Implementasi Metode Cacat di PT X -...

15

Transcript of Implementasi Metode Cacat di PT X -...

Page 1: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material
Page 2: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material
Page 3: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untukMengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

Hanky Fransiscus 1∗, Cynthia Prithadevi Juwono2, Isabelle Sarah Astari31,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,

Universitas Katolik Parahyangan

Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141

[email protected];[email protected]

Abstrak

PT X merupakan perusahaan yang memproduksi paint bucket (ember cat) yang terdiri daritiga jenis paint bucket, yaitu bucket polos, lid (tutup bucket) dan bucket berlabel. Persentase bucketpolos cacat sebesar 1,95%, persentase lid cacat sebesar 0,65% dan persentase bucket berlabel cacatsebesar 6,28%. Peningkatan kualitas paint bucket dilakukan dengan menggunakan metode SixSigma DMAIC. Pada tahap D (Define) dilakukan pembuatan deskripsi proses produksi, pembuatandiagram SIPOC dan penentuan critical to quality (CTQ). CTQ untuk bucket polos dan lid diperolehsebanyak dua buah, sedangkan CTQ untuk bucket berlambel sebanyak delapan buah. Pada tahapM (Measure) dilakukan pengukuran performansi sebelum perbaikan berupa rata-rata DPMO.Rata-rata DPMO bucket polos, lid dan bucket berlabel berturut-turut sebesar 7.591,88, 3.420,77 dan8.109,44. Pada tahap A (Analyze) dilakukan penentuan prioritas perbaikan CTQ dengan membuatdiagram Pareto dan mencari penyebab terjadinya cacat pada bucket polos, lid dan bucket berlabel.Berdasarkan diagram Pareto, penelitian fokus memperbaiki 1 jenis cacat pada bucket polos danlid, yaitu cacat susut dan 5 cacat pada bucket berlabel, yaitu perbedaan tinggi pada pertemuan foil,foil terkelupas, foil hanya menempel sebagian, penempelan tidak menghasilkan pertemuan foildan bintik putih. Setelah diketahui penyebab terjadinya jenis cacat, dilakukan tahap I (Improve).Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah penggunaan infrared thermometer, pembuatan alatbantu, penggunaan microfiber gloves, pembersihan jalur keluar bucket polos, dan lain-lain. Setelahdilakukan perbaikan, dilakukan tahap C (Control). Tindakan perbaikan mengakibatkan terjadinyapenurunan nilai rata-rata DPMO pada bucket polos, lid dan bucket berlabel, yaitu berturut-turutsebesar 2.621,54, 1.169, dan 713,69.

Kata Kunci: DMAIC, Paint Bucket, Perbaikan Kualitas, Six Sigma

1 Pendahuluan

Perindustrian yang semakin maju membuatpersaingan antar perusahaan semakin ketat.Perusahaan berlomba-lomba memberi perfor-mansi terbaiknya untuk menarik minat kon-sumen untuk membeli. Salah satu bentukperformansi yang baik adalah kualitas produkyang baik. Pada umumnya konsumen akanberasumsi semakin tinggi harga suatu produk,maka kualitas produk tersebut semakin baik.Akan tetapi bila ternyata produk yang dibeli

∗Korespondensi Penulis

memiliki kualitas yang buruk, maka konsumenakan kecewa dan ada kemungkinan untuk tidakmelakukan pembelian kembali pada produkyang sama. Dengan demikian perusahaan perlumelakukan perbaikan kualitas secara berkelan-jutan.

PT X merupakan salah satu perusahaan yangmemproduksi paint bucket (ember cat) di JawaBarat. PT X memproduksi dua ukuran paintbucket yaitu 2,5 liter dan 4 liter. Sistem pro-duksi PT X adalah make to order, yaitu aktivi-tas produksi dilakukan apabila mendapat peme-sanan. Saat ini PT X menerima pesanan darikonsumen tetap. PT X tidak memiliki produk

53

Page 4: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol.3, No.2, 2014

dengan merek sendiri, sehingga aktivitas pro-duksinya hanya tergantung dari pesanan darikonsumen. Dengan demikian PT X perlu mem-perbaiki kualitasnya agar menjaga loyalitas kon-sumennya.

Proses produksi pembuatan paint bucketmelalui 3 proses, yaitu mixing, injection danpenempelan foil. Pada lantai produksi PT Xdilakukan pemeriksaan kualitas sebanyak 2kali, yaitu setelah dilakukan proses injection dansetelah dilakukan penempelan foil. Sedangkanpada proses produksi pembuatan lid melalui 2proses, yaitu mixing dan injection. Pemeriksaankualitas lid dilakukan setelah proses injection.Berdasarkan pemeriksaan kualitas yang telahdilakukan, paint bucket yang diproduksi memi-liki beberapa jenis cacat. Pada proses injectionbucket dan lid, jenis cacat yang terjadi antara lainadalah permukaan yang tidak rata dan susut.Sedangkan pada proses penempelan foil, jeniscacat yang terjadi adalah terdapatnya bintikputih, foil yang hanya menempel sebagian,perbedaan tinggi pada permukaan foil, foil tidakmenempel, ruang atas dan bawah yang tidaksama besar, warna tidak merata, goresan, sertatidak bertemunya ujung awal dan akhir foil.Jenis-jenis cacat inilah yang mengakibatkanterjadinya produk cacat. Banyaknya produkcacat yang terjadi pada paint bucket dan lid dapatdilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1: Banyaknya produk cacat pada paintbucket

Bulan

Jumlah Produk yangDihasilkan

Jumlah ProdukCacat

Persentase ProdukCacat

Injection Penempelanfoil Injection Penempelan

foil Injection Penempelanfoil

Juli 94777 107690 404 9914 0.43% 9.21%Agustus 12588 6060 308 65 2.45% 1.07%

September 32019 30779 4463 1023 13.94% 3.32%Oktober 104584 114459 1352 8857 1.29% 7.74%

November 98292 104222 1666 6890 1.69% 6.61%Desember 108639 113021 838 6513 0.77% 5.76%

Rata-rata persentase produk cacat 3.43% 5.62%

Tabel 2: Banyaknya produk cacat pada lid

Bulan Jumlah Produk yangDihasilkan

Jumlah ProdukCacat

Persentase ProdukCacat

Juli 94847 0 0.00%Agustus 15566 15 0.10%

September 19337 296 1.53%Oktober 110884 580 0.52%

November 114277 579 0.51%Desember 87094 307 0.35%

Rata-rata persentase produk cacat 0.50%

Banyaknya produk cacat yang terjadi dapatmeningkatkan biaya dan waktu produksi yanglebih besar. Hal ini dapat merugikan perusa-haan dari segi sumber daya, waktu dan ten-tunya biaya. Produk cacat yang lolos inspek-si dan diterima konsumen dapat mengakibat-kan turunnya kepercayaan konsumen. Dengan

demikian perlu dilakukan perbaikan kualitasagar dapat meminimasi produk cacat.

Produk cacat dapat dikurangi apabila perusa-haan mampu mengurangi jumlah cacat yang ter-jadi pada produk. Dengan menurunnya jum-lah cacat diharapkan jumlah produk cacat jugamenurun. Dengan demikian dapat digunakanmetode Six Sigma DMAIC yang bertujuan me-minimasi cacat dan memaksimasi nilai tambahdari suatu produk (Gygi et al, 2005). Selain ituSix Sigma juga dinilai dapat mengurangi vari-asi proses sekaligus cacat pada produk atau jasayang berada di luar spesifikasi dengan meng-gunakan metode statistika dan problem solvingtools secara intensif (Yuri dan Nurcahyo, 2013).Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari peneli-tian ini adalah mengetahui tingkat kualitas pro-duk paint bucket saat ini dengan mengukurDPMO dan sigma quality level, mengidentifikasipenyebab terjadinya cacat, menentukan tin-dakan perbaikan untuk mengatasi penyebab ca-cat dan mengukur tingkat kualitas produk sete-lah perbaikan. Beberapa pembatasan masalahyaitu perbaikan kualitas hanya dilakukan untukpaint bucket berukuran 4 liter yang terdiri daribucket polos, bucket berlabel dan lid, biaya untukmenerapkan perbaikan dari penelitian ini tidakdiperhitungkan dan penelitian yang dilakukanhanya satu siklus DMAIC.

2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian iniadalah Six Sigma DMAIC. Six Sigma merupakansuatu metode pengendalian dan peningkatankualitas yang diterapkan oleh Motorola sejaktahun 1986. Six Sigma merupakan suatu ben-tuk peningkatan kualitas menuju target 3,4 de-fect per million opportunities (DPMO) untuk setiapproduk baik barang atau pun jasa dalam upayamengurangi jumlah cacat (Gaspersz, 2002).

Six Sigma juga dapat didefinisikan sebagaimetode peningkatan proses bisnis yang bertu-juan untuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab cacat, mengurangi waktu siklusdan biaya produksi, meningkatkan produktivi-tas, memenuhi kebutuhan pelanggan, mencapaiutilitas mesin yang optimal, serta mendapatkanhasil yang lebih baik dari segi produksi maupunpelayanan (Evans, 2005). Metode ini disusundengan DMAIC yang merupakan singkatan daridefine, measure, analyze, improve dan control.

Tahap define merupakan langkah operasionalpertama dalam program peningkatan kualitasSix Sigma (Gaspersz, 2002). Tahap ini dilakukanuntuk menentukan hal-hal kritis yang diper-

54

Page 5: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

hatikan oleh konsumen. Pada tahap ini di-lakukan pendeskripsian proses produksi, pem-buatan diagram SIPOC (Supplier-Input-Process-Output-Customer) dan penentuan CTQ (Criticalto Quality).

Tahap measure merupakan langkah opera-sional kedua yang bertujuan mengevaluasi danmemahami kondisi proses saat ini di PT X. Padatahap ini dilakukan pengumpulan dan pengo-lahan data sebelum dilakukan perbaikan, pem-buatan peta kendali p dan u untuk mengetahuiapakah proses terkendali baik dari sisi proporsiproduk cacat, maupun banyaknya cacat, danperhitungan DPMO dan sigma quality level.

Tahap ketiga adalah analyze, yaitu tahap di-lakukannya penentuan sebab akibat dari suatupermasalahan dan memahami adanya berbagaisumber variasi dari data yang didapatkan padatahap measure (Montgomery dan Woodall, 2008).Pada tahap analyze dilakukan pembuatan dia-gram Pareto untuk mengetahui prioritas cacatyang diperbaiki. Selain itu juga dibuat dia-gram tulang ikan untuk mengetahui hubungansebab akibat dari suatu permasalahan, dan tabelFMEA untuk mengetahui penyebab-penyebabcacat apa saja yang diprioritaskan untuk diatasi.

Langkah operasional keempat adalah improve.Pada tahap ini dirancang usulan-usulan per-baikan untuk mengurangi cacat yang terjadi.Pada tahap ini pula dilakukan implementasiusulan-usulan yang telah dirancang.

Langkah operasional kelima dan yang ter-akhir adalah control. Tahap ini dilakukan un-tuk membuat rencana pengendalian proses danprosedur-prosedur agar perbaikan dapat terusterlaksana (Montgomery dan Woodall, 2008).Pada tahap ini dilakukan pengumpulan danpengolahan data setelah perbaikan, pembuatanpeta kendali p dan u setelah perbaikan, menghi-tung DPMO dan sigma quality level dan mem-bandingkan tingkat kualitas sebelum dan sete-lah perbaikan dengan melakukan uji hipotesis.

Setelah dilakukannya langkah operasional ke-lima, dapat ditarik kesimpulan apakah per-baikan yang dilakukan dapat menurunkan jeniscacat dan produk cacat pada PT X. Metodologipenelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

3 Hasil dan Pembahasan

3.1 Define

Tahap pertama yang dilakukan dalam DMAICadalah define. Pada tahap ini dilakukan bebera-pa hal, yaitu:

1. Mendeskripsikan proses produksi paintbucket ukuran 4 liter.

2. Pembuatan diagram SIPOC untukmendefinisikan proses yang terlibat,urutan proses dan interaksi antar proses,serta komponen-komponen yang terlibatdalam setiap proses.

3. Penentuan CTQ atau karakteristik kualitasdari paint bucket yang terdiri dari bucket po-los, bucket berlabel dan lid.

Gambar 1: Metodologi Penelitian

Proses produksi untuk paint bucket berlabelterdiri dari 4 proses sedangkan lid terdiri dari2 proses. Tahapan proses produksi paint bucketberlabel dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2: Tahapan proses produksi paint bucketberlabel

Proses produksi paint bucket polos memilikitahapan proses produksi yang sama dengan3 proses pertama proses produksi paint bucketberlabel. Perbedaannya dengan paint bucketberlabel adalah tidak terdapatnya proses pe-nempelan foil. Sedangkan tahapan proses pro-duksi lid atau tutup ember cat dapat dilihat padaGambar 3.

Gambar 3: Tahapan proses produksi lid

55

Page 6: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol.3, No.2, 2014

Proses mixing adalah proses pencampuranbiji polyethylene dengan beberapa bahan lain-nya dengan komposisi ditentukan. Komposisiyang digunakan untuk membuat bucket adalahpolyethylene sebesar 88,5%, pewarna 1,5% danbiji crusher 5%. Sedangkan komposisi yang di-gunakan untuk membuat lid adalah polyethylene98,5% dan pewarna 1,5%.

Proses injection adalah proses pemben-tukan campuran biji polyethylene yang sudahdilelehkan menjadi sebuah bucket atau lid.Proses produksi bucket dan lid dilakukan padamesin injection yang berbeda. Parameter yangberpengaruh dalam proses injection adalahkecepatan mesin dalam menutup atau mem-buka mold, waktu pengisian cairan campuranmaterial ke dalam mold, waktu pendinginan,dan waktu pelepasan bucket atau lid dari mold.Setelah dilakukan proses injection dilakukanpemeriksaan apakah produk yang dihasilkansudah memenuhi spesifikasi.

Proses penempelan foil merupakan tahapanterakhir dalam proses produksi paint bucketberlabel. Pada proses ini, foil akan ditempelkandengan menggunakan suhu ±300◦C dan de-ngan tekanan dari silicon rubber roller. Bucketberlabel kemudian akan diperiksa apakah telahmemenuhi spesifikasi. Bucket berlabel yangtelah lolos inspeksi kemudian akan di-packing,sedangkan bucket berlabel yang tidak lolos ins-peksi akan dibersihkan untuk menghilangkanfoil dan dilakukan proses penempelan foil kem-bali.

Langkah selanjutnya adalah membuat dia-gram SIPOC untuk mengetahui proses yang ter-libat, urutan proses dan interaksi antar proses,serta hal-hal apa saja yang terlibat dalam proses(Gaspersz, 2002). Diagram SIPOC proses pro-duksi bucket dan lid dapat dilihat pada Gambar4 dan 5.

Gambar 4: Diagram SIPOC proses produksibucket

Setiap produk mempunyai beberapa elemenyang dapat digunakan untuk mendeskripsikanhal-hal yang dianggap penting oleh konsumen.

Gambar 5: Diagram SIPOC proses produksi lid

Elemen-elemen dari produk inilah yang disebutsebagai karakteristik kualitas atau CTQ. Bucketpolos dan lid memiliki CTQ yang sama yaituberfokus pada hasil mixing dan injection, sedang-kan bucket berlabel memiliki CTQ yang mengacupada kualitas hasil penempelan foil. CTQ padabucket polos, lid dan bucket berlabel dapat dilihatpada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3: CTQ bucket polos dan lid

No CTQ Keterangan

1Kesempurnaan

bentukBucket polos dan lid yang di-hasilkan memiliki bentuk fisikyang utuh (tercetak sempurna)

2Kehalusanpermukaan

Permukaan bucket polos dan lidyang dihasilkan bersifat halus danrata

Setiap CTQ memiliki jenis cacat yangberbeda-beda. Hubungan jenis cacat de-ngan setiap CTQ dapat dilihat pada Tabel 5 dan6.

3.2 Measure

Tahap ini dilakukan pengumpulan data yang di-gunakan untuk mengukur performansi prosessebelum dilakukan perbaikan. Tahapan yang di-lakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan peta kendali p dan u.2. Perhitungan DPMO dan sigma quality level.

Dalam mengevaluasi dan memahami kondisiproses produksi yang terdapat di PT X, petakendali yang digunakan adalah peta kendalip dan peta kendali u. Peta kendali p digu-nakan untuk mengetahui proporsi produk ca-cat (defective), sedangkan peta kendali u digu-nakan untuk mengetahui jumlah cacat (defect)per unit produk yang dihasilkan. Pada peran-cangan peta kendali, ukuran sample yang digu-nakan bervariasi. Pengumpulan data dilakukandengan cara 100% inspection pada setiap pro-duk yang dihasilkan dari mesin-mesin yang ada.

56

Page 7: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

Tabel 4: CTQ bucket berlabel

No CTQ Keterangan

1Kesesuaiantinggi padapertemuan foil

Pertemuan foil dari kedua sisimemiliki ketinggian yang sama

2Kesempurnaanhasil penem-pelan foil

Foil harus menempel pada bucketdan tidak terkelupas

3 Kebersihan Hasil penempelan foil pada bucketbersih dari bintik-bintik putih

4

Ketepatan po-sisi foil

Foil ditempel tepat pada bagiantengah dari bucket sehingga jarakantara bagian atas dan bawah yangtidak ditempel dengan foil sama be-sar

5Kerataanwarna

Foil yang ditempel memiliki warnayang merata antara satu area den-gan area yang lainnya

6 Kehalusanpermukaan

Tidak terdapat goresan pada bucketyang sudah ditempel dengan foil

7

Penempelanmenghasilkanpertemuan foildari kedua sisi

Pertemuan foil dari kedua sisiharus saling berhimpit

8Ketuntasanpenempelanfoil

Foil harus ditempel mengelilingibucket sampai tuntas

Tabel 5: Hubungan antara CTQ dan jenis cacatbucket polos dan lid

No CTQ Jenis Cacat1 Kesempurnaan bentuk Cacat susut2 Kehalusan permukaan Cacat permukaan tidak rata

Terdapat 3 buah peta kendali p dan u, yaitu un-tuk produk bucket polos, lid, dan bucket berlabel.Peta kendali p bucket polos dapat dilihat padaGambar 6.

Gambar 6: Peta kendali p untuk bucket polos

Pada Gambar 6 dapat dilihat terdapat duabuah titik (hari ke-10 dan 11) yang lebih besardari UCL. Pada hari kedua dilakukan penghen-tian proses dan dilakukan pemeriksaan. Sete-lah ditemukan penyebabnya, ternyata pada harikesepuluh out of control terjadi karena terdapatbesi yang tercampur ke dalam campuran mate-

Tabel 6: Hubungan antara CTQ dan jenis cacatbucket berlabel

No CTQ Jenis Cacat

1 Kesesuaian tinggipada pertemuan foil

Cacat perbedaan tinggipada pertemuan foil

2 Kesempurnaan hasilpenempelan foil

Cacat foil tidak menempel

3 Kebersihan Cacat bintik putih

4 Ketepatan posisi foil Cacat ruang atas dan bawahyang tidak sama besar

5 Kerataan warna Cacat warna tidak merata

6 Kehalusan per-mukaan

Cacat goresan

7Penempelan meng-hasilkan pertemuanfoil dari kedua sisi

Cacat pertemuan foil

8 Ketuntasan penem-pelan foil

Cacat foil menempel seba-gian

rial. Bahan baku kemudian diperiksa dan diber-sihkan dari material-material lain. Pada hari ke-sebelas, masih out of control. Hal ini disebabkankarena pada hari kesepuluh dilakukan penghen-tian produksi. Pada hari kesebelas, pekerja tidakmelakukan setting mesin sesuai ketentuan. De-ngan demikian, dibuat kembali peta kendali previsi yang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7: Peta kendali p revisi untuk bucket po-los

Setelah dilakukan pembuatan peta kendali previsi, dibuat peta kendali u untuk bucket polos.Peta kendali u untuk bucket polos dapat dilihatpada Gambar 8.

Gambar 8: Peta kendali u untuk bucket polos

57

Page 8: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol.3, No.2, 2014

Pengendalian proses produksi yang keduaadalah dengan membuat peta kendali untuk lid.Peta kendali p untuk lid dapat dilihat pada Gam-bar 9.

Gambar 9: Peta kendali p untuk lid

Setelah peta kendali p dibuat dan terkendali,langkah selanjutnya adalah memeriksa apakahproses terkendali jika dilihat dari sisi banyaknyadefect. Dengan demikian dibuatlah peta kendaliu untuk lid seperti pada Gambar 10.

Gambar 10: Peta kendali u untuk lid

Pengendalian proses ketiga adalah prosespembuatan bucket berlabel. Peta kendali p untukbucket berlabel dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11: Peta kendali p untuk bucket berlabel

Berdasarkan Gambar 11, terdapat 5 titik outlieryang out of control. Pada hari ke-2 dan 4, terdapat25 cacat pada 17 produk cacat. Pada hari terse-but operator yang bekerja selalu membersihkan

bucket polos dengan kain bersih sebelum ditem-pelkan dengan foil. Sedangkan pada hari ke-6,terdapat produk cacat yang melebih UCL, hal inidisebabkan karena perusahaan mencoba meng-gunakan foil yang tipis. Pada hari ke-20 dan 21,terjadi kesalahan setting mesin. Pada hari ke-20,hal tersebut dibiarkan karena ketidak-pedulianmandor dan pada akhir hari ke-21 dilakukansetting ulang. Setelah dilakukan perbaikan ter-hadap titik-titik yang outliers, dibuat kembalipeta kendali p seperti pada Gambar 12.

Gambar 12: Peta kendali p untuk bucket berlabelyang telah direvisi

Berdasarkan Gambar 12, pada hari ke-20 dan21 masih terdapat titik di atas UCL. Setelahditelusuri kembali, hal ini disebabkan karenaoperator bekerja terburu-buru. Akan tetapititik ini tidak dapat dihilangkan karena belumdilakukan tindakan apapun oleh perusahaan.Setelah peta kendali p diperoleh, dibuatlah petakendali u untuk melihat pengendalian prosesberdasarkan banyaknya cacat. Peta kendali uuntuk bucket berlabel dapat dilihat pada Gam-bar 13. Pada peta kendali u diperoleh hal yangsama dengan peta kendali p revisi.

Gambar 13: Peta kendali u untuk bucket berlabel

Langkah selanjutnya dalam tahap measureadalah mengukur performansi proses denganmenghitung DPMO dan sigma quality level. Hasilperhitungan DPMO dan sigma quality dari pro-duk bucket polos, lid dan bucket berlabel dapatdilihat pada Tabel 7.

58

Page 9: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

Tabel 7: Rekapitulasi DPMO dan sigma qualitylevel

NoNamaProduk

Rata-rataDPMO

Rata-rataSigma

QualityLevel

PersentaseRata-rata Jumlah

Produk Cacat

1 Bucketpolos 7591,88 3,93 1,95%

2 Lid 3420,77 4,21 0,65%

3 Bucketberlabel 8109,44 3,92 6,28%

3.3 Analyze

Analyze merupakan tahap operasional ketigadalam peningkatan kualitas Six Sigma. Hal-halyang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan diagram Pareto2. Pembuatan diagram tulang ikan3. Pembuatan FMEA (Failure Mode and Effects

Analysis)

Diagram Pareto dirancang untuk mengetahuiCTQ yang memiliki banyaknya cacat terbesar.Dengan demikian dapat dilakukan penentuanprioritas CTQ yang hendak diperbaiki. DiagramPareto untuk bucket polos, lid, dan bucket berlabeldapat dilihat pada Gambar 14 s.d. 16.

Gambar 14: Diagram Pareto untuk bucket polos

Gambar 15: Diagram Pareto untuk lid

Gambar 16: Diagram Pareto untuk bucket berla-bel

Berdasarkan Gambar 14, kesempurnaan ben-tuk memiliki pengaruh sebesar 94,6% dari ke-seluruhan cacat sehingga CTQ ini yang men-jadi fokus utama dalam perbaikan produk bucketpolos. Berdasarkan Gambar 15, kesempurnaanbentuk juga memiliki pengaruh terbesar, yaitu92,8% dari keseluruhan cacat, sehingga CTQini yang menjadi fokus utama dalam perbaikanlid. Berdasarkan Gambar 16, kesesuaian tinggipada pertemuan foil, kesempurnaan hasil pe-nempelan foil, ketuntasan penempelan foil, pe-nempelan menghasilkan pertemuan foil dari ke-dua sisi, dan kebersihan merupakan lima CTQyang memiliki pengaruh sebesar 89,1% dari ca-cat keseluruhan, sehingga keempat cacat iniyang akan menjadi fokus perbaikan untuk pro-duk bucket berlabel.

Setelah diketahui CTQ yang menjadi fokusperbaikan, dilakukan pencarian penyebab jeniscacat yang terjadi. Diagram tulang ikan untukproduk bucket polos dan lid dapat dilihat padaGambar 17. Sedangkan diagram tulang ikan un-tuk produk bucket berlabel dapat dilihat padaGambar 18 s.d. 22.

Gambar 17: Diagram tulang ikan untuk cacatsusut pada produk bucket polos dan lid

59

Page 10: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol.3, No.2, 2014

Gambar 18: Diagram tulang ikan untuk cacatperbedaan tinggi pada pertemuan foil

Gambar 19: Diagram tulang ikan untuk cacat foilterkelupas

Gambar 20: Diagram tulang ikan untuk cacat foilhanya menempel sebagian

Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gam-bar 17 s.d. 22, telah diketahui penyebab atauakar masalah dari kegagalan potensial yangterjadi. Dengan pembuatan tabel FMEA, da-pat pula ditentukan tindakan perbaikan yangsebaiknya dilakukan untuk memperbaiki akarmasalah. Tabel FMEA yang sudah diseder-hanakan dan diurutkan berdasarkan RPN terbe-sar dapat dilihat pada Tabel 8. Pada Tabel 8terdapat nilai RPN (Risk Priority Number) yangmerupakan perkalian dari severity, occurrencedan detection. Semakin besar nilai severity, oc-currence dan detection akan mengakibatkan ni-lai RPN semakin besar, yang berarti semakinpenting penyebab tersebut untuk diatasi. Nilaiseverity, occurrence dan detection diperoleh dariperusahaan karena perusahaanlah yang paling

Gambar 21: Diagram tulang ikan untuk cacatpertemuan foil

Gambar 22: Diagram tulang ikan untuk cacatbintik putih

memahami proses produksinya. Pada Tabel 8juga terdapat tindakan yang direkomendasikanuntuk mengatasi penyebab potensial dari kega-galan. Tindakan yang direkomendasikan ini di-ambil berdasarkan diagram tulang ikan yangmenunjukkan sebab akibat dan SIPOC untukmengetahui apa saja yang terlibat dalam prosesterjadinya cacat.

3.4 Improve

Tahap keempat metodologi DMAIC adalah Im-prove. Pada tahap ini dilakukan perbaikan akarmasalah yang telah ditemukan dan dijelaskanpada tahap analyze. Usulan perbaikan yangtelah diusulkan dibahas secara lebih detail padatahap keempat ini. Berikut adalah usulan yangdiberikan untuk perbaikan paint bucket dan lid:

1. Penggunaan infrared thermometer untukmengatasi cacat foil hanya menempelsebagian dan foil terkelupas pada bucketberlabel.

2. Pembuatan alat bantu untuk memberi gayatekan ke bawah untuk mengatasi cacatperbedaan tinggi pada pertemuan foil padabucket berlabel.

60

Page 11: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

Tabel 8: Rekapitulasi RPN (Risk Priority Number)

No Item Penyebab Potensial dariKegagalan RPN Tindakan yang

Direkomendasikan

1BucketBerlabel

Tidak ada pembacaansuhu untuk siliconerubber roller

700Menggunakan infrared ther-mometer untuk mengetahuisuhu silicone rubber roller

2

BucketBerlabel

Penjepit foil yang sudahterpakai hanya memberigaya tarik pada arah ho-rizontal

560

Membuat alat bantu yang da-pat memberikan gaya tekan kebawah

3BucketBerlabel

Bucket polos yang terde-formasi pada saat prosespacking

560Mendinginkan bucket polos se-lama 7 menit sebelum dikemas

4BucketBerlabel

Kurangnya rasa kepedu-lian dan tanggung jawaboperator

560Menggunakan microfiber gloveuntuk memudahkan operator

5BucketBerlabel

Suhu silicone rubber rollerterlalu tinggi 490

Menggunakan infrared ther-mometer untuk mengetahuisuhu silicone rubber roller

6

BucketBerlabel

Kurangnya perawatanterhadap mesin injectionbucket 420

Membersihkan jalur keluarbucket polos pada mesin injec-tion bucket setiap pergantianshift dan membersihkan bucketpolos yang kotor

7BucketBerlabel

Operator jarang mem-bersihkan sensor padamesin penempel foil

420Membersihkan sensor padamesin penempel foil secaraberkala

8BucketBerlabel

Perawatan dan pemerik-saan komponen yang ku-rang teratur

420Mengganti karet pengencangpada gulungan foil secaraberkala

9BucketPolosdan Lid

Staff gudang kurangteliti dalam menimbangbahan baku

350Membuat visual display untukmengingatkan staff gudang agarmenimbang dengan teliti

10BucketPolosdan Lid

Tidak adanya prosedurmixing yang jelas 350

Membuat instruksi kerja untukproses mixing

11BucketBerlabel

Bucket polos tidak dapatterpasang dengan ken-cang pada spindle jig

350Membuat spindle jig yangdilengkapi dengan spring pins

12

BucketBerlabel

Operator jarang mem-bersihkan area produksi

350

Membuat visual display untukmengingatkan operator untukmembersihkan area produksidan menggunakan spray mopuntuk mempermudah prosespembersihan area produksi

13

BucketBerlabel

Bucket polos terjatuh diarea produksi yang kotor

350

Membuat visual display untukmengingatkan operator untukmembersihkan area produksidan menggunakan microfiberduster untuk membersihkanbucket

14BucketBerlabel

Bucket polos tidak diber-sihkan dengan lap ter-lebih dahulu

350Menggunakan microfiber gloveuntuk memudahkan operator

15

BucketBerlabel

Kurangnya kesadaranoperator untuk meng-gunakan alas kaki yangtelah disediakan

224

Memperbesar ukuran visual dis-play dan merubah posisi pele-takan rak sepatu

16BucketBerlabel

Silicone rubber rollerdidiamkan dalam waktulama dengan suhu tinggi

210Membuat visual display untukmengingatkan operator

17

BucketPolosdan Lid

Operator jarang mem-bersihkan area produksi

35

Membuat visual display untukmengingatkan operator untukmembersihkan area produksidan menggunakan spray mopuntuk mempermudah prosespembersihan

3. Pendinginan bucket polos untuk mengatasicacat perbedaan tinggi pada pertemuan foilpada bucket berlabel.

4. Penggunaan microfiber glove untuk menga-tasi cacat bintik putih pada bucket berlabel.

5. Pembersihan jalur keluar bucket polos padamesin injection bucket untuk mengatasi cacatfoil terkelupas pada bucket berlabel.

6. Pembersihan sensor pada mesin penempelfoil yang disertai dengan formulir untukmengatasi cacat pertemuan foil.

7. Penggantian karet pengencang pada gu-lungan foil untuk mengatasi cacat perte-muan foil pada bucket berlabel.

8. Pembuatan visual display untuk menimbang

dengan teliti untuk mengatasi cacat susutpada bucket polos dan lid.

9. Pembuatan instruksi kerja proses mixinguntuk mengatasi cacat susut pada bucket po-los dan lid.

10. Pembuatan visual display dan penggunaanspray mop untuk mengatasi cacat bintikputih pada bucket berlabel.

11. Pembuatan visual display dan penggunaanmicrofiber duster untuk mengatasi cacat bin-tik putih pada bucket berlabel.

12. Ukuran visual display yang diperbesar danperubahan posisi peletakkan rak sepatu un-tuk mengatasi cacat bintik putih pada bucketberlabel.

13. Pembuatan visual display untuk menu-runkan suhu heater chamber untuk meng-atasi cacat foil hanya menempel sebagianpada bucket berlabel.

3.5 Control

Tahap control merupakan tahap terakhir darimetode Six Sigma DMAIC. Pada tahap ini di-lakukan pengukuran DPMO dan sigma quali-ty level untuk mengetahui performansi prosessetelah dilakukan perbaikan. Berdasarkan petakendali p dan u setelah perbaikan, semua prosessudah terkendali karena tidak terdapat titik diluar UCL dan LCL. Setelah proses terkendali,dilakukan perhitungan DPMO dan sigma quali-ty level setelah perbaikan. Tabel 9 menunjukkanperbandingan nilai DPMO dan sigma quality levelsebelum dan setelah perbaikan.

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat terjadipenuruan DPMO yang cukup besar. Padabucket polos DPMO sebelum dan setelah per-baikan berturut-turut adalah 7591 dan 2621,54.Pada lid, DPMO sebelum dan setelah perbaikanberturut-turut adalah 3420,77 dan 1169. Sedang-kan DPMO bucket berlabel sebelum dan sete-lah perbaikan berturut-turut adalah 8109,44 dan713,69. Untuk mengetahui apakah terjadi penu-runan produk cacat dan cacat secara signifikandilakukan pengujian hipotesis. Berikut adalahhipotesis yang diuji:

1. Proporsi produk cacat bucket polosH0 : Proporsi produk cacat sebelum per-baikan sama dengan proporsi produk cacatsetelah perbaikan.H1 : Proporsi produk cacat sebelum per-baikan lebih besar dari proporsi produk ca-cat setelah perbaikan.

Berdasarkan pengujian diperoleh p-valuelebih besar dari alfa (α = 0,05), sehingga H0

61

Page 12: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol.3, No.2, 2014

Tabel 9: Perbandingan DPMO dan sigma quality level sebelum dan setelah perbaikan

ItemRata-rata DPMO Rata-rata Sigma Quality Level Persentase Rata-rata Produk Cacat

Sebelum Sesudah PersentasePenurunan Sebelum Sesudah Persentase

Peningkatan Sebelum Sesudah PersentasePenurunan

Bucket Polos 7591.88 2621.54 65.47% 3.93 4.31 8.82% 1.95% 0.49% 74.87%Lid 3420.77 1169 65.83% 4.21 4.9 14.08% 0.65% 0.23% 64.62%Bucket Berlabel 8109.44 713.69 91.20% 3.92 4.72 16.95% 6.28% 0.53 % 91.56%

ditolak yang berarti perbaikan menurunkanproporsi bucket polos cacat yang signifikan.

2. Proporsi produk cacat lidH0 : Proporsi produk cacat sebelum per-baikan sama dengan proporsi produk cacatsetelah perbaikan.H1 : Proporsi produk cacat sebelum per-baikan lebih besar dari proporsi produk ca-cat setelah perbaikan.

Berdasarkan pengujian diperoleh p-value lebih besar dari alfa (α = 0,05), se-hingga H0 ditolak yang berarti perbaikanmenurunkan proporsi lid cacat yang sig-nifikan.

3. Proporsi produk cacat bucket berlabelH0 : Proporsi produk cacat sebelum per-baikan sama dengan proporsi produk cacatsetelah perbaikan.H1 : Proporsi produk cacat sebelum per-baikan lebih besar dari proporsi produk ca-cat setelah perbaikan.

Berdasarkan pengujian diperoleh p-valuelebih besar dari alfa (α = 0,05), sehinggaH0 ditolak yang berarti perbaikan menu-runkan proporsi bucket berlabel cacat yangsignifikan.

4. Rata-rata cacat bucket polosH0 : Rata-rata cacat sebelum perbaikansama dengan rata-rata cacat setelah per-baikan.H1 : Rata-rata cacat sebelum perbaikanlebih besar dari rata-rata cacat setelah per-baikan.

Berdasarkan pengujian diperoleh p-valuelebih besar dari alfa (α = 0,05), sehingga H0ditolak yang berarti perbaikan menurunkanrata-rata cacat pada bucket polos secara sig-nifikan.

5. Rata-rata cacat lidH0 : Rata-rata cacat sebelum perbaikansama dengan rata-rata cacat setelah per-baikan. H1 : Rata-rata cacat sebelum per-baikan lebih besar dari rata-rata cacat sete-lah perbaikan.

Berdasarkan pengujian diperoleh p-valuelebih besar dari alfa (α = 0,05), sehingga H0ditolak yang berarti perbaikan menurunkanrata-rata cacat pada lid secara signifikan.

6. Rata-rata cacat bucket berlabelH0 : Rata-rata cacat sebelum perbaikansama dengan rata-rata cacat setelah per-baikan.H1 : Rata-rata cacat sebelum perbaikanlebih besar dari rata-rata cacat setelah per-baikan.

Berdasarkan pengujian diperoleh p-valuelebih besar dari alfa (α = 0,05), sehingga H0ditolak yang berarti perbaikan menurunkanrata-rata cacat pada bucket berlabel secarasignifikan.

4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat di-tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. DPMO dan sigma quality level dari bucketpolos secara berturut-turut adalah 7591,88dan 3,93. DPMO dan sigma quality level darilid secara berturut-turut adalah 3420,77 dan4,21. Sedangkan DPMO dan sigma quali-ty level pada bucket berlabel adalah 8109,44dan 3,92.

2. Penyebab terjadinya cacat pada paint bucketyang terdiri dari bucket polos, lid, dan bucketberlabel antara lain :

(a) Operator kurang teliti dalam menim-bang bahan baku.

(b) Kurangnya rasa kepedulian dan tang-gung jawab pada operator.

(c) Operator jarang membersihkan areaproduksi.

(d) Penjepit foil yang sudah terpakaihanya memberi gaya tarik pada arahhorizontal.

(e) Bucket polos yang terdeformasi padasaat proses packing.

Jenis-jenis cacat yang terjadi adalah:

(a) Cacat susut pada bucket polos dan lid.(b) Cacat permukaan tidak rata pada

bucket polos dan lid.(c) Cacat perbedaan tinggi pada perte-

muan foil pada bucket berlabel.

62

Page 13: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

(d) Cacat foil terkelupas pada bucket berla-bel.

(e) Cacat foil hanya menempel sebagianpada bucket berlabel.

(f) Cacat penempelan tidak menghasilkanpertemuan foil pada bucket berlabel.

(g) Cacat bintik putih pada bucket berlabel.3. Perbaikan yang dilakukan untuk mengu-

rangi banyaknya cacat dan jumlah produkcacat adalah sebagai berikut:

(a) Penggunaan infrared thermometer un-tuk mengatasi cacat foil hanya menem-pel sebagian dan foil terkelupas padabucket berlabel.

(b) Pembuatan alat bantu untuk memberigaya tekan ke bawah untuk mengatasicacat perbedaan tinggi pada perte-muan foil pada bucket berlabel.

(c) Pendinginan bucket polos untuk meng-atasi cacat perbedaan tinggi padapertemuan foil pada bucket berlabel.

(d) Penggunaan microfiber glove untukmengatasi cacat bintik putih padabucket berlabel.

(e) Pembersihan jalur keluar bucket po-los pada mesin injection bucket untukmengatasi cacat foil terkelupas padabucket berlabel.

(f) Pembersihan sensor pada mesin pe-nempel foil yang disertai dengan for-mulir untuk mengatasi cacat perte-muan foil.

(g) Penggantian karet pengencang padagulungan foil untuk mengatasi cacatpertemuan foil pada bucket berlabel.

(h) Pembuatan visual display untukmenimbang dengan teliti untuk meng-atasi cacat susut pada bucket polos danlid.

(i) Pembuatan instruksi kerja proses mi-xing untuk mengatasi cacat susut padabucket polos dan lid.

(j) Pembuatan visual display dan penggu-naan spray mop untuk mengatasi cacatbintik putih pada bucket berlabel.

(k) Pembuatan visual display dan penggu-naan microfiber duster untuk mengatasicacat bintik putih pada bucket berlabel.

(l) Ukuran visual display yang diperbesardan perubahan posisi peletakkan raksepatu untuk mengatasi cacat bintikputih pada bucket berlabel.

(m) Pembuatan visual display untuk menu-runkan suhu heater chamber untukmengatasi cacat foil hanya menempelsebagian pada bucket berlabel.

4. DPMO dan sigma quality level setelah per-baikan dari bucket polos secara berturut-turut adalah 2621,54 dan 4,31. DPMO dansigma quality level setelah perbaikan darilid secara berturut-turut adalah 1169 dan4,90. Sedangkan DPMO dan sigma qualitylevel setelah perbaikan pada bucket berlabeladalah 713,69 dan 4,72.

63

Page 14: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol.3, No.2, 2014

Daftar Pustaka

Evans, J. R. dan Lindsay, W. M. (2005). An In-troduction to Six Sigma & Process Improvement.Ohio: Thomson.

Gaspersz, V. (2002). Pedoman ImplementasiProgram Six Sigma Terintegrasi dengan ISO9001:2000, MBQNA, dan HACCP. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Gygi, et. al. (2005). Six Sigma for Dummies. Indi-anapolis: Wiley Publishing.

Montgomery, F. C. dan Woodall, W. H. (2008). AnOverview of Six Sigma. International StatisticalReview, Vol. 76(3).

Yuri, T. dan Nurcahyo, R. (2013). TQM Manaje-men Kualitas Total dalam Perspektif Teknik Indus-tri. Jakarta: Indeks.

64

Page 15: Implementasi Metode Cacat di PT X - ti.unpar.ac.idti.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2017/05/HF01_JRSI_Vol3No2_2014.pdf · buka mold, waktu pengisian cairan campuran material