IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SHOLAT JENAZAH BAGI...
Transcript of IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SHOLAT JENAZAH BAGI...
i
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SHOLAT
JENAZAH BAGI SISWA PENYANDANG TUNANETRA
DI SMALB WANTUWIRAWAN SALATIGA TAHUN
AJARAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
LUTHFIA KARIMAH
NIM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan”.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
. Kedua Orang tuaku, Ayahanda Waji Habibulloh dan Ibunda Mudrikah
terimakasih atas cinta dan kasih sayang sepanjang masa, restu serta do‟a
yang di panjatkan selama hidup, semoga pribadi ini bisa menjadi anak
yang sholehah berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
. Adikku, Muhammad Najamuddin Rafi‟ terimakasih sudah menjadi
penghibur dan hadir menambah warna dikehidupan ini.
. Saudara-saudaraku, terimakasih atas do‟a, dukungan serta semangat, yang
diberikan selama ini.
. Dosen dan Para Pengajarku, terimakasih atas ilmu yang disampaikan
semoga bisa bermanfaat bagi kehidupan saya.
. Sahabat dan teman seperjuangan PAI G dan PAI Agkatan , HMI
Cabang Salatiga, salam dan sukses selalu.
vi
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
syukur dan terimakasih senantiasa penulis haturkan kepada Allah swt yang telah
memberi nikmat sehat, iman, islam dan memberi kesempatan serta ridha-NYA
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyajikan hasilnya dalam
bentuk skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Sholat
Jenazah bagi Siswa Penyandang Tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga
Tahun Ajaran / ” ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi strata
dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada fakultas
tarbiyah dan ilmu keguruan IAIN Salatiga.
Bantuan dan dukungan baik materil maupun immateriil dari berbagai
pihak telah memberikan kontribusi positif dalam penyusunan skripsi ini. Dan atas
kontribusi tersebut penulis menyampaikan terimakasih dan do‟a semoga Allah swt
berkenan membalas kebaikan kepada:
. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI).
vii
. Bapak Wahidin, M.pd selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas
mencurahkan fikiran waktu dan tenaganya dalam upaya membimbing
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu penyelesaian skripsi ini.
. Bapak Sigit Margono selaku kepala sekolah di SMALB
Wantuwirawan Salatiga yang telah banyak membantu penyelesaian
skripsi ini.
. Ibu Huru Tyastri sebagai guru PAI di SMALB Wantuwirawan Salatiga
yang telah memotivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
. Siswa-siswi SMALB Wantuwirawan Salatiga yang telah menyambut
dengan hangat dan senyum manis atas kehadiran penulis dan kerja
sama selama penelitian.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah dan penulis sadar bahwa skripsi ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran, kritik yang membangun dan
koreksi semua pihak penulis terima dengan tangan terbuka.
Wasslamu’alaikum Wr.Wb
Salatiga, Agustus
Penulis
viii
ABSTRAK
Karimah, Luthfia, . Implementasi Pembelajaran Sholat Jenazah bagi Siswa
Penyandang Tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga Tahun
Ajaran . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing:Wahidin, M.Pd.
Kata kunci : Pembelajaran, Sholat Jenazah, Siswa Tunanetra.
Siswa tunanetra merupakan anak yang mengalami hambatan pada indera
penglihatanya. Walaupun telah diberi alat bantu khusus mereka masih
memerlukan pendidikan khusus. Tujuan dari dipilihnya objek, judul dan topik
dalam skripsi ini yaitu . Untuk mengetahui bagaimanakah implementasi
pembelajaran sholat jenazah di SMALB Wantuwirawan Salatiga? . Untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja pendukung dan penghambat implementasi
pembelajaran sholat jenazah di SMALB Wantuwirawan Salatiga? . Dan solusi
seperti apakah yang dilakukan oleh guru PAI dan kepala sekolah dalam
implementasi pembelajaran sholat jenazah di SMALB Wantuwirawan Salatiga?
Serta mengetahui bagaimana seorang guru dapat menyampaikan materi sholat
jenazah dengan baik dengan penggunaan metode yang tepat sesuai dengan kondisi
siswa tunanetra.
Penelitian atas skripsi ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi dari sumber data. Pihak yang di
wawancarai antara lain: guru pendidikan agama Islam (PAI) SMALB
Wantuwirawan Salatiga, kepala sekolah SMALB Wantuwirawan Salatiga, siswa-
siswi SMALB Wantuwirawan Salatiga.
Hasil dari penelitian yang penulis lakukan mengarah kepada kesimpulan
yaitu: . Implementasi pembelajaran sholat jenazah menggunakan kurikulum yang
sama seperti sekolah menengah atas biasa pada umumnya yaitu dengan
menggunakan metode ceramah, metode demonstrasi yang disertai perabaaan oleh
guru, metode eksperimen atau praktek dan metode tanya jawab . Faktor
pendukung lebih banyak dari guru yaitu pihak guru yang memiliki semangat
untuk tetap memberikan materi pembelajaran sholat jenazah kepada siswa dengan
berbagai kondisi siswa penyandang tunanetra yang memiliki kondisi psikologis
sensitif. Respon yang kurang baik di sertai rasa takut menjadi faktor penghambat
pembelajaran sholat jenazah . Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai
pentingnya pembelajaran sholat jenazah menjadi sebuah solusi yang dilakukan
oleh guru.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN ........................................................................................ ........ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
E. Penegasan Istilah .............................................................................
F. Metode Penelitian ............................................................................
G. Sistematika Penulisan ......................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tunanetra .........................................................................................
B. Sholat Jenazah ................................................................................
x
C. Pembelajaran Sholat Jenazah bagi Tunanetra .................................
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SLB Wantuwirawan Salatiga
. Sejarah dan Profil SMALB Wantuwirawan Salatiga ...............
. Visi, Misi, Tujuan SMALB Salatiga .........................................
. Struktur Organisasi Yayasan .....................................................
. Struktur Organisasi SMALB A-D .............................................
. Jumlah Guru dan Karyawan .....................................................
. Peserta Didik .............................................................................
. Barang dan Perkakas .................................................................
B. Hasil Penelitian
. Implementasi Pembelajaran Sholat Jenazah .............................
. Faktor Pendukung dan Penghambat Sholat Jenazah .................
. Solusi Pembelajaran Sholat Jenazah .........................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Implementasi Sholat Jenazah SMALB Wantuwirawan Salatiga ....
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Sholat Jenazah
. Faktor Pendukung dari Guru .....................................................
. Faktor Penghambat dari Siswa ..................................................
C. Solusi Pembelajaran Sholat Jenazah ...............................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ................................................................................................
xi
C. Penutup ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I Jumlah Guru atau Karyawan ............................................
Tabel II Peserta Didik ....................................................................
Tabel III Sarana dan Prasarana ........................................................
Tabel IV Barang dan Perkakas ........................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
. DOKUMENTASI
. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
. SURAT KETERANGAN RISET
. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI
. KETERANGAN SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah berkah kehidupan bagi pasangan suami dan istri.
Kehadiranya melahirkan berjuta nikmat dan senyum lebar kebahagiaan. Ia
adalah harapan dan semangat atas masa depan yang lebih cemerlang dan
penuh pesona. Kehadiran seorang bayi sebagai anggota keluarga baru adalah
pengalaman yang amat luar biasa bagi keduanya. Mengikuti tahap
perkembanganya dari hari ke hari memang menakjubkan. Sebagai manusia
yang menyandang predikat baru, ayah bunda tentunya sangat berharap bisa
menjadi orang tua yang baik, mampu memberikan segala sesuatu yang terbaik
untuk anaknya. Dengan begitu anak bisa tumbuh, berkembang secara optimal,
sesuai dengan tahap perkembanganya. Dan anak yang demikian masa depanya
akan cerah dan berhasil (Utami, : ).
Begitulah gambaran kebahagiaan yang hadir dari pasangan suami istri
yang memiliki anak normal. Kesempurnaan hidup seakan-akan telah mereka
rasakan dan dapatkan. Kemudian bagaimana gambaran perasaan yang hadir
bagi pasangan suami istri yang mengetahui bahwa anaknya berbeda dari yang
lain? Perasaan kurang beruntung ataupun anggapan gagal pada diri mereka
pasti ada, karena anak yang dinantikan tidak sesuai dengan harapan. Apakah
nantinya mereka sanggup menerimanya ataupun tidak. Kehidupan masa
depan yang suram terus membayangi, senyum lebar kebahagiaan itu berubah
menjadi air mata dan kesedihan yang mendalam.
Awalnya bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
menjadi putus asa, malu, bahkan menempuh jalan pintas yang sama sekali
dilarang oleh agama dan di luar dugaan orang pada umumnya. Ketika
menghadapi kondisi seorang anak dengan berkebutuhan khusus, banyak orang
tua menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi. Rasa malu, gengsi, merasa
tidak mau direpotkan, atau menganggap anak tersebut tidak bisa menjadi
kebanggan keluarga, hanya menjadi aib, begitu membayangi pikiran mereka.
Dalam kondisi yang tidak jauh berbeda, ada pula orang tua yang malah
mengalami kondisi lebih parah daripada anaknya, yaitu stres berkepanjangan,
sedih berlarut-larut, bahkan sampai depresi memikirkan hal tersebut.
Banyak orang yang mengatakan bahwa kecacatan fisik adalah
musibah. Orang cacat dianggap sebagai kaum kelas dua setelah orang-orang
normal. Ketika seseorang memiliki kecacatan fisik, maka itu dianggap sebagai
aib, bahkan hambatan hidup. Juga sebagai penyebab utama hilangnya rasa
percaya diri seseorang. Padahal kita semua tahu bahwa kekurangan fisik
bukan berarti akhir dari segalanya termasuk dunia pendidikanya. Mereka juga
memiliki kemampuan spesifik yang lebih dibandingkan mereka yang normal.
Harapan inilah yang harus ada di dalam diri setiap orang tua yang memiliki
anak berkebutuhan khusus. Bahwa orang tua mampu membesarkan dan
membuat anak berkebutuhan khusus menjadi sukses dengan kekurangan yang
dimiliki. Kekurangan itulah yang membuat mereka berbeda dan menjadi
kelebihan atau keistimewaan mereka (Abdul Waid, : ).
Anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang harus didapat untuk
memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor Tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal ayat ( )
disebutkan bahwa, “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu”. Sedangkan layanan pendidikan bagi
warga negara yang berkebutuhan khusus, pada pasal ayat ( ) Undang-
Undang tersebut menyatakan, bahwa warga negara yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus. Kelainan yang disandang oleh warga negara
tersebut membutuhkan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan jenis dan
karakteristik masing-masing. Sarana dan prasarana sekolah yang menangani
anak-anak berkebutuhan khusus hendaknya memiliki spesifikasi yang sesuai
dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, serta memenuhi tuntutan
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Jika anak diibaratkan dengan permata, anak berkebutuhan khusus
adalah permata yang bersinar secara berbeda dari permata-permata yang lain.
Keberbedaan ini bukan lebih baik atau lebih buruk, melainkan karakteristik
khas anugerah dari Sang Pencipta. Para orang tua dari anak berkebutuhan
khusus sebenarnya adalah mereka yang terpilih untuk mengambil pelajaran
dan makna yang mendalam tentang arti sebuah keberbedaan dengan hati dan
jiwa yang bersih. Oleh sebab itu maka pertama kali yang mesti dilakukan
orang tua adalah mensyukuri anugerah yang telah dititipkan Sang Pencipta
kepadanya. Rasa syukur dan tulus ikhlas akan memberikan kekuatan dan
keteguhan yang kemudian seyogianya diiringi dengan ikhtiar tanpa kenal
lelah, yakni pola asuh yang mendukung tumbuh kembang anak berkebutuhan
khusus.
Setiap anak membutuhkan pendampingan orang tua, siapapun dan
bagaimanapun keadaanya. Anak-anak yang normal pun tetap membutuhkan
pendampingan orang tua sampai mereka mengalami kemasakan secara fisik,
psikis dan kepribadianya. Demikian halnya dengan anak-anak berkebutuhan
khusus, pendampingan orang tua mutlak diperlukan. Hanya saja, dibutuhkan
ketrampilan khusus disamping cinta dan kasih sayang bagi orang tua yang
mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus. Anak-anak dengan kekurangan
atau kelemahan fisik sangat memerlukan pengertian dan kesabaran dari kedua
orang tuanya. Kondisi fisik yang lemah dan kurang dibandingkan dengan anak
lain sering kali menjadi hambatan utama dalam tumbuh kembang anak-anak
tersebut. Nantinya, kondisi fisik ini dapat mempengaruhi perkembangan fisik
dan kepribadian mereka. Dengan mengetahui sejak awal kelemahan dan
kekurangan fisik pada anaknya, orang tua perlu segera mencari cara terbaik
untuk mengasuh mereka (Ratih&Afin, : - ).
Ketika orang tua mendapati anaknya mengalami kelemahan
penglihatan, kesedihan tentu saja mengikuti keadaan tersebut. Namun,
kesedihan saja tidak cukup untuk membantu anak menjadi mandiri dan
mampu mengoptimalkan kemampuan lainya. Disinilah peran orang tua
dituntut sebagai orang pertama yang memahami keadaan anaknya dan
kemudian mencari jalan terbaik untuk mengasuh dan memikirkan masa depan
anaknya.
Allah SWT telah memberikan peringatan kepada manusia khususnya
bagi orang tua, agar ia memiliki rasa takut apabila dalam mengasuh, mendidik
sebuah amanah (anak) yang telah di berikan NYA menjadi generasi yang
lemah, generasi yang tidak memiliki semangat hidup untuk terus belajar,
berjuang menegakan syiar Islam dan memberikan konstribusi nyata untuk
kemajuan nusa, bangsa dan agama. Sesuai dengan firman Allah:
“Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”(Qs. An Nisa: ).
Begitu besar peran orang tua sebagai pendidik dan sekolah pertama
bagi anak-anaknya, keluarga sebagai pondasi utama akan memberikan
pelajaran sebagai bekal nantinya sebelum anak belajar di luar rumah yaitu
belajar di lingkungan masyarakat, alam sekitar dan di sekolah. Lembaga
pendidikan seperti sekolah memiliki posisi penting setelah keluarga, karena
selama kurang lebih lima sampai dengan enam jam, umumnya anak berada di
sekolah yang bukan hanya hadir secara fisik, namun juga mengikuti kegiatan-
kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah.
Sekolah Luar Biasa (SLB) diperuntukan bagi anak yang mengalami
kekurangan atau tuna, di antaranya adalah tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, dan tunawicara. Adapun pengelompokan kelas pada
sekolah luar biasa dikelompokan berdasarkan jenis ketunaanya yaitu:
tunanetra (SLB-A), tunarungu (SLB-B), tunagrahita (SLB-C), tunadaksa
(SLB-D), tunalaras (SLB-E), tunaganda (SLB-G) dan untuk pengelompokan
tunawicara dijadikan satu dengan tunarungu karena biasanya antara gangguan
bicara dan pendengaran terjadi dalam satu keadaan. Pencarian lembaga
pendidikan formal dan non-formal yang tepat dan adanya program
pengembangan kehususan yang ada di sekolah akan menunjang
perkembangan serta kemampuan anak untuk mandiri dan mengoptimalkan
prestasi mereka. Sekolah Luar Biasa Wantuwirawan yang berada di kota
Salatiga merupakan contoh lembaga pendidikan formal yang di dalamnya
terdapat pendidikan bagi siswa penyandang tunanetra mulai dari taman kanak-
kanak sampai sekolah menengah atas luar biasa.
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan dengan melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya
demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak
(Dzakiyah Daradjat, : ).
Agama Islam tidak memberikan perbedaan hak belajar bagi umatnya
baik itu laki-laki (muslim) maupun perempuan (muslimah), baik yang kaya
maupun yang miskin dan baik yang cacat maupun yang normal. Semuanya
berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya,
jadi hak setiap orang dalam mendapatkan ilmu adalah sama. hal itu telah
dipertegas dalam firman Allah surat „Abasa ayat - yang berbunyi:
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah
datang seorang buta kepadanya, tahukah kamu barangkali ia ingin
membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran,
lalu pengajaran itu memberi manfaaat kepadanya,adapun orang yang merasa
dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya, padahal tidak ada celaan
atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman), dan adapun orang yang
datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),sedang
ia takut kepda Allah, maka kamu mengabaikanya, sekali kali jangan
(demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,
maka barangsiapa yang mengehendaki, tentulah ia memperhatikanya”.
Demikianlah sebagian kesempurnaan Islam, menempatkan orang yang
dianggap sebagai penyandang cacat mempunyai kedudukan yang sama di
hadapan Allah. Sebagai konsekuensinya maka orang buta, orang pincang, atau
lainnya mempunyai kewajiban dan hak yang sama pula. Mereka itu
berkewajiban untuk menuntut ilmu, agar dapat menjalankan perintah dan
meninggalkan larangan Allah.
Penyandang tunanetra atau cacat keberadaanya diakui di dalam Islam.
Mereka diakui tidak hanya eksistensinya saja, karena penyandang tunanetra
memiliki potensi yang sama sebagaimana orang yang tidak buta (awas) untuk
menerima ajaran agama yaitu tauhid untuk beriman dan beribadah. dalam hal
beribadah seperti sholat, penyandang tunanetra juga memiliki kewajiban sama
seperti muslim lain pada umunya. Perbedaanya adalah ketika muslim yang
normal dapat dengan mudah belajar semisal mengenai berwudhu sebelum
sholat, belajar membaca bacaan sholat, belajar gerakan sholat, dengan meniru
ataupun melihat orang tuanya lalu mempraktekanya sehingga bisa dengan
mudah belajar. Kesempatan belajar terbuka lebih luas dan pengalaman
belajar lebih banyak mereka dapat. Namun pada kenyataanya keadaan tersebut
berbanding terbalik dengan kondisi penyandang tunanetra yang memiliki
keterbatasan dalam penglihatan. Sehingga timbul beberapa pertanyaan bagi
mereka, bagaimanakah cara berwudhu? bagaimana cara menghafal bacaan
sholat? dan bagaimana melakukan gerakan sholat? mengingat sumber belajar
dan informasi bagi mereka sangat terbatas, bagaimana bisa seorang tunanetra
dapat melihat ataupun meniru gerakan sholat orang tuanya? adalah hal yang
tidak mudah bagi mereka untuk melakukanya, terlebih untuk anak yang
mengalami kebutaan sejak dia lahir, akan lebih sulit baginya untuk belajar
karena tidak ada pengalaman penglihatan mengenai sholat dikehidupanya.
Merujuk kepada hadist Rasululloh saw. mengenai tuntunan sholat,
yang berbunyi:
صلو ا كوا ر آيتووني اصلي
“Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat”(Bukhori: )
Dari redaksi hadist tersebut menunjukan adanya proses ittiba‟dalam
melaksanakan sholat yaitu (mengikuti atau menurut semua hal yang
diperintahkan dan dilarang oleh rasul). Dalam proses tersebut membutuhkan
peran penglihatan untuk melaksanakanya, mengetahui bagaimana rukun-
rukunnya, syarat-syaratnya, bacaanya, gerakanya dan semua hal yang
berkaitan dengan sholat. Bagi orang yang normal hal itu tidak menjadi sebuah
masalah, akan tetapi bagi orang yang memilki keterbatasan dalam penglihatan
(tunanetra) sudah pasti akan menjadi hambatan untuk mengetahui bagaimana
tata cara mengerjakan sholat seperti yang dicontohkan oleh rasul, baik dalam
sholat wajib ataupun sholat sunah yang semuanya membutuhkan peran
penglihatan untuk melaksanakanya. Bertitik tolak dari uraian di atas kiranya
perlu dilakukan penelitian mengenai pendidikan anak berkebutuhan khusus,
sehingga penulis memilih judul skripsi “Implementasi Pembelajaran Sholat
Jenazah Bagi Siswa Penyandang Tunanetra di SMALB Wantuwirawan
Salatiga Tahun Ajaran ”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
. Bagaimanakah implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa
penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran
?
. Faktor apa saja yang mendukung implementasi pembelajaran sholat
jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan
Salatiga tahun ajaran ?
. Faktor apa saja yang menghambat implementasi pembelajaran sholat
jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan
Salatiga tahun ajaran ?
. Bagaimanakah solusi yang dilakukan oleh guru PAI dan Sekolah untuk
mengatasi hambatan dalam implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi
siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun
ajaran ?
C. Tujuan Penelitian
Sebagai Konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa
penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran
.
. Untuk mengetahui faktor yang mendukung implementasi pembelajaran
sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB
Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran .
. Untuk mengetahui faktor yang menghambat implementasi pembelajaran
sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB
Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran .
. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh guru dan sekolah dalam
implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang
tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran .
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu:
. Secara Teoretis
Untuk pengembangan khasanah keilmuan dalam bidang ilmu fiqih
bagi penyandang tunanetra, serta metodologi Pendidikan Agama Islam
(PAI) untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).
. Secara Praktis
a. Sekolah : Dapat menjadi sumbangan alternatif pemikiran atau acuan
mengenai proses pembelajaran sholat jenazah bagi SMALB lingkup
Salatiga ataupun lingkup yang lebih luas.
b. Siswa : Memberikan motivasi bagi siswa penyandang tunanetra
di sekolah menengah atas luar biasa wantuwirawan salatiga untuk terus
berprestasi, mengejar cita-cita dan bisa menjadi kebanggaan bagi
kedua orang tua, serta berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
c. Guru PAI : Dapat mengetahui solusi yang dilakukan guru pada proses
pembelajaran sholat jenazah di SMALB Wantuwirawan Salatiga
E. Penegasan Istilah
Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam
memahami judul yang penulis bahas, dan memberikan pengertian dalam ruang
lingkup penelitian, adapun penegasan istilah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
. Implementasi
Implementasi merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan,
tindakan, dan sikap individu serta interaksi proses antara mereka yang
menciptakan program dan mereka yang melaksanakanya (Abdul majid,
).
. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik (pembelajar)
(Heri Rahyubi, : ).
. Tunanetra
Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki pengelihatan sama
sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan
tetapi tidak mampu menggunakan pengelihatanya untuk membaca tulisan
biasa berukuran point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu
dengan kacamata (kurang awas) ( Petuni, ).
. Sholat Jenazah
Sholat Jenazah adalah sholat yang dilakukan sebanyak kali takbir,
dan hukum dari sholat jenazah adalah fardhu‟ain (kewajiban yang
ditujukan kepada orang yang banyak, tetapi bila sebagian sudah
melaksanakan maka gugurlah kewajiban yang lain).
F. Metode Penelitian
. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, : ).
Pada bagian ini peneliti mengumpulkan data yang telah didapat di
lapangan yaitu dari guru, siswa, dan Kepala Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMALB) Wantuwirawan Salatiga dan ditelaah satu demi satu
dengan menggunakan metode ilmiah sehingga memungkinkan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian,
maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai
memperoleh data yang valid dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti
menjadi pelajar, yaitu belajar dari orang dari orang yang diwawancara
yang menjadi sumber data di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
Wantuwirawan Salatiga.
. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland ( ) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada
bagian ini jenis datanta dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber
data tertulis, foto dan statistik (Moleong, ).
Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokan
menjadi dua yaitu :
a. Sumber data primer
Yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan
observasi, Sumber data primer diperoleh langsung dari subjek
penelitian. Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan,
diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian
ini yang menjadi sumber data utama yaitu: Guru PAI, Siswa SMALB
dan Kepala Sekolah.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang dimaksudkan untuk
melengkapi data primer dari kegiatan peneliti. Data sekunder berasal
dari dokumen-dokumen berupa catatan. Data sekunder berasal dari
dokumen-dokumen berupa catatan-catatan. Moleong juga menjelaskan
tentang sumber data penting lainya adalah berbagai sumber tertulis
seperti buku disertasi, buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-dokumen,
arsip-arsip, evaluasi buku harian dan lain-lain. Selain foto data statistik
juga termasuk data tambahan (Moleong, : ).
. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam rangka untuk memperoleh data serta membantu
mempermudah jalanya penelitian, penulis menggunakan metode
pengumpulan data. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
a. Metode Observasi
Observasi adalah pencatatan secara sistematik terencana
fenomena yang diselidiki (Sutrisno, : ).
Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data
tentang siswa penyadang tunanetra. Observasi dilakukan terhadap dua
hal atau faktor yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan cara
mengadakan pengamatan, pencatatan dan mendengarkan secara cermat.
Hal-hal yang diobservasikan adalah implementasi pembelajaran
sholat jenazah, selain itu juga meliputi letak geografis dan fasilitas.
Kegiatan observasi dilaksanakan dengan cara formal ataupun informal
untuk mengamati berbagai keadaan sebagai peristiwa atau fenomena
dan kegiatan yang terjadi. Observasi juga dimaksdudkan untuk
mengetahui adanya faktor yang mendukung dan menghambat
implemetasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang
tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga. Sehingga diperoleh data
yang konkret tentang implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi
siswa penyandang tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
Wantuwirawan Salatiga.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percaakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
: ).
Metode wawancara atau interview adalah sebuah dialog ynag
dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (Arikunto, : ). Pelaksanaan wawancara dengan
cara bebas terpimpin, akan memberi kebebasan pada pihak yang akan
diteliti dalam memberikan jawaban, sehingga akan memperoleh data
yang lebih mendalam dan lebih jelas.
Dengan metode ini penulis mendapatkan informasi ataupun data
tentang implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa
penyandang tunanetra, faktor yang mendukung, faktor yang
menghambat serta solusi implementasi pembelajaran sholat jenazah
bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga.
D alam penelitian ini yang diwawancarai adalah kepala sekolah,
guru dan siswa Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan
Salatiga. Adapun waktu wawancara yaitu di mulai dari tanggal juni
saat peneliti melakukan wawancara kepada guru pendidikan
agama Islam.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan
sebagainya (Arikunto, : ).
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan
cara mengambil gambar ataupun data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pembelajaran sholat jenazah pada waktu kegiatan observasi di
SMALB Wantuwirawan Salatiga. Metode dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data tentang sekolah luar biasa secara historis,
letak geografis, struktur organisasi dan daftar nama siswa SMALB
Wantuwirawan Salatiga.
. Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bodgan & Biklen, ) adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memisahkannya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, : ).
Rumusan tersebut dapat ditarik garis bawah atau dapat
disimpulkan, bahwa analisis data bermaksud mengorganisasikan data.
Data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan, arsip Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga.
. Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti
menggunakan triangulasi. Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, :
).
Patton ( : ) menjelaskan teknik triangulasi dengan sumber
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif, diantaranya: ( ) membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, ( ) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara
pribadi, ( ) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, ( )
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan,
( ) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Moleong, : - ).
Trianggulasi dalam penelitian ini yaitu berupa hasil yang
diperoleh dari wawancara sumber data yang ada di SMALB
Wantuwirawan Salatiga yaitu guru, siswa dan kepala sekolah dengan apa
yang telah penulis lihat melalui prakteknya. Dari langkah tersebut dapat
kita ketahui bersama derajat keabsahan datanya. Melalui berbagai
perspektif ataupun pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati
kebenaran dalam melakukan penelitian. Karena itu, trianggulasi tahap ini
dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau
informan penelitian diragukan kebenaranya. Dengan demikian, jika data
itu sudah jelas, misalnya berupa hasil wawancara, teks atau
naskah/trasnskip film dan sejenisnya, trianggulasi tidak perlu dilakukan.
Namun demikian trianggulasi aspek lain tetap dilakukan.
. Tahap Penelitian
a. Kegiatan yang meliputi, izin observasi dari IAIN Salatiga kepada
Kepala Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga.
b. Kegiatan lapangan yaitu penulis melakukan penelitian secara langsung
di lokasi penelitian dengan mewawancarai responden dan melihat
secara seksama lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan
penelitian.
c. Verifikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai
deskriptif penemuan dalam penelitian dan menyusun laporan ahir.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi, maka dalam menyusun
skripsi ini dibatasi melalui penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang beberapa hal yaitu : Latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini dikemukakan kajian pustaka yaitu:
Tunanetra, sholat jenazah, pembelajaran sholat jenazah
bagi tunanetra.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Meliputi gambaran umum SMALB Wantuwirawan Salatiga
dan Implementasi Pembelajaran Sholat Jenazah.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis membahas tentang implementasi
pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang
tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran
.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis menyajikan tentang kesimpulan,
saran-saran dan penutup.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tunanetra
. Pengertian Tunanetra
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang dimaksud
dengan tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Karena adanya
hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan,
ada beberapa keterbatasan yang dialami tunanetra, diantaranya adalah:
a. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari satu meter.
b. Ketajaman penglihatan kaki yaitu ketajaman yang mampu
melihat suatu benda pada jarak kaki.
c. Bidang penglihatanya tidak lebih luas dari derajat (Heward &
Orlansky, : ).
Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini diketahui dalam
kondisi :
) Ketajaman penglihatanya kurang dari ketajaman orang awas.
) Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu
Posisi mata sulit dikendalikan oleh saraf otak.
) Terjadi kerusakan susunan saraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan.
Dari kondisi di atas pada umumnya yang digunakan sebagai
patokan apakah seorang anak termasuk tunanetra atau tidak ialah
berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatanya. Untuk mengetahui
ketunaan dapat menggunakan tes Snellen Card. Anak dikatakan
tunanetra bila ketajaman penglihatan visusnya kurang dari .
Artinya berdasarkan tes anak hanya mampu membaca huruf pada jarak
meter yang oleh awas dapat dibaca pada jarak meter (Ardhi
Wijaya, : - ).
. Faktor-Faktor PenyebabTunanetra
Ardhi Wijaya ( : - ) menjelaskan faktor-faktor penyebab
tunanetra, yaitu:
a. Pre-natal faktor
Penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat
hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang
anak dalam kandungan antara lain: keturunan ketunanetraan yang
disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan
bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang
tunanetra.
Ketunanetraan akibat faktor keturunan antaralain retinis
pigmentosa, yaitu penyakit pada retina yang umumnya merupakan
keturunan. Selain itu katarak juga disebabkan oleh faktor keturunan.
Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan yang dapat menjadikan
ketunanetraan bisa disebabkan oleh:
) Gangguan waktu ibu hamil, penyakit menahun seperti TBC,
sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin
dalam kandungan.
) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella
atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,
jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang
berkembang.
) Infeksi karena penyakit yang kotor, toxoplasmosis, trachoma, dan
tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan
indera pengelihatan atau pada bola mata.
) Kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan gangguan pada
mata sehingga kehilangan fungsi penglihatan.
b. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat
terjadi sejak atau setelah bayi lahir antaralain: kerusakan pada syaraf
mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras.
Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga
baksil gonorrhoe menular pada bayi yang pada akhirnya setelah bayi
lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya. Mengalami
penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan misalnya:
) Xeropthalmia, yaitu penyakit yang terdapat pada bagian mata
karena kekurangan vitamin A.
) Trachoma, yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon
trachomanis.
) Catarac, yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga
lensa mata menjadi keruh akibatnya terlihat dari luar mata menjadi
putih.
) Glauchoma, yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan
dalam bola mata sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
) Diabetik Retinopathy, yaitu gangguan pada retina yang disebabkan
karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah
dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi sehinggga
merusak penglihatan.
) Retinophaty of prematury, biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Bayi yang lahir prematur biasanya
ditempatkan di inkubator yang berisi kadar oksigen tinggi,
sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi
perubahan kadar oksigen dan pertumbuhan pembuluh darah
menjadi tidak normal, dan meninggalkan semacam bekas luka pada
jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada
selaput jala (retina) tunanetra total.
) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti
masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia berbahaya,
kecelakaan dari kendaraan dll.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa menambahkan beberapa
klasifikasi tunanetra sebagaimana di kutip oleh Ardhi Wijaya ( : -
), yaitu:
a. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan
) Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yaitu mereka yang sama sekali
tidak memiliki pengalaman pengelihatan.
) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, mereka telah memiliki
kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja mereka telah
memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang
mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
) Tunanetra pada usia dewasa pada umum nya mereka yang dengan
segala kesadaran mampu melakukan latihan penyesuaian diri.
) Tunanetra dalam usia lanjut sebagian sulit mengikuti latihan-
latihan penyesuaian diri.
b. Berdasarkan kemampuan daya pengelihatan
) Tunanetra ringan (defective vision/low vision), yakni mereka yang
memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih
dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu
melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi
penglihatan.
) Tunanetra setengah berat (partially sighted) yakni mereka yang
kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan
kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu
membaca tulisan bercetak tebal.
) Tunanetra berat (totally blind) yakni mereka yang sama sekali tidak
dapat melihat.
. Karakteristik Anak Tunanetra
Ketika seorang anak dengan pengelihatan yang normal dapat
dengan mudah bergerak di lingkunganya, menemukan mainan dengan
teman-teman bermainya, serta melihat dan meniru orang tuanya dalam
aktifitas sehari-hari. Anak-anak tunanetra kehilangan masa belajar kritis
seperti itu, yang mungkin akan berdampak terhadap perkembangan,
belajar, ketrampilan sosial dan perilakunya.
Ketika anak tunanetra memiliki keterbatasan untuk melakukan
berbagai hal layaknya anak-anak normal pada umumnya, perlu bagi kita
untuk memahami karakter dari anak-anak tunanetra antara lain:
a. Karakteristik Kognitif
Lowenfed menggambarkan dampak kebutaan dan low vision
terhadap perkembangan kognitif, dengan mengidentifikasi
keterbatasan yang mendasar pada anak dalam tiga area berikut ini:
) Tingkat dan keanekaragaman pengalaman
Ketika seorang anak mengalami ketunanetraan, maka
pengalaman harus diperoleh dengan mempergunakan indera-indera
yang masih berfungsi, khususnya perabaan dan pendengaran. Akan
tetapi indera tersebut tidak dapat secara cepat dan menyeluruh
dalam memperoleh informasi, misalnya ukuran warna, dan
hubungan ruang yang sebenarnya bisa diperoleh dengan segera
melalui penglihatan.
) Kemampuan untuk berpindah tempat
Penglihatan memungkinkan kita untuk bergerak dengan
leluasa dalam suatu lingkungan, tetapi tunanetra mempunyai
keterbatasan dalam melakukan gerakan tersebut. Keterbatasan
tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam memeperoleh
pengalaman dan juga berpengaruh pada hubungan sosial. Tidak
seperti anak-anak yang lainya, anak tunanaetra harus belajar cara
berjalan dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan dengan
berbagai ketrampilan orientasi dan mobilitas.
) Interaksi dengan lingkungan
Jika anda berada di suatu tempat yang ramai, anda dengan
segera bisa melihat ruangan dimana anda berada, melihat orang-
orang disekitar, dan anda bisa dengan bebas bergerak di lingkungan
tersebut. Orang tunanetra tidak memiliki kontrol seperti itu. Bahkan
dengan kemampuan mobilitas yang dimilikinya, gambaran tentang
lingkungan masih tidak utuh.
b. Karakteristik akademik.
Dampak ketunentraan berpengaruh pada perkembangan
ketrampilan akademis, khusunya dalam bidang membaca atau menulis.
Sebagai contoh,ketika orang dengan mata normal (tidak buta) pada
saat membaca atau menulis tidak perlu memperhatikan secara rinci
bentuk huruf atau kata, tetapi bagi tunanetra hal tersebut tidak bisa
dilakukan karena ada gangguan pada penglihatanya. Sebagai alternatif
digunakan media atau alat untuk membaca dan menulis, sesuai dengan
kebutuhanya masing-masing.
c. Karakteristik sosial dan emosional
Perilaku sosial secara tipikal dikembangkan melalui observasi
terhadap kebiasaan dan kejadian sosial serta menirunya. Perbaikan
biasanya dilakukan melalui penggunaan yang berulang-ulang dan bila
diperlukan meminta masukan dari orang lain yang berkompeten.
Karena tunanetra mempunyai keterbatasan dalam belajar melalui
pengamatan dan menirukan, siswa tunanetra sering mempunyai
kesulitan dalam melakukan perilaku sosial yang benar.
d. Karakteristik perilaku
Ketunanetraan itu sendiri tidak menimbulkan masalah atau
penyimpangan perilaku pada diri anak, meskipun demikian hal tersebut
berpengaruh pada perilakunya. Siswa tunanetra kadang-kadang sering
kurang memperhatikan kebutuhan sehari-harinya, sehingga ada
kecenderungan orang lain untuk membantunya. Apabila hal ini terjadi
maka siswa akan berkecenderungan berlaku pasif.
Beberapa siswa tunanetra sering menunjukan perilaku stereotip,
sehingga menunjukan perilaku yang tidak semestinya. Sebagai contoh
mereka sering menekan matanya, membuat suara dengan jarinya,
menggoyang-goyangkan kepala dan badan, atau berputar putar. Hal itu
terjadi mungkin sebagai akibat dari tidak adanya rangsangan sensoris,
terbatasnya aktfitas dan gerak di dalam lingkungan, serta keterbatasan
sosial (Ardhi Wijaya, : – ).
B. Sholat Jenazah
. Hukum dan Keutamaan Sholat Jenazah
Telah disepakati oleh imam-imam ahli fikih bahwa menyalatkan
jenazah itu hukumnya fardhu kifayah, berdasarkan perintah dari Rasulullah
saw. dan perhatian kaum musimin dalam menepatinya. Terlepas dari
perintah rasululloh mengenai hukum fardhu kifayah sholat terhadap mayat,
dapat kita logikakan bahwa sholat merupakan sebuah kewajiban utama bagi
setiap muslim (sholat fardhu)bahkan muslim yang sakit sekalipun dia wajib
melaksanakan sholat sampai meninggal dunia dan disholati oleh orang yang
masih hidup sebab orang yang sudah meninggal itu sudah tidak bisa
bergerak, bergerak saja sudah tidak bisa apalagi melaksanakan sholat. Itu
mengapa apabila muslim sudah tidak bisa melaksanakan sholat maka ia
wajib untuk disholatkan. dari pernyataan tersebut akan memberikan sebuah
jawaban atas beberapa pertanyaan yang timbul, semisal mengapa jenazah
yang sudah mati harus kita sholati?.
Adapun mengenai keutamaanya yaitu : diriwayatkan oleh Muslim
dari Khabab r.a bahwa ia menanyakan kepada Abdullah bin Umar, apakah
Ibnu Umar pernah mendengar apa kata Abu Hurairah yaitu bahwa ia telah
mendengar Rasulullah saw. bersabda yang berarti:
“ Siapa yang turut keluar bersama jenazah dari rumahnya, menyalatkanya
lalu mengiringkanya sampai dimakamkan, ia akan beroleh pahala besar
dua qirath, yang berat masing-masing seperti Gunung Uhud”
(Sayid Sabiq, : - ).
. Syarat dan Rukun Sholat Jenazah
a) Syarat menshalatkan jenazah
Syarat-syarat salat yang juga menjadi syarat sholat mayat,
seperti menutup aurat, suci badan dan pakaian, menghadap ke kiblat,
dilakukan sesudah mayat dimandikan dan dikafani, letak mayat itu di
sebelah kiblat orang yang mensholatkan, kecuali kalau sholat itu
dilaksanakan di atas kubur atau sholat gaib. Hanya terdapat perbedaan
diantaranya dengan shalat-shalat fardhu yang lain mengenai waktu,
karena pada sholat jenazah ini tidaklah disyaratkan, tetapi ia dapat
dilakukan pada sembarang waktu bila ada jenazah, bahkan menurut
golongan Hanafi dan Syafi‟i, walau pada waktu-waktu terlarang
sekalipun.
Tetapi Ahmad, Ibnu Mubarak dan Ishak menganggap makruh
melakukan sholat jenazah waktu terbit matahari, waktu istiwa‟ dan saat
terbenamnya, kecuali jika dikhawatirkan membusuknya mayat (Sayid
Sabiq, : - ).
b) Rukun menshalatkan jenazah
) Niat
ز ا ت فز ض كفا ية وا وى وا ا صم ت ا ر بع تكب عن هذ ا لى
لمه تعا لى
Artinya “ Aku berniat salat jenazah ini empat takbir fardu kifayah
sebagai makmum imam karena Allah Ta’ala”
) Takbir kali dengan takbiratul ihram
Demikian pendapat Asy Syafi‟y dan disetujui oleh imam
yang lain. Diriwayatkan dari Ibnu Sirien, kali takbir dan dari
Huzaifah kali. Kata ibnu Mas‟ud Rasulullah pernag bertakbir
kali, pernah kali, pernah kali dan pernah kali. Maka
bertakbirlah sebanyak yang di takbirkan imam (Hasbi Ash Siddieqy,
: ).
Adapun soal mengangkat kedua tangan waktu takbir menurut
sunnah tidaklah diangkat kedua tangan pada shalat jenazah, kecuali
waktu takbir pertama saja. Karena tidak diterima keterangan bahwa
nabi saw. mengangkat tanganya waktu takbir-takbir shalat jenazah
kecuali waktu takbir pertama saja.
Berkata Syaukani, yakni setelah menyebutkan pertikaian dan
membahas alasan masing-masing, kesimpulanya tak ada keterangan
yang dapat dijadikan alasan dari Nabi saw. mengenai soal
mengangkat kedua tangan itu, kecuali pada takbir pertama. Adapun
perbuatan dan ucapan para sahabat, tidaklah dapat dijadikan alasan.
Maka selayaknyalah bila mengangkat tangan itu hanya pada takbir
pertama, karena pada waktu yang lain tidaklah disyariatkan, kecuali
di saat perpindahan dari satu rukun kepada rukun yang lain
sebagaimana halnya pada shalat-shalat biasa. Sedang pada shalat
jenzah ini tidak ada perpindahan itu (Sayid Sabiq, : ).
) Membaca fatihah sesudah takbiratul ihram
Sabda Rasulullah Saw. yang berarti:
“ Tidaklah sah sholat orang yang tidak membaca surat Fatihah.”
(Sepakat Ahli Hadis). (Sulaiman Rasjid, : )
) Membaca sholawat atas nabi saw.
ا وحىد وعمى د ا وحىد ، 'ا لمهي صن عن ص د آ ه ص
ت عمى ي و عمى 'كي صم ا إ بز ا ه ي ، 'صد ا إ بز اه آ ه صد
ا وحىد وعمى 'وبار ا ك عمى ا وحىد كي 'صد د با ر كت آ ه ص
ي وعمى 'عمى ا إ بز اه إ 'صد ي ، ف ا لعا لى ا إ بزاه د آ ه ص
د . ذ وج ك حى
Dari Abu Amamah bin Sahl, “ Sesungguhnya menjadi sunnah
(peraturan) Rasulullah Saw. pada sholat jenazah, yaitu: supaya
imam takbir, kemudian membaca Fatihah sesudah takbir pertama
dengan suara pelan sekira terdengar oleh dirinya, kemudian
membaca salawat atas Nabi Saw. dan mengikhlaskan doa bagi
jenazah pada takbir-takbir berikutnya, dan tidak membaca sesuatu
pun dalam takbir-takbir (kecuali do’a), kemudian ia memberi
salam dengan suara pelan sekira terdengah oleh dirinya”
(Riwayat Syafii).
) Mendo‟akan jenazah sesudah takbir ketiga
شله ، ووصع ه ، وأ كز ا لمهي اغفزله ، وارحىه ، وعافه واعف ع
ق الخطايا كي ي قه و ود خمه ، واغضمه با لمآء وثمج و بزد ، و
الذ ط ، وأ بد له دارا ض و زا الجى ب الآ ب دار ه ، وأهما خ زاو خ
ة ا لقبز وعذاب الار . سوجه ، وقه فت زاو أهمه ، وسوجاخ و
Dari Abu Hurairah. Nabi Saw. bersabda: “Apabila kamu
menyalatkan mayat, hendaklah kamu ikhlaskan do’a
baginya”(Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Hibban).
) Takbir ke empat membaca do‟a sebagai berikut
ا وله ا بعده وغفز ل ا أجزه ولا تفت . المهي لا تخز و
“ Ya Allah, janganlah engkau halangi (tutupi) kami dari mendapat
ganjaranya, janganlah engkau beri kami fitnah sepeninggalanya,
dan ampunilah kami dan dia” (Riwayat Hakim).
) Berdiri jika mampu
) Memberi salam dengan memlingkan muka ke kiri dan kanan
Keteranganya adalah hadis Syafi‟i yang telah diuraikan dalam rukun
keempat.
) Do‟a yang harus dibaca setelah takbir pertama, ketiga dan ke empat
di sesuaikan dengan jenis jenazahnya.
(a) Apabila menjadi imam pada takbir pertama, ketika membaca
niat maka kata( هو ها هأ ) di ganti dengan kata( إهام)
(b) Apabila jenazah wanita, maka dhamir hu ( ه ) di ganti dengan
dhamir ha( ها )
(c) Apabila jenazahnya dua orang, setiap dhamir kata hu ( ه )
diganti dengan dhamir hum )هوا (
(d) Apabila jenazahnya banyak, maka setiap dhamir (kata) hu ( ه )
di ganti dengan dhamir hum )هن (
c) Perempuan menshalatkan jenazah
Sebagian ulama memandang bahwa shalat perempuan atas
mayat tidak dapat membayar fardhu kifayah kalau laki-laki masih ada.
Akan tetapi, ulama yang lain berpendapat bahwa shalat perempuan itu
dapat membayar fardhu kifayah karena sholat mereka sah. Pendapat
yang kedua inilah yang lebih sah dan kuat.
d) Berjamaah
Salat jenazah disunahkan berjamaah, dan hendaknya dijadikan
tiga saf (baris). Satu saf sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
Maka jika yang shalat ada enam orang, hendaklah tiap-tiap saf terdiri
atas dua orang agar dapat menjadi tiga saf.
e) Shalat ghaib
Shalat atas mayat yang ghaib itu sah walaupun sesudah
dikuburkan. Sah pula shalat di atas kubur.
Sabda Rasulullah yang berarti: “ Dari jabir, Rasulullah saw. berkata,
Hari ini telah meninggal seorang laki-laki yang saleh di negeri Habsyi,
maka berkumpul dan salatlah kamu untuk dia. Lalu kami membuat saf
di belakangnya, kemudian kami shalat untuk mayat itu, sedang kami
bersaf-saf”(Bukhori dan Muslim).
Beberapa mayat boleh dishalatkan bersama-sama. Jika mayat
hanya diperoleh sebagian tubuh saja, anggota itu wajib juga dimandikan
dan dishalatkan. Sahabat pernah melayat tangan Abdur Rahman yang
dijatuhkan burung; mereka dapat mengenal tanganya itu dengan melihat
cincinya (Riwayat Syafii).
Anak yang gugur sebelum sampai bulanya jika jelas hidupnya
dengan tanda-tanda, hukumnya sebagaimana mayat orang (wajib
dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan). Kalau tidak ada
tanda-tanda hidupnya, tidak dishalatkan. Jenazah orang yang tidak
beragama Islam tidak boleh dishalatkan hanya boleh dimandikan dan
dikafani.
f) Mati syahid
Yang dimaksud dengan mati syahid ialah orang yang terbunuh
dalam peperangan melawan orang kafir untuk menjunjung tinggi agama
Allah. Orang mati syahid itu tidak dimandikan, tidak dishalatkan, cukup
dikafani dengan pakaianya yang berlumur darah itu. Menurut
pembagian ahli fiqh, syahid itu terbagi atas tiga bagian yang pertama,
yaitu syahid dunia dan akhirat inilah yang dimaksud dengan syahid
tersebut diatas. Kedua, syahid dunia saja yaitu orang yang mati dalam
peperangan melawan orang kafir, tetapi bukan untuk menjunjung tinggi
membela agama Allah, melainkan karena sebab-sebab yang lain,
misalnya ingin mendapat harta rampasan, karena kemegahan dan
sebagainya. Ketiga, syahid akhirat saja yaitu mati teraniaya, mati
terkejut, mati kena penyakit kolera, mati tenggelam, mati tertimpa oleh
sesuatu, atau mati dalam belajar agama Allah (dalam mencari
ilmu)(Sulaiman Rasjid, : - ).
C. Pembelajaran Sholat Jenazah Bagi Tunanetra
Ketika anak yang lahir dengan keadaan cacat fisik (tunanetra) bukan
berarti Allah SWT. tidak adil dengan menghilangkan anugerah berupa mata
sebagai panca indera untuk melihat dan belajar. Karena masih ada segenap
panca indera lain yang dapat difungsikan dengan baik guna modal menerima
ilmu. Boleh jadi seorang anak tidak dapat melihat (buta), akan tetapi dia
memiliki fikiran dan kepekaan rasa yang tinggi melebihi mereka yang
mempunyai pengelihatan normal. Dalam hal beribadah juga sama,
penyandang tunanetra masih dapat memfungsikan panca indera yang lain
untuk menjalankan perintah Allah yaitu beribadah baik ibadah yang
berhubungan langsung dengan Allah (habluminallah) dan ibadah yang
hubunganya dengan sesama manusia (habluminannas). Berkaitan dengan
ibadah sesama manusia (habluminannas) akan ada banyak contoh sepertinya
halnya kewajiban terhadap orang yang meninggal, sebagai orang muslim
fardhu kifayah hukumnya tak terkecuali terhadap penyandang tunanetra.
Keterbasan yang dimilikinya bukan merupakan penghalang bagi mereka untuk
beribadah di tengah masyarakat dan ikut serta menjalankan hukum fardhu
kifayah diatas semisal menshalatkan jenazah. Masih sangat memungkinkan
bagi penyandang tunanetra untuk melaksanakan kewajiban tersebut mengingat
potensi yang dimilikinya dapat dijadikan modal untuk menjalankanya.
Pembelajaran sholat jenazah merupakan salah materi/sub pendidikan
Agama Islam (PAI) yang diberikan pada jenjang sekolah menengah atas
(SMA/SMALB) di kelas XI pada semester ganjil dengan syarat muatan nilai.
Dalam konteks NKRI yang notabene mayoritas masyarakatnya memeluk
agama Islam. Materi Pembelajaran sholat jenazah yang ada di SMALB bagi
penyandang tunanetra memiliki kurikulum yang sama dengan pembelajaran
yang ada di sekolah biasa pada umumnya. Hanya saja metode yang digunakan
oleh gurunya yang berbeda, mengingat keadaan fisik yang dimiliki siswa
penyandang tunanetra menjadikan guru harus memiliki kompetensi khusus
untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Seperti yang telah dikutip
dalam buku Belajar dan Pembelajaran (Abdul Majid, ) mata pelajaran
agama sebaiknya mendapatkan waktu yang proporsional, ini berlaku bagi
semua jenjang pendidikan baik sekolah umum dan sekolah berbasic Islam.
Begitu juga dengan sekolah luar biasa yang diperuntukan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus, hendaknya mata pelajaran pendidikan agama Islam
seperti materi sholat jenazah di sampaikan dengan tambahan alokasi waktu
ataupun perbandingan jumlah alokasi waktu yang sama dan jumlah hari
disetiap minggunya ditambah, karena pembelajaran sholat jenazah
membutuhkan adanya praktek baik di sekolah maupun praktek secara
langsung di tengah masyarakat, sehingga anak-anak berkebutuhan khusus
bisa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk belajar dan memahami
materi sholat jenazah secara maksimal.
Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran, khususnya
pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada
siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Disamping
masalah lainya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru
agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya
peningkatan mutu pengajaran secara baik. Bertitik tolak pada pengertian
metode pengajaran, yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan yang dutetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat
diabaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil
tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral
dalam suatu sistem pengajaran.
Agar pembelajaran sholat jenazah bagi tunanetra dapat diajarkan
secara maksimal perlu adanya metode yang tepat dan berkualitas bagi seorang
guru. Adapun metode-metode pembelajaran khusus tunanetra dengan
keterbatasan dalam indera pengelihatan bisa disesuaikan dengan cara di bawah
ini:
) Memahami pembelajaran dengan metode ceramah
Metode ceramah pada siswa tunanetra hanya berupa penyampaian
materi dengan beberapa penjelasan secara lisan. Tepat bagi mereka kaum
tak melihat. Sebab, mereka sangat menonjolkan indera pendengaran.
Metode ceramah sangat cocok jika ada matapelajaran yang indikatornya
mengharuskan siswa menyimak secara matang.
) Memahami pembelajaran dengan metode tanya jawab
Pendekatan ini adalah metode lanjutan pada proses pembelajaran
manakala pembelajaran ingin dibuat siswa turut aktif di dalam kelas.
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena metode ini
merupakan tambahan dari metode ceramah yang menggunakan indera
pendengaran.
) Memahami pembelajaran dengan metode diskusi
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena mereka
dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi, karena dalam metode
diskusi kemampuan daya pikir siswa untuk memecahkan suatu persoalan
lebih diutamakan. Dan metode ini bisa diikuti tanpa menggunakan indera
penglihatan.
) Memahami pembelajaran dengan metode sorogan
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena adanya
bimbingan langsung dari guru kepada anak didik dan seorang guru dapat
mengetahui langsung sejauh mana kemampuan anak didiknya dalam
memahami suatu materi pelajaran.
) Memahami pembelajaran dengan metode bandongan
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena guru
memberikan penjelasan materi kepada anak didik tidak secara perorangan.
Metode ini kebalikan dari metode sorogan, metode ini dapat di ikut dengan
tanpa menggunakan indera penglihatan.
) Memahami pembelajaran dengan metode drill
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra jika materi yang
disampaikan dan media yang digunakan mampu mendukung mereka untuk
memahami pelajaran.
Metode pembelajaran di atas dapat digunakan oleh guru untuk
mengajar siswa tunanetra begitu juga dapat digunakan dalam pembelajaran
sholat jenazah. Metode pembelajaran sholat jenazah juga dapat disesuaikan
dengan metode pembelajaran PAI pada umumnya dan dipilih sesuai dengan
kebutuhan serta kondisi siswa.Adapun pembelajaran tersebut antaralain yaitu:
) Metode demonstrasi dan eksperimen
Demonstrasi adalah suatu tehnik mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa
sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses
atau cara melakukan sesuatu. Misalnya semonstrasi tentang memandikan
mayat orang muslim/muslimah dengan menggunakan model atau boneka,
demonstrasi tentang cara-cara tawaf pada saat menunaikan ibadah haji dan
sebagainya.
Metode eksperimen ialah cara pengajaran di mana guru dan murid
bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui
pengaruh atau akibat dari suatu aksi.
) Metode resitasi
Metode resitasi bisa disebut metode pekerjaan rumah, karena siswa
diberi tugas-tugas khusus diluar jam pelajaran. Sebenarnya penekanan
metode ini terletak pada jam pelajaran berlangsung dimana siswa disuruh
untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang dapat
ditemukan dilaboratorium, perpustakaan, pusat sumber belajar, dan
sebagainya. Metode ini dilakukan pabila guru mengharapkan pengetahuan
yang diterima siswa lebih mantap.
) Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa
anak didik merupkan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai
dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran
tertentu dengan sistem gotong royong. Dalam prakteknya ada beberapa
jenis kerja kelompok yang dapat dilaksanaan yang semua itu tergantung
pada tujuan khusus yang dicapai, umur, dan kemampuan siswa, fasilitas
dan media yang tersedia, dan sebagainya.
) Metode sosio drama dan bermain peran
Metode sosio-drama dan bermain peranan merupakan teknik
mengajar yang banyak kaitanya dengan pendemonstrasian kejadian-
kejadian yang bersifat sosial. Menurut Engkoswara metode sosio darama
adalah suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok
orang. Biasanya permasalahan cukup diceritakan dengan singkat dalam
temp atau menit, kemudian anak menerangkanya. Persoalan pokok
yang akan didramatisasikan diambil dari kejadian-kejadian sosial, oleh
kerena itu dinamakan sosio-drama.
) Metode sistem beregu
Sistem beregu ini merupakan gagasan baru yang berkembang
sebagai salah satu minofasi metode mengajar dan juga dikenal dengan
team teaching. Engkoswara ( ) mengemukakan: Team teaching ialah
suatu sistem mengajar yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih
dalam mengajar sejumlah siswa yang mempunyai perbedaan minat,
kemampuan, atau tingkat kelas. Sistem beregu ini dapat dilakukan dengan
mengikut sertakan siswa itu sendiri sebagai anggota regu (pembantu atau
asisten) (Basyiruddin Usman, : - ).
Dengan uraian beberapa bentuk metode yang digunakan seperti contoh
diatas diharapkan pembelajaran sholat jenazah yang dilaksanakan disekolah
khususnya bagi siswa penyandang tunanetra dapat dilaksanakan dengan baik,
serta materi yang disampaikan oleh guru dapat diserap dengan maksimal
sehingga siswa dapat mempraktekanya baik di dalam sekolah maupun
dikehidupan nyata. Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dam
selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting)
dimana pengajaran berlangsung. Bila ditinjau secara lebih teliti sebenarnya
keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh,
antara lain: tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan
pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan. Dengan kata lain
perbedaan penggunaan atau pemilihan suatu metode mengajar disebabkan
oleh adanya beberapa faktor yang harus dipertimbangkan.
Bila pendidikan agama Islam seperti halnya pembelajaran sholat
jenazah di sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, mengunakan metode
yang tepat insya Allah akan banyak membantu mewujudkan harapan setiap
orang tua, yaitu memiliki anak yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt.
Berbudi luhur, cerdas, dan terampil, berguna untuk nusa, bangsa dan agama
(anak saleh) (Abdul Majid, : ).
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SLB Wantuwirawan Salatiga
SLB Wantuwiran Salatiga adalah sekolah yang memiliki empat
jenjang pendidikan yaitu dari mulai TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.
. Sejarah berdirinya SMALB-A Wantuwiran Salatiga
Pada tahun , ibu H.Srimulyono mendirikan SLB yang
beralamat di ngentak salatiga. Mula-mula SLB bertempat di rumah beliau
kemudian dialihkan ke jl. Taman Pahlawan No. Kutowinangun Salatiga
dalam keadaan masih mengontrak. Beberapa tahun kemudian beliau
membuat yayasan dan dikelola oleh ibu-ibu tua yaitu terdiri dari ibu-ibu
tehnisi yang sudah pensiun dengan nama Yayasan Siwi Peni. Kemudian
yayasan ini membentuk TKLB, SDLB, SMP LB, SMALB dengan jenis
ketunaan A (Tunanetra), B (Tunarungu), C (Tunagrahita). Secara tepatnya
SMALB berdiri tahun dengan prinsip siswa berkelanjutan yaitu
siswa yang mulanya dari TKLB, SDLB, SMPLB kemudian masuk
menjadi siswa SMALB. Tenaga pendidik yayasan ini mayoritas
sukarelawan. Melihat kemajuan yayasan ini kemudian ketua yayasan
membeli tanah yang berada di jl. Argobogo No. Pendem, Ledok,
Salatiga. Karena semakin bertambahnya siswa maka SLB-A.B dikepalai
oleh bapak Sigit Margono S.Pd dan SLB-C oleh Drs. Sukijo.
. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SLB-AD Wantuwirawan
b. Alamat Sekolah : Jln. Argobogo no. Argomulyo
kota salatiga.
c. No. Telp dan Fax Sekolah : ( ) ,
d. Website : www.slba_wantuwirawan.com
e. E-mail Sekolah : [email protected]
f. Status Sekolah : Swasta
g. NSS : . .
h. NIS :
i. Akreditasi Sekolah : Jenjang SDLB-SMALB A
Wantuwirawan B.
j. Tahun Akreditasi : SLB- A Wantuwiran -
k. Tahun Berdiri/ SK Pendirian : / No. . Tgl
Juni .
. Visi, Misi dan Tujuan SMALB Wantuwirawan Salatiga
a. Visi
Pendidikan Luar Biasa adalah usaha sadar untuk menumbuh
kembangkan semua sisa potensi kemanusiaan peserta didik
berkebutuhan khusus/ luar biasa secara optimal dan terintegrasi agar
bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Terwujudnya
layanan optimal bagi PK-LK agar beriman, betakwa, cerdas dan trampil
supaya bisa mandiri.
b. Misi
Dalam rangka menjawab tantangan masa depan bangsa dengan
mengemban visi dan misi Pendidikan Luar Biasa serta aspirasi
masyarakat, maka SLB-A Wantuwirawan Salatiga mengemban misi
sebagai berikut:
) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan efektif sehingga siswa
dapat mengenali potensi dirinya dan dapat berkembang secara
optimal.
) Menumbuhkan rasa percaya diri untuk menjadikan pengetahuan
sebagai jendela untuk menguak kegelapan dan percaya diri serta
menjadikan ketrampilan sebagai sarat untuk bekal hidup.
c. Tujuan
) Dapat menggunakan ajaran agama hasil proses pembelajaran serta
meraih prestasi akademik maupun non akademik.
) Membantu anak hidup mandiri.
. Struktur Organisasasi Yayasan
PENDIRI
.Sigit Margono,M.Pd
. H. Ir. Soebito
KETUA UMUM
Retno Adiwati,SH
BENDAHARA
H Ismawati Prabandari
SEKRETARIS
Enik M Mawarni,S.Pd
KETUA III .Bag. Kesehatan
Puskesmas Cebongan
BENDAHARA PENDIDIKAN Susilaningsih,S.Pd
KETUA II. Bag. Rumah Tangga
Drs. Sukijo,M.Pd
KETUA I. Pendidikan
Agus Sa‟dulah,S.Pd
RUMAH TANGGA
Wahyu Joko W,S.Pd
. Struktur Organisasi SMALB A-D Wantuwirawan
YYS SIWI PENI SLB-AD WW
KEPALA SLB-AD Wan wir
Dinas Dikpora Kota
Salatiga
KOMITE SEKOLAH
ADMINISTRASI SEKOLAH
BENDAHARA SEKOLAH O & M, KESRA DAN GAJI
BAGIAN KURIKULUM
TKLB, SDLB, SMPLB,SMALB BAG AD WAN WIR
FAKTOR PENUNJANG KBM
OPERASIONAL
PERPUSTAKAAN
- Pembrailian - UKS - RUMAH TANGGA
KURIKULER
- Program Pengajaran
- B & P - Ketrampilan - Orientasi dan - Mobilitas
Extra Kurikuler
- Ketrampilan - Pembina OSIS - Olah Raga - Pramuka - Karawitan/Musik - Orientasi dan - Mobilitas
J E N J A N G P E N D I D I K A N
TKLB SDLB SMPLB SMALB
WALI KELAS GURU MAPEL
P E S E R T A D I D I K
. Jumlah Guru atau Karyawan
Tabel : Jumlah Guru atau Karyawan
No Nama NIP
Jenis
Gol./ Ruang .
Ijazah tertinggi Mapel
Kelamin
Jurusan Tahun
yang
L/P Diajarkan/
Guru kelas
Sigit Margono, M.Pd
L Pembina
IVa S.
PKLH PKn
Dra. Ida Priyatni
P Penata Tk.I/IIId
S -Sospol
B.Inggris
Susilaningsih, S.Pd
P Pembina
IVa S -
PMPD Guru kelas
Wahyu Joko Widiyantono, S.Pd L
Penata Tk
/III.d
S -PMPD
Guru kelas
Huru Tyastri, S.Sos.I
P Penata
IIIc S -PAI Gr. PAI
Anggun Triraka Aji
L - SMA Kesenian,TIK .
Tentrem Sutarti,S.Pd SD
P - PGSD Guru kelas .
Said Kamal, S.Pd.I
L - S .PAI IPS .
Yudiono
L - SMP Massage .
Ika Yulianti,S.Pd
P S. PLB Gr Kls .
. Peserta Didik
Tabel : Peserta Didik
No Nama Kelas T.Tgl Lahir Alamat
Aditya Pratama (AD) XI /
SMALB Sal, - -
Surawangsan Rt
,Kauman
Kidul Sltg
Kurniawan (KR) XI /
SMALB Sal, - -
Isep-isep Rt
Salatiga
Faisal Aji Nugroho
(FA)
XI/
SMALB Sal, - -
Ringinawe Rt
Ledok
Ola Aurora (OA) XI /
SMALB Sal, - -
Jl. Wuni Benoyo
RT /
Kutowinangun -
Salatiga
. Sarana dan Prasarana
Tabel : Sarana dan Prasarana
No Gedung Ada Tidak ada
Ukuran ….m X …m
Kondisi
Baik Rusak ringan
Rusak Berat
Rumah dinas KS √ -
Rumah dinas guru √ -
Rumah dinas penjaga
√ -
Rumah dinas asrama √ -
Ruang KS √ x √
Ruang guru √ √ x √
Ruang TU
Ruang tamu √ x √
Ruang ibadah √ x √
Ruang kelas √ x √
Ruang Aula √ -
Ruang Konsultasi √ -
Ruang Observasi √ -
Ruang perpustakaan √ X
Ruang Ketrampilan √ X
Ruang laboratorium/bengkel kerja -
Ruang BK √ -
Ruang koperasi √ -
Ruang gudang √ x √
Ruang UKS -
Ruang Terapi √ x √
Ruang Bina Diri -
Kamar mandi / WC √ x √
Ruang sirkulasi √ -
Tabel : Barang dan Perkakas
Barang/Perkakas
No Nama Barang Ada
Tidak Ada
Uraian / Keterangan
Meja/kursi Kepala Sekolah √ baik
Meja/kursi Guru √ baik
Meja/kursi tamu √ rusak ringan
Meja/kursi siswa √ baik
Almari √ baik
Komputer √ baik
Mesin Ketik √ rusak ringan
Papan pajang √ rusak ringan
Rak hasil karya siswa √ baik
Alat Olahraga √
- Atletik √ baik
- Permaian √ rusak ringan
Alat Peraga IPA √ baik
Alat Peraga IPS √ baik
Alat Peraga Bahasa √ rusak ringan
Alat Peraga Berhitung √ rusak ringan
Alat Peraga Terapi √ baik
Buku Teks Pelajaran √ baik
Buku Penunjang √ baik
Buku Referensi √ baik
Buku Perpustakaan √ baik
B. Hasil Penelitian
. Implementasi Pembelajaran Sholat Jenazah
Implementasi pembelajaran sholat jenazah yang dilaksanakan di
SMALB Wantuwirawan Salatiga yaitu sama dengan kurikulum sekolah
menengah atas pada umumnya yaitu disampaikan pada semester ganjil di
kelas sebelas, dipraktekan kali selama satu semester dengan satu kali
pertemuan memiliki alokasi waktu jam apabila menggunakan kurikulum
KTSP dan alokasi waktu jam menggunakan kurikulum . Mengingat
kondisi serta keterbatasan pengelihatan bagi siswa penyandang tunanetra
maka pembelajaran sholat jenazah lebih ditekankan atau memfungsikan
pada indera perabaan dan pendengaran. Bagi guru penggunaan serta
pemilihan metode yang tepat dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran tersebut. Adapun implementasi pembelajaran sholat jenazah
yang telah di sampaikan oleh ibu Huru Tyastri sebagai berikut:
a) Persiapan praktek sholat jenazah
Ada beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan
pembelajaran sholat jenazah, adapun persiapan tersebut yaitu:
“Persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan praktek sholat
jenazah yaitu mempersiapkan alat bantu atau perlengkapan
biasanya menggunakan boneka sebagai mayat tetapi karena
keterbatasan alat yang kita miliki akhirnya dalam praktek sholat
jenazah kita menggunakan guling sebagai pengganti mayat. Kain
penutup juga seadanya mbak, meja yang tersedia di dalam ruang
kelas” (HT).
Dari ungkapan tersebut guru beserta siswa mempersiapkan
perlengkapan untuk melaksanakan praktek sholat jenazah dengan
menggunakan media guling sebagai mayat, kemudian meja yang berada
di dalam kelas yang ditempati untuk melaksanakan praktek.
b) Metode yang digunakan
Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai
sebuah tujuan, begitu juga dengan pembelajaran, metode sangat
diperlukan oleh guru untuk mentransfer ilmu kepada siswa adapun
metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sholat jenazah bagi
siswa penyandang tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
Wantuwirawan Salatiga yaitu:
“Pertama saya menggunakan metode ceramah dalam
penyampaian materi, yaitu siswa mendengarkan secara seksama
apa yang saya sampaikan. Kedua yaitu metode demonstrasi yang
disertai perabaan bagi siswa tunanetra total contohnya ini mbak,
saat mengajarkan cara bertakbir siswa dirabakan ke tangan saya
(guru) mengangkatkan tangan anak sampai telinga dan
melafadzkan takbir” Allohuakbar”, ketika sedekap anak diraba
dan disedekapkan ataupun sebaliknya siswa meraba ketangan
saya (guru) dengan begitu siswa mengerti dan mengetahui
gerakan yang sebenarnya. Bagi low vision bisa menggunakan
perabaan secara mandiri yaitu melihat dengan jarak dekat. Ketiga
metode eksperimen atau praktek mbak, yaitu saya bersama siswa
mengadakan praktek sholat jenazah di dalam kelas dan juga
praktek secara langsung di tengah masyarakat pernah waktu itu
mbak ketika di masyarakat ada kematian saya menyuruh siswa
untuk praktek secara langsung. Keempat metode tanya jawab
apabila siswa belum faham terhadap materi yang saya sampaikan
tentang pembelajaran sholat jenazah maka siswa bertanya dan
saya (guru) memberikan jawaban” (HT).
Pernyataan guru diatas sesuai dengan ungkapan salah satu siswa
yaitu:
“Ibu tyas pertamakali seperti bercerita dalam menyampaikan
materi mbak, lalu saya mendengarkanya, ketika saya belum
paham saya disuruh bertanya dengan mengacungkan jari dan
memanggil bu tyas. Setelah materi selesai disampaikan bu tyas
menyuruh saya dan teman-teman mempraktekan sholat jenazah
satu satu” (KR).
Dari kedua ungkapan diatas antara guru dan siswa maka dapat
diketahui bahwa pembelajaran sholat jenazah di Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga Menggunakan Metode yaitu:
metode ceramah, metode demonstrasi, metode eksperimen atau praktek
dan metode tanya jawab.
c) Menghafal dan menulis bacaan sholat jenazah
Menghafal dan menulis bacaan do‟a merupakan salah satu
kegiatan dalam proses pembelajaran sholat jenazah, adapun dalam
menghafal dan menulis bacaan do‟a sholat jenazah bagi siswa tunanetra
di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga yaitu:
“Sebelum melaksanakan praktek sholat jenazah saya menyuruh
siswa untuk menghafal mengenai bacaan sholat, hal itu dilakukan
sebelum materi saya sampaikan di kelas. Siswa diberi tugas
dirumah dengan tujuan agar siswa lebih aktif, siswa mencari
materi bacaan tersebut melalui berbagai cara semisal bertanya
kepada orang tua, saudara dan mencari di internet melalui
handphone dengan aplikasi penunjang seperti google talk yang
bisa diakses oleh siswa penyandang tunanetra, setelah siswa
mendapatkan materi tersebut barulah saya menyuruh untuk
menghafal, untuk keperluan membaca dan menulis digunakan
huruf braille yang bentuknya titik-titik dan berjumlah enam tiap
titik menunjukan simbol huruf tertentu. Untuk menulis bisa
menggunkaan alat mesin ketik braille atau riglet mbak” (HT).
Dari pernyataan di atas rupanya guru memberikan tugas kepada
siswa untuk mencari secara mandiri bacaan ataupun materi
pembelajaran sholat jenazah dengan menggunakan teknologi seperti
internet ataupun dengan bertanya kepada orang dirumah.
d) Mengetahui posisi imam dan makmum terhadap mayat
Mengetahui posisi imam dan makmum terhadap mayat dalam
pembelajaran sholat jenazah menjadi sebuah hal yang penting, adapun
penentuan posisi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa tunanetra di
Sekolah Menegah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga yaitu:
“Dalam sholat jenazah untuk mengetahui posisi dengan sholat
imam ataupun makmum yaitu siswa saya rabakan pada posisi
jenazahnya dengan cara siswa saya dekatkan secara langsung ke
mayat, walaupun siswa perempuan tetap ditunjukan mengenai
posisi imam dengan cara yang sama perabaan” (HT).
Pernyataan guru di atas sesuai dengan ungkapan salah satu
siswa perempuan yaitu sebagai berikut :
“Waktu praktek sholat jenazah saya di suruh sama bu tyas untuk
meraba posisi mayat apabila menjadi makmum ataupun imam
mbak” (OA).
e) Mengetahui gerakan sholat jenazah
Untuk mengetahui gerakan pada proses pembelajaran sholat
jenazah yang ada di Sekolah Menegah Atas Luar Biasa Salatiga yang
dilakukan oleh guru yaitu sebagai berikut:
“Untuk mengetahui gerakanya sebelumnya siswa saya beritahu
pada saat penyampaian materi dikelas bahwa gerakan sholat
jenazah berbeda dengan gerakan sholat fardhu yang
menggunakan ruku‟ dan sujud sedangkan sholat jenazah hanya
menggunakan takbir dan salam, cara mengangkat tangan saat
bertakbirpun sama seperti sholat fardhu hanya saja jumlah
takbirnya yang berbeda. Dalam prakteknya saya menggerakan
anggota tubuh siswa sesuai dengan tuntunan atau tata cara sholat”
(HT).
Dari pernyataan guru di atas dapat diketahui bahwa untuk
mengetahui gerakan sholat pada pembelajaran sholat jenazah guru
menjelaskan terlebih dahulu mengenai perbedaan gerakan sholat
jenazah dengan sholat fardhu.
f) Mengetahui arah kiblat
Menghadap ke arah kiblat merupakan salah satu syarat sahnya
sholat, begitu juga dengan pembelajaran sholat jenazah. Adapun untuk
mengetahui arah kiblat dalam pembelajaran sholat jenazah bagi siswa
penyandang tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Salatiga
yaitu:
“Tunanetra terkadang kurang peka terhadap arah mata angin saya
sendiri juga bertanya apakah dalam benak mereka faham
mengenai konsep mata angin yaitu barat, timur, utara, selatan.
sehingga dalam menentukan arah kiblat dalam praktek sholat
jenazah saya lontarkan pertanyaan terlebih dahulu kepada siswa
yaitu: kamu tahu arah kiblat? Arah kiblat yaitu mekkah bu, iya
begitu juga pada sholat jenzah sama dengan sholat fardhu. untuk
mengetahui arah kiblat sebelumnya saya mengarahkan dan
membantu siswa untuk merapikan shof, setelah posisi shof rapi
praktek sholat jenazah dapat di mulai, terimakasih mbak dengan
pertanyaan ini merupakan masukan bagi saya sebagai guru agama
untuk lebih mengajarkan arah mata angin ke siswa tunanetra”
(HT).
Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan salah satu siswa
yang saat ditanya apakah kamu tahu tentang arah kiblat waktu
melaksanakan sholat:
“Ya saya nggak tau mbak, taunya ya apabila di arahkan sama
guru untuk mengahadap ke arah kiblat, saya hanya menunggu
arahan dari guru” (AD).
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ternyata siswa
penyandang tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
Wantuwirawan Salatiga, kurang peka ataupun hafal terhadap konsep
arah mata angin sehingga untuk mengetahui arah kiblat guru
mengarahkan secara penuh kepada siswa. Dari pertanyaan bagaimana
siswa mengetahui arah kiblat di atas, akhirnya menjadi sebuah masukan
bagi guru agama untuk lebih dalam mengajarkan konsep arah mata
angin ke siswa.
g) Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sholat jenazah
Setiap anak memiliki kemampuan dan kecerdasan dengan
tingkatan yang berbeda-beda, begitu juga dalam memahami materi
pembelajaran sholat jenazah, adapun tingkat pemahaman materi
pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra yang ada
di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga yaitu:
“Tingkat pemahaman siswa pada materi pembelajaran sholat
jenazah yang disampaikan sudah pasti berbeda-beda mbak, karena
tingkat kecerdasan siswapun berbeda-beda, seperti contoh ketika
diterangkan sholat jenazah harus takbir, ada siswa yang
memahami takbir seperti sholat idul fitri sekali takbir kali
baru membaca alfatihah sehingga jumlah takbirnya menjadi ( x )
takbir. Siswa masih mengalami kebingungan sebelum
dilaksanakan praktek, akan tetapi akhirnya setelah melaksanakan
praktek mereka bisa mencapai pemahaman yang sama” (HT).
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tingkat
pemahaman siswa terhadap amteri pembelajaran sholat jenazah
berbeeda-beda, terbukti sebelum dilaksanakan praktek sholat jenazah
secara bersama ada salah satu siswa yang belum faham mengenai
jumlah takbir dalam sholat jenazah, namun ketika sudah dilaksanakan
praktek secara bersama siswa tersebut akhirnya faham. Itulah
pentingnya diadakan praktek sholat jenazah agar siswa juga dapat
mengetahui secara pasti bagaimana pelaksanaan secara benar dan
menghindari kesalah fahaman dalam memahami materi.
. Faktor Pendukung dan Penghambat Sholat Jenazah
Keberhasilan dalam proses pembelajaran sholat jenazah tidak
lepas dari beberapa kendala ataupun faktor yang mempengaruhinya,
adapun faktor tersebut yaitu terdiri dari:
a) Faktor pendukung
Faktor pendukung dalam implementasi pembelajaran sholat
jenazah yang ada di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan
Salatiga, seperti yang dijelaskan pada hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti:
“Rasa semangat saya bangun dari diri saya sendiri mbak, sebagai
guru untuk tetap memberikan materi pembelajaran sholat jenazah
kepada siswa, meskipun siswa memiliki rasa takut dan cenderung
tidak suka dengan materi tersebut. Saya berikan pemahaman
betapa pentingnya pembelajaran sholat jenazah sebagai bekal
ataupun sarana bersosialisasi ditengah masyarakat. Biasanya saya
memberikan motivasi kepada siswa di sela-sela penyampaian
materi ketika dikelas. Kalo faktor pendukung dari siswa sendiri
cenderung tidak ada pendukung (pasif), karena siswa memiliki rasa
takut terlebih dahulu, ketika disampaikan materi tentang sholat jenazah” (HT).
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa faktor pendukung
pembelajaran sholat jenazah yang ada di Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa Wantuwirawan Salatiga bersumber dari guru, dengan semangat
guru di sini ibarat sebagai kunci atau penggerak utama berjalanya
pembelajaran sholat jenazah, adapun faktor pendukung dari siswa sangat
sedikit karena siswa lebih pasif. Akan tetapi setelah dilaksanakanya
praktek sholat jenazah dari segi siswa pada akhirnya menyadari betapa
pentingnya pembelajarn sholat jenazah sebagai sebuah bekal untuk hidup
di tengah masyarakat, hal tersebut menjadi sebuah faktor pendukung
yang sesuai dengan pernyataan salah satu siswa penyandang tunanetra
sebagai berikut:
“ Saya menjadi lebih percaya diri mbak ketika sudah mengetahui
bagaimana cara melaksanakan pembelajaran sholat jenazah,
meskipun awalnya saya merinding-merinding gimana gitu tapi
setelah tahu manfaatnya insya allah saya mau lagi kalo di ajak
praktek sholat jenazah” (KR).
b) Faktor penghambat
Dalam proses pembelajaran baik secara umum ataupun secara
khusus pasti tidak lepas dari adanya faktor penghambat, begitu juga
dengan pembelajaran sholat jenazah terdapat faktor pengahambat.
adapun faktor penghambat tersebut diantaranya yaitu:
“Respon yang tidak baik ketika disampaikan materi mengenai
pembelajaran sholat jenazah, kurang semangat sebab adanya rasa
takut. Baru disampaikan materi pembelajaran sholat jenazah saja
takut apalagi disuruh praktek. Dari saya sendiri terkadang merasa
aneh kepada siswa yang mengalami ketunaan total sejak lahir,
karena bagi mereka tidak ada pengalaman ataupun gambaran
mengenai bentuk jenazah akan tetapi mereka memiliki rasa takut
yang berlebih ketika disampaikan materi jenazah. Suasana
kematian membawa ketakutan dalam hati mereka, apalagi kalau
cuaca tidak mendukung seperti hujan, petir menambah mencekam
di ruang kulas. Ketika disampaikan materi sholat jenazah siswa
tidak ingin mendengarkanya dan melewatinya serta berharap cepat
selesai materi tersebut berbeda semisal disampaikan mengenai
materi tentang pernikahan, mereka lebih semangat dan antusias
untuk mendengarkanya karena adanya rasa penasaran dan
keingintahuan yang tinggi, materi sholat jenazah minim pertanyaan
dari siswa dan cenderung kurang penasaran, hanya saja pertanyaan
yang disampaikan mengenai bagaimana ketika ada yang mati
syahid” (HT).
Selain faktor penghambat yang disampaikan oleh guru, ada
beberapa faktor penghambat dalam pembelajaran sholat jenazah yang
disampaikan oleh siswa yaitu :
“Saat guru memberitahu kepada saya dan teman-teman akan di beri
materi mengenai sholat jenazah jujur saya takut dan rasanya ingin
diberi materi yang lain saja bukan materi sholat jenazah, soalnya
materi jenazah kurang menarik mbak, saya lebih suka materi
semisal tentang pernikahan” (AD).
Faktor penghambat lain juga di sampaikan oleh siswa lain yaitu:
“Saya itu jarang berangkat ke sekolah mbak karena tidak ada yang
mengantar saya ke sekolah kalo saya berangkat sendiri saya belum
bisa, jadi saya pernah tertinggal beberapa materi tentang jenazah
mbak” (FA).
Beberapa pertanyaan di atas mengenai faktor penghambat
pembelajaran sholat jenazah diperkuat oleh pernyataan kepala sekolah
yaitu:
“Saya pernah bertanya kepada satu siswa mengenai bagaimana
prakrek pembelajaran sholat jenazahnya? Siswa tersebut menjawab
“takut pak” Rasa takut dari diri siswa itulah yang menjadikan
pembelajaran sholat jenazah menjadi terhambat karena di awal saja
sudah takut apalagi untuk mempraktekanya di kelas ataupun secara
nyata di tengah masyarakat” (SM).
Guru menambahkan faktor hambatan yaitu:
“Ketika siswa diberi tugas dirumah untuk mencari materi, dan
menulisnya dengan huruf braile ada yang tidak mengerjakan
dengan berbagai alasan, rasa malas yang menjangkit dari siswa
memjadikan hambatan dalam proses pembelajaran” (HT).
Dari beberapa pernyataan faktor penghambat dalam pembelajaran
sholat jenazah yang ada di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
Wantuwirawan Salatiga ternyata lebih banyak di temukan dari pihak guru
ataupun siswa penyandang tunanetra.
. Solusi Pembelajaran Sholat Jenazah
Untuk mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran sholat
jenazah maka perlu dicari sebuah solusi agar pembelajaran tersebut dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan yang di inginkan.
Adapun solusi tersebut seperti yang diungkapkan oleh guru sebagai
berikut:
“Biasanya saya beri pemahaman mbak, juga motivasi kepada siswa
bahwa mau nggak mau kita akan mengalami dan berhadapan
dengan sebuah kematian menjumpainya khususnya orang tua
nantinya, diri sendiri, keluarga ataupun tetangga. Memberi saran
kepada siswa untuk berlatih yaitu bertaziah jika dengan belajar
bertaziah berani insya Allah ketika takziah berani insya Allah
untuk belajar sholat jenazah berani dan bisa. Biasanya saya
memberikan pemahaman kepada siswa mengenai pentingnya
materi pembelajaran sholat jenazah mbak, yaitu sebagai bekal
nantinya untuk hidup dan bersosialisasi di masyarakat, agar tidak
canggung dan terbiasa karena bagaimnapun siswa nantinya akan
hidup dan bersosial ditengah masyarakat dan pembelajaran sholat
jenazah merupakan kebutuhan yang harus dipelajari dan
dipraktekan oleh siswa” (HT).
Solusi lain juga diungkapkan oleh kepala sekolah yaitu sebagai
berikut:
“Pihak sekolah memberikan fasilitas VCD, ataupun audio yang
bisa digunakan ketika pembelajaran di kelas mbak, semisal siswa
merasa bosan ketika diberi materi oleh guru maka bisa diatasi
dengan memutar materi melalui audio sebagai media yang telah di
sediakan oleh sekolah, begitu juga dengan pembelajaran sholat
jenazah bagi saya guru bisa memanfaatkan media sebagai solusi”
(SM).
Solusi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang
tunanetra yang ada di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
Wantuwirawan Salatiga lebih banyak di lakukan oleh guru untuk
mengatasi hambatan yang dapat mengganggu jalanya pembelajaran, dari
pihak sekolah memberikan fasilitas untuk menunjang proses
pembelajaran dan hal tersebut menjadi salah satu sebuah solusi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa Wantuwirawan Salatiga, melalui metode observasi, wawancara,
dokumentasi dimana telah terkumpul data dari pihak sekolah maka penulis akan
menganalisa data untuk dapat menjawab rumusan masalah dari penelitian ini
sebagai berikut:
A. Implementasi Sholat Jenazah SMALB Wantuwirawan Salatiga
Implementasi pembelajaran sholat jenazah yang ada di Sekolah
Menengah Atas Wantuwirawan Salatiga pada dasarnya sama dengan apa
yang dilaksanakan di sekolah menengah atas umum lainya, dan pelaksanaan
pembelajaran sholat jenazah dari mulai persiapannya yaitu menggunakan alat
serta sarana prasarana seadanya karena keterbatasan itulah metode yang bisa
digunakan yaitu:
. Metode Ceramah
Metode ceramah dilakukan oleh guru, disini guru sebagai sumber
yang memberikan materi kepada siswa agar mereka lebih faham dan
memperdalam mengenai materi pembelajaran sholat jenazah. Guru
menyampaikan materi pembelajaran sholat jenazah dengan berceramah
yaitu bahwa pembelajaran sholat jenazah merupakan salah satu
serangkaian kewajiban sesama muslim terhadap muslim lain apabila ada
yang meninggal dan dihukumi fardhu kifayah yang berarti apabila salah
satu dari muslim itu ada yang menyelenggarakan maka gugurlah
kewajiban muslim semua akan tetapi apabila salah satu/ sebagian dari
muslim itu tidak ada yang menyelenggarakan maka dosalah semua, maka
dari itu kewajiban mengurus jenazah menjadi sebuah tanggung jawab
kalian sebagai muslim, penting bagi kita untuk belajar mengenai tata cara
dan penyelenggaraanya. Selain itu guru sebagai sumber informasi bagi
siswa penyandang tunanetra juga memberikan pengetahuan berdasarkan
buku panduan pembelajaran pendidikan agama islam pada umumnya di
sekolah formal. Metode ceramah yang di sampaikan bagi siswa
penyandang tunanetra dirasa cukup efektif begitu juga dengan
pembelajaran apapun yang disampaikan pertama kali sebagai andalan
seorang guru yaitu menggunakan metode ceramah, seperti yang telah di
sampaikan oleh guru yaitu:
“Siswa tunanetra lebih banyak mendengar dan memanfaatkan
indera pendengaran mereka, dengan metode ceramah ini siswa
tunanetra lebih fokus dan seksama dalam menangkap serta
memahami materi yang saya sampaikan, bisa dikatakan metode
ceramah merupakan metode harian yang selalu saya gunakan ketika
mengajar siswa tunanetra, begitu juga dengan materi sholat jenazah
saya sampaikan di awal dengan metode ceramah” (HT).
. Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu tehnik mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru atau orang laian yang dengan sengaja diminta atau siswa
sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses
atau cara melakukan sesuatu (Basyiruddin Usman: ).
Di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Salatiga, materi sholat
jenazah memang identik dengan metode demonstrasi sebagaimana yang
telah di ungkapkan oleh guru:
“Ketika mengajar bacaan mengenai bacaan sholat jenazah langkah
awalnya guru membacakan lalu siswa menirukanya, guru
memberikan teori sekaligus peragaanya. Peragaan disini langsung
kepada siswa satu persatu karena dengan keterbatasan kondisi yang
mereka miliki, hal ini sangat memungkinkan sebab jumlah dari
siswa tunetra juga sedikit jadi guru bisa lebih leluasa membimbing
siswa secara maksimal dengan cara satu persatu” (HT).
. Metode eksperimen atau praktek
Di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga
Metode eksperimen atau praktek dilaksanakan ketika siswa sudah diberi
materi oleh guru menggunakan metode ceramah ataupun tugas dirumah
yang bertujuan untuk mengaktifkan siswa mempelajari sendiri suatu
masalah dengan membaca dan mengejarkan soal-soal sendiri, mencobanya
sendiri, agar siswa lebih rajin dan mengukur kegiatan baik di rumah
maupun di sekolah. Dengan begitu guru berharap semua pengetahuan yang
telah diterima siswa lebih mantap. Setelah siswa faham guru mengajak
siswa untuk praktek mengenai sholat jenazah didalam kelas dengan
persiapan alat peragaan yang dibutuhkan dan disediakan oleh sekolah.
Ketika praktek dikelas, siswa mendapatkan pendampingan secara penuh
dari guru dari awal sampai akhir, sebab guru sebagai pemandu utama
dalam kegiatan praktek.
Cara mempraktekan sholat jenazah siswa diajari dan dipegang satu
persatu oleh guru secara bergantian kemudian guru mulai mengajarkan
bagaimana cara menghadap kiblat, mengetahui posisi terhadap mayat
apabila menjadi imam ataupun makmum, membaca niat, cara bertakbir,
cara bersedekap, cara membaca do‟a, sampai dengan salam. Kemudian
apabila siswa mengadakan praktek secara langsung ditengah masyarakat
bila ada sebuah kematian, guru hanya sebagai fasilitator yaitu
mengantarkan dan mengawasi siswa dari jauh bagaimana praktek siswa
tersebut karena guru yakin serta memperbolehkan siswanya untuk praktek
sholat jenazah secara langsung dimasayrakat agar siswa berani dan
mempunyai pengalaman secara nyata sehingga siswa dapat membedakan
antara praktek di kelas dan praktek secara langsung di masyarakat. Seperti
yang telah di ungkapkan oleh salah satu siswa yang memiliki pengalaman
sholat jenazah secara langsung dikehidupan nyata adapaun pernytaan
tersebut yaitu:
“Seumur hidup saya mbak , pernah satu kali melakukan praktek
sholat jenazah dikehidupan nyata yaitu ketika nenek saya
meninggal. Ternyata rasa takut saya selama ini sudah menghilang
setelah praktek secara langsung, berbeda ketika mengadakan
praktek dikelas waktu itu malahan saya takut sekali” (AD).
Dalam metode eksperimen ataupun praktek teori yang selama ini
dipelajari dipraktekan dengan maksimal sampai dengan siswa faham dan
dapat mengaplikasikanya di kehidupan nyata, itulah tujuan utama dari
adanya pembelajaran sholat jenazah yang hendak dicapai oleh pihak guru
dan sekolah menjadikan siswa memiliki keberanian dan menghilangkan
rasa takut.
. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab diberikan, karena dengan adanya tanya jawab
inilah ada kesempatan dan ruang bagi siswa penyandang tunanetra untuk
berbicara menyampaikan apa yang ingin dipertanyakan tentang
pembelajaran sholat jenazah kepada guru. Dengan metode tanya jawab
diharapkan ada hubungan timbal balik antara guru dan siswa sehingga
terjalin komunikasi dan kedekatan psikologis yang menjadikan cinta kasih
serta dapat menumbuhkan motivasi tinggi terhadap peserta didik.
Mengenai metode dalam pembelajaran sholat jenazah sesuai
dengan ungkapan guru:
“Ketika pembelajaran berlangsung atau apabila guru selesai
bercerita atau memberikan penjelasan sekiranya ada siswa yang
belum paham atau ingin mendalami rasa ingin tahu mereka
mengeluarkan suara memanggil nama gurunya dan bertanya
tentang sesuatu yang belum mereka pahami. Kemudian jika tidak
ada siswa yang bertanya maka guru yang memberikan pertanyaan
balik ke siswa. Pada pembelajaran sholat jenazah yang ditanyakan
oleh siswa yaitu mengenai mati syahid yaitu siswa bertanya kenapa
seorang yang mati syahid itu tidak dimandikan, dikafani,
disholatkan kenapa langsung dikubur. Untuk materi atau hal-hal
yang lain dalam pembelajaran sholat jenazah seperti bagaimana
bacaan do‟a, jumlah rakaat, cara bertakbir, cara bersedekap jarang
ditanyakan oleh siswa. Guru pun memberikan pernyataan dan
mengakui bahwa pembelajaran sholat jenazah merupakan salah
satu meteri yang kurang diminati atau disukai oleh siswa, rasa
keingintahuan/ penasaran siswa masih sedikit. Meskipun dalam
pembelajaran sholat jenazah bagi siswa tunanetra ini minim dengan
pertanyaan akan tetapi guru tetap memberikan umpan atau timbal
balik pertanyaan kepada siswa agar dan guru tetap menggunakan
metode ini saat proses pembelajaran” (HT).
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Sholat Jenazah
. Faktor Pendukung dari Guru
Faktor pendukung Implementasi pembelajaran sholat jenazah di
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga dari segi
guru atau penganjar yaitu antara lain:
a) Kesadaran diri dari pengajar atau guru sebagai seorang muslim, untuk
menyampaikan ilmu agar lebih bermanfaat.
b) Pengajar atau guru berfikir sudah sepantasnya bagi seorang muslim
untuk menyayangi saudaranya sesama muslim terlebih sebagai sorang
pendidik sudah menjadi kewajiban untuk tetap bersabar dengan
berbagai kondisi untuk menyayangi siswanya.
c) Mengingat semangat para nabi dalam berdakwah sehingga tujuan
berdakwah dapat terwujud dan merubah hidup manusia bisa menjadi
lebih baik, pengajar atau guru hanya sekedar membantu saja,
memberikan pembekalan dan motivasi.
d) Mendatangkan manfaat bagi pengajar atau guru karena dengan
bersabar dalam mengajar jadi memiliki banyak amalan dan
pengalaman dalam menghadapi masalah yang berbeda.
e) Menjadikan pengajar atau guru bersyukur serta bangga memiliki
peserta didik yang memliki semangat dalam belajar meskipun
terkadang semangat tersebut naik turun akan tetapi dengan
kekurangan yang mereka miliki mereka masih mau belajar dan
mengamalkanya di kehidupan nyata.
Meskipun di awal penyampaian meteri pembelajaran sholat
jenazah faktor pendukung dari segi siswa cenderung kurang, akan tetapi
setelah diadakanya praktek dikelas ataupun dikehidupan nyata ada bebrapa
faktor pendukung yang dapat ditulis diantaranya:
a) Setelah mengetahui manfaat dari pembelajaran sholat jenazah, timbul
kesadaran di hati peserta didik bahwa dengan mengikuti pembelajaran
sholat jenazah dengan baik dapat menjadi bekal untuk hidup dan
bersosialisasi di tengah masyarakat.
b) Siswa menyadari bahwa pembelajaran sholat jenazah merupakan
sebuah kebutuhan sebagai seorang muslim yang memiliki kewajiban
anatar sesama muslim lainya dan jika ingin tahu maka harus dipelajari
serta diamalkan.
c) Menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan mengikuti
pembelajaran sholat jenazah dan mempraktekanya siswa menjadi
mengingat sebuah kematian yang nantinya akan terjadi juga pada diri
mereka.
d) Menambahkan kepercayaan diri siswa untuk melaksanakan sholat
jenazah di kehidupan nyata, bahwa sebagai penyandang tunanetra ia
masih bisa melaksanakan ibadah yang berkaitan sesama manusia
(habluminannas) dan keberadaanya masih bisa diakui serta diterima
dengan baik di tengah masyarakat.
. Faktor Penghambat dari Siswa
Faktor penghambat implementasi pembelajaran sholat jenazah
yang ada di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Salatiga menurut analisis
penulis lebih banyak ditemukan dari pada faktor pendukungnya, adapun
faktor penghambat tersebut diantaranya yaitu:
a) Respon yang kurang baik di awal menjadikan penghambat proses
pembelajaran yang akan dilakukan kedepan. Sehingga guru harus
exstra bersabar dalam memberikan materi.
b) Perasaan takut yang menyelimuti hati dan fikiran siswa terhadap
judul materi yaitu mengenai jenazah sehingga guru harus
memberikan pemahaman dan pengertian kepada siswa bahwa materi
ini memiliki banyak manfaat yang bisa diperoleh siswa.
c) Kurangnya antusias siswa terhadap materi pembelajaran sholat
jenazah.
d) Rasa bosan dari siswa apabila guru dalam menyampaikan materi
kurang menarik dan kreatif.
e) Siswa ingin segera melewati materi dan berganti dengan materi yang
lain dengan alasan materi sholat jenazah kurang menarik berbeda
dengan materi pernikahan.
f) Siswa berkebutuhan khusus seperti penyandang tunanetra memiliki
kondisi psikologis yang lebih mudah sensitif, sebagai contoh ada
siswa yang sedang galau atau sedih hal tersebut mejadi penghambat
proses pembelajaran dikelas karena perhatian guru akhirnya tertuju
kepada siswa tersebut mendekati, menghiburnya dan penyampaian
materi menjadi tertunda atau bahkan tidak selesai sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan oleh guru.
g) Siswa terkadang ada yang jarang masuk karena tidak ada yang
mengantarkan ke sekolah ataupun karena orang tuanya yang terlalu
sibuk, dan juga ada kendala biaya tidak adanya uang untuk transport
sehingga siswa tidak masuk, akhirnya guru harus menjelaskan
materi berulang-ulang atau di kesempatan waktu yang lain kepada
siswa.
h) Siswa kurang bersosialisasi di masyarakat, sehingga siswa kurang
memiliki rasa percaya diri untuk bergaul
C. Solusi Pembelajaran Sholat Jenazah
Solusi pembelajaran sholat jenazah yang ada di Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga, seperti yang telah di ungkapkan
oleh ibu Huru Tyastri yaitu:
a) Tetap bersemangat untuk menyampaikan materi dengan berbagai
keadaan siswa yang terkadang memiliki banyak alasan untuk tidak
mengikuti pembelajaran sholat jenazah
b) Memilih atau menggunakan metode yang tepat sesuai dengan keadaan
siswa penyandang tunanetra.
c) Menenangkan hati dan keadaan siswa apabila kondisi psikologisnya
sedang tidak stabil, guru di sini juga berperan sebagai pendidik dan orang
tua bagi siswa sehingga mengharuskan guru mengerti serta peka terhadap
mood siswa untuk mengikuti pembelajaran.
d) Bersabar untuk selalu memberikan pemahaman disetiap pertemuan
bahwa pembelajaran sholat jenazah memiliki banyak manfaat baik untuk
kehidupan dunia ataupun kehidupan akhirat.
e) Berusaha sedikit demi sedikit menghilangkan rasa takut siswa terhadap
pembelajaran sholat jenazah.
f) Memberikan tugas dirumah dengan tujuan agar siswa memiliki keaktifan
untuk mencari materi dengan bertanya orang dirumah ataupun mencari di
internet.
g) Memberikan motivasi seperti halnya guru menyuruh siswa untuk
berlatih bertakziah jika ada saudara ataupun tetangga yang meninggal
dengan harapan apabila takziah berani insya Allah sholatpun bisa.
h) Ketika ada siswa yang tidak berangkat lebih dari hari tanpa
pemberitahuan maka pihak sekolah menghubungi pihak orang tua untuk
menanyakan keadaan dan penyebab siswa tidak masuk sekolah.
Solusi lain juga di berikan oleh pihak sekolah untuk membantu proses
pembelajaran, begitu juga dengan pembelajaran sholat jenazah, adapun solusi
tersebut yaitu:
a) Memberikan fasilitas berupa VCD atau audio player yang bisa digunakan
oleh guru saat pembelajaran di kelas.
b) Saat siswa merasa bosan dengan penyampaian materi yang di berikan
guru bisa memutar VCD atau media tersebut agar siswa lebih semangat
dalam mengikuti pembelajaran.
Pemberian Solusi dari beberapa pihak baik guru ataupun pihak
sekolah dapat menjadikan pembelajaran berjalan dengan lancar, sehingga
solusi menjadi sebuah hal yang penting dan merupakan jalan ataupun kunci
keberhasilan sebuah pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan pemahaman yang mengacu pada
rumusan masalah yang telah ditetapkan serta berdasarkan analisis data yang
diuraikan secara deskriptif pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:
. Implementasi pembelajaran sholat jenazah yang ada di Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga, menggunakan
metode :
a) Metode ceramah
b) Metode demonstrasi
c) Metode eksperimen/ praktek
d) Metode tanya jawab
. Faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi pembelajaran
sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga yaitu:
a) Faktor pendukung
Faktor pendukung implementasi pembelajaran sholat jenazah
di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Salatiga dari segi pengajar atau
guru antaralain yaitu:
f) Kesadaran diri dari pengajar atau guru sebagai seorang muslim,
untuk menyampaikan ilmu agar lebih bermanfaat, dengan
mengingat semangat para nabi dalam berdakwah untuk merubah
kehidupan manusia menjadi lebih baik. Disini pengajar hanya
sekedar membantu dan memberikan motivasi kepada siswa
dengan menyampaikan ilmunya.
g) Pengajar atau guru berfikir sudah sepantasnya bagi seorang
muslim untuk menyayangi saudaranya sesama muslim terlebih
sebagai seorang pendidik sudah menjadi kewajiban untuk tetap
bersabar dengan berbagai kondisi untuk menyayangi siswanya.
h) Mendatangkan banyak manfaat serta menjadikan pengajar atau
guru bersyukur serta bangga memiliki peserta didik yang
memliki semangat dalam belajar meskipun terkadang semangat
tersebut naik turun akan tetapi dengan kekurangan yang mereka
miliki mereka masih mau belajar dan mengamalkanya di
kehidupan nyata.
Selain faktor pendukung dari pengajar atau guru, dari siswa
penyandang tunanetrapun terdapat faktor pendukung dalam proses
implementasi pembelajaran sholat jenazah antaralain:
) Setelah mengetahui manfaat dari pembelajaran sholat jenazah,
timbul kesadaran di hati peserta didik bahwa dengan mengikuti
pembelajaran sholat jenazah dengan baik dapat menjadi bekal
untuk hidup dan bersosialisasi di tengah masyarakat.
) Siswa menyadari bahwa pembelajaran sholat jenazah merupakan
sebuah kebutuhan sebagai seorang muslim, kewajiban antar
sesama muslim lainya dan jika ingin tahu maka harus dipelajari
serta diamalkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah swt.
) Menambahkan kepercayaan diri siswa, bahwa sebagai
penyandang tunanetra ia masih bisa melaksanakan ibadah yang
berkaitan sesama manusia (habluminannas) dan keberadaanya
masih bisa diakui serta diterima dengan baik di tengah
masyarakat.
b) Faktor penghambat
Faktor penghambat implementasi pembelajaran sholat jenazah
di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga
antaralain yaitu:
i) Respon yang kurang baik di awal yaitu rasa takut yang berlebih,
kurangnya antusisas siswa, rasa bosan ingin segera melewati
terhadap materi menjadikan penghambat proses pembelajaran
yang akan dilakukan kedepan. Sehingga guru harus exstra
bersabar dalam memberikan materi.
j) Siswa berkebutuhan khusus seperti penyandang tunanetra
memiliki kondisi psikologis yang lebih mudah sensitif, sehingga
apabila ada siswa yang mengalami hal tersebut perhatian guru
akhirnya tertuju kepadanya, sehingga penyampaian materi
menjadi tertunda atau bahkan tidak selesai sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan oleh guru.
k) Kehadiran siswa yang tidak menentu karena tidak ada yang
mengantarkan ke sekolah ataupun karena orang tuanya yang
terlalu sibuk, dan juga ada kendala biaya tidak adanya uang untuk
transport sehingga siswa tidak masuk, akhirnya guru harus
menjelaskan materi berulang-ulang atau di kesempatan waktu
yang lain kepada siswa.
l) Siswa kurang bersosialisasi di masyarakat, sehingga siswa kurang
memiliki rasa percaya diri untuk bergaul
. Solusi Pembelajaran Sholat Jenazah
Solusi implementasi pembelajaran sholat jenazah yang ada di
Sekolah Menengah atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga dari segi guru
antara lain yaitu:
i) Tetap bersemangat untuk menyampaikan materi dengan berbagai
keadaan siswa yang terkadang memiliki banyak alasan untuk tidak
mengikuti pembelajaran sholat jenazah
j) Memilih atau menggunakan metode yang tepat sesuai dengan
keaadaan siswa penyandang tunanetra.
k) Menenangkan hati dan keadaan siswa apabila kondisi psikologisnya
sedang tidak stabil , guru di sini juga berperan sebagai pendidik dan
orang tua bagi siswa sehingga mengharuskan guru mengerti serta peka
terhadap mood siswa untuk mengikuti pembelajaran.
l) Bersabar, sedikit demi sedikit menghilangkan rasa takut siswa dan
selalu memberikan pemahaman di setiap pertemuan bahwa
pembelajaran sholat jenazah memiliki banyak manfaat baik untuk
kehidupan dunia ataupun kehidupan akhirat.
m) Memberikan tugas dirumah dengan tujuan agar siswa memiliki
keaktifan, memberikan motivasi menyuruh siswa untuk berlatih
bertakziah jika ada kematian di lingkungan tempat tinggal.
n) Ketika ada siswa yang tidak berangkat lebih dari hari tanpa
pemberitahuan maka pihak sekolah menghubungi pihak orang tua
untuk menayakan keadaan dan penyebab siswa tidak masuk sekolah.
Solusi lain juga diungkapkan oleh bapak Sigit Margono sebagai
kepala sekolah yaitu sebagai berikut:
a) Pihak sekolah memberikan fasilitas yang dapat digunakan ketika
pembelajaran di kelas seperti VCD, Audio untuk menghibur dan
sebagai solusi bagi guru apabila para siswa apabila siswa merasa
bosan terhadap pembelajaran sholat jenazah yang disampaikan.
B. Saran
Berdasarkan Kesimpulan dari penelitian, maka dapat penulis
kemukakan saran kepada:
. Kepala Sekolah Menengha Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga
yaitu:
a) Menjalankan peranya sebagai kepala sekolah dalam mengembangkan
dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan amanah
nasional.
b) Menjaga Stake Holder di lingkungan Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa Wantuwirawan Salatiga agar tercipta suasana belajar yang
kondusif dan perkembangan pendidikan lembaga yang di pimpinya
bisa terus maju dan selaras sesuai dengan cita-cita bangsa.
. Pengajar atau guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga
a) Mencari inovasi dan metode pembelajaran yang lebih menarik bagi
siswa penyandang tunanetra dalam implementasi pembelajaran sholat
jenazah, agar materi tersebut menjadi sebuah materi yang tidak
menakutkan lagi serta menyenangkan untuk dipelajari siswa.
b) Memberikan bekal hidup atau keahlian yang dapat dikembangkan di
masyarakat sehingga siswa penyandang tunanetra tidak mengalami
ketergantungan hidup.
. Siswa-siswi penyandang tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
Wantuwirawan Salatiga
a) Mengambil hikmah dari keadaan yang dimiliki dengan lebih
mendekatkan diri kepada Allah swt.
b) Bangun rasa kepercayaan diri dan hendaknya siswa penyandang
tunanetra tidak mengucilkan diri dari lingkungan.
c) Bagi siswa penyandang tunanetra hendaknya merasa berbesar hati
karena pada dasarnya semua manusia itu sama derajatnya di mata
Allah, hanya ketaqwaan saja yang mampu membedakanya.
. Orang tua penyandang tunanetra di Sekolah Menengha Atas Luar Biasa
Wantuwirawan Salatiga
a) Orang tua penyandang tunanetra hendaknya selalu memperhatikan
kehidupan anaknya di lingkungan masyarakat, karena perhatian
tersebut sangat berpengaruh besar bagi perkembangan dan masa
depan anak.
b) Meluangkan waktu lebih ketika dirumah untuk mendampingi anaknya
ketika proses belajar, sehingga materi apa saja yang diberikan di
sekolah dapat dipelajari dengan baik dan diimplementasikan di
masyarakat.
C. Penutup
Demikianlah penelitian ini penulis susun sebagai salah satu syarat dalam
melaksanakan penelitian. Dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
disebabkan karena kemampuan penulis yang masih sangat terbatas, maka dari
itu penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran,
kritik yang sifatnya membangun.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya, terimaksih atas semua pihak yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhi Widjaya, . Seluk Beluk Tunanetra, Yogyakarta: Javalitera
Arikunto, Suharsani, . Prosedur penelitian suatu pendekatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Basyiruddin Usman, . Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta
Ciputat Pers
Daradjat Zakiah, . Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara
Hadi Sutrisno, . Metodologi Research . Yogykarta : Fakultas Psikologi
UGM
Hasyim Ashshidieqy, . Hukum-Hukum Fiqh Islam, Yogyakarta
Majid Abdul, . Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Bandung : Remaja Rosda Karya
Moelong. Lexi.J, . Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda
Karya
Muhaimin, . Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya
Rini Utami , . Senyum Lebar Ayah Bunda, Sleman Yogyakarta : Galaksi
Media
Sayid Sabiq, . Fiqh Sunah, Bandung PT Alma‟arif
Sulaiman Rasjid, . Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo
Sugiyono, . Metode penelitian Kualitatf,Kuantitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta
Waid, Abdul, . Jangan Takut Karena Cacat,Yogyakarta: Diva Press
http://gurusertifikasiplb.blogspot.co.id/ macam_macam_metode_pembelaj
aran bagi tunanetra di sekolah luar biasa (diakses tanggal september
WIB)
Yeny Andriani, . Rafael Sebuah Keajaiban, Yogyakarta : CV. Andi
Pedoman Wawancara Untuk Guru
Nama Guru :
Hari/ Tanggal Wawancara :
Tempat :
. Bagaimana implementasi pembelajaran sholat jenazah yang telah
dilaksanakan di sekolah ini?
. Metode apa yang digunakan dalam proses pembelajaran sholat
jenazah?
. Media apa yang digunakan dalam penyampaian materi sholat jenazah?
. Bagaimana respon siswa ketika diberi materi sholat jenazah?
. Faktor apa saja yang mendukung implementasi sholat jenazah?
. Faktor apa saja yang menghambat implementasi sholat jenazah?
. Bagaimana solusi yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan
pembelajaran sholat jenazah?
. Bagaimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
sholat jenazah?
. Bagaimana tahapan praktek sholat jenazah yang dilakukan?
. Berapa kali jumlah praktek yang dilaksanakan?
. Bagaimana cara yang disampaikan kepada siswa untuk menghafal
bacaan sholat?
. Bagaimana cara mengetahui posisi mayat laki-laki dan perempuan
dalam praktek sholat jenazah?
. Berapa alokasi waktu untuk melaksanakan pembelajaran sholat
jenazah?
. Evaluasi belajar seperti apa yang dilakukasn oleh guru untuk
mengukur keberhasilan siswa?
Pedoman Wawancara Untuk Siswa
Nama Siswa :
Hari/ Tanggal Wawancara :
Tempat :
. Bagaimana materi yang disampaikan oleh guru mengenai
pembelajaran sholat jenazah?
. Apa yang dirasakn ketika diberikan materi pembelajaran sholat
jenazah?
. Media apa yang diberikan oleh guru ketika menyampaikan materi
sholat jenazah?
. Kapan waktu pelaksanaan pembelajaran sholat jenazah?
. Bagaimana cara menghafal bacaan sholat jenazah?
. Bagaimana cara mengetahui dan menghafal bacaan sholat jenazah?
. Kesulitan apa yang dirasakan ketika melaksanakan praktek sholat
jenazah?
. Apakah sudah pernah melaksanakan praktek sholat jenazah secara
langsung diluar sekolah?
. Kapan waktu pelaksanaan pembelajaran sholat jenazah?
. Bagaiamana cara mengetahui posisi mayat laki-laki dan perempuan?
Pedoman Wawancara Untuk Kepala Sekolah
Nama :
Hari/ Tanggal Wawancara :
Tempat :
. Bagaimana sejarah berdirinya SMALB Wantuwirawan Salatiga?
. Bagaimana keadaan siswa tunanetra di SMALB Wantuwirawan
Salatiga?
. Adakah Program kekhususan bagi siswa penyandang tunanetra di
SMALB ini?
. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran sholat jenazah yang ada di
SMALB ini?
. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat implementasi
pembelajaran sholat jenazah?
. Media pendukung apa yang digunakan dalam pembelajaran sholat
jenazah yang ada disekolah?
. Faktor apa saja yang menghambat pembelajaran sholat jenazah di
SMALB ini?
. Solusi apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
pembelajaran sholat jenzah di SMALB ini?
. Bagaimana evaluasi yang ada di SMALB ini?
Verbatim Wawancara Implementasi Pembelajaran Sholat Jenazah
di Sekolah menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga
A. Pertanyaan Diajukan Kepada Guru
IDENTITAS
Nama : Huru Tyastri
Pendidikan Terahir : S UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Pekerjaan : Guru
Alamat : Perum Argomas Timur, No.
Tanggal Wawancara : juni pukul : WIB
No. Hp :
No. Pertanyaan Jawaban
. Bagaimana implementasi
pembelajaran sholat jenazah
yang telah dilaksanakan bu?
“Implementasi pembelajaran
sholat jenazah yang dilaksanakan
di SMALB sini yaitu sama
dengan kurikulum sekolah
menengah atas pada umumnya
mbak, yaitu disampaikan pada
semester ganjil di kelas sebelas,
dipraktekan kali selama satu
semester dengan satu kali
pertemuan memiliki alokasi waktu
jam apabila menggunakan
kurikulum KTSP dan alokasi
waktu jam menggunakan
kurikulum ”.
. Metode apa yang digunakan
dalam proses pembelajaran
tersebut?
“Pertama saya menggunakan
metode ceramah dalam
penyampaian materi, yaitu siswa
mendengarkan secara seksama
apa yang saya sampaikan. Kedua
yaitu metode demonstrasi yang
disertai perabaan bagi siswa
tunanetra total contohnya ini
mbak, saat mengajarkan cara
bertakbir siswa dirabakan ke
tangan saya (guru)
mengangkatkan tangan anak
sampai telinga dan melafadzkan
takbir” Allohuakbar”, ketika
sedekap anak diraba dan
disedekapkan ataupun sebaliknya
siswa meraba ketangan saya
(guru) dengan begitu siswa
mengerti dan mengetahui gerakan
yang sebenarnya. Ketiga
menggunakan metode ekperimen
atau praktek dan ke empat
metode tanya jawab”.
. Media apa yang digunakan
dalam penyampain materi
sholat jenazah bu?
“Media yang digunakan ya
seadaanya mbak, yaitu untuk
mayatnya menggunakan guling,
kain penutup juga seadanya.
Dalam proses pembelajaran
biasanya menggunakan audio mp
palyer mba”.
. Bagaimana respon anak-anak
ketika diberi materi sholat
jenzah bu?
“Respon awal siswa itu kurang
baik ketika akan disampaikan
materi mengenai pembelajaran
sholat jenazah, kurang semangat
sebab adanya rasa takut”.
. Faktor apa saja yang
menghambat implementasi
pembelajaran sholat jenazah
bu?
“Respon yang tidak baik ketika
disampaikan materi mengenai
pembelajaran sholat jenazah,
kurang semangat sebab adanya
rasa takut. Baru disampaikan
materi pembelajaran sholat
jenazah saja takut apalagi disuruh
praktek. Dari saya sendiri
terkadang merasa aneh kepada
siswa yang mengalami ketunaan
total sejak lahir, karena bagi
mereka tidak ada pengalaman
ataupun gambaran mengenai
bentuk jenazah akan tetapi mereka
memiliki rasa takut yang berlebih
ketika disampaikan materi
jenazah. Suasana kematian
membawa ketakutan dalam hati
mereka, apalagi kalau cuaca tidak
mendukung seperti hujan, petir
menambah mencekam di ruang
kulas. Ketika disampaikan materi
sholat jenazah siswa tidak ingin
mendengarkanya dan
melewatinya serta berharap cepat
selesai materi tersebut berbeda
semisal disampaikan mengenai
materi tentang pernikahan,
mereka lebih semangat dan
antusias untuk mendengarkanya
karena adanya rasa penasaran dan
keingintahuan yang tinggi, materi
sholat jenazah minim pertanyaan
dari siswa dan cenderung kurang
penasaran, hanya saja pertanyaan
yang disampaikan mengenai
bagaimana ketika ada yang mati
syahid”.
. Faktor apa saja yang
mendukung implementasi
pembelajaran sholat jenazah
bu?
“Rasa semangat saya bangun dari
diri saya sendiri mbak, sebagai
guru untuk tetap memberikan
materi pembelajaran sholat
jenazah kepada siswa, meskipun
siswa memiliki rasa takut dan
cenderung tidak suka dengan
materi tersebut. Saya berikan
pemahaman betapa pentingnya
pembelajaran sholat jenazah
sebagai bekal ataupun sarana
bersosialisasi ditengah
masyarakat. Biasanya saya
memberikan motivasi kepada
siswa di sela-sela penyampaian
materi ketika dikelas. Kalo faktor
pendukung dari siswa sendiri
cenderung tidak ada pendukung
(pasif), karena siswa memiliki
rasa takut terlebih dahulu, ketika
disampaikan materi tentang sholat
jenazah”.
. Bagaimana solusi yang
dilakukan ibu untuk
mengatasi hambatan dalam
proses implementasi
pembelajaran sholat jenazah?
“Biasanya saya beri pemahaman
mbak, juga motivasi kepada siswa
bahwa mau nggak mau kita akan
mengalami dan berhadapan
dengan sebuah kematian
menjumpainya khususnya orang
tua nantinya, diri sendiri, keluarga
ataupun tetangga. Memberi saran
kepada siswa untuk berlatih yaitu
bertaziah jika dengan belajar
bertaziah berani insya Allah
ketika takziah berani insya Allah
untuk belajar sholat jenazah
berani dan bisa. Biasanya saya
memberikan pemahaman kepada
siswa mengenai pentingnya materi
pembelajaran sholat jenazah
mbak, yaitu sebagai bekal
nantinya untuk hidup dan
bersosialisasi di masyarakat, agar
tidak canggung dan terbiasa
karena bagaimanapun siswa
nantinya akan hidup dan bersosial
ditengah masyarakat dan
pembelajaran sholat jenazah
merupakan kebutuhan yang harus
dipelajari dan dipraktekan oleh
siswa”.
.
Bagaimana tingkat
pemahaman siswa setelah
diberikan materi
pembelajaran jenazah bu?
“Tingkat pemahaman siswa pada
materi pembelajaran sholat
jenazah yang disampaikan sudah
pasti berbeda-beda mbak, karena
tingkat kecerdasan siswapun
berbeda-beda, seperti contoh
ketika diterangkan sholat jenazah
harus takbir, ada siswa yang
memahami takbir seperti sholat
idul fitri sekali takbir kali baru
membaca alfatihah sehingga
jumlah takbirnya menjadi ( x )
takbir. Siswa masih mengalami
kebingungan sebelum
dilaksanakan praktek, akan tetapi
akhirnya setelah melaksanakan
praktek mereka bisa mencapai
pemahaman yang sama”.
. Bagaiamana tahapan praktek
sholat jenazah yang dilakukan
bu?
“Persiapan yang dilakukan
sebelum melaksanakan praktek
sholat jenazah yaitu
mempersiapkan alat bantu atau
perlengkapan biasanya
menggunakan boneka sebagai
mayat tetapi karena keterbatasan
alat yang kita miliki akhirnya
dalam praktek sholat jenazah kita
menggunakan guling sebagai
pengganti mayat. kain penutup
juga seadanya mbak, meja yang
tersedia di dalam ruang kelas”.
. Berapa kali jumlah praktek
sholat jenazah yang dilakukan
dalam satu semester bu?
“Jumlah Praktek Sholat jenazah
yang dilakukan selama satu
semester in kali mbak”.
. Bagaimana cara yang
disampaikan kepada siswa
untuk menghafal bacaan
sholat bu?
“Sebelum melaksanakan praktek
sholat jenazah saya menyuruh
siswa untuk menghafal mengenai
bacaan sholat, hal itu dilakukan
sebelum materi saya sampaikan di
kelas. Siswa diberi tugas dirumah
dengan tujuan agar siswa lebih
aktif, siswa mencari materi bacaan
tersebut melalui berbagai cara
semisal bertanya kepada orang
tua, saudara dan mencari di
internet melalui handphone
dengan aplikasi penunjang seperti
google talk yang bisa diakses oleh
siswa penyandang tunanetra,
setelah siswa mendapatkan materi
tersebut barulah saya menyuruh
untuk menghafal, untuk keperluan
membaca dan menulis digunakan
huruf braille yang bentuknya
titik-titik dan berjumlah enam tiap
titik menunjukan simbol huruf
tertentu. Untuk menulis bisa
menggunkaan alat mesin ketik
braille atau riglet mbak”.
. Bagaimana cara mengetahui
posisi mayat laki-laki dan
perempuan dalam praktek
sholat jenazah bu?
“Dalam sholat jenazah untuk
mengetahui posisi dengan sholat
imam ataupun makmum yaitu
siswa saya rabakan pada posisi
jenazahnya dengan cara siswa
saya dekatkan secara langsung ke
mayat, walaupun siswa
perempuan tetap ditunjukan
mengenai posisi imam dengan
cara yang sama perabaan”.
. Berapa alokasi waktu untuk
melaksanakan pembelajaran
sholat jenazah bu?
“Alokasi waktu jam apabila
menggunakan kurikulum KTSP
dan alokasi waktu jam
menggunakan kurikulum ”.
. Evaluasi belajar seperti apa
yang dilakukan oleh ibu
untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa?
“Evaluasinya yaitu pada saat
praktek bagaimana gerakanya,
bacaan sholatnya itu mbak guru
menilai, tugas rumah sama nilai
tes".
B. Pertanyaan diajukan kepada siswa
. IDENTITAS
Nama : Aditya Pratama Mashuri
TTL : Salatiga, April
Alamat : Blambangan, Surowangsan, Kauman Kidul
Tgl.wawancara : juni , pukul WIB
No hp :
No. Pertanyaan Jawaban
. Bagaimana materi yang
disampaikan oleh guru mengenai
pembelajaran praktek sholat
jenazah?
“Materi yang disampaikan
guru ya kaya gitu mbak, guru
bercerita, mengajari cara
mempraktekan sholat jenazah”.
. Apa yang dirasakan ketika di
berikan materi pembelajaran
praktek sholat jenazah?
“Jelas takut mbak, dan agak
kurang senang mendingan
materi yang lainnya saja”.
. Media apa yang diberikan oleh
guru ketika menyampaikan
materi sholat jenazah?
“Guru menyetelkan Mp yang
berisi materi sholat jenazah
lalu kita menirukan kaya
baca‟an-bacaanya”.
. Kapan waktu pelaksanaan
pembelajaran sholat jenazah
“Di kelas dua semester ganjil
mbak”.
tersebut?
. Bagaimana cara menghafal
bacaan sholat jenazah?
“Menghafalnya sedikit demi
sedikit, tapi rutin biasanya saya
menghafal waktu belajar
dirumah sebelum di tes sama
bu tyas”.
. Bagaiaman cara mengetahui dan
menghafal bacaan sholat
jenazah?
“Ya dikasih tau sama ibu tyas,
atau di kasih pr untuk mencari
sendiri dulu di rumah”.
. Kesulitan apa yang dirasakan
ketika melaksanakan praktek
pembelajaran materi sholat
jenazah?
“Nggak ada yang sulit kok
mbak, nyatanya saya bisa
meskipun awalnya saya nggak
suka sama materinya”.
. Berapa kali praktek
pembelajaran sholat jenazah di
sekolah?
“ kali praktek “
. Apakah sudah pernah
melaksanakan praktek sholat
jenazah secara langsung di luar
sekolah?
“Sudah pernah waktu nenk
saya meninggal saya ikut
mensholati beliau”.
. Bagaimana cara mengetahui
posisi mayat laki-laki dan
perempuan
“Waktu pelajaran ya dijelaskan
sama bu tyas, waktu praktek
saya dirabakan ke mayat”.
. IDENTITAS
Nama : Ola Aurora
TTL : Salatiga, April
Alamat : Jln. Wuni Benoyo Salatiga
Tgl.wawancara : juni , pukul
No hp :
No. Pertanyaan Jawaban
. Bagaimana materi yang
disampaikan oleh guru mengenai
pembelajaran praktek sholat
jenazah?
“Guru menyampaikan materi
dengan menjelaskan ke saya
dan teman teman tentang apa
itu sholat jenazah dan
bagaimana hukumnya sama di
jelasin tata cara prakteknya
mbak”.
. Apa yang dirasakan ketika di
berikan materi pembelajaran
praktek sholat jenazah?
“Takut mbak, soalnya kan
bahas jenazah-jenazah mbak”
. Media apa yang diberikan oleh
guru ketika menyampaikan
materi sholat jenazah?
“Mendengarkan Mp yang di
putaroleh bu tyas berisi materi
sholat jenazah, biasanya
mendengarkan dan ikut
menirukan baca‟an-bacaanya”.
. Kapan waktu pelaksanaan
pembelajaran sholat jenazah
tersebut?
“Kelas dua semester awal
mbak”.
. Bagaimana cara menghafal “Menghafalnya dirumah mbak
dibantu sama ibu atau kakak”
bacaan sholat jenazah?
. Bagaiaman cara mengetahui dan
menghafal bacaan sholat
jenazah?
“Dikasih tau waktu pelajaran
mbak, baca‟an bacannya”.
. Kesulitan apa yang dirasakan
ketika melaksanakan praktek
pembelajaran materi sholat
jenazah?
“Waktu pertama itu saya masih
bingung dengan jumlah takbir
sholat jenazah, jadinya say
takbir sampai kali mbak
sebelum praktek”.
. Berapa kali praktek
pembelajaran sholat jenazah di
sekolah?
“ kali “.
. Apakah sudah pernah
melaksanakan praktek sholat
jenazah secara langsung di luar
sekolah?
“Belum pernah, soalnya malu
sama takut mbak”.
. Bagaimana cara mengetahui
posisi mayat laki-laki dan
perempauan ketika
melaksanakan praktek sholat
jenazah?
“Waktu praktek walaupun saya
perempuan sendiri saya
dirabakan ke mayat secara
langsung mbak.”.
. IDENTITAS
Nama : Kurniawan
TTL : Salatiga, Oktober
Alamat : Isep-isep, rt. rw. Salatiga
Tgl. Wawancara : juni , pukul WIB
No. Pertanyaan Jawaban
. Bagaimana materi yang
disampaikan oleh guru mengenai
pembelajaran praktek sholat
jenazah?
“Cukup jelas mbak, dan saya
faham”.
. Apa yang dirasakan ketika di
berikan materi pembelajaran
praktek sholat jenazah?
“Ya saya merinding-merinding
gimana gitu mbak agak takut”
. Media apa yang diberikan oleh
guru ketika menyampaikan
materi sholat jenazah?
“Mendengarkan kaset yang
diputar oleh ibu tyas, isinya
materi bacaan sholat jenazah
mbak”.
. Kapan waktu pelaksanaan
pembelajaran sholat jenazah
tersebut?
“ Waktu awal-awal semester
itu mbak”.
. Bagaimana cara menghafal
bacaan sholat jenazah?
“Dihafalin satu persatu, saya
ngafalin sendiri waktu belajar
dirumah mbak”.
. Bagaiaman cara mengetahui dan “Dikasih PR. Suruh mencari
tau sendiri dirumah pake
menghafal bacaan sholat
jenazah?
internet mbak”.
. Kesulitan apa yang dirasakan
ketika melaksanakan praktek
pembelajaran materi sholat
jenazah?
“Susah kalo disuruh ngafalin
bacaanya mbak masih lupa-
lupa”.
. Berapa kali praktek
pembelajaran sholat jenazah di
sekolah?
“ kali “.
. Apakah sudah pernah
melaksanakan praktek sholat
jenazah secara langsung di luar
sekolah?
“Belum pernah”.
. Bagaimana cara mengetahui
posisi mayat laki-laki dan
perempuan
“Tangan saya dipegang sama
bu tyas lalu di rabakan secara
langsung sama posisi
mayatnya”.
. IDENTITAS
Nama : Faisal Aji Nugroho
TTL : Salatiga, April
Alamat : Ringinawe Ledok Salatiga
Tgl.wawancara : juni , pukul
No. Pertanyaan Jawaban
. Bagaimana materi yang
disampaikan oleh guru mengenai
pembelajaran praktek sholat
jenazah?
“Meskipun saya hanya
mengikuti beberapa kali
pelajaran tapi saya faham mbak
dengan materi yang
disampaikan oleh ibu tyas”.
. Apa yang dirasakan ketika di
berikan materi pembelajaran
praktek sholat jenazah?
“Saya takut mbak”
. Media apa yang diberikan oleh
guru ketika menyampaikan
materi sholat jenazah?
“Mendengarkan mp player itu
mbak lalu saya dan teman-
teman fokus kepada materi
yang diputar”.
. Kapan waktu pelaksanaan
pembelajaran sholat jenazah
tersebut?
“ Semester ganjil awal itu
mbak ”.
. Bagaimana cara menghafal
bacaan sholat jenazah?
“ Sedikit demi sedikit mbak
biasanya kalo malam ketika
saya belajar”
. Bagaiaman cara mengetahui dan “ Waktu di awal dikasih tugas
untuk mencari materi sholat
menghafal bacaan sholat
jenazah?
jenazah sendiri di rumah lalu
saya menghafalnya”.
. Kesulitan apa yang dirasakan
ketika melaksanakan praktek
pembelajaran materi sholat
jenazah?
“Kesulitanya kalau saya di
suruh menghafal bacaan sholat
jenazahnya mbak”.
. Berapa kali praktek
pembelajaran sholat jenazah di
sekolah?
“ kali “.
. Apakah sudah pernah
melaksanakan praktek sholat
jenazah secara langsung di luar
sekolah?
“Belum pernah mbak”.
. Bagaimana cara mengetahui
posisi mayat laki-laki dan
perempauan ketika
melaksanakan praktek sholat
jenazah?
“Tangan saya di rabakan
dengan mayat oleh ibu tyas
mbak.”.
C. Pertanyaan diajukan kepada kepala sekolah
IDENTITAS
Nama : Sigit Margono , M.Pd.
Alamat Rumah : Jl. Cakra, RT RW XII Mangonsari, Sidomukti
Kota Salatiga KP.
Tgl. Wawancara : juni , pukul WIB
No Telp dan Hp :
Pendidikan tertinggi : S Pasca Sarjana UNS
No Pertanyaan Jawaban
. Bagaimana sejarah berdirinya
SMALB wantuwirawan salatiga
pa?
“Pada tahun , ibu
H.Srimulyono mendirikan SLB
yang beralamat di ngentak
salatiga. Mula-mula SLB
bertempat di rumah beliau
kemudian dialihkan ke jl.
Taman Pahlawan No.
Kutowinangun Salatiga dalam
keadaan masih mengontrak.
Beberapa tahun kemudian
beliau membuat yayasan dan
dikelola oleh ibu-ibu tua yaitu
terdiri dari ibu-ibu tehnisi yang
sudah pensiun dengan nama
Yayasan Siwi Peni. Kemudian
yayasan ini membentuk TKLB,
SDLB, SMP LB, SMALB
dengan jenis ketunaan A
(Tunanetra), B (Tunarungu), C
(Tunagrahita). Secara tepatnya
SMALB berdiri tahun
dengan prinsip siswa
berkelanjutan yaitu siswa yang
mulanya dari TKLB, SDLB,
SMPLB kemudian masuk
menjadi siswa SMALB”.
. Bagaimana keadaan siswa
tunanetra yang ada di SMALB ini
pa?
“Tunanetra di SMALB sini
ada cukup banyak dari jenjang
TK sampai SMA untuk SMA
nya beberapa ada yang keluar
dan jarang masuk sekolah, di
SMALB ini ada kategori
yaitu tunanetra total dan low
vision mbak”.
. Adakah program kekhususan bagi
siswa penyandang tunanetra di
SMALB ini pa?
“Ada mbak, yaitu untuk
tunanetra ada pelatihan pijat,
music juga ada”.
. Bagaiamana pelaksanaan
pembelajaran sholat jenazah yang
ada di SMALB ini pa?
“Pelaksanan pembelajaran
sholat jenazah di SMALB sini
sama mbak engan sekolah
SMA pada umunya, buku yang
digunakan pun sama, hanya
guru menggunakan metode
atau cara yang sedikit
berbeda”.
. Faktor apa saja yang mendukung
dan menghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran sholat
jenazah di SMALB ini pa?
“Faktor pendukung salah
satunya yaitu kesabaran dari
guru untuk tetap mengajar
siswa dengan berbagai kondisi
siswa tunanetra mbak, kalo
faktor penghambat saya liat
lebih banyak dari sisa yaitu
rasa takut yang tinggi”.
. Media pendukung apa yang
digunakan dalam pembelajaran
sholat jenazah yang ada di sekolah
“Media pengganti mayat yaitu
guling, ruang kelas, meja, dan
kain penutup mbak, Audio
Mp . Sarana sekolah seperti
mushola juga bisa digunakan
untuk praktek dan kegiatan
keagamaan siswa mbak”.
. Faktor apa saja yang menghambat
pembelajaran sholat jenazah di
SMALB ini pa?
“Saya pernah bertanya kepada
satu siswa mengenai
bagaimana prakrek
pembelajaran sholat
jenazahnya? Siswa tersebut
menjawab “takut pak” Rasa
takut dari diri siswa itulah yang
menjadikan pembelajaran
sholat jenazah menjadi
terhambat karena di awal saja
sudah takut apalagi untuk
mempraktekanya di kelas
ataupun secara nyata di tengah
masyarakat”.
. Solusi apa yang dilakukan untuk
mengatasi hambatan dalam
pembelajaran shlat jenazah di
SMALB ini pa?
“Pihak sekolah memberikan
fasilitas VCD, ataupun audio
yang bisa digunakan ketika
pembelajaran di kelas mbak,
semisal siswa merasa bosan
ketika diberi materi oleh guru
maka bisa diatasi dengan
memutar materi melalui audio
sebagai media yang telah di
sediakan oleh sekolah, begitu
juga dengan pembelajaran
sholat jenazah bagi saya guru
bisa memanfaatkan media
sebagai solusi”.
. Bagaimana evaluasi pembelajaran
sholat jenazah yang ada di SMALB
ini pa?
“Menggunakan tes berupa
ujian praktek dan tes tertulis
mbak itu dijadikan sebagai
evaluasi”.
Gambar . Gedung Sekolah SLB Wantuwirawan Salatiga gambar diambil
saat penulis meminta perizinan melakukan penelitian
Gambar . Bersama Guru PAI SMALB Wantuwirawan Salatiga saat
melakukan wawancara mengenai pembelajaran sholat jenazah
Gambar . Bersama Kepala Sekolah SMALB Wantuwirawan Salatiga saat
melakukan wawancara mengenai gambaran umum sekolah SLB
Wantuwirawan dan solusi yang dilakukan sekolah untuk mengatasi faktor
penghambat dalam pembelajaran sholat jenazah
Gambar . Wawancara Bersama Siswa-Siswi Tunanetra SMALB
Wantuwirawan Salatiga mengenai pembelajaran sholat jenazah
Gambar . Wawancara bersama siswa SMALB Wantuwirawan Salatiga
yang berada di rumah siswa tersebut beralamat di jalan wunibenoyo
Siderojo Salatiga
Gambar . Persiapan media dengan alat bantu yang dijadikan jenazah yang
dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan praktek sholat jenazah
Gambar . Demonstrasi oleh guru dan siswa untuk mengetahui posisi mayat
laki laki dan perempuan dengan perabaan
Gambar . Demonstrasi oleh guru dan siswa untuk mengetahui posisi mayat
laki laki dan perempuan dengan perabaan
Gambar . Demonstrasi Oleh guru dan siswa mengenai tata cara pengenalan
kain penutup jenazah dan cara mengkafani jenazah
Gambar . Demonstrasi Sholat jenazah bersama oleh siswa yang di
dampingi oleh guru PAI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Luthfia Karimah
Tempat/ Tgl Lahir : Cilacap, Januari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kalisabuk RT. RW. , Kesugihan, Cilacap
Riwayat Pendidikan :
- MII Yabakii Kalisabuk tahun
- SMP Negeri Slarang Kesugihan tahun
- MAN Cilacap tahun
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, Agustus
Penulis
LUTHFIA KARIMAH
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Luthfia Karimah
Nim :
Fakultas/Jurusan: FTIK/ PAI
PA : Mukti Ali, M.Hum
No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
. Seminar Pendidikan”Tanggung
Jawab Ilmu Pendidikan
Terhadap Generasi Bangsa”
,Agustus
Peserta
. Opak STAIN Salatiga
”Progesifitas Kaum Muda,
Kunci Perubahan Indonesia”
- ,
September
Peserta
. Opak Jurusan Tarbiyah”
Mewujudkan Gerakan
Mahasiswa Tarbiyah Sebagai
Tonggak Kebangkitan
Indonesia”
, September
Peserta
. Orientasi Dasar Keislaman”
Membangun Karakter
Keislaman Bertaraf Internasional
Di Era Globalisasi Bahasa”
, September
Peserta
. Achicvment Motivasion
Training” Dengan AMT,
Bangun Karakter Raih Prestasi
, September
Peserta
. Library User Education
(Pendidikan Pemakaian
Perpustakaan)
, September
Peserta
. Seminar” Explore Your
Enterpreneuship Talent” Mapala
Mitapasa
, September
Peserta
. Seminar”Peran Lembaga
Perbankan Syariah dengan
adanya otoritas jasa keuangan
(UU.no. Tahun Tentang
OJK)
, November
Peserta
. Tabligh Akbar”Tafsir Tematik
dalam Upaya Menjawab
Persoalan Israel dan Palestina.
Landasan QS. Al-Fath -
, Desember
Peserta
. Bedah Buku” Cara
Mendongkrak IPK”
, Desember
Peserta
. Basic Training (LK
I)”Membangun Paradigma
Mahasiswa yang Berintelektual
dan Berjiwa Nasionalis-Religius
, Desember
Peserta
dalam perwujudan Insan
Paripurna”
. Latihan Khusus Kohati (LKK)
Nasional Pekalongan”
Aktualisasi Peran KOHATI
Sebagai Penggerak Transformasi
Sosio-Kultural”
- , Maret
Peserta
. Seminar Nasional”Norma
Hukum Serta Kebijakan
Pemerintah Dalam
Mengendalikan Harga BBM
Bersubsidi”
, Mei Peserta
. Seminar Nasional”Pendidikan
Multikultural Sebagai Pilar
Karakter Bangsa”
, Mei Peserta
. Seminar Nasional” Pilar-Pilar
Penanggulangan Korupsi di
Indonesia Perspektif Agama,
Budaya, dan Negara”
, Juni Peserta
. Bedah Buku”Sang Maha
Segalanya Mencintai Sang
Mahasiswa”
, Mei Peserta
. Musabaqah Tilawatil Qur‟an
(MTQ)"MTQ Sebagai Wahana
Apresiasi untuk Mencetak Insan
Qur‟ani”
, Oktober
Peserta
. Bakti SosialPengobatan Gratis
Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI)
, November
Panitia
. Has involved in CEC Festival”
Youngster Today is The Leader
of Tomorrow”
-
November
Peserta
. Sosialisasi, Silaturahim
Nasional”Sosialisasi UU NO.
TH. .Peran Serta Fungsi
OJK” Peran Pemerintah Dalam
Pengawasan LKM”
, September
Peserta
. SIBA-SIBI Training”UAS
Semester ganjil - ”
, Januari
Peserta
. Dialog Interaktif &Edukatif
“Diaspora Politik Indonesia di
Tahun , Memilih untuk
Salatiga Hati Beriman”
, April Peserta
. LombaBerhijab dan Cerdas
Cermat” Semangat HMI Wati,
Refleksi Perjuangan R.A
, April Peserta
Kartini”
. Pelatihan Jurnalistik Tingkat
Lanjut Nasional
(PTLN)”Idealisme Jurnalis”
- Juni
Peserta
. Seminar Nasional” Perlindungan
Hukum Terhadap Usaha Mikro
Menghadapi Pasar Bebas”
, juni Peserta
. Upgrading dan Rapat
Kerja”Motivasi Organisasi”
, September
Peserta
. Seminar Nasional”
Berkontribusi Untuk Negeri
Melalui Televisi”
, November
Peserta
. “Participant Of Training and
Toefl Test “
- , November
Peserta
. Seminar” Fenomena Islam di
Salatiga”
,November
Peserta
. Diklat Micro Teaching, HMPS
PAI
,November
Panitia
. “PERBASIS (Perbandingan
bahasa arab bahasa inggris) CEA
(Comparison English Arabic)”
, November
Peserta
. Workshop Nasional “Sukses
Akademik, Sukses Bakat dan
hidup Bermartabat dengan
Karya”
, Desember
Panitia
. Workshop Tazkia ” Terapi Hati
Seasion ”
, juni Peserta
. Seminar”Pemanfaatan TIK
untuk Meningkatkan
Pendidikan”
, September
Peserta
. KKN Desa Tempurejo,
Magelang Pelatihan Jenazah”
Yang Muda yang Paham
Agama”
, Februari
Panitia
. KKN Desa Tempurejo,
Magelang, Pelatihan Bros”
dengan ibu-ibu PKK”
, Februari
Panitia
. KKN Desa Tempurejo,
Magelang “Lomba Festival
Anak Sholih dan Sholikhah “
, Februari
Panitia
. KKN Desa Tempurejo,
Magelang “Sosialisasi Bahaya
Narkoba dan HIV AIDS”
, Februari
Panitia
. Surat Keputusan (SK) Pengurus
Besar Himpunan Mahasiswa
Islam (PBHMI) Cababng
Salatiga Periode -
, April Departemen
Kajian
Keperempu
an
JUMLAH