IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME DAN GOTONG …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5554/1...dan...
Transcript of IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME DAN GOTONG …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5554/1...dan...
1
IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME DAN
GOTONG ROYONG DALAM MATA PELAJARAN
PKn DI MI PABELAN DAN MI MIFTAHUN NAJIHIN
KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
NADLIROTUL MUNIROH
NIM: 12020150006
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk gelar Magister Pendidikan
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
2
3
4
5
6
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah
memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar
Magister Pendidikan. Sholawat serta salam semoga tercurahkan atas tauladan
umat akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Penulis menyadari dalam proses
penulisan tesis ini tidak lepas dari berbagai hambatan, namun berkat bimbingan,
bantuan berbagai pihak, serta ridha dari Allah Swt, penulisan tesis ini dapat
selesai dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana
IAIN Salatiga.
3. Ibu Dr. H. Maslikhah, S. Ag., M.Si. selaku Kaprogdi Program Pascasarjana
PGMI.
4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Guru Besar dan Dosen beserta Staf Pascasarjana IAIN Salatiga.
6. Bapak Abdul Muid, S.Pd.I selaku Kepala MI Pabelan.
7. Bapak Taufik Ismail, S.Pd.I. selaku Kepala MI Miftahun Najihin.
8. Segenap guru di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin.
7
8
ABSTRAK
Implementasi Nilai Nasionalisme dan Gotong Royong dalam Mata Pelajaran
PKn di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang. Tesis Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI),
Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Dr.
Imam Sutomo, M. Ag.
Penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong merupakan bagian dari
nilai-nilai yang wajib dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui implementasi nilai nasionalisme dan gotong
royong di MI Pabelan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, mengetahui
implementasi nilai nasionalisme dan gotong royong di MI Miftahun Najihin
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, dan mengetahui masalah yang
dihadapi dan upaya solutif di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Untuk mengetahui Implementasi nilai Nasionalisme
dan Gotong Royong dalam Mata Pelajaran PKn, Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan implementasi nilai karakter nasionalisme
dan gotong royong di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin, menumbuhkan
antusiasme siswa dalam menghayati, menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan
sebagai bangsa Indonesia serta menumbuhkan sikap kerja sama, berbagi
(gotong royong). Dalam proses penanaman nilai karakter nasionalisme dan
gotong royong di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin melalui beberapa
strategi yaitu penciptaan budaya madrasah, ruang berkarakter, keteladanan
guru, dengan penanaman nilai di dalam pembelajaran dan di luar pembelajaran.
Kata Kunci : Nasionalisme, Gotong Royong, PKn.
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................... v
PRAKATA ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN ....................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Signifikansi Penelitian ................................................................................... 6
D. Kajian Pustaka ............................................................................................... 6
E. Metode Penelitian ......................................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 15
BAB II PROFIL MADRASAH DAN MUATAN MATA PELAJARAN PKn DI
MADRASAH IBTIDAIYAH ........................................................................ 16
A. Profil Madrasah ........................................................................................... 16
B. Muatan Mata Pelajaran PKn di MI .............................................................. 18
BAB III IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME DAN GOTONG
ROYONG ......................................................................................................... 25
A. Nasionalisme ................................................................................................ 25
B. Gotong Royong ............................................................................................ 30
10
BAB IV MASALAH DAN SOLUSI PENANAMAN NILAI NASIONALISME
DAN GOTONG ROYONG ........................................................................... 34
A.Masalah ......................................................................................................... 34
B. Solusi ............................................................................................................ 39
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 41
A.Simpulan ....................................................................................................... 41
B. Saran ............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
11
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Kompetensi Muatan PPKn di MI ............................................................ 18
Tabel 2.2 Nilai-nilai Karakter Utama dan Pokok .................................................... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Profil Madrasah ..................................................................................................... 47
2. RPP PKn................................................................................................................. 57
3. Catatan Lapangan Metode Wawancara .................................................................. 82
4. Nota Pembimbing................................................................................................... 98
5. Lembar Konsultasi Pembimbing ............................................................................ 99
6. Surat Ijin Penelitian .............................................................................................. 100
7. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian ............................................................. 102
8. Foto Implementasi Nilai Nasionalisme dan Gotong Royong .............................. 104
9. Biografi Penulis .................................................................................................... 111
12
12
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Semangat nasionalisme akhir-akhir ini mulai pudar, cita-cita nasionalisme
yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 saat
ini tidak menyentuh ke dalam semangat berbangsa dan bernegara. Sehingga
landasan dasar nasionalisme yang kenyataannya menegaskan kesejahteraan
dan keadilan rakyat belum diperhatikan oleh penyelenggara negara.
Akibatnya rakyat makin menderita, timbul gejolak sosial di mana-mana.
Fakta kemajemukan masyarakat Indonesia jika dilihat dari latar belakang
suku bangsa, sosial budaya, bahasa dan juga agama adalah merupakan
kenyataan yang tidak dapat dielakkan. Adanya perbedaanperbedaan tersebut
merupakan potensi konflik jika tidak berjalan secara sinergi.1Ketika terjadi
kerusuhan yang bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan),
maka segala macam fasilitas umum yang dibangun untuk kepentingan
masyarakat turut pula menjadi “korban”.
Konflik SARA yang terjadi di Indonesia di antaranya, konflik antar suku di
Kalimantan Tengah antara Suku Dayak dan Madura pada tanggal 18 Februari
2001, di kota Sampit yang pada akhirnya meluas ke seluruh Provinsi di
Kalimantan Tengah. Akibatnya sekitar 500 masyarakat meninggal dunia
1 Idrus Ruslan, “Membangun Nasionalisme sebagai Solusi untuk Mengatasi Konflik
SARA di Indonesia”, TAPIs, Vol. 10, No. 1 (Januari-Juni 2014), 1.
13
13
dengan lebih 100.000 Suku Madura kehilangan tempat tinggal, usaha dan
beberapa hewan ternak mereka.Terjadi pula di Kabupaten Lampung Tengah,
Suku Asli dan pendatang. Suku Jawa dan Lampung, masalah ekonomi. Di
Papua, antara Suku Dani dan Suku Moni pada tanggal 7 Maret 2014, dalam
konflik ini banyak masyarakat yang meninggal dunia.2 Konflik antar agama di
Poso pada tahun 1998 hingga tahun 2000 yang berkembang ke arah
kekerasan, sehingga banyak korban jiwa yang berjatuhan.3
Menurut Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bahwa ancaman terorisme
dan radikalisme, separatism, pemberontakan bersenjata, ini merupakan
ancaman nyata yang saat ini sedang di hadapi bangsa Indonesia.4 Semangat
nasionalisme dan patriotisme kalangan muda Indonesia kini semakin surut,
salah satu pemicunya adalah tren global. Kehidupan masyarakat Indonesia
khususnya generasi muda pada era globalisasi ini mendapat pengaruh yang
sangat kuat dari nilai-nilai budaya luar, sehingga mulai banyak sikap dan
perilaku yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila.
Nasionalisme pertama kali muncul akibat erosi keagamaan. Nation
muncul sebagai institusi yang dipercaya untuk penyerahan loyalitas yang
sebelumnya diserahkan pada agama. Hal itu terjadi pada pra abad 20.
Namun selanjutnya, dengan derasnya dorongan arus globalisasi, terjadi hal
2http://www.Indonesia Students.com/Contoh Konflik Antar Suku di Indonesia/,
diakses 1 Maret 2018. 3http://Hukamnas.com/Contoh Konflik Antar Agama, diakses 1 Maret 2018. 4http://M .metrotvnews.com/news/hukum/Wb72REBN Indonesia Hadapi Ancaman
Fisik maupun Non fisik, diakses 1 Maret 2018.
14
14
yang sebaliknya.5 Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua
sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di
berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi,
sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme
terhadap bangsa.6
Gotong royong merupakan salah satu ciri khas atau karakteristik
bangsa Indonesia. Pemahaman tentang nilai nasionalisme dan gotong royong
perlu dikembangkan melalui pendidikan terutama pada pendidikan dasar yang
merupakan jenjang pendidikan untuk mengajarkan dan menanamkan
berbagai nilai dan sikap yang baik.
Berbagai macam masalah yang terjadi di bangsa ini di antaranya
terjadinya tawuran antar pelajar, antar warga desa yang satu dengan yang lain,
penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas antar
pelajar, tindakan kekerasan peserta didik senior terhadap yuniornya,
kekerasan dalam rumah tangga, kurangnya rasa hormat terhadap orang tua
dan guru, dan berbagai tindakan kriminal lainnya, jika dibiarkan hal ini akan
menghantarkan bangsa ini menuju kehancuran.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang berbasis
karakter menjadi solusi cerdas untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada
5James A Anderson, Public Policy-Making, New York: Holt Rine Hart and
Winstoneg, 2002, 13. 6M. Husin Affan, Hafidh Maksum, “Membangun Kembali Sikap Nasionalisme
Bangsa Indonesia dalam Menangkal Budaya Asing di Era Globalisasi”, Jurnal Pesona
Dasar, Volume 3, Nomor 4 (Oktober 2016), 66.
,
15
15
siswa. PKn merupakan salah satu program pendidikan yang memfasilitasi
perkembangan pribadi peserta didik agar menjadi warga negara Indonesia
yang religius, berperadaban, berjiwa persatuan Indonesia, demokratis dan
bertanggung jawab, dan berkeadilan, serta mampu hidup secara harmonis.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal perlu memberikan
perhatian khusus terhadap pendidikan karakter bahwa madrasah merupakan
lembaga yang telah lama dipandang sebagai lembaga untuk mempersiapkan
siswa untuk hidup, baik secara akademis dan sebagai agen moral dalam
masyarakat.7
Penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong sangat efektif lewat
pendidikan jika mulai dilakukan pada tingkat dasar. MI Pabelan dan MI
Miftahun Najihin merupakan lembaga pendidikan formal yang bertujuan
mendidik peserta didik yang berkarakter sesuai visi misinya yaitu mendidik
anak berkarakter, kreatif dan Islami. Kedua madrasah tersebut sedang
mengalami transisi untuk menjadi Madrasah Ibtidaiyah di tingkat Kabupaten
yang maju dan unggul, salah satu upaya yang dilakukan dengan menerapkan
pendidikan karakter. Masyarakatnya sangat antusias terhadap adanya
madrasah. Perbedaan karakter siswa mengakibatkan munculnya pandangan
dan pemikiran yang berbeda pula sehingga luntur sikap nasionalismenya.
Berangkat dari kenyataan di atas, maka penulis bermaksud untuk
mengangkat fenomena tersebut dengan meneliti secara komprehensif tentang
7E Johansson, “Practices For Teaching Moral Values in the Early Years: A Call for a
Pedagogy Of Participation”, Education, Citizenship And Social Justice, Volume 6, Nomor 2
(2011), 109.
16
16
penguatan pendidikan karakter di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin
melalui implementasi nilai-nilai nasionalisme dan gotong royong sehingga
bisa diterapkan di madrasah-madrasah lainnya.
B.Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1) Banyak terjadi dekadensi moral sudah mulai terjadi di kalangan anak-anak.
2) Kedisiplinan, tanggung jawab, pola hidup bersih dan kerja sama anak-anak
masih rendah. 3) Lunturnya sikap nasionalisme siswa dan kurangnya
kesadaran dalam diri siswa tentang gotong royong. 4) Fenomena yang terjadi
pada Madrasah Ibtidaiyah Pabelan dan MI Miftahun Najihin karena kedua
madrasah tersebut sedang menuju menjadi madrasah yang maju dan unggul di
tingkat kabupaten, salah satu upaya yang dilakukannya adalah dengan
menerapkan pendidikan karakter yang bertujuan untuk meningkatkan dalam
berakhlak.
Fokus penelitian ini adalah bagaimana penguatan pendidikan karakter
melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan pada nilai nasionalisme
dan gotong royong siswa di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.
Dari beberapa permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
a. Bagaimana proses implementasi nilai nasionalisme dan gotong royong di
MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang?
17
17
b. Apa yang menjadi masalah dan bagaimana upaya solutifnya di MI Pabelan
dan MI Miftahun Najihin Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?
C.Signifikansi Penelitian
1.Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui proses implementasi nilai nasionalisme dan
gotong royong di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang.
b. Untuk mengetahui masalah dan upaya solutif di MI Pabelan dan
MI
Miftahun Najihin Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
2.Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan literatur tentang pengembangan pendidikan karakter,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
b. Manfaat Praktik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang
konstruktif bagi peningkatan pendidikan karakter dalam upaya
mewujudkan pendidikan yang lebih berkualitas melalui mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan khususnya nilai nasionalisme dan gotong
royong pada jenjang MI.
D.Kajian Pustaka
18
18
1.Penelitian Terdahulu
Djamari, dalam penelitiannya menyatakan bahwa penanaman sikap
gotong royong dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka,
seperti siswa bersama-sama melaksanakan kegiatan pramuka dengan
membaur kelas yang satu dengan kelas lainnnya, kerja sama dalam
melaksanakan tugas kelompok, gotong royong membersihkan halaman
madrasah.8
Penelitian lain yang dilakukan Febra Anjar Kusuma,9prinsip yang
terkandung dalam nasionalisme yaitu (1) prinsip kebersamaan, (2) prinsip
persatuan dan kesatuan, (3) prinsip demokrasi. Dalam membina semangat
nasionalisme siswa melalui kegiatan intrakurikuler yaitu dengan metode
problem solving, diskusi, observasi dan tanya jawab dan melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang dominan yaitu Pramuka, OSIS dan olahraga sehingga
terbentuk watak dan kepribadian menjadi warganegara yang baik serta
mencintai bangsa dan negaranya melalui pembinaan sikap dan tata krama.
Penelitian Prawidya Lestari dan Sukanti, hasil penelitian menunjukkan
bahwa: Pertama, konsep pendidikan karakter pada hakikatnya masuk ke
dalam hidden curriculum yang didasarkan pada visi, misi, dan delapan basis
pembelajaran. Kedua, implementasi pendidikan karakter di SD Budi Mulia
Dua Pandeansari diwujudkan melalui kegiatan intrakurikuler, kegiatan
8Djamari, “Penanaman Sikap Gotong Royong dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan”, Tesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016, 9.
9Febra Anjar Kusuma, “Pembinaan Semangat Nasionalisme Siswa Melalui Kegiatan
Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler di SMP N 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu”, Tesis,
Universitas Lampung, 2016, 185.
19
19
ekstrakurikuler, dan budaya madrasah. Di dalam kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler terdapat hidden curriculum yang merupakan kurikulum yang
menyertai kurikulum verbal atau kurikulum tertulis pada umumnya.10
Penelitian Machful Indra Kurniawan, menyatakan bahwa 1) Nilai-nilai
karakter yang sesuai diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PKn SD, yaitu:
Peduli sosial, cerdas, cinta tanah air, demokratis, disiplin, jujur, kerja keras,
menghargai prestasi, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, tanggung jawab, dan toleransi; (2) Pengintegrasian nilai
karakter ke dalam perangkat pembelajaran PKn dilakukan dengan cara
memahami substansi SK dan KD. Melalui implementasi pendidikan
karakter, peserta didik memiliki nilai-nilai moral dan budi pekerti yang
membentuk kepribadian yang tangguh.11
Bunyamin Maftuh dalam hasil penelitiannya memaparkan, pendidikan
kewarganegaraan berperan strategis dan penting dalam melestarikan,
memperbaiki semangat nasionalisme generasi muda di era globalisasi ini.
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki misi sebagai pendidikan politik,
pendidikan nilai, pendidikan nasionalisme, pendidikan demokratis, dan
pendidikan multicultural.12
10Prawidya Lestari dan Sukanti, ”Membangun Karakter Siswa Melalui Kegiatan
Intrakurikuler, Ekstrakurikuler dan Hidden Curriculum di SD Budi Mulia Dua Pandeansari
Yogyakarta”, Jurnal Penelitian, Vol. 10, No. 1 (Februari 2016), 71. 11Machful Indra Kurniawan, ”Integrasi Pendidikan Karakter ke Dalam Pembelajaran
Kewarganegaraan di Madrasah Dasar”, Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD,
Jilid 1, Nomor 1 (April 2013), 45. 12Bunyamin Maftuh, “Internalisasi Nila-Nilai Pancasila dan Nasionalisme melalui
Pendidikan Kewarganegaraan”, Educationist, Volume II, Nomor 2 (Juli 2008), 134.
20
20
Beberapa penelitian yang dideskripsikan di atas, memang cukup banyak
tulisan ilmiah yang senada dengan tema nasionalisme dan gotong royong
sehingga dapat saling melengkapi satu sama lain, akan tetapi penulis belum
menemukan kajian secara khusus yang meneliti tentang implementasi nilai
nasionalisme dan gotong royong dalam mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang yang diperdalam penguatan nilai
nasionalisme dan gotong royong. Dengan demikian, penelitian ini sangat
penting untuk dilakukan sehingga apa yang akan dicapai oleh madrasah
dapat tercermin dalam program madrasah.
2.Kerangka Teori
a.Nilai
Nilai merupakan kualitas suatu hal yang dapat menjadikan suatu hal
dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai serta dapat menjadi objek
kepentingan. Nilai-nilai ini merupakan bagian kenyataan yang tidak dapat
dipisahkan atau diabaikan.13
Pendidikan karakter merupakan hal yang penting untuk ditanamkan
kepada generasi muda. Orang tua, pendidik, institusi agama, organisasi
kepemudaan memiliki tanggung jawab yang besar untuk membangun
13Sajarkawi, Pembentukan Kepribadian Melalui Peningkatan Pertimbangan Moral,
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan, 2006, 29; cf. David N Aspin, “Values Education and Lifelong Learning
Principles, Policies, Programmes”, Dordrecht: Springer, 2007, 31-32; cf. Karin Sporre
and Jan Mannberg, “Values, Religions and Education in Changing Societies”, Dordrecht:
Springer, 2010, 147.
21
21
karakter, nilai, dan moral pada generasi muda.14
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK
adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan
untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah
rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).15
Character education is the effort to teach basic values and moral reasoning to primary and secondary school students; it is based
in the premise that children can be thought basic values and moral reasoning.16
Jadi pendidikan karakter adalah upaya untuk mengajarkan
nilainilai dasar dan penalaran moral siswa tingkat dasar dan menengah,
hal ini didasarkan pada premise bahwa anak-anak dapat dianggap
memiliki nilai-nilai dasar dan penalaran moral.
Pendidikan karakter perlu tetap mengarah pada tiga dimensi yang
secara hakiki tidak dapat dipisahkan dari setiap laku bermoral, yaitu unsur
14Kirschenbaum, H, 100 Ways To Enhance Values And Morality In Schools And
Youth Setting. London: Allyn And Bacon, 2005, 3; cf. F. Clark Power Ronald J. Nuzzi,
Darcia Narvaez, Daniel K. Lapsley, and Thomas C. Hunt,”Moral Education : A
Handbook”, London: Preager, 2008, 36. 15Perpres RI No 87 Tahun 2017 Bab I Pasal I, Penguatan Pendidikan Karakter,
Jakarta, 2017, 2. 16Easterbrooks, S. R. & Scheetz N.A, “Applying Critical Thinking Skills to Character
Education and Values Clarification With Students Who Are Deaf or Hard of Hearing”,
American Annals of the Deaf, No.149 (2004), 255; cf. F. Clark Power Ronald J. Nuzzi,
Darcia Narvaez, Daniel K. Lapsley, and Thomas C. Hunt,”Moral Education…, 63.
22
22
pengetahuan, tindakan, dan motivasi.17 Terbentuknya karakter manusia
adalah ditentukan oleh dua faktor yaitu : 1) Nature (faktor alami atau fitrah)
yaitu fitrah manusia menurut perspektif agama adalah cenderung kepada
kebaikan. 2) Nurture (Sosialisasi dan pendidikan) yaitu usaha memberikan
pendidikan dan sosialisasi yang sangat berperan di dalam menentukan
“buah” seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari seorang anak.18
Prinsip yang menjadi parameter pendidikan karakter yang baik agar tercipta
generasi yang berakhlaqul karimah yaitu menjadikan Allah sebagai tujuan,
memperhatikan perkembangan akal rasional dan kecerdasan emosi, praktik
melalui keteladanan dan pembiasaan, memperhatikan pemenuhan kebutuhan
hidup dan menempatkan diri sesuai prioritas.
b. Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu ideologi yang meletakan bangsa di pusat
masalahnya dan berupaya mempertinggi keberadaannya untuk mencapai dan
mempertahankan otonomi, kesatuan, dan identitas bangsa. 19Aspek sikap
nasionalisme yang dikembangkan adalah: cinta tanah air, rela berkorban,
persatuan dan kesatuan, pantang menyerah.20
c. Gotong Royong
17Doni Koesoema A, Strategi Pendidikan Karakter Revolusi Mental dalam Lembaga
Pendidikan, Yogyakarta: PT Kanisius, 2015, 113. 18Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa, Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004, 27. 19Tukiran Taniredja, Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2013, 199. 20Soegito, Pendidikan Pancasila, Semarang: UNNES Press, 2006, 95; cf. Bunyamin
Maftuh, “Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme…”, 136.
23
23
Arti kata gotong royong menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-
membantu).21Indikator sikap gotong royong yaitu terlibat aktif dalam kerja
bakti membersihkan kelas atau madrasah, kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan, aktif
dalam kerja kelompok, memusatkan perhatian pada tujuan kelompok, tidak
mendahulukan kepentingan pribadi, mencari jalan untuk mengatasi
perbedaan pendapat antara diri sendiri dengan orang lain, mendorong
orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama.22
d. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.23
Komponen utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic
skills), dan sikap kewarganegaraan (civic disposition).24 PKn menggunakan
21https://kbbi. web.id/gotong%20 royong, diakses 19 Maret 2018. 22Kemendikbud, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 958. Jakarta:
Sekretariat Kemendikbud, 2014, 70; cf. Q.S: Al- Mâidah: 2. 23Budimansyah, Dasim dan Karim, PKn dan Masyarakat Multikultural, Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2008, 14; cf. F. Clark Power Ronald J. Nuzzi, Darcia
Narvaez, Daniel K. Lapsley, and Thomas C. Hunt, Moral Education…, 79. 24Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Isi, Strategi dan Penilaian),
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014, 26.
24
24
pendekatan belajar kontekstual yang diwujudkan dengan metode-metode :
kooperatif, penemuan, inquiry, interaktif, eksploratif, berpikir kritis, dan
pemecahan masalah (problem solving).25
E.Metode Penelitian
1.Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data
yang mengandung makna.26 Data yang terkumpul dan analisisnya lebih
bersifat kualitatif.27 Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan
pengamatan terhadap fenomena-fenomena atau gejala-gejala sosial yang
alamiah digunakan sebagai sumber data, dan berdasarkan kenyataan
lapangan (empiris).
2.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di MI Pabelan yang
beralamat di Jalan Wijaya Kusuma Pabelan RT 01 RW 03 Kecamatan
Pabelan dan MI Miftahun Najihin yang beralamat di Jalan Kauman Lor
Desa Kauman Lor Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, masyarakat
yang mayoritas muslim sangat antusias terhadap adanya madrasah ini. Hal
ini terbukti mayoritas peserta didik berasal dari daerah itu sendiri dan ada
beberapa dari daerah lain.
25Winarno, Pembelajaran Pendidikan..., 26; cf. Bunyamin Maftuh, “Internalisasi
Nilai-Nilai Pancasila…, 137. 26Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2017, 9. 27Sugiyono, Metode Penelitian…, 8.
25
25
3.Jenis Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil
wawancara dan observasi kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup
penguatan pendidikan karakter pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang berlangsung di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin
sedangkan sumber data tambahan (sekunder) yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari dokumen data umum seperti gambaran umum MI
Pabelan dan MI Miftahun Najihin serta data khusus seperti dokumen
kegiatan pembelajaran dan penelusuran pustaka.
4.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi.
a. Observasi. Hal yang diobservasi adalah keadaan lingkungan
madrasah untuk memperoleh informasi tentang kondisi geografis, serta
pembelajaran PKn untuk memperoleh informasi tentang proses
pembelajarandi kelas.
b. Wawancara. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data
melalui wawancara kepada:
1) Kepala madrasah, untuk menggali informasi tentang tujuan dan
alasan diadakan program pembiasaan, strategi penerapan pendidikan
karakter serta informasi lain dalam wewenang dan tanggung
jawabnya.
26
26
2) Guru, untuk mendapatkan informasi tentang tehnik pelaksanaan
program, hambatan-hambatan yang ditemui dalam penerapan
pendidikan karakter.
3) Peserta didik, untuk mengetahui kegiatan, sikap, dan hal-hal yang
berhubungan dengan peserta didik.
c.Dokumentasi, dokumen yang dicari adalah muatan mata pelajaran PKn,
foto kegiatan pembelajaran, referensi bentuk dokumen.
5.Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus hingga tuntas. Aktivitas dalam analisis
data yaitu reduksi data, penyajian data, dan membuat kesimpulan.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dicari
pola dan temanya. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
display data atau penyajian data. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah
dipahami. Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif yaitu menarik
kesimpulan dan verifikasi.28
6.Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi yaitu
pengecekan dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dengan demikian ada: 1) Triangulasi Sumber untuk menguji kredibilitas
data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
28Sugiyono, Metode Penelitian…, 246-253.29Sugiyono,
Metode Penelitian…, 274.
27
27
sumber; 2) Triangulasi Teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda; 3) Triangulasi Waktu melakukan
pengecekan dengan wawancara atau teknik yang lain dalam waktu dan
situasi yang berbeda.29
F.Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari lima bab, dalam Bab pertama
merupakan konteks penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua memuat
profil dan muatan mata pelajaran PKn. Bab ketiga memaparkan implementasi
nilai nasionalisme dan gotong royong di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin.
Bab keempat membahas masalah yang muncul serta solusinya. Bab kelima
merupakan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisis,
pembahasan dan saran yang diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak.
BAB II
PROFIL MADRASAH DAN MUATAN MATA PELAJARAN
PKn DI MADRASAH IBTIDAIYAH
A.Profil Madrasah
1.Madrasah Ibtidaiyah Pabelan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pabelan merupakan madrasah swasta di
bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif yang berada di Desa Pabelan
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Lembaga ini didirikan pada
tahun 1960 oleh para tokoh agama dan tokoh masyarakat di desa Pabelan.
28
28
Madrasah tersebut berada di sebuah perkampungan padat penduduk yang
mayoritas beragama Islam. MI Pabelan merupakan salah satu madrasah
yang melaksanakan pendidikan karakter melalui pengajaran intrakurikuler
dan ekstrakurikuler.
Visi MI Pabelan yakni “Terwujudnya generasi Islam yang berprestasi,
bertaqwa dan berakhlaqul karimah”. Misinya adalah: a) Melaksanakan
pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien. b) Berperan aktif
dalam berbagai perlombaan. c) Menumbuhkan penghayatan dan
pengamalan ajaran agama ala ahlussunah wal jamaah.
Jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada MI Pabelan
tahun pelajaran 2017/2018 ada 11 orang yang terdiri dari 1 kepala
madrasah,
2 Guru PNS, 7 Guru tetap yayasan dan 1 TU.29
2.Madrasah Ibtidaiyah Miftahun Najihin
MI Miftahun Najihin merupakan madrasah di bawah naungan
Lembaga
Pendidikan Ma’arif NU yang berdiri pada tahun 1961 berstatus swasta.
Jarak tempuh ke pusat kecamatan 1 km dan jarak ke pusat kabupaten
sejauh 25 km, terletak di daerah pedesaan tepatnya desa Kauman Lor
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
Visi MI Miftahun Najihin yaitu “Terwujudnya peserta didik yang
terdidik, terampil, dan berakhlaqul karimah”. Misinya a) Pengembangan
29Hasil Dokumentasi MI Pabelan, 29 Januari 2018.
29
29
proses belajar mengajar secara optimal, b) Bimbingan dan pelatihan
keterampilan, c) Memupuk kesadaran menjalankan ibadah dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Target madrasah ini adalah
mampu menghafal al Qur’an surat-surat pendek sesuai kurikulum
kementerian agama dengan benar dan lancar.
Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan 11 orang yaitu 1 kepala
madrasah dengan status non PNS, 8 guru tetap yayasan, 1 guru PNS dan 1
pegawai tetap yayasan. Pembelajaran dimulai dengan solat dhuha
dilanjutkan hafalan surat pendek yang ada pada al-Qur’an, pembelajaran
dalam kelas diakhiri dengan solat dluhur berjamaah. Untuk pembentukan
karakter ditambah kegiatan pengembangan diri atau ekstra kurikuler
seperti pramuka dan kegiatan tambahan keagamaan yang dilaksanakan
setelah kegiatan belajar mengajar selesai.30
B.Muatan Mata Pelajaran PKn di MI
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki visi dan
misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.31 Kegiatan pembelajaran untuk mencapai
penguasaan kompetensi pendidikan kewarganegaraan menitikberatkan pada
30Hasil Dokumentasi MI Miftahun Najihin, 27 Januari 2018. 31Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 2016, 1.
30
30
pembentukan karakter warga Negara Indonesia yang beriman, bertaqwa, dan
berakhlaq mulia serta demokratis dan bertanggung jawab.32
Kompetensi yang harus dicapai siswa setelah mempelajari Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah sebagai berikut:34
Tabel 2.1
Kompetensi Muatan PKn di MI
No Ruang Lingkup Kelas Rendah Kelas Tinggi
1 Pancasila Menunjukkan, bersikap
positif, memahami dan
menceritakan arti gambar
pada lambang Negara
“Garuda Pancasila”.
Menghayati, bersikap,
menganalisis dan menerapkan
keputusan bersama
berdasarkan nilainilai
Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari
2 Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia 1945
Menghargai, melaksanakan, merinci dan melaksanakan
kewajiban dan hak sebagai
anggota keluarga dan warga madrasah.
Menghargai, melaksanakan,
merasionalkan dan
menyajikan pelaksanaan
kewajiban, hak, dan
tanggung jawab sebagai
warga negara terhadap
kehidupan sehari-hari
3 Bhinneka
Tunggal Ika
Mensyukuri ,
bertanggungjawab,
memahami dan
menceritakan makna
kebersamaan dalam
keberagaman karakteristik
Mensyukuri, bersikap
toleran, menggali dan
melaksanakan tanggungjawab terkait
keberagaman ekonomi
masyarakat
individu di lingkungan
sekitar
4 Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Menerima, bersikap, mengemukakan dan
berperilaku sesuai dengan
makna bersatu dalam keberagaman di lingkungan
sekitar
Meyakini, mendukung,
menelaah dan
mendemonstrasikan
dampak persatuan dan
kesatuan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara
Sumber: Silabus PKn MI Tahun 2016.
32Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan…, 1.34Silabus
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan…, 4.
31
31
Ruang lingkup kurikulum PKn pada pendidikan dasar adalah sebagai
berikut: 1) Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi nasional, dan pandangan
hidup bangsa. 2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3) Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk negara Republik
Indonesia. 4) Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan dalam
keberagaman yang melandasi dan mewarnai harmoni kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.33
Dalam Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 dijelaskan:
PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungjawab.34
Dari 18 nilai utama yang diusung dalam karakter, madrasah
menyederhanakan menjadi lima, yaitu Religius, Nasionalisme, Mandiri,
Gotong Royong, dan Integritas. Dalam kaitannya dengan berkebangsaan,
apalagi sekarang Indonesia dalam keadaan memantapkan rasa kebangsaan dan
Nasionalisme, maka PPK juga harus erat hubungannya dengan Pancasila. Nilai
Pancasila dalam pendidikan karakter sebagai berikut:
33Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan…, 7. 34Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2017, Tentang Penguatan
Pendidikan Karakter, Jakarta: Presiden RI, 2017, 4.
32
32
a. Religius dalam Pancasila, beriman, bertaqwa, toleransi, dan cinta
tanah air.
b. Nasionalisme, cinta tanah air, semangat kebangsaan, dan
menghargai kebinekaan.
c. Mandiri, kerja keras, kreatif, disiplin, berani, dan pembelajar.
d. Gotong royong, kerja sama, saling menolong, dan kekeluargaan.
e. Integritas, kejujuran, keteladanan, kesantunan, dan cinta pada
kebenaran.35
Dalam penelitian ini difokuskan pada nilai nasionalisme dan gotong
royong dalam mata pelajaran PKn.
Peran lembaga pendidikan tidak sepenuhnya menjadi peran yang
paling utama dalam membentuk karakter peserta didik, akan tetapi peran
orang tua dan masyarakat juga penting dalam membentuk karakter peserta
didik karena pendidikan yang paling pertama yang didapatkan oleh peserta
didik adalah pendidikan informal yaitu keluarga. Bahkan bisa dikatakan
bahwa orang tua menjadi lembaga pendidikan yang sangat mempengaruhi
pribadi anak.
Salah satu cara guru untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter pada anak adalah melalui pembiasaan-pembiasaan, misalnya sikap
disiplin, jujur, kerja keras, religius dan sebagainya akan mudah
35https://www.Kompasiana.com/novisaptina/59ca4de348693247dc41eb92/PenguatanPe
ndidikan karakter-di-madrasah-dasar, diakses 12 Februari 2018.
33
33
dikembangkan jika nilai-nilai tersebut sudah menjadi kebiasaan sehari-hari
di madrasah.36
Hal lain tampak suasana yang sangat kondusif, aman dan nyaman serta
kebersihan lingkungan yang selalu terjaga sehingga peserta didik merasa
senang berada untuk belajar. Peran guru dalam pelaksanaan pendidikan
karakter melalui pembiasaan rutin di madrasah mempunyai potensi untuk
mengembangkan karakter pada peserta didik.37
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak dan kewajibannya dengan cerdas sebagai warga negara
Indonesia yang berkarakter. Berikut ini nilai-nilai karakter utama yang
dikembangkan sebagai prioritas Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) untuk upaya memperkokoh fungsi PKn di MI Pabelan dan MI Miftahun
Najihin Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
Tabel 2. 2.
Nilai-Nilai Karakter Utama dan Pokok
Mata Pelajaran PKn Madrasah Ibtidaiyah
NO KARAKTER INDIKATOR
36Hasil Wawancara dengan Taufiq Ismail, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahun
Najihin, 29 Januari 2018, Pukul 09.00 WIB. 37Hasil Wawancara dengan Abdul Muid, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pabelan, 30
Januari 2018, Pukul 08.30 WIB.
34
34
1 Kereligiusan a. Memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun.b.Berdoa setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan/melaksanakan tugas.
b. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit pada awal
pelajaran.
c. Mengembangkan toleransi beragama
d. Melaksanakan ibadah dengan baik.
e. Menghotmati orang yang sedang melaksanakan ibadah
f.Menolak setiap sikap, tindakan dan kebijakan yang menyimpang atau
menodai agama.
2 Kejujuran a. Menepati janji
b. Berkata dan bertindak secara benar sesuai dengan fakta/tidak
berbohong
c. Bekerja berdasarkan kewenangan yang dimiliki.
d. Berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan
kebenaran.
3 Kecerdasan a. Berkata dan bertindak secara benar, cepat, dan akurat.
b. Mampu menerapkan pengetahuannya terhdap hal-hal yang baru
4 Ketangguhan a. Sikap dan perilaku pantang menyerah /tidak mudah putus asa.
b. Mampu mengatasi permasalahan dan kesulitan sehingga
berhasil meraih tujuan atau cita-citanya.
5 Kedemokratisan a. menghormati pendapat dan hak orang lain
b. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c. melaksanakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
d. mengusahakan musyawarah untuk mencapai mufakat
e. menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
f. keputusan musyawarah dapat dipertanggungjawabkan secara
moral.
g. menerima kekalahan dalam kompetisi yang jujur dan adil
h. berpikir terbuka (mau menerima ide baru atau pendapat orang lain walaupun berbeda),
i. emosinya terkendali(misalnya: menghindari argumentasi yang
bermusuhan, sewenang-wenang dan tidak masuk akal),
j. berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah-masalah
publik (termasuk aktif dalam kegiatan madrasah, memberikan
masukkan dalam pembuatan peraturan kelas, peraturan madrasah, peraturan desa)
k. menyerasikan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan
umum.
6 Kepedulian a. Memelihara kebersihan, keindahan, dan kelestarian alam
b. Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan terhadap
orang lain yang dilanda musibah atau kurang beruntung dalam
kehidupannya;
c. Tidak bersifat masa bodoh terhadap perubahan atau keadaan
lingkungan.
35
35
7 Nasionalisme a. Berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
b. Memiliki rasa cinta tanah air (menghormati pahlawan,
melakukan upacara bendera, memperingati hari-hari besar nasional,
menyanyikan lagu-lagu kebangsaan; melakukan kegiatan pelestarian lingkungan, dsb.)
c. Setia kawan terhadap sesama anak bangsa ;
d. Menggunakan produksi dalam negeri.
e. Mengutamakan persatuan dan kesatuan, kepentingan bangsa
dan negara.
f. Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan budaya
daerah maupun nasional (misalnya: memakai pakaian tradisional, menyanyikan lagu-lagu daerah dsb.)
g. Memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kenegaraan yaitu
Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika (misalnya,
memasang bendera merah putih; aktif terlibat dalam setiap
kegiatan peringatan, pemasyarakatan dan penegakan pilar-pilar
kenegaraan tersebut).
8 Kepatuhan pada
aturan social
a. mematuhi tata tertib madrasah.
b. mematuhi norma, kebiasaan, adat dan peraturan yang berlaku
c. tidak berbuat sewenang-wenang, anarkhis, main hakim sendiri
atau melakukan tindakan diluar ketentuan
9 Menghargai
keberagaman
a. Saling menghormati dan bekerjasama walaupun adanya
perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
b. Tidak memilih-milh teman dalam pergaulan.
c. Menghargai hasil karya atau produk suku lain, dengan cara
mengapresiasi, mengkoleksi, memakai , menyanyikan;
10 Kesadaran akan
hak dan
kewajiban diri
dan orang lain
a. Bersikap dan bertindak adil
b. Belajar dengan tekun dan disiplin
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghargai hak-hak orang lain.
e. Melaksanakan kewajiban dengan baik.
11 Bertanggung
jawab
a. Melaksanakan tugas/pekerjaan rumah dengan baik dan tepat
waktu.
b. Berani menanggung resiko atau akibat dari segala perbuatannya
c. Melakukan tugas dan kewajibannya sesuai ketentuan yang
beraku.
d. Bersedia meminta maaf jika bersalah, dan berusaha tidak
mengulangi lagi perbuatannya.
e. Bersedia mengundurkan diri karena gagal dalam melaksankan tugas, jika hal itu merupakan jalan keluar yang terbaik bagi
kepentingan umum.
f. Bersedia dikenai sanksi hukum yang berlaku apabila telah
terbukti melanggar peraturan.
36
36
12 Berpikir logis,
kritis, kreatif,
dan inovatif
a. Mengemukakan/mengusulkan sesuatu yang masuk akal dengan
menggunakan akal yang sehat dan hati nurani yang luhur.
b. Memberikan masukan yang bersifat mambangun
c. Memberikan ide atau gagasan yang baik untuk kepentingan
umum
d. Memaparkan pendapat didasarkan pada fakta empirik;
13 Kemandirian a. Tidak tergantung pada orang lain;
b. Melaksanakan kegiatan atas dasar kemampuan sendiri;
Nilai karakter utama dan pokok bukanlah nilai yang berdiri dan
berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain,
yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dalam
kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai-nilai religius dimaksud
melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian,
gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama nasionalisme
dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus
dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh
bersama nilai-nilai lainnya.
Pendidikan ke arah terbentuknya karakter bangsa para siswa merupakan
tanggung jawab semua guru. Kurang tepat jika dikatakan bahwa mendidik para
siswa agar memiliki karakter bangsa hanya ditimpakan pada guru mata pelajaran
tertentu, semisal guru PKn atau pendidikan agama. Guru diberi keluasaan
mengembangkannya sesuai dengan tujuan mata pelajaran, dengan
memperhatikan kondisi serta efektivitasnya. Sikap dan perilaku berkarakter
harus dipraktikkan bukan hanya sekedar himbauan atau nasehat semata.
37
37
BAB III
IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME DAN GOTONG
ROYONG DI MI PABELAN DAN MI MIFTAHUN NAJIHIN
Bagian ini merupakan analisis penulis dengan merujuk data di lapangan. Dalam
analisis ini penulis mengklasifikasikan ke dalam dua point, yaitu:
A.Nasionalisme
Penyelenggaraan pendidikan karakter di madrasah harus berpijak kepada
nilainilai karakter dasar yang menjadi unggulan, selanjutnya dikembangkan
menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (bersifat tidak absolut
atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan
madrasah sendiri.
Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,dan politik bangsa,
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai bagian paham negara
atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat
warganegara,etnis,budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya
berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian
atau semua elemen tersebut. Nasionalisme atau rasa kebangsaan ini dibedakan
38
38
menurut level kebangsaan: (1) nasionalisme etnis (Etnhic nastionalism), yaitu
Nasionalisme yang merupakan ikatan kebangsaan yang dibangun berdasarkan
persamaan bahasa, kebudayaan, dan darah keturunan kelompok etnis tertentu,
Sedangkan (2) Nasionaliisme sipil (Civic nationalism), merupakan kebangsaan
yang dibangun lewat adanya pengakuan dan kesetiaan pada otoritas
konstitusional dan kerangka perpolitikan dalam sebuah negara, selain sejarah
yang sama sebagai negara-bangsa dan digunakannya bahasa yang sama oleh
semua kelompok bangsa-bangsa, dengan kata lain, ikatan yang dibangun
nasionalisme ini didasarkan atas kewarganengaraan di dalam sebuah wilayah
teritorial dan batas-batas yang berlaku bagi negara-bangsa.38
Aspek sikap nasionalisme yang dikembangkan adalah: cinta tanah air,
rela berkorban, persatuan dan kesatuan dan pantang menyerah. Nasionalisme
menandakan sikap kebangsaan yang positif, yakni mempertahankan
kemerdekaan dan harga diri bangsa dan sekaligus menghormati bangsa lain.39
Penanaman nilai nasionalisme di MI Pabelan dengan cara melaksanakan
upacara bendera setiap hari senin, menyanyikan lagu Indonesia Raya,
selalu memperingari hari kemerdekaan dan ikut serta dalam kegiatan
karnaval, kesaktian Pancasila, kebangkitan nasional dan pada saat hari Kartini
siswa selalu dibiasakan memakai baju adat bangsa Indonesia, mengadakan
38Nuri Soeseno, Kewarganegaraan: Tafsir, Tradisi, dan Isu-isu Kontemporer, Depok:
Departemen Ilmu Politik FISIP UI, 2010, 102. 39Soegito A. T, Pendidikan Pancasila, Semarang: UNNES, 2006, 95.
39
39
ekstrakurikuler pramuka dan mengadakan berbagai macam lomba untuk
membangkitkan Nasionalisme.40
Semangat kebangsaan atau nasionalisme yang ada pada diri siswa tidak
datang dengan sendirinya tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
budaya yang ada di madrasah. Berbagai nilai kehidupan yang ditunjukkan oleh
warga madrasah cukup berpengaruh terhadap perilaku siswa dan
hubunganhubungan yang terjadi di dalamnya. Berdasarkan pernyataan tersebut,
madrasah memiliki peran yang sentral dalam membentuk karakter siswa.
Budaya madrasah yang sehat mempunyai hubungan yang kuat dengan
pencapaian visi, misi madrasah.
Kebudayaan madrasah terdiri dari berbagai unsur yaitu letak lingkungan
dan prasarana madrasah, kurikulum madrasah memuat gagasan atau fakta
keseluruhan demi program pendidikan, pribadi-pribadi warga madrasah terdiri
atas guru dan siswa serta nilai-nilai, norma dan sistem peraturan.41
Budaya Madrasah dapat diartikan sebagai cara hidup (perilaku, tradisi,
dan kebiasaan keseharian) yang dipraktikkan oleh semua warga madrasah,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Habib, bahwa: di MI Pabelan terdapat
beberapa aturan dan pembiasaan, diantaranya: melatih siswa bersikap jujur
40Hasil Wawancara dengan Robiah, Guru MI Pabelan, Pukul 09.10 WIB, 31 Januari
2018. 41Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2008, 187.
40
40
dengan diadakannya kantin kejujuran, disiplin dalam menyelesaikan tugas
sekolah, masuk sekolah tepat pada waktunya, toleran, dan bersahaja.42
Nilai nasionalisme juga diterapkan di MI Miftahun Najihin yang setiap
hari Senin selalu melaksanakan upacara bendera dengan petugasnya mulai
siswa kelas IV, V dan VI secara bergilir sesuai jadwal dengan diikuti seluruh
peserta upacara yaitu guru, staf dan siswa lainnya yang tidak ikut jadi petugas,
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu nasional dengan penuh hikmat.
Bagi siswa yang tidak memakai atribut dengan lengkap, baris di depan sendiri
dan diberi sanksi.43
Menurut Ratna Megawangi bahwa sekolah itu bertanggung jawab untuk
menumbuhkan kesenangan anak dalam belajar, sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuan dan bakatnya secara optimal. Menumbuhkan
kecintaan anak untuk belajar, akan membentuk karakter yang kreatif, motivasi
yang tinggi untuk terus mencari tahu, rasa tidak puas dengan ilmu yang
diperolehnya, serta sikap kerja keras dan pantang menyerah.44 Pengembangan
madrasah sebagai total sistem atau satu kesatuan organisasi, sangat dipengaruhi
oleh penyelenggaraan dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di MI Pabelan dan MI
Miftahun Najihin setiap guru mempunyai tugas mengembangkan organisasi
kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi
42Hasil Wawancara dengan Habib Ahmad, Guru MI Pabelan, Pukul 11.00 WIB, 27
Januari 2018.
43Hasil Wawancara dengan Ning Siti Soimah, Guru MI Miftahun Najihin, Pukul 09.00
WIB, 30 Januari 2018. 44Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter …, 126.
41
41
seluruh peserta didik secara optimal dengan menjaga lingkungan kelas yang
bersih dan rapi, dinding digunakan untuk sarana menumbuhkan rasa cinta
pahlawan dengan menempel gambar pahlawan Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian di MI Miftahun Najihin, sama halnya dengan
MI Pabelan yaitu selalu mengadakan upacara bendera setiap hari Senin,
menyanyikan lagu nasional dan siswa wajib menghafalnya. Dalam penerapan
pendidikan nasionalisme dilaksanakan dalam pembelajaran dan luar
pembelajaran, berupa kegiatan ekstrakurikuler pramuka, dan ekstra tari sangat
beragam. Banyak siswa yang sangat antusias dan penuh semangat dalam
melakukan kegiatan pramuka, dan kegiatan ekstrakurikuler yang lain, tapi
sebagian siswa juga ada yang kurang semangat.45
Pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di MI Miftahun Najihin
melalui berbagai kegiatan, diantaranya yaitu apresiasi budaya bangsa sendiri,
menjaga kekayaan budaya bangsa diantaranya mengikuti kegiatan karnaval
dengan menampilkan berbagai macam pakaian adat daerah, rela berkorban
melalui penggalangan dana untuk membantu temannya yang membutuhkan,
menjaga lingkungan madrasah agar tetap bersih dan taat tata tertib madrasah.
mempraktikkan pembelajaran PKn yaitu materi Memelihara dan
mengembangkan pilar-pilar kenegaraan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhineka Tunggal Ika misalnya, memasang bendera merah putih; aktif terlibat
45Hasil Wawancara dengan Taufiq Ismail, Kepala MI Miftahun Najihin, Pukul 09.30
WIB, 6 Februari 2018.
42
42
dalam setiap kegiatan peringatan, pemasyarakatan dan penegakan pilarpilar
kenegaraan tersebut.4647
Waktu pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka dan tari yaitu
dilaksanakan pada hari Jumat untuk pramuka dan Rabu setelah pulang
sekolah untuk ekstra tari. Kegiatan tersebut sangat menunjang dalam
menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada siswa. Dalam kegiatan
pembiasaan sikap antusias siswa ditunjukkan dengan perasaan senang dan
gembira pada saat melakukan kegiatan tersebut. Misalnya pada saat akan
melakukan upacara bendera, siswa yang antusias maka akan berangkat ke
madrasah tepat waktu, berusaha mempersiapkannya dengan baik, dan pada
saat bel berbunyi, tanda upacara bendera akan segera dimulai, maka dia akan
langsung menuju ke lapangan untuk berbaris dan dalam melaksanakan
upacara dengan penuh hikmat, tidak berbicara sendiri.
Nasionalisme sangat berguna untuk membina rasa bersatu antar penduduk
negara yang heterogen karena perbedaan suku, agama dan asal usul berfungsi
untuk membina rasa identitas dan kebersamaan dalam negara serta bermanfaat
untuk mengisi kemerdekaan yang sudah diperoleh.
B.Gotong Royong
Konsep gotong royong juga dapat dimaknai dalam konteks
46Hasil Wawancara dengan Mahasin Billah, Guru Kelas IV MI Miftahun Najihin, Pukul
47.15 WIB, 01 Februari 2018.
43
43
pemberdayaan masyarakat karena bisa menjadi modal sosial untuk membentuk
kekuatan kelembagaan di tingkat komunitas, masyarakat negara serta
masyarakat lintas bangsa dan negara Indonesia dalam mewujudkan
kesejahteraan.48
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama,
menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan
pada orang yang membutuhkan.
Gotong royong yang ditanamkan adalah nilai yang luhur dan bertujuan
menjadikan kehidupan masyarakat berlangsung secara teratur, alamiah, dan
damai.49 Gotong royong merupakan bentuk solidaritas sosial untuk kepentingan
pribadi ataupun kelompok sehingga di dalamnya terdapat sikap loyal dari setiap
warga sebagai satu kesatuan.
Setiap hari jum’at sebulan sekali, siswa di MI Miftahun Najihin
membawa peralatan kebersihan untuk kegiatan bakti sosial membersihkan
tempat ibadah seperti musholla dan masjid yang ada di daerah sekitar madrasah
yang sering dinamakan dengan jum’at bersih dengan diikuti seluruh warga
madrasah. Tujuannya adalah melatih siswa untuk gotong royong peduli
lingkungan serta diterapkan di rumah, madrasah dan masyarakat.50
48Tri Pranadji, “Penguatan Kelembagaan Gotong Royong dalam Perspektif Sosio
Budaya Bangsa”, Bogor Forum Penelitian Agro Ekonomi IPB, Volume 27, No.1, (2009), 62. 49Puput Anggorowati, Sarmini, “Pelaksanaan Gotong Royong di Era Global (studi kasus
di desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan)”, Kajian Moral dan Kewarganegaraan,
Volume 01, Nomor 03, (2015), 40. 50Hasil Wawancara dengan Mahasin Billah, Guru MI Miftahun Najihin, Pukul 08.30
WIB, 01 Februari 2018.
44
44
Penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka
di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin didasarkan pada musyawarah gugus
depan, sebagai forum tertinggi Gerakan Pramuka di gugus depan. Bentuk
sederhana dari penanaman sikap gotong royong yang ditanamkan kepada
siswa yaitu ketika pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka siswa
bersama-sama dan membaur dengan kelas lainnya sesuai golongan pramuka
atau tingkatan pramuka.51
Hasil wawancara Kepala MI Pabelan sejalan dengan yang disampaikan
guru di MI Pabelan sebagai Pembina pramuka sebagai berikut:
Kami selaku Pembina gerakan pramuka untuk menerapkan sikap
gotong royong kepada anak-anak yaitu dengan memberikan materi pembelajaran serta mencontohkan sikap gotong royong kepada siswa
dengan materi yang sesuai dengan buku panduan pramuka, SKU dan SKK. Bentuk sederhana dari penanaman sikap gotong royong yang ditanamkan kepada siswa yaitu ketika pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler pramuka siswa bersama-sama dan membaur dengan kelas lainnnya sesuai golongan pramuka atau tingkatan pramuka,
kerja sama dalam melaksanakan tugas kelompok, gotong royong membersihkan halaman madrasah dan kegiatan Sabtu bersih.52
Hasil wawancara di atas memberikan informasi bahwa evaluasi hasil
kegiatan ekstrakurikuler pramuka dilaksanakan setiap satu bulan dan enam
bulan sekali. Kemampuan guru di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin dalam
melaksanakan penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan
ekstrakurikuler pramuka sudah cukup baik, hal ini dikarenakan mayoritas
guru sudah mengikuti pelatihan Kursus Mahir Dasar (KMD), sebagian guru
51Hasil Wawancara dengan Robiah dan Mahasin Billah, Guru MI Pabelan dan MI
Miftahun Najihin, Pukul 09.10 WIB, 31 Januari 2018. 52Hasil wawancara Abdul Muid, Kepala MI Pabelan, Pukul 09.15 WIB, 27 Januari 2018
45
45
juga ada yang sudah mengikuti pelatihan Kursus Mahir Lanjut (KML), dan
guru yang senior membantu pemimbing pramuka junior.
Nilai karakter gotong royong juga diterapkan di MI Pabelan terlihat di
saat membersihkan lingkungan. Selain itu jika dilihat dari kebiasaan
siswanya, para siswa lebih memiliki sikap peduli lingkungan, itu terlihat dari
tidak adanya siswa yang membuang sampah sembarang, lebih tertata dan
bersih. Kegiatan ini dilakukan agar terjalin kerjasama dan keakraban antar
warga madrasah. Dinding dipasang daftar piket, daftar kelompok belajar, untuk
melatih dan membiasakan siswa dalam bertanggung jawab kebersihan kelas
serta melatih untuk kerjasama dan gotong royong.53
MI Miftahun Najihin mempraktikkan pembelajaran PKn yaitu materi
memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan terhadap orang lain yang
dilanda musibah atau kurang beruntung dalam kehidupannya.54
Bibit-bibit gotong royong sudah ditanamkan sejak dini pada diri siswa
agar melekat sampai hari tua. Pembiasaan sikap gotong-royong dalam
kehidupan keseharian di madrasah dapat dilakukan dengan cara kegiatan
rutin, kegiatan spontan dan keteladanan. Semua kegiatan akan terlaksana
apabila guru ikut berperan serta, salah satunya mengintegrasikan nilai
tersebut kedalam mata pelajaran.
53Hasil Wawancara dengan Habib Ahmad, Guru MI Pabelan, Pukul 11.00 WIB, 27
Januari 2018; Hasil Wawancara dengan Mahasin Billah, Guru Kelas IV MI Miftahun
Najihin, Pukul 10.15 WIB, 01 Februari 2018. 54Hasil Wawancara dengan Mahasin Billah, Guru MI Miftahun Najihin, Pukul 08.30
WIB, 01 Februari 2018.
46
46
Di samping pembiasaan, kedua madrasah tersebut juga melengkapinya
dengan tata tertib, reward dan sanksi, untuk menjaga keberlangsungan program
yang ditetapkan, sehingga penanaman nilai gotong royong bisa terwujud.
BAB IV
MASALAH DAN SOLUSI PENANAMAN NILAI
NASIONALISME DAN GOTONG ROYONG
A.Masalah
Dalam penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong di madrasah
terdapat beberapa masalah yang muncul sehingga mengakibatkan hasil yang
diperoleh kurang maksimal. Adapun masalah dalam implementasi nilai
nasionalisme dan gotong royong sebagai berikut.
1.Masalah Kurikulum
Tuntutan administrasi guru dalam pembelajaran sangat banyak
terutama dalam hal administrasi penilaian, sehingga perhatian guru dalam
pembelajaran kurang maksimal karena disibukkan dengan pembuatan
administrasi. Sebagian guru belum mendapatkan sosialisasi penerapan
kurikulum 2013 karena terkendala terbatasnya kuota.
Berdasarkan analisis hasil wawancara dinyatakan bahwa
kurikulum yang digunakan madrasah terlalu banyak materinya dan
waktu yang digunakan kurang mencukupi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikemukakan Umi lisaniyah yang mengungkapkan
bahwa:
47
47
Menurut saya kalau Kurikulum 2013 sekarang ini ya tidak berat. Hanya saja memang guru di tuntut kreatif cepat, siswa di buat aktif dan bisa menghubungkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya melalui
tema dengan pendekatan ilmiah oleh karena itu sangat dibutuhkan
sosialisasi dan bintek kurikulum 2013.55
Dalam kegiatan pembelajaran di MI Miftahun Najihin, berdasarkan
hasil wawancara dengan guru dinyatakan bahwa :
Kurikulum yang digunakan terlalu padat dan terlalu banyak
materi sehingga guru dituntut untuk cepat berganti-ganti materi
meskipun siswa belum memahami. Apalagi siswa di rumah ada
sebagian belum mempunyai kemandirian belajar artinya siswa harus
di dekte orang tuanya dalam mengerjakan tugas rumah sedangkan
orang tuanya mayoritas kurang mengerti model pembelajaran
kurikulum yang baru dengan latar belakang pendidikan yang
rendah.56
Berdasarkan hasil wawancara, dan observasi dapat disimpulkan
bahwa materi di dalam kurikulum di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin
yang harus dipelajari siswa sangat banyak sehingga guru harus cepat
dalam mengajarkan materi tersebut dan harus pandai dalam
menyampaikan materi sesuai dengan temanya. Sedangkan waktu yang
digunakan juga kurang mencukupi, akibatnya ada siswa yang belum
memahami materi tetapi materi sudah berganti. Sehingga dengan
kurang pahamnya siswa dengan materi, ini akan mengakibatkan
proses pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong
berjalan kurang maksimal.
2.Unsur Siswa
55Hasil wawancara dengan Umi Lisaniyah, Guru MI Pabelan, Pukul 09.40 WIB, 31
Januari 2018. 56Hasil wawancara dengan Mahasin Billah, Guru MI Miftahun Najihin, Pukul 09.00
WIB, 01 Februari 2018.
48
48
Berdasarkan analisis hasil wawancara menyatakan bahwa MI
Pabelan belum maksimal dalam mengintegrasikan nilai nasionalisme dan
gotong royong sesuai Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP), yang
menjadi kendala adalah berbagai macam karakter siswa, ada yang sulit
untuk menanamkan nilai nasionalisme dan gotong royong, ada juga yang
mudah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Mohammad
Mustain yang menyatakan bahwa:
Sebenarnya RPP itu kita tuliskan, apa yang kita laksanakan kita tulis dan apa yang kita tulis kita laksanakan, prinsipnya kan seperti
itu. Sebenarnya kalau membuat RPP dan melaksanakannya itu sudah menjadi kebiasaan guru dan tidak masalah. Sebenarnya
hambatannya adalah ada pada siswa sendiri. Karena siswa itu terdiri dari berbagai macam karakter, ada siswa yang lingkungan masyarakatnya tidak benar misalnya, itulah yang
kadang-kadang yang sulit untuk ditanamkan nilai nasionalisme dan gotong royong.57
Dalam kegiatan pembelajaran guru di MI Pabelan dan MI Miftahun
Najihin sudah terbiasa melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
mengintegrasikan nilai nasionalisme dan gotong royong sesuai dengan
RPP tetapi masih kurang maksimal. Pengamatan peneliti masih ada
sebagian siswa yang sulit untuk di atur saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran dan guru terkadang memprioritaskan penyelesaian materi
tanpa memperhatikan aspek penanaman nilai-nilai karakter.
3.Media Pembelajaran
57Hasil Wawancara dengan Mohammad Mustain, Guru PKn Kelas VI MI Pabelan,
Pukul 08.40 WIB, 31 Januari 2018.
49
49
Media pembelajaran diperlukan guru untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Menurut hasil analisis data wawancara
dinyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru sudah menggunakan
media pembelajaran, akan tetapi dalam pembelajaran belum optimal. Hal
ini dikarenakan keterbatasan media yang ada dalam menggunakan media
pembelajaran yang disediakan.58
Hasil wawancara di atas juga hampir sama dalam kegiatan
pembelajaran di MI Pabelan yaitu guru baru sebatas menggunakan
media gambar, media cetak dan metode ceramah. Meskipun sudah ada
LCD tetapi belum mencukupi kebutuhan tiap kelas, sehingga guru kurang
berinovasi dan bervariasi dalam menggunakan media pembelajaran.59
Berdasarkan hasil analisis data tentang kegiatan pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa guru di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin
sudah menggunakan media pembelajaran, akan tetapi pemakaiannya
belum
optimal dan kurang bervariasi, hal ini dikarenakan keterbatasan media
pembelajaran yang ada. Hal itu tentu saja akan mempengaruhi
pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong yang
dilakukan guru melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan media
pembelajaran.
4.Masalah Lingkungan
58Hasil Wawancara Abdul Muid, Kepala MI Pabelan, Pukul 09.00 WIB, 27 Januari
2018. 59Hasil Wawancara dengan Taufiq Ismail, Kepala MI Miftahun Najihin, Pukul 10.00
WIB, 25 Januari 2018.
50
50
Pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong akan
berjalan dengan maksimal apabila mendapat dukungan dan peran dari
lingkungan keluarga dan masyarakat. Berdasarkan analisis hasil
wawancara dinyatakan bahwa lingkungan keluarga belum sepenuhnya
mendukung pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dan gotong
royong di madrasah, ini terlihat dari masih banyaknya orang tua yang
kurang membiasakan dalam penanaman nilai karakter di rumah, sehingga
apa yang ditanamkan di madrasah kurang maksimal hasilnya. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara MI Pabelan yang diungkapkan oleh Umi
Lisaniyah sebagai berikut:
Kalau pada waktu sosialisasi orang tua pada bilang siap menasehati
anaknya ketika berbuat tidak baik. Tetapi pada kenyataannya masih
ada orang tua yang kurang memberikan contoh perilaku yang
mencerminkan nilai nasionalisme dan gotong royong. Pada
realisasinya ketika ada anak yang tidak membantu pekerjaan orang
tuanya, tidak di tegur, ini akan menjadikan apa yang diajarkan
madrasah tidak seiring dengan sikap orang tuanya.60
Pendapat di atas senada dengan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti di MI Miftahun Najihin bahwasanya kondisi lingkungan keluarga,
sebagian belum mendukung pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme
dan gotong royong. Hal ini dapat dilihat masih ada siswa apabila ada
pekerjaan rumah tidak dikerjakan, rambut yang gondrong bagi siswa laki-
60Hasil wawancara dengan Robiah, Guru MI Pabelan, Pukul 08.45 WIB, 31 Januari
2018.
51
51
laki, dan seragam madrasah kurang rapi, masih ada siswa yang datang
terlambat.61
Berdasarkan hasil wawancara di MI Miftahun Najihin memang
terlihat pelaksanaan penanaman sikap nasionalisme dan gotong royong
tidak serta merta berjalan lancar sesuai rencana, dalam pelaksanaannya
masih ada hambatan yang membuat pelaksanaan ekstrakurikuler tidak
berjalan maksimal. Siswa kurang kompak dalam melakukan tugas,
Pembina harus mengulang dalam memberikan materi maupun contoh dari
pelaksanaan tugas, siswa juga masih ramai sendiri dan kurang fokus
dengan ada yang dijelaskan.62
Untuk menanamkan nilai nasionalisme dan gotong royong secara
berkesinambungan, diperlukan kerjasama antara madrasah, orang tua dan
lingkungan masyarakat.
B.Solusi
Cara mengatasi kendala penanaman nilai nasionalisme dan gotong
royong di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin yaitu:
Dalam masalah kurikulum solusinya diadakan sosialisasi kurikulum
atau diklat dengan memperhatikan jumlah guru yang ada, pelaksanaan
Kelompok Kerja Guru (KKG) ditingkatkan, adanya penyederhanaan
61Hasil Wawancara dengan Umi Nadhiroh, Guru MI Miftahun Najihin, Pukul 09.40
WIB, 6 Februari 2018. 62Hasil Wawancara dengan Taufiq Ismail, Kepala MI Miftahun Najihin, Pukul 10.00
WIB, 29 Januari 2018.
52
52
administrasi pembelajaran agar guru lebih fokus dalam penyampaian materi
serta penerapan nilai karakter siswa.
Untuk mengatasi masalah yang hubungannya dengan siswa diantaranya
dengan memberikan tugas kelompok yang merangsang penanaman nilai-nilai
karakter, dikerjakan dan dinilai sesuai kelompok serta kerja sama secara
gotong royong. Mendisiplinkan anak yang sering terlambat mengikuti
kegiatan, Guru memberikan teladan, nasihat, penghargaan dan hukuman,
serta membiasakan siswa untuk berperilaku yang berkarakter seperti
mengajak siswa menciptakan kelas yang nyaman dan kondusif.
Masalah media pembelajaran perlu menambah jumlah media yang
dibutuhkan seperti LCD atau proyektor dan komputer madrasah agar guru
dapat melakukan pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak bosan dalam
mengikuti pembelajaran.
Peningkatan perhatian orang tua merupakan solusi yang tepat untuk
menangani masalah siswa terutama tentang penerapan nilai nasionalisme dan
gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa dilakukan dengan
cara anak sering diingatkan, dinasehati serta di beri contoh atau teladan yang
dapat meningkatkan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
Dengan ketekunan, kesabaran, keikhlasan dari pihak-pihak yang
terlibat yaitu kepala madrasah, guru selaku pembina siswa dan orang tua
dalam mengatasi kendala penanaman nilai nasionalisme dan gotong
royong, maka hambatan tentang penanaman karakter pada diri siswa dapat
53
53
teratasi dengan baik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai yang
diharapkan.
BAB V
PENUTUP
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penanaman nilai nasionalisme dan gotong
royong dalam Mata Pelajaran PKn di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dalam proses penanaman nilai karakter nasionalisme dan gotong
royong di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin melalui beberapa strategi
yaitu penciptaan budaya madrasah, ruang berkarakter, keteladanan guru
dengan penanaman nilai di dalam pembelajaran dan di luar pembelajaran.
Masalah yang ada dalam penanaman nilai nasionalisme dan gotong
royong antara lain: a) Masalah kurikulum seperti tuntutan administrasi guru,
sehingga perhatian guru dalam pembelajaran kurang maksimal, Sebagian
guru belum mendapatkan sosialisasi penerapan kurikulum 2013 karena
terkendala terbatasnya kuota, kurikulum yang digunakan madrasah terlalu
54
54
banyak materinya dan waktu yang digunakan kurang mencukupi. b)
Unsur siswa dengan berbagai macam karakter yang sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). c) Media pembelajaran belum optimal
karena keterbatasan media yang ada dalam menggunakan media
pembelajaran yang disediakan. d) Masalah lingkungan ini terlihat dari masih
banyaknya orang tua yang kurang membiasakan dalam penanaman nilai
karakter di rumah, sehingga apa yang ditanamkan di madrasah hasilnya
kurang maksimal.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam penanaman
nilai nasionalisme dan gotong royong di MI Pabelan dan MI Miftahun
Najihin yaitu 1) Dalam masalah kurikulum diadakan sosialisasi kurikulum
atau diklat dengan memperhatikan jumlah guru yang ada, pelaksanaan
Kelompok Kerja Guru (KKG) ditingkatkan, adanya penyederhanaan
administrasi pembelajaran. 2) Masalah siswa solusinya dengan memberikan
tugas kelompok, mendisiplinkan anak yang sering terlambat mengikuti
kegiatan, Guru memberikan teladan, nasihat, penghargaan dan hukuman,
serta membiasakan siswa untuk berperilaku yang berkarakter. 3) Masalah
media pembelajaran perlu menambah jumlah media yang dibutuhkan. 4)
Masalah lingkungan solusinya orang tua memberikan perhatian kepada anak
dengan cara anak sering diingatkan, dinasehati serta di beri contoh atau
teladan yang dapat meningkatkan perilaku yang sesuai dengan norma-norma
yang ada.
55
55
B.Saran
Penanaman pendidikan karakter perlu diterapkan di setiap madrasah.
Agar terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh
masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di
madrasah, maka disampaikan saran kepada: Kepala madrasah memberikan
arahan kepada guru dan mengajak orang tua agar selalu memberikan
keteladanan dalam penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik di madrasah maupun
di rumah.
Sebaiknya Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pemuda Olahraga
Kabupaten Semarang dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang
memberikan pelatihan guru yang berkaitan dengan Kegiatan Belajar
Mengajar untuk meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik yang meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, serta sebagai bekal guru dalam upaya
menghadapi berbagai tantangan dalam mewujudkan peserta didik yang
berkarakter.
Penelitian ini belum sepenuhnya komprehensif, maka bagi peneliti
yang berminat untuk mengkaji lebih dalam tentang nilai penguatan
pendidikan karakter tidak hanya membahas pada lingkup nilai nasionalisme
dan gotong royong saja akan tetapi ditambah dengan muatan lain yang ada
dalam materi PKn.
56
56
DAFTAR PUSTAKA
Affan, M. Husin, Hafidh Maksum, “Membangun Kembali Sikap Nasionalisme
Bangsa IndonesiaDalam Menangkal Budaya Asing di Era Globalisasi”,
Jurnal Pesona Dasar, Volume 3, Nomor 4, (Oktober 2016): 66.
Anderson, James A. Public Policy-Making. New York: Holt Rine Hart and
Winstoneg, 2002.
Anggorowati, Puput , Sarmini, “Pelaksanaan Gotong Royong di Era Global (Studi
Kasus di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan)”, Kajian
Moral dan Kewarganegaraan, Volume 01, Nomor 03 (2015): 40.
Aspin, David N. “Values Education and Life long Learning Principles, Policies,
Programmes”. Dordrecht: Springer, 2007.
Dasim, Budimansyah, dan Karim. PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2008.
Djamari, “Penanaman Sikap Gotong Royong dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan”, Tesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2016.
E Johansson. “Practices For Teaching Moral Values in the Early Years: A Call for
a Pedagogy Of Participation”. Education, Citizenship And Social Justice,
6 (2), 2011.
Easterbrooks, S. R. & Scheetz N.A., “Applying Critical Thinking Skills to
Character Education and Values Clarification With Students Who Are
Deaf or Hard of Hearing”, American Annals of the Deaf, No.149 (2004):
63.
http://Hukamnas.com/Contoh Konflik Antar Agama, diakses 1 Maret 2018.
http://M .metrotvnews.com/news/hukum/Wb72REBN Indonesia Hadapi Ancaman
Fisik maupun Non fisik, diakses 1 Maret 2018.
http://www.Indonesia Students.com/Contoh Konflik Antar Suku di Indonesia/,
diakses 1 Maret 2018.
https://kbbi. web.id/gotong%20 royong, diakses 19 Maret 2018.
https://www.Kompasiana.com/novisaptina/59ca4de348693247dc41e92/Penguatan
Pendidikan karakter-di-sekolah-dasar, diakses 12 Februari 2018.
57
57
Ihsan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2008.
Kemendikbud, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 958. Jakarta: Sekretariat
Kemendikbud, 2014.
Kirschenbaum, H. 100 Ways To Enhance Values And Morality In Schools And
Youth Setting. London: Allyn And Bacon, 2005.
Koesoema A, Doni. Strategi Pendidikan Karakter Revolusi Mental dalam
Lembaga Pendidikan. Yogyakarta: PT Kanisius, 2015.
Kurniawan, Machful Indra, ”Integrasi Pendidikan Karakter ke Dalam
Pembelajaran Kewarganegaraan di Sekolah Dasar”, Jurnal Pemikiran dan
Pengembangan SD, Jilid 1, Nomor 1 (April 2013): 45.
Kusuma, Febra Anjar, “Pembinaan Semangat Nasionalisme Siswa Melalui
Kegiatan Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler di SMP N 1 Pagelaran
Kabupaten Pringsewu”,Tesis, Universitas Lampung, 2016.
Lestari, Prawidya dan Sukanti, ”Membangun Karakter Siswa Melalui Kegiatan
Intrakurikuler, Ekstrakurikuler dan Hidden Curriculum di SD Budi Mulia
Dua Pandeansari Yogyakarta”, Jurnal Penelitian, Vol. 10, No. 1 (Februari,
2016): 71.
Maftuh, Bunyamin, “Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan”, Educationist, Vol. II, No. 2 (Juli 2008):
134.
Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2017, Tentang Penguatan
Pendidikan Karakter, Jakarta: Presiden RI, 2017.
Perpres RI No 87 Tahun 2017 Bab I Pasal I, Penguatan Pendidikan Karakter,
Jakarta, 2017.
Power Ronald J. Nuzzi, F. Clark, Darcia Narvaez, Daniel K. Lapsley, and Thomas
C. Hunt.” Moral Education : A Handbook”. London: Preager, 2008.
58
58
Ruslan, Idrus, “Membangun Nasionalisme sebagai Solusi untuk Mengatasi
Konflik SARA di Indonesia”, TAPIs, Vol. 10, No. 1 (Januari-Juni 2014):
1.
Sajarkawi. Pembentukan Kepribadian Melalui Peningkatan Pertimbangan Moral.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan, 2006.
Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn),Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 2016.
Soegito. Pendidikan Pancasila. Semarang: UNNES Press, 2006.
Sporre, Karin and Jan Mannberg. “Values, Religions and Education in Changing
Societies”. Dordrecht: Springer, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2017.
Taniredja, Tukiran. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2013.
Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 20. Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Presiden RI, 2003, pasal 40 ayat (2).
Winarno. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Isi, Strategi dan
Penilaian). Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.
59
59
PROFIL MI PABELAN
NAMA SEKOLAH : MI PABELAN
NSM : 111233220057
PROVINSI : JAWA TENGAH
KABUPATEN : SEMARANG
KECAMATAN : PABELAN
DESA : PABELAN
KODE POS : 50771
DAERAH : PEDESAAN
STATUS SEKOLAH : SWASTA
KELOMPOK SEKOLAH : INTI
AKREDITASI : A
SURAT KEPUTUSAN : NOMOR :166/BAP-SM/XI/2015
TANGGAL : 16NOPEMBER 2015
PENERBIT SK : BADAN AKREDITASI
NASIONAL SEKOLAH DAN
MADRASAH (BAN-S/M)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
TAHUN BERDIRI : 1960
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR : PAGI
BANGUNAN SEKOLAH : MILIK SENDIRI
LUAS BANGUNAN : 665 m
LUAS TANAH : 2126 m
JARAK KE PUSAT KECAMATAN : 1Km
JARAK KE PUSAT KABUPATEN : 25 Km
ORGANISASI PENYELENGGARA : LP. MA’ARIF NU
60
60
Visi :
Terwujudnyagenerasi Islam yang berprestasi,
bertaqwadanberakhlaqulkarimah
Misi :
1. Melaksanakanpembelajarandanbimbingansecaraefektifdanefisien.
2. Berperanaktifdalamberbagaiperlombaan.
3. Menumbuhkanpenghayatandanpengamalanajaran agama alaahlussunahwaljamaah.
MATERI PELAJARAN
Agama : Fikih, AqidahAkhlak, Al-Qur’an Hadits, SejarahKebudayaan
Islam, (KurikulumDepag)
Umum : Matematika, Bahasa Indonesia, Sains (IPA), IPS,
Kewarganegaraan,
SeniBudayadanKeterampilan(KurikulumDepDiknas)
Mulok : BahasaJawa
BahasaAsing : BahasaInggris, BahasaArab
KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI (EKSTRA KURIKULER)
1. Komputer
2. Drum Band
3. Pramuka
4. SeniKaligrafi
5. Tartil Al-Qur’an
6. Beladiri
61
61
TENAGA PENDIDIK
Jabatan Jumlah Keterangan
Kepala 1 PNS
Guru 7 Guru TetapYayasan
Guru 2 PNS
Tenaga 1 TetapYayasan
NO NAMA TEMPAT,TGL
LAHIR
L/
P Ijazah/Tahun TMT
Jabatan
Jml
Jam
1 Abdul Muid, S.Pd.I Kab.Semarang
09/10/1981 L S-1/STAIN/2008
1 Januari
2005
Kepala
Madra-sah
24
Jam
2 Robiah, S.Ag Kab.Semarang,29
/07/1978 P S-1/STAIN/2000
1 Maret
1999
Guru Kelas
5
24
jam
3 AfifahNurAini,
S.Pd.I
Kab.Semarang
12/10/1976 P S-1/STAIN/2002
1 Januari
2005
Guru Kelas
6
26
jam
4 UmiLisaniyah,
S.Ag
Kab.Semarang
30/10/1972 P S-1/IAIN/1996 15 Juni 1996
Guru Kelas
4
24
jam
5 MohamadMustain,
S.Pd.I
Kab.Semarang
7/4/1977 L S-1/STAIN/2016
7 Februari
2007
Guru Kelas
2 a
27
jam
6 Habib Ahmad,
S.Pd.I
Salatiga
12/12/1984 L S-I/IAIN/2008
7 Februari
2007
Guru Kelas
3
28
jam
7 AgusKhoirul
Anwar, S.Pd.I
Kab.Semarang
24/08/1984 L S-1/STAIN/2009 1 Juli 2011
Guru Kelas
2 b
24
jam
8 HusnulRobiah,
S.H.I
Kab.Semarang
25/08/1989
P S-1/STAIN/2012 1 Juli 2014 Guru Kelas
1
25
jam
9 Muhammad
ZakiAzhar, S.H.I
Kab.Semarang
15/03/1990 L S-1/STAIN/2013 12 Juli 2010
Guru
Agama
24
jam
62
62
10 Aji Darmawan,
S.Pd Semarang
22/05/1988
L S-1/UNES/2010 01November
2015
GuruMape
l.SBK,Bhs.
Ingrgris
24
Jam
11 HarisArdiyanto Kab. Semarang,
20 Juni 1983 L D1 1 Juli 2011 TU
SARANA PRASARANA
Keseluruhanruangsebagaisaranapendidikanadalahsbb:
No Penggunaan Ruang Jml
Kondisi Kebutuh
an Kekurangan
B RR RB
1 RuangKelas 8 - 6 2 10 2
2 Ruang Kantor danGuru 1 1 1 -
3 Ruang Kepala - - - - 1 1
4 Ruang UKS - - - - 1 1
5 R Perpustakaan - - - - 1 1
6 R. Lab Komp - - - - 1 1
7 WC 5 3 2 - 6 1
8 Musholla - - - - 1 1
9 Ruang UKS - - - - 1 1
10 RuangKoperasi - - - - 1 1
63
63
PROFIL MI MIFTAHUN NAJIHIN
NAMA SEKOLAH : MI MIFTAHUN NAJIHIN
NSM : 111233220058
PROVINSI : JAWA TENGAH
KABUPATEN : SEMARANG
KECAMATAN : PABELAN
DESA : KAUMAN LOR
KODE POS : 50771
DAERAH : PEDESAAN
STATUS SEKOLAH : SWASTA
KELOMPOK SEKOLAH : INTI
AKREDITASI : A
SURAT KEPUTUSAN : NOMOR :137/BAP-SM/X/2014
TANGGAL :20 OKTOBER 2014
PENERBIT SK : BADAN AKREDITASI
NASIONAL SEKOLAH
DANMADRASAH (BAN-S/M)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
TAHUN BERDIRI : 1978
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR : PAGI
BANGUNAN SEKOLAH : MILIK SENDIRI
LUAS BANGUNAN : 720 m
LUAS TANAH : 1034 m
JARAK KE PUSAT KECAMATAN : 3 Km
JARAK KE PUSAT KABUPATEN : 25 Km
ORGANISASI PENYELENGGARA : LP.MA’ARIF NU
64
64
Visi :
Terdidik,Terampil dan Berakhlakul karimah
Misi :
1. Pengembangan Proses Belajar Mengajar secara Optimal
2. Bimbingan dan Pelatihan Ketrampilan
3. Memupuk kesadaran menjalankan ibadah dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
MATERI PELAJARAN
Agama : Fikih, AqidahAkhlak, Al-Qur’an Hadits, SejarahKebudayaan
Islam, (KurikulumDepag)
Umum : Matematika, Bahasa Indonesia, Sains (IPA), IPS,
Kewarganegaraan,
SeniBudayadanKeterampilan(KurikulumDepDiknas)
Mulok : BahasaJawa
BahasaAsing : BahasaInggris, BahasaArab
KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI (EKSTRA KURIKULER)
1. Komputer
2. Drum Band
3. Pramuka
4. SeniKaligrafi
5. Tartil Al-Qur’an
65
65
PROGRAM UNGGULAN
Tuntas Baca Al-Qur’an (TBA)
Tujuan :
1. Membekalikunciilmupengetahuan agama padaanakdidik.
2. Mampumembaca Al-Qur’an denganBancar (BenardanLancar)
Target :
Hafal Al-Qur’an Surat-suratpendeksesuaikurikulumDepagdenganBancar
(BenardanLancar)
TENAGA PENDIDIK
Untukmelaksanakanpembelajaran, MI
MiftahunNajihinmengangkatparapendidikdenganberbagailatarbelakangpendidikansesuaidenga
nkompetensi yang dibutuhkan.
Jabatan Jumlah Keterangan
Kepala 1 NON PNS
Guru 8 Guru TetapYayasan
Guru 1 PNS
Tenaga 1 TetapYayasan
N
O NAMA
TEMPAT,T
GL LAHIR
L/
P Ijazah/Tahun
Pangkat/
Gol
Ruang/T
MT
Jabatan
Jml
Jam
1 TaufiqIsmail,S.Pd.I Kab.Smrg,
02/05/1976 L
S-
1/STAIN/2012
02 Januari
2006
Kepala
Sekolah
24
Jam
66
66
2 NingSitisoimah,S.P
dI
Smg,06
/03/1970 P
S-
1/STAIN/2009
Penat/III.b
/01/01/201
3
Guru
Kelas 5a
24
jam
3 Tri Handayani Kab.Smg,9
/12/1967 P
S-
1/STAIN/2013
19 Juli
1999
Guru
Kelas 2
26
jam
4 UmiShobihah,S.Pd
I
KabSmg,
12/12/1975 P S-1/IAIN/2005
18 Juli
2000
Guru
Kelas 6
24
jam
5 UmiNadziroh,S.Pd
I
KabSmg,.
7/4/1977 P
S-
1/STAIN/2010
1 Juli
2003
Guru
Kelas 3
27
jam
6 Sriyanti,S.Ag Kab. Smg, 9
/07/ 1974 P S-I/IAIN/1991
19 Juli
2004
Guru
Kelas 1
28
jam
7 MahasinBillah,S.P
d I
Kab. Smg, 17
/07/1978 L
S-
1/STAIN/2009
16 Januari
2006
Guru
Mapel 4
24
jam
8 Julikatun,SE Kudus, 21
/07/ 1978 P S-1/STIE/2001
14 Juli
2008
Guru
Kelas 5b
25
jam
9 AlfianaTaufiq,S.Pd
I
Kab. Smg,08
/09/ 1982 L
S-
1/STAIN/2010
12 Juli
2010
Guru
Agama
24
jam
10 Ikhda Malik
Ibrahim, S.Pd.I
Kab.Smrg,
11/06/1995 L
S-
1/STAIN/2017
01Novem
ber 2017
Guru
Mapel.S
bk,
Bhs.Ingg
ris
24
Jam
11 Muhammad
Zainuri
Kab.
Semarang, 20
Juni 1972
L SMP 1 Juli
2015
PenjagaS
ekolah
67
67
SARANA PRASARANA
Keseluruhanruangsebagaisaranapendidikanadalahsbb:
No Penggunaan Ruang Jml
Kondisi Kebutuh
an Kekurangan
B RR RB
1 RuangKelas 8 - 6 2 10 2
2 Ruang Kantor danGuru 1 1 1 -
3 Ruang Kepala - - - - 1 1
4 Ruang UKS - - - - 1 1
5 R Perpustakaan - - - - 1 1
6 R. Lab Komp - - - - 1 1
7 WC 5 3 2 - 6 1
8 Musholla - - - - 1 1
9 Ruang UKS - - - - 1 1
10 RuangKoperasi - - - - 1 1
WAKTU PEMBELAJARAN
Pembelajaran di MI MiftahunNajihinKaumanLordilaksanakanseharipenuh (full day school),
selama 4 hari, dansetengahhariselama 2 hari, sebagaimana table berikutini :
No Hari MapelReguler Program Unggulan
TBA
PengembanganDiri
(Ekstrakurikuler)
1 Senin Pukul 07.00 – 12.25 Pukul 12.45 – 14.30 -
2 Selasa Pukul 07.00 – 12.25 Pukul 12.45 – 14.30 -
3 Rabu Pukul 07.00 – 12.25 Pukul 12.45 – 14.30 -
4 Kamis Pukul 07.00 – 12.25 Pukul 12.45 – 14.30 -
68
68
5 Jum’at Pukul 07.00 – 10.45 - Pukul 13.00 – 14.00
6 Sabtu Pukul 07.00 – 12.10 - Pukul 13.00 – 14.00
7 Ahad - -
Data Siswadalam 4 (empat) tahunterakhir
TahunPelaj
aran
Kel
as I
Kel
as I
I
Kel
as I
II
Kel
as I
V
Kel
as V
Kel
as V
I
Jml.
Sis
wa
Jml.
Rom
bel
Jml.
Sis
wa
Jml.
Rom
bel
Jml.
Sis
wa
Jml.
Rom
bel
Jml.
Sis
wa
Jml.
Rom
bel
Jml.
Sis
wa
Jml.
Rom
bel
Jml.
Sis
wa
Jml.
Rom
bel
2014/2015 34 1 34 2 14 1 22 1 17 1 9
2 25 1 34 1 18 1 25 1 9 1
2015/2016 24 1 36 2 28 1 36 2 20 1 25 1
2016/2017 30 2 25 1 36 1 28 1 39 2 18 1
2017/2018 31 1 24 1 36 1 27 1 38 2 18 1
69
69
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MI MIFTAHUN NAJIHIN
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : V (Lima)
Semester : I (Satu)
70
70
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 pertemuan).
I. Standar Kompetensi
1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
II. Kompetensi Dasar
1.1. Medeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
III. Indikator
1. Menunjukkan sisi utara, selatan, timur, dan barat NKRI, serta menyebutkan
nama negara atau perairan yang menjadi batas NKRI.
2. Menyebutkan posisi lintang dan bujur NKRI.
3. Menjelaskan tujuan penetapan batas-batas fisik NKRI.
4. Menjelaskan fungsi wilayah darat NKRI.
5. Menjelaskan fungsi wilayah laut NKRI.
6. Menjelaskan fungsi wilayah udara NKRI.
NilaiBudayadanKarakterBangsa: Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Demokratif, Rasa
Ingin tahu, Cinta tanah air ,Bersahabat , Menghargai prestasi , Gemar membaca ,
Peduli lingkungan , Peduli sosial , Tanggung jawab.
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penjelasan guru dan diskusi, siswa dapat menunjukkkan batas utara,
selatan, timur, dan barat NKRI.
2. Melalui penjelasan guru dan diskusi, siswa dapat mengetahui luas wilayah NKRI
dengan menyebutkan posisi lintang dan bujurnya.
3. Melalui penjelasan guru dan diskusi, siswa dapat menjelaskan tujuan penetapan
batas-batas fisik NKRI.
4. Melalui penjelasan guru dan diskusi, siswa dapat menjelaskan fungsi wilayah darat
NKRI.
5. Melalui penjelasan guru dan diskusi, siswa dapat menjelaskan fungsi wilayah laut
NKRI.
6. Melalui penjelasan guru dan diskusi, siswa dapat menjelaskan fungsi wilayah
udara NKRI.
V. Materi Ajar
1. Batas wilayah NKRI, luas wilayah NKRI, posisi lintang dan bujurnya, serta
tujuan penetapan batas-batas fisik NKRI.
71
71
2. Fungsi wilayah darat, laut, dan udara NKRI.
Marilah kita renungkan kembali mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai
ini. Apakah negara kita sejak dulu sudah merupakan negara yang merdeka? Di dalam sejarah,
Indonesia semula memang merupakan negara merdeka. Namun di dalam perjalanan sejarahnya,
Indonesia kemudian dijajah oleh Belanda, selanjutnya oleh Jepang. Berkat perjuangan bersama para
pemimpin dan pahlawan kita yang tidak mengenal lelah (berani, kebersamaan) dengan segala
pengorbanannya, baik harta maupun jiwa (kerja keras, konsekuen, komitmen), dan dilandasi rasa
percaya diri (mandiri) akhirnya kemerdekaan dapat diraih kembali. Perjuangan memperoleh
kemerdekaan ini mencapai puncaknya pada masa akhir pendudukan Jepang. Ketika Jepang menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu, kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh para pemimpin dan tokoh
pejuang kita, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia (kerja keras). Semua tokoh
pada waktu itu sepakat dan merasa bertanggungjawab atas terwujudnya kemerdekaan Indonesia
(konsisten, bertanggungjawab).Para pejuang mempunyai prinsip bahwa bangsa Indonesia harus
mempunyai kedudukan yang sama dengan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia ini (kesetaraan).
Ketika memperjuangkan kemerdekaan, para tokoh pejuang selalu berjuang tanpa pamrih (ikhlas),
teguh pendirian (konsekuen), pantang menyerah (kerja keras).Berkat sikap-sikap itulah maka
kemerdekaan dapat dicapai. Pada awal kemerdekaan setiap orang ditempatkan pada posisi yang sesuai
dengan kemampuannya (tidak nepotisme, adil). Lihat saja bagaimana proses pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden di dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Para anggota PPKI secara aklamasi
menyetujui Ir Soekarno dan Drs Moh. Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Tidak ada satu
anggotapun yang menolak ditetapkannya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta menempati posisi itu
(bijaksana, sportif, disiplin)
Karena terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah kehendak seluruh rakyat Indonesa,
maka dalam penyelenggaraan pemerintahannya harus berdasarkan musyawarah, bukan berdasarkan
ambisi seseorang atau kelompok yang dapat menguntungkan seseorang atau kelompok tertentu.
Dalam mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus memahami hak dan kewajiban
warga negara secara utuh agar tercipta kehidupan yang rukun. tidak boleh membeda-bedakan orang
ditinjau dari suku, agama dan ras ( sosiologi). Dalam menjalin hubungan antar sesama tidak boleh
memaksakan kehendaknya sendiri(sosiologi), tidak megingkari janji(sosiologi) yang sudah dibuat
sehingga menimbulkan perselisihan, (sosiologi) dan tidak mementingkan kepentingan keluarganya
atau kelompoknya (politik) serta menghindari perbuatan persekongkolan dalam berbagai hal.
Disamping itu dalam rangka mewujudkan keadilan sosial harus dihindari perbuatan seperti persaingan
yang tidak sehat (ekonomi), karena akan berakibat menghalalkan segala cara, melakukan pelanggaran
hak ekonomi seseorang, melakukan penyimpangan standar prosedur operasional yang ditetapkan,
melakukan penyuapan agar diberi kemudahan dalam kepengurusan sesuatu, menggunakan sumber
daya seefisien mungkin (ekonomi), serta tidak melakukan penyelewengan alokasi dana dan distribusi
dana (ekonomi).
Negara Indonesia akan tetap utuh dan suasana kehidupan masyarakat akan rukun apabila seluruh
warga Negara taat pada aturan.
Dalam lingkup yang lebih kecil, misalnya lingkup sekolah, maka setiap siswa juga harus mengindari
tindakan-tindakan yang dapat merugikan diri sendiri, misalnya menyontek ketika menempuh
72
72
ulangan/ujian. Selain itu, setiap siswa hendaknya menunjukkan sikap-sikap yang positif, misalnya
(kebersamaan, konsekuen, hemat, ikhlas, berbagi, rajin, tanggung jawab, disiplin, jujur).
Nah, sikap seperti ini sejak dini harus sudah ditanamkan kepada siswa agar siswa tahu mana yang baik
sehingga harus diteladani/ diwujudkan di dalam praktik kehidupan sehari-hari, dan mana yang tidak
baik sehingga harus ditinggalkan.
VI. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
1 Pendekatan Kontekstual.
2 Pendekatan Cooperative Learning.
3 Diskusi dengan teman sebangku.
4 Problem Solving
5 Tanya jawab.
6 Ceramah.
7 Penugasan.
VII. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal
a. Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing, untuk mengawali pelajaran.
b. Guru dan siswa bertanya jawab tentang fungsi peta dunia.
c. Menyanyi lagu nama-nama provinsi (terlampir)
2. Kegiatan Inti
a) Guru menyiapkan sebuah peta dunia yang besar dan dapat dilihat oleh
semua siswa. (eksplorasi)
b) Siswa mengamati peta dunia yang disiapkan guru
c) Salah satu siswa menunjuk batas-batas tersebut pada peta secara acak
dan berulang-ulang, dan siswa yang lain menebaknya dengan cepat.
(elaborasi)
d) Guru menyiapkan kelas diskusi.
e) Secara berkelompok yang berperspektif gender, siswa berdiskusi untuk
mencari penetapan batas-batas fisik NKRI dengan panduan guru.
(elaborasi)
f) Siswa menulis hasil diskusi sebagai rangkuman materi
g) Siswa menceritakan hasil diskusi secara bergiliran. (elaborasi)
h) Guru memberi penguatan dan umpan balik (konfirmasi)
3. Kegiatan Penutup
73
73
a) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
dalam pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian indikator dan
kompetensi dasar.
b) Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah
dipelajari.
c) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal
a) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing, untuk mengawali pelajaran.
b) Guru dan siswa bertanya jawab tentang pengalaman bepergian ke
pegunungan, laut, dan pengalaman naik pesawat terbang.
2. Kegiatan Inti
a) Guru dan siswa bertanya jawab secara general tentang fungsi wilayah
darat, laut, dan udara NKRI.(eksplorasi)
b) Guru membagi jumlah siswa di kelas dalam 3 kelompok atau
kelipatannya.
c) Guru mengundi topik darat, laut, atau udara untuk semua kelompok.
d) Secara berkelompok yang berperspektif gender, siswa berdiskusi tentang
topik yang mereka dapatkan. (elaborasi)
e) Siswa melaporkan hasil dikusi secara lisan di depan teman-teman.
(elaborasi)
f) Teman-teman dari kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok
teman. (konfirmasi)
3. Kegiatan Penutup
a) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dalam
pertemuan itu, untuk mengetahui pencapaian indikator dan kompetensi
dasar.
b) Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
c) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing untuk menutup pertemuan.
VIII. Sumber/Bahan Belajar
1. Peta dunia.
2. Gambar/foto tempat-tempat indah di Indonesia yang menunjukkan
pemandangan darat, laut, dan udara.
3. Najib Sulhan, dkk. Mari BelajarPendidikan Kewarganegaraan untuk SD
Kelas V, Depdiknas, bse
74
74
IX. Penilaian
− Teknik : tugas erstruktur
− Bentuk Instrumen : penilaian lisan, penilaian sikap (pengamatan
perilaku), penilaian unjuk kerja (keaktifan anak berdiskusi).
Mengetahui
Kepala Madrasah
Taufiq Ismail, S. Pd.I
NIP.-
KaumanLor,
Guru Kelas V
NingSitiSoimah, S.Pd.I
NIP. 19700306 200501 2 002
75
75
LAMPIRAN LAGU
Nama-Nama Provinsi
(Lagu Naik-Naik Ke Puncak Gunung)
Nangro Aceh Darusalam ada di Banda Aceh,
Sumut medan Sumbar padang, Riau di Pekan Baru,
Jambi di Jambi, Sumsel Palembang, Bengkulu di Bengkulu
Bangka Belitung Pangkal Pinang, Lampung di Bandar lampung,
DI Jakarta di Jakarta, Jabar ada di Bandung...
76
76
Jateng Semarang, DIY Yogya, Jatim di Surabaya
Banten Serang Bali Den Pasar , NTB di Mataram,
NTT Kupang, Kalbar Potianak, Kalteng Palangkaraya...
Kalsel Banjarmasin, Kaltim Samarinda Sulut di Manado
Sulteng Palu, Sulsel Makasar, Sul Tenggara Kendari,
Gorontalo di Gorontalo , Maluku di... Ambon.
Maluku Utara di Ternate, Papua Jayapura
Papua Barat Manokwari, Sulbar di Mamuju...
Kepulauan Riau di Tanjung Pinang mari kita hafalkan...
Tigapuluh tiga provinsi dengan ibu kotanya
LAMPIRAN INSTRUMEN PENILAIAN
I. Pedoman tanya jawab lisan:
1. Ceritakan secara singkat perjuangan para pahlawan dalam mencapai kemerdekaan
NKRI!
2. Sebutkan 3 nama pahlawan yang terlibat dalam perjuangan mencapai kemerdekaan
NKRI!
3. Jelaskan secara singkat saat lahirnya NKRI!
4. Sebutkan 2 contoh nilai juang dalam proses lahirnya NKRI!
5. Setujukah bila ada teman yang melanggar tata tertib sekolah dibiarkan?
6. Menyontek ketika ulangan termasuk perbuatan korupsi. Setujukah dengan pernyataan
tersebut? Berikan alasan!
7. Menggunakan kapur tulis untuk mencorat-coret tembok atau meja kelas, di sekolah
termasuk tindakan korupsi. Bagaimana pendapat kalian terhadap pernyataan tersebut?
8. Sebutkan 2 contoh tindakan yang bertentangan dengan nilai juang dalam proses
lahirnya NKRI!
77
77
II. Tes tertulis bentuk uraian
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
1. Ceritakan secara singkat perjuangan para pahlawan dalam mencapai kemerdekaan
NKRI!
2. Sebutkan 3 nama pahlawan yang terlibat dalam perjuangan mencapai kemerdekaan
NKRI!
3. Jelaskan secara singkat saat lahirnya NKRI!
4. Sebutkan 2 contoh nilai juang dalam proses lahirnya NKRI!
5. Setujukah bila ada teman yang melanggar tata tertib sekolah dibiarkan?
6. Mencorat-coret tembok sekolah termasuk tindakan korupsi. Bagaimana pendapat
kalian terhadap pernyataan tersebut?
7. Sebutkan 2 contoh tindakan yang bertentangan dengan nilai juang dalam proses
lahirnya NKRI! 8. Berikan contoh tindakan sehari-hari yang termasuk tindakan korupsi?
Tugas Terstruktur (individu)
*. Cari dan tulislah 34 provinsi di Indonesia beserta ibu kotanya
*. Hafalkan provinsi dan ibu kotanya untuk Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan
Pedoman Penskoran:
1. Bila jawaban sangat sempurna diberi skor 4
2. Bila jawaban sempurna diberi skor 3
3. Bila kurang sempurna diberi skor 2
4. Bila tidak sempurna diberi skor 1
Skor maksimum = 4 X 8 item = 32
Skor minimum =1 X 8 item = 8
Nilai ideal = 100
Nilai =
III. Tes Perbuatan
Berilah tanda contreng ( ) pada pertanyaan dan pernyataan berikut ini sesuai dengan
jawabanmu.
idealnilaiXmaksimumskorJumlah
skorperolehanJumlah
78
78
No. Pertanyaan/ pernyataan
Jawaban
Setuju Tidak
Setuju
1. Jika saya terlambat datang ke sekolah, saya masuk lewat pintu belakang.
2. Menghargai jasa para pahlawan, hanya kewajiban siswa dan guru
3. Mengikuti upacara bendera dengan hikmat
4. Jika saya sebagai bendahara kelas, maka saya akan menggunakan uang sesuai
dengan kebutuhan kelas.
5. Jika saya menjadi ketua kelompok, saya menyerahkan tugas kelompok kepada
anggota.
6. Jika kamu memenuhi ajakan teman-temanmu untuk mencuri, maka itu termasuk
perbuatan korupsi
7. Saya beralasan sakit ketika lupa menghadiri undangan ulang tahun teman.
8. Ketika saya diberi saran oleh teman, saya tetap pada pendirian walaupun
pendapat itu dianggap kurang tepat.
9. Saya menghabiskan uang saku, walaupun lebih.
10. Mencuri uang milik sekolah termasuk perbuatan korupsi
Petunjuk pemberian skor:
Untuk pernyataan sikap: Nomor: 1, 2,3, 5,6 7, 8, 9 dan 10
Bila siswa mencontreng setuju diberi skor 2
Bila mencontreng angka tidak setuju diberi skor 0
Untuk pernyataan sikap Nomor: 4,
Bila siswa mencontreng setuju diberi skor 0
Bila siswa menconreng tidak setuju diberi skor 2
Jumlahskor maksimum seluruh soal = 4 X 2 + 4 X 0 = 8
Pernyataan positif 4 X skor maksimum 2 = 8
Pernyataan negatif 4 X skor minimum 0 X 4 = 0
Nilai idela 100
Mengolah skor menjadi nilai sikap dengan rumus:
idealnilaiXpernyataanseluruhmaksimumskorseluruhjumlah
siswaskorperolehanJumlah
Kriteria Nilai sikap:
85 – 100 = Sangat baik
75 – 84 = Baik
79
79
55 – 74 = cukup
kurang 54 = buruk
*. Pedoman penskoran nilai tugas rumah
- Jika 34 provinsi benar maka nilai sempurna 100
Nilai akan dikurangi satu angka jika salah setiap satu provinsi dan ibu kotanya
- Hafalan sempurna mendapatkan nilai 100
Nilai akan dikurangi satu angka jika salah setiap satu provinsi dan ibu kotanya
80
80
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MI MIFTAHUN NAJIHIN
Mata Pelajaran: Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : V (Lima)
Semester : I (Satu)
Alokasi Waktu:6 x 35 menit (3 pertemuan).
Kompetensi Dasar
1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Indikator
1 Memahami arti penting keutuhan NKRI.
2 Mampu menjelaskan fungsi Pancasila sebagai perekat persatuan bangsa.
3 Mampu menjelaskan makna kesatuan wilayah Indonesia dari keempat segi
kehidupan bernegara (politik, sosial budaya, ekonomi, pertahanan-keamanan).
Nilaibudayadankarakterbangsa: Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Demokratif, Rasa
Ingin tahu, Cinta tanah air ,Bersahabat , Menghargai prestasi , Gemar membaca ,
Peduli lingkungan , Peduli sosial , Tanggung jawab
A. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penjelasan guru dan diskusi, siswa dapat memahami arti penting
keutuhan NKRI.
2. Melalui penjelasan guru dan diskusi, siswa dapat menjelaskan fungsi Pancasila
sebagai perekat persatuan bangsa.
3. Melalui penjelasan guru dan diskusi, siswa dapat menjelaskan makna kesatuan
wilayah Indonesia dari segi politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan-
keamanan.
B. Materi Ajar
1 Arti penting keutuhan NKRI
81
81
2 Fungsi Pancasila sebagai perekat persatuan bangsa
3 Makna kesatuan wilayah Indonesia
Menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, merupakan tanggung jawab
bersama. Oleh karena itu dalam membuat aturan negara tidak boleh didasari ambisi pribadi
yang dapat menguntungkan kelompoknya ( politik ), pembuat aturan tidak boleh memberikan
hadiah agar orang lain mengikuti kemauannya ( politik), dan apabila ada yang bersalah
siapapun pelakunya harus ditindak (tidak boleh pilih kasih) (politik, hukum). Dengan
menghindari sikap demikian kita akan merasa bersatu sebagai bangsa Indonesia dan dapat
mempertahankan keutuhan negara.
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat penting untuk dipertahankan. Oleh
karena itu dalam kehidupan bermasyarakat kita harus saling menghormati (sosiologi), apabila
berjanji harus ditepati (sosiologi), dalam bergaul tidak membedakan teman (sosiologi), tidak
memaksakan kemauan sendiri (sosiologi) untuk kepentingan pribadi atau keluarga dan tidak
bersekongkol dengan tujuan yang tidak baik hingga /merugikan orang lain.
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berarti juga memperhatikan kesejahteraan
rakyat. Oleh karena itu agar tercipta keadilan sosial yang merata, maka harus dihindari sikap
bersaing secara tidak sehat dalam berusaha, tidak ingin menyuap untuk mendapatkan sesuatu,
membeli barang sesuai kebutuhan(ekonomi), dan apabila ada siswa yang dipilih sebagai
bendahara kelas harus menggunakannya sesuai aturan dan membuat catatan sebagai laporan
(ekonomi).
Di dalam lingkup yang lebih kecil, lingkup sekolah misalnya, di dalam menjaga keutuhan
bangsa, dapat diwujudkan mulai dari skala yang lebih kecil, dengan mewujudkan tindakan-
tindakan yang merupakan perwujudan nilai-nilai positif di dalam kehidupan sehari-hari,
(misalnya selalu menjaga kebersamaan, bertindak konsekuen, bijaksana, melakukan sesuatu
secara ikhlas, rajin, sportif, tanggung jawab, jujur, kerja keras, mandiri, berani,. adil, juga
peduli).
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan Kontekstual.
2. Pendekatan Cooperative Learning.
3. Diskusi kelas.
4. Tanya jawab.
5. Ceramah.
6. Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan Pertama
82
82
1. Kegiatan Awal
a) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk
mengawali pelajaran.
b) Guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan apa saja yang siswa lakukan setelah pulang
dari sekolah.
2. Kegiatan Inti
a) Guru berceramah kepada siswa tentang kehidupan siswa yang damai dan tenang dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari (sekolah, bermain, berpergian, dan lain-lain);
hubungannya dengan keragaman dan kekayaan budaya; kedaulatan Indonesia sebagai
negara kesatuan; serta legalitas negara yang lengkap dengan hukum dan
peraturan.(elaborasi)
b) Guru mengatur kelas diskusi dan membagi jumlah siswa dalam beberapa kelompok.
c) Secara berkelompok yang berperspektif gender, siswa mendiskusikan arti penting
keutuhan NKRI dengan panduan guru. (elaborasi)
d) Siswa menceritakan hasil diskusi secara bergiliran di depan teman-teman. (elaborasi)
e) Siswa lain menanggapi hasil diskusi kelompok teman. (konfirmasi)
3. Kegiatan Penutup
a) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dalam pertemuan itu
untuk mengetahui pencapaian indikator dan kompetensi dasar.
b) Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
c) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal
a) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk
mengawali pelajaran.
b) Guru dan siswa bertanya jawab tentang rutinitas siswa belajar di rumah.
2. Kegiatan Inti
a) Salah seorang siswa membaca Pancasila dengan lantang di depan teman-teman, lalu siswa
lain menirukannya. (eksplorasi)
b) Siswa memperhatikan gambar lambang kelima sila pada burung garuda, dan guru
menjelaskan makna lambang tersebut. (elaborasi)
c) Siswa menebak menyebutkan isi silanya secara bersama-sama sesuai lambang sila pada
gambar burung garuda yang ditunjukkan guru secara acak dan. (eksplorasi)
d) Siswa mengkaji materi tentang sebab-sebab dirumuskannya Pancasila. (elaborasi)
e) Guru mengatur kelas untuk berdiskusi dan membagi siswa dalam beberapa kelompok.
f) Secara berkelompok yang berperspektif gender, siswa mendiskusikan fungsi Pancasila
bagi NKRI dengan panduan guru. (elaborasi)
g) Siswa melaporkan hasil diskusi secara berkelompok. (elaborasi)
h) Guru memberi penguatan dan umpan balik (konfirmasi)
83
83
3. Kegiatan Penutup
a) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dalam pertemuan itu,
untuk mengetahui pencapaian indikator dan kompetensi dasar.
b) Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
c) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk
menutup pertemuan.
Pertemuan Ketiga
1. Kegiatan Awal
a) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk
mengawali pelajaran.
b) Guru mengajak siswa bertanya jawab tentang kebiasaan membaca buku.
2. Kegiatan Inti
a) Guru memperkenalkan kosakata dalam berbagai segi kehidupan bernegara
(misalnya kata “politik”, “sosial”, “budaya”, “ekonomi”, “pertahanan-
keamanan”), lalu menjelaskan makna kata-kata itu secara general. (eksplorasi)
b) Siswa dan guru bertanya jawab tentang makna kesatuan wilayah Indonesia dari
segi politik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan-keamanan secara general.
c) Guru menyiapkan kelas diskusi.
d) Secara berkelompok yang berperspektif gender, siswa berdiskusi tentang makna
kesatuan wilayah Indonesia dari segi politik, sosial, budaya, ekonomi, dan
pertahanan-keamanan. (elaborasi)
e) Siswa melaporkan hasil diskusi. (elaborasi)
f) Guru memberi penguatan dan umpan balik (konfirmasi)
3. Kegiatan Penutup
a) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dalam pertemuan itu
untuk mengetahui pencapaian indikator dan kompetensi dasar.
b) Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
c) Guru mengingatkan siswa untuk memfotokopi gambar pada halaman 14—18 buku teks,
serta membawa pensil warna atau cryon pada pertemuan selanjutnya.
d) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk
mengakhiri pertemuan.
84
84
E. Sumber/Bahan Belajar
1. Najib Sulhan, dkk. Mari BelajarPendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI
Kelas V, Depdiknas, bse.
2. Berbagai buku sejarah perjuangan bangsa.
3. Burung garuda Pancasila, beserta tamengnya.
4. Lagu ”Garuda Pancasila”.
F. Penilaian
a) Teknik : tugas berkelompok.
b) Bentuk Instrumen: penilaian lisan dan tertulis.
.
Mengetahui
Kepala Madrasah
Taufiq Ismail, S.Pd.I
NIP.-
KaumanLor,
Guru Kelas V
NingSitiSoimah, S.Pd.I
NIP. 19700306 200501 2 002
85
85
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MI Pabelan
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : IV (Empat)
Semester : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 pertemuan).
I. Standar Kompetensi
3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat.
II. Kompetensi Dasar
3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat
pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK, dst.
III. Indikator
1. Menjelaskan pengertian pemerintah dan sistem pemerintahan.
2. Menyebutkan lembagalegislatif.
3. Menjelaskanlembagaeksekutif.
4. Menjelaskanlembagayudikatif.
5. MenjelaskanBadanPemeriksaKeuangan.
6. MenjelaskanKomisiPemilihanUmum.
Nilaibudayakarakterbangsa: Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Demokratif,
Rasa Ingin tahu, Cinta tanah air, Bersahabat, Menghargai prestasi, Gemar
membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab.
IV. TujuanPembelajaran
1. Melalui penjelasan guru, siswa dapat menjelaskan pengertian
pemerintah dan sistem pemerintahan.
2. Melalui tanya jawab dan diskusi, siswa dapat menjelaskan lembaga
legislatif.
3. Melalui tanya jawab dan diskusi, siswa dapat menjelaskan lembaga
eksekutif.
86
86
4. Melalui tanya jawab dan diskusi, siswa dapat menjelaskan lembaga
yudikatif.
5. Melalui tanya jawab dan diskusi, siswa dapat menjelaskan Badan
Pemeriksa Keuangan.
6. Melalui tanya jawab dan diskusi, siswa dapat menjelaskan Komisi
Pemilihan Umum.
V. Materi Ajar
1. Pengertianpemerintah.
2. Komponenpemerintahan di Indonesia.
Sistempemerintahan di Indonesia mengenal adanya berbagai lembaga negara. Salah satu lembaga
negara yang ada di Indonesia adalah presiden. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan di Indonesia.
Sejak reformasi, presiden di negara kita dipilih langsung oleh rakyat. Seorang presiden bertanggung
jawab penuh kepada rakyat. Oleh karena itu,meskipun presiden dipilih langsung oleh rakyat, dalam
membuat kebijakan harus didasarkan pada kepentingan umum/bersama bukan mengutamakan
kepentingan partai, ambisi pribadi atau kelompok tertentu. (dimensi politik)
Setiap negara mempunyai bentuk dan sistem pemerintahan sendiri-sendiri. Ada yang berbentuk
kerajaan dan ada pula yang berbentuk republik. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Artinya, kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.
Sedangkan sistem pemerintahan suatu negara disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing.
Untuk menyelenggarakannya, dibentuklah lembaga negara di Indonesia. Lembaga negara itu dalam
membuat kebijakan/aturan tidak boleh deskriminasi, harus adil dan dapat menjangkau seluruh aspek
kehidupan. (dimensi hukum dan sosiologi)
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga Negara dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga negara dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang
kekuasaan membentuk undang-undang.
DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Oleh karena begitu banyak tugas dan
fungsi DPR, maka dalam menjalankan tugasnya DPR harus disiplin, jujur, dan tanggung
jawab,sehingga kebijakan yang dibuat benar-benar membawa kemakmuran rakyat. DPR terdiri atas
anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum.
Tugas dan wewenang DPR antara lain:
a. Membentuk undang-undang yang dibahas bersama presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
Dalam membuat undang-undang harus memperhatikan kepentingan umum, tidak boleh mengikuti
ambisi priadi. (dimensi politik)
87
87
b. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memerhatikan pertimbangan DPD. Ketika
memilih, DPR harus benar-benar selektif, artinya memilih orang yang mempunyai kemampuan
yang tinggi, jujur, sesuai bidangnya, tidak bolehKKN. (dimensi ekonomi, hukum, sosiologi)
c. Memberikan persetujuan kepada presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi
Yudisial. Artinya, orang yang diusulkan harus professional, dan ketika melanggar jangan segan-
segan untuk memberhentikan.
d. Memberikan pertimbangan kepada presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta
negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi.
Dalam memberi pertimbangan DPR harus benar-benar jujur, sportif, adil, tanggung
jawab,dan beranisehingga tidak merugikan kepentingan umum
VI. PendekatandanMetodePembelajaran
a. Pendekatankontekstual.
b. PendekatanCooperative Learning.
c. Diskusidengantemansebangku.
d. Ceramah
e. Penugasan.
VII. Langkah-langkahKegiatan
PertemuanPertamadanKedua
1. KegiatanAwal
a. Mengajaksemuasiswauntukmengawalipelajaran.
b. Mengajaksiswabertanyajawabtentangkegiatanapasaja yang
dilakukanpadapagiharisejakbanguntidursampaianakberangkatkesekol
ah.
c. Mengajaksiswauntukmenyebutkanlembaga-lembaganegara
(lembagalegislatif, eksekutif, danyudikatif) yang dibimbingoleh
guru. Tanya jawab ini dikaitkan dengan sistem pemerintahan tingkat
pusat yang akan dibahas.
2. KegiatanInti
a. Semua siswa diminta untuk membaca dan memahami pengertian
pemerintah, pemerintahan, dan sistem pemerintahan. (eksplorasi)
b. Siswa menyebutkan lembaga-lembaga negara tingkat pusat
(lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif).(eksplorasi)
c. Guru bercerita tentang bacaan dalam buku.(elaborasi)
d. Bertanya jawab tentang lembaga-lembaga negara tingkat pusat,
yaitu lembaga legislatif (MPR, DPR, dan DPD), eksekutif
(presiden), dan yudikatif (Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi), serta BPK dan Komisi Pemilihan Umum.(elaborasi)
e. Secara berpasangan yang berperspektif gender, siswa berdiskusi
tentang tugas-tugan lembaga lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.(elaborasi)
f. Menugaskan siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi.(elaborasi)
g. Guru memberi penguatan materi dan umpan balik (konfirmasi)
88
88
3. KegiatanPenutup
a. Bersama-sama dengan seluruh siswa membuat kesimpulan dari
materi yang telah dipelajari.
b. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama
pertemuan itu untuk mengetahui ketercapaian indikator dan
kompetensi dasar.
c. Mengakhiri pelajaran dengan mengajak semua siswa berdoa.
VIII. Sumber/BahanBelajar
1. Prayoga Bestari, dkk (2008) PKn, Menjadi Warga Negara Yang Baik kl
4 untuk SD/MI halaman 54-76
2. Pengalaman siswa dan guru.
3. Teman.
4. Lingkungan rumah (keluarga), sekolah, dst.
IX. Penilaian
− Teknik : tugas individu.
− Bentuk instrumen : penilaian lisan, penilaian sikap (pengamatan
perilaku), penilaian unjuk kerja (keberanian menyampaikan pendapat).
Mengetahui
Kepala Madrasah
Abdul Muid, S. Pd.I
NIP. 198110092005011003
Pabelan,
Guru Kelas IV
Umi Lisaniyah, S. Ag.
89
89
90
90
Soal Evaluasi
A. Pilihlah jawaban yang tepat
1. Jabatan seorang Presiden berakhir setiap ....
a. dua tahun
b. tiga tahun
c. empat tahun
d. lima tahun
2. Presiden dipilih oleh ....
a. MPR
b. menteri
c. DPR
d. rakyat
3. Wakil Presiden yang ketujuh adalah ....
a. B.J. Habibie
b. Megawati Soekarnoputri
c. Try Sutrisno
d. Hamzah Haz
4. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia periode 2004-2009 ialah ....
a. Ginanjar Kartasasmita
b. Agung Laksono
c. Akbar Tanjung
d. Hidayat Nur Wahid
5. Menteri bertanggung jawab kepada ....
a. Presiden
b. DPR
c. MPR
d. rakyat
6. Berikut yang termasuk pembantu presiden ialah ….
91
91
a. menteri
b. pemerintah
c. rakyat
d. MPR
7. Anggota MPR dipilih melalui ….
a. pilkada
b. pemilu
c. partai politik
d. rakyat
8. Jumlah anggota DPR adalah ....
a. 450 orang
b. 550 orang
c. 500 orang
d. 600 orang
9. Kekuasaan eksekutif dilaksanakan oleh ….
a. MPR
b. lembaga
c. menteri
d. presiden
10. Anggota hakim konstitusi berjumlah ....
a. tujuh orang
b. enam orang
c. lima orang
d. empat orang
A. Lengkapi kalimat berikut.
1. Lembaga negara yang termasuk lembaga legislatif adalah ....
2. BPK kependekan dari ....
3. Menteri yang mengurus masalah keamananan dan ketertiban negaraadalah ....
4. Lembaga negara yang bertugas membuat undang-undang adalah ....
92
92
5. Menteri yang menangani bidang khusus yang tidak ditangani oleh menteri
departemen adalah ....
93
93
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MI Pabelan
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : IV (Empat)
Semester : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 pertemuan).
I. Standar Kompetensi
3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat.
II. Kompetensi Dasar
3.2 Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti presiden, wakil
presiden, dan para menteri.
III. Indikator
Memahamilembagaeksekutif (presiden).
Nilaibudayadankarakterbangsa: Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Demokratif,
Rasa Ingin tahu, Cinta tanah air, Bersahabat, Menghargai prestasi, Gemar
membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab.
IV. TujuanPembelajaran
Melalui penjelasan guru dan diskusi siswa dapat memahami lembaga
eksekutif (presiden).
V. Materi Ajar
Lembagaeksekutif.
Sistempemerintahan di Indonesia mengenal adanya berbagai lembaga negara. Salah satu lembaga
negara yang ada di Indonesia adalah presiden. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan di Indonesia.
94
94
Sejak reformasi, presiden di negara kita dipilih langsung oleh rakyat. Seorang presiden bertanggung
jawab penuh kepada rakyat. Oleh karena itu,meskipun presiden dipilih langsung oleh rakyat, dalam
membuat kebijakan harus didasarkan pada kepentingan umum/bersama bukan mengutamakan
kepentingan partai, ambisi pribadi atau kelompok tertentu. (dimensi politik)
Setiap negara mempunyai bentuk dan sistem pemerintahan sendiri-sendiri. Ada yang berbentuk
kerajaan dan ada pula yang berbentuk republik. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Artinya, kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.
Sedangkan sistem pemerintahan suatu negara disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing.
Untuk menyelenggarakannya, dibentuklah lembaga negara di Indonesia. Lembaga negara itu dalam
membuat kebijakan/aturan tidak boleh deskriminasi, harus adil dan dapat menjangkau seluruh aspek
kehidupan. (dimensi hukum dan sosiologi)
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga Negara dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga negara dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang
kekuasaan membentuk undang-undang.
DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Oleh karena begitu banyak tugas dan
fungsi DPR, maka dalam menjalankan tugasnya DPR harus disiplin, jujur, dan tanggung
jawab,sehingga kebijakan yang dibuat benar-benar membawa kemakmuran rakyat. DPR terdiri atas
anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum.
Tugas dan wewenang DPR antara lain:
a. Membentuk undang-undang yang dibahas bersama presiden untuk mendapat persetujuan
bersama. Dalam membuat undang-undang harus memperhatikan kepentingan umum, tidak boleh
mengikuti ambisi priadi. (dimensi politik)
b. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memerhatikan pertimbangan DPD. Ketika
memilih, DPR harus benar-benar selektif, artinya memilih orang yang mempunyai kemampuan
yang tinggi, jujur, sesuai bidangnya, tidak boleh KKN. (dimensi ekonomi, hukum, sosiologi)
c. Memberikan persetujuan kepada presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi
Yudisial. Artinya, orang yang diusulkan harus professional, dan ketika melanggar jangan segan-
segan untuk memberhentikan.
d. Memberikan pertimbangan kepada presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta
negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi.
e. Dalam memberi pertimbangan DPR harus benar-benar jujur, sportif, adil, tanggung
jawab,dan beranisehingga tidak merugikan kepentingan umum
VI. PendekatandanMetodePembelajaran
− Pendekatankontekstual.
− PendekatanCooperative Learning.
− Diskusidengantemansebangku.
− Ceramah
95
95
− Penugasan.
VII. Langkah-langkahKegiatan
− KegiatanAwal
a. Mengajaksemuasiswaberdoauntukmengawalipelajaran.
b. Bertanya jawab tentang lembaga di tingkat pusat
− KegiatanInti
1. Bertanya jawab tentang tugas dan wewenang lembaga eksekutif
(presiden).(eksplorasi)
2. Secara berpasangan yang berperspektif gender, siswa berdiskusi
tentang eksekutif (presiden).(elaborasi)
3. Bertanya jawab tentang tugas wakil presiden (elaborasi)
4. Bertanya jawab tugas menteri (elaborasi)
5. Presentasi hasil diskusi (elaborasi)
6. Guru memberi penguatan dan umpan balik materi (konfirmasi)
− KegiatanPenutup
Bersama-sama dengan seluruh siswa membuat kesimpulan dari materi
yang telah dipelajari.
Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan
itu untuk mengetahui ketercapaian indikator dan kompetensi dasar.
Mengakhiri pelajaran dengan mengajak semua siswa berdoa
VIII. Sumber/BahanBelajar
− Prayoga Bestari, dkk (2008) PKn, Menjadi Warga Negara Yang Baik kl 4
untuk SD/MI halaman 64-76
− Pengalaman siswa dan guru.
− Teman.
− Lingkungan rumah (keluarga), sekolah, dst.
IX. Penilaian
− Teknik : tugasindividu.
− Bentuk instrumen : penilaian lisan, penilaian sikap (pengamatan
perilaku), penilaian unjuk kerja (keberanian menyampaikan pendapat).
96
96
LAMPIRAN
97
97
Catatan Lapangan 1
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Kamis, Senin, Selasa (25, 29 Januari 2018, 06 Februari 2018)
Pukul : 09.30 WIB - selesai
Lokasi : Ruang Kepala Madrasah
Sumber Data : Taufiq Ismail (Kepala MI Miftahun Najihin)
Peneliti : Bagaimana cara guru untuk menanamkan nilai-nilai
pendidikan karakter pada siswa?
Nara Sumber : Cara guru untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter pada anak adalah melalui pembiasaan-
pembiasaan, misalnya sikap disiplin, jujur, kerja keras,
religius dan sebagainya akan mudah dikembangkan jika
nilai-nilai tersebut sudah menjadi kebiasaan sehari-hari di
madrasah.
Peneliti : Bagaimana penanaman nilai nasionalisme di MI Miftahun
Najihin?
Nara Sumber : Penanaman nilai nasionalisme di dalam pembelajaran guru
menggunakan media gambar, media cetak dan metode
ceramah. Meskipun sudah ada LCD tetapi belum mencukupi
kebutuhan tiap kelas, sehingga guru kurang berinovasi dan
bervariasi dalam menggunakan media pembelajaran,
sedangkan penanaman nilai nasionalisme di luar
pembelajaran yang dilakukan di Madrasah kami yaitu dengan
mengadakan upacara bendera setiap hari Senin, menyanyikan
lagu nasional dan siswa wajib menghafalnya. Dalam
penerapan pendidikan nasionalisme dilaksanakan dalam
pembelajaran dan luar pembelajaran, berupa kegiatan
ekstrakurikuler pramuka, dan ekstra tari sangat beragam.
Banyak siswa yang sangat antusias dan penuh semangat
dalam melakukan kegiatan pramuka, dan kegiatan
ekstrakurikuler yang lain, tapi sebagian siswa juga ada yang
kurang semangat.
Peneliti : Apa yang menjadi hambatan dalam penanaman nilai
nasionalisme dan gotong royong di madrasah?
98
98
Nara Sumber : Salah satu yang menjadi hambatan di madrasah kami adalah
hambatan kompetensi guru salah satunya penggunaan media
pembelajaran. Guru baru sebatas menggunakan media
gambar, media cetak dan metode ceramah. Meskipun sudah
ada LCD tetapi tidak semua guru menggunakannya sehingga
guru kurang berinovasi dan bervariasi dalam menggunakan
media pembelajaran. Hambatan yang ada pada nilai gotong
royong adalah pelaksanaan penanaman sikap gotong
royong tidak serta merta berjalan lancar sesuai rencana,
dalam pelaksanaannya masih ada hambatan yang
membuat pelaksanaan ekstrakurikuler tidak berjalan
maksimal. Siswa kurang kompak dalam melakukan tugas,
Pembina harus mengulang dalam memberikan materi
maupun contoh dari pelaksanaan tugas, siswa juga masih
ramai sendiri dan kurang fokus dengan ada yang
dijelaskan.
99
99
Catatan Lapangan 2
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Sabtu, 27 Januari 2018
Pukul : 09.00 -10.30 WIB
Lokasi : Ruang Kepala Madrasah
Sumber Data : Abdul Muid (Kepala MI Pabelan)
Peneliti : Bagaimana kondisi lingkungan belajar pengaruhnya terhadap
karakter siswa ?
Nara Sumber : Apabila suasana belajar itu kondusif, aman dan nyaman serta
kebersihan lingkungan yang selalu terjaga itu peserta didik
akan merasa senang untuk belajar. Peran guru juga sangat
berpengaruh untuk menumbuhkan semangat siswa dalam
belajar, juga keteladanan guru dalam keseharian
mempengaruhi pengembangan karakter peserta didik.
Peneliti : Bagaimana penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong
di MI Pabelan?
Nara Sumber : Penanaman nilai nasionalisme di madrasah ini dengan
penerapan pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran, guru
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
sudah menggunakan media pembelajaran. Kegiatan di luar
pembelajaran dengan melalui berbagai kegiatan diantaranya,
kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan bersih-bersih kelas dengan
regu piket, membersihkan lingkungan madrasah bersama-
sama, membantu anak yang membutuhkan, kalau ada yang
sakit menjenguk bersama-sama, kalau ada keluarganya yang
meninggal dunia takziyah bersama, kerja sama dalam
melaksanakan tugas kelompok.
Kami selaku Pembina gerakan pramuka untuk menerapkan
sikap gotong royong kepada anak-anak yaitu dengan
memberikan materi pembelajaran serta mencontohkan
sikap gotong royong kepada siswa dengan materi yang
sesuai dengan buku panduan pramuka, SKU dan SKK.
Bentuk sederhana dari penanaman sikap gotong royong
yang ditanamkan kepada siswa yaitu ketika pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler pramuka siswa bersama-sama dan
membaur dengan kelas lainnnya sesuai golongan pramuka
100
100
atau tingkatan pramuka, kerja sama dalam melaksanakan
tugas kelompok, gotong royong membersihkan halaman
madrasah dan kegiatan Sabtu bersih.
Peneliti : Apa yang menjadi masalah atau hambatan dalam penanaman
nilai nasionalisme dan gotong royong di madrasah?
Nara Sumber :Masalah dan hambatannya adalah dalam kegiatan
pembelajaran guru sudah menggunakan media
pembelajaran, akan tetapi memang pemakaiannya belum
optimal, hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah media
dalam menggunakan media pembelajaran yang disediakan. Ini
yang menjadi salah satu masalah dalam kompetensi guru untuk
penanaman nilai nasionalisme.
Dari pantuan yang saya lakukan memang masih banyak
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sikap gotong
royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka seperti ada
siswa yang masih masih kurang antusiasnya anak dalam
mengikuti kegiatan pramuka, kurang disiplin masih belum
menyadari manfaat kegiatan gotong royong, sehingga
Pembina pramuka harus sabar untuk mengulang intruksi dan
keteladanan yang diberikan.
101
101
Catatan Lapangan 3
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Sabtu, 27 Januari 2018
Pukul : 11.00 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Habib Ahmad (Guru MI Pabelan)
Peneliti :Program madrasah apa saja yang mendukung penanaman
karakter di MI Pabelan?
Narasumber :MI Pabelan terdapat beberapa program yang mendukung
penanaman karakter, diantaranya: siswa, guru dalam
berpakaian harus rapi dan sesuai dengan jadwal seragam yang
ditentukan madrasah. Begitu pula cara siswa menghormati
guru dengan penuh ta’dhim, budaya berjabat tangan dan
mengucapkan salam setiap ketemu guru, teman, melakukan 5 S
yaitu Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun. Untuk menjaga
kebersihan di MI Pabelan ada “Polisi Sampah” barang siapa
membuang sampah tidak pada tempatnya maka kena “dor”
tembakan berupa denda Rp 1000 diberikan kepada yang
menangkapnya. Pembiasaan yang lain, infak subuh, solat
dluha, yatiman, dan ikrar pagi empat bahasa, serta hafalan Juz
Amma setelah Asmaul Husna.
Peneliti :Apa saja langkah-langkah yang dilakukan guru dalam kelas
untuk menanamkan nilai nasionalisme dan gotong royong?
Nara sumber :Langkah-langkah yang dilakukan guru yaitu setiap guru
mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik,
nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta
didik secara optimal dengan menjaga lingkungan kelas yang
bersih dan rapi, dinding digunakan untuk sarana
menumbuhkan rasa cinta pahlawan dengan menempel gambar
pahlawan Indonesia. Dinding dipasang daftar piket, daftar
kelompok belajar, untuk melatih dan membiasakan siswa
dalam bertanggung jawab kebersihan kelas serta melatih untuk
kerjasama dan gotong royong.
102
102
Catatan Lapangan 4
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Kamis, 01 Februari 2018
Pukul : 10.15 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Mahasin Billah (Guru Kelas IV MI Miftahun Najihin)
Peneliti :Apa saja bentuk kelas berkarakter yang telah diterapkan di MI
Miftahun Najihin?
Nara sumber :Bentuk kelas berkarakter yang ada di madrasah ini adalah
dengan mengembangkan organisasi kelas yang efektif,
menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi
seluruh peserta didik secara optimal dengan menjaga
lingkungan kelas yang bersih dan rapi, dinding digunakan
untuk sarana menumbuhkan rasa cinta pahlawan dengan
menempel gambar pahlawan Indonesia. Dinding dipasang
daftar piket, daftar kelompok belajar, untuk melatih dan
membiasakan siswa dalam bertanggung jawab kebersihan
kelas serta melatih untuk kerjasama dan gotong royong.
103
103
Catatan Lapangan 5
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Sabtu dan Rabu (27 Januari dan 31 Januari 2018)
Pukul : 08.40 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Mohammad Mustain (Guru MI Pabelan)
Peneliti :Bagaimana bentuk hubungan madrasah dengan wali murid di
MI Pabelan?
Nara sumber :Bentuk hubungan madrasah dengan wali murid di MI Pabelan
yaitu dengan Beberapa media yang dapat dimanfaatkan orang
tua siswa untuk turut bertanggung jawab atas mutu pendidikan
adalah melalui korespondensi surat atau telepon antara orang
tua dengan madrasah. Sebagai bagian dari komite madrasah,
orang tua terlibat dalam kegiatan program madrasah, home
visite, dan mengikuti pameran/bazar di madrasah. Orang tua
juga terlibat langsung dalam program pembelajaran dan
mengatasi kesulitan belajar siswa dengan membantu kesulitan
siswa di rumah atau jika diperlukan mendatangkan guru les
privat.
Peneliti :Apa saja hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran
PKn?
Nara sumber :Menurut saya, sebenarnya RPP itu kita tuliskan, apa yang kita
laksanakan kita tulis dan apa yang kita tulis kita
laksanakan, prinsipnya kan seperti itu. Sebenarnya kalau
membuat RPP dan melaksanakannya itu sudah menjadi
kebiasaan guru dan tidak masalah. Sebenarnya hambatannya
adalah ada pada siswa sendiri. Karena siswa itu terdiri dari
berbagai macam karakter, ada siswa yang lingkungan
masyarakatnya tidak benar misalnya, itulah yang kadang-
kadang yang sulit untuk ditanamkan nilai nasionalisme dan
gotong royong.
104
104
Catatan Lapangan 6
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Senin, 29 Januari 2018
Pukul : 09.30 WIB
Lokasi : Ruang Kelas V
Sumber Data : Linda (Siswa kelas V di MI Pabelan)
Peneliti :Bagaimana upaya yang dilakukan madrasah dalam
menumbuhkan ruang berkarakter pada saat pembelajaran?
Nara sumber :Pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran guru sering
menasihati siswa untuk disiplin, tertib, hormat kepada
teman dan orang tua serta mencintai bangsa Indonesia dan
Negara. Tembok depan yang sering dilihat oleh warga sekolah
ditempeli poster tentang cinta tanah air yang bisa di baca siswa
dan di papan pengumuman di tempel informasi. Setiap kelas di
tempel gambar para pahlawan nasional, burung garuda
pancasila, alat musik dan gambar presiden serta wakil
presiden. setiap seminggu sekali guru melakukan pemeriksaan
kebersihan kuku, rambut dan pakaian yang tertib., memberikan
pilihan bagi siswa yang lambat maupun yang cepat dalam
tugas pembelajaran, memberikan pembelajaran remedial bagi
yang kurang berprestasi.
105
105
Catatan Lapangan 7
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Selasa, 30 Januari 2018
Pukul : 09.00 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Ning Siti Soimah (Guru kelas V di MI Miftahun Najihin)
Peneliti :Bagaimana bentuk penciptaan budaya madrasah dalam
penanaman nilai nasionalisme?
Nara sumber :Bentuk penciptaan nilai nasionalisme yang diterapkan di MI
Miftahun Najihin yaitu setiap hari senin selalu melaksanakan
upacara bendera dengan petugasnya mulai siswa kelas IV, V
dan VI secara bergilir sesuai jadwal dengan dikuti seluruh
peserta upacara yaitu guru, staff dan siswa lainnya yang tidak
ikut jadi petugas, menyanyikan lagu Indonesia raya dan lagu
nasional dengan penuh hikmat. Bagi siswa yang tidak memakai
atribut dengan lengkap, baris di depan sendiri dan diberi
sanksi.
106
106
Catatan Lapangan 8
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Rabu, 31 Januari 2018
Pukul : 08.45 -10.00 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Robiah (Guru MI Pabelan)
Peneliti :Bagaimana penanaman nilai nasionalisme yang diterapkan MI
Pabelan?
Nara sumber :Penanaman nilai nasionalisme di MI Pabelan dengan cara
melaksanakan upacara bendera setiap hari senin,
menyanyikan lagu Indonesia Raya, selalu memperingari hari
kemerdekaan dan ikut serta dalam kegiatan karnaval, kesaktian
Pancasila, kebangkitan nasional dan pada saat hari Kartini
siswa selalu dibiasakan memakai baju adat bangsa Indonesia,
mengadakan ekstrakurikuler pramuka dan mengadakan
berbagai macam lomba untuk membangkitkan Nasionalisme.
Peneliti :Masalah apa yang menjadi hambatan dalam penanaman nilai
Nasionalisme dan gotong royong ?
Nara sumber :Hambatan dalam penanaman nilai Nasionalisme dan gotong
royong adalah lingkungan, kalau pada waktu sosialisasi orang
tua pada bilang siap menasehati anaknya ketika berbuat tidak
baik. Tetapi pada kenyataannya masih ada orang tua yang
kurang memberikan contoh perilaku yang mencerminkan nilai
nasionalisme dan gotong royong. Pada realisasinya ketika
ada anak yang tidak membantu pekerjaan orang tuanya,
tidak di tegur, ini akan menjadikan apa yang diajarkan
madrasah tidak seiring dengan sikap orang tuanya.
Peneliti :Bagaimana Penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong
di dalam dan luar pembelajaran?
Nara sumber :Penanaman nilai nasionalisme di MI Pabelan selain melalui
kegiatan pembelajaran juga dilaksanakan di luar pembelajaran
dengan cara melaksanakan upacara bendera setiap hari
senin, melaksanakan ekstrakurikuler pramuka dan ekstra tari,
107
107
selain itu pada saat hari kartini siswa selalu dibiasakan
memakai baju adat bangsa Indonesia.
Penanaman sikap gotong royong di luar pembelajaran seperti
kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MI Pabelan didasarkan
pada MUGUS (Musyawarah Gugus Depan), sebagai forum
tertinggi Gerakan Pramuka di gugus depan. Guru sebagai
Pembina pramuka melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggung jawabnya dengan memberikan materi
pembelajaran serta mencontohkan sikap gotong royong
kepada siswa. Bentuk sederhana dari penanaman sikap
gotong royong yang ditanamkan kepada siswa yaitu ketika
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka siswa
bersama-sama dan membaur dengan kelas lainnnya sesuai
golongan pramuka atau tingkatan pramuka.
108
108
Catatan Lapangan 9
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Rabu dan Kamis, 31 Januari 2018 dan 01 Februari 2018
Pukul : 09.40-10.10 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Umi Lisaniah (Guru Kelas IV MI Pabelan)
Peneliti :Bagaimana penanaman nilai karakter siswa dalam
pembelajaran di MI Pabelan?
Nara sumber :MI Pabelan mempraktikkan pembelajaran Fiqih yaitu materi
zakat fitrah di kelas empat dengan membagikan beras kepada
orang yang berhak menerimanya. Dengan praktek langsung
diharapkan tumbuh karakter kejujuran, keikhlasan,
kesederhanaan, kemandirian dan kepedulian terhadap sesama.
Peneliti :Apa saja yang menjadi hambatan dalam implementasi nilai
nasionalisme dan gotong royong di MI Pabelan?
Nara sumber :Menurut saya kalau Kurikulum 2013 sekarang ini ya tidak
berat. Hanya saja memang guru di tuntut kreatif cepat,
siswa di buat aktif dan bisa menghubungkan mata pelajaran
satu dengan yang lainnya melalui tema dengan pendekatan
ilmiah oleh karena itu sangat dibutuhkan sosialisasi dan bintek
kurikulum 2013.
109
109
Catatan Lapangan 10
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Kamis, 01 Februari 2018
Pukul : 08.30 -10.15 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Mahasin Billah (Guru MI Miftahun Najihin)
Peneliti :Bagaimana bentuk penciptaan budaya madrasah dalam
penanaman nilai gotong royong di MI Miftahun Najihin ?
Nara sumber :Setiap hari jum’at sebulan sekali, siswa di MI Miftahun
Najihin membawa peralatan kebersihan untuk kegiatan bakti
sosial membersihkan tempat ibadah seperti musholla dan
masjid yang ada di daerah sekitar madrasah yang sering
dinamakan dengan jum’at bersih dengan diikuti seluruh warga
madrasah. Tujuannya adalah melatih siswa untuk gotong
royong peduli lingkungan serta diterapkan di rumah, madrasah
dan masyarakat.
Peneliti :Bagaimana bentuk Penanaman sikap nasionalisme dan gotong
royong dalam kegiatan di dalam dan luar pembelajaran di MI
Miftahun Najihin?
Nara Sumber :Pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong
di MI Miftahun Najihin melalui berbagai kegiatan,
diantaranya yaitu sebelum pembelajaran melakukan solat
dluha, dilanjutkan dengan hafalan Juz Amma. Setelah berdo’a
siswa bergantian memimpin membaca Pancasila di depan
kelas. Apabila ada siswa yang sakit, dikunjungi. Guru juga
menanamkan sikap saling menyayangi dengan bertakziyah
ketika ada keluarga yang meninggal dunia.
Penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan
ekstrakurikuler MI Miftahun Najihin didasarkan pada
musyawarah gugus depan, sebagai forum tertinggi Gerakan
Pramuka di gugus depan.
110
110
Peneliti :Apa yang menjadi hambatan dalam penanaman nilai
nasionalisme dan gotong royong di MI Miftahun Najihin?
Nara sumber :Hambatannya menurut saya adalah dalam kurikulum.
Kurikulum yang digunakan terlalu padat dan terlalu banyak
materi sehingga guru dituntut untuk cepat berganti-ganti
materi meskipun siswa belum memahami. Apalagi siswa di
rumah ada sebagian belum mempunyai kemandirian belajar
artinya siswa harus di dekte orang tuanya dalam mengerjakan
tugas rumah sedangkan orang tuanya mayoritas kurang
mengerti model pembelajaran kurikulum yang baru dengan
latar belakang pendidikan yang rendah.
Peneliti :Bagaimana penerapan kelas berkarakter di MI Miftahun
Najihin yang dilakukan guru terhadap pembiasaan siswa?
Nara sumber :Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di MI Pabelan
dan MI Miftahun Najihin setiap guru mempunyai tugas
mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik,
nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta
didik secara optimal dengan menjaga lingkungan kelas yang
bersih dan rapi, dinding digunakan untuk sarana
menumbuhkan rasa cinta pahlawan dengan menempel gambar
pahlawan Indonesia. Dinding dipasang daftar piket, daftar
kelompok belajar, untuk melatih dan membiasakan siswa
dalam bertanggung jawab kebersihan kelas serta melatih untuk
kerjasama dan gotong royong.
.
111
111
Catatan Lapangan 11
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Selasa, 06 Februari 2018
Pukul : 09.40 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Umi Nadhiroh (Guru MI Miftahun Najihin)
Peneliti :Bagaimana kondisi lingkungan keluarga dalam penanaman
nilai nasionalisme dan gotong royong?
Nara sumber :Kondisi lingkungan keluarga, sebagian belum mendukung
pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dan gotong royong.
Hal ini dapat dilihat masih ada siswa apabila ada pekerjaan
rumah tidak dikerjakan, rambut yang gondrong bagi siswa laki-
laki, dan seragam madrasah kurang rapi, masih ada siswa yang
datang terlambat.
112
112
Catatan Lapangan 12
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ Tanggal : Sabtu, 27 Januari 2018
Pukul : 11.00 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Habib Ahmad (Guru MI Pabelan)
Peneliti :Bagaimana pembentukan kelas berkarakter dalam penanaman
nilai nasionalisme dan gotong royong di MI Pabelan?
Nara sumber :Pembentukan kelas berkarakter dalam penanaman nilai
nasionalisme dan gotong royong di MI Pabelan terdapat
beberapa aturan dan pembiasaan, diantaranya: siswa, guru
dalam berpakaian harus rapi dan sesuai dengan jadwal seragam
yang ditentukan madrasah. Begitu pula cara siswa
menghormati guru dengan penuh ta’dhim, budaya berjabat
tangan dan mengucapkan salam setiap ketemu guru, teman,
melakukan 5 S yaitu Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun.
Untuk menjaga kebersihan di MI Pabelan ada “Polisi Sampah”
barang siapa membuang sampah tidak pada tempatnya maka
kena “dor” tembakan berupa denda Rp 1000 diberikan kepada
yang menangkapnya. Pembiasaan yang lain, infak subuh, solat
dluha, yatiman, dan ikrar pagi empat bahasa, serta hafalan Juz
Amma setelah Asmaul Husna.
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
Keterangan foto kegiatan di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin
No. 1 Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di MI Pabelan.
No. 2 Pembiasaan salaman dengan bapak ibu guru di MI Pabelan
No. 3-4 Upacara Bendera di MI MiftahunNajihin
No. 5 Menyanyikan lagu Indonesia Raya di MI Miftahun Najihin
No. 6 Kerja kelompok dalam membuat kerajinan dari sabun di MI Pabelan
No. 7 Pembelajaran di luar kelas langsung dengan alam di MI Pabelan
No. 8 Pembelajaran dengan diskusi di kelas di MI Pabelan
No. 9 Kegiatan pembelajaran di MI Pabelan
No. 10 Pembelajaran dengan kerjakelompok di MI Pabelan
No. 11 Pembelajaran dengan narasumber masyarakat di lingkungan (pedagang) di
MI Pabelan
No. 12 Pembelajaran di alam
No. 13 Praktek zakat fitrah diberikan kepada yang berhak menerima
No. 14 Kerja kelompok dalam pembelajaran
No. 15 Hasil kerja siswa praktek pengamatan langsung
No. 16 Wawancara dengan Bapak Taufik Ismail Kepala MI Miftahun Najihin
No. 17 Dewan guru MI Miftahun Najihin
No. 18-20Wawancara dengan Guru MI Miftahin Najihin
No. 21 Wawancara dengan bapak Muid, Kepala MI Pabelan
No. 22-24 Wawancara dengan Guru MI Pabelan
No. 25 Kegiatan kerja bakti di MI Pabelan
No. 26 Dokter kecil di MI Miftahun Najihin
No. 27-28 Kerjabakti di MI Pabelan
120
120
No. 29-31 Gambar Pahlawan dan hasil kerja kelompok yang di temple di dinding
di MI Miftahun Najihin
1 2
4 3
5
121
121
8
6
7
9
10 11
122
122
12
14
15
12 13
14
123
123
16
19 20
17
18
124
124
21 22
23 24
125
125
25 26
27
28
29 30
31
126
126
127
127
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Nadlirotul Muniroh
NIM : 12020150006
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Kabupaten Semarang,
06 Mei 1971
Alamat : Karangtengah RT 02
RW 01 Kecamatan
Tuntang Kabupaten
Semarang
Email : [email protected]
Program studi : Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI)
Riwayat Pendidikan: MI Tarbiyatus Sibyan Klitikan Kec. Kedungjati Kab.
Grobogan (1977-1983)
SMP Islam Kedungjati (1983-1986)
PGAN Salatiga (1986-1989)
S1 IAIN Salatiga, fakultas Tarbiyah jurusan PAI (1989-
1994)
Riwayat Pekerjaan : Sebagai Guru di MI Ma’arif Karangtengah ( 2001-2003)
Sebagai Guru PAI di MTsN Susukan (2003-2007)
Sebagai Kepala Madrasah di MI Ma’arif Karangtengah
(2008-2018)