Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...
Transcript of Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem ...
1
Implementasi Pemungutan Pajak Restoran dengan Sistem Online di Kota Tangerang
Ahmad Wicaksana Putra1, Achmad Lutfi2
1. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424,
Indonesia 2. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424,
Indonesia
Email: 1. [email protected] 2. [email protected]
Abstrak
Pengintegrasian sistem informasi ke dalam sistem pemungutan pajak daerah dilakukan BPKD Kota Tangerang dalam rangka pemanfaatan teknologi informasi yang bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Skripsi ini membahas mengenai implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang berdasarkan konsep dan teori yang relevan. Selain itu skripsi ini bertujuan untuk menjabarkan kendala yang dihadapi pada implementasinya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan post-positivist dengan jenis penelitian deskriptif serta metode pengumpulan data berupa studi pustaka dan studi lapangan. Berdasarkan konsep implementasi kebijakan Edwards III, implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang masih kurang baik, hal ini disebabkan oleh berberapa kendala antara lain adalah sosialisasi yang tidak merata, masalah komunikasi dan masalah sumber daya. Kendala yang terdapat pada variabel komunikasi adalah transmisi perintah masih terhambat oleh birokrasi, kurang kritisnya staff dalam menerima perintah/ komando dari setiap atasannya dan kurangnya pemahaman staff terhadap muatan peraturan yang ingin diimplementasikan. Kendala yang terdapat pada variabel sumber-sumber adalah kurangnya kualitas staff dan fasilitas yang dibutuhkan.
Kata Kunci: Implementasi Kebijakan; Pajak Restoran; Pemungutan Pajak, Sistem Online
Implementation of Restaurant’s Tax Collection by Online System in Tangerang City
Abstract
The integration of information systems into the local tax collection system conducted BPKD Tangerang City in order to utilize information technology that aims to provide convenience for the taxpayer in fulfilling tax obligations. This paper discussed the implementation of restaurant’s tax collection by online system in Tangerang City. The purpose of this paper is to explain of how is the implementation of restaurant’s tax collection by online system and to outline the obstacle encountered in the implementation. The approach used in this study is a post-positivist approach with descriptive research with literature review and field research as data collection techniques. Based on the policy implementation concept by Edward III, the implementation of restaurant’s tax collection by online system is not been good, this is caused by several obstacles such as uneven socialization, communication problems and resource issues. Constraints contained in communication variables are transmission of command that still hampered by bureaucracy, less critical staff in receiving order/command from his superiors, and lack of staff in understanding the regulatory content that want to be implemented. Constraints contained in source variables are the lack of quality staff and the facilities needed.
Keywords: Online System; Policy Implementation, Tax Collection, Tax of Restaurant,
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
2
Pendahuluan
Pemanfaatan teknologi informasi sudah menjadi suatu keharusan di era globalisasi
seperti ini. Menurut O’Brien dan Marakas (2014: 7) teknologi informasi dapat memberikan
manfaat yang banyak, salah satu contohnya adalah terhadap pelaku bisnis dalam menjalankan
kegiatannya untuk menekan biaya serta mempromosikan produk. Pemanfaatan teknologi
informasi tidak hanya dapat dilakukan dalam dunia bisnis, teknologi informasi juga dapat
diaplikasikan dalam pelayanan publik. Pemanfaatan teknologi dan informasi dalam pelayanan
pajak daerah di Kota Tangerang didasarkan pada potensi dari pajak daerah itu sendiri. Pajak
daerah Kota Tangerang memiliki potensi yang cukup baik.
Pajak daerah Kota Tangerang berkontribusi atas 79.67% dari total PAD di tahun 2015
dan pajak daerah memiliki kontribusi rata-rata 81.58% dari total PAD dari tahun 2011-2015.
Sehingga unsur lain yang turut menyusun PAD selain pajak daerah menjadi tidak dominan.
Hal demikian membuktikan bahwa pajak daerah dapat berperan sebagai sumber pembiayaan
yang dapat memberikan fungsi budgetair bagi Kota Tangerang. Jika kita lihat lebih rinci, ter-
catat bahwa dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang realisasi atas kesembilan jenis pajak
tidak pernah kurang dari target yang direncanakan dan cenderung meningkat. Tiga penerima-
an tertinggi secara berurutan ditempati oleh objek pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) lalu Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB P2) dan
yang terbesar ketiga adalah Pajak Restoran. Hal ini mengindikasikan bahwa Pajak Restoran di
Kota Tangerang memiliki potensi yang cukup baik jika dibandingkan dengan pajak daerah
lain yang dipungut oleh Kota Tangerang. Penerimaan pajak restoran menempati peringkat
pertama terbesar diantara 3 jenis pajak lain yang pemungutannya diatur dalam Peraturan
Walikota Kota Tangerang Nomor 9 Tahun 2016. Lalu pada posisi kedua, ketiga dan terakhir
secara berurutan ditempati oleh penerimaan pajak hotel, pajak reklame dan pajak hiburan.
Selain dari potensi penerimaan pajak restoran yang lebih besar dibandingkan dengan pe-
nerimaan 3 jenis pajak lainnya, penggunaan sistem online dalam pemungutan pajak ini di-
harapkan dapat memberikan efisiensi dalam beban yang dikeluarkan wajib pajak dalam meng-
himpun pajak daerah.
Berdasarkan potensi penerimaan pajak restoran, jumlah wajib pajak restoran dan
prospek dari usaha restoran kedepannya yang sudah dijelaskan diatas maka Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang (BPKD Kota Tangerang) mengutamakan pe-
nerapan sistem online kepada objek pajak restoran dibandingkan dengan 3 objek pajak lain
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
3
terkait target implementasi (tangerangkota.go.id). Sistem online ini mengharuskan wajib
pajak restoran untuk melaporkan data transaksinya dengan menerapkan sistem informasi
pajak daerah. Peraturan Walikota Kota Tangerang nomor 9 tahun 2016 menjelaskan bahwa
sistem informasi pajak daerah yang diterapkan terdiri dari aplikasi pajak online dan alat pe-
rekam data transaksi/tapping box. Aplikasi pajak online digunakan wajib pajak dalam me-
laporkan omzet dan data transaksi usaha, sedangkan tapping box merupakan alat yang diguna-
kan untuk merekam data transaksi usaha yang terhubung langsung ke BPKD Kota Tangerang,
sehingga BPKD Kota Tangerang senantiasa dapat terus memonitor data transaksi wajib pajak.
Pemasangan tapping box sudah direncanakan oleh BPKD Kota Tangerang dari awal
Februari 2016 (tangerangkota.go.id, 2016). Rencana tersebut hanya sebatas pemasangan atas
20 taping box pada berberapa kasir di 7 titik, dan lagi pengaplikasian dari tapping box ter-
sebut baru dapat dilakukan pada Maret 2016 (tangerangkota.go.id). Walaupun sudah di-
rencanakan agar tapping box dapat digunakan pada Maret 2016 namun faktanya pada tanggal
9 November 2016 publik baru mengetahui akan terpasangnya alat ini di ketujuh titik yang
telah direncanakan (probenteng.com). Padahal peraturan atas pemungutan pajak dengan me-
nerapkan sistem informasi pajak daerah sudah diundangkan dari tanggal 18 Februari 2016.
Selain itu dari sekian banyak restoran, tempat hiburan, hotel, dan tempat parkir yang meng-
gunakan sistem informasi pajak daerah baru 7 titik yang terpasang tapping box. Artinya masih
terdapat banyak wajib pajak yang belum diimplementasikan sistem pemungutan pajak
restoran dengan sistem online yang sesuai dengan peraturannya.
Tinjauan Teoritis
Teori yang digunakan sebagai analisis dalam penelitian ini yaitu implementasi
kebijakan. Pengertian implementasi kebijakan menurut Lester dan Stewart dalam Winarno
(2011: 147) merupakan tahapan dalam kebijakan publik yang dilakukan setelah penetapan
undang-undang. Edwards III dalam Winarno (2011: 177) mengatakan bahwa faktor yang ter-
dapat pada teori implementasi kebijakan Edwards III dapat digunakan dalam mengkaji pra-
kondisi seperti apa yang dibutuhkan tiap faktor dalam mendukung keberhasilan dari suatu
implementasi kebijakan. Faktor-faktor yang dimaksud dalam teori Edwards III tersebut adalah
komunikasi, sumber daya, kecenderungan /sikap, dan struktur birokrasi.
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
4
Teori selanjutnya yang digunakan adalah administrasi perpajakan. Alink dan Kommer
(2011: 87) mengatakan bahwa administrasi perpajakan merupakan organisasi yang menerap-
kan dan melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan. Administrasi perpajakan
memiliki aktifitas dalam identifikasi dan penetapan wajib pajak, pengadministrasian pajak ter-
utangnya, menilai pelaksanaan kewajibannya, dan menghimpun pajaknya. Komunikasi yang
berlangsung dalam model organisasi modern menurut Alink dan Kommer (2011: 216) ber-
langsung dalam dua arah, dari tingkatan paling atas hingga paling bawah dan sebaliknya.
Self assessment system menurut Resmi (2016: 10) merupakan sistem pemungutan
pajak yang memberikan kewenangan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitung-
kan, membayar, melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak terutang.
O’Brien dan Marakas (2014: 4) melanjutkan sistem informasi adalah suatu kesatuan
terorganisasi yang terkombinasi dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan
komunikasi, sumber data dan kebijakan serta prosedur yang terorganisasi yang menyimpan,
mengambil, mengubah, dan memisahkan informasi dalam sebuah organisasi. Sistem
Informasi Manajemen (SIM) merupakan salah satu klasifikasi dari sistem pendukung
manajemen yang berfungsi untuk memberikan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan
kepada manajer dan banyak pelaku bisnis (O’Brien dan Marakas, 2014: 16). O’Brien dan
Marakas (2014: 33) mengatakan terdapat 5 sumber daya yang seminimal mungkin dibutuhkan
dalam mengoperasikan SIM yaitu sumber daya manusia, sumber daya perangkat keras,
sumber daya perangkat lunak, sumber daya jaringan, dan sumber daya data.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan jenis penelitian ber-
dasarkan tujuan penelitian deskriptif, dengan manfaat penelitian murni, dan dimensi waktu
yang bersifat cross sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dua cara. Pertama
studi lapangan dengan interview sebagai cara untuk mengumpulkan data atau informasi
dengan cara langsung bertatap muka dengan informan. Informan dalam penelitian ini adalah
Pihak Badan Pengelolaan Keuangan Daerah. Pihak Wajib Pajak, serta Akademisi. Lalu
peneliti juga menggunakan dokumen dalam pengumpulan datanya atau hanya sebagai pe-
nambah nilai kredibilitas penunjang data yang diperoleh. Kedua, studi literatur yang
dilakukan oleh peneliti untuk memberi gambaran tentang masalah yang terjadi dan dasar
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
5
dalam penyusunan pertanyaan penelitian melalui data-data yang didapat dari buku-buku,
publikasi, penelitian, data statistik dan informasi dari internet tentang implementasi
pemungutan pajak dengan sistem online.
Batasan dalam penelitian ini adalah faktor kecenderungan/sikap yang tidak ikut dikasji
karena karena dengan pertimbangan bahwa data terkait sikap/kecenderungan tidak bisa di-
peroleh kredibilitasnya jika metode pengumpulan data yang digunakan bukan observasi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Implementasi Pemungutan Pajak dengan Sistem Online
Pengintegrasian sistem online kepada pelayanan publik di Kota Tangerang sudah
direncanakan dari tahun 2014. Pengintegrasian ini sudah direncanakan oleh Pemerintah Kota
Tangerang dalam rangka mendukung pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di
lingkungan Pemerintahan Kota Tangerang. Pengintegrasian dilakukan dalam berbagai aspek,
salah satu nya di dalam pemungutan pajak daerah. Hal tersebut merupakan awal mula dari
penyusunan atas peraturan pemungutan pajak daerah dengan sistem online. Penyusunan per-
aturan pemungutan pajak daerah ini dilakukan pada tahun 2015 oleh BPKD Kota Tangerang
dengan memperhatikan berberapa hal, diantaranya adalah persiapan atas hardware, software
dan sumber daya manusia.
“Rencananya, untuk dasar hukumnya ini dari tahun 2014, bahwasannya tidak menutup kemungkinan nanti kedepannya memang akan adanya online system. Nah otomatis kan Perda pemungutan pajak kita kan Perda nomor 8 tahun 2014, dimana disitu kami merencanakan online system di bidang pajak. dengan amanat di situ kita membuat suatu rencana aksi. Pertama, mempersiapkan hardware-nya, yang kedua mempersiapkan software-nya dan yang ketiga mempersiapkan SDM-nya.” (Wawancara dengan Bapak Arfan selaku Kepala Bidang Pendapatan Lainnya, 13 September 2017)
Secara garis besar penyusunan ini merupakan suatu rencana yang dipersiapkan dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tahap persiapan juga menjadi penting
karena tahap ini menjadikan sumber daya yang berperan dalam tahapan implementasi menjadi
terarah mencapai tujuannya. Penyusunan juga dijelaskan sebagai bentuk pengoperasionali-
sasian atau penyelenggaraan aktivitas yang telah ditetapkan berdasarkan undang-undang dan
menjadi kesepakatan bersama di antara beragam stakeholder, aktor, organisasi, prosedur, dan
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
6
teknik secara sinergis yang digerakkan untuk bekerja sama guna menerapkan kebijakan ke
arah tertentu yang dikehendaki (Abdul, 2012: 133).
Pembekalan materi pemungutan pajak dengan sistem online dilakukan dengan cara
sosialisasi kepada wajib pajak. Sosialisasi dilakukan pada akhir tahun 2015 dengan meng-
undang seluruh wajib pajak terkait sasaran implementasi yang terdiri dari 4 objek pajak, yaitu
objek pajak hotel, restoran, hiburan, dan parkir, yan mana jumlah keseluruhan wajib pajak ter-
kait target implementasi sistem online ini adalah 1145 wajib pajak. Pelaksanaan sosialisasi pe-
mungutan ini dilakukan dalam kurun waktu 5 hari, dengan membagi seluruh wajib pajak
tersebut menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok memiliki jadwal masing-masing satu hari.
Lebih fokus lagi, terkait dengan wajib pajak yang menghadiri sosialisasi pemungutan pajak
daerah dengan sistem online tersebut tidak melebihi 600 wajib pajak.
“...kita melakukan sosialisasi kepada wajib pajak, dan itu tidak mudah, karena kami bangun sistem itu dari awal tahun 2015. Ditahun 2015 itu agenda kita adalah mempersiapkan 3 komponen itu, hardware, software dan SDM dan kita melakukan persiapan sembari melakukan sosialisasi sistem baru ini kepada wajib pajak restoran di penghujung tahun 2015, dimana kami mengundang hampir 1200 objek pajak (wajib pajak). Sistem online yang dikami itu terdiri dari 6 mata pajak, yang kami utamakan adalah yang self assessment. Self assessment itu antara lain hotel, restoran, hiburan dan parkir. Nah dari keempat ini, kita melakukan sosialisasi. Kita seminggu sosialisasi kepada mereka... Jadi ya itu tadi, kami sudah menyiapkan aplikasi pelaporan pajak dengan sistem online. Jadi dari jumlah wajib pajak yang berjumlah hampir 600 ya, 500 lebih gitu.” (Wawancara dengan Bapak Darmawan selaku Pegawai Sub Bidang Penagihan dan Keberatan, 26 Mei 2017).
i. Komunikasi
Edward dalam Winarno (2011: 178) mengatakan bahwa terdapat 3 faktor penting yang
menjadikan suatu komunikasi yang dapat mendukung keberhasilan dari implementasi
kebijakan publik yaitu transmisi, kejelasan, dan konsistensi.
Surat perintah di BPKD Kota Tangerang dapat diterbitkan dengan 2 skema. Skema
yang pertama adalah terbitnya surat perintah dengan penggunaan memo tertulis dan terbitnya
surat perintah dengan penggunaan laporan. Kedua skema terbitnya surat perintah diatas
terhambat oleh alur birokrasi, karena penerbitan surat perintah dengan memo tertulis ini
terpaku pada garis struktur organisasi. Baik skema penerbitan surat perintah dengan memo
tertulis sebagai input maupun penerbitan surat perintah dengan laporan sebagai input. Keter-
hambatan ini akan membuat penumpukan tugas dan dapat menjadikan penyerapan sumber
daya manusia menjadi tidak optimal.
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
7
Pertentangan pendapat antara staff yang membawahkan bidang pendapat lainnya
memang masih dapat ditemukan di BPKD Kota Tangerang. Winarno (2011: 179) menyatakan
bahwa jumlah pelaksana perintah yang merupakan 26 staff dari bidang pendapatan lainnya
dapat membuat hasil dari implementasi tidak sesuai dengan ekspektasi dari penyusun kebijak-
an. Pertentangan pendapat yang ditemukan di BPKD Kota Tangerang mayoritas merupakan
pertentangan pendapat yang sifatnya kondisional. Maksudnya, pertentangan pendapat antara
para pelaksana kebijakan dapat terjadi jika kondisi dilapangan tidak sesuai dengan apa yang
diekspektasikan oleh pemberi perintah, sehingga para pelaksana kebijakan dengan keleluasan-
nya dapat menyesuaikan apa yang diperintahkan oleh pemberi kebijakan dengan menyesuai-
kan kondisi yang dihadapkan oleh masing-masing pelaksana di lapangan. Penyesuaian yang
dilakukan oleh masing-masing pelaksana dalam menghadapi kondisi yang berbeda-beda
tersebut dilakukan dengan memperhatikan tujuan akhir dari pada apa yang diekspektasikan
oleh pemberi perintah. Walaupun cara yang digunakan berbeda, pada intinya cara tersebut
tidak mengakibatkan hasil yang diperoleh menjauhi tujuan dari apa yang sudah dicanangkan
pada peraturan yang ingin diberlakukan.
Hasil wawancara yang diperoleh dari site penelitian menyatakan bahwa oknum-oknum
yang merupakan pegawai/staff yang berada di bidang pendapatan lainnya merasa kewalahan
dalam tugas yang sudah dimilikinya. Hal tersebut terkait dengan jumlah sumber daya manusia
yang dimiliki oleh bidang pendapatan lainya yang terbatas. Narasumber lain menyatakan
bahwa pegawai yang mendapatkan perintah berupa perintah tertulis dari atasannya langsung
melaksanakan apa yang tertulis di dalam surat perintah yang diberikan kepadanya, tanpa
mengkritisi makna dari perintah tersebut. Dengan langsung melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh atasannya maka diharapkan pegawai/staff terebut dapat melakukan
efisiensi waktu.
Kejelasan dari pada perintah tertulis dan tidak tertulis sudah baik. Isi surat perintah
yang diberikan kepada pelaksana perintah melalui memo tertulis dan/atau laporan sudah
meliputi prihal mengenai apa saja yang diperintahkan, arahan dari pemberi perintah, dan juga
meliputi tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan oleh penerima perintah. Sehingga
kejelasan dari perintah yang ditransmisikan dan rincian dari perintah yang tertera pada
perintah tersebut sudah tertera pada perintah tertulis. Sedangakan perintah tidak tertulis
diterima secara langsung kepada penanggung jawab perintah, maka terdapat kemungkinan
akan adanya distorsi atas makna pesan yang ingin disampaikan, terlebih lagi jika penanggung
jawab perintah tersebut mengharuskan adanya tugas pebantuan. Hal ini dikarenakan pe-
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
8
nanggung jawab harus menjembatani perintah yang disampaikan dari pemberi perintah
kepada pejabat yang ditunjuk sebagai pembantuan. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian yang menyatakan bahwa tugas pembantuan tetap akan disusunkan
surat perintah sebagaimana yang dicatat pada rapat lengkapnya.
Penggunaan perintah tertulis di dalam intra organisasi dimaksudkan agar memperkecil
peluang terjadinya distorsi pada perintah yang melewati berlapis-lapis hierarki. Selain itu
penggunaan perintah tertulis ini dimaksudkan agar konsistensi dari pada hal yang ingin
disampaikan tidak akan bias walaupun melalui rantai komunikasi yang panjang, seperti di
dalam struktur birokrasi yang berlapis-lapis. Selain itu digunakanlah memo tertulis yang
secara internal disebut disposisi, disposisi ini berisikan tulisan percakapan dari pejabat yang
berada di lingkungan struktur organisasi BPKD Kota Tangerang. Dengan menggunakan
disposisi/memo tertulis pada komunikasi tidak langsung antara pejabat-pejabat yang berada di
divisi yang berbeda ini diharapkan dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya miss-
communication dan meningkatkan konsistensi dari pesan-pesan yang melalui rantai
komunikasi yang panjang.
ii. Sumber Daya
Menurut O’Brien dan Marakas (2014: ) terdapat 2 jenis sumber daya manusia yang
seminimal mungkin harus tersedia dalam mengoperasikan sistem informasi. Sumber daya
manusia itu terdiri dari pihak yang merupakan pengguna dari produk yang dihasilkan oleh
sistem informasi, dan pihak yang mengoperasikan sistem informasi tersebut. Ketersediaan
pengguna dari produk yang dihasilkan dan pihak yang mengoperasikan sistem informasi
sudah tersedia di sisi otoritas perpajakan. Pengguna akhir dari produk yang dihasilkan dari
sistem informasi dan pihak yang mengoperasikan sistem informasi di sisi wajib pajak sudah
tersedia. Resmi (2016: 10) berpendapat bahwa sistem self assessment merupakan sistem
pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan
penghitungan dan pelaporan pajak terutangnya. Sehingga dari definisi yang dikemukakan oleh
Resmi menjelaskan bahwa wajib pajak harus menyediakan staff/pegawai untuk mengoperasi-
kan sistem operasi yang digunakan dalam pelaporan pajaknya.
“...sistem aplikasi kita sih termasuk mudah ya, dibanding dengan SPT Tahunan haha. Karena kami hanya berberapa halaman aja sih, jadi sangat-sangat-sangat mudah ya bagi wajib pajak. Kecuali ya itu tadi, yang sama sekali gaptek gitu, itu sama sekali nggak bisa gitu. Agak susah emang buat mereka.” (Wawancara dengan Bapak Darmawan selaku Pegawai Sub Bidang Penagihan dan Keberatan, 26 Mei 2017).
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
9
Sistem informasi perpajakan menurut Alink dan Kommer (2011: 478) seminimal
mungkin harus meliputi adanya spesialis yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut.
Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian di bidang sistem informasi sudah
dimiliki di lingkungan BPKD Kota Tangerang. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian
di bidang sistem informasi berjumlah 2 orang. Kondisi dari pada sumber daya manusia yang
merupakan ahli di bidang TI masih tidak dimiliki oleh BPKD Kota Tangerang. Berdasarkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2016, sumber daya manusia yang
memiliki keahlian di bidang TI masih belum tersedia. Padahal menurut Edwards dalam
pelaksanaan kebijakan yang memerlukan keahlian khusus dari pada staff sangatlah krusial,
karena posisi staff disini merupakan modal dalam melaksanakan kebijakan tersebut (Winarno,
2011: 184).
Para pelaksana perlu mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam melaksanaan suatu
kebijakan publik. Informasi yang perlu diketahui oleh pelaksana adalah informasi tentang
bagaimana cara melaksanakan kebijakan, dan informasi mengenai ketaatan terhadap hukum
dari organisasi-organisasi atau individu yang ikut berperan serta dalam proses implementasi
kebijakan. Kutipan wawancara di bawah ini menjelaskan bagaimana pemahaman dari salah
seorang pelakasana kegiatan dalam menafsirkan informasi yang terkandung di dalam pasal
mengenai pengklasifikasian wajib pajak berdasarkan omzetnya. Kutipan tersebut menjelaskan
bahwa wajib pajak yang pelaporan data transaksi usahanya menggunakan aplikasi pajak dan
tapping box adalah wajib pajak yang melakukan pembukuan. Padahal berdasarkan Peraturan
Walikota nomor 9 tahun 2016 menjelaskan bahwa wajib pajak yang pelaporan data transaksi-
nya menggunakan aplikasi pajak dan tapping box adalah wajib pajak yang omzet atau pen-
jualan per tahunnya sama dengan/lebih dari 300 juta rupiah.
“Nggak, kalau ini (menunjuk ke wajib pajak yang pelaporan data transaksi usaha nya dengan SIM pelaporan data transaksi usaha) wajib pajak yang melakukan pembukuan, kalau nggak salah nih”. (Wawancara dengan Bapak Darmawan selaku Pegawai Sub Bidang Penagihan dan Keberatan, 26 Mei 2017). BPKD Kota Tangerang sudah memiliki informasi mengenai ketaatan personelnya.
Informasi ini digunakan oleh badan lain dalam mengkaji pengembangan sumber daya
manusia intra BPKD Kota Tangerang. Sedangkan dari sisi wajib pajak sendiri ketersediaan
informasi mengenai ketaatan wajib pajak terhadap hukum sudah dimiliki oleh BPKD Kota
Tangerang. Ketersediaan informasi mengenai ketaatan wajib pajak restoran digunakan pe-
laksana kebijakan dalam mengatur strategi dalam mengimplementasikan suatu kebijakan.
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
10
Edwards dalam Winarno (2011: 184) menyatakan bahwa kewenangan menjadi modal
penting karena kewenangan formal merupakan modal bagi suatu badan dalam melaksanakan
kebijakan. Kepala Bagian Pendapatan Lainnya di BPKD Kota Tangerang menjelaskan bahwa
adanya dasar hukum memberikan mereka kekuatan dan kewenangan dalam rangka pelaksana-
an suatu fungsi pemerintahan. Kewenangan dalam rangka mengimplementasikan sistem on-
line dalam pemungutan pajak tercantum pada Peraturan Walikota nomor 9 Tahun 2016 pada
pasal mengenai hak dan kewajiban BPKD Kota Tangerang dan wajib pajak yang menjadi
sasarannya. Selain itu, hukum yang digunakan untuk mendasari salah seorang administrator
perpajakan dalam menjalankan aktifitasnya sudah dipahami dengan baik. Hal ini dapat terlihat
dari bagaimana pelaksana menjalankan aktifitas-aktifitas mereka dengan payung hukum
dalam rangka mensosialisasikan sistem pemungutan pajak restoran dengan sistem online ini.
“Iya, kami paham betul ya... Itu setiap kita mau melakukan ini itu kepada wajib pajak, misalnya ya, saat kami ingin menghubungi wajib pajak itu tadi, dalam sosialisasi itu. Kami harus tahu dulu dasar hukum kami menghubungi si wajib pajak. ya itu tadi, kami menjelaskan amanat dari Undang-undang 28 tahun 2009, lalu Perda nomor 8 2014, lalu di situ kami memberitahukan ada peraturan baru tentang tata cara pemungutan dengan sistem online. (Wawancara dengan Bapak Darmawan selaku Pegawai Sub Bidang Penagihan dan Keberatan, 26 Mei 2017).
Edward dalam sebagaimana dikutip oleh Winarno (2011:184) menjelaskan bahwa
fasilitas yang dibutuhkan tergantung dari jenis kebijakan yang akan diimplementasikan. Oleh
karena kebijakan yang ingin diimplementasikan merupakan integrasi sistem informasi ke
dalam sistem pajak maka fasilitas yang seminimal mungkin dibutuhkan adalah perangkat
keras, perangkat lunak, jaringan, dan data (O’Brien dan Marakas, 2014: 33).
O’Brien dan Marakas (2014) berpendapat bahwa ketersediaan perangkat keras yang
dibutuhkan antara lain yaitu adalah seluruh peralatan fisik yang digunakan dalam proses
pengolahan informasi. Oleh karena itu sumber daya perangkat keras yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pemungutan pajak dengan sistem online berdasarkan Peraturan Walikota nomor
9 Tahun 2016 antara lain adalah ketersediaan perangkat keras berupa sistem komputer dan
periferal lainnya. Ketersediaan perangkat keras pada BPKD Kota Tangerang yang dibutuhkan
antara lain adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengolah data, sedangkan pada
wajib pajak adalah sistem komputer dan periferal lainnya berupa tapping box. Perangkat keras
berupa sistem komputer yang terdapat di BPKD Kota Tangerang sudah memenuhi dari segi
kuantitas dan segi kualitasnya, bahkan di BPKD Kota Tangerang sudah tersedia komputer
tambahan untuk digunakan wajib pajak yang tidak memiliki sistem komputer. Hal ini di-
karenakan memang masih terdapat wajib pajak yang tidak memiliki sistem komputer.
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
11
Sedangkan keberadaan tapping box masih minim sekali yaitu 50 objek yang sudah terpasang,
padahal target objek yang akan dipasang berjumlah 1.145.
Akses berupa user id dan password yang digunakan untuk mengakses aplikasi pajak
juga belum terdistribusikan secara merata kepada wajib pajak. Jumlah akses yang sudah
diberikan kepada wajib pajak berjumlah kurang dari 600 user id dan password, padahal
jumlah wajib pajak terkait sasaran dari kebijakan pemungutan pajak dengan sistem online
berjumlah 1.222 wajib pajak. Dengan demikian, masih terdapat berberapa wajib pajak yang
memang belum memiliki akses dalam menjalankan aplikasi pajak yang sudah disediakan oleh
BPKD Kota Tangerang.
Menurut O’Brien dan Marakas (2014: 33) jaringan berarti sebuah rantai, kelompok,
atau sistem yang saling terhubung dengan internet sebagai sarana transmisinya, dengan
demikian keberadaan akses internet di kedua sisi baik sisi wajib pajak dan sisi BPKD Kota
Tangerang harus memumpuni jika ingin menjalankan pemungutan pajak yang terintegrasi
dengan sistem informasi. BPKD Kota Tangerang mengungkapkan bahwa lingkungannya
sudah memumpuni dalam hal sumber daya jaringan untuk melaksanakan pemungutan pajak
dengan sistem online. Sumber daya jaringan yang dimiliki oleh BPKD Kota Tangerang terdiri
atas dua macam jaringan, yaitu jaringan kabel dan jaringan nir kabel yang disediakan oleh PT
Telkom Indonesia sebagai pengusaha penyedia layanan internetnya. Wajib pajak juga meng-
gunakan jasa penyedia layanan internet seperti halnya ketersediaan jaringan internet di BPKD
Kota Tangerang. Jika jaringan internet yang dimiliki wajib pajak maupun BPKD Kota
Tangerang terputus maka proses pemungutan pajak dengan sistem online akan terhambat.
O’Brien dan Marakas (2014: 33) menjelaskan bahwa data merupakan bahan mentah
yang akan diproses melalui sistem informasi untuk menghasilkan data-data lainnya. Data
berupa bahan mentah ini adalah data pembayaran, yang mana pembayaran adalah sejumlah
yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang atau pelayan-
an (Siahaan, 2005: 272). Pelayanan yang dimaksud dalam Peraturan Walikota nomor 7 Tahun
2016 adalah dapat berupa pemberian pelayanan ekstra seperti penyewaan ruangan dengan
fasilitas tambahan. Namun, nyatanya yang terjadi di salah satu responden menjadikan
pelayanan dengan fasilitas tambahan berupa ruangan khusus tersebut tidak dimasukan ke
dalam data yang digunakan untuk melakukan penghitungan pajak terutangnya. Kesalahan
yang dilakukan oleh salah satu narasumber ini menjelaskan bahwa wajib pajak melakukan tax
evasion, yang memiliki dampak akhir kepada kurangnya pajak yang disetor ke kas daerah
(Nurmantu, 2003: 151).
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
12
iii. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang baik sangat dibutuhkan dalam menjalankan proses
implementasi kebijakan yang di dalam pembuatan struktur organisasi tersebut harus disesuai-
kan dengan kebutuhan badan (Alink dan Kommer, 2011: 211). Pembuatan struktur organisasi
ini menghasilkan suatu uraian kerja dari setiap divisi di dalam organisasinya, sehingga
struktur organisasi ini memiliki karateristik utama berupa Standard Operasional Procedure
(SOP). Alink dan Kommer (2011) yang menyatakan bahwa pengintegrasian teknologi
informasi sendiri tidak menjadi masalah, asalkan tidak ada pengurangan dari aktifitas-aktifitas
dasar yang memang sudah ada dalam administrasi perpajakan. Aktifitas dasar yang dimaksud
antara lain adalah registrasi, validasi dan pembayaran pajak terutang. Pengintegrasian sistem
informasi dapat berdampak pada pengeleminasian tugas-tugas yang kiranya dapat dibantu
dengan sistem informasi. BPKD Kota Tangerang mengungkapkan bahwa pengintegrasian
sistem informasi memberikan dampak pada pengeleminasian tugas dari administrasi perpajak-
an, tetapi bukan pengeleminasian aktifitas-aktifitas dasarnya.
B. Kendala yang Dihadapi dalam Implementasi Pemungutan Pajak dengan Sistem Online
i. Komunikasi
Masalah yang ditemukan pada dimensi komunikasi adalah dari segi transmisi perintah
yang harus melalui birokrasi yang cukup rumit. Selain itu masalah yang ditemukan pada
dimensi komunikasi didasari pada pendapat salah satu narasumber yang menandakan bahwa
oknum-oknum yang berada di dalam struktur organisasi BPKD Kota Tangerang masih kurang
kritis dalam menanggapi pesan-pesan yang disampaikan secara langsung oleh pejabat yang
berada diatasnya.
ii. Sumber Daya
Kualitas sumber daya manusia yang berada di lingkungan BPKD Kota Tangerang
mengalami kekurangan. Pengintegrasian sistem informasi memberikan dampak pada kebutuh-
an sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam pengelolaannya. Selain itu pe-
mahaman sumber daya manusia akan pengelolaan keuangan daerah masih belum sepenuhnya
merata. Kendala yang ditemukan pada segi fasilitas antara lain terdapat pada tidak meratanya
ketersediaan perangkat keras utama dan perangkat keras periferal lainnya, perangkat lunak,
dan sumber daya jaringan di sisi wajib pajak. Selain itu keakurasian sumberdaya data yang
menjadi masalah adalah data transaksi yang dimasukan ke dalam aplikasi pajak tidak sesuai
dengan data transaksi yang tercantum pada peraturan perundang-undangan
iii. Kendala Lainnya
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
13
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPKD Kota Tangerang, jumlah wajib pajak
terkait sasaran implementasi pemungutan pajak dengan sistem online berjumlah 1145 wajib
pajak per tahun 2015. Oleh karena banyaknya wajib pajak ini lah mengapa BPKD Kota
Tangerang mengalami keterhambatan dalam mengundang wajib pajak untuk menghadiri
sosialisasi, selain itu dari 1145 target implementasi yang menghadiri sosialisasi tersebut hanya
berjumlah 600 wajib pajak. Hal ini dikarenakan pendekatan yang digunakan oleh BPKD Kota
Tangerang merupakan persuasif yang menekankan pada sanksi dari kelalaian pelaksanaan ke-
wajiban perpajakan.
Saat masa transisi pemungutan pajak dengan sistem online, BPKD Kota Tangerang
tidak lagi menjalankan sistem pemungutan pajak dengan sistem manual, melainkan langsung
menerapkan pemungutan pajak dengan sistem online. Padahal menjalankan kedua sistem pada
masa transisi dapat memberikan keleluasan kepada sasaran implementasi untuk beradaptasi
kepada sistem yang baru, selain itu dapat menjadi sebuah langkah antisipasi bagi implementor
jika terjadi masalah pada sistem barunya.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Implementasi pemungutan pajak restoran dengan sistem online di Kota Tangerang
berdasarkan teori implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Edward 3 masih
belum baik dan berhasil karena masih terdapat berberapa kendala.
2. Kendala yang ditemukan pada implementasi pemungutan pajak dengan sistem online
terdapat pada variabel komunikasi dan sumber daya. Kendala yang terdapat pada
variabel komunikasi adalah transmisi perintah masih terhambat oleh birokrasi dan
kurang kritisnya staff dalam menerima perintah/komando dari setiap atasannya dan
kurangnya pemahaman staff terhadap muatan peraturan yang ingin diimplementasikan.
Kendala yang terdapat pada variabel sumber-sumber adalah, kurangnya kualitas staff
dan fasilitas yang dibutuhkan. Selain itu terdapat masalah lain yang turut menghambat
proses implementasi, yaitu kurangnya antusiasme wajib pajak dalam menghadiri
sosialisasi pemungutan pajak dengan sistem online.
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
14
Saran
1. Meningkatkan manajemen sumber daya manusia yang berfokus pada pengawasan
intern terutama pada penyelenggaraan tugas dan fungsi jabatan atau menjadikan
ketepatan dan kecepatan transmisi perintah menjadi salah satu indikator penilaian
kinerja pegawai.
2. Membuat forum diskusi antara pembuat dan pelaksana mengenai kebijakan yang ingin
diimplementasikan serta melakukan sistem monitoring kepada pelaksana secara
stimultan.
3. Memberikan sosialisasi internal kepada pelaksana atas muatan peraturan yang ingin
diimplementasikan dengan menghadirkan pakar yang dapat memberikan kejelasan
kepada pelaksana.
4. Melakukan pelatihan kepada staff dengan menunjuk staff tesebut untuk bertugas di
SKPD lain yang sudah berhasil mengimplementasikan pemungutan pajak dengan
sistem online. Selain itu BPKD Kota Tangerang diharapkan menyediakan staff
pengganti yang bertugas dalam menjalankan posisinya semasa staff tersebut bertugas
di SKPD lain.
5. Memprioritaskan penerapan fasilitas yang dibutuhkan pada wajib pajak yang
memberikan kontribusi terhadap PAD dari yang terbesar hingga yang terkecil. Selain
itu memberikan fasilitas berupa kemudahan administrasi perpajakan terhadap wajib
pajak yang mau menyediakan fasilitas dengan cuma-cuma.
6. Memberikan sosialisasi terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
wajib pajak akan pentingnya perpajakan dari segi manfaat pemenuhan kewajiban
perpajakannya.
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
15
Daftar Referensi
Buku:
Abdul, Solichin. (2012). Analisis Kebijakan: dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Alink, Matthijs and Kommer, Victor V.. (2011). Handbook on Tax Administration.
Amsterdam: IBFD
Agustino, Leo. (2008). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Bowman, Ann O’M. 2003. Policy Implementation, in Encyclopedia of Public Administration
and Public Policy: First Update Supplement. Boca Raton, FL: Taylor & Francis
Group
Brotodihardjo, R. Santoso. (2008). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT Refika
Aditama
Cresswell, John W. (1994). Research Design; Qualitative and Quantitative Approach. New
Delhi: SAGE
Darwin. (2010). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Devas, Nick, dkk. (1989). Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Universitas
Indonesia
Edward, George C. (1984). Public Policy Implementing. London-England: JAI Press Inc.
Hoessein, Bhenyamin. (2011). Perubahan Model, Pola, dan Bentuk Pemerintahan Daerah:
dari Era Orde Baru ke Era Reformasi. Depok: DIA FISIP UI
Ismail, Tjip. (2005). Pengaturan Pajak Daerah di Indonesia. Jakarta: Yellow Mediatama
Judisseno, Rimsky K. (1997). Pajak dan Strategi Bisnis: Suatu Tinjauan tentang Kepastian
Hukum Penerapan Akuntansi di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Mardiasmo. (2006). Perpajakan. Yogyakarta: ANDI Offset
Mustopadidjaja. (2003). Manajemen Proses Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi Kinerja. Jakarta: Perum Percetakan Negara RI
Neuman, W. Lawrence. (2016). Social Research Methods; Qualitative and Quantitative
Approach (Xth ed.). USA: Pearson
Nurmantu, Safri. (2003). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit
O'Brien, James dan Marakas, George M. (2014). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:
Salemba Empat
Resmi, Siti. (2016). Perpajakan Teori dan kasus. Jakarta: Salemba Empat
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
16
Rosdiana, Haula dan Irianto, Edi Slamet. (2012). Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan
Implementasi di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
Siahaan, Marihot Pahala. (2010). Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Rajawali Pers
Soekresno. (2000). Manajemen Food and Beverage Service Hotel. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Soemitro, Rohmat. (1998) Pajak dan Pembangunan. Bandung: PT Eresco
Sumarsan, Thomas. (2013). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Indeks
Tjokroamidjojo, Bintoro. (2003). Reformasi Nasional Penyelenggaraan Good Dovernance
dan Perwujudan Masyarakat Madani. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara 2002
Wibawa, Samodra, dkk. (1994) Kebijakan Publik. Jakarta: Intermedia
Winarno, Budi. (2011). Kebijakan Publik; Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS
Karya Ilmiah:
Andani, Novianti. (2011). Analisis Implementasi Sistem online Dalam Pemungutan Pajak
Hiburan di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia.
Aser, Johanes. (2014). Implementasi Sistem Pajak online Tahap II dalam Pemungutan Pajak
Hiburan di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia.
Dominggus, Leoshan Nasardo. (2016). Analisis Implementasi Penerapan Kebijakan Pajak
Restoran untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah Kota Bekasi. Skripsi.
Universitas Indonesia.
Sudaryanto, Dwi Heri. (201). Forum Manajemen: Penghitungan Kebutuhan Pegawai Berbasis
Beban Kerja. Volume 3, No. 3. Jurnal. Pusdiklat Migas.
Prasetya, Elvis Yudha Alva. (2012). Analisis Pengenaan Pajak Restoran atas Penyerahan
Makanan pada Pesawat Terbang (Studi pada PT Aerofood ACS). Skripsi. Universitas
Indonesia.
Publikasi Elektronik:
International Recommendation for Tourism Statistics 2008.
https://unstats.un.org/unsd/publication/Seriesm/SeriesM_83rev1e.pdf. (diakses pada
tanggal 11 April 2017)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2016.
http://www.tangerangkota.go.id/news/download/eddc4aa332f12c410a22e23df6d5cade
. (diakses pada tanggal 17 November 2017)
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017
17
Kejar Penerimaan Pajak, Tempat Usaha Di Kota Tangerang Dipasang Tapping Box.
http://tangerangkota.go.id/kejar-penerimaan-pajak-tempat-usaha-di-kota-tangerang-
dipasang-tapping-box. (diakses pada tanggal 11 Januari 2017)
Pemkot Tangerang Tambah ”Tapping Box”. http://www.kabar-
banten.com/site/index/tangerang/pemkot-tangerang-tambah-tapping-box-157.html.
(diakses pada tanggal 11 Januari 2017)
Pantau Pajak Daerah, Pemkot Tangerang Akan Pasang 100 Tapping Box.
http://tangerangkota.go.id/pantau-pajak-daerah-pemkot-tangerang-akan-pasang-100-
tapping-box. (diakses pada tanggal 12 Januari 2017)
Tapping Box Optimalisasi Raihan Pajak Daerah. http://probenteng.com/tapping-box-
optimalisasi-raihan-pajak-daerah/. (diakses pada tanggal 14 Januari 2017)
Rektor Udayana: Tangerang Punya Potensi Wisata. http://tangerangkota.go.id/rektor-udayana-
tangerang-punya-potensi-wisata. (diakses pada tanggal 11 April 2017)
Implementasi pemungutan ..., Ahmad Wicaksana Putra, FISIP UI, 2017