Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

12
JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020 65 Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa Gangguan Kepribadian Sumardi AMIK Jakarta Tekbologi Cipta Semarang [email protected] Abstrak Kepribadian ialah suatu sebuah hal yang perumahan dan unik, yang terbentuk saat seseorang berusia 18 tahun dan setelah tersebut menetap yang menjadi karakteristik tiap pribadi untuk bersikap dan beraksi serta mencerminkan perilakunya secara borongan dalam tiap kehidupannya sehari-hari. Arsitektur dari sistem ini terdiri dari Knowledge Base, Inference Engine, User Interface, Knowledge Acquisition Facility. Knowledge Base memuat jenis gangguan kepribadian, simptom, dan kriteria tiap jenis gangguan jati diri tersebut. Sedangkan inference engine diimplementasikan dengan cara forward chaining. Proses diagnosis sistem pakar ini melewati penginputan fenomena yang diderita pemakai ke dalam sistem dan selanjutnya hasil diagnosa diperoleh melalui pencarian aturan yang ada, antara beda dengan perhitungan jumlah fenomena yang mengisi syarat paling tidak sebuah jenis gangguan jati diri menggunakan penghitungan Teorema Bayes Keyword : Gangguan Kepribadian, Metode Forward Chaining, Expert System Abstract Personality is a housing thing that is unique, which is formed when a person is 18 years old and after that settles which becomes the characteristic of each individual to behave and act and reflect his behavior in a pious manner in each of his daily life. The architecture of this system consists of Knowledge Base, Inference Engine, User Interface, Knowledge Acquisition Facility. Knowledge Base contains the types of personality disorders, symptoms, and criteria for each type of identity disorder. Whereas the inference engine is implemented by means of forward chaining. This expert system diagnosis process goes through inputting the phenomena suffered by the user into the system and then the diagnostic results are obtained through the search for existing rules, between the difference with the calculation of the number of phenomena that fills in at least a type of identity disorder using Bayes' Theorem calculation Keyword: Personality Disorders, Forward Chaining Method, Expert System 1. Pendahuluan Gangguan jati diri adalah gangguan yang umum dan mempunyai sifat kronis. Prevalensi gangguan jati diri ketika ini berkisar antara 10-20%. Orang dengan gangguan jati diri sering di indentikkan dengan orang yang sulit, penuntut, memanfaatkan orang lain, merasa nyaman dengan dirinya tetapi tidak menyadari bahwa urusan tersebut merugikan bikin orang lain, ia tidak merasa bersalah dengan perilakunya walaupun perilakunya tersebut membuat tidak nyaman orang2 disekitarnya sebab dia tidak merasa terjadi sesuatu yg merugikan dirinya, gangguan ini menjadi urusan terbiasa dan lumayan sulit guna diobati. Diperlukan dokter spesialis jiwa (psikiater) yang mempunyai narsisisme yang rendah, berenergi tinggi dan mempunyai toleransi yang tinggi serta mumpuni dalam ilmunya terutama dalam mengerjakan psikoterapi. Berbicara mengenai jati diri di masyarakat Indonesia, kata ini tidak jarang tertukar dengan definisi karakter, temperamen dan jiwa. Kepribadian ialah suatu sebuah hal yang perumahan dan unik, yang terbentuk saat seseorang berusia 18 tahun dan setelah tersebut menetap yang menjadi karakteristik tiap pribadi untuk bersikap dan beraksi serta mencerminkan perilakunya secara borongan dalam tiap kehidupannya sehari-hari. Kepribadian tumbuh dan berkembang sampai umur 18 tahun, melewati interaksi antara pertumbuhan bayi serta apa saja yg diangkut dari bermunculan ( perpaduan genetik dari ayah dan ibunya ) dengan pengaruh lingkungan luarnya.

Transcript of Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

Page 1: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020 65

Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa Gangguan Kepribadian

Sumardi AMIK Jakarta Tekbologi Cipta Semarang

[email protected]

Abstrak Kepribadian ialah suatu sebuah hal yang perumahan dan unik, yang terbentuk saat

seseorang berusia 18 tahun dan setelah tersebut menetap yang menjadi karakteristik tiap pribadi untuk bersikap dan beraksi serta mencerminkan perilakunya secara borongan dalam tiap kehidupannya sehari-hari. Arsitektur dari sistem ini terdiri dari Knowledge Base, Inference Engine, User Interface, Knowledge Acquisition Facility. Knowledge Base memuat jenis gangguan kepribadian, simptom, dan kriteria tiap jenis gangguan jati diri tersebut. Sedangkan

inference engine diimplementasikan dengan cara forward chaining. Proses diagnosis sistem pakar ini melewati penginputan fenomena yang diderita pemakai ke dalam sistem dan selanjutnya hasil diagnosa diperoleh melalui pencarian aturan yang ada, antara beda dengan

perhitungan jumlah fenomena yang mengisi syarat paling tidak sebuah jenis gangguan jati diri menggunakan penghitungan Teorema Bayes Keyword : Gangguan Kepribadian, Metode Forward Chaining, Expert System

Abstract

Personality is a housing thing that is unique, which is formed when a person is 18 years old and after that settles which becomes the characteristic of each individual to behave and act and reflect his behavior in a pious manner in each of his daily life. The architecture of this system consists of Knowledge Base, Inference Engine, User Interface, Knowledge Acquisition Facility. Knowledge Base contains the types of personality disorders, symptoms, and criteria for each type of identity disorder. Whereas the inference engine is implemented by means of forward chaining. This expert system diagnosis process goes through inputting the phenomena suffered by the user into the system and then the diagnostic results are obtained through the search for existing rules, between the difference with the calculation of the number of phenomena that fills in at least a type of identity disorder using Bayes' Theorem calculation Keyword: Personality Disorders, Forward Chaining Method, Expert System

1. Pendahuluan Gangguan jati diri adalah gangguan yang umum dan mempunyai sifat kronis. Prevalensi

gangguan jati diri ketika ini berkisar antara 10-20%. Orang dengan gangguan jati diri sering di indentikkan dengan orang yang sulit, penuntut, memanfaatkan orang lain, merasa nyaman dengan dirinya tetapi tidak menyadari bahwa urusan tersebut merugikan bikin orang lain, ia tidak merasa

bersalah dengan perilakunya walaupun perilakunya tersebut membuat tidak nyaman orang2 disekitarnya sebab dia tidak merasa terjadi sesuatu yg merugikan dirinya, gangguan ini menjadi urusan terbiasa dan lumayan sulit guna diobati. Diperlukan dokter spesialis jiwa (psikiater) yang

mempunyai narsisisme yang rendah, berenergi tinggi dan mempunyai toleransi yang tinggi serta mumpuni dalam ilmunya terutama dalam mengerjakan psikoterapi. Berbicara mengenai jati diri di masyarakat Indonesia, kata ini tidak jarang tertukar dengan definisi karakter, temperamen dan

jiwa. Kepribadian ialah suatu sebuah hal yang perumahan dan unik, yang terbentuk saat

seseorang berusia 18 tahun dan setelah tersebut menetap yang menjadi karakteristik tiap pribadi

untuk bersikap dan beraksi serta mencerminkan perilakunya secara borongan dalam tiap kehidupannya sehari-hari. Kepribadian tumbuh dan berkembang sampai umur 18 tahun, melewati

interaksi antara pertumbuhan bayi serta apa saja yg diangkut dari bermunculan ( perpaduan genetik dari ayah dan ibunya ) dengan pengaruh lingkungan luarnya.

Page 2: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020

66

Di dalam penggolongan Psikologi Abnormal, ada jenis-jenis gangguan jati diri dengan

jumlah macam fenomena yang tidak sedikit, serta terdapatnya hal tumpang tindih fenomena antara jenis jati diri yang satu dengan yang lain mengakibatkan sulitnya membina sebuah diagnosa

serta memilih terapi penanganan yang tepat terhadap gangguan jati diri tersebut. Bagi mendiagnosa klien dengan gangguan kepribadian dibutuhkan seorang pakar Psikologi Abnormal (klinisi) terutama dalam lokasi Gangguan Kepribadian. Terbatasnya jumlah klinisi yang ada, baik

dari sisi kuantitas maupun waktu dikomparasikan dengan jumlah klien yang terdapat akan memunculkan masalah dari sisi kecepatan dalam membina diagnosisnya sebab tiap klien me sti menantikan jadwal antrian seorang klinisi guna dapat mengerjakan konsultasi sekaligus terapi

penanganan. Tujuan riset ini ialah terwujudnya suatu perangkat empuk sistem pakar dengan cara

inferensi runut maju (forward chaining) yang bermanfaat dalam bidang psikologis yaitu guna

mendeteksi gangguan jati diri seseorang secara cepat dan tepat guna menurut gejala-gejala klinis maupun pola perilaku yang hadir pada seorang klien.

2. Tinjauan Pustaka a. Artificial Intellegence

Intellegence adalah kemampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan dan pandai melaksanakannya dalam praktek. Pada batas-batas tertentu, Artifial Intellegence (AI) memungkinkan komputer mampu menerima pengetahuan melalui input manusia dan

menggunakan pengetahuan tersebut melalui simulasi proses penalaran dan berfikir seperti manusia untuk memecahkan berbagai masalah.

Artificial Intellegence (AI) merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat

agar komputer dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Ada beberapa pengertian tentang AI:

a. Sudut Pandang Kecerdasan

Kecerdasan Buatan akan membuat komputer menjadi cerdas. b. Sudut Pandang Penelitian Kecerdasan Buatan adalah suatu studi bagaimana membuat agar komputer dapat

melakukan sesuatu sebaik yang dikerjakan manusia. c. Sudut Pandang Bisnis Kecerdasan Buatan adalah kumpulan peralatan yang sangat powerfull dan metodologis

dalam menyelesaikan masalah bisnis. d. Sudut Pandang Pemrograman

Kecerdasan Buatan meliputi studi tentang pemrograman simbolik, penyelesaian masalah (problem solving) dan pencarian (searching).

b. Konsep Dasar Sistem Pakar Sistem pakar adalahsalah satu cabang dari Artificial Intellegence yang memakai knowledge

untuk menuntaskan masalah setingkat seorang pakar di bidangnya. Seorang pakar ialah orang

yang mempunyai kemahiran di bidang tertentu, yakni pakar yang memiliki knowledge atau keterampilan khusus yang orang beda tidak memahami atau dapat di bidang yang dimilikinya. Teknologi sistem pakar ini mencakup bahasa sistem pakar, program dan perlengkapan keras

yang dirancang untuk menolong pengembangan dan penciptaan sistem pakar. Knowledge dalam sistem pakar bisa berupa seorang ahli, atau knowledge yang lazimnya ada dalam buku, majalah dan orang yang memiliki pengetahuan sebuah bidang. Suatu knowledge dari sistem pakar

mempunyai sifat khusus guna satu domain masalah saja. Domain masalah ialah bidang atau ruang lingkup khusus, laksana kedokteran, keuangan, bisnis, teknik, psikologi. Sistem pakar serupa kepakaran insan yang secara umum dirancang guna menjadi pakar dalam satu domain

masalah saja.

Page 3: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020 67

Gambar 1: Konsep Dasar Sistem Pakar

Sistem pakar adalah kemampuan untuk merekomendasi. Kemampuan inilah yang membedakan sistem pakar dengan sistem konvensional. Tabel 1 berikut ini menjelaskan tentang perbedaan antara sistem konvensional dengan sistem pakar :

Tabel 1 : Perbedaan Sistem Konvesional dan Sistem Pakar

c. Struktur Sistem Pakar Struktur sistem pakar terdiri dari dua unsur utama, yaitu: lingkungan pengembangan

(development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environtment) [3].

Lingkungan pengembangan dipakai sebagai pembangunan sistem pakar baik dari sisi pembangun komponen maupun basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi dipakai oleh seseorang yang bukan berpengalaman untuk berkonsultasi. Komponen-komponen sistem pakar dalam kedua

lingkungan itu dapat disaksikan pada gambar inilah ini :

Page 4: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020

68

d. Gangguan Kepribadian (Personality Disorder) Gangguan kepribadian merupakan gangguan-gangguan yang banyak terjadi dalam

masyarakat dan perilakunya akan memberikan dampak atau dinilai negatif oleh masyarakat sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang parah dalam kehidupan sosial penderitanya. Gangguan ini merupakan kelompok gangguan yang sangat heterogen, diberi kode aksis II dalam

DSM dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman internal yang bertahan lama, pervasif (pola perilaku klien yang relatif tidak ringan tetapi secara signifikan memengaruhi kehidupan klien sepanjang masa hidupnya), dan tidak fleksibel yang menyimpang dari ekspektasi budaya orang

yang bersangkutan dan menyebabkan hendaya dalam keberfungsian sosial dan bekerja. Beberapa diantaranya, namun tidak semua, dapat menyebabkan distress emosional.

Walaupun simtom-simtom gangguan kepribadian mendekati gambaran karakteristik

yang kita miliki dari waktu ke waktu dan dalam kadar yang bervariasi, gangguan kepribadian yang sesungguhnya ditandai oleh keekstreman beberapa trait dan cara pengekspresian karakteristik tersebut yang maladaptif.

Seseorang individu tidak akan di diagnosis memiliki gangguan kepribadian kecuali jika pola perilaku tersebut berlangsung lama, pervasif, dan tidak fleksibel. Sebagai contoh, ketika seseorang memasuki ruangan yang penuh orang dan tidak lama setelah itu terdengar suara

meledak, seseorang tersebut mungkin merasa menjadi sasaran semacam gurauan dan bahwa orang-orang tersebut sedang membicarakan dia. Kekhawatiran semacam itu menjadi simtom

gangguan kepribadian paranoid hanya jika timbul berulang kali dan secara intens serta menghambat berkembangnya hubungan pribadi yang dekat.

Salah satu metode yang paling banyak digunakan dalam membangun diagnosis

gangguan kepribadian ini adalah melalui wawancara klinis. Metode ini digunakan oleh semua ahli maupun asisten ahli yang membantunya, dan biasanya merupakan kontak tatap muka pertama antara klien dan klinisi. Wawancara klinis tidak hanya dilakukan pada klien itu sendiri namun

dapat dilakukan orang-orang yang mengenal baik dengan klien, sehingga data-data yang didapatkan dapat lebih akurat.

Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam gangguan kepribadian adalah

faktor komorbiditas. Hal ini merupakan keadaan atau kondisi dimana seorang klien dapat didiagnosis dengan kebih dari satu macam gangguan. Misalnya, Klien A dengan berbagai macam gejala yang dideritanya maka mendapat sebuah hasil diagnosa bahwa menderita gangguan

paranoid sekaligus gangguan antisosial. Sedang untuk menjaga reliabilitas dan validitas kesimpulan akhir diagnosa, maka secara periodik psikolog akan melakukan wawancara dan prosedur test-restest kepada klien yang bertujuan untuk mengetahui apakah jenis gangguan

kepribadian yang diderita seorang klien merupakan gangguan yang hanya sementara (temporer)

Page 5: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020 69

atau memang sudah merupakan pola perilaku yang telah lama menetap dan juga untuk

mengetahui apakah terapi-terapi yang diberikan mampu memberikan kemajuan meski hanya sedikit. Pengelompokan Gangguan Kepribadian menurut DSM-IV terbagi kedalam 3 kluster

dengan 10 macam gangguan kepribadian, yaitu : 1) Cluster 1, merupakan kelompok individu yang aneh atau eksentrik. Terdiri dari 3 kelompok,

yaitu:

a). Paranoid Deskripsi : ketidakpercayaan atau kecurigaan yang pervasif terhadap orang lain,

merasa orang lain dengki kepadanya.

b). Skizoid Deskripsi : pola pervasif dari pelepasan diri dari hubungan sosial dan ekspresi

emosi yang sangat terbatas dalam hubungan interpersonal.

c). Skizotipal Deskripsi : pola defisit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh perasaan tidak

nyaman akut dengan berkurangnya kapasitas untuk menjalin hubungan dekat dan

ditandai oleh adanya distorsi kognitif atau perseptual dan perilaku yang eksentrik.

2) Cluster II, merupakan kelompok individu yang dramatis, emosional, atau eratik. Terdiri dari:

a). Histrionik Deskripsi : pola pervasif dari emosi yang berusaha mencari perhatian.

b). Narsistik Deskripsi : pola pervasif dari grandiositas (merasa hebat) dalam fantasi maupun

perilaku, ingin dikagumi orang dam kurang empati.

c). Antisosial Deskripsi : pola pervasif dari ketidakpedulian dan pelanggaran terhadap hak-hak

orang lain.

d). Borderline Deskripsi : pola pervasif dari ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra-diri,

afek, dan pengendalian impuls (rangsangan).

3) Cluster III, merupakan individu yang pencemas atau ketakutan. Kelompok ini terdiri dari :

a). Avoidan (menghindar) Deskripsi : pola pervasif dari hambatan sosial, perasaan tidak adekuat, dan

hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif. b). Dependent

Deskripsi : kebutuhan yang pervasif dan eksesif untuk diurusi orang lain yang menghasilkan perilaku submisif dan ”lengket” takut berpisah.

c). Obsesif-kompulsif Deskripsi : pola pervasi dari terobsesinya (preokupasi) dengan keteraturan,

perfeksionis, serta kontrol mental dan interperonal dengan mengorbankan

fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi.

3. Hasil dan Pembahasan a. Metodologi Penelitian

Dalam pengembangan perangkat empuk Metode yang dipakai dalam pengembangan sistem pakar ialah model Waterfall, yaitu suatu metode pengembangan perangkat empuk yang

mempunyai sifat sekuensial dan terdiri dari 5 etape yang saling berhubungan dan memprovokasi seperti tampak pada gambar berikut

.

Page 6: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020

70

Gambar 2 : Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall

b. Teknik Analisis Data

Probabilitas ialah suatu nilai guna mengukur tingkat bisa jadi terjadinya sebuah kejadian yang tidak tentu (uncertain event). P(A) = 0,99 dengan kata lain probabilitas bahwa kejadian A bakal terjadi sebesar 99% dan probabilitas A tidak terjadi ialah sebesar 1%.

Teorema Bayes diajukan oleh seorang pendeta presbyterian Inggris pada tahun 1763 yang mempunyai nama Thomas Bayes . Teorema Bayes ini lantas disempurnakan oleh Laplace. Teorema Bayes dipakai untuk menghitung probabilitas terjadinya sebuah peristiwa menurut

pengaruh yang didapat dari hasil observasi. Teorema ini menjelaskan hubungan antara probabilitas terjadinya peristiwa A dengan kriteria peristiwa B sudah terjadi dan probabilitas terjadinya peristiwa B dengan kriteria peristiwa A sudah terjadi. Teorema ini didasarkan pada

prinsip bahwa ekstra informasi dapat membetulkan probabilitas. Misalkan {B1, B2,…,Bn} sebuah himpunan kejadian yang adalahsuatu sekatan runag

sampel S dengan P(Bi) ≠ 0 guna i = 1, 2,…n. Dan andaikan A sebuah kejadian sembarang

dalam S dengan P(A) ≠ 0 .

Page 7: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020 71

1) Analisa Sistem

Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kepribadian ini diperuntukkan bagi psikolog, psikiater maupun orang-orang yang bekerja di bidang psikologi untuk membantu

mendiagnosa jenis gangguan kepribadian yang diderita oleh seorang klien. Pengguna sistem ini nantinya terdiri dari admin / pakar psikolog, pengguna awam maupun orang-orang yang bekerja dibidang psikologi.

Administrator bertugas untuk memasukkan basis pengetahuan pakar kedalam sistem dan mengatur pendaftaran pengguna sistem pakar ini. Sehingga tersedia fasilitas untuk mengakses data-data basis pengetahuan pakar sistem serta mengatur pendaftaran

pengguna sistem yang baru. Bagi pakar psikologi abnormal dapat secara berkelanjutan melakukan perbaikan pengetahuan dengan cara meng-update basis pengetahuan yang dimilikinya kedalam sistem melalui admin.

Data-data yang dibutuhkan dalam Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Keribadian ini adalah Data Jenis Gangguan Kepribadian, Data Gejala Gangguan, Data Kriteria Gangguan Kepribadian dan Data Solusi Gangguan Kepribadian. Sedangkan hasil keluaran dari sistem

ini berupa jenis-jenis gangguan kepribadian yang diderita oleh klien, keterangan dari gangguan tersebut serta saran penanga-nannya baik yang berupa terapi maupun obat-obatan.

a). Struktur Sistem Pakar Diagnosis Gangguan Kepribadian

Sesuai dengan struktur sistem pakar secara umum, Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kepribadian ini terdiri dari dua lingkungan kerja yaitu lingkungan pengembangan (development environtment) dan lingkungan konsultasi (consultation environtment) yang secara lengkap dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.

Gambar 4 : Struktur Sistem Pakar Diagnosis Gangguan Kepribadian

b). Akuisisi Pengetahuan

Akuisisi pengetahuan adalahtahap pemungutan pengetahuan dari pakar dan

penyokong lainnya. Akuisisi pengetahuan khususnya dari pakar insan adalahhal yang susah karena sejumlah masalah komunikasi dan pengolahan informasi. Dengan

pemilihan cara akuisisi pengetahuan yang tepat, pembangun sistem pakar bisa meminimalkan kesulitan-kesulitan itu.

c). Representasi Pengetahuan Representasi pengetahuan adalahtahapan lebih lanjut sesudah pengetahuan

diakuisisi dari pakar maupun dari sumber-sumber lainnya. Tujuan Representasi

Pengetahuan ialah membuat sebuah struktur yang dapat dipakai untuk menolong pengkodean pengetahuan ke dalam sebuah program. Intinya, pengetahuan direpresentasikan ke dalam bentuk tertentu dan bakal dihimpun ke dalam sebuah basis

pengetahuan.

Page 8: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020

72

Ada tidak sedikit cara yang bertolak belakang untuk merepresentasikan

pengetahuan dari pakar, salah satunya ialah dengan aturan produksi, supaya dapat ditangani oleh mesin inferensi sebagai “otak” dari sistem pakar ini. Langkah-langkah

yang dilaksanakan dalam representasi pengetahuan Sistem Pakar Diagnosis Gangguan Kepribadian ialah : Membuat Tabel Keputusan dan Mengkonversi Tabel Keputusan menjadi kaidah produksi.

Tabel Keputusan : Dalam sistem pakar ini, tabel keputusan akan diperlihatkan dalam Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2 : Daftar Gangguan

1 : Gangguan Kepribadian Paranoid 6 : Gangguan Kepribadian Antisosial

2 : Gangguan Kepribadian Skizoid 7 : Gangguan Kepribadian Borderline

3 : Gangguan Kepribadian Skizotipal 8 : Gangguan Kepribadian Avoidant

4 : Gangguan Kepribadian Histrionik 9 : Gangguan Kepribadian Dependent

5 : Gangguan Kepribadian Narsistik 10 : Gangguan Kepribadian Obsessive- Kompulsif

Tabel 3 : Tabel Keputusan Sistem Pakar

d). Perancangan Proses

Desain dilakukan dengan memodelkan proses proses yang ada ke dalam bahasa pemodelan UML (Unified Languange Modeling).

(1). Identifikasi Aktor

No Tingkat Pengguna Deskripsi

1 Tamu (Guest) Guest atau tamu adalah orang yang diperbolehkan mengakses system namun dengan

hak akses terbatas (hanya bisa mengakses menu Buku Tamu dan Kolom Pencarian).

2 Anggota (Member) Member atau anggota adalah pengguna yang diperbolehkan mengakses system secara

keseluruhan (kecuali menu edit penyakit). Hak akses diperoleh dengan cara melakukan Register dan Log In terlebih dahulu.

Page 9: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020 73

3 Administrator Administrator adalah Pengguna yang bertugas

dan memiliki hak akses untuk melakukan operasi pengelolaan data penyakit,data relasi dan

perubahan pada system.

(2). Use Case Diagram

Gambar 3 : Use Case Diagram

(3). Activity Diagram

Gambar 4 : Activity Diagram

Page 10: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020

74

(4). Sequence Diagram

Gambar 5 : Sequence Diagram

(5). Implementasi Sistem

(a). Halaman Informasi Data Penyakit

Gambar 6 : Informasi Data Penyakit

Dalam menu ini pengunjung akan memperoleh informasi mengenai jenis

penyakit yang dapat didiagnosa oleh Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kepribadian ini

Page 11: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020 75

(b). Diagnosa Gangguan Kepribadian

Gambar 7 : Diagnosa Gangguan Kepripadian

Halaman pertanyaan merupakan halaman inti dari sistem pakar identifikasi gangguan kepribadian ini terdapat pertanyaan bagi pengguna yang ingin melakukan proses identifikasi gangguan kepribadian diharuskan untuk memilih

gejala sesuai dengan gejala yang ada gambar ilustrasinya.

(c). Hasil Konsultasi

Gambar 8 : Hasil Konsultasi

Halaman hasil Identifikasi merupakan halaman yang memberikan informasi hasil dari masukan pengguna yang melakukan proses diagnosa.

Page 12: Implementasi Metode Forward Chaining untuk Diagnosa ...

JURNAL INFOKAM Vol. XVI, No. 1, Maret 2020

76

4. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dari sistem keputusan guna menentuka penyakit gangguan jati diri

seseorang adalah:

a. Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kepribadian ini adalahsebuah perangkat bantu untuk klien, psikolog / psikiater maupun orang-orang yang bekerja dalam bidang psikologi yang menyerahkan layanan konsultasi gangguan psikologis, terutama dalam tugas akhir ini ialah

klien yang merasakan gangguan kepribadian, supaya dapat dengan cepat dideteksi dan diserahkan langkah-langkah penanganan dengan destinasi gangguan yang terjadi tidak semakin parah..

b. Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kepribadian dapat dipakai untuk meningkatkan dan memperbaharui pengetahuan data Jenis Gangguan Kepribadian, Gejala Gangguan, Kriteria Gangguan Kepribadian dan Solusi Terapi Penanganan yang adalahbagian dari kaidah-kaidah

dalam penentuan gangguan kepribadian c. Inference engine bekerja dengan baik, cocok dengan rules yang sudah diprogramkan

sebelumnya

Daftar Pustaka Arhami, M., 2005, ”Konsep Dasar Sistem Pakar, Andi Offset, Yogyakarta. Kusumadewi, S., 2003, “Artificial Intellegence” (Teknik dan Aplikasinya), Penerbit Graha Ilmu,

Yogyakarta. Turban, E., Aronson, J. E., and Ting-Peng Liang, 2005, “Decision Support System and Intellegence

Systems”, Pearson Education, Inc. Sevent Edition.

Sri Hartati dan Sari Iswanti, 2008, “Sistem Pakar dan Pengembangannya”, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Ignizio, J. P., 1991, “Introduction to Expert System, The Development and Implementation of Rule-Based Expert System”, McGraw-Hill Inc.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., and Greene, B., 2005, “Psikologi Abnormal”, Penerbit Erlangga, Jakarta. Rosa A.S dan M.Sholahuddin, 2011, “Modul Pembelajaran Rekayasa perangkat Lunak (Terstruktur dan

Berorientasi Objek)”, Penerbit Modula, Bandung. Supratiknya, A., 1995, “Mengenal Perilaku Abnormal”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Durand, V. M., and Barlow, D. H., 2007, “Intisari Psikologi Abnormal”, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Wiramihardja, S., 2005, “Pengantar Psikologi Abnormal”, Refika Aditama, Bandung.