IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KARTU KELUARGA …. Wiwi... · Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)...

25
Halaman | 152 JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KARTU KELUARGA SEJAHTERA (KKS) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN Oleh: Wiwi Syahriawiti dan Desi Kurnia FISIP UNTAG Cirebon ABSTRAKSI Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Program KKS dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan pada keluarga Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang telah memiliki Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, diperoleh hasil bahwa Implementasi Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) sebagai Variabel (X) berada pada kategori Cukup Baik yaitu 64,7% dan Kesejahteraan Keluarga sebagai Variabel (Y) berada pada kategori Cukup Baik yaitu 67,1%. Hal ini dapat dinyatakan bahwa Implementasi Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) berpengaruh terhadap Kesejahteraan Keluarga karena kedua variabel tersebut dinyatakan cukup baik. Hambatan yang ada dalam implementasi kebijakan ini yaitu kurangnya sosialisasi dari pemerintah pusat, validasi data yang kurang akurat dan adanya kecemburuan sosial di masyarakat. Rekomendasi dalam penelitian ini sebaiknya pemerintah mengadakan sosialisasi terlebih dahulu sebelum diimplementasikan. KATA KUNCI: Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), dan Kesejahteraan Keluarga PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar setelah Amerika Serikat yaitu 255.461.700 jiwa per-1 Juli 2015. Dengan jumlah jiwa sebanyak itu Indonesia masih memiliki masalah dengan kesejahteraan

Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KARTU KELUARGA …. Wiwi... · Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)...

H a l a m a n | 152

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KARTU

KELUARGA SEJAHTERA (KKS) DALAM MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KECAMATAN CIGUGUR

KABUPATEN KUNINGAN

Oleh:

Wiwi Syahriawiti dan Desi Kurnia

FISIP UNTAG Cirebon

ABSTRAKSI

Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Program KKS dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Cigugur Kabupaten

Kuningan pada keluarga Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang

telah memiliki Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Kecamatan Cigugur

Kabupaten Kuningan, diperoleh hasil bahwa Implementasi Kebijakan Program

Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) sebagai Variabel (X) berada pada kategori

Cukup Baik yaitu 64,7% dan Kesejahteraan Keluarga sebagai Variabel (Y) berada

pada kategori Cukup Baik yaitu 67,1%. Hal ini dapat dinyatakan bahwa

Implementasi Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) berpengaruh

terhadap Kesejahteraan Keluarga karena kedua variabel tersebut dinyatakan cukup

baik. Hambatan yang ada dalam implementasi kebijakan ini yaitu kurangnya

sosialisasi dari pemerintah pusat, validasi data yang kurang akurat dan adanya

kecemburuan sosial di masyarakat. Rekomendasi dalam penelitian ini sebaiknya

pemerintah mengadakan sosialisasi terlebih dahulu sebelum diimplementasikan.

KATA KUNCI: Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), dan

Kesejahteraan Keluarga

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah penduduk

terbesar setelah Amerika Serikat yaitu 255.461.700 jiwa per-1 Juli 2015. Dengan

jumlah jiwa sebanyak itu Indonesia masih memiliki masalah dengan kesejahteraan

H a l a m a n | 153

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

masyarakatnya, kemiskinan merupakan salah satu faktor penghambat

kesejahteraan masyarakat. Badan Pusat Statistik melaporkan jumlah penduduk

miskin Indonesia pada periode September 2015 mencapai 28,51 juta orang atau

11,13 persen dari total jumlah penduduk.

Menjadi negara sejahtera di berbagai aspek/bidang merupakan impian

dan cita-cita bersama masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Hal ini terlihat

dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menjadi dasar dan juga sebagai

amanah konstitusi yang tidak bisa kita lupakan begitu saja. Oleh karena itu,

pemerintah membuat perundang-undangan sosial dimana UU Nomor 11 Tahun

2009 sebagai payung dari segala peraturan perundang-undangan sosial lainnya.

Dalam UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial tersebut

dijelaskan bahwa :

1. Kesejahteraan sosial merupakan upaya terpenuhinya segala aspek kehidupan

oleh individu atau kolektif sehingga tercapai hidup yang layak.

2. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan tanggung jawab negara yang

ditujukan untuk individu dan atau kolektif yang tidak berdaya (miskin, cacat,

terlantar, dsb) dengan cara rehabilitasi, jaminan sosial, pemberdayaan,

perlindungan sosial dan bantuan sosial untuk tetap hidup wajar.

3. Kegiatan, upaya, wujud kesejahteraan sosial merupakan tanggung jawab

pemerintah pusat dan daerah otonomnya (pemerintah daerah provinsi dan

kabupaten/kota.

H a l a m a n | 154

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah mengeluarkan

beberapa kebijakan. Tahun 2005, lahir Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005

tentang Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan yang mempunyai tugas

melakukan langkah-langkah konkrit untuk mempercepat pengurangan jumlah

penduduk miskin di seluruh wilayah Indonesia melalui koordinasi dan

sinkronisasi penyusunan dan pelaksanaan penajaman kebijakan penanggulangan

kemiskinan.

Pada tahun 2009 lahir Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2009 tentang

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan sebagai pengganti peraturan

sebelumnya. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa arah kebijakan

penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana Pembangunan

Jangka Panjang dan ditetapkan pula pengelompokkan program-program

penanggulangan kemiskinan. Yang dalam peraturan sebelumnya Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan ini hanya disebutkan memiliki tugas melakukan

langkah konkrit dalam mempercepat penanggulangan kemiskinan dan berfungsi

menyusun dan melaksanakan kebijakan penanggulangan kemiskinan.

Pada masa pemerintah SBY-Boediono dibentuklah Lembaga Tim Nasional

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sebagai wadah koordinasi

lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan

percepatan penanggulangan kemiskinan. TNP2K dibentuk berdasarkan Peraturan

Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

H a l a m a n | 155

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Pemerintahan Presiden SBY pernah meluncurkan Kartu Perlindungan Sosial

(KPS) dalam rangka Program Percepatan dan Perluasan Sosial(P4S). Rumah

tangga berhak menerima program-program perlindungan sosial seperti beras

untuk rakyat miskin (raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Bantuan Langsung

Sementara Masyarakat (BLSM).

Pada saat ini Kartu Perlindungan Sosial (KPS) diganti dengan Kartu

Keluarga Sejahtera (KKS) yang diterbitkan pemerintah sebagai identitas bagi

penerima program perlindungan sosial. Dalam menjalankan program-program

perlindungan sosial ini, pemerintah mengeluarkan dua peraturan yaitu Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 166 Tahun 2014 tentang Penanggulangan

Kemiskinan dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014

tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia

Pintar, Program Indonesia Sehat untuk membangun keluarga produktif.

Bagi keluarga penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) ini berhak

mendapat program perlindungan sosial. Program Indonesia sehat, Program

Indonesia Pintar dan Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang merupakan

bagian dari program KKS. Ini berarti penerima KKS berhak mendapatkan Kartu

Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Program Simpanan

Keluarga Sejahtera yang diberikan dalam bentuk keuangan digital dengan

pemberian SIM Card yang berisi e-money dan dalam bentuk simpanan giro pos.

Dalam pendistribusian KKS ini dibutuhkan peran Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan (TKSK). Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia

H a l a m a n | 156

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Nomor 03 Tahun 2013 tentang Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK),

merupakan seseorang yang diberi tugas, fungsi dan kewenangan oleh

Kementerian Sosial dan/atau dinas/instansi sosial provinsi, dinas/instansi sosial

kabupaten/kota selama jangka waktu tertentu untuk melaksanakan dan/atau

membantu penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan wilayah

penugasan di Kecamatan.

Program Kartu Keluarga Sejahtera ini telah berjalan semestinya, namun

demikian tidak terlepas dari hal-hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun permasalahan yang peneliti amati di lapangan berkenaan dengan program

KKS ini, yaitu :

1. Ketidaksesuaian data penerima KKS sehingga tidak tepat sasaran.

2. Kurangnya edukasi mengenai program ini sehingga tujuan dari kebijakan ini

tidak tersampaikan dengan maksimal.

3. Kurangnya informasi dan sosialisasi terhadap program yang diselenggarakan

oleh pemerintah.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian dan uraian diatas, maka

permasalahan yang diteliti adalah :

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan program KKS dalam meningkatkan

kesejahteraan keluarga di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan?

2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam implementasi kebijakan

program KKS dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di Kecamatan

Cigugur Kabupaten Kuningan?

H a l a m a n | 157

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang

dihadapi dalam implementasi kebijakan program KKS tersebut di Kecamatan

Cigugur Kabupaten Kuningan?

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Cigugur, Jl. R.A. Mortasiah Soepomo

No. 02 Cigugur Kabupaten Kuningan-Jawa Barat. Telp/Fax. (0232) 874005.

Adapun lamanya penelitian kurang lebih 5 (empat) bulan, dari bulan April 2016

s.d Agustus 2016.

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRA DAN HIPOTESIS

Sebagai landasan teoritis tentang kebijakan mengenai implementasi

kebijakan program kartu keluarga sejahtera (KKS) dalam meningkatkan

kesejahteraan keluarga dan dasar kerangka pemikiran, peneliti berpedoman pada

pendapat para ahli tentang implementasi kebijakan.

Implementasi Kebijakan Publik

Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari Kamus Administrasi

Publik Chandler dan Plano (1988:107) dalam Harbani Pasolong (2014:38),

mengatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang stategis terhadap

sumber-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau

pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano beranggapan bahwa kebijakan publik

merupakan suatu bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi

kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat

hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

Kebijakan (policy) menurut James E. Ander (Irfan Islamy;2003:17) adalah :

H a l a m a n | 158

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

“a purposive course of action followed by an actor or set of actors in

dealing with a probleem or matter of concern”. (serangkaian tindakan yang

mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang

pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya Implementation and

Public Policy (1983) dalam Leo Agustino (2004:139) mendefinisikan

implementasi kebijakan sebagai :

“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk

undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan

peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah

yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur

proses implementasinya”.

Sedangkan, Van Metter dan Van Horn (1975), mendefinisikan

implementasi kebijakan, sebagai :

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijaksanaan”.

Dari definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan

menyangkut tiga hal, yaitu: (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya

aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; (3) adanya hasil kegiatan.

Kebijakan publik sendiri timbul karena respon terhadap tuntutan atau

penyelesaian atas isu publik. Berdasar uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan

melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan

H a l a m a n | 159

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu

sendiri.

Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart

Jr. (2000:104) dalam Leo Agustino (2014:139) dimana mereka katakan bahwa

implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu

implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian

tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin

diraih.

Berdasarkan kajian-kajian terdahulu, maka peneliti mengambil teori

kebijakan yang dikemukakan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier sebagai

media analisis dalam penelitian ini. Mazmanian dan Sabatier dalam Deddy

Mulyadi (2015:70) menjelaskan bahwa ada tiga variabel yang mempengaruhi

keberhasilan implementasi, yakni :

1. Karakteristik dari masalah (tractability of the problems), indikatornya :

a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan

b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran

c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi

d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan

2. Karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to stucture

implementation), indikatornya :

a. Kejelaasan isi kebijakan

b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis

c. Besarnya alokasi sumber daya finansial terhadap kebijakan tersebut

d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai

institusi pelaksana

e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana

f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan

g. Seberasa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi

dalam implementasi kebijakan

3. Variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation),

indikatornya :

a. Kondisi soisal ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi

b. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan

c. Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups)

d. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor

H a l a m a n | 160

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Lingkup Kesejahteraan Keluarga

Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah

kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar

dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya.

Adapun yang dimaksud kesejahteraan sosial menurut Friedlander (1980)

dalam Adi Fahrudin (2012:9) adalah sebagai berikut :

“Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-

pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu

individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup

dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga

memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan

kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga

dan masyarakatnya”.

Kesejahteraan keluarga sebagai variabel terikat dalam penelitian ini, dan

untuk mengukur sebagai acuan dalam penilaian kesejahteraan keluarga

menggunakan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh

Friedlander & Apte (1982) dalam Fahrudin (2012:12) diantaranya adalah :

1. Fungsi Pencegahan (Preventive)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dam

masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. Dalam

masyarakat transisi, upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan

untuk membantu menciptakan pola-pola baru dalam hubungan sosial serta

lembaga-lembaga sosial baru.

2. Fungsi Penyembuhan (Curative)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi

ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami

masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat.

Dalam fungsi ini tercakup juga fungsi pemulihan (rehabilitasi).

3. Fungsi Pengembangan (Development)

H a l a m a n | 161

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung

ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan

tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.

4. Fungsi Penunjang (Supportive)

Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan

sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain.

Paradigma pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar

dibawah ini :

Gambar 1

Paradigma Pemikiran tentang Implementasi Kebijakan Program Kartu

Keluarga Sejahtera (KKS) dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Keluarga di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan

1.5.2 Hipotesis

Bertitik tolak pada kerangka pemikiran yang telah diungkapkan di atas,

maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

“Jika Implementasi Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)

didasarkan pada faktor-faktor implementasi kebijakan maka tingkat kesejahteraan

keluarga meningkat”.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Letak geografis Kecamatan Cigugur terletak pada kordinat 108 BB 156

BT, 57 LU 723 LS. Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan secara definitif

diresmikan pada tanggal 07 Februari 1992, berlokasi di kaki gunung Ciremai pada

Implementasi Kebijakan

menurut Daniel Mazmanian &

Sabatier dalam Mulyadi (2015)

1. Karakteristik Masalah

2. Karakteristik kebijakan/UU

3. Variabel Lingkungan

Kesejahteraan Sosial menurut

Friedlander & Apte dalam

Fahrudin (2012)

1. Pencegahan

2. Penyembuhan

3. Pengembangan

4. Penunjang

H a l a m a n | 162

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

ketinggian 700-800 meter diatas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 23° C

sampai dengan 27° C. Luas wilayah Kecamatan Cigugur ± 3.369.576 ha.

Tabel 1.

Jumlah Penduduk setiap Desa/Kelurahan

No. Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk

Ket. Penduduk Rumah Tangga

1. Cigugur 7.528 2.418

2. Sukamulya 3.368 1.042

3. Cigadung 7.376 1.895

4. Winduherang 3.553 1.038

5. Cipari 4.411 1.325

6. Puncak 4.316 1.293

7. Cileuleuy 4.322 1.313

8. Babakanmulya 3.116 943

9. Cisantana 6.412 1.958

10. Gunungkeling 1.763 423

Jumlah 46.165 13.648

Sumber Data: Kecamatan Cigugur, 2015.

Visi Kecamatan Cigugur dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan (2014-

2018) yaitu “Cigugur sebagai daerah wisata budaya dan religi yang berorientasi

kepada Agropolitan dan Agrowisata dalam suasana Mandiri, Agamis, dan

Sejahtera”.

Untuk mewujudkan visi tersebut dituangkan dalam misi:

1. Membina kerukunan antar umat beragama melalui penanaman nilai-nilai

agama dalam aktivitas kerjasama masyarakat, organisasi keagamaan dan

pemerintah.

H a l a m a n | 163

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

2. Pengembangaan kemampuan sumber daya manusia dalam meningkatkan

kualitas pendidikan formal, non formal dan informal, kualitas kesehatan dan

daya saing dalam kehidupan yang berbudaya, agamis, dan harmonis.

3. Memantapkan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber

daya air, diversifikasi pangan dan pengembangan wisata alam serta

agrowisata.

4. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang didasari pengelolaan tata

pemerintahan yang baik melibatkan stakeholder yang ada.

5. Meningkatkan keanekaragaman komoditi unggulan dan pemberdayaan

kerakyatan melalui pengembangan ekonomi kreatif, kemitraan dan koperasi.

Sesuai dengan Visi dan Misi Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan

dalam pelaksanaannya mempunyai tujuan-tujuan antara lain:

1. Meningkatkan persatuan dan kesatuan antar umat beragama di wilayah

Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan

2. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat Kecamatan

Cigugur Kabupaten Kuningan

3. Tersedianya sarana dan sarana pendidikan yang memadai baik fisik maupun

tenaga pendidikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku hidup

bersih dan sehat melalui perilaku keseharian dan berolahraga

4. Menjadikan wilayah Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan sebagai daerah

tujuan wisata yang memiliki nilai budaya lokal tinggi di Kabupaten Kuningan

5. Terwujudnya wilayah pengembangan wisata alam serta agrowisata

H a l a m a n | 164

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

6. Meningkatkan pemeliharaan hutan, lingkungan hidup dan sumber mata air

yang menunjang pertanian dan wisata

7. Meningkatkan etos kerja dan disiplin, serta tugas pokok dan fungsi,

kemampuan dan keterampilan pegawai dan terbangunnya peran lembaga

masyarakat pedesaan

8. Tercapainya proyek-proyek sesuai dengan perencanaan dan terciptanya

suasana aman, tentram dan tertib

9. Terwujudnya dan terpeliharanya sarana dan prasarana sosial ekonomi,

lingkungan hidup, sumber mata air, dan terwujudnya wilayah pengembangan

wisata alam serta agrowisata

Faktor-faktor penentu keberhasilan seperti kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman pada Kecamatan Cigugur Kabupaten Kunigan:

a. Kekuatan

1. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan

2. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 61 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok,

Fungsi dan Uraian Tugas Unit-unit Organisasi Kecamatan

3. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 13 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kuningan Tahun 2014

4. Kuantitas pegawai SDM cukup memadai

5. Partisipasi masyarakat dan dukungannya tingkat atas sangat baik

b. Kelemahan

H a l a m a n | 165

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

1. Sumber daya aparatur relatif rendah

2. Fasilitas kerja dan anggaran masih kurang mendukung

3. Disiplin pegawai belum efektif

4. Sistem pengawasan masih lemah

5. Kondisi wilayah dan perekonomian Kecamatan Cigugur Kabupaten

Kuningan

c. Peluang

1. Otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab

2. Pengawasan

3. Koordinasi antar Dinas Instansi yang harmonis

4. Potensi daerah dukungannya tingkat atas sangat baik

5. Kondisi politik / keamanan yang kondusif

d. Ancaman

1. Pengaruh budaya kota

2. Bencana alam

3. Munculnya aliran sesat

4. Dampak krisis fiskal dan moneter nasional

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis.

Metode deskriptif analisis merupakan metode yang bertujuan mendeskripsikan

atau memberikan gambaran terhadap suatu obyek penelitian yang diteliti melalui

sampel atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku

umum (Sugiyono, 2009).

H a l a m a n | 166

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer, yaitu

data yang dikumpulkan secara langsung dari lapangan penelitian melalui

wawancara, observasi, kuesioner. Angket disebarkan ke seluruh responden yang

menjadi sampel dan wawancara dengan TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan) sebagai tenaga pembantu dalam pendistribusian KKS (Kartu

Keluarga Sejahtera) ini.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

masyarakat yang mendapat Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yaitu 2342 dari

seluruh Kecamatan Cigugur.

Tabel 2

Jumlah Populasi Penerima KKS

No. Desa/Kelurahan Jumlah Penerima KKS

1. Sukamulya 78

2. Cisantana 691

3. Cipari 71

4. Cileleuy 180

5. Cigugur 208

6. Cigadung 305

7. Babakanmulya 243

8. Gunungkeling 50

9. Winduherang 129

10. Puncak 387

Jumlah 2342

Sumber Data: Kecamatan Cigugur, 2015.

H a l a m a n | 167

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Selanjutnya yang dijadikan sampel diambil dengan metode simple

random sampling, cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan

acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi

tersebut (Riduwan, 2014:10). Penentuan banyaknya jumlah sampel adalah

menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut :

Dengan e (presisi) 10% diperoleh sampel sebanyak 99,95

dibulatkan jadi 100 responden.

Untuk kepentingan pengukuran variabel penelitian, maka kedua

variabel perlu dioperasionalkan dalam sejumlah indikator sebagai dasar

penyusunan instrumen penelitian, sebagai berikut:

Tabel 3

Operasional Variabel Bebas (X) dan Variabel Terikat (Y)

Variabel Dimensi Indikator

Variabel Bebas

(X) :

Implementasi

Kebijakan

(Mazmanian dan

Sabatier dalam

Deddy Mulyadi

2015:70)

1. Karakteristik Masalah

(tractability of the

problem)

1. Dukungan teknologi

2. Tingkat kemajemukan dari

kelompok sasaran

2. Karakteristik Kebijakan

(ability of statute to

structure)

3. Kejelasan petunjuk

pelaksanaan

4. Pelaksanaan koordinasi

5. Pelaksanaan sosialisasi

6. Aturan pelaksanaan dari

lembaga pelaksana

7. Variabel Lingkungan

(nonstatutory variables

affecting implementation)

7. Sikap pelaksana program

8. Komitmen pelaksana

program

9. Pemberian

motivasi/dukung-an dari

pejabat lebih tinggi

Variabel Terikat 1. Pencegahan (Preventive) 1. Pelaksanaan pemberian

bantuan

2. Pemanfaatan bantuan

H a l a m a n | 168

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Variabel Dimensi Indikator

(Y) :

Kesejahteraan

Keluarga

(Friedlander dan

Apte dalam Adi

Fahrudin 2012:12)

2. Penyembuhan (Curative) 3. Peningkatan dalam bidang

kesehatan

4. Peningkatan dalam bidang

pendidikan

5. Peningkatan dalam bidang

ekonomi

3. Pengembangan

(Development)

6. Perubahan pola pikir

keluarga

7. Perubahan kondisi

keluarga

4. Penunjang (Supportive) 8. Program memperhatikan

aspek berkelanjutan

9. Peningkatan produktivitas

keluarga

Dalam mengumpulkan data penelitian digunakan angket sebagai instrumen

penelitian dengan menggunakan Skala Likert, yang disusun bertingkat dengan

pemberian bobot nilai (skor) sebagai berikut :

Tabel 4

Bobot Skor Jawaban

No. Jawaban Skor

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju 3

4. Tidak Setuju 2

5. Sangat Tidak Setuju 1

Selanjutnya hasil jawaban responden dianalisa dengan menghitung

persentase masing-masing tanggapan indikator penelitian. Klasifikasi kriteria

penilaian prosentase adalah sebagai berikut :

H a l a m a n | 169

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Tabel 5

Klasifikasi Kriteria Penilaian Prosentase

No. Interval Prosentase Kriteria

1. 20 - 35,9 Sangat Tidak Baik

2. 36 – 51,9 Tidak Baik

3. 52 – 67,9 Cukup Baik

4. 68 – 83,9 Baik

5. 84 – 100 Sangat Baik

HASIL PENELITIAN

Implementasi Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dalam

Meningkatkan Kesejahteran Keluarga di Kecamatan Cigugur Kabupaten

Kuningan. Implementasi kebijakan dapat diukur keberhasilannya dilihat dari

proses dan pencapaian tujuan akhir. Berkaitan dengan penelitian mengenai

kebijakan ini penulis menggunakaan teori implementasi kebijakan menurut Daniel

Mazmanian dan Paul Sabatier (Deddy Mulyadi, 2015:70), bahwa implementasi

kebijakan dipengaruhi beberapa faktor yaitu, Karakteristik masalah, Karakteristik

kebijakan/Undang-Undang, dan Variabel lingkungan.

Berdasarkan hasil jawaban responden terhadap indikator faktor-faktor

tersebut, maka dapaat penulis simpulkan bahwa kumulatif tanggapan responden

mengenai variabel implementasi kebijakan adalah sebagai berikut:

H a l a m a n | 170

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Tabel 6

Skor Jawaban Responden untuk Variabel Implementasi Kebijakan

Indikator

Frekuensi (Skor Jawaban)

Jumlah

5 4 3 2 1

1 3 (15) 51 (204) 33 (99) 13 (26) 0 (0) 100 (344)

2 3 (15) 34 (136) 54 (162) 9 (18) 0 (0) 100 (331)

3 1 (5) 43 (172) 45 (135) 11 (22) 0 (0) 100 (334)

4 1 (5) 41 (164) 40 (120) 18 (36) 0 (0) 100 (325)

5 2 (10) 43 (172) 35 (105) 18 (36) 2 (2) 100 (325)

6 0 (0) 42 (168) 42 (126) 16 (32) 0 (0) 100 (326)

7 1 (5) 31 (124) 32 (96) 36 (72) 0 (0) 100 (297)

8 2 (10) 46 (184) 39 (117) 12 (24) 1 (1) 100 (336)

9 1 (5) 31 (124) 36 (108) 28 (56) 4 (4) 100 (297)

Jumlah 14 (70) 362

(1448)

356

(1068)

161

(322) 7 (7) 900 (2915)

Sumber Data: Hasil Penelitian 2016.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jawaban skor yang

diperoleh pada Variabel (X) Implementasi Kebijakan ialah 2915. Skor maksimal

indikator adalah 5 x 9 x 100 = 4500. Dengan demikian, nilai pencapaian

persentase Variabel Implementasi Kebijakan adalah 2915 / 4500 x 100 = 64,7%

yang termasuk pada kategori Cukup Baik (52 – 67,9).

Adapun jawaban responden terhadap indikator variabel kesejahteraan

keluarga adalah sebagai berikut:

H a l a m a n | 171

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Tabel 7

Skor Jawaban Responden untuk Variabel Kesejahteraan Keluarga

Indikator

Frekuensi (Skor Jawaban)

Jumlah

5 4 3 2 1

1 0 (0) 9 (36) 41 (123) 3 (6) 12 (12) 65 (247)

2 4 (20) 70 (280) 21 (63) 25 (50) 0 (0) 120 (413)

3 1 (5) 61 (244) 26 (78) 12 (24) 0 (0) 100 (351)

4 5 (25) 72 (288) 13 (39) 10 (20) 0 (0) 100 (372)

5 1 (5) 32 (128) 45 (135) 22 (44) 0 (0) 100 (312)

6 6 (30) 58 (232) 23 (69) 13 (26) 0 (0) 100 (357)

7 0 (0) 49 (196) 36 (108) 15 (30) 0 (0) 100 (334)

8 0 (0) 40 (160) 40 (120) 20 (40) 0 (0) 100 (320)

9 1 (5) 34 (136) 43 (129) 22 (44) 0 (0) 100 (314)

Jumlah 18 (90) 425

(1700)

288

(864)

177

(354) 12 (12) 920 (3020)

Sumber Data: Hasil Penelitian 2016.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jawaban skor yang diperoleh pada

Variabel (Y) Kesejahteraan Keluarga berdasarkan tabulasi skor tanggapan

responden ialah 3020. Skor maksimal indikator adalah 5 x 9 x 100 = 4500.

Dengan demikian, nilai pencapaian persentase Variabel Kesejahteraan Keluarga

adalah 3020 / 4500 x 100 = 67,1%, yang artinya pada termasuk interval kategori

Cukup Baik (52 – 67,9).

H a l a m a n | 172

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam Implementasi

Kebijakan KKS di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan antara lain sebagai

berikut :

1. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah pusat, mengingat jarak waktu dari sejak

peraturan diterbitkan ke pelaksanaan kebijakan itu sendiri terhitung hanya satu

bulan sehingga untuk pelaksanaan di lapangan terlalu tergesa-gesa dan

implementor yang berada dibawah pemerintah pusat merasakan kesukaran-

kesukaran tersendiri.

2. Validasi data menjadi salah satu hambatan. Data yang kurang akurat

mengakibatkan kerancuan terkait sasaran atau kategori penerima program

KKS ini.

3. Terjadi kecemburuan sosial di masyarakat karena dirasa kurang tepat sasaran,

antara yang mendapatkan bantuan program KKS dengan yang tidak

mendapatkan bantuan program KKS

Upaya yang dilakukan TKSK untuk mengatasi hambatan-hambatan

implementasi kebijakan program KKS dalam meningkatkan kesejahteraan

keluarga:

1. TKSK melakukan sosialisasi secara bertahap sedikit demi sedikit kepada

masyarakat dengan mensosialisasikan cara penggunaan dari KKS dan

memberikan pengertian, penyuluhan terkait KKS.

2. Melakukan check dan recheck mengenai data yang menerima KKS kemudian

di distribusikan kepada rumah tangga yang menjadi sasaran.

H a l a m a n | 173

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

3. Memberikan pengarahan dan pengertian kepada masyarakat bahwa

mekanisme penentuan sasaran dilakukan oleh pemerintah pusat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Implementasi Kebijakan Program KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga di Kecamatan Cigugur Kabupaten

Kuningan dapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) telah

dilaksanakan dengan cukup baik dilihat dari dimensi karakteristik masalah,

karakteristik kebijakan, dan variabel lingkungan. Hal ini berdasarkan hasil

penyataan-pernyataan yang diberikan responden dari indikator-indikator

setiap dimensi yang diakumulasi dan diperoleh nilai prosentase 64,7% yang

artinya Implementasi Kebijakan Program KKS telah dilaksanakan dengan

cukup baik. Kesejahteraan Keluarga dilihat dari dimensi pencegahan,

penyembuhan, pengembangan, dan penunjang berdasarkan pernyataan-

pernyataan yang diberikan kepada responden dari setiap indikator yang

diakumulasi dan diperoleh nilai prosentase 67,1% yang artinya dinyatakan

cukup baik. Maka berdasarkan hal tersebut bahwa Implementasi Kebijakan

Program KKS berpengaruh terhadap Kesejahteraaan Keluarga dan memiliki

hubungan karena kedua variabel tersebut berdasarkan hasil peenelitian

dinyatakan cukup baik.

H a l a m a n | 174

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

2. Faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan kebijakan program KKS

yaitu kurangnya sosialisasi dari pemerintah pusat. Permasalahan yang muncul

dilapangan terkait sasaran dan validasi data yang kurang akurat dan

permasalahan sosial di masyarakat seperti kecemburuan sosial.

3. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan diatas yaitu

dengan melakukan sosialisasi, melakukan pengecekan ulang kartu yang akan

di distribusikan kepada masyarakat dan pemberian pengarahan, pengertian

kepada masyarakat.

Saran

1. Pemerintah pusat sebaiknya menyusun mekanisme terbaik yang paling aman

dan minim permasalahan sekaligus memperhatikan perangkat di tingkat

bawah, utamanya berkaitan dengan program KKS ini.

2. Pemberian pesan utama dari kebijakan utamanya merupakan hal yang

pertama harus dilakukan sebelum pelaksanaan program dari kebijakan yang

dibuat agar tujuan yang diharapkan dari pemerintah dapat dipahami dan

dimengerti oleh kelompok sasaran yang dituju. Sehingga sosialisasi bukan

salah satu masalah dalam pelaksanaan suatu kebijakan.

H a l a m a n | 175

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo, 2014. Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta.

Agus Purwanto, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti, 2015. Implementasi

Kebijakan Publik : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Yogyakarta: Gava

Media.

Ali, Faried dan Andi Syamsu Alam, 2012. Studi Kebijakan Pemerintah,

Bandung: Refika Aditama.

, 2012. Studi Analisa Kebijakan, Bandung: Refika Aditama.

Ali, Faried, 2011. Teori dan Konsep Administrasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada.

Dunn, William N, 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Fahrudin, Adi, 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung: Refika Aditama.

Islamy, Irfan, 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta:

Bumi Aksara.

Mulyadi, Deddy, 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, Bandung:

Alfabeta.

Parsons, Wayne, 2006. Public Policy (Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan), Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Pasolong, Harbani, 2014. Teori Administrasi Publik, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Silalahi, Ulber, 2012. Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama.

Suharto, Edi, 2014. Analisis Kebijakan Publik, Bandung: CV. Alfabeta.

Tachjan, 2006. Implementasi Kebijakan Publik, Bandung: AIPI.

Wrihatnolo, Randy R, 2011. Problematika Kemiskinan dan Orientasi

Penanggulangan Kemiskinan, Jakarta: Institute for Development and Public

Policy.

Perundang-undangan:

Undang – undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan.

Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

H a l a m a n | 176

JURNAL EKONOMI ISSN: 2302-7169 Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2016

Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

Peraturan Presiden RI No. 166 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kemiskinan.

Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, Program

Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif.