Implementasi Nilai
description
Transcript of Implementasi Nilai
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Dapat Mencegah Tindak Pidana Korupsi (Oleh: H. Abdul Chair Ramadhan)
(Disampaikan dalam Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVI
Lemhannas RI)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
Pancasila adalah lima nilai luhur yang ada dan berkembang dalam
bangsa Indonesia dari sejak dahulu sampai dengan sekarang, di mana
nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang sesuai dan
berurat akar dalam bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut
merupakan nilai-nilai yang banyak digali oleh The Founding Fathers dalam
perumusan dasar negara yang akan dipakai oleh bangsa Indonesia setelah
mencapai kemerdekaannya.[1] Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
sebagaimana dikemukakan oleh Hans Kelsen merupakan grundnorm[2]
ataupun menurut Teori Hans Nawiasky disebut sebagai
staatsfundamentalnorm. Dalam hal ini menurut A. Hamid S. Attamimi
secara eksplisit bahwa Pancasila adalah norma fundamental negara
(staatsfundamentalnorm) Republik Indonesia.[3]
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem
etika yang baik di negara ini, khususnya dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Di setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan
untuk beretika di setiap tingkah laku kita. Seperti tercantum pada sila ke
dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” sehingga
tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika
bangsa ini sangat berandil besar.
Pengertian Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat,
hirarkhis dan sistematis. Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan
suatu sistem filsafat sehingga ke lima silanya memiliki esensi makna yang
utuh. Dasar pemikiran filosofisnya yaitu Pancasila sebagai filsafat bangsa
dan negara Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalam setiap
aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan
dan Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu adalah negara adalah suatu
persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia.
Dewasa ini, Pancasila sedang mengalami cobaan atau ujian yang
cukup berat untuk kesekian kalinya, baik kaitannya dengan eksistensi
Pancasila itu sendiri maupun pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Banyak produk hukum dan
penegakan hukum yang kurang mencerminkan atau kurang memancarkan
nilai-nilai Pancasila, dengan tidak adanya rasa keadilan, rendahnya moral
dan ahlak.
Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun
dihadapi permasalahan yang sangat serius yakni praktek korupsi, praktek
demikian jelas sangat berdampak buruk terhadap lajunya roda
pembangunan. Persoalan korupsi di Indonesia bukan merupakan
persoalan yang baru. Praktek korupsi telah berlangsung secara terus
menerus dan turun-temurun seiring dengan perjalanan sejarah Republik
Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia perkembangannya terus
meningkat dari tahun ke tahun, dari segi kuantitas tindak pidana yang
dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh
aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan jumlah kerugian keuangan
negara akibat perbuatan tindak pidana korupsi semakin bertambah besar.
Keterpurukan perekonomian diyakini sebagai resultan dari adanya tindak
pidana korupsi yang sistematis dan meluas.
Sistematisnya tindak pidana korupsi sebagai bagian kejahatan
terstruktural yang sangat utuh terakar, kuat dan permanen sifatnya,
sehingga korupsi sudah menjadi bahagian dari sistem yang ada.[4]
Begitu parahnya tindak pidana korupsi telah menempatkan
Indonesia pada peringkat tertinggi secara berturut-turut dari tahun ke
tahun. Hal ini dapat dilihat dari laporan Transparency Internasional (TI)
sejak satu dekade terakhir (1998-2008), Indonesia selalu menempati
peringkat terkorup di dunia. Tahun 1998 (peringkat 6 terkorup dari 85
negara), tahun 1999 (peringkat 3 terkorup dari 98 negara), tahun 2000
(peringkat 5 terkorup dari 90 negara), tahun 2001(peringkat 4 terkorup dari
91 negara), tahun 2002 (peringkat 6 terkorup dari 102 negara), tahun 2003
(peringkat 6 terkorup dari 133 negara), tahun 2004 (peringkat 5 terkorup
dari 146 negara), tahun 2005 (peringkat 5 terkorup dari 158 negara), tahun
2006 (peringkat 7 terkorup dari 163 negara), tahun 2007 (peringkat 10
terkorup dari 179 negara), tahun 2008 (peringkat 15 terkorup dari 180
negara).[5] Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia pada tahun 2009
mencapai 2,8 atau naik dari 2,6 pada tahun 2008, merupakan gambaran
buruknya tindak pidana korupsi.[6]
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, nilai-nilai Pancasila
menjadi strategis dalam mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Hal
demikian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga
bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil
pemikiran, penilaian kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
2) Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa
Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai
sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3) Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai
kerohanian yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan,
estetis dan religius yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa
Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.
Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia pada dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan,
demokrasi dan keadilan, sangat mendukung dalam pencegahan tindak
pidana korupsi, khususnya yang dilakakukan oleh aparat penyelenggara
negara. Di samping itu Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan gotong
royong serta pengakuan atas hak-hak individu. Nilai-nilai Pancasila bersifat
universal yang memperlihatkan nafas humanisme. Oleh karena itu,
Pancasila dapat mencegah perilaku korupsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Maksud dari penulisan essay ini adalah untuk memberikan
gambaran pembuktian tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
pemerintahan dapat mencegah tindak pidana korupsi. Dengan demikian
implementasi nilai-nilai Pancasila sangat strategis dalam upaya
pencegahan tindak pidana korupsi, khususnya yang dilakukan oleh
aparatur penyelenggara negara.
b. Tujuan
Tujuan dari penulisan essay ini ditujukan untuk memberikan
kontibusi pemikiran yang akan terus dikembangkan lebih lanjut dalam
bentuk penulisan lanjutan selama penulis mengikuti PPRA XLVI T.A. 2011
di Lemhannas RI. Pada akhirnya, dapat digunakan sebagai bahan kajian
strategis kepada Lemhannas RI dan masukan kepada pemerintah
berkaitan dengan tema pendidikan “Supremasi Hukum Dalam Rangka
Ketahanan Nasional.”
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut
Ruang lingkup dalam penulisan essay ini dibatasi hanya pada hal-
hal yang berkaitan dengan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
pemerintahan dapat mencegah tindak pidana korupsi, khususnya yang
dilakukan oleh aparatur penyelenggara negara. Adapun penulisan disusun
ke dalam 3 (tiga) bab yang sistematis dan saling mengkait satu dengan
yang lain serta penyajiannya sesuai dengan kaedah penulisan yaitu runtun,
sistematis, mengalir dan utuh dengan tata urut sebagai berikut :
a. Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan secara garis besar tentang latar
belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan tata urut, serta
pengertian-pengertian yang berkaitan dengan materi yang dibahas.
b. Bab II : Pembahasan
Pada bab ini dilakukan pembahasan dan analisis atas pembuktian tentang
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pemerintahan dapat mencegah
tindak pidana korupsi. Dalam bab ini diuraikan hubungan nilai-nilai
Pancasila dalam pemerintahan dengan pencegahan tindak pidana korupsi,
implementasi nilai-nilai pancasila dalam pemerintahan sebagai faktor
pendorong pencegahan korupsi dan analisis pengaruh nilai-nilai Pancasila
dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan dapat mencegah tindak
pidana korupsi.
c. Bab III : Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran atas uraian yang
dibahas yang bersifat
konstruktif dan sistematis.
4. Pengertian-Pengertian
1) Implementasi, adalah suatu proses, suatu aktivitas yang
digunakan untuk mentransfer idea tau gagasan, program atau harapan-
harapan yang dituangkan dalam bentuk kebijakan atau ketetapan agar
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketetapan tersebut.
2) Pandangan hidup, adalah wawasan menyeluruh terhadap
kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur.
3) Pemerintahan, adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat
aturan-aturan yang harus dijalankan yg bersumber dari pemerintah.
4) Mencegah, adalah menahan agar sesuatu tidak terjadi.
5) Tindak pidana korupsi, adalah segala perbuatan yang melawan
hukum yang merugikan keuangan dan perekonomian negara.
BAB IIPEMBAHASAN
5. Hubungan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Dengan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Pancasila mempunyai daya kekuatan yang menggerakkan
masyarakat agar menjalankan tindakan-tindakan riil dalam kehidupan
masyarakat sesuai dengan aspirasi nilai-nilai yang dikandungnya.
Tindakan-tindakan ini bersifat emansipatoris karena pada dasarnya
merupakan langkah pembebasan bangsa dari berbagai bentuk penjajahan,
penindasan, kekerasan dan dominasi.[7] Sebagai dasar negara, Pancasila
merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi suatu kebatinan atau
cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta
kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar
baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis
atau konvensi. Dalam kehidupannya sebagaid asar negara, Pancasila
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Republik
Indonesia merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan
masing-masing silanya.[8]
Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional
membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan
pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang
fundamental. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut adalah nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai
persatuan indonesia, nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan nilai keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat
bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Lima nilai dasar yang fundamental dalam Pancasila apabila
diimplementasikan dengan konsisten dan penuh ketaqwaan oleh seluruh
aparatur penyelenggara negara baik di tingkat pusat maupun di derah
diyakini akan memberikan pengaruh besar dalam mencegah terjadinya
tindak pidana korupsi. Dikatakan demikian oleh karena Pancasila sebagai
dasar negara membawa konsekuensi bahwa segala yang ada dalam
negara tersebut haruslah taat asas (konsisten) dengan dasar tersebut,
termasuk aturan hukum atau perundang-undangan yang berlaku.
Dengan implementasikan nilai-nilai Pancasila dalam wujud
menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila di segala
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya
oleh aparat penyelenggara pemerintahan, maka perilaku korupsi dapat
dicegah.
Dengan berlakunya reformasi, nilai-nilai Pancasila tidak diterapkan
dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, terlebih lagi dengan
dihapuskannya Pancasila sebagai asas tunggal, Pancasila kehilangan
kredibilitasnya sebagai ideologi karenya begitu banyak penyelewengan
yang mengatasnamakannya.
Sejalan dengan hal ini semenjak reformasi hingga sekarang yang
terjadi adalah peningkatan tindak pidana korupsi yang perkembangannya
terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari segi kualitas maupun dari
segi kuantitas yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang
memasuki seluruh bidang penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat
pusat maupun di daerah.
Dengan demikian, maka terlihat hubungan antara nilai-nilai
Pancasila dengan upaya pencegahan tindak pidana korupsi, dengan lain
perkataan, semakin kuat implementasi nilai-nilai Pancasila, maka akan
semakin rendah perilaku tindak pidana korupsi, sebailknya semakin rendah
implementasi nilai-nilai Pancasila, maka semakin tinggi perilaku korupsi.
6. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Sebagai Faktor
Pendorong Pencegahan Korupsi
Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah
dijadikannya nilai nilai dasar menjadi sumber bagi penyusunan norma
hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai dasar Pancasila itu adalah
dijadikannya Pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan norma
hukum di Indonesia. Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang
merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem hukum Indonesia itu
bersumber dan berdasar pada Pancasila sebagai norma dasar bernegara.
Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau
staatfundamentalnorm (norma fundamental negara) dalam jenjang norma
hukum di Indonesia. Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam
berbagai peraturan perundangan yang ada. Perundang-undangan,
ketetapan, keputusan, kebijaksanaan pemerintah, program - program
pembangunan, dan peraturan - peraturan lain pada hakikatnya merupakan
nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila.
Dalam menjalankan fungsi pemerintahan, nilai-nilai Pancasila
menjadi sumber norma etik (norma moral). Nilai-nilai Pancasila adalah nilai
moral. Oleh karena itu, nilai Pancasila juga dapat diwujudkan ke dalam
norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah
laku dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pelaksanaan fungsi
pemerintahan.
Dalam kaitannya dengan hubungan implementasi nilai-nilai
Pancasila dalam pemerintahan dan pencegahan tindak pidana korupsi,
nilai-nilai Pancasila dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi,
khususnya yang dilakukan oleh aparatur penyelenggara pemerintahan.
Dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan
bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercaya ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia, sifat yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Jadi nilai pada hakekatnya adalah sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu objek. Di dalam nilai terkandung cita-cita,
harapan, dan keharusan.[9]
Nilai-nilai Pancasila menjadi sumber norma etik (norma moral) yang
dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Etika Sosial dan Budaya
Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan
menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling
menghargai, saling mencintai, dan tolong menolong di antara sesama
manusia dan anak bangsa. Senafas dengan itu juga menghidupkan
kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Untuk itu, perlu dihidupkan kembali budaya keteladanan yang harus
dimulai dan diperlihatkan contohnya oleh para pemimpin pada setiap
tingkat dan lapisan masyarakat.
2) Etika Pemerintahan dan Politik
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih, efisien, dan efektif; menumbuhkan suasana politik yang demokratis
yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi
rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, ketersediaan untuk
menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per orang
ataupun kelompok orang, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika
pemerintahan mengamanatkan agar para pejabat memiliki rasa kepedulian
tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila
dirinya merasa telah melanggar kaidah dan sistem nilai atau pun dianggap
tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan
negara.
3) Etika Ekonomi dan Bisnis
Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku
ekonomi, baik oleh pribadi, institusi maupun pengambil keputusan dalam
bidang ekonomi, dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang
bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya
etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan bersaing, serta
terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat melalui
usaha-usaha bersama secara berkesinambungan. Hal itu bertujuan
menghindarkan terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli, kebijakan
ekonomi yang bernuansa kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) ataupun
rasial yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan
keadilan, serta menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam
memperoleh keuntungan.
4) Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk
menumbuhkan keasadaran bahwa tertib sosial, ketenangan, dan
keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan
terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan
hukum yang menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan menuju
kepada pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam
masyarakat.
7. Analisis Pengaruh Nilai-Nilai Pancasila Dalam Penyelenggaraan Fungsi
Pemerintahan Dapat Mencegah Tindak Pidana Korupsi
Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai bangsa Indonesia yang
tumbuh dan berkembang dalam napas dan budaya bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, Pancasila memiliki kebenaran yang sesuai dengan jiwa
bangsa Indonesia, dan harus dilaksanakan pada tataran praktis dan
dilestarikan dalam tataran idenya.
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum, mengandung
pedoman berperilaku di berbagai aspek kehidupan, yang dapat dikatakan
sebagai janji-janji hukum, yang harus diwujudkan dalam kenyataan, yang
ini tidak lain sebagai penegakan hukum. Penegakan hukum sebenarnya
sudah dimulai sejak proses pembuatan hukum yakni penuangan pikiran-
pikiran pembuat hukum maupun kebijakan dalam perumusan yang
bersifat umum dalam suatu produk hukum (penegakan hukum inabstrakto).
Selanjutnya, dilaksanakan dalam penerapannya oleh aparat yang
berwenang atau para aparat penegak hukum dalam menghadapi
masalah/kasus secara konkret (penegakan hukum inkonkreto), termasuk
terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi. Apabila penegakan
hukum dilaksanakan dengan konsisten dan penuh ketataqwaan terhadap
nilai-nilai Pancasila, maka penegakan hukum akan dapat tewujud dengan
mengedepankan aspek keadilan.
Implementasi nilai-nilai Pancasila juga mencakup upaya yang
serius kepemimpinan nasional agar dalam menjalankan fungsi
pemerintahan selalu menjadikan Pancasila sebagai sebuah visi yang
menuntun perjalanan bangsa di masa datang sehingga memposisikan
Pancasila agar dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Melalui
reaktualisasi Pancasila, nilai-nilai Pancasila ditempatkan dalam kesadaran
baru, semangat baru dan paradigma baru dalam pelaksanaan fungsi-fungsi
pemerintahan baik untuk di tingkat pusat maupun daerah. Aktualisasi nilai-
nilai Pancasila harus menjadi gerakan nasional yang terencana dengan
baik sehingga tidak menjadi slogan politik yang tidak ada implementasinya.
Melalui gerakan nasional reaktualisasi nilai-nilai Pancasila, bukan saja
akan menghidupkan kembali memori publik tentang dasar negaranya tetapi
juga akan menjadi inspirasi bagi para penyelenggara negara di tingkat
pusat sampai di daerah dalam menjalankan roda pemerintahan yang telah
diamanahkan rakyat melalui proses pemilihan langsung yang demokratis.
Demokratisasi dan reformasi di berbagai bidang yang sedang
berlangsung, khususnya reformasi birokrasi pemerintahan dengan
mewujudkan good governace yang saat ini sedang bergulir akan lebih
terarah manakala nilai-nilai Pancasila diaktualisasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan
fungsi penyelenggaraan negara baik oleh pemerintah tingkat pusat
maupun daerah terbukti dapat mencegah atau setidak-tidaknya menekan
angka tindak pidana korupsi.
Ideologi yang baik adalah ideologi yang dapat menyesuaikan
dirinya dengan kemajuan zaman dan perkembangan masyarakat, maka
dalam hal ini ideologi harus mampu menjawab segala permasalahan yang
muncul, termasuk perilaku korupsi yang merambah kesemua sektor/bidang
penyelenggaraan pemerintahan dengan berbagai modus operandinya.
Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat kaku, tertutup,
statis namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan ideologi Pancasila
bersifat aktual, dinamis, dan antisipatif, dan dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman.[10] Kekuatan Pancasila dalam upaya mencegah
terjadinya tindak pidana korupsi terletak pada sistem nilai dan moral yang
dikandung oleh Pancasila. Sebagai suatu sistem nilai dan moral tentunya
Pancasila harus dijadikan dasar kehidupan kenegaraan dan
penyelenggaraan fungsi pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah.
BAB III
PENUTUP
8. Kesimpulan
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila telah ada sejak
dahulu sampai dengan sekarang dan terus berlaku sampai masa depan.
Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang sesuai dan
berurat akar dalam bangsa Indonesia sendiri. Terdapat hubungan yang
erat antara nilai-nilai Pancasila dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi, dengan lain perkataan, semakin kuat implementasi nilai-nilai
Pancasila, maka akan semakin rendah perilaku tindak pidana korupsi,
sebailknya semakin rendah implementasi nilai-nilai Pancasila, maka
semakin tinggi perilaku korupsi. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila dalam wujud menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur
Pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, khususnya oleh aparat penyelenggara pemerintahan, baik pada
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, maka perilaku korupsi dapat
dicegah.
9. Saran
Dalam kesempatan penulisan essay ini, penulis menyarankan
sebagai berikut. Pertama, diperlukan suatu pengembangan pembelajaran
Pancasila sejak usia dini hingga perguruan tinggi, hal ini diperlukan untuk
menumbuhkembangkan semangat dan dan kepercayaan seluruh
masyarakat terhadap kebenaran nilai-nilai Pancasila. Kedua, mempertegas
Pancasila untuk dilaksanakan secara konsisten, koheren, dan
koresponden dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan dalam bentuk
penjabaran Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Untuk itu, perlu
diberlakukan kembali GBHN.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory), Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang
(Legisprudence), Jakarta, Prenada Media Group: 2009.
Agus Wahyudi dalam Mahkamah Konstitusi. Membangun Negara Pancasila
dengan Teori Kebaikan dan Teori Kebenaran, Kongres Pancasila:
Pancasila dalam Berbagai Perspektif, Jakarta, Setjen dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi: 2009.
Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif
Berwarganegara, Jakarta: Erlangga, 2010.
Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Pembalikan Beban Pembuktian, Jakarta: Prof.
Oemar Seno Adji, SH. & Rekan, 2006.
Jazim Hamidi, Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Konstitusi Volume 3
Nomor 1, Februari 2006, Jakarta, Mahkamah Konsttusi: 2006.
Pokja Ideologi, Bidang Studi/Materi Pokok Pancasila dan Perkembangannya,
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI), tahun 2011.
____________. Bidang Studi/Materi Pokok Ideologi, Modul 2 Sub B.S. UUD 1945
Hasil Amandemen dan Sosialisasinya, Lembaga Ketahanan Nasional
(Lemhannas RI), tahun 2011.
Internet
http://www.hupelita.com. diakses tanggal 16 Mei 2011.
http://bataviase.co.id. diakses tanggal 16 Mei 2011.
[1] Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara, (Jakarta: Erlangga, 2010), hal.152.
[2] Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory), Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), (Jakarta, Prenada Media Group: 2009), hal. 62.[3] Jazim Hamidi, Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 1, Februari 2006, (Jakarta, Mahkamah Konsttusi: 2006), hal. 100-124.
[4] Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Pembalikan Beban Pembuktian, (Jakarta: Prof. Oemar Seno Adji, SH. & Rekan, 2006), hal.1. [5] http://www.hupelita.com. diakses tanggal 16 Mei 2011. [6] http://bataviase.co.id. diakses tanggal 16 Mei 2011.
[7] Pokja Ideologi, Bidang Studi/Materi Pokok Pancasila dan Perkembangannya, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI), tahun 2011, hal.83.
[8] Agus Wahyudi dalam Mahkamah Konstitusi. Membangun Negara Pancasila dengan Teori Kebaikan dan Teori Kebenaran, Kongres Pancasila: Pancasila dalam Berbagai Perspektif, (Jakarta, Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi: 2009), hal. 120. [9] Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama, Op.Cit, hal.168. [10] Ibid, hal.156.