IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

16
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari Juni 2017 53 IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PRIMA BERBASIS KECAMATAN DI KOTA MAKASSAR Lumu’ Taris 1 , H. Jufri 2 , Hari 3 1,2 Lembaga Penelitian Universitas Negeri Makassar Jalan Andi Pangerang Pettarani Gunung Sari Makassar 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Pembangunan Daerah Kota Makassar Jalan Jenderal Ahmad Yani No, 2 Makassar [email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian adalah untuk mengukur survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di kantor Kecamatan Kota Makassar. dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Metode penelitian ini yaitu menggunakan jenis penelitian survey. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah insidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 549 orang yang tersebar di 14 kecamatan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik survei dan wawancara mendalam; instrument yang digunakan adalah angket dan panduan wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat pengguna layanan. Sedangkan teknik analisis data pada penelitian ini yaitu teknik statistik deskriptif, yang mana teknik penyajian datanya berupa narasi kalimat, persentase, dan gambar-gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian responden pada masing-masing indikator secara umum dinyatakan baik. Nilai pada masing-masing aspek adalah persyaratan 3,03, prosedur 2,90, waktu pelayanan 2,86, biaya/tarif 3,07, produk spesifikasi jenis pelayanan 3,06, kompetensi pelaksana 3,09, perilaku pelaksana 3,03, maklumat pelayanan 3,14, dan penanganan pengaduan/saran/masukan 3,14. Penilaian responden terhadap pada masing- masing kecamatan secara umum juga diyatakan baik. Nilai rata-rata indeks kepuasan masyarakat pada masing-masing kecamatan adalah Kecamatan Mamajang 3,12, Kecamatan Mariso 3,04, Kecamatan Tamalanrea 2,86, Kecamatan wajo 3,18, Kecamatan Tamalate 3,05, Kecamatan Rappocini 2,95, Kecamatan Biringkanayya 2,92, Kecamatan Ujung Tanah 3,15, Kecamatan Tallo 2,96, Kecamatan Manggala 3,02, Kecamatan Makassar 3,03, Kecamatan Ujung Pandang 2,99, Kecamatan Panakukang 2,99, dan Kecamatan Bontoala 3,25. Kata Kunci : open government, pelayanan prima

Transcript of IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Page 1: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

53

IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI

MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PRIMA BERBASIS

KECAMATAN DI KOTA MAKASSAR

Lumu’ Taris1, H. Jufri2, Hari3

1,2 Lembaga Penelitian Universitas Negeri Makassar

Jalan Andi Pangerang Pettarani Gunung Sari Makassar 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Pembangunan Daerah Kota Makassar

Jalan Jenderal Ahmad Yani No, 2 Makassar

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengukur survei kepuasan masyarakat terhadap

pelayanan publik di kantor Kecamatan Kota Makassar. dengan mengacu pada Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat terhadap

Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Metode penelitian ini yaitu menggunakan jenis

penelitian survey. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah insidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 549 orang yang tersebar di

14 kecamatan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik

survei dan wawancara mendalam; instrument yang digunakan adalah angket dan panduan

wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat pengguna layanan.

Sedangkan teknik analisis data pada penelitian ini yaitu teknik statistik deskriptif, yang

mana teknik penyajian datanya berupa narasi kalimat, persentase, dan gambar-gambar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian responden pada masing-masing indikator

secara umum dinyatakan baik. Nilai pada masing-masing aspek adalah persyaratan 3,03,

prosedur 2,90, waktu pelayanan 2,86, biaya/tarif 3,07, produk spesifikasi jenis pelayanan

3,06, kompetensi pelaksana 3,09, perilaku pelaksana 3,03, maklumat pelayanan 3,14, dan

penanganan pengaduan/saran/masukan 3,14. Penilaian responden terhadap pada masing-

masing kecamatan secara umum juga diyatakan baik. Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada masing-masing kecamatan adalah Kecamatan Mamajang 3,12,

Kecamatan Mariso 3,04, Kecamatan Tamalanrea 2,86, Kecamatan wajo 3,18, Kecamatan

Tamalate 3,05, Kecamatan Rappocini 2,95, Kecamatan Biringkanayya 2,92, Kecamatan

Ujung Tanah 3,15, Kecamatan Tallo 2,96, Kecamatan Manggala 3,02, Kecamatan

Makassar 3,03, Kecamatan Ujung Pandang 2,99, Kecamatan Panakukang 2,99, dan

Kecamatan Bontoala 3,25.

Kata Kunci : open government, pelayanan prima

Page 2: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

54

1. PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintahan Daerah pada

pasal 209 ayat (2) huruf f yang

menjelaskan bahwa Kecamatan adalah

perangkat daerah Kabupaten/Kota. Lebih

lanjut, pada pasal 221 ayat (1) secara

tegas menjelaskan bahwa Kecamatan

dibentuk dalam rangka meningkatkan

koordinasi penyelenggaraan

pemerintahan. Artinya dengan adanya

Kecamatan, Camat sebagai pimpinan

tertinggi di Kecamatan harus dapat

mengkoordinasikan semua urusan

pemerintahan di Kecamatan, kemudian

juga Camat harus memberikan pelayanan

publik di Kecamatan dan juga

pemberdayaan masyarakat

Desa/Kelurahan.

Kota Makassar sebagai kota

metropolitan telah mengalami

serangkaian perubahan dan

perkembangan yang tentunya menuju ke

arah yang lebih baik. Perubahan dan

perkembangan tersebut seiring dengan

reformasi pemerintahan, peningkatan

pelayanan dan pemberdayaan masyarakat

serta banyaknya investor- investor yang

masuk di kota ini. Pemerintah Kota

Makassar tentu tidak tinggal diam dalam

menanggapi perubahan dan

perkembangan yang terjadi sekarang ini.

Dalam menanggapi hal tersebut

Pemerintah Kota Makassar giat

melakukan perbaikan - perbaikan baik

dalam bentuk fisik maupun non fisik.

Semua bentuk perbaikan tersebut

dilakukan guna mewujudkan visi Kota

Makassar, yaitu mewujudkan Makassar

kota dunia yang nyaman untuk semua.

Keinginan kuat Pemerintah Kota

Makassar untuk mewujudkan Makassar

sebagai kota dunia tentunya

membutuhkan keselarasan dengan

pemerintahan yang ada di bawahnya baik

itu ditingkat Kecamatan maupun

kelurahan sehingga visi untuk menjadi

kota dunia dapat terwujudkan. Secara

struktural, keselarasan itu terutama

diperlihatkan oleh pemerintah ditingkat

Kecamatan karena langsung di bawahi

oleh Pemerintah Kota Makassar. Dengan

kata lain, untuk mewujudkan visi Kota

Makassar, maka fungsi-fungsi

pemerintahan hendaknya dijalankan dan

diselaraskan antara pemerintah di tingkat

kecamatan dengan tingkat kota. Salah

satu fungsi pemerintahan yang penting

adalah pelaksanaan dan peningkatan

pelayanan publik. Menurut Bab 1 Pasal 1

Ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2009 Tentang Pelayanan Publik, yang

dimaksud dengan pelayanan publik

adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga

negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggaraan

pelayanan publik. Dengan demikian,

dapat ditarik kesimpulan bahwa segala

macam bentuk pelayanan publik adalah

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

baik berupa barang, jasa maupun

pelayanan administratif. Pelayanan

publik dilakukan oleh pemerintah kepada

masyarakat yang meminta layanan.

Pemerintah berkewajiban melayani

masyarakat dengan pelayanan yang

memberikan kemudahan tanpa

mempersulit prosedur.

Sejalan dengan undang-undang

yang berlaku di atas, kunci utama

keberhasilan penyelengaraan pelayanan

publik adalah Good Governance

(kepemerintahan yang baik). Wasistiono

(2003: 28) mengemukakan bahwa

tuntutan adanya good governance ini

timbul karena adanya penyimpangan

dalam penyelenggaraan demokratisasi

sehingga mendorong kesadaran warga

negara untuk menciptakan sistem atau

paradigma baru untuk mengawasi

jalannya pemerintahan agar tidak

melenceng dari tujuan semula.

Selanjutnya, Namun demikian pelayanan

publik yang dilakukan oleh aparatur

pemerintah saat ini belum seluruhnya

memenuhi harapan masyarakat. Hal ini

Page 3: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

55

dapat diketahui dari berbagai keluhan

masyarakat yang disampaikan melalui

media masa dan jaringan sosial, sehingga

memberikan dampak buruk terhadap

pelayanan pemerintah, yang

menimbulkan ketidakpercayaan

masyarakat. Untuk itu sangat penting

dilakukan penelitian tentang “Bagaimana

gambaran implementasi open goverment

dan transparansi masyarakat dalam

pelayanan prima berbasis kecamatan di

Kota Makassar?”

2. KAJIAN LITERATUR

Good governance menurut Dwi

Payana (2003:45) merupakan sesuatu

yang sulit didefinisikan karena

didalamnya terkandung makna etis.

Selanjutnya dikatakan bahwa dalam

konteks tersebut birokrasi pemerintah

setidaknya memiliki tiga tugas pokok

yakni: pertama, fungsi pelayanan publik

(publik services) yang bersifat rutin

kepada masyarakat, seperti memberikan

pelayanan perijinan, pembuatan

document, perlindungan, pemeliharaan

fasilitas umum, pemeliharaan kesehatan,

dan jaminan keamanan bagi penduduk.

Kenyataan fungsi birokrasi pemerintah

didaerah ini belum berjalan sebagaimana

mestinya. Kemudia Good governance

menurut Mardiasmo (1998) adalah suatu

konsep pendekatan yang berorientasi

kepada pembangunan sektor politik oleh

pemerintah yang baik.

Kemudian dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000

prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik

terdiri dari: 1. Profesionalitas,

meningkatkan kemampuan dan moral

penyelenggara pemerintahan agar mampu

memberi pelayanan yang mudah, cepat,

tepat dengan biaya yang terjangkau. 2.

Akuntabilitas, meningkatkan

akuntabilitas para pengambil keputusan

dalam segala bidang yang menyangkut

kepentingan masyarakat. 3. Transparansi,

menciptakan kepercayaan timbal batik

antara pemerintah dan masyarakat

melalui penyediaan informasi dan

menjamin kemudahan di dalam

memperoleh informasi yang akurat dan

memadai. 4. Pelayanan prima,

penyelenggaraan pelayanan publik yang

mencakup prosedur yang baik, kejelasan

tarif, kepastian waktu, kemudahan akses,

kelengkapan sarana dan prasarana serta

pelayanan yang ramah dan disiplin. 5.

Demokrasi dan Partisipasi, mendorong

setiap warga untuk mempergunakan hak

dalam menyampaikan pendapat dalam

proses pengambilan keputusan, yang

menyangkut kepentingan masyarakat

baik secara langsung maupun tidak

langsung. 6. Efisiensi dan Efektifitas,

menjamin terselenggaranya pelayanan

kepada masyarakat dengan menggunakan

sumber daya yang tersedia secara optimal

dan bertanggung jawab. 7. Supremasi

hukum dan dapat diterima oleh seluruh

masyarakat, mewujudkan adanya

penegakkan hukum yang adil bagi semua

pihak tanpa pengecualian, menjunjung

tinggi HAM dan memperhatikan nilai-

nilai yang hidup dalam masyarakat.

Hal di atas sejalan dengan World

Bank mengungkapkan sejumlah

karakteristik good governance adalah

masyarakat sispil yang kuat dan

partisipatoris, terbuka, pembuatan

kebijakan yang dapat diprediksi,

eksekutif yang bertanggung jawab,

birokrasi yang profesional dan aturan

hukum. Asian Development Bank (ADB)

sendiri menegaskan adanya konsensus

umum bahwa good governance dilandasi

oleh 4 pilar yaitu (1) accountability, (2)

transparency, (3) predictability, dan (4)

participation.

Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Nomor: 16 Tahun 2014 tentang Pedoman

Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap

Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang

terdiri dari Sembilan Indikator yaitu: (1)

persyaratan, (2) prosedur, (3) waktu

pelayanan, (4) biaya/tarif, (5) produk

spesifikasi jenis pelayanan, (6)

kompetensi pelaksana, (7) perilaku

Page 4: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

56

pelaksana, (8) maklumat pelayanan, dan

(9) penanganan

pengaduan/saran/masukan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa Good governance

adalah suatu konsep pendekatan yang

berorientasi kepada pembangunan sektor

politik oleh pemerintah yang baik. Yang

didalamnya harus dilakukan pelayanan

public yang bersesuaian dengan prinsip-

prinsip pelayanan yang baik dan

akuntabel.

3. METODE PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah

masyarakat yang berkunjung di

kecamatan sekota Makassar. Penelitian

ini dilakukan di Kota Makassar.

Penelitian ini dilakukan di Kota

Makassar dan waktu penelitiannya adalah

bulan Mei s/d Oktober 2017.

Pengumpulan data penelitian melibatkan

18 tenaga surveyor untuk melakukan

survei dan mengumpulkan data terkait

pelayanan masyarakat yang berlangsung

di 14 Kantor Kecamatan. Penelitian ini

berfokus pada pelayanan yang dilakukan

oleh aparat kecamatan. Pengumpulan

data dilakukan dengan teknik survei dan

wawancara mendalam. Instrument

penelitian yang digunakan adalah angket

dan panduan wawancara. Informan dalam

penelitian ini adalah masyarakat

pengguna layanan yang sedang

mendapatkan layanan dan bersedia

mengisi angket serta berkenan

diwawancarai. Dan Seluruh data yang

telah terkumpul dianalisis dengan

menggunakan teknik statistik deskriptif.

Hasil dan teknik penyajian datanya

berupa narasi kalimat, persentase, dan

gambar-gambar pendukung terkait

pelayanan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Kota Makassar merupakan salah satu

pemerintahan kota dalam wilayah

Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 29

Tahun 1959 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi,

sebagaimana yang tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1959 Nomor 74 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 1822.

Kota Makassar menjadi ibu kota

Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965,

(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor

94), dan kemudian berdasarkan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah

Tingkat II Kotapraja Makassar diubah

menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya

Makassar. Kota Makassar yang pada

tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama

menjadi Ujung Pandang, wilayahnya

dimekarkan dari 21 km² menjadi 175,77

km² dengan mengadopsi sebagian

wilayah kabupaten lain yaitu Gowa,

Maros, dan Pangkajene Kepulauan, hal

ini berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 51 Tahun 1971 tentang

Perubahan batas-batas daerah Kotamadya

Makassar dan Kabupaten Gowa, Maros

dan Pangkajene dan Kepulauan, lingkup

Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Pada perkembangan, nama Kota

Makassar dikembalikan lagi berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun

1999 tentang Perubahan Nama

Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota

Makassar, hal ini atas keinginan

masyarakat yang didukung DPRD Tk. II

Ujung Pandang saat itu, serta masukan

dari kalangan budayawan, seniman,

sejarawan, pemerhati hukum dan pelaku

bisnis.

Luas Wilayah Kota Makassar

tercatat 175,77 km persegi. Secara

administratif Kota Makassar terbagi atas

14 Kecamatan dan 143 Kelurahan.

Bagian utara kota terdiri atas Kecamatan

Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea,

Kecamatan Tallo, dan Kecamatan Ujung

Tanah. Di bagian selatan terdiri atas

Kecamatan Tamalate dan Kecamatan

Rappocini. Di bagian Timur terbagi atas

Kecamatan Manggala dan Kecamatan

Page 5: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

57

Panakkukang. Bagian barat adalah

Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala,

Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan

Makassar, Kecamatan Mamajang, dan

Kecamatan Mariso.

Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah pada pasal 209 ayat

(2) huruf f yang menjelaskan bahwa

Kecamatan adalah perangkat daerah

Kabupaten/Kota. Kantor kecamatan

merupakan Salah satu kantor

pemerintahan yang aktivitasnya

memberikan pelayanan publik kepada

masyarakat.

Pemerintah kota melalui kantor

kecamatan merupakan ujung tombak

yang langsung berhubungan dengan

masyarakat, kantor kecamatan

merupakan cerminan dari pemerintah

kota dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dalam bentuk layanan

administratif. Bentuk layanan yang

diberikan berhubungan dengan

administrasi kependudukan dan layanan

lainnya yang berhubungan dengan

pemerintahan di tingkat Kecamatan.

Layanan yang diberikan contohnya

adalah pembuatan Kartu Keluarga, Kartu

Tanda Penduduk, Pengursan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB), dan

fasilitas pelayanan pemerintahan lain

bagi masyarakat ataupun bagi pemerintah

di tingkat kelurahan. Jenis dan bentuk

pelayanan pada kantor kecamatan di Kota

Makassar dapat dilihat pada Tabel 4.1

berikut ini:

Tabel 4.1: Jenis dan Bentuk-Bentuk

Pelayanan Pada Kantor Kecamatan di

Kota Makassar

Surat Akta

Kelahiran

2 Surat

Rekomendasi

-Surat Izin

Mendirikan

Bangunan

(IMB)

- Surat Izin

Tempat Usaha (SITU), SIUP,

HO

3 Pengantar

keterangan

- Surat

Keterangan

Pindah

- surat izin

penelitian

- Surat

keterangan beda

nama

- Surat

keterangan

No Jenis

Pelayanan

Bentuk

Pelayanan

dominsili usaha

- surat keterangan

dominsili

- surat keterngan

dominsili

lembaga

- surat keterangan

kelahiran

-surat keterangan

kematian

- surat keterangan

tidak mampu

4 Pelayanan

pajak dan

pelayanan

umum

-Bayar pajak dan

lain-lain

-surat pernyataan

ahli waris

- surat pelayaan

akta jual beli

1. Karakteristik Responden

Jumlah responden pada penelitian

ini adalah 549 yang tersebar pada 14

Kecamatan di Makassar. Karakteristik

responden dikelompokkan kedalam

karakteristik berdasarkan umur,

pendidikan dan pekerjaan. Karakteristik

responden berdasarkan umur

menunjukkan bahwa jumlah responden

No Jenis Pelayanan Bentuk Pelayanan

1 Administrasi - Pembuatan Kependudukan kartu Tanda Penduduk (KTP) - Pembuatan kartu Keluarga (KK) - Pembuatan

Page 6: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

58

terbanyak yaitu responden yang berumur

21 – 30 tahun sebanyak 159 orang atau

dengan persentase 29%. Sedangkan umur

responden paling sedikit yaitu umur 51

tahun ke atas yaitu hanya 64 orang atau

dengan persentase 11,7%. Secara lebih

rinci dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2.a: Distribusi Masyarakat

Pengguna Layanan Berdasarkan Umur di

Kota Makassar

Umur

(tahun)

Frekuensi Persentase

(%)

17 -20 107 19,5

21 -30 159 29,0

31 – 40 117 21,3

41 – 50 102 18,6

51 Ke atas

64 11,7

Jumlah 549 100,0

Responden berdasarkan

pendidikan diketahui bahwa bahwa

jumlah responden terbanyak yaitu

responden yang berpendidikan SMA

sebanyak 337 orang atau dengan

persentase 61,4%. Sedangkan tingkat

pendidikan responden yang paling

sedikit, yaitu yang berpendidikan S2

hanya 9 orang atau dengan persentase

1,6%. Secara lebih rinci dijelaskan pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.2.b : Distribusi Masyarakat

Pengguna Layanan Berdasarkan

Pendidikan di Kota Makassar

Selanjutnya karakteristik

responden berdasarkan pekerjaan

diketahui bahwa jumlah responden

terbanyak yaitu responden yang

mempunyai pekerjaan lainnya sebanyak

259 orang atau dengan persentase 47,2%.

Sedangkan jenis pekerjaan responden

yang paling sedikit, yaitu yang bekerja

sebagai PNS/TNI/POLRI hanya 36

orang atau dengan persentase 6,6%.

Secara lebih rinci dijelaskan pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.2.c: Distribusi Masyarakat

Pengguna Layanan Berdasarkan

Pekerjaan di Kota Makassar

Pekerjaan Frekuensi Persentase

PNS/TNI/P

OLRI 36 6,6

Pegawai

swasta 73 13,3

Wirausaha 60 10,9

Pelajar/Ma

hasiswa 121 22,0

Lainnya 259 47,2

Jumlah 549 100

2. Hasil Survei Kepuasan

Masyarakat

Penelitian ini berfokus pada survei

kepuasan masyarakat terhadap pelayanan

yang dilakukan oleh aparat kecamatan

berdasarkan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Nomor: 16 Tahun 2014 tentang Pedoman

Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap

Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang

meliputi aspek: persyaratan, prosedur,

waktu pelayanan, biaya/tarif, produk

spesifikasi jenis pelayanan, kompetensi

pelaksana, perilaku pelaksana, maklumat

pelayanan, dan penanganan

pengaduan/saran/masukan.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penilaian responden pada masing-

masing indikator secara umum

dinyatakan baik. Gambaran hasil

penilaian masyarakat pengguna

Pendidikan Frekuensi Persentase

(%)

SD 23 4,2

SMP 51 9,3

SMA 337 61,4

S1 129 23,5

S2 9 1,6

Jumlah 549 100,0

Page 7: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

59

layananan masing-masing indikator se-

Kota Makassar adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3.1: Rata-rata Nilai Indeks

Kepuasan Masyarakat setiap Indikator di

Kota Makassar

Berdasarkan tabel diatas dapat

diketahui bahwa indikator maklumat dan

indikator penanganan pengaduan, saran

dan masukan memperoleh nilai rata-rata

indeks kepuasan masyarakat tertinggi

yaitu masing-masing 3,14 dengan

kategori baik. Sedangkan nilai indeks

kepuasan masyarakat paling rendah pada

indikator waktu pelayanan dengan nilai

2,86 atau kategori baik.

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat masing-masing kecamatan

pada semua indikator dapar dilihat pada

Tabel 4.3.2. berikut. Secara grafik

ditampilkan pada tebel 4,3,2, berikut

ini:

Tabel 4.3.2 :Nilai rata-rata indeks survei

kepuasan masyarakat setiap Kecamatan

di Kota Makassar

No Indikator Nilai Kategori

1 Persyaratan 3,03 Baik

2 Prosedur 2,90 Baik

3

Waktu

Pelayanan

2,86 Baik

4

Biaya dan

Tarif

3,07 Baik

5

Produk

Spesifikasi Pelayanan

3,06

Baik

6

Kompetensi

Pelaksana

3,09 Baik

7

Perilaku Pelaksana

3,03

Baik

8

Maklumat

Pelayanan

3,14 Baik

9

Penanganan

Pengaduan,

Saran dan Masukan

3,14

Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat

diketahui bahwa Kecamatan yang

memperoleh rata-rata nilai indeks

kepuasan masyarakat adalah Kecamatan

Bontoala dengan nilai indeks 3,25 atau

dengan kategori baik. Sedangkan

kecamatan yang memperoleh rata-rata

nilai indeks kepuasan masyarakat paling

rendah adalah Kecamatan Tamalanrea

dengan nilai 2,86 atau dengan kategori

baik.

Perbandingan nilai indeks

kepuasan masyarakat masing-masing

indikator pada seluruh kecamatan

ditampilkan seara lengkap pada tabel dan

gambar berikut:

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada indikator persyaratan

setiap Kecamatan di Kota Makassar

digambarkan berikut ini.

No Kecamatan Nilai Kategori

1 Bontoala 3,25 Baik

2 Wajo 3,18 Baik

3 Ujung Tanah 3,15 Baik

4 Mamajang 3,12 Baik

5 Tamalate 3,05 Baik

6 Mariso 3,04 Baik

No Kecamatan Nilai Kategori

7 Makassar 3,03 Baik

8 Manggala 3,02 Baik

9

Ujung

Pandang

2,99

Baik

10 Panakukang 2,99 Baik

11 Tallo 2,96 Baik

12 Rappocini 2,95 Baik

13 Biringkanayya 2,92 Baik

14 Tamalanrea 2,86 Baik

Page 8: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

60

Gambar 4.3.3: Grafik nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Persyaratan setiap kecamatan di Kota

Makassar

Berdasarkan di atas dapat

diketahui bahwa kecamatan yang

memperoleh nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator persyaratan

yang paling tinggi adalah Kecamatan

Wajo dengan nilai indeks 3,20 atau

dengan kategori baik. Sedangkan

kecamatan yang memperoleh nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

persyaratan paling rendah adalah

Kecamatan Biringkanayya dengan nilai

2,84 atau dengan kategori baik.

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada indikator prosedur

pelayanan setiap Kecamatan di Kota

Makassar digambarkan berikut ini.

Gambar 4.3.4: Grafik nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Prosedur Pelayanan setiap Kecamatan di

Kota Makassar

Berdasarkan gambar di atas dapat

diketahui bahwa Kecamatan yang

memperoleh nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Prosedur

Pelayanan yang paling tinggi adalah

Kecamatan Wajo dengan nilai indeks

3,32 atau dengan kategori baik.

Sedangkan kecamatan yang memperoleh

nilai indeks kepuasan masyarakat pada

indikator Prosedur pelayanan paling

rendah adalah Kecamatan Tallo dengan

nilai 2,55 atau dengan kategori baik.

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada indikator waktu

pelayanan setiap Kecamatan di Kota

Makassar digambarkan berikut ini.

Nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator

Bontoala 3,10

3,00

Ujung Pandang 3,02

Makassar 3,09

Manggala 3,06

Tallo 2,99

Ujung Tanah 3,01

Biringkanayya 2,84

Rappocini 2,93

Tamalate 3,08

Wajo 3,20

Tamalanrea 3,10

Mariso 3,00

Mamajang 3,02

2,60 2,80 3,00 3,20 3,40

Nilai IKM

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

Nilai IKM

3,11

2,81

2,89

2,61

2,80

2,55

3,06

2,79

2,69

2,98

2,96

2,90

3,17

Nilai indeks kepuasan

Makassar

Page 9: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

61

Gambar 4.3.5: Grafik nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Waktu Pelayanan setiap kecamatan di

Kota Makassar

Berdasarkan dapat diketahui

bahwa Kecamatan yang memperoleh

nilai indeks kepuasan masyarakat pada

indikator waktu pelayanan yang paling

tinggi adalah Kecamatan Bontoala

dengan nilai indeks 3,28 atau dengan

kategori sangat baik. Sedangkan

kecamatan yang memperoleh nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

waktu pelayanan paling rendah adalah

Kecamatan Tamalanrea dengan nilai 2,31

atau dengan kategori kurang baik.

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada indikator biaya/tarif

setiap Kecamatan di Kota Makassar

digambarkan berikut ini.

Gambar 4.3.6: Grafik nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Biaya/Tarif setiap kecamatan di Kota

Makassar.

Berdasarkan gambar diatas dapat

diketahui bahwa Kecamatan yang

memperoleh nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Biaya/Tarif

yang paling tinggi adalah Kecamatan

Ujung Tanah dengan nilai indeks 3,44

atau dengan kategori sangat baik.

Sedangkan kecamatan yang memperoleh

nilai indeks kepuasan masyarakat pada

indikator biaya/tarif paling rendah adalah

Kecamatan Tamalanrea dengan nilai 2,81

atau dengan kategori baik.

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Produk

spesifikasi jenis pelayanan setiap

Kecamatan di Kota Makassar

digambarkan berikut ini.

3,00 2,00

0,00

2,91

2,70

2,71

2,91

2,82

3,14

2,80

2,74

2,94

2,90

2,31

2,93

2,99

Nilai indeks kepuasan

Makassar

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

Nilai IKM

3,25

2,98

3,06

3,07

3,05

3,08

2,94

2,95

3,25

3,02

2,81

2,99

3,07

Nilai indeks kepuasan

Biaya dan Tarif di Kota

Makassar

Page 10: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

62

Gambar 4.3.7: Grafik nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Produk spesifikasi jenis pelayanan setiap

kecamatan di Kota Makassar

Berdasarkan gambar diatas dapat

diketahui bahwa Kecamatan yang

memperoleh nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Produk

spesifikasi jenis pelayanan yang paling

tinggi adalah Kecamatan Wajo dengan

nilai indeks 3,1 atau dengan kategori

sangat baik. Sedangkan kecamatan yang

memperoleh nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Produk

spesifikasi jenis pelayanan paling rendah

adalah Kecamatan Tallo dengan nilai

2,84 atau dengan kategori baik.

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada indikator kompetensi

pelaksana setiap Kecamatan di Kota

Makassar digambarkan berikut ini.

Gambar 4.3.8: Grafik nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Kompetensi pelaksana setiap kecamatan

di Kota Makassar

Berdasarkan gambar diatas dapat

diketahui bahwa Kecamatan yang

memperoleh nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Komptensi

Pelaksana yang paling tinggi adalah

Kecamatan Bontoala dengan nilai indeks

3,43 atau dengan kategori sangat baik.

Sedangkan kecamatan yang memperoleh

nilai indeks kepuasan masyarakat pada

indikator Komptensi Pelaksana paling

rendah adalah Kecamatan Tamalate

dengan nilai 2,78 atau dengan kategori

baik.

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada indikator perilaku

pelaksana setiap Kecamatan di Kota

Makassar digambarkan berikut ini

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

Nilai IKM

3,03

2,99

3,15

3,12

3,23

3,12

3,04

3,15

2,78

3,14

3,01

3,03

3,11

Nilai indeks kepuasan

Kota Makassar

Nilai IKM

3,13

3,06

3,00

3,24

3,07

2,84

3,01

2,92

2,91

2,87

3,05

3,20

Nilai indeks kepuasan

Page 11: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

63

Gambar 4.3.9: Grafik nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Perilaku Pelaksna setiap kecamatan di

Kota Makassar

Berdasarkan gambar diatas dapat

diketahui bahwa Kecamatan yang

memperoleh nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Perilaku

pelaksana yang paling tinggi adalah

Kecamatan Mariso dam Kecamatan

Bontoala dengan nilai indeks masing-

masing 3,20 atau dengan kategori baik.

Sedangkan kecamatan yang memperoleh

nilai indeks kepuasan masyarakat pada

indikator Perilaku pelaksana paling

rendah adalah Kecamatan Tamalanrea

dengan nilai 2,75 atau dengan kategori

baik.

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada indikator maklumat

pelayanan setiap Kecamatan di Kota

Makassar digambarkan berikut ini

Gambar 4.3.10: Grafik nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Maklumat Pelayanan setiap kecamatan di

Kota Makassar

Berdasarkan gambar diatas dapat

diketahui bahwa Kecamatan yang

memperoleh nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Maklumat

pelayanan yang paling tinggi adalah

Kecamatan Bontoala dengan nilai indeks

3,48 atau dengan kategori baik.

Sedangkan kecamatan yang memperoleh

nilai indeks kepuasan masyarakat pada

indikator Maklumat pelayanan paling

rendah adalah Kecamatan Tamalanrea

dengan nilai 2,86 atau dengan kategori

baik.

Nilai rata-rata indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Penanganan

pengaduan, saran dan masukan setiap

Kecamatan di Kota Makassar

digambarkan berikut ini:

2,40 2,60 2,80 3,00 3,20

Nilai IKM

3,15

3,05

3,01

3,09

3,02

2,95

3,01

2,89

3,03

3,04

3,12

Nilai indeks kepuasan

Makassar

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

Nilai IKM

3,04

3,03

3,15

3,11

3,06

3,22

3,18

3,10

3,06

3,41

2,86

3,05

3,23

Nilai indeks kepuasan

Makassar

Page 12: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

64

Gambar 4.3.11: Grafik nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Penanganan pengaduan, saran dan

masukan setiap kecamatan di Kota

Makassar

Berdasarkan gambar diatas dapat

diketahui bahwa Kecamatan yang

memperoleh nilai indeks kepuasan

masyarakat pada indikator Penanganan

pengaduan, saran dan masukan yang

paling tinggi adalah Kecamatan Ujung

Tanah dengan nilai indeks 3,36 atau

dengan kategori sangat baik. Sedangkan

kecamatan yang memperoleh nilai indeks

kepuasan masyarakat pada indikator

Penanganan pengaduan, saran dan

masukan paling rendah adalah

Kecamatan Biringkanayya dengan nilai

2,89 atau dengan kategori baik.

B. Pembahasan

Penelitian dilakukan untuk

mengukur indeks survei kepuasan

masyarakat terhadap pelayanan di semua

Kantor Kecamatan di Kota Makassar

dengan mengacu pada Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman

Survei Kepuasan Masyarakat terhadap

Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Undang-undang 25 tahun 2009

tentang pelayanan publik menjelaskan

beberapa sanksi yang akan diterima oleh

aparatur negara apabila terjadi pelayanan

yang tidak baik kepada masyarakat,

seharusnya dengan adanya payung

hukum ini sanksi harus dijalankan

dengan optimal, sehingga adanya efek

jera yang dirasakan. Hal ini secara tidak

langsung akan memperbaiki pelayanan

publik oleh penyelenggara.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Mamajang secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat. Tidak

adanya nomor antrian, KTP card tidak

ada sehingga mereka hanya dapat surat

keterangan yang berlaku 6 bulan. Praktik

baik di Kecamatan Mamajang antara lain:

Tersedia ruang bermain anak-anak yang

representatif sehingga sehingga

pengunjung yang datang bersama anak-

anaknya bisa lebih nyaman dalam

menunggu. Tersedia ruang khusus bagi

pengunjung untuk mengatur antrian yang

sudah dapat panggilan. Tersedia kotak

saran.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Mariso secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat, biaya

pelayanan, fasilitas AC dan kursi yang

masih perlu ditambah, tidak ada nomor

antrian dan tidak tersedia loket khusus

misalnya untuk KTP. Mereka juga

berharap staf selalu hadir tepat waktu

sesuai dengan waktu pelayanan. Praktik

3,05

3,08

3,20

3,07

3,26

3,18

2,60 2,80 3,00 3,20 3,40

Nilai IKM

3,07

3,13

3,09

3,10

Nilai indeks kepuasan

Makassar

Page 13: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

65

baik pada Kecamatan Mariso antara lain:

sarana pelayanan terbuka.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Tamalanrea secara umum

menganggap pelayanan belum maksimal.

Beberapa keluhan masyarakat antara lain:

formulir e-KTP tidak siap, tempat

pelayanan kurang jelas, petugas kurang

ramah, pelayanan lambat, tidak ada

nomor antrian dan terkadang yang

dikenal oleh petugas yang dilayani lebih

awal, masih kurang informasi tentang

alur pelayanan. Masyarakat juga berharap

agar di stop pungutan liar (pungli), perlu

dilakukan program pelatihan pelayanan

prima bagi petugas/karyawan kecamatan

dan sebaiknya petugas penentu kebijakan

selalu berada di tempat kerja sesuai

dengan jam kerja yang ditetapkan oleh

Pemerintah Kota Makassar. Praktik baik

yang telah dilaksanakan di Kecamatan

Tamalanrea antara lain: ruangan cukup

luas.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Wajo secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat,

lingkungan kurang nyaman, tidak ada

nomor antrian. Masih kurang

sosialisasi/informasi tentang alur

pelayanan. Masyarakat juga berharap

agar petugas pelayanan publik sebaiknya

datang tepat waktu karena kadang warga

masyarakat yang datang harus menunggu

berjam-jam hanya menunggu petugasnya.

Praktik baik yang telah dilaksanakan oleh

Kecamatan Wajo antara lain: Tersedia

lahan parkir yang memadai dan Ruangan

pelayanan memiliki AC.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Tamalate secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat,

ruangan kotor, kurang nyaman dan panas.

TV dan AC ada tapi tidak dihidupkan.

Masyarakat juga berharap agar petugas

pelayanan publik sebaiknya datang tepat

waktu. Warga juga berharap agar petugas

tidak mempersulit dan stop pungutan liar.

Praktik baik yang telah dilaksanakan oleh

Kecamatan Tamalate antara lain. Ada

petugas yang mengarahkan pengunjung

sesuai dengan jenis layanan yang

diperlukan. Menyiapkan kantin dan

tempat bermain anak-anak.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Rappocini secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat, masih

sempit, petugas kurang disiplin. Kurang

informasi dan sosialisasi tentang syarat

dan alur pelayanan. Masyarakat berharap

agar petugas responsif dan memberi

penjelasan yang detail. Masyarakat

berharap juga supaya tidak ada lagi

warga yang dipersulit, menunjukkan jika

ada kesalahan atau kekurangan data,

jangan orangnya diabaikan, dijelaskan

supaya tidak bolak-balik dan dipimpong

sana-sini. Praktik baik yang telah

dilaksanakan oleh Kecamatan Rappocini

antara lain: Tersedia tempat parkir, tetapi

berbayar. Blanko layanan dapat

didownload melalui web http://kec-

rappocini.id/. Menyediakan fasilitas

layanan antar jemput berkas.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Biringkanayya secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat, ruang

pelayanan sempit dan kurang bersih,

petugas kurang disiplin dan kurang

ramah dan tidak adil atau membeda-

bedakan warga biasa. Tidak ada nomor

antrian. Praktik baik yang telah

dilaksanakan oleh Kecamatan

Page 14: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

66

Biringkanayya antara lain: Tempat parkir

yang memadai dan teratur.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Ujung Tanah secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat, tidak

ada blanko KTP, petugas masih tidak

berlaku adil atau mendahulukan yang

dikenal. Perangkat sistem antrian

bermasalah sehingga tidak terpakai saat

pengambilan data awal. Praktik baik

yang telah dilaksanakan oleh Kecamatan

Ujung Tanah antara lain: Disiapkan air

minum, Camat sering menyapa

pengunjung dan menanyakan keperluan

warga. Masalah system atrian

disampaikan ke tim pengumpul data dan

tim pengumpul data berhasil

memperbaiki sehingga digunakan lagi

untuk mengatur antrian. Mempunyai

papan/banner petunjuk alur pelayanan.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Tallo secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat, tidak

ada kepastian waktu informasi alur

pelayanan, Petugas terlalu lama istirahat.

Praktik baik: Ruangan ber AC dan

tersedia loket layanan terpadu.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Manggala secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat.

Praktik baik: Ada sumber

informasi/recepsionis yang mengarahkan

pengunjung sesuai dengan kebutuhannya.

Pejabat dan petugas disiplin dan terbuka.

Pihak kecamatan juga telah menyediakan

kotak saran.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Makassar secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat,

Masih ada petugas kurang ramah. Praktik

baik di Kecamatan Makassar antara lain:

Ada nomor antrian dan ada petugas yang

mengarahkan pengunjung.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Ujung Pandang secara

umum menganggap pelayanan sudah

baik dan berharap dapat ditingkatkan.

Namun mereka masih memiliki keluhan

antara lain, pelayanan yang masih

lambat. petugas kurang ramah dan

membeda-bedakan. Kursi masih kurang

jadi banyak warga berdiri. Praktik baik di

Kecamatan Ujung Pandang antara lain:

Ada petugas piket di ruang pelayanan

yang bertugas memberi informasi.

Ruangan pelayanan luas dan sejuk.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Panakukang secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan. Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, pelayanan yang masih lambat,

Ruangan pelayanan sempit, tidak ada

petugas yang mengarahkan pengunjung.

Praktik baik di Kecamatan Panakukang

antara lain: Ruang parkir memadai. Ada

tempat khusus di depan kantor untuk

petugas keamanan. Tersedia loket

pelayanan terpadu. Ada monitoring

aktifitas pelayanan di kelurahan dalam

lingkup Kecamatan Panakukang.

Memiliki web blog

http://panakkukang2016.wixsite.com/hu

mas.

Hasil pengamatan dan wawancara

dengan masyarakat penerima layanan di

Kecamatan Bontoala secara umum

menganggap pelayanan sudah baik dan

berharap dapat ditingkatkan . Namun

mereka masih memiliki keluhan antara

lain, masih ada petugas yang kurang

ramah dan terkesan membeda-bedakan.

Page 15: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

67

Praktik baik di Kecamatan Bontoala

antara lain: Tersedia loket pelayanan

terpadu. Ruang pelayanan ber AC, ada

tempat parker dan pengaturannya rapi.

5. KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan

gambaran implementasi open

government dan transparansi masyarakat

dalam pelayanan prima berbasis

kecamatan di Kota Makassar sebagai

berikut:

1. Kecamatan yang paling tinggi hasil

survei Indeks Kepuasan

Masyarakatnya (IKM) adalah

kecamatan Bontoala, dengan nilai

rata-ratanya sebesar 3,25 (berada

pada kategori baik). Dan

kecamatan yang paling rendah

hasil survei Indeks Kepuasan

Masyarakatnya (IKM) adalah

kecamatan Tamalanrea, dengan

nilai rata-ratanya sebesar 2,86

(berada pada kategori baik).

2. Berdasarkan indikator survey

Indeks Kepuasan Masyarakatnya

(IKM) maka yang paling tinggi

nilai rata-ratanya adalah maklumat

pelayanan (3,14) dan indikator

penanganan pengaduan, saran, dan

masukan (3,14). Sedangkan yang

paling rendah nilai rata-ratanya

adalah indicator waktu pelayanan

(2,86). Adapun pencapaian nilai

rata-rata tersebut terkait dengan

indikator atau aspek lainnya,

seperti: kompetensi dan perilaku

petugas layanan, prosedur, dan

waktu pelayanan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil survei Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM), maka

peneliti merekomendasikan beberapa hal

berikut:

1. Pemerintah Kota Makassar

sebaiknya memberikan reward

kepada kecamatan Bontoala

sebagai peraih nilai Indeks

Kepuasan Masyarakat paling

tinggi yaitu 3,25. Dan Pemerintah

Kota Makassar sebaiknya

memberikan pembinaan dan

punishment kepada kecamatan

Tamalanrea sebagai peraih nilai

Indeks Kepuasan Masyarakat

paling rendah yaitu 2,86.

2. Pihak pemerintah kota Makassar

perlu melakukan pelatihan untuk

peningkatan kompetensi petugas

layanan dan pelatihan excellent

services (Misalnya: Teknik

Manajemen Waktu & komunikasi

efektif).

3. Pihak pemerintah kota makassar

perlu memaksimalkan monitoring

dan evaluasi dan survei Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM)

secara berkala pada setiap unit

pelayanan publik di kantor

kecamatan.

6. DAFTAR PUSATAKA

Asian Development Bank. (1999).

Governance: Sound Development

Management.

Dwipayana, AAGN. Ari. (2003).

Membangun Good Governance.

Jakarta: Raja Grafindo.

Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan

Publik (Konsep, Dimensi, Indikator

Dan Implementasinya). Yogyakarta:

Gava Media.

Keputusan Menteri Pemberdayaan

Aparatur Negara Nomor 25. (2004).

Citra Pelayanan Prima

(Kep./25/M.PAN/2/2004).

Mardiasmo. 1998. Otonomi Daerah dan

Manajemen Keuangan Daerah.

Yogyakarta: Andi Offset.

Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Republik Indonesia

Nomor: 16 Tahun 2014 tentang

Pedoman Survei Kepuasan

Masyarakat Terhadap

Page 16: IMPLEMENTASI OPEN GOVERNMENT DAN TRANSPIRASI …

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2017

68

Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun

2000 Tentang pendidikan, pelatihan

jabatan pegawai negeri sipil.

Umam, Khaerul. 2012. Manajemen

Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.