IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

38
PELAKSANAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA PALEMBANG TAHUN 2009 Kata metodologi : Pelaksanaan Variabel penelitian: Pelaksanaan pendaftaran penduduk Tabel pengamatan penelitian Jumlah Penduduk Kota Palembang Tahun 2003 – 2008 Kecamatan Jumlah Penduduk 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1. Ilir Barat II 60.761 62.032 63.264 64.708 65.923 66.923 2. Gandus 48.502 49.015 50.078 51.182 52.125 53.288 3. Seberang Ulu I 142.587 146.403 149.135 152.607 155.521 160.233 4. Kertapati 74.738 76.417 77.978 79.736 81.225 82.220 5. Seberang Ulu II 82.902 85.109 86.889 88.833 90.482 91.500 6. Plaju 76.996 79.155 80.749 82.581 84.129 85.125 7. Ilir Barat I 106.727 109.952 112.099 114.668 116.833 118.090 8. Bukit Kecil 45.408 45.865 46.789 47.850 48.748 49.524

Transcript of IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

PELAKSANAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN

CATATAN SIPIL KOTA PALEMBANG TAHUN 2009

Kata metodologi : Pelaksanaan

Variabel penelitian: Pelaksanaan pendaftaran penduduk

Tabel pengamatan penelitian

Jumlah Penduduk Kota Palembang Tahun 2003 – 2008

KecamatanJumlah Penduduk

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1.  Ilir Barat II 60.761 62.032 63.264 64.708 65.923 66.923

2.  Gandus 48.502 49.015 50.078 51.182 52.125 53.288

3.  Seberang Ulu I 142.587 146.403 149.135 152.607 155.521 160.233

4.  Kertapati 74.738 76.417 77.978 79.736 81.225 82.220

5.  Seberang Ulu II 82.902 85.109 86.889 88.833 90.482 91.500

6.  Plaju 76.996 79.155 80.749 82.581 84.129 85.125

7.  Ilir Barat I 106.727 109.952 112.099 114.668 116.833 118.090

8.  Bukit Kecil 45.408 45.865 46.789 47.850 48.748 49.524

9.  Ilir Timur I 75.448 77.450 78.674 80.599 82.191 84.300

10. Kemuning 80.246 81.865 83.423 85.351 86.973 88.909

11. Ilir Timur II 154.864 157.602 160.818 164.449 167.522 168.317

12. Kalidoni 86.418 87.718 89.617 91.596 93.281 94.321

13. Sako 90.229 90.263 92.214 94.251 95.986 96.124

14. Sukarami 161.609 163.705 167.066 170.828 174.015 178.174

T O T A L 1.287.435 1.312.551 1.338.797 1.369.239 1.394.954 1.417.047

   (Sumber: Diolah dari PDA 2004, PDA 2005, PDA 2006, PDA 2007, PDA 2008,PDA 2009)

Pengamatan:

1.417.047 - 1.287.435 6

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

= 22602

Range Hasil Pengamatan

1287435---1310037

1310038---1332640

1332640---1355242

1355243---1377845

1377846---1417047

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

1.1 Latar Belakang Masalah1

Dari variabel x yang terdiri dari dimensi Sumber Daya, Komunikasi, Disposisi atau

Pelaksana, Struktur Birokrasi

Bagaimana seharusnya dan realitas dari dimensi Sumber Daya?

Dalam upaya mewujudkan tertib administrasi negara, pemerintah perlu membuat

suatu kebijakan sebagai pelaksana atas tercapainya suatu tujuan lembaga administrasi dari

pada berpegang teguh pada ketentuan hukum untuk menyelengarakan tugas-tugas pelayanan

kepentingan umum. Tugas-tugas pelayanan publik ini termasuk pula dalam bidang kearsipan

kependudukan. Dalam bidang ini diperlukan suatu kebijakan publik guna melakukan

pendokumentasian kependudukan. Hal ini dilakukan sebagai suatu langkah pendataan Warga

Negara Indonesia. Di dalam Pasal 26 (1) UUD 1945 (Amandemen) disebutkan bahwa yang

menjadi Warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain

yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai Warga Negara.

Berdasarkan pasal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang menjadi

Warga Negara Indonesia harus disahkan dengan bukti-bukti tertentu berdasarkan Undang-

Undang. Hal ini dilakukan sebagai suatu tertib administrasi pendaftaran kependudukan dan

pencatatan sipil sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yang

mengisyaratkan bahwa tujuan dari Negara Indonesia yakni melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Perlindungan yang dimaksud merupakan 1 Latar Belakang : Kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, baik kesenjangan teoritis maupun kesenjangan praktis yang melatrbelakangi masalah yang diteliti (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005 :33)

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

perlindungan kepastian hukum bahwa seseorang tersebut merupakan Warga Negara

Indonesia yang mempunyai hak mendapat perlindungan hukum dari negara seperti yang

tercantum dalam Pasal 28D (1) UUD 1945 (Amandemen). Di Indonesia, salah satu alat bukti

kependudukan yakni Kartu Tanda Penduduk (KTP). KTP merupakan alat bukti yang dapat

digunakan untuk membuktikan bahwa yang bersangkutan sebagai penduduk Indonesia,

namun KTP tidak dapat digunakan untuk membuktikan bahwa dirinya adalah Warga Negara

Indonesia. Dalam Pasal 26 ayat 1 dan ayat 2 UUD 1945 Amandemen perubahan kedua

menyebutkan bahwa adanya pembedaan Warga Negara dengan penduduk.

Bagaimana seharusnya dan realitas dari dimensi Komunikasi?

Warga Negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain

yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara. Sedangkan penduduk adalah

Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Status sebagai

Warga Negara dapat dibuktikan dengan adanya pengadministrasian penduduk yang

bersangkutan. Pengadministrasian ini dilakukan dengan penerbitan akta-akta kependudukan

seperti akta kelahiran, akta perkawinan, akta perceraian, akta kematian, akta pengakuan,

pengesahan, dan pengangkatan anak. Proses penerbitan akta-akta ini menjadi kewenangan

dari Kantor Catatan Sipil. Akta digunakan sebagai bukti seseorang dalam bidang publik

maupun bidang keperdataan. Sebagai contoh pada saat seseorang melakukan pendaftaran

sekolah. Hal yang menjadi bukti utama yakni akta kelahiran. Dalam prosedur pelayanan

administrasi kependudukan tersebut, Kantor Catatan Sipil berpedoman pada suatu

ketentuan/kebijakan publik yang mengatur pelaksanaan prosedur pelayanan publik tersebut.

Kebijakan publik merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar

rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak

(pemerintahan, organisasi) pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Bagaimana seharusnya dan realitas dari dimensi Disposisi atau pelaksana ?

Tujuan utama dari kebijakan publik yaitu dapat memberikan batasanbatasan dalam

bidang yang dikaji supaya pelaksanaanya sesuai dengan apa yang menjadi target dari

kebijakan publik yang bersangkutan. Dalam mencapai tujuan utama tersebut diperlukan 2

(dua) tindakan, yakni tindakan regulatif dan tindakan alokatif. Tindakan regulatif adalah

tindakan yang dirancang untuk menjamin kepatuhan terhadap standar atau prosedur tertentu.

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Sedangkan tindakan alokatif adalah tindakan yang membutuhkan masukan berupa uang,

waktu, personil dan alat. Peraturan kebijakan dalam bahasa Belanda – selain dinamakan

beleidsregels – juga diberi nama ‘pseudowetgeving’ atau ‘spiegelrecht’. Aturan ini hanya

mengatur kegiatan administrasi negara, tetapi karena sifat tugas administrasi negara

menyangkut pihak luar, secara tidak langsung akan mengenai juga masyarakat umum. Aturan

kebijakan timbul dari prinsip kebebasan bertindak yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan

pemerintahan yang dibenarkan secara hukum. Aturan kebijakan dibuat karena tidak dapat

diatur dengan peraturan biasa, baik karena jabatanya tidak berwenang, maupun tidak lagi

menyangkut materi muatan suatu peraturan. Aturan kebijakan lebih bertolak pada aspek

pencapaian tujuan atau manfaat dari pada dasar pembenaran hukum. Bentuk-bentuk aturan

kebijakan beraneka ragam seperti surat edaran, juklak, juknis, pedoman, keputusan, bahkan

disebut Peraturan.

Bagaimana seharusnya dan realitas dari dimensi dimensi Struktur Birokrasi?

Dalam peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, kebijakan publik yang

terkait dengan administrasi negara yakni peraturan-peraturan pelaksana lainya, seperti

Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, dan Instruksi Menteri. Peraturan pelaksana yang

terkait dengan bidang pendaftaran kependudukan dan pencatatan sipil yakni Undang-undang

republik indonesia Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya aktaakta Catatan Sipil semakin

meningkat, namun seirama dengan itu permasalahan yang muncul kepermukaan juga

semakin komplek. Pada satu sisi penyelenggaraan Catatan Sipil harus melayani masyarakat

yang semakin majemuk latar belakang primordialnya, yang pada giliranya juga membiaskan

perbenturan aspirasi dan kepentingan yang berbeda.

Undang-undang republik indonesia Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan ini berisikan berbagai aturan-aturan dalam bidang pencatatan sipil. Hal

tersebut antara lain mengenai Ketentuan Umum Pencatatan Sipil, Register Pejabat Pencatatan

Sipil, Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Blangko Dokumen Kependudukan,

Penatausahaan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, Pelaporan, Ketentuan lain-lain,

Pendanaan, Ketentuan Peralihan, dan Ketentuan Penutup. Dengan mendasarkan substansi

kebijakan publik, seperti Undang-undang republik indonesia Nomor 23 tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan untuk diimplementasikan di lembaga administrasi negara seperti

Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Kantor Catatan Sipil, maka perlu kiranya dikaji sejauh mana pelaksanaan pendaftaran

penduduk di kota Palembang dan apa pengaruhnya terhadap sistem tata kerja yang berlaku di

Kantor Catatan Sipil Kota Palembang dan hambatan serta pendukung dari proses

implementasi Peraturan Daerah tersebut di Kantor Catatan Sipil Kota Palembang. Adapun

harapan peneliti atas penelitian ini adalah agar setiap pihak dapat mengetahui sejauh mana

pelaksanan pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Citatan Sipil Kota

Palembang. Dari paparan diatas maka ada masalah variabel Pelaksanaan(Implementasi)

dilihat dari dimensi Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi atau pelaksana dan struktur birokrasi

1.2 Kerangka teori2

Judul penelitian pelaksanaan pendaftaran penduduk di dinas kependudukan dan catatan sipil

kota palembang tahun 2009 dan variabel penelitian pelaksanaan pendaftaran penduduk

diambil dari mata kuliah Analisis Proses Kebijakan Publik dengan sub bahasan Implementasi

(Pelaksanaan) (Drs. AG Subarsono Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan

Aplikasi), Pustaka Pelajar, 2005)

Konsep dari variabel penelitian

Pelaksanaan (Implementasi)

Implementasi sebagai proses dalam kebijakan publik

Dalam studi kebijakan publik, implementasi bukanlah sekedar mekanisme penjabaran

keputusan politik melalui struktur birokrasi melainkan lebih dari sebuah siapa yang

memperoleh apa dari sebuah kebijakan.

Van Meter dan Horn (1978:70) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai beriku:

“policy implementation encompasses those actions by publikc and private individuals (and

groups) that are directed at the achievement of goals and objectivies set forth in prior policy

decisions”

Itu artinya bahwa kebijakan tersebuat merupakan sbeuah tindakan dari individu baik

pemerintah maupun swasta pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

2 Kerangka Teori menurut Uma Sakaran (dalam Hapsary,2006:11) diartikan sebagai model konseuptual mengenai bagaimana teoriberhubungan dengan berbagai factor/variable yang telah dikenal.(diidentifikasi)ebagai masalah penting.

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Ada beberapa syarat agar implementasi kebijakan sempurna menurut Brian W. Hoogwood

dan Lewisn A.Gun (1978) yaitu:

1. Kondisi Eksternal

2. Sumber Daya

3. Perpaduan Sumber-sumber yang Diperlukan Benar-benar Ada

4. Hubungan Kausial

5. Hubungan Kausial Langsung

6. Hubungan saling Ketergantungan harus Kecil

7. Kepahaman dan Kesepakatan

8. Tugas yang dirinci dan ditempatkan pada urutan yang tepat

9. Komunikasi da Koordinasi yang sempurna

10. Pihak-pihak Memilik Wewenang Kekuatan

Peraturan Daerah adalah produk dari sebuah kebijakan publik.

Menurut Hoogerwerf dalam Sjahrir (1988,66) pada hakekatnya pengertian kebijakan adalah

semacam jawaban terhadapt suatu masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang

terarah. James E. Anderson (1978,33), memberikan rumusan kebiajkan sebagai perilaku dari

sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam bidang

kegiatan tertentu.

Kegiatan pertama dalam pembuatan kebijakan adalah merumuskan kebijakan, kegiatan ini

demikian pentingnya karena mempunyai pengaruh terhadap fase atau proses berikutnya.

Merumuskan masalah kebijakan berarti memberikan arti atau menterjemahkan problem

kebijakan secara tepat.

Adapun proses dari kebjakan publik itu sendiri digambarkan sebagai berikut:

1. Masalah

2. Issue Kebijakan

3. Analisa Kebijakan

4. Perumusan Kebijakan

5. Produk Kebijakan

6. Implementasi Kebijakan

7. Evaluasi Kebijakan

8. Rekomendasi.

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Sebuah peraturan dapat dikatakan baik apabila impelemntasi nya juga baik. Pada prinsipnya

implementasi adalah bagaimnaa kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan sesuai yang

diharapkan.

Model-Model Implementasi

Model-model Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi Sistem Rasional (Top-Down)

Menurut Parsons (2006), model implementasi inilah yang paling pertama muncul.

Pendekatan top down memiliki pandangan tentang hubungan kebijakan implementasi seperti

yang tercakup dalam Emile karya Rousseau : “Segala sesuatu adalah baik jika diserahkan ke

tangan Sang Pencipta. Segala sesuatu adalah buruk di tangan manusia”.

Masih menurut Parsons (2006), model rasional ini berisi gagasan bahwa implementasi adalah

menjadikan orang melakukan apa-apa yang diperintahkan dan mengontrol urutan tahapan

dalam sebuah sistem. 

Mazmanian dan Sabatier (1983) dalam Ratmono (2008), berpendapat bahwa implementasi

top down adalah proses pelaksanaan keputusan kebijakan mendasar. Beberapa ahli yang

mengembangkan model implementasi kebijakan dengan perspektif top down adalah sebagai

berikut : 

1. Van Meter dan Van Horn

Menurut Meter dan Horn (1975) dalam Nugroho (2008), implementasi kebijakan berjalan

secara linear dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan publik. Beberapa

variable yang mempengaruhi kebijakan public adalah sebagai berikut : 

1. Aktifitas implementasi dan komunikasi antar organisasi 

2. Karakteristik agen pelaksana/implementor

3. Kondisi ekonomi, social dan politik 

4. Kecendrungan (dispotition) pelaksana/implementor

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

2. George Edward III 

Menurut Edward III (1980) dalam Yousa (2007), salah satu pendekatan studi implementasi

adalah harus dimulai dengan pernyataan abstrak, seperti yang dikemukakan sebagai berikut,

yaitu : 

1. Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan ? 

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan implementasi

kebijakan?

Sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, Edward III, mengusulkan 4

(empat) variable yang sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan,

yaitu :

1. Communication (komunikasi) ; komunikasi merupakan sarana untuk

menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas.

Untuk menghindari terjadinya distorsi informasi yang disampaikan atasan ke

bawahan, perlu adanya ketetapan waktu dalam penyampaian informasi, harus jelas

informasi yang disampaikan, serta memerlukan ketelitian dan konsistensi dalam

menyampaikan informasi 

2. Resourcess (sumber-sumber) ; sumber-sumber dalam implementasi kebijakan

memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif

bilamana sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber-

sumber dimaksud adalah : 

a. staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan

untuk melaksanakan kebijakan 

b. informasi yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasi 

c. dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi kebijakan 

d. wewenang yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan. 

3. Dispotition or Attitude (sikap) ; berkaitan dengan bagaimana sikap implementor

dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para implementor

bersedia untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai kebijakan, tergantung

dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya 

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

4. Bureaucratic structure (struktur birokrasi) ; suatu kebijakan seringkali melibatkan

beberapa lembaga atau organisasi dalam proses implementasinya, sehingga diperlukan

koordinasi yang efektif antar lembaga-lembaga terkait dalam mendukung keberhasilan

implementasi. 

3. Mazmanian dan Sabatier 

Mazmanian dan Sabatier (1983), mendefinisikan implementasi sebagai upaya melaksanakan

keputusan kebijakan, sebagaimana pendapat mereka : 

“Implementation is the carrying out of basic policy decision, usually incorporated in a

statute but wich can also take the form of important executives orders or court decision.

Ideally, that decision identifies the problem(s) to be pursued, and, in a vaiety of ways,

‘structures’ the implementation process”. 

Menurut model ini, implementasi kebijakan dapat diklasifikan ke dalam tiga variable, yaitu

(Nugroho, 2008) : 

a. Variabel independen : yaitu mudah-tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan

dengan indicator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman objek dan

perubahan seperti apa yang dikehendaki. 

b. Variabel intervening : yaitu variable kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan

proses implementasi dengan indicator kejelasan dan konsistensi tujuan

c. Variabel dependen : yaitu variable-variabel yang mempengaruhi proses implementasi

yang berkenaan dengan indicator kondisi social ekonomi dan teknologi, dukungan

public, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi dan

komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana

5. Model Grindle 

Menurut Grindle (1980) dalam Wibawa (1994), implementasi kebijakan ditentukan oleh isi

kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan

ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan

oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. 

Isi kebijakan, mencakup hal-hal sebagai berikut : 

1. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan 

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan 

3. Derajat perubahan yang diinginkan

4. Kedudukan pembuat kebijakan 

5. Pelaksana program 

6. Sumber daya yang dikerahkan 

Sementara itu, konteks implementasinya adalah : 

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 

2. Karakteristik lembaga dan penguasa 

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Model Grindle ini lebih menitik beratkan pada konteks kebijakan, khususnya yang

menyangkut dengan implementor, sasaran dan arena konflik yang mungkin terjadi di antara

para aktor implementasi serta kondisi-kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan.

Implementasi Kebijakan Bottom Up

Model implementasi dengan pendekatan bottom up muncul sebagai kritik terhadap model

pendekatan rasional (top down). Parsons (2006), mengemukakan bahwa yang benar-benar

penting dalam implementasi adalah hubungan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana

kebijakan. Model bottom up adalah model yang memandang proses sebagai sebuah negosiasi

dan pembentukan consensus. Masih menurut Parsons (2006), model pendekatan bottom up

menekankan pada fakta bahwa implementasi di lapangan memberikan keleluasaan dalam

penerapan kebijakan. 

Ahli kebijakan yang lebih memfokuskan model implementasi kebijakan dalam persfektif

bottom up adalah Adam Smith. Menurut Smith (1973) dalam Islamy (2001), implementasi

kebijakan dipandang sebagai suatu proses atau alur. Model Smith ini memamndang proses

implementasi kebijakan dari proses kebijakan dari persfekti perubahan social dan politik,

dimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau

perubahan dalam masyarakat sebagai kelompok sasaran. 

Menurut Smith dalam Islamy (2001), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat

variable, yaitu :

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

1. Idealized policy : yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan

dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group untuk

melaksanakannya 

2. Target groups : yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan dapat

mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh perumus

kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan, maka

diharapkan dapat menyesuaikan pola-pola perilakukan dengan kebijakan yang telah

dirumuskan

3. Implementing organization : yaitu badan-badan pelaksana yang bertanggung

jawab dalam implementasi kebijakan. 

4. Environmental factors : unsur-unsur di dalam lingkungan yang

mempengaruhi implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial, ekonomi dan

politik.

Teori Kependudukan

Berdasarkan beberapa catatan kependudukan dunia, sejak tahun 1650 laju pertumbuhan

penduduk dunia meningkat dengan cepat, terutama di negara-negara eropa, USA, Amerika

Tengah dan Amerika Selatan, dalam 2 abad jumlah penduduk bertambah 3 kali lipat.

Misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk berjumalah 113 juta jiwa dan pada tahun 1850

menjadi 325 juta jiwa.

Untuk Asia dan Afrika dalam jangka waktu yang sama jumlah penduduk menkadi 2 kali

lipat, misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk 430 juta dan pada tahun 1859 menjadi 844

juta jiwa.

Dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan jumlah penduduk

menigkat dengan cepat dan dibeberapa bagian dunia telah terjadi kemiskinan dana

kekurangan pangan. Sehingga muncullah para ahli kependudukan yang membedakan dalam 3

kelompok aliran, yaitu :

A.  ALIRAN MALTHUSIAN (Thomas Robert Malthus)

Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat tentang kependudukan, yaitu :

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan akan

berkembang biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian

dari permukaan bumi.

Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan

makanan jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan

penduduk (deret ukur)

Menurut aliran ini pembatasan pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan 2 cara :

1.  Preventif Checks (pengekangan diri)

* Moral restraint (pengekangan diri)

- mengekang nafsu seks

- tunda kawin

* Vice atau Kejahatan (pengurangan kelahiran)

- pengguguran kandungan

- homoseksual

2.  Positive Checks (lewat proses kelahiran)

*  Vice atau kejadian (pencabutan nyawa)

- bunuh anak-anak

- bunuh orang cacat

- bunuh orang tua

*  Misery (kemelaratan)

- Epidemi

- bencana alam

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

- peperangan

- kekurangan makanan

Kritik terhadap teori Malthus

Malthus tidak memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :

kemajuan bidang transportasi yang dapat menghubungkan satu daerah dengan daerah

lain sehingga distribusi makana dapat berjalan

kemajuan bidang teknologi, terutama bidang pertanian

Usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan yang sudah menikah

fertilitas akan menurun apabila perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk

dinaikkan.

B.  ALIRAN MARXIST (Karl & F. Angel)

Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan

makanan).

Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap

bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis)

Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk

yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.

(kedua aliran ini memiliki pendukung yang sama banyak)

negara2 yang mendukung teori Malthus umumnya adalah negara berekonomi kapitalis seperti

USA, Inggrism Prancis, Australia, Canada, dll

Sedangkan negara-negara yang mendukung teori Marxist umumnya adalah negara-negara

berekon0mi Sosialist seperti Eropa Timur, RRC, Korea, Rusia dan Vietnam.

C.  ALIRAN NEO-MALTHUSIAN (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)

Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran

Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat

kontrasepsi.

Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan

bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan

makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan

makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.

1.3 Sikap peneliti

Dalam membanguan konsep penelitian ini sikap penelti berdasarkan dimensi diatas maka

diperoleh bahwa variabel x penelitian ini adalah Pelaksanaan (Implementasi).

1.4. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kaulitatif. Sifat dari pendekatan

deskriptif bukan untuk mengeneralisasikan data yang terkumpul, melainkan hanya untuk

memberikan gambaran secara factual, sistematis,a kurat dan berusaha untuk emahami dan

emnafsirkan peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perpektif

peneliti. Penelitian ini dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi atas kebijakan-kebijakan

yang dilaksanakan pemerintah dalam hal ini berkenaan tentang persya ratan dan tata cara

pengangkatan sekretaris desa menjadi pegawai negeri sipil.

1.4.1. Definisi Konsep. Menurut Singarimbun (1995:33), konsep ini merupakan istilah dan

definisi yang digunakan untuk mebgambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok,

atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

a. Implementasi kebijakan adalah tahap pengambilan kebijakan antara

pembentukan kebijakan dan konsekuensi kebijakan bagi orang-orang yang

dipengaruhi kebijakan tersebut. Jika kebijakan tidak dapat menyelesaikan

masalah maka kebijakan tersebut akan gagal sebab implementasi kebijakan

pada prinsipnya adalah tata cara agar sebuah kebiuajkan dapat mencapai

tujuannya.

b. sistem administrasi kependudukan merupakan sistem yang mengatur

seluruh administrasi yang menyangkut masalah kependudukan pada

umumnya. Dalam hal ini terkait tiga jenis pengadministrasian, yaitu

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

pertama pendaftaran penduduk, kedua pencatatan sipil, dan ketiga

pengelolaan informasinya.

c. pendaftaran penduduk adalah kegiatan pendaftaran dan atau pencatatan data

penduduk beserta perubahannya, perkawinan, perceraian, kematian, dan

mutasi penduduk, penerbitan nomor induk kependudukan, nomor induk

kependudukan sementara, kartu keluarga, kartu tanda penduduk dan akta

pencatatan penduduk serta pengelolaan data penduduk dan penyuluhan.

d. Implementasi (Pelaksanaan) pendaftaran penduduk merupakan serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan

kegiatan pendaftaran penduduk dengan menggunakan sistem informasi

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1.4.2 Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya

mengukur variable. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk

pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (masri Singarimbun, metode

penelitian survei, hlm 46).

Variabel Penelitian : Peraturan Daerah No 25 Tahun 2008

Variabel Defenisi Variabel

terpengaruh

Variabel pengaruh Skala

a.Pelaksanaan

(Implementasi)

Pendaftaran

Penduduk

Serangkaian

kegiatan yang

dilakukan

oleh

pemerintah

dalam

melaksanakan

kegiatan

pendaftaran

penduduk

dengan

menggunakan

sistem

informasi

1. Sumber

daya

1.Tingkat Pendidikan

2.Kewenangan

3.Fasilitas atau sarana

prasarana yang

tersedia

4.Informasi atau alur

penyampaian

peraturan baru

1. –SD

-SMP

-SMA

2. –Besar

-Sedang

-Kecil

3. –baik

-Sedang

-tidak baik

4. -baik

-sedang

-tidak baik

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

administrasi

kependudukan

untuk

mencapai

tujuan yang

telah

ditetapkan

2.

Komunikasi

1.Aktifitas

Komunikasi internal

dan eksternal pada

Organisasi pelaksana

2.Proses penyampaian

peraturan pada tingkat

Kecamatan

1. –lancar

-sedang

-tidak lancar

2. -lancar

-sedang

-tidak lancar

3.Disposisi

atau sikap

pelaksana

1.Tanggapanpimpinan

dan staf

DISDUKCAPIL

terhadap kegiatan

Perda No 25 Tahun

2008

-Pengetahuan,

pemahaman, dan

pendalaman

implementator

-Kepatutan agen

pelaksana terhadap

sanksi

1. –baik

-sedang

-tidak baik

2.-baik

-sedang

-tidak baik

-baik

-sedang

-tidak baik

4.Struktur

Birokratik

-SOP/ prosedur atau

mekanisme kerja

-baik

-sedang

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

-proses penyiapan

dan berkas pencatatan

sipil

-Fragmentasi atau

penyebaran tanggung

jawab

-tidak baik

-baik

-sedang

-tidak baik

-baik

-sedang

-tidak baik

Preposisi Pelaksanaan Pendaftaran Penduduk di Kota Palembang tahun 2009

1. Komunikasi

Agar implementasi berjalan efektif, maka pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab

untuk mengimplementasikan keputusan harus mengetahui bahwa apa yang harus mereka

lakukan. Perintah-perintah untuk mengimplementasikan kebijakan harus disampaikan

kepada orang-orang yang tepat secara jelas, akurat dan konsisten. Ketentuan pelaksanaan

persyaratan dan tata cara pendaftaran dan pencatatan sipil (studi kasus di dinas

kependudukan dan catatan sipil kota palembang), membutuhkan komunikasi yang harus

jelas agar tercapainya tujuan yang diamanatkan dari kebijakan tersebut dengan kondisi

yang begitu panjang sampai tingkat pemerintahan desa. Bagaimana bentuk sosialisasi,

pemahaman implementator, serta koordinasi antar instansi yang dilakukan merupakan

bentuk komunikasi dalam tercapainya tujuan dari pp tersebut. ((Drs. AG Subarsono

Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan Aplikasi), Pustaka Pelajar,

2005,hal 87)

2. Sumber daya

jika orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan kebijakan kekurangan sumber

daya untuk bekerja efektif, maka implementasi tidak akan efektif. Sumber daya yang penting

meliputi: jumlah staf yang memadai dan dengan keahlian yang diperlukan; informasi yang

relevan dan memadai tentang bagaimana mengimplementasikan kebijakan dan kepatuhan

pihak lain yang terlibat dalam implementasi; wewenang untuk menjamin bahwa kebijakan-

kebijakan dijalankan sesuai tujuan; fasilitas (meliputi gedung, peralatan, tanah dan suplai)

untuk menyediakan jasa.

a. Staf

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

sumber daya yang paling penting dalam mengimplementasikan kebijakan adalah staf,

tidak hanya dilihat dari jumlahnya, tetapi juga melihat kemampuannya untuk menjalankan

tugas.

b. Informasi

informasi adalah sumber daya kedua dalam implementasi kebijakan. Informasi ini

memiliki dua bentuk. Pertama adalah informasi mengenai bagaimana menjalankan kebijakan.

Pelaksanaan perlu mengetahui apa yang harus dilakukan ketika mereka diberikan arahan-

arahan untuk bertindak. Bentuk kedua adalah data tentang kepatuhan pihak lain terhadap

aturan-aturan dan regulasi pemenrintah. Pelaksana harus tahu apakah orang lain yang terlibat

dalam implementasi kebijakan patuh dengan hukum.

c. Wewenang

sumber daya lain dalam implementasi adalah wewenang. Wewenang bervariasi dari

program ke program dan memiliki berbagai bentuk seperti: mengeluarkan perintah kepada

pejabat lain; menarik dana dari program, menyediakan dana, staf dan bantuan teknis kepada

yuridiksi pemerintah yang lebih rendah, dll. Terkadang beberapa badan kekurangan

wewenang untuk mengimplementasikan kebijakan dengan tepat. Karena kurangnya

wewenang tersebut, maka pejabat membutuhkan koordinasi dengan pelaksana lain jika

mereka ingin mengimplenmentasikan program dengan sukses.

d. Fasilitas

Fasilitas fisik juga sumber daya penting dalam implementasi. sumber daya sangat penting,

tanpa sumber daya kebijakan tertulis tidak sama dengan kebijakan praktek ((Drs. AG

Subarsono Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan Aplikasi), Pustaka

Pelajar, 2005,hal 87)

3. Karakter (disposisi)

Karakter atau sikap pelaksana (implementator) adalah faktor penting ketiga dalam

pendekatan terhadap studi implementasi kebijakan publik. Ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam pembahasan disposisi:

a. Dampak disposisi

b. Menyusun staf birokrasi

c. Insentif

(Drs. AG Subarsono Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan Aplikasi),

Pustaka Pelajar, 2005,hal 87)

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

4. Struktur birokratif

Implementasi dapat terganggu akibat kekurangan dalam struktur birokratif. Para

pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang dilakukan dan memiliki keiginan dan

sumber daya yang cukup untuk melakukannya, tetapi mereka masih memiliki hambatan

implementasi oleh struktur iorganisasi tempat mereka bekerja. ((Drs. AG Subarsono

Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan Aplikasi), Pustaka Pelajar,

2005,hal 87)

Dari proposisi diatas maka ditemukan hubungan asismetris dimana satu variabel

mempengaruhi variabel lain yaittu Hubungan Asimetris dan Variabel, Hubungan disposis

dan respon, Ciri individu dan tingkah laku.

1.4.3. Data dan Sumber Data

Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung di lapangan

oleh peneliti. Data ini diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung di

lapangan.

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari riset kepustakaan dan dokumen, buku-

buku, arsip, lapaoran, dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.4.4.Teknik Pengumpulan Data

Studi Kepustakaan dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari buku-

buku, laporan-laporan baik di kantor pemerintah daerah maupun kantor kecamatan,

arsip yang menjadi dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.

Wawancara

Wawancara menurut Singarimbun dan Effendi,1989 hal 192, merupakan suatu proses

interaksi dan komunikasi dengan bertatap muka secara langsung.

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Dalam penelitian wawancara peneliti memilih sekdes dan pegawai pada isntansi

terkait dalam hal ini Badan Pemberdayaan masyarakat Desa, Badan kepagawaian

daerah dan pemerintah kecamatan. Wawancara merupakan suatu metode atau cara

yang digunakan peneliti dalam proses pengumpulan data dengan bertatap muka secara

langsung atau bisa menggunakan telepon sebagai alat komunikasi dengan

memberikan pertanyaan kepada informan.

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung secara sistematis terhadap

fenomena yang diteliti.

1.4.5 Populasi dan Sampel

Sugiono (2000:7) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek, subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian kali ini yang menjadi

populasi adalah pegawai DISDUKCAPIL Kota Palembang .

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono,2005:9) jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah lima

sampel.

1.4.6. Teknik Analisis Data

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisia

kualitatif dalam bentuk data-data berupa informasi, uraian dan kata-kata (data kualitatif) yang

diperoleh dilakuakn pemaparan serta interpretasi secara mendalam untuk diklasifikasikan,

dianalisis dan diabstraksikan kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Penentuan ini dilakukan berdasarkan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Adapun teknik analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Dalam teknik analisis data ini, saya menggunakan teknik analisis data menggunakan

skala pengukuran ordinal atau skala yang memungkinkan peneliti untuk mengurutkan

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

respondennya dari tingkatan ”paling rendah” ketingkatan ”paling tinggi” menurut suatu

atribut tertentu (menurut Singarimbun dan Effendi, 1989, hal 102).

1. Berdasarkan rumusan masalah I, data yang diperoleh dari lapangan akan

dikelompokkan, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendaftaran penduduk di

Kota Palembang tergolong tidak baik, biasa-biasa/sedang, baik, sangat baik.

2. Berdasarkan rumusan masalah II, data yang diperoleh dari lapangan akan

dikelompokkan, untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang terjadi dalam

pelaksanaan pendaftaran penduduk di Kota Palembang tergolong sedikit, sedang,

banyak.

1.5 Hasil Pengamatan

Dari data yang didapatkan di Dinas Kependuduakan dan Catatan Sipil Kota Palembang,

berikut ini adalah jumlah penduduk Kota Palembang berdasarkan wilayah, mempunyai

KTP,agama, dan status

Ilir bara

t II

Sebera

ng ulu I

Sebera

ng ulu II

Ilir bara

t I

Ilir timur I

Ilir timur II

Suka

ramai

Sako

Kemuning

Kalidoni

Bukit ke

cil

Gandus

Kertap

atiPlaj

u

Alang L

ebar

Semata

ng boran

g0

50000

100000

150000

200000

250000

Series1

Jumlah Kota Penduduk berdasarkan wilayah Sumber: DISDUKCAPIL Palembang

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

19%

22%

42%

17%

Berdasarkan kepemilikan KTPBelum mempunyai KTP Sudah Mempunyai KTP Usia Wajib Usia Belum

Sumber: DISDUKCAPIL Palembang

42%

1%3%

54%

Berdasarkan StatusKawin Cerai hidup Cerai mati belum kawin

Sumber: DISDUKCAPIL Palembang

Ketiga data tersebut dapat menunjukan kepadatan penduduk Kota Palembang. Sampai

saat pada tahun 2010, sesuai dengan data yang didapat peneliti di DISDUKACAPIL

Palembang jumlah penduduk yang telah terdaftar sebanyak 1.611.067 Jiwa.

Fitri Agustina selaku staf operator SIAK menerangkan mengenai bagaimaan proses

dilakukanya pemutakhiran data pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kota Palembang. “Data disajikan baik atas dasar azas de facto maupun de jure. Saat

ini proses pendaftaran ini diulang kembali dan sedang berjalan di lapangan. Setelah

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

operasi pendaftaran penduduk terselesaikan, maka proses berikutnya adalah melakukan

evaluasi dan validasi dengan komputer menuju dihasilkannya database kependudukan

yang lengkap, akurat, dan mutakhir berdasarkan SIAK.”

Prosedur yang tidak kalah penting dalam pemutakhiran data penduduk yaitu

melaksanakan administrasi tentang perubahan jumlah penduduk yang dikenal dengan

program LAMPID, yaitu merekam kejadian lahir, mati, pindah, dan datang. Proses ini cukup

sulit ditinjau dari program komputernya maupun enforcement-nya di lapangan. Untuk itu

dalam uji coba perlu dicarikan modus yang feasible dan mudah dikerjakan oleh aparat

Kelurahan dan tidak memberatkan penduduk di wilayah yang dicakup.

Tahap penyempurnaan penerapan program LAMPID ini memerlukan pembahasan

teknis yang mendalam karena selama ini pelaporan mutasi penduduk ini selalu tidak lengkap

dan frekuensi pelaporannya terlalu memberatkan aparat kelurahan dan penduduk. Perlu

dilakukan evaluasi ulang antara beban yang mereka tanggung dengan manfaat data yang

dihasilkan. Sekarang ini terlalu banyak peraturan dan keharusan yang membebani aparat dan

penduduk, tetapi data mutasi penduduk berdasarkan registrasi ini tidak pernah akurat dan

lengkap karena kurang feasible prosesnya di kelurahan.

Itje Aprisah, Amd selaku staf operator SIAK juga menerangkan bahwa “pelaporan

data penduduk menurut jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, golongan umur, alamat

(baik secara parallel maupun bertingkat) dapat dilakukan setiap saat (dalam hitungan

detik) dengan tingkat validitas diatas 95%. Data base yang dimiliki merupakan data hidup

dimana data penduduk setiap hari berubah sesuai dengan mutasi penduduk (Lahir, Mati,

Pindah, Datang) yang terjadi”

Program pendaftara penduduk ini tentunya tidak begitu saja berjalan secara mulus,

masih ada ditemui beberapa kendala yang menghambat berjalannya proses ataupun prosedur

pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang. Dari

pengamatan langsung di lapangan maka ada beberapa kendala yang sering di jumpai di

lapangan diantaranya yaitu:

1. Masyarakat masih banyak yang belum mengerti prosedur penerbitan kartu

kependudukan dan  akta-akta catatan sipil

2. Banyak warga masyarakat yang memiliki KTP dan KK ganda,Banyak tamu

yang menginap lebih dari 1 x 24 jam tapi tidak melapor,

3. Warga masyarakat masih banyak yang belum sadar akan arti penting dan

manfaat akta catatan sipil.

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Dalam menanggulangi kendala-kendala tersebut maka ada beberapa upaya dari Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang untuk mengatasi hambatan tersebut seperti

yang di katakan Drs. Dalludin selaku Kasi Monitoring dan Evaluasi yaitu

1. Memasang gambar alur penerbitan akta-akta kependudukan dan catatan sipil di Dinas

kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta

2. Membuka line telepon bagi masyarakat umum.

3. Adanya pengajuan SMS (0812-714-4000).

4. Diadakan Pendataan KTP atau KK, Dipasang pasang pengumuman tamu menginap 

1x 24 jam wajib  lapor di setiap desa atau kelurahan.

5. Diadakan sosialisasi dan berbagai penyuluhan mengenai arti penting dan manfaat

pendaftaran penduduk.

Pengamatan Dokumentasi

Gbr.2. Antrian warga untuk mendapatkan blanko pendaftaran penduduk(Doc:Sam)

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Gbr.3. Warga mengisi blanko pendaftaran penduduk di dalam DISDUKCAPIL Palembang.

Doc(Sam)

Gbr.4. Warga mengisi balanko pendaftaran di depan kantor DISDUKCAPIL Palembang

Doc.(Sam)

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Dari data yang didapatkan di Dinas Kependuduakan dan Catatan Sipil Kota Palembang,

berikut ini adalah jumlah penduduk Kota Palembang berdasarkan wilayah, mempunyai

KTP,agama, dan status

Ilir bara

t II

Sebera

ng ulu I

Sebera

ng ulu II

Ilir bara

t I

Ilir timur I

Ilir timur II

Suka

ramai

Sako

Kemuning

Kalidoni

Bukit ke

cil

Gandus

Kertap

atiPlaj

u

Alang L

ebar

Semata

ng boran

g0

50000

100000

150000

200000

250000

Series1

Jumlah Kota Penduduk berdasarka wilayahSumber: DISDUKCAPIL Palembang

19%

22%

42%

17%

Berdasarkan kepemilikan KTPBelum mempunyai KTP Sudah Mempunyai KTP Usia Wajib Usia Belum

Sumber: DISDUKCAPIL Palembang

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

42%

1%3%

54%

Berdasarkan StatusKawin Cerai hidup Cerai mati belum kawin

Sumber: DISDUKCAPIL Palembang

Ketiga data tersebut dapat menunjukan kepadatan penduduk Kota Palembang. Sampai

saat pada tahun 2010, sesuai dengan data yang didapat peneliti di DISDUKACAPIL

Palembang jumlah penduduk yang telah terdaftar sebanyak 1.611.067 Jiwa.

Fitri Agustina selaku staf operator SIAK menerangkan mengenai bagaimaan proses

dilakukanya pemutakhiran data pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kota Palembang. “Data disajikan baik atas dasar azas de facto maupun de jure. Saat

ini proses pendaftaran ini diulang kembali dan sedang berjalan di lapangan. Setelah

operasi pendaftaran penduduk terselesaikan, maka proses berikutnya adalah melakukan

evaluasi dan validasi dengan komputer menuju dihasilkannya database kependudukan

yang lengkap, akurat, dan mutakhir berdasarkan SIAK.”

Prosedur yang tidak kalah penting dalam pemutakhiran data penduduk yaitu

melaksanakan administrasi tentang perubahan jumlah penduduk yang dikenal dengan

program LAMPID, yaitu merekam kejadian lahir, mati, pindah, dan datang. Proses ini cukup

sulit ditinjau dari program komputernya maupun enforcement-nya di lapangan. Untuk itu

dalam uji coba perlu dicarikan modus yang feasible dan mudah dikerjakan oleh aparat

Kelurahan dan tidak memberatkan penduduk di wilayah yang dicakup.

Tahap penyempurnaan penerapan program LAMPID ini memerlukan pembahasan

teknis yang mendalam karena selama ini pelaporan mutasi penduduk ini selalu tidak lengkap

dan frekuensi pelaporannya terlalu memberatkan aparat kelurahan dan penduduk. Perlu

dilakukan evaluasi ulang antara beban yang mereka tanggung dengan manfaat data yang

dihasilkan. Sekarang ini terlalu banyak peraturan dan keharusan yang membebani aparat dan

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

penduduk, tetapi data mutasi penduduk berdasarkan registrasi ini tidak pernah akurat dan

lengkap karena kurang feasible prosesnya di kelurahan.

Itje Aprisah, Amd selaku staf operator SIAK juga menerangkan bahwa “pelaporan

data penduduk menurut jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, golongan umur, alamat

(baik secara parallel maupun bertingkat) dapat dilakukan setiap saat (dalam hitungan

detik) dengan tingkat validitas diatas 95%. Data base yang dimiliki merupakan data hidup

dimana data penduduk setiap hari berubah sesuai dengan mutasi penduduk (Lahir, Mati,

Pindah, Datang) yang terjadi”

Program pendaftara penduduk ini tentunya tidak begitu saja berjalan secara mulus,

masih ada ditemui beberapa kendala yang menghambat berjalannya proses ataupun prosedur

pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang. Dari

pengamatan langsung di lapangan maka ada beberapa kendala yang sering di jumpai di

lapangan diantaranya yaitu:

4. Masyarakat masih banyak yang belum mengerti prosedur penerbitan kartu

kependudukan dan  akta-akta catatan sipil

5. Banyak warga masyarakat yang memiliki KTP dan KK ganda,Banyak tamu

yang menginap lebih dari 1 x 24 jam tapi tidak melapor,

6. Warga masyarakat masih banyak yang belum sadar akan arti penting dan

manfaat akta catatan sipil.

Dalam menanggulangi kendala-kendala tersebut maka ada beberapa upaya dari Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang untuk mengatasi hambatan tersebut seperti

yang di katakan Drs. Dalludin selaku Kasi Monitoring dan Evaluasi yaitu

6. Memasang gambar alur penerbitan akta-akta kependudukan dan catatan sipil di Dinas

kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta

7. Membuka line telepon bagi masyarakat umum.

8. Adanya pengajuan SMS (0812-714-4000).

9. Diadakan Pendataan KTP atau KK, Dipasang pasang pengumuman tamu menginap 

1x 24 jam wajib  lapor di setiap desa atau kelurahan.

10. Diadakan sosialisasi dan berbagai penyuluhan mengenai arti penting dan manfaat

pendaftaran penduduk.

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

1.7 Kesimpulan

Penerbitan dokumen kependudukan di Kabupaten Ogan Ilir mengalami peningkatan

dibanding tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat yang semakin

kompleks akan adanya KTP untuk berbagai persyaratan administrasi. Pelaksanaan

pendaftaran penduduk sudah bisa dikatakan baik. Sumber Daya Manusia yang ada di Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang diposisikan sesuai dengan keahlian dan

latar belakang pendidikan. Hal ini sangat mendukung keberhasilan pelayanan pendaftaran

penduduk serta beralanya prosedur pendaftaran penduduk. Walaupun sebenarnya masih ada

faktor-faktor penghambat yang membuat pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Palembang kurang berjalan lancar. Akan tetapi dari pihak Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang telah mengupayakan berbagai cara agar

faktor-faktor penghambat pendaftaran penduduk tersebut dapat diatasi.

1.8 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka ada beberapa saran

yang diajukan penulis dalam hal pelaksanaan pendaftaran penduduk di kota Palembang dapat

berjalan dengan lebih baik. Saran tersebut:

-Pada operator komputer harus lebih teliti dalam input data, agar tidak terjadi

kesalahan pemasukan data ketika menyesuaikan dengan formulir yang telah diisi oleh

penduduk.

-Peningkatan jumlah penerbitan dokumen kependudukan sudah cukup baik,

kedepnanya diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi agar tercapai tujuan adanya sistem

informasi administrasi kependudukan dan proses pembuatan KTP dan KK

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG (Autosaved)

Daftar Pustaka

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: UGM Press

Nugroho, Riant. Dwijowito. Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi dan Evaluasi).

Jakarta : Gramedia

Simangarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabet

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitaif dan R &d. Bandung: Alfabet

Undang-undang No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

Sumber lain:

http://adminduk.depdagri.go.id/index.php?action=download&file=adm.pdf .

http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang

http://disdukcapil.palembang.go.id/

disdukcapil . palembang .go.id/tampung/dokumen/dokumen-6-5.ppt

http://dodynurandriyan.blogspot.com/2009/04/sistem-administrasi-kependudukan.html