IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM …digilib.uinsby.ac.id/24333/1/Ardina...
Transcript of IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM …digilib.uinsby.ac.id/24333/1/Ardina...
-
IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM
PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI PT. BANK
SYARIAH MANDIRI KANTOR AREA JEMBER
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ekonomi Syari’ah
Oleh :
ARDINA JAZILA
NIM. F.1.4.2.13.207
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI – HATIAN DALAM
PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI
DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR AREA JEMBER
Oleh: Ardina Jazila
ABSTRAK
Kata Kunci: Prinsip Kehati-hatian, Pembiayaan, Mudharabah, Bank
Syariah.
Prinsip kehati-hatian inilah sebagai salah satu akar kuatnya perbankan,
suatu asas yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
usahanya wajib bersikap hati-hati untuk melindungi dana masyarakat yang
dipercayakan padanya. Peranan prinsip-prinsip kehati-hatian (prudential banking
principle) sekurang-kurangnya terdapat (5) prinsip, dalam melakukan penilaian
terhadap calon denitor, maka bank harus berpedoman terhadap factor-faktor,
seperti: watak (character), kemampuan (capacity), modal (capital), jaminan
(collateral), kondisi ekonomi (condition of economy). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data diperoleh dengan
setting alamiah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Pendekatan fenomenologi digunakan untuk
mendiskripsikan pemahaman yang mendalam dalam penelitian ini.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum penerapan
prinsip kehati-hatian pada pembiayaan mudharabah menggunakan analisis
kelayakan 6’C principles (character, capacity, capital, condition, collateral,
constrains) dengan lebih mengutamakan pada aspek analisis character (karakter),
capacity (kemampuan) dan collateral (agunan) yang dinilai melalui pendapatan
usaha yang diperoleh setiap bulannya dan kelayakan agunan yang diberikan oleh
calon anggota. Prinsip kehati-hatian dan strategi dalam meminimalkan risiko
pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember dilakukan dengan 2
tahap tindak lanjut yaitu preventive control of financing dan repressive control of
financing. Penerapan prinsip kehati-hatian merupakan salah satu cara perbankan
yang memiliki dampak positif dan negatif dalam pemberian pembiayaan di PT.
Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember sehingga bank tidak diperbolehkan
hanya menuntut pencapaian target saja tanpa menegakkan prinsip kehati-hatian.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
PENGESAHAN ................................................................................... iv
PEDOMAN TRANSILITERASI ......................................................... v
MOTTO ................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................ 9
C. Rumusan Masalah ................................................................... 19
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
E. Kegunaan Penelitian ................................................................ 10
F. Definisi Operasional ................................................................ 11
G. Penelitian Terdahulu ................................................................ 14
H. Metode Penelitian .................................................................... 18
I. Sistematika Pembahasan .......................................................... 25
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 27
A. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Priciple) ................................ 27
1. Pengertian Prinsip Kehati-hatian .......................................... 27
2. Dasar Hukum Prudentian Principle ..................................... 29
3. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) ....................... 30
B. Pembiayaan Mudharabah ............................................................ 31
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah .................................... 31
2. Landasan Hukum Mudharabah ............................................. 35
3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah ........................ 37
4. Tujuan Pembiayaan Mudharabah .......................................... 41
5. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah ..................................... 41
6. Skema Pembiayaan Mudharabah ........................................... 44
7. Aspek Teknis Pembiayaan Mudharabah ............................... 45
8. Mekanisme Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah ................. 48
C. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah................ 51
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil PT. Bank Syariah Mandiri ................................................... 60
B. Profil PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember ................. 68
C. Pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.... 70
D. Implementasi Prinsip Kehati-hatian Dalam Pembiayaan
Mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantro Area Jember... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Mekanismen Pembiayaan Mudharabah Di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember ........................................................ 82
B. Analisis Implementasi Prinsip Kehati-hatian Dalam Pembiayaan Mudharabah Di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.. 95
C. Dampak Prinsip Kehati-hatian Dalam Pembiayaan Mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember ...................... 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 109
B. Saran ............................................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 113
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini perbankan syariah sudah berkembang begitu cepat, dan
peranan perbankan sangat penting bagi masyarakat. Perkembangan industri
keuangan syariah di Indonesia sangat menggembirakan. Menurut Bank Indonesia
bahwa bank syariah tumbuh dengan pesat antara 40-60% pertahun1. Di Indonesia
sendiri perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu negara. Fungsi dari
perbankan sebagai lembaga yang dapat menghimpun dan meyalurkan dana
masyarakat secara efektif dan efesien, sehingga dana tersebut diharapkan dapat
bermanfaat bagi masyarakat. Pengelolaan keuangan dalam bank haruslah hati-hati
dan dibutuhkan strategi yang tepat dan efektif untuk mewujudkan bank syariah
yang sehat dan kuat secara financial dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah,
untuk selalu menjaga kesetabilan perputaran uang yang masuk dan keluar yang
merupakan alat yang sangat penting dalam menyelenggarakan transaksi
pembayaran. Sehingga perbankan harus dapat menjaga kepercayaan masyarakat,
meskipun kita mengetahui bahwa dalam perbankan mempunyai risiko yang sangat
tinggi jika tidak dikelola dengan hati-hati dan baik.
Prinsip kehati-hatian inilah sebagai salah satu akar kuatnya perbankan,
suatu asas yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
usahanya wajib bersikap hati-hati untuk melindungi dana masyarakat yang
1 Firmansyah, Fani dan Kotijah Fadilah Abdilah, Modernisasi, Volume 10, Nomor 2, Juni 2014
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
dipercayakan padanya. Dalam hukum Islam seseorang itu diwajibkan untuk
menghormati dan mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang sudah
dipercayakan kepadanya, sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-Anfaal
ayat 27 yang berbunyi:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menghianati Allah dan
Rasul dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui.2
Ayat tersebut menjelaskan bahwa jika pihak nasabah tidak dapat
mengembalikan modal pembiayaan pada pihak bank, maka dapat dikenakan
sanksi tindakan sesuai dengan kondisi dan alasannya, karena ia telah merugikan
orang lain. Dalam bidang perbankan tidak hanya mendapatkan untung yang besar,
namun juga mempunyai risiko yang sangat besar dalam menjalankan usahanya,
terutama dalam bidang pembiayaan.
Pembiayaan merupakan aktiva produktif yang mempunyai konsekuensi
risiko yang lebih tinggi dibanding dengan aktiva yang lain seperti, risiko
kegagalan atau kemacetan pelunasannya. Oleh karena itu dapat berpengaruh
2 Depatemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2007), 180.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
terhadap kesehatan bank. Selain menggunakan prinsip kehati-hatian, bank juga
harus melakukan pembatasan dalam pemberian pembiayaan.3
Prinsip kehati-hatian dalam bank merupakan ketentuan, asas atau prinsip
yang wajib dilaksanakan bank dalam melakukan kegiatan usahanya untuk
meminimalkan resiko perbankan dalam rangka menjaga dana masyarakat yang
dipercayakan dan menjaga kinerja yang baik serta memenuhi kriteria bank yang
sehat. Pelaksanaan prinsip kehati-hatian terutama dalam pemberian pembiayaan
merupakan hal penting guna mewujudkan system perbankan yang sehat, kuat dan
kokoh dan meminimalisir adanya pembiayaan yang bermasalah. Pelaksanaan
prinsip kehati-hatian harus mencangkup beberapa kriteria. Hal inilah yang bisa
menentukan untuk meminimalkan resiko pembiayaan bermasalah di perbankan.
Peranan prinsip-prinsip kehati-hatian (prudential banking principle)
sekurang-kurangnya terdapat (5) prinsip, dalam melakukan penilaian terhadap
calon denitor, maka bank harus berpedoman terhadap factor-faktor, seperti:4
watak (character), kemampuan (capacity), modal (capital), jaminan (collateral),
kondisi ekonomi (condition of economy). Prinsip ini sangat penting, karena kita
tahu resiko yang sangat tingi dalam melakukan pemberian pembiayaan sebagai
usaha utama perbankan.
3 Sri Susilo, et al., Bank dan Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2000), 69. 4 Pena Rifai, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Operasionalisasi Perbankan Syariah”,
dalam http://pena-rifai.blogspot.com/2011/11/penerapan-prinsip-kehati-hatian-dalam.html (14
Maret 2015), 1.
http://pena-rifai.blogspot.com/2011/11/penerapan-prinsip-kehati-hatian-dalam.html%20(14
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Penerapan prinsip kehati-hatian diatur dalam pasal 35 ayat (1) Undang-
undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, yang menyatakan bahwa
“Bank Syariah dan UUS dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan
prinsip kehati-hatian”. Kemudian dalam pasal 36 yang menyatakan bahwa:
“Dalam menyalurkan pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank
Syariah dan UUS wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah
dan/atau UUS dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya”.
Berkembangnya perbankan di Indonesia sangat mempengaruhi produk-
produk yang ditawarkan dari bank itu sendiri salah satunya adalah pembiayaan.
Pembiayaan berasal dari kata biaya yang artinya uang yang dikeluarkan untuk
mengadakan atau melakukan sesuatu. Sedangkan kata pembiayaan artinya segala
sesuatu yang berhubungan dengan biaya.5 Pembiayaan merupakan pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk menginvestasi atau usaha yang telah direncanakan
berdasarkan kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan modal pembiayaan sesuai waktu yang telah
disepakati.
Salah satu jenis pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah salah
satunya adalah mudharabah. The mudharabah is a profit sharing contract, with
one party providing 100 percent of the capital and the other party (the mudarib)
providing its expertise to invest the capital, manage the investment project and if
5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 18.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
appropriate, provide labour.6 Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum
dan landasan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan. Bank akan
berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang
meminjam dana. Dimana pihak lembaga keuangan syariah menggunakan akad
mudharabah, yaitu akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua bertindak selaku
pengelola dana, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan
yang dituangkan dalam akad atau kontrak di awal.
Dalam pembiayaan mudharabah tujuan yang utama adalah memperoleh
keuntungan yang nantinya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang biasa
disebut dengan bagi hasil. Dimana, keuntungan adalah tujuan akhir dari
mudharabah. syarat keuntungan berikut harus dipenuhi:7 untuk kedua pihak,
keuntungan proporsional dari pihak harus diketahui pada waktu berkontrak dan
harus sebagai presentasi dari keuntungan, tetapi diperbolehkan menyesuaikan
presentasi alokasi keuntungan pada waktu berikutnya, penyedia dana menanggung
semua kerugian akibat mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung
bagian apapun darinya kecuali dari kesalahan yang disengaja atau lalai.
Firman Allah dalam surah al-Nisa’ ayat 29 yang berbunyi:
6 Freshfields Bruckhaus Deringer, Islamic Finance: Basic Principle and Structure (London: t.p.,
2006), 3. 7 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute BI, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah (Jakarta: Djambatan, 2002), 167.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
8. . .
Hai orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil)
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan sukarela di antaramu . . .9
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam pembiayaan mudharabah
diperbolehkan karena menggunakan sistem bagi hasil yang bisa menguntungkan
kedua belah pihak, yang merupakan salah satu pembiayaan syariah yang ada di
perbankan syariah.
Pembiayan mudharabah merupakan salah satu pembiayaan yang ada pada
bank syariah. Keberadaan bank syariah sebagai lembaga yang menyalurkan dana
masyarakat, yang secara garis besar kegiatan operasional bank syariah dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu;10 Pertama, kegiatan penghimpunan dana
dapat ditempuh oleh perbankan melalui mekanisme tabungan, giro, deposito.
Khusus untuk perbankan syariah, tabungan dan giro dibedakan menjadi dua
macam yaitu tabungan dan giro yang didasarkan pada akad mudharabah.
8 al-Qur’an, 4: 29. 9 Depatemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2007), 83. 10 Yahman dan Trisadini Prasastinah Usanti, Prasastinah Usanti, Bunga Rampai Hukum Aktual dalam Perspektif Hukum Bisnis Kontraktual Berimplikasi Pidana dan Perdata (Surabaya: Mitra Mandiri, 2011), 136.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Sedangkan khusus deposito hanya memakai akad mudharabah. Kedua, kegiatan
penyaluran dana (lending) kepada masyarakat dapat ditempuh bank dalam bentuk
mudharabah, murabahah, musyarakah, ijarah, ataupun qardh. Bank sebagai
penyedia dana akan mendapatkan imbalan dalam bentuk margin keuntungan
murabahah, bagi hasil untuk mudharabah dan musyarakah, sewa untuk ijarah
serta biaya administrasi untuk qard. Ketiga, kegiatan usaha bank di bidang jasa
dapat berupa penyediaan bank garansi (kafalah), letter of credit (L/C), hiwalah,
wakalah dan jual beli valuta asing.
Pembiayaan merupakan asset dari bank syariah yang harus dijaga
kualitasnya, dalam hal ini yang harus diterapkan dalam sebuah perbankan syariah
adalah adanya prinsip kehati-hatian 5C yaitu, watak (character), kemampuan
(capacity), modal (capital), jaminan (collateral), kondisi ekonomi (condition of
economy), 5 prinsip itulah yang dapat menjaga kestabilan dan kuatnya perbankan
syariah selama ini, diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam sebuah perbankan
syariah tidak menuntut kemungkinan masih terjadi adanya pembiayaan
bermasalah, dalam kenyataannya dilapangan dalam perbankankan syariah masih
terjadi pembiayaan bermasalah dalam melakukan proses pembiayaan pada
nasabah yang akan melakukan proses pembiayaan. Hal ini karena adanya
kelalaian prinsip kehati-hatian dari pihak bank dalam memberikan pembiayaan
kepada anggota, adanya keterlambatan atau tidak kembalinya uang yang
dipinjamkan kepada anggota atau nasabah, dalam hal ini pihak bank melalaikan
prinsip kehati-hatian dalam aspek prinsip character dan capacity pada nasabah
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
dan kurangnya pengontrolan pada nasabah, salah satu nasabah dalam hal ini
adalah koperasi syariah, masalah yang ditimbulkan karena adanya kelalaian
tanggung jawab dari pengurus koperasi syariah yang telah diberikan pembiayaan
dari bank yang tidak tersalurkan pada anggota koperasi dengan baik.
Agar hal yang tidak diinginkan dalam proses macetnya atau
bermasalahnya proses pembiayaan, perlunya pencegahan pembiayaan bermasalah,
dengan cara memantau terus-menerus mulai saat pembiayaan diberikan sampai
waktu akhir dari pengembalian yang telah disepakati. Oleh karena itu diperlukan
prinsip kehati-hatian yang didalamnya terdapat screening (penyaringan terhadap
calon nasabah maupun proyek yang akan dibiyai) dan monitoring yang dimiliki
oleh setiap bank dalam menangani pembiayaan bermasalah secara professional,
serta mencegahnya terulang kembali, terutama dalam pembiayaan mudharabah.
Dalam konteks ini penulis akan meneliti terkait dengan prinsip kehati-
hatian (prudential banking principle) dalam perspektif pembiayaan mudharabah
pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember, berdasarkan hal tersebut
adanya pembiayaan yang bermasalah maka penulis ingin meneliti lebih lanjut
tentang seberapa efektif prinsip kehati-hatian yang dilaksanakan pada PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Area Jember dalam pembiayaan mudharabah yang
berjudul “Implementasi Prinsip Kehati-hatian dalam Pembiayaan
Mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember”.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka masalah
yang teridentifikasi mencakup masalah sebagai berikut:
1. Penerapan prinsip kehati-hatian di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area
Jember.
2. Penerapan prinsip kehati-hatian menurut Undang-undang No. 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
3. Pembiayaan mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
4. Kegiatan operasional di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
5. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan mudharabah di PT.
Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
Berbagai masalah di atas kemudian dibatasi dalam masalah sebagai
berikut:
1. Mekanisme pembiayaan mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Area Jember.
2. Implementasi prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan mudharabah di PT.
Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka
masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
1. Bagaimana mekanisme pembiayaan mudharabah di PT. Bank Syariah
Mandiri Kantor Area Jember ?
2. Bagaimana implementasi prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan
mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember ?
3. Bagaimana dampak prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan mudharabah di
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui dan menganalisis mekanisme pembiayaan mudharabah di PT.
Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
2. Mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip kehati-hatian dalam
pembiayaan mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
3. Mengetahui dan menganalisis dampak prinsip kehati-hatian dalam
pembiayaan mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat setidaknya
terhadap dua hal berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya khazanah keilmuan dalam literatur keislaman terutama
yang berkaitan dengan persoalan realitas ekonomi syariah dalam
bidang perbankan syariah.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
b. Memberikan wawasan akademis tetang implementasi prinsip kehati-
hatian dalam pembiayaan mudharabah di bank syariah.
c. Memperkuat dan memperjelas hasil penelitian-hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam
pemberian pembiayaan mudharabah di bank syariah.
b. Memberikan bahan pengetahuan bagi para praktisi bank syariah
tentang penerapan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan
mudharabah pada bank syariah di masa yang akan datang.
F. Definisi Operasional
1. Prinsip kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian dalam dunia perbankan (prudential banking) adalah
suatu prinsip kehati-hatian bank dalam mengoperasikan usahanya agar bank tetap
dalam kondisi kinerja yang baik dan memenuhi kriteria bank yang sehat.
Kesehatan suatu bank dapat diketahui melalui penilaian yang seksama terhadap
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon nasabah
penerima fasilitas yang biasa dikenal dengan istilah 5 (lima) C, character,
capacity, capital, collateral, dan condition.
2. Praktik Prinsip kehati-hatian
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Dalam praktiknya, prinsip kehati-hatian memiliki sekurang-kurangnya 5
prinsip meliputi: 11
1) Character atau watak, adalah watak atau sifat dari customer baik
dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha, untuk
mengetahui seberapa jauh iktikad atau kemauan customer untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan.
2) Capital atau modal calon nasabah, adalah jumlah dana atau modal
sendiri yang dimiliki oleh calon mudharib.
3) Capacity atau kemampuan calon nasabah, adalah kemampuan yang
dimiliki calon mudharib dalam menjalankan usahanya guna
memperoleh laba yang diharapkan. Hal ini untuk mengukur sampai
sejauh mana calon mudharib mampu mengembalikan dan melunasi
utang-utangnya secara tepat waktu.
4) Condition of economy, adalah suatu situasi dan kondisi politik,
social, dll yang bisa mempengaruhi kelancaraan perusahaan
mudharib.
5) Colleteral atau jaminan, adalah jaminan yang mungkin bisa disita
apabila ternyata calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi
kewajibannya.
11 Veithal Rivai dan Andria Permata Veithal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis Untuk LK, Nasabah, Pratisi, dan Mahasiswa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 348-352.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
3. Pembiayaan mudharabah
Salah satu pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi hasil adalah
pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah sebagai akad yang dilakukan
antara pemilik modal dan pengelola yang keuntungannya disepakati di awal untuk
dibagi bersama dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal yang banyak
diterapkan ke dalam produk penyaluran dana. Namun jika kerugian terjadi karena
kelalaian manajemen atau kecerobohan anggota atau nasabah, maka mudharib lah
yang akan menanggung pengembalian modal pokoknya.12
Unsur-unsur yang harus ada sebagai syahnya transaksi mudharabah
adalah:13
1) Adanya dua pihak, cakap bertindak hukum, dan memiliki
kewenangan mewakilkan atau memberi kuasa dan menerima
pemberian kuasa, karena penyerahan modal oleh pihak pemberi
modal kepada pihak pengelola modal merupakan suatu bentuk
pemberian kuasa untuk mengolah modal tersebut.
2) Ijab dan qabul, ijab dan qabul harus jelas menunjukkan maksud
untuk melakukan kegiatan mudharabah, harus bertemu, dan harus
sesuai maksud pihak pertama, cocok dengan keinginan pihak kedua.
12 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Ma'al wat Tam'wil (Yogyakarta: UII Perss, 2004), 170. 13 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan (Jakarta: IIIT Indonesia, Cet Ke I,
2003), 194.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan untuk menegaskan bahwa penelitian ini bukan
merupakan pengulangan atau duplikasi kajian/penelitian sebelumnya.
Sejauh penelitian penulis terhadap karya-karya ilmiah yang berupa
pembahasan mengenai prinsip kehati-hatian dalam pencegahan pembiayaan
bermasalah memang bukan yang pertama kali dilakukan. Adapun karya-karya
ilmiah tersebut adalah:
1. Tesis karya Wasil Chair, tahun 2008, UIN Sunan Kalijaga, “Manajemen
Resiko pada Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah Yogyakarta: Studi
atas Bank Muamalat Indonesia, Bank Tabungan Negara Syari’ah, dan Bank
Syari’ah Popular"14. Tesis ini membahas sistem yang digunakan bank
syariah tersebut dalam sistem manajemen yang digunakan untuk
memperkecil resiko pada pembiayaan mudharabah yaitu mulai dari awal
akad pembiayaan sampai dana direalisasikan.
2. Skripsi karya Heni Taslimah, tahun 2008, UIN Sunan Kalijaga, “Tinjauan
Hukum Islam terhadap pelaksanaan penerapan denda pada pembiayaan
bermasalah di KSU BMT Multazam Yogyakarta”, ini membahas tentang
sanksi atau denda yang diterapkan oleh BMT Multazam diperbolehkan atau
sudah sesuai dengan hukum islam, karena jika debitur atau nasabah tersebut
menunda pembayaran kepada pihak BMT padahal nasabah tersebut mampu
14 Wasil Choir, "Manajemen Risiko pada Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah Yogyakarta:
Studi atas Bank Muamalat Indonesia, Bank Tabungan Negara Syari'ah, dan Bank Syari'ah
Popular". (Tesis UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008)
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
untuk membayarnya, dalam hukum islam wajib dikenakan denda karena hal
itu merupakan bentuk kedzaliman dan juga dapat merugikan pihak BMT itu
sendiri. Dan dana denda itu sendiri akan digunakan untuk kemaslahatan
umum.
3. Penelitian Gillian G.H. Garcia, tahun 2009, “ Ignoring the lessons for
effective prudential supervision, failed bank resolution and depositor
protection”15. Ini membahas tentang adanya prinsip-prinsip yang telah
diabaikan sehingga terjadi krisis keuangan saat ini, yaitu prinsip kehati-
hatian yang efektif pada lembaga keuangan, resolusi tepat waktu pada
lembaga, dan prinsip perlindungan deposito. Data-data berasal dari laporan
pemerintah, penelitian akademis, pelanggaran yang dilaporkan dalam
laporan pemerintah dan artikel pers. Temuan dari penelitian ini adalah
banyak lembaga yang masih mengabaikan prinsip-prinsip tersebut dalam
krisis keuangan saat ini. Sehingga apa saja reformasi yang diperlukan untuk
mencegah terulangnya krisis keuangan.
4. Penelitian karim Haj Ayed, Mohamed Frioui, tahun 2011, “The impact of
international prudential regulation on banking strategies: the case of
emerging countries”.16 Ini membahas tentang dampak dari peraturan
prudential internasional. yang disebabkan karena adanya krisis yang
15 Gillian G.H. Garcia, Ignoring The Lessons for Effective Prudential Supervisions, Failed Bank Resolution and Depositor Protection, Journal of Financial Regulation and Compliance (Proquest: 2009, Vol. 17 Iss:3, Pp.186-209), 1. 16 Karim Haj Ayed, Mohamed Frioui, “The Impact of International Prudential Regulation on Banking Strategies: The Case of Emerging Countries”, Journal of Business Studies Quarterly, Vol. 60, No. 84 (Oct 2011), 1.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
mendesak perbankan otoritas peraturan internasional (bassel committee)
untuk mengembangkan standart kehati-hatian dan menyamakan mereka
secara global. Yang berdampak pada strategi perbankan, penyelidikan
literature dan validasi empiris telah dilakukan. Kerangka konseptual telah
mengungkapkan bahwa peraturan ini tidak berdampak pada strategis
perbankan dan praktek internasional.
5. Penelitian oleh Carmen Adriana gheorghe, tahun 2012, “Prudential
regulation and surveillance-essential elements of the banking activity”.
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi intrinsik gagasan
penting untuk bidang bank dan pengawasan kehati-hatian, yang berpotensi
bermasalah dan memiliki dampak negatif pada modal bank atau pendapatan
bank. Dalam hal ini tidak akan menggunakan gagasan kontrol, dalam
pengawasan yang lebih luas, tapi kami mengingatkan bahwa pengawasan
kehati-hatian bertujuan untuk mencegah risiko internal maupun eksternal
pada tingkat lembaga kredit, dan untuk menghindari penyebaran. Sehingga
diperlukan pengawasan makro ekonomi prudential yang kegiatan
manajemen internal, yang menangani kendala yang datangnya dari luar,
aturan kehati-hatian di tingkat nasional dan internasional.17
6. Penelitian oleh anonymous, tahun 2010, Economic policy reforms: 199,
“Getting it right: prudential regulation and competition in banking”, hal ini
17 Carmen Adriana Gheorghe, “Prudential Regulation and Surveillance-Essential Elements of The
Banking Activity”, Bulletin of The Transilvania University Of Brasov, Economic Sciences, Series
V 5.2 (2012), 159.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
menjelaskan tentang stabilitas dan persaingan yang diinginkan dari sektor
perbankan yang berfungsi dengan baik. Pentingnya stabilitas perbankkan
telah disorot oleh krisis keuangan, sementara keuntungan dari kompetisi,
dalam hal intermediasi keuangan yang efisien dan akses perusahaan dan
rumah tangga untuk membiayai, telah mencukupi. Berdasarkan aspek yang
berbeda dari peraturan kehati-hatian bagi perbankan sebelum krisis,
menemukan sedikit bukti bahwa tujuan stabilitas dan konflik yaitu
persaingan diantara keduanya, dengan satu pengecualian yang berefek anti-
kompetitif masuk dan kepemilikan peraturan yang ketat. Bahkan Seorang
supervisor perbankan tampaknya ikut memperkuat persaingan, yang
berpotensi mengurangi biaya kredit yang dihadapi oleh peminjam, sehingga
dibutuhkan prinsip kehatia-hatian disuatu perbankan.
7. Penelitian oleh Paula moffatt, tahun 2003, “European prudential banking
regulation and supervision: the legal dimension”, membahas tentang
Prudential/ kehati-hatian pengaturan perbankan eropa dan pengawasan:
dimensi hukum, oleh larisa dragomir. Ditinjau dari buku ini memberikan
gambaran yang sangat berguna dan komprehensif pengembangan regulasi
prudential banking Eropa dan akan menjadi sumber rujukan membantu
untuk akademisi dan mahasiswa. Konteks hukum dan informasi latar
belakang yang diberikannya akan berguna bagi siapa pun yang meneliti atau
mengajar regulasi perbankan dan itu koheren dan logis untuk disajikan.
Berfokus pada aspek kehati-hatian regulasi dan mengeksplorasi arsitektur
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Eropa untuk pengaturan dan pengawasan. Karena ini adalah buku tentang
peraturan kehati-hatian, jelas penting untuk memahami definisi nya "kehati-
hatian" dan telah mengidentifikasi tiga kategori aturan: aturan kehati-hatian,
pelaksanaan aturan bisnis dan aturan protektif.18
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu jika
pada penelitian sebelumnya hanya membahas tentang prinsip kehati-hatian saja
sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya membahas tentang implementasi
prinsip kehati-hatian tetapi juga membahas tentang mekanisme pembiayaan
mudharabah dan membahas tentang dampak dari prinsip kehatian-hatian dalam
pembiayaan mudharabah.
H. Metode Penelitian
Metode adalah proses, prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah,
sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas
terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia. Jadi, metode
penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.19 Ada beberapa
komponen sublimatif yang keberadaannya sangat penting dalam suatu penelitian
untuk dapat memecahkan masalah secara benar dan dapat
18 Paula Moffatt, “European Prudential Banking Regulation And Supervision: The Legal Dimension”, Banking & Finance Law Review 28.3, (Agu 2013), 569.
http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/1431045203/fulltext/9B229FE3A1FD4F8
BPQ/12?accountid=13771 19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), 6.
http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/1431045203/fulltext/9B229FE3A1FD4F8BPQ/12?accountid=13771http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/1431045203/fulltext/9B229FE3A1FD4F8BPQ/12?accountid=13771
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
dipertanggungjawabkan. Komponen penelitian dapat dijelaskan dalam beberapa
item berikut:
1. Jenis Penelitian
Peneliatian yang dilakukan di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area
Jember ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis
penelitian yang menghasilkan suatu temuan yang tidak dapat diperoleh
dengan menggunakan prosedur statistik atau kuantifikasi (pengukuran),
melainkan diperoleh dari data yang bercorak kualititatif. Data yang bercorak
kualitatif sangat mewarnai kedalaman analisis, sehingga data hendaknya
diperoleh dari sumber yang tepat. Kesalahan memilih sumber data akan
berimplikasi pada kesalahan data untuk menjawab persoalan yang dikaji.20
Karenanya, kehati-hatian dalam memilih sumber data adalah merupakan
suatu keniscayaan.21
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah semua sumber baik yang
melekat dengan data PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember
maupun yang menjadi penunjang terhadap data bank tersebut. Sumber data
yang demikian dapat berbentuk sumber data primer dan data sekunder yang
secara jelas dapat tergambar dalam peta sumber berikut:
20 Suharsimi Arikuto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), 11. 21 Baxter, W. F. Chua. “Doing Field Research: Practice and Meta‐Theory in Counterpoints" Journal of Management Accounting Research (Oktober,1998), 69‐87.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang berkaitan langsung
dengan implementasi prinsip kehati-hatian (prudential banking) di PT.
Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember yang terdiri dari pimpinan
bank, staf terkait, dan berbagai dokumen yang berkatian dengan
pembiayaan mud}a>rah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area
Jember. Sumber data, terutama human resources, yang menjadi subjek
dalam penelitian ini tentu dipilih didasarkan pada aspek yang
memiliki kewenangan untuk memberikan data yang terkait dengan
implementarsi kehati-hatian. Pimpinan PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Area Jember adalah subjek utama dan pertama yang menjadi
sumber data penelitian. Namun, data penelitian tidak cukup hanya
diperoleh dari pimpinan tetapi juga dapat diperoleh dari unsur staf.
Mendekati staf tentu tidak mudah dan karenanya perlu rekomendasi
dari pimpinan, sekalipun rekomendasinya tidak berbentuk formal,
seperti “Saudara datangi staf A dan bilang bahwa ini dari saya”. Gerak
rekomendasi dari pimpinan ke staf, dari staf ke staf yang lain, dan
begitu seterusnya adalah cara peneliti untuk memperoleh data terkait
dengan persoalan yang ditetiliti, dan karenanya, metode yang
demikian merupakan metode sampling untuk menentukan subyek
yang didekati. Pendekatan dari satu subjek ke subjek yang lain
bergerak dan membentuk bola salju, sehingga pendekatan ini disebut
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
dengan metode snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik
penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian
membesar untuk memberikan data yang memadai dan dapat
menjawab persoalan implementasi kehati-hatian dalam pembiayaan
mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung atau
memberi informasi yang bermanfaat berkaitan dengan penelitian ini,
baik data internal maupun eksternal.22 Sumber data diperoleh dari
beberapa refrensi baik berupa buku, artikel, jurnal, atau berupa hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan pokok kajian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dan pencatatan
secara sistematis terhadap fokus permasalahan yang diteliti secra
sistematis.23 Dalam hal ini mengobservasi tata cara perbankan (PT.
Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember) dalam memberikan
22 Nur Indrintoro, Metodologi Penelitian Bisnis: Akuntansi dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), 149. 23 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2 (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), 136.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
pembiayaan mudharabah pada calon nasabah terkait dengan prinsip
prudential banking dalam pembiayaan.
b. Wawancara (Interview), suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada responden atau informan.24 Hal ini
dilakukan tanya jawab secara langsung dengan para staf PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Area Jember yang menangani pembiayaan
mudharabah, termasuk dengan beberapa karyawan yang terkait
dengan pembiayaan.
c. Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditunjukkan pada subjek penelitian, namun melalui dokumentasi.25
Penggalian data ini dengan cara menelaah dokument-dokument yang
berhubungan dengan kegiatan pembiayaan mudharabah dan terkait
dokumen atau arsip, berupa sejarah perbankan, visi dan misi, dan
sebagainya di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
4. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul, tahap selanjutnya adalah pengolahan data
atau data lapangan menjadi data yang siap dianalisis, meliputi :
a. pengolahan data secara editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua
data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan
24 Cholid Nurboko & Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 83. 25 Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), 87.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
makna, keselarasan antara data yang ada dan relevan dengan
penelitian. 26 Dalam hal ini peniliti akan mengambil data yang akan
dianalisis berdasarkan rumusan masalah saja.
b. Pengorganisasian data (organizing), yaitu menyusun kembali data
yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka
paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara
sistematis.27 Peneliti melakukan pengelompokkan data yang
dibutuhkan untuk dianalisis dan menyususn data tersebut dengan
sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data.
c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh
dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran
fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari
rumusan masalah.
5. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis. teknik
analisis data yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah deskriptif
analitis.28 Penelitian deskriptif adalah penelitian ini berusaha
mendiskripsikan data–data yang diperoleh di lapangan yang berhubungan
dengan pokok permasalahan yang disertai dengan analisa untuk
26 Sugiyono, Metode Penelitian: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), 243. 27 Sugiyono, Metode Penelitian: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 245. 28 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006), 185.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
memperoleh suatu kesimpulan, mengumpulkan informasi mengenai status
suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan. Selanjutnya menganalisis dan menyajikan fakta secara
sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan.29
Kemudian, data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif
yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus
kemudian diteliti, dianalisis, dan disimpulkan sehingga pemecahan persoalan atau
solusi tersebut dapat berlaku secara umum, yaitu metode yang diawali dengan
mengemukakan prinsip kehati-hatian dalam perspektif pembiayaan mudharabah
di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember, kemudian dianalisis secara
teori atau dalil yang bersifat khusus untuk memperoleh suatu kesimpulan sehingga
pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum. Fakta-fakta
yang dikumpulkan adalah kegiatan dalam pengelolaan mekanisme pembiayaan
mudharabah dan implementasi prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan
mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember. Peneliti mulai
memberikan pemecahan persoalan yang bersifat umum, melalui penentuan
rumusan masalah dari observasi awal yang telah dilakukan di PT. Bank Syariah
Mandiri Kantor Area Jember sehingga ditemukan pemahaman terhadap
pemecahan persoalan dari rumusan masalah yang telah ditentukan.
29 Irawan Soehartono, Metode Peneltian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), 63.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan jaminan bahwa pembahasan yang termuat dalam
penulisan ini benar-benar mengarah kepada tercapainya tujuan yang ada maka
penulis membuat sistematika sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan, merupakan pola umum yang
menggambarkan keseluruhan isi tesis, yang terdiri dari: latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka
teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II merupakan landasan teori, dalam bab ini akan dijelaskan mengenai
konsep tentang landasan teori prinsip kehati-hatian secara umum, praktik prinsip
kehati-hatian di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember, pembiayaan
mudharabah, proses pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area
Jember.
Bab III merupakan analisa data dari hasil penelitian, meliputi data yang
berkenaan dengan kompetensi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember,
berisi profil dan perkembangan, prinsip operasional dan produk–produk yang
dikeluarkan, aplikasi prinsip kehati–hatian pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Area Jember. Kemudian dilanjutkan dengan membahas tentang perkembangan
prinsip kehati–hatian di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember serta
proses pemberiaan pembiayaan, dan implementasi prinsip kehati-hatian.
Bab IV merupakan analisis implementasi pembiayaan mudharabah di PT.
Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember, yang terdiri dari analisis mekanisme
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
pembiayaan mudharabah, prinsip kehati-hatian di implementasikan dalam
pembiayaan mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Area Jember, dan
dampak prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan mudharabah di PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Area Jember.
Bab V merupakan Penutup, bab terakhir dalam tesis ini yang terdiri dari
sub bab Kesimpulan dan Saran.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)
1. Pengertian Prinsip Kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian atau disebut juga prudential principle diambil dari kata
dalam Bahasa Inggris “Prudent“ yang artinya “Bijaksana”. Istilah prudent sering
dikaitkan dengan fungsi pengawasan bank dan manajemen bank. Dalam dunia
perbankan istilah itu digunakan untuk ”asas kehati-hatian” Oleh karena itu, di
Indonesia muncul istilah pengawasan bank berdasarkan asas kehati-hatian, yang
selanjutnya asas kehati-hatian tersebut digunakan secara meluas dalam konteks
yang berbeda-beda.30
Prudent yang berarti bijaksana atau asas kehati-hatian bukanlah merupakan
istilah baru, namun mengandung konsepsi baru dalam menyikapi secara lebih
tegas, rinci dan efektif atas berbagai Risiko yang melekat pada usaha bank. Jadi
prudential merupakan konsep yang memiliki unsur sikap, prinsip, standar
kebijakan dan teknik manajemen risiko bank yang sedemikian rupa sehingga
dapat menghindari akibat sekecil apapun yang dapat membahayakan atau
merugikan stakeholders terutama para depositor dan nasabah.31
30 Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama, 2004), 21. 31 Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama, 2004), 22
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Menurut Veithzal Rivai dalam buku “Islamic Financial Management”
Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan,
Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa, menjelaskan bahwa prinsip kehati-hatian
merupakan prinsip untuk melindungi pembiayaan dari berbagai permasalahan
dengan cara mengenal costumer baik melalui identitas calon costumer, dokumen
pendukung informasi dari calon costumer dan sebagainya.32
Prinsip kehati-hatian dapat didefinisikan sebagai suatu asas atau prinsip
yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib
bersikap hati-hati dalam rangka melindungi dana masyarakat yang telah
dipercayakan kepadanya.33
Dari berbagai sumber yang ada bahwa yang dimaksud dengan prinsip
kehati-hatian adalah pengendalian Risiko melalui penerapan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten, serta memiliki sistem
pengawasan internal yang secara optimal mampu menjalankan tugasnya.34
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa prinsip
kehati-hatian adalah suatu prinsip atau asas yang digunakan oleh bank atau
lembaga keuangan yang lainnya untuk bersikap hati-hati dalam mengoperasikan
32 Veithzal Rivai, Islamic Financial Management : Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis
Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa, Jakarta: Kharisma Putra Utama
Offset, 2008, 617. 33 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2001, 18. 34 Abdul Ghofur Anshori, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2010, 22.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
usaha dan dananya yang berasal dari masyarakat agar bank maupun lembaga
keuangan dalam kondisi yang baik dengan kinerja yang baik pula.
2. Dasar Hukum Prudential Principle
Prinsip kehati-hatian sendiri secara umum diperbolehkan berdasarkan
landasan yang tertuang dalam Al-Qur’an. Surat Al-Ma’idah (5) : 49
Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut
apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang Telah diturunkan
Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang Telah
diturunkan Allah), Maka Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia
adalah orang-orang yang fasik.”35
Tujuan prudential principle secara luas adalah untuk menjaga keamanan,
kesehatan dan kestabilan sistem perbankan. Dalam bidang yang lebih sempit
35 Al-Qur'an dan terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2005, 92.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
yaitu bidang keamanan, kesehatan dan kelancaran pengembalian pembiayaan
dari para mitra.36
3. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)
Prinsip kehati-hatian dalam pelaksanaannya mengacu pada suatu ketetapan
atau rambu-rambu guna menjaga kegiatan usaha perbankan syariah agar tetap
sehat dan stabil. Rambu - rambu kesehatan atau disebut prudential standards
bertujuan agar perbankan syariah dapat melakukan kegiatan usahanya dengan
aman sehingga dalam keadaan sehat.
Adapun rambu-rambu kesehatan yang dimaksud antara lain:
a. Analisis Pembiayaan
Apabila meninjau pada prinsip-prinsip kehati-hatian (prudential principles)
sebelum menyalurkan dan memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha pada
masyarakat, maka sekurang-kurangnya terdapat enam (6) prinsip kehati-hatian
yang dimaksud yaitu character, capacity, capital, collateral, condition of
economy, constraints, yang telah dikenal secara umum.37
b. Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP)
Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP) meliputi:
1) Pemberian fasilitas pembiayaan kepada mitra bai‟ dalam bentuk
penyediaan dana atau barang yang dapat dipersamakan dengan itu
36 Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, 22. 37 Veithal Rivai, Andria Permata Veithal, Islamic Financial Management Teori, Konsep, dan
Aplikasi Panduan Praktis untuk LK, nasbah, pratisi, dan mahasiswa, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008, 352.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak Bank dan mitra selalu
diperhitungkan batas maksimum pemberian pembiayaan (BMPP);
2) Cara perhitungan batas minimum pemberian pembiayaan (BMPP)
didasarkan atas jumlah yang terbesar dari penjumlahan penyediaan dana
atau bagi debet penyediaan dana;
3) Penetapan perhitungan jumlah modal Bank untuk memperhitungkan
BMPP dilakukan setiap bulan;
4) Besarnya BMPP ditentukan oleh kebijakan JKS atau UJKS dalam hal ini
perbankan syariah.
B. Pembiayaan Mudharabah
1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Syafi’i Antonio, mudharabah
berasal dari kata darb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau
berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya dalam
menjalankan usaha.38
Sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad, secara bahasa (etimologi)
“al-mudharabah” berasal dari kata al-dard yang memiliki dua relevansi antara
keduanya, yaitu : pertama yang melakukan usaha (amil) yadrib fil ardi
38 Muhammmad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, (Depok : Gema Insani, 2001), 95.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
(berjalan dimuka bumi) dengan bepergian padanya untuk berdagang, maka ia
berhak mendapatkan keuntungan karena usaha dan kerjanya.39
Sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Syafi’i Antonio, secara teknis
al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak
pertama (sahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola (mudarib). Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari
kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.40
Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan syariah yang diterbitkan
Bank Indonesia dijelaskan bahwa pengertian mudharabah (usaha yang berisiko /
risk business) adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana (sahib al- mal)
dengan pihak pengelola dana (mudarib) dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah
yang disepakati, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana (modal).41
Menurut PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah juga dijelaskan bahwa
pengertian mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
39 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, Cet. III (Yogyakarta : UII Press, 2006), 36. 40 Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 95. 41 Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah,( Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2011), 326.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi
diantara mereka sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian financial hanya
ditanggung oleh pengelola dana.42
Menurut beberapa ulama ahli fikih pengertian mudharabah sebagai
berikut:43
1. Mazhab Hanafi : akad kerja atas suatu syarikat dan keuntungan dengan modal
harta dari satu pihak dan dengan pekerjaan (usaha) dari pihak yang lain.
2. Mazhab Maliki : suatu pemberian mandate (taukiil) untuk berdagang dengan
mata uang tunai yang diserahkan (kepada pengelolanya) dengan
mendapatkan sebagian dari keuntungannya, jika diketahui jumlah dan
keuntungan.
3. Mazhab Syafi’I : suatu akad yang memuat penyerahan modal kepada orang
lain untuk mengusahakannyadan keuntungannya dibagi antara mereka
berdua.
4. Mazhab Hanbali : penyerahan suatu modal tertentu dan jelas jumlahnya atau
semaknanya kepada orang lain yang mengusahakannya dengan mendapat
bagian tertentu dari keuntungannya.
Sedangkan pengertian mudharabah menurut definisi para ulama sebagai
berikut :44
42 Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah,( Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2011), 326. 43 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, 37.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
1. Menurut Sayyiq Sabiq mudharabah adalah akad dua pihak dimana salah
satunya menyerahkan modalnya kepada yang lain untuk diperdagangkan
dengan pembagian keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
2. Menurut Taqiyyudin mudharabah adalah perjanjian atas keuangan untuk
dikelola oleh seseorang (pekerja) didalam perdagangan.
3. Menurut Wabbah Az-Zuhaili mudharabah adalah pemberian modal oleh
pemilik modal kepada pengelola untuk dikelola dalam bentuk usaha,
dengan pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan.
Akad dalam pembiayaan mudharabah dibagi menjadi 2 jenis yaitu
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah :
1. Mudharabah mutlaqah
Mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara sahibul mal dan
mudarib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh ulama
salafus saleh ser’ingkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta
(lakukanlah sesukamu) dari sahibul mal ke mudarib yang memberi
kekuasaan besar.45
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut dengan istilah restriced
mudharabah/ specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah
44 Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta : Teras, 2011), 112. 45 Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 97.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
mutlaqah. Si mudarib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau
tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si sahibul mal dalam memasuki jenis dunia usaha.46
2. Landasan Hukum Mudharabah
Secara umum landasan dasar syariah al-mudharabah lebih mencerminkan
anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat - ayat Al-Quran dan
Hadits dibawah ini :
1. Al-Qur’an
a. Firman Allah QS. Al-Muzammil Ayat 20 :
“. . .dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah. . .” (Al-Muzammil: 20).
Yang menjadi wajhud-dilalah atau argumen dari surat Al-
Muzammil ayat 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata
mudharabah yang berat melakukan suatu perjalanan usaha.47
b. Firman Allah QS. Al-Maidah ayat 1 :
46Abdurrohman, “Mengenal Konsep Mudharabah yang Syariah” dalam
http://abuabdurrohmanmanado.wordpress.com/tag/rukun-dan-syarat-mudharabah/ (22 Juli 2013) 47 Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 95.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. . . ”(Al- Maidah
:1).48
c. Firman Allah QS. Al-Jumu’ah Ayat 10 :
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (Al-Jumuah : 10).49
2. Al-Hadits
Dalam hadist Rasulullah SAW yang diriwatkan oleh Tabrani dan
Ibnu Abbas dijelaskan tentang dasar hukum mudharabah, yaitu :
“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada mudarib -nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
48 Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah.
49 Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 95.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu
dilanggar, ia (mudarib) harus menanggung Risikonya. Ketika persyaratan
yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.”
(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).50
3. Ijma
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsus terhadap
legitimasi pengelolaan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para
sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid.51
4. Qiyas
Tansaksi mudharabah diqiyaskan pada transaksi musaqah.52
5. Kaidah Fiqh
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.”53
3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu transaksi sedangkan
syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi rukun. Namun syarat
50 Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah.
51 Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 96. 52 Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 07/DSN-MUI/IV/2000, tentang Pembiayaan Mudharabah 53
Abdurrohman, “Mengenal Konsep Mudharabah yang Syar’i”, dalam
http://abuabdurrohmanmanado.wordpress.com/tag/rukun-dan-syarat-mudharabah/ (22 Juli 2013).
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
bukanlah rukun, jadi tidak boleh dicampurkan. Oleh karena itu keabsahan suatu
perjanjian pembiayaan mudharabah tidak terlepas dari pada pemenuhan rukun dan
syarat mudharabah itu sendiri.54
Menurut ulama Hanafiyah, rukun mudharabah hanya satu, yaitu ijab dan
qabul, sedangkan menurut ulama Syafi'iyah dan Hanabilah, rukun mudharabah
ada enam yaitu:55
a. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya
b. Orang yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik
barang
c. akad mudharabah dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang
d. Mal, yaitu harta pokok atau modal
e. 'Amal, yaitu pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan laba
atau keuntungan
f. Keuntungan.
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, rukun mudharabah adalah ijab dan
kabul yang keluar dari orang yang memiliki keahlian, selain itu rukun
mudharabah terbagi kepada lima, yaitu:56
1. Pemodal
54
Zaman, “ Media Info”, dalam http://mataelan.blogspot.com/2012/10/mudharabah-
danmusyarakah-dasar-hukum.html (22 Juli 2013). 55
Media dakwah islam, “Syarat dan Rukun Mudharabah”, dalam
https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/04/26/syarat-dan-rukun-mudharabah/ (22 Juli 2013). 56
Ustadz Kholid Syamhudi, “Rukun Mudharabah”, dalam
http://almanhaj.or.id/content/2072/slash/0/rukun-mudharabah/ (22 Juli 2013).
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
2. Pengelola
3. Modal
4. Nisbah keuntungan
5. Sighat atau Akad.
Pada dasarnya syarat-syarat sah mudharabah berhubungan dengan rukun
mudharabah itu sendiri. Syarat - syarat sah mudharabah adalah sebagai berikut:57
a. Modal atau barang yang diserahkan berbentuk uang tunai. Apabila barang
berbentuk emas atau perak batangan (tabar), emas hiasan (imitasi) atau
barang dagangan lainnya, maka mudharabah tersebut batal dengan
sendirinya.
b. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan tasarruf.
Sedangkan akad yang dilakukan anak-anak yang masih kecil, orang gila
dan orang-orang yang berada di bawah pengampuan, maka akadnya batal
atau tidak sah.
c. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal
yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan
tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati.58
57
Abdurrohman, “Mengenal Konsep Mudharabah yang Syar’i”, dalam
http://abuabdurrohmanmanado.wordpress.com/tag/rukun-dan-syarat-mudharabah/ (22 Juli 2013). 58
Ilmu Islam, “Rukun dan Syarat Mudharabah”, dalam
http://ilmuislam2011.wordpress.com/2011/10/29/rukun-dan-syarat-al-mudharabah/ (22 Juli
2013).
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
d. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus
jelas persentasenya, seperti setengah, sepertiga atau seperempat.
e. Melafazdkan ijab dari pemilik modal, misalnya: "Aku serahkan uang ini
kepadamu untuk dagang, jika ada keuntungan akan dibagi dua" dan
katakata qabul dari pengelola.
f. Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola
harta untuk berdagang di negara tertentu, memperdagangkan
barangbarang tertentu, pada waktu-waktu tertentu, sementara di waktu-
waktu lain tidak karena persyaratan yang mengikat sering menyimpang
dari tujuan akad mudharabah, yaitu keuntungan. Bila dalam mudharabah
ada persyaratan-persyaratan, maka mudharabah tersebut menjadi rusak
(fasid) menurut pendapat Imam Syafi'i dan Malik. Sedangkan menurut
Abu Hanifah dan Ahmad bin Hanbal, mudharabah tersebut sah
hukumnya.
Menurut Sayyid Sabid, syarat – syarat mudharabah yaitu:59
1. Perjanjian mudharabah dapat dibuat secara formal maupun informal, secara
tertulis maupun lisan.
2. Perjanjian mudharabah dapat pula dilangsungkan antara beberapa sahibul mal
dan beberapa mudharib.
59
Muhammad Arif Mulyadi, “Pembiayaan Mudharabah Musyarakah”, dalam
http://ariefmuliadi30.blogspot.com/2013/04/pembiayaan-mudharabah-
musyarakahdan_5780.html (22 Juli 2013).
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
3. Pada hakikatnya kewajiban utama sahibul mal ialah menyerahkan modal
mudharabah kepada mudharib. Jika hal itu tidak dilakukan, maka perjanjian
mudharabah menjadi tidak sah.
4. Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi harus orang yang
cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil.
5. Sahibul mal berkewajiban menyediakan dana yang dipercayakan kepada
mudharib untuk membiayai suatu proyek atau kegiatan usaha. Sedangkan
mudharib berkewajiban menyediakan keahlian, waktu, pikiran dan upaya
untuk mengelola proyek atau kegiatan usaha tersebut dan berusaha untuk
memperoleh keuntungan semaksimal mungkin.
6. Sahibul mal berhak memperoleh kembali investasinya dari hasil likuidasi
usaha mudharabah tersebut bila usahanya telah diselesaikan oleh mudharib
dan jumlah hasil likuidasi usaha mudharabah cukup untuk pengembalian
dana investasi.
7. Sahibul mal tidak dapat meminta jaminan dari mudharib atas pengembalian
investasinya. Persyaratan yang demikian itu dalam perjanjian mudharabah
batal dan tidak berlaku.
8. Sahibul mal berhak melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa
mudharib mentaati syarat-syarat dan ketentuan - ketentuan perjanjian
mudharabah.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
9. Modal yang harus disediakan oleh Sahibul mal disyaratkan berbentuk uang,
jelas jumlahnya dan tunai.60
10. Keuntungan bersih dibagi antara sahibul mal dan mudharib berdasarkan
prinsip profit and loss sharing (PLS).
11. Apabila terjadi kerugian, maka Sahibul mal akan kehilangan sebagian atau
seluruh modalnya, sedangkan mudharib tidak menerima remunerasi
(imbalan) apa pun untuk kerja dan usahanya (jerih payahnya). Jadi, baik
posisi Sahibul mal maupun mudharib harus menghadapi Risiko (mukhatara).
4. Tujuan Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah dapat dipergunakan oleh bank untuk hal-hal yang
sangat beragam sekali, diantaranya :61
1. Investasi dalam suatu proyek yang sepenuhnya dimiliki oleh suatu
badan usaha tertentu.
2. Membiayai nasabah yang telah diketahui kredibilitas dan
bonafiditasnya serta diharapkan usaha yang dikelola cukup feasible dan
profitable.
5. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah
Beberapa ketentuan pembiayaan mudharabah antara lain :62
60 Wintersun of The Hart, “Rukun dan Syarat Mudharabah”, dalam http://wintersun-of-theheart.
blogspot.com/2012/04/rukun-dan-syarat-mudharabah.html (22 Juli 2013). 61 Muhammmad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta : UII Press,
2005), 18.
http://wintersun-of-theheart/
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
1. Pembiayaan mudharabah digunakan untuk jenis usaha yang bersifat
produktif. Menurut jenis penggunaannya pembiayaan mudharabah
diberikan untuk pembiayaan investasi dan modal kerja.
2. Sahibul mal (bank syariah/ unit usaha syariah/ bank pembiayaan rakyat
syariah) membiayai 100% suatu usaha proyek usaha dan mudharib
(nasabah pengelola usaha) bertindak sebagai pengelola proyek usaha.
3. Mudharib boleh melaksanakan berbagai macam usaha sesuai dengan akad
yang telah disepakati bersama antara bank syariah dan nasabah. Bank
syariah tidak ikut serta dalam mengelola perusahaan, akan tetapi memiliki
hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja
mudharib.
4. Jangka waktu pembiayaan, tata cara pengembalian modal sahibul mal, dan
pembagian keuntungan/ hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara sahibul mal dan mudarib.63
5. Jumlah pembiayaan mudharabah harus disebutkan dengan jelas dan dalam
bentuk dana tunai, bukan piutang.
6. Sahibul mal menanggung semua kerugian akibat kegagalan pengelolaan
usaha oleh mudharib, kecuali bila kegagalan usaha disebabkan adanya
kelalaian mudarib, atau adanya unsur kesengajaan.64
62 Ismail, Perbankan Syariah, 170-172. 63
Risa Septiani, “Ketentuan Pembiayaaan Mudharabah”, dalam
http://risaseptiani.blogspot.com/2012/05/fatwa-dsn-mui-tentang-pembiayaan.html (22 Juli 2013).
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
7. Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah, bank syariah tidak
diwajibkan meminta agunan dari mudharib, namun untuk menciptakan
saling percaya antara sahibul mal dan mudharib, maka sahibul mal
diperbolehkan meminta jaminan. Jaminan diperlukan bila mudharib lalai
dalam mengelola usaha atau sengaja melakukan pelanggaran terhadap
perjanjian kerja sama yang telah disepakati. Jamianan ini digunakan untuk
menutup kerugian atas kelalaian mudharabah.65
8. Kriteria jenis usaha, pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme
pembagian keuntungan diatur sesuai ketentuan bank syariah atau lembaga
keuangan syariah masing-masing dan tidak boleh bertentangan dengan
fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).66
6. Skema Pembiayaan Mudharabah
Secara umum dalam perbankan syariah mudharabah digambarkan
dalam skema berikut:67
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Mudharabah
64
Bank Syariah” Ketentuan Pembiayaan Mudharabah” dalam
http://www.Banksyariah.com/pembiayaan-mudharabah-qiradh/ (22 Juli 2013). 65
Nida Nusaibatul Adawiyah, “Pembiayaan Syariah”, dalam
http://niedanied.blogspot.com/2012/05/pembiayaan-syariah.html (22 Juli 2013) 66
Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah. 67 Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 98.
Nasabah
(Mudarib)
Perjanjian Bagi Hasil
Bank
(Sahibul-mal)
Proyek / Usaha
Pembagian Keuntungan
Modal
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Keterangan : mudarib melakukan perjanjian usaha dengan sahibul mal, untuk
bekerja sama dalam melakukan suatu proyek usaha, yang mana mudarib sebagai
pengelola, sedangkan sahibul mal menyerahkan modalnya 100% kepada
mud}a>rib. Keuntungan akan hasil usaha dibagi kedua belah pihak sesuai
dengan kesepakatan, setelah berakhirnya akad, mudarib mengembalikan semua
modal pokok yang telah diberikan oleh sahibul mal.
7. Aspek Teknis Pembiayaan Mudharabah
Dalam melaksanakan pembiayaan mudharabah, langkah-langkah yang
harus diperhatikan dapat dibedakan ke dalam pembiayaan badan usaha dan
pembiayaan proyek.68
a. Pembiayaan Badan Usaha
a. Identifikasi proyek atau bisnis yang akan dibiayai.
68 Muhammmad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah,19.
Keahlian/
Keterampilan
Modal
100%
Nisbah X% Nisbah Y%
Pengembalian modal pokok
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
b. Melakukan feasibility study dengan tujuan untuk mengetahui
sejauhmana profitability dan kelayakan usaha.
c. Melakukan persiapan-persiapan dari segi legal termasuk “memo-
random and articles of association” untuk memungkinkan
perusahaan segera didaftarkan.
d. Menunjuk anggota-anggota direksi yang akan mengelola jalannya
perusahaan.
b. Pembiayaan Proyek / kontrak
a. Pembiayaan usaha atau kontrak yang timbul manakala nasabah
membutuhkan dana dimuka untuk modal kerja proyek yang telah
didapatnya.
b. Keberhasilan pembiayaan ini sangat tergantung kepada kinerja
nasabah dalam menjalankan usaha dengan kontrak dan
kemampuannya untuk membayar tepat pada waktunya.
c. Melakukan analisa kredit dan dievaluasi terhadap proposal yang
diajukan.
d. Menerbitkan offering letter manakala proposal telah disetujui dan
diutarakan pula didalamnya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
nasabah dalam rangka mendapatkan fasilitas pembiayaan.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
c. Syarat-Syarat Permohonan Pembiayaan.69
a. Syarat-syarat kelayakan
1) Nasabah harus memiliki status kelayakan hukum untuk melakukan
kontrak :
a) Berumur minimum 21 tahun dan maksimal 51 tahun.
b) Berakal sehat.
c) Tidak dalam keadaan bangkrut
d) Dalam hal nasabah adalah sebuah PT atau badan usaha maka
badan usaha tersebut haruslah sesuai dengan syariah baik
secara status organisasi maupun segenap aktivitasnya.
2) Kemampuan membayar
a) Dari segi usaha, kemampuan untuk melakukan pembayaran
sangat tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhi
volume penjualan, harga jual, biaya dan pengeluaran. Hal itu
semua tergantung kepada kualitas produk dan layanan efektifitas
tenaga kerja, harga dan tersedianya bahan baku serta kualitas
manajemen.
b) Mengingat kemampuan membayar merupakan pendapatan dari
hasil usaha yang didapatkan oleh nasabah, bank harus sampai
kepada suatu keyakinan bahwa berdasarkan usaha tersebut
nasabah dapat memenuhi kewajiban finansialnya.
69 Muhammmad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, 20.
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
c) Integritas nasabah harus memuaskan dan dapat dibuktikan serta
tidak terdapat perbedaan dengan hasil bank checking BI serta
pengalaman masa silam yang bersangkutan.
d) Nasabah yang bersangkutan haruslah pemegang rekening di
bank syariah baik giro, tabungan, atau deposito minimal dalam
waktu enam bulan terakhir. Jumlah yang tersimpan hendaklah
memadai sesuai dengan besaran pembiayaan yang dinikmatinya.
Untuk individu dan perusahaan yang mempunyai reputasi yang
baik yang dapat dikecualikan dari syarat ini.
b. Agunan70
1) Secara prinsip dalam konsep mudharabah tidak ada jaminan yang
diambil sebagai agunan.
2) Jaminan dapat diambil untuk menjaga agar nasabah benar-benar
melaksanakan usaha dengan baik. Jaminan baru dapat dicairkan setelah
terbukti bahwa nasabah benar-benar telah menyalahi persetujuan yang
menjadi sebab utama kerugian.
8. Mekanisme Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
Bagi hasil dalam transaksi mudharabah merupakan pembagian atas hasil usaha
yang dilakukan mudharib atas modal yang diberikan oleh sahibul mal. Bagi
70
Azza El-Laily, “Analisa Pengenaan Jaminan dalam Pembiayaan Mudharabah”, dalam
http://azzanurlaila.blogspot.com/2009/06/analisa-pengenaan-jaminan-collateral.html (22 Juli
2013).
-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
hasil atas kerja sama usaha ini diberikan sesuai dengan nisbah yang telah
dituangkan dalam akad mudharabah. Perhitungan bagi hasil pembiayaan
mudharabah dibagi menjadi 2 :71
1. Revenue Sharing
Perhitungan bagi hasil dengan menggunakan revenue sharing ialah
berasal dari nisbah dikalikan dengan pendapatan sebelum dikurangi biaya.
2. Profit / Loss Sharing
Perhitungan bagi hasil dengan menggunakan profit / loss sharing
merupakan perhitungan bagi hasil yang berasal dari nisbah dikalikan
dengan laba usaha sebelum dikurangi pajak penghasilan. Pendapatan kotor
dikurangi dengan harga pokok penjualan, biaya-biaya (biaya administrasi
dan umum, biaya pemasaran, biaya penyusutan dan biaya lain-lain), sama
dengan laba usaha sebelum pajak. Laba usaha sebelum pajak dikalikan
dengan nisbah yang disepakati, merupakan bagi hasil yang harus
diserahkan ole