IMPLEMENTASI PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM...
Transcript of IMPLEMENTASI PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM...
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
IMPLEMENTASI PERENCANAAN PARTISIPATIF
DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN DI DESA LAPANG
KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Diajukan oleh:
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Medan 2009
ANDI SAYUMITRA NIM : 0 5 0 9 0 3 0 4 6
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Andi Sayumitra NIM : 050903046 Departemen : Ilmu Administrasi Negara Judul : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan
Pembangunan di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat
Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara
Asimayanti Siahaan, Ph.D Prof. Dr. Marlon Sihombing. MA
NIP 131 000 000 NIP 131 568 391
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Prof. Dr. Muhammad Arif Nasution. MA NIP 131 757 010
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
pemilik alam semesta, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah
memperjuangkan agama Allah dimuka bumi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk mendapatkan gelar
sarjana sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul dari skripsi ini ialah : “IMPLEMENTASI PERENCANAAN
PARTISIPATIF DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN DI DESA
LAPANG KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT”.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak, maka skripsi ini
tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu, baik dari mulai penulisan proposal, saat penelitian dan sampai selesainya
skripsi ini, yaitu :
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak
Prof. Dr. Muhammad Arif Nasution.
2. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Ppolitik Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
dan Sekretaris Departemen, Ibu Dra. Hj. Beti Nasution, M.Si
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
3. Ibu Asimayanti Siahaan, Ph.D selaku Dosen Pambimbing yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan serta bimbingannya dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Kepada seluruh Staff Pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP-
USU, dan tidak lupa buat Kak Emi dan Kak Mega, serta seluruh pegawai civitas
akademika FISIP-USU terima kasih atas setiap bantuan dan pengetahuan selama
penulis menjalani studi di FISIP-USU.
5. Bapak T Nofrizal selaku Camat Johan Pahlawan dan Bapak M.K. Bangun selaku
Sekcam Johan Pahlawan, atas kerjasamanya dalam memberikan segala
informasi yang menunjang penelitian penulis.
6. Bapak Habuddin HS selaku Kepala Desa Lapang serta seluruh perengkat Desa
Lapang, atas kerjasamanya memberikan segala informasi yang menunjang
penelitian penulis.
7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, ”papa & mama” yang selalu
memberikan do’a, semangat, dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam
penyelesaian skripsi ini. Suatu kebanggaan yang tidak bisa diugkapan melalui
kata-kata memiliki orang tua seperti ”papa & mama”. Inginku bersimpuh
dihadapanmu, sebagai tanda ketidakmampuan ku tanpamu. Inginku menatap
syahdu senyum keikhlasan darimu, sebagai tanda bahwa kubangga dididik
olehmu untuk memaknai sebuah cinta dan ketulusan. Inginku mencium dan
memegang erat tanganmu, sebagai tanda kuabadikan tiap perjuanganmu untuk
ku. Inginku memelukmu…mendekapmu dengan penuh cinta, sebagai tanda
bahwa anakmu ini tak pernah berdaya pabila jauh darimu. Inginku menghapus
air matamu, sebagai bukti bahwa ananda takkan pernah bisa tuk membalas
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
segala jasamu..sungguh mulia dirimu…papa dan mamaku. Terima kasihku atas
setiap butir nasi yang menghilangkan laparku, sungguh itulah keringatmu.
Terima kasihku atas setiap tetes air yang menghilangkan dahagaku, sungguh
itulah air matamu. Semuanya kau berikan untuk anakmu ini, tiada pernah
terlintas pamrih sedikitpun. Namun, ku yakin bahwa Allah Subhanahu Wata’ala
akan memberikan tempat yang terbaik untuk mu, sebagai hamba terbaik yang
pernah dilahirkan didunia. Ma, pa, makasih ya sudah menjadi orang tua, guru
dan teman terbaik dalam kehidupan Andi, tempat yang paling mantap untuk
“curhat”…hehe. Pokoknya you’re the best in my life lah…
8. Buat adik-adikku tersayang, Ariski Septian & Asha Amiela.. Rajin2lah belajar,
gantungkan cita-cita kalian setinggi bintang di langit dan jangan pernah
mengeluh dalam hidup..!! Asha, makasi ya dah bantu B’andi ngolah data di
kios… masih ingatkan dek! Hehe.. Iki, lagunya bagus-bagus kok, tinggal banyak
latihan vocal aja, biar cepat jadi artis terkenal..! hahahahaha… Ab sayang kalian
berdua.. 0upss, 1 lagi & yang paling penting.. jangan pernah melawan papa,
mama, & nek lelek (hehehe), karena mereka sangat sayang sama kalian dan
tanpa do’a mereka kita bukan siapa-siapa.
9. Khusus untuk adindaku Desti Ariani, S.Sos (Amiiiiin…hehe), kuperjuangkan
cintamu untuk meraih kebahagiaanku..karena ku tahu setelah kehadiranmu ku
takkan bisa memaknai senyumku, memaknai setiap rasa dihatiku…s’mangat,
cinta, dan kasih yang telah kau berikan akan kuhargai dengan
kebahagiaanmu…meski ku tak mampu tapi ku perjuangkan untukmu…(my
secruite love’s)
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
10. Buat Keluarga besar Bapak Iwan Jauhari & Ibu Husriani, makasi banyak atas
masukan, saran dan nasehatnya. Terutama untuk Buk Husriani, makasi ya bu
atas perhatiannya selama ini untuk andi…
11. Buat Sohibku AN’05 FISIP USU, Uda Pengky (makasi ya dukungannya),
Soleman (taubat kau man!!!), Piyal, Hotma, Suko, Jali,………………serta
seluruh Sahabat-sahabat seperjuangan khususnya stambuk 2005 yang telah
berjuang bersama menempuh berbagai hala dan rintangan, semoga apa yang
telah kita lakukan akan mendapatkan hasil yang setimpal pula……
12. Seluruh Sahabat2 Ikatan Pelajar Mahasiswa Aceh Barat (IPMAB – Medan)
perjuangan kita belum berakhir dan tidak akan pernah mengenal kata
akhir…tangan terkepal maju kemuka!!, IPTR Kom’s USU (Ayoo, bangkit lagi!),
Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Administrasi Negara (IMDIAN FISIP USU
periode 2007/2008), Ikhwan2ku UKMI Assiyasah FISIP USU, teman2
administrator Kelompok Studi Administrasi Negara (K’SAN FISIP-USU),
kawan2 pengurus DPW KAM RABBANI FISIP USU makasi atas perjuagannya
selama ini rajut ukhuwah, bangun solidaritas, semoga dakwah kita tak lekang
dimakan masa..Insya Allah Jaya.
13. Sebagai peneliti pemula, Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam skripsi ini, untuk itu penulis dengan senang hati akan menerima kritik dan
saran atas perbaikan skripsi ini. Harapan Penulis semoga skripsi ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua.
Wallauhul Muafiq Illa Aqwamith Thariq…
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
I.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 8
I.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
I.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
I.5. Kerangka Teori ..................................................................................... 10
I.5.1. Implementasi ........................................................................... 10
I.5.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif .................................... 13
I.5.2.1. Perencanaan .................................................................... 13
I.5.2.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif ............................ 17
I.5.3. Pembangunan Desa .................................................................. 23
I.6. Definisi Konsep .................................................................................... 27
I.7. Sistematika Penulisan ............................................................................ 29
BAB II : METODE PENELITIAN
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
II.1. Bentuk Penelitian ................................................................................ 30
II.2. Lokasi Penelitian ................................................................................ 31
II.3. Informan ............................................................................................. 31
II.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32
II.5. Teknik Analisa Data ............................................................................ 33
II.6. Penerapan Metode Penelitian di Lapangan ........................................... 33
II.7. Etika Penelitian .................................................................................... 34
BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. Letak dan Luas Wilayah ..................................................................... 35
III.2. Dinamika Penduduk ........................................................................... 36
III.3. Organisasi Pemerintahan Desa ............................................................ 40
III.3.1. Organisasi Pemerintah Desa .................................................. 40
III.3.2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) .................................... 47
BAB IV: PENYAJIAN DATA
IV.1. Karakteristik Partisipan ..................................................................... 52
IV.2. Temuan Lapangan ............................................................................. 56
BAB V: ANALISA DATA ............................................................................... 77
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan ........................................................................................ 91
VI.2. Saran .................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 94
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
1. Data Luas Wilayah Desa Lapang ................................................................. 35
2. Data Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 36
3. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur .................................................. 37
4. Data Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Agama .......................................... 38
5. Data Angkatan Kerja Masyarakat ................................................................ 39
6. Distribusi Data Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 52
7. Distribusi Data Partisipan Berdasarkan Usia ................................................ 53
8. Distribusi Data Partisipan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................... 54
9. Distribusi Data Partisipan Berdasarkan Pekerjaan ........................................ 55
10. Distribusi Data Partisipan Berdasarkan Lamanya Bermukim ....................... 56
11. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Pemahaman Masyarakat
Terhadap Perencanaan Pembangunan Partisipatif ........................................ 57
12. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Pentingnya Perencanaan
Partisipatif Dalam Pembangunan Desa ........................................................ 58
13. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Hambatan Dalam Pelaksanaan
Perencanaan Partisipatif ............................................................................... 59
14. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Adanya Pedoman Perencanaan
Pembangunan Partisipatif ............................................................................ 60
15. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Pemahaman Terhadap Pedoman
Perencanaan Pemabangunan Partisipatif ...................................................... 61
16. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Optimalisasi Sosialisasi
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Perencanaan Pembangunan Partisipatif ........................................................ 63
17. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Pelaksanaan Perencanaan
Pembangunan Partisipatif ........................................................................... 64
18. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Pelaksanaan Musrenbangdes ........... 65
19. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Pelibatan Masyarakat Dalam
Perencanaan Pembangunan .......................................................................... 66
20. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Peran Pemerintah Dalam Mengajak
Masyarakar Untuk Berpartisipasi ................................................................. 67
21. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Alur Komunikasi yang Dibangun
Dalam Penyelenggaraan Musrenbangdes ..................................................... 68
22. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Teratasinya Masalah di Desa
Dengan Diadakannya Musrenbang .............................................................. 69
23. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Pengetahuan Mereka Terhadap
Program Pembangunan di Desa ................................................................... 70
24. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Keberpihakan Program
Pembangunan Terhadap Kebutuhan Masyarakat .......................................... 71
25. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
di Desa Lapang, Apakah Dapat Menampung Usulan Masyarakat ................. 72
26. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Berjalannya Program
Pembangunan Dengan Baik ......................................................................... 73
27. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Keikutsertaan Masyarakat Dalam
Musrenbang di Desa Lapang ......................................................................... 74
28. Distribusi Jawaban Partisipan Tentang Tingkat Partisipasi Masyarakat
Dalam Perencanaan Pembangunan Desa ...................................................... 75
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Daftar lampiran
Lampiran 1 : Surat Rencana Skripsi
Lampiran 2 : Surat Permohonan Judul Skripsi
Lampiran 3 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing
Lampiran 4 : Surat Undangan Seminar Proposal Untuk Pembimbing
Lampiran 5 : Surat Undangan Seminar Proposal Untuk Penguji
Lampiran 6 : Daftar Hadir Dan Berita Acara Seminar Proposal
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Dari Fakultas
Lampiran 8 : Surat Riset dari Kecamatan Johan Pahlawan
Lampiran 10 : Surat Keterangan Telah Melakukan Riset Dari Kantor Camat
Lampiran 11 : Kuosioner
Lampiran 12 : ALokasi Dana Gampong (ADG) Lapang
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
Andi Sayumitra
050903046 Departemen Ilmu Administrasi Negara
ABSTRAK
Perencanaan pembangunan desa yang partisipatif dan berkelanjutan memiliki
peran yang strategis dalam kerangka otonomi daerah, karena pembangunan desa merupakan dasar dari pembangunan nasional. Partisipasi masyarakat merupakan modal utama keberhasilan pembangunan. Tulisan ini merupakan kajian terhadap implementasi perencanaan partisipatif dalam mewujudkan pembangunan serta melihat tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di desa.
Penelitian dilakukan di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang merupakan subuah kajian deskriptif kualitatif yaitu suatu kajian dengan memanfaatkan data-data yang ada, wawancara mendalam dengan informan kunci dan kuesioner terbuka untuk mengumpulkan data dari masyarakat (sebagai informan biasa).
Secara keseluruhan implementasi perencanaan partisipatif di Desa Lapang dapat dikatakan kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya peraturan atau pedoman tentang perencanaan partisipatif itu sendiri, kurangnya pelibatan masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan yang dilakukan di desa, tidak terdapat kesesuaian rencana kerja pembangunan desa dengan kebutuhan masyarakat setempat. Begitu juga halnya dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan masih sangat kurang.
Berbagai perbaikan sistem perencanaan partisipatif harus menjadi prioritas utama di Desa Lapang, Pemerintah Daerah setempat harus menerbitkan Peraturan Daerah/Pedoman tentang perencanaan partisipatif dan sesegera mungkin melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan khususnya kepada pemerintahan desa, pelibatan masyarakat harus lebih ditingkatkan dalam setiap proses pembangunan, baik mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi, sehingga aspirasi masyarakat dapat terakomodir dengan baik dan diharapkan pembangunan yang sesuai dengan keinginan masyarakat akan dapat dirasakan.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses
penyelenggaran pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah adalah bagaimana
membangun atau menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban
misinya yaitu untuk mensejahterakan masyarakat secara berkeadilan. Untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, pemerintah harus melaksanakan
pembangunan. Selain untuk memelihara keabsahannya (legitimasi), pemerintah juga
akan dapat membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan
jaman.
Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera. Dalam penyelenggaraan pembangunan tahapan yang paling awal dan
merupakan tahapan yang paling vital adalah tahap perencanaan. Perencanaan
merupakan suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan yang
dilaksanakan dalam suatu negara. Oleh sebab itu dalam perencanaan pembangunan
pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh
masyarakat dalam melaksanakan pembangunan (partisipatif). Dengan kata lain,
partisipasi masyarakat merupakan kata kunci agar suatu pembangunan bisa sukses (Arif,
2006: 149-150). Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai
hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-
produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Penempatan masyarakat sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan
sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pembangunan. Terlebih apabila kita akan
melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat lokalitas. Masyarakat lokal
dengan pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam
melaksanakan pembangunan, karena masyarakat lokal-lah yang mengetahui apa
permasalahan yang dihadapi serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya.
Kegagalan pembangunan berperspektif modernisasi yang mengabaikan
partisipasi negara miskin (pemerintah dan masyarakat) menjadi momentum yang
berharga dalam tuntutan peningkatan partisipasi negara miskin, tentu saja termasuk di
dalamnya adalah masyarakat. Tuntutan ini semakin kuat seiring semakin kuatnya negara
menekan kebebasan masyarakat. Post-modernisme dapat dikatakan sebagai bentuk
perlawanan terhadap modernisme yang dianggap telah banyak memberikan dampak
negatif daripada positif bagi pembangunan di banyak negara berkembang. Post-
modernisme bukan hanya bentuk perlawanan melainkan memberikan jawaban atau
alternatif model yang dirasa lebih tepat.
Post-modernisme merupakan model pembangunan alternatif yang ditawarkan
oleh kalangan ilmuan sosial. Post-modernisme yang muncul pada tahun 1980-an ini
dinyatakan sebagai model pembangunan alternatif karena memberikan penawaran
konsep yang jauh berbeda dengan modernisme. Tekanan utama yang dibawa oleh post-
modernisme terbagi dalam tiga aspek, yaitu agen pembangunan, metode dan tujuan
pembangunan itu sendiri. Kelebihan dari paradigma pembangunan alternatif ini adalah
sifatnya yang mampu menyesuaikan dengan kondisi lokalitas yang ada, artinya
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
partisipasi masyarakat lokal menjadi pilihan utama dalam pendekatan ini (Widodo,
2008). Turunan dari model pembangunan alternatif ini semakin beragam apabila
dihadapkan pada permasalahan lokalitas yang berbeda di tiap wilayah. Paradigma
pembangunan alternatif dapat dikatakan sebagai sebuah proses transformasi sosial
dengan sasaran peningkatan kapasitas kelembagaan dan pembangunan manusia.
Di Indonesia selama masa pemerintahan orde baru (1966-1998), pembangunan
yang dilaksanakan di seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai dari
pusat sampai ke tingkat propinsi, kabupaten/kota, dan desa dijalankan dengan sisitem
perencanaan yang sentralistik (terpusat). Campur tangan pemerintah pusat terhadap
pembangunan dan kehidupan masyarakat di daerah sangat dominan. Sistem
perencanaan yang dianut adalah sistem perencanaan top-down, dimana semua program-
program pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat dan masyarakat hanya
menerima saja (Nugroho, 2006).
Setiap tahapan proses pembangunan ditentukan oleh negara, sementara
partisipasi masyarakat tidak pernah diperhatikan. Masyarakat hanya menjadi pelengkap
penderita dalam skema pembangunan (Abe, 2005). Akibat dari strategi perencanaan
yang bersifat sentralistik tersebut, berbagai masalah timbul ke hadapan masyarakat
antara lain pembangunan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
sehingga hasilnya tidak dapat mengangkat taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik.
Pemerintah menjelmakan dirinya sebagai penguasa yang dengan sendirinya bertindak
secara otoriter (Eko Sutoro, dalam Abe, 2005). Midgley (1986) menyatakan bahwa
partisipasi bukan hanya sekedar salah satu tujuan dari pembangunan sosial tetapi
merupakan bagian yang integral dalam proses pembangunan sosial. Konsep partisipasi
dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang sangat besar. Model
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak memberikan kesempatan pada
lahirnya partisipasi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan upaya “membangkitkan
partisipasi” masyarakat tersebut. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan
memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara langsung
terhadap pembangunan.
Dalam rangka menghilangkan sentralisme pemerintahan yang bermuara pada
pola perencanaan yang bersifat terpusat, dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang dalam perkembangan selanjutnya
diganti menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Perubahan landasan yuridis ini
memberikan perkembangan positif terhadap otonomi daerah di Indonesia dari
sentralisasi ke desentralisasi. Azas desentralisasi dalam wacana otonomi daerah sangat
penting. Karena dengannya ia memposisikan pemerintah daerah sebagai penanggung
jawab utama atas kebijakan penyelenggara pemerintahan sesuai dengan kewenangan
yang diberikan, dengan tetap berada di dalam koridor Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah dengan azas desentralisasi diharapkan
memberikan peluang yang seluas-luasnya terhadap partisipasi masyarakat dalam
membangun daerahnya.
Pada kenyataannya desentralisasi diminati banyak orang karena di dalamya
terkandung semangat demokrasi, yang ujungnya dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan tentu termasuk di dalamnya
penyelenggaraan pembangunan (Arif, 2006: 23). Dengan demikian harapan masyarakat
untuk merealisasikan pembangunan dalam rangka perubahan kondisi masyarakat dari
suatu realita ke realita yang secara keseluruhan lebih baik, akan tercapai melalui konsep
yang lebih mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya, sebagaimana falsafah yang
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
dikandung oleh otonomi daerah tersebut yaitu partisipasi masyarakat. Partisipasi
merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mampu menyelesaikan sendiri
masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparansi, kesetaraan, dan
tanggungjawab.
Pemikiran perencanaan partisipatif diawali dari kesadaran bahwa kinerja sebuah
prakarsa pembangunan masyarakat sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait
dengan prakarsa tersebut. Sejak dikenalkannya model perencanaan partisipatif, istilah
“stakeholders’ menjadi sangat meluas dan akhirnya dianggap sebagai idiom model ini.
Perencanaan partisipatif berangkat dari keyakinan bahwa keberhasilan program-
program pembangunan ditentukan oleh komitmen semua stakeholders, dan komitmen
ini di dapat dari sejauh mana mereka terlibat dalam proses perencanaan program
tersebut.
Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, perlu dioptimalkannya
partisipasi masyarakat, yakni keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan
kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. perencanaan
partisipatif diwujudkan melalui musyawarah perencanaan. Dalam musyawarah ini,
sebuah rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku
pembangunan (stakeholders). Pelaku pembangunan berasal dari semua aparat
penyelenggara negara, masyarakat, rohaniwan, dunia usaha, kelompok profesional,
organisasi-organisasi nonpemerintah, dan lain-lain.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kebutuhan dasar seperti
halnya kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan transportasi (
Sumardi dan Evers, 1982). FAO (1991) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat
adalah hak azasi, sehingga masyarakat harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
dalam melaksanakan pembangunan. Kesempatan tersebut perlu diberikan karena tujuan
pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sesuai dengan yang
mereka inginkan. Masyarakat sendiri yang akan merasakan dan menilai apakah
pembangunan tersebut berhasil atau tidak. Maka agar tujuan pembangunan sesuai
dengan yang diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah, diperlukan persepsi yang
sama antar individu yang terlibat dalam pembangunan.
Dalam masyarakat desa, perencanaan partisipatif merupakan sebuah instrumen
yang sangat penting. Sebab perencanaan partisipatif yang merupakan salah satu dari
serangkaian perjalanan pembangunan tersebut di atas adalah tahap awal yang sangat
menentukan bagi keberhasilan proses pembangunan khususnya di desa. Siapapun tak
akan pungkiri, desa sebenarnya memiliki posisi yang strategis dalam gemuruh
pembangunan dan politik pemerintahan di seluruh penjuru tanah air. Dari sisi penduduk,
desa merupakan basis mayoritas penduduk, atau dalam kalimat lain, sebagian besar
penduduk negeri ini menetap di desa. Hal ini memungkinkan desa menjadi penyedia
tenaga kerja terbesar dan di sisi lain menjadi basis massa yang kerap dimobilisasi demi
kepentingan politik. Dari sisi sumberdaya alam, desa merupakan pensuplai utama
sumber bahan makanan penduduk kota-kota besar. Oleh karena itu, pada fase ini sudah
selayaknya perencanaan pembangunan di desa merupakan sebuah hasil proses
musyawarah yang senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat secara utuh. Dengan
demikian pelaksanaan pembangunan di desa benar-benar dapat dirasakan oleh
masyarakat serta berjalan secara efektif dan efisien.
Di era desentralisasi dan keterbukaan ini, sudah saatnya masyarakat desa diberi
kesempatan dan kewenangan luas dalam mengelola pembangunan yang ada di
wilayahnya. Kewenangan tersebut baik yang dimulai sejak perancangan/penentuan
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
aktivitas, pelaksanaan hingga evaluasinya. Pendekatan semacam ini memungkinkan
semua aktivitas pembangunan di aras desa sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan yang
dirasakan oleh masyarakat desa dan sesuai dengan konteks setempat (baik kondisi
sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan fisiknya).
Namun demikian, terkait dengan proses pembangunan desa, belum terlihat
secara utuh implementasi perencanaan partisipatif yang menjadi amanat – baik yuridis
maupun sosiologis – dari pelaksanaan otonomi daerah. Secara umum ditemukan bahwa
selama ini partisipasi masyarakat desa relatif lemah, baik dalam proses pembuatan
kebijakan lokal desa maupun untuk mengatur aktivitasnya sendiri. Berkaitan dengan ini
Muslim (2001) mengutip hasil survey Public Integity Index menemukan bahwa
permasalahan kita bukan pada rendahnya kualitas dan kuantitas tingkat partisipasi
masyarakat, tetapi terletak pada ketertutupan mekanisme politik bagi keterlibatan warga
negara dalam menuntut akuntabilitas dan keterbukaan.
Jika kita lihat ke belakang, bahwa pola perencanaan berjenjang dari bawah ke
atas (partisipatif) ternyata tidak banyak menjanjikan aspirasi murni warga desa bisa
didengar. Kita mengenal proses Musrenbangdes (musyawarah perencanaan
pembangunan desa), dilanjutkan dengan musrenbang di tingkat kecamatan, lalu diikuti
rapat koordinasi pembangunan di tingkat kabupaten hingga propinsi. Keterlibatan
masyarakat desa dalam proses perencanaan itu selesai di tingkat kecamatan, sehingga
implementasi pola tersebut dapat dikritisi mengandung banyak kelemahan. Misalnya
partisipasi masyarakat selaku penerima manfaat sangat lemah, hasil berbagai forum
koordinasi di tingkat lebih rendah (desa) kadang tidak digubris oleh pemerintah yang
lebih tinggi, mekanisme perencanaan mulai dari Musrenbangdes hanya bersifat
mencatat daftar kebutuhan masyarakat ketimbang sebagai proses perencanaan yang
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
partisipatif. Proses tersebut akhirnya menjadi proses birokratis yang sangat panjang dan
lama sehingga masyarakat tidak mendapatkan kepastian kapan kebutuhannya akan
terwujud. Musrenbangdes dalam perjalanannya selama ini belum dapat diandalkan
sebagai wadah yang berperan penting di desa. Bila demikian adanya, maka realita ini
tentu saja dapat menghambat jalannya implementasi perencanaan partisipatif. Padahal
sebagimana telah dijelaskan di atas bahwa macetnya perencanaan partisipatif akan
menghadirkan pola-pola pembangunan yang tidak aspiratif.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terkait persoalan tersebut dengan judul: “Implementasi
Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa
Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam)”
I.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting dalam suatu penelitian agar diketahui arah
jalan penelitian tersebut. Arikunto (1993: 17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya
sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia
melakukan penelitian.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Implementasi Perencanaan Partisipatif dalam
Mewujudkan Pembangunan Desa di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam”?
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu
hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian, pada dasarnya tujuan
penelitian memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai
melakukan penelitian (Hasan, 2002: 44).
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui implementasi perencanaan partisipatif yang dilakukan di
Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat;
b. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di
Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
I.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Secara Subyektif. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam
menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan suatu wacana baru dalam
memperkaya khazanah kognitif.
2. Secara Praktis. Memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua
kalangan terutama mereka yang secara serius mengamati jalannya implementasi
perencanaan partisipatif, serta memberikan masukan bagi masyarakat desa
khususnya di tempat penelitian ini dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan
peran aktifnya dalam membangun desa
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
3. Secara Akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi baik
secara langsung atau tidak bagi kepustakaan departemen ilmu administrasi
negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi
kembali kajian tentang implementasi perencanaan partisipatif terutama dalam
pembangunan desa.
I.5. Kerangka Teori
Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan
masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Landasan teori perlu
ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan
coba-coba (trial and error) landasan teoritis (Sugiyono, 2004: 55)
Menurut Hoy dan Miskel (dalam Sugiyono, 2004: 55) teori adalah seperangkat
konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Sebelum melakukan penelitian yang
lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan
berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang
dipilihnya. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:
I.5.1. Implementasi
Menurut Van Meter dan Van Horn- dikutip oleh Wahab (1990:51) Implementasi
adalah, “tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat,
atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Sedangkan Mazmanian dan Sabatier
dikut ip oleh Putra (2003: 84) menyatakan bahwa:
Mengkaji masalah implementasi berarti berusaha memahami apa yang nyata terjadi sesudah program diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses mengesahkan kebijakan, baik yang menyangkut usaha-usaha mengadministrasikannya maupun yang menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian tertentu.
Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, dapat dirumuskan bahwa proses
implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan
administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan
ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan menyangkut jaringan kekuatan-
kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat pada akhirnya berpengaruh pada
kebijakan baik yang negatif maupun positif.
Setelah sebuah kebijakan publik dibuat atau dirumuskan, baik menyangkut
program maupun kegiatan-kegiatan, maka tahapan selanjutnya adalah tindakan
pelaksanaan atau implementasi. Sebab kebijakan publik yang tidak diimplementasikan
hanya menjadi sebatas kumpulan aturan-aturan pemerintah yang tidak berfungsi sama
sekali. Oleh karena itu, Wahab (1990: 51) mengemukakan bahwa pelaksanaan atau
implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting
daripada pembuatan kebijakan. Sebagaimana Cheema dan Rondinelli dikutip Wibawa
(1994: 15) menyatakan bahwa dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah
pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu
proses interaksi di antara dan menentukan seseorang yang diinginkan.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Terdapat beberapa definisi yang coba diangkat oleh ahli tentang implementasi,
namun konsepnya tetap sama yaitu merupakan rangkaian proses penerjemahan dari
kebijakan yang direspon berupa aksi atau tindakan para pelaku pembangunan secara
konsisten dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah digariskan oleh
kebijakan yang dimaksud. Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan, diperlukan
suatu input yang berupa peraturan perundang-undangan sebagai acuan, sumber daya
manusia sebagai pelaksana, sumber daya keuangan yang akan mendukung pelaksanaan
kebijkan, komitmen pelaku-pelaku yang terkait.
Pada dasarnya semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat memiliki
harapan yang sama bahwa suatu kebijakan harus berhasil dalam proses
implementasinya. Keberhasilan implementasi dapat dilihat dari terjadinya kesesuaian
antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan, sasaran, kebijakan
itu sendiri serta memberikan dampak dan hasil yang baik bagi pemecahan permasalahan
yang dihadapi serta dalam implementasinya mampu menyentuh kebutuhan kepentingan
publik.
Untuk mengimplementasikan kebijakan, secara rinci Casley dan Kumar, yang
dikutip oleh Wibawa, dkk (1994:16) menawarkan sebuah metode dengan enam langkah
sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah. Batasilah masalah yang akan dipecahkan atau dikelola dan
pisahkan masalah dari gejala yang mendukungnya. Rumuskan sebuah hipotesis;
2. Tentukan faktor-faktor yang menjadikan adanya masalah tersebut. Kumpulkan
data kuantitatif maupun kualitatif yang memperkuat hipotesis;
3. Kajilah hambatan dalam pembuatan keputusan. Analisislah situasi politik dan
organisasi yang dahulu mempengaruhi pembuatan kebijakan. Pertimbangkan
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
berbagai variabel seperti komposisi staf, moral dan kemampuan staf, tekanan
politik, kepekaan budaya, kemauan penduduk dan efektivitas manajemen.
Hindari diskusi yang tidak realistis;
4. Kembangkan solusi-solusi alternatif;
5. Perkirakan solusi yang paling banyak. Tentukan kriteria dengan jelas dan
terapkan (applicable) untuk menguji kelebihan dan kekurangan setiap solusi
alternatif; dan
6. Pantaulah terus umpan balik dari tindakan yang telah dilakukan guna
menentukan tindakan yang perlu diambil berikutnya.
Suatu kebijakan (publik) dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu
menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Pertanyaannya adalah ketika suatu kebijakan
tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bisa disebut sebagai kebijakan
yang berhasil? Jan Marse (dalam Wahab, 1990 : 46-47) mengatakan bahwa:
“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samanya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern ataupun ekstern kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan differensiasi tugas dan wewenang”.
I.5.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif.
1.5.2.1. Perencanaan
Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka
sesuatu yang akan dikerjakan. Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima
secara umum. Pengertian atau batasan perencanaan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu
pada hakekatnya terdapat pada setiap jenis usaha manusia (Khairuddin, 1992 :
47).
2. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian dalam Wrihatnolo dan
Nugroho, 2006: 40)
3. Perencanaan sebagai Analisis Kebijakan (Planning as Policy Analysis) yaitu,
merupakan tradisi yang diilhami oleh logika-logika berpikir ilmu manajemen,
administrasi publik, kebangkitan kembali ekonomi neoklasik, dan teknologi
informasi yang disebut sibernetika (Aristo, 2004).
4. Perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah proses pengambilan keputusan
dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Kartasasmita,
1994).
Dari pengertian di atas dapat diuraikan beberapa komponen penting yakni tujuan
apa yang hendak dicapai, kegiatan untuk merealisasikan tujuan, dan waktu (kapan
kegiatan tersebut hendak dilakukan). Apa yang direncanakan tentu saja merupakan
tindakan-tindakan yang dilakukan untuk masa depan. Namun demikian, meskipun
mengandung pengertian masa depan, bukanlah hipotesis yang dibuat tanpa perhitungan.
Hipotesis dalam perencanaan selalu didasarkan atas data-data dan perkiraan yang telah
tercapai, dan juga memperhitungkan sumber daya yang ada dan akan dapat dihimpun.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Dengan demikian, perencanaan berfungsi sebagai pedoman sekaligus ukuran untuk
menentukan perencanaan berikutnya.
Seringkali perencanaan hanya meliputi kegiatan-kegiatan baru, atau alokasi
keuangan untuk kegiatan-kegiatan lama, tanpa menilai kembali kualitasnya secara kritis.
Acapkali lebih banyak sumbangan dapat diberikan kepada pembangunan dengan
memperbaiki kualitas kegiatan yang sedang dalam pelaksanaan daripada memulai yang
baru. Hasibuan dalam Ketaren (2006: 70), telah merumuskan unsur-unsur dan tipe-tipe
perencanaan sebagai berikut:
a) Unsur-unsur perencanaan, di antaranya:
1. Sifat rencana itu sendiri sebagai dasar pelaksanaannya sudah
mengandung cirr-ciri yang berorientasi pada pelaksanaan, dalam arti
memungkinkan untuk pelaksanaannya dan perencanaan tersebut sudah
diperhatikan kapasitas administratif dalam pelaksanaannya;
2. Proses-proses perencanaan tetap mengandung unsur kontinuitas dan
fleksibilitas, oleh karena itu harus dilakukan terus-menerus reformulasi
rencana dan reimplementasi dalam pelaksanaannya;
3. Mengusahakan perencanaan dapat seoperasional mungkin;
4. Adanya sistem pengendalian pelaksanaan pembangunan yang
mengusahakan keserasian antara pelaksana dan perencana; dan
5. Diperlukan adanya sistem pelaporan dan evaluasi dalam proses
perencanaan.
b) Tipe-tipe perencanaan, di antaranya:
1. Maksud atau misi. Maksud ialah tujuan luas yang berlaku bukan hanya
bagi organisasi tertentu, tetapi berlaku bagi semua organisasi sejenis.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Misi suatu organisasi adalah tujuan khusus yang membedakan suatu
organisasi dari organisasi lain yang sejenis;
2. Sasaran. Merupakan target yang harus dicapai oleh suatu organisasi
dalam rangka mencapai tujuan;
3. Strategi, adalah penentuan terhadap tujuan utama berjangka panjang dan
sasaran dari suatu perusahaan dan pemilihan cara-cara bertindak dan
pengalokasian sumber-sumber yang diperlukan untuk mewujudkan
tujuan tersebut;
4. Kebijaksanaan, adalah pernyataan-pernyataan umum yang merupakan
pedoman di dalam berpikir dan bertindak dalam pengambilan keputusan;
5. Prosedur, merupakan rencana dalam arti kata merupakan metode yang
biasa dipakai dalam menangani kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan;
6. Peraturan, adalah tindakan-tindakan yang dituntut untuk dilakukan dan
dipilih dalam menangani kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan;
7. Program, adalah gabungan dari tujuan-tujuan, kebijaksanaan-
kebijaksanaan, prosedur-prosedur, peraturan-peraturan, pemberian tugas-
tugas, langkah-langkah yang akan diambil, sumber-sumber yang akan
digunakan dan unsur-unsur lain yang diperlukan untuk melaksanakan
anggaran belanja; dan
8. Anggaran, adalah suatu rencana yang menggambarkan hasil yang
diharapkan dan dinyatakan dalam bentuk-bentuk angka-angka.
Perencanaan pada dasarnya adalah penetapan alternatif, yaitu menentukan
bidang-bidang dan langkah-langkah perencanaan yang akan diambil dari berbagai
kemungkinan bidang dan langkah yang ada. Bidang dan langkah yang diambil ini tentu
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
saja dipandang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sumber daya yang tersedia
dan mempunyai resiko yang sekecil-kecilnya. Oleh sebab itu, dalam penentuannya
timbul berbagai bentuk perencanaan yang merupakan alternatif-alternatif ditinjau dari
berbagai sudut, seperti yang dijelaskan oleh Westra (1980) dalam Khairuddin (1992 :
48), antara lain :
1. Dari segi jangka waktu, perencanaan dapat dibedakan : (a) perencanaan jangka
pendek (1 tahun), dan (b) perencanaan jangka panjang (lebih dari 1 tahun).
2. Dari segi luas lingkupnya, perencanaan dapat dibedakan : (a) perencanaan
nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu bangsa dalam
berbagai bidang), (b) perencanaan regional (untuk menggali potensi suatu
wilayah dan mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah itu), dan (c)
perencanaan lokal, misalnya; perencanaan kota (untuk mengatur pertumbuhan
kota, menertibkan penggunaan tempat dan memperindah corak kota) dan
perencanaan desa (untuk menggali potensi suatu desa serta mengembangkan
masyarakat desa tersebut).
3. Dari segi bidang kerja yang dicakup, dapat dikemukakan antara lain :
industrialisasi, agraria (pertanahan), pendidikan, kesehatan, pertanian,
pertahanan dan keamanan, dan lain sebagainya.
4. Dari segi tata jenjang organisasi dan tingkat kedudukan menejer, perencanaan
dapat dibedakan : (a) perencanaan haluan (b) perencanaan program dan (c)
perencanaan langkah.
1.5.2.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Dalam hal pembangunan - secara sederhana sering diartikan sebagai suatu upaya
untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Perubahan yang dimaksud adalah
menuju arah peningkatan dari keadaan semula, serta tidak jarang pula ada yang
mengasumsikan bahwa pembangunan adalah pertumbuhan. Solihin (2006),
mengungkapkan tiga tahapan perencanaan pembangunan yaitu : (1) perumusan dan
penentuan tujuan, (2) pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang tersedia, dan (3)
pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dan telah disepakati bersama. Dari ketiga tahapan perencanaan tersebut dapat
didefenisikan perencanaan pembangunan wilayah atau dearah sebagai berikut yaitu :
suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku (aktor) baik umum (publik) atau
pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat stakeholder lainnya pada tingkatan
yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik,
sosial, ekonomi dan aspek lingkungan lainnya.
Berdasarkan UU No. 25/2004, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan
rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat
dan daerah. Definisi SPPN di atas secara tegas menyebutkan bahwa dalam perencanaan
diisyaratkan harus memiliki unsur keterlibatan penyelenggara negara dan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
Pola perencanaan pembangunan yang mendorong terjadinya partisipasi aktif
masyarakat tersebut lebih dikenal dengan istilah perencanaan pembangunan partisipatif
atau biasa dikenal dengan istilah perencanaan partisipatif. Partisipasi adalah keterlibatan
dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/ proyek pembangunan yang
dikerjakan masyarakat lokal (Adisasmita, 2006: 38). Atau dengan kata lain
pembangunan partisipatif adalah suatu proses pembangunan yang memberdayakan
masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan.
Perencanaan Pembangunan partisipasi merupakan upaya untuk memberdayakan
potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi
sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa
keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan
peran-serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa-
memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang telah disusun
(Bahua, 2007). Menurut Abe (2005) perencanaan partisipatif yang melibatkan
masyarakat akan mempunyai dampak yang sangat penting dalam pembangunan, yaitu:
terhindar dari peluang terjadinya manipulasi, memberikan nilai tambah pada legitimasi
rumusan perencanaan, serta meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik
masyarakat.
Konsep perencanaan pembangunan partisipatif, perencanaan dengan pendekatan
partisipatif atau biasa disebut sebagai participatory planning, jika dikaitkan dengan
pendapat Friedman (dalam Sinaga, 2005), sebenarnya merupakan suatu proses politik
untuk memperoleh kesepakatan bersama melalui aktivitas negosiasi antar seluruh
pelaku pembangunan dalam rangka penetapan program-program pembangunan. Dalam
perencanaan yang partisipatif (participatory planning), masyarakat dianggap sebagai
mitra dalam perencanaan yang turut berperan serta secara aktif baik dalam hal
penyusunan maupun implementasi rencana, karena walau bagaimanapun masyarakat
merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana. Suzetta
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
(2007), sebagai cerminan lebih lanjut dari demokratisasi dan partisipasi sebagai bagian
dari good governance maka proses perencanaan pembangunan juga melalui proses
partisipatif.
Proses pembangunan tersebut perlu dilakukan secara terencana, terkoordinasi,
konsisten, dan berkelanjutan, melalui “peran pemerintah bersama masyarakat” melalui
partisipasi dengan memperhatikan kondisi ekonomi, perubahan-perubahan sosio-politik,
perkembangan sosial-budaya yang ada, perkembangan ilmu dan teknologi, dan
perkembangan dunia internasional atau globalisasi. Konsep perencanaan bersifat top-
down yang telah menciptakan kegagalan pembangunan tersebut harus diganti dengan
konsep perencanaan pembangunan yang berasal dari bawah (bottom-up planning)
dengan partisipasi aktif dari masyarakat (Adisasmita, 2006:35). Ada beberapa
keuntungan yang dapat kita harapkan dari adanya suatu penerapan pendekatan
partisipatif, yakni :
1. Masyarakat akan lebih memiliki rasa tanggungjawab yang lebih tinggi terutama
dalam hal memelihara dan menjaga apa yang telah dibangun bersama.
2. Semangat akan pembangunan akan lebih memaknai proses pembangunan itu
sendiri secara holistik sebagai konsekuensi adanya kebersamaan di dalam
membangun, baik dalam han merencanakan maupun mengambil keputusan.
3. Ketidakefisienan seperti adanya program yang tumpang tindih di dalam proses
pembangunan dapat dihindari sehingga penghematan pada penganggaran
pembangunan pun dapat dilakukan.
Prinsip perencanaan partisipatif pada dasarnya sama dengan dengan prinsip
good governance, yang mana prinsip good governance tersebut menekankan pada
pengakuan akan kekuasaan rakyat sebagai pemegang kedaulatan. UNDP (United Nation
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Development Program) sebagai lembaga dunia yang bergerak dalam bidang
pembangunan, mengungkapkan karakteristik perencanaan partisipatif (Osborne, 2005)
sebagai berikut :
1. Partisipasi, setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui badan perwakilan yang legitimate mewakili lepentingannya.
2. Peraturan Hukum 3. Keterbukaan 4. Ketanggapan 5. Kesepakatan Bersama 6. Bertanggungjawab 7. Keadilan 8. Efektif dan Efisien
Keterlibatan masyarakat akan menjadi penjamin bagi suatu proses perencanaan
pembangunan yang baik dan benar (Abe, 2005:91). Untuk dapat mewujudkan
partisipasi masyarakat agar dapat berdaya, sangat dibutuhkan kebebasan, kesempatan
dan ruang gerak yang tersusun dalam empat tingkatan, sebagaimana diungkapkan oleh
Kramer- yang dikutip dalam (Arif, 2006: 150-151), yaitu:
1). Partisipasi akan mengandung arti keterlibatan dalam proses pengambilan
keputusan kebijakan pembangunan;
2). Partisipasi hendaknya mengarah pada pembangunan program penduduk yang
ditempatkan sebagai konsumen utama dari program-program infrastruktur fisik
daerah. Oleh sebab itu, kepentingan-kepentingan dan saran-saran mereka harus
didengar oleh mereka yang yang bertanggung jawab untuk memberikan
pelayanan-pelayanan pembangunan daerah;
3). Partisipasi yang menempatkan masyarakat sebagai konsumen perlu
memperoleh stimulan dan dukungan sebagai reaksi terhadap birokrasi
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
pembangunan yang kurang memiliki kepekaan terhadap kepentingan
masyarakat;
4). Partisipasi diadakan dalam rangka nilai keadilan sosial dan dalam rangka
tersedianya kelonggaran memperoleh pekerjaan yang produktif bagi seluruh
lapisan masyarakat.
Istilah partisipasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap program
pengembangan masyarakat dimana-mana, seolah-olah menjadi “lebel baru” yang harus
melekat pada setiap rumusan kebijakan dan proposal proyek. Dalam perkembangannya
seringkali diucapkan dan ditulis berulang-ulang tetapi kurang dipraktekkan, sehingga
cenderung kehilangan makna. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta,
keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis,
merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.
Pada dasarnya partisipasi itu dilandasi dengan adanya pengertian bersama dan
adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang itu saling berkomunikasi
dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta semua pihak itu diperlukan
: (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis, dan (2) terbinanya kebersamaan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat
dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta
memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Gaventa dan Valderama (1999)
dalam Arsito (2004), mencatat ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan
dengan pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu:
1. Partisipasi Politik, political participation lebih berorientasi pada
”mempengaruhi” dan ”mendudukan wakil-wakil rakyat” dalam lembaga
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
pemerintahan ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan
itu sendiri.
2. Partisipasi Sosial, social Participation partisipasi ditempatkan sebagai
keterlibatan masyarakat terutama yang dipandang sebagai beneficiary atau pihak
di luar proses pembangunan dalam konsultasi atau pengambilan keputusan
dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari evaluasi kebutuhan
sampai penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi. Partisipasi sosial
sebenarnya dilakukan untuk memperkuat proses pembelajaran dan mobilisasi
sosial. Dengan kata lain, tujuan utama dari proses partisipasi sosial sebenarnya
bukanlah pada kebijakan publik itu sendiri tetapi keterlibatan komunitas dalam
dunia kebijakan publik lebih diarahkan sebagai wahana pembelajaran dan
mobilisasi sosial.
3. Partisipasi Warga, citizen participation/citizenship menekankan pada partisipasi
langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses
kepemerintahan. Partisipasi warga telah mengalihkan konsep partisipasi “dari
sekedar kepedulian terhadap ‘penerima derma’ atau ‘kaum tersisih’ menuju ke
suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan
kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang
mempengaruhi kehidupan mereka”.
Proses perencanaan pembangunan berdasarkan partisipasi masyarakat harus
memperhatikan adanya kepentingan rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, sehingga itu dalam proses perencanaan pembangunan
partisipasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : (1) perencanaan
program harus berdasarkan fakta dan kenyataan dimasyarakat, (2) Program harus
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
memperhitungkan kemampuan masyarakat dari segi teknik, ekonomi dan sosialnya, (3)
Program harus memperhatikan unsur kepentingan kelompok dalam masyarakat, (4)
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program (5) Pelibatan sejauh mungkin
organisasi-organisasi yang ada (6) Program hendaknya memuat program jangka pendek
dan jangka panjang, (7) Memberi kemudahan untuk evaluasi, (8) Program harus
memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan tenaga (KUWAT) yang tersedia.
I.5.3. Pembangunan Desa
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, desa atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan
menurut Sutardjo Kartodikusuma sebagaimana dikutip oleh Ahmadi (2003: 241)
menjelaskan definisi desa sebagai suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal
suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Bila ditinjau secara sosial budaya desa dapat juga dikatakan sebagai komunitas
dalam kesatuan geografis tertentu yang antar mereka saling mengenal dengan baik
dengan corak kehidupan yang relative homogen dan banyak bergantung secara langsung
pada alam. Oleh karena itu, desa diasosiasikan sebagai masyarakat yang hidup secara
sederhana pada sector agraris, mempunyai ikatan sosial, adapt dan tradisi yang kuat,
bersahaja, serta tingkat pendidikan yang dapat dikatakan rendah. Sedangkan dari sudut
pandang politik dan hukum, desa sering diidentikkan sebagai organisasi kekuasaan.
Melalui perspektif ini, desa dipahami sebagai organisasi pemerintahan atau organisasi
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang tertentu dalam struktur
pemerintahan negara.
Dalam pasal 200 UU No.32 tahun 2004, pemerintahan desa terdiri atas
pemerintah desa dan Badan Musyawarah Desa. Pemerintah desa terdiri atas kepala desa
dan perangkat desa, dimana perangkat desa adalah sekretaris desa dan perangkat desa
lainnya (pasal 202). Badan permusyawaratan desa atau legislatif desa berfungsi
menetapakan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi msayarakat (pasal 209).
Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 adalah desa,
selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum memiliki batas-batas
wilayah yurisdiksi, berwewenang untuk mengurus dan mengatur kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan berada di kabupaten atau kota,
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pada Pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa
dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memprhatikan asal-usul desa dan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat. Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan desa
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. jumlah penduduk;
b. luas wilayah;
c. bagian wilayah kerja;
d. perangkat; dan
e. sarana dan prasarana pemerintahan.
Desa memegang peranan yang sangat penting dalam proses implementasi
kebijakan pembangunan, sebab desa merupakan struktur pemerintah terendah dari
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
sistem pemerintahan Indonesia. Segala jenis kebijakan pembangunan nasioanl pasti
bermuara pada pembangunan desa. Dengan semangat desentralisasi masyarakat harus
diberikan ruang untuk ambil bagian dalam skema perencanaan desa. Sebab disadari atau
tidak bahwa pembangunan desa telah banyak dilakukan sejak dari dahulu hingga
sekarang, tetapi hasilnya belum memuaskan terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat pedesaan.
Agar pembangunan di desa dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat maka
harus diterapkan prinsip-prinsip pembangunan, sasaran pembangunan dan ruang
lingkup pengembangannya. Berikut penjelasan mengenai ketiga unsur tersebut menurut
Adisasmita (2006: 18-20):
1) Pembangunan pedesaan seharusnya menerapkan prinsip transparansi
(keterbukaan), partisipatif, dapat dinikmati masyarakat, dapat
dipertanggungjawabkan (akuntabilitas), dan berkelanjutan (sustainable).
2) Sasaran Pembangunan Pedesaan, yaitu untuk terciptanya peningkatan produksi
dan produktivitas, percepatan pertumbuhan desa, peningkatan ketrampilan
dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja dan lapangan usaha
produktif, peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat dan perkuatan
kelembagaan.
3) Pengembangan pedesaan yang mempunyai ruang lingkup pembangunan sarana
dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan jalan, lingkungan
pemukiman dan lainnya), pemberdayaan masyarakat, pengelolaan sumber daya
alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), penciptaan lapangan kerja,
kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan (khususnya terhadap kawasan-
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
kawasan miskin) dan Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaan dengan
kawasan perkotaan (inter rural-urban relationship).
Pemerintah kabupaten bertanggung jawab penuh dalam rangka pembangunan
desa. Pemerintah kabupaten wajib melakukan pembangunan yang dibutuhkan
masyarakat desa dan memberikan fasilitas kepada masyarakat. Menurut Ndraha (1982:
71), pembangunan desa adalah setiap pembangunan yang ada yang di dalam prosesnya
masyarakat desa berpartisipasi aktif. Sedangkan menurut T R Batten, pembangunan
desa adalah suatu proses dimana organisasi atau masyarakat mulai mendiskusikan dan
menentukan keinginan mereka kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama-
sama untuk memenuhi kebutuhan hidup (Ndraha, 1982: 72).
Tetapi dalam melakukan pembangunan desa ini, banyak sekali hambatan yang
dapat ditemui. Hambatan-hambatan itu, menurut Butterfield dalam Ndraha, 1982: 91
adalah:
a. Perbedaan persepsi. Perencanaan pembangunan sering tidak tepat dalam
menanggapi antara apa yang pemerintah programkan dengan apa yang
benar-benar di butuhkan masyarakat pedesaan. Sehingga terjadi
permasalahan dalam pembangunan desa, karena masyarakat desa memiliki
persepsi yang buruk terhadap pembangunan yang dilakukan didesanya.
b. Kesukaran memilih model pembangunan yang tepat. Mungkin sekali
kesulitan ini muncul karena masyarakat pedesaan itu pada umumnya tertutup
dan masih bingung dalam menerima hal-hal baru, sehingga pemerintah pun
menjadi bingung pula dalam menentukan model pembangunan apa yang
sebaiknya diterapkan bagi masyarakat pedesaan.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
c. Batasan waktu, dimana program pembangunan pedesaan lambat sekali
kelihatan hasilnya, sehingga pemerintah sering merasa kurang sabar dalam
menangani usaha pembangunan desa.
d. Persoalan praktis. Hambatan ini muncul bila hal-hal dalam tahap
pelaksanaannya membuat pembangunan desa terhambat, misalnya saja
kurangnya teknologi, kurangnya pengelola yang terlatih, dan sebagainya.
Memperhatikan kekurangan dan kegagalan perencanaan pembangunan di desa
pada masa lalu, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap pendekatan
pembangunan desa atau pedesaan yang sesuai dengan kompleksitas pembangunan serta
aspirasi masyarakat.
Sehubungan dengan tersebut, kita akan melihat nantinya apakah ada atau tidak
hambatan/ kekurangan/ kegagalan pembangunan desa pada hasil implementasi program
perencanaan partisipatif di desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sehingga nantinya kita akan dapat melihat
apakah pemerintah daerah telah mengimplementasikan program pembangunan tersebut
yang selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah, di mana aspirasi, pendapat, dan
pandangan masyarakat sangat diuatamakan dalam pembangunan daerah terutama di
desa.
I.6. Definisi Konsep
Singarimbun dan Effendi (1982) mengatakan bahwa konsep adalah generalisasi
dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan
berbagai fenomena yang sama. Tujuannya adalah untuk menghindari interpretasi ganda
dari variable yag akan diteliti. Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
1. Implementasi
Yang dimaksud dengan implementasi disini adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijaksanaan sampai mencapai tujuan
yang diinginkan. Dalam penleitian ini pelaksana dari kebijaksanaan tersebut
adalah Pemerintahan Desa Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Barat.
2. Perencanaan Partisipatif
Perencanaan partisipatif adalah serangkaian proses perumusan alternatif-
alternatif atau kepeutusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-
fakta dengan menyertakan dan menyalurkan aspirasi masyarakat sebagai salah
satu stakeholder dalam pembangunan
3. Pembangunan Desa
Pembangunan Desa adalah suatu proses dimana organisasi atau masyarakat
mulai mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka kemudian
merencanakan dan mengerjakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
I.7. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, defisini operasional serta
sistematika penulisan.
BAB II: METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari metode penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data dan teknik analisa data,
BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi
keadaan geografi, demografi, ekonomi, sosial budaya serta hal-hal yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
BAB IV: PENYAJIAN DATA
Bab ini membahas tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan selama
penelitian berlangsung dan juga dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis.
BAB V: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian
dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diajukan.
BAB VI: PENUTUP
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-
saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi kebijakan
BAB II
METODE PENELITIAN
II.1. Bentuk Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif. Narbuko dan Achmadi (2004: 44) memberikan pengertian
penelitian deskriptif sebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang beradasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data,
menganalisis dan menginterpretasi; ia juga bisa bersifat komperatif dan korelatif. Danim
(2002: 41) memberikan beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif yaitu:
1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual.
Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi ata u narasi
semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antarvariabel,
menguji hipotesis, atau membuat ramalan;
2. Dilakukan secara survei. Oleh karena itu penelitian deskriptif sering disebut juga
sebagai penelitian survei. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat mencakup
seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat histories dan eksperimental;
3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail;
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
4. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan
dan praktik-praktik yang sedang berlangsung; dan
5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu
dalam waktu yang bersamaan.
Dengan demikian dapat ditegaskan kembali bahwa penelitian ini juga ditempuh
berdasarkan tujuan untuk memahami bagaimana Implementasi Perencanaan Partisipatif
dalam Pembangunan Desa (Lapang) terutama dalam meningkatkan partisipasi warga
pada pelaksanaan pembangunan di desa.
II.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten
Aceh Barat, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
II.3. Informan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kualitatif, maka dalam penelitian ini tidak dikenal adanya sampel, melainkan informan.
Hal ini dibutuhkan untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai
masalahan penelitian yang sedang dibahas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan kunci adalah informan
yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan
informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan
mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan. Dalam hal ini penulis
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan
sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang ditetapkan berdasarkan
tujuan dan masalah penelitian (Nawawi, 1987:157).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi informan kunci dalam
penelitian ini adalah: Setda Kabupaten Aceh Barat, Camat Johan Pahlawan, Kepala
Desa Lapang, Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), dan Tokoh Masyarakat. Salain itu,
untuk memperkaya data yang akan diolah, maka peneliti juga mengambil informan
biasa atau partisipan yaitu masyarakat Desa Lapang yang dianggap mengetahui dan
paham akan permasalahan penelitian sebanyak 25 partisipan. Jumlah partisipan
sebanyak 25 orang tersebut penulis ambil karena telah mencapai suatu titik kejenuhan,
yaitu jawaban-jawaban para partisipan telah mengarah pada jawaban yang sama dalam
penelitian ini dan telah dapat diambil suatu kesimpulan.
II.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang diperoleh
melalui:
1. Wawancara mendalam (Depth-Interview), yaitu teknik pengumpulan
data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan
terbuka kepada informan kunci atau pihak yang berhubungan dan
memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan
penelitian.
2. Kuesioner (angket), adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti,
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan, serta informasi yang
dibutuhkan. Dalam penelitian ini angket digunakan sebagai alat
pendamping dalam mengumpulkan data. Daftar pertanyaan dibuat semi
terbuka yang memberi pilihan jawaban pada responden dan memberikan
penjelasan-penjelasan yang diperlukan oleh penulis.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah
diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data
sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul
penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, perarutan-peraturan, struktur
organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis dan lain-lain
yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
II.5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data deskriptif
kualitatif yaitu berusaha menyimpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitan
serta berusaha menjelaskan dan menggambarkan variabel penelitian secara mendalam
dan mendetail, kemudian selanjutnya diberi interpretasi yang sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan. Data dari penyebaran kuesioner (angket) akan dianalisa melalui tabel
distribusi frekuensi, sedangkan data dari hasil wawancara akan diuaraikan melalui
petikan wawancara dengan masing-masing tokoh yang dijadikan key informan.
II.6. Penerapan Metode Penelitian di Lapangan
Dalam penerapan metode penelitian di lapangan penulis tidak menemukan
kendala yang sangat berarti, terutama dalam pengumpulan data-data dan informasi yang
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
terkait dengan masalah penelitian. Adapun kendala yang penulis hadapi dalam
penelitian ini ialah tidak lengkapnya profil Desa Lapang sehingga penulis harus
menunggu hingga tiga minggu untuk mendapatkan profil desa tersebut dengan lengkap.
Dalam pelaksanaan penelitian ini pihak Kecamatan dan Pemerintah Desa Lapang
memberikan tanggapan yang sangat baik. Mereka begitu terbuka dengan keberadaan
penulis, seperti misalnya dalam pengumpulan data dan informasi. Mereka begitu
tanggap dan memberikan seluruh informasi yang penulis perlukan dalam penelitian ini
dengan apa adanya.
Begitu juga dengan masyarakat Desa Lapang yang begitu antusias dalam
memberikan informasi-informasi kepada penulis dan mengutarakan keluh kesahnya,
walaupun memang ada beberapa masyarakat yang tidak bersedia dimintai keterangan
mengenai masalah penelitian dengan berbagai alasan. Namun demikian, secara
keseluruhan dapat dikatakan masyarakat Desa Lapang menerima keberadaan penulis
dengan sangat baik sehingga penerapan metode penelitian pun dapat dilakukan dengan
baik pula.
II.7. Etika Penelitian
Dalam menulis karya ilmiah ini penulis harus memperhatikan etika penelitian,
terutama yang berkenaan dengan informan dalam hal pengumpulan atau penulisan data
dan informasi. Etika penelitian yang dimaksud ialah berkenaan dengan keterwakilan
dan kerahasiaan partisipan. Pada saat penyebaran kuesioner penulis terlebih dahulu
meminta izin pada partisipan, yaitu dengan melampirkan surat permohonan pada angket
yang akan disebarkan pada partisipan, penulis juga menyampaikan hal tersebut secara
lisan kepada partisipan. Selain itu, penulis juga meminta kesediaan partisipan untuk
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
mencantumkan namanya tersebut pada karya ilmiah penulis dan para partisipan dalam
penelitian ini tidak merasa keberatan akan hal tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penulisan nama partisipan dalam
karya ilmiah ini telah mendapat persetujuan dari para partisipan yang bersangkutan.
Penulis menjelaskan kepada partisipan bahwa penelitian ini merupakan tugas akhir
penulis yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan penulis dan
tidak menyangkut dengan kepentingan apapun.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. Letak dan Luas Wilayah
Desa Lapang adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Desa ini berdiri atau telah ada sejak tahun 1944.
Desa Lapang mempunyai jarak dengan kantor kecamatan kurang lebih 4 KM. Luas
wilayah Desa Lapang yaitu 20 KM²/segi, berikut tabel data luas wilayah desa Lapang.
Tabel 1
Data Luas Wilayah Desa Lapang
Desa Luas Wilayah Kebun Sawah Pemukiman
Lapang 20 KM/Segi 50 Ha 37 Ha 37 Ha
Sumber : Profil Desa Lapang, 2008
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Adapun batas-batas wilayah Desa Lapang sebagai berikut :
Sebalah Utara berbatasan dengan Desa Gampong Leuhan
Sebalah Selatan berbatasan dengan Desa Gampa, Seneubok
Sebalah Timur berbatasan dengan Desa Krung Matei
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sama Tiga
Desa Lapang memiliki dusun yang dibawahinya. Ada empat dusun di Desa
Lapang yaitu :
1. Dusun Nibong
2. Dusun Teungoh
3. Dusun Cot Kandeh
4. Dusun Beurasok
III. 2. Dinamika Penduduk
Desa Lapang memiliki kepadatan penduduk 4.364 jiwa, serta jumlah kepala
keluarga sebanyak 873 KK. Dengan perincian jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 2
Klasifikasi Penduduk Desa Lapang Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 2.1372 Perempuan 2.227
Jumlah 4.364
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Sumber : Profil Desa Lapang, 2008
Dilihat dari tabel bahwa jumlah perempuan di Desa Lapang lebih besar dari
jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Jenis kelamin laki-laki berjumlah
2.137 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah
2.227 jiwa.
Sedangkan untuk jumlah penduduk berdasarkan umurnya dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
No. Golongan Umur Jumlah
1 0 - 4 Tahun 3792 5 - 9 Tahun 4533 10 - 14 Tahun 4664 15 - 19 Tahun 3965 20 - 24 Tahun 3336 25 - 29 Tahun 3277 30 - 34 Tahun 2528 35 - 39 Tahun 2579 40 - 44 Tahun 25310 45 - 49 Tahun 23111 50 - 54 Tahun 28512 55 - 59 Tahun 26713 60 - 64 Tahun 16314 65 - 69 Tahun 9515 70 + Tahun 126
Sumber : Profil Desa Lapang, 2008
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Desa Lapang merupakan suatu desa yang masyarakatnya sangat majemuk, baik
dari segi sosial budaya, suku maupun agama. Apalagi pasca terjadinya bencana alam
gempa bumi dan tsunami empat tahun yang lalu, Desa Lapang menjadi sasaran mukim
yang baru bagi para korban bencana alam tersebut, karena desa Lapang merupakan
salah satu desa yang tidak terkena bencana alam dan letaknya yang tidak terlalu jauh
dari pusat kota menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat pendatang.
Berikut merupakan tabel tentang klasifikasi penduduk Desa Lapang berdasarkan
agama.
Tabel 4
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Agama
Sumber : Profil Desa Lapang, 2008
Dari tabel diatas dapat kita lihat jumlah agama yang dianut di Desa Lapang
mayoritas adalah Islam, walaupun tidak sampai 100%. Namun demikian, kehidupan
masyarakat Desa Lapang tetap harmonis dan saling menghargai perbedaan serta tidak
terjadi diskriminasi terhadap kaum minoritas berdasarkan agama.
No. Agama Jumlah
1 Islam 4.3362 Non Islam 28
4.364
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah penduduk yang dapat dikatakan banyak untuk sebuah desa, namun Desa
Lapang belum memiliki sarana dan prasarana pendukung yang memadai dalam
pelaksanaan kegiatan masyarakatnya, seperti sarana pemerintahan, sarana transportasi,
sarana kesehatan dan lain sebagainya. Saat ini Desa Lapang belum memiliki balai desa
untuk menjalankan program-program pemerintahan bersama masyarakat, jalan yang
masih rusak dan yang lebih ironis lagi bahwa desa Lapang tidak memiliki pusat
kesehatan seperti puskesmas atau klinik-klinik pengobatan. Hal ini sangat
mengkhawatirkan karena seperti yang ketahui bahwa masyarakat di desa ini mencapai
empat ribu lebih yang memerlukan sarana kesehatan tersebut (Sumber : Profil Desa
Tangah Rawa, 2008)
Gambar 1 : Kondisi jalan dan kantor Desa Lapang
Jika dilihat dari sarana pendidikan, maka cukup berbanding terbalik dengan
sarana-sarana lain yang telah disebutkan di atas. Sarana pendidikan di Desa Lapang ini
cukup baik, karena di desa ini memiliki 4 Sekolah Dasar (SD), 1 Tempat Pengajian Al-
Qur’an (TPA), 1 Madrasah, 1 SLTP, 3 SMU, dan 3 SMK. Hal ini sangat dapat
dimaklumi, karena Desa Lapang merupakan kawasan pendidikan dalam tata ruang kota
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Kabupaten Aceh Barat. Selain itu, desa ini juga memliki 4 mesjid yang selain untuk
tempat ibadah, juga digunakan sebagai tempat musyawarah masyarakat Desa Lapang.
Berikut merupakan tabel tentang klasifikasi penduduk Desa Lapang berdasarkan
jenis pekerjaan atau angkatan kerja.
Tabel 5
Data Angkatan Kerja Masyarakat Desa Lapang
Desa Pedagang Buruh Petani PNS TNI/Polri Nelayan Pensiunan
Lapang 341 287 199 187 169 9 35
Sumber : Profil Desa Lapang, 2008
Dari data di atas, kita dapat melihat bahwa pada umumnya masyarakat Desa
Lapang memiliki mata pencaharian sebagai pedangang, yaitu sebanyak 341 orang.
III.3. Organisasi Pemerintahan Desa
III.3.1 Organisasi Pemerintah Desa
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tantang Desa, yang
dimaksud dengan pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) (pasal 11). Pemerintah desa sebagaimana dimaksud
terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa (pasal 12 ayat:1), yang saling bekerjasama
untuk menyukseskan pembangunan desa. Perangkat desa sebagaimana dimaksud adalah
Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya (pasal 12 ayat:2). Perangkat Desa lainnya
sebagaimana dimaksud terdiri atas (pasal 12 ayat:3):
- Sekretariat Desa;
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
- Pelaksana teknis lapangan/ kepala urusan; dan
- Unsur kewilayahan/ kepala dusun.
Untuk menjelaskan tentang tata pembagian dan hubungan kerja unit organisasi
pemerintah desa dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Desa
- Kepala Desa berkedudukan sebagai alat pemerintah desa dan pelaksana
pemerintahan di atas desa dengan tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan, dam kemasyarakatan;
- Dalam melaksanakan tugas sebagaimana disebutkan di atas, Kepala Desa
memliki wewenang:
- Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama BPD
- Mengajukan rancangan peraturan desa;
- Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama
BPD;
- Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB
Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;
- Membina kehidupan masyarakat desa;
- Membnina perekonomian desa;
- Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;
- Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
- Melaksanakan wewenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa :
- Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang
ketatausahaan dan memimpin sekretariat desa;
- Sesuai dengan kedudukan tersebut, sekretaris desa mempunyai tugas pokok
untuk menyelenggarakan pelaksanaan administrasi pemerintahan, administrasi
pembangunan dan administrasi kemasyarakatan serta memberikan pelayanan di
bidang ketatausahaan kepada kepala desa;
- Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, sekretaris desa mempunyai fungsi
untuk menyelenggarakan urusan surat menyurat, kearsipan, dan laporan,
melaksanakan urusan keuangan, administrasi umum, dan melaksanakan tugas
kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan melaksanakan tugasnya.
Sedangkan penjabaran tugas pokok dari sekretaris desa adalah sebagai berikut :
- Memberikan saran dan pendapat kepada kepala desa/kepala kelurahan;
- Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengawasi
urusan/kegiatan sekretariat;
- Memberikan informasi mengenai keadaan sekretariat dan keadaan umum di
wilayahnya;
- Merumuskan program kerja;
- Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan dan laporan
- Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil rapat;
- Menyusun rencana anggaran penerimaan dan belanja desa;
- Mengadakan kegiatan inventarisasi;
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
- Melaksanakan kegiatan pencatatan administrasi pertanahan dan pencatatan
mutasi tanah;
- Melaksanakan administrasi kepegawaian di wilayahnya
- Melaksanakan administrasi kependudukan, administrasi pembangunan,
administrasi kemasyarakatan;
- Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala desa.
c. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan :
- Kepala urusan berkedudukan sebagai pembantu sekretaris desa untuk
memberikan pelayanan ketatausahaan kepada kepala desa sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing;
- Sesuai dengan kedudukannya, maka kepala urusan mempunyai tugas pokok
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ketatausahaan dalam bidang tugasnya
masing-masing;
- Untuk melaksanakan tugas pokoknya tersebut, kepala urusan mempunyai fungsi
melaksanakan pencatatan, pengumpulan dan pengolahan data/informasi yang
menyangkut bidang tugasnya masing-masing;
Sedangkan penjabaran tugas pokok kepala urusan yang dapat dibagi dalam beberapa
urusan yaitu sebagai berikut :
1. Kepala Urusan Pemerintahan:
- Melaksanakan kegiatan administrasi kependudukan;
- Melaksanakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal
pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP);
- Melaksanakan kegiatan administrasi mengenai kewarganegaraan;
- Melaksanakan pencatatan administrasi pertanahan;
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
- Melaksanakan pencatatan kegiatan monografi desa;
- Melaksanakan pencatatan kegiatan kemasyarakatan antara lain RW, RW dan
kegiatan ketentraman dan ketertiban serta pertahanan sipil;
- Melaksanakan penyelenggaraan buku administrasi keputusan desa dan
keputusan kepala desa;
- Menyusun rencana keuangan;
- Melaksanakan kegiatan administrasi Pemilu berdasarkan ketentuan yang
berlaku;
- Mencatat kegiatan sosial politik;
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa/sekretaris kelurahan.
2. Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat mempunyai tugas :
- Melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahteraan rakyat/masyarakat
termasuk bencana alam, bantuan sosial, pendidikan, kesenian, olah raga,
pemuda, pramuka dan PMI;
- Menyelenggarakan inventarisasi penduduk yang tuna karya, tuna wisma, tuna
susila, para penyandang cacat baik mental maupun fisik, yatim piatu, jompo,
panti asuhan dan pencatatan dalam rangka memasyarakatkan kembali
narapidana;
- Mengikuti perkembangan serta mencatat kegiatan program kependudukan,
ketenagakerjaan, transmigrasi dan lingkungan hidup;
- Mengikuti perkembangan serta melaporkan tentang keadaan kesehatan
masyarakat, PKK dan kegiatan lainnya;
- Melaksanakan kegiatan pencatatan bagi para peserta jemaah haji;
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
- Melaksanakan kegiatan pencatatan dan perkembangan keagamaan, kegiatan
Badan Amil Zakat dan melaksanakan pengurusan kematian;
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa/sekretari kelurahan.
3. Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan mempunyai tugas :
- Melaksanakan tugas dan fungsi administrasi pembangunan;
- Melaksanakan pencatatan hasil swadaya masyarakat dalam pembangunan;
- Menghimpun data potensi desa serta menganalisa dan memelihara untuk
dikembangkan;
- Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan Daftar
Usulan Rencana Proyek/Daftar Usulan Kegiatan serta mencatat Daftar Isian
Proyek/Daftar Isian Kegiatan;
- Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan dan kegiatan di bidang
pertanian, perindustrian maupun pembangunan lainnya;
- Melaksanakan pencatatan mengenai tera ulang dan memberikan pelayanan
terhadap masyarakat dalam hal Permohonan Pembuatan Izin Usaha, izin
bangunan dan lain-lain;
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan.
d. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Dusun :
- Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas Kepala desa dalam
wilayah kerjanya;
- Sesuai dengan kedudukannya, Kepala Dusun mempunyai tugas pokok untuk
menjalankan pemerintahan desa dalam kepemimpinan Kepala Desa diwilayah
kerjanya;
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
- Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Kepala Dusun mempunyai
fungsi dan melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di wilayah kerjanya, melaksanakan keputusan desa dan
melaksanakan kebijaksanaan kepala desa.
Berikut struktur organisasi pemerintahan Desa Lapang Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
STRUKTUR PEMERINTAHAN
DESA/GAMPONG LAPANG
KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
GEUCHIK/KEPALA DESA
HABUDDIN.HS
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2 : Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Lapang
III.3.2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Sebagaimana menindak lanjuti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah yakni perlunya dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
sebagai mitra Pemerintahan Desa. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya
disebut BPD adalah Badan Perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat di
desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan
SEKGAM
MOH. DAUD
KAUR PEMBANGUNAN
YUSMARDI
KAUR PEMERINTAHAN
SITI RAHMAN
KAUR KESRA
JANIBAN
KADUS
COT NIBONG
M. ADAM
KADUS
TEUNGOH
M. TANTAWI
KADUS
BEURASOK
ZAENUDDIN. BS,SH
KADUS COT KANDEH
JULIANTO
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tampak bahwa peran BPD lebih
dominan, selain memberi masukan kepada Kepala Desa BPD juga dapat membatalkan
kebijakan yang akan dibuat menjadi keputusan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan
tersebut, BPD dapat meminta pertanggungjawaban kepada Kepala Desa sebagai
pelaksana.
a. Kedudukan BPD
1) BPD sebagai Badan Perwakilan Desa dan merupakan wahana untuk
melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945;
2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintahan Desa.
b. Tugas, Fungsi Dan Kewajiban BPD
(1) BPD mempunyai tugas :
a. Melaksanakan pemilihan Kepala Desa;
b. Meminta pertanggungjawaban Kepala Desa atas nama rakyat pada setiap akhir
tahun anggaran;
c. Menyalurkan aspirasi masyarakat kepada instansi yang berwenang;
d. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembinaan perekonomian
masyarakat Desa;
e. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembangunan Desa;
f. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka ketertiban dan ketentraman Desa;
g. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka penyelesaian perselisihan /
permasalahan antara warga masyarakat Desa;
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
h. Melaksanakan pengawasan kerja sama antar desa;
i. Bekerja sama dengan masyarakat dan aparat keamanan dalam memberantas
narkoba, perjudian, penjualan anak perempuan, HAM dan kriminalitas.
(2) BPD mempunyai fungsi :
a. Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di Desa yang
bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan bersama-sama
pemerintah Desa;
b. Merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama-sama dengan Pemerintah
Desa;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, APB Desa
serta Keputusan Kepala Desa;
d. Menampung aspirasi masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang.
(3) BPD mempunyai kewajiban :
a. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam memimpin penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dari sisi Peraturan Desa;
b. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan masyarakat desa
yang terwujud dalam menampung setiap aspirasi masyarakat yang disampaikan
kepada BPD;
c. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan perekonomian
masyarakat desa dan atau penggalian sumber-sumber pendapatan dan kekayaan
desa;
d. Melaksanakan kewajiban tugas memelihara ketertiban dan ketentraman
masyarakat desa, sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menciptakan kesatuan
dan persatuan masyarakt desa;
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
e. Menerima rancangan peraturan desa dari pemerintah desa dan bersama-sama
menetapkan peraturan masyarakat desa;
f. Mempunyai kewajiban tugas untuk melestarikan adat istiadat yang hidup dan
berkembang di desa dengan bermitra dengan Pemerintah Desa;
g. Mempunyai kewajiban untuk mengajukan usul pengangkatan dan
pemberhentian pejabat Kepala Desa;
h. Melaksanakan kewajiban menjalankan pengawasan terhadap jalannya
penyelenggaraan Pemerintah Desa;
i. Mempunyai kewajiban meminta pertanggungjawaban Kepala Desa dalam
bentuk Administrasi Pemerintah Desa, Pembangunan Desa, Administrasi
Pembinaan Desa serta Administrasi Keuangan Desa;
j. BPD dengan Pemerintah Desa merencanakan pembangunan, penggunaan dana
bantuan desa dari pemerintah, proyek-proyek pemerintah atau swasta,
pelaksanaan dan penempatan lokasi pembanginan harus mendapat
perizinan/persetujuan BPD.
(4). Hak – Hak BPD
(1) Untuk melaksanakan tugas , fungsi dan kewajiban, BPD mempunyai hak yaitu:
a. Hak meminta pertanggungjawaban kepada Kepala Desa;
b. Hak anggaran;
c. Hak mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota;
d. Hak meminta keterangan kepada Kepala Desa;
e. Hak mengadakan prakarsa/perubahan rancangan Peraturan Desa;
f. Hak mengajukan pendapat;
g. Hak penyelidikan;
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
h. Hak menetapkan tata tertib BPD;
i. Hak mengajukan usul pengangkatan/pemberhentian Kepala Desa.
Berikut struktur organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Lapang
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
STRUKTUR ORGANISASI BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA/TUHA PEUT
DESA LAPANG KEC. JOHAN PAHLAWAN
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 3 : Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa/Tuha Peut Lapang.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian
di lapangan, terutama data yang di peroleh melalui teknik atau metode kuisioner atau
KETUA
T. R. ABDULLAH
WAKIL KETUA I
TARMIDHI, S.Ag
WAKIL KETUA II
H.M DAUD
ANGGOTA
Drs. M. NASIR
ANGGOTA
M. RUSLI
ANGGOTA
ZULHELMI
ANGGOTA
H.M YUNUS
ANGGOTA
NURKAMARIAH, S.Pd
ANGGOTA
M. ADIAN
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
daftar pertanyaan dan wawancara langsung kepada informan/partisipan penelitian yaitu
sebanyak 25 informan biasa (kuisioner) dan empat orang key informan (wawancara).
Data yang diperoleh dari kuesioner direkapitulasi dan disusun ke dalam tabel
distribusi frekuensi. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa key informan
disajikan dalam bentuk petikan wawancara.
IV.1. KARAKTERISTIK INFORMAN/PARTISIPAN
Dalam karakteristik partisipan ini akan dijelaskan data mengenai identitas
partisipan yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
lamanya bermukim dilokasi penelitian.
a. Data tentang jenis kelamin informan
Pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa partisipan dengan jenis kelamin
Perempuan lebih banyak dari pada partisipan dengan jenis kelamin Laki-laki. Untuk
sebaran partisipan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6
Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-Laki 12 482 Perempuan 13 52
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Perbedaan jumlah Perempuan dengan 13 orang dan Laki-laki 12 orang seperti
yang tercantum di dalam tabel di atas bukan berarti terdapat perbedaan gender antara
laki-laki dengan perempuan terutama dalam hal pembangunan desa. Perbedaan tersebut
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
hanyalah suatu kebetulan tanpa unsur kesengajaan. Perbandingan jumlah tersebut tidak
menjadi kendala utama bagi terwujudnya partisipasi masyarakat dalam setiap tahap
pembangunan di desa.
b. Data tentang usia informan/partisipan
Usia masyarakat yang menjadi partisipan dalam penelitian ini berkisar antara 17
tahun sampai 53 tahun ke atas. Untuk lebih jelasnya tabel di bawah ini menyajikan data
tentang usia partisipan.
Tabel 7
Data Informan Berdasarkan Usia
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Penulis menetapkan usia partisipan antara 17 sampai 53 tahun keatas karena
pada usia 17 tahun keatas dianggap sebagai masa produktif dan sudah memiliki hak
suara dalam pemilihan-pemilihan umum atau sudah dianggap sebagai usia yang cukup
berpengalaman terutama dalam memberikan kontribusi dalam pembangunan. Jika
dilihat dalam tabel, persentase yang terbesar yaitu pada usia 44-52 tahun yaitu sebanyak
12 partisipan atau sekitar 48 % dari 25 partisipan yang ada.
c. Data tentang tingkat pendidikan informan/partisipan
No. Usia Frekuensi Persentase
1 17-25 tahun 2 82 26-34 tahun 3 123 35-43 tahun 6 244 44-52 tahun 12 485 53-dst 2 8
Total 25 100
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Data tentang tingkat pendidikan partisipan adalah sebagai berikut :
Tabel 8
Data Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Tidak sekolah 1 42 Tamat SD 1 43 Tamat SLTP/Sederajat 5 204 Tamat SLTA/Sederajat 14 565 Akademi/Diploma 2 86 Sarjana/S-1 2 8
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Dari tabel di atas terlihat bahwa partisipan yang jumlah atau persentasenya
paling besar adalah penduduk yang tamat Sekolah SLTA/Sederajat yaitu sebanyak 14
partisipan (56%). Diikuti oleh tamat SLTP/Sederajat 5 partisipan (20%),
Akademi/Diploma 2 partisipan (8%), Sarjana/S-1 juga sebanyak 2 partisipan (8%),
tamat SD 1 partisipan (4%) dan tidak sekolah hanya 1 partisipan (4%).
d. Data tentang jenis pekerjaan informan/partisipan
Jika kita melihat distribusi partisipan dari jenis pekerjaannya, maka
menunjukkan variasi yang tidak merata pada tiap jenis pekerjaan, seperti terlihat dalam
tabel 9 berikut ini :
Tabel 9
Data Informan Berdasarkan Pekerjaan
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 PNS 5 202 Wiraswasta 13 523 Petani 2 84 Guru 2 85 Nelayan 0 06 Dan lain-lain 3 12
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat partisipan penelitian memiliki perkerjaan
yang bermacam-macam. Dari persentase tersebut terlihat bahwa partisipan yang
terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu 52 % atau 13 partisipan,
kemudian dilanjutkan dengan PNS sebanyak 5 partisipan atau sebesar 20 %, kemudian
yang dimaksud dengan partisipan dengan pekerjaan lain-lain adalah mereka yang
bekerja sebagai pekerja tidak tetap, seperti tukang bor, tukang bangunan, pemborong
jalan dan lain-lain adalah 3 partisipan atau sebanyak 12 %, pekerjaan sebagai guru 2
partisipan atau 8 %, petani 2 partisipan atau 8 %, dan tidak ada satu pun partisipan yang
bekerja sebagai nelayan atau 0 %. Hal ini sangat bisa dimengerti karena Desa Lapang
bukanlah suatu desa yang terletak di daerah pantai.
e. Data tentang lamanya informan bermukim di lokasi penelitian
Data tentang lamanya partisipan bermukim di tempat penelitian menurut
penulis adalah penting karena menunjukkan bahwa semakin lama seseorang tinggal di
suatu tempat, maka rasa memiliki terhadap daerahnya akan semakin besar. Sehingga
keinginan untuk membangun desanya akan semakin besar pula.
Tabel 10
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Data Informan Berdasarkan Lamanya Bermukim
No. Lamanya Bermukim Frekuensi Persentase
1 5-10 tahun 2 82 11-15 tahun 2 83 16-20 tahun 3 124 21-25 tahun 3 125 >25 tahun 15 60
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel di atas, partisipan yang paling banyak persentasenya yaitu
penduduk yang lamanya bermukim lebih dari 25 tahun sebanyak 60 % atau 15
partisipan, diikut i oleh 21-25 tahun sebanyak 3 partisipan atau 12 %, 16-20 tahun juga 3
partisipan atau 12 %, 11-15 tahun sebanyak 2 partisipan atau 8 %, dan 5-10 tahun juga
dengan 2 partisipan atau 8 %.
IV.2. Temuan Lapangan
a. Pemahaman Informan/Partisipan Terhadap Perencanaan Partisipatif
Data ini diambil untuk mengetahui sejauh mana partisipan mengetahui dan
memahami tentang perencanaan pembangunan partisipatif yang ada di daerah tersebut.
Berikut ini adalah tabel tentang jawaban partisipan mengenai pemahaman
masyarakat tentang perencanaan pembangunan partisipatif di Desa Lapang Kecamatan
Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.
Tabel 11
Pemahaman Masyarakat Terhadap Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
di Desa Lapang
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Tahu 16 642 Ragu-ragu 7 283 Tidak Tahu 2 8
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Lapang Kecamatan Johan
Pahlawan pada umumnya mengerti dan memahami tentang perencanaan pembangunan
partisipatif di daerah tersebut, hal ini dapat dilihat ada sebanyak 16 partisipan (64 %)
dari 25 partisipan yang menyatakan hal tersebut. Hal ini didukung oleh Bapak Habuddin
HS (Kepala Desa) yang menyatakan,
“Sebagian besar masyarakat Desa Lapang ini sudah mengerti dan memahami tentang perencanaan partisipatif dalam pembangunan dan bagaimana prosesnya”.
Menurut masyarakat, perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang
melibatkan mereka di dalamnya untuk membicarakan program-program pembangunan
yang akan dilaksanakan nantinya. Keadaan seperti ini merupakan suatu hal yang sangat
baik dibutuhkan dalam implementasi perencanaan pembangunan partisipatif, karena jika
masyarakat telah mengerti maka mereka juga akan mengetahui apa yang menjadi hak
dan kewajibannya dalam pembangunan. Sehingga dengan demikian diharapkan akan
terealisasinya perwujudan partisipasi masyarakat di Desa Lapang secara maksimal.
Berikut ini tabel tentang pemahaman partisipan mengenai pentingnya
perencanaan partisipatif dalam pembangunan desa.
Tabel 12
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Pentingnya Perencanaan Partisipatif Dalam Pembangunan Desa
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ya 22 882 Ragu-ragu 2 83 Tidak 1 4
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar partisipan menyatakan
pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa, Hal ini dapat
dilihat dari persentase jawaban di atas, sebagian besar partisipan mengatakan “ya”
tentang pentingnya perencanaan partisipatif dalam pembangunan desa yaitu sebanyak
22 partisipan atau 88 % dari 25 partisipan. Dari data tersebut kita dapat mengatakan
bahwa masyarakat Desa Lapang telah menyadari tentang pentingnya perencanaan
partisipatif dalam pembangunan desa. Kondisi ini didukung oleh pernyataan salah
seorang tokoh masyarakat Desa Lapang,
“Partisipasi Masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan, keterlibatan masyarakat seharusnya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Masyarakat harus dilibatkan agar pembangunan itu tepat sasaran. Masyarakat lebih tahu apa yang menjadi permasalahan di desa ini” (M. Daud, Tokoh Masyarakat Desa Lapang).
Keadaan seperti ini merupakan sesuatu yang sangat menguntungkan bagi
perwujudan partisipatif masyarakat dalam pembangunan, karena implementasi atau
pelaksanaan perencanaan partisipatif dapat bergerak salah satunya ialah dengan adanya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi dalam pembangunan. Tinggal lagi
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
bagaimana hal ini mendapat dorongan dari pihak yang terkait agar partisipasi
masyarakat dapat terwujud dengan baik dalam pembangunan desa.
b. Hambatan Dalam Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif
Berikut ini tabel tentang hambatan dalam perencanaan partisipatif dalam
pembangunan desa.
Tabel 13
Hambatan Dalam Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ada 23 922 Ragu-ragu 1 43 Tidak Ada 1 4
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Lapang Kecamatan Johan
Pahlawan pada umumnya mengatakan terdapat hambatan dalam perencanaan
pembangunan partisipatif di desa tersebut, hal ini dapat dilihat ada sebanyak 23
partisipan (92 %) dari 25 partisipan yang menyatakan hal tersebut. 1 partisipan (4%)
mengatakah “ragu-ragu” dan 1 partisipan mengatakan “tidak ada”. Menurut masyarakat
Desa Lapang, salah satu hambatan yang ada selama ialah kurang terlibatnya mereka
dalam perencanaan pembangunan. Informasi di atas diperkuat oleh hasil wawancara
dengan Camat Johan Pahlawan sebagai berikut,
”Dalam Implementasi perencanaan pembangunan partisipatif, banyak hal-hal yang dapat menjadi penghambat dan dapat kita kategorikan sebagai kelemahan seperti peserta yang tidak representatif, realisasinya yang hampir tidak ada, usulan-usulan tidak mencerminkan permasalahan desa, aparat yang kurang serius dan perencanaan
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
partisipatif ini hanya sebagai formalitas saja dalam musrenbangdes selama ini,” (T. Novrizal, Camat Johan Pahlawan).
Dari keterangan di atas, maka kita dapat mengatakan bahwa dalam pelaksanaan
perencanaan pembangunan partisipatif masih banyak terdapat hambatan-hambatan yang
perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Hambatan tersebut perlu segera di atasi
agar perencanaan partisipatif dalam pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik.
c. Pedoman Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Aceh
Barat.
Data ini diambil untuk mengetahui apakah di daerah tersebut memiliki pedoman
tentang perencanaan partisipatif dalam pembangunan dan sejauh mana partisipan
mengetahui dan mengerti tentang peraturan perencanaan partisipatif yang ada di daerah
tersebut. Hal ini dirasa penting karena pedoman tersebut merupakan salah satu wujud
dari implementasi perencanaan partisipatif.
Berikut ini tabel tentang jawaban partisipan mengenai adanya pedoman
perencanaan partisipatif di daerah Kabupaten Aceh Barat.
Tabel 14
Keberadaan Pedoman Perencanaan Pembangunan Partisipatif
di Kabupaten Aceh Barat
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ada 0 02 Ragu-ragu 7 283 Tidak ada 18 72
Total 25 100
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar partisipan menyatakan
“tidak ada” pedoman tentang perencanaan partisipatif di daerah tersebut yaitu sebanyak
18 partisipan atau 72 % dari 25 partisipan, sebanyak 7 partisipan atau 28 % menyatakan
“ragu-ragu” dan partisipan yang menyatakan “ada” ialah 0 atau 0 %. Berdasarkan data
di atas, maka dapat kita katakan bahwa belum adanya pedoman yang mengatur tentang
perencanaan pembangunan partisipatif di daerah tersebut. Hal ini didukung oleh
pernyataan Bapak T. Novrizal (Camat Johan Pahlawan) yang mengatakan,
“Sampai sekarang belum ada pedoman tentang perencanaan partisipatif di daerah kita ini, baik di tingkat kabupaten, kecamatan, maupun tingkat desa sendiri. Mungkin itu merupakan suatu wacana yang baik menurut saya untuk ditindak lanjuti”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Desa Lapang dalam menanggapi
tentang pedoman perencanaan partisipatif dalam pembangunan.
“Tidak, saya belum mendengar lagi tentang pedoman tersebut dan saya rasa memang tidak ada, kalau ada kan kami pasti diberi tahu. Menurut saya lebih bagus kalau peraturan itu ada, jadi lebih terarah, teratur dan perencanaan partisipatif itu tidak hanya sekedar wacana saja”.
Berikut ini tabel jawaban partisipan tentang pemahaman mereka terhadap
pedoman perencanaan pembangunan partisipatif di daerah Kabupaten Aceh Barat.
Tabel 15
Pemahaman Terhadap Pedoman Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Paham 0 02 Ragu-ragu 2 83 Tidak Paham 23 92
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar partisipan menyatakan
tidak paham terhadap pedoman perencanaan pembangunan partisipatif di desa tersebut
yaitu sebanyak 23 partisipan atau 92%. Hal ini sangat dapat dimengerti, karena pada
tabel 12 terlihat bahwa banyak partisipan yang tidak ada atau ragu-ragu terhadap
keberadaan pedoman perencanaan pembangunan partisipasif di Kabupaten Aceh Barat.
Sehingga sangat wajar ketika masyarakat yang tidak paham terhadap pedoman tersebut.
d. Pelibatan Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan
di desa
Peranan perencanaan partisipatif sangat penting. Partipasi masyarakat
merupakan kontribusi masyarakat secara nyata dan positif terhadap penyusunan
perencanaan dan implementasi pembangunan di daerahnya. Masyarakat memberikan
kontribusi dalam mengidentifikasi program pembangunan sesuai dengan kebutuhan
daerah, Potensi dan keinginan kelompok masyarakat, bukan sekedar sebagai daftar
keinginan masyarakat, tetapi harus disusun dengan menggunakan kriteria terukur.
Oleh karena itu pelibatan masyarakat oleh pemerintah desa merupakan suatu hal
yang harus dilakukan dalam setiap perencanaan pembangunan, Pemerintah Desa dan
perangkatnya harus berperan aktif dalam melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan
pembangunan di desa. Pada bagian ini kita akan melihat bagaimana pelibatan
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
masyarakat dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan di Desa Lapang
Kecamatan Johan Pahlawan.
Berikut merupakan tabel jawaban partisipan tentang optimalisasi sosialisasi
perencanaan pembangunan partisipatif di Desa Lapang.
Tabel 16
Optimalisasi Sosialisasi Perencanaan Pembangunan Partisipatif
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sudah 1 42 Ragu-ragu 2 83 Belum 22 88
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar partisipan menyatakan
bahwa sosialisasi perencanaan pembangunan partisipatif di Desa Lapang tersebut belum
optimal yaitu sebanyak 22 partisipan atau 88 %, 2 partisipan atau 8 % menjawab “ragu-
ragu” dan hanya 1 partisipan atau sekitar 4 % menjawab “sudah”. Berdasarkan data di
atas, terlihat jelas bahwa kurang jelasnya kinerja pemerintah Desa Lapang dalam
pelaksanaan sosialisasi perencanaan partisipatif. Hal ini senada dengan pendapat tokoh
masyarakat Desa Lapang yang menyatakan,
“Sosialisasi perencanaan partisipatif masih sangat kurang, karena belum ada terlihat usaha yang lebih dari pihak-pihak yang berwajib (Pemerintah Desa) untuk melibatkan masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan” (M. Daud, Tokoh Masyarakat Desa Lapang).
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Dalam hal ini perlu adanya perbaikan kinerja dari aparat Pemerintah Desa,
meningkatkan kerjasama yang baik dari segenap elemen masyarakat dan pemerintah
dalam melakukan sosialisasi perencanaan partisipatif di desa.
Berikut ini tabel jawaban partisipan mengenai pelaksanaan perencanaan
pembangunan partisipatif di Desa Lapang
Tabel 17
Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Desa Lapang
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Baik 1 42 Sedang 9 363 Buruk 15 60
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Sebagian besar masyarakat Desa Lapang mengatakan bahwa pelaksanaan
perencanaan pembangunan partisipatif di desa tersebut sangat buruk, hal ini bisa dilihat
di dalam tabel di atas, sebanyak 15 partisipan (60 %) mengatakan “buruk”, yang
mengatakan sedang sebanyak 9 partisipan (36 %) dan partisipan yang mengatakan baik
hanya 1 partisipan (4%). Hal ini sangat disayangkan, karena sampai saat ini
perencanaan pembangunan partisipatif di Desa Lapang belum berjalan dengnan baik,
padahal seperti yang kita ketahui bersama bahwa dalam melakukan pembangunan,
perencanaan partisipasi perlu dilaksanakan dengan baik agar pembangunan yang
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
dilakukan tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Kondisi ini
diperkuat dengan pernyataan Bapak Camat Johan Pahlawan berikut ini,
”Perencanaan Partisipatif merupakan suatu sistem yang cukup baik dalam kita melaksanakan pembangunan, karena masyarakat sangat diharapkan partisipasinya. Namun demikian, mudah diucapkan tetapi susah untuk dilaksanakan. Hal ini saya katakan karena para Geuchik (Kades) dan masyarakat sudah apatis dengan sistem perencanaan pembangunan partisipatif yang ada. Selama ini hampir setiap hasil musyawarah yang dilakukan pada tingkat desa tidak menjadi prioritas pada rapat ditingkat kabupaten. Itulah sebabnya sampai saat ini perencanaan partisipatif belum dapat berjalan dengan baik” (T. Novrizal, Camat Johan Pahlawan).
Berikut ini tabel jawaban partisipan mengenai pelaksanaan Musrenbangdes di
Desa Lapang
Tabel 18
Pelaksanaan Musrenbangdes di Desa Lapang
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat menyatakan bahwa musyawarah
perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes) ada dan telah dilaksanakan di desa
Lapang. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di atas, dari 25 partisipan sebanyak 22
partisipan (88 %) menyatakan “ya” tentang pelaksanaan Musrenbangdes di Desa
Lapang, sedangkan yang mengatakan ragu-ragu sebanyak 2 partisipan (8%) dan yang
mengatakan tidak hanya 1 partisipan (4%). Hal ini didukung oleh hasil wawancara
dengan Ketua BPD Desa Lapang, berikut petikan wawancaranya,
“Desa kita ini selalu mengadakan musyawarah dalam perencanaan pembangunan. Biasanya itu diikuti oleh pemerintah desa, tuha peut (Badan
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ya 22 882 Ragu-ragu 2 83 Tidak 1 4
Total 25 100
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Permusyawaratan Desa), tokoh masyarakat dan seluruh elemen masyarakat melalui perwakilannya dari empat dusun yang ada di desa ini, karena sangat tidak mungkin seluruh masyarakat hadir dalam rapat” (HR Abdullah, Ketua BPD Desa Lapang).
Kondisi ini sangatlah menggembirakan dan memberikan angin segar dalam
proses implementasi perencanaan partisipatif karena dengan Musrenbangdes diharapkan
nantinya program-program pembangunan yang ada di Desa Lapang benar-benar berasal
dari aspirasi masyarakat. Tinggal bagaimana Musrenbangdes tersebut dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.
Berikut tabel mengenai pelibatan masyarakat oleh Pemerintah Desa dalam
perencanaan pembangunan di Desa Lapang.
Tabel 19
Pelibatan Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Baik 2 82 Kurang 20 803 Tidak Baik 3 12
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pelibatan masyarakat dalam musyawarah
perencanaan pembangunan desa masih kurang baik, hal ini dapat kita lihat dari tabel di
atas, sebanyak 20 partisipan (80 %) yang menyatakan demikian ”kurang”. Sedangkan
menurut 3 partisipan (12 %) menyatakan ”tidak baik” pelibatan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan, kemudian hanya 2 partisipan (8 %) menyatakan ”baik”.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan Kepala Desa, diperoleh data bahwa
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
selama ini perencanaan pembangunan desa dihadiri oleh perangkat desa, BPD dan
perwakilan masyarakat. Berikut petikan wawancara dengan Kepala Desa Lapang,
“Selama ini masyarakat dilibatkan melalui perwakilannya, karena sangat tidak mungkin semua masyarakat ikut, tempat atau balai desa aja kita tidak punya sampai saat ini”(Habuddin HS, Kepala Desa Lapang).
Dari data ini dapat kita katakan bahwa Pemerintah Desa masih kurang
melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan di desa. Masyarakat hanya
diwakilkan oleh beberapa orang saja yang sama sekali tidak representatif. Hal tersebut
hendaknya menjadi masukan bagi Pemerintah Desa Lapang untuk melakukan
perubahan dalam sistem perencaan pembangunan desa, yang mana masyarakat dari
berbagai lapisan harus lebih dilibatkan dalam perencanaan pembangunan tersebut.
Pelibatan ini sangat dibutuhkan agar program pembangunan yang dilaksanakan benar-
benar murni berdasarkan kebutuhan masyarakat dan tepat sasaran
Berikut tabel jawaban partisipan mengenai peranan pemerintah dalam mengajak
masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan di Desa Lapang.
Tabel 20
Peran Pemerintah Dalam Mengajak Masyarakat Untuk Berpartisipasi
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Baik 1 42 Kurang 22 883 Tidak Baik 2 8
Total 25 100
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan tabel di atas, dari 25 partisipan sebanyak 22 partisipan (88 %)
menyatakan bahwa peranan pemerintah dalam mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan masih “kurang”. Sedangkan yang
menjawab “tidak baik” adalah 2 partisipan (8%), dan hanya 1 partisipan (4%) yang
memberikan jawaban “baik”. Hal ini sangat mengkhwatirkan, karena disaat masyarakat
telah menyadari tentang pentingnya partisipasi dalam pembangunan justru pemerintah
tidak berperan aktif dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. Terlepas dari
alasan apapun, semestinya pemerintah tetap selalu merangkul masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan. Hendaknya kondisi ini menjadi tolak
ukur bagi Pemerintah Desa dalam melakukan perubahan kedepan, pemerintah harus
lebih aktif dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.
e. Kesesuaian Rencana Kerja Pembangunan Desa Dengan Kebutuhan
Masyarakat Setempat.
Di dalam pelaksanaan pembangunan, kesesuian antara permintaan atau harapan
masyarakat dengan program pembangunan yang dilaksanakan merupakan hal penting
yang harus diperhatikan. Pada bagian ini kita akan melihat apakah program-program
pembangunan atau rencana kerja pembangunan yang dilakukan di Desa Lapang telah
sesuai dengan aspirasi masyarakat dan dapat menjawab permasalahan-permasalahan
yang ada di desa tersebut. Apakah hasil Musrenbang Desa Lapang menjadi acuan dalam
melaksanakan program-program pembangunan di desa tersebut. Sehingga nantinya kita
akan dapat melihat bagaimana sebenarnya implementasi perencanaan partisipasi di Desa
Lapang ini.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Berikut tabel mengenai jawaban partisipan mengenai alur komunikasi dua arah
yang dibangun dalam penyelenggaraan Musrenbangdes.
Tabel 21
Alur Komunikasi dua arah Yang Dibangun Dalam
Penyelenggaraan Musrenbangdes
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Baik 19 762 Kurang Baik 5 203 Tidak Baik 1 4
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel di atas partisipan menyatakan bahwa komunikasi dua arah di
desa tersebut berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian penulis
bahwa partisipan yang mengatakan hal tersebut sebesar 19 partisipan atau sebesar 76 %,
yang mengatakan sedang 5 partisipan atau 20 % dan yang mengatakan tidak baik hanya
1 orang atau 4 %.
Berikut merupakan jawaban partisipan mengenai teratasinya masalah-masalah
yang ada di desa dengan diadakannya musyawarah perencanaan pembangunan.
Tabel 22
Teratasinya Permasalahan di Desa Lapang Dengan
Diadakannya Musrenbang
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ya 3 122 Ragu-ragu 2 83 Tidak 20 80
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat mengatakan bahwa dengan diadakannya
Musrenbang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tidak atau belum teratasi. Hal
ini dapat kita lihat pada jawaban partisipan di atas, sebanyak 20 partisipan (80%)
menjawab “tidak”, 2 partisipan (8%) menjawab “ragu-ragu” dan 3 partisipan (12%)
menjawab “ya”. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan Kepala Desa dan Ketua
BPD berikut,
“Kalau boleh saya jujur bahwa sampai saat ini memang musrenbangdes belum bisa mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, karena apa yang menjadi aspirasi masyarakat selama ini belum dapat diwujudkan oleh pemerintah yang di atas, namun demikian kami dari pemerintah desa terus selalu menyuarakan apa yang menjadi aspirasi masyarakat”(Habuddin HS, Kepala Desa Lapang).
“sampai saat ini kita mengakui bahwa masih banyak permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Musrenbang belum menjadi solusi dalam pemecahan masalah-masalah yang ada di desa. Banyak perbaikan-perbaikan yang perlu kita lakukan bersama-sama” (T.R. Abdullah, Ketua BPD Desa Lapang)
Dari data ini kita dapat mempertanyakan kualitas Musrenbang yang dilakukan
di Desa Lapang dan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam melakukan
program-program pembangunan, karena seharusnya Musrenbang dapat menjadi salah
satu wadah dalam menyelesaikan masalah yang ada di desa.
Berikut tabel jawaban partisipan tentang pengetahuan mereka terhadap program
pembangunan di Desa Lapang.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 23
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Program Pembangunan di Desa
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ya 2 82 Ragu-ragu 5 203 Tidak 18 72
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar masyarakat Desa Lapang tidak
mengetahui atas apa yang menjadi program pembangunan di desa tersebut. Hal ini dapat
di lihat dari tabel di atas yaitu 18 partisipan atau sebesar 72 % yang ”tidak” mengetahui
program pemerintahan Desa Lapang khususnya dalam hal pembangunan, yang
mengatakan ”ragu-ragu” ada 5 partisipan (20 %) dan yang mengatakan ”ya” hanya 2
partisipan atau 8 % dari 25 partisipan. Masyarakat mengatakan bahwa salama ini tidak
ada pemberitahuan tentang program-program pembangunan desa. Hal ini kembali
menegaskan bahwa kualitas Musrenbang di Desa Lapang sangat tidak baik.
Berikut merupakan jawaban partisipan tentang telah memihaknya program-
program pembangunan yang ada pada kebutuhan masyarakat Desa Lapang.
Tabel 24
Keberpihakan Program PembangunanTerhadap Kebutuhan Masyarakat
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ya 2 82 Ragu-ragu 8 323 Tidak 15 60
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar masyarakat Desa Lapang menyatakan
bahwa program pembangunan yang ada di Desa Lapang tidak atau belum memihak
pada kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini bisa dilihat pada tabel, sekitar 15
partisipan (60%) menjawab ”tidak”, 8 partisipan (32%) ”ragu-ragu” dan 2 partisipan
menjawab ”ya” atas keberpihakan program pembangunan yang dilakukan terhadap
kebutuhan masyarakat. Masyarakat mengakui bahwa selama ini program pembangunan
yang diusulkan tidak pernah dijalankan sebagaimana mestinya. Hal ini didukung oleh
pernyataan tokoh masyarakat Desa Lapang,
”Program pembangunan di Desa Lapang ini masih jauh memihak dari kebutuhan masyarakat. Dapat kita lihat dari penggunaan dana Gampong yang tidak tepat sasaran dan belum banyak menyentuh masayrakat. Dana kita yang ada selama ini banyak terpakai untuk kegiatan-kegiatan Gampong dan operasional aparat desa seperti pengadaan kendaraan desa, komputer dan sebagainya yang saya rasa itu semua tidak terlalu mendesak. Banyak hal-hal lain yang seharusnya menjadi prioritas seperti jalan”. (M Daud, Tokoh Masyarakat Desa Lapang)
Pernyataan di atas menggambarkan dan menguatkan bahwa Musrenbangdes
yang dilakukan selama ini tidak banyak melibatkan masyarakat dan hanya bersifat
formalitas saja. Hal ini dapat kita lihat bahwa belum memihaknya program-program
yang ada terhadap kebutuhan masyarakat, alokasi dana desa pun belum mengarah pada
kepentingan masyarakat secara umum. Kondisi ini dapat kita lihat pada ADD/ADG
Desa Lapang tahun 2008 mencapai Rp. 38.133.474,- yang penggunaannya dibagi dalam
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
dua kategori, yaitu operasional pemeritahan Gampong atau kelembagaan di gampong
dan pelaksanaan program pembangunan sarana dan prasarana di Gampong. Walaupun
demikian dalam penggunaannya terlihat dengan jelas bahwa ADD tersebut secara
keseluruhan lebih diarahkan pada biaya operasional desa (lihat pada lampiran).
Berikut ini tabel jawaban partisipan tentang sistem perencanaan pembangunan di
Desa Lapang, apakah dapat menampung seluruh usulan-usulan masyarakat.
Tabel 25
Sistem Perencanaan Pembangunan di Desa Lapang, Apakah Dapat Menampung
Seluruh Usulan Masyarakat
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ya 1 42 Ragu-ragu 4 163 Tidak 20 80
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel di atas kita dapat mengatakan bahwa sistem perencanaan
pembangunan di Desa Lapang belum atau tidak dapat menampung aspirasi serta usulan-
usulan dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari partisipan yang menyatakan “tidak”
sebanyak 20 orang (80%), 4 partisipan (6%) menjawab “ragu-ragu”, sedangkan yang
menjawab “ya” hanya 1 partisipan (4%) saja. Masih banyak selama ini program-
program pembangunan yang diharapkan dan menjadi kebutuhan masyarakat belum
terealisasi. Informasi di atas juga didukung oleh pernyataan tokoh masyarakat Desa
Lapang berikut ini,
“Sistem perencanaan saat ini belum menampung aspirasi-aspirasi masyarakat, karena samapai saat ini belum ada program pembangunan yang dijalankan demi
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
kemaslahatan masyarakat desa kita ini misalnya pusat-pusat kesehatan yang sangat dibutuhkan masyarakat, sampai saat ini kita belum punya” (M. Daud, Tokoh Masyarakat Desa Lapang)
Berikut tabel jawaban partisipan mengenai sudah berjalannya program
pembangunan di Desa Lapang dengan baik.
Tabel 26
Bejalannya Program Pembangunan Dengan Baik
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Ya 2 82 Ragu-ragu 10 403 Tidak 13 52
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabulasi jawaban partisipan di atas dapat diketahui bahwa partisipan
yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang kondisi berjalannya pembangunan
di Desa Lapang dengan baik yaitu “ya” sekitar 2 partisipan (8 %), sedangkan yang
menjawab “ragu-ragu” 10 partisipan (40%) dan 13 partisipan (52%) yang menjawab
“tidak”. Dengan demikian dapat pula kita katakan bahwa program pembangunan di
Desa Lapang belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban partisipan
yang menjawab “tidak” dan “ragu-ragu” atas berjalannya program pembangunan di
Desa Lapang pada tabel di atas.
f. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa
Lapang
Tingkat kehadiran masyarakat dalam forum musyawarah perencanaan
pembangunan yang diadakan sangatlah mendukung terwujudnya partisipasi masyarakat
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
yang ideal, tetapi dalam hal ini masyarakat juga haruslah aktif menyuarakan apa yang
menjadi kebutuhan dan harapan mereka akan pembangunan desa.
Pada bagian ini kita akan melihat tingkat partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan di Desa Lapang. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
partisipasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam perencanaan
pembangunan, karena dengan partisipasi masyarakat yang baik diharapkan program-
program pembangunan yang dilaksanakan akan tepat sasaran dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat.
Berikut ini tabel jawaban partisipan tentang keikutsertaan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan di Desa Lapang.
Tabel 27
Keikutsertaan Mereka Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan
di Desa Lapang
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sering 7 282 Kadang-kadang 13 523 Tidak Pernah 5 20
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel di atas kita dapat katakan bahwa keikutsertaan masyarakat
Desa Lapang dalam musyawarah perencanaan pembangunan dirasa sangat kurang. Hal
ini bisa dilihat pada tabel di atas, yaitu sekitar 13 partisipan (52%) menjawab ”kadang-
kadang” dalam mengikuti musyawarah perencanaan pembangunan, 7 partisipan (28%)
menjawab ”sering” dan 5 partisipan (20%) menjawab ”tidak pernah” mengikuti
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
musyawarah perencanaan pembangunan di Desa Lapang. Hal tersebut di atas sejalan
dengan pernyataan ketua BPD/Tuha Peut Desa Lapang berikut ini,
“Dalam musyawarah perencanaan pembangunan, beberapa tahun terakhir memang partisipasi masyarakat masih sangat kurang, mungkin ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti pekerjaan, belum adanya sarana yang mendukung seperti balai desa, belum optimalnya sosialisasi kepada masyarakat atau juga masyarakat jenuh dengan musrenbang yang samapai saat ini banyak menghasilkan” (T.R Abdullah, Ketua BDP Desa Lapang).
Berikut tabel jawaban partisipan tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan di Desa Lapang.
Tabel 28
Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Baik 8 322 Kurang Baik 14 563 Tidak Baik 3 12
Total 25 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Berdasarkan tabel di atas, dari 25 partisipan sebanyak 14 partisipan (56 %)
menyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
“kurang baik”. Sedangkan yang menjawab “baik” adalah 8 partisipan (32%), dan 3
partisipan (12%) yang memberikan jawaban “tidak baik”. Kondisi ini didukung oleh
pernyataan Bapak Kepala Desa Lapang berikut ini,
“Partisipasi masyarakat di desa ini pada dasarnya sangat baik, hal ini dapat kita lihat dari aktifnya masyarakat dalam setiap kegiatan di desa. Misalnya, kita lihat saja masyarakat yang berjualan, kalau ada kegiatan desa, mereka rela menutup dagangannya untuk mengikuti acara tersebut. Namun belakangan ini memang saya akui bahwa partisipasi masyarakat agak sedikit menurun dalam perencanaan pembangunan, hal ini mungkin mereka (masyarakat) telah pesimis dengan perncanaan
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
tersebut karena banyak program-program pembangunan yang mereka harapkan belum terwujud sampai saat ini. Kemudian mungkin ditambah lagi dengan kondisi ekonomi sekarang ini yang mendesak, sehingga masyarakat lebih mengutamakan pekerjaan mereka” (Habuddin HS, Kepala Desa Lapang).
Hal senada juga sampaikan oleh tokoh masyarakat Desa Lapang melalui petikan
wawancara berikut,
”masyarakat sibuk bekerja jadi sangat sedikit yang bisa ikut, selain itu juga masyarakat telah pesimis dengan musyawarah perencanaan pembangunan tersebut, termasuk saya sendiri. Selama ini saya melihat tidak ada tindak lanjut atas rencana-rencana yang telah dibuat. Dalam beberapa tahun terakhir ini hampir tidak ada program-program pembangunan, selain dari perbaikan mesjid” (M Daud, Tokoh Masyarakat Desa Lapang).
Dengan demikian secara keseluruhan dapat kita katakan bahwa tingkat
partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa Lapang tergolong
kurang baik. Hal ini sungguh sangat ironis sekali, karena seperti yang kita ketahui
bersama bahwa masyarakat Desa Lapang telah mengerti dan menyadari tentang
pentingnya perencanaan partisipatif dalam pembangunan (lihat tabel 12). Tentunya ini
merupakan suatu halangan dalam implementasi perencanaan partisipasi dalam
pembangunan dan perlu dicari akar masalahnya, sehingga nantinya dapat dilakukan
perbaikan demi terciptanya pembangunan yang baik dan tepat sasaran.
BAB V
ANALISA DATA
Kegagalan berbagai program pembangunan perdesaan di masa lalu adalah
disebabkan antara lain karena penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi programprogram
pembangunan tidak melibatkan masyarakat. Proses pembangunan lebih mengedepankan
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
paradigma politik sentralistis dan dominannya peranan negara pada arus utama
kehidupan bermasyarakat. Kelahiran Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 yang lebih
dikenal dengan UU Pemerintahan Daerah memberikan kesempatan kepada masyarakat
desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan persyaratan yang
diamanatkan dalam undang-undang tersebut, yakni diselenggarakan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan,
keadilan, serta memperhatikan potensi dan keaneka-ragaman daerah.
Otonomi daerah membawa konsekuensi terhadap penguatan peran masyarakat,
dan penguatan semangat tata pemerintahan yang baik (Good governance). Penguatan
peran masyarakat, bukanlah sekedar memberikan kesempatan bagi “peranserta
masyarakat”, akan tetapi adalah bagaimana menempatkan masyarakat secara bertahap
terlibat pada proses pengambilan keputusan dalam pembangunan. Sedangkan penguatan
semangat good governance menuntut semua pelaku pembangunan untuk
mengedepankan transparansi, akuntabilitas, meningkatkan profesionalisme, kepedulian
terhadap rakyat, dan komitmen moral yang tinggi dalam segala proses pembangunan.
Otonomi daerah telah membuka ”pintu partisipasi” yang sedemikian luasnya kepada
seluruh elemen masyarakat untuk turut serta ambil bagian terutama pada proses
membangun di seluruh wilayah nusantara. Akses-akses baik dari sisi perencanaan,
implementasi serta pengawasan telah memberi kesempatan yang strategis kepada
masyarakat agar segala harapan dan aspirasinya bisa ter-cover, sehingga tujuan
pembangunan dapat tercapai.
Pentingnya partisipasi masyarakat dalam semua tahapan proses pembangunan
sesungguhnya telah disadari Pemerintah jauh sebelum dilaksanakan-nya otonomi
daerah. Akan tetapi berbagai literatur melaporkan bahwa keterlibatan masyarakat hanya
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
dalam tataran wacana dan dalam implementasi hanya menjadi sekedar pelengkap proses
pembangunan, padahal seperti yang kita ketahui bersama bahwa keterlibatan
masyarakat akan menjadi penjamin bagi suatu proses perencanaan pembangunan yang
baik dan benar (Abe, 2005:91). Akibat dari mekanisme perencanaan pembangunan yang
tidak aspiratif dan kurang partisipatif, membuat hasil perencanaan dan proses
pembangunan, terutama di tingkat desa, menjadi tidak tepat sasaran. Sebagian besar
kegiatan pembangunan merupakan program dari atas (Top down), sangat berorientasi
proyek, dan menonjolkan ego sektoral. Padahal pembangunan desa merupakan dasar
dari pembangunan nasional, dan partisipasi masyarakat merupakan modal utama
keberhasilan pembangunan.
Pada tempat penelitian ini berlangsung, yakni Desa Lapang Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dapat dilakukan penilaian terhadap lima aspek yang
merupakan sorotan bagi implementasi perencanaan pembangunan partisipatif. Adapun
aspek-aspek tersebut meliputi : pemahaman masyarakat terhadap perencanaan
pembangunan partisipatif, hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perencanaan
partisipatif, adanya pedoman yang mengatur tentang perencanaan pembangunan
partisipatif, pelibatan masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan yang
dilakukan di desa, kesesuaian rencana kerja pembangunan desa dengan kebutuhan
masyarakat setempat, serta partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di
desa. Kelima aspek tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Pemahaman masyarakat terhadap perencanaan partisipatif dalam
pembangunan
Pemahaman masyarakat terhadap perencaan partisipatif merupakan sesuatu yang
sangat diperlukan dalam upaya mengimplementasikan perencanaan partisipatif.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Pemahaman terhadap perencanaan partisipatif akan menimbulkan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya partisipatif masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan
terlihat bahwa masyarakat Desa Lapang pada umumnya telah memahami tentang
perencanaan pembangunan partisipatif (lihat tabel 11). Keadaan seperti ini merupakan
suatu hal yang sangat baik dan dibutuhkan dalam implementasi perencanaan
pembangunan partisipatif, karena jika masyarakat telah mengerti maka mereka juga
akan mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya dalam pembangunan.
Sehingga dengan demikian diharapkan akan terealisasinya perwujudan partisipasi
masyarakat di Desa Lapang secara maksimal. Menurut masyarakat Desa Lapang,
perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang melibatkan mereka di dalamnya
untuk membicarakan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan nantinya
demi kemakmuran desa.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa masyarakat Desa Lapang
telah menyadari tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan desa (lihat tabel 12). Hal ini merupakan sesuatu yang sangat
menguntungkan bagi perwujudan partisipatif masyarakat dalam pembangunan, karena
implementasi atau pelaksanaan perencanaan partisipatif dapat bergerak salah satunya
ialah dengan adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi dalam
pembangunan. Dari penjelasan di atas maka dapat kita katakan bahwa masyarakat Desa
Lapang telah memahami dan menyadari dengan baik akan pentingnya perencanaan
partisipatif dalam pembangunan desa
b. Hambatan Dalam Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif
Perencanaan pembangunan desa adalah suatu proses dimana organisasi atau
masyarakat mulai mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka bersama-sama
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi dalam melakukannya masih banyak terdapat
hambatan-hambatan. Hal ini juga terjadi pada Desa Lapang, walaupun masyarakat telah
mengerti dan sadar akan perencanaan partisipatif di lapangan masih terdapat hambatan-
hambatan dalam pelaksanaannya (lihat tabel 13), misalnya seperti peserta yang tidak
representatif atau kurangnya pelibatan masyarakat, realisasi program yang hampir tidak
ada, aparat yang kurang serius dan perencanaan partisipatif hanya sebagai formalitas
saja sehingga seringkali setiap usulan-usulan pembangunan tidak mencerminkan
permasalahan yang ada di desa tersebut. Hal ini sangat relevan dengan pendapat
Butterfield (dalam Ndhara, 1982) yang mengatakan bahwa perencanaan pembangunan
sering tidak tepat dalam menanggapi antara apa yang pemerintah programkan dengan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, sehingga dari hal inilah yang memunculkan persepsi
buruk terhadap perencanaan partisipasi. Hal merupakan suatu hambatan serius yang
nantinya perlu dicarikan jalan keluar agar perencanaan partisipatif dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
c. Keberadaan Pedoman Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan di Tingkat Desa (Gampong), Kecamatan, dan
Kabupaten merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional yang dipertegas dengan Surat Edaran Bersama
Kepala Bappenas dan Mendagri tentang Mekanisme Musrenbang Tahun 2006.
Perencanaan pembangunan merupakan forum antar pelaku pembangunan di berbagai
tingkat dalam rangka menyusun perencanaan partisipatif yang terpadu dan
berkelanjutan. Perencanaan pembangunan haruslah bersifat partisipatif dengan
mengedapankan koordinasi antar unsur terkait dengan konsistensi antara perencanaan,
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan. Untuk itu perlu disusun
suatu pedoman dalam Penyelenggaraan perencanaan pembangunan, baik di Tingkat
Desa (Gampong), Kecamatan, maupun Kabupaten yang diharapkan bisa sebagai media
penyamaan visi, wacana, dan langkah dari berbagai unsur yang terkait, sehingga bisa
menghasilkan perencanaan yang berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Pedoman
tersebut diharapkan disusun tidak sekedar dari belakang meja, tapi benar-benar sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Pedoman perencanaan partisipatif ini dimaksudkan
untuk memberikan payung hukum dalam implementasi perencanaan pembangunan
partisipatif.
Pedoman tentang perencanaan pembangunan partisipatif di daerah merupakan
respon positif tentang dilaksanakannya perencanaan pembangunan partisipatif di daerah
tempat penelitian ini berlangsung. Pedoman ini juga sangat diperlukan agar perencanaan
partisipatif dapat direalisasikan dengan baik, terarah dan hasilnya tepat sasaran. Selain
itu, pedoman tersebut juga menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam
mengimplementasikan perencanaan pembangunan partisipatif. Dari hasil penelitian
penulis di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, sampai saat
ini belum ada pedoman yang mengatur tentang perencanaan pembangunan partisipatif.
Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh keterangan partisipan yakni 72 % (lihat tabel 14)
berpendapat bahwa sampai saat ini belum ada pedoman tentang perencanaan
pembangunan partisipatif tersebut dan didukung dengan tidak pahamnya partisipan
dengan pedoman tersebut sebanyak 92 % (lihat tabel 15). Kondisi ini diperkuat oleh
hasil wawancara langsung dengan camat yang juga menyatakan hal serupa, bahwa
samapai saat ini belum ada pedoman tentang perencanaan pembangunan partisipatif
(lihat hasil wawancara pada penyajian data bab IV). Hal ini menunjukkan belum
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
seriusnya pemerintah daerah dalam mengimplementasikan perencanaan pembangunan
partisipatif di desa.
d. Pelibatan Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam beberapa hal seluruh warga masyarakat
tidak mungkin dilibatkan dalam membuat kebijakan dalam perencanaan, tetapi
bagaimanapun dalam membuat perencanaan yang sifatnya untuk kepentingan publik
sudah seharusnya pemerintah melibatkan warga masyarakat dalam proses perencanaan
tersebut. Jika tidak, suatu gejolak sosial akan terjadi terhadap kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah itu sendiri.
Banyak contoh produk kebijakan yang sangat kontra di masyarakat sebagai
akibat pemerintah senantiasa tidak membuka diri untuk melibatkan masyarakat dalam
membuat kebijakan. Pemberdayaan partisipasi masyarakat sipil atau 'civil society'
merupakan alat ampuh dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan pada masa-
masa mendatang, keterlibatan ini akan memberikan dampak yang positif terhadap
keputusan dan kebijakan yang diambil atau yang akan di implementasikan, karena dapat
membangun sinergi antara pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
Partisipasi masyarakat merupakan kontribusi masyarakat secara nyata dan
positif terhadap penyusunan perencanaan dan implementasi pembangunan di daerahnya.
Masyarakat memberikan kontribusi dalam mengidentifikasi program pembangunan
sesuai dengan kebutuhan daerah, potensi dan keinginan kelompok masyarakat.
Pelibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan diawali oleh adanya sosialisasi
yang optimal dari pihak-pihak yang bertanggungjawab (Pemerintah Desa) tentang
pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Berdasarkan hasil
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
penelitian penulis di Desa Lapang terlihat bahwa belum optimalnya sosialisasi
perencanaan pembangunan partisipatif di desa tersebut (lihat tabel 16). Belum terlihat
langkah-langkah dari pemerintah dalam mengajak dan memberikan pemahaman akan
pentingnya partisipasi kepada masyarakat.
Demikian juga halnya dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan partisipatif
di Desa Lapang, Sebagian besar masyarakat Desa Lapang mengatakan bahwa
pelaksanaan perencanaan pembangunan partisipatif di desa tersebut sangat buruk (lihat
tabel 17). Hal ini sangat disayangkan, padahal seperti yang kita ketahui bersama bahwa
dalam melakukan pembangunan, perencanaan pembangunan partisipasi perlu
dilaksanakan dengan baik agar pembangunan yang dilakukan tepat sasaran dan
bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri.
Pelaksanaan Musrenbangdes merupakan salah bentuk dalam penerapan
perencanaan partisipatif. Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan, terlihat
bahwa musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes) ada dan telah
dilaksanakan di Desa Lapang (lihat tabel 18). Hal ini cukup memberikan angin segar
dalam implementasi perencanaan partisipatif, karena dengan Musrenbangdes
diharapkan masyarakat akan lebih dilibatkan dalam setiap proses pembangunan. Namun
sangat disayangkan, pelibatan masyarakat dalam musyawarah perencanaan
pembangunan desa (Musrenbangdes) di Desa Lapang masih kurang baik (lihat tabel
19). Peranan pemerintah dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam
perencanaan pembangunan pun dirasa masih sangat kurang (lihat tabel 20). Hal ini
bertolak belakang dengan pendapat Friedman (dalam Sinaga, 2005) yang mengatakan
bahwa perencanaan partisipatif sebenarnya merupakan suatu proses politik untuk
memperoleh kesepakatan bersama melalui aktivitas negosiasi antar seluruh pelaku
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
pembangunan dalam rangka penetapan program-program pembangunan. Dalam
perencanaan yang partisipatif (participatory planning), masyarakat dianggap sebagai
mitra yang harus selalu dilibatkan dalam setiap proses pembangunan. Pelaksanaan
Musrenbangdes di Desa Lapang selama ini hanya dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat,
kepala dusun dan beberapa perwakilan masyarakat yang sama sekali tidak dapat
mewakili masyarakat Desa Lapang secara keseluruhan. Padahal perencanaan partisipatif
yang melibatkan masyarakat akan mempunyai dampak yang sangat penting dalam
pembangunan, yaitu: terhindar dari peluang terjadinya manipulasi, memberikan nilai
tambah pada legitimasi rumusan perencanaan, serta meningkatkan kesadaran dan
keterampilan politik masyarakat (Abe, 2005).
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa selama ini perencanaan
pembangunan di Desa Lapang hanyalah suatu proses administratif bukan suatu proses
politik melalui proses negosiasi seperti yang dikumukakan oleh friedman di atas. Hal ini
hendaknya menjadi masukan bagi Pemerintah Desa Lapang untuk melakukan
perubahan dalam sistem perencaan pembangunan desa, di mana masyarakat dari
berbagai lapisan harus lebih dilibatkan dalam perencanaan pembangunan tersebut.
Pelibatan ini sangat dibutuhkan agar program pembangunan yang dilaksanakan benar-
benar murni berdasarkan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Camat, Kepala Desa dan Ketua BPD, diperoleh penjelasan bahwa kurangnya pelibatan
masyarakat dalam perencanaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan
dikarenakan tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung seperti balai desa.
Selain itu, perangkat desa juga telah pesimis dengan Musrenbangdes yang sampai saat
ini belum memberikan hasil dalam bentuk pembangunan di Desa Lapang (lihat hasil
wawancara dalam penyajian data bab IV).
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
e. Kesesuaian Rencana Kerja Pembangunan Desa Dengan Kebutuhan
Masyarakat Setempat.
Wacana pembangunan yang partisipatif di Indonesia sesungguhnya telah
dimulai sejak 30 tahun lalu, dimana konsep pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat telah dimasukkan dalam GBHN pada dekade 1970-an. Sementara
kebijakan yang lebih konkret dimulai pada dekade 1980-an. Sejak dekade 1990-an,
kegiatan pembangunan daerah dirancang lebih partisipatif melalui lembaga
pengambilan keputusan tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi hingga nasional.
Selama ini permasalahan yang ditemukan adalah bukan karena kualitas dan
kuantitas partisipasi masyarakat rendah tetapi justru terletak pada praktek-praktek
pemerintah yang mengabaikan usulan masyarakat. Berkaitan dengan ini Muslim (2001)
mengutip hasil survey Public Integity Index menemukan bahwa permasalahan kita
bukan pada rendahnya kualitas dan kuantitas tingkat partisipasi masyarakat, tetapi
terletak pada ketertutupan mekanisme politik bagi keterlibatan warga negara dalam
menuntut akuntabilitas dan keterbukaan.
Dalam perencanaan partisipatif, diperlukan komunikasi dua arah. Hal ini
diperlukan agar aspirasi masyarakat tertampung, masyarakat dapat megungkapkan
permasalahan-permasalahannya dan kemudian didengar oleh pemerintah desa.
Berdasarkan hasil penelitian penulis, komunkasi dua arah yang dibangun pemerintah
sangat baik (lihat tabel 21), masyarakat diberikan kebebasan dalam menyampaikan
pendapatnya dalam musyawarah perencanaan pembangunan.
Mekanisme perencanaan partisipatif selama ini cenderung menjadi ritual,
menjadi semacam rutinitas formal, tidak menyentuh substansi dan kehilangan makna
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
hakikinya. Pelaksanaan Musrenbangdes terkesan hanya seremonial, sehingga
masyarakat merasakan kejenuhan mengikuti Musrenbangdes. Usulan masyarakat dalam
Musrenbangdes hanya sebagian kecil yang terakomodir dalam forum perencanaan
pembangunan di tingkat yang lebih tinggi. Sehingga berbagai permasalahan desa
sampai saat ini belum teratasi dengan baik (lihat tabel 22). Dalam hal perencanaan
pembangunan partisipatif, seharusnya berbagai program pembangunan berasal dari
masyarakat karena masyarakat yang mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya.
Namun berbeda dengan kondisi di Desa Lapang dimana masyarakat tidak mengetahui
apa yang menjadi program pembangunan di desanya (lihat tabel 23). Hal ini sangat
bertolak belakang dengan konsep partisipasi yang disampaikan oleh Gaventa dan
Valderama dalam Aristo (2004), dimana partisipasi ditempatkan sebagai keterlibatan
masyarakat yang diarahkan pada proses pembelajaran dan mobilisasi sosial (Social
Participation), serta menekankan partisipasi langsung warga dalam pengambilan
keputusan dengan berbagai keikutsertaan masyarakat disetiap pembuatan kebijakan dan
pengambilan keputusan tersebut (Citizen participation). Hal ini tidak terlihat pada
perencanaan partisipatif di Desa Lapang, masyarakat tidak diarahkan pada proses
pembelajaran dan kurang dilibatkan dalam proses pembuatan dan pengambilan
keputusan dalam hal perencanaan pembangunan di desa.
Dari sini kita dapat mempertanyakan kualitas perencanaan partisipatif yang
selama ini dilakukan. Selain itu sampai saat ini program pembangunan di Desa Lapang
belum berpihak pada kebutuhan masyarakat (lihat tabel 24). Fakta ini didukung oleh
hasil wawancara dengan Ketua BPD yang mengatakan bahwa selama ini belum ada
program pembangunan, kalau pun ada itu merupakan kebijakan dari Pemerintah Daerah,
sehingga banyak kebijakan yang tidak tepat sasaran (lihat hasil wawacara pada
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
penyajian data bab IV). Hal ini sangat dapat dimaklumi karena selama ini sistem
perencanaan pembangunan di Desa Lapang belum dapat menampung seluruh usulan
atau aspirasi masyarakat (lihat tabel 25). Dengan demikian secara keseluruhan dapat
kita katakan bahwa pembangunan di Desa Lapang belum berjalan dengan baik (lihat
tabel 26).
Di dalam pelaksanaan pembangunan, kesesuian antara permintaan atau harapan
masyarakat dengan program pembangunan yang dilaksanakan merupakan hal penting
yang harus diperhatikan. Musrenbangdes sebagai fasilitas tempat dirumuskannya ide-
ide pembangunan di desa memegang peran yang cukup strategis khususnya di Desa
Lapang. Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa belum terdapat kesesuaian
anatara rencana kerja pembangunan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini didukung
oleh hasil wawancara dengan keempat key informan, mereka mengakui bahwa sampai
saat ini belum ada kesesuaian antara aspirasi masyarakat dengan rencana kerja
pembangunan, dan bahkan di Desa Lapang dalam beberapa tahun terakhir hampir tidak
ada realisasi hasil Musrenbangdes yang telah dilakukan. Kondisi ini diakui oleh Camat
Johan Pahlawan, bahwa kebijakan pembangunan di desa-desa jarang sekali yang berasal
dari aspirasi murni masyarakat desa yang disalurkan melalui Musrenbangdes, tetapi
program-program pembangunan selama ini berasal dari pemerintah daerah,
Musrenbangdes hanya sebagai formalitas. (lihat hasil wawacara pada penyajian data bab
IV).
Hal ini juga dapat kita lihat dari Alokasi Dana Gampong (ADG)/Alokasi Dana
Desa (ADD) pada tahun 2008 mencapai Rp. 38.133.474,- (lihat pada lampiran) yang
penggunaannya hanya untuk biaya operasional desa. Pada dasarnya ADG merupakan
suatu kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan pembangunan desa dan partisipasi
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
masyarakat desa. Gagasan itu dilandasi oleh beberapa alasan. Pertama: Masyarakat desa
akan lebih leluasa berekspresi mencapai kemajuan desanya. Kedua: Pelaksanaan
pembangunan di desa menjadi maksimal karena realistis, dikerjakan sendiri oleh
masyarakat dan. Ketiga: Kontrol langsung secara intensif dari masyarakat dan dapat
menekan penyimpangan.
Namun sangat disayangkan, dalam Alokoasi Dana Gampong (ADG) pada Desa
Lapang kita dapat melihat bahwa dana yang ada hanya dipergunakan untuk biaya rutin
aparat desa, kegiatan-kegiatan desa, operasional organisasi pemuda, biaya rapat,
pegadaan peralatan kantor desa, operesional BPD dan sebagainya. Tidak terlihat alokasi
dana untuk program pembangunan sarana dan infrastruktur desa yang telah dibahas
dalam musrenbangdes, misalnya perbaikan jalan, balai desa, klinik-klinik kesehatan dan
lain sebagainya.
Kondisi ini sangat sesuai dengan pernyataan masyarakat yang mengatakan
bahwa program pembangunan Desa Lapang belum memihak pada kebutuhan
masyarakat. Hal ini kembali menegaskan bahwa pemerintah daerah setempat masih
menggunakan paradigma pembangunan Top Down baik dari segi perencanaan maupun
penganggarannya. Hasil Musrenbangdes belum menjadi prioritas Pemerintah Daerah
setempat dan perencanaan partisipatif merupakan sebuah wacana dalam proses
pembangunan yang tidak pernah diterapkan sebagaimana mestinya.
f. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan
Secara konseptual pembangunan desa ditujukan pada usaha percepatan
pembangunan di segala bidang dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat
dan hasrat untuk menciptakan masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Menurut
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Ndraha (1982: 71), pembangunan desa adalah setiap pembangunan yang ada yang di
dalam prosesnya masyarakat desa berpartisipasi aktif . Dalam pembangunan desa,
partisipasi atau keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan untuk terselenggaranya
pembangunan. Partisipasi adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi)
program/ proyek pembangunan yang dikerjakan masyarakat lokal (Adisasmita, 2006:
38).
Dalam upaya pelaksanaan pembangunan desa agar dapat memenuhi apa yang
diinginkan, maka diperlukan suatu perencanaan. Penerapan perencanaan pembangunan
harus bersumber pada prinsip-prinsip dasar pembangunan desa yaitu dari masyarakat,
oleh, dan untuk masyarakat desa itu sendiri. Artinya, perencaan partisipatif merupakan
suatu hal harus dilakukan dalam setiap proses perencanaan pembangunan. Diperlukan
partisipasi aktif masyarakat untuk terlibat dalam perencanaan pembangunan, mengenali
masalah-masalah yang ada dalam wilayahnya masing-masing dan mencari jalan keluar
secara bersama-sama. Untuk mewujudkan partisipasi masyararakat tersebut Kramer
(dalam Arif, 2006) menyatakan perlunya pelibatan masyarakat dalam setiap
pengambilan keputusan, mendengar aspirasi atau saran-saran dari masyarakat, kepekaan
pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat dan memperhatikan nilai-nilai keadilan
sosial dalam masyarakat.
Kondisi seperti itu belum terlihat pada masyarakat Desa Lapang. Hasil
penelitian penulis menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan sangat rendah (lihat tabel 28). Hal ini dapat pula dilihat dari
keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan yang masih sangat kurang
(lihat tabel 27). Perwujudan partisipasi masyarakat belum dapat terwujud. Ada banyak
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
alasan yang menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat Desa Lapang dalam
perencanaan pembangunan misalnya kesibukan masyarakat dalam bekerja, namun
alasan yang paling dominan adalah masyarakat telah pesimis dengan perencanaan
partisipatif. Mereka menganggap proses tersebut hanyalah pekerjaan sia-sia yang tidak
berdampak pada pembangunan di desanya, aspirasi mereka tidak pernah didengar dan
pemerintah tidak peke terhadap kebutuhan masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan
rendahnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa Lapang.
Hasil wawancara dengan Camat, Kepala Desa, BPD, dan Tokoh Masyarakat juga
menunjukkan hal yang sama, mereka mengakui dan menyadari bahwa rendahnya
partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan (lihat penyajian hasil
wawancara pada bab IV).
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI. 1. Kesimpulan
Proses partisipasi masyarakat selalu menjadi perhatian utama dalam
pembangunan Indonesia. Partisipasi merupakan bagian penting dari budaya bangsa kita
yang senantiasa menempuh pendekatan musyawarah untuk mufakat dalam mencari
jalan keluar serta pengambilan keputusan bersama. Dengan kata lain apapun yang
menjadi hasil ataupun keputusan musyawarah mufakat tersebut sudah menjadi tanggung
jawab bagi semua peserta musyawarah dalam konteks ini adalah masyarakat. Sehingga
keikutsertaan masyarakat tersebut menumbuhkan rasa memiliki terhadap proses
pembangunan khususnya pelaksanaan program pembangunan di desa. Menurut
masyarakat Desa Lapang, perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang
melibatkan mereka di dalamnya untuk membicarakan program-program pembangunan
yang akan dilaksanakan nantinya.
Setelah melakukan pengumpulan data berupa hasil jawaban partisipan dari
kuesioner yang telah disusun serta catatan hasil wawancara dengan berbagai pihak yang
penulis anggap menguasai masalah penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
disimpulkan berhubungan dengan penelitian ilmiah tentang Implementasi Perencanaan
Partisipatif dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan di Desa Lapang, antara lain :
1. Implementasi Perencanaan Partisipatif di Desa Lapang dapat dikategorikan tidak
baik. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya pedoman di daerah tersebut sebagai
acuan dalam pelaksanaan perencanaan partisipatif, kurangnya pelibatan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan partisipatif yang
dilaksanakan selama ini padahal masyarakat Desa Lapang pada umumnya telah
mengerti dan memahami tentang perencanaan partisipatif, serta tidak adanya
kesesuaian rencana kerja pembangunan desa dengan kebutuhan masyarakat
setempat, bahkan beberapa tahun terakhir ini belum ada realisasi dari perencanaan
pembangunan yang dilaksanakan melalui Musrenbangdes. Musrenbangdesa belum
menjadi wadah yang handal bagi masyarakat untuk dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang ada di Desa Lapang. Selama ini Musrenbangdes
hanyalah sebagai formalitas saja, keputusan-keputusan tentang program
pembangunan tetap bersal dari pemerintah daerah yang jarang sekali
memperhatikan hasil musrenbangdes itu sendiri. Selain itu, ketiadaan sarana dan
prasarana desa yang memadai juga mengambil andil dalam buruknya
implementasi perencanaan partisipatif dalam pembangunan Desa Lapang.
2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan rendah, hal ini
disebabkan oleh kondisi Musrenbangdes yang sampai saat ini belum memberikan
hasil bagi masyarakat. Masyarakat telah pesimis dengan perencanaan partisipatif
dan menganggap bahwa perencanaan partisipatif tidak akan memberikan dampak
yang positif bagi pembangunan desa. Perencanaan partisipatif selama ini
merupakan kegiatan yang sia-sia, karena aspirasi masyarakat tidaklah menjadi
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
prioritas. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat Desa
Lapang dalam perencanaan pembangunan.
VI. 2. Saran
Setelah melakukan penelitian tentang pelaksanaan perencanaan partisipatif di
Desa Lapang, maka penulis bermaksud merekomendasikan beberapa hal yang
merupakan sumbangsih pemikiran dari kajian ilmiah ini, antara lain :
1. Pemerintah Daerah setempat segera menerbitkan pedoman tentang perencanaan
partisipatif dan sesegera mungkin melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan
khususnya kepada pemerintahan desa, sebab hal tersebut merupakan amanah dari
otonomi daerah dengan azas desentralisasi, dan akan menjadi pedoman
perencanaan partisipatif sehingga perencanaan partisipatif pun tidak lagi hanya
menjadi wacana saja dalam proses pembangunan di desa. Dengan demikian desa
akan segera mengalami percepatan pembangunan dengan prinsip efektif dan
efisien.
2. Pelibatan masyarakat harus lebih ditingkatkan dalam setiap proses pembangunan,
baik mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Masyarakat
adalah orang yang paling mengetahui apa yang menjadi masalah di desa dan apa
yang mereka butuhkan, jadi pelibatan masyarakat dari seluruh elemen harus lebih
diutamakan.
3. Musrenbangdes merupakan suatu forum bagi masyarakat desa dalam
merencanakan apa yang menjadi kebutuhannya dalam pembangunan desa, jadi
Pemerintah Daerah harus selalu memperhatikan setiap hasil Musrenbangdes
karena di dalamnya terdapat seluruh aspirasi masyarakat dan merealisasikannya
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
dalam bentuk program-progran pembangunan. Pemerintah Daerah harus lebih
peka dan tanggap terhadap keluhan-keluhan masyarakat. Setiap pengambilan
keputusan dalam program pembangunan haruslah senantiasa memperhatikan apa
yang menjadi kebutuhan masyarakat karena hal inilah yang akan meningkatkan
kembali partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Pendekatan
pembangunan top down harus segera di tinggalkan dan beralih ke pendekatan
Bottom-up yang lebih aspiratif dan memihak kepada masyarakat.
4. Kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan partisipasi masyrakat Desa
Lapang perlu dilakukan karena akan mempermudah pemerintah dalam menyusun
program pembangunan yang dapat mewakili seluruh masyarakat.
Daftar Pustaka
Buku :
Abe, Alexander. 2005, Perencanaan Daerah Partisipatif, Yogyakarta: Pustaka Jogja
Mandiri.
Adisasmita, Rahardjo. 2006, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ahmadi, Abu. 2003, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta.
Arif, Syaiful. 2006, Reformasi Birokrasi dan Demokratisasi Kebijakan, Malang:
Averroes Press.
Arikunto, Suharsimi. 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia.
Hadari, Nawawi. 1990, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Hasan, Iqbal M. 2002, Metodologi penelitian dan aplikasinya, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Jones, Charles O. 1991, Pengantar Kebijakan Publik, (terj.), Jakarta: Rajawali Press.
Ketaren, Nurlela. 2006, Bahan Kuliah Azas-Azas Manajemen, Medan.
Khairuddin. 1992, Pembangunan Masyarakat. Tinjauan Aspek; Sosiologi, Ekonomi,
dan Perencanaan. Yogyakarta: Liberty.
Muslim, Mahmudin. 2006, Menanti APBD berbasis Partisipasi Masyarakat, Makalah
Disampaikan pada Training APBD, Bukittinggi, Departemen Keuangan RI.
Ndraha, T.1990, Membangun Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas,
Jakarta: Rineka Cipta.
Nurcholis, Hanif. 2005, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta:
Grasindo.
Osborne, David, Gaebler. 1995, Mewirausahakan Birokrasi, mentranformasikan
semangat wirausaha ke dalam sektor publik, Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Putra, Fadillah. 2003, Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik, Yogyakarta.
Sinaga, NS. 2005, Implementasi sistem botton-up planning dalam perencanaan
pembangunan daerah di kota Medan, Medan.
Singarimbun, Masri, Sofyan Efendi. 1982, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES.
Sugiyono. 2006, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.
Wahab, Solichin, A. 1990, Analisa Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara, Malang: Bumi Aksara.
Wibawa, Samudera, dkk. 1994, Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta: Raja Grafindo.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Wrihatnolo, Randy R, dan Nugroho, Riant. 2006, Manajemen Pembangunan Indonesia:
Sebuah Pengantar dan Panduan, Jakarta: Elekx Media Komputindo.
Media Internet
Aristo, D.A. 2004, Rejuvinasi Peran Perencana Dalam Menghadapi Era Perencanaan
Partisipatif “Sebuah Tahapan Awal dalam Pembentukan Kultur Masyarakat
Partisipatif”. Disampaikan Dalam : Seminar Tahunan ASPI (Asosiasi Sekolah
Perencana Indonesia) Universitas Brawijaya, Malang. Teknik Planologi ITB.
http://www.mirror.depsos.go.id/,. Di akses 2 Maret 2008
Bahua, M.I. 2007, Metode Perencanaan Partisipatif Dalam Pembangunan Masyarakat.
http://www.mirror.depsos.go.id/,. Di akses 25 Februari 2009
Suharto, E. 2002, Metodologi Pengembangan Masyarakat. Community work in New
Zealand. http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_19.htmn . Diakses, 3 Maret
2008.
Suzetta, P. 2007, Perencanaan Pembangunan Indonesia. Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS. http://www.bappenas.go.id. (pdf) Di
akses, 3 Maret 2008.
Widodo, Slamet. 2008, Partisipasi, Pemberdayaan dan Pembangunan. www.learning-
of. Slamet Widodo.com. Diakses, 28 Desember 2008.
Andi Sayumitra : Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, 2009. USU Repository © 2009
Peraturan Perundang-undangan
UU. No. 2005 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU.No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Permendagri No. 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme
Penyusunan Peraturan Desa