IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA...

172
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DALAM PERSPEKTIF SUSTAINABLE CITY (Studi Pada Pemerintah Kota Malang) SKRIPSI Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ARIK WIJAYANTO 135030100111002 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2017

Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA...

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN

DAN KAWASAN PERMUKIMAN DALAM PERSPEKTIF

SUSTAINABLE CITY

(Studi Pada Pemerintah Kota Malang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

ARIK WIJAYANTO

135030100111002

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG

2017

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,
Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

IDENTITAS TIM PENGUJI

1. Penguji 1

a. Nama : Drs. Sukanto, MS

b. NIDN : 0027125906

c. NIP : 19561227 198601 1 001

d. Pangkat : Penata Tingkat 1

e. Golongan : III/d

f. Fungsional : Lektor

g. Alamat : Jl. Kramat No.61 Singosari Malang

2. Penguji 2

a. Nama : Rendra Eko Wismanu, S.AP, M.AP

b. NIDN : 0014128501

c. NIP : 2011078512141001

d. Pangkat : Penata Muda Tingkat 1

e. Golongan : III/b

f. Fungsional : Tenaga Pengajar

g. Alamat : Jl. Tutut Gg.1 Perum Pondok Permata Kav.7 Arjowinangun Malang

3. Penguji 3

a. Nama : Drs. Romula Adiono, M.AP

b. NIDN : 0001046205

c. NIP : 19620401 198703 1 003

d. Pangkat : Penata Tingkat 1

e. Golongan : III/d

f. Fungsional : Lektor

g. Alamat : Jl. Dr. Soetomo 35 Junrejo, Batu

4. Penguji 4

a. Nama : Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

b. NIDN : 0729018304

c. NIP : 830129 03 1 1 0275

d. Pangkat : Penata Muda Tingkat 1

e. Golongan : III/b

f. Fungsional : Tenaga Pengajar

g. Alamat : Perumahan Sekarputih Permai Kav.36 , Pendem, Batu

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,
Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arik Wijayanto

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 12 Januari 1995

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Fakultas/Prodi : FIA / Ilmu Administrasi Publik

NIM : 135030100111002

Alamat : Jalan Laksda Adi Sucipto 460 Blimbing Kota Malang

E-mail : [email protected]

No. Telepon : 085755717929

Riwayat Pendidikan : SD Negeri Pandanwangi I Kota Malang (2001-2007)

SMP Negeri 14 Kota Malang (2007-2010)

SMA PANJURA Kota Malang (2010-2013)

Fakultas Ilmu Administrasi UB (2013-2017)

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

Kupersembahkan karya ini untuk

My Super Mother Atas segala perjuangan dan doa dalam membesarkan,

mendidik dan melindungi selama ini…

Terima kasih juga untuk Ayah Rusdi Handoko dan Sumarni’s Family

Deddy R. Surya , Lilik Agustina dan Elok Putri Lestari

Atas segala semangat serta dukungan moril dan materi yang tak terhingga...

Terima kasih

Sosialite ( Rara, Ghulam, Ecil, Metta, Erin, Whisnu, Amel dan Nurhadi) telah menjadi bagian dari perjuangan saya, yang dengan sabar selalu mendengar keluh kesah dan menjadi tempat berbagi terbaik saya, see you on Top Guys!

Sahabat-sahabat saya, Ni Putu Diah, Icha, Ageng, Arfi, Reka, Novanda, Irvan, Vincent, Dicky dan Mahatva Yoga yang telah dengan sabar mendengar keluh kesah saya dan menjadi tempat penghilang kejenuhan yang luar biasa, serta

atas bantuan dan dukungan, motivasinya hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan…

Terima kasih tak terhingga untuk orang-orang yang menjadi

booster bagi saya selama ini…

Terima kasih untuk semua teman-teman Administrasi Publik 2013, khususnya MAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan, Zainal) yang sampai ini tetap setia menjalin komunikasi yang baik serta semua orang-orang yang tak dapat saya sebutkan satu persatu

yang telah mendukung saya selama ini.

RINGKASAN

Arik Wijayanto, 2017. Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Permukiman dalam Perspektif Sustainable city (Studi pada Pemerintah Kota Malang).

Drs. Sukanto, MS dan Rendra Eko Wismanu, S.AP, M.AP. 154 Halaman + xiv

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

Pembangunan perumahan dan permukiman baru setiap tahunnya belum mampu

mengimbangi pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi. Masalah perumahan juga tidak

akan lepas dari masalah lingkungan dimana munculnya rumah-rumah yang tidak sesuai

standar dan berkepadatan tinggi yang membentuk pemukiman kumuh yang mempengaruhi

penurunan nilai lingkungan dan sosial penduduknya. Dalam penataan perumahan dan

kawasan pemukiman seringkali melanggar aturan-aturan yang tertuang dalam Peraturan

Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang

2010-2030.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Dengan metode ini maka dapat diperoleh data yang akurat yang berasal dari dokumen-

dokumen, pengamatan, dokumentasi maupun hasil wawancara. Data dianalisis menggunakan

model analisis interaktif dari Miles, Huberman dan Saldana. Kemudian ditarik sebuah

kesimpulan tentang isi dari skripsi ini.

Implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman dalam

perspektif sustainable city yang dilaksanakan oleh instansi terkait secara keseluruhan sudah

berjalan dengan baik dengan segala kendalanya. Komunikasi dalam pelaksanaan kebijakan

dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi miscommunication antar pelaksana. Sumber

daya staf, sarana prasarana, informasi dan anggraan terintegrasi dengan baik dalam

pelaksanaannya. Kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiamn tersebut mengatur

tentang pendirian bangunan harus memiliki IMB, pembangunan perumahan harus dilengkapi

fasilitas umum, fasilitas sosial, dan sarana lingkungan serta pembangunannya harus sesuai

standar peruntukan dan fungsi lahan. Selain itu, penataan permukiman di Kota Malang juga

difokuskan pada kawasan kumuh dengan Program KOTAKU. Implementator juga telah

memahami tugas, fungsi dan tanggungjawab dalam pelaksanaan kebijakan. Penataan

perumahan dan kawasan permukiman dilihat dari perspektif sustainable city belum sesuai

dengan prinsip-prinsipnya seperti ekonomi, lingkungan, pemerataan, peran serta dan energi.

Faktor pendukung kebijakan ini meliputi sumber daya yang kompeten dan koordinasi antar

instansi yang baik. Sedangkan, faktor penghambat meliputi pengawasan kebijakan yang

kurang dan kesadaran masyarakat yang masih rendah.

Kata kunci: Implementasi Kebijakan, Perumahan Permukiman , Perpektif Sustainable City ,

Kota Malang

SUMMARY

Arik Wijayanto, 2017. Implementation Of Housing And Settlement Area Policy In

Perspective Of Sustainable City (Study on Government of Malang City). Drs. Sukanto,

MS and Rendra Eko Wismanu, S.AP, M.AP. 154 pages + xiv

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

The construction of new housing and settlements that has been undertaken annually

are still unable to keep up with population growth and urbanization. The housing problem

also will not escape environmental problems where non-standard and high-density houses are

being built in slums that affect the environmental and social degradation of the population.

The arrangement of housing and settlement areas often violate the rules contained in Malang

City Regulation No.4 of 2011 on the Spatial Plan of Malang City Area in 2010-2030.

This research uses descriptive qualitative approach. The method can be obtained

accurate data derived from documents, observations, documentation and interview results.

Data were analyzed using interactive analysis model from Miles, Huberman and Saldana.

Then, drawn a conclusion about the content of this thesis.

Implementation of housing and settlement area policy in perspective of sustainable

city implemented by related institution as a whole has gone well with all the obstacles.

Communication in the implementation of the policy has done well in order to avoid

miscommunication between implementers. The resources of staff, infrastructure, information

and budget have been well integrated in the implementation. The policy of housing and

settlement area to regulate the construction of buildings should have IMB, housing

construction have to be equipped with public, social, and environmental facilities and the

construction have to be in accordance with the standard of land use and function. In addition,

the settlement arrangement in Malang City is also focused on slums with the program

KOTAKU. Implementers also have understood the duties, functions and responsibilities in

the implementation of the policy. The arrangement of housing and settlement areas viewed

from the perspective of sustainable city is not in accordance with the principles such as

economy, environment, equity, participation and energy. Supporting factors of this policy

include competent resources and good interagency coordination. Meanwhile, inhibiting

factors include poor policy supervision and low public awareness. The suggestions that can

be given are necessary to improve the socialization and oversight of the policy because there

are still many public policy violations.

Keywords : Implementation of Policy, Housing ans Settlements, Perspective of Sustainable

City, Malang City.

KATA PENGANTAR

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

Puji Syukur Alhamdulillah, skripsi dengan judul Implementasi Kebijakan Penataan

Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam Perspektif Sustainable city (Studi pada

Pemerintah Kota Malang dapat penulis selesaikan dengan baik. Sebagai pemenuhan untuk

mendapatkan gelar sarjana jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala pengetahuan,

dukungan dan motivasi kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya.

2. Bapak Dr. Choirul Shaleh, M,Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya.

3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

4. Bapak Drs. Sukanto, MS selaku dosen pembimbing skripsi saya, yang dengan sabar

membimbing, mengarahkan, dan mengajarkan saya terkait penelitian yang saya

selesaikan.

5. Bapak Rendra Eko Wismanu, S.AP, M.AP selaku dosen pembimbing skripsi saya, yang

dengan sangat sabar membimbing, mengarahkan, dan mengajarkan saya terkait

penelitian yang saya selesaikan. Terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya.

6. Bapak Ir. Hybu Setiawan Rulwanto selaku Kepala Seksi Bidang Perumahan dan

Permukiman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Malang yang

senangtiasa memberikan saya informasi terkait penelitian saya dan memberikan

wawasan kepada saya.

7. Ibu Ratri selaku Kepala SubBidang Pengembangan Wilayah Badan Perencanaan,

Pengembangan dan Penelitian Kota Malang yang senangtiasa memberikan saya

informasi terkait penelitian saya dan memberikan wawasan kepada saya.

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

8. Mbak Erlin Novitas A.Md selaku Staf Seksi Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas

Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Malang yang senangtiasa memberikan saya

informasi terkait penelitian saya dan memberikan wawasan kepada saya.

9. Dan seluruh orang-orang yang berkontribusi dalam menempuh studi ini yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu.

Semoga tugas akhir program sarjana yang telah saya selesaikan, pengalaman maupun

ilmu yang saya terima dapat membantu saya menjadi manusia baik dan bermanfaat bagi

orang lain. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan mohon maaf jika

tulisan ini masih jauh dari sempurna.

Malang, 31 April 2017

Arik Wijayanto

DAFTAR ISI

MOTTO .......................................................................................................... i

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ ii

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

TANDA PENGESAHAN............................................................................... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .............................................. iv

RINGKASAN ................................................................................................. v

SUMMARY...................................................................................................... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 11

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 12

E. Sistematika Penelitian .......................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik .................................................................................. 15

1. Pengertian Kebijakan Publik.......................................................... 15

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik ..................................................... 16

3. Implementasi Kebijakan Publik ..................................................... 19

4. Model Implementasi Kebijakan ..................................................... 20

5. Faktor Pendukung dan Penghamabt Kebijakan ............................. 25

B. Pembangunan Bekelanjutan ................................................................. 25

1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan ....................................... 25

2. Indikator Pembangunan Berkelanjutan .......................................... 27

C. Kota Berkelanjutan (Sustainable City) ................................................ 32

1. Pengertian Kota Berkelanjutan ...................................................... 32

2. Prinsip Dasar Kota Berkelanjutan .................................................. 34

D. Perumahan dan Pemukiman ................................................................. 36

1. Perumahan dan Permukiman ......................................................... 36

2. Elemen Dasar Perumahan dan Pemukiman ................................... 37

3. Penataan Kawasan Perumahan dan Pemukiman............................ 39

E. Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Pemukiman dalam Persepektif Sustainable City ................................. 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian..................................................................................... 44

B. Fokus Penelitian ................................................................................... 45

C. Lokasi dan Situs Penelitian .................................................................. 47

D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 49

F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 51

G. Analisis Data ........................................................................................ 52

H. Keabsahan Data ................................................................................... 54

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kota Malang ................................................................. 57

2. Keadaan Geografis .................................................................... 58

3. Gelar Kota Malang .................................................................... 61

4. Visi dan Misi Kota Malang ....................................................... 62

5. Keadaan Penduduk .................................................................... 69

6. Lambang Kota Malang .............................................................. 70

B. Gambaran Umum

1. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan ................... 71

2. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman ............................ 75

3. Dasar Kebijakan .......................................................................... 77

C. Penyajian Data

1. Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Permukiman dalam Perspektif Sustainable City ............................ 84

a. Komunikasi .............................................................................. 86

b. Sumber Daya ............................................................................ 93

c. Disposisi ................................................................................... 101

d. Struktur Birokrasi..................................................................... 111

e. Perspektif Sustainable City ...................................................... 113

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Penataan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kota Malang

a. Faktor Pendukung .................................................................... 121

1) Pendukung Internal .......................................................... 121

a) Sumber Daya ............................................................. 121

b) Koordinasi ................................................................. 122

2) Pendukung Eksternal ........................................................ 124

a) Partisipasi Masyarakat .............................................. 124

b) Partisipasi Pihak Swasta ........................................... 125

b. Faktor Penghambat .................................................................. 126

1) Penghambat Internal ......................................................... 126

a) Pengawasan Kebijakan ............................................. 126

2) Penghambat Eksternal ...................................................... 127

a) Sikap Apatis Masyarakat .......................................... 127

D. Analisis Data

1. Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Permukiman dalam Perspektif Sustainable City

a. Komunikasi .............................................................................. 128

b. Sumber Daya ............................................................................ 132

c. Disposisi ................................................................................... 135

d. Struktur Birokrasi..................................................................... 138

e. Perspektif Sustainable City ...................................................... 139

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Penataan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kota Malang

a) Faktor Pendukung .................................................................... 142

1) Pendukung Internal ........................................................... 142

a) Sumber Daya ................................................................ 142

b) Koordinasi .................................................................... 143

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

2) Pendukung Eksternal ......................................................... 144

a) Partisipasi Masyarakat ................................................. 144

b) Partisipasi Pihak Swasta .............................................. 144

c) Faktor Penghambat .................................................................. 145

1) Penghambat Internal .......................................................... 145

a) Pengawasan Kebijakan ............................................... 145

2) Penghambat Eksternal ........................................................ 146

a) Sikap Apatis Masyarakat ............................................ 146

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 147

B. Saran .................................................................................................... 149

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 151

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 153

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

1 Wilayah Kumuh di Kota Malang 8

2 Prinsip Dasar Kota Berkelanjutan 35

3 Luas Kecamatan dan Presentase terhadap Luas Kota Malang 61

4 Banyaknya RT, Penduduk, Rasis Jenis Kelamin dan

Rata-Rata Anggota RT

5 Kawasan Kumuh berdasarkan SK Walikota Malang 85

6 Data Pegawai Seksi Perumahan dan Permukiman 88

7 Luas Wilayah Kumuh di Kota Malang 112

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

1 Model Implementasi Kebijakan Edward III 22

2 Kerangka Pemikiran 43

3 Komponen Analisis Data (Model Interaktif) 54

4 Peta Administratif Kota Malang 60

5 Lambang Kota Malang 70

6 Struktur Organisasi BARENLITBANG 71

7 Rapat Koordinasi Penataan Ruang Malang 81

8 Sosialisasi Malang Tanpa Kumuh 83

9 Staf Bidang Perumahan dan Permukiman 89

10 Kantor Disperkim Kota Malang 93

11 Sarana di Disperkim 93

12 Skema Aggaran KOTAKU 95

13 Kawasan Kelurahan Ciptomulyo 99

14 Parameter kawasan kumuh Kelurahan Ciptomulyo 100

15 Kawasan permukiman yang melanggar GSB 103

16 Kawasan permukiman kumuh di Ciptomilyo 105

17 Gambar SOP Penataan permukiman kumuh 110

18 Sumber Daya Pegawai 120

19 Koordinasi yang dilakukan Disperkim 121

20 Masyarakat dalam Sosialisasi Penataan Permukiman 122

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal

1. Lampiran Surat Ijin Penelitian Bakesbangpol 154

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

2. Interview Guide 155

3. Lampiran Peraturan Daerah Kota Malang No.4

tentang RTRW Kota Malang Tahun 2010-2030 156

4. Lampiran Surat Keputusan Walikota Malang No.86

Tentang Penetapan Lingkungan Perumahan dan

Permukiman Kumuh 157

5. Lampiran Foto Wawancara 159

6. Curriculum Vitae 161

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah dalam hal pembangunan memiliki peranan penting sebagai

aktor pembuat kebijakan. Pemerintah memiliki kewajiban dalam menciptakan

perkotaan yang aman, nyaman dan tertib. Peraturan-peraturan yang ada di

Indonesia sebagai tolak ukur dalam setiap kegiatan pembangunan. Maka dari

itu dibutuhkan perencanan pembangunan yang tepat guna dan berwawasan

lingkungan.

Perkotaan di Indonesia, tak lagi sebatas sebagai pusat permukiman

masyarakat. Saat ini kota juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan

pusat pertumbuhan ekonomi. Berkembangnya kawasan perkotaan dalam

suatu negara tidak terlepas dari pembangunan. Pembangunan pada dasarnya

akan mempengaruhi potensi dan keadaan lingkungan hidup. Saat ini

pembangunan dilakukan secara terus menerus dalam upaya memenuhi

kebutuhan masyarakat sehingga timbul berbagai masalah yang mengikutinya.

Pertumbuhan penduduk di Indonesia setiap tahunnya terus bertambah

yang tentu menimbulkan kondisi yang merusak lingkungan dimasa

mendatang. Jumlah penduduk perkotaan terus mengalami peningkatan,

dengan berbagai masalahnya tidak mungkin dibiarkan berkembang dengan

sendirinya tanpa adanya sebuah perencanan. Perencanaan kota sangat

diperlukan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, meningkatkan potensi

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

2

kota yang dapat dikembangkan, dan juga untuk merangsang daerah

sekitarnya.

Masalah perumahan merupakan fenomena umum yang terjadi diseluruh

dunia termasuk negara maju sekalipun. Pembangunan kawasan permukiman

dan perumahan baru setiap tahunnya belum mampu mengimbangi

pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi. Masalah perumahan juga tidak

akan lepas dari masalah lingkungan dimana munculnya rumah-rumah dengan

kualitas rendah yang tidak sesuai standar, berkepadatan tinggi yang tidak

teratur yang membentuk permukiman kumuh yang tentu akan mempengaruhi

penurunan nilai lingkungan dan sosial penduduknya

Pada umumnya, menurut Suwarno dalam Blaang (1986:86) masalah

didaerah perkotaan disebabkan oleh, sebagai berikut:

a. Pertumbuhan penduduk yang pesat baik yang berasal dari

pertambahan penduduk secara alamiah ataupun dari perpindahan

penduduk ke daerah perkotaan (urbanisasi).

b. Mahalnya biaya pembangunan rumah dikota yang disebabkan karena

langkanya tanah perumahan, sehingga harga tanah menjadi mahal dan

biaya konstruksi pembangunan rumah pun tinggi.

c. Terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli dan

membangun rumah.

d. Prasarana kota kurang memadai dan kurangnya pengawasan dalam

ketertiban bangunan dan pemakaian tanah perumahan.

Pemerintah memiliki kewajiban dalam mengatur akan pembangunan

perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat agar memperoleh

kesejahteraan dan lingkungan hidup yang sehat. Hal tersebut juga diatur

dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

3

Kawasan Permukiman. Inti dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 ialah

mengatur, antara lain :

1. Tugas pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kota dalah hal

pembinaan, maupun wewenang.

2. Penyelenggaraan rumah dan perumahan untuk memenuhi kebutuhan

rumah

3. Perencanaan dan perancangan rumah yang mencakup prasarana, sarana,

dan utilitas

4. Penyelenggaraan wilayah permukiman baik perencanaan ,

pembangunan,, pemanfaatan , serta pengendalian kawasan pemikiman

5. Pemiliharaan dan perbaikan yang mana dilaksanakan oleh pemerintah,

pemerintah daerah dan perorangan

6. Pencegahan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh

7. Pendanaan dan sistem pembiayaan

8. Hak dan kewajiban, peran masyarakat, larangan,

9. Penyelesaian sengketa yang mencangkup sanksi administrasi, ketentuan

pidana, serta ketentuan peralihan.

Kebutuhan akan penyediaan sarana dan prasarana permukiman

menjadi permasalahan yang mendasar bagi masyarakat. Untuk mengatasi

masalah-masalah tersebut diperlukan perencanaan tata ruang kota yang baik.

Akan tetapi karena adanya keterbatasan dari tingkatan masyarakat, penataan

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

4

pembangunan rumah dan permukiman sering mengakibatkan kondisi

permukiman yang tidak memenuhi standar.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar masusia.

Pemerintah wajib memberikan sarana kepada masyarakat agar dapat

memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berkelanjutan dan

berkeadilan secara sosial. Pengembangan permukiman meliputi

pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, permukiman yang

terjangkau khususnya bagi masyaraat kelas menengah kebawah,

pengembangan ekonomi dan menciptakan nilai sosial di perkotaan.

Pembangunan permukiman dan perumahan hingga saat ini masih

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada dasarnya

pemenuhan kebutuhan akan permukiman dan perumahan menjadi tanggung

jawab masyarakat sendiri. Karena itu, peran serta masyarakat perlu

dioptimalkan, pemerintah hanya untuk mengatur dan mendorongnya.

Pembangunan kota memiliki peranan penting dalam pembangunan

dalam skala nasional. Pembangunan diperkotaan terkadang tidak sejalan

dengan prinsip keseimbangan alam dan perencanaan tata ruang yang

berwawasan lingkungan. Konsep perkotaan yang berdasarkan lingkungan

merupakan konsep kehidupan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Kawasan perkotaan dengan berbagai aktivitasnya memerlukan udara sejuk

yang dapat terpenuhi di area permukiman. Kebijakan pembangunan kedepan

harus mampu mendorong peningkatan kualitas hidup, baik proses

perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian maupun proses pemeliharaan.

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

5

Untuk menjaga keberlanjutan lingkungan di dalam kota maka perlu dilakukan

penataan ruang dalam wilayah perkotaan.

Dalam mewujudkan keberlanjutan lingkungan harus berangkat dari

tujuan yang mulia yaitu mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi semua

baik untuk kehidupan saat ini maupun generasi akan datang. Hal tersebut juga

sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan yang

menyangkut aspek ekonomi, aspek sosial, budaya maupun lingkungan hidup.

Pembangunan berkelanjutan perlu mempertahankan keseimbangan dan

kesinambungan dalam penggunaan lingkungan yang bertanggungjawab dari

seluruh sumber daya seperti alam, manusia dan sumber daya ekonomi untuk

pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kualitas kehidupan manusia.

Dalam Kota Berkelanjutan atau Sustainable City, (Research Trianggle

Institute, 1996 dalam Budiharjo, 2009) memiliki prinsip dasar yang menjadi

dasarnya (Panca E), seperti :

1. Environment dalam mewujudkan keseimbangan lingkungan

2. Economy dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi

3. Equity dalam mewujudkan keadilan sosial

4. Engagement dalam mewujudkan peran serta masyarakat

5. Energy dalam mewujudkan sumber daya yang dikelola.

Kota berkelanjutan harus memiliki kestabilan ekonomi yang kuat,

lingkungan yang serasi dan berlanjut, tingkat sosial yang relatif setara dengan

penuh keadilan, peran serta masyarakat yang tinggi, dan konservasi energi

yang terkendali dengan baik. Kota masa depan dalam era globalisasi

diharapkan akan mampu berfungsi sebagai pemicu peradaban, mesin

penggerak ekonomi, dan sekaligus juga tempat nyaman bagi kehidupan

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

6

manusia. Saat ini pembangunan kota sebagai kota yang berkelanjutan terus

diupayakan mengingat hal tersebut saat ini merupakan kebutuhan untuk

menjaga keseimbangan alam dengan kemajuan sebuah kota yang ada.

Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Malang 2010-2030, terdapat suatu kawasan budidaya

Kota Malang yang didalamnya terdapat pengaturan mengenai kawasan

permukiman. Kawasan permukiman merupakan salah satu aspek prioritas

yang harus dikelola dan dikembangkan, karena dalam penataan kawasan

permukiman dalam membuat suatu bangunan harus berdasarkan Rencana

Tata Ruang Wilayah. Dalam penataan perumahan dan kawasan permukiman

menurut Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang Willayah Kota Malang 2010-2030, pengembangan kawasan

permukiman dan perumahan harus berdasarkan pada ketentuan, antara lain:

1. Pembangunan rumah tidak boleh merusak kondisi lingkungan yang

ada

2. Penataan rumah harus memperhatikan lingkungan dan harus

berpegang pada ketentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB),

Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB),

dan Koefisien Dasar Hijau (KDH) yang telah ditetapkan.

3. Pada kawasan-kawasan atau lokasi-lokasi yang berfungsi sebagai RTH

dan bersifat khusus dilarang untuk didirikan permukiman.

4. Penanganan lingkungan permukiman dilakukan dengan

permasyarakatan konsolidasi tanah

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

7

5. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan ruang terbuka hijau

yang cukup.

Dalam penataan kawasan permukiman dan perumahan seringkali

melanggar aturan-aturan tersebut. Bahkan dalam pembangunannya tak jarang

tidak sesuai peruntukanya, sehingga peraturan mengenai Rencana Tata Ruang

Wilayah yang sejatinya dibuat untuk menata kawasan permukiman menjadi

tak terindahkan. Seperti halnya pada kawasan permukiman yang padat, Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB) tidak dipenuhi, fasilitas sosial dan fasilitas

umum yang tidak maksimal, garis sempadan sering terkesampingkan dalam

mendirikan suatu bangunan, sehingga bangunan-bangunan tersebut memakai

zona milik jalan yang menyebabkan sempitnya jalan yang tentu keluar dari

aturan Garis Sempadan Bangunan yang diatur dalam Peraturan Daerah

tentang RTRW.

Masalah penataan kawasan permukiman menjadi hal yang sangat

krusial pada wilayah perkotaan di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena

pembangunan perkotaan saat ini diarahkan untuk mewujudkan penataan kota

yang berkualitas, layak huni, berkeadilan dan berkelanjutan. Namun, sampai

saat ini permasalahan perumahan dan kawasan permukiman masih terkendala

dengan kawasan permukiman kumuh. Tabel dibawah ini, melihatkan kondisi

permasalahan kawasan kumuh di Kota Malang.

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

8

Tabel 1. Wilayah Kumuh di Kota Malang

No. Kecamatan Luas Wilayah Luas Wilayah Kumuh

Ha % Ha %

1 Blimbing 1,777.00 15.40 25.04 4.11

2 Sukun 2,656.20 23.02 132.8 21.82

3 Lowokwaru 2,185.60 18.94 31.35 5.15

4 Klojen 1,007.50 8.73 346.51 56.94

5 Kedungkandang 3,914.00 33.92 72.9 11.98

JUMLAH 11,606 100 608.6 100

Sumber : Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, 2017

Kota Malang saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Sebagai salah satu kota yang banyak menjadi tempat tujuan urbanisasi, setiap

harinya mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam setiap aspeknya.

Pertumbuhan tersebut menuntut akan kebutuhan lahan atas laju penduduk,

perekonomian serta arus urbanisasi agar terjadi keseimbangan dalam setiap

aspek. Hal tersebut pada akhirnya menimbulkan permasalahan dan dampak

terhadap pelaksanaan penataan ruang dan kebijakan pembangunan

permukiman dan perumahan.

Masalah yang dihadapi pemerintah Kota Malang saat ini ialah kawasan

permukiman, dimana masyarakat kota terutama kaum urbanisasi yang

memiliki pendapatan dibawah rata-rata sulit mendapatkan permukiman yang

layak. Hal tersebut yang menyebabkan kelompok tersebut membuat kawasan

permukiman illegal terutama didekat pusat kota karena kurang adanya

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

9

konsistensi dalam penangganinya, kawasan tersebut berkembang secara tidak

teratur sehingga tumbuh menjadi kawasan kumuh yang menyebabkan kualitas

hidup menurun.

Pembangunan kawasan permukiman di wilayah pinggiran kota sebagian

besar merupakan perumahan sederhana yang diperuntukan bagi masyarakat

menengah kebawah. Pertumbuhan daerah perumahan tersebut tanpa

memperhatikan koordinasi perencanaan antar satu dengan lainnya. Hal

tersebut tentu akan menimbulkan masalah bagi pemerintah yang akan

menyebabkan pemakaian ruang dan pemakaian prasarana yang tidak efektif.

Masalah tersebut terlihat dengan adanya kepadatan lalu lintas pada saat rush

hour yang disebabkan masih terpusatnya tempat kerja di daerah pusat kota.

Sebaliknya, pembangunan perumahan untuk masyarakat menengah keatas

dibangun terletak didaerah-daerah strategis yang tentu mendapatkan fasilitas

prasarana kota yang jauh lebih baik.

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah terutama di Kota

Malang dilatar belakangi oleh berbagai aspek seperti perkembangan

penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika pola

ekonomi, perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi dan

sebagainya. Faktor-faktor terbuat tentu membawa perubahan terhadap bentuk

ruang, baik secara fisik maupun non-fisik. Perubahan tersebut jika tidak

dikelola dan ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan

pembangunan yang tidak terarah dan penurunan kualitas pemanfaatan ruang

wilayah. Dalam merencanakan sebagai kota berkelanjutan, Kota Malang

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

10

berupaya menyelaraskan aspek-aspek penataan permukiman dengan konsep

lingkungan. Kawasan permukiman yang ada di pusat kota saat ini sangat

terbatas untuk diwujudkan sebagai permukiman yang berkelanjutan.

Sejalan dengan Agenda SDGs sampai tahun 2030 dan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2015-2025, kota Malang

memiliki misi pembangunan tahun 2013-2018 :

1) Meningkatkan kualitas, aksesbilitas dan pemerataan pelayanan

pendidikan dan kesehatan

2) Meningkatkan produktivitas dan daya saing daerah

3) Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan terhadap masyarakat

rentan, pengarustamaan gender serta kerukunan sosial

4) Meningkatkan pembangunan infrastrukur dan daya dukung kota yang

terpadu dan berkelanjutan, tertib penataan ruang serta berwawasan

lingkungan

5) Meningkatkan refromasi birokrasi dan kualitas pelayanan publik yang

professional, akuntable dan berorientaso pada kepuasan masyarakat.

Kota Malang dalam mempersiapakan sebagai kota layak huni dengan

membersihkan permukiman kumuh terlebih dahulu. Luas kawasan

permukiman kumuh di Kota Malang adalah 606.6 Ha. Sedangkan luas

wilayah Kota Malang adalah 11.606 Ha atau setara dengan 5.53% dari luas

wilayah kota Malang. Penangganan permukiman kumuh dilakukan melalui

program Kota Tanpa Kumuh. Program tersebut memiliki capaian program

yakni 100-0-100 yang berarti Fasum, utilitas lingkungan 100% terbangun,

0% tanpa permukiman kumuh dan 100% teraliri air minum. Berdasarkan

uraian permasalahan tersebut, peneliti akan mengangkat penelitian skripsi

dengan judul “Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Permukiman dalam Perspektif Sustainable City”.

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

11

A. Rumusan Masalah

Penelitian ini nantinya akan melihat fenomena-fenomena dari

penataan perumahan dan kawasaan permukiman dalam persepektif

sustainable city di Kota Malang. Untuk itu dalam menemukan dan meneliti

fenomena tersebut, maka peneliti memerlukan suatu acuan awal dalam bentuk

rumusan masalah, antara lain:

1. Bagaimanakah Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan

Kawasan Permukiman dalam Persektif Sustainable City di Kota

Malang?

2. Apa Sajakah Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi

Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kota

Malang?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

penelitian ialah :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis Implementasi Kebijakan

Penataan Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam Perspektif

Sustainable City di Kota Malang.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor apa saja yang

mendukung dan menghambat Implementasi Kebijakan Penataan

Perumahan dan Kawasan di Kota Malang.

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

12

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berbagai pihak

yang berkepentingan, yaitu:

1. Manfaat Akademis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai

masukan atau sebagai sumber informasi bagi pihak lain

khususnya pihak akademis yang akan melakukan penelitian lebih

lanjut mengenai Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan

dan Kawasan Permukiman dalam Perspektif Sustainable City.

b. Bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang

pelaksanaan penataan perumahan dan kawasan permukiman

dalam persektif Sustainable City di Kota Malang.

c. Bekal wawasan dan pengetahuan penulis dalam mengembangkan

kemampuan berpikir dan belajar terkait pelaksanaan penataan

perumahan dan kawasan permukiman dalam perspektif

Sustainable City di Kota Malang.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan mampu memberikan wawasan dan gambaran bagi

kalangan pemerintah dan stakeholder yang terlihat pada penataan

perumahan dan kawasan permukiman dalam perspektif

Sustainable City di Kota Malang.

b. Dapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah khusunya

Pemerintah Kota Malang yang dapat digunakan sebagai pedoman

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

13

dalam memberikan peran dan pemberdayaan lebih lanjut guna

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang selama ini dilakukan

terkait dengan penataan perumahan dan kawasan permukiman

dalam perspektif Sustainable City

D. Sistematika Penelitian

Agar mempermudah dalam pembahasan sehingga lebih terarah secara

sistematis maka penulisan dalam skripsi ini disusun dengan sisitematika

pembahasan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang penjelasan sub bab pendahuluan

yang meliputi: latar belakang masalah yang menjelaskan tentang

pentingnya penelitian yang merupakan bentuk pernyataan secara

ringkas tentang permasalahan dalam penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika pembahasan yang berisi pemadatan isi

dari masing-masing bab yang akan ditulis.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menguraikan tentang teori-teori atau temuan ilmiah

dari buku, jurnal maupun hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

teori kebijakan publik, teori implementasi kebijakan publik, teori

pembangunan berkelanjutan, teori kota berkelanjutan, dan teori

perumahan dan permukiman.

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

14

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, focus

penelitian yang mengemukakan data yang dikumpulkan, diolah

dan dianalisis, kemudian lokasi dan situs penelitian tempat

penelitian dilaksanakan, sumber data yang digunakan penelitian.

Pengumpulan data yang menyangkut bagaimana penulis

memperoleh data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menyajikan deskripsi wilayah penelitian dengan

mengemukakan data yang diperoleh dari lokasi penelitian,

penyajian data dan gambaran umum lokasi penelitian serta

analisis data.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan dari

hasil temuan pokok penelitian sesuai dengan tujuan penelitian

yang selanjutnya dapat digunakan sebagai rekomendasi pada

penelitian selanjutnya.

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Pada dasarnya banyak batasan atau definisi apa yang dimaksud dengan

kebijakan publik (public policy) dalam literatur-literatur ilmu politik. Definisi

kebijakan publik yang dikemukakan oleh Thomas R. Dye (1975, dalam

Syafiie (2006: 105) menyatakan bahwa “kebijakan publik adalah apapun juga

yang dipilih pemerintah, apakah mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan

(mendiamkan) sesuatu itu (whatever government choose to do or not to do)”.

Sedangkan, menurut Effendi dalam Syafiie (2006: 106) mengemukakan

bahwa pengertian kebijakan publik dapat dirumuskan sebagai:

“Pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan tentang

sebab-sebab, konsekuensi dan kinerja kebijakan serta program publik,

sedangkan pengetahuan dalam kebijakan publik adalah proses

menyediakan informasi dan pengetahuan untuk para eksekutif, anggota

legislatif, lembaga peradilan dan masyarakat umum yang berguna dalam

proses perumusan kebijakan serta yang dapat meningkatkan kinerja

kebijakan.”

Berdasarkan definisi dan pendapat para ahli di atas, maka dapat

dikemukakan bahwa kebijakan publik merupakan tindakan-tindakan tertentu

yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pejabat pemerintah. Setiap kebijakan

yang dibuat pemerintah pasti memiliki suatu tujuan, sehingga kebijakan publik

berguna untuk memecahkan masalah atau problem yang ada dalam kehidupan

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

16

masyarakat. Kebijakan publik sangat perlu adanya karena tugas pemerintah

sebagai pelayan masyarakat yang harus merumuskan tindakan-tindakan untuk

masyarakat.

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Charles Lindblom (1986, dalam Winarno 2007: 32) mengemukakan

bahwa proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks

karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji oleh aktor

pembuat kebijakan. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat

untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan

kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah

untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik. Tahap-tahap kebijakan

publik yang dikemukakan oleh Dunn (1998 dalam Winarno 2007:32) adalah

sebagai berikut:

a. Tahap Penyusunan Agenda

Sejumlah aktor yang dipilih dan diangkat untuk merumuskan

masalah-masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini

berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda

kebijakan, karena tidak semua masalah menjadi prioritas dalam agenda

kebijakan publik. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda

kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin

tidak disentuh sama sekali, sementara masalah lain ditetapkan menjadi

fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu

yang ditunda untuk waktu yang lama.

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

17

b. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para aktor pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut kemudian

didefinisikan untuk kemudian dicari solusi pemecahan masalah terbaik.

Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternative atau pilihan

kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya

dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda

kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif

bersaing untuk dapat dipilih sebagai tindakan yang diambil untuk

memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan

“bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah tersebut.

c. Tahap Adopsi Kebijakan

Berbagai macam alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para aktor

perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan

tersebut diadopsi untuk tindakan lebih lanjut dalam kebijakan publik

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur

lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatam elit,

jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan

program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan

masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan

pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

18

oleh badan-badan pemerintah yang memobilisasi sumberdaya finansial

dan manusia. Pada tahap implementasi ini muncul berbagai kepentingan

yang akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat

dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain

mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi, hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kebijakan yang

dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada

dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini,

memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu,

ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar

untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang

diinginkan.

Dilihat dari uraian di atas mengenai tahapan pembuatan kebijakan publik,

maka dapat dimengerti bahwa dalam perumusan kebijakan publik tidaklah

mudah. Mengingat banyaknya masalah-masalah yang ada dalam masyarakat

tentunya juga membutuhkan pemecahan masalah yang tepat dan sesuai untuk

kondisi masyarakat yang ada. Oleh karena itu dalam menentukan kebijakan para

aktor harus benar-benar mengkaji dengan tepat sehingga tidak merugikan

masyarakat.

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

19

3. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar

sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Bernadine R. Wijaya & Susilo

Supardo (2006, dalam Pasalong 2008:57) mengemukakan bahwa implementasi

adalah proses mentransformasikan suatu rencana kedalam praktik. Namun,

implementasi ini sering dipakai sebagai sarana melayani kepentingan kelompok,

pribadi dan bahkan kepentingan partai. Implementasi pada dasarnya

operasionalisasi dari berbagai aktivitas dalam mencapai suatu tujuan.

Sedangkan, menurut Grindle (1980) yang dikutip oleh Pasolong (2008:57-58),

implementasi sering dilihat sebagai suatu proses yang penuh dengan muatan

politik dimana mereka yang berkepentingan berusaha mempengaruhinya.

Menerapkan berarti menggunakan instrument-instrument mengerjakan

atau memberikan layanan rutin, melakukan pembayaran-pembayaran. Atau

dengan kata lain implementasi merupakan tahap realisasi tujuan-tujuan program.

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah persiapan implemetasi yaitu

memikirkan dan menghitung secara matang berbagai kemungkinan keberhasilan

dan kegagalan, termasuk hambatan atau peluang yang ada dan kemampuan

organisasi yang diserahi tugas melaksanakan program.

Menurut Domai (2010:63), proses implementasi meliputi:

1. Disahkannya Undang-undang dan diikuti oleh output kebijakan

dalam bentuk pelaksanaan kebijakan oleh agen-agen yang

mengimplementasikannya.

2. Ketaatannya kelompok sasaran (target group) dengan kebijakan

tersebut.

3. Pengaruh-pengaruh nyata baik yang dikehendaki atau tidak dari

output kebijakan.

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

20

4. Pengaruh-pengaruh kebijakan sebagaimana dipersepsikan oleh agen

pengikut kebijakan.

5. Perbaikan-perbaikan penting terhadap Undang-undang/ kebijakan

tersebut.

Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, menjelaskan bahwa

implementasi kebijakan adalah:

“Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan

alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur

dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan

guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan” (Lester dan Stewart

dalam Winarno, 2002:101-102).

Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu

keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga

harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan

dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar

suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai

merugikan masyarakat.

4. Model Implementasi Kebijakan

a. Implementasi Kebijakan Publik Model Donald Van Metter dan

Carl Van Horn

Ada empat variable, menurut Van Metter dan Van Horn dalam

Agustino (2008: 142), yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik

tersebut adalah sebagai berikut:

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

21

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat

keberhasilannya jika-dan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari

kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada

dilevel pelaksana kebijakan.

2. Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal

dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian

kebijakan publik. Hal ini sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri

yang tepat serta cocock dengan para agen pelaksananya.

4. Sikap/ Kecenderungan (disposition) para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan

sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja

implementasi kebijakan publik.

5. Komunikasi antar Anggota dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme ampuh dalam implementasi

kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara

pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka

asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil terjadi. Dan,

begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Lingkungan sosial, ekonomi dan poltik yang tidak kondusif dapat

menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi

kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijkan

harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan

eksternal.

b. Implementasi Kebijakan Publik Model Daniel Mazmnian dan Paul

Sabatier

Model implementasi dari Daniel Mazmnian dan Paul Sabatier disebut

A Framework forr Policy Implementation Analysis. Kedua ahli kebijakan ini

berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publk adalah

kemampuan dalam mengidentifikasi variable-variable yang mempengaruhi

tercapainya tujuan-tujuan formal pada keselurihan proses imlementasi.

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

22

Variable-variable tersebut yang dikutip oleh Agustino (2008:145-146) adalah

sebagai berikut:

1) Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi:

a. Kesukaran-kesukaran teknis

b. Keberagaamn perilaku yang diatur

c. Presentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran

d. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki.

2) Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat

a. Kecermatan dan kejelasan penjejangan tujuan-tujuan resmi yang akan

dicapai.

b. Keterhandalan teori kausalitas yang diperlukan

c. Ketetapan alokasi sumberdaya

d. Keterpaduan hierarki didalam lingkungan dan diantara lembaga-

lembaga atau instansi-instansi pelaksana

e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana.

c. Implementasi Kebijakan Publik Model George C. Edward III

Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh George C.

Edward III dinamakan Direct and Indirect Im pact on Implementation. Dalam

pendekatan yang diteorikan oleh Edward III, terdapat empat variable yang

sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yang dikutip

oleh Agustino (2008:149-153), yaitu:

Gambar 1. Model Implementasi Kebijaka Edward III (1980)

Sumber : Agustino (2008:149)

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

23

1. Komunikasi

Terdapat tiga indikator yang baik akan dapat mengukur

keberhasilan variable komunikasi yaitu:

a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat

menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang

terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian

(miss communication), hal tersbut disebabkan karena komunikasi telah

melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan

terdistorsi ditengah jalan.

b. Kejelasan, komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan

(street-level-bureaucratsi) haruslah jelas dan tidak membingungkan

(tidak ambigu/mendua).

c. Konstitensi, perintah yang berikan dalam pelaksanaan suatu

komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk ditetapkan dan

dijalankan).

2. Sumberdaya

Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

suatu kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal

penting lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan, menurut Edward

dalam Agustino (2008:149-153). Indikator sumber daya terdiri dari

beberapa elemen, yaitu :

a) Staf, sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf.

Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah

satunya disebabkan oleh karena staf yang tidak mencukupi dan

tidak memenuhi standar keahlian yang sesuai pada bidangnya.

b) Informasi, dalam implementasi kebijakan informasi mempunyai dua

bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi mengenai data

kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi

pemerintah yang telah ditetapkan.

c) Sarana dan Prasarana, sarana dana prasana adalah faktor penting

dalam pelaksanaan implementasi kebijakan. Dengan terpenuhinya

sarana dan prasaran dapat melancarkan implementasi kebijakan.

d) Anggaran juga sangat mempengarihi implementasi kebijakan.

Anyanya anggaran dapat mendukung semua pelaksanaan

implementasi kebijakan. Anggaran dapat membantu keperluan yang

dibutuhkan dalam implementasi kebijakan.

3. Disposisi

Hal-hal yang perlu dicermati pada variable disposisi antara lain:

a. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan

menimbulkan hambatan-hambtan yang nyata terhadap implementasi

kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-

kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi.

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

24

b. Insentif; salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah

kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif.

Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan

mereka sendiri, maka manipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan

mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

Menurut Edward III yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun

sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para

pelaksana kebijakan mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan, dan

mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan,

kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi

karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang

begitu kompleks menuntut adanay kerjasama banyak orang, ketika

struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hak

ini akan menyebabkan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan

menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah

kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan

secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.

Berdasarkan beberapa model implementasi kebijakan yang disebutkan

maka didalam penelitian ini peneliti berupaya menganalisis proses

implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman dalam

perspektif sustainable city dengan menggunakan model implementasi George

Edward III dimana dalam implementasi kebijakan dibutuhkan variabel-

variabel antara lain komunikasi antara pelaksana kebijakan dengan kelompok

sasaran, adanya sumber daya yang dibutuhkan didalam pelaksanaan

implementasi. Kemauan atau disposisi seorang pelaksana kebijakan juga

sangat penting di dalam keberhasilan sebuah implementasi kebijakan. Agar

implementasi berjalan baik, juga diperlukan penataan struktur birokrasi

dengan pembagian tugas-tugas kerja.

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

25

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Pada dasarnya tidak semua implementasi kebijakan dapat berjalan

dengan baik, suatu kebijakan selalu mengandung resiko kegagalan. Gunn

dalam Wahab (2008:61-62) membagi dua kategori pengertian kegagalan

kebijakan (policy failure), yaitu :

1. Non Implementation (tidak terimplementasikan), yaitu jika dalam sebuah

kebijakan tidak dilaksankan sesuai rencana maka dimungkinkan ada

pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaanya tidak bekerja secara

efesien atau tidak menguasai permasalahan yang ada.

2. Unsuccesfull Implementation (implementasi yang tidak berhasil) yaitu

pada saat suatu kebijakan tertentu telah dilaksanakan dengan sesuai

rencana namun dikarenakan kondisi eksternal yang tidak mendukung atau

menguntungkan. Hal ini dapat menjadikan kebijakan tersebut tidak

berhasil mewujudkan dampak atau hasil akhir sesuai dengan tujuan awal.

Bisanya disebabkan oleh faktor-faktor pelaksanaan yang buruk (bad

execution), kebijakan yang buruk (bad policy), dan kebijakan itu bernasib

buruk (bad luck).

Berdasarkan paparan tentang hal yang menyebabkan kegagalan dalam

melaksanakan kebijakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam

pembentukan sebuah kebijakan tidak semata – mata hanya disebabkan oleh

kemampuan para pelaksana atau implementor, melainkan dapat disebabkan

oleh kebijakan yang kurang sempurna. Dalam hal ini implementor berperan

penting dalam mengambil kebijakan dan untuk mencapai tujuan pokok perlu

diadakan reformulation.

B. Pembangunan Berkelanjutan

1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan dalam terjemahan dari Bahasa Inggris

sustainable development. Menurut Brundtland Report dari PBB (1987)

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

26

dalam pembangunan berkelanjutan salah satu faktor yang harus dihadapi

untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana

memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan

pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Pembangunan berkelanjutan

adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dan

sebagainya) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa

mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”.

Dalam sebuah pembangunan yang baik seharusnya, pembangunan

yang memiliki manfaat untuk kedepannya. Seperti pendapat dari

Budimanta (2005):

“Pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai

kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam

kerangka peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan

lingkungan umat manusia tanpa mengurangi akses dan kesempatan

kepada generasi yang akan datang untuk menikmati dan

memanfaatkannya.”

Dalam proses pembangunan berkelanjutan terdapat proses

perubahan yang terencana, yang didalamnya terdapat eksploitasi

sumberdaya, arah investasi orientasi pengembangan teknologi, dan

perubahan kelembagaan yang kesemuanya ini dalam keadaan yang selaras,

serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi

kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Menurut Timmer dan Kate (2006) dalam Budihardjo (2005), suatu

pembangunan harus dapat menyeimbangkan hubungan antara ekonomi,

sosial, maupun lingkungan sehingga agar dapat berjalan selaras.

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

27

Pembangunan berkelanjutan merupakan upaya untuk memenuhi

kebutuhan saat ini dengan keharusan untuk menyisakan warisan positif

kepada generasi dimasa akan datang. Menyadari bahwa semua komponen

ekonomi, lingkungan, dan sosial itu sebenarnya berkaitan dan tidak dapat

dikerjakan sendiri-sendiri dan menekankan perlunya pengembangan

sebuah pendekatan kemitraan terhadap semua permasalahan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan

berkelajutan (sustainable development) adalah pembangunan yang

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan pada masa kini tanpa

perlu merusak atau mengorbankan kebutuhan generasi masa depan dalam

memenuhi kebutuhannya.

2. Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Alat ukur atau indikator pembangunan berkelanjutan terdiri dari

beberapa macam. Menurut Surna T. Djajadiningrat (2005:123) secara ideal

keberlanjutan pembangunan membutuhkan pencapaian keberlanjutan dalam

hal (1) ekologis, (2) ekonomi, (3) sosial budaya, (4) politik, dan (5)

keberlanjutan pertahanan dan keamanan. Keberlanjutan ekologis

merupakan prasyarat pembangunan demi keberlanjutan kehidupan karena

akan menjamin keberlanjutan eksistensi bumi.

Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan

pencapaian terhadap keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek

kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial

budaya, politik dan pertahanan keamanan (Askar Jaya : 2004) :

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

28

a. Keberlajutan Ekologis

Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan

keberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin

keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk menjamin keberlanjutan ekologis

harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:

1) Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang

kehidupan dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas,

adaptabilitas, dan pemulihan tanah, air, udara dan seluruh kehidupan

berkelanjutan.

2) Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas

tatanan lingkungan yaitu ; daya dukung, daya asimilatif dan

keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terpulihkan. ketiga untuk

melaksanakan kegiatan yang tidak mengalir; menggunakan prinsip

pengelolaan yang berkelanjutan, sedangkan sumber yang tidak

terpulihkan mempunyai jumlah absulut dan berkurang bila

dimanfaatkan.

Oleh karena itu pada kondisi seperti ini konsep sustainable tidak

boleh diterapkan. Pembangunan berkelanjutan dalam konteks sumberdaya

yang tidak dapat dipulihkan berarti: pemanfaatan secara efisien sehingga

dapat dimanfaatkan oleh generasi masa mendatang dan diupayakan agar

dapat dikembangkan substitusi dengan sumberdaya terpulihkan;

membatasi dampak lingkungan pemanfaatannya sekecil mungkin, karena

sumberdaya lingkungan adalah biosfer, secara menyeluruh sumberdaya ini

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

29

tidak menciut akan tetapi bervariasi sesuai dengan kualitasnya.

b. Keberlanjutan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan dasar, ekonomi

makro merupakan landasan bagi terselenggaranya berbagai kebijakan

pemenuhan hak-hak dasar. Kebijakan ekonomi makro diarahkan pada

terwujudnya lingkungan yang kondusif bagi pengembangan usaha, dan

terbukanya kesempatan yang luas bagi peningkatan kapabilitas masyarakat

miskin.

Dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar, kebijakan ekonomi makro

perlu memperhitungkan empat tujuan yang saling berkaitan, yaitu menjaga

stabilitas ekonomi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas

kesempatan kerja, dan mengurangi kesenjangan antar wilayah. Tiga elemen

utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi,

kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan meningkatkan

pemerataan dan distribusi kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai

melalui kebijaksanaan makro ekonomi mencakup reformasi fiskal,

meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi tabungan domestik,

pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat

guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya manusia dan

peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

c. Keberlajutan Sosial Budaya

Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dan budaya dinyatakan dalam

keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

30

manusia. Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran yaitu:

1) Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen

politik yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat

peranan dan status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan

lingkungan keluarga.

2) Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan

dan mengurangi kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan

tidak mungkin tercapai bila terjadi kesenjangan pada distribusi

kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan terhadap

keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan pemenuhan kebutuhan

dasar manusia. Kelas sosial yang dihilangkan dimungkinkannya

untuk mendapat akses pendidikan yang merata, pemerataan

pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.

3) Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan

menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan

dengan memahami dan menggunakan pengetahuan tradisional demi

manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi.

4) Mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan

keputusan.

Beberapa persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial

yaitu:prioritas harus diberikan pada pengeluaran sosial dan program

diarahkan untuk manfaat bersama, investasi pada perkembangan

sumberdaya misalnya meningkatkan status wanita, akses pendidikan dan

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

31

kesehatan, kemajuan ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi dan

perubahan teknologi dan harus selaras dengan distribusi aset produksi yang

adil dan efektif, kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari

melalui keputusan lokal tentang prioritas dan alokasi sumber daya.

d. Keberlanjutan Politik

Keberlanjutan politik diarahkan pada respek pada human right,

kebebasan individu dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi,

sosial dan politik, demokrasi yang dilaksanakan perlu memperhatikan

proses demokrasi yang transparan dan bertanggungjawab, kepastian

kesedian pangan, air, dan pemukiman.

e. Keberlanjutan Pertahanan Keamanan

Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi tantangan,

ancaman dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak

langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan

negara dan bangsa perlu diperhatikan.

Dengan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan

berkelanjutan akan berhasil jika dilakukan dengan berkesinambungan dan

memanfaatkan semua aspek yang ada pada indikator pembangunaan

berkelanjutan nantinya akan baik untuk masa kini dan masa yang akan datang.

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

32

C. Kota Berkelanjutan (Sustainable City)

1. Pengertian Kota Berkelanjutan

Pembangunan kota yang berkelanjutan merupakan suatu proses

dinamis yang berlangsung secara terus menerus yang merupakan respon

terhadap tekanan perubahan ekonomi, lingkungan dan sosial. Proses dan

kebijakanya berbeda pada setiap kotanya. Konsep kota berkelanjutan

merupakan turunan dari konsep pembangunan berkelanjutan unutuk tataran

kota. Kota berserta sarana dan prasarananya serta penghuninya adalah suatu

sistem yang kompleks sehingga penerapan kota berkelanjutan akan

tergantung pada konteks dimana konsep tersebut diterapkan. Sustainable

City merupakan konsep yang lebih kecil dari Sustainable Development atau

biasa disebut dengan eco-city atau kota ekologis, yaitu suatu kota yang

dirancang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, dihuni oleh orang

yang berdedikasi untuk minimalisasi input yang diperlukan dari output

energi, air dan makanan, dan sisa dari panas, polusi udara - CO2, metana, dan

polusi air. Dengan kata lain kota yang berkelanjutan adalah kota yang

memperhatikan harmonis antara perkembangan kotanya, dengan

perkembangan lingkungannya. Jika kesimbangan ini rusak, maka munculah

ketidakberlanjutan sistem dalam sutu kota.

Eco-city diperkenalkan pertama kali oleh Richard Register pada tahun

1987 dalam bukunya Ecocity Berkeley: Building Cities for a Healthy Future.

Konsep dasar dari teori ini adalah tetap berpegang teguh pada pemanfaatan

sumber daya lingkungan secara berkeadilan. Dengan hambatan tersebut

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

33

sebuah kota harus mampu memanfaatkan sebesar-besarnya teknologi di

dalam menggunakan sumber daya dan lingkungan di dalam upayanya untuk

tetap bertahan dan berdaya saing.

Menurut Herbert, 2001 dalam Arif Zulkifi (2015), Sustainable City

merupakan pengaturan,penyelenggaraan atau pengorganisasian suatu kota

yang memungkinkan setiap warganya untuk mampu memenuhi kebutuhan

mereka sendiri dan meningkatkan kesejahteraan tanpa merusak alam atau

kondisi lingkungan yang dapat membahayakan orang lain, sekarang atau di

masa depan.

Sustainable City merupakan respon terhadap gaya hidup modern yang

menggunakan sumber daya alam terlalu banyakm atau menghancurkan

ekosistem, meningkatkan kesenjangan sosial, dan menyebabkan perubahan

iklim. Sustainable City ini secara aplikatif banyak digunakan di kota-kota

bessar di dunia, karena jika dijalankan, baik itu dari pengurangan urban

sprawl, perbaikan moda dan infrastruktur transportasi, kemampuan

menghemat dan menciptakan sumber daya energy serta penataan arsitektur

bangunan yang pintar, kota tidak akan menghadapi kendala di dalam

pengembangannya.

Beberapa pendapat para ahli (Brutland,1987; Holden dan Ehrlich,

1992; Stren dan Whitney, 1992; Sarageldin dan Steer; 1994 dalam

Budihardjo, 2005) tentang pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan

secara ringkas dengan batasan pengertian kota berkelanjutan (Sustainable

City) dapat didefinisikan bahwa

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

34

“Kota yang dalam perkembangannya mampu memenuhi kebutuhan

masyarakatnya masa kini,mampu berkompetisi dalam ekonomi global

dengan mempertahankan keserasian lingkungan vitalitas sosial, budaya,

politik, dan pertahanan keamanannya tanpa mengabaikan atau

mengurangikemampuan generasi mendatang dalam pemenuhan

kebutuhan mereka” (Budihardjo, E dan Sudjarto, DJ. 2009)

Perwujudan kota berkelanjutan (The World Commision on Enviroment

and Development, 1987) antara lain:

a. Kota berkelanjutan dibangun dengan kepedulian dan memperhatikan

aset-aset lingkungan alam, memperhatikan penggunaan sumber daya,

meminimalisir dampak kegiatan terhadap alam.

b. Kota berkelanjutan berada pada tataan regional dan global, tidak peduli

apakah besar atau kecil, tanggung jawabnya melewati batas-batas kota.

c. Kota berkelanjutan meliputi awal yang lebih luas, dimana individu

bertanggungjawab terhadap kota.

d. Kota berkelanjutan memerlukan aset-aset lingkungan dan dampaknya

terdistribusi secaralebih merata.

e. Kota berkelanjuta adalah pengetahuan, kota bersama, kota dengan

jaringan internasional.

f. Kota berkelanjatan akan memperhatikan konservasi, memperkuat dan

mengedepankan hal-hal yang berkaitan dengan alam dan lingkungan.

g. Kota berkelanjutab saat ini lebih banyak kesempatan untuk memperkuat

kualitas lingkungan skala lokal, regional, dan global.

2. Prinsip Dasar Kota Berkelanjutan

Kota yang berkelanjutan mesti memiliki ekonomi yang kuat,

lingkungan yang serasi, tingkat sosial yang relatif setara penuh keadilan,

peran serta masyarakat yang tinggi, dan konservasi energi yang terkendali

dengan baik. (Budihardjo, 2005)

Dalam mewujudkan kota berkelanjutan tentu saja diperlukan beberapa

prinsip dasar yang dikenal dengan Panca E yaitu Environment (Ecology),

Economy (Employment), Eqiuty, Engagement, Energy (Research

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

35

Trianggle Institute,1996 dalam Budihardjo, 2005). Dibawah ini, tabel dari

prinsip 5E :

Tabel 2. Prinsip Dasar Kota Berkelanjutan

Aspek Pendekatan kota yang

kurang berkelanjutan

Pendekatan kota yang

berkelanjutan

EKONOMI (KESEJAHTERAAN)

Pendekatan Kompetisi,industri besar,

retensi bisnis dan

ditarget,ekspansi.

Kerjasama strategis,

peningkaan keahlian

pekerja, infrastruktur dasar

dan informasi.

Hubungan antara

perkembangan

sosial dan

ekonomi

Kesenjangan yang

bertambah,kesempatan

kerja terbatas dilihat

sebagai tanggung jawab

pemerintah.

Penanaman modal strategis

pada tenaga kerja dan

kesempaten kerja dilihat

sebagai tanggung jawab

bersama (pemerintah, swasta

dan masyarakat).

EKOLOGI (LINGKUNGAN)

Peraturan

penggunaan

tanah

Penggunaan tertinggi dan

terbaik; penggunaan lahan

yang tunggal (terpisah),

kurang terpadu dengan

sistem transportasi,

pemekaran kota tanpa

kendala

Penggunaan lahan

campuran, koordinasi

dengan sistem transportasi,

menciptakan

taman,menetapkan batas

perkembangan/pemekaran

kota

EQUITY (PEMERATAAN)

Disparitas Disparitas yang makin

meningkatkan antar

kelompok income dan ras

Disparitas kurang dan

kesempatan yang seimbang

ENGAGEMENT (PERAN SERTA)

Partisipasi rakyat Diminimalkan Dioptimalkan

Kepemimpinan Isolasi dan Fragmentasi Justifikasi jurisdiksi silang

Regional Kompetisi Kerjasama strategis

Peran pemerintah Penyedia jasa,regulator,

komando dan pusat kontrol

Fasilitator pemberdayaan,

Negosiator dan menyaring

masukan dari bawah

ENERGI

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

36

Sumber energi Pengurasan Penghematan

Sistem

Transportasi

Mengutamakan kendaraan

pribadi yang boros energi

Mengutaakan transportasi

umum,massal, hemat energi

Alternaif Alternaif energi terbatas Alternaif energi meluas

Bangunan Menggunakan

pencahayaan dan

penghematan artifisial

Mendayagunakan

pencahayaan dan

penghematan alami

Sumber: Reasearch Trianggle Institute, 1996 dalam Budiharjo 2005

D. Perumahan dan Permukiman

1. Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan Kawasan Perrmukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:

a. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal

yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan

martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

b. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,

baik perkotaan maupun perdesaan , yang dilengkapai dengan prasarana,

sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang

layak huni.

c. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas

lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,

utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain

dikawasan perkotaan maupun perdesaan.

d. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar

kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan,

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

37

yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan.

2. Elemen Dasar Perumahan dan Permukiman

Dari pengertian perumahan dan permukiman dapat disimpulkan

bahwa permukiman terdiri dari dua bagian yaitu: manusia dan tempat yang

mewadaho manusia yang berupa bangunan.

Menurut Constantinos A. Doxiadis (1968, dalam Endang, 2006:43)

ada lima elemen dasar permukiman, antara lain:

a. Alam Lingkungan (nature)

Keadaan geologi, kondisi topografi, kondisi tanah, hidrografi, flora dan

fauna serta iklim, yang bisa dimanfaatkan unyuk membangun rumah

dan difungsikan semaksimal mungkin.

b. Manusia (man)

Kebutuhan biologi, kebutuhan emosi, nilai moral baik pribadi maupun

kelompok,

c. Masyarakat (society)

Komposisi jumlah dan kepadatan penduduk, pola-pola kebudayaan,

pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan dan kesejahtraan dalam

hubungan sosial masyarakat.

d. Sarana (shells)

Merupakan rumah atau bangunan dimana didalamnya tinggal manusia

dan fungsinya masing-masing.

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

38

e. Jaringan Prasarana (Networks)

Jaringan yang mendukung fungsi permukiman seperti air bersih,

listrik, jaringan transportasi (jalan, jalur kereta api), sistem komunikasi,

saluran air kotor, dan lain-lain.

Dalam membicarakan alam adalah alam pada saat permukiman

akan dibangun, bukan kondisi pada suatu saat dimasa lampau. Akrena

dengan berjalanya waktu, alam pun akan mengalami perubahan. Kondisi

alam pada waktu manusia pada zaman dulu dengan kondisi sekarang sangat

berbeda. Dalam mencapai permukiman yang ideal begitu dipengaruhi oleh

kelima elemen dasar tersebut yang merupakan kombinasi antara alam,

manusia, bangunan, masyarakat dan sarana prasarana.

Elemen dasar tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Alam : iklim, kekayaan alam, topografi, kandungan air, tempat tumbuh

tanaman dan binatang hidup.

b.Manusia: kebutuhan biologi (ruang, udara,suhu, air,dll), rasa, kebutuhan

emosi (hubungan manusia, keamanan, keindahan, dll), nilai moral serta

budaya.

c. Masyarakat: kepadatan penduduk, tingkat strata, budaya, ekonomi,

pendidikan, kesehatan, hukum.

d.Bangunan: rumah, fasilitas umum, perkantoran, industry dan transportasi.

e. Sarana dan prasarana: jaringan (air bersih, listrik, jalan, telpon), sarana

trasnportasi, sampah, dan MCK.

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

39

3. Penataan Kawasan Perumahan dan Permukiman

Dalam Peraturan Daerah No.4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030 penataan rumah harus

memperhatikan lingkungan dan harus berpegang pada ketentuan, antara

lain:

1. Garis Sempadan Bangunan (GSB)

GSB atau Building Demarcation Line adalah garis batas dalam

mendirikan bangunan disuatu petak yang tidak boleh dilewatinya.

Lebar GSB biasanya dihitung seperempat dari lebar Daerah Milik

Jalan (DMJ) dan ditarik dari batas Garis Sempadan Pagar (GSP).

Khusus untuk kawasan perdagangan dan jasa komersil, GSB

minimum adalah lima meter dari batas GSP.

Garis Sempadan Samping/Belakang Bangunan (GSpS/GSpB),

yaitu sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap

garis batas samping atau belakang, dihitung dari garis batas kapling

terhadap batas terluar samping/belakang bangunan yang berfungsi

sebagai ruang, untuk pertimbangan faktor keselamatan antarbangunan.

2. Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB)

KDB atau Building Coberage Ratio adalah angka persentase

berdasarkan perbandingan jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap

luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai

rencana tata ruang kota.

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

40

Pengaturan KDB ditujukan untuk mengatur proporsi antar daerah

terbangun dan tidak terbangun. KDB merupakan suatu ukuran yang

mengatur proporsi luas penggunanaan lahan terbangun disini adalah

luas total lantai dasar dimana pada suatu struktur bangunan yang

kompleks memliki aturan perhitungan tersendiri.

Ketentuan pengaturan KDB bertujuan untuk:

a. Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan

b. Menciptakan keserasian lingkungan baru dan lingkungan lama

yang sudah terbentuk.

c. Menjaga keseimbangan antara bangkitan kendaraan yang

ditimbulkan oleh bangunan dan rencana jaringan jalan.

3. Koefisiensi Lantai Bangunan (KLB)

KLB atau Floor Coverage Ratio merupakan besaran ruang yang

dihitung dari angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan

terhadap luas tanah perpetakan atau daerah perencanaan yang dikuasai

sesuai rencana teknis ruang kota. KLB merupakan ukuran yang

menunjukan proporsi total luas lantai suatu bangunan dengan luas

kapling dimana bnaguan tersebut berdiri.

4. Ketinggian Bangunan (TB)

TB atau Building Elevated merupakan jumlah lantai penuh dalam

suatu bangunan dihitung mulai lantai dasar samapi puncak atap suatu

bangunan, yang dinyatakan dalam meter: atau TB adalah angka yang

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

41

membatasi ketinggian suatu banguanan yang dapat berupa

lapis/tingkat bangunan, atau dalam satuan ketinggian (meter).

Pengaturan ketinggian bangunan selain dapat membentuk

terciptanya kesan klimaks dan antiklimaks, juga bertujuan untuk

menciptakan skyline kawasan, agar tercipta kesan dinamis.

Kecenderungannya adalah makin dekat dengan pusat kota atau pusat

kegiatan mencerminkan intensitas kegiatan yang kian tinggi pula.

Pada prinsipnya, bangunan bertingkat hanya diizinkan pada

penggunanan lahan yang menuntut intensitas penggunan ruang yang

tinggi, seperti lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa komersial.

E. Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Permukiman dalam Perpektif Sustainable City

Meningkatnya pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan menuntut

kebutuhan akan penyediaan sarana dan prasarana permukiman juga

meningkat. Hal tersebut menjadi permasalahan yang mendasar bagi

masyarakat. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan

perencanaan tata ruang kota yang baik. Akan tetapi karena adanya

keterbatasan dari tingkatan masyarakat, penataan pembangunan rumah dan

permukiman sering mengakibatkan kondisi permukiman yang tidak

memenuhi standar.

Masalah yang dihadapi pemerintah Kota Malang saat ini ialah kawasan

pemukiman, dimana masyarakat kota terutama kaum urbanisasi yang

memiliki pendapatan dibawah rata-rata sulit mendapatkan pemukiman yang

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

42

layak. Hal tersebut yang menyebabkan kelompok tersebut membuat

kawasan pemukiman illegal terutama didekat pusat kota. Karena kurang

adanya konsistensi dalam penangganinya, kawasan tersebut berkembang

secara tidak teratur sehingga tumbuh menjadi kawasan kumuh yang

menyebabkan kualitas hidup menurun.

Sustainable city sebagai turunan konsep pembangunan berkelanjutan

tentu memperhatikan harmonisasi antara perkembangan sebuah kota dengan

perkembangan lingkungan. Kota berkelanjutan harus memiliki kestabilan

ekonomi yang kuat, lingkungan yang serasi dan berlanjut, tingkat sosial

yang relatif setara dengan penuh keadilan, peran serta masyarakat yang

tinggi, dan konservasi energi yang terkendali dengan baik. Kota masa depan

dalam era globalisasi diharapkan akan mampu berfungsi sebagai pemicu

peradaban, mesin penggerak ekonomi, dan sekaligus juga tempat nyaman

bagi kehidupan manusia.

Di Kota Malang dalam mempersiapkan sebagai kota layak huni dan

berkelanjutan dilakukan dengan penataan kawasan permukiman kumuh

terlebih dahulu. Luas kawasan permukiman kumuh di Kota Malang adalah

606.6 Ha atau setara dengan 5.53% dari luas wilayah kota Malang.

Penangganan perkukiman kumuh dilakukan melalui program Kota Tanpa

Kumuh. Program tersebut memiliki capaian program yakni 100-0-100 yang

berarti Fasum, utilitas lingkungan 100% terbangun, 0% tanpa permukiman

kumuh dan 100% teraliri air minum.

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

43

Kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman di Kota

Malang dapat dinilai dari beberapa indikator dalam Sustainable City, antara

lain: Economy, Ecology, Equity, Engagement dan Energy. Dari penjelasan

permasalahan perkotaan diatas, agar lebih mudah dalam memahami

permasalahan penataan kawasan permukiman maka digambarkan dalam

gambar kerangka berfikir seperti dibawah ini:

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Sumber : Olahan Penulis 2017

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Moleong (2006:5) “Metode kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”. Berdasarkan rumusan

masalah yang telah disampaikan diatas, maka penulis menggunakan jenis

penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan

menggunakan jenis penelitian tersebut maka diharapkan dapat

menggambarkan secara tepat, sistematis, akurat mengenai fakta dan sifat

antar fenomena yang diteliti terkait implementasi kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman di Kota Malang.

Pendekatan kualitatif yang digunakan merupakan sebuah instrument

yang digunakan untuk menggambarkan kejadian baik secara tertulis

maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati pada saat

penelitian dilakukan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah

dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Penggunaan pendekatan

ini karena peneliti berada didalam hubungan yang dekat dengan objek

penelitian.

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

45

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada dasarnya merupakan masalah pokok yang

menjadi pusat perhatian peneliti. Dengan adanya fokus penelitian, maka

penelitian akan lebih terarah. Berdasarkan dengan rumusan permasalahan

yang akan diteliti maka yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Permukiman dalam Perspektif Sustainable City di Kota Malang.

a. Komunikasi

Yaitu bentuk komunikasi yang dilakukan dalam implementasi

kebijakan penataan kawasan permukiman di Kota Malang.

b. Sumber Daya

Yaitu sumber daya yang digunakan dalam implementasi kebijakan

penataan kawasan permukiman di Kota Malang.

c. Disposisi

Yaitu sikap pelaksana dalam implementasi kebijakan penataan

kawasan permukiman di Kota Malang.

d. Struktur Birokrasi

Yaitu struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan penataan

kawasan permukiman di Kota Malang.

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

46

e. Perspektif Sustainable City

1) Ekomomi

2) Lingkungan

3) Peran serta

4) Pemerataan

5) Energi

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Penataan

Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kota Malang

a. Faktor pendukung implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman.

1) Faktor Internal

a) Sumber Daya

b) Koordinasi

2) Fakor Eksternal

a) Partisipasi Masyarakat

b) Partisipasi Pihak Swasta

b. Faktor penghambat implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman.

1) Fakor Internal

a) Pengawasan Kebijakan yang Kurang

2) Faktor Eksternal

a) Sikap Apatis Masyarakat

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

47

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian adalah letak dimana peneliti memperoleh data atau

informasi yang diperlukan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap penataan perumahan dan kawasan

permukiman dalam perpektif sustainable city, lokasi yang dipilih untuk

melaksanakan penelitian ini adalah di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.

Karena dengan perkembangan kawasan permukiman di Kota Malang yang

cukup pesat karena beberapa faktor seperti pertambahan jumlah penduduk serta

Kota Malang juga menjadi pilot project dalam program dalam penangganan

terkait perumahan dan kawasan permukiman kumuh.

Sedangkan situs penelitian adalah tempat dimana peneliti dapat

menangkap keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti. Situs penelitian dalam

penelitian ini, peneliti mengambil tempat pada badan pemerintah, antara lain:

1. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kota Malang

(Barenlitbang)

2. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Malang (Disperkim)

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini dibedakan menjadi jenis data primer dan

jenis data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan jenis data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli. Data primer diperoleh melalui infroman yang

berhubungan dengan objek penelitian meliputi observasi (pengamatan)

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

48

dan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait langsung. Untuk

itu, data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan para pejabat pemerintah,

berserta pegawai negeri sipil yang berada dalam lingkup Badan

Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kota Malang dan Dinas

Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Malang yang diyakini

memahami mengenai implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman di Kota Malang.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh secara tidak

langsung. Data sekunder diperoleh di lapangan penelitian untuk

memperkuat atau mendukung data primer yang telah didapatkan

sebelumnya. Data sekunder dalam hal ini didapatkan dari:

a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman.

b) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2011-2030

c) Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 86 Tahun 2015 tentang

Penetapan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di

Kota Malang.

d) Serta dari hasil dokumentasi peneliti.

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

49

Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Infroman

Informan dalam penelitian ini antara lain:

a) Kepala SubBidang Pengembangan Wilayah, Badan Perencanaan,

Pengembangan dan Penelitian Kota Malang

b) Kepala Seksi Perumahan dan Permukiman, Dinas Perumahan

dan Kawasan Permukiman Kota Malang

c) Staff Bidang Perumahan dan Permukiman, Dinas Perumahan dan

Kawasan Permukiman Kota Malang

2. Peristiwa

Data atau informasi diperoleh melalui pengamatan terhadap

peristiwa atau aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian. Dari peristiwa tersebut, peneliti dapat mengetahui proses

bagaimana proses dengan menyaksikan sendiri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data tergantung

pada sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini penulis mengadakan pengumpulan data dengan menggunakan

teknik lapangan (field research), yaitu peneliti terjun langsung pada subjek

atau objek penelitian, dimana dengan cara ini diharapkan diperoleh data yang

objektif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah:

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

50

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti dengan mengamati peristiwa dilapangan. Peneliti

menggunakan jenis observasi non-partisipan yaitu dengan mengadakan

pengamatan langsung dilapangan untuk melihat dan mengamati keadaan

lokasi penelitian dan selanjutnya mengumpulkan data yang diperlukan.

Sumber data observasi diperoleh dengan melihat sebuah peristiwa atau

kejadian-kejadian yang berkaitan dengan topik penelitian Penataan

Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam Perspektif Sustainable

City.

2. Wawancara

Peneliti mengadakan tatap muka dan wawancara dengan para

informan untuk menggali data secara langsung, dengan komunikatif dan

dialogis sehingga dari wawancara tersebut diperoleh suatu data dengan

akurasi yang tinggi. Metode wawancara ini akan dilakukan kepafa

Kepala SubBidang Pengembangan Wilayah Barenlitbang Kota Malang

dan Kepala Seksi Perumahan dan Permukiman Disperkim serta Staff

Disperkim untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan

penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dari sejumlah

dokumen, arsip dan catatan instansi yang dianggap penting dan

mempunyai relevansi dengan masalah masalah yang diteliti. Dengan

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

51

menguatkan data yang diperoleh maka setiap kegiatan penelitian dan

observasi peneli langsung melakukan proses pencatatan terhadap data

atau informasi yang diperoleh, kemudian juga tidak lupa

mendokumentasikan hasil penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti

dalam kegiatannya mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif,

Moleong (2006:168) mengemukakan bahwa instrument penelitian atau alat

pengumpul data adalah peneliti sendiri. Ia sekaligus merupakan perencana,

pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia

menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrument atau alat

penelitian disini tepat karena peneliti sendiri yang akan menjadi segalanya

dari keseluruhan proses penelitian. Jadi, dalam penelitian ini instrument

penelitian adalah peneliti adalah peneliti sendiri, sedangkan instrument

penunjangnya adalah:

1. Untuk teknik observasi, peneliti menggunakan pengamatan dan

pencatatan terhadap fenomena yang terjadi ditempat penelitian.

2. Untuk wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara.

3. Untuk teknik pengumpulan data teruma data sekunder, peneliti

menggunakan kebijakan yang ada serta alat dokumentasi yaitu kamera,

alat perekam serta catatan lapangan.

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

52

G. Analisis Data

Proses analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu

metode penelitian, karena merupakan tahapan penentuan dalam keselurhan

proses penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

mengenai implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman dalam perspektif sustainable city di Kota Malang dengan

menggunakan analisis data model interaktif dari Miles, Huberman dan

Saldana (2014:12-14), yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu:

1. Kondensasi Data (data condensation)

Kondensasi data diartikan sebagai proses pemilihan, penyerdanaan

dan transformasi data mentah yang didapat dari lapangan. Dalam

penelitian mengenai implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman dalam perspektif sustainable city, kondensasi data

dilakukan terus menerus selama penelitian. Dengan cara, data yang

diperoleh dilokasi penelitian dituangkan dalam uraian secara lengkap

dan terperinci sesuai dengan fokus penelitian yang terdiri dari variable

implementasi kebijakan dan perpektif sustainable city yang ada di Kota

Malang. Kemudian disederhanakan, dirangkum, dipilih hal-hal

pokoknya yang mana akan mempermudah peneliti dalam mengumpulan

data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Panyajian data merupakan proses penyusunan informasi yang

kompleks kedalam bentuk yang sistematis dan memberikan

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

53

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penelitian dalam melihat

gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari peneliti.

Data-data yang terdiri dari variable implementasi kebijakan dan

perspektif sustainable city yang ada di Kota Malang tersebut kemudian

dipilah dan disisihkan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun

sesuai kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan

permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan

sementara diperolah pada waktu kondensasi.

3. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing)

Penarikan kesimpulan merupakan bagian akhir dari kegiatan

analisis yaitu berupa pengelompokan data yang sudah diolah dan

disajikan secara sistematis agar mendapatkan data yang valid dan pada

akhirnya ditarik kesimpulan. Proses pengumpulan data, reduksi data,

penyajian hingga analisis data dari hasil penelitian variable implementasi

kebijakan dan perspektif sustainable city yang ada di Kota Malang

kemudian ditarik kesimpulan yang relevan sesuai dengan data yang

diperoleh dalam penelitian.

Proses analisis data model interatif yang terdiri dari ketiga komponen

utama tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

54

Gambar 2. Komponen Analisis Data (Model Interaktif) Sumber: Miles, Huberman dan Saldana (2014: 12-14)

H. Keabsahan Data

Setiap penelitian kualitatif dibutuhkan standar untuk melihat

tingkat kepercayaan atas kebenaran atas hasil penelitian, sehingga data yang

dikumpulkan harus dipertanggungjawabkan. Melalui keabsahan data

kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam

penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan

triangulasi. Menurut Moleong (2007:330) triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibiltas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Teknik ini dapat diaplikasikan pada saat penelitian tentang

implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

55

dalam perspektif sustainable city di Kota Malang. Dalam penelitian ini,

peneliti mengecek data yang telah diperoleh melalui narasumber,

kemudian peneliti mengecek kembali kebenaran data yang diperoleh

melalui narasumber lainnya.

2) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara pada saat waktu yang tepat

akan mempengaruhi pemberian data yang lebih valid sehingga lebih

terpercaya. Untuk melakukan pengujian kredibiltas data dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara dan observasi.

Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara

berulang sehingga sampai ditemukan kepastian data.

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kota Malang

Kota Malang tak jauh berbeda dengan kota lainya di Indonesia yang

tumbuh dan berkembang setelah kehadiran pemerintah kolonial Belanda.

Sarana dan prasaran umum dibuat sedemikian rupa agar memenuhi

kebutuhan keluarga belanda. Namun, kesan diskriminatif tersebut masih

terlihat hingga saat ini terlihat dari kawasan Ijen Boulevard mayoritas

dinikmati keluarga Belanda dan bangsa Eropa, sementara penduduk pribumi

bertempat ditempat pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai.

Kawasan perumahan tersebut hingga kini bagai monumen yang seringkali

mengundang keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana

untuk bernostalgia.

Pada tahun 1879, di Kota Malang mulai beroperasi kereta api dan sejak

itu Kota Malang berkembang dengan sangat pesat. Berbagai kebutuhan

masyarakat semakain meningkat terutama akan ruang gerak dalam

melakukan kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan akan tata guna lahan,

daerah yang terbangun bermunculan tanpa kendali. Perubahan fungsi lahan

mengalami perubahan yang pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi

perumahan dan industri. Sejalan perkembangan tersebut diatas, urbanisasi

terus berlangsung dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat

diluar kemampuan pemerintah, sementara tingkat ekonomi kaum urban

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

57

terbatas, yang selanjutnya akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan

liar yang pada umumnya berkembang disekitar daerah perdagangan,

disepanjang jalur hijau, sekitar sungai, rel kereta api dan lahan yang diangap

tak bertuan. Selang beberapa lama kemudian daerah tersebut tumbuh

menjadi perkampungan dan terjadi degradasi kualitas lingkungan.

a. Sejarah Pemerintahan

1. Malang merupakan sebuah Kerajaan yang berpusat di wilayah

Dinoyo dengan rajanya Gajayana.

2. Tahun 1767 Kompeni memasuki Kota Malang

3. Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda dipusatkan disekitar

kalI Brantas

4. Tahun 1824 Malang memiliki Asisten Residen

5. Tahun 1882 permukiman dibagian barat kota didirikan dan Alun-

alun dibangun.

6. 1 April 1914 Malang ditetapkan sebagai Kotapraja

7. 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang

8. 21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia

9. 22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda

10. 2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki

Kota Malang

11. 1 Januari 2001 menjadi Pemerintah Kota Malang.

(http://www.malangkota.go.id)

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

58

2. Keadaan Geografis

Kota Malang secara astronomis terletak pada 112ᵒ43’9’’ -

112ᵒ41’34’’ Bujur Timur dan 7ᵒ54’2’’ - 8ᵒ3’5’’ Lintang Selatan. Kota

Malang dilingkupi oleh wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu,

sehingga secara administratif batas-batas wilayah Kota Malang adalah:

1) Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Singosari dan

Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang.

2) Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Pakis dan Kecamatan

Tumpang Kabupaten Malang

3) Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Tajinan dan

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang

4) Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Wagir dan Kecamatan

Dau Kabupaten Malang

Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km² yang terbagi dalam

lima kecamatan yaitu Kecamatan Blimbing, Lowokwaru, Klojen, Sukun,

dan Kedungkandang. Kota Malang dikelilingi gunung-gunung :

1) Gununng Arjuno disebelah Utara

2) Gunung Semeru disebelah Timur

3) Gunung Kawi dan Panderman disebelah Barat

4) Gunung Kelud disebelah Selatan

Kondisi iklim kota Malang selama tahun 2008 tercatat rata-rata

suhu udara berkisar antara 22.7°C – 25.1°C. Sedangkan suhu maksimum

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

59

mencapai 32.7°C dan suhu minimum 18.4°C. Rata-rata kelembaban udara

berkisar 79%-86%. Dengan kelembaban maksimum 99% dan minimum

mencapai 40%. Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang

engikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan dan musim kemarau.

Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso curah

hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Februari, November dan

Desember. Sedangkan pada bulan Juni dan September curah hujan relatif

rendah. Kecepatan angin maksimum terjadi dibulan Mei, September dan

Juli. Keadaan tanah diwilayah Kota Malang antara lain:

1. Bagian selatan termasuk dataran tinggi yang luas cocok untuk

kawasan industri

2. Bagian utara termasuk kawasan dataran tinggi yang subur cocok

untuk kawasan pertanian

3. Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang

subur

4. Bagian barat merupakan dataran tinggi yang amat luas menjadi

kawasan pendidikan

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

60

Gambar 3.

Peta Administrasi Kota Malang

Sumber: Badan Perencanaan,Penelitian dan Pengembangan, 2017

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

61

Tabel 3.

Luas Kecamatan (km²) dan Presentase Luas Kota Malang 2010

Kecamatan Luas Kecamatan

(km²)

Presentase terhadap

Luas Kota (%)

Blimbing 17.77 16.15

Lowokwaru 22.60 20.53

Klojen 8.83 8.02

Sukun 20.97 19.05

Kedungkandang 39.89 36.24

Jumlah 110.06 100.00

Sumber : BPS Kota Malang, 2010

3. Gelar yang disandang Kota Malang

1. Paris of Java. Karena kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk

dan kotanya yang bersih, bagaikan kota Paris nya Jawa Timur.

2. Kota Pesiar. Kondisi alam yang elok menawan, bersih, sejuk, tenang

dan fasilitas wisata yang memadai merupakan ciri-ciri sebuah kota

tempat berlibur.

3. Kota Peristirahatan. Suasana kota yang damai sangat sesuai untuk

beristirahat, terutama bagi orang dari luar Malang, baik sebagai turis

maupun dalam rangka mengunjungi keluarga.

4. Kota Pendidikan. Situasi kota yang tenang, penduduknya ramah, harga

makanan yang relatif murah dan fasilitas pendidikan yang memadai

sangat coock untuk belajar/menempuh pendidikan.

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

62

5. Kota Militer. Terpilih sebagai kota Kesatrian. Dikota Malang ini

didirikan tempat pelatihan militer, asrama dan mess perwira disekitar

lapangan Rampal dan pada zaman Jepang dibangun lapangan terbang

Sundeng dikawasan Perumnas sekarang.

6. Kota Sejarah. Sebagai kota yang menyimpan misteri embrio

tumbuhnya kerajaan-kerajaan besar, seperti Singosari, Kediri,

Mojopahit, Demak dan Mataram. Di Kota Malang juga terukir awal

kemerdekaan Republik Indonesia, bahkan Kota Malang tercatat masuk

nominasi akan dijadikan Ibukota NKRI.

7. Kota Bunga. Cita-cita yang merebak dihati setiap warga kota

senangtiasa menyemarakan sudut kota dan tiap jengkal tanah warga

dengan warna-warni bunga.

4. Visi dan Misi Kota Malang

Pengertian Visi menurut Undang-undang 25 tahun 2004 pasal 1

nomer 12 adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada

akhir periode perencanaan. Hal ini berarti bahwa visi yang tercantum dalam

RPJM Daerah Kota Malang harus dicapai pada tahun 2018. Selanjutnya

pada pasal 5 ayat (2) disebutkan bahwa RPJMD merupakan penjabaran dari

visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman

pada RPJP Daerah yang memperhatikan RPJM Nasional. Oleh karena itu,

maka perumusan visi, misi dab program dalam RPJMD Kota Malang ini

2013-2018 tidak hanya berasal dari visi, misi dan program Kepala Daerah

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

63

saja, namun sudah dilakukan beberapa penyesuaian dari semua acuan

dimaksud.

“Menjadikan Kota Malang sebagai Kota

BERMATABAT”

Selain Visi diatas, hal lain yang tak kalah penting adalah

ditentukannya Peduli Wong Cilik sebagai SEMANGAT dari pembangunan

Kota Malang periode 2013-2018. Sebagai semangat, kepedulian terhadap

wong cilik menjadi jiwa dari pencapaian visi. Hal ini berarti bahwa seluruh

aktivitas dan program pembangunan di Kota Malang harus benar-benar

membawa kemaslahatan bagi wong cilik. Dan seluruh hasil pembangunan di

Kota Malang harus dapat dinikmati oleh wong cilik yang notabene adalah

rakyat kecil yang mayoritas jumlahnya di Kota Malang.

Istilah MARTABAT adalah istilah yang menunjuk pada harga diri

kemanusiaan, yang memiliki arti kumuliaan. Sehingga, dengan visi

‘Menjadikan Kota Malang sebagai Kota BERMARTABAT’ diharapkan

dapat terwujud suatu kondisi kemuliaan bagi kota Malang dan seluruh

masyarakatnya. Hal ini adalah penerjemahan langsung dari konsep Islam

mengenai Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur (negeri yang makmur

yang diridhoi Allah SWT). Untuk dapat disebut sebagai Kota

BERMATABAT, maka akan diwujudkan Kota Malang yang aman, tertib,

bersih dan asri, dimana masyarakat Kota Malang adalah masyarakat yang

mandiri, makmur, sejahtera, terdidik dan berbudaya serta memiliki nilai

religius yang tinggi dilandasi dengan sikap toleransi terhadap perbedaan-

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

64

perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat, dengan Pemerintah Kota

Malang yang bersih dari KKN dan sungguh-sungguh melayani masyarakat.

Sehingga, Kota Malang secara umum akan memiliki keunggulan-

keunggulan dan berdaya saing tinggi untuk dapat menempatkan diri sebagai

kota yang terkemuka dengan berbagai prestasi diberbagai bidang.

Selain itu, visi BERMARTABAT dapat menjadi akronim dari

beberapa prioritas pembangunan yang menunjuk pada kondisi-kondisi yang

hendak diwujudkan sepanjang periode 2013-2018, yakni: BERsih, Makmur,

Adil, Religius-toleran, Terkemuka, Aman, Berbudaya, Asri, dan Terdidik.

Masing-masing akronim dari BERMARTABAT tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut :

1. Bersih: Kota Malang yang bersih adalah harapan seluruh warga Kota

Malang. Lingkungan kota yang bebas dari tumpukan sampah dan limbah

adalah kondisi yang diharapkan dalam pembangunan Kota Malang

sepanjang periode 2013-2018. Selain itu, bersih juga harus menjadi ciri

dari penyelenggaran pemerintahan. Pemerintahan yang bersih (clean

governance) harus diciptakan agar kepentingan masyarrakat dapat

terlayani dengan sebaik-baiknya.

2. Makmur: Masyarakat yang makmur adalah cita-cita yang dipercayakan

kepada pemerintah untuk diwujudkan melalui serangkaian kewenangan

yang dipunyai pemerintah. Kondisi makmur di Kota Malang tercapai

jika seluruh masyarakat Malang dapat memenuhi kebutuhan hidup

mereka secara layak sesuai dengan strata sosial masing-masing. Dalam

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

65

kaitannya dengan upaya mencapai kemakmuran, kemandirian adalah hal

penting. Masyarakat makmur yang dibangun diatas pondasi kemandirian

merupakan kondisi yang hendak diwujudkan dalam periode

pembangunan Kota Malang 2013 – 2018.

3. Adil: Terciptanya kondisi yang adil di segala bidang kehidupan adalah

harapan seluruh masyarakat Kota Malang. Adil diartikan sebagai

diberikannya hak bagi siapapun yang telah melaksanakan kewajiban

mereka. Selain itu, adil juga berarti kesetaraan posisi semua warga

masyarakat dalam hukum dan penyelenggaraan pemerintahan. Adil juga

dimaksudkan sebagai pemerataan distribusi hasil pembangunan daerah.

Untuk mewujudkan keadilan di tengah-tengah masyarakat, Pemerintah

Kota Malang juga akan menjalankan tugas dan fungsinya dengan

mengedepankan prinsip-prinsip keadilan.

4. Religius-toleran: Terwujudnya masyarakat yang religius dan toleran

adalah kondisi yang harus terwujudkan sepanjang 2013-2018. Dalam

masyarakat yang religius dan toleran, semua warga masyarakat

mengamalkan ajaran agama masing-masing ke dalam bentuk cara

berpikir, bersikap, dan berbuat. Apapun bentuk perbedaan di kalangan

masyarakat dihargai dan dijadikan sebagai faktor pendukung

pembangunan daerah. Sehingga, dengan pemahaman religius yang

toleran, tidak akan ada konflik dan pertikaian antar masyarakat yang

berlandaskan perbedaan SARA di Kota Malang.

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

66

5. Terkemuka: Kota Malang yang terkemuka dibandingkan dengan kota-

kota lain di Indonesia merupakan kondisi yang hendak diwujudkan.

Terkemuka dalam hal ini diartikan sebagai pencapaian prestasi yang

diperoleh melalui kerja keras sehingga diakui oleh dunia luas. Kota

Malang selama lima tahun ke depan diharapkan memiliki banyak

prestasi, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

Terkemuka juga dapat juga berarti kepeloporan. Sehingga, seluruh

masyarakat Kota Malang diharapkan tampil menjadi pelopor

pembangunan di lingkup wilayah masing-masing.

6. Aman: Situasi kota yang aman dan tertib merupakan kondisi yang

mutlak diperlukan oleh masyarakat. Situasi aman berarti bahwa

masyarakat Kota Malang terbebas dari segala gangguan, baik berupa

fisik maupun non-fisik, yang mengancam ketentraman kehidupan dan

aktivitas masyarakat. Sehingga situasi masyarakat akan kondusif untuk

turut serta mendukung jalannya pembangunan. Untuk menjamin situasi

aman bagi masyarakat ini, Pemerintah Kota Malang akan mewujudkan

ketertiban masyarakat. Untuk itu, kondisi pemerintahan yang aman dan

stabil juga akan diwujudkan demi suksesnya pembangunan di Kota

Malang.

7. Berbudaya: Masyarakat Kota Malang yang berbudaya merupakan

kondisi dimana nilai-nilai adiluhung dipertunjukkan dalam sifat, sikap,

tindakan masyarakat dalam aktivitas sehari-hari di semua tempat.

Masyarakat menjunjung tinggi kesantunan, kesopanan, nilai-nilai sosial,

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

67

dan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku berbudaya juga

ditunjukkan melalui pelestarian tradisi kebudayaan warisan masa

terdahulu dengan merevitalisasi makna-maknanya untuk diterapkan di

masa sekarang dan masa yang akan datang.

8. Asri: Kota Malang yang asri adalah dambaan masyarakat. Keasrian,

keindahan, kesegaran, dan kebersihan lingkungan kota adalah karunia

Tuhan bagi Kota Malang. Namun, keasrian Kota Malang makin lama

makin pudar akibat pembangunan kota yang tidak memperhatikan aspek

lingkungan. Maka, Kota Malang dalam lima tahun ke depan harus

kembali asri, bersih, segar, dan indah. Sehingga, segala pembangunan

Kota Malang, baik fisik maupun non-fisik, diharuskan untuk menjadikan

aspek kelestarian lingkungan sebagai pertimbangan utama. Hal ini harus

dapat diwujudkan dengan partisipasi nyata dari seluruh masyarakat,

tanpa kecuali.

9. Terdidik: Terdidik adalah kondisi dimana semua masyarakat

mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan peraturan

perundangan. Amanat Undang-Undang nomer 12 tahun 2012

mewajibkan tingkat pendidikan dasar 12 tahun bagi seluruh warga

negara Indonesia. Selain itu, diharapkan masyarakat akan mendapatkan

pendidikan dan ketrampilan yang sesuai dengan pilihan hidup dan

profesi masing-masing. Masyarakat yang terdidik akan senantiasa

tergerak untuk membangun Kota Malang bersama dengan Pemerintah

Kota Malang.

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

68

Dalam rangka mewujudkan visi sebagaimana tersebut di atas, maka

misi pembangunan dalam Kota Malang Tahun 2013-2018 adalah sebagai

berikut :

1. Menciptakan Masyarakat Yang Makmur, Berbudaya dan Terdidik

berdasarkan Nilai-Nilai Spiritual yang Agamis, Toleran Dan Setara.

2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik yang Adil, Terukur dan

Akuntabel.

3. Mengembangkan Potensi Daerah yang Berwawasan Lingkungan yang

Berkesinambungan, Adil, dan Ekonomis.

4. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Masyarakat Kota Malang Sehingga

Bisa Bersaing Di Era Global.

5. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat Kota Malang Baik

Fisik, Maupun Mental Untuk Menjadi Masyarakat Yang Produktif.

6. Membangun Kota Malang Sebagai Kota Tujuan Wisata Yang Aman,

Nyaman, Dan Berbudaya.

7. Mendorong Pelaku Ekonomi Sektor Informal Agar Lebih Produktif

Dan Kompetitif.

8. Mendorong Produktivitas Industri Dan Ekonomi Skala Besar Yang

Berdaya Saing, Etis Dan Berwawasan Lingkungan.

9. Mengembangkan Sistem Transportasi Terpadu Dan Infrastruktur Yang

Nyaman Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat.

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

69

5. Keadaan Penduduk

Data tentang kependudukan sangat diperlukan dalam perkotaan dan

evaluasi pembangunan karena penduduk merupakan subyek dan sekaligus

sebagai objek pembangunan. Data penduduk diperoleh melalui beberapa

cara yaitu melalui sensus penduduk, registrasi penduduk dan survei

kependudukan.

Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010, penduduk kota

Malang sebanyak 820.243 jiwa yang terdiri penduduk laki-laki sebanyak

404 .553 dan penduduk perempuan sebanyak 415.690 jiwa.

Tabel 4.

Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Rata-

rata Anggota Rumah Tangga di Kota Malang 2010

Sumber : BPS Kota Malang, 2010

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

70

6. Lambang Daerah Kota Malang

Motto “MALANG KUCECWARA” berarti Tuhan menghancurkan yang

bathil, menegakkan yang benar.

Gambar 4

Lambang Kota Malang

Sumber: http://malangkota.go.id/

Arti Warna :

1. Merah Putih, bermakna lambang bendera nasional Indonesia

2. Kuning, bermakna keluhuran dan kebesaran

3. Hijau bermakna kesuburan

4. Biru Muda bermakna Kesetiaan pada Tuhan, Negara dan Bangsa

5. Segilima berbentuk perisai

bermakna semangat perjuangan kepahlawanan, kondisi kondisi geografis,

pegunungan, serta semangat membangun untuk mencapai masyarakat

yang adil dan makmur berdasrakan Pancasila.

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

71

B. Gambaran Umum

1. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kota Malang

STRUKTUR ORGANISASI

BARENLITBANG

Gambar 5

Struktur Organisasi Barenlitbang Kota Malang

Sumber : data sekunder (www.barenlibang.malang.go.id), 2017

Visi dari BARENLITBANG Kota Malang adalah “Mewujudkan

Perencanaan Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan

Demi Kesejahteraan Masyarakat”. Sedangkan Misi dari BARENLITBANG

Kota Malang adalah:

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

72

1) Meningkatkan perencanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

2) Meningkatkan pertumbuhan perekonomian Kota Malang yang merata

sebagai motor penggerak pertumbuhan perekonomian kawasan sekitarnya.

3) Mengembangkan perencanaan pembangunan kota melalui penyusunan

Rencana Pembangunan Kota melalui Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah maupun penyusunan dokumen perencanaan

pembangunan daerah lainnya dan penyusunan rencana tata ruang wilayah

merujuk pada hasil penelitian maupun database potensi wilayah.

4) Mewujudkan pelayanan publik yang prima.

Tugas Pokok BARENLITBANG Kota Malang adalah menyusun dan

melaksanakan kebijkan daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah.

Sedangkan fungsi dari BARENLITBANG Kota Malang adalah:

1) Meningkatkan perencanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

2) Perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan pembangunan daerah.

3) Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana

Kerja (Renja) dibidang perencanaan pembangunan daerah.

4) Penyiapan dan penyusunan Kebijakan Umum APBD (KU-APBD)

5) Penyiapan dan penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

6) Penyiapan dan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

73

7) Penyusunan program dan perumusan kebijakan operasional penelitian dan

pengembangan.

8) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan;

9) Pelaksanaan pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

10) Pengkoordinasian penelitian dan mengadakan kerja sama penelitian

dengan lembaga-lembaga penelitian lainnya;

11) Penyiapan bahan dalam rangka publikasi hasil-hasil penelitian dan

pengembangannya;

12) Pemeliharaan hasil-hasil penelitian dan pengembangannya serta

penyusunan statistik perkembangan penelitian dan pengembangannya;

13) Pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan;

14) Pelaksanaan kerja sama perencanaan pembangunan antar daerah dan

antara daerah dengan swasta dalam dan luar negeri;

15) Pelaksanaan kerja sama antar lembaga untuk mengembangkan statistik;

16) Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pembangunan;

17) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan perencanaan

pembangunan;

18) Pengkoordinasian penyusunan renstra dan renja perangkat daerah sebagai

bahan penyusunan RKPD;

19) Pelaksanaan penyidikan tindak pidana pelanggaran di bidang perencanaan

pembangunan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

74

20) Pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud

yang akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan

fungsi;

21) Pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang digunakan dalam

rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;

22) Pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang milik daerah yang berada

dalam penguasaannya;

23) Penyusunan dan pelaksanaan SP dan SOP;

24) Pelaksanaan SKM dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan

secara periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan;

25) Pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang perencanaan pembangunan;

26) Penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait

layanan publik secara berkala melalui website pemerintah daerah;

27) Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program,

ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga,

perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan;

28) Pemberdayaan dan pembinaan jabatan fungsional;

29) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; dan

30) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas

pokoknya.

Page 91: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

75

2. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

a. Sususan organisasi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, terdiri

dari:

1) Kepala Dinas

2) Sekretariat, terdiri dari:

a) Subbagian Perencanaan dan Keuangan

b) Subbagian Umum

3) Bidang Perumahan dan Pertanahan, terdiri dari:

a) Seksi Perumahan dan Permukiman

b) Seksi Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU)

c) Seksi Pertanahan

4) Bidang Penerangan Jalan, terdiri dari:

a) Seksi Pengembangan Jaringan Penerangan Jalan

b) Seksi Pembangunan & Pemeliharaan Penerangan Jalan

c) Seksi Pengawasan dan Pengendalian Penerangan Jalan

5) Bidang Pertamanan, terdiri dari:

a) Seksi Pengembangan

b) Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan

c) Seksi Pengawasan dan Pengendalian

6) UPT, terdiri dari:

a) UPT Tempat Pemakaman Umum

b) UPT Perbengkelan Taman dan Pener

c) UPT Kebun Bibit Tanaman

Page 92: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

76

d) UPT Taman Aktif

e) UPT Rusunawa

7) Kelompok Jabatan Fungsional

b. Uraian Tugas, Pokok dan Fungsi Seksi Perumahan dan Permukiman

1) Seksi Perumahan dan Permukiman melaksanakan tugas pokok

penataan dan pengawasan bangunan pada kawasan perumahan

dan permukiman.

2) Seksi Perumahan dan permukiman mempunyai fungsi:

a) Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan

teknis bidang penataan dan pengawasan bangunan pada

kawasan perumahan dan permukiman

b) Penyiapan bahan penyusunan perencanaan dan pelaksanan

program dibidang penataan dan pengawasan bangunan pada

kawasan perumahan dan permukiman

c) Pengawasan dan pengendaliann terhadap pendirian dan

pemanfaatan bangunan pada kawasan perumahan dan

permukiman

d) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas pokoknya

Page 93: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

77

3. Dasar Kebijakan

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Pasal 3

Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk:

a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan

dan kawasan permukiman;

b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran

penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan

hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk

mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;

c. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi

pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian

fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan

perdesaan;

d. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan

perumahan dan kawasan permukiman;

e. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya;

dan

f. menjamin Terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau

dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,

terpadu, dan berkelanjutan.

Page 94: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

78

b. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010 – 2030

Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Wilayah Kota

Malangmenurut Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030

meliputi:

a. Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);

Kebijakan Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) diarahkan pada kesiapan dan kenyamanan Kota

Malang sebagai kota yang melayani kegiatan skala nasional.

Strategi Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan

Nasional (PKN), meliputi :

a) mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan skala

nasional.

b) mengembangkan sektor perdagangan dan jasa yang siap

melayani kegiatan nasional.

b. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala

Regional;

Kebijakan Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan

Berskala Regional diarahkan pada kemudahan akses dan

pelayanan Kota Malang sebagai daya tarik kegiatan skala

regional.

Page 95: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

79

Strategi Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan

Berskala Regional, meliputi :

a) mendorong kemudahan aksesibilitas pelayanan skala regional

b) mendukung pengembangan transportasi kereta api komuter;

c) mengarahkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi

dan/atau administrasi masyarakat pada skala regional;

d) mengarahkan perkembangan perdagangan dan jasa pada jalur

regional;

e) mengarahkan perkembangan kegiatan industri dan

pergudangan pada kawasan perbatasan kota;

f) mendorong pertumbuhan sektor-sektor strategis dengan

mengutamakan perkembangan ekonomi lokal;

g) meningkatkan pengembangan kawasan yang cenderung

menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan regiona.

c. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan

Andalan Malang Raya;

Kebijakan Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat

Pelayanan Kawasan Andalan Malang Raya diarahkan pada kerja

sama kawasan Malang Raya untuk peningkatan ekonomi

masyarakat Kota Malang.

Strategi Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan

Kawasan Andalan Malang Raya, meliputi :

Page 96: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

80

a) mendorong sektor pendukung pariwisata yang melayani

kawasan Malang Raya;

b) mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan

budidaya yang mendukung pelayanan Malang Raya;

c) menjalin kerja sama dengan daerah otonom kawasan Malang

Raya untuk memantapkan pelayanan dan pengembangan

kota;

d) meningkatkan kegiatan dan pelayanan sektor perdagangan

dan jasa yang mengarah pada pendukung sektor pariwisata.

d. Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang;

Kebijakan Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang

diarahkan pada harmonisasi perkembangan kegiatan dan

pelayanan yang berjenjang, skala regional dan/atau skala

wilayah kota, skala sub wilayah kota, dan skala lingkungan

wilayah kota.

Strategi Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang,

meliputi :

a) menetapkan dan memantapkan kawasan alun-alun sebagai

pusat pelayanan kota;

b) menetapkan pembagian wilayah Kota Malang menjadi 5

(lima) sub pusat pelayanan kota;

c) mengembangkan sub pusat pelayanan Kota secara merata;

Page 97: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

81

d) mengembangkan pusat-pusat lingkungan yang melayani

skala lingkungan wilayah kota secara proporsional;

e) menghubungkan antar sub pusat kota dan antara masing-

masing sub pusat kota dengan pusat kota melalui jaringan

jalan berjenjang dengan pola pergerakan merata;

f) mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan

budidaya yang mendukung pelayanan pusat kota dan sub

pusat kota secara berimbang;

g) mengarahkan sentra-sentra budidaya yang mendukung

pelayanan skala pusat kota dan sub pusat kota;

h) mengembangkan jaringan pusat kota, sub pusat kota, dan

pusat lingkungan yang berhierarki dan tersebar secara

berimbang dan saling terkait menjadi satu kesatuan sistem

kota menuju pusat kota;

i) mendorong pembangunan dan pengembangan pusat-pusat

lingkungan yang selaras dan seimbang;

j) mengembangkan kegiatan pelayanan sosial, budaya,

ekonomi dan atau administrasi masyarakat pada sub wilayah

kota secara merata.

e. Pengembangan Prasarana Wilayah Kota, terdiri dari :

Sistem dan jaringan transportasi;

Sistem prasarana sumber daya air; dan

Sistem dan Jaringan Utilitas Perkotaan,

Page 98: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

82

Kebijakan pengembangan prasarana wilayah Kota Malang

diarahkan pada pengembangan dan penataan sistem jaringan

prasarana utama transportasi, jaringan prasarana lainnya, dan

infrastruktur kota untuk peningkatan layanan masyarakat Kota

Malang dan menghindari disparitas perkembangan kawasan

antar sub wilayah kota.

Untuk mencapai tujuan ditetapkan kebijakan sebagai berikut :

a) penyediaan prasarana dan sarana kota yang terintegrasi

secara hierarki sesuai dengan standar yang berlaku;

b) penyediaan utilitas kota yang terintegrasi secara hierarki

sesuai dengan standar yang berlaku;

c) pelaksanaan konservasi kawasan lindung dan sumber daya

air, serta pengembangan RTH untuk keseimbangan ekologi

kota;

d) peningkatan luas RTH sebagai upaya peningkatan kualitas

kehidupan kota;

e) pengarahan perkembangan kawasan perumahan sesuai

dengan karakteristik kawasan;

f) peran serta dalam mitigasi dan adaptasi dampak perubahan

iklim.

Strategi Pengembangan prasarana wilayah Kota Malang,

meliputi :

Page 99: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

83

a) mengembangkan sistem prasarana utama berupa jaringan

transportasi jalan raya dalam mendukung pertumbuhan dan

pemerataan pembangunan sub pusat kota, dengan upaya :

b) mengatur rute arus pergerakan/lalu lintas melalui peraturan

khusus, berupa pengalihan rute pada jam-jam khusus untuk

menghindari penumpukan jumlah pergerakan;

c) mengkondisikan kembali fungsi-fungsi jalan untuk

kesesuaian antara kondisi fisik dengan persyaratan pada

masing-masing fungsi jaringan jalan;

d) membangun jaringan jalan lingkar yang dapat

mengakomodasi kebutuhan masyarakat;

e) meningkatkan kapasitas ruas jalan utama kota.

Mengembangkan sarana transportasi, dengan upaya :

a) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan

umum;

b) mengadakan angkutan umum massal meliputi angkutan

umum bus metro, bus kota dan kereta api komuter;

c) membangun halte khusus untuk bus metro, bus kota, dan

angkutan kota (angkot) sebagai tempat menaikkan dan

menurunkan penumpang dan berfungsi untuk mencegah

kemacetan;

d) meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas penunjang

beroperasinya sarana transportasi.

Page 100: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

84

Mengembangkan prasarana transportasi, dengan upaya :

a) meningkatkan dan memperbaiki kualitas sarana dan

prasarana terminal dan sub terminal;

b) mengalihfungsikan Terminal Gadang menuju ke Terminal

Hamid Rusdi;

c) membangun terminal kargo di sekitar jalan lingkar

sebagai terminal angkutan barang;

C. Penyajian Data Fokus Penelitian

1. Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Permukiman dalam Perspektif Sustainable City

Tahapan implementasi merupakan bagian yang terpenting karena

suatu kebijakan tidak akan berarti apabila tidak dilaksanakan dengan

baik dan benar yang dilakukan secara maksimal dan dapat mencapai

tujuan dari kebijakan yang dibuat. Sesuai dengan dasar hukum

pelaksanaan penataan perumahan dan kawasan permukiman yaitu

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pemerintah

mendukung penataan dan pengembangan wilayah melalui lingkungan

perumahan dan kawasan perumahan yang sesuai dengan tata ruang untuk

mewujudkan kesimbangan kepentingan terutama bagi MBR (Masyarakat

Berpenghasilan Rendah). Untuk meningkatkan daya guna sumber daya,

pembangunan perumahan harus tetap memperhatikan kelestarian fungsi

lingkungan dengan menunjang pembangunan ekonomi, sosial dan

Page 101: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

85

budaya. Pemerintah juga menjamin terwujudnya rumah yang layak huni

dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman,serasi, teratur,

terencana, terpadu dan berkelanjutan.

Pemerintah Kota Malang memberikan feedback yang baik terhadap

Undang-Undang tersebut dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun

2010-2030. Perda tersebut mengatur terkait pembangunan rumah harus

sesuai dengan aturan pembangunan dan berpegang pada ketentuan Garis

Sempadan Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Lantai

Bangunan, Koefisien Dasar Hijau serta harus memperhatikan peruntukan

lokasi pembangunan, harus memiliki IMB dan fasilitas umum, sosial

serta saran lingkungan. Dengan adanya kebijakan tersebut, diharapakan

dapat mengatur perumahan dan kawasan permukiman agar lebih

berkualitas dengan tetep menjaga keberadaan lingkungan serta tidak

membentuk kawasan kumuh yang lebih luas.

Kebijakan publik dapat dinilai keberhasilannya dengan

menggunakan model implementasi kebijakan. Dengan menggunakan

model implementasi kebijakan publik, maka dapat dilihat proses dalam

sebuah kebijakan publik. Seperti model implementasi kebijakan yang

dikemukakan oleh Edward III, terdapat empat variable yang digunakan

dalam mengukur keberhasilan implementasi kebijakan, antara lain:

komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.

Page 102: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

86

a) Komunikasi

Dalam setiap menerapkan suatu kebijakan, komunikasi

merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena dengan adanya

komunikasi proses penyaluran rencana terhadap pelaksanaan kebijakan

bisa terkomunikasikan keseluruh stakeholder dengan tepat, akurat dan

konsisten. Dalam penyaluran keputusan tidak terjadi

miscommunication, informasi jelas dan tidak membinggungkan serta

pelaksanaannya harus konsisten agar kebijakan dapat

terimplementasikan dengan baik. Begitu juga dalam pelaksanaan

kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman di Kota

Malang juga membutuhkan komunikasi yang baik agar tujuan dari

kebijakan dapat tercapai secara maksimal.

Komunikasi sangat penting dalam pelaksanaan sebuah kebijakan.

Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman merupakan kewenangan dari Dinas Perumahan dan

Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Malang yang sebelumnya

perencanaanya telah dilakukan oleh Badan Perencanaan, Penelitian dan

Pengembangan (Barenlitbang) Kota Malang. Dalam penyaluran

komunikasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman

dilakukan dalam rapat koordinasi Badan Koordinasi Penataan Ruang

Daerah yang mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50

Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah. Hal

Page 103: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

87

tersebut merupakan upaya agar tidak terjadi masalah dalam penyaluran

komunikasi.

Komunikasi yang dilakukan antara Disperkim dan Barenlibang

menurut Ibu Ratri Kepala SubBidang Pengembangan Wilayah Badan

Perencanaan , Penelitian dan Pengembangan Kota Malang :

“Dalam kebijakan penataan permukiman, kami Barenlitbang

hanya sebagai perumus kebijakan, implementatornya

Disperkim. Komunikasi kami dengan Dinas Perumahan dan

Kawasan Permukiman dilakukan dengan mengadakan rapat

koordinasi rutin. Rapat koordinasi Badan Koordinasi Penataan

Ruang Daerah itu sendiri mengacu pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman

Koordinasi Penataan Ruang Daerah. Selain itu, kami juga sering

melakukan komunikasi langsung maupun melalui media sosial”

(Wawanacara 29 Maret 2017)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa komunikasi

antara Barenlitbang dan Disperlim terkait penataan perumahan dan

kawasan permukiman di Kota Malang berdasarkan Keputusan Walikota

Malang No.85 tahun 2013 tentang Pembentukan Badan Koordinasi

Penataan Ruang Daerah Kota Malang bahwa Badan Koordinasi

Penataan Ruang Daerah (BKPRD) menyelenggarakan pertemuan tiga

bulan sekali untuk menemukan rekomendasi alternatif terkait kebijakan

penataan ruang di Kota Malang. Komunikasi yang lancar tentu juga

dipengaruhi oleh kemajuan teknologi saat ini yang mana alat

komunikasi semakin berkembang serta keberadaan media sosial juga

ikut andil dalam membuat komunikasi yang semakin lancar, sehingga

Barenlitbang dengan Disperkim sangat memanfaatkan kemajuan

teknologi untuk menunjang komunikasi satu sama lain.

Page 104: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

88

Gambar 6. Rapat koordinasi penataan ruang Kota Malang

Sumber : dokumen peneliti (2017)

Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Perumahan dan Kawasan

Permukiman dalam menjalankan kebijakan penataan perumahan dan

kawasaan permukiman berlandaskan pada visi pembangunan Kota

Malang dan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang 2010-2030. Rencana

penataan dan pengembangan wilayah melalui lingkungan perumahan

dan kawasan perumahan yang sesuai dengan tata ruang untuk

mewujudkan keseimbangan kepentingan terutama bagi masyarakat

berpenghasilan rendah.

Upaya Disperkim menjalin komunikasi dengan masyarakat agar

kebijakan tersebut diterima dan berjalan efektif ialah melalui sosialisasi.

Sosialisasi tersebut dilakukan dengan mengundang partisipasi organisasi

lingkungan dari kelurahan.

Page 105: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

89

Hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak Hybnu selaku Kepala

Bidang Perumahan dan Permukiman Disperkim:

“kami melakukan komunikasi dengan warga terkait kebijakan

penataan permukiman dengan sosialisasi. Dengan sosialisasi

tersebut diharapakan akan muncul ide pembangunan dikawasan

tinggal warga. yang mana kami sosialisasikan ke warga terkait

program penataan kawasan permukiman khususnya daerah

kumuh untuk mewujudkan misi pembangunan di Malang.”

(wawancara 27 Maret 2017)

Gambar 7. Sosialisasi Malang Tanpa Kumuh Oleh Kepala

Disperkim

Sumber : data sekunder peneliti (2017)

Dari hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa Disperkim

melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat terkait penataan perumahan

dan kawasan permukiman. Sosialisasi tersebut bertujuan untuk menarik

partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kebijakan agar berjalan

secara maksimal. Masyarakat juga dapat mengajukan usulan kegiatan

pembangunan didaerah mereka untuk menyelesaikan masalah terkait

permukiman khususnya permukiman kumuh dilingkungannya.

Page 106: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

90

Lanjut keterangan Bapak Hybu:

“ jadi mas, sekarang ini Pemkot kan punya program

penangganan permukiman Kota Tanpa Kumuh. Program ini

baru sekitar 2 tahun berjalan di Indonesia. Kebetulan Kota

Malang dipilih sebagai salah satu pilot project program tersebut

Indonesia selain kota Surabaya. Dengan hal itu, diharapkan

akan mempercepat pembangunan di kawasan permukiman

kumuh yang akan membuat Malang segera menjadi kota layak

huni, semakin nyaman dan berkelanjutan.” (wawancara 27

Maret 2017)

Dalam sosialiasi tersebut juga dijelaskan kepada masyarakat

terkait kewenangan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam

melihat kesesuaian pembangunan perumahan dan permukiman yang

diajukan masyarakat. Masyarakat memiliki kewajiban dalam mengetahui

apakah bangunan tersebuh sesuai peruntukan pembangunan perumahan

dan permukiman sesuai RTRW Kota Malang. Tujuan nya agar

pembangunan yang dilakukan masyarakat susuai dengan peraturan

pemerintah terkait tata ruang. Bidang Perumahan dan Permukiman

Disperkim akan memberikan kejelasan terkait daerah peruntukan

kawasan permukiman.

Dalam mendirikan bangunan masyarakat juga diatur dengan

kewajiban dalam memiliki IMB, memiliki fasum, fasos dan darana

lingkungan di permukiman serta permukiman harus sesuai peruntukan

tata guna lahan dan sesuai dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB),

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sehingga tidak dapat

mendirikan bangunan dan permukiman seenaknya. Ketentuan-ketentuan

yang dibuat utuk penataan perumahan dan kawasan permukiman

Page 107: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

91

tersebut agar pembangunan perumahan dan kawasan permukiman lebih

berkualitas dengan tetap menjaga keberadaan lingkungan serta tidak

membentuk kawasan kumuh yang lebih luas.

Tabel 5

Kawasan Kumuh berdasarkan SK Walikota Malang 2017

Sumber : data sekunder Disperkim (2017)

Page 108: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

92

Selain itu, terkait permasalahan penanganan kawasan

permukiman kumuh yang dikemas dalam program KOTAKU, Kota

Tanpa Kumuh merupakan program prioritas dari Direktorat

Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Kementrian

PU dan Perumahan Rakyat. Program tersebut juga diharapkan dapat

meningkatkan peran masyarakat dan mempercepat peran pemerintah

daerah dalam penanganan kawasan kumuh diperkotaan hingga 2019.

Perubahan mainset masyarakat menjadi prioritas utama, budaya kumuh

dimasyarakat dan kebiasaan tidak bertanggungjawab terhadap

pembangunan inftrastuktur permukiman perlu diubah. Masyarakat

diharapakan mampu merencanakan sendiri kebutuhan dalam penanganan

kawasan permukiman diwilayahnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Penataan

Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kota Malang berjalan dengan

baik. Terbukti dengan pelaksanaan kebijakan penataan perumahan dan

permukiman di kota Malang mengalami kemajuan. Baik dalam penataan

perumahan dan permukiman yang sesuai peruntukan bangunan dan

penanganan kawasan kumuh melalui program Kota Tanpa Kumuh.

Sosialisasi yang dilakukan Disperkim dan Dinas terkait lainnya

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan kebijakan

tersebut.

Page 109: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

93

b) Sumber Daya

Sumber daya merupakan variabel kedua dalam indikator

keberhasilan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan, keberadaan

sumber daya merupakan faktor yang sangat penting. Dengan adanya

sumber daya yang cukup serta kecakapan dalam melaksankan

kebijakan, maka bukan mustahil kebijakan tersebut akan suskes dalam

implementasinya. Perumahan dan kawasan permukiman merupakan

hal yang sangat mendasar bagi masyarakat sehingga perlu dikelola dan

dikembangan dengan baik. Hal tersebut mendorong kebutuhan sumber

daya yang mendukung demi keberhasilan sebuah kebijakan. Edward

mengungkapkan bahwa terdapat empat indikator dalam sumber daya

yaitu:

1) Staf / SDM

Staf atau sumber daya manusia memiliki peran penting dalam

mencapai tujuan sebuah kebijakan. Suatu implementasi kebijakan

sangat perlu didukung dengan staf yang cakap dan berkompeten dalam

bidang kerjanya. Sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan

penataan perumahan dan kawasan permukiman merupakan tanggung

jawab dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman. Seksi

Perumahan dan Permukiman memiliki kewenangan dalam penataan

kawasan permukiman.

Page 110: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

94

Tabel 6

Data Pegawai Seksi Perumahan dan Permukiman 2017

Sumber : olahan penulis 2017

Menurut Kepala Seksi Perumahan dan Permukiman Dinas

Perumahan dan Kawasan Permukiman mengenai sumberdaya dibidang

perumahan dan permukiman:

“Pegawai disini saya rasa sudah cukup, dengan sumberdaya

sedimikian rupa sudah mampu menjalankan tugas dengan baik.

Disperkim sebenarnya merupakan dinas baru pecahan dari

DPUPPB yang terbentuk awal tahun 2017 namun sumber daya

kami sebagian berasal dari dinas lama, maka tenaganya saya rasa

cukup professional. Tenaga kontrak didinas kami juga sangat

membantu dalam menjalankan tugas disperkim apalagi sekarang

serba teknologi. Namun, untuk program KOTAKU sendiri ada

tim khusus dalam menjalankan program penataan kawasan

permukiman tersebut yang terdiri dari stakehokder terkait.”

(Wawancara 27 Maret 2017)

Dari wawanacara diatas, diketahui bahwa jumlah staf di seksi

perumahan dan permukiman berjumlah 7 orang dengan berbagai

Page 111: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

95

fungsional. Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman dilaksanakan bersama instansi terkait lainnya.

Selain itu, dalam menjalankan program KOTAKU, terdapat tim yang

mengimplementasikan program tersebut yang terbentuk dari

stakeholder penataan kawasan permukiman

Menurut Kasi Perumahan dan Permukiman dengan jumlah

pegawai tersebut sudah mampu menjalan tugas dan fungsi nya yang

tentu dengan bantuan bidang lain yang terkait.

Gambar 8. Staf Bidang Perumahan dan Permukiman Sumber : Dokumen Peneliti, 2017

2) Informasi

Sumber informasi merupakan hal penting dalam implementasi

kebijakan. Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman yang menjadi dasar dalam melaksanakan

kebijakan ialah Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Page 112: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

96

Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Peraturan Daerah Kota

Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Malang 2010-2030.

Dalam peraturan yang mendasari kebijakan tersebut,

didalamnya terdapat informasi terkait pelaksanaan implementasi

kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman dan

penataan kawasan permukiman kumuh di kota Malang secara khusus

yang telah tertuang dalam peraturan tersebut. Seperti yang

disampaikan Ibu Ratri Staf Bidang Pengembangan Wilayah Badan

Perencanaan , Penelitian dan Pengembangan Kota Malang :

“kalo dasar kebijakan yang kami buat di Barenlitbang terkait

penataan permukiman dalam mewujudkan kota berkelanjutan

itu sudah diatur di Perda Malang No.4 Tahun 2011 yang

mengatur tata ruang wilayah, kemudian ada RP3KP yaitu

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

Permukiman dan ada Perwali Kota Malang yang secara khusus

menanggani permukiman kumuh di Malang. Dengan dasar itu,

Disperkim sebagai implementatornya menjadikan itu semua

sebagai dasar dalam menjalankan tugasnya yang tentu dibantu

dengan instansi lain yang terlibat” (Wawancara 29 Maret

2017)

Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dasar

Disperkim dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman sudah jelas. Sumber-sumber kebijakan tersebut

menjadikan sebuah informasi yang penting dalam

mengimplementasikan kebijakan. Disperkim dalam menjalankan

Page 113: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

97

kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman juga

berdasar aturan yang ada dan secara bertahap.

Seperti yang diungkapkan Bapak Hybu, Kasi Perumahan dan

Permukiman:

“tentu kita menjalankan setiap kebijakan yang ada berdasar

aturan yang telah dibuat. Kalo terkait penataan perumahan dan

permukiman dalam mewujudkan kota berkelanjutan kan emang

sudah ada di misi pembangunan malang dan ditambah Perwali

terkait penanggaan kawasan kumuh itu, ada penanggan secara

bertahap tergantung lokasi yang ditetapakn prioritasnya. Jadi

kami yaa menjadikan itu semua sebagai dasar informasi ketika

turun kelapangan” (wawancara 27 Maret 2017)

Dari penjelasan Pak Hybnu dapat diketahui bahwa Dinas

Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam menjalankan kebijakan

penataan perumahan dan permukiiman sudah sesuai dengan aturan

yang ada. Namun, dalam kenyataan dilapangan, kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman belum berjalan sesuai aturan

yang ada. Masih banyak masyarakat yang membuat permukiman

tidak sesuai aturan yang ada dan Disperkim sebagai implementator

juga terkesan tidak menjadikan prioritas terkait permbangunan

permumahan dan permukiman masyarakat yang tidak sesuai peraturan

yang ditetapkan.

3) Sarana dan Prasana

Sumber penting lain dalam implementasi kebijakan ialah

sarana dan prasaran. Kebijakan apabila tidak ditunjang dengan sarana

dan prasana pendukung tidak akan terimplementasi dengan baik.

Page 114: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

98

Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman sumber daya berupa fasilitas menjadi aspek yang

menunjang kinerja. Dengan kemajuan jaman dengan segala

perubahan teknologinya, menuntut setiap sumber daya senangtiasa

mengikuti perkembangnnya.

Kantor Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman terletak

di Jalan Bingkil Nomor 37, Ciptomulyo Malang. Bangunan Gedung

yang baik tentu akan membuat pegawai nyaman dalam melaksanakan

semua tugas-tugasnya .

Gambar 10.Kantor Disperkim Kota Malang

Sumber : dokumen peneliti, 2017

Gambar 11.

Sarana Komputer sebagai penunjang kinerja

Sumber : dokumen peneliti (2017)

Page 115: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

99

Gambar diatas merupakan fasilitas komputer yang dimiliki

Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk menunjang

kinerja pegawai dalam menjalankan tugansya. Disperkim juga

memiliki beberapa fasilitas lain seperti mobil dinas dan motor dinas.

Kendaraan tersebut digunakan untuk mempermudah mobilitas pegawai

bidang perumahan dan permukiman ketika akan tugas lapangan untuk

melihat kondisi perumahan dan permukiman di Malang.

Menurut Bapak Hybnu Kasi Perumahan dan Permukiman terkait

Fasilitas :

“ di bagian perumahan dan permukiman ini sudah dilengkapi

dengan sarana dan prasarana yang memadai seperti komputer,

printer, meja kursi setiap pegawai. Yaa bapak rasa dengan

sarana yang ada saat ini pegawai sini sudah dapat

melaksanakan pekerjaan dengan baik dan sangat terbantu.”

(Wawancara 27 Maret 2017)

Berdasarkan wawancara dan gambar diatas terlihat bahwa

Disperkim telah berupaya dengan maksimal dalam memberikan

fasilitas penunjang dalam melakukan pekerjaan pegawai. Dalam

kebijakan penataan perumahan dan permukiman, dengan segala

fasilitas yang ada dapat membantu dalam menjalankan kebijakan agar

berjalan secara maksimal.

4) Anggaran

Sumber daya anggaran merupakan sumber daya yang dibutuhkan

dalam menjalankan kebijakan. Kejelasan dan transparansi anggaran

akan sangat baik. Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan

Page 116: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

100

dan kawasan permukiman di kota Malang khususnya dalam penataan

kawasan kumuh melalui program KOTAKU, pemerintah kota Malang

mendapat bantuan anggraan dalam menjalankan nya sebesar Rp.

50.000.000 untuk setiap kelurahan SK Kawasan Kumuh. Dana tersebut

berasal dari APBN.

Menurut Kasi Perumahan dan Permukiman terkait anggran:

“pemerintah pusat menaruh perhatian khusus terkait penataan

kawasan kumuh dengan memberi bantuan dari APBN sebesar

50jt setiap kelurahan. Nantinya bantuan anggraan untuk tim

KOTAKU sebesar 500jt setiap kelurahan yang tercantum dalam

SK Kawasan Kumuh.” (wawancara 27 Maret 2017)

Gambar 12. Skema anggraan penataan kawasan kumuh

melalui program Kotaku

Sumber : data sekunder Disperkim (2017)

Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa dalam penataan

perumahan dan kawasan permukiman didanai oleh APBD Kota

Malang. Sementara penataan kawasan kumuh melalui program

KOTAKU mendapat anggaraan tambahan dari APBN Pemerintah

Pusat. Jadi dengan anggaran tersebut, penataan perumahan dan

Page 117: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

101

kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan kota malang

bebas kawasan kumuh.

c) Disposisi

Disposisi merupakan sikap atau kecenderungan yang dimiliki oleh

implementator. Apabila implementator kebijakan memiliki disposisi yang

baik, maka kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik seperti apa yang

telah direncanakan. Namun, ketika implementator memiliki sikap yang

berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan

tersebut juga menjadi tidak efektif. Dengan kemauan dan keinginan

pelaksana kebijakan dalam menjalankan tugas serta tanggung jawab

sehingga implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman dapat tercapai secara efektif.

Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Perumahan dan Kawasan

Permukiman dengan landasarn Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Peraturan Daerah Kota

Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Malang 2010-2030 dalam mengimplementasikan kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman. Disperkim sebagai pihak yang

memiliki kewenangan dalam kebijakan tersebut berupaya maksimal dalam

melaksanakannya. Dengan melakukan koordinasi antar instansi terkait

dalam menjalankan kebijakan tersebut supaya dalam terealisasi secara

baik. Disperkim sebagai implementator kebijakan penataan perumahan

dan permukiman melakukan peninjauan terhadap pembangunan

Page 118: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

102

perumahan yang dilakukan masyarakat. Dengan melakukan peninjaun

kesesuaian peruntukan bangunan permukiman agar sesuai dengan aturan

RTRW Kota Malang.

Kebijakan pemerintah Kota Malang dalam penataan perumahan

dan kawasan permukiman yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

hidup masyarakat melalui permukiman yang layak huni meliputi tentang

pembangunan harus mempunyai IMB, pengembangan permukiman harus

dilengkapi dengan penyediaan fasum, fasos dan sarana lingkungan, serta

penataan permukiman didaerah sempadan. Hal tersebut dijelaskan

dibawah lain:

a. Pembangunan harus mempunyai IMB

Seperti halnya dalam ijin mendirikan bangunan (IMB),

kebanyakan masyarkat masih menganggap gampang hal tersebut.

Dalam pendirian perumahan dan permukiman harus memiliki ijin dari

dinas yang berwenang. Dalam setiap membuat bangunan harus disertai

Ijin Mendirikan Bangunan yang dikelurkan dinas terkait, peraturan ini

mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Permukiman yang menerangkan bahwa setiap

bangunan harus dilengkapi dengan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).

Bapak Hybnu mengungkapkan terkait IMB:

“iya benar, pembangunan perumahan dan permukima khususnya

harus punya IMB yang bertujuan agar pembangunan nya tersebut

sesuai dengan peruntukan pembangunan, itu sudah dijelaskan di

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Page 119: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

103

Permukiman. Jadi masyarakat harus punya IMB yang

dikeluarkan oleh BP2T sebelum mendirikan rumah” (wawancara,

27 Maret 2017)

Namun, hal tersebut berbeda dengan kawasan perumahan dan

kawasan kumuh, sebagian besar perumahan di kawasan kumuh tidak

memiliki IMB. Mereka mendirikan bangunan perumahan tidak pada

lahan yang sesuai pertuntukannya. Seperti keterangan yang diberikan

Pak Hybu, kasi perumahan dan permukiman:

“kalau dilihat di daerah perumahan dan permukiman yang

kumuh, sebagian besar pembangunan mereka tidak punya IMB

mas, mereka mendirikan bangunan tidak dilahan mereka sendiri

dan tidak tentu melanggar peraturan yang ada karena tidak sesuai

peraturan” (wawancara 27 Maret 2017)

Gambar 13. Kawasan Kelurahan Ciptomulyo

Sumber : data sekunder Disperkim (2017)

Page 120: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

104

Gambar 14. Parameter kawasan kumuh Kelurahan Ciptomulyo

Sumber : data sekunder Disperkim (2017)

Berdasarkan wawancara dan data diatas diketahui bahwa

masyarakat sebagian besar telah mengajukan IMB sebelum mendirikan

bangunan karena mereka beranggapan tidak mau mengambil resiko

dengan ijin bangunan. Namun berbeda dengan masyarakat dikawasan

perumahan dan permukiman kumuh. Seperti pada data parameter

permukiman kumuh di Kelurah Ciptomulyo tersebut, bahwa sebagian

besar bangunan tidak memiliki IMB. Data tersebut mengungkapkan

bahwa di Kelurahan Ciptomulyo 90% bangunan tidak memiliki IMB

sedangkan 82% rumah tidak memilik SHM dan Hak Guna Lahan.

Page 121: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

105

b. Pengembangan permukiman harus disertai pembangunan

fasum, fasos dan sarana lingkungan.

Penataan permukiman dalam Peraturan Daerah Nomor 4 tahun

2011 tentang RTRW Kota Malang tahun 2010-2030 harus memiliki

fasilitas umum, fasilitas sosial dan sarana lingkungan. Sebagian besar

pengembang perumahan di Kota Malang telah menaati aturan tersebut

seperti pada tempat tinggal peneliti. Pengembang perumahan telah

menaati peraturan terkait fasum, fasos dan sarana lingkungan.

Seperti yang diungkapankan Kepala Bidang Pengembangan

Wilayah Barenlitbang Kota Malang:

“setiap akan membangun perumahan di Kota Malang,

pengembang harus memiliki Rencana Tapak, yaitu harus

terpenuhinya akses jalan yang terintegrasi dengan jalan utama,

drainasse yang terintegrasi dengan pembuangan akhir air,

sarana umum seperti adanya taman disetiap perumahan yang

dibangun, tempat ibadah, utilitas air dan listrik yang mudah

serta akses pendidikan yang terjangkau. Semua itu harus

dipenuhi pengembang perumahan untuk membuat keteraturan

pembangunan dan lingkungan agar sesuai dengan prinsip

sustainable” (wawancara 29 Maret 2017)

Berdasarkan keterangan diatas diketahui bahwa pengembangan

perumahan dan kawasan perumuhan harus mengikuti Peraturan Daerah

Kota Malang Nomor 4 tahun 2011 tentang RTRW Kota Malang tahun

2010-2030 . Dimana pengembangan hunian dan permukiman harus

memiliki fasilitas umum, sosial dan sarana lingkungan.

Namun, dalam kondisi yang ada, pembangunan perumahan yang

didalam kawasannya tidak menyediakan fasum, fasus dan sarana

Page 122: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

106

lingkungan juga masih ditemui. Hal tersebut dikarenakan disekitar lahan

yang akan dikembangkan sebagai perumahan sudah terpenuhi fasum,

fasos serta sarana lingkungan oleh pemerintah sehingga pengembang

tidak melanggar aturan.

c. Penataan permukiman daerah sempadan

Penataan permukiamn di daerah sempadan sungai telah diatur

pemerintah melalui Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010-2030. Pemerintah akan

merelokasi bangunan pada daerah sempadan sungai ke wilayah

permukiman layak huni. Namum, hingga saat ini masih banyak dijumpai

permukiman masyarakat di daerah sempadan sungai yang membentuk

permukiman kumuh.

Hal lain, masyarakat malanng juga masih banyak yang membuat

permukiman didaearah sempadan rel kereta api. Pemkot Malang juga

telah membuat peraturan terkait hal tersebut melalui Perda dengan

menyatakan bahwa sempadan rel kereta api merupakan daerah terlarang

untuk didirikan permukiman.

Namun pada kenyataannya, perkembangan permukiman kumuh

didaerah sempadan sungai dan rel kereta api belum bisa diatasi secara

maksimal. Koordinasi antar pihak terkait akan relokasi kawasan kumuh

sempadan belum terlaksana dengan baik sehingga masalah ini tetap

begini adanya.

Page 123: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

107

Berikut juga diungkapan Pak Hybnu selaku Kabid Perumahan

dan Permukiman Disperkim Kota Malang:

“memang kalau masalah permukiaman disempadan sungai dan

rel kereta samapai saat ini belum terselesaikan. Pihak-pihat yang

bertanggung jawab atas masalah tersebut belum melukakan

koordinasi dengan baik sehingga masalah permukiaman daerah

sempadan terus meluas”

Gambar 15. Kawasan permukiman di Ciptomulyo yang

melanggar GSB

Sumber : dokumen peneliti (2017)

Dari data dan wawancara ditas dapat diketahui bahwa Dinas

Perumahan dan Kawasan Permukiman memilik sikap yang baik dalam

implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman.

Namun, sampai saat ini pelanggaran masyarakat terkait pembangunan

perumahan dan permukiman terlihat masih banyak ditemui. Masih

terdapat kawasan perumahan dan permukiman yang melanggar aturan

Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan pembangunan permukiman yang

tidak sesuai peruntukan perumahan dan permukiman. Masyarakat

melakukan pelanggaran dalam pembangunan yang tak jarang mereka

telah melakukan peninjauan peruntukan bangunan di Disperkim. Namun

Page 124: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

108

belum ada tindakan tegas terkait pelanggaran-pelanggaran tersebut

sehingga penataan perumahan dan kawasan permukiman belum sesuai

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang yang telah ditetapkan.

Disposisi yang dimiliki Disperkim juga dilakukan dalam penataan

kawasan permukiman kumuh dalam menjalankan program KOTAKU.

Melalui Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 86 Tahun 2015

tentang Penetapan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di

Kota Malang. SK tersebut menjelaskan mengenai daerah-daerah yang

menjadi prioritas dalam penataan perumahan dan kawasan permukiman

yakni terdapat 29 kelurahan prioritas dalam penangganan kawasan

kumuh untuk mewujudkan kota layak huni dan bebas kumuh.

Menurut keterangan Bapak Hybu :

“dikota Malang ditetapkan terdapat 29 titik kawasan kumuh

melalui SK Pak Wali. Samapi saat ini yang telah tersentuh

program KOTAKU masih sekitar 4 titik, sisanya akan

diwujudkan hingga tahun 2019. Wilayah tersebut merupakkan

yang tingkat kumuhnya paling luas, pertama itu di kelurahan

Bareng, Ciptomulyo, penanggungan dan kasin.” (wawancara 27

maret 2017)

Page 125: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

109

Gambar 16. Kawasan permukiman kumuh di Ciptomulyo

yang tidak sesuai peruntukan

Sumber : dokumen peneliti (2017)

Penataan perumahan dan kawasan permukiman dikota Malang

saat ini juga berfokus pada permukiman kumuh (slum area). Karena di

Kota Malang masih memiliki 29 titik kawasan permukiman kumuh yang

perlu segera ditanggani sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Malang

Nomor 86 Tahun 2015 tentang Penetapan Lingkungan Perumahan dan

Permukiman Kumuh di Kota Malang. Pemerintah Kota Malang melalui

Bidang Perumahan dan Permukiman Disperkim juga memiliki kebijakan

dalam penataan permukiman kumuh yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup masyarakat agar sesuai dengan misi pembangunan kota

Malang.

Seperti yang diungkapkan Pak Hybu terkait kawasan permukiman

kumuh:

“Pemkot Malang juga menaruh perhatian khusus pada permukiman

kumuh yang ada saat ini. Yakni dengan program Kota Tanpa Kumuh

dengan capaian 100-0-100 yang artinya 100% Fasum, utilitas dan

lingkungan terbangun – 0% tanpa wilayah kumuh – 100% teraliri air

bersih. Itu program disperkim saat ini dalam kebijakan penataan

kawasan permukiman.” (wawancara 27 Maret 2017)

Dari keterangan diatas dapat diketahui Malang sampai saat ini

masih terdapat kawasan permukiman kumuh yang perlu penangganan.

Penangganan kawasan permukiman kumuh dilaksanakan dengan

dikeluarkannya SK Walikota tentang penetapan lingkungan perumahan

dan permukiman kumuh. Namun, sampai saat ini penangganan

Page 126: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

110

permukiman kumuh masih belum berjalan secara maksimal karena

disposisi dari masyarkat ada yang belum sejalan dengan kebijakan

pemerintah.

Selain itu, penataan perumahan dan kawasan permukiman dalam

Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2011 tentang RTRW Kota Malang

tahun 2010-2030 harus memiliki fasilitas umum, sosial dan sarana

lingkungan. Pengembangan perumahan di Kota Malang harus mengikuti

aturan tersebut agar sesuai dengan misi pembangunannya. Pengembang

perumahan di Kota Malang telah menaati peraturan terkait fasilitas

umum, fasilitas sosial dan sarana lingkungan.

Seperti yang diungkapankan Kepala SubBidang Pengembangan

Wilayah Barenlitbang Kota Malang:

“setiap akan membangun perumahan di Kota Malang, pengembang

harus memiliki Rencana Tapak atau siteplan , yaitu harus

terpenuhinya akses jalan yang terintegrasi dengan jalan utama,

drainasse yang terintegrasi dengan pembuangan akhir air, sarana

umum seperti adanya taman disetiap perumahan yang dibangun,

tempat ibadah, utilitas air dan listrik yang mudah serta akses

pendidikan yang terjangkau. Semua itu harus dipenuhi

pengembang perumahan untuk membuat keteraturan pembangunan

dan lingkungan agar sesuai dengan prinsip sustainable”

(wawancara 29 Maret 2017)

Dari wawancara diatas diketahui bahwa pengembangan perumahan

dan permukiman harus sesuai aturan yang ada yakni dengan menaati

standar bangunan, menyediakan sarana sosial dan lingkungan. Namun,

pada kenyataanya masih terdapat pembangunan perumahan yang

didalam kawasannya tidak menyediakan fasum, fasus dan sarana

Page 127: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

111

lingkungan yang tidak berfungsi dengan baik dan tidak sesuai standar.

Ada juga pengembang perumahan yang tidak menyediakan sarana sosial

atau lingkungan yang tidak menyediakannya dikarenakan disekitar lahan

yang akan dikembangan sebagai perumahan sudah terpenuhi fasum,

fasos serta sarana lingkungan oleh pemerintah sehingga pengembang

tidak melanggar aturan.

d) Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi merupakan badan yang bertugas

mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap implementasi kebijakan. Dalam Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang

Tahun 2010-2030 merupakan tugas dari seluruh birokrat yang berada dalam

Pemerintah Kota Malang. Instansi-instansi yang berkaitan dengan tata

ruang memiliki tugas dalam menjalankan kebijakan tersebut.

Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman ialah sebagai

implementator kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman

dengan dibantu instansi terkait. Pegawai memilik tugas dan fungsi masing-

masing dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut. Dengan demikian

sebuah kebijakan akan berjalan secara maksimal apabila distribusi tugas

dan fungsi secara tepat.

Seperti yang diungkapkan Kepala Seksi Perumahan dan Permukiman

:

Page 128: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

112

“struktur organisasi kami dibagian perumahan dan kawasan

permukiman sudah sesuai tugas dan fungsi masing-masing pegawai.

Jadi mereka dapat melaksanakan tugas dan kewajiban nya dengan

baik kalo sudah tau terkait itu. Pembagian tugas juga berdasarkan

kompetensi masing-masing agar bisa maksimal kerjanya”

(wawancara 27 Maret 2017)

Berdasarkan wawancara diatas diketahui bahwa struktur organisasi

dalam Disperkim sudah berdasarkan kompetensi masing-masing. Setiap

pegawai juga mengerti akan tugas dan kewajiban masing-masing. Jadi

dengan struktur organisasi yang tepat, diharapkan implementasi kebijakan

penataan perumahan dan kawasan permukiman dalam perspektif

sustainable city dapat berjalan dengan baik.

Selain itu, salah satu aspek struktur organisasi yang penting dari

setiap adanya kebijakan ialah dengan adanya prosedur operasi yang standar

/ Standart Operating Procedures (SOP). SOP dijadikan pedoman bagi

setiap implementator dalam bertindak.

Menurut Staff Seksi Perumahan dan Permukiman terkait SOP

Bidang Perumahan dan Permukiman:

“Keberadaan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota

Malang tergolong baru, kami ada sejak awal tahun 2017, Disperkim

dibentuk agar lebih fokus dalam menanggai perumahan dan

permukiman di Malang. Pegawai sini juga sebagian besar dari dinas

kita sebelumnya yaitu DPUPR dan DKP. SOP kita juga masih sama

dengan yang sebelumnya. Terkait permukiman kumuh, kami juga

memiliki SOP tersendiri dalam penanggannya” (wawancara 27

Maret 2017)

Page 129: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

113

Gambar 17. SOP Penataan kawasan permukiman kumuh

Sumber : olahan penulis (2017)

Dari hasil wawancara dengan Staf Bagian Perumahan dan

Permukiman diketahui bahwa Disperkim belum lama berada di Kota

Malang. Sebagian besar pegawai berasal dari dinas lama mereka yaitu

DPUPR dan DKP. Dan disperkim memiliki SOP terkait penataan

perumahan dan kawasan permukiman kumuh, sehingga dapat

mengimplementasiakan sesuai standar yang ada agar terwujud secara

maksimal.

e) Perspektif Sustainable City

Kota Malang sebagai kota dengan tingkat urbanisasi yang tinggi

membuat kepadatan penduduk di Malang semakin terlihat. Kualitas hidup

yang baik membuat kota Malang sebagai tujuan kaum urban. Sejalan

dengan Agenda SDGs sampai tahun 2030 dan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2015-2025, kota Malang memiliki misi

pembangunan tahun 2013-2018 :

Page 130: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

114

1) Meningkatkan kualitas, aksesbilitas dan pemerataan pelayanan

pendidikan dan kesehatan

2) Meningkatkan produktivitas dan daya saing daerah

3) Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan terhadap masyarakat

rentan, pengarustamaan gender serta kerukunan sosial

4) Meningkatkan pembangunan infrastrukur dan daya dukung kota

yang terpadu dan berkelanjutan, tertib penataan ruang serta

berwawasan lingkungan

5) Meningkatkan refromasi birokrasi dan kualitas pelayanan publik

yang professional, akuntable dan berorientaso pada kepuasan

masyarakat.

Menurut Ibu Ratri selaku Kasubid Pengembangan Wilayah

Barenlitbang Kota Malang :

“Komitmen pembangunan kota berkelanjutan kota Malang terdapat

pada Misi ke 4 Pemerintah Kota Malang, yakni berdasar pada Perda

No.4 Tahun 2011 tentang RTRTW 2010-2030 , AMDAL Perda

No.15 tahun 2001, Bangunan Gedung Perda No.1 tahun 2012, PSU

Perda No.2 tahun 2013, RP3KP Penataan Permukiman Perda No.12

tahun 2014, RP2KP Penanganan Kawasan Kumuh Perda No.13

tahun 2014. Semua aturan itu jadi dasar kami dalam membuat

kebijakan perwujudan kota berkelanjutan” (wawancara 29 Maret

2017)

Di Kota Malang penataan perumahan dan kawasan permukiman

dilakukan dengan kebijakan yang mengatur tentang pembangunan

perumahan ataupun permukiman seperti, kewajiban memiliki IMB,

terpenuhinya fasos, fasum dan sarana lingkungan dan terkait kesesuaian

peruntukan lahan agar tidak membentuk masalah permukiman yang

Page 131: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

115

semakin meluas. Dalam penataan permukiman kumuh Kota Malang

menjalankan program Kota Tanpa Kumuh dalam penataan permukiman

kumuh. Program tersebut memiliki capaian program yakni 100-0-100 yang

berarti Fasum, utilitas lingkungan 100% terbangun, 0% tanpa permukiaman

kumuh dan 100% teraliri air minum. Dalam mewujudkan kota layak huni

perlu penanganan terlebih dahulu terhadap penataan permukiman kumuh.

Tabel 7. Luasan Wilayah Kumuh di Kota Malang 2016

Sumber : dokumen Disperkim 2017

Luas kawasan permukiman kumuh di Kota Malang adalah 606.6

Ha sedangkan luas wilayah Kota Malang adalah 11.606 Ha atau setara

dengan 5.53% dari luas wilayah kota Malang. Penanganan permukiman

kumuh sangat diperlukan mengingat untuk mewujudakn sebagai kota

yang berkelanjutan. Penangganan permukiman kumuh saat ini baik

dalam aspek fisik maupun non fisik tetap sesuai dengan aturan yang ada

dalam RPJPN dari tahun 2005 hingga 2025 dan RPJMN terikait

percepatan penanganan permukiman kumuh dengan target kota bebas

Page 132: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

116

kumuh tahun 2019 melalui program Kota Tanpa Kumuh dengan capaian

program 100-0-100.

Penataan perumahan dan kawasan permukiman dilihat dari

persperktif sustainable city terdapat 5 aspek yaitu, economy, ecology,

equity, engagament, energy. Aspek-aspek tersebut digunakan untuk

menilai apakah penataan perumahan dan kawasan permukiman di Kota

Malang saat ini sudah sesuai dengan kaidah sustainable city, seperti

penjelasan dibawah ini:

1) Economy

Pembangunan perumahan dan kawasan dikota Malang harus

menjaga keberlangsungan lingkungan dengan melakukan pencegahan

terbentuknya permukiman kumuh malalui penanganan fisik maupun non

fisik. Perbaikan pada infrastruktur dasar dilakukan pemerintah kota

Malang dengan pengadaan, perbaikan maupun pengelolaan sarana dan

prasarana dalam meningkatkan kualitas penanggan fisik permukiman.

Dilihat dari penangganan non fisik seperti dilakukannya pemberdayaan

masyarakat agar mampu meningkatkan tingat perekonomiannya. Aspek

ekonomi dalam penataan kawasan permukiman dari perpektif

sustainable city ialah dengan mengembangkan kawasan permukiman

yang mandiri dan dengan mengembangan industri kreatif dalam

permukiman yang dapat mendorong kemajuan perekonomian dikawasan

permukiman tersebut. Menurut pak Hybu:

“pemerataan perekonomian juga penting dalam mengembangan

kawasan permukiman yang layak huni. Karena salah satu indikator

Page 133: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

117

kekumuhan suatu daerah ialah tingkat ekonomi yang masih rendah.

Jika kawasan permukiman sudah terbebas dari kekumuhan, maka

perekonomian daerah tersebut akan terangsang menjadi kawasan

yang potenisal. Jadi kemiskinan harus diminimalisir agar penataan

kawasan permukiman yang layak huni tidak terhambat.”

(wawancara 27 Maret 2017)

2) Ecology

Penataan perumahan dan kawasan permukiman dilihat dari

perspektif sustainable city aspek ekologi ialah dengan dilakukannya

pembangunan dan penataan Ruang Terbuka Hijau yang ada di kawasan

permukiman Kota Malang serta pembangunan hunian yang berwawasan

lingkungan baik berupa hunaian vertikal maupun horizontal. Hunian

berwawasan lingkungan tersebut berupa pembangunan perumahan

dengan menyediakan fasilitas umum, fasilitas sosial dan sarana

lingkungan. Pemerintah kota Malang terus membuat keberlajutan

lingkungan dengan membuat Ruang Terbuka Hijau, yang bertujuan

agar keseimbangan lingkungan terus terjadi seiiring dengan

pembangunan perumahan dan permukiman yang terus bertambah.

Penataan perumahan dan kawasan permukiman kumuh juga

dilakukan melalui program Kota Tanpa Kumuh. Program penataan

kawasan kumuh tersebut jelas mendukung terhadap aspek lingkungan.

Kerena program KOTAKU banyak yang berhubungan langsung dengan

keadaan lingkungan. Program penataan permukiman tersebut bertujuan

untuk mengurangi kawasan kumuh hingga tahun 2019.

Sesuai yang dikatakan oleh Bapak Hybnu:

Page 134: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

118

“perhatian khusus terhadap penataan permukiman kumuh,

dengan adanya program KOTAKU yang dengan target 100-0-

100 pada tahun 2019 yaitu fasillitas umum, utilitas lingkungan

100% terbangun, 0% permukiman kumuh dan 100% teraliir air

minum. Kegiatan dalam pelaksanaan program tersebut meliputi

penataan infrastruktur lingkungan dikawasan yang ditetapkan,

perbaikan PSU.” (wawancara 27 Maret 2017)

3) Equity

Penataan perumahan dan kawasan permukiman dilihat dari

perspektif sustainable city aspek equity ialah dengan tingkat sosial yang

setara dengan penuh keadilan. Dalam penataan perumahan dan kawasan

permukiman dengan melakukan identifikasi penanganan kebutuhan

masyarakat. Masyarakat dapat mengajukan kebutuhan dalam

pembangunan dikawasan permukiman mereka. Sehingga kebutuhan

penataan permukiman dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhan

daerah. Namun, dalam penataan kawasan permukiman kumuh di Kota

Malang belum dilakukan secara merata karena dilakukan dengan

prioritas daerah sesuai dengan SK Walikota Malang.

Menurut Bapak Hybnu:

“Dalam penataan kawasan permukiman kumuh yang ditangani

dengan Program KOTAKU, Pemerintah Kota Malang telah

memetakan sebaran kawasan kumuh dalam SK Walikota Malang

Nomor 86 Tahun 2015 tentang Penetapan Lingkungan

Perumahan dan Permukiman Kumuh. SK tersebut menerangkan

bahwa terdapat 29 kelurahan yang menjadi kawasan kumuh,

dengan 14 kelurahan prioritas di tahun ini. Jadi kita melakukan

penataan permukiman kumuh sesuai dengan kebutuhan

pembangunan diwilayah tersebut.” (wawancara 27 Maret 2017)

Page 135: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

119

4) Engagement

Dalam penataan perumahan dan kawasan permukiman peran

serta stakeholder terkait sangat diperlukan, agar kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman berjalan dengan baik. Selain itu

peran masyarakat juga sangat penting, karena nantinya masyarakat

sendiri yang akan menimati kebijakan tersebut. Dengan adanya peran

masyarakat melalui Lembaga Swadaya Masyarakat peduli lingkungan

yang dibentuk dikelurahan. Peran serta pemerintah dalam suatu

kebijakan sudah sangat jelas karena sebagiai pihak yang mengeluarkan

regulasi kebijakaan tersebut. Bapak Hybu menambahkan terkait peran

serta:

“penataan perumahan dan permukiman diimplementasikan oleh

stakeholder yang berkaitan. Terutama dalam pelaksanaan

program KOTAKU, pelaksanaanya banyak dibantu oleh peran

serta dari masyarakat melalui LSM peduli lingkungan ataupun

kader lingkungan yang dibentuk disetiap kelurahan. Mereka

membantu kami dalam mengubah sikap masyarakat agar ikut

memikirkan lingkungan disekitarnya.” (wawancara 27 Maret

2017)

5) Energy

Penataan perumahan dan kawasan permukiman di Kota Malang

dilihat dalam perspekif sustainable city aspek energi terlihat dalam

pelaksaannya aspek energi belum menjadi perhatian dalam

pembangunan di kota Malang, sehingga aspek energi belum

dilaksanakan dalam penatan perumahan dan kawasamn permukiman di

Kota Malang .

Page 136: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

120

Pemerintah Kota Malang dalam kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman dilihat dari perspektif sustainable city belum

terlaksana secara maksimal. Pemerintah terus berupaya dalam

menyelaraskan pembangunan dengan aspek-aspek berkelanjutan. Hal

tersebut dilakukan dengan berbagai cara, seperti melakukan pencegahan

terbentuknya permukiman kumuh melalui penanganan non fisik seperti

pemberdayaan masyarakat agar mampu meningkatkan tingkat

perekonomiannya. Kemudian dengan melakukan pembangunan dan

penataan RTH yang ada di Malang serta pembangunan hunian yang

berwawasan lingkungan baik berupa hunaian vertikal maupun

horizontal. Pemerintah juga melakukan identifikasi penanganan

kebutuhan masyarakat melalui rapat koordinasi rutin. Pemerintah juga

dibantu dengan adanya peran LSM peduli lingkungan , pemerintah dan

private sektor..

Namun dalam implementasi, belum dapat dilakukan seluruhnya

secara maksimal oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan hal-hal yang

belum sesuai dengan kondisi yang ada. Terkait kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman perlu dilakukannya monitoring

secara rutin agar kebijakan ini berjalan dengan baik dan efektif.

Masyarakat juga berperan dalam implementasi kebijkan penataan

kawaan permukiman yang bertujuan untuk mewujudkan kota

berkelanjutan secara efektif.

Page 137: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

121

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Penataan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kota Malang

Dalam setiap implementasi kebijakan, tentu diiringi dengan hal-hal

yang menjadi pendukung maupun penghambat. Begitu juga dalam

Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan Permukiman di

Kota Malang. Terdapat faktor yang menjadi pendukung kebijakan maupun

sebagai penghambat kebijakan, antara lain:

a) Faktor Pendukung

Dalam setiap implementasi kebijakan tentu terdapat faktor

pendukung agar ketika mengimplementasikannya dapat berjalan dengan

baik. Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman dalam terdapat faktor pendukung secara internal maupun

ekstenal, seperti berikut:

1) Faktor Pendukung internal

a) Sumber Daya

Bidang Perumahan dan Permukiman menganggap bahwa

sumber daya yang dimiliki menjadi faktor pendukung dalam

implementasi kebijakan penatan permukiman karena dengan

keberadaan pegawai, sumber informasi dan sarana yang dimiliki

mampu melaksanakan kebijakan dengan baik. Berikut keterangan dari

Kasi Perumahan dan Permukiman:

“Sumber daya kami cukup mendukung dalam kebijakan ini.

Keberadaan pegawai, informasi dan sarana pendukung

memperlancar berjalannya kebijakan ini. Jadi hal yang mejadi

Page 138: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

122

pendukung keberhasilan kebijakan ini adalah sumber daya yang

ada dan profesional.” (wawancara 27 Maret 2017)

Gambar 18. Sumber Daya Pegawai dalam menggunakan

fasilitas komputer

Sumber : dokumentasi peneliti (2017)

Dari wawancara tersebut diketahui bahwa sumber daya staf,

sarana, kewenangan dan informasi menjadikan pendukung dalam

implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman. Sumber daya tersebut mendukung berjalannya kebijakan

tersebut. Karena, dengan adanya staf yang kompeten, fasilitas yang

memadai dapat membuat implementasi kebijakan berjalan secara

efektif.

b) Koordinasi

Koordinasi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

dengan Badan Perencanaan, Pengembangan dan Penelitian Kota

Malang terkait penataan kawasan permukiman menjadi pendukung

implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan di kota

Malang. Disperkim dan Barenlitbang melakukan koordinasi

berdasarkan pada Keputusan Walikota Malang No.85 tahun 2013

Page 139: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

123

tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kota

Malang yang menyelenggarakan pertemuan tiga bulan sekali untuk

menemukan rekomendasi alternatif terkait kebijakan penataan ruang di

Kota Malang. Seperti yang diungkapkan Ibu Ratri:

“Koordinasi antar instansi yang berkaitan dengan penataan

permukiman menjadi pendukung kami dalam keberhasilan

kebijakan ini. Dengan koordinasi yang baik kebijakan tersebut

akan berjalan sesuai yang terlah direncanakan.” (Wawanacara 29

Maret 2017)

Gambar 19. Koordinasi yang dilakukan Disperkim

Sumber : dokumentasi peneliti (2017)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa koordinasi antar

instansi yang terkait menjadikan pendukung dalam implementasi

kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman. Karena

dengan adanya koordinasi yang baik bisa membuat implementasi

kebijakan berjalan dengan baik dan efektif.

Page 140: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

124

2) Faktor pendukung eksternal

a) Partisipasi Masyarakat

Masyarakat sebagai aktor dari hasil kebijakan merupakan

sebagai pendukung dalam implementasinya. Apabila masyarakat

memiliki pemikiran yang sama dengan pemerintah sebagai pembuat

kebijakan, maka kebijakan tersebut akan berjalan dengan lancar.

Gambar 20.

Perwakilan Masyarakat dalam Sosialisasi Penataan

Permukiman

Sumber : data sekunder Disperkim (2017)

Seperti yang diungkapkan Pak Hybnu:

“sikap masyarakat yang mendukung kebijakan tentu membuat

kebijakan ini akan berjalan dengan baik. Masyarakat yang patuh

terhadap kebijakan yang ditetapkan akan mempermudah kami dalam

menerapakan kebijakan. Masyarakat ada yang melapor kalo ada

kawasan permukiman yang perlu penanggan dari kami. Ada juga

LSM peduli lingkungan yang membantu kita dalam mengubah sikap

masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan permukiman

mereka” (wawancara 27 Maret 2017

Page 141: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

125

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa masyarakat

yang dengan senangtiasa menerima kebijakan penataan perumahan

dan kawasan permukiman akan mempermudah dalam proses

impelementasi kebijakan. Dukungan masyarakat tersebut terlihat dari

sikap yang partisipatif terhadap kebijakan, memberikan masukan

terhadap penangganan permukiman yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

b) Partisipasi Pihak Swasta

Aktor lain dalam implementasi kebijakan ialah pihak swasta.

Dalam kebijakan penatan perumahan dan kebijakan penataan

permukiman di Kota Malang, peran swasta sebagai penyedia atau

pengembang perumahan dan permukiman sangan membantu tugas

pemerintah.

Seperti yang diungkapkan Ibu Ratri:

“untuk penataan kawasan permukiman di Malang sangat

terbantu dengan keterlibatan pengembang swasta terkait

penyedian perumahan saat ini. Kebutuhan permukiman layak

huni terpenuhi oleh pengembang swasta. Jadi pemerintah

tinggal melakukan pengawasan terkait itu dan tinggal

melakukan penyediaan permukiman daerah kumuh”

(wawancara 29 Maret 2017)

Seperti yang diketahui bersama, keberadaan perumahan layak

huni saat ini sudah semakin banyak, baik hunian vertikal maupun

horizontal. Banyak juga pengembangan kawasan permukiman modern

yang berkonsep lingkungan untuk memenuhi standar pembangunan di

Malang. Sehingga pihak swasta dalam implementasi kebijakan

Page 142: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

126

penataan kawasan permukiman sangat berperan penting dalam

pemenuhannya. Pengembang swasta juga membantu pemenuhan

kebutuhan perumahan rakyat melalui KPR, sehingga masyarakat

dapat lebih mudah mendapatkan hunian yang layak.

b) Faktor Penghambat

Keberhasilan suatu kebijakan tentu juga terdapat penghambat yang

menyerrtainya. Faktor ini menghalangi ketercapaian suatu kebijakan secara

maksimal. Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman di Kota Malang, terdapat faktor penghambat secara internal

maupun ekstenal, seperti berikut:

1) Faktor Penghambat Internal

a) Pengawasan Kebijakan yang Kurang

Menurut Kabid Perumahan dan Permukiman yang menjadi

penghambat secara internal dalam kebijakan implementasi penataan

perumahan dan permukiman :

“kalau dari kami sebenarnya belum menemukan penghambat yang

berarti. Ya paling kalo dari disperkim sendiri dalam kebijakan

penataan permukiman hanyalah teknis saja” (wawancara 27 maret

2017)

Dari hasil wawancara diatas terlihat bahwa menurut Kabid

Perumahan dan Permukiman belum ada yang menjadi penghambat dari

Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman sendiri. Namun, pada

kenyataan yang terlihat dilapangan. Selain faktor teknis, keseriusan

instansi yang bersangkutan dalam penindakan pelanggaran akan aturan

Page 143: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

127

penataan perumahan dan kawasan permukiman seperti dalam RTRW

Kota Malang masih banyak dijumpai. Terlihat masih banyak kawasan

permukiman yang melanggar GSB tetap tumbuh subur tanpa tindakan

tegas dari pemerintah. Selain itu, instansi pemerintah yang menanggani

perumahan dan permukiman terpisah dengan instansi terkait pengawasan

bangunan. Jadi, pengawasan terhadap kebijakan yang ada tidak dilakukan

secara maksimal, yang tentu membuat kebijakan tidak berjalan sesuai

target.

2) Faktor Pengambat Eksternal

a) Sikap Apatis Masyarakat

Masyarakat merupakan sasaran utama dari kebijakan penataan

kawasan permukiman ini. Masyarakat menjadi faktor penting dalam

keberhasilan suatu implementasi kebijakan penataan kawasan

permukiman. Masyarakat masih sering bersikap acuh dalam menerima

kebijakan baru dari pemerintah. Sejalan yang disampaikan Pak Hybu:

“tingkat kesadaran masyarakat yang rendah itu memang susah.

Diajak untuk berubah dan diatur untuk lebih baik itu sebagian

masyarakat belum bisa menerima. Ketika sudah ada aturan dalam

membuat rumah, ya masih banyak yang melanggar terutama

dikawasan permukiman kumuh” (wawancara 27 maret 2017)

Kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam membuat

lingkungan kawasanan permukiman menjadi lebih baik. Masyarakat yang

memiliki sikap apatis terhadap kebijakan menjadikan implementasi

kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman tidak berjalan

maksimal. Dukungan dari sebagian masyarakat yang tidak kooperatif

Page 144: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

128

membuat kebijakan tidak berjalan dengan efektif. Jadi, sikap apatis sebagain

masyarakat tersebut membuat kebijakan in tidak berjalan dengan baik.

D. Analisis Data

1. Bagaimanakah Implementasi Kebijakaan Penataan Perumahan dan

Kawasan Permukiman dalam Perspektif Sustainable City

Dalam penelitian tentang implementasi kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman ini menggunakan model implementasi

kebijakan George Edward III dalam mengukur keberhasilan kebijakan yaitu

komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi. Dengan empat

variabel, peneliti melihat pola implementasi dalam kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman dalam perspektif sustainable city

dengan sebagai berikut:

a) Komunikasi

Komunikasi merupakan faktor penting dalam keberhasilan

implementasi kebijakan. Seperti halnya teori yang dijelaskan oleh Edward

III dalam (Agustino, 2008:149) “terdapat tiga indikator yang baik akan

mengukur keberhasilan variable komunikasi yaitu transmisi, kejelasan dan

konsistensi”. Transimisi merupakan faktor pertama yang mempengaruhi

komunikasi kebijakan. Sebelum implementator menjalankan kebijakan,

harus menyadari tentang kebijakan yang telah dibuat dan diperintah untuk

dilaksanakan suatu kebijakan.

Page 145: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

129

1) Transmisi

Menurut Edward III dalam Agustino (2008:149) “penyaluran

komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi

yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi

adalah adanya salah pengertian (miscommunication), hal tersbut

disebabkan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan

birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi ditengah jalan.”

Dalam praktik dilapangan, penyaluran komunikasi dalam

implementasi kebijakan ini terlaksana dengan baik. Kebijakan publik

yang harus disampaikan kepada implementator dituangkan dalam

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman kemudian diturukan melalui Peraturan Daerah Kota

Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Malang 2010-2030.

Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kota

Malang sebagai perencana kebijakan dengan Dinas Perumahan dan

Permukiman sebagai implementator kebijakan dalam melaksanakan

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Malang 2010-2030 berkoordinasi dengan baik dalam

mengimplementasikannya dan dengan penuh apresiasi dengan

keputusan yang telah diterbitkan. Dalam melakukam komunikasi antara

Disperkim dan Barenlitbang terjalin dengan baik dengan diadakannya

rapat koordinasi rutin yang membahas secara khusus terkait penataan

Page 146: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

130

ruang di Kota Malang. Kemudian komunikasi kepada sasaran kebijakan

terlihat dengan diadakannya sosialisasi yang melibatkan masyarakat.

Sehingga masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam memberikan

masukan terkait pembangunan yang dibutuhkan didaerah permukiman

mereka.

2) Kejelasan

Indikator kedua yang diterangkan Edward III dalam Agustino

(2008:149) ialah Kejelasan dalam komunikasi. “komunikasi yang

diterima oleh para pelaksana kebijakan (street-level-bureaucratsi)

haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu).” Dalam

implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman

faktor kejelasan dalam komunikasi terlihat dalam implementasi

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman yang diturunkan melalui Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Malang 2010-2030 dan Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 86

Tahun 2015 tentang Penetapan Lingkungan Perumahan dan

Permukiman Kumuh di Kota Malang.

Berdasarkan kondisi dilapangan, Dinas Perumahan dan

Kawasan Permukiman dalam menerima dan menginterpretasiakan

peraturan tersebut sangat baik sehingga perintah-perintah yang

diberikan implementator tidak membinggungkan. Dinas Perumahan dan

Kawasan Permukiman telah dengan jelas dalam memahami kebijakan

Page 147: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

131

tersebut sehingga dalam mengimplementasikannya dapat terlaksana

dengan baik sesuai Standart Operational Procedures yang telah

ditetapkan. Sehingga kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman memiliki komunikasi yang jelas sehingga dapat berjalan

secaar efektif.

3) Konsistensi

Indikator komunikasi ketiga dalam Implementasi Kebijakan

Penatan Perumahan dan Kawasan Permukiman ialah Konsistensi.

Dalam implementasi kebijakan, konsistensi sangat dibutuhkan agar

kebijakan-kebijakan yang dijalankan bisa berlanngsung secara efektif.

Menurut Edward III dalam Agustino (2008:149) “konsistensi, perintah

yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten

dan jelas (untuk ditetapkan dan dijalankan).”

Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan

Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kota Malang

melakukan rapat koordinasi rutin dibawah BKPRD (Badan Koordinasi

Penataan Ruang Daerah). Rapat koordinasi tersebut sangat membantu

komunikasi kedua pihak sehingga mengurangi hambatan komunikasi

dalam implementasi kebijakan. Peraturan mempertegas tentang

implementasi kebijakan penataan perumahan dan permukiman dengan

peraturan yang ditetapakan berlaku selama 20 tahun secara tidak

langsung memperjelas konsistensi dalam mengambil kebijakan.

Page 148: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

132

b) Sumber Daya

Sumber daya dalam implementasi kebijakan merupakan variable yang

sangat penting, karena apabila dalam implementasi kebijakan kekurangan

sumber daya yang diperlukan maka implementasi kebijakan tersebut tidak

akan berjalan dengan efektif. Menurut Edward III dalam Agustino

(2008:149) terdapat beberapa indikator sumberdaya, diantaranya

sumberdaya manusia(staf), sumberdaya informasi, sumberdaya sarana dan

prasarana dan sumberdaya anggaran.

1) Staf/ SDM

Keberadaan staf atau sumber daya manusa dalam implementasi

kebijakan merupakan sumber daya utama yang diperlukan. Berdasarkan

teori dari Edward III dalam Agustino (2008:149) “Staf, sumber daya utama

dalam implementasi kebijakan adalah staf. Kegagalan yang sering terjadi

dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena staf

yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya”.

Berdasarkan kondisi di Disperkim, staf yang dimiliki tidak terlalu

banyak, akan tetapi setiap staf memiliki kompetensi masing-masing dalam

bidang pekerjaannya. Sehingga dengan jumlah staf yang sedikit dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan professional yang tidak menghambat

proses implementasi kebijakan dalam menjalankan tugasnya.

Selain itu, kemampuan para staf dalam menggunakan teknologi

sebagai penunjang pekerjaan juga membantu dalam meningkatkan kinerja

para staf. Dengan jumlah staf yang terbatas akan sangat terbantu dengan

Page 149: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

133

keberadaan teknologi yang mampu meningkatkan kinerja pegawai.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sumberdaya

menusia/staf merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan

dengan baik, dimana dalam pelaksanaanya setiap staf harus mempunyai

kesiapan baik kompetensi maupun pemahaman terhadap kebijakan yang

dijalankan.

2) Informasi

Informasi merupakan elemen sumberdaya kedua dalam implementasi

kebijakan. Menurut Edward III dalam Agustino (2008:149) “informasi,

dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk yaitu

pertama informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan.

Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap

peraturan dan regulasi pemerintah telah ditetapkan”.

Dalam melaksanakan kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman. Implementasi kebijakan yang tertera pada Peraturan Daerah

Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Malang 2010-2030 pasal 47 menjelasakan terkait penataan perumahan

dan kawasan permukiman harus mengikuti Garis Sempadan Bangunan

(GSB). Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Malang Bagian

Perumahan dan Permukiman dengan jelas dalam mengimplementasikan

kebijakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Namun, dalam

kenyataan dilapangan, kebijakan penataan perumahan dan kawasan

Page 150: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

134

permukiman belum berjalan sesuai aturan yang ada. Masih banyak

masyarakat yang membuat permukiman tidak sesuai aturan yang ada

Selain itu, mengacu pada Surat Keputusan Walikota Malang Nomor

86 Tahun 2015 tentang Penetapan Lingkungan Perumahan dan Permukiman

Kumuh di Kota Malang, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

menjalankan program KOTAKU dalam penangganan kawasan kumuh di

kota Malang.

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

dalam implementasi kebijakan. Menururt Edward III dalam Agustino

(2008:149) “fasilitas merupakan fasilitas fisik juga merupkan faktor penting

dalam impementasi kebijakan”. Tidak bisa dipungkiri bahwa fasilitas

merupakan faktor terakhir yang penting dalam mewujudkan kebijakaan yang

direncanakan berjalan secara efektif.

Berdasarkan keadaan dilapangan, fasilitas kantor Dinas Perumahan

dan Kawasan Permukiman terletak di Jalan Bingkil Nomor 37 Ciptomulyo

Kota Malang. Dalam melaksanakan tugas terkait implementasi kebijakan

penataan perumahan dan kawasan permukiman juga dilakukan dikantor

tersebut selain praktik dilapangan untuk meninjau langsung keadaan yang

ada.

Fasilitas yang ada di Disperkim mendukung dalam menjalankan

pegawai menyelesaikan semua pekerjaanya. Sarana dan prasarana

pendukung seperti perangkat komputer dan kendaraan digunakan pegawai

Page 151: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

135

secara maksimal untuk mewujudkan implementasi kebijakan secara efektif.

Dengan adanya kendaraan dinas maka mobilisasi pegawai juga semakin

mudah. Sehingga dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman sudah sangat mendukung terlaksananya kebijakan

dengan tepat.

4) Anggaran

Anggaran merupakan indikator sumber daya dalam keberhasilan

implementasi kebijakan yang terakhir. Dalam implementasi kebijakan

anggaran berkaitan dengan kecukupan modal atas suatu kebijakan untuk

menjamin terlaksananya kebijakan. Tanpa dukungan anggaran yang

memadai, pelaksanaan kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam

mencapai tujuan. Anggaran yang digunakan dalam kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman di Kota Malang ini berasal dari APBD

Kota Malang. Selain itu, anggaran penangganan kawasan kumuh melalui

program KOTAKU, pendanaanya dibantu oleh Pemerintah Pusat dari

APBN. Dapat disimpulkan bahwa anggaran yang termasuk dalam indikator

sumber daya dalam pelaksanaan kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman berjalan tanpa kendala.

c) Disposisi

Disposisi merupakan variable ketiga yang mempengaruhi dalam

Implementasi Kebijakan. Kecenderungan sikap pelaksana kebijakan

memiliki peranan penting dalam terwujudnya implementasi kebijakan yang

efektif. Menurut Edward III dalam Agustino (2008:149) “disposisi atau

Page 152: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

136

sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambtan yang nyata

terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan

kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Salah satu

teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para

pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif”. Oleh karena itu, pada

umumnya orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka

manipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan

para pelaksana kebijakan”.

Implementasi Kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Permukiman merupakan kewenangan dari Dinas Perumahan dan Kawasan

Permukiman dalam pelaksanaanya. Sejalan dengan teori dari Edward III

bahwa dilapangan pegawai bagian perumahan dan permukiman bersikap

baik dan mendukung dalam pelaksanaan implementasi kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman. Pegawai Disperkim sangat

mendukung penataan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman dan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang 2010-2030.

Namun, dilapangan peneliti juga menemukan sikap dari pihak yang

berwenang dalam menindaklanjuti pelanggaran yang terjadi terkait

pelanggaran Garis Sempadan Bangunan dan IMB. Kawasan permukiman di

kota Malang saat ini masih banyak dijumpai rumah-rumah yang melanggar

standar GSB dan pelanggraan peruntukan fungsi lahan yang telah

Page 153: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

137

ditentukan. Masyarakat dalam mendirikan bangunan terutama dikawasan

permukiman kumuh tidak memiliki IMB. Pembangunan perumahan baru

juga masih ditemui yang melanggar aturan terkait penyediaan fasilitas

umum, fasilitas sosial dan utilitas lingkungan. Namun, pemerintah yang

berwenang terkesan acuh melihat hal tersebut sehingga masyarakat juga

membiarkan kesalahan tersebut.

Selain itu, pemerintah Kota Malang melalui Disperkim memiliki

sikap perhatian khusus bagi masyarakat yang berada dikawasan permukiman

kumuh. Disperkim menjalankan program untuk mengurangi presentase

permukiman kumuh dikota Malang yakni dengan program KOTAKU (Kota

Tanpa Kumuh) dengan capaian program 100-0-100 yang artinya 100%

Fasum, utilitas dan lingkungan terbangun – 0% tanpa wilayah kumuh –

100% teraliri air bersih. Program tersebut didukung dengan Peraturan

Walikota Malang Nomor 86 Tahun 2015 tentang Penetapan Lingkungan

Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Malang. Sampai saat ini sudah

14 kelurahan yang telah menerima program tersebut. Jadi sikap pemerintah

dalam menanggani permasalahan permukiman di kota Malang cukup bagus

secara keseluruhan karena segala aspek ikut diperhatikan. Hanya kurang

adanya kontrol sehingga pelanggraan tetaplah muncul. Sehingga sebagian

masyarakat cenderung acuh terhadap implementasi kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman.

Page 154: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

138

d) Struktur Birokrassi

Struktur birokrasi merupakan variable ke-empat dalam pengukur

keberhasilan implementasi kebijakan menurut Edward III dalam Agustino

(2008:149), “kebijakan yang kompleks menuntut adanya kerjasama banyak

orang, ketika struktur organisasi tidak kondusif maka akan menghambat

jalannya implementasi kebijakan”. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah

kebijakan harus mendukung kebijakan yang telah diputuskan dengan

melakukan koordinasi dengan baik. Struktur birokrasi juga mempengaruhi

dalam kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman, dalam hal

ini ialah Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman. Struktur birokrasi

yang tepat, membuat implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman di Kota Malang dapat berjalan dengan baik.

Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman di Kota Malang. Pegawai memiliki tugas dan fungsi masing-

masing dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut. Dengan demikian

sebuah kebijakan akan berjalan secara maksimal apabila distribusi tugas dan

fungsi secara tepat.

Selain itu, salah satu aspek struktur organisasi yang penting dari

setiap adanya kebijakan ialah dengan adanya prosedur operasi yang standar /

Standart Operating Procedures (SOP). Berdasarakan penelitian dilapangan,

SOP terkait pelaksanaan penangganan permukiman kumuh dijadikan

pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak. Penataan kawasan

Page 155: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

139

permukiman dilakukan Disperkim sesuai dengan standar tersebut supaya

pengimplementasian kebijakan berjalan sesuai tujuan dan maksimal.

e) Perspektif Sustainable City

Penataan perumahan dan permukiman di Kota Malang dilakukan

dengan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman serta Perda Kota Malang Nomor 4

Tahun 2011 tentang RTRW Kota Malang 2010-2030. Sedangkan dalam

penataan kawasan permukiman kumuh dengan target Kota Malang bebas

kumuh pada tahun 2019 dijalankan berdasarkan Program KOTAKU yang

mana Kota Malang merupakan salah satu pilot project dalam program ini.

Penataan perumahan dan kawasan permukiman di Kota Malang

dilihat dari perspektif sustainable city, terdapat 5 indikator dalam

menilainya, sesuai dengan prinsip dasar sustainable city yang dikemukakan

oleh Research Trianggle Institute (1996) dalam Budihardjo (2005:33),

antara lain:

1) Economy

2) Ecology

3) Equity

4) Engagement

5) Energy

Berdasarkan temuan dilapangan, penataan perumahan dan kawasan

permukiman khususnya dalam penataan permukiman kumuh yang sebagai

perwujudan kota berkelanjutan melalui program KOTAKU dengan target

2019 bebas kawasan kumuh dilakukan dengan penanganan fisik maupun

Page 156: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

140

non fisik, yang sejalan dengan RPJP 2005-2025 dan RPJM terkait

percepatan penanganan permukiman.

Penataan dari aspek economy (ekonomi) direncanakan hingga tahun

2020 dilihat dari pendekatan infrastruktur dasar Pemerintah Kota Malang

dengan melakukan perbaikan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang

termasuk penataan kawasan permukiman. Aspek ini terus dilakukan

pemerintah kota Malang dalam pemenuhannya. Sarana dan prasana umum

di Kota Malang dibangun berdasarkan konsep lingkungan untuk mendukung

misi pembangunan.

Penataan dari aspek ecology (lingkungan) direncanakan hingga tahun

2020 dengan peraturan penggunaan tanah. Aturan tersebut mencakup

pengadaan RTH yang harus 30% dipenuhi pemerintah baik berupa

pengadaan taman kota maupun bentuk ruang terbuka lainnya. Pembangunan

lingkungan di Kota Malang dilakukan dengan penyediaan ruang terbuka

kota, penataan perumahan dan permukiman yang sesuai dengan peraturan

agar linngkungan tetap terjaga dan berkelanjutan.

Penataan dari aspek equity (pemerataan) direncanakan hingga tahun

2024. Pemerintah dalam penataan kawasan permukiman belum dilaksanakan

secara merata. Sesuai dengan Perda Nomor 4 tahun 2011 tentang RTRW

2010-2030 dan Keputusan Walikota Malang Nomor 86 Tahun 2015 tentang

Penetapan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Malang

menerangkan sebaran kawasan permukiman kumuh di Kota Malang terdapat

pada 29 Kelurahan. Jadi, hingga saat ini pemerataan penangganan

Page 157: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

141

permukiman kumuh belum dilakukan secara maksimal, karena

implementasinya dilakukan secara bertahap dan berdasarkan prioritas

daerah.

Penataan aspek engagement (peran serta) yang direncanakan hingga

tahun 2024 dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam penanganan

kawasan permukiman. Selain itu peran serta private sector berupa kerjasama

strategis dalam pengadaan permukiman berkelanjutan serta pemerintah

sebagai pemberdaya dengan menetapkan kawasan permukiman kumuh

sebagai dukungan regulasi. Masyarakat juga dilibatkan dalam penataan

kawasan permukiman melalui pembentukan kader lingkungan dikelurahan

ataupun sosialisasi daerah kumuh, yang mana masyarakat diberi kesempatan

dengan berpartisipasi dalam mengusulkan pembangunan didaerah mereka.

Penataan aspek energy (energi) yang direncanakan hingga tahun

2019 dengan menciptakan alternatif sumber daya energi oleh Pemkot

Malang. Dalam menciptakan energi biogas di Malang sampai saat ini belum

terlaksana dengan baik. Pemerintah belum mampu membuat alternatif energi

untuk menunjang perkembangan lingkungan global.

Berdasarakan hasil dilapangan, konsep penataan perumahan dan

kawasan permukiman di Kota Malang belum sesuai dengan prinsip-prinsip

dalam sustainable city. Masih ditemui aspek yang belum dilakukan seperti

aspek equity (pemerataan) dan energy. Jadi, dalam penataan perumahan dan

kawasan permukiman di Kota Malang , masih dilakukan di daerah prioritas

saja dan alternatif energi di Kota Malang juga belum dilakukan sehingga

Page 158: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

142

penataan perumahan dan kawasan permukiman di Kota Malang belum

sesuai dengan indikator sustainable city.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Penataan

Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kota Malang

Implementasi kebijakan Penataan Perumahan dan Kawasan

Permukiman di Kota Malang telah diukur melalui beberapa variabel dari

Edward III yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokarsi.

Namun, dari variabel-variabel tersebut tentu memilik pendukung dan

penghambat kebijakan, seperti berikut:

a) Faktor Pendukung

Berdasarkan penelitian dilapangan terkait Implementasi Kebijakan

Penataan Permukiman dan Kawasan Permukiman di Kota Malang, faktor

pendukung meliputi tiga stakeholder, yakni pemerintah, masyarakat dan

private sector.

1) Faktor Pendukung internal

a) Sumber Daya

Sumber daya merupakan indikator penting dalam keberhasilan

kebijakan. Sumber daya di Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

Kota Malang menjadi faktor pendukung dalam implementasi kebijakan

penatan perumahan dan kawasan permukiman karena dengan keberadaan

staff yang kompeten, sumber informasi dan teknologi pendukung, sarana

yang dimiliki serta kewenangan dalam mengimplementasikannya

sehingga kebijakan ini dapat terlaksana dengan baik.

Page 159: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

143

Berdasarkan teori tersebut, dalam implementasi kebijakan

penataan perumahan dan kawasan permukiman telah berjalan dengan

baik. Dinas perumahan dan kawasan permukiman mendapatkan

dukungan sumber daya baik berupa staf, informasi, anggran maupun

sarana dan prasana. Jadi dengan sumber daya yang dimiliki tersebut

Disperkim mampu melaksanakan kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman dengan baik.

b) Koordinasi

Koordinasi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan

Badan Perencanaan, Pengembangan dan Penelitian Kota Malang terkait

penataan kawasan permukiman menjadi pendukung implementasi

kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman di kota Malang.

Disperkim dan Barenlitbang melakukan koordinasi berdasarkan pada

Keputusan Walikota Malang No.85 tahun 2013 tentang Pembentukan

Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kota.

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa koordinasi antar

instansi yang terkait menjadikan pendukung dalam implementasi

kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman. Karena dengan

adanya koordinasi yang baik bisa membuat implementasi kebijakan

berjalan dengan baik dan efektif.

Page 160: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

144

2) Faktor pendukung eksternal

a) Partisipasi Masyarakat

Masyarakat sebagai aktor dari hasil kebijakan merupakan

sebagai pendukung dalam implementasinya. Apabila masyarakat

memiliki pemikiran yang sama dengan pemerintah sebagai pembuat

kebijakan, maka kebijakan tersebut akan berjalan dengan lancar. Dari

hasil wawancara tersebut diketahui bahwa masyarakat yang dengan

senangtiasa menerima kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman. Dukungan masyarakat tersebut terlihat dari sikap yang

partisipatif terhadap kebijakan, memberikan masukan terhadap

penangganan permukiman yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Masyarakat juga sangat mendukung pembangunan perumahan dan

permukiman murah yang akan diperuntukan bagi masyarakat

berpenghasilan rendah untuk memilikinya.

b) Partisipasi Pihak Swasta

Dalam kebijakan penatan perumahan dan kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman di Kota Malang, peran swasta

sebagai penyedia atau pengembang perumahan dan permukiman sangan

membantu tugas pemerintah.

Keberadaan perumahan layak huni saat ini sudah semakin banyak.

Banyak juga pengembangan kawasan permukiman modern yang

berkonsep lingkungan untuk memenuhi standar pembangunan di

Malang. Sehingga pihak swasta dalam implementasi kebijakan penataan

Page 161: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

145

kawasan permukiman sangat berperan penting dalam pemenuhannya.

Jadi, kebutuhan akan hunian sangat dibantu oleh masyarakat/swasta

karena pihak swasta menyediakan perumahan sesuai kemampuan.

b) Faktor Penghambat

Keberhasilan suatu kebijakan tentu juga terdapat penghambat yang

menyerrtainya. Faktor ini menghalangi ketercapaian suatu kebijakan

secara maksimal. Dalam implementasi kebijakan penataan perumahan dan

kawasan permukiman dalam perspektif sustainable city, terdapat faktor

penghambat secara internal maupun ekstenal, seperti berikut:

1) Faktor Penghambat Internal

a) Pengawasan Kebijakan yang Kurang

Penghambat secara internal dalam kebijakan implementasi

penataan kawasan perumahan dan permukiman ialah faktor teknis dan

keseriusan instansi yang bersangkutan dalam penindakan pelanggaran

akan aturan penataan perumahan dan kawasan permukiman seperti

dalam RTRW Kota Malang masih banyak dijumpai. Terlihat masih

banyak perumahan dan kawasan permukiman yang melanggar tanpa

tindakan tegas dari pemerintah. Selain itu, instansi pemerintah yang

menanggani perumahan dan permukiman terpisah dengan instansi

terkait pengawasan bangunan. Jadi, pengawasan terhadap kebijakan

yang ada tidak dilakukan secara maksimal, yang tentu membuat

kebijakan tidak berjalan sesuai target.

Page 162: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

146

2) Faktor Pengambat Eksternal

a) Sikap Apatis Masyarakat

Masyarakat menjadi faktor penting dalam keberhasilan suatu

implementasi kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman. Masyarakat masih sering bersikap acuh dalam

menerima kebijakan baru dari pemerintah. Kesadaran masyarakat

yang masih rendah dalam membuat lingkungan kawasanan

permukiman menjadi lebih baik. Masyarakat yang memiliki sikap

apatis terhadap kebijakan menjadikan implementasi kebijakan

penataan perumahan dan kawasan permukiman tidak berjalan

maksimal. Dukungan dari sebagian masyarakat yang tidak

kooperatif membuat kebijakan tidak berjalan dengan efektif. Jadi,

sikap apatis sebagain masyarakat tersebut membuat kebijakan in

tidak berjalan dengan baik.

Page 163: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

147

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi kebijakan penataan

perumahan dan kawasan permukiman dalam perspektif sustainable city yang

dilakukan sesuai dengan aturan RTRW Kota Malang Tahun 2010-2030 tersebut

berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat diketahui dari beberapa variable

implementasi kebijakan publik, antara lain:

1. Komunikasi

Dilihat dari variable komunikasi, dalam implementasi kebijakan

penyaluran informasi, kejelasan dan konsistensi terjalin dengan baik antara

Disperkim dan Barenlibang. Komunikasi tersebut dilakukan melalui Rapat

Koordinasi Penataan Ruang Kota. Sedangkan komunikasi yang dilakukan

dengan masyarakat agar dapat menerima kebijakan tersebut ialah melalui

sosialisasi dengan bentuk organisasi peduli lingkungan. Implementator telah

mengetahui tugas, fungi dan perannya sehingga tidak terjadi

miscommunication dalam pelaksanaan kebijakan.

2. Sumber Daya

Sumber daya staf yang dimiliki Pemerintah Kota Malang dalam

melaksanakan kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman telah

Page 164: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

148

memenuhi kompetensi meskipun jumlahnya tidak banyak. Sarana dan

prasarana yang dimiliki sangat membantu dalam pelaksanaan kebijakan.

Informasi dalam pelaksanaan kebijakan tersalurkan dengan baik meskipun

masih terjadi pelangaran pelaksanaan kebijakan. Anggaran dalam pelaksanaan

kebijakan diperoleh dari APBD Kota Malang serta bantuan dari APBN.

3. Disposisi

Sikap dan tanggung jawab implementator dalam

mengimplementasikan kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman telah dilakukan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari

koordinasi yang baik dalam pelaksanaan kebijakan, seperti mewajibkan

pembangunan dilengkapi dengan IMB, pengembangan perumahan dan

permukiman harus memiliki fasum, fasos dan sarana lingkungan serta

penataan permukiman didaerah sempadan direncanakan menjadi kawasan

layak huni. Implementatator menjalankan kebijakan tersebut sesuai peraturan

akan tetapi masih ditermui pelanggaran oleh masyarakat. Selain itu,

tanggung jawab Pemerintah Kota Malang dalam penataan kawasan

permukiman kumuh juga dilakukan dengan serius melalui program Kota

Tanpa Kumuh.

4. Struktur Birokrasi

Implementator kebijakan penataan perumahan dan kawasan

permukiman telah berperan sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung

Page 165: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

149

jawabnya menjalankannya secara maksimal sesuai dengan SOP yang dibuat

dan dengan distribusi tugas dan fungsi pegawai .

Kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman di Kota

Malang berdasarkan prinsip-prinsip dasar sustainable city yang telah

dilakukan di Kota Malang yaitu dari aspek economy (ekonomi), ecology

(lingkungan) dan engagement (peran serta). Sedangkan pada aspek equity

(pemerataan) dan energy (energi) belum dicapai secara maksimal. Namun,

secara keseluruhan penataan perumahan dan kawasan permukiman di Kota

Malang belum sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam sustainable city

karena masih banyak pelanggaran dalam penerapan kebijakan tersebut

sehingga penataan perumahan dan kawasan permukiman yang layak huni dan

bebas kumuh belum tercapai dengan maksimal.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat

diberikan dalam kebijakan penataan perumahan dan kawasan permukiman dalam

perspektif sustainable city adalah:

1. Dalam penataan perumahan dan kawasan permukiman di kota Malang perlu

adanya penguatan sinergi antar dinas berwenang sampai tingkat kelurahan

dalam pengawasan secara konsisten dan berkala agar tidak menimbulkan

masalah baru terkait pelanggaran kebijakan.

Page 166: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

150

2. Pemerintah perlu meningkatkan koordinasi dengan dinas lain yang memiliki

kewenangan terkait penataan dan pengawasan bangunan perumahan dan

permukiman agar kebijakan tersebut berjalan lebih efektif.

3. Perlu meningkatkan sosialisasi agar peran dan kesadaran masyarakat dalam

implementasi kebijakan penataan perumahan dan permukiman lebih bersikap

taat dan kooperatif terhadap kebijakan.

4. Pemerintah perlu meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta agar

kebutuhan akan perumahan dan permukiman terpenuhi dan tetap sesuai

dengan aturan pembangunan kota berwawasan lingkungan.

5. Sesuai dengan aspek equity (pemeratan) dalam prinsip sustainable city,

penataan perumahan dan kawasan permukiman perlu dilakukan lebih baik

dan serius lagi agar pemerataan penangganan masalah permukiman terutama

permukiman kumuh segera terselesaikan.

6. Sesuai dengan aspek energy (energi) dalam prinsip sustainable city;

a) Pemerintah perlu segera mencari alternatif energi yang sesuai dengan

lingkungan di Kota Malang

b) Pemerintah perlu meningkatkan pendayagunaan energi pencahayaan

dalam penataan dan kawasan permukiman agar sesuai dengan prinsip

kota berkelanjutan.

Page 167: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

151

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik: Bandung: Alfabeta.

Askar Jaya, 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Ssutainable

Development), Program Pasca Sarjana IPB, Bogor

Blaang, C. Djemabut. 1986. Perumahan dan Permukiman Sebagai Kebutuhan

Pokok. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Budihardjo, Eko dan Djoko Sujarto. 2005. Kota Berkelanjutan. Bandung: PT.

Alumni

Budimanta, A, 2005. Memberlanjutkan Pembangunan di Perkotaan melalui

Pembangunan Berkelanjutan dalam Bunga Rampat Pembangunan

Indonesia dalam Abad 21.

Djajadinigrat, 2005. Untuk Generasi Masa Depan: “Pemikiran, Tantangan dan

Permasalahan Lingkungan, ITB.

Domai, Tjahjanulin. 2010. Kebijakan Kerjasama Antar Daerah: Dalam Perspektif

Sound Governance. Surabaya: Jeggala Pustaka Utama.

Endang, E.Surtiani. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya

Kawasan Kumuh Di Pusat Kota. Tesis. Universitas Diponegoro.

Undip.ac.id/15530 (diakses pada 10 November 2016)

Miles, Mathew B.A, Micheal Huberman, Saldana. 2014. Analisis data Kualitatif.

Penerjemah Tjetjep Rohandi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Moleong, 2006. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 168: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

152

__________. 2007. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Pamudji. 1978. Masalah Perkotaan di Indonesia dan Usaha-usaha

Pembinaannya. Jakarta: Badan Pendidikan dan Latihan Departemen

Dalam Negeri.

Pasolong, Harbani. 2008. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Malang 2010-2030.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung: Alfabeta

Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 86 Tahun 2015 tentang Penetapan

Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Malang

Syafii, Inu Kencana, 2006. Ilmu Administrasi Publik (revisi). Jakarta: Rineka

Cipta

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Pressindo.

_____________. 2007. Kebijakan Publik: teori, proses, dan studi kasus,

Yogyakarta: CAPS.

Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara, Edisi Kedua. Jakarta; Bumi Aksara

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman,

Zulkifli, Arif. 2015. Pengelolaan Kota Berkelanjutan. Yogyakarta: Graha llmu.

Page 169: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

153

LAMPIRAN- LAMPIRAN

Page 170: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik: Bandung: Alfabeta.

Askar Jaya, 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Ssutainable

Development), Program Pasca Sarjana IPB, Bogor

Blaang, C. Djemabut. 1986. Perumahan dan Permukiman Sebagai Kebutuhan

Pokok. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Budihardjo, Eko dan Djoko Sujarto. 2005. Kota Berkelanjutan. Bandung: PT.

Alumni

Budimanta, A, 2005. Memberlanjutkan Pembangunan di Perkotaan melalui

Pembangunan Berkelanjutan dalam Bunga Rampat Pembangunan

Indonesia dalam Abad 21.

Djajadinigrat, 2005. Untuk Generasi Masa Depan: “Pemikiran, Tantangan dan

Permasalahan Lingkungan, ITB.

Domai, Tjahjanulin. 2010. Kebijakan Kerjasama Antar Daerah: Dalam Perspektif

Sound Governance. Surabaya: Jeggala Pustaka Utama.

Endang, E.Surtiani. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya

Kawasan Kumuh Di Pusat Kota. Tesis. Universitas Diponegoro.

Undip.ac.id/15530 (diakses pada 10 November 2016)

Miles, Mathew B.A, Micheal Huberman, Saldana. 2014. Analisis data Kualitatif.

Penerjemah Tjetjep Rohandi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Moleong, 2006. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 171: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,

__________. 2007. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Pamudji. 1978. Masalah Perkotaan di Indonesia dan Usaha-usaha Pembinaannya.

Jakarta: Badan Pendidikan dan Latihan Departemen Dalam Negeri.

Pasolong, Harbani. 2008. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Malang 2010-2030.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung: Alfabeta

Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 86 Tahun 2015 tentang Penetapan

Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Malang

Syafii, Inu Kencana, 2006. Ilmu Administrasi Publik (revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Pressindo.

_____________. 2007. Kebijakan Publik: teori, proses, dan studi kasus,

Yogyakarta: CAPS.

Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara, Edisi Kedua. Jakarta; Bumi Aksara

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman,

Zulkifli, Arif. 2015. Pengelolaan Kota Berkelanjutan. Yogyakarta: Graha llmu.

Page 172: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PERUMAHAN ...repository.ub.ac.id/1842/1/ARIK WIJAYANTO.pdfMAFIA Kelas A (Ageng, Reka, Arfi, Mirza, Zona, Vincent, Finza, Qudsi, Muvid, Amir, Apriyan,