Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

17
1 Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem Online di Kota Tangerang Ahmad Wicaksana Putra 1 , Achmad Lutfi 2 1. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email: 1. [email protected] 2. [email protected] Abstrak Pengintegrasian sistem informasi ke dalam sistem pemungutan pajak daerah dilakukan BPKD Kota Tangerang dalam rangka pemanfaatan teknologi informasi yang bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Skripsi ini membahas mengenai implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang berdasarkan konsep dan teori yang relevan. Selain itu skripsi ini bertujuan untuk menjabarkan kendala yang dihadapi pada implementasinya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan post-positivist dengan jenis penelitian deskriptif serta metode pengumpulan data berupa studi pustaka dan studi lapangan. Berdasarkan konsep implementasi kebijakan Edwards III, implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang masih kurang baik, hal ini disebabkan oleh berberapa kendala antara lain adalah sosialisasi yang tidak merata, masalah komunikasi dan masalah sumber daya. Kendala yang terdapat pada variabel komunikasi adalah transmisi perintah masih terhambat oleh birokrasi, kurang kritisnya staff dalam menerima perintah/ komando dari setiap atasannya dan kurangnya pemahaman staff terhadap muatan peraturan yang ingin diimplementasikan. Kendala yang terdapat pada variabel sumber-sumber adalah kurangnya kualitas staff dan fasilitas yang dibutuhkan. Kata Kunci: Implementasi Kebijakan; Pajak Restoran; Pemungutan Pajak, Sistem Online Implementation of Restaurant’s Tax Collection by Online System in Tangerang City Abstract The integration of information systems into the local tax collection system conducted BPKD Tangerang City in order to utilize information technology that aims to provide convenience for the taxpayer in fulfilling tax obligations. This paper discussed the implementation of restaurant’s tax collection by online system in Tangerang City. The purpose of this paper is to explain of how is the implementation of restaurant’s tax collection by online system and to outline the obstacle encountered in the implementation. The approach used in this study is a post-positivist approach with descriptive research with literature review and field research as data collection techniques. Based on the policy implementation concept by Edward III, the implementation of restaurant’s tax collection by online system is not been good, this is caused by several obstacles such as uneven socialization, communication problems and resource issues. Constraints contained in communication variables are transmission of command that still hampered by bureaucracy, less critical staff in receiving order/command from his superiors, and lack of staff in understanding the regulatory content that want to be implemented. Constraints contained in source variables are the lack of quality staff and the facilities needed. Keywords: Online System; Policy Implementation, Tax Collection, Tax of Restaurant, Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Transcript of Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

Page 1: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

1

Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem Online di Kota Tangerang

Ahmad Wicaksana Putra1, Achmad Lutfi2

1. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424,

Indonesia 2. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424,

Indonesia

Email: 1. [email protected] 2. [email protected]

Abstrak

Pengintegrasian sistem informasi ke dalam sistem pemungutan pajak daerah dilakukan BPKD Kota Tangerang dalam rangka pemanfaatan teknologi informasi yang bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Skripsi ini membahas mengenai implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang berdasarkan konsep dan teori yang relevan. Selain itu skripsi ini bertujuan untuk menjabarkan kendala yang dihadapi pada implementasinya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan post-positivist dengan jenis penelitian deskriptif serta metode pengumpulan data berupa studi pustaka dan studi lapangan. Berdasarkan konsep implementasi kebijakan Edwards III, implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang masih kurang baik, hal ini disebabkan oleh berberapa kendala antara lain adalah sosialisasi yang tidak merata, masalah komunikasi dan masalah sumber daya. Kendala yang terdapat pada variabel komunikasi adalah transmisi perintah masih terhambat oleh birokrasi, kurang kritisnya staff dalam menerima perintah/ komando dari setiap atasannya dan kurangnya pemahaman staff terhadap muatan peraturan yang ingin diimplementasikan. Kendala yang terdapat pada variabel sumber-sumber adalah kurangnya kualitas staff dan fasilitas yang dibutuhkan.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan; Pajak Restoran; Pemungutan Pajak, Sistem Online

Implementation of Restaurant’s Tax Collection by Online System in Tangerang City

Abstract

The integration of information systems into the local tax collection system conducted BPKD Tangerang City in order to utilize information technology that aims to provide convenience for the taxpayer in fulfilling tax obligations. This paper discussed the implementation of restaurant’s tax collection by online system in Tangerang City. The purpose of this paper is to explain of how is the implementation of restaurant’s tax collection by online system and to outline the obstacle encountered in the implementation. The approach used in this study is a post-positivist approach with descriptive research with literature review and field research as data collection techniques. Based on the policy implementation concept by Edward III, the implementation of restaurant’s tax collection by online system is not been good, this is caused by several obstacles such as uneven socialization, communication problems and resource issues. Constraints contained in communication variables are transmission of command that still hampered by bureaucracy, less critical staff in receiving order/command from his superiors, and lack of staff in understanding the regulatory content that want to be implemented. Constraints contained in source variables are the lack of quality staff and the facilities needed.

Keywords: Online System; Policy Implementation, Tax Collection, Tax of Restaurant,

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 2: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

2

Pendahuluan

Pemanfaatan teknologi informasi sudah menjadi suatu keharusan di era globalisasi

seperti ini. Menurut O’Brien dan Marakas (2014: 7) teknologi informasi dapat memberikan

manfaat yang banyak, salah satu contohnya adalah terhadap pelaku bisnis dalam menjalankan

kegiatannya untuk menekan biaya serta mempromosikan produk. Pemanfaatan teknologi

informasi tidak hanya dapat dilakukan dalam dunia bisnis, teknologi informasi juga dapat

diaplikasikan dalam pelayanan publik. Pemanfaatan teknologi dan informasi dalam pelayanan

pajak daerah di Kota Tangerang didasarkan pada potensi dari pajak daerah itu sendiri. Pajak

daerah Kota Tangerang memiliki potensi yang cukup baik.

Pajak daerah Kota Tangerang berkontribusi atas 79.67% dari total PAD di tahun 2015

dan pajak daerah memiliki kontribusi rata-rata 81.58% dari total PAD dari tahun 2011-2015.

Sehingga unsur lain yang turut menyusun PAD selain pajak daerah menjadi tidak dominan.

Hal demikian membuktikan bahwa pajak daerah dapat berperan sebagai sumber pembiayaan

yang dapat memberikan fungsi budgetair bagi Kota Tangerang. Jika kita lihat lebih rinci, ter-

catat bahwa dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang realisasi atas kesembilan jenis pajak

tidak pernah kurang dari target yang direncanakan dan cenderung meningkat. Tiga penerima-

an tertinggi secara berurutan ditempati oleh objek pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) lalu Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB P2) dan

yang terbesar ketiga adalah Pajak Restoran. Hal ini mengindikasikan bahwa Pajak Restoran di

Kota Tangerang memiliki potensi yang cukup baik jika dibandingkan dengan pajak daerah

lain yang dipungut oleh Kota Tangerang. Penerimaan pajak restoran menempati peringkat

pertama terbesar diantara 3 jenis pajak lain yang pemungutannya diatur dalam Peraturan

Walikota Kota Tangerang Nomor 9 Tahun 2016. Lalu pada posisi kedua, ketiga dan terakhir

secara berurutan ditempati oleh penerimaan pajak hotel, pajak reklame dan pajak hiburan.

Selain dari potensi penerimaan pajak restoran yang lebih besar dibandingkan dengan pe-

nerimaan 3 jenis pajak lainnya, penggunaan sistem online dalam pemungutan pajak ini di-

harapkan dapat memberikan efisiensi dalam beban yang dikeluarkan wajib pajak dalam meng-

himpun pajak daerah.

Berdasarkan potensi penerimaan pajak restoran, jumlah wajib pajak restoran dan

prospek dari usaha restoran kedepannya yang sudah dijelaskan diatas maka Badan

Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang (BPKD Kota Tangerang) mengutamakan pe-

nerapan sistem online kepada objek pajak restoran dibandingkan dengan 3 objek pajak lain

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 3: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

3

terkait target implementasi (tangerangkota.go.id). Sistem online ini mengharuskan wajib

pajak restoran untuk melaporkan data transaksinya dengan menerapkan sistem informasi

pajak daerah. Peraturan Walikota Kota Tangerang nomor 9 tahun 2016 menjelaskan bahwa

sistem informasi pajak daerah yang diterapkan terdiri dari aplikasi pajak online dan alat pe-

rekam data transaksi/tapping box. Aplikasi pajak online digunakan wajib pajak dalam me-

laporkan omzet dan data transaksi usaha, sedangkan tapping box merupakan alat yang diguna-

kan untuk merekam data transaksi usaha yang terhubung langsung ke BPKD Kota Tangerang,

sehingga BPKD Kota Tangerang senantiasa dapat terus memonitor data transaksi wajib pajak.

Pemasangan tapping box sudah direncanakan oleh BPKD Kota Tangerang dari awal

Februari 2016 (tangerangkota.go.id, 2016). Rencana tersebut hanya sebatas pemasangan atas

20 taping box pada berberapa kasir di 7 titik, dan lagi pengaplikasian dari tapping box ter-

sebut baru dapat dilakukan pada Maret 2016 (tangerangkota.go.id). Walaupun sudah di-

rencanakan agar tapping box dapat digunakan pada Maret 2016 namun faktanya pada tanggal

9 November 2016 publik baru mengetahui akan terpasangnya alat ini di ketujuh titik yang

telah direncanakan (probenteng.com). Padahal peraturan atas pemungutan pajak dengan me-

nerapkan sistem informasi pajak daerah sudah diundangkan dari tanggal 18 Februari 2016.

Selain itu dari sekian banyak restoran, tempat hiburan, hotel, dan tempat parkir yang meng-

gunakan sistem informasi pajak daerah baru 7 titik yang terpasang tapping box. Artinya masih

terdapat banyak wajib pajak yang belum diimplementasikan sistem pemungutan pajak

restoran dengan sistem online yang sesuai dengan peraturannya.

Tinjauan Teoritis

Teori yang digunakan sebagai analisis dalam penelitian ini yaitu implementasi

kebijakan. Pengertian implementasi kebijakan menurut Lester dan Stewart dalam Winarno

(2011: 147) merupakan tahapan dalam kebijakan publik yang dilakukan setelah penetapan

undang-undang. Edwards III dalam Winarno (2011: 177) mengatakan bahwa faktor yang ter-

dapat pada teori implementasi kebijakan Edwards III dapat digunakan dalam mengkaji pra-

kondisi seperti apa yang dibutuhkan tiap faktor dalam mendukung keberhasilan dari suatu

implementasi kebijakan. Faktor-faktor yang dimaksud dalam teori Edwards III tersebut adalah

komunikasi, sumber daya, kecenderungan /sikap, dan struktur birokrasi.

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 4: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

4

Teori selanjutnya yang digunakan adalah administrasi perpajakan. Alink dan Kommer

(2011: 87) mengatakan bahwa administrasi perpajakan merupakan organisasi yang menerap-

kan dan melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan. Administrasi perpajakan

memiliki aktifitas dalam identifikasi dan penetapan wajib pajak, pengadministrasian pajak ter-

utangnya, menilai pelaksanaan kewajibannya, dan menghimpun pajaknya. Komunikasi yang

berlangsung dalam model organisasi modern menurut Alink dan Kommer (2011: 216) ber-

langsung dalam dua arah, dari tingkatan paling atas hingga paling bawah dan sebaliknya.

Self assessment system menurut Resmi (2016: 10) merupakan sistem pemungutan

pajak yang memberikan kewenangan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitung-

kan, membayar, melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak terutang.

O’Brien dan Marakas (2014: 4) melanjutkan sistem informasi adalah suatu kesatuan

terorganisasi yang terkombinasi dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan

komunikasi, sumber data dan kebijakan serta prosedur yang terorganisasi yang menyimpan,

mengambil, mengubah, dan memisahkan informasi dalam sebuah organisasi. Sistem

Informasi Manajemen (SIM) merupakan salah satu klasifikasi dari sistem pendukung

manajemen yang berfungsi untuk memberikan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan

kepada manajer dan banyak pelaku bisnis (O’Brien dan Marakas, 2014: 16). O’Brien dan

Marakas (2014: 33) mengatakan terdapat 5 sumber daya yang seminimal mungkin dibutuhkan

dalam mengoperasikan SIM yaitu sumber daya manusia, sumber daya perangkat keras,

sumber daya perangkat lunak, sumber daya jaringan, dan sumber daya data.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan jenis penelitian ber-

dasarkan tujuan penelitian deskriptif, dengan manfaat penelitian murni, dan dimensi waktu

yang bersifat cross sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dua cara. Pertama

studi lapangan dengan interview sebagai cara untuk mengumpulkan data atau informasi

dengan cara langsung bertatap muka dengan informan. Informan dalam penelitian ini adalah

Pihak Badan Pengelolaan Keuangan Daerah. Pihak Wajib Pajak, serta Akademisi. Lalu

peneliti juga menggunakan dokumen dalam pengumpulan datanya atau hanya sebagai pe-

nambah nilai kredibilitas penunjang data yang diperoleh. Kedua, studi literatur yang

dilakukan oleh peneliti untuk memberi gambaran tentang masalah yang terjadi dan dasar

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 5: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

5

dalam penyusunan pertanyaan penelitian melalui data-data yang didapat dari buku-buku,

publikasi, penelitian, data statistik dan informasi dari internet tentang implementasi

pemungutan pajak dengan sistem online.

Batasan dalam penelitian ini adalah faktor kecenderungan/sikap yang tidak ikut dikasji

karena karena dengan pertimbangan bahwa data terkait sikap/kecenderungan tidak bisa di-

peroleh kredibilitasnya jika metode pengumpulan data yang digunakan bukan observasi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Implementasi Pemungutan Pajak dengan Sistem Online

Pengintegrasian sistem online kepada pelayanan publik di Kota Tangerang sudah

direncanakan dari tahun 2014. Pengintegrasian ini sudah direncanakan oleh Pemerintah Kota

Tangerang dalam rangka mendukung pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di

lingkungan Pemerintahan Kota Tangerang. Pengintegrasian dilakukan dalam berbagai aspek,

salah satu nya di dalam pemungutan pajak daerah. Hal tersebut merupakan awal mula dari

penyusunan atas peraturan pemungutan pajak daerah dengan sistem online. Penyusunan per-

aturan pemungutan pajak daerah ini dilakukan pada tahun 2015 oleh BPKD Kota Tangerang

dengan memperhatikan berberapa hal, diantaranya adalah persiapan atas hardware, software

dan sumber daya manusia.

“Rencananya, untuk dasar hukumnya ini dari tahun 2014, bahwasannya tidak menutup kemungkinan nanti kedepannya memang akan adanya online system. Nah otomatis kan Perda pemungutan pajak kita kan Perda nomor 8 tahun 2014, dimana disitu kami merencanakan online system di bidang pajak. dengan amanat di situ kita membuat suatu rencana aksi. Pertama, mempersiapkan hardware-nya, yang kedua mempersiapkan software-nya dan yang ketiga mempersiapkan SDM-nya.” (Wawancara dengan Bapak Arfan selaku Kepala Bidang Pendapatan Lainnya, 13 September 2017)

Secara garis besar penyusunan ini merupakan suatu rencana yang dipersiapkan dalam

rangka mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tahap persiapan juga menjadi penting

karena tahap ini menjadikan sumber daya yang berperan dalam tahapan implementasi menjadi

terarah mencapai tujuannya. Penyusunan juga dijelaskan sebagai bentuk pengoperasionali-

sasian atau penyelenggaraan aktivitas yang telah ditetapkan berdasarkan undang-undang dan

menjadi kesepakatan bersama di antara beragam stakeholder, aktor, organisasi, prosedur, dan

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 6: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

6

teknik secara sinergis yang digerakkan untuk bekerja sama guna menerapkan kebijakan ke

arah tertentu yang dikehendaki (Abdul, 2012: 133).

Pembekalan materi pemungutan pajak dengan sistem online dilakukan dengan cara

sosialisasi kepada wajib pajak. Sosialisasi dilakukan pada akhir tahun 2015 dengan meng-

undang seluruh wajib pajak terkait sasaran implementasi yang terdiri dari 4 objek pajak, yaitu

objek pajak hotel, restoran, hiburan, dan parkir, yan mana jumlah keseluruhan wajib pajak ter-

kait target implementasi sistem online ini adalah 1145 wajib pajak. Pelaksanaan sosialisasi pe-

mungutan ini dilakukan dalam kurun waktu 5 hari, dengan membagi seluruh wajib pajak

tersebut menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok memiliki jadwal masing-masing satu hari.

Lebih fokus lagi, terkait dengan wajib pajak yang menghadiri sosialisasi pemungutan pajak

daerah dengan sistem online tersebut tidak melebihi 600 wajib pajak.

“...kita melakukan sosialisasi kepada wajib pajak, dan itu tidak mudah, karena kami bangun sistem itu dari awal tahun 2015. Ditahun 2015 itu agenda kita adalah mempersiapkan 3 komponen itu, hardware, software dan SDM dan kita melakukan persiapan sembari melakukan sosialisasi sistem baru ini kepada wajib pajak restoran di penghujung tahun 2015, dimana kami mengundang hampir 1200 objek pajak (wajib pajak). Sistem online yang dikami itu terdiri dari 6 mata pajak, yang kami utamakan adalah yang self assessment. Self assessment itu antara lain hotel, restoran, hiburan dan parkir. Nah dari keempat ini, kita melakukan sosialisasi. Kita seminggu sosialisasi kepada mereka... Jadi ya itu tadi, kami sudah menyiapkan aplikasi pelaporan pajak dengan sistem online. Jadi dari jumlah wajib pajak yang berjumlah hampir 600 ya, 500 lebih gitu.” (Wawancara dengan Bapak Darmawan selaku Pegawai Sub Bidang Penagihan dan Keberatan, 26 Mei 2017).

i. Komunikasi

Edward dalam Winarno (2011: 178) mengatakan bahwa terdapat 3 faktor penting yang

menjadikan suatu komunikasi yang dapat mendukung keberhasilan dari implementasi

kebijakan publik yaitu transmisi, kejelasan, dan konsistensi.

Surat perintah di BPKD Kota Tangerang dapat diterbitkan dengan 2 skema. Skema

yang pertama adalah terbitnya surat perintah dengan penggunaan memo tertulis dan terbitnya

surat perintah dengan penggunaan laporan. Kedua skema terbitnya surat perintah diatas

terhambat oleh alur birokrasi, karena penerbitan surat perintah dengan memo tertulis ini

terpaku pada garis struktur organisasi. Baik skema penerbitan surat perintah dengan memo

tertulis sebagai input maupun penerbitan surat perintah dengan laporan sebagai input. Keter-

hambatan ini akan membuat penumpukan tugas dan dapat menjadikan penyerapan sumber

daya manusia menjadi tidak optimal.

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 7: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

7

Pertentangan pendapat antara staff yang membawahkan bidang pendapat lainnya

memang masih dapat ditemukan di BPKD Kota Tangerang. Winarno (2011: 179) menyatakan

bahwa jumlah pelaksana perintah yang merupakan 26 staff dari bidang pendapatan lainnya

dapat membuat hasil dari implementasi tidak sesuai dengan ekspektasi dari penyusun kebijak-

an. Pertentangan pendapat yang ditemukan di BPKD Kota Tangerang mayoritas merupakan

pertentangan pendapat yang sifatnya kondisional. Maksudnya, pertentangan pendapat antara

para pelaksana kebijakan dapat terjadi jika kondisi dilapangan tidak sesuai dengan apa yang

diekspektasikan oleh pemberi perintah, sehingga para pelaksana kebijakan dengan keleluasan-

nya dapat menyesuaikan apa yang diperintahkan oleh pemberi kebijakan dengan menyesuai-

kan kondisi yang dihadapkan oleh masing-masing pelaksana di lapangan. Penyesuaian yang

dilakukan oleh masing-masing pelaksana dalam menghadapi kondisi yang berbeda-beda

tersebut dilakukan dengan memperhatikan tujuan akhir dari pada apa yang diekspektasikan

oleh pemberi perintah. Walaupun cara yang digunakan berbeda, pada intinya cara tersebut

tidak mengakibatkan hasil yang diperoleh menjauhi tujuan dari apa yang sudah dicanangkan

pada peraturan yang ingin diberlakukan.

Hasil wawancara yang diperoleh dari site penelitian menyatakan bahwa oknum-oknum

yang merupakan pegawai/staff yang berada di bidang pendapatan lainnya merasa kewalahan

dalam tugas yang sudah dimilikinya. Hal tersebut terkait dengan jumlah sumber daya manusia

yang dimiliki oleh bidang pendapatan lainya yang terbatas. Narasumber lain menyatakan

bahwa pegawai yang mendapatkan perintah berupa perintah tertulis dari atasannya langsung

melaksanakan apa yang tertulis di dalam surat perintah yang diberikan kepadanya, tanpa

mengkritisi makna dari perintah tersebut. Dengan langsung melaksanakan apa yang

diperintahkan oleh atasannya maka diharapkan pegawai/staff terebut dapat melakukan

efisiensi waktu.

Kejelasan dari pada perintah tertulis dan tidak tertulis sudah baik. Isi surat perintah

yang diberikan kepada pelaksana perintah melalui memo tertulis dan/atau laporan sudah

meliputi prihal mengenai apa saja yang diperintahkan, arahan dari pemberi perintah, dan juga

meliputi tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan oleh penerima perintah. Sehingga

kejelasan dari perintah yang ditransmisikan dan rincian dari perintah yang tertera pada

perintah tersebut sudah tertera pada perintah tertulis. Sedangakan perintah tidak tertulis

diterima secara langsung kepada penanggung jawab perintah, maka terdapat kemungkinan

akan adanya distorsi atas makna pesan yang ingin disampaikan, terlebih lagi jika penanggung

jawab perintah tersebut mengharuskan adanya tugas pebantuan. Hal ini dikarenakan pe-

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 8: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

8

nanggung jawab harus menjembatani perintah yang disampaikan dari pemberi perintah

kepada pejabat yang ditunjuk sebagai pembantuan. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Sub Bagian

Umum dan Kepegawaian yang menyatakan bahwa tugas pembantuan tetap akan disusunkan

surat perintah sebagaimana yang dicatat pada rapat lengkapnya.

Penggunaan perintah tertulis di dalam intra organisasi dimaksudkan agar memperkecil

peluang terjadinya distorsi pada perintah yang melewati berlapis-lapis hierarki. Selain itu

penggunaan perintah tertulis ini dimaksudkan agar konsistensi dari pada hal yang ingin

disampaikan tidak akan bias walaupun melalui rantai komunikasi yang panjang, seperti di

dalam struktur birokrasi yang berlapis-lapis. Selain itu digunakanlah memo tertulis yang

secara internal disebut disposisi, disposisi ini berisikan tulisan percakapan dari pejabat yang

berada di lingkungan struktur organisasi BPKD Kota Tangerang. Dengan menggunakan

disposisi/memo tertulis pada komunikasi tidak langsung antara pejabat-pejabat yang berada di

divisi yang berbeda ini diharapkan dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya miss-

communication dan meningkatkan konsistensi dari pesan-pesan yang melalui rantai

komunikasi yang panjang.

ii. Sumber Daya

Menurut O’Brien dan Marakas (2014: ) terdapat 2 jenis sumber daya manusia yang

seminimal mungkin harus tersedia dalam mengoperasikan sistem informasi. Sumber daya

manusia itu terdiri dari pihak yang merupakan pengguna dari produk yang dihasilkan oleh

sistem informasi, dan pihak yang mengoperasikan sistem informasi tersebut. Ketersediaan

pengguna dari produk yang dihasilkan dan pihak yang mengoperasikan sistem informasi

sudah tersedia di sisi otoritas perpajakan. Pengguna akhir dari produk yang dihasilkan dari

sistem informasi dan pihak yang mengoperasikan sistem informasi di sisi wajib pajak sudah

tersedia. Resmi (2016: 10) berpendapat bahwa sistem self assessment merupakan sistem

pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan

penghitungan dan pelaporan pajak terutangnya. Sehingga dari definisi yang dikemukakan oleh

Resmi menjelaskan bahwa wajib pajak harus menyediakan staff/pegawai untuk mengoperasi-

kan sistem operasi yang digunakan dalam pelaporan pajaknya.

“...sistem aplikasi kita sih termasuk mudah ya, dibanding dengan SPT Tahunan haha. Karena kami hanya berberapa halaman aja sih, jadi sangat-sangat-sangat mudah ya bagi wajib pajak. Kecuali ya itu tadi, yang sama sekali gaptek gitu, itu sama sekali nggak bisa gitu. Agak susah emang buat mereka.” (Wawancara dengan Bapak Darmawan selaku Pegawai Sub Bidang Penagihan dan Keberatan, 26 Mei 2017).

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 9: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

9

Sistem informasi perpajakan menurut Alink dan Kommer (2011: 478) seminimal

mungkin harus meliputi adanya spesialis yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut.

Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian di bidang sistem informasi sudah

dimiliki di lingkungan BPKD Kota Tangerang. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian

di bidang sistem informasi berjumlah 2 orang. Kondisi dari pada sumber daya manusia yang

merupakan ahli di bidang TI masih tidak dimiliki oleh BPKD Kota Tangerang. Berdasarkan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2016, sumber daya manusia yang

memiliki keahlian di bidang TI masih belum tersedia. Padahal menurut Edwards dalam

pelaksanaan kebijakan yang memerlukan keahlian khusus dari pada staff sangatlah krusial,

karena posisi staff disini merupakan modal dalam melaksanakan kebijakan tersebut (Winarno,

2011: 184).

Para pelaksana perlu mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam melaksanaan suatu

kebijakan publik. Informasi yang perlu diketahui oleh pelaksana adalah informasi tentang

bagaimana cara melaksanakan kebijakan, dan informasi mengenai ketaatan terhadap hukum

dari organisasi-organisasi atau individu yang ikut berperan serta dalam proses implementasi

kebijakan. Kutipan wawancara di bawah ini menjelaskan bagaimana pemahaman dari salah

seorang pelakasana kegiatan dalam menafsirkan informasi yang terkandung di dalam pasal

mengenai pengklasifikasian wajib pajak berdasarkan omzetnya. Kutipan tersebut menjelaskan

bahwa wajib pajak yang pelaporan data transaksi usahanya menggunakan aplikasi pajak dan

tapping box adalah wajib pajak yang melakukan pembukuan. Padahal berdasarkan Peraturan

Walikota nomor 9 tahun 2016 menjelaskan bahwa wajib pajak yang pelaporan data transaksi-

nya menggunakan aplikasi pajak dan tapping box adalah wajib pajak yang omzet atau pen-

jualan per tahunnya sama dengan/lebih dari 300 juta rupiah.

“Nggak, kalau ini (menunjuk ke wajib pajak yang pelaporan data transaksi usaha nya dengan SIM pelaporan data transaksi usaha) wajib pajak yang melakukan pembukuan, kalau nggak salah nih”. (Wawancara dengan Bapak Darmawan selaku Pegawai Sub Bidang Penagihan dan Keberatan, 26 Mei 2017). BPKD Kota Tangerang sudah memiliki informasi mengenai ketaatan personelnya.

Informasi ini digunakan oleh badan lain dalam mengkaji pengembangan sumber daya

manusia intra BPKD Kota Tangerang. Sedangkan dari sisi wajib pajak sendiri ketersediaan

informasi mengenai ketaatan wajib pajak terhadap hukum sudah dimiliki oleh BPKD Kota

Tangerang. Ketersediaan informasi mengenai ketaatan wajib pajak restoran digunakan pe-

laksana kebijakan dalam mengatur strategi dalam mengimplementasikan suatu kebijakan.

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 10: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

10

Edwards dalam Winarno (2011: 184) menyatakan bahwa kewenangan menjadi modal

penting karena kewenangan formal merupakan modal bagi suatu badan dalam melaksanakan

kebijakan. Kepala Bagian Pendapatan Lainnya di BPKD Kota Tangerang menjelaskan bahwa

adanya dasar hukum memberikan mereka kekuatan dan kewenangan dalam rangka pelaksana-

an suatu fungsi pemerintahan. Kewenangan dalam rangka mengimplementasikan sistem on-

line dalam pemungutan pajak tercantum pada Peraturan Walikota nomor 9 Tahun 2016 pada

pasal mengenai hak dan kewajiban BPKD Kota Tangerang dan wajib pajak yang menjadi

sasarannya. Selain itu, hukum yang digunakan untuk mendasari salah seorang administrator

perpajakan dalam menjalankan aktifitasnya sudah dipahami dengan baik. Hal ini dapat terlihat

dari bagaimana pelaksana menjalankan aktifitas-aktifitas mereka dengan payung hukum

dalam rangka mensosialisasikan sistem pemungutan pajak restoran dengan sistem online ini.

“Iya, kami paham betul ya... Itu setiap kita mau melakukan ini itu kepada wajib pajak, misalnya ya, saat kami ingin menghubungi wajib pajak itu tadi, dalam sosialisasi itu. Kami harus tahu dulu dasar hukum kami menghubungi si wajib pajak. ya itu tadi, kami menjelaskan amanat dari Undang-undang 28 tahun 2009, lalu Perda nomor 8 2014, lalu di situ kami memberitahukan ada peraturan baru tentang tata cara pemungutan dengan sistem online. (Wawancara dengan Bapak Darmawan selaku Pegawai Sub Bidang Penagihan dan Keberatan, 26 Mei 2017).

Edward dalam sebagaimana dikutip oleh Winarno (2011:184) menjelaskan bahwa

fasilitas yang dibutuhkan tergantung dari jenis kebijakan yang akan diimplementasikan. Oleh

karena kebijakan yang ingin diimplementasikan merupakan integrasi sistem informasi ke

dalam sistem pajak maka fasilitas yang seminimal mungkin dibutuhkan adalah perangkat

keras, perangkat lunak, jaringan, dan data (O’Brien dan Marakas, 2014: 33).

O’Brien dan Marakas (2014) berpendapat bahwa ketersediaan perangkat keras yang

dibutuhkan antara lain yaitu adalah seluruh peralatan fisik yang digunakan dalam proses

pengolahan informasi. Oleh karena itu sumber daya perangkat keras yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan pemungutan pajak dengan sistem online berdasarkan Peraturan Walikota nomor

9 Tahun 2016 antara lain adalah ketersediaan perangkat keras berupa sistem komputer dan

periferal lainnya. Ketersediaan perangkat keras pada BPKD Kota Tangerang yang dibutuhkan

antara lain adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengolah data, sedangkan pada

wajib pajak adalah sistem komputer dan periferal lainnya berupa tapping box. Perangkat keras

berupa sistem komputer yang terdapat di BPKD Kota Tangerang sudah memenuhi dari segi

kuantitas dan segi kualitasnya, bahkan di BPKD Kota Tangerang sudah tersedia komputer

tambahan untuk digunakan wajib pajak yang tidak memiliki sistem komputer. Hal ini di-

karenakan memang masih terdapat wajib pajak yang tidak memiliki sistem komputer.

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 11: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

11

Sedangkan keberadaan tapping box masih minim sekali yaitu 50 objek yang sudah terpasang,

padahal target objek yang akan dipasang berjumlah 1.145.

Akses berupa user id dan password yang digunakan untuk mengakses aplikasi pajak

juga belum terdistribusikan secara merata kepada wajib pajak. Jumlah akses yang sudah

diberikan kepada wajib pajak berjumlah kurang dari 600 user id dan password, padahal

jumlah wajib pajak terkait sasaran dari kebijakan pemungutan pajak dengan sistem online

berjumlah 1.222 wajib pajak. Dengan demikian, masih terdapat berberapa wajib pajak yang

memang belum memiliki akses dalam menjalankan aplikasi pajak yang sudah disediakan oleh

BPKD Kota Tangerang.

Menurut O’Brien dan Marakas (2014: 33) jaringan berarti sebuah rantai, kelompok,

atau sistem yang saling terhubung dengan internet sebagai sarana transmisinya, dengan

demikian keberadaan akses internet di kedua sisi baik sisi wajib pajak dan sisi BPKD Kota

Tangerang harus memumpuni jika ingin menjalankan pemungutan pajak yang terintegrasi

dengan sistem informasi. BPKD Kota Tangerang mengungkapkan bahwa lingkungannya

sudah memumpuni dalam hal sumber daya jaringan untuk melaksanakan pemungutan pajak

dengan sistem online. Sumber daya jaringan yang dimiliki oleh BPKD Kota Tangerang terdiri

atas dua macam jaringan, yaitu jaringan kabel dan jaringan nir kabel yang disediakan oleh PT

Telkom Indonesia sebagai pengusaha penyedia layanan internetnya. Wajib pajak juga meng-

gunakan jasa penyedia layanan internet seperti halnya ketersediaan jaringan internet di BPKD

Kota Tangerang. Jika jaringan internet yang dimiliki wajib pajak maupun BPKD Kota

Tangerang terputus maka proses pemungutan pajak dengan sistem online akan terhambat.

O’Brien dan Marakas (2014: 33) menjelaskan bahwa data merupakan bahan mentah

yang akan diproses melalui sistem informasi untuk menghasilkan data-data lainnya. Data

berupa bahan mentah ini adalah data pembayaran, yang mana pembayaran adalah sejumlah

yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang atau pelayan-

an (Siahaan, 2005: 272). Pelayanan yang dimaksud dalam Peraturan Walikota nomor 7 Tahun

2016 adalah dapat berupa pemberian pelayanan ekstra seperti penyewaan ruangan dengan

fasilitas tambahan. Namun, nyatanya yang terjadi di salah satu responden menjadikan

pelayanan dengan fasilitas tambahan berupa ruangan khusus tersebut tidak dimasukan ke

dalam data yang digunakan untuk melakukan penghitungan pajak terutangnya. Kesalahan

yang dilakukan oleh salah satu narasumber ini menjelaskan bahwa wajib pajak melakukan tax

evasion, yang memiliki dampak akhir kepada kurangnya pajak yang disetor ke kas daerah

(Nurmantu, 2003: 151).

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 12: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

12

iii. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang baik sangat dibutuhkan dalam menjalankan proses

implementasi kebijakan yang di dalam pembuatan struktur organisasi tersebut harus disesuai-

kan dengan kebutuhan badan (Alink dan Kommer, 2011: 211). Pembuatan struktur organisasi

ini menghasilkan suatu uraian kerja dari setiap divisi di dalam organisasinya, sehingga

struktur organisasi ini memiliki karateristik utama berupa Standard Operasional Procedure

(SOP). Alink dan Kommer (2011) yang menyatakan bahwa pengintegrasian teknologi

informasi sendiri tidak menjadi masalah, asalkan tidak ada pengurangan dari aktifitas-aktifitas

dasar yang memang sudah ada dalam administrasi perpajakan. Aktifitas dasar yang dimaksud

antara lain adalah registrasi, validasi dan pembayaran pajak terutang. Pengintegrasian sistem

informasi dapat berdampak pada pengeleminasian tugas-tugas yang kiranya dapat dibantu

dengan sistem informasi. BPKD Kota Tangerang mengungkapkan bahwa pengintegrasian

sistem informasi memberikan dampak pada pengeleminasian tugas dari administrasi perpajak-

an, tetapi bukan pengeleminasian aktifitas-aktifitas dasarnya.

B. Kendala yang Dihadapi dalam Implementasi Pemungutan Pajak dengan Sistem Online

i. Komunikasi

Masalah yang ditemukan pada dimensi komunikasi adalah dari segi transmisi perintah

yang harus melalui birokrasi yang cukup rumit. Selain itu masalah yang ditemukan pada

dimensi komunikasi didasari pada pendapat salah satu narasumber yang menandakan bahwa

oknum-oknum yang berada di dalam struktur organisasi BPKD Kota Tangerang masih kurang

kritis dalam menanggapi pesan-pesan yang disampaikan secara langsung oleh pejabat yang

berada diatasnya.

ii. Sumber Daya

Kualitas sumber daya manusia yang berada di lingkungan BPKD Kota Tangerang

mengalami kekurangan. Pengintegrasian sistem informasi memberikan dampak pada kebutuh-

an sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam pengelolaannya. Selain itu pe-

mahaman sumber daya manusia akan pengelolaan keuangan daerah masih belum sepenuhnya

merata. Kendala yang ditemukan pada segi fasilitas antara lain terdapat pada tidak meratanya

ketersediaan perangkat keras utama dan perangkat keras periferal lainnya, perangkat lunak,

dan sumber daya jaringan di sisi wajib pajak. Selain itu keakurasian sumberdaya data yang

menjadi masalah adalah data transaksi yang dimasukan ke dalam aplikasi pajak tidak sesuai

dengan data transaksi yang tercantum pada peraturan perundang-undangan

iii. Kendala Lainnya

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 13: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

13

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPKD Kota Tangerang, jumlah wajib pajak

terkait sasaran implementasi pemungutan pajak dengan sistem online berjumlah 1145 wajib

pajak per tahun 2015. Oleh karena banyaknya wajib pajak ini lah mengapa BPKD Kota

Tangerang mengalami keterhambatan dalam mengundang wajib pajak untuk menghadiri

sosialisasi, selain itu dari 1145 target implementasi yang menghadiri sosialisasi tersebut hanya

berjumlah 600 wajib pajak. Hal ini dikarenakan pendekatan yang digunakan oleh BPKD Kota

Tangerang merupakan persuasif yang menekankan pada sanksi dari kelalaian pelaksanaan ke-

wajiban perpajakan.

Saat masa transisi pemungutan pajak dengan sistem online, BPKD Kota Tangerang

tidak lagi menjalankan sistem pemungutan pajak dengan sistem manual, melainkan langsung

menerapkan pemungutan pajak dengan sistem online. Padahal menjalankan kedua sistem pada

masa transisi dapat memberikan keleluasan kepada sasaran implementasi untuk beradaptasi

kepada sistem yang baru, selain itu dapat menjadi sebuah langkah antisipasi bagi implementor

jika terjadi masalah pada sistem barunya.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang

berdasarkan teori implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Edward 3 masih

belum baik dan berhasil karena masih terdapat berberapa kendala.

2. Kendala yang ditemukan pada implementasi pemungutan pajak dengan sistem online

terdapat pada variabel komunikasi dan sumber daya. Kendala yang terdapat pada

variabel komunikasi adalah transmisi perintah masih terhambat oleh birokrasi dan

kurang kritisnya staff dalam menerima perintah/komando dari setiap atasannya dan

kurangnya pemahaman staff terhadap muatan peraturan yang ingin diimplementasikan.

Kendala yang terdapat pada variabel sumber-sumber adalah, kurangnya kualitas staff

dan fasilitas yang dibutuhkan. Selain itu terdapat masalah lain yang turut menghambat

proses implementasi, yaitu kurangnya antusiasme wajib pajak dalam menghadiri

sosialisasi pemungutan pajak dengan sistem online.

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 14: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

14

Saran

1. Meningkatkan manajemen sumber daya manusia yang berfokus pada pengawasan

intern terutama pada penyelenggaraan tugas dan fungsi jabatan atau menjadikan

ketepatan dan kecepatan transmisi perintah menjadi salah satu indikator penilaian

kinerja pegawai.

2. Membuat forum diskusi antara pembuat dan pelaksana mengenai kebijakan yang ingin

diimplementasikan serta melakukan sistem monitoring kepada pelaksana secara

stimultan.

3. Memberikan sosialisasi internal kepada pelaksana atas muatan peraturan yang ingin

diimplementasikan dengan menghadirkan pakar yang dapat memberikan kejelasan

kepada pelaksana.

4. Melakukan pelatihan kepada staff dengan menunjuk staff tesebut untuk bertugas di

SKPD lain yang sudah berhasil mengimplementasikan pemungutan pajak dengan

sistem online. Selain itu BPKD Kota Tangerang diharapkan menyediakan staff

pengganti yang bertugas dalam menjalankan posisinya semasa staff tersebut bertugas

di SKPD lain.

5. Memprioritaskan penerapan fasilitas yang dibutuhkan pada wajib pajak yang

memberikan kontribusi terhadap PAD dari yang terbesar hingga yang terkecil. Selain

itu memberikan fasilitas berupa kemudahan administrasi perpajakan terhadap wajib

pajak yang mau menyediakan fasilitas dengan cuma-cuma.

6. Memberikan sosialisasi terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran

wajib pajak akan pentingnya perpajakan dari segi manfaat pemenuhan kewajiban

perpajakannya.

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 15: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

15

Daftar Referensi

Buku:

Abdul, Solichin. (2012). Analisis Kebijakan: dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model

Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Alink, Matthijs and Kommer, Victor V.. (2011). Handbook on Tax Administration.

Amsterdam: IBFD

Agustino, Leo. (2008). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Bowman, Ann O’M. 2003. Policy Implementation, in Encyclopedia of Public Administration

and Public Policy: First Update Supplement. Boca Raton, FL: Taylor & Francis

Group

Brotodihardjo, R. Santoso. (2008). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT Refika

Aditama

Cresswell, John W. (1994). Research Design; Qualitative and Quantitative Approach. New

Delhi: SAGE

Darwin. (2010). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Devas, Nick, dkk. (1989). Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Universitas

Indonesia

Edward, George C. (1984). Public Policy Implementing. London-England: JAI Press Inc.

Hoessein, Bhenyamin. (2011). Perubahan Model, Pola, dan Bentuk Pemerintahan Daerah:

dari Era Orde Baru ke Era Reformasi. Depok: DIA FISIP UI

Ismail, Tjip. (2005). Pengaturan Pajak Daerah di Indonesia. Jakarta: Yellow Mediatama

Judisseno, Rimsky K. (1997). Pajak dan Strategi Bisnis: Suatu Tinjauan tentang Kepastian

Hukum Penerapan Akuntansi di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Mardiasmo. (2006). Perpajakan. Yogyakarta: ANDI Offset

Mustopadidjaja. (2003). Manajemen Proses Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan

Evaluasi Kinerja. Jakarta: Perum Percetakan Negara RI

Neuman, W. Lawrence. (2016). Social Research Methods; Qualitative and Quantitative

Approach (Xth ed.). USA: Pearson

Nurmantu, Safri. (2003). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit

O'Brien, James dan Marakas, George M. (2014). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:

Salemba Empat

Resmi, Siti. (2016). Perpajakan Teori dan kasus. Jakarta: Salemba Empat

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 16: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

16

Rosdiana, Haula dan Irianto, Edi Slamet. (2012). Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan

Implementasi di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers

Siahaan, Marihot Pahala. (2010). Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Rajawali Pers

Soekresno. (2000). Manajemen Food and Beverage Service Hotel. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Soemitro, Rohmat. (1998) Pajak dan Pembangunan. Bandung: PT Eresco

Sumarsan, Thomas. (2013). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Indeks

Tjokroamidjojo, Bintoro. (2003). Reformasi Nasional Penyelenggaraan Good Dovernance

dan Perwujudan Masyarakat Madani. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara 2002

Wibawa, Samodra, dkk. (1994) Kebijakan Publik. Jakarta: Intermedia

Winarno, Budi. (2011). Kebijakan Publik; Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS

Karya Ilmiah:

Andani, Novianti. (2011). Analisis Implementasi Sistem online Dalam Pemungutan Pajak

Hiburan di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia.

Aser, Johanes. (2014). Implementasi Sistem Pajak online Tahap II dalam Pemungutan Pajak

Hiburan di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia.

Dominggus, Leoshan Nasardo. (2016). Analisis Implementasi Penerapan Kebijakan Pajak

Restoran untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah Kota Bekasi. Skripsi.

Universitas Indonesia.

Sudaryanto, Dwi Heri. (201). Forum Manajemen: Penghitungan Kebutuhan Pegawai Berbasis

Beban Kerja. Volume 3, No. 3. Jurnal. Pusdiklat Migas.

Prasetya, Elvis Yudha Alva. (2012). Analisis Pengenaan Pajak Restoran atas Penyerahan

Makanan pada Pesawat Terbang (Studi pada PT Aerofood ACS). Skripsi. Universitas

Indonesia.

Publikasi Elektronik:

International Recommendation for Tourism Statistics 2008.

https://unstats.un.org/unsd/publication/Seriesm/SeriesM_83rev1e.pdf. (diakses pada

tanggal 11 April 2017)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2016.

http://www.tangerangkota.go.id/news/download/eddc4aa332f12c410a22e23df6d5cade

. (diakses pada tanggal 17 November 2017)

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017

Page 17: Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...

17

Kejar Penerimaan Pajak, Tempat Usaha Di Kota Tangerang Dipasang Tapping Box.

http://tangerangkota.go.id/kejar-penerimaan-pajak-tempat-usaha-di-kota-tangerang-

dipasang-tapping-box. (diakses pada tanggal 11 Januari 2017)

Pemkot Tangerang Tambah ”Tapping Box”. http://www.kabar-

banten.com/site/index/tangerang/pemkot-tangerang-tambah-tapping-box-157.html.

(diakses pada tanggal 11 Januari 2017)

Pantau Pajak Daerah, Pemkot Tangerang Akan Pasang 100 Tapping Box.

http://tangerangkota.go.id/pantau-pajak-daerah-pemkot-tangerang-akan-pasang-100-

tapping-box. (diakses pada tanggal 12 Januari 2017)

Tapping Box Optimalisasi Raihan Pajak Daerah. http://probenteng.com/tapping-box-

optimalisasi-raihan-pajak-daerah/. (diakses pada tanggal 14 Januari 2017)

Rektor Udayana: Tangerang Punya Potensi Wisata. http://tangerangkota.go.id/rektor-udayana-

tangerang-punya-potensi-wisata. (diakses pada tanggal 11 April 2017)

Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017