Implementasi Nilai

21
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Dapat Mencegah Tindak Pidana Korupsi (Oleh: H. Abdul Chair Ramadhan) (Disampaikan dalam Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVI Lemhannas RI) BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Pancasila adalah lima nilai luhur yang ada dan berkembang dalam bangsa Indonesia dari sejak dahulu sampai dengan sekarang, di mana nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang sesuai dan berurat akar dalam bangsa Indonesia sendiri. Nilai- nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang banyak digali oleh The Founding Fathers dalam perumusan dasar negara yang akan dipakai oleh bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaannya.[1] Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Hans Kelsen merupakan grundnorm[2] ataupun menurut Teori Hans Nawiasky disebut sebagai staatsfundamentalnorm. Dalam hal ini menurut A. Hamid S. Attamimi secara eksplisit bahwa Pancasila adalah norma fundamental negara (staatsfundamentalnorm) Republik Indonesia.[3]

description

Ketahanan Nasional

Transcript of Implementasi Nilai

Page 1: Implementasi Nilai

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Dapat Mencegah Tindak Pidana Korupsi (Oleh: H. Abdul Chair Ramadhan)

(Disampaikan dalam Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVI

Lemhannas RI)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.            Umum

            Pancasila adalah lima nilai luhur yang ada dan berkembang dalam

bangsa Indonesia dari sejak dahulu sampai dengan sekarang, di mana

nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang sesuai dan

berurat akar dalam bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut

merupakan nilai-nilai yang banyak digali oleh The Founding Fathers dalam

perumusan dasar negara yang akan dipakai oleh bangsa Indonesia setelah

mencapai kemerdekaannya.[1]  Pancasila sebagai dasar negara Indonesia

sebagaimana dikemukakan oleh Hans Kelsen merupakan grundnorm[2]

ataupun menurut Teori Hans Nawiasky disebut sebagai

staatsfundamentalnorm. Dalam hal ini menurut A. Hamid S. Attamimi

secara eksplisit bahwa Pancasila adalah norma fundamental negara

(staatsfundamentalnorm) Republik Indonesia.[3]

            Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem

etika yang baik di negara ini, khususnya dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Di setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan

untuk beretika di setiap tingkah laku kita. Seperti tercantum pada sila ke

dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” sehingga

tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika

bangsa ini sangat berandil besar.

Page 2: Implementasi Nilai

            Pengertian Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat,

hirarkhis dan sistematis. Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan

suatu  sistem filsafat sehingga ke lima silanya memiliki esensi makna yang

utuh. Dasar pemikiran filosofisnya yaitu Pancasila sebagai filsafat bangsa

dan negara Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalam setiap

aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus

berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan

dan Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu adalah negara adalah suatu

persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia.

            Dewasa ini, Pancasila sedang mengalami cobaan atau ujian yang

cukup berat untuk kesekian kalinya, baik kaitannya dengan eksistensi

Pancasila itu sendiri maupun pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Banyak produk hukum dan

penegakan hukum yang kurang mencerminkan atau kurang memancarkan

nilai-nilai Pancasila, dengan tidak adanya rasa keadilan, rendahnya moral

dan ahlak. 

            Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun

dihadapi permasalahan yang sangat serius yakni praktek korupsi, praktek

demikian jelas sangat berdampak buruk terhadap lajunya roda

pembangunan. Persoalan korupsi di Indonesia bukan merupakan

persoalan yang baru. Praktek korupsi telah berlangsung secara terus

menerus dan turun-temurun seiring dengan perjalanan sejarah Republik

Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia perkembangannya terus

meningkat dari tahun ke tahun, dari segi kuantitas tindak pidana yang

dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh

aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan jumlah kerugian keuangan

negara akibat perbuatan tindak pidana korupsi semakin bertambah besar.

Keterpurukan perekonomian diyakini sebagai resultan dari adanya tindak

pidana korupsi yang sistematis dan meluas.

            Sistematisnya tindak pidana korupsi sebagai bagian kejahatan

terstruktural yang sangat utuh terakar, kuat dan permanen sifatnya,

sehingga korupsi sudah menjadi bahagian dari sistem yang ada.[4]

Page 3: Implementasi Nilai

            Begitu parahnya tindak pidana korupsi telah menempatkan

Indonesia pada peringkat tertinggi secara berturut-turut dari tahun ke

tahun. Hal ini dapat dilihat dari laporan Transparency Internasional (TI)

sejak satu dekade terakhir (1998-2008), Indonesia selalu menempati

peringkat terkorup di dunia. Tahun 1998 (peringkat 6 terkorup dari 85

negara), tahun 1999 (peringkat 3 terkorup dari 98 negara), tahun 2000

(peringkat 5 terkorup dari 90 negara), tahun 2001(peringkat 4 terkorup dari

91 negara), tahun 2002 (peringkat 6 terkorup dari 102 negara), tahun 2003

(peringkat 6 terkorup dari 133 negara), tahun 2004 (peringkat 5 terkorup

dari 146 negara), tahun 2005 (peringkat  5 terkorup dari 158 negara), tahun

2006 (peringkat 7 terkorup dari 163 negara), tahun 2007 (peringkat 10

terkorup dari 179 negara), tahun 2008 (peringkat 15 terkorup dari 180

negara).[5] Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia pada tahun 2009

mencapai 2,8 atau naik dari 2,6 pada tahun 2008, merupakan gambaran

buruknya tindak pidana korupsi.[6]

            Dalam penyelenggaraan pemerintahan, nilai-nilai Pancasila

menjadi strategis dalam mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Hal

demikian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1)            Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga

bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil

pemikiran, penilaian kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.

2)            Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa

Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai

sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam

hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3)            Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai

kerohanian yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan,

estetis dan religius yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa

Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.

Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa

Indonesia pada dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan,

demokrasi dan keadilan, sangat mendukung dalam pencegahan tindak

Page 4: Implementasi Nilai

pidana korupsi, khususnya yang dilakakukan oleh aparat penyelenggara

negara. Di samping itu Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan gotong

royong serta pengakuan atas hak-hak individu. Nilai-nilai Pancasila bersifat

universal yang memperlihatkan nafas humanisme. Oleh karena itu,

Pancasila dapat mencegah perilaku korupsi dalam penyelenggaraan

pemerintahan.

2.            Maksud dan Tujuan

a.         Maksud

            Maksud dari penulisan essay ini adalah untuk memberikan

gambaran pembuktian tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam

pemerintahan dapat mencegah tindak pidana korupsi. Dengan demikian

implementasi nilai-nilai Pancasila sangat strategis dalam upaya

pencegahan tindak pidana korupsi, khususnya yang dilakukan oleh

aparatur penyelenggara negara.

b.         Tujuan

Tujuan dari penulisan essay ini ditujukan untuk memberikan

kontibusi pemikiran yang akan terus dikembangkan lebih lanjut dalam

bentuk penulisan lanjutan selama penulis mengikuti PPRA XLVI T.A. 2011

di Lemhannas RI. Pada akhirnya, dapat digunakan sebagai bahan  kajian

strategis kepada Lemhannas RI dan masukan kepada pemerintah

berkaitan dengan tema pendidikan “Supremasi Hukum Dalam Rangka

Ketahanan Nasional.”

3.            Ruang Lingkup dan Tata Urut

            Ruang lingkup  dalam penulisan essay ini dibatasi hanya pada hal-

hal yang berkaitan dengan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam

pemerintahan dapat mencegah tindak pidana korupsi, khususnya yang

dilakukan oleh aparatur penyelenggara negara. Adapun penulisan disusun

ke dalam 3 (tiga) bab yang sistematis dan saling mengkait satu dengan

yang lain serta penyajiannya sesuai dengan kaedah penulisan yaitu runtun,

sistematis, mengalir dan utuh dengan tata urut sebagai berikut :

Page 5: Implementasi Nilai

            a.         Bab I     :     Pendahuluan

Pada bab ini menjelaskan secara garis besar tentang latar

belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan tata urut, serta

pengertian-pengertian yang berkaitan dengan materi yang dibahas.

            b.         Bab II    :        Pembahasan          

            Pada bab ini dilakukan pembahasan dan analisis atas pembuktian tentang

implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pemerintahan dapat mencegah

tindak pidana korupsi. Dalam bab ini diuraikan hubungan nilai-nilai

Pancasila dalam pemerintahan dengan pencegahan tindak pidana korupsi,

implementasi nilai-nilai pancasila dalam pemerintahan  sebagai faktor

pendorong pencegahan korupsi dan analisis pengaruh nilai-nilai Pancasila

dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan dapat mencegah tindak

pidana korupsi.            

            c.         Bab III   :     Penutup       

                     Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran atas uraian yang

dibahas yang bersifat

             konstruktif dan sistematis.

4.            Pengertian-Pengertian    

1)            Implementasi, adalah suatu proses, suatu aktivitas yang

digunakan untuk mentransfer idea tau gagasan, program atau harapan-

harapan yang dituangkan dalam bentuk kebijakan atau ketetapan agar

dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketetapan tersebut.

2)         Pandangan hidup, adalah wawasan menyeluruh terhadap

kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur.

3)         Pemerintahan, adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat

aturan-aturan yang harus dijalankan yg bersumber dari pemerintah.

4)             Mencegah, adalah menahan agar sesuatu tidak terjadi. 

5)           Tindak pidana korupsi, adalah segala perbuatan yang melawan

hukum yang merugikan keuangan dan perekonomian negara.

Page 6: Implementasi Nilai

BAB IIPEMBAHASAN

5.      Hubungan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Dengan Pencegahan Tindak    Pidana Korupsi            Pancasila mempunyai daya kekuatan yang menggerakkan

masyarakat agar menjalankan tindakan-tindakan riil dalam kehidupan

masyarakat sesuai dengan aspirasi nilai-nilai yang dikandungnya.

Tindakan-tindakan ini bersifat emansipatoris karena pada dasarnya

merupakan langkah pembebasan bangsa dari berbagai bentuk penjajahan,

penindasan, kekerasan dan dominasi.[7] Sebagai dasar negara, Pancasila

merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi suatu kebatinan atau

cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta

kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar

baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis

atau konvensi. Dalam kehidupannya sebagaid asar negara, Pancasila

mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Republik

Indonesia merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan

masing-masing silanya.[8]

            Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional

membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan

pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.

Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang

fundamental. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut adalah nilai

Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai

persatuan indonesia, nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan nilai keadilan

sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat

bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,

nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

            Lima nilai dasar yang fundamental dalam Pancasila apabila

diimplementasikan dengan konsisten dan penuh ketaqwaan oleh seluruh

aparatur penyelenggara negara baik di tingkat pusat maupun di derah

Page 7: Implementasi Nilai

diyakini akan memberikan pengaruh besar dalam mencegah terjadinya

tindak pidana korupsi. Dikatakan demikian oleh karena Pancasila sebagai

dasar negara membawa konsekuensi bahwa segala yang ada dalam

negara tersebut haruslah taat asas (konsisten) dengan dasar tersebut,

termasuk aturan hukum atau perundang-undangan yang berlaku.

Dengan implementasikan nilai-nilai Pancasila dalam wujud

menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila di segala

bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya

oleh aparat penyelenggara pemerintahan, maka perilaku korupsi dapat

dicegah.

Dengan berlakunya reformasi, nilai-nilai Pancasila tidak diterapkan

dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, terlebih lagi dengan

dihapuskannya Pancasila sebagai asas tunggal, Pancasila kehilangan

kredibilitasnya sebagai ideologi karenya begitu banyak penyelewengan

yang mengatasnamakannya.

Sejalan dengan hal ini semenjak reformasi hingga sekarang yang

terjadi adalah peningkatan tindak pidana korupsi yang perkembangannya

terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari segi kualitas maupun dari

segi kuantitas yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang

memasuki seluruh bidang penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat

pusat maupun di daerah.

Dengan demikian, maka terlihat hubungan antara nilai-nilai

Pancasila dengan upaya pencegahan tindak pidana korupsi, dengan lain

perkataan, semakin kuat implementasi nilai-nilai Pancasila, maka akan

semakin rendah perilaku tindak pidana korupsi, sebailknya semakin rendah

implementasi nilai-nilai Pancasila, maka semakin tinggi perilaku korupsi.

6.    Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Sebagai Faktor

Pendorong Pencegahan Korupsi

Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah

dijadikannya nilai nilai dasar menjadi sumber bagi penyusunan norma

hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai dasar Pancasila itu adalah

Page 8: Implementasi Nilai

dijadikannya Pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan norma

hukum di Indonesia. Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang

merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem hukum Indonesia itu

bersumber dan berdasar pada Pancasila sebagai norma dasar bernegara.

Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau

staatfundamentalnorm (norma fundamental negara) dalam jenjang norma

hukum di Indonesia. Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam

berbagai peraturan perundangan yang ada. Perundang-undangan,

ketetapan, keputusan, kebijaksanaan pemerintah, program - program

pembangunan, dan peraturan - peraturan lain pada hakikatnya merupakan

nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila.

Dalam menjalankan fungsi pemerintahan, nilai-nilai Pancasila

menjadi sumber norma etik (norma moral). Nilai-nilai Pancasila adalah nilai

moral. Oleh karena itu, nilai Pancasila juga dapat diwujudkan ke dalam

norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat

digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah

laku dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pelaksanaan fungsi

pemerintahan.

Dalam kaitannya dengan hubungan implementasi nilai-nilai

Pancasila dalam pemerintahan dan pencegahan tindak pidana korupsi,

nilai-nilai Pancasila dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi,

khususnya yang dilakukan oleh aparatur penyelenggara pemerintahan. 

Dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan

bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercaya ada pada suatu benda

untuk memuaskan manusia, sifat yang menyebabkan menarik minat

seseorang atau kelompok. Jadi nilai pada hakekatnya adalah sifat atau

kualitas yang melekat pada suatu objek. Di dalam nilai terkandung cita-cita,

harapan, dan keharusan.[9]

Nilai-nilai Pancasila menjadi sumber norma etik (norma moral) yang

dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi dapat dijelaskan sebagai

berikut.

1)            Etika Sosial dan Budaya

Page 9: Implementasi Nilai

Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan

menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling

menghargai, saling mencintai, dan tolong menolong di antara sesama

manusia dan anak bangsa. Senafas dengan itu juga menghidupkan

kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang

bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Untuk itu, perlu dihidupkan kembali budaya keteladanan yang harus

dimulai dan diperlihatkan contohnya oleh para pemimpin pada setiap

tingkat dan lapisan masyarakat.

            2)         Etika Pemerintahan dan Politik

Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang

bersih, efisien, dan efektif; menumbuhkan suasana politik yang demokratis

yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi

rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, ketersediaan untuk

menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per orang

ataupun kelompok orang, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika

pemerintahan mengamanatkan agar para pejabat memiliki rasa kepedulian

tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila

dirinya merasa telah melanggar kaidah dan sistem nilai atau pun dianggap

tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan

negara.

            3)         Etika Ekonomi dan Bisnis

            Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku

ekonomi, baik oleh pribadi, institusi maupun pengambil keputusan dalam

bidang ekonomi, dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang

bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya

etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan bersaing, serta

terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat melalui

usaha-usaha bersama secara berkesinambungan. Hal itu bertujuan

menghindarkan terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli, kebijakan

ekonomi yang bernuansa kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) ataupun

rasial yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan

Page 10: Implementasi Nilai

keadilan, serta menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam

memperoleh keuntungan.

4)            Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan

            Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk

menumbuhkan keasadaran bahwa tertib sosial, ketenangan, dan

keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan

terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan

hukum yang menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan menuju

kepada pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam

masyarakat.

7.  Analisis Pengaruh Nilai-Nilai Pancasila Dalam Penyelenggaraan Fungsi

Pemerintahan Dapat Mencegah Tindak Pidana Korupsi             

Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai bangsa Indonesia yang

tumbuh dan berkembang dalam napas dan budaya bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, Pancasila memiliki kebenaran yang sesuai dengan jiwa

bangsa Indonesia, dan harus dilaksanakan pada tataran praktis dan

dilestarikan dalam tataran idenya.

Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum, mengandung

pedoman berperilaku di berbagai aspek kehidupan, yang dapat dikatakan

sebagai janji-janji hukum, yang harus diwujudkan dalam kenyataan, yang

ini tidak lain sebagai  penegakan hukum.  Penegakan hukum sebenarnya

sudah dimulai sejak proses pembuatan hukum yakni penuangan pikiran-

pikiran pembuat hukum maupun kebijakan  dalam perumusan  yang

bersifat umum dalam suatu produk hukum (penegakan hukum inabstrakto).

Selanjutnya, dilaksanakan dalam penerapannya oleh aparat yang

berwenang atau  para aparat penegak hukum dalam menghadapi 

masalah/kasus secara konkret (penegakan hukum inkonkreto), termasuk

terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi. Apabila  penegakan

hukum dilaksanakan dengan konsisten dan penuh ketataqwaan terhadap

nilai-nilai Pancasila, maka penegakan hukum akan dapat tewujud dengan

mengedepankan aspek keadilan.

Page 11: Implementasi Nilai

            Implementasi nilai-nilai Pancasila juga mencakup upaya yang

serius kepemimpinan nasional agar dalam menjalankan fungsi

pemerintahan   selalu menjadikan Pancasila sebagai sebuah visi yang

menuntun perjalanan bangsa di masa datang sehingga memposisikan

Pancasila agar dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Melalui

reaktualisasi Pancasila, nilai-nilai Pancasila ditempatkan dalam kesadaran

baru, semangat baru dan paradigma baru dalam pelaksanaan fungsi-fungsi

pemerintahan baik untuk di tingkat pusat maupun daerah. Aktualisasi nilai-

nilai Pancasila harus menjadi gerakan nasional yang terencana dengan

baik sehingga tidak menjadi slogan politik yang tidak ada implementasinya.

Melalui gerakan nasional reaktualisasi nilai-nilai Pancasila, bukan saja

akan menghidupkan kembali memori publik tentang dasar negaranya tetapi

juga akan menjadi inspirasi bagi para penyelenggara negara di tingkat

pusat sampai di daerah dalam menjalankan roda pemerintahan yang telah

diamanahkan rakyat melalui proses pemilihan langsung yang demokratis.

            Demokratisasi dan reformasi di berbagai bidang yang sedang

berlangsung, khususnya reformasi birokrasi pemerintahan dengan

mewujudkan good governace yang saat ini sedang bergulir  akan lebih

terarah manakala nilai-nilai Pancasila diaktualisasikan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan

fungsi penyelenggaraan negara baik oleh pemerintah tingkat pusat

maupun daerah terbukti dapat mencegah atau setidak-tidaknya menekan

angka tindak pidana korupsi.

                Ideologi yang baik adalah ideologi yang dapat menyesuaikan

dirinya dengan kemajuan zaman dan perkembangan masyarakat, maka

dalam hal ini ideologi harus mampu menjawab segala permasalahan yang

muncul, termasuk perilaku korupsi yang merambah kesemua sektor/bidang

penyelenggaraan pemerintahan dengan berbagai modus operandinya.

Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat kaku, tertutup,

statis namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan ideologi Pancasila

bersifat aktual, dinamis, dan antisipatif, dan dapat menyesuaikan dengan

Page 12: Implementasi Nilai

perkembangan zaman.[10] Kekuatan Pancasila dalam upaya mencegah

terjadinya tindak pidana korupsi terletak pada sistem nilai dan moral yang

dikandung oleh Pancasila. Sebagai suatu sistem nilai dan moral tentunya

Pancasila harus dijadikan dasar kehidupan kenegaraan dan

penyelenggaraan fungsi pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di

tingkat daerah.

BAB III

PENUTUP

8.         Kesimpulan

            Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila telah ada sejak

dahulu sampai dengan sekarang dan terus berlaku sampai masa depan.

Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang sesuai dan

berurat akar dalam bangsa Indonesia sendiri.  Terdapat hubungan yang

erat antara nilai-nilai Pancasila dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi, dengan lain perkataan, semakin kuat implementasi nilai-nilai

Pancasila, maka akan semakin rendah perilaku tindak pidana korupsi,

sebailknya semakin rendah implementasi nilai-nilai Pancasila, maka

semakin tinggi perilaku korupsi. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai

Pancasila dalam wujud menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur

Pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, khususnya oleh aparat penyelenggara pemerintahan, baik pada

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, maka perilaku korupsi dapat

dicegah.

9.         Saran

Dalam kesempatan penulisan essay ini, penulis menyarankan

sebagai berikut. Pertama, diperlukan suatu pengembangan pembelajaran

Pancasila sejak usia dini hingga perguruan tinggi, hal ini diperlukan untuk

menumbuhkembangkan semangat dan dan kepercayaan seluruh

Page 13: Implementasi Nilai

masyarakat terhadap kebenaran nilai-nilai Pancasila. Kedua, mempertegas

Pancasila untuk dilaksanakan secara konsisten, koheren, dan

koresponden dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan dalam bentuk

penjabaran Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Untuk itu, perlu

diberlakukan kembali GBHN.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory), Teori Peradilan

(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang

(Legisprudence), Jakarta, Prenada Media Group: 2009.

Agus Wahyudi dalam Mahkamah Konstitusi. Membangun Negara Pancasila

dengan Teori Kebaikan dan Teori Kebenaran, Kongres Pancasila:

Pancasila dalam Berbagai Perspektif, Jakarta, Setjen dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi: 2009.

Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif

Berwarganegara, Jakarta: Erlangga, 2010.

Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Pembalikan Beban Pembuktian, Jakarta: Prof.

Oemar Seno Adji, SH. & Rekan, 2006.

Jazim Hamidi, Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam

Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Konstitusi Volume 3

Nomor 1, Februari 2006, Jakarta, Mahkamah Konsttusi: 2006.

Pokja Ideologi, Bidang Studi/Materi Pokok Pancasila dan Perkembangannya,

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI), tahun 2011.

____________. Bidang Studi/Materi Pokok Ideologi, Modul 2 Sub B.S. UUD 1945

Hasil Amandemen dan Sosialisasinya,  Lembaga Ketahanan Nasional

(Lemhannas RI), tahun 2011.

Internet

http://www.hupelita.com. diakses tanggal 16 Mei 2011.

http://bataviase.co.id. diakses tanggal 16 Mei 2011.

Page 14: Implementasi Nilai

[1]           Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara, (Jakarta: Erlangga, 2010), hal.152.

            [2]           Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory), Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), (Jakarta, Prenada Media Group: 2009), hal. 62.[3]           Jazim Hamidi, Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 1, Februari 2006, (Jakarta, Mahkamah Konsttusi: 2006), hal. 100-124.

            [4]           Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Pembalikan Beban Pembuktian, (Jakarta: Prof. Oemar Seno Adji, SH. & Rekan, 2006), hal.1.            [5]           http://www.hupelita.com. diakses tanggal 16 Mei 2011.            [6]           http://bataviase.co.id. diakses tanggal 16 Mei 2011.

            [7]           Pokja Ideologi, Bidang Studi/Materi Pokok Pancasila dan Perkembangannya, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI), tahun 2011, hal.83.

            [8]           Agus Wahyudi dalam Mahkamah Konstitusi. Membangun Negara Pancasila dengan Teori Kebaikan dan Teori Kebenaran, Kongres Pancasila: Pancasila dalam Berbagai Perspektif, (Jakarta, Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi: 2009), hal. 120.            [9]           Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama, Op.Cit, hal.168.            [10]          Ibid, hal.156.