IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

90
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN GRAND INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Muhammad Himawan Adi Nugroho 1113112000033 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 1441 H/2020

Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI

KAWASAN GRAND INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhammad Himawan Adi Nugroho

1113112000033

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1441 H/2020

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN GRAND

INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhammad Himawan Adi Nugroho

NIM: 1113112000033

Dosen Pembimbing,

Dr. Agus Nugraha, M.A

NIP. 19680801 200003 1 001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1441 H/2020 M

Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN GRAND

INDONESIA

1. Merupakan Karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Juli 2020

Muhammad Himawan Adi Nugroho

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

iii

PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI

Dengan ini pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Muhammad Himawan Adi Nugroho

Nim : 1113112000033

Progran Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi, dengan judul:

Implementasi Kebijakan Perparkiran di Kawasan Grand Indonesia

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 7 Juli 2020

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin Hasan, M.Si Dr. Agus Nugraha, M.A

NIP. 197010132005011003 NIP. 19680801 200003 1 001

Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

iv

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

Implementasi Kebijakan Perparkiran di Kawasan Grand Indonesia

Oleh

Muhammad Himawan Adi Nugroho

1113112000033

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 17 Juli 2020 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si

Suryani, M.Si

NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19770424 200710 2 003

Penguji I, Penguji II,

Dra. Hj. Gefarina Djohan, MA

Dr. Haniah Hanafie, M.Si

NIP: 19631124 199903 2 001 NIP: 19610524 200003 2 002

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17 Juli

2020

Ketua Program Studi Ilmu Politik

FISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP: 19701013 200501 1 003

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

v

ABSTRAKSI

Nama : Muhammad Himawan Adi Nugroho

Judul : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPAKIRAN DI KAWASAN

GRAND INDONESIA

Penelitian ini menganalisa Peraturan Daerah (Perda) Provinsi DKI Jakarta

Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran, dalam menanggulangi parkir liar di

kawasan Grand Indonesi. Kawasan Grand Indonesia berlokasi di Jalan Kebon

Kacang Raya yang merupakan jalan arteri penghubung antara Jalan KH. Mas

Mansyur menuju ke Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat. Faktor banyaknya

gedung perkantoran dan perbelanjaan, memunculkan oknum-oknum yang

memanfaatkan lahan kosong untuk dijadikan tempat parkir. Ini jelas melanggar

peraturan daerah. Selain menimbulkan kemacetan, parkir liar ini juga

memunculkan tindak pidana. Pengelolaan izin yang tidak resmi, menjadi pemicu

pengelola parkir liar saling mengklaimkan diri. Perlu adanya penanganan khusus

dari Dinas Perhubungan. Juga kesadaran masyarakat dalam memilih tempat parkir

yang sudah ditetapkan.

Terlahirnya Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang

Perparkiran dikarenakan bertambahnya jumlah kendaraan di Kota Jakarta yang

nantinya akan meningkatkan kepadatan lalu lintas. Berdasarkan penelitian,

Implementasi Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang

Perparkiran belum Berjalan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dengan

merujuk pada pandangan George C. Edwars III mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi berjalalan dengan baik atau tidaknya kebijakan yaitu, komunikasi,

sumber daya, disposisi atau sikap, dan struktur birokrasi.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dengan teknik

pengumpulan data melalui wawancara dan studi pustaka, serta meninjau lokasi

langsung. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, didapatkan hasil yaitu

implementasi dari Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perpakiran di Kawasan

Grand Indonesia sudah sesuai peraturan yang berlaku, walaupun belum Berjalan

dengan baik.

Kata Kunci: Kebijakan Publik, Peraturan Daerah, Implementasi Kebijakan,

Pedoman Perparkiran.

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang

diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Rasa syukur tiada henti penulis ucapkan tatkala dapat menyelesaikan salah satu

persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Ilmu Politik, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Peraparkiran di kawasan

Grand Indonesia”,penulis memberikan gambaran secara umum tentang bagaimana

implementasi dari kebijakan perparkiran di Kawasan Grand Indonesia. Penulis

menyadari bahwa keberhasilan dalam menyusun skripsi ini bukan semata-mata

karena kemampuan individu penulis saja, melainkan karena tuntunan Allah SWT dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui skripsi ini, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. Selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.

2. Prof. Dr. Ali Munhanif, MA, Ph,D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf dan

jajarannya.

3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

vii

5. Dr. Agus Nugraha, MA, selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan

waktu dan arahannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu, wawasan selama

masa perkuliahan.

7. Tiodor Sianturi, selaku Kepala Unit pengelola perparkiran. Terima kasih atas

waktu dan kesempatannya untuk penulis dapat langsung bertemu sapa untuk

wawancara dan mendapatkan data penelitian.

8. Hidayatullah, selaku Camat Tanah Abang dan Winetrin, selaku Lurah kebon

melati. Terima kasih atas waktu dan kesempatannya untuk penulis dapat

melakukan wawancara terkait penelitian ini.

9. Petugas SatPelHub Kecamatan Tanah Abang. Terima kasih karena telah

membantu penulis dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk

penelitian ini dan telah mengatur waktu untuk melakukan wawancara.

10. Petugas Dinas Perhubungan, karena telah berkenan untuk menjawab

pertanyaan wawancara dari penulis.

11. Orang tua tercinta, Alm. Irwansyah dan Titi Diarty. Tanpa doa dan dukungan

mereka berdua penulis tidak akan sampai di titik ini.

12. Untuk Sahabat-sahabat saya Yuni Purwanti, Guntur Indrayana, Cahyo Eko

Pambudi, Allenia Kimalaksmy, Nur Azky Aulia, Farida Ariyani, Lina

Handayani Terima kasih atas sudah selalu membantu dengan segala

keikhlasan kalian dalam menerima segala sifat dan sikap buruk penulis ketika

dalam masa sulit.

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

viii

13. Teman-teman Program Studi Ilmu Politik, kelas A, angkatan 2013 Irin Gita,

Gunawan Muhammad, Muhammad Syahid Hasan, dan teman-teman lain yang

tidak dapat penulis tuliskan satu-satu. Terima kasih telah memberi warna di

kehidupan kelas selama perkuliahan berlangsung tujuh tahun ini.

Jakarta, 7 Juli 2020

Muhammad Himawan Adi Nugroho

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................................ ii

PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI ............................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...................................... iv

ABSTRAKSI .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah .................................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 7

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8

E. Metode Penelitian ................................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13

BAB II ................................................................................................................... 15

KERANGKA TEORI ........................................................................................... 15

A. Kebijakan Publik ......................................................................................... 15

B. Pedoman Perparkiran ............................................................................. 32

BAB III ................................................................................................................. 37

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

x

LATAR BELAKANG PENERAPAN KEBIJAKAN PERPAKIRAN DI

KAWASAN GRAND INDONESIA .................................................................... 37

A. Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta ................................................ 37

Tabel III.A.1 Luas area, Jumlah Kecamatan, dan Kelurahan ....................... 39

Tabel III.A.2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun

2010-2018 ..................................................................................................... 40

B. Gambaran Umum Kawasan Mall Grand Indonesia................................ 41

B.1. Profil Umum Wilayah Kawasan Grand Indonesia .................................... 41

C. Dinas Perhubungan DKI Jakarta ............................................................ 46

BAB IV ................................................................................................................. 53

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPAKIRAN DI KAWASAN

GRAND INDONESIA .......................................................................................... 53

A. Kebijakan Perpakiran di Kawasan Grand Indonesia .............................. 53

B. Implementasi Kebijakan perparkiran dikawasan Grand Indonesia

58

C. Penghambat Implementasi Kebijakan Perparkiran di Kawasan Grand

Indonesia ........................................................................................................... 69

BAB V ................................................................................................................... 73

PENUTUP ............................................................................................................. 73

A. Kesimpulan ............................................................................................. 73

B. Saran ....................................................................................................... 73

Skripsi dan Jurnal Elektronik ........................................................................... 76

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1 Luas area, Jumlah Kecamatan, dan Kelurahan ............................... 39

Tabel III.A.2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun 2010-

2018 ....................................................................................................................... 40

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Peta DKI Jakarta.............................................................................. 38

Gambar III.2 Peta Kawasan Grand Indonesia ....................................................... 43

Gambar III.3 Kondisi Parkir di Bahu Jalan ........................................................... 46

Gambar III.4 Strukutur Organisasi Dinas Perhubungan DKI Jakarta ................... 50

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Sebagai pusat pemerintahan, DKI Jakarta menjadi kiblat dari perkembangan

modernisasi di Indonesia. Pembangunan di DKI Jakarta selalu berkembang. Hal

ini menyebabkan lahan kosong yang tersedia semakin berkurang dan terbatas.

Permasalahan utama dari ini adalah pelanggaran parkir yang semakin banyak,

yang terjadi di beberapa titik rawan. Selain itu, masyarakat belum mengetahui

tentang aturan-aturan dalam parkir. Juga belum mampu membedakan mana

tempat parkir resmi dengan tempat parkir tidak resmi. Sesuai dengan Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah

kabupaten/kota berhak membuat peraturan daerahnya sendiri sesuai dengan

kondisi dan keadaan daerahnya tersebut.1 Berdasar pada itu, pemerintah daerah

Provinsi DKI Jakarta memunculkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perpakiran. Perda tersebut dibuat

untuk menanggulangi regulasi parkir yang seharusnya diterapkan di DKI Jakarta.

Tulisan-tulisan yang melarang parkir di wilayah tertentu nyatanya tidak

berpengaruh banyak. Pelanggaran masih ada. Salah satunya di kawasan Grand

Indonesia. Permasalahan parkir liar banyak ditemui di kawasan ini, khususnya

yang berada di sepanjang jalan Thamrin City dan Grand Indonesia. Pihak

penyelenggara gedung padahal sudah memberikan fasilitas parkir resmi. Namun,

1Undang-Undang Republik Indonesia, Undang-Undang Otonomi Daerah tentang

Pemerintahan Daerah, UU Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah Kabupaten/Kota berhak membuat

peraturan daerahnya sendiri sesuai dengan kondisi dan keadaan daerahnya tersebut.

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

2

karena tidak cukupnya lahan yang disediakan dan mahal tarif parkirnya, membuat

oknum tertentu menarik keuntungan dengan membangun parkiran baru di

sekitaran gedung yang memanfaatkan lahan renggang dan tarif murah.

Padahal pada Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang

Perpakiran, Bab I Pasal 1 Nomor 19 disebutkan bahwa “penyelenggara parkir

adalah pemerintah daerah dan badan usaha yang diberi izin menyelenggarakan

parkir, yang memberikan pelayanan perparkiran kepada masyarakat”2. Oknum

tersebut jelas bukan merupakan badan usaha resmi yang mengantongi izin dari

pemerintah daerah untuk menyelenggarakan parkir. Ini berdasarkan pada

ketentuan Bab IV Pasal 22 yang menyatakan bahwa:

Untuk mendapatkan izin penyelenggaraan parkir sebagaimana dimaksud,

penanggungjawab badan usaha harus mengisi permohonan izin

penyelenggaraan parkir dengan melampirkan persyaratan administrasi

dan teknis. Kemudian bagi penyelenggaraan usaha parkir murni harus

melampirkan hasil analisis dampak lalu lintas yang telah mendapatkan

persetujuan dari Kepala Dinas Perhubungan dan penyelenggara usaha

parkir harus memenuhi ketentuan pelaksanaan on-line sistem pajak

daerah.3

Karena faktanya, penyelenggaraan parkir liar di kawasan Grand Indonesia

menjadi salah satu sumber kemacetan lalu lintas.4 Selanjutnya, ketentuan

pengelolaan parkir dikemukakan pada Bab 1 Pasal 1 Nomor 20, “pengelola parkir

adalah pemerintah provinsi DKI Jakarta yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

2Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5

Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, Bab I ps. 1 ayat 19, hal. 5. 3.Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5

Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, Bab IV ps. 22, hal. 11. 4Rivki, “Penampakan Parkir Liar di Sekitaran Thamrin City,” News.detik.com, 18 Oktober

2016 [surat kabar on-line]; tersedia di http://www.news.detik.com; internet; diakses pada 23 April

2019.

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

3

pembinaan, pengawasan dan pengendalian perparkiran”5. Oknum pengelola parkir

tersebut juga menyelenggarakan parkir dengan spontanitas. Tidak adanya tata cara

dalam pengelolaan parkir seperti yang seharusnya. Pemungutan retribusi tarif

parkir juga ditetapkan secara individual. Pengelola parkir liar mematok tarif parkir

harian, berbeda dengan tarif parkir yang ditetapkan pengelola gedung yaitu per

jam. Hal ini tentunya menarik simpati masyarakat sebagai pengguna jasa parkir.

Mereka lebih memilih memarkirkan kendaraannya di tempat yang lebih murah.

Padahal, ada kewajiban khusus yang juga harus dilaksanakan oleh pengguna jasa

parkir. Salah satunya yang tertera dalam Bab IV Pasal 37 yang mengatakan

bahwa:

Setiap pengguna jasa parkir dilarang parkir di luar batas Satuan Ruang

Parkir (SRP) yang ditetapkan oleh penyelenggara parkir. Lalu setiap

pengguna jasa parkir dilarang menempatkan kendaraan yang dapat

mengurangi atau merintangi kebebasan kendaraan yang akan keluar atau

masuk ke tempat parkir atau dapat menyebabkan terganggu kelancaran

lalu lintas dan setiap pengguna parkir dilarang parkir kendaraan di tempat

yang dinyatakan dilarang parkir dengan rambu dilarang parkir dan atau

marka parkir.6

Dengan memarkirkan kendaraannya di tempat yang tidak resmi, secara tidak

langsung pengguna jasa parkir telah melanggar kewajibannya. Kesadaran seperti

itu yang perlu ditegaskan lagi oleh pemerintah. Tidak hanya melalui tulisan

larangan parkir, perlu adanya aksi nyata tentang sosialisasi bertatacara parkir yang

sesuai.

5Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5

Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, Bab I ps. 1 ayat 20, hal. 5. 6Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5

Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, Bab IV ps 37, hal. 15.

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

4

Sebagai penindaklanjutannya, kini pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar

memberantas parkir liar, khususnya di kawasan Grand Indonesia tersebut.

Pemerintah, khususnya dinas perhubungan menggunakan berbagai cara dalam

penindaklanjutannya. Salah satunya dengan mengempesi dan menderek

kendaraan. Ini sebagai bentuk penertiban secara berkala agar oknum-oknum yang

membandel jengah. Dalam razia yang dilakukan, ada 47 kendaraan mobil

dikempesi di wilayah Thamrin City. Sebanyak 25 sepeda motor diangkut ke

kantor dishub Jakarta Pusat, dan 800 sepeda motor lainnya dengan dicabut

pentilnya.7 Selain dikempesi, Dishub juga menderek paksa mobil-mobil yang

parkir sembarangan di wilayah tersebut. Kendaraan tersebut sudah diberi

peringatan namun tetap nekat untuk parkir di wilayah tersebut.8 Ini dilakukan

untuk mengembalikan fungsi jalan raya. Sesuai dengan sanksi yang tertera dalam

Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perpakiran, Bab XII

Pasal 64, tertulis jelas bahwa:

Kendaraan bermotor yang parkir di tempat yang dinyatakan dilarang

sebagaimana dimaksud dan/atau yang dinyatakan dilarang parkir oleh

penyelenggara parkir, dapat dipindahkan ke tempat lain yang tidak

mengganggu pengguna jalan dan/atau pengguna jasa parkir atas prakarsa

pengemudi kendaraan itu sendiri dengan atau tanpa bantuan pihak lain.

Namun apabila setelah jangka waktu 15 (lima belas) menit sejak

kendaraan parkir, pengemudi kendaraan tidak memindahkan

kendaraannya, pemindahan kendaraan dapat dilakukan oleh petugas yang

berwenang di ruang milik jalan atau petugas parkir di luar ruang milik

jalan.9

7Faruq, “Razia Parkir Liar 47 Mobil di Kawasan Thamrin City dikempesi,”

News.detik.com, 23 Agustus 2016 [surat kabar on-line]; tersedia di http://www.news.detik.com;

internet; diakses pada 23 April 2019. 8Heru, “Dishub Derek Paksa Kendaraan yang Nekat Parkir Liar di Thamrin City,”

News.detik.com, 6 September 2016 [surat kabar on-line]; tersedia di http://www.news.detik.com;

internet; diakses pada 23 April 2019. 9Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5

Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, Bab XII ps. 64, hal. 22.

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

5

Sedangkan sanksi untuk penyelenggara parkir yang tidak memiliki izin dari

gubernur, dikenakan sanksi administrasi berupa denda paling banyak

Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).10

Namun, pada kenyataannya sanksi ini

tidak terlihat hasilnya. Setiap ada razia yang dilaksanakan, parkir liar hanya hilang

dalam satu atau dua hari. Kemudian muncul kembali setelah pemerintah tidak

memberi pengawasan khusus di kawasan tersebut. Sebenarnya, gencarnya razia

parkir liar membuat tukang parkir liar sedikit was-was. Ini dikarenakan lahan

parkir liar merupakan objek mereka untuk mencari makan. Mereka merasa

pemerintah kurang memperhatikan mereka. Sehingga dengan kesempatan yang

ada, mereka manfaatkan walau harus melanggar aturan pemerintah. Hilangnya

lahan mata pencaharian, mereka menuntut dicarikan pekerjaan lain sebagai bentuk

ganti rugi.11

Persoalan parkir liar ini tidak hanya tentang pelanggaran aturan. Juga

menjadi persoalan tindak kriminal. Premanisme dan tindak kejahatan muncul

akibat dari penyelenggaraan parkir liar tersebut. Salah satunya terjadi pembacokan

oleh salah satu pengelola parkir liar terhadap petugas keamanan Thamrin City. Ini

terjadi karena pengelola parkir liar tersebut kesal. Menurut kapolsek Tanah

Abang, AKBP Harry Sulistiadi, korban dibacok lantaran menegur pelaku pada

10

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor

5 Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, Bab XII ps. 68, hal. 23. 11

Rivki, “Penampakan Parkir Liar di Sekitaran Thamrin City,” News.detik.com, 18 Oktober

2016 [surat kabar on-line]; tersedia di http://www.news.detik.com; internet; diakses pada 23 April

2019.

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

6

saat mengusir taksi yang sedang parkir di depan gedungThamrin City.12

Hal yang

seperti ini juga perlu penindakan khusus dari pemerintah.

Keinginan masyarakat yang semakin tinggi untuk mempunyai kendaraan

guna menunjang aktivitas membuat DKI Jakarta semakin padat dan penuh sesak.

Hal ini menyebabkan ketersediaan lahan yang semakin berkurang dan terbatas.

Tata kota yang semakin buruk karena tidak dimbangi dengan pengaturan yang

baik. Selain hal itu, kesadaran masyarakat yang kurang dengan parkir

sembarangan menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan di DKI Jakarta. Juga

semakin banyaknya toko, minimarket dan tempat-tempat hiburan lainnya

memaksa pengguna parkir untuk memanfaatkan tempat yang bukan semestinya.

Hal ini menjadi kesempatan bagi para juru parkir tidak resmi untuk mengambil

keuntungan. Adanya oknum yang tidak bertanggungjawab dan berusaha

memanfaatkan demi kepentingan pribadi itulah yang menyebabkan adanya parkir

tidak resmi. Kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendirilah yang lebih

memilih untuk memarkirkan kendaraannya di tempat parkir yang tidak resmi.

Menjadikan parkir liar di DKI Jakarta semakin banyak dan akibat dari adanya

tempat parkir tidak resmi ini tentu saja sangat merugikan masyarakat sendiri.

Hilangnya kendaraan ataupun barang-barang pengguna parkir tidak resmi adalah

akibat dari parkir tidak resmi ini. Selain merugikan pengguna sendiri, hal ini

sangat merugikan ketertiban dan kepentingan umum serta tata kota.

Untuk mengatasi permasalahan pelanggaran parkir ini, tentu saja diperlukan

peranan dan partisipasi oleh semua pihak. Baik itu dari pemerintah selaku

12

Zul, “Tegur Parkir Liar Satpam Thamrin City Malah dibacok,” Rmoljakarta.com, 20

September 2015 [surat kabar on-line]; tersedia di http://www.rmoljakarta.com; internet; diakses

pada 23 April 2019.

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

7

penyelengara maupun masyarakat selaku pengguna. Peranan pemerintah tentu saja

melakukan pengawasan dan penegakan aturan-aturan yang telah dibuat guna

tercapainya tujuan dibuat hukum itu sendiri. Sedangkan masyarakat diharapkan

mempunyai kesadaran dan ketaatan terhadap hukum atau aturan yang telah dibuat

oleh pemerintah.

Melihat adanya kesenjangan antara kenyataan yang terjadi dengan yang

seharusnya diharapkan, maka penulis menganggap perlu melakukan penelitian

untuk mengetahui sudah berjalan dengan baik atau tidak penerapan kebijakan

perparkiran di DKI Jakarta ini terhadap pelanggaran aturan parkir. Berdasarkan

masalah tersebut, peneliti mengambil judul penelitian yaitu: IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN GRAND INDONESIA.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarakan pada latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi

pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana implementasi kebijakan perparkiran di Kawasan Grand

Indonesia?

2. Apa yang menghambat implementasi kebijakan perparkiran di kawasan

Grand Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dalam penelitian ini, yakni:

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

8

1. Untuk mengetahui implementasi kebijakan perparkiran di Kawasan

Grand Indonesia.

2. Untuk mengetahui apa yang menghambat implementasi kebijakan

perparkiran di Kawasan Grand Indonesia.

Sedangkan manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini, adalah:

1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah

pemahaman dan pengetahuan yang positif bagi mahasiswa Jurusan Ilmu

Politik dalam studi implementasi kebijakan publik.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

bagi pemerintah dan masyarakat dalam menangani serta mentaati

peraturan yang ada, khususnya peraturan perparkiran di DKI Jakarta,

agar ada kritik dan masukan yang ditindaklanjuti oleh pemerintah

supaya masyarakat lebih nyaman dalam beraktivitas.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian, penulis menemukan literatur yang dapat

memperjelas sekaligus menjadi pelengkap atas penelitian yang dilakukan penulis.

Tinjauan pustaka yang dimaksudkan juga akan memberikan keragaman perspektif

yang dapat menjadi pertimbangan sekaligus perbandingan dalam melakukan

penelitian, diantaranya:

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

9

Pertama, hasil penelitian Andi Reza Pahlevi13

mengidentifikasi penerapan

sanksi mengenai parkir liar di bahu jalan di kota Makasar. Dalam penelitiannya

penulis menyimpulkan bahwa efektivitas penerapan sanksi larangan parkir di bahu

jalan Kota Makassar belum berjalan secara optimal atau dengan kata lain

efektivitas sanksinya yang berupa pidana denda masih kurang efektif sebagaimana

yang diharapkan. Ringannya sanksi yang diberikan tidak memberikan efek jera

terhadap pelanggar mengingat pidana denda tersebut masih dapat dibayarkan oleh

pihak ketiga. Pengawasan aparat penegak hukum maupun instansi terkait tentang

larangan parkir dibahu jalan belum maksimal. Hal ini terlihat masih banyaknya

terjadi pelanggaran disebabkan masih kurangnya pengawasan oleh aparat penegak

hukum dan juga disebabkan oleh kultur hukum masyarakat kita yang masih

kurang sadar akan pentingnya hukum untuk ditaati.

Kedua, Hasil penelitian Endah tri Utami14

mengidentifikasi pelaksanaan

sanksi penertiban parkir liar ditinjau dari Peraturan Daerah Surakarta Nomor 9

Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah Kota Surakarta

Nomor 6 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surakrta

Nomor 7 Tahun 2001 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum. Dalam

penelitiannya penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan parkir di Kota Surakarta

belum sesuai dengan Perda Surakarta tersebut. Pelaksanaan sanksi parkir liar yang

13

Andi Reza pahlevi, “Mengidentifikasi Penerapan Sanksi Mengenai Parkir Liar di Bahu

Jalan di Kota Makasar”, (S1 skripsi, Univeristas Hasanudin Makasar, 2016). 14

Endah Tri Utami, “Mengidentifikasi Pelaksanaan Sanksi Penertiban Parkir Liar ditinjau

dari Peraturan daerah surakarta No. 9 tahun 2011 tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah

Kota Surakarta No. 6 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah kota Surakarta No. 7

tahun 2001 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum”, (S1 Skripsi, Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 2012).

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

10

dilaksanakan oleh UPTD perparkiran Kota Surakarta masih belum sepenuhnya

dilakukan.

Ketiga, Pri Guna Nugraha15

mengidentifikasi “Dinas Perhubungan Dalam

Menertibkan Parkir Liar di Pasar Pagi Kota Samarinda”. Dalam penelitiannya

penulis menyimpulkan bahwa secara keseluruhan proses peran dinas perhubungan

dalam menertibkan parkir liar di Pasar Pagi Kota Samarinda sudah berjalan

dengan baik, namun ada beberapa permasalahan yang menghambat pelayanan

yaitu kurangnya peran dinas perhubungan dalam menertibkan juru parkir liar.

Keempat, Asrul Nurdin16

mengidentifikasi implementasi kebijakan

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak Jalanan,

Gelandangan, Pengemis, dan Pengamen di Kota Makasar. Dalam penelitiannya

penulis menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaanya pemerintah Kota Makassar

telah berupaya melakukan kegiatan pembinaan kepada anak jalanan, gelandangan,

pengemis dan pengamen berupa pembinaan pencegahan, pembinaan lanjutan, dan

usaha rehabilitasi sesuai dengan arah pembinaan yang tertuang pada Perda

tersebut di Kota Makassar. Dinas sosial Kota Makassar melakukan kerja sama

dengan lembaga sosial lainnya seperti panti asuhan kepolisian. Adapun faktor

penghambatnya antara lain industrialisasi, modernisasi, dan urbanisasi.

15

Pri Guna Nugraha, “Mengidentifikasi Dinas perhubungan Dalam Menertibkan Parkir Liar

di Pasar Pagi Kota Samarinda”, (S1 Skripsi, Unversitas Mulawarman, 2013). 16

Asrul Nurdin, “mengidentifikasi Implementasi kebijakan Peraturan daerah No. 2 tahun

2008 tentang pembinaan anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan pengamen di kota Makasar”,

(S1 Skripsi, Universitas Hasanuddin Makasar, 2013).

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

11

Kelima, Wenny Andita17

mengidentifikasi implementasi kebijakan Badan

Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lagaligo Kabupaten Luwu

timur. Dalam Penelitiannya penulis menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan

tersebut sudah berjalan dengan semestinya, dapat diketahui, BLUD RSUD I

Lagaligo Kabupaten Luwu Timur telah taat melaksanakan kewajibannya sebagai

mitra dari BPJS Kesehatan, yaitu mematuhi segala persyaratan yang telah

ditentukan di dalam MoU atau Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK) dan di dalam

pemenuhan syarat tersebut tidak ditemui kendala atau masalah. Hal tersebut dapat

dilihat dari beberapa indikator seperti, pemenuhan persyaratan sebagai mitra BPJS

Kesehatan yang telah dilakukan, ketaatan pelaporan klaim yang selalu tepat

waktu, dan ICP rumah sakit yang mengikuti INA-CBGs dalam pelayanan

kesehatan kepada pasien peserta BPJS Kesehatan.

E. Metode Penelitian

E.1Metode Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan ini

adalah pendekatan kualitatif. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan

secara deskriptif dengan menggunakan data yang berasal dari buku, jurnal

ilmiah, artikel atau berita yang berasal dari media internet. Hal tersebut

digunakan untuk memudahkan dalam memahami segala macam konteks

yang terkandung di dalamnya.

17

Wenny Andita, “Implemesntasi Kebijakan badan penyelenggaraan jaminan sosial (BPJS)

Kesehatan di badan layanan umum daerah (BLUD) Rumah sakit umum daerah (RSUD) Lagaligo

kabupaten Luwu timur”, (S1 Skripsi, Unirversitas Hasanuddin, 2016).

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

12

Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif menghasilkan prosedur

analisis dan tidak menggunakan analisis data statistik atau cara kuantifikasi

lainnya. Secara prosedur menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati.18

E.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan oleh penelitian ini adalah:

1. Data primer, adalah data dalam bentuk tulisan atau kata-kata yang

didapatkan dari narasumber secara langsung yang sesuai dengan variable

penelitian.19

Data primer ini dapat berupa hasil wawancara dan

dokumentasi berdasarkan pantauan langsung di Kawasan Grand

Indonesia.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis

(tabel, catatan, notulen rapat), foto-foto, film, rekaman video dan lain-

lain yang dapat memperkaya data primer.20

E.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu penelitian lapangan dan

penelitian pustaka :

1. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan dilakukan dengan 2 cara:

1.1 Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan metode

tanya jawab secara langsung kepada responden dan

18

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal. 4. 19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Yogyakarta: Rineka

Cipta, 2010) hal. 22. 20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik., hal. 22.

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

13

narasumber, di antaranya dengan Anggota Dinas Perhubungan

DKI Jakarta, beberapa juru parkir tidak resmi di Kawasan

Grand Indonesia dan beberapa pengguna parkir.

1.2 Dokumen yaitu diperoleh dari berbagi pihak yang berkaitan

dengan objek penelitian, dapat berupa foto, bahan statistik,

laporan berkala dan sebagainya.

2. Penelitian Pustaka

Penelitian pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari buku-

buku, surat kabar, internet, majalah, peraturan perundang-undangan,

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

E.4 Teknik Analisa Data

Penelitian ini bersifat deskriptif. Pemilihan metode ini dikarenakan

penelitian ini ingin mempelajari masalah-masalah, fakta-fakta atau fenomena yang

terjadi di masyarakat dan membuat gambaran terhadap situasi yang ada. Setelah

itu data dianalisis secara kualitatif. Data kualitatif adalah gambaran dari suatu

fakta yang terjadi ketika penelitian berlangsung sehingga kesimpulan yang ditarik

sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.21

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dibagi ke dalam lima bab, berikut sistematika penulisan

dalam penelitian ini:

21

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & d (Bandung: Alfabeta, 2011),

hal. 7.

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

14

Bab I, penulis memaparkan pernyataan serta pertanyaan yang menjadi

masalah dalam penelitian ini, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka yang menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian, metode

penelitian beserta sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam penelitian

ini.

Bab II, penulis mengeksplorasi kerangka teori dan Konsep Pedoman

Perparkiran yang digunakan sebagai landasan konseptual guna menjawab

pertanyaan penelitian yang penulis angkat. Dalam hal ini, berdasar pada teori

kebijakan Publik dan KonsepPedoman Perparkiran.

Bab III, penulis memfokuskan pada gambaran umum dan tata ruang Kota

DKI Jakarta, khususnya Kawasan Grand Indonesia. Serta menjelaskan secara

singkat tentang Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Bab IV, penulis melakukan analisa untuk menemukan apakah implementasi

Kebijakan perparkiran dikawasan Grand Indonesia telah berjalan dengan baik atau

tidak dan apa yang menghambat Implementasi Kebijakan perparkiran di kawasan

Grand Indonesia

Bab V, penulis menjabarkan kembali hasil temuan dalam bab IV untuk

dijadikan kesimpulan. Serta dipaparkan tentang rekomendasi untuk penelitian

selanjutnya.

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

15

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KONSEP

A. Kebijakan Publik

A.1. Defenisi Kebijakan Publik

Secara umum istilah kebijakan atau “policy” digunakan untuk menunjuk

perilaku seorang aktor atau sejumlah aktor dalam suatu bidang tertentu. Kebijakan

publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran

strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik.

Menurut Anderson, konsep kebijakan publik ini memiliki beberapa implikasi,

yakni:1Pertama, titik perhatian kita dalam membicarakan kebijakan publik

berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan.

Kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern, bukan sesuatu yang

terjadi begitu saja melainkan telah direncanakan oleh aktor-aktor yang terlibat di

dalam sistem politik. Kedua, kebijakan merupakan suatu arah atau pola tindakan

yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-

keputusan yang tersendiri. Suatu kebijakan mencakup tidak hanya keputusan

untuk menetapkan undang-undang mengenai suatu hal, tetapi juga keputusan-

keputusan beserta dengan pelaksanannya. Ketiga, kebijakan adalah apa yang

seharusnya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan,

mengendalikan inflasi, atau mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa

yang diinginkan oleh pemerintah.

1Budi Winarno, Kebijakan Publik Teori dan Proses (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007),

hal. 21.

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

16

Pada hakikatnya, kebijakan publik merupakan kewenangan yang dimiliki

pemerintah, baik di pusat maupun daerah, untuk melakukan intervensi terhadap

kehidupan masyarakat agar berjalan teratur, tertib, dan sejahtera. Kewenangan

pemerintah ini meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Tidak ada satupun

organisasi lain yang dapat menyerupai kewenangan seperti itu. Karena kebijakan

publik memiliki kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk

mematuhinya (memiliki hak otokratif), tidak bersifat spesifik dan sempit, tetapi

luas dan strategis. Oleh karena itu, berfungsi sebagai pedoman umum untuk

keputusan-keputusan khusus di bawahnya.2

Menurut David Easton, pengertian kebijakan publik adalah penentuan

banyaknya nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang mana keberadaannya

mengikat. Hanya pemerintahlah yang bisa melakukan tindakan kepada

masyarakat. Tindakan yang dilakukan tersebut adalah bentuk dari apa yang dipilih

oleh pemerintah sebagai hasil pengalokasian nilai kepada masyarakat tersebut.

Pengertian yang dikemukakan oleh Easton ini dikelompokkan ke dalam proses

manajemen yang merupakan tahapan dari rangkaian kerja pejabat publik. Definisi

tersebut juga termasuk bentuk intervensi pemerintah, sebab hanya pemerintah saja

yang bisa melakukan tindakan kepada masyarakat dalam menyelesaikan masalah

publik.

Berdasarkan analogi dengan sistem biologi. Kebijakan adalah hasil atau

output dari sistem (politik). Easton mengemukakan kebijakan di mulai dari Input

(dari pemerintah) untuk memenuhi tuntutan dan dukungan, kemudian throughput

2Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014), hal. 35.

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

17

di mana input diproses dengan sistem yang ada, dan hasil akhir berupa outuput

atau hasil yang selanjutnya dipublikasikan.3 David Easton dalam Nugroho

menjelaskan bahwa proses kebijakan dapat dianalogikan dengan sistem biologi.

Pada dasarnya sistem biologi merupakan proses interaksi antara mahluk hidup dan

lingkungannya, yang akhirnya menciptakan kelangsungan perubahan hidup yang

relatif stabil. Dalam terminologi ini Easton menganalogikannya dengan kehidupan

sistem politik. Kebijakan publik dengan model sistem mengandaikan bahwa

kebijakan merupakan hasil atau output dari sistem (politik). Seperti dipelajari

dalam ilmu politik, sistem politik terdiri dari input, throughput, dan output.

Model proses kebijakan publik dari Easton mengasumsikan proses

kebijakan publik dalam sistem politik dengan mengandalkan input yang berupa

tuntutan (demand) dan dukungan (support). Model Easton ini tergolong dalam

model yang sederhana.4

David Easton sebagaimana dikutip Agustino memberikan definisi kebijakan

publik sebagai “the autorative allocation of values for the whole society”.

Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam sistem politik

(pemerintah) yang secara sah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan

pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu

diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena

pemerintah termasuk ke dalam “authorities in a political system” yaitu para

penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-

hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suatu masalah tertentu dimana pada

3Riant Nugroho, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi (Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo, 2003) hal. 380. 4Riant Nugroho, Public Policy. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo: 2008) hal. 383.

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

18

suatu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari kelak

diterima serta mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu

tertentu.5

Berdasarkan teori david Easton yang berkaitan dengan penelitian ini,

Adanya parkir liar dikawasan Grand Indonesia dikategorikan sebagai Input.

Kemudian di diskusikan untuk dicari penyelesaian dari permasalahan tersebut,

yang disebut dengan proses. Selanjutnya Hasil dari proses tersebut menghasilkan

sebuah kebijakan yang dijadikan sebagai penyelesaian dari masalah yang ada,

yang kemudian dinamakan output.

Teori ini menjelaskan mengenai sebuah alur perumusan suatu kebijakan. Di

mana permasalahan kemacetan yang terjadi di Kawasan Grand Indonesia menjadi

sebuah permasalahan di DKI Jakarta. Sehingga membuat PemProv DKI Jakarta

mengambil suatu tindakan untuk merumuskan suatu kebijakan dalam mengatasi

permasalahan kemacetan di DKI Jakarta. Hasil dari perumusan tersebut,

menghasilkan sebuah kebijakan yang berguna untuk mengatasi kemacetan di DKI

Jakarta, yaitu Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2012

tentang Perpakiran.

A.2 Implementasi Kebijakan Publik

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan elit jika program

tersebut tidak diimplementasikan. Kebijakan yang telah diambil dan dilaksanakan

oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya financial dan

5Leo Agustino, Dasar- dasar Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta 2008) hal. 19.

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

19

manusia. Pada tahap implementasi, berbagai kepentingan akan saling bersaing.

Beberapa implementasi kebijakan mendapatkan dukungan dari para pelaksana,

namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksananya.

Suatu kebijakan yang telah diinformasikan oleh pemerintah tidak akan

berarti tanpa diikuti dengan pelaksanaan kebijakan. Chief J.O.Udoji menyatakan

bahwa: “pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan lebih penting

dari pada pembuatan kebijaksanaan, karena kalau tidak ada implementasi maka

kebijakan hanya akan berupa impian atau terencana bagus yang tersimpan rapi

dalam arsip”6. Karena itu setiap kebijakan dan program yang telah direncanakan

oleh pemerintah perlu diimplementasikan, sehingga tidak hanya menjadi hal yang

sia-sia.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori George C. Edward III, yaitu

faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi, teori tersebut menggunakan

empat faktor yang menjadi penentu dalam keberhasilan suatu implementasi

kebijakan. Peneliti mengamati implementasi kebijakan Peraturan Daerah Provinsi

DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran berdasarkan tindak apa

saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Sehingga untuk

melihat apakah implementasi peraturan daerah tentang perparkiran sudah berjalan

baik atau buruk, peneliti menggunakan empat faktor dari teori yang dimiliki

George C. Edward III. Empat faktor tersebut yaitu, komunikasi, sumberdaya,

disposisi/sikap, dan struktur birokrasi.7 Faktor tersebut harus dilaksanakan, karena

6Sholichin Abdul Wahab, Analisis kebijaksanaan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijaksanaaan Negara (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 5-7. 7Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi: Teori, Proses dan Studi Kasus

Komparatif (Yogyakarta: CAPS, 2016), hal. 177-210.

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

20

antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang sangat erat. Faktor-

faktor tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:8

A.2.1 Komunikasi

Secara umum George C. Edwards Membahas tiga hal penting dalam proses

komunikasi kebijakan, yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan. Menurut

Edwards, hal pertama yang menjadi syarat dalam implementasi kebijakan yang

Baik adalah pelaksana keputusan harus mengetahui apa saja yang mereka lakuka.

Keputusan dari sebuah perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat

sebelum perintah itu dapat diikuti. Dalam hal tersebut, komunikasi yang dibangun

harus akurat dan dapat dimengerti oleh pelaksana kebijakan.9

Kemudian, apabila kebijakan-kebijakan tersebut ingin diimplementasikan

sebagaimana mestinya, maka petunjuk pelaksanaan harus jelas dan harus dapat

dipahami. Karena jika petunnuk tidak jelas, para pelaksana kebijakan akan

mengalami kebingunan terhadap apa yang harus mereka lakukan. Selain itu,

mereka juga akan memiliki keleluasaan untuk memaksakan pandangan mereka

sendiri tanpa mengikuti arahan atasan yang sudah menjadi acuan dalam sebuah

kebijakan.10

Berdasar pada pandangan tersebut, ada banyak hal yang mendorong

terjadinya komunikasi yang tidak konsisten dan menimbulkan dampak-dampak

buruk bagi implementasi kebijakan, Beberapa hal yang dimaksud menyangkut

transmisi, konsistensi, dan kejelasan.

8Subarsosno AG, Analisis Kebijakan Publik: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005), hal. 90. 9Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 156.

10Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 157

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

21

Transmisi. Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi

kebijakan adalah transmisi. Sebelum perumus kebijakan dapat

menimplementasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan

telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Hal ini

merupakan hal yang tidak selalu mejadi proses langsung seperti yang nampak.

Banyak sekali ditemukan keputusan yang telah dibuat, diabaikan atau ada

kesalahpahaman terhadap keputusan yang telah dikeluarkan. Ada beberapa

hambatan yang muncul dalam mentransmisikan perintah implementasi kebijakan.

Pertama, Proses transmisi melewati berlapis-lapis hierarki birokrasi. Kondisi ini

sangat mempengaruhi tingkat Baik atau tidaknya komunikasi kebijakan yang

dijalankan. Penggunaan sarana komunikasi yang tidak langsung dan tidak adanya

saluran-saluran komunikasi yang ditentukan mungkin juga mendistorsikan

perintah-perintah pelaksana. Kedua, Penangkapan komunikasi-komunikasi

mungkin dihambat oleh persepsi yang selektif dan ketidakmauan para pelaksana

untuk mnegetahui persyaratan-persyataran suatu kebijakan. Kadang-kadang para

pelaksana mengabaikan apa yang sudah jelas dan mencoba menduga-duga makna

komunikasi-komunikasi yang “sebenarnya”. Ketiga, Pertentangan pendapat antara

para pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan.

Pertentangan terhadap kebijakan-kebijakan ini akan menimbulkan hambatan-

hambatan terhadap komunikasi kebijakan. Hal ini terjadi karena para pelaksana

menggunakan keleluasaan yang tidak bisa mereka elakkan dalam melaksanakan

keputusan-keputusan dan perintah-perintah umum.11

11

Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 157.

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

22

Kejelasan. Faktor kedua yang dikemukakan Edwards adalah kejelasan. Jika

kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka

petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana

kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Seringkali

intruksi-intruksi yang diteruskan kepada pelaksana-pelaksana kabur dan tidak

menetapkan kapan dan bagaimana suatu program dilaksanakan. Ketidakjelasan

pesan komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan implementasi kebijakan

akan mendorong terjadinya interpretasi yang salah bahkan mungkin bertentangan

dengan pesan awal. Namun demikian, ketidakjelasan pesan komunikasi kebijakan

tidak selalu menghalangi implementasi. Pada tataran tertentu, para pelaksanan

membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Sesuatu yang sering

dihambat oleh intruksi-intruksi yang sangat spesifik menyangkut implementasi

kebijakan. Edwards mengidentifikasi enam faktor yang mendorong terjadinya

ketidakjelasan komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas

kebijakan publik, keinginan untuk tidak mengganggu kelompok-kelompok

masyarakat, kurangnya konsensus mengenai tujuan-tujuan kebijakan, masalah-

masalah dalam memulai suatu kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban

kebijakan, dan sifat pembentukan kebijakan pengadilan.12

Konsistensi. Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap komunikasi

kebijakan adalah konsitensi. Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung Baik,

maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Walaupun

perintah-perintah yang disampaikan kepada para pelaksanan kebijakan

12

Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisas, hal. 158.

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

23

mempunyai unsur kejelasan, tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka

perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan

tugasnya dengan baik. Di sisi yang lain, perintah-perintah implementasi kebijakan

yang tidak konsisten akan mendorong para pelaksanaan mengambil tindakan yang

sangat longgar dalam menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan. Bila hal

ini terjadi, maka akan berakibat pada tidak baiknya implementasi kebijakan

karena tindakan yang sangat longgar besar kemungkinan tidak dapat digunakan

untuk melaksanakan tujuan-tujuan kebijakan.13

Dapat disimpulkan bahwa semakin cermat keputusan keputusan dan

perintah-perintah pelaksanaan diteruskan kepada mereka yang harus

melaksanakan kebijakan, maka semakin tinggi probabilitas keputusan-keputusan

kebijakan dan perintah-perintah pelaksanaan tersebut dilaksanakan. Dalam rangka

mengurangi kadar ketidakpastian komunikasi kebijakan, maka jauh lebih baik jika

dikembangkan saluran komunikasi untuk meneruskan perintah-perintah

implementasi, maka semakin tinggi probabilitas perintah-perintah ini diteruskan

dengan benar. Namun demikian, saluran-saluran komunikasi yang telah

dikembangkan dengan baik tidak selalu ada. Hal inilah yang sering berakibat pada

kurang baiknya pesan komunikasi yang disampaikan. Dengan demikian,

kebijakan-kebijakan yang diimplementasikan oleh individu-individu swasta

mempunyai kemungkinan kegagalan transmisi yang lebih besar karena tidak

adanya saluran-saluran komunikasi dari penjabat-penjabat publik dengan mereka.

Sedangkan bagi para penjabat di birokrasi, mereka cenderung lebih relatif mudah

13

Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 158.

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

24

dalam mentransmisikan pesan-pesan komunikasi karena mempunyai saluran-

saluran komunikasi yang lebih baik.14

Menurut Edwards, perintah-perintah komunikasi yang tidak menentukan

tujuan-tujuan dari suatu kebijakan dan sebagaimana mencapai tujuan-tujuan dari

suatu kebijakan dan bagaimana mencapai tujuan-tujuan itu adalah umum. Seperti

telah disinggung di muka, jika komunikasi-komunikasi (mencakup keputusan-

keputusan pengadilan) itu tidak jelas, para pelaksana akan mempunyai lebih

banyak keleluasaan untuk menginterpretasikan persyaratan-persyaratan kebijakan.

Dalam beberapa kasus pelaksana-pelaksana samasekali tidak memahami tujuan-

tujuan suatu kebijakan atau persyaratan–persyaratan kebijakan. Dalam beberapa

kasus pelaksana-pelaksana sama sekali tidak memahami tujuan-tujuan suatu

kebijakan atau persyaratan-persyaratan operasional. Sedangkan dalam beberapa

kasus yang lain, para pelaksana membuat usaha untuk mengeksploitasi kekaburan

dalam komunikasi dengan tujuan membantu kebijakan-kebijakan atau badan-

badan kepentingan mereka sendiri.15

Selain itu, kurangnya kejelasan mungkin menimbulkan perubahan kebijakan

yang tidak diharapkan karena kekaburan dieksploitasi untuk membantu

kepentingan-kepentingan tertentu, baik dalam sektor publik maupun dalam sektor

swasta. Kekaburan para pelaksana dapat dengan mudah salah menafsirkan

maksud-maksud “yang sebenarnya” di belakang komunikasi kebijakan yang

dijalankan oleh para pembuat keputusan. Salah tafsir ini sering merugikan tujuan

umum dari suatu kebijakan. Usaha yang dilakukan untuk menghilangkan

14

Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 159. 15

Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 159.

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

25

keleluasaan para pelaksana dalam mengintrepestasikan pesan komunikasi adalah

dengan menyatakan dengan jelas persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan

keuntungan, menghilangkan pilihan-pilihan, merencanakan prosedur dengan hati-

hati dan memerlukan laporan tindakan secara terinci. Namun demikan, walaupun

secara umum lebih mudah menghilangkan perilaku tertentu, tetapi kebanyakan

imlplementasi membutuhkan tindakan-tindakan yang kompleks dan positif.

Komunikasi dalam implementasi kebijakan Perda Provinsi DKI Jakarta

Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran belum berhasil, hal ini terjadi karena

kurangnya sosialisasi yang dilakukan implementor kepada masyarakat terhadap

Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran, kurangnya

komunikasi menyebabkan warga DKI Jakarta kurang paham akan pentingnya

Perda tersebut. Belum berhasilnya komunikasi yang dilakukan oleh implementor

ini dapat dilihat dari masih banyaknya warga DKI Jakarta yang masih

memarkirkan kendaraannya bukan pada tempatnya.

A.2.2 Sumber Daya

Sumber daya menjadi salah satu faktor penting dalam melaksanakan

kebijakan publik. Sumber daya ini meliputi, “staf yang memadai serta keahlian-

keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan

fasilitas–fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul di atas kertas

guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.”16

Staf, menjadi bagian paling penting dalam pelaksanaan kebijakan. Tetapi

jumlah staf yang banyak belum tentu dapat mendorong implementasi kebijakan

16

Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 161.

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

26

berhasil. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kecakapan yang dimiliki.

Namun kekurangan staf juga dapat menimbulkan persoalan yang pelik terhadap

Baik atau tidaknya dari implementasi kebijakan tersebut. Dengan kata lain, jumlah

staf harus seimbang dengan kecakapan yang dimiliki oleh staf itu sendiri.17

Informasi. Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam

implementasi kebijakan. Informasi mempunyai dua bentuk, pertama informasi

mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan (dengan demikian, para

pelaksana kebijakan harus diberi petunjuk untuk melaksanakan kebijakan).

Kedua informasi mengenai data tentang ketaatan personil lain terhadap peraturan-

peraturan pemerintah, pelaksana-pelaksana harus mengetahui apakah orang-orang

lain yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan mentaati undang-undang ataukah

tidak.18

Wewenang. Sumber lain yang penting dalam implementasi kebijakan

adalah wewenang. Wewenang ini akan berbeda-beda dari satu kebijakan ke

kebijakan yang lain, serta memiliki banyak bentuk yang berbeda.Dalam beberapa

hal, suatu badan mempunyai wewenang yang terbatas atau kekurangan wewenang

untuk melaksanakan suatu kebijakan dengan tepat. Bila wewenang formal tidak

ada (wewenang di atas kertas), sering kali disalah mengerti oleh para pengamat

dengan wewenang yang Baik. Padahal keduanya mempunyai perbedaan yang

cukup substansial. Wewenang di atas kertas atau wewenang formal adalah suatu

hal sedangkan apakah wewenang tersebut digunakan secara baik adalah hal lain.

Dengan demikian, bisa saja terjadi suatu badan mempunyai weweang formal yang

17

Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 161. 18

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 163.

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

27

besar namun tidak Baik dalam menggunakan wewenang tersebut. Menurut

Edwards, kita dapat memahami mengapa hal ini terjadi dengan menyelidiki salah

satu dari sanksi-sanksi yang paling potensial merusak dari yurisdiksi-yurisdiksi

tingkat tinggi, yakni wewenang menarik kembali dan dari suatu program.19

Fasilitas. Fasilitas fisik bisa pula merupakan sumber-sumber penting dalam

implementasi. Fasilitas sangatb penting diperlukan untuk implementasi kebijakan

yang Baik.20

Sumber-sumber yang akan mendukung kebijakan yang Baik terdiri

dari jumlah staf yang mempunyai keterampilan yang memadai serta dengan

jumlah yang cukup, kewenangan, informasi dan fasilitas.Semakin teknis kebijakan

yang dilaksanakan dan semakin besar keahlian yang dibutuhkan dari para

pelaksana, maka semakin besar pula kekurangan personel yang mempunyai

keterampilan yang memadai dan hal ini akan menghambat pelaksanaan

kebijakan.21

Berdasarkan penelitian bahwa sumber daya dan instansi yang terkait dalam

Perparkiran yaitu Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah memadai. Namun, Dinas

Perhubungan DKI Jakarta belum dapat menjalankan tugasnya secara baik. Karena

masih banyaknya Parkir-parkir liar yang tercipta di Kawasan Grand Indonesia

tersebut.

A.2.3 Disposisi atau Sikap (Kecenderungan-kecenderungan)

Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang

mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang

baik. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dan hal

19

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 164. 20

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 166. 21

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 167.

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

28

ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan

sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan di awal. Demikian

pula sebaliknya, bila tingkah laku-tingkah laku atau perspektif-persfektif para

pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan, maka proses pelaksana suatu

kebijakan menjadi semakin sulit.

Dampak dari Kecenderungan-kecenderungan, banyak kebijakan masuk

kedalam “zona ketidakacuhan”. Ada kebijakan yang dilaksanakan secara baik

karena mendapat dukungan dari para pelaksana kebijakan, namun kebijakan-

kebijakan lain mungkin akan bertentangan secara langsung dengan pandangan-

pandangan pelaksana kebijakan atau kepentingan-kepentingan pribadi atau

organisasi dari para pelaksana.22

Para pejabat birokrasi pemerintah merupakan pelaksana-pelaksana yang

paling umum dan penting dalam mengetahui pengaruh-pengaruh tertentu pada

kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku-tingkah laku mereka, bila

dibandingan dengan para hakim dan pelaksana kebijakan swasta/non pemerintah.

Kecenderungan-kecenderungan mungkin menghalangi implementasi bila

para pelaksana benar-benar tidak sepakat dengan subtansi suatu kebijakan.

Kadang-kadang implementasi dihambat oleh keadaan-keadaan yang sangat

kompleks. Dalam Suatu bidang kebijakan masing-masing badan yang

berhubungan suatu mungkin mempunyai prioritas-prioritas yang berbeda,

komitmen-komitmen yang berbeda, dan cara-cara penanggulangan masalah-

masalah yang berbeda. Perbedaan-perbedaan seperti ini akan menimbulkan

22

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 170.

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

29

perbedaan anatar personil-personil dengan tanggung jawab program daalam suatu

badan. Perbedaan-perbedaan ini tidak menunjang dalam menciptakan kepercayaan

bersama dan hubungan-hubungan kerja yang akrab yang sering kali diperlukan

bagi implementasi yang baik.

Sementara itu, implementasi juga dipengaruhi oleh kepentingan-

kepentingan organisasi maupun pandangan-pandangan kebijakan. Unit-unit

birokrasi akan memberikan prioritas dalam hal waktu maupun sumber guna

melaksanakan program-program yang dipandang utama dan akan mengurangi

alokasi waktu maupun sumber untuk implementasi program-program yang

dianggap sekunder. Organisasi-organisasi-organisasi mungkin coba membangun

dan memperkuat kembali misi mlkan disisi utama mereka. Hal ini mungkin

menimbulkan distorsi dalam implementasi karena terjadi tawar menawar antar

organisasi atas sumber-sumber.23

Individu-individu di luar sektor pemerintahan atau birokrasi juga

mempunyai pengaruh bagi implementasi kebijakan. Potensi untuk melakukan

kesalahan dalam implementasi adalah besar jika warga negara-warga negara tidak

menyetujui suatu kebijakan. Kecenderungan-kecenderungan para pelaksana

menimbulkan hambatan-hambatan terhadap implementasi kebijakan, tetapi

pejabat-pejabat tinggi mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mengganti

personel yang ada dengan orang-orang yang lebih tanggap terhadap kebijakan

yang telah mereka putuskan.24

23

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 174. 24

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 175.

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

30

Para pelaksana memegang peran penting dalam implementasi kebijakan

publik, maka usaha-usaha untuk memperbaiki kecenderungan-kecenderungan

mereka menjadi penting. Salah satu yang dapat dilakukan untuk itu adalah dengan

memberikan insentif. Para penguasa kadang-kadang menawarkan “bahan

pemanis” dalam bentuk dana-dana regulasi yang longgar kepada pemrintah

daerah atau perubahan-perubahan pajak kepada pelaksana-pelaksana di sektor

swasta untuk mendorong perilaku yang akan membantu pelaksana kebijakan-

kebijakan tertentu. Akan tetapi khusus para pengusasa mengandalkan pada sanksi-

sanksi negatif.25

Suatu isu yang penting dalam penggunaan isnsentif adalah mengukur

pencapaian. Jika ini di lakukan tanpa sensitivitas terhadap tujuan-tujuan kebijakan

yang berbeda-beda dan kesulitan tugas-tugas yang dilaksanakan, penggantian

tujuan mungkin terjadi. Dengan demikian, ukuran-ukuran yang digunakan

kadang-kadang mendorong para pelaksana untuk mengejar tujuan-tujuan di luar

tujuan-tujuan yang di inginkan oleh pejabat-pejabat atasan mereka.26

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti sikap aparatur pemerintah

kepada sasaran yaitu pengelola parkir liar kurang baik dalam menyikapi kebijakan

tersebut, karna implementor dalam kebijakan terkesan mengabaikan peraturan

daerah tersebut, sehingga dalam pelaksanaannya tidak berkelanjutan.

A.2.4 Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara

keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi baik secara sadar atau tidak

25

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 175. 26

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 176.

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

31

sadar memilih bentuk-bentuk organisasi untuk kesepakatan kolektif, dalam rangka

memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan modern. Mereka tidak

hanya berada dalam struktur pemerintah, tetapi juga berada dalam organisasi-

organisasi swasta yang lain bahkan di institusi-intitusi pendidikan dan kadangkala

suatu sistem birokrasi sengaja diciptakan untuk menjalankan suatu kebijakan

tertentu.

Pada dasarnya, para pelaksana kebijakan mungkin mengetahui apa yang

dilakukan dan mempunyai cukup keinginan serta sumber-sumber untuk

melakukannya, tetapi dalam pelaksanaan mereka mungkin masihdihambat oleh

struktur-sstruktur organisasi dimana mereka menjalankan kegiatan tersebut.27

Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama birokrasi, yakni prosedur-

prosedur kerja, ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standart

Operating Procedures (SOP) dan Fragmentasi. SOP berkembang sebagai

tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para

pelaksana serta keigininan untuk kesetaraan dalam bekerjanya organisasi-

organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Fragmentasi berasal terutama dari

tekanan-tekanan di luar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif,

kelompok-kelompok kepentingan, pejabat-pejabat ekslusif, kontitusi negara dan

sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi pemerintah.28

Perbedaan ini akan berpengaruh dalam implementasi kebijakan dalam

beberapa hal, yakni bahwa perbedaan-perbedaan itu seringkali menghalangi

perubahan-perubahan dalam kebijakan, memboroskan sumber-sumber,

27

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 176. 28

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 177.

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

32

menimbulkan tindakan-tindakan yang tidak di inginkan, menghalangi kondisi,

membingungngkan pejabat-pejabat pada yurisdiksi tingkat yang lebih rendah,

menyebabkan kebijakan-kebijakan berjalan dengan tujuan-tujuan yang

berlawanan, dan menyebabkan beberapa kebijakan menempati antara keretakan-

keretakan batas-batas organisasi.29

B. Pedoman Perparkiran

Definisi dari parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang

tidak bersifat sementara. Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap

kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan

dengan rambu ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk menaikkan dan atau

menurunkan barang dan atau orang. Berbeda dengan definisi berhenti, adalah

keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara dengan pengemudi tidak

meninggalkan kendarannya.30

Dasar pengaturan mengenai parkir adalah

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas

Parkir untuk Umum dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 4 Tahun

1994 tentang Tata Cara Parkir Kendaraan Bermotor di Jalan telah diatur fasilitas

parkir untuk umum dan tata cara parkir di jalan dengan Keputusan Dirjen Darat

No. 272/HK.105/DRJD/96.31

29

BudiWinarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hal. 177. 30

Rinda Hesti Kusumaningtyas, “Evaluasi Dan Perancangan Sistem Informasi Lahan

Parkir”, Jurnal Sistem Informasi, 9:1, Februari 2016 [jurnal on-line]; tersedia di

http://www.journal.uinjkt.ac.id; internet; diunduh pada 18 Februari 2020, hal. 17. 31

Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota (Direktorat Jenderal Perhubungan

Darat), Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir (Jakarta: Dit BSLLAK, 1998),

hal. 3.

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

33

Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

menginginkan kendaraannya parkir di tempat, di mana tempat tersebut mudah

untuk dicapai.32

Kemudahan yang diinginkan tersebut salah satunya adalah parkir

di badan jalan. Akan tetapi tidak selalu parkir di badan jalan diizinkan, karena

kondisi arus lalu lintas yang tidak memungkinkan. Penyediaan tempat-tempat di

pinggir jalan pada lokasi jalan tertentu baik di badan jalan maupun dengan

menggunakan sebagian dari jalan raya mengakibatkan turunnya kapasitas jalan,

terhambatnya arus lalu lintas dan penggunaan jalan menjadi tidak baik.33

Bila permintaan terhadap parkir meningkat dan tidak mungkin untuk

memenuhinya, atau parkir yang dilakukan di pinggir jalan mengakibatkan

gangguan terhadap kelancaran lalu lintas ataupun membatasi arus lalu lintas

menuju suatu kawasan tertentu maka sudah perlu untuk penerapan suatu kebijakan

perparkiran untuk mengendalikannya. Jika membicarakan tentang kebijakan di

bidang parkir, maka kita akan membicarakan tentang pemilihan tujuan-tujuan

yang ingin dicapai di bidang parkir, cara-cara apa yang digunakan untuk mencapai

tujuan tersebut, lembaga/instansi yang terlibat dalam pengambilan keputusan

maupun dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang bersangkutan.34

Kebijakan parkir terdiri dari tiga aspek yang secara umum telah diterapkan

di kota-kota besar, yaitu kebijakan parkir dengan pembatasan wilayah,

pembatasan dengan tarif, dan pembatasan dengan waktu. Pertama, kebijakan

parkir dengan pembatasan wilayah, yaitu pembatasan wilayah parkir pada

beberapa ruas jalan yang ramai. Pada sistem jaringan jalan raya, bahwa jalan yang

32

Dit BSLLAK, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, hal. 2. 33

Dit BSLLAK, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, hal. 3. 34

Dit BSLLAK, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, hal.14.

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

34

mempunyai masalah besar adalah jalan utama atau jalan alteri. Pada umumnya

jalan utama memiliki kegiatan yang relatif lebih ramai dibandingkan jalan raya

yang relatif kecil. Wilayah-wilayah yang dilalui dengan jalan utama perlu

diterapkan kebijakan parkir dengan pembatasan wilayah.35

Kedua kebijakan

pembatasan parkir dengan tarif, kegiatan lalu lintas di kota-kota besar sering

menimbulkan masalah yang sulit untuk diatasi. Yang tidak asing lagi

permasalahan di kota-kota besar adalah kemacetan. Pada umumnya semakin

mendekati pusat kota, maka kepadatan lalu lintas (traffic jam) akan semakin

memprihatinkan. Untuk itu Pemerintah Kota sering merumuskan suatu kebijakan

untuk mengatasi kemacetan dengan penetapan harga tarif parkir yang tinggi bagi

kendaraan yang akan dan sedang parkir. Dengan harga parkir yang tinggi

diharapkan banyak pengguna kendaraan pribadi berpaling menggunakan

trasportasi umum.36

Ketiga, kebijakan pembatasan parkir dengan waktu,

pembatasan parkir dengan waktu pada suatu wilayah tertentu dikarenakan alasan

kelancaran lalu lintas, dikarenakan pada jam sibuk lalu lintas menjadi padat dan

jika ditambah adanya parkir di bahu jalan akan membuat lalu lintas menjadi

macet. Kebijakan pembatasan waktu parkir biasanya diwujudkan dengan

penetapan tarif progresif menurut lamanya waktu parkir. Dan pembatasan waktu

di jam tertentu kendaraan tidak boleh memarkirkan kendaraannya.37

Parkir dibagi menjadi dua, yaitu parkir di badan jalan dan di luar jalan.

Parkir di badan jalan relatif lebih besar permasalahannya dibanding parkir di luar

jalan. Dikarenakan bagaimanapun jika parkir di badan jalan penatannya kurang

35

.Dit BSLLAK, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, hal.31. 36

Dit BSLLAK, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, hal. 24. 37

.Dit BSLLAK, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, hal.26.

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

35

baik, akan menimbulkan kemacetan dan kesmrawutan lalu lintas di lingkungan

tersebut. Dengan perencanaan kebutuhan ruang yang baik dan dengan

memperhatikan kondisi lalu lintas yang ada, maka desain parkir di badan jalan

tentunya akan memberikan hasil yang baik pula. Ada banyak hal yang perlu

diperhatikan pada parkir di bahu jalan, di mana hal-hal tersebut menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan sudut parkir. Faktor-faktor yang menjadi

pertimbangan secara umum digunakan adalah sebagai berikut:38

a. Lebar jalan

b. Volume lalu lintas pada jalan bersangkutan

c. Rata-rata kecepatan kendaraan di jalan tersebut

d. Dimensi kendaraan

e. Sifat peruntukan lahan sekitarnya dan peranan jalan yang bersangkutan.

Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan fasilitas parkir dapat

mengusahakannya sendiri dengan membentuk UPTD ataupun dapat diserahkan

kepada pihak ketiga. Di beberapa kota besar untuk penyelenggaraan parkir di

kawasan-kawasan yang dimiliki oleh pengembang sering diserahkan kepada

pengelola parkir profesional seperti Secure Parking. Penyelenggara fasilitas parkir

wajib menjaga ketertiban, keamanan, kelancaran lalu lintas, dan kelestarian

lingkungan. Ketentuan perundangan menyatakan bahwa tanggung jawab

pengelolaan dan pengendalian parkir berada di bawas Dinas LLAJ Tingkat II dan

untuk operasionalnya dibentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Akan

tetapi belum semua daerah melaksanakannya dikarenakan ada beberapa daerah

pelaksanannya dilakukan di bawah kendali Dinas Pendapatan Daerah, ada yang

38

Dit BSLLAK, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, hal. 64.

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

36

dilakukan oleh pihak ketiga, bahkan ada yang dilaksanakan oleh Badan tersendiri

ataupun oleh Dinas Perparkiran.39

UPTD bertugas untuk melaksanakan implementasi kebijakan perparkiran,

salah satunya ialah pengelolaan perparkiran. Sebagai bagian dari kegiatan

pembinaan parkir adalah pengendalian. Kegiatan pengendalian ini meliputi:40

Pertama, pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijakan

parkir. Pemberian arahan dan petunjuk dalam kebijakan ini berupa

penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk keperluan

pelaksanaan manajemen parkir, dengan maksud agar diperoleh kesesuaian

dalam pelaksanaannya serta dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya

untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan.

Kedua, pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai

hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan parkir.

39

Dit BSLLAK, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, hal. 130. 40

Dit BSLLAK, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, hal. 146.

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

37

BAB III

LATAR BELAKANG PENERAPAN KEBIJAKAN PERPAKIRAN DI

KAWASAN GRAND INDONESIA

A. Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

A.1 Sejarah Kota Jakarta

Pada 31 Agustus 1964 dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1964,

dinyatakan bahwa Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota

Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta. Tahun 1999, melalui Undang-

Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah

menjadi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan otonominya tetap berada

ditingkat provinsi dan bukan pada wilayah kota.

Untuk sistem kepemerintahan, Undang-Undang No. 24 Tahun 2007

menetapkan tentang kepemimpinan gubernur.Undang-Undang tersebut mengatur

tentang kekhususan DKI Jakarta sebagai daerah otonom dan Ibukota Negara.

Salah satu pasalnya mengatur bahwa Pemprov DKI dipimpin gubernur dan wakil

gubernur yang dipilih secara langsung melalui pemilihan kepala daerah, untuk

masa jabatan selama 5 (lima) tahun.1

1BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2018”, hal.25

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

38

Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi DKI Jakarta memiliki batas-

batas: Di sebelah utara membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang

35 km yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal, yang

berbatasan dengan Laut Jawa, sementara di sebelah selatan dan timur berbatasan

dengan wilayah Provinsi Jawa Barat, sebelah barat dengan Provinsi Banten.2

Gambar III.1 Peta DKI Jakarta

Sumber : BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2018”, hal. 9

Secara administratif, DKI Jakarta dibagi menjadi lima kotamadya dan satu

kabupaten administratif, di mana terdapat 44 kecamatan dan 267 kelurahan,

dengan pembagian sebagai berikut:

2BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2018”, hal. 3.

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

39

Tabel III.A.1 Luas area, Jumlah Kecamatan, dan Kelurahan3

Kota Administrasi

Luas area

(km2)

Kecamatan Kelurahan

Kepulauan Seribu 8,70 2 6

Jakarta Selatan 141,27 10 65

Jakarta Timur 188,03 10 65

Jakarta Pusat 48,13 8 44

Jakarta Barat 129,54 8 56

Jakarta Utara 146,66 6 31

DKI Jakarta 662,33 44 267

Sumber :BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2018”, hal. 9

Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2017 berdasarkan proyeksi penduduk

hasil Sensus Penduduk 2010 sebesar 10.374.235 jiwa dengan laju pertumbuhan

penduduk per tahun sebesar 0.94 persen. Kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun

2017 adalah 15.663 jiwa setiap 1 km2. Kota Jakarta Barat memiliki kepadatan

penduduk tertinggi di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 19.516 jiwa/km2

sebagaimana tercantum pada tabel.4

3BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2018”, hal. 9.

4BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2018”, hal. 69.

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

40

Tabel III.A.2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun

2010-20185

Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk

Laju Pertumbuhan

penduduk per-tahun

2010 2015 2018 2000-2010

2010-

2018

Kepulauan Seribu 21.08 23.34 24.13 2.03 1.69

Jakarta Selatan 2.062.23 2.185.71 2.246.14 1.46 1,06

Jakarta Timur 2.693.90 2.843.82 2.916.02 1.38 0.98

Jakarta Pusat 902.97 914.18 924.69 0.32 0.29

Jakarta Barat 2.281.95 2.463.56 2.559.36 1.83 1.43

Jakarta Utara 1.645.66 1.747.31 1.797.29 1,49 1.10

DKI Jakarta 9.607.79 10.177.92 10.467.68 1,42 1.07

Sumber : BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2018”, hal.71 .

Daerah Jakarta pusat sebagai pusat dari Ibukota, pusat pemerintahan dan

juga pusat perekonomian DKI Jakarta memiliki Luas wilayah yang paling kecil

dibandingan dengan wilayah lain di DKI Jakarta yang terdiri dari 8 kecamatan dan

44 kelurahan yang tersebar di wilayah Jakarta pusat. Sebagai pusat pemerintahan

dan perekonomian, karena dari itu Jakarta pusat menjadi tempat wilayah padat

dengan aktifitas tinggi dari berbagai wilayah lain.

5BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2018”, hal.71 .

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

41

B. Gambaran Umum Kawasan Mall Grand Indonesia

B.1. Profil Umum Wilayah Kawasan Grand Indonesia

Grand Indonesia Shopping Town merupakan bagian dari komplek

multiguna yang dikembangkan di area sekeliling Hotel Indonesia ( Hotel

Kempinski). Komplek ini terdiri dari gedung perkantoran, apartemen, dan pusat

perbelanjaan. Pada tahun 2007 Hotel Indonesia mengalami pemugaran. dan

namanya diganti menjadi Hotel Indonesia Kempinski (Hotel Kempinski).

Kawasan Grand Indonesia melingkupi beberapa jalan utama di Jakarta, seperti Jl.

M.H Thamrin, Jl. Kebon Kacang Raya, Jl. Teluk Betung, dan Jl. Kebon Kacang.

Tidak hanya itu Kawasan Grand Indonesia juga dekat dengan salah satu ikon Kota

Jakarta, yaitu Bundaran HI dan Patung Selamat Datang.

Grand Indonesia Shopping Town terdiri dari tiga bagian: East Mall, West

Mall dan sebuah Skybridge yang menghubungkan kedua bagian tersebut. Ada

empat distrik di Grand Indonesia : Market District, Fashion District, Garden

District dan Entertainment District.Grand Indonesia mempunyai motto

“Crossroads The World (Persimpangan Dunia)”. Di dalamnya terdapat area

seperti negeri-negeri seberang, seperti Negeri Belanda dengan kincir angin

raksasanya, Negeri Cina dengan bambu dan lampionnya, negeri Arab dengan

bangunan uniknya, termasuk juga dari Melayu.

Grand Indonesia berkonsep Family Mall, dimana Grand Indonesia sengaja

didesain sebagai pusat perbelanjaanyang menyediakan seluruh kebutuhan

keluarga didalam satu mall. Tidak hanya itu, Grand Indonesia juga tetap menjadi

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

42

tempat yang menyenangkan bagi anak-anak muda yang datang kesana.Adapun di

dalam kawasan Grand Indonesia melingkupi beberapapusat perbelanjaan besar,

diantaranya Mall Grand Indonesia, Plaza Indonesia, dan Thamrin City. Mall

Grand Indonesia dan Plaza Indonesia terletak di Jalan MH. Thamrin, sedangkan

Thamrin City berada di Jalan KH. Mas Mansyur.

Plaza Indonesia berdiri pada tahun 1990, Mall dengan luas 38.085 persegi

ini menjadi salah satu Pusat perbelanjaan terbesar dan terlengkap di DKI Jakarta,

bahkan di Indonesia. Sebagai salah satu Pusat Perbelanjaan di DKI Jakarta Plaza

Indonesia Memiliki 6 Lantai yang disetiap lantainya terdapat toko-toko mewah

bermerk ternama dunia, Selain toko-toko mewah terdapat pula outlet-outlet makan

ternama dan Plaza Indonesia juga memiliki sebuah bioskop kelas atas.

Letaknya yang sangat Strategis, yaitu berada Jalan M.H. Thamrin Kav.28-

30Selain dengan Kendaraan Pribadi, Plaza Indonesia mudah di akses dengan

menggunakan angkutan publik seperti MRT dan Transjakarta, membuat Mall

Plaza Indonesia menjadi salah satu tujuan mall di DKI Jakarta saat Akhir pekan.

Thamrin city Mall adalah sebuah pusat perbelanjaan besar yang terletak di

Jakarta pusat, tepatnya berada di Jalan K.H Mas Mas Mansyur. Thamrin City mall

hanya berjarak 150m dari Jalan utama M.H Thamrin dan hanya berjarak 400m

dari pusat Grosir tanah abang. Thamrin City adalah sebuah Super Block yang

dilengkapi dengan Apartemen, hotel, townhouse, kantor, pusat kebugaran dan

ruang pameran.

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

43

Gambar III.2 Peta Kawasan Grand Indonesia

Sumber :https://www.google.com/search?q=foto+kawasan+grand+indonesia+map&tbm

B.2. Kondisi Sosial dan Geografis

Secara Geografis Kawasan Grand Indonesia berada tepat di jantung kota

Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Kawasan Grand Indonesia ini pun dikelilingi oleh

beberapa Mall besar lain dan Hotel-hotel berbintang dan Juga terdapat Gedung

kantor yaitu Menara BCA, Kawasan Grand Indonesia ini di lalui oleh salah satu

jalan Protokol yaitu jalan Sudirman-Thamrin yang notaben nya jalan tersebut

setiap harinya dilalui oleh sebagian besar warga Jakarta yang beraktifitas dan Juga

di kelilingi oleh Jalan Arteri Alternatif yaitu jalan kebon kacang Raya dan jalan

Teluk Betung Boulvard yang menambah kepadatan Lalu Lintas di kawasan ini.

Kawasan Grand Indonesia juga terdapat komplek Apartemen Thamrin

Residence dan perumahan penduduk yang cukup padat di sekitar kawasan

tersebut, seperti terdapat di daerah kebon kacang dan kebon sayur. Hal ini pula

yang menambah kepadatan Lalu Lintas di kawasan ini, karena setiap harinya

warga sekitar melalui jalan jalan sekitaran kawasan Grand Indonesia tersebut

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

44

untuk beraktifitas terutama untuk pergi dan pulang kerja, jadi tidak heran kalau di

jam jam tertentu kawasan ini menjadi macet total.

B.3. Perpakiran di Wilayah Mall Grand Indonesia

Sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap pendiri dan pengelola sebuah

gedung untuk menyediakan tempat parkir bagi para para pekerja dan

pengunjungnya, Karena Hal ini pun sudah di atur oleh pemerintah yang tertera

dalam peraturan daerah tentang perparkiran. Bila hal ini tidak di penuhi oleh

pendiri maupun pengelola gedung, sanksi untuk pengelola gedung siap

menunggu.

Mall Grand Indonesia selaku mall terbesar dikawasan itu dan terbesar se-

asia tenggara tentunya menyiapkan tempat parkir bagi para pekerja dan

pengunjung, Grand Indonesia meyediakan kantong parkir yang berjumlah hingga

puluhan Ribu kendaraan yang terdapat pada Basement dan gedung parkir khusus

yang terhubung dengan Mall Grand Indonesia ini sendiri. Banyaknya kapasitas

parkir pada Grand Indonesia ini membuat pengelola membuat 4 pintu masuk dan

4 pintu keluar pada setiap sisi nya, alih alih ingin mempermudah akses bagi

pengendara yang ingin parkir dan keluarr parkir, hal ini melah menjadi penyebab

utama terjadinya kemacetan sejumlah titik dikawasan Grand Indonesia ini.

Karena banyaknya pengendara yang ingin masuk parkir ditambah adanya

pemeriksaan kendaraan oleh petugas keamanan membuat antrian dari kendaraan

yang ini masuk menjadi mengular hingga ke jalan umum termasuk jalan protokolo

Sudirman-Thamrin yang di jalan itu terdapat salah satu pintu masuk dan keluar

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

45

Grand Indonesia. Karena Hal inilah banyak pengendara yang kesulitan bahkan

harus menunggu begitu lama untuk masuk parkir bahkan untuk keluar parkirpun

pengendara masih harus antri dan menunggu lebih lama yang menyebabkan

banyak membuat waktu.

Dari kejadian inilah yang membuat banyak pengendara yang lebih memilih

memarkirkan kendaraan nya di pinggir jalan, hal inilah yang membuat oknum-

oknum nakal untuk membuat atau mendirikan parkir Ilegal atau parkir Liar di

sejumlah titik di kawasan Grand Indonesia ini. Dengan letak parkir yang berada

dipinggir jalan, memberikan kemudahan dan penghematan dari segi waktu bagi

penggunanya. Selain dari segi kemudahan dan kecepatan, Parkir liar ini memiliki

tarif baku yang tidak bertambah mengikuti lamanya jam parkir, berbeda dengan

parkir resmi dari pengelola gedung biasanya memiliki kebijakan biaya parkir

bertambah seiring dengan lama nya jam parkir sebuah kendaraan yang membuat

mahalnya biaya parkir di gedung ketimbang di parkir Liar yg mematok harga

tidak berubah untuk sekali parkir seharian lama nya.

Banyaknya Titik parkir Liar ini menambah parah kemacetan di sekitar

kawasan Grand Indonesia ini, Dari beberapa titik parkir liar yang ada, ada 3 titik

parkir liar yang paling membuat kemacetan di kawasan Grand Indonesia.

Diantaranya, titik parkir liar di jalan Kebon Kacang Raya, tepatnya di sisi

samping Utara dari mall Grand Indonesia, Jalan kebon kacang Raya ini hanya

memiliki 2 Lajur, namun satu lajur dipakai untuk parkir liar, titik selanjutnya

berada di sisi barat Mall Grand Indonesia, terdapat 3 Lajur di titik ini dan satu

lajur dipakai untuk parkir liar dan hanya menyisakan 2 lajur untuk lewat dan di

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

46

sisi yang sama pula terdapat pintu masuk sisi barat dari Mall Grand Indonesia itu

sendiri, titik terakhir berada di jalan Kebon Kacang 23, jalan ini bersebelahan

dengan Mall Plaza Indonesia dan menjadi salah satu akses jalan menuju Mall

Grand Indonesia disisi lain jalan ini pun adalah rumah rumah warga, parkir liar

dijalan ini memakan 2 lajur dari 3 lajur yang ada. Bisa dibayangkan bagaimana

padatnya jalan jalan dikawasan Grand Indonesia Tersebut.

Gambar III.3 Kondisi Parkir di Bahu Jalan

C. Dinas Perhubungan DKI Jakarta

Sesuai dengan namanya, Dinas Perhubungan adalah sebuah Instansi

pemerintah yang memiliki tugas pokok mengurus dan melaksanakan tentang

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

47

perhubungan. Untuk melaksanakan Tugasnya Dinas Perhubungan

menyelenggarakan sebuah fungsi yaitu:6

1. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja Dinas Perhubungan.

2. Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Dinas

Perhubungan.

3. Penyusunan kebijakan, pedoman dan standar teknis pelaksanaan urusan

perhubungan.

4. Pembangunan, pengembangan, pembinaan, pemantauan, pengendalian dan

evaluasi sistem perhubungan.

5. Pengembangan sistem transportasi perkotaan.

6. Penyelenggaraan perhubungan darat, perkeretaapian, perairan, dan laut.

7. Pembangunan, pengembangan, pembinaan, pemantauan, pengendalian dan

evaluasi usaha dan kegiatan perhubungan.

8. Penetapan lokasi, pengelolaan, pengendalian dan pembinaan usaha

perparkiran.

9. Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor angkutan umum dan barang,

dan pemeriksaan mutu karoseri kendaraan bermotor.

10. Penghitungan, pengawasan dan evaluasi tarif angkutan jalan,

perkeretaapian, perairan dan laut.

11. Penataan, penetapan dan pengawasan jaringan trayek angkutan jalan.

6Dinas Perhubungan DKI Jakarta, https://dishub.jakarta.go.id/ diakses pada 17 Maret 2020.

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

48

12. Pengembangan, pembinaan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi

trayek dan volume kendaraan angkutan jalan dalam rangka kelancaran arus

barang dan jasa serta pertumbuhan ekonomi.

13. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan

pertanggungjawaban penerimaan, retribusi di bidang perhubungan darat,

perkeretaapian, perairan dan laut.

14. Pelaksanaan upaya keselamatan prasarana dan sarana perhubungan darat,

perkeretaapian, perairan, laut dan udara.

15. Pengawasan dan pengendalian izin di bidang Perhubungan.

16. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan

prasarana dan sarana di bidang perhubungan.

17. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang Perhubungan.

18. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di

bidang Perhubungan.

19. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Dinas Perhubungan.

20. Pengelolaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Dinas Perhubungan.

21. Pengelolaan kearsipan, data dan informasi Dinas Perhubungan.

22. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas

Perhubungan

Setiap Provinsi memiliki Dinas perhubunganya masing-masing, Dinas

Perhubungan DKI Jakarta yang dipimpin oleh Bapak Dr. Syafrin Liputo, ATD.

MT. Beliau sudah menjabat sebagai Pimpinan Dinas Perhubungan DKI Jakarta

sejak Tahun 2019 sampai dengan saat ini.

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

49

C.1. Visi dan Misi

Dinas Perhubungan DKI Jakarta dibawah kepemimpinan beliau memiliki

Visi “Mewujudkan Jakarta Baru melalui penyediaan layanan transportasi yang

handal, modern dan berdaya saing internasional, dengan angkutan publik sebagai

layanan utama" dan memiliki Misi yaitu:7

1. Mewujudkan layanan transportasi yang selamat, lancar, aman, nyaman,

dan terintegrasi.

2. Mewujudkan layanan transportasi yang informatif berbasis teknologi

informasi dan komunikasi.

3. Mewujudkan transportasi ramah lingkungan dan menunjang aksesibilitas

bagi penyandang disabilitas.

4. Mewujudkan biaya transportasi yang terjangkau bagi masyarakat.

C.2. Struktur Organisasi

Seperti Instansi pemerintah lainnya, Dinas Perhubungan DKI Jakarta

memilik sebuah Struktur Birokrasi sebagaimana yang telah ditetapkan yaitu:

7Dinas Perhubungan DKI Jakarta, https://dishub.jakarta.go.id/ diakses pada 17 Maret 2020.

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

50

Gambar III.4 Strukutur Organisasi Dinas Perhubungan DKI Jakarta

Sumber : Dinas Perhubungan DKI Jakarta, https://dishub.jakarta.go.id/

Dalam Struktur Organisasinya Dinas Perhubungan dipimpin oleh satu orang

yang disebut sebagai kepala dinas, kepala dinas tentu saja memiliki wakil kepala

dinas. Dibawah kepala dinas dan wakilnya ada sekretariat yang akan terbagi

menjadi 4 sub bagian yaitu; Sub bagian Umum, Sub bagian kepegawaian, Sub

bagian perencanaan dan anggaran dan Sub bagian keuangan. Dalam Strukturnya

Dinas Perhubungan DKI Jakarta terbagi kedalam 5 bidang yaitu; Bidang

lalulintas, Bidang angkutan jalan, Bidang pengendalian dan operasional, Bidang

pelayaran dan Bidang Perkeretaan. Dari kelima Bidang tersebut Dinas

Perhubungan DKI Jakarta Terbagi lagi kedalam 3 subtansi yaitu; Suku dinas

perhubungan kota administrasi, suku dinas perhubungan kabupaten adminitrasi

dan unit pengelola.

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

51

C.3. Unit Pengelola bidang Perparkiran

Dalam Perda No. 5 tahun 2012 tentang perparkiran di DKI Jakarta, Dinas

perhubungan DKI Jakarta memang adalah instansi yang ditunjuk sebagai

pelaksana dan pengawasan terhadap Perda no. 5 tahun 2012 namun tugas ini di

tanggung jawabkan kepada Subtansi dari Dinas Perhubungan yaitu Unit pengelola

perparkiran yang mengacu pada amanat Perda No. 5 Tahun 2012 pasal 60 ayat (1)

dan (2) pemerintah daerah bertugas melalukan pembinaan kepada penyelenggara

parkir dan sosialisasi kepada masyarakat, pada pasal 60 ayat (3) tertulis

Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) Dan (2) dilakukan UP.

Perparkiran berdasarkan kegiatan yang disusun dalam program jangka panjang

dan menengah parparkiran.8

Dalam upaya menertibkan Parkir liar dikawasan Grand Indonesia tugas ini

di pertanggung jawabkan kepada Sub bidang Pengendalian dan operasional Dinas

Perhubungan DKI Jakarta. Sub bidang pengendalian dan operasional memiliki

tugas melaksanakan kegiatan pengawasan, pengaturan dan pemanduan serta

penegakan hukum.Dan fungsi yaitu;9

1. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Bidang

Pengendalian dan Operasional;

2. Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Bidang

Pengendalian dan Operasional;

8Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5

Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, hal. 20. 9Dinas Perhubungan DKI Jakarta, https://dishub.jakarta.go.id/ diakses pada 17 Maret2020.

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

52

3. Penyusunan kebijakan, pedoman dan standar teknis pengawasan,

pengaturan dan pemanduan serta penegakan hukum;

4. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang perhubungan;

5. Pelaksanaan pengendalian lalu lintas angkutan jalan;

6. Pelaksanaan pengaturan dan pemanduan rute perjalanan pemerintah daerah

dan tamu pemerintah daerah;

7. Pengkoordinasian lintas instasi yang berkaitan dengan pengawasan,

pengaturan dan pemanduan serta penegakan hukum di bidang

perhubungan; dan

8. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang

Pengendalian dan Operasional.

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

53

BAB IV

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPAKIRAN DI KAWASAN

GRAND INDONESIA

A. Kebijakan Perpakiran di Kawasan Grand Indonesia

Dalam rangka mengelola dan menertibkan perparkiran di Ibukota,

Pemerintah Daerah Pemerintah daerah menggunakan Perda No. 5 tahun 2012

sebagai sebuah landasan hukum untuk mengatur dan menegakan pelanggaran-

pelanggaran parkir di DKI Jakarta. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat

kemacetan di kawasan-kawasan pusat perbelanjaan dan perkantoran yang

diakibatkan oleh munculnya kantong-kantong parkir liar agar terciptanya kawasan

cipta lancar bagi masyarakat yang beraktifitas di kawasan tersebut.

Dalam Perda tersebut tertulis bahwa pengelolaan peraparkiran sampai

penertiban pelanggaran parkir di DKI Jakarta menjadi tanggung jawab dari Dinas

Perhubungan DKI Jakarta selaku istansi terkaitt dengan Perda No. 5 tahun 2012

tentang Perparkiran. Dinas Perhubungan dibagi menjadi 2 Subtansi yaitu UP

perparkiran yang bertugas sebagai penerima dan pengelola izin perparkiran di

DKI Jakarta dan Suku Dinas Perhubungan menugaskan SatPelHub sebagai

subtansi penindak bagi pelanggaran perparkiran.

Menurut Kepala Suku Dinas Perhubungan jakarta pusat Bapak Harlem

Simanjutak DefinisiParkir Liar adalah seluruh kegiatan parkir yang berada diluar

daripada ketentuan, pertama dari sisi lokasi, lokasinya jelas berada diluar dari

lokasi yang ditentukan dari Perda No. 5 tahun 2012, Kedua mengenai tarif,

mereka memberikan pelayan kepada masyarakat tanpa memberikan tarif parkir

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

54

yang sesuai dengan tarif yang sudah ditentukan dalam Perda.1 Kedua hal tersebut

sudah jelas-jelas melanggar dari pada ketentuan Perda no. 5 tahun 2012 tentang

perparkiran. Selain banyaknya kendaraan yang parkir tidak pada tempatnya,

terdapat pula tempat parkir yang berada didalam sebuah bangunan kosong atau

lahan kosong milik pribadi atau kelompok. Dalam kasus ini penulis

menanyakan.”Apakah parkir yang berada di tidak di bahu jalan atau berada di

dalam ruangan apakah dinamakan parkir liar juga?”2Menurut Kepala UP

perparkiran DKI Jakarta Tiadore Simanjuntak “itu bukan dinamakan tempat

parkir, melainkan itu adalah tempat penitipan, beda definisinya dengan parkir liar.

Di mana parkir adalah satu lokasi dimana masyarakat memberhentikan

kendaraannya sementara tidak melakukan penitipan, contohnya jarang sekali ada

orang yang parkir sampai berbelas belas dan berpuluh-puluh jam beda dengan

orang yang mempunyai rumah kosong atau lahan kosong mereka yang menitipkan

kendaraannya disana untuk meneruskan perjalanan seperti akan naik kereta, MRT

dan Tranportasi Publik lainnya, dan tarifnya pun ditentukan oleh si pengelola atau

pemilik lahan dan sudah pasti bangunannya atau lahan yang jadikan tempat

penitipannya pun tidak berizin. Di situlah masalahnya, memang kalau aturan

untuk itu DKI jakarta tidak ada. Jadi tempat penitipan itu pasti tidak resmi karena

memang tidak ada peraturan yang mengaturnya, kalau ada peraturannya sudah

jelas mereka memang harus berizin namun karena sampai saat ini blm ada

peratuuran yang mengatur tentang penitipan kendaraan tersebut dari Pemda DKI

1Wawancara dengan Harlem Simanjuntak Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat

pada 13 Maret 2020. 2Wawancara dengan Tiadore Sianturi Kepala UP perparkiran DKI Jakarta pada 12

Desember 2019.

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

55

atau Dinas Perhubungan DKI Jakarta selaku institusi pengawas dan penindak Dari

Perda No. 5 tahun 2012 tidak bisa berbuat apa apa. Selama mereka tidak

menjadikan bahu jalan atau trotoar sebagai lahan parkir mereka Satpelhub Suku

Dinas Perhubungan DKI Jakarta tidak bisa melakukan penindakan karena

memang belum ada peraturan yang mengatur tentang penitipan parkir tersbut.”3

Berbeda Hal bila terjadi tindak kriminal ditempat tersebut, kepolisian Sektor

tanah abang mendapat laporan bahwa ada kejadian pembacokan yang dilakukan

oleh salah satu oknum penjaga parkir liar terhadap salah seorang Security Mall

Thamrin City. Aksi itu dilakukan lantaran pelaku tidak senang dirinya di tegur

oleh security karena membuat kemacetan di sekitaran Mall karena banyaknya

kendaraan yang masuk dan keluar dari tempat penitipan milik pelaku yang

berimbas menjadi padatnya lalu lintas disekitarnya dan membuat kendaraan lain

yang akan parkir di dalam mall menjadi terganggu.

Kemudian pada bulan September polres tanah abang kembali mendapat

laporan bahwa telah terjadi pemalakan oleh oknum parkir liar terhadap beberapa

kendaraan yang parkir di tempat penitipan, oknum tersebut meminta tarif parkir

sebesar 30.000 sekali parkir kepada pemilik kendaraan, pemilik kendaraan yang

tidak terima dengan tarif parkir yang diberikan oleh pelaku menolak membayar

dengan jumlah tersebut, namun pelaku menolak dan mengancam pemilik

kendaraan agar membayar tarif yang diminta.4

3Wawancara dengan Tiadore Sianturi Kepala UP perparkiran DKI Jakarta pada 12

Desember 2019. 4Yusuf Waluyo Jati, “Tim Saber Pungli Diminta Berantas Parkir Liar, Dishub DKI:

Premannya Galak!”, Jakarta Bisnis, 22 November 2016 [surat kabar: on-line]; tersedia di

https://jakarta.bisnis.com/; internet; diakses pada 20 Januari 2019.

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

56

Dari kedua kasus tersebut instansi terkait bukanlah Dinas Perhubungan

tetapi yaitu kepolisian dan berhasil mengamankan oknum penitipan parkir

tersebut, namun pelaku hanya dijerat dengan pasal kriminal bukan dengan pasal

tentang Perparkiran

Dalam wawancara kepada Rafly salah satu anggota Satpelhub Kecamatan

Tanah Abang menjelaskan bahwa dia dan rekan-rekan kerjanya melakukan

operasi parkir liar setiap hari tanpa libur yaitu pada pagi, siang dan sore hari di

daerah yang menjadi tanggung jawab mereka. Rafly menjelaskan”kami petugas

Satpelhub Tanah Abang melakukan razia parkir liar setiap hari dan salah satu

daerah Operasi kami adalah kawasan Grand Indonesia yang masuk kedalam

kecamatan Tanah Abang. Rafly menjelaskan “setiap hari mereka melakukan

operasi minimal ada 3 kendaraan roda 4 yang di derek dan sekitar 15 kendaraann

roda dua yang diangkut”. Junlah tersebut terbilang sangat kecil dari total

kendaraan yang melanggar. Keterbatasan fasilitas untuk penderekan parkir liar

merupakan salah satu penyebab mengapa kendaraan yang diderek tidak bisa

maksimal. Rafly menjelaskan “kami memiliki keterbatasan truck derek yang

dimiliki oleh Satpelhub Kecamatan tanah abang membuat kendaraan lain yang

tidak di derek atau di angkut hanya menerima sanksi berubah pengempesan ban

hingga cabut pentil. Sedangkan bagi pengelola parkir liar hanya diberikan teguran

saja”.5

Menurut wawancara dari Bang Oci salah seorang penunggu atau pengelola

Parkir liar dikawasan Grand Indonesia yaitu Omzet parkir yang mereka dapatkan

5Wawancara Pribadi dengan Rafli selaku Petugas Satpelhub Kecamatan Tanah Abang, pada

25 Febuari 2020.

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

57

dalam sehari mencapai 2 juta rupiah. Jumlah terbilang sangat besar dalam

hitungan perhari. “Omset kami sehari bisa mencapai 2 juta rupiah tetapi Jumlah

tersebut tentunya setimpal dengan resiko yang dihadapi seperti terjaring razia”.

Jika ada razia petugas melakukan kempes ban dan pengelola parkir harus

menyediakan alat penambah angin untuk para pengguna. “Bila ada kendaraan

yang terkena operasi kempes ban penunggu parkir liar ini harus menyiapkan alat

penambah angin untuk kembali mengisi angin dari ban ban yang dikempesi oleh

petugas.6

Karena besarnya omzet dalam sehari dari kesaksian lain juga terungkap

bahwa dimana beberapa tempat parkir liar dikawasan Grand Indonesia membayar

sejumlah uang kepada pihak pihak kepolisian dan isntasnsi terkait agar tempat

parkir mereka aman bila akan ada operasi besar-besaran dari Dinas Perhubungan

DKI Jakarta bekerja sama dengan polisi dan TNI mereka tidak akan membuka

parkir Liar pada hari itu.

Banyaknya parkir Liar dikawasan Grand Indonesia menciptakan kemacetan

yang sangat parah pada jam jam dan saat saat tertentu Dari situlah Perda No. 5

Tahun 2012 tentang perparkiran muncul.

Menurut David Eston dalam teorinya tentang kebijakan publik, di mana ada

Input – Proses – Output. Banyaknya parkir liar dikawasan Grand Indonesia ini

adalah sebuah permasalahan yang terbilang sudah ada sejak lama yang

membutuhkan sebuah kebijakan yang tepat untuk dapat mengatasinya. Menurut

David Easton dalam teorinya, Permasalahan Parkir Liar dikawasan Grand

6Wawancara Pribadi dengan Bang Oci (nama disamarkan) selaku Penjaga Parkir Liar di

Kawasan Grand Indonesia, pada 20 Maret 2020.

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

58

Indonesia ini adalah sebuah Input dari terciptanya sebuah kebijakan. Parkir liar

yang menjadi sebuahmasalah ditengah masyarakat akan di buatkan

penyelesaiannya oleh pemerintah selaku sebagai pemegang kekuasaan yang

bersifat Intervensi kepada publik. Didalam proses iniPemerintah akan mencarikan

solusi untuk permasalahan parkir liar yang ada ditengah masyarakat, dan hasil

dari keputusan pemerintah adalah sebuah kebijakan publik yang bersifat mengatur

dan menyelesasikan permasalahan yang ada.

Permasalahan Parkir Liar dikawasan Grand Indonesia menjadi salah satu

permasalahan kompleks yang dihadapai oleh Pemerintah daerah DKI Jakarta

B. Implementasi Kebijakan perparkiran dikawasan Grand Indonesia

Implementasi kebijakan pada dasarnya adalah sebuah cara agar kebijakan

dapat mencapai tujuannya,7 dan dalam mengimplementasikan kebijakan tentu ada

beberapa faktor yang berpengaruh. Perda No. 5 Tahun 2012 merupakan salah

satu kebijakan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah daerah DKI Jakarta.

Penulis menggunakan teori faktor-faktor yang berpengaruh dalam

implementasi kebijakan dalam pandangan Menurut George C. Edwards, ada 4

faktor atau variabel penting dalam implementasi kebijakan publik. Faktor-faktor

atau variabel-variabel tersebut adalah komunikasi, sumber-sumber, kecendrungan-

kecendrungan atau tingkah laku, dan struktur birokrasi.8 Berikut akan

7Riant Nugroho, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi (Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo, 2003), hal. 158. 8Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi: Teori, Proses dan Studi Kasus

Komparatif (Yogyakarta: CAPS, 2016), hal. 177.

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

59

dijelaskanvariabel-variabel tersebut dalam implementasi Perda No. 5 Tahun 2012

tentang Perparkiran di DKI Jakarta.

Mengacu pada amanat Perda No. 5 Tahun 2012 pasal 60 ayat (1) dan (2)

pemerintah daerah bertugas melalukan pembinaan kepada penyelenggara parkir

dan sosialisasi kepada masyarakat, pada pasal 60 ayat (3) tertulis Pembinaan dan

pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) Dan (2) dilakukan UP. Perparkiran

berdasarkan kegiatan yang disusun dalam program jangka panjang dan menengah

parparkiran.9

Dalam mengatasi parkir liar di DKI Jakarta Dinas Perhubungan dalam tugas

ini yaitu U.P perparkiran DKI Jakarta telah melakukan sosialisasi dan pembinaan

terhadap penyelenggara tempat parkir dan masyarakat agar mematuhi peraturan

yang ada didalam Perda No. 5 Tahun 2012 tentang perparkiran. Seperti yang

diungkapkan oleh Kepala UP Perparkiran sebagai berikut:

Rambu-rambu petunjuk sudah kita pasangkan disepanjang jalan agar

masyarakat tahu mana tempat yang tidak boleh dijadikan tempat berhenti

atau parkir. Petugas-petugas kamipun senantiasa berkeliling dan berjaga-

jaga dilokasi yang sering dijadikan tempat parkir liar. Namun saat petugas

kami tidak ada dilokasi parkir liar kembali muncul. karena keterbatasan

petugas kita dilapangan, penjagaan tidak bisa dilakukan seharian atau setiap

hari.10

Berdasarkan pernyataan di atas, Dinas Perhubungan DKI Jakarta memang

telah melakukan pembinaan dan sosialisasi dengan masyarakat Kota DKI Jakarta

mengenai Perparkiran. Namun sosialisasi tersebut tidak semua didengar dan

9Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5

Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, hal. 20. 10

Wawancara Pribadi dengan Tiador Sianturi selaku Kepala Unit Pelaksana (UP)

Perparkiran DKI Jakarta, pada 12 Desember 2020.

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

60

dipatuhi oleh masyarakat DKI Jakarta, masih banyak masyarakat yang dengan

sengaja mendirikan tempat parkir liar meski rambu dilarang parkir sudah

terpasang di area tersebut. Hal ini ditambah masih banyaknya masyarakat yang

lebih memilih memarkirkan kendaraannya di tempat parkir liar dari pada ditempat

parkir resmi yg sudah disediakan dengan alasan biaya parkir liar lebih murah

daripada ditempat yang sudah disediakan oleh U.P perparkiran yang mematok

harga bertambah setiap sejamnya. Seperti yang diungkapkan oleh Dani salah satu

pengguna parkir liar sebagai berikut:

Sosialisasi larangan parkir, Saya sih tahu mas disini tuh dilarang parkir, kan sudah

ada tiang rambu dilarang parkir juga. Tapi yah mau gimana lagi, parkir disini ber

jam jam harganya murah Cuma 7.000, coba kalau saya parkir didalam Mall sejam

nya aja 4.000, saya kan disini kerja, itu dari pagi sampai sore atau dari siang

sampai malam itu bisa 8 sampai 10 jam saya parkir. kalau saya parkir didalam mall

sejam nya aja 4.000 kalau saya parkir 8 atau 10 jam bisa dibayangin berapa yang

harus saya bayar setriap harinya Cuma tuk parkir mas. Lebih baik buat makan kan

uang nya.11

Berdasarkan hasil wawancara di atas sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas

Perhubungan kepada masyarakat mengenai larangan parkir memang sudah

tersampaikan dengan baik, karena hampir semua masyarakat sudah mengetahui

melalui rambu dilarang parkir yang dipasang oleh UP. Perparkiran. Namun

sebagian masyarakat memang tetap lebih memilih parkir liar karena faktor

utamanya yaitu biaya yang jauh lebih murah.

Selain mensosialisasikan tentang larangan parkir liar kepada masyarakat dan

pendiri parkir liar Dinas Perhubungan melalu U.P perparkiran juga sudah

mensosialisasikan tentang denda yang harus dibayar oleh pendiri parkir liar

terjaring Razia oleh petugas. Dalam Perda No. 5 tahun 2012 pasal 66 yang

11

Wawancara Pribadi dengan Dani selaku Pengguna Parkir Liar, pada 15 Maret 2020.

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

61

berisi;12

“Setiap orang dan atau badan usaha yang menyelenggarakan parkir di

ruang milik jalan untuk kegiatan tertentu tanpa izin dari Gubernur sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), dikenakan denda administrasi paling banyak

Rp 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah)”.

Walaupun jumlah denda tertbilang cukup besar tidak membuat para pendiri

parkir liar menjadi takut untuk mendirikan parkir liar dikawasan Grand

Indonesia.Sedangkan Sanksi bagi pemilik kendaraan yang terjaring razia oleh

petugas adalah berupa sanksi penderakan kendaraan. Yang tertulis pada pasal 64

ayat (1):

“Kendaraan bermotor yang parkir di tempat yang dinyatakan dilarang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 dan/atau yang dinyatakan dilarang parkir oleh

penyelenggara parkir, dapat dipindahkan ke tempat lain yang tidak mengganggu

pengguna jalan danl atau pengguna jasa parkir atas prakarsa pengemudi kendaraan

itu sendiri dengan atau tanpa bantuan pihak lain”.13

Dengan mengacu pada pasal-pasal yang berada di dalam Perda No.5 tahun

2012 diatas, jelas komunikasi antara pelaksana kebijakan dan kelompok sasaran

kebijakan sudah berjalan dengan baik namun memang pada kenyataannya masih

banyaknya parkir liar karena masih banyaknya masyarakat yang lebih memilih

memarkirkan kendaraannya diparkir liar daripada di tempat parkir resmi. Oleh

karena itu diperlukan komunikasi yang lebih baik lagi antara pelaksana kebijakan

dengan kelompok sasaran kebijakan khususnya masyarakat agar tidak

memarkirkan kendaraannya di tempat parkir liar.

12

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor

5 Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, hal. 23 13

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor

5 Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, hal. 23

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

62

Dalam mengatasi parkir liar dikawasan Grand Indonesia berdasarkan Perda

No. 5 Tahun 2012 membutuhkan sumber daya yang mendukung, baik secara

sarana dan prasarana maupun sumber daya manusia.Sumber daya utama dalam

implementasi kebijakan adalah staf (pegawai). Pada saat kebijakan sudah

diimplementasikan penyebab adanya ketidakberhasilan dari implementasi tersebut

disebabkan oleh pengetahuan dan penguasaan staf yang tidak memadai, tidak

kompeten dan jumlah staf yang tidak mencukupi.

Dalam kaitannya dengan Dinas Perhubungan DKI jakarta yang bertanggung

jawab terhadap permasalahan parkir liar yang terjadi di DKI jakarta pada kasus ini

dikawasan Grand Indonesia. Untuk menunjang kegiatan dalam mengatasi

permasalahan parkir liar dikawasan Grand Indonesia sesuai dengan Perda No. 5

Tahun 2012 tentang perparkiran di DKI Jakarta membutuhkan staf pegawai yang

cukup. Menurut Kepala Suku Dinas Perhubungan DKI Jakarta selaku satuan

pelaksana dari Dinas perhubungan SatpelHub sebagai sub bagian penindakan

terhadap pelanggar Perda No. 5 tahun 2012 Jumlah Anggota yang bertugas

dilapangan dalam upaya menertibkan parkir liar dikawasan Grand Indonesia ini

bisa dibilang Jumlahnya terkesan kurang karena SatPelHub ini terbagi bagi pada

setiap kecamatan. Kawasan Grand Indonesia ini masuk dalam kecamatan tanah

abang Jakarta pusat, Menurut pengakuan dari Kepala SatPelHub Kecamatan tanah

abang mereka hanya memiliki 10 personil untuk bagian penindakan Jumlah

tersebut terasa memang kurang untuk dapat mengatasi parkir liar di wilayah tanah

abang khususnya dikawasan Grand Indonesia ini sendiri. Karena kurangnya

personil yang bertugas saat melakukan penindakan terhadap parkir liar membuat

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

63

kebijakan dari Perda No.5 Tahun 2012 ini menjadi agak sulit karena semakin hari

semakin banyak saja titik-titik parkir liar yang bermunculan di daerah kecamatan

tanah abang.14

Karena kawasan Grand Indonesia ini menjadi salah satu kawasan di Jakarta

pusat bahkan di DKI Jakarta yang terdapat parkir liar yang cukup sulit untuk di

tertibkan, operasi penertiban parkir liar dikawasan Grand Indonesia ini sering

menjadi agenda operasi penertiban besar-besaran oleh SatPelHub Dinas

Perhubungan DKI Jakarta bekerja sama dengan Kepolisian, SatPol PP dan juga

TNI karena begitu sulit dan banyaknya titik parkir liar di kawasan Grand

Indonesia.

Dalam wawancara dengan Kepala Up Perparkiran DKI Jakarta, U.P

Perparkiran dalam hal ini adalah Sub instansi dari Dinas Perhubungan DKI

Jakarta. U.P perparkiran memfasiltasi bagi orang atau badan yang ingin

menyelenggarakan tempat parkir untuk mendaftarkan diri sesuai dengan Perda

No.5 tahun 2012.

SatPelHub Dinas Perhubungan Kecamatan Tanah Abang selaku sebagai Sub

Instansi dari Dinas Perhubungan yang melakukan penindakan terhadap pengguna

parkir liar dikawasan Tanah abang. Fadli salah seorang petugas SatPelHub

Kecamatan Tanah Abang mengatakan bahwa SatPelHub kecamatan tanah abang

hanya memiliki 3 truck Derek dan 2 truck Pick Up yang digunakan saat

14

Wawancara Pribadi dengan Harlem Simanjuntak selaku Kepala Suku Dinas Perhubungan

Jakarta Pusat, pada 18 Desember 2019.

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

64

melakukan Razia Parkir liar setiap harinya. Tentunya melihat dari banyaknya

kendaraan yang terjaring Razia jumlah tersebut sangatlah kurang.15

Menurut Agus selaku Kepala Regu SatPelHub kecamatan Tanah Abang,

mengatakan bahwa dalam sehari dia harus bolak balik ke beberapa lokasi yang

menjadi target Razia karena harus membawa kendaraan hasil razia tersebut ke

tempat penyitaan sementara yaitu di kawasan parkir IRTI Monas dan halaman

Kantor Dinas Perhubungan diJatibaru. Hal tersebut dilakukan karena keterbatasan

Jumlah Truck Derek yang dimiliki oleh SatPelHub kecamatan Tanah Abang

hanya ada tiga Unit membuat setiap truck derek harus mengantarkan kendaraan

yang terjaring razia setelah itu baru bisa melakukan Razia dikawasan lain lagi.16

Karena keterbatasan Armada inilah yang membuat Razia dikawasan Grand

Indonesia ini menjadi terasa sulit, karena banyak nya kendaraan Roda 4 dan roda

2 yang kedapatan parkir liar dikawasan tersebut membuat sanksi derek hanyak di

lakukan kepada beberapa kendaraan saja, dan selebihnya hanya mendapat sanksi

cabut pentil atau kempes ban saja.

Menurut Emon salah seorang Juru Parkir Liar dikawasan Grand Indonesia

mengatakan sanksi cabut pentil atau kempes ban ini tidak terlalu berarti bagi

parkir liar yang dia jaga karena sudah biasa dia dan kawan-kawannya atasi dengan

cara mengisi kembali ban yang dikempesi oleh petugas dengan alat pengisian

angin yang dia pinjam dari teman yang berfrofesi sebagai tukang tambal ban

dikawasan grand Indonesia.

15

Wawancara Pribadi dengan Fadli selaku Petugas Satuan Pelaksana Hubungan (Satpelhub)

Kecamatan Tanah Abang, pada 25 Februari 2020. 16

Wawancara Pribadi dengan Agus selaku Ketua Regu Satpelhub Kecamatan Tanah Abang,

pada 25 Febuari 2020.

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

65

Dinas Perhubungan berwewenang untuk mengeluarkan surat izin untuk juru

parkir dan berwewenang untuk memberi peringatan teguran dan mencabut surat

izin tersebut apabila juru parkir tidak mengikuti aturan yang telah ada.

Dinas Perhubungan Jakarta Pusat sebagai pelaksana kebijakan Perda No. 5

Tahun 2012 tentang Perparkiran di DKI Jakarta memiliki kecenderungan atau

tingkah laku mengimplementasikan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh

para pembuat kebijakan di awal. Menurut Rafli17

selaku sebagai petugas satpelhub

Dinas Perhubungan Kecamatan Tanah Abang bersama Suku Dinas Perhubungan

Jakarta pusat sudah melaksanakan implementasi kebijakan parkir liar sesuai

kebijakan Perda No.5 Tahun 2012, kami sudah memberikan sanksi tegas kepada

kendaraan yang tetap nekat parkir di lokasi yang bukan seharusnya, seperti

pencabutan pentil, denda, dan bahkan kendaraan bisa kami derek untuk kendaraan

roda empat atau kami angkut menggunakan truk untuk kendaraan roda dua.18

Selanjutnya, menurut Fadli petugas Satpelhub Jakarta Pusat juga sudah

melakukan tindakan yang sesuai kebijakan Perda No. 5 Tahun 2012 kepada

pengelola parkir liar. “Jadi kami sudah melakukan penindakan kepada pengelola

parkir liar secara sistematis sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Langkah pertama Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat untuk menertibkan

lokasi parkir liar dimulai dari menemui pengelola parkir dan menjelaskan bahwa

lokasi parkir tersebut tidak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan dapat menyebabkan kerugian kemacetan pada pengguna jalan. Selanjutnya

17

Wawancara Pribadi dengan Rafli selaku Petugas Satpelhub Kecamatan Tanah Abang,

pada 25 Febuari 2020. 18

Wawancara Pribadi dengan Fadli selaku Petugas Satpelhub Kecamatan Tanah Abang,

pada 25 Febuari 2020

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

66

para pengelola parkir diharuskan menandatangani surat pernyataan untuk

menertibkan dan mematuhi segala peraturan mengenai perparkiran yang ada.

“Pengelola parkir liar diharuskan menanda tangani surat peryataan bersedia dan

sanggup mentaati dan mematuhi aturan yang telah ada serta melaksanakan

ketentuan dalam waktu 15 hari terhitung sejak penanda tanganan surat peryataan.

Selanjutnya, apabila pengelola parkir tidak melaksanakan ketentuan

berdasarkan surat pernyataan tersebut, maka Dinas Perhubungan memberikan

surat teguran pertama hingga surat teguran ketiga. Indra mengatakan, “jadi apabila

pihak pengelola parkir tersebut tidak mau melaksanakan atau mengingkari syarat

tersebut maka akan diberikan surat teguran pertama dengan waktu tenggang tujuh

hari, dan surat teguran kedua serta surat teguran ketiga dengan tenggang waktu

tiga hari”.

Kemudian menurut Indra, apabila pengelola parkir tersebut masih membuka

lokasi parkir dan masih tidak sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku,

maka Dinas Perhubungan berhak menertibkan lokasi parkir tersebut dan

memberikan denda maksimal hingga 7.500.000. Indra mengatakan, “jadi, jika

sudah diberikan surat pernyataan bahkan diberikan surat peringatan hingga tiga

kali tetapi masih tidak dilaksanakan maka Dinas Perhubungan berhak menertibkan

secara paksa lokasi parkir tersebut dan memberikan denda maksimal hingga

7.500.000”.19

Pada dasarnya, para pelaksana kebijakan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun

2012 tentang perparkiran, dalam hal ini yaitu Pemerintah Daerah DKI Jakarta,

19

Wawancara Pribadi dengan Indra selaku Petugas Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat,

Pada 23 Maret 2020

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

67

khususnya Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat mengetahui apa yang

dilakukan dalam rangka menertibkan parkir liar di kawasan Grand Indonesia,

Jakarta Pusat dan mempunyai sumber-sumber untuk melakukannya, tetapi dalam

pelaksanaan mereka mungkin masih dihambat oleh struktur-struktur organisasi

dimana mereka menjalankan kegiatan tersebut.20

Implementasi kebijakan mengenai perparkiran dijalankan oleh UP

Perparkiran, yaitu unit kerja dibawah dinas perhubungan DKI Jakarta yang tugas

utamanya adalah mengelola perparkiran di DKI Jakarta, dengan menerapkan pola

pengelolalaan dengan deputi. Selain UP Perparkiran, ada unit khusus lainnya yaitu

Satuan Pelaksana Perhubungan (Satpelhub) yang tugas utamanya adalah

melakukan penertiban pelanggaran terhadap masyarakat yang nekat memarkirkan

kendaraannya bukan pada tempatnya atau tempat yang terpasang rambu dilarang

parkir.

Menurut Sianturi, selaku Kepala UP perparkiran Struktur birokrasi dari UP

perparkiran DKI Jakarta mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai bagian

dari subsistem lalulintas yang diatasnya adalah dinas perhubungan yang

dibawahnya adalah UP perparkiran sebagai subsistem. mengatakan bahwa “tugas

kita adalah cenderung kepada pembatasan pembatasan penggunaan kendaraan

pribadi dengan melakukan penyedian fasfes2 parkir yang ada di kantong2 parkir,

dan pemberatan terhadap parkir”.21

Selanjutnya, tugas dan tanggung jawab Satuan Pelaksana Perhubungan

(Satpelhub) sebagai bagian dari struktur birokrasi menurut Sianturi adalah satuan

20

Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori, Proses, Dan Studi Kasus, hal. 176. 21

Wawancara Pribadi dengan Tiador Sianturi selaku Kepala UP Perparkiran DKI Jakarta,

pada 12 Desember 2019.

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

68

pelaksana di bawah Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang mempunyai tanggung

jawab yaitu untuk melaksanakan kebijakan dari Pemprov DKI Jakarta Nomor 5

Tahun 2012 tentang perparkiran. “Jadi Satpelhub ini bertanggung jawab kepada

suku Dinas Perhubungan DKI Jakarta, pada Kasus ini karena kawasan Grand

Indonesia ini masuk kedalam daerah Administrasi Jakarta pusat dan masuk dalam

wilayah administrasi kecamatan tanah abang, maka yang bertugas melakukan

penindakan atau Razia adalah SatPelHub kecamatan tanah abang yang bertangung

jawab kepada Suku Dinas Perhubungan jakarta Pusat. dan lebih detailnya

Satpelhub sebagai struktur birokrasi mempunyai tugas pokok yaitu untuk

melakukan tindakan di lapangan mengenai parkir liar”.22

Untuk permasalahan parkir liar, menurut Sianturi “untuk peraraturan yang

mengatur tentang perparkiran sudah ada SOP nya yang jelas untuk para struktur

birokrasi yang bertugas yaitu perda nomor 5 tahun 2012 tentang perparkiran,

itulah adalah induk dari peraturan perparkiran di DKI Jakarta”.23

Untuk kasus parkir liar di kawasan Grand Indonesia, ada beberapa

kelompok kepentingan yaitu para oknum pengelola parkir liar beserta preman

yang melindunginya. Menurut Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI

Andri Yansyah menjelaskan bahwa masalah parkir liar memang sulit diatasi.

Selain lokasinya yang menyebar, parkir liar juga dikuasai oleh preman setempat.

"Contohnya parkir liar di Kebon Kacang belakang Grand Indonesia dan Plaza

22

Wawancara Pribadi dengan Tiador Sianturi selaku Kepala UP Perparkiran DKI Jakarta,

pada 12 Desember 2019 23

Wawancara Pribadi dengan Tiador Sianturi selaku Kepala UP Perparkiran DKI

Jakarta,pada 12 Desember 2019

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

69

Indonesia. Kami mau berantas juga galakan preman yang jaga. Masalahnya sudah

terlalu lama jadi mereka merasa punya andil di sana".24

Andri juga menjelaskan pihak Pemprov DKI Jakarta, khususnya Dinas

Perhubungan Jakarta Pusat siap membangun sarana dan prasarana untuk

mengurangi praktik parkir liar. "Nanti akan dibangun lebih banyak terminal parkir

elektronik [TPE] dan park and ride secara bertahap. Tujuannya biar gak ada lagi

preman kuasain parkir liar”.25

Kelompok kepentingan tersebut akan berpengaruh dalam implementasi

kebijakan yakni bahwa perbedaan-perbedaan kepentingan itu accapkali

menghalangi dalam implementasi kebijakan, dan menimbulkan tindakan-tindakan

yang tidak di inginkan kemudian menyebabkan kebijakan-kebijakan berjalan

dengan tujuan-tujuan yang berlawanan.26

C. Penghambat Implementasi Kebijakan Perparkiran di Kawasan Grand

Indonesia

Menurut Fia27

sebagai pengguna parkir liar kurangnya kesadaran

masyarakat dikarenakan suatu kebijakan atau peraturan kurangnya sosialisasi

kepada masyarakat luas, Fia menjelaskan “pemerintah seharusnya bisa membuat

sosialisasi secara luas seperti di sekolah, media sosial, ataupun di lingkungan

24

Wawancara Pribadi dengan Andri Yansyah selaku Kepala Dinas Perhubungan DKI

Jakarta, pada 28 Maret 2020. 25

Yusuf Waluyo Jati, “Tim Saber Pungli Diminta Berantas Parkir Liar, Dishub DKI:

Premannya Galak!”, Jakarta Bisnis, 22 November 2016 [surat kabar: on-line]; tersedia di

https://jakarta.bisnis.com/; internet; diakses pada 20 Januari 2019. 26

Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus, hal. 177. 27

Wawancara Pribadi dengan Fia selaku Pengguna Parkir Liar di Kawasan Grand

Indonesia, pada 20 Maret 2020.

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

70

masyarakat seperti di karang taruna dan kegiatan ibu-ibu pkk tentang peraturan

perparkiran. Terlebih dalam menentukan sebuah pilihan atau keputusan

masyarakat memilih parkir liar dikarenakan biayanya relatif murah dengan durasi

parkir yang lama”. Sosialisasi mengenai kebijakan penting dikarenakan

masyarakat bisa lebih memahami dan menyadari betapa pentingnya kesadaran dan

kepatuhan dalam menggunakan kendaraan yang aman dan nyaman untuk setiap

orang.

Mengenai kesadaran dan kepatuhan masyarakat tentang peraturan lalu

lintas, menurut saudari Juwita Lia sebagai pengguna jalan mengatakan bahwa:

Kurangnya kesadaran untuk mentaati peraturan itu timbul dari diri sendiri dan juga

dari orang lain, menurut saya sebaiknya Pemerintah memberikan sosialisai tentang

keamanan dan kesadaran dalam berlalu lintas dan juga menghukum setiap orang

yang melanggar tanpa terkecuali agar masyarakat merasa takut dan enggan

melanggar peraturan yang telah ada jika Pemerintah betul-betul tegas dalam

melaksanakan peraturan tersebut.28

Juwita Lia menjelaskan “jika Pemerintah ingin masyarakat lebih sadar

dalam mematuhi peraturan yang telah di buat, Pemerintah harus mulai dulu untuk

pentingnya sosialisasi dan memberi sanksi bagi setiap orang yang melanggar

tanpa terkecuali jadi masyarakat merasa bahwa Pemerintah benar-benar peduli

terhadap peraturan tersebut dan benar-benar adil dalam menegakkan peraturan”.

Kedua, yaitu sanksi di lokasi yang terkesan ringan. Sanksi adalah hukuman

yang diberikan oleh seseorang karena melanggar ketentuan yang telah dibuat oleh

Pemeritah dalam perda tersebut. Dan mempunyai tugas agar norma yang telah

28

Wawancara Pribadi dengan Juwita Lia selaku Pengguna jalan,pada 20 Maret 2020.

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

71

ditetapkan dalam hukum dan undang-undang ditaati sebagai akibat hukum atas

pelanggaran norma.29

Sanksi untuk para pengguna parkir liar diatur dalam pasal 64 ayat 1

Peraturan Pemerintah Kota DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran

yang menyatakan bahwa:

“Kendaraan bermotor yang parkir di tempat yang dinyatakan dilarang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 dan/atau yang dinyatakan dilarang parkir oleh

penyelenggara parkir, dapat dipindahkan ke tempat lain yang tidak mengganggu

pengguna jalan danl atau pengguna jasa parkir atas prakarsa pengemudi kendaraan

itu sendiri dengan atau tanpa bantuan pihak lain”.30

Kemudian sanksi yang ditentukan untuk pengelola parkir yang sudah

memiliki izin diatur dalam Pasal 63 Peraturan Pemerintah Kota DKI Jakarta

Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran yang menyatakan bahwa:

a. Peringatan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali

b. Penghentian sementara kegiatan;

c. Pembatalan izin

d. Pencabutan izin.31

Sedangkan sanksi yang telah ditentukan untuk pengelola parkir yang tidak

memiliki izin diatur dalam Pasal 66 Peraturan Pemerintah Kota DKI Jakarta

Nomor 05 Tahun 2012 tentang Perparkiran menyatakan bahwa “Setiap orang dan

atau badan usaha yang menyelenggarakan parkir di ruang milik jalan untuk

kegiatan tertentu tanpa izin dari Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16

29

Hambali Thalib, Sanksi Pemidanaan dalam Konflik Pertanahan: Kebijakan Alternatif

Penyelesaian Konflik Pertanahan di Luar Kodifikasi Hukum Pidana (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009), hal 11. 30

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor

5 Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, hal.22. 31

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor

5 Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, hal.22.

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

72

ayat (1), dikenakan denda administrasi paling banyak Rp 7.500.000,- (tujuh juta

lima ratus ribu rupiah)”.32

Perparkiran di Kawasan Grand Indonesia merupakan kawasan parkir yang

tidak memilki izin yang resmi ini dijelaskan oleh Bapak Budi sebagai Humas UP

Perpakiran. “Jadi masyarakat yang memarkir-kan kendaraan mereka di kawasan

Grand Inonesia (yang berada di dalam bangunan/lahan kosng, tapi tidak di bahu

jalan) tidak termasuk dalam kategori parkir liar, melainkan itu tempat penitipan

kendaraan. Dan kita (UP Perparkiran) belum ada peraturan yang mengatur tentang

penitipan kendaraan’’.

Umum, yaitu paling lama 3 (tiga) bulan dan denda uang maksimal Rp.

5.000.000; dengan sanksi perda tersebut membuat pelanggar tidak jera dan sanksi

tersebut tidak terlaksana secara maksimal karena sejauh ini sanksi yang sering

diterapkan berupa peneguran dan pencabutan surat izin dari Dinas Perhubungan

sehingga tidak memberikan efek jera bagi pelanggarnya karena dalam penertiban

parkir liar ini Petugas menggunakan prinsip preventif non yustisial.

32

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor

5 Tahun 2012 tentang Perparkiran, Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012, hal.23.

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa

implementasi dari kebijakan perpakiran di Kawasan Grand Indonesiasudah sesuai dengan

Perda Nomor 5 tahun 2012 tentang Perparkiran, namun dalam pelaksanaannya masih

ditemukan penyebab utama terhambatnya implementasi kebijakan tersebut, yaitu

kurangnya kesadaran masyarakat itu sendiri. Selanjutnya, fasilitas penunjang dalam

melakukan penindakan terhadap parkir liar juga terbatas. Sanksi yang diberikan kepada

pengelola parkir liar juga tidak tegas dan tidak tepat sasaran, dikarenakan dalam proses

penindakan oleh Satpelhub, pengelola parkir liar tersebut seringkali kabur atau tidak

berada di tempat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Di harapkan Pemerintah Daerah DKI Jakarta, khususnya Dishub Jakarta Pusat

lebih bersikap tegas lagi dalam mnemberikan sanksi agar timbulnya efek jera.

2. Di harapkan adanya sikap kooperatif antara pemerintah dan pengelola parkir

dalam menata perparkiran di Kawasan Grand Indonesia tersebut.

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

74

DAFTAR PUSTAKA

Buku

AG, Subarsono.2005. AnalisisKebijakanPublik:Teoridan Aplikasi.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Agustino, Leo. 2008. Dasar-daar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Anggara,

Sahya.2014. Kebijakan Publik. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan R & d. Bandung: Alfabeta.

Thalib, Hambali.2009.SanksiPemidanaandalamKonflikPertanahan:Kebijakan

Alternatif Penyelesaian Konflik Pertanahan di Luar Kodifikasi Hukum

Pidana. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahab, Sholichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Waluyo, Bambang. 2002. Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Winarno, Budi. 2016. Kebijakan Publik Era Globalisasi: Teori, Proses dan Studi

Kasus Komparatif. Yogyakarta: CAPS.

Dokumen

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2018. “Jakarta dalam Angka 2018.”

Katalog BPS: 1102001.28.

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

75

Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota (Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat). 1998. “Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian

Fasilitas Parkir.” Jakarta: Dit BSLLAK.

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang

PemerintahanDaerah.

Artikel dalam Surat Kabar Elektronik

Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Diakses pada 17 Maret 2020

(https://dishub.jakarta.go.id/).

Faruq. 2016. “Razia Parkir Liar 47 Mobil di Kawasan Thamrin City dikempesi.”

News Detik, Agustus 23. Diakses pada 23 April 2019

(https://detik.com/news/berita/d-2761047/razia-parkir-liar-47-mobil-di-

kawasan-thamrin-city-dikempesi).

Heru. 2016. “Dishub Derek Paksa Kendaraan yang Nekat Parkir Liar di Thamrin

City.” News Detik, September 6. Diakses pada 23 April 2019

(https://news.detik.com/berita/d-2984869/dishub-derek-paksa-kendaraan-

yang-nekat-parkir-liar-di-thamrin-city).

Jati, Yusuf Waluyo. 2019. “Tim Saber Pungli Diminta Berantas Parkir Liar,

Dishub DKI: Premannya Galak!.” Jakarta Bisnis, Januari 20. Diakses pada

20 Januari 2019 (https://jakarta.bisnis.com/read/20161122/77/605096/tim-

saber-pungli-diminta-berantas-parkir-liar-dishub-dki-premannya-galak).

Rivki.2016.“PenampakanParkirLiardiSekitaranThamrinCity.”NewsDetik,

Oktober 18. Diakses pada 23 April 2019

(https://news.detik.com/berita/3323341/penampakan-parkir-liar-di-

sekitaran-thamrin-city).

Zul. 2015. “Tegur Parkir Liar Satpam Thamrin City Malah dibacok.” Rmol

Jakarta, September 20. Diakses pada 23 April 2019

(https://www.rmoljakarta.com/read/2015/09/20/14448/Tegur-Parkir-Liar,-

Satpam-Thamrin-City-Malah-Dibacok-).

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

76

Skripsi dan Jurnal Elektronik

Andita, Wenny. “Implemesntasi Kebijakan badan penyelenggaraan jaminan sosial

(BPJS) Kesehatan di badan layanan umum daerah (BLUD) Rumah sakit

umum daerah (RSUD) Lagaligo kabupaten Luwu timur”, (S1 Skripsi,

Unirversitas Hasanuddin, 2016).

Guna Nugraha, Pri. “Mengidentifikasi Dinas perhubungan Dalam Menertibkan

Parkir Liar di Pasar Pagi Kota Samarinda”, (S1 Skripsi, Unversitas

Mulawarman, 2013).

Kusumaningtyas, Rinda Hesti, “Evaluasi Dan Perancangan Sistem Informasi

Lahan Parkir”, Jurnal Sistem Informasi, 9:1, Februari 2016 [jurnal on-line];

tersedia di http://www.journal.uinjkt.ac.id; internet; diunduh pada 18

Februari 2020.

Nurdin, Asrul “mengidentifikasi Implementasi kebijakan Peraturan daerah No. 2

tahun 2008 tentang pembinaan anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan

pengamen di kota Makasar”, (S1 Skripsi, Universitas Hasanuddin Makasar,

2013).

Reza pahlevi, Andi. “Mengidentifikasi Penerapan Sanksi Mengenai Parkir Liar di

Bahu Jalan di Kota Makasar”, (S1 skripsi, Univeristas Hasanudin Makasar,

2016).

Tri Utami, Endah. “Mengidentifikasi Pelaksanaan Sanksi Penertiban Parkir Liar

ditinjau dari Peraturan daerah surakarta No. 9 tahun 2011 tentang Retribusi

Daerah dan Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 6 tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah kota Surakarta No. 7 tahun 2001 tentang

Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum”, (S1 Skripsi, Universitas Sebelas

Maret Surakarta, 2012).

Wawancara

1. Tiador Sianturi selaku Kepala Unit Pelaksana (UP) Perparkiran DKI Jakarta,

pada 12 Desember 2019.

2. Dani selaku Pengguna Parkir Liar, pada 15 Maret 2020.

3. Harlem Simanjuntak selaku Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat,

pada 18 Desember 2019.

4. Fadli selaku Petugas Satuan Pelaksana Hubungan (Satpelhub) Kecamatan

Tanah Abang, pada 25 Februari 2020.

5. Agus selaku Ketua Regu Satpelhub Kecamatan Tanah Abang, pada 25

Februari 2020.

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERPARKIRAN DI KAWASAN …

77

6. Rafli selaku Petugas Satpelhub Kecamatan Tanah Abang, pada 25

Februari 2020.

7. Indra selaku Petugas Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat, pada 23

Maret 2020.

8. Andri Yansyah selaku Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, pada 28

Maret 2020.

9. Bang Oci selaku Penjaga Parkir Liar di Kawasan Grand Indonesia, pada

20 Maret 2020.

10. Fia selaku Pengguna Parkir Liar di Kawasan Grand Indonesia, pada 20

Maret 2020.