Implementasi Keimanan Dalam Ibadah Dan Muamalan

22
IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN i IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN Dosen Pembimbing : Rozaqul Arif DI SUSUN OLEH :  Galang Bayu Rahmat (111 310189)  Hamdan Al Hammad (111310191)  Hafisa Elfin (111310190)  Abd. Aziz Baihaqi (111310142) Fakultas Teknik informatika UNIVESITAS ISLAM LAMONGAN 2013

Transcript of Implementasi Keimanan Dalam Ibadah Dan Muamalan

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

Dosen Pembimbing : Rozaqul Arif

DI SUSUN OLEH : Galang Bayu Rahmat (111310189) Hamdan Al Hammad (111310191) Hafisa Elfin (111310190) Abd. Aziz Baihaqi (111310142)

Fakultas Teknik informatikaUNIVESITAS ISLAM LAMONGAN2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yg berjudul Implementasi Keimanan Dalam Ibadah Dan Muamalan .Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Wasalamualaikum Wr. Wb

Lamongan, 21 Maret 2013

DAFTAR ISI

Sampul dalam i Kata Pengantar iiDaftar Isi... iiiBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 2C. Tujuan Penulis 2BAB II PEMBAHASANA. Iman 4B. Ibadah 6C. Muamalan 8BAB III ISIA. Hubungan Iman Dengan akhlaq 10B. Hubungan Iman Dengan Ibadah 11C. Hubungan Iman Dengan Muamalan 12D. Hubungan Antara Iman, akhlaq, ibadah dan Muamalan 13BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan 16B. Saran 17DAFTAR PUSTAKA 18

iiIMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.Untuk membentuk pribadi yang bermoral harus dibentengi dengan keimanan dan sedini mungkin sesuai tingkat perkembangan kemampuan anak . kepribadian dalam islam adalah ketakwaan, maka setiap proses pembentukan kepribadian menuju kepada takwa kepada Allah SWT.Takwa disini dimaksud meliputi keimanan kepada Allah, ibadah kepada Allah dan berhubungan sesama manusia dan lingkungannya , termasuk kemasyaraktan dan kenegaraan . Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri.B.Rumusan MasalahBerdasarkan pada latarr belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :1.Apa penegertian dari Iman, Ibadah, Muamalah dan akhlak?2. Bagaimana hubungan antara Iman, Ibadah, Muamalah dan akhlak ?3.Bagaimana Implikasinya Iman, Ibadah, Muamalah Serta akhlak dalamKehidupan sehari-hari?

C.Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah adalah memberikan penjelasan mengenai hubungan antara Aqidah, ibadah, muamalah dan Ahlak serta implementasinya dalam kehidupan sehari-hari selain itu juga untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Tauhid Aqidah Akhlak.

BAB IIPEMBAHASAN

Beribadah kepada Allah SWT merupakan indikasi iman kepada yang ghaib, walaupun orang yang beribadah tidak melihatnya dan juga merupakan indikasi ketaatan kepada perintah walaupun tidak diketahui rahasianya. Allah SWT Maha Kaya dari seluruh manusia dan makhluknya. Bila manusia beribadat kepada sesuatu berarti mereka menyembah yang lebih pantas dari diri mereka dan mencari kebaikan yang bersifat rohani atau jasmani, individu atau masyarakat, dunia dan akhirat. Namun manusia kadang-kadang tidak mengetahui hikmah yang didatangkan Allah SWT kepadanya.Kualitas iman yang dimiliki oleh seseorang mempengaruhi terhadap sikapnya dalam beribadah. Semakin tinggi kualitas keimanan seseorang semakin tinggi pula ketaatanya, sebaliknya keimanan yang rendah berimplikasi kepada sikap atau ketaatan beribadah yang tidak maksimal. Itu semua juga berpengaruh terhadap akhlak mereka.Hubungan antara ibadah, iman dan akhlak sangat erat dan antara satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Ibadah merupakan amal saleh, sedangkan amal saleh merupakan implementasi dari iman kepada Allah SWT. Sementara itu akhlak merupakan hasil dari semua itu. Al-Quran banyak menyebutkan orang-orang yang beriman berbarengan dengan orang-orang beramal saleh, misalnya antara lain dalam QS. Al-Ashr 1-3:Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang beriman tetapi tidak mengerjakan amal saleh belum dapat disebut sebagai seorang mukmin yang sempurna. Demikian juga sebaliknya, karena amal saleh termasuk di dalamnya ibadah khusus, merupakan implementasi dari iman itu sendiri.A. Iman Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun.[1] Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukminKeimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia.Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara beriringan dalamQuransurat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:Allah Subhannahu wa Taala berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya.(Al-Anfal: 2-4)Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:1) Diyakini dalam hati2) Diucapkan dengan lisan3) Diamalkan dengan anggota tubuh.Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:1) Iman kepada Alloh2) Iman kepada malaikatNya3) Iman kepada kitabNya4) Iman kepada rosulNya 5) Iman kepada Qodho dan Qodar6) Iman kepada hari akhirDemikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin di atas.Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiatKetika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka. (HR.Bukhori Muslim).

B. Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [Adz-Dzaariyaat: 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mubtadi (pelaku bidah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

C. Muamalah

Muamalah dari kata Al amal yang merupakan istilah yang digunakan untuk mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. Muamalah juga bermakna bergaul. Terminologi : Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan selain ibadah.

Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Quran dan Al-Sunnah, yaitu harus ada contoh (tatacara dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Ibadah ini antara lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji.

Sedangkan masalah muamalah (hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada prinsip boleh (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.

Berkaitan dengan hal di atas, Nabi Muhammad SAW mengatakan:Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) contohlah aku. Tapi, dalam urusan duniamu, (teknis muamalah), kamu lebih tahu tentang duniamu.

Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada suruhan atau contoh tatacara, atau aturan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Apabila hal itu tidak ada, maka tindakan yang kita lakukan dalam ibadah itu akan jatuh kepada bidah, dan setiap perbuatan bidah adalah dhalalah (sesat). Sebaliknya dalam muamalah yang harus dan penting untuk diketahui adalah apakah ada larangan tegas dari Allah dan Rasul-Nya, karena apabila tidak ada, hal tersebut boleh saja dilakukan.

Dalam hal ini ada dua prinsip yang perlu kita perhatikan:Pertama: Manusia dilarang menciptakan agama, termasuk system ibadah dan tata caranya, karena masalah agama dan ibadah adalah hak mutlak Allah dan para Rasul-Nya yang ditugasi menyampaikan agama itu kepada manusia. Maka menciptakan agama dan ibadah adalah bidah. Sedang setiap bidah adalah sesat.

Kedua: Adanya kebebasan dasar dalam menempuh hidup ini, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah, seperti pergaulan hidup dan kehidupan dalam masyarakat dan lingkungan, yang dikaruniakan Allah kepada umat manusia (Bani Adam) dengan batasan atau larangan tertentu yang harus dijaga. Sebaliknya melarang sesuatu yang tidak dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya adalah bidah.Dalam menjalankan keseharian, penting bagi kita untuk mengingat dua prinsip di atas. Ibadah tidak dapat dilakukan dengan sekehendak hati kita karena semua ketentuan dan aturan telah ditetapkan dalam Al-Quran dan Sunnah, serta contoh dan tatacaranya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. Melakukan sesuatu dalam ibadah, yang tidak ada disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah berarti melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT, dan ini sungguh merupakan perbuatan yang sesat.

Namun dalam beberapa hal, tentu ada hal yang harus diperhatikan sesuai dengan perkembangan zaman. Di sinilah implikasi dari muamalah itu sendiri. Selama tidak ada larangan secara tegas di dalam Al-Quran dan Sunnah, hal yang dipertimbangkan itu boleh dilakukan. Hal ini telah diterangkan oleh Rasul dalam sabdanya yang sudah ditulis di atas. Sebagai contoh adalah dalam kehidupan sehari-hari, pada zaman hidupnya Rasulullah, masyarakat yang mengadakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan binatang Unta sebagai kendaraan. Akan tetapi hal itu tidak mungkin sama dalam kehidupan zaman modern ini. Dan karenanya, menggunakan kendaraan bermotor diperbolehkan karena tidak ada larangan dari Allah dan Rasul-Nya (tidak tertera larangan yang tegas dalam Al-Quran dan Sunnah).

BAB IIIISI

A. Hubungan iman dengan akhlak

Iman merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup inidiperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas manusia.Iman sebagai dasar pendidikan akhlak, Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah Iman yang benar terhadap alam dan kehidupan, Karena akhlak tersarikan dari Iman dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika Iman salah maka akhlaknya pun akan salah.Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah. Jujur dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan dengan Iman. Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik. Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosaIman seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap Allah juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah Allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya. Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha Allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah

B. Hubungan Iman dengan ibadahAkidah menempati posisi terpenting dalam ajaran agama Islam. Ibarat sebuah bangunan, maka perlu adanya pondasi yang kuat yang mampu menopang bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut bisa berdiri dengan kokoh. Demikianlah urgensi akidah dalam Islam, Akidah seseorang merupakan pondasi utama yang menopang bangunan keislaman pada diri orang tersebut. Apabila pondasinya tidak kuat maka bangunan yang berdiri diatasnya pun akan mudah dirobohkan.Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap allah.Selanjutnya Ibadah yang merupakan bentuk realisasi keimanan seseorang, tidak akan dinilai benar apabila dilakukan atas dasar akidah yang salah. Hal ini tidak lain karena tingkat keimanan seseorang adalah sangat bergantung pada kuat tidaknya serta benar salahnya akidah yang diyakini orang tersebut. Sehingga dalam diri seorang muslim antara akidah, keimanan serta amal ibadah mempunyai keterkaitan yang sangat kuat antara ketiganya.Muslim apabila akidahnya telah kokoh maka keimanannya akan semakin kuat, sehingga dalam pelaksanaan praktek ibadah tidak akan terjerumus pada praktek ibadah yang salah. Sebaliknya apabila akidah seseorang telah melenceng maka dalam praktek ibadahnya pun akan salah kaprah, yang demikian inilah akan mengakibatkan lemahnya keimanan.Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, sejak kelahirnya telah dibekali dengan akal pikiran serta perasaan (hati). Manusia dengan akal pikiran dan hatinya tersebut dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar, dapat mempelajari bukti-bukti kekuasaan Allah, sehingga dengannya dapat membawa diri mereka pada keyakinan akan keberadaan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengakui keberadaan Allah SWT. karena selain kedua bekal yang dimiliki oleh mereka sejak lahir, Allah juga telah memberikan petunjuk berupa ajaran agama yang didalamnya berisikan tuntunan serta tujuan dari hidup mereka di dunia.Ibadah mempunyai hubungan yang erat dengan Iman. Antaranya :1. Ibadah adalah hasil daripada aqidah yaitu keimanan terhadap Allah sebenarnya yang telah membawa manusia untuk beribadat kepada Allah swt.2. Iman adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa aqidah perbuatan seseorang manusia bagaimana baik pun tidak akan diterima oleh Allah swt.3. Iman merupakan tenaga penggerak yang mendorong manusia melakukan ibadat serta menghadapi segala cabaran dan rintangan.Iman adalah merupakan pondasi utama kehidupan keislaman seseorang. Apabila pondasi utamanya kuat, maka bangunan keimanan yang terealisasikan dalam bentuk amal ibadah orang tersebut pun akan kuat pula.Amal ibadah tidak akan bisa benar tanpa dilandasi akidah yang benar. amal ibadah dinilai benar apabila dilakukan hanya untuk Allah semata denganittiba RasulSAW.Manusia diberi bekali akal pikiran agar dengan akal pikiran tersebut mereka dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mempelajari tanda-tanda kekuasaan Allah, menganalisa hakikat kehidupannya sehingga dia tahu arah dan tujuan dirinya diciptakan di dunia. Akal pikiran dan perasaan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lain. Oelh karena itu manusia dipercaya untuk menjadikhalifahAllah di Bumi.

C. Hubungan Iman dengan muamalahPola pikir, tindakan dan gagasan umatIslamhendaknya selalu bersendikan padaaqidahIslamiyah. Ungkapan buah dari aqidah yang benar (Iman) tidak lain adalah amal sholeh harus menjadi spirit dan etos ummat Islam. Pribadi yang mengaku muslim mestinya selalu menebaramal shalihsebagai implementasi keimanannya di manapun mereka berada. Tidak kurang 60 ayat Al Quran menerangkan korelasi antara keimanan yang benar dengan amal sholeh ini. Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa perintah beriman kepada Allah dan hari akhir selalu diikuti dengan perintah untuk melaksanakan amal shalih. Inilah makna operatif dari ungkapan al-Islamu aqidatun wa jihaadun, bahwa kebenaran Islam itu harus diyakini sekaligus juga diperjuangkan pengamalannya secara sungguh-sungguh dalam konteks kemaslahatan dan bebas dari perilaku teror.Apabila Iman telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia, maka kedua hal tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah adalah segala aturan islam yang mengatur hubungan antar sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik apabila telah memiliki dampak sosial yang baik. Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan cara ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik.

D. Hubungan Antara Iman, Ibadah, Muamalah, dan AhklakIman adalah pondasi keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang lain:Iman, ibadah dan Muamalah. Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan antara aqidah dengan pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis. Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang baik akan memelihara Iman.Dengan kata lain, ibadah adalah pelembagaan Iman dalam konteks hubungan antara makhluk dengan Khaliq; akhlaq merupakan buah dari aqidah dalam kehidupan yang etis dan egaliter; dan muamalah sebagai implementasi Iman dalam masyarakat yang bermartabahat dan menebar maslahat. Karena itu, agar Iman tumbuh dan berkembang, aqidah harus operatif dan fungsional. DiIndonesiakita menyaksikan beberapa ormas Islam yang telah berhasil mengembangkan amal usaha atau unit pelayanan umat seperti Panti sosial dan anak yatim, lembaga pendidikan dan pondok pesantren, balai pengobatan dan rumah sakit, lembaga pengumpul dan penyalur zakat serta lembaga-lembaga sosial keagamaan lainnya. Lembaga atau unit pelayanan umat tersebut, meminjam istilah M. Amin Abdullah, merupakan bentukfaith in action,buah keimanan yang aktif dan salah satu bentuk pengejawantahan tauhid sosialatau theologi pembangunan. Sayangnya, tidak sedikit buahfaith in actiontersebut yang terjebak pada bebagai kepentingan mulai dari ekonomi hingga politik.Agar tetap kokoh dan kuat serta menjadi penyangga seluruh sendi keber-Islaman, aqidah harus dijaga, dipelihara dan dipupuk sehingga bisa hidup subur dalam pribadi setiap Muslim. Pentingnya memelihara aqidah ini juga tersirat dalamSirrah Nabawiyah.Saat membangun masyarakat Islam di Makkah dan Madidah selama 23 tahun Rasulullah Muhammad SAW tidak kenal lelah membina Iman umatnya. Mengingat pentingnya Iman ini bisa dimengerti bila setiap surat dalam Al Quran mengandung pokok-pokok ajaran keimanan.Di tengah pasar bebas nilai dan ideologi saat ini, upaya merevitalisasi aqidah serasa memperoleh momentum. Mudah tergiurnya sebagian umat pada faham atau aliran-aliran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam merupakan efek dari lemahnya aqidah mereka. Ketidak peduliaan sebagian umat Islam terhadap kerusakan lingkungan dan kebobrokanmoraljuga indikasi rapuhnya bangunan aqidah. Mulai memudarnya etos dan jiwa voluntarisme di kalangan umat dan semakin menguatnya syahwat duniawi adalah konsekuensi logis dari redupnya aqidah. Saatnya sekarang membenahi dan merevitalisasi aqidah agar umat memiliki pondasi yang benar, kokoh dan fungsional. Dengan bekal inifaith in actionbisa dilipatgandakan untuk menghadirkan pesona Islam yang lebih ihsan pada kemanusiaan.Ajaran islam yang mengatur prilaku manusia baik dalam kaitanya sebagai makhluk dengan tuhannya maupun dalam kaitannya sebagai sesama mahluk, dalam term fiqih atau ushul alfiqh disebut dengan syariah. Sesuai dengan aspek yang diaturnya, syariah ini terbagi kepada dua yakni ibadah dan muamalah. Ibadah adalah syariah yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya, sedangkan muamalah adalah syariah yang mengatur hubungan antara sesama manusia. Pada gilirannya kegiatan ekonomi sebagai salah satu bentuk dari hubungan antara manusia ia bukan bagian dari aqidah, akhlaq dan ibadah melainkan bagian dari muamalah. Namun demikian masalah ekonomi tidak lepas dari maspek aqidah, akhlak maupun ibadah sebab dalam prespektif islam prilaku ekonomi harus selalu diwarnai oleh nilai-nilai Iman, aklak dan ibadah.

Jadi bisa dikatakan, Ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat Iman dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila seseorang telah memiliki akhlak yang baik.Contohnya :Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang berjanji maka harus ditepati. Jika orang menepati janji maka seseorang telah menjalankan aqidahnya dengan baik. Dengan menepati janji seseorang juga telah melakukan ibadah. Pada dasarnya setiap perbuatan yang dilakukan manusia arus didasari denga Iman yang baik.

BAB IVPENUTUP

A.KesimpulanBerdasarkan pada hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.2. Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara (terminology) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.3. Muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya4. Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab jama dari bentuk mufradnya Khuluqun yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.5. Iman adalah pondasi keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang lain:akhlaq, ibadah dan Muamalat. Iman yang kuat akan mengantarkan ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan antara Iman dengan pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis. Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang baik akan memelihara Iman.6. Apabila Iman telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia, maka kedua hal tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah adalah segala aturan islam yang mengatur hubungan antar sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik apabila telah memiliki dampak sosial yang baik. Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan cara ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik, maka diperlukan suatu adanya

B.SaranBerdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan maka penulis memberikan saran yakni Al Quran dan sunah merupakan dua pegangan, tuntunan dan pedoman hidup serta sebagai sumber utama bagi umat islam untuk dijadikan sebagai panduan analisis dalam mengkaji setiap persoalan yang muncul dalam kehidupan. Oleh karena itu penting kiranya bagi umat islam untuk terus berpegang teguh pada Al quran dan As sunah serta untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam Al quran dan As sunah. Dan dengan Al quran dan As sunah juga dapat memperkuat Aqidah, Ibadah, Muamalah dan Akhlak umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas,. 2007. Dasar Islam. Pustaka -Thariiq ilal Islaam (cet. Darul Wathan, th. 1421 H)Busyra, Zainuddin Ahmad,Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Quran Hadis,(Yogyakarta: Azna Books, 2010)At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah,Ensiklopedia Islam Al-Kamil,(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010)Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari,. 2007.Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jamaah.Pustaka Imam Syafii.H.A Djazuli &Yadi janwari, 2002.Lembaga-lembaga Perekonomian Umat.Jakarta: RajaGrafindo Persada.Muhammad, 2007.Aspek Hukum dalam Muamalat.Yogyakarta: Graha ilmu.Kaelany HD, 2009.Islam Agama Universa.Jakarta: Midada Rahma Press.Rahmat, Jalaludin, 2007.Dahulukan Akhlak diatas Fiqih.Bandung: PT. Mizan Utama.Salih bin fauzan bin Abdullah Al Fauzan,2000.Kitab Tauhid I. Jakarta : Yayasan Al- Sofwa.Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pengertian Ibadah dalam Islam, Ahlussunnah Palembang, diakses darihttp://salafiunsri.blogspot.com/2009/06/pengertian-ibadah-dalam-islam1.html, pada tanggal 4 Desember 2012, pada pukul 9.30 PMhttp://anitadeka.wordpress.com/2013/07/15/hubungan-aqidah-ibadah-muamalah-dan-ahklak/http://wikimedya.blogspot.com/2009/11/pengertian-marifatullah-ciri-ciri.htmlhttp://kangmarnogeo.blogspot.com/2012/10/aqidah-ibadah-dan-muamalah.html