IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...

104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN No. 416 TAHUN 1990 DI INSTALASI PENGELOLAAN AIR PDAM KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Mencapai Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Oleh : MS KHABIBUR RAHMAN NIM. A130809010 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001

DAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN No. 416 TAHUN 1990

DI INSTALASI PENGELOLAAN AIR PDAM

KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Mencapai Magister Program Studi Ilmu Lingkungan

Oleh :

MS KHABIBUR RAHMAN NIM. A130809010

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

MS KHABIBUR RAHMAN, A130809010, IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN No. 416 TAHUN 1990 DI INSTALASI PENGELOLAAN AIR PDAM KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011. Tesis : Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di Sungai Grindulu Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM secara substantif., (2) Mengetahui implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 di Sungai Grindulu Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM secara substantif. Jenis penelitian ini adalah hukum sosiologis empiris dan jika dilihat dari sifatnya termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berasal dari data primer yang berupa sample air Sungai Grindulu dan air hasil olahan IPA serta data sekundernya berupa peraturan perundang-undangan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan uji laboratuorium terhadap sample air. Teknik analisis data adalah dengan membandingkan parameter hasil uji laboratorium dari sample air dengan parameter syarat sesuai PP No. 82 Tahun 2001 dan PERMENKES No. 416 Tahun 1990. Hasil penelitian : (1) implementasi PP No. 82 Tahun 2001 di IPA Kabupaten Pacitan belum diterapkan dengan baik dibuktikan dengan dilampaunya baku mutu residu tersuspensi, BOD, DO, Seng (Zn), Besi (Fe), Fecal Coliform dan Total Coliform, fosfat sebagai P, Mangan (Mn). (2) implementasi PERMENKES No.416 Tahun 1990 sudah diterapkan dengan baik, namun masih ada pelanggaran di IPA Kecamatan Pacitan yaitu dilaluinya syarat rasa dan Mangan (Mn). Berdasarkan hasil tersebut perlu dikaji ulang penggunaan air Sungai Grindulu sebagai air baku IPA PDAM yang ada di Kabupaten Pacitan, perlu dilakukan peningkatan kinerja pada IPA Kecamatan Pacitan guna memenuhi syarat air bersih yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990, perlunya pengawasan yang rutin dan berkala dalam penggunaan air Sungai Grindulu dan terhadap air bersih hasil olahan IPA PDAM Kabupaten Pacitan agar kualitas air dari seluruh parameter tetap terjaga baik, dan perlu dibuat peraturan perundangan yang mengawsi dengan ketat tata cara pembuangan limbah yang akan dibuang ke suangai sehingga tidak mencemari sungai.

Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT MS KHABIBUR RAHMAN, A130809010, THE IMPLEMENTATION OF GOVERNMENT REGULATION NO.82 OF 2001 AND THE HEALTH MINISTER’S REGULATION NO. 416 OF 1990 IN WATER PROCESSING INSTALLATION OF PACITAN REGENCY’S PDAM IN 2011. Thesis: Postgraduate Program of Environmental Science Study Program of Surakarta Sebelas Maret University. The objectives of research are (1) to find out substantively the implementation of Government Regulation No.82 of 2001 in Grindulu River of Pacitan Regency in 2011 as the basic material of PDAM, and (2) to find out the implementation of Health Minister’s Regulation No. 416 of 1990 in Grindulu River of Pacitan Regency in 2011 as the basic material of PDAM. This study belongs to an empirical sociology law and viewed from its nature, it belongs to a descriptive qualitative research. The data source derived from the primary data constituting the sample of Grindulu River’s water and the processed water of IPA, and the secondary data constituting the legislations. Techniques of collecting data were interview, observation, documentation and laboratory test on the water sample. Technique of analyzing data was the comparison of laboratory test result parameter from the water sample and the conditions parameter corresponding to the Government Regulation No.82 of 2001 and Health Minister’s Regulation No. 416 of 1990. The result of research shows that: (1) the implementation of Government Regulation No.82 of 2001 in IPA of Pacitan Regency has not been applied well; it can be seen from the achievement of standard quality including suspended residual, BOD, DO, Zinc (Zn), Iron (Fe), Fecal Coliform and Total Coliform, phosphate as P, Manganese (Mn). (2) The implementation of Health Minister’s Regulation No. 416 of 1990 has been applied well but there are still violation in IPA of Pacitan Sub District that set aside the conditions of taste and Mangan (Mn). Based on the findings, there should be review on the use of Grindulu River’s water as the basic material of PDAM IPA existing in Pacitan Regency. There should be an improved performance of IPA in Pacitan Sub District to meet the clean water conditions consistent with the Health Minister’s Regulation No. 416 of 1990. There should be routinely and periodically supervision on the use of Grindulu River’s water and on the clean water as a processed product of IPA of Pacitan Regency’s PDAM in order that the quality of water is kept well for all parameters, and a legislation monitoring closely the procedure of waste disposal to the river should be made so that it will not pollute the river.

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Lihatlah apa yang disampaikan, jangan melihat siapa yang menyampaikan

( Anonim ).

Allah memberikan apa yang terbaik buat kita, bukan yang kita inginkan.

( Penulis )

“... dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan.”

(QS. Al Mujaadilah :11)

PERSEMBAHAN :

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

Karya ini dipersembahkan,

Kepada :

1. Umi dan Ayah

2. Mas Arif dan Dik Luqman

3. Seseorang yang diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiriku

4. Almamaterku

KATA PENGANTAR

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan

dengan lancar.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

maka dalam kesempatan ini diucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Prof. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret.

2. Dr. Prabang Setyono, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

3. Prof. Dr. Adi Sulistyono, MH selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan.

4. Dr. I Gusti Ayu KRH, MM selaku Pembimbing II yang dengan sabar

membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan pemikiran

penulis.

5. Prof. Dr Sri Budiastuti, M.Si selaku pembimbing akaedimk yang banyak

memotivasi, sharing, semangat dan dorongan bagi penulis.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Lingkungan yang telah memberikan

ilmu selama menempuh studi.

7. Drs. Partoso Hadi, M.Si yang telah banyak memberikan masukan dan

arahan serta semangat kepada penulis.

8. Keluarga Bapak Wahyono dan Bapak Suwondo yang bersedia menerima

dan membantu penulis selama penelitian dari awal hingga akhir,

terimaksih banyak.

9. Teman-teman satu perjuangan di Program Studi Ilmu Lingkungan : Pak

Yoni, Pak Wahyono, Pak Wondo, Andhika Bayu, Mas Narno, Bu

Handayani, Bu Indriati, Pak Gunawan, Pak Edy, Pak Rusdiansjah, Hendrik

Boby, Dian Kreshna, Sylvia Pulot, Sacksy Vilayhak, Pak Haruddin, Mas

Budi, dan Pak Arif, tetap jaga semangat dan kekompakan angkatan 2009.

10. Adik-adik yang penulis sayangi di kost Carita : Talitha Rahmawati, Ary

Wijayanti, Chandra P.H, Lily Pulian, Resmi Ageng, I Love You All Sister.

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Tetap semangat meraih cita-cita kalian. Sahabat penulis : Zainul

Muttaqien, jangan menyerah raihlah cita-citamu.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penulis menempuh

pendidikan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih semua.

Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini, maka

dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

MS KHABIBUR RAHMAN

DAFTAR ISI

Hal.

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... I HALAMAN PENGESAHAN ……………….…………………............... ii HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………… iii ABSTRAK ……………………………………………………………….. iv HALAMAN MOTTO…………………………………………………...... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. vii KATA PENGANTAR …………………………………………………… viii DAFTAR ISI ……………………………………………………………... x DAFTAR TABEL ...……………………………………………............... xii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………….............. 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………………. 3 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 4 D. Manfaat Penelitian …………………………………………………... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Ekologi …………….………………………………………………2. Asas Lingkungan …………………………………………………. 3. Implementasi Hukum ….…………………………………………. 4. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 ……………………… 5. Pengertian Dasar Pencemaran Air ………………………………. 6. Indikator pencemaran air…………………………………………. 7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 ……………… 8. Sungai Grindulu…………………………………………………… 9. Pemanfaatan Air Sungai sebagai Sumber Air ……………………. 10. Instalasi Pengolahan Air (IPA) ………………………………….

5 8 17 21 26 27 29 31 34 35

B. Kerangka Berfikir …………………………………………................ 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……………………………………………………….B. Tempat dan Waktu ………………………………………………….. C. Sumber Data…………………………………………………………..D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………........ E. Sampling ……………………………………………………...……... F. Teknik Analisis Data………………………………………………… G. Prosedur Penelitian …………………………………………………..

41 43 44 44 46 50 50

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian …………………………………………. B. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………………

1. Komponen Struktural ............................................................... 2. Komponen Substantif ...............................................................3. Komponen Kultural .................................................................

53 66 65 66 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………….. B. Saran …………………………………………………………………

87 88

DAFTAR PUSTAKA 89

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Lampiran …………………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR

Hal

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Gambar 1. Hubungan antara komponen Abitotik, Biotik dan Sosial-Budaya……………………………………………………………………

7

Gambar 2. Diagaram Komponen Unit Paket IPA……………………… 36 Gambar 3. Diagram Komponen Unit IPA Mount Staem ustralia ……… 36 Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Berfikir Penelitian ………………….. 40 Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian ........................ ……………………….. 55 Gambar 6. Citra IPA Yang Ada Di Kecamatan Pacitan ………………… 67 Gambar 7. Citra IPA Yang Ada Di Kecamatan Arjosari ………………… 76

DAFTAR TABEL

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Hal Tabel 1. Daftar Parameter Kualitas Air Berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 23

Tabel 2. Daftar Persuaratan Kualitas Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990

30

Tabel 3. Jadwal Penelitian 43 Tabel 4. Luas Kecamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 2011 53 Tabel 5. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Kabupaten Pacitan 57 Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk 58 Tabel 7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pacitan Tahun 2011 59 Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di

Kabupaten Pacitan Tahun 2011 60

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pacitan tahun 2011

61

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pacitan Tahun 2011

64

Tabel 11. Perbandingan Daftar Parameter Kualitas Air Sungai Grindulu dan Baku Mutu Air Kelas 1 di IPA Kecamatan Pacitan

69

Tabel 12. Perbandingan Parameter Kualitas Air Bersih dan Baku Mutu Air Bersih di IPA Kecamatan Pacitan

73

Tabel 13. Perbandingan Daftar Parameter Kualitas Air Sungai Grindulu dan Baku Mutu Air Kelas 1 di IPA Kecamatan Arjosari

78

Tabel 14. Perbandingan Parameter Kualitas Air Bersih dan Baku Mutu Air Bersih di IPA Kecamatan Arjosari

83

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dampak pembangunan yang berkembang dengan pesat menimbulkan efek

terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup. Untuk menyikapi permasalahan

ini setiap gerak dan langkah pelaksanaan program kegiatan pembangunan harus

mengacu pada konsep pembangunan berwawasan lingkungan. Penyebab

menurunnya kondisi lingkungan antara lain penebangan hutan yang tidak

diimbangi dengan kegiatan reboisasi atau penanaman kembali, penggalian

tambang yang tidak diikuti proses pemulihan dan pertumbuhan penduduk yang

tinggi diikuti dengan semakin padatnya permukiman penuduk, yang pada

akhirnya akan menimbulkan masalah berupa permukiman kumuh di berbagai

tempat, serta meningkatnya kebutuhan air bersih jika tidak ditangani secara

komprehensif dan professional akan menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan hidup.

Berbagai upaya telah dilakukan melalui penetapan perundangan dari pusat

hingga daerah, dilakukannya kegiatan pengawasan, pengelolaan, pembinaan,

pemantauan, dan pemeriksaan kualitas buangan limbah cair industri dari inlet dan

outlet sebelum dibuang ke badan air penerima. Akan tetapi hingga saat ini

hasilnya belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Kondisi yang demikian

ini semakin diperparah dengan adanya limbah rumah tangga yang semakin hari

semakin meningkat dan sulit dikendalikan. Pada akhirnya kondisi lingkungan

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

perairan menjadi rusak sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Hampir setiap sungai yang dulu kondisinya baik, sekarang menjadi keruh, berbau

dan kotor serta biota perairan tidak dapat hidup, dengan pencemaran lingkungan

semakin hari semakin menyebar luas. Hal ini harus segera dihentikan agar

kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga.

Undang-undang yang berkaitan dengan lingkungan terus mengalami

perkembangan dengan harapan aturan perundangan yang baru lebih ketat

mengatur semua hal yang berkaitan dengan lingkungan. Hingga undang-undang

yeng terbaru yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Selain undang-undang ada pula

peraturan lain yang dibuat dengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan,

misalnya Peraturan Menteri, Peraturan Pemerintah, hingga Peraturan Daerah.

Salah satu Peraturan Pemerintah yang bertujuan menjaga kelestarian air tertuang

dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.

Terkait dengan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air, di Kabupaten Pacitan mengalir Sungai

Grindulu yang mempunyai panjang lebih 67,15 Km dengan kedalaman 10 meter.

Sungai Grindulu memiliki lebar permukaan 77 meter dan lebar dasar 63 meter

dengan debit maksimal 1926,15 m³/detik dan debit minimalnya 0,41 m³/detik.

Kecenderungan kualitas air Sungai Grindulu mengalami penurunan sangat

dimungkinkan, mengingat dibagian tengah Sungai Grindulu terdapat beberapa

kegiatan usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran, serta terdapat

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

permukiman yang melakukan kegiatan pembuangan limbah domestiknya ke

sungai tersebut.

Keberadaan Sungai Grindulu yang menjadi salah satu sumber air baku

PDAM Kabupaten Pacitan mengharuskan kualitas Sungai Grindulu tetap terjaga

dan dalam kondisi baik. Kontrol terhadap kualitas air harus dilakukan secara terus

menerus sehingga jika terjadi perubahan atau penurunan kualitas air dapat segera

diketahui dan dicari penyebabnya sehingga dapat segera dicari solusi yang paling

tepat guna mengembalikan kualitas air sungai tersebut. Diharapkan dengan

mengetahui kualitas air yang digunakan sebagai air baku di PDAM Kabupaten

Pacitan, akan menjamin kualitas air yang akan sampai kepada masyarakat yang

berupa air bersih dengan indikator parameter kualitas air tidak melampaui ambang

baku mutu yang ditetapkan melalui PERMENKES No. 416 Tahun 1990 tentang

Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka didapat

perumusan masalah :

1. Bagaimana implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di Sungai

Grindulu Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM secara

substantif ?

2. Bagaimana Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990

di Instalasi Pengelolaan Air (IPA) PDAM Kabupaten Pacitan Tahun 2011

secara substantif?

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui

tujuan dari penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di

Sungai Grindulu Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM

secara substantif.

2. Mengetahui Bagaimana Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416

Tahun 1990 di Instalasi Pengelolaan Air (IPA) PDAM Kabupaten Pacitan

Tahun 2011 secara substantif.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah sumbangan pemikiran

secara ilmiah bagi Ilmu Hukum Lingkungan, khususnya penerapan PP No. 82

Tahun 2001 serta mengetahui penerapan PERMENKES No. 416 Tahun 1990

sehingga pihak-pihak yang terkait mampu menerapkan peraturan tersebut

dengan bijak.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi PDAM Kabupaten Pacitan dalam

menggunakan air Sungai Grindulu sebagai air baku PDAM dan sebagai

indikator perlindungan konsumen terhadap air bersih yang disalurkan oleh

PDAM Kabupaten Pacitan.

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungannya" (Ralph & Mildred, 1970). Menyimak

definisi mengenai Ekologi tersebut di atas, maka terlihat bahwa Ekologi

ini menyangkut semua makhluk hidup yang meliputi manusia, tumbuhan

maupun binatang, air, tanah, udara dan lain-lainnya. Inti permasalahan

lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia,

dengan lingkungan hidupnya. Oleh karena itu permasalahan lingkungan

hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi (Soemarwoto, 1997).

Soemarwoto, (1997) mengatakan, bahwa dalam pengelolaan

lingkungan pandangan umumnya bersifat antroposentris, yaitu melihat

permasalahan dari sudut kepentingan manusia. Walaupun tumbuhan, hewan,

dan unsur tak hidup diperhatikan, namun perhatian itu secara eksplisit atau

implisit dihubungkan dengan kepentingan manusia. Oleh karena itu,

walaupun ekologi penting, namun bukanlah satu-satunya masukan untuk

mengambil keputusan dalam permasalahan lingkungan hidup, melainkan

hanyalah salah satu masukan saja. Masukan lainnya ialah abiotik, biotik,

dan sosio-kultural (ekonomi, teknologi, dan sosial budaya).

Ekologi adalah salah satu komponen dalam sistem pengelolaan

lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama dengan komponen lain untuk

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

mendapatkan keputusan yang seimbang. Dalam usaha untuk mengubah

keseimbangan lingkungan yang ada pada mutu lingkungan yang rendah ke

keseimbangan lingkungan baru pada tingkat mutu lingkungan yang tinggi

diusahakan agar lingkungan tetap dapat mendukung mutu hidup yang lebih

tinggi itu. Dengan demikian jelaslah yang dilestarikan bukanlah keserasian

dan keseimbangan lingkungan, melainkan kita ingin melestarikan daya

dukung lingkungan yang dapat menopang secara terlanjutkan pertumbuhan

dan perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan. Daya dukung

lingkungan berkelanjutan ditentukan oleh banyak faktor baik faktor Abiotik,

biotik maupun sosio-kultural. Ketiga kelompok faktor ini saling

mempengaruhi.

Ekosistem adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen biotik,

dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga pertukaran zat antara kedua

komponen tersebut (Moss, 1980). Komponen biotik berupa organisme hidup

seperti tumbuhan dan binatang, baik yang berukuran besar maupun renik.

Sedangkan komponen abiotik merupakan benda mati seperti air, tanah,

udara, mineral dan sebagainya. Tandjung (2003) menyebutkan komponen

lingkungan hidup (environment) disusun oleh 3 komponen atau A, B, C

environment, yaitu :

a. A-Abiotic environmental atau lingkungan fisik yang terdiri dari unsur-

unsur air, udara, lahan, dan energi serta bahan mineral yang terkandung di

dalamnya.

b. B-Biotic environmental atau lingkungan hayati terdiri dari unsurunsur

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

hewan, tumbuhan dan margasatwa lainnya serta bahan baku hayati

industri.

c. C-Cultural environmental atau lingkungan kultural SOSEKBUD terdiri

dari unsur-unsur sistem sosial, ekonomi, dan budaya serta

kesejahteraan.

Terdapat interaksi dan hubungan timbal balik yang dinamis antar

ketiga komponen lingkungan A, B, dan C sebagaimana dapat dilihat pada

Gambar dibawah ini.

Gambar 1. Hubungan antara komponen Abitotik, Biotik dan Sosial-Budaya.

Ada dua bentuk ekosistem yang penting yaitu ekosistem alamiah dan

ekosistem buatan. Didalam ekosistem alamiah akan terdapat heterogenitas

yang tinggi dari organisme hidup sehingga dengan sendirinya mampu

mempertahankan proses kehidupan di dalamnya, sedangkan ekosistem

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

buatan akan mempunyai ciri kurangnya heterogenitas sehingga bersifat

labil.

Ekosistem mempunyai peranan penting sebagai pendukung

kehidupan. Kerusakan akan menimbulkan masalah mendasar pada

perikehidupan manusia. Tetapi pengetahuan masyarakat tentang fungsi dan

manfaat ekosistem tersebut masih belum cukup baik, sehingga dalam

kegiatan sehari-hari masyarakat sering menimbulkan kerusakan ekosistem

(Tandjung, 1991).

Keteraturan ekosistem menunjukkan ekosistem tersebut ada dalam

suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis,

melainkan dinamis, kadang-kadang perubahan besar, kadangkadang

perubahan kecil. Perubahan itu dapat terjadi secara alamiah, maupun

sebagai akibat perbuatan manusia (Soemarwoto, 1989).

2. Asas Lingkungan

Dalam Ilmu Lingkungan dikenal 14 asas yang mendasari pemikiran

tentang lingkungan. Adapun 14 asas tersebut yaitu :

a. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau

ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan.

Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat

hilang, dihancurkan atau diciptakan. Asas ini adalah sebenarnya serupa

dengan hukum termodinamika I, yang sangat fundamental dalam fisika.

Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam persamaan

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

matematika. Energi yang memasuki jasad hidup,populasi, atau ekosistem

dapat dianggap energi yang tersimpan atau terlepaskan.

Dalam hal ini sistem kehidupan dapat dianggap sebagai pengubah energi,

dan berarti pula akan didapatkan berbagai strategi untuk mentransformasi

energi. Contoh banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk

makanan diubah oleh jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh berbiak,

menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang. Dalam dunia hewan

sebagian energi hilang, misalnya, dalam bentuk tinjanya sebagian diambil

oleh parasit yang terdapat dalam tubuhnya. Metabolisme hewan ini

kemudian terbagi dalam beberapa komponen yang tetap dapat

mempertahankan kegiatan metabolisme dasarnya.

b. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien. Asas ini tak

lain adalah hukum thermodinamika II, ini berarti energi yang tak pernah

hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam

bentuk yang kurang bermanfaat. Contoh energi yang diambil oleh hewan

untuk keperluan hidupnya adalah dalam bentuk makanan padat yang

bermanfaat. Tetapi panas yang keluar dari tubuh hewan karena

lari,terbang, atau berenang terbuang tanpa guna.

c. Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, semuanya termasuk

kategori sumberdaya alam. Memang jelas dalam asas kimia, bahwa

pengubahan energi oleh sistem biologi harus berlangsung pada kecepatan

yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya.

Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

sebagai sumber alam. Contoh pada ruang yang sempit bagi suatu populasi

yang tingkat kepadatannya tinggi mungkin akan terjadi terganggunya

proses pembiakan. Pada ruang yang sempit hewan jantan akan bertarung

untuk mendapatkan betina sehingga pembiakan terganggu. Sebaliknya

kalau ruang terlalu luas, jarak antar individu dalam populasi semakin jauh,

kesempatan bertemu antara jantan dan betina semakin kecil sehingga

pembiakan akan terganggu.

Ruang dapat juga memisahkan jasad hidup dengan sumber bahan makanan

yang dibutuhkan, jauh dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh

terhadap perkembangan populasi. Waktu sebagai sumber alam tidak

merupakan besaran yang berdiri sendiri. Misal hewan mamalia di padang

pasir, pada musim kering tiba persediaan air habis dilingkungannya, maka

harus berpindah ke lokasi yang ada sumber airnya. Berhasil atau tidaknya

hewan bermigrasi tergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk

menempuh jarak lokasi sumber air. Keanekaragaman juga merupakan

sumberdaya alam. Misal semakin beragam jenis makanan suatu spesies

semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan lingkungan

yang dapat memusnahkan sumber makanannya. Sebaliknya suatu spesies

yang hanya tergantung satu jenis makanan akan mudah terancam bahaya

kelaparan

d. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah mencapai

optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan

sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi. Untuk

semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu)

kenaikan pengadaannya yang melampui batas maksimum , bahkan akan

berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan.

Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang

disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas

maksimum. Asas ini dapat dijelaskan dengan gambar, dimana batas suhu

maksimum membatasi kegiatan hidup dalam sistem biologi.

Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumber alam

mempunyai batas optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun

batas minimum pengadaan sumber alam akan mengurangi daya kegiatan

sistem biologi. Contoh pada keadaan lingkungan yang sudah stabil,

populasi hewan atau tumbuhannya cenderung naik - turun (bukan naik

terus atau turun terus). Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan

perjuangan hidup, bila persediaan sumber alam berkurang. Tetapi

sebaliknya, akan terdapat ketenangan kalau sumber alam bertambah.

e. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya

dapat merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tak mempunyai daya

rangsang penggunaan lebih lanjut. Ada 2 hal pada asas 5 ini. Di suatu

pihak dapat kita bayangkan suatu keadaan atau situasi, dengan jenis

sumber alam tidak menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih

lanjut. Di pihak lain dapat juga kita bayangkan adanya paling sedikit dua

situasi yang mempunyai kesan merangsang itu. Contoh suatu jenis hewan

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu

jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan

memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan tersebut.

Dengan demikian, kenaikan sumber alam (makanan) merangsang kenaikan

pendaya-gunaan.

f. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan dari pada

saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya. Asas ini aalah

pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat perbedaan

sifat keturunan dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik

atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga

timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu beradaptasi yang akan

kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup yang

adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-

adaptif. Contoh mula-mula di bukit pasir tumbuhan pelopor itu kemudian

berhasil mengubah keadaan lingkungan. Pada perkembangan berikutnya,

serangkaian spesies lain yang lebih adaptif dengan keadaan lingkungan

barulah yang datang mengganti, dan tumbuhan pelopor kemudian

tersisihkan. Proses penggantian spesies secara berurutan inilah yang

dikenal swbagai proses suksesi.

g. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam yang

“mudah diramal”. Mudah diramal pada asas 7 ini maksudnya adalah

adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan pada suatu

periode yang relatif lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya untuk diramal

berbeda dari satu habitat ke habitat lain. Dengan mengetahui keadaan

optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu spesies, maka perlu

diketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan. Contoh keadaan

iklim yang stabil dalam waktu yang lama tidak saja akan melahirkan

keanekaragaman spesien yang tinggi, tetapi juga akan menimbulkan

keanekaragaman penyebaran kesatuan populasi.

h. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson,

bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat

memisahkan takson tersebut. Kelompok taksonomi tertentu dari suatu

jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya yang khas (nicia), tiap

spesias mempunyai nicia tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan

dengan spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai

keperluan dan fungsi yang berbeda di alam.

Contoh burung dapat hidup dalam suatu keadaan lingkungan yang luas

dengan spesies yang kurang beraneka ragam, karena burung mempunyai

kemampuan menjelajah. Tumbuhan dan serangga mempunyai gerakan

terbatas, sehingga hanya dapat memanfaatkan bahan makanan

disekitarnya. Oleh sebab itu tumbuhan dan serangga lebih responsif

terhadap lingkungan terbatas dibandingkan dengan burung. Tumbuhan dan

serangga bila ada perubahan biokimia yang halus saja dapat menyebabkan

perbedaan genetika dalam perjalanan evolusinya. Jadi dalam waktu yang

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

lama keanekaragaman serangga dan tumbuhan meningkat, kemudian hidup

dalam bentuk nicia suatu lingkungan.

i. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi

produktivitas. Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan

aliran energi dalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya

kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas. Contoh

spesies bertambah dan terdapat juga tumbuhan dalam bentuk komunitas

tumbuhan yang berlapis-lapis.

j. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan

produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.

Sistem biologi menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan

efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan

memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Contoh apabila suatu

masyarakat berkembang semakin maju, memang secara keseluruhan ada

penurunan harga energi per unit produksi kotor nasional (gross national

product), tetapi pada waktu yang sama produksi kotor nasional per kapita

naik dengan sangat cepat, sehingga terdapat peningkatan pengeluaran

energi per orang.

k. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengekploitasi yang belum mantap

(belum dewasa). Asas 11 ini mengandung arti ekosistem, populasi atau

tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi, biomasa, dan

keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan

kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih komplek. Dari

subsistem yang rendah keanekaragaman nya ke subsistem yang tinggi

keanekaragamannya.

Contoh tenaga kerja dari ladang,kampung, kota kecil mengalir ke kota

besar (metropolitan) karena keanekaragaman kehidupan kota besar

melebihi tempat asalnya. Atau cendekiawan yang berasal dari daerah

enggan kembali ke asalnya, karena taraf keanekaragaman penghidupan

kota besar lebih tinggi dari daerah asalnya. Dengan demikian keahlian,

bakat, tenaga kerja mengalir dari daerah yang kurang ke daerah yang lebih

beraneka ragam corak penghidupannya.

l. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada

kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan. Populasi dalam

ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan

lingkungan fisiko-kimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem

yang sudah mantap. Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan

fisikokimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan

kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil. Contoh

adaptasi secara tiba-tiba oleh serangga dan ikan yang berwarna semarak di

daerah tropika yang kaya keaneragaman.

m. Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya

penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang

kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.

Pentingnya memperluas ruang lingkup ekologi murni menjadi ilmu

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

lingkungan yang memiliki batasan lebih luas. Contoh jumlah spesies

tumbuhan dan hewan habis di eksploitasioleh manusia dan menyebabkan

semakin lama jumlahnya semakin sedikit. Maka dari itu, perlu diperlukan

suatu ilmu untuk menjaga ekosistem ini tetap berjalan baik.

n. Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah

keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan

mempengaruhi populasi itu. Asas 14 ini merupakan kebalikan asas 13,

tidak adanya keaneka ragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam

ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidak stabilan

populasi yang tinggi. Contoh burung elang sangat tergantung pada tikus

tanah sebagai sumber makanan utama, dan tikus tanah sangat bergantung

pada spesies tumbuhan, tumbuhan tersebut tergantung pada jenis tanah

tertentu untuk hidupnya.

Dari 14 asas lingkungan tersebut di atas, yang terkait dengan

penelitian kali ini adalah asas no.5 “ ada dua jenis sumber alam dasar,

yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan

seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang pnggunaan lebih

lanjut”. Semakin banyak jumlah penduduk berakibat pada semakin

banyaknya pula kebutuhan akan air bersih, maka berakibat makin sulitnya

terpenuhi kebutuhan tersebut ditambah lagi dengan banyaknya

pencemaran yang terjadi yang mengakibatkan menurunnya kualitas air

bersih.

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Dengan semakin sedikitnya aur bersih yang langsung dapat

diperoleh di alam maka manusia berupaya dengan berbagai cara untuk

dapat memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu cara yang dilakukan

adalah dengan melakukan pengolahan air yang kualitasnya kurang baik

dengan harapan setelah diolah maka kualitas air tersbut akan menjadi lebih

baik dan memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Dengan adanya

pengolahan tersebut maka sumber alam yang berupa air dapat dirangsang

penggunaannya secara terus menerus.

3. Implementasi Hukum

Hukum dipandang sebagai suatu sistem, maka untuk dapat

memahaminya perlu penggunaan pendekatan sistem. Berbagai pengertian

hukum sebagai sistem hukum dikemukakan antara lain oleh Lawrence M.

Friedman, bahwa hukum itu merupakan gabungan antara komponen struktur,

substansi dan kultur:

a. Komponen struktur yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum

itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya

sistem tersebut. Komponen ini dimungkinkan untuk melihat bagaimana

sistem hukum itu memberikan pelayanan terhadap penggarapan bahan-

bahan hukum secara teratur.

b. Komponen substantif yaitu sebagai output dari sistem hukum, berupa

peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh

pihak yang mengatur maupun yang diatur.

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. Komponen kultural yaitu terdiri atas nilai-nilai dan sikap-sikap yang

mempengaruhi bekerjanya hukum, atau oleh Lawrence M. Friedman

disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi

sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan

tingkah laku hukum seluruh warga masyarakat.

Secara singkat menurut Lawrence M. Friedman, cara lain untuk

menggambarkan ketiga unsur sistem hukum itu sebagai berikut:

a. Struktur hukum diibaratkan sebagai mesin.

b. Substansi hukum adalah apa yang dibekerjakan dan dihasilkan oleh mesin

itu.

c. Kultur hukum adalah apa saja yang memutuskan untuk menghidupkan dan

mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana mesin itu digunakan.

Lon L. Fuller dalam Esmi Warassih berpendapat, bahwa untuk

mengenal hukum sebagai sistem maka harus dicermati apakah ia memenuhi

delapan (8) Principle of Legality berikut ini.

a. Sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan artinya ia tidak

boleh mengandung sekadar keputusan-keputusan yang bersifat ad hoc.

b. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan.

c. Peraturan tidak boleh berlaku surut.

d. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti.

e. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang

bertentangan satu sama lain.

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

f. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi

apa yang dapat dilakukan.

g. Peraturan tidak boleh sering diubah-ubah.

h. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan

pelaksanaan sehari-hari.

Hukum senantiasa dibatasi oleh situasi atau lingkungan dimana ia

berada, sehingga tidak heran kalau terjadi ketidak cocokan antara apa yang

seharusnya (das solien) dengan apa yang senyatanya (das sein). Dengan

perkataan lain, muncul diskrepansi antara law in the books dan law in

action. Selanjutnya apabila kita melihat penegakan hukum merupakan suatu

proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum menjadi kenyataan, maka

proses itu selalu melibatkan para pembuat dan pelaksana hukum, serta juga

masyarakatnya. Masing-masing komponen ingin mengembangkan nilai-

nilai yang ada di lingkungan yang sarat dengan pengaruh faktor-faktor non-

hukum lainnya.

Paul dan Dias dalam Esmi Warassih mengajukan 5 syarat yang harus

dipenuhi untuk mengefektifkan sistem hukum, yaitu:

a. Mudah tidaknya makna aturan-aturan hukum itu untuk ditangkap dan

dipahami.

b. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi

aturan-aturan hukum yang bersangkutan.

c. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum.

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

d. Adanya mekanisme penyelesaian sengeketa yang tidak hanya mudah

dijangkau dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat, melainkan juga

harus cukup efektif dalam menyelesaikan sengketa-sengketa.

e. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan warga

masyarakat bahwa aturan-aturan dan pranata-pranata hukum itu

memang sesungguhnya berdaya kemampuan yang efektif.

Beberapa ahli memberikan dfinisi atau gambaran mengenai

pengertian atau definisi dari implementasi. Van Metter dan Van Horn

(1975) mendefinisikan proses imlementasi sebagai Tindakan-tindakan yang

dilakukan baik oleh individu-individu / pejabat-pejabat atau kelompok-

kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-

tujuan yang telah digariskan dalam kebijaksanaan.

Sementara Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1979)

mengungkapkan makna implementasi yaitu memahami apa yang senyatanya

terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku merupakan fokus

perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian atau kegiatan-

kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman

kebijaksanaan negara, yang mencakup usaha mengadmnistrasikannya

maupun untuk menimbulkan dampak/akibat nyata pada masyarakat atau

kejadian-kejadian. (Solichin Abdul Wahab, 1997:65)

Implementasi dapat pula diterjemahkan sebagai sebuah proses

kebijaksanaan yang segera diterapkan setelah tahapan hukum atau dibuatnya

peraturan. Implementasi dipandang secara luas berarti merupakan

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pengadministrasian hukum dengan berbagai pelaku atau pelaksanaan yang

bervariasi yaitu prosedur-prosedur dan teknik-teknik yang dikerjakan

bersama untuk menyerap atau mengadopsi kebijaksanaan-kebijaksanaan

kedalam sebuah pelaksanaan yang merupakan kebijaksanaan atau rencana

yang mempunyai tujuan tertentu. (James P. Lestari, 2000: 104)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi

merupakan suatu evaluasi dari kebijakan yang telah dilaksanakan, dengan

harapan tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai dengan maksimal

sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam kebijakan tersebut.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 82 Tahun 2001

Berdasarkan definisinya pencemaran air yang diindikasikan dengan

turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak

dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan

tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan, dan

berfungsi sebagi tolok ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran

air.

Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan

(Designated benefical water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata

kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Oleh karena itu penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan

peruntukan perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi

kualitas air (kelas air).

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan

memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa. beban pencemar

yang dapat ditenggang oleh air penerima sehingga sesuai dengan baku

mutu air dant tetap berfungsi sesuai dengan peruntukanya. Kualitas air pada

dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk membuktikan apakah air

itu layak dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang

harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar Internasional, standar Nasional,

maupun standar perusahaan. Di dalam peraturan Pemerintah Republik

Indanesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian

pencemaran air disebutkan bahwu mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4

kelas, yang terdiri dari :

1) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegiatan tersebut.

2) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarna/sarana

rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar. peternakan, air untuk mengairi

pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

3) Kelas tiga, yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan

peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

4) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut.

Table 1. Daftar Parameter Kualitas Air Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN I II III IV

FISIKA Temperatur °C Deviasi

3 Deviasi 3

Deviasi 3

Deviasi 3

Deviasi temperatur dari keadaan alamiah

Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000 Residu Tersuspensi

mg/L 50 50 400 400 Bagi pengelolaan air minum secara konvensional, residu tersuspnsi ≤ 5000 mg/l

KIMIA ORGANIK pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara

alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12 COD mg/L 10 25 50 100 DO mg/L 6 4 3 0 Batas angka

minimum Total fosfat sebagai P

mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagaiN mg/L 10 10 20 20 NH3-N mg/L 0,5 - - - Bagi

perikanan, kandungan amonia bebas yang ikan peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2 Barium mg/L 1 - - - Boron mg/L 1 1 1 1 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05 Cadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 Khrom (IV) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01 Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi

pengelolaan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/l

Besi mg/L 0,3 - - - Bagi pengelolaan air minum secara konvensional, Fe ≤ 5 mg/l

Timbale mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengelolaan air minum secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/l

Mangan mg/L 1 - - - Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005 Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi

pengelolaan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/l

Khlorida mg/L 1 - - - Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 - Fluoride mg/L 0,5 1,5 1,5 - Nitrit sebagai N

mg/L 0,06 0,06 0,06 - Bagi pengelolaan air minum secara konvensional, NO2_N ≤ 1 mg/l

Sulfat mg/L 400 - - - Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 - Bagi ABAM

tidak

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dipersyaratkan Belerang sebagai H2S

mg/L 0,002 0,002 0,002 -

MIKROBIOLOGI Fecal Coliform jml

100/ml 100 1000 2000 2000 Bagi

pengelolaan air minum secara konvensional, Fecal Coliform, 2000 jml / 100 ml dan Total Coliform 10000 jml / 100 ml

Total Coliform jml 100/ml

1000 5000 10000 10000

RADIOAKTIFITAS Gross – A bg/l 0,1 0,1 0,1 0,1 Gross – B bg/l 1 1 1 1 KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak

ug/l 1000 1000 1000 -

Detergen sebagi MBAS

ug/l 200 200 200 -

Senyawa Fenol sebagai fenol

ug/l 1 1 1 -

BHC ug/l 210 210 210 - Aldrin/Dieldrin ug/l 17 - - - Chlordane ug/l 3 - - - DDT ug/l 2 2 2 2 Heptachlore dan Heptachlore epoxide

ug/l 18 - - -

Lindane ug/l 56 - - - Methoxcytor ug/l 35 - Endrin ug/l 1 4 4 - Toxaphane ug/l 5 - - - Sumber : Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

5. Pengertian Dasar Pencemaran Air

Dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup No. 32 Thuan 2009 Pasal 1 poin 14 didefinisikan arti pencemaran

adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau

komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dewasa ini

masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat untuk

mendapatkan air yang berkualitas baik diperlukan energi dan biaya yang

mahal sesuai dengan yang disyaratkan. Air menjadi barang primadona

karena banyaknya sumber-sumber air sudah tercemar oleh bermacam-

macam zat pencemar dari hasil kegiatan manusia, baik dalam bentuk cair

ataupun padat dari aktifitas rumah tangga, industri dan kegiatan lainnya.

Pencemaran air dapat didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi pada

dasarnya berpangkal tolak pada konsentrasi pencemar tertentu di dalam air

pada waktu yang cukup lama untuk dapat menimbulkan pengaruh tertentu

(Suratmo, 1992).

Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui,

tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh manusia. Air

banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam

sehingga dengan mudah dapat tercemar (Darmono, 2001). Pencemaran air

merupakan akibat kegiatan dan perbuatan manusia, yang dilatarbelakangi

berbagai hal. Karena pencemaran, tata lingkungan air mengalami

gangguan. Ekosistem air menjadi tercemar dan rusak setelah menerima

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kehadiran bahan-bahan pencemar yang berasal dari manusia dengan

perbuatannya (Susilo, 2003).

Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun

ada kesepakatan yang telah teruji menyatakan bahwa air bersih tidak

ditetapkan pada kemurnian air, tetapi lebih didasarkan pada keadaan

normalnya. Ketika terjadi penyimpangan dari keadaan normalnya maka

dapat disimpulkan air tersebut telah mengalami pencemaran. Air dari mata

air di pegunungan akan mengalami perlakuan kenormalannya pula

meskipun dari aspek kualitas jauh lebih baik dari air sungai (Wardhana,

2001 :72).

6. Indikator pencemaran air

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi

ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi dan

mencuci, pertanian, perikanan, sanitasi transportasi dan lain-lainnya.

Kegunaan air dimaksud disebut sebagai kegunaan air konvensional. Selain

itu air juga dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu

untuk menunjang seluruh aktifitas industri dan teknologi. Kegiatan industri

dan teknologi tidak terlepas dari kebutuhan air yang berkenaan dengan

kelancaran proses industri dan teknologi berjalan baik.

Apabila air yang diperlukan dalam kegiatan industri dan teknologi

dalam jumlah besar, maka perlu dipikirkan dari mana air tersebut diperoleh.

Pengambilan air dari sumber air tidak boleh mengganggu keseimbangan

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

lingkungan. Faktor keseimbangan air lingkungan ini tidak hanya berkaitan

dengan jumlah volume (debit) air yang digunakan saja, akan tetapi yang

paling penting adalah bagaimana menjaga agar air lingkungan tidak

menyimpang dari keadaan normalnya (Wardhana, 2001: 73).

Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut,

zat yang tersuspensi, dan makhluk hidup. Khususnya jasad renik, di dalam

air. Air murni, yang tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk

kehidupan kita. Sebaliknya zat yang terlarut ada yang bersifat racun.

Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air

membuat kualitas air menjadi tidak sesuai untuk kehidupan kita, air itu

disebut tercemar (Soemarwoto, 1984).

Pembuangan bahan kimia, limbah maupun pencemaran baik ke

dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air itu. Tetapi mengukur

populasi dalam air tidak ukup hanya dengan bahan biologi saja. Pengujian

secara kimia bersama-sama dengan data Biologi barulah dapat memberikan

gambaran menyeluruh mengenai kualitas air (Sastrawijaya, 1991).

Pemantauan kualitas air pada sungai perlu disertai dengan

pengukuran atau pencatatan debit air, agar analisis hubungan parameter

pencemaran air debit badanair, sungai dapat dikaji untuk keperluan

pengendalian pencemarannya (Irianto dan Machbub, 2007)

Wardhana, (2001:74) dalam bukunya Dampak Pencemar

Lingkungan memberikan beberapa indikator bahwa air lingkungan telah

tercemar adalah adanya perubahan yang dapat diamati secara fisik yakni :

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

1.Terjadinya perubahan suhu air.

2.Terjadinya perubahan pH atau konsentrasi ion hydrogen.

3.Terjadi perubahan warna, bau dan rasa air.

4.Timbulnya endapan koloid, bahan terlarut.

5.Meningkatnya mikroorganisme air lingkungan.

6.Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan

penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk

menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air (PP RI No. 82

Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian

Pencemaran Air). Sungai adalah elemen alam sekitar yang penting kepada

manusia. Dengan berkembangnya kegiatan industri serta perdagangan,

kualitas sungai mulai mengalami kemerosotan dan pencemaran (Rahman,

2007).

7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990

disebutkan beberapa jenis air, antara lain air minum, air bersih, air kolam

dan air pemandian umum. Air minum adalah air yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatandan dapat langsung diminum. Air bersih adalah

air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air kolam

renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk olah raga

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

renang dan kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air Pemandian

Umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian umum tidak

termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. Air yang disalurkan oleh PDAM

Kabupaten Pacitan kepada konsumennya termasuk kedalam jenis air bersih

yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan memenuhi syarat

kesehatan serta dapat diminum setelah dimasak.

Tabel 2. Daftar Persuaratan Kualitas Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990

No Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan

Keterangan

A. Fisika 1 Bau - - Tidak bau 2 Jumlah zat padat

terlarut (TDS) mg/L 1000

3 Kekeruhan Skala NTU

5

4 Rasa - - Tidak berasa

5 Suhu °C Suhu udara ±3 °C 6 Warna Skala

TCU 15

B. Kimia a. Kimia Anrganik

1 Air raksa mg/L 0,001 2 Arsen mg/L 0,05 3 Besi mg/L 1,0 4 Florida mg/L 1,5 5 Cadmium mg/L 0,005 6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 7 Klorida mg/L 600 8 Kromium, valensi 6 mg/L 0,05 9 Mangan mg/L 0,5 10 Nitrat, sebagai N mg/L 10 11 Nitrit, sebagai N mg/L 1,0 12 pH - 6,5-7,5 13 Selenium mg/L 0,01 14 Seng mg/L 15

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

15 Sianida mg/L 0,1 16 Sulfat mg/L 400 17 Timbale mg/L 0,5

b. Kimia Organik 1 Aldrin dan dieldrin mg/L 0,0007 2 Benzene mg/L 0,01 3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001 4 Chloroform (total

isomer) mg/L 0,007

5 Chloroform mg/L 0,03 6 2.4-D mg/L 0,10 7 DDT mg/L 0,03 8 Detergent mg/L 0,5 9 1,2-D ichloroethene mg/L 0,01 10 1,1-D ichloroethene mg/L 0,0003 11 Heptachlor dan

heptachlore epoxide mg/L 0,003

12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001 13 Gamma-HCH

(lindane) mg/L 0,004

14 Methoxychlor mg/L 0,10 15 Pentachlorophenol mg/L 0,01 16 Pestiside total mg/L 0,10 17 2,4,6-trichorophenol mg/L 0,01 18 Zat Organik (Kmn 04) mg/L 10

c. Mikrobiologi 1 Total Koliform Jml/100

ml 0 Bukan air

pipaan 2 Koliform tinja belum

diperiksa Jml/100 ml

0 Bukan air pipaan

d. Radio Aktivitas 1 Aktivitas Alpha

(Gross Alpha Activity) Bg/l 0,1

2 Aktivitas Beta (Gross Betha Activity)

Bg/l 1,0

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990

8. Sungai Grindulu

Sungai memiliki ciri utama, yaitu mengalir satu arah dari hulu ke

hilir sehingga sungai tersebut juga sebagai lingkungan lotik, (Goldman dan

Horne, 1983). Sungai menerima aliran air dari hutan, aliran mata air dari

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

akuifer air tanah dan danau. Sungai yang besar biasanya berasal dari sungai

yang lebih kecil dan bertambah besar dalam alirannya dari sumber atau

asalnya. Aliran air ini akan berakhir di lautan, danau atau kadangkadang di

daratan yang terbuka, dimana air akan mengalami penguapan, (Compact,

1999), sedangkan (Goldman dan Horne,1983) membagi sungai kedalam

pools dan riffles. Pools adalah suatu daerah yang dalam, dengan airnya yang

bergerak perlahan dengan material dasar yang halus. Sedangkan riffles

mempunyai material dasar yang kasar dan dangkal, gerakan airnya lebih

cepat. Pada riffles profil irisan melintangnya lebih berbentuk bujursangkar

(rectangular), sedangkan pada pool mempunyai profil yang lebih asimetris.

Suwignyo (1996) mengatakan, bahwa sungai atau perairan yang

mengalir, mempunyai tiga ciri khas, yaitu arah aliran, kecepatan aliran dan

dasar aliran. Arah aliran sungai sesuai dengan mekanisme aliran yang

berdasarkan prinsip gravitasi, yaitu menyatu arah. Masa air mengalir ke satu

arah yang sudah tertentu. Atas dasar ciri ini maka apa yang ada atau terjadi

di daerah hulu dampaknya akan ada atau terbawa ke daerah hilir, tetapi

tidak sebaliknya. Menurut (Odum, 1971), berbeda dengan danau atau kolam

yang keadaan perairannya secara horisontal penting, maka nilai penting

keadaan sungai adalah secara longitudinal. Pada perairan sungai perubahan

komposisi komunitas sangat mencolok terjadi pada sekitar satu kilometer

pertama dari sumber air.

Dari data yang ada, secara umum menunjukkan bahwa sungai yang

melintasi kota besar atau daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, serta

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

daerah kegiatan industri, menunjukkan tingkat kualitas yang cenderung

menurun dari tahun ke tahun dibandingkan dengan kualitasnya di bagian

hulu. Pada kenyataannya, kualitas air sungai makin menurun akibat

terjadinya pencemaran industri, sehingga pengaturan terhadap kegunaan

sungai menjadi hal yang penting. Karena hal ini akan menyangkut nilai

ambang batas cemaran industri yang dapat dibuang ke perairan, (Anonim,

1990).

Sungai Grindulu merupakan sungai yang terpanjang di Kabupaten

Pacitan, dengan panjang mencapai lebih dari 67 Km dengan lebar

permukaan 77 meter dan lebar dasar sungai 63 meter dengan kedalaman

sungai 10 meter. Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada tahun 2010,

debit air Sungai Grindulu tertinggi adalah 1926,15 m³/s an yang terendah

0,4 m³/s. ( Dokumen Status Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan Tahun

2010).

Sungai memiliki peran yang penting bagi masyarakat sehingga

kualitas air sungai harus dikendalikan dan diawasi sesuai dengan

peruntukannya dengan cara menetapkan baku mutu air sungai dan

segmentasi sungai. Sasaran penetapan kelas air sungai adalah meningkatnya

manfaat air sungai untuk air baku, air minum atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran secara rutin mengenai

status mutu air Sungai Grindulu sehingga tetap terjaga kualitas air sungai

sebagaimana peruntukannya, dalam hal ini Sungai Grindulu digunakan

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

sebagai air baku air bersih oleh PDAM Kabupaten Pacitan. Pengolahan air

Sungai Grindulu oleh PDAM dilakukan di dua IPA ( Instalasi Pengolahan

Air ) yaitu di Keamatan Arjosari dan Kecamatan Pacitan.

Sumber pencemar yang masuk ke sungai Grindulu dicurigai dari

banyaknya aktifitas rumah tangga dan industri yang berada disekitar sungai

Grindulu. Dari data awal yang diperoleh melalui laporan Status Lingkungan

Hidup Daerah Kabupaten Pacitan Tahun 2009 diketahui bahwa ada

beberapa parameter kualitas air yang dilampaui. Salah satunya adalah

tingginya kandungan klorida yang mencapai angka 118,8 dengan baku mutu

yang diizinkan adalah 1. Tingginya klorida yang dikandung sungai

Grindulu dimungkinkan dar banyaknya aktifitas rumah tangga seperti

mencucui dan mandi yang air limbahnya masuk ke sungai Grindulu. Selain

itu juga kandungan fosfat yang melebihi kandungan baku mutu yang

ditetapkan dengan nilai 0,467 dengan baku mutu 0,2.

9. Pemanfaatan Air Sungai sebagai Sumber Air

Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran

merupakan suatu kerugian yang sangat besar. Kerugian langsung ini pada

umumnya disebabkan terjadinya pencemaran air oleh berbagai macam

komponen pencemar air. Dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan air lingkungan

diharapkan mampu mempertahankan kualitas air lingkungan sehingga dapat

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dimanfaatkan kembali bagi kepentingan manusia dalam jangka waktu

panjang (Amsyari,1986).

Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air

tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan

bakunya berasal dari air sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai

sebagai sumber air harus dipelihara (Achmad, 2004). Air di alam sangat

jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air hujan, meskipun

awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam

perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama

mengalir diatas permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air menyatakan

tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi

kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan

langsung yaitu air minum, mandi dan cuci dan lain-lain (Suripin, 2004).

Semakin tinggi nilai air sungai bersih bagi masyarakat, seyogyanya

semakin tinggi usaha pemerintah dalam memperbaiki kualitas air sungai.

Dengan demikian, adalah penting mengetahui nilai air sungai bersih, bagi

masyarakat suatu wilayah dalam rangka melaksanakan pembangunan

wilayah, khususnya penyediaan air bersih (Resosudarmo, 2007).

10. Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan suatu instalasi yang

dapat mengolah air baku melalui proses fisik, kimia, dan atau biologi

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

tertentu sehingga menghasilkan air minum yang memenuhi baku mutu yang

berlaku. Komponen unit paket IPA digambarkan melalui gambar berikut

Gambar 2. Diagram komponen unit paket IPA (Sumber: Badan Standardisasi

Nasional, 2007 dalam Wibowo 2010 : 38)

Gambar 3. Diagram komponen unit IPA Mount Steam Australia (Sumber:

ActewAGL, 2006 dalam Wibowo 2010 : 39)

Sumber air yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan

kuantitas dan kontinuitas sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi secara

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

terus menerus dan tidak merugikan masyarakat atau pihak lain. Air baku

yang dipakai biasanya berasal dari air hujan, air permukaan (surface

water) dan air tanah (ground water) tergantung dari kemudahan

memperolehnya atau sebab yang lain. Bangunan intake berfungsi sebagai

bangunan pengambilan air baku.

Air baku yang berasal dari intake akan diolah lagi pada proses

pengendapan. Proses pengendapan terdiri dari beberapa unit yaitu unit

prasedimentasi, unit koagulasi, unit flokulasi, unit sedimentasi, dan unit

pengolahan lumpur. Unit prasedimentasi digunakan untuk mengendapkan

partikel kasar (discrite particle) sebelum proses koagulasi. Unit

koagulasi terletak pada posisi outlet prasedimentasi yang dilengkapi dengan

fasilitas pembubuh koagulan misal aluminium sulfat (tawas).

Dari proses pengendapan, kemudian dilakukan proses penyaringan

sebelum air didistribusikan ke konsumen. Proses penyaringan terdiri dari

unit filtrasi dan unit klorinasi. Setelah ke tiga tahap terpenuhi, maka air

akan disalurkan menuju reservoir. Melalui pompa air produksi akan

disalurkan ke jaringan pipa distribusi menuju konsumen. Reservoir

merupakan tempat untuk menampung dan menyimpan air. Disamping itu

reservoir juga berfungsi untuk meratakan aliran dan meratakan tekanan

pada sistem distribusi air minum (Sarwoko, 1985 dalam Wibowo 2010:39).

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

B. Kerangka Berfikir

Semakin meningkatnya kebutuhan air bersih oleh warga yang ada di

Kabupaten Pacitan mendorong PDAM mengembangkan usahanya untuk mencari

sumber air baku yang kemudian diolah menjadi air bersih. Salah satu sumber air

baku yang didapat adalah Sungai Grindulu. Namun, kecenderungan yang terjadi

adalah menurunnya kualitas dan mutu air sungai yang disebabkan oleh

pencemaran yang dilakukan oleh berbagai usaha dan industri yang ada disekitar

sungai, yang melakukan pembuangan limbah ke sungai secara langsung tanpa

melakukan pengolahan limbah terlebih dahulu.

Selain limbah industri, pencemaran juga terjadi akibat limbah rumah

tangga yang dihasilkan oleh warga yang bertempat tinggal disekitar sungai.

Banyaknya limbah inilah yang menjadikan kualitas dan mutu air Sungai Grindulu

menjadi menurun, sehingga tidak memenuhi syarat jika akan digunakan menjadi

air baku PDAM.

Persyaratan air baku yang dapat digunakan menjadi air minum diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001 dalam pasal 8 yang

mensyaratkan kriteria mutu air kelas satu. Syarat tersebut diukur dari parameter -

parameter yang diperoleh dari hasil uji laboratorium dari sampel air Sungai

Grindulu yang akan dijadikan air baku air bersih oleh PDAM, kemudian

dibandingkan dengan parameter baku kelas satu Peraturan Pemerintah Nomer 82

Tahun 2001.

Air yang sudah mengalami proses pengolahan di IPA PDAM diharapkan

sudah memenuhi persyaratan baku mutu air bersih sesuai dengan Peraturan

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990. Cara pengukurannya adalah dengan

mengambil sample air bersih hasil pengolahan IPA PDAM yang kemudian

dilakukan uji laboratorium, setelah diketahui parameter kualitas air tersebut

kemudian dibandingkan dengan syarat baku mutu air bersih berdasarkan

PERMENKES no. 416 tahun 1990.

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Untuk lebih jelasnya mengenai diagram kerangka berfikir dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 4.Diagram Alir Kerangka Berfikir Penelitian

SUNGAI GRINDULU

Sampel air Sungai Grindulu

Uji Lab. Sampel Air Sungai Grindulu

Parameter Hasil Uji Lab. Sampel Air

PP No. 82 Th. 2001 Klasifikasi Mutu Air

Kelas Satu

PERMENKES No. 416 Tahun 1990

Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Implementasi PP No. 82 Th. 2001

Implementasi PERMENKES No. 416

Tahun 1990

Baik / Belum Baik

Intake PDAM

Pengolahan / Treatmen Air

Air Hasil Pengolahan PDAM

Sampel Air Hasil Pengolahan PDAM

Uji Lab. Sampel Air Hasil Pengolahan

PDAM

Parameter Hasil Uji Lab. Sampel Air

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan

proses penelitian. Penelitian diartikan sebagai suatu upaya dalam bidang ilmu

pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip

dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran. (Mardalis,

2004: 24).

Metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang memerlukan

sistematika dan prosedur yang harus ditempuh dengan tidak mungkin

meninggalkan unsur, komponen yang diperlukan dalam suatu penelitian.

(Mardalis, 2004: 24).

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek

penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1990:

63).

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum sosiologis empiris

yang berarti penelitian hukum mengenai pemberalkuan atau implementasi

ketentuan hukum normative (kodifiksi, undang-undang, atau kontrak) secara in

action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Implementasi secara in action ini merupakan fakta empiris dan berguna untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh Negara atau oleh pihak-pihak dalam

kontrak. Implementasi secara in action ini diharapkan akan berlangsung

sempurna apabila rumusan ketentuan hukum normatifnya jelas dan tegas serta

lengkap.

Jika dilihat dari sifatnya, penelitian ini teramasuk dalam penelitian

deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan

tentang implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan

PERMENKES No. 416 Tahun 1990 di IPA PDAM Kabupaten Pacitan.

Ciri-ciri penelitian kualitatif antara lain :

a. Bersifat Induktif

1) Mengembangkan konsep, pemikiran dan pemahaman pola-pola yang ada.

2) Model, hipotesa dan teori jadi rancangan penelitian sifatnya harus luwes.

b. Mengamati lingkungan dan orang secara holistic (dalam konteks pengalaman

dan situasi mereka)

c. Tujuan, bersifat humanistic (mempertahankan sisi manusiawi) dan mencari

pemahaman yang mendalam / rinci.

d. Menekankan validitas.

e. Tahap pengumpulan data tidak dapat dipisahkan secara tegas dari tahap

analisis data.

f. Menonjolkan peran peneliti.

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi penelitian di Sungai

Grindulu Kabupaten Pacitan dan air hasil olahan IPA PDAM Kabupaten

Pacitan dengan petimbangan :

a. Pada lokasi tersebut dua Instalsi Pengolahan Air (IPA) PDAM

Arjosari dan Pacitan di Kabupaten Pacitan yang menggunakan air

sungai sebagai air baku air bersih.

b. Pada daerah hulu IPA tersebut terdapat kegiatan industri dan rumah

tangga yang dapat menimbulkan pencemaran air sungai.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dimulai dari tahap proposal penyusunan tesis

hingga perbaikan, penggandaan, penyerahan hasil tesis ini dilaksanakan.

Penelitian dilaksanakan selama enam bulan terhitung sejak diajukannya

proposal penyusunan tesis.

Tabel 3. Jadwal Penelitian

Kegiatan Bulan / Tahun 1/ 2011 2/2011 3/2011 4/2011 5/2011 6/2011

Proposal Tesis V V V Pengumpulan Data V V Analisis Data V V Penyusunan Laporan

V

Perbaikan, Penggandaan, Penyerahan Hasil Tesis

V

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

C. Sumber Data

Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sebab

tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian. Dalam penelitian ini data yang

digunakan meliputi data sekunder dan data primer. Tika (1997: 67)

mengemukakan bahwa “Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti”.

Data primer dalam penelitian ini adalah parameter kualitas air yang dianalisis oleh

laboratorium yang diambil dari air Sungai Grindulu.

Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data sekunder adalah data yang

lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri

peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang

asli”. Data sekunder dalam penelitian ini antara lain adalah Peraturan Pemerintah

No. 82 Tahun 2001 dan PERMENKES No. 416 Tahun 1990.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi 2 orang melibatkan seseorang

yang ingin memperoleh komunikasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan – pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu ( Mulyana 2004 : 180 ).

Mardalis (2002: 64) berpendapat bahwa “ Wawancara adalah teknik

pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan –

keterangan lisan melalui bercakap–cakap dan berhadapan muka dengan orang

yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti”.

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Observasi

Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap

gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan. Teknik observasi digunakan

untuk memperoleh data titik koordinat IPA yang kemudian ditentukan sebagai

tempat pengambilan sampel air.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa contoh, transkip, buku, surat kabar, majalah ( Arikunto, 1993 :

202 ). Teknik dokumentasi merupakan teknik yang memberikan informasi

secara tepat dan akurat untuk dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan

data ini dilakukan dengan cara mengutip pada sumber data yang tersedia.

Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulan data

yang terkait dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan

PERMENKES No. 416 Tahun 1990.

4. Uji Laboratorium

Uji laboratorium merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

menganalisis sampel air Sungai Grindulu dengan tujuan mengetahui parameter

kualitas air sungai secara fisik, kimia dan biologi. Beberapa parameter yang

diuji antara lain pH, BOD, COD, TDS, kandungan E.Coli, danlain-lain.

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

E. Sampling

Mardalis (2002: 55) berpendapat “ Sampel adalah sebagian dari seluruh

individu yang menjadi obyek penelitian”. Tujuan penentuan sampel adalah untuk

mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik

generalisasi dari hasil penyelidikan. Dalam pengambilan sampel harus dipenuhi

syarat-syarat utama dalam proses pengambilannya yang berarti sampel yang

digunakan harus dapat mewakili populasi yang telah dikemukakan.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling atau sampel

bertujuan. Tujuan pengambilan sampel adalah untuk mengetahui kualitas air yang

ditunjukkan oleh parameter-parameter kualitas air hasil dari uji laboratrium, yang

berupa parameter fisik, kimia dan biologi.

Dalam pengambilan sampel lingkungan harus dipertimbangkan bagaimana

sampel tersebut diambil sehingga nantinya dapat mewakili kondisi pada saat

pengambilan. Secara umum tipe sampel dapat dibedakan menjadi sampel sesaat

(discrate sampel atau grab sampel), sampel gabungan (composite sampel) dan

sampel terpadu (integrated sampel) (Hadi, 2007 : 22-23)

Dalam penelitian kali ini yang dilakukan adalah penggunaan sampel

sesaat (discrate sampel atau grab sampeldalam pelaksanaannya, sampel diambil

sesuai persyaratan yang kemudian dimasukkan kedalam wadah sampel untuk

dibawa kelaboratorium kemudian diuji. Waktu pengambilan sampel ini adalah

saat musim kemarau yang berarti debit air rendah.

Wadah dan cara pengawetan sampel merupakan satu kesatuan dan

merupakan bagian penting dalam perencanaan pengambilan sampel lingkungan.

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Pemilihan wadah dan pengawetan yang salah akan menghasilkan data tidak akurat

(Dick,1994 dalam Hadi, 2007 :29). Secara umum,wadah yang digunakan harus

memenuhi persyaratan, antara lain :

1. Terbuat dari gelas atau plastic, sesuai dengan jenis sampel yang diambil;

2. Dapat ditutup dengan rapat dan kuat;

3. Mudah dicuci;

4. Tidak mudah pecah atau bocor;

5. Tidak menyerap zat-zat kimia dari sampel;

6. Tidak melarutkan zat-zat kimia kedalam sampel;

7. Tidak menimbulka reaksi antara bahan wadah dan sampel.

Dalam penelitian kali ini, wadah sampel yang digunakan ada dua macam,

yaitu plastik dan gelas. Wadah plastic digunakan untuk jenis sampel kimia,

sedangkan wadah gelas digunakan untukjenis sampel mikrobiologi. Sebelum

digunakan, kedua sampel sudah dibersihkan terlebih dahulu agar tidak

terkontaminasi dengan sampel yang akan diambil.

Langkah-langkah pengambilan sampel :

1. Mengukur debit aliran sungai.

Penghitungan debit aliran sungai diperoleh dengan mengetahui laju aliran,

lebar sungai dan luas penampang dasar sungai. Penelitian yang berlaku

saat ini diketahui bahwa debit aliran sungai adalah 127 m³/s. Dalam SNI

no. 6989.57-2008 dijelaskan bahwa jika debit air sungai yang diambil

sebagai contoh menunjukkan nilai 5-150 m³/s maka diambil dua sampel

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

pada 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 dari permukaan, lalu

sampel tersebut dicampurkan secara merata.

Gambar 5. Titik Pengambilan Contoh Sungai

2. Wadah sampel.

Pengambilan sampel pada Sungai Grindulu dilakukan dengan

menempatkan sampel pada dua wadah yang berbeda. Untuk pengujian

sampel kimia dan fisika digunakan wadah sampel plastik sedangkan untuk

sampel biologi digunakan wadah sampel gelas yang berwarna gelap.

Sebelum digunakan wadah sampel dicuci terlebih dahulu dengan air

sungai Grindulu.

Adapun syarat-syarat wadah pengambil sampel adalah :

a. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh;

b. Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya;

c. Contoh mudah dipindahkan ke dalam wadah penampung tanpa ada

sisa bahan tersuspensi di dalamnya;

d. Mudah dan aman di bawa;

e. Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.

3. Sbelum sampel diambil, wadah sampel dicuci terlebih dahulu dengan air

sampel. Sampel untuk air sungai diambil dengan cara memasukkan wadah

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sampel plastik dengan posisi tertutup pada mulut wadah sampel, kemudian

sampai kedalaman 0,5 sungai penutup mulut wadah sampel dibuka

sehingga air dapat masuk.

Gambar 6. Contoh alat pengambil sampel sebotol air secara langsung

Pengambilan sampel air bersih dilakukan dengan cara mengambil sampel

air kemudian diletakkan didalam ember penampung. Namun, sebelum

dimasukkkan kedalam ember wadah, harus terlebih dahulu ember wadah

dicuci menggunakan air sampel. Setelah air ditaruh dalam ember wadah

baru wadah sampel wadah sampel dimasukka kedalam ember wadah

dengan ditutup mulut wadah sampel hingga tenggelam. Penutup sampel

baru dibuka didalam iar sehingga air sampel dapat masuk kedalam wadah

sampel dan mengurangi masuknya oksigen dari luar.

4. Setelah sampel dimasukkan kedalam wadah kemudian wadah sampel

tersebut dimasukkan kedalam box pendingin untuk dibawa

kelaboratorium. Tujuan dimasukkannya wadah sampel kedalam box

pendingin supaya sampel yang diambil tidak mengalami kerusakan.

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

F. Teknik Analisis Data

Patton dalam Moleong (1990: 103) bependapat bahwa “Analisis data

adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar”. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang

digunakan adalah dengan membandingkan parameter hasil uji laboratorium air

baku IPA PDAM yang diambil dari Air Sungai Grindulu dengan baku mutu air

kelas satu yang disyaratkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 dan parameter hasil uji

laboratorium air hasil olahan IPA PDAM dengan syarat air bersih sesuai

PERMENKES No. 416 Tahun 1990. Syarat baku mutu PP No. 82 Tahun 2001

dan PERMENKES No. 416 Tahun 1990 dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran

tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang

terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat

dirinci sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Menentukan lokasi dan waktu penelitian

b. Mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan

c. Survei ketersediaan data

d. Studi pustaka

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2. Tahap Penyusunan Proposal

Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu berupa

kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa

proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi

penelitian.

3. Tahap Penyusunan Instrumen

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menentukan alat penelitian

yang diantaranya adalah menyusun daftar pertanyaan dalam kuesioner yang

akan diberikan kepada responden.

4. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan data melalui

studi dokumen dan observasi di lapangan. Pengumpulan data dilakukan

dengan mengambil sampel air Sungai Grindulu dan air hasil pengolahana IPA

di Kabupaten Pacitan, yang kemudian air sampel tersebut dimasukkan ke

laboratorium penguji untuk mengetahui karakteristik parameter kualitas air.

5. Tahap Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan suatu uraian sehingga ditemukan tema. Kegiatan

yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelompokkan data untuk

kepentingan analisis data, setelah data terkumpul ditabulasi silang untuk

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

mengetahui kecenderungan diantara dua variabel atau lebih, dan setelah

diketahui kecenderungannya maka hasil penelitian dijabarkan secara

deskriptif.

6. Tahap Penulisan Laporan

Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penulisan hasil penelitian

yang ditulis berdasarkan pada hasil penelitian tentang karakteristik penguna

warnet berdasarkan pendidikan, umur dan jenis kelamin, selain itu dijelaskan

pula persebaran, pola persebaran serta jangkauan pasar warnet. Laporan yang

ditulis selanjutnya dilengkapi atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, dan

gambar disertai peta daerah penelitian.

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak, Luas dan Batas

Kabupaten Pacitan terletak antara 07.55˚ 8.17˚ Lintang Selatan dan

110.55˚ - 111.25˚Bujur Timur dengan variasi topografi antara 0 s/d 964 meter

diatas permukaan laut (mDPL). Kabupetan Pacitan terdiri dari 12 kecamatan yaitu

Kecamatan Donorojo dengan luas 109,09 Km², Kecamatan Punung dengan luas

108,81 Km², Kecamatan Pringkuku dengan luas 132,9 Km², Kecamatan Pacitan

dengan luas 77,11 Km², Kecamatan Kebonagung dengan luas 124, 85 Km²,

Kecamatan Arjosari dengan luas 117,06 Km²,Kecamatan Nawangan dengan luas

124,06 Km², Kecamatan Bandar dengan luas 117,34 Km², Kecamatan Tegalombo

dengan luas 149,26 Km², Kecamatan Tulakan dengan luas 161,61 Km²,

Kecamatan Ngadirojo dengan luas 95,91 Km² dan Kecamatan Sudimoro dengan

luas 71,86 Km².

Tabel 4. Luas Kecamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 2011

No Kecamatan Luas (Km²) %

1 Donorojo 109,09 7,85 2 Punung 108,81 7,83 3 Pringkuku 132,93 9,56 4 Pacitan 77,11 5,55 5 Kebonagung 124,85 8,98 6 Arjosari 117,06 8,42 7 Nawangan 124,06 8,93 8 Bandar 117,34 8,44 9 Tegalombo 149,26 10,74 10 Tulakan 161,61 11,63 11 Ngadirojo 95,91 6,90 12 Sudimoro 71,86 5,17 Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Kabupaten Pacitan secara administratif berbatasan langsung dengan :

- Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo

- Sebelah Selatah : Kabupaten Trenggalek

- Sebelah Timur : Samudera Indonesia

- Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri

Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian dan dengan batasan Daerah

Aliran Sungai dapat dilihat pada peta berikut :

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

2. Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Pacitan sangatlah beragam, mulai dari

datar, landai hingga berbukit bahkan bergunung. Ketinggian tempat di

Kabupaten Pacitan dimulai dari 0 mdpl yang berada di wilayah pantai hingga

ketinggian tertinggi mencapai 1800 mdpl. Tingkat kemiringan lereng di

Kabupetan Pacitan mencapai 40%.

3. Geologi

Ditinjau dari aspek geologis, batuan penyusunnya berasal dari

Endapan Zaman Tua (Meosen), Batukapur Zaman Tua, dan Andasit. Jenis

tanah yang ada di Kabupaten Pacitan antara lain Aluvial Kelabu Endapan Liat

seluas 3.969 Ha, Asosiasi Litosol dan Mediteran Merah seluas 4.629Ha,

Litosol Campuran Tuf dan bahan Vulkanik seluas 58.592 Ha serta Komplek

Litosol Kemerahan dan Litosol seluas 31.592 Ha.

4. Klimatologi

Kabupaten Pacitan yang berada di sebelah Selatan khatulistiwa

menempatkannya sebagai wilayah yang empunyai iklim C-3. Berdasarkan

wilayah curah hujan, tidak setiap bulan di Kabupaten Pacitan mengalami

hujan, ada beberapa bulan yang memang tidak terjadi hujan sama sekali.

5. Keadaan Penduduk

Untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan penduduk di

Kabupaten Pacitan, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan

persebaran penduduk, kepadatan penduduk, komposisi penduduk karena

keadaan penduduk berkaitan erat dengan kebutuhan air bersih.

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

a. Jumlah dan Persebaran Penduduk

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pacitan,

jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Pacitan mencapai 558.644 jiwa

yang terdiri dari 288.917 jiwa penduduk perempuan dan 269.717 jiwa

penduduk laki-laki. Jumlah tersebut terdiri dari 10.521 kepala keluarga.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Kabupaten Pacitan No Kecamatan Laki-laki

(jiwa) Perempuan (jiwa)

Jumlah Penduduk jiwa %

1 Donorojo 18.882 21.943 40.825 7,31 2 Punung 17.845 18.217 36.062 6,46 3 Pringkuku 14.717 17.913 32.630 5,84 4 Pacitan 31.905 33.741 65.646 11,75 5 Kebonagung 21.453 24.026 45.479 8,14 6 Arjosari 19.247 20.740 39.987 7,16 7 Nawangan 23.926 26.660 50.586 9,06 8 Bandar 20.730 23.378 44.108 7,90 9 Tegalombo 24.885 25.846 50.731 9,08 10 Tulakan 40.664 37.643 78.307 14,02 11 Ngadirojo 20.872 23.378 44.250 7,92 12 Sudimoro 14.591 15.442 30.003 5,37 Jumlah 269.717 288.917 558.644 100

Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010

Berdasarkan data dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah

penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan Tulakan dengan jumlah

penduduk 78.307 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 40.664 jiwa penduduk

dengan jenis kelamin laki-laki dan 37.643 jiwa penduduk dengan jenis

kelamin perempuan. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat

di Kecamatan Sudimoro dengan umlah penduduk 30.003 jiwa dengan

penduduk laki-laki berjumlah 14.591 jiwa dan penduduk perempuan

berjumlah 15.442 jiwa.

Page 71: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

b. Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah merupakan

perbandingan antara luas daerah secara keseluruhan dengan jumlah

penduduk di daerah yang bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk = ------------------------- Luas Wilayah

Berdasarkan Tabel dapat dihitung kepadatan penduduk di Kabupaten

Pacitan sebagai berikut :

557.029 jiwa Kepadatan Penduduk = ------------------------- 1.389,87 Km2

= 401,03 Jiwa/Km2

Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik

pada suatu daerah sebagai berikut :

Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk No Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Keterangan 1 2 3 4 5 6

≤ 101 101 – 500 501 – 1000 1001 – 2000 2001 – 3000 ≥ 3000

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sekali

Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas

maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Pacitan

termasuk dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 2 atau rendah

dengan kepadatan penduduk yaitu sebesar 401,03 Jiwa/Km2.

Page 72: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pacitan Tahun 2011 No Kecamatan Luas (Km2) Jumlah

Penduduk Kepadatan Penduduk

1 Donorojo 109,09 40.825 374 2 Punung 108,81 36.062 331 3 Pringkuku 132,93 32.630 245 4 Pacitan 77,11 65.646 851 5 Kebonagung 124,85 45.479 364 6 Arjosari 117,06 39.987 341 7 Nawangan 124,06 50.586 407 8 Bandar 117,34 44.108 375 9 Tegalombo 149,26 50.731 339 10 Tulakan 161,61 78.307 484 11 Ngadirojo 95,91 44.250 461 12 Sudimoro 71,86 30.003 417 Jumlah 1.389,87 557.029 400 Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kepadatan

penduduk yang paling tinggi di Kecamatan Pacitan dengan kepadatan

penduduk 851 jiwa/Km² dengan jumlah penduduk 65.646 jiwa dan luas

wilayahnya 77,11 Km². Kepadatan penduduk terendah di Kecamatan

Pringkuku dengan kepadatan 245 jiwa/Km², jumlah penduduknya mencapai

32.630 jiwa dengan luas wilayahnya 132,93 Km².

c. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang

dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang

sama. Komposisi-komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk

dari segi kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan

pendidikan. Komposisi penduduk dalam penelitian ini yang berkaitan atau

ada relevansi dengan judul penelitian ini adalah komposisi penduduk

menurut umur dan jenis kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut

mata pencaharian.

Page 73: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah

variabel yang penting dalam sebuah kependudukan. Karena dengan

diketahuinya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini

dapat digunakan untuk mengetahui pertambahan penduduk, perpindahan

penduduk dan dapat digunakan sebagai petunjuk atau dasar untuk

menyusun beberapa kebijakan pemerintah yang dalam hal ini berkaitan

dengan masalah pendidikan, penyusunan kebijakan penduduk seperti

masalah keluarga berencana dan masalah ketenagakerjaan. Selain itu

dengan mengetahui komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis

kelamin diharapkan dapat diketahui penduduk baik yang belum

produktif, produktif maupun yang sudah tidak produktif lagi.

Untuk mengetahui secara rinci komposisi penduduk menurut umur

dan jenis kelamin di Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 8.Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pacitan Tahun 2011

Kelompok Umur (Tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah Jiwa % Jiwa % Jiwa %

0 – 9 10 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 > 60

40.166 45.946 27.665 36.743 42.732 35.048 41.417

14,89 17,03 10,26 13,62 15,84 12,99 15,36

39.356 37.257 33.125 46.176 43.231 30.017 59.756

13,62 12,89 11,46 15,98 14,96 10,39 20,68

79.552 83.203 60.790 82.919 85.963 65.065 101.173

14,24 14,89 10,88 14,84 15,39 11,65 18,11

Jumlah 269.717

100 288.927

100 558.644 100

Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010 Dari tabel di atas dapt dilihat bahwa kelompok umur yang

terbanyak di Kabupaten Pacitan adalah kelompok umur diatas 60 tahun

Page 74: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

dengan jumlah 101.173 jiwa atau 18,11% dari jumlah total penduduk

Kabupaten Pacitan dan yang terendah berada di kelompok umur 20-29

tahun dengan jumlah penduduk 60.790 jiwa atau sekitar 10,88% dari

total penduduk Kabupaten Pacitan.

Jika dilihat dari jenia kelamin penduduk di Kabupaten Pacitan,

ada perbedaan jumlah yang cukup banyak, ada selisih 19.210 lebih

banyak penduduk perempuan dibandingkan dengan penduduk laki-laki.

Untuk lebih jelas perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan di Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pacitan tahun 2011

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa %

1 2

Laki-laki Perempuan

269.717 288.927

48,3 51,7

Jumlah 558.644 100,00 Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan

penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di Kabupaten Pacitan lebih

banyak penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan di

Kabupaten Pacitan 288.927 jiwa atau 51,7% sedangkan penduduk laki-

laki 269.717 jiwa atau 48,3%. Dari data tersebut dapat diketahui pada

besarnya jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) yaitu perbandingan antara

penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perhitungan Sex Ratio

dirumuskan sebagai berikut:

Sex Ratio (SR) =

Page 75: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Keterangan :

SR = Rasio Jenis Kelamin

a = Jumlah Penduduk Laki-laki

b = Jumlah Penduduk Perempuan

Dengan rumus di atas dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin

penduduk di Kabupaten Pacitan sebagai berikut :

Sex Ratio (SR) =

= 93

Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex

Ratio 93, ini berarti bahwa untuk setiap 93 penduduk laki-laki sebanding

dengan 100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah

100, dapat menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut

kekurangan penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga

laki-laki untuk melaksanakan pembangunan.

2) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah juga dapat

dijadikan dasar untuk mengetahui potensi suatu daerah tentang

sumberdaya manusianya. Sumberdaya manusia yang berkualitas

merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu

pembangunan manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi.

Pendidikan atau pembangunan diakui secara luas sebagai unsur mendasar

dari pembangunan manusia. Dengan mengetahui tingkat pendidikan

Page 76: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

penduduk suatu masyarakat, dapat diketahui masalah sosial apa yang

harus dipecahkan serta aspek kehidupan apa yang harus dikembangkan.

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah

pengelompokan penduduk berdasarkan pendidikannya, baik mereka yang

belum sekolah maupun yang sudah lulus perguruan tinggi. Komposisi

penduduk menurut pendidikan digunakan untuk mengetahui tingkat

kesadaran penduduk terhadap dunia pendidikan. Pendidikan sangat

penting karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan diri seseorang,

dengan pendidikan dapat mendewasakan seseorang karena dengan

adanya pendidikan maka secara langsung akan menghadapi banyak

permasalahan baik di lingkungan maupun masalah yang diberikan oleh

pendidik.

Selain itu komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan juga

dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan di suatu daerah,

tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan status

sosial masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu

masyarakat maka secara langsung maupun tidak langsung akan

mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan bermasyarakat. Tingkat

pendidikan juga berhubungan dengan pemilihan jenis aktivitas di luar

sektor pertanian.

Berikut ini disajikan data komposisi penduduk menurut tingkat

pendidikan di Kabupaten Pacitan tahun 2011

Page 77: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pacitan Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang %

1 2 3 4 5 6

Tamat Akademi / PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak / Belum Tamat SD Tidak Sekolah

16.232 43.354 87880

180.487 140.079 90.522

2,91 7,76 15,73 32,31 25,07 16,20

Jumlah 558.644 100 Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010

B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui implementasi Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun

1990 di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kabupaten Pacitan yang berlokasi di

Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Arjosari. Implementasi Peraturan Pemerintah

dan Peraturan Menteri Kesehatan tersebut terkait dengan penggunaan air baku

PDAM dan air hasil olahan IPA PDAM yang ada di Kecamatan Pacitan dan

Kecamatan Arjosari.

Dari hasil wawancara dengan pihak PDAM diketahui bahwa penggunaan

air sungai sebagai air baku PDAM dikarenakan pasokan yang didapat dari air

tanah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, sehingga dicarikan

alternative lain yaitu penggunaan air sungai tersebut sebagai air bakunya.

Dipilihnya Sungai Grindulu karena sungai tersebut merupakan sungai yang paling

besar yang ada di Kabupaten Pacitan dan memiliki debit air yang banyak

meskipun saat kemarau debit air masih bias dimanfaatkan untuk diolah.

Page 78: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Penjelasan lain yang diperoleh dari hasil wawancara adalah air hasil

olahan yang dipasok kepada konsumen merupakan air bersih yang berarti apabila

akan digunakan untuk kebutuhan air minum haruslah dimasak terlebih dahulu.

Dipasoknya air bersih bukan air minum kepada konsumen dikarenakan system

pengolahan air yang ada memang tidak memungkinkan untuk memasok air

minum, Instalasi Pengolahan Air yang ada hanya mampu mengolaha air baku

menjadi air bersih.

Adapun komponen yang menyebabkan terimplementasikannya Peraturan

Pemerintah no 82 tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan no 416 tahun

1990 adalah sebagai berikut :

1. Komponen struktural

Yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh system hukum itu dengan

berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya system

tersebut. Adapun lembaga yang ikut berperan dalam pengoalahan dan

pemanfaatan air sungai di Kabupaten Pacitan adalah :

a. PDAM

b. Jasa Tirta

c. Kantor Ligkungan Hidup, dan;

d. Dinas Pengairan.

PDAM sebagai lembaga yang memanfaatkan air sungai sebagai air

baku. Air yang bersumber dari Sungai Grindulu nantinya akan dilakukan

pengolahan supaya memenuhi syarat baku mutu yang sudah ditetapkan.

Air hasil olahan tersebut nantinya akan disalurkan bagi konsumen PDAM.

Page 79: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Jasa Tirta, sebagai lembaga yang diantaranya mempunyai tugas

pokok dan fungsi menyediakan bahan baku air permukaan.

Kantor Lingkungan Hidup, sebagai lembaga daerah yang

diantaranya mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai pengawas

terhadap kelestarian Sumberdaya Air

Dinas Pengairan, sebagai lembaga daerah yang diantaranya tugas

pokok dan fungsinya mengelola air dengan peruntukan diluar air minum

dan air bersih yang sudah dikelola oleh PDAM. Namun, pada kondisi

tertentu Dinas Pengairan juga dapat membantu PDAM untuk menyediakan

ai minum dan air bersih.

2. Komponen Substantif

Yaitu sebagai out put dari system hukum, berupa peraturan-

peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh pihak yang

mengatur maupun pihak yang diatur. Peraturan Pemerintah no 82 tahun

2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan no 416 tahun 1990 secarasubstantif

di IPA PDAM Kabupaten Pacitan dapat dilihat sebagai berikut :

a. Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Kecamatan Pacitan

Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada di Kecamatan Pacitan

terletak di Desa Mentoro, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Lokasi

IPA berada di sebelah timur Sungai Grindulu yang dijadikan air baku,

yang berada pada 8°11'25.47"S dan 111° 7'53.17"T. Lokasi Sungai

Grindulu yang dijadikan air baku IPA berada pada koordinat

Page 80: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

8°11'23.31"S dan 111° 7'47.77"T. untuk lebih jelasnya lokasi IPA di

Kecamatan Pacitan dapat dilihat pada gambar itra berikut :

Gambar 7. Citra IPA yang ada di Kecamatan Pacitan

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui implementasi

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri

Kesehatan No. 416 Tahun 1990 menggunakan perbandingan antara

parameter hasil laoratorium yang diambil dari sampel air Sungai

Grindulu sebagai air baku dan air hasil pengolahan yang ada di IPA

Kecamatan Pacitan.

Page 81: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

1) Implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di IPA

Kecamatan Pacitan

Didalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwu mutu air

telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari :

a) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku

air minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu

air yang sama dengan kegiatan tersebut.

b) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarna/sarana rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar.

peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c) Kelas tiga, yang peruntukannya dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

d) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Sesuai dengan penjelasan tersebut jelas bahwa air yang

digunakan oleh IPA PDAM Kabupaten Pacitan harus memenuhi syarat

baku mutu kelas 1 yang peruntukannya digunakan sebagai air minum.

Dari hasil uji laboratorium diketahui banyak parameter air hasil uji

Page 82: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

sampel air Sungai Grindulu yang dijadikan air baku IPA PDAM

Kecamatan Pacitan melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan.

Parameter yang melampaui baku mutu tersebut baik berupa parameter

fisika, kimia dan mikrobiologi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel perbandingan parameter hasil uji sampel air Sungai Grindulu dan

syarat baku mutu air kelas 1 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001

tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air berikut :

Tabel 11. Perbandingan Daftar Parameter Kualitas Air Sungai Grindulu dan Baku Mutu Air Kelas 1 di IPA Kecamatan Pacitan

Parameter Satuan Hasil Uji Laboratorium

Baku Mutu Air Kelas 1

FISIKA Temperatur °C 25 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/L 80 1000 Residu Tersuspensi mg/L 315 50 KIMIA ANORGANIK pH 6,2 6-9 BOD mg/L 2,1 2 COD mg/L 8 10 DO mg/L 4,9 6 Total fosfat sebagai P mg/L 0,1977 0,2 NO3 sebagaiN mg/L 0,06 10 NH3-N mg/L Tak Terdeteksi 0,5 Arsen mg/L <0,0085 0,05 Kobalt mg/L <0,0102 0,2 Boron mg/L <0,0091 1 Selenium mg/L <0,0051 0,01 Cadmium mg/L <0,0012 0,01 Khrom (IV) mg/L <0,0014 0,05 Tembaga mg/L <0,0083 0,02 Besi (Fe) mg/L 0,5029 0,3 Timbale mg/L <0,0089 0,03 Mangan (Mn) mg/L <0,0442 1 Air Raksa mg/L - 0,001 Seng (Zn) mg/L 0,1419 0,05 Khlorida mg/L - 1 Sianida mg/L Tak Terdeteksi 0,02 Fluoride mg/L <0,03 0,5

Page 83: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Nitrit sebagai N mg/L 0,0121 0,06 Sulfat mg/L - 400 Khlorin bebas mg/L - 0,03 Belerang sebagai H2S mg/L - 0,002 MIKROBIOLOGI Fecal Coliform jml 100/ml 92.000 1000 Total Coliform jml 100/ml 92.000 100 KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak ug/l - 1000 Detergen sebagi MBAS ug/l - 200 Senyawa Fenol sebagai fenol

ug/l - 1

BHC ug/l <0,0052 1 Sumber : data primer 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 7 parameter

kualitas air Sungai Grindulu yang melebihi ambang baku mutu yang

telah ditetapkan sebagai air baku air minum. Parameter tersebut yang

melebihi ambang baku mutu adalah residu tersuspensi, BOD, DO, Seng

(Zn), Besi (Fe), Fecal Coliform dan Total Coliform.

Parameter residu tersuspensi hasil laboratorium menunjukkan

angka 315 mg/L dengan batas ambang baku mutu 50 mg/L. BOD juga

sedikit melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu 2 mg/L sedangkan

hasil uji menunjukkan nilai BOD 2,1 mg/L. syarat baku mutu DO yang

mengharuskan nilai DO 6 mg/L di tubuh air ternyata tidak dapat

dipenuhi karena kadar DO dari hasil uji menunjukkan jumlahnya hanya

4,9 mg/L yang berarti tidak memenuhi syarat baku mutu.

Parameter lain yang tidak memenuhi syarat baku mutu adalah

seng (Zn), besi (Fe), fecal coliform dan total coliform. Kadar seng (Zn)

dalam air Sungai Grindulu yang digunakan sebagai air baku IPA PDAM

Kecamatan Pacitan memiliki kadar 0,1419 mg/L melebihi syarat

Page 84: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

maksimal baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,5 mg/L. Kandungan besi

(Fe) yang ada di air Sungai Grindulu yang digunakan sebagai air baku

IPA yang ada di Kecamatan Pacitan juga melebihi baku mutu yang

ditetapkan, dengan nilai kandungannya 0,0529 mg/L dengan syarat baku

mutu 0,3 mg/L. Kadar fecal coliform dan total coliform pada air juga

melebihi baku mutu yang ditetapkan, nilai fecal coliform dan total

coliform dari hasil uji menunjukkan angka 92.000 dalam 100 ml dengan

syarat baku mutu fecal coliform 1000 dalam 100 ml dan baku mutu total

coliform adalah 100 dalam 100 ml.

Adanya baku mutu yang terlewati dalam penggunaan air Sungai

Grindulu sebagai air baku IPA PDAM Kecamatan Pacitan jelas

melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.

82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air . Hal

ini berarti di IPA PDAM Kecamatan Pacitan belum

mengimplementasikan peraturan pemerintah tersebut dengan baik sesuai

ketentuan yang telah ditetapkan. Perlu sekiranya dilakukan perbaikan

atau evaluasi terhadap penggunaan air baku yang berasal dari Sungai

Grindulu tersebut sebagai air baku air bersih yang digunakan di IPA

PDAM Kecamatan Pacitan.

Page 85: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

2) Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 di IPA

Kecamatan Pacitan

IPA yang dioperasikan di Kecamatan Pacitan merupakan

Instalasi Pengolahan Air yang menghasilkan air bersih. Definisi air

bersih berdasarkan Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990

adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Kualitas air yang disalurkan oleh IPA PDAM kepada masyarakat harus

memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi,

kimia, fisika dan radioaktif.

Untuk keperluan pengawasan kualitas air hasil olahan IPA

PDAM Kecamatan Pacitan dilakukan uji laboratorium terhadap kualitas

air hasil olahan tersebut. Dari pengamatan tabel di atas masih ada

parameter kualitas air yang melebihi baku mutu yang dipersyaratkan oleh

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun1990. Dari total 28

parameter yang diuji kualitasnya, diketahui ada 2 parameter yang

melebihi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu rasa dan mangan (Mn).

Untuk lebih jelasnya perbandingan baku mutu hasil uji laboratorium air

hasil olahan dan syarat baku mutu air bersih dapat dilihat pada tabel

berikut :

Page 86: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 12. Perbandingan Parameter Kualitas Air Bersih dan Baku Mutu Air Bersih di IPA Kecamatan Pacitan

No Parameter Satuan Hasil Uji Laboratorium

Baku Mutu Air Bersih

A. Fisika 1 Bau - Tak Berbau - 2 Jumlah zat padat

terlarut (TDS) mg/L 199 1000

3 Kekeruhan Skala NTU 1 5 4 Rasa - Berasa - 5 Suhu °C 25 Suhu udara ±3

°C 6 Warna Skala TCU Tak Terdeteksi 15

B. Kimia a. Kimia Anorganik

1 Air raksa mg/L - 0,001 2 Arsen mg/L <0,0085 0,05 3 Besi (Fe) mg/L <0,0189 1,0 4 Florida mg/L 0,03 1,5 5 Cadmium mg/L <0,0012 0,005 6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 111,10 500 7 Klorida mg/L 150 600 8 Kromium, valensi 6 mg/L <0,0014 0,05 9 Mangan (Mn) mg/L 0,6532 0,5 10 Nitrat, sebagai N mg/L 0,39 10 11 Nitrit, sebagai N mg/L 0,0008 1,0 12 pH - 6,5 6,5-7,5 13 Selenium mg/L <0,0051 0,01 14 Seng (Zn) mg/L 0,0158 15 15 Sianida mg/L Tak Terdeteksi 0,1 16 Sulfat mg/L 63 400 17 Timbale mg/L <0,0089 0,5 18 Perak mg/L <0,0048 0,05 19 Natrium mg/L 17 200

b. Kimia Organik 1 Detergent mg/L Tak Terdeteksi 0,5 2 Zat Organik (Kmn

04) mg/L 0,95 10

c. Mikrobiologi 1 Total Koliform Jml/100 ml <1,8 10

Sumber : data primer 2011

Page 87: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Berdasarkan hasil analisis tabel di atas dapat diketahui bahwa

ada dua parameter kualitas air olahan yang tidak sesuai dengan

persyaratan yang telah ditetapkan. Adapun parameter yang tidak

memenuhi syarat tersebut adalah rasa dan mangan (Mn). Persyaratan air

bersih yang ditetapkan adalah tidak berasa, sedangkan air bersih hasil

olahan yang kemudian disalurkan kepada masyarakat di IPA Kecamatan

Pacitan meiliki rasa yang berarti tidak sesuai dengan yang

dipersyaratkan. Selain berasa, air bersih hasil olahan juga mengandung

mangan (Mn) yang lebih banyak jika dibandingkan dengan syarat baku

mutu. Dari hasil uji laboratprium menunjukkan hasil bahwa kandungan

Mangan (Mn) dalam air bersih hasil olahan menunjukkan angka 0,6532

mg/L, sedangkan syarat baku mutu hanya memperbolehkan kandungan

Mangan (Mn) dalam air bersih maksimal adalah 0,5 mg/L.

Instalasi Pengolahan Air yang ada di Kecamatan Pacitan ini

sebetulnya sudah melakukan tugasnya dengan baik, namun perlu

meningkatkan kinerjanya agar semua persyaratan baku mutu air bersih

tersebut dapat terpenuhi. Beberapa parameter yang sebelumnya tidak

memenuhi persyaratan baku air minum, setelah dilakukan proses

pengolahan sehingga memenuhi syarat baku mutu air bersih. Parameter-

parameter yang sebelumnya tidak memenuhi syarat air baku air minum

yaitu residu tersuspensi, BOD, DO, Seng (Zn), Fecal Coliform dan Total

Coliform. Namun setelah mengalami proses pengolahan parameter-

parameter tersebut sudah memenuhi syarat baku mutu air bersih sesuai

Page 88: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

ketentuan yang ditetapkan. Hanya parameter rasa dan mangan (Mn) saja

yang masih belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Dilampauinya baku mutu air bersih yang dipersyaratkan dalam

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 oleh IPA PDAM

Kecamatan Pacitan mengindikasikan bahwa IPA PDAM di Kecamatan

Pacitan belum sepenuhnya mengimplementasikan Peraturan Menteri

Kesehatan tersebut. Hal ini menjadi catatan yang penting karena air

bersih yang dihasilkan di IPA Kecamatan Pacitan ini nantinya akan

disalurkan kepada masyarakat. Jika ada parameter kualitas air yang

dilampaui maka dikhawatirkan akan memberi dampak yang kurang baik

pada masyarakat.

b. Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Kecamatan Arjosari

Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada di Kecamatan Arjosari

terletak di Desa Arjosari, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan.

Lokasi IPA berada di sebelah timur Sungai Grindulu yang dijadikan air

baku, yang berada pada 8° 7'11.49"S dan 111° 8'57.39"T. Lokasi

Sungai Grindulu yang dijadikan air baku IPA berada pada koordina 8°

7'9.44"S dan 111° 8'50.74"T. Untuk lebih jelasnya lokasi IPA di

Kecamatan Arjosari dapat dilihat pada gambar citra berikut :

Page 89: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Gambar 8. Citra IPA yang ada di Kecamatan Arjosari

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui implementasi

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri

Kesehatan No. 416 Tahun 1990 menggunakan perbandingan antara

parameter hasil laoratorium yang diambil dari sampel air Sungai

Grindulu sebagai air baku dan air hasil pengolahan yang ada di IPA

Kecamatan Arjosari.

1) Implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di IPA

Kecamatan Arjosari

Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada di Kecamatan Arjosari

merupakan IPA yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Grindulu.

Dengan digunakannya air Sungai Grindulu sebagai sumber air baku

Page 90: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

haruslah diketahui dahulu tentang kualitas air yang akan digunakan

tersebut. Kualitas air yang digunakan tersebut harus memenuhi syarat

yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001

tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwu mutu air

diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari :

a) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku

air minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu

air yang sama dengan kegiatan tersebut.

b) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarna/sarana rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar.

peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c) Kelas tiga, yang peruntukannya dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

d) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Digunakannya air Sungai Grindulu sebagai air baku oleh IPA

PDAM yang ada di Kecamatan Arjosari, mengharuskan syarat parameter

Page 91: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

kualitas air yang digunakan tersebut sesuai dengan syarat peruntukan

kelas 1 yang tertulis dalam peraturan pemerintah tersebut. Oleh karena

itu, untuk mengetahui implementasi dari Peraturan Pemerintah No. 82

Tahun 2001 di IPA PDAM Kecamatan Arjosari, dilakukan pengambilan

sampel air baku yang berasal dari Sungai Grindulu sehingga nantinya

dapat diketahui parameter kualitas air baku tersebut.

Dari hasil uji laboratorium diketahui banyak parameter air hasil

uji sampel air Sungai Grindulu yang dijadikan air baku IPA PDAM

Kecamatan Arjosari melebihi ambang baku mutu yang sudah ditetapkan.

Parameter yang melampaui baku mutu tersebut baik berupa parameter

fisika, kimia dan mikrobiologi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel perbandingan parameter hasil uji sampel air Sungai Grindulu di

Kecamatan Arjosari dan syarat baku mutu air kelas 1 Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian

pencemaran air berikut :

Tabel 13. Perbandingan Daftar Parameter Kualitas Air Sungai Grindulu dan Baku Mutu Air Kelas 1 di IPA Kecamatan Arjosari

Parameter Satuan Hasil Uji Laboratorium

Baku Mutu Air Kelas 1

FISIKA Temperatur °C 25 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/L 51 1000 Residu Tersuspensi mg/L 199 50 KIMIA ANORGANIK pH 6,7 6-9 BOD mg/L 2,5 2 COD mg/L 8 10 DO mg/L 5,5 6 Total fosfat sebagai P mg/L 0,2385 0,2 NO3 sebagaiN mg/L 0,09 10 NH3-N mg/L 0,0030 0,5

Page 92: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Arsen mg/L <0,0085 0,05 Kobalt mg/L <0,0102 0,2 Boron mg/L <0,0091 1 Selenium mg/L <0,0051 0,01 Cadmium mg/L <0,0012 0,01 Khrom (IV) mg/L <0,0014 0,05 Tembaga mg/L <0,0083 0,02 Besi (Fe) mg/L 0,5377 0,3 Timbale mg/L <0,0089 0,03 Mangan (Mn) mg/L <0,2142 0,1 Air Raksa mg/L - 0,001 Seng (Zn) mg/L 0,2423 0,05 Khlorida mg/L - 1 Sianida mg/L Tak Terdeteksi 0,02 Fluoride mg/L <0,03 0,5 Nitrit sebagai N mg/L 0,0225 0,06 Sulfat mg/L - 400 Khlorin bebas mg/L - 0,03 Belerang sebagai H2S mg/L - 0,002 MIKROBIOLOGI Fecal Coliform jml 100/ml 54.000 1000 Total Coliform jml 100/ml 54.000 100 KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak ug/l - 1000 Detergen sebagi MBAS ug/l - 200 Senyawa Fenol sebagai fenol

ug/l - 1

BHC ug/l <0,0052 1 Sumber : data primer 2011

Berdasarkan perbandingan daftar parameter kualitas air Sungai

Grindulu dan baku mutu air kelas 1 di IPA Kecamatan Arjosari diketahui

bahwa masih banyak parameter kualitas air yang digunakan melampaui

baku mutu yang telah ditetapkan. Ada 9 parameter kualitas air dari total

35 parameter kualitas air yang dilampaui baku mutunya, yaitu residu

tersuspensi, BOD, DO, total fosfat sebagai P, besi (Fe), mangan (Mn),

seng (Zn), fecal coliform dan total coliform. Parameter kualitas air

Page 93: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

tersebut termasuk dalam jenis parameter fisika, kimia anorganik dan

mikrobiologi.

Parameter fisika yang berupa residu tersuspensi berdasarkan

hasil uji laboratorium menunjukkan nilai 199 mg/L dengan batas baku

mutu yang dijinkan adalah 50 mg/L, jelas angka ini jauh melebihi baku

mutu yang ditetapkan, hamper empat kali lipat nilai kandungan residu

tersuspensi dari batas maksimal yang ada di air. Parameter Kimia

Anorganik yang melebihi baku mutu antara lain BOD, DO, total fosfat

sebagai P, besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn) . Kandungan BOD didalam

air juga melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan yaitu 2,5 mg/L yang

didapat dari hasil uji laboratorium terhadap sampel air Sungai Grindulu,

sedangkan kandungan maksimal BOD dalam air adalah 2 mg/L. Begitu

pula dengan DO yang ada didalam air, berdasarkan hasil uji laboratorium

diketahui bahwa nilao DO dalam air adalah 5,5 mg/L dengan batas

minimal DO yang ada didalam air adalah 6 mg/L.

Parameter kimia anorganik lain yang melebihi baku mutu adalah

total fosfat sebagai P yang memiliki baku mutu 0,2 mg/L, dari hasil

pengujian dilaboratorium terhadap sampel air Sungai Grindulu

menunjukkan kandungan total fosfat sebagai P didalam air mencapai

0,2385 mg/L yang berarti melebihi baku mutu yang ditetapkan.

Kandungan besi (Fe) di dalam air Sungai Grindulu juga melampaui baku

mutu yang ditetapkan yaitu 0,3 mg/L. dari hasil uji laboratorium didapat

hasil kandungan besi (Fe) dalam air Sungai Grindulu adalah 0,5377 mg/L

Page 94: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

atau hamper dua kali lipat dari kandungan besi (Fe) yang diijinkan

didalam air sungai yang dijadikan air baku air minum.

Mangan (Mn) merupakan salah satu parameter kimia anorganik

yang terkandung di air Sungai Grindulu yang jumlahnya melebihi baku

mutu yang ditetapkan. Kandungan mangan (Mn) yang diperbolehkan

terkandung dalam air baku air minum adalah 0,1 mg/L sedangkan

kandungannya didalam air Sungai Grindulu berdasarkan hasil uji

laboratorium adalah <0,2 mg/L. Kandungan seng (Zn) berdasarkan hasil

uji laboratorium dalam air sampel yang diambil dari Sungai Grindulu

menunjukkan angka 0,2423 mg/L, jauh melebihi baku mutu yang

ditetapkan yaitu 0,05 mg/L.

Parameter mikrobiologi yang terdiri dari fecal coliform dan total

coliform berdasarkan hasil uji laboratorium jauh melebihi baku mutu

yang ditetapkan. Baku mutu bagi fecal coliform adalah 1000 dalam

100/ml dan total coliform adalah 100 dalam 100/ml. hasil uji

laboratorium menunjukkan kandunan fecal coliform dan total coliform

yang ada di Sungai Grindulu yang digunakan sebagai air baku IPA

Kecamatan Arjosari mencapai 54.000 dalam 100/ml. Hal ini jelas

menunjukkan sangat dilampauinya baku mutu yang telah ditetapkan bagi

parameter fecal coliform dan total coliform.

Adanya baku mutu yang terlewati dalam penggunaan air Sungai

Grindulu sebagai air baku IPA PDAM Kecamatan Arjosari jelas

melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82

Page 95: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air . Hal ini

berarti di IPA PDAM Kecamatan Arjosari belum sepenuhnya

mengimplementasikan peraturan pemerintah tersebut dengan baik sesuai

ketentuan yang telah ditetapkan. Perlu sekiranya dilakukan perbaikan

atau evaluasi terhadap penggunaan air baku yang berasal dari Sungai

Grindulu sebagai air baku air bersih yang digunakan di IPA PDAM

Kecamatan Arjosari.

2) Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 di

IPA Kecamatan Arjosari

Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berada di Kecamatan

Arjosari merupakan IPA yang menghasilkan air bersih yang kemudian

disalurkan kepada pelanggan PDAM yang masuk dalam wilayah

pelayanan IPA Kecamatan Arjosari. Definisi air bersih berdasarkan

Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990 adalah air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Dari definisi di atas jelas bahwa air yang dihasilkan oleh IPA

Kecamatan Arjosari tersebut dapat digunakan untuk minum bagi

masyarakat namun sebelum menggunakannya haruslah dimasak terlebih

dahulu. Dalam Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990 diatur

pula ketentuan mengenai baku mutu dari tiap parameter kualitas air yang

meliputi parameter mikrobiologi, kimia, fisika dan radioaktif.

Page 96: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dari pengamatan terhadap tabel hasil uji laboratorium terhadap

air hasil aolahan IPA PDAM yang ada di Kecamatan Arjosari diketahui

bahwa dari 28 parameter yang diuji dan dipersyaratkan dalam Peraturan

menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990 mengenai batas maksimal atau

baku mutu semua parameternya berada di bawah baku mutu yang

ditetapkan. Dari 28 parameter fisika dan kimia yang diuji tersebut tidak

ada satupun parameter yang melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk

lebih jelasnya perbandingan baku mutu hasil uji laboratorium air hasil

olahan IPA Kecamatan Arjosari dan syarat baku mutu air bersih dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14. Perbandingan Parameter Kualitas Air Bersih dan Baku Mutu Air Bersih di IPA Kecamatan Arjosari

No Parameter Satuan Hasil Uji Laboratorium

Baku Mutu Air Bersih

A. Fisika 1 Bau - Tak Berbau - 2 Jumlah zat padat

terlarut (TDS) mg/L 120 1000

3 Kekeruhan Skala NTU 3 5 4 Rasa - Tak Berasa - 5 Suhu °C 25 Suhu udara ±3

°C 6 Warna Skala TCU Tak Terdeteksi 15

B. Kimia a. Kimia Anrganik

1 Air raksa mg/L - 0,001 2 Arsen mg/L <0,0085 0,05 3 Besi mg/L <0,0189 1,0 4 Florida mg/L 0,03 1,5 5 Cadmium mg/L <0,0012 0,005 6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 66,16 500 7 Klorida mg/L 40 600 8 Kromium, valensi 6 mg/L <0,0014 0,05 9 Mangan mg/L 0,0644 0,5 10 Nitrat, sebagai N mg/L 0,51 10

Page 97: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

11 Nitrit, sebagai N mg/L 0,0018 1,0 12 pH - 6,7 6,5-7,5 13 Selenium mg/L <0,0051 0,01 14 Seng mg/L 0,2793 15 15 Sianida mg/L Tak Terdeteksi 0,1 16 Sulfat mg/L 40 400 17 Timbale mg/L <0,0089 0,5 18 Perak mg/L <0,0048 0,05 19 Natrium mg/L 1 200

b. Kimia Organik 1 Detergent mg/L Tak Terdeteksi 0,5 2 Zat Organik (Kmn

04) mg/L 1,26 10

c. Mikrobiologi 1 Total Koliform Jml/100 ml <1,8 10

Sumber : data primer 2011

Berdasarkan hasil analisis terhadap tabel di atas diketahui bahwa

semua parameter yang diuji dari sampel air hasil olahan di IPA

Kecamatan Arjosari memenuhi syarat air bersih yang ditetapkan oleh

Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990. Hal ini

mengindikasikan bahwa IPA yang ada di Kecamatan Arjosari telah

melakukan kegiatan pengolahan air dengan sangat baik, terbukti dengan

tidak adanya parameter kualitas air yang melebihi baku mutu.

Keberhasilan Instalasi Pengolahan Air yang ada di Kecamatan

Arjosari dalam mengolah air baku yang berasal dari Sungai Grindulu

menjadi air bersih yang siap digunakan warga patut diberi apresiasi yang

tinggi. Alasannya adalah penggunaan air baku yang berasal dari Sungai

Grindulu yang parameternya banyak melebihi baku mutu air minum yang

ditetapkan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 namun berhasil diolah

menjadi air bersih yang memenuhi syarat air bersih berdasarkan

Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990.

Page 98: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Dengan tidak adanya baku mutu yang dilampaui oleh parameter

yang diuji di laboratorium menunjukkan IPA PDAM yang ada di

Kecamatan Arjosari sudah memenuhi ketentuan dan ketetapan yang

diatur dalam Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990. Hal ini

berarti bahwa IPA PDAM yang ada di Kecamatan Arjosari sudah

mengimplementasikan Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990

dengan sangat baik, dibukikan dengan tidak adanya parameter kualitas ai

bersih yang melebihi baku mutu.

3. Komponen kultural

Yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi

bekerjanya hukum. Mayoritas masyarakat yang ada di Kecamatan Pacitan

dan Kecamatan Arjosari memanfaatkan air PDAM sebagai air yang

digunakan untuk pemenuhan kebutuhannya. Alasan digunakannya air

PDAM sebagai air utama adalah air tanah yang sulit didapat di Kecamatan

Pacitan dan Arjosari, dikarenakan topografi yang kebanyakan adalah

daerah karst.

Pengguna air PDAM bukan hanya dari rumah tangga saja, namun

industri dan kantor yang ada di Kecamatan Pacitan dan Arjosari juga

menggunakan air yang disalurkan oleh PDAM. Dari gambaran tersebut

dapat diketahui betapa pentingnya keberadaan PDAM sebagai lembaga

yang menyalurkan air bersih kepada masyarakat sehingga harus tetap

menjaga kualitas air baku maupun air yang akan disalurkannya nanti.

Page 99: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Dari hasil wawancara dengan 40 warga masing-masing 20 dari

Kecamatan Pacitan dan Arjosari dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Masyarakat paham akan pentingnya menjaga kelestarian air Sungai

Grindulu yang dijadikan air baku PDAM.

b. Masyarakat dapat menerima penggunaan air Sungai Grindulu yang

dijadikan sebagai air baku PDAM, dengan alasan nantinya akan

dilakukan pengolahan sebelum disalurkan pada masyarakat sebagai

konsumen.

c. Masyarakat dapat menerima air bersih yang disalurkan oleh PDAM

meskipun tidak mengetahui secara pasti parameter kualitas air yang

disalurkan tersebut mereka menganggap air yang disalurkan tersebut

sudah layak digunakan karena berdasarkan pengalaman selama ini tidak

ada permasalahan terhadap air yang mereka gunakan tersebut.

d. Masyarakat tetap mengharapkan kualitas air yang disalurkan adalah air

dalam kondisi baik dan PDAM dapat terus meningkatkan kualitas air

yang mereka salurkan tersebut.

Page 100: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data hasil uji laboratorium dan dibandingkan

dengan parameter kualitas air berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun

2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 secara rinci pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di Sungai Grindulu

Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM secara substantif

belum diterapkan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan dilampauinya baku

mutu yang ditetapkan, yaitu parameter residu tersuspensi, BOD, DO, Seng

(Zn), Besi (Fe), Fecal Coliform dan Total Coliform pada IPA Kecamatan

Pacitan dan residu tersuspensi, BOD, DO, total fosfat sebagai P, besi (Fe),

mangan (Mn), seng (Zn), fecal coliform dan total coliform pada IPA

Kecamatan Arjosari.

2. Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 di Instalasi

Pengelolaan Air (IPA) PDAM Kabupaten Pacitan Tahun 2011 secara

substantif belum sepenuhnya dijalankan dengan baik. Hal ini dibuktikan

dengan masih adanya parameter yang dilampaui baku mutunya di IPA

Kecamatan Pacitan yaitu rasa dan mangan (Mn), namun pada IPA Kecamatan

Arjosari tidak ada parameter yang dilampaui bakumutunya.

Page 101: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

B. Saran

Dengan hasil penelitian yang diperoleh ini, maka saran-saran yang

dikemukakan adalah :

1. Perlu dikaji ulang penggunaan air Sungai Grindulu sebagai ai baku IPA

PDAM yang ada di Kabupaten Pacitan karena secara umum kondisi air

sungai tersebut banyak parameternya yang melebihi baku mutu yang

ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.

2. Perlu dilakukan peningkatan kinerja pada IPA Kecamatan Pacitan guna

memenuhi syarat air bersih yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 416 Tahun 1990, serta dipertahankannya kinerja yang sudah baik di IPA

Kecamatan Arjosari dan bila mungkin ditingkatkan menkadi lebih baik lagi.

3. Diberlakukannya sistem Reward and Punishment oleh Dinas Pengairan bagi

siapa saja yang menjaga air Sungai Grindulu agar tetap dalam kondisi baik.

4. Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Pacitan harus lebih

mempertegas dan memperketat pemberian izin usaha utamanya yang berada

disekitar sungai Grindulu.

5. Dilakukan penyuluhan oleh Jasa Tirta dan kerjasama dengan orang yang

dianggap penting dalam daerah agar bersama-sama menjaga kelestarian

sungai Grindulu.

Page 102: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Andi Yogyakarta.

Amsyari, F. 1986. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan.

Ghalia Indonesia, Surabaya.

Anonim, 1990. PROKASIH (Program Kali Bersih). Kantor Menteri

Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Budiastuti, Sri. 2010. Ekologi Umum : Teori Dasar Pengelolaan

Lingkungan : Surakarta : UNS Press

Compact. 1999. Water The Vital Source. Wylie, Texas. P: 21 – 31.

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Universitas

Indonesia Press.

Dokumen SLHD. 2010. Dokumen SLHD Kabupaten Pacitan Tahun 2010 .

Pacitan

Goldman, C.R. and A.J. Horne. 1983. Limnology. McGraw-Hill. Inc. New

York.

Irianto, E.W. dan Machbub. 2007. Fenomena Hubungan Debit Air dan

Kadar Zat Pencemar Dalam Air Sungai .

Kaurish, F.W. and Yournos, T. 2007. Developing a Standartized Water

Quality Index for Evaluating Surface Water Quality. Journal of

The American Water Resources Association.

Mardalis. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Moleong, L.J. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : P.T Remaja

Rosclakarya.

Mulyana, Deddy, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Page 103: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Rahman, H.A. 2007. Suatu Tinjauan Terhadap Isu Pencemaran Sungai di

Malaysia. Universitas Sains Malaysia.

Resosudarmo, I.A.P. 2007. Pengembangan Wilayah Dalam Hal

Perbaikan Kualitas Air Sungai. Peneliti Center For International

Forestry Research.

Sastrawijaya, AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta.

Setyono, Prabang. 2008. Cakrawala Memahami Lingkungan. Surakarta : UNS

Press

Soemarwoto, O., 1989. Ekologi, Lingkungan dan Pembangunan.

Djembatan. Jakarta.

Soemarwoto, O. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah

Industri. Rajawali Jakarta.

Soemarwoto, O., 1976. Analisis Dampak Lingkungan Hidup. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Solichin Abdul Wahab. 1997. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke

Negara. Jakarta : Bumi Aksara

Suratmo, FG. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. University

Press Gajah Mada. Yogyakarta.

Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi

Yogyakarta.

Susilo, Y. 2003. Menuju Keselarasan Lingkungan. Averroes Press.

Tandjung, S.D. 2003. I lmu Lingkungan. Bahan Kuliah S2. Fakultas

Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Tandjung, S.D. 1991. Konservasi Sumber Daya Alam. Bahan Kuliah S2.

Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Tika, Moch Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi . Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Page 104: IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Whardhana, WA. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi

Yogyakarta.

Wibowo, Singgih Tri. 2010. Evaluasi Pengolahan Air Minum Pada Instalasi

Pengolahan Air (IPA) Jurug Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Kota

Surakarta Tahun 2009. Tesis. Surakarta : Pascasarjana Ilmu Lingkungan

UNS.

PERUNDANG-UNDANGAN

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Pedoman

Penentuan Status Mutu Air. Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Pengelolaan kualitas Air

Dan Pengendalian Pencemaran Air. Presiden Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan . 1990. Syarat-Syarat Dan Pengawasan

Kualitas Air. Menteri Kesehatan

Undang –Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

INTERNET

http://ridha-zulfajri.blogspot.com/2010/01/asas-lingkungan-hidup.html diakses

tanggal 23 April 2011