IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...
-
Upload
nguyennhan -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001
DAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN No. 416 TAHUN 1990
DI INSTALASI PENGELOLAAN AIR PDAM
KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Mencapai Magister Program Studi Ilmu Lingkungan
Oleh :
MS KHABIBUR RAHMAN NIM. A130809010
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
MS KHABIBUR RAHMAN, A130809010, IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH No. 82 TAHUN 2001 DAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN No. 416 TAHUN 1990 DI INSTALASI PENGELOLAAN AIR PDAM KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011. Tesis : Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di Sungai Grindulu Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM secara substantif., (2) Mengetahui implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 di Sungai Grindulu Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM secara substantif. Jenis penelitian ini adalah hukum sosiologis empiris dan jika dilihat dari sifatnya termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berasal dari data primer yang berupa sample air Sungai Grindulu dan air hasil olahan IPA serta data sekundernya berupa peraturan perundang-undangan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan uji laboratuorium terhadap sample air. Teknik analisis data adalah dengan membandingkan parameter hasil uji laboratorium dari sample air dengan parameter syarat sesuai PP No. 82 Tahun 2001 dan PERMENKES No. 416 Tahun 1990. Hasil penelitian : (1) implementasi PP No. 82 Tahun 2001 di IPA Kabupaten Pacitan belum diterapkan dengan baik dibuktikan dengan dilampaunya baku mutu residu tersuspensi, BOD, DO, Seng (Zn), Besi (Fe), Fecal Coliform dan Total Coliform, fosfat sebagai P, Mangan (Mn). (2) implementasi PERMENKES No.416 Tahun 1990 sudah diterapkan dengan baik, namun masih ada pelanggaran di IPA Kecamatan Pacitan yaitu dilaluinya syarat rasa dan Mangan (Mn). Berdasarkan hasil tersebut perlu dikaji ulang penggunaan air Sungai Grindulu sebagai air baku IPA PDAM yang ada di Kabupaten Pacitan, perlu dilakukan peningkatan kinerja pada IPA Kecamatan Pacitan guna memenuhi syarat air bersih yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990, perlunya pengawasan yang rutin dan berkala dalam penggunaan air Sungai Grindulu dan terhadap air bersih hasil olahan IPA PDAM Kabupaten Pacitan agar kualitas air dari seluruh parameter tetap terjaga baik, dan perlu dibuat peraturan perundangan yang mengawsi dengan ketat tata cara pembuangan limbah yang akan dibuang ke suangai sehingga tidak mencemari sungai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT MS KHABIBUR RAHMAN, A130809010, THE IMPLEMENTATION OF GOVERNMENT REGULATION NO.82 OF 2001 AND THE HEALTH MINISTER’S REGULATION NO. 416 OF 1990 IN WATER PROCESSING INSTALLATION OF PACITAN REGENCY’S PDAM IN 2011. Thesis: Postgraduate Program of Environmental Science Study Program of Surakarta Sebelas Maret University. The objectives of research are (1) to find out substantively the implementation of Government Regulation No.82 of 2001 in Grindulu River of Pacitan Regency in 2011 as the basic material of PDAM, and (2) to find out the implementation of Health Minister’s Regulation No. 416 of 1990 in Grindulu River of Pacitan Regency in 2011 as the basic material of PDAM. This study belongs to an empirical sociology law and viewed from its nature, it belongs to a descriptive qualitative research. The data source derived from the primary data constituting the sample of Grindulu River’s water and the processed water of IPA, and the secondary data constituting the legislations. Techniques of collecting data were interview, observation, documentation and laboratory test on the water sample. Technique of analyzing data was the comparison of laboratory test result parameter from the water sample and the conditions parameter corresponding to the Government Regulation No.82 of 2001 and Health Minister’s Regulation No. 416 of 1990. The result of research shows that: (1) the implementation of Government Regulation No.82 of 2001 in IPA of Pacitan Regency has not been applied well; it can be seen from the achievement of standard quality including suspended residual, BOD, DO, Zinc (Zn), Iron (Fe), Fecal Coliform and Total Coliform, phosphate as P, Manganese (Mn). (2) The implementation of Health Minister’s Regulation No. 416 of 1990 has been applied well but there are still violation in IPA of Pacitan Sub District that set aside the conditions of taste and Mangan (Mn). Based on the findings, there should be review on the use of Grindulu River’s water as the basic material of PDAM IPA existing in Pacitan Regency. There should be an improved performance of IPA in Pacitan Sub District to meet the clean water conditions consistent with the Health Minister’s Regulation No. 416 of 1990. There should be routinely and periodically supervision on the use of Grindulu River’s water and on the clean water as a processed product of IPA of Pacitan Regency’s PDAM in order that the quality of water is kept well for all parameters, and a legislation monitoring closely the procedure of waste disposal to the river should be made so that it will not pollute the river.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Lihatlah apa yang disampaikan, jangan melihat siapa yang menyampaikan
( Anonim ).
Allah memberikan apa yang terbaik buat kita, bukan yang kita inginkan.
( Penulis )
“... dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
(QS. Al Mujaadilah :11)
PERSEMBAHAN :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Karya ini dipersembahkan,
Kepada :
1. Umi dan Ayah
2. Mas Arif dan Dik Luqman
3. Seseorang yang diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiriku
4. Almamaterku
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan
dengan lancar.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini diucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Prof. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret.
2. Dr. Prabang Setyono, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
3. Prof. Dr. Adi Sulistyono, MH selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan.
4. Dr. I Gusti Ayu KRH, MM selaku Pembimbing II yang dengan sabar
membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan pemikiran
penulis.
5. Prof. Dr Sri Budiastuti, M.Si selaku pembimbing akaedimk yang banyak
memotivasi, sharing, semangat dan dorongan bagi penulis.
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Lingkungan yang telah memberikan
ilmu selama menempuh studi.
7. Drs. Partoso Hadi, M.Si yang telah banyak memberikan masukan dan
arahan serta semangat kepada penulis.
8. Keluarga Bapak Wahyono dan Bapak Suwondo yang bersedia menerima
dan membantu penulis selama penelitian dari awal hingga akhir,
terimaksih banyak.
9. Teman-teman satu perjuangan di Program Studi Ilmu Lingkungan : Pak
Yoni, Pak Wahyono, Pak Wondo, Andhika Bayu, Mas Narno, Bu
Handayani, Bu Indriati, Pak Gunawan, Pak Edy, Pak Rusdiansjah, Hendrik
Boby, Dian Kreshna, Sylvia Pulot, Sacksy Vilayhak, Pak Haruddin, Mas
Budi, dan Pak Arif, tetap jaga semangat dan kekompakan angkatan 2009.
10. Adik-adik yang penulis sayangi di kost Carita : Talitha Rahmawati, Ary
Wijayanti, Chandra P.H, Lily Pulian, Resmi Ageng, I Love You All Sister.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Tetap semangat meraih cita-cita kalian. Sahabat penulis : Zainul
Muttaqien, jangan menyerah raihlah cita-citamu.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penulis menempuh
pendidikan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih semua.
Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini, maka
dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
MS KHABIBUR RAHMAN
DAFTAR ISI
Hal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... I HALAMAN PENGESAHAN ……………….…………………............... ii HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………… iii ABSTRAK ……………………………………………………………….. iv HALAMAN MOTTO…………………………………………………...... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. vii KATA PENGANTAR …………………………………………………… viii DAFTAR ISI ……………………………………………………………... x DAFTAR TABEL ...……………………………………………............... xii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………….............. 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………………. 3 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 4 D. Manfaat Penelitian …………………………………………………... 4
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Ekologi …………….………………………………………………2. Asas Lingkungan …………………………………………………. 3. Implementasi Hukum ….…………………………………………. 4. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 ……………………… 5. Pengertian Dasar Pencemaran Air ………………………………. 6. Indikator pencemaran air…………………………………………. 7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 ……………… 8. Sungai Grindulu…………………………………………………… 9. Pemanfaatan Air Sungai sebagai Sumber Air ……………………. 10. Instalasi Pengolahan Air (IPA) ………………………………….
5 8 17 21 26 27 29 31 34 35
B. Kerangka Berfikir …………………………………………................ 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……………………………………………………….B. Tempat dan Waktu ………………………………………………….. C. Sumber Data…………………………………………………………..D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………........ E. Sampling ……………………………………………………...……... F. Teknik Analisis Data………………………………………………… G. Prosedur Penelitian …………………………………………………..
41 43 44 44 46 50 50
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian …………………………………………. B. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………………
1. Komponen Struktural ............................................................... 2. Komponen Substantif ...............................................................3. Komponen Kultural .................................................................
53 66 65 66 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………….. B. Saran …………………………………………………………………
87 88
DAFTAR PUSTAKA 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Lampiran …………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR
Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Gambar 1. Hubungan antara komponen Abitotik, Biotik dan Sosial-Budaya……………………………………………………………………
7
Gambar 2. Diagaram Komponen Unit Paket IPA……………………… 36 Gambar 3. Diagram Komponen Unit IPA Mount Staem ustralia ……… 36 Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Berfikir Penelitian ………………….. 40 Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian ........................ ……………………….. 55 Gambar 6. Citra IPA Yang Ada Di Kecamatan Pacitan ………………… 67 Gambar 7. Citra IPA Yang Ada Di Kecamatan Arjosari ………………… 76
DAFTAR TABEL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Hal Tabel 1. Daftar Parameter Kualitas Air Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 23
Tabel 2. Daftar Persuaratan Kualitas Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990
30
Tabel 3. Jadwal Penelitian 43 Tabel 4. Luas Kecamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 2011 53 Tabel 5. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Kabupaten Pacitan 57 Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk 58 Tabel 7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pacitan Tahun 2011 59 Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Pacitan Tahun 2011 60
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pacitan tahun 2011
61
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pacitan Tahun 2011
64
Tabel 11. Perbandingan Daftar Parameter Kualitas Air Sungai Grindulu dan Baku Mutu Air Kelas 1 di IPA Kecamatan Pacitan
69
Tabel 12. Perbandingan Parameter Kualitas Air Bersih dan Baku Mutu Air Bersih di IPA Kecamatan Pacitan
73
Tabel 13. Perbandingan Daftar Parameter Kualitas Air Sungai Grindulu dan Baku Mutu Air Kelas 1 di IPA Kecamatan Arjosari
78
Tabel 14. Perbandingan Parameter Kualitas Air Bersih dan Baku Mutu Air Bersih di IPA Kecamatan Arjosari
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dampak pembangunan yang berkembang dengan pesat menimbulkan efek
terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup. Untuk menyikapi permasalahan
ini setiap gerak dan langkah pelaksanaan program kegiatan pembangunan harus
mengacu pada konsep pembangunan berwawasan lingkungan. Penyebab
menurunnya kondisi lingkungan antara lain penebangan hutan yang tidak
diimbangi dengan kegiatan reboisasi atau penanaman kembali, penggalian
tambang yang tidak diikuti proses pemulihan dan pertumbuhan penduduk yang
tinggi diikuti dengan semakin padatnya permukiman penuduk, yang pada
akhirnya akan menimbulkan masalah berupa permukiman kumuh di berbagai
tempat, serta meningkatnya kebutuhan air bersih jika tidak ditangani secara
komprehensif dan professional akan menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
Berbagai upaya telah dilakukan melalui penetapan perundangan dari pusat
hingga daerah, dilakukannya kegiatan pengawasan, pengelolaan, pembinaan,
pemantauan, dan pemeriksaan kualitas buangan limbah cair industri dari inlet dan
outlet sebelum dibuang ke badan air penerima. Akan tetapi hingga saat ini
hasilnya belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Kondisi yang demikian
ini semakin diperparah dengan adanya limbah rumah tangga yang semakin hari
semakin meningkat dan sulit dikendalikan. Pada akhirnya kondisi lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perairan menjadi rusak sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Hampir setiap sungai yang dulu kondisinya baik, sekarang menjadi keruh, berbau
dan kotor serta biota perairan tidak dapat hidup, dengan pencemaran lingkungan
semakin hari semakin menyebar luas. Hal ini harus segera dihentikan agar
kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga.
Undang-undang yang berkaitan dengan lingkungan terus mengalami
perkembangan dengan harapan aturan perundangan yang baru lebih ketat
mengatur semua hal yang berkaitan dengan lingkungan. Hingga undang-undang
yeng terbaru yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Selain undang-undang ada pula
peraturan lain yang dibuat dengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan,
misalnya Peraturan Menteri, Peraturan Pemerintah, hingga Peraturan Daerah.
Salah satu Peraturan Pemerintah yang bertujuan menjaga kelestarian air tertuang
dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Terkait dengan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air, di Kabupaten Pacitan mengalir Sungai
Grindulu yang mempunyai panjang lebih 67,15 Km dengan kedalaman 10 meter.
Sungai Grindulu memiliki lebar permukaan 77 meter dan lebar dasar 63 meter
dengan debit maksimal 1926,15 m³/detik dan debit minimalnya 0,41 m³/detik.
Kecenderungan kualitas air Sungai Grindulu mengalami penurunan sangat
dimungkinkan, mengingat dibagian tengah Sungai Grindulu terdapat beberapa
kegiatan usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran, serta terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
permukiman yang melakukan kegiatan pembuangan limbah domestiknya ke
sungai tersebut.
Keberadaan Sungai Grindulu yang menjadi salah satu sumber air baku
PDAM Kabupaten Pacitan mengharuskan kualitas Sungai Grindulu tetap terjaga
dan dalam kondisi baik. Kontrol terhadap kualitas air harus dilakukan secara terus
menerus sehingga jika terjadi perubahan atau penurunan kualitas air dapat segera
diketahui dan dicari penyebabnya sehingga dapat segera dicari solusi yang paling
tepat guna mengembalikan kualitas air sungai tersebut. Diharapkan dengan
mengetahui kualitas air yang digunakan sebagai air baku di PDAM Kabupaten
Pacitan, akan menjamin kualitas air yang akan sampai kepada masyarakat yang
berupa air bersih dengan indikator parameter kualitas air tidak melampaui ambang
baku mutu yang ditetapkan melalui PERMENKES No. 416 Tahun 1990 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka didapat
perumusan masalah :
1. Bagaimana implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di Sungai
Grindulu Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM secara
substantif ?
2. Bagaimana Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990
di Instalasi Pengelolaan Air (IPA) PDAM Kabupaten Pacitan Tahun 2011
secara substantif?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui
tujuan dari penelitian sebagai berikut :
1. Mengetahui implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di
Sungai Grindulu Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM
secara substantif.
2. Mengetahui Bagaimana Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416
Tahun 1990 di Instalasi Pengelolaan Air (IPA) PDAM Kabupaten Pacitan
Tahun 2011 secara substantif.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah sumbangan pemikiran
secara ilmiah bagi Ilmu Hukum Lingkungan, khususnya penerapan PP No. 82
Tahun 2001 serta mengetahui penerapan PERMENKES No. 416 Tahun 1990
sehingga pihak-pihak yang terkait mampu menerapkan peraturan tersebut
dengan bijak.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan bagi PDAM Kabupaten Pacitan dalam
menggunakan air Sungai Grindulu sebagai air baku PDAM dan sebagai
indikator perlindungan konsumen terhadap air bersih yang disalurkan oleh
PDAM Kabupaten Pacitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya" (Ralph & Mildred, 1970). Menyimak
definisi mengenai Ekologi tersebut di atas, maka terlihat bahwa Ekologi
ini menyangkut semua makhluk hidup yang meliputi manusia, tumbuhan
maupun binatang, air, tanah, udara dan lain-lainnya. Inti permasalahan
lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia,
dengan lingkungan hidupnya. Oleh karena itu permasalahan lingkungan
hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi (Soemarwoto, 1997).
Soemarwoto, (1997) mengatakan, bahwa dalam pengelolaan
lingkungan pandangan umumnya bersifat antroposentris, yaitu melihat
permasalahan dari sudut kepentingan manusia. Walaupun tumbuhan, hewan,
dan unsur tak hidup diperhatikan, namun perhatian itu secara eksplisit atau
implisit dihubungkan dengan kepentingan manusia. Oleh karena itu,
walaupun ekologi penting, namun bukanlah satu-satunya masukan untuk
mengambil keputusan dalam permasalahan lingkungan hidup, melainkan
hanyalah salah satu masukan saja. Masukan lainnya ialah abiotik, biotik,
dan sosio-kultural (ekonomi, teknologi, dan sosial budaya).
Ekologi adalah salah satu komponen dalam sistem pengelolaan
lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama dengan komponen lain untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
mendapatkan keputusan yang seimbang. Dalam usaha untuk mengubah
keseimbangan lingkungan yang ada pada mutu lingkungan yang rendah ke
keseimbangan lingkungan baru pada tingkat mutu lingkungan yang tinggi
diusahakan agar lingkungan tetap dapat mendukung mutu hidup yang lebih
tinggi itu. Dengan demikian jelaslah yang dilestarikan bukanlah keserasian
dan keseimbangan lingkungan, melainkan kita ingin melestarikan daya
dukung lingkungan yang dapat menopang secara terlanjutkan pertumbuhan
dan perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan. Daya dukung
lingkungan berkelanjutan ditentukan oleh banyak faktor baik faktor Abiotik,
biotik maupun sosio-kultural. Ketiga kelompok faktor ini saling
mempengaruhi.
Ekosistem adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen biotik,
dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga pertukaran zat antara kedua
komponen tersebut (Moss, 1980). Komponen biotik berupa organisme hidup
seperti tumbuhan dan binatang, baik yang berukuran besar maupun renik.
Sedangkan komponen abiotik merupakan benda mati seperti air, tanah,
udara, mineral dan sebagainya. Tandjung (2003) menyebutkan komponen
lingkungan hidup (environment) disusun oleh 3 komponen atau A, B, C
environment, yaitu :
a. A-Abiotic environmental atau lingkungan fisik yang terdiri dari unsur-
unsur air, udara, lahan, dan energi serta bahan mineral yang terkandung di
dalamnya.
b. B-Biotic environmental atau lingkungan hayati terdiri dari unsurunsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
hewan, tumbuhan dan margasatwa lainnya serta bahan baku hayati
industri.
c. C-Cultural environmental atau lingkungan kultural SOSEKBUD terdiri
dari unsur-unsur sistem sosial, ekonomi, dan budaya serta
kesejahteraan.
Terdapat interaksi dan hubungan timbal balik yang dinamis antar
ketiga komponen lingkungan A, B, dan C sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini.
Gambar 1. Hubungan antara komponen Abitotik, Biotik dan Sosial-Budaya.
Ada dua bentuk ekosistem yang penting yaitu ekosistem alamiah dan
ekosistem buatan. Didalam ekosistem alamiah akan terdapat heterogenitas
yang tinggi dari organisme hidup sehingga dengan sendirinya mampu
mempertahankan proses kehidupan di dalamnya, sedangkan ekosistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
buatan akan mempunyai ciri kurangnya heterogenitas sehingga bersifat
labil.
Ekosistem mempunyai peranan penting sebagai pendukung
kehidupan. Kerusakan akan menimbulkan masalah mendasar pada
perikehidupan manusia. Tetapi pengetahuan masyarakat tentang fungsi dan
manfaat ekosistem tersebut masih belum cukup baik, sehingga dalam
kegiatan sehari-hari masyarakat sering menimbulkan kerusakan ekosistem
(Tandjung, 1991).
Keteraturan ekosistem menunjukkan ekosistem tersebut ada dalam
suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis,
melainkan dinamis, kadang-kadang perubahan besar, kadangkadang
perubahan kecil. Perubahan itu dapat terjadi secara alamiah, maupun
sebagai akibat perbuatan manusia (Soemarwoto, 1989).
2. Asas Lingkungan
Dalam Ilmu Lingkungan dikenal 14 asas yang mendasari pemikiran
tentang lingkungan. Adapun 14 asas tersebut yaitu :
a. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau
ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan.
Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat
hilang, dihancurkan atau diciptakan. Asas ini adalah sebenarnya serupa
dengan hukum termodinamika I, yang sangat fundamental dalam fisika.
Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam persamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
matematika. Energi yang memasuki jasad hidup,populasi, atau ekosistem
dapat dianggap energi yang tersimpan atau terlepaskan.
Dalam hal ini sistem kehidupan dapat dianggap sebagai pengubah energi,
dan berarti pula akan didapatkan berbagai strategi untuk mentransformasi
energi. Contoh banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk
makanan diubah oleh jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh berbiak,
menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang. Dalam dunia hewan
sebagian energi hilang, misalnya, dalam bentuk tinjanya sebagian diambil
oleh parasit yang terdapat dalam tubuhnya. Metabolisme hewan ini
kemudian terbagi dalam beberapa komponen yang tetap dapat
mempertahankan kegiatan metabolisme dasarnya.
b. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien. Asas ini tak
lain adalah hukum thermodinamika II, ini berarti energi yang tak pernah
hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam
bentuk yang kurang bermanfaat. Contoh energi yang diambil oleh hewan
untuk keperluan hidupnya adalah dalam bentuk makanan padat yang
bermanfaat. Tetapi panas yang keluar dari tubuh hewan karena
lari,terbang, atau berenang terbuang tanpa guna.
c. Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, semuanya termasuk
kategori sumberdaya alam. Memang jelas dalam asas kimia, bahwa
pengubahan energi oleh sistem biologi harus berlangsung pada kecepatan
yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya.
Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
sebagai sumber alam. Contoh pada ruang yang sempit bagi suatu populasi
yang tingkat kepadatannya tinggi mungkin akan terjadi terganggunya
proses pembiakan. Pada ruang yang sempit hewan jantan akan bertarung
untuk mendapatkan betina sehingga pembiakan terganggu. Sebaliknya
kalau ruang terlalu luas, jarak antar individu dalam populasi semakin jauh,
kesempatan bertemu antara jantan dan betina semakin kecil sehingga
pembiakan akan terganggu.
Ruang dapat juga memisahkan jasad hidup dengan sumber bahan makanan
yang dibutuhkan, jauh dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh
terhadap perkembangan populasi. Waktu sebagai sumber alam tidak
merupakan besaran yang berdiri sendiri. Misal hewan mamalia di padang
pasir, pada musim kering tiba persediaan air habis dilingkungannya, maka
harus berpindah ke lokasi yang ada sumber airnya. Berhasil atau tidaknya
hewan bermigrasi tergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk
menempuh jarak lokasi sumber air. Keanekaragaman juga merupakan
sumberdaya alam. Misal semakin beragam jenis makanan suatu spesies
semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan lingkungan
yang dapat memusnahkan sumber makanannya. Sebaliknya suatu spesies
yang hanya tergantung satu jenis makanan akan mudah terancam bahaya
kelaparan
d. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah mencapai
optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan
sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi. Untuk
semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu)
kenaikan pengadaannya yang melampui batas maksimum , bahkan akan
berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan.
Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang
disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas
maksimum. Asas ini dapat dijelaskan dengan gambar, dimana batas suhu
maksimum membatasi kegiatan hidup dalam sistem biologi.
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumber alam
mempunyai batas optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun
batas minimum pengadaan sumber alam akan mengurangi daya kegiatan
sistem biologi. Contoh pada keadaan lingkungan yang sudah stabil,
populasi hewan atau tumbuhannya cenderung naik - turun (bukan naik
terus atau turun terus). Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan
perjuangan hidup, bila persediaan sumber alam berkurang. Tetapi
sebaliknya, akan terdapat ketenangan kalau sumber alam bertambah.
e. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya
dapat merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tak mempunyai daya
rangsang penggunaan lebih lanjut. Ada 2 hal pada asas 5 ini. Di suatu
pihak dapat kita bayangkan suatu keadaan atau situasi, dengan jenis
sumber alam tidak menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih
lanjut. Di pihak lain dapat juga kita bayangkan adanya paling sedikit dua
situasi yang mempunyai kesan merangsang itu. Contoh suatu jenis hewan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu
jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan
memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan tersebut.
Dengan demikian, kenaikan sumber alam (makanan) merangsang kenaikan
pendaya-gunaan.
f. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan dari pada
saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya. Asas ini aalah
pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat perbedaan
sifat keturunan dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik
atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga
timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu beradaptasi yang akan
kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup yang
adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-
adaptif. Contoh mula-mula di bukit pasir tumbuhan pelopor itu kemudian
berhasil mengubah keadaan lingkungan. Pada perkembangan berikutnya,
serangkaian spesies lain yang lebih adaptif dengan keadaan lingkungan
barulah yang datang mengganti, dan tumbuhan pelopor kemudian
tersisihkan. Proses penggantian spesies secara berurutan inilah yang
dikenal swbagai proses suksesi.
g. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam yang
“mudah diramal”. Mudah diramal pada asas 7 ini maksudnya adalah
adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan pada suatu
periode yang relatif lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya untuk diramal
berbeda dari satu habitat ke habitat lain. Dengan mengetahui keadaan
optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu spesies, maka perlu
diketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan. Contoh keadaan
iklim yang stabil dalam waktu yang lama tidak saja akan melahirkan
keanekaragaman spesien yang tinggi, tetapi juga akan menimbulkan
keanekaragaman penyebaran kesatuan populasi.
h. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson,
bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat
memisahkan takson tersebut. Kelompok taksonomi tertentu dari suatu
jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya yang khas (nicia), tiap
spesias mempunyai nicia tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan
dengan spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai
keperluan dan fungsi yang berbeda di alam.
Contoh burung dapat hidup dalam suatu keadaan lingkungan yang luas
dengan spesies yang kurang beraneka ragam, karena burung mempunyai
kemampuan menjelajah. Tumbuhan dan serangga mempunyai gerakan
terbatas, sehingga hanya dapat memanfaatkan bahan makanan
disekitarnya. Oleh sebab itu tumbuhan dan serangga lebih responsif
terhadap lingkungan terbatas dibandingkan dengan burung. Tumbuhan dan
serangga bila ada perubahan biokimia yang halus saja dapat menyebabkan
perbedaan genetika dalam perjalanan evolusinya. Jadi dalam waktu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
lama keanekaragaman serangga dan tumbuhan meningkat, kemudian hidup
dalam bentuk nicia suatu lingkungan.
i. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi
produktivitas. Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan
aliran energi dalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya
kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas. Contoh
spesies bertambah dan terdapat juga tumbuhan dalam bentuk komunitas
tumbuhan yang berlapis-lapis.
j. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan
produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
Sistem biologi menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan
efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan
memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Contoh apabila suatu
masyarakat berkembang semakin maju, memang secara keseluruhan ada
penurunan harga energi per unit produksi kotor nasional (gross national
product), tetapi pada waktu yang sama produksi kotor nasional per kapita
naik dengan sangat cepat, sehingga terdapat peningkatan pengeluaran
energi per orang.
k. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengekploitasi yang belum mantap
(belum dewasa). Asas 11 ini mengandung arti ekosistem, populasi atau
tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi, biomasa, dan
keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan
kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih komplek. Dari
subsistem yang rendah keanekaragaman nya ke subsistem yang tinggi
keanekaragamannya.
Contoh tenaga kerja dari ladang,kampung, kota kecil mengalir ke kota
besar (metropolitan) karena keanekaragaman kehidupan kota besar
melebihi tempat asalnya. Atau cendekiawan yang berasal dari daerah
enggan kembali ke asalnya, karena taraf keanekaragaman penghidupan
kota besar lebih tinggi dari daerah asalnya. Dengan demikian keahlian,
bakat, tenaga kerja mengalir dari daerah yang kurang ke daerah yang lebih
beraneka ragam corak penghidupannya.
l. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada
kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan. Populasi dalam
ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisiko-kimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem
yang sudah mantap. Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan
fisikokimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan
kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil. Contoh
adaptasi secara tiba-tiba oleh serangga dan ikan yang berwarna semarak di
daerah tropika yang kaya keaneragaman.
m. Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya
penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang
kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Pentingnya memperluas ruang lingkup ekologi murni menjadi ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
lingkungan yang memiliki batasan lebih luas. Contoh jumlah spesies
tumbuhan dan hewan habis di eksploitasioleh manusia dan menyebabkan
semakin lama jumlahnya semakin sedikit. Maka dari itu, perlu diperlukan
suatu ilmu untuk menjaga ekosistem ini tetap berjalan baik.
n. Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah
keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan
mempengaruhi populasi itu. Asas 14 ini merupakan kebalikan asas 13,
tidak adanya keaneka ragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam
ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidak stabilan
populasi yang tinggi. Contoh burung elang sangat tergantung pada tikus
tanah sebagai sumber makanan utama, dan tikus tanah sangat bergantung
pada spesies tumbuhan, tumbuhan tersebut tergantung pada jenis tanah
tertentu untuk hidupnya.
Dari 14 asas lingkungan tersebut di atas, yang terkait dengan
penelitian kali ini adalah asas no.5 “ ada dua jenis sumber alam dasar,
yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan
seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang pnggunaan lebih
lanjut”. Semakin banyak jumlah penduduk berakibat pada semakin
banyaknya pula kebutuhan akan air bersih, maka berakibat makin sulitnya
terpenuhi kebutuhan tersebut ditambah lagi dengan banyaknya
pencemaran yang terjadi yang mengakibatkan menurunnya kualitas air
bersih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dengan semakin sedikitnya aur bersih yang langsung dapat
diperoleh di alam maka manusia berupaya dengan berbagai cara untuk
dapat memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan melakukan pengolahan air yang kualitasnya kurang baik
dengan harapan setelah diolah maka kualitas air tersbut akan menjadi lebih
baik dan memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Dengan adanya
pengolahan tersebut maka sumber alam yang berupa air dapat dirangsang
penggunaannya secara terus menerus.
3. Implementasi Hukum
Hukum dipandang sebagai suatu sistem, maka untuk dapat
memahaminya perlu penggunaan pendekatan sistem. Berbagai pengertian
hukum sebagai sistem hukum dikemukakan antara lain oleh Lawrence M.
Friedman, bahwa hukum itu merupakan gabungan antara komponen struktur,
substansi dan kultur:
a. Komponen struktur yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum
itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya
sistem tersebut. Komponen ini dimungkinkan untuk melihat bagaimana
sistem hukum itu memberikan pelayanan terhadap penggarapan bahan-
bahan hukum secara teratur.
b. Komponen substantif yaitu sebagai output dari sistem hukum, berupa
peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh
pihak yang mengatur maupun yang diatur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Komponen kultural yaitu terdiri atas nilai-nilai dan sikap-sikap yang
mempengaruhi bekerjanya hukum, atau oleh Lawrence M. Friedman
disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi
sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan
tingkah laku hukum seluruh warga masyarakat.
Secara singkat menurut Lawrence M. Friedman, cara lain untuk
menggambarkan ketiga unsur sistem hukum itu sebagai berikut:
a. Struktur hukum diibaratkan sebagai mesin.
b. Substansi hukum adalah apa yang dibekerjakan dan dihasilkan oleh mesin
itu.
c. Kultur hukum adalah apa saja yang memutuskan untuk menghidupkan dan
mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana mesin itu digunakan.
Lon L. Fuller dalam Esmi Warassih berpendapat, bahwa untuk
mengenal hukum sebagai sistem maka harus dicermati apakah ia memenuhi
delapan (8) Principle of Legality berikut ini.
a. Sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan artinya ia tidak
boleh mengandung sekadar keputusan-keputusan yang bersifat ad hoc.
b. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan.
c. Peraturan tidak boleh berlaku surut.
d. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti.
e. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang
bertentangan satu sama lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
f. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi
apa yang dapat dilakukan.
g. Peraturan tidak boleh sering diubah-ubah.
h. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan
pelaksanaan sehari-hari.
Hukum senantiasa dibatasi oleh situasi atau lingkungan dimana ia
berada, sehingga tidak heran kalau terjadi ketidak cocokan antara apa yang
seharusnya (das solien) dengan apa yang senyatanya (das sein). Dengan
perkataan lain, muncul diskrepansi antara law in the books dan law in
action. Selanjutnya apabila kita melihat penegakan hukum merupakan suatu
proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum menjadi kenyataan, maka
proses itu selalu melibatkan para pembuat dan pelaksana hukum, serta juga
masyarakatnya. Masing-masing komponen ingin mengembangkan nilai-
nilai yang ada di lingkungan yang sarat dengan pengaruh faktor-faktor non-
hukum lainnya.
Paul dan Dias dalam Esmi Warassih mengajukan 5 syarat yang harus
dipenuhi untuk mengefektifkan sistem hukum, yaitu:
a. Mudah tidaknya makna aturan-aturan hukum itu untuk ditangkap dan
dipahami.
b. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi
aturan-aturan hukum yang bersangkutan.
c. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
d. Adanya mekanisme penyelesaian sengeketa yang tidak hanya mudah
dijangkau dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat, melainkan juga
harus cukup efektif dalam menyelesaikan sengketa-sengketa.
e. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan warga
masyarakat bahwa aturan-aturan dan pranata-pranata hukum itu
memang sesungguhnya berdaya kemampuan yang efektif.
Beberapa ahli memberikan dfinisi atau gambaran mengenai
pengertian atau definisi dari implementasi. Van Metter dan Van Horn
(1975) mendefinisikan proses imlementasi sebagai Tindakan-tindakan yang
dilakukan baik oleh individu-individu / pejabat-pejabat atau kelompok-
kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-
tujuan yang telah digariskan dalam kebijaksanaan.
Sementara Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1979)
mengungkapkan makna implementasi yaitu memahami apa yang senyatanya
terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku merupakan fokus
perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian atau kegiatan-
kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman
kebijaksanaan negara, yang mencakup usaha mengadmnistrasikannya
maupun untuk menimbulkan dampak/akibat nyata pada masyarakat atau
kejadian-kejadian. (Solichin Abdul Wahab, 1997:65)
Implementasi dapat pula diterjemahkan sebagai sebuah proses
kebijaksanaan yang segera diterapkan setelah tahapan hukum atau dibuatnya
peraturan. Implementasi dipandang secara luas berarti merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pengadministrasian hukum dengan berbagai pelaku atau pelaksanaan yang
bervariasi yaitu prosedur-prosedur dan teknik-teknik yang dikerjakan
bersama untuk menyerap atau mengadopsi kebijaksanaan-kebijaksanaan
kedalam sebuah pelaksanaan yang merupakan kebijaksanaan atau rencana
yang mempunyai tujuan tertentu. (James P. Lestari, 2000: 104)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi
merupakan suatu evaluasi dari kebijakan yang telah dilaksanakan, dengan
harapan tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai dengan maksimal
sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam kebijakan tersebut.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 82 Tahun 2001
Berdasarkan definisinya pencemaran air yang diindikasikan dengan
turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan
tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan, dan
berfungsi sebagi tolok ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran
air.
Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan
(Designated benefical water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata
kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Oleh karena itu penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan
peruntukan perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi
kualitas air (kelas air).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan
memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa. beban pencemar
yang dapat ditenggang oleh air penerima sehingga sesuai dengan baku
mutu air dant tetap berfungsi sesuai dengan peruntukanya. Kualitas air pada
dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk membuktikan apakah air
itu layak dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang
harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar Internasional, standar Nasional,
maupun standar perusahaan. Di dalam peraturan Pemerintah Republik
Indanesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian
pencemaran air disebutkan bahwu mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4
kelas, yang terdiri dari :
1) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegiatan tersebut.
2) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarna/sarana
rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar. peternakan, air untuk mengairi
pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
3) Kelas tiga, yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan
peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
4) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Table 1. Daftar Parameter Kualitas Air Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN I II III IV
FISIKA Temperatur °C Deviasi
3 Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi temperatur dari keadaan alamiah
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000 Residu Tersuspensi
mg/L 50 50 400 400 Bagi pengelolaan air minum secara konvensional, residu tersuspnsi ≤ 5000 mg/l
KIMIA ORGANIK pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara
alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12 COD mg/L 10 25 50 100 DO mg/L 6 4 3 0 Batas angka
minimum Total fosfat sebagai P
mg/L 0,2 0,2 1 5
NO3 sebagaiN mg/L 10 10 20 20 NH3-N mg/L 0,5 - - - Bagi
perikanan, kandungan amonia bebas yang ikan peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2 Barium mg/L 1 - - - Boron mg/L 1 1 1 1 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05 Cadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 Khrom (IV) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01 Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi
pengelolaan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/l
Besi mg/L 0,3 - - - Bagi pengelolaan air minum secara konvensional, Fe ≤ 5 mg/l
Timbale mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengelolaan air minum secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/l
Mangan mg/L 1 - - - Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005 Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi
pengelolaan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/l
Khlorida mg/L 1 - - - Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 - Fluoride mg/L 0,5 1,5 1,5 - Nitrit sebagai N
mg/L 0,06 0,06 0,06 - Bagi pengelolaan air minum secara konvensional, NO2_N ≤ 1 mg/l
Sulfat mg/L 400 - - - Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 - Bagi ABAM
tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dipersyaratkan Belerang sebagai H2S
mg/L 0,002 0,002 0,002 -
MIKROBIOLOGI Fecal Coliform jml
100/ml 100 1000 2000 2000 Bagi
pengelolaan air minum secara konvensional, Fecal Coliform, 2000 jml / 100 ml dan Total Coliform 10000 jml / 100 ml
Total Coliform jml 100/ml
1000 5000 10000 10000
RADIOAKTIFITAS Gross – A bg/l 0,1 0,1 0,1 0,1 Gross – B bg/l 1 1 1 1 KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak
ug/l 1000 1000 1000 -
Detergen sebagi MBAS
ug/l 200 200 200 -
Senyawa Fenol sebagai fenol
ug/l 1 1 1 -
BHC ug/l 210 210 210 - Aldrin/Dieldrin ug/l 17 - - - Chlordane ug/l 3 - - - DDT ug/l 2 2 2 2 Heptachlore dan Heptachlore epoxide
ug/l 18 - - -
Lindane ug/l 56 - - - Methoxcytor ug/l 35 - Endrin ug/l 1 4 4 - Toxaphane ug/l 5 - - - Sumber : Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5. Pengertian Dasar Pencemaran Air
Dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup No. 32 Thuan 2009 Pasal 1 poin 14 didefinisikan arti pencemaran
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dewasa ini
masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat untuk
mendapatkan air yang berkualitas baik diperlukan energi dan biaya yang
mahal sesuai dengan yang disyaratkan. Air menjadi barang primadona
karena banyaknya sumber-sumber air sudah tercemar oleh bermacam-
macam zat pencemar dari hasil kegiatan manusia, baik dalam bentuk cair
ataupun padat dari aktifitas rumah tangga, industri dan kegiatan lainnya.
Pencemaran air dapat didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi pada
dasarnya berpangkal tolak pada konsentrasi pencemar tertentu di dalam air
pada waktu yang cukup lama untuk dapat menimbulkan pengaruh tertentu
(Suratmo, 1992).
Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui,
tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh manusia. Air
banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam
sehingga dengan mudah dapat tercemar (Darmono, 2001). Pencemaran air
merupakan akibat kegiatan dan perbuatan manusia, yang dilatarbelakangi
berbagai hal. Karena pencemaran, tata lingkungan air mengalami
gangguan. Ekosistem air menjadi tercemar dan rusak setelah menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kehadiran bahan-bahan pencemar yang berasal dari manusia dengan
perbuatannya (Susilo, 2003).
Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun
ada kesepakatan yang telah teruji menyatakan bahwa air bersih tidak
ditetapkan pada kemurnian air, tetapi lebih didasarkan pada keadaan
normalnya. Ketika terjadi penyimpangan dari keadaan normalnya maka
dapat disimpulkan air tersebut telah mengalami pencemaran. Air dari mata
air di pegunungan akan mengalami perlakuan kenormalannya pula
meskipun dari aspek kualitas jauh lebih baik dari air sungai (Wardhana,
2001 :72).
6. Indikator pencemaran air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi
ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi dan
mencuci, pertanian, perikanan, sanitasi transportasi dan lain-lainnya.
Kegunaan air dimaksud disebut sebagai kegunaan air konvensional. Selain
itu air juga dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu
untuk menunjang seluruh aktifitas industri dan teknologi. Kegiatan industri
dan teknologi tidak terlepas dari kebutuhan air yang berkenaan dengan
kelancaran proses industri dan teknologi berjalan baik.
Apabila air yang diperlukan dalam kegiatan industri dan teknologi
dalam jumlah besar, maka perlu dipikirkan dari mana air tersebut diperoleh.
Pengambilan air dari sumber air tidak boleh mengganggu keseimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
lingkungan. Faktor keseimbangan air lingkungan ini tidak hanya berkaitan
dengan jumlah volume (debit) air yang digunakan saja, akan tetapi yang
paling penting adalah bagaimana menjaga agar air lingkungan tidak
menyimpang dari keadaan normalnya (Wardhana, 2001: 73).
Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut,
zat yang tersuspensi, dan makhluk hidup. Khususnya jasad renik, di dalam
air. Air murni, yang tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk
kehidupan kita. Sebaliknya zat yang terlarut ada yang bersifat racun.
Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air
membuat kualitas air menjadi tidak sesuai untuk kehidupan kita, air itu
disebut tercemar (Soemarwoto, 1984).
Pembuangan bahan kimia, limbah maupun pencemaran baik ke
dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air itu. Tetapi mengukur
populasi dalam air tidak ukup hanya dengan bahan biologi saja. Pengujian
secara kimia bersama-sama dengan data Biologi barulah dapat memberikan
gambaran menyeluruh mengenai kualitas air (Sastrawijaya, 1991).
Pemantauan kualitas air pada sungai perlu disertai dengan
pengukuran atau pencatatan debit air, agar analisis hubungan parameter
pencemaran air debit badanair, sungai dapat dikaji untuk keperluan
pengendalian pencemarannya (Irianto dan Machbub, 2007)
Wardhana, (2001:74) dalam bukunya Dampak Pencemar
Lingkungan memberikan beberapa indikator bahwa air lingkungan telah
tercemar adalah adanya perubahan yang dapat diamati secara fisik yakni :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1.Terjadinya perubahan suhu air.
2.Terjadinya perubahan pH atau konsentrasi ion hydrogen.
3.Terjadi perubahan warna, bau dan rasa air.
4.Timbulnya endapan koloid, bahan terlarut.
5.Meningkatnya mikroorganisme air lingkungan.
6.Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk
menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air (PP RI No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air). Sungai adalah elemen alam sekitar yang penting kepada
manusia. Dengan berkembangnya kegiatan industri serta perdagangan,
kualitas sungai mulai mengalami kemerosotan dan pencemaran (Rahman,
2007).
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990
disebutkan beberapa jenis air, antara lain air minum, air bersih, air kolam
dan air pemandian umum. Air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatandan dapat langsung diminum. Air bersih adalah
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air kolam
renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk olah raga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
renang dan kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air Pemandian
Umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian umum tidak
termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. Air yang disalurkan oleh PDAM
Kabupaten Pacitan kepada konsumennya termasuk kedalam jenis air bersih
yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan memenuhi syarat
kesehatan serta dapat diminum setelah dimasak.
Tabel 2. Daftar Persuaratan Kualitas Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990
No Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan
Keterangan
A. Fisika 1 Bau - - Tidak bau 2 Jumlah zat padat
terlarut (TDS) mg/L 1000
3 Kekeruhan Skala NTU
5
4 Rasa - - Tidak berasa
5 Suhu °C Suhu udara ±3 °C 6 Warna Skala
TCU 15
B. Kimia a. Kimia Anrganik
1 Air raksa mg/L 0,001 2 Arsen mg/L 0,05 3 Besi mg/L 1,0 4 Florida mg/L 1,5 5 Cadmium mg/L 0,005 6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 7 Klorida mg/L 600 8 Kromium, valensi 6 mg/L 0,05 9 Mangan mg/L 0,5 10 Nitrat, sebagai N mg/L 10 11 Nitrit, sebagai N mg/L 1,0 12 pH - 6,5-7,5 13 Selenium mg/L 0,01 14 Seng mg/L 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
15 Sianida mg/L 0,1 16 Sulfat mg/L 400 17 Timbale mg/L 0,5
b. Kimia Organik 1 Aldrin dan dieldrin mg/L 0,0007 2 Benzene mg/L 0,01 3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001 4 Chloroform (total
isomer) mg/L 0,007
5 Chloroform mg/L 0,03 6 2.4-D mg/L 0,10 7 DDT mg/L 0,03 8 Detergent mg/L 0,5 9 1,2-D ichloroethene mg/L 0,01 10 1,1-D ichloroethene mg/L 0,0003 11 Heptachlor dan
heptachlore epoxide mg/L 0,003
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001 13 Gamma-HCH
(lindane) mg/L 0,004
14 Methoxychlor mg/L 0,10 15 Pentachlorophenol mg/L 0,01 16 Pestiside total mg/L 0,10 17 2,4,6-trichorophenol mg/L 0,01 18 Zat Organik (Kmn 04) mg/L 10
c. Mikrobiologi 1 Total Koliform Jml/100
ml 0 Bukan air
pipaan 2 Koliform tinja belum
diperiksa Jml/100 ml
0 Bukan air pipaan
d. Radio Aktivitas 1 Aktivitas Alpha
(Gross Alpha Activity) Bg/l 0,1
2 Aktivitas Beta (Gross Betha Activity)
Bg/l 1,0
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990
8. Sungai Grindulu
Sungai memiliki ciri utama, yaitu mengalir satu arah dari hulu ke
hilir sehingga sungai tersebut juga sebagai lingkungan lotik, (Goldman dan
Horne, 1983). Sungai menerima aliran air dari hutan, aliran mata air dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
akuifer air tanah dan danau. Sungai yang besar biasanya berasal dari sungai
yang lebih kecil dan bertambah besar dalam alirannya dari sumber atau
asalnya. Aliran air ini akan berakhir di lautan, danau atau kadangkadang di
daratan yang terbuka, dimana air akan mengalami penguapan, (Compact,
1999), sedangkan (Goldman dan Horne,1983) membagi sungai kedalam
pools dan riffles. Pools adalah suatu daerah yang dalam, dengan airnya yang
bergerak perlahan dengan material dasar yang halus. Sedangkan riffles
mempunyai material dasar yang kasar dan dangkal, gerakan airnya lebih
cepat. Pada riffles profil irisan melintangnya lebih berbentuk bujursangkar
(rectangular), sedangkan pada pool mempunyai profil yang lebih asimetris.
Suwignyo (1996) mengatakan, bahwa sungai atau perairan yang
mengalir, mempunyai tiga ciri khas, yaitu arah aliran, kecepatan aliran dan
dasar aliran. Arah aliran sungai sesuai dengan mekanisme aliran yang
berdasarkan prinsip gravitasi, yaitu menyatu arah. Masa air mengalir ke satu
arah yang sudah tertentu. Atas dasar ciri ini maka apa yang ada atau terjadi
di daerah hulu dampaknya akan ada atau terbawa ke daerah hilir, tetapi
tidak sebaliknya. Menurut (Odum, 1971), berbeda dengan danau atau kolam
yang keadaan perairannya secara horisontal penting, maka nilai penting
keadaan sungai adalah secara longitudinal. Pada perairan sungai perubahan
komposisi komunitas sangat mencolok terjadi pada sekitar satu kilometer
pertama dari sumber air.
Dari data yang ada, secara umum menunjukkan bahwa sungai yang
melintasi kota besar atau daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
daerah kegiatan industri, menunjukkan tingkat kualitas yang cenderung
menurun dari tahun ke tahun dibandingkan dengan kualitasnya di bagian
hulu. Pada kenyataannya, kualitas air sungai makin menurun akibat
terjadinya pencemaran industri, sehingga pengaturan terhadap kegunaan
sungai menjadi hal yang penting. Karena hal ini akan menyangkut nilai
ambang batas cemaran industri yang dapat dibuang ke perairan, (Anonim,
1990).
Sungai Grindulu merupakan sungai yang terpanjang di Kabupaten
Pacitan, dengan panjang mencapai lebih dari 67 Km dengan lebar
permukaan 77 meter dan lebar dasar sungai 63 meter dengan kedalaman
sungai 10 meter. Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada tahun 2010,
debit air Sungai Grindulu tertinggi adalah 1926,15 m³/s an yang terendah
0,4 m³/s. ( Dokumen Status Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan Tahun
2010).
Sungai memiliki peran yang penting bagi masyarakat sehingga
kualitas air sungai harus dikendalikan dan diawasi sesuai dengan
peruntukannya dengan cara menetapkan baku mutu air sungai dan
segmentasi sungai. Sasaran penetapan kelas air sungai adalah meningkatnya
manfaat air sungai untuk air baku, air minum atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran secara rutin mengenai
status mutu air Sungai Grindulu sehingga tetap terjaga kualitas air sungai
sebagaimana peruntukannya, dalam hal ini Sungai Grindulu digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sebagai air baku air bersih oleh PDAM Kabupaten Pacitan. Pengolahan air
Sungai Grindulu oleh PDAM dilakukan di dua IPA ( Instalasi Pengolahan
Air ) yaitu di Keamatan Arjosari dan Kecamatan Pacitan.
Sumber pencemar yang masuk ke sungai Grindulu dicurigai dari
banyaknya aktifitas rumah tangga dan industri yang berada disekitar sungai
Grindulu. Dari data awal yang diperoleh melalui laporan Status Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Pacitan Tahun 2009 diketahui bahwa ada
beberapa parameter kualitas air yang dilampaui. Salah satunya adalah
tingginya kandungan klorida yang mencapai angka 118,8 dengan baku mutu
yang diizinkan adalah 1. Tingginya klorida yang dikandung sungai
Grindulu dimungkinkan dar banyaknya aktifitas rumah tangga seperti
mencucui dan mandi yang air limbahnya masuk ke sungai Grindulu. Selain
itu juga kandungan fosfat yang melebihi kandungan baku mutu yang
ditetapkan dengan nilai 0,467 dengan baku mutu 0,2.
9. Pemanfaatan Air Sungai sebagai Sumber Air
Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran
merupakan suatu kerugian yang sangat besar. Kerugian langsung ini pada
umumnya disebabkan terjadinya pencemaran air oleh berbagai macam
komponen pencemar air. Dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan air lingkungan
diharapkan mampu mempertahankan kualitas air lingkungan sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dimanfaatkan kembali bagi kepentingan manusia dalam jangka waktu
panjang (Amsyari,1986).
Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air
tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan
bakunya berasal dari air sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai
sebagai sumber air harus dipelihara (Achmad, 2004). Air di alam sangat
jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air hujan, meskipun
awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam
perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama
mengalir diatas permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air menyatakan
tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi
kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan
langsung yaitu air minum, mandi dan cuci dan lain-lain (Suripin, 2004).
Semakin tinggi nilai air sungai bersih bagi masyarakat, seyogyanya
semakin tinggi usaha pemerintah dalam memperbaiki kualitas air sungai.
Dengan demikian, adalah penting mengetahui nilai air sungai bersih, bagi
masyarakat suatu wilayah dalam rangka melaksanakan pembangunan
wilayah, khususnya penyediaan air bersih (Resosudarmo, 2007).
10. Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan suatu instalasi yang
dapat mengolah air baku melalui proses fisik, kimia, dan atau biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tertentu sehingga menghasilkan air minum yang memenuhi baku mutu yang
berlaku. Komponen unit paket IPA digambarkan melalui gambar berikut
Gambar 2. Diagram komponen unit paket IPA (Sumber: Badan Standardisasi
Nasional, 2007 dalam Wibowo 2010 : 38)
Gambar 3. Diagram komponen unit IPA Mount Steam Australia (Sumber:
ActewAGL, 2006 dalam Wibowo 2010 : 39)
Sumber air yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan
kuantitas dan kontinuitas sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
terus menerus dan tidak merugikan masyarakat atau pihak lain. Air baku
yang dipakai biasanya berasal dari air hujan, air permukaan (surface
water) dan air tanah (ground water) tergantung dari kemudahan
memperolehnya atau sebab yang lain. Bangunan intake berfungsi sebagai
bangunan pengambilan air baku.
Air baku yang berasal dari intake akan diolah lagi pada proses
pengendapan. Proses pengendapan terdiri dari beberapa unit yaitu unit
prasedimentasi, unit koagulasi, unit flokulasi, unit sedimentasi, dan unit
pengolahan lumpur. Unit prasedimentasi digunakan untuk mengendapkan
partikel kasar (discrite particle) sebelum proses koagulasi. Unit
koagulasi terletak pada posisi outlet prasedimentasi yang dilengkapi dengan
fasilitas pembubuh koagulan misal aluminium sulfat (tawas).
Dari proses pengendapan, kemudian dilakukan proses penyaringan
sebelum air didistribusikan ke konsumen. Proses penyaringan terdiri dari
unit filtrasi dan unit klorinasi. Setelah ke tiga tahap terpenuhi, maka air
akan disalurkan menuju reservoir. Melalui pompa air produksi akan
disalurkan ke jaringan pipa distribusi menuju konsumen. Reservoir
merupakan tempat untuk menampung dan menyimpan air. Disamping itu
reservoir juga berfungsi untuk meratakan aliran dan meratakan tekanan
pada sistem distribusi air minum (Sarwoko, 1985 dalam Wibowo 2010:39).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
B. Kerangka Berfikir
Semakin meningkatnya kebutuhan air bersih oleh warga yang ada di
Kabupaten Pacitan mendorong PDAM mengembangkan usahanya untuk mencari
sumber air baku yang kemudian diolah menjadi air bersih. Salah satu sumber air
baku yang didapat adalah Sungai Grindulu. Namun, kecenderungan yang terjadi
adalah menurunnya kualitas dan mutu air sungai yang disebabkan oleh
pencemaran yang dilakukan oleh berbagai usaha dan industri yang ada disekitar
sungai, yang melakukan pembuangan limbah ke sungai secara langsung tanpa
melakukan pengolahan limbah terlebih dahulu.
Selain limbah industri, pencemaran juga terjadi akibat limbah rumah
tangga yang dihasilkan oleh warga yang bertempat tinggal disekitar sungai.
Banyaknya limbah inilah yang menjadikan kualitas dan mutu air Sungai Grindulu
menjadi menurun, sehingga tidak memenuhi syarat jika akan digunakan menjadi
air baku PDAM.
Persyaratan air baku yang dapat digunakan menjadi air minum diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001 dalam pasal 8 yang
mensyaratkan kriteria mutu air kelas satu. Syarat tersebut diukur dari parameter -
parameter yang diperoleh dari hasil uji laboratorium dari sampel air Sungai
Grindulu yang akan dijadikan air baku air bersih oleh PDAM, kemudian
dibandingkan dengan parameter baku kelas satu Peraturan Pemerintah Nomer 82
Tahun 2001.
Air yang sudah mengalami proses pengolahan di IPA PDAM diharapkan
sudah memenuhi persyaratan baku mutu air bersih sesuai dengan Peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990. Cara pengukurannya adalah dengan
mengambil sample air bersih hasil pengolahan IPA PDAM yang kemudian
dilakukan uji laboratorium, setelah diketahui parameter kualitas air tersebut
kemudian dibandingkan dengan syarat baku mutu air bersih berdasarkan
PERMENKES no. 416 tahun 1990.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Untuk lebih jelasnya mengenai diagram kerangka berfikir dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 4.Diagram Alir Kerangka Berfikir Penelitian
SUNGAI GRINDULU
Sampel air Sungai Grindulu
Uji Lab. Sampel Air Sungai Grindulu
Parameter Hasil Uji Lab. Sampel Air
PP No. 82 Th. 2001 Klasifikasi Mutu Air
Kelas Satu
PERMENKES No. 416 Tahun 1990
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Implementasi PP No. 82 Th. 2001
Implementasi PERMENKES No. 416
Tahun 1990
Baik / Belum Baik
Intake PDAM
Pengolahan / Treatmen Air
Air Hasil Pengolahan PDAM
Sampel Air Hasil Pengolahan PDAM
Uji Lab. Sampel Air Hasil Pengolahan
PDAM
Parameter Hasil Uji Lab. Sampel Air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan
proses penelitian. Penelitian diartikan sebagai suatu upaya dalam bidang ilmu
pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip
dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran. (Mardalis,
2004: 24).
Metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang memerlukan
sistematika dan prosedur yang harus ditempuh dengan tidak mungkin
meninggalkan unsur, komponen yang diperlukan dalam suatu penelitian.
(Mardalis, 2004: 24).
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1990:
63).
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum sosiologis empiris
yang berarti penelitian hukum mengenai pemberalkuan atau implementasi
ketentuan hukum normative (kodifiksi, undang-undang, atau kontrak) secara in
action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Implementasi secara in action ini merupakan fakta empiris dan berguna untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh Negara atau oleh pihak-pihak dalam
kontrak. Implementasi secara in action ini diharapkan akan berlangsung
sempurna apabila rumusan ketentuan hukum normatifnya jelas dan tegas serta
lengkap.
Jika dilihat dari sifatnya, penelitian ini teramasuk dalam penelitian
deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan
tentang implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan
PERMENKES No. 416 Tahun 1990 di IPA PDAM Kabupaten Pacitan.
Ciri-ciri penelitian kualitatif antara lain :
a. Bersifat Induktif
1) Mengembangkan konsep, pemikiran dan pemahaman pola-pola yang ada.
2) Model, hipotesa dan teori jadi rancangan penelitian sifatnya harus luwes.
b. Mengamati lingkungan dan orang secara holistic (dalam konteks pengalaman
dan situasi mereka)
c. Tujuan, bersifat humanistic (mempertahankan sisi manusiawi) dan mencari
pemahaman yang mendalam / rinci.
d. Menekankan validitas.
e. Tahap pengumpulan data tidak dapat dipisahkan secara tegas dari tahap
analisis data.
f. Menonjolkan peran peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi penelitian di Sungai
Grindulu Kabupaten Pacitan dan air hasil olahan IPA PDAM Kabupaten
Pacitan dengan petimbangan :
a. Pada lokasi tersebut dua Instalsi Pengolahan Air (IPA) PDAM
Arjosari dan Pacitan di Kabupaten Pacitan yang menggunakan air
sungai sebagai air baku air bersih.
b. Pada daerah hulu IPA tersebut terdapat kegiatan industri dan rumah
tangga yang dapat menimbulkan pencemaran air sungai.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dimulai dari tahap proposal penyusunan tesis
hingga perbaikan, penggandaan, penyerahan hasil tesis ini dilaksanakan.
Penelitian dilaksanakan selama enam bulan terhitung sejak diajukannya
proposal penyusunan tesis.
Tabel 3. Jadwal Penelitian
Kegiatan Bulan / Tahun 1/ 2011 2/2011 3/2011 4/2011 5/2011 6/2011
Proposal Tesis V V V Pengumpulan Data V V Analisis Data V V Penyusunan Laporan
V
Perbaikan, Penggandaan, Penyerahan Hasil Tesis
V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
C. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sebab
tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian. Dalam penelitian ini data yang
digunakan meliputi data sekunder dan data primer. Tika (1997: 67)
mengemukakan bahwa “Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti”.
Data primer dalam penelitian ini adalah parameter kualitas air yang dianalisis oleh
laboratorium yang diambil dari air Sungai Grindulu.
Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data sekunder adalah data yang
lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri
peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang
asli”. Data sekunder dalam penelitian ini antara lain adalah Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 2001 dan PERMENKES No. 416 Tahun 1990.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi 2 orang melibatkan seseorang
yang ingin memperoleh komunikasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan – pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu ( Mulyana 2004 : 180 ).
Mardalis (2002: 64) berpendapat bahwa “ Wawancara adalah teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan –
keterangan lisan melalui bercakap–cakap dan berhadapan muka dengan orang
yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Observasi
Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap
gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan. Teknik observasi digunakan
untuk memperoleh data titik koordinat IPA yang kemudian ditentukan sebagai
tempat pengambilan sampel air.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa contoh, transkip, buku, surat kabar, majalah ( Arikunto, 1993 :
202 ). Teknik dokumentasi merupakan teknik yang memberikan informasi
secara tepat dan akurat untuk dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan
data ini dilakukan dengan cara mengutip pada sumber data yang tersedia.
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulan data
yang terkait dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan
PERMENKES No. 416 Tahun 1990.
4. Uji Laboratorium
Uji laboratorium merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
menganalisis sampel air Sungai Grindulu dengan tujuan mengetahui parameter
kualitas air sungai secara fisik, kimia dan biologi. Beberapa parameter yang
diuji antara lain pH, BOD, COD, TDS, kandungan E.Coli, danlain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
E. Sampling
Mardalis (2002: 55) berpendapat “ Sampel adalah sebagian dari seluruh
individu yang menjadi obyek penelitian”. Tujuan penentuan sampel adalah untuk
mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik
generalisasi dari hasil penyelidikan. Dalam pengambilan sampel harus dipenuhi
syarat-syarat utama dalam proses pengambilannya yang berarti sampel yang
digunakan harus dapat mewakili populasi yang telah dikemukakan.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling atau sampel
bertujuan. Tujuan pengambilan sampel adalah untuk mengetahui kualitas air yang
ditunjukkan oleh parameter-parameter kualitas air hasil dari uji laboratrium, yang
berupa parameter fisik, kimia dan biologi.
Dalam pengambilan sampel lingkungan harus dipertimbangkan bagaimana
sampel tersebut diambil sehingga nantinya dapat mewakili kondisi pada saat
pengambilan. Secara umum tipe sampel dapat dibedakan menjadi sampel sesaat
(discrate sampel atau grab sampel), sampel gabungan (composite sampel) dan
sampel terpadu (integrated sampel) (Hadi, 2007 : 22-23)
Dalam penelitian kali ini yang dilakukan adalah penggunaan sampel
sesaat (discrate sampel atau grab sampeldalam pelaksanaannya, sampel diambil
sesuai persyaratan yang kemudian dimasukkan kedalam wadah sampel untuk
dibawa kelaboratorium kemudian diuji. Waktu pengambilan sampel ini adalah
saat musim kemarau yang berarti debit air rendah.
Wadah dan cara pengawetan sampel merupakan satu kesatuan dan
merupakan bagian penting dalam perencanaan pengambilan sampel lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pemilihan wadah dan pengawetan yang salah akan menghasilkan data tidak akurat
(Dick,1994 dalam Hadi, 2007 :29). Secara umum,wadah yang digunakan harus
memenuhi persyaratan, antara lain :
1. Terbuat dari gelas atau plastic, sesuai dengan jenis sampel yang diambil;
2. Dapat ditutup dengan rapat dan kuat;
3. Mudah dicuci;
4. Tidak mudah pecah atau bocor;
5. Tidak menyerap zat-zat kimia dari sampel;
6. Tidak melarutkan zat-zat kimia kedalam sampel;
7. Tidak menimbulka reaksi antara bahan wadah dan sampel.
Dalam penelitian kali ini, wadah sampel yang digunakan ada dua macam,
yaitu plastik dan gelas. Wadah plastic digunakan untuk jenis sampel kimia,
sedangkan wadah gelas digunakan untukjenis sampel mikrobiologi. Sebelum
digunakan, kedua sampel sudah dibersihkan terlebih dahulu agar tidak
terkontaminasi dengan sampel yang akan diambil.
Langkah-langkah pengambilan sampel :
1. Mengukur debit aliran sungai.
Penghitungan debit aliran sungai diperoleh dengan mengetahui laju aliran,
lebar sungai dan luas penampang dasar sungai. Penelitian yang berlaku
saat ini diketahui bahwa debit aliran sungai adalah 127 m³/s. Dalam SNI
no. 6989.57-2008 dijelaskan bahwa jika debit air sungai yang diambil
sebagai contoh menunjukkan nilai 5-150 m³/s maka diambil dua sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pada 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 dari permukaan, lalu
sampel tersebut dicampurkan secara merata.
Gambar 5. Titik Pengambilan Contoh Sungai
2. Wadah sampel.
Pengambilan sampel pada Sungai Grindulu dilakukan dengan
menempatkan sampel pada dua wadah yang berbeda. Untuk pengujian
sampel kimia dan fisika digunakan wadah sampel plastik sedangkan untuk
sampel biologi digunakan wadah sampel gelas yang berwarna gelap.
Sebelum digunakan wadah sampel dicuci terlebih dahulu dengan air
sungai Grindulu.
Adapun syarat-syarat wadah pengambil sampel adalah :
a. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh;
b. Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya;
c. Contoh mudah dipindahkan ke dalam wadah penampung tanpa ada
sisa bahan tersuspensi di dalamnya;
d. Mudah dan aman di bawa;
e. Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.
3. Sbelum sampel diambil, wadah sampel dicuci terlebih dahulu dengan air
sampel. Sampel untuk air sungai diambil dengan cara memasukkan wadah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sampel plastik dengan posisi tertutup pada mulut wadah sampel, kemudian
sampai kedalaman 0,5 sungai penutup mulut wadah sampel dibuka
sehingga air dapat masuk.
Gambar 6. Contoh alat pengambil sampel sebotol air secara langsung
Pengambilan sampel air bersih dilakukan dengan cara mengambil sampel
air kemudian diletakkan didalam ember penampung. Namun, sebelum
dimasukkkan kedalam ember wadah, harus terlebih dahulu ember wadah
dicuci menggunakan air sampel. Setelah air ditaruh dalam ember wadah
baru wadah sampel wadah sampel dimasukka kedalam ember wadah
dengan ditutup mulut wadah sampel hingga tenggelam. Penutup sampel
baru dibuka didalam iar sehingga air sampel dapat masuk kedalam wadah
sampel dan mengurangi masuknya oksigen dari luar.
4. Setelah sampel dimasukkan kedalam wadah kemudian wadah sampel
tersebut dimasukkan kedalam box pendingin untuk dibawa
kelaboratorium. Tujuan dimasukkannya wadah sampel kedalam box
pendingin supaya sampel yang diambil tidak mengalami kerusakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
F. Teknik Analisis Data
Patton dalam Moleong (1990: 103) bependapat bahwa “Analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar”. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang
digunakan adalah dengan membandingkan parameter hasil uji laboratorium air
baku IPA PDAM yang diambil dari Air Sungai Grindulu dengan baku mutu air
kelas satu yang disyaratkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 dan parameter hasil uji
laboratorium air hasil olahan IPA PDAM dengan syarat air bersih sesuai
PERMENKES No. 416 Tahun 1990. Syarat baku mutu PP No. 82 Tahun 2001
dan PERMENKES No. 416 Tahun 1990 dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran
tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang
terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat
dirinci sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
a. Menentukan lokasi dan waktu penelitian
b. Mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan
c. Survei ketersediaan data
d. Studi pustaka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Tahap Penyusunan Proposal
Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu berupa
kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa
proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi
penelitian.
3. Tahap Penyusunan Instrumen
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menentukan alat penelitian
yang diantaranya adalah menyusun daftar pertanyaan dalam kuesioner yang
akan diberikan kepada responden.
4. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan data melalui
studi dokumen dan observasi di lapangan. Pengumpulan data dilakukan
dengan mengambil sampel air Sungai Grindulu dan air hasil pengolahana IPA
di Kabupaten Pacitan, yang kemudian air sampel tersebut dimasukkan ke
laboratorium penguji untuk mengetahui karakteristik parameter kualitas air.
5. Tahap Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan suatu uraian sehingga ditemukan tema. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelompokkan data untuk
kepentingan analisis data, setelah data terkumpul ditabulasi silang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
mengetahui kecenderungan diantara dua variabel atau lebih, dan setelah
diketahui kecenderungannya maka hasil penelitian dijabarkan secara
deskriptif.
6. Tahap Penulisan Laporan
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penulisan hasil penelitian
yang ditulis berdasarkan pada hasil penelitian tentang karakteristik penguna
warnet berdasarkan pendidikan, umur dan jenis kelamin, selain itu dijelaskan
pula persebaran, pola persebaran serta jangkauan pasar warnet. Laporan yang
ditulis selanjutnya dilengkapi atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, dan
gambar disertai peta daerah penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak, Luas dan Batas
Kabupaten Pacitan terletak antara 07.55˚ 8.17˚ Lintang Selatan dan
110.55˚ - 111.25˚Bujur Timur dengan variasi topografi antara 0 s/d 964 meter
diatas permukaan laut (mDPL). Kabupetan Pacitan terdiri dari 12 kecamatan yaitu
Kecamatan Donorojo dengan luas 109,09 Km², Kecamatan Punung dengan luas
108,81 Km², Kecamatan Pringkuku dengan luas 132,9 Km², Kecamatan Pacitan
dengan luas 77,11 Km², Kecamatan Kebonagung dengan luas 124, 85 Km²,
Kecamatan Arjosari dengan luas 117,06 Km²,Kecamatan Nawangan dengan luas
124,06 Km², Kecamatan Bandar dengan luas 117,34 Km², Kecamatan Tegalombo
dengan luas 149,26 Km², Kecamatan Tulakan dengan luas 161,61 Km²,
Kecamatan Ngadirojo dengan luas 95,91 Km² dan Kecamatan Sudimoro dengan
luas 71,86 Km².
Tabel 4. Luas Kecamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 2011
No Kecamatan Luas (Km²) %
1 Donorojo 109,09 7,85 2 Punung 108,81 7,83 3 Pringkuku 132,93 9,56 4 Pacitan 77,11 5,55 5 Kebonagung 124,85 8,98 6 Arjosari 117,06 8,42 7 Nawangan 124,06 8,93 8 Bandar 117,34 8,44 9 Tegalombo 149,26 10,74 10 Tulakan 161,61 11,63 11 Ngadirojo 95,91 6,90 12 Sudimoro 71,86 5,17 Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Kabupaten Pacitan secara administratif berbatasan langsung dengan :
- Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo
- Sebelah Selatah : Kabupaten Trenggalek
- Sebelah Timur : Samudera Indonesia
- Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri
Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian dan dengan batasan Daerah
Aliran Sungai dapat dilihat pada peta berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Pacitan sangatlah beragam, mulai dari
datar, landai hingga berbukit bahkan bergunung. Ketinggian tempat di
Kabupaten Pacitan dimulai dari 0 mdpl yang berada di wilayah pantai hingga
ketinggian tertinggi mencapai 1800 mdpl. Tingkat kemiringan lereng di
Kabupetan Pacitan mencapai 40%.
3. Geologi
Ditinjau dari aspek geologis, batuan penyusunnya berasal dari
Endapan Zaman Tua (Meosen), Batukapur Zaman Tua, dan Andasit. Jenis
tanah yang ada di Kabupaten Pacitan antara lain Aluvial Kelabu Endapan Liat
seluas 3.969 Ha, Asosiasi Litosol dan Mediteran Merah seluas 4.629Ha,
Litosol Campuran Tuf dan bahan Vulkanik seluas 58.592 Ha serta Komplek
Litosol Kemerahan dan Litosol seluas 31.592 Ha.
4. Klimatologi
Kabupaten Pacitan yang berada di sebelah Selatan khatulistiwa
menempatkannya sebagai wilayah yang empunyai iklim C-3. Berdasarkan
wilayah curah hujan, tidak setiap bulan di Kabupaten Pacitan mengalami
hujan, ada beberapa bulan yang memang tidak terjadi hujan sama sekali.
5. Keadaan Penduduk
Untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan penduduk di
Kabupaten Pacitan, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan
persebaran penduduk, kepadatan penduduk, komposisi penduduk karena
keadaan penduduk berkaitan erat dengan kebutuhan air bersih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pacitan,
jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Pacitan mencapai 558.644 jiwa
yang terdiri dari 288.917 jiwa penduduk perempuan dan 269.717 jiwa
penduduk laki-laki. Jumlah tersebut terdiri dari 10.521 kepala keluarga.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Kabupaten Pacitan No Kecamatan Laki-laki
(jiwa) Perempuan (jiwa)
Jumlah Penduduk jiwa %
1 Donorojo 18.882 21.943 40.825 7,31 2 Punung 17.845 18.217 36.062 6,46 3 Pringkuku 14.717 17.913 32.630 5,84 4 Pacitan 31.905 33.741 65.646 11,75 5 Kebonagung 21.453 24.026 45.479 8,14 6 Arjosari 19.247 20.740 39.987 7,16 7 Nawangan 23.926 26.660 50.586 9,06 8 Bandar 20.730 23.378 44.108 7,90 9 Tegalombo 24.885 25.846 50.731 9,08 10 Tulakan 40.664 37.643 78.307 14,02 11 Ngadirojo 20.872 23.378 44.250 7,92 12 Sudimoro 14.591 15.442 30.003 5,37 Jumlah 269.717 288.917 558.644 100
Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010
Berdasarkan data dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan Tulakan dengan jumlah
penduduk 78.307 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 40.664 jiwa penduduk
dengan jenis kelamin laki-laki dan 37.643 jiwa penduduk dengan jenis
kelamin perempuan. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat
di Kecamatan Sudimoro dengan umlah penduduk 30.003 jiwa dengan
penduduk laki-laki berjumlah 14.591 jiwa dan penduduk perempuan
berjumlah 15.442 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah merupakan
perbandingan antara luas daerah secara keseluruhan dengan jumlah
penduduk di daerah yang bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk = ------------------------- Luas Wilayah
Berdasarkan Tabel dapat dihitung kepadatan penduduk di Kabupaten
Pacitan sebagai berikut :
557.029 jiwa Kepadatan Penduduk = ------------------------- 1.389,87 Km2
= 401,03 Jiwa/Km2
Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik
pada suatu daerah sebagai berikut :
Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk No Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Keterangan 1 2 3 4 5 6
≤ 101 101 – 500 501 – 1000 1001 – 2000 2001 – 3000 ≥ 3000
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sekali
Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas
maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Pacitan
termasuk dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 2 atau rendah
dengan kepadatan penduduk yaitu sebesar 401,03 Jiwa/Km2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pacitan Tahun 2011 No Kecamatan Luas (Km2) Jumlah
Penduduk Kepadatan Penduduk
1 Donorojo 109,09 40.825 374 2 Punung 108,81 36.062 331 3 Pringkuku 132,93 32.630 245 4 Pacitan 77,11 65.646 851 5 Kebonagung 124,85 45.479 364 6 Arjosari 117,06 39.987 341 7 Nawangan 124,06 50.586 407 8 Bandar 117,34 44.108 375 9 Tegalombo 149,26 50.731 339 10 Tulakan 161,61 78.307 484 11 Ngadirojo 95,91 44.250 461 12 Sudimoro 71,86 30.003 417 Jumlah 1.389,87 557.029 400 Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kepadatan
penduduk yang paling tinggi di Kecamatan Pacitan dengan kepadatan
penduduk 851 jiwa/Km² dengan jumlah penduduk 65.646 jiwa dan luas
wilayahnya 77,11 Km². Kepadatan penduduk terendah di Kecamatan
Pringkuku dengan kepadatan 245 jiwa/Km², jumlah penduduknya mencapai
32.630 jiwa dengan luas wilayahnya 132,93 Km².
c. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang
dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang
sama. Komposisi-komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk
dari segi kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan
pendidikan. Komposisi penduduk dalam penelitian ini yang berkaitan atau
ada relevansi dengan judul penelitian ini adalah komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut
mata pencaharian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah
variabel yang penting dalam sebuah kependudukan. Karena dengan
diketahuinya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini
dapat digunakan untuk mengetahui pertambahan penduduk, perpindahan
penduduk dan dapat digunakan sebagai petunjuk atau dasar untuk
menyusun beberapa kebijakan pemerintah yang dalam hal ini berkaitan
dengan masalah pendidikan, penyusunan kebijakan penduduk seperti
masalah keluarga berencana dan masalah ketenagakerjaan. Selain itu
dengan mengetahui komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis
kelamin diharapkan dapat diketahui penduduk baik yang belum
produktif, produktif maupun yang sudah tidak produktif lagi.
Untuk mengetahui secara rinci komposisi penduduk menurut umur
dan jenis kelamin di Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 8.Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pacitan Tahun 2011
Kelompok Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan Jumlah Jiwa % Jiwa % Jiwa %
0 – 9 10 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 > 60
40.166 45.946 27.665 36.743 42.732 35.048 41.417
14,89 17,03 10,26 13,62 15,84 12,99 15,36
39.356 37.257 33.125 46.176 43.231 30.017 59.756
13,62 12,89 11,46 15,98 14,96 10,39 20,68
79.552 83.203 60.790 82.919 85.963 65.065 101.173
14,24 14,89 10,88 14,84 15,39 11,65 18,11
Jumlah 269.717
100 288.927
100 558.644 100
Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010 Dari tabel di atas dapt dilihat bahwa kelompok umur yang
terbanyak di Kabupaten Pacitan adalah kelompok umur diatas 60 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dengan jumlah 101.173 jiwa atau 18,11% dari jumlah total penduduk
Kabupaten Pacitan dan yang terendah berada di kelompok umur 20-29
tahun dengan jumlah penduduk 60.790 jiwa atau sekitar 10,88% dari
total penduduk Kabupaten Pacitan.
Jika dilihat dari jenia kelamin penduduk di Kabupaten Pacitan,
ada perbedaan jumlah yang cukup banyak, ada selisih 19.210 lebih
banyak penduduk perempuan dibandingkan dengan penduduk laki-laki.
Untuk lebih jelas perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan di Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pacitan tahun 2011
No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa %
1 2
Laki-laki Perempuan
269.717 288.927
48,3 51,7
Jumlah 558.644 100,00 Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan
penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di Kabupaten Pacitan lebih
banyak penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan di
Kabupaten Pacitan 288.927 jiwa atau 51,7% sedangkan penduduk laki-
laki 269.717 jiwa atau 48,3%. Dari data tersebut dapat diketahui pada
besarnya jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) yaitu perbandingan antara
penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perhitungan Sex Ratio
dirumuskan sebagai berikut:
Sex Ratio (SR) =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Keterangan :
SR = Rasio Jenis Kelamin
a = Jumlah Penduduk Laki-laki
b = Jumlah Penduduk Perempuan
Dengan rumus di atas dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin
penduduk di Kabupaten Pacitan sebagai berikut :
Sex Ratio (SR) =
= 93
Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex
Ratio 93, ini berarti bahwa untuk setiap 93 penduduk laki-laki sebanding
dengan 100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah
100, dapat menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut
kekurangan penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga
laki-laki untuk melaksanakan pembangunan.
2) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah juga dapat
dijadikan dasar untuk mengetahui potensi suatu daerah tentang
sumberdaya manusianya. Sumberdaya manusia yang berkualitas
merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu
pembangunan manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi.
Pendidikan atau pembangunan diakui secara luas sebagai unsur mendasar
dari pembangunan manusia. Dengan mengetahui tingkat pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
penduduk suatu masyarakat, dapat diketahui masalah sosial apa yang
harus dipecahkan serta aspek kehidupan apa yang harus dikembangkan.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah
pengelompokan penduduk berdasarkan pendidikannya, baik mereka yang
belum sekolah maupun yang sudah lulus perguruan tinggi. Komposisi
penduduk menurut pendidikan digunakan untuk mengetahui tingkat
kesadaran penduduk terhadap dunia pendidikan. Pendidikan sangat
penting karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan diri seseorang,
dengan pendidikan dapat mendewasakan seseorang karena dengan
adanya pendidikan maka secara langsung akan menghadapi banyak
permasalahan baik di lingkungan maupun masalah yang diberikan oleh
pendidik.
Selain itu komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan juga
dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan di suatu daerah,
tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan status
sosial masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu
masyarakat maka secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan bermasyarakat. Tingkat
pendidikan juga berhubungan dengan pemilihan jenis aktivitas di luar
sektor pertanian.
Berikut ini disajikan data komposisi penduduk menurut tingkat
pendidikan di Kabupaten Pacitan tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pacitan Tahun 2011
No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang %
1 2 3 4 5 6
Tamat Akademi / PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak / Belum Tamat SD Tidak Sekolah
16.232 43.354 87880
180.487 140.079 90.522
2,91 7,76 15,73 32,31 25,07 16,20
Jumlah 558.644 100 Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2010
B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui implementasi Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun
1990 di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kabupaten Pacitan yang berlokasi di
Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Arjosari. Implementasi Peraturan Pemerintah
dan Peraturan Menteri Kesehatan tersebut terkait dengan penggunaan air baku
PDAM dan air hasil olahan IPA PDAM yang ada di Kecamatan Pacitan dan
Kecamatan Arjosari.
Dari hasil wawancara dengan pihak PDAM diketahui bahwa penggunaan
air sungai sebagai air baku PDAM dikarenakan pasokan yang didapat dari air
tanah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, sehingga dicarikan
alternative lain yaitu penggunaan air sungai tersebut sebagai air bakunya.
Dipilihnya Sungai Grindulu karena sungai tersebut merupakan sungai yang paling
besar yang ada di Kabupaten Pacitan dan memiliki debit air yang banyak
meskipun saat kemarau debit air masih bias dimanfaatkan untuk diolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Penjelasan lain yang diperoleh dari hasil wawancara adalah air hasil
olahan yang dipasok kepada konsumen merupakan air bersih yang berarti apabila
akan digunakan untuk kebutuhan air minum haruslah dimasak terlebih dahulu.
Dipasoknya air bersih bukan air minum kepada konsumen dikarenakan system
pengolahan air yang ada memang tidak memungkinkan untuk memasok air
minum, Instalasi Pengolahan Air yang ada hanya mampu mengolaha air baku
menjadi air bersih.
Adapun komponen yang menyebabkan terimplementasikannya Peraturan
Pemerintah no 82 tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan no 416 tahun
1990 adalah sebagai berikut :
1. Komponen struktural
Yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh system hukum itu dengan
berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya system
tersebut. Adapun lembaga yang ikut berperan dalam pengoalahan dan
pemanfaatan air sungai di Kabupaten Pacitan adalah :
a. PDAM
b. Jasa Tirta
c. Kantor Ligkungan Hidup, dan;
d. Dinas Pengairan.
PDAM sebagai lembaga yang memanfaatkan air sungai sebagai air
baku. Air yang bersumber dari Sungai Grindulu nantinya akan dilakukan
pengolahan supaya memenuhi syarat baku mutu yang sudah ditetapkan.
Air hasil olahan tersebut nantinya akan disalurkan bagi konsumen PDAM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Jasa Tirta, sebagai lembaga yang diantaranya mempunyai tugas
pokok dan fungsi menyediakan bahan baku air permukaan.
Kantor Lingkungan Hidup, sebagai lembaga daerah yang
diantaranya mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai pengawas
terhadap kelestarian Sumberdaya Air
Dinas Pengairan, sebagai lembaga daerah yang diantaranya tugas
pokok dan fungsinya mengelola air dengan peruntukan diluar air minum
dan air bersih yang sudah dikelola oleh PDAM. Namun, pada kondisi
tertentu Dinas Pengairan juga dapat membantu PDAM untuk menyediakan
ai minum dan air bersih.
2. Komponen Substantif
Yaitu sebagai out put dari system hukum, berupa peraturan-
peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh pihak yang
mengatur maupun pihak yang diatur. Peraturan Pemerintah no 82 tahun
2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan no 416 tahun 1990 secarasubstantif
di IPA PDAM Kabupaten Pacitan dapat dilihat sebagai berikut :
a. Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Kecamatan Pacitan
Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada di Kecamatan Pacitan
terletak di Desa Mentoro, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Lokasi
IPA berada di sebelah timur Sungai Grindulu yang dijadikan air baku,
yang berada pada 8°11'25.47"S dan 111° 7'53.17"T. Lokasi Sungai
Grindulu yang dijadikan air baku IPA berada pada koordinat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
8°11'23.31"S dan 111° 7'47.77"T. untuk lebih jelasnya lokasi IPA di
Kecamatan Pacitan dapat dilihat pada gambar itra berikut :
Gambar 7. Citra IPA yang ada di Kecamatan Pacitan
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui implementasi
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416 Tahun 1990 menggunakan perbandingan antara
parameter hasil laoratorium yang diambil dari sampel air Sungai
Grindulu sebagai air baku dan air hasil pengolahan yang ada di IPA
Kecamatan Pacitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
1) Implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di IPA
Kecamatan Pacitan
Didalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwu mutu air
telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari :
a) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegiatan tersebut.
b) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarna/sarana rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar.
peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c) Kelas tiga, yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
d) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Sesuai dengan penjelasan tersebut jelas bahwa air yang
digunakan oleh IPA PDAM Kabupaten Pacitan harus memenuhi syarat
baku mutu kelas 1 yang peruntukannya digunakan sebagai air minum.
Dari hasil uji laboratorium diketahui banyak parameter air hasil uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sampel air Sungai Grindulu yang dijadikan air baku IPA PDAM
Kecamatan Pacitan melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan.
Parameter yang melampaui baku mutu tersebut baik berupa parameter
fisika, kimia dan mikrobiologi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel perbandingan parameter hasil uji sampel air Sungai Grindulu dan
syarat baku mutu air kelas 1 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air berikut :
Tabel 11. Perbandingan Daftar Parameter Kualitas Air Sungai Grindulu dan Baku Mutu Air Kelas 1 di IPA Kecamatan Pacitan
Parameter Satuan Hasil Uji Laboratorium
Baku Mutu Air Kelas 1
FISIKA Temperatur °C 25 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/L 80 1000 Residu Tersuspensi mg/L 315 50 KIMIA ANORGANIK pH 6,2 6-9 BOD mg/L 2,1 2 COD mg/L 8 10 DO mg/L 4,9 6 Total fosfat sebagai P mg/L 0,1977 0,2 NO3 sebagaiN mg/L 0,06 10 NH3-N mg/L Tak Terdeteksi 0,5 Arsen mg/L <0,0085 0,05 Kobalt mg/L <0,0102 0,2 Boron mg/L <0,0091 1 Selenium mg/L <0,0051 0,01 Cadmium mg/L <0,0012 0,01 Khrom (IV) mg/L <0,0014 0,05 Tembaga mg/L <0,0083 0,02 Besi (Fe) mg/L 0,5029 0,3 Timbale mg/L <0,0089 0,03 Mangan (Mn) mg/L <0,0442 1 Air Raksa mg/L - 0,001 Seng (Zn) mg/L 0,1419 0,05 Khlorida mg/L - 1 Sianida mg/L Tak Terdeteksi 0,02 Fluoride mg/L <0,03 0,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Nitrit sebagai N mg/L 0,0121 0,06 Sulfat mg/L - 400 Khlorin bebas mg/L - 0,03 Belerang sebagai H2S mg/L - 0,002 MIKROBIOLOGI Fecal Coliform jml 100/ml 92.000 1000 Total Coliform jml 100/ml 92.000 100 KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak ug/l - 1000 Detergen sebagi MBAS ug/l - 200 Senyawa Fenol sebagai fenol
ug/l - 1
BHC ug/l <0,0052 1 Sumber : data primer 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 7 parameter
kualitas air Sungai Grindulu yang melebihi ambang baku mutu yang
telah ditetapkan sebagai air baku air minum. Parameter tersebut yang
melebihi ambang baku mutu adalah residu tersuspensi, BOD, DO, Seng
(Zn), Besi (Fe), Fecal Coliform dan Total Coliform.
Parameter residu tersuspensi hasil laboratorium menunjukkan
angka 315 mg/L dengan batas ambang baku mutu 50 mg/L. BOD juga
sedikit melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu 2 mg/L sedangkan
hasil uji menunjukkan nilai BOD 2,1 mg/L. syarat baku mutu DO yang
mengharuskan nilai DO 6 mg/L di tubuh air ternyata tidak dapat
dipenuhi karena kadar DO dari hasil uji menunjukkan jumlahnya hanya
4,9 mg/L yang berarti tidak memenuhi syarat baku mutu.
Parameter lain yang tidak memenuhi syarat baku mutu adalah
seng (Zn), besi (Fe), fecal coliform dan total coliform. Kadar seng (Zn)
dalam air Sungai Grindulu yang digunakan sebagai air baku IPA PDAM
Kecamatan Pacitan memiliki kadar 0,1419 mg/L melebihi syarat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
maksimal baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,5 mg/L. Kandungan besi
(Fe) yang ada di air Sungai Grindulu yang digunakan sebagai air baku
IPA yang ada di Kecamatan Pacitan juga melebihi baku mutu yang
ditetapkan, dengan nilai kandungannya 0,0529 mg/L dengan syarat baku
mutu 0,3 mg/L. Kadar fecal coliform dan total coliform pada air juga
melebihi baku mutu yang ditetapkan, nilai fecal coliform dan total
coliform dari hasil uji menunjukkan angka 92.000 dalam 100 ml dengan
syarat baku mutu fecal coliform 1000 dalam 100 ml dan baku mutu total
coliform adalah 100 dalam 100 ml.
Adanya baku mutu yang terlewati dalam penggunaan air Sungai
Grindulu sebagai air baku IPA PDAM Kecamatan Pacitan jelas
melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.
82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air . Hal
ini berarti di IPA PDAM Kecamatan Pacitan belum
mengimplementasikan peraturan pemerintah tersebut dengan baik sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan. Perlu sekiranya dilakukan perbaikan
atau evaluasi terhadap penggunaan air baku yang berasal dari Sungai
Grindulu tersebut sebagai air baku air bersih yang digunakan di IPA
PDAM Kecamatan Pacitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
2) Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 di IPA
Kecamatan Pacitan
IPA yang dioperasikan di Kecamatan Pacitan merupakan
Instalasi Pengolahan Air yang menghasilkan air bersih. Definisi air
bersih berdasarkan Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Kualitas air yang disalurkan oleh IPA PDAM kepada masyarakat harus
memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi,
kimia, fisika dan radioaktif.
Untuk keperluan pengawasan kualitas air hasil olahan IPA
PDAM Kecamatan Pacitan dilakukan uji laboratorium terhadap kualitas
air hasil olahan tersebut. Dari pengamatan tabel di atas masih ada
parameter kualitas air yang melebihi baku mutu yang dipersyaratkan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun1990. Dari total 28
parameter yang diuji kualitasnya, diketahui ada 2 parameter yang
melebihi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu rasa dan mangan (Mn).
Untuk lebih jelasnya perbandingan baku mutu hasil uji laboratorium air
hasil olahan dan syarat baku mutu air bersih dapat dilihat pada tabel
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 12. Perbandingan Parameter Kualitas Air Bersih dan Baku Mutu Air Bersih di IPA Kecamatan Pacitan
No Parameter Satuan Hasil Uji Laboratorium
Baku Mutu Air Bersih
A. Fisika 1 Bau - Tak Berbau - 2 Jumlah zat padat
terlarut (TDS) mg/L 199 1000
3 Kekeruhan Skala NTU 1 5 4 Rasa - Berasa - 5 Suhu °C 25 Suhu udara ±3
°C 6 Warna Skala TCU Tak Terdeteksi 15
B. Kimia a. Kimia Anorganik
1 Air raksa mg/L - 0,001 2 Arsen mg/L <0,0085 0,05 3 Besi (Fe) mg/L <0,0189 1,0 4 Florida mg/L 0,03 1,5 5 Cadmium mg/L <0,0012 0,005 6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 111,10 500 7 Klorida mg/L 150 600 8 Kromium, valensi 6 mg/L <0,0014 0,05 9 Mangan (Mn) mg/L 0,6532 0,5 10 Nitrat, sebagai N mg/L 0,39 10 11 Nitrit, sebagai N mg/L 0,0008 1,0 12 pH - 6,5 6,5-7,5 13 Selenium mg/L <0,0051 0,01 14 Seng (Zn) mg/L 0,0158 15 15 Sianida mg/L Tak Terdeteksi 0,1 16 Sulfat mg/L 63 400 17 Timbale mg/L <0,0089 0,5 18 Perak mg/L <0,0048 0,05 19 Natrium mg/L 17 200
b. Kimia Organik 1 Detergent mg/L Tak Terdeteksi 0,5 2 Zat Organik (Kmn
04) mg/L 0,95 10
c. Mikrobiologi 1 Total Koliform Jml/100 ml <1,8 10
Sumber : data primer 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berdasarkan hasil analisis tabel di atas dapat diketahui bahwa
ada dua parameter kualitas air olahan yang tidak sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan. Adapun parameter yang tidak
memenuhi syarat tersebut adalah rasa dan mangan (Mn). Persyaratan air
bersih yang ditetapkan adalah tidak berasa, sedangkan air bersih hasil
olahan yang kemudian disalurkan kepada masyarakat di IPA Kecamatan
Pacitan meiliki rasa yang berarti tidak sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Selain berasa, air bersih hasil olahan juga mengandung
mangan (Mn) yang lebih banyak jika dibandingkan dengan syarat baku
mutu. Dari hasil uji laboratprium menunjukkan hasil bahwa kandungan
Mangan (Mn) dalam air bersih hasil olahan menunjukkan angka 0,6532
mg/L, sedangkan syarat baku mutu hanya memperbolehkan kandungan
Mangan (Mn) dalam air bersih maksimal adalah 0,5 mg/L.
Instalasi Pengolahan Air yang ada di Kecamatan Pacitan ini
sebetulnya sudah melakukan tugasnya dengan baik, namun perlu
meningkatkan kinerjanya agar semua persyaratan baku mutu air bersih
tersebut dapat terpenuhi. Beberapa parameter yang sebelumnya tidak
memenuhi persyaratan baku air minum, setelah dilakukan proses
pengolahan sehingga memenuhi syarat baku mutu air bersih. Parameter-
parameter yang sebelumnya tidak memenuhi syarat air baku air minum
yaitu residu tersuspensi, BOD, DO, Seng (Zn), Fecal Coliform dan Total
Coliform. Namun setelah mengalami proses pengolahan parameter-
parameter tersebut sudah memenuhi syarat baku mutu air bersih sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
ketentuan yang ditetapkan. Hanya parameter rasa dan mangan (Mn) saja
yang masih belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Dilampauinya baku mutu air bersih yang dipersyaratkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 oleh IPA PDAM
Kecamatan Pacitan mengindikasikan bahwa IPA PDAM di Kecamatan
Pacitan belum sepenuhnya mengimplementasikan Peraturan Menteri
Kesehatan tersebut. Hal ini menjadi catatan yang penting karena air
bersih yang dihasilkan di IPA Kecamatan Pacitan ini nantinya akan
disalurkan kepada masyarakat. Jika ada parameter kualitas air yang
dilampaui maka dikhawatirkan akan memberi dampak yang kurang baik
pada masyarakat.
b. Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Kecamatan Arjosari
Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada di Kecamatan Arjosari
terletak di Desa Arjosari, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan.
Lokasi IPA berada di sebelah timur Sungai Grindulu yang dijadikan air
baku, yang berada pada 8° 7'11.49"S dan 111° 8'57.39"T. Lokasi
Sungai Grindulu yang dijadikan air baku IPA berada pada koordina 8°
7'9.44"S dan 111° 8'50.74"T. Untuk lebih jelasnya lokasi IPA di
Kecamatan Arjosari dapat dilihat pada gambar citra berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Gambar 8. Citra IPA yang ada di Kecamatan Arjosari
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui implementasi
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416 Tahun 1990 menggunakan perbandingan antara
parameter hasil laoratorium yang diambil dari sampel air Sungai
Grindulu sebagai air baku dan air hasil pengolahan yang ada di IPA
Kecamatan Arjosari.
1) Implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di IPA
Kecamatan Arjosari
Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada di Kecamatan Arjosari
merupakan IPA yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Grindulu.
Dengan digunakannya air Sungai Grindulu sebagai sumber air baku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
haruslah diketahui dahulu tentang kualitas air yang akan digunakan
tersebut. Kualitas air yang digunakan tersebut harus memenuhi syarat
yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwu mutu air
diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari :
a) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegiatan tersebut.
b) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarna/sarana rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar.
peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c) Kelas tiga, yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
d) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Digunakannya air Sungai Grindulu sebagai air baku oleh IPA
PDAM yang ada di Kecamatan Arjosari, mengharuskan syarat parameter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
kualitas air yang digunakan tersebut sesuai dengan syarat peruntukan
kelas 1 yang tertulis dalam peraturan pemerintah tersebut. Oleh karena
itu, untuk mengetahui implementasi dari Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 di IPA PDAM Kecamatan Arjosari, dilakukan pengambilan
sampel air baku yang berasal dari Sungai Grindulu sehingga nantinya
dapat diketahui parameter kualitas air baku tersebut.
Dari hasil uji laboratorium diketahui banyak parameter air hasil
uji sampel air Sungai Grindulu yang dijadikan air baku IPA PDAM
Kecamatan Arjosari melebihi ambang baku mutu yang sudah ditetapkan.
Parameter yang melampaui baku mutu tersebut baik berupa parameter
fisika, kimia dan mikrobiologi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel perbandingan parameter hasil uji sampel air Sungai Grindulu di
Kecamatan Arjosari dan syarat baku mutu air kelas 1 Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian
pencemaran air berikut :
Tabel 13. Perbandingan Daftar Parameter Kualitas Air Sungai Grindulu dan Baku Mutu Air Kelas 1 di IPA Kecamatan Arjosari
Parameter Satuan Hasil Uji Laboratorium
Baku Mutu Air Kelas 1
FISIKA Temperatur °C 25 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/L 51 1000 Residu Tersuspensi mg/L 199 50 KIMIA ANORGANIK pH 6,7 6-9 BOD mg/L 2,5 2 COD mg/L 8 10 DO mg/L 5,5 6 Total fosfat sebagai P mg/L 0,2385 0,2 NO3 sebagaiN mg/L 0,09 10 NH3-N mg/L 0,0030 0,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Arsen mg/L <0,0085 0,05 Kobalt mg/L <0,0102 0,2 Boron mg/L <0,0091 1 Selenium mg/L <0,0051 0,01 Cadmium mg/L <0,0012 0,01 Khrom (IV) mg/L <0,0014 0,05 Tembaga mg/L <0,0083 0,02 Besi (Fe) mg/L 0,5377 0,3 Timbale mg/L <0,0089 0,03 Mangan (Mn) mg/L <0,2142 0,1 Air Raksa mg/L - 0,001 Seng (Zn) mg/L 0,2423 0,05 Khlorida mg/L - 1 Sianida mg/L Tak Terdeteksi 0,02 Fluoride mg/L <0,03 0,5 Nitrit sebagai N mg/L 0,0225 0,06 Sulfat mg/L - 400 Khlorin bebas mg/L - 0,03 Belerang sebagai H2S mg/L - 0,002 MIKROBIOLOGI Fecal Coliform jml 100/ml 54.000 1000 Total Coliform jml 100/ml 54.000 100 KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak ug/l - 1000 Detergen sebagi MBAS ug/l - 200 Senyawa Fenol sebagai fenol
ug/l - 1
BHC ug/l <0,0052 1 Sumber : data primer 2011
Berdasarkan perbandingan daftar parameter kualitas air Sungai
Grindulu dan baku mutu air kelas 1 di IPA Kecamatan Arjosari diketahui
bahwa masih banyak parameter kualitas air yang digunakan melampaui
baku mutu yang telah ditetapkan. Ada 9 parameter kualitas air dari total
35 parameter kualitas air yang dilampaui baku mutunya, yaitu residu
tersuspensi, BOD, DO, total fosfat sebagai P, besi (Fe), mangan (Mn),
seng (Zn), fecal coliform dan total coliform. Parameter kualitas air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
tersebut termasuk dalam jenis parameter fisika, kimia anorganik dan
mikrobiologi.
Parameter fisika yang berupa residu tersuspensi berdasarkan
hasil uji laboratorium menunjukkan nilai 199 mg/L dengan batas baku
mutu yang dijinkan adalah 50 mg/L, jelas angka ini jauh melebihi baku
mutu yang ditetapkan, hamper empat kali lipat nilai kandungan residu
tersuspensi dari batas maksimal yang ada di air. Parameter Kimia
Anorganik yang melebihi baku mutu antara lain BOD, DO, total fosfat
sebagai P, besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn) . Kandungan BOD didalam
air juga melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan yaitu 2,5 mg/L yang
didapat dari hasil uji laboratorium terhadap sampel air Sungai Grindulu,
sedangkan kandungan maksimal BOD dalam air adalah 2 mg/L. Begitu
pula dengan DO yang ada didalam air, berdasarkan hasil uji laboratorium
diketahui bahwa nilao DO dalam air adalah 5,5 mg/L dengan batas
minimal DO yang ada didalam air adalah 6 mg/L.
Parameter kimia anorganik lain yang melebihi baku mutu adalah
total fosfat sebagai P yang memiliki baku mutu 0,2 mg/L, dari hasil
pengujian dilaboratorium terhadap sampel air Sungai Grindulu
menunjukkan kandungan total fosfat sebagai P didalam air mencapai
0,2385 mg/L yang berarti melebihi baku mutu yang ditetapkan.
Kandungan besi (Fe) di dalam air Sungai Grindulu juga melampaui baku
mutu yang ditetapkan yaitu 0,3 mg/L. dari hasil uji laboratorium didapat
hasil kandungan besi (Fe) dalam air Sungai Grindulu adalah 0,5377 mg/L
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
atau hamper dua kali lipat dari kandungan besi (Fe) yang diijinkan
didalam air sungai yang dijadikan air baku air minum.
Mangan (Mn) merupakan salah satu parameter kimia anorganik
yang terkandung di air Sungai Grindulu yang jumlahnya melebihi baku
mutu yang ditetapkan. Kandungan mangan (Mn) yang diperbolehkan
terkandung dalam air baku air minum adalah 0,1 mg/L sedangkan
kandungannya didalam air Sungai Grindulu berdasarkan hasil uji
laboratorium adalah <0,2 mg/L. Kandungan seng (Zn) berdasarkan hasil
uji laboratorium dalam air sampel yang diambil dari Sungai Grindulu
menunjukkan angka 0,2423 mg/L, jauh melebihi baku mutu yang
ditetapkan yaitu 0,05 mg/L.
Parameter mikrobiologi yang terdiri dari fecal coliform dan total
coliform berdasarkan hasil uji laboratorium jauh melebihi baku mutu
yang ditetapkan. Baku mutu bagi fecal coliform adalah 1000 dalam
100/ml dan total coliform adalah 100 dalam 100/ml. hasil uji
laboratorium menunjukkan kandunan fecal coliform dan total coliform
yang ada di Sungai Grindulu yang digunakan sebagai air baku IPA
Kecamatan Arjosari mencapai 54.000 dalam 100/ml. Hal ini jelas
menunjukkan sangat dilampauinya baku mutu yang telah ditetapkan bagi
parameter fecal coliform dan total coliform.
Adanya baku mutu yang terlewati dalam penggunaan air Sungai
Grindulu sebagai air baku IPA PDAM Kecamatan Arjosari jelas
melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air . Hal ini
berarti di IPA PDAM Kecamatan Arjosari belum sepenuhnya
mengimplementasikan peraturan pemerintah tersebut dengan baik sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan. Perlu sekiranya dilakukan perbaikan
atau evaluasi terhadap penggunaan air baku yang berasal dari Sungai
Grindulu sebagai air baku air bersih yang digunakan di IPA PDAM
Kecamatan Arjosari.
2) Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 di
IPA Kecamatan Arjosari
Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berada di Kecamatan
Arjosari merupakan IPA yang menghasilkan air bersih yang kemudian
disalurkan kepada pelanggan PDAM yang masuk dalam wilayah
pelayanan IPA Kecamatan Arjosari. Definisi air bersih berdasarkan
Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990 adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Dari definisi di atas jelas bahwa air yang dihasilkan oleh IPA
Kecamatan Arjosari tersebut dapat digunakan untuk minum bagi
masyarakat namun sebelum menggunakannya haruslah dimasak terlebih
dahulu. Dalam Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990 diatur
pula ketentuan mengenai baku mutu dari tiap parameter kualitas air yang
meliputi parameter mikrobiologi, kimia, fisika dan radioaktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Dari pengamatan terhadap tabel hasil uji laboratorium terhadap
air hasil aolahan IPA PDAM yang ada di Kecamatan Arjosari diketahui
bahwa dari 28 parameter yang diuji dan dipersyaratkan dalam Peraturan
menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990 mengenai batas maksimal atau
baku mutu semua parameternya berada di bawah baku mutu yang
ditetapkan. Dari 28 parameter fisika dan kimia yang diuji tersebut tidak
ada satupun parameter yang melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk
lebih jelasnya perbandingan baku mutu hasil uji laboratorium air hasil
olahan IPA Kecamatan Arjosari dan syarat baku mutu air bersih dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 14. Perbandingan Parameter Kualitas Air Bersih dan Baku Mutu Air Bersih di IPA Kecamatan Arjosari
No Parameter Satuan Hasil Uji Laboratorium
Baku Mutu Air Bersih
A. Fisika 1 Bau - Tak Berbau - 2 Jumlah zat padat
terlarut (TDS) mg/L 120 1000
3 Kekeruhan Skala NTU 3 5 4 Rasa - Tak Berasa - 5 Suhu °C 25 Suhu udara ±3
°C 6 Warna Skala TCU Tak Terdeteksi 15
B. Kimia a. Kimia Anrganik
1 Air raksa mg/L - 0,001 2 Arsen mg/L <0,0085 0,05 3 Besi mg/L <0,0189 1,0 4 Florida mg/L 0,03 1,5 5 Cadmium mg/L <0,0012 0,005 6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 66,16 500 7 Klorida mg/L 40 600 8 Kromium, valensi 6 mg/L <0,0014 0,05 9 Mangan mg/L 0,0644 0,5 10 Nitrat, sebagai N mg/L 0,51 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
11 Nitrit, sebagai N mg/L 0,0018 1,0 12 pH - 6,7 6,5-7,5 13 Selenium mg/L <0,0051 0,01 14 Seng mg/L 0,2793 15 15 Sianida mg/L Tak Terdeteksi 0,1 16 Sulfat mg/L 40 400 17 Timbale mg/L <0,0089 0,5 18 Perak mg/L <0,0048 0,05 19 Natrium mg/L 1 200
b. Kimia Organik 1 Detergent mg/L Tak Terdeteksi 0,5 2 Zat Organik (Kmn
04) mg/L 1,26 10
c. Mikrobiologi 1 Total Koliform Jml/100 ml <1,8 10
Sumber : data primer 2011
Berdasarkan hasil analisis terhadap tabel di atas diketahui bahwa
semua parameter yang diuji dari sampel air hasil olahan di IPA
Kecamatan Arjosari memenuhi syarat air bersih yang ditetapkan oleh
Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990. Hal ini
mengindikasikan bahwa IPA yang ada di Kecamatan Arjosari telah
melakukan kegiatan pengolahan air dengan sangat baik, terbukti dengan
tidak adanya parameter kualitas air yang melebihi baku mutu.
Keberhasilan Instalasi Pengolahan Air yang ada di Kecamatan
Arjosari dalam mengolah air baku yang berasal dari Sungai Grindulu
menjadi air bersih yang siap digunakan warga patut diberi apresiasi yang
tinggi. Alasannya adalah penggunaan air baku yang berasal dari Sungai
Grindulu yang parameternya banyak melebihi baku mutu air minum yang
ditetapkan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 namun berhasil diolah
menjadi air bersih yang memenuhi syarat air bersih berdasarkan
Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Dengan tidak adanya baku mutu yang dilampaui oleh parameter
yang diuji di laboratorium menunjukkan IPA PDAM yang ada di
Kecamatan Arjosari sudah memenuhi ketentuan dan ketetapan yang
diatur dalam Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990. Hal ini
berarti bahwa IPA PDAM yang ada di Kecamatan Arjosari sudah
mengimplementasikan Peraturan menteri kesehatan No. 416 Tahun 1990
dengan sangat baik, dibukikan dengan tidak adanya parameter kualitas ai
bersih yang melebihi baku mutu.
3. Komponen kultural
Yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi
bekerjanya hukum. Mayoritas masyarakat yang ada di Kecamatan Pacitan
dan Kecamatan Arjosari memanfaatkan air PDAM sebagai air yang
digunakan untuk pemenuhan kebutuhannya. Alasan digunakannya air
PDAM sebagai air utama adalah air tanah yang sulit didapat di Kecamatan
Pacitan dan Arjosari, dikarenakan topografi yang kebanyakan adalah
daerah karst.
Pengguna air PDAM bukan hanya dari rumah tangga saja, namun
industri dan kantor yang ada di Kecamatan Pacitan dan Arjosari juga
menggunakan air yang disalurkan oleh PDAM. Dari gambaran tersebut
dapat diketahui betapa pentingnya keberadaan PDAM sebagai lembaga
yang menyalurkan air bersih kepada masyarakat sehingga harus tetap
menjaga kualitas air baku maupun air yang akan disalurkannya nanti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Dari hasil wawancara dengan 40 warga masing-masing 20 dari
Kecamatan Pacitan dan Arjosari dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Masyarakat paham akan pentingnya menjaga kelestarian air Sungai
Grindulu yang dijadikan air baku PDAM.
b. Masyarakat dapat menerima penggunaan air Sungai Grindulu yang
dijadikan sebagai air baku PDAM, dengan alasan nantinya akan
dilakukan pengolahan sebelum disalurkan pada masyarakat sebagai
konsumen.
c. Masyarakat dapat menerima air bersih yang disalurkan oleh PDAM
meskipun tidak mengetahui secara pasti parameter kualitas air yang
disalurkan tersebut mereka menganggap air yang disalurkan tersebut
sudah layak digunakan karena berdasarkan pengalaman selama ini tidak
ada permasalahan terhadap air yang mereka gunakan tersebut.
d. Masyarakat tetap mengharapkan kualitas air yang disalurkan adalah air
dalam kondisi baik dan PDAM dapat terus meningkatkan kualitas air
yang mereka salurkan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data hasil uji laboratorium dan dibandingkan
dengan parameter kualitas air berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 secara rinci pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 di Sungai Grindulu
Kabupaten Pacitan Tahun 2011 sebagai air baku PDAM secara substantif
belum diterapkan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan dilampauinya baku
mutu yang ditetapkan, yaitu parameter residu tersuspensi, BOD, DO, Seng
(Zn), Besi (Fe), Fecal Coliform dan Total Coliform pada IPA Kecamatan
Pacitan dan residu tersuspensi, BOD, DO, total fosfat sebagai P, besi (Fe),
mangan (Mn), seng (Zn), fecal coliform dan total coliform pada IPA
Kecamatan Arjosari.
2. Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 di Instalasi
Pengelolaan Air (IPA) PDAM Kabupaten Pacitan Tahun 2011 secara
substantif belum sepenuhnya dijalankan dengan baik. Hal ini dibuktikan
dengan masih adanya parameter yang dilampaui baku mutunya di IPA
Kecamatan Pacitan yaitu rasa dan mangan (Mn), namun pada IPA Kecamatan
Arjosari tidak ada parameter yang dilampaui bakumutunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
B. Saran
Dengan hasil penelitian yang diperoleh ini, maka saran-saran yang
dikemukakan adalah :
1. Perlu dikaji ulang penggunaan air Sungai Grindulu sebagai ai baku IPA
PDAM yang ada di Kabupaten Pacitan karena secara umum kondisi air
sungai tersebut banyak parameternya yang melebihi baku mutu yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.
2. Perlu dilakukan peningkatan kinerja pada IPA Kecamatan Pacitan guna
memenuhi syarat air bersih yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 416 Tahun 1990, serta dipertahankannya kinerja yang sudah baik di IPA
Kecamatan Arjosari dan bila mungkin ditingkatkan menkadi lebih baik lagi.
3. Diberlakukannya sistem Reward and Punishment oleh Dinas Pengairan bagi
siapa saja yang menjaga air Sungai Grindulu agar tetap dalam kondisi baik.
4. Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Pacitan harus lebih
mempertegas dan memperketat pemberian izin usaha utamanya yang berada
disekitar sungai Grindulu.
5. Dilakukan penyuluhan oleh Jasa Tirta dan kerjasama dengan orang yang
dianggap penting dalam daerah agar bersama-sama menjaga kelestarian
sungai Grindulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Andi Yogyakarta.
Amsyari, F. 1986. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan.
Ghalia Indonesia, Surabaya.
Anonim, 1990. PROKASIH (Program Kali Bersih). Kantor Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Budiastuti, Sri. 2010. Ekologi Umum : Teori Dasar Pengelolaan
Lingkungan : Surakarta : UNS Press
Compact. 1999. Water The Vital Source. Wylie, Texas. P: 21 – 31.
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Universitas
Indonesia Press.
Dokumen SLHD. 2010. Dokumen SLHD Kabupaten Pacitan Tahun 2010 .
Pacitan
Goldman, C.R. and A.J. Horne. 1983. Limnology. McGraw-Hill. Inc. New
York.
Irianto, E.W. dan Machbub. 2007. Fenomena Hubungan Debit Air dan
Kadar Zat Pencemar Dalam Air Sungai .
Kaurish, F.W. and Yournos, T. 2007. Developing a Standartized Water
Quality Index for Evaluating Surface Water Quality. Journal of
The American Water Resources Association.
Mardalis. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Moleong, L.J. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : P.T Remaja
Rosclakarya.
Mulyana, Deddy, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Rahman, H.A. 2007. Suatu Tinjauan Terhadap Isu Pencemaran Sungai di
Malaysia. Universitas Sains Malaysia.
Resosudarmo, I.A.P. 2007. Pengembangan Wilayah Dalam Hal
Perbaikan Kualitas Air Sungai. Peneliti Center For International
Forestry Research.
Sastrawijaya, AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta.
Setyono, Prabang. 2008. Cakrawala Memahami Lingkungan. Surakarta : UNS
Press
Soemarwoto, O., 1989. Ekologi, Lingkungan dan Pembangunan.
Djembatan. Jakarta.
Soemarwoto, O. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah
Industri. Rajawali Jakarta.
Soemarwoto, O., 1976. Analisis Dampak Lingkungan Hidup. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Solichin Abdul Wahab. 1997. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Negara. Jakarta : Bumi Aksara
Suratmo, FG. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. University
Press Gajah Mada. Yogyakarta.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi
Yogyakarta.
Susilo, Y. 2003. Menuju Keselarasan Lingkungan. Averroes Press.
Tandjung, S.D. 2003. I lmu Lingkungan. Bahan Kuliah S2. Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Tandjung, S.D. 1991. Konservasi Sumber Daya Alam. Bahan Kuliah S2.
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Tika, Moch Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi . Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Whardhana, WA. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi
Yogyakarta.
Wibowo, Singgih Tri. 2010. Evaluasi Pengolahan Air Minum Pada Instalasi
Pengolahan Air (IPA) Jurug Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Kota
Surakarta Tahun 2009. Tesis. Surakarta : Pascasarjana Ilmu Lingkungan
UNS.
PERUNDANG-UNDANGAN
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Pedoman
Penentuan Status Mutu Air. Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Pengelolaan kualitas Air
Dan Pengendalian Pencemaran Air. Presiden Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan . 1990. Syarat-Syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air. Menteri Kesehatan
Undang –Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
INTERNET
http://ridha-zulfajri.blogspot.com/2010/01/asas-lingkungan-hidup.html diakses
tanggal 23 April 2011