IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013...
Transcript of IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013...
IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013
DALAM MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI
PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP N 3 PAKIS
KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
ANA ANJARWATI
NIM. 23010150209
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
Dra. Nur Hasanah., M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 4 eksemplar
Saudara : Ana Anjarwati
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami
kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:
Nama : Ana Anjarwati
NIM : 23010150209
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam
Judul : “IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM
2013 DALAM MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI
PEKERTI PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP
NEGERI 3 PAKIS TAHUN PELAJARAN 2018/2019”.
Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 27 Agustus 2019
Pembimbing
iv
SKRIPSI
IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013
DALAM MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI
PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 3 PAKIS
KAB. MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Disusun Oleh :
ANA ANJARWATI
NIM. 23010150209
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, pada tanggal 12 September 2019 dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji :
Ketua Penguji : Dr. Miftahuddin, M. Ag
Sekretaris : Dra. Nur Hasanah, M.Pd
Penguji I : Dra. Siti Farikhah, M. Pd
Penguji II : Guntur Cahyono, M.Pd
Salatiga, 12 September 2019
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ana Anjarwati
NIM : 23010150209
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip untuk dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan dari pihak
perpustakaan IAIN Salatiga.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 14 September 2019
Yang menyatakan
Ana Anjarwati
23010150209
vi
MOTTO
ين ه وبموال يالا ا
ك ألا تعبدوا ا ها فل تقل مهما أف ول ۞ وقض رب ا يبلغنا عندك امكب أحدها أو كل ما
حسانا ا
ا
ااتنرها وقل مهما قو لا لريم (QS. AI-Isra’:23).
...“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya”..., dalam Ahsan, Muhammad dan Sumiyati (2017: 284).
ذا جاء وعد الخرة ميسوءوا وجو ن أسأت فلها فا
ن أحسنت أحسنت لهفسك وا
ل هك وم ا يدخلوا اممسجد كم دخلوه أوا
ا وا ما علوا تتبيرا ة وميتب .(QS. Al-Isra’:7) مرا
...”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan
jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri”... dalam Ahsan, Muhammad dan Sumiyati (2017: 283).
Bersemangatlah dalam menggapai apa-apa yang bermanfaat bagimu (HR.
Muslim), “dan ingatlah, sebaik-baiknya manusia adalah dia yang banyak
bermanfaat bagi orang lain (HR. Bukhari)”. Bukan besar kecilnya tugas yang
menjadikan tinggi rendahnya dirimu. Jadilah saja dirimu, sebaik-baiknya dirimu
sendiri.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan senantiasa Memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT
Kepersembahkan Buah Karya Ini Untuk :
1. Bapak dan ibuku yang tercinta yang senantiasa selalu memberikan kasih
sayang, pengorbanan, dukungan dan do’a serta kepercayaan untuk
menuntut ilmu. Terima kasih atas do’a dan nasehat serta motivasi yang tak
pernah putus-putusnya.
2. Buat adikku Hasan Ashari terimakasih atas dukungan dan motivasinya.
Semoga kesuksesan akan senantiasa mewarnai hari indahmu.
3. Buat Khartika Puspita L, S.E, terimakasih banyak atas segala dukungan ,
semangat, dan motivasi yang diberikan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
4. Buat temanku Merita Immaniar dan Kartika terimakasih telah membantu
dan memberikan semangat kepada penulis selama penulis menempuh
bimbingan skripsi.
5. Buat teman-teman dan sahabatku yang senantiasa berkontribusi
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga kalian
sukses selalu.
6. Almamater IAIN Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi,
yang berjudul “IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM
2013 DALAM MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI PADA
PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 3 PAKIS KAB. MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan
Studi Jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari
jaman yang gelap gulita ke jaman yang terang benderang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran,
waktu, tenaga dan sebagainya. Sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan ketulusan dan
kerendahan hati ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag., Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Prof. Dr. Mansur, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
ix
3. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
4. Burhan Yusuf Habibi, M.Pd.I., Dosen Pembimbing Akademik Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
5. Dra. Nur Hasanah, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan banyak perhatian dan bimbingan selama penulis
menyelesaikan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Yulianto, M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Pakis yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, memberikan motivasi
dan semangat kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang
telah bersahaja dan membantuku baik moril maupun spiritnya dalam
penyusunan skripsi.
Terhadap semuanya tiada kiranya penulis dapat membalasnya, hanya do’a
serta puji syukur kepada Allah SWT, semoga membalas segala kebaikan kepada
semuanya, Amiin yaa rabbal’alamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 14 September 2019
Penulis,
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …........................................................................... i
LOGO IAIN SALATIGA ....................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN .....….................................. iv
LEMBAR DEKLARASI DAN PUBLIKASI ........................................ v
HALAMAN MOTTO ............................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv
ABSTRAK …........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ….................................................................. 1
B. Fokus Penelitian .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian …........................................................... 7
E. Penegasan Istilah ...…........................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Autentik ............................................................... 12
xi
1. Pengertian Penelitian Autentik ......................................... 12
2. Tujuan Penilaian Autentik ................................................ 20
3. Dasar Yuridis Penilaian Autentik ..................................... 21
4. Teknis Penilaian Autentik ................................................. 22
5. Contoh Instrumen Penilaian Autentik ............................... 30
B. Kurikulum 2013 .................................................................... 35
1. Pengertian Kurikulum 2013 .............................................. 35
2. Tujuan Kurikulum 2013 .................................................... 37
3. Dasar Yuridis Kurikulum 2013 ......................................... 38
4. Prinsip-Prinsip Kurikulum 2013 ........................................ 38
5. Fungsi Kurikulum 2013 ..................................................... 41
C. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ........................... 43
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ..... 43
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ....................................... 47
3. Dasar Ideal Pendidikan Agama Islam ................................ 49
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ....................................... 51
D. Implementasi ......................................................................... 53
1. Pengertian Implementasi ................................................... 53
2. Implementasi Kurikulum ................................................... 54
3. Langkah-Langkah Pokok Implementasi Penilaian Autenti
Kurikulum 2013.................................................................. 56
4. Contoh Instrument Penilaian Autentik Kurikulum 2013 ... 59
E. Kajian Penilitan Yang Relevan .............................................. 61
xii
BAB III GAMBARAN UMUM SEKOLAH DAN METODE PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah .................................................... 63
1. Profil Sekolah .................................................................... 63
2. Lokasi Sekolah .................................................................. 63
3. Visi dan Misi SMP Negeri 3 Pakis .................................... 64
4. Tujuan Sekolah .................................................................. 65
5. Daftar Tenaga Pengajar dan Tata Usaha SMP Negeri 3
Pakis .................................................................................. 67
6. Daftar Sarana dan Prasarana ............................................. 69
B. Metode Penelitian ................................................................. 70
1. Jenis Penelitian .................................................................. 70
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 70
3. Sumber Data ..................................................................... 70
4. Metode Pengumpulan Data .............................................. 71
5. Analisis Data .................................................................... 72
6. Pengecekan Keabsahan Data ............................................ 74
BAB IV ANALISIS DATA
A. Hasil Penelitian .................................................................... 76
1. Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 dalam
Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Kelas VII SMP Negeri
3 Pakis .............................................................................. 79
2. Hambatan Dan Solusi dalam Implementasi Penilaian Autentik
Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti
xiii
di SMP Negeri 3 Pakis .................................................... 86
B. Pembahasan Penelitian ........................................................ 92
1. Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Pada
Mata Pelajaran PAI Dan Budi Pekerti Kelas VII Di SMP
Negeri 3 Pakis................................................................. 92
2. Hambatan Dan Solusi dalam Implementasi Penilaian
Autentik Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PAI dan
Budi Pekerti Kelas VII di Smp Negeri 3 Pakis................ 102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 106
B. Saran ...................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 109
LAMPIRAN .......................................................................................... 112
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1. Instrumen Penilaian Observasi ............................................... 30
Tabel. 2.2. Instrumen Penilaian Jurnal ..................................................... 31
Tabel. 2.3. Instrumen Penilaian Sikap ...................................................... 31
Tabel. 2.4. Instrumen Penilaian Antar Teman ......................................... 32
Tabel. 2.5. Instrumen Penilaian Diri Sendiri ........................................... 32
Tabel. 2.6. Instrumen Penilaian Pengetahuan........................................... 33
Tabel. 2.7. Instrumen Penilaian Penugasan ............................................. 33
Tabel. 2.8. Instrumen Penilaian Tes Praktek ........................................... 34
Tabel. 2.9. Instrumen Penilaian Proyek ................................................... 34
Tabel. 2.10. Instrumen Penilaian Portofolio ............................................ 35
Tabel. 2.11. Daftar Hasil Penilaian Autentik ........................................... 35
Tabel. 2.12. Contoh Hasil Penilaian sikap Spiritual.................................. 60
Tabel. 3.1. Daftar Tenaga Pengajar SMP Negeri 3 Pakis Tahun Pelajaran
2018/2019 .............................................................................. 67
Tabel. 3.2. Daftar Tenaga Tata Usaha SMP Negeri 3 Pakis Tahun Pelajaran
2018/2019 ............................................................................. 68
Tabel. 3.3. Ruang Kelas ......................................................................... 69
Tabel. 3.4. Laboratorium ........................................................................ 69
Tabel. 3.5. Perpustakaan ........................................................................ 69
Tabel. 3.6. Sanitasi ................................................................................ 69
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ........................................................... 112
Lampiran 2 Hasil Wawancara ................................................................. 117
Lampiran 3 Daftar Hasil Penilaian Autentik............................................ 127
Lampiran 3 Daftar Gambar Observasi .................................................... 129
Lampiran 4 Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP) ..................... 145
Lampiran 5 Hasil Jawaban Peserta Didik ............................................... 155
Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................... 160
Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian ................................................ 161
Lampiran 8 Surat Pembimbing Skripsi ................................................... 162
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Penelitian ............................................. 163
Lampiran 10 Daftar Nilai SKK .............................................................. 165
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup ....................................................... 169
xvi
ABSTRAK
Anjarwati, Ana. 2019. Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Dalam
Mata Pelajaran PAI Dan Budi Pekerti Pada Peserta Didik Kelas VII
SMP Negeri 3 Pakis Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2018/2019.
Skripsi. Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra.
Nur Hasanah, M.Pd.
Kata Kunci: Penilaian Autentik, Kurikulum 2013, Pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi penilaian autentik
kurikulum 2013 dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti
pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Pakis Kab. Magelang tahun pelajaran
2018/2019 yaitu (1) Bagaimana implementasi penilaian autentik kurikulum 2013
dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti pada peserta didik
kelas VII SMP Negeri 3 Pakis tahun pelajaran 2018/2019?, (2) Apa faktor
pendukung dan penghambat dalam implementasi penilaian autentik kurikulum
2013 dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti pada peserta
didik kelas VII SMP Negeri 3 Pakis Kab. Magelang tahun pelajaran 2018/2019?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan
data observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data
menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Implementasi penilaian
autentik kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI dan budi pekerti di SMP Negeri
3 Pakis sudah dilaksanakan dengan baik seperti membuat RPP dan membuat
instrumen penilaian, (2) Faktor pendukung guru dalam mengimplementasikan
penilaian autentik kurikulum 2013 dalam mata pelajaran PAI dan budi pekerti
pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Pakis tahun pelajaran 2018/2019
adalah tingkat kesadaran guru sudah cukup baik, adanya kegiatan musyawarah
guru mata pelajaran (MGMP) pada level rayon/sub-rayon, adanya supervisi, serta
penilaian kinerja guru (PKG) Faktor penghambat guru dalam
mengimplementasikan penilaian autentik kurikulum 2013 dalam mata pelajaran
PAI dan budi pekerti pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Pakis tahun
pelajaran 2018/2019 yaitu sulitnya guru dalam membuat laporan penilaian,
singkatnya sosialisasi dan kurangnya instruktur dalam pendampingan kurikulum
2013 dari pemerintah serta banyaknya tugas guru di luar jam pembelajaran di
kelas.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai bangsa dan negara akan terus menjalani
sejarahnya. Ibarat sebuah organisme negara Indonesia lahir, tumbuh,
berkembang dan mempertahankan kehidupannya untuk mencapai apa
yang dicita-citakan di awal kelahirannya. Cita-cita luhur tersebut
tercantum secara jelas dalam Pembukaan UUD 1945 alinea empat, yakni
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sungguh
sangat luhur dan humanis cita-cita luhur bangsa dan negara Indonesia ini
(Kunandar, 2015: 15).
Sebagai bangsa dan negara Indonesia kita harus bangga terhadap
para pendahulu kita yang telah mewariskan fondasi yang kuat dan mulia
tentang arah dan tujuan kita berbangsa dan bernegara. Sepatutnya kita
harus berkontribusi sesuai dengan peran kita untuk mewujudkan cita-cita
luhur bangsa dan negara Indonesia. Salah satu cara dan strategi untuk
mempercepat terwujudnya cita-cita negara kita adalah dengan
mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh, cerdas, mandiri dan
2
berpegang pada nilai-nilai spiritual. Mereka harus dipersiapkan sedemikin
rupa dalam suatu lingkungan yang kondusif. Salah satu lingkungan yang
sangat ideal adalah institusi pendidikan dari prasekolah, tingkat dasar,
tingkat menengah dan jenjang perguruan tinggi sebagai kawah candra di
muka penggemblengan generasi muda (Kunandar, 2015: 15-16).
Dalam rangka mewujudkan kondisi di atas pemerintah melalui
kementerian pendidikan dan kebudayaan terus melakukan pembaharuan
dan inovasi dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan
dan inovasi kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013. Lahirnya
kurikulum ini untuk menjawab tantangan dan pegeseran paradigma
pembangunan dari abad ke-20 menuju abad ke-21. Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Kunandar, 2015:
16).
Kunci penting proses manajemen pendidikan/lembaga pendidikan,
yaitu nilai fungsi pengawasan dalam hubungannya terhadap perencanaan
dan kegiatan yang diprogramkan. Oleh karena itu, penilaian evaluasi
proses dan hasil pembelajaran diupayakan agar tidak semakin tertinggal
jika dibandingkan dengan kualitas pendidikan dari negara lainnya.
Paradigma lama, pengelolaan penilaian pembelajaran lebih ditekankan
pada hasil yang cenderung menilai kemampuan aspek kognitif, dan
3
kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes seperti
pilihan ganda, benar atau salah, dianggap gagal mengetahui kinerja peserta
didik yang sesungguhnya. Tes tersebut belum bisa mengetahui gambaran
yang utuh mengenai sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik,
yang sesungguhnya. Tes tersebut belum bisa mengetahui gambaran yang
utuh mengenai sikap, ketampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan
dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat. Selain
itu, aspek afekif dan psikomotorik juga diabaikan. Adapun paradigma
lama menuju penilaian autentik, yaitu kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada hal-hal yang seharusnya dinilai, baik proses maupun
hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan
tuntutan kompetensi yang ada pada Standar Kompetensi (SK) atau
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Pada penilaian autentik
ada kecenderungan yang fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi
mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (Rusdiana,
2018: ix). Oleh sebab itu penilaian autentik sangat relevan dengan
pendekatan saintifik.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam pembelajaran, yang
merupakan bagian dari evaluasi dalam pembelajaran, yang merupakan
bagian dari evaluasi pendidikan, merupakan salah satu tugas penting yang
harus dilakukan dalam penyelenggaraan Pendidikan. Ketiga kegiatan
tersebut dalam kaitannya dengan proses pembelajaran tidak dapat
4
dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan
secara berurutan. Dengan kata lain, untuk lebih memahami makna dari
evaluasi pendidikan, ada tiga konsep yang harus dibedakan, yaitu
penilaian, evaluasi, dan pengukuran. Porsi terbesar dari evaluasi
pendidikan adalah pada aspek pembelajaran. Dalam setiap proses
pembelajaran dan pengajaran komponen yang turut menentukan
keberhasilan proses tersebut adalah evaluasi.
Dalam proses pembelajaran dan pengajaran yang terjadi di sekolah,
khususnya di kelas, pengajar merupakan pihak yang paling bertanggung
jawab atas hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar tersebut.
Melalui pengukuran, evaluasi, dan penilaian inilah guru menjalankan
tugasnya untuk mengukur penguasaan ilmu yang telah dipelajari dan
diperoleh oleh siswanya agar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya (Rusdiana, 2018: 51).
Dalam diberlakukannya penilaian autentik (authentic assessment)
dalam kurikulum 2013, mengharuskan guru untuk menilai peserta didik
secara menyeluruh, tak terkecuali bagi guru Pendidikan Agama Islam
(PAI). Penilaian tersebut meliputi aspek sikap, aspek pengetahuan dam
aspek ketrampilan. Guru tidak bisa hanya menilai salah satu komponen
saja dan meninggalkan komponen yang lain, namun semua aspek harus
dinilai, sehingga guru dapat melihat secara keseluruhan apakah tujuan
pembelajaran sudah tercapai atau belum tercapai.
5
Menurut Arifin (2012) dalam jurnal Nurhayati dkk., (2018: 23)
Pentingnya evaluasi dalam pembelajaan, dapat dilihat dari tujuan dan
fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri. Evaluasi tidak
dapat dipisahkan dari pembelajaran itu sendiri. Evaluasi tidak dapat
dipisahkan dari pembelajaran, melalui evaluasi guru dapat melihat tingkar
kemampuan peserta didik. Guru juga dapat melihat berbagai
perkembangan hasil belajar peserta didik baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Pada akhirnya, guru akan memperoleh gambaran tentang
keefektifan proses pembelajaran.
Sementara itu Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah baik
dalam pendidikan dasar, sekolah menengah, hingga jenjang perguruan
tinggi. Dengan ditetapkannya kurikulum 2013 maka banyak perubahan
baik dalam standar kompetensi, proses pembelajaran, dan juga dalam
penilaian. Dalam kurikulum 2013 mengukur hasil belajar peserta didik
menggunakan penilaian autentik, di mana dalam proses penilaian sangat
berbeda dengan penilaian pada kurikulum sebelumnya. Pemerintah juga
telah mengadakan pelatihan kepada para guru sebelum
mengimplementasikan kurikulum ini di sekolah-sekolah. Dengan adanya
pelatihan tersebut diharapkan semua guru termasuk guru Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekeri dapat mengimplementasikan kurikulum
2013 dengan baik.
6
Mengingat urgensi permasalahan mengenai penilaian autentik
kurikulum 2013, peneliti tertarik untuk menulis skripsi berjudul
“Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran
PAI dan Budi Pekerti pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Pakis Tahun
Pelajaran 2018/2019”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 dalam
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada peserta didik kelas VII SMP
Negeri 3 Pakis Kab. Magelang tahun pelajaran 2018/2019?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat guru dalam
mengimplementasikan penilaian autentik kurikulum 2013 dalam
pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada siswa kelas VII SMP Negeri
3 Pakis Kab. Magelang tahun pelajaran 2018/2019?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan fokus penlitian yang telah dikemukakan di
atas, penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mendiskripsikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi penilaian autentik kurikulum 2013
dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada siswa kelas VII SMP
N 3 Pakis tahun pelajaran 2018/2019.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
mengimplementasikan penilaian autentik kurikulum 2013 dalam mata
7
pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada siswa kelas VII SMP N 3 Pakis
Kab. Magelang tahun pelajaran 2018/2019.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
dunia pendidikan dan dapat memperkaya khasanah keilmuan
khususnya tentang implementasi penilaian autentik berdasarkan
kurikulum 2013.
2. Manfaat Praktis
a. Secara praktis guru dapat mengimplementasikan penilaian autentik
berdasarkan kurikulum 2013 dengan baik, khususnya dalam
pembelajaran PAI dan Budi Pekerti.
b. Dapat mengetahui kendala-kendala apa saja dalam
mengimplementasikan penilaian autentik kurikulum 2013,
sehingga dapat menjadi perbaikan dalam pelaksanaan penilaian
autentik kurikulum 2013.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dalam
penggunaan kata dan istilah pada judul penelitian ini, perlu adanya
beberapa penjelasan istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi
variabel. Penulisan istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
8
1. Penilaian Autentik
Penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang
ditemukan dalam aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis,
merevisi, dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap
peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan
sebagainya. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap
pendekatan ilmiah (Rusdiana, 2018: 166).
Penilaian autetik juga merupakan penilaian kinerja, termasuk di
dalamnya penilaian portofolio dan penilaian proyek. Penilaian autentik
disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses
dan hasil belajar siswa yang memiliki ciri-ciri khusus, bakat dan minat
khusus hingga genius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam
berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada
umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil
pembelajaran.
Jadi penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara
komprehensif dengan upaya pemberian tugas kepada peserta didik
yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam
aktivitas pembelajaran dan merupakan penilaian kinerja yang
mencakup penilaian portofolio dan penilaian proyek.
9
2. PAI dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dipahami sebagai suatu
program Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui
proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelasyang dikemas
dalam bentuk mata pelajaran dan diberi nama Pendidikan Agama
Islam (PAI). Dalam kurikulum nasional, mata pelajaran PAI
merupakan mata pelajaran wajib pada Sekolah Umum mulai dari TK
sampai Perguruan Tinggi. Kurikulum PAI disusun dan dirancang yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi penjenjangan Pendidikan
Riswal dan Rezki dalam (Syarifuddin, 2018: 14).
Pada kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) menjadi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti yang
merupakan mata pelajaran Nasional (Kurikulum2013 revisi 2017)
merupakan Pendidikan yang secara mendasar menumbuhkembangkan
akhlak peserta didik melalui pembiasaan dan pengamalan ajaran Islam
secara menyeluruh (kaffah). Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam
(PAI) menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai
suatu mata pelajaran diberikan pada jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK/MAK, baik yang bersifat kurikuler maupun
ekstrakurikuler (Syarifuddin, 2018: 14).
3. Implementasi Kurikulum 2013
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai
10
penyempurnaan kurikulum sebelumnya (KTSP) yang diberi nama
kurikulum 2013. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 diamanatkan penerapan
metodologi Pendidikan yang ptidak lagi berupa pengajaran demi
kelulusan ujian (teaching to the best), namun pendidikan menyeluruh
yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti,
kecintaan terhadap budaya Bahasa Indonesia melalui penyesuaian
sistem Ujian Akhir Nasional (UAN) pada 2011 dan penyempurnaan
kurikulum sekolah dasar dan menengah sebelum tahun 2011 dan
penyempurnaan kurikulum sekolah dasar dan menengah sebelum
tahun 2011 yang diterapkan di 25% sekolah pada 2012 dan 100% pada
2014. Penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi
kurikulum tingkat nasional, daerah, dan sekolah sehingga dapat
mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan
SDM untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah dengan
memasukkan Pendidikan kewirausahaan (Kunandar, 2015: 22).
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal berisi sampul,
lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan,
pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, adapun bagian inti berisi
tentang pendahuluan sampai dengan penutup; dan pada bagian akhir terdiri
11
dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, riwayat hidup penulis. Adapun
sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang (a) Latar Belakang Masalah; (b)
Fokus Penelitian; (c) Tujuan Penelitian; (d) Manfaat Penelitian; (e)
Penegasan Istilah; (f) Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Pada bab ini berisi tentang (a) implementasi penilaian autentik; (b)
Kurikulum 2013; (c) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti; (d)
Implementasi; (e) Kajian Penelitian yang Relevan.
BAB III : Metode Penelitian
Pada bagian ini berisi tentang (a) Gambaran Umum Sekolah; (b)
Metode Penelitian.
BAB IV : Analisisn Data
Pada bagian ini berisi tentang (a) Hasil Penelitian; (b) Pembahasan
Penelitian.
BAB V : Kesimpulan, Saran dan Penutup.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penilaian Autentik
1. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian menurut Susanti dalam jurnal Al-Fikrah (2016)
merupakan alih bahasa dari istilah assessment Depdikbud
mengemukakan penilaian adalah “suatu kegiatan untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa”.
Trianto (2011) menjelaskan bahwa penilaian adalah suatu usaha
untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh siswa.
Menurut Supratiningsih dan Suharja (dalam Rusdiana,
2018: 54) penilaian adalah kegiatan untuk membuat keputusan
tentang hasil pembelajaran dari tiap-tiap siswa, serta keberhasilan
siswa dalam kelas secara keseluruhan. Penilaian juga merupakan
indikator keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Penilaian
adalah hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar,
sedangkan evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan
penentuan pencapaian tujuan suatu program. Depdiknas (2004)
mengemukakan bahwa penilaian adalah proses sistematis yang
13
mengandung pengumpulan informasi, menganalisis, dan
meginterprestasi informasi tersebut untuk membuat keputusan.
Hamalik (dalam Rusdiana, 2018: 54) mengemukakan bahwa
penilaian adalah proses berkelanjutan tentang pengumpulan
infomasi untuk menilai (asses) keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pengajaran. Adapun Arikunto (1997)
mengemukakan bahwa penilaian dalam pendidikan adalah kegiatan
menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan atau sekolah
(Rusdiana, 2018: 54).
Abdul Majid dalam bukunya (2014:36) mengemukakan
beberapa pemahaman tentang penilaian sebagai berikut:
1) Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran,
sehingga tujuan penilaian harus sejalan dengan tujuan
pembelajaran; sebagai upaya untuk mengumpulkan berbagai
informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan pertimbangan
penentuan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran;
oleh karenanya penilaian hendaknya dilakukan dengan
perencanaan yang cermat.
2) Penilaian harus didasarkan pada tujuan pembelajaran secara
utuh dan memiliki kepastian kriteria keberhasilan, baik kriteria
dari keberhasilan belajar yang dilakukan siswa, ataupun kriteria
yang keberhasilan dari kegiatan mengajar yang dilakukan oleh
14
seorang pendidik, serta keberhasilan program pembelajaran
secara keseluruhan.
3) Untuk memperoleh hasil penilaian yang maksimal yang dapat
menggambarkan proses dan hasil yang sesungguhnya,
penilaian dilakukan sepanjang kegiatan pembelajaran ditujukan
untuk memotivasi dan mengembangkan kegiatan belajar anak,
kemampuan mengajar guru dan untuk kepentingan
penyempurnaan program pengajaran.
4) Terkait dengan evaluasi, penilaian pada dasarnya merupakan
alat (the end), sehingga penilaian merupakan sarana yang
digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah
siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan serta untuk
mengetahui apakah proses pembelajaran telah sesuai dengan
tujuan atau msaih memerlukan pengembangan dan perbaikan.
Kemudian menurut Rifka, dkk dalam jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMK) penilaian adalah suatu
proses pengukuran yang dilakukan pada saat proses belajar
mengajar untuk mencapai kompetensi peserta didik yang meliputi
kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Penilaian
merupakan salah satu hal terpenting dalam pendidikan karena
dengan adanya penilaian, pendidik dapat mengetahui
perkembangan dan kemampuan yang dimiliki peserta didik serta
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik. Oleh sebab itu
15
guru-guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan mengenai
tata cara pelaksanaan penilaian sesuai dengan standar penilaian
yang telah ditetapkan.
Secara garis besar penilaian merupakan upaya sistematik
yang dilakukan melalui pengumpulan data atau informasi untuk
menilai dan menganalisis keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran.
Penilaian autentik (authentic assessment) adalah suatu
proses pengumpulan pelaporan dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian,
pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik (Pusat Kurikulum, 2009).
Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (2002) dalam (Majid,
2014: 56) yang mengatakan bahwa penilaian autentik memberikan
kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukkan apa yang telah
dipelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembelajaran.
Lebih lanjut Johnson (2009) dalam (Majid, 2014: 56) mengatakan
bahwa penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan
pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan
menanamkan tingkat berpikir yang penguasaannya terhadap tujuan
dan kedalaman pemahamannya, serta pada saat yang bersamaan
diharapkan akan dapat meningkatkan pemahaman dan perbaikan
diri.
16
Penilaian autentik dikembangkan karena penilaian
tradisional yang selama ini digunakan mengabaikan konteks dunia
nyata dan kurang menggambarkan kemampuan siswa secara
holistik. Oleh karena itu menurut Pokey dan Siders (dalam Majid,
2014), penilaian autentik diartikan sebagai upaya mengevaluasi
pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati
dunia riil atau kehidupan nyata. Dalam penilaian ini siswa
ditantang untuk menerapkan informasi dan ketrampilan baru dalam
situasi nyata untuk tujuan tertentu. Dengan demikian penilaian ini
merupakan sarana bagi sekolah untuk merealisasikan segala
kemauan, kemampuan dan kreativitas siswa (Majid, 2014: 56).
Istilah penilaian autentik sering disejajarkan pengertiannya
dengan performance assessment, alternative assessment, direc
assessment, dan realistic assessment. Penilaian autentik dinamakan
penilaian kinerja atau penilaian berbasis (kinerja) atau (nyata)
siswa dalam hal-hal tertentu, siswa diminta untuk melakukan
tugas-tugas yang bermakna menggunakan dunia nyata atau
autentik tugas atau konteks. Penilaian autentik juga dikatakan
sebagai realistis assessment atau berhubungan dengan penerapan
dalam kehidupan nyata (Majid, 2014: 57).
17
Dalam buku Abdul Majid (2014: 56) dipaparkan beberapa
definisi mengenai penilaian autentik sebagai berikut :
1) American Library Assosiation, penilaian autentik didefenisikan
sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang
relevan dalam pembelajaran.
2) Newton Public School, penilaian autentik diartikan sebagai
penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan
pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggns
mendenifisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian
tugas pada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan
tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas
pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi, dan
membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa,
berkaloborasi dengan antar sesama melalui debat, dan
sebagainya.
3) John Mualler (2006) mengemukakan bahwa penilaian autentik
merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta
untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya
yang mendemonstrasikan penerapan ketrampilan dan
pengetahuan esensial yang bermakna.
4) Richard J. Stinggins (1987), penilaian autentik menekankan
ketrampilan dan kompetensi spesifik, untuk menerapkan
18
ketrampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Hal ini
terungkap dalam cuplikan kalimat berikut: “performance
assessment call upon the examinee to demontrante specific skill
and competencies, that is, to apply the skill and knowledge they
have mastered.
Sedangkan di bawah ini merupakan definisi penilaian
autentik menurut beberapa sumber dikutip dari (Sani, 2016: 22-23)
adalah sebagai berikut:
1) Wikipedia, penilaian autentik merupakan pengukuran
pencapaian intelektual yang bermakna, signifikan, dan
berharga.
2) Jonathan Mueller (2008), penilaian autentik merupakan suatu
bentuk penilaian dengan meminta peserta didik untuk
menunjukkan tugas “dunia nyata” yang mendemonstrasikan
aplikasi yang berwarna dari pengetahuan dan ketrampilan yang
penting.
3) Grant Wiggins (1993), penilaian autentik merupakan bentuk
penilaian yang melibatkan peserta didik dalam persoalan yang
berguna atau pertanyaan penting sehingga peserta didik harus
menggunakan pengetahuan untuk menunjukkan kinerja secara
efektif dan kreatif. Tugas yang diberikan dapat berupa replika
atau analogi dari permasalahan yang dihadapi oleh orang
dewasa dan konsumen, atau professional dalam bidangnya.
19
4) Richad J Stiggins (1987), penilaian autentik merupakan
penilaian kinerja dengan meminta peserta didik atau peserta
ujian untuk mendemonstrasikan ketrampilan dan kompetensi
khusus, yakni dengan mengaplikasikan ketrampilan dan
kompetensi yang telah dikuasai.
Sedangkan menurut Rusman dalam Siregar 7 Ganesa
(2019:14) penilaian autentik adalah istilah/terminologi yang
diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif
yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuan
dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil penelitian Ngadip (2012: 2) dalam jurnal
Educitizen (Ambarwati, 2017: 83) penilaian autentik
direkomendasikan dan ditekankan penggunaannya dalam kegiatan
pembelajaran, karena penilaian autentik menekankan kemampuan
peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki
secara nyata.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat
dikatakan bahwa penilaian autentik merupakan bentuk penilaian
yang komprehensif atau menyeluruh karena dalam penilaian ini
seorang guru harus menilai peserta didik bukan hanya pada hasil
akhirnya saja. Dalam penilaian autentik ini mencakup nilai
pengetahuan, ketrampilan, dan juga sikap. Dalam penilaian ini juga
mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan ide,
20
mengintegrasikan pengetahuan, dan menyempurnakan tugas yang
terkait dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia nyata.
2. Tujuan Penilaian Autentik
Menurut Powers & Gamble dalam buku Patta Bundu (2017)
menyimpulkan bahwa tujuan utama dari asesmen autentik adalah :
a. Enchance the development of real-world skills.
b. Encourage higher order cognitive skills (analysis, synthesis,
evaluation)
c. Promote active construction of creative, novel ideas and responses.
d. Encourage emphasis on both the process and product of learning
e. Promote the integration of a variety of related skills into a holistic
project
f. Enchance stdaudents’ability to self-assenss their own work and
performance.
Dari tujuan penilaian autentik menurut Powers & Gamble di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan utama dilakukannya
penilaian autentik adalah agar peserta didik dapat mengembangkan
ketrampilan dalam dunia nyata. Mendorong untuk berpikir tingkat
tinggi, dapat menanggapi setiap permasalahan dengan tanggapan-
tanggapan yang baru dan kreatif, menekankan pada proses dan produk
pembelajaran, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima
hasil karya mereka sendiri.
21
3. Dasar Yuridis Penilaian Autentik
Landasan yuridis menurut Permendikbud No. 23 Tahun 2016
penilaian autentik yang dikutip dari Ditjen Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2013 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2018.
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-
2018.
d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar.
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 62 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menegah.
22
g. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
h. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 59 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah.
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai
Kegiatan Ekstra Kurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
j. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.
k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran ada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah.
4. Teknis Penilaian Autentik
a. Teknik Penilaian Sikap
Menurut Kunandar (2013) dalam (Rusdiana, 2018:197)
sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu: afektif, kognitif, dan
konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek. Komponen
kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai
objek. Adapun konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku
23
atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran
objek sikap. Sikap menentukan keberhasilan belajar seorang siswa
karena siswa yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu
sulit untuk mencapai keberhasilan belajar optimal. Oleh karena
itu, guru harus mampu membangkitkan minat siswa untuk
mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
Teknik-teknik penilaian kompetensi sikap spiritual dan
sikap sosial menurut Rusdiana (2018: 200) dapat diuraikan sebagi
berikut :
1) Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan
secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan
pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator
perilaku atau aspek yang diamati. Perilaku siswa pada
umumnya menunjukkan kecenderungan siswa dalam suatu hal.
Oleh karena itu, guru dapat melakukan pengamatan atau
observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam
pembinaan terhadap peserta didik. Pengamatan atau observasi
perilaku siswa terhadap peserta didik. Pengamatan atau
observasi perilaku siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan menggunakan alat lembar pengamatan observasi.
24
2) Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan Teknik penilaian dengan cara
meminta siswa unntuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi
sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Instrument
yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penilaian diri
(self assessment) adalah Teknik penilaian yang meminta siswa
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses
dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari.
3) Penilaian Antar siswa / Penilaian Antar teman
Penilaian antar siswa digunakan untuk mengukur
tingkat pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual
maupun sosial dengan cara meminta siswa untuk saling menilai
satu sama lain. Instrument yang digunakan bisa berupa lembar
penilaian antarsiswa dalam angket atau kuesioner. Penilaian
antarsiswa menuntut keobjektifan dan rasa tanggung jawab dari
siswa sehingga menghasilkan data yang akurat.
4) Jurnal
Jurnal merupakan catatan guru di dalam dan di luar
kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan
dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku. Guru memiliki catatan khusus tentang sikap spiritual
dan sikap sosial. Catatan tersebut dibuat secara tertulis dan
25
dijadikan dokumen untuk melakukan pembinaan dan
bimbingan terhadap siswa. Jurnal yang berisi catatan siswa
sebaiknya dibuat untuk setiap siswa. Catatan kelemahan atau
kekurangan siswa berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap
sosial, selanjutnya ditindaklanjuti dengan upaya pembinaan dan
bimbingan. Dengan demikian, terjadi perubahan sikap dan
perilaku dari siswa secara bertahap.
5) Wawancara
Wawancara merupakan teknik penilaian dengan cara
guru melakukan wawancara terhadap siswa dengan
menggunakan pedoman atau panduan wawancara berkaitan
dengan sikap spiritual dan sikap sosial tertentu yang ingin
digali siswa.
Dalam melakukan penilaian dengan wawancara, guru
dapat menggunakan instrument penilaian berupa daftar
pertanyaan berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial
yang langsung ditanyakan kepada siswa.
b. Teknik Penilaian Pengetahuan
Aspek ini berhubungan dengan pengetahuan individual
(kepandaian/pemahaman), yang ditunjukkan dari hasil
pembelajaran yang telah dilakukan siswa. Bentuk penilaian
kognitif ini secara eksplisit ataupun implisit harus
mempresentasikan tujuan pencapaian pembelajaran. Biasanya tes
26
yang dilaksanakan oleh guru dapat berupa ujian untuk mengetahui
pemahaman terhadap materi. Bentuk penilaian pengetahuan terdiri
atas: (1) Nilai Proses (Nilai Harian), (2) Nilai Ulangan Tengah
Semester (UTS), dan (3) Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS).
Ruang lingkup kompetensi pengetahuan atau kognitif
menurut Rusdiana (2018: 208) terdiri atas enam jenjang proses
berpikir, yaitu sebagai berikut:
1) Menghafal
Kemampuan menghafal , yaitu kemampuan siswa untuk
mengingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang
nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya tanpa
menekankan kemampuan untuk menggunakannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah proses berpikir yang paling
rendah.
2) Memahami
Memahami, yaitu kemampuan seseorang untuk
memahami sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang siswa
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih terperinci tentang
suatu materi dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Kemampuan memahami juga dapat diartikan kemampuan
memahami hubungan antar faktor, antarkonsep, antarprinsip,
antardata, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan.
27
3) Menerapkan
Menerapkan adalah kemampuan siswa untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode, prinsip-prinsip, rumus, teori, dan sebagainya
dalam situasi yang baru dan konkret. Penerapan ini merupakan
proses berpikir setingkat lebih tinggi dari pemahaman.
Kemampuan memahami juga dapat diartikan menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Menganalisis
Menganalisis, yaitu kemampuan siswa untuk memerinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor
lainnya.
5) Menyintesis
Menyintesis, yaitu kemampuan berpikir yang
merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis
merupakan proses yang memadukan bagian atau unsur-unsur
secara logis sehingga menjelma menjadi pola yang berstuktur
atau berbentuk pola baru. Berpikir sintesis merupakan proses
berpikir setingkat lebih tinggi dari berpikir analisis.
28
6) Mengevaluasi
Mengevaluasi, yaitu kemampuan siswa untuk membuat
pertimbangan terhadap situasi, nilai, dan ide. Kemampuan
melakukan evaluasi dapat diartikan mempertimbangkan dan
menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat dan bermanfaat.
c. Teknik Penilaian Ketrampilan
Psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui ketrampilan sebagai hasil dari tercapainya
kompetensi pengetahuan. Hasil belajar psikomotorik tampak dalam
bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak siswa yang
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar
afektif. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotorik apabila siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah
kognitif dan afektif (Rusdiana, 2018: 213).
Di bawah ini teknik penilaian ketrampilan menurut
Rusdiana (2018: 216-217) adalah sebagai berikut:
1) Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian
terhadap suatu tugas yang meliputi: pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang
harus diselesaikan siswa (individu/kelompok) dalam waktu
periode tertentu. Tugas tersebut bisa berupa investigasi atau
29
penelitian sederhana tentang suatu masalah yang berkaitan
denga materi tertentu mulai dari perencanaan, pengumpulan
data atau informasi, pengolahan data, penyajian data dan
penyusunan laporan. Penilaian proyek dimaksudkan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan
dari peserta didik secara jelas.
2) Teknik Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan
dengan cara menilai portofolio siswa. Portofolio adalah
kumpulan karya siswa dalam bidang tertentu yang
diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan,
prestasi, dan/atau kreativitas siswa dalam kurun waktu tertentu.
Setiap akhir periode pembelajaran hasil karya atau tugas belajar
dikumpulkan dan dinilai bersama-sama antara guru dan siswa
sehingga penilaian portofolio dapat memberikan gambaran
secara jelas tentang perkembangan /kemajuan belajar siswa.
3) Teknik Penilaian Bentuk Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses
pembuatan dan kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh
siswa. Penilaian produk dilakukan untuk menilai hasil
pengamatan, percobaan, ataupun tugas proyek tertentu dengan
menggunakan cara holistik atau analitik. Cara holistik, yaitu
30
berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan
pada tahap appraisal. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-
aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang
terdapat pada semua tahap pengembangan suatu produk.
5. Contoh Instrumen Penilaian Autentik
a. Instrumen Penilaian Sikap
Dalam melakukan penilaian kompetensi sikap spiritual dan
sosial harus mengacu pada indikator yang dirinci dari Kompetensi
Dasar (KD) dari kompetensi inti spiritual dan sosial yang ada di
kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk setiap jenjang dari
dasar sampai menengah (Kunandar, 2015: 119).
1) Instrumen Penilaian Observasi
Nama Peserta Didik :
Kelas :
Tanggal Pengamatan :
Tabel 2.1
Instrumen Penilaian Observasi
Sumber: http:www.academia.edu
No Aspek Pengamatan
Skor
1 2 3 4
1
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3
Membari salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat/presentasi
4
Mengungkapkan kekaguman secara lisan
maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Allah
5
Merasakan keberadaan Tuhan saat
mempelajari ilmu pengetahuan
31
2) Instrumen Penilaian Jurnal
Nama Peserta Didik :
Aspek yang diamati : Jujur
Tabel 2.2
Instrumen Penilaian Jurnal
No Hari/Tanggal Kejadian
1
2
3
4
5
Sumber: http:www.academia.edu
3) Instrumen Penilaian Sikap
Nama Peserta Didik :
Kelas :
Tabel 2.3
Instrumen Penilaian Sikap
Sumber: Majid, 2014.
No Aspek Pengamatan
Skor
1 2 3 4
1
Berdoa sebelum dan sesudah
melakukan sesuatu
2
Mengucapkan rasa syukur atas
karunia Tuhan
3
Memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan
pendapat/presentasi
4
Merasakan keberadaan dan
kebesaran Tuhan saat mempelajar
ilmu pengetahuan
5
Mengungkapkan keagungan
secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Tuhan
Jumlah Skor
32
4) Instrumen Penilaian Antar Teman
Tabel 2.4
Instrumen Penilaian Antar Teman
S
u
m
b
e
r
:
M
a
Sumber: Majid, 2014
5) Instrumen Penilaian Diri Sendiri
Tabel 2.5
Instrumen Penilaian Diri Sendiri
No Aspek Pengamatan
Skor
1 2 3 4
1
Sebagai peserta didik saya
melakukan tugas-tugas dengan
baik
2 Saya berani menerima risiko
atas apa yang saya lakukan
3
Saya menuduh orang lain tanpa
bukti
4 Saya mau mengembalikan
barang yang dipinjam dari
orang lain
Sumber: Majid, 2014.
No Perilaku/sikap
Muncul/dilakukan
Ya Tidak
1
Mau menerima pendapat
teman
2 Memaksa teman untuk
menerima pendapatnya
3 Memberi solusi terhadap
pendapat yang bertentangan
4
Dapat bekerja sama dengan
teman yang berbeda status
sosial, suku, dan agama
33
b. Instrumen Penilaian Pengetahuan
1) Contoh instrumen penilaian pengetahuan
Tabel 2.6
Tabel Penilaian Pengetahuan
Dimensi Ilmu
Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif
Menging
at
Memah
ami
Menerap
kan
Menganali
sis
Mengevalu
asi Menciptakan
Pengetahuan
Faktual
Pengetahuan
Konseptual
Pengetahuan
Prosedural
Pengetahuan
Metakognitif
Sumber: Abdul Majid, 185.
2) Instrument Penilaian Penugasan
Tabel 2.7
Instrumen Penilaian Penugasan
S
umber: http://www.slideshare.net
No
Nama Peserta
Didik
ASPEK YANG DINILAI
Penguasaan materi
Penggunaan bahasa
Sistematika penulisan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Rima
2 Naila
3 Akbar
34
c. Instrumen Penilaian Ketrampilan
1) Instrumen Penilaian Tes Praktek
Tabel 2.8
Instrumen Penilaian Tes Praktek
No Aspek yang Dinilai Baik Tidak
1 Memandikan
2 Mengkafani
3 Menyalatkan
4 Mengubur
Skor yang Dicapai 3
Skor Maksimum 4
Sumber: http://www.slideshare.net
2) Instrumen Penilaian Proyek
Tabel 2.9
Instrumen Penilaian Proyek
Sumber: http://www.slideshare.net
Tahap Kemampuan
yang Diamati
Tanggal
Tugas
Dibuat
Hasil
Penilaian
Tugas
Ket.
1
Merawat
Memandikan
2
Mengkafani
Menyalati
3
Mengubur
Melayat
4 Ziarah kubur
35
3) Instrumen Peniaian Portofolio
Tabel 2.10
Instrumen Peniaian Portofolio
Sumber: http://www.slideshare.net
d. Daftar Hasil Penilaian Autentik
Untuk tabel 2.11 daftar hasil penilaian autentik terdapat
dalam lampiran hal 132-133.
B. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Menurut Mudlofir (2011) dalam kutipan Shobirin (2016)
kurikulum ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata curir, dari Bahasa
Yunani yang artinya tempat berpacu dalam sebuah perlombaan yang
dilalui oleh para kompetitor. Konsekuensinya adalah setiap peserta
wajib mematuhi aturan main dalam perlombaan. Istilah kurikulum
pada awalnya berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi kuno
di Yunani, yang kemudian diadopsi ke dalam dunia pendidikan.
Pengertian tersebut kemudian digunakan dalam dunia pendidikan,
No Aspek yang Dinilai
Nilai
1 2 3 4
1 Memandikan
2 Mengkafani
3 Menyalatkan
4 Mengubur
Skor yang Dicapai
Skor Maksimum
36
dengan pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah
mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh
pendidikan di Lembaga pendidikan (Shobirin, 2016: 14).
Dalam kutipan Shobirin (2016) secara terminologis, istilah
kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan mengandung
pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang
harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan
pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti
bahwa seseorang peserta didik telah mencapai standar kompetensi
tersebut adalah dengan sebuah ijazah yang diberikan kepada peserta
didik.
Selanjutnya adalah kurikulum menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan
pengertian tersebut, terdapat dua dimensi kurikulum. Pertama adalah
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran (Yunus & Vanni Alam, 2018:1).
Kurikulum 2013 menjadi penyempurnaan kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan tahun 2006. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
37
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (Shobirin, 2016: 35).
Jadi kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berlaku dalam
sistem pendidikan Indonesia yang diterapkan oleh pemerintah untuk
menggantikan kurikulum 2006. Kurikulum 2013 ini merupakan
kurikulum dari penyempurnaan kurikulum sebelumnya yang lebih
menekankan pada pendidikan karakter.
2. Tujuan Kurikulum 2013
Tujuan Kurikulum 2013 yang diterapkan oleh Kemendikbud
tertuang pada Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah) yang berbunyi:
“Tujuan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.”
Dalam tujuan kurikulum 2013, siswa dituntut untuk berpikir
lebih kreatif, inovatif, cepat dan tanggap dan selain itu dalam
kurikulum 2013 siswa dilatih untuk menumbuhkan keberanian dalam
dirinya. Siswa akan dilatih kemampuan berlogika dalam memecahkan
suatu permasalahan. Dalam kurikulum 2013 ini juga diberikan atau
dimasukan unsur-unsur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
38
bernegara serta unsur keagamaan untuk membentuk siswa yang
berkarakter.
3. Dasar Yuridis Kurikulum 2013
Landasan Yuridis Kurikulum 2013 dalam buku (Yunus &
Vanni Alam, 2015: 20-21) adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta Segala Ketentuan
yang Dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional; dan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan Sebagaimana telah Diubah Dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
4. Prinsip-Prinsip Kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan secara terpadu.
39
Kurikulum 2013 jenjang pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip menurut Yunus & Vanni Alam (2018)
adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan
Kepentingan Peserta Didik dan Lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang
serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya
dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum,
40
muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antar substansi.
c. Tanggap terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan , Tekhnologi,
dan Seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan seni berkembang secara dinamis.
d. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan ketrampilan sosial, ketrampilan
akademik, dan ketrampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
f. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
41
unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan formal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah
Kurikulum dik embangkan dengan memeperhatikan
kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto ka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Fungsi Kurikulum 2013
Bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum menurut Depdiknas (2008) dikutip dari Shobirin (2016: 19-
21) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Penyesuaian
Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mempu mengarahkan siswa agar
memiliki sifat well adjusted, yaitu mampu menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan
bersifat dinamis. Karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya.
42
b. Fungsi Integrasi
Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-
pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan
bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus
memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan
berintegrasi dengan masyarakatnya.
c. Fungsi Diferensiasi
Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya . selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk
dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak
dapat melanjutkan pendidikannya.
d. Fungsi Persiapan
Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk
dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak
dapat melanjutkan pendidikannya.
43
e. Fungsi Pemilihan
Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai
dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat
hubungannya dengan fungsi diferensasi, karena pengakuan atas
adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya
kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua
fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan
bersifat fleksibel.
f. Fungsi Diagnostik
Fungsi Diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan
siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi)
dan kelemahan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-
kelemahannya.
C. Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari
kata “Pendidikan” dan “agama”. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan
“pe” dan akhiran “an”, yamg berarti “proses pengubahan sikap dalam
44
usaha mendewasakan menusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.
Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi
latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Syafaat,
dkk., 2008: 11).
Istilah Pendidikan adalah terjemahan dari Bahasa Yunani
paedagogie yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti
“pergaulan dengan anak-anak”. Sementara itu, orang yang tugasnya
membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri
sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari kata
paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Berpijak
dari istilah di atas, pendidikan biasa diartikan sebagai usaha yang
dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
membimbing/memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan. Atau dengan kata lain, pendidikan ialah “bimbingan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam
pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani, agar berguna bagi
dirinya sendiri dan masyarakatnya (Syafaat dkk, 2008: 12).
Sementara itu, menurut M.A. Tihami dalam buku (Syafaat dkk,
2008) mengemukakan pengertian agama sebagai berikut:
a. Al-Din (agama) menurut Bahasa terdapat banyak makna, antara
lain al-Tha’at (ketaatan), al-Ibadat (ibadah), al-Jaza (pembalasan),
al-Hisab (perhitungan).
45
b. Dalam pengertian syara’, al-Din (agama) ialah keseluruhan jalan
hidup yang ditetapkan Allah melalui lisan nabi-Nya dalam bentuk
ketentuan-ketetuan (hukum). Agama itu dinamakan al-Din karena
kita (manusia) menjalankan ajarannya berupa keyakinan
(kepercayaan) dan perbuatan. Agama dinamakan juga al-millah,
karena Allah menuntut ketaatan kepada Rasul dan kemudian Rasul
menuntut ketaatan kepada kita (manusia).
c. Ketetapan Allah yang menyeru kepada makhluk yang berakal
untuk menerima segala sesuatu yang dibawa oleh Rasul.
d. Sesuatu yang menuntut makhluk berakal untuk menerima segala
yang dibawa oleh Rasulullah Saw.
Dengan kata lain agama adalah aturan perilaku bagi umat
manusia yang sudah ditentukan dan dikomunikasikan oleh Allah Swt.
melalui orang-orang pilihan-Nya. Jadi agama merupakan peraturan
yang bersumber dari Allah Swt. yang berfungsi sebagai pedoman
manusia dalam menjalani kehidupan baik bersifat vertikal maupun
horizontal, baik mengatur hubungan manusia dengan sang pencipta
maupun dengan sesama.
Sedangkan pengertian pendidikan Islam menurut istilah dari
penjelasan ahli pendidikan Islam dalam buku Mahfud dkk, (2015: 8)
adalah sebagai berikut:
a. Menurut M. Arifin pendidikan Islam adalah Usaha orang dewasa
muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan
46
membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan
dasar) anak didik melalui aturan Islam kearah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya.
b. Menurut Zakiyah Daragjat pendidikan Islam itu adalah
pembentukan kepribadian muslim.
c. Menurut Abudin Nata pendidikan Islam adalah usaha sadar yang
dilakukan secara sistematik untuk membentuk masyarakat didik
sesuai dengan tuntutan Islam.
Kemudian pendidikan agama Islam sebagaimana yang
diungkapkan Sahilun A. Nasir dalam buku (Syafaat dkk, 2008: 15)
yaitu pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sistematis dan
pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragam Islam dengan
cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar
dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni,
ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya,
diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap
perbuatan, pemikiran dan sikap mental.
Sedangkan budi pekerti adalah kata majemuk perkataan budi
dan pekerti, gabungan kata yang berasal dari Bahasa Sansekerta dan
Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Sansekerta budi artinya alat
kesadaran (batin), sedangkan dalam Bahasa Indonesia pekerti berarti
kelakuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pekerti berarti
kelakuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) budi pekerti
47
ialah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna
perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu
tercermin sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Budi
pekerti sendiri mengandung pengertian positif. Namun, penggunaan
atau pelaksanaannya yang mungkin negatif. Penerapannya (itu)
tergantung pada manusianya (Sarinah, 2017: 118).
Jadi pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti yakni
merupakan usaha sadar yang berupa pengajaran, asuhan, dan
bimbingan terhadap anak dengan harapan setelah selesai pendidkan
dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam
selain itu diharapkan anak juga memiliki kelakukan atau cerminan
budi pekerti yang baik.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Robert F. Mager yang dikutip Hamzah B. Uno dalam
buku Mahfud dkk, (2008) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran
adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Tujuan
pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu yang hendak
dicapai setelah kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, atau
dengan kata lain tercapainya perubahan perilaku pada siswa yang
sesuai dengan kompetensi dasar setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran (Mahfud dkk, 2008:10).
48
Menurut Al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam dikutip Mahfud
dkk, adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia bagi kaum
meslimin dari dulu sampai sekarang.
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
c. Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi yang lebih kuat
dengan nama rasional profesionalisme .
d. Menumbuhkan semangat ilmiah kepada parapelajar dan
merumuskan keingintahuan dan memungkinkan ia mengkaji ilmu
itu sendiri.
e. Menyiapkan pelajar dari segi professional supaya dapat menguasai
profesi tertentu agar dapat mencari rizki dalam hidup di samping
memelihara segi kerohanian.
Sedangkan Menurut Abdurahman An-Nahlawi dalam buku
Mahfud (2015: 12) tujuan pendidikan Islam ada 4 yaitu:
a. Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah menyuruh
merenunngkan
b. Menumbuhkan potensi dan bakat-bakat asal anak.
c. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan
mendidik mereka sebaik laki-laki maupun perempuan.
d. Berusaha untuk mengembangkan segala potensi-potensi dan bakat
manusia.
49
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan agama Islam identik dengan tujuan hidup manusia, yakni
menjadi hamba Allah SWT dan mendapatkan kebahagiaan hidup di
dunia terlebih di akhirat.
3. Dasar Ideal Pendidikan Agama Islam
a. Al-Quran
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw. sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang
membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala.
Kemudian kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok
pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri.
Firman Allah SWT:
قوم ی وا رحۃا م ی اختلفوا فیہ و ہدا مہم الا ؤمنون و ما انزمنا عليک امکتب الا متبی ي
Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu
Al-Qur’an ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan
kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman. (QS An-Nahl[16]: 64),
dalam Ahsan,Muhammad dan Sumiyati (2017: 273).
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang telah diwahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk disampaikan kepada umat
manusia. Al-Qur’an merupakan petunjuk yang lengkap dan juga
merupakan pedoman bagi kehidupan manusia, yang meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia yang bersifat universal. Al-
Qur’an merupakan sumber pendidikan yang lengkap berupa
pendidikan sosial, akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah.
50
Sebagaimana yang diungkapkan Azyumardi Azra bahwa Al-
Qur’an mempunyai kedudukan yang paling depan dalam
pengambilan sumber-sumber pendidikan lainnya. Segala kegiatan
dan proses pendidikan harus berorientasi kepada prinsip nilai-nilai
Al-Qur’an (Syafaat, dkk., 2008: 20).
b. Hadis
Dasar yang kedua selain Al-Qur’an adalah sunnah
Rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah Saw. Dalam
proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama
pendidikan Islam karena Allah SWT. Menjadikan Muammad
sebagai teladan bagi umatnya.
Firman Allah SWT:
نة ممن ك أسوة حس امقد كن مك ف رسول اللا يرا ل واميوم الخر وذلر اللا ن يرجو اللا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul itu
suritauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab [33]: 21), dalam
Ahsan,Muhammad dan Sumiyati (2017: 420).
Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rasulullah. Dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau
perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan
saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber
ajaran kedua sesudah Al-Qur’an. Seperti Al-Qur’an, Sunnah juga
berisi akidah dan Syariah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk
51
kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina
umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk
itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama (Syafaat dkk, 2008:
22).
Jadi, dasar hukum ideal pendidikan agama Islam adalah Al-
Quran dan hadis di mana Al-Quran merupakan wahyu dari Allah yang
diturunkan melalui malaikat Jibril sedangkan Hadis merupakan
perkataan, percakapan, dan perbuatan Nabi Muhammad yang dijadikan
landasan syariat Islam.
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Menurut Prof. Richey dalam buku Syafaat dkk, (2008)
mengemukakan bahwa istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi
yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu
masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru
mengenai tanggung jawab bersama di dalam masyarakat.
Menurut Zakiah Daradjat dalam buku Syafaat dkk, (2008)
agama begitu ampuh dan besar dalam kehidupan manusia. Menurutnya
agama memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Memberikan bimbingan dalam hidup;
b. Menolong dalam menghadapi kesukaran; dan
c. Menenteramkan batin.
52
Sedangkan menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam
buku Syafaat dkk, (2008) mengatakan bahwa pendidikan agama Islam
memiliki empat macam fungsi, berikut ini:
a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan
tertentu dalam mesyarakat pada masa yang akan dating.
b. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan peranan-
peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara
keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak
bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
d. Mendidik anak agar beramal saleh di dunia ini untuk memperoleh
hasilnya di akhirat kelak.
Fungsi pendidikan Islam yang sekaligus suatu proses sosialisasi
pada lingkungan atau Lembaga pendidikan keluarga, menurut Zakiyah
Daradjat dalam buku Syafaat dkk, (2008), antara lain sebagai berikut:
a. Pembekalan, yaitu untuk membimbing anak dalam memiliki
akhlak.
b. Penerangan, yaitu membantu anak untuk mengetahui prinsip-
prinsip dan hukum agama agar dalam pelaksanaannya sesuai
dengan ajaran agama.
c. Perbaikan, yaitu untuk menolong anak dalam membina akidah
yang baik dan benar serta pembentukan jiwa keagamaan yang
kokoh.
53
d. Penyadaran, yaitu untuk memberikan pemeliharaan anak-anak atau
remaja agar memahami dan mampu menjaga kesehatan, baik
jasmani maupun rohani.
e. Pengajaran, yaitu untuk menyiapkan peluang dan suasana praktis
untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan akhlak dalam
kehidupan.
Jadi fungsi pendidikan agama Islam adalah realisasi dari cita-
cita ajaran Islam yang membawa misi kesejahteraan manusia sebagai
hamba Allah lahir dan batin baik di dunia maupun di akhirat.
D. Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Implementasi secara sederhana dapat diartikan sebagai
pelaksanaan atau penerapan. Sebagaimana yang ada di dalam kamus
besar bahasa Indonesia, implementasi berarti penerapan. Browne dan
Wildavsky mengemukakan bahwa “implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan”. Adapun Schubert
mengemukakan bahwa “implementasi adalah sistem rekayasa”
(Firdianti, 2018: 19).
Sedangkan pengertian implementasi menurut Kamus Webster
dikutip oleh Abdul Wahab dalam buku Ali (2017) bahwa konsep
implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement. Dalam
kamus besar Webster, to implement (mengimplementasikan) berarti to
providethe means for carrying out (menyediakan sarana untuk
54
melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk
menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu.
Implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement
yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan
penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan
dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatau tersebut dilakukan
untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-
undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang
dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan
(Ali, 2017: 51). Secara ringkas implementasi merupakan penerapan
penyediaan sarana yang menimbulkan dampak/ akibat sesuatu.
2. Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum adalah sebuah bagian dari proses atau
tahapan pemberlakuan sebuah kurikulum, khususnya terhadap
kurikulum baru atau yang telah diperbaharui (diinovasi) serta juga
dapat diberlakukan terhadap kurikulum yang dikembangkan.sebuah
kurikulum khususnya kurikulum baru harus melewati beberapa
tahapan sampai di mana kurikulum tersebut dapat diimplementasikan
sampai dengan dievaluasi. Tahapan dalam proses adanya sebuah
kurikulum baru, yaitu: orientasi, pengembangan, implementasi, dan
evaluasi (kusumawati & Rulviana, 2017: 95).
Miller & Seller dengan merujuk kepada pandangan beberapa
pakar kurikulum sebelumnya dalam buku Kusumawati & Rulviana
55
(2017), mengemukakan bahwa setidaknya ada 3 pandangan tentang
implementasi kurikulum, yaitu:
a. Implementasi Kurikulum sebagai Sebuah Event (Kejadian)
Implementasi kurikulum sebagai sebuah event memandang
bahwa implementasi kurikulum adalah sebuah peristiwa yang
terjadi ketika para pengembang kurikulum mengembangkan atau
memproses sebuah kurikulum baru hingga pembangunan
kurikulum baru tersebut lengkap, dan selanjutnya mengharap
kepada para pendidik/guru dapat mengajar sesuai dengan program
baru tersebut.
b. Implementasi Kurikulum sebagai Proses Interaksi Antar
Pengembang Kurikulum dengan Guru
Implementasi sebagai sebuah proses yaitu, kurikulum
merupakan sebuah proses interaksi antara para pengembang
kurikulum dengan para pendidik/guru. Dalan hal ini pengembang
kurikulum bekerja dengan input dari para guru yang mengajarkan
program mata pelajaran yang dikembangkan atau menyiapkan
gambaran rinci dari metode-metode pembelajaran terbaru.
Berdasarkan informasi yang didapat tersebut para pengembang
selanjutnya melakukan desain pendekatan baru,menguji sumber-
sumber baru, atau mengintegrasikan konten materi baru ke dalam
program yang ada. Selanjutnya, guru diminta untuk mencoba revisi
56
tersebut. Ketika revisi dilakukan pada program baru, maka
implementasi dinyatakan telah lengkap.
c. Implentasi Kurikulum sebagai Sebuah Komponen yang Terpisah
Dari Rangkaian Kurikulum
Implentasi berdasarkan pandangan tersebut menjelaskan
bahwa implementasi merupakan kegiatan yang menyertai
pengembangan dan adopsi program atau kurikulum baru, dalam
bentuk sebuah perencanaan untuk memperkenalkannya. Ketika
perencanaan selesai, maka implementasi dinyatakan telah lengkap.
Berdasarkan paparan di atas tentang implementasi kurikulum
dapat dipahami bahwa implementasi kurikulum merupakan sebuah
kegiatan melaksanakan desain kurikulum yang telah dikembangkan,
baik sebuah kurikulum yang baru maupun kurikulum sebagai hasil
inovasi atau perbaikan.
3. Langkah-Langkah Pokok Implementasi Penilaian Autentik
Kurikulum 2013
Dilihat dari prosesnya, ada beberapa langkah pokok penilaian
hasil belajar seperti dikutip dalam Rusdiana (2018), yaitu sebagai
berikut:
a. Menyusun Rencana Penilaian atau Evaluasi Hasil Belajar
Dalam merencanakan penilaian atau evaluasi hasil belajar,
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
57
1) Merumuskan tujuan penilaian atau evaluasi, termasuk
merumuskan tujuan terpenting dari penilaian agar arah proses
penilaian jelas;
2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, yang meliputi
aspek kognitif, afektif, atau psikomotorik;
3) Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan;
4) Menyusun instrument yang akan dipergunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar. Sejumlah innstrumen yang dapat
digunakan, yaitu butir-butir soal tes, daftar cek, panduan
wawancara, dan lain-lain;
5) Menentukan metode penskoran jawaban siswa;
6) Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan penilaian atau
evaluasi (kapan, berapa kali, dan berapa lama);
7) Merevisi tugas-tugas penilaian.
b. Menghimpun Data
Guru memilih teknik tes dengan menggunakan tes atau
memilih teknik nontes dengan melakukan pengamatan, wawancara
atau angket. Ketika melakukan penilaian prestasi siswa, para guru
harus memahami situasi dan kondisi lingkungan fisik dan
psikologis siswa yang bersangkutan. Lingkungan fisik harus tenang
dan nyaman, selama proses penilaian berlangsung, guru memonitor
jalannya penilaian dan membantu agar semuanya berjalan sesuai
dengan waktu yang boleh ditentukan.
58
c. Melakukan Verifikasi Data
Verifikasi data perlu dilakukan agar guru dapat
memisahkan data yang “baik” (data yang akan memperjelas
gambaran mengenai siswa yang sedang dievaluasi) dari data yang
“kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran
mengenai siswa).
d. Mengolah dan Menganalisis Data
Agar data yang terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bisa
menggunakan teknik statistik dan/atau teknik nonstatistik,
berdasarkan pada mempertimbangkan jenis data.
e. Melakukan Penafsiran atau Interprestasi dan Menarik Kesimpulan
Kegiatan ini merupakan proses verbalisasi terhadap makna
yang terkandung pada data yang telah diolah dan dianalisis
sehingga menghasilkan sejumlah kesimpulan. Kesimpulan yang
dibuat tentu saja harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah
ditentukan di awal.
f. Menyimpan Instrumen Penilaian dan Hasil Penilaian
Dengan menyimpan instrument penilaian dan hasil
penilaian siswa, guru dapat menghemat sebagian waktunya untuk
hal-hal yang lebih baik. Selain itu, guru dapat memperoleh
berbagai catatan tentang upaya memperbaiki instrument. Saat ia
membutuhkan untuk memperbaiki instrument tes pada tahun
berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang lama.
59
g. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis, dan
disimpulkan sehingga guru bisa mengambil keputusan atau
merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut konkret dari kegiatan
penilaian. Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil
belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya.
Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses
belajar.
4. Contoh instrument penilaian autentik kurikulum 2013
Pedoman Observasi Sikap Spiritual
Petunjuk:
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sika spiritual peserta didik.
Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:
4= Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3= Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadang tidak melakukan
2= Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
tidak melakukan
1= Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
60
Nama Peserta Didik : Muhammad Hasan Ashari
Kelas : VIII A
Tanggal Pengamatan : 17 April 2018
Materi Pokok : Mengkonsumsi Makanan dan Minuman
Yang Halal dan Menjauhi yang Haram
Tabel 2.12
Observasi Sikap Spiritual
Skor:
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir:
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir:
Peserta didik memperoleh nilai:
Sangat Baik : Apabila memperoleh skor 3,20 – 4,00 (80-100)
Baik : Apabila memperoleh skor 2,80 – 3,19 (70-79)
Cukup : Apabila memperoleh skor 2, 40-2,79 (60-69)
Kurang : Apabila memperoleh skor kurang 2,40 (kurang dari 60%)
No Aspek Pengamatan
Skor
1 2 3 4
1
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu
√
2 mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
√
3
Memberi salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat/prestasi
√
4
Mengungkapkan kekaguman secara lisan
maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Tuhan
√
5
Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan
saat mempelajari ilmu pengetahuan
√
61
E. Kajian Penelitian Yang Relevan
Salah satu penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian
autentik. Seperti yang kita ketahui penilaian adalah proses pengumpulan
berbagai data yang memberikan gambaran mengenai perkembangan
peserta didik mengalami proses pembelajaran.
1. Skripsi Masruroh “Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam
Pembelajaran PAI Kelas VII SMP N Muntilan Magelang”. Skrispi ini
berisi pelaksanaan penelitian autentik dalam pembelajaran PAI di SMP
yang meliputi bagaimana teknik dan instrument penilaian, hasil yang
ingin dicapai, serta faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaannya. Penelitian ini sama meneliti penilaian autentik dalam
bidang kajian yang sama.
2. Skripsi Anggi Jatmiko “Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik
Kurikulum 2013 dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas
VII di SMP N 3 Kalasan”. Skripsi ini berisi penjabaran cara, model,
metode dan hasil dari pengembangan penelitian autentik yang
dilaksanakan dalam pembelajaran PAI. Penelitian ini sama-sama
meneliti tentang penilaian autentik dalam pembelajaran PAI berupa
pengembangan instrument sedangkan dalam penelitian ini lebih
mendetail kepada bagaimana implementasi penilaian autentik tersebut.
3. Skripsi Bayu Adhiguna Arian “Implementasi Penilaian Autentik dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak kelas IX Kelas XI di MAN 1 Boyolali
Tahun Pelajaran 2018/2019”. Skripsi ini berisi penjabaran bagaimana
62
implementasi penilaian autentik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.
Penelitian ini sama-sama meneliti tentang implementasi penilaian
autentik, namun dalam penelitian ini penulis meneliti dalam mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
63
BAB III
GAMBARAN UMUM SEKOLAH DAN METODE PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Profil Sekolah
Nama : SMP Negeri 1 Pakis
NPSN : 20307595
Akreditasi Sekolah : B
Status : Negeri
Bentuk Pendidikan : SMP
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
No. SK Pendirian : 1884/263/KEP/10/2003
Tanggal SK Pendirian : 2002-11-30
Alamat Lengkap : Desa Ketundan, Kecamatan Pakis,
Kabupaten Magelang
Nama Kepala Sekolah : Yulianto, M.Pd
2. Lokasi Sekolah
SMP Negeri 3 Pakis beralamat di Desa Ketundan, Kecamatan
Pakis, Kabupaten Magelang. Dari segi geografis SMP Negeri 3 Pakis
sangat strategis terletak di pinggir jalan wisata Kaponan-Pogalan Km
2. Berada di lereng Merbabu yang menjadikan sekolah memiliki
pemandangan alam yang indah dan memesona, mudah dijangkau,
meskipun alat transportasi umum masih sangat minim. Suasana belajar
di sekolah ini sangat kondusif dalam hawa sejuk dan jauh dari
64
keramaian (Buku panduan SMP Negeri 3 Pakis Kab. Magelang,
2018/2019).
3. Visi dan Misi SMP Negeri 3 Pakis
a. Visi Sekolah
Visi SMP Negeri 3 Pakis adalah :
“Berakhlak Mulia, Berprestasi, Peduli Lingkungan, Terampil dan
Berbudaya disingkat (BELIA BERPELITA)
b. Misi Sekolah
1) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap
agama yang dianut sebagai dasar dan motivasi utama dalam
berperilaku dan melaksanakan semua kegiatan pendidikan
2) Mengembangkan perikehidupan berakhlak mulia dan berbudi
pekerti luhur dengan pendidikan, pembimbingan, dan
keteladanan untuk mewujudkan manusia yang santun, jujur,
disiplin, dan ulet, serta membiasakan semangat bekerja keras.
3) Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan untuk memotivasi siswa memiliki
kesadaran dan semangat menuntut ilmu dan menginspirasi
pengembangan kemauan dan kemampuan membaca dan
menulis.
4) Melaksanakan bimbingan secara efektif dalam rangka
memfasilitasi peserta didik memahami dan mengembangkan
65
potensi yang dimiliki untuk menyongsong masa depan yang
lebih baik.
5) Menumbuhkembangkan pengetahuan tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dengan melaksanakan
pelestarian fungsi lingkungan hidup, mencegah pencemaran
dan mencegah kerusakan lingkungan.
6) Menanamkan perilaku hidup sehat dilakukan melalui
peningkatan pengetahuan, keterampilan, penanaman kebiasaan
hidup sehat, terutama melalui pemahaman konsep yang
berkaitan dengan prinsip hidup sehat dan membentuk
komunitas pembelajar yang berkomitmen akan budaya aman
dan sehat.
7) Mengembangkan pribadi yang cinta tanah air melalui
pendidikan berbasis budaya dan kearifan lokal dan pendidikan
olahraga sesuai minat, bakat, dan potensi peserta didik.
8) Menyelenggarakan pendidikan bebas dari kekerasan (Buku
panduan SMP Negeri 3 Pakis Kab. Magelang, 2018/2019).
4. Tujuan Sekolah
a. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan
sehari-hari;
b. Meningkatkan perolehan hasil ujian nasional;
c. Meningkatkan jumlah siswa yang meneruskan ke jenjang sekolah
berikutnya;
66
d. Merintis prestasi akademik di tingkat kabupaten;
e. Berupaya secara maksimal mengelola sekolah berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan;
f. Mengembangkan keprofesionalan pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya;
g. Meraih kejuaraan nonakademik meliputi lomba seni dan olahraga
di tingkat kabupaten;
h. Meningkatkan kesadaran disiplin dan sikap bekerja keras warga
sekolah;
i. Terwujudnya pendidikan yang berwawasan lingkungan dengan
selalu melestarikan fungsi lingkungan, mencegah pencemaran, dan
mencegah kerusakan lingkungan sebagai sarana pembelajaran
dalam kerangka cinta alam dan sesama;
j. Terciptanya perilaku hidup sehat peserta didik dan terhindar dari
pengaruh negatif secara optimal, dan
k. Terselenggaranya pendidikan aman tanpa kekerasan dan ramah
anak
l. Terbentuknya komunitas pembelajaran yang berkomitmen
akan budaya aman dan sehat.
m. gan selalu melestarikan fungsi lingkungan, mencegah pencemaran,
dan mencegah kerusakan lingkungan sebagai sarana pembelajaran
dalam kerangka cinta alam dan sesama;
67
n. Terciptanya perilaku hidup sehat peserta didik dan terhindar dari
pengaruh negatif secara optimal, dan
o. Terselenggaranya pendidikan aman tanpa kekerasan dan ramah
anak
p. Terbentuknya komunitas pembelajaran yang berkomitmen
akan budaya aman dan sehat (Buku panduan SMP Negeri 3 Pakis
Kab. Magelang, 2018/2019).
5. Daftar Tenaga Pengajar dan Tata Usaha SMP Negeri 3 Pakis
Tabel 3.1
DAFTAR TENAGA PENGAJAR
SMP NEGERI 3 PAKIS
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
NO NAMA/NIP KODE MATA PELAJARAN
1 Yuliyanto, M.Pd
A Kepala Sekolah 19700720 199702 1 004
2 Sutaryono, S.Pd
B Bahasa Inggris 19610426 198403 1 005
3 Dwi Rustanto, S.Pd
C Matematika 19620816 198903 1 014
4 Agus Dwiheriyanto, S.Pd
D Matematika 19620816 198903 1 014
5 Tri Edi Haryono, S.Pd
E Bahasa Inggris 19670117 199702 1 001
6 Supriyono, S.Pd
F IPA 19740801 200312 1 006
7 Rahayu Widyaningsih, S.Si
G IPA 19751006 200312 2 003
8 Arif Ardhani, S.Pd
H Penjaskes 19691027 200501 1 002
9 Sutiati, S.Pd
I IPS
19770502 200604 2 009 Seni Budaya
10 Dra. Prapti Yulia J Bahasa Indonesia
68
19630904 200701 2 005
11 Dra. Ari Puntorini
K Pkn 19680528 200701 2 011
12 Nurul Khatimah, S.Pd
L Bahasa Indonesia 19700722 200801 2 011
13 Arwiyati, S.Pd
M IPS 19780625 200801 2 005
14 Drs. Mahput
N PAI
19670823 201406 1 001 Seni Budaya
15 Ahmad Rosidi, S.Pd
O Prakarya/Mulok Sekolah
1973-729 201406 1 003 IPS
16 Suharti, S.Pd
P TIK
19780110 201406 2 002 IPS
17 Gatot Supriyanto, S.Ph
Q Pend. Agama Kristen 19621008 199003 1 005
18 Malikatun, S.Ag
R PAI
Seni Budaya
19 M. Arif Susanto, S.Pd
S Bahasa Jawa
20 Fitria Esti Wardhani, S.Pd
T BK
Tabel 3.2
DAFTAR TENAGA TATA USAHA
SMP NEGERI 3 PAKIS
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
NO NAMA JABATAN
1 Achyatun Basyiroh
Kepala TU
NIP 19600924 19890 1 2001
2 Aris Prayitno
Pramu Kantor
NIP 19670505 199403 1 008
3 Slamet Sulono
Penjaga
NIP 19810717 201406 1 003
4 Yulianti Staf TU
5 Haryanti Staf TU
6 Darwanto Penjaga
7 Sudarmadi Penjaga
69
6. Daftar Sarana dan Prasarana
Tabel 3.3
Ruang Kelas
Kondisi
Ruang
Jumlah
Milik Buka Milik
Total 12 0 12
Baik 0
0
Rusak Ringan 9
9
Rusak Sedang 0
0
Rusak Berat 0 0 3
Tabel 3.4
Laboratorium
Total 0 2 0 0
IPA 0 1 0 0
Biologi 0 0 0 0
Kimia 0 0 0 0
Fisika 0 0 0 0
Bahasa 0 0 0 0
IPS 0 0 0 0
Komputer 0 1 0 0
Tabel 3.5
Perpustakaan
Kondisi Jumlah
Total 1
Baik 1
Rusak 0
Tabel 3.6
Sanitasi
Sanitasi
Kondisi
Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Sedang Rusak Berat Jumlah
Total 1 9 2 0 12
Guru 1 1 0 0 2
Siswa 0 8 2 0 10
70
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian
kualitatif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif menurut Kirk
dan Milter dalam Lexy J dan Moleong (2002: 2) pada mulanya
bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan
pngamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan
kualitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan
suatu ciri tertentu sedangkan kualitatif tampaknya diartikan sebagai
penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih selama 3 bulan
mulai tanggal 27 Mei 2019-15 Agustus 2019 tepatnya di SMP Negeri
3 Pakis, Kabupaten Magelang. Alasan penulis memilih lokasi ini
karena SMP Negeri 3 Pakis telah menerapkan kurikulum 2013
terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan
Budi Pekerti.
3. Sumber Data
Menurut Moleong (2005) dalam jurnal Zul Azmi dkk, (2018)
mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata -kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Penelitian kualitatif umumnya tidak
menggunakan instrument baku, prosedur-prosedur atau sampel
71
meskipun peneliti dapat mengadopsi sebuah instrument mekanis untuk
membantu proses pengumpulan data, peneliti tetap pada riset
instrument induk. Sumber data peneliti dalam penelitian ini adalah
Waka Sekolah, Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, dan
siswa SMP N 3 Pakis.
4. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, artinya
dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh dari
sebanyak-banyaknya. Penulis membuat pedoman wawancara untuk
memudahkan penulis dalam berdialog atau mendapat data tentang
Implementasi Penilaian Autentik dalam kurikulum 2013 pada mata
pelajaran Pendidikan agama Islam di SMP N 3 Pakis.
b. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Jenis
observasi dalam penelitian ini adalah observasi pasif, yaitu peneliti
tidak ikut terlibat dalam kegiatan akan tetapi hanya mengamati.
Dalam hal ini peneliti memperoleh data melalui proses
observasi seperti proses belajar pembelajaran di kelas.
72
c. Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain, metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006:
231). Metode ini akan digunakan peneliti sebagai pedoman untuk
mencari data mengenai beberapa hal, baik berupa catatan dan
gambaran umum SMP Negeri 3 Pakis Kabupaten Magelang.
Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap dalam
memperoleh data.
Dalam hal ini peneliti memperoleh data dokumentasi
seperti: (1) Lembar Absen Siswa (2) Jadwal Mata Pelajaran PAI
(3) Lembar Penilaian Proyek (3) Lembar Penilaian Portofolio (4)
dan Lembar Penilaian Produk.
5. Analisis Data
Analisis dan interpretasi secara konseptual merupakan proses
yang terpisah dalam hal mengorganisasikan data penelitian. Analisis
menekankan pertimbangan kata-kata konteks non-verbal, konsistensi
internal, perlusan intensitas, dan yang paling penting adalah
melakukan reduksi data. Sedangkan proses interpretasi melibatkan
pengikatan makna yang signifikansi analisis, penjelasan pola deskriptif
dengan melihat hubungan yang saling terikat, kemudian menarik
sebuah kesimpulan sebagai hasil akhir dari laporan penelitian.
73
Bahkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, maupun bahan-bahan lainya akan mempunyai arti setelah
dianalisis dan diinterpretasi dengan menggunakan metode analisis dan
interpretasi data yang relevan dengan kebutuhan penelitian. Kaitannya
dengan penelitian ini, metode analisis dan interpretasi data yang
digunakan oleh peneliti adalah model analisis Miles dan Huberman
dengan langkah-langkah sebagai berikut
a. Reduksi Data
Reduksi data (Data reduction) yaitu data yang diperoleh
dari lapangan yang banyak dan kompleks, maka perlu dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data dengan cara
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal yang
penting dan membuang hal-hal yang dianggap kurang penting.
b. Penyajian Data
Penyajian data (data display) yaitu data yang sudah
direduksi disajikan dalam bentuk uraian singkat berupa teks yang
bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan
mudah dipahami sehingga memudahkan rencana kerja selanjutnya.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yaitu data yang sudah disajikan
dianalisis secara kritis berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di
lapangan. Penarikan kesimpulan dikemukakan dalam bentuk
74
naratif sebagai jawaban dari rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal.
Penggunaan metode analisis dan interpretasi bertujuan
memberikan penjelasan secara deskriptif agar membantu pembaca
mengetahui apa yang terjadi di lingkungan pengamatan, seperti apa
pandangan partisipan yang berada di latar penelitian.
Deskriptif yang cukup dan pernyataan langsung
dimaksudkan untuk membantu pembaca memahami secara penuh
dari pemikiran orang yang terwakili secara naratif, terkait dengan
implementasi penilaian autentik dalam kurikulum 2013 pada
pembelajaran PAI dan Budi Pekerti kelas VII SMP N 3 Pakis
Kabupaten Magelang.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan untuk pengecekan data adalah teknik
triangulasi. Teknik yang menggabungkan data dan sumber data yang
telah ada. Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan data
menggunakan perspektif berlainan. Dalam penelitian ini teknik akan
digunakan pada sumber-sumber yang diasumsikan banyak informasi
yang akan didapat. Triangulasi yang akan digunakan adalah triangulasi
teknik. Triangulasi teknik dilakukan dengan memakai beberapa
metode penelitian dalam menggali data sejenis, misalnya wawancara
dan observasi.
75
Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi yang digunakan, yaitu triangulasi teknik dan
triangulasi sumber.
a. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah cara yang digunakan untuk
mengecek kebenaran data yang dilakukan dengan cara wawancara,
kemudian hasil wawancara dapat di cross check dengan bukti data-
data ataupun observasi.
b. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan sumber yang berbeda. Sumber yang dimaksud adalah
Waka Kurikulum, Kepala Sekolah, Guru PAI dan siswa dengan
pertayaan yang sama.
76
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Hasil Penelitian
1. Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 dalam Mata
Pelajaran PAI dan Budi Pekerti kelas VII SMP Negeri 3 Pakis
Impelementasi penilaian autentik kurikulum 2013 dilihat dari
hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan kepada Kepala
Sekolah, Waka Kurikulum, Guru PAI dan Budi Pekerti, serta peserta
didik. Wawancara ini lebih terfokus pada implementasi, hambatan dan
solusi dalam penilaian autentik kurikulum 2013.
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai
data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa yang
mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Menurut
pendapat Bapak Yulianto selaku kepala sekolah menegaskan bahwa
semua kurikulum itu pada dasarnya adalah baik, kurikulum KTSP
2006 atau kurikulum 2013 yang sedang diterapkan saat ini. Hanya saja
dalam kurikulum 2013 memiliki tujuan berupa input dan output yang
baik. seperti memiliki pengetahuan yang hebat, hati yang baik, dan
ketrampilan yang handal. Peserta didik diharapkan tidak hanya unggul
dalam pengetahuan saja yang berupa teori, tetapi juga mampu
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, aspek yang tidak kalah penting adalah aspek sikap
77
yang merupakan dasar guna mencetak anak bangsa yang bukan hanya
mumpuni dalam bidang pengetahuan dan ketrampilan. Jadi secara
keseluruhan penilaian autentik kurikulum 2013 ini sangatlah baik jika
diterapkan, karena bukan hanya mengajarkan peserta didik tentang
pengetahuan, tetapi juga terampil mengaplikasikan pengetahuan yang
didapat, dan memiliki karakter dan budi pekerti yang baik pula.
Berikut ini adalah paparan dari Bapak Yulianto mengenai penilaian
autentik adalah sebagai berikut:
“semua baik, kan semua kurikulum itu baik karena
memang tujuannya yang berbeda aja, tujuannya kalau
kurikulum 2013 biar input dan outputnya itu baik, outputnya
siswa itu ya…punya pengetahuan yang hebat, hati yang baik,
dan ketrampilan yang handal. Jadi mencakup tiga-tiganya,
tidak hanya pengetahuannya saja sik “pinter tok”, tetapi juga
punya karakter, hati yang baik, dan juga terampil
mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan. Secara
keseluruhan ya cukup baik kalau kurikulum ini diterapkan,
ya..sangat baik “malahan” (wawancara pada Hari Rabu, 24 Juli
2019 di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis).
Berikut pemaparan senada juga disampaikan oleh Ibu
Arwi:
“Baik sekali mba kurikulum 2013 ini, kita kan harus
selalu mengikuti perkembangan zaman. Kalau kita gak mau
mengikuti perubahan, lah gimana nanti mbak, stagnan jadinya
ga ada perubahan. Kita harus update intinya, jangan sampai
ketinggalan zaman. Sebagai ASN kita juga harus siap
melaksanakan perintah mbak. Dalam kurikulum 2013 ini
bagusnya itu memerhitungkan proses, jadi ga semata-mata
hasil. Tapi harusnya dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini
anak itu nilainya juga bagus mbak, harusnya. Karena proses itu
kan mempengaruhi hasil, kalau ini prosesnya aja sudah detail
dinilai, wis “dirinci” harusnya nilainya pun lebih baik mbak.”
(Wawancara pada Hari Selasa, 23 Juli 2019 di ruang tamu SMP
Negeri 3 Pakis).
78
Hal yang sama dipaparkan oleh guru PAI dan Budi Pekerti
yang mengatakan bahwa kurikulum 2013 ini baik, dan bukan berarti
kurikulum yang sebelumnya belum baik. Semua kurikulum yang
diterapkan pada dasarnya adalah baik, namun waktu terus berjalan,
seiring perubahan zaman kurikulum 2013 sangat baik diterapkan saat
ini. Di bawah ini adalah paparan menurut Guru PAI dan Budi Pekerti
adalah sebagai berikut:
“Penilaian autentik ini sebenarnya bagus banget mbak,
“penak” jane mbak tergantung pribadi gurunya kalau ini. Tapi
secara keseluruhan bagus mbak penilaian autentik ini, ya
mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan jadi
lengkap. Siswa gak cuma diharapkan punya pengetahuan yang
luas, tapi ya punya sopan-santun, budi pekerti yang bagus
mbak intinya, apalagi dalam pelajaran PAI dan Budi Pekerti.”
(Paparan menurut Ibu Malikatun pada Hari Rabu, 24 Juli 2019
di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis).
Selanjutnya adalah paparan menurut Bapak Mahput juga selaku
guru PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Pakis memaparkan
penilaian autentik kurikulum 2013 sebagai berikut:
“Penilaian autentik kurikulum 2013 itu ya sebuah
penilaian yang bagus mbak, ya karena di dalam penilaian itu
“wis komplit”. Ya memuat aspek sikap, pengetahuan, tapi ya
memuat ketrampilan. Jadi seimbang diharapkan teorinya bagus,
bisa menerapkannya, tapi budi pekertinya juga baik,
karakternya bagus.” (wawancara pada Hari Selasa, 23 Juli 2019
di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis).
Seperti paparan yang disampaikan oleh kepala sekolah bahwa
dari 4 standar yang berubah, salah satunya adalah standar penilaian. di
mana standar penilaian autentik sangat berbeda dari penilaian yang
digunakan sebelumnya. Dalam penilaian autentik, ada 3 aspek
79
penilaian yang harus dinilai oleh seorang guru, yaitu penilaian sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan. Di mana ketiga aspek ini saling terkait
antara satu dengan yang lain, dan harus saling melengkapi antara aspek
satu dengan aspek yang lain. Tidak bisa seorang guru menilai peserta
didik hanya dengan menggunakan salah satu penilaian saja dan
mengabaikan penilaian yang lain. Seperti paparan Bapak Yulianto
dalam waktu yang sama sebagai berikut:
“ Dalam penilaian autentik ini mencakup 3 aspek mba,
ada aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Di mana ketiga
aspek ini saling memiliki kaitan antara satu dengan yang lain.
Guru harus benar-benar memperhatikan setiap siswanya,
karena penilaian autentik bukan penilaian yang hanya berdasar
atas nilai akhir saja. Tetapi proses darimana nilai itu berasal
juga ada penilaiannya tersendiri” (wawancara pada Hari Rabu,
24 Juli 2019 di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis).
Selanjutnya hal senada juga disampaikan oleh Ibu Arwi sebagai
berikut:
“Yang mbak ketahui penilaian autentik itu yang seperti
apa? Iya bener.. ada sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Penilaian autentik itu, autentik itu “asli” mba. Jadi, penilaian
autentik itu penilaian yang “asli” begitu mbak.” (Wawancara
pada Hari Selasa 23 Juli 2019 di ruang tamu SMP Negeri 3
Pakis).
Ketiga aspek seperti yang telah dipaparkan oleh Bapak
Yulianto sama seperti pemaparan guru PAI dan Budi Pekerti yaitu Ibu
Malikatun dan Bapak Mahput yang memaparkan bahwa dalam
penilaian autentik ada tiga aspek yang harus dinilai yaitu aspek sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan. Menurutnya seorang guru harus benar-
benar memperhatikan setiap peserta didik yang diampunya. Jadi, tidak
80
ada lagi istilah seorang guru yang “sakkarepe dewe” atau seenaknya
sendiri. Karena tuntutan dalam penilaian auntentik kurikulum 2013
seorang guru harus menilai peserta didik yang diampunya bukan hanya
berdasarkan hasil akhir saja. Misalnya, dalam penilaian jurnal sikap
spiritual, maka seorang guru harus benar-benar memperhatikan peserta
didik satu-satu dengan saksama. Guru harus paham dan mengetahui
benar siapa peserta didik yang setiap harinya berdoa dengan sungguh-
sungguh, atau terkadang sungguh-sungguh dan terkadang tidak ikut
berdoa, dan ada peserta didik yang sama sekali tidak pernah berdoa
ketika di dalam kelas. Di bawah ini merupakan pemaparan dari guru
PAI dan Budi Pekerti yang saya temui dalam waktu yang berbeda.
“Ada beberapa aspek mbak yang ada dalam penilaian
autentik kurikulum 2013 itu, ada penilaian itu mbak sikap, lalu
penilaian pengetahuan, dan ketrampian. Wah…memang
banyak banget mbak aspek yang harus guru nilai itu. Makanya
sekarang ga bisa mbak guru ko santai-santai gitu, tapi ya
kembali lagi to mbak ke pribadi masing-masing guru. Kalau
saya ya harus gimana caranya mbak supaya penilaian itu
berjalan maksimal. Dalam penilaian autentik ini guru harus jeli
mbak, harus paham dengan karakter peserta didik yang diampu.
La kalau ini mbak, ambil contoh ya saya menilai sikap spiritual
siswa dengan jurnal, ya “kudu” paham mbak, anak ini berdoa
sungguh-sungguh apa tidak, apa kadang-kadang doa tapi masih
tengak-tengok, atau bahkan ada anak yang ga bisa “anteng”
sama sekali mbak setiap harinya. Tapi tak akui mbak, penilaian
autentik ini bagus banget kalau diterapkan. Jadi guru itu benar-
benar bekerja mbak” (paparan dari Ibu Malikatun yang saya
temui di sela-sela waktu istirahat pada Hari Rabu, 24 Juli 2019
di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis).
Di bawah ini juga merupakan paparan dari Bapak Mahput
selaku guru PAI dan Budi Pekerti yang peneliti temui pada Hari
81
Selasa, 23 Juli 2019 di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis sebagai
berikut:
“aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan adalah
aspek-aspek yang ada dalam penilaian autentik kurikulum 2013
mbak. Iya betul mba, memuat 3 aspek itu. Zaman terus berubah
mbak, begitupula dalam dunia pendidikan, kurikulum ya ganti-
ganti tiap berapa tahun mbak dan yang terakhir adalah dari
KTSP ke kurikulum 2013. Tak akui mbak, penilaian autentik
memang banyak banget yang harus guru nilai, jadi guru ya gak
bisa kalau terlalu santai apalagi mau “sakpenakke dewe”. Guru
harus memahami setiap peserta didiknya mbak, harus jeli
intinya.”
Dari ketiga aspek seperti paparan di atas, ada beberapa teknik
yang digunakan dalam penilaian autentik kurikulum 2013. Seperti
yang telah diungkapkan oleh Bapak Mahput dan Ibu Malikatun
sebagai guru PAI dan Budi Pekerti di SMP N 3 Pakis, bahwa ada
beberapa teknik dalam penilaian autentik. Dalam penilaian sikap dapat
dilakukan dengan melalui penilaian observasi, penilaian diri, penilaian
antar teman dan jurnal. Dalam penilaian pengetahuan, aspek
pengetahuan dapat dinilai dengan tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.
Kemudian dalam penilaian ketrampilan guru dapat menilai peserta
didik dengan penilaian kinerja, penilaian proyek, dan penilaian
portofolio. Berikut ini adalah paparan dari Bapak Mahput sebagi guru
PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Pakis adalah sebagai berikut:
“Oh.. dalam aspek sikap itu guru bisa melakukan
penilaian melalui penilaian observasi, penilaian diri, sama
penilaian ini mba apa..iya penilaian antar teman, dan penilaian
jurnal. Maaf mbak ya, agak-agak lupa ini. Nah selanjutnya apa
mbak, ini dalam penilaian aspek pengetahuan, ini saya
biasanya menggunakan tes tertulis yang bisa berbentuk pilihan
ganda, essay, dan uraian. Selain itu juga ada tes lisan mbak, ini
82
biasanya untuk hafalan ayat-ayat tertentu mbak, dan ada pula
penugasan mbak. Kemudian dalam aspek terakhir ya mbak,
dalam penilaian ketrampilan, setau saya ada bentuk proyek,
portofolio, sama ini mbak produk. (wawancara pada Hari
Selasa, 23 Juli 2013 di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis).
Hal yang sama juga dipaparkan oleh Ibu Malikatun pada Hari
Rabu, 24 Juli 2019 di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis adalah sebagai
berikut:
“Saya kalau pas menilai aspek sikap itu mbak, ada
beberapa teknik yang bisa tak pakai, ada yang bentuknya
jurnal, penilaian diri, penilaian antar teman, sama observasi.
Nah kalau yang penilaian diri itu ya menilai dirinya sendiri
mbak, biasanya kalau saya materi dalam mengkonsumsi
makanan dan minuman halal haram saya pakai penilaian diri
sama penilaian antar teman. Kalau penilaian diri ini biasanya
dalam bentuk pengakuan atas dirinya sendiri mbak, dan kalau
penilaian antar teman modelnya itu ya menilai temannya,
semisal pernah liat temannya mengkonsumsi makanan haram
apa belum? Kalau dalam menilai aspek pengetahuan biasanya
ada yang berbentuk tes tertulis mbak, tes lisan juga sama
bentuk penugasan mbak. Dan untuk menilai ketrampilan saya
bisa gunakan portofolio, proyek, sama produk.”
Pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti dari paparan Bapak Mahput dalam
melaksanakan penilaian aspek sikap observasi dilakukan pengamatan
kepada siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru tetap
memantau peserta didik dari awal pembelajaran hingga akhir
pembelajaran. Dan untuk penilaian jurnal dilakukan secara terus-
menerus dan berkelanjutan. Di mana setiap anak memiliki catatan
jurnal masing-masing, tidak semua aktivitas peserta didik ditulis dalam
jurnal tersebut. Hanya perilaku yang sangat baik atau sangat buruk
yang ditulis atau dicatat dalam jurnal. Selanjutnya adalah penilaian
83
antar teman berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
peserta didik, namun pertanyaan tersebut berhubungan dengan teman
sebangku atau sekelasnya. Dan guru menggunakan penilaian ini hanya
dalam KD atau materi tertentu saja. Selanjutnya adalah penilaian diri,
yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan diri
individu peserta didik dan hanya bisa dijawab oleh diri sendiri peserta
didik.
Selanjutnya masih menurut paparan Bapak Mahput dan Ibu
Malikatun bahwa dalam penilaian autentik aspek pengetahuan, ada 3
bentuk tes tertulis yaitu berupa pilihan ganda, essay, dan uraian. Di
mana ketika peserta didik telah tuntas atau memenhi standar KKM
akan ada soal tambahan yaitu berupa pengayaan, bagi yang sudah
tuntas dalam mengerjakan soal sebelumnya. Dan soal remidikal bagi
peserta didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Selain dalam bentuk tes tertulis, selanjutnya berupa tes lisan.
Dalam tes lisan biasanya digunakan dalam menghafal potongan ayat-
ayat suci al-Quran ataupun hadits. Selain itu juga dalam materi
ceramah, ataupun ketika menceritakan kisah-kisah sejarah kebudayaan
Islam. Dan yang terakhir adalah berbentuk penugasan, tugas yang
dilakukan dapat berupa tugas individual, maupun tugas berkelompok
baik di dalam maupun di luar kelas.
Aspek penilaian yang terakhir adalah aspek ketrampilan
seperti, proyek, portofolio, dan berupa produk. Penilaian proyek
84
merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan penilaian
portofolio merupakan penilaian yang berkelanjutan, yang bisa sebagai
tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik. penilaian
portofolio dilakukan untuk menilai karya-karya terbaik peserta didik
secara bertahap dan pada akhir suatu periode hasil tersebut disimpan
dalam portofolio. Terakhir adalah penilaian produk, penilaian ini
merupakan penilaian terhadap ketrampilan peserta didik dalam
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam wujud produk,
misalnya seperti kerajinan. Dan dalam mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti penilaian produk bisa berupa lukisan kaligrafi. Dan dalam
menilai lukisan tersebut guru sudah memiliki kriteria dalam menilai,
seperti keindahan perpaduan warna, makna, kerapian, dan lain
sebagainya (paparan menurut Bapak Mahput dan Ibu Malihatun yang
peneliti temui dalam waktu yang berbeda di ruang tamu SMP Negeri 3
Pakis).
Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang guru
sebelum melaksanakan penilaian autentik adalah sebagai berikut:
“ kalau saya ya mbak, biasanya sebelum menilai itu
yang penting harus siap dulu kolom2 buat masukin nilainya,
kalau udah dibuat tabelnya itu sebenarnya udah “penak” mbak.
Sebelum masuk kelas itu mbak yang jelas kalau saya harus
sudah siap semuanya, seperti RPP. Saya selalu mempersiapkan
materi dulu mbak sebelum saya kok benar-benar masuk kelas.
Jadi prinsip saya, saya gak mau kalau saya cuma asal ngajar aja
ketika di kelas, seperti cuma tak suruh baca lalu mencatat.
Karena kalau seperti itu maka anak-anak akan cepat bosan.
Apalagi saya adalah guru agama mbak, apa yang saya
85
sampaikan hubungannya langsung dengan Allah. Saya juga
tidak mau apa yang saya sampaikan asal-asalan, karena itu
merupakan tanggungan saya sama Allah. Nah ketika di kelas
mbak, saya juga menyampaikan kepada siswa jenis penilaian
apa yang saya gunakan pada hari itu. Misalnya saja penilaian
antar siswa, ya saya harus jelaskan dulu bagaimana
penilaiannya.” (wawancara kepada Ibu Malikatun pada Hari
Rabu, 24 Juli 2019 di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis).
Bapak Mahput juga memaparkan hal serupa dalam wawancara
pada Hari Selasa, 23 Juli 2019 di ruang guru SMP Negeri 3 Pakis
sebagai berikut:
“Kita guru kan dalam mengajar di kelas wajib punya
RPP mbak, RPP ini ada materi yang kita sampaikan, dan
penilaian yang akan kita pakai ya sudah ada mbak dalam RPP.
Jadi sebelum menilai di kelas, ya harus wajib bikin RPP dulu.
Jadi gak yang bingung pas di dalam kelas, apa yang mau
disampaikan dan mau gunain penilaian dalam bentuk apa.
Penilaian autentik harus benar-benar terencana, ga bisa kita
langsung di kelas melakukan penilaian ribet jadinya kalau
begitu. Yang penting siapin RPP nya, jadi penilaian apa yang
mau digunakan sudah dipikirkan ketika buat RPP itu.”
Dari dua orang responden di atas memaparkan hal yang sama
bahwa pentingnya RPP dalam sebuah pembelajaran, termasuk dalam
penilaian autentik. Sebelum seorang guru melakukan penilaian
autentik di kelas, guru harus sudah memiliki instrument-instrument
bentuk penilaian autentik yang termuat dalam RPP. Hal ini akan
memudahkan seorang guru dalam pelaksanaan penilaian autentik
ketika pembelajaran berlangsung.
86
2. Hambatan Dan Solusi dalam Implementasi Penilaian Autentik
Kurikukulum 2013 pada Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti di
SMP Negeri 3 Pakis
Setiap dalam perubahan pasti banyak hambatan yang akan kita
temui, walaupun dibalik semua hambatan tersebut terdapat tujuan
yang baik. Begitupula dalam implementasi penilaian autentik
kurikulum 2013. Dibalik tujuan dari kurikulum 2013 yang sangat baik,
tetapi dalam pelaksanaannya pasti ada hambatan yang ditemui, baik
hambatan yang bersifat (internal) maupun (eksternal). Bapak Yulianto
memaparkan bahwa setiap perubahan pasti memiliki hambatan,
begitupula dalam implementasi penilaian autentik kurikulum 2013.
Hambatan tersebut bisa merupakan hambatan dari dalam maupun
hambatan dari luar. Hambatan dari dalam datang dari guru itu sendiri,
yang masih kaku dalam menerima perubahan. Padahal sudah jelas
berubah merupakan sebuah tuntutan, jadi mau tidak mau harus tetap
mengikuti perubahan. Ini disebabkan karena kecenderungan guru yang
berada di zona nyaman, di mana penilaian yang sudah mapan
dilakukan selama bertahun-tahun harus mengalami perubahan. Dan
memanglah tidak mudah, mengubah sesuatu hal yang sudah melekat
selama bertahun-tahun, namun sebagai seorang guru juga sudah
berkewajiban untuk mengikuti tuntutan sesuai dengan perubahan
zaman.
87
Selanjutnya adalah hambatan dari luar yaitu berupa sosialisasi
yang masih terbilang sangat singkat. Di mana sudah ada
pendampingan untuk kurikulum 2013 dari kabupaten, akan tetapi
belum secara maksimal. Di mana dalam pendampingan tersebut
instruktur masih sangat terbatas jadi tidak semua guru terdampingi
dengan baik. Selain hal tersebut, waktu yang sangat singkat juga
menyebabkan pendampingan belum berjalan maksimal. Pendampingan
seperti hal tersebut menyebabkan masih menimbulkan kebingungan
guru dan mengurangi kepemahaman guru dalam menagkap isi materi
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Misalnya, di dalam
sekolah ini yang mendapatkan kesempatan observasi sampai di dalam
kelas hanya 2 (dua) mata pelajaran saja yaitu MTK dan IPA (menurut
paparan Bapak Yulianto dalam wawancara pada Hari Rabu, 24 Juli
2019).
Selanjutnya adalah hambatan dalam implementasi penilaian
autentik kurikulum 2013 menurut Ibu Arwi selaku Waka Kurikulum,
mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang benar-benar sulit jika
ingin belajar, begitupula dalam melaksanakan penilaian autentik
kurikulum 2013 ini. Seperti kita ketahui bahwa dalam kurikulum 2013
ini memiliki banyak aspek yang harus dinilai oleh guru, bukan hanya
aspek pengetahuannya saja, melainkan ada aspek spiritual dan
ketrampilan. Memang banyak, tetapi sebenarnya tidaklah sulit.
Mungkin yang membuat menjadi berat bukan karena penilaian autentik
88
yang terlalu banyak, akan tetapi karena tugas guru yang banyak,
karena seorang guru bukan hanya sekadar mengajar di dalam kelas.
Menurutnya yang menjadi kesulitan dalam melaksanakan penilaian
autentik adalah keadaan siswa di sekolah tersebut. Karena terkadang
beliau sudah membuat instrument penilaian secara rinci, namun
hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan (wawancara pada Hari
Selasa, 23 Juli 2019 di ruang tamu SMP Negeri 3 Pakis).
Sejalan dengan pendapat di atas berikut ini pendapat dari Ibu
Malihatun selaku guru PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Pakis,
beliau memaparkan bahwa selama menerapkan penilaian kurikulum
2013 sebenarnya tidak sangatlah sulit dan memberatkan. Beliau justru
senang dengan penilaian ini, karena dalam penilaian ini bukan
“melulu” soal hasil akhir. Beliau juga memaparkan bahwa memang
banyak penilaian yang dinilai oleh guru, jadi guru benar-benar bekerja
dan sebaik mungkin dapat memanfaatkan waktu. Karena tugas guru
bukan hanya mengajar di kelas, jadi dengan diterapkannya penilaian
autentik kurikulum 2013, guru harus pandai-pandai dapat mengatur
waktu agar tidak “keteteran” pada akhirnya. Karena kalau nilai sudah
ada dalam tiap KD, nanti di akhir dalam nilai rapor hanya tinggal
memasukkan saja.
“saya mbak, tidak pernah memberikan nilai kepada
siswa dengan nilai kira-kira. Oh kalau si A nilainya pasti
segini, kalau si B sudah pasti segini, dan si C segini aja. Wah,
kasian siswa mbak kalau seperti itu. Jadi dalam memberikan
nilai, pasti berdasarkan 3 aspek itu mbak, dan benar-benar itu
adalah nilai siswa. Kesulitannya karena tugas guru gak hanya
89
di kelas mbak, makanya harus pintar bagi waktu” (wawancara
kepada Ibu Arwi pada Hari Rabu, 24 Juli 2019 di ruang tamu
SMP Negeri 3 Pakis).
Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Mahput selaku guru PAI
dan Budi Pekerti sebagai berikut:
“Ya pasti ada hambatanya, kalau saya sendiri buat
instrument kolom-kolomnya yang kurang “telaten” mbak, tapi
ya harus tetap melaksanakan penilaian ini. Kalau hambatan
yang lain ya itu datang dari pribadi masing-masing mbak,
seperti malas. Kalau udah malas dalam penilaian, ya pada
akhirnya pusingnya di akhir mbak.” (wawancara pada hari
Selasa, 23 Juli 2019).
Dari pemaparan seluruh responden tentang implementasi
penilaian autentik kurikulum 2013 khususnya pada mata pelajaran PAI
dan Budi Pekerti, bahwa hambatan dalam melaksanakan penilaian
tersebut pasti ada. Baik berupa hambatan dari dalam maupun berupa
hambatan dari luar. Hambatan dari dalam datang dari guru, seperti
banyaknya tugas yang dilakukan oleh seorang guru sehingga dalam
penilaian autentik harus pandai memanfaatkan waktu. Sedangkan
faktor dari luar, berupa pendampingan yang masih sangat terbatas.
Di luar hambatan dan kesulitan dalam pelaksanaan penilaian
autentik kurikulum 2013, Bapak Yulianto memaparkan berbagai upaya
yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk tetap meminimalisir
kesulitan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah mengadakan workshop atau berupa seminar tentang
penilaian autentik kurikulum 2013. Selain itu, pada awal tahun ini juga
mengadakan raker yang salah satunya adalah merancang pembelajaran.
90
Meskipun belum sempurna dan belum lengkap akan tetapi dapat
mengingatkan kembali bagaimana merancang sebuah pembelajaran.
Karena penilaian itu juga merupakan hasil dari sebuah rancangan.
Selain hal tersebut, upaya selanjutnya adalah mengikutkan guru dalam
kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) pada level rayon/
sub-rayon. Upaya selanjutnya adalah dengan supervisi (kunjungan
kelas) yang dilakukan sekali dalam tiap semester. Terakhir adalah
dengan penilaian kinerja guru (PKG) yang juga dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pemahaman guru dalam penerapan penilaian
autentik kurikulum 2013 (wawancara pada hari Rabu, 24 Juli 2019 di
SMP Negeri 3 Pakis).
Selanjutnya adalah paparan dari Ibu Arwi mengenai upaya
yang dilakukan dalam menghadapi beberapa hambatan saat
pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013. Menurutnya, seorang
guru harus memiliki pemikiran yang selalu berkembang mengikuti
perkembangan zaman, jangan “kolot” dan harus “up to date”.
Kurikulum 2013 sangat baik, begitu pula dalam penilaian yang
digunakan. Karena banyaknya tugas dan beban seorang guru ketika di
sekolah, maka harus pandai mengatur dan memanfaatkan waktu.
Seperti melakukan koreksi pada tugas-tugas anak langsung seketika
pada hari itu untuk soal-soal pilihan ganda. Dengan begitu setelah
keluar dari kelas guru sudah tidak memiliki beban untuk melakukan
koreksian. Dan untuk tugas-tugas essay usahakan koreksi di sekolah
91
ketika ada waktu luang. Jadi jangan sampai ada waktu yang terbuang
sia-sia, dan membiasakan menumpuk banyak koreksian. Dan usahakan
ketika setelah selesai dalam koreksi, nilai juga harus segera
dimasukkan, dan jangan sampai menunda-nunda. Karena ketika sudah
menunda, maka dapat dipastikan akan tertumpuk oleh tugas-tugas
lainnya. Upaya selanjutnya yang harus diperhatikan dalam penilaian
autentik agar peserta didik mendapatkan nilai sesuai harapan, salah
satunya adalah dengan menjelaskan terlebih dahulu kepada peserta
didik mengenai penilaian apa yang akan digunakan. Selanjutnya guru
juga dapat memberikan kisi-kisi mengenai soal apa saja yang akan
keluar dalam penilaian, sehingga peserta didik dapat mempersiapkan
dengan maksimal (wawancara pada hari Selasa, 23 Juli 2019 di SMP
Negeri 3 Pakis).
Kemudian hal serupa dipaparkan oleh Ibu Malihatun sebagai
guru PAI dan Budi Pekerti dalam upaya mengatasi hambatan dalam
implementasi penilaian autentik kurikulum 2013. Menurutnya hal yang
pertama adalah dengan mengurangi rasa malas, dan menjadi guru yang
benar-benar menjadi seorang guru yang bertanggung jawab. Penilaian
autetik adalah penilaian yang sangat baik untuk diterapkan, tinggal
seorang guru haruslah pandai mengatur waktu dalam melakukan
penilaian. yang terpenting membuat tabel terlebih dahulu karena itu
adalah dasarnya. Sebelum melakukan penilaian, haruslah terlebih
dahulu menyiapkan penilaian apa yang akan digunakan. Dan ketika
92
belum sempat membuat instrument, setidaknya kalau sudah memasuki
kelas bisa memakai kertas untuk penilaian sementara. Namun
setelahnya harus segera dimasukkan dalam penilaian, karena ketika
tidak segera dimasukkan maka akan tertumpuk oleh tugas lainnya
(wawancara pada hari Rabu, 24 Juli 2019 di SMP negeri 3 Pakis).
Sejalan dengan paparan responden di atas, Bapak Mahput juga
memaparkan bahwa yang terpenting dalam penilaian autentik
kurikulum 2013 adalah jangan malas. Seorang guru yang belum paham
betul perihal penilaian autentik, dapat meminta bantuan kepada guru
yang lain untuk memberikan pemahaman pula. Dan jangan pernah
menunda-nunda koreksian tugas-tugas peserta didik, karena hanya
akan menjadi tumpukan yang semakin hari akan semakin bertambah
(wawancara pada Hari Selasa, 23 Juli 2019 di SMP Negeri 3 Pakis).
B. Pembahasan Penelitian
1. Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Pada Mata
Pelajaran PAI Dan Budi Pekerti Kelas VII Di SMP Negeri 3 Pakis
Kab. Magelang
Berdasarkan penelitian berupa observasi dan hasil wawancara
dari beberapa responden dapat diketahui bahwa penilaian autentik
kurikulum 2013 sangat baik untuk diterapkan di sekolah, khususnya
SMP Negeri 3 Pakis karena dalam kurikulum 2013 ini mencakup 3
(tiga) aspek kompetensi penilaian seperti kompetensi sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan. Penilaian autentik dalam kurikulum
93
2013 juga diharapkan mampu membentuk input dan output yang baik.
Di mana peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan yang hebat,
hati yang baik serta ketrampilan yang handal.
Sebagaimana dari hasil penelitian observasi dan wawancara,
berikut ini akan dipaparkan tentang langkah-langkah implementasi
penilaian autentik kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti di SMP Negeri 3 Pakis adalah sebagai berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b. Menentukan aspek apa yang akan dinilai
c. Membuat instrument penilaian yang akan digunakan
d. Terlebih dahulu memberikan informasi kepada siswa jenis
penilaian apa yang akan digunakan
e. Proses penilaian, bisa berupa observasi, penilaian antar siswa,
maupun berbentuk tugas
f. Selanjutnya adalah proses koreksi
g. Memasukkan nilai yang telah diperoleh
h. Menyimpan instrument penilaian dan hasil penilaian
i. Mengadakan evaluasi ketika banyak nilai yang masih di bawah
KKM
1) Pertama harus dipersiapkan guru adalah berupa rancangan
pembelajaran (RPP). Di mana dalam sebuah rancangan
pembelajaran juga telah memuat penilaian apa yang akan
digunakan oleh seorang guru. Jadi dalam sebuah pembelajaran
94
seorang guru harus mengacu pada RPP sesuai kurikulum 2013
khususnya pada mata pelajaran PAI dan budi pekerti. Dengan
menggunakan RPP maka seorang guru dalam menyampaikan
pembelajaran kepada peserta didik akan lebih mudah dipahami
karena penyampaian lebih jelas dan terarah. Di dalam SMP
Negeri 3 Pakis, khususnya guru mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti telah menggunakan RPP sebagai acuhan dalam setiap
pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dibuktikan dalam lampiran
hal. 149.
2) Kedua adalah menentukan aspek apa yang akan dinilai, di
dalam hal ini seorang guru harus menentukan terlebih dahulu
aspek apa yang akan dinilai, jadi lebih memudahkan guru
dalam menentukan instrumen apa yang akan digunakan. Dalam
sebuah pembelajaran ada tiga ranah aspek dalam penilaian
yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Aspek afektif
merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Dalam
aspek ini termuat dalam kurikulum 2013 yaitu sikap dan nilai,
yang berkaitan dengan moral dan sopan santun peserta didik.
Aspek kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan otak, yang
mencakup cara berpikir, menganalisis dan menghafal. Dalam
kurikulum 2013 aspek kognitif ini termuat dalam kompetensi
pengetahuan. Terakhir adalah aspek psikomorik, ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
95
ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak seseorang.
Ranah psikomorik merupakan ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, seperti menari, berlari, dan melompat. Dalam
kurikulum 2013 aspek ini termuat dalam aspek ketrampilan,
yang dapat berupa kegiatan praktik dan berupa sebuah produk.
Dan dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti aspek kognitif
dapat berupa gerakan seperti praktik sholat, tayamum, wudhu
dan praktik mengkafani jenazah. Hal ini dapat peneliti buktikan
dari hasil wawancara dalam lampiran hal.120.
3) Ketiga adalah membuat instrumen penilaian yang akan
digunakan, setelah menentukan aspek apa yang akan dinilai
langkah selanjutnya adalah membuat instrumen penilaian
sebelum pembelajaran di kelas. Seperti kita ketahui bahwa di
dalam kurikulum 2013 ada tiga aspek kompetensi yaitu
kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Di mana
dalam kompetensi sikap guru dapat menggunakan instrumen
penilaian observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik,
dan berupa jurnal. Sedangkan dalam penilaian pengetahuan
guru dapat menggunakan instrumen penilaian berupa tes tulis,
tes lisan, dan penugasan. Terakhir adalah ketrampilan, dalam
kompetensi ini guru dapat menggunakan instrumen penilaian
berupa tes praktek, proyek, dan portofolio. Guru dapat memilih
salah satu jenis instrumen dalam melakukan penilaian yang
96
sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Misalnya saja
dalam pembelajaran mengkonsumsi makanan dan minuman
yang halal dan menjauhi yang haram, guru dapat menggunakan
jenis instrumen penilaian antar teman. Dalam hal ini peserta
didik satu dapat memberikan penilaian kepada teman lainnya
dalam bentuk pernyataan-pernyataann misalnya, apakah pernah
melihat temanya memakan dan meminum sesuatu yang haram?
Di SMP Negeri 3 Pakis guru sebelum pembelajaran guru
membuat instrumen penilaian terlebih dahulu sebelum proses
pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dapat dibuktikan dalam
lampiran hal.119-120.
4) Keempat yaitu guru terlebih dahulu memberikan informasi
kepada siswa jenis penilaian apa yang akan digunakan. Dari
hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
bahwa di SMP Negeri 3 Pakis, guru sebelum melakukan
penilaian terlebih dahulu memberikan informasi atau
keterangan kepada siswa mengenai penilaian apa yang akan
digunakan pada hari itu. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam
lampiran hal.118.
5) Kelima adalah proses penilaian yang dapat berupa observasi,
penilaian antar siswa, maupun berbentuk tugas. Berdasarkan
hasil wawancara dan pengamatan oleh peneliti di SMP Negeri
3 Pakis guru melakukan penilaian terhadap siswa bukan hanya
97
berdasarkan hasil akhir semata, tetapi juga sangat
memperhatikan sebuah proses. Proses penilaian dilakukan
bukan hanya pada saat mengerjakan tugas dari guru, tetapi
proses penilaian sudah dilakukan sejak pertama siswa
memasuki kelas hingga keluar dari kelas. Bahkan dalam
penilaian sikap dilakukan seorang guru bukan hanya pada saat
pembelajaran di kelas saja, seperti tingkah laku sehari-hari di
dalam sekolah juga tak lepas dari pantauan seorang guru. Hal
tersebut dapat peneliti buktikan dalam lampiran hal..117-120.
6) Keenam adalah proses koreksi, tugas seorang guru selanjutnya
dalam penilaian autentik kurikulum 2013 adalah melakukan
sebuah koreksi dari tugas peserta didik. Hal ini terlihat seperti
pekerjaan mudah tetapi jika tidak dilakukan dengan segera
akan menjadi pekerjaan yang sangat berat. Karena dalam
kurikulum 2013 seorang guru harus memiliki nilai dalam setiap
kompetensi dasar, ketika seorang guru menunda-nunda dalam
melakukan koreksian maka juga akan berpengaruh ketika guru
harus merekap semua nilai yang biasanya dilakukan di tiap
akhir semester. Di SMP Negeri 3 Pakis guru telah melakukan
koreksian terhadap tugas peserta didik yang telah diberikan.
Kesadaran guru di SMP Negeri 3 Pakis sudah cukup baik
dalam mengapresiasi hasil peserta didik yaitu dengan
mengoreksi hasil jawaban peserta didik. Hal tersebut dilakukan
98
karena sebagai seorang guru tidak seharusnya membuat nilai
dengan kira-kira, karena belum tentu perkiraan guru itu selalu
benar apalagi dalam memberikan sebuah nilai. Dan untuk
menyiasati hal tersebut biasanya guru melakukan koreksi
langsung di kelas untuk jawaban-jawaban pilihan ganda, dan
untuk jawaban uraian guru dapat memanfaatkan waktu-waktu
kosong untuk segera melakukan koreksian. Hal ini dapat
peneliti buktikan dalam lampiran hal.118-120.
7) Ketujuh yaitu memasukkan nilai yang diperoleh dalam rekapan
nilai. Setelah melakukan koreksian, seorang guru juga harus
segera memasukkan nilai tiap siswa ke dalam nilai rekap. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari bertumpuknya nilai yang
belum dimasukkan dan menghindari ada nilai dalam lembar
jawab yang hilang sebelum dimasukkan. Hal tersebut dapat
peneliti buktikan dalam lampiran hal.119-120.
8) Kedelapan adalah menyimpan instrument penilaian dan hasil
penilaian, selain membuat instrumen penilaian, dan melakukan
koreksi pada jawaban siswa, seorang guru juga harus
menyimpan instrumen penilaian dan hasil penilaian peserta
didik sebagai arsip yang sewaktu-waktu akan dibutuhkan
kembali. Di SMP Negeri 3 Pakis guru telah menyimpan
instrumen penilaian yang sewaktu-waktu dapat digunakan
kembali sebagai acuhan dalam menilai, dan juga telah
99
menyimpan hasil penilaian peserta didik. Hanya saja dalam
penyimpanan instrumen nilai dan hasil penilaian siswa belum
dilaksanakan dengan maksimal karena belum semua guru,
khususnya guru PAI dan Budi Pekerti telah menyimpan
instrumen nilai dan hasil penilaian siswa secara lengkap. Hal
ini dapat dibuktikan dalam lampiran hal.119.
9) Kesembilan adalah mengadakan evaluasi ketika banyak nilai
yang masih di bawah KKM. Hal terakhir yang dilakukan oleh
seorang guru adalah mengadakan evaluasi ketika ditemukan
masih banyak peserta didik yang belum memenuhi KKM.
Menurut responden menyebutkan bahwa terkadang guru sudah
menjelaskan berulang kali dengan jelas, tetapi hasil ujian masih
sangat mengecewakan. Kemudian untuk mengatasi hal
tersebut, guru harus memberikan kisi-kisi seputar ujian
sebelum dilakukannya ujian. Hal tersebut menjadi upaya
seorang guru agar nilai siswa dapat mencapai KKM. Hal
tersebut dapat peneiliti buktikan dari hasil wawancara dalam
lampiran hal.118.
Berdasarkan teori yang dikutip dari Rusdiana (2018), tentang
langkah-langkah pokok implementasi penilaian autentik kurikulum
2013 adalah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana penilaian atau evaluasi hasil belajar seperti,
100
1) Merumuskan tujuan penilaian atau evaluasi, termasuk
merumuskan tujuan terpenting dari penilaian agar arah proses
penilaian jelas.
2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai
3) Menyusun instrument yang akan dipergunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar.
4) Menentukan metode penskoran jawaban siswa
5) Merevisi tugas-tugas penilaian
b. Menghimpun data
c. Melakukan verifikasi data
d. Mengolah dan menganalisis data
e. Melakukan penafsiran dan menarik kesimpulan
f. Menimpan instrument penilaian dan hasil penilaian
g. Menindaklanjuti hasil evaluasi
Dari hasil penelitian yang peneliti amati dan berdasarkan hasil
wawancara dari beberapa responden dapat peneliti paparkan bahwa di
SMP Negeri 3 Pakis telah mengimplementasikan penilaian autentik
kurikulum 2013 khususnya pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
Begitupula dengan langkah-langkah dalam implementasi penilaian
autentik kurikulum 2013 di SMP Negeri 3 Pakis relevan dengan teori
di atas.
Dalam proses penilaian autentik kurikulum 2013 khususnya
pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, guru sudah menerapkan
101
penilaian sesuai dengan teori Rusdiana (2018). Di mana guru telah
menyusun rencana penilaian terlebih dahulu, seperti menentukan aspek
apa yang akan dinilai, menentukan instrument yang akan digunakan,
dan membuat tabel-tabel instrument penilaian.
Sesuai hasil pengamatan peneliti dan hasil wawancara dari
beberapa responden, langkah-langkah implementasi penilaian autentik
kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti telah sesuai
dengan teori di atas, hanya saja ada langkah yang belum dilakukan
sesuai dengan teori Rusdiana (2018) seperti melakukan verifikasi data.
Seperi dikatakan bahwa verifikasi data perlu dilakukan agar guru dapat
memisahkan data yang “baik” dan data yang “kurang baik”. Di mana
data yang baik akan memperjelas gambaran mengenai siswa yang
sedang dievaluasi, sedangkan data yang kurang baik justru akan
mengaburkan gambaran mengenai siswa itu sendiri.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi penilaian
autentik kurikulum 2013 di SMP Negeri 3 Pakis pada mata pelajaran
PAI dan Budi Pekerti sudah berjalan dengan baik sesuai teori yang
ada. Hanya saja ada satu langkah yang masih belum terlaksana dalam
proses penilaian sesuai dengan teori. Namun secara keseluruhan
implementasi penilaian autentik sudah cukup baik, tetapi alangkah
lebih baik jika dalam proses penilaian autentik kurikulum 2013
dilaksanakan sesuai dengan teori tanpa ada langkah-langkah yang
tertinggal.
102
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi
Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Dalam Mata Pelajaran PAI
dan Budi Pekerti Kelas VII Smp N 3 Pakis Tahun Pelajaran
2018/2019
Sesuai dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti dengan beberapa sumber yaitu kepala sekolah, waka
kurikulum, guru PAI dan Budi Pekerti. Adapun beberapa faktor
pendukung dalam implementasi penilaian autentik kurikulum 2013
dalam mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah sebagai berikut:
Pertama adalah tingkat kesadaran guru dalam dalam penerapan
kurikulum 2013 sudah cukup baik. Hal tersebut dapat diketahui dalam
wawancara yang dikatakan bahwa mereka telah menyadari pentingnya
sebuah pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan perkembangan
zaman. Mereka sangat menyadari bahwa seorang guru merupakan
sebuah lembaga ASN yang sudah seharunya mengikuti peraturan
sesuai dengan ketentuan pemerintah. Selain itu, mereka juga
menganggap bahwa banyak sisi baik dalam kurikulum 2013 ini seperti
penilaian yang sangat komprehensif. Penilaian yang dilakukan juga
sangat menilai sebuah proses, di mana sangat diharapkan akan
menghasilkan nilai akhir yang semaksimal mungkin.
Kedua adalah adanya kegiatan musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP). Di setiap jenjang pendidikan ada kegiatan yang
rutin dilakukan oleh guru, salah satunya adalah kegiatan MGMP.
103
Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan guru dapat bertukar
pikiran antara yang satu dengan yang lain. Sehingga antara satu
dengan yang lain dapat saling belajar dan saling memahamkan. Begitu
juga dengan kesulitan yang dihadapi dalam kurikulum 2013 ini.
Dengan adanya kegiatan ini guru dapat bertukar informasi seputar
penilaian autentik dalam kurikulum 2013.
Ketiga adalah adanya supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Sudah menjadi tugas kepala sekolah salah satunya adalah
melakukan supervisi, yaitu kunjungan di setiap kelas setiap satu
semester sekali. Hal ini juga dapat dimanfaatkan seorang guru untuk
lebih memahami kurikulum 2013, terutama dalam penilaian.
Keempat adalah adanya penilaian kinerja guru (PKG), kegiatan
ini merupakan agenda setiap tahun. Di mana dalam penilaian ini guru
harus menampilkan yang terbaik dalam proses pembelajaran di kelas.
Hal ini juga dapat dijadikan kesempatan yang baik untuk belajar
tentang penilaian autentik kurikulum 2013.
Selanjutnya adalah hambatan dalam mengimplementasikan
penilaian autentik kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
Menurut kepala sekolah hambatan yang pertama adalah
terbatasnya waktu dan kurangnya instruktur dalam sosialisasi
kurikulum 2013. Dalam sosialisasi BIMTEK kurikulum 2013 ini sudah
dilakukan pemenrintah secara bertahab, dari guru mata pelajaran
maupun guru kelas. Sosialisasi tersebut sangatlah berguna untuk para
104
guru dalam mengimplementasikan penilaian autentik, hanya saja
waktu yang singkat, dan kurangnya instruktur dapat mengurangi
pemahaman guru. Karena dalam kurikulum 2013 ini banyak sekali
materi yang perlu disampaikan, tetapi waktu sangatlah terbatas.
Kedua adalah Banyaknya tugas guru di luar jam pembelajaran
di kelas. Seorang guru tidak hanya bertugas di ruang kelas saja
melakukan proses belajar pembelajaran, tetapi seorang guru juga perlu
menyiapkan sebelum pembelajaran di kelas. Selain itu, guru juga
memiliki kegiatan lain selain di luar jam pembelajaran seperti menjadi
juri lomba MAPSI, dan harus mempersiapkan jauh-jauh hari untuk ikut
serta dalam kegiatan MAPSI tersebut.
Selanjutnya yang terakhir adalah kesulitan guru dalam
membuat kolom-kolom penilaian hasil belajar. Hal ini disebabkan
karena kurangnya sosialisasi tentang penilaian autentik kurikulum
2013, yang menjadikan kebingungan sebagian guru dalam membuat
instrumen-instrumen penilaian. Kolom-kolom tersebut sangatlah
penting dalam langkah awal untuk mengimplementasikan penilaian
autentik, karena tanpa adanya kolom-kolom maka guru akan kesulitan
dalam melakukan sebuah penilaian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong guru dalam
mengimplementasikan penilaian autentik kurikulum 2013 pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti yaitu tingkat kesadaran guru yang
sudah cukup baik, adanya musyawarah guru mata pelajaran (MGMP),
105
adanya supervisi dan Penilaian kinerja guru (PKG). Sedangkan faktor
penghambatnya adalah sulitnya guru dalam pembuatan kolom
penilaian hasil belajar, terbatasnya waktu dan kurangnya instruktur
dalam sosialisasi kurikulum 2013, serta banyaknya tugas guru di luar
jam pembelajaran di kelas.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan analisis data di atas, baik teoritik maupun empirik
maka peneliti mendapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 pada mata pelajaran
PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Pakis Kab. Magelang sudah
dilaksanakan dan berjalan dengan baik yaitu dengan langkah-langkah
seperti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentuka
aspek yang akan dinilai, membuat instrumen penilaian, proses koreksi,
memasukkan nilai yang telah diperoleh, menyimpan instrumen
penilaian, dan mengadakan evaluasi.
2. Faktor pendukung guru dalam mengimplementasikan penilaian
autentik kurikulum 2013 dalam mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti
pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Pakis Kab. Magelang tadalah
fasilitas sekolah yang sudah memadai, tingkat kesadaran guru dalam
penerapan penilaian autentik kurikulum 2013 sudah cukup baik,
adanya kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) pada level
rayon/sub-rayon, selain itu juga adanya supervisi (kunjungan kelas)
yang dilakukan setiap semester, serta adanya penilaian kinerja guru
(PKG) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman guru
dalam penerapan penilaian autentik kurikulum 2013.
107
3. Faktor penghambat guru dalam mengimplementasikan penilaian
autentik kurikulum 2013 dalam mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti
pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Pakis tahun pelajaran 2018/2019
yaitu sulitnya guru dalam membuat laporan tabel nilai, singkatnya
sosialisasi dan kurangnya instruktur dalam pendampingan kurikulum
2013 dari pemerintah serta banyaknya tugas guru di luar jam
pembelajaran di kelas.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan analisis terhadap hasilnya, maka
saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi kepala sekolah, sebaiknya melakukan tinjauan langsung ke setiap
kelas secara berkala, di luar kegiatan supervisi yang dilakukan sekali
dalam tiap semester.
2. Bagi Guru PAI dan Budi Pekerti, Implementasi penilaian autentik
kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP
Negeri 3 Pakis sudah dilaksanakan dan berjalan dengan baik, namun
akan lebih baik lagi jika dalam proses penilaian dilaksanakan sesuai
teori tanpa ada langkah-langkah yang terlewatkan.
3. Bagi pemerintah, sebaiknya kegiatan pengarahan kurikulum 2013
dilaksanakan dengan jumlah hari yang sesuai dengan materi yang
disampaikan, dan perlunya menambah jumlah instruktur dalam setiap
pengarahan kurikulum 2013, serta perlunya mengadakan kegiatan
108
workshop khusus pembahasan tentang penilaian autentik kurikulum
2013.
4. Bagi peneliti lain dapat meneliti implementasi penilaian autentik
kurikulum 2013 dalam mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti namun
secara lebih rinci dan mendalam.
109
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan,Muhammad dan Sumiyati.2017.PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kemendikbud.
Ali, Muhammad. 2017. Kebijakan Pendidikan Menengah dalam Perspektif
Govermance di Indonesia. Malang: UB Press.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ayu Astiti, Kadek. 2017. Evalusai Pembelajaran. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Baharuddin. 2017. Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: AR
Ruzz Media.
Bundu, Patta. 2017. Assesmen Autentik dalam Pembelajaran. Yogyakarta:
Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utomo).
Firdianti, Arinda. 2018. Perencanaan pembelajaran berbasis kurikulum 2013.
Yogyakarta: Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utomo).
Kusumawati, Naniek. 2017. Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar.
Magetan: CV. AE Media Grafika.
Kunandar. 2015. Penilaian Autentik Penilaian Hasil belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013. Depok: PT Grafindo Persada.
Ibnu Badar, Trianto dan Hadi Suseno. 2017. Desain Pengembangan Kurikulum
2013 di Madrasah. Jakarta: K E N C A N A
K., Syarifuddin. 2013. Inovasi Bru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti. Yogyakarta: Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utomo).
Mahfud, dkk. 2015. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multiketnik.
Yogyakarta: Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utomo).
Majir, Abdul. 2017. Dasar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Deepublish
(Grup Penerbitan CV Budi Utomo).
M.M., Rusdiana. 2018. Penilaian Autentik. Bandung: CV Pustaka Setia.
Moeleng Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
110
Prastowo, Andi. 2015. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI. Jakarta: K
E N C A N A.
Sarinah. 2017. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Deepublish (Grup
Penerbitan CV Budi Utomo).
Syafaat, Aat dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Shobirin, Ma’as. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah
Dasar. Yogyakarta: Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utomo).
Widyastono, Harry. 2015. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah
Dari Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Yunus, Hamzah dan Heldi Vanni Alam. 2018. Perencanaan Berbasis Kurikulum
2018. Yogyakarta: Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utomo).
Nurhayati Ela dkk. 2018. Implementasi Penilaian Autentik dalam Pembelajaran
Sejarah di SMA Negeri 1 Semarang. Indonesian Journal of History
Education, (online), 6 (t): p.21-30, (https://journal.unnes.ac.id diakses 4
Juni 2019).
Ambarwati, Nela dkk. 2012. Analisis Penggunaan Penilaian Autentik dalam
Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada
Kurikulum 2013 Revisi Kelas X di SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran
2016/2017. Vol. 2 No. 2.
Azmi, Zul dkk. 2018. Memahami Penelitian Kualitatif Dalam Akuntasi. Jurnal
Ilmu Akuntansi, (online), Vol. 11 (1) No. 1, (https://journal.uinjkt.ac.id
diakses 5 Juni 2019).
Rijali, Ahmad. 2018. Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah, (online), Vol.
17, No. 33, (https://www.researchgate.net diakses 6 Juni 2019).
Wahyuddin. 2016. Fungsi Pendidikan Islam dalam Hidup dan Kehidupan
Manusia (Manusia yang Memiliki Fitrah/ Potensi dan sebagai Makhluk
yang harus Dididik/Mendidik). Vol. V. No. 2.
Ermawati, Siti dan Hidayat, Taufik. 2017. Penilaian Autentik dan Relevansinya
dengan Kualitas Hasil Pembelajaran (Persepsi dan Mahasiswa IKIP PGRI
Bojonegoro). Vol. 27. No. 1.
Rahman, Abdul. 2012. Pendidikan Agama Islam Dan Pendidikan Ialam-Tinjauan
Epistemologi dan Isi-Materi. Vol. 8 No. 1.
Sitompul, Putri Handayani dan Syarifuddin. 2017. Pengembangan Perangkat
Penilaian Autentik Berbasis Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran
111
IPA/Biologi di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Biologi.
Vol. 6 No. 2.
Susanti, Riri. 2017. Jurnal Al-Fikrah. Vol. IV.
112
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
A. Wawancara Kepada Kepala Sekolah
Identitas Informan
Nama :
Tempat Wawancara :
Tanggal Wawancara :
Pertanyaan
1. Dalam kurikulum 2013, mengukur hasil belajar peserta didik
menggunakan penilaian autentik, bagaimana pendapat Bapak tentang
penilaian autentik yang ada dalam kurikulum 2013?
2. Bagaimana pendapat Bapak mengenai implementasi penilaian autentik
kurikulum 2013 jika diterapkan di sekolah ini?
3. Sebagai kepala sekolah menurut bapak apa saja yang menjadi faktor
penghambat dalam implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 di
sekolah ini?
4. Bagaimana solusi yang bapak lakukan sebagai kepala sekolah ketika
menemui hambatan atau masalah dalam melaksanakan teknik penilaian
autentik yang ada dalam kurikulum 2013?
113
B. Wawancara Kepada Waka Kurikulum
Identitas Informan
Nama :
Tempat Wawancara :
Tanggal Wawancara :
Pertanyaan
1. Apa yang Ibu ketahui tentang penilaian autentik dalam kurikulum 2013?
2. Apakah di sekolah ini telah menerapkan penilaian autentik kurikulum
2013?
3. Bagaimana pendapat Ibu mengenai penilaian autentik kurikulum 2013 ini?
4. Apa saja jenis-jenis teknik penilaian autentik yang digunakan pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti dalam kurikulum 2013?
5. Apa sajakah langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang guru sebelum
penilaian autentik tersebut dilaksanakan?
6. Menurut Ibu apa saja hambatan yang dihadapi oleh seorang guru dalam
pelaksanakan penilaian autentik kurikulum 2013?
7. Bagaimana solusi menurut Ibu selaku Waka Kurikulum dalam menyikapi
hambatan dalam pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013?
114
C. Wawancara Kepada Guru PAI dan Budi Pekerti
Identitas Informan
Nama :
Tempat Wawancara :
Tanggal Wawancara :
Pertanyaan
1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang penilaian autentik dalam kurikulum
2013?
2. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai penilaian autentik kurikulum
2013 ini?
3. Apa saja jenis-jenis teknik penilaian autentik yang digunakan pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti dalam kurikulum 2013?
4. Bagaimana pelaksanaan penilaian autentik pada mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti dalam kurikulum 2013 kelas VII di SMP Negeri 3 Pakis
tahun pelajaran 2018/2019 baik aspek pengetahuan seperti: Tes tertulis, tes
lisan, dan penugasan. Aspek sikap seperti observasi, penilaian diri,
penilaian antar teman, dan jurnal, dan aspek ketrampilan seperti: unjuk
kerja, proyek, produk, dan portofolio?
5. Apa sajakah langkah-langkah yang dilakukan Bapak/Ibu sebelum
penilaian autentik tersebut dilaksanakan?
6. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Bapak/Ibu dalam pelaksanakan
teknik penilaian autentik dalam kurikulum 2013?
7. Bagaimana solusi yang Bapak/Ibu lakukan ketika menemui hambatan
dalam pelaksanakan teknik penilaian autentik yang ada dalam kurikulum
2013?
115
D. Wawancara Kepada Peserta Didik
Identitas informan
Nama :
Tempat Wawancara :
Tanggal Wawancara :
Pertanyaan
1. Ada beberapa penilaian yang dilakukan oleh guru PAI dan Budi Pekerti
pada aspek pengetahuan seperti tes tertulis misalnya soal uraian, atau
membuat pertanyaan dengan 5 W 1 H, tes lisan, dan penugasan.
Apakah penilaian-penilaian tersebut sudah diterapkan oleh guru PAI dan
Budi Pekerti?
2. Ada beberapa penilaian aspek sikap seperti penilaian observasi, penilaian
diri, penilaian antar teman, dan jurnal.
Apakah penilaian-penilaian tersebut sudah diterapkan oleh guru PAI dan
Budi Pekerti?
3. Ada beberapa aspek penilaian ketrampilan yang dilakukan oleh guru PAI
dan Budi Pekerti seperti praktek, proyek, produk, portofolio.
Apakah penilaian-penilaian tersebut sudah diterapkan oleh guru PAI dan
Budi Pekerti?
116
Lampiran 2
Hasil Wawancara
A. Hasil Wawancara Kepala Sekolah
Nama : Yulianto, M.Pd.
Jabatan : Kepala Sekolah
Tanggal : 24 Juli 2019
Waktu : 09.00 WIB
Peneliti : “Bagaimana pendapat Bapak mengenai implementasi penilaian
autentik kurikulum 2013 jika diterapkan di sekolah ini?”
Narasumber: “ Ya bagus mbak sangat baik, kenapa? Karena dalam penilaian
autentik ini mencakup 3 aspek mba, ada aspek sikap, pengetahuan,
dan ketrampilan. Di mana ketiga aspek ini saling memiliki kaitan
antara satu dengan yang lain. Guru harus benar-benar
memperhatikan setiap peserta didiknya, karena penilaian autentik
bukan penilaian yang hanya berdasar atas nilai akhir saja. Tetapi
proses darimana nilai itu berasal juga ada penilaiannya tersendiri.”
Peneliti : “Sebagai kepala sekolah menurut bapak apa saja yang menjadi
faktor penghambat dalam implementasi penilaian autentik
kurikulum 2013 di sekolah ini?”
Narasumber: “Ya dalam setiap perubahan itu mbak pasti banyak hambatan
yang akan kita temui, begitupula dalam mengimplementasikan
penilaian autentik kurikulum 2013 ini mbak. Hambatan ini mbak
bisa berupa hambatan yang bersifat internal maupun eksternal
mbak. Hambatan internal itu bisa datang dari guru itu sendiri mbak,
sedangkan yang bersifat eksternal ini yang datang dari luar sekolah
ini mbak. Misalnya saja di sini yang masih minimnya sosialisasi
pengarahan kurikulum 2013 mbak.
Peneliti :”Berarti sebelum dilaksanakan kurikulum 2013 sebelumnya sudah
ada pengarahan dulu begitu pak dari pusat?”
Narasumber: “Sudah mbak, sudah ada pengarahan dan bimbingan dari
kabupaten, hanya saja belum berjalan dengan maksimal. Dan hal
tersebut dapat mengurangi pemahaman guru dapam
mengimplementasikan kurikulum 2013.”
Peneliti : “Oh begitu pak, memangnya apa pak yang menyebabkan kurang
dapat berjalan dengan maksimal selain terbatasnya waktu pak?”
117
Narasumber: “ Waktu yang lumayan singkat, dan instruktur dari pusat juga
masih sangatlah terbatas. Misalnya saja di sekolah ini yang
mendapatkan kesempatan observasi sampai di dalam kelas hanya 2
(dua) mata pelajaran saja yaitu MTK dan IPA. Padahal masih ada
banyak mata pelajaran di sekolah ini selain MTK dan IPA.”
Peneliti: “Bagaimana solusi yang Bapak lakukan sebagai kepala sekolah
dalam menanggulangi hambatan dalam melaksanakan penilaian
autentik kurikulum 2013?”
Narasumber: “Ya salah satu upaya ya dengan mengikutkan guru dalam
kegiatan-kegiatan workshop tentang pengimplementasian
kurikulum 2013. Selain itu pada awal tahun itu selalu diadakan
raker mbak, dan salah satunya adalah dalam merancang RPP.
Meskipun belum sempurna dan belum lengkap akan tetapi dapat
mengingatkan kembali bagaimana merancang sebuah
pembelajaran. Karena penilaian itu juga merupakan hasil dari
sebuah rancangan kan mbak.”
Peneliti : “Oh iya pak leres, dalam rancangan pembelajaran pasti memuat
penilaian ya pak?”
Narasumber: “Nah iya to mbak, selain itu juga mengikutkan guru dalam
kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) pada level
rayon/sub-rayon. Kemudian juga dengan adanya supervisi yang
dilakukan sekali setiap satu semester. Dan terakhir dengan adanya
penilaian kinerja guru (PKG) yang juga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pemahaman guru dalam penerapan penilaian
autentik kurikulum 2013.”
118
B. Hasil Wawancara Waka Kurikulum
Nama : Arwiyati, S.Pd.
Jabatan : Waka Kurikulum
Tanggal : 23 Juli 2019
Waktu : 10.20WIB
Peneliti: “Bagaimana pendapat Ibu mengenai penilaian autentik kurikulum
2013 ini?”
Narasumber: “Baik sekali mba kurikulum 2013 ini, kita kan harus selalu
mengikuti perkembangan zaman. Kalau kita gak mau mengikuti
perubahan, lah gimana nanti mbak, stagnan jadinya ga ada
perubahan. Kita harus update intinya, jangan sampai ketinggalan
zaman. Sebagai ASN kita juga harus siap melaksanakan perintah
mbak. Dalam kurikulum 2013 ini bagusnya itu memerhitungkan
proses, jadi ga semata-mata hasil. Tapi harusnya dengan
diterapkannya kurikulum 2013 ini anak itu nilainya juga bagus
mbak, harusnya. Karena proses itu kan mempengaruhi hasil, kalau
ini prosesnya aja sudah detail dinilai, wis “dirinci” harusnya
nilainya pun lebih baik mbak.”
Peneliti : “Apa sajakah langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang guru
sebelum penilaian autentik tersebut dilaksanakan?
Narasumber: “Setiap guru kan sudah punya pegangan RPP mba, nah di dalam
RPP sudah ada instrumen penilaian yang akan digunakan, jadi yang
pertama siapkan RPP.”
Peneliti : “Seperti kita ketahui Bu, banyaknya penilaian di dalam kurikulum
2013, berarti banyak juga ya bu koreksian?”
Narasumber: “Jelas mbak, makanya kalau ada koreksian begitu harus cepat-
cepat buat dikoreksi. Kalau bentuk pilihan ganda atau pertanyaan
singkat biasanya langsung saya lakukan koreksian di kelas mbak
Kalau uraian panjang sebisa mungkin langsung tak koreksi mbak
selagi ada waktu kosong.
Peneliti : “Oh gitu ya Bu, harus bisa membagi waktu. Kalau ga begitu bisa
numpuk ya Bu?”
Narasumber: “Iya makanya harus segera dikoreksi mbak. Pusing lagi kalau
banyak anak yang nilaianya masih di bawah KKM. Untuk
menyiasatinya sebelum melakukan penilaian di kelas, setelah
membuat instrumen penilaian biasanya saya memberikan kisi-kisi
terlebih dahulu kepasa peserta didik mbak.
119
C. Hasil Wawancara Guru PAI dan Budi Pekerti
1. Nama : Drs. Mahput
Jabatan : Guru PAI
Tanggal : 23 Juli 2019
Waktu : 11.00 WIB
Peneliti : “Sebelumnya mohon maaf Pak, apa dalam mata pelajaran PAI
sudah menerapkan kurikulum 2013?”
Narasumber: “Saya sebagai guru PAI dan Budi Pekerti mbak telah
menerapkan penilaian autentik dalam menilai belajar peserta didik
mbak, karena memang sudah kewajiban kami untuk mengikuti
peraturan pemerintah dan kami sebagai pelaksana dan sekaligus
sebagai pengawal kebijakan. Karena sekolah ini sudah menerapkan
kurikulum 2013 ya secara otomatis penilaiannya menggunakan
penilaian autentik.”
Peneliti : “Apa yang Bapak ketahui tentang penilaian autentik dalam
kurikulum 2013?”
Narasumber: “Penilaian autentik kurikulum 2013 itu ya sebuah penilaian
yang bagus mbak, ya karena di dalam penilaian itu “wis komplit”.
Ya memuat aspek sikap, pengetahuan, tapi ya memuat ketrampilan.
Jadi seimbang diharapkan teorinya bagus, bisa menerapkannya,
tapi budi pekertinya juga baik, karakternya bagus.”
Peneliti :” Apa saja jenis-jenis teknik penilaian autentik yang digunakan
pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dalam kurikulum 2013?”
Narasumber: “Aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan adalah aspek-aspek
yang ada dalam penilaian autentik kurikulum 2013 mbak. Iya betul
mba, memuat 3 aspek itu. Zaman terus berubah mbak, begitupula
dalam dunia pendidikan, kurikulum ya ganti-ganti tiap berapa
tahun mbak dan yang terakhir adalah dari KTSP ke kurikulum
2013. Tak akui mbak, penilaian autentik memang banyak banget
yang harus guru nilai, jadi guru ya gak bisa kalau terlalu santai
apalagi mau “sakpenakke dewe”. Guru harus memahami setiap
peserta didiknya mbak, harus jeli intinya.”
Peneliti : “Bagaimana pelaksanaan penilaian autentik pada mata pelajaran
PAI dan Budi Pekerti dalam kurikulum 2013 kelas VII di SMP
Negeri 3 Pakis tahun pelajaran 2018/2019 baik aspek pengetahuan
seperti: Tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Aspek sikap seperti
observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal, dan
aspek ketrampilan seperti: unjuk kerja, proyek, produk, dan
portofolio?”
120
Narasumber: “Oh.. dalam aspek sikap itu guru bisa melakukan penilaian
melalui penilaian observasi, penilaian diri, sama penilaian ini mba
apa..iya penilaian antar teman, dan penilaian jurnal. Maaf mbak ya,
agak-agak lupa ini. Nah selanjutnya apa mbak, ini dalam penilaian
aspek pengetahuan, ini saya biasanya menggunakan tes tertulis
yang bisa berbentuk pilihan ganda, essay, dan uraian. Selain itu
juga ada tes lisan mbak, ini biasanya untuk hafalan ayat-ayat
tertentu mbak, dan ada pula penugasan mbak. Kemudian dalam
aspek terakhir ya mbak, dalam penilaian ketrampilan, setau saya
ada bentuk proyek, portofolio, sama ini mbak produk.
Peneliti : “Apa sajakah langkah-langkah yang dilakukan Bapak sebelum
penilaian autentik tersebut dilaksanakan?”
Narasumber: “Kita guru kan dalam mengajar di kelas wajib punya RPP
mbak, RPP ini ada materi yang kita sampaikan, dan penilaian yang
akan kita pakai ya sudah ada mbak dalam RPP. Jadi sebelum
menilai di kelas, ya harus wajib bikin RPP dulu. Jadi gak yang
bingung pas di dalam kelas, apa yang mau disampaikan dan mau
gunain penilaian dalam bentuk apa. Penilaian autentik harus benar-
benar terencana, ga bisa kita langsung di kelas melakukan
penilaian ribet jadinya kalau begitu. Yang penting siapin RPP nya,
jadi penilaian apa yang mau digunakan sudah dipikirkan ketika
buat RPP itu.”
Peneliti : “Berarti RPP itu sebagai acuhan ya Bapak?”
Narasumber: “La iya, setelah itu juga menentukan terlebih dahulu mau aspek
apa yang mau dinilai, kan ada aspek apa mbak agak lupa. Aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.”
Peneliti : “Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Bapak dalam
pelaksanakan teknik penilaian autentik dalam kurikulum 2013?”
Narasumber: “Ya pasti ada hambatanya, kalau saya sendiri buat instrument
kolom-kolomnya yang kurang “telaten” mbak, tapi ya harus tetap
melaksanakan penilaian ini. Kalau hambatan yang lain ya itu
datang dari pribadi masing-masing mbak, seperti malas. Kalau
udah malas dalam penilaian, ya pada akhirnya pusingnya di akhir
mbak.”
Peneliti : “Bagaimana solusi yang Bapak/Ibu lakukan ketika menemui
hambatan dalam pelaksanakan teknik penilaian autentik yang ada
dalam kurikulum 2013?
Narasumber: “Yang penting jangan malas aja mba kalau ngerjain kurikulum
2013. Kalau saya kurang paham soal penilaian biasanya saya
tanya-tanya teman mengenai cara membuat kolom yang simpel.”
121
2. Nama : Malikatun, S.Ag.
Jabatan : Guru PAI
Tanggal : 24 Juli 2019
Waktu : 10.15WIB
Peneliti : “Sebelumnya mohon maaf geh bu, apa dalam mata pelajaran PAI
sudah menerapkan kurikulum 2013?”
Narasumber: “Ya jelas mbak, saya telah menerapkan penilaian autentik dalam
kurikulum 2013, ya karena memang sudah kewajiban saya mbak
sebagai guru harus selalu “update” to? Ketika sekarang yang
digunakan adalah kurikulum 2013, maka mau tidak mau harus
melaksanakan itu. Tapi menurut saya to mbak, penilaian autentik
dalam kurikulum 2013 ini memanglah “apik” mbak kalau
diterapkan. Dan saya sudah menerapkan itu semaksimal mungkin
sebisaku mbak.”
Peneliti : “Apa yang Ibu ketahui tentang penilaian autentik dalam
kurikulum 2013?”
Narasumber: “semua baik, kan semua kurikulum itu baik karena memang
tujuannya yang berbeda aja, tujuannya kalau kurikulum 2013 biar
input dan outputnya itu baik, outputnya peserta didik itu ya…punya
pengetahuan yang hebat, hati yang baik, dan ketrampilan yang
handal. Jadi mencakup tiga-tiganya, tidak hanya pengetahuannya
saja sik “pinter tok”, tetapi juga punya karakter, hati yang baik, dan
juga terampil mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan.
Secara keseluruhan ya cukup baik kalau kurikulum ini diterapkan,
ya..sangat baik “malahan”
Peneliti : ”Apa saja Bu jenis-jenis teknik penilaian autentik yang
digunakan pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dalam
kurikulum 2013?”
Narasumber: “Ada beberapa aspek mbak yang ada dalam penilaian autentik
kurikulum 2013 itu, ada penilaian itu mbak sikap, lalu penilaian
pengetahuan, dan ketrampian. Wah…memang banyak banget mbak
aspek yang harus guru nilai itu. Makanya sekarang ga bisa mbak
guru ko santai-santai gitu, tapi ya kembali lagi to mbak ke pribadi
masing-masing guru. Kalau saya ya harus gimana caranya mbak
supaya penilaian itu berjalan maksimal. Dalam penilaian autentik
ini guru harus jeli mbak, harus paham dengan karakter peserta
didik yang diampu. La kalau ini mbak, ambil contoh ya saya
menilai sikap spiritual peserta didik dengan jurnal, ya “kudu”
paham mbak, anak ini berdoa sungguh-sungguh apa tidak, apa
kadang-kadang doa tapi masih tengak-tengok, atau bahkan ada
anak yang ga bisa “anteng” sama sekali mbak setiap harinya. Tapi
tak akui mbak, penilaian autentik ini bagus banget kalau
diterapkan. Jadi guru itu benar-benar bekerja mbak”
122
Peneliti : “Bagaimana pelaksanaan penilaian autentik pada mata pelajaran
PAI dan Budi Pekerti dalam kurikulum 2013 kelas VII di SMP
Negeri 3 Pakis tahun pelajaran 2018/2019 baik aspek pengetahuan
seperti: Tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Aspek sikap seperti
observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal, dan
aspek ketrampilan seperti: unjuk kerja, proyek, produk, dan
portofolio?”
Narasumber: “Saya kalau pas menilai aspek sikap itu mbak, ada beberapa
teknik yang bisa tak pakai, ada yang bentuknya jurnal, penilaian
diri, penilaian antar teman, sama observasi. Nah kalau yang
penilaian diri itu ya menilai dirinya sendiri mbak, biasanya kalau
saya materi dalam mengkonsumsi makanan dan minuman halal
haram saya pakai penilaian diri sama penilaian antar teman. Kalau
penilaian diri ini biasanya dalam bentuk pengakuan atas dirinya
sendiri mbak, dan kalau penilaian antar teman modelnya itu ya
menilai temannya, semisal pernah liat temannya mengkonsumsi
makanan haram apa belum? Kalau dalam menilai aspek
pengetahuan biasanya ada yang berbentuk tes tertulis mbak, tes
lisan juga sama bentuk penugasan mbak. Dan untuk menilai
ketrampilan saya bisa gunakan portofolio, proyek, sama produk.”
Peneliti : “Apa sajakah langkah-langkah yang dilakukan Bapak sebelum
penilaian autentik tersebut dilaksanakan?”
Narasumber: “kalau saya ya mbak, biasanya sebelum menilai itu yang penting
harus siap dulu kolom2 buat masukin nilainya, kalau udah dibuat
tabelnya itu sebenarnya udah “penak” mbak. Sebelum masuk kelas
itu mbak yang jelas kalau saya harus sudah siap semuanya, seperti
RPP. Saya selalu mempersiapkan materi dulu mbak sebelum saya
kok benar-benar masuk kelas. Jadi prinsip saya, saya gak mau
kalau saya cuma asal ngajar aja ketika di kelas, seperti cuma tak
suruh baca lalu mencatat. Karena kalau seperti itu maka anak-anak
akan cepat bosan. Apalagi saya adalah guru agama mbak, apa yang
saya sampaikan hubungannya langsung dengan Allah. Saya juga
tidak mau apa yang saya sampaikan asal-asalan, karena itu
merupakan tanggungan saya sama Allah. Nah ketika di kelas mbak,
saya juga menyampaikan kepada peserta didik jenis penilaian apa
yang saya gunakan pada hari itu. Misalnya saja penilaian antar
peserta didik, ya saya harus jelaskan dulu bagaimana
penilaiannya.”
Peneliti : “Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Bapak dalam
pelaksanakan teknik penilaian autentik dalam kurikulum 2013?”
Narasumber: “ Ya ini tugas guru yang sangat banyak mbak, jadi ya harus
pinter-pinter bagi waktu.”
123
D. Hasil Wawancara Peserta Didik
1. Nama : Adit Cahyono
Kelas : VII F
Tanggal : 23 Juli 2019
Waktu : 10.00WIB
Peneliti : “Ada beberapa penilaian yang dilakukan oleh guru PAI dan Budi
Pekerti pada aspek pengetahuan seperti tes tertulis misalnya soal
uraian, atau membuat pertanyaan dengan 5 W 1 H, tes lisan, dan
penugasan.Apakah penilaian-penilaian tersebut sudah diterapkan
oleh guru PAI dan Budi Pekerti?”
Narasumber: “iya sudah mbak,”
Peneliti : “Ada beberapa penilaian aspek sikap seperti penilaian observasi,
penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal.Apakah penilaian-
penilaian tersebut sudah diterapkan oleh guru PAI dan Budi
Pekerti?”
Narasumber: penilaian diri dan antar teman sudah mbak, kalau jurnal ga tau
yang seperti apa lupa.”
Peneliti : “Ada beberapa aspek penilaian ketrampilan yang dilakukan oleh
guru PAI dan Budi Pekerti seperti praktek, proyek, produk,
portofolio.Apakah penilaian-penilaian tersebut sudah diterapkan
oleh guru PAI dan Budi Pekerti?”
Narasumber: “belum semuanya mbak,”.
124
2. Nama : Linda Sri Wahyuni
Kelas : VII F
Tanggal : 23 Juli 2019
Waktu : 10.15WIB
Peneliti : “Ada beberapa penilaian yang dilakukan oleh guru PAI dan Budi
Pekerti pada aspek pengetahuan seperti tes tertulis misalnya soal
uraian, tes lisan, dan penugasan. Apakah penilaian-penilaian
tersebut sudah diterapkan oleh guru PAI dan Budi Pekerti?”
Narasumber: “sudah semua mbak,”
Peneliti : “Ada beberapa penilaian aspek sikap seperti penilaian observasi,
penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal.Apakah penilaian-
penilaian tersebut sudah diterapkan oleh guru PAI dan Budi
Pekerti?”
Narasumber: “penilaian jurnal belum tahu mbak.”
Peneliti : “Ada beberapa aspek penilaian ketrampilan yang dilakukan oleh
guru PAI dan Budi Pekerti seperti praktek, proyek, produk,
portofolio.Apakah penilaian-penilaian tersebut sudah diterapkan
oleh guru PAI dan Budi Pekerti?”
Narasumber: “produk belum mbak, yang seperti apa belum paham.”
125
Lampiran 3
Tabel 2. 11
Contoh Daftar Hasil Penilaian Autentik
126
127
Lampiran 4
Daftar Gambar Observasi
A. SMP Negeri 3 Pakis
128
B. Wawancara dengan Kepala Sekolah
Foto: Sedang Melakukan Wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah
129
C. Wawancara dengan Waka Kurikulum
Foto:Sedang Melakukan Wawancara dengan Ibu Waka Kurikulum
130
D. Wawancara dengan Guru PAI dan Budi Pekerti
Foto: Sedang Melakukan Wawancara dengan Guru PAI dan Budi Pekerti
131
Foto: Sedang Melakukan Wawancara dengan Guru PAI daN Budi Pekerti
132
E. Wawancara dengan Peserta didik
Foto: Sedang Melakukan Wawancara dengan Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 3 Pakis Kab.
Magelang
133
Foto: Sedang Melakukan Wawancara dengan Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 3 Pakis Kab.
Magelan
134
F. Observasi di Kelas
Foto: Sebelum Proses Pembelajaran Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Pada Peserta didik
Kelas V11 di SM[ Negeri 3 Pakis Kab. Magelang
135
Foto: Proses Pembelajaran Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada Peserta didik Kelas V11 di
SM[ Negeri 3 Pakis Kab. Magelang
136
Foto: Proses Pembelajaran Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada Peserta didik Kelas V11 di
SM[ Negeri 3 Pakis Kab. Magelang
137
Foto: Proses Awal Pembelajaran Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada Peserta didik Kelas
V11 Di SM[ Negeri 3 Pakis Kab. Magelang
138
Foto: Proses Pembelajaran Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada Peserta didik Kelas V11 Di
SM[ Negeri 3 Pakis Kab. Magelang
139
Foto: Peserta didik Sedang Mengerjakan Tugas Kelompok di Kelas
140
G. Instrumen Soal
141
H. Jadwal Pelajaran SMP Negeri 3 Pakis
142
I. Daftar Absensi Kelas VII
143
Lampiran 5
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP)
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
Lampiran 6
Hasil Jawaban Peserta didik
154
155
156
157
158
Lampiran 7
Lampiran Surat Permohonan Izin Penelitian
159
Lampiran 8
Lampiran Surat Keterangan Penelitian
160
Lampiran 9
Lampiran Surat Pembimbing Skripsi
161
Lampiran 10
Lampiran Lembar Konsultasi Penelitian
162
163
Lampiran 11
Lampiran Daftar Nilai SKK
164
165
166
167
Lampiran 12
Lampiran Daftar Riwayat Hidup
A. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Ana Anjarwati
Tempat, Tanggal Lahir: Magelang, 11 Januari 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Dalangan, Kel/Desa Kragilan
Rt. 013/Rw. 006, Kecamatan Pakis,
Kabupaten Magelang-Jawa Tengah.
Telepon : 085292273769
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 2004-2010 Lulus SD Negeri 1 Kragilan
2. 2010-2012 Lulus SMP Negeri 1 Pakis
3. 2012-2015 Lulus SMK Negeri 1 Ngablak
4. 2015-2019 Lulus IAIN Salatiga