IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18- A TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN, KECAMATAN, FORUM SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA DALAM PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI KOTA SURAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum Minat Utama : Hukum Kebijakan Publik Oleh : RACHMAT WIBISONO S 310809014 PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18-

A TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KELURAHAN, KECAMATAN, FORUM SATUAN KERJA PERANGKAT

DAERAH (SKPD) DAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

PEMBANGUNAN KOTA DALAM PENYELENGGARAAN

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

DI KOTA SURAKARTA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister

Program Studi Ilmu Hukum

Minat Utama : Hukum Kebijakan Publik

Oleh :

RACHMAT WIBISONO

S 310809014

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18-

A TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KELURAHAN, KECAMATAN, FORUM SATUAN KERJA PERANGKAT

DAERAH (SKPD) DAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

PEMBANGUNAN KOTA DALAM PENYELENGGARAAN

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

DI KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh :

RACHMAT WIBISONO

NIM. S 310809014

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing :

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda tangan

Tanggal

Pembimbing 1 Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum …………… …..

NIP. 195702031985032001

Pembimbing 2 Suraji, S.H., M.Hum ……………. ….

NIP.196107101985031011

Mengetahui :

Ketua Program Magister Ilmu Hukum

Prof. Dr. H. Setiono, S.H., M.S.

NIP. 194405051969021001

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18-

A TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KELURAHAN, KECAMATAN, FORUM SATUAN KERJA PERANGKAT

DAERAH (SKPD) DAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

PEMBANGUNAN KOTA DALAM PENYELENGGARAAN

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

DI KOTA SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

RACHMAT WIBISONO

NIM. S 310809014

Telah disetujui oleh Tim Penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Setiono, S.H., M.S. …………. .………. NIP. 19440505 196902 1 001

Sekretaris Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M. Hum .................. ................ NIP. 19611108 198702 1 001 Anggota Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum ................. .............. NIP. 19570203 198503 2 001 Suraji, S.H., M.Hum ……………. ……….

NIP.196107101985031011

Mengetahui :

Ketua Program Studi Prof. Dr. H. Setiono, S.H., M.S. .............. ........... Magister Ilmu Hukum NIP. 19440505 196902 1 001

Direktur Program Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. ............ .......... NIP. 19570820 198503 1 004

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Nama : RACHMAT WIBISONO NIM : S 310809014 Menyatakan dengan sesungguhya bahwa tesis yang berjudul :

“IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR

18-A TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KELURAHAN, KECAMATAN, FORUM SATUAN KERJA PERANGKAT

DAERAH (SKPD) DAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

PEMBANGUNAN KOTA DALAM PENYELENGGARAAN

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

DI KOTA SURAKARTA” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal yang

bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila benar di kemudian hari terbukti pernyataan saya tersebut di atas tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik, yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan,

RACHMAT WIBISONO

Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang

telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tesis

dengan judul “IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

NOMOR 18-A TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN PETUNJUK

TEKNIS PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

PEMBANGUNAN KELURAHAN, KECAMATAN, FORUM SATUAN

KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DAN MUSYAWARAH

PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA DALAM

PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI KOTA SURAKARTA” Tentunya

selama penyusunan penelitian tesis ini, maupun selama peneliti menuntut ilmu di

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret tidak terlepas dari bantuan serta

dukungan moril maupun spiritual dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan

ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr. Sp. KJ (K) selaku Rektor

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Prof. Dr. H. Setiono, S.H., M.S. selaku Ketua Program Studi

Magister Ilmu Hukum yang banyak memberikan dorongan dan kesempatan

kepada peneliti untuk mengembangkan pengetahuan mengenai hukum

bisnis.

5. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum selaku Sekretaris Program Studi

Magister Ilmu Hukum dan pembimbing I penelitian tesis yang secara cermat

memberikan masukan, memberikan bimbingan, arahan dan kemerdekaan

berpikir bagi peneliti dalam proses penyusunan hingga penyelesaian

penelitian tesis ini.

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Bapak Suraji, S.H.,M.H selaku pembimbing II penelitian tesis yang

memberikan bimbingan, arahan dan kemerdekaan berpikir bagi peneliti

dalam proses penyusunan hingga penyelesaian penelitian tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dengan tulus telah memberikan

ilmunya.

9. Mama, terima kasih atas doa dan cinta yang tak pernah habis.

10. Keluarga, kakak, mas, ponakan evan dan keisya tercinta, terima kasih atas

dukungannya.

11. Indah Permatasari, terima kasih doa, cinta dan kasihnya.

12. Sahabat-sahabatku tersayang, terima kasih atas semangat yang telah

diberikan.

13. Rekan-rekan Hukum Kebijakan Publik Tahun 2009 pada Program Studi

Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas segala bantuan dan kerja samanya.

14. Staf administrasi Program Studi Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan yang telah

diberikan.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penyusunan tesis ini.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, saran, teguran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Januari 2011

RACHMAT WIBISONO

S 3108090014

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................. ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ............................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ x

ABSTRAK ..................................................................................... xi

ABSTRACT ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ……………………………………..... 1

B. Perumusan Masalah ………………………………………. 6

C. Tujuan Penelitian.................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 7

BAB II LANDAAN TEORI.............................................................. 8

A. Kerangka Teori .................................................................... 8

1. Tinjuan Umum tentang Pemerintahan Daerah............... 8

2. Tinjauan Umum tentang Perencanaan Kota..................... 14

3. Tinjauan Umum tentang Pembangunan........................... 16

4. Tinjauan Umum tentang Musrenbang....... ..................... 19

5. Tinjauan Umum tentang Partisipasi Masyarakat............. 21

6. Teori Kebijakan Publik.................... ................................. 25

7. Tinjauan Umum tentang Sistem Hukum........................... 31

8. Tinjauan Umum tentang Peraturan Walikota Surakarta

Nomor 18-A Tahun 2009 Tentang Pedoman dan

petunjuk teknis pelaksanaan

Musrenbangkel, Musrenbangcam, Forum SKPD,

Musrenbangkot di kota Surakarta................................... 37

9. Tinjauan Umum tentang Sistem Perencanaan

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pembangunan Nasional ................................................. 42

10. Tinjauan Umum Implementasi Kebijakan ......................... 46

B . Kerangka Berpikir ................................................................... 50

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 52

A. Jenis Penelitian ........…………………………………………. 53

B. Bentuk Penelitian .....…………………………………………. 53

C. Lokasi Penelitian .....………………………………………...... 53

D. Penentuan Informan....……………………………………….... 53

E. Jenis dan Sumber data... ..…………………………………. 54

F. Teknik Pengumpulan Data ...............…………………………. 55

G. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..………..... 58

A. Hasil Penelitian ......................................................................... 58

1 Deskripsi Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kota Surakarta ................................................ 58

a. Deskripsi Wilayah Surakarta .......................................... 58

b. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah . 59

c. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Sekretariat Daerah ...... 62

d. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Badan Perencanaan

dan Pembangunan Daerah ........................................... 64

e. Uraian Tugas Jabatan Struktural Bappeda

Kota Surakarta........................................................... 66

2. Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18-A Tahun

2009 terhadap penyelenggaraan Musrenbang

di Kota Surakarta............................................................... 73

3. Faktor – Faktor Hambatan dalam Penyelenggaraan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan

di Kota Surakarta................................................................ 86

4. Prespektif ke depan Penyelenggaraan Musyawarah

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta......................... 93

B. Pembahasan .............................................................................. 91

1. Implementasi Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A

Tahun 2009 terhadap Penyelenggaraan Musrenbang

di Kota Surakarta........................................................... 91

2. Faktor – Faktor Hambatan dalam Penyelenggaraan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan

di Kota Surakarta ........................................................... 109

a. Komponen Struktur ........................................................ 109

b. Komponen Substansi ...................................................... 115

c. Komponen Kultur ........................................................... 117

3. Prespektif ke depan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan di Kota Surakarta........................................... 118

a. Komponen Struktur .......................................................... 118

b. Komponen Substansi ....................................................... 120

c. Komponen Kultur ............................................................. 121

BAB V PENUTUP ............................................................................. 121

A. Kesimpulan ............................................................................. 121

B. Implikasi ............................................................................. 123

C. Saran ........................................................................................ 124

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

LAMPIRAN .............................................................................................

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Bagan I : Kerangka Berpikir .................................................................................. 50

Bagan II : Proses Analisis Data .............................................................................. 56

Bagan III : Struktur Organisasi Pemerintah Kota Surakarta .................................. 61

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK Rachmat Wibisono, S 310809014, 2011, Implementasi Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2009 tentang Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan, Kecamatan, Forum Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota dalam Penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu gambaran tentang Implementasi Peraturan Walikota terhadap pelaksanaan kebijakan daerah, dalam hal ini penerapan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A tahun 2009 terhadap penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta. Di samping itu untuk menganalisis kendala-kendala hukum yang muncul serta prespektif ke depan pelaksanaannya.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non doktrinal (socio legal research) karena dalam penelitian ini, hukum dikonsepkan sebagai manifestasi makna-makna simbolik perilaku sosial sebagaimana tampak dalam interaksi mereka, dengan mengambil lokasi penelitian di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumenter guna mendapatkan data primer dan data sekunder. Analisis datanya menggunakan analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi Peraturan Walikota Nomor 18-A Tahun 2009 terhadap penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta belum bisa sesuai, belum berjalan dengan baik disebabkan oleh faktor-faktor: masih banyaknya penyimpangan-penyimpangan di dalam penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta. Kurangnya kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan musrenbang menjadikan musrebang terkesan hanya formalitas saja. Hanya dalam hal teknis dalam acara masing-masing tahapan Musrenbang sudah berjalan dengan baik.

Faktor-faktor penyebab pelaksanaan Musrenbang di Kota Surakarta belum bisa sesuai dengan harapan adalah: berdasarkan aspek struktur, birokrasi pemerintahan yang berbelit-belit dalam hal pencairan dana pembangunan; 2) aspek substansi, terkait dengan materi pelaksanaannya kurang berjalan maksimal, terkesan hanya formalitas penyampaian recana kerja pemerintah. 3) aspek kultur, adanya kendala psikologis yang dihadapi Tim Penyelenggara dan Pembantu terhadap masyarakat yang mengikuti musrenbang belum bisa mandiri serta tingkat keswadayaanya rendah.

Prespektif pelaksanaan musrenbang ke depan,1) berdasarkan aspek struktur dibutuhkan peran aktif pemerintah dalam penyelenggaraan musrenbang agar tidak terjadi tumpang tindih pembangunan. 2) aspek substansi, diharapkan terkait materi dari musrenbang dirumuskan lebih baik lagi dan lebih partisipatif. 3) aspek kultur, komunikasi yang baik semua elemen pendukung musrenbang agar menghindari konflik kepentingan.

Kata Kunci = implementasi peraturan terhadap Musrenbang ABSTRACT

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Rachmat Wibisono, S 310809014, 2011, The Implementation of Surakarta Mayor’s Regulation Number 18-A of 2009 about the Technical Guidelines and Instruction of Kelurahan and Subdictrict Development Planning Discussion Implementation, Work Forum of SKPD (Local Government Work Unit), and City Development Planning Discussion in the Development Planning Discussion Implementation in Surakarta City.

This research aims to give a description about the implementation of Mayor Regulation on the implementation of local policy, in this case, the application of Surakarta Mayor’s Regulation Number 18-A of 2009 on the Development Planning Discussion Implementation in Surakarta City. In addition it also aims to analyze the legal obstacles occurring and the perspective on the implementation in the future.

This study belongs to a non-doctrinal (socio-legal) research because in this research, the law is conceptualized as the manifestation of symbolic meanings of social behavior as apparent in their interaction, taken place in Surakarta City’s Local Planning and Development Agency. The data collection was done using interview and documentary study for obtaining the primary and secondary data. The data analysis was done using qualitative analysis.

The result of research shows that the implementation of Surakarta Mayor’s Regulation Number 18-A of 2009 has not been stated as expected, it is because of the following factors: 1) the law structure component, has been consistent with the regulation that the implementer is Bapeda and helped by the special team established by Bappeda itself. 2) the law substance component, there is several strategic changed in the content of such mayor regulation to accomplish the organization of Development Planning Discussion (Musrenbang) in surakarta city. 3) Culture component has not been appropriate because there are still a variety of law perspective criticizing the mayor regulation, the organization and the result of Development Planning Discussion.

The factors making the implementation of Development Planning Discussion in Surakarta has not been as expected are: based on the structure aspect, the elaborate government bureaucracy in the development fund release; 2) substance aspect, related to the implementation material that runs not maximally, that seems to be only formality of government work plan delivery. 3) culture aspect, there is psychological obstacle encountered by the Implementer and Assistant Team among the society participating in Development Planning Discussion that has not been independent as well as the low self-help level.

The perspective of the Development Planning Discussion implementation in the future, 1) based on the structure aspect, the government’s active role is required in the implementation of Development Planning Discussion to prevent the development overlap. 2) the substance aspect, related to material it is expected that Development Planning Discussion is formulated better and more participative. 3) the culture substance, the good communication among all supporting elements of Development Planning Discussion in order to avoid the interest conflict.Keywords = the implementation of regulation on the local policy.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang telah beberapa kali diubah terakhir diubah dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan

kewenangan yang sangat luas kepada setiap pemerintah daerah, sepanjang

kewenangan tersebut tidak menjadi kewenangan pemerintah pusat,

pemerintah daerah mempunyai keleluasaan untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri dalam bingkai Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Pemberian otonomi yang luas kepada daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Di samping itu

melalui otonomi yang luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya

saing dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian,

pemerintah daerah mempunyai kewenangan membuat kebijakan daerah

untuk memberikan pelayanan, peningkatan partisipasi, prakarsa, dan

pemberdayaan masyarakat bermuara pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam melaksanakan tugas,

wewenang, kewajiban dan tanggungjawabnya, atas dasar kuasa peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi dapat menetapkan kebijakan daerah

yang dirumuskan dalam produk hukum daerah, baik dalam bentuk

peraturan daerah, peraturan kepala daerah maupun keputusan kepala

daerah dengan ketentuan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi kedudukannya, tidak bertentangan dengan

kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.

Pemberian otonomi kepada kepala daerah dan pemberian

kewenangan kepala daerah dalam menetapkan produk hukum daerah

dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan keleluasaan kepala daerah

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sesuai dengan kondisi lokalistiknya dan mendekatkan jarak antara pejabat

daerah dengan masyarakat sehingga terbangun suasana komunikatif yang

intensif dan harmonis, artinya keberadaan rakyat didaerah sebagai

pendukung utama demokrasi mendapat tempat dan saluran untuk

berpartisipasi dalam berperan aktif menyusun produk hukum maupun

dalam perencanaan pembangunan yang ada di daerahnya masing-masing.

Keberhasilan suatu penyelenggaraan pembangunan pada era

otonomi daerah tidak terlepas dari adanya peran serta masyarakat secara

aktif. Masyarakat daerah baik sebagai kesatuan sistem maupun sebagai

individu, merupakan bagian integral yang sangat penting dari sistem

pemerintahan daerah, karena prinsip penyelenggaraan otonomi daerah

adalah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Oleh sebab itu,

maka tanggung jawab atas penyelenggaraan pemerintahan daerah,

sesungguhnya bukan saja berada ditangan pemerintah daerah dan aparat

pelaksananya, tetapi juga menjadi tanggungjawab masyarakat daerah yang

bersangkutan.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah pada era otonomi

dikembangkan agar pemerintahan daerah dapat menggalang partisipasi

masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, apabila masyarakat ikut

berperan aktif dan dilibatkan, pemerintah daerah dalam membuat

kebijakan daerah akan mendapat dukungan dari masyarakat. Oleh karena

itu, penyelenggaraan pemerintahan daerah yang demokratis dan akuntabel

merupakan konsekuensi logis dari otonomi daerah.

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur secara merata baik materiil maupun

spiritual, di mana pembangunan nasional merupakan pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia

seluruhnya. Untuk mempelancar pembangunan tersebut, Pemerintah Pusat

telah menyerahkan sebagian kewenangan pemerintahannya kepada

Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga

atau pemerintahan di daerahnya masing-masing dalam sistem Negara

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kesatuan Republik Indonesia atau yang disebut dengan asas

Desentralisasi.1

Pemerintah pusat telah mengeluarkan peraturan Perundang-

undangan mengenai suatu sistem perencanaan pembangunan nasional

yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) untuk mendukung pelaksanaan

perencanaan pembangunan yang ada di daerah dan merupakan rujukan

formal Selain itu juga di dukung oleh rujukan umum yaitu Surat Edaran

Gubernur Jawa Tengah Nomor 050/22268 tentang Pedoman Umum

penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan tahun 2009.

Peraturan-peraturan tersebut mendukung Peraturan Walikota Surakarta

Nomor 18-A Tahun 2009 Tentang Pedoman Dan Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan,.

Kecamatan, Forum Kerja SKPD, dan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Kota (Musrenbangkot)

Tiap-tiap daerah mempunyai wewenang untuk melaksanakan

perencanaan pembangunan yang baik sesuai dengan potensi daerah

masing-masing. Perencanaan pembangunan daerah sekarang ini harus

bersifat partisipatif. Artinya melibatkan peran masyarakat secara langsung

dan unsur-unsur elemen masyarakat lainnya seperti Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), Organisasi masyarakat, Akademisi di dalam

perumusan sistem perencanaan pembangunan daerah.2

Perencanaan pembangunan yang partisipatif penting sekali

dilakukan sekarang ini, hal ini disebabkan oleh karena selama ini

perencanaan pembangunan hanya dirumuskan oleh pemerintah pusat saja

dan pemerintah tidak pernah tahu apa kebutuhan masyarakat dan masalah

dari masyarakat itu sendiri. Hal itu disebabkan dinamika kebutuhan dan

kepentingan masyarakat yang makin lama makin kompleks dan

beranekaragam. Dalam hal ini wewenang sepenuhnya diserahkan kepada

1 Syaukani HR, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 166 2 www.otodanisme.com/google.com/burdan lewit/ diakses tanggal 12 November 2010.

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

daerah, baik yang menyangkut penentuan kebijaksanaan, perencanaan,

pelaksanaan, maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaannya dalam

suatu pembangunan daerah.

Adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan landasan yuridis

bagi pengembangan otonomi daerah, dengan desentralisasi sebagai titik

tekan yang diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut. Ada dua misi

utama di dalamnya yaitu pertama bahwa desentralisasi pemerintah lebih

menekankan pada terciptanya penyelenggaraan pemerintahan dan

kehidupan masyarakat yang lebih demokratis dan partisipatif, kedua

desentralisasi fiskal tujuan utamanya adalah untuk menciptakan

pemerataan pembangunan diseluruh daerah dengan mengoptimalkan

kemampuan, prakarsa, kreasi, inisiatif, dan partisipasi masyarakat, serta

kemampuan untuk mengurangi dominasi pemerintah dalam pelaksanaan

pembangunan dengan prinsip-prinsip good governance.3

Pemerintah Kota Surakarta telah mencoba melaksanakan dengan

merubah berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, di

mana sejak tahun 2001 mulai mencoba melaksanakan model

pembangunan yang demokratis berbasiskan pada partisipasi masyarakat.

Namun demikian, untuk melaksanakan hal itu ternyata tidak mudah

disebabkan masih belum adanya pemahaman yang sama antara pemerintah

dan DPRD maupun masyarakat mengenai arti pentingnya suatu

perencanaan pembangunan partisipatif yang melibatkan masyarakat.

Perencanaan pembangunan partisipatif melalui Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Kota (Musrenbangkot) sudah mulai

dilaksanakan di Kota Solo sejak tahun 2001. Pemerintah Kota Solo yang

diwakili oleh Bapeda telah melakukan kerja sama dengan elemen

perguruan tinggi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta

3 Agus Dodi Sugiartoto, Perencanaan Pembangunan Partisipatif Kota Solo (Pengalaman IPGI Solo

Merintis Jalan Menuju Demokrasi, Partisipasi Masyarakat, dan Otonomi Daerah), IPGI, Solo, 2003, hlm. 15

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masyarakat kalurahan untuk mewujudkan suatu model perencanaan

pembangunan yang melibatkan masyarakat. Melihat tiap tahun hasilnya

yang dinilai positif maka Walikota Solo kemudian mengeluarkan

Peraturan Walikota Surakarta yang terakhir yaitu Peraturan Walikota

Surakarta Nomor 18-A tahun 2009 Tentang Pedoman dan Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Musrenbang di Kota Surakarta isinya tentang Kerangka

Acuan Umum Pelaksanaan Musyawarah Kota Surakarta tahun 2010.

implementasi Peraturan Walikota tersebut dipergunakan sebagai landasan

penyelenggaraan Musrenbang yang terdiri dari Musrenbangkel,

Musrenbangcam, Musrenbangkot dalam rangka penyusunan Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun 2010.

Kemudian berlanjut terus sampai tahun 2010 ini, yaitu pada bulan Maret

2010 telah dilaksanakan Musrenbangkot tahun 2010 untuk penyusunan

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun 2011.

Namun dalam kenyataannya selama ini pelaksanaan musrenbang

masih banyak kelemahan-kelemahan yang terjadi. Kurangnya pemahaman

masyarakat terhadap peraturan-peraturan yang menjadi acuan pelaksanaan

musrenbang. Hal ini menyebabkan pelaksanaan musrenbang hanya

formalitas saja dari penjabaran rencana kerja pemerintah kota. Dari

kelemahan-kelemahan tersebut di harapakan ke depan terjadi perbaikan-

perbaikan baik dalam peraturan dan mekanisme pelaksanaan musrenbang

di Kota Surakarta.

Penelitian ini berusaha memberikan analisis mengenai

Implementasi Peraturan Walikota terhadap kebijakan Pemerintah Kota

Surakarta yang partisipatif dan dalam rangka perwujudan perencanaan

pembangunan partisipatif melalui program pelaksanaan Musrenbangkot

yang diawali dari Musrenbangkel dan Musrenbangcam serta perbaikan-

perbaikan yang harus dilakukan ke depan.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang sebagaimana tersebut,

untuk menegaskan masalah yang akan diteliti agar lebih mudah dalam

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengkajiannya dan tercapai sasaran yang diinginkan, dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Apakah Implementasi Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18- A

sudah sesuai dengan penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta?

2. Faktor-Faktor apakah yang menghambat penyelenggaraan

Musyawarah Perencanaan pembangunan di Kota Surakarta?

3. Bagaimana Prespektif ke depan pelaksanaan Musrenbang di Kota

Surakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai

pemecahan masalah yang dihadapi dan sekaligus untuk melakukan

pengkajian dari aspek hukum. Berdasarkan permasalahan yang telah

dikemukakan diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk menganalisis implementasi Peraturan Walikota Surakarta

Nomor 18-A Tahun 2009 terhadap penyelenggaraan musrenbang di

Kota Surakarta

b. Untuk mengetahui faktor-faktor hambatan dalam pelaksanaan

musyawarah perencanaan pembangunan

c. Untuk menjelaskan prespektif ke depan pelaksanaan Musrenbang.

2. Tujuan subyektif

a. Untuk memperoleh data yang lengkap guna penyusunan tesis,

melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Magister dalam

Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Kebijakan Publik

di Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis terhadap

penerapan teori-teori hukum dan peraturan Perundang-undangan

hukum yang berlaku serta untuk melakukan kajian hukum. Untuk

menambah pengetahuan dalam melakukan pengkajian suatu

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

D. MANFAAT PENELITIAN

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan

kegunaan baik secara tertulis maupun praktis berdasar dari hasil penelitian.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Memberikan bahan pertimbangan dan rekomendasi bagi aparatur

pemerintah daerah dalam penyusunan produk hukum daerah yang

dikeluarkan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan di Kota Surakarta

serta diharapkan dapat berguna bagi yang berminat melakukan

penelitian terhadap masalah yang sama.

b. Meningkatkan pengetahuan penulis tentang masalah-masalah dan

ruang lingkup yang bahas dalam penelitian ini.

2. Manfaat Teoritis

Dalam hal ini manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan mencapai

hasil sebagai berikut:

a. Dapat memberikan konstribusi dan pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum

pemerintahan daerah pada khususnya.

b. Semakin memperkaya konsep-konsep dan teori-teori tentang

pelaksanaan otonomi daerah dan penyusunan produk hukum

daerah.

c. Dapat dipakai sebagai respon terhadap penelitian-penelitian sejenis

untuk tahap berikutnya.

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Tinjauan umum tentang Pemerintahan Daerah

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pemerintah Daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah adalah Gubernur, Bupati, Walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa pemerintah daerah itu dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan itu terdapat hubungan pemerintah

dan pemerintah daerah yang lain baik kewenangan, hubungan pelayanan

umum, keuangan, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya

lainnya yang dilakukan secara adil dan selaras.4

Penyelenggaraan hubungan kewenangan antara pemerintah dan

daerah, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah menegaskan, pemerintah daerah menyelenggarakan

urusan pemerintah yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan

pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan

pemerintah. Dalam rangka menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah, pemerintah daerah menjalankan otonomi

seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Urusan pemerintahan

yang menjadi urusan pemerintah meliputi politik luar negeri, pertahanan,

keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama.5

Sedangkan menurut Juanda, penerapan pembagian kekuasaan di

dalam Negara yang berbentuk federal dimulai dari pembagian kekuasaan

antara pemerintah federal dengan pemerintah Negara bagian. Pembagian

kekuasaan dalam pemerintahan Negara federal diatur di konstitusi.

Smeentara itu, di dalam Negara kesatuan pembagian semacam itu tidak

ditemukan karena pada asanya seluruh kekuasaan dalam Negara berada

ditangan pemerintah pusat. 6

4 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 340 5 Ibid; hlm. 350

6 Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah, Bandung : alumni, Bandung, hlm, 43

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Walaupun demikian, tidak berarti bahwa seluruh kekuasaan berada

ditangan pemerintah pusat, karena ada kemungkinan mengadakan

dekonsentrasi kekuasaan ke darah lain dan hal ini tidak diatur di dalam

konstitusi, lain halnya dengan Negara kesatuan yang bersistem

desentralisasi, di dalam konstitusinya terdapat suatu ketentuan menganai

pemencaran kekuasaan tersebut. 7

Pembentukan organisasi pemerintahan di daerah pada Negara

kesatuan tidak sama dengan pembentukan Negara bagian seperti dalam

negara federal. Kedudukan pemerintah daerah dalam sistem Negara

kesatuan adalah subdivisi pemerintah nasional. Pemerintah daerah tidak

memiliki kedaulatan sendiri sebagaimana Negara bagian dalam Negara

federal, hubungan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat adalah

dependent dan subordinate sedangkan hubungan Negara bagian dengan

Negara federal/ pusat dalam Negara federal adalah independent dan

koordinatif. 8

Sehubungan sifat keuniversalan pemerintahan daerah (local Self

government) di beberapa Negara terkandung didalamnya cirri-ciri sebagai

berikut 9:

a. segala urusan yang diselenggarakan merupakan urusan yang sudah

dijadikan urusan-urusan rumah tangga sendiri sehingga urusan-

urusannya perlu ditegaskan secara rinci.

b. Penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan oleh alat-alat

perlengakapan yang seluruhnya bukan terdiri dari para pejabat

pusat, akan tetapi pegawai pemerintahan daerah.

c. Penanganan segala urusan itu seluruhnya diselenggarakan atas

dasar inisiatif atau kebijakan sendiri.

d. Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang mengurus

rumah tangga sendiri adalah hubungan pengawasan.

7 Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum tata nagara Indonesia, Alumni, Bandung, 1992, hlm, 65 8 Hanif Nurcholish, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi daerah. PT. Gramedia Widia

Sarana, Jakarta, 2005, hlm. 6 9 Jurnal Yuridika, edisi no. 3 Vol.4, 2006, hlm, 17-20, Sri Haryanti. 2006. ”Perencanaan

Pembangunan Partisipatif”. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya.

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Seluruh penyelenggaraannya pasda dasarnya dibiayai dari sumber

keuangan sendiri.

Prinsip penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi

pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan

kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu

penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian

hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu

membangun kerjasama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang

tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu

menjamin hubungan yang serasi antara daerah dengan pemerintah, artinya

harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap

tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan

tujuan Negara. Dengan demikian, otonomi atau desentralisasi akan

membawa sejumlah manfaat bagi masyarakat di daerah ataupun

pemerintah nasional.10

Secara umum, desentralisasi mencakup kepada empat bentuk yaitu

dekonsentrasi, devolusi, pelimpahan pada lembaga semi otonom dan

privatisasi. Dekonsentrasi merupakan penyerahan beban kerja dari

kementrian pusat kepada pejabat-pejabat yang berada di wilayah.

Penyerahan ini tidak diikuti oleh kewenangan membuat keputusan dan

diskresi untuk melaksanakannya. Selanjutnya, devolusi merupakan

pelepasan fungsi tertentu dari pemerintah pusat untuk membuat satuan

pemerintahan baru yang tidak dikontrol secara langsung. Tujuan devolusi

adalah untuk memperkuat satuan pemerintahan di bawah pemerintah pusat

dengan cara mendelegasikan kewenangan dan fungsi. Dalam rangka

desentralisasi, daerah otonom berada diluar hirarki organisasi pemerintah

pusat, sedangkan dslam rangka dekonsentrasi, wilayah administrasi dalam

hirarki organisasi pemerintah pusat. Desentralisasi menunjukkan

hubungan kekuasaan antarorganisasi, sedsangkan dekonsentrasi

menunkjukkan model hubungan kekuasaan intra organisasi. Dalam

10 Ryas Rasyid, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hlm. 32

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

praktiknya di Indonesia selama ini, disamping desentralisasi dan

dekonsentrasi, juga dikenal adanya tugas pembantuan (medebewind). Di

belanda Medebewind diartikan sebagai pembantu penyelenggaraan

kepentingan-kepentingan dari pemerintah pusat atau daerah-daerah yang

tinggkatannya lebih atas oleh perangkat daerah yang lebih bawah. 11

Menurut Moh.Mahfud MD, dalam konteks hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah, maka ketiga asas tersebut yaitu asas

desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan, secara

bersama-sama menjadi asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

di Indonesia. Ditambahkan bahwa pelaksanaan hubungan kekuasaan

antara pusat dan daerah melahirkan adanya dua macam organ, yaitu

pemerintah daerah dan pemerintah wilayah. Pemerintah daerah adalah

organ daerah otonom yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri

dalam rangka desentralisasi, sedangkan pemerintah wilayah adalah organ

pemerintah pusat di wilayah-wilayah administratif dalam rangka

pelaksanaan dekonsentrasi yang terwujud dalam bentuk propinsi dan

ibukota negara, kabupaten, kotamadya, kota administratif, dan kecamatan

namun dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan kemudian diganti dengan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah beberapa

kali diubah terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Pemerintahan Daerah, kotamadya telah dihapus.12

Kewenangan yang diberikan oleh pemerintah kepada pemerintah

provinsi, kabupaten/ kota, diberikan melalui tiga cara, yaitu :

a. Atribusi, yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pembuat

Undang-Undang kepada organ Pemerintahan, wewenang yang

diberikan langsung dari Undang-Undang atau peraturan Daerah.

11 Irawan Soedjito, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Rineka Cipta, Jakarta,

hlm. 34 12 Moh.Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1998, hlm. 93

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Delegasi, yaitu pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan

kepada organ lainnya, wewenang ini adalah ketika daerah

melaksanakan urusan yang berasal dari tugas pembantuan.

c. Wewenang, yaitu prakarsa dan inisiatif yang muncul sendiri dari

masing-masing daerah, seiring dengan kebebasan dan kemandirian

yang dimiliki, sesuai dengan potensi serta kekhasan daerah, wewenang

ini disebut urusan pemerintahan yang bersifat pilihan.

Pemberian kewenangan dari pemerintah kepada pemerintah daerah

diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah yang telah diubah terakhir menjadi Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintahan Daerah, untuk mengurus dan

mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan

pemerintahan yang meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan,

yustisi, moneter, dan fiskal nasional dan agama. 13 Urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah terdiri atas urusan wajib

dan pilihan, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah

untuk kabupaten/ kota antara lain meliputi beberapa hal sebagai berikut14 :

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan, perencanaan,

pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

b. penyelenggaraan ketertiban umum, dan ketentraman masyarakat,

penyediaan sarana dan prasarana umum

c. penanganan bidang kesehatan, penyelenggaraan pendidikan,

penanggulangan masalah sosial, pelayanan bidang

ketenagakerjaan, fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil,

dan menengah,

d. pengendalian lingkungan hidup, pelayanan kesehatan, pelayanan

kependudukan , dan catatan sipil, pelayanan administrasi umum

pemerintahan

13 Ridwan, Hukum Administrasi di Daerah, Cetakan pertama, FH, UII Press, Yogyakarta, 2009,

hlm.67 14 Bagir Manan, Wewenang Propinsi, Kabupaten/kota Dalam Rangka Otonomi Daerah. Makalah

seminar nasional, Bandung, 13 Mei 2000, hlm. 5

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. pelayanan administrasi penanaman modal, penyelenggaraan

pelayanan dasar lainnya, urusan wajib lainnya yang diamanatkan

oleh peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah

menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan

Daerah, kepala daerah sebagai kepala pemerintahan daerah mempunyai

tugas dan wewenang sebagai berikut :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD.

b. Mengajukan rancangan pertauran daerah dan menetapkan

peraturan daerah yang telah mendapat persetujuan bersama dengan

DPRD.

c. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan daerah tentang

APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.

d. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah dan mewakili

daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

e. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya di dalam

ketentuan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah menjadi Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, kepala

daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila , melaksanakan

UUD 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan

Negara kesatuan Republik Indonesia.

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memelihara

ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Melaksanakan kehidupan demokrasi, mentaati dan menegakkan

seluruh peraturan perundang-undangan

d. Menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah, memajukan dan mengembangkan daya saing daerah.

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik

serta melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan daerah.

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah

dan semua perangkat daerah serta menyampaikan rencana strategis

penyelenggaraan pemerintahan daerah dihadapan Rapat Paripurna

DPRD.

2. Tinjauan Umum Tentang Perencanaan Kota

Kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat, dan permanen

yang dihuni oleh individu-individu yang heterogen dalam arti sosial, dan

sudah merupakan masyarakat dengan organisasi yang teratur. Sedangkan

kedudukan kota sendiri pada masa sekarang ini dari tahun ke tahun

semakin meningkat, yang pada dewasa ini rupanya tidak hanya dalam

statusnya sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian saja, tetapi lebih

banyak mengandung berbagai arti sosial lainnya.15

Kata perencanaan (design) digunakan dengan berbagai cara dan

berbagai makna di berbagai bidang. Di dalam perencanaan daerah atau

kota yang komprehensif, perencanaan daerah memiliki suatu makna

khusus yang membedakan dari berbagai aspek proses perencanaan daerah.

Perencanaan daerah atau kota berkaitan dengan tanggapan manusia

terhadap lingkungan fisik kota : penampilan visual, kualitas estetika, dan

karakter spesial. Istilah tersebut berhubungan dengan hal-hal yang

mempengaruhi indera manusia tentang keberadaan, kesadaran akan

tempat-tempat yang berbeda di dalam kota, dan perilaku mereka di dalam

15 Hadi Sabari Yunus, Manajemen Kota (Prespektif Spasial). Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005,

Hlm. 16

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

artian tanggapan langsung atau tidak langsung terhadap pelingkup fisik

spasial tempat manusia bertempat tinggal, bekerja, dan bermain.16

Pada skala kawasan, perencanaan kota meliputi situasi dan

perkembangan lingkungan suatu bangunan atau sekumpulan gedung, suatu

taman atau plaza, boulevard atau pejalan kaki, tiang lampu atau

pemberhentian bus, atau elemen fisik lingkungan lain yang sering

berhubungan dengan penghuninya. Pada skala kota, perencanaan Kota

berkaitan dengan elemen visual utama yang meliputi : tengaran

(landmark), pemusatan (nodes), kawasan (districts), jejalur (paths), dan

tepian (edges). Adapun konsep khusus yang digunakan oleh teoritisi dan

praktisi terkemuka tersebut, telah diterapkan di dalam banyak rencana tata

guna lahan. Adapun konsep khusus yang digunakan, ada kesepakatan

umum bahwa perencanaan Kota haruslah mengenali dan menunjang

elemen-elemen visual utama kota dengan meningkatkan kualitas estetika,

derajad kepentingan sebagai titik acuan pemandangan kota, dan

konstribusinya kepada kendaraan dan gengsi warga kota.17

Perencanaan Kota atau daerah tidak dapat efektif kecuali bila

dilakukan dengan pengenalan, pemahaman, dan pemanfaatan, struktur

kekuatan pemerintah dan non pemerintah. Pada kenyataanya terdapat

perbedaan pendapat tentang pihak yang melakukan perencanaan Kota,

baik antara satu Negara dengan Negara lain, antara kebudayaan yang satu

dengan kebudayaan yang lain, maupun antara sistem politik yang satu

dengan yang lain. Ciri-ciri rencana yang baik18 :

a. Rencana harus memberi kemudahan dalam melaksanakan kegiatan

dan usaha pencapaian tujuan. Untuk itu suatu rencana harus jelas

dan dapat dipahami oleh setiap pihak yang terlibat didalamnya

serta bisa dilaksanakan dilapangan guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

16 www.google.com/wikipedia/ kata perencanaan/ diakses tanggal 13 November 2010 17 Melville C Barnch, Perencanaan Kota Komprehensif. Hlm 204 18 Jurnal Keadilan, edisi no. 3 Vol . 4, 2006, hlm. 17-20, Arie Sinambolon. 2006. “Sekilas

Mengenai Perencanaan Pembangunan (otonomi daerah perjuangan nyata buttom-up)”. Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Rencana harus dirumuskan oleh para tenaga ahli yang kuat dalam

teori dan memiliki pengalaman yang mendukung dibidang

operasional serta mendalami hakiki dari tujuan yang hendak

dicapai. Tujuannya adalah agar terdapat kepaduan antara teori dan

praktek serta motivasi yang baik para perencana untuk

menghasilkan suatu rencana yang rasional, actual atas dasar data

dan kebutuhan yang sebenarnya.

c. Rencana yang memiliki fleksibilitas yang dapat disesuaikan

dengan setiap perubahan yang terjadi. Namun pola dasar dari

rencana harus mantap.

d. Rencana harus memiliki bentuk dan isi yang sederhana sehingga

dapat dijabarkan ke dalam program kerja dengan skala prioritas

yang wajar. Dengan demikian tidak terjadi polarisasi antara

rencana disatu pihak dan pelaksana dipihak lain.

e. Rencana harus memiliki batas toleransi yang menjadi dasar dalam

mengevaluasi setiap penyimpangan yang terjadi. Hal ini

bermanfaat untuk menampung kejadian-kejadian masa mendatang

yang belum pasti, sehingga setiap terjadi penyimpangan, hal

tersebut tidak akan menimbulkan kegoncangan yang dapat

mengganggu atau menghambat pelaksanaan. Karena setiap

penyimpangan yang masih dalam batas toleransi tela

diperhitungakan sebelumnya.

3. Tinjauan Umum tentang Pembangunan

Pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang merupakan

syarat mutlak bagi setiap warga Negara, terutama Negara-negara yang

sedang berkembang dalam rangka mewujudkan cita-sita yang ingin

dicapai. Tentunya beban dan pelaksanaan pembangunan itu akan selalu

berbeda tergantung dari situasi dan kondisi masing-masing Negara yang

melaksanakannya. Kemerdekaan dan kedaulatan yang dicapai telah

membuka jalan bagi pemenuhan cita-cita tersebut. Kemauan politik untuk

mencapai telah dimiliki, begitu juga dengan kekayaan alam dan

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terdapatnya kaum cendikiawan, Ilmuwan serta tenaga ahli yang siap untuk

mengelola berbagai potensi yang telah tersedia.

Namun demikian cita-cita tersebut tidak akan tercapai tanpa

adanya suatu kemauan untuk menggunakan segala potensi kekuatan

nasional yang dimiliki serta memadukannya dalam bentuk pengelolaan

yang berdaya guna dan berhasil guna. Proses pengelolaan inilah yang akan

menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan nasional di berbagai

bidang dan pada gilirannya akan menentukan pula kemauan bangsa

tersebut untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Pembangunan dapat

diartikan sebagai suatu “perubahan” yang mewujudkan suatu kondisi yang

lebih baik dari sekarang, baik secara materiil maupun spiritual.

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu rangkaian

tindakan yang dilakukan oleh setiap individu yang bernaung dalam suatu

system kemasyarakatan guna mencapai hasil akhir yang diinginkan. Selain

pengertian itu pembangunan juga disebut sebagai suatu “pertumbuhan”

yang merupakan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang

baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pertumbuhan di sini

mencakup semua aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, dan politik

yang berjalan seirama dengan keadaan yang saling menunjang.19

Sondang P Siagian mengemukakan bahwa yang terdapat beberapa

ide pokok yang menjadi dasar untuk suatu pembangunan, yaitu :

a. Pembangunan sebagai suatu “perubahan” yang mewujudkan suatu

kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik

dari kondisi sekarang. Pengertian perubahan kearah kondisi yang

lebih baik tidak hanya dalam arti yang sempit seperti peningkatan

taraf hidup, tetapi juga dalam segala aspek kehidupan yang lainnya,

karena satu segi kehidupan memiliki kaitan yang erat dengan segi

kehidupan lainnya karena manusia bukan hanya makhluk ekonomi,

tetapi makhluk sosial dan makhluk politik.

19 Ibid hlm. 22

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Pembangunan diartikan sebagai suatu pertumbuhan, hal ini

menunjukkan kemampuan suatu kelompok masyarakat untuk terus

berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Pertumbuhan ini diartikan sebagai suatu yang mutlak yang harus

terjadi dalam pembangunan, yang meliputi aspek kehidupan seperti

aspek ekonomi, sosial dan politik yang berjalan seirama dengan

keadaan yang saling menunjang.

c. Pembangunan sebagai suatu rangkaian tindakan dan usaha yang

dilakukan secara sadar oleh masyarakat yang bernaung dalam suatu

system kemasyarakatan guna mencapai hasil akhir yang

diinginkan. Dalam hal ini diharapkan suatu kesadaran yang tidak

hanya terbatas pada kelompok-kelompok tertentu dalam

masyarakat, tetapi meliputi seluruh warga pada semua lapisan dan

tingkatan serta timbul dari dalam diri sendiri. Pembangunan

tidaklah terjadi dengan sendirinya, apalagi secara kebetulan,

sehingga tercapai keadaan yang lebih baik dengan pertumbuhan

yang berlangsung secara terus-menerus.

d. Pembangunan harus didasarkan pada suatu rencana. Artinya

pembagunan itu harus dengan sengaja dan ditentukan secara jelas,

tujuan, arah dan bagaimana pelaksanaanya.

e. Pembangunan diharapkan bermuara pada satu “titik akhir” tertentu

seperti masalah keadilan sosial, kemakmuran yang merata,

kesejahteraan material, mental dan spiritual. Namun demikian,

“titik akhir” ini mempunyai sifat-sifat yang sangat relatif dan sukar

untuk dibayangkan. Kenyataannya adalah selama masih terdapat

suatu masyarakat selama ini pulalah kegiatan-kegiatan

pembangunan akan terus dilaksanakan.20

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembangunan

adalah suatu kegiatan untuk mencapai cita-cita suatu masyarakat untuk

memperbaiki kehidupan secara sadar dan terencana telah dan akan terus

20 Ibid hlm 23

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berlangsung. Atau dengan kata lain pembangunan merupakan tindakan

atau usaha yang dilakukan secara sadar untuk melakukan perubahan-

perubahan yang mendasar terhadap sikap mental, struktur sosial dan

lembaga-lembaga masyarakat yang ditujukan untuk mengacu pertumbuhan

ekonomi tanpa mengabaikan sektor lainnya.21

4. Tinjauan Umum tentang Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang)

Dalam pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan

(Musrenbang) melibatkan partisipasi masyarakat secara menyeluruh.

Musrenbang terdiri dari 3 bentuk permusyawaratan yang melibatkan

partisipasi masyarakat dari tingkat Kalurahan, Kecamatan, dan Kota.

Masyarakat dapat secara bebas menyalurkan aspirasi dan kehendakanya

dalam rangka perwujudan pelaksanaan pembangunan di daerahnya melalui

musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).

Kata musyawarah diambil dari bahasa Arab yang artinya berunding

atau berdiskusi untuk mencari jalan keluar dalam memecahkan suatu

masalah. Salah satu syarat dari suatu musyawarah adalah bertujuan

untuk mencari kebenaran (bertujuan baik), bukan bertujuan buruk. Kalau

berdiskusi untuk bertujuan buruk, itu namanya makar. Dalam proses

musyawarah mungkin terjadi perubahan pemikiran karena terjadi

pertukaran pendapat dan juga kemungkinan munculnya sintesis atau

perkawinan pendapat.22

a. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan

merupakan mekanisme tertinggi perencanaan pembangunan

partisipatif di tingkat kalurahan yang dilakukan secara terbuka

dengan melibatkan seluruh komponen dan stake holders yang ada

di wilayah kalurahan yang terdiri dari komponen warga

masyarakat, para tokoh, unsur kelembagaan, organisasi

21 Ibid hlm 24 22 (http://www.soc.culture.indonesia=naomi diakses tanggal 31 Januari 2010)

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebudayaan, paguyuban, LSM. Tujuan Musrenbangkel adalah

untuk menyusun perencanaan pembangunan wilayah kalurahan

yang berpihak kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat

dengan cara yang demokratis dan partisipatif.23

b. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan

Tidak berbeda dengan prinsip yang dilakukan di

Musrenbangkel, pelaksanaan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam) sebagai forum

perencanaan pembangunan di tingkat kecamatan dilakukan dengan

prinsip musyawarah, dialog, dan partisipasi. Prinsip dialog dan

partisipatif dikembangkan diantara peserta yang dating dari

berbagai kalangan dan antar wilayah dalam rangka menemukan

rumusan perencanaan pembangunan yang akomodatif terhadap

usulan dari berbagai wilayah kalurahan (Musrenbangkel). Prinsip

penyelenggaraan Musrenbangcam ditekankan untuk menjalin

koordinasi dan kerjasama baik antar wilayah kalurahan maupun

dengan pihak dinas-dinas unit kerja di lingkungan pemerintah kota

yang diikut sertakan dalam proses musyawarah perencanaan

pembangunan ditingkat kecamatan. Tujuan Musrenbangcam adalah

untuk melakukan sinkronisasi permasalahan dan program yang

dihasilkan oleh musyawarah kalurahan membangun yang belum

dapat diselesaikan ditingkat kalurahan.24

c. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota

Musyawarah kota membangun atau disingkat

Musrenbangkot merupakan forum musyawarah tertinggi ditingkat

kota yang dilaksanakan berdasarkan asas demokrasi, kemitraan,

dialog, dan partisipasi. Musrenbangkot dikembangkan sebagai

wahana untuk meninngkatkan partisipasi masyarakat kota dalam

23 Agus Dodi Sugiartoto, Perencanaan Pembangunan Partisipatif Kota Solo (Pengalaman IPGI

Solo Merintis Jalan Menuju Demokrasi, Partisipasi Masyarakat, dan Otonomi Daerah) IPGI, Solo,.hlm 111 24 Ibid hlm 119

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membangun kota. Musrenbangkot merupakan proses pembelajaran

masyarakat untuk melakukan pembangunan yang memanusiakan

manusia (nguwongke wong) sehingga masyarakat merasa ikut

memiliki dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Proses

pembelajaran ini sekaligus merupakan upaya untuk meningkatkan

roso handarbeni masyarakat Solo atas pembangunan yang

dilakukannya sendiri. Proses pembangunan yang semula berjalan

dari atas ke bawah perlu diubah dan diganti dengan proses

pembangunan yang lebih mengedepankan kepentingan dan

kebutuhan nyata masyarakat. Di dalam musrenbangkot ini, pihak-

pihak yang selama ini tersingkir dairi proses pembangunan

diakomodasi dalam proses ini. Keterlibatan komponen-komponen

strategis di masyarakat, terutama sekali komponen eksekutif,

legeslatif, masyarakat, kalangan pengusaha dan stake holders

penting lainnya, diharapkan mampu mengurangi disorientasi

pembangunan yang selama ini kurang menyentuh kebutuhan hidup

masyarakat.25

5. Tinjauan Umum tentang Partisipasi Masyarakat

Pemahaman tentang Partisipasi Masyarakat, Di era Reformasi,

pasca runtuhnya rezim orde baru yang telah mengusung “demokrasi tanpa

rakyat”, terjadi perubahan paradigma politik di Indonesia yang hampir

menempatkan rakyat kembali ke posisinya sebagai pemegang kedalulatan.

Partisipasi masyarakat merupakan wujud demokrasi di mana kekuasaan

adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sehingga seharusnya

dalam setiap proses politik, rakyat berhak mengetahui, berpendapat dan

berperan serta, dan bereaksi (positif maupun negatif) terhadap segala

kebijakan pemerintah sesuai dengan hati nurani mereka. Namun semuanya

sangat wajar mengingat hegemoni rezim orde baru begitu mengakar.

Meskipun sistem otoriter telah jauh bergeseran, namun demokrasi justru

masih tertatih-tatih. Pergeseran mungkin juga terjadi dalam bidang

25 Ibid, hlm 126

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ketatanegaraan dan kebijakan publik, yaitu pergeseran makna public yang

berarti penguasa orang banyak (diidentikkan dengan pemerintah) kepada

kepentingan orang banyak/ masyarakat.26

Hal ini menunjukkan bahwa pembentukkan peraturan perundang-

undangan sebagai hasil dari proses kebijakan harus didasarkan pada

kepentingan orang banyak atau masyarakat sebagai pemangku kepentigan

(Stake holders) dan tentu saja membutuhkan partisipasi masyarakat secara

langsung maupun tidak langsung dalam setiap prosesnya. Namun realitas

yang ada, keterlibatan masyarakat dalam kerangka kedaulatan rakyat,

demokrasi konstitusional masih jauh panas dari api. Masyarakat Indonesia

belum sampai pada tahapan civil society di mana masyarakat mampu

mempengaruhi dan mengawasi proses kebijakan publik.

Partisipasi berarti ada peran serta atau keikutsertaan (mengawasi,

mengontrol, dan mempengaruhi) masyarakat dalam suatu kegiatan

pembentukan peraturan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi

pelaksanaan peraturan daerah. Oleh sebab itu partisipasi masyarakat

termasuk dalam kategori partisipasi politik.27 Ada beberapa konsep

partisipasi28 :

a. Partisipasi sebagai kebijakan

Konsep ini memandang partisipasi sebagai porsedur

konsultasi para pembuat kebijakan kepada masyarakat sebagai

subyek peraturan daerah maupun kebijakan pemerintah daerah.

b. Partisipasi sebagai strategi

Konsep ini melihat partisipasi sebagai salah satu strategi

untuk mendapatkan dukungan masyarakat demi kredibilitas

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

c. Partisipasi sebagai alat komunikasi

26 Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial.

Alfa Beta, Bandung, 2005, Hlm 13 27 Kamus Besar Bahasa Imdomesia, 2003, Gramedia. Jakarta. 28 Journal International, Gaventa, John. 2000. Learning From Changes. “issues and

experience in participation and evaluation”. London. Intermediate Technology Publications, Ltd.

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Konsep ini melihat partisipasi sebagai alat komunikasi bagi

pemerintah (sebagai pelayan rakyat) untuk mengetahui keinginan

rakyat.

d. Partisipasi sebagai alat penyelesaian sengketa

Partisipasi sebagai alat penyelesaian sengketa dan

toleransi atas ketidakpercayaan dan kerancuan yang ada di

masyarakat. Adapun konsep partisipasi yang diterapkan oleh

pemerintah, setidaknya keterlibatan masyarakat dapat memberikan

legitimasi terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan

menimbulkan kepercayaan adanya keberpihakan pemerintah

terhadap kepentingan masyarakat. Manfaat Partisipasi Masyarakat

dalam proses perencanaan pembangunan antara lain sebagai

berikut29 :

1) meningkatkan proses belajar demokrasi 2) menciptakan masyarakat yang lebih bertanggungjawab 3) mengeliminir perasaan terasing 4) mempelancar komunikasi antara masyarakat dan pemerintah

(Bottom up communication)

5) menumbuhkan adanya kepercayaan (trust), penghargaan

(respect), dan pengakuan (recognition) masyarakat terhadap

pemerintahan daerah.

Tata Cara Pelaksanaan Partisipasi Masyarakat, Partisipasi tidak

cukup hanya dilakukan oleh beberapa orang yang duduk dilembaga

perwakilan, karena situasi dalam institusi politik cenderung

menggunakan politik atas nama kepentingan rakyat untuk

memperjuangkan kepentingan kelompok atau kepentingan pribadi. Oleh

sebab itu, dalam kegiatan wakil rakyat juga perlu ada ruang publik untuk

berperan serta dalam proses kebijakan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan partisipasi

masyarakat yang paling utama adalah masyarakat itu sendiri. Yang perlu

29 Journal International. Jeremy Hollan. 2005. Who Changes?. “institutionalizingbParticipation in Development. London. Intermediate Technology Publications, Ltd.

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dibangun adalah kesadaran berpatisipasi dan dukungan terhadap

aktivitas partisipasi melalui pendidikan politik. Yang bertanggungjawab

terhadap penyelenggaraan pendidikan politik bagi masyarakat adalah

masyarakat dan organisasi-organisasi local, baik berupa institusi

akademis, media massa, lembaga swadaya masyarakat. . Model-model

Partisipasi30 :

a. mengikutsertakan anggota masyarakat yang dianggap ahli dan

independent dalam team atau kelompok kerja dalam penyusunan

peraturan perundang-undangan

b. melakukan public hearing melalui seminar, lokakarya atau

mengundang pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyusunan

peraturan perundang-undangan, musyawarah rencana pembangunan

c. melakukan jejak pendapat, kontak public melalui media massa,

melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)

atau membentuk forum warga.

Adapun model partisipasi yang disediakan, tidak akan berarti jika

masyarakat masih saja bersikap apatis terhadap keputusan atau kebijakan

pemerintah. Untuk itu harus ada strategi khusus untuk mendorong

masyarakat agar aktif berpatisipasi dalam setiap proses kebijakan. Ada

beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi partisipasi

masyarakat, antara lain :

a) mensolidkan kekuatan masyarakat terutama para stake

holders

b) memberdayakan masyarakat (membangun kesadaran kritis

masyarakat)

c) publikasi hasil-hasil investigasi atau riset-riset yang penting

d) berupaya mempengaruhi mengambil kebijakan.

Memunculkan aksi dan gerakan secara kontinyu.31

30 Ricard M. Bird. 2000. “subnational revenues, reality and prospect, yang disampaikan

pada intergovernmental participation relation and local government”. Yang diselenggarakan oleh The World Bank, Institute, Almaty, Kazakstan, 17-21 April 2002.

31 Ibid, hlm 152

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Teori Kebijakan Publik

Definisi tentang kebijakan (policy) tidak ada pendapat yang

tunggal, tetapi menurut konsep demokrasi modern kebijkan negara

tidaklah hanya berisi cetusan pikiran atau pendapat para pejabatyang

mewakili rakyat, tetapi opini publik juga mempunyai porsi yang sama

besarnya untuk diisikan dalam kebijakan negara. Misalnya kebijakan

negara yang meranruh harapan banyak agar pelaku kejahatan dapat

memberikan pelayanan sebaik-baiknya, dari sisi lain sebagai abdi

masyarakat haruslah memperhatikan kepentingan publik.32

Istilah kebijakan atau sebagian orang mengistilahkan

kebijaksanaan seringkali disamakan pengertiannya dengan istilah policy.

Hal tersebut barangkali dikarenakan sampai saat ini belum diketahui

terjemahan yang tepat istilah policy ke dalam bahasa Indonesia.kebijakan

dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata bijak yang berarti

selalu menggunakan akal budinya, pandai, mahir, pandau bercakap-cakap,

petah lidah.33

Menurut Hoogerwerf, pada hakekatnya pengertian kebijakan

adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah, merupakan upaya untuk

memecahkan, mengurangi, mencegah suatu masalah dengan cara tertentu,

yaitu dengan tindakan yang terarah. Dari beberapa pengertian tentang

kebijakan yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan tersebut, kiranya

dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada hakekatnya studi tentang

kebijakan mencakup pertanyaan : what, why, who, where, dan how. Semua

pertanyaan itu menyangkut tentang masalah yang dihadapi lembaga-

lembaga yang mengambil keputusan yang menyangkut isi, cara atau

prosedur yang ditentukan, strategi, waktu keputusan itu diambil dan

dilaksanakan. 34

32 Irfan M. Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 2007,

hlm. 10 33 Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta, hlm. 42

34 Sahrir, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global, PT. Rineka cipta, Jakarta, 1988. hlm 66

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan memberi arti kebijakan

sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek

yang terarah. Sedangkan Carl J. Friedrich mendefinisikan kebijakan

sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau

pemerintaha dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan

hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan

usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Secara

lebih rinci James E. Andersonn (dalam Buku Winarno, 2007 :19)

memberikan pengertian kebijakan negara sebagai kebijakan oleh badan-

badan pejabat-pejabat pemerintah yang memiliki beberapa implikasi

berikut ini 35 :

a. Kebijakan negara selalu mempunyai tujuan fertentu atau

merupakan tindakan yag berorientasi kepada tujuan;

b. Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pejabat pemerintah;

c. Kebijakan itu adalah merupakan apa yang benar-benar dilakukan

pemerintah, jadi bukan mempakan apa yang pemerintah bermaksud

akan melakukan suatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu;

d. Kebijakan negara itu bisa bersifat positif dalam arti merupakan

bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu, atau

bisa bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat

pemerintah untuk melakukan sesuatu.

Di samping kesimpulan tentang pengertian kebijakan dimaksud,

pada dewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan secara luas

dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan ; pemerintah

serta perilaku negara pada umumnya. Luasnya makna kebijakan publik

sebagaimana disampaikan oleh Charles O. Jones di dalam mendefinisikan

kebyakan publik sebagai antar hubungan di antara unit pemerintah

tertentu dengan lingkungannya. Bahkan terdapat satu kesan sulit

menemukan hakekat dari pada kebijakan publik itu sendiri36

35 Budi Winarno, Kebiijakan public, Teori dan Proses, Media Presindo, Jakarta, 2007, hlm. 19

36 Ibid hlm.30

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penyusunan rancangan peraturan daerah sebagaimana diuraikan

dimuika, tidak terlepas dari kebijakan di bidang tersebut dilaksanakan oleh

pemerintah daerah- Kebijakan publik menurut Thomas R. Dye adalah

apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan.37

Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu

yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh

pemerintah menghadapi suatu masalah publik. Sedangkan Richard Rose

menyarankan bahwa kebijaten publik hendaknya dipahami sebagai

serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta

konsckuensi-konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada

sebagai suatu keputusan tersendiri.38

Di sisi lain, James E, Anderson merumuskan kebijakan sebagai

perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah)

serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.39 Walaupun

disadari bahwa kebyakan publik itu dapat dipengaruhi oleh para aktor dan

faktor dari luar pemerintah. Lebih lanjut ditegaskan bahwa kebijakan

publik sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau badan

pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya bidang pendidikan politik,

ekonomi, pendidikan, pertanian, industri, dan sebagainya. Di samping

lingkupnya yang sangat luas, ditinjau dari hirarkinya, kebijakan publik

dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal.40

Pandangan lainnya dari kebijakan publik, melihat kebijakan publik

sebagai keputusan yang mempunyai tujuan dan maksud tertentu, berupa

serangkaian instruksi dan pembuatan keputusan kepada pelaksana

kebijakan yang menjelaskan tujuan dan cara mencapai tujuan. Hal ini

sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Soebakti bahwa kebijakan

negara merupakan bagian keputusan politik yang berupa program perilaku

37 Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT. Suryandaru Utama, Semarang, 2005, hlm. 16

38 Budi Winarno, Kebiijakan public, Teori dan Proses, Media Presindo, Jakarta, 2007, hlm. 17 39 Ibid, hlm. 35 40 A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori, dan Aplikasi, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2005, hlm. 5

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

imtuk Mencapai tujuan masyarakat negara. Kesimpulan dari pandangan

ini adalah: pertama, kebijakan publik sebagai tindakan yaftg dilakukan

oleh pemerintah daa keduu, kebijakan publik sebagai keputusan

pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu.41 Dari beberapa pandangan

tentang kebijakan negara tersebut, dengan mengikuti paham bahwa

kebijakan negara itu adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan

dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi

pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh rakyat, maka Irfan M,

Islami menguraikan beberapa elemen penting dalam kebijakan publik,

yaitu :

a. Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk peraturannya berupa

penetapan tindakan – tindakan pemerintah.

b. Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi

dilaksanakan dalam bentuk yang nyata.

c. Bahwa kebijakan publik, baik untuk sesuatu ataupun tidak

melakukan sesuatu itu mempunyai dan dilaadasi maksud dan

tujuan tertentu.

d. Bahwa kebijakan publik itu hams senantiasa ditujukan bagi

kepentingan seluruh anggota masyarakat.

Kebijakan publik pada akhirnya harus dapat memenuhi kebutuhan

dan mengakomodasi kepentingan masyarakat Penilaian akhir dari sebuah

kebijakan publik adalah pada masyarakat. 42 Kebijakan publik adalah

bentuk nyata dari ruh negara, dan kebijakan publik adalah bentuk konkret

dari proses persentuhan negara dengan rakyatnya. Sebab dengan adanya

kesadaran ini sesungguhnya kita sedang mencermati aspek dinamis dan

aspek yang hidup dari relasi negara dengan rakyat. Paradigma kebijakan

publik yang kaku dan tidak responsif akan menghasilkan wajah negara

yang kaku dan tidak responsif pula, Demikian pula sebaliknya, paradigma

41 Barry Bozeman. 2009. Public Values Theory: Three Big Question, Journal International of Public

Policy. Vol. 4, No. 5, pp : 369-375.

42 Irfan M. Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 20

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebijakan publik yang luwes dan responsif akan menghasilkan wajah

negara yang luwes dan responsif pula. Sedangkan Don K. Price,

menyebutkan bahwa proses pembuatan kebijaksanaan negara yang

bertanggungjawab adalah proses melibatkan antara kelompok-kelompok

ilmuwan, pemimpin – pemimpin rganisasi profesional, para administrator

dan para politisi.43

Secara umum kebijakan (policy) dapat dikategorikan menjadi tiga

strata, yaitu kebijakan umum, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan

Teknis.

a. Kebijakan Umum

Kebijakan Umum adalah kebijakan yang menjadi pedoman atau

petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif maupun negatif

meliputi keseluruhan wilayah atau instansL Untuk wilayah negara,

kebijakan urnmn mengambil bentuk Undang-Undang atau

Keputusan Presiden dan sebagainya. Sementam untuk wilayah

propinsi, selain dari peraturan dan kebijakan yang diambil pada

tingkat pusat juga, ada Keputusan Gubernur atau Peraturan Daerah

yang diputuskan oleh DPRD. Suatu kebijakan umum dapat

dijadikan pedoman bagi tingkatan kebijakan di bawahnya, minimal

ada -tiga kriteria yang harus dipenuhi :

1) Mempunyai cakupan kebijakan dengan meliputi keseluruhan

wawasannya. Artinya, kebijakan tidak hanya meliputi dan

ditunjukkan pada aspek tertentu atau sektor tertentu.

2) Memiliki jangka waktu yang panjang. Artinya masa berlaku

atau tujuan yang ingin dicapai dengan kebijakan tersebut tidak

berada dalam Jangka waktu yang pendek, sehingga tidak

mempunyai tetas waktu tertentu. Karena itu, tujuan yang

digambarkan sebagai istitah sasaran strategi kebijakan

seringkali dianggap tidak jelas. Dengan kata lain dalam suatu

43 Solihin abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formalisasi ke Implementasi Kebijakan Negara,

Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hlm. 58

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebijakan umum tidak tepat untuk menetapkan sasarannya

secara sangat jelas dan rumusannya secara teknis. Rumusan

yang demikian akan menghadapi. kekuatan atau fleksibel

dalam perubahan waktu jangka panjang dan akan mengalami

kesulitan untuk diberlakukan di wilayah-wilayah kecil yang

berbeda.

3) Strategi kebijakan umum tidak bersifat operasional.

Sebagaimana pengertian umum, pengertian operasional atau

teknis juga bersifet relatif. Sesuatu yang dianggap umum untuk

tingkat kabupaten mungkin dianggap teknis atau operasional di

tingkat dibawahnya. amun, suatu kebijakan yang bersifat

umum tidak berarti kebijakan tersebut bersifat sederhana.

4) Kebijakan Pelaksanaan.

Kebijakan Pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan

kebijakan umum, Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah

tentang pelaksanaan Undang-Undang atau Keputusan Menteri

yang menjabarkan pelaksanaan Keputusan Presiden adalah

contoh dari kebijakan pelaksanaan. Untuk tingkat propinsi,

Keputusan Walikota/ Bupati atau keputusan seorang kepala

dinas yang- menjabarkan Keputusan Gubemur atau peraturan

daerah bisajadi suatu kebijakan pelaksanaan.

5) Kebijakan Teknis

Kebijakan Teknis adalah kebijakan operasional yang berada di

bawah kebijakan pelaksanaan. Secara umum, kebijnkan umum

adalah kebijakan tingkat pertama, kebijakan pelaksanaan

adalah kebijakan tingkat kedua dan kebijakan teknis adalah

kebijakan tingkat ketiga atau yang terbawah.

Terkadang sebuah proses kebijakan publik yang ada telah

mencapai hasil (output) yang-ditetapkan dengan balk, namun tidak

memperoleh respons atau dampak {outcome) yang baik dari masyarakat

atau kelompok sesamanya atau sebaliknya sebuah proses kebijakan publik

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tidak maksimal dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan namun

ternyata dampaknya cukup memuaskan bagi masyarakat umum Kebijakan

publik tidak lagi memilih proses internal (yang menghasilkan output) di

satu sisi dengan dinamika masyarakat di sisi yang lain. Artinya mulai dari

pemmusan kebijakan publik sampai pada evaluasinya semua elemen yang

ada dalam masyarakat harus dilibatkan secara partisipatif dan emansipatif.

Sehingga dalam konteks ini hasil-hasil yang telah ditetapkan dalam sebuah

produk kebijakan publik adalah hasil pembahasan dan kesepakatan

bersama antara rakyat dengan negara.

Proses pembuatan kebijakan publik berangkat dari realitas yang

ada di dalam masyarakat. Realitas tersebut bisa berupa aspirasi yang

berkembang, masalah yang ada maupim tuntutan atas kepentingan

perubahan-perubahan. Dari realitas tersebut maka proses berikutnya

adalah mencoba untuk mencari sebuah jalan keluar yang terbaik yang akan

dapat mengatasi persoalan yang muncul atau memperbaiki keadaan yang

ada sekarang. Hasil pilihan solusi tersebutlah yang dinamakan hasil

kebijakan publik.

7. Teori Sistem Hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman, seorang ahli sosiologi hukum

dari Stamford University mengemukakan mengenai Tiga Unsur Sistem

Hukum (Three Element of Legal System).44 Untuk itu sangat tepat teori

Lawrence Meir Friedman yong menyatakan bahwa hukum merupakan satu

kesatuan sistem yang terdiri dari tiga unsur yang saling terkait. Dalam

ketiga unsur sistem hukum yang mempengaruhi bekerjanya hukum

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Struktur Hukum (legal structure)

Struktur menurut Lawrence Meir Friedman adalah

kerangka bagian yang memberi semacam bentuk dan batasan

terhadap keseluruhan. Di Indonesia berbicara tentang struktur

44 Lawrence Meir Friedman, Sistem Hukum Perspektif llmu Sosial (Terjemahan The Legal System A Social Science Perspective). Penerjemah M. Khozim, Nusa Media, Bandung, 2009.hlm.12

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sistem hukum Indonesia maka termasuk didalamnya struktur

institusi-institusi penegakan hukum, seperti Kepolisian, Kejaksaan,

dan Pengadilan. Dalam hal ini merupakan unsur yang berasal dari

para pemegang aturan hukum. Bisa jadi pemerintah (eksekutif),

pembuat peraturan (legislatif) ataupun lembaga kehakiman

(yudikatif). Para aparat penegak hukum, seyogyanya harus

bersikap konsisten terhadap apa yang telah dikeluarkannya. Ia tidak

boleh mangkir dari kebijakan-kebijakan hukum yang telah

dibuatnya. Dengan kata lain, dalam melakukan segala perbuatan,

pemerintah harus selalu berpegang eguh terhadap peraturan umum

yang telah dibuatnya.

Jadi pada dasarnya struktur hukum secara sederhana bisa

diartikan dari kerangka bukum maupun wadah dan organisasi dari

lembaga-lembaganya,

b. Substansi Hukum (legal substance)

Substansi adalah aturan, norma dan pola perilaku nyata

manusia yang berada dalam sistem hukum itu. Substansi juga

berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada didalam

sistem hukum itu mencakup peraturan baru yang mereka susun.

Komponen substantif sebagai output dari sistem hukum yang

berupa peraturan-peraturan kepuhisan-keputusan yang digunakan

baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur.45

Substansi hukum meliputi norma dan aturan itu sendiri.

Tidak terbatas pada norma fonnal saja tetapi juga meliputi pola

perilaku sosial termasuk etika sosial, terlepas apakah nantinya akan

perilaku sosial tersebut akan membentuk norma formal tersendiri.

Idealnya, isi/ materi hukum tidak boleh diinterpretasikan secara

baku/sebagaimana adanya seperti yang tercantum dalam peraturan

perundang-undangan.

45 Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT. Suryandaru

Utama,Semarang, 2005, hlm. 5

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Kultur hukum (legal impact).

Pernyataan Lawrence Meir Friedman yang menyatakan

bahwa kultur hukum adalah apa yang masyarakat rasakan terhadap

hukum dan sistem hukumnya. Tapi kemudian Lawrence Meir

Friedman memperluas lagi bahwa budaya hukum bukan sekedar

pikiran saja, tetapi juga cara pandang dan cara masyarakat

menentukan bagaimana sebuah hukum itu digunakan

Pada akhirnya, pemahaman kultur hukum menurut

Lawrence Meir Friedman adalah setiap manusia terhadap hukum

dan sistem hukum kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya.

Kultur hukum adalah susunan pikiran sosial dan kekuatan sosial

yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau

disalah gunakan. Tanpa kultur hukum, maka sistem hukum itu

sendiri tidak berdaya.46

Pendapat Lawrence Meir Friedman, jika unsur ini

dihilangkan akan menimbulkan kepincangan hukum dan tidak bisa

berjalan sebagaimana mestinya, serta cita-cita mewujudkan

keadilanpun akan sirna. Pemerintah, dalam menyusun peraturan

dan menentukan langkah-langkah hukum perlu memperhatikan

pula nilai-nilai dalam masyarakat. Tidak boleh mengambil

keputusan/kebijakan hanya berdasarkan asumsinya belaka. Sesuai

dan atau tidaknya kebijakan hukum dengan tuntutan masyarakat

umum, akan sangat menentukan keberhasilan hukum itu sendiri.

Dalam mengenal hukum sebagai sistem, seperti yang

dikemukakan Lon L. Fuller harus dicennati apakah telah memenuhi

6 (delapan) asas (principles of legality), adalah sebagai berikut :

a. Sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan, artinya

tidak boleh mengandung sekedar keputusan-keputusan yang

bersifat ad hoc;

46 Achmad Ali, Keterpurukan Hukum di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001, hlm. 9

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan dan

Peraturan tidak boleh berlaku surut;

c. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang bisa

dimengerti;

d. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang

bertentangan satu sama lain;

e. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang

melebihi apa yang dapat dilakukan dan Peraturan tidak boleh

sering berubah-ubah;

f. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan

dengan pelaksanannya sehari-hari.

Mengenai efektifitas pelaksanaan hukum berkaitan erat

dengan berfungsinya hukum dalam masyarakat. Apabila seseorang

membicarakan berfungsinya hukum dalam masyarakat, maka

biasanya pikiran diarahkan pada kcnyataan apakah hukum tersebut

benar-benar berlaku atau tidak. Kelihatannya sangat sederhana,

padahal dibalik kesederhanaan tersebut ada hal-hal yang sangat

rumit.

Dalam sistem hukum yang tidak lain merupakan cerminan

dari nilai-nilai dan standar elit masyarakat, yang masing-masing

mempunyai kepentingan sendiri-sendiri sesuai dengan kepentingan

kelompok mereka.47 Berbicara inasalah hukum, pada dasamya

membicarakan fungsi hukum di dalam masyarakat. Karena

kebijakan dalam dalam bidang hukum akan berimplikasi ke

persoalan politik yang sarat dengan diskriminasi.

Pelaksanaan keefektifan hukum (pelaksanaan suatu

kebijaksanaan atau suatu komitmen), bersangkutan dengan lima

faktor pokok, yaitu sebagai berikut48 :

1) Faktor hukumnya sendiri; 47 Ibid hlm.105

48 Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan, UI Press, Jakana, 1983, hlm. 5

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Faktor penegak hukum;

3) Faktor sarana yang mendukung penegakan hukum;

4) Faktor masyarakat (adresat) hukum;

5) Faktor budaya;

Menurut William Chambliss dan Robert B. Seidman yang

memberikan perspektif dalam pemahaman hukum dan efektifitas

yang lebih luas,49 dimana dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana

seorang pemegang peranan itu diharapkan bertindak;

2) Seorang pemegang peranan itu akan bertindak sebagai suatu

respon terhadap peraturan hukum yang merupakan fungsi

peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-

sanksinya, aktivitas dan lembaga-lembaga pelaksana serta

keseluruhan kompleks kekuatan sosial dan politik;

3) Lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respon

terhadap peraturan hukum yang merupakan fungsi peraturan-

peraturan yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksi,

keseluruhan kompleks kekuatan sosial dan politik;

4) Para pembuat Undang-Undang itu akan bertindak yang

merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepada

mereka, sanksi-sanksi, keseluruhan kompleks kekuatan sosial,

politik, ideologi mengenai diri mereka serta umpan-umpan

balik yang datang dari pemegang peranan serta birokrasi.

Untuk memahami fungsi hukum itu, ada baiknya dipahami

terlebih dahulu bidang pekerjaan hukum. Sedikitnya ada empat

bidang pekerjaan yang dilakukan oleh hukum,50 yaitu sebagai

berikut :

49 Ibid , hlm. 21 50 Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT. Suryandaru

Utama,Semarang, 2005, . hlm, 28

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Merumuskan hubungan-hubungan diantara anggota masyarakat

dengan menunjukkan perbuatan-perbuatan apa saja yang

dilarang dan yang boleh dilakukan;

2) Mengalokasikan dengan menegaskan siapa saja yang boleh

melakukan kekuasaan atau siapa saja yang boleh melakukan

kekuasaan atau siapa berikut prosedurnya;

3) Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat;

4) Mempertahankan kemampuan adaptasi masyarakat dengan cara

mengatur keinbali hubungan-hubungan dalam masyarakat.

Menurut Roscoe Pound, hukum yang berfungsi sebagai

sarana rekayasa sosial sebenarnya adalah manifestasi dari

digunakannya hukum sebagai alat politik negara guna

mewujudkan kepentingan politiknya untuk melindungi

kepentingan umum, kepentingan kemasyarakatan dan

kepentingan pribadi.51

Di dalam teori-teori hukum, biasanya dibedakan antara tiga

macam berlakunya hukum sebagai kaidah, dimana ada anggapan-

anggapan yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto52:

1) Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya

didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya, atau

apabila terbentuk menurut cara yang telah ditetapkan, atau

apabila menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi

dan akibatnya.

2) Kaidah hukum berlaku secara secara sosiologis. Artinya kaidah

hukum dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun

tidak diterima oleh warga masyarakat; kaidah hukum

diberlakukan oleh penguasa meskipun tidak diterima oleh

warga masyarakat; kaidah hukum berlaku karena diterima dan

diakui oleh masyarakat.

51 Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum (terjemahan), Bhatara, Jakarta, 1982, hilm. 87 52 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, VI Press, Jakarta, 2004,

hlm. 13

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Kaidah hukum berlaku secara filosofis, artinya sesuai dengan

cita-cita hukum sebagai nilai positif yang berlaku.

8. Tinjauan Umum tentang Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A

Tahun 2009 tentang Pedoman dan Petunjuk teknis Penyelenggaraan

Musrenbangkot Surakarta

Pasal 2 Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2009

menjelaskan tentang Diskusi Kelompok Terbatas (DKT). Sering di sebut

juga Focus Group Discussion, merupakan musyawarah antara SKPD

dengan komunitas sektoral/ pihak-pihak yang terkait langsung dengan

fungsi SKPD untuk menyepakati Rancangan awal renja SKPD. DKT

berkedudukan sebagai forum sinkronisasi aspirasi dan usulan komunitas

sektoral dengan program dan kegiatan SKPD, pada tahapan persiapan

Musrenbang.

Pasal 3 berisi tentang Musrenbangkel yaitu berkedudukan sebagai

forum stakeholders ditingkat kelurahan dalm penyusunan dan penetapan

rumusan kegiatan serta Daftar Skala Prioritas kegiatan pembangunan, yang

hasilnya sebagai rujukan kegiatan pembangunan tahun berikutnya. Pasal 4

berisi tentang Musrenbangcam yaitu berkedudukan sebagai forum tahunan

stakeholders di tingkat kecamatan dalam penetapan pengelompokkan

prioritas ermasalahn dan Daftar Skala Prioritas sebagai rujukan kegiatan

pembangunan tahun berikutnya.

Kemudian Pasal 5 berisi tentang Forum SKPD, yaitu sebagai

forum sinkronisasi dan sinergitas antara program/ kegiatan prioritas SKPD

dengan prioritas permasalahan dan kegiatan pembangunan hasil

musrenbangcam dan hasil DKT. Pasal 6 berisi tentang Musrebangkot yaitu

sebagai forum musyawarah stakeholders ditingkat kota dalam rangka

penyempurnaan rancangan RKPD berdasarkan prioritas dan kebijakan

pembangunan kota.

Bab III berisi tentang tujuan DKT, Musrenbangkel,

Musrenbangcam, Forum SKPD, dan Musrenbangkot. Pasal 7 dijelaskan

bahwa DKT bertujuan untuk menserasikan kegiatan pembangunan daerah

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tahunan melalui program dan kegiatan SKPD. Pasal 8 dijelaskan bahwa

Musrenbangkel bertujuan untuk menyusun dan menetapkan DSP kegiatan

pembangunan maupun kegiatan unggulan tahunan tingkat kelurahan yang

akan dibiayai dengan alokasi anggaran dalam SKPD Kelurahan (sesuai

pelimpahan sebagian kewenangan walikota kepada lurah), DPK didukung

dengan swadaya, PNPM mandiri didukung dengan swadaya, atau sumber

dana lainnya, serta rumusan kegiatan pembangunan yang akan diajukan

untuk dibahas pada Musrenbangcam. Pasal 9 dijelaskan bahwa

musrenbangcam bertujuan untuk menyusun dan menetapkan DSP

pembangunan tingkat kecamatan yang berasal dari hasil Musrenbangkel

yang disinkronkan dngan prioritas pembangunan daerah. Pasal 10

dijelaskan bahwa forum SKPD bertujuan untuk menyusun dan

menetapkan DSP kegiatan dalam rancangan renja SKPD melalui

sinkronisasi prioritas pembangunan hasil musrenbangcam dan hasil DKT,

dengan memperhatikan renstra SKPD, evaluasi kinerja pelaksanaan SKPD

dan Pagu indikatif pendanaan masing-masing urusan pemerintahan daerah

yang akan dituangkan dalam rancangan RKPD. Pasal 11 dijelaskan bahwa

musrenbangkot bertujuan untuk meyempurnakan rancangan RKPD yang

memuat prioritas dan garis besar kebijakan pembangunan daerah,

merumuskan rancangan kebijakan pengalokasian DPK serta

menginformasikan usulan kegiatan untuk didanai dengan APBD provinsi

Jawa Tengah dan APBN.

Bab IV berisi tentang Tahapan Musrenbang, yaitu di dalam pasal

12 dijelaskan tentang persiapan Musrenbang yaitu persiapan pelaksanaan

musrenbang dilakukan sebelum dijalankannya seluruh tahapan

musrenbang pada semua kegiatan, yang salah satu kegiatannya adalah

pelaksanaannya DKT. Pasal 13 dijelaskan bahwa musrenbangkel

dilaksanakan melalui tahapan pra musrenbangkel dan musrenbangkel.

Pasal 14 dijelaskan bahwa musrenbangcam dilaksanakan melalui pra

musrenbangcam dan musrenbangcam. Pasal 15 dijelaskan bahwa forum

SKPD dilaksanakan melalui pra forum SKPD dan Forum SKPD. Pasal 16

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dijelaskan bahwa musrenbangkot dilaksanakan melalui pra musrenbangkot

dan musrenbangkot.

Bab V berisi tentang Kepanitiaan dan Penyelenggaraan. Pasal 17

dijelaskan sebagai berikut :

a. DKT diselenggarakan oleh panitia khusus dan difasilitasi oleh

BAPPEDA.

b. Panitia khusus sebagaimana pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan

kepala BAPPEDA.

c. Musrenbangkel, musrenbangcam, dan musrenbangkot diselenggarakan

oleh kepanitiaan ditingkatan masing-masing yang terdiri dari :

1) Panitia Pengarah ( Steering Committee)

2) Panitia Pelaksana (Organizing Committee

d. forum SKPD diselenggarakan oleh panitian penyelenggara yang

ditetapkan dengan keputusan kepala BAPPEDA.

e. Panitia masing-masing tingkatan ditetapkan pada tahapan persiapan

pelaksanaan musrenbang.

Pasal 18 dijelaskan bahwa persiapan pelaksanaan musrenbang,

musrenbangkel, musrenbangcam, forum SKPD, dan Musrenbangkot

diselenggarakan pada masing-masing tingkatan dan kedudukan dengan

berpedoman pada peraturan walikota ini.

Bab VI berisi tentang peserta DKT, Musrenbangkel,

Musrenbangcam, Forum SKPD, dan Musrenbangkot. Pasal 19 dijelaskan

sebagai berikut :

a. peserta DKT adalah kemunitas sektoral atau pihak-pihak yang

berkepentingan langsung dengan kegiatan SKPD, mengacu pada hasil

inventarisasi SKPD.

b. Keterliabatan peserta sebagaimana dimaksud di atas dalam DKT

dilakukan dengan cara mendaftar kepada dan atau diundang oleh

panitia khusus.

c. Tata cara pendaftaran dan undangan calon peserta DKT ditetapkan

oleh panitia khusus.

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Peserta DKT memiliki hak suara mengusulkan dan menyepakati

rencana kegiatan SKPD melalui pembahasan bersama.

Pasal 20 dijelaskan sebagai berikut :

a. peserta musrenbangkel meliputi perwakilan semua unsur masyarakat

yang berdomisili dikelurahan setempat.

b. Keikutsertaan peserta sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan

cara mendaftar dan atau diundang oleh panitia pelaksana.

c. Tata cara pendaftaran dan undangan calon peserta ditetapkan oleh

panitia pelaksana.

d. Peserta musrenbangkel memiliki hak pengambilan keputusan dalam

musrenbangkel melalui pembahasan yang disepakati bersama.

Pasal 21 dijelaskan sebagai berikut :

a. Peserta musrenbangcam meliputi delegasi musrenbangkel dan

organisasi kemasyarakatn maupun pengusaha yang operasional

kegiatannya pada lingkup kecamatan setempat, serta anggota DPRD

yang berasal dari daerah pemilihan setempat.

b. Kekutsertaan peserta sebagaimana diatas dilakukan dengan cara

mendaftar kepada dan atau diundang oleh panitia pelaksana.

c. Tata cara pendaftaran dan undangan calon peserta ditetapkan oleh

panitian pelaksana

d. Peserta musrenbangcam memiliki hak pengambilan keputusan dalam

musrenbangcam melalui pembahasan yang disepakati bersama.

Pasal 22 dijelaskan sebagai berikut :

a. peserta forum SKPD dan forum gabungan SKPD terdiri dari SKPD,

delegasi musrenbangcam, dan perwakilan komunitas sektoral yang

telah ditetapkan dalam DKT.

b. Keikutsertaan peserta sebagaimana dijelaskan diatas dilakukan dnegan

cara mendaftar kepada dan atau diundang oleh panitia penyelenggara

melalui BAPPEDA.

c. Tata cara pendaftaran dan undangan calon peserta ditetapkan oelh

panitia penyelenggara.

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Peserta forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD memiliki hak

pengambilan keputusan dalam forum melalui pembahasan yang

disepakati bersama.

Pasal 23 dijelaskan sebagai berikut :

a. peserta musrenbangkot adalah SKPD, delegasi dari Musrenbangcam,

delegasi DKT, delegasi dari forum SKPD dan stakeholders lainnya.

b. Keikutsertaan peserta sebagaimana diatas dilakukan dengan cara

mendaftar kepada dan atau diundang oleh panitia pelaksana melalui

BAPPEDA.

c. Tata cara pendaftaran dan undangan calon peserta ditetapkan oleh

panitia pelaksana.

d. Peserta musrenbangkot memiliki hak pengambilan keputusan dalam

musrenbangkot melalui pembahasan yang disepakati bersama.

Bab VII berisi tentang pembiayaan DKT, Musrenbangkel,

Musrenbangcam, Forum SKPD, dan Musrenbangkot di dalam Pasal 24

yaitu sebagai berikut :

a. DKT dibiayai APBD Kota Surakarta yang dialokasikan pada rekening

Anggaran SKPD Bappeda

b. Musrenbangkel dibiayai APBD Kota Surakarta yang dialokasikan pada

rekening anggaran SKPD kelurahan, partisipasi masyarakat, dan

sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

c. Musrenbangcam dibiayai APBD kota Surakarta yang dialokasikan

pada rekening Anggaran SKPD kecamatan, partisipasi masyarakat, dan

sumber lain yang sah dan tidak mengikat

d. Forum SKPD dan musrenbangkot dibiayai APBD Kota Surakarta dan

dialokasikan pada rekening anggaran SKPD BAPPEDA.

Bab VIII berisi tentang pelaporan dan informasi, Pasal 25

dijelaskan bahwa sebagai berikut :

a. Lurah wajib melaporkan hasil musrenbangkel kepada Walikota

Surakarta melalui BAPPEDA dengan tembusan Camat selambat-

lambatnya 7 har setelah pelaksanaan kegiatan.

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Camat wajib melaporkan hasil musrenbangcam kepada Walikota

Surakarta melalui Bappeda selambat-lambatnya 7 hari setelah

pelaksanaan kegiatan.

c. Kepala Bappeda wajib melaporkan hasil musrenbangkot kepada

Walikota Surakarta selambat-lambatnya 14 hari setelah pelaksanan

kegiatan

d. Kepala BAPPEDA meginformasikan RKPD yang telah ditetapkan

Walikota kepada SKPD dan masyarakat melalui kelurahan selambat-

lambatnya 14 hari kerja setelah penetapan.

Bab IX berisi tentang Ketentuan lain-lain sebagai berikut

dijelaskan didalam Pasal 26 yaitu petunjuk teknis mulai dari persiapan

pelaksanaan musrenbang, pelaksanaan musrenbangkel, pelaksanaan

musrenbangcam, pelaksanaan forum SKPD, pelaksanaan Musenbangkot

tercantum dalam lampiran. Bab X berisi tentang Ketentuan Penutup.

9. Tinjauan Umum Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

a. Tinjauan Umum tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

1) Pengertian Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Dengan pertimbangan bahwa adanya sistem

perencanaan pembangunan untuk menjamin agar pelaksanaan

kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran

serta tercapainya tujuan Negara maka yang dimaksud dengan

sistem perencanaan pembangunan nasional adalah satu satuan

tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan

rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,

menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara Negara dan masyarakat baik di tingkat pusat dan

daerah. (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional)

2) Asas dan Tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional

mempunyai asas dan tujuan yang tercantum di dalam Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, yaitu sebagai berikut :

1) Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan

demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan,

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta

kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan nasional.

2) Perencanaan pembangunan nasional disusun secara

sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap

terhadap perubahan.

3) Sistem perencanaan pembangunan nasional

diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan

Negara.

c. Sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk :

1) Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan.

2) Menjamin terciptanya integritas, sinkronisasi, dan sinergi

baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi

pemerintah maupun antara pusat dan daerah.

3) Menjamin keterikatan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

4) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

5) Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara

efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

d. Ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional

Perencanaan pembangunan nasional mencakup

penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi

pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara

terpadu dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembangunan yang disusun secara terpadu oleh kementrian/

lembaga dan perencanaan pembangunan oleh pemerintah

daerah sesuai dengan kewenangannya.

Perencanaan pembangunan nasional tersebut

menghasilkan antara lain sebagai berikut :

1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

3) Rencana Pembangunan Tahunan

RPJP nasional merupakan penjabaran dari tujuan

dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, dalam visi, misi, dan arah

pembangunan nasional.

RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi,

dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada

RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional,

kebijakan umum, program kementrian/ lembaga dan lintas

Kementrian/ lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan,

serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran

perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan

fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan

kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) merupakan penjabaran dari RPJM Nasional,

memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi

makro yang mencakup gambaran perekonomian secara

menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program

Kementrian/ Lembaga, lintas kementrian/ lembaga,

kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

pendanaan yang bersifat indikatif.

RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. RPJM Daerah

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

merupakan penjabaran visi, misi, dan program kepala daerah

yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan

memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan

keuangan daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan

umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas

Satuan kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan

disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi

dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM

daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka

ekonomi Daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja,

dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh

pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong

partisipasi masyarakat.

Rencana strategis Kementrian/ Lembaga (Renstra-KL)

memuat visi, misi, srtategi, tujuan, kebijakan, program, dan

kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi

kementrian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada

RPJM Nasional dan bersifat indikatif. Rencana kerja

Kementrian/ Lembaga (Renja-KL) disusun dengan berpedoman

pada Renstra-KL dan mengacu pada prioritas pembangunan

nasional dan indikatif, serta memuat kebijakan, program, dan

kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh

pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong

partisipasi masyarakat.

Rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renstra-SKPD) memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,

program, dan kegiatan pembagunan yang disusun sesuai

dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta

berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.

Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra-

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKPD dan mengacu kepada RKP, memuat kebijakan, program,

dan kegiatan-kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan

langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh

dengan mendorong partisipasi masyarakat.

10. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan menurut Van Metern dan Van Horn adalah

tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu maupun

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijaksanaan sebelumnya. Dalam konsep proses kebijakan dinyatakan

bahwa salah satu rangkaian kegiatan utama dalam proses kebijakan adalah

pelaksanaan kebijakan (policy implementation). Pelaksanaan kebijakan

merupakan rangkaian tindak lanjut dari pembuatan kebijakan. Instrumen

yang digunakan dalam pelaksanaan kebijakan (negara) dapat bersifat

memaksa (compulsory instruments) sampai yang bersifat sukarela

(voluntary instruments). Meskipun demikian, pada umumnya kebijakan

publik bersifat memaksa yang tercermin dari sifat perundang-undangan

(manifestasi dari kebijakan publik) yang mengikat pemerintah dan

masyarakat.

Dalam implementasi suatu kebijakan publik terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhinya, dimana Van Meter dan Van Horn mengatakan

implementasi kebijakan amat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai

berikut:

a. Sumber-sumber kebijakan;

b. Ciri-ciri atau sifat badan/instansi pelaksana;

c. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

d. Sikap para pelaksana;

e. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik.53

53 William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, .Gajah Mada University Press,

Yogyakarta, 1998, hlm. 79

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kemudian Merille S. Grindle, mengemukakan terdapat dua faktor

yang mempengaruhi aktivitas implementasi kebijakan, yaitu kontens

kebijakan dan konteks implementasi, yaitu :

a. Kontens (Isi) kebijakan, yaitu apa yang ada di dalam isi suatu

kebijakan publik yang berpengaruh terhadap proses kebijakan publik

tersebut. Konten atau isi kebijakan ini meliputi 6 variabel, yaitu:

1) Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan;

2) Jenis manfaat yang akan dihasilkan;

3) Derajat perubahan yang diinginkan;

4) Kedudukan pembuat kebijakan;

5) Pelaksana-pelaksana program;

6) Sumber-sumber yang tersedia.

b. Konteks implementasi, yaitu gambaran mengenai bagaimana konteks

politik dan administrasi mempengaruhi implementasi kebijakan

publik tersebut. Konteks implementasi kebijakan ini meliputi 3

variabel, yaitu:

1) Kekuasaan, kepentingan dan strategi dari mereka yang terlibat

dalam penerapan kebijakan;

2) Karakteristik rezim dan lembaga dan Kepatuhan dan daya

tanggap.54

Menurut George C. Edwards III ada empat variabel dalam

kebijakan publik yaitu komunikasi (communications), sumber daya

(resources), sikap (dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi

(bureucratic structure). Ke empat faktor tersebut dilaksanakan secara

simultan karena antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang

erat.

a. Komunikasi

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan

tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang

54 Mahmud akher Sharef dan Norm Archer. 2010. Developing Fundamental Capabilities for

Succesful E-Goverment Implentation, Journal International of Public Policy. Vol. 6, No. ¾, pp : 318-335.

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan

ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan

secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman

dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga

implementors mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan

kebijakan itu. Agar implementasi berjalan efektif, siapa yang

bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui

apakah mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementors

kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus mengerti

secara jelas dan akurat mengenai maksud dan tujuan kebijakan.

b. Sumber Daya

Tidak menjadi masalah bagaimana jelas dan konsisten

implementasi program dan bagaimana akuratnya komunikasi dikirim.

Jika personel yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program

kekurangan sumber daya dalam melakukan tugasnya. Komponen

sumber daya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana,

informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan

kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan

program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat

diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya

fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan

kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana. Informasi

merupakan sumber daya penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua

bentuk informasi yaitu informasi mengenai bagaimana cara

menyelesaikan kebijakan serta bagi pelaksana harus mengetahui

tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data

pendukung kepatuhan kepada peraturan pemerintah dan undang-

undang. Sumber daya lain yang juga penting adalah kewenangan

untuk menentukan bagaimana kebijakan dilakukan, kewenangan

untuk membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang,

pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperlukan untuk melaksanakan kebijakan harus terpenuhi seperti

kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi.

c. Disposisi atau Sikap

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi

kebijakan adalah sikap implementor. Sikap merupakan suatu yang

penting dalam implementasi kebijakan. Jika pelaksana kebijakan

didasari oleh sikap yang positif terhadap kebijakan maka besar

kemungkinan mereka akan dapat melaksanakan apa yang dikehendaki

oleh pembuat kebijakan.

d. Struktur Birokrasi

Di dalam birokrasi selalu terdapat SOP (Standard Operating

Procedure) dan Fragmentasi. SOP merupakan rutinitas-rutinitas yang

memungkinkan para pejabat publik membuat sejumlah besar

keputusan umum sehari-hari dan ia merupakan jawaban terhadap

keterbatasan waktu dari sumber daya pelaksana organisasi yang

kompleks dan beragam. Sedangkan fragmentasi adalah pembagian

tanggung jawab suatu daerah kebijakan di antara beberapa unit

organisasi. SOP dan fragmentasi dapat mempengaruhi bahan-bahan

dalam kebijakan, memboroskan sumber daya, meningkatkan tindakan

yang diinginkan, menghambat koordinasi dan membingungkan

pejabat di tingkat bawah.55

Banyak pakar kebijakan menilai dari keseluruhan siklus

kebijakan, implementasi kebijakan merupakan tahapan yang paling

sulit. Pendekatan yang biasa digunakan dalam mengimplementasikan

kebijakan adalah :

1) Pendekatan Struktural (Peran Organisasi) dan Pendekatan

Prosedural dan Manajemen;

2) Pendekatan Perilaku (Behavioral) yang terdiri dari Komunikasi,

Informasi lengkap pada setiap tahap.

55Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, Media Presindo,Yogyakarta, 2007,

hlm.126-154

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Pendekatan Politis (Aspek-aspek interdepartemental politik).56

Kerangka Berpikir

Bagan I. Alur Kerangka Berpikir Penjelasan Bagan

Penelitian ini berfokus pada kajian tentang Implementasi Peraturan

Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2009 tentang Pedoman dan

petunjuk teknis Musrenbang dalam penyelenggaraan Musrenbang di Kota

Surakarta. Apakah sudah sesuai pelaksanaan Musrenbang dengan

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2009. Dalam penelitian

ini penulis mengkaji dengan menggunakan teori sistem hukum (penegakan

hukum) dari Lawrence M. Friedman yang melihat bahwa keberhasilan dan

efektifitas penegakan hukum selalu mensyaratkan berfungsinya semua

komponen sistem hukum. Sistem hukum dalam pandangan Friedman

terdiri dari tiga komponen, yakni komponen struktur hukum (Legal

56Ibid, hlm.155

Musyawarah Perencananaan Pembangunan Di Kota Surakarta

Peraturan Walikota Surakarta No 18-A Tahun 2009

Strukur Hukum (Legal Structure)

Substansi Hukum (Legal Substance)

Budaya Hukum (Legal Culture)

Prespektif Ke depan Pelaksanaan Musyawarah perencanaan Pembangunan Di Kota Surakarta

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta belum sesuai dengan harapan

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

structure), komponen substansi hukum (Legal substance), dan komponen

budaya hukum (Legal culture).

Struktur hukum (Legal structure) merupakan batang tubuh,

kerangka, bentuk abadi dari suatu sistem, dalam hal ini sruktur dari sistem

hukum merupakan bentuk dari keseluruhan instansi-instansi penegak

hukum. Substansi hukum (Legal substance) aturan-aturan dan norma-

norma aktual yang dipergunakan oleh lembaga-lembaga kenyataan, bentuk

perilaku dari para pelaku yang diamati di dalam sistem.

Adapun kultur atau budaya hukum (Legal culture) merupakan

gagasan-gagasan, sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, harapan-harapan dan

pendapat tentang hukum. Untuk dapat melakukan kajian yang holistik

terhadap budaya hukum, maka diperlukan suatu pendekatan dari aspek

hukum empiris yang memungkinkan dapat berlakunya hukum di

masyarakat. Dalam kaitan dengan budaya hukum Lawrence M. Friedman

membedakannya menjadi dua bagian, yaitu:

a. Budaya Hukum Eksternal (external legal culture), adalah budaya

hukum dari warga masyarakat secara umum.

b. Budaya hukum Internal (internal legal culture) adalah budaya hukum

dari kelompok orang-orang yang mempunyai profesi di bidang hukum

seperti hakim, Birokrat dan lain-lain.

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh hasil penelitian yang memiliki bobot nilai

tinggi serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan

suatu metode penelitian yang dapat memberikan arah dan pedoman dalam

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memahami obyek yang diteliti sehingga dapat berjalan dengan baik dan

lancar sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

Untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsahannya,

suatu penelitian harus menggunakan suatu metode yang tepat dengan

tujuan yang hendak dicapai sebelumnya, sedangkan dalam penentuan

metode mana yang akan digunakan, penulis harus cermat agar metode

yang dipilih nantinya tepat dan jelas sehingga untuk mendapatkan hasil

dengan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan tercapai.

Dalam mempelajari hukum, terdapat lima konsep hukum yang

menurut Soetandyo Wignjosoebroto adalah sebagai berikut 57 :

1. Hukum adalah asas-asas moral atau kebenaran dan keadilan yang

bersifat kodrati dan berlaku universal.

2. Hukum merupakan norma atau kaidah yang bersifat positif di dalam

sistem perundang-undangan.

3. Hukum adalah keputusan-keputusan badan peradilan dalam

penyelesaian kasus atau perkara (in concreto) atau apa yang diputuskan

oleh hakim.

4. Pola-pola perilaku sosial yang terlembaga, eksis sebagai variable sosial

yang empirik.

5. Manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai

tampak dalam interaksi mereka.

Pada penelitian ini penulis mendasarkan pada konsep hukum yang

kelima, yang menurut Soetandyo Wingyosoebroto, hukum dalam hal ini

dikonsepsikan sebagai manifestasi makna-makna simbolik para pelaku

sosial sebagai tampak dalam interaksi mereka (hukum yang ada dalam

benak mereka).58

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis atau non

doktrinal. Dalam hal ini, hukum dikonsepsikan sebagai pranata sosial

57 Setiono, Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum, Surakarta, UNS, 2005. hlm. 4 58 Ibid; hlm. 5

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang secara riil dikaitkan dengan variable-variable sosial yang lain. 59

Secara khusus, penelitian ini mencoba menggambarkan bagaimana

hukum sebagai gejala sosial sebagai variabel bebas (independent

variabel) yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek

kehidupan sosial, sehingga merupakan kajian hukum yang sosiologis.

2. Bentuk Penelitian

Apabila dilihat dari bentuknya, yaitu penelitian diagnostik

yang dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan mengenai sebab-

sebab terjadinya suatu gejala atau beberapa gejala. Kemudian

Penelitian Prespektif yaitu mendapatkan saran untuk mengatasi

permasalahn tertentu dan Penelitian Evaluatif yaitu menilai program-

program yang dijalankan.

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian adalah di wilayah Kota

Surakarta atau sumber pencarian data berasal dari berbagai Instansi/

lembaga/ organisasi/ pusat-pusat informasi dan dokumentasi lain yang

memiliki kapasitas untuk menyediakan bahan-bahan tersebut. Instansi

yang terkait yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Surakarta, Kecamatan Serengan, Kelurahan

Kratonan, dan di rumah ketua LPMK Semanggi.

4. Penentuan Informan/ Responden

Untuk memperoleh informasi dipilih dari beberapa pihak,

yakni :

a. Kepala Bappeda Kota Surakarta

b. Kasubbid Perencanaan Bappeda Kota Surakarta

c. Kabag Hukum Pemerintah Kota Surakarta

d. Camat Serengan

e. Lurah Kratonan

f. Ketua LPMK Semanggi

59 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali, Jakarta, 2004,

hlm. 133

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling,

sesuai dengan kepentingan dan keperluan dalam menganalisis

perkembangan informasi maupun sumbernya yang dapat berkembang

mengikuti prinsip bola salju (snow ball), dan pilihan sampel berakhir

apabila terdapat indikasi sudah tidak ada lagi informasi yang dapat

diperoleh, atau sudah mencapai titik kejenuhan sampai kelengkapan

dan validitas informasi sudah dirasa cukup untuk kepentingan analisis

data.

5. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan

menjadi dua jenis, yaitu :

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan/

lokasi penelitian (field research), yang meliputi sikap dan pendapat

dari para informan terkait dengan implementasi peraturan walikota

Surakarta terhadap pelaksanaan Musrenbang.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui bahan

kepustakaan, peraturan perundang-undangan, dan produk-produk

hukum daerah serta dari litelatur/ buku-buku ilmiah.

Untuk memperoleh kedua jenis data tersebut maka sumber yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dengan metode

wawancara dari kalangan eksekutif (para pejabat di lingkungan

pemerintah Kota Surakarta), dan tokoh masyarakat yang berperan

aktif dalam penyelenggaraan Musrenbang. Antara lain :

1) Kepala Bappeda Kota Surakarta

2) Kasubbid Perencanaan Bappeda Kota Surakarta

3) Kabag Hukum Pemerintah Kota Surakarta

4) Camat Serengan

5) Lurah Kratonan

6) Ketua LPMK Semanggi

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan

kepustakaan, meliputi bahan-bahan dokumen, laporan, dan buku-

buku ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang menjadi

topik penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Guna memperolah data yang sesuai dan mencakup

permasalahan dalam penulisan hukum ini, penulis menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui 2 (dua)

cara sebagai berikut :

a. Pertama

Pra survey dilakukan pengambilan data awal di instansi terkait

untuk lebih memudahkan langkah pengumpulan data selanjutnya

b. Kedua

Pengumpulan data dengan wawancara. Pada prinsipnya wawancara

dilakukan secara tidak terarah (non directive interview) yang tidak

didasarkan pada suatu daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih

dahulu. Peneliti tidak memberikan pengarahan-pengarahan yang

tajam, namun diserahkan sepenuhnya kepada informan yang

diwawancarai untuk memberikan penjelasan menurut kemauannya.

Dari wawancara yang mendalam (indept interview) diharapkan

dapat digali lebih mendalam mengenai apa yang diamati

dilapangan atau dilokasi penelitian.

c. Ketiga

Observasi atau pengamatan langsung dilapangan ketika sedang

berlangsung pelaksanaan hasil dari musrenbang.

d. Keempat

Studi pustaka (library research) yakni menggali berbagai dokumen

dar data sekunder atau bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan

permasalahan.

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Teknik Analisis Data

Dalam mengolah dan menganalisis data digunakan

pendekatan kualitatif, sedangkan analisanya menggunakan model

interaktif. Proses analisis interaktif hádala : ketika pengumpulan data

selalu diikuti dengan membuat reduksi data dan sajian data. Dari sini

disusun pengertian singkatnya dengan pemahaman arti segala

peristiwanya yang disebut reduksi data, kemudian diikuti penyusunan

sajian data. Reduksi dan sajian data disusun ketika peneliti sudah

mendapatkan data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian.

Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, selanjutnya dilakukan

usa untuk menarik kesimpulan dengan verifikasi berdasarkan semua

hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian datanya. Bila

kesimpulannya dirasa kurang mantap karena maíz terdapat kekurangan

data dalam reduksi dan sajian data, maka dilakukan penggalian lagi ke

dalam fieldnote. Jira ternyata dalam field note juga tidak dapat

diperoleh data pendukung yang dimaksud, dilakukan pengumpulan

data khusus kembali bagi pendalaman dukungan yang diperlukan.

Bagan 3 : Proses Analisis Data

Keterangan :

Data yang terkumpul direduksi berupa seleksi dan penyederhanaan

data dan kemudian diambil kesimpulan. Tahap-tahap ini tidak harus urut, yang

Pengumpulan data

Reduksi data Penyajian data

Penarikan kesimpulan

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memungkinkan adanya penilaian data kembali setelah ada gambaran

kesimpulan. Model analisis ini merupakan proses siiklus dan interaktif.

Seorang peneliti harus bergerak diantara empat sumbu kumparan itu selama

pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan reduksi,

penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama sisa waktu

penelitiannya. Kemudian komponen-komponen yang diperoleh adalah

komponen-komponen yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan

permasalahan yang diteliti. Setelah menganalisis data selesai, maka hasilnya

akan disajikan secara deskriptif yaitu secara apa adanya sesuai dengan

permasalahan yang diteliti dan data-data yang diperoleh.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Dekripsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kota Surakarta

a. Deskripsi Wilayah Surakarta

Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi

simbol identitas Kota Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan

Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran (sejak 1745)

menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan budaya yang memiliki

nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui bangunan-bangunan

kuno, tradisi yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan.

Tatanan sosial penduduk setempat yang tak lepas dari sentuhan-

sentuhan kultural dan spasial keraton semakin menambah daya tarik.

Salah satu tradisi yang berlangsung turun temurun dan semakin

mengangkat nama daerah ini adalah membatik. Seni dan pembatikan

Solo menjadikan daerah ini pusat batik di Indonesia. Pariwisata dan

perdagangan ibarat dua sisi mata uang, dimana keduanya saling

mendukung dalam meningkatkan sektor ekonomi.

Secara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara

110º45’15”- 110º45’35” BT dan 7º36’00”- 7º56’00”LS dengan luas

wilayah 44,04 Km² dengan batas-batas sebagai Berikut :

1) Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.

2) Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

3) Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo.

4) Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan seluas keseluruhan 44,04

km2 dengan perincian sebagai berikut :

1) Laweyan seluas = 8,64 km2

2) Serengan seluas = 3,19 km2

3) Pasar Kliwon seluas = 4,82 km2

4) Jebres seluas = 12,58 km2

5) Banjarsari seluas = 14,81 km2

Page 71: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Wilayah kota Surakarta yang terbagi menjadi 5 wilayah kecamatan

tersebut terbagi-bagi lagi menjadi 51 kelurahan. Menurut hasil wawancara

dengan Kantor Bappeda, jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan jumlah

RT tercatat sejumlah 2.669 dengan jumlah KK sebanyak 134.811 KK.

Jadi rata-rata jumlah KK setiap RT berkisar 50 KK setiap RT. Berdasarkan

estimasi survey penduduk antar sensus (2005), tahun 2008 penduduk Kota

Surakarta mencapai 522.935 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar

89.68; yang artinya bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat

sebanyak 89 penduduk laki-laki. Adapun tingkat kepadatan penduduk rata-

rata kota Surakarta pada tahun 2008 mencapai 12.849 jiwa/km2.

Pada tahun 2008 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di

Kecamatan Serengan yaitu mencapai angka 19.889 jiwa/km2. Kecamatan

yang mempunyai luas wilayah paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari

(14,81 km2) sedangkan kecamatan yang mempunyai luas paling kecil

yaitu Kecamatan Serengan (3,19 km2). Secara umum kota Surakarta

merupakan dataran rendah dan berada antara pertemuan kali/sungai-sungai

Pepe, Jenes dengan Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian ± 92 dari

permukaan air laut.

b. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Pemerintah Daerah

Kota Surakarta, maka Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

tersusun sebagai berikut :

1) Sekretariat Daerah;

2) Sekretariat DPRD;

3) Dinas Daerah, yang terdiri dari :

a) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga;

b) Dinas Kesehatan;

c) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

d) Dinas Perhubungan;

e) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

Page 72: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;

g) Dinas Pekerjaan Umum;

h) Dinas Tata Ruang Kota;

i) Dinas Kebersihan Dan Pertamanan;

j) Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM);

k) Dinas Perindustrian Dan Perdagangan;

l) Dinas Pengelolaan Pasar;

m) Dinas Pertanian;

n) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset;

o) Dinas Komunikasi dan Informatika.

4) Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari :

a) Inspektorat;

b) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

c) Badan Kepegawaian Daerah;

d) Badan Lingkungan Hidup;

e) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana;

f) Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;

g) Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah;

h) Kantor Ketahanan Pangan;

i) Kantor Penanaman Modal;

j) Rumah Sakit Umum Daerah.

5) Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu;

6) Satuan Polisi Pamong Praja;

7) Kecamatan-Kecamatan;

8) Kelurahan-Kelurahan.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun

2008, masing-masing satuan organisasi tersebut mempunyai tugas dan

fungsi masing-masing. Adapun Tugas pokok dan fungsi masing-masing

satuan organisasi tersebut diatur dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 69.

Masing-masing pasal mengatur tentang kedudukan, tugas pokok dan

Page 73: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

fungsi masing-masing satuan organisasi. Adapun susunan organisasi

terlihat dalam bagan berikut :

Gambar 3 : Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Surakarta

c. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah

Walikota Wakil Walikota

DPRD

Sekretariat Daerah

1. Dinas Pemuda dan

Olah Raga

2. Dinas Kesehatan

3. Dinas Sosial, Naker,

Trans

4. Dinas Hub

5. Dinas Capil

6. Dinas Bud Par

7. Dinas Pekerjaan

Umum

8. Dinas Tata Ruang

9. Dinas Keb Taman

10. Dinas UMKM

11. Dinas Perindag

12. Dinas Pengelolaan

Pasar

13. Dinas Pertanian

14. Dinas Pendapatan,

pengelolaan keuangan

dan aset

15. Dinas Komunikasi dan

Informatika

1. Inspektorat

2. Badan

Perencanaan

Pembangunan

Daerah

3. Badan

Kepegawaian

Daerah

4. Badan

Lingkungan

Hidup

5. Badan

Pemberdayaan

masy, perempuan,

anak dan KB

1. Kantor Satpol PP 2. Kantor

Kesbanglimas 3. Kantor Arsip dan

Perpustakaan Daerah

4. Kantor Ketahanan Pangan

5. Kantor Penanaman Modal

6. Kantor Perizinan Pelayanan Terpadu

7. Kantor Pengelolaan PKL

Kecamatan

Kelurahan

Asisten Pemerintahan

Asisten Administrasi

Sekretariat DPRD

Asisten Perekonomian

Page 74: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kedudukan, tugas dan fungsi Sekretariat Daerah (Sekda) diatur

dalam Pasal 43 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008. Adapun

kedudukan, tugas dan fungsi Sekretariat Daerah sebagai berikut :

1) Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang dipimpin oleh

seorang Sekretaris Daerah yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Walikota.

2) Sekretariat Daerah mempunyai tugas pokok membantu Walikota

dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan Sekretariat

DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satpol PP,

Lembaga Lain, Kecamatan, dan Kelurahan.

3) Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretariat Daerah

menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan kebijakan pemerintahan daerah;

b) Pengoordinasian pelaksanaan tugas Sekretariat DPRD, Dinas

Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satpol PP, Lembaga Lain,

Kecamatan, dan Kelurahan;

c) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan

pemerintahan daerah;

d) Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah;

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Susunan Organisasi Sekretariat Daerah, terdiri dari :

1) Sekretaris Daerah;

2) Asisten Pemerintahan, terdiri dari :

a) Bagian Pemerintahan Umum, terdiri dari :

i. Subbagian Administrasi Pemerintahan Umum;

ii. Subbagian Otonomi Daerah;

iii. Subbagian Administrasi Penataan Wilayah.

b) Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia, terdiri dari :

i. Subbagian Peraturan Perundang-undangan;

ii. Subbagian Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia;

Page 75: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii. Subbagian Dokumentasi Hukum.

c) Bagian Kerjasama, terdiri dari :

i. Subbagian Kerjasama Dalam Negeri;

ii. Subbagian Kerjasama Luar Negeri.

3) Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat,

terdiri dari:

a) Bagian Administrasi Perekonomian, terdiri dari :

i. Subbagian Pengembangan Usaha Daerah;

ii. Subbagian Infrastruktur Perekonomian;

iii. Subbagian Perekonomian Rakyat.

b) Bagian Administrasi Pembangunan, terdiri dari :

i. Subbagian Penyusunan Program;

ii. Subbagian Pengendalian Program;

iii. Subbagian Pelaporan.

c) Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari :

i. Subbagian Kesejahteraan;

ii. Subbagian Agama, Pendidikan dan Kebudayaan;

iii. Subbagian Pemuda dan Olah Raga.

2) Asisten Administrasi, terdiri dari :

a) Bagian Organisasi, terdiri dari :

i. Subbagian Kelembagaan;

ii. Subbagian Ketatalaksanaan;

iii. Subbagian Akuntabilitas dan Kinerja Aparatur

b) Bagian Humas dan Protokol, terdiri dari :

i. Subbagian Pemberitaan;

ii. Subbagian Pengumpulan dan Distribusi Informasi;

iii. Subbagian Protokol.

c) Bagian Umum, terdiri dari :

i. Subbagian Tata Usaha Pimpinan dan Sandi Telekomunikasi;

ii. Subbagian Rumah Tangga dan Keuangan;

iii. Subbagian Perlengkapan.

Page 76: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Kelompok Jabatan Fungsional.

Dalam hal bertanggung jawab, tiap-tiap jabatan dan bagian diatur

sebagai berikut:

a) Asisten-asisten berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Sekretaris Daerah.

b) Bagian-bagian, masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala

Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Asisten yang bersangkutan.

c) Subbagian-subbagian, masing-masing dipimpin oleh seorang

Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Bagian yang bersangkutan.

d) Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga

Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung

jawab kepada Sekretaris Daerah.

d. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam melaksanakan

tugas dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris

Daerah.

2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di

bidang perencanaan pembangunan.

3) Untuk melaksanakan tugas pokok Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. Penyelenggaraan kesekretariatan badan;

b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan

pelaporan;

c. Perencanaan penataan ruang dan prasarana kota;

d. Perencanaan bidang ekonomi;

e. Perencanaan bidang sosial budaya;

Page 77: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f. Pengelolaan data dan laporan;

g. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan;

h. Penyelenggaraan sosialisasi;

i. Pembinaan jabatan fungsional.

Adapun susunan organisaasi Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah terdiri dari :

a. Kepala.

b. Sekretariat, membawahkan :

1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

2) Subbagian Keuangan;

3) Subbagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Penataan Ruang dan Prasaran Kota, membawahkan :

1) Subbidang Penataan Ruang dan Lingkungan;

2) Subbidang Prasarana Kota.

d. Bidang Ekonomi, membawahkan :

1) Subbidang Investasi dan Keuangan;

2) Subbidang Pengembangan Dunia Usaha.

e. Bidang Sosial Budaya, membawahkan :

1) Subbidang Pemerintahan dan Kependudukan;

2) Subbidang Kesejahteraan Rakyat.

f. Bidang Data dan Pelaporan, membawahkan :

1) Subbidang Data dan Dokumentasi;

2) Subbidang Evaluasi dan Pelaporan.

g. Bidang Penelitian dan Pengembangan, membawahkan :

1) Subbidang Sosial, Budaya dan Pemerintahan;

2) Subbidang Ekonomi dan Prasarana Kota.

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

e. Uraian Tugas Jabatan Struktural Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kota Surakarta

Berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 30

tahun 2001 tentang Pedoman Uraian Tugas Badan Perencanaan

Page 78: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pembangunan Daerah Kota Surakarta, uraian tugas struktural Badan

Perencanaan Daerah Kota Surakarta dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepala Badan

Kepala Badan mempunyai tugas membantu dalam

menyelenggarakan urusan rumah tangga Daerah dan Tugas

pembantuan di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah. Uraian

tugas tersebut adalah :

a) Menyusun rencana strategis dan program kerja Badan sesuai

dengan Program Pembangunan Daerah (Propeda)

b) Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas agar

tercipta pemerataan tugas dan mengawasi pelaksanaan tugas

bawahan agar tidak terjadi penyimpangan

c) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya dan menilai hasil

kerja bawahan secara periodik guna bahan peningkatan kinerja

d) Menyusun visi dan misi kota dan menyusun dan Program

Pembangunan Daerah (Propeda) untuk lima tahun sesuai dengan

visi misi Kota

e) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

f) Menyusun Rencana Strategis (Renstra) daerah untuk lima tahun

sebagai penjabaran Program Pembangunan Daerah (Properda)

dan menyusun Rencana Pembangunan Tahunan Daerah

(Repetada) sebagai penjabaran Program Pembangunan Daerah

(Propeda)

g) Menyelenggarakan koordinasi perencanaan keuangan dan

program pembangunan daerah dengan instansi pemerintah kota,

instansi vertikal, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan

masyarakat

h) Menyelenggrakan penelitian permasalahan pokok daerah sebagai

dasar penyusunan perencanaan pembangunan daerah dan

Page 79: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian atau kajian

ilmiah mengenai suatu program atau proyek pembangunan

i) Menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pembangunan tiap tahun

j) Mengendalikan administrasi proyek pembangunan dan

menyelenggrakan urusan tata usaha Badan serta

menyelenggarakan pembinaan kelompok jabatan fungsional

k) Menginvestasikan permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan permasalahan dan menyelenggarakan

tertib administrasi serta membuat laporan berkala dan tahunan

l) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

m) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan melaksanakan tugas

lain yang diberikan oleh atasan.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris. Sekretaris

mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, kepegawaian,

dan keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh

Kepala Badan.uaraian tugasnya adalah sebagai berikut :

a) Menyusun program kerja sekretariat sesuai dengan rencana

strategis dan program kerja tahunan Badan

b) Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas agar

tercipta pemerataan tugas dan memberi petunjuk dan arahan

kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas

c) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan dan memeriksa hasil kerja bawahan secara

periodik guna bahan peningkatan kinerja

d) Menyusun rencana kegiatan di lingkungan sekretariat serta

mengelola dan melayani administrasi surat-menyurat, peralatan

Page 80: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan perlengkapan kantor, rumah tangga, dokumen, dan

perpustakaan

e) Mengelola administrasi kepegawaian dan mengelola administrasi

keuangan

f) Menyelenggarakan sistem jaringan dokumentasi dan informasi

hukum

g) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan masalah dan menyelenggarakan tertib

administrasi serta membuat laporan berkala dan tahunan serta

melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas.

1) Bidang Penelitian dan Pengembangan

Kepala bidang penelitian dan pengembangan mempunyai

tugas menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan penelitian

dan pengembangan kebijakan perencanaan sektor-sektor bidang

ekonomi, sosial, dan budaya, fisik serta prasarana sesuai dengan

kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan. Uraian tugasnya

sebagai berikut :

a. Menyusun program kerja bidang penelitian dan pengembangan

sesuai dengan rencana strategis dan program kerja tahunan Badan

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas agar

tercipta pemerataan tugas dan memberi petunjuk dan arahan

kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas

c. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan dan memeriksa hasil kerja bawahan secara periodic

guna bahan peningkatan kinerja serta memeriksa hasil kerja

bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta

memberikan jalan keluarnya

d. Menyusun indikator kinerja penelitian dan pengembangan dan

menyusun rencana penelitian bersama pejabat fungsional peneliti

sebagai acuan perencanaan tahunan maupun lima tahunan

Page 81: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Menyusun rencana pengembangan hasil penelitian bersama pejabat

fungsional peneliti, untuk memberikan rekomendasi perumusan

dan atau perubahan kebijakan teknis daerah

f. Mengkoordinasikan usulan maupun pelaksanaan penelitian dan

atau pengembangan yang dilakukan oleh perguruan tinggi,

lembaga ilmiah, lembaga penelitian, instansi, organisasi profesi

yang menggunakan anggaran pemerintah kota

g. Mengevaluasi pelaksanaan program dan proyek tahunan dan lima

tahunan dan membuat laporan hasil penelitian dan pengembangan

serta menyebarluaskan hasil penelitian dan pengembangan

h. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan masalah dan menyelenggarakan tertib

administrasi serta membuat laporan berkala dan tahunan

i. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

2) Bidang Ekonomi

Kepala bidang ekonomi mempunyai tugas menyelenggarakan

dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan pembangunan bidang

investasi dan keuangan serta pengembangan dunia usaha sesuai dengan

kebijakan teknis yang ditetapkan oleh kepala badan. Uraian tugasnya

sebagai berikut :

a. Menyusun program kerja bidang ekonomi sesuai dengan rencana

strategis dan program kerja tahunan Badan

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas agar

tercipta pemerataan tugas dan memberi petunjuk dan arahan

kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas

c. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan dan memeriksa hasil kerja bawahan secara periodik

guna bahan peningkatan kinerja serta memeriksa hasil kerja

bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta

memberikan jalan keluarnya

Page 82: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Menyelenggarakan kegiatan perencanaan pembangunan di bidang

ekonomi

e. Menyusun dan menyebarluaskan Product Domestic Regional Bruto

(PDRB) dan menyusun angka index harga konsumen secara

berkala

f. Menyelenggarakan inventarisasi permasalahan pokok bidang

ekonomi dan menginventarisasikan permasalahan-permasalahan

guna menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah serta

menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan

berkala dan tahunan

g. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas, melaksanakan koordinasi guna

kelancaran pelaksanaan tugas dan melaksanakan tugas lain yang

diberikan oleh atasan.

3) Bidang Sosial dan Budaya

Kepala bidang sosial dan budaya mempunyai tugas

menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan

program bidang pemerintahan, kesejahteraan rakyat, kependudukan

serta pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan kebijakan teknis yang

ditetapkan oleh kepala badan. Uaraian tugasnya sebagai berikut :

a. Menyusun program kerja bidang sosial dan budaya sesuai dengan

rencana strategis dan program kerja tahunan Badan

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas agar

tercipta pemerataan tugas dan memberi petunjuk dan arahan

kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas

c. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan dan memeriksa hasil kerja bawahan secara periodik

guna bahan peningkatan kinerja serta memeriksa hasil kerja

bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta

memberikan jalan keluarnya

Page 83: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Menyelenggarakan kegiatan perencanaan pembangunan di bidang

sosial budaya dan menyusun indikator kinerja program bidang

sosial budaya serta menyelenggarakan inventarisasi permasalahan

pokok bidang sosial budaya

e. Menginventarisasikan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah dan

menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan

berkala dan tahunan

f. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

g. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas. dan

melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Bidang Fisik dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan

dan mengkoordinasikan penyusunan program sesuai dengan kebijakan

teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan. Uraian tugasnya sebagai

berikut :

h. Melaksanakan penyusunan visi dan misi, program pembangunan

daerah (Properda), Rencana strategis (Renstra) kota

4) Menyusun program kerja bidang fisik dan prasarana

Kepala bidang fisik dan prasarana mempunyai tugas

menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan

pembangunan prasarana kota serta tata ruang dan lingkungan sesuai

dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh kepala badan. Uraian

tugasnya sebagai berikut :

a. Menyusun program kerja bidang fisik dan prasarana sesuai dengan

rencana strategis dan program kerja tahunan Badan

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas agar

tercipta pemerataan tugas dan memberi petunjuk serta arahan

kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas

c. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan dan memeriksa hasil kerja bawahan secara periodik

Page 84: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

guna bahan peningkatan kinerja serta memeriksa hasil kerja

bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta

memberikan jalan keluarnya

d. Menyelenggarakan kegiatan perencanaan pembangunan di bidang

fisik dan prasarana, menyusun Rencana Umum Tata Ruang Kota

(RUTK) dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) serta

menyusun Neraca Sumber Daya Alam Daerah (NSDA)

e. Menyelenggarakan inventarisasi permasalahan pokok di bidang

fisik dan prasarana serta menginventarisasikan permasalahan-

permasalahan guna menyiapkan bahan petunjuk pemecahan

masalah

f. Menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan

berkala dan tahunan

g. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas, melaksanakan koordinasi guna

kelancaran pelaksanaan tugas serta melaksanakan tugas lain yang

diberikan oleh atasan.

5) Bidang Penyusunan dan Pengendalian Program

a. Kepala Bidang Penyusunan dan Pengendalian Program ndalian

program sesuai dengan rencana strategis dan program kerja

tahunan Badan serta membagi tugas kepada bawahan sesuai

dengan bidang tugas agar tercipta pemerataan tugas

b. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas serta mengawasi pelaksanaan tugas bawahan

agar tidak terjadi penyimpangan

c. Memeriksa hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja dan memeriksa hasil kerja bawahan untuk

mengetahui kesulitan dan hambatan serta memberikan jalan

keluarnya

Page 85: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Melaksanakan dan mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan

petunjuk teknis pembinaan serta pengendalian pelaksanaan

program dan proyek pembangunan

e. Menganalisa dan menilai pelaksanaan proyek pembangunan serta

menyusun statistik hasil pelaksanaan proyek pembangunan

f. Menginventarisasikan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah dan

menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan

berkala dan tahunan

g. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas serta melaksanakan tugas lain yang

diberikan oleh atasan.

2. Implementasi Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun

2009 terhadap Penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta

Dengan adanya otonomi daerah yang menerapkan asas

desentralisasi memberikan keleluasaan untuk dapat mengurus rumah

tangganya sendiri. Hal ini berbeda dengan penerapan asas sentralisasi yang

semua urusan menjadi kewenangan pusat, sehingga daerahhanya bersifat

terbatas kewenangannya. Dengan adanya otonomi daerah seperti saat ini,

mendorong masyarakat daerah untuk lebih kritis dan lebih maju dalam

mengembangkan daerahnya masing-masing. Berbagai kebijakan

dikeluarkan guna mendukung pelaksanaan pemerintahan daerah.

Dasar dari pemikiran yang demikian, tidak lain bahwa dengan

desentralisasi dapat memudahkan proses pengambilan keputusan ke

tingkat pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat. Karena

merekalahyang akan meneruskan langsung pengaruh program pelayanan

yang dirancang, dan kemudian dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam

system ini, kekuasaan Negara akan terbagi antara pemerintah pusat disatu

pihak, dan pemerintah daerah di lain pihak. System pembagian kekuasaan

dalam rangka penyerahan kewenangan otonomi daerah, antara Negara

Page 86: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang satu dengan Negara yang lan, tidak akan sama, termasuk Indonesia

yang menganut system Negara kesatuan.

Dikaitkan dari penjelasan diatas, dengan adanya Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah ini maka daerah

berwenang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan, hal ini diarahkan untuk mempercepat

terwujudnyaksejahteraan masyarakat melalui peningkatan , pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing

daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam system Negara

kesatuan Republik Indonesia. Pembagian urusan, tugas dan fungsi serta

tanggung jawab antara pusat dan darah menunjukkan bahwa tidak

mungkin semua urusan pemerintahan diselenggarakan oleh pusat saja.60

Dalam pelaksanaan otonomi daerah dengan mengedepankan peran

aktif masyarakat, pada kenyataannya pemerintah Kota Surakarta telah

mengadakan agenda rutin pada tiap tahunnya yaitu Musyawarah

Perencanaan pembangunan di Kota Surakarta. Pelaksanaan Musyawarah

perencanaan pembangunan merupakan model perencanaan pembangunan

partisipatif di Kota Surakarta, menurut wawancara yang dilakukan penulis

kepada Ibu Ir. Endang Sri Haryani, M.T. selaku Kepala Bidang

Penyusunan Program di BAPEDA Kota Surakarta61 menjelaskan bahwa

adanya perencanaan pembangunan partisipatif mempunyai makna penting

bagi kelangsungan pembangunan di Kota Surakarta. Musrenbangkel,

Musrenbangcam, Musrenbangkot yang diterapkan mempunyai tujuan

strategis yaitu antara lain :

a. Untuk menciptakan hubungan yang baik antara pemerintah,

DPRD, dan masyarakat, dalam penyelenggaraan pemerintahan

60 Isharyanto. “analisis Singkat Terhadap Pembiayaan Pelaksanaan Desentralisasi Ditinjau Dari Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah diIndonesia” pada jurnal Konstitusi P3KHAM UNS, edisi no.1 vol. 1. 2008, hlm. 25. 61 Wawancara dengan Ir. Endang Sri Haryani, selaku kepala bidang Penyusunan program di BAPPEDA kota Surakarta, tanggal 20 Oktober 2010

Page 87: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

daerah agar program-program pembangunan dapat dilaksanakan

secara efektif dan efisien dengan melibatkan partisipasi

masyarakat.

b. Membudayakan mekanisme penyelenggaraan perencanaan

pembangunan yang bertumpu pada prakarsa, kemampuan dan

kepentingan masyarakat.

c. Mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan daerah mulai dari

tingkat Kota, Kecamatan, Kelurahan sebagai fasilitator

pembangunan dengan mengedepankan kepentingan dan kebutuhan

masyarakat.

d. Menigkatkan citra Good Governance dimata masyarakat.

Dari hasil penelitian penulis di BAPEDA Kota Surakarta,

fungsi dari adanya pelaksanaan Musrenbangkot di Kota Surakarta

2010 sebagai forum untuk melaksanakan beberapa prioritas

pembangunan di Kota Surakarta pada tahun 2011 ini antara lain

sebagai berikut :

a. Penyusunan program peningkatan kesejahteraan masyarakat

miskin, kualitas pendidikan dan derajad kesehatan masyarakat.

b. Pembangunan ekonomi melalui peningkatan daya saing produk,

peningkatan kesempatan kerja, revitalisasi UKM, peningkatan

pariwisata dan investasi.

c. Penyusunan program peningkatan kualitas pelayanan publik dan

kapasitas pemerintah daerah, pembangunan politik, hukum,

keamanan dan ketertiban masyarakat.

d. Penyusunan program peningkatan infrastruktur Kota dan

pembangunan kawasan Kota Surakarta bagian utara dengan tetap

mempertimbangkan daya dukung ekosistem dan kelestarian

lingkungan hidup.

e. Penyusunan program penataan ruang Kota sejalan dengan upaya

konservasi lingkungan hidup dan pencitraan Kota.

Page 88: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f. Penyusunan program penanggulangan dan pemulihan akibat

bencana alam.

Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota

Surakarta di dasarkan pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan yaitu

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2009. selain itu juga

memperhatikan peraturan perundangan yang lain antara lain sebagai

berikut :

a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah.

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang

Pelimpahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ kota lepada Lurah.

c. Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/ Kepala Bappenas dan Menteri dalam Negeri Nomor

0008/M.PPN/ 01/2007-050/264A/SJ perihal Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Musrenbang.

d. Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 050/22268 Tanggal 30

Desember 2008 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan.

Berbagai Peraturan tersebut digunakan oleh Bappeda Kota Surakarta

untuk menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota

Surakarta. Sehingga dalam menjalankan kebijakan berkaitan dengan

muerenbang ada landasan hukum terlebih dahulu. Peraturan yang berupa

Undang-Undang menjadi acuan dalam membentuk kebijakan yang lebih

aspiratif. Mengedepankan aspirasi rakyat dan menyinkronkan dengan

rencana kerja dari pemerintah daerah. Maka setiap kebijakan yang

dijalankan, maupun yang dikeluarkan harus merujuk pada asas pemerintahan

yang baik dan untuk mewujudkan Good Local Governance. Bertujuan

supaya penyelenggaraan Musrenbang dapat sesuai dengan petunjuk teknis

dan pelaksana seperti yang ada dalam Peraturan Walikota Nomor 18-A

tahun 2009.

Page 89: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari hasil Penelitian diperoleh data mengenai isi dari Peraturan

Walikota Nomor 18-A Tahun 2009 tentang Pedoman dan Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta sebagai berikut :

a. Pasal 2 Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2009

menjelaskan tentang Diskusi Kelompok Terbatas (DKT). Sering di

sebut juga Focus Group Discussion, merupakan musyawarah antara

SKPD dengan komunitas sektoral/ pihak-pihak yang terkait langsung

dengan fungsi SKPD untuk menyepakati Rancangan awal renja SKPD.

DKT berkedudukan sebagai forum sinkronisasi aspirasi dan usulan

komunitas sektoral dengan program dan kegiatan SKPD, pada tahapan

persiapan Musrenbang.

b. Pasal 3 berisi tentang Musrenbangkel yaitu berkedudukan sebagai

forum stakeholders ditingkat kelurahan dalm penyusunan dan

penetapan rumusan kegiatan serta Daftar Skala Prioritas kegiatan

pembangunan, yang hasilnya sebagai rujukan kegiatan pembangunan

tahun berikutnya. Pasal 4 berisi tentang Musrenbangcam yaitu

berkedudukan sebagai forum tahunan stakeholders di tingkat

kecamatan dalam penetapan pengelompokkan prioritas ermasalahn dan

Daftar Skala Prioritas sebagai rujukan kegiatan pembangunan tahun

berikutnya.

c. Pasal 5 berisi tentang Forum SKPD, yaitu sebagai forum sinkronisasi

dan sinergitas antara program/ kegiatan prioritas SKPD dengan

prioritas permasalahan dan kegiatan pembangunan hasil

musrenbangcam dan hasil DKT. Pasal 6 berisi tentang Musrebangkot

yaitu sebagai forum musyawarah stakeholders ditingkat kota dalam

rangka penyempurnaan rancangan RKPD berdasarkan prioritas dan

kebijakan pembangunan kota.

d. Bab III berisi tentang tujuan DKT, Musrenbangkel, Musrenbangcam,

Forum SKPD, dan Musrenbangkot. Pasal 7 dijelaskan bahwa DKT

bertujuan untuk menserasikan kegiatan pembangunan daerah tahunan

melalui program dan kegiatan SKPD.

Page 90: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Pasal 8 dijelaskan bahwa Musrenbangkel bertujuan untuk menyusun

dan menetapkan DSP kegiatan pembangunan maupun kegiatan

unggulan tahunan tingkat kelurahan yang akan dibiayai dengan alokasi

anggaran dalam SKPD Kelurahan (sesuai pelimpahan sebagian

kewenangan walikota kepada lurah), DPK didukung dengan swadaya,

PNPM mandiri didukung dengan swadaya, atau sumber dana lainnya,

serta rumusan kegiatan pembangunan yang akan diajukan untuk

dibahas pada Musrenbangcam.

f. Pasal 9 dijelaskan bahwa musrenbangcam bertujuan untuk menyusun

dan menetapkan DSP pembangunan tingkat kecamatan yang berasal

dari hasil Musrenbangkel yang disinkronkan dngan prioritas

pembangunan daerah.

g. Pasal 10 dijelaskan bahwa forum SKPD bertujuan untuk menyusun

dan menetapkan DSP kegiatan dalam rancangan renja SKPD melalui

sinkronisasi prioritas pembangunan hasil musrenbangcam dan hasil

DKT, dengan memperhatikan renstra SKPD, evaluasi kinerja

pelaksanaan SKPD dan Pagu indikatif pendanaan masing-masing

urusan pemerintahan daerah yang akan dituangkan dalam rancangan

RKPD.

h. Pasal 11 dijelaskan bahwa musrenbangkot bertujuan untuk

meyempurnakan rancangan RKPD yang memuat prioritas dan garis

besar kebijakan pembangunan daerah, merumuskan rancangan

kebijakan pengalokasian DPK serta menginformasikan usulan kegiatan

untuk didanai dengan APBD provinsi Jawa Tengah dan APBN.

i. Bab IV berisi tentang Tahapan Musrenbang, yaitu di dalam pasal 12

dijelaskan tentang persiapan Musrenbang yaitu persiapan pelaksanaan

musrenbang dilakukan sebelum dijalankannya seluruh tahapan

musrenbang pada semua kegiatan, yang salah satu kegiatannya adalah

pelaksanaannya DKT.

j. Pasal 13 dijelaskan bahwa musrenbangkel dilaksanakan melalui

tahapan pra musrenbangkel dan musrenbangkel.

Page 91: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

k. Pasal 14 dijelaskan bahwa musrenbangcam dilaksanakan melalui pra

musrenbangcam dan musrenbangcam.

l. Pasal 15 dijelaskan bahwa forum SKPD dilaksanakan melalui pra

forum SKPD dan Forum SKPD.

m. Pasal 16 dijelaskan bahwa musrenbangkot dilaksanakan melalui pra

musrenbangkot dan musrenbangkot.

n. Bab V berisi tentang Kepanitiaan dan Penyelenggaraan. Pasal 17

dijelaskan DKT diselenggarakan oleh panitia khusus dan difasilitasi

oleh BAPPEDA.Panitia khusus sebagaimana pada ayat (1) ditetapkan

dengan keputusan kepala BAPPEDA.

o. Musrenbangkel, musrenbangcam, dan musrenbangkot diselenggarakan

oleh kepanitiaan ditingkatan masing-masing yang terdiri dari : Panitia

Pengarah ( Steering Committee) dan Panitia Pelaksana (Organizing

Committee

p. forum SKPD diselenggarakan oleh panitian penyelenggara yang

ditetapkan dengan keputusan kepala BAPPEDA. Panitia masing-

masing tingkatan ditetapkan pada tahapan persiapan pelaksanaan

musrenbang.

q. Pasal 18 dijelaskan bahwa persiapan pelaksanaan musrenbang,

musrenbangkel, musrenbangcam, forum SKPD, dan Musrenbangkot

diselenggarakan pada masing-masing tingkatan dan kedudukan dengan

berpedoman pada peraturan walikota ini. Bab VI berisi tentang peserta

DKT, Musrenbangkel, Musrenbangcam, Forum SKPD, dan

Musrenbangkot.

r. Pasal 19 dijelaskan peserta DKT adalah kemunitas sektoral atau pihak-

pihak yang berkepentingan langsung dengan kegiatan SKPD, mengacu

pada hasil inventarisasi SKPD. Keterliabatan peserta sebagaimana

dimaksud di atas dalam DKT dilakukan dengan cara mendaftar kepada

dan atau diundang oleh panitia khusus. Tata cara pendaftaran dan

undangan calon peserta DKT ditetapkan oleh panitia khusus. Peserta

Page 92: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DKT memiliki hak suara mengusulkan dan menyepakati rencana

kegiatan SKPD melalui pembahasan bersama.

s. Pasal 20 dijelaskan peserta musrenbangkel meliputi perwakilan semua

unsur masyarakat yang berdomisili dikelurahan setempat.

Keikutsertaan peserta sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara

mendaftar dan atau diundang oleh panitia pelaksana. Tata cara

pendaftaran dan undangan calon peserta ditetapkan oleh panitia

pelaksana. Peserta musrenbangkel memiliki hak pengambilan

keputusan dalam musrenbangkel melalui pembahasan yang disepakati

bersama.

t. Pasal 21 dijelaskan peserta musrenbangcam meliputi delegasi

musrenbangkel dan organisasi kemasyarakatn maupun pengusaha

yang operasional kegiatannya pada lingkup kecamatan setempat, serta

anggota DPRD yang berasal dari daerah pemilihan setempat.

Kekutsertaan peserta sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara

mendaftar kepada dan atau diundang oleh panitia pelaksana. Tata cara

pendaftaran dan undangan calon peserta ditetapkan oleh panitian

pelaksana. Peserta musrenbangcam memiliki hak pengambilan

keputusan dalam musrenbangcam melalui pembahasan yang disepakati

bersama.

u. Pasal 22 dijelaskan peserta forum SKPD dan forum gabungan SKPD

terdiri dari SKPD, delegasi musrenbangcam, dan perwakilan

komunitas sektoral yang telah ditetapkan dalam DKT. Keikutsertaan

peserta sebagaimana dijelaskan dilakukan dengan cara mendaftar

kepada dan atau diundang oleh panitia penyelenggara melalui

BAPPEDA. Tata cara pendaftaran dan undangan calon peserta

ditetapkan oleh panitia penyelenggara. Peserta forum SKPD dan atau

forum gabungan SKPD memiliki hak pengambilan keputusan dalam

forum melalui pembahasan yang disepakati bersama.

v. Pasal 23 dijelaskan peserta musrenbangkot adalah SKPD, delegasi dari

Musrenbangcam, delegasi DKT, delegasi dari forum SKPD dan

Page 93: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

stakeholders lainnya. Keikutsertaan peserta sebagaimana dimaksud

dilakukan dengan cara mendaftar kepada dan atau diundang oleh

panitia pelaksana melalui BAPPEDA. Tata cara pendaftaran dan

undangan calon peserta ditetapkan oleh panitia pelaksana. Peserta

musrenbangkot memiliki hak pengambilan keputusan dalam

musrenbangkot melalui pembahasan yang disepakati bersama.

w. Bab VII berisi tentang pembiayaan DKT, Musrenbangkel,

Musrenbangcam, Forum SKPD, dan Musrenbangkot di dalam Pasal 24

yaitu DKT dibiayai APBD Kota Surakarta yang dialokasikan pada

rekening Anggaran SKPD Bappeda. Musrenbangkel dibiayai APBD

Kota Surakarta yang dialokasikan pada rekening anggaran SKPD

kelurahan, partisipasi masyarakat, dan sumber lain yang sah dan tidak

mengikat. Musrenbangcam dibiayai APBD kota Surakarta yang

dialokasikan pada rekening Anggaran SKPD kecamatan, partisipasi

masyarakat, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Forum

SKPD dan musrenbangkot dibiayai APBD Kota Surakarta dan

dialokasikan pada rekening anggaran SKPD BAPPEDA.

x. Bab VIII berisi tentang pelaporan dan informasi, Pasal 25 dijelaskan

bahwa Lurah wajib melaporkan hasil musrenbangkel kepada Walikota

Surakarta melalui BAPPEDA dengan tembusan Camat selambat-

lambatnya 7 hari setelah pelaksanaan kegiatan. Camat wajib

melaporkan hasil musrenbangcam kepada Walikota Surakarta melalui

Bappeda selambat-lambatnya 7 hari setelah pelaksanaan kegiatan.

Kepala Bappeda wajib melaporkan hasil musrenbangkot kepada

Walikota Surakarta selambat-lambatnya 14 hari setelah pelaksanan

kegiatan. Kepala BAPPEDA meginformasikan RKPD yang telah

ditetapkan Walikota kepada SKPD dan masyarakat melalui kelurahan

selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah penetapan.

y. Bab IX berisi tentang Ketentuan lain-lain sebagai berikut dijelaskan

didalam Pasal 26 yaitu petunjuk teknis mulai dari persiapan

pelaksanaan musrenbang, pelaksanaan musrenbangkel, pelaksanaan

Page 94: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

musrenbangcam, pelaksanaan forum SKPD, pelaksanaan

Musenbangkot tercantum dalam lampiran. Bab X berisi tentang

Ketentuan Penutup.

Isi dari Peraturan Walikota Surakarta digunakan sebagai petunjuk

teknis dan pelaksana untuk penyelenggaraan Musrenbang di Kota

Surakarta pada tahun 2010. Pemerintah Kota Surakarta dengan adanya

Perwali tersebut berkeinginan untuk mewujudkan perencanaan

pembangunan yang partisipatif melibatkan semua komponen masyarakat

agar tercipta pembangunan sesuai dengan harapan. Maka untuk

menyempurnakan peraturan tersebut selalu dilakukan perubahan-

perubahan strategis agar penyelenggaraan musrenbang dapat berjalan

dengan lancar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Anung Indro

Susanto, MM selaku Kepala BAPPEDA Kota Surakarta dinyatakan

sebagai berikut :

“ada beberapa perubahan strategis berkaitan dengan substansi hukum atau aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan lain yang digunakan untuk pelaksanaan Musrenbang di Kota Surakarta, perubahan-perubahan strategis itu semata-mata demi terciptanya perencanaan pembangunan yang lebih partisipatif, melibatkan berbagai elemen masyarakat yang berkepentingan yang mengutamakan prioritas pembangunan bukan hanya untuk kepentingan sesaat. Hal ini juga untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimangan dalam hal pelaksanaan hasil Musrenbang itu sendiri.”62 Dari hasil pernyataan tersebut, dari segi substansi Peraturan

Walikota Nomor 18-A Tahun 2009 tentang Pedoman dan Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Musenbang di Kota Surakarta masih banyak kelemahan dan

perlu dilakukan perubahan-perubahan, perubahan-perubahan strategis

yang dimaksud antara lain sebagai berikut :

1) Dasar Hukum

62 Wawancara dengan Bapak Drs. Anung Indro Susanto selaku Kepala BAPPEDA Kota

Surakarta, tanggal 20 Oktober.

Page 95: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari yang semula hanya mengacu pada Surat Edaran

Gubernur Jawa Tengah, telah diambil kebijakan dengan menambah

acuan dan pedoman untuk pelaksanaan Musrenbang yaitu dengan

penambahan adanya pemberlakuan Peraturan Presiden Nomor 13

Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang

Pelimpahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Lurah, SE

GUB JATENG Nomor 050/22268 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan musrenbang Tahun 2009 dari yang sebelumnya

hanya mengacu pada Surat edaran Gubernur saja. (BAB I, Pasal 1,

ayat 1, Halaman 6)

2) Ketentuan Umum

Sebelumnya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK), Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, Lembaga

Keswadayaan Masyarakat, Pemangku Kepentingan Pemangunan

belum ada sekarang dibentuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan (LPMK) yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Tingkat Kelurahan sebagai wadah yang dibentuk atas prakarsa

masyarakat sebagai mitra Pemerintah Kelurahan dalam menampung

dan mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di bidang

pembangunan. Hal ini untuk mendorong pemberdayaan masyarakat

dari tingkat kelurahan untuk mandiri tidak selalu tergantung terhadap

Pemerintah Kota. Selanjutnya adanya Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, selanjutnya disebut PNPM

Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan

sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program – program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat,

yang dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem

serta mekanime dan prosedur program, penyediaan pendampingan,

dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi

masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang

Page 96: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berkelanjutan. Selanjutnya adanya Lembaga Keswadayaan

Masyarakat, yang selanjutnya disingkat LKM adalah lembaga

pimpinan kolektif masyarakat warga / penduduk suatu kelurahan

yang terdiri dari disepakati bersama dan dapat mewakili masyarakat

dalam berbagai kepentingan khususnya terkait pelaksanaan PNPM

Mandiri. Pemangku Kepentingan Pembangunan, selanjutnya

disebut Stakeholders adalah pihak yang berkepentingan untuk

mengatasi permasalahan dan pihak yang akan terkena dampak hasil

musyawarah pada setiap tingkatan.

Kemudian perubahan mengenai pengertian dan maksud dari

Dana Pembangunan Kelurahan dari yang semula hanya dijelaskan secara

umum sekarang menjadi Dana Pembangunan Kelurahan, selanjutnya

disebut DPK adalah bantuan keuangan Pemerintah Kota Surakarta yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota

Surakarta ditujukan kepada masyarakat melalui SKPD Kelurahan untuk

digunakan membiayai kegiatan pembangunan kelurahan, sesuai prioritas

yang ditetapkan dalam Musrenbangkel tahun sebelumnya, meliputi

Biaya Pelaksanaan Kegiatan dan Biaya Operasional Kegiatan. Perubahan

lainnya yang sebelumnya belum ada adalah Bantuan Langsung

Masyarakat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri,

selanjutnya disebut BLM PNPM Mandiri adalah dana stimulan

keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk

membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam

rangka pelaksanaan PNPM Mandiri.

Perubahan strategis lainnya berhubungan dengan kedudukan

masing-masing tahap Musrenbang yaitu :

a) Kedudukan Musrenbangkel

Sebelumnya yaitu Sebagai forum tahunan tertinggi di tingkat

kelurahan dalam penyusunan dan penetapan rumusan kegiatan,

prioritas dan penetapan Daftar Skala Prioritas pembangunan tahun

Page 97: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berikutnya. Sekarang menjadi merupakan forum tahunan

stakeholders ditingkat kelurahan dalam penyusunan dan penetapan

rumusan kegiatan serta Daftar Skala Prioritas kegiatan

pembangunan, yang hasilnya sebagai rujukan kegiatan

pembangunan tahun berikutnya

b) Kedudukan Musrenbangcam

Sebelumnya yaitu Sebagai forum tahunan tertinggi di

tingkat kecamatan dalam penyusunan rumusan kegiatan

pembangunan tahun berikutnya. Sekarang menjadi Sebagai forum

tahunan stakeholders di tingkat kecamatan dalam penetapan

pengelompokan prioritas permasalahan dan Daftar Skala Prioritas

sebagai rujukan kegiatan pembangunan tahun berikutnya

c) Kedudukan forum SKPD

Sebagai forum sinkronisasi dan sinergitas antara program /

kegiatan prioritas SKPD dengan prioritas permasalahan dan

kegiatan pembangunan hasil musrenbangcam dan hasil DKT

d) Kedudukan Musrenbangkot

Kedudukan Musrenbangkot sebagai forum musyawarah

stakeholders di tingkat kota dalam rangka penyempurnaan

rancangan RKPD berdasarkan prioritas dan kebijakan

pembangunan kota

Tujuan dari masing-masing tahap pelaksanaan Musrenbang juga

mengalami perubahan strategis, yaitu :

a) tujuan Musrenbangkel

Untuk menyusun dan menetapkan Daftar Skala Prioritas Kegiatan

Pembangunan maupun kegiatan unggulan tahunan tingkat kelurahan yang

akan dibiayai dengan alokasi anggaran dalam SKPD Kelurahan (sesuai

pelimpahan kewenangannya), DPK didukung dengan swadaya, BLM

PNPM Mandiri didukung dengan swadaya, atau sumber dana lainnya,

serta rumusan kegiatan pembangunan yang akan diajukan untuk dibahas

pada Musrenbangcam

Page 98: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) tujuan Musrenbangcam

Untuk menyusun dan menetapkan Daftar Skala Prioritas

Pembangunan tingkat kecamatan yang berasal dari hasil musrenbangkel

yang disinkronkan dengan prioritas pembangunan daerah.

a) Tujuan Forum SKPD

Untuk menyusun dan menetapkan DSP kegiatan dalam

rancangan renja SKPD melalui sinkronisasi priroitas pembangunan

hasil musrenbangcam dan hasil DKT, dengan memperhatikan renstra

SKPD, Evaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun

sebelumnya, dan pagu indikatif pendanaan masing – masing urusan

pemerintahan daerah yang akan dituangkan dalam rancangan RKPD

b) Tujuan Musrenbangkot

Untuk menyempurnakan rancangan RKPD yang memuat

prioritas dan garis besar kebijakan pembangunan daerah, merumuskan

rancangan kebijakan pengalokasian DPK dan menginformasikan

usulan kegiatan untuk didanai dengan APBD Provinsi dan APBN.

3. Faktor-Faktor Hambatan dalam Penyelenggaraan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta

Hukum dapat berlaku efektif, jika telah dapat dilaksanakan dengan

baik. Terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis dalam hal

implementasi peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2009

terhadap penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan di Kota

Surakarta. Namun dalam evaluasi yang dilakukan masih terdapat

kekurangan dalam penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan

di Kota Surakarta.

Dari hasil wawancara dengan Bapak Untara, S.H. selaku Kabag

Hukum Kota Surakarta pada tanggal 16 Oktober 201063, kendala yang

terjadi dari pengamatan tim dalam pelaksanaan Musrenbangkot adalah yang

paling sering di Kecamatan dan Kelurahan mengenai proses pencairan dana

63 Wawancara dengan Untara SH, selaku Kabag Hukum Pmerintah Kota Surakarta, tanggal 16 Oktober 2010.

Page 99: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

harus disertai dengan proposal dari tingkat Kelurahan, terkadang dari

Kelurahan proses pembuatan proposal lambat, dari pihak kota terkadang

juga memberikan waktu yang relatif singkat jadi dalam hal ini secara tidak

langsung menghambat keluarnya dana. Kendala berikutnya mengenai

masalah laporan pertanggungjawaban, dalam implementasinya panitia

pelaksana pembangunan terlambat dalam pembuatan laporan

pertanggungjawaban khususnya dalam laporan penggunaan dana

pembangunan dari DPK (Dana Pembangunan Kelurahan).

Kemudian beberapa hambatan lain yang diperoleh penulis dari

penelitian di lapangan yang menghambat kelancaran pelaksanaan

Musrenbang. Hambatan-hambatan tersebut antara lain :

a. Pola perencanaan pembangunan partisipati melalui forum

Musrenbangkot walaupun sudah berjalan dari tahun 2001 akan tetapi

masih merupakan hal yang baru bagi masyarakat yang sebelum-

sebelumnya tidak berpatisipasi secara langsung. Karena biasanya

orang-orang yang ikut merupakan orang-orang lama, sehingga

masyarakat yang lain seakan masih menjadi hal yang baru. Serta dalam

proses persiapan baik pelaksanaan Musrenbangkel, Musrenbancam dan

Musrenbangkot nampak tergesa-gesa karena waktunya yang mepet.

b. Proses sosialisasi jadwal pelaksanaan Musrenbangkel,

Musrenbangcam, dan Musrenbangkot yang kurang lancar dan

persiapan sosial yang dibutuhkan untuk melaksanakan perencanaan

pembangunan partisipatif terlalu pendek dan kurang memperhatikan

aspek pembelajaran. Proses pelaksanaan hanya mengejar output

program, bukan menekankan pada proses pembelajaran

bermusyawarah secara partisipatif.

c. Masyarakat belum memiliki kesadaran yang memadai untuk

membedakan antara harapan dan kebutuhan. Kesan yang ditangkap

Page 100: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

program yang diusulkan oleh warga kebanyakan masih bersifat

harapan, belum berupa suatu kebutuhan.

d. Kemampuan masyarakat menyusun perencanaan masih kurang.

e. Representasi kelompok-kelompok peserta musyawarah masih

homogen, kurang mengadopsi kelompok-kelompok lain.

f. Kesan birokratis masih sangat menonjol dan dominan.

Dari data diatas dapat dilihat seberapa besar partisipasi warga Solo

dalam ikut menentukan kebijakan, ikut andil dalam pelaksanaan dan juga

ikut dalam memberikan masukan terhadap permasalah yang terkait dengan

penyelenggaraan musrenbang di Kota Surakarta. Karena partisipasi

masyarakat akan sangat menentukan tujuan pembangunan pembangunan

daerah. Hal ini berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat di daerah.

4. Prespektif Ke Depan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan di Kota Surakarta

Harapan masyarakat terhadap penyelenggaraan Musyawarah

perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta begitu besar. Mengingat

semua pembangunan daerah yang ada di Kota Surakarta dijalankan

melalui proses perencanaan pembangunan yang partisipatif. Dari data yang

diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, ada beberapa

pandangan prespektif ke depan penyelenggaraan musrenbang di Kota

Surakarta, dari beberapa komponen pendukung pelaksanaan musrenbang

antara lain sebagai berikut :

a. Peran BAPEDA

Bapeda mempunyai peranan yang sangat strategis dalam

melaksanakan perencanaan pembangunan yang partisipatif, karena

ditangan badan inilah semua perencanaan pembangunan baik yang

Page 101: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bersifat mikro maupun makro dirumuskan dan diimplementasikan

untuk melaksankan pembangunan. Kalau melihat kegiatan BAPEDA,

paling tidak ada tiga besaran kegiatan setiap tahunnya. Kegiatan

pertama BAPEDA adalah harus menyusun rencana program

pembangunan untuk satu tahun ke depan. Kedua menyusun anggaran

program pembangunan, melaksanakan dan ketiga adalah

mengendalikan serta melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

program satu tahun sebelumnya.

Dengan demikian untuk mengatasi berbagai hambatan yang

muncul maka BAPEDA harus melakukan peningkatkan kemampuan

managerial, ketrampilan berkomunikasi, kemampuan melakukan

networking dengan kelompok-kelompok strategis di masyarakat serta

perubahan sikap yang lebih terbuka dan proaktif terhadap masyarakat,

merupakan tantangan yang mau tidak mau harus ditanggapi dengan

sikap arif dan professional oleh seluruh jajaran, baik jajaran pimpinan

maupun staf di BAPEDA Kota Surakarta.

b. Peran DPRD

DPRD Kota Surakarta harus aktif dalam pelaksanaan

Musrenbangkot, hal ini merupakan peran yang diharapkan oleh

masyarakat. Pada era otonomi daerah sekarang ini, peran DPRD

merupakan peran yang sangat sentral dalam menentukan arah dan

pelaksanaan pembangunan Kota. Sehingga tanpa adanya dukungan

yang positif dari kalangan DPRD, maka proses ini dapat terhenti

ditengah jalan. Kehadiran para anggota DPRD merupakan indikasi

positif bahwa mereka mendukung pelaksanaan perencanaan

pembangunan partisipatif malalui Musrenbangkot. Kehadiran dan

dukungan anggota DPRD dapat mampu meningkatakan motivasi

warga setempat untuk berpatisipasi dalam kegiatan tersebut. Dengan

Page 102: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

demikian sikap pro aktif dari DPRD sangat dibutuhkan dalam

pelaksanaan Musrenbangkot.

c. Keterlibatan LSM

Ruang partisipasi yang terbuka lebar ini sebaiknya

dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak, masyarakat, stake

holders, DPRD maupun LSM untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan

pembangunan masyarakat. Peran aktif LSM dapat membuat

pelaksanan Musrenbangkot lebih matang. Karena LSM selalu kritis

dalam suatu forum dan memberikan masukan-masukan yang positif

untuk pembangunan Kota. LSM dapat melakukan suatu bentuk

pengawasan secara indpenden sesuai dengan lembaganya. Dengan

demikian agar keterlibatan LSM dapat optimal maka perlu kerjasama

yang baik antara pemerintah Kota dengan berbagai LSM yang ada di

Kota Surakarta agar mereka mau untuk berpartisipasi secara langsung

dalam kegiatan baik Musrenbangkel, Musrenbangcam,

Musrenbangkot.

d. Conflict Resolution

Masyarakat belum memiliki kesadaran yang memadai

untuk membedakan antara harapan dan kebutuhan. Kesan yang

ditangkap program yang diusulkan oleh warga kebanyakan masih

bersifat harapan, belum berupa suatu kebutuhan. Kemudian

representasi kelompok-kelompok peserta musyawarah masih

homogen, kurang mengadopsi kelompok-kelompok lain dan bersifat

individual. Adanya perbedaan suku, golongan, ras, dan agama dari

masing-masing masyarakat dalam forum Musrenbangkot akan

berpotensi menimbulkan konflik, apalagi dengan adanya sistem multi

partai sekarang ini, potensi konflik antar masyarakat juga bisa muncul.

Untuk mengatasi hambatan atau masalah tersebut, sesuai dengan

tujuan Musrenbangkel, Musrenbangcam, dan Musrenbangkot

Page 103: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperlukan suatu kohesifitas atau komunikasi dan kebersamaan

diantara warga masyarakat Kota Solo. Dengan mempertemukan

berbagai elemen masyarakat dalam suatu musyawarah perencanaan

pembangunan, diharapkan mampu mengurangi berbagai konflik yang

muncul di pelaksanaan perencanaan pembangunan partisipatif baik di

Musrenbangkel, Musrenbangcam, dan Musrenbangkot.

d. Monitoring dan Evaluasi

Dalam proses perencanaan pembanguan pertisipatif, hal

yang penting dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi. Untuk

melaksanakan monitoring dan evaluasi harus dilakukan dengan

pendekatan partisipatif, jadi melibatkan masyarakat secara langsung

agar mengetahui secara langsung berkaitan dengan prosesnya dan lebih

terbuka. Hal ini untuk menghilangkan kesan birokratis bahwa untuk

urusan monitoring dan evaluasi selalu dipegang oleh pemerintah Kota,

apabila dalam proses monitoring dan evaluasi di lakukan oleh

pemerintah Kota maka harus dilakukan secara terbuka dan dan

bertanggungjawab sehingga menimbulkan kepercayaan dari

masyarakat kepada pemerintah.

B. Pembahasan

1. Implementasi Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun

2009 terhadap Penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta

Sebagaimana telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka, bahwa

kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang ditetapkan dan

dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan mempunyai tujuan tertentu.

Semenjak tahun 2001, Pemerintah Kota Surakarta telah melakukan

perubahan pendekatan dalam melaksanakan pembangunan. Jika semula

pendekatan pembangunan menggunakan pendekatan top-down, sekarang

dirubah menjadi pendekatan buttom-up yang melibatkan partisipasi

masyarakat. Pembangunan yang melibatkan masyarakat itu selanjutnya

dikenal sebagai model Perencanaan Pembangunan Parisipatif yang

Page 104: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pelaksanaannya melalui kegiatan Musrenbangkel, Musrenbangcam, dan

Musrenbangkot.

Pelaksanaan Musrenbangkot tidak selalu dihubungkan dengan

perencanaan pembangunan dari segi infrastruktur saja tetapi dalam segala

bidang, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial

budaya, pariwisata, dan lain sebagainya. Kemudian dalam

pelaksanaannya, kegiatan Musrenbangkot mempuyai beberapa fungsi.

Secara umum Musrenbangkot mempuyai fungsi antara lain sebagai

berikut :

a. Sebagai sarana partisipasi dan wadah komunikasi masyarakat dalam

pelaksanaan pembangunan di Kota Surakarta

Partisipasi mengandung makna keikutsertaan total masyarakat

dalam suatu aktifitas. Musrenbangkot berfungsi sebagai tempat

partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan untuk

dapat tersalurkannya berbagai aspirasi masyarakat ditingkat Kelurahan.

Jadi masyarakat terlibat langsung dalam proses pelaksanaan

perencanaan pembangunan baik dalam forum Musrenbangkel,

Musrenbangcam, maupun Musrenbangkot.

Kemudian untuk membangun Komunikasi yang baik antara

komponen masyarakat Solo, kalangan eksekutif, legeslatif dan stake

holders untuk membangun kota Solo dengan asas kebersamaan,

kemitraan, dan partisipasi. Komunikasi tersebut dipergunakan untuk

menjembatani kesenjangan komunikasi para pihak, karena sulitnya

hubungan yang dibangun akibat kondisi masa lalu. Komunikasi yang

dimaksud memiliki dua tujuan. Tujuan yang pertama adalah sebagai

strategi untuk membangun hubungan antara individu dari pemerintah

Kota, khususnya BAPEDA, Perguruan Tinggi, LSM, maupun

masyarakat membangun pertemanan. Tujuan yang kedua adalah untuk

membangun kesamaan perspektif, pemikiran dan konsep mengenai

perencanaan pembangunan partisipatif melalui Musrenbangkot.

b. Untuk Membentuk Kelembagaan Sosial Masyarakat

Page 105: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Membangun kelembagaan masyarakat yang kuat sebagai alat

untuk menyatukan aspirasi dan menyatukan cara pandang dan

menyatukan kebutuhan manusia di dalam pembangunan serta dapat

meningkatkan meningkatkan kemampuan, kesejajaran, kemitraan

yang sama dengan stake holders yang lain. Selain itu dapat

memperkuat mekanisme perencanaan pembangunan kota yang lebih

berorientasi pada kepentingan masyarakat dengan melibatkan seluruh

komponen sosial masyarakat dengan pendekatan yang lebih

demokratis dan partisipatif.

c. Sebagai Sarana Mewujudkan Good Governance dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Kota Surakarta

Fungsi Musrenbangkot berikutnya adalah untuk dapat

mewujudkan masyarakat yang bersih dan transparan (Good

Governance). Terwujudnya Good Governance mengandaikan jika

masyarakat sudah terwujud adanya demokrasi, pluralitas, pengambilan

keputusan yang partisipatif, tanggungjawab pelayanan yang lebih

besar, keterbukaan informasi serta menghargai perbedaan yang ada di

dalam masyarakat. Good Governance adalah suatu wujud partisipasi

semua pihak, tanpa membedakan pihak itu pemerintah, masyarakat,

perguruan tinggi, LSM maupun kalangan privat. Tujuan Good

Governance tidak cukup sekedar mengefisienkan dan memprivatisasi

pelayanan publik akan tetapi tujuan Good Governance adalah untuk

mengantarkan masyarakat Indonesia sejahtera, adil dan makmur.

Dengan demikian dari forum Musrenbangkot dapat berfungsi sebagai

sarana perwujudan Good Governance di Kota Surakarta.

d. Pedoman dan Acuan Penyusunan Prioritas Pembangunan dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta

Musrenbangkot digunakan sebagai sarana untuk menyusun

prioritas program-program pembangunan yang layak, tepat guna dan

mampu meningkatkan kesejahteraan warga Kota Solo khususnya dan

bangsa Indonesia pada umumnya. Selain itu juga hasil dari

Page 106: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Musrenbangkot digunakan untuk bahan menyusun Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta yang

didasarkan dari perencanaan program-program pembangunan ditingkat

Kota yang telah tersusun.

Dengan demikian, kebijakan pelaksanaan Musrenbang di

Pemerintah Kota Surakarta, adalah suatu tindakan yang diambil

(diputuskan) dan dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh

Pemerintah Kota Surakarta dengan tujuan untuk melaksanakan

perencanaan pembangunan partisipatif di Kota Surakarta dengan

melibatkan semua komponen masyarakat baik dari leading sector dan

dari masyarakat serta pihak-pihak yang berkepentingan stake holders

sesuai dengan ketentuan Peraturan Walikota Nomor 18-A tahun 2009

tentang Petunjuk teknis dan pelaksaan Musrenbang di Kota Surakarta.

Untuk menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) di Kota Surakarta, maka telah dilakukan

langkah-langkah konkrit sebagaimana diamanatkan oleh Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional yaitu bahwa dalam rangka penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Surakarta sebagaimana

diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional perlu dilaksanakan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Kelurahan, Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Kecamatan, Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota. Agar penyelenggaraan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan, Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Kecamatan, Forum Satuan Kerja Perangkat

Daerah, dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota berjalan

sebagaimana mestinya diperlukan pedoman penyelenggaraan dan

petunjuk teknis pelaksanaannya. Dengan demikian Pemerintah Kota

Surakarta, sebagian bagian dari Negara memiliki wewenang untuk

menyelenggarakan Perencanaan Pembangunan yang partisipatif

Page 107: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

melalui Musrenbangkot. Hal ini dilakukan untuk menyalurkan aspirasi

masyarakat untuk pembangunan yang ada di Kota Surakarta dan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan dasar Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional secara yuridis Pemerintah Kota Surakarta

mempunyai wewenang untuk melaksanakan Musrenbangkot.

Sesuai dengan pasal-pasal yang ada di dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, Walikota Surakarta bertanggungjawab penuh terhadap

pelaksanaan pembangunan di Kota Surakarta, dengan demikian dalam

melaksanakan tugasnya Walikota Surakarta dibantu oleh Kepala BAPEDA

untuk menyusun program-program perencanaan pembangunan yang

terarah dan tepat sasaran sesuai dengan potensi daerah masing-masing

untuk kesejahteraan rakyatnya berpedoman pada RRJM Daerah dan RPJP

Daerah.

Dalam Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dijelaskan bahwa

salah satu tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah

menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah,

antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antar pusat dan

daerah dan tujuan yang terpenting adalah mengoptimalkan partisipasi

masyarakat dalam perencanaan pembangunan yang ada di daerah masing-

masing.

Selanjutnya, dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

disebutkan bahwa “Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah

yang penyususunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP) Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah

kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan

umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, Lintas Satuan Kerja

Page 108: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perangkat Daerah, dan program kewilayahan, disertai dengan rencana-

rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang

bersifat indikatif”. Kemudian Pasal 5 ayat (3) menjelaskan bahwa

“Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari

RPJM Daerah dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP),

memuat kerangka otonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana

kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh

pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi

masyarakat”. Kepala BAPEDA berwenang menyiapkan rancangan,

menyusun rancangan akhir RPJP Daerah. Kemudian berwenang

menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) Jangka Panjang Daerah sesuai dengan Pasal 11 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Di dalam Pasal 15 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dijelaskan bahwa

“Kepala BAPEDA berwenang menyusun rancangan RPJM Daerah dengan

berpedoman pada RPJP Daerah”. Kemudian di dalam Pasal 20 ayat (2)

dijelaskan bahwa “Kepala BAPEDA berwenang untuk menyiapkan

rancangan awal Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD).

Kemudian dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dijelaskan bahwa :

a. Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertangungjawab atas

perencanaan pembangunan daerah di daerahnya.

b. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah, Kepala

Daerah dibantu oleh Kepala BAPEDA. Pimpinan Satuan Kerja

Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan pembangunan

daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

c. Dalam hal ini Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi,

sinkronisasi, dan sinergi perencanaan pembangunan antar

Kabupaten/Kota.

Page 109: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan demikian Pemerintah Kota Surakarta, sebagian bagian dari

Negara memiliki wewenang untuk menyelenggarakan Perencanaan

Pembangunan yang partisipatif melalui Musrenbangkot. Hal ini dilakukan

untuk menyalurkan aspirasi masyarakat untuk pembangunan yang ada di

Kota Surakarta dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan

dasar Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional secara yuridis Pemerintah Kota Surakarta

mempunyai wewenang untuk melaksanakan Musrenbangkot.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut perlu ditetapkan

Peraturan Walikota Surakarta tentang Pedoman Penyelenggaraan dan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Kelurahan, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan, Forum

Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Kota.

Sehubungan dengan amanat tersebut, maka untuk melaksanakan

Musrenbang BAPPEDA selaku badan pelaksana ditunjuk untuk

menyelenggarakan Musrenbang pada tiap tahunnya. Penetapannya

berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2009

tentang Petunjuk teknis Pelaksanaan Musrenbang di Kota Surakarta.

Sebagai Ketua dijabat oleh Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah Kota Surakarta. sedangkan anggotanya terdiri dari Kepala Bidang

dan Ka. Sub. Bid di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota

Surakarta. Adapun peran Tim Penyelenggara dan Pembantu Pelaksana

Musyawarah Perencanaan Pembangunan sebagaimana disebutkan dalam

Peraturan Walikota Nomor 18-A Tahun 2009 adalah Bappeda mempunyai

peranan yang sangat strategis dalam melaksanakan perencanaan

pembangunan yang partisipatif, karena ditangan badan inilah semua

perencanaan pembangunan baik yang bersifat mikro maupun makro

dirumuskan dan diimplementasikan untuk melaksankan pembangunan.

Kalau melihat kegiatan BAPPEDA, paling tidak ada tiga besaran kegiatan

setiap tahunnya. Kegiatan pertama BAPPEDA adalah harus menyusun

Page 110: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

rencana program pembangunan untuk satu tahun ke depan. Kedua

menyusun anggaran program pembangunan, melaksanakan dan ketiga

adalah mengendalikan serta melakukan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program satu tahun sebelumnya.

Dengan adanya Peraturan Walikota Surakarta tersebut dapat

memberikan gambaran kepada kita bahwa Tim Penyelenggara dan

Pembantu Pelaksana Pelaksanaan Musrenbang mendapat wewenang penuh

untuk melaksanakan penyelenggaraan Musyawarah perencanaan

pembangunan di Pemerintah Kota Surakarta. Dalam melaksanakan tugas

kewenangannya Tim Penyelenggara dan Pembantu Pelaksana

Penyelenggaraan Musrenbang mengacu pada ketentuan Peraturan

Walikota Nomor 18-A Tahun 2009, sehingga dalam tata cara

pelaksanaannya harus sesuai dengan Pasal-Pasal yang termuat dalam

Peraturan Walikota tersebut.

Agar penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta dapat

berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku meningkatkan kedisiplinan

bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta,

dilakukan sosialisasi mengenai penyampaian Petunjuk teknis dan

pelaksana kepada seluruh jajaran SKPD di lingkungan Pemerintah Kota

Surakarta. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mila Yuniarti, ST, MM

salah satu Pegawai BAPPEDA sebagai berikut:64

“Ya memang sebelum dilaksanakan Musrenbang pada setiap tahunnya setiap akhir tahun saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan sosialisasi dan pemberitahuan petunjuk teknis dan pelaksana melalui peraturan walikota. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan Musrenbang nantinya dapat berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku yang termuat di dalam peraturan walikota tersebut. Tentunya peraturan walikota ini mengacu pada pertaturan perundang-undangan di atasnya. Agar dalam pelaksanaannya di berseberangan. Jadi menurut saya pelaksanaan musrenbang tidak ada masalah, dan sesuai dengan apa yang telah dengan Peraturan walikota No 18-a tahun 2009. Tim Bappeda sendiri setiap melangkah baik itu dalam Musrenbangkel, Musrenbangcam, forum SKPD, maupun Musrenbangkot selalu

64 Wawancara dengan Mila Yuniarti, ST, MM salah satu staf BAPPEDA Kota Surakarta,

tanggal 19 Oktober 2010.

Page 111: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengiuti prosedur yang berlaku. Apabila ditanya kesesuaian pelaksanaan Musrenbang terhadap Peraturan yang berlaku ya sudah sesuai..”

Dengan demikian jelas bahwa Pemerintah Kota Surakarta selalu

melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta

sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk perwujudan perencanan

pembangunan partisipatif di Kota Surakarta. Hal ini tercermin dari

pernyataan Bapak Budi Suharto selaku Sekretaris Daerah Pemkot

Surakarta.

Sejalan dengan tujuan musrenbang di Kota Surakarta yaitu

menyempurnakan rencana kerja SKPD yang memuat prioritas

pembangunan sesuai dengan kemampuan daerah implementasi peraturan

walikota Surakarta Nomor 18-A tahun 2009 harus dilakukan di dalam

penyelenggaraan musrenbang di Kota Surakarta.

Di dalam proses implementasinya masih belum bisa berjalan dengan

lancar. Peserta yang hadir di dalam penyelenggaraan musrenbang belum

sesuai dengan apa yang ada di dalam ketentuan Perwali tersebut. Banyak

delegasi-delegasi dari semua komponen unsur masyarakat tidak hadir pada

tahapan penyelenggaraan musrebang yaitu di forum musrenbangcam.

Kebanyakan yang lengkap hanya di forum musrenbangkel. Kemudian

ketewakilan perempuan yang diharapkan hadir minimal 30 % akan tetapi

kenyataannya tidak sesuai dengan ketentuan Perwali, hanya beberapa

orang yang berjenis kelamin perempuan yang hadir, itupun yang menjabat

misalnya ketua RT atau Ketua RW di dalam forum Musrenbangkel.

Selanjutnya ketentuan-ketentuan Perwali yang belum di terapkan

dalam penyelenggaraan Musrenbang yaitu mengenai tim pelaksana

kegiatan pembangunan hasil musrenbang yang terkadang terkait hal

melaporkan hasil pelasanaan pembangunan sering molor dari jadwal, dan

akuntabilitas serta keterbukaan dalam penggunaan dana juga tidak

transparan. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya indikasi tindak pidana

korupsi. Kemudian ketentuan mengenai anggota monitoring yang harusnya

Page 112: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

beanggotakan dari semua elemen yaitu LPMK, Pemerintah Kelurahan,

Masyarakat terkait, selain yang telah duduk di Tim Perencana Kegiatan

Pembangunan dan Tim Pelaksana Kegiatan Pembangunan, stakeholders

pembangunan Kelurahan (orang yang paham terhadap obyek monitoring

dan evaluasi) tetapi dalam kenyataannya belum sesuai dengan ketentuan

yang ada, hanya tim dari kelurahan saja yang aktif dalam monitoring.

Akan tetapi juga ada beberapa ketentuan yang sudah sesuai dan sudah

dijalankan dengan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku terkait

dengan mekanisme penyelenggaraan teknis acara pada masing-masing

forum Musrenbang. Baik di dalam Pra maupun pada acara inti masing-

masing forum Musrenbang. Hasil yang dikeluarkan pada masing-masing

forum juga sudah baik sesuai dengan harapan pemerintah yaitu prioritas

pembangunan yang sesuai dengan rencana kerja SKPD Pemerintah Kota

Surakarta.

Menyangkut output dari sistem hukum yang berupa peraturan-

peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh pihak yang

diatur maupun pihak yang mengatur. Dalam hal komponen substansi dari

permasalahan penelitian yang dilakukan ini adalah menyangkut peraturan

yang menjadi acuannya utamanya adalah Peraturan Walikota Nomor 18-A

Tahun 2009 tentang Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan, Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Kecamatan, Forum SKPD, dan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Kota. Sedangkan peraturan lain yang menjadi

acuannya adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional. Serta mengacu juga pada Surat

Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor

0008/M.PPN/01/2007-050/264A/SJ perihal Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Musrenbang kemudian Surat Edaran Gubernur Jawa

Tengah Nomor 050/22268 Tanggal 30 Desember 2008 tentang Pedoman

Page 113: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Umum Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tahun

2009;

Dengan mendasar pada keempat komponen utama peraturan

pemerintah tersebut, terutama dengan Peraturan Walikota Nomor 18-A

Tahun 2009, Pemerintah Kota Surakarta telah berhasil melaksanakan

sekaligus merumuskan Rencana Kerja tiap-tiap Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) dari hasil adanya Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Kota Surakarta.. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Anung

Indro Susanto, MM selaku Kepala BAPPEDA Kota Surakarta dinyatakan

sebagai berikut :

“ada beberapa perubahan strategis berkaitan dengan substansi hukum atau aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan lain yang digunakan untuk pelaksanaan Musrenbang di Kota Surakarta, perubahan-perubahan strategis itu semata-mata demi terciptanya perencanaan pembangunan yang lebih partisipatif, melibatkan berbagai elemen masyarakat yang berkepentingan yang mengutamakan prioritas pembangunan bukan hanya untuk kepentingan sesaat. Hal ini juga untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimangan dalam hal pelaksanaan hasil Musrenbang itu sendiri.”65 Dari hasil pernyataan tersebut, Peraturan Walikota Nomor 18-A

Tahun 2009 tentang Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Musenbang di Kota Surakarta masih banyak kelemahan dan perlu

dilakukan perubahan-perubahan, perubahan-perubahan strategis yang

dimaksud antara lain sebagai berikut :

a. Dasar Hukum

Dari yang semula hanya mengacu pada Surat Edaran Gubernur

Jawa Tengah, telah diambil kebijakan dengan menambah acuan dan

pedoman untuk pelaksanaan Musrenbang yaitu dengan penambahan

adanya pemberlakuan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009

tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelimpahan Urusan

65 Wawancara dengan Bapak Drs. Anung Indro Susanto selaku Kepala BAPPEDA Kota

Surakarta, tanggal 20 Oktober.

Page 114: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Lurah, SE GUB JATENG

Nomor 050/22268 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

musrenbang Tahun 2009 dari yang sebelumnya hanya mengacu pada

Surat edaran Gubernur saja. (BAB I, Pasal 1, ayat 1, Halaman 6)

b. Ketentuan Umum

Sebelumnya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK), Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, Lembaga

Keswadayaan Masyarakat, Pemangku Kepentingan Pemangunan

belum ada sekarang dibentuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan (LPMK) yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Tingkat

Kelurahan sebagai wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat

sebagai mitra Pemerintah Kelurahan dalam menampung dan

mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di bidang

pembangunan. Hal ini untuk mendorong pemberdayaan masyarakat

dari tingkat kelurahan untuk mandiri tidak selalu tergantung terhadap

Pemerintah Kota. Selanjutnya adanya Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, selanjutnya disebut PNPM

Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan

sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program – program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, yang

dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta

mekanime dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan

pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat

dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

Selanjutnya adanya Lembaga Keswadayaan Masyarakat, yang

selanjutnya disingkat LKM adalah lembaga pimpinan kolektif

masyarakat warga / penduduk suatu kelurahan yang terdiri dari

disepakati bersama dan dapat mewakili masyarakat dalam berbagai

kepentingan khususnya terkait pelaksanaan PNPM Mandiri.

Pemangku Kepentingan Pembangunan, selanjutnya disebut

Stakeholders adalah pihak yang berkepentingan untuk mengatasi

Page 115: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

permasalahan dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah

pada setiap tingkatan.

Kemudian perubahan mengenai pengertian dan maksud dari

Dana Pembangunan Kelurahan dari yang semula hanya dijelaskan

secara umum sekarang menjadi Dana Pembangunan Kelurahan,

selanjutnya disebut DPK adalah bantuan keuangan Pemerintah Kota

Surakarta yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kota Surakarta ditujukan kepada masyarakat melalui SKPD

Kelurahan untuk digunakan membiayai kegiatan pembangunan

kelurahan, sesuai prioritas yang ditetapkan dalam Musrenbangkel

tahun sebelumnya, meliputi Biaya Pelaksanaan Kegiatan dan Biaya

Operasional Kegiatan. Perubahan lainnya yang sebelumnya belum ada

adalah Bantuan Langsung Masyarakat Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, selanjutnya disebut BLM PNPM

Mandiri adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada

kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang

direncanakan oleh masyarakat dalam rangka pelaksanaan PNPM

Mandiri.

Perubahan strategis lainnya berhubungan dengan

kedudukan masing-masing tahap Musrenbang yaitu sebagai berikut :

a. Kedudukan Musrenbangkel

Sebelumnya yaitu Sebagai forum tahunan tertinggi di tingkat

kelurahan dalam penyusunan dan penetapan rumusan kegiatan,

prioritas dan penetapan Daftar Skala Prioritas pembangunan tahun

berikutnya. Sekarang menjadi merupakan forum tahunan

stakeholders ditingkat kelurahan dalam penyusunan dan penetapan

rumusan kegiatan serta Daftar Skala Prioritas kegiatan

pembangunan, yang hasilnya sebagai rujukan kegiatan

pembangunan tahun berikutnya

Page 116: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Kedudukan Musrenbangcam

Sebelumnya yaitu Sebagai forum tahunan tertinggi di tingkat

kecamatan dalam penyusunan rumusan kegiatan pembangunan tahun

berikutnya. Sekarang menjadi Sebagai forum tahunan stakeholders di

tingkat kecamatan dalam penetapan pengelompokan prioritas

permasalahan dan Daftar Skala Prioritas sebagai rujukan kegiatan

pembangunan tahun berikutnya

c. Kedudukan forum SKPD

Sebagai forum sinkronisasi dan sinergitas antara program /

kegiatan prioritas SKPD dengan prioritas permasalahan dan kegiatan

pembangunan hasil musrenbangcam dan hasil DKT

d. Kedudukan Musrenbangkot

Kedudukan Musrenbangkot sebagai forum musyawarah

stakeholders di tingkat kota dalam rangka penyempurnaan rancangan

RKPD berdasarkan prioritas dan kebijakan pembangunan kota

Tujuan dari masing-masing tahap pelaksanaan Musrenbang juga

mengalami perubahan strategis, yaitu :

a. Tujuan Musrenbangkel

Untuk menyusun dan menetapkan Daftar Skala Prioritas

Kegiatan Pembangunan maupun kegiatan unggulan tahunan tingkat

kelurahan yang akan dibiayai dengan alokasi anggaran dalam SKPD

Kelurahan (sesuai pelimpahan kewenangannya), DPK didukung dengan

swadaya, BLM PNPM Mandiri didukung dengan swadaya, atau sumber

dana lainnya, serta rumusan kegiatan pembangunan yang akan diajukan

untuk dibahas pada Musrenbangcam

b. tujuan Musrenbangcam

Untuk menyusun dan menetapkan Daftar Skala Prioritas

Pembangunan tingkat kecamatan yang berasal dari hasil musrenbangkel

yang disinkronkan dengan prioritas pembangunan daerah.

c. tujuan Forum SKPD

Page 117: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk menyusun dan menetapkan DSP kegiatan dalam

rancangan renja SKPD melalui sinkronisasi priroitas pembangunan

hasil musrenbangcam dan hasil DKT, dengan memperhatikan renstra

SKPD, Evaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun

sebelumnya, dan pagu indikatif pendanaan masing – masing urusan

pemerintahan daerah yang akan dituangkan dalam rancangan RKPD

d. Tujuan Musrenbangkot

Untuk menyempurnakan rancangan RKPD yang memuat

prioritas dan garis besar kebijakan pembangunan daerah, merumuskan

rancangan kebijakan pengalokasian DPK dan menginformasikan

usulan kegiatan untuk didanai dengan APBD Provinsi dan APBN

Dari beberapa perubahan strategis yang ada di dalam petunjuk

teknis merupakan cara untuk peningkatan daya partisipasi masyarakat

agar lebih aktif. Dari sisi pemerintah Kota Surakarta juga beberapa

perubahan strategis tersebut untuk lebih memaksimalkan kinerja dari

satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah Kota

Surakarta, agar dijalankan sesuai dengan aturan yang berlaku dan

meminimalkan tindakan penyelewengan yang dilakukan aparat

pemerintah selaku pihak penyelenggara. Semisalnya tindakan

penyelewengan dana rumusan hasil musrenbang atau tindakan korupsi.

Sesuai dengan slogan pemerintahan Jokowi-Rudy yaitu “berseri tanpa

Korupsi” yang selama ini menjadi jargon tersendiri. Karena bisa terjadi

kemungkinan adanya tindakan penyelewengan tersebut.

Korupsi merupakan perilaku buruk yang mencerminkan

lunturnya nilai-nilai kedisiplinan.66 Jadi apabila perilaku aparat

pemerintah tidak sejalan dengan slogan pemerintahannya akan

berakibat fatal bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan

Pemerintah Kota Surakarta. Manusia dalam kehidupan sosialnya tidak

bisa menghindar dari pengaruh lingkungan sekitarnya, baik lingkungan

66 Hokky Sitangkir, “The Dynamics of Corruptions Artificial Society Approach,” Journal

of Social Complexity (1) 3: September 2003, hlm. 17.

Page 118: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sosial maupun lingkungan alam. Apalagi pengaruh lingkungan sosial

seperti keluarga, maka jika permasalahan yang dihadapi merupakan

masalah yang pelik, maka niscaya tidak mudah untuk

menyelesaikannya. Dan hal ini akan sangat mengganggu secara psikis

kepada orang yang bersangkutan, sehingga bisa menyebabkan suasana

hati menjadi tidak nyaman dan menjadi malas untuk beraktivitas.67

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Bapak Budi

Suharto Sekretaris Daerah Kota Surakarta sebagai berikut :

“Sebenarnya pelaksanaan Musrenbangkot memungkinkan

terjadinya kerawanan untuk adanya tindakan penyelewengan dana

terutama pada penyaluran Dana Pembangunan Kalurahan (DPK). Hal

ini dikarenakan bahwa pendistribusian dana tersebut langsung di

berikan ke kelurahan jadi pengawasan tidak bisa langsung diawasi oleh

pemkot, karena kelurahan diberikan porsi sendiri untuk mengelola

dana tersebut, akan tetapi seiring berjalannya waktu kesadaran

masyarakat juga sudah terbuka lebar, sampai saat ini minim sekali

terjadi bentuk pelanggaran dari pelaksanaan musrenbang terutama

terkait hasil dari musrenbang baik dari segi penyelenggaraan dan

penggunaan dananya. Pemerintah kota Surakarta juga sudah

membentuk tim pengawas independent dan bekerja sama dengan LSM

untuk membantu pengawasan tersebut. Dari jajaran perangkat SKPD

juga walikota sudah memberikan mandate khusus kepada jajaran di

bahwanya seperti camat dan lurah untuk terus memonitoring dari

pelaksanaan hasil pembangunan Musrenbang. Setelah adanya

pengawasan juga dilakukan evaluasi dari hasil pembangunan agar ke

depan dapat lebih baik lagi sesuai dengan prioritas yang diutamakan.

Sehingga dari komponen kultur belum bisa sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang ada di dalam Peraturan Walikota tersebut.”68

67 Azizi Yahaya, “Discipline Problem Among Secondary School Student In Johor Bahru

Malaysia,” E European Journal of Social and Sciences, Vol. 11 Number 4 (2009). 68 Wawancara dengan Bapak Budi Suharto selaku Sekretaris Daerah Kota Surakarta,

tanggal 26 Juli 2010.

Page 119: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Peraturan Walikota Nomor 18-A Tahun 2009 Tentang Pedoman

dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musrenbangkel, Musrenbangcam,

Forum SKPD dan Musrenbangkot di Kota Surakarta Peraturan dibuat jelas

ditujukan kepada semua orang yang ambil bagian dalam pelaksanaannya,

baik dari Pemerintah dalam hal ini Pemkot Surakarta melalui Bappeda,

kemudian dari Jajaran SKPD, Stake Holders dari kalangan masyarakat dan

seluruh warga yang berkepntingan dalam pelaksanaan musrenbang

tersebut

Dengan demikian, maka setiap komponen dalam pelaksanaan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta berkewajiban

mengindahkan dan melaksanakan ketentuan dalam peraturan walikota

tersebut. Namun dalam praktek masih saja ada yang melakukan tindakan

yang menyimpang ketentuan Peraturan Walikota Nomor 18-A Tahun

2009. Dari hasil wawancara dengan Kepala Bappeda Surakarta Bapak Drs.

Anung Indro Susanto69 menjelaskan bahwa dari kita (pemerintah) sudah

sangat berupaya untuk mentaati segala peraturan yang ada dalam proses

pelaksanaan Musrenbang ini sesuai prosedur yang berlaku, akan tetapi

banyak delegasi-delegasi dari masing-masing perwakilan masyarakat yang

kurang paham dan menyimpak dari Peraturan walikota ini. Seakan-akan

acuh tak acuh terhadap pelaksanaan Musrenbangkot ini. Peran perempuan

yang di dalam peraturan walikota diharuskan minimal 30 persen juga tidak

bisa terpenuhi, tingkat keswadayaan masyarakat juga masih kurang

padahal di dalam peraturan walikota sudah menekankan sedemikian rupa.

Watak masyarakat masih suka di emong belum bisa mandiri. Masih terlalu

tergantung pada permerinta kota. Prioritas-prioritas kegiatan juga masih

belum bersifat primer atau utama terkadang materi-materi pembangunan

masih belum prioritas utama. Hal ini memang merupakan suatu

keniscayaan karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai keinginan-

keinginan, selain itu sebagai makhluk sosial juga sangat dipengaruhi oleh

69 Wawancara dengan Bapak Drs. Anung Indro Susanto, selaku Kepala BAPPEDA Kota

Surakarta, wawancara tanggal 24 November 2010.

Page 120: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berbagai faktor di luar dirinya, baik faktor sosial maupun faktor alam. Hal

ini jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia yang bersangkutan.

Dengan demikian kultur masyarakat yang masih belum bisa

mandiri , masih selalu tergantung terhadap pemerintah kota, maka dalam

pelaksanaan pembangunan pertitisipatif kurang bisa sejalan, karena dengan

model perencanaan pembangunan yang pertisipatif diharapkan semua

komponen bisa mandiri. Berawal dari usulan pembangunan kemudian

sinkronisasi, setelah itu pelaksanaan kegiatan pembangunan harus bisa

berkerja sama dengan pemerintah kota yang dibantu oleh swadaya

masyarakat.

Terkait dengan budaya hokum atau cara pandang seseorang terhadap

peraturan hokum, dalam hal ini adalah pandangan tentang Peraturan

Walikota Surakarta Nomor 18-A tahun 2009 tentang pedoman dan

petunjuk teknis penyelenggaraan musrenbang di kota surakarta, peneliti

telah mewawancarai beberapa tokoh dalam pelaksanaan musrenbang di

kota Surakarta yaitu wawancara dengan lurah Kalurahan Kratonan

surakarta Indradi AP, SH.70 “ menurut pandangan saya tentang Peraturan

Walikota mengenai Musrenbang dari segi formulasi, sudah bagus, memuat

berbagai ketentuan mengenai penyelenggaraan musrenbang, baik dari

musrenbangkel, musrenbangcam, musrenbangkot. Dari pengertian, tujuan

teknis penyelenggaraan sudah termuat jelas, akan tetapi dari segi sanksi

saya masih kurang begitu memahami ketentuannya, karena belum ada

kejelasan bagaimana semisal ada pelanggaran mengenai dari pelaksanaan

hasil musrenbangkot. Karena pelanggaran-pelanggaran mungkin saja bisa

terjadi dalam pelaksaksanaan pemabangunan dari hasil musrenbangkot.

Apalagi terkait dana pelaksanaan pembangunan yang ada di kalurahan

oleh tim penyelenggara pembangunan. Saya selaku lurah hanya bisa

mengawasi, akan tetapi payung hokum belum ada.”

Kemudian penulis juga mewawancarai Camat Serengan mengenai

pandangan hokum terkait peraturan walikota tentang pelaksanaan

70 Wawancara dengan lurah kratonan, Indradi AP, SH.tanggal 27 desember 2010

Page 121: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

musrenbang. Drs. Agus Wiyono. M.Si , beliau menjelaskan bahwa

“mengenai peraturan walikota sekarang tentang pelaksanaan musrenbang

sudah baik. Karena sudah dilakukan perubahan-perubahan strategis dari

peraturan walikota sebelumnya. Jadi dari prosedur dan formulasinya sudah

bagus, akan tetapi dari segi sanksi saya rasa ketentuannya masih belum

baik. Belum termuat jelas misalnya ntar ada pelanggaran dalam hal

penggunaan dana pembangunan. Di tingkat kecamatan saya bertugas

menjalankan perintah dari walikota dalam hal sinkronisasi hasil

musrenbangkel dengan renja SKPD sehingga menghasilkan rumusan yang

terbaik. Sesuai dengan ketentuan dari peraturan walikota tersebut.

2. Faktor – Faktor Hambatan dalam Pelaksanaan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta belum bisa sesuai

dengan harapan

Untuk membahas permasalahan di atas, maka kiranya perlu dikaji

dengan teori bekerjanya hukum. Sebagaimana telah ditulis Lawrence Meir

Friedmen dalam Esmi Warasih bahwa untuk penerapan sistem hukum

harus secara lengkap berdasar teori bekerjanya hukum sebagai suatu

proses, hal ini ada tiga komponen , yaitu : 71

a. Struktur Hukum (Legal Structure), yang mencakup institusi-instusi

penegak hukum termasuk penegak hukumnya;

b. Substansi Hukum (Legal Substance), mencakup aturan-aturan

hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis termasuk pola

perilaku nyata manusia yang termasuk dalam suatu sistem, bisa juga

berupa produk yang dihasilkan oleh orang yang berada pada suatu

sistem hukum, mencakup keputusan yang mereka ambil;

c. Kultur Hukum ( Legal Culture), mencakup sikap manusia terhadap

hukum dan sistem hukum – kepercayaan, nilai, pemikiran serta

harapannya.

71 Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis. PT. Suryandaru Utama,

Semarang, 2005. hlm. 30

Page 122: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari ketiga komponen di atas digunakan untuk menganalisis

faktor-faktor yang menghambat dalam penyelenggaraan Musrenbang di

Kota Surakarta. Pembahasannya sebagai berikut :

a. Komponen Struktur

Sebagaimana telah dikemukakan di depan bahwa dalam

pelaksanaan Musrenbang di Kota Surakarta telah didelegasikan

wewenang kepada Tim Penyelenggara dan Pelaksana dalam Hal

ini adalah Bappeda Kota Surakarta sesuai dengan Peraturan Walikota

Nomor 18-A Tahun 2009. Adapun Bappeda mempunyai peranan yang

sangat strategis dalam melaksanakan perencanaan pembangunan yang

partisipatif, karena ditangan badan inilah semua perencanaan

pembangunan baik yang bersifat mikro maupun makro dirumuskan

dan diimplementasikan untuk melaksankan pembangunan. Kalau

melihat kegiatan BAPPEDA, paling tidak ada tiga besaran kegiatan

setiap tahunnya. Kegiatan pertama BAPPEDA adalah harus menyusun

rencana program pembangunan untuk satu tahun ke depan. Kedua

menyusun anggaran program pembangunan, melaksanakan dan ketiga

adalah mengendalikan serta melakukan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program satu tahun sebelumnya.

Akan tetapi tidak selamanya dalam pelaksanaan

Musrenbangkot dapat selalu berjalan dengan baik dan lancar. Ada

kalanya dalam pelaksanaan Musrenbangkot di Kota Surakarta tidak

dapat terlaksana sesuai dengan harapan dan timbul suatu kendala atau

permasalahan. Dari hasil wawancara dengan Bapak Untara, S.H.

selaku Kabag Hukum Kota Surakarta pada tanggal 16 Oktober 201072,

kendala yang terjadi dari pengamatan tim kita dalam pelaksanaan

Musrenbangkot adalah yang paling sering di Kecamatan dan

Kelurahan mengenai proses pencairan dana harus disertai dengan

proposal dari tingkat Kelurahan, terkadang dari Kelurahan proses

72 Wawancara dengan Untara SH, selaku Kabag Hukum Pmerintah Kota Surakarta, tanggal 16 Oktober 2010.

Page 123: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembuatan proposal lambat, dari pihak kota terkadang juga

memberikan waktu yang relatif singkat jadi dalam hal ini secara tidak

langsung menghambat keluarnya dana. Kendala berikutnya mengenai

masalah laporan pertanggungjawaban, dalam implementasinya panitia

pelaksana pembangunan terlambat dalam pembuatan laporan

pertanggungjawaban khususnya dalam laporan penggunaan dana

pembangunan dari DPK (Dana Pembangunan Kelurahan).

Dari pernyataan tersebut jelas bahwa harapan dari pelaksanaan

sesuai dengan peraturan walikota untuk dapat berjalan dengan lancar

sesuai dengan petunjuk teknis yang berlaku belum seperti yang kita

harapkan, stuktur birokrasi pemerintah yang berbelit-belit dapat

menghambat dari pembangunan dari hasil musrenbang itu sendiri.

Kemudian panitia pelaksana pembangunan juga tidak mentaati

ketentuan yang ada di dalam peraturan walikota tersebut, sering

terlambatnnya terkait dengan laporan pertanggungjawaban penggunaan

dana pembangunan juga menjadi kendala tersendiri.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ir.

Endang Sri Haryani, MT selaku Kepala Bidang Penyusunan Program

BAPEDA Kota Surakarta tanggal 17 Oktober 201073 menjelaskan

bahwa kendala kesulitan untuk mencari data tentang kelompok-

kelompok sektoral maupun LSM, ini akan menghambat pelaksanaan

dari Musrenbangkot. Masalah waktu pelaksanaan terkadang waktunya

agak molor dari jadwal yang telah ditentukan di dalam petunjuk teknis

yang ada di peraturan walikota nomor 18-A Tahun 2009. dari

pernyataan tersebut mencerminkan bahwa tim penyelenggara awal

yang di bentuk oleh Bappeda kurang mampu merencanakan secara

baik terkait dengan pencarian elemen-elemen penting yang menjadi

komponen pelaksanaan musrenbang kemudian ketidakdisiplinan juga

73 Wawancara dengan Ir. Endang Sri Haryani, MT, selaku Kabid Penyusunan Program Bappeda Kota Surakarta.

Page 124: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membuat pelaksanaan musrenbang terkadang sering molor dari jadwal

yang telah ditentukan.

Tetapi pihak pemerintah mempunyai pendapat lain mengenai

pelaksanaan musrenbang yang sering molor dari jadwal yang telah

ditentukan yaitu berdasarkan hasil wawancara dengan Mila Yuniarti,

S.T. MM74 menjelaskan bahwa penyusunan bahan musrenbang

sebenarnya bisa sesuai dengan jadwal apabila antara komponen terkait

pihak DPRD, pihak Diskusi Kelompok Terbatas, dan Pemerintah Kota,

serta rekomendasi pemerintah pusat dalam hal penyusunan Rencana

Kerja Pemerintah Daerah bisa tepat waktu, tidak perlu mengalami

beberapa revisi apabilan sinkronisasi antar berbagai komponen yang

berkepentingan dapat berkerja secara maksimal dan tidak

mengutamkan kepentingannya tetapi prioritas pembangunan.

b. Komponen Substansi

Berdasarkan data yang telah berhasil dikumpulkan dapat diketahui

tentang kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan Musrenbang yang

menjadi penyebab pelaksanaan Musrenbang belum bisa sesuai dengan

harapan. Dari penelitian yang dilakukan penulis, Peraturan walikota

Nomor 18-A Tahun 2009 sebenarnya sudah menjadi petunjuk teknis yang

utama, dan dilihat dari segi isi atau substasi sudah baik. Hanya saja terkait

dengan materi utama yang menjadi bahan pada waktu acara pelaksanaan

musrenbang baik dari Musrenbangkel, Musrenbangcam, forum SKPD,

maupun Musrenbagkot kurang berjalan dengan maksimal, terkesan

pelaksanaannya hanya formalitas dari penjabaran rencana kerja yang sudah

tersusun. Jadi kesan bahwa factor birokratis yang sangat menonjol dan

dominan.

Sebenarnya apabila pemerintah Kota mampu menghilangkan kesan

pelaksanaan Musrenbang yang birokratis, bahwa pihak pemerintah

(leading sector) dengan pelaksanaan Musrenbangkot yang sesuai dengan

74 Wawancara dengan Mila Yuniarti, ST, MM, selaku KAsubid Perencanaan BAPPEDA Kota Surakarta.

Page 125: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

subtansi atau isi sesuai tidak hanya mengacu petunjuk teknis yang ada

mempunyai banyak manfaat positif yang didapat dengan pola

pemabangunan partisipatif melibatkan masyarakat secara langsung.

Manfaat yang diperoleh antara lain :

a. Pemerintah akan memperoleh legitimasi yang kuat dari masyarakat

dalam melaksanakan program-program pembangunan. Legitimasi yang

diperoleh dari masyarakat merupakan modal yang sangat besar dalam

menjalankan roda pembangunan. Munculnya konflik pembangunan

antara pemerintah dengan masyarakat merupakan akibat tidak adanya

legitimasi tersebut.

b. Pemerintah memiliki sarana untuk membangun pola relasi yang lebih

komunikatif serta dialogis dengan masyarakat. Pembangunan-

pembangunan yang mempunyai dampak penting akan dapat

dibicarakan dan dibahas terlebih dahulu sebelum dilaksanakan,

sehingga apabila terdapat dampak penting, maka hal tersebut dapat

diketahui sejak awal.

c. Dengan komunikasi dan dialog yang ada, pemerintah dapat

mengetahui secara langsung problem-problem yang dirasakan maupun

dialami masyarakat. Hal ini penting untuk membangun sikap sence of

crisis yang dialami oleh masyarakat sehingga hal itu mampu

mengubah kesadaran pemerintah untuk menyusun kebijakan yang

lebih berpihak kepada masyarakat.

d. Keterbukaan dan akuntabilitas yang ditunjukkan oleh pemerintah

semakin mendekatkan tujuan untuk mencapai terwujudnya

pemerintahan yang baik (Good Governance) dan dipercaya oleh

masyarakat.

c. Komponen kultur

Komponen kultur adalah sikap manusia terhadap hukum, sistem

hukum-kepercayaan, nilai, pemikiran serta harapannya. Ini merupakan

Page 126: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kendala-kendala yang berkaitan dengan sebab pelaksanaan musrenbang

belum bisa sesuai dengan harapan. Dengan demikian komponen kulturnya

adalah sebagai berikut :

1) terkadang usulan-usulan dari masyarakat bukan kebutuhan tapi

keinginan

2) dalam hal tingkat pemikiran masing-masing masyarakat lain-lain,

hal ini menimbulkan hambatan dalam penyatuan pemikiran

mengenai perumusan hasil musrenbangkel

3) Masyarakat masih banyak bersifat individual

4) Pola perencanaan pembangunan partisipati melalui forum

Musrenbangkot walaupun sudah berjalan dari tahun 2001 akan

tetapi masih merupakan hal yang baru bagi masyarakat yang

sebelum-sebelumnya tidak berpatisipasi secara langsung. Karena

biasanya orang-orang yang ikut merupakan orang-orang lama,

sehingga masyarakat yang lain seakan masih menjadi hal yang

baru. Serta dalam proses persiapan baik pelaksanaan

Musrenbangkel, Musrenbancam dan Musrenbangkot nampak

tergesa-gesa karena waktunya yang mepet.

5) Masyarakat belum memiliki kesadaran yang memadai untuk

membedakan antara harapan dan kebutuhan. Kesan yang ditangkap

program yang diusulkan oleh warga kebanyakan masih bersifat

harapan, belum berupa suatu kebutuhan.

6) Kemampuan masyarakat menyusun perencanaan masih kurang.

7) Representasi kelompok-kelompok peserta musyawarah masih

homogen, kurang mengadopsi kelompok-kelompok lain.

8) Peran perempuan dalam musrenbangkot masih minim

9) Ketergantungan masyarakat terrlalu tinggi terhadap pemerintah

dalam hal dana pemangunan, harusnya aspek swadaya masyarakat

juga tinggi

10) Masyarakat masih suka di emong, belum bisa mandiri.

Page 127: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Prespektif ke depan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan di Kota Surakarta

a. Komponen Struktur

Prespektif atau harapan ke depan untuk penyelenggaraan

Musrenbang di Kota Surakarta, berdasarkan hasil wawancara dengan

Bapak Untara, S.H selaku Kabag Hukum Pemerintah Kota Surakarta

tanggal 18 Oktober 201075, menjelaskan bahwa yang terpenting ke

depan adalah perlu peran aktif pihak Bappeda Kota Surakarta dalam

hal komunikasi yang baik antara pihak Kota dengan Kelurahan

berkaitan dengan pencairan DPK. Kemudian membuat kebijakan yang

baik berkenaan dengan masalah waktu untuk pembuatan proposal dan

sosialisasi cara pembuatan proposal dari panitia pembagunan di

Kelurahan agar tidak lambat dalam pembuatannya serta harus

dikonsultasikan ke tingkat Kota terlebih dahulu. Kemudian berkenaan

dengan laporan pertanggungjawaban dari panitia pelaksanaan

pembangunan perlu dibuat aturan yang tegas agar dalam hal

pembuatan laporan pertanggungjawaban tidak molor dan sesuai

dengan yang diharapkan.

BAPPEDA mempunyai peranan yang sangat strategis

dalam melaksanakan perencanaan pembangunan yang partisipatif,

karena ditangan badan inilah semua perencanaan pembangunan baik

yang bersifat mikro maupun makro dirumuskan dan

diimplementasikan untuk melaksankan pembangunan. Kalau melihat

kegiatan BAPPEDA, paling tidak ada tiga besaran kegiatan setiap

tahunnya. Kegiatan pertama BAPPEDA adalah harus menyusun

rencana program pembangunan untuk satu tahun ke depan. Kedua

menyusun anggaran program pembangunan, melaksanakan dan ketiga

adalah mengendalikan serta melakukan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program satu tahun sebelumnya.

75 Wawancara dengan Untara, SH, Kabag Hukum Pemerintah Kota Surakarta, tanggal 18 Oktober 2010.

Page 128: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan demikian untuk mengatasi berbagai hambatan yang

muncul maka BAPPEDA harus melakukan peningkatkan kemampuan

managerial, ketrampilan berkomunikasi, kemampuan melakukan

networking dengan kelompok-kelompok strategis di masyarakat serta

perubahan sikap yang lebih terbuka dan proaktif terhadap masyarakat,

merupakan tantangan yang mau tidak mau harus ditanggapi dengan

sikap arif dan professional oleh seluruh jajaran, baik jajaran pimpinan

maupun staf di BAPPEDA Kota Surakarta.

DPRD Kota Surakarta harus aktif dalam pelaksanaan

Musrenbangkot, hal ini merupakan peran yang diharapkan oleh

masyarakat. Pada era otonomi daerah sekarang ini, peran DPRD

merupakan peran yang sangat sentral dalam menentukan arah dan

pelaksanaan pembangunan Kota. Sehingga tanpa adanya dukungan

yang positif dari kalangan DPRD, maka proses ini dapat terhenti

ditengah jalan. Kehadiran para anggota DPRD merupakan indikasi

positif bahwa mereka mendukung pelaksanaan perencanaan

pembangunan partisipatif malalui Musrenbangkot. Kehadiran dan

dukungan anggota DPRD dapat mampu meningkatakan motivasi

warga setempat untuk berpatisipasi dalam kegiatan tersebut. Dengan

demikian sikap pro aktif dari DPRD sangat dibutuhkan dalam

pelaksanaan Musrenbangkot.

b. Komonen Substansi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ir. Endang Sri haryani, MT

selaku Kepala Bidang Penyusunan Program BAPPEDA Kota Surakarta

tanggal 17 Oktober 201076, menjelaskan dari segi substansi

penyelenggaraan Musrenbang beliau memberikan solusi ke depan yaitu

mengenai penyampaian Renja SKPD lebih cepat diserahkan kepada

masyarakat di tingkat Kelurahan supaya masyarakat dari tingkat terkecil

sudah memahami rencana kerja SKPD terlebih dahulu. Kemudian

76 Wawancara dengan Ir. Endang Sri Haryani, MT, selaku Kepala Bidang Penyusunan Program dan pengendalian BAPPEDA Kota Surakarta.

Page 129: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penyampaian sosialisasi lebih lanjut mengenai harus memprioritaskan

kebutuhan dahulu yang lebih penting bukan suatu keinginan,

menyampaikan pengertiannya dengan baik. Kemudian untuk mengatasi

masalah waktu pelaksanaan yang sering molor dari jadwal yang telah

ditentukan, beliau menjelaskan perlu dilakukan pemahaman dan

kebijakan-kebijakan lebih baik kepada semua komponen masyarakat agar

bertanggungjawab untuk sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang telah

ditentukan.

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suparno

selaku Ketua LPMK Kelurahan Semanggi tanggal 19 Oktober 201077,

menjelaskan bahwa perlunya suatu mekanisme yang lebih baik lagi dalam

hal penyatuan berbagai visi dari masing-masing masyarakat agar dapat

meminimalisir perbedaan-perbedaan menjadi satu arah tujuan demi

tercapai tujuan bersama. Kemudian sosialisasi yang lebih baik lagi dari

Kota kepada masyarakat agar semakin giat berpartisipasi dalam

pelaksanaan baik Musrenbagkel, Musrenbangcam, Musrenbangkot.

Mengenai masalah dana dari Kota yang sering terlambat diperlukan

kerjasama yang lebih baik dari berbagai elemen yang mendukung

pelaksanaan Musrenbangkel, Musrenbangcam, dan Musrenbangkot.

Dalam proses perencanaan pembanguan pertisipatif, hal yang

penting dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi. Untuk melaksanakan

monitoring dan evaluasi harus dilakukan dengan pendekatan partisipatif,

jadi melibatkan masyarakat secara langsung agar mengetahui secara

langsung berkaitan dengan prosesnya dan lebih terbuka. Hal ini untuk

menghilangkan kesan birokratis bahwa untuk urusan monitoring dan

evaluasi selalu dipegang oleh pemerintah Kota, apabila dalam proses

monitoring dan evaluasi di lakukan oleh pemerintah Kota maka harus

dilakukan secara terbuka dan dan bertanggungjawab sehingga

menimbulkan kepercayaan dari masyarakat kepada pemerintah. Perlu

77 Wawancara dengan bapak Suparno ketua LPMK kelurahan Semanggi Kota Surakarta.

Page 130: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ditingkatkan koordinasi berkaitan dengan keterbukaan, kebersamaan, dan

akuntabilitas lintas sektor dan lintas program.

Terkait dengan Peraturan Walikota yang menjadi pedoman teknis

dan pelaksana diharapkan ke depan untuk semakin diperbaiki dan

perubahan-perubahan strategis yang telah dilakukan mampu

menyempurnakan Peraturan Walikota yang menjadi acuan utama dalam

penyelenggaraan Musrenbang Di Kota Surakarta.

c. Komponen Kultur

Ruang partisipasi yang terbuka lebar ini sebaiknya

dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak, masyarakat, stake

holders, DPRD maupun LSM untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan

pembangunan masyarakat. Peran aktif LSM dapat membuat

pelaksanan Musrenbangkot lebih matang. Karena LSM selalu kritis

dalam suatu forum dan memberikan masukan-masukan yang positif

untuk pembangunan Kota. LSM dapat melakukan suatu bentuk

pengawasan secara indpenden sesuai dengan lembaganya. Dengan

demikian agar keterlibatan LSM dapat optimal maka perlu kerjasama

yang baik antara pemerintah Kota dengan berbagai LSM yang ada di

Kota Surakarta agar mereka mau untuk berpartisipasi secara langsung

dalam kegiatan baik Musrenbangkel, Musrenbangcam,

Musrenbangkot.

Masyarakat belum memiliki kesadaran yang memadai

untuk membedakan antara harapan dan kebutuhan. Kesan yang

ditangkap program yang diusulkan oleh warga kebanyakan masih

bersifat harapan, belum berupa suatu kebutuhan. Kemudian

representasi kelompok-kelompok peserta musyawarah masih

homogen, kurang mengadopsi kelompok-kelompok lain dan bersifat

individual. Adanya perbedaan suku, golongan, ras, dan agama dari

masing-masing masyarakat dalam forum Musrenbangkot akan

berpotensi menimbulkan konflik, apalagi dengan adanya sistem multi

partai sekarang ini, potensi konflik antar masyarakat juga bisa muncul.

Page 131: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk mengatasi hambatan atau masalah tersebut, dan harapannya ke

depan adalah sesuai dengan tujuan Musrenbangkel, Musrenbangcam,

dan Musrenbangkot diperlukan suatu kohesifitas atau komunikasi dan

kebersamaan diantara warga masyarakat Kota Solo. Dengan

mempertemukan berbagai elemen masyarakat dalam suatu

musyawarah perencanaan pembangunan, diharapkan mampu

mengurangi berbagai konflik yang muncul di pelaksanaan perencanaan

pembangunan partisipatif baik di Musrenbangkel, Musrenbangcam,

dan Musrenbangkot.

Selama beberapa tahun berjalan, proses perencanaan

pembangunan partisipatif selain telah menumbuhkan harapan baru

bahwa pembangunan telah menjadi lebih baik, aspiratif, dan berpihak

kepada kepentingan masyarakat. Akses pembangunan tidak lagi

didominasi oleh segelintir elite kekuasaan, akan tetapi didistribusikan

secara adil dan merata kepada semua pihak, terutama kepada kaum

perempuan yang masih terpinggirkan dalam proses tersebut.

Perencanaan pembangunan partisipatif telah menumbuhkan sikap

percaya diri, partisipasi dan sikap melu handarbeni pada diri

masyarakat. Kapasitas SDM maupun kelembagaan kelompok-

kelompok masyarakat sedikit-demi sedikit mulai meningkat.

Masyarakat mulai mampu mengatur diri sendiri, merencanakan apa

yang penting dan apa yang tidak penting dilakukan, belajar, terbuka

satu dengan yang lain, melakukan negosiasi, tawar menawar, sharing

dan mengenal sistem dan mekanisme pembangunan dengan lebih baik.

Kemampuan untuk mengatur diri sendiri merupakan ciri-ciri

masyarakat yang modern dan mandiri yang disebut dengan dewasanya

masyarakat sipil (civil society). Selain itu, perencanaan pembangunan

partisipatif juga telah memberikan pengalaman praktis kepada

masyarakat, terutama pengalaman untuk lebih mengenal sistem

administrasi, mekanisme pangambilan kuputusan dengan pola

manajemen perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh

Page 132: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemerintah kota Solo. Harapan-harapan dari sikap masyarakat inilah

yang diharapkan selalu tumbuh untuk prespektif ke depan.

Page 133: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

dalam Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Implementasi Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2009

tentang Pedoman dan petunjuk Teknis penyelenggaraan Musrenbang Di

Kota Surakarta terhadap penyelenggaraan Musrenbang dalam

kenyataannya belum sesuai, belum dapat berjalan dengan baik, hal ini

dibuktikan masih banyaknya penyimpangan-penyimpangan di dalam

penyelenggaraan Musrenbang di Kota Surakarta. Kurangnya kepedulian

masyarakat dalam penyelenggaraan musrenbang menjadikan musrebang

terkesan hanya formalitas saja. Hanya dalam hal teknis dalam acara

masing-masing tahapan Musrenbang sudah berjalan dengan baik.

2. Faktor-Faktor hambatan Penyelenggaraan Musyawarah perencanaan

Pembangunan di Kota Surakarta. Berdasarkan aspek struktur, Birokrasi

pemerintahan yang kurang baik dapat menghambat proses pelaksanaan

pembangunan di Kota Surakarta. Yang terjadi dalam pelaksanaan

Musrenbangkot adalah yang paling sering di Kecamatan dan Kelurahan

mengenai proses pencairan dana harus disertai dengan proposal dari

tingkat Kelurahan, terkadang dari Kelurahan proses pembuatan proposal

lambat, dari pihak kota terkadang juga memberikan waktu yang relatif

singkat jadi dalam hal ini secara tidak langsung menghambat keluarnya

dana. Mengenai laporan pertanggungjawaban, dalam implementasinya

panitia pelaksana pembangunan terlambat dalam pembuatan laporan

pertanggungjawaban khususnya dalam laporan penggunaan dana

pembangunan dari DPK (Dana Pembangunan Kelurahan). Berdasarkan

aspek substansi, terkait dengan materi utama yang menjadi bahan pada

waktu acara pelaksanaan musrenbang baik dari Musrenbangkel,

Musrenbangcam, forum SKPD, maupun Musrenbangkot kurang berjalan

Page 134: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan maksimal, terkesan pelaksanaannya hanya formalitas dari

penjabaran rencana kerja yang sudah tersusun. Jadi terkesan bahwa factor

birokratis yang sangat menonjol dan dominan. System perencanaan

pembangunan partisipatif yang diharapkan belum bisa tercapai.

Berdasarkan aspek kultur, adanya kendala psikologis yang dihadapi baik

oleh Tim Penyelenggara Musrenbang maupun masyarakat yang mengikuti

pelaksanaan Musrenbang. Masyarakat belum bisa mandiri masih sangat

tergantung pada pemerintah dalam hal pelaksanaan pembangunan, masih

suka “di-emong”, tingkat keswadayaan masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan di wilayah kelurahan masing-masing masih kurang sekali,

masih sangat tergantung sekali dengan Dana Pembangunan Kelurahan

(DPK).

3. Prespektif ke depan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

di Kota Surakarta. Berdasarkan aspek struktur dari hasil penelitian perlu

adanya peran aktif dari semua komponen pemerintah terkait dengan

kelancaran pelaksanaan pembangunan hasil dari musrenbang agar

pelaksanaan pembangunan tiap tahunnya tidak terjadi tumpang tindih,

dapat selesai tiap tahunnya. Menghilangkan sikap berbelit-belit dalam

proses pencairan dana pembangunan. Peran DPRD juga diharapkan

mampu berperan aktif untuk melakukan menjadi jembatan antara

masyarakat dan pemerintah serta melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan pembangunan tersebut. Berdasarkan aspek substansi untuk ke

depan di harapakan bahwa terkait dengan isi materi di dalam pelaksanaan

musrenbang dapat dirumuskan lebih baik lagi harus lebih partisipatif

melibatkan seluruh komponen yang berkepentingan dalam pelaksanaan

musrenbang. perlunya suatu mekanisme yang lebih baik lagi dalam hal

penyatuan berbagai visi dari masing-masing masyarakat agar dapat

meminimalisir perbedaan-perbedaan menjadi satu arah tujuan demi

tercapai tujuan bersama. Berdasarkan aspek kultur kohesifitas atau

komunikasi dan kebersamaan diantara warga masyarakat Kota Solo.

Page 135: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan mempertemukan berbagai elemen masyarakat dalam suatu

musyawarah perencanaan pembangunan, diharapkan mampu mengurangi

berbagai konflik yang muncul di pelaksanaan perencanaan pembangunan

partisipatif baik di Musrenbangkel, Musrenbangcam, dan Musrenbangkot.

B. Implikasi

Konsekuensi logis dari kesimpulan yaitu

1. Bahwa apabila suatu penyelenggaraan kebijakan pemerintah

daerah belum bisa sesuai dengan peraturan yang berlaku maka

penyelenggaraan kegiatan kebijakan pemerintah daerah tersebut

tidak bisa berjalan sesuai dengan tujuan dari kebijakan pemerintah

daerah.

2. Dapat berpengaruh terhadap terhambatnya suatu perencanaan

pembangunan yang pertisipatif. Produk hokum hokum yang di buat

pemerintah harus memuat segala aspek pendukung yang berkaitan

dengan kebijakan yang di buatnya. Jika peratuan yang menjadi

pedoman dalam pelaksanaan belum bisa sesuai maka tujuan yang

akan di capai juga belum bisa berhasil secara optimal.

3. Apabila hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan Musrenbang

tidak segera ditangani dan diperbaiki, maka tujuan dari

implementasi peraturan walikota surakarta dalam penyelenggaraan

musrenbang akan sulit terwujud.

Page 136: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Saran

Berdasar hasil penelitian , maka penulis dapat memberi saran-saran

sebagai berikut :

1. Komponen struktur : diperlukan peningkatan profesionalisme dalam

bekerja, dilakukan berbagai pelathan kaitannya dengan peningkatan

kualitas Sumber Daya Manusia. Meningkatkan transparransi dan lebih

membuka ruang public agar masyarakat lebih berpartisipasi.

2. Komponen Substansi : perlu adanya perbaikan atau revisi dari berbagai

peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan agar tidak terjadi

saling bertentangan dan saling menyimpangi. Sehingga diperlukan

kajian tersendiri mengenai penyusunan peraturan yang berhubungan

langsung dengan pelaksanaan Musrenbang sebelum penyelenggaraan.

3. Komponen Kultur : masyarakat diharapkan lebih aktif dalam

memberikan masukan dan juga control terhadap penyelenggaraan

Musrenbang di Kota Surakarta, jangan bersifat acuh dan diam dan

beranggapan hanya formalitas pelaksanaannya. Karena budaya hokum

masyarakat yang taat dan partisipatif akan sangat menentukan suatu

kebijakan.