IMPLEMENTASI METODE BISA BACA AL-QUR`AN (BBQ) …
Transcript of IMPLEMENTASI METODE BISA BACA AL-QUR`AN (BBQ) …
IMPLEMENTASI METODE BISA BACA AL-QUR`AN (BBQ)
KARIMAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BACAAN
AL-QUR’AN
(Studi Kasus di TPQ Kuttab Ibnu Abbas BSD, Serpong, Tangerang
Selatan)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Khoirotul Ummah
NIM. 14311450
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1439 H/2018 M
IMPLEMENTASI METODE BISA BACA AL-QUR`AN (BBQ)
KARIMAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BACAAN
AL-QUR’AN
(Studi Kasus di TPQ Kuttab Ibnu Abbas BSD, Serpong, Tangerang
Selatan)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Khoirotul Ummah
NIM. 14311450
Pembimbing:
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1439 H/2018 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Implementasi Metode Bisa Baca Al-Qur`an (BBQ)
Karimah dalam Meningkatkan Kualitas Bacaan Al-Qur`an (Studi Kasus di
TPQ Kuttab Ibnu Abbas BSD, Serpong, Tangerang Selatan)” yang disusun
oleh Khoirotul Ummah Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 14311450 telah
diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 10 Juli 2018
Pembimbing,
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Implementasi Metode Bisa Baca Al-Qur`an (BBQ)
Karimah dalam Meningkatkan Kualitas Bacaan Al-Qur`an (Studi Kasus di
TPQ Kuttab Ibnu Abbas BSD, Serpong, Tangerang Selatan)” oleh
Khoirotul Ummah dengan NIM 14311450 telah diujikan pada sidang
Munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta pada
tanggal 15 Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd).
Jakarta, 15 Oktober 2018
Dekan Fakultas Tarbiyah
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag Wasmini
Penguji 1 Penguji 2
Sri Tuti Rahmawati, MA Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag
Pembimbing
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khoirotul Ummah
NIM : 14311450
Tempat/Tanggal Lahir : Gresik, 02 November 1995
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Implementasi Metode Bisa
Baca Al-Qur`an (BBQ) Karimah dalam Meningkatkan Kualitas Bacaan
Al-Qur`an (Studi Kasus di TPQ Kuttab Ibnu Abbas BSD, Serpong,
Tangerang Selatan)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-
kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 12 Agustus 2018
Khoirotul Ummah
iv
MOTTO
Jadilah seseorang yang berhati mulia. Berikanlah
bantuan kita, tunjukkanlah kepedulian kita dan
kurangilah beban mereka
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT, saya haturkan rasa
syukur dan terima kasih kepada:
Ibu dan Ayah tercinta (Masrifah dan Imam Mawardi) serta adikku tersayang
(M. Kholilul Rahman) yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta
do’a yang tiada henti untuk kesuksesan ini.
Bapak dan Ibu guru yang selama ini telah tulus dan ikhlas membimbing dan
memberikan ilmu yang tidak ternilai harganya, agar saya menjadi pribadi
yang lebih baik.
Sahabat dan teman-teman tersayang, terima kasih untuk semua canda, tawa,
tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terima kasih untuk
kenangan manis yang telah terukir selama ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya
persembahkan skripsi ini untuk semua orang yang saya sayangi. Dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu di masa yang
akan datang.
vi
بسم الله الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Bisa Baca Al-Qur`an (BBQ)
Karimah dalam Meningkatkan Kualitas Bacaan Al-Qur`an (Studi Kasus di
TPQ Kuttab Ibnu Abbas BSD, Serpong, Tangerang Selatan)” ini dengan
lancar guna meraih gelar Sarjana Strata Satu pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing perubahan akhlak dari yang
sesat menuju akhlakul karimah.
Penulis sangat menyadari penuh bahwa skripsi ini sudah melibatkan
banyak pihak, baik perorangan maupun kelembagaan. Untuk itu perlu kiranya
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaemah Tahido Yanggo, MA selaku Rektor Institut
Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
2. Ibu Dr. Hj. Umi Khusnul Khatimah, M.Ag selaku dekan Fakultas
Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
3. Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag selaku dosen pembimbing yang
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
4. Ibu, ayah, adik serta semua keluarga yang senantiasa memberikan
dorongan dan do’a, serta memberikan motivasi baik dhohir maupun batin.
vii
5. Segenap dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, khususnya dosen
Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan ilmu serta keluasan hati dalam
mendidik dan membimbing penulis selama menjalani masa kuliah di
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta serta seluruh staf karyawan yang
telah mempermudah penulis dalam mengurus hal-hal yang berkaitan
dengan skripsi ini.
6. Segenap Instruktur Tahfidz yang selalu dan tanpa jemu meluangkan
waktunya dalam membimbing penulis dalam menghafalkan dan
mempelajari Al-Qur`an.
7. Segenap karyawan dan petugas Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan
Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ) Jakarta, dan Gas15 Coffe and Friends.
Terima kasih telah menjadi tempat yang teduh bagi penulis dalam mencari
ilmu dan menyelesaikan skripsi ini.
8. Kakak-kakak dan adik-adik seatap, mbak Isti, kak Ami, mbak Ya, kak
Mawaddah, Adibah, Evi dan terutama sahabat setia dalam suka dan duka
Ilfi serta teman-teman se-angkatan dan seperjuangan khususnya cikla icha
dan semua anggota girls generation: wong jowo. Terima kasih telah
memberikan semangat dan selalu menemani penulis di kala susah maupun
senang. Terima kasih telah menjadi keluarga yang baik.
Kepada mereka semua penulis haturkan beribu-ribu terima kasih.
Akhirnya dengan memohon rahmat Allah SWT semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta, 11 Agustus 2018
Khoirotul Ummah
14311450
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS ................................................................... iii
MOTTO .................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN .................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................... xii
ABSTRAK .............................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................. 6
D. Perumusan Masalah ................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ....................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ..................................................... 7
G. Tinjauan Pustaka ........................................................ 8
H. Sistematika Penulisan ................................................ 12
BAB II : KERANGKA TEORI
A. Pengertian Implementasi ............................................ 15
B. Al-Qur`an
1. Arti Kata Al-Qur`an ............................................. 16
2. Fungsi Al-Qur`an ................................................. 18
3. Adab Membaca Al-Qur`an .................................. 21
4. Tingkatan Bacaan dalam Al-Qur`an .................... 23
ix
5. Keutamaan Membaca Al-Qur`an ......................... 24
6. Keutamaan Mengajarkan Al-Qur`an.................... 27
C. Metode Membaca dan Pengajaran Al-Qur`an
1. Pengertian Metode Pengajaran ............................ 29
2. Dasar Pengajaran Al-Qur`an ................................ 32
3. Faktor-Faktor Penyebab Banyaknya Metode
Mengajar .............................................................. 33
4. Metode Pengajaran Al-Qur`an ............................. 35
5. Metode Membaca Al-Qur`an ............................... 38
D. Gambaran Umum Metode BBQ Karimah
1. Sejarah Metode BBQ Karimah ............................ 41
2. Visi Misi Metode BBQ Karimah ......................... 41
3. Karakteristik BBQ Karimah ................................ 42
4. Isi Buku BBQ Karimah ........................................ 42
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................... 45
B. Pendekatan Penelitian ................................................ 45
C. Data dan Sumber Data ............................................... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 49
E. Teknik Analisis Data.................................................. 55
F. Teknik Keabsahan Data ............................................. 56
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum TPQ Kuttab Ibnu Abbas
1. Sejarah Berdirinya TPQ Kuttab Ibnu Abbas ....... 61
2. Letak Geoegrafis TPQ Kuttab Ibnu Abbas .......... 62
3. Visi Misi TPQ Kuttab Ibnu Abbas ...................... 62
x
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan TPQ
Kuttab Ibnu Abbas .............................................. 63
5. Keadaan Murid TPQ Kuttab Ibnu Abbas............. 65
6. Pengelompokan Kelas TPQ Kuttab Ibnu Abbas .. 66
7. Sarana dan Prasarana TPQ Kuttab Ibnu Abbas ... 67
B. Impelementasi Metode BBQ Karimah pada
Pembelajaran Membaca Al-Qur`an di TPQ Kuttab
Ibnu Abbas
1. Pelaksanaan Pembelajaran Metode BBQ
Karimah di TPQ Kuttab Ibnu Abbas .................. 69
2. Metode yang Digunakan dalam Proses
Pembelajaran ........................................................ 70
3. Tahapan Pembelajaran Metode BBQ Karimah.... 71
4. Sistem Pelaporan kepada Orang Tua ................... 80
5. Program Ramadhan .............................................. 80
6. Teknik Evaluasi Metode BBQ Karimah di TPQ
Kuttab Ibnu Abbas ............................................... 81
7. Kelebihan dan Kekurangan Metode BBQ
Karimah................................................................ 83
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Penerapan Metode BBQ Karimah pada Proses
Pembelajaran Al-Qur’an di TPQ Kuttab Ibnu
Abbas ......................................................................... 84
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 91
B. Saran .......................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 95
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen wawancara
Tabel 4.1 Pendidik dan tenaga kependidikan di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Tabel 4.2 Sarana dan prasarana TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Tabel 4.3 Contoh analog/cerita pengenalan huruf hijaiyah
Tabel 4.4 Materi pembelajarn latihan kunci BBQ Karimah dasar
Tabel 4.5 Materi pembelajaran tanda baca BBQ Karimah dasar
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
Arab Latin Arab Latin
th ط a أ
zh ظ b ب
، ع t ت
gh غ ts ث
f ف j ج
q ق h ح
K ك kh خ
l ل d د
M م dz ذ
N ن r ر
W و z ز
H ه s س
, ء sy ش
y ي sh ص
dh ض
xiii
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah A آ â ي ـ Ai
Kasrah I ي î و ـ Au
Dhammah U و û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) qamariyah.
Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya. Contoh: البقرة : al-Baqarah
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh: الرجل : ar-rajul
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ـ),
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir
kataataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsiyah. Contoh: آمنب ببلله : Âmannâ billâhi
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf "h".
Contoh: فأئدة الأ : al-Af`idah
xiv
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi huruf
"t". Contoh: عبملت نبصبت : `Âmilatun Nâshibah
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan
lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,
maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh: `Alî Hasan al-`Âridh, al-`Asqallânî, al-Farmawî
dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur`an dan nama-nama
surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah,
Al-Fâtihah dan seterusnya.
xv
ABSTRAK
Khoirotul Ummah, Judul “Implementasi Metode Bisa Baca Al-Qur`an
(BBQ) Karimah dalam Meningkatkan Kualitas Bacaan Al-Qur`an (Studi
Kasus di TPQ Kuttab Ibnu Abbas BSD, Serpong, Tangerang Selatan)”.
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Tahun 2018.
Indonesia mempunyai berbagai macam metode membaca Al-Qur`an dimana
guru harus menyesuaikan metode yang cocok dan sesuai dengan situasi
pembelajaran. Bertujuan untuk mengetahui penerapan metode BBQ Karimah
dalam pembelajaran Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas serta mengetahui
faktor pendukung dan penghambatnya. “Bagaimana implementasi Metode
BBQ Karimah di TPQ Kuttab Ibnu Abbas?” “Apa saja faktor pendukung dan
penghambat dalam menerapkan Metode BBQ Karimah?”. Metode penelitian
kualitatif field research. Mewawancarai Kepala TPQ dan 3 guru TPQ Kuttab
Ibnu Abbas. Adapun metode pembelajaran di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
menggunakan metode talqin-talaqqi dengan target utama selesai karimah
dasar dalam satu tahun, evaluasi dilakukan dalam 3 tahap. Faktor pendukung
dalam menerapkan Metode Karimah di TPQ Kuttab Ibnu Abbas adalah dari
guru, orang tua murid dan sarana prasarana. Faktor penghambatnya pun juga
dari guru, orang tua murid, dan murid.
Kata Kunci: Implementasi Metode BBQ Karimah dalam Meningkatkan
Kualitas Bacaan Al-Qur`an
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Al-Qur`an pada zaman milenial ini makin
berkembang pesat, saat ini bahkan hampir di seluruh kota besar di
Indonesia memiliki banyak sekolah dan pesantren Al-Qur`an. Selain itu,
di kalangan mahasiswa pun sekarang sedang trend program kampus
mengaji yang bertujuan untuk menguatkan bangunan spiritual di
lingkungan kampus. Maraknya sekolah dan pesantren Al-Qur`an saat ini
mesti dibarengi dengan kualitas bacaan yang baik serta pemahaman
terhadap isi kandungan Al-Qur`an. Belajar dan mengajarkan Al-Qur`an
merupakan kewajiban yang harus dilakukan bersama-sama. Bagi umat
islam tentunya Al-Qur`an merupakan tuntunan dan pedoman dalam
kehidupan untuk menuju masa depan yang sesuai dengan ajaran agama
islam.
Fakta sejarah maupun bukti empirik selalu menunjukkan bahwa
di kolong langit ini tidak satu pun bacaan yang jumlahnya sebanyak
pembaca Al-Qur`an.
Bahkan bukan dari kalangan muslimin sendiri yang membaca dan
mempelajari Al-Qur`an tetapi banyak pula dari orang-orang non muslim
yang orientalis dan lain sebagainya. Pembaca Al-Qur`an benar-benar
heterogen. Tidak mengenal batas usia dan jenis kelamin juga sama sekali
tidak terdikotomikan oleh berbagai disiplin ilmu yang berbeda.1 Semua
orang dari semua jenis kelamin dan usia tidak akan pernah kehabisan
semangat untuk membaca Al-Qur`an.dari anak yang masih cadel
1 M. Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an bagian 1, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2000), h. 21
2
membaca Al-Qur`an hingga pakar yang sangat ahli dalam bidangnya
masing-masing merasakan kenikmatan dalam membaca dan mempelajari
Al-Qur`an.
Allah SWT memberikan pahala bagi pembacanya bukan dengan
hitungan per ayat atau per kalimat tapi dengan hitungan per huruf.
Satu huruf yang dibaca akan diberi pahala oleh Allah SWT
dengan satu kebaikan dan dilipatgandakan secara otomatis
menjadi sepuluh kebaikan dan bisa lebih dari itu. Bisa
dibayangkan jika Al-Qur`an mengandung 323.671 huruf maka
pembaca Al-Qur`an sampai khatam akan mendapatkan pahala
yang fantastis. Apalagi jika dibacanya dengan tartil dan tadabbur,
maka pahalanya pasti sangat berkualitas.2
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW sebagai berikut:
عن عبدالله بن مسعود رضى الله عنه ي قول قال رسول الله صلى اللهعليه وسلم
أق ول الم من ق رأ حرفا من كتاب الله ف له به حسنة والسنة بعشر أمثالا لا "
3(رواه الترمذي" )حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف
“Abdullah bin Mas’ud ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: “barang
siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur`an maka baginya satu
kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi
sepuluh kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم itu satu huruf
akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR.
Tirmidzi)
Belajar Al-Qur`an tidak hanya dapat ditempuh melalui belajar
mandiri (autodidak), melainkan memerlukan guru, mengingat cara
pengungkapan tiap-tiap huruf hijaiyah harus diketahui makhraj dan
sifatnya dan hal itu dapat diketahui melalui mimik seorang guru ketika
2 Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qur`an Penyejuk Kehidupan, (Jakarta: Qaf,
2017), h. 188 3 Al-Abi ‘Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi, Al-Jami’ Ash-Shahih
Sunan Tirmidzi Jilid V No. Hadits 2910, (Beirut: Darr Ihya’ At-Turats Al-‘Arabi, t.th) h. 175
3
belajar, belajar membaca mandiri pun belum tentu mengerti kedudukan
masing-masing huruf, terlebih lagi cara membaca Al-Qur`an bersifat
“Tauqifi” yakni menurut apa yang diajarkan Rasulullah SAW, bukan atas
ijtihad pribadi.4 Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah
selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”(QS. Al-Qiyamah
[75]: 17-18)
Betapa indahnya jika kita dan anak-anak kita dapat membaca Al-
Qur`an dengan baik dan benar. Karena darinya akan terpancar indikasi
keimanan seorang muslim yang dicintai Allah SWT. Dengan demikian
yang harus ditata dan ditingkatkan adalah kadar keimanan dan ketakwaan
kita kepada Allah SWT.5 Agar kita dapat membaca Al-Qur`an dengan
baik dan benar. maka perlu mempelajari apa itu ilmu tajwid. Ilmu tajwid
adalah alat yang dapat membantu memperbaiki bacaan Al-Qur`an,
sehingga jika ilmu alat ini sudah dikuasai maka harus ada praktik sampai
alat itu benar-benar berfungsi sebagai penunjang yang dituju.6
Tidak banyak orang yang tertarik pada ilmu tajwid. Selaras
dengan sedikitnya orang yang ingin bisa membaca Al-Qur`an dengan
benar sesuai kaidah tajwid tepat makhraj dan sifat hurufnya. Orang-orang
beranggapan bahwa sekedar membaca Al-Qur`an saja sudah cukup.
Sehingga banyak orang-orang yang lancar membaca Al-Qur`an tapi
banyak kesalahan dari sisi tajwid. Padahal, Allah SWT berfirman:
4 Abdul Mujib Ismail dan Maria Ulfah Nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid, (Surabaya:
Karya Abditama, 1995), h. 185 5 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), h. 8 6 Abdul Mujib Ismail dan Maria Ulfah Nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid, h. 20
4
“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil [73]: 4)
Pembelajaran Al-Qur`an harus ditanamkan sejak dini yang
bertujuan supaya kelak anak terbiasa dengan Al-Qur`an sejak anak-anak
hingga dewasa dan seumur hidupnya selalu berpegang teguh pada Al-
Qur`an. Upaya untuk menjadikan anak yang bisa memahami dan pandai
membaca Al-Qur`an tentu banyak faktor, baik internal maupun eksternal.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah penggunaan Metode.
Dalam mengajarkan Al-Qur`an seorang guru dapat menggunakan
Metode yang bermacam-macam dimana setiap Metode tersebut memiliki
keistimewaan masing-masing. Di Indonesia banyak sekali Metode dalam
membaca Al-Qur`an, Metode yang ada dikembangkan lagi dan bisa saja
melahirkan Metode baru. Metode membaca Al-Qur`an ini kemudian
dipakai dan diterapkan di berbagai daerah di tanah air bahkan luar negeri.
Karena keberagaman ini guru bisa memilih Metode mana yang harus
dipakai artinya guru harus menyesuaikan Metode yang cocok dan sesuai
dengan situasi pembelajaran.
TPQ Kuttab Ibnu Abbas yang beralamatkan di Jl. Wana Kencana
I Blok i1 No.3 Kencana Loka BSD City Serpong Tangerang Selatan ini
merupakan satu diantara banyak TPQ di Indonesia yang melaksanakan
pembelajaran membaca Al-Qur`an. Metode yang digunakan di TPQ
Kuttab Ibnu Abbas adalah Metode BBQ Karimah. Di TPQ Ibnu Abbas
ada tiga tingkatan yaitu tingkat dasar, tahsin, dan tahfidz. Dalam
pembelajarannya anak-anak yang ditalaqqi satu persatu harus benar-
benar menguasai huruf-huruf hijaiyah dengan makhraj dan sifat huruf
dengan benar. Jika belum benar maka halaman yang belum dikuasai akan
5
diulang-ulang sampai anak benar-benar fasih dan lancar. Daerah di
sekitar TPQ Kuttab Ibnu Abbas juga banyak sekali TPQ yang
menggunakan Metode Karimah bahkan bisa dibilang memang disana
Metode membaca Al-Qurannya menggunakan BBQ Karimah, lantas
kenapa para orang tua tidak memasukkan anak-anaknya di TPQ yang
lain? Kenapa mereka mempercayakan anak-anaknya mengaji di TPQ
Kuttab Ibnu Abbas? Padahal menggunakan Metode yang sama dan
pendidik nya pun pasti telah menguasai pembelajaran Al-Qur`an dengan
baik. Apakah penerapannya yang berbeda, ataukah para orang tua
memilih TPQ yang dekat dengan rumah mereka?. Ternyata setelah
penulis amati penerapan Metode Karimah di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
dengan TPQ yang lain memang berbeda.
Dari penjelasan di atas penulis akan meneliti tentang bagaimana
implementasi Metode Karimah pada pembelajaran membaca Al-Qur`an
di TPQ Kuttab Ibnu Abbas.
B. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini
diantarannya sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Metode Karimah dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas?
2. Bagaimana upaya para guru untuk meningkatkan kualitas bacaan Al-
Qur`an dengan menggunakan Metode Karimah?
3. Bagaimana minat baca Al-Qur`an anak-anak di TPQ Kuttab Ibnu
Abbas?
4. Bagaimana guru memberikan evaluasi pada penerapan Metode
Karimah ini?
6
5. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran membaca Al-Qur`an dengan menerapkan Metode
Karimah di TPQ Kuttab Ibnu Abbas?
6. Apakah pembelajaran Al-Qur`an mempengaruhi aspek kehidupan
para siswa?
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh
gambaran dimensi yang begitu luas. Agar penelitian ini lebih terarah dan
tidak keluar dari pokok bahasan, maka perlu ada pembatasan masalah
secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi obyek
penelitian dibatasi hanya pada:
1. Implementasi Metode Karimah dalam meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas.
2. Faktor pendukung dan penghambat penerapan Metode Karimah pada
pelaksanaan pembelajaran Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Metode Karimah dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan
Metode Karimah pada pelaksanaan pembelajaran Al-Qur`an di TPQ
Kuttab Ibnu Abbas?
7
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan pembatasan masalah dan perumusan masalah di
atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan Metode Karimah
dalam pembelajaran membaca Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
dengan penerapan Metode Karimah.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
keilmuan tentang ragam Metode membaca Al-Qur`an di
Indonesia, baik yang terkait dengan aspek manajemen, proses
pelaksanaan, dan evaluasi.
b. Memberikan informasi kepada calon guru khususnya guru
pendidikan agama islam tentang keragaman Metode dalam
pembelajaran Al-Qur`an.
2. Secara Praktis
a. Dapat dijadikan landasan dan acuan khususnya seorang pendidik
dalam meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur`an.
b. Memberikan sumbangan bagi peningkatan kemajuan di bidang
PAI khususnya dalam pembelajaran membaca Al-Qur`an.
c. Dapat memberi masukan tentang gambaran kondisi pembelajaran
membaca Al-Qur`an.
d. Menjadi sumber inspirasi bagi TKA/TPQ lain untuk
mengembangkan Metode yang diterapkan di lembaganya.
8
G. Tinjauan Pustaka
1. Achmad Mualif mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Purwokerto tahun 2013 menulis skripsi yang
berjudul “Penerapan Metode Iqro’ dalam Pembelajaran Membaca
Al-Qur`an di TPQ Isyroqiyah Desa Karanggedang Kecamatan
Bukateja Kabupaten Purbalingga”. Latar belakang penelitian ini
adalah keberhasilan suatu program terutama pembelajaran dalam
membaca Al-Qur`an dalam proses belajar mengajar tidak lepas dari
pemilihan Metode dan menggunakan Metode itu sendiri. Salah satu
Metode yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Metode
Iqro’. Peneliti tertarik meneliti bagaimana penerapan Metode Iqro’ di
TPQ Isyroqiyah Karanggedang Bukateja karena selama selama
proses pembelajaran para santri sudah bisa membaca huruf-huruf
hijaiyah satudengan yang lain, bisa menulis huruf hijaiyah disambung
atau tidak disambung, mengetahui tanda baca. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa ada tiga cara
mengajar di TPQ Isyroqiyah yaitu sorogan/privat/individual, klasikal
individual, klasikal baca simak. Materi wajib di TPQ Isyroqiyah
adalah buku Iqro’ dari jilid 1-6. Evaluasi yang digunakan ada tiga
jenis yaitu tes harian, tes kenaikan jilid, tes kenaikan Al-Qur`an.
2. Dedi Rahman mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Palangkaraya tahun 2016 menulis skripsi yang berjudul “Studi
Kemampuan Membaca Al-Qur`an melalui Penerapan Metode Iqro
dan Yanbu’a di Desa Pembuang Hulu Kecamatan Hanau Kabupaten
Seruyan”. Latar belakang penelitian ini adalah upaya untuk
9
mengetahui apa dan bagaimana hukum-hukum yang terdapat dalam
Al-Qur`an seseorang harus tahu cara membaca serta cara atau
Metode menyampaikan pembelajaran Al-Qur`an. Di Desa Pembuang
Hulu I dan II sama-sama memiliki masjid besar dan sama-sama
menyelenggarakan TPQ untuk anak-anak, namun Metode yang
dipakai kedua masjid ini berbeda. Masjid Nur Mastiyah menerapkan
Metode Yanbu’a sedangkan masjid Jami’ At-Taqwa menerapkan
Metode Iqro’. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa kemampuan
santri membaca Al-Qur`an yang menggunakan Metode Iqro di
TKA/TPQ Jami’ At-Taqwa dengan jumlah responden 31 orang
memperoleh nilai rata-rata 25,161 sementara kemampuan santri
kemampuan santri membaca Al-Qur`an yang menggunakan Metode
Yanbu’a di TPQ Nur Mastiyah dengan jumlah responden 35 orang
memperoleh nilai rata-rata 26,114.
3. Alviatur Rohmaniah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun 2017
menulis skripsi yang berjudul “Implementasi Metode At-Tanzil dalam
Meningkatkan Kualitas Bacaan Al-Qur`an di TPQ An-Nur Cibitung
Bekasi”. Latar belakang dalam penelitian ini adalah sampai sekarang
masih banyak dijumpai guru PAI yang mengeluh terhadap hasil PAI
khususnya kemampuan membaca Al-Qur`an.hal ini tidak hanya
dirasakan oleh guru PAI di TKA/TPQ saja tapi juga dirasakan oleh
guru PAI di SD, SMP, dan SMA. Adapun penyebab guru sulit
mencapai target yang telah ditentukan dapat bersumber dari berbagai
faktor antara lain dari guru, Metode, lingkungan, ataupun siswa itu
sendiri. Latar belakang didirikannya TPQ An-Nur karena masih
minimnya anak-anak yang bisa membaca Al-Qur`an, setelah datang
10
para ustadz yang berasal dari pondok pesantren Mamba’ul Ulum
Bata-bata, maka akhirnya mulai dikembangkan TPQ An-Nur oleh
Asatidz. Masalah prestasi belajar membaca Al-Qur`an di TPQ An-
Nur yang menggunakan Metode At-Tanzil ini belum diteliti maka
dari itu penulis tertarik untuk menelitinya. Penelitian ini
menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan menggunakan
Metode deskriptif analisis.
Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa Metode At-Tanzil
ini berpengaruh besar bagi anak-anak. Sebagai hasil implementasi
Metode At-Tanzil ini dapat dilihat dari data kelulusan santri melalui
uji coba dengan mengevaluasi setiap santri yang akan di wisuda di
depan semua orang dengan pertanyaan yang berkaitan tentang bacaan
Al-Qur`an, hukum tajwidnya serta bacaan gharib musykilat yang ada
dalam Al-Qur`an.
4. Ririn Rifa’atul Mahmudah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun
2017 menulis skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Tilawati
dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur`an Siswa SD
(Studi Kasus di Sekolah Dasar Islam Terpadu Qurrata A’yun
Cikarang Barat Bekasi)”. Latar belakang penelitian ini adalah
Metode yang digunakan pada zaman dahulu cenderung dengan nada
lurus sehingga terkesan monoton yang berdampak pembelajaran
kurang dapat diminati oleh siswa sehingga berdampak pada
kemampuan membaca Al-Qur`an siswa. Banyak orang secara umum
merasakan kesulitan dalam membaca Al-Qur`an apalagi di era
globalisasi ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam kehidupan
masyarakat karena para generasi kita masih banyak yang belum
mampu untuk membaca Al-Qur`an secara baik apalagi
11
memahaminya, bahkan masyarakat pun kesulitan dalam mempelajari
Al-Qur`an. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa penerapan
Metode tilawati ini dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan
yaitu kegiatan pembuka, siswa dan guru bersama-sama membaca
surat-surat pendek, berdo’a lalu kegiatan inti diawali dengan klasikal
yang menggunakan peraga sebanyak 4 halaman lalu dilanjutkan
dengan siswa bergiliran membaca halaman yang sudah
dicapainyamasing-masing, selanjutnya kegiatan penutup diadakan
evaluasi dan ditutup dengan do’a setelah belajar. Penerapan Metode
Tilawati di SDIT Qurrata A’yun secara keseluruhan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Metode Tilawati,
namun terdapat beberapa hal yang disesuaikan dan dikombinasikan
dengan keadaan dan program di SDIT Qurrata A’yun seperti pada
saat pembelajaran siswa bergiliran membaca, maka siswa yang lain
diberikannya materi menulis dan muraja’ah hafalan yang sudah
dicapainya.
5. Nur Hanifah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun 2017 menulis
skripsi yang berjudul “Implementasi Metode An-Nahdliyah dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur`an (Studi Kasus TPQ
Padang Wulan Kedungreja Cilacap)”. Latar belakang penelitian ini
adalah Metode yang digunakan dalam pengajaran Al-Qur`an
seringkali tidak relevan walaupun sebenarnya dalam suatu lembaga
itu sudah ada ketentuan dalam penggunaan Metode pembelajaran Al-
Qur`an tetapi dari pihak pendidik masih belum menerapkan Metode
tersebut dengan baik. Begitu pula seorang ustadz dan ustadzah dalam
menyampaikan teori tentang membaca Al-Qur`an haruslah
12
menggunakan Metode yang tepat supaya anak didiklebih cepat
memahami teori dalam membaca Al-Qur`an. Salah satu yang dapat
diterapkan oleh ustadz dan ustadzah yaitu Metode pengajaran An-
Nahdliyah. Peneliti memilih tempat penelitian di TPQ Padang Wulan
Kedungreja Cilacap yang mana TPQ tersebut adalah TPQ pertama
yang berdiri di daerah Kedungreja dan berkembang pesat sampai saat
ini. TPQ ini menggunakan Metode An-Nahdliyah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis.
Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan
Metode An-Nahdliyah di TPQ ini memiliki dua program yaitu
program buku paket dan program sorogan Al-Qur`an yang dilakukan
secara klasikal dan privat. Program buku paket yaitu santri wajib
untuk mengkhatamkan 6 jilid dan untuk program sorogan Al-Qur`an
yaitu santri yang telah menyelesaikan program buku paket
melanjutkan pembelajaran Al-Qur`an sampai khatam 30 juz secara
binnadzar. Teknik evaluasi yang dilakukan dalam program buku
paket yaitu evaluasi harian, evaluasi perjilid, dan evaluasi seluruh
jilid, sedangkan teknik evaluasi untuk program sorogan Al-Qur`an
yaitu evaluasi harian, evaluasi bulanan, evaluasi pra munaqasyah dan
munaqasyah khatam 30 juz.
6. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulisan berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh
IIQ Perss, cetakan ke II tahun 2011. Penulisan skripsi ini terbagi dalam 5
(lima) bab. Masing-masing bab tersebut memiliki hubungan yang erat
antara yang satu dengan yang lainnya.
13
Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari dan memahami
skripsi ini, maka penulis akan membagi sistematika penulisan ini menjadi
lima bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN, Bab ini meliputi sejumlah pembahasan,
yaitu: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,
Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI, Bab ini meliputi sejumlah
pembahasan, yaitu: Pengertian Implementasi, Pengertian Al-
Qur`an, Fungsi Al-Qur`an, Adab Membaca Al-Qur`an,
Tingkatan Bacaan dalam Al-Qur`an, Keutamaan Membaca
Al-Qur`an, Keutamaan Mengajarkan Al-Qur`an, Pengertian
Metode Pengajaran, Dasar-dasar Pengajaran Al-Qur`an,
Faktor-faktor Penyebab Banyaknya Metode Mengajar,
Metode Pengajaran Al-Qur`an, Metode Membaca Al-Qur`an,
Pengertian Metode Karimah, Sejarah Singkat Metode
Karimah, Visi dan Misi Metode Karimah, Tujuan Karimah,
Target Karimah, Isi Buku Metode Karimah, Karakteristik
Metode Karimah, Perbedaan Metode Karimah dengan
Metode-Metode yang Lain.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, Bab ini meliputi sejumlah
pembahasan, yaitu: Bentuk Penelitian, Tempat dan Waktu
Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.
BAB IV HASIL PENELITIAN, Bab ini meliputi Gambaran Umum
TPQ Kuttab Ibnu Abbas, Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi,
Syarat untuk Menjadi Guru di TPQ Kuttab Ibnu Abbas,
14
Deskripsi Data, dan Interpretasi Data, Implementasi Metode
Karimah pada Pembelajaran Membaca Al-Qur`an di TPQ
Kuttab Ibnu Abbas, Tahapan dan Langkah-langkah Penerapan
Metode Karimah, Pengelolaan Kelas dan Alokasi Waktu
Pembelajaran Metode Karimah, Teknik Evaluasi Metode
Karimah, Kelebihan dan Kekurangan Metode Karimah,
Strategi Mengajar Karimah, Faktor Pendukung dan
Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Al-
Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas.
BAB V PENUTUP, Bab ini mencakup 2 (dua) pembahasan yaitu:
Kesimpulan dan Saran.
15
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Implementasi
Implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai pelaksanaan atau penerapan. Bentuk kata kerjanya adalah
mengimplementasikan yang artinya melaksanakan atau menerapkan.
Yang dilaksanakan dan diterapkan adalah sesuatu yang telah
dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Persamaan
kata implementasi yaitu aplikasi, pelaksanaan, pengamalan, penjabaran,
praktik, dan rekayasa.
Implementasi merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap
sempurna. Implementasi merupakan sesuatu hal yang bermuara pada
aksi, aktivitas, tindakan, serta adanya mekanisme dari suatu sistem.
Implementasi tidak hanya aktivitas monoton belaka tetapi merupakan
suatu kegiatan yang terencana secara baik dan berguna untuk mencapai
tujuan tertentu.1 Implementasi mencerminkan rancangan, maka sangat
penting sekali pemahaman pendidik serta aktor lapangan lain yang
terlibat dalam proses belajar mengajar.
Menurut Solichin Abdul Wahab implementasi adalah tindakan-
tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat
atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
1 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Grasindo,
2002), h. 70
16
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan.2
Jadi, implementasi adalah bentuk aksi nyata dalam menjalankan
rencana yang telah dirancang dengan matang sebelumnya. Implementasi
hendaknya dilakukan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat, jika
tidak maka hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Implementasi juga merupakan hal yang sangat penting dalam
keseluruhan rangkaian kegiatan. Rencana yang sudah dibuat dengan
sangat baik tidak akan berarti apa-apa jika tidak dilaksanakan atau jika
dilaksanakan dengan asal-asalan. Ada banyak sekali rencana hebat yang
sudah dibuat akan tetapi tidak pernah terlaksana.
Selain memerlukan aksi nyata implementasi juga membutuhkan
konsistensi dalam pelaksanaannya. Dalam mengimplementasikan suatu
rancangan tentunya ada saja kendala dan hambatan yang dihadapi. Oleh
karena itu, sangat dibutuhkan konsistensi agar seluruh rancangan dapat
dijalankan dengan benar dan bisa memperoleh hasil yang memuaskan.
B. Al-Qur`an
1. Arti Kata Al-Qur`an
Al-Qur`an merupakan lafadz yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan memiliki beberapa pengertian.
Al-Qur`an merupakan lafadz dan makna sekaligus. Jika
maknanya saja maka tidak dinamakan sebagai Al-Qur`an, sebaliknya
jika lafadznya saja maka hal itu tidak mungkin terjadi tanpa ada
2 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 63
17
maknanya secara mutlak. Sebab asal pembentukan sebuah lafadz
adalah untuk menunjukkan suatu makna tertentu.3
Menurut bahasa kata Al-Qur`an sebagaimana kata qira’at
merupakan mashdar dengan wazan fu’lan. Bentuk kata kerjanya
adalah qara’a, artinya menghimpun atau mengumpulkan. Dengan
demikian kata qur’an dan qira’at mengandung pengertian yang sama
yaitu menghimpun atau mengumpulkam sebagian huruf demi huruf
dan kata demi kata.4 Pengertian ini didasarkan pada firman Allah
SWT:
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami
telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”(QS. Al-
Qiyamah [75]: 17-18)
Menurut istilah, Al-Qur`an mempunyai arti sebagai berikut:
Pertama, para ulama’ ushuliyah, fuqaha, dan ulama’ ahli
bahasa berpendapat bahwa Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW mulai awal surah Al-
Fatihah sampai akhir surah An-Nas.5 Mereka cenderung memahami
Al-Qur`an sebagai kalam Allah SWT dalam pengertian kalam lafdzi.
Ini dapat dipahami karena tujuannya adalah menggali dan
mengeluarkan hukum yang hanya bisa dilakukan berdasarkan kalam
Allah SWT yang bersifat lafdzi.6
3 Adam Cholil, Dahsyatnya Al-Qur`an, (Jakarta: AMP Press, 2014), h. 24 4 Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Qur`an, (Beirut: Muassasat al-Risalat,
1976), h. 20 5 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu), 2000, h. 8 6 Zainal Arif, Ulum Al-Qur`an, (Banten: Pustaka Getok Tular), 2017, h.67
18
Kedua, para ulama ahli kalam (teologi islam) berpendapat
bahwa Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT dalam pengertian
kalam nafsi. Hal ini disebabkan perhatian mereka menyangkut
sifat-sifat Allah SWT dengan keyakinan bahwa Al-Qur`an
adalah kalam Allah SWT bukan makhluk. Di samping itu,
mereka juga menyatakan bahwa Al-Qur`an diturunkan Allah
SWT sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW.
Pernyataan tersebut tentu berkaitan dengan Al-Qur`an dalam
pengertian kalam lafdzi. Karenanya mereka tidak hanya
menganggap Al-Qur`an sebagai kalam Allah SWT dalam arti
kalam nafsi, tetapi mengakuinya dalam arti kalam lafdzi.7
Dr. A. Yusuf Al-Qasim memberikan definisi bahwa Al-
Qur`an adalah kalam mu’jiz yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang tertulis dalam mushhaf yang diriwayatkan
dengan mutawatir, dan membacanya dinilai ibadah.
2. Fungsi Al-Qur`an
Al-Qur`an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi
sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran islam, baik
yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan
manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesamanya,
dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Al-Qur`an merupakan satu-satunya kitab suci di dunia ini
yang paling otentik dan isinya tidak pernah berubah sampai kapan
pun. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan modern banyak
terungkap fakta-fakta ilmiah yang terkandung dalam Al-Qur`an, salah
satunya adalah fungsi Al-Qur`an sebagai obat penyembuh.8 Allah
SWT berfirman:
7 Zainal Arif, Ulum Al-Qur`an, h. 67 8 Akhsan Muhammad Suga, Buku Pintar Rahasia Ibadah: Mengungkap Makna dan
Rahasia Ilmiah Dibalik Perintah Ibadah dan Sunah Rasul, (Jakarta: Best Media Utama,
2011), h. 132
19
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
(QS. Al-Isra’ [17]: 82)
Al-Qur`an adalah permulaan islam dan manifestasinya yang
terpenting. ia mengidentifikasikan dirinya sebagai petunjuk
bagi umat manusia. Juga penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda antara hak dan batil. Al-Qur`an petunjuk bagi
manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah
SWT di bumi. Al-Qur`an adalah dunia tempat muslim hidup,
Al-Qur`an adalah serat yang membentuk tenunan
kehidupannya, ayat-ayat Al-Qur`an adalah benang yang
menjadi rajutan jiwanya.9
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar,Dan Sesungguhnya orang-orang yang tidak
beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab
yang pedih.” (QS.Al-Isra’ [17]: 9-10)
9 Muhammad Chirzin, Kearifan Al-Qur`an, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama), h. 4
20
Secara lebih rinci tujuan Al-Qur`an diturunkan adalah:10
a. Membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk
syirik serta menetapkan keyakinan tentang keesaan Allah SWT,
keyakinan yang tidak semata-mata sebagai suatu konsep teologis
tetapi falsafah hidup dan kehidupan umat manusia.
b. Untuk mengajarkan manusia bersikap adil dan beradab, yakni
bahwa umat manusia merupakan satu umat yang seharusnya
dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada Allah SWT dan
pelaksanaan tugas kekhilafahan.
c. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar
suku atau bangsa tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan
kehidupan dunia dan akhirat, kesatuan ilmu, iman dan rasio,
kesatuan kebenaran, kesatuan kepribadian manusia, kesatuan
kemerdekaan, kesatuan sosial, politik dan ekonomi yang
kesemuanya berada di bawah satu keesaan, yaitu keesaan Allah
SWT.
d. Untuk mengajak manusia berpikir dan bekerja sama dalam bidang
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan,
penyakit, dan penderitaan hidup serta pemerasan manusia atas
manusia dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan agama.
f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan
kasih sayang dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan
pokok kehidupan masyarakat manusia.
10 M. Quraish Shihab dkk, Sejarah & Ulum Al-Qur`an, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001), h. 57
21
g. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi guna
menciptakan satu peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia
dengan panduan Al-Qur`an.
3. Adab Membaca Al-Qur`an
Jika Al-Qur`an dipandang sebagai mukjizat Nabi Muhammad
SAW yang paling besar dan abadi, serta pedoman hidup manusia
untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat, maka sudah seharusnya
cara membaca Al-Qur`an diatur sedemikian rupa sehingga pembaca
mendapat berkah-Nya.
Dalam kitab At-Tibyah Fi Hamalatil Qur’an, Syekh Imam
Nawawi mengajarkan adab yang harus dijaga dan diperhatikan para
pembaca Al-Qur`an agar ia mendapatkan keberkahan.11
a. Bersihkan mulut terlebih dahulu dengan siwak atau menggosok
gigi.
Ketika membaca Al-Qur`an, mulut hendaknya dalam keadaan
bersih dan tidak berisi makanan. Sebaiknya sebelum membaca
Al-Qur`an mulut dan gigi dibersihkan dulu.
b. Biasakan berwudlu sebelum menyentuh dan membaca Al-Qur`an.
Menurut Syekh Imam Nawawi berwudlu hukumnya sunnah
menurut ijma’ ulama’ sedangkan jika tidak berwudlu maka
menurut Imam Haramain tidak makruh, hanya saja meninggalkan
keutamaannya. Jika tidak ditemukan air boleh bertayamum, orang
junub dan haid tidak boleh membacanya kecuali untuk
kepentingan belajar dan zikir atau hafalan. Hal itu menurut Imam
Maliki diperbolehkan
11 Hasby Ashidiqy, 2 Jam Pintar Membaca Al-Qur`an, (Jakarta: Kaysa Media,
2010), h. 4
22
c. Menghadap kiblat serta berpakaian yang sopan bersih dan suci.
Pembaca Al-Qur`an disunnahkan menghadap kiblat secara
khusyu’, tenang, menundukkan kepala, dan berpakaian sopan.
d. Mengawali bacaan dengan kalimat ta’awudz.
e. Membaca basmalah pada setiap awal surat, kecuali pada surat At-
Taubah.
f. Membaca dengan khusyuk dan di tempat yang bersih. Tempat
yang bersih tidak hanya bersih secara hissiyah, misalnya tidak
terkena najis tetapi juga bersih dalam artian maknawiyah yakni
dibaca di tempat yang suci dan terhindar dari tempat-tempat
maksiat sehingga tidak mencampuradukkan antara perbuatan baik
dan batil.
g. Membaca dengan tenang dan tidak terburu-buru.
h. Membaca dengan irama yang indah sehingga dapat menarik
minat membaca bagi dirinya dan yang mendengarkan bacaannya.
i. Menangis ketika berjumpa dengan ayat-ayat yang menceritakan
azab.
j. Memohon karunia saat membaca ayat yang berkaitan dengan
rahmat.
k. Jangan membaca Al-Qur`an selagi mengerjakan aktivitas lain
misalnya berbicara dengan orang yang tidak berkaitan dengan
bacaan itu.
Membaca Al-Qur`an janganlah diputuskan hanya karena hendak
berbicara dengan orang lain, apalagi sambil tertawa atau bermain.
Memulai atau berhenti membaca Al-Qur`an tidak terpengaruh
dengan juz, lebih mudah berpedoman maqra’ yang biasanya
ditandai dengan huruf hamzah yang tertulis di pinggir luar garis
teks Al-Qur`an.
23
l. Menghentikan bacaan Al-Qur`an jika pembaca sudah capek agar
bacaannya tidak mudah keliru.
m. Hendaklah membaca Al-Qur`an secarah istiqomah walau sehari
hanya satu pojok, atau satu maqro’.
4. Tingkatan Bacaan dalam Al-Qur`an
Terdapat 4 tingkat bacaan Al-Qur`an yaitu bacaan dari segi
cepat atau perlahan:12
a. At-Tahqiq (التحقيق)
Bacaanya seperti tartil cuma lebih lambat dan perlahan
seperti membetulkan makharijul hurufnya. Tingkatan bacaan ini
biasanya dibaca oleh mereka yang baru belajar membaca Al-
Qur`an.
b. Al-Hadr (الحدر)
Bacaanya cepat tapi tetap memelihara hukum-hukum
bacaan tajwid. Tingkat bacaan ini biasanya bagi mereka yang
sudah menghafal Al-Qur`an yang bertujuan agar mereka dapat
mengulang-ulang hafalannya dalam waktu yang singkat.
c. At-Tadwir (التدوير)
Bacaan pertengahan antara tingkatan bacaan hadr dan
tartil (antara cepat dan lambat). Mereka yang bacaan Al-Qur`an
tetap memanjangkan mad, hanya saja tidak sampai penuh.
Bacaan ini biasa dipakai saat tadarus, dan muraja’ah hafalan.13
12 Muhammad Sobron, Belajar Mudah Ilmu Tajwid, (Jakarta: QAF, 2017), h. 40 13 Muhammad Sholihudin, Tahsinul Qur`an Pedoman Memperbaiki Bacaan Al-
Qur`an, (Yogyakarta: Daarul Firdaus), h. 109
24
d. At-Tartil (الترتيل)
Bacaannya perlahan-lahan, tenang dan melafadzkan setiap
huruf sesuai makhraj dan sifat hurufnya secara tepat serta
memelihara hukum-hukum tajwidnya dengan sempurna,
merenungkan maknanya hukum dan pengajaran dari ayat yang
dibaca. Tingkatan bacaan ini biasanya dibaca oleh mereka yang
mengerti tentang makharijul huruf, sifatul huruf, dan hukum-
hukum tajwid, dapat juga menggunakan irama tertentu sehingga
bacaan ini lebih khusyu’ didengarkan.
5. Keutamaan Membaca Al-Qur`an
a. Menjadi keluarga Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda:
ث نا ث نا: قال بشر أب و خلف بن بكر حد مهدي بن الرحن عبد حدث نا: قال ، بن الرحن عبد حد ، بن أنس عن أبيه، عن ب ديل : قال مالك : قال وا «الناس من أهلي لله إن »: وسلم عليه الل صلى الله رس ول قال
وخاصت ه الله أهل الق رآن، أهل ه م »: قال ه م؟ من الله، رس ول يا 14(رواه ابن ماجه)
“Telah menceritakan kepada kami bahwa Bakar bin Khalaf Abu
Bisyr berkata: Telah menceritakan kepada kami bahwa
Abdurrahman bin Mahdi berkata: Telah menceritakan kepada
kami Abdurrahman bin Budail, dari Ayahnya, dari Anas bin
malik berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”sesungguhnya
Allah SWT memiliki dari kalangan manusia.” Para sahabatnya
bertanya, “siapakah mereka ya Rasulullah SAW?” Beliau
menjawab, “Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah SWT
dan orang-orang istimewa-Nya.” (HR. Ibnu Majah)
14 Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu
Majah, Jilid I, Kitab As-Sunnah, Bab Fadl Man Ta’allam Al-Qur`an wa ‘Allamahu, No.
Hadits 215, (Riyadh: Darr As-Salam, t.th), h. 78
25
b. Bersama para malaikat
Rasulullah SAW bersabda:
ث نا يعا الغ بي، ع ب يد بن وم مد سعيد ، بن ق ت يبة حد عوانة، أب عن جث نا: ع ب يد ابن قال عن أوف، بن ز رارة عن ق تادة، عن عوانة، أب و حد
، بن سعد عليه الل صلى الل رس ول قال : قالت عائشة، عن هشام الق رآن ي قرأ والذي الب ررة، الكرام السفرة مع بالق رآن الماهر »: وسلم
، عليه وه و فيه، وي تت عتع 15(رواه مسلم) «أجران له شاق“Telah menceritakan kepada kami Quthaibah bin Sa’id, dan
Muhammad bin ‘Ubaid al-Ghubary, dari Abu ‘Awanah, berkata
Ibnu ‘Ubaid: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah,
dari Qatadah, dari Zurarah bin Aufa, dari Sa’id bin Hisyam, dari
Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “orang
yang ahli dalam Al-Qur`an akan berada bersama para malaikat
pencatat yang mulia lagi benar, dan orang terbata-bata
membaca Al-Qur`an sedang ia bersusah payah
(mempelajarinya), maka baginya pahala dua kali.” (HR.
Muslim)
Orang yang membaca Al-Qur`an dengan tajwid sederajat
dengan para malaikat. Artinya, derajat orang tersebut sangat
dekat kepada Allah SWT seperti malaikat. Sedangkan orang yang
membacanya susah dan berat mendapat dua pahala.
Ia mendapat dua pahala karena ia diberikan pahala dengan
membacanya dan mendapatkan pahala dengan kesulitan yang ia
rasakan dalam membaca yang menunjukkan kesungguhannya
untuk membaca Al-Qur`an dan kekuatan semangatnya meskipun
sulit ia rasakan.16
15
Muslim bin al-Hajjaj Abul Husain al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Jilid
I, Kitab Shalat Al-Musafirin Wa Qashruha, Bab Fadl Al Mahir Bil Qur`an, No. Hadits 798
(Beirut: Darr Ihya` At-Turats Al-‘Arabi t.th.), h. 549 16 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata’ amalu Ma’a Al-Qur`ani Al-‘Adzim, Cet. Ke-1,
Diterjemahkan oleh: Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 226
26
c. Kedua orang tuanya mendapatkan kedudukan yang istimewa
Rasulullah SAW bersabda:
ث نا ، ابن أخب رنا السرح، بن عمرو بن أحد حد بن يي أخب رن وهب أن أبيه، عن ال هن، م عاذ بن سهل عن فائد ، بن زبان عن أيوب، فيه، با وعمل الق رآن ق رأ من »: قال وسلم عليه الل صلى الله رس ول ف الشمس ضوء من أحسن ضوء ه القيامة، ي وم تاجا والداه أ لبس ن يا ب ي وت أب رواه) بذا؟ عمل بالذي ظنك م فما فيك م، كانت لو الد 17(داود
“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Amr bin
Sarh,telah megabarkan kepada kami Ibn Wahab, telah
mengabarkan kepadaku Yahya bin Ayyub, dari Zabban bin Faid,
dari sahal bin Mu’adz Al-Juhan, dari ayahnya berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “barang siapa membaca Al-Qur`an
dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya, maka
kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat
yang cahayanya lebih terang daripada cahaya matahari
seandainya berada di rumah-rumah kalian di dunia ini. Maka
bagaimana menurut perkiraan kalian mengenai orang yang
mengamalkannya?”(HR. Abu Dawud)
d. Mendapatkan kedudukan istimewa dihadapan Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda:
ث نا م مد بن إساعيل، قال ث نا شهاب بن عباد العبدي، قال : حد : حدث نا م مد ، عن حد بن الحسن بن أب يزيد الهمدان، عن عمرو بن ق يس
ي ق ول : قال رس ول الل صلى الله عليه وسلم : عطية، عن أب سعيد ، قال أعطيت ه أفضل ما من شغله الق رآن عن ذكري ومسألت : الرب عز وجل
17 Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar
al-Azdi as-Sijistani, Sunan Abu Dawud, Jilid II, Bab Fi Tsawab Qira`at Al-Qur`an, No.
Hadits 1453, (Beirut: Al-Maktabah Al-‘Ishriyah, t.th), h. 70
27
أ عطي السائلي، وفضل كلام الل على سائر الكلام كفضل الل على (الترمذيرواه ) .خلقه
18
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismail berkata
bahwa: Telah menceritakan kepada kami Syihab bin ‘Abbad Al-
‘Abdi, berkata bahwa: Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin hasan bin Abi yazid Al-Hamdani dari ‘Amr bin
Qais, dari ‘Atiyyah, dari Abi Sa’id berkata bahwa: Rasulullah
SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, “barang siapa yang
disibukkan oleh AL-Qur`an daripada berdzikir kepada-Ku dan
memohon kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sesuatu yang
lebih utama daripada yang Aku berikan kepada orang-orang
yang memohon kepada-Ku dan keutamaan kalam Allah SWT di
atas seluruh perkataan adalah seumpama keutamaan Allah SWT
atas makhluk-Nya.” (HR. At-Tirmidzi)
6. Keutamaan Mengajarkan Al-Qur`an
Dalam hadits disebutkan:
ث نا ث نا ع مر، بن حفص حد بن سعد عن مرثد ، بن علقمة عن ش عبة ، حد وسلم عليه الل صلى النب عن ع ثمان، عن الرحن، عبد أب عن ع ب يدة،
ر ك م »: قال 19(داود أبو رواه( «وعلمه الق رآن ت علم من خي “Telah menceritakan kepada kami Hafs bin Umar, Telah
menceritakan kepada kami Syu’bah, dari ‘Alqamah bin Martsad, dari
Sa’id bin Ubaidah, dari Abdurrahman, dari Ustman: telah bersabda
Rasulullah SAW “yang paling baik diantara kamu ialah orang yang
belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya”. (HR. Abu Dawud)
18 Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi, Sunan At-
Tirmidzi, Jilid V, Bab Ma Jaa Kaifa Kanat Qira’at An-Nabi SAW, No. Hadits 2926, (Beirut:
Daar Al-Ghirab Al-Islami, t.th), h. 34 19 Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar
al-Azdi as-Sijistani, Sunan Abu Dawud, Jilid II, Bab Fi Tsawab Qira`at Al-Qur`an, No.
Hadits 1452, h. 70
28
Dalam hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat
membuat seorang muslim menjadi yang terbaik diantara saudara-
saudaranya sesama muslim lainnya yaitu belajar Al-Qur`an dan
mengajarkan Al-Qur`an.20
Maksud dari belajar Al-Qur`an disini adalah mempelajari cara
membaca Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun
nuzulnya, muhkam mutasyabihnya, atau ilmu-ilmu lainnya.
Meskipun ilmu-ilmu ini juga penting tapi hadits di atas menyebutkan
bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih utama. Mempelajari Al-
Qur`an adalah belajar dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat
membaca Al-Qur`an secara tartil dan benar seperti ketika Al-Qur`an
diturunkan.
Jadi, maksud dari mengajarkan Al-Qur`an disini adalah
mengajari orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar
berdasarkan hukum tajwid.
Hadits lain mengatakan:
ث نا ث نا: قال وا ح جر ، وابن سعيد ، ابن ي عن وق ت يبة أيوب، بن يي حد حدعن أب ه ري رة، أن رس ول الل أبيه، عن العلاء، عن جعفر ، ابن ه و إساعيل
نسان ان قطع عنه عمل ه إل من : " صلى الل عليه وسلم، قال إذا مات ال" إل من صدقة جارية ، أو علم ي نت فع به، أو ولد صالح يدع و له : ثلاثة
21(رواه مسلم)“Telah menceritakan kepada kami Yahya bi Ayub, dan Qutaibah bin
Sa’id, dan Ibnu Ja’far, mereka berkata bahwa: Telah menceritakan
kepada kami Ismailbin Ja’far, dari ‘Alaa`, dari Ayahnya, dari Abu
Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak
20
M. Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an bagian 1, h. 22 21 Muslim bin al-Hajjaj Abul Husain al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Jilid
III, Bab Maa Yulhaq Al-Insan min Ats-Tsawab, No. Hadits 1631, (Beirut: Darr Ihya` At-
Turats Al-‘Arabi t.th.), h. 1255
29
adam mati itu mati maka terputuslah amalnya, kecuali amal dari tiga
ini: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang
mendoakan orang tuanya”(HR. Muslim)
Seorang guru termasuk orang yang ilmunya bermanfaat, yaitu
bermanfaat untuk dirinya sendiri dan diajarkan kepada orang lain
sehingga ia menerima pahala dari dirinya yang mengamalkan
ilmunya kepada muridnya. Di samping itu, orang tua yang mau
mengajarkan Al-Qur`an pada anaknya, ketika orang tua sudah
meninggal dan jika anaknya menjadi anak yang shaleh shalehah serta
mau berdo’a melalui Qur’annya maka orang tua akan mendapat
pahala terus menerus seperti yang dijelaskan pada hadits diatas.
C. Pengertian Metode Pengajaran Al-Qur`an
1. Pengertian Metode Pengajaran
Secara bahasa Metode berasal dari bahasa yunani yaitu
metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu metha yang berarti
melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara.22
Dalam bahasa arab Metode berarti thariqah.
Metode adalah cara atau langkah yang digunakan dalam
menyampaikan suatu gagasan, pemikiran, atau wawasan yang
disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori,
konsep dan prinsip-prinsip tertentu yang terdapat di dalam berbagai
disiplin ilmu terkait.23
Yang dimaksud Metode disini adalah semua
cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Karena mengajar adalah
salah satu bentuk upaya mendidik maka Metode yang dimaksud
disini mencakup juga Metode mengajar.
22 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 1996, h. 61 23Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran Cet. Ke-2, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2011), h. 176
30
Suatu Metode itu harus dimasukkan sebagai salah satu aspek
saja dalam suatu sistem mengajar. Yang dapat membantu seseorang
untuk dapat mengajar bukanlah penguasaan Metode, melainkan
petunjuk tentang bagaimana merancang. “jalan pengajaran” yaitu
urutan langkah mengajar.24
Sedangkan pengajaran adalah kegiatan, praktik, pekerjaan,
atau profesi seorang guru, atau sesuatu yang diajarkan, seni atau
profesi seorang guru, kegiatan dalam mendidik dan mengajar.25
Pengajaran dilaksanakan dalam suatu aktivitas yang kita kenal
dengan istilah mengajar.
Pengajaran amat dekat dengan istilah pedagogi yang berarti
seni atau ilmu untuk menjadi guru. Istilah ini seringkali mengacu
kepada strategi pengajaran atau gaya mengajar.26
Seni
mengajar/mendidik adalah keahlian di dalam penyampaian
pendidikan/pengajaran.
Mengajar sendiri berasal dari bahasa inggris kuno, yaitu
taecan. Kata ini berasal dari bahasa jerman kuno taikjan, yang
berasal dari kata dasar teik memperlihatkan. Dalam bahasa inggris
kuno taecan berarti to teach (mengajar). To teach (mengajar) dilihat
dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada
seseorang.27
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses
penyampaian informasi atau pengetahuan dari pendidik kepada
peserta didik. Kalau dalam istilah mengajar (pengajaran) atau
24 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Cet. Ke-11, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 132 25 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 16 26
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembalajaran, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 16 27 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, , (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008), h. 73
31
teaching menempatkan pendidik sebagai pemeran utama memberikan
informasi, maka dalam instruktion pendidik lebih banyak berperan
sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk
dipelajari peserta didik.
Terdapat beberapa karakteristik penting dari istilah
pembelajaran yaitu:28
a. Pembelajaran berarti membelajarkan peserta didik
Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar
adalah membelajarkan peserta didik. Oleh sebab itu keberhasilan
proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana peserta didik
telah menguasai pelajaran akan tetapi diukur dari sejauh mana
siswa telah melakukan proses belajar. Peserta didik tidak
dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi
oleh kemauan , melainkan peserta didik ditempatkan sebagai
subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan
yang dimilikinya. Oleh sebab itu, apa yang seharusnya diajarkan
dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata
ditentukan oleh keinginan guru tapi memperhatikan setiap
perbedaan siswa.
b. Proses pembelajaran berlangsung dimana saja
Kelas bukanlah satu-satuanya tempat belajar siswa. Guru
dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan sifat materi pelajaran.
c. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi
pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa
28 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, h. 79
32
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya seorang guru
Al-Qur`an mempunyai tujuan untuk mengubah tingkah laku anak
didiknya sesuai dengan yang diajarkan dalam Al-Qur`an. Artinya,
sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat
membentuk pola perilaku siswa itu sendiri.
Untuk itulah seorang pendidik harus mempunyai berbagai macam
Metode dan strategi pengajaran agar siswa tidak merasa jenuh
dan proses belajar mengajar berlangsung dengan menyenangkan.
Sumadi Suryabrata mengemukakan faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Faktor internal yang terdiri dari faktor jasmaniyah baik yang
bersifat bawaan atau yang diperoleh, seperti kecerdasan.
b. Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial seperti lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan kelompok.29
2. Dasar Pengajaran Al-Qur`an
a. Al-Qur`an surat Al-‘Alaq ayat 1-5
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia)
29 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h.
129
33
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
b. Al-Qur`an surat Al-Ankabut ayat 45
.......... “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab
(Al Quran) dan dirikanlah shalat…..” (QS. Al-Ankabut: 45)
Dari ayat-ayat Al-Qur`an tersebut menunjukkan bahwa Allah
SWT telah menyerukan kepada umat islam untuk mempelajari
Al-Qur`an dengan jalan membaca, menulis, menghafal,
memahami, mengamalkan serta mampu mengajarkannya karena
merupakan kewajiban umat islam disamping kewajiban
mendirikan shalat.
3. Faktor-faktor Penyebab Banyaknya Metode Mengajar
Apabila dijabarkan faktor-faktor penyebab bermacam
ragamnya Metode mengajar antara lain, ialah:30
a. Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang
kehidupan, tingkat usianya, maupun tingkat kemampuan
berfikirnya. Oleh karena itu cara mengajar tingkat SD tidak dapat
disamakan dengan mengajar di tingkat SMA
b. Perbedaan situasi dan kondisi dimana pengajaran berlangsung.
c. Perbedaan pribadi dan kemampuan seorang pendidik. Ada
pendidik yang pandai berbicara dan ada yang tidak.
Kecakapan serta pengetahuan dasar seorang pendidik terletak
dalam sedikitnya 4 bidang utama:
30 Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Cet. Ke-8 , (Malang: Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1983), h. 80
34
1) Pendidik harus mengenal setiap murid yang dipercayakan
padanya, pendidik harus secara khusus mengetahui sifat,
kebutuhan, minat, cara belajar, pribadi, serta aspirasi setiap
muridnya.
2) Pendidik harus memiliki kecakapan memberi bimbingan.
Disamping bimbingan yang banyak berpusat pada
kemampuan intelektual pendidik perlu memiliki pengetahuan
yang memungkinkan ia menetapkan tingkatan-tingkatan
perkembangan setiap anak didiknya baik perkembangan itu di
bidang emosi, minat dan kecakapan khusus, maupun dalam
prestasi fisik dan sosial.
3) Pendidik harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru
mengenai ilmu yang diajarkan. Perkembangan ilmu
pengetahuan serta akibat-akibatnya dalam cara hidup manusia
pada abad XX ini cepat sekali berkembang sehingga banyak
pengetahuan yang lebih baru lagi. Di lain pihak perubahan-
perubahan hidup di dalam masyarakat tidak selalu seirama
dengan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga timbul
perbedaan yang memerlukan penyesuaian.
4) Pendidik harus memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang
tujuan pendidikan karena dengan itu pendidik akan lebih
mudah memahami kebutuhan anak didiknya.
d. Adanya sarana/fasilitas yang berbeda, baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.
e. Jumlah murid. Metode pengajaran juga harus disesuaikan dengan
jumlah murid dalam satu kelas/ruangan.
35
4. Metode Pengajaran Al-Qur`an
Banyak Metode pembelajaran membaca Al-Qur`an yang
berkembang dan dipakai oleh masyarakat islam, dilihat dari segi
langkah-langkah dan tujuan kompetensi yang ingin dicapai, sejumlah
Metode pengajaran yang bisa digunakan adalah:
a. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran
dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta
didik tentang suatu proses.31
Bisa dibantu dengan menggunakan
peralatan atau dengan benda.
b. Metode Drill/Latihan
Metode drill/latihan adalah Metode yang digunakan untuk
memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa
yang dipelajari karena dengan melakukannya secara praktis suatu
pengetahuan dapat disempurnakan dan siap siagakan.32
c. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara pengajaran
dimana seorang pendidik memberikan tugas-tugas tertentu kepada
peserta didik.33
d. Metode Muthala’an atau Qira’at
Metode muthala’an atau qira’at adalah Metode membaca
pada peserta didiknya, sedangkan peserta didik menyimak dan
memperhatikan bacaan dan sekali-kali peserta didik menirukan
bacaan pendidik tersebut. Teknik ini dapat dilakukan oleh peserta
didik yang sudah pandai membaca dan peserta didik lainnya
31
Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran Cet. Ke-2, h. 183 32 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam Cet. Ke-6, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2010), h. 349 33 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam Cet. Ke-6, h. 361
36
tinggal menyimak, fungsi pendidik disini adalah memperhatikan
dan menegur bila terjadi kesalahan dalam membaca.34
Secara garis besar Metode membaca Al-Qur`an dapat
digolongkan menjadi empat golongan berdasarkan buku pedoman
pengajaran Al-Qur`an bagi anak-anak yang dikeluarkan oleh
Departemen Agama, empat Metode tersebut adalah:35
a. At-Thariqah Tarkibiyah (Metode Sintetik)
Metode sintetik adalah Metode pengajaran membaca yang
dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah terlebih dulu. Kemudian
diberi harakat atau tanda baca, setelah itu disusun menjadi sebuah
kata dan dirangkai menjadi sebuah kalimat. Menurut Metode ini
kita mulai mengajarkan nama-nama huruf hijaiyah menurut
urutannya dari alif sampai ya’. Kelemahan Metode ini adalah
memerlukan waktu yang cukup lama. Sedangkan kelebihannya
adalah peserta didik bisa memperhatikan huruf per huruf sampai
terbentuk menjadi sebuah kalimat. Di samping itu Metode ini
sangat membantu bagi peserta didik yang kurang cerdas dan guru
pemula atau belum pengalaman dalam mengajar Al-Qur`an.
b. At-Thariqah Shautiyyah (Metode Bunyi)
Metode bunyi ini dimulai dengan mengajarkan bunyi
huruf bukan nama-nama huruf. Dari bunyi ini disusun menjadi
suku kata dan menjadi sebuah kalimat yang teratur. Kekurangan
Metode ini adalah peserta didik kurang mengenal nama huruf
sedangkan kelebihannya bagi guru yang menguasai Metode ini
akan mempercepat peserta didik dalam membaca dan peserta
34 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam Cet. Ke-3, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2010), h. 208 35 Siti Sumihatul Ummah dan Abdul Wafi, Metode-Metode Praktis dan Efektif
dalam Mengajar Al-Qur`an bagi Anak Usia Dini vol. 2 No. 2, (Yogyakarta: Journal State
Islamic University of Sunan Kalijaga, 2017), h. 128
37
didik akan langsung diajarkan cara baca yang menuntut kefasihan
pengucapan.
c. At-Thariqah Musyafahah (Metode Meniru)
Metode ini dimulai dengan guru memberikan contoh cara
membacanya lalu peserta didik menirukan bacaan dari seorang
guru sampai hafal. Setelah itu baru peserta didik diperkenalkan
beberapa huruf beserta tanda bacanya dari klimat yang dibacanya.
Metode ini sejalan dari naluri anak dalam belajar bahasanya
sendiri. Peserta didik mengucapkan kalimat secara langsung tanpa
ada pikiran-pikiran untuk menguraikan huruf-hurufnya.
Kelebihan Metode ini adalah secara naluri peserta didik belajar
membacaAl-Qur`an sebagaimana belajar bicara bahasanya
sendiri. Namun kelemahannya adalah guru harus mengulang-
ulang bacaannya dalam batas-batas tertentu.
d. At-Thariqah Jaami’ah (Metode Campuran)
Semua Metode pasti ada kelebihan dan kelemahan
masing-masing, maka dari itu seiring berkembangnya zaman
maka berkembang pula Metode-Metode atau pembaharuan
Metode, misalnya Metode campuran. Dengan Metode campuran
ini guru diharapkan dapat mengajar sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Contohnya jika peserta didik yang sudah dapat
membaca tapi belum mengenal huruf hijaiyah maka diajarkan
dengan Metode shautiyyah dengan memperhatikan makhraj huruf
per huruf.
38
5. Macam-macam Metode Membaca Al-Qur`an
a. Metode Iqra’
Metode Iqra’ adalah suatu Metode membaca Al-Qur`an
yang menekankan langsung pada latihan membaca. Metode ini
disusun oleh KH. As’ad Humam. Buku panduan iqra’ terdiri dari
6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak-
anak. Metode yang diterapkan adalah CBSA (cara belajar santri
aktif), privat, modul, asistensi, praktis, sistematis, variatif,
komunikatif, fleksibel.36
b. Metode Qira’ati
Metode ini disebarkan pada awal 1970-an oleh KH.
Dachlan Salim Zarkasyi. Metode ini mempunyai 6 jilid buku
pelajaran membaca Al-Qur`an. KH. Dachlan berwasiat supaya
tidak sembarang orang bisa mengajarkan Metode qira’ati tapi
semua orang boleh diajar dengan Metode qira’ati. Dalam
perkembangannya sasaran Metode qira’ati kian diperluas, ada
qira’ati untuk anak 4-6 tahun, untuk anak 6-12 tahun, dan untuk
mahasiswa. Secara umum pengajaran qira’ati yang diterapkan
adalah klasikal dan privat, CBSA, siswa membaca tanpa mengeja,
sejak awal belajar siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat
dan cepat.
c. Metode Tilawati
Metode tilawati disusun pada tahun 2002 oleh tim terdiri
dari DRS. H. Hasan Sadzili dkk. Prinsip pembelajaran dengan
Metode tilawati adalah disampaikan dengan praktis,
36 Srijatun, Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an dengan Metode Iqra’
pada Anak Usia dini di RA perwanida Slawi Kabupaten Tegal Vol. 2 No. 1, (Semarang:
Jurnal Pendidikan Islam, 2017), h. 33
39
menggunakan lagu rost, menggunakan pendekatan klasikal dan
individu secara seimbang.
d. Metode Baghdadiyah
Metode ini disebut juga dengan Metode “eja” berasal dari
Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Secara
garis besar kaidah baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf
hijaiyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah.
Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema sentral dengan
berbagai variasi dan variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa
estetika bagi siswa (enak didengar) karena bunyinya bersajak dan
berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama.
Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat.
e. Metode An-Nahdhiyah
Metode ini lebih menekankan pada kesesuaian dan
keteraturan dengan ketukan. Ketukan disini merupakan jarak
pelafalan satu huruf dengan huruf lainnya, sehingga dengan
ketukan bacaan santri akan sesuai baik panjang dan pendeknya
dari sebuah bacaan Al-Qur`an. Dalam pelaksanaannya, Metode
ini harus menyelesaikan dua program, yaitu: program buku paket
yang berisi pengenalan dan pemahaman serta mempraktekkan
baca Al-Qur`an dan program sorogan berisi program lanjutan
praktis untuk mengantarkan santri mampu membaca Al-Qur`an
sampai khatam.
f. Metode Jibril
Metode ini sama dengan Metode nahdhiyah yaitu
penekanan Metode ketukan dan sama-sama sistem musyafahah
atau sistem tatap muka. Teknik dasar pada Metode ini adalah
dengan membaca satu ayat atau lebih kemudian ditirukan oleh
40
seluruh peserta didik sampai sesuai dengan bacaan gurunya.
Untuk menyelesaikan Metode ini harus menyelesaikan dua tahap
pembelajaran yaitu tahqiq dan tartil.
g. Metode Yanbu’a
Metode ini berkembang pada tahun 2004, terdiri dari 7
juz atau jilid untuk TPQ dan 1 juz untuk pra TK. Di dalam
Metode ini tidak hanya diajarkan membaca Al-Qur`an saja tetapi
juga diajarkan menulis Al-Qur`an. Penyampaian pembelajaran ini
dilakukan dengan berbagai macam Metode, yaitu: musyafahah,
‘Ardul Qira’ah/sorogan, pengulangan.
h. Metode Ummi
Metode ini diperkenalkan pada tahun 2007.
Metodologiyang digunakan adalah privat individual, klasikal
individual, klasikal baca simak, dan klasikal baca simak murni.
Terdapat 3 pendekatan utama yang digunakan dalam Metode ini
yaitu: langsung (tanpa penjelasan panjang lebar), dilakukan
secara berulang-ulang, didasari oleh cinta yang tulus. Metode ini
mempunyai 6 jilid yang masing-masing terdiri dari 40 halaman
ditambah buku gharib dan tajwid.
i. Metode Dirosa
Panduan baca Al-Qur`an pada dirosa disusun tahun 2006.
Panduan ini khusus untuk orang dewasa dengan sistem klasikal
20 kali pertemuan. Secara garis besar Metode pengajarannya
adalah baca-tunjuk-simak-ulang yaitu pembina membacakan,
peserta menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama
kemudian mengulang bacaan tadi. Metode ini juga cocok
diterapkan dalam mengajar Al-Qur`an pada anak usia dini yang
sudah lancar dalam membacanya.
41
D. Gambaran Umum Metode Karimah
1. Sejarah Metode Karimah
BBQ (bisa belajar Al-Qur`an) Karimah merupakan panduan
belajar membaca Al-Qur`an melengkapi berbagai Metode yang sudah
ada. Sangat sesuai bagi yang sama sekali belum bisa membaca Al-
Qur`an hingga tahsin. Dengan teknik “CERDAS” membaca Al-
Qur`an semakin mudah dan cepat.37
Seperti yang dikatakan oleh Ustadz Syukri bahwa, “Metode
Karimah ini adalah Metode yang dikembangkan oleh para ahli, para
asatidz lulusan pondok pesantren Isy Karimah Karanganyar, Jawa
Tengah”38
Muhammad Amrullah, S.Pd.I sebagai waka kurikulum MIT
Isy Karimah mengatakan bahwa “Karimah ini simple dan sederhana,
sistematis dan mudah diajarkan untuk semua usia. Cukup melihat
tanda baca anda mampu belajar tajwid dengan mudah. Bagi anda
yang ingin belajar dan mengajarkan Al-Qur`an secara mudah dan
simple, Metode Karimah Jawabannya.”
2. Visi Misi Metode Karimah
Visi:
Semua umat Islam mampu membaca Al-Qur`an dengan tepat dan
benar (tartil).
Misi:
Mewujudkan umat Islam yang mampu membaca, memahami, dan
mengamalkan Al-Qur`an.
37 Tim BBQ Karimah, Bisa Baca Qur’an (BBQ) Karimah Dasar, (Karanganyar:
Litbang BBQ Karimah, 2015) 38 Hasil wawancara dengan Ustadz Syukri pengajar Kuttab Ibnu Abbas pada hari
Selasa 24 Juli 2018 pukul 17.10 WIB
42
3. Karakteristik BBQ Karimah
a. Menggunakan Al-Qur`an standar utsmani (Al-Qur`an standar
internasional).
b. Inovasi pengenalan huruf sesuai dengan huruf yang ada di setiap
ayat Al-Qur`an.
c. Contoh dan latihan dari mushaf Al-Qur`an.
d. Penekanan pada pengucapan makhraj dan sifat-sifat huruf secara
tepat dan benar.
e. Belajar tajwid cukup melalui ciri tanda baca.
f. Pengajaran secara klasikal dan privat dengan teknik “CERDAS”
lebih mudah, lebih cepat dan tartil.
g. Pengenalan pada bacaan-bacaan khusus pada ayat yang biasa
disebut gharib.
h. Cocok untuk semua usia.
4. Isi Buku BBQ Karimah
BBQ Karimah mempunyai tiga buku pedoman membaca Al-
Qur`an, buku pertama memuat dasar-dasar membaca Al-Qur`an,
buku kedua berisi tentang pembelajaran tahsin, dan buku ketiga berisi
penulisan surah-surah Al-Qur`an juz 30 dengan tulisan font arab
putus-putus untuk anak-anak belajar menulis arab.
BBQ Karimah dasar memuat 3 bab:
a. Bab 1 berisi pengenalan huruf hijaiyah dan bagaimana
bentuknya ketika terletak di awal, di tengah atau di akhir
kata. Contoh: ه - ه - ه - ه
43
b. Bab 2 berisi pengenalan tanda baca seperti fathah, kasrah,
dhommah, (ـــ), huruf mad (ۦه= هى | ب = با | (ۥه= هو , sukun ( ـ) , tasydid hamzah washol , (ـ) .dll (ٱ)
c. Waqaf ـ ـ ـ ـ
BBQ Karimah tahsin memuat:
a. Bab 1 berisi pengenalan makhraj dan sifat masing-masing
huruf.
b. Bab 2 berisi ragam mad
c. Bab 3 berisi nun mati dan tanwin
d. Bab 4 berisi mim mati
e. Bab 5 berisi idghom
f. Bab 6 berisi tafkhim dan tarqiq
g. Bab 7 berisi bacaan khusus seperti yang ada dalam gharib
serta berisi bagaimana cara waqaf/berhenti
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di TPQ Kuttab Ibnu Abbas yang
beralamatkan di Blok i1 Jl. Wana Kencana I No. 3 Kencana Loka, BSD
City Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Observasi di TPQ Kuttab Ibnu Abbas dilakukan pada bulan mei
2018 sedangkan wawancara dilakukan pada bulan juli 2018.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena yang
akan diteliti adalah proses pelaksanaan pembelajaran membaca Al-
Qur`an.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut
pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data
dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-
orang di tempat penelitian.1 Dalam literatur metodologi penelitian, istilah
kualitatif tidak hanya dimaknai sebagai jenis data tapi juga berhubungan
dengan analisis data dan interpretasi atas objek kajian.
Metode penelitian kualitatif ini sering disebut “metode penelitian
naturalistik” karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.2
Yaitu berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang
dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Penelitian
kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan
1 Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: PT. Remaja Rosdkarya, 2006), h. 73 2 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian Cet. Ke-3, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 22
46
empiris yaitu studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, riwayat hidup,
wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksi, dan visual.
Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded
theory yakni teori yang timbul dari data bukan hipotesis-hipotesis seperti
dalam metode kuantitatif.3 Data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Secara umum menurut tempat atau lapangan penelitiannya
metode kualitatif dibagi menjadi dua jenis yaitu: metode penelitian
lapangan (field research) dan metode penelitian kepustakaan (library
research). Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis
metode penelitian lapangan (field research).
Ada berbagai macam jenis metode kualitatif lapangan (field
research) diantaranya adalah metode sejarah, metode deskriptif dan
metode grounded research. Adapun jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.4
Menurut Nazir, metode deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang.5 Perbedaan metode deskriptif dengan metode sejarah
adalah dalam metode sejarah datanya sudah ada dari dulu.sedangkan
3 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung:
Sinar Baru Offset, 1989), h. 195 4 Arikunto dkk, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman teoritis praktis bagi
praktisi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h 234 5 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian Cet. Ke-3, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 186
47
dalam penelitian metode deskriptif datanya ada pada masa sekarang atau
masih baru.
Penelitian metode deskriptif pun banyak jenisnya, namun yang
umum digunakan adalah metode studi kasus dan metode deskriptif
berkesinambungan.
Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang
bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari
berbagai sumber.6
Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
(komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial.7 Biasanya peneliti
yang memakai metode ini menggunakan teknik wawancara, pengamatan
(observasi), penelaahan dokumen, survey, dan data apapun untuk
menguraikan suatu kasus secara terinci.
Studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam
kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian
data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti tapi
juga dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus itu dengan
baik. Dengan kata lain, data studi kasus dapat diperoleh dari berbagai
sumber namun terbatas dalam kasus yang diteliti.8
6 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajahmada
University Press, 2003), h. 1 7 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 201 8 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, h. 3
48
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data berupa kata-kata dikumpulkan melalui wawancara, data
berupa tindakan diperoleh dari perilaku atau sikap sumber data, data
yang tertulis bisa dilihat dari data-data di TPQ Kuttab Ibnu Abbas.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara
dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden
yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun pertanyaan lisan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu:
a. Sumber data primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber pertamanya.9 Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data primer adalah Kepala TPQ Kuttab Ibnu
Abbas dan ustadz ustadzah yang mengajar di TPQ Kuttab Ibnu
Abbas.
b. Sumber data sekunder
Data sekunder adalah data yang langsung dikumpulkan
oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama.10
Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah
dokumentasi.
9 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987), h. 93 10 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, h. 94
49
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti yang menggunakan metode kualitatif akan menganalisis
kata-kata yang menyatakan alasan-alasan atau interpretasi atau makna-
makna dan kejadian-kejadian serta perbuatan-perbuatan yang dilakukan
oleh orang perorangan maupun kelompok sosial.11
peneliti yang
menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan teknik
pengumpulan data yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan
pernyataan-pernyataan dan perbuatan-perbuatan manusia sebanyak-
banyaknya. Teknik yang biasanya dipakai oleh para peneliti yang
menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data
adalah wawancara, observasi, dan pengumpulan dokumen.
Data dikumpulkan untuk melengkapi bahan dalam penulisan
skripsi ini, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam
wawancara yaitu pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan
situasi wawancara.12
Teknik ini digunakan untuk menghimpun data
tentang profil Kuttab Ibnu Abbas yang menjadi lokasi penelitian,
implementasi Metode Karimah dalam pembelajaran membaca Al-
Qur`an, pemahaman siswa terhadap bacaan Al-Qur`an melalui
Metode Karimah, pelaksanaan Metode Karimah, faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan Metode Karimah.
11 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu Cet. Ke-3, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), h. 20 12 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, h. 82
50
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua jenis
wawancara yaitu wawancara berstruktur dan tak berstruktur.
a. Wawancara terstruktur
Wawancara ini dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan
dengan maksud dapat mengontrol dan mengatur berbagai dimensi
wawancara tersebut, pertanyaan yang dilakukan telah ditentukan
bahkan kadang-kadang juga jawaban-jawabannya, demikian pula
lingkup masalah sehingga benar-benar dibatasi.13
b. Wawancara tak terstruktur
Wawancara ini lebih bersifat informal. Pertanyaan tentang
pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan
lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek.14
Wawancara jenis ini biasanya direncanakan agar sesuai
dengan subjek dan suasana pada waktu wawancara dilakukan,
subjek juga diberi kebebasan menguraikan jawabannya serta
mengungkapkan pandangannya sesuka hati.15
Dalam hal ini penulis menggunakan bentuk wawancara
terstruktur, dimana penulis membuat dulu daftar pertanyaan yang
akan diajukan. Alat-alat wawancara yaitu buku catatan, alat
perekam, kamera. Hasil wawancara segera dicatat setelah selesai
melakukan wawancara agar tidak hilang.
13 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group,
2016), h. 84 14 Y. Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Penerbit SIC), 2001,
h. 83 15
Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 85
51
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Wawancara
No Fokus
Penelitian Indikator
Nomor
Butir
Pertanyaan
Sumber
1. Dasar dan
Tujuan
a. Latar belakang
berdirinya TPQ
Kuttab Ibnu Abbas
b. Keadaan guru dan
murid
c. Pengelompokan
kelas dan alokasi
waktu
1, 2
3, 4, 5, 6,
8, 9
Kepala
TPQ
Kuttab
Ibnu
Abbas
2. Metode
Karimah
a. Sejarah singkat
Metode Karimah
b. Karakteristik
Metode Karimah
c. Tujuan dan target
Metode Karimah
d. Kekurangan dan
Kelebihan Metode
Karimah
1
2
3
4, 13
Guru
TPQ
Kuttab
Ibnu
Abbas
3.
Implemen
-tasi
Metode
Karimah
a. Tahapan dan
langkah-langkah
pembelajaran
b. Metode
pembelajaran yang
digunakan selama
proses belajar
3, 5, 6,
2, 3
Kepala
TPQ
dan
Guru
TPQ
Kuttab
Ibnu
Abbas
52
c. Teknik evaluasi
Metode Karimah
d. Faktor penghambat
dan pendukung
dalam proses
pembelajaran
8
8, 10
2. Observasi
Secara bahasa observasi berarti memperhatikan dengan penuh
perhatian seseorang atau sesuatu, memperhatikan dengan penuh
perhatian berarti mengamati tentang apa yang terjadi.16
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Dalam observasi
melibatkan 2 komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal
observer dan obyek yang diobservasi dikenal sebagai observee.17
Teknik ini digunakan pertama-tama untuk melakukan cross-
check atas data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumen, tapi
metode ini juga digunakan untuk memperoleh data yang tidak
terekam lewat wawancara dan dokumentasi seperti tentang kondisi
lingkungan fisik Kuttab Ibnu Abbas, sarana dan prasarana di Kuttab
Ibnu Abbas.
Ada beberapa jenis observasi, didalam pemilihan jenis mana
yang paling tepat harus mempertimbangkan keadaan dan masalah
yang terlibat didalamnya. Jenis-jenisnya adalah:18
16 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 209 17Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula
Cet. Ke-4, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 69 18 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula
Cet. Ke-4, h. 71-72
53
a. Observasi Partisipan
Dalam hal ini observer terlibat langsung dan ikut serta
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang
diamati. Pelaku peneliti seolah-olah merupakan bagian dari
mereka.
Pada observasi partisipan ini ada jenis partisipan pasif,
partisipan aktif, partisipan moderat, dan partisipan lengkap.19
Pada partisipan pasif peneliti hadir dalam peristiwa tetapi tidak
berpartisipasi dan berinteraksi dengan orang lain. Pada partisipan
aktif peneliti hanya bertindak sebagai orang lewat saja. Pada
partisipan moderat peneliti mempertahankan antara
keseimbangan antara ia sebagai orang dalam dan orang luar.
Partisipan lengkap ini termasuk jenis observasi partisipan dengan
derajat keterlibatan tertinggi karena peneliti makin tahu tentang
suatu situasi sebagai partisipan biasa, dan peneliti makin sulit
menempatkan diri sebagai peneliti.
b. Observasi Nonpartisipan
Dalam hal ini peneliti berada diluar subyek yang diamati
dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
Dengan demikian peneliti akan lebih leluasa mengamati
kemunculan tingkah laku yang terjadi.
c. Observasi Sistematik (Observasi Berkerangka)
Peneliti telah membuat kerangka yang memuat faktor-
faktor yang telah diatur terlebih dahulu.
Kendala yang dihadapi dalam jenis observasi ini adalah:
ruang lingup yang lebih sempit, kesempatan/waktu sangat
19 Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
h. 101
54
pendek, memerlukan observer banyak dengan tugas khusus,
menggunakan alat pencatat mekanik seperti tape recorder, tustel,
atau video camera.
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi partisipan yaitu dengan ikut mengajar
selama kurang lebih 20 hari di TPQ Kuttab Ibnu Abbas pada
bulan mei 2018. Selama itu penulis ikut terlibat secara langsung
dalam kegiatan-kegiatan murid. Dengan ikut terlibat secara
langsung penulis dapat menggali informasi tentang bagaimana
penerapan Metode Karimah di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
3. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang sumber
tertulis tambahan yang relevan dengan nama dan hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan para siswa di TPQ Kuttab
Ibnu Abbas.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
Dengan teknik ini yang diamati bukan benda hidup tetapi benda
mati.20
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.21
20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1993), h. 202 21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Elfabeta, 2007), h. 240
55
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan
kepada orang lain.22
Karena dalam penelitian ini tidak menggunakan angka, maka
metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana metode ini
menggambarkan, mempresentasikan serta menafsirkan tentang hasil
penelitian secara detail (menyeluruh sesuai data yang diperoleh dan
dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi).
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan tiga
prosedur perolehan data yaitu, redaksi data (data reduction), penyajian
data (data display) dan Verifikasi data (data conclutions
drowing/verifiying).23
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik
pengurangan terhadap data yang dianggap tidak perlu dan tidak
relevan maupun penambahan data yang dirasa masih kurang.
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan begitu data yang direduksi memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.24
2. Penyajian Data (Data Display)
22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 224 23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 246 24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 247
56
Dalam penyajian data selain menggunakan teks secara naratif,
penulis juga bisa menggunakan menggunakan bahasa nonverbal,
bagan, grafik, denah dan tabel. Penyajian data merupakan proses
pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan kategori atau
pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan.
3. Verifikasi Data (data conclutions drowing/verifiying)
Langkah terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi
data.
Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang
dikemukakan bersifat sementara dan akan ada perubahan-
perubahan bila tidak dibarengi dengan bukti-bukti pendukung
yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel atau dapat dipercaya.25
Harapan dalam penelitian kualitatif adalah menemukan
temuan baru. Temuan itu dapat berupa gambaran suatu objek yang
dianggap belum jelas, setelaha ada penelitian gambaran yang belum
jelas itu bisa dijelaskan dengan temuan yang ditemukan. Selanjutnya
temuan itu diharapkan bisa menjadi pijakan pada penelitian –
penelitian selanjutnya.
F. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian
yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk
menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian
25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 252
57
kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan
confirmability.26
1. Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap
data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti adalah:
a. Perpanjangan pengamatan
Untuk menguji kredibilitas data penelitian difokuskan
pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data yang
diperoleh di cek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada
perubahan atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan
data yang diperoleh sudah bisa dipertanggungjawabkan .
b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian
Meningkatkan kecermatan atau ketekunan merupakan
salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang
telah dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau belum.
c. Triangulasi
Wiliam Wiersma (1986) mengatakan “triangulasi dalam
pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,
dan waktu.”27
1) Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data
yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan
26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 270 27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 273
58
kesimpulan, selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan
sumber data.28
2) Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
berbeda.
Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data
menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
untuk memastikan data mana yang dianggap benar.29
3) Triangulasi Waktu
Jika data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara
di pagi hari dan dilakukan pengecekan lagi dengan
wawancara, observasi atau teknik lain di waktu dan situasi
yang berbeda dengan sumber yang sama serta data yang
dihasilkan berbeda. maka dilakukan secara berulang-ulang
sampai ditemukan data yang valid.
4) Triangulasi Data
Triangulasi data adalah menggali kebenaran informasi
tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Misalnya selain melalui wawancara dan observasi, peneliti
bisa menggunakan observasi terlibat, dokumen tertulis, arsip,
dokumen sejarah, catatan resmi, gambar atau foto. Tentu
masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data
yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan
yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.
28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 274 29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 274
59
Salah satu teknik triangulasi yang dilakukan dalam
penelitian di Kuttab Ibnu Abbas adalah ketika hasil
wawancara dengan kepala TPQ tidak sesuai dengan data yang
diberikan yaitu ketika penulis mengambil data wawancara
tentang target lulus Karimah dasar tidak sesuai dnegan data
yang diberikan oleh admin TPQ.
d. Analisi Kasus Negatif
Peneliti mencari data yang berbeda atau bertentangan
dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada data yang berbeda
atau bertentangan dengan temuan berarti masih mendapatkan
data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka
peneliti mungkin akan mengubah temuannya.30
e. Menggunakan Bahan Referensi
Referensi disini adalah pendukung untuk membuktikan
data yang ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian
sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan
foto-foto atau dokumen autentik sehingga lebih dapat dipercaya.31
f. Mengadakan Membercheck
Tujuan membercheck adalah agar informasi yang
diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.32
2. Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam
penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan ketepatan atau
30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 275 31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 275 32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 276
60
dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel
tersebut diambil.33
3. Dependability
Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Penelitian yang
dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila penelitian
yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama
akan memperoleh hasil yang sama pula.
4. Confirmability
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila
hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang.
33 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 276
61
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum TPQ Kuttab Ibnu Abbas
1. Sejarah Berdirinya TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Awalnya Kuttab Ibnu Abbas ini didirikan oleh dr. Haidar
Abdullah yang tempat tinggalnya tepat di sebelah Lembaga Kuttab
Ibnu Abbas bersama rekan-rekannya pada awal tahun 2015. Pada
waktu itu masih didirikan sekolah non formal yang berbasis Al-
Qur`an dan setingkat dengan sekolah dasar. Semakin lama semakin
banyak pula para orang tua yang meyekolahkan anak-anaknya di
Kuttab Ibnu Abbas.
Sekolah Kuttab Ibnu Abbas masuk pada pukul 07.15-13.30
sedangkan kalau sore hari tidak ada kegiatan apapun atau kosong.
Akhirnya dewan pengawas Kuttab Ibnu Abbas berdiskusi kembali
untuk memikirkan bagaimana caranya agar di sore hari Kuttab ibnu
Abbas tetap ada kegiatan dan tidak kosong. Karena memang tujuan
awal pembangunan lembaga ini adalah untuk berdakwah, akhirnya
berdasarkan kesepakatan bersama didirikanlah TPQ untuk mengisi
kegiatan di sore hari.
TPQ Kuttab Ibnu Abbas berdiri pada akhir tahun 2015 sekitar
bulan Agustus, awalnya TPQ hanya membuka kelas sore tapi karena
semakin banyak anak-anak yang mengaji di TPQ Kuttab Ibnu Abbas,
akhirnya TPQ membuka kelas malam.
62
2. Letak Geografis TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Secara geografis TPQ Kuttab Ibnu Abbas terletak di Jl. Wana
Kencana I Blok II No. 3 Kencana Loka, BSD City Serpong,
Tangerang Selatan, Banten. Letak TPQ Kuttab ibnu Abbas ini cukup
strategis karena dekat dengan kompleks perumahan yang mana juga
presentase jumlah anak kecil cukup banyak. Meskipun banyak sekali
TPQ yang ada di sekitar sana tapi hanya TPQ Kuttab Ibnu Abbas
yang berbasis Kuttab, melihat di sekitar sana banyak orang-orang
salaf jadi banyak pula orang tua yang tertarik untuk memasukkan
anak-anaknya di Kuttab.
3. Visi Misi TPQ Kuttab ibnu Abbas
Kuttab Ibnu Abbas merupakan suatu lembaga pendidikan,
maka dari itu Visi dan Misi TPQ Kuttab Ibnu Abbas tidak jauh
berbeda dengan Visi Misi sekolah yaitu:
Visi:
a. Membentuk generasi Qur`an yang beradab
b. Mendidik dan membina murid agar mampu membaca,
memahami, dan mengamalkan Al-Qur`an
Misi:
a. Menciptakan lingkungan yang bernuansa Al-Qur`an
b. Mengangkat bendera dan syiar “Kembali Kepada Al-Qur`an” di
tengah-tengah masyarakat
c. Memberikan dasar-dasar agama Islam dan membiasakan
berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari
63
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Guru atau pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah
satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena guru merupakan faktor penting untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran, sedangkan tanpa tenaga kependidikan
maka pelaksanaan pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik.
Jumlah seluruh pendidik atau guru di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
ada sekitar 20 guru, semua guru berasal dari pondok pesantren dan
perguruan tinggi yang basicnya adalah Al-Qur`an.
Keterangan dari Ustadz Andi M Tandaramang sebagai Kepala
TPQ bahwasanya syarat untuk mengajar di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
adalah Pertama, bacaan Al-Qur`annya harus bagus dari segi
makhorijul huruf dan tajwid. Untuk seorang calon guru dites dengan
membaca surah Al-Qamar karena dalam surah tersebut semua
makhorijul huruf ada, pengujinya adalah Ustadz Basthah dan Ustadz
Ihsan lalu calon guru membaca surah Al-Qamar sekitar 7-10 ayat.
Setelah dinilai bagus bacaannya, Ustadz Andi M Tandaramang
sebagai kepala TPQ akan melakukan wawancara seputar
pengalamannya dalam mengajar Al-Qur`an dan setidaknya seorang
calon guru pernah sekali mengajar Al-Qur`an. Syarat kedua adalah
lulusan pesantren atau perguruan tinggi yang berbasis Al-Qur`an.
Adapun nama-nama pendidik dan tenaga kependidikan di
TPQ Kuttab Ibnu Abbas antara lain:
Tabel 4.1
Pendidik dan Tenaga Kependidikan di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
No. Nama Jabatan
1. Ustadz Andi M Tandaramang Kepala TPQ
2. Ustadz Basthah Wakil Kepala TPQ
64
3. Ustadz Yuyun Wahyu Bendahara TPQ
4. Ustadzah Islah Raudhah Guru Kelas Sore
5. Ustadzah Mawaddah Khairiyah Guru Kelas Sore
6. Ustadzah Nurani Guru Kelas Sore
7. Ustadzah Syifa Fauziyah Guru Kelas Sore & Malam
8. Ustadzah Ummi Kulsum Guru Kelas Sore
9. Neng Yuli Guru Kelas Sore
10. Ustadzah Nira Ervina Guru Kelas Sore & Malam
11. Ustadz Mansyur Guru Kelas Sore & Penguji
12. Ustadz Marwansyah Guru Kelas Sore
13. Ustadz Muhammad Akbar Guru Kelas Sore
14. Ustadz M. Yusuf Qardhawi Guru Kelas Sore
15. Ustadz Umam Said Guru Kelas Sore
16. Ustadzah Siti Harmiyati Guru Kelas Malam
17. Ustadzah Yusliha Syifani Guru Kelas Malam
18. Ustadz Suhaeli Guru Kelas Malam
19. Ustadz Hasbullah Guru Kelas Malam
20. Ustadz Muhammad Yunus Guru Kelas Malam
21. Ustadz Ginting Penguji Murid
22. Ustadz Ihsan Penguji Guru & Murid
23. Aay Hidayatullah Admin TPQ
24. Fitrah Abdul Malik Karyawan
25 Hanif Firdaus Karyawan
(Sumber data: dokumentasi dan obsevasi pada bulan juli 2018)
65
5. Keadaan Murid TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Selain guru, murid juga merupakan komponen terpenting
dalam proses pembelajaran. Kebanyakan murid yang belajar di TPQ
Kuttab Ibnu Abbas ini adalah mayoritas anak-anak dari sekitar
kompleks yang masih usia TK dan SD.
Murid di TPQ Kuttab Ibnu Abbas dari tahun ke tahun
semakin bertambah, yakni dari akhir tahun 2015-sekarang ini
mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
banyak orang tua yang menginginkan anak-anaknya untuk belajar di
TPQ Kuttab Ibnu Abbas.
Pada awal berdirinya, TPQ Kuttab Ibnu Abbas sudah
mempunyai 25 murid dan 3 guru. Sekarang di TPQ Kuttab Ibnu
Abbas sudah mencapai 180 murid, itu saja masih banyak anak-anak
yang masih ada dalam daftar tunggu untuk masuk ke TPQ Kuttab
Ibnu Abbas, karena terbatasnya guru dan ruang belajar maka anak-
anak yang daftar tidak bisa langsung masuk untuk belajar tapi harus
menunggu murid yang sudah lulus baru bisa masuk atau kalau orang
tuanya bersedia anak-anak bisa dimasukkan kelas malam.
Keterangan dari Ustadz Andi M Tandaramang sebagai Kepala
TPQ bahwa meskipun banyak anak-anak yang masih ada dalam
daftar tunggu tapi beliau memprioritaskan anak-anak yang tempat
tinggalnya dekat dengan TPQ Kuttab Ibnu Abbas.
Beliau juga mengatakan bahwa:
“Syarat anak-anak untuk masuk di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
adalah minimal berusia 5 tahun mandiri, arti mandiri disini
adalah murid dapat mengurus diri ketika buang air, dapat
bersosialisasi dengan teman-temanya dan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya tanpa didampingi orang tua, serta
tidak ketergantungan kepada orang lain. Syarat lainnya
66
membayar daftar ulang sebesar 300.000 dan SPP per-bulan
200.000”1
6. Pengelompokan Kelas TPQ Kuttab Ibnu Abbas
TPQ Kuttab Ibnu Abbas mempunyai 12 ruang belajar.
Pengelompokan kelas didasarkan pada usia anak-anak, setiap
halaqah/kelompok yang dipegang 1 guru atau ustadz/ustadzah hanya
dibatasi 7-10 murid untuk kelas Karimah dasar, sedangkan untuk
kelas tahfidz satu halaqah dibatasi 7-12 murid, tidak boleh lebih
karena akan mempengaruhi efektivitas belajar murid. Banyaknya
murid yang masuk di TPQ Kuttab Ibnu Abbas dan satu halaqah
hanya boleh maksimal 10 murid maka dibukalah kelas sore dan kelas
malam. Kelas sore ada 12 halaqah sedangkan kelas malam ada 6
halaqah. Di TPQ Kuttab Ibnu Abbas antara laki-laki dan perempuan
tidak boleh berbaur, karena itulah murid-murid perempuan akan
diajari oleh ustadzah dan murid laki-laki akan diajari oleh ustadz.
Anak-anak yang sudah masuk kelas pagi tidak boleh
mengikuti kelas sore atau tidak boleh masuk TPQ, karena kelas pagi
jam belajarnya lebih banyak dan hanya fokus pada tahfidz dan bahasa
arabnya. Memang anak-anak yang masuk kelas pagi kualitas
bacaannya sudah bagus karena sebelum masuk ada beberapa tes yang
harus dilakukan, sebaliknya anak-anak kelas sore juga tidak
dibolehkan masuk kelas pagi jika kualitas bacaannya belum bagus.
Ustadz Andi M Tandaramang sebagai Kepala TPQ juga
mengatakan bahwa akan segera dibuka kelas khusus untuk anak-anak
yang bacaan Al-Qur`annya sudah bagus, syarat murid yang masuk
1 Hasil wawancara dengan Ustadz Andi M Tandaramang sebagai Kepala TPQ
Kuttab Ibnu Abbas pada hari selasa 24 Juli 2018 pukul 17.30 di Kantor TPQ Kuttab Ibnu
Abbas
67
kelas khusus ini adalah kualitas bacaan murid baik, kualitas
kemutqinan hafalannya harus 2 kali lebih baik dari kelas biasa, dan
siap mengikuti program kelas khusus. Tujuannya dibuka kelas khusus
ini adalah agar murid lebih semangat dan termotivasi lagi untuk
belajar Al-Qur`an serta nanti murid yang sudah benar-benar siap akan
diikutsertakan dalam ajang perlombaan tilawah dan tahfidz baik
internal maupun eksternal.
7. Keadaan Sarana dan Prasarana TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Dalam sebuah lembaga pendidikan sarana dan prasarana
merupakan kebutuhan yang sangat penting. Sarana dan prasarana
merupakan suatu alat atau media pembelajaran yang ikut menunjang
keberhasilan dalam sebuah lembaga pendidikan. Sarana dan
prasarana juga menjadi motivasi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di TPQ
Kuttab Ibnu Abbas antara lain:
Tabel 4.2
Data sarana dan prasarana TPQ Kuttab Ibnu Abbas
No. Jenis Sarana dan Prasarana Kondisi
Baik Buruk
1. Ruang belajar ber-AC -
2. Ruang guru -
3. Lemari -
4. White board -
5. Meja kelas -
6. Kamar Mandi dan tempat
wudhu -
7. Fingerprint -
68
8. CCTV tiap kelas -
9. Proyektor tiap kelas -
10. Daftar hadir murid -
11. Tempat minum/dispenser -
12. Rak sandal/sepatu
(Sumber Data: Dokumentasi dan Observasi Bulan Mei 2018)
B. Implementasi Metode Karimah pada Pembelajaran Membaca Al-
Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
1. Pelaksanaan Pembelajaran Metode Karimah di TPQ Kuttab
Ibnu Abbas
Pertama kali yang memilih Metode Karimah sebagai metode
membaca Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas adalah wakil kepala
TPQ Kuttab Ibnu Abbas yaitu Ustadz Basthoh.
Sebenarnya banyak sekali metode-metode membaca Al-
Qur`an di Indonesia tapi Alasan mengapa TPQ Kuttab Ibnu Abbas
memilih Metode Karimah menurut Ustadz Syukri adalah karena
Metode Karimah ini lebih simple, tidak sampai berjilid-jilid hanya
sampai 113 halaman dan terbagi menjadi kunci-kunci dan insya Allah
syamil artinya mencakup semua kaidah-kaidah dasar membaca AL-
Qur`an, penulisannya juga menggunakan standar rasm utsmani.
Pembelajaran Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas dimulai
pada hari senin-jum’at pukul 16.20-17.30, setiap hari senin-kamis
anak-anak akan belajar Karimah dengan kelas kecil yang setiap
halaqah ada 10 murid tapi untuk hari jum’at anak-anak diberikan
pelajaran akhlak dengan kelas besar menggunakan proyektor sebagai
media pembelajarannya, artinya untuk semua anak-anak akan
dikumpulkan menjadi satu kelas besar tapi perempuan dan laki-laki
69
tetap terpisah. Sebelum kegiatan belajar mengajar ustadz/ustadzah
wajib memulainya dengan do’a dan diakhiri pula dengan do’a, serta
ustadz/ustadzah juga bisa memberikan motivasi sebelum atau
sesudah kegiatan belajar mengajar agar anak-anak tetap semangat
dalam mencari ilmu.
Program utama di TPQ Kuttab Ibnu Abbas adalah
menyelesaikan Karimah Dasar tanpa menghafal Al-Qur`an dan target
maksimal untuk menyelesaikan Karimah Dasar adalah 1 tahun.
Di TPQ Kuttab Ibnu Abbas ada tingkatan dalam pembelajaran
Al-Qur`an yaitu:
a. Dasar (belajar membaca Al-Qur’an dengan Metode Karimah)
BBQ Karimah dasar di TPQ Kuttab Ibnu Abbas diajarkan kepada
anak usia TK dan SD.
b. Tahsin/tilawah (memperbaiki bacaan Al-Qur’an dari segi tajwid
dan makhorijul huruf)
Kelas tahsin/tilawah di TPQ Kuttab Ibnu Abbas ini akan
diajarkan setelah murid menyelesaikan Karimah dasar.
TPQ Kuttab Ibnu Abbas juga membuka kelas untuk ibu-ibu yang
mau meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur`annya, kelas untuk
ibu-ibu ini menggunakan Karimah Tahsin dalam
pembelajarannya, tetapi untuk kelas tahsin ibu-ibu masuk pada
pagi hari.
c. Tahfidz
Murid boleh memasuki kelas tahfidz jika sudah menyelesaikan
Karimah Dasar dan sudah selesai tahsin/tilawah juz 30.
Setiap santri baru harus dites kemampuan awal oleh penguji
atau musyrif halaqah, agar bisa diketahui kualitas bacaannya,
kemudian ditentukan tingkatan pembelajaran yang akan diberikan.
70
Tetapi rata-rata anak-anak yang masuk ke TPQ Kuttab Ibnu Abbas
sudah mengenal huruf hijaiyah.
Sebelum mengajar Metode Karimah semua ustadz/ustadzah
juga diharuskan untuk mengikuti pembinaan seperti yang dikatakan
Ustadz Syukri selaku Pengajar di TPQ Kuttab Ibnu Abbas bahwa:
”Disini ada koordinator Karimah dan ada pembinaan untuk guru
tentang bagaimana cara mengajarkan dan bagaimana cara
mengujikannya, meskipun tidak sedetail yang diketahui oleh
koordinator Karimah tapi setidaknya secara umum uastadz/ustadzah
harus tahu bagaimana cara mengajarkan Metode Karimah”2
2. Metode yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran
Metode yang dipakai dalam proses belajar adalah Metode
Talqin-Talaqqi.
Metode Talqin ini adalah sebuah metode pembelajaran Al-
Qur`an yang memadukan antara perbaikan bacaan (tahsin) dan
hafalan (tahfidz). Metode ini bersifat teacher centris, dimana posisi
guru adalah sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran.
Penerapannya disini adalah seorang guru mencontohkan bacaan
dengan sistematika dan pengulangan tertentu, lalu murid
mengikutinya sampai menghasilkan bacaan atau hafalan baru
sebagaimana yang dicontohkan.
Sedangkan Metode Talaqqi biasa juga disebut Metode
Musyafahah yang artinya belajar secara berhadapan dengan guru
(face to face). Metode talaqqi ini terbukti paling lengkap dalam
mengajarkan bacaan Al-Qur’an yang benar dan paling mudah
2 Hasil wawancara dengan Ustadz Syukri sebagai pengajar di Kuttab Ibnu Abbas
pada hari selasa 24 Juli 2018 pukul 17.10 di Kantor Kuttab Ibnu Abbas
71
diterima oleh semua kalangan sebagaimana yang dikemukakan
Ustadz Syukri bahwasanya:
“Di TPQ Kuttab Ibnu Abbas anak-anak akan di talqin dulu
oleh ustadz/ustadzahnya masing-masing dan harus diulang-
ulang sampai makharijul hurufnya benar, setelah itu anak-
anak disuruh mengulang lagi bacaan yang sudah ditalqin tadi
minimal 10 kali, di rumah pun bacaan yang mau disetorkan
juga harus di ulang 10 kali dan kadang-kadang anak-anak
sudah hafal ketika menyetorkan bacaannya ke ustadz/ustadzah
karena sering dibaca”3
3. Tahapan Pembelajaran Metode Karimah
a. Karimah Dasar (Pengenalan Huruf Hijaiyah)
Langkah-Langkah Pengajaran Membaca:
1) Guru mengucapkan salam dan menyuruh murid membaca
do’a awal pelajaran bersama-sama
2) Guru mengabsen murid
3) Terlebih dahulu, guru mengenalkan huruf-huruf hijaiyah
4) Guru memperlihatkan ciri huruf kemudian meminta murid
untuk memperhatikan dan menganalogkan huruf tersebut
5) Guru melafadzkan huruf tersebut dengan benar kemudian
diikuti oleh murid secara berulang-ulang
6) Jika murid lupa maka guru hanya diperkenankan
mengingatkan ciri huruf tersebut.
3 Hasil wawancara dengan Ustadz Syukri sebagai pengajar di Kuttab Ibnu Abbas
pada hari selasa 24 Juli 2018 pukul 17.10 di Kantor Kuttab Ibnu Abbas
72
Tabel 4.3
Contoh analog/cerita
Huruf Dewasa Anak-anak
ءAngka ampat
miring Mirip kepala A ngsa
لSeperti huruf latin
L dibalik Seperti kai L pancing
Sama ب ن
Titik di BA wah dibaca
BA, titik NA ik dibaca
NA
Sama ت ي
Kalau ada ma TA nya
dibaca TA, kalau ada
kaki bebeknya dibaca
YA
Sama ثAda tiga titik dibaca
TSA
ح خج Sama
Paruh burung makan JA
gung, karena makannya
dari atas akhirnya
tersedak dibaca KHO,
jagungnya dimakan HA
bis
Sama س شSeperti SI sir, kalau ada
tiga titiknya dibaca SYA
Sama ص ضSeperti SHO sis dan
DHO nat
Sama ع غSeperti orang berteriak
A’ karena melihat GHO
73
rilla
Sama ف ق
Kela FA jatuh kena ke
FA la, kejatuhan dua
kali akhirnya KO
كSeperti huruf K
latin Seperti ular KA dut
هم
Bulatan satu untuk
huruf MA, dan
bulatan dua untuk
huruf HA
Sama
د ذ
Seperti huruf D,
ada titiknya dibaca
DZA
Seperti bentuk hiDung
ada titiknya dibaca DZA
ر ز
Seperti ekor RO,
ada titiknya dibaca
ZA
Seperti pROsotan,
seperti ekor Zebra
وHuruf monyong
WA Sama
ط ظ
THO ada
THOngkatya,
ditambah titik
dibaca DZHO
THO ada THOngkatnya,
tongkatnya milik pak
DZHO DZHO
74
b. Karimah Dasar (Pengenalan Kunci-Kunci dan Penguasaan
Huruf Sambung)
Langkah-Langkah Pengajaran Membaca:
1) Guru mengucapkan salam dan menyuruh murid membaca
do’a awal pelajaran bersama-sama
2) Guru mengabsen murid dan menanyakan siapa saja yang
sudah membaca di rumah
3) Anak yang sudah membaca di rumah diperkenankan
membaca talaqqi pertama
4) Sedangkan murid yang belum membaca disuruh membaca
sebanyak 10 kali di tempat
5) Pada latihan kunci, guru mencontohkan bacaan dan ditirukan
oleh peserta didik.
6) Khusus pada latihan kunci tidak cukup hanya membaca
dengan benar, tetapi membacanya harus dengan lancar
7) Diperkenankan pindah ke halaman berikutnya jika terjadi
kesalahan kurang dari tiga kali, lebih dari tiga kali murid
wajib mengulang
8) Anak-anak yang sudah baca talaqqi, tetap harus kembali ke
tempatnya untuk belajar menulis arab dengan font arab putus-
putus
9) Guru memberi catatan pada buku mutaba’ah atau buku
pemantau setelah selesai belajar
10) Setelah semua murid selesai talaqqi, guru memberikan
motivasi dan menyuruh mengulang halaman yang mau dibaca
di rumah
11) Berdo’a bersama-sama
75
Tabel 4.4
Materi pembelajaran latihan kunci
Kunci Huruf
Kunci 1 ء ، ل ، ب ، ن ، ت ، ي ، ث
Kunci 2 ج ، ح ، خ ، س ، ش ، ص ، ض
Kunci 3 ، هع ، غ ، ف ، ق ، ك ، م
Kunci 4 د ، ذ ، ر ، ز ، و ، ط ، ظ
c. Karimah Dasar (Tanda Baca)
Setelah anak-anak benar-benar menguasai huruf hijaiyah
dengan pengucapan yang benar dan anak sudah menguasai huruf
sambung. Maka pembelajaran selanjutnya anak diperkenalkan
dengan tanda baca.
Langkah-Langkah Pengajaran Membaca:
1) Guru mengucapkan salam dan menyuruh murid membaca
do’a awal pelajaran bersama-sama
2) Guru mengabsen murid
3) Guru mengajarkan cara membaca tanda baca, cara mengajar
akan dijabarkan di tabel 4.5
4) Setelah itu anak-anak akan disuruh baca di tempatnya
sebanyak 10 kali
5) Anak-anak yang sudah siap boleh baca talaqqi
6) Setelah membaca talaqqi anak-anak akan belajar menulis arab
dengan font arab putus-putus
7) Guru memberi catatan pada buku mutaba’ah atau buku
pemantau setelah selesai belajar
76
8) Setelah semua selesai talaqqi guru memberikan motivasi dan
menyuruh mentalqinkan halaman yang mau dibaca di rumah
9) Berdo’a bersama-sama
Tabel 4.5
Materi pembelajaran tanda baca
Tanda Baca Cara Mengajar
Fathah, kasroh
dhommah
a. Mentalqinkan pelafalan fathah
kasroh, dan dhommah
b. Guru mencontohkan beberapa
huruf dengan memindahkan
harakat dari fathah, kasroh dan
dhommah kemudian diulang-
ulang sampai murid paham
perbedaannya
c. Jika tandanya di atas (fathah)
maka mulut terbuka lebar, jika
dirubah ke bawah (kasroh)
maka mulut sedang tersenyum,
dan jika angka sembilannya
(dhommah) maka mulut
dimonyongkan/manyun
Panjang pendek (huruf
mad)
a. Huruf mad ada tiga yaitu alif,
ya dan wau berfungsi sebagai
tanda panjang
b. Ciri huruf panjang adalah tidak
menerima tanda baca
c. Guru menjelaskan pelafalan
panjang pendek
77
d. Murid membaca seluruh
latihan dalam kotak
e. Setiap kali ada bacaan mad
guru harus menanyakan
“kenapa dibaca panjang”
Sukun
a. Tanda sukun diistilahkan
dengan tanda cepat karena cara
bacanya langsung masuk ke
huruf yang bertanda sukun
b. Mengenalkan bentuk sukun
pada mushhaf standar timur
tengah yaitu bentuk seperti
huruf kha
c. Guru mentalqinkan bacaan
sukun kemudian diikuti oleh
murid
d. Boleh memberikan contoh
dengan huruf latin jika
diperlukan
e. Materi khusus adalah bacaan
qolqolah
Tasydid
a. Tanda tasydid diistilahkan
dengan tanda double atau
ganda dikarenakan cara
membacanya harus ada
penekenan
b. Mengenalkan bentuk tasydid
c. Guru mentalqinkan bacaan
78
tasydid kemudian diikuti oleh
murid
d. Materi khusus bacaan ghunnah
pada huruf bertasydid
Hamzah Washol
a. Bentuk hamzah washol adalah
alif yang bertanda huruf shod
kecil di atasnya
b. Hamzah washol tidak dibaca
apabila berada di tengah
bacaan
c. Jika di depan bacaan maka
hamzah washol dibaca “A”
d. Cara membacanya langsung
dimasukkan ke huruf
setelahnya
e. Dilanjut dengan talqin-talaqqi
Lafadz Jalalah
a. Murid langsung membaca
latihan
b. Guru menjelaskan kepada
murid bagaimana membaca
lafdzul jalalah
Tanwin
a. Tanwin ada 3 bentuk:
- Jika bentuk tanwin sejajar
maka dibaca jelas AN, IN,
UN
- Jika tanwin berjajar dengan
huruf mim, maka dibaca
mim dan ditahan AM, IM,
79
UM
- Jika tanwin tidak sejajr
maka dibaca mendengung
dan ditahan ANG, ING,
UNG kecuali bertemu huruf
bertasydid wau (و) dan ya
maka dibaca masuk (ي)
b. Dilanjutkan talqin-talaqqi
Nun dan Mim Sukun
a. Bentuk nun sukun ada 3:
- Nun ada tanda sukunnya
dibaca jelas
- Nun ada mim kecilnya
dibaca mim dan ditahan
- Nun tidak ada tandanya
dibaca mendengung, kecuali
bertemu huruf bertasydid
wau (و) dan ya (ي) maka
dibaca masuk
b. Bentuk mim sukun ada 2:
- Mim ada tanda sukunnya
maka dibaca jelas
- Mim tidak ada tandanya
maka dibaca mendengung
dan ditahan
c. Dilanjutkan talqin-talaqqi
80
4. Sistem Pelaporan kepada Orang Tua
Setiap murid TPQ Kuttab Ibnu Abbas harus mempunyai buku
mutaba’ah atau buku pemantau, dan setelah kegiatan belajar
mengajar selesai ustadz/ustadzah harus memberikan catatan di buku
mutaba’ah masing-masing murid. Catatan yang harus diberikan
adalah lancar/lanjut atau ulang.
Ustadz Syukri mengatakan bahwa: “Jika murid ketika
membaca talaqqi tidak ada salah sama sekali atau salah kurang dari 3
kali per-halaman maka murid boleh lanjut ke halaman berikutnya tapi
jika salahnya 3 kali atau lebih per-halaman maka murid wajib
mengulang.”4
Selain itu, TPQ juga memanfaatkan gadget untuk melaporkan
semua kegiatan di TPQ Kuttab Ibnu Abbas. Setiap masing-masing
halaqah mempunyai grup WA untuk tetap menjalin komunikasi
antara Kepala TPQ, ustadz/ustadzah, orang tua murid, dan admin
TPQ. Dengan adanya grup WA ini akan menjembatani masalah yang
muncul terkait program TPQ dengan orang tua. Dari sinilah orang tua
bisa mengontrol dan melihat perkembangan anak-anaknya atau orang
tua juga bisa menanyakan langsung perkembangan anak-anaknya
kepada ustadz/ustadzahnya setelah kegiatan belajar mengajar selesai.
5. Program Ramadhan
Pada bulan Ramadhan anak-anak tetap menyetorkan bacaanya
kepada ustadz/ustadzahnya masing-masing, jadi meskipun tidak ada
kegiatan di TPQ tapi anak-anak harus tetap membaca Al-Qur`an di
rumah dan dipantau oleh orang tuanya masing-masing. Disinilah
4 Hasil wawancara dengan Ustadz Syukri sebagai pengajar di Kuttab Ibnu Abbas
pada hari selasa 24 Juli 2018 pukul 17.10 di Kantor Kuttab Ibnu Abbas
81
peran orang tua sangat diperlukan untuk membantu kegiatan belajar
mengajar di TPQ.
Cara pembelajaranya seperti biasa, hanya saja antara guru dan
murid tidak ada tatap muka. Jadi anak-anak disuruh membaca dengan
menggunakan voicenote yang ada di WA didampingi ibu atau
ayahnya dan dikirim di grup WA halaqahnya masing-masing.
Ustadz/ustadzahnya akan mendengar bacaan yang dikirim tadi dan
jika ada bacaan yang salah maka ustadz/ustadzah boleh
membenarkan lewat voicenote juga.
Batas waktu pengiriman rekaman anak-anak adalah dari pagi
sampai pukul 17.00 WIB. Jika melewati batas maka anak-anak akan
dianggap absen atau tidak masuk. Tapi dengan metode seperti ini
ustadz/ustadzah tidak bisa melihat muridnya secara langsung padahal
belajar Al-Qur`an dianjurkan untuk menggunakan metode talaqqi
agar bisa membenarkan makhrajnya.
6. Teknik Evaluasi dalam Metode karimah
Evaluasi sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap
pembelajaran karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh
perkembangan atau kemajuan hasil belajar murid.
Di TPQ Kuttab Ibnu Abbas bukan ustadz/ustadzahnya yang
memberikan evaluasi atau ujian tapi ada penguji khususnya.
Ustadz Syukri mengatakan bahwa: “BBQ Karimah dasar ini
tidak langsung diujikan semuanya tapi melalui 3 tahap yaitu dari
halaman 1-30, setelah lulus dilanjutkan halaman 31-70, tahap terakhir
dari halaman 71-113.”5
5 Hasil wawancara dengan Ustadz Syukri sebagai pengajar di Kuttab Ibnu Abbas
pada hari selasa 24 Juli 2018 pukuln 17.10 di Kantor Kuttab Ibnu Abbas
82
Siap atau tidak murid mengikuti ujian itu tergantung dari
ustadz/ustadzahnya masing-masing. Jika murid dirasa sudah siap
maka ustadz/ustadzahnya bisa mengajukan nama-nama murid yang
akan mengikuti ujian ke admin TPQ Kuttab Ibnu Abbas untuk
menentukan jadwal ujian. Setelah jadwal ujian ditentukan admin
TPQ akan menginformasikan secara langsung kepada
ustadz/ustadzahnya dan lewat grup WA agar orang tua juga ikut
Andil mempersiapkan anak-anaknya untuk mengikuti ujian.
Penguji evaluasi adalah Ustadz Ginting atau Ustadz Mansyur.
Tempat untuk menguji di kantor TPQ Kuttab Ibnu Abbas. Cara
mengujikannya adalah anak yang diuji akan diberikan beberapa
pertanyaan dan disuruh membaca acak dari halaman yang diujikan.
Jika terjadi kesalahan kurang dari 5 kali maka anak itu lulus tapi jika
membacanya salah 5 kali atau lebih maka anak dinyatakan tidak lulus
dan wajib mengulang kembali halaman tadi. Anak yang lulus boleh
melanjutkan ke halaman berikutnya.
Anak yang sudah menyelesaikan Karimah dasar akan
diberikan sertifikat lulus Karimah dasar dan boleh melanjutkan ke
pembelajaran tingkat selanjutnya yaitu tahsin/tilawah juz 30.
Tahsin/tilawah juz 30 ini juga akan diujikan, ujian tahsin/tilawah juz
30 akan dilakukan 2 kali yaitu ujian pertama dari An-Naba’ – Al-A’la
dan ujian kedua dari At-Thariq – An-Nas. Penguji dan cara
mengujikannya juga sama seperti ujian di Karimah dasar. Setelah
lulus tahsin/tilawah juz 30 anak-anak boleh melanjutkan
tahsin/tilawah juz 29 dan harus menghafalkan juz 30 yang sudah
diujikan sebelumnya. Sejauh ini murid TPQ yang sudah lulus
Karimah ada 39 murid, 10 dari halaqah kelas malam dan 29 dari
halaqah kelas sore.
83
7. Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode Karimah
Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing, berdasarkan hasil wawancara dan observasi
kelebihan dan kelemahan Metode Karimah ini adalah:
Kelebihan Metode Karimah
a. BBQ Karimah ini simple, tidak berjilid-jilid
b. BBQ Karimah bisa diajarkan ke semua kalangan anak-anak,
remaja bahkan lansia
c. BBQ Karimah menyamakan huruf yang penulisan rasm nya sama
seperti ب ت ث ن ي atau bisa dikatakan terdiri dari kunci-kunci
d. Jika anak-anak sudah mengenal huruf maka akan cepat selesai,
tapi tetap tergantung dengan kemampuan masing-masing anak
Kelemahan Metode Karimah
a. Bagi pemula yang benar-benar tidak mengenal huruf akan susah
karena dari awal halaman sudah diajarkan huruf sambung.
bagaimana penulisan huruf jika di awal, di tengah dan di akhir,
tidak terpisah-pisah seperti metode lain
b. Anak-anak yang baru belajar juga tidak akan mengerti urutan
huruf hijaiyah dari ا -ي karena metode ini dibagi dengan kunci-
kunci yang sama penulisan rasmnya jadi tidak sesuai urutan huruf
hijaiyah
c. BBQ Karimah kurang dalam memberikan contoh-contoh, seperti
dalam bacaan mad, al-qamariyah, al-syamsiyah, lafadz jalalah
dan lain-lain. Tapi semuanya kembali lagi ke prakteknya, karena
prakteknya yang ketat maka satu halaman anak bisa mengulang
sampai 10 kali kalau belum benar-benar lancar.
84
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Pembelajaran
Membaca Al-Qur`an di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Pada proses kegiatan belajar membaca Al-Qur`an dengan Metode
Karimah ini pasti ada beberapa faktor pendukung yang mampu
menjadikan kegiatan tersebut berjalan dengan lancar dan bermanfaat,
namun ada pula faktor penghambat yang menyebabkan kegiatan ini
kurang berjalan lancar.
Adapun faktor pendukung yang menyukseskan penerapan Metode
Karimah dalam meningkatkan pembelajaran Al-Qur`an di TPQ Kuttab
Ibnu Abbas adalah:
1. Ustadz/Ustadzah
Ustadz/ustadzah yang mengajar di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
rata-rata sudah memiliki pengalaman mengajar yang cukup, apalagi
sebelum mengajar Metode Karimah ini ustadz/ustadzah diberikan
pembinaan dan kajian untuk bekal mengajar.
Ustadz Andi M Tandaramang selaku Kepala TPQ
mengatakan bahwa: “kalau bisa kami mencari guru yang masih
muda.” Dan memang rata-rata usia ustadz/ustadzah di TPQ Kuttab
Ibnu Abbas kurang dari 30 tahun. Alasannya adalah agar murid
nyaman untuk berkomunikasi dengan gurunya karena perbedaan usia
mereka yang tidak begitu jauh, sebaliknya kalau seorang guru
usianya terpaut jauh dengan murid maka murid akan lebih segan dan
bahkan juga ada yang merasa takut yang akhirnya selama proses
pembelajaran murid akan merasa tidak nyaman dan tegang.
Dengan hanya mengajar 10 anak, ustadz/ustadzahnya juga
pasti telah mengetahui latar belakang, karakter, gaya belajar serta
kemampuan murid mereka masing-masing, jadi ustadz/ustadzah
dapat menentukan bagaimana perlakuan yang harus diterapkan pada
85
setiap murid. Maka dari itu, selama sekitar 3 tahun setelah TPQ
didirikan ini tidak pernah ada masalah antara ustadz/ustadzah dengan
murid-muridnya.
2. Orang Tua Murid
Peran para orang tua murid di TPQ Kuttab Ibnu Abbas juga
sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Anak-anak ketika di
rumah diberikan tugas oleh ustadz/ustadzahnya masing-masing untuk
membaca halaman yang mau disetorkan besok sorenya, peran orang
tua disini adalah mendengar, menyimak dan memperhatikan bacaan
Al-Qur`an anaknya agar besok sore ketika menyetorkan halaman
yang dibaca kepada ustadz/ustadzahnya bacaan anak lancar dan tidak
kesulitan. Kegiatan setiap bulan ramadhan yang sistem
pembelajarannya jarak jauh lewat grup WA juga sangat memerlukan
peran orang tua. Tanpa ada peran orang tua maka pembelajaran di
TPQ Kuttab Ibnu Abbas tidak akan berjalan dengan lancar.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Kuttab Ibnu Abbas juga sudah sangat
memadai. Terlihat dari ruang kelas yang ber-AC serta dilengkapi
meja belajar dan white board membuat murid akan merasa nyaman
selama proses pembelajaran. Untuk pembelajaran akhlak setiap hari
juma’at TPQ Kuttab Ibnu Abbas juga menyediakan inventaris pribadi
yaitu proyektor, laptop dan sound.
Selain itu dengan terbatasnya murid yang hanya boleh 10
anak setiap halaqah maka ruang kelas sedikit lebih longgar dan
ustadz/ustadzahnya juga gampang untuk menertibkan murid-
muridnya.
86
Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan Metode Karimah ini adalah:
1. Waktu
Ustadz Andi M Tandaramang mengemukakan bahwa “yang
menjadi kendala disini adalah waktu, kami hanya menyediakan
waktu satu jam dalam proses pembelajaran, menurut saya waktu yang
hanya satu jam itu belum efektif untuk 10 anak.”6
Memang pembelajaran di TPQ Kuttab Ibnu Abbas dimulai
pukul 16.20-17.30 dan menurut Kepala TPQ tidak mungkin jam
masuknya dimajukan lagi karena setelah sekolah anak-anak itu bisa
sampai rumah habis ashar. Kalau waktunya dimajukan anak-anak
tidak ada waktu untuk istirahat dan mempersiapkan diri.
Tapi berbeda dengan pendapat ustadzah Ummi Kulsum
sebagai pengajar yang mengatakan bahwa “waktu tidak menjadi
kendala dalam proses pembelajaran, karena fokusnya anak-anak
membaca Karimah saja dan dibatasi 10 anak setiap halaqah. Dan
tidak semua anak hadir, terkadang dua atau tiga anak tidak hadir. Jadi
pembelajaran selama satu jam dengan jumlah murid segitu itu tidak
jadi masalah”7
Kepala TPQ mengatakan seperti itu karena membandingkan
murid-murid yang sekolah pagi yang waktunya lebih banyak sekitar
3 jam untuk mengaji tahsin/tilawah dan menyetorkan hafalan.
Sedangkan kalau sore yang hanya fokus ke BBQ Karimah dasar saja
tidak perlu membutuhkan waktu sampai 3 jam, mungkin menurut
6 Hasil wawancara dengan Ustadz Andi M Tandaramang sebagai Kepala TPQ
Kuttab Ibnu Abbas pada hari selasa 24 Juli 2018 pukul 17.30 di Kantor TPQ Kuttab Ibnu
Abbas 7 Hasil wawancara dengan Ustadzah Ummi Kulsum sebagai pengajar di TPQ
Kuttab Ibnu Abbas pada hari kamis 26 Juli 2018 pukul 17.30 di ruang kelas TPQ Kuttab
Ibnu Abbas
87
ustadz/ustadzah yang mengajar TPQ Kuttab Ibnu Abbas waktu satu
jam itu sudah cukup untuk membenahi bacaan murid-murid yang
masih salah.
2. Ustadz/ustadzah
Ustadz/ustadzah yang dimaksud disini adalah yang sering
datang telat entah karena kesibukan atau tempatnya yang jauh atau
yang sering digantikan ketika mengajar. Terkadang anak-anak sudah
datang dan siap tapi guru belum datang, tapi ini hanya satu dua guru
saja, kebanyakan semua guru dan siswa semuanya disiplin waktu.
Kepala TPQ Kuttab Ibnu Abbas menjelaskan bahwa semua
proses pembelajaran di kelas diserahkan kepada guru, tapi meskipun
begitu akan selalu dipantau dari kantor lewat CCTV, kalau seorang
guru bermasalah dengan anak maka akan ditegur dan jika tetap
bermasalah akan dikeluarkan karena tidak ada kontrak kerja
sebelumnya.
Memang orang tua di sekitar TPQ Kuttab Ibnu Abbas sangat
kritis jadi kalau anaknya menangis atau gurunya sering izin dan
sering digantikan guru lain maka mereka akan komplain karena rata-
rata disini lingkungannya kelas menengah ke atas. Menurut mereka
dengan bayar SPP segitu itu anaknya harus dapat pembelajaran dan
perlakuan yang maksimal.
3. Murid
Neng Yuli sebagai pengajar mengatakan bahwa “Kendala
pada proses pembelajaran itu ada pada anak-anaknya saja, kadang
ada satu anak yang usil sama teman-temannya jadi semuanya pada
ikut rame”8
8 Hasil wawancara dengan Neng Yuli sebagai pengajar di TPQ Kuttab Ibnu Abbas
pada hari jum’at 27 Juli 2018 pukul 17.30 di ruang kelas TPQ Kuttab Ibnu Abbas
88
Ustadzah Ummi Kulsum juga berpendapat sama bahwa “Ada
anak yang tidak bisa diatur dan bahkan tidak mau mengaji sama
sekali, dan ada juga satu atau dua orang tua yang tidak mau tahu
anaknya sudah membaca di rumah atau tidak, sudah lancar atau tidak,
yang penting semuanya diserahkan kepada gurunya, entah itu
anaknya berkembang atau tidak terserah gurunya”9
Hal ini membuktikan bahwa ada minoritas orang tua yang
memang tidak peduli dengan anak-anaknya, mereka hanya
bergantung pada pengajarnya dan tidak mau tahu.
Jika ada murid yang memang bandel dan benar-benar susah
diatur pengajar boleh memberikan hukuman. Seperti yang dikatakan
oleh Kepala TPQ bahwa
“guru boleh memberi hukuman jika itu diperlukan, intinya
kalau masalah itu saya serahkan ke ustadz/ustadzahnya
masing-masing, asalkan tidak sampai memukul atau
menghukum fisik. Disini ada satu guru yang suka
menghukum muridnya dengan cara disuruh berdiri dengan
satu kaki dan kedua tangan jewer telinganya sendiri, tapi hasil
dari halaqahnya beliau itu bagus dan kemarin mendapat
juara”10
Untuk masalah memberi hukuman Neng Yuli memilih
hukuman yang mendidik yaitu menghafal surah yang dipilih oleh
beliau di depan teman-temannya sedangkan Ustadzah Ummi Kulsum
menghukum anak-anaknya dengan cara dipulangkan terakhir sampai
semuanya sudah pulang, anak yang dihukum akan ditunggu. Itu
hukuman untuk anak yang benar-benar tidak mau mengaji tapi untuk
9 Hasil wawancara dengan Ustadzah Ummi Kulsum sebagai pengajar di TPQ
Kuttab Ibnu Abbas pada hari kamis 26 Juli 2018 pukul 17.30 di ruang kelas TPQ Kuttab
Ibnu Abbas 10
Hasil wawancara dengan Ustadz Andi M Tandaramang sebagai Kepala TPQ
Kuttab Ibnu Abbas pada hari selasa 24 Juli 2018 pukul 17.30 di Kantor TPQ Kuttab Ibnu
Abbas
89
anak-anak yang sekedar ramai dengan teman-temannya Ustadzah
Ummi tidak kasih hukuman ke mereka. Meskipun begitu, mereka
yang ramai itu akan takut dengan sendirinya melihat temannya ada
yang dipulangkan belakangan, karena anak-anak akan takut sendiri
ketika mereka dibedakan dengan teman-temannya.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Metode Karimah menggunakan metode talqin-talaqqi dalam
proses pembelajarannya. Tahapan pembelajarannya adalah murid
akan di talqin dulu oleh ustadz/ustadzahnya masing-masing dan harus
diulang-ulang sampai makharijul hurufnya benar, setelah itu anak-
anak disuruh mengulang lagi bacaan yang sudah ditalqin tadi
minimal 10 kali, di rumah pun bacaan yang mau disetorkan juga
harus di ulang 10 kali, setelah itu murid akan membaca talaqqi. Jika
ada kesalahan 3 kali atau lebih dalam satu halaman maka murid wajib
mengulang, selagi seorang murid baca talaqqi, murid-murid yang lain
belajar menulis arab di buku Karimah masing-masing dengan tulisan
arab putus-putus. Setelah pembelajaran selesai guru harus mengisi
catatan di buku mutaba’ah masing-masing murid, dan melaporkan
hasil belajar di grup WA halaqahnya masing-masing. Evaluasi
diujikan dari halaman 1-30, 30-70, 70-113. Setelah lulus Karimah
Dasar, seorang murid akan masuk kelas tahsin/tilawah dan tahfidz.
Faktor pendukung dalam penerapan Metode Karimah pada
proses pembelajaran adalah guru, orang tua murid, sarana prasarana.
Semua guru di Kuttab Ibnu Abbas adalah lulusan pesantren dan
perguruan tinggi yang berbasis Al-Qur`an, sebelum masuk ada tes
membaca Al-Qur`an, sebelum mengajar murid pun guru harus
mengikuti pembinaan terlebih dahulu untuk mengetahui bagaimana
cara mengajarkan dan megujikan Metode Karimah dalam
pembelajaran membaca A-Qur`an. Orang tua murid di TPQ Kuttab
Ibnu Abbas juga ikut andil dalam proses pembelajaran, ketika di
92
rumah para orang tua harus mau menyimak, mendengarkan,
memperhatikan bacaan Al-Qur`an anak-anaknya agar ketika
membaca talaqqi bacaan anak lancar dan tidak kesulitan. Sarana dan
prasarana yang disediakan di TPQ Kuttab Ibnu Abbas juga sangat
memadai sehingga anak-anak akan merasa nyaman ketika proses
belajar berlangsung. Faktor penghambatnya disini adalah dari murid,
orang tua murid, guru. Murid yang susah diatur akan mengganggu
konsentrasi belajar anak-anak lainnyadan akan mengganggu proses
belajar. Orang tua menjadi faktor penghambat ketika mereka tidak
mau tahu perkembangan anaknya sama sekali, tidak mau menyimak
dan memperhatikan bacaan anak-anak ketika di rumah. Seorang guru
pun juga bisa menjadi faktor penghambat ketika guru telat masuk,
sering izin, dan sering mengirim guru pengganti.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka beberapa saran
yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu:
Metode Karimah ini sangat bagus dan cocok untuk semua
usia apalagi untuk anak yang sudah mengenal huruf hijaiyah akan
cepat karena memang metode ini pembelajaranya tidak berjilid-jilid,
dan pembelajarannya sesuai kunci-kunci yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Tapi semuanya tetap tergantung bagaimana cara guru
mengajarkanya dan seberapa banyak murid menangkap ilmu yang
diajarkan.
Seorang guru harus mampu memahami karakteristik setiap
muridnya agar guru bisa mengetahui bagaimana cara mengajar setiap
muridnya. Guru juga harus disiplin karena setiap tindakan yang
dikerjakan akan ditiru dan dicontoh oleh murid-muridnya. Dalam
93
mengajarkan Al-Qur`an pada anak-anak, guru harus bisa membuat
suasana kelas menjadi nyaman dan menyenangkan.
Perkembangan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh guru
dan lingkungan tempat belajarnya saja, keluarga dan lingkungan
keluarga merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Pembelajaran akan
sia-sia dan anak juga akan sangat lambat perkembangannya ketika
tidak adanya kerja sama antara pihak TPQ dan orang tua.
BERITA WAWANCARA DENGAN KEPALA TPQ KUTTAB IBNU
ABBAS
Hari/Tanggal : Selasa, 24 Juli 2018
Waktu : 17.30 WIB
Tempat : Kantor TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Nama Responden : Ustadz Andi M Tandaramang
1. Bagaimana awal mula/sejarah terbentuk TPQ ini? pada sore hari tidak
ada kegiatan atau kosong jadi kami mau memanfaatkan gedung ini agar
bisa bermanfaat karena tujuan awal membangun lembaga ini adalah
untuk dakwah
2. Kapan berdirinya? Akhir tahun 2015
3. Ada berapa banyak tenaga pendidik dan kependidikan di TPQ ini? Ada
sekitar 18 guru
4. Apa syarat untuk menjadi guru di TPQ ini? Apa ada syarat tertentu?
Tidak ada syarat tertentu hanya saja Pertama, bacaannya harus bagus dari
segi makhorijul huruf dan tajwid. Untuk seorang calon guru di tes dengan
membaca surah Al-Qamar. Mengapa surah Al-Qamar? Karena dalam
surat tersebut semua makhorijul huruf ada, lalu bacanya sekitar 7 ayat
dan di tes oleh ustadz basthah atau penguji evaluasi TPQ. Setelah dinilai
bagus bacaannya lalu kita melakukan wawancara seputar pengalamanya
dalam mengajar Al-Qur`an. Kedua, setidaknya lulusan pesantren atau
perguruan tinggi yang berbasis Al-Qur`an
5. Apa syarat anak-anak untuk masuk di TPQ Kuttab Ibnu Abbas?
Syaratnya minimal umur 5 tahun mandiri
6. Berapa biaya masuk dan SPP di TPQ Kuttab Ibnu Abbas? Untuk daftar
ulang bayar 300.000, untuk SPP per-bulannya membayar 200.000
7. Apakah proses pembelajaran semuanya diserahkan kepada guru? Iya kita
serahkan semua kepada guru, tapi meskipun begitu akan selalu kita
pantau, kalau dia bermasalah dengan anak maka akan ditegur dan jika
tetap bermasalah akan dikeluarkan karena tidak ada kontrak kerja
sebelumnya. Orang tua disini sangat kritis jadi kalau anaknya menangis
atau gurunya sering izin maka mereka akan komplain karena rata-rata
disini lingkungannya kelas menengah ke atas. Menurut mereka dengan
bayar SPP segitu itu anaknya harus dapat pembelajaran dan perlakuan
yang maksimal
8. Seminggu masuk berapa kali dan berapa jam pembelajaran berlangsung?
Masuk dari hari senin-jum’at tepat pukul 16.25-17.25, tapi setiap hari
jum’at di TPQ ada pelajaran akhlak
9. Bagaimana penataan ruang kelas di TPQ ini? Setiap halaqah/kelompok
hanya dibatasi 7-10 anak untuk usia TK sedangkan 7-12 untuk usia SD
10. Apa faktor penghambat atau kendala dalam proses pembelajaran? Waktu,
kami hanya menyediakan waktu satu jam dalam proses pembelajaran
11. Apakah tidak memungkinkan kalau seandainya jam belajarnya
ditambah? Tidak bisa, karena setelah sekolah anak-anak itu bisa sampai
rumah habis ashar. Jadi untuk menambah waktu itu tidak memungkinkan
karena kasihan anak-anaknya
12. Apakah guru boleh memberikan punishment atau hukuman kepada
muridnya? Boleh jika itu diperlukan, intinya kalau masalah itu saya
serahkan ke ustadz/ustadzahnya masing-masing, asalkan tidak sampai
memukul atau menghukum fisik. Disini ada satu guru yang suka
menghukum anaknya dengan cara disuruh berdiri dengan satu kaki dan
kedua tangan jewer telinganya sendiri, tapi hasil dari halaqahnya beliau
itu bagus dan kemarin mendapat juara
13. Apakah pernah ada kajian di TPQ Kuttab Ibnu Abbas? Setiap hari jum’at
ada kajian untuk ummahat atau ibu-ibu, untuk gurunya juga pernah sekali
kajian dan pembinaan membaca Al-Qur`an tapi itu hanya sekali saja
karena guru-guru banyak yang tidak hadir entah itu karena kesibukan
atau yang lain jadi setelah itu tidak pernah ada kajian lagi
BERITA WAWANCARA DENGAN PENGAJAR TPQ KUTTAB IBNU
ABBAS
Hari/Tanggal : Selasa, 24 Juli 2018
Waktu : 17.10 WIB
Tempat : Kantor TPQ KuttabIbnu Abbas
Nama Responden : Ustadz Syukri
1. Siapa yang menemukan/mencetuskan Metode Karimah ini? Metode
karimah ini adalah metode yang dikembangkan oleh para ahli, para
asatidz lulusan pondok pesantren Isy Karimah Karanganyar, Jawa
Tengah
2. Mengapa memilih metode karimah dalam pembelajaran Al-Qur’an?
memang banyak metode-metode yang lain tapi kami memilih Metode
Karimah ini karena lebih simple tidak sampai berjilid-jilid hanya sampai
113 halaman dan terbagi menjadi kunci-kunci dan insya Allah syamil
artinya mencakup semua kaidah-kaidah dasar membaca AL-Qur`an,
penulisannya juga menggunakan standar rasm utsmani
3. Tujuan? Diharapkan setelah anak-anak lulus membaca BBQ Karimah ini
pertama dapat mengenal huruf sesuai dengan makhorijul hurufnya, kedua
dapat membaca Al-Qur`an dan dapat menghafal Al-Qur`an dengan
mandiri
4. Kalau di sekitar sini ada tidak yang memakai metode ini? Di daerah sini
hampir semua TPQ di masjid-masjid umumnya memakai Metode
Karimah cuma penerapannya saja yang berbeda
5. Sebelum mengajar metode ini apakah seorang guru harus mengikuti
pelatihan/pembinaan? Ada, disini ada koordinator Karimah dan ada
pembinaan untuk guru bagaimana cara mengajarkan dan bagaimana cara
mengujikannya, meskipun tidak sedetail yang diketahui oleh koordinator
Karimah tapi setidaknya secara umum tau bagaimana cara mengajarnya
6. Bagaimana sistem pembelajarannya atau langkah-langkah
pembelajarannya? Kalau anak baca dalam satu halaman itu ada salah 2
maka masih ada toleransi tapi jika sudah salah 3 maka anak wajib
mengulang
7. Apa saja media yang digunakan pada waktu pembelajaran berlangsung?
Buku BBQ Karimah, buku mutaba’ah
8. Bagaimana cara evaluasi pembelajaran dalam metode ini? BBQ Karimah
ini tidak langsung diujikan semuanya tapi dari halaman 1-30, halaman
30-70, halaman 70-selesai
9. Siapa pengujinya? Ustadz ihsan, beliau juara internasional MHQ
10. Bagaimana kriteria siswa yang benar-benar sudah lulus? Anak-anak akan
disuruh baca acak dari halaman yang akan diujikan, jika ada 5 kesalahan
maka anak akan dianggap tidak lulus
11. Apakah setelah lulus Karimah dasar akan dilanjutkan dengan Karimah
tahsin? Tidak, setelah selesai Karimah dasar anak-anak akan mulai
membaca juz 30, metode mengajarnya pun sama dengan mengajar
Karimah dasar. Juz 30 pun akan diujikan sama seperti ujian di Karimah
dasar. Setelah selesai ujian membaca juz 30 maka anak-anak akan
dituntut untuk menghafalnya
12. Kalau sudah lulus Karimah dasar apakah akan diwisuda? Anak akan
diberikan sertifikat lulus Karimah dasar
13. Menurut ustadz apa kelebihan dan kelemahan Metode Karimah ini?
Sebagai pengajar menurut kami kelemahan metode ini itu kurang dalam
memberikan contoh-contoh tapi kembali lagi ke prakteknya, sorenya
anak-anak akan di talqin dulu suruh mengulang bacaan minimal 10 kali,
lalu di rumah di ulang lagi 10 kali dan kadang-kadang anak-anak sudah
hafal ketika menyetorkan bacaannya ke ustadz/ustadzah karena sering
dibaca
BERITA WAWANCARA DENGAN PENGAJAR TPQ KUTTAB IBNU
ABBAS
Hari/Tanggal : Kamis, 26 Juli 2018
Waktu : 17.30 WIB
Tempat : Ruang Kelas TPQ Kuttab Ibnu Abbas
Nama Responden : Ustadzah Ummi Kulsum
1. Bagaimana bisa masuk TPQ Kuttab Ibnu Abbas ini? Jadi yang
mempunyai yayasan ini adalah penasehat di pondok pesantren saya dan
saya direkomendasikan oleh beliau untuk mengajar di TPQ ini
2. Sebelum mengajar dengan metode ini apakah ustadzah pernah mengajar
dengan metode yang lain? Pernah, mengajar Metode Iqra’ di sekitar
pondok saya dan sekarang disana juga sudah ganti dengan Metode
Karimah ini
3. Menurut ustadzah apakah Metode ini sudah bagus dibanding metode
yang lain? Semua metode itu bagus tapi tetap tergantung anak-anaknya
dan tentu saja pengajarnya juga
4. Menurut ustadzah kelebihan dan kelemahanya? Kelemahanya adalah
bagi pemula yang benar-benar tidak mengenal huruf akan susah karena
dari awal halaman sudah diajarkan huruf sambung bagaimana penulisan
huruf jika di awal, di tengah dan di akhir, tidak terpisah-pisah seperti
metode lain. Kelebihannya pertama, kalau anak-anak bisa maka akan
cepat selesai juga, kedua BBQ Karimah ini menyamakan huruf yang
penulisan rasm nya sama seperti ب ت ث ن ي
5. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dari awal di halaqah
ustadzah? Berdo’a, selagi ada yang talaqqi satu, anak-anak yang lain
membaca halaman yang mau disetorkan sebanyak minimal 5 kali karena
takutnya di rumah anak-anak tidak baca
6. Ada tidak murid yang susah diatur atau bandel? Ada, dan kadang ada
satu dua orang tua yang tidak mau tahu anaknya sudah membaca di
rumah atau tidak, yang penting semuanya diserahkan kepada gurunya,
entah itu anaknya berkembang atau tidak terserah gurunya
7. Menurut ustadzah waktu yang disediakan disini jadi kendala tidak?
Tidak, karena fokusnya anak-anak membaca Karimah saja dan dibatasi
10 anak setiap halaqah
8. Apa kendalanya dalam proses pembelajaran? Kendalanya itu ada pada
anak-anaknya saja, kadang ada satu anak yang usil sama teman-temannya
jadi semuanya pada ikut rame
9. Bagaimana bentuk punishment atau hukuman yang diberlakukan
ustadzah sendiri? Kalau saya menghukum anak-anaknya dengan cara
dipulangkan terakhir sampai semuanya sudah pulang saya tungguin
anaknya. Itu hukuman untuk anak yang benar-benar tidak mau mengaji
tapi untuk anak-anak yang sekedar ramai sama temanya saya tidak kasih
hukuman ke mereka. Meskipun begitu mereka yang ramai itu akan takut
sendiri melihat temannya ada yang dipulangin belakangan, karena anak-
anak akan takut sendiri ketika dia dibedain dengan teman-temannya
95
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu Cet,
Ke-3, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah. Shahih
Bukhari Cet, Ke-6 juz III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2009.
Andi M Tandaramang, Wawancara, TPQ Kuttab Ibnu Abbas, 24 Juli 2018.
An-Naisaburi, Muslim bin Al-Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairi. Shahih
Muslim, Jilid III, Beirut: Darr Ihya` At-Turats Al-‘Arabi, t. th.
Arif, Zainal. Ulum Al-Qur’an, Banten: Pustaka Getok Tular, 2017.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT, Rineka Cipta, 1993.
_____ dkk. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman teoritis praktis bagi
praktisi pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Ashidiqy, Hasby. 2 Jam Pintar Membaca Al-Qur’an, Jakarta: Kaysa Media,
2010.
Chirzin, Muhammad. Kearifan Al-Qur’an, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2011.
Cholil, Adam. Dahsyatnya Al-Qur’an, Jakarta: AMP Press, 2014.
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
Ismail, Abdul Mujib dan Maria Ulfah Nawawi. Pedoman Ilmu Tajwid,
Surabaya: Karya Abditama, 1995.
Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005.
96
Muhammad, Ahsin Sakho. Oase Al-Qur’an Penyejuk Kehidupan, Jakarta:
Qaf, 2017.
Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam Cet, Ke-3, Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2010.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010.
Nasution, S. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Nata, Abudin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran Cet, Ke-2,
Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah
mada University Press, 2003.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian Cet, Ke-3, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Qardhawi, Yusuf. 1999, Kaifa Nata’ amalu Ma’a Al-Qur`ani Al-‘Adzim, Cet.
Ke-1, Diterjemahkan oleh: Abdul Hayyie al-Kattani, Jakarta: Gema
Insani Press.
Al-Qaththan, Manna’. Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Beirut: Muassasat al-
Risalat, 1976.
Al-Qazwini, Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu
Majah, Jilid I, Riyadh: Darr As-Salam, t. th.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam Cet, Ke-6, Jakarta: Kalam
Mulia, 2010.
Riyanto, Y. Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Penerbit SIC,
2001.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008.
Shihab, M. Quraish dkk. Sejarah & Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2001.
Sholihudin, Muhammad. Tahsinul Qur`an Pedoman Memperbaiki Bacaan
Al-Qur`an, Yogyakarta: Daarul Firdaus, 2010.
97
As-Sijistani, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats bin Ishak bin Basyir bin
Syidad bin Amar al-Azdi. Sunan Abu Dawud, Jilid II, Beirut: Al-
Maktabah Al-‘Ishriyah t. th.
Sobron, Muhammad. Belajar Mudah Ilmu Tajwid, Jakarta: QAF, 2017.
Solichin, Abdul Wahab. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Srijatun. Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dengan Metode
Iqra’ pada Anak Usia dini di RA perwanida Slawi Kabupaten Tegal
Vol, 2 No, 1, Semarang: Jurnal Pendidikan Islam, 2017.
Sudaryono. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group,
2016.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru Offset, 1989.
Suga, Akhsan Muhammad. Buku Pintar Rahasia Ibadah: Mengungkap
Makna dan Rahasia Ilmiah Dibalik Perintah Ibadah dan Sunah
Rasul, Jakarta: Best Media Utama, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Elfabeta, 2007.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan,
Bandung: PT. Refika Aditama. 2014.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula Cet, Ke-4, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.
Suma, M. Amin. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an bagian 1, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000.
Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian, Jakarta: Rajawali, 1987.
_____. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembalajaran, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Syamsuddin dan Vismaia S, Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa, Bandung: PT. Remaja Rosdkarya, 2006.
98
Syukri, Wawancara, TPQ Kuttab Ibnu Abbas, 24 Juli 2018.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Cet, Ke-11,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Tim BBQ Karimah. BBQ Karimah Dasar, Karanganyar: Litbang BBQ
Karimah, 2015.
At-Tirmidzi, Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami. Sunan At-
Tirmidzi, Jilid V, Beirut: Daar Al-Ghirab Al-Islami t. th.
Ummah, Siti Sumihatul dan Abdul Wafi. Metode-metode Praktis dan Efektif
dalam Mengajar Al-Qur’an bagi Anak Usia Dini vol, 2 No, 2,
Yogyakarta: Journal State Islamic University of Sunan Kalijaga,
2017.
Ummi Kulsum, Wawancara, TPQ Kuttab Ibnu Abbas, 26 Juli 2018.
Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta:
Grasindo, 2002.
Yuli sebagai, Wawancara, TPQ Kuttab Ibnu Abbas, 27 Juli 2018.
Zuhairini dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama Cet, Ke-8, Malang: Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1983.
RIWAYAT HIDUP
Khoirotul Ummah dilahirkan di Kabupaten Gresik
tepatnya di Desa Petis Kecamatan Duduk Sampeyan
pada hari Kamis 02 November 1995. Anak pertama
dari dua bersaudara pasangan dari Kholid (Alm)
dan Masrifah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di
MI Al-Azhar Petis pada tahun 2008. Pada tahun ini
juga penulis melanjutkan pendidikan di MTS
Miftahul Jannah Duduk Sampeyan, pindah ke MTS Putra Putri Lamongan
pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2011, kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Atas di MA Tarbiyatut Tholabah Kranji dan pindah ke SMA
Bahrul Ulum Sekapuk Ujung Pangkah, selesai pada tahun 2014. Selama di
SMA Bahrul Ulum penulis pernah masuk dalam keanggotaan OSIS di seksi
pembinaan prestasi akademik dan seni sesuai minat dan bakat. Pada tahun
2014 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta sampai sekarang. Selama di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
penulis pernah masuk dalam anggota BEM departemen minat dan bakat.