008, “Peraturan Menteri Tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan No. 5 Tahun 2008”, diakses pada tanggal 27 November 2016

dari http://www.bkprn.org/peraturan/the_file/permen05-2008.pdf.

Peraturan Pemerintah No.18.2008. “PP Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Malang

dari Wilayah Kota Malang ke Wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten

Malang No. 18 Tahun 2008”, diakses pada tanggal 6 Februari 2017 dari

http://www.ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2008/pp18-2008.pdf.

Rencana Kerja Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya

Kabupaten Malang Tahun 2016, diakses pada tanggal 6 Februari 2017

dari http://www.ciptakarya.malangkab.go.id/download_0404.html.

Review Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang Tahun

2011-2015, diakses pada tanggal 6 Februari 2017 dari

http://www.lh.malangkab.go.id/konten-45.html.

Review Rencana Strategis Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang

Tahun 2011-2015, diakses pada tanggal 6 Februari 2017 dari

http://www.ciptakarya.malangkab.go.id/download_0404.html.

RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2010-2015, diakses pada tanggal 29 Desember

2016 dari http:// www.malangkab.go.id/files/berita/download/BUKU

RPJMD Kab. Malang Tahun 2010-2015.pdf.

Siagian, Sondang P. 2014. Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi dan

Strateginya. Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.

________________. 2014. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Page 187: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA …repository.ub.ac.id/6029/1/Pujiati, Astri Dewi.pdf4. Implementasi Program dalam Konsep Implementasi Kebijakan Publik 28 5. Tahapan

171

Siswanto, H.B. 2013. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Terry, G.R. 2013. Prinsip-prinsip Manajemen. Diterjemahkan oleh: J. Smith

D.F.M. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Amandemen ke-

4).

Undang-undang No. 23. 2014. “UU Pemerintahan Daerah No. 23 Tahun 2014”,

diakses pada tanggal 20 November 2016 dari

http://www.bpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/Undang-

Undang/undang-undang-nomor-23-tahun-2014-4893.

Undang-undang No. 26. 2007. “UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007”, diakses

pada tanggal 19 November 2016 dari

http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2007/26TAHUN2007UU.htm.

Undang-undang No. 32. 2009. “UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup No. 32 Tahun 2009”, diakses pada tanggal 20 November 2016 dari

http://www.jdih.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-1-2009-UU No. 32 Th

2009_Combine.pdf.

Wahab, Solichin Abdul. 2014. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke

Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Widodo, Joko. 2009. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis

Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Jogjakarta: Media

Pressindo.