IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL...

107
IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL 02/PB/P.KY/IX/2012 DAN MAHKAMAH AGUNG 02/PB/MA/IX/2012 TERHADAP PERILAKU HAKIM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Ahmad Haidar Muiny NIM : 1111048000054 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Transcript of IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL...

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL

02/PB/P.KY/IX/2012 DAN MAHKAMAH AGUNG 02/PB/MA/IX/2012

TERHADAP PERILAKU HAKIM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Ahmad Haidar Muiny

NIM : 1111048000054

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

iv

ABSTRAK

AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

Bersama Mahkamah Agung No.02/PB/MA/IX/2012 dan Komisi Yudisial

No.02/PB/P.KY/IX/2012 Terhadap Perilaku Hakim, Strata satu (S1), Konsentrasi

Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H / 2015 M. ix + 82 halaman.

Skripsi ini membahas tentang permasalahan tentang kode etik dan perilaku hakim

yang ada di Indonesia. yaitu penerapan Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan

Komisi Yudisial terhadap perilaku hakim. Adapun tujuan penelitian ini sebagai

berikut, (1) Untuk mengetahui kode etik dan perilaku hakim yang telah

diputuskan bersama oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial melalui

peraturan bersama. (2) Untuk mengetahui bagaimana efektifitas peraturan

bersama Mahkamah Agung dan Komisi yudisial dalam mengawasi kode etik dan

perilaku hakim. (3) Untuk mengetahui penerapan peraturan bersama Mahkamah

Agung dan Komisi Yudisial terhadap hakim yang melanggar.

Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kepustakaan bersifat normatif.

Normatif artinya penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif

(norma hukum), yaitu mengadakan penelitian terhadap masalah hukum dan

perilaku yang ada di masyarakat.

Kesimpulan dari analisis yang dilakukan adalah Kode etik profesi merupakan inti

yang melekat pada suatu profesi, ialah kode perilaku yang memuat nilai etika dan

moral. Hakim dituntut untuk profesional dan menjunjung etika profesi.

Pelanggaran atas suatu kode etik profesi tidaklah terbatas sebagai masalah internal

lembaga peradilan, tetapi juga merupakan masalah masyarakat.

Kata Kunci : Implementasi Peraturan Bersama Terhadap Perilaku Hakim

Pembimbing : H. Syafrudin Makmur, SH., MH.

Daftar Pustaka : Tahun 1994 sampai Tahun 2014

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

v

KATA PENGANTAR

اهلل الرحمن الرحيم بسم

Segala puji dan syukur ke-Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, Alhamdulillahi Robbil

„alamin terucap dengan ikhlas segala rasa syukur kepada-Nya atas

terselesaikannya skripsi ini oleh penulis. Sholawat serta salam semoga selalu

tercurah limpahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.

Dengan penuh rasa tulus penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat

jauh dari kesempurnaan, akan tetapi skripsi ini merupakan hasil usaha dan upaya

yang maksimal. Tidak sedikit hambatan, ujian dan kesulitan yang penulis temui.

Banyak hal yang tidak dapat dilampirkan didalam skripsi ini karena keterbatasan

pengetahuan dan waktu. Namun patut dan selalu disyukuri atas pengalaman suka

duka yang didapatkan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis sangat berterimakasih, tanpa motivasi dari pembimbing dan semua

pihak yang mendukung penelitian ini, penelitian ini tidak dapat terselesaikan.

Pada kesempatan kali ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.

2. Bapak Dr. Djawahir Hejjazziey, SH, MA, MH., Ketua Prodi Ilmu Hukum.

3. Bapak Arip Purqon, MA., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum.

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

vi

4. Bapak H. Syafrudin Makmur, SH., MH., Dosen Pembimbing penulis yang

selalu sabar dalam membimbing penulis dan selalu membantu serta

memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Ahmad Bahtiar, M.Hum., Dosen Pembimbing Akademik penulis

dari semester awal hingga semester akhir perkuliahan.

6. Kedua orang tua penulis bapak H. Fahrul Fuadi, Spd. dan ibu Dra. Hj. Tuti

Ulwiyah, M.H. yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis,

memberikan motivasi, doa dan selalu mendukung penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi Negeri.

7. Kepada seluruh keluarga besar almarhum Drs. Ahmad Amin dan al

marhum K.H. Irsyad Muiny S.H yang telah memberikan semangat,

motivasi, dan doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Program Studi Ilmu Hukum.

9. Seluruh kawan-kawan Program Studi Ilmu Hukum terutama kawan-kawan

seperjuangan konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara 2011.

10. Semua sahabat penulis dari Program Studi Ilmu Hukum angkatan 2011 B,

teman-teman dari Pusat Studi Hukum Kelembagaan Negara, dan teman-

teman KKN yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu.

Atas semua jasa, dukungan dan bantuan dari semua pihak yang telah

disebutkan diatas penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

selalu mendoakan semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

vii

berlipat ganda atas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang turut serta

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah

SWT selalu memeberikan Rahmat dan Hidayah-Nya serta mencurahkan kasih

sayang-Nya kepada kita semua. Amin Allahuma Amin.

Jakarta, Juni 2015

Ahmad Haidar Muiny

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah .......................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................................... 8

D. Kerangka Teoritis ................................................................................... 9

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ........................................................ 13

F. Metode Penelitian.................................................................................... 15

G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 18

BAB II LEMBAGA KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA

A. Mahkamah Agung (MA) ........................................................................ 20

B. Mahkamah Konstitusi (MK) ................................................................... 22

C. Lembaga Pendukung Kekuasaan Kehakiman ......................................... 32

BAB III KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG DAN KOMISI

YUDISIAL

A. Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung ............................................ 34

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

viii

B. Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial .................................................. 42

C. Korelasi Antara Kewenangan Mahkamah Agung Dengan Komisi Yudisial

Terhadap Kode Etik Perilaku Hakim…………………….. …………. 48

BAB IV IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL

DAN MAHKAMAH AGUNG

A. Tindakan Mahkamah Agung Dalam Menangani Kode Etik dan Perilaku

Hakim ...................................................................................................... 54

B. Tindakan Komisi Yudisial Dalam Menangani Kode Etik dan Perilku

Hakim ..................................................................................................... 57

C. Analisis Implementasi Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Terhadap

Kasus Hakim Agung Achmad Yamanie dan Kasus Hakim Vica

Natalia………………………………………………………………….59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 77

B. Saran-Saran ............................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

penerapan atau pelaksanaan dalam sebuah pekerjaan.1 Dalam kode etik

hakim, hakim dituntut untuk bersikap adil, jujur, arif dan bijaksana, bersikap

mandiri, berintegritas tinggi, bertanggung jawab, menjunjung tinggi harga

diri, berdisiplin tinggi, berperilaku rendah hati, dan bersikap professional.

Semua hal tersebut demi mewujudkan keadilan sepenuhnya yang ada di

Indonesia. Dalam kaitannya dengan hal ini hakim tidak hanya dituntut untuk

memutuskan sebuah perkara dengan hanya menggunakan undang-undang

saja tapi juga menggunakan yurisprudensi.

Cerminan perilaku hakim yang harus senantiasa berlandasakan pada

prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, adil, bijaksana, berwibawa, berbudi

luhur dan jujur, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang melandasi

prinsip-prinsip pedoman hakim dalam bertingkah laku sesuai dengan agama

dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab. Ketaqwaan tersebut akan mendorong hakim untuk berperilaku baik

dan penuh tanggung jawab sesuai tuntunan agama masing-masing.2

1Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, cet-ke 1, (Mitra Pelajar: Surabaya,

2005), h.196

2 Pedoman Perilaku Hakim, (Kepaniteraan Mahkamah Agung RI : Jakarta, 2008), h. 2

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

2

Untuk melaksanakan suatu fungsi, pada semua lini dalam setiap bidang

pada dasarnya terdapat beberapa unsur pokok, yaitu : tugas, yang merupakan

kewajiban dan kewenangan. Aparat, orang yang melaksanakan tugas tersebut.

Lembaga, yang merupakan tempat atau wadah yang dilengkapi dengan sarana

dan prasarana bagi aparat yang akan melaksanakan tugasnya. Bagi seorang

aparat, mendapatkan tugas merupakan mendapatkan kepercayaan untuk dapat

mengemban tugas dengan baik dan harus dikerjakan dengan sebaiknya.

Untuk mengerjakan tugas tersebut akan terkandung sebuah tanggung jawab

dalam melaksanakan dan mengerjakan tugas tersebut.

Tanggung jawab dapat dibedakan menjadi 3 hal yakni : moral, teknis

profesi dan hukum. Tanggung jawab hukum merupakan tanggung jawab yang

menjadi beban aparat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-

rambu hukum yang telah ada, dan wujud dari pertanggung jawaban ini

merupakan sebuah sanksi. Sementara itu tanggung jawab moral merupakan

tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma yang berlaku dalam

lingkungan kehidupan yang bersangkutan (kode etik profesi).

Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya sistem peradilan yang

diharapkan dapat membuat keseimbangan sosial dan kedamaian didunia ini.

Namun perlu kita sadari aparat-aparat hukum juga merupakan seorang

manusia yang memiliki kekurangan dan memiliki kesalahan yang tidak dapat

dipungkiri. Beberapa tekanan terkadang dapat membuat seseorang melakukan

hal-hal yang kadang tidak sesuai maka dari itu diperlukannya kode etik dalam

menjalankan sebuah profesi.

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

3

Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga Negara yang menjalankan

kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi. MA

adalah lembaga yang “merdeka”, artinya bebas dari campur tangan kekuasaan

lainnya dalam menyelenggarakan peradilan untuk menegakan hukum dan

keadilan. MA merupakan puncak perjuangan keadilan bagi setiap warga

negara, karena MA sebagai Peradilan Tertinggi Negara dari badan-badan

peradilan yang berada di bawahnya, termasuk peradilan khusus yang banyak

dibentuk sekarang ini.3

Sejarah berdirinya Mahkamah Agung RI tidak dapat dilepaskan dari

masa penjajahan atau sejarah penjajahan di bumi Indonesia ini. Hal mana

terbukti dengan adanya kurun-kurun waktu, dimana bumi Indonesia sebagian

waktunya dijajah oleh Belanda dan sebagian lagi oleh Pemerintah Inggris dan

terakhir oleh Pemerintah Jepang. Oleh karenanya perkembangan peradilan di

Indonesia pun tidak luput dari pengaruh kurun waktu tersebut.

Pada tahun 1807 Mr. Herman Willem Deandels diangkat menjadi

Gubernur Jenderal oleh Lodewijk Napoleon untuk mempertahankan jajahan-

jajahan Belanda di Indonesia terhadap serangan-serangan pihak Inggris.

Deandels banyak sekali mengadakan perubahan-perubahan di lapangan

peradilan terhadap apa yang diciptakan oleh VOC, diantaranya pada tahun

1798 telah mengubah Raad van Justitie menjadi Hooge Raad. Kemudian

tahun 1804 Betaafse Republiek telah menetapkan suatu Piagam atau

3Philipus M Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, cet-ke 10, (Gajah

mada University Press : Yogyakarta, 1994) h. 13

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

4

Regeringsreglement buat daerah-daerah jajahan di Asia. Dalam Pasal 86

Piagam tersebut, yang merupakan perubahan-perubahan nyata dari zaman

pemerintahan Daendels terhadap peradilan di Indonesia, ditentukan sebagai

berikut :

“Susunan pengadilan untuk bangsa Bumiputera akan tetap tinggal menurut

hukum serta adat mereka. Pemerintah Hindia Belanda akan menjaga

dengan alat-alat yang seharusnya, supaya dalam daerah-daerah yang

langsung ada dibawah kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda sedapat-

dapatnya dibersihkan segala kecurangan-kecurangan, yang masuk dengan

tidak diketahui, yang bertentangan dengan tidak diketahui, yang

bertentangan degan hukum serta adat anak negeri, lagi pula supaya

diusahakan agar terdapat keadilan dengan jalan yang cepat dan baik,

dengan menambah jumlah pengadilan-pengadilan negeri ataupun dengan

mangadakan pengadilan-pengadilan pembantu, begitu pula mengadakan

pembersihan dan pengenyahan segala pengaruh-pengaruh buruk dari

kekuasaan politik apapun juga.”

Piagam tersebut tidak pernah berlaku, oleh karena Betaafse Republiek

segera diganti oleh Pemerintah Kerajaan, akan tetapi ketentuan di dalam

“Piagam” tidak sedikit memengaruhi Deandels di dalam menjalankan

tugasnya.

Komisi Yudisial (KY) merupakan lembaga yang akan berperan dalam

proses seleksi hakim agung dan melakukan pengawasan para hakim. Melalui

Komisi Yudisial, diharapkan proses seleksi hakim agung lebih objektif dan

transparan, dan moralitas serta kejujuran para hakim akan semakin terawasi.

Keberadaan Komisi Yudisial diperlukan sebagai bagian dari perbaikan

peradilan akibat kegagalan sistem yang telah ada untuk menciptakan

pengadilan yang lebih baik. Sehingga dapat mendukung dan memperkuat

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

5

lembaga pengadilan dan kemajuan pelaksanaan peradilan.4 Sejarah

Pembentukan Komisi Yudisial Berawal pada tahun 1968 muncul ide

pembentukan Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH) yang

berfungsi untuk memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan

akhir mengenai saran-saran dan atau usul-usul yang berkenaan dengan

pengangkatan, promosi, pindahan rumah, pemberhentian dan

tindakan/hukuman jabatan para hakim. Namun ide tersebut tidak berhasil

dimasukkan dalam undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman.

Baru kemudian tahun 1998 muncul kembali dan menjadi wacana yang

semakin kuat dan solid sejak adanya desakan penyatuan atap bagi hakim,

yang tentunya memerlukan pengawasan eksternal dari lembaga yang mandiri

agar cita-cita untuk mewujudkan peradilan yang jujur, bersih, transparan dan

profesional dapat tercapai.

Seiring dengan tuntutan reformasi peradilan, pada Sidang Tahunan MPR

tahun 2001 yang membahas amandemen ketiga Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disepakati beberapa perubahan,

penambahan pasal yang berkenaan dengan kekuasaan kehakiman, termasuk

di dalamnya Komisi Yudisial yang berwenang mengusulkan pengangkatan

hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan

menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

4Thohari, A Ahsin, Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan, cet-ke 1, (ELSAM :

Jakarta, 2004) h. 23

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

6

Berdasarkan pada amandemen ketiga itulah dibentuk Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang disahkan di Jakarta pada

tanggal 13 Agustus 2004.

Setelah melalui seleksi yang ketat, terpilih 7 (tujuh) orang yang

ditetapkan sebagai anggota Komisi Yudisial periode 2005-2010 melalui

Keputusan Presiden tanggal 2 Juli 2005. Selanjutnya pada tanggal 2 Agustus

2005, ketujuh anggota Komisi Yudisial mengucapkan sumpah dihadapan

Presiden, sebagai awal memulai masa tugasnya.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh A. Ahsin Thohari, di

bebarapa negara, Komisi Yudisial muncul sebagai akibat dari salah satu atau

lebih dari lima hal sebagai berikut:

1. Lemahnya monitoring secara intensif terhadap kekuasaan kehakiman,

karena monitoring hanya dilakukan secara internal saja.

2. Tidak adanya lembaga yang menjadi penghubung antara kekuasaan

pemerintah (executive power) dalam hal ini Departemen Kehakiman–

dan kekuasaan kehakiman (judicial power).

3. Kekuasaan kehakiman dianggap tidak mempunyai efisiensi dan

efektivitas yang memadai dalam menjalankan tugasnya apabila masih

disibukkan dengan persoalanpersoalan teknis non-hukum.

4. Tidak adanya konsistensi putusan lembaga peradilan, karena setiap

putusan kurang memperoleh penilaian dan pengawasan yang ketat dari

sebuah lembaga khusus.

5. Pola rekruitmen hakim selama ini dianggap terlalu bias dengan masalah

politik, karena lembaga yang mengusulkan dan merekrutnya adalah

lembaga-lembaga politik, yaitu presiden atau parlemen.5

Masih menurut A. Ahsin Thohari, tujuan pembentukan Komisi Yudisial

adalah:

1. Melakukan monitoring yang intensif terhadap lembaga peradilan dengan

cara melibatkan unsur-unsur masyarakat dalam spektrum yang seluas-

5 Thohari, A Ahsin, Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan, cet-ke 1, (ELSAM :

Jakarta, 2004), h. 54

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

7

luasnya dan bukan hanya monitoring secara internal saja. Monitoring

secara internal dikhawatirkan menimbulkan semangat korps (l‟esprit de

corps), sehingga objektivitasnya sangat diragukan.

2. Menjadi perantara (mediator) antara lembaga peradilan dengan

Departemen Kehakiman. Dengan demikian, lembaga peradilan tidak

perlu lagi mengurus persoalan-persoalan teknis non-hukum, karena

semuanya telah ditangani oleh Komisi Yudisial. Sebelumnya, lembaga

peradilan harus melakukan sendiri hubungan tersebut, sehingga hal ini

mengakibatkan adanya hubungan pertanggungjawaban dari lembaga

peradilan kepada Departemen Kehakiman. Hubungan

pertanggungjawaban ini menempatkan lembaga peradilan sebagai

subordinasi Departemen Kehakiman yang membahayakan

independensinya.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas lembaga peradilan dalam banyak

aspek, karena tidak lagi disibukkan dengan hal-hal yang tidak berkaitan

langsung dengan aspek hukum seperti rekruitmen dan monitoring hakim

serta pengelolaan keuangan lembaga peradilan. Dengan demikian,

lembaga peradilan dapat lebih berkonsentrasi untuk meningkatkan

kemampuan intelektualitasnya yang diperlukan untuk memutus suatu

perkara.

4. Menjaga kualitas dan konsistensi putusan lembaga peradilan, karena

senantiasa diawasi secara intensif oleh lembaga yang benar-benar

independen. Di sini diharapkan inkonsistensi putusan lembaga peradilan

tidak terjadi lagi, karena setiap putusan akan memperoleh penilaian dan

pengawasan yang ketat dari Komisi Yudisial. Dengan demikian,

putusan-putusan yang dianggap kontroversial dan mencederai rasa

keadilan masyarakat dapat diminimalisasi kalau bukan dieliminasi.6

Meminimalisasi terjadinya politisasi terhadap rekruitmen hakim, karena

lembaga yang mengusulkan adalah lembaga hukum yang bersifat mandiri dan

bebas dari pengaruh kekuasaan lain, bukan lembaga politik lagi, sehingga

diidealkan kepentingan-kepentingan politik tidak lagi ikut menentukan

rekrutmen hakim yang ada.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Batasan Masalah

6 Thohari, A Ahsin, Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan, cet-ke 1, (ELSAM :

Jakarta, 2004), h. 64

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

8

Pengawasan kode etik hakim yang dilakukan oleh Mahkamah

Agung dan Komisi Yudisial sudah terlalu luas, oleh karena itu

pembahasan penulisan ini dibatasi hanya pada implementasi Peraturan

Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial terhadap perilaku

hakim.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana kewenangan Mahkamah Agung 02/PB/MA/IX/2012 dan

Komisi Yudisial 02/PB/P.KY/IX/2012 dalam peraturan bersama?

b. Apakah Mahkamah Agung 02/PB/MA/IX/2012 dan Komisi

Yudisial 02/PB/P.KY/IX/2012 sudah menerapkan peraturan

bersama terhadap hakim yang melanggar?

C. Tujuan dan Manfaat penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini secara umum untuk mengetahui

implementasi atau penerapan peraturan bersama Mahkamah Agung dan

Komisi Yudisial dalam hal menangani perilaku hakim dalam menjalani

tugas yang diembannya. Sedangkan secara khususnya, penilitian ini

bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui kode etik dan perilaku hakim yang telah

diputuskan bersama oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

melalui keputusan bersama.

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

9

b. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas peraturan bersama

Mahkamah Agung dan Komisi yudisial dalam mengawasi kode etik

dan perilaku hakim.

c. Untuk mengetahui penerapan peraturan bersama Mahkamah Agung

dan Komisi Yudisial terhadap hakim yang melanggar.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan hakim dibidang kode etik dan perilaku hakim.

D. Kerangka Teoritis

Sesuai dengan prinsip bahwa negara Indonesia menganut sistem

pemisahan kekuasaan (separation of power), dengan sistem pemisahan

kekuasaan ini lembaga negara menjadi kekuasaan yang dinisbatkan

sebagai fungsi lembaga negara yang sederajat dan saling mengendalikan

satu sama lainnya.7 Maka lembaga negara mempunyai kewenangan yang

terpisah dari dengan lembaga negara lainnya. Hal ini dimaksudkan agar

tidak adanya monopoli kekuasaan terhadap kewenangan lembaga negara

lain, sesuai dengan prinsip checks and balances.

Pemerintahan pada awalnya dibentuk untuk menghindari

keadaan dimana sebuah wilayah yang dihuni oleh manusia mengalami

7 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia, diterbitkan atas

kerjasama Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan Pusat Studi Hukum Tata Negara

Fakultas Hukum Unversitas Indonesia, 2004, h. 58

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

10

serba kekacauan.8 Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan untuk

mencapai tujuan dari pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada

pengawasan, karena dengan pengawasan tersebut, maka tujuan yang akan

dicapai dapat dilihat dengan berpedoman rencana yang telah ditetapkan

terlebih dahulu oleh pemerintah.

Sebagaimana pendapat Situmorang dan Juhir mengemukakan agar

terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu

sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna dan berhasil guna serta

ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali

dalam wujud pengawasan masyarakat (control social) yang obyektif,

sehat dan bertanggung jawab.

Dapat diketahui bahwa pada pokoknya tujuan pengawasan adalah

membandingkan antara pelaksanaan dan rencana serta instruksi yang

telah dibuat, untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan, kelemahan atau

kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja dan untuk mencari jalan

keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan atau dengan kata

lain disebut tindakan korektif.9 Pendapat ini terbukti jika sebuah lembaga

negara tidak melakukan pengawasan terhadap para pekerjanya maka

akan ada kelemahan dan kegagalan dalam kinerja lembaga tersebut.

Dalam mengelola pemerintahan secara baik dan benar, pemerintah

hendaknya jangan hanya sebagai penjaga malam yang memetingkan

8 Ryaas Rasyid, Makna Pemerintahan : tinjauan dari segi etika dan kepemimpinan, cet-

ke 2, (PT. Yarsif Watampone : Jakarta, 1997),h. 1

9 Titik Triwulan T, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha

Negara Indonesia, cet-ke 3, ( Prenada Media Group : Jakarta, 2011), h.452- 454

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

11

ketertiban tetapi juga jangan lupa pada ketentraman dan kesejahteraan

jadi jangan hanya mampu berkuasa tetapi juga mampu untuk melayani,

oleh karena itu disebut sebagai pemerintah yang baik dan benar atau

dengan kata lain good governance dan cleant government.

Menurut Sumendar, ilmu pemerintahan sebagai badan yang penting

dalam rangka pemerintahannya, pemerintah musti memperhatikan

ketentraman dan ketertiban umum, tuntutan dan harapan serta pendapat

rakyat, kebutuhan dan kepetingan masyarakat, pengaruh lingkungan,

pengaturan, komunikasi, peran serta seluruh lapisan masyarakat, serta

keberadaan legitimasi. Dan menurut Munasef, ilmu pemerintahan adalah

suatu ilmu yang dapat menguasai dan memeimpin serta menyelidiki

unsur-unsur dinas, berhubungan dengan keserasian ke dalam hubungan

antar dinas-dinas itu dengan masyarakat yang kepentingannya diwakili

dinas tersebut.10

Kepastian hukum adalah apa yang berusaha dipertahankan teori

hukum tradisional, dengan sadar atau pun tidak.11

Kepastian hukum

merupakan suatu hal yang hanya bisa dijawab secara normatif

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bukan

sosiologis, tapi kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu

peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara

jelas dan logis dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-

10

Inu Kencana Syafie, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, cet-ke 1, (PT. Refika

Aditama : Bandung, 2003), h. 6

11

Hans Kelsen, Pengantar Teori Hukum, cet-ke 1, (Nusa Media : Bandung, 2010), h.

130.

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

12

tafsir) dan logis dalam arti menjadi sistem norma dengan norma yang lain

sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma yang

ditimbulkan dari ketidakpastian.

Menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma

adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen,

dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus

dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang

deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat

umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam

bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun

dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi

batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan

terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut

menimbulkan kepastian hukum.12

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian,

yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu

mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan

kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan

pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu

12

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, cet-ke 5, (Kencana : Jakarta, 2008), h.

158.

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

13

dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh

Negara terhadap individu13

.

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis akan

menyertakan beberapa hasil penilitian terdahulu sebagai perbandingan

tinjauan kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut:

Sumber pembahasan ini diambil dari buku Kode Etik Hakim, penulis

Wildan Suyuthi Mustofa, dari penerbit Kencana yang membahas tentang

kode etik dan perilaku hakim.

Adapun skripsi yang pernah membahas seputar kode etik dan perilaku

hakim diantaranya adalah:

No. Aspek Perbandingan Studi Terdahulu

1. a. Judul Skripsi

b. Fokus

Pengawasan Perilaku Hakim Oleh Majelis

Kehormatan Hakim Dalam Sistem

Ketatanegaraan Republik Indonesia.

Bagaimana aturan-aturan mengenai perilaku

dan kode etik hakim dalam rangka

menegakkan kehormatan dan keluhuran

13

Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, cet-ke 1, (Citra Aditya Bakti :

Bandung, 1999), h. 23.

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

14

c. Waktu/Tempat

martabat hakim, serta bagaimana cara

pengawasan majelis kehormatan hakim

terhadap perilaku hakim dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia.

Universitas Andalas, Padang 2011

2. a. Judul Skripsi

b. Fokus

c. Waktu/Tempat

Komisi Yudisial Dalam Mengawasi Hakim

Persepektif Peradilan Islam.

Komisi yudisial dalam pengawasan putusan,

administrasi, dank ode etik hakim harus

sesuai dengan peradilan islam yang selama ini

telah dijalankan dari mulai Rasul dan para

sahabatnya, yaitu menjunjung tinggi keadilan

bagi masyarakat luas.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,

Yogyakarta 2013

Sebagai pertimbangan sekaligus pembeda, penulisan yang akan

diangkat oleh penulis adalah cakupan pembahasan skripsi yang lebih fokus

mengenai penerapan peraturan bersama Mahkamah Agung No.

02/PB/MA/IX/2012 dan Komisi Yudisial No. 02/PB/P.KY/IX/2012 terhadap

permasalahan kode etik dan perilaku hakim.

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

15

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk

memecahkan permasalahan dan sebagai pedoman untuk memperoleh hasil

penelitian yang mencapai tingkat kecermatan dan ketelitian yang dapat

dipertanggungjawabkan.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode penelitian merupakan metode ilmiah untuk mendapatkan tujuan

dan kegunaan tertentu. Indikasi hendaknya sebuah penelitian dapat diukur

dari sisi : rasionalitas, empris, dan sistematis, rasionalitas artinya penelitian

dilakukan dengan cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran

manusia, sementara empiris metode yang digunakan dengan cara indra

manusia, dan sitematis artinya proses penelitian tersebut menggunakan

langkah-langkah yang bersifat logis. menurut Peter Mahmud Marzuki,

penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam ilmu hukum

yang bersifat perspektif, bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan know-

how penilitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang

dihadapi. Di sinilah dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah

hukum, melakukan penalaran hukum, menganalisis masalah yang dihadapi

dan kemudian memberikan pemecehan atas masalah tersebut.14

2. Pendekatan Yang Dipakai

14

Peter Mahmud Marzuki, Penilitian Hukum, cet-ke 5, (Kencana Prenada Media Group :

Jakarta, 2013), h. 60.

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

16

Atas dasar itu pembahasan pokok dalam penulisan ini menggunakan

sebuah metode kajian buku atau normatif maka penulis menggunakan

pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan konsep

(conceptual approach), dan pendekatan historis (historical approach).

Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan

yang berkaitan dengan kode etik atau perilaku hakim. Pendekatan konsep

digunakan untuk memahami konsep aturan perundang-undangan tentang

kode etik dan perilaku hakim. Pendekatan historis dilakukan untuk

mengetahui sejarah tentang undang-undang yang mengatur tentang

permasalahan kode etik dan perilaku hakim yang ada di Indonesia.

3. Bahan dan Sumber Penelitian

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer meliputi

perundangan-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim.15

Dalam

penelitian ini yang termasuk dalam bahan hukum primer adalah UUD

1945, Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman, Undang- Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang amandemen

Undang-Undang Mahkamah Agung, Peraturan Bersama Mahkamah

Agung Republik Indonesia dan Komisi Yudisial Republik Indonesia

No. 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/IX/2012 Tentang Panduan

Penegakan Kode Etik Hakim Dan Pedoman Perilaku Hakim.

15

Peter Mahmud Marzuki, Penilitian Hukum, cet-ke 5, (Kencana Prenada Media Group :

Jakarta, 2013), h. 181.

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

17

b. Bahan Hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-

komentar atas putusan pengadilan.

c. Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder yang dipandang perlu.16

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode pengumpulan data

melalui studi dokumen/ kepustakaan (library research) yaitu dengan

melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku

yang berkaitan dengan kode etik dan perilaku hakim, peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan kode etik dan perilaku hakim. pendapat

sarjana, surat kabar, artikel, kamus dan juga berita yang penulis peroleh dari

internet.

5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan analisis secara deskriptif

kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisa data yang

mengelompakan dan menyeleksi data yang diperoleh dari berbagai sumber

kepustakaan dan peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian, kemudian

dianalisa secara interpretative menggunakan teori maupun hukum positif

yang telah dituangkan, kemudian secara induktif ditarik kesimpulan untuk

menjawab permasalahan yang ada.

16

Peter Mahmud Marzuki, Penilitian Hukum, cet-ke 5, (Kencana Prenada Media Group :

Jakarta, 2013), h. 183.

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

18

6. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet. 1. 2012.”

G. Sistematika Penulisan

Adapun dalam penulisan proposal skripsi ini, Penulis membaginya ke

dalam lima bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab I ini terdiri dari uraian mengenai latar belakang

permasalahan, pokok permasalahan, maksud dan tujuan

penulisan, manfaat penulisan, kerangka teori dan kerangka

konseptual, metodologi penulisan dan sistematika penulisan

skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam Bab II ini terdiri dari uraian yang menjelaskan kajian

konsepsi yang merupakan dasar dari etika profesi hukum

atau kode etik profesi.

BAB III : KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG DAN

KOMISI YUDISIAL

Dalam Bab III ini terdiri dari uraian mengenai persamaan

dan perbedaan kewenangan Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial dalam menangani kode etik dan perilaku hakim.

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

19

BAB IV : IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI

YUDISIAL DAN MAHKAMAH AGUNG

Dalam Bab IV ini terdiri dari uraian hasil analisis yang

dikembangkan serta berkaitan dengan teori pada Bab II dan

Bab III. Kemudian analisis atas Peraturan Bersama Komisi

Yudisial 02/PB/P.KY/IX/2012 dan Mahkamah Agung

02/PB/MA/IX/2012 dikaitkan dengan penerapan Peraturan

Bersama terhadap perilaku hakim.

BAB V : PENUTUP

Dalam Bab V ini penulis akan menyimpulkan materi karya

ilmiah dari pokok permasalahan dan memberikan saran-

saran yang berguna bagi negara Indonesia, lembaga atau

instansi terkait serta masyarakat luas.

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

20

BAB II

LEMBAGA KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA

A. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga Negara yang

menjalankan kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah

Konstitusi. MA adalah lembaga yang “merdeka”, artinya bebas dari

campur tangan kekuasaan lainnya dalam menyelenggarakan peradilan

untuk menegakan hukum dan keadilan. MA merupakan puncak

perjuangan keadilan bagi setiap warga negara, karena MA sebagai

Peradilan Tertinggi Negara dari badan-badan peradilan yang berada di

bawahnya, termasuk peradilan khusus yang banyak dibentuk sekarang

ini.17

Mahkamah Agung menurut Ketentuan umum Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu Mahkamah

Agung adalah pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Beberapa

kewenangan Mahkamah Agung dirumuskan dalam Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

Mahkamah Agung adalah pemegang Kekuasaan Peradilan

bersama Mahkamah Konstitusi dengan tugas dan kewenangan masing-

masing yang berbeda. tentang Kekuasaan Kehakiman.“Kekuasaan

17

Philipus M Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, cet-ke 10, (Gajah mada University Press : Yogyakarta, 1994) h. 13

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

21

Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan

Peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum,

Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan

Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.18

Mahkamah Agung adalah pemegang Kekuasaan Peradilan

bersama Mahkamah Konstitusi dengan tugas masing-masing yang

berbeda. Badan Peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung

meliputi Badan Peradilan dalam Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan

Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.19

Pasal

tersebut menjelaskan bahwa Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

melaksanakan Kekuasaan Kehakiman. Mahkamah Agung membawahi

badan Peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama,

Peradilan Militer, Dan Peradilan Tata Usaha Negara.Mahkamah Agung

membawahi suatu Pengadilan Khusus.

Pengadilan Khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu

lingkungan Peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.20

yang dimaksud dengan

“Pengadilan Khusus” antara lain adalah Pengadilan Anak, Pengadilan

Niaga, Pengadilan Hak Asasi Manusia, Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi, Pengadilan Hubungan Industrial Dan Pengadilan Perikanan yang

18

Pasal 18 Undang-Undang No 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

19

Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang No 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman

20

pasal 27 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

22

berada di ingkungan Peradilan Umum, serta Pengadilan Pajak yang

berada di lingkungan peradilan tata usaha negara.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang

Kekuasaan Kehakiman Mahkamah Agung berwenang:

a. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan

pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan

peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, kecuali

undang-undang menentukan lain.

b. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang

terhadap undang-undang.

c. Kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang. Mahkamah

Agung dapat dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat

masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga pemerintahan

dan tempat pengajuan peninjauan kembali (PK) 21

.

B. Mahkamah Konstitusi (MK)

Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) diawali

dengan diadopsinya ide MK (Constitutional Court) dalam

amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR) pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam

ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B Undang-Undang

Dasar 1945 hasil Perubahan Ketiga yang disahkan pada 9 Nopember

21

pasal 20 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

23

2001. Ide pembentukan MK merupakan salah satu perkembangan

pemikiran hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20.

Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945 maka dalam

rangka menunggu pembentukan MK, MPR menetapkan Mahkamah

Agung (MA) menjalankan fungsi MK untuk sementara sebagaimana

diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil Perubahan

Keempat.

DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-

Undang mengenai Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan

mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui secara bersama UU

Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13

Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu (Lembaran

Negara Nomor 98 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316).

Dua hari kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2003, Presiden

melalui Keputusan Presiden Nomor 147/M Tahun 2003 hakim

konstitusi untuk pertama kalinya yang dilanjutkan dengan pengucapan

sumpah jabatan para hakim konstitusi di Istana Negara pada tanggal

16 Agustus 2003.Lembaran perjalanan MK selanjutnya adalah

pelimpahan perkara dari MA ke MK, pada tanggal 15 Oktober 2003

yang menandai mulai beroperasinya kegiatan MK sebagai salah satu

cabang kekuasaan kehakiman menurut ketentuan UUD 1945.22

22

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.ProfilMK&id=1 diakses tanggal 3 Juli 2015 hari jumat, pukul 16:00

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

24

Ada empat kewenangan dan satu kewajiban Mahkamah Konstitusi

yang telah ditentukan dalam UUD 1945 perubahan ketiga Pasal 24C

ayat (1) yaitu:23

1. Menguji (judicial review) undang-undang terhadap UUD.

2. Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang

kewenangannya diberikan oleh UUD.

3. Memutuskan pembubaran partai politik.

4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

5. Selain itu, Mahkamah Konstitusi juga memiliki kewajiban

memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan

pelanggaran hukum oleh presiden dan wakil presiden

menurut UUD.

Dengan demikian ada empat kewenangan dan satu kewajiban

konstitusional bagi Mahkamah Konstitusi. Pengadilan yang dilakukan

oleh Mahkamah Konstitusi merupakan pengadilan tinggal pertama

dan terakhir yang putusannya bersifat final. Artinya, tidak ada upaya

hukum lain atas putusan Mahkamah Konstitusi, seperti yang terjadi

pada pengadilan lain. Kasus-kasus yang menjadi kewenangan

Mahkamah Konstitusi antara lain yaitu:

1. Perselihan Hasil Pemilihan Umum.

23

Taufiqurrohman Syahuri, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, cet-ke 1,

(Jakarta: Kencana, 2011), h. 111

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

25

Pemilihan umum bertujuan untuk memilih presiden dan wakil

presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Preisden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah. Peserta Pemilihan Umum itu ada tiga, yaitu pertama,

pasangan calon presiden/wakil presiden, kedua, partai politik peserta

pemilihan umum anggota DPR dan DPRD, dan ketiga, (perorangan

calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Sedangkan penyelenggara pemilihan umum adalah Komisi

Pemilihan Umum yang diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan

Umum (PANWASLU). Apabila timbul perselisihan pendapat antara

peserta pemilihan umum dengan penyelenggara pemilihan umum, dan

perselisihan itu tidak dapat diselesaikan sendiri oleh para pihak, maka

hal itu dapat diselesaikan melalui proses peradilan di Mahkamah

Konstitusi.24

Yang menjadi persoalan yang diselesaikan di Mahkamah

Konstitusi adalah soal perselisihan perhitungan perolehan suara

pemilihan umum yang telah dtetapkan dan diumumkan secara

nasional oleh Komisi Pemilihan Umum, dan selisih perolehan suara

dimaksud berpengaruh terhadap kursi yang diperebutkan. Jika terbukti

bahwa selisih peroleh suara tersebut tidak berpengaruh terhadap

peroleh kursi yang diperebutkan, maka perkara yang dimohonkan

akan dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard).

24

Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

26

Jika selisih yang dimaksud memang berpengaruh, dan bukti-bukti

yang diajukan kuat dan beralasan, maka permohonan dikabulkan dan

perolehan suara yang benar ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi

sehingga perolehan kursi yang diperebutkan akan jatuh ke tangan

pemohon yang permohonannya dikabulkan. Sebaliknya, jika

permohonan tidak beralasan atau dalil-dalil yang diajukan tidak

terbukti, maka permohonan pemohon akan ditolak. Ketentuan-

ketentuan ini berlaku baik untuk pemilihan anggota DPR, DPD,

DPRD, maupun untuk pasangan capres/cawapres.

2. Pembubaran Partai Politik

Kebebasan Partai politik dan berpartai adalah cermin

kebebasan berserikat yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar

1945. Oleh karena itu, setiap orang, sesuai ketentuan Undang-Undang

bebas mendirikan dan ikut serta dalam kegiatan partai politik. Karena

itu, pembubaran partai politik bukan oleh anggota partai politik yang

bersangkutan merupakan tindakan yang bertentangan dengan

konstitusi atau inkonstitusional.

Untuk menjamin perlindungan terhadap prinsip kebebasan

berserikat itulah maka disediakan mekanisme bahwa pembubaran

suatu partai politik haruslah ditempuh melalui prosedur peradilan

konstitusi. Yang diberi hak “standing” untuk menjadi pemohon dalam

perkara pembubaran partai politik adalah Pemerintah, bukan orang per

orang atau kelompok orang. Yang berwenang memutuskan benar

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

27

tidaknya dalil-dalil yang dijadikan alasan tuntutan pembubaran partai

politik itu adalah Mahkamah Konstitusi.25

Dengan demikian, prinsip kemerdekaan berserikat yang

dijamin dalam UUD tidak dilanggar oleh para penguasa politik yang

pada pokoknya juga adalah orang-orang partai politik lain yang

kebetulan memenangkan pemilihan umum. Dengan mekanisme ini,

dapat pula dihindarkan timbulnya gejala dimana penguasa politik

yang memenangkan pemilihan umum memberangus partai politik

yang kalah pemilihan umum dalam rangka persaingan yang tidak

sehat menjelang pemilihan umum tahap berikutnya.

3. Penuntutan Pertanggungjawaban Presiden/Wakil Presiden

Perkara penuntutan pertanggungjawaban presiden atau wakil

presiden dalam istilah resmi UUD 1945 dinyatakan sebagai kewajiban

Mahkamah Konstitusi untuk memutus pendapat DPR bahwa Presiden

dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa

pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana

berat lainnya. Atau perbuatan tercela atau pendapat DPR bahwa

Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai

Presiden dan Wakil Pesiden. 26

Dalam hal ini, harus diingat bahwa Mahkamah Konstitusi

bukanlah lembaga yang memberhentikan Presiden atau Wakil

Presiden. Yang memberhentikan dan kemudian memilih penggantinya

25

Pasal 28 jo Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945

26

Pasal 7A juncto Pasal 7B UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

28

adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat. Mahkamah Konstitusi hanya

memutuskan apakah pendapat DPR yang berisi tuduhan (a) bahwa

Presiden atau Wakil Presiden telah melanggar hukum, (b) bahwa

Presiden atau Wakil Presiden telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai

Presiden atau Wakil Presiden, terbukti benar secara konstitusional

atau tidak. Jika terbukti, Mahkamah Konstitusi akan menyatakan

bahwa pendapat DPR tersebut adalah benar dan terbukti, sehingga

atas dasar itu, DPR dapat melanjutkan langkahnya untuk mengajukan

usul pemberhentian atas Presiden atau Wakil Presiden tersebut kepada

Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Sejauh menyangkut pembuktian hukum atas unsur kesalahan

karena melakukan pelanggaran hukum atau kenyataan bahwa Presiden

dan/atau Wakil Presiden telah tidak lagi memenuhi syarat

sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945, maka putusan Mahkamah

Konstitusi itu bersifat final dan mengikat. DPR dan MPR tidak

berwenang mengubah putusan final MK dan terikat pula untuk

menghormati dan mengakui keabsahan putusan MK tersebut. Namun,

kewenangan untuk meneruskan tuntutan pemberhentian ke MPR tetap

ada di tangan DPR, dan kewenangan untuk memberhentikan Presiden

dan/atau Wakil Presiden yang bersangkutan tetap berada di tangan

MPR.

Inilah yang banyak dipersoalkan orang karena ada saja

kemungkinan bahwa MPR ataupun MPR tidak meneruskan proses

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

29

pemberhentian itu sebagaimana mestinya, mengingat baik DPR

maupun MPR merupakan forum politik yang dapat bersifat dinamis.

Akan tetapi, sejauh menyangkut putusan MK, kedudukannya sangat

jelas bahwa putusan MK itu secara hukum bersifat final dan mengikat

dalam konteks kewenangan MK itu sendiri, yaitu memutus pendapat

DPR sebagai pendapat yang mempunyai dasar konstitusional atau

tidak, dan berkenaan dengan pembuktian kesalahan Presiden/Wakil

Presiden sebagai pihak termohon, yaitu benar-tidaknya yang

bersangkutan terbukti bersalah dan bertanggungjawab.

4. Pengujian Undang-Undang dan Pemisahan MK dan MA

Kewenangan terakhir dan yang justru yang paling penting dari

keempat kewenangan ditambah satu kewajiban (atau dapat pula

disebut kelima kewenangan) yang dimiliki oleh Mahkamah

Konstitusi menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

adalah kewenangan menguji konstitusionalitas undang-undang.

Tanpa harus mengecilkan arti pentingnya kewenangan lain dan

apalagi tidak cukup ruang untuk membahasnya dalam makalah

singkat ini, maka dari kelima kewenangan tersebut, yang dapat

dikatakan paling banyak mendapat sorotan di dunia ilmu

pengetahuan adalah pengujian atas konstitusionalitas UU.

Pengujian atas Undang-Undang dilakukan dengan tolok ukur

Undang-Undang Dasar. Pengujian dapat dilakukan secara materiel

atau formil. Pengujian materiel menyangkut pengujian atas materi

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

30

UU, sehingga yang dipersoalkan harus jelas bagian mana dari UU

yang bersangkutan bertentangan dengan ketentuan mana dari UUD.

Yang diuji dapat terdiri hanya 1 bab, 1 pasal, 1 kaimat ataupun 1

kata dalam UU yang bersangkutan. Sedangkan pengujian formil

adalah pengujian mengenai proses pembentukan UU tersebut

menjadi UU apakah telah mengikuti prosedur yang berlaku atau

tidak. Sejarah pengujian (judicial review) dapat dikatakan dimulai

sejak kasus Marbury versus Madison ketika Mahkamah Agung

Amerika Serikat dipimpin oleh John Marshall pada tahun 1803.

Sejak itu, ide pengujian UU menjadi populer dan secara

luas didiskusikan dimana-mana. Ide ini juga mempengaruhi

sehingga „the fouding fathers‟ Indonesia dalam Sidang BPUPKI

tanggal 15 Juli 1945 mendikusikannya secara mendalam. Adalah

Muhammad Yamin yang pertama sekali mengusulkan agar MA

diberi kewenangan untuk membanding undang-undang.27

Akan

tetapi, ide ini ditolak oleh Soepomo karena dinilai tidak sesuai

dengan paradigma yang telah disepekati dalam rangka penyusunan

UUD 1945, yaitu bahwa UUD Indonesia itu menganut sistem

supremasi MPR dan tidak menganut ajaran „trias politica‟

27

Republik Indonesia, Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 26 Mei 1945 – 22

Agustus 1945, Sekretariat Negara RI, Jakarta, 1995, hal.295

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

31

Montesquieu, sehingga tidak memungkinkan ide pengujian UU

dapat diadopsikan ke dalam UUD 1945.28

Namun, sekarang, setelah UUD 1945 mengalami perubahan 4

kali, paradigma pemikiran yang terkandung di dalamnya jelas sudah

berubah secara mendasar. Sekarang, UUD 1945 tidak lagi mengenal

prinsip supremasi parlemen seperti sebelumnya. Jika sebelumnya

MPR dianggap sebagai pelaku kedaulatan rakyat sepenuhnya dan

sebagai penjelmaan seluruh rakyat yang mempunyai kedudukan

tertinggi dan dengan kekuasaan yang tidak terbatas, maka sekarang

setelah Perubahan Keempat UUD 1945 MPR itu bukan lagi

lembaga satu-satunya sebagai pelaku kedaulatan rakyat.29

Karena Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung

oleh rakyat, maka di samping MPR, DPR dan DPD sebagai pelaku

kedaulatan rakyat di bidang legislatif, kita harus pula memahami

kedudukan Presiden dan Wakil Presiden juga sebagai pelaku

kedaulatan rakyat di bidang eksekutif dengan mendapatkan mandat

langsung dari rakyat melalui pemilihan umum.

Di samping itu, karena sejak Perubahan Pertama sampai

Keempat, telah terjadi proses pergeseran kekuasaan legislatif dari

tangan Presiden ke tangan DPR,30

maka mau tidak mau kita harus

28

Republik Indonesia, Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 26 Mei 1945 – 22

Agustus 1945, Sekretariat Negara RI, Jakarta, 1995, hal 303-306.

29

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945

30

Pasal 5 ayat (1) juncto Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

32

memahami bahwa UUD 1945 sekarang menganut prinsip pemisahan

kekuasaan yang tegas antara cabang-cabang kekuasaan legislatif,

eksekutif, dan judiktif dengan mengandaikan adanya hubungan

„checks and balances‟ antara satu sama lain. Oleh karena itu, semua

argumen yang dipakai oleh Soepomo untuk menolak ide pengujian

undang-undang seperti tergambar di atas, dewasa ini, telah

mengalami perubahan, sehingga fungsi pengujian undang-undang

itu tidak dapat lagi dihindari dari penerapannya dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia di bawah UUD 1945.

C. Lembaga Pendukung Kekuasaan Kehakiman

Lembaga pendukung kekuasaan kehakiman yang ada di

Indonesia yaitu Komisi Yudisial (KY), Komisi Yudisial adalah

Lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh konstitusi

(constitutionally based power). Artinya, sebagai lembaga negara yang

bersifat mandiri dalam tugasnya Komisi Yudisial sebagaimana telah

ditentukan dalam UUD, kewenanganya Komisi Yudisial juga

diberikan dan diatur dalam UUD.

Kewenangannya yang mengekslusifkan dan membedakan

Komisi Yudisial dari lembaga-lembaga lain. Dengan konstruksi

demikian, Komisi Yudisial memiliki legitimasi yuridis amat kuat

dalam struktur ketatanegaraan.

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

33

Pada hakekatnya, tugas utama Komisi Yudisial adalah

mewujudkan Kekuasaan Kehakiman yang merdeka melalui

pencalonan Hakim Agung serta pengawasan terhadap Hakim yang

trasparan dan partisipatif guna menegakkan kehormatan dan

keluhuran martabat, serta menjaga perilaku Hakim. dengan tugas dan

wewenang tersebut, keberadaan Komisi Yudisial memiliki arti penting

dan peranan strategis dalam perkembangan ketatanegaraan dewasa ini

karena segala ketentuan dan kebijakan yang dibuat penyelenggara

Negara dapat diukur dalam kehormatan dan keluhuran martabat, serta

perilaku hakim.

Wewenang konstitusional Komisi Yudisial tersebut secara

khusus diatur dalam pasal 24B ayat 1 UUD 1945 pasca amandemen.

Pasal 24B ayat 1 perubahan UUD 1945 tersebut merangkum

sekaligus, fungsi, tugas dan wewenang Komisi Yudisial dalam wujud

rumusan umum.

Berdasarkan pokok pengaturan tersebut, UU No.22 tahun 2004

menjabarkan tugas strategis Komisi Yudisial melalui pasal 13 yang

menyatakan bahwa, Komisi Yudisial mempunyai wewenang

mengusulkan pengangkatan Hakim Agung kepada DPR dan

menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat erta menjaga

perilaku hakim.31

31 Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial

Sebagai Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca

Amandemen UUD 1945, cet-ke 1, (Prestasi Pustaka: Jakarta, 2007), h. 151-152.

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

34

BAB III

KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG DAN KOMISI

YUDISIAL

A. Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung

Menurut Pasal 22 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang

Kekuasaan Kehakiman adalah:

a. Mahkamah Agung dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan

nasihat masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga

pemerintahan.

b. Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan

peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal

atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang.32

Dalam

Pasal tersebut Mahkamah Agung dapat memberi keterangan,

pertimbangan, dan nasihat masalah hukum kepada Lembaga Negara

dan Lembaga Pemerintahan dan terhadap putusan Pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang

bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada

Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang

ditentukan dalam undang-undang.

Peran Mahkamah Agung dalam pengajuan Hakim Konstitusi diatur

Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,

32

Pasal 22 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

35

Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang oleh Mahkamah

Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 (tiga) orang

oleh Presiden.33

dalam hal ini Mahkamah Agung berhak untuk

mengajukan 3 (tiga) orang Hakim Konstitusi.

1. Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Agung

a. Pengangkatan Hakim Agung

Terdapat beberapa perbedaan antara pengangkatan Hakim Agung

sebelum reformasi, dan setelah reformasi, dengan amandemen UUD

1945.Pada masa Orde Lama proses pengangkatan (rekrutmen) Hakim

Agung melibatkan ketiga lembaga tinggi negara yaitu eksekutif

(Presiden) dan Menteri Kehakiman, Yudikatif (MA) dan Legislatif

(DPR). Aturan ini khusus ditetapkan bagi pemilihan Hakim Agung,

sedangkan dalam pemilihan hakim biasa hanya melibatkan pihak

yudikatif dan eksekutif.

Dalam Pasal 4-11 Ayat (2) Konstitusi Republik Indonesia

Serikat (KRIS) ditetapkan bahwa Ketua, Wakil Ketua dan hakim

Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden atas anjuran DPR dari

sekurang-kurangnya 2 (dua) calon bagi tiap-tiap pengangkatan.

Pengangkatan (pemilihan) Hakim Agung pada masa orde lama meski

melibatkan lembaga negara lainnya yakni DPR, namun keputusan akhir

tetaplah berada di tangan eksekutif (Presiden).

33

Pasal 34 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

36

Setelah tahun 1998, terjadi reformasi, kata “reformasi” tiba-tiba

menjadi hangat dibicarakan. “Reformasi ekonomi”, “reformasi

struktural”, dan “reformasi politik” menjadi bahan diskusi berbagai

kalangan, baik kalangan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat

(LSM), kampus, hingga rakyat jelata. Pada intinya, semua pihak

mendambakan reformasi yang segera agar dapat keluar dari himpitan

krisis ekonomi pada saat itu34

dan diantaranya reformasi dalam bidang

hukum. Menurut Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, bentuk-

bentuk reformasi hukum dikelompokkan menjadi 7 (tujuh), yaitu35

1. Kajian Dan Forum Ilmiah;

2. Perancangan Peraturan;

3. Implementasi Peraturan;

4. Pelatihan Hukum;

5. Advokasi Dan Kesadaran Masyarakat;

6. Lembaga Hukum; dan

7. Penyusunan Rencana.

Reformasi hukum tersebut salah satunya dituangkan dalam bentuk

amandemen UUD Republik Indonesia 1945. Setelah Amandemen,

34 Satya Arinanto, Reformasi Hukum, Demokrasi, dan Hak-hak Asasi Manusia, Hukum

dan Pembangunan,nomor 1-3, Tahun XXVIII, Januari-Juni 1998, h. 124-125.

35Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, Peta Reformasi Hukum di Indonesia

1999-2001: Transisi di Bawah Bayang-bayang Negara, (Komisi Hukum Nasional Republik

Indonesia : Jakarta, 2002), h. 35.

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

37

mekanisme rekruitmen Hakim Agung berbeda dari hakim biasa. Calon

Hakim Agung diseleksi oleh Komisi Yudisial dan diajukan untuk

mendapatkan persetujuan DPR sebagaimana mestinya. Menurut ketentuan

Pasal 24A ayat (3) UUD 1945,yang berbunyi :

“Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan

Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya

ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden”

Definisi profesi secara singkat adalah sebuah sebutan untuk jabatan

pekerjaan, di mana orang yang menyandangnya dianggap mempunyai

keahlian khusus yang diperoleh melalui training dan pengalaman kerja.36

Terminologi profesi paralel dengan profesionalitas yang dicirikan dengan

tiga karakter penting. Pertama, keterkaitan profesi tersebut dengan disiplin

ilmu yang dipelajarinya dan karenanya bersifat khusus. Kedua,

mempunyai kemampuan merealisasikan teori-teori ilmunya dalam ranah

praktis dengan baik. Ketiga, mempunyai banyak pengalaman kerja.37

Adanya keterlibatan DPR dalam proses pengangkatan Hakim Agung

tersebut juga berkaitan dengan kepentingan untuk menjamin adanya

akuntabilitas (public accountability) dalam pengangkatan, dan juga dalam

pemberhentian Hakim Agung. bagaimanapun juga, pengakuan akan

penting dan sentralnya prinsip independensi peradilan (the independence

of judiciary) sebagai Negara Hukum modern haruslah diimbangi dengan

36 E. Soemaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-norma bagi Penegak Hukum,cet-ke 1,

(Penerbit Kanisius : Yogyakarta, 1995), h. 32.

37E. Soemaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-norma bagi Penegak Hukum, cet-ke 1,

(Penerbit Kanisius : Yogyakarta, 1995), ., h. 33-34.

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

38

penerapan prinsip akuntabilitas publik. karena itu, fungsi partisipasi publik

dipandang penting, dan hal itu terkait dengan fungsi di DPR, bukan di KY

sebagai lembaga teknis yang bersifat administratif.

Cara perekrutan hakim, Mahkamah Agung dapat disebut multi-

voters model karena melibatkan banyak pihak. UUD 1945 menegaskan

peran Komisi Yudisial sebagai panitia tetap seleksi MA yang hasil

akhirnya ditentukan oleh pilihan Komisi III DPR. Presiden hanya

menerbitkan keputusan pengangkatan Hakim Agung. KY mengimbangi

Presiden dan DPR meski anggota KY diangkat oleh presiden dengan

persetujuan DPR.

b. Pemberhentian Hakim Agung

Hakim Agung juga dapat diberhentikan di tengah jabatannya. Komisi

Yudisial berwenang untuk mengevaluasi dan menilai setiap hakim agung.

Dalam hal terjadi pelanggaran kode etika, maka terhadap hakim agung

yang bersangkutan dikenakan sanksi etika sebagaimana mestinya. Dalam

hal hakim agung melakukan pelanggaran yang berat, baik pelanggaran

etika maupun pelanggaran hukum, yang menyebabkannya terancam sanksi

pemberhentian, maka usul pemberhentian itu diajukan oleh Komisi

Yudisial untuk mendapatkann persetujuan atau penolakan dari DPR

sebagaimana mestinya.

Apabila DPR menyetujui usul pemberhentian itu barulah usul itu

diajukan kepada Presiden untuk ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Apabila DPR menyatakan menolak usul pemberhentian tersebut, maka

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

39

sanksi pemberhentian yang diusulkan oleh Komisi Yudisial tidak dapat

dilaksanakan, dan Komisi Yudisial wajib mengadakan penyesuaian

terhadap keputusannya menyangkut Hakim Agung yang bersangkutan

dengan sebaik-baiknya.

Maksud dibentuknya Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan

kehakiman di Indonesia adalah agar warga masyarakat di luar struktur

resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan,

penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim. Semua ini

dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan serta keluhuran

martabat dan perilaku hakim.38

Jika usul pemberhentian Hakim Agung itu

mendapat persetujuan DPR, maka Komisi Yudisial segera mengajukan

usul itu kepada Presiden untuk ditetapkan secara administratif dengan

Keputusan Presiden.

Untuk mengsi kekosongan itu, Komisi Yudisial segera mengajukan

usul calon pengganti kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan

sebelum diajukan kepada Presiden untuk ditetapkan sebagai Hakim Agung

sebagaimana mestinya. Untuk menghadapi kemungkinan kekosongan

jabatan semacam ini, sebaiknya, Komisi Yudisial telah memiliki daftar

bakal calon Hakim Agung yang dicadangkan dari proses seleksi yang

sudah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian, kekosongan dalam

jabatan Hakim Agung dapat dicegah dengan sebaik-baiknya di masa

mendatang.

38Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, cet-ke

2, (Pusat Studi HukumTata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia : Jakarta, 2002), h. 42.

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

40

Hakim dilarang untuk merangkap jabatan. Yang dimaksud dengan

“merangkap jabatan” antara lain:

a. Wali, Pengampu, Dan Pejabat Yang Berkaitan Dengan Suatu

Perkara Yang Diperiksa Olehnya,

b. Pengusaha, dan

c. Advokat.

Dalam hal Hakim yang merangkap sebagai pengusaha antara lain

Hakim yang merangkap sebagai direktur perusahaan, menjadi pemegang

saham perseroan atau mengadakan usaha perdagangan lain.39

Di dalam

Komisi Yudisial ditegaskan mengenai usul penjatuhan sanksi yang dapat

diberikan Komisi Yudisial kepada hakim sesuai dengan tingkat

pelanggarannya, yaitu:

a. Teguran tertulis;

b. Pemberhentian sementara; atau

c. Pemberhentian.40

Manakala Hakim akan diperiksa Komisi Yudisial, maka menegaskan:

“Badan peradilan dan hakim wajib memberikan keterangan atau data yang

diminta Komisi Yudisial dalam rangka pengawasan terhadap perilaku

hakim dalam jangka waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal

permintaan Komisi Yudisial diterima.41

39

Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

40

pasal 23 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

41

pasal 22 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

41

Dalam hal badan peradilan atau hakim tidak memenuhi kewajiban

tersebut, Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi wajib memberikan

penetapan berupa paksaan kepada badan peradilan atau hakim untuk

memberikan keterangan atau data yang diminta42

.

Apabila badan peradilan atau hakim telah diberikan peringatan atau

paksaan tetapi tetap tidak melaksanakan kewajibannya, maka pimpinan

badan peradilan atau hakim yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai

dengan peraturan perundangundangan dibidang kepegawaian.43

Semua

keterangan dan data ini bersifat rahasia.44

Sedangkan mengenai ketentuan

tata cara pelaksanaan tugas sebagai mana dimaksud pada pasal 22 ayat (1)

di atur oleh Komisi Yudisial.

Secara universal, kewenangan pengawasan Komisi Yudisial tidak

menjangkau Hakim Agung pada Mahkamah Agung, karena Komisi

Yudisial adalah merupakan mitra dari Mahkamah Agung dalam

melakukan pengawasan terhadap para hakim pada badan peradilan di

semua lingkungan peradilan yang ada dibawah Mahkamah Agung; Pasal

32 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung yang

berbunyi sebagai berikut :

1. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap

penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam

menjalankan kekuasaan kehakiman.

42

pasal 22 ayat 5 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

43

pasal 22 ayat 6 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

44

pasal 22 ayat 7 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

42

2. Mahkamah Agung mengawasi tingkah laku dan perbuatan pada Hakim

di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan tugasnya.

Mahkamah Agung juga diharapkan meningkatkan pengawasan

terutama dengan cara lebih membuka diri dalam merespons kritik,

harapan, dan saran dari berbagai pihak. Prinsip kebebasan hakim oleh

hakim sendiri harus dimaknai sebagai adanya kewajiban untuk

mewujudkan peradilan yang bebas (fair trial) yang merupakan

prasyarat bagi tegaknya rule of law.

Oleh karena itu, dalam prinsip kebebasan hakim tersebut

terkandung kewajiban bagi hakim untuk membebaskan dirinya dari

bujuk rayu, tekanan, paksaan, ancaman, atau rasa takut akan adanya

tindakan balasan karena kepentingan politik atau ekonomi tertentu dari

pemerintah atau kekuatan politik yang berkuasa, kelompok atau

golongan tertentu, dengan imbalan atau janji imbalan berupa

keuntungan jabatan, keuntungan ekonomi, atau bentuk lainnya, serta

tidak menyalah gunakan prinsip kebebasan hakim sebagai perisai

untuk berlindung dari pengawasan

B. Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial

Komisi Yudisial merupakan organ yang pengaturannya ditempatkan

dalam kekuasaan kehakiman, dengan sebagaimana terlihat bahwa

Mahkamah Agung diatur dalam pasal 24A, Komisi Yudisial diatur dalam

pasal 24A ayat 3 dan pasal 24B. menurut Undang-Undang Dasar 1945

Komisi Yudisial berada dalam ruang lingkup kekuasaan kehakiman,

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

43

meskipun bukan pelaku kekuasaan kehakiman. Pengaturan yang demikian

menunjukkan keberadaan Komisi Yudisial dalam sistem ketatanegaraan

adalah terkait dengan Mahkamah Agung. Akan tetapi, pasal 24 ayat 2

Undang-Undang Dasar 1945 telah menegaskan, bahwa Komisi Yudisal

bukan merupakan pelaksan kekuasaan kehakiman, melainkan sebagai

supporting element atau state auxiliary organs.45

Adapun tugas dan

Wewenang Komisi Yudisial adalah sebagai berikut;

1. Mengusulkan Pengangkatan Hakim Agung kepada DPR.

Komisi Yudisial sebagai pengontrol dan pengimbang (checks and

balances) kekuasaan kehakiman, diharapkan mampu menjamin terciptanya

perekrutan Hakim Agung yang kredibel dan menjaga kontinuitas hakim-

hakim yang bertugas di lapangan agar tetap berpegang teguh pada nilai-

nilai moralitasnya sebagai seorang hakim yang harus memiliki integritas

dan kepribadian tidak tercela, jujur, adil, serta menjunjung tinggi nilai-

nilai profesionalisme yang melekat padanya.

Wewenang Komisi Yudisial dalam mengusulkan pengangkatan Hakim

Agung yang dimaksudkan untuk menghindari terjadinya politisasi

perekrutan Hakim Agung. Secara alamiah, kekuasaan politik presiden dan

parlemen selalu ingin mendudukan orang-orangnya sebagai Hakim Agung.

Komisi Yudisial diharapkan mampu meminimalisasi, kalau bukan

mengeliminasi, terjadinya politisasi itu.

45

Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai

Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, cet-ke 1, (Prestasi Pustaka: Jakarta, 2007), h. 117.

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

44

Sesuai dengan sebutanya sebagai Hakim Agumg, maka persyaratan

keanggotaanya harus benar-benar memenuhi syarat yang ideal tentang

kualifikasi hakim yang benar-benar diagungngkan.46

Mengingat

komplesitasnya persyartan, maka proses rekrutmen hakim agung harus

dilakukam secara selektif.

Di dalam Pasal 15 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004

secara jelas diatur, bahwa yang dapat mengajukan calon Hakim Agung

kepada Komisi Yudisial antara lain: Mahkamah Agung, Pemerintahan, dan

Masyarakat. Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan, bahwa calon

hakim agung dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu: Hakim

Karir dan Hakim Non Karir.

Ini membuka kesempatan bilamana dibutuhkan, maka dapat

dicalonkan menjadi hakim agung tidak berdasarkan sistem karir kepada

Komisi Yudisial. Ada perbedaan persyaratan seseorang yang dapat

dicalonkan menjadi hakim agung antar karir dan non karir.47

2. Menegakkan Kehormatan dan Keluhuran Martabat Serta Menjaga

Perilaku Hakim.

Dalam melaksanakan tugas dan peranannya menegakkan kehormatan

dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim tersebut, Komisi

Yudisial diberi tugas melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim

46

Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam

UUD 1945, cet-ke 1, (FH UII Press : Yogyakarta, 2005), h. 224

47

Pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 perubahan atas Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

45

dalam rangka menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta

menjaga perilaku hakim.48

Disamping itu Komisi Yudisialdalam

menjalankan peranannya diberi tugas lain yaitu mengajukan usul

penjatuhan sanksi terhadap hakim kepada pimpinan Mahkamah Agung

atau Mahkamah Konstitusi.49

Sebaliknya Komisi Yudisial didalam menjalankan peranannya diberi

kewenangan untuk dapat mengusulkan kepada Mahkamah Agung dan

Mahkamah Konstitusi untuk memberikan penghargaan kepada hakim atas

prestasi dan jasanya dalam rangka menegakkan kehormatan dan keluhuran

martabat serta menjaga perilaku hakim.50

Jadi untuk menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta

menjaga perilaku hakim Komisi Yudisial diberi beberapa kewenangan

antara lain yaitu: pengawasan terhadap perilaku kaim, pengajuan usulan

penjatuhan sanksi terhadap hakim, pengusulan penghargaan kepada hakim

atas prestasi dan jasanya.

a. Pengawasan Perilaku Hakim

Ruang lingkup kewenangan Komisi Yudisial, dalam rangka menjaga

dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta peilaku hakim,

sesungguhnya merujuk kepada code of ethics atau code of conduct.

Dikatakan bahwa suatu code of conduct menetapkan tingkah laku atau

48

Pasal 20 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

49

Pasal 21 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

50

Pasal 124 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

46

perilaku hakim yang bagaimana yang tidak dapat diterima. Code of

conduct akan mengingatkan hakim mengenai perilaku apa yang dilarang

dan bahwa tiap pelanggaran code of conduct mungkin akan menimbulkan

sanksi.

Setiap hakim harus mengetahui bahwa ia tidak dapat berperilaku di

bawah standar yang ditetapkan. Oleh sebab itu etik berbeda dari perilaku

yang dilarang. Etik berkenaan dengan harapan atau cita-cita. Etik adalah

tujuan ideal yang dicoba untuk dicapai, yaitu untuk sedapat mungkin

menjadi hakim yang terbaik.51

b. Mengusulkan Pemberian Sanksi

Peranan Komisi Yudisial melakukan pengawasan perilaku hakim

dapat dilakukan secara mandiri, karena tidak mempunyai hubungan

administrasi, struktural, kolega maupun secara psikologis yang selama ini

menjadi menjadi hambatan dalam melaksanakan pengawasan di dalam

instansi atau lembaga sendiri.

Sebaliknya menegakkan kehormatan dan keluhuran mmartabat serta

menjaga perilaku hakim terlihat dari usul penjatuhan sanksi seperti

teguran tertulis, pemberhentian sementara atau pemberhentian yang

dilakukan oleh Komisi Yudisial bersifat mengikat.52

Selanjutnya usul

penjatuhan sanksi tersebut diserahkan oleh Komisi Yudisial kepada

51 Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai

Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, cet-ke 1, (Prestasi Pustaka: Jakarta, 2007), h. 165.

52

Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

47

Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi. Namun, usulan tersebut

masih dapat dianulir oleh ketentuan yang berbunyi bahwa hakim yang

akan dijatuhi sanksi diberi kesempatan secukupnya untuk membela diri

dihadapan Majelis Kehormatan Hakim.53

c. Mengusulkan Pemberian Penghargaan

Selain kedua langkah di atas satu hal yang tidak kalah penting dalam

menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta perilaku para

hakim adalah pemberian reward and punishment bagi para hakim yang

benar-benar telah menunjukkan kinerja yang baik dan prestasi tinggi yang

mampu menjadi teladan bagi lingkungannya.

Berkaitan dengan itu, bahwa dalam menjalankan peranannya

menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjag perilaku

hakim, Komisi Yudisial diberi wewenang untuk dapat mengusulkan

kepada Mahkamah Agung atau Mahakamah Konstitusi untuk

memberikan penghargaan kepada hakim atas prestasi dan jasanya dalam

rangka menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga

perilaku hakim.54

ketentuan tersebut cukup logis, hal ini mengingat

semakin minimnya para hakim yang mampu menunjukkan kredibilitas

dan loyalitas serta perilaku hakim yang terpuji di negeri ini.

Kewenangan Komisi Yudisial dalam menegakkan dalam

menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku

53

Pasal 23 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

54

Pasal 24 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

48

hakim pada dasarnya merupakan bentuk kesadaran bahwa pengawasan

objektif terhadap kekuasaan kehakiman hanya dapt dilakukan denga cara

melibatkan unsur-unsur masyarakat seluas-luasnya, bukan hanya

pengawasan secara internal agar terhindar dari semangat korupsi,

manipulasi, dan distori.55

C. Korelasi Antara Kewenangan Mahkamah Agung Dengan Komisi

Yudisial Terhadap Kode Etik Perilaku Hakim

Dalam pasal 24A Undang-Undang kekuasaan kehakiman mengatur

tentang Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial diatur dalam pasal 24A

ayat 3 dan pasal 24B. Pengaturan yang demikian sekaligus menunjukkan,

bahwa menurut Undang-Undang Dasar 1945 Komisi Yudisial berada

dalam lingkup kekuasaan kehakiman,meskipun bukan pelaku kekuasaan

kehakiman. Pengaturan yang menunjukkan keberadaan Komisi Yudisial

dalm sistem ketatanegaran adalah terkait Mahkamah Agung.

Akan tetapi, pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 telah

menegaskan, bahwa Komisi Yudisial bukan merupakan pelaksana

kekuasaan kehakiman, melainkan sebagai supporting element (unsur

penunjang) atau state auxiliary organ (organ penunjang negara), Oleh

karena itu, prinsip check and balances (prinsip saling mengimbangi antar

lembaga negara) tidak benar jika diterapkan pola hubungan internal

55 Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai

Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, cet-ke 1, (Prestasi Pustaka: Jakarta, 2007), h. 178.

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

49

kekuasaan kehakiman, karena hubungan check and balances tidak dapat

berlangsung antar Mahkamah Agung sebagai principal organ (lembaga

utama) dengan Komisi Yudisial sebagai auxiliary organ (lembaga

penunjang)

Komisi Yudisial bukanlah pelaksana kekuasaan kehakiman,

melainkan sebagai supporting element dalam rangka mendukung

kekuasaan kehakiman yang merdeka, bersih, dan berwibawa, meskipun

untuk melaksanakan tugasnya tersebut Komisi Yudisial sendiri pun

bersifat mandiri.

Oleh karena itu, dalam perspektif yang demikian, hubungan antara

Komisi yudisial sebagai supporting organ dan Mahkamah Agung sebagin

main organ dalam bidang pengawasan perilaku hakim seharusnya lebih

tepat dipahami sebagai hubungan kemitraan (partnership) tanpa

mengganggu kemandirian lembaga masing-masing. Terdapat beberapa

ketentuan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur korelasi

kewenangan antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung. Yaitu

pencalonan hakim agung dan pengawasan perilaku hakim.56

a. Pencalonan Hakim Agung

Pasal 24A ayat 3 UUD 1945 menyatakan, bahwa Komisi Yudisial

berwenang mengusulkan calon hakim agung kepada DPR untuk

mendapatkan persetujuan. Dan di dalam pasal 24 ayat 4 UUD 1945

56

Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai

Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, cet-ke 1, (Prestasi Pustaka: Jakarta, 2007), h. 117-119

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

50

menyatakan ketua dan wakil Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh

hakim agung.

Sebagaimana kita ketahui, sebelum dibentuknya Komisi Yudisial,

mekanisme pengisian calon hakim agung dan hakim konstitusi berbeda

pula. Hakim konstitusi diusulkan Mahkamah Agung, DPR, dan Presiden,

sedangkan hakim agung dipilih melalui fit dan proper test di DPR. Untuk

menjaga kemandirian dari Mahkamah Agung,

Dibentuklah Komisi Yudisial yang berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung. Permasalahannya adalah, bahwa Komisi

Yudisial hanya merekrut calon sedangkan kewenangan penuh untuk

memilih calon tetap berada di tangan DPR. Dengan demikian kedudukan

Komisi Yudisial tidak sama dengan DPR yang menyetujui, juga tidak

sama dengan Presiden yang menetapkan.

Melalui konstruksi demikian, maka kedudukan Komisi Yudisial

dalam hal ini adalah lemah, sebab apa yang telah dilakukan Komisi

Yudisial melaui proses seleksi calon hakim sewaktu-waktu dapat saja

dibatalkan oleh DPR atu Presiden bahkan Mahkamah Agung selaku user,

jika timbul indikasi like and dislike dari apa yang dihasilkan oleh Komisi

Yudisial.57

b. Pengawasan Perilaku Hakim

57

Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai

Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, cet-ke 1, (Prestasi Pustaka: Jakarta, 2007), h. 119-121.

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

51

Sebagai pelaku kekuasaan kehakiman, baik Mahkamah Agung dan

peradilan dibawahnya serta Mahkamah Konstitusi merupakan kekuasaan

yang merdeka58

sehingga dalam melaksanakan kewenangan justisialnya

lembaga peradilan tidak dapat diawasi oleh lembaga negara lain.

Mekanisme pengawasan dalam lingkungan peradilan, saat ini dilakukan

oleh dua lembaga, Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial.

Mahkamah Agung yang dibentuk menurut pasal 24 UUD 1945,

adalah pemegang kekuasaan kehakiman. Untuk pengawasan terhadap

peradilan, oleh pasal 32 UU no.14 tahun 1985, ia diberikan tugas

melakukan pengawasan tertinggi atas penyelenggaraan peradilan di

semua lingkungan peradilan dan jugamengawasi perilaku para hakim di

semua lingkungna peradilan.

Lembaga kedua adalah Komisi Yudisial. Lembaga ini dibentuk

berdasarkan perubahan ketiga UUD 1945, Komisi Yudisial bersifat

mandiri dan berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan

mempunyai wewenang lain demi menjaga dan menegakkan kehormatan,

martabat, dan perilaku hakim.59

Secara spesifik, pasal 20 UU no 22 tahun 2004 menyatakan upaya

menjaga dan menegakkan kehormatan, martabat, dan perilaku hakim

dilakukan melalui pengawasan perilaku hakim. Kemudian pasal 22

menguraikan tugas Komisi Yudisial dalam melaksanakan pengawasan itu,

yaitu dengan menerima laporan masyarkat tentang perilaku hakim, serta

58

pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945

59 pasal 24B ayat 1 amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

52

membuat laporan pemeriksaan dan rekomendasi yang disampaikan

kepada Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, dengan tembusan

pada Presiden dan DPR.

Undang Undang Mahkamah Agung sebernarnya memberikan

kewenangan pengawasan terhadap para hakim semata. Selain itu,

Mahakamah Agung sebagai pemegang kekuasaan kehakiman, jelaslah

fungsi pengawasan di Mahkamah Agung bersifat internal. Pelaksanaa

fungsi pengawasan di Mahkamah agung telah berjalan secara bertingkat

maupun melekat, melalui pengawasan fungsional dan Dewan Kehormatan

Hakim Agung (DKHA).

Tapi, berdasarkan penelitian ditemukan, fungsi para pejabat

pengawasan di Mahkamah agung dan Pengadilan Tinggi tak berjalan

efektif. DKHA yang dibentuk berdasarkan penjelasan umum UU no 35

tahun 1999, dikategorikan sebagia pengawasan internal, sekalipun

Mahkamah Agung berpendapat DKHA melakukan fungsi pengawasan

eksternal, dan bersifat independen.

DKHA pun sudah harus dipertanyakan fungsinya, karena hasil

penelitian menujukkan bahwa DKHA tak bekerja secara optimal. Sebagai

bukti, tindak lanjut hasil pengawasan lembaga peradilan selama ini

cenderung bersifat tertutup, sehingga menimbulkan keraguan atas

efektifitas pengawasan oleh Mahkamah Agung. Dengan hadirnya Komisi

Yudisial, dapat diposisikan sebagai pengawasan eksternal dan independen

Mahkamah Agung dan para hakim di Mahkamah Konstitusi, karena

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

53

lembaga ini dibentuk dengan persetujuan DPR. Sehingga Mahkamah

Agung dapat berkosentrasi menangani kasus-kasus yang saat ini

menumpuk.

Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial seharusnya dapat

bekerja sinergis. Dalam hal ini temuan Komisi Yudisial dapat direspon

positif oleh Makamah Agung dengan ikut menindaklanjutinya, demikian

sebaliknya mengenai mekanismenya Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial dapat duduk bersama menyelesaikan masalah mereka. Jika yang

menjadi tujuan aalah tegaknya martabat hakim, kehadiran Komisi

Yudisial tak perlu dianggap sebagai pesaing. Justru Mahkamah Agung

dapat memanfaatkan Komisi Yudisial untuk membantu menegakkan

martabat hakim.60

60

Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai

Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, cet-ke 1, (Prestasi Pustaka: Jakarta, 2007), h. 121-125.

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

54

BAB IV

IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL DAN

MAHKAMAH AGUNG

A. Tindakan Mahkamah Agung Dalam Menangani Pelanggaran Kode Etik

dan Perilaku Hakim

Melalui keputusan Mahkamah Agung nomor 215/KMA/SK/XII/2007

tentang petunjuk pelaksanaan pedoman perilaku hakim, Mahkamah Agung

bisa melakukan penindakan terhadap hakim yang melanggar melalui Majelis

Kehormatan Mahkamah Agung dan Majelis Kehormatan Hakim.

Majelis Kehormatan Mahkamah Agung, adalah forum tempat

mengajukan pembelaan diri bagi Hakim Agung yang akan diusulkan untuk

diberhentikan tidak dengan hormat atau diberhentikan sementara sebagaimana

diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

: KMA/057/SK/VI/2006 Tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja

Majelis Kehormatan Mahkamah Agung.61

Sementara Majelis Kehormatan Hakim, adalah forum tempat

mengajukan pembelaan diri bagi Hakim yang akan diusulkan untuk

diberhentikan tidak dengan hormat atau diberhentikan sementara sebagaimana

diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

61

Pasal 1 huruf f Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :

KMA/058/SK/VI/2006 Tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman Perilaku Hakim

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

55

: KMA/058/SK/VI/2006 Tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja

Majelis Kehormatan Hakim.62

Dalam menangani pelanggaran kode etik dan perilaku hakim oleh

Mahkamah Agung, jika ketua Mahkamah Agung, para wakil ketua Mahkamah

Agung dan para ketua muda diduga melakukan pelanggaran Pedoman Perilaku

Hakim, maka rapat pimpinan membentuk tim khusus pemeriksa yang terdiri

atas 3 (tiga) orang yang diketuai salah seorang wakil ketua dan 2 (dua) orang

ketua muda, yang salah seorang diantaranya merangkap sebagai sekretaris

tim.63

Kelompok pemeriksa berwenang mengumpulkan data, informasi,

dan melakukan pemeriksaan untuk membuktikan kebenaran dugaan

pelanggaran tersebut, Kelompok pemeriksa wajib membuat laporan hasil

pemeriksaan yang disertai dengan kesimpulan atau pendapat, dan rekomendasi

yang disampaikan kepada pimpinan Mahkamah Agung, apabila sanksi yang

akan dijatuhkan berupa pemberhentian maka ketua Mahkamah Agung

memerintahkan membentuk Majelis Kehormatan Mahkamah Agung atau

Majelis Kehormatan Hakim untuk memberikan kesempatan kepada yang

bersangkutan melakukan pembelaan diri sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

62

Pasal 1 huruf g Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :

KMA/058/SK/VI/2006 Tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman Perilaku Hakim

63

Pasal 8 ayat (1) Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :

KMA/058/SK/VI/2006 Tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman Perilaku Hakim

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

56

Di samping hukuman disiplin yang diberikan oleh Mahkamah Agung

kepada hakim yang melanggar kode etik dan pedoman perilaku hakim ada

juga hukuman yang bersifat ringan dan berat, Dalam hal pelanggaran yang

bersifat sedang, terhadap hakim yang melanggar dapat dikenakan tindakan

antara lain :

a. tidak diperkenankan menangani perkara selama 6 (enam) bulan.

b. mutasi ke pengadilan lain tanpa promosi;

c. pembatalan atau penangguhan promosi; atau

d. didemosi/diturunkan dari jabatan struktural.64

Dalam hal pelanggaran yang bersifat berat, terhadap hakim yang

melanggar dapat dikenakan tindakan antara lain :

a. tidak diperkenankan menangani perkara paling kurang 1 (satu)

tahun dan paling lama 2 (dua) tahun.

b. mutasi ke pengadilan lain tanpa promosi;

c. pembatalan atau penangguhan promosi; atau

d. didemosi/diturunkan dari jabatan struktural.65

Dan tindakan terhadap hakim agung yang tidak berasal dari hakim karir,

Hakim ad hoc pada Mahkamah Agung Republik Indonesia, pada pengadilan

tingkat banding dan pengadilan tingkat pertama yang bukan pegawai negeri

sipil, yang melakukan pelanggaran dapat dikenakan tindakan antara lain :

64

Pasal 14 ayat (2) Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :

KMA/058/SK/VI/2006 Tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman Perilaku Hakim

65

Pasal 14 ayat (3) Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :

KMA/058/SK/VI/2006 Tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman Perilaku Hakim

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

57

a. dalam hal melakukan pelanggaran ringan, dapat dikenakan

tindakan berupa tegoran tertulis oleh pejabat yang berwenang

menghukum.

b. dalam hal melakukan pelanggaran sedang, dapat dikenakan

tindakan berupa tidak diperkenankan menangani perkara selama 6

(enam) bulan.

c. dalam hal melakukan pelanggaran berat, dapat dikenakan tindakan

berupa Tidak diperkenankan menangani perkara selama paling

kurang 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun, atau

Diberhentikan.66

B. Tindakan Komisi Yudisial Dalam Menangani Pelanggaran Kode Etik dan

Perilaku Hakim

Melalui Undang-undang no 18 tahun 2011 perubahan atas Undang-

Undang 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial bisa

melakukan penindakan terhadap hakim yang melanggar kode etik dan perilaku

hakim. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:

a. melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim,

b. menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran kode etik

dan atau pedoman perilaku hakim,

66

Pasal 15 Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :

KMA/058/SK/VI/2006 Tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman Perilaku Hakim

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

58

c. melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan

pelanggaran kode etik atau pedoman perilaku hakim secara tertut,

d. memutuskan benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran kode Etik atau

pedoman perilaku hakim, dan

e. mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang

perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan

kehormatan dan keluhuran martabat hakim.67

Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku hakim, Komisi Yudisial dapat meminta bantuan

kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam

pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman

perilaku hakim oleh hakim. Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti

permintaan Komisi Yudisial.68

Dalam hal dugaan pelanggaran kode etik atau pedoman perilaku hakim

dinyatakan terbukti bersalah, maka Komisi Yudisial mengusulkan penjatuhan

sanksi terhadap Hakim yang diduga melakukan pelanggaran kepada

Mahkamah Agung. Diantaranya sanksi ringan, sedang, dan berat. Sanksi

ringan terdiri dari: teguran lisan, teguran tertulis, pernyataan tidak puas secara

tertulis.

Sementara sanksi sedang terdiri dari: penundaan kenaikan gaji berkala

paling lama 1 (satu) tahun, penurunan gaji sebesar 1 (satu) kali kenaikan gaji

67

Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang nomor 18 tahun 2011 perubahan atas Undang-

Undang 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

68

Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang nomor 18 tahun 2011 perubahan atas Undang-

Undang 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

59

berkala paling lama 1 (satu) tahun, penundaan kenaikan pangkat paling lama

1 (satu ) tahun, atau hakim nonpalu paling lama 6 (enam) bulan. Dan sanksi

berat terdiri dari: pembebasan dari jabatan structural, hakim nonpalu lebih dari

6 (enam) bulan sampai dengan 2 (dua) tahun, pemberhentian sementara,

pemberhentian tetap dengan hak pension, atau pemberhentian tetap tidak

dengan hormat.69

C. Analisis Implementasi Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Terhadap

Kasus Hakim Agung Achmad Yamanie dan Kasus Hakim Vica Natalia

Urgensi pengawasan terhadap perilaku hakim merupakan hal yang

sangat dibutuhkan dalam membangunan peradilan yang dapat dipercaya oleh

publik. Selain menyeleksi hakim agung, berdasarkan undang-undang memiliki

fungsi pengawasan terhadap perilaku hakim. Secara normatif, sebagaimana

yang diatur dalam Undang-Undang, mekanisme pengawasan perilaku hakim

yaitu:

a. Laporan-laporan dari masyarakat,

b. Meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan berkaitan dengan

perilaku hakim,

c. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim,

d. Memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar

kode etik perilaku hakim, dan

69

Pasal 22D Undang-Undang nomor 18 tahun 2011 perubahan atas Undang-Undang 22

tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

60

e. Membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan

disampaikan kepada Mahkamah Agung serta tindasannya kepada Presiden

dan DPR.

Pelanggaran terhadap perilaku hakim yang serius yakni pelanggaran

dengan ancaman hukuman pemecatan, disediakan forum pembelaan diri

melalui Majelis Kehormatan Hakim yang terbuka untuk publik. Sidang

Majelis Kehormatan Hakim yang terbuka pada saat ini merupakan suatu

kemajuan jika dibandingkan dengan proses serupa pada masa lampau yang

tertutup dan didominasi oleh Mahkamah Agung. Melalui majelis ini, Hakim

bisa diberhentikan dengan hormat dan secara tidak hormat apabila memenuhi

syarat-syarat pemberhentian sesuai Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

Upaya untuk menjalankan efektifitas penegakkan kode etik dan

perilaku hakim maka Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial mengeluarkan

Peraturan Bersama Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012

Tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

Sebelumnya Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial sudah mengeluarkan

Keputusan Bersama Nomor 047/KMA/SKB/IV/2009 dan

02/SKB/P.KY/IV/2009 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim,

namun karena keputusan bersama tersebut belum terlalu berpengaruh terhadap

perilaku hakim, maka dikeluarkan peraturan bersama tersebut.

Di dalam Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku

Hakim didasarkan pada prinsip-prinsip yaitu:

Page 71: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

61

a. Independensi hakim dan pengadilan

b. Praduga tidak bersalah

c. Penghargaan terhadap profesi hakim dan pengadilan

d. Transparansi;

e. Akuntabilitas;

f. Kehati-hatian dan Kerahasiaan

g. Obyektivitas

h. Efektivitas dan efisiensi

i. Perlakuan yang sama; dan

j. Kemitraan.70

Dan dari prinsip-prinsip dasar kode etik dan pedoman perilaku hakim

yang di implementasikan dalam 10 aturan perilaku itu berisi penerapannya

juga kewajiban dan larangan untuk hakim yaitu:

a. Berperilaku adil,

b. Berperilaku jujur,

c. Berperilaku arif dan bijaksana,

d. Bersikap mandiri,

e. Berintegritas tinggi,

f. Bertanggung jawab,

g. Menjunjung tinggi harga diri,

h. Berdisiplin tinggi,

70

Pasal 3 ayat 1 Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial

Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan Penegakan Kode Etik

Dan Pedoman Perilaku Hakim

Page 72: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

62

i. Berperilaku rendah hati, dan

j. Bersikap profesional.71

Adapun yang dimaksud dengan adil bermakna menempatkan sesuatu

pada tempatnya dan memberikan yang menjadi haknya, yang didasarkan pada

suatu prinsip bahwa semua orang sama kedudukannya di depan hukum.

Dengan demikian, tuntutan yang paling mendasar dari keadilan adalah

memberikan perlakuan dan memberi kesempatan yang sama (equality and

fairness) terhadap setiap orang. Oleh karenanya, seseorang yang

melaksanakan tugas atau profesi di bidang peradilan yang memikul tanggung

jawab menegakkan hukum yang adil dan benar harus selalu berlaku adil

dengan tidak membeda-bedakan orang.

Kejujuran bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa yang benar

adalah benar dan yang salah adalah salah. Kejujuran mendorong terbentuknya

pribadi yang kuat dan membangkitkan kesadaran akan hakekat yang hak dan

yang batil. Dengan demikian, akan terwujud sikap pribadi yang tidak berpihak

terhadap setiap orang baik dalam persidangan maupun diluar persidangan.

Arif dan bijaksana bermakna mampu bertindak sesuai dengan norma-

norma yang hidup dalam masyarakat baik norma-norma hukum, norma-norma

keagamaan, kebiasan-kebiasan maupun kesusilaan dengan memperhatikan

71

Pasal 4 Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial

Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan Penegakan Kode Etik

Dan Pedoman Perilaku Hakim

Page 73: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

63

situasi dan kondisi pada saat itu, serta mampu memperhitungkan akibat dari

tindakannya.

Mandiri bermakna mampu bertindak sendiri tanpa bantuan pihak lain,

bebas dari campur tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun. Sikap

mandiri mendorong terbentuknya perilaku hakim yang tangguh, berpegang

teguh pada prinsip dan keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan

ketentuan hukum yang berlaku.

Integritas bermakna sikap dan kepribadian yang utuh, berwibawa, jujur

dan tidak tergoyahkan. Integritas tinggi pada hakikatnya terwujud pada sikap

setia dan tangguh berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku

dalam melaksanakan tugas. Integritas akan mendorong terbentuknya pribadi

yang berani menolak godaan dan segala bentuk intervensi, dengan

mengendapkan tuntutan hati nurani untuk menegakkan kebenaran dan

keadilan,serta selalu berusaha melakukan tugas dengan cara-caea terbaik

umtuk mencapai tujuan terbaik.72

Bertanggungjawab bermakna kesediaan untuk melaksanakan sebaik-

baiknya segala sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta memiliki

keberanian untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan wewenang dan

tugasnya tersebut.

Harga diri bermakna bahwa pada diri manusia melekat martabat dan

kehormatan yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap orang.

Prinsip menjunjung tinggi harga diri, khususnya hakim, akan mendorong dan

72

Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, cet. ke-2 (Kencana : Jakarta, 2013),

h.149-156

Page 74: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

64

membentuk pribadi yang kuat dan tangguh, sehingga terbentuk pribadi yang

senantiasa menjaga kehormatan dan martabat sebagai aparatur Peradilan.

Disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau kaidah-kaidah

yang diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta

kepercayaan masyarakat pencari keadilan. Disiplin tinggi akan mendorong

terbentuknya pribadi yang tertib di dalam melaksanakan tugas, ikhlas dalam

pengabdian dan berusaha untuk menjadi teladan dalam lingkungannya, serta

tidak menyalahgunakan amanah yang dipercayakan kepadanya.

Rendah hati bermakna kesadaran akan keterbatasan kemampuan diri,

jauh dari kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk keangkuhan. Rendah

hati akan mendorong terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri untuk

terus belajar, menghargai pendapat orang lain, menumbuh kembangkan sikap

tenggang rasa, serta mewujudkan kesederhanaan, penuh rasa syukur dan ikhlas

di dalam mengemban tugas.

Profesional bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad

untuk melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang

didukung oleh keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan

luas. Sikap profesional akan mendorong terbentuknya pribadi yang senantiasa

menjaga dan mempertahankan mutu pekerjaan, serta berusaha untuk

meningkatkan pengetahuan dan kinerja, sehingga tercapai setinggi-tingginya

mutu hasil pekerjaan, efektif dan efisien.73

73

Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, cet. ke-2 (Kencana : Jakarta, 2013), h.159-

162

Page 75: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

65

Setelah berlakunya peraturan bersama Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial terhadap perilaku hakim, penulis dalam hal ini akan membahas

tentang kasus yang dialami oleh mantan Hakim Agung yang bernama Achmad

Yamanie dan hakim Pengadilan Negeri Jombang yang bernama Vica Natalia.

Kasus Hakim Agung Achmad Yamanie sebagai berikut :

Hakim Agung Achmad Yamanie resmi diberhentikan secara tidak hormat

alias dipecat lantaran terbukti mengubah draf putusan peninjauan kembali

(PK) terpidana narkoba Hengky Gunawan. Surat pemberhentian tersebut

diteken Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10 Januari 2013

lalu.

Karier Achmad Yamanie sebagai hakim agung akhirnya kandas di ujung

palu Majelis Kehormatan Hakim (MKH). Majelis Kehormatan Hakim yang

diketuai Prof Paulus Efendi Lotulung menolak pembelaan diri Yamanie

sehingga dia diberhentikan secara tidak hormat alias dipecat. Yamanie

dianggap terbukti melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim lantaran

mengubah draf putusan PK, terpidana narkoba Hengky Gunawan dari 15

tahun menjadi 12 tahun penjara. “Menyatakan hakim terlapor (Yamanie, red)

terbukti melanggar SKB No. 047/KMA/SKB/IV/2009 dan

No.02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

juncto Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

No.02/PB/MA/IX/2012 dan No.02/PB/P.KY/IX/2012 tentang Panduan

Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (PPH),” kata Paulus

dalam sidang yang digelar di ruang Wirjono Prodjodikoro MA.

Page 76: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

66

Dalam keputusannya, MKH menyinggung hasil pemeriksaan Tim

Pemeriksa Mahkamah Agung yang dibentuk berdasarkan surat tugas dari

Ketua Mahkamah Agung tertanggal 12 Oktober 2012. Tim Pemeriksa

menyimpulkan perbuatan Yamanie yang berinsiatif mengubah konsep putusan

dengan tulisan tangan, yang kemudian diketik oleh operator Abdul Halim

merupakan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

Dalam pembelaannya, Yamanie mengaku pernah didatangi Panitera

Pengganti Dwitomo dan operator Abdul Halim. Mereka meminta bantuan

Yamanie untuk mengoreksi putusan atas perintah ketua majelis Imron Anwari.

“Hakim terlapor juga mengaku membubuhkan tanda tangan mengenai

perubahan bagian pertimbangan hukum dalam konsep putusan dengan kalimat

„kecuali lamanya pidana akan diperbaiki‟,” papar Suparman membacakan

poin-poin pembelaan Yamanie. Sebagai informasi, putusan atas kasus

Yamanie merupakan putusan pertama MKH yang mengadili hakim agung.

Selama ini, MKH yang merupakan forum pembelaan diri bagi hakim yang

direkomendasikan sanksi berat biasanya mengadili hakim-hakim pengadilan

tingkat pertama atau banding.74

Jadi mantan Hakim Agung Achmad Yamanie terbukti bersalah dan

melanggar Keputusan Bersama Mahkamah Agung Republik Indonesia dan

Komisi Yudisial Republik Indonesia No. 047/KMA/SKB/IV/2009 Dan No.

02/SKB/P.KY/IV/2009 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

juncto pasal 5 ayat 3 (d) dan pasal 6 ayat 2 (b) Peraturan Bersama Mahkamah

74

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50c73771ae803/achmad-yamanie-dipecat

diakses pada tanggal 12 Mei 2015 hari kamis, pukul 13:00

Page 77: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

67

Agung dan Komisi Yudisial No.02/PB/MA/IX/2012 dan

No.02/PB/P.KY/IX/2012 dan diberhentikan secara tidak hormat dari jabatan

sebagai hakim agung atau nonpalu selama enam bulan dengan dikurangi

tunjangan kinerja (remunerasi) sebesar 100 persen setiap bulannya.

Dalam Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

No.02/PB/MA/IX/2012 dan No.02/PB/P.KY/IX/2012 tentang Panduan

Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim dijelaskan bahwa hakim

dilarang menyuruh atau mengizinkan pegawai pengadilan atau pihak-pihak

lain untuk mempengaruhi, mengarahkan, atau mengontrol jalannya sidang,

sehingga menimbulkan perbedaan perlakuan terhadap para pihak yang terkait

dengan perkara.75

dan juga hakim harus berperilaku jujur (fair) dan

menghindari perbuatan yang dapat menimbulkan kesan tercela.76

Setelah

penulis menjelaskan kasus Hakim Agung Achmad Yamanie selanjutnya yaitu

kasus hakim Pengadilan Negeri Jombang Vica Natalia sebagai berikut:

Majelis Kehormatan Hakim (MKH) akhirnya memutuskan

menjatuhkan sanksi pemberhentian secara hormat dengan hak pensiun

terhadap Hakim Pengadilan Negeri Jombang, Vica Natalia. Vica Natalia

dinilai terbukti melanggar Keputusan Bersama Mahkamah Agung (MA) dan

Komisi Yudisial Tahun 2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

75

Pasal 5 ayat 3d Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi

Yudisial Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan Penegakan

Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim

76Pasal 6 ayat 2b Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial

Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan Penegakan Kode Etik

Dan Pedoman Perilaku Hakim

Page 78: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

68

(KEPPH), dan Peraturan Bersama (PB) MA dan KY Tahun 2012 tentang

Panduan Penegakan KEPPH gara-gara berselingkuh dengan seorang hakim

dan advokat.

MKH berkesimpulan hakim terlapor terbukti beberapa kali menerima

Gali Dewangga (advokat) di rumahnya pada malam hari, keduanya juga

bertemu di Bali pada jam kerja tanpa izin atasannya, dan Vica menulis surat

cinta kepada Dewangga. Selain itu Vica Juga bertemu Agung Wijaksono

(hakim) di Hotel Borobudur dan berfoto bersama. Ketentuan itu mewajibkan

hakim menghindari dan harus berperilaku tidak tercela, hakim wajib menjaga

kewibawaan dan martabat lembaga peradilan dan profesi.77

Jadi hakim Pengadilan Negeri Jombang Vica Natalia terbukti bersalah

dan melanggar Keputusan Bersama Mahkamah Agung Republik Indonesia

dan Komisi Yudisial Republik Indonesia No. 047/KMA/SKB/IV/2009 Dan

No. 02/SKB/P.KY/IV/2009 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

huruf c butir 3.1 ayat (1), butir 5.1 ayat (1) juncto pasal 9 ayat 4 (a) dan pasal

11 ayat 3 (a) Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

No.02/PB/MA/IX/2012 dan No.02/PB/P.KY/IX/2012.

Dalam Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

No.02/PB/MA/IX/2012 dan No.02/PB/P.KY/IX/2012 tentang Panduan

Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim dijelaskan bahwa

kewajiban hakim dalam penerapan berperilaku berintegritas tinggi adalah

77

https://nakimsanwirja.wordpress.com/2014/01/06/inilah-6-hakim-pelanggar-kode-etik-

diakses pada tanggal 12 Mei 2015 hari kamis, pukul 13:00

Page 79: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

69

hakim harus berperilaku tidak tercela78

dan kewajiban hakim dalam penerapan

berperilaku menjunjung harga diri adalah hakim harus menjaga kewibawaan

serta martabat lembaga peradilan dan profesi baik di dalam maupun di luar

pengadilan.79

Sebagai aturan yang harus dijadikan pedoman bagi seorang hakim,

maka Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

No.02/PB/MA/IX/2012 dan No.02/PB/P.KY/IX/2012 tentang Panduan

Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim harus diimplementasikan

dalam praktik kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks menjalankan tugas

dalam persidangan, hubungan sesame rekan, hubungan terhadap bawahan atau

pegawai, hubungan kemasyarakatan, maupun hubungan keluarga atau rumah

tangga.

1.Implementasi Dalam Persidangan

a. Dalam persidangan seorang hakim harus bersikap dan bertindak menurut

garis-garis yang ditentukan dalam hokum acara yang berlaku, dengan

memerhatikan asas-asas peradilan yang baik,

b. Tidak dibenarkan, menunjukkan sikap memihak atau bersimpati ataupun

antipasti kepada pihak-pihak yang beperkara, baik dalam ucapan maupun

tingkah laku,

78

Pasal 9 ayat 4a Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial

Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan Penegakan Kode Etik

Dan Pedoman Perilaku Hakim

79Pasal 11 ayat 3a Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi

Yudisial Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan Penegakan

Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim

Page 80: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

70

c. Harus bersifat sopan, tegas, dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik

dalam ucapan maupun perbuatan,

d. Harus menjaga kewibawaan dan kekhidmatan persidangan antar lain serius

dalam memeriksa, tidak melecehkan pihak-pihak baik dengan kata-kata

maupun perbuatan,

e. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan.80

2. Terhadap Sesama Rekan

Hakim dalam tugas pokoknya adalah memeriksa, mengadili, dan

menyelaiskan perkara, maka ia akan melaksanakan tugas tersebut dalam

bentuk majelis meskipun dimungkinkan untuk melaksanakan persidangan

dengan hakim tunggal. Demikian pula sebagai seorang hakim ia tidak akan

bias terlepas untuk saling berkomunikasi dengan rekan sesama hakim. Oleh

karena itu, terhadap sesama hakim memelihara dan memupuk hubungan kerja

sama yang baik antara sesama rekan, ia harus memiliki rasa setia kawan,

tenggang rasa dan saling menghargai antara sesama rekan, demikian juga

hakim harus memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadaap korps

hakim secara wajar, disamping menjaga nama baik dan martabat rekan, baik

didalam maupun diluar kedinasan.

3. Terhadap Bahawan atau Pegawai

Hakim sebagai penegak hukum haruslah mampu menjadi panutan, maka

ia harus mempunyai sifat kepemimpinan, dan dapat membimbing bawahan

atau pegawai umtuk mempertinggi pengetahuan. Ia harus mempunyai sikap

80

Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, cet. ke-2 (Kencana : Jakarta, 2013), h.144

Page 81: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

71

sebagai seorang bapak atau ibu yang baik, serta memelihara sikap

kekeluargaan terhadap bawahan atau pengawai dan seorang hakim mampu

member contoh kedisiplinan.

4. Terhadap Masyarakat

Dalam kehidupan seorang hakim adalah bagian dari masyarakat sekitar,

oleh karena itu seorang hakim harus menghormati dan menghargai orang lain,

tidak sombong, dan tidak mau menang sendiri.sebagai bagian dari masyarakat,

maka hidup sederhana yang dirasakan oleh sebagian besar dari masyarakat

juga harus tercermin pada diri hakim.

5. Terhadap Keluarga atau Rumah Tangga

a. Menjaga keluarga dari perbuatan-perbuatan tercela, menurut norma-norma

hukum kesusilaan,

b. Menjaga ketentraman dan keutuhan keluarga,

c. Menyesuaikan kehidupan rumah tangga dengan keadaan dan pandangan

masyarakat.81

Oleh karena itu, hal yang mendasari diterbitkannya Peraturan Bersama

Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial No.02/PB/MA/IX/2012 dan

No.02/PB/P.KY/IX/2012 tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim adalah sebagaimana dalam konsideran pedoman

perilaku hakim yang menyatakan bahwa keadilan merupakan kebutuhan

pokok rohaniah setiap orang dan merupakan perekat hubungan sosial dalam

bernegara. Pengadilan merupakan tiang utama dalam penegakan hukum dan

81

Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, cet. Ket-2 (Kencana : Jakarta, 2013),

h.146

Page 82: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

72

keadilan serta dalam proses pembangunan peradaban bangsa. Tegaknya

hukum dan keadilan serta penghormatan terhadap keluhuran nilai

kemanusiaan menjadi prasyarat tegak martabat dan integritas Negara.

Hakim Sebagai figur sentral dalam proses peradilan senantiasa dituntut

untuk mengasah kepekaan nurani, memelihara kecerdasan moral dan

meningkatkan profesionalisme dalam menegakkan hukum dan keadilan bagi

masyarakat banyak. Putusan Pengadilan yang adil menjadi puncak kearifan

bagi penyelesaian permasalahan hukum yang terjadi dalam kehidupan

bernegara. Putusan Pengadilan yang diucapkan dengan irah-irah “Demi

Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” menunjukkan kewajiban

menegakkan keadilan yang dipertanggungjawabkan secara horizontal kepada

sesama manusia dan vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Setiap hakim yang dilambangkan dalam kartika, cakra, candra, sari dan

tirta merupakan cerminan perilaku Hakim harus senantiasa berlandaskan pada

prinsip Ketuhanan Maha Esa, adil, bijaksana berwibawa, berbudi luhur dan

jujur. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang melandasi prinsip-

prinsip pedoman Hakim dalam bertingkah laku, bermakna pengalaman

tingkah laku sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut

dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Ketaqwaan tersebut akan mendorong Hakim untuk berperilaku baik dan

penuh tanggung jawab sesuai tuntunan agama masing-masing. Seiring dengan

keluhuran tugas dan luasnya kewenangan dalam menegakkan hukum dan

keadilan, sering muncul tantangan dan godaan bagi para Hakim. Untuk itu,

Page 83: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

73

Pedoman Perilaku Hakim merupakan konsekuensi dari kewenangan yang

melekat pada jabatan sebagai Hakim yang berbeda dengan warga masyarakat

biasa. Pedoman Perilaku Hakim ini merupakan panduan keutamaan moral

bagi Hakim, baik dalam menjalankan tugas profesinya maupun dalam

melakukan hubungan kemasyarakatan di luar kedinasan.

Hakim sebagai insan yang memiliki kewajiban moral untuk berinteraksi

dengan komunitas sosialnya, juga terikat dengan norma-norma etika dan adat

kebiasaan yang berlaku dalam tata pergaulan masyarakat. Namun demikian,

untuk menjamin terciptanya pengadilan yang mandiri dan tidak memihak,

diperlukan dukungan sosial yang bertanggung jawab.

Selain itu diperlukan pula pemenuhan kecukupan sarana dan prasarana

bagi hakim baik selaku penegak hukum maupun sebagai warga masyarakat.

Untuk itu, menjadi tugas dan tanggung jawab masyarakat dan Negara

memberi jaminan keamanan bagi Hakim dan Pengadilan, termasuk kecukupan

kesejahteraan, kelayakan fasilitas dan anggaran. Walaupun demikian,

meskipun kondisi-kondisi diatas belum sepenuhnya terwujud, hal tersebut

tidak dapat dijadikan alasan bagi Hakim untuk tidak berpegang teguh pada

kemurnian pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai penegak dan

penjaga hukum dan keadilan yang memberi kepuasan pada pencari keadilan

dan masyarakat.

Dari beberapa penjelasan tentang implementasi peraturan bersama tentang

kode etik dan perilaku hakim. Al-Qur‟an juga menjelaskan ayat-ayat tentang

Page 84: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

74

kode etik dan perilaku hakim, yaitu di dalam surah An Nisaa‟ ayat 58 dan ayat

135, berikut adalah beberapa ayat tentang kode etik dan perilaku hakim:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat” (QS: An Nisaa‟ [4]: 58)

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu

Page 85: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

75

sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia (orang yang tergugat atau

yang terdakwa) kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu

kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin

menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata)

atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha

mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”. (QS: An Nisaa‟ [4]:135)

Dan didalam hadits juga dijelaskan beberapa golongan hakim

اْنُقَضاة َثَهاَثة اْثَناِن ِفي انَنار وَواِحد ” َعْن بريدة فال فال رسىل َصَهى انَهُو َعَهْيِو َوَسَهَم َقاَل :

عرف انحق فهم يقض بو ة. رجم عرف انحق فقضى بو فهى في انجنة , ورجمِفي اْنَجَن

وجارفي انحكم فهى في اننار, ورجم نم يعرف انحق فقضى نهناس عهى جهم فهى في

اننار )رواه االربعة وصححو انحاكم(

Artinya:

Dari Buraidah r.a. menceritakan Rasulullah SAW bersabda: ada tiga

golongan hakim dua dari padanya akan masuk neraka dan yang satu akan

masuk surga, ialah hakim yang mengetahui mana yang benar dan lalu ia

memutuskan hukuman dengannya, maka ia akan masuk surga, hakim yang

mengetahui mana yang bernar,tetapi ia tidak menjatuhkan hukuman itu atas

dasar kebenaran itu, maka ia akan masuk neraka, dan hakim yang tidak

mengetahui mana yang benar, lalu ia menjatuhkan hukuman atas dasar tidak

tahun ya itu, maka ia akan masuk neraka pula. (H.R. Arba‟ah)

Dalam hadist di atas kita dapat mengambil pengetahuan bahwa hakim

(qadli) dibagi menjadi tiga golongan:

Page 86: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

76

1. Seorang hakim yang mengerti kebenaran yang diajarkan oleh syari‟at islam,

dan memutuskan sesuai dengan pengetahuan dan kebenaran tersebut, maka

seorang hakim tersebut termasuk orang yang akan selamat dan masuk surga.

2. Seorang hakim yang telah memnuhi kriteria sebagai hakim, tetapi tidak

mengaplikasikannya dalam sebuah keputusan yang ia hadapi, maka golongan

ini termasuk hakim yang tidak ideal dan masuk neraka.

3. Seorang hakim yang tidak memenuhi kriteria sebagai hakim dan tidak

mengetahui kebenaran islam, dan dia memutuskan suatu perkara berdasarkan

kebodohan tersebut.

Page 87: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari apa yang telah diuraikan di atas, penulis dapat memberikan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kode etik profesi merupakan inti yang melekat pada suatu profesi, ialah

kode perilaku yang memuat nilai etika dan moral. Hakim dituntut untuk

profesional dan menjunjung etika profesi. Pelanggaran atas suatu kode etik

profesi tidaklah terbatas sebagai masalah internal lembaga peradilan, tetapi

juga merupakan masalah masyarakat.

2. Yang dimaksud dengan Hakim adalah seorang Pejabat Negara yang

tertinggi dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman dan pada masyarakat

dahulu seorang hakim disebut sebagai Wakil Tuhan. Untuk mengatur

perilaku Hakim agar terhindar dari perbuatan yang tercela, maka

Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial telah membuat peraturam bersama

sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan

Komisi Yudisial dengan Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan

02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan Penegakan Kode Etik Dan

Pedoman Perilaku Hakim.

3. Dengan keluarnya Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua

Komisi Yudisial Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012

Page 88: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

78

Tentang Panduan Penegakan Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim

maka Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial bisa saling mengawasi dan

menghukum hakim yang melanggar melalui Mahkamah Kehormatan

Hakim.

4. Hakim Vica Natalia dapat dikatakan telah melanggar kode etik dalam hal

pelaporan dengan tuduhan berselingkuh dengan banyak lelaki oleh

suaminya, sebagaimana putusan dari Majelis Kehormatan Hakim yang

memutuskan bahwa hakim Vica Natalia telah terbukti melakukan

pelanggaran terhadap Pasal 9 ayat 4 huruf A dan Pasal 11 ayat 3 huruf A

Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor

02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan

Penegakan Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim. Ia dihukum

diberhentikan secara hormat dari profesinya sebagai hakim.

5. Hakim Agung Achmad Yamanie terbukti bersalah karena telah mengubah

draf putusan PK terpidana narkoba Hengky Gunawan dari 15 tahun

menjadi 12 tahun penjara, sebagaimana putusan dari Majelis Kehormatan

Hakim yang memutuskan bahwa Hakim Agung Achmad Yamanie telah

terbukti melakukan pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat 3 huruf D dan Pasal

6 ayat 2 huruf B Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang

Panduan Penegakan Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim. Beliau

dihukum diberhentikan secara tidak hormat tanpa tunjangan pensiun dan

Page 89: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

79

ini adalah pertama kalinya Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

mengadili Hakim Agung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, maka penulis akan

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Sebaiknya putusan Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial tentang kode

etik hakim yang telah melanggar (code of conduct) dan telah dikenakan

sanksi diumumkan putusan tersebut, sehingga hakim yang lain

mengetahuinya dan membuat jera bagi para hakim yang lain yang ingin

melanggar.

2. Terhadap Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial untuk mengusulkan

kepada pemerintah agar fasilitas hakim disesuaikan dengan pejabat negara

yang lainnya agar meminimalisir hakim yang ingin melanggar.

Page 90: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

80

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Suci:

Al-Qur‟anul Karim

Buku-buku:

Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Cet-1 Surabaya : Mitra

Pelajar, 2005

Pedoman Perilaku Hakim, Jakarta : Kepaniteraan Mahkamah Agung RI, 2008

Hadjon, Philipus M dkk. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Cet-10

Yogyakarta : Gajah mada University Press, 1994

A Ahsin, Thohari. Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan, Cet-1 Jakarta:

ELSAM, 2004

Marzuki, Peter Mahmud. Penilitian Hukum, Cet-5 Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2013

-------------------------., Pengantar Ilmu Hukum, Cet- 5, Jakarta : Kencana, 2008

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia, diterbitkan atas

kerjasama Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan Pusat Studi

Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Unversitas Indonesia, 2004

-------------------------. Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan

Keempat, Cet-1, Jakarta : Pusat Studi HukumTata Negara Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, 2002

-------------------------. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan

dalam UUD 1945, Cet-1, Yogyakarta : FH UII Press, 2005

Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, Peta Reformasi Hukum di

Indonesia 1999-2001: Transisi di Bawah Bayang-bayang Negara, Jakarta

: Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, 2002

Syahuri. Taufiqurrohman., Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, Cet-1,

Jakarta: Kencana, 2011

Page 91: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

81

Republik Indonesia, Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 26 Mei 1945 – 22

Agustus 1945, Sekretariat Negara RI, Jakarta, 1995

syafiie, Inu Kencana. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Cet-3 Bandung :

PT. Refika Aditama, 2003

Tutik, Titik Triwulan. Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Peradilan

Tata Usaha Negara Indonesia, Cet-3 Jakarta : Prenada Media Group, 2011

----------------------------. Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial

Sebagai Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik

Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Cet-1 Jakarta : Prestasi Pustaka,

2007

Kelsen, Hans. Pengantar Teori Hukum, Cet-1 Bandung : Nusa Media, 2010

Syahrani, Riduan. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Cet-1 Bandung : Citra Aditya

Bakti, 1999

Arinanto, Satya. Reformasi Hukum, Demokrasi, dan Hak-hak Asasi Manusia,

Hukum dan Pembangunan,nomor 1-3, Tahun XXVIII, Januari-Juni 1998

Rasyid, Ryaas. Makna Pemerintahan :Ttinjauan Dari Segi Etika dan

Kepemimpinan, cet-ke 2, Jakarta : PT. Yarsif Watampone, 1997

E. Soemaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-norma bagi Penegak Hukum, Cet-1

Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1995

Mustofa, Wildan S. Kode Etik Hakim, Cet-2 Jakarta : Kencana, 2013

Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

---------------------------.Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang

Kekuasaan Kehakiman.

---------------------------.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang

Mahkamah Agung.

---------------------------.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi

Yudisial.

Page 92: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan

82

--------------------------- Undang-Undang nomor 18 tahun 2011 perubahan atas

Undang-Undang 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

Peraturan Bersama Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Komisi Yudisial

Republik Indonesia No. 02/PB/MA/IX/2012 Dan 02/PB/P.KY/IX/2012

Tentang Panduan Penegakan Kode Etik Hakim Dan Pedoman Perilaku

Hakim.

Keputusan Bersama Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Komisi Yudisial

Republik Indonesia No. 047/KMA/SKB/IV/2009 Dan No.

02/SKB/P.KY/IV/2009 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

KMA/058/SK/VI/2006 Tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman Perilaku

Hakim

Sumber Internet

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50c73771ae803/achmad-yamanie-

dipecat diakses pada tanggal 12 Mei 2015 hari kamis, pukul 13:00

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.ProfilMK&id=1

diakses tanggal 3 Juli 2015 hari jumat, pukul 16:00

https://nakimsanwirja.wordpress.com/2014/01/06/inilah-6-hakim-pelanggar-kode-

etik- diakses pada tanggal 12 Mei 2015 hari kamis, pukul 13:00

Page 93: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 94: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 95: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 96: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 97: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 98: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 99: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 100: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 101: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 102: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 103: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 104: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 105: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 106: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan
Page 107: IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30578/1/AHMAD... · AHMAD HAIDAR MUINY, NIM: 1111048000054, Implementasi Peraturan