IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI...
Transcript of IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI...
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA
MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MADRASAH
TSANAWIYAH NEGERI WONOSEGORO KAB. BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan ( S.Pd)
Oleh:
KHOIRUL FATIHIN
NIM. 11111222
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
MOTTO
Anda Tidak Akan Pernah Menang Jika Anda Tidak Pernah Memulainya
HELEN ROWLAND
Kamu Tidak Akan Pernah Terlalu Tua untuk Merancang Target Lain atau Untuk
Memimpikan Cita-Cita Baru
CS LEWIS
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tuaku tercinta bapak Djamhuri dan ibu Mutiah, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materil dan doa yang
tidak pernah putus untuk putra-putrinya
2. Kakakku Miftakhurrahmah dan Siti Rohmatin yang selalu memberikan
semangat dan membantuku
3. Ibu Siti Asdiqoh yang telah sabar membimbingku dalam penyusunan skripsi
ini
4. Teman-teman PAI angakatan 2011 yang sama-sama berjuang dan belajar di
IAIN Salatiga
5. Karina Meri Astuti yang selalu memberi semangat dan membantuku dalam
penyelesaian skripsi ini
6. Keluarga besar Teater Getar yang telah membantuku
7. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis hadirkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para
pengikut sejatinya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) dan Pembimbing Akademik.
4. Ibu Dra Siti Asdiqoh, M.Si., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikirab dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian tugas ini.
ABSTRAK
Fatihin, Khoirul. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Melalui
Kegiatan Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Wonosegoro Kab.
Boyolali. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,
M.Si.
Kata kunci: Implementasi, Pendidikan Karakter, Kegiatan Keagamaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan
karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MTs Negeri Wonosegoro Kab.
Boyolali. Fokus masalah yang dikaji adalah: 1) Pendidikan karakter siswa di Mts
Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali. 2) Implementasi pendidikan karakter siswa
melalui kegiatan keagamaan di MTs Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali. 3) Apa
kendala dan solusi dalam implementasi pendidikan karakter siswa melalui
kegiatan keagamaan di MTs Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah
tenaga pendidik dan siswa. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini
ialah dengan wawancara terstruktur, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis
data dengan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Pengecekan keabsahan temuan yaitu triangulasi sumber dan
triangulasi data.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendidikan
karakter siswa melalui kegiatan keagamaan telah berjalan dengan baik sesuai
dengan program yang telah ditentukan melalui beberapa kegiatan baik itu
pembiasaan, kegiatan intra sekolah maupun ektrakurikuler. Kegiatan pembiasaan
diantaranya adalah menyimak dan menghafal Juz amma, sholat dhuha
berjamaah, doa sebelum pelajaran, membaca asmaul Husna, infaq dan sholat
dzuhur berjamaah. Kegiatan keagamaan melalui inta sekolah yaitu kegiatan
pembelajaran agama yang dilakukan di kelas dan kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan melalui ektrakurikuler yaitu tahfidz atau menghafal Al-qur’an dan
Kaligrafi. Nilai- nilai karakter yang ditanamkan melalui kegitan-kegiatan
keagamaan tersebut ialah nilai religius, disiplin, tanggug jawab, jujur, gemar
membaca, peduli sosial, kerja keras, komunikatif, toleransi, dan menghargai
prestasi. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan ialah nilai religius, disiplin,
tanggung jawab, jujur, gemar membaca, peduli sosial, kerja keras, komunikatif,
toleransi, dan menghargai prestasi. Kendala yang dihadapi ialah terbatasnya
waktu pelaksanaan kegiatan keagamaan, fasilitas yang kurang memadai,
pengawasaan kegiatan yang kurang maksimal, kurangnya semangat siswa dalam
mengikuti kegiatan keagamaan. Cara mengatasi kendala ialah dengan
penambahan jam kegiatan diluar kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan
kegiatan sholat dzuhur dibagi menjadi dua tempat yaitu masjid dan mushola,
membuat jadwal sholat dhuha secacra bergiliran, pembuatan daftar hadir.
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
LEMBAR DEKLARASI ......................................................................................... v
MOTTO.................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
DAFTR FOTO ....................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Fokus penelitian .......................................................................................... 3
C. Tujuan penelitian .......................................................................................... 3
D. Manfaat penelitian ........................................................................................ 4
E. Penegasan Istilah .......................................................................................... 4
F. Sitematika Penulisan .................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................................. 8
2. Tujuan Pendidikan Karakter .................................................................. 9
3. Nilai-nilai Karakter .............................................................................. 11
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter ......................... 17
5. Pengertian Kegiatan Keagamaan ......................................................... 22
6. Tujuan Kegiatan Keagamaan ............................................................... 23
7. Jenis Kegiatan ...................................................................................... 24
8. Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan ....................................................... 26
B. Kajian Pustaka (Penelitian Terdahulu) ....................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 31
C. Sumber Data ............................................................................................... 31
D. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 32
E. Analisis Data .............................................................................................. 33
F. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................................... 36
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISA DATA
A. Paparan Data .............................................................................................. 38
B. Hasil Temuan ............................................................................................. 46
C. Analisis Data .............................................................................................. 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 71
B. Saran-saran ................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi
4. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
6. Lembar Konsultasi
7. Instrumen Wawancara
8. Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler
9. Jadwal Sholat Dhuha
10. Jadwal Imam Sholat Dzuhur
DAFTAR FOTO
Foto Kegiatan Keagamaan Siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20,
tahun 2003, Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini bertujuan
untuk berkembangya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Damayanti, 2014:9).
Rumusan tujuan pendidikan tersebut diatas merupakan landasan
pengembangan pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter bangsa harus
tetap selalu diberikan kepada peserta didik agar memiliki landasan yang kuat
dan selalu mencerminkan sikap dan tindakan yang sesuai dengan karakter
bangsa Indonesia. Selain itu, sebagai bekal bagi peserta didik untuk
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dimanapun berada. Jadi, dalam
hal ini peserta didik tidak hanya pandai dan cakap intelektualnya namun
memiliki karakter bangsa yang kuat.
Tujuan pendidikan belumlah sepenuhnya tercapai. Ini terbukti dengan
adanya fenomena yang terjadi bahwa sikap dan tindakan peserta didik semakin
bergeser kearah yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
Penyalahgunaan narkoba, perkelahian, seks bebas, budaya tidak tertib, tidak
disiplin, dan tindakan asusila yang lainnya. Ini mencerminkan bahwa belum
maksimalnya implementasi pendidikan karakter di sekolah.
Peningkatan kegiatan untuk melatih dan membekali peserta didik akan
pendidikan karakter perlu dimaksimalkan. Bentuk kegiatan bisa bermacam-
macam, salah satunya yaitu dengan kegiatan keagamaan. Harapanya adalah
dengan melaksanakan kegiatan keagamaan peserta didik akan dapat melatih
dan membiasakan sikap dan tindakan yang sesuai dengan karakter bangsa
Indonesia, yaitu religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, demokratis, rasa
ingin tahu, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab.
Kegiatan keagamaan dalam pendidikan agama dimanapun harus
mencakup semua aspek. Pelaksanaan pendidikan agama mampu
menghantarkan seorang peserta didik kepada setidaknya tiga aspek. Pertama,
aspek keimanan mencakup seluruh arkanul iman. Kedua, aspek ibadah,
mencakup arkanul islam. Ketiga, aspek akhlak, mencakup seluruh akhlakul
karimah. Kegiatan keagamaan bermaksud untuk penanaman jiwa/sikap
keagamaanya pada peserta didik bukan pengajaran agama (Putra, 2004:38).
Penanaman sikap pada peserta didik sangatlah penting. Hal ini
disebabkan karena banyaknya fenomena yang terjadi pada masa kini seperti
kemerosotan moral, pergaulan bebas, dan narkoba yang dapat mengancam
generasi penerus bangsa. Contoh kasus dalam berita siswa SMP mencoba
merampas taksi di Sleman (Merdeka.com). Diberitakan juga dua remaja putri
aniaya siswi SMP (Tempo.com). Konsumsi narkoba, siswa SMP sampit
dikeluarkan dari sekolah (Lipuntan6.com).
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali Tahun Pelajaran
2017/2018.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas perlu dibuat rumusan masalah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendidikan Karakter Siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali Pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimana Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan
Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kab. Boyolali Tahun
Pelajaran 2017/2018?
3. Kendala apa saja yang dialami dan cara mengatasi dalam Implementasi
Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali Tahun Pelajaran
2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menegtahui Bagaimana Pendidikan Karakter Siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali Pelajaran
2017/2018?
2. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Pendidikan Karakter
Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Wonosegoro Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami dan cara mengatasi
kendala dalam Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Melalui
Kegiatan Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Wonosegoro
Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki berbagai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam dunia
pendidikan dan dapat memperkaya khasanah keilmuan khususnya
tentang implementasi pendidikan karakter bagi siswa melalui kegiatan
keagamaan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis guru dan siswa bisa mengimplementasikan pendidikan
karakter di sekolah melalui kegiatan keagamaan dengan baik dan
terarah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dalam
penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu adanya penjelasan beberapa
istilah pokok maupun kata-kata menjadi variabel. Penulisan istilah yang perlu
dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Implementasi
Implementasi berarti pelaksanaan (KBBI, 2008:548). Implementasi
adalah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah upaya penanaman kecerdasan dalam
berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya,
diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, masyarakat dan
lingkungannya (Zubaedi, 2011:17). Proses penanaman cara berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Kegiatan Keagamaan
Keagamaan adalah sifat yang terdapat dalam agama, segala sesuatu
mengenai agama. Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam Fransiska Rara
(2017) Kegiatan keagamaan adalah segala bentuk kegiatan yang terencana
dan terkendali berhubungan dengan usaha untuk menanamkan bahkan
menyebarluaskan nilai-nilai keagamaan dalam tahap pelaksanaanya dapat
dilakukan oleh perorang atau kelompok (Fransiska 2017).
Jadi yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah pelaksanaan atau
upaya penanaman sikap atau perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai leluhur
yang menjadi jati diri siswa melalui kegiatan yang berbentuk keagamaan
seperti sholat berjamaah, membaca asmaul husna, tadarus bersama, infaq,
tahfidz quran, kaligrafi dan qiraah.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
beberapa bagian yang meliputi :
Bab I Pendahuluan
Bagian pendahuluan. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab yang
memaparkan pembahasan beberapa masalah yaitu latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
metode penelitian, sistematika penulisan.
Pada pembahasan metode penelitian dipaparkan rancangan penelitian,
subyek penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisis data.
Bab II Kajian Pustaka
Bagian ini terdiri dari beberapa sub bab yang membahas tentang (A)
Landasan teori (a) Pengertian pendidikan karakter (b) Tujuan pendidikan
karakter (c) Nilai-nilai karakter (d) Macam-macam kegiatan keagamaan (e)
Tujuan kegiatan keagamaan (f) Jenis kegiatan keagamaan (g) Materi kegiatan
keagamaan (h) Metode kegiatan keagamaan (i) Evaluasi kegiatan keagamaan
(j) Kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu)
Bab III Metode Penelitian
Menguraikan tentang metode penelitian yang terdiri dari (a) jenis
penelitian (b) lokasi dan waktu penelitian (c) sumber data (d) prosedur
pengumpulan data (e) analisis data (f) pengecekan keabsahan data
Bab IV Paparan Data dan Analisis Data
Pemaparan hasil penelitian dan analisa data sesuai dengan tujuan dan
hasil penelitian.
Bab V Penutup
Bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah gerakan nasional menciptakan sekolah
yang membina etika, bertanggung jawab dan merawat orang-orang muda
dengan pemodelan dan mengajarkan karakter baik melalui penekanan pada
nilai-nilai yang kita yakini dengan melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive), perasaan (feelings), dan tindakan (action) (Damayanti, 2014:
11).
Pendapat lain tentang pendidikan karakter adalah usaha yang
dilakukan secara individu dan sosial dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu itu sendiri. (Koesoema,
2010: 194)
Pendidikan karakter adalah proses upaya secara sadar dan terencana
untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak didik serta mengembangkan
perilaku agar memiliki kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan
menarik. (Yahya, 2010: 34)
Pendidikan karakter merupakan pemberian tuntunan kepada anak
didik agar menjadi manusia yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,
raga, serta karsa dan karya sehingga anak didik memiliki karakter yang
baik meliputi kejujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli,
dan kreatif. (Zusyani, 2012: 155)
Definisi lain pendidikan karakter yaitu sebagai upaya yang sungguh-
sungguh untuk membantu seseorang memahami, kepedulian dan bertindak
dengan landasan nilai nilai etis dan luhur. (Muchlas & Hariyanto, 2011:
44)
Penjelasan-penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai karakter yang terpuji
dimulai dari sejak dini agar peserta didik menjadi pribadi yang siap
menghadapi tantangan masa depan.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memiliki berbagai macam tujuan. Berikut adalah
penjelasan dari beberapa ahli mengenai tujuan pendidikan karakter sebagai
berikut:
a. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang
sehingga peserta didik dapat menginternalisasikan serta
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia tersebut
dalam perilaku sehari-hari. (Mulyasa, 2012: 9)
b. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila sebagai
pedoman bangsa Indonesia. (Gunawan, 2012: 30)
c. Tujuan pendidikan karakter adalah menumbuhkan fitrah pribadi setiap
anak yang dilahirkan suci agar dapat berkembang secara optimal
untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang dengan peran
menyeluruh dari keluarga, sekolah dan komunitas dengan
menciptakan lingkungan kondusif. (Miftah, 2011: 37)
d. Tujuan pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi peserta
didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai
karakter bangsa, mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta
didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi
budaya bangsa yang religius, menanamkan jiwa kepemimpinan dan
tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, dan
mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan. (Judiani, 2010: 283)
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membentuk
pribadi peserta didik dengan mental yang kuat agar memiliki nilai-
nilai luhur sesuai dengan budaya dan pedoman bangsa Indonesia yaitu
Pancasila dan UUD 1945 guna menghadapi tantangan zaman.
3. Nilai – Nilai Karakter
Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu dikembangkan
kepada peserta didik. Nilai-nilai tersebut adalah nilai dasar, nilai
kemasyarakatan, dan nilai kenegaraan. (Damayanti, 2014: 42)
Berikut adalah ulasan tentang ketiga nilai tersebut:
a. Nilai Dasar
Nilai dasar yaitu nilai yang terkandung dalam dasar dan falsafah negara,
Pancasila, dan UUD 1945.
b. Nilai Kemasyarakatan
Nilai kemasyarakatan berupa nilai moral dan etika yang berlaku dalam
masyarakat setempat.
c. Nilai Kenegaraan
Nilai kenegaraan adalah nilai yang menyangkut kecintaan terhadap
tanah air dan bangsanya.
Semua butir nilai tersebut perlu ditanamkan dan dikembangkan oleh
peserta didik. Nilai-nilai tersebut adalah :
1. Nilai Kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan baik terhadap diri dan pihak lain.
2. Nilai Kepedulian adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan manusia,
alam, dan tatanan di sekitar dirinya.
3. Nilai Berfikir adalah berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan
atau logika (logis, kritis, kreatif, dan inovatif) untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki.
4. Nilai Tanggung Jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, negara, Tuhan YME, masyarakat,
lingkungan, baik alam, sosial, maupun budaya.
5. Nilai Cinta Ilmu adalah cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap pengetahuan.
6. Nilai Kesantunan adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang
tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
7. Nilai Menghargai Keberagaman adalah sikap memberikan
respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik,
sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
8. Nilai Kecerdasan adalah ke mampuan seseorang dalam melakukan
tugas secara cermat, tepat, dan cepat.
9. Nilai Ketangguhan adalah sikap dan perilaku pantang menyerah.
10. Nilai Demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
11. Nilai Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
12. Nilai Keberanian Mengambil Resiko adalah kesiapan menerima resiko
yang timbul akibat tindakan yang dilakukan.
13. Nilai Berorientasi pada Tindakan adalah kemampuan untuk
mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata.
14. Nilai Berjiwa Kepemimpinan adalah kemampuan mengarah dan
mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.
15. Nilai Kerja Keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan
tugas dengan baik.
16. Nilai Gaya Hidup Sehat adalah segala upaya untuk menerapkan
kebiasaan baik dalam menciptakan hidup sehat.
17. Nilai Kedisiplinan adalah sikap yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada peraturan.
18. Nilai Percaya Diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri
terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan.
19. Nilai Keingintahuan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih dalam dan luas dari apa yang dipelajarinya.
20. Nilai Kesadaran akan Hak dan Kewajiban adalah sikap tahu dan
mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik diri sendiri atau
orang lain serta tugas dan kewajiban diri sendiri dan orang lain.
21. Nilai Kepatuhan terhadap Aturan Sosial adalah sikap menurut dan taat
terhadap aturan-aturan yang berkenaan dengan masyarakat dan
kepentingan umum.
22. Nilai Penghargaan pada Karya dan Prestasi Orang Lain adalah sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati
keberhasilan orang lain.
23. Nilai Menghargai Keberagaman adalah sikap memberikan hormat
terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat,
budaya, suku, dan agama.
Pendapat lain tentang nilai-nilai pendidikan karakter untuk
pendidikan budaya dan bangsa terdiri dari 18 butir (Listyarti, 2012: 5-8)
yaitu:
1. .Religius
Sikap perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat
kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
kepercayaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban diriya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan
bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Membaca kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun
orang lain dan lingkungan sekitarnya.
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya karakter.
Beberapa ahli perpendapat bahwa faktor pembentuk karakter terdiri dari
dua macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Berikut adalah
penjelasan faktor-faktor tersebut:
a. Faktor Intern
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal ini diantaranya
adalah:
1) Insting atau Naluri
Insting adalah suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu
tanpa didahului latihan perbuatan itu. Setiap perbuatan manusia lahir
dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri. Pengaruh naluri
pada diri seseorang tergantung pada bagaimana seseorang
menyalurkan naluri tersebut. Naluri pengaruhnya juga sangat besar.
Naluri dapat menjerumuskan manusia kepada hal yang positif.
Sebaliknya naluri dapat condong ke arah negatif apabila tidak
tersalurkan dengan benar (Gunawan, 2012: 19).
2) Adat atau Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia adalah
kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi karakter sangat
erat sekali dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu
diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini
memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk dan
membina karakter (Gunawan, 2012: 19).
3) Kehendak atau Kemauan
Kemauan ialah keinginan untuk melangsungkan segala ide walau
disertai dengan berbagai rintangan dan kesukaran. Kehendak atau
kemauan dikontrol oleh diri sendiri. Salah satu kekuatan yang
berlindung dibalik tingkah laku adalah kehendak atau kemauan keras.
Itulah yang menggerakkan dan merupakan kekuatan yang mendorong
manusia dengan sungguh-sungguh untuk berprilaku baik, sebab dari
kehendak itulah menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa
kemauan semua ide, keyakinan, kepercayaan pengetahuan menjadi
pasif. (Gunawan, 2012: 20)
4) Suara Hati atau Hati Nurani
Hati nurani adalah suatu benih yang telah diciptakan oleh Allah dalam
jiwa manusia. Nurani dapat tumbuh berkembang serta berbunga
karena pengaruh pendidikan, dia akan statis bila tidak ditumbuh
kembangkan. Oleh karenanya, pendidikan karakter tidak akan
mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati nurani, yang
merupakan kekuatan dari dalam diri manusia, yang dapat menilai baik
dan buruk suatu perbuatan (Santhut, 1998: 93).
5) Hereditas atau Keturunan
Hereditas merupakan sifat-sifat atau ciri yang diperoleh oleh seorang
anak atas dasar keturunan atau pewarisan dari generasi ke generasi
melalui sebuah benih. Dalam islam, sifat atau ciri-ciri bawaan tersebut
disebut fitrah. Fitrah adalah potensi atau kekuatan yang terpendam
dalam diri manusia, yang ada dan tercipta bersama dengan proses
penciptaan manusia. Potensi tersebut tumbuh serta berkembang
setelah mendapatkan rangsangan-rangsangan dan pengaruh dari luar
atau faktor ekstern (Tadjab, 1994: 27).
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern atau faktor dari luar pembentuk karaktek diantaranya
adalah:
1) Pendidikan
Pertumbuhan karakter tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan
secara keseluruhan. Tujuan pendidikan ialah menyiapkan manusia
supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna. Pendidikan
mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter
seseorang sehingga baik dan buruknya akhlak seseorang sangat
tergantung pada pendidikan. Pendidikan menjadikan manusia sebagai
insan kamil. Begitu pentingnya faktor pendidikan itu sehingga dengan
pendidikan naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun
dengan baik dan terarah. Oleh karena itu, pendidikan agama perlu
diimplementasikan baik dalam pendidikan formal di sekolah,
pendidikan informal di lingkungan keluarga dan pendidikan non
formal yang ada di masyarakat (Yunus, 2012: 5).
2) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik berupa
tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan manusia dengan alam
sekitar (Gunawan, 2012: 22).
Adapun lingkungan dapat di bagi menjadi beberapa macam yaitu:
a) Lingkungan yang bersifat kebendaan
Alam yang ada disekitar manusia merupakan faktor yang
mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia. Lingkungan
alam ini dapat mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat
yang dibawa seseorang. Itu semua dapat terjadi tergantung
seseorang tersebut dalam menyikapinya.
b) Lingkungan pergaulan
Seorang yang hidup dalam lingkungan yang baik secara
langsung atau tidak dapat membentuk kepribadian manusia
menjadi baik, begitu pula sebaliknya jika seseorang yang hidup
dalam lingkungan yang tidak mendukung dalam proses
pembentukan karakter maka setidaknya dia akan terbawa atau
terpengaruh oleh lingkungan tersebut. Lingkungan teman-teman
yang jahat mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
perkembangan anak, bukan hanya perkataannya saja tetapi seluruh
perilaku atau perbuatannya. Jadi dapat dikatakan bahwa
lingkungan pergaulan mempunyai pengaruh yang sangat dominan
terhadap perkembangan anak.
c) Lingkungan keluarga
Anak adalah amanat dari Allah SWT yang dititipkan kepada
kedua orang tua. Tanggung jawab keluarga yakni kedua orang tua
terhadap pendidikan anaknya yaitu mendidik dengan sebaik-
baiknya agar menjadi manusia yang bertakwa. Anak lahir dalam
keadaan suci, bersih dan sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa
anak lahir dalam keadaan tidak berdaya dan belum dapat berbuat
apa-apa, sehingga masih sangat menggantungkan diri pada orang
lain yang lebih dewasa sehingga kedua orang tua adalah panutan
sosok teladan bagi anak bagaimana dia harus bersikap agar menjadi
manusia yang sebaik-baiknya. Apabila orang tua tidak dapat
menjadi figur contoh yang baik, maka anak akan mencari
lingkungan lain yang mungkin saja belum tentu baik untuknya.
Oleh karena itu, tugas orang tualah yang harus menjaga serta
mengarahkan anak-anaknya sesuai dengan ajaran agama serta
norma-norma yang ada.
d) Lingkungan yang berwujud kesusasteraan.
Lingkungan ini dikategorikan menjadi dua macam yaitu buku
bacaan yang bermanfaat bagi perkembangan anak dan buku bacaan
yang merugikan perkembangan anak. Nilai-nilai baik yang dapat
diambil dari buku dapat menjadi pembentuk karakter anak.
Sebaliknya dengan buku-buku yang membawa pengaruh buruk
akan merusak perkembangan anak. Melalui buku, segala ilmu
pengetahuan serta wawasan diperoleh sehingga harus selektif
dalam pemilihan buku. Oleh karena itu, ini merupakan tugas dan
tanggung jawab seorang pendidik dan keluarga.
5. Pengertian Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan
bidang keagamaan yang ada dalam kehidupan masyarakat sebagai bentuk
pelaksanaan ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. (Jalaludin,
1993: 56)
Kegiatan keagamaan adalah segala bentuk kegiatan yang terencana
dan terkendali sebagai usaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan
yang dapat dilakukan oleh perorangan atau kelompok (Novearti, 2017: 2).
Perilaku keagamaan yaitu segala tindakan, perbuatan atau ucapan
yang dilakukan seseorang sedangkan yang berkaitan dengan agama,
semuanya dilakukan karena adanya kepercayaan kepada Tuhan, ajaran,
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan
kepercayaan (Fauzi, 2016: 150).
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan
keagamaan adalah segala aktivitas yang dilakukan secara individu maupun
kelompok yang berhubungan dengan religius atau spiritual sebagai bentuk
ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6. Tujuan Kegiatan Keagamaan
Tujuan kegiatan keagamaan yang diambil dari buku Ensiklopedia
Islam Cetakan Ke-3 (1994: 120) adalah:
a. Membina hubungan yang serasi dan teratur antara manusia dan Allah,
manusia dengan pencipta-Nya, manusia dengan lingkungannya, serta
manusia dengan sesamanya dalam rangka membina masyarakat yang
bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Menambah ilmu pengetahuan agama.
c. Menjalin silaturahmi.
d. Meningkatkan intensitas dakwah islamiyah kepada siswa dalam rangka
membangun siswa sebagai generasi religius.
e. Membangun kesadaran siswa bahwa kegiatan keagamaan akan
memotivasi sikap beragama.
f. Membangun pribadi siswa dalam beribadah.
g. Menciptakan generasi dengan menciptakan siswa yang memiliki SQ
baik dalam moral dan etika.
h. Meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek kognitive, afektif, dan
psikomotorik.
i. Pengembangan bakat dan minat siswa sebagai pembinaan pribadi
seutuhnya.
7. Jenis Kegiatan Keagamaan
Jenis-jenis kegiatan keagamaan itu berbeda-beda (Daradjat 1983:
4). Kegiatan keagamaan menurut sudut pandangnya dijelaskan sebagai
berikut:
a. Kegiatan keagamaan Islam yang bersifat umum dan khusus
Kegiatan keagamaan yang didasarkan pada umum dan khususnya ada
dua macam, yaitu :
1) Khasahah adalah kegiatan keagamaan Islam yang ketentuannya
telah ditetapkan oleh nash, seperti: shalat, zakat, puasa, dan haji.
2) Aamah adalah semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat
yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan dan
minum, bekerja dan lain sebagainya dengan niat melaksanakan
perbuatan itu untuk menjadi badan jasmaniyah dalam rangka agar
dapat beribadat kepada Allah.
b. Kegiatan keagamaan Islam dari segi pelaksanaannya
Kegiatan keagamaan Islam dari segi pelaksanaannya dibagi menjadi
tiga yaitu jasmaniyah ruhiyah (shalat dan puasa), ruhiyah dan maliyah
(zakat), dan jasmaniyah ruhiyah dan maliyah, (mengerjakan haji).
c. Kegiatan keagamaan Islam dari segi kepentingan perseorangan atau
masyarakat.
Kegiatan keagamaan Islam dari segi kepentingan perseorangan atau
masyarakat dibagi dua yaitu Fardhi, sepeti shalat dan puasa, kedua
ijtimai seperti zakat dan haji.
d. Kegiatan keagamaan Islam dari segi bentuk dan sifatnya
Kegiatan keagamaan Islam dari segi bentuk dan sifatnya dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1) Kegiatan keagamaan Islam yang berupa perkataan atau ucapan
lidah seperti: membaca doa, membaca Al-Quran, membaca zikir,
membaca tahmid, dan mendoakan orang yang bersin.
2) Kegiatan keagamaan Islam yang berupa pekerjaan tertentu yang
bentuknya meliputi perkataan dan perbuatan, seperti shalat, zakat,
puasa, haji.
3) Kegiatan keagamaan Islam yang berupa perbuatan yang tidak
ditentukan bentuknya, seperti: menolong orang lain, berjihad,
membela diri dari gangguan tajhizul-janazah.
Dari pendapat di atas penulis memaparkan kegiatan keagamaan yang
penulis ingin teliti adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan keagamaan Islam didasarkan pada umum dan khususnya yaitu
khasahah adalah kegiatan keagamaan Islam yang ketentuannya telah
ditetapkan oleh nash, seperti: shalat. Kegiatan keagamaan Islam yang akan
peneliti teliti yaitu shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah.
2. Kegiatan keagamaan Islam dari segi bentuk dan sifatnya
Kegiatan keagamaan Islam yang berupa perkataan atau ucapan lidah
seperti: membaca doa sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung,
hafalan juz amma, tadarus, membaca asmaul husna, tahfidz hafalan Al-
Quran dan qiraah.
3. Kegiatan keagamaan Islam yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan
bentuknya, seperti: membuat kaligrafi dan infaq.
8. Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan
Kegiatan ekstra yang diselenggarakan di sekolah perlu adanya
perencanaan maupun penjadwalan. Menurut Uzer dan Lilis Setiawati
(1993: 22), sebelum melaksanakan kegiatan ekstra keagamaan hendaknya
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa secara
pererorangan atau kelompok ditetapkan oleh sekolah berdasarkan
minat siswa dan tersedianya fasilitas yang diperlukan serta adanya
guru atau petugas yang membimbing kegiatan tersebut. Siswa yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan minat masing-masing
akan lebih berhasil dibandingkan dengan siswa yang terpaksa atau
tidak sesuai dengan keinginan mereka.
b. Kegiatan yang direncanakan untuk siswa hendaknya memperhatikan
keselamatan dan kemampuan siswa serta kondisi sosial dan budaya
setempat. Sebelum melaksanakan kegiatan pembimbing harus
memperhatikan kemampuan siswa karena dengan begitu akan
membuat siswa merasa senang melakukan kegiatan yang diberikan
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
c. Penyusunan rencana program yang meliputi pembiayaan, jadwal, dan
administrasi dengan melibatkan kepala sekolah, wali kelas dan guru
atau pelatih kegiatan ekstra yang ditentukan.
d. Menetapkan waktu pelaksanaan, objek kegiatan serta kondisi
lingkungannya. Dengan menetapkan waktu pelaksanaan objek kegiatan
serta kondisi lingkungannya dimaksudkan agar siswa mengetahui
jenis-jenis kegiatan apa yang dilakukan sesuai dengan bakat dan
minatnya serta didukung dengan kondisi lingkungan yang baik
sehingga mengetahui waktu pelaksanaannya dan tidak berbentur
dengan kegiatan lain.
e. Mengevaluasi hasil-hasil kegiatan siswa, setelah melakukan kegiatan
pembimbing diharapkan mengevaluasi kegiatan siswa karena dengan
mengevaluasi akan diketahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki
siswa dari hasil kegiatan itu.
B. Kajian Pustaka (kajian penelitian terdahulu)
1. Penelitian terdahulu dari Anis Fauzi (2016) tentang “Implementasi
Pendidikan Karakter Dalam Membentuk Perilaku Sosial dan Keagamaan
Siswa di SMP Negeri 1 Cimanuk”. Implementasi Program Pendidikan
Karakter di SMP Negeri 1 Cimanuk berupa perilaku keagamaan dari
kegiatan pengajian jum’at taqwa, sebagai berikut: Pembacaan surat yasin
bersama dibimbing oleh guru, Pembacaan dzikir dan tasbih bersama-sama,
Tawashul yang dibimbing oleh guru dan Pembina kerohanian, pembacaan
marhaba oleh siswa secara bergiliran per kelas setiap kegiatan penga-jian
Jum’at taqwa atau pada kegiatan keagamaan lainya, Pembacaan shalawat
bersama-sama, Pembacaan do’a dipimpin oleh guru atau siswa yang
ditugaskan, dan penampilan seni budaya Islam seperti group marawis dan
qasidah pada waktu-waktu tertentu. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terletak pada tujuan pendidikan
karakter itu sendiri. Penelitian ini berfokus pada dua aspek yaitu perilaku
sosial dan pendidikan karakter siswa. Pendidikan karakter yang
diimplementasikan di sekolah diharapkan mampu membentuk perilaku
sosial dan keagamaan peserta didik.
2. Asifah Ocwania (2015) dalam penelitiannya tentang “Pembinaan
Kepribadian Islam Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Keagamaan
Baca Tulis Al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Pagu Kediri” menjelaskan
bahwa pembinaan kepribadian islam siswa dilakukan ketika ada siswa
yang kurang baik tingkah lakunya agar menjadi baik melalui kegiatan
BTQ atau baca tulis Al-Quran. Kegiatan pembinaan kepribadian islam ini
dilakukan sebelum kegiatan BTQ dimulai yaitu dengan memberikan
siraman rohani dan nasehat-nasehat dengan keteladanan sehingga menjadi
pembiasaan. Hal ini dilakukan agar para siswa melakukan hal yang
positif. Evaluasi kegiatan BTQ dimasukkan ke dalam nilai rapor.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu
terletak pada jenis kegiatannya. Implementasi pendidikan karakter yang
penulis teliti diambil dari berbagai macam kegiatan keagamaan yang
diadakan di sekolah tidak hanya BTQ (Baca Tulis Al-Quran) saja yaitu
kegiatan sholat dhuha berjamaah, sholat dhuhur berjamaah, infaq, tadarus,
tahfidz, membaca asmaul husna, kaligrafi, hafalan juz amma, berdoa
sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, dan qiraah.
3. Aryanti Zahro (2014) yang berjudul “Upaya Pembinaan Akhlak Melalui
Kegiatan Keagamaan di SMP Muhammadiyah Ayah”. Hasil penelitian
tersebut adalah kegiatan keagamaan di sekolah tersebut terdiri dari dua
bentuk, yaitu kegiatan keagamaan dalam pembelajaran PAI yang terdiri
dari baca tulis Al-Quran, praktik zakat dan haji. Kedua, kegiatan
keagamaan di luar jam pembelajaran PAI seperti; sholat dhuha, kajian
keagamaan, hafalan doa dengan metode tamyis, membaca hafalan surat,
asmaul husna, ekstrakulikuler tapak suci, drumband, dan outdoor. Upaya
pembinaan akhlak melalui kegiatan keagamaan di SMP Muhammadiyah
Ayah menggunakan metode teladan, pembiasaan, teladan, training.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah praktek kegiatan keagamaan yang diteliti terdapat pada kegiatan
keagamaan yang diadakan sekolah. Selain itu, pelaksanaan implementasi
pendidikan karakter tersebut tidak menggunakan berbagai macam metode.
Peneliti langsung terjun ke dalam penelitian sesuai dengan kegiatan
keagamaan yang diadakan oleh sekolah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Lexy, J Moleong, 1993:6).
Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada pemahaman makna,
berkaitan erat dengan nilai-nilai tertentu, lebih menekankan pada proses
daripada pengukuran, mendeksripsikan, menafsirkan, dan memberikan
makna dan tidak cukup dengan penjelasan belaka, dan memanfaatkan
multimetode dalam penelitian (Sutama, 2012:61).
Penggambaran dan analisis terhadap fenomena adalah ciri dari
penelitian kualitatif. Suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok dengan mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama
menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain) (Nana
Syaodih, 2007 : 60).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ialah di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Wonosegoro yang terletak di Karanggede-Wonosegoro desa Karangjati
kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan
mulai 22 November 2017 sampai dengan tanggal 22 Januari 2018.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2006:129). Menurut sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofland (1984) dalam Moleong
(2009:157). Dalam penelitian ini, data-data yang diperlukan diperoleh dari
dua sumber:
1. Data primer
Dalam penelitian ini, data primer digunakan untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter melalui
kegiatan keagamaan. Data primer dalam penelitian ini yaitu wakil
kepala bidang kesiswaan, asisten wakil kepala bidang kurikulum guru
pembina kegiatan keagamaan, guru BK, dan Siswa MTs Negeri
Wonosegoro.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan
memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu meliputi buku
ilmiah, jurnal, artikel, observasi, dan dokumentasi.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
a. Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung (Usman&Purnomo, 2011:55). Wawancara dilakukan
dengan kepala sekolah, waka kesiswaan, guru pembimbing kegiatan
keagamaan dan siswa MTs Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur karena peneliti dalam melakukan kegiatan menggunakan
panduan wawancara untuk mendapatkan data mengenai implementasi
pendidikan karakter.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Menurut Sugiyono (2015: 203),
observasi adalah teknik yang digunakan oleh peneliti untuk
mengetahui aktivitas-aktivitas yang terjadi selama penelitian dengan
mengamati secara langsung. Cara ini juga efektif untuk
menggambarkan kondisi kelas, perilaku siswa, atau respon dan
tanggapan dari siswa tentang penelitian ini. Observasi ini difokuskan
pada implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan
(Usman&Purnomo, 2011: 52).
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Dokumentasi dalam penelitian ini diantaranya adalah dokumentasi
yang berupa jadwal kegiatan keagamaan, lembar kegiatan/catatan
kegiatan keagamaan, daftar hadir kegiatan dan foto-foto kegiatan
(Usman&Purnomo, 2011: 69). Untuk membuktikan bahwa kegiatan
implementasi pendidikan karakter benar-benar dilaksnakan di MTs
Negeri Wonosegoro.
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. (Moleong, 2009:280)
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis dengan metode
yang berasal dari teori Miles dan Hubermas Miles and Hubermas
(1994:12) yang menyatakan “methods of data analysis called Interactive
Model which comprises four steps of analysis activity in cyclical and
interactive process”. Ia menyatakan bahwa metode analisis data disebut
dengan model interaktif yang terdiri dari empat tahapan kegiatan analisis
dalam proses yang saling berhubungan dan interaktif sebagai berikut :
Data collection (pengumpulan data)
Data reduction (reduksi data)
Data display (penyajian data)
Conclusion drawing (penarikan kesimpulan)
1. Pengumpulan Data
Langkah pertama dalam teknik analisis data adalah pengumpulan data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
wawancara, observasi dan dokumentasi.
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, mencari pola yang tepat dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang diperoleh kemudian direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas dan akan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Pada proses reduksi data, peneliti merangkum catatan-catatan lapangan
dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu
kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih
tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data
diperlukan kembali (Sugiyono, 2016:338).
3. Penyajian Data
Penyajian data (display data) dimasudkan agar lebih mempermudah bagi
peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian
data ke dalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya
lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisikan untuk
disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang
sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang
dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada
waktu data direduksi.
Dengan display data maka akan mempermudah untuk melakukan
pemahaman apa yang terjadi, merencanakan penelitian kerja yang
selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Dalam
melakukan display data selain dengan teks naratif juga dengan gambar
bahkan grafik maupun chart.
4. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan berdasarkan analisis
data. Peneliti menjumlah dan mengklasifikasi data yang telah didapatkan.
Verifikasi dilakukan untuk memeriksa kembali untuk menetapkan
kesimpulan.
F. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data ini sebagai suatu usaha peneliti untuk
menunjukkan bahwa penelitian ini benar-benar ilmiah. Ada beberapa
teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif seperti yang
telah dituliskan oleh Moleong (2009:32), teknik pemeriksaan keabsahan
data berdasarkan kriteria kredibilitasnya diantaranya adalah perpanjangan
keikut-sertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat,
kecukupan referensial, kajian kasus negatif dan pengecekan anggota.
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2009:330) ,
triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain. Menurut Denzin (1978) dalam Moleong (2009:330)
membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis triangulasi yaitu
triangulasi sumber dan triangulasi metode.
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dengan cara mencari informasi dengan alat dan
waktu yang berbeda. Peneliti melakukan perbandingan data hasil
observasi dengan wawancara. Selain itu peneliti juga membandingkan
jawaban wawancara antara wakil kepala bidang kesiswaan, asisten
wakil kepala bidang kurikulum, guru pembina kegiatan keagamaan,
guru BK, dan siswa MTs Negeri Wonosegoro.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode juga digunakan dalam penelitian ini, peneliti
mengecek hasil data yang diperoleh melalui beberapa teknik
pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
Profil MTs Negeri Wonosegoro
1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Negeri Wonosegoro
Berdirinya MTs Negeri Wonosegoro diprakarsai oleh para
tokoh masyarakat para kyai yang berada kecamatan Wonosegoro
setelah melihat situasi dan kondisi masyarakat waktu itu yang labil
pasca peristiwa G 30 S PKI. Inisiatif mendirikan Madrasah muncul
dari Alim Ulama /Tokoh NU di desa Ketoyan pada tahun 1966 dengan
nama MTs NU Ketoyan dengan dipimpin oleh Kyai Dimyati. Pada
tahun 1968 seiring dengan pergantian pimpinan, MTs NU berpindah
tempat ke Desa Karangjati dan berlangsung sampai sekarang.
Pada perkembangan berikutnya terjadi berulang kali
perubahan nama. Pada tahun 1973 berubah menjadi MMP (Madrasah
Menengah Pertama). Kemudian pada tahun 1976 berubah menjadi
MTs NU kembali dan dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1977
berubah menjadi MTs Al Islam. Perubahan tersebut terjadi seiring
dengan pergantian Kepala Madrasah atau pengurus yayasan. Pada
tahun 1983 terjadi perubahan status MTs dari MTs swasta menjadi
MTs Filial Negeri Nogosari dan pada tahun 1995 berubah status dari
MTs Filial Nogosari menjadi MTs Negeri Wonosegoro.
Adapun Profil MTs Negeri Wonosegoro sebagai berikut:
Nama Sekolah : MTsN Wonosegoro
N.I.S : 09
NSS : 123330918001
Kecamatan : Wonosegoro
Kabupaten : Boyolali
Pripinsi : Jawa Tengah
Desa/ Kelurahan : Karangjati
Jalan : Karanggede – Wonosegoro
Kode Pos : 57382
Telepon : 0298610635
Daerah : Pedesaan
Status Sekolah : Negeri
Kelompok Sekolah : Inti
Tahun berdiri : 1966
Tahun perubahan : 1995
Bangunan Sekolah : Milik Negara
Lokasi Sekolah : Karangjati
Perubahan Sekolah : 1977 MTs Al Islam
1995 MTsN Wonosegoro
2. Lokasi MTs Negeri Wonosegoro
MTs Negeri Wonosegoro adalah satu-satunya MTs Negeri di
Wilayah Boyolali paling utara, tepatnya di Jalan raya Wonosegoro-
Karanggede km 1 kecamatan Wonosegoro kabupaten Boyolali. Dari
pusat kota kabupaten Boyolali sekitar 23 km kearah utara. Meskipun
demikian, letaknya berada di pinggir jalan raya yang menghubungkan
daerah kecamatan Karanggede, kecamatan Wonosegoro, dan
kecamatan Juwangi, semuanya masuk wilayah kabupaten Boyolali.
Karena letak yang strategis tersebut, siswanya rata-rata berasal dari
beberapa kecamatan yang berdekatan, yaitu dari kecamatan
Wonosegoro, Karanggede, dan kecamatan Juwangi serta Grobogan.
3. Organisasi Sekolah, Personil Guru dan Karyawan
Sebagai sekolah negeri yang berada dibawah naungan Kementerian
Agama, MTs Negeri Wonosegoro dipimpin oleh seorang Kepala
Madrasah yang dibantu oleh Waka Kurikulum, Kesiswaan, Sarpras,
Humas dan Kepala Tata Usaha. Adapun Struktur Organisasinya
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Struktur Organisasi MTs Negeri Wonosegoro Tahun
Pelajaran 2017/2018
No. Jabatan Nama
1. Kepala Madrasah Drs. H. Dwikur Innama, M.Pd
2. Wk. Kurikulum Sutrisno.S.PdI. MM.
- As. Wk.Kurikulum Tri Widodo, S.Pd
3. Wk. Kesiswaan Yusriah Tri Widarti N.K, S.Ag
- As. Wk. Kesiswaan Joko Sulistiyo, S.Pd
4. Wk. Sarana Prasarana Drs. Supriyadi
-As. Wk.Sarana Prasarna -
5. Wk. Humas Amirrudin, S.Ag
-As. Wk. Humas Drs. Eko Wiyono
6. Ka. Ur. Tata Usaha Dian Nirwana, S.Sos
7. Bendahara UYHD Sochiffudin, S.Pd
8. Bendahara BOS Sochiffudin, S.Pd
9. Wali Kelas 9A Suprojo, S.Pd.
10. Wali Kelas 9B Drs. Sulistiyana
11. Wali Kelas 9C Drs. Eko Wiyono
12. Wali Kelas 9D Joko Sulistyo, S.Pd.
15. Wali Kelas 9E Umi Munawaroh, S.Ag.
16. Wali Kelas 9F Triwidodo, S.Pd.
17. Wali Kelas 8A Endah Sulistyorini, S.Pd.
18. Wali Kelas 8B Sumiyatun, A.Md.
19. Wali Kelas 8C Siti Hritsah, S.Ag.
20. Wali Kelas 8D Wiwin Istiqomah, S.Pd.
21. Wali Kelas 8E Mashudi, S.Ag.
22. Wali Kelas 8F Eny Budiyarti, S.Pd.
23. Wali Kelas 7A W. Eko Wiyono, S.Pd.
24. Wali Kelas 7B Istiqomah, S.Pd.
25. Wali Kelas 7C Siti Nuripah, S.Pd.
26. Wali Kelas 7D Agus Triyanto, S.Pd.
27. Wali Kelas 7E M. Zuhri, S.Ag.
28. Wali kelas 7F Paimin, S.PdI.
28. Koordinator BP Sumanto, S.Pd.
1. BP Kelas 9 Paimin, S.PdI.
2. BP Kelas 8 Joko Sulistyo, S.Pd.
3. BP Kelas 7 Amirudin, S.Ag.
29. Kordinator Lab. Komputer Mashudi, S.Ag.
30. Koordinator PKS M. Zainudin, A.Ma.
31. Koordinator PMR Dra. Taslimatul Choiriyah
32 Kegiatan Ekstra Kurikuler
1. Pembina Pramuka 1. Paimin, S.PdI.
2. Dra. SAD Hastuti
3. Eny Budiyarti, S.Pd.
4. W Eko Wiyono, S.Pd.
2. Pembina Marching Band 1. Arif Hanafi, S.Ag.,M.Pd.
2. Paimin, S.PdI.
3. Pembina Khafidz Qur’an Tri Widodo, S.Pd.
4. Pembina Seni Baca Al
Qur’an
Siti Darojah, S.PdI.
5. Pembina BTA 1. Drs. Eko Wiyono
2. M. Zuhri, S.Ag.
6. Pembina Elektronika 1. Suprojo, S.Pd.
2. Drs. Agus Rustomo
7. Pembina Seni W. Eko Wiyono, S.Pd
8. Pembina Komputer 1. Mashudi, S.Ag.
2. Sochiffuddin, A.Ma.
3. Dewi Chotijah
4. Struktur Organisasi BK MTs Negeri Wonosegoro
Kepala
Madrasah Kementerian
Agama
Komite
TU
Guru Pembina Guru Mata
Pelajaran
Wali Kelas
Guru Pembina
5. Bidang Keagamaan dan Kerohanian.
Dalam bidang keagamaan, para siswa dapat melaksanakan
berbagai kegiatan. Kegiatan keagamaan dan kerohanian diantaranya:
1) Qiraatul quran
2) Hafalan juz amma
3) Sholat dhuha berjamaah
4) Sholat dzuhur berjamaah
5) Infaq setiap hari jumat
6) Tadarus bersama menjelang pelajaran
6. Keadaan Siswa MTs Negeri Wonosegoro
Siswa MTs Negeri Wonosegoro, Kecamatan Wonosegoro,
Kabupaten Boyolali ini berasal dari lingkungan sekitar sekolah yang
memiliki jumlah penduduk ± 3000 jiwa. Jumlah siswa yang ada pada
MTs Negeri Wonosegoro pada mulanya sangat sedikit sekali karena
sekolah yang masih baru dan minimnya fasilitas yang ada, bahkan
masih ada beberapa gedung kelas yang masih menyewa rumah
penduduk. Namun sejalan dengan perkembangan zaman MTs Negeri
Wonosegoro ini telah memberikan hasil yang baik, ditunjang lagi
dengan banyaknya prestasi yang diraih, baik prestasi akademik
maupun prestasi non akademik, menjadikan pertambahan jumlah
siswa dari tahun ke tahun semakin banyak. Pada tahun 2017/2018 ini
MTs Negeri Wonosegoro, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten
Boyolali memiliki jumlah siswa 544 siswa yang terdiri dari kelas VII
terbagi menjadi 6 rombongan belajar, kelas VIII menjadi 6, kelas IX
menjadi 6. Siswa MTs Negeri Wonosegoro, Kecamatan Wonosegoro,
Kabupaten Boyolali kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi
menengah kebawah, pekerjaan orang tua wali sebagian besar adalah
tani dan hanya sebagian kecil saja yang pekerjaan orang tuanya
sebagai pegawai.
Tabel 4.2 Jumlah Siswa MTs Negeri Wonosegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
No Kelas
Jumlah Satuan
Jumlah L P
1 7A 22 12 34
2 7B 24 10 34
3 7C 24 10 34
4 7D 23 11 34
B. Temuan Penelitian
1. Pendidikan Karakter di MTs Negeri Wonosegoro
Berdasarkan hasil temuan melalui observasi dan wawancara dalam
penelitian ini, dalam pendidikan karakter bagi siswa di MTs Negeri
Wonosegoro sudah berjalan yaitu melalui berbagai kegiatan, baik kegiatan
dalam pembelajaran ataupun kegiatan ekstrakurikuler.
5 7E 13 19 32
6 7F 7 26 33
7 8A 16 13 29
8 8B 16 12 28
9 8C 14 14 28
10 8D 15 12 27
11 8E 8 20 28
12 8F 13 15 28
13 9A 17 11 28
14 9B 16 12 28
15 9C 18 12 30
16 9D 16 11 27
17 9E 6 26 32
18 9F 2 28 30
Jumlah 270 274 544
Pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran, telah diupayakan
berbagai inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut ialah pendidikan
karakter secara terintegritas kedalam semua mata pelajaran.
Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan responden 1
(R.1) sebagai berikut :
“Upaya sekolah kita dalam pendidikan karakter itu dilaksanakan
baik dalam proses pembelajaran maupun di luar jam pembelajaran
contohnya melalui kegiatan ektra kurikuler seperti Pramuka,
olahraga, drum band, dan kegiatan-kegiatan agama” (wawancara
pada tanggal (Wawancara tanggal 22 November 2017 pukul 09.20
WIB di sekolah).
Pengintegrasian pendidikan karakter melalui proses pembelajaran semua
mata pelajaran di sekolah sekarang menjadi salah satu model yang
ditempuh dalam pendidikan karakter dengan paradigma bahwa semua guru
adalah pendidik karakter. Semua mata pelajaran juga di asumsikan
memiliki misi dalam pembentukan karakter mulia para peserta didik
(Mulyasa, 2011: 59).
Guru melaksanakan proses pemebelajaran bermuatan pendidikan karakter
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
Pada tahap perencanaan pemebelajaran, silabus, RPP, maupun bahan ajar
dirancang agar muatan maupun kegiatan pebelajarannya berwawasan
pendidikan karakter.
Kegiatan pembelajaran yang terdidiri dari tahapan kegiatan pendahuluan,
inti, dan penutup hendanya memfasilitasi peserta didik dalam
memprakrtikan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Dalam penilaian
pendidikan karakter, penilaian tidak hanya menyangkut pencapaian
kognitif peserta didik tetapi juga pencapaian efektif dan psikomotoriknya.
Penilaian karakter lebih mementingkan pencapaian efektif dan
psikomotorik peserta didik dibandingkan pencapaian kognitifnya. Dalam
pelaksanaan pendiidkan karakter perilaku guru sepanjang proses
pembelajaran harus menjadi model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta
didik.
Dalam pendidikan karakter siswa selain melalui kegiatan pembelajaran
dari pihak sekolah juga menanamkan nilai-nilai karakter melalui kegiatan
intra sekolah, pembiasaan, ekstrakulikurer, dan kegiatan keagamaan.
2. Implementasi pendidikan karakter di MTs Negeri Wonosegoro
Berdasarkan hasil temuan melalui wawancara dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa upaya sekolah dalam implementasi pendidikan
karakter bagi siswa di MTs Negeri Wonosegoro yaitu melalui berbagai
kegiatan, baik kegiatan dalam pembelajaran ataupun kegiatan
ektrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler diantaranya yaitu pramuka,
olahraga, drumband dan kegiatan agama. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara dengan responden 1 (R.1) sebagai berikut :
“Upaya sekolah kita dalam pendidikan karakter itu dilaksanakan
baik dalam proses pembelajaran maupun di luar jam pembelajaran
contohnya melalui kegiatan ektra kurikuler seperti Pramuka,
olahraga, drum band, dan kegiatan-kegiatan agama” (wawancara
pada tanggal (Wawancara tanggal 22 November 2017 pukul 09.20
WIB di sekolah).
Implementasi pendidikan karakter di MTs Negeri Wonosegoro selain
melalui kegiatan ekstrakurikuler juga dengan pembiasaan-pembiasaan
yang baik bagi siswa dengan membuat tata tertib sekolah. Tata tertib yang
dibuat oleh sekolah diharapkan bisa menjadi bekal pendidikan karakter
bagi siswa. Hal ini didapat dari hasil wawancara dengan responden 2 (R.2)
sebagai berikut:
“Pendidikan karakter di sekolah ini ditanamkan dengan
pembiasaan-pembiasaan yang baik bagi siswa. Sekolah memiliki
tata tertib yang harus dipatuhi oleh siswa. Melalui tata tertib
sekolah diharapkan bisa memberikan bekal pendidikan karakter
bagi siswa”. (Wawancara tanggal 22 November 2017 pukul 10.00
WIB di sekolah).
Pernyataan lain mengenai upaya penanaman pendidikan karakter
melalui tata tertib atau peraturan sekolah juga di ungkapkan oleh
responden 3 (R.3) dalam wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut:
“ Pendidikan karakter yang diberikan disini bukan hanya teori saja
melainkan langsung pada praktek. Siswa harus mematuhi aturan
sekolah serta mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.
Peraturan sekolah dan kegiatan di sekolah yang di ikuti oleh siswa
diharapkan agar berkakarkter baik”. (Wawancara tanggal 22
November 2017 pukul 12.15 WIB di sekolah).
Kegiatan keagamaan dalam penenaman pendidikan karakter di
MTs Negeri Wonosegoro ada bermacam-macam, diantaranya adalah
kegiatan sholat dhuha, sholat dzuhur berjama’ah, pembacaan asmaul
husna, kegiatan tahfidz Al qur’an atau menghafal Al qur’an, seni kaligrafi,
qiro’ah, infaq hari jum’at dan menyimak juz amma atau surat pendek
dalam juz 30. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara oleh peneliti
dengan responden 1 (R.1) sebagai berikut:
“Ada kegiatan keagamaan, kalau pagi doa bersama dan menyimak
asmaul husna, ada sholat dzuhur berjamaah, tahfidz Alqur’an,
infaq, qiro’ah, do’a sebelum belajar secara bersama-sama kaligrafi,
pesantren kilat, peringatan hari besar Islam” (Wawancara tanggal
22 November 2017 pukul 09.20 di sekolah).
Peneliti juga mewawancarai responden 2 (R.2) untuk mencari data
mengenai kegiatan keagamaan, dengan hasil wawancara seperti dibawah
ini:
“Kegiatanya bermacam-macam. Selain pelajaran agama, sekolah
ini juga ada kegiatan harian contohnya sholat dhuha, membaca
asmaul husna sebelum belajar, membaca juz amma, sholat dzuhur
dan ada juga ekstra qiro’ah, kaligrafi, ada infaq bahkan ada hafalan
Al qur’an”. (Wawancara tanggal 22 November 2017 pukul 10.00 di
sekolah).
Bukti wawancara lain mengenai kegiatan keagamaan di MTs Negeri
Wonosegoro yang merupakan wujud dari implementasi pendidikan
karakter siswa ialah wawancara dengan responden 3 (R.3) sebagai berikut:
“Kegiatan keagamaan di MTs ini diantaranya pembacaan asmaul
husna, sholat dhuha, sholat dzuhur di sekolah, ada ekstra qiro’,
kaligrafi, kegiatan infaq, hafalan Al qur’an”. (Wawancara tanggal
22 November 2017 pukul 12.15 di sekolah).
Peneliti juga menemukan hal yang sama dengan pernyataan diatas,
yaitu hasil wawancara dengan responden 4 (R.4) mengenai kegiatan
keagamaan yang ada di MTs Negeri Wonosegoro sebagai berikut:
“Ada bermacam-macam mas. Ada ngaji. Membaca asmaul husna,
menyimak juz amma, qiro’ah, sholat dhuha, sholat dzuhur
berjama’ah, kegiatan sosial seperti infaq, seni kaligrafi, ada juga
hafalan Alqur’an” (Wawancara tanggal 27 November 2017 pukul
09.30 di sekolah).
Selain wawancara dengan guru, peneliti juga mewawancarai siswa
untuk mencari data tentang kegiatan keagamaan di MTs Negeri
Wonosegoro. Hasil wawancara peneliti dengan responden 5 (R.5) ialah
sebagai berikut :
“Membaca Asmaul Husna, menyimak juz amma, qiro’ah, sholat
dhuha, sholat dzuhur berjama’ah, hafalan Al qur’an”. (Wawancara
tanggal 27 November 2017 pukul 12.15 di sekolah).
Wawancara dengan responden 6 (R.6) yang juga salah satu siswa di
MTs Negeri Wonosegoro sebagai berikut:
“Sholat, ngaji, ekstra kaligrafi, hafalan qur’an”. (Wawancara tanggal 27
November 2017 pukul 12.30 di sekolah).
Hasil wawancara peneliti dengan responden 7 (R.7) juga
mengungkapkan hal yang sama dengan responden-responden lain sebagai
berikut:
“Membaca asmaul husna, menyimak juz amma, qiro’ah, sholat
dhuha, sholat dhuhur berjama’ah, hafalan Al qur’an”. (Wawancara
tanggal 27 November 2017 pukul 13.00 di sekolah).
Berdasarkan hasil wawancara, proses pelaksanaan kegiatan
keagamaan di MTs Negeri Wonosegoro telah terlaksana dengan baik dan
tertib. Ini dibuktikan dengan hasil wawancara peneliti dengan responden 1
(R.1) sebagai berikut :
“Pelaksanaan kegiatan keagamaan berjalan dengan baik, hanya
masih ada satu dua anak yang tidak tertib. Namun pada umumnya
sudah berjalan dengan baik”. (Wawancara tanggal 22 November
2017 pukul 09.20 di sekolah).
Peneliti juga melakukan wawancara dengan responden 2 (R.2) dalam
mencari data mengenai pelaksanaan kegiatan keagamaan yang telah
terlaksana dengan baik dan tertib. Kalaupun ada siswa yang tidak
mengikuti kegiatan keagamaan, itu dikarenakan ada halangan atau siswa
yang bersangkutan sedang sakit. Berikut hasil wawancara dengan
responden 2 (R.2) :
“Kegiatan keagamaan berjalan dengan baik dan tertib karena anak
sudah terbiasa melaksanakanya, kalau masih ada anak yang tidak
mengikuti biasanya karena halangan atau sakit”. (Wawancara
tanggal 22 November 2017 pukul 10.00 di sekolah).
Hasil temuan peneliti dalam wawancaranya dengan responden 3
(R.3) juga mendapatkan data yang sama dengan pertanyaan dari
responden-responden sebelumnya. Selain menjelaskan tentang proses
pelaksanaan kegiatan keagamaan yang tertib juga tentang pelanggaran
yang dilakukan oleh siswa bisa teratasi. Berikut hasil wawancara dengan
responden 3 (R.3).
“Hampir seluruh siswa mengikutinya dengan tertib, pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa bisa diatasi”. (Wawancara
tanggal 22 November 2017 pukul 12.15 WIB di sekolah).
Pelaksanaan kegiatan keagamaan selain tertib juga sudah sesuai
dengan program kerja yang telah dibuat oleh sekolah. Ini dibuktikan
dengan hasil wawancara dengan responden 4 (R.4) sebagai berikut:
“Pelaksanaan kegiatan keagamaan sudah sesuai dengan program
kerja yang telah dibuat“. (Wawancara tanggal 27 November 2017
pukul 09.30 WIB di sekolah).
Selain wawancara dengan guru, peneliti juga mewawancarai siswa
yang menanyakan tentang pelaksanaan kegiatan keagamaan di sekolah.
Responden 5 (R.5) menyatakan :
“Ya kami mengikuti aturan. Kalau ada kegiatan, kami ikut. Ya
kalau teman ada yang tidak tertib juga”. (Wawancara tanggal 27
November 2017 pukul 12.15 WIB di sekolah).
Keikutsertaan siswa dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan juga
dibuktikan dengan hasil wawancara peneliti dengan responden 6 (R.6)
yang menanyakan apakah responden 6 mengikuti kegiatan keagamaan atau
tidak. Berikut ialah jawaban dari responden 6 (R.6) :
“Ya kami berusaha ikut kegiatan”. (Wawancara tanggal 27
November 2017 pukul 12.30 WIB di sekolah).
Hampir seluruh siswa ikut serta dalam kegiatan keagamaan, hanya
sebagian kecil saja yang tidak mengikutinya dengan tertib. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara dengan responden 7 (R.7) sebagai
berikut :
“Ya kami mengikuti aturan. Kalau ada kegiatan, kami ikut. Ya
kalau teman ada yang tidak tertib juga”. (Wawancara tanggal 27
November 2017 pukul 13.00 WIB di sekolah).
Nilai-nilai karakter yang diajarkan melalui kegiatan keagamaan di
MTs Negeri Wonosegoro diantaranya ialah nilai tanggung jawab, disiplin,
sopan, religius, jujur dan gemar membaca. Hal ini dibuktikan dengan hasil
temuan peneliti dalam wawancaranya dengan para reponden. Responden 1
(R.1) menjelaskan tentang nilai karakter yang diajarkan melalui kegiatan
keagamaan ialah tanggung jawab, disiplin, kejujuran dan religius. Berikut
kutipan wawancara dengan responden 1 (R,1):
“Nilai karakternya bermacam-macam, diantaranya ada tanggung
jawab, disiplin, kejujuran, karakter siswa yang memiliki jiwa religi
yang baik, jujur”. (Wawancara tanggal 22 November 2017 pukul
09.20 WIB di sekolah).
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Responden 3 (R.3) sebagai
berikut:
“Disiplin, religius, jujur, bertanggung jawab dan lain sebagainya”.
(Wawancara tanggal 22 November 2017 pukul 12.15 WIB di
sekolah).
Keterangan yang serupa juga diungkapkan oleh responden 4 (R.4)
sebagai berikut:
“Nilai-nilai religius, nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai disiplin, nilai
kejujuran, tanggung jawab, berbudi pekerti, akhlaknya menjadi
lebih baik”. (Wawancara tanggal 27 November 2017 pukul 09.30
WIB di sekolah).
Selain nilai-nilai karakter diatas, nilai kesopanan juga termasuk nilai
karakter yang diajarkan melalui kegiatan keagamaan. Ini dibuktikan
dengan hasil wawancara dengan responden 3 (R.3) seperti dibawah ini:
“Jujur, sopan, tertib, religius, anak lebih disiplin, berkahlak baik”.
(Wawancara tanggal 22 November 2017 pukul 12.15 WIB di
sekolah).
Nilai-nilai karakter yang diajarkan melalui kegiatan keagamaan juga
dirasakan oleh para siswa di MTs Negeri Wonosegoro. Melalui kegiatan
keagamaan yang diikuti, siswa merasakan adanya pembiasaan yang baik
terutama dalam ketertiban dalam melaksanakan ibadah. Pernyataan dari
responden 5 (R.5) dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti ialah
yang menanyakan nilai apa saja yang didapatkan setelah melaksanakan
kegiatan keagamaan di sekolah selama ini sebagai berikut:
“Efeknya baik. Saya dan teman-teman lebih tertib beribadah, terus
tepat waktu”. (Wawancara tanggal 27 November 2017 pukul 12.15
WIB di sekolah).
Pernyataan diatas juga diperkuat dengan pernyataan dari Responden
6 (R.6):
“Ya jadi tidak males sholat, bisa ngaji, bisa taat aturan”.
(Wawancara tanggal 27 November 2017 pukul 12.30 WIB di
sekolah).
Hasil wawancara dengan responden 7 (R.7) juga menghasilkan data
yang sama dengan responden 5 dan 6 sebagai berikut:
“Saya dan teman-teman lebih tertib beribadah, terus tepat waktu”.
(Wawancara tanggal 27 November 2017 pukul 13.00 WIB di
sekolah).
3. Kendala Yang Dihadapi Dalam Implementasi Pendidikan Karakter Siswa
Melalui Kegiatan Keagamaan di MTs Negeri Wonosegoro
Kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan karakter
siswa melalui kegiatan keagamaan di MTs Negeri Wonosegoro
berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti diantaranya ialah waktu
pelaksanaan yang kurang, fasilitas yang kurang memadai dan pengawasan
yang kurang. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan
responden 1 (R.1) yang menjawab pertanyaan apakah ada kendala dalam
implementasi pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan ialah
sebagai berikut:
“Ya, ada. Waktunya terbatas, fasilitas yang kurang memadai,
pengawasan yang kurang maksimal. Waktu yang terbatas
membuat kegiatan keagamaan harus dilaksanakan seefektif dan
seefisien mungkin dengan mencari waktu di luar jam pelajaran agar
tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Keaktifan siswa mengikuti kegiatan keagamaan
diserahkan sepenuhnya kepada wali kelas dan pengawasan
langsung dari guru BK. Ada wali kelas yang rajin dan mengabsen
setiap anaknya melaksanakan sholat berjamaah,ada yang cukup
dengan pengawasan langsung pada anak-anak ketika melaksanakan
kegiatan. Dalam hal ini guru memberikan keteladanan pada anak-
anak”. (Wawancara tanggal 22 November 2017 pukul 09.20 WIB
di sekolah).
Selain kendala yang telah disebutkan oleh Responden 1 (R.1) diatas.
juga ada kendala yang berasal dari siswa itu sendiri. Berikut hasil
wawancara dengan Responden 2 (R.2):
“Kendala memang ada. Kendala utama ialah masalah terbatasnya
waktu pelaksanaan karena terbentur dengan jadwal pembelajaran.
Kadang anak juga malas saat mengikuti ekstra, ada juga anak yang
masih belum tertib karean pengawasanya kurang. Kemudian
masalah anak itu sendiri dari keluarga kurang tertib dalam
melaksanakan kegiatan keagamaan”. (Wawancara tanggal 22
November 2017 pukul 10.00 WIB di sekolah).
Responden 3 (R.3) menyatakan bahwa penertiban siswa merupakan
salah satu kendala dalam implementasi kegiatan keagamaan yang
dihadapi. Hasil wawancara dengan responden 3 (R.3) ialah :
”Kendalanya diantaranya penertiban siswa, tempatnya yang terbatas
karena tidak cukup menampung seluruh siswa”. (Wawancara
tanggal 22 November 2017 pukul 12.15 WIB di sekolah).
Kendala mengenai penertiban terhadap siswa juga diungkapkan oleh
responden 4 (R.4) ialah:
“Ya ada mas. Kendala fasilitas yang kurang memadai, kendala
anaknya kadang susah diajak mengikuti kegiatan, kendala waktu
yang kurang banyak sehingga kegitan belum terlaksana maksimal
tapi waktunya habis”. (Wawancara tanggal 27 November 2017
pukul 09.30 WIB di sekolah).
Peneliti juga mewawancarai siswa mengenai kendala apa saja yang
dialami oleh siswa dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Siswa
terkadang merasa lelah, kurang bersemangat dan juga fasilitas yang kurang
memadai untuk melaksanakan kegiatan keagamaan. Hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara dengan Responden 5 (R.5) sebagai berikut:
“Capek, kadang males, males bangun pagi, trus kalau jajan istirahat
kurang lama trus tempate wudhu antri ”. (Wawancara tanggal 27
November 2017 pukul 12.15 WIB di sekolah).
Responden 7 (R.7) juga mengalami kendala yang sama dalam
mengikuti kegiatan keagamaan. Selain kendala yang telah diungkapkan
oleh responden 5, responden 7 menambahkan keterangan bahwa siswa
merasa lelah karena mereka sudah memikirkan pelajaran umum dan juga
pelajaran agama. Berikut kutipan hasil wawancara dengan responden 7 :
“Capek, kadang males, tugasnya pelajaran aja banyak. Udah
mikirin pelajaran umum, pelajaran agama terus tempate kurang.
Haruse punya Masjid yang besar”. (Wawancara tanggal 27
November 2017 pukul 13.00 WIB di sekolah).
Kendala lain selain fasilitas, juga masalah kurang tertibnya siswa
dalam melaksanakan kegiatan keagamaan seperti hasil wawancara dengan
responden 6 (R.6) berikut:
“Kendala itu banyak anak yang tidak tertib, masih banyak lagi”.
(Wawancara tanggal 27 November 2017 pukul 12.30 WIB di
sekolah).
C. Analisis Data
Dari hasil wawancara dengan para informan diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan
di MTs Negeri Wonosegoro
Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di MTs Negeri
Wonosegoro dalam upaya pelaksanaan pendidikan karakter meliputi
berbagai kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan Menyimak dan Hafalan Surat Pendek (Juz Amma)
Kegiatan menyimak hafalan surat pendek atau juz amma
dilaksanakan di Mushola pada pukul 06.30 WIB. Kegiatan ini
diikuti oleh peserta didik yang telah menjadi anggota tahfidz
Alqur’an. Petugas yang menghafal Juz amma ialah peserta didik
yang telah memiliki kemampuan hafal surat pendek pada juz 30
atau Juz amma, anggota tahfidz yang lain menyimaknya.
Kegiatan menyimak hafalan surat pendek (juz amma)
merupakan penanaman pendidikan karakter yang mengandung
nilai religius, disiplin, tanggung jawab dan gemar membaca.
Kegiatan menyimak dan menghafal juz amma mengandung
nilai religius karena kegiatan ini termasuk pelaksanaan ibadah
kepada Allah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Daradjat
(1983: 4) bahwa salah satu kegiatan keagamaan Islam dari segi
bentuk dan sifatnya ialah berupa perkataan atau ucapan lidah
seperti: membaca doa, membaca Al-Quran, membaca zikir,
membaca tahmid, dan mendoakan orang yang bersin.
Nilai disiplin yang ditanamkan melalui kegiatan menyimak
dan menghafal juz amma ialah bahwa kegiatan ini dilaksanakan
sebelum mulainya kegiatan belajar mengajar. Siswa yang bertugas
untuk menghafal dan menyimak harus berangkat lebih awal, ini
termasuk upaya sekolah dalam memberikan penanaman nilai
disiplin terutama disiplin terhadap waktu bagi siswa.
Nilai tanggung jawab juga ditanamkan oleh guru dalam
berlansungnya kegiatan ini. Siswa dilatih untuk bertanggung jawab
dalam melaksanakan kegiatan menghafal dan menyimak juz amma,
walaupun pelaksanaannya menggunakan pengeras suara maka
tidak diawasi guru secara langsung namun pengawasan guru cukup
dengan mendengarakan dari ruang guru melalui pengeras suara.
Diharapkan siswa yang bertugas menyimak benar-benar
menjalankan tugasnya dengan baik.
Kegiatan menghafal dan menyimak juz amma melatih dan
membiasakan siswa untuk gemar membaca baik bagi siswa yang
bertugas menghafal maupun yang menyimak.
b. Sholat Dhuha Berjamaah
Madrasah Tsanawiyah Negeri Wonosegoro membiasakan
siswa dengan kegiatan sholat dhuha berjamaah. Kegiatan
keagamaan ini menanamkan pendidikan karakter yang
mengandung nilai religius, disiplin, jujur dan bertanggung jawab.
Kegiatan sholat dhuha berjamaah ini menanamkan nilai
religius karena kegitan ini menjalankan ibadah keagamaan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Daradjat (1983: 4) bahwa Kegiatan Keagamaan
menurut bentuk dan sifatnya ialah Kegiatan keagamaan Islam yang
berupa pekerjaan tertentu yang bentuknya meliputi perkataan dan
perbuatan, seperti shalat, zakat, puasa, haji.
Nilai disiplin juga ditanamkan dalam kegiatan ini karena
kegitan ini dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar sehingga
siswa dituntut berangkat lebih awal agar bisa mengikuti kegiatan
sholat dhuha dengan baik dan tertib sesuai dengan jadwal yang
sudah dibuat oleh pihak sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat
dari Deni (2014: 42) bahwa Nilai Kedisiplinan adalah sikap yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada peraturan.
Nilai jujur dan tanggung jawab juga ditanamkan kepada siswa
karena kegiatan ini tidak ada absensi siswa. Sekolah memberikan
kepercayaan kepada siswa agar siswa bersikap jujur dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan sholat dhuha berjama’ah,
namun tetap ada pemantauan, sesuai dengan pendapat dari Deni
(2014: 42) bahwa Nilai Kejujuran adalah perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan baik terhadap
diri dan pihak lain.
c. Kegiatan Do’a Sebelum Belajar
Berdoa sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan untuk
menanamkan nilai reliigus dan disiplin. Kegitan berdo’a sebelum
belajar adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari untuk
menanamkan nilai religius karena berdoa adalah mengharap ridho
Allah SWT selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Nilai
disiplin juga ditanamkan dalam kegitan ini, karena kegiatan berdoa
diwajibkan bagi siswa dan guru sebelum kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan.
d. Pembacaan Asmaul Husna
Pembacaan Asmaul Husna diikuti oleh seluruh peserta didik
setelah pembacaan do’a sebelum belajar yang dilaksanakan di
kelas bersama bapak atau ibu guru yang mengajar pada jam
pertama. Kegiatan ini dilakukan untuk menanamkan nilai religius
karena kegiatan ini mengandung aktivitas atau perilaku keagamaan
yang bernilai ibadah dengan menyebut nama-nama Allah. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Fauzi (2016: 150) bahwa Perilaku
Keagamaan yaitu segala tindakan, perbuatan atau ucapan yang
dilakukan seseorang yang berkaitan dengan agama, semuanya
dilakukan karena adanya kepercayaan kepada Tuhan, ajaran,
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan
kepercayaan.
e. Sholat Dzuhur Berjama’ah
Sholat dzuhur berjamaah merupakan kegiatan rutin yang
laksanakan oleh warga sekolah MTs Negeri Wonosegoro, kegiatan
ini menanamkan nilai religius, disiplin, jujur dan tanggung jawab.
Kegiatan ini mengandung nilai religius karena sholat dzuhur
adalah kewajiban bagi umat muslim. Daradjat (1983: 4)
menyatakan bahwa Sholat merupakan kegiatan keagamaan yang
bersifat khusus yaitu kegiatan keagamaan Islam yang ketentuannya
telah ditetapkan oleh nash, seperti: shalat, zakat, puasa, dan haji.
Nilai disiplin yang ditanamkan dalam kegiatan sholat dzuhur
berjamaah yaitu siswa dibiasakan untuk sholat tepat waktu. Siswa
diharapkan melaksanakan ibadah sholat dapat tepat waktu di
sekolahan maupun dirumah.
Nilai kejujuran juga ditanamkan dalam kegiatan ini, pihak
sekolah mengharapkan siswa mampu bersikap jujur ketika
melaksanakan kegiatan sholat dzuhur berjamaah karena dalam
kegiatan ini tidak ada absensi siswa.
f. Hafalan Al qur’an
Hafalan Al qur’an merupakan salah satu kegiatan keagamaan
yang menanamkan nilai religius, bekerja keras, kecerdasan,
disiplin, tanggung jawab dan gemar membaca.
Hafalan al-qur’an ini mengandung nilai religius karena
merupakan bentuk ibadah yang meningkatkan keimanan terhadap
rukun iman ketiga yaitu iman kepada kitab-kitab Allah dan itu
hukumnya wajib bagi setiap muslim.
Kegiatan ini harus dilakukan dengan fokus dan bersungguh-
sungguh agar ayat-ayat suci al-qur’an mudah dan cepat dihafalkan
oleh siswa. Kegiatan ini bisa meningkatkan kecerdasan anak.
Menurut Deni (2014: 42) Nilai Kecerdasan adalah kemampuan
seseorang dalam melakukan tugas secara cermat, tepat dan cepat.
Nilai bekerja keras juga ditanamkan dalam kegiatan ini, karena
siswa dipacu daya ingatnya untuk menghafal al-quran kemudian
disetorkan kepada guru yang bertugas. Kegiatan menghafal al-
qur’an membutuhkan kesungguhan dan kerja keras siswa agar bisa
menghafal dengan baik. Hal ini sesuai dengan definisi nilai kerja
keras menurut Deni (2014:42) yang menyatakan bahwa Nilai Kerja
Keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
dengan baik.
Kegiatan ini dilakukan pada jam istirahat kedua pukul 12.30
wib, dalam waktu yang singkat siswa harus menyetorkan hafalan
kepada guru yang bertugas kemudian melaksanakan sholat dzuhur,
maka sudah jelas nilai disiplin ditanamkan dalam kegiatan ini agar
siswa bisa menyetorkan hafalannya dan bisa melaksanakan sholat
dzuhur tanpa menggangu jam pelajaran terakhir. Hal itu tidak lepas
dari nilai tanggung jawab. Deni (2014:42) menyatakan bahwa Nilai
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, Negara, Tuhan YME,
masyarakat, lingkungan, baik alam, sosial, maupun budaya.
g. Kaligrafi
Kegiatan kaligrafi telah dilaksanakan untuk menanamkan
pendidikan karakter yang mengandung nilai kreatif. Kegiatan ini
dilaksanakan seminggu sekali yaitu pada hari rabu yang bertujuan
untuk menumbuhkan nilai kreatifitas siswa MTs Negeri
Wonosegoro, karena kegitan ini menghasilkan karya seni rupa
yang tidak lepas dari kreatifitas pada diri siswa. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Listyarti (2012: 5-8) bahwa Kreatif adalah
berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
h. Seni membaca Al qur’an atau Qiro’ah
Kegiatan Qiro’ah merupakan kegiatan ekstrakurikuler,
Kegiatan ini mengandung nilai religius, menghargai prestasi,
bekerja keras, komunikatif, toleransi dan gemar membaca
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari minggu yang
berlangsung di masjid desa Karangjati yang terletak tidak jauh dari
sekolah MTs Negeri Wonosegoro yang diikuti oleh siswa yang
berbakat dan semangat belajar dalam bidang seni baca Al-qur’an,
kegitan ini juga diikuti oleh penduduk sekitar masjid bertujuan
untuk menanamkan nilai komunikatif agar siswa dapat
berkomunikasi dengan masyarakat dilingkungan sekolah dan tidak
membedakan antara siswa dengan penduduk yang mengikuti
kegiatan ini.
Nilai menghargai prestasi juga ditanamkan dalam kegiatan
ini karena dalam kegiatan qiro’ah sering diadakan lomba. Dalam
perlombaan tentunya ada peserta yang menang dan yang kalah.
Siswa dilatih agar memiliki sikap menerima kekalahan dan
mengakui kemenangan orang lain.
Nilai gemar membaca dan kerja keras juga ditanamkan
pada siswa yang mengikuti kegiatan ini, karena belajar seni
membaca Al-Qur’an butuh waktu lama dan semangat yang tinggi,
maka dari itu pihak sekolah sering mengikut sertakan siswa yang
mengikuti kegiatan ini dalam lomba-lomba yang diadakan agar
siswa menjadi semangat dan menghargai kerja keras atau prestasi
yang telah dicapainya.
i. Infaq
Infaq dibagi menjadi dua macam yaitu infaq jumat dan infaq
sosial atau kondisional. Kegiatan ini merupakan upaya sekolah
dalam menanamkan pendidikan karakter mengandung nilai
religius, peduli sosial, tanggung jawab dan jujur.
Nilai religius dalam kegiatan tercermin dalam kegiatan
menjalankan ajaran agama, karena religius (Listyarti, 2012: 5-8)
merupakan sikap perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya. Infaq ialah salah satu ajaran agama yang
diamalakan oleh siswa setiap hari jum’at.
Nilai peduli sosial ditanamkan dalam kegiatan ini, karena
siswa dibiasakan berbagi dengan cara infaq yang nantinya akan
dikelola oleh guru yang bertugas untuk membatu khususnya siswa
MTs Negeri Wonosegoro yang kurang mampu. Ini sesuai dengan
definisi Peduli Sosial menurut Listyarti (2012: 5-8) ialah sikap dan
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
Nilai tanggung jawab dan jujur juga ditanamkan dalam kegitan
infaq rutin ini, karena kegiatan infaq diserahkan pada siswa kelas
masing-masing yang dikoordinir oleh ketua kelas dengan mencatat
uang infaq yang terkumpul dan tidak ada pengawasan dari pihak
guru dalam kegiatan ini, diharapkan rasa tanggung jawab dan
kejujuran dari siswa itu muncul dari diri siswa, setelah terkumpul
kemudian diserahkan pada guru yang bertugas mengelola dana
infaq untuk digunakan sebagai mana mestinya. Nilai karakter jujur
dan tanggung jawab menurut Listyani (2012: 5-8), Jujur
merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan kepercayaan. Tanggung jawab ialah sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain
dan lingkungan sekitarnya.
2. Kendala dan cara mengatasi kendala dalam implementasi pendidikan
karakter melalui kegiatan keagamaan
a. Kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan karakter
melalui kegiatan keagamaan
Berikut ini kendala kendala yang dihadapi dalam implementasi
pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan
1) Waktu Terbatas
Sesuai dengan hasil wawancara bahwa kendala utama yang
dihadapi dalam implementasi pendidikan karakter ialah waktu
yang terbatas. Kegiatan keagamaan dilaksanakan setengah jam
sebelum kegiatan belajar mengajar. Kegiatan menyimak dan
menghafal juz amma dilaksanakan selama 15 menit yaitu dari
pukul 06.30 sampai dengan pukul 06.45. Kegiatan sholat dhuha
berlangsung selama 15 menit yaitu pukul 06.45 sampai dengan
07.00. Pelaksanaan kegiatan menyimak dan menghafal juz
amma serta sholat dhuha seringkali kurang maksimal karena
masih banyak siswa yang terlambat sehingga durasi waktu
pelaksanaan kurang.
Kegiatan hafalan Al qur’an dilaksanakan pada jam istirahat
kedua yaitu bersamaan dengan sholat dzuhur. Dengan durasi
waktu yang hanya 30 menit, menjadi kendala bagi siswa yang
ingin setoran hafalan al qur’an. Siswa yang ikut kegiatan ini
jumlahnya cukup banyak sementara guru yang bertugas hanya 2
sampai 4 guru setiap harinya.
2) Fasilitas yang Kurang Memadai
Kendala dalam implementasi selain terbatasnya waktu juga
fasilitas yang kurang memadai. Tempat wudhu yang terbatas
sehingga siswa harus antri saat wudhu dan masjid yang terlalu
kecil sehingga tidak dapat menampung semua siswa. Ketika
dilaksanakan sholat berjamaah, tidak semua siswa bisa sholat
berjamaah dalam satu waktu namun dilaksanakan secara
bergiliran sesui jadwal untuk siswa laki-laki dan perempuan.
3) Pengawasan Kegiatan yang Kurang Maksimal
Dalam kegiatan keagamaan di MTs Negeri Wonosegoro,
semua guru belum dapat ikut aktif mengawasi siswa dalam
setiap pelaksanaan kegiatan. Hal ini disebabkan karena
kesibukan masing-masing guru dengan kegiatan yang lain.
Pengawasan hanya dilakukan oleh pembimbing kegiatan, wali
kelas dan guru BK sehingga masih ada siswa yang tidak
mengikuti kegiatan keagamaan.
4) Kurangnya Semangat Siswa dalam Mengikuti Kegiatan
Keagamaan
Dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan banyak siswa yang
tidak tertib. Siswa bermalas-malasan dalam mengikuti sholat
dhuha, sholat dzuhur dan membaca asmaul husna. Terkadang
masih banyak yang melakukan aktifitas lain saat kegiatan
keagamaan dilaksanakan, contohnya siswa masih bercanda atau
berbincang-bincang dengan siswa lain.
Kurangnya semangat siswa dalam mengikuti kegiatan
keagamaan juga disebabkan karena siswa merasa lelah. Mereka
harus mengikuti pembelajaran baik mata pelajaran umum
maupun mata pelajaran agama. Siswa juga merasa malas untuk
bangun pagi untuk mengikuti sholat dhuha. Pada jam istirahat
kedua, masih banyak siswa yang berada dikantin sehingga ada
beberapa siswa yang tidak mengikuti sholat dzuhur berjamaah.
b. Cara Mengatasi Kendala-kendala dalam Implementasi Pendidikan
Karakter di MTs Negeri Wonosegoro
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan implementasi
pendidikan karakter di MTs Negeri Wonosegoro ialah terbatasnya
waktu, fasilitas yang kurang memadai, pengawasan yang kurang
dan kurangnya semangat siswa dalam mengikuti kegiatan
keagamaan.
. Cara mengatasi hal tersebut ialah sebagai berikut:
1) Untuk mengatasi terbatasnya waktu, maka ada penambahan
jam kegiatan diluar KBM, contohnya dengan kegiatan qiro’ah
di Masjid Umum.
2) Untuk mengatasi fasilitas yang kurang memadai, maka
pelakasanaan sholat dzuhur berjama’ah dibagi menjadi dua
tempat yaitu di masjid dan mushola sekolah. Dalam
pelaksanaan sholat dhuha, sekolah membuat jadwal sholat
dhuha secara bergiliran pada setiap kelasnya.
3) Perencanaan pembuatan daftar hadir siswa dalam pelaksanaan
kegiatan keagamaan. Daftar hadir dibuat bertujuan untuk
mengawasi anak karena pengawasan guru yang kurang
maksimal, sehingga dengan daftar hadir tesebut guru bisa tahu
keaktifan dan ketidakikutsertaan siswa dalam setiap kegiatan.
4) Memaksimalkan kerjasama guru piket, guru bidang studi, guru
pembimbing dan guru BK. Sekolah mengharapkan semua guru
berparsisipasi aktif untuk melaksanakan kegiatan keagamaan
yang telah diprogramkan sehingga semua guru ikut
melaksanakan dan mengawasi kegiatan keagamaan siswa.
5) Adanya pendampingan khusus kepada siswa yang sering tidak
mengikuti kegiatan keagamaan oleh wali kelas dan guru BK.
Bentuk pendampinganya ialah secara persuasif contohnya
dengan memanggil anak secara pribadi untuk mencari
informasi mengapa anak tersebut tidak mengikuti kegiatan
keagamaan sehingga wali kelas dan guru BK tahu
penyebabnya agar masalah segera bisa ditangani.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mendiskripsikan pembahasan secara menyeluruh
sebagaimana terlihat dalam bab-bab sebelumnya, dari pembahasan mengenai
“Implementasi Pendidikan Karakter Siswa melalui Kegiatan Keagaman di
MTs Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018” dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan karakter siswa di MTs Negeri Wonosegoro sudah berjalan
dengan baik yaitu melalui model tenaga pendidik, kegiatan pembelajaran
didalam kelas atau memasukkan nilai-nilai karakter kedalam mata
pelajaran, pembiasaan, kegiatan intra sekolah, kegiatan ekstrakulikuler,
dan kegiatan keagamaan.
2. Implementasi pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagaman telah
berjalan dengan baik sesuai dengan program yang telah ditentukan.
Adapun kegiatan keagamaan yang ada di MTs Negeri Wonosegoro ialah
melalui beberapa kegiatan baik itu pembiasaan, kegiatan intra sekolah
maupun ektrakurikuler. kegiatan pembiasaan diantaranya adalah
menyimak dan menghafal Juz amma, sholat dhuha berjamaah, doa
sebelum pelajaran, membaca asmaul Husna, infaq dan sholat dzuhur
berjamaah. Kegiatan keagamaan melalui inrta sekolah yaitu kegiatan
pembelajaran agama yang dilakukan di kelas dan kegiatan keagamaan
yang dilaksanakan melalui ektrakurikuler yaitu tahfidz atau menghafal Al-
qur’an dan Kaligrafi. Nilai- nilai karakter yang ditanamkan melalui
kegitan-kegiatan keagamaan tersebut ialah nilai religius, disiplin, tanggug
jawab, jujur, gemar membaca, peduli sosial, kerja keras, komunikatif,
toleransi, dan menghargai prestasi.
3. Kendala kendala yang dihadapi dalam Implementasi pendidikan karakter
siswa melalui kegiatan keagaman di MTs Negeri Wonosegoro Kab.
Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018 ialah terbatasnya waktu pelaksanaan
kegiatan kegamaan, fasilitas yang kurang memadai, pengawasan kegiatan
yang kurang maksimal, dan kurangnya semangat siswa dalam mengikuti
kegiatan keagamaan.
Cara mengatasi kendala dalam implementasi pendidikan karakter siswa
melalui kegiatan keagaman di MTs Negeri Wonosegoro Kab. Boyolali
Tahun Pelajaran 2017/2018 ialah dengan penambahan jam kegiatan diluar
kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan sholat dzuhur berjamaah dibagi
menjadi dua tempat yaitu masjid dan mushola, membuat jadwal sholat
dhuha secara bergiliran, pembuatan daftar hadir kegiatan keagamaan,
memaksimalkan kerjasama guru dan adanya pendampingan khusus untuk
siswa yang kurang tertib.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di MTs Negeri
Wonosegoro, penulis memberikan beberapa saran untuk meningkatkan
implementasi pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan.
1. Kepada peneliti lain untuk bisa mengkaji dan meneliti ulang masalah
ini, sebab hasil penelitian masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
dikarenakan semata-mata keterbatasan pengetahuan dan metodologi
penulis, namun demikian semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Untuk pihak sekolah agar meningkatkan fasilitas-fasilitas khususnya
sarana dan prasarana untuk kegiatan keagamaan. Selain itu sekolah
sebaiknya membuat program kerja kegiatan keagamaan untuk
pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan sehingga program kerja yang telah
dibuat terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
3. Untuk tenaga pendidik sebaiknya meningkatkan kerja sama dalam
pengawasan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah agar
pelaksanaannya lebih berjalan dengan maksimal.
4. Untuk siswa agar lebih tertib dalam mengikuti kegiatan keagamaan
yang ada di sekolah karena kegiatan tersebut memiliki nilai-nilai
karakter yang berguna bagi diri siswa.
5. Untuk orang tua agar menerapkan pendidikan karakter yang telah
diberikan di sekolah diberikan juga di rumah sehingga nilai-nilai
pendidikan karakter tidak hanya diterapkan dilingkungan sekolah saja,
namun juga di lingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aryanti Zahro. 2014. Upaya Pembinaan Akhlak Melalui Kegiatan Keagamaan di
SMP Muhammadiyah Ayah. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah.
Yogyakarta: Araska.
Daradjat, Zakiyah. 1983. Ilmu Jiwa Agama Edisi Revisi. Jakarta: Bulan Bintang.
Fauzi, Anis. 2016. Implementasi Pendidikan Karakter. LENTERA
PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 2 DESEMBER 2016: 146-162 146.
Fransiska, Rara. 2017. Efektifitas pelaksanaan Kegiatan Keagamaan, An-Nizom
vol.2 Agustus 2017.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Jalaludin. 1993. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Judiani, Sri. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter di SD Melalui Penguatan
Pendalaman Kurikulum. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16,
Edisi Khusus III, Oktober 2010.
Listyarti, Retno. 2012. Pendikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan
Kreatif. Jakarta: Erlangga.
Miftah, Zainul. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan
Konseling. Surabaya: Gena Pratama Pustaka.
Muchlas Samani dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Ocwania, Asfiah. 2015. Pembinaan Kepribadian Islam Siswa Melalui Kegiatan
Ekstrakulikuler Keagamaan Baca Tulis Al-Quran di Madrasah
Tsanawiyah Pagu Kediri. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Putra Daulay, Haidar. 2007. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam. 1994. Ensiklopedia Islam Cetakan 3. Jakarta:
PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Usman&Purnomo 2009 . Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara
Yahya, Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta:
Pelangi Publishing.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Zusnani, Ida. 2012. Managemen Pendidikan Berbasis Karakter Bangsa. Jakarta
Selatan: Tugu Publiser.
https://kbbi.web.id
https://m.liputan6.com
https://m.merdeka.com
https://m.tempo.com
Daftar Riwayat Hidup
Salatiga, 14 Maret 2018
Penulis,
A. Identitas Diri
1. Nama : Khoirul Fatihin
2. Tempat/tanggal lahair : Boyolali 24 April 1993
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Beran RT005 RW 006, Karangjati
Kec. Wonosegoro Kab. Boyolali
B. Riwayat Pendidikan
1. MI Jambeyan Wonosegoro Tahun 1998-2004
2. MTs Negeri Wonosegoro Tahun 2004-2007
3. SMA Negeri 1 Karanggede Tahun 2007-2011
4. S1 IAIN Salatiga Tahun 2011-2018
Hasil Wawancara
Nama : Yusriah Triwidarti. N. K, S.Ag
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Waka. Kesiswaan (R.1)
Pertanyaan : Bagaimana upaya sekolah dalam pendidikan karakter bagi
siswa?
Jawaban : “ upaya sekolah kita dalam pendidikan karakter itu
dilaksanakan baik dalam proses pembelajaran maupun di luar
jam pembelajaran contohnya melalui kegiatan ektra kurikuler
seperti Pramuka, olahraga, drum band, dan kegiatan-kegiatan
agama”.
Pertanyaan : Apakah pendidikan karakter di sekolah ini bisa dilakukan
melalui kegiatan keagamaan?
Jawaban : “ ya, tentu.
Pertanyaan : Kegiatan keagamaan apa saja yang dilaksanakan di sekolah ini?
Jawaban : “Ada kegiatan keagamaan, kalau pagi doa bersama dan
menyimak asmaul husna, ada sholat dzuhur berjamaah, tahfidz
Alqur’an, infaq, qiro’ah, do’a sebelum belajar secara bersama-
sama kaligrafi, pesantren kilat, peringatan hari besar Islam”.
Pertanyaan : Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan keagamaan yang telah
dilaksanakan di sekolah ini?
Jawaban : “ Pelaksanaan kegiatan keagamaan berjalan dengan baik, hanya
masih ada satu dua anak yang tidak tertib. Namun pada
umumnya sudah berjalan dengan baik”.
Pertanyaan : Apakah dengan kegiatan keagamaan mampu meningkatkan
pendidikan karakter bagi siswa?
Jawaban : “tentu, karena kegiatan keagamaan melatih diri pribadi siswa
untuk menjadi siswa yang memiliki karakter yang baik”
Pertanyaan : Nilai-nilai karakter apa saja yang yang diajarkan melalui
kegiatan keagamaan?
Jawaban : “Nilai karakternya bermacam-macam, diantaranya ada
tanggungjawab, disiplin, kejujuran, karakter siswa yang
memiliki jiwa religi yang baik, jujur”.
Pertanyaan : Apakah ada kendala dalam implementasi pendidikan karakter
siswa melalui kegiatan keagamaan?
Jawaban : Ya, ada. Waktunya terbatas, fasilitas yang kurang memadai,
pengawasan yang kurang maksimal. Waktu yang terbatas
membuat kegiatan keagamaan harus dilaksanakan seefektif dan
seefisien mungkin dengan mencari waktu di luar jam pelajaran
agar tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Keaktifan siswa mengikuti kegiatan keagamaan
diserahkan sepenuhnya kepada wali kelas dan pengawasan
langsung dari guru BK. Ada wali kelas yang rajin dan
mengabsen setiap anaknya melaksanakan sholat berjamaah,ada
yang cukup dengan pengawasan langsung pada anak-anak
ketika melaksanakan kegiatan. Dalam hal ini guru memberikan
keteladanan pada anak-anak”.
Pertanyaan : Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut?
Jawaban : Karena waktunya yang terbatas, maka ada penambahan jam
kegiatan diluar KBM. Kalau sholat dhuha dibagi menjadi 2
tempat. Ada yang di Mushola dan Masjid dan perlunya
kerjasama antara guru piket, guru BK dan seluruh guru bidang
studi serta guru pembimbing”.
Nama : Tri Widodo, S.Pd
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Asisten Waka Kurikulum (R.2)
Pertanyaan : Bagaimana upaya sekolah dalam pendidikan karakter bagi
siswa?
Jawaban : “ Pendidikan karakter di sekolah ini ditanamkan dengan
pembiasaan –pembiasaan yang baik bagi siswa. Sekolah
memiliki tata tertib yang harus dipatuhi oleh siswa. Melalui
tata tertib sekolah sdiharapkan bisa memberikan bekal
pendidikan karakter bagi siswa”.
Pertanyaan : Apakah pendidikan karakter di sekolah ini bisa dilakukan
melalui kegiatan keagamaan?
Jawaban : “ bisa, karena sekolah ini berbasis agama. Tentunya
pendidikan karakter bisa ditanamkan melalui kegiatan
keagamaan”.
Pertanyaan : Kegiatan keagamaan apa saja yang dilaksanakan di sekolah
ini?
Jawaban : “kegiatanya bermacam-macam. Selain pelajaran agama,
sekolah ini juga ada kegiatan harian contohnya sholat dhuha,
membaca asmaul husna sebelum belajar, membaca juz amma,
sholat dzuhur dan ada juga ekstra qiro’ah, kaligrafi, ada infaq
bahkan ada hafalan Alqur’an”.
Pertanyaan : Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan keagamaan yang
telah dilaksanakan?
Jawaban : “ kegiatan keagamaan berjalan dengan baik dan tertib karena
anak sudah terbiasa melaksanakanya, kalau masih ada anak
yang tidak mengikuti biasanya karena halangan atau sakit.
Pertanyaan : Apakah dengan kegiatan keagamaan mampu meningkatkan
pendidikan karakter bagi siswa?
Jawaban : “kegiatan keagamaan memang berpengaruh besar pada
pembentukan karakter siswa. Semakin siswa rajin
melaksanakan kegiatan keagamaan yang ada di sekolah ini,
siswa tersebut terbentuk karakternya menjadi lebih baik”.
Pertanyaan : Nilai-nilai karakter apa saja yang yang diajarkan melalui
kegiatan keagamaan?
Jawaban : Jujur, sopan, tertib, religius, anak lebih disiplin, berkahlak
baik”.
Pertanyaan : Apakah ada kendala dalam implementasi pendidikan karakter
siswa melalui kegiatan keagamaan?
Jawaban : “Kendala memang ada. Kendala utama ialah masalah
terbatasnya waktu pelaksanaan karena terntur dengan jadwal
pembelajaran. Kadang anak juga malas saat mengikuti ekstra,
ada juga anak yang masih belum tertib karean pengawasanya
kurang. Kemudian masalah anak itu sendiri dari keluarga
kurang tertib dalam melaksanakan kegiatan keagamaan”.
Pertanyaan : Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut?
Jawaban : “Cara mengatasi kendala yaitu dengan menertibkan lagi anak
melalui pengawasan dari guru piket, wali kelas dan juga guru
BK. Kalau masalah waktu cara mengatasinya dengan
menambah kegiatan keagamaan diluar KBM”.
Nama : Joko Sulistyo, S.Pd
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Guru/guru Bk (R.3)
Pertanyaan : Bagaimana upaya sekolah dalam pendidikan karakter bagi
siswa?
Jawaban : “Pendidikan karakter yang diberikan disini bukan hanya teori
saja melainkan langsung pada praktek. Siswa harus mematuhi
aturan sekolah serta mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di
sekolah. Peraturan sekolah dan kegiatan di sekolah yang di
ikuti oleh siswa diharapkan agar berkakarkter baik”.
Pertanyaan : Apakah pendidikan karakter di sekolah ini bisa dilakukan
melalui kegiatan keagamaan?
Jawaban : “ sangat memungkinkan. Kegiatan keagamaan itu harus
dilaksanakan sesuai dengan tata aturan yang harus diikuti oleh
siswa. Dengan melaksanakan kegiatan keagamaan selain bisa
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa, siswa juga
dilatih untuk disiplin, tepat waktu, taat, tertib dan berhubungan
baik dengan lingkungan atau teman sekitar”..
Pertanyaan : Kegiatan keagamaan apa saja yang dilaksanakan di sekolah ini?
Jawaban : “kegiatan keagamaan di MTs Ini diantaranya pembacaan
asmaul husna, sholat dhuha, sholat dzuhur di sekolah, ada ektra
qiro’, kaligrafi, kegiatan infaq, hafalan Alqur’an”.
Pertanyaan : Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan keagamaan yang telah
dilaksanakan?
Jawaban : “ Hampir seluruh siswa mengikutinya dengan tertib,
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa bisa
diatasi”.
Pertanyaan : Apakah dengan kegiatan keagamaan mampu meningkatkan
pendidikan karakter bagi siswa?
Jawaban : “ya. Kegiatan keagamaan merupakan pembekalan untuk siswa
agar siswa disiplin dalam menjalankan ibadah,. Selain disiplin
siswa juga dilatih untuk beramal melalui infaq agar peduli
social, siswa dilatih untuk tidak malas atau bekerja keras”.
Pertanyaan : Nilai-nilai karakter apa saja yang yang diajarkan melalui
kegiatan keagamaan?
Jawaban : Disiplin, religius, jujur, bertanggung jawab dan lain
sebagainya”.
Pertanyaan : Apakah ada kendala dalam implementasi pendidikan karakter
siswa melalui kegiatan keagamaan?
Jawaban : ”kendalanya diantaranya penertiban siswa, tempatnya yang
terbatas karena tidak cukup menampung seluruh siswa”.
Pertanyaan : Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut?
Jawaban : “Anak anak yang tidak aktif atau tidak ikut kegiatan keagamaan
ya saya panggil secara pribadi bersama wali kelas. Saya
tanyakan kenapa kok tidak ikut kegiatan. Kalau sudah tahu
penyebabnya langsung kita cari penanganan. Pendapingan
secara khusus juga kita lakukan, jadi kita awalnya secara
persuasif dulu, biasanya anak bisa diarahkan
Nama : M. Zuhri, S.Pd
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Guru/ Pembina kegiatan keagamaan (R.4)
Pertanyaan : “Kegiatan keagamaan apa saja yang diterapkan di sekolah ini?”
Jawaban : “Ada bermacam-macam mas. Ada ngaji. Membaca Asmaul
Husna, menyimak juz amma, qiro’ah, sholat dhuha, sholat
dhuhur berjama’ah, kegiatan social seperti infaq, seni kaligrafi,
ada juga hafalan Alqur’an”.
Pertanyaan : “Apakah ada program kerja dalam kegiatan keagamaan?
Jawaban : “Program kerjanya ada.”
Pertanyaan : “Bagaimana pelaksanaan program kerja kegiatan keagamaan?”
Jawaban : “Pelaksanaan kegiatan keagamaan sudah sesuai dengan
program kerja yang telah dibuat”.
Pertanyaan : “ Apakah kegiatan keagamaan mengandung nilai-nilai
pendidikan karakter?
Jawaban` : “ jelas sekali mas, tentunya dengan kegiatan keagamaan
membantu siswa dalam pendidikan karakter untuk mereka”.
Pertanyaan : Nilai-nilai karakter apa saja yang diajarkan dalam kegiatan
keagamaan?
Jawaban : “nilai-nilai religius, nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai disiplin,
nilai kejujuran, tanggungjawab, berbudi pekerti, akhlaknya
menjadi lebih baik”.
Pertanyaan : “Adakah kendala yang dihadapi dalam pendidikan karakter
melalui kegiatan keagamaan?”
Jawaban : “ya ada mas. Kendala fasilitas yang kurang memadai, kendala
anaknya kadang susah diajak mengikuti kegiatan, kendala
waktu yang kurang banyak sehingga kegitan belum terlaksana
maksimal tapi waktunya habis”.
Pertanyaan : “Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut?”
Jawaban : ”Dengan membagi siswa menjadi dua kelompok dalam
melaksanakan sholat dhuha, ada yang di mushola ada yang di
Masjid. Trus kalau sholat dzuhur berjama’ah di lakukan secara
rolling giliran per kelas”.
Nama : Alim Mustofa (R.5)
Jenis kelamin : Laki-laki
Kelas : 8D
Pertanyaan : “Kegiatan keagamaan apa saja yang diterapkan di sekolah ini?”
Jawaban : “ Membaca Asmaul Husna, menyimak juz amma, qiro’ah,
sholat dhuha, sholat dhuhur berjama’ah ,hafalan Alqur’an”.
Pertanyaan : “apakah kamu dan teman-temanmu mengikuti kegiatan
keagamaan yang ada di sekolah ini?
Jawaban : “ya. ”
Pertanyaan : “Bagaimana kamu dan teman-temanmu dalam menjalankan
kegiatan keagamaan di sekolah?apakah dilaksakan sesuai
dengan tata tertib?”
Jawaban : “ya kami mengikuti aturan. Kalau ada kegiatan, kami ikut. Ya
kalau teman ada yang tidak tertib juga”.
Pertanyaan : “nilai apa saja yang kamu dapatkan setelah melaksanakan
kegiatan keagamaan di sekolah selama ini?”.
Jawaban` : “ efeknya baik. Saya dan teman-teman lebih tertib beribadah,
trus tepat waktu”.
Pertanyaan : Kendala apa saja yang kamu dan teman-temanmu alami dalam
melaksanakan kegiatan keagamaan?
Jawaban : “capek, kadang males, males bangun pagi, trus kalau jajan
istirahat kurang lama trus tempate wudhu antri ”.
Nama : Alifah (R.6)
Jenis kelamin : Perempuan
Kelas : 7A
Pertanyaan : “Kegiatan keagamaan apa saja yang diterapkan di sekolah ini?”
Jawaban : “ sholat, ngaji, ektra kaligrafi, hafalan qur’an”.
Pertanyaan : “apakah kamu dan teman-temanmu mengikuti kegiatan
keagamaan yang ada di sekolah ini?
Jawaban : “ya. ”
Pertanyaan : “Bagaimana kamu dan teman-temanmu dalam menjalankan
kegiatan keagamaan di sekolah?apakah dilaksakan sesuai
dengan tata tertib?”
Jawaban : “ya kami berusaha ikut kegiatan”.
Pertanyaan : “Nilai apa saja yang kamu dapatkan setelah melaksanakan
kegiatan keagamaan di sekolah selama ini?”.
Jawaban` : “ ya jadi tidak males sholat, bisa ngaji, bisa taat aturan”.
Pertanyaan : Kendala apa saja yang kamu dan teman-temanmu alami dalam
melaksanakan kegiatan keagamaan?
Jawaban : “kendala itu banyak anak yang tidak tertib, masih banyak lagi”.
Nama : Indra Bagus Saputra (R.7)
Jenis kelamin : Laki-laki
Kelas : 9A
Pertanyaan : “Kegiatan keagamaan apa saja yang diterapkan di sekolah ini?”
Jawaban : “ Membaca Asmaul Husna, menyimak juz amma, qiro’ah,
sholat dhuha, sholat dhuhur berjama’ah ,hafalan Alqur’an”.
Pertanyaan : “apakah kamu dan teman-temanmu mengikuti kegiatan
keagamaan yang ada di sekolah ini?
Jawaban : “ya. ”
Pertanyaan : “Bagaimana kamu dan teman-temanmu dalam menjalankan
kegiatan keagamaan di sekolah?apakah dilaksakan sesuai
dengan tata tertib?”
Jawaban : “ya kami mengikuti aturan. Kalau ada kegiatan, kami ikut. Ya
kalau teman ada yang tidak tertib juga”.
Pertanyaan : “ Nilai apa saja yang kamu dapatkan setelah melaksanakan
kegiatan keagamaan di sekolah selama ini?”.
Jawaban` : “ Saya dan teman-teman lebih tertib beribadah, trus tepat
waktu”.
Pertanyaan : Kendala apa saja yang kamu dan teman-temanmu alami dalam
melaksanakan kegiatan keagamaan?
Jawaban : “capek, kadang males, tugasnya pelajaran aja banyak. Udah
mikirin pelajaran umum, pelajaran agama trus tempate kurang.
Haruse punya Masjid yang besar”.
MENYIMAK DAN MENGHAFAL JUZ AMMA
KEGIATAN SHOLAT DHUHA BERJAMAAH
KEGIATAN PEMBACAAN AS MAUL HUSNA dan DO’A SEBELUM
BELAJAR
KEGIATAN SHOLAT DZUHUR BERJAMAAH
KEGIATAN TAHFID AL QUR’AN