IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …repository.fisip-untirta.ac.id/1151/1/ITA NURUL...
-
Upload
vuongthien -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …repository.fisip-untirta.ac.id/1151/1/ITA NURUL...
IMPLEMENTASI PROGRAM
JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS)
DI KELURAHAN KABAYAN KECAMATAN PANDEGLANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
ITA NURUL KHOTIMAH NIM. 061444
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2010
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ita Nurul Khotimah
NIM : 061444
Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 1 September 1988
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang adalah hasil karya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun
yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi
ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, Oktober 2010
Ita Nurul Khotimah
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : ITA NURUL KHOTIMAH
NIM : 061444
Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI
KELURAHAN KABAYAN KECAMATAN
PANDEGLANG
Serang, Oktober 2010 Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I,
Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.si NIP. 197809182005011002
Dosen Pembimbing II,
Anis Fuad, S.Sos NIP. 198009082006041002
Mengetahui,
Dekan FISIP UNTIRTA
Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. NIP. 196507042005011002
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : ITA NURUL KHOTIMAH NIM : 061444 Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI KELURAHAN KABAYAN KECAMATAN PANDEGLANG
Telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 14 bulan Oktober tahun 2010 dan dinyatakan LULUS.
Serang, Oktober 2010
Ketua Penguji: Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si ……………………… NIP. 197108242005011002 Anggota: Kandung Sapto Nugroho, S.Sos.,M.Si. ……………………… NIP. 197809182005011002 Anggota: Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si. ……………………… NIP. 197602102005012003
Mengetahui,
Dekan FISIP Untirta Ketua Program Studi Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si. NIP. 196507042005011002 NIP. 197809182005011002
Bismillaahirrohmaanirrohim…………….
Jangan katakan pada ALLAH kamu memiliki
masalah besar
Tapi katakan pada masalah bahwa kamu memiliki
ALLAH Maha Besar
Jalani hidup ini dengan keyakinan karena ALLAH
bersama kita selalu
Hadapai hidup ini dengan keimanan dan ketaqwaan
Sehingga cinta yang tertinggi hanya untuk sang
Pencipta
Dipersembahkan:
Untuk Kedua Orang Tuaku Yang Tercinta
i
ABSTRAK
Ita Nurul Khotimah, 061444, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jurusan Administrasi Negara, “ Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang”, Pembimbing I Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si. Pembimbing II Anis Fuad, S.Sos. Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Fokus Penelitian ini adalah Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang. Program Jamkesmas adalah Program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin, yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisisen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat implementasi program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Sasaran penelitian ini adalah seluruh peserta jamkesmas melalui penyebaran kuesioner. Teknik penentuan sampel penelitian yang diambil adalah Proporsional Area Random Sampling, karena besarnya jumlah peserta jamkesmas yang menjadi populasi penelitian, sehingga total sampel hanya berjumlah 100 responden. Berdasarkan hasil pembahasan yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan menyatakan bahwa angka t-hitung < t-tabel = (-3,74 < 1,289), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kemudian berdasarkan perbandingan antara skor yang terkumpul dan skor yang diharapkan dapat diketahui bahwa tingkat Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabyan Kecamatan Pandeglang hanya 61, 19% dari nilai yang di harapakan.
ii
ABSTRACT Ita Nurul Khotimah, 061444, Sultan Ageng Tirtayasa University, The faculty of social and politics sciences. The majoring of public administration “The implementation of society health insurance program (Jamkesmas) in the village of Kabayan, Pandeglang sub district “,Supervisor is Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si. Supervisor is Anis Fuad S.Sos. Key words : The Implementation Policy, The Society Health Insurance Program The focus of this research is the implementation of society health insurance program (Jamkesmas) in the village of Kabayan, Pandeglang sub district. This is the program of social aid to give the health service for the poor. The program is carried out nationally in order to create the cross-subsidy for implementing the health service to all poor people to increase the access and quality of health service for the whole poor and unable people in order to get the optimal degree of public health effectively and efficiently. The purpose of this resesrch is measure the degree of the society health program implementation (Jamkesmas) in Kabayan village, Pandeglang sub district. The method used in the research is descriptive quantitative. The object of this research is the all participants of jamkesmas by spreading the questioners. The technique of research sample deciding which is taken is proporsional area random sampling, because of the large number of participants who become the research population, that’s why the total sample is only 100 respondents. The result of this research is the number of t-statistic < t-tabel = (-3,74 < 1,289), so H0 is accepted and Ha is refused. The degree of the implementation of the society health insurance program (Jamkesmas) in the village of Kabayan, Pandeglang sub district is only gotten 61,19%. In order to increase the implementation decision maker had to pay more attention to collecting the data of the poor with transparency and more valid.
iii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ingin mengucapkan Puji syukur selalu kita panjatkan
ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan
kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat.
Dan atas berkat rahmat, karunia, dan ridho-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan
penelitian ini.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul
“Implementasi Program Jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang”.
Hasil penelitian ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak yang
selalu mendukung peneliti secara moriil dan materiil. Maka dengan ketulusan hati,
peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. DR. H. Ahmad Sihabudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
iv
3. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta
pembimbing akademik.
4. Rahmi Winangsih, Dra, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Idi Dimyati, S.Ikom selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Rina Yulianti, S.IP., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Anis Fuad, S.Sos selaku pembimbing II skripsi yang senantiasa
membimbing dan memberikan saran kepada peneliti dalam setiap
bimbingan yang telah dilakukan.
9. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si selaku penguji sidang proposal skripsi dan
juga selaku penguji sidang skripsi yang senantiasa memberikan masukan,
kritik dan saran kepada peneliti.
10. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
v
11. Rahmawati selaku Kepala Puskesmas Cikole yang telah banyak
memberikan data dan informasi yang peneliti butuhkan.
12. Eman Santosa, SH. Selaku Kepala Kelurahan beserta staf kelurahan
Kabayan yang telah banyak membantu dan memberikan kemudahan dalam
memberikan data-data yang diperlukan.
13. Bapak dan Mamah tercinta yang senantiasa memberikan doa dan
dukungan serta kasih sayang kepada peneliti. Adik ku tersayang Astri.
14. Sahabat-sahabat setiaku, Rista, Sita, Dina, Rika, Wenty yang selalu
mendukung dan memberi motivasi agar penelitian ini dapat segera
diselesaikan. Serta Pipit, Dien, Hae, Ana, Dhuhiya, Delis yang sudah
banyak memberikan inspirasi serta bantuannya kepada peneliti
15. Kris yang tak henti memberikan semangat serta bantuannya untuk peneliti.
16. Teman-teman seperjuangan Kelas A Administrasi Negara angkatan 2006
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Tidak lupa juga peneliti memohon maaf atas semua kekurangan dan
kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini. Peneliti memohon kritik dan saran yang
dapat membawa skripsi ini menjadi lebih baik. Peneliti berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang membacanya dan bagi
peneliti pada khususnya.
Serang, Oktober 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
MOTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK.........................................................................................................
ABSTRACT.........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
DAFTAR GRAFIK ...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
i
ii
ii vi ix xii xiii xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................
1.2. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah ..................................
1.3. Perumusan Masalah ............................................................................
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................
1.5. Kegunaan Penelitian ...........................................................................
1.6. Sistematika Penulisan .........................................................................
1
10
11
11
11
12
vii
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Deskripsi Teori ...................................................................................
2.1.1 Teori Kebijakan Publik .........................................................
2.1.2 Teori Implementasi Kebijakan .............................................
2.1.3 Pengertian Kesehatan Masyarakat ........................................
2.1.4 Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat ................................
2.1.5 Upaya-upaya Kesehatan Masyarakat ....................................
2.1.6 Definisi Jaminan Sosial .......................................................
2.1.7 Jenis-jenis Program Jaminan Sosial ......................................
2.1.8 Defisisi Jamkesmas ...............................................................
2.2. Kerangka Berfikir ...............................................................................
2.3. Hipotesis Penelitian ............................................................................
14
14
16
21
22
22
23
25
27
29
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian .............................................................................
3.2. Instrumen Penelitian ..........................................................................
3.3. Populasi dan Teknik Sampling ...........................................................
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data .................................................
3.4.1 Teknik Pengolahan Data..........................................................
3.4.2 Analisis Data ...........................................................................
3.5. Tempat dan Waktu ..............................................................................
3.5.1. Tempat ....................................................................................
3.5.2. Waktu ......................................................................................
33
33
36
40
40
41
45
45
46
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian..................................................................
4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang ..............................................................................
4.2. Pengujian Persyaratan Statistik ..........................................................
4.2.1. Uji Validitas Instrumen ..........................................................
4.2.2. Uji Reliabilitas Instrumen .......................................................
4.2.3. Uji Frekuensi dan Normalitas .................................................
4.3. Deskripsi Data ....................................................................................
4.3.1. Identitas Responden ................................................................
4.3.2. Analisis Data ...........................................................................
4.4. Pengujian Hipotesis ............................................................................
4.5. Interpretasi Hasil Penelitian ................................................................
4.6. Pembahasan ........................................................................................
47
47
49
49
51
52
56
56
62
110
113
115
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................................
5.2. Saran ...................................................................................................
126
129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ................................................................. 34
Tabel 3.2 Skor Item Instrumen ................................................................. 36
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Miskin Yang Mendapatkan Kartu
Jamkesmas Di Kelurahan Kabayan ..........................................
37
Tabel 3.4 Perhitungan Sampel .................................................................. 39
Tabel 3.5 Jadwal Penelitian ...................................................................... 46
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Di Kelurahan Kabayan .................................. 49
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen (Uji Butir Pertanyaan) .............. 50
Tabel 4.3 Reliability Statistics ................................................................... 51
Tabel 4.4 Standar Deviasi Implementasi Program Jamkemas .................. 52
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Implementasi Program Jamkesmas ......... 54
Tabel 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 58
Tabel 4.7 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia ....................... 59
Tabel 4.8 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............ 60
Tabel 4.9 Identitas Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Peserta
Jamkesmas .................................................................................
61
Tabel 4.10 Implementasi Program Jamkesmas Sudah Berjalan Dengan
Baik ...........................................................................................
63
Tabel 4.11 Kebijakan Program Jamkesmas Sudah Sesuai Dengan
x
Harapan ..................................................................................... 65
Tabel 4.12 Peserta Mengetahui Tentang Kejelasan Program Jamkesmas
Yang Dikeluarkan Oleh Pemerintah .........................................
67
Tabel 4.13 Masyarakat Mengetahui Semua Tata Cara Tentang
Penggunaan Jamkesmas ............................................................
69
Tabel 4.14 Proses Pendataan Peserta Jamkesmas Oleh Petugas Sudah
Tepat Sasaran ............................................................................
71
Tabel 4.15 Dalam Pelaksanaanny Program Jamkesmas Sudah
Menjangkau Masyarakat Miskin Di Daerah Anda ....................
73
Tabel 4.16 Peserta Jamkesmas Masih Dipungut Biaya Dalam Proses
Pelayanannya ............................................................................
75
Tabel 4.17 Pendanaan Program Jamkesmas Sudah Mencukupi Kebutuhan
Peserta Jamkesmas ....................................................................
78
Tabel 4.18 Pemerintah Memberikan Jangka Waktu Terhadap Berlakunya
Program Jamkesmas ..................................................................
80
Tabel 4.19 Dalam Memberikan Pelayanan Pihak Rumah Sakit/Puskesmas
Sudah Sangat Cepat ...................................................................
82
Tabel 4.20 Prosedur Jamkesmas Sudah Sesuai Dengan Kebijakan
Pemerintah .................................................................................
84
Tabel 4.21 Adanya Dukungan Dari Pemerintah Daerah Mengenai
Program Jamkesmas ..................................................................
85
Tabel 4.22 Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Sudah Sangat Adil 88
Tabel 4.23 masyarakat Merasa Senang Dengan Pelayanan Yang
xi
Diberikan Dalam Program Jamkesmas. ................................... 90
Tabel 4.24 Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas
Dilayani Dengan Penuh Tanggung Jawab ................................
92
Tabel 4.25 Petugas Memberikan Kemudahan Kepada Peserta Jamkesmas
Dalam Proses Pelayanan Kesehatan ..........................................
94
Tabel 4.26 Pegawai Puskesmas/Rumah Sakit Memberikan Pelayanan
Dengan Baik Kepada Peserta Jamkesmas .................................
96
Tabel 4.27 Pegawai Puskesmas /Rumah Sakit Memberikan Pelayanan
Dengan Ramah ..........................................................................
97
Tabel 4.28 Petugas Berkoordinasi Dengan Masyarakat Dalam
Pelaksanaan Program Jamkesmas .............................................
99
Tabel 4.29 Petugas Pendataan Berkoordinasi Dengan Tim Pelaksana
Dalam Menentukan Peserta Jamkesmas ...................................
101
Tabel 4.30 Program Jamkesmas Dapat Mengurangi Masalah Ekonomi ..... 103
Tabel 4.31 Merasa Terbantu Dengan Adanya Program Jamkesmas ........... 105
Tabel 4.32 Sosialisasi Program Askeskin Ke Jamkesmas Sudah Berjalan
Dengan Baik ..............................................................................
107
Tabel 4.33 Masyarakat Mempunyai Pandangan Positif Tentang Program-
Program Pemerintah ..................................................................
109
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.3 Kerangka berfikir ............................................................. 31
Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis .................... 113
xiii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Distribusi Data Implementasi Program Jamkesmas.............. 56
Grafik 4.2 Jawaban Responden Mengenai Implementasi Program
Jamkesmas Sudah Berjalan Dengan Baik .............................
65
Grafik 4.3 Jawaban Responden Mengenai Kebijakan Program
Jamkesmas Sudah Sesuai Dengan Harapan ..........................
66
Grafik 4.4 Jawaban Responden Mengenai Peserta Mengetahui
Tentang Kejelasan Program Jamkesmas Yang Dikeluarkan
Oleh Pemerintah ...................................................................
68
Grafik 4.5 Jawaban Responden Mengenai Masyarakat Mengetahui
Semua Tata Cara Tentang Penggunaan Jamkesmas .............
70
Grafik 4.6 Jawaban Responden Mengenai Proses Pendataan Peserta
Jamkesmas Oleh Petugas Sudah Tepat Sasaran ...................
73
Grafik 4.7 Jawaban Responden Mengenai Dalam Pelaksanaanya
Program Jamkesmas Sudah Menjangkau Masyarakat
Miskin Di Daerah Anda ........................................................
75
Grafik 4.8 Jawaban Responden Mengenai Peserta Jamkesmas Masih
Dipungut Biaya Dalam Proses Pelayanannya .......................
77
Grafik 4.9 Jawaban Responden Mengenai Pendanaan Program
Jamkesmas Sudah Mencukupi Kebutuhan Peserta
xiv
Jamkesmas ............................................................................ 79
Grafik 4.10 Jawaban Responden Mengenai Pemerintah Memberikan
Jangka Waktu Terhadap Berlakunya Program Jamkesmas ..
81
Grafik 4.11 Jawaban Responden Mengenai Dalam Memberikan
Pelayanan Pihak Rumah Sakit/Puskesmas Sudah Sangat
Cepat .....................................................................................
83
Grafik 4.12 Jawaban Responden Mengenai Prosedur Jamkesmas Sudah
Sesuai Dengan Kebijakan Pemerintah ..................................
85
Grafik 4.13 Jawaban Responden Mengenai Adanya Dukungan Dari
Pemerintah Daerah Mengenai Program Jamkesmas .............
87
Grafik 4.14 Jawaban Responden Mengenai Dalam Memberikan
Pelayanan Kesehatan Sudah Sangat Adil .............................
89
Grafik 4.15 Jawaban Responden Mengenai Masyarakat Merasa Senang
Dengan Pelayanan Yang Diberikan Dalam Program
Jamkesmas. ...........................................................................
91
Tabel 4.16 Jawaban Responden Mengenai dalam Pemberian Pelayanan
Kesehatan Peserta Jamkesmas Dilayani Dengan Penuh
Tanggung Jawab ...................................................................
93
Grafik 4.17 Jawaban Responden Mengenai Petugas Memberikan
Kemudahan Kepada Peserta Jamkesmas Dalam Proses
Pelayanan Kesehatan ............................................................
95
Grafik 4.18 Jawaban Responden Mengenai Pegawai Puskesmas/Rumah
Sakit Memberikan Pelayanan Dengan Baik Kepada
xv
PesertaJamkesmas ................................................................. 97
Grafik 4.19 Jawaban Responden Mengenai Pegawai Puskesmas
/Rumah Sakit Memberikan Pelayanan Dengan Ramah ........
98
Grafik 4.20 Jawaban Responden Mengenai Petugas Berkoordinasi
Dengan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program
Jamkesmas ............................................................................
100
Grafik 4.21 Petugas Pendataan Berkoordinasi Dengan Tim Pelaksana
Dalam Menentukan Peserta Jamkesmas ...............................
102
Grafik 4.22 Jawaban Responden Mengenai Program Jamkesmas Dapat
Mengurangi Masalah Ekonomi .............................................
104
Grafik 4.23 Jawaban Responden Mengenai Merasa Terbantu Dengan
Adanya Program Jamkesmas ................................................
106
Grafik 4.24 Jawaban Responden Mengenai Sosialisasi Program
Askeskin Ke Jamkesmas Sudah Berjalan Dengan Baik........
108
Grafik 4.25 Jawaban Responden Mengenai Masyarakat Mempunyai
Pandangan Positif Tentang Program-Program Pemerintah...
110
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Daftar Nama Peserta Jamkesmas
Lampiran 3 Jawaban Responden Keseluruhan
Lampiran 4 Jawaban Responden
Lampiran 5 Validitas
Lampiran 6 Reabilitas dan Normalitas
Lampiran 7 Tabel Nilai r Product Momen
Lampiran 8 Tabel Nilai Distribusi t
Lampiran 9 Struktur Organisasi kelurahan Kabayan
Lampiran 10 Tatalaksana Kepesertaan
Lampiran 11 Tatalaksana Pelayanan Kesehatan
Lampiran 12 Kemenkes Republik Indonesia Nomor 316/MENKES/SK/V/2009
Lampiran13 Keputusan Bupati Pandeglang Nomor 440/Kep.139-Huk/2009
Lampiran 14 Keputusan Bupati Nomor 465/Kep.18.a-Huk/2005
Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 16 Catatan Bimbingan Skripsi
Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuhan kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global (Wikipedia, 2010). dari ukuran
modern masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan
kesehatan, kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern saat
ini. Apabila dilihat dari pengertiannya kemiskinan merupakan ketidakmampuan
seseorang, suatu keluarga, atau sekelompok masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya, baik pangan maupun non pangan dan khususnya pendidikan
dasar, kesehatan dasar, perumahan dan kebutuhan transportasi. Kemiskinan yang
kini banyak mewarnai kehidupan mayoritas masyarakat Indonesia serta kondisi
masyarakat yang semakin terpuruk akan menimbulkan dampak yang lebih buruk
lagi seperti menurunnya derajat kesehatan masyarakat, karena besarnya biaya
yang harus dikeluarkan oleh masyarakat itu sendiri. Selain itu gizi masyarakat
yang buruk dan semakin banyak penyakit-penyakit menular yang mewabah di
masyarakat akan membuat masyarakat tersebut membutuhkan jaminan dan
pelayanan kesehatan dari pemerintah. Demikian juga dengan anak-anak yang
menderita akibat kualitas hidup masa depan mereka terancam oleh karena
2
kekurangan gizi, rendahnya tingkat kesehatan dan tingkat pendidikan serta
keterbelakangan dalam berbagai hal (Andist, 2008).
Seharusnya sebagai warga negara, rakyat miskin mempunyai hak dasar
yang melekat pada dirinya untuk mendapatkan pemeliharaan hidup oleh negara,
termasuk memelihara kesehatan, sebagaimana dijamin dalam konstitusi dasar
negara, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28-H, undang-undang nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan dan undang-undang nomor 40/2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara
bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (Pedoman Pelaksanaan
Jamkesmas, 2009).
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal
yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain (Wikipedia, 2010).
Kemiskinan dan kemalasan boleh jadi tidak berkorelasi langsung. Tetapi
kemiskinan dengan kesehatan, praktis saling mempengaruhi. Dalam konteks ini,
3
harus juga dipahami bahwa, kemiskinan pada dasarnya tidak hanya
mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga menghegemoni sejumlah aspek
kehidupan lainnya, seperti pendidikan, pekerjaan, kedudukan politis dan lain
sebagainya. kesehatan tidak jauh lebih penting dibanding dengan bagaimana
mencari uang dan menikmati sesuap nasi setiap harinya. Selain sebagai investasi
abstrak masa depan, kesehatan juga memegang peranan besar dalam mengangkat
status individual seseorang dari kemiskinan. Kesehatan didefenisikan sebagai
kondisi yang memungkinkan optimalisasi potensi insani manusia, baik secara
fisik, psikis maupun sosial. Optimalisasi potensi bagi seseorang, salah satunya
adalah dengan bekerja mencari nafkah mengantarkan diri menjadi orang yang
tidak miskin lagi. Pada sisi lain, kemiskinan berpotensi besar menyebabkan
seseorang menjadi tidak sehat dan jatuh sakit. Realitas di masyarakat sangat jelas
menunjukkan bahwa, karena tidak mampu membayar biaya pelayanan medik,
sebagian besar masyarakat yang sakit terpaksa lari ke dukun atau pengobatan
tradisional yang relatif lebih murah dan terjangkau dengan tingkat sosial
ekonominya. Betapa tidak, untuk berobat saja, mereka sudah minim uang, apalagi
untuk mengontrol kesehatannya. Masyarakat kita benar-benar miskin.
Sebagai konsekuensinya, tentu Negara harus bertanggungjawab
melindungi, menjaga, dan memelihara kesehatan seluruh warganya tanpa kecuali
dan khususnya warga negara yang hidup dalam derajat kemiskinan dan selalu
rentan terhadap aneka jenis penyakit. Mereka yang hidup dalam kecukupan tentu
akan memelihara kesehatannya melalui asupan gizi yang berkecukupan dengan
sistem pemeliharaan kesehatan yang juga memadai. Namun, bagi si miskin
4
persoalan pemeliharaan kesehatan, hingga keluar dari idapan penyakit akan
menjadi lain, di tengah ketidakmampuan mereka terhadap akses pelayanan
kesehatan serta himpitan beban ekonomi yang terus menjadi masalah yang tidak
terselesaikan. Karena kebutuhan akan jasa pelayanan kesehatan baik secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada perkembangan sosial
ekonominya. Karena pada dasarnya suatu masyarakat yang tinggal di wilayah
tertentu saling bergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi
kebutuhannya. Di sinilah negara harus bertindak secara tepat sasaran untuk
meringankan beban penderitaan rakyat miskin. Baik pemberdayaan secara
ekonomi, hingga meringankan beban warga negara miskin, yang juga terhimpit
penyakit akibat kemiskinan itu sendiri (Siswono, 2008).
Mungkin karena menyadari itulah, pemerintah sejak awal telah
menitikberatkan pembangunan pada upaya pengentasan kemiskinan, termasuk
dengan memprogramkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Hanya
saja, upaya pengentasan kemiskinan ini, tidak semerdu alunan prestasi yang
diraih. seharusnya kesehatan merupakan hak dan investasi, dan semua warga
negara berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin. Oleh sebab itu
diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak
warga negara untuk tetap hidup sehat, dengan mengutamakan pada pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin (Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas, 2009).
Berbagai program untuk rakyat miskin telah diluncurkan dari rezim ke rezim.
Sebut saja program Jaringan Pengaman Sosial (JPS), Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan
5
Program Asuransi Rakyat Miskin (Askeskin), Umumnya program untuk rakyat
miskin, yang bersifat berkesinambungan, kerap mengalami persoalan
implementasi di lapangan dan berakhir pada salah sasaran, pemborosan hingga
penyelewengan anggaran Termasuk banyaknya penikmat fasilitas rakyat miskin
oleh mereka yang tidak miskin karena lemahnya pengawasan dan rendahnya
kesadaran publik akan haknya (Siswono,2008).
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005
telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui
pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui
penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes
/SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program
pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini dalam
perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan
sampai dengan penyelenggaraan program tahun 2008. Perubahan mekanisme
yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator
melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari
Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS,
penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim
Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota
serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk
menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin
6
yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti
nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Jamkesmas dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran (Administrator, 2008).
Program Jamkesmas merupakan bantuan sosial yang diselenggarakan
dalam skema asuransi kesehatan sosial. Setelah dilakukan evaluasi dan dalam
rangka efisiensi dan efektivitas, maka pada tahun 2008 dilakukan perubahan
dalam sistem penyelenggaraannya. Perubahan pengelolaan program tersebut
adalah dengan pemisahan fungsi pengelola dengan fungsi pembayaran, yang
didukung dengan penempatan tenaga verifikator di setiap rumah sakit. Nama
program tersebut juga berubah menjadi jaminan pelayanan kesehatan masyarakat
(Jamkesmas). Dalam pengembangan program Jaminan Kesehatan di dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah
menunjukkan komitmennya yang tinggi melalui program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas). Akan tetapi Hal itu seterusnya tidak langsung dapat
meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia Indonesia.
Program ini merupakan tugas besar Departemen Kesehatan bersama-sama daerah
yang harus senantiasa didukung dan disukseskan semua pihak karena tujuannya
yang mulia itu. Tahapan selanjutnya yang akan dikembangkan adalah kelompok
masyarakat yang bekerja pada sektor informal yang jumlahnya cukup besar di
Indonesia. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan pasal 34 ayat (2) serta Undang-Undang No 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan
7
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan
atau anggota keluarganya (Ihm Hambuako, 2009).
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang merupakan salah satu
kelurahan dalam wilayah Kabupaten Pandeglang dengan Luas ± 427,567 Ha
terdiri darat ± 215,251 Ha dan sawah ± 152,432 Ha, Jumlah Penduduk Kelurahan
Kabayan adalah ± 9547 orang terdiri dari Laki-laki ± 4.838 dan perempuan ±
4.709 orang dengan jumlah Kepala keluarga ± 2088 KK. Dari jumlah penduduk
Kelurahan Kabayan 9547 orang, sebanyak 4519 yaitu merupakan masyarakat
miskin yang mendapatkan kartu jamkesmas. Dari banyakya kemiskinan yang
terjadi di Kelurahan Kabayan dengan adanya bantuan dari pemerintah berupa
program kesehatan gratis untuk membantu masyarakat miskin, menurut obsevasi
awal peneliti sejauh ini masih memiliki banyak kendala yang harus diperhatikan
diantaranya yaitu, Pertama mengenai petugas pendataan yang tidak tepat sasaran
dalam pemberian jamkesmas dikarenakan walaupun sudah diberi kriteria baku
tentang warga miskin yang akan mendapatkan kartu Jamkesmas akan tetapi
kenyataan yang terjadi banyak masyarakat yang ada di kelurahan Kabayan yang
mendapatkan kartu Jamkesmas itu diluar kriteria yang diberikan pihak Dinkes
Kepada para kader atau RT/RW yang ada di desa masing-masing yang melakukan
pendataan bagi masyarakat miskin yang akan mendapatkan kartu Jamkesmas
tersebut. Sehingga menimbulkan adanya tidak tepat sasaran dalam pembagian
Jamkesmas kepada masyarakat miskin yang ada di Kelurahan Kabayan yang
benar-benar membutuhkan bantuan dari Pemerintah tersebut.
8
Kedua, kurang meratanya pembagian Jamkesmas dikarenakan dari tidak
tepat sasaran tadi menimbulkan ketidakmerataan di masyarakat, sehingga banyak
warga miskin yang benar-benar membutuhkan tidak mendapatkan jamkesmas
karena kebanyakan yang mendapatkan kartu Jamkesmas orang-orang yang tidak
masuk kriteria untuk mendapatkan Jamkesmas dimana bisa dibilang masyarakat
menengah. Dimana banyak masyarakat miskin yang dulu terdaftar menjadi
penerima kartu Askeskin akan tetapi setelah ada pergantian nama program
menjadi Jamkesmas banyak masyarakat miskin terutama di Kelurahan Kabayan
tidak mendapatkan kartu Jamkesmas.
Ketiga, berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa kurangnya
kordinasi antara pihak aparatur dengan para kader yang mendata sehingga kurang
pengawasan dari pihak aparatur terkait dalam melakukan pendataan yang hanya
dilakukan oleh RW,RT serta para kader kepada setiap warga-warga miskin yang
ada di desanya masing-masing yang ada di Kelurahan Kabayan. Sehingga
menimbulkan banyak ketidak merataan dalam mendapatkan kartu Jamkesmas.
Keempat, Dari ketidak meratanya pembagian Jamkesmas ada sebagian
masyarakat yang menyalahgunakan keberadaan Jamkesmas dengan meminjamkan
kartu Jamkesmas kepada warga miskin yang lain yang tidak mendapatkan kartu
tersebut untuk berobat, karena jika ada warga yang tidak mempunyai atau tidak
mendapatkan kartu Jamkesmas maka harus membuat surat rujukan atau
keterangan dari RT, RW, Kelurahan serta Dinas Sosial terlebih dahulu jika akan
berobat. Prosedur seperti itu dirasa berbelit-belit oleh masyarakat dan
membutuhkan waktu yang lama.
9
Kelima, adanya pelayanan yang kurang baik dari pihak Rumah Sakit
seperti dari sikap para perawat yang kurang ramah terhadap para peserta
jamkesmas, dan ada sebagian peserta merasa kurang diberikan pelayanan yang
baik oleh petugas Rumah sakit. Selain itu banyak peserta jamkesmas juga yang
merasa pelayanan yang diberikan Rumah sakit sangat cepat dan baik karena
mereka mempunyai tetangga atau kerabat yang bekerja di Rumah Sakit tersebut
sehingga mereka mendapat kemudahan dalam pelayanannya.
Keenam, kurangya sosialisai terhadap masyarakat mengenai perubahan
program Askeskin ke Jamkesmas berdasarkan observasi peneliti banyak
masyarakat yang tidak mengetahui akan adanya perubahan kartu Askeskin ke
Jamkesmas dimana terdapat satu kampung yang sama sekali tidak memiliki kartu
Jamkesmas hanya memiliki kartu yang lama yaitu Askeskin. Sehingga jika
mereka sakit dan hendak berobat ke Rumah sakit atau Puskesmas mereka
mengeluarkan biaya sendiri padahal menurut masyarakat itu sangat berat. Serta
ada sebagian masyarakat pula yang berbicara lebih banyak membantu Program
yang dulu yaitu Askeskin daripada setelah diganti Jamkesmas karena jika waktu
Askeskin dari segi obat saja kalo obat tidak ada di apotik di Pandeglang bisa di
cari diluar Pandeglang dengan hanya menukarkan resep serata surat yang
diberikan oleh Pihak Rumah Sakit akan tetapi Program Jamkesmas sekarang jika
obat yang dimaksud tidak ada maka mereka harus membelinya sendiri dengan
uang pribadi mereka.
Dengan adanya latar belakang dan permasalahan-permasalahan yang
sudah peneliti terangkan maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
10
”IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
(JAMKESMAS) DI KELURAHAN KABAYAN KECAMATAN
PANDEGLANG”.
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya
identifikasi permasalahan-permasalahan yang ada pada lokasi penelitian, dari
hasil studi pendahuluan peneliti mengidentifikasi masalah-masalah penelitian
diantaranya sebagai berikut :
1. Tidak tepat sasaran dalam pemberian Jamkesmas
2. Tidak meratanya pembagian Jamkesmas
3. Kurangnya pengawasan dari pihak Pemerintah
4. Adanya Penyalahgunaan Jamkesmas oleh masyarakat
5. Pelayanan yang kurang baik terhadap pengguna Jamkesmas
6. Sosialisasi yang kurang terhadap masyarakat mengenai pergantian
Askeskin ke Jamkesmas
Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah,
peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berpikir secara menyeluruh
maka dengan itu peneliti mencoba akan membatasi penelitiannya. Dalam
penelitian ini, peneliti membatasi bahasan masalah yang akan diteliti yaitu
mengenai “Implementasi program jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang”.
11
1.3 Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas,
maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji yaitu mengenai sejauh mana
Implementasi program jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program
Jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang.
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari adanya penelitian ini baik secara teoritis maupun
praktis yaitu :
1. Secara teoritis, antara lain :
a. Dapat dijadikan bahan informasi untuk penelitian selanjutnya
b. Dapat memperluas wawasan tentang berbagai kendala dalam
Implementasi terhadap program jamkesmas.
2. Secara praktis, antara lain :
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi
pemerintah dalam mengambil kebijaksanaan dalam upayanya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dalam hal memberikan
kesehatan kepada masyarakat miskin.
12
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah
yang menggambarkan ruang lingkup serta kedudukan masalah
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, identifikasi
masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Pada Bab II memaparkan tentang deskripsi teori yang berhubungan
dengan penelitian, kerangka berfikir yang menggambarkan alur
pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori dan hipotesis
penelitian yaitu jawaban sementara terhadap permasalahan yang
diteliti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab III mengemukakan tentang metode penelitian, instrumen
penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengolahan dan
analisa data, serta tempat dan waktu dalam pelaksanaan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam Bab IV memaparkan Deskripsi Objek Penelitian. Deskripsi
Data yakni data mentah yang telah diolah menggunakan teknik
analisis data yang relevan. Pengujian Persyaratan Statistik dengan
13
menggunakan uji statistik tertentu. Pengujian Hipotesis. Intrepetasi
Hasil Penelitian yakni penafsiran terhadap hasil akhir pengujian
hipotesis. Dan Pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB V PENUTUP
Dalam Bab V yaitu Penutup, dipaparkan Simpulan dan Saran yang
diungkapkan peneliti terkait dengan judul penelitian yang diangkat
peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Deskripsi Teori
Jamkesmas merupakan suatu program bantuan sosial untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Dimana untuk membantu
masyarakat miskin di bidang kesehatan terutama untuk mengurangi beban
perekonomian mereka agar bisa berobat dengan gratis tanpa memikirkan biaya
yang harus ditanggung karena semuanya sudah dijamin oleh Pemerintah.
Oleh karenanya dalam pembahasan ini peneliti menyajikan teori-teori
kebijakan publik, pendekatan dalam studi kebijakan publik hingga proses
kebijakan publik karena hakekatnya program-program juga merupakan salah satu
bentuk dari kebijakan publik. Untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan teori
dan pustaka yang mendukung dalam permasalahan, yang akan berfungsi untuk
menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian.
2.1.1. Teori Kebijakan Publik
Secara umum, istilah kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjuk
perilaku seorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu
lembaga pemerintah atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Pengertian kebijakan seperti ini dapat digunakan dan relatif memadai untuk
keperluan pembicaraan-pembicaraan biasa, namun menjadi kurang memadai
untuk pembicaraan yang bersifat alamiah.
15
Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Eyestone
dalam Winarno (2007:15) yaitu :
“kebijakan publik dapat diartikan sebagai hubungan suatu unit pemerintahan dengan lingkungannya. Konsep yang ditawarkan Eyestone ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa yang dimaksud kebijakan publik dapat menyangkut banyak hal”.
Pendapat lain tentang kebijakan publik diberikan oleh Dye dalam
Soeharto (2005:44) yaitu :
” kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Walaupun batasan yang diberikan oleh Thomas R. Dye ini belum terlalu tepat, namun batasan ini tidak cukup memberi perbedaan yang jelas antara apa yang diputuskan oleh pemerintah untuk dilakukan dan apa yang sebenarnya dilakukan.”
Sementara itu Friedrich dalam Winarno (2007:16) memandang kebijakan
publik adalah :
”Sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan dan kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran tertentu.”
Dari beberapa pengertian mengenai Kebijakan Publik yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, maka kebijakan publik dapat diartikan sebagai hubungan suatu
unit pemerintahan dengan lingkungannya karena apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan untuk dapat mencapai tujuan
tertentu dalam suatu kebijakan.
16
2.1.2. Teori Implementasi Kebijakan
Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana
dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada
kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang.
Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam (Wahab,2005:65) pengertian
implementasi kebijakan adalah:
“Implementasi Kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu di implementasikan dengan sangat baik”. Menurut Nugroho (2003:162) berpendapat mengenai implementasi
Kebijakan yaitu :
“Pelaksanaan atau Implementasi kebijakan di dalam konteks manajemen berada didalam kerangka organizing-lesding-controlling.jadi, ketika kebijakan sudah dibuat, maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan kepemimpinan untuk memimpin pelaksanaan, dan melakukan pengendalian pelaksanaan tersebut.”
Sementara menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2007:102)
Implementasi kebijakan sebagai “Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-
keputusan kebijakan sebelumnya”.
Menurut Jenkins dalam Parsons (2008:463) studi implementasi adalah:
“Studi perubahan bagaimana perubahan terjadi, bagaimana kemungkinan perubahan bisa dimunculkan. Ia juga merupakan studi tentang mikrostuktur dari kehidupan politik; bagaimana organisasi diluar dan didalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain; apa motivasi-motivasi mereka bertindak seperti itu, dan apa motivasi lain yang mungkin membuat mereka bertindak secara berbeda”
17
Menurut Sabatier dalam Parson (2008:487) terdapat enam syarat yang
mencukupi dan harus ada untuk implementasi yang efektif, yaitu:
1. Tujuan yang jelas dan konsisten, sehingga dapat menjadi standar evaluasi legal dan sumber daya;
2. Teori kausal yang memadai, dan memastikan agar kebijakan itu mengandung teori yang akurat tentang bagaimana cara melahirkan perubahan;
3. Stuktur implementasi yang disusun secara legal untuk membantu pihal-pihak yang mengimplementasikan kebijakan dengan kelompok-kelompok yang menjadi sasaran kebijakan;
4. Para pelaksana implementasi yang ahli dan berkomitmen yang menggunakan kebijakan mereka untuk mencapai tujuan kebijakan.
5. Dukungan dari kelompok kepentingan dan “penguasa”di legislatif dan eksekutif;
6. Perubahan dalam kondisi sosio-ekonomis yang tidak melemahkan dukungan kelompok dan penguasa atau tidak meruntuhkan teori kausal yang mendasari kebijakan.
Sedangkan menurut Grindle dalam Agustino (2006:139) bahwa
implementasi kebijakan adalah:
“Implementasi Kebijakan yaitu pengukuran keberhasilan yang dapat dilihat dari prosesnya, ditentukan dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada aksi program dari individual proyek dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.
George Edwards III dalam Winarno (2007:125) mengatakan implementasi
kebijakan adalah:
“Merupakan tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu di implementasikan dengan sangat baik”.
18
Dari beberapa pengertian mengenai implementasi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, maka implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai proses
pelaksanaan suatu kebijakan yang berupa peraturan-peraturan yang di buat
Pemerintah untuk dipatuhi oleh semua masyarakat agar dapat tercapai suatu
tujuan yang di inginkan.
Model implementasi George Edwards III dalam Agustino (2006:156)
mengemukakan empat faktor atau variabel krusial dalam implementasi kebijakan
publik, faktor tersebut adalah komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-
kecenderungan dan struktur birokrasi. Empat faktor tersebut berpengaruh terhadap
implementasi kebijakan bekerja secara simultan dan berinteraksi satu sama lain
untuk membantu dan menghambat implementasi kebijakan.
1. Komunikasi Tiga hal penting dalam proses komunikasi yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan. Persyaratan bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang mereka harus lakukan. Tentu saja komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat oleh para pelaksana. Transmisi, maksud dari faktor transmisi dalah sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaanya telah dikeluarkan. Terkadang para pelaksana mengabaikan apa yang sudah jelas dan mencoba menduga-duga makna komunikasi yang sebenarnya. Kejelasan, jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk pelaksana tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi tersebut harus jelas. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan akan mendorong terjadinya interpretasi yang salah bahkan mungkin dengan makna pesan awal. Konsistensi, jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah-perintah yang disampaikan kepada para pelaksana mempunyai unsur kejelasan, tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan melaksanakan tugasnya dengan baik.
19
2. Sumber Daya Perintah-perintah implementasi diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten, tetapi jika pelaksana kekurangan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, maka implementasi pun cenderung tidak efektif. Sumber-sumber yang penting meliputi staf yang memadai serta keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas mereka, wewenang, informasi, dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menterjemahkan usul-usul untuk melaksanakan pelayanan publik.
3. Disposisi
Faktor kecenderungan mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu dalam hal ini berarti adanya dukungan, maka kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh pembuat keputusan awal. Demikian sebaliknya, bila tingkah laku atau perspektif pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi semakin sulit.
4. Struktur Birokrasi
Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi yang baik secara sadar atau tidak memilih bentuk-bentuk organisasi untuk kesepakatan kolektif, dalam rangka memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan modern. Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, Pertama yakni prosedur kerja atau ukuran dasar atau sering disebut dengan Standard Operating Prosedur (SOP) yang berkembang sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dalam bekerjanya organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Kedua adalah fragmentasi, berasal dari tekanan diluar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok kepentingan, pejabat eksekutif, konstitusi negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah.
Kemudian Van Meter dan Van Vorn dalam Agustino (2006:153)
menjelaskan pengertian implementasi kebijakan sebagai berikut:
“Implementasi kebijakan adalah tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan kebijaksanaan”. Ada enam variabel menurut Van Metter dan Van Horn yang
mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik tersebut (Winarno,
2007:155), adalah:
20
1. Ukuran dan tujuan kebijakan Konsep implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan di level warga maka agak sulit memang untuk merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.
2. Sumber daya
Keberhasilan dari implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi, tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya lainnya yang perlu diperhitungkan juga adalah sumber daya finansial dan sumber daya waktu.
3. Karakteristik agen pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal maupun informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat dan sangat cocok dengan para agen pelaksana.
4. Sikap dan kecenderungan para petugas
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukan hasil komunikasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.
5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu pula sebaliknya.
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial ekonomi yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi. Karena itu upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus memperhatikan kondisi lingkungan eksternal.
21
Model kebijakan yang harus dipilih adalah harus sesuai dengan kebutuhan.
Yang paling penting yaitu implementasi kebijakan haruslah menampilkan
efektivitas dari kebijakan itu sendiri. Sehingga peneliti mengambil model dari
Van Meter dan Van Horn dengan indikator ukuran dan tujuan kebijakan,
sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap dan kecenderungan para petugas,
komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana serta lingkungan ekonomi
dan politik.
2.1.3. Pengertian Kesehatan Masyarakat
Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health)
adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat “
untuk :
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan.
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah
ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Dari batasan kedua di atas,
dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan
22
sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan
sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
2.1.4. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,
mencakup :
a. Ilmu biologi b. Ilmu kedokteran c. Ilmu kimia d. Fisika e. Ilmu Lingkungan f. Sosiologi g. Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat) h. Psikologi i. Ilmu pendidikan
Oleh karena itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang
multidisiplin. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat
ini antara lain sbb :
1. Epidemiologi. 2. Biostatistik/Statistik Kesehatan. 3. Kesehatan Lingkungan. 4. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 5. Administrasi Kesehatan Masyarakat. 6. Gizi Masyarakat. 7. Kesehatan Kerja.
2.1.5. Upaya-upaya Kesehatan Masyarakat
Masalah Kesehatan Masyarakat adalah multikausal, maka pemecahanya
harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni
atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung
23
maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan
(promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan
(rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau
penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular. b. Perbaikan sanitasi lingkungan c. Perbaikan lingkungan pemukiman d. Pemberantasan Vektor e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat f. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak g. Pembinaan gizi masyarakat h. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum i. Pengawasan Obat dan Minuman j. Pembinaan Peran Serta Masyarakat
2.1.6. Definisi Jaminan Sosial
Perlindungan Jaminan Sosial mengenal beberapa pendekatan yang saling
melengkapi yang direncanakan dalam jangka panjang dapat mencakup seluruh
rakyat secara bertahap sesuai dengan perkembangan kemampuan ekonomi
masyarakat. Pendekatan pertama adalah pendekatan asuransi sosial atau
compulsory social insurance, yang dibiayai dari kontribusi/premi yang dibayarkan
oleh setiap tenaga kerja dan atau pemberi kerja. Kontribusi/premi dimaksud selalu
harus dikaitkan dengan tingkat pendapatan/upah yang dibayarkan oleh pemberi
kerja. Pendekatan kedua berupa bantuan sosial (social assistance) baik dalam
bentuk pemberian bantuan uang tunai maupun pelayanan dengan sumber
pembiayan dari negara dan bantuan sosial dan masyarakat lainnya.
24
Menurut Undang-undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional. Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial
untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak. Sedangkan menurut pendapat lain Jaminan Sosial yang didefinisikan
sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial agar setiap rakyat dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya Kesejahteraan Sosial yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat (Riska Budiarti, 2007). Sedangkan Sistem
Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan atau anggota
keluarganya.
Menurut Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional nomer 40 tahun
2004, bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada
prinsip:
1. Kegotong-royongan; 2. Nirlaba; 3. Keterbukaan; 4. Kehati-hatian; 5. Akuntabilitas; 6. Portabilitas; 7. Kepesertaan bersifat wajib; 8. Dana amanat; dan 9. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
Menurut Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional nomer 40 tahun
2004, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Yaitu adalah:
1. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);
2. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);
25
3. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan
4. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES).
Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat
dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan
kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin
arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari
terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha
dan tenaga kerja (www.jamsostek.co.id, 2010).
Menurut Undang-undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara
jaminan sosial. Sedangkan Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh
peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang
dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial untuk pembayaran manfaat
kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan program jaminan
sosial.
2.1.7. Jenis-jenis Program Jaminan Sosial
Ada beberapa jenis-jenis program Jaminan Sosial menurut
(www.jamsostek.co.id, 2010) yaitu sebagai berikut :
1. Jaminan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah salah satu
program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi
masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah
26
sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan pengobatan,
secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program JPK
akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Jaminan kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang
harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk
menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan
oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan
kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan
kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab
pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran
jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok
jenis usaha.
3. Jaminan hari tua
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya
penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan
diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua
memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga
kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
4. Jaminan Pensiun
Program Pensiun merupakan jaminan hari tua berupa pemberian uang
setiap bulan kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi kriteria
27
(www.taspen.com, 2010) yaitu mencapai usia pensiun, dan meninggal pada masa
aktif, yang akan diberikan janda/duda atau anaknya sebelum berumur 25 tahun.
a. Tujuan 1. Untuk memberikan jaminan hari tua bagi pegawai negeri/peserta Taspen
pada saat mencapai usia pensiun. 2. Sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri/peserta setelah yang
bersangkutan memberikan pengabdian kepada Negara. 5. Jaminan Kematian
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program
Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian
diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya
pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran
Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan kematian yang
diberikan adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta santunan kematian dan Rp 2
juta biaya pemakaman dan santunan berkala.
Dari Kelima jenis Jaminan yang ada di atas, Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) masuk kepada Jaminan Kesehatan dimana Jaminan
Kesehatan merupakan program yang membantu masyarakat dalam mengatasi
kesehatan baik negeri maupun swasta perlu akan adanya jaminan kesehatan.
2.1.8. Definisi Jamkesmas
Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas tahun 2009, Jamkesmas
adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi
subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh
bagi masyarakat miskin.
28
Program jamkesmas adalah program pemerintah untuk memberikan
bantuan dana berobat kepada masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan
kesehatan. Bantuan berupa dana tersebut langsung diberikan kepada
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan yang diambil dari kas negara, diberikan oleh
pembayar dana setelah melalui proses verifikasi oleh tim verifikator yang ditunjuk
oleh pemerintah (carisma, 2009).
Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban
memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. Tujuan
Penyelenggaraan Jamkesmas yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan Umum :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh
masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
b. Tujuan Khusus:
1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. 3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
29
2.2. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting (Sugiyono,2007:65). Untuk mengetahui bagaimana alur berfikir
peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian, maka dibuatlah kerangka
berfikir sebagai berikut:
Implementasi Kebijakan yaitu pengukuran keberhasilan yang dapat dilihat
dari prosesnya, ditentukan dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program
sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada aksi program dari
individual proyek dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.
Implementasi kebijakan memegang peran yang cukup vital dalam proses
kebijakan, tanpa adanya tahap implementasi maka program kebijakan yang telah
catatan resmi di meja pembuat kebijakan. Faktor-faktor dalam implementasi kebijakan yang dapat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan
Dalam hal ini, yang menjadi fokus penelitian adalah mengenai
Implementasi Program Jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang. Dari pengamatan/observasi yang dilakukan peneliti di lokus
penelitian, masih banyak ditemui hambatan yang mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan Program Jamkesmas tersebut. Diantaranya yaitu karena tidak tepat
sasaran dalam pemberian jamkesmas, tidak meratanya dalam pembagian
Jamkesmas, kurangnya sosialisasi, kurangnya pengawasan dari pihak Pemerintah
Daerah yang terkait, adanya penyalahgunaan Jamkesmas oleh masyarakat serta
adanya pelayanan yang kurang baik terhadap pengguna jamkesmas. Untuk
30
mengukur seberapa besar keberhasilan implementasi program Jamkesmas di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang adalah dengan beberapa variabel
yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn, untuk lebih jelasnya, Peneliti
mengambil indikator implementasi menurut Van Meter dan Van Horn karena
indikator-indikator tersebut mampu menjawab permasalahan yang ada dalam
implementasi program Jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa keberhasilan implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh enam variabel, diantanya adalah ukuran dan tujuan
kebijakan, sumber daya dengan subindikator sumber daya manusia, sumberdaya
finansial, sumber daya waktu. karakteristik agen pelaksana dengan sub indikator
organisasi formal, ketegasan para pelaksana. sikap atau kecenderungan para
pelaksana dengan sub indikator menerima adanya program Jamkesmas, dan
menolak adanya program Jamkesmas. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas
pelaksana dengan indikator koordinasi antar organisasi, lingkungan ekonomi,
sosial dan politik dengan indikator lingkungan eksternal yang mempengaruhi.
Apabila keenam faktor tersebut tidak mendukung satu sama lain maka bukan
tidak mungkin implementasi suatu kebijakan tidak dapat dilaksanakan dengan
baik dan sulit mencapai titik keberhasilan.
Oleh karena itu, peneliti akan mengaitkan keenam variabel tersebut dalam
pelaksanaan Program Jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang.
31
GAMBAR 2.3
KERANGKA BERFIKIR
Implementasi Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang
Permasalahan yang ada pada Program jamkesmas yaitu: 1. Tidak tepat sasaran dalam pemberian
Jamkesmas 2. Tidak meratanya pembagian
Jamkesmas 3. Kurangnya sosialisasi kepada
masyarakat mengenai program askeskin ke program jamkesmas
4. Kurangnya pengawasan dari pihak pemerintah
5. Adanya penyalahgunaan Jamkesmas oleh masyrakat
6. Adanya pelayanan yang kurang baik terhadap pengguna jamkesmas
Indikator Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas): (Van Meter dan Van Horn): 1. Ukuran dan Tujuan kebijakan 2. sumber daya 3. karakteristik agen pelaksana 4. sikap atau kecenderungan
para pelaksana 5. komunikasi antar organisasi
dan aktivitas pelaksana 6. lingkungan ekonomi, sosial
dan politik.
32
2.3. Hipotesis Penelitian
Perumusan Hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir.
Hipotesis merupakan keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena
yang kompleks (Nazir, 2003:151). Ataupun dapat dikatakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka peneliti dapat menentukan
Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :
“Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang dimana peneliti memprediksikan
hipotesis tersebut maksimal sebesar 65% dari nilai ideal yaitu 100%”. Dengan
penjelasan sebagai berikut :
Ho : untuk memprediksikan ≤ 65%
Ha : untuk memprediksikan > 65%
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2007:1), metodologi penelitian merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kuantitatif deskriptif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, berbagai kondisi, berbagai situasi,
atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian
itu berdasarkan apa yang terjadi, kemudian mengangkat ke permukaan mengenai
gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut (Bungin, 2009:36).
Kemudian pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif yaitu pendekatan yang menjelaskan nilai suatu variabel dengan
mengolah data-data yang ada kedalam satuanangka. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk menggambarkan mengenai Implementasi Program Jamkesmas di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang.
3.2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008:119). Instrumen
penelitian digunakan untuk nilai variabel yang akan diteliti, dalam penelitian ini
hanya terdapat satu variabel yang akan diteliti yaitu implementasi program
Jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang. Berikut ini akan
disajikan tentang instrumen dan kisi-kisi penelitian, diantaranya:
34
Tabel 3.1
INSTRUMEN PENELITIAN
Variabel Penelitian
Indikator Sub Indikator No.Item Instrumen
Implementasi Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
(Van Metter dan
Van Horn) Winarno,2007:155
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
1. Tingkat Keberhasilan 2. Tujuan Kebijakan
1,2 3,4
2. Sumber daya
1. Sumber daya manusia. 2. Sumber daya finansial, 3. Sumber daya waktu.
5,6 7,8 9,10
3. Karakteristik
agen pelaksana
1. Organisasi formal 2. Ketegasan para
pelaksana
11,12 13,14
4. Sikap dan Kecenderungan para pelaksana
1. Menerima adanya Jamkesmas
2. Menolak adanya Jamkesmas
15,16,17 18,19
5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana
Ada koordinasi antar organisasi pelaksana.
20,21
6. Lingkungan
ekonomi, sosial dan politik
Lingkungan eksternal yang mempengaruhi
22,23,24,25
Adapun secara teknis dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
pengumpulan data, yaitu:
1. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.
35
2. Wawancara. adalah suatu cara memperoleh data dengan memberikan
pertanyaan lansung kepada pihak-pihak yang dianggap berkompeten
terhadap penelitian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai tehnik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. (Sugiyono,
2007:138).Wawancara ini dilakukan kepada masyarakat yang mempunyai
kartu jamkesmas.
3. Kepustakaan adalah Pengumpulan data diperoleh dari berbagai referensi
yang relevan mengenai penelitian ini berdasarkan teks books maupun jurnal
ilmiah.
4. Pengamatan/observasi. yaitu suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian
ini pengamatan/observasi yang dilakukan adalah nonpartisipan, dimana
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Sedangkan skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2008:93). Skala ini terdiri atas sejumlah pernyataan yang semuanya
menunjukkan ciri tertentu yang akan diukur Indikator variabel yang disusun
melalui item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan diberikan
36
jawaban setiap item instrumennya. Jawaban setiap item diberi skor, seperti berikut
ini
Tabel 3.2
Skoring item instrumen
Pilihan Jawaban Skor Positif (+) Skor Negatif (-)
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Abstain 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
( Sugiono, 2008 )
3.3. Populasi dan Teknik Sampling
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:90).
Mengingat penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang, dengan jumlah masyarakat yang ada di Kelurahan Kabayan
sebanyak 9.569 warga masyarakat. maka yang menjadi objek penelitian ini
adalah penduduk miskin yang mendapat kartu Jamkesmas di Kelurahan Kabayan
yang berkaitan dengan Implementasi program Jamkesmas di Kelurahan Kabayan.
Dengan jumlah peserta Jamkesmasnya yaitu mencapai 4.519 orang dengan adanya
warga yang meninggal 7 orang warga yang mutasi 29 orang dan yang double
37
cetak mencapi 44 orang. Jadi total warga masyarakat miskin saat ini yaitu 4.439
orang.
Tabel 3.3 JUMLAH PENDUDUK MISKIN YANG MENDAPATKAN KARTU
JAMKESMAS DI KELURAHAN KABAYAN
NO NAMA KAMPUNG JUMLAH PESERTA
JAMKESMAS
1 Kabayan Cibunut 295
2 Kabayan Citiis 392
3 Kabayan Kota 175
4 Kabayan Masjid 322
5 Cikaung 423
6 Cikole 437
7 Kadu Banen 312
8 Kadu Peusing 298
9 Kumalirang 235
10 Mangkubumi 175
11 Pasar Heubeul 308
12 Pasir Kalapa 408
13 Pasir Walet 175
14 Tenjolaya Lebak 375
15 Tenjolaya Pasir 189
JUMLAH 4.519 Sumber : Data Puskesmas Cikole Kecamatan Pandeglang, 2009
Berdasarkan data di atas maka didapatkan jumlah Peserta Jamkesmas di
Kelurahan Kabayan yaitu sebanyak 4.519 orang dalam meneliti tentunya peneliti
membutuhkan sampel yang nantinya menjadi fokus objek penelitian yang
38
dianggap mempresentasikan populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakterisitik yang dimiliki oleh populasi tersebut, karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Sampel harus bersifat representatif, akurat dan tepat.
Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan Teknik sampling adalah proporsional area
random sampling, yaitu populasi yang terdiri dari sub populasi yang tidak
homogen, dan tiap-tiap populasi akan diwakili dalam tiap penelitian sesuai dengan
proporsinya masing-masing. teknik pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
(Sugiyono, 2007: 93). Diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang dengan
tingkat kesalahan 10%. Rumus Taro Yamane yaitu :
n =1N.d
N2 +
Keterangan :
N : Populasi
d2 : Tingkat Kesalahan
n : Sampel
39
Tabel 3.4
Perhitungan Sampel
Kampung Jumlah Masyarakat Perhitungan Hasil Hasil
Akhir
Kabayan Cibunut 295
519.4295 x 100% = 6,5 % x 100 6,5 6
Kabayan Citiis 392
519.4392 x 100% = 8,6 % x 100 8,6 9
Kabayan Kota 175
519.4175 x 100% = 3,8 % x 100 3,8 4
Kabayan Masjid 322
519.4322 x 100% = 7,1 % x 100 7,1 7
Cikaung 423
519.4423 x 100% = 9,3 % x 100 9,3 9
Cikole 437
519.4437 x 100% = 9,6% x 100 9,6 10
Kadu Banen 312
519.4312 x 100% = 6,9 % x 100 6,9 7
Kadu Peusing 298
519.4298 x 100% = 6,6 % x 100 6,6 7
Kumalirang 235
519.4235 x 100% = 5,2 % x 100 5,2 5
Mangkubumi 175
519,4175 x 100% = 3,8% x 100 3,8 4
Pasar Heubeul 308
519.4308 x 100% = 6,8 % x 100 6,8 7
Pasir Kalapa 408
519.4408 x 100% = 9,0 % x 100 9,0 9
Pasir Walet 175
519.4175 x 100% = 3,8 % x 100 3,8 4
Tenjolaya Lebak 375
519.4375 x 100% = 8,2 % x 100 8,2 8
Tenjolaya Pasir 189
519.4189 x 100% = 4,1 % x 100 4,1 4
Jumlah Σ = 4.519 Σ=100
40
Berdasarkan hasil perhitungan, maka peneliti mengambil sampel sebanyak
100 orang. Dimana sampel tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan pencarian
sampel dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane yang kesemuanya tersebar
di seluruh area. Sedangkan cara pengambilan sampel tersebut, peneliti
menentukan secara acak (random).
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.4.1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data merupakan tahapan dimana data dipersiapkan,
diklasifikasikan dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses
berikutnya yaitu analisis data. Sebelum menganilisis data, kita harus mengetahui
dahulu teknik pengolahan data yang merupakan kaitan lanjutan setelah
pengumpulan data dilaksanakan. Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah melalui tahapan berikut ini:
1. Coding
Tahap memberi kode setiap jawaban (variabel) yang terdapat dalam kuesioner,
dengan memberikan kode pada setiap jawaban/variabel dengan menggunakan
simbol angka.
2. Editing
Yaitu tahap dimana data yang dikumpulkan melalui kuesioner sebelum diolah
perlu diperiksa lebih dahulu kebenarannya.
3. Tabulating
Merupakan tahap pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban yang sudah
diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel.
41
3.4.2. Analisa Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono,
2008:147). Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif, dimana statistik hanya digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Untuk menganalisis Implementasi Program Jamkesmas Di Kelurahan
Kabayan Kecamatan Pandeglang. Maka dalam menguji hipotesis deskriptif ini
menggunakan teknik pengolahan dan analisis data sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2007:137) instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu instrumen benar-benar
mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian serta
mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.
Menurut Gay (1983) dalam Sukardi (2007:121) suatu instrument dapat dikatakan
42
valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah
Uji validitas atau yang kita sebut sebagai uji kesahihan digunakan untuk
mengetahui seberapa tepat suatu instrumen atau alat ukur yaitu kuesioner untuk
mampu melakukan fungsinya. Instrumen penelitian yang baik tentu saja instrumen
yang valid, sehingga dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data. Kevalidan instrumen menggambarkan bahwa suatu instrumen
benar-benar mampu mengukur variabel yang akan diukur dalam penelitian serta
mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antara konsep dan hasil pengukuran.
Sedangkan menurut Arikunto (2002:144) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Menurut Sugiyono
(2008:183) rumus uji validitas adalah sebagai berikut:
rxy= })(}{)({
))((2222∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−
YiYinXiXin
YiXiXiYin
Keterangan :
Koefisien korelasi Product Moment
Jumlah skor dalam sebaran X
Jumlah skor dalam sebaran Y
43
Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan
Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
Jumlah sampel
2. Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2008:137), instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilakan data yang sama. Sedangkan menurut Nazir (2003:133) reliabilitas
menyangkut ketepatan alat ukur. Uji relibilitas merupakan suatu pengujian untuk
mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila
instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden.
Dengan demikian reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Kepercayaan itu dalam bentuk keandalan
instrumen yaitu konsistensi hasil dari waktu kewaktu jika suatu instrumen
digunakan pada subjek penelitian. Dengan dilakukan uji reliabilitas maka akan
menghasilkan suatu instrumen yang benar-benar tepat, akurat dan mantap.
Apabila koefisien reliabilitas instrumen dihasilkan lebih besar berarti instrumen
tersebut memiliki reliabilitas yang cukup baik. Pengujian reliabilitas instumen
dilakukan dengan internal konsistensi melalui teknik alpha cronbach, yaitu
perhitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi diantara
butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Variabel dikatakan reliabel jika nilai
44
alphanya lebih dari 0,30. Menurut Purwanto (2007:181) rumus Alpha Cronbach
adalah sebagai berikut:
n ∑Si
2 r11 = [ ][1- ]
( n - 1) ∑St2
Keterangan:
n = Jumlah butir
Si2 = Variasi butir
St2 = Variasi total
3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas merupakan pengujian data bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal
atau tidak. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grarfik dan uji statistik. Untuk menguji normalitas
dengan menggunakan uji grafik dapat digunakan dengan melihat grafik normal
probability plot, yaitu deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal pada sebuah grafik.
45
4. Uji t-test
Untuk menganalisa ”Implementasi Program Jamkesmas Di Kelurahan
Kabayan Kecamatan Pandeglang”, maka dalam menguji hipotesis deskriptif ini
menggunakan uji t-test satu sampel, dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono,
2008:178):
Keterangan :
t = Nilai t hitung
X = Nilai rata – rata
oµ = Nilai yang di hipotesiskan
s = Simpangan baku sampel
n = Jumlah anggota sampel
3.5. Tempat dan Waktu
3.5.1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang Provinsi Banten yang beralamat di Jalan Rangkasbitung
Km.1 No.10 Pandeglang 42212.
nsµXt O−
=
46
3.5.2. Waktu
Adapun jadwal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
JADWAL PENELITIAN
Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt
Pengajuan Judul
Perizinan dan Observasi Awal
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Proposal
Sidang Proposal
Revisi Proposal
Pengumpulan Data ke Lapangan
Penyusunan Hasil Penelitian
Sidang Skripsi
Revisi Skripsi
Tahun 2009 - 2010Kegiatan
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang merupakan salah satu
kelurahan dalam wilayah Kabupaten Pandeglang dengan Luas ± 427,567 Ha
terdiri darat ± 215,251 Ha dan sawah ± 152,432 Ha dengan batas-batasnya:
a. Sebelah utara : Kelurahan Pandeglang, Kadu merak
b. Sebelah timur : Desa Bangkonol
c. Sebelah selatan : Kelurahan Kadomas, karaton, Bbk.Kalanganyar
d. Sebelah barat : Kelurahan Pandeglang
Sebagian besar wilayah Kelurahan Kabayan merupakan daerah
pemukiman dan hanya sebagian kecil dataran rendah, hal ini dikarenakan
Kelurahan Kabayan berada tepat di bawah kaki Gunung Karang yang memiliki
ketingggian ± 1.000 m, maka dari itu ketinggian wilayahnya rata-rata 700 m s/d
1.000 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 600m pertahun dan
suhu harian rata-rata 20©-32©.
Jarak tempuh dari Kelurahan Kabayan ke Ibu Kota Kabupaten ± 0,5 Km,
ke Ibu Kota Propinsi ± 23 Km dan ke Ibu kota Negara ± 160 km, dilihat dari
jarak tersebut akses wilayah Kelurahan Kabayan ke pusat pemerintahan sangat
dekat. Jumlah Penduduk Kelurahan Kabayan adalah ± 9547 orang terdiri dari
Laki-laki ± 4.838 dan perempuan ± 4.709 orang dengan jumlah Kepala keluarga
48
± 2088 KK. Secara administrasi wilayah Kelurahan Kabayan dibagi dalam 14
RW dan 45 RT yaitu:
1. RW 01 berjumlah 3 RT, Kp. Kabayan Citiis
2. RW 02 berjumlah 4 RT, Kp. Kabayan Masjid
3. RW 03 berjumlah 4 RT, Kp. Pasar Heubeul
4. RW 04 berjumlah 3 RT, Kp. Kabayan Cibunut
5. RW 05 berjumlah 2 RT, Kp. Cikaung
6. RW 06 berjumlah 4 RT, Kp. Kumalirang
7. RW 07 berjumlah 3 RT, Kp. Pasir Kalapa
8. RW 08 berjumlah 3 RT, Kp. Tenjolaya Lebak
9. RW 09 berjumlah 3 RT, Kp. Kadupeusing
10. RW 10 berjumlah 3 RT, Kp. Kadubanen
11. RW 11 berjumlah 3 RT, Kp. Cikole
12. RW 12 berjumlah 3 RT, Kp. Tenjolaya Pasir
13. RW 13 berjumlah 3 RT, Kp. Kabayan Kota
14. RW 14 berjumlah 2 RT, Kp. Mangkubumi
15. RW 15 berjumlah 2 RT, Kp. Pasir Walet
Untuk menunjang fungsi pelayanan kepada masyarakat maka perlu
ditunjang jumlah personil di kantor Kelurahan Kabayan yang memadai. Adapun
jumlah pegawai Kantor kelurahan Kabayan berjumlah 22 orang terdiri:
49
Tabel 4.1 Jumlah pegawai di Kelurahan Kabayan
No Status Kepegawaian Jumlah Pegawai 1 PNS 12 2 CPNS 1 3 TKK 4 4 TKS 5
Jumlah 22 Sumber : Kelurahan Kabayan, 2010
Struktur Organisasi dan tata kerja Kantor Kelurahan Kabayan mengacu pada
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rincian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kelurahan di Lingkungan Kabupaten Pandeglang.
Kedudukan kelurahan merupakan perangkat daerah yang memiliki wilayah yang
bertanggung jawab kepada Camat, Bupati, dengan demikian Kelurahan Kabayan
pada dasarnya adalah wilayah kerja Kecamatan Pandeglang sebagai Perangkat
Daerah Kabupaten Pandeglang yang dipimpin oleh kepala kecamatan bertugas
menjalankan kewenangan yang dilimpahkan Bupati.
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik
4.2.1 Uji Validitas Instrumen
Uji validitas instrument merupakan yang pertama kali dilakukan dalam
analisis data penelitian. Dimana hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji
validitas merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) sah atau valid tidaknya suatu kuesioner atau angket. Kevaliditasan
instrumen menggambarkan bahwa suatu instrumen benar-benar mampu mengukur
50
variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian serta mampu menunjukkan
tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran. Adapun rumus yang
digunakan adalah menggunakan statistik korelasi Product momen dengan bantuan
SPSS Statistics 13.0 dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil uji Validitas Instrumen (Uji Butir Pertanyaan)
No.
Butir Pertanyaan Koefisien Korelasi r tabel
Keterangan 1 1 0,212 0,164 Valid 2 2 0,634 0,164 Valid 3 3 0,235 0,164 Valid 4 4 0,353 0,164 Valid 5 5 0,447 0,164 Valid 6 6 0,621 0,164 Valid 7 7 0,677 0,164 Valid 8 8 0,493 0,164 Valid 9 9 0,416 0,164 Valid 10 10 0,337 0,164 Valid 11 11 0,356 0,164 Valid 12 12 0,308 0,164 Valid 13 13 0,158 0,164 Tidak Valid 14 14 0,612 0,164 Valid 15 15 0,627 0,164 Valid 16 16 0,680 0,164 Valid 17 17 0,542 0,164 Valid 18 18 0,597 0,164 Valid 19 19 0,631 0,164 Valid 20 20 0,302 0,164 Valid 21 21 0,250 0,164 Valid 22 22 0,399 0,164 Valid 23 23 0,434 0,164 Valid 24 24 0,588 0,164 Valid 25 25 0,260 0,164 Valid
Sumber : Data diolah, 2010
Adapun kriteria item/butir instrumen yang digunakan adalah dimana jika r
hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen bisa dinyatakan valid, dan jika r
51
hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen bisa dinyatakan tidak valid.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa instrumen nomor 13 adalah
instrument yang tidak valid dengan dibuktikan dari nilai r hitung ≤ r tabel pada
taraf signifikasi 90 persen atau dengan kata lain memiliki tingkat kesalahan
sebesar 10 persen. Artinya satu instrumen dihilangkan dan tidak perlu diganti
karena indikator sudah terukur dari instrumen lainnya.
4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Guna untuk menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur
maka peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang dilakukan uji
reliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang
dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas. Dalam
pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan
SPSS 13.0. Adapun hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan dalam
penelitian ini adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0, 834. Untuk mengetahui uji
reliabilitas ini kita mengacu pada Siegle yang menggunakan pedoman reliability
instrument yaitu sebesar 0.3. artinya 0,834 > dari 0,3 sehingga instrumen yang
diuji bisa reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.834 .833 25
Sumber : Data diolah, 2010
52
4.2.3 Uji Frekuensi dan Normalitas Data
Untuk dapat menghasilkan gambaran yang lebih jelas mengenai data hasil
penelitian ini maka peneliti mencoba untuk melakukan mean, median dan modus
dan normalitas data guna menjaga ketepatan metode statistik yang digunakan
dengan menggunakan bantuan SPSS 13,0. Hal ini dikarenakan apabila data yang
dihasilkan tidak normal maka statistik yang digunakan adalah statistik non
parametric sedangkan apabila data yang dihasilkan adalah normal maka statistik
yang digunakan adalah statistik parametric. Lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Standar Deviasi Implementasi Program Jamkesmas
total N Valid 100
Missing 0 Mean 73.43 Std. Error of Mean 1.252 Median 72.00 Mode 67 Std. Deviation 12.525 Variance 156.874 Skewness .352 Std. Error of Skewness .241 Kurtosis -.176 Std. Error of Kurtosis .478 Range 60 Minimum 43 Maximum 103 Sum 7343
Sumber : Data diolah, 2010
53
Dari tabel diatas tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata atau mean dari
nilai Implementasi Program Jamkesmas diketahui sebesar 73,43 dengan standar
error of mean 1,252. Dengan demikian rata-rata Implementasi Jamkesmas
populasi penelitian adalah berkisar antara mean ± (2 x 1,252) atau berkisar 73,43.
Standar deviasi implementasi program jamkesmas sebesar 12,525 artinya sebaran
data berkisar antara 12,525 di bawah rata-rata (60,905) hingga 12,525 di atas rata-
rata (85,955).
54
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Implementasi Program Jamkesmas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 43 1 1.0 1.0 1.0 49 1 1.0 1.0 2.0 50 1 1.0 1.0 3.0 55 1 1.0 1.0 4.0 57 3 3.0 3.0 7.0 58 1 1.0 1.0 8.0 59 4 4.0 4.0 12.0 60 2 2.0 2.0 14.0 61 3 3.0 3.0 17.0 62 3 3.0 3.0 20.0 63 2 2.0 2.0 22.0 64 3 3.0 3.0 25.0 65 2 2.0 2.0 27.0 66 5 5.0 5.0 32.0 67 6 6.0 6.0 38.0 68 2 2.0 2.0 40.0 69 4 4.0 4.0 44.0 70 2 2.0 2.0 46.0 71 1 1.0 1.0 47.0 72 6 6.0 6.0 53.0 73 3 3.0 3.0 56.0 74 1 1.0 1.0 57.0 75 3 3.0 3.0 60.0 76 2 2.0 2.0 62.0 77 3 3.0 3.0 65.0 78 3 3.0 3.0 68.0 80 1 1.0 1.0 69.0 81 2 2.0 2.0 71.0 82 5 5.0 5.0 76.0 83 4 4.0 4.0 80.0 84 4 4.0 4.0 84.0 86 1 1.0 1.0 85.0 87 2 2.0 2.0 87.0 88 2 2.0 2.0 89.0 89 1 1.0 1.0 90.0 91 1 1.0 1.0 91.0 93 1 1.0 1.0 92.0 94 1 1.0 1.0 93.0 95 1 1.0 1.0 94.0 100 4 4.0 4.0 98.0 101 1 1.0 1.0 99.0 103 1 1.0 1.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
55
Berdasarkan dari tabel distribusi frekuensi implementasi program
jamkesmas yang menunjukan bahwa implementasi program jamkesmas tersebut
cukup bervariasi, dimana nilai terendah 43 dan nilai tertinggi 103. Demikian juga
dengan jumlah responden yang memperoleh nilai-nilai tersebut, dimana dari 100
responden yang memperoleh nilai 43, 49, 50, 55, 58, 71, 74, 80, 86, 89, 91, 93,
94, 95, 101, 103 masing-masing hanya satu orang atau 1,0 persen. Nilai 60, 63,
65, 68, 70, 76, 81, 87, 88 masing-masing terdiri dari dua orang atau 2,0 persen.
Nilai 57, 61, 62, 64, 73, 75, 77, 78 masing-masing terdiri dari tiga orang atau 3,0
persen. Nilai 59, 69, 83, 84, 100 masing-masing terdiri dari empat orang atau 4,0
persen. Nilai 66, 82 masing-masing terdiri dari lima orang atau 5,0 persen. Nilai
67, 72 masing-masing terdiri dari enam orang atau 6,0 persen. Nilai 67
menunjukan mode atau modus untuk implementasi program jamkesmas. Apabila
dibandingkan dengan nilai tengah dari top score atau (target maksimum)
implementasi program jamkesmas sebesar 73,43.
Berdasarkan nilai distribusinya juga dapat diketahui distribusi tingkat
partisipasi adalah normal. Hal ini diketahui dari skewness sebesar 0,352 dan
kurtosis yang menunjukan nilai sebesar -0.176, dimana nilai ini berada pada
angka kisaran antara -1 hingga 1, berarti distribusi data tingkat partisipasi adalah
normal. Apabila digambarkan bentuk distribusi data tingkat partisipasi seperti
pada grafik seperti berikut:
56
Grafik 4.1
Distribusi Data Implementasi Program Jamkesmas
Sumber : Data diolah, 2010 4.3 Deskripsi Data
4.3.1 Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah peserta jamkesmas yang ada di
Kelurahan Kabayan, dimana jumlah peserta yang ada di Kelurahan Kabayan
adalah sebanyak 4.519 orang. Dengan menggunakan rumus Taro Yamane,
berdasarkan tingkat kesalahan sebesar 10% maka jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 100 orang peserta jamkesmas. Kemudian teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportional area random sampling,
dimana sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan ketentuan besaran
sampel atas besaran populasi. Dikatakan proportional area random sampling
karena populasi terdiri dari sub populasi yang tidak homogen, dan tiap-tiap
110100908070605040
20
15
10
5
0
Frequency
Mean = 73.43 Std. Dev. = 12.525 N = 100
57
populasi akan diwakili sesuai dengan proporsinya masing-masing dalam
penelitian. Jadi pada pokoknya yaitu mengambil sampel dari tiap-tiap sub
populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi, sehingga
nantinya jumlah sampel yang akan diambil akan menghasilkan sampel yang
representatif.
Cara untuk menentukan siapa yang menjadi target sampel kuisioner yaitu
dengan membuat angka sesuai dengan nama kampung yang ada di Kelurahan
Kabayan dimana banyak terdapat peserta Jamkesmas, dimana setiap nama
kampung tersebut terdapat populasi. Untuk Kampung Kabayan Cibunut terdiri
dari 6 nama peserta Jamkesmas dengan populasi sebanyak 295 orang peserta
jamkesmas, Kampung Kabayan Citiis terdiri dari 9 nama peserta Jamkesmas
dengan populasi sebanyak 392 orang peserta Jamkesmas, Kampung Kabayan
Kota terdiri dari 4 nama peserta Jamkesmas dengan populasi sebanyak 175 orang
peserta Jamkesmas, Kampung Kabayan Mesjid terdiri dari 7 nama peserta
jamkesmas dengan populasi sebanyak 322 orang peserta Jamkesmas, Kampung
Cikaung terdiri dari 9 nama peserta Jamkesmas dengan populasi sebanyak 423
orang peserta jamkesmas, Kampung Cikole terdiri dari 10 nama peserta
Jamkesmas dengan populasi sebanyak 437 orang peserta Jamkesmas, Kampung
Kadu Banen terdiri dari 7 nama peserta Jamkesmas dengan populasi sebanyak 312
orang peserta Jamkesmas, Kampung Kadu Peusing terdiri dari 7 nama peserta
Jamkesmas dengan populasi sebanyak 298 orang peserta Jamkesmas, Kampung
Kumalirang terdiri dari 5 nama peserta Jamkesmas dengan populasi sebanyak 235
orang peserta Jamkesmas, Kampung Mangkubumi terdiri dari 4 nama peserta
58
Jamkesmas dengan populasi sebanyak 175 orang peserta Jamkesmas, Kampung
Pasar Heubeul terdiri dari 7 nama peserta Jamkesmas dengan populasi sebanyak
308 orang peserta Jamkesmas, Kampung Pasir Kalapa terdiri dari 9 nama peserta
Jamkesmas dengan populasi sebanyak 408 orang peserta Jamkesmas, Kampung
Pasir Walet terdiri dari 4 nama peserta Jamkesmas dengan populasi sebanyak 175
orang peserta Jamkesmas, Kampung Tenjolaya Lebak terdiri dari 8 nama peserta
Jamkesmas dengan populasi 378 orang peserta Jamkesmas, dan kampung
Tenjolaya Pasir terdiri dari 4 nama peserta Jamkesmas dengan populasi sebanyak
189 orang peserta Jamkesmas.
Untuk setiap populasi yang terdapat pada masing-masing Kampung atau
Rukun Warga (RW) di Kelurahan Kabayan dilihat dari data-data peserta
jamkesmas yang ada di Puskesmas Cikole. Peneliti dalam menentukan orang-
orangnya yaitu dengan memilih secara acak nama-nama yang ada di data tersebut.
Dalam mengisi kuesioner, responden diminta untuk memberikan identitas diri
sebagai penunjang data. Dimana identitas diri meliputi jenis kelamin, umur,
pendidikan terakhir dan pekerjaan.
Tabel 4.6
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Masyarakat Presentase
Laki-Laki 55 55%
Perempuan 45 45%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data diolah, 2010
59
Berdasarkan tabel 4.6 di atas maka dapat diketahui jumlah responden
sebanyak 100 orang, terdiri dari 55 laki-laki dan 45 perempuan. Dengan lebih
banyaknya identitas responden yang berjenis kelamin laki-laki maka pandangan
dari perempuan kurang mewakili dalam memberikan penilaian terhadap
implementasi program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan
Kabayan Kecamatan Pandeglang. Dimana dari hasil data diatas diperoleh
responden laki-laki lebih dominan dari responden perempuan.
Tabel 4.7 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Tingkat Usia Jumlah Masyarakat Presentase
22-35 15 15%
36-50 58 58%
51-65 24 24%
66-79 3 3%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut di atas, dapat dilihat bahwa responden
memiliki usia yang bervariasi, Komposisi variasi usia responden dengan rincian
tingkat usia 22-35 tahun sebanyak 15 orang dari seratus sampel, tingkat usia 36-
50 tahun sebanyak 58 orang dari seratus sampel, tingkat usia 51-65 tahun
sebanyak 24 orang dari seratus sampel.serta 66-79 tahun sebanyak 3 orang dari
seratus sampel. Dari tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terbesar responden
berada pada rentang usia 36-50 tahun sebesar 58,0 persen, sedangkan frekuensi
terkecil responden berada pada rentang usia 66-79 tahun yaitu sebesar 3,0 persen.
60
Tabel 4.8 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan terakhir Jumlah Masyarakat Presentase
SD 69 69%
SLTP 13 13%
SLTA 16 16%
Tidak Sekolah 2 2%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan data tabel 4.8 di atas, maka dapat dilihat bahwa responden
memiliki latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-beda. deskripsinya
adalah sebagai berikut responden yang berlatar belakang SD berjumlah 69 orang,
yang berlatar belakang SLTP berjumlah 13 orang, kemudian yang berlatar
belakang SLTA berjumlah 16 orang lalu yang terakhir adalah yang tidak
bersekolah berjumlah 2 orang. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
responden didominasi oleh responden yang berlatar belakang SD yakni sebesar
69,0 persen.
61
Tabel 4.9 Identitas Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Peserta Jamkesmas
Pekerjaan Jumlah Masyarakat Presentase
Buruh 39 39%
Pedagang 18 18%
Ibu Rumah Tangga 21 21%
Wiraswasta 13 13%
Tukang Ojek 4 4%
Guru 2 2%
Pemulung 1 1%
Satpam 2 2%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan data tabel 4.9 di atas, maka dapat diketahui bahwa responden
memiliki mata pencaharian yang bervariasi. Dengan keterangan sebagai berikut
responden yang mata pencahariannya sebagai buruh yaitu berjumlah 39 orang,
lalu yang mata pencahariannya sebagai pedagang berjumlah 18 orang, kemudian
yang mata pencahariannya sebagai ibu rumah tangga berjumlah 21 orang,
kemudian yang mata pencahariannya sebagai wiraswasta berjumlah 13 orang,
yang mata pencahariannya sebagai tukang ojek berjumlah 4 orang, lalu yang mata
pencahariannya sebagai guru berjumlah 2 orang, yang mata pencahariannya
sebagai pemulung hanya 1 orang dan yang terakhir yaitu mata pencahariannya
sebagai satpam berjumlah 2 orang. Dari tabel diatas terlihat bahwa responden
yang mata pencahariannya paling dominan yaitu sebagai buruh sebesar 39,0
persen dibandingkan mata pencahariannya lainnya dimana mata pencaharian
buruh tersebut terdiri dari, buruh tani, buruh bangunan dan buruh cuci.
62
4.3.2 Analisis Data
Pada penelitian ini jenis dan analisis data yang digunakan adalah
kuantitatif deskriptif, maka data yang diperoleh tidak hanya berbentuk kalimat
dari hasil wawancara dan pernyataan dari hasil penyebaran kuesioner, melainkan
ditampilkan dari hasil penelitian yang berbentuk angka yang kemudian diolah.
Skala yang dipakai dalam kuesioner adalah skala likert , dimana terdapat pilihan
jawaban dalam kuesioner yang terdiri dari lima item yaitu sangat setuju (SS)
dengan nilai 5, setuju (S) dengan nilai 4, Abstain (A) dengan nilai 3, tidak setuju
(TS) dengan nilai 2, Dan sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 1. Di dalam
penelitian ini peneliti menggunakan enam indikator implementasi program
Jamkesmas yang dikemukakan oleh Donald Van Metter and Van Horn. Dimana
keenam indikator implementasi program jamkesmas itu adalah ukuran dan tujuan
kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap dan kecenderungan
para pelaksana, komunikasi antar organisasi, lingkungan ekonomi, sosial, dan
politik.
Guna untuk dapat mengetahui serta menjelaskan lebih dalam mengenai
sejauhmana implementasi program jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang yang terkait dengan keenam indikator tersebut diatas dari teori yang
telah dirumuskan sesuai dengan apa yang ditemukan di lapangan. Adapun lebih
jelasnya peneliti menguraikannya dalam bentuk tabel dan grafik disertai
pemaparan dan kesimpulan hasil jawaban dari pernyataan yang diajukan melalui
kuesioner kepada para responden yaitu sebagai berikut :
63
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Menurut Van Metter and Van Horn (2007:155) suatu konsep
implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika
ukuran dan tujuan dari kebijakan memang relistis dengan sosio-kultur yang ada di
level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran dan tujuan terlalu ideal untuk
dilaksanakan di level warga maka agak sulit memang untuk merealisasikan
kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil. Dalam indikator
ukuran dan tujuan kebijakan terdapat dua sub indikator yaitu tingkat keberhasilan
dan tujuan kebijakan.
Pada sub indikator pertama yaitu Tingkat keberhasilan terdapat dua
pernyataan. Pertama, pernyataan mengenai implementasi program jamkesmas
sudah berjalan dengan baik. Data dari hasil penelitian menunjukan bahwa 41,0
persen responden menjawab tidak setuju bahwa implementasi program jamkesmas
sudah berjalan dengan baik. Untuk lebih jelas lihat tabel dibawah ini.
Tabel 4.10 Tingkat Keberhasilan
”Implementasi Program Jamkesmas Sudah Berjalan Dengan Baik”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 1.0 Tidak Setuju 41 41.0 41.0 42.0 Abstein 15 15.0 15.0 57.0 Setuju 37 37.0 37.0 94.0 Sangat Setuju 6 6.0 6.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
64
Berdsarkan pemaparan tabel diatas dapat dilihat bahwa 1 responden atau
sebanyak 1,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa
implementasi program jamkesmas sudah berjalan dengan baik, 41 reponden atau
sebanyak 41,0 persen menjawab tidak setuju,15 responden atau sebanyak 15,0
persen menjawab abstain atau tidak memilih, 37 responden atau sebanyak 37,0
persen menjawab setuju, dan 6 responden atau sebanyak 6,0 persen menjawab
sangat setuju dengan pernyataan bahwa implementasi program jamkesmas sudah
berjalan dengan baik.
Dari data hasil tabel tersebut menunjukan bahwa mayoritas responden
menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut, karena dapat diartikan bahwa
sebagian besar masyarakat pada kenyataan dilapangan masih merasa
implementasi belum berjalan dengan baik dikarenakan sebagian dari mereka
belum merasakan manfaat dari program jamkesmas tersebut. Selain itu ada juga
yang berpendapat setuju dikarenakan masyarakat sudah merasakan manfaat dari
program jamkesmas tersebut. Untuk dapat memperjelas gambaran jawaban
responden dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
65
Grafik 4.2 Jawaban Reponden Mengenai Implementasi Program Jamkesmas Sudah Berjalan
Dengan Baik
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan yang kedua, mengenai kebijakan program jamkesmas sudah
sesuai dengan harapan. Data dari hasil penelitian menunjukan bahwa 53,0 persen
responden berpendapat ti dak setuju dengan pernyataan tersebut. Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel di bawah ini.
Tabel 4.11 Tujuan Keberhasilan
”Kebijakan Program Jamkesmas Sudah Sesuai Dengan Harapan”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 2 2.0 2.0 2.0 Tidak Setuju 53 53.0 53.0 55.0 Abstein 2 2.0 2.0 57.0 Setuju 28 28.0 28.0 85.0 Sangat Setuju 15 15.0 15.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 3.06Std. Dev. = 1.033N = 100
66
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa 2 responden atau
sebanyak 2,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut, 53
responden atau sebanyak 53,0 persen menjawab tidak setuju, 2 responden atau
sebanyak 2,0 persen menjawab abstain, 28 responden atau 28,0 persen menjawab
setuju dan 15 responden atau 15,0 persen menjawab sangat setuju dengan
pernyataan bahwa kebijakan program jamkesmas sudah sesuai dengan harapan.
Dapat dilihat bahwa mayoritas reponden menjawab tidak setuju atau 53,0
persen reponden terkait mengenai kebijakan program jamkesmas sudah sesuai
dengan harapan. Dimana sebagian masyarakat merasa program jamkesmas belum
sesuai dengan harapan mereka karena masih banyak masyarakat yang belum
terbantu dengan adanya program jamkesmas ini. Misalnya saja dari segi
pelayanan di rumah sakit. Untuk memperjelas gambaran jawaban responden dapat
dilihat grafik dibawah ini.
Grafik 4.3
Jawaban Responden Mengenai Kebijakan Program Jamkesmas Sudah Sesuai Dengan Harapan.
Sumber : Data diolah, 2010
SSSATSSTS
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 3.01Std. Dev. = 1.227N = 100
67
Sub indikator yang ke dua yaitu tujuan kebijakan dengan dua pernyataan.
Pernyataan yang pertama yaitu mengenai peserta mengetahui tentang kejelasan
program jamkesmas yang dikeluarkan oleh pemerintah. Data hasil penelitian
menunjukan bahwa 50 responden atau sebanyak 50,0 persen menjawab tidak
setuju mengenai kejelasan program jamkesmas yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.12 Tujuan Kebijakan
”Peserta Mengetahui Tentang Kejelasan Program Jamkesmas Yang Dikeluarkan Oleh Pemerintah”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 7 7.0 7.0 7.0 Tidak Setuju 50 50.0 50.0 57.0 Abstein 9 9.0 9.0 66.0 Setuju 26 26.0 26.0 92.0 Sangat Setuju 8 8.0 8.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : data diolah, 2010
Berdasarkan hasil dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 7 responden atau
sebanyak 7,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut
diatas, 50 responden atau sebanyak 50,0 persen menjawab tidak setuju, 9
responden atau sebanyak 9,0 persen menjawab abstain, 26 responden atau
sebanyak 26,0 persen menjawab setuju dan 8 responden atau sebanyak 8,0 persen
menjawab sanagt setuju dengan pernyataan mengenai peserta mengetahui tentang
kejelasan program Jamkesmas yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Dari hasil di atas menyatakan bahwa mayoritas responden menjawab tidak
setuju dengan pernyataan tersebut diatas itu dikarenakan banyak masyarakat yang
68
tidak mengetahui kejelasan mengenai program jamkesmas oleh pemerintah serta
masyarakat juga tidak diberitahu secara baku mengenai program jamkesmas itu
seperti apa, serta kriteria yang mendapatkan jamkesmas pun mereka tidak
mengetahuinya. Untuk lebih memperjelas gambaran jawaban responden dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.4 Jawaban Responden Mengenai Peserta Mengetahui Tantang Kejelasan Program
Jamkesmas Yang Di Keluarkan Oleh Pemerintah.
Sumber: Data diolah, 2010 Pernyataan yang kedua mengenai masyarakat mengetahui semua tata cara
tentang penggunaan Jamkesmas. Data dari hasil penelitian menunjukan bahwa
50,0 persen responden menjawab setuju denagan pernyataan bahwa masyarakat
mengetahui semua tata cara tentang penggunaan jamkesmas. Untuk lebih jelasnya
lihat tabel dibawah ini.
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.78Std. Dev. = 1.151N = 100
69
Tabel 4.13 Tujuan Kebijakan
”Masyarakat Mengetahui Semua Tata Cara Tentang penggunaan Jamkesmas”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 5 5.0 5.0 5.0 Tidak Setuju 31 31.0 31.0 36.0 Abstein 2 2.0 2.0 38.0 Setuju 50 50.0 50.0 88.0 Sangat Setuju 12 12.0 12.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010 Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa 5 responden atau
sebanyak 5,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut, 31
responden atau sebanyak 31,0 persen menjawab tidak setuju, 2 responden atau 2,0
menjawab abstain, 50 responden atau 50,0 menjawab setuju dan 12 responden
atau sebanyak 12,0 persen menjawab sangat setuju dengan pernyataan mengenai
masyarakat mengetahui semua tata cara tentang penggunaan jamkesmas.
Mayoritas responden kebanyakan menjawab setuju walaupun tidak jauh
berbeda hasil persentasenya ada masyarakat yang menjawab tidak setuju dengan
dengan pernyataan yang di paparkan diatas, hal ini dikarenakan bahwa sebagian
masyarakat sesuai hasil wawancara mengetahui akan tata cara penggunaan kartu
Jamkesmas jika akan berobat. Akan tetapi masyarakat yang menjawab tidak
setuju mereka kebanyakan berpendapat belum pernah berobat sama sekali
menggunakan kartu askeskin ataupun kartu jamkesmas yang saat ini berlaku. Atau
ada juga masyarakat yang kurang begitu mengerti tentang tata cara tersebut
dikarenakan yang melakukan administrasinya bukan orang yang bersangkutan
70
akan tetapi oleh anak ataupun kerabat yang bekerja di rumah sakit. untuk lebih
memperjelas gambaran jawaban responden dapt dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.5 Jawaban Responden Mengenai Masyarakat Mengetahui Semua Tata Cara Tentang
Penggunaan Jamkesmas
Sumber : Data diolah, 2010 2. Sumber Daya
Menurut Van Metter and Van Horn (2007:155) keberhasilan dari
implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpanting
dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi, tetapi diluar sumber
daya manusia, sumber daya lainnya yang perlu diperhitungkan adalah sumber
daya finansial dan sumber daya waktu. Didalam Indikator Sumber daya ini
terdapat tiga sub indikator yaitu sumber daya manusia, sumber daya finansial dan
sumber daya waktu.
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 3.33Std. Dev. = 1.181N = 100
71
Dari sub indikator pertama yaitu sumber daya manusia terdapat dua
pernyataan yaitu pernyataan pertama proses pendataan peserta jamkesmas oleh
petugas sudah tepat sasaran. Data dari hasil penelitian menunjukan bahwa 50,0
persen responden menjawab tidak setuju dengan proses pendataan peserta
Jamkesmas oleh petugas sudah tepat sasaran. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di
bawah ini.
Tabel 4.14 Sumber Daya Manusia
”Proses Pendataan Peserta Jamkesmas Oleh Petugas Sudah Tepat Sasaran”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 8 8.0 8.0 8.0 Tidak Setuju 50 50.0 50.0 58.0 Abstein 6 6.0 6.0 64.0 Setuju 36 36.0 36.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa 8 responden atau
sebanyak 8,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 50
responden atau sebanyak 50,0 persen menjawab tidak setuju, 6 responden atau
sebanyak 6,0 persen menjawab abstein,serta 36 responden atau sebanyak 36,0
menjawab setuju. Dengan pernyataan bahwa proses pendataan peserta jamkesmas
oleh petugas sudah tepat sasaran.
Kebanyakan responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan diatas,
hai ini di karenakan bahwa proses pendataan oleh petugas menurut masyarakat
belum tepat sasaran di karenakan hasil penelitian dan wawancara dengan
masyarakat masih banyak masyarakat menengah yang mendapatkan kartu
72
jamkesmas dan masyarakat yang benar- benar membutuhkan kartu tersebut tidak
mendapatkannya. Selain itu masalah pendataan bukan hanyab itu saja, sesuai
wawancara peneliti dengan warga, cara pendataan kartu jamkesmas ini di tiap
kampungnya berbeda-beda ada yang RT/RW nya yang menawarkan langsung
siapa yang ingin mendapatkan kartu jamkesmas, serta ada juga dengan cara
RT/Rwnya saja dengan para kader yang menentukan siapa yang mendapatkan
kartu jamkesmas tanpa melibatkan masyarakatnya langsung. Serta ada juga yang
pendataanya dilakukan secara nepotisme. Sehingga wajar jika dalam
pendataannya tidak selau tepat sasaran karena tidak di dampingi pihak verifikator
serata tidak mengacu pada kriteria baku yang diberikan pemerintah daerah
mengenai orang-orang yang mendapatkan kartu jamkesmas. Selain itu hasil
penelitian dilapangan peneliti temukan bahw data nama-nama orang yang
mendapatkan kartu Jamkesmas yang ada di puskesmas dengan di lapangan tidak
sama dengan di lapangan, karena misalnya saja data di puskesmas orang tersebut
mendapatkan kartu jamkesmas akan tetapi pada kenyataannya di lapangan orang
tersebut tidak memiliki kartu jamkesmas tersebut. Selain itu ada pula yang
menjawab abstain karena mereka tidak mengetahui apakah sudah tepat sasaran
apa belum pendataan tersebut Sedangkan ada sebagian masyarakat menjawab
setuju dengan proses pendataan oleh petugas sudah tepat sasaran. Untuk
memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
73
Grafik 4.6 Jawaban Responden Mengenai Proses Pendataan Peserta Jamkesmas Oleh
Petugas Sudah Tepat Sasaran
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan yang kedua yaitu dari sub indikator sumber daya manusia
adalah dalam pelaksanaannya program Jamkesmas sudah menjangkau masyarakat
miskin di daerah anda. Data dari hasil penelitian menunjukan bahwa 46,0 persen
responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa pelaksanaan program
Jamkesmas sudah menjangkau masyarakat miskin di daerah anda. Untuk lebih
jelasnya lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.15 Sumber Daya Manusia
”Dalam Pelaksanaannya Program Jamkesmas Sudah Menjangkau Masyarakat Miskin Di Daerah anda”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 11 11.0 11.0 11.0 Tidak Setuju 46 46.0 46.0 57.0 Abstein 7 7.0 7.0 64.0 Setuju 33 33.0 33.0 97.0 Sangat Setuju 3 3.0 3.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber: data diolah, 2010
SATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.7Std. Dev. = 1.049N = 100
74
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 11 responden atau
sebanyak 11,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 46
responden atau sebanyak 46,0 persen menjawab tidak setuju, 7 responden atau
sebanyak 7,0 persen menjawab abstain, 33 responden atau senagayak 33,0
menjawab setuju, dan 3 responden atau sebanyak 3,0 persen menjawab sanagat
setuju dengan pernyataan tersebut diatas.
Mayoritas responden menjawab tidak setuju dangan pernyataan diatas, hal
tersebut karena para kader berpendapat bahwa adanya kuota yang tidak
memungkinkan semua masyarakat miskin mendapatkan kartu jamkesmas serta
banyak amasyarakat juga berpendapat selain masih banyak masyarakat miskin
yang belum mendapatkan kartu jamkesmas kendala lainnya yaitu tidak tepat
sasaran dalam memberikan kkartu jamkesmas sehingga banyak warga yang benar-
benar membutuhkan banyak yang tidak mendapatkannya. Selain itu ada
masyarakat yang menjawab sangat tidak setuju. Serta ada juga yang berpendapat
setuju dan sangat setuju dikarenakan ada beberapa kampung yang hampir semua
warganya yang kurang mampu mendapatkan kartu jamkesmas akan tetapi
dikampung lain masih banyak pula yang belum mendapatkan kartu jamkesmas
tersebut.Untuk memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.
75
Grafik 4.7 Jawaban Responden Mengenai Pelaksanaan Program Jamkesmas sudah
Menjangkau Masyarakat Miskin Di Daerah Anda.
Sumber : Data diolah, 2010
Sub indikator yang kedua adalah sumber daya finansial dimana terdiri dari
dua pernyataan, pernyataan pertama, peserta Jamkesmas masih di pungut biaya
dalam proses pelayanannya. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 50,0 persen
responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa Peserta Jamkesmas
Masih Di Pungut Biaya Dalam Proses Pelayanannya Untuk lebih jelasnya lihat
tabel di bawah ini.
Tabel 4.16 Sumber Daya Finansial
“Peserta Jamkesmas Masih Di Pungut Biaya Dalam Proses Pelayanannya”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 10 10.0 10.0 10.0 Tidak Setuju 50 50.0 50.0 60.0 Abstein 3 3.0 3.0 63.0 Setuju 32 32.0 32.0 95.0 Sangat Setuju 5 5.0 5.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.71Std. Dev. = 1.131N = 100
76
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa 10 responden atau
sebanyak 10,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan di atas, 50
responden atau sebanyak 50,0 persen menjawab tidak setuju, 3 responden atau
sebanyak 3,0 persen menjawab abstein,serta 32 responden atau sebanyak 32,0
menjawab setuju. Dan 5 responden atau saebanyak 5,0 persen menjawab sanagt
setuju Dengan pernyataan bahwa Peserta Jamkesmas Masih Di Pungut Biaya
Dalam Proses Pelayanannya.
Mayoritas reponden menjawab tidak setuju terhadap pernyataan di atas
dikarenakan menurut pendapat masyarakat pada pelayanannya mereka memang
tidak di pungut biaya apapun terkecuali jika obat yang masuk dalam jaminan
pemerintah tidak ada maka mereka harus membelinya dengan uang mereka
sendiri. Akan tetapi ada pula yang berpendapat setuju bahwa masih ada pungutan
dalam proses pelayanannya. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa mereka
lebih senang program yang dulu yaitu askeskin karena menurut mereka pada
waktu masih askeskin semua benar-benar gratis. Dimana mereka berpendapat
bahwa jika obat peserta jamkesmas tidak ada atau habis di pandeglang maka
peserta tersebut dapat menukarkannya kedaerah lain dengan gratis juga hanya
tinggal membawa kwitansi serta resep yang diberikan pihak rumah sakit serta jika
ada peserta jamkesmas yang harus dirujuk keluar daerah Pandeglang ambulance
yang dipakaipun tidak dipungut biaya akan tetapi sebaliknya setelah ada
perubahan jika tidak terdapat obat yang dimaksud maka harus membeli dengan
uang sendiri serta adanya ongkos transportasi untuk ambulance jika ada peserta
77
jamkesmas yang akan dirujuk ke luar daerah. Untuk memperjelas gambaran
jawaban responden dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.8 Jawaban Responden Mengenai Peserta Jamkesmas Masih Di Pungut Biaya Dalam
Proses Pelayanannya
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan yang kedua dari Sub indikator sumber daya financial yaitu
pedanaan program jamkesmas sudah mencukupi kebutuhan peserta jamkesmas.
Data hasil penelitian menunjukan bahwa 61,0 persen responden menjawab setuju
dengan pernyataan bahwa Pendanaan Program Jamkesmas Sudah Mencukupi
Kebutuhan Peserta jamkesmas. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
\
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.72Std. Dev. = 1.164N = 100
78
Tabel 4.17 Sumber Daya Finansial
“Pendanaan Program Jamkesmas Sudah Mencukupi Kebutuhan Peserta jamkesmas”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 4 4.0 4.0 4.0 Tidak Setuju 10 10.0 10.0 14.0 Abstein 4 4.0 4.0 18.0 Setuju 61 61.0 61.0 79.0 Sangat Setuju 21 21.0 21.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah. 2010
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa 4 responden atau
sebanyak 4,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 10
responden atau sebanyak 10,0 persen menjawab tidak setuju, 4 responden atau
sebanyak 4,0 persen menjawab abstein,serta 61 responden atau sebanyak 61,0
menjawab setuju. Dan 21 responden atau sebanyak 21,0 persen menjawab sanagt
setuju Dengan pernyataan bahwa Pendanaan Program Jamkesmas Sudah
Mencukupi Kebutuhan Peserta jamkesmas.
Mayoritas responden menjawab setuju dikarenakan menurut mereka sudah
mencukupi kebutuhan mereka walaupun mereka tidak tahu berapa persen APBD
yang dianggarkan untuk program jamkesmas ini akan tetapi selain itu ada juga
yang masih tidak setuju dengan pernyataan di atas bahwa pendanaan program
jamkesmas sudah mencukupi kebutuhan peserta jamkesmas karena menurut
mereka dari segi fasilitas masih dirasa kurang serta dari persediaan oabat pun
kurang lengkap. Untuk memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat
pada grafik di bawah ini.
79
Grafik 4.9 Jawaban Responden Mengenai Pendanaan Program Jamkesmas Sudah Mencukupi
Kebutuhan Peserta Jamkesmas
Sumber : Data diolah, 2010
Sub Indikator yang ketiga atau yang terakhir yaitu sumber daya waktu dari
Indicator sumber daya. Dari sub indikator sumber daya waktu ini terdapat dua
pernyataan yaitu yang pertama, pemerintah memberikan jangka waktu terhadap
berlakunya program jamkesmas. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 51,0
persen responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa pemerintah
memberikan jangka waktu terhadap berlakunya program Jamkesmas. Untuk lebih
jelasnya lihat tabel di bawah ini.
SSSATSSTS
70
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 3.85Std. Dev. = 0.999N = 100
80
Table 4.18 Sumber Daya Waktu
“Pemerintah Memberikan Jangka Waktu Terhadap Berlakunya Program Jamkesmas”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 12 12.0 12.0 12.0 Tidak Setuju 51 51.0 51.0 63.0 Abstein 1 1.0 1.0 64.0 Setuju 36 36.0 36.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010 Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 12 responden atau
sebanyak 12,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 51
responden atau sebanyak 51,0 persen menjawab tidak setuju, 1 responden atau
sebanyak 1,0 persen menjawab abstein,serta 36 responden atau sebanyak 36,0
menjawab setuju dengan pernyataan bahwa Pemerintah Memberikan Jangka
Waktu Terhadap Berlakunya Program Jamkesmas.
Mayoritas responden menjawab tidak setuju terhadap pernyataan bahwa
pemerintah memberikan jangka waktu terhadap berlakunya program jamkesmas.
Itu karena kebanyakan warga menyayangkan jika ada jangka waktu terhadap
program jamkesmas tersebut menurut mereka program jamkesmas ini sangat
membantu mereka pada saat sakit karena dianggap sangat meringankan beban
ekonomi mereka. Karena dengan adanya bantuan dari pemerintah jika mereka
tidak punya uang untuk berobat mereka bisa memakai kartu tersebut untuk
berobat dengan tidak mengeluarkan biaya apapun.selain itu ada juga yang setuju
jika program jamkesmas diberi jangka waktu karena mereka ikut apapun aturan
81
pemerintah karena kedepannya pemerintah pasti akan memberikan bantuan dalam
bentuk lain terhadap masyarakat.
Grafik 4.10 Jawaban Responden Mengenai Pemerintah Memberikan Jangka Waktu Terhadap
Berlakunya Program Jamkesmas
Sumber : Data diolah, 2010 Pernyataan yang kedua dari sub Indikator sumber daya waktu yaitu, dalam
memberikan pelayanan pihak rumah sakit/puskesmas sudah sangat cepat. Data
hasil penelitian menunjukan bahwa 45,0 persen responden menjawab tidak setuju
dengan pernyataan bahwa Dalam Memberikan Pelayanan Pihak Rumah
Sakit/Puskesmas Sudah Sangat Cepat. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah
ini.
SATSSTS
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.61Std. Dev. = 1.1N = 100
82
Tabel 4.19 Sumber Daya Waktu
“Dalam Memberikan Pelayanan Pihak Rumah Sakit/Puskesmas Sudah Sangat Cepat”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 13 13.0 13.0 13.0 Tidak Setuju 45 45.0 45.0 58.0 Abstein 3 3.0 3.0 61.0 Setuju 19 19.0 19.0 80.0 Sangat Setuju 20 20.0 20.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 13 responden atau
sebanyak 13,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 45
responden atau sebanyak 45,0 persen menjawab tidak setuju, 3 responden atau
sebanyak 3,0 persen menjawab abstein,serta 19 responden atau sebanyak 19,0
menjawab setuju dan 20 responden atau sebanyak 20,0 persen menjawab sangat
setuju dengan pernyataan bahwa Dalam Memberikan Pelayanan Pihak Rumah
Sakit/Puskesmas Sudah Sangat Cepat.
Mayoritas responden menjawab tidak setuju terhadap pernyataan bahwa
dalam memberikan pelayanan pihak rumah sakit sudah sangat cepat. Itu karena
menurut pendapat masyarakat jika puskesmas dalam memberikan pelayanan
sudah sangat cepat akan tetapi jika pelayanan di rumah sakit masih kurang cepat
karena pelayanan yang diberikan terhadap pihak peserta jamkesmas di rasa kurang
begitu maksimal akan tetapi menurut masyarakat tidak semua perawat dalam
memberikan pelayanan tidak cepat hanya sebagian perawat saja. Untuk
memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
83
Grafik 4.11 Jawaban Responden Mengenai Dalam Memberikan Pelayanan Pihak Rumah
Sakit/Puskesmas Sudah Sangat Cepat
Sumber : Data diolah, 2010 3. Agen Pelaksana
Menurut Van Metter dan Van Horn karakteristik agen pelaksana
merupakan pusat perhatian dimana pada agen pelaksana meliputi organisasi
formal maupun informal yang akan terlibat pengimplementasian publik. Hal ini
sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan (public) akan sangat banyak
dipengaruhi oleh cirri-ciri yang tepat dan sangat cocok untuk para agen pelaksana.
Pada indikator agen pelaksana ini terdapat dua sub indikator yaitu, organisasi
formal dan ketegasan para pelaksana.
Sub indikator pertama organisasi formal dari indikator agen pelaksana
terdapat dua pernyataan yaitu, pernyataan yang pertama prosedur jamkesmas
sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah. Data hasil penelitian menunjukan
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.88Std. Dev. = 1.402N = 100
84
bahwa 57,0 persen responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa
prosedur jamkesmas sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah Untuk lebih
jelasnya lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.20 Organisasi Formal
”Prosedur Jamkesmas Sudah Sesuai Dengan Kebijakan Pemerintah”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 1.0 Tidak Setuju 57 57.0 57.0 58.0 Abstein 7 7.0 7.0 65.0 Setuju 20 20.0 20.0 85.0 Sangat Setuju 15 15.0 15.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 1 responden atau
sebanyak 1,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 57
responden atau sebanyak 57,0 persen menjawab tidak setuju, 7 responden atau
sebanyak 7,0 persen menjawab abstein, serta 20 responden atau sebanyak 20,0
menjawab setuju dan 15 responden atau sebanyak 15,0 persen menjawab sangat
setuju dengan pernyataan bahwa Prosedur Jamkesmas Sudah Sesuai Dengan
Kebijakan Pemerintah. Mayoritas responden menjawab tidak setuju atau 57,0
persen terhadap pernyataan diatas. Hal ini karena menurut masyarakat belum
sepenuhnya baik karena menurut masyarakat dari segi pelayanannya masih
kurang serta yang mendapatkan kartu jamkesmaspun belum dirasa merata. Untuk
memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
85
Grafik 4.12 Jawaban Responden Mengenai Prosedur Jamkesmas Sudah Sesuai Dengan
Kebijakan Pemerintah
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan yang kedua dari sub organisasi formal yaitu adanya dukungan
dari pemerintah daerah mengenai program jamkesmas. Data hasil penelitian
menunjukan bahwa 47,0 persen responden menjawab tidak setuju dengan
pernyataan bahwa adanya dukungan dari pemerintah daerah mengenai program
jamkesmas. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.21 Organisasi Formal
“Adanya Dukungan Dari Pemerintah Daerah Mengenai Program Jamkesmas”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 5 5.0 5.0 5.0 Tidak Setuju 47 47.0 47.0 52.0 Abstein 9 9.0 9.0 61.0 Setuju 29 29.0 29.0 90.0 Sangat Setuju 10 10.0 10.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
SSSATSSTS
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.91Std. Dev. = 1.19N = 100
86
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa 5 responden atau
sebanyak 5,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan di atas, 47
responden atau sebanyak 47,0 persen menjawab tidak setuju, 9 responden atau
sebanyak 9,0 persen menjawab abstein, serta 29 responden atau sebanyak 29,0
menjawab setuju dan 10 responden atau sebanyak 10,0 persen menjawab sangat
setuju dengan pernyataan bahwa adanya dukungan dari pemerintah daerah
mengenai program Jamkesmas.
Mayoritas responden menjawab bahwa tidak setuju dengan pernyataan di
atas karena menurut masyarakat dari segi fasilitas belum memadai serta peralatan
yang tidak lengkap jadi jika ada pasien yang mempunyai penyakit gawat harus
dirujuk ke rumah sakit lain. Seharusnya sebagai Rumah sakit satu-satunya yang
ada di Pandeglang seharusnya pemerintah daerah mendukung segala fasilitas yang
dibutuhkan serta dari keadaan gedung juga harus lebih baik lagi. Karena demi
kenyamanan masyarakat juga agar bisa lebih baik dan yang mempunyai penyakit
gawat tidak usah dirujuk keluar jika fasilitas di Pandeglang lengkap dan memadai.
Untuk memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
87
Grafik 4.13 Jawaban responden mengenai adanya dukungan dari pemerintah daerah
mengenai program jamkesmas
Sumber : Data diolah, 2010
Sub indikator yang kedua yaitu ketegasan para pelaksana dari indikator
karakteristik agen pelaksana. Dimana terdiri dari dua pernyataan, akan tetapi satu
dari dua pernyataan tersebut menurut hasil penelitian dinyatakan tidak valid.
pernyataan yang tidak valid adalah mengenai pemerintah memberikan sanksi jika
ada penyalahgunaan kartu jamkesmas. Maka hanya akan satu pernyataan yang
akan dibahas yakni mengenai dalam memberikan pelayanan kesehatan sudah
sangat adil. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 49,0 persen responden
menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan sudah sangat adil.. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.92 Std. Dev. = 1.169N = 100
88
Tabel 4.22 Ketegasan Para Pelaksana
” Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Sudah Sangat Adil”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 12 12.0 12.0 12.0 Tidak Setuju 49 49.0 49.0 61.0 Abstein 2 2.0 2.0 63.0 Setuju 30 30.0 30.0 93.0 Sangat Setuju 7 7.0 7.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 12 responden atau
sebanyak 12,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 49
responden atau sebanyak 49,0 persen menjawab tidak setuju, 2 responden atau
sebanyak 2,0 persen menjawab abstein, serta 30 responden atau sebanyak 30,0
menjawab setuju dan 7 responden atau sebanyak 7,0 persen menjawab sangat
setuju dengan pernyataan bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan sudah
sangat adil. Mayoritas responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan
tersebut bahwa menurut masyarakat masih saja ada yang diperlakukan kurang adil
oleh perawat yang bertugas dirumah sakit tersebut. Untuk memperjelas gambaran
jawaban responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
89
Grafik 4.14 Jawaban Responden Mengenai Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Sudah
Sangat Adil
Sumber : Data diolah, 2010 4. Sikap dan Kecenderungan Para Pelaksana
Menurut Van Metter dan Van Horn sikap dan kecenderungan para petugas
yaitu sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana sangat
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan. Hal ini
sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukan hasil
komunikasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan yang mereka
rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijakan
dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak
pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan atau
permasalahan yang warga ingin selesaikan. Terdapat dua sub indikator pada
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.71Std. Dev. = 1.217N = 100
90
indikator sikap dan kecenderungan para pelaksana diantaranya yaitu yang pertama
menerioma adanya jamkesmas dan yang kedua menolak adanya jamkesmas.
Sub indikator pertama menerima adanya jamkesmas dari indikator sikap
dan kecenderungan para pelaksana dari sub indikator pertama ini Terdapat tiga
pernyataan, dimana pernyataan pertama yaitu masyarakat merasa senang dengan
pelayanan yang diberikan dalam program jamkesmas. Data hasil penelitian
menunjukan bahwa 55,0 persen responden menjawab tidak setuju dengan
pernyataan bahwa masyarakat merasa senang dengan pelayanan yang diberikan
dalam program jamkesmas. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.23 Menerima Adanya Jamkesmas
“Masyarakat Merasa Senang Dengan Pelayanan Yang Diberikan Dalam Program Jamkesmas”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 7 7.0 7.0 7.0 Tidak Setuju 55 55.0 55.0 62.0 Abstein 3 3.0 3.0 65.0 Setuju 25 25.0 25.0 90.0 Sangat Setuju 10 10.0 10.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 7 responden atau
sebanyak 7,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 55
responden atau sebanyak 55,0 persen menjawab tidak setuju, 3 responden atau
sebanyak 3,0 persen menjawab abstein, serta 25 responden atau sebanyak 25,0
menjawab setuju dan 10 responden atau sebanyak 10,0 persen menjawab sangat
setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat merasa senang dengan pelayanan
91
yang diberikan dalam program jamkesmas. Dari jawaban reponden diatas
mayoritas menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Dikarenakan bahwa
bahwa menurut para masyarakat yang memiliki kartu tersebut dan berobat ke
rumah sakit bahwa pelayanan yang diberikan kurang begitu baik bagi masyarakat.
Untuk memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
Grafik 4.15 Jawaban Responden Mengenai Masyarakat Merasa Senang Dengan Pelayanan
Yang Diberikan Dalam Program Jamkesmas.
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan yang kedua masih dari sub indikator menerima adanya
jamkesmas. Pernyataannya yaitu dalam pemberian pelayanan kesehatan peserta
jamkesmas dilayani dengan penuh tanggung jawab. Data hasil penelitian
menunjukan bahwa 49,0 persen responden menjawab tidak setuju dengan
pernyataan bahwa dalam pemberian pelayanan kesehatan peserta jamkesmas
SSSATSSTS
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.76Std. Dev. = 1.199N = 100
92
dilayani dengan penuh tanggung jawab. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah
ini.
Tabel 4.24 Menerima Adanya Jamkesmas
“Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas Dilayani Dengan Penuh Tanggung Jawab”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 9 9.0 9.0 9.0 Tidak Setuju 49 49.0 49.0 58.0 Abstein 1 1.0 1.0 59.0 Setuju 35 35.0 35.0 94.0 Sangat Setuju 6 6.0 6.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010 Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 9 responden atau
sebanyak 9,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 49
responden atau sebanyak 49,0 persen menjawab tidak setuju, 1 responden atau
sebanyak 1,0 persen menjawab abstein, serta 35 responden atau sebanyak 35,0
menjawab setuju dan 6 responden atau sebanyak 6,0 persen menjawab sangat
setuju dengan pernyataan bahwa dalam pemberian pelayanan kesehatan peserta
jamkesmas dilayani dengan penuh tanggung jawab.
Jawaban responden diatas mayoritas menjawab tidak setuju dikarenakan
saling berkaitan dengan dengan pernyataan nomer 14 dimana jika pelayanan yang
diberikan kepada para peserta sudah tidak adil maka sudah pasti kurang
bertanggung jawab terhadap para pasiennya dalam memberikan pelayanan.
Seharusnya sebagai orang yang dipercaya masyarakat yang dapat membantu
mereka untuk menyembuhkan penyakitnya harus bisa lebih Memberikan
93
pelayanan yang baik serta tidak pernah memandang status yang disandangnya.
Untuk memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
Grafik 4.16 Jawaban Responden Mengenai dalam pemberian pelayanan kesehatan peserta
jamkesmas dilayani dengan penuh tanggung jawab
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan yang ketiga dari sub indikator sikap dan kecenderungan para
pelaksana yaitu petugas memberikan kemudahan kepada peserta jamkesmas
dalam proses pelayanan kesehatan. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 47,0
persen responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa petugas
memberikan kemudahan kepada peserta jamkesmas dalam proses pelayanan
kesehatan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.8 Std. Dev. = 1.189N = 100
94
Tabel 4.25 Menerima Adanya Jamkesmas
“Petugas Memberikan Kemudahan Kepada Peserta Jamkesmas Dalam Proses Pelayanan Kesehatan”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 8 8.0 8.0 8.0 Tidak Setuju 47 47.0 47.0 55.0 Abstein 10 10.0 10.0 65.0 Setuju 30 30.0 30.0 95.0 Sangat Setuju 5 5.0 5.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010 Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 8 responden atau
sebanyak 8,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 47
responden atau sebanyak 47,0 persen menjawab tidak setuju, 10 responden atau
sebanyak 10,0 persen menjawab abstein, serta 30 responden atau sebanyak 30,0
menjawab setuju dan 5 responden atau sebanyak 5,0 persen menjawab sangat
setuju dengan pernyataan bahwa petugas memberikan kemudahan kepada peserta
jamkesmas dalam proses pelayanan kesehatan. Mayoritas responden dalam
menjawab pernyataan diatas yaitu tidak setuju dengan pernyataan diatas
dikarenakan menurut masyarakat dalam hal administratif masih dipersulit jika
tidak memiliki kenalan seperti kerabat, tetangga atau saudara. Untuk memperjelas
gambaran jawaban responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
95
Grafik 4.17 Jawaban Responden Mengenai Petugas Memberikan Kemudahan Kepada Peserta
Jamkesmas Dalam Proses Pelayanan Kesehatan
Sumber : Data diolah, 2010
Sub indikator yang kedua menolak adanya jamkesmas dari indikator sikap
dan kecenderungan para pelaksana, dimana terdiri dari dua pernyataan yaitu
pernyataan yang pertama, pegawai puskesmas atau rumah sakit memberikan
pelayanan dengan baik kepada peserta jamkesmas. Data hasil penelitian
menunjukan bahwa 50,0 persen responden menjawab tidak setuju dengan
pernyataan bahwa pegawai puskesmas atau rumah sakit memberikan pelayanan
dengan baik kepada peserta jamkesmas. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah
ini.
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.77Std. Dev. = 1.118N = 100
96
Tabel 4.26 Menolak Adanya Jamkesmas
”Pegawai Puskesmas Atau Rumah Sakit Memberikan Pelayanan Dengan Baik Kepada Peserta Jamkesmas”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 6 6.0 6.0 6.0 Tidak Setuju 50 50.0 50.0 56.0 Abstein 3 3.0 3.0 59.0 Setuju 27 27.0 27.0 86.0 Sangat Setuju 14 14.0 14.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010 Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 6 responden atau
sebanyak 6,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 50
responden atau sebanyak 50,0 persen menjawab tidak setuju, 3 responden atau
sebanyak 3,0 persen menjawab abstein, serta 27 responden atau sebanyak 27,0
menjawab setuju dan 14 responden atau sebanyak 14,0 persen menjawab sangat
setuju dengan pernyataan bahwa pegawai puskesmas atau rumah sakit
memberikan pelayanan dengan baik kepada peserta jamkesmas. Mayoritas
responden dalam menjawab pernyatan diatas yaitu kebanyakan menjawab tidak
setuju ini dikarenakan menurut masyarakat dalam memberikan pelayanan tidak
semua pegawai bersikap baik masih ada yang bersikap kurang baik kepada para
pasiennya. Untuk memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada
grafik dibawah ini.
97
Grafik 4.18 Jawaban Responden Mengenai Pegawai Puskesmas Atau Rumah Sakit
Memberikan Pelayanan Dengan Baik Kepada Peserta Jamkesmas.
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan yang kedua dari sub indikator menolak adanya jamkesmas.
Pernyataannya yakni pegawai puskesmas atau rumah sakit memberikan pelayanan
dengan ramah. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 65,0 persen responden
menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa pegawai puskesmas atau rumah
sakit memberikan pelayanan dengan ramah. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di
bawah ini.
Tabel 4.27 Menolak Adanya Jamkesmas
” Pegawai Puskesmas Atau Rumah Sakit Memberikan Pelayanan Dengan Ramah”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 1.0 Tidak Setuju 65 65.0 65.0 66.0 Abstein 2 2.0 2.0 68.0 Setuju 27 27.0 27.0 95.0 Sangat Setuju 5 5.0 5.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.93Std. Dev. = 1.257N = 100
98
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 1 responden atau
sebanyak 1,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 65
responden atau sebanyak 65,0 persen menjawab tidak setuju, 2 responden atau
sebanyak 2,0 persen menjawab abstein, serta 27 responden atau sebanyak 27,0
menjawab setuju dan 5 responden atau sebanyak 5,0 persen menjawab sangat
setuju dengan pernyataan bahwa pegawai puskesmas atau rumah sakit
memberikan pelayanan dengan ramah. Mayoritas responden menjawab tidak
setuju dengan pernyataan diatas karena menurut masyarakat banyak para pegawai
yang tidak ramah pada pasiennya atu kurang sabar dalam menangani pasiennya.
Akan tetapi kalo di puskesmas menurut masyarakat semuanya baik dan menerima
apapun yang dikeluhkan oleh masyarakat. Untuk memperjelas gambaran jawaban
responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 4.19 Jawaban Responden Mengenai Pegawai Puskesmas Atau Rumah Sakit
Memberikan Pelayanan Dengan Ramah
Sumber : Data diolah, 2010
SSSATSSTS
70
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.7 Std. Dev. = 1.04N = 100
99
5. Komunikasi antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana
Menurut Van Metter dan Van Horn koordinasi merupakan mekanisme
yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi
komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi, maka
asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu pula
sebaliknya. Dari indikator komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana
terdapat satu sub indikator yaitu adanya koordinasi antar organisasi pelaksana.
Sub indikator koordinasi antar organisasi pelaksana terdiri dari dua
pernyataan yang pertama yaitu petugas berkoordinasi dengan masyarakat dalam
pelaksanaan program jamkesmas. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 65,0
persen responden menjawab setuju dengan pernyataan bahwa petugas
berkoordinasi dengan masyarakat dalam pelaksanaan program jamkesmas. Untuk
lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4. 28 Adanya Koordinasi Antar Organisasi Pelaksana
”Petugas Berkoordinasi Dengan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Jamkesmas”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 19 19.0 19.0 19.0 Abstein 3 3.0 3.0 22.0 Setuju 67 67.0 67.0 89.0 Sangat Setuju 11 11.0 11.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
100
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 19 responden atau
sebanyak 19,0 persen menjawab tidak setuju dengan pernyataan diatas, 3
responden atau sebanyak 3,0 persen menjawab abstein, serta 67 responden atau
sebanyak 67,0 menjawab setuju dan 11 responden atau sebanyak 11,0 persen
menjawab sangat setuju dengan pernyataan bahwa petugas berkoordinasi dengan
masyarakat dalam pelaksanaan program jamkesmas.
Mayoritas responden menjawab setuju dengan pernyataan bahwa petugas
berkoordinasi dengan masyarakat dalam pelaksanaan program jamkesmas. Karena
jika ada koordinasi dengan masyarakat terlebih dalu dalam menentukan siapa saja
yang layak mendapatkan bantuan kesehatan tersebut maka kecil kemungkinan
terjadi salah sasaran oleh petugas. Untuk memperjelas gambaran jawaban
responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 4.20 Jawaban Responden Mengenai Petugas Berkoordinasi Dengan Masyarakat Dalam
Pelaksanaan Program Jamkesmas
Sumber : Data diolah, 2010
SSSATS
70
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 3.7Std. Dev. = 0.905N = 100
101
Pernyataan yang kedua petugas pendataan berkoordinasi denagn tim
pelaksana dalam menentukan peserta Jamkesmas dari sub indikator ada
koordinasi antar organisasi pelaksana. Data hasil penelitian menunjukan bahwa
47,0 persen responden menjawab setuju dengan pernyataan bahwa petugas
pendataan berkoordinasi dengan tim pelaksana dalam menentukan peserta
Jamkesmas. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.29 Adanya Koordinasi Antar Organisasi Pelaksana
”Petugas Pendataan Berkoordinasi Dengan Tim Pelaksana Dalam Menentukan Peserta Jamkemas”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 29 29.0 29.0 29.0 Abstein 11 11.0 11.0 40.0 Setuju 47 47.0 47.0 87.0 Sangat Setuju 13 13.0 13.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 29 responden atau
sebanyak 29,0 persen menjawab tidak setuju dengan pernyataan diatas, 11
responden atau sebanyak 11,0 persen menjawab abstein, serta 47 responden atau
sebanyak 47,0 menjawab setuju dan 13 responden atau sebanyak 13,0 persen
menjawab sangat setuju dengan pernyataan bahwa petugas pendataan
berkoordinasi dengan tim pelaksana dalam menentukan peserta jamkemas.
Mayoritas responden dalam menjawab pernyataan diatas yaitu kebanyakan
memjawan setuju karena menurut masyarakat harusnya seperti itu ada koordinasi
yang jelas antara ti pedataan dengan tim pelaklsana (verifikator) agar sesuai
dengan kriteria yang di tetapkan pusat maupun daerah bagi orang-orang yang
102
patut mendaptkan kartu jamkesmas agar tidak menyimpang dan tepat pada sasaran
yang dituju. Untuk memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada
grafik dibawah ini.
Grafik 4.21 Jawaban Responden Mengenai Petugas Pendataan Berkoordinasi Dengan Tim
Pelaksana Dalam Menentukan Peserta Jamkemas
Sumber : Data diolah, 2010
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, Politik
Menurut Van Metter dan Van Horn adalh sejauh mana lingkungan
eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan public yang telah di tetapkan.
Lingkungan social ekonomi yang tidak kondusif dapat menjadi biangkeladi dari
kegagalan kinerja implementasi. Karena itu upaya untuk mengimplementasikan
kebijakan harus memperhatikan kondisi lingkungan eksternal. Indikator
SSSATS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 3.44Std. Dev. = 1.048N = 100
103
lingkungan ekonomi, social dan politik terdapat satu sub indikator yaitu
lingkungan eksternal yang mempengaruhi.
Sub indikator lingkungan eksternal yang dipengaruhi dari indikator
lingkungan ekonomi, social, politik. Hanya terdapat satu sub indikator saja
dimana terdapat empat pernyataan. Pernyataan pertama yaitu, program jamkesmas
dapat mengurangi masalah ekonomi. Data hasil penelitian menunjukan bahwa
43,0 persen responden menjawab setuju dengan pernyataan bahwa program
jamkesmas dapat mengurangi masalah ekonomi. Untuk lebih jelasnya lihat tabel
di bawah ini.
Tabel 4.30 Lingkungan Eksternal Yang Dipengaruhi
” Program Jamkesmas Dapat Mengurangi Masalah Ekonomi”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 6 6.0 6.0 6.0 Tidak Setuju 10 10.0 10.0 16.0 Abstein 9 9.0 9.0 25.0 Setuju 43 43.0 43.0 68.0 Sangat Setuju 32 32.0 32.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 6 responden atau
sebanyak 6,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 10
responden atau sebanyak 10,0 persen menjawab tidak setuju, 9 responden atau
sebanyak 9,0 persen menjawab abstain serta 43 responden atau sebanyak 43,0
persen menjawab setuju dan 32 responden atau sebanyak 32,0 persen menjawab
sangat setuju dengan pernyataan bahwa program jamkesmas dapat mengurangi
masalah ekonomi.
104
Mayoritas masyarakat menjawab setuju dengan pernyataan bahwa
program Jamkesmas dapat mengurangi beban ekonomi mereka. Karena menurut
keterangan para warga mereka sangat senang dengan adanya program tersebut
sehingga jika mereka sakit tidak perlu lagi memikirkan biaya karena kesehatan
mereka sudah dijamin oleh pemerintah dengan adanya bantuan kesehatan yaitu
program jamkesmas. Oleh karena itu banyak masyarakat yang memanfaatkan
sebaik mungkin bantuan dari pemerintah tersebut. Untuk memperjelas gambaran
jawaban responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 4.22 Jawaban Responden Mengenai Program Jamkesmas Dapat Mengurangi Masalah
Ekonomi
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan yang kedua yaitu masyarakat merasa terbantu dengan adanya
program Jamkesmas. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 47,0 persen
responden menjawab setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat merasa
terbantu dengan adanya program Jamkesmas. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di
bawah ini.
SSSATSSTS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 3.85Std. Dev. = 1.158N = 100
105
Tabel 4.31 Lingkungan Eksternal Yang Dipengaruhi
” Masyarakat Merasa Terbantu Dengan Adanya Program Jamkesmas”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 16 16.0 16.0 16.0 Abstein 8 8.0 8.0 24.0 Setuju 47 47.0 47.0 71.0 Sangat Setuju 29 29.0 29.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data dioalah, 2010
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 16 responden atau
sebanyak 16,0 persen menjawab tidak setuju dengan pernyataan diatas, 8
responden atau sebanyak 8,0 persen menjawab abstein, serta 47 responden atau
sebanyak 47,0 menjawab setuju dan 29 responden atau sebanyak 29,0 persen
menjawab sangat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat merasa terbantu
dengan adanya program jamkesmas.
Melihat keterangan diatas bahwa mayoritas responden kebanyakan
menjawab setuju dengan pernyataan diatas karena menurut masyarakat. Mereka
sangat terbantu sekali dangan adanya program jamkesmas dalam hal kesehatan
karena tanpa ada program tersebut mungkin masyarakat tidak akan mampu
membayar biaya kesehatan yang semakin mahal pada saat ini. Akan tetapi adanya
juga yang menjawab tidak setuju karena mereka kurang merasa terbantu dengan
adanya program jamkesmas tersebut dikarenakan menurut masyarakat biaya
ambulance yang mahal membuat mereka kewalahan untuk membayarnya
ditambah tidak semua obat di subsidi oleh pemerintah. Untuk memperjelas
gambaran jawaban responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
106
Grafik 4.23 Jawaban Responden Mengenai Masyarakat Merasa Terbantu Dengan Adanya
Program Jamkesmas
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan yang ketiga masih dari sub indikator lingkungan eksternal
yang mempengaruhi. Pernyataannya yaitu, sosialisasi program askeskin ke
jamkesmas sudah berjalan dengan baik. Data hasil penelitian menunjukan bahwa
53,0 persen responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa
sosialisasi program askeskin ke jamkesmas sudah berjalan dengan baik. Untuk
lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
SSSATS
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 3.89Std. Dev. = 1.004N = 100
107
Tabel 4.32 Lingkungan Eksternal Yang Dipengaruhi
”Sosialisasi Program Askeskin Ke Jamkesmas Sudah Berjalan Dengan Baik”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 5 5.0 5.0 5.0 Tidak Setuju 53 53.0 53.0 58.0 Abstein 10 10.0 10.0 68.0 Setuju 29 29.0 29.0 97.0 Sangat Setuju 3 3.0 3.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 5 responden atau
sebanyak 5,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 53
responden atau sebanyak 53,0 persen menjawab tidak setuju, 10 responden atau
sebanyak 10,0 persen menjawab abstain serta 29 responden atau sebanyak 29,0
persen menjawab setuju dan 3 responden atau sebanyak 3,0 persen menjawab
sangat setuju dengan pernyataan bahwa sosialisasi program askeskin ke
jamkesmas sudah berjalan dengan baik.
Mayoritas responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan diatas
karena menurut penelitian saya masih banyak masyarakat yang belum
mendapatkan kartu yang baru masih kartu askeskin padahal dalam data-data yang
ada di puskesmas mereka masuk sebagai penerima kartu jamkesmas yang lama
ataupun yang baru karena menurut keterangan dari puskesmaspun tidak ada data
yang dirubah masih memakai data tahun 2008.Untuk memperjelas gambaran
jawaban responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
108
Grafik 4.24 Jawaban Responden Mengenai Sosialisasi Program Askeskin Ke Jamkesmas
Sudah Berjalan Dengan Baik.
Sumber : Data diolah, 2010
Pernyataan terakhir atau keempat dari sub indikator lingkungan eksternal
yang mempengaruhi dari indikator lingkungan ekonomi, social, politik.
Pernyataannya yaitu masyarakat mempunyai pandangan positif tentang program-
program pemerintah. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 62,0 persen
responden menjawab setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat mempunyai
pandangan positif tentang program-program pemerintah.. Untuk lebih jelasnya
lihat tabel di bawah ini.
SSSATSSTS
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 2.72Std. Dev. = 1.036N = 100
109
Tabel 4.33 Lingkungan eksternal yang dip[engaruhi
”Masyarakat Mempunyai Pandangan Positif Tentang Program-Program Pemerintah”
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 1.0 Tidak Setuju 22 22.0 22.0 23.0 Setuju 62 62.0 62.0 85.0 Sangat Setuju 15 15.0 15.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa 1 responden atau
sebanyak 1,0 persen menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas, 22
responden atau sebanyak 22,0 persen menjawab tidak setuju, serta 62 responden
atau sebanyak 62,0 persen menjawab setuju dan 15 responden atau sebanyak 15,0
persen menjawab sangat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat mempunyai
pandangan positif tentang program-program pemerintah.
Kebanyakan masyarakat menjawab setuju dengan pernyataan diatas
karena menurut masyarakat mereka selalu mendukung apapun program
pemerintah karena itu untuk membantu mereka. Apalagi bantuan kesehatan gratis
seperti ini mereka sangat senang sekali walaupun tidak semuanya lancar dan
terkesan berbelit-belit menurut masyarakat dalam pelaksanaannya. Untuk
memperjelas gambaran jawaban responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
110
Grafik 4.25 Jawaban Responden Tentang Masyarakat Mempunyai Pandangan Positif Tentang
Program-Program Pemerintah
Sumber : Data diolah, 2010
4.4 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki hipotesis penelitian sebagai
berikut:
”Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang dimana peneliti memprediksikan
hipotesis tersebut maksimal sebesar 65% dari nilai ideal yaitu 100%”.
Ho : untuk memprediksikan ≤ 65%
Ha : untuk memprediksikan > 65%
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikasi dari
hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian, maka pada tahap
SSSATSSTS
70
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 3.68Std. Dev. = 1.014 N = 100
111
pengujian hipotesis penelitian ini, peneliti menggunakan rumus t-test satu sampel.
Adapun penghitungan pengujian hipotesis tersebut yakni sebagai berikut.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka skor ideal yang diperoleh adalah5
x 100 x 24 = 12.000. (5 = nilai dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada
responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 100 = jumlah sampel yang
dijadikan responden, 24 = jumlah item pernyataan yang diajukan kepada
responden.). Sedangkan rata-rata 12.000 : 100 = 120.
Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang nilai yang dihipotesiskan adalah
paling tinggi 65% dari nilai ideal, ini berarti bahwa 0,65 x 12.000 = 7.800 dibagi
100 = 78. Hipotesis statistiknya dapat dirumuskan sebagai berikut : Ho untuk
memprediksi µ lebih rendah atau sama dengan 65% dari skor ideal paling tinggi.
Sedangkan Ha lebih besar dari 65% dari skor ideal yang diharapkan. Atau dapat
ditulis dengan rumus:
Ho = µ ≤ 65% ≤ 0,65 x 12.000 : 100 = 78
Ha = µ > 65% > 0,65 x 12.000 : 100 = 78
Diketahui:
x = ∑X : 100 = 7343 : 100 = 73,43
µo = 65% = 0,65 x 12000: 100 = 78
s = 12,252
n = 100
ditanya : t ?
Keterangan :
t = nilai t yang dihitung
x = nilai rata-rata
µ0 = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
112
Jawab : t =
ns
x µο−
t = 73,43 – 78 12,252
t = -4,57
12,252
10
t = -4,57
1,22
t = -3,74
Harga thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel dengan
derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 100 – 1 = 99 dan taraf kesalahan = 10% untuk
uji satu pihak (one tail test), karena harga thitung lebih kecil dari pada harga ttabel
atau Ho (-3,74 < 1,289) maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dari perhitungan populasi ditemukan bahwa Implementasi Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang:
7343 Implementasi Program Jamkesmas x 100% = 61,19% 12000
Jadi, telah diketahui bahwa implementasi Program Jamkesmas di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang adalah sebesar 61,19 persen.
113
Daerah Daerah Penerimaan Penolakan
Ho Ho
-3,74 1,289
61% 65%
Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Uji Pihak Kanan
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah implementasi Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang masih rendah paling tinggi 65 persen dari nilai ideal. Kemudian
peneliti menyebarkan kuesioner kepada masyarakat yang mendapatkan kartu
Jamkesmas tersebut yang berjumlah 100 responden dari populasi 4.519 orang
peserta jamkesmas. Peneliti mencoba menginterpretasikan data hasil dilapangan
mengenai implementasi program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang
dibuat oleh peneliti adalah seberapa besar implementasi program jaminan
kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang.
114
Dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah, kita dapat melihat
dari perhitungan dengan menggunakan rumus t test satu sampel dengan menguji
pihak kanan adalah bila harga t-hitung lebih kecil atau sama dengan (≤) harga t
tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Karena Ho (-3,74 < 1,289) maka Ho
diterima dan Ha ditolak ini berarti Ho dapat diterima bila ≤ 65 persen.
Kemudian berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal instrumen adalah 5
x 24 x 100 = 12000. (5 = nilai dari setiap jawaban pertanyaan yang diajukan pada
responden, 24 = jumlah item pertanyaan yang diajukan kepada responden, 100 =
jumlah sampel yang dijadikan responden). Sedangkan nilai skor dari hasil
penelitian adalah sebesar 7343. Dengan demikian nilai implementasi program
jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang adalah 7343: 12000 = 0,6119 atau 61,19 persen. Sehingga
interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah adalah Implementasi
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan
Kecamatan Pandeglang belum berjalan dengan baik.
115
4.6 Pembahasan
Dari hasil penelitian dapat kita melihat kembali pada teori yang
digunakan dalam penelitian ini. Dimana Peneliti menggunakan teori implementasi
dari Van Metter dan Van Horn yang digunakan pula sebagai indikator untuk
mengukur implementasi program jamkesmas yang terdiri dari enam indikator
yaitu :
1. ukuran dan tujuan kebijakan, dimana suatu kebijakan dapat diukur tingkat
keberhasilannya sesuai dengan tujuan kebijakan yang dibuat
2. sumber daya, keberhasilan dari suatu implementasi kebijakan tergantung
dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, mulai dari
sumber daya manusia, waktu serta finansial.
3. karakteristik agen pelaksana, adanya keterlibatan organisasi formal dan
informal dalam pengimplementasian kebijakan publik.
4. sikap dan kecenderungan para pelaksana, adanya sikap penerimaan dan
penolakan dari para pelaksana yang mempengaruhi berhasil tidaklnya
kinerja implementasi kebijakan.
5. komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, koordinasi
merupakan mekanime yang harus dilakukan dalam implementasi
kebijakan publik.
6. lingkungan ekonomi, sosial dan politik, kondisi lingkungan eksternal dapat
mempengaruhi implementasi kebijakan.
116
Dari teori yang dipaparkan oleh Van Metter dan Van Horn kita bisa
melihat dan menjelaskan implementasi program jamkesmas di Kelurahan
Kabayan Kecamatan Pandeglang. Dalam hal tersebut, indikator yang penting
dalam melihat keberhasilan dari implementasi program jamkesmas di Kelurahan
Kabayan Kecamatan Pandeglang yaitu dilihat dari ukuran dan tujuan kebijakan.
Seperti tingkat keberhasilan dan tujuan kebijakan yang akan di
implementasikan.Dimana berdasarkan penelitian bahwa indikator ukuran dan
tujuan dari implementasi tersebut belum dikatakan berjalan dengan baik karena
banyak permasalahan yang terjadi dalam pengimplementasian program tersebut.
Dimana program tersebut bertujuan untuk membantu masyarakat miskin akan
tetapi pada kenyataannya tidak semua masyarakat miskin mendapatkan bantuan
pengobatan gratis tersebutsehingga tingkat keberhasilan program Jamkesmas pun
belum bisa di katakan berhasil. Selain itu, untuk mengetahui bagaimana
implementasi program jamkesmas dapat dilihat juga pada indikator sumber daya,
seperti sumber daya manusia, sumber daya waktu dan sumber daya finansial jika
dilihat dari Sumber daya dalam program Jamkesmas ini masih banyak sumber
daya yang perlu diperbaiki. Mulai dari sumber daya manusia yang terkait atau
terlibat dalam program Jamkesmas ini dimana berdasarkan hasil penelitian banyak
yang tidak sesuai prosedur, misalnya para tim pendata peserta jamkesmas masih
banyak yang tidak tepat sasaran serta kurang merata dalam memberikan kartu
tersebut dikarenakan masih banyak masyarakat menengah yang mendapatkan
kartu Jamkesmas tersebut. Dari sumber daya waktu pelaksanaan program
Jamkesmas. Banyak masyarakat yang tidak setuju jika program Jamkesmas ini
117
diberi jangka waktu oleh pemerintah karena kebanyakan masyarakat amat sangat
terbantu dengan adanya program Jamkesmas ini. Sedangakan dari sumber daya
finansial program tersebut anggarannya masih belum bisa mencakup semua
masyarakat miskin. Indikator selanjutnya karakteristik agen pelaksana, seperti
adanya organisasi formal serta ketegasan para pelaksana. Sikap dan
kecenderungan para pelaksana, seperti menerima dan menolak adanya program
jamkesmas oleh petugas. Dimana dalam pelaksanaannya ada petugas yang
menerima para peserta Jamkesmas dengan baik dan melayaninya dengan penuh
tanggung jawab akan tetapi ada pula yang tidak baik, misalnya birokrasi yang
begitu rumit serta pelayanan kurang ramah kerap diterima para peserta.
Selanjutnya, komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, seperti
adanya koordinasi. Pada indikator ini jika dikaitkan dengan penelitian program
Jamkesmas dalam hal melakukan pendataan tidak adanya satu komunikasi
ataupun koordinasi antara pihak verifikator, RT,RW, dan para kader serta
perwakilan dari pihak kelurahan itu sendiri dengan masyarakat. Sehingga data
yang diperoleh banyak yang tidak sesuai dengan kriteria yang di berikan pihak
Dinkes. Oleh karenanya banyak masyarakat miskin yang tidak mendapat bantuan
program Jamkesmas tersebut. Yang terakhir yaitu lingkungan ekonomi, sosial
dan politik dimana ketiga lingkungan tertsebut juga sangat mempengaruhi
implementasi kebijakan publik berhasil atau tidaknya suatu kebijakan tersebut.
Karena pada kenyataannya banyak masyarakat yang mendapat bantuan program
kesehatan gratis tersebut belum memiliki kartu Jamkesmas dan masih memiliki
kartu Askeskin yang sudah tidak berlaku lagi jika berobat ke Rumah Sakit
118
ataupun Puskesmas. Oleh karena itu dalam membuat suatu kebijakan mempunyai
banyak pertimbangan yang harus dipikirkan baik dan buruknya dimana selain
harus memiliki sumber daya yang berkualitas selain itu Peran serta masyarakat
juga sangat penting dalam pembuatan kabijakan publik. Dimana pemerintah
seharusnya berkoordinasi dengan masyarkat tentang permasalahan-permasalahan
yang ada di masyarakat agar dapat tersentuh dan terselesaikan dengan baik serta
memperkecil adanya kesalahan – kesalahan baik di lapangan maupun dalam
pembuatannya.
Jaminan kesehatan masyarakat di jamin dalam undang-undang nomor 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang menetapkan
bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Serta Konstitusi
Dasar Negara UUD 1945 sesuai amandemen pasal 33 dan 34, mengamanatkan
agar negara memberikan perlindungan atau jaminan sosial bagi seluruh rakyat
yang tidak mampu dan lemah atau yang masih di bawah garis kemiskinan. Oleh
karena itu pemerintah membuat program jaminan kesehatan masyarakat
(Jamkesmas). Dimana Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas, Jaminan
kesehatan masyarakat (Jamkesmas) merupakan suatu program bantuan sosial
untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini
diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka
mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
Dengan tujuan untuk meningkatkan mutu serta kualitas kesehatan masyarakat
miskin dan tidak mampu agar lebih optimal secara efektif dan efisien.
119
Berdasarkan perhitungan dan pengujian hipotesis diketahui bahwa
implementasi program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) Di Kelurahan
Kabayan Kecamatan Pandeglang adalah sebesar 61,19 persen dari nilai ideal yang
diharapkan hal tersebut bisa dikatakan bahwa Program Jamkesmas belum berjalan
dengan baik. Jadi hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa implementasi
program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) Di Kelurahan Kabayan
Kecamatan Pandeglang masih kurang maksimal dan paling tinggi 65 persen dari
apa yang diharapkan dapat diterima, atau tidak terdapat perbedaan antara yang
diduga dalam populasi dengan data yang terkumpul dari sampel. Hal ini
ditunjukan dari hasil perhitungan pada implementasi program jaminan kesehatan
masyarakat (Jamkesmas) Di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang tersebut.
Skor ideal instrumen adalah 5 x 24 x 100 = 12000. (5 = Nilai dari setiap jawaban
pertanyaan yang diajukan pada responden, 24 = jumlah item pertanyaan yang
diajukan kepada responden, 100 = jumlah sampel yang dijadikan responden).
Sedangkan hasil kuesioner pengumpulan data adalah sebesar 7343. Dengan
demikian nilai implementasi program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas)
Di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang adalah 7343 : 12000 = 0,6119 atau
61,19 persen. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak.
Untuk lebih jelasnya mengenai implementasi program jamkesmas dalam
penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaannya implementasi program
jamkesmas Belum berjalan dengan baik dikarenakan dapat dilihat bahwa 41,0%
menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa
120
menurut kebanyakan masyarakat mereka masih merasa program jamkesmas
Belum berjalan dengan baik karena masih banyak permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam pelaksanaannya. Dimana menurut masyarakat adanya tidak
tepat sasaran dalam pembagian kartu jamkesmas karena menurut peneliti dari
hasil wawancara dengan warga bahwa di setiap kampung memiliki cara yang
berbeda dalam mendapatkan kartu tersebut oleh para kader atau pihak RT/RW
sehingga menyebabkan ketidak merataan dalam pembagian kartu tersebut karena
kurangnya koordinasi antara pihak kader dan masyarakat setempat. Berdasarkan
sumber dari Fajar Banten (15 desember 2009) menerangkan bahwa , Sebanyak
92.000 warga miskin di Kabupaten Pandeglang Belum mendapatkan kartu
jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Jumlah itu lebih sedikit dari jumlah
warga pandeglang yang sudah mendapatkan jamkesmas. Dimana jumlah warga
miskin yang masuk data base Departemen Kesehatan (Depkes) dan mendapat
pengobatan gratis melalui jamkesmas sebanyak 620.000 jiwa dengan total
anggaran Rp 5,6 miliar.karena warga miskin yang mendapatkan jamkesmas itu
masih lebih sedikit dibandingkan jumlah seluruh warga miskin yang ada di
Kabupaten Pandeglang yang mencapai 710.000 jiwa. Dengan perbedaan itu, maka
90.000 warga miskin tidak masuk data base Depkes. Akibatnya, mereka tidak
menerima pengobatan gratis melalui jamkesmas. Dari 620.000 kartu jamkesmas
yang diberikan Depkes, 2000 lembar diantaranya juga tidak bisa didistribusikan
karena berbagai permasalahan sehingga dikembalikan ke pusat. ”dengan
demikian, jumlah warga miskin yang tak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis
melalui jamkesmas itu mencapai 92.000 jiwa. Namun, bagi warga miskin yang tak
121
dapat kartu jamkesmas, masih diberikan pelayanan kesehatan secara gratis karena
biaya pengobatannya ditanggung pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang,”
atau bisa disebut jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah). Dimana pada 2009,
pemkab mengalokasikan anggaran Rp200 juta untuk membantu pengobatan warga
miskin itu. Sedangkan untuk tahun 2010, pemkab mengalokasikan dana sebesar
Rp. 250 juta untuk pengobatan warga miskin yang tak masuk dalam jamkesmas.
Warga yang akan mendapatkan bantuan pengobatan itu harus membawa surat
keterangan tidak mampu (SKTM).
Dari penjelasan diatas dapat di pahami bahwa implementasi program
jamkesmas belum berjalan dengan baik. Mulai dari permasalahan pendistribusian
kartu jamkesmas yang tidak terkontrol sampai dengan berlakunya SKTM. Dimana
walaupun dalam berita tersebut dibicarakan yang tidak mendapatkan kartu
jamkesmas bisa memakai SKTM akan tetapi pada kenyataannya menurut
penelitian serta wawancara dengan masyarakat serta pihak puskesmas bahwa surat
keterangan tidak mampu (SKTM) tersebut sudah tidak berlaku lagi dengan kata
lain warga yang tidak memiliki kartu jamkesmas sudah tidak bisa memakai
SKTM lagi untuk berobat. Karena menurut keterangan salah satu pihak
puskesmas ketiadaan anggaran untuk membantu pengobatan gratis tersebut.
Sehingga sekarang jika ada warga yang tak memiliki kartu jamkesmas maka
mereka harus mengeluarkan biaya sendiri untuk berobat mereka. Serta adanya
ketidaksinkronan jumlah masyarakat yang mendapatkan jamkesmas antara
keterangan di koran daengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.
karena setelah peneliti tanya langsung ke pihak Dinas Kesehatan Kabupaten
122
Pandeglang menjelaskan bahwa yang mendapatkan kartu jamkesmas sekabupaten
pandeglang adalah 466.880 warga miskin bukan 620.000 warga. Karena menurut
pihak Dinkes 466.880 merupakan kuota yang diberikan pusat kepada Kabupaten
Pandeglang.
Selain itu data lain yang memperkuat bahwa implementasi program
jamkesmas di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang kurang berjalan dengan
baik dilihat dari pernyataan bahwa dalam pelaksanaannya program jamkesmas
sudah menjangkau masyarakat miskin dapat dilihat bahwa 57% menjawab tidak
setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena memang pada
kenyataannya tidak semua masyarakat miskin mendapatkan kartu tersebut akan
tetapi banyak masyarakat menengah pun memiliki kartu jamkesmas tersebut
dikaraenakan pihak pendata kurang melakukan pendataan dengan baik.
Mengingat bahwa mayoritas yang mendapatkan bantuan program jamkesmas
tersebut dominan yang masih memiliki kepala keluarga atau laki-laki yaitu
sebesar 55 persen yang memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya, dengan
rata-rata masyarakat berusia 36-50 tahun yaitu sebesar 58 persen serta yang tidak
memeiliki kepala keluarga atau perempuan sebanyak 45 persen dengan tingkat
pendidikan masyarakat yang mendapatkan kartu jamkesmas tersebut di Kelurahan
Kabayan Kecamatan Pandeglang yaitu mayoritas berlatar belakang SD yakni 69
persen hal ini karena pendidikan yang kurang maksimal menyebabkan masyarakat
tidak dapat mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dimana rata-rata masyarakat
memiliki mata pancaharian mayoritas sebagai buruh terdiri dari buruh cuci, buruh
tani dan buruh bangunan.
123
Selain itu adanya pegawai rumah sakit dalam memberikan pelayanan
ramah terhadap peserta jamkesmas sebanyak 66% tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Hal ini karena menurut warga tidak semua perawat atau pegawai
memberikan pelayanan yang ramah terhadap para peserta jamkesmas.
Berdasarkan sumber dari Pos Komando (28 Agustus 2009), menerangkan bahwa,
Pelayanan Jaminan Kesehatan (Jamkesmas) di Rumah Sakit (RS) Samratulangi
Tondano, dikeluhkan warga. karena, pihak rumah sakit terkesan enggan melayani
para pasien Jamkesmas. Padahal, mereka sudah membawa surat resmi pemerintah
kelurahan (Lurah) dimana mereka tinggal. Menurut Benhard C Kusoy salah satu
keluarga pasien yang hendak berobat di RS Tondano, sampai saat ini keluarganya
yang sakit belum juga terlayani. Dimana, Rumah Sakit tidak mengindahkan surat
dari Lurah. Bahkan mereka lebih menyarankan agar pasien bisa dirawat inap
asalkan membayar setengah biaya pengobatan dan biaya nginap. Jika tidak,
mereka tetap tidak melayaninya. Tak hanya masalah pelayanan kartu Jamkesmas,
namun masalah pelayanan resep obat pun ikut disesali warga. Dimana, mereka
tidak bisa mendapatkan beberapa macam obat di apotik yang ada di RS
Samratulangi Tondano, namun harus membeli di salah satu apotik yang diduga
apotik itu milik salah satu petinggi yang ada di RS Tondano. Dan untuk
mendapatkan obat tersebut, para keluarga pasien harus membayar mahal.
Dari pemaparan di atas memperjelas bahwa pelayanan jamkesmas masih
kurang diterapkan dengan baik serta belum maksimal. Hampir sama dengan
permasalahan pelayanan jamkesmas diatas, di pandeglang pun terjadi pelayanan
jamkesmas yang kurang baik dari para petugasnya, dimana dalam melayani
124
pasiennya sesuai keterangan dari masyarakat bahwa sebagian perawat terkadang
bersikap kurang ramah, dan cenderung judes dalam melayani pasien Serta dari
segi obat-obatan yang ada di apotik pun hampir sama seperti permasalahan diatas
dimana jika obat yang di cari oleh pasien jamkesmas tidak ada di apotik gratis
maka mereka harus membelinya dengan uang mereka sendiri diluar apotik gratis
tersebut. Sehingga menurut masyarakat itu sangat memberatkan mereka karena
mereka berharap program jamkesmas ini bisa benar-benar membantu mereka
dalam hal kesehatan. Karena mereka merasa sangat terbantu sekali dengan adanya
program jamkesmas karena dulu sebelum berganti jamkesmas dalam pembelian
obat pasien jamkesmas masih gratis di tukar di apotik lain jika tidak ada di apotik
yang di subsidi pemerintah hanya dengan membawa surat keterangan dari Rumah
Sakit, kuitansi serta resep obatnya akan tetapi saat ini sudah tidak bisa jika obat
yang dimaksud tidak ada maka harus mengeluarkan dengan biaya sendiri.
Selanjutnya mengenai harus adanya koordinasi petugas dengan
masyarakat dalam pelaksanaan program jamkesmas dapat dilihat bahwa 78%
setuju dan sangat setuju harus ada koordinasi antara petugas pendataan dengan
masyarakat agar memperkecil kesalahan yang terjadi. Selanjutnya mengenai
Sosialisasi program askeskin ke jamkesmas dapat dilihat bahwa 58% tidak setuju
dan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dapat di jelaskan
bahwa sebagian masyarakat tidak menegetahui adanya pergantian kartu askeskin
ke jamkesmas karena menurut penelitian peneliti bahwa di kampung kadu peusing
hampir semua masyarakatnya belum memiliki kartu jamkesmas dan masih
memeiliki kartu askeskin. Karena menurut warga setempat mereka tidak
125
mengetahui adanya perubahan program serta terdapat kartu yang baru ( kartu
jamkesmas) sebagai pengganti kartu askeskin.
Dengan ini Pembahasan diatas menyatakan bahwa implementasi program
jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang masih belum berjalan dengan baik atau dapat dikatakan kurang
maksimal dengan masih adanya kendala yang dipaparkan sebelumnya.
126
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam penelitian mengenai implementasi program jaminan kesehatan
masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang, peneliti
menggunakan teori implementasi dari Van Metter dan Van Horn yang selanjutnya
digunakan sebagai indikator untuk mengukur implementasi program jamkesmas
yang terdiri dari enam indikator yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya,
karakteristik agen pelaksana, sikap dan kecenderungan para pelaksana,
komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, lingkungan ekonomi, social,
dan politik.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan peneliti
dan penjabaran dari teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa implementasi
program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan
Kecamatan Pandeglang masih belum berjalan dengan baik. Dimana Ho (-3,74 <
1,289) maka dapat diketahui bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya Ho dapat
diterima bila kurang dari sama dengan 65%, maka hipotesis yang menyatakan
bahwa implementasi program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang maksimal 65% dapat diterima.
Kemudian berdasarkan perbandingan antara skor yang terkumpul dengan skor
yang diharapkan dapat diketahui implementasi program jaminan kesehatan
127
masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang adalah
sebesar 61,19 persen.
Dalam mengukur tingkat implementasi program jamkesmas pada penelitin
ini, dilakukan melalui menyebarkan kuisioner dengan menggunakan teori Van
Metter dan Van Horn yang terdiri dari 6 indikator yang didalamnya terdiri dari 11
sub indikator, dimana dari seluruh indikator tersebut terdapat 24 pernyataan yang
diajukan kepada responden. Apabila dilihat berdasarkan indikator pertama yaitu
ukuran dan tujuan kebijakan yang terdiri dari dua sub indikator yang didalamnya
terdapat empat pernyataan, dimana hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran dan
tujuan kebijakan mencapai angka 60 persen, hal ini dapat diartikan bahwa ukuran
dan tujuan kebijakan dalam implementasi jamkesmas masih kurang maksimal.
Salah satu kendalanya yaitu masih banyak masyarakat yang merasa bahwa
program jamkesmas tersebut belum sesuai dengan harapan masyarakat.
Indikator yang kedua yaitu sumber daya yang terdiri dari tiga sub indikator
yang didalamnya terdapat enam pernyataan, dimana hasil penelitian menyatakan
bahwa sumber daya baik sumberdaya manusia, waktu atau finansial mencapai
angka 58 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa sumber daya yang ada belum
terlaksana dengan baik dimana sumber daya manusia belum terjangkau
seluruhnya selain itu sumber daya waktu belum maksimal dalam memberikan
pelayanan, serta sumber daya finansial belum maksimal untuk membantu
masyarakat kurang mampu dalam program jamkesmas ini.
Selanjutnya indikator ketiga yaitu karakteristik agen pelaksana yang terdiri
dari dua sub indikator yang didalamnya terdapat tiga pernyataan, dimana hasil
128
penelitian menyatakan bahwa karakteristik agen pelaksana belum maksimal dalam
melaksanakan program jamkesmas karena kurang adanya dukungan dari pihak
pemerintah daerah dalam hal sarana dan prasarana yang mencapai angka 5 persen.
Indikator yang keempat sikap dan kecenderungan para pelaksana yang
terdiri dari dua sub indikator yang di dalamnya terdapat lima pernyataan, dimana
hasil penelitian menyatakan masih ada sikap para pelaksana yang kurang
maksimal dalam memberikan pelayanan kepada peserta jamkesmas dimana
mencapai angka 55 persen.
Indikator kelima komunikasi antar organisasi dan aktivitas para pelaksana
yang terdiri dari satu sub indikator yang di dalamnya terdapat dua pernyataan,
dimana hasil penelitian menyatakan bahwa masih kurangnya komunikasi antar
para pelaksana, tim pendataan dengan pihak masyarakat dikarenakan kurang
komunikasi serta koordinasi antara kedua belah pihak dimana mencapai angka 71
persen.
Terakhir indikator keenam lingkungan ekonomi, sosial dan politik yang
terdiri dari satu sub indikator yang di dalamnya terdapat empat pernyataan,
dimana hasil penelitian menyatakan masih saja ada masyarakat yang belum
terbantu dengan program jamkesmas karena masih banyak pula masyarakat yang
belum mendapatkan kartu jamkesmas pengganti dari kartu askesin dimana
mencapai angka 70 persen.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi program
jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang belum berjalan dengan maksimal atau dikatakan belum berhasil
129
dilaksanakan, dengan banyaknya permasalahan yang ada dalam mencapai tujuan
implementasi program itu sendiri, sehingga membuat implementasi program
jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang hanya mencapai angka 61,19 persen dari nilai yang diharapkan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang berjudul “ implementasi program
jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang” masih dikatakan belum berhasil yaitu baru mencapai 61,19 persen,
maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk mewujudkan program jamkesmas yang lebih baik kedepannya
dilakukan uji petik atau datang kelapangan langsung untuk mendata
masyarakat miskin bersama pihak-pihak terkait, seperti tim verifikator,
perwakilan dari kelurahan serta RT, RW, dan para kader agar
memungkinkan terjadinya kesalahan dalam pendataan serta tepat sasaran
sesuai dengan kriteria yang ada.
2. Adanya peningkatan kualitas dari segi sarana dan prasarana di Rumah
Sakit. Seperti, diadakan Ruang ICU, Kebersihan Ruangan, menambah
peralatan kedokteran agar jika ada pasien yang menderita penyakit
jantung, atu penyakit berat lainnya bisa diobati lebih baik dan tidak usah di
rujuk keluar Pandeglang.
130
3. Untuk meminimalisir adanya penyalahgunaan Jamkesmas oleh
masyarakat. Dilakukan lebih ketat lagi pada saat pendaftaran selain
menunjukan kartu Jamkesmas peserta juga dimintai kartu keluarga jika
perlu disertakan foto agar bisa memperkecil adanya penyalahgunaan
tersebut.
4. Pihak Puskesmas agar lebih teliti kembali dalam pendistribusian
dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan kartu
jamkesmas dan masih memiliki kartu askeskin.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. . 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitaif : Komunikasi, ekonomi,
dan Kebijakan Publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta. Kencana Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakrarta . Ghalia Indonesia
Nugroho D. Riant. 2004. Kebijakan public ( Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi). Jakarta. PT. Elex media komputendo
Parson, Wayne 2008. Public policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan.Jakarta. Kencana Prenada Media Utama Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial Dan Pendidikan.Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.. Setyodarmodjo, Soekarno. 2003. Public Policy: Pengertian Pokok Untuk
Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah. Surabaya. Airlangga University Press.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. CV. Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Wahab, Abdul Solichin. 2005.Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara Edisi Kedua. Jakarta. Bumi Aksara.
Winarno, budi. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta. Media
Persada.
Sumber Lain:
Administrator. 2008. Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat.URL: http://www.jpkmonline.net/index.php?option=com_content&task=view&id=53&Itemid=89. [Diakses 9 Januari 2010].
Andist. 2008. Pengertian Kemiskinan URL:
http://andist.wordpress.com/2008/03/21/pengertian-kemiskinan/ [Diakses 15 Januari 2010]
Budiarti, Riskha. 2007. Sistem Jaminan Sosial. URL:
http://riskhabudiarti.wordpress.com/2007/10/24/sistem-jaminan-sosial-nasional-jalan-panjang-masih-harus-ditempuh. [ Diakses 15 Januari 2010]
Departemen R.I. 2009. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan masyarakat
(JAMKESMAS). Jakarta Carisma, Ernawati. 2009. Analisis Pelaksanaan Program Jamkesmas bagi
Masyarakat di Rumah sakit xxx. http://abstrak-kesehatan.blogspot.com/2009/12/analisis-pelaksanaan-program-jamkesmas.html [Diakses tanggal 18 mei 2010]
Hambuako, Ihm. 23 April 2009. Tinjauan Yuridis Penyelenggaraan
Jamkesmas 2008. URL: http://dinkesbanggai.wordpress.com/2009/04/23/tinjauan-yuridis-penyelenggaraan-jamkesmas-2008/. [Diakses 23 Desember 2009]
Jamsostek. 2009. URL:http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=3&id=15 .
[diakses tanggal 10 mei 2010]. Keputusan Bupati Pandeglang Nomor 440 Tahun 2009 Tentang Penerapan
Jumlah Peserta Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (JPKM) Kabupaten Pandeglang yang dikelola oleh PT. Askes (Persero) Tahun 2009.
Keputusan Bupati Pandeglang Nomor: 465 Tahun 2005 Tentang Penetapan Kriteria keluarga dan Penduduk Miskin di kabupaten Pandeglang.
Komando Pos, 28 Agustus 2009. Warga Keluhkan Pelayanan Jamkesmas di RS
Tondano. URL: http://poskomanado.com/news/index.php?option=com_content&task=view&id=3460&Itemid=28. [Diakses 28 september 2010]
Setiyabudi, Ragil. 16 Oktober 2010. Pengantar Kesehatan Masyarakat. http://ajago.blogspot.com/2007/11/pengantar-kesehatan-masyarakat.html. [Diakses 16 Oktober 2010]
Siswono. 26 Februari, 2008. Nasib Kesehatan Rakyat Miskin. URL: http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1203924521,93550. [Diakses 9 Januari 2010]
Taspen. 2009. Jaminan Pensiun. URL:www.taspen.com/index.php?option=com. [Diakses tanggal 10 mei 2010]
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional. 19 Oktober 2004. Wikipedia. 2010. mengukur kemiskinan URL:
http://id.wikipedia.org/wiki/mengukurkemiskinan. [Tanggal Akses 10 juli 2010]
Yuliana, Dina. 2010. Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Serang. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Serang: Fakultaas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kepada Yth.
Bapak / Ibu
di.-
Tempat
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan diselenggarakan kegiatan Skripsi yang sedang saya lakukan, maka
saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama / NIM : Ita Nurul Khotimah (061444)
Fakultas : ISIP
Jurusan : Administrasi Negara
Semester : VIII
Mata Kuliah : Skripsi
Judul Skripsi : Implementasi Program Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang
Saya mengharapakan kesediaan Bapak/Ibu untuk melengkapai data-data yang saya
butuhkan untuk itu saya mohon kepada Bapak/Ibu untuk dapat membantu saya mengisi
beberapa pernyataan pada angket atau kuesioner yang saya berikan.
Demikian surat ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya mengucapkan
banyak terima kasih.
Peneliti
Ita Nurul Khotimah
JUDUL PENELITIAN IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (Jamkesmas) DI
KELURAHAN KABAYAN KECAMATAN PANDEGLANG
INFORMASI RESPONDEN
Mohon diisi dan dicontreng pada jawaban yang cocok:
DATA PEGAWAI (RESPONDEN)
Nomor responden ….… (diisi oleh peneliti)
Nama ….…
Umur ….… Tahun
Jenis kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan terakhir 1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. Lainnya . . . .
Pekerjaan
KUESIONER
Petunjuk pengisian :
1. Mohon bapak/ibumembaca pernyataan dengan seksama.
2. Pilih jawaban yang paling sesuai dengan memberikan tanda (√ ) dikolom jawaban yang
tersedia.
3. Terimakasih atas waktu dan kesediaan bapak/ibu
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
A : Abstain
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
NO PERNYATAAN SS S A TS STS Ukuran dan Tujuan Kebijakan
1 Implementasi Program Jamkesmas sudah berjalan dengan baik
2 Kebijakan mengenai program Jamkesmas sudah sesuai dengan harapan
3 Peserta mengetahui tentang kejelasan program jamkesmas yang dikeluarkan oleh Pemerintah
4 Masyarakat mengetahui semua tata cara tentang penggunaan jamkesmas
Sumber Daya 5 Proses pendataan peserta
Jamkesmas oleh petugas sudah tepat sasaran
6 Dalam pelaksanaannya
Program Jamkesmas sudah menjangkau masyarakat miskin di daerah anda
7 Peserta Jamkesmas masih dipungut biaya dalam proses pelayanannya
8 Pendanaan program jamkesmas sudah mencukupi kebutuhan peserta jamkesmas
9 Pemerintah memberikan jangka waktu terhadap berlakunya program Jamkesmas
10 Dalam memberikan pelayanan pihak Rumah Sakit/Puskesmas sudah sangat cepat
Karakter Agen Pelaksana 11 Prosedur Jamkesmas sudah
sesuai dengan kebijakan Pemerintah
12 Adanya dukungan dari Pemerintah daerah mengenai program Jamkesmas
13 Pemerintah memberikan sanksi jika ada penyalahgunaan kartu Jamkesmas
14 Dalam memberikan pelayanan kesehatan sudah sangat adil
Sikap dan kecenderungan Para pelaksana 15 Masyarakat merasa senang
dengan pelayanan yang diberikan dalam Program Jamkesmas.
16 Dalam pemberian pelayanan kesehatan peserta jamkesmas dilayani dengan penuh tanggung jawab.
17 Petugas memberikan kemudahan kepada peserta jamkesmas dalam proses pelayanan kesehatan
18 Pegawai Puskesmas/Rumah sakit memberikan pelayanan dengan baik kepada peserta jamkesmas
19 Pegawai Puskesmas /Rumah sakit memberikan pelayanan dengan ramah
Komunikasi antar organisasi 20 Petugas berkoordinasi
dengan masyarakat dalam pelaksanaan program jamkesmas
21 Petugas pendataan berkoordinasi dengan tim pelaksana dalam menentukan peserta jamkesmas
Lingkungan ekonomi, sosial, politik 22 Program Jamkesmas dapat
mengurangi masalah ekonomi
23 Merasa terbantu dengan adanya program jamkesmas
24 Sosialisasi program askeskin ke jamkesmas sudah berjalan dengan baik
25 Masyarakat mempunyai pandangan positif tentang program-program pemerintah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi
Nama : Ita Nurul Khotimah
NIM : 061444
Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 01 September 1988
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Jl. Yumaga No. 10 Kampung Kabayan
Cibunut RT 03 RW 04 Kabayan Cibunut
Pandeglang 42213
2. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Sarip Kadarusman
Nama Ibu : Nani Mulyani
3. Riwayat Pendidikan
SD : SD Kabayan 02 (1994-2000)
SMP : SLTPN 4 Pandeglang (2000-2003)
SMA : SMUN 3 Pandeglang (2003-2006)
Perguruan Tinggi (S1) : UNTIRTA (2006-2010)
Foto 3x4