IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH NEGERI...
Transcript of IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH NEGERI...
i
IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER
DI SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA
KOTA SURAKARTA
Oleh:
KAROMAH INDARWATI
NIM. 12010170057
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
ii
iii
iv
IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER
DI SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA
KOTA SURAKARTA
=
Oleh:
KAROMAH INDARWATI
NIM. 12010170057
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan
Salatiga, 16 Januari 2019
v
vi
MOTTO
Artinya:
Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(Q.S. Al-Baqarah ayat 152)
vii
PERSEMBAHAN
Tesis ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua tersayang, Ibu Hanik Khoiriyah dan Bapak Suwondo yang
senantiasa berdo’a, berjuang penuh kasih dan memotivasi untuk putri-putrinya
2. Kakakku (Siti Qona’ah Rahmawati dan Hendra Apri Nugraha) yang tak lelah
memberikan dukungan dan dorongan semangat untuk berjuang dalam
mewujudkan mimpi
3. Keluarga besar SMP Negeri 1 Kartasura yang memberikan motivasi
terselesaikannya Tesis ini
4. Sahabatku (Imania, Maulida, Ayu, Rahajeng, Bintang, Nanda, Puput dan
Ocha) yang selalu memberi dorongan untuk selesainya Tesis ini
viii
PRAKATA
Puji syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Illahi Robbi atas rahmat
dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis
yang berjudul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI
SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA KOTA SURAKARTA” sesuai
dengan rencana atau jadwal yang telah ditetapkan. Tesis ini disusun untuk
memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Magister Pendidikan di IAIN
Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis penelitian ini
dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga;
2. Bapak Prof. Dr. Phil. Widiyanto, M. A, selaku Direktur Program Pascasarjana
IAIN Salatiga;
3. Bapak Dr. Ruwandi, S. Pd., M. A. selaku Ketua Program Studi Pascasarjana PAI
IAIN Salatiga;
4. Bapak Prof. Dr. Muh. Saerozi M. Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga Tesis ini
dapat terselesaikan;
ix
5. Ibu Viveri Wuryandari, S. Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Kartasura yang
memberikan dukungan untuk penyelesaian Tesis ini;
6. Keluarga Besar SMP Negeri 1 Kartasura yang selalu memberi dukungan dalam
menyelesaikan Tesis ini;
7. Bp. Bambang Wahyono, M. Pd., selaku Kepala Dikdas SMP Dinas Pendidikan
Kota Surakarta yang telah memberi arahan dan dukungan dalam menyelesaikan
Tesis ini;
8. Ibu Ari Kristiati, S. Pd., M. Pd., selaku Kepala SMP Negeri 12 Surakarta yang
telah memberikan dukungan selama proses penelitian berlangsung;
9. Bp. Sukidi, S. Ag., M. Pd., selaku Kepala SMP Muhammadiyah 1 Surakarta yang
telah memberikan dukungan selama proses penelitian berlangsung;
10. Bp. Br. Yustinus Tri Haryadi, S. Pd., FIC., selaku Kepala SMP Pangudi Luhur
Bintang Laut Surakarta yang telah memberikan dukungan selama proses
penelitian berlangsung;
11. Bp. Drs. Riyadi Marjono, selaku Kepala SMP Kristen 1 Surakarta yang telah
memberikan dukungan selama proses penelitian berlangsung;
12. Ibu Farida Kurniyati, S. Pd., selaku Kepala SMP Kasatriyan 1 Surakarta yang
telah memberikan dukungan selama proses penelitian berlangsung;
13. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana PAI IAIN Salatiga Angkatan 2017 yang
telah memberikan dukungan selama penyelesaian Tesis ini;
x
14. Semua pihak yang telah membantu, sehingga penulisan Tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun masih sangat kami harapkan
demi kesempurnaan Tesis penelitian ini.
Salatiga, Januari 2020
Penulis
Karomah Indarwati
NIM. 12010170057
xi
ABSTRAK
Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Negeri dan Swasta Kota Surakarta
Penelitian ini mengkaji tentang: perencanaan implementasi pendidikan karakter,
implementasi dan valuasinya serta faktor pendukung dan penghambat implementasi
pendidikan karakter di Sekolah Negeri dan Swasta Kota Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Deskriptif. Lokasi Penelitian di
Sekolah Negeri dan Swasta Kota Surakarta Surakarta, yang terdiri dari 1 SMP Negeri
dan 4 SMP Swasta (Islam, Katholik, Kristen dan Umum).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan implementasi pendidikan
karakter di SMP Negeri dan Swasta Kota Surakarta berdasarkan 3 aspek sesuai
dengan Perda Pendidikan Kota Surakarta No. 12 Tahun 2017, yaitu: aspek
Kepramukaan, Kegiatan Keagamaan dan Penumbuhan Budi Pekerti (Akhlak Mulia).
Dalam pengimplementasinya terdapat perbedaan dan persamaan implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri dan Swasta. Evaluasi menunjukkan adanya
perubahan perilaku yang positif dari peserta didik baik di SMP Negeri dan Swasta
Kota Surakarta. Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan
karakter yaitu beragamnya peserta didik dengan berbagai kompleks masalah.
Kata Kunci : Implementasi, Pendidikan Karakter
xii
ABSTRACT
Implementation of Character Education in State and Private Junior High Schools in
Surakarta Regency
This study examines: planning of character education implementation, its
implementation and valuation. As well as supporting and inhibiting factors of
character education implementation in State and Private Junior High Schools in
Surakarta Regency.
This research uses descriptive qualitative method of research. The research
locations are in State and Private Junior High Schools in Surakarta Regency, which
consist of one State Junior High School and four private Junior High Schools
(Islamic, Catholic, Cristian and General).
The result shows that planning of character education implementation in State
and Private Junior High Schools is based 3 aspect in line with the Surakarta Regency
Education Regulation No. 12 of 2017, namely: aspects of Scouting, Religious
Activities and Growth of Nobel Character in its implementation. There are
differences and similaritis in the character education implementation in State and
Private Junior High Schools. The evaluation shows that there are positive behaviooral
changes from the students both in State dan Private Schools in Surakarta Regency.
The supporting and inhibiting factors in the implementation of character education
are the various diversity of the students with various complex problem.
Keywords : Implementation, Character Education
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN …………………………... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v
MOTTO ............................................................................................................
PERSEMBAHAN ............................................................................................
PRAKATA .......................................................................................................
vi
vii
viii
ABSTRAK ........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah
1. Indentifikasi Masalah ..............................................................
2. Batasan Masalah .....................................................................
3. Perumusan Masalah ................................................................
3
4
4
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian ....................................................................
2. Manfaat Penelitian ..................................................................
5
5
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian ...........................................................................
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
a. Sumber Data ..........................................................................
b. Teknik Pengumpulkan Data ..................................................
4. Teknik Analisis Data ..................................................................
F. Sistematika Penulisan ..................................................................
8
9
10
11
11
11
BAB II IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI LEMBAGA
PENDIDIKAN
A. Pendidikan Karakter ....................................................................
1. Karakter Kepramukaan ..........................................................
2. Karakter Keagamaan ..............................................................
3. Karakter Budi Pekerti dan Akhlak Mulia ................................
13
14
17
19
xiv
BAB III PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER DI SMP NEGERI DAN SWASTA
A. Perencanaan Pendidikan Karakter di SMP Negeri dan Swasta ...... 22
B. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri dan Swasta .....
1. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP N 12 Surakarta ...
2. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta .................................................................................
3. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Pangudi Luhur
Bintang Laut Surakarta ...........................................................
4. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Kristen 1
Surakarta .................................................................................
5. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Kasatriyan 1
Surakarta .................................................................................
23
23
26
28
31
33
BAB IV EVALUASI DAN FAKTOR PENDUKUNG PENGHAMBAT
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
A. Evaluasi Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri dan
Swasta Kota Surakarta ...............................................................
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan
Karakter di SMP Negeri dan Swasta ...........................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
35
37
40
41
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Perencanaan Pendidikan Karakter di SMP Negeri dan Swasta ... 21
Tabel 4.1. Evaluasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri dan Swasta ........ 36
Tabel 4.2.
Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan
Karakter di Sekolah Negeri dan Umum ......................................
38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara
Lampiran 2 : Hasil Wawancara
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Bukti telah Melakukan Penelitian
Lampiran 5 : Dokumentasi
Lampiran 6 : Lembar Bimbingan Tesis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia merupakan konsensus
nasional yang berhasil disepakati pada awal reformasi tahun 1999. Pilihan
tersebut lahir sebagai antitesa terhadap kuatnya penerapan sentralisasi pada masa
pemerintahan Orde Baru.1 Jika dilihat dari perspektif demokrasi, kebijakan
pemerintah daerah telah memberikan ruang cukup luas kepada masyarakat di
daerah untuk berpartisipasi membangun daerahnya. Termasuk pula pengelolaan
dan pengembangan bidang pendidikan yang desentralistik.2
Pengertian Pemerintah Daerah menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 adalah penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia.3 Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah
1 Sum Chan, Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2011, 1. 2 Djohermansyah Djohan, Merajut Otonomi Daerah Pada Era Reformasi, Jakarta:
IKAPTK, 2014, 26. 3Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015.
1
2
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan dan kekhasan
suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.4
Pemerintah daerah berwenang menempatkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.5
Kewenangan ini termaktub dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah bahwa, pemerintah daerah memiliki kewenangan menjalankan otonomi
seluas-luasnya termasuk perihal kebijakan di bidang pendidikan.6
Kota Surakarta merupakan salah satu daerah otonom yang telah
mengeluarkan sebuah kebijakan pemerintah daerah berupa Peraturan Daerah
(Perda) tentang pendidikan. Keberadaan pendidikan bagi Kota Surakarta sebagai
media strategis dalam membangun kecerdasan dan kepribadian warga ke arah
yang lebih baik.
Payung hukum penyelenggaraan pendidikan di Surakarta adalah Perda No.
12 Tahun 2017. Perda ini menggantikan Perda sebelumnya yaitu Perda No. 4
Tahun 2010. Hal menarik dalam perda baru adalah terdapat bagian yang memuat
kebijakan pendidikan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah
Surakarta bersifat up to date terhadap realitas perubahan penyelengaaraan
pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman.
Dasar hukum atas Perda No. 12 Tahun 2017 adalah Peraturan Mendikbud
Nomor 21 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti luhur (pendidikan
karakter) dalam lembaga pendidikan. Permendikbud memberikan inspirasi untuk
4Ani Sri Rahayu, Pengantar Pemerintahan Daerah: Kajian Teori, Hukum dan
Aplikasinya, Jakarta: Sinar Grafika, 2018, 1. 5 Sarundajang, Babak Baru Sistim Pemerintahan, Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2011, 60.
6 Hasbullah, Kebijakan Pendidikan Dalam Perspektif Teori, Aplikasi dan Kondisi
Objektif Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2016, 47.
3
mencantumkan butir-butir Pasal 56 Bab VIII Kurikulum bagian ketiga
“Pendidikan Karakter” dengan beberapa butir pasal yang dimodifikasi bersama
Tim Ahli Hukum UNS, Tenaga Ahli Fraksi, Dewan Pendidikan dan Dinas
Pendidikan Kota Surakarta.
Selain Permendikbud dipertegas lagi dengan Peraturan Presiden Nomor 87
Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Pelaksanaan PPK ini
adalah menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter yang meliputi:
nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan bertanggungjawab.7
Hal menarik lain dari kebijakan pemerintah Kota Surakarta ini adalah
sebagai pionir pencetus peraturan daerah yang memuat pendidikan karakter dalam
sistem penyelenggaraan pendidikan. Pionir ini tampak beda dibandingkan dengan
daerah otonom lainnya se-Keresidenan Surakarta (meliputi: Sragen, Wonogiri,
Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Boyolali). Fenomena Perda No. 12 Tahun
2017 mendorong penulis untuk meneliti aspek implementasinya. Peneliti ingin
melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah Negeri dan Swasta Kota Surakarta”.
7Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017
4
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Kota Surakarta telah melakukan upgrade dan merevitalisasi peraturan
daerah tentang penyelenggaraan pendidikan yang dirumuskan dalam Perda
No. 12 Tahun 2017 menggantikan Perda No. 4 Tahun 2010. Di dalam
Perda terbaru terdapat bagian yang memuat kebijakan pendidikan karakter.
Perda ditetapkan pada tanggal 29 Desember 2017 dan diberlakukan pada
tanggal 29 Desember 2018. Peneliti akan mengungkap implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri dan Swasta di Surakarta.
2. Pembatasan Masalah
Fokus penelitian ini mengenai implementasi pendidikan karakter yang
meliputi tiga aspek, yaitu: kepramukaan, keagamaan dan penumbuhan
budi pekerti (akhlak mulia). Lembaga pendidikan yang diteliti adalah SMP
Negeri dan Swasta Kota Surakarta. Lokasi penelitian adalah sekolah yang
mewakili dari 1 SMP Negeri, 4 SMP Swasta (Yayasan Islam, Katholik,
Kristen dan Umum). Pemilihan lokasi ini diambil secara acak dari 73 SMP
di Kota Surakarta.
3. Perumusan Masalah
Penelitian ini akan menjawab pertanyaan:
a. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter di SMP Negeri dan
Swasta Kota Surakarta?
b. Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri dan
Swasta Kota Surakarta?
5
c. Bagaimana evaluasi pendidikan karakter di SMP Negeri dan Swasta
Kota Surakarta?
d. Apa faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan
karakter di SMP Negeri dan Swasta Kota Surakarta?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengungkap perencanaan pendidikan karakter di SMP Negeri dan
Swasta Kota Surakarta.
b. Mendiskripsikan implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri dan
Swasta Kota Surakarta.
c. Menelaah evaluasi pendidikan karakter di SMP Negeri dan Swasta Kota
Surakarta.
d. Menjelaskan faktor pendukung dan penghambat implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri dan Swasta di Surakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
khazanah ilmiah mengenai implementasi pendidikan karakter sebagai
kajian Perda No. 12 Tahun 2017 di SMP Negeri dan Swasta.
6
b. Manfaat Praksis
1) Diharapkan dapat menyumbangkan hasil penelitian yang empiris dan
kredibel mengenai perbedaan implementasi pendidikan karakter
yang dimuat dalam Perda di SMP Negeri dan Swasta.
2) Diharapkan menjadi dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan
menumbuhkan semangat karakter kepada peserta didik.
3) Diharapkan sebagai bahan kajian evaluasi implementasi kebijakan
Perda Pendidikan khususnya di Kota Surakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian Anis Wulandari8 memfokuskan pada penerapan sistem pendidikan
karakter melalui manajemen, pembelajaran dan pembinaan kegiatan
kesiswaan. Penelitian mengungkapkan strategi implementasi, yaitu:
sosialisasi pemahaman pendidikan karakter, penentuan indikator nilai-nilai
karakter yang ditanamkan, tegas dalam menyusunan aturan dan peningkatan
komunikasi dengan Dinas Pendidikan.
Penelitian dari Sri Judiani9 selaku Setditjen Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan
karakter di sekolah tidak merupakan mata pelajaran tersendiri, tidak pula
merupakan tambahan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD),
8Anis Wulandari, “Implementasi Sistemik Pendidikan Karakter Di Lembaga Pendidikan
Islam (Studi di Madrasah Tsanawiyah Al-Irsyad Tengaran Kabupaten Semarang dan Sekolah
Menengah Pertama Muhammdiyah Salatiga)”, Tesis, IAIN Salatiga, 2018. 9Sri Judiani, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan
Pelaksanaan Kurikulum”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Volume 16, Edisi Khusus III
(Oktober 2010), 280-289.
7
tetapi dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada,
pengembangan diri dan budaya sekolah serta muatan lokal.
Penelitian Nur Ainiyah10
mengungkapkan perlunya peran PAI dalam
membentuk karakter peserta didik. Memaksimalkan pembelajaran PAI di
sekolah diantaranya: Guru profesional dalam keilmuan dan berakhlak,
kegiatan ektrakurikuler keagamaan, kewajiban melaksanakan ibadah-ibadah
tertentu di sekolah, menyediakan tempat ibadah, pembiasan akhlak baik
komunitas sekolah dan pengintegrasian pendidikan karakter oleh guru mapel.
Penelitian Arif Purnomo dkk11
mengemukakan bahwa pengintegrasian
PPK dengan mata pelajaran IPS SMP di Kabupaten Semarang, khususnya
Ambarawa masih pada tahap pengenalan. Hal ini merupakan suatu inovasi
bagi MGMP IPS Ambarawa dalam pembelajaran yang bertujuan memberikan
tambahan ilmu dan wawasan berharga bagi peserta dan tim pengabdi.
Penelitian Sita Acetylena12
mengemukakan implementasi kebijakan
pendidikan karakter di SD Taman Siswa Turen berjalan dengan baik
meskipun ada beberapa kendala. Hambatannya adalah kurangnya
profesionalisme guru, dampak negatif globalisasi, dan kurangnya peran
orangtua dan masyarakat. Strategi dalam mengatasi hambatan tersebut adalah:
meningkatkan profesionalsime guru, menerapkan metode pendidikan karakter
10
Nur Ainiyah, “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Al-
Ulum, Volume 13, Nomor 1 (Juni 2013), 25-38. 11
Arif Purnomo, Abdul Muntholib dan Ferani Mulianingsih, “Pelatihan Pengembangan
Perangkat Pembelajaran IPS Berorientasi pada Perpres Nomor 87 Tahun 2017 pada Forum Guru
Ambarawa”, Jurnal Panjar, Volume 1, Nomor 2 (April 2019), 156-159. 12
Sita Acetylena, “Analisis Implementasi Kebijakan Karakter di Perguruan Taman Siswa
Kecamatan Turen Kabupaten Malang”, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Volume
1, Nomor 1 (Januari 2013), 55-61.
8
dengan: ngerti, ngrasa, nglakoni” dan penguatan peran orangtua dan
masyarakat melalui komite sekolah.
Dengan demikian, terdapat perbedaan penelitian ini dengan kajian
terdahulu, yaitu penelitian ini difokuskan pada implementasi pendidikan
karakter pada aspek kepramukaan, kegiatan keagamaan dan penumbuhan
budi pekerti luhur. Lokasi penelitian adalah di SMP Negeri dan Swasta di
Kota Surakarta dan metode penelitian ini kualitatif desktriptif.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif deskriptif.13
Metode
kualitatif menekankan pentingnya pemahaman makna dari perilaku
manusia dan konteks sosio-budaya suatu interaksi sosial.14
Penelitian
kualitatif bertujuan untuk menggambarkan (to describe), memahami (to
understand) dan menjelaskan (to explain) tentang suatu fenomena yang
unik secara mendalam dan lengkap dengan prosedur dan teknik yang
khusus sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sehingga
menghasilkan sebuah teori yang grounded yaitu teori yang dibangun
berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.15
13
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan
Teknik-teknik Teoritisasi Data, Terjemahan Tjejep Rohendi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, 5. 14
Michael Quiin Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, Terjemahan Budi Puspo Priyadi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, 25. 15
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Pendidikan Baru,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, 143.
9
Penelitian kualitatif bersifat perspektif emic artinya memperoleh
data bukan “sebagai mana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang
difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang
terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan dan difikirkan oleh partisipan/
sumber data.16
Dengan penelitian kualitatif deskriptif diharapkan mampu
mengungkap bagaimana perencanaan, implementasi, evaluasi dan faktor
pendukung dan penghambat pendidikan karakter di SMP Negeri dan
Swasta Kota Surakarta.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Ada 73 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Surakarta terdiri
dari Negeri 27 dan Swasta 4617
. Penelitian ini dilakukan di 1 sekolah
Negeri dan 4 sekolah Swasta, yaitu:
1) SMP Negeri 12 Surakarta
Alamat : Jl. Ahmad Yani 370 Kerten, Kecamatan Laweyan
2) SMP Muhammadiyah 1 Surakarta (Swasta Islam)
Alamat : Jl. Flores No. 1 Kampung Baru Kecamatan Pasar Kliwon
3) SMP Pangudi Luhur Bintang Laut (Swasta Katholik)
Alamat : Jl. Slamet Riyadi No. 94 Keprabon Kecamatan Banjarsari
4) SMP Kristen 1 Surakarta (Swasta Kristen)
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2017, 296. 17
https://dapodikdasmen.kemdikbud.go.id diakses pada hari Kamis, 19 Desember 2019
pukul 20:40 WIB.
10
Alamat : Jl. Abdul Rachman Saleh No. 1 Setabelan Kecamatan
Banjarsari
5) SMP Kasatriyan 1 Surakarta (Swasta Umum)
Alamat: Jl. Kamandungan No. 2 Baluwarti Kecamatan Pasar
Kliwon
b. Waktu Penelitian
Penilitian dilaksanakan selama 6 bulan (Juli-Desember 2019). Ada
empat tahap penelitian, yaitu orientasi, pengumpulan data, analisis data
dan pelaporan.
1) Tahap Orientasi
Peneliti melakukan kegiatan yaitu: izin penelitian ke Dinas
Pendidikan dan SMP Negeri serta Swasta di Surakarta.
2) Tahap pengumpulan data
Melakukan wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan dan
Kepala Sekolah beserta sumber informan lainnya di SMP Negeri
dan Swasta Kota Surakarta.
3) Tahap Analisis Data
Melakukan triangulasi, yaitu membandingkan data yang diperoleh
dari wawancara, observasi dan teorisasi secara jelas dan ringkas.
4) Pelaporan
Melakukan pelaporan, yaitu melaporkan hasil penelitian ke dosen
pembimbing.
11
3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari subyek penelitian saat proses pengumpulan
data di lapangan. Subyek dalam penelitian ini adalah: Kepala Sekolah,
Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, Guru BK dan Guru Mata Pelajaran
Agama dan Budi Pekerti (SMP Negeri 12, SMP Muhammadiyah 1,
SMP Bintang Laut, SMP Kristen 1 dan SMP Kasatriyan) Kota
Surakarta. Mereka merupakan sumber informasi untuk memperoleh
data mengenai rencana, bentuk implementasi, evaluasi dan faktor
pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter.
b. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga cara18
.
Pertama, observasi ke lokasi penelitian di SMP Negeri dan Swasta di
Surakarta. Kedua, wawancara dengan Kepala Sekolah, Waka
Kesiswaan, Guru Pendidikan Agama dan BK untuk menggali informasi
implementasi pendidikan karakter di lembaga pendidikan formal.
Ketiga, dokumentasi. Proses pencatatan dokumen diusahakan
menuliskan berbagai hal secara cermat mengenai bagaimana
implementasi pendidikan karakter di lembaga pendidikan.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam studi ini adalah model analisis
interaktif, meliputi tiga tahap, yaitu: (1) reduksi data, proses menajamkan,
18
Haribertus Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: Sebelas Maret University
Press, 2002, 35.
12
mengarahkan dan mengorganisasikan data, (2) penyampaian data, (3)
penarikan kesimpulan19
.
F. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan dalam memahami isi Tesis ini, berikut pemaparan
sistematika kepenulisannya:
Bab pertama tentang Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua memaparkan kajian teori mengenai pendidikan karakter
dari berbagai sumber referensi.
Bab ketiga akan mendeskripsikan perencanaan dan implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri dan Swasta Kota Surakarta berdasar dari
data yang diperoleh dari berbagai sumber informan.
Bab keempat membahas tentang evaluasi implementasi pendidikan
karakter dan faktor pendukung serta faktor penghambatnya di SMP Negeri
dan Swasta Kota Surakarta.
Bab kelima adalah penutup. Pada bab ini disajikan kesimpulan yang
merupakan jawaban atas permasalahan penelitian. Di samping itu juga
diberikan saran-saran yang terkait dengan hasil-hasil temuan penelitian.
19
Haribertus Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, ...., 35.
13
BAB II
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
DI LEMBAGA PENDIDIKAN
A. Pendidikan Karakter
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang dapat membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.20
Sosok
pribadi yang berkarakter itu tidak hanya cerdas secara lahir dan batin, tetapi
juga memiliki kekuatan untuk menjalankan sesuatu yang dipandangnya benar
dan mampu membuat orang lain memberikan dukungan terhadap apa yang
dijalankannya.21
Menurut Thomas Lickona pendidikan karakter adalah usaha yang
disengaja untuk membantu seseorang sehingga dapat memahami,
memperhatikan dan melakukan nilai-nilai etika. Pendidikan karakter adalah
usaha sadar mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik
secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga
baik untuk masyarakat.22
20
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013, 41. 21
Abdullah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah,
Yogyakarta: Pedagogia, 2010, 2. 22
Thomas Lickona, Character Matters: Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak
Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas dan Kebijakan Penting Lainnya, Terjemahan
Juma Abdu Wamaungo, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015, 6.
13
14
Ada 18 nilai yang menjadi pilar pendidikan budaya dan karakter
bangsa Indonesia: religius, toleransi, cinta damai, bersahabat/komunikatif,
demokratis, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu,
gemar membaca, menghargai prestasi, peduli lingkungan, peduli sosial,
semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bertanggung jawab.23
Implementasi
pendidikan karakter melibatkan komponen pendidikan yaitu: tujuan
pembelajaran, isi kurikulum pendidikan, proses pembelajaran, pengelolaan
mata pelajaran, penilaian, manajemen sekolah, kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah, perlengkapan sarana dan prasarana.24
Aspek karakter yang akan diteliti dan merujuk pada Perda Pendidikan
Kota Surakarta ada tiga, yaitu: kepramukaan, keagamaan (spiritual) dan
penumbuhan budi pekerti luhur. Ketiga aspek tersebut akan dipaparkan
sebagai berikut:
1. Karakter Kepramukaan
Pramuka padatan dari Praja Muda Karana memiliki arti pemuda yang
senang berkarya. Mengacu pada Permendikbud Nomor 63 tahun 2014
pasal 1 ayat 1 bahwa pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib
pada pendidikan dasar dan menengah dalam memproses pembentukan
kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia melalui pengamalan
dan penghayatan nilai-nilai kepramukaan.25
Pembelajaran pramuka
23
Siti Musdah, Karakter manusia Indonesia: Butir-butir Pendidikan Karakter untuk
Generasi Muda, Bandung: Nuansa Cendekia, 2013, 8. 24
Akhmad Muhamimin, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi
Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014, 36. 25
Jayanti, Buku Lengkap Pramuka, Yogyakarta: Media Ilmu Abadi, 2013, 14.
15
adalah kegiatan belajar yang menyenangkan. Adapun kegiatan
kepramukaan meliputi26
:
1) Upacara
Kegiatan pembelajaran dalam pramuka diawali dengan upacara
pembukaan dan diakhiri dengan upacara penutupan. Kegiatan
upacara ditujukan untuk memnanamkan rasa cinta tanah air, rasa
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara, kepedulian sosial, dan
menghargai sesama.
2) Mencari jejak
Tanda jejak adalah tanda yang menunjukan sesuatu, baik itu arah
maupun hal-hal lain seperti peristiwa atau kejadian. Mencari jejak
adalah ketrampilan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap
anggota pramuka. Setiap angota pramuka wajib waspada saat
berjalan di alam terbuka, selalu siaga mewaspadai setiap
rintangan dna bahaya yang akan datang.
3) PBB (Peraturan Baris Berbaris)
PBB merupakan suatu wujud latihan fisik, yang diperuntukan
guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang
diarahkan pada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Perarturan baris berbaris bertujuan menumbuhkan jiwa yang
tegap tangkas, rasa disiplin dan tanggung jawab, rasa persatuan
26
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Kepramukaan Bahan Ajar Implementasi
Untuk Kepala Sekolah, Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan, 2014, 15.
16
dan kesatuan. Dan penampilan pribadi yang baik secara peroragan
maupun kelompok.
4) Perpetaan
Perpetaan adalah kegiatan kepramukaan yang sangat menarik dan
menyenangkan karena peserta didik dibawa langsung di alam
terbuka.27
Peta adalah sebuah gambaran suatu daerah geografis
yang biasanya merupakan bagaian dari permukaan bumi yang
digambar atau dicetak dalam sebuah bidang datar.28
5) Berkemah
Perkemahan merupakan kegiatan perkemahan yang biasa
digunakan sebagai penutup rangkaian kegiatan pramuka lainya.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari kegiatan perkemahan.
Banyak manfaat yang adapat diambil dari kegiatan berkemah,
diantaranya melatih ketangkasan, kemandirian, tanggung jawab,
dan melatih kemampuan bersosialisai dan bekerja secara
kelompok.
6) Membuat Simpul
Ketrampilan membuat simpul adalah ketrampilan yang dapat
digunakan dalam berbagai keperluan, seperti membuat tenda,
mengikat kayu, membuat tempat sepatu, membuat jemuran, dan
27
Suhadi, Materi Dasar Kepramukaan, Semarang: Gerakan Pramuka Kwartir Daerah 1
Jawa Tengah, 2006, 120. 28
Suhadi, Materi Dasar Kepramukaan, .... 172.
17
membuat tandu. Anggota pramuka yang baik harus menguasai
keterampilan membuat beraneka simpul dari tali temali.29
7) Pionering
pionering merupakan kegiatan yang melibatkan tongkat dan tali,
kegiatan pioneering meliputi membuat gapura, tiang bendera,
menara pandang, membuat jembatan, membuat tali goyang, dan
lain-lain.30
8) Sandi dan Semaphore
Semaphore adalah suatu cara untuk mengirimkan dan menerima
pesan menggunakan dua bendera. Pesan disampaiakan dalam
bentuk sandi atau kode-kode yang tidak dimengerti oleh semua
orang. Semaphore juga bermanfaat untuk mengirimkan pesan
ketika sedang dalam keaadaan penting atau darurat atau tidak
memungkinkan menggunakan suara.31
2. Karakter Keagamaan
Menurut Durkheim agama sebagai suatu sistem kepercayaan yang
terpadu, praktik-praktik berhubungan dengan benda-benda suci yang
disakralkan dan dihormati, kepercayaan dan perilaku menyatu dalam
suatu komunitas moral, jamaah, umat dan tempat ibadah.32
Agama
sebagai tata keimanan atau keyakinan atas adanya suatu mutlak di luar
29
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Kepramukaan Bahan Ajar .., 19. 30
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Kepramukaan Bahan Ajar, ..., 20. 31
Asep Mochamad Maftuh, 2009, Buku Pegangan Pembina Pramuka, Cimahi: Mts
Darussalam, 45. 32
Rahmat Hidayat, 2014, Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 32.
18
manusia, tata peribadatan manusia kepada yang dianggapnya mutlak
dan tata kaidah mengatur hubungan manusia dengan manusia lain
serta alam sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan pemeluk
agama masing-masing.33
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa agama
menjadi palang terdepan manusia dalam mengaktualisasi segala
bentuk kebutuhan yang secara komprehensif di atur dalam agama.
Aktualisasi agama yang dianggap paling ampuh adalah melalui
pendidikan agama. Pendidikan agama merupakan proses transmisi
pengetahuan yang diarahkan pada tumbuhnya penghayatan
keagamaan yang akan memupuk kondisi ruhaniah mengandung
keyakinan akan keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan segala
ajaran yang diturunkan maka, dengan keyakinan tersebut menjadi
daya dorong seseorang untuk pengamalan ajaran agama dalam
perilaku sehari-hari.
Salah satu aspek dalam pendidikan agama adalah moralitas,
senada dengan tujuan pendidikan yaitu membuat peserta didik atau
masyarakat menjadi dewasa, mandiri, berwawasan dan berbudaya
luhur sesuai dengan nilai-nilai moral yang positif dan universal.34
Apabila nilai-nilai agama telah terintanilasasi dalam diri seseorang
maka, dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia
yang bertakwa dengan salah satu cirinya adalah mampu
33
Endang Saifuddin Anshari, 1982, Ilmu Filsafat Dan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu,
172. 34
Dadang Kahmad, 2006, Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 119.
19
mengendalikan hawa nafsu (self control) dari pemuasan hawa nafsu
yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Nilai karakter religius atau
keagamaan adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya (peserta didik) sehingga memiliki sifat
yang toleran serta hidup rukun dengan antar pemeluk agama.35
Dengan demikian, penanaman nilai keagamaan di lembaga
pendidikan adalah berupa praktik-praktik ritual keagamaan berwujud
pembiasaan sesuai dengan agama peserta didik. Indikator
pencapaiannya adalah peserta didik mampu memiliki self control yang
baik sehingga menjadi insan bermoral dan memiliki sifat toleran serta
ruku antar umat beragama.
3. Karakter Budi Pekerti dan Akhlak Mulia
Disadari atau tidak, bahwasanya nilai-nilai dasar kemanusiaan yang
berakar dari Pancasila masih sebatas pemahaman dalam tataran
konseptual. Nilai-nilai dasar kemanusiaan ini belum sepenuhnya
terwujud menjadi nilai aktual dengan cara yang menyenangkan di
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Padahal sebetulnya,
nilai-nilai tersebut sangatlah penting agar anak-anak Indonesia
memiliki karakter yang positif.
Hal tersebut mendorong Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) yang kala itu dibawah kendali Anies Baswedan untuk
menerbitkan Peraturan Mendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang
35
Darmayati Zuchdi, 2011, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktisi,
Yogyakarta: UNY Press, 177.
20
Penumbuhan Budi Pekerti. Dalam peraturan itu, diatur bentuk-bentuk
kegiatan wajib maupun pembiasaan umum yang dapat dilakukan
sekolah kepada peserta didik. Adapun beberapa kewajiban yang harus
dilaksanakan sesuai Peraturan Mendikbud Nomor 21 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan
mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan
sekolah.
2) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan MOPDB untuk
jenjang SMP, SMA/SMK.
3) Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan
peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
4) Sebelum berdoa saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan
peserta didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta
tanah air, baik lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu
terkini.
Jenis kegiatan penumbuhan budi pekerti itu didasarkan pada
tujuh nilai-nilai dasar kemanusiaan. Ketujuh nilai dasar itu adalah
internalisasi sikap moral dan spiritual; penanaman nilai kebangsaan
dan kebhinekaan; interaksi positif dengan sesama peserta didik;
interaksi positif dengan guru dan orang tua; penumbuhan potensi unik
21
dan utuh setiap anak; pemeliharaan lingkungan sekolah; dan pelibatan
orang tua dan masyarakat.36
Dengan demikian, penumbuhan budi pekerti adalah
pelaksanaan serangkaian kegiatan non kurikuler di sekolah yang
bertujuan menciptakan iklim sekolah yang menyenangkan bagi
seluruh warga sekolah dan menumbuhkan budi pekerti anak-anak
bangsa. Penumbuhan budi pekerti ini dilakukan dengan tahapan mulai
dari diajarkan, dibiasakan, didisiplinkan sehingga menjadi kebiasaan
dan akhirnya menjadi kebudayaan.
36
http:kemdikbud.go.id/kemdikbud/pengumuman/PBP.pdf, diakses 20 Desember 2019
22
BAB III
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
PENDIDIKANKARAKTER DI SMP NEGERI DAN SWASTA
A. Perencanaan Pendidikan Karakter di SMP Negeri dan Swasta
Perencanaan dalam Bahasa Inggris adalah planning, artinya serangkaian
kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Berisi susunan
langkah-langkah pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian
tujuan tertentu.37
Sehingga dalam hal ini perencanaan pendidikan karakter
adalah suatu usaha yang berisi langkah-langkah untuk penumbuhan karakter
dalam diri peserta didik.
Dengan demikian, perencanaan adalah cikal bakal awal yang
menghasilkan implementasi. Berikut adalah perencanaan pendidikan karakter
dari tiap-tiap sekolah yang diteliti.
Tabel 3.1.
Perencanaan Pendidikan Karakter di SMP Negeri dan Swasta
NAMA SEKOLAH BENTUK PERENCANAAN
PENDIDIKAN KARAKTER
SMP Negeri 12
Surakarta
1. Tujuan : Mewujudkan sekolah ramah yang berbasis
budaya nasional serta lulusan yang berakhlak mulia,
berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil dan berwawasan
lingkungan.
2. Program: Kegiatan Kepramukaan, Pembiasaan Ritual
Keagamaan dan Penumbuhan akhlak mulia.
3. Tenaga Manusia: Pembina Pramuka dan seluruh Warga
Sekolah.
SMP
Muhammadiyah 1
Surakarta
1. Tujuan: Membentuk sekolah Muhammadiyah yang
unggul, kompetitif dan terdepan dengan mewujudkan
sumber daya insani yang berakhlak mulia, ramah, cerdas,
percaya diri, sehat, berprestasi dalam pengembangan
37
Manap Somantri, 2014, Perencanaan Pendidikan, Bogor: IPB Press, 5.
22
23
ilmu pengetahuan.
2. Program: Kegiatan Hizbul Wathon (HW), Pembiasaan
Ibadah Agama Islam dan penumbuhan akhlak mulia.
3. Tenaga Manusia: Pembina HW dan seluruh warga
sekolah.
SMP Pangudi Luhur
Bintang Laut
Surakarta
1. Tujuan : Komunitas pendidikan yang beriman, cerdas
dan unggul dengan meneladani Bunda Maria.
2. Program : Kegiatan Kepramukaan, Pembiasaan
Keagamaan Katholik dan Penumbuhan akhlak mulia.
3. Tenaga Manusia : Pembina Pramuka dan seluruh warga
sekolah.
SMP Kristen 1
Surakarta
1. Tujuan : Berprestasi dan berkarakter dengan dijiwai nilai
kasih serta berwawasan lingkungan yang berbudaya.
2. Program : Kegiatan Kepramukaan, Pembiasaan
Keagamaan Kristen dan Penumbuhan akhlak mulia.
3. Tenaga Manusia : Pembina Pramuka dan seluruh warga
sekolah.
SMP Kasatriyan 1
Surakarta
1. Tujuan : Berprestasi, berbudi pekerti luhur, berbudaya
Jawa dan maju di bidang Olahraga.
2. Program : Kegiatan Kepramukaan, Pembiasaan
Keagamaan Kristen dan Penumbuhan akhlak mulia.
3. Tenaga Manusia : Pembina Pramuka dan seluruh warga
sekolah.
Tabel di atas menunjukkan bahwa perencanaan implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri dan Swasta Kota Surakarta yang dilihat
dari visi masing-masing sekolah bermuara sama yaitu menjadikan insan
berkarakter. Pencapaiannya tak lain adalah dengan perencanaan program
karakter yang mencakup aspek kepramukaan, kegiatan keagamaan dan
penumbuhan budi pekerti (akhlak mulia).
B. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri dan Swasta
1. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 12 Surakarta
a) Kegiatan Kepramukaan
Kegiatan yang biasa dilakukan dalam kepramukaan yaitu: Upacara,
Mencari Jejak, PBB, Perpetaan, Berkemah, Membuat Simpul,
24
Pionering, Sandi dan Semaphore.38
Implementasi kepramukaan di
SMP Negeri 12 yaitu meliputi kegiatan outdoor diantaranya: Pelatihan
Baris Berbaris (PBB), Praktek Semaphore dan tali menali dilakukan di
lapangan sekolah, Kemah Pengukuhan Dewan Inti dan Out bond di
Bumi Perkemahan Skipan Karanganyar.39
Sedangkan kegiatan indoor
pemberian materi kepramukaan bagi kelas VII dilakukan oleh
beberapa peserta didik kelas VIII sebagai anggota Penggalang Inti.
Materi kepramukaan: Teori tali temali, Sandi Morse dan Balik,
Semaphore, Perkemahan, dsb.
b) Kegiatan Keagamaan
Shalat Dhuha dilakukan hanya saat pelajaran PAI, Pendalaman Iman
pada Jum’at ke 3 di tiap bulan. Agenda pendalaman iman bagi peserta
didik beragama Islam adalah Kajian Islam di Masjid Sekolah, Bagi
Non Islam ibadah doa di ruang kelas. Bakti Sosial setiap bulan
Dzulhijjah (Bertepatan dengan Idul Adha dan hari Tasyriq), Shalat
Jum’at berjamaah di sekolah, Pesantren Kilat di Bulan Ramadhan,
Bimbingan belajar membaca Al-Qur’an.40
Kegiatan keagamaan
peserta didik beragama Katholik adalah ziarah ke Gua Mawar
Boyolali pada tanggal 28 November 2018. Ziarah didampingi oleh
38
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Kepramukaan Bahan Ajar,... 19. 39
Wawancara dengan Guru Pembina Pramuka SMP N 12 Surakarta pada hari Rabu, 17
Juli 2019. 40
Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP N 12
Surakarta pada hari Rabu, 17 Juli 2019.
25
Guru Pendidikan Agama Katholik.41
Terdapat ekstrakurikuler
keagamaan yaitu Rohaniawan Islam (Rohis), Rohaniawan Kristen
(Rokris) dan Rohaniawan Katholik (Rokat).42
c) Penumbuhan Budi Pekerti dan Akhlak Mulia
Terdapat empat Peraturan Mendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti43
yang telah direduksi dengan data yang
diperoleh dari lapangan yang meghasilkan:
(1) Upacara bendera setiap hari Senin
Upacara bendera setiap hari Senin petugasnya secara bergiliran
dari kelas VIII A-I. Upacara memperingati hari-hari penting sesuai
kalender pendidikan, misalnya: HUT Kemerdekaan RI, Hari
Pendidikan, HUT PGRI, Hari Pramuka, dsb.
(2) Upacara bendera pembukaan masa orientasi
Upacara bendera pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan
Sekolah (MPLS) di awal tahun pelajaran baru. Peserta upacara
adalah para peserta didik yang telah diterima di SMP Negeri 12
Surakarta dan petugas upacara adalah OSIS.
(3) Berdoa setiap memulai KBM dan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, menyanyikan lagu
Indonesia Raya untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta
41
Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Katholik dan Budi Pekerti SMP N 12
Surakarta pada hari Rabu, 17 Juli 2019. 42
Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP N 12 Surakarta pada hari Rabu, 17 Juli
2019. 43
http:kemdikbud.go.id/kemdikbud/pengumuman/PBP.pdf, diakses 20 Desember 2019.
26
tanah air bangsa dalam diri mereka. Kemudian, peserta didik
berdoa untuk memperdalam sisi spiritualitas peserta didik.
Dilanjutkan dengan kegiatan Literasi selama 10 menit.44
(4) Menyanyikan lagu bernuansa patriotik dilanjutkan berdoa di akhir
pembelajaran
Pemutaran lagu nuansa patriotik dari center suara yaitu, lagu wajib
nasional dan daerah saat menyambut kedatangan peserta didik ke
sekolah pada pukul 06.30 WIB. Berdoa dalam hati di akhir KBM
yang dipimpin oleh ketua kelas.45
2. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta
a) Kegiatan Kepramukaan
Kegiatan dalam kepramukaan yaitu: Upacara, Mencari Jejak, PBB,
Perpetaan, Berkemah, Membuat Simpul, Pionering, Sandi dan
Semaphore.46
Kepramukaan di SMP Muhammadiyah disebut Hizbul
Wathon (HW). Pelaksanaan HW tidak jauh beda dengan kepramukaan
pada umumnya, misalnya: pionering (tali menali), jelajah, membaca
kompas dan peta panorama, praktek Semaphore dan mendirikan tenda
di halaman sekolah.47
Materi kegitan indoor diantaranya: P2HW (P3K),
lagu dan tepuk, Al-Islam, kepemimpinan, Game ruang dan Ujian
Standar Kelulusan Tingkat (SKT).
44
Wawancara dengan Kepala SMP N 12 Surakarta pada hari Rabu, 17 Juli 2019. 45
Observasi di SMP N 12 Surakarta pada hari Rabu, 17 Juli 2019. 46
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Kepramukaan Bahan Ajar,... 19. 47
Wawancara dengan Guru Pembina Pramuka SMP Muhammadiyah 1 Surakarta pada
hari Jum’at, 16 Agustus 2019.
27
b) Kegiatan Keagamaan
Pembiasaan Shalat Dhuha berjamaah kelas VII, VIII dan IX setiap hari
di masjid sekolah pukul 09.00 WIB kemudian membaca Asmaul Husna.
Isitirahat ke-2 pukul 11.40 WIB melakukan shalat Dhuhur berjamaah.
Teragendakan shalat Jum’at dan shalat Idul Adha di sekolah. 48
Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai ciri khas Yayasan
Islam Muhammadiyah. Materinya yaitu: Latar belakang berdirinya
Muhammadiyah, Sejarah dan Periodesasi Pimpinan Muhammadiyah,
Kepribadian dan sifat Muhammadiyah, Janji, tugas dan kewajiban
pelajar Muhammadiyah, dsb.49
c) Penumbuhan Budi Pekerti dan Akhlak Mulia
Terdapat empat Peraturan Mendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti50
yang telah direduksi dengan data yang
diperoleh dari lapangan yang meghasilkan:
(1) Upacara bendera setiap hari Senin
Upacara bendera setiap hari Senin petugasnya OSIS dan kelas VIII
secara bergantian. Upacara memperingati hari-hari tertentu sesuai
kalender pendidikan, misalnya: HUT Kemerdekaan RI, Hari
Pendidikan, HUT PGRI, Hari Pramuka, dsb.
48
Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak SMP Muhammadiyah 1
Surakarta pada hari Jum’at, 16 Agustus 2019. 49
Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP Muhammadiyah 1 Surakarta pada hari
Jum’at, 16 Agustus 2019. 50
http:kemdikbud.go.id/kemdikbud/pengumuman/PBP.pdf, diakses 20 Desember 2019.
28
(2) Upacara bendera pembukaan masa orientasi
Upacara bendera pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan
Sekolah (MPLS) di awal tahun pelajaran baru. Peserta upacara
adalah para peserta didik yang telah diterima di SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta dan petugas upacara adalah OSIS.51
(3) Berdoa setiap memulai KBM dan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya
Sebelum pembelajaran, menyanyikan lagu Indonesia Raya lalu
berdoa dalam hati dipimpin oleh Ketua Kelas. Kemudian peserta
didik membaca Al-Qur’an secara kontinu dibimbing oleh Guru
mapel jam pertama.52
(4) Menyanyikan lagu bernuansa patriotik dilanjutkan berdoa di akhir
pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai peserta didik berdoa dalam hati.
Secara bergiliran bersalaman dengan guru sebelum pulang.53
3. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Pangudi Luhur Bintang
Laut
a) Kegiatan Kepramukaan
Kegiatan kepramukaan yaitu: Upacara, Mencari Jejak, PBB,
Perpetaan, Berkemah, Membuat Simpul, Pionering, Sandi dan
51
Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP Muhammadiyah 1 Surakarta pada hari
Jum’at, 16 Agustus 2019. 52
Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP Muhammadiyah 1 Surakarta pada hari
Jum’at, 16 Agustus 2019. 53
Observasi di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta pada hari Jum’at, 16 Agustus 2019.
29
Semaphore.54
Di sekolah ini pemberian materi: tali temali, Sandi
Morse dan Balik, Semaphore, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK), Kemah Akhir Tahun kelas VII dan VIII di Bumi perkemahan
Skipan Karanganyar, dsb.55
b) Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan di SMP BL ini adalah Ziarah di Gua Maria
Kerep Ambarawa bagi kelas VII, Rekoleksi bagi kelas VIII, Inner
Motivation dan Gladi Rohani untuk kelas IX. Kegiatan keagamaan
lain Pra Paskah & Paskah, Adven & Natal, Rekoleksi Panggilan.56
Mata pelajaran Kepangudiluhuran (Ke-PL-an) sebagai ciri khas
Yayasan Pangudi Luhur. Sepuluh keutamaan PL, yaitu: rendah hati
(humality), teladan baik (good example), mencintai para bruder (love
for this Brother), saleh (godliness), sikap bijaksana (prudence),
lembut hati (gantleness), tabah hati (stedfastness), kebijaksanaan dan
berpengetahuan (widow and knowledge), semangat dan keteguhan hati
(zeal and courage), dan percaya kepada Tuhan (trust).57
54
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Kepramukaan Bahan Ajar,... 19. 55
Wawancara dengan Pembina Pramuka SMP Bintang Laut Surakarta pada hari Rabu,
14 Agustus 2019. 56
Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Katholik dan Budi Pekerti SMP Bintang
Laut Surakarta pada hari Rabu, 14 Agustus 2019. 57
Wawancara dengan Guru ke PL-an SMP Bintang Laut Surakarta pada hari Rabu, 14
Agustus 2019.
30
c) Penumbuhan Budi Pekerti dan Akhlak Mulia
Terdapat empat Peraturan Mendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti58
yang telah direduksi dengan data yang
diperoleh dari lapangan yang meghasilkan:
(1) Upacara bendera setiap hari Senin
Upacara bendera setiap hari Senin petugasnya OSIS dan kelas VIII
gantian. Upacara memperingati hari-hari tertentu sesuai kalender
pendidikan, misalnya: HUT Kemerdekaan RI, Hari Pendidikan,
HUT PGRI, Hari Pramuka, dsb.59
(2) Upacara bendera pembukaan masa orientasi
Upacara bendera pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan
Sekolah (MPLS) di tahun pelajaran baru. Peserta upacara adalah
para peserta didik yang telah diterima di SMP BL dan petugas
upacara adalah OSIS.
(3) Berdoa setiap memulai KBM dan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya
Diawali dengan Doa Malaikat Tuhan/ Ratu Surga, menyanyikan
lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Bintang laut. Aktivitas
tersebut di monitoring dari center suara oleh Guru yang bertugas.60
(4) Menyanyikan lagu bernuansa patriotik dilanjutkan berdoa di akhir
pembelajaran
58
http:kemdikbud.go.id/kemdikbud/pengumuman/PBP.pdf, diakses 20 Desember 2019. 59
Wawancara dengan Waka Kesiswaan SMP Bintang Laut Surakarta pada hari Rabu, 14
Agustus 2019. 60
Observasi di SMP Bintang Laut Surakarta pada hari Rabu, 14 Agustus 2019.
31
Pemutaran lagu bernuansa patriotik (daerah dan nasional) melalui
center suara saat istirahat. Berdoa dalam hati di akhir pembelajaran
kemudian pulang.61
4. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Kristen 1 Surakarta
a) Kegiatan Kepramukaan
Materi kepramukaan sesuai SKU, yaitu: tali temali, Sandi Morse,
Semaphore dsb. Diberikan oleh peserta didik kelas VIII bagian dari
Dewan Penggalang Sekolah. Perkemahan Cakrawala untuk kelas VII
di Tawangmangu, Kemah pengukuhan Dewan Penggalang, pelatihan
baris Berbaris (PBB) di lapangan depan sekolah.62
b) Kegiatan Keagamaan
Kegiatan event-event keagamaan, yaitu Jum’at Agung berdoa bersama
membaca firman Tuhan dan menafsirkan Al-Kitab, Bakti Sosial Pra
Natal, Kebaktian Syafaat dan Ibadah Paskah. Ada Ektrakurikuler
keagamaan yaitu, Katekisasi (pendalaman ilmu agama Kristen).63
c) Penumbuhan Budi Pekerti dan Akhlak Mulia
Terdapat empat Peraturan Mendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti64
yang telah direduksi dengan data yang
diperoleh dari lapangan yang meghasilkan:
61
Observasi di SMP Bintang Laut Surakarta pada hari Rabu, 14 Agustus 2019. 62
Wawancara dengan Pembina Pramuka SMP Kristen 1 Surakarta pada hari Selasa, 3
Desember 2019. 63
Dokumen Program Sekolah Tahun Pelajaran 2019/ 2020 SMP Kristen 1 Surakarta. 64
http:kemdikbud.go.id/kemdikbud/pengumuman/PBP.pdf, diakses 20 Desember 2019.
32
(1) Upacara bendera setiap hari Senin
Upacara bendera setiap hari Senin petugasnya OSIS dan kelas VIII
secara bergantian. Upacara memperingati hari-hari tertentu sesuai
kalender pendidikan, misalnya: HUT Kemerdekaan RI, Hari
Pendidikan, HUT PGRI, Hari Pramuka, dsb.65
(2) Upacara bendera pembukaan masa orientasi
Upacara bendera pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan
Sekolah (MPLS) di awal tahun pelajaran baru. Peserta upacara
adalah para peserta didik yang telah diterima di SMP Kristen 1
Surakarta dan petugas upacara adalah OSIS.
(3) Berdoa setiap memulai KBM dan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya
Pukul 06.50 para peserta didik melakukan doa bersama dipimpin
oleh salah seorang Guru yang sudah terjadwalkan diiringi alunan
musik organ. Kemudian dilanjut dengan pembacaan ayat firman
Tuhan yang didengarkan dengan saksama oleh para peserta didik.
Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia
Raya.66
(4) Menyanyikan lagu bernuansa patriotik dilanjutkan berdoa di akhir
pembelajaran
Pemutaran lagu bernuansa patriotik (daerah dan nasional) dari
center suara secara acak berselang 5 menit setelah bel tanda pulang
65
Wawancara dengan Waka Kesiswaan SMP Kristen 1 Surakarta pada hari Selasa, 3
Desember 2019. 66
Observasi di SMP Kristen 1 Surakarta pada hari Selasa, 3 Desember 2019.
33
sekolah berbunyi. Berdoa dalam hati di akhir pembelajaran
kemudian pulang.
5. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Kasatriyan 1 Surakarta
a) Kegiatan Kepramukaan
Kegiatan kepramukaan yaitu tali temali, Sandi Morse, Sandi Balik,
Semaphore, PPPK, Perkemahan, dsb. Kemah Bakti Penggalang Ramu
untuk kelas VII dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 September 2019,
Kemah pengukuhan Dewan Penggalang kelas VIII, Out Bond,
Penjelajahan dan Perkemahan Penggalang.67
b) Kegiatan Keagamaan
Pembiasaan keagamaan shalat Dhuha secara mandiri pada saat
istirahat pertama 09.15. Shalat Dhuhur berjamaah di istirahat kedua.68
c) Penumbuhan Budi Pekerti dan Akhlak Mulia
Terdapat empat Peraturan Mendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti69
yang telah direduksi dengan data yang
diperoleh dari lapangan yang meghasilkan:
(1) Upacara bendera setiap hari Senin
Upacara bendera setiap hari Senin petugasnya OSIS dan kelas VIII
secara bergantian. Upacara memperingati hari-hari tertentu sesuai
67
Wawancara dengan Kepala SMP Kasatriyan 1 Surakarta pada hari Jumat, 13 Desember
2019. 68
Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kasatriyan 1
Surakarta pada hari Jumat, 13 Desember 2019. 69
http:kemdikbud.go.id/kemdikbud/pengumuman/PBP.pdf, diakses 20 Desember 2019.
34
kalender pendidikan, misalnya: HUT Kemerdekaan RI, Hari
Pendidikan, HUT PGRI, Hari Pramuka, dsb.70
(2) Upacara bendera pembukaan masa orientasi
Upacara bendera pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan
Sekolah (MPLS) di awal tahun pelajaran baru. Peserta upacara
adalah para peserta didik yang telah diterima di SMP Kasatriyan 1
Surakarta dan petugas upacara adalah OSIS.
(3) Berdoa setiap memulai KBM dan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya
Sudah melakukan kegiatan berdoa sebelum KBM dilanjutkan
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.71
(4) Menyanyikan lagu bernuansa patriotik dilanjutkan berdoa di akhir
pembelajaran
Setelah pembelaajran selesai peserta didik berdoa dalam hati.
Secara bergiliran bersalaman dengan guru sebelum pulang.
70
Wawancara dengan Kepala SMP Kasatriyan 1 Surakarta pada hari Jumat, 13 Desember
2019. 71
Observasi di SMP Kasatriyan 1 Surakarta pada hari hari Jumat, 13 Desember 2019.
35
BAB IV
EVALUASI DAN FAKTOR PENDUKUNG PENGHAMBAT
IMPLMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
A. Evaluasi Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri dan Swasta
Kota Surakarta
Evaluasi hasil belajar untuk domain kognitif umumnya dilakukan melalui tes
berbagai bentuk, seperti tes objektif, tes uraian, tes kinerja, portofolio,
observasi dll. Sedangkan evaluasi pendidikan karakter lebih menekankan
pada hasil belajar domain afektif dan psikomotorik. Sehingga teknik evaluasi
yang sesuai adalah angket, inventori, portofolio dan observasi atau
pengamatan langsung.72
Pada penelitian ini teknik evaluasi yang dipakai
adalah observasi.
Observasi adalah teknik evaluasi dengan cara mengamati langsung
hasil belajar yang ingin dievaluasi. Instrumen observasi atau pengamatan
langsung berupa lembar observasi yang memuat indikator-indikator yang
menjadi pedoman dievaluasi dan telah dilengkapi dengan kriteria-kriteria
untuk masing-masing indikator. Penilaian dapat menuliskan informasi atau
memberi tanda pada kriteria yang sudah diberikan. Selain observasi, interview
juga efektif digunakan untuk evaluasi sikap.73
Berikut adalah evaluasi
72
Ni Made Sri Mertasari, Model Evaluasi Pendidikan Karakter Yang Komprehensif,
Jakarta: Seminar Nasional Riset Inovatif (SENARI), 2016, 439. 73
Daniel Muller, 1985, Measuring Social Attitude, New York: Teacher Chollage dalam
penelitian Ni Made Sri Mertasari, 2016, Model Evaluasi Pendidikan Karakter Yang Komprehensif,
... 440.
35
36
implementasi pendidikan karakter yang dilihat dari aspek kepramukaan,
kegiatan keagamaan dan penumbuhan budi pekerti di SMP Negeri dan
Swasta Kota Surakarta:
Tabel 4.1.
Evaluasi Pendidikan Karakter
NAMA SEKOLAH ASPEK EVALUASI
SMP Negeri 12
Surakarta
Kepramukaan Peserta didik antusias dalam melaksanakan
kegiatan kepramukaan. Anak menjadi
disiplin, kompak, bertanggung jawab dan
Tertib.
Kegiatan
Keagamaan
Dengan adanya kegiatan keagamaan
menambah sisi religius peserta didik
semakin dekat dengan Sang Ilahi.
Penumbuhan
Budi Pekerti
Penumbuhan nasionalisme melalui upacara,
menyanyikan lagu nuansa patriotik membuat
anak memupuk rasa cinta air dan toleransi
yang tinggi sehingga menekan perselisihan.
SMP
Muhammadiyah 1
Surakarta
Kepramukaan Peserta didik antusias dalam melaksanakan
kegiatan HW. Kedisiplinan, kekompakan,
rasa tanggung jawab ditunjukkan oleh
mereka.
Kegiatan
Keagamaan
Pembiasaan kegiatan keagamaan Islam
menambah sisi religius peserta didik
semakin dekat dengan Sang Ilahi.
Penumbuhan
Budi Pekerti
Penumbuhan nasionalisme melalui upacara,
menyanyikan lagu nuansa patriotik membuat
anak memupuk rasa cinta air dan toleransi
yang tinggi sehingga menekan perselisihan.
SMP Pangudi
Luhur Bintang
Laut Surakarta
Kepramukaan Peserta didik antusias dalam melaksanakan
kegiatan kepramukaan. Anak menjadi
disiplin, Kompak, bertanggungjawab dan
Tertib.
Kegiatan
Keagamaan
Adanya kegiatan keagamaan Katholik
menambah sisi religius peserta didik
semakin dekat dengan Sang Ilahi.
Penumbuhan
Budi Pekerti
Penumbuhan nasionalisme melalui upacara,
menyanyikan lagu nuansa patriotik membuat
anak memupuk rasa cinta air dan toleransi
yang tinggi sehingga menekan perselisihan.
SMP Kristen 1
Surakarta
Kepramukaan Peserta didik mengikuti dengan baik
pelaksanaan kegiatan kepramukaan. Anak
menjadi disiplin, Kompak,
bertanggungjawab dan Tertib.
Kegiatan
Keagamaan
Adanya kegiatan keagamaan Kristen
menambah sisi religius peserta didik
semakin dekat dengan Sang Ilahi.
37
Penumbuhan
Budi Pekerti
Penumbuhan nasionalisme melalui upacara,
menyanyikan lagu nuansa patriotik membuat
anak memupuk rasa cinta air dan toleransi
yang tinggi sehingga menekan perselisihan.
SMP Kasatriyan 1
Surakarta
Kepramukaan Rasa antusias terpancar dari peserta didik
ketika mengikuti kegiatan kepramukaan.
Mereka menjadi disiplin, Kompak,
bertanggungjawab dan Tertib.
Kegiatan
Keagamaan
Dengan adanya kegiatan keagamaan
menambah sisi religius peserta didik
semakin dekat dengan Sang Ilahi.
Penumbuhan
Budi Pekerti
Penumbuhan nasionalisme melalui upacara,
menyanyikan lagu nuansa patriotik membuat
anak memupuk rasa cinta air dan toleransi
yang tinggi sehingga menekan perselisihan.
Dari hasil evaluasi yang diapaparkan dengan tabel di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa implementasi pendidikan karakter mencakup tiga aspek,
yaitu: kepramukaan, kegiatan keagamaan dan penumbuhan budi pekerti
menunjukkan adanya perubahan perilaku yang positif dari peserta didik baik
di SMP Negeri dan Swasta Kota Surakarta.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter
di SMP Negeri dan Swasta Kota Surakarta
Proses implementasi pendidikan karakter tidak selalu lancar dalam realita di
lapangan. Tentunya ada beberapa hambatan yang akan di lalui seiring
berjalannya waktu. Selain adanya faktor hambatan diimbangi pula dengan
munculnya faktor pendukung dalam proses implementasinya, karena tanpa
adanya sebuah faktor pendukung pendidikan karakter dalam sekolah tidak
akan terwujud. Berikut adalah pemetaan faktor pendukung dan faktor
penghambat yang ditemui di lapangan terkait dengan implementasi
pendidikan karakter di sekolah, yaitu:
38
Tabel 4.2.
Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter
NAMA SEKOLAH FAKTOR
PENDUKUNG
FAKTOR
PENGHAMBAT
SMP Negeri 12
Surakarta
1) Dukungan dari sekolah.
2) Kolaborasi baik antara
guru.
1) Orang tua/ wali murid kurang
mendukung kegiatan sekolah.
2) Guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti yang
kurang kompak (miss
comunication) dari intern
rumpun PAI.
3) Lingkup rumah peserta didik.
SMP
Muhammadiyah 1
Surakarta
(Swasta Islam)
1) Faktor regulasi terlindungi
oleh undang-undang.
2) Wali murid memahami
pembentukkan karakter di
sekolah.
3) Faktor Sumber Daya
Manusia (SDM) hebat
membentuk karakter peserta
didik.
4) Lingkungan menciptakan
iklim kondusif
1) Karakteristik guru yang
kurang semangat.
2) Kontrol orangtua ketika di
rumah.
3) Kurang kesadaran disiplin
tepat waktu ke sekolah dalam
diri peserta didik.
SMP Pangudi Luhur
Bintang Laut (SMP
BL)
(Swasta Katholik)
1) Komitmen warga
sekolahmenciptakan iklim
karakter.
2) Peran bapak dan ibu guru
dalam keberhasilan
pengimplementasian
pendidikan karakter.
1) Oknum dari sebagian Guru
dan Karyawan sekolah.
2) Budaya dari rumah peserta
didik yang bertolak belakang
dengan aturan sekolah.
SMP Kristen 1
Surakarta
(Swasta Kristen)
1) Dibuatnya kesepakatan
antara guru dengan peserta
didik di awal kontrak
belajar.
1) Faktor dari lingkungan
Keluarga.
2) Faktor dari lingkungan
masyarakat, yaitu adanya
komunitas negatif di
lingkungan tempat tinggal
peserta didik.
SMP Kasatriyan 1
Surakarta
(Swasta Umum)
1) Kekompakan guru dan
karyawan dalam
melaksanakan peraturan
sekolah.
2) Konsistensi pelaksanaan
kegiatan berbasis karakter.
3) Dukungan dari pihak
yayasan dan Keraton.
1) Latar belakang peserta didik
yang beraneka ragam.
39
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa adanya faktor pendukung dan
penghambat dalam proses implementasi pendidikan karakter antar sekolah di
atas muaranya secara garis besar sama. Keberagaman para peserta didik
dengan berbagai kompleks masalah sangat memengaruhi jalannya pendidikan
karakter. Diperlukan sebuah strategi dari sekolah kerjasama antara Walikelas
dan Guru BK yang solid untuk membimbing peserta didik yang bermasalah
itu menemukan solusi.
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perencanaan implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri dan Swasta
Kota Surakarta yang dilihat dari visi masing-masing sekolah bermuara
sama yaitu menjadikan insan berkarakter. Pencapaiannya tak lain adalah
dengan perencanaan program karakter yang mencakup aspek
kepramukaan, kegiatan keagamaan dan penumbuhan budi pekerti (akhlak
mulia).
2. Ada perbedaan dan persamaan implementasi pendidikan karakter di SMP
Negeri dan Swasta. Persamaannya terletak pada belum menyanyikan lagu
bernuansa patriotik setelah selesai pembelajaran. Perbedaannya terletak
pada pemutaran lagu bernuansa patriotik. Pemutaran di sekolah Negeri
pada saat penyambutan peserta didik dan pulang sekolah, sedangkan
Sekolah Swasta saat istirahat dan pulang sekolah.
3. Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter
yang mencakup tiga aspek, yaitu: kepramukaan, kegiatan keagamaan dan
penumbuhan budi pekerti menunjukkan adanya perubahan perilaku yang
positif dari peserta didik baik di SMP Negeri dan Swasta Kota Surakarta.
4. Adanya faktor pendukung dan penghambat dalam proses implementasi
pendidikan karakter antar sekolah di atas muaranya secara garis besar
40
41
sama. Keberagaman para peserta didik dengan berbagai kompleks masalah
sangat memengaruhi jalannya pendidikan karakter. Diperlukan sebuah
strategi dari sekolah kerjasama antara Walikelas dan Guru BK yang solid
untuk membimbing peserta didik yang bermasalah itu menemukan solusi.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
Mengagendakan workshop bagi Guru-guru dalam pengaplikasian
pendidikan karakter sesuai mata pelajaran yang diampu. Bagi Dinas
Pendidikan terkait, setelah lahirnya Perda tentang penyelenggaraan
pendidikan alangkah baiknya membuat aturan turunan berupa petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) untuk implementasi
khususnya pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
2. Bagi Kepala Sekolah
Setelah adanya Peraturan Daerah mengenai Pendidikan Karakter alangkah
baiknya sebagai seorang pemimpin, seorang kepala sekolah menerapkan
dalam bentuk kegiatan-kegiatan positif sebagai upaya mendukung kebijakan
pemerintah. Inovasi dari kepala sekolah dan guru sangat terbuka lebar dalam
semangat menumbuhkan karakter dalam diri peserta didik.
3. Bagi peneliti yang akan datang
Penelitian kebijakan pemerintah daerah ini mengenai pendidikan karakter
masih dapat dikembangkan sebagai upaya follow up Perda tersebut. sebagai
bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Agama. Yogyakarta: Kurnia Alam
Semesta. 2006.
Acetylena, Sita. “Analisis Implementasi Kebijakan Karakter di Perguruan Taman
Siswa Kecamatan Turen Kabupaten Malang”, Jurnal Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan, Volume 1, Nomor 1 (2013), 55-61.
Ainiyah, Nur “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam”, Jurnal
Al-Ulum, Volume 13, Nomor 1 (2013), 25-38.
Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu Filsafat Dan Agama. Surabaya: PT. Bina
Ilmu.1982.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Pendidikan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012.
Chan, Sum. Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011.
Creswell, John W. Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed
Methods Approaches, Terj. Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.
Danim, Sudarwan. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta: Bina Aksara.
2005.
Djohan, Djohermansyah. Merajut Otonomi Daerah Pada Era Reformasi. Jakarta:
IKAPTK. 2014.
Hasbullah. Kebijakan Pendidikan Dalam Perspektif Teori Aplikasi dan Kondisi
Objektif Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2016.
Hidayat, Rahmat. Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2014.
Jalal, Fasli. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta:
Adictia Karya Nusa. 2001.
Jayanti. Buku Lengkap Pramuka. Yogyakarta: Media Ilmu Abadi. 2013.
43
Judiani, Sri “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui
Penguatan Pelaksanaan Kurikulum”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Volume 16, Edisi Khusus III (2010), 280-289.
Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: Rosda Karya. 2002.
Lickona, Thomas. Character Matters: Persoalan Karakter, Bagaimana
Membantu Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas dan
Kebijakan Penting Lainnya, terj. .Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2015.
Maftuh, Asep Mochamad. Buku Pegangan Pembina Pramuka. Cimahi: Mts
Darussalam. 2009.
Mertasari, Ni Made Sri. Model Evaluasi Pendidikan Karakter Yang
Komprehensif. Jakarta: Seminar Nasional Riset Inovatif (SENARI). 2016.
Muhaimin, Akhmad. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi
Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa.
Jogjakarta: Ar-Russ Media. 2014.
Munir, Abdullah. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak Dari
Rumah. Yogyakarta: Pedagogia. 2010.
Musdah, Siti. Karakter manusia Indonesia: Butir-butir Pendidikan Karakter
untuk Generasi Muda. Bandung: Nuansa Cendekia. 2013.
Patton, Michael Quiin. How to Use Qualitative Methods in Evaluation, Terj.
Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.
Purnomo, Arif dkk, “Pelatihan Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPS
Berorientasi pada Perpres Nomor 87 Tahun 2017 pada Forum Guru
Ambarawa”, Jurnal Panjar, Volume 1, Nomor 2 (2019), 156-159.
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan. Kepramukaan Bahan Ajar
Implementasi Untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 2014.
Rahayu, Ani Sri. Pengantar Pemerintahan Daerah: Kajian Teori, Hukum dan
Aplikasinya. Jakarta: Sinar Grafika. 2018.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.
44
Sarundajang. Babak Baru Sistim Pemerintahan. Jakarta: Kata Hasta Pustaka.
2011.
Somantri, Manap. Perencanaan Pendidikan. Bogor: IPB Press. 2014.
Sri, Ani. Pengantar Pemerintahan Daerah: Kajian Teori, Hukum dan
Aplikasinya. Jakarta: Sinar Grafika. 2018.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata
Langkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta. 2017.
Suhadi. Materi Dasar Kepramukaan. Semarang: Gerakan Pramuka Kwartir
Daerah 1 Jawa Tengah. 2006.
Sutopo, Haribertus. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press. 2002.
Tilaar. Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk Memahami Kebijakan Pendidikan
dan Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta, 2012.
Wulandari, Anis. “Implementasi Sistemik Pendidikan Karakter Di Lembaga
Pendidikan Islam (Studi di Madrasah Tsanawiyah Al-Irsyad Tengaran
Kabupaten Semarang dan Sekolah Menengah Pertama Muhammdiyah
Salatiga)”, Tesis, IAIN Salatiga, 2018.
Zuchdi, Darmayati. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktisi.
Yogyakarta: UNY Press. 2011.
45
Internet:
https://dapodikdasmen.kemdikbud.go.id diakses pada hari Kamis, 19
Desember 2019 pukul 20:40 WIB.
http:kemdikbud.go.id/kemdikbud/pengumuman/PBP. pdf, diakses pada
hari Jum’at, 20 Desember 2019 Pukul 14.30 WIB.
Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Dokumen:
Brosur SMP Kasatriyan Surakarta
File SMP Kasatriyan Surakarta
File SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
File SMP Negeri 12 Surakarta
Hand Out SMP Kristen 1 Surakarta
Hand Out SMP Pangudi Luhur Bintang Laut Surakarta
Risalah Pembahasan Pansus Raperda Tahun 2017 DPRD Surakarta
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : PEDOMAN WAWANCARA
DAFTAR PERTANYAAN KE KEPALA DINAS PENDIDIKAN
SURAKARTA
1. Sudah berapa lama Anda menjabat sebagai kepala dinas pendidikan Kota
Surakarta ini?
2. Apakah anda ikut terlibat dalam merumuskan Perda terbaru mengenai
penyelenggaraan pendidikan di Kota Surakarta ini? Kalaupun terlibat, sejauh
mana keterlibatan Anda?
3. Dewasa ini, kita tentu dapat melihat banyaknya kasus-kasus yang terjadi di
kalangan pelajar yang membuat prihatin semua kalangan dari pemerintah
maupun civitas akademika. Setelah menganalisis lebih lanjut krisis moral atau
degradasi moral para pelajar tersebut karena pemerintah melalui lembaga
pendidikan dirasa kurang maksimal dalam memberikan pendidikan karakter
di bangku sekolah. Bagaimana pendapat Anda menanggapi hal tersebut?
4. Penyelenggaraan pendidikan di Kota Surakarta diatur dalam Perda No 4
Tahun 2010 yang kemudian di perbaharui Perda No 12 Tahun 2017. Ada sisi
menarik dalam perda baru tersebut, dimana terdapat bagian yang memuat
kebijakan pendidikan karakter. Lalu,
apa yang melatar belakangi munculnya Perda Kota Surakarta No. 12 Tahun
2017 Pasal 56 tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan
kurikulum pendidikan karakter tersebut?
5. Atas inisiatif dari siapa atau pihak mana dalam mencetuskan perda yang
memuat pendidikan karakter tersebut? mengingat Kota Surakarta sebagai
pionir yang memuat kebijakan pendidikan karakter dalam peraturan daerah.
Karena setelah peneliti melakukan kroscek se-keresidenan Surakarta (Klaten,
Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Karanganyar dan Wonogiri) mereka belum
meng-upgrade Perda Penyelenggaraan pendidikan di daerah otonomnya.
6. Bagaimana alur perumusan kebijakan pendidikan karakter ini sampai pada
akhirnya ikut disertakan dalam perda terbaru ini?
7. Perumusan perda pendidikan karakter ini bersifat top down (atas kebawah)
atau botton up (bawah ke atas)? top down: melihat relalita di masyarakat
kemudian pemerintah daerah selaku daerah otonom memberikan feedback
(umpan balik) sebagai solusi dari permasalahan. Atau sebaliknya yang
bersifat botton up : perumusan dari pemerintah daerah selaku daerah otonom
sebagai pengendali kebijakan dan wajib di laksanakan di suatu daerah
otonom.
8. Apa yang sudah dilakukan dari dinas pendidikan dalam upaya
mensosialisasikan atau mem-publish perda baru ini yang memuat pendidikan
karakter kepada lembaga pendidikan di Surakarta? bentuk riilnya seperti apa?
9. Bagaimana jika di lapangan terdapat sekolah yang tidak mengikuti atau tidak
melaksanakan perda khususnya pada sub bagian implementasi pendidikan
karakter yang telah temakdum dalam Perda No 12 Tahun 2017? Adakah
pemberian sanksi dari Dinas Pendidikan Kota Surakarta?
10. Apa harapan dari Anda selaku kepala dinas pendidikan Kota Surakarta
dengan adanya kebijakan pendidikan karakter ini?
DAFTAR PERTANYAAN KE SMP NEGERI DAN SWASTA
Kepala Sekolah
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter
dalam lembaga pendidikan?
2. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah yang Anda pimpin
ini?
3. Sebagai pemimpin di sekolah ini, sudahkan Anda mengetahui bahwasanya
pendidikan karakter telah termakdum dalam payung hukum Perda Nomor
12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan pendidikan Bab VIII Bagian
Ketiga Sub bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
4. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
5. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
a) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
b) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran
pendidikan agama dan kegiatan keagamaan lainnya
c) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan
budi pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
1) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan
mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan
ketetapan sekolah
2) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
3) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru
dan peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
4) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan
peserta didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta
tanah air, baik lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu
terkini.
6. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut?
Jika akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena
kebijakan ini bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari
Anda? Tentunya khusus pasal pendidikan karakter!
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
9. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta
didik?
10. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan
karakter khusunya?
Waka Kesiswaan
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter
dalam lembaga pendidikan?
2. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah ini?
3. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
4. Sudahkan Anda mengetahui bahwasanya pendidikan karakter telah
termakdum dalam payung hukum Perda Nomor 12 tahun 2017 tentang
penyelenggaraan pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub bab
Pendidikan Karakter Pasal 56?
5. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
a) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
b) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran
pendidikan agama dan kegiatan keagamaan lainnya
c) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan
penumbuhan budi pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
1) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan
mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan
ketetapan sekolah
2) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa
orientasi pengenalan peserta didik baru untuk jenjang
SMP
3) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan
sesudahnya guru dan peserta didik menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia raya
4) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran,
guru dan peserta didik menyanyikan lagu bernuansa
patriotik atau cinta tanah air, baik lagu wajib nasional,
lagu daerah maupun lagu terkini.
6. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut?
Jika akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena
kebijakan ini bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari
Anda? Tentunya khusus pasal pendidikan karakter!
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
9. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta
didik?
10. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 Tahun 2017 Pasal
56 tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan
karakter di sekolah ini?
11. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan
karakter khusunya?
Guru Mapel Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
1. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel Pendidikan Agama di sekolah
ini?
2. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
3. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
4. Sebagai guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti strategi apa yang anda
terapkan dalam menerapkan pendidikan berbasis karakter?
5. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti?
6. Kegiatan keagamaan apa yang mendukung sebagai bentuk
pengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah ini?
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
9. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk
sesuai harapan dari sekolah?
10. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang
tua dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan
dilakukannya? Berkala dalam waktu?
11. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru Pendidikan Agama lainnya
di luar sana dalam menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Guru Bimbingan Konseling (BK)
1. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel BK?
2. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
3. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
4. Sebagai guru BK strategi apa yang anda terapkan dalam menerapkan
pendidikan berbasis karakter?
5. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui
mapel BK?
6. Seperti apa tindakan preventif dari BK sebagai upaya untuk menimilalisir
peserta didik yang keluar dari zona berkarakter?
7. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk
sesuai harapan dari sekolah?
8. Punishment apa yang dilakukan dari BK kepada peserta didik yang keluar
dari zona berkarakter?
9. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
10. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
11. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang
tua dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan
dilakukannya? Berkala dalam waktu?
12. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru BK di luar sana dalam
menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
LAMPIRAN 2: HASIL WAWANCARA
KEPALA DINAS PENDIDIKAN SURAKARTA
Hari, Tanggal: Selasa, 16 Juli 2019
Disposisi oleh Bp. Bambang Wahyono (Kepala Bidang/ Kabid Bagian SMP)
11. Sudah berapa lama Anda menjabat sebagai kepala dinas pendidikan Kota
Surakarta ini?
Sejak November 2011-2012, SK diperbaharui 2012 adanya SOP yang
baru.
12. Apakah anda ikut terlibat dalam merumuskan Perda terbaru mengenai
penyelenggaraan pendidikan di Kota Surakarta ini? Kalaupun terlibat, sejauh
mana keterlibatan Anda?
Kebetulan dikarenakan kami selaku di bidang dikdas mau tidak mau ikut
terlibat raperda tersebut yang disahkan oleh Dewan DPRD Komisi IV kota
Surakarta. keterlibatan kami sejak awal adalah memberikan kontribusi
masukan, mengedit redaksional yang ada dalam perda itu. Kemudian
setelah perda itu selesai kamilah pelaku yang akan melaksanakan perda
tersebut, karena itu memang untuk pendidikan dasar termasuk SMP.
Sedangkan perda yang dulu sebelum ini, dibuat untuk lembaga pendidikan
kota Surakarta yang notabene dari TK sampai jenjang SMA. Tapi dengan
adanya peraturan bahwasanya SMA/SMK yang dikelola oleh provinsi ya
kita melakukan perda yang mengacu dari perda pendidikan dasar.
13. Dewasa ini, kita tentu dapat melihat banyaknya kasus-kasus yang terjadi di
kalangan pelajar yang membuat prihatin semua kalangan dari pemerintah
maupun civitas akademika. Setelah menganalisis lebih lanjut krisis moral atau
degradasi moral para pelajar tersebut karena pemerintah melalui lembaga
pendidikan dirasa kurang maksimal dalam memberikan pendidikan karakter
di bangku sekolah. Bagaimana pendapat Anda menanggapi hal tersebut?
Untuk terjadinya kemerosotan moral atau degradasi moral memang tidak
dipungkiri ini sedang terjadi di seluruh wilayah nusantara, tidak hanya di
Surakarta saja karena tidak menutup kemungkinan di Surakarta juga
terjadi hal semacam itu. Karena bebasnya budaya asing kek kita, kontrol
orangtua yang dengan kesibukannya mereka itu kadang pula kurang
ketemu dengan si anak sehingga komunikasi antara anak dan orang tua
akan kurang juga. Lain dengan kami saat kecil dulu, orangtua yang ada di
rumah otomatis dapat mengontrol kelunturan etika dalam diri anak. kita
prihatin, tapi mita optimis untuk mendidik karakter anak dan memperbaiki
karakter anak menjadi lebih baik lagi.
14. Penyelenggaraan pendidikan di Kota Surakarta diatur dalam Perda No 4
Tahun 2010 yang kemudian di perbaharui Perda No 12 Tahun 2017. Ada sisi
menarik dalam perda baru tersebut, dimana terdapat bagian yang memuat
kebijakan pendidikan karakter. Lalu,
apa yang melatar belakangi munculnya Perda Kota Surakarta No. 12 Tahun
2017 Pasal 56 tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan
kurikulum pendidikan karakter tersebut?
Jadi, begini dengan munculnya perda dikarenakan keprihatinan dan untuk
penataan pengembaliaan daripada sistem pendidikan khususnya masalah
moral atau ketatakramaan anak-anak. Menurut kami moral para anak-anak
sekarang perlu untuk diperbaiki.
15. Atas inisiatif dari siapa atau pihak mana dalam mencetuskan perda yang
memuat pendidikan karakter tersebut? mengingat Kota Surakarta sebagai
pionir yang memuat kebijakan pendidikan karakter dalam peraturan daerah.
Karena setelah peneliti melakukan kroscek se-keresidenan Surakarta (Klaten,
Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Karanganyar dan Wonogiri) mereka belum
meng-upgrade Perda Penyelenggaraan pendidikan di daerah otonomnya.
Dari lingkup kita, dari para penyelenggara pendidikan yang notabene
difasilitasi oleh dinas pendidikan. Dari para masukan guru-guru, masukan
dari masyarakat yang peduli terhadap kemajuan pendidikan di kota
Surakarta kemudian kami akomodir, kami selaku pelaku pendidikan harus
menindaklanjuti itu dan ikut terjun di dalam itu karena kami adalah
pemain utama di dalam kesuksesan penyelenggaran pendidikan di
Surakarta. kami mengelola guru, mengelola sarana prasarana, mengelola
murid, kami punya tangan panjang yang namanya pengawas sekolah dan
guru-guru.
16. Bagaimana alur perumusan kebijakan pendidikan karakter ini sampai pada
akhirnya ikut disertakan dalam perda terbaru ini?
Alurnya begini, dari awal mula kita mengakomodir dari masukan-masukan
baik dari cvitas akademika lembaga pendidikan dan masyarakat
(lingkungan) kemudian kita analisa terus kita rumuskan stakeholder terkait
yang meliputi dewan pendidikan, PGRI, Bapeda, Bapermas, Dinas Sosial,
unsur masyarakat yaitu LSM, Perguruan Tinggi yang kemudian kita
rumuskan dibuat semacam redaksional untuk mengatur semacam itu
kemudian dalam bentuk raker kita koordinasikan dengan DPRD Komisi
IV. Kemudian di bahas dalam sidang-sidang pleno itu akhirnya tercetuslah
penyelenggaraan pendidikan memuat pendidikan karakter itu. Untuk
waktunyapun cukup lama. Karena memang cukup pelik dalam
merumuskan sebuah kebijakan ya. Hampir sekian tahun dalam
penggodogan-nya. Isi perda yang baru inipun secara substansi juga tidak
sama persis dengan perda sebelumnya (tentang penyelenggaraan
pendidikan) maka dari itu memelrukan waktu yang lumayan lama dalam
perumusannya. Untuk pasnya berapa lama saya lupa, tapi yang jelas
membutuhkan waktu beberapa tahun.
17. Perumusan perda pendidikan karakter ini bersifat top down (atas kebawah)
atau botton up (bawah ke atas)? top down: melihat relalita di masyarakat
kemudian pemerintah daerah selaku daerah otonom memberikan feedback
(umpan balik) sebagai solusi dari permasalahan. Atau sebaliknya yang
bersifat botton up: perumusan dari pemerintah daerah selaku daerah otonom
sebagai pengendali kebijakan dan wajib di laksanakan di suatu daerah
otonom.
Perumusan perda pendidikan karakter ini bersifat botton up (dari bawah ke
atas) karena yang mengusulkan masyarakat, civitas akademika lembaga
pendidikan baru ke dinas pendidikan diakomodir yang kemudian kami
sampaikan ke DPRD Komisi IV hingga berbentuklah perda
penyelenggaraan pendidikan yang memuat pendidikan karakter.
18. Apa yang sudah dilakukan dari dinas pendidikan dalam upaya
mensosialisasikan atau mem-publish perda baru ini yang memuat pendidikan
karakter kepada lembaga pendidikan di Surakarta? bentuk riilnya seperti apa?
Kami sudah melakukan sosialisasi kepada kepala sekolah saat melakukan
pembinaan kepala sekolah dan pengawas sekolah. Bahkan juga sebelum
SMA/SMK di oper ke provinsi kamipun sudah mensosialisasikan
mengenai pendidikan karakter. Tapi, mengenai implementasinya seperti
apa tergantung dari sekolah masing-masing dalam mengimplementasikan
pendidikan karakter tersebut.
19. Bagaimana jika di lapangan terdapat sekolah yang tidak mengikuti atau tidak
melaksanakan perda khususnya pada sub bagian implementasi pendidikan
karakter yang telah temakdum dalam Perda No 12 Tahun 2017? Adakah
pemberian sanksi dari Dinas Pendidikan Kota Surakarta?
Mengenai pelaksanaan upacara setau saya lhoya saya tidak tau kalau kita
kecolongan, namanya kecolongan itu kita tidak mengetahui. Semua sudah
melaksanakan, kita tidak ada sekolah yang “ekstream”, entah kalaupun ada
sekolah yang melanggar maka dari kami selaku dinas akan melakukan
pembinaan belum ada sanksi yang mengatur. Yang jelas, untuk kontrol
dari kami mengenai implementasi pendidikan karakter sudah kami berikan
sosialisasi melalui kepala sekolah dan pengawas sekolah.
20. Apa harapan dari Anda selaku kepala dinas pendidikan Kota Surakarta
dengan adanya kebijakan pendidikan karakter ini?
Harapannya program-program pendidikan karakter yang telah dicanangkan
oleh pemerintah ini selayaknya telah terimplementasikan di semua
lembaga pendidikan entah di kota Surakarta atau kota/ kabupaten lainnya.
Mengingat moral anak yang semakin memprihatinkan sehingga
harapannya melalui pendidikan inilah sebagai kunci dalam membangun
pendidikan karakter dalam diri anak.
Mengenai profil kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan dengan 54
kelurahan. Dari 54 kelurahan yang ada sesuai dengan visi dan misi
walikota Surakarta yakni Waras, Wasis, Wareg dan Mapan yang disingkat
3 WMP. Dinas Pendidikan berkewajiban untuk menyukseskan wasis-nya.
Wasis disini artinya adalah pinter. Di dalam penyelenggaraan pendidikan
di Kota Surakarta karena kami hanya mengurusi masalah pendidikan
Dasar (Paud/ TK pendidikan Nonformal, SD dan SMP). Di Kota Surakarta
terdapat 27 SMP Negeri, 45 SMP Swasta, 2 MTs Negeri dan 6 MTs
Swasta. Jika diakumulasikan jumlah siswa tersebut sekitar 34.500 sekian.
Penyebaran sekolah memang kami akui belum semua kelurahan ada lokasi
sekolah itu bahkan terdapat kelurahan yang banyak sekolah dan ada pula
keluruhan tertentu yang belum ada SMP Negerinya. Jadi, penyebarannya
masih belum menyeluruh. Eksistensi dari Walikota untuk penyebaran
lokasi bangunan sekolah, maka disini 3 tahun terakhir ini walikota itu
memindahkan SMP N 11 di daerah Semanggi, kemudian SMP N 5 di
Mojosongo yang semula itu satu komplek (nyumpel) SMP N 5, SMP N 3,
dan SMP N 10 di dekat Mangkunegaran di sana. Tahun besok SMP N 3
dipindah di Karangasem. Karangasem Solo Barat yang rakyatnya padat
tapi tidak ada SMP negerinya. Jadi, Permen yang terkait dengan zonasi itu,
alhamdulillah Solo sudah mendahului penataan. Gurupun sudah di tata,
dirotasi dan di rolling.
Masalah mengenai pendidikan karakter yang notabene masuk dalam
kurikulum, dulu saat 2000-2001 SOT pertama efek dari Jakarta dan
Surakarta bakar-bakaran itu, kami membentuk suatu kurikulum lokal yang
disebut kurikulum budi pekerti dan sudah dilaksanakan 2 tahun. Kita
launching sekitaran tahun 2003. Tujuan yang ditekankan pembentukan
kurikulum tersebut adalah terletak pada moral atau akhlaknya, baik anak
Islam maupun Non Islam. Meliputi: tata krama, tutur kata, menghormati
dengan orangtua, bagaimana bergaul dengan sesama, bagaimana dalam
menyikapi, bagaimana dalam pembagian tugas. Jadi, lebih ditekankan di
action-nya. Contoh anak-anak sekarang itu lewat di depan orang yang
lebih tua atau gurunya jarang sekali kita temui anak-anak yang
membungkukkan badannya. Salah satu caranya dengan kita
mengimplementasikan di saat anak akan masuk ruang kelas, guru dengan
membawa penggaris di taruh sejajar di dinding kelas itu agar muridnya
ketika melewatinya membungkuk. Karena jika tidak membungkuk maka
badan murid akan menabrak penggaris yang memang sengaja di pasang
guru di dinding itu. Ini hanya salah satu contoh. Kemudian cara anak
ngrapu rancan. Itu semua belum final, implementasinya belum lengkap
dari pusat muncullah kurikulum pendidikan karakter. Kemudian kurikulum
pendidikan karakter dari pusat kemudian kita jabarkan, kita
impementasikan, detailkan di perwali (peraturan wali kota) tentang
penyelenggaraan pendidikan. Ini yang namanaya pendidikan karakter ini
tidak ada mata pelajaran tersendiri. Jadi, terinclude gabung dengan mata
pelajaran lain baik mapel bahasa indonesia, bahasa daerah, matematika
semua mapel bisa disisipi mengenai pendidikan karakter. Karena
pendidikan karakter itu menurut pengertian kami hanya untuk membentuk,
untuk memproduk karakter atau sikap anak yang diwujudkan dalam sistem
pembelaajran. Jadi karakter yang dinilai dari anak disini adalah pada
actualisasi (action) nya dalam diri anak. disitulah sampai sini pihak kami
dari dinas yang bekerjasama dengan pengawas sekolah untuk melakukan
kontroling-kontroling ke sekolah. Namun, kami juga mengakui
bahwasanya juga ada yang belum melakukan sepenuhnya, namun tetap
kota Surakarta yang terkenal dengan kealusannya InsyaAllah masih dalam
tanda kutip implementasinya masih lebih dibandingkan dengan daerah
lain.
Kenapa sampai dibentuk dalam sebuah perda ini dikarenakan memang
kota Surakarta ini mengutamakan pada pembentukan karakter atau watak
anak yang selayaknya menjadi seorang siswa yang kelak akan
menggantikan kami para generasi tua. Jadi, daerah-daerah lain yang belum
terakomodir terwujud dalam peraturan walikota atau perda itu tergantung
dari daerah lain. Tapi dari kami memang memprioritaskan mengenai
pendidikan karakter. Semua sekolah sudah kami sosialisasikan tapi ya
tergantung dari sekolah tentunya kami masih menyadari pasti ada sekolah
yang implementasinya kurang maksimal, pasti itu ada dan kejadian.
Sampai dalam bentuk perda ini, asalnya dari atas (peraturan pusat) lalu kita
jabarkan dalam bentuk peraturan daerah ini yang tidak terlepas dari para
civitas akademika kota Surakarta, dewan pendidikan dan orang-orang
berkompeten lainnya dalam perumusan perda ini. Lalu kami dari dinas
mensosialisasikan ke sekolah-sekolah yang ada di Surakarta. Seperti yang
sudah saya tekankan tadi, tentunya sekolah-sekolah dalam
pengimplementasikannyapun juga beragam. Mungkin ada kendala-kendala
sendiri-sendiri yang tentunya berbeda antara sekolah satu dengan lainnya.
SMP NEGERI 12 SURAKARTA
Hari, Tanggal : Rabu, 17 Juli 2019
Informan : Ibu Ari Kristiati, S. Pd., M. Pd. (Kepala Sekolah SMP N 12)
11. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter
dalam lembaga pendidikan?
Karakter bagi kami adalah hal yang sangat utama karena itu merupakan
salah satu langkah anak-anak menuju sukses adalah karakternya. Kalau
seorang anak karakternya bagus pasti otaknya juga bagus. Makanya kalau
anak-anak disini terutama anak-anak yang sudah tahu apa yang harus dia
lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, karena apabila melakukan
sesuatu hal yang tidak boleh dilakukan pasti kami beri sanksi pastinya
sanksi yang edukasi. Tetap harus ada sanksi agar anak-anak tahu bahwa hal
tersebut salah.
12. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah yang Anda pimpin
ini?
Karakter yang saya bagun disini yang nomor satu adalah karakter yang
sifatnya disiplin, kunci utama anak-anak yaitu disiplin. Tata tertib yang
sudah tertulis harus dipatuhi dan orang tua murid pun juga harus
mengetahui. Jadi orang tua murid kelas VII akan dikumpulkan untuk
mensosialisasikan dan mengajak bahwa sekolah itu inginnya selain
mendidik anak menjadi berilmu tetapi juga mendidik anak berkarakter. Jadi
apabila anak tidak sesuai dengan aturan pasti orang tua akan tahu dan tidak
marah apabila ada punishment, tapi dalam kutip punishmen kami adalah
punishment yang mendidik. Misalkan contoh kecil apabila anak tidak
memasukkan baju pasti akan ada punishment seperti menyiram bunga,
membersihkan kelas, mencabut rumput ataupun mencari sampah. Karena
disini termasuk sekolah adiwiyata jadi memang saya mengedepankan itu.
Jadi anak-anak sudah tahu apabila melanggar langsung sudah siap. Ini
memang salah satu karakter yang saya canangkan di SMP 12 ini bukan
hanya murid saja tetapi guru juga. Jadi tidak hanya murid saja yang saya
tuntut baik,gurunya juga harus baik. Kalau gurunya baik nanti muridnya
juga baik. Jadi kesalahan anak itu tidak mungkin mutlak anak yang salah,
jadi saya mengajak kepada guru-guru untuk introspeksi dini kenapa seperti
ini. Mengajak guru-guru untuk memberikan contoh yang baik, misalkan
gurunya saja masuk telat, anaknya kadang juga terlambat. Dengan seperti
ini, prestasi dari tahun ke tahun selama saya menjadi kepala sekolah disini
naik.
13. Sebagai pemimpin di sekolah ini, sudahkan Anda mengetahui bahwasanya
pendidikan karakter telah termakdum dalam payung hukum Perda Nomor 12
tahun 2017 tentang penyelenggaraan pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub
bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
Saya sangat setuju dan sudah saya terapkan di sekolah ini.
14. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Kami ada program ekstrakurikuler yang mengolah karakter anak, misalnya
ada pramuka, osis, rohis, tekwondo dsb. Pendidikan karakter yang kami
terapkan bersifat pembiasaan. Jadi bukan sebuah mata pelajaran pendidikan
karakter dalam bentuk jam pelajaran.
15. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
d) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
e) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
f) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
5) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah
6) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
7) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru dan
peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
8) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta
didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air, baik
lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Sudah. Anda bisa melakukan konfirmasi juga dengan waka kurikulum
terkait hal tersebut.
16. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut?
Jika akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan
ini bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Dalam setiap keputusan pasti melibatkan dan memperhatikan sumbangsih
dari berbagai pihak, karena Pak Rudi itu orangnya sangat komunikatif, jadi
apa-apa selalu dikomunikasikan.
17. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Semua program yang berkaitan dengan pendidikan karakter untuk anak dari
kami selalu dukung penuh.
18. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Faktor penghambat itu pastinya pertama kali saya disinikan mungkin kaget,
yang terbiasa nya mungkin santai mungkin tidak biasa, tapi lama-lama guru-
guru tahu arah saya itu harus bagaimana itu gur-guru tahu. Ya pertama kali
itu pasti ada kendala tapi hanya sebagian kecil saja, lama-lama akan
terbiasa.
Cara mengatasinya dengan cara saya berikan contoh dan selalu saya ajak
komunikasi. Koordinasi itu tidak mengenal waktu tidak hanya seminggu
sekali, terkadang setiap kali itu saya koordinasi. Dan saya selalu
memberikan contoh, saya tidak pernah pulang duluan, saya pasti selalu
pulang terakhir. Kecuali kalau memang saya ada kepentingan, kalaupun ada
rapat selesai rapat saya selalu kembali ke sekolah. Biasanya kan ada yang
pulang, kalau saya belum pernah saya pasti selalu kembali ke sekolah.
19. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta didik?
Saya memeberikan contoh, selalu komunikasi, selalu berkoordinasi dan saya
selalu menanamkan kepada guru-guru bahwa ini adalah tugas yang mulia.
Kita sudah beruntung sudah mendapatkan banyak murid tanpa harus
bberusaha seperti sekolah-sekolah yang lainnya, kita beruntung pasti selalu
mendapatkan jam mengajar sebanyak minimal 24 jam, jadi sertifikasi juga
tidak ada masalah. Jadi itu langkah-langkah yang saya lakukan untuk
menggugah semangat guru agar selalu paham dengan tupoksinya masing-
masing.
20. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Dampaknya sangat luar biasa baik. Sekolah menjadi lebih baik, tertib dan
dengan adanya payung hukum tersebut membuat sekolah melangkah lebih
nyaman dan tenang.
21. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khusunya?
Pendidikan karakter kalau menurut saya sudah cukup dan perlu
dipertahankan. Karena bagi saya pendidikan karakter adalah modal utama
untuk menjadi sukses. Jadi dengan adanya payung hukum seperti ini yang
hanya berlaku di surakarta, mestinya menteri pendidikan akan mengadopsi
atau mungkin lebih menekankan agar semua sekolah di daerah-daerah lain
juga ikut seperti ini agar siswa-siswa Indonesia bisa mempunyai karakter
yang kuat. Karena dengan hal demikian guru-guru dalam mengajar akan
menjadi lebih nyaman.
Waka Kesiswaan
Informan: Bp. Sarbudi, S. Pd.
12. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter
dalam lembaga pendidikan?
Bagi saya sangat penting sekali, kenapa sangat penting,karena menurut saya
keberhasilan seseorang itu tidak hanya terletak pada kemampuan IQ nya
saja, namun karakter anak itu sendiri yang akan menentukan
keberhasilannya. Karena dengan karakter yang baik anak itu sendiri akan
tahu apa yang harus dia kerjakan dan apa yang harus dia tinggalkan. Maka
pembiasaan-pembiasaan yang baik ini diharapkan bisa membentuk sebuah
karakter yang baik. Maka kegiatan-kegiatan agama, sholat berjamaah,
pengajian, membaca Al-Qur’an itu salah satu pembiasaan yang baik untuk
karakter yang baik. Karena keberhasilan seseorang bukan terletak pada IQ
nya tapi terletak pada budi perkertinya bagaimana kecerdasan dia dalam
mencerminkan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya
sebagai pelajar. Maka pendidikan agama, pembiasaan agama terutama
agama Islam itu perlu sekali. Seperti kegiatan shalat berjamaah disini, bagi
anak-anak yang sudah sadar akan kebutuhan tersebut dia akan secara sadar
untuk melaksanakan shalat berjamaah tanpa harus disuruh, namun bagi
anak-anak yang belum terbiasa kita dilembaga ini membiasakan mereka
untuk shalat berjamaah agar terbentuk suatu karakter yang baik. Jadi mereka
bisa menyadari apabila disuruh mereka akan sadar dan berangkat sendiri,
apabila tidak diperbolehkan akan sesuatu hal maka mereka tidak akan
melakukannya. Dan ini membutuhkan pembiasaan dan proses yang tidak
sebentar. Namun susahnya apabila di sekolah yang waktunya sangat terbatas
ini, mungkin hanya tiga tahun yaitu dikelas VII, VIII dan IX, apabila anak
masuk ke dalam lingkungan yang lain maka akan kembali lagi ke karakter
semula, lingkungan dirumahpun juga sangat mempengaruhi karakter
seorang anak. Jadi baiknya pendidikan karakter harus berkesinambungan
antara guru di sekolah dengan orang tua dirumah agrar pendidikan karakter
tidak terputus disekolah saja. Kalau saya selaku guru pendidikan karakter ini
merupakan hal yang paling utama. Saya hanya mencotoh Ari Ginanjar
(pencetus ESQ) yang pernah berkata “Keberhasilan seseorang tidak terletak
pada IQ nya”
13. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah ini?
Sikap disiplin, nasionalisme, sikap santun
14. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Kedisiplinan, program pramuka wajib, setiap mata pelajaran di include kan
dengan pendidikan karakter, penumbuhan sikap nasionalisme seperti
upacara bendera setiap hari senin, setiap hari setiap sebelum pelajaran
dimulai selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan berdiri secara
khidmat, baik anak-anak, guru, staf maupun karyawan apabila tiba saat
menyanyikan lagu Indonesia Raya dimanapun merekan berada harus berdiri
dan ikut bernyanyi, berdoa juga pasti.
15. Sudahkan Anda mengetahui bahwasanya pendidikan karakter telah
termakdum dalam payung hukum Perda Nomor 12 tahun 2017 tentang
penyelenggaraan pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub bab Pendidikan
Karakter Pasal 56?
Secara payung hukum belum, tetapi pelaksanaan nya sudah diterapkan di
sekolah ini jauh-jauh sebelum berpayung hukum tersebut.
16. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
d) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
e) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
f) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
5) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah
6) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
7) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru dan
peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
8) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta
didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air, baik
lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Sudah. Pramuka di hari Jum’at sepulang sekolah. Seperti Anda lihat sendiri
sebelum Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kami melakukan
upacara pembukaan yang dilanjutkan dengan kegiatan MPLS. Di sekolah ini
sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) semua warga SMP N 12 akan
berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama.
17. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut?
Jika akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan
ini bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Point-point tersebut sudah memuat karakter-karakter yang baik tentunya.
Pemerintah tetap harus memberikan perhatian lebih mencakup pengelolaan
karakter anak. jadi, tidak hanya yang difokuskan pada sisi kognitif saja.
Kalau sudah terpayung hukum begini, itu menunjukkan bahwa pemerintah
sudah bisa dikatakan melek terhadap realita.
18. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Faktor pendukung tentunta dari pihak Kepala Sekolah sudah sangat
mendukung pendidikan karakter di sekolah ini, selain itu adanya kolaborasi
yang baik antara teman-teman guru untuk menerapkan pendidikan karakter,
karena apabila tidak ada kolaborasi atau bisa dibilang jalan sendiri-sendiri
maka akan sulit dalam mencapai keberhasilan pendidikan karakter ini.
Karena apabila ada keluhan dari satu guru tentang anak yang dikatakan
bermasalah maka guru-guru yang lain akan kompak dan berkolaborasi
dalam menyelesaikan permasalahan anak tersebut, sehingga bisa terjadi
pembiasaan yang selaras.
19. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Hambatannya tidak semua orang tua tidak mendukung dengan apa yang
sekolah lakukan, terkadang ada orang tua yang salah paham anaknya
dihukum untuk membentuk karakter yang baik tetapi orang tuanya tidak
menerima. Kemudian apabila ada anak yang kurang baik kemudian menjadi
seperti sebuah penyakit yang menular ke anak-anak lainnya itu sangat
berbahaya. Jadi untuk mengatasi hal-hal seperti itu perlu adanya kolaborasi
dari teman-teman yang lain.
20. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta didik?
Kalau pemahaman saya setiap guru sudah mempunyai karakter masing-
masing jadi saya tidak mau menggurui dengan menegur mereka.Saya selalu
memberikan aplikasi contoh dilapangan khususnya pada saat upacara,
kemudian pada saat menangani kasus pelanggaran tata tertib anak anak
disekolah diberi apa, dihukum apa,seperti itu. Jadi melalui tindakan
langsung. Kalau ada kesempatan kita sampaikan di forum rapat.
21. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 Tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Bagi saya ada payung hukum ataupun tidak ada payung hukumnya menurut
saya sebuah lembaga pendidikan memang harus seperti itu. Karena sebelum
payung hukum ada bapak ibu guru sudah menyadari betapa pentingnya
sebuah pendidikan karakter. Apalagi setelah adanya sistem zonasi ini
dimana kita tidak bisa mengatur input yang masuk, jadi pendidikan karakter
disini harus lebih ditekankan.
22. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khusunya?
Ya kalau bisa sarana prasarana yang menunjang kepada keberhasilan
pendidikan karakter anak di sekolah sekolah yang belum lengkap untuk bisa
dilengkapi. Salah satu contoh yaitu sarana prasarana upacara, masjid,
perlengkapan ibadah uantuk agama apapun juga. Jika itu disediakan di
setiap sekolah-sekolah maka akan menjadi lebih baik. Seperti yang kita
ketahui kalau untuk agam kristen/katolik atau agama minoritas itu hanya
mendompeleng di satu ruang kelas saja, belum ada sekolahan yang
menyediakan ruang khusus untuk agama-agama masing-masing.
Guru Mapel Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Informan:
a) Mustamir, S. Pd.I (Koordinator GPAI SMP N 12 Surakarta)
b) Siti Zulaikhah, S. Pd. I
c) Aprilia Safitri, S. Pd. I
d) Niken Larasati, S. Pd.
12. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel Pendidikan Agama di sekolah
ini?
Jawab:
Bp. Mustamir telah mengabdi di SMP N 12 Surakarta sejak tahun 2003
Ibu Siti Zulaikhah telah mengabdi di SMP N 12 Surakarta sejak tahun
2003
Ibu Aprilia Safitri telah mengabdi di SMP N 12 Surakarta sejak tahun
2019 (CPNS, baru 3 bulan)
Ibu Niken Larasati telah mengabdi di SMP N 12 Surakarta sejak tahun
2016
13. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Jawab:
Secara garis besar keempat guru agama tersebut merasakan perbedaan
yang signifikan dalam mendidik anak tempo dulu dengan tempo sekarang.
Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan Gadget membuat anak
mengalami penurunan karakter. Fitur-fitur dalam gadget kadang memuat
konten-konten yang dirasa kurang pas untuk anak zaman sekarang,
sedangkan orang tua tidak mengontrol hal tersebut. Perbedaan itu
ditunjukkan anak-anak zaman dahulu jika diberitahu atau dinasehati oleh
Gurunya akan nurut mudah untuk di kontrol, berbeda dengan anak-anak
zaman sekarang ada tantangannya gitu dalam penanganan dari Guru.
Sekarang ini kita berharapnya anak tidak mesti nurut tetapi paling tidak
sesuai dengan alur yang kita arahkan.
14. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Jawab:
Anak sekarang dikasih tau, dinasehati/ diberi masukan tentang sesuatu hal
tidak langsung menurut. Jadi, disini tantangan kita sebagai guru PAI
adalah membuat anak mengikuti alur yang kita arahkan. Karena dimanja
oleh pemerintah juga sebuah tantangan untuk kita. Dimanja dalam artian
anak yang nakal kita tidak boleh mendidik mereka dengan terlalu keras,
padahal jika tidak dikerasi anak naka tersebut akan menebarkan virus ke
teman yang lainnya.
15. Sebagai guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti strategi apa yang anda
terapkan dalam menerapkan pendidikan berbasis karakter?
Jawab:
Minimal kita memberikan sebuah keteladanan. Pendekatan secara
emosional kepada anak didik juga penting. Karena karakteristik siswa
berbeda-beda, maka pendekatan yang dilakukanpun juga beda-beda.
Ketika kita dekat dengan anak, maka apabila mereka akan melakuakn
suatu yang tidak baik maka mereka akan ada rasa sungkan.
16. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti?
Jawab:
Karakter yang dibetuk pertama kali adalah menumbuhkan kesadaran
sholat dalam diri anak. Sehingga di sekolah ini ada kegiatan rutin sholat
dhuha dan sholat dhuhur berjamaah.
17. Kegiatan keagamaan apa yang mendukung sebagai bentuk
pengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah ini?
Jawab:
Pembiasaan sholat dhuha berjamaah di pagi hari sebelum KBM mapel
PAI, pembiasaan doa pagi, Jum’at religi sebulan dua kali bertempat di
lapangan. Jum’at religi ini untuk yang bergama Kristen dan Katolik akan
berdoa di ruang doa dipimpin oleh guru agama Kristen dan Katolik juga.
Kemarin ketika Ramadhan kami mengadakan pesantren kilat yang diisi
dengan kegiatan-kegiatan nuansa Islami, buka bersama dan mabit di
sekolah. Shalat Jum’at berjamaah juga diagendakan di sini, karena sekolah
ini 5 hari dan pulang sore, maka mau tidak mau Sholat Jum’at
dilaksanakan di sekolah. Selain itu ada juga Rohis yang ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan Islam misalnya pembagian zakat, qurban, kajian, rebana
dsb. Di Rohis ini ada kegiatan anak untuk menuntaskan membaca Al-
Qur’an. Jadi, anak akan saling menyimak bacaan Al-Qur’an teman secara
bergantian.
18. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Jawab:
Sarana dan prasarana telah mendukung, masjid juga sudah selesai proses
renovasi InsyaAllah besok pertengahan Juli ini sudah bisa digunakan
bersama dalam mendukung kegiatan-kegiatan pembentukan karakter anak.
sekolah juga sudah menyediakan media pembelajaran yang berbasis
teknologi, yaitu proyektor LCD yang bisa kita pakai, walaupun belum
semua ruangan terpasang. Karena anak-anak lebih tertarik pembelajaran
dengan memutakan video, bagi mereka monoton jika hanya guru ceramah.
Perizinan dari sekolah juga sebagai faktor pendukung dalam segala
kegiatan nuansa Islami ini. Ketika izin dari sekolah sudah dikantongi
kegiatan akan jalan sebagaimana mestinya. Yang jelas komunikasi antara
koordinator PAI dengan sekolah harus sinkron.
19. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Jawab:
Faktor penghambatnya itu kurang ada kekompakan. Ini ditunjukkan ketika
yang satu memberikan solusi gini, sedangkan yang lainnya itu sudah
berbeda. Maka ini akan terjadi miss communication. Kurang kekompakkan
disini lebih ditujukan intern GPAI nya. Dukungan dari sekolahpun kadang
juga belum maksimal, ada yang peduli dan ada yang tidak terhadap
program-program dari kami (GPAI) ini.
20. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk
sesuai harapan dari sekolah?
Jawab:
Kami tidak bekerja sendirian, dibantu juga oleh guru BK. Ada sinergi
antara GPAI dengan Guru BK untuk mencarikan solusi anak yang
bermasalah tersebut. setelah iu kita komunikasin dengan orang tua. Karena
kalau di sekolah kita sudah berusaha semaksimal mungkin misalnya
menekankan anak untuk sholat berjamaah, namun ternyata di rumah orang
tua tidak mendukung program kami disekolah yaa ini kendalanya,
semacam telah terputus sedangkan kami terbatas dalam memantau anak.
Ketika pengambilan rapor pun juga waktu tidak intensif ketika berbincang
kepada orangtua mengenai perkembangan anaknya. Kadang juga kita ada
sanksi. Sanksi yang mendidik tentunya, misalnya menulis arab,
membersihkan masjid semacam itu.
21. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang
tua dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan
dilakukannya? Berkala dalam waktu?
Jawab:
Sekolah kami memiliki sebuah aplikasi “Mata Gadis” (Pemantauan Kita
dalam Menegakkan Kedisiplinan). Jadi Mata Gadis ini sebagai komunikasi
sekolah dengan orang tua. Tetapi fungsinya saja kurang begitu maksimal.
Mata Gadis ini sebagai pemantauan dari sekolah untuk menegakkan
kedisiplinan dalam diri anak. Selain itu wali kelaslah yang melakukan
komunikasi dengan wali murid. Adapun yang dilakukan dari sekolah
ketika anak-anak akan menghadapi ujian. Persiapan ujian itu nnati
orangtua dari anak-anak baru di undang ke sekolah untuk diberikan
sosialisasi dan pengarahan sebelum anak menghadapi ujian dsb. Disini ada
juga konseling, tapi ketika anak sudah melakukan pelanggaran barulah
orangtua dipanggil ke sekolah. Jadi, ketika ada masalah dalam diri anak
barulah ada parenting khusus ke orang tua ketika sudah tersangkut
masalah. Sejauh ini untuk GPAI sendiri belum ada parenting khusus untuk
orangtua.
22. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru Pendidikan Agama lainnya
di luar sana dalam menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Jawab:
Kita harus memberikan sebuah keteladanan bagi anak. keteladanan itu
penting, jadi tidak hanya cukup menjadi contoh. Berbeda konteks jika kita
bilang “sana” tapi “ayo”. Misalnya: “Ayo, kita sholat berjamaah nak”.
Karena anak sebetulnya tidak hanya butuh sebuah contoh, tetapi
keteladanan dan itu harus kita lakukan sebagai penggerak pembentukan
karakter anak didik.
Guru Bimbingan Konseling (BK)
Informan: Budhi Nugrahaningsih, S. Pd
13. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel BK?
Kalau di SMP N 12 ini saya baru 1.5 tahun. Tetapi sebelumnya
saya telah bergelut di dunia pendidikan sejak tahun 2007.
14. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Sebenarnya pada prinsipnya cara penanganan anak itu adalah sama
hanya saja karena “masa” istilahnya anak-anak zaman old dan
now. Bedanya pasti ada dan perbadaan itu mencolok. Mencoloknya
ini terlihat ketika anak dulu dari rumah telah dibekali sebuah budi
pekerti dan karakter (tata krama) yang lumayan, tetapi anak
sekarang bukan maksudnya tidak dibekali dari rumah tapi masih
dirasa kurang pembekalan sebuah karakter dari rumah. Anak itu
lebih cenderung kurang patuh, karena anak yang beragam pula
maka tidak menutup kemungkinan masalah juga beagam yang
dibawa anak.
15. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Tantangan yang dihadapi adalah dimana anak sekarang dia merasa
sudah lebih tahu segalanya dengan kemudahan informasi global
yang di dapat melalui sosial media. Padahal sebetulnya belum pas.
Latar belakang orang tua juga berpengaruh dengan karakter anak.
keluarga yang agamis dan tidak akan terlihat. Maka dari itu,
disinilah tantangan dari kami sebagai Guru BK. Faktor dari
keluraga yang anak
16. Sebagai guru BK strategi apa yang anda terapkan dalam menerapkan
pendidikan berbasis karakter?
Ada strategi khusus dari saya. Dimana kita nguwongke
(humanisme) menghargai keberadaan sang anak sehingga tidak
akan ada jarak antara seorang guru dan anak didik. Kemudian
ketika akan sudah nyaman dan tidak ada jarak dengan kita, mereka
akan secara bebas bercerita mengenai masalahnya yang kemudian
akan kita carikan solusi dari permasalahan tersebut, nglawani atau
di backing-i. Kita tidak boleh mendikte, menasihati anak bahwa
kamu harus gini gini.. jika anak salah. Tetapi kita mengajak
berpikir dengan mengandaikan itu ke kamu (anak), gimana kalau
kamu yang diginikan. Sehingga anak akan mengetahui sendiri
perbuatan tersebut benar atau salah. Jadi, kita menggiring anak
untuk menemukan jawaban atas kesalahan yang telah diperbuat.
Konsekuensi apa yang diterima dari perbuatannya itu. Penekanan,
pencontohan juga sebuah strategi yang kami terapkan dalam
mendisiplinkan anak.
17. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui
mapel BK?
Karakter yang diharapkan adalah mereka berbudi pekerti luhur.
Cakupannyapun juga luas. mulai dari tangung jawab, jujur, cinta
lingkungan, cinta terhadap Tuhan, cinta terhadap sesama dsb.
18. Seperti apa tindakan preventif dari BK sebagai upaya untuk menimilalisir
peserta didik yang keluar dari zona berkarakter?
Ada kontrol dari tata tertib, pembiasaan-pembiasaan. Misalnya kita
selalu mengingatkan ke anak mengenai perilaku berbudi pekerti
luhur. Sistem point bagi siswa yang melanggar aturan itu
sebetulnya milik kesiswaan tapi disalah artikan jadi ranah BK.
Sebetulnya posisi BK disini menggiring anak agar jangan sampai
mendapatkan point karena melanggar tata tertib sekolah. Kita juga
melakukan komunikasi dengan anak berkaitan dengan ibadah
sembahyang. Melakukan kroscek ke anak ibadah apa yang belum
ditunaikan. Misalnya sholat, sholat apa yang belum di lakukan.
Lalu kami tanyakan alasannya ke anak yang bersangkutan.
Ternyata terjadi misscomunication antara sekolah dengan orang
tua. Ketika di sekolah diterapkan pembiasaan sholat berjamaah
ternyata di rumah orang tua tidak mengontrol kembali ibadah anak.
Begitupun dengan anak yang non muslim yang ternyata
kejarangannya beribadah ke gereja. Sehingga kita disini akan
mengarahkan ke anak agar mandiri dan mengadopsi pengalaman-
pengalaman yang dirasa kurang pas.
19. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk
sesuai harapan dari sekolah?
Penangannya dari kami biasanya memberikan sebuah hukuman
yang mendidik, seperti merawat taman, membersihkan musholla
bagi yang beragama Islam dsb. Bahkan jika sudah terlampaui batas
kami memanggil orang tuanya untuk datang ke sekolah guna
melakukan klarifikasi terhadap kesalahan anak tersebut dan anak
akan menuliskan pernyataan tidak akan mengulangi kembali.
Sejauh ini kita belum pernah memberikan sanksi kepada siswa
sampai tahap di skors (tidak mengikuti KBM dalam kurun waktu
tertentu). Hukuman yang diberikan ke anak adalah sesuai dengan
tingkat kesalahan yang anak lakukan. Keberadaan BK harus
bersifat situasional dalam menghadapi beragam anak, apalagi di
sekolah ini adalah sekolah rujukan inklusi.
20. Punishment apa yang dilakukan dari BK kepada peserta didik yang keluar
dari zona berkarakter?
Punishment yang diberikan haruslah bersifat mendidik. Misalnya
menyiram tanaman, membersihkan mushola dsb. Bahkan jika
sudah terlampaui batas kami memanggil orang tuanya untuk datang
ke sekolah guna melakukan klarifikasi terhadap kesalahan anak
tersebut dan anak akan menuliskan pernyataan tidak akan
mengulangi kembali. Sejauh ini kita belum pernah memberikan
sanksi kepada siswa sampai tahap di skors (tidak mengikuti KBM
dalam kurun waktu tertentu). Hukuman yang diberikan ke anak
adalah sesuai dengan tingkat kesalahan yang anak lakukan.
21. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Faktor pendukungnya di sini disediakan fasilitas masjid, ruang doa
untuk agama non muslim walaupun fungsinya sering bergantian.
Sekolah menjadwalkan waktu-waktu tertentu berkaitan dengan
kerohaniawan. Sebulan sekali pada hari Jum’at ada doa bersama.
bagi yang beragama Islam di halaman sekolah lantaran masjid
sedang proses finishing pembangunan sedangkan yang beragama
Kristen dan Katolik di ruang doa khusus yang telah disediakan
untuk Kebaktian. Ada juga ekskul-ekskul juga sebagai pendukung
untuk menumbuhkan karakter dalam diri anak. dengan mengikuti
kegiatan ekstra tersebut anak-anaka akan melatih diri bertanggung
jawab,berkreasi, disiplin waktu dsb. Sarana dan prasarana sekolah
yang mendukung penuh sudah lumayan.
22. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Faktor penghambatnya dari lingkup anak sendiri, yaitu dari rumah.
Sesuatu hal yang di bawa anak dari rumah, misalnya anak terlalu
manja. Kita yang tidak bisa memantau anak 24 jam tentu kita
serahkan ke orang tua ketika sudah di rumah. Lha disini orang tua
sebagai pendidik utama dalam keluarga sebetulnya juga ikut
mengontrol anak ketika di rumah. Sedangkan di sekolah gurulah
yang mengontrol. Ini kadang yang terjadi miscom (terputusnya
hubungan) antara sekolah dan anak dalam menumbuhkan karakter
anak.
23. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang
tua dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan
dilakukannya? Berkala dalam waktu?
Sebetulnya itu adalah program BK yang ingin kami lakukan.
Tetapi itu baru wacana. Kita cari waktu yang tepat. Tetapi jika kita
ingin ketemu dengan orang tua untuk anak yang bermasalah maka
akan langsung kita panggil agar orang tua ke sekolah atau kita
yang melakukan home visit. karena dirasa home visit lebih efektif.
Tapi ya itu, hanya untuk anak-anak yang bermasalah saja.
Sebetulnya harusnya parenting itu memang program yang jitu ya.
Tapi, kita perlu waktu itu juga yaa, karena mengingat sekolah kami
sekarang 5 hari kerja pulangnya sore. Kalau sabtu itu juga dirasa
kurang efektif.
24. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru BK di luar sana dalam
menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Memang sebetulnya kita itu harusnya menjadi teladan. Mengolah
diri itu juga penting, karena berbicara mengenai pendidikan
karakter itu kita tidak hanya sekadar ngomong tetapi kan harus
memberikan contoh. Harus menjadi pelakunya terlebih dahulu
sebelum menggiring anak sesuai harapan kita.
SMP MUHAMMADIYAH I 1 SURAKARTA
Hari, Tanggal : Jum’at, 16 Agustus 2019
Informan : Bapak Sukidi, S. Ag., M. Pd. (Kepala Sekolah)
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter
dalam lembaga pendidikan?
Sangat harus dan penting, karena karakter itu harus ditanamkan dalam diri
anak. sesuai dengan ajaran Islam bahwasanya Rasulullah diutus itu untuk
membenahi akhlak umat manusia. Karakter ya akhlak itu, sehingga dalam
pendidikan karakter haruslah di nomor satukan. Bahkan dalam hal ini telah
ada peraturan dari pemerintah mengenai pendidikan karakter.
2. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah yang Anda pimpin ini?
Memiliki kedisiplinan. Jujur, integritas, sikap ramah, memiliki sifat sopan
santun (kecerdasan emosional), hormat kepada yang tua sayang kepada
yang kecil. Sehingga menciptakan brand yang berkarakter akan menarik
minat masyarakat menyekolahkan anaknya di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta ini.
3. Sebagai pemimpin di sekolah ini, sudahkan Anda mengetahui bahwasanya
pendidikan karakter telah termakdum dalam payung hukum Perda Nomor 12
tahun 2017 tentang penyelenggaraan pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub
bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
Iya, dalam peraturan tersebut maka setiap mapel harus menyertakan
karakter ketika proses KBM.
4. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Dari awal masuk ke sekolah kami para guru telah menyambut kedatangan
mereka dengan menyalami setiap anak yang datang. Ini menunjukkan
bahwa kedatangan mereka ke sekolah itu memang ditunggu oleh para
gurunya yang ramah dalam penyambutan tersebut. Kemudian paginya
kami ada kegiatan membaca Al-Qur’an, melakukan sholat Dhuha secara
bersama. Setiap ketemu dengan siapapun kami sudah sampaikan ke anak
bahwa harus sapa, senyum, salam. Untuk mengurangi rasa ego dalam diri
anak sifat pelit maka setiap hari Jum’at ada infak (sodaqoh) seikhlasnya
anak agar anak terbiasa berbagi atas apa yang telah ia miliki. Kegiatan
Pramuka kami disebut HW yang telah aktif sepulang sekolah di hari
Jum’at. Selain itu dalam Lomba-lomba HUT RI yang Ke 74 kami
memunculkan lomba-lomba yang bersifat menguatkan kembali sosialisasi
antar anak, seperti gbak sodor, dakon dsb. Secara periodik 3 bulan sekali
kami mengundang pembicara untuk memotivasi anak. misalnya kami
kemarin telah mengundang Badan Narkotika Nasional (BNN) yang
bertujuan sebagai tindakan preventif kepada peserta didik akan bahaya
Narkotika dan NAPZA. Karakter yang diharapkan setelah menghadirkan
dengan BNN adalah agar peserta didik mampu memanajemen rasa coba-
cobanya dan mampu mengalihkannya ke hal-hal yang baik. Rencana kami
juga akan mengundang mubaligh-mubaligh fenomenal yang kekinian.
5. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
g) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
h) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
i) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
9) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah
10) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
11) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru dan
peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
12) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta
didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air, baik
lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Secara garis besar telah terpenuhi semuanya. Tetapi ada tambahan
pendidikan karakter dari Yayasan Muhammadiyah yang ditekankan.
Misalnya sholat Dhuha berjamaah, Membaca al-Qur’an, dsb. Karena
program-program tersebut memang dari Yayasan yang boleh apabila ada
inovasi pengolahan karakter yang dilakukan dari pihak sekolah itu. Selain
itu ada pelajaran Kemuhammadiyahan juga.
6. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut? Jika
akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan ini
bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Sudah setuju dan apabila ditambahkan maka perlunya perhatian khusus
kegiatan parenting yang dianggarkan pula oleh pemerintah. Karena tidak
dipungkiri bahwasanya mendidik anak tidak hanya tuas para guru di
sekolah tetapi orangtua di rumahpun memiliki andil yang besar dan tidak
terbatasnya waktu antara anak dan orangtua. Maka, pemerintah perlu
suport adanya kegiatan parenting ini.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Faktor regulasi (aturan main) yang sudah jelas secara aturan sudah
terlindungi oleh undang-undang. Yang kedua faktor dorongan dari
orangtua anak yang sudah memahami akan dibentuk karakter yang seperti
ini di sekolah ini, yang ketiga adalah faktor SDM yang ada disini yaitu
semangat dari bapak dan ibu guru yang hebat lagi dalam membentuk
karakter anak menjadi baik. Serta yang keempat adalah faktor dari
lingkungan masyarakat sini (Simpon, Gladak) yang lumayan ramai untuk
mendukung dan menciptakan iklim kondusif untuk anak-anak yang
bersekolah disini. Kita menjalin kerjasama pula dengan kelurahan dan
limas setempat.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Penghambatnya yang jelas guru banyak pasti ada bermacam-macam, ada
yang semangat, ada yang kurang semangat dan ada pula yang tidak
semangat sama sekali. Kurang tidak semangatnya mereka karena belum
memahami dengan baik. Jadi, tugas kami adalah memahamkan agar
mereka tergugah niat untuk bersemangat dalam mengikuti program
pembentukan pendidikan karakter untuk anak. Kedua, faktor orangtua
yang sudah memasrahkan anak untuk dididik tanpa adanya kontrol dari
mereka ketika di rumah. Misalnya ketika sholat lima waktu, ketika di
sekolah kami ada program-program sholat yang harus dilakukan oleh anak,
tetapi ketika di rumah anak tidak di kontrol sholatnya oleh orangtua
mereka, maka dari sini telah terputus pendidikan karakter spiritual antara
sekolah dan rumah. Padahal sebaiknya terjadi hubungan yang sinergis
antara sekolah dan orangtua agar anakpun merasa didukung menjadi
pribadi yang berkarakter. Hambatan lainnya muncul ketika menerapkan
sikap disiplin dalam diri anak, karena jangkauan rumah dan sekolah cukup
jauh sehingga masih ada anak yang terlambat masuk sekolahnya.
Keterlambatan mereka itu mengakibatkan mereka tidak bisa mengikuti
pembinaan karakter di awal yaitu pembacaan al-Qur’an. Karena sekolah
swasta tidak menerapkan zonasi seperti di sekolah negeri maka banyak
dari murid-murid kami berdomisili di luar surakarta, misalnya dari wilayah
atau kabupaten lain yang masih se-keresidenan Surakarta.
Solusi untuk hambatan yang terjadi karena faktor orangtua kami
melakuakn kegiatan parenting guna mengedukasi orangtua dalam
mendidik anak zaman sekarang.
9. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta
didik?
Kami melakukan pembinaan setiap hari Senin, guna untuk memahamkan
(breefing), secara khusus akan dipahamkan dengan dipanggil ke ruang
kepala sekolah diberi masukan untuk jangan terlambat ke sekolah, jangan
terlambat ketika memasuki ruang kelas dsb. Setiap pagi saya memberikan
motivasi dan mengingatkan agar masuk kelas tepat waktu melalui group
WA SMP, kadang dengan pengeras suara. Kadang mengontrol dengan
keliling kelas, dan apabila menemukan kelas yang tanpa guru dan ramai
akan saya masuki dan saya ambil gambar (foto) dan saya share di group
WA bertuliskan akibat terlambat masuk kelas, anak-anak tidak terkontrol.
10. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Dampaknya lebih terpayung hukum itu lebih enak jika ingin melangkah
dalam membentuk karakter anak. Akan tetapi karena SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta ini telah memiliki visi untuk membangun
karakter melalui nafas Islami sesuai dengan amanat yayasan maka tidak
terlalu berat dalam mengamalkan kegiatan-kegiatan pembentukan
karakter.
11. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khususnya?
Payung hukum mengenai perda pendidikan karakter ini dikawal
sedemikian rupa sehingga sekolah-sekolah yang tidak melaksanakan
dengan sungguh-sungguh segera dilakukan pembinaan-pembinaan
walaupun sudah banyak pembinaan, workshop tetapi perlu dilakukan lagi
agar semakin mengakar. Kalau perlu pemerintah memberikan penghargaan
(reward) bagi sekolah yang sudah menjalankan point-point karakter
dengan diberikannya bantuan guna mendukung pembelajaran siswa.
Waka Kesiswaan
Informan: Bp. Kusyulianto, S. Pd.
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter
dalam lembaga pendidikan?
Sangat penting. Sebaiknya sekolah tidak hanya terfokuskan pada kognitif
saja. Keseimbangan antara kognitif dan karakter perlu dibentuk agar
menjadi siswa rahmatan lil’alamin.
2. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah ini?
Religius, disiplin, berkarakter yang baik sesuai dengan suri taudalan
Rasulullah.
3. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Pembiasaan keagamaan seperti shalat Dhuha berjamaah, membaca asmaul
husna, shalat dhuhur berjamaah, melalui ekstrakurikuler dsb.
4. Sudahkan Anda mengetahui bahwasanya pendidikan karakter telah termakdum
dalam payung hukum Perda Nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan
pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
Belum ada informasi mengenai hal tersebut, yang jelas kepala sekolah
selalu memberikan pembinaan kepada guru-guru disini untuk
menanamkan nilai-nilai karakter dalam diri anak.
5. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
g) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
h) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
i) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
9) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah
10) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
11) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru
dan peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
12) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan
peserta didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air,
baik lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Sudah kami lakukan, hanya selesai KBM guru mapel pada jam terkahir
belum menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air.
6. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut? Jika
akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan ini
bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Perlunya evaluasi dari pemerintah daerah akan implementasi pendidikan
karakter di sekolah-sekolah. Sudah bagus, apabila dicantumkan di Perda
berarti pemerintah respect.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Kerjasama dan kekompakan dari guru dan karyawan, kepala sekolah yang
mendukung dan orangtua murid yang mendukung pula.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Oknum guru yang kurang sadar bahwa perilakunya menjadi teladan bagi
siswa-siswi.
9. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta didik?
Itu kewenangan dari kepala sekolah. Sebagai waka kesiswaan kami hanya
saling mengingatkan sesama guru.
10. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 Tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Ada dampak tetapi tidak terlalu dirasa dari kami. Setidaknya aturan telah
berdasar hukum maka dalam melangkah ada dasar hukum akan terlindungi
hukum.
11. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khususnya?
Payung hukum mengenai perda pendidikan karakter ini dikawal
sedemikian rupa sehingga sekolah-sekolah yang tidak melaksanakan
dengan sungguh-sungguh segera dilakukan pembinaan-pembinaan
walaupun sudah banyak pembinaan, workshop tetapi perlu dilakukan lagi
agar semakin mengakar.
Guru Mapel Aqidah Akhlak
Informan: Bp. Wildan Asy’ari, S. Pd.
1. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel Pendidikan Agama di sekolah ini?
Berjalan 4 tahun ini. Saya berkecimpung di dunia pendidikan sejak tahun
2016.
2. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Ada beberapa berbedaan tetapi tidak signifikan dalam 4 tahun terakhir ini.
Bentuk kenakalan di awal saya mengajar dengan 3 tahun terakhir lebih
tepatnya. Sekarang mereka pembahasan sudah gadget, membahasnyapun
ketika KBM berlangsung. Siswa perempuanpun juga antusias.
3. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Anak sekarang kritisnya aneh-aneh. Misalnya sudah menilai perilaku guru
dan secara ekspresif mengutarakan tanpa rasa pekewuh.
4. Sebagai guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti strategi apa yang anda
terapkan dalam menerapkan pendidikan berbasis karakter?
Mengambil hati anak dengan belajar ikut dalam dunia mereka. Mencari
frekuensi sama hal-hal apa saja yang sedang disukai anak ini, bahasa
mereka itu hits. Lalu sudah punya bahan, ngorborl dan nyambung maka
secara tidak langsung sudah mengambil hati mereka dan akan menasehati
lebih mudah.
5. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti?
Bertingkah laku sesuai ajaran Rasulullah, tidak melenceng dari Al-Qur’an
dan Hadits.
6. Kegiatan keagamaan apa yang mendukung sebagai bentuk
pengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah ini?
Shalat Dhuha berjamaah, membaca Asmaul Husna, Shalat Idul Adha dan
Shalat Jum’at di sekolah serta ada mapel Kemuhammadiyahan.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Kerjasama dan kekompakan dari guru dan karyawan, kepala sekolah yang
mendukung dan orangtua murid yang mendukung pula.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Oknum guru yang kurang sadar bahwa perilakunya menjadi teladan bagi
siswa-siswi.
9. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk sesuai
harapan dari sekolah?
Kerjasama antara walikelas dan guru BK dalam mencarikan solusi bagi
anak yang bermasalah.
10. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang tua
dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan dilakukannya?
Berkala dalam waktu?
Ada, setiap 6 bulan sekali ketika pengambilan raport siswa. Biasanya yang
memberikan parenting adalah wali kelas masing-masing.
11. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru Pendidikan Agama lainnya
di luar sana dalam menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Mendidik itu dengan memberikan teladan pula, tidak hanya sekadar
perintah dan main tunjuk ke anak.
Guru Bimbingan Konseling (BK)
Informan: Bp. Sudarto, S. Pd.
1. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel BK?
Kurang lebih 10 tahun.
2. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Tentu ada. Anak zaman dahulu ada rasa perkewuh (malu) yang tinggi.
Tetapi anak sekarang rasa malunya ada tetapi tidak seperti anak dulu. Jika
mereka salah susah untuk mengakui kesalahan dan bangga terhadap
kelakuan yang salah tadi.
3. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Informasi yang cepat beredar, tanpa mereka saring kebenaran hal itu.
Mereka menelan bulat-bulat informasinya tanpa kroscek. Sehingga mereka
mengedepankan asumsi dan sumber berita yang belum benar kejelasannya.
4. Sebagai guru BK strategi apa yang anda terapkan dalam menerapkan
pendidikan berbasis karakter?
Memahami dunia mereka. Menjalin kerjasama yang baik dan menjadi guru
serta sahabat untuk mereka.
5. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui mapel
BK?
Karakter disisplin, jujur, religius dsb.
6. Seperti apa tindakan preventif dari BK sebagai upaya untuk menimilalisir
peserta didik yang keluar dari zona berkarakter?
Selalu memberikan motivasi ke anak
7. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk sesuai
harapan dari sekolah?
Kami melakukan pendekatan ke mereka, kemudian mendiskusikan dengan
baik apa yang menjadi keluhan dari mereka.
8. Punishment apa yang dilakukan dari BK kepada peserta didik yang keluar dari
zona berkarakter?
Selama masih dalma batas kewajaran diberikan teguran.
9. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Kerjasama dan kekompakan dari guru dan karyawan, kepala sekolah yang
mendukung dan orangtua murid yang mendukung pula.
10. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Oknum guru yang kurang sadar bahwa perilakunya menjadi teladan bagi
siswa-siswi.
11. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang tua
dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan dilakukannya?
Berkala dalam waktu?
Ada, setiap 6 bulan sekali ketika pengambilan raport siswa. Biasanya yang
memberikan parenting adalah wali kelas masing-masing.
12. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru BK di luar sana dalam
menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Mendidik itu dengan memberikan teladan pula, tidak hanya sekadar
perintah dan main tunjuk ke anak.
HASIL WAWANCARA
SMP Pangudi Luhur Bintang Laut Surakarta
Hari, Tanggal: Rabu, 14 Agustus 2019
Informan : Br. Yustinus Tri Haryadi, S. Pd., FIC. (Kepala Sekolah SMP
PL BL)
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter
dalam lembaga pendidikan?
Karakter itu adalah sesuatu yang mendasar menurut kami. Mendasarnya
adalah nanti itu menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan. Masing-
masing pribadi pasti telah membawa karakter-karakternya dari rumah
sebagai karakter bawaan. Lha, fungsi sebuah lembaga pendidikan ini yaitu
hanya menguati karakter-karakter pribadi tersebut. menguati dalam hal ini
yaitu menguati karakter anak dari keluarga atau karakter dari anak itu
sebelumnya. Sehingga disini kami hanya menguatkan karakter tersebut
dan memfokuskan karakter yang akan dibentuk dalam lembaga. Hal ini
sungguh bagus apabila dari pemerintahpun mendukung proses
implementasi karakter di sekolah-sekolah. Kami disini hanya
menindaklanjuti dan dalam bentuk uji nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah yang Anda pimpin
ini?
Kami membangun empat hal karakter dalam sekolah ini, yaitu:
Kedisiplinan, Religius, Humanis, dan Integritas. Keempat karakter tersebut
dibangun dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang ter-include pada
mapel dan pada kegiatan-kegiatan sekolah. Misalnya, dalam bulan Agustus
ini kelas 7 dan 8 ada rekoleksi. Rekoleksi ini adalah pengolahan perasaan
murid yang dibimbing oleh wali kelasnya masing-masing. Jadi, mereka
mengeluarkan semua uneg-uneg nya terhadap lingkungan sosial teman-
teman sekelasnya. Kemudian, pengalaman-pengalam yang membuatnya
sakit hati itu dituangkan di dalam forum. Dengan harapan setelah naik
kelas (yang kelas 7 ke kelas 8 dan sebaliknya kelas 8 ke kelas 9) semakin
kompak sudah tidak ada lagi sebuah uneg-uneg yang mengganjal di hati.
Pada akhir rekoleksi akan ada sebuah maaf-maafan dan pencarian solusi
atas permasalahan yang dihadapi oleh anak. sehingga di kelas berikutnya
itu anak sudah membuka lembaran baru, semakin kompak, solid dengan
teman sekelasnya dan tidak ada lagi hal-hal yang membuat hatinya
mengganjal. Ending-nya, anak-anak dalam kelas akan membangun sebuah
komitmen yang disepakati bersama dengan tujuan yang ingin dicapai yang
dibacakan setiap harinya biar mereka semua ingat akan tujuan yang telah
disepakati tersebut. kemudian kelas 9 kami ada kegiatan inner motivasi
yang dilakukan 2 kali. Inner motivasi yang pertama, menyadarkan a anak
atau membangun bahwasanya di kelas 9 ini ending-nya itu adalah berhasil
lulus dengan nilai yang memuaskan sesuai target masing-masing anak.
akan kita bangun di awal semester untuk membangkitkan semangat belajar
anak agar lebih serius lagi. Karakter disini adalah konsistensi anak, dimana
kalau dalam diri anak sudah memiliki target pribadi ya bagaimana caranya
agar target tersebut terpenuhi atau tercapai. Sedangkan inner motivasi yang
kedua yaitu membangun sinergi antara orangtua, sekolah dan anak yang
dilaksanakan sebelum USBN. Itu menyinkronkan antara relasi anak
dengan orangtua, kesadaran kami dalam hubungan itu mempengaruhi
keberhasilan anak sehingga kita sinkronkan. Harapan anak, orangtua dan
sekolah kami sinkronkan dan strategi dalam mewujudkan harapan-harapan
tersebut.
2. Sebagai pemimpin di sekolah ini, sudahkan Anda mengetahui bahwasanya
pendidikan karakter telah termakdum dalam payung hukum Perda Nomor 12
tahun 2017 tentang penyelenggaraan pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub
bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
Iya, dan sebagai umpan balik (feedback) atas perda tersebut tahun ini kami
membentuk sebuah tim penguatan pendidikan karakter (PPK) guna
mengemas kurikulum atau materi pendidikan karakter selama satu tahun.
Materi itu memuat tema-tema karakter yang didalami ketika saat perwalian
atau pembinaan wali kelas. Wali kelas melakukan pendampingan
pendidikan akrakter melalui materi-materi yang telah dibuat tadi oleh tim
PPK. Pendampingan ini berlangsung selama satu jam waktu KBM sekitar
40 menit. Misalnya kemarin materi mengenai mars Bintang Laut
harapannya tidak hanya dinyanyikan tetapi juga diresapi. Kemudian materi
Pancasila agar anak lebih mendalami butir-butir pancasila dan berperilaku
jiwa pancasilais.
3. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Lha, bentuknya dari kami ini bisa dilihat dimana ketika anak pertama kali
mau masuk itu, anak sudah kami ajarkan untuk memberikan salam, sapa
sebagai hal yang sederhana. Setelah masuk ke kelas setelah berbaris
terlebih dahulu kami melakukan doa yang dilakukan melalui sentral,
kemudian dilanjut dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk
memupuk semangat nasionalisme dalam diri anak, Mars PPK, Mars
Bintang Laut sebagai upaya pembentukan karakter anak. kami juga ada
“lost found” dimana jika anak menemukan sesuatu barang atau uang milik
teman yang lainnya di ruang kelas atau di lingkungan sekolah, maka
mereka secara sukarela akan memberikan ke bagian staff dan setiap pagi
akan kami informasikan barang hilang tersebut selama beberapa waktu.
Dan apabila beberpa waktu itu barangnya belum juga diambil, maka kami
akan tempelkan di depan. Hal ini juga bertujuan dalam pembentukan sikap
kejujuran dalam diri anak kalau bukan miliknya ya jangan diambil.
Pembiasaan literasi bertujuan agar anak suka membaca, pemutaran lagu-
lagu daerah atau lagu-lagu nasionalis. Sebelum pulang kami ada
pembiasaan menuliskan refleksi di buku anak semacam diary harian. Anak
masing-masing punya buku ini, mereka akan menuliskan pengalaman pada
hari itu yang dipandu oleh guru mapel pada jam terkahir. Tugas wali kelas
adalah mengumpulkan setiap minggunya yang kemudian di baca dan jika
ada sesuatu hal yang perlu ditindak lanjuti maka akan ditindak lanjuti dari
kami. Kerjasama antara wali kelas dan BK sangat diperlukan dalam hal
ini. Semua kelas 7, 8 dan 9 wajib menulis refleksi di akhir pembelajaran.
Harapannya dengan adanya buku refleksi ini adalah menjadi pribadi yang
reflektif, artinya mampu menangkap peristiwa dengan gaya anak tentunya.
Disisi lain juga melatih anak untuk menulis akan sesuatu hal. Buku refleksi
dan buku tata tertib ini akan selalu di bawa anak selain mereka membawa
buku mapel. Fungsi dari buku tata tertib ini apabila anak melakukan
pelanggaran, maka dia akan menuliskan pelanggaran yang dilakukannya
dan akan memintakan tanda tangan ke guru. Pelanggaran ini akan di cek di
tiap bulannya, jadi bisa juga di kontrol oleh orang tua di rumah mengenai
pelanggaran apa saja yang hari itu dilakukan oleh anaknya. Anak
harapannya mampu untuk apa yang terbaik dalam diri anak yang dibangun
melalui sekolah BL ini.
4. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
j) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
k) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
l) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
13) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan
mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan
sekolah
14) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
15) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru
dan peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
16) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan
peserta didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air,
baik lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Sudah untuk beberapa, bisa di kroscek saat observasi. Implementasi yang
belum seselai KBM belum menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau
cinta tanah air.
5. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut? Jika
akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan ini
bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Sebenarnya sudah baik, hanya tinggal pengaplikasikannya. Kalau menurut
analisis saya mungkin bisa juga sebagai acuan dalam penelitian, bahwa
anak-anak sekarang ini dari segi perpikiran mungkin sudah mampu
mengevaluasi mana yang baik dan tidak baik. Namun secara jiwa, anak
belum mampu. Lha itu mungkin yang saat kini menjadi sesuatu yang
penting. Kebanyakan, jika anak belum siap, mereka kecenderungan dalam
tanda kutip sehingga anak gampang setres bahkan berujug pada tingkat
depresi. Sehingga perlu psikiater-psikiater guna mendampingi anak dengan
tingkat permasalahan yang sekarang lebih kompleks dibandingkan dengan
anak zaman dahulu. Karena secara teori perkembangan jiwa anak perlu
dipikirkan pula. Sekarang tingkat anak stres dapat dilihat dari cara
mengekspresikan rasa jengkelnya dengan spontanitas yang tinggi. Saat dia
tidak senang atau dia tidak suka jiwa pemberontaknya lebih tinggi, kalau
dahulu anak jika ada sesuatu hal yang tidak disukai cukup diam dan
manut. Kalau sekarang anak-anak kan engga seperti itu. Lha, itu berarti
jiwanya yang perlu didampingi, karena dia tidak mampu mengendalikan.
Sehingga jiwanya itu perlu dampingan agar tidak semakin ada penolakan
yang lebih ekstream.
6. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Pendukungnya ini adalah sebuah komitmen bahwa memang kami sudah
membahasnya di raker dan suka tidak suka harus melakukannya. Selain itu
pendukungnya dari bapak dan ibu guru dalam keberhasilan
pengimplementasian pendidikan karakter ini, maka dari itu bapak dan ibu
guru juga perlu untuk dikelola agar konsistensinya selalu tetap ada.
Pengelolaannya dapat berupa pemberian motivasi dan pembinaan untuk
bapak dan ibu guru.
7. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Faktor penghambat disini adalah pribadi-pribadi. Kembali dari masing-
masing pribadi ada yang mendukung ada juga yang menghambat itu tadi.
Misalnya mengenai kedisiplinan, apabila ada bapak ibu guru terlambat
itupun akan melemahkan pendidikan karakter tetapi kalau kita komitmen
maka ya jangan sampai kita sendiri yang melanggar komitmen yang telah
kita sepakati. Kesadaran sangatlah perlu dalam hal ini. Sehingga disini
kami melakukan dialog-dialog kepada bapak dan ibu guru. Prinsipnya
kami menekankan adalah “saling”, jadi yang menegur tidak hanya kepala
sekolah tetapi antar guru saling mengingatkan demi tercapainya sebuah
tujuan yang telah dibuat di awal tadi. Dan disinipun keberadaan kepala
sekolahpun juga berhak ditegur oleh bawahan apabila memang perlu untuk
ditegur.
8. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta
didik?
Selalu mengingatkan tentunya. Setiap akhir setelah berdoa kami
melakukan evaluasi-evaluasi yang terjadi hari ini, berbagi informasi-
informasi berkenaan dengan sekolah supaya tidak terjadi terputusnya
sebuah informasi. Kami juga melakukuan rekoleksi untuk para guru dan
karywan. Rekoleksi ini bertujuan untuk membangn hubungan yang lebih
baik antar guru dan karyawan. Ini adalah acara tahunan. Sedangkan acara
pertengahan tahun kami mengadakan motivasi iner kami mengundang
seorang yang berkompeten semacam motivator sekaligus untuk berbagi
strategi untuk kami dalam segala hal, misalnya dalam bidang pendidikan,
pola asuh dsb. Sayapun sebagai kepala sekolah dan sebagai pimpinan
disinipun selalu melibatkan guru lain dalam membuat kebijakan. Jadi, saya
menerima masukan, saran ataupun kritikan dari guru-guru. Itulah strategi-
strategi dari kami dalam melangkah bersama dalam memajukan BL ini.
9. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Sebetulnya sebelum ada perda inipun sudah mengimplementasikan
pendidikan karakter. Tapi sebelumnya belum tertulis, istilahnya rekam
jejaknya atau buktinya itu tidak bisa dipertanggungjawabkan kecuali kalau
sudah ada tulisan jadi jelas ada. untuk urusan dilaksanakan atau tidak itu
kan urusan kedua, tapi secara aturan atau secara legal isi aturan ini sudah
baik tinggal bagaimana membawanya, saya yakin semua sekolah sudah
melaksanakannya. Masing-masing sekolah punya karakter pendidikan
yang ingin dibangun. Mungkin kelemahannya hanya pada buktinya saja
bahwa itu memang sudah dilakukan atau diimplementasikan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan. Dampak dari kebijakan inipun tidak berefek yang
begitu karena kami sudah melakukan beberapa implementasi yang memuat
pendidikan karakter. Hanya saja dari sisi ke legal-an nya dan terorganisasi
lebih jelas.
10. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khusunya?
Sederhana sekali sebenarnya, bahwa pendidikan karakter itu tidaklah
sekadar teori tidak hanya direalisasikan tapi juga dilaksanakan, maka
semua pihak dan semua elemen termasuk dinas pendidikan itu konsisten
dengan apa yang dikatakan dan dengan apa yang dilakukan. Hal ini juga
dapat dimulai dari kita, dimana kita memperjuangkan satu nilai akan luar
biasa. Misalnya, disiplin dilakukan dengan sepenuh hati pasti akan
berimbas baik pula.
Waka Kesiswaan
Informan: Blasius Tri Budi Mulyono, S. Si.
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter dalam
lembaga pendidikan?
Sangat penting. Sebaiknya sekolah tidak hanya terfokuskan pada kognitif
saja. Keseimbangan antara kognitif dan karakter perlu dibentuk agar
menjadi siswa rahmatan lil’alamin.
2. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah ini?
Religius, disiplin, berkarakter yang baik sesuai dengan suri taudalan
Rasulullah.
3. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Pembiasaan keagamaan seperti shalat Dhuha berjamaah, membaca asmaul
husna, shalat dhuhur berjamaah, melalui ekstrakurikuler dsb.
4. Sudahkan Anda mengetahui bahwasanya pendidikan karakter telah termakdum
dalam payung hukum Perda Nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan
pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
Belum ada informasi mengenai hal tersebut, yang jelas kepala sekolah
selalu memberikan pembinaan kepada guru-guru disini untuk
menanamkan nilai-nilai karakter dalam diri anak.
5. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
j) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
k) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
l) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
13) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan
mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah
14) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
15) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru
dan peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
16) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan
peserta didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air,
baik lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Sudah kami lakukan, hanya selesai KBM guru mapel pada jam terkahir
belum menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air.
6. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut? Jika
akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan ini
bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Perlunya evaluasi dari pemerintah daerah akan implementasi pendidikan
karakter di sekolah-sekolah. Sudah bagus, apabila dicantumkan di Perda
berarti pemerintah respect.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Kerjasama dan kekompakan dari guru dan karyawan, kepala sekolah yang
mendukung dan orangtua murid yang mendukung pula.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Oknum guru yang kurang sadar bahwa perilakunya menjadi teladan bagi
siswa-siswi.
9. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta didik?
Itu kewenangan dari kepala sekolah. Sebagai waka kesiswaan kami hanya
saling mengingatkan sesama guru.
10. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 Tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Ada dampak tetapi tidak terlalu dirasa dari kami. Setidaknya aturan telah
berdasar hukum maka dalam melangkah ada dasar hukum akan terlindungi
hukum.
11. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khususnya?
Payung hukum mengenai perda pendidikan karakter ini dikawal
sedemikian rupa sehingga sekolah-sekolah yang tidak melaksanakan
dengan sungguh-sungguh segera dilakukan pembinaan-pembinaan
walaupun sudah banyak pembinaan, workshop tetapi perlu dilakukan lagi
agar semakin mengakar.
Guru Mapel Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Informan: Bp. Pur Adi T. P. S. Ag. dan Ibu Elsa Febrina S. Ag.
(GPAKatholik SMP PL Bintang Laut)
12. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel Pendidikan Agama di sekolah
ini?
Bu Elsa 7 bulan telah mengabdi di SMP PL Bintang Laut ini sedangkan
Pak Adi sudah 1 tahun lebih.
13. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Sekarang kan era digital, untuk mereka pembelajaran teoritis kurang
mengena jadi lebih cocoknya ke praktek yang disertai ketedalanan dari
guru. Di sekolah ini semua terintegrasi bukan hanya sebuah
tanggungjawab dari guru agama saja, tetapi semua guru dan komponen
pendidikan disini saling bekerja sama dalam hal mendidik anak.
14. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Tantangan yang kami hadapi adalah menngenai sopan santun anak
sekarang yang jauh berbeda dengan sopan santun anak zaman dahulu serta
memili rasa tanggung jawab mereka yang kurang. Generasi sekarang
berpikir secara instan, banyak juga yang gagap literasi tidak mau
membaca atau mencari sebuah informasi terkait pelajaran misalnya di
buku, tetapi mereka memilih instan dengan mengakses interenet agar cepat
menemukan jawaban tersebut. Maka dari itu, mengolah karakter anak di
era digital ini perlu adanya sebuah inovasi terkait pendidikan karakter dari
guru agar anak mampu menerimanya. Selain itu guru agamapun juga harus
update mengenai kebutuhan anak zaman sekarang.
15. Sebagai guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti strategi apa yang anda
terapkan dalam menerapkan pendidikan berbasis karakter?
Ruang lingkup pendidikan karakter dari saya sekolah sampai sekarang ini
masih sama, yaitu: mengenal pribadi, mengenal gereja, mengenal
masyarakat, dan mengenalkan Yesus Kristus. Itu adalah scoup karakter
yang diajarkan dalam agama Katholik. Masing-masing dari tingkatan
sekolah akan membahas materi itu semua. Cara penanganan anakpun juga
berbeda strategi. Anak yang memiliki karakter yang beragam dan
bermacam-macam maka strateginyapun juga berbeda. Ada anak yang
sudah sadar diri jika melakukan pelanggaran tata tertib lalu mengisi sendiri
kesalahan yang dilanggarnya, ada anak yang harus diberi perhatian ekstra
agar karakternya terbentuk, macam-macamlah.
16. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti?
Karakter yang dibentuk tak lain sesuai dengan karakter dari sekolah ini
yaitu: Kedisiplinan, Religius, Humanis, dan Integritas. Sehingga semua hal
yang berkaitan dengan keagamaan haruslah memuat kempat karakter
tersebut.
17. Kegiatan keagamaan apa yang mendukung sebagai bentuk
pengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah ini?
Awal sebelum KBM kami melakukan doa bersama yang dibantu pula oleh
guru-guru mapel lain. Siang jam 12 ada doa. Kegiatan lain di awal tahun
itu ada misa, ada rekoleksi untuk kelas 7 dan 8, iner motivasi untuk kelas 9
sebagai kemantapan hatinya dalam menghadapi USBN, ziarah untuk kelas
7.
18. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Anak-anak senang jika pembelajaran dilakukan di luar sekolah, misalnya
ziarah. Selain untuk pembelajaran juga bertujuan menambah keimanan
para siswa. Dalam merealisasikan kegiatan tersebut adanya dukungan dari
kesiswaan, dari bruder dan warga sekolah lainnya ini akan memperlancar
kegiatan.
19. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Sedangkan faktor penghambatnya adalah maslaah cost (pembiayaan).
Karena tentunya dalam kegiatan di luar itu akan membutuhkan dan
mengeluarkan cost. Faktor penghambat lainnya jika terdapat anak yang
sedang mengikuti lomba entah membawa nama sekolah atau pribadi yang
bebarengan dengan kegiatan ziarah misalnya. Hal itu membuat 100% anak
tidak bisa mengikuti. Biasanya juga kami terbentur masalah waktu, dimana
semakin banyak kegiatan maka akan mempengaruhi pula waktu dalam
proses KBM.
20. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk
sesuai harapan dari sekolah?
Kami melakukan pendekatan kepada anak terlebih dahulu, mencari inti
permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak. kami juga melakukan
kerjasama dengan guru BK dan wali kelas. Pendekatan antar anakpun juga
beda-beda karena mengingat anak-anak yang beragam pula dari
lingkungan keluarga yang beragam. Pendekatan yang kami lakukanpun
menempatkan murid sebagai teman jadi tidak memerintah layaknya guru
ke murid.
21. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran orang
tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang tua
dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan dilakukannya?
Berkala dalam waktu?
Kegiatan parenting telah dilakukan di awal tahun pelajaran, baik untuk
calon murid kelas 7, kelas 8 dan kelas 9. Parenting untuk kelas 7 dan 8 ini
biasanya dilanjutkan lagi ketika pengambilan rapor UTS ataupun PAS
semester 1 dan 2 antara wali kelas masing-masing dengan wali murid.
Sedangkan parenting bagi kelas 9 ini selain ketika pengambilan rapor juga
ketika akan mendekati USBN. Pengarahan kepada orang tua dalam
mengontrol anak-anaknya di rumah.
22. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru Pendidikan Agama lainnya di
luar sana dalam menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Apapun agamanya, apapun kepercayaannya dalami dengan baik, dihayati
bukan hanya sampai di kepala tetapi juga dilaksanakan. Karena menurut
kami sebuah pengetahuan akan sia-sia jika tidak sampai kita praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari apalagi ini menyangkut ritual keagamaan
yang mendukung pula penanaman karakter pada sisi religius.
Guru Bimbingan Konseling (BK)
Informan: Drs. Churnelius Mujari dan Scholastika Windy, S. Pd
1. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel BK?
Bapak Mujari telah mengabdi di SMP PL Bintang Laut sejak tahun 1996
sekitar 23 tahun sedangkan Bu Windy sejak tahun Juli 2018 sekitar 13
bulan.
2. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Iya tentunya berbeda, perbedaannya terletak pada sopan santun atau
unggah-ungguh nya. Ini terlihat saat para anak sekarang yang ke
perpustakaan guna meminjam buku langsung masuk saja tanpa permisi
atau menyapa guru atau pegawai perpustakaan yang kebeutulan di sana
juga. Berbeda dengan anak yang angkatan dulu ketika masuk perpustakaan
itu menyapa kami seraya mohon izin. Anak dulu apabila melakukan
kesalahan dan kami hanya melihatnya saja itu, mereka aku menunduk
tanda bahwa dia sadar akan kesalahan yang dilakukannya, tetapi anak
sekarang itu harus ditunjukkan kesalahannya, dipaparkan sampai perlu
sentuhan khusus agar mereka menyadarinya.
3. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Tantangannya kita harus pandai-pandai mengatur strategi ketika mengajar.
Misalnya di kelas saya ketika sedang menerangkan terdapat siswa yang
ngobrol dan sudah diperingatkan, itu saya suruh berdiri, kemudian saya
melanjutkan merangkan. Ketika dirasa cukup hukuman tersebut saya
bilang ke murid “Kalau sudah bisa diam silakan duduk kembali”. Hal ini
biar menjadi pelajaran untuk yang lain juga selain membuat anak tadi jera.
Tujuannya itu agar anak setidaknya menciptakan kelas yang kondusif
untuk KBM.
4. Sebagai guru BK strategi apa yang anda terapkan dalam menerapkan
pendidikan berbasis karakter?
Ya seperti yang tadi kami jabarkan, bahwa keberadaan strategi dala
mengkondusifkan kelas itu sangatlah penting. Anak disini terbilang kritis-
kritis sehingga mudah bosan jika gurunya tidak punya strategi dalam
mengkondusifkan kelas. Jadi, kami juga selasng seling kadang belajar
model game, menulis, diskusi dsb.
5. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui mapel
BK?
Tentunya karakter yang ingin di bentuk di BL ini adalah Kedisiplinan,
Religius, Humanis, dan Integritas. Jadi, dalam pembelajaran BK kami
meng-include kan KBM memuat empat karakter tersebut. pengolahan
humanis misalnya, di sekolah ini beragam agama yang dianut siswa.
Kristen dan Katholik 50:50, ada juga Islam dan Buddha. Siswa Islam itu
dulu masuk sini memakai jilbab, tapi karena ini yayasan Katholik maka
jilbab tersebut harus dilepas. Tetapi disini kami tidak memaksakan untuk
pindah ke agama Katholik. Sebelumnya di awal kami sudah diskusi
dengan orang tua siswa yang Islam tersebut, karena baru ini yang berjilbab
kebanyakan siswa Islam yang tidak berjilbab. Dari awal pihak sekolah
sudah memaparkan bahwasnya di sini adalah sekolah yayasan Katholik
maka untuk pembelajaran agama adalah mengikuti Katholik dan
seragamnyapun juga harus mengikuti aturan sekolah. Karena mereka
sudah sepakat dan menyetujuinya maka bukanlah suatu kendala lagi. Kami
ada juga literasi kitab suci, dimana para siswa akan membawa dan
membaca kitab suci masing-masing agama yag dianutnya. Kedisiplinan
disini kami terapkan dimana saat pergantian jam mapel dan kebetulan
adalah BK maka kami sebisa mungkin guru mendisiplinkan diri masuk ke
kelas tepat waktu, memberikan keteladan dan contoh kepada anak agar
memiliki karakter yang disiplin pula. Dari sisi religius, ketika kebetulan
ada teman satu kelas yang sedang ulang tahun maka kami perintahkan
maju ke depan kelas seraya di doakan teman-teman.
6. Seperti apa tindakan preventif dari BK sebagai upaya untuk menimilalisir
peserta didik yang keluar dari zona berkarakter?
Palingan dari kami tindakan pencegahan yang dilakukan adalah selalu
memberikan motivasi dan nasehat-nasehat agar anak selalu menaati taa
tertib sekolah, pendekatan dengan mereka layaknya seorang bapak dan
anak.
7. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk sesuai
harapan dari sekolah?
Perlu ditekankan bahwasanya keberadaan BK tidak ada hak untuk
menghukum siswa yang melakukan pelanggaran karena itu adalah ranah
kesiswaan. Disini BK mewadahi apabila ada siswa yang bermasalah akan
kami follow up akar permasalahannya dan dicarikan solusi bersama
dengan melibatkan wali kelas dan wali murid.
8. Punishment apa yang dilakukan dari BK kepada peserta didik yang keluar
dari zona berkarakter?
Seperti yang kami sampaikan tadi, keberadaan BK tidak ada hak untuk
menghukum siswa yang melakukan pelanggaran karena itu adalah ranah
kesiswaan. Tapi ketika pembelajaran mapel BK di kelas anak membuat
ulah kami berhak memberikan hukuman kepada anak tersebut. Misalnya
tadi, menyuruhnya berdiri samapi ada kesepakatan antara kami bahwa dia
bisa diam dan bisa mengkondiskan dirinya.
9. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Faktor pendukungnya adalah adanya kerjasama antara seluruh warga
sekolah baik guru dan staff karyawan. Jadi, semua elemen menyadari
untuk menciptakan suasana berkarakter dalam sekolah.
10. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Kalau dari kami adalah ketika membangun karakter kedisiplinan ini masih
terkendala akan anak yang membawa budaya di rumah ke sekolah adalah
penghambat.
11. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran orang
tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang tua
dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan dilakukannya?
Berkala dalam waktu?
Ada mbak, kalau pertemuan secara formal ada. sudah dilakukannya di
kelas 7 kemarin. Kelas 7 kemarin memuat tema berkaitan dengan adaptasi
di lingkungan sekolah baru (SMP), kelas 8 tema nya berkaitan dengan
motivasi belajar dan masa puber sedangkan untuk kelas 9 mengarah ke
UNBK.
12. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru BK di luar sana dalam
menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Membuat karakter dalam diri anak itu dimulai dengan pemberian contoh
baik keteladanan kepada anak, maka itu nanti anak akan melihat role mode
karena sesungguhnya pembelajaran yang lebih mengena adalah praktek
daripada hanya berfokus pada sebuah teori.
HASIL WAWANCARA
SMP KRISTEN 1 SURAKARTA
Hari, Tanggal : Selasa, 3 Desember 2019
Informan : Drs. Riyadi Marjono, S. Pd. (Kepala Sekolah)
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter dalam
lembaga pendidikan?
Karakter bagi kami adalah hal yang sangat utama karena itu merupakan
salah satu langkah anak-anak menuju sukses adalah karakternya. Kalau
seorang anak karakternya bagus pasti otaknya juga bagus. Makanya kalau
anak-anak disini terutama anak-anak yang sudah tahu apa yang harus dia
lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, karena apabila melakukan
sesuatu hal yang tidak boleh dilakukan pasti kami beri sanksi pastinya
sanksi yang edukasi. Tetap harus ada sanksi agar anak-anak tahu bahwa hal
tersebut salah.
2. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah yang Anda pimpin ini?
Karakter yang saya bagun disini yang nomor satu adalah karakter yang
sifatnya disiplin, kunci utama anak-anak yaitu disiplin. Tata tertib yang
sudah tertulis harus dipatuhi dan orang tua murid pun juga harus
mengetahui.
3. Sebagai pemimpin di sekolah ini, sudahkan Anda mengetahui bahwasanya
pendidikan karakter telah termakdum dalam payung hukum Perda Nomor 12
tahun 2017 tentang penyelenggaraan pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub
bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
Saya sangat setuju dan sudah saya terapkan di sekolah ini.
4. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Kami ada program ekstrakurikuler yang mengolah karakter anak, misalnya
ada pramuka, osis, seni tari dan paduan suara. Pendidikan karakter yang
kami terapkan bersifat pembiasaan. Jadi bukan sebuah mata pelajaran
pendidikan karakter dalam bentuk jam pelajaran.
5. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
m) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
n) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
o) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
17) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan
mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah
18) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
19) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru
dan peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
20) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan
peserta didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air,
baik lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Sudah. Anda bisa melakukan konfirmasi juga dengan waka kurikulum
terkait hal tersebut.
6. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut? Jika
akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan ini
bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Dalam setiap keputusan pasti melibatkan dan memperhatikan sumbangsih
dari berbagai pihak.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Semua program yang berkaitan dengan pendidikan karakter untuk anak dari
kami selalu dukung penuh.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Faktor penghambat lingkungan keluarga peserta didik yang penuh
kompleks.
9. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta didik?
Saya memeberikan contoh, selalu komunikasi, selalu berkoordinasi dan saya
selalu menanamkan kepada guru-guru bahwa ini adalah tugas yang mulia.
10. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Dampaknya baik. Sekolah menjadi lebih baik, tertib dan dengan adanya
payung hukum tersebut membuat sekolah melangkah lebih nyaman dan
tenang.
11. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khusunya?
Pendidikan karakter kalau menurut saya sudah cukup dan perlu
dipertahankan. Karena bagi saya pendidikan karakter adalah modal utama
untuk menjadi sukses. Jadi dengan adanya payung hukum seperti ini yang
hanya berlaku di surakarta, mestinya menteri pendidikan akan mengadopsi
atau mungkin lebih menekankan agar semua sekolah di daerah-daerah lain
juga ikut seperti ini agar siswa-siswa Indonesia bisa mempunyai karakter
yang kuat
Waka Kesiswaan
Informan: Rita Nugraheni, S. Pd.
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter dalam
lembaga pendidikan?
Bagi saya sangat penting sekali, kenapa sangat penting,karena menurut saya
keberhasilan seseorang itu tidak hanya terletak pada kemampuan IQ nya
saja, namun karakter anak itu sendiri yang akan menentukan
keberhasilannya.
2. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah ini?
Sikap disiplin, nasionalisme, sikap santun
3. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Kedisiplinan, program pramuka wajib, setiap mata pelajaran di include kan
dengan pendidikan karakter, penumbuhan sikap nasionalisme seperti
upacara bendera setiap hari senin, setiap hari setiap sebelum pelajaran
dimulai selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan berdiri secara
khidmat, baik anak-anak, guru, staf maupun karyawan apabila tiba saat
menyanyikan lagu Indonesia Raya dimanapun merekan berada harus berdiri
dan ikut bernyanyi, berdoa juga pasti.
4. Sudahkan Anda mengetahui bahwasanya pendidikan karakter telah termakdum
dalam payung hukum Perda Nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan
pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
Secara payung hukum belum, tetapi pelaksanaan nya sudah diterapkan di
sekolah ini jauh-jauh sebelum berpayung hukum tersebut.
5. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
m) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
n) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
o) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
17) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah
18) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
19) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru dan
peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
20) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta
didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air, baik
lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Sudah. Pramuka di hari Jum’at sepulang sekolah. Seperti Anda lihat sendiri
sebelum Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kami melakukan
upacara pembukaan yang dilanjutkan dengan kegiatan MPLS. Di sekolah ini
sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) semua warga sekolah ini akan
berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama.
6. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut? Jika
akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan ini
bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Point-point tersebut sudah memuat karakter-karakter yang baik tentunya.
Pemerintah tetap harus memberikan perhatian lebih mencakup pengelolaan
karakter anak. jadi, tidak hanya yang difokuskan pada sisi kognitif saja.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Faktor pendukung tentunta dari pihak Kepala Sekolah sudah sangat
mendukung pendidikan karakter di sekolah ini, selain itu adanya kolaborasi
yang baik antara teman-teman guru untuk menerapkan pendidikan karakter.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Hambatannya tidak semua orang tua tidak mendukung dengan apa yang
sekolah lakukan, terkadang ada orang tua yang salah paham anaknya
dihukum untuk membentuk karakter yang baik tetapi orang tuanya tidak
menerima.
9. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta didik?
Kalau pemahaman saya setiap guru sudah mempunyai karakter masing-
masing jadi saya tidak mau menggurui dengan menegur mereka. Kapasitas
dari Kepala sekolah yang bisa menegur.
10. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 Tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Bagi saya ada payung hukum ataupun tidak ada payung hukumnya menurut
saya sebuah lembaga pendidikan memang harus seperti itu. Karena sebelum
payung hukum ada bapak ibu guru sudah menyadari betapa pentingnya
sebuah pendidikan karakter. Apalagi setelah adanya sistem zonasi ini
dimana kita tidak bisa mengatur input yang masuk, jadi pendidikan karakter
disini harus lebih ditekankan.
11. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khusunya?
Ya kalau bisa sarana prasarana yang menunjang kepada keberhasilan
pendidikan karakter anak di sekolah sekolah yang belum lengkap untuk bisa
dilengkapi.
Guru Mapel Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Informan: Entin Kristiyaningsih, S. Si.
1. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel Pendidikan Agama di sekolah ini?
Sekitar sejak tahun 2003
2. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Secara garis besar keempat guru agama tersebut merasakan perbedaan yang
signifikan dalam mendidik anak tempo dulu dengan tempo sekarang. Salah
satu penyebabnya adalah ketergantungan Gadget membuat anak mengalami
penurunan karakter. Fitur-fitur dalam gadget kadang memuat konten-konten
yang dirasa kurang pas untuk anak zaman sekarang, sedangkan orang tua
tidak mengontrol hal tersebut. Perbedaan itu ditunjukkan anak-anak zaman
dahulu jika diberitahu atau dinasehati oleh Gurunya akan nurut mudah
untuk di kontrol, berbeda dengan anak-anak zaman sekarang ada
tantangannya gitu dalam penanganan dari Guru. Sekarang ini kita
berharapnya anak tidak mesti nurut tetapi paling tidak sesuai dengan alur
yang kita arahkan.
3. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Anak sekarang dikasih tau, dinasehati/ diberi masukan tentang sesuatu hal
tidak langsung menurut. Jadi, disini tantangan kita sebagai guru Pendidkan
Agama Kristen adalah membuat anak mengikuti alur yang kita arahkan.
Karena dimanja oleh pemerintah juga sebuah tantangan untuk kita. Dimanja
dalam artian anak yang nakal kita tidak boleh mendidik mereka dengan
terlalu keras, padahal jika tidak dikerasi anak naka tersebut akan
menebarkan virus ke teman yang lainnya.
4. Sebagai guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti strategi apa yang anda
terapkan dalam menerapkan pendidikan berbasis karakter?
Minimal kita memberikan sebuah keteladanan. Pendekatan secara
emosional kepada anak didik juga penting. Karena karakteristik siswa
berbeda-beda, maka pendekatan yang dilakukanpun juga beda-beda. Ketika
kita dekat dengan anak, maka apabila mereka akan melakuakn suatu yang
tidak baik maka mereka akan ada rasa sungkan.
5. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti?
Karakter yang dibetuk pertama kali adalah menumbuhkan kesadaran sholat
dalam diri anak. Sehingga di sekolah ini ada kegiatan rutin sholat dhuha dan
sholat dhuhur berjamaah.
6. Kegiatan keagamaan apa yang mendukung sebagai bentuk
pengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah ini?
Pembiasaan berdoa yang diiringi musik organ oleh Guru, Merayakan Natal,
Misa dsb.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Sarana dan prasarana telah mendukung.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Faktor penghambatnya lingkungan dari anak. lingkungan negatif terbawa ke
sekolah menularkan ke anak lain.
9. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk sesuai
harapan dari sekolah?
Kami tidak bekerja sendirian, dibantu juga oleh guru BK. Ada sinergi antara
GPAK dengan Guru BK untuk mencarikan solusi anak yang bermasalah
tersebut. setelah iu kita komunikasin dengan orang tua. Karena kalau di
sekolah.
10. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang tua
dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan dilakukannya?
Berkala dalam waktu?
Persiapan ujian itu nnati orangtua dari anak-anak baru di undang ke sekolah
untuk diberikan sosialisasi dan pengarahan sebelum anak menghadapi ujian
dsb. Disini ada juga konseling, tapi ketika anak sudah melakukan
pelanggaran barulah orangtua dipanggil ke sekolah. Jadi, ketika ada masalah
dalam diri anak barulah ada parenting khusus ke orang tua ketika sudah
tersangkut masalah. Sejauh ini untuk GPAK sendiri belum ada parenting
khusus untuk orangtua.
11. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru Pendidikan Agama lainnya
di luar sana dalam menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Kita harus memberikan sebuah keteladanan bagi anak. keteladanan itu
penting, jadi tidak hanya cukup menjadi contoh.
Guru Bimbingan Konseling (BK)
Informan: Sri Budi Darwiyanti S. Pd
1. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel BK?
Kurang lebih 17 tahun. Sebelumnya saya mengajar di SMP Regina Pacis
Surakarta.
2. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Tentu ada. Anak zaman dahulu ada rasa perkewuh (malu) yang tinggi.
Tetapi anak sekarang rasa malunya ada tetapi tidak seperti anak dulu. Jika
mereka salah susah untuk mengakui kesalahan dan bangga terhadap
kelakuan yang salah tadi.
3. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Informasi yang cepat beredar, tanpa mereka saring kebenaran hal itu.
Mereka menelan bulat-bulat informasinya tanpa kroscek. Sehingga mereka
mengedepankan asumsi dan sumber berita yang belum benar kejelasannya.
4. Sebagai guru BK strategi apa yang anda terapkan dalam menerapkan
pendidikan berbasis karakter?
Memahami dunia mereka. Menjalin kerjasama yang baik dan menjadi guru
serta sahabat untuk mereka.
5. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui mapel
BK?
Karakter disisplin, jujur, religius dsb.
6. Seperti apa tindakan preventif dari BK sebagai upaya untuk menimilalisir
peserta didik yang keluar dari zona berkarakter?
Selalu memberikan motivasi ke anak
7. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk sesuai
harapan dari sekolah?
Kami melakukan pendekatan ke mereka, kemudian mendiskusikan dengan
baik apa yang menjadi keluhan dari mereka.
8. Punishment apa yang dilakukan dari BK kepada peserta didik yang keluar dari
zona berkarakter?
Selama masih dalma batas kewajaran diberikan teguran.
9. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Kerjasama dan kekompakan dari guru dan karyawan, kepala sekolah yang
mendukung dan orangtua murid yang mendukung pula.
10. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Oknum guru yang kurang sadar bahwa perilakunya menjadi teladan bagi
siswa-siswi.
11. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang tua
dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan dilakukannya?
Berkala dalam waktu?
Ada, setiap 6 bulan sekali ketika pengambilan raport siswa. Biasanya yang
memberikan parenting adalah wali kelas masing-masing.
12. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru BK di luar sana dalam
menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Mendidik itu dengan memberikan teladan pula, tidak hanya sekadar
perintah dan main tunjuk ke anak.
HASIL WAWANCARA
SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA
Hari, Tanggal : Jum’at, 13 Desember 2019
Informan : Ibu Farida, S. Pd. (Kepala Sekolah)
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter dalam
lembaga pendidikan?
Karakter bagi kami adalah hal yang sangat utama karena itu merupakan
salah satu langkah anak-anak menuju sukses adalah karakternya. Kalau
seorang anak karakternya bagus pasti otaknya juga bagus. Makanya kalau
anak-anak disini terutama anak-anak yang sudah tahu apa yang harus dia
lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, karena apabila melakukan
sesuatu hal yang tidak boleh dilakukan pasti kami beri sanksi pastinya
sanksi yang edukasi. Tetap harus ada sanksi agar anak-anak tahu bahwa hal
tersebut salah.
2. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah yang Anda pimpin ini?
Karakter yang saya bagun disini yang nomor satu adalah karakter yang
sifatnya disiplin, kunci utama anak-anak yaitu disiplin. Tata tertib yang
sudah tertulis harus dipatuhi dan orang tua murid pun juga harus
mengetahui.
3. Sebagai pemimpin di sekolah ini, sudahkan Anda mengetahui bahwasanya
pendidikan karakter telah termakdum dalam payung hukum Perda Nomor 12
tahun 2017 tentang penyelenggaraan pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub
bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
Saya sangat setuju dan sudah saya terapkan di sekolah ini.
4. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Kami ada program ekstrakurikuler yang mengolah karakter anak, misalnya
ada pramuka, osis, seni tari dan paduan suara. Pendidikan karakter yang
kami terapkan bersifat pembiasaan. Jadi bukan sebuah mata pelajaran
pendidikan karakter dalam bentuk jam pelajaran.
5. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
p) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
q) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
r) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
21) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan
mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah
22) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
23) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru
dan peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
24) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan
peserta didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air,
baik lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Sudah. Anda bisa melakukan konfirmasi juga dengan waka kurikulum
terkait hal tersebut.
6. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut? Jika
akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan ini
bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Dalam setiap keputusan pasti melibatkan dan memperhatikan sumbangsih
dari berbagai pihak.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Semua program yang berkaitan dengan pendidikan karakter untuk anak dari
kami selalu dukung penuh.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Faktor penghambat lingkungan keluarga peserta didik yang penuh
kompleks.
9. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta didik?
Saya memeberikan contoh, selalu komunikasi, selalu berkoordinasi dan saya
selalu menanamkan kepada guru-guru bahwa ini adalah tugas yang mulia.
10. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Dampaknya baik. Sekolah menjadi lebih baik, tertib dan dengan adanya
payung hukum tersebut membuat sekolah melangkah lebih nyaman dan
tenang.
11. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khusunya?
Pendidikan karakter kalau menurut saya sudah cukup dan perlu
dipertahankan. Karena bagi saya pendidikan karakter adalah modal utama
untuk menjadi sukses. Jadi dengan adanya payung hukum seperti ini yang
hanya berlaku di surakarta, mestinya menteri pendidikan akan mengadopsi
atau mungkin lebih menekankan agar semua sekolah di daerah-daerah lain
juga ikut seperti ini agar siswa-siswa Indonesia bisa mempunyai karakter
yang kuat.
Waka Kesiswaan
Informan: Ibu Budhy Iriani, S. Pd.
1. Menurut Bapak/Ibu seberapa urgensinya penerapan pendidikan karakter dalam
lembaga pendidikan?
Bagi saya sangat penting sekali, kenapa sangat penting,karena menurut saya
keberhasilan seseorang itu tidak hanya terletak pada kemampuan IQ nya
saja, namun karakter anak itu sendiri yang akan menentukan
keberhasilannya.
2. Karakter yang seperti apa yang dibangun di sekolah ini?
Sikap disiplin, nasionalisme, sikap santun
3. Seperti apa implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Kedisiplinan, program pramuka wajib, setiap mata pelajaran di include kan
dengan pendidikan karakter, penumbuhan sikap nasionalisme seperti
upacara bendera setiap hari senin, setiap hari setiap sebelum pelajaran
dimulai selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan berdiri secara
khidmat, baik anak-anak, guru, staf maupun karyawan apabila tiba saat
menyanyikan lagu Indonesia Raya dimanapun merekan berada harus berdiri
dan ikut bernyanyi, berdoa juga pasti.
4. Sudahkan Anda mengetahui bahwasanya pendidikan karakter telah termakdum
dalam payung hukum Perda Nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan
pendidikan Bab VIII Bagian Ketiga Sub bab Pendidikan Karakter Pasal 56?
Secara payung hukum belum, tetapi pelaksanaan nya sudah diterapkan di
sekolah ini jauh-jauh sebelum berpayung hukum tersebut.
5. Sudahkah sekolah ini menerapkan poin-poin dalam butir pasal 56 yang
mendorong implementasi pendidikan karakter di sekolah? Butir tersebut
meliputi:
p) Setiap satuan pendidikan dasar wajib melaksanakan pendidikan
kepramukaan/kepanduan atau sebutan lain
q) Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis keagamaan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidik melalui mata pelajaran pendidikan
agama dan kegiatan keagamaan lainnya
r) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan kegiatan penumbuhan budi
pekerti dan akhlak mulia sebagai berikut:
21) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah
22) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan masa orientasi
pengenalan peserta didik baru untuk jenjang SMP
23) Berdo’a setiap memulai hari pembelajaran dan sesudahnya guru dan
peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya
24) Sebelum berdo’a saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta
didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air, baik
lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini.
Sudah. Pramuka di hari Jum’at sepulang sekolah. Seperti Anda lihat sendiri
sebelum Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kami melakukan
upacara pembukaan yang dilanjutkan dengan kegiatan MPLS. Di sekolah ini
sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) semua warga sekolah ini akan
berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama.
6. Bagaimana menurut Anda mengenai poin-point dalam pasal 56 tersebut? Jika
akan ada revisi dari pemerintah kota dan Anda dilibatkan karena kebijakan ini
bersifat down-top, maka sumbangsih pemikiran apa dari Anda? Tentunya
khusus pasal pendidikan karakter!
Point-point tersebut sudah memuat karakter-karakter yang baik tentunya.
Pemerintah tetap harus memberikan perhatian lebih mencakup pengelolaan
karakter anak. jadi, tidak hanya yang difokuskan pada sisi kognitif saja.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Faktor pendukung tentunta dari pihak Kepala Sekolah sudah sangat
mendukung pendidikan karakter di sekolah ini, selain itu adanya kolaborasi
yang baik antara teman-teman guru untuk menerapkan pendidikan karakter.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Hambatannya tidak semua orang tua tidak mendukung dengan apa yang
sekolah lakukan, terkadang ada orang tua yang salah paham anaknya
dihukum untuk membentuk karakter yang baik tetapi orang tuanya tidak
menerima.
9. Bagaimana strategi anda untuk menggugah semangat guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut kepada para peserta didik?
Kalau pemahaman saya setiap guru sudah mempunyai karakter masing-
masing jadi saya tidak mau menggurui dengan menegur mereka.Saya selalu
memberikan aplikasi contoh dilapangan khususnya pada saat upacara,
kemudian pada saat menangani kasus pelanggaran tata tertib anak anak
disekolah diberi apa, dihukum apa,seperti itu. Jadi melalui tindakan
langsung. Kalau ada kesempatan kita sampaikan di forum rapat.
10. Apa dampak kebijakan Perda Kota Surakarta No. 12 Tahun 2017 Pasal 56
tentang penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter di
sekolah ini?
Bagi saya ada payung hukum ataupun tidak ada payung hukumnya menurut
saya sebuah lembaga pendidikan memang harus seperti itu. Karena sebelum
payung hukum ada bapak ibu guru sudah menyadari betapa pentingnya
sebuah pendidikan karakter. Apalagi setelah adanya sistem zonasi ini
dimana kita tidak bisa mengatur input yang masuk, jadi pendidikan karakter
disini harus lebih ditekankan.
11. Sebagai bagian dari civitas akademika, adakah hal yang perlu Anda
sampaikan kepada pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter
khusunya?
Ya kalau bisa sarana prasarana yang menunjang kepada keberhasilan
pendidikan karakter anak di sekolah sekolah yang belum lengkap untuk bisa
dilengkapi. Salah satu contoh yaitu sarana prasarana upacara, masjid,
perlengkapan ibadah uantuk agama apapun juga. Jika itu disediakan di
setiap sekolah-sekolah maka akan menjadi lebih baik. Seperti yang kita
ketahui kalau untuk agam kristen/katolik atau agama minoritas itu hanya
mendompeleng di satu ruang kelas saja, belum ada sekolahan yang
menyediakan ruang khusus untuk agama-agama masing-masing.
Guru Mapel Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Informan: Bp. Faudji Asrori, S. Ag.
1. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel Pendidikan Agama di sekolah ini?
Sekitar sejak tahun 2006
2. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Secara garis besar keempat guru agama tersebut merasakan perbedaan yang
signifikan dalam mendidik anak tempo dulu dengan tempo sekarang. Salah
satu penyebabnya adalah ketergantungan Gadget membuat anak mengalami
penurunan karakter. Fitur-fitur dalam gadget kadang memuat konten-konten
yang dirasa kurang pas untuk anak zaman sekarang, sedangkan orang tua
tidak mengontrol hal tersebut. Perbedaan itu ditunjukkan anak-anak zaman
dahulu jika diberitahu atau dinasehati oleh Gurunya akan nurut mudah
untuk di kontrol, berbeda dengan anak-anak zaman sekarang ada
tantangannya gitu dalam penanganan dari Guru. Sekarang ini kita
berharapnya anak tidak mesti nurut tetapi paling tidak sesuai dengan alur
yang kita arahkan.
3. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Anak sekarang dikasih tau, dinasehati/ diberi masukan tentang sesuatu hal
tidak langsung menurut. Jadi, disini tantangan kita sebagai guru PAI adalah
membuat anak mengikuti alur yang kita arahkan. Karena dimanja oleh
pemerintah juga sebuah tantangan untuk kita. Dimanja dalam artian anak
yang nakal kita tidak boleh mendidik mereka dengan terlalu keras, padahal
jika tidak dikerasi anak naka tersebut akan menebarkan virus ke teman yang
lainnya.
4. Sebagai guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti strategi apa yang anda
terapkan dalam menerapkan pendidikan berbasis karakter?
Minimal kita memberikan sebuah keteladanan. Pendekatan secara
emosional kepada anak didik juga penting. Karena karakteristik siswa
berbeda-beda, maka pendekatan yang dilakukanpun juga beda-beda. Ketika
kita dekat dengan anak, maka apabila mereka akan melakuakn suatu yang
tidak baik maka mereka akan ada rasa sungkan.
5. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti?
Karakter yang dibetuk pertama kali adalah menumbuhkan kesadaran sholat
dalam diri anak. Sehingga di sekolah ini ada kegiatan rutin sholat dhuha dan
sholat dhuhur berjamaah.
6. Kegiatan keagamaan apa yang mendukung sebagai bentuk
pengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah ini?
Pembiasaan sholat dhuha mandiri saat istirahat pertama, pembiasaan doa
pagi dan sebelum pulang.
7. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Sarana dan prasarana telah mendukung, masjid juga sudah selesai proses
renovasi InsyaAllah besok pertengahan Juli ini sudah bisa digunakan
bersama dalam mendukung kegiatan-kegiatan pembentukan karakter anak.
8. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Faktor penghambatnya itu kurang adalah lingkungan dari anak. apabila
lingkungan negatif akan terbawa ke sekolah lalu menular ke anak lain.
9. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk sesuai
harapan dari sekolah?
Kami tidak bekerja sendirian, dibantu juga oleh guru BK. Ada sinergi antara
GPAI dengan Guru BK untuk mencarikan solusi anak yang bermasalah
tersebut. setelah iu kita komunikasin dengan orang tua. Karena kalau di
sekolah.
10. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang tua
dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan dilakukannya?
Berkala dalam waktu?
Persiapan ujian itu nnati orangtua dari anak-anak baru di undang ke sekolah
untuk diberikan sosialisasi dan pengarahan sebelum anak menghadapi ujian
dsb. Disini ada juga konseling, tapi ketika anak sudah melakukan
pelanggaran barulah orangtua dipanggil ke sekolah.
11. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru Pendidikan Agama lainnya
di luar sana dalam menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Kita harus memberikan sebuah keteladanan bagi anak. keteladanan itu
penting, jadi tidak hanya cukup menjadi contoh.
Guru Bimbingan Konseling (BK)
Informan: Ibu Murni, S. Pd
1. Sudah berapa lama Anda mengampu mapel BK?
Kurang lebih 10 tahun.
2. Adakah suatu perbedaan mengenai anak tempo dulu dengan anak milenial
zaman sekarang? Jika ada, apa itu?
Tentu ada. Anak zaman dahulu ada rasa perkewuh (malu) yang tinggi.
Tetapi anak sekarang rasa malunya ada tetapi tidak seperti anak dulu. Jika
mereka salah susah untuk mengakui kesalahan dan bangga terhadap
kelakuan yang salah tadi.
3. Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mendidik anak milenial zaman
sekarang?
Informasi yang cepat beredar, tanpa mereka saring kebenaran hal itu.
Mereka menelan bulat-bulat informasinya tanpa kroscek. Sehingga mereka
mengedepankan asumsi dan sumber berita yang belum benar kejelasannya.
4. Sebagai guru BK strategi apa yang anda terapkan dalam menerapkan
pendidikan berbasis karakter?
Memahami dunia mereka. Menjalin kerjasama yang baik dan menjadi guru
serta sahabat untuk mereka.
5. Karakter apa yang ingin Anda bentuk dalam diri peserta didik melalui mapel
BK?
Karakter disisplin, jujur, religius dsb.
6. Seperti apa tindakan preventif dari BK sebagai upaya untuk menimilalisir
peserta didik yang keluar dari zona berkarakter?
Selalu memberikan motivasi ke anak
7. Bagaimana penanganan anak yang dirasa karakternya belum terbentuk sesuai
harapan dari sekolah?
Kami melakukan pendekatan ke mereka, kemudian mendiskusikan dengan
baik apa yang menjadi keluhan dari mereka.
8. Punishment apa yang dilakukan dari BK kepada peserta didik yang keluar dari
zona berkarakter?
Selama masih dalma batas kewajaran diberikan teguran.
9. Apa faktor pendukung implementasi pendidikan karakater di sekolah ini?
Kerjasama dan kekompakan dari guru dan karyawan, kepala sekolah yang
mendukung dan orangtua murid yang mendukung pula.
10. Apa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di sekolah ini?
Oknum guru yang kurang sadar bahwa perilakunya menjadi teladan bagi
siswa-siswi.
11. Pembentukan karakter dalam diri anak tidak terpelas pula dengan peran
orang tua. Adakah komunikasi dengan orang tua (parenting) kepada orang tua
dalam pembentukan karakter peserta didik? Kalau ada kapan dilakukannya?
Berkala dalam waktu?
Ada, setiap 6 bulan sekali ketika pengambilan raport siswa. Biasanya yang
memberikan parenting adalah wali kelas masing-masing.
12. Pesan yang ingin Anda sampaikan untuk Guru BK di luar sana dalam
menumbuhkan semangat karakter untuk peserta didik?
Mendidik itu dengan memberikan teladan pula, tidak hanya sekadar
perintah dan main tunjuk ke anak.
LAMPIRAN 3: SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 4 : SURAT BUKTI TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
LAMPIRAN 5 : DOKUMENTASI
Wawancara dengan Kabid Dikdas SMP Dinas Pendidikan Kota Surakarta
Ziarah ke Gua Mawar Boyolali Peserta didik Katholik SMP N 12 Surakarta
Pada tanggal 28 November 2018
Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya sebelum Pembelajaran
SMP Bintang Laut Surakarta
Kajian bagi peserta didik putri yang halangan ketika shalat Jum’at berjamaah di
Masjid SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
Pendalaman Iman atau Kajian Islam bagi peserta didik beragama Islam
SMP Negeri 12 Surakarta
Pendalaman Iman bagi peserta didik beragama Katholik
SMP Negeri 12 Surakarta
Upacara Memperingati Hari PGRI ke- 74
SMP Negeri 12 Surakarta
Kegiatan Outdoor Hizbul Wathon
SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
Kegiatan Menyambut Natal 2019
SMP Kristen 1 Surakarta
Seminar Parenting
SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
Wawancara dengan Ketua Komisi IV DPRD Surakarta
Kegiatan Upacara di hari Senin
SMP Negeri 12 Surakarta
LAMPIRAN 6 : LEMBAR BIMBINGAN TESIS
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Karomah Indarwati
Tempat, Tanggal Lahir : Surakarta, 3 Februari 1995
Alamat
:
Sanggrahan RT 001 RW 002
Pucangan, Kartasurura, Kode
Pos. 57168 Kab. Sukoharjo
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : SD Negeri Kartasura 04
SMP Negeri 1 Kartasura
SMA Negeri 1 Kartasura
S-1 Pendidikan Agama Islam
IAIN Surakarta
Tahun 2016