IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik...

15
1 IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT II (GQFD II) UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK RAMAH LINGKUNGAN DI UPT ANEKA INDUSTRI & KERAJINAN SURABAYA (SUB UPT KERAMIK-MALANG) Yulniar Pribadi, Udisubakti Ciptomulyono Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] Abstrak Sektor yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam keseimbangan lingkungan adalah sektor industri. Sektor industri di Indonesia didominasi oleh sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Keberadaan sektor ini memiliki peranan penting pada lingkungan secara global. Akan tetapi, realita yang terjadi UKM belum mampu bersaing dengan sektor industri berskala besar dikarenakan belum mampu mempergunakan isu-isu lingkungan menjadi kekuatan untuk dapat memenangkan pangsa pasar yang saat ini mulai mengarah pada konsep green. Oleh karna itu, diperlukan suatu upaya peningkatan keunggulan UKM dengan tetap melibatkan isu lingkungan yaitu pengembangan produk ramah lingkungan. Pada penelitian ini digunakan metodologi GQFD II. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi dengan mempertimbangkan aspek kualitas, lingkungan dan biaya ke dalam matriksnya yang dijelaskan dalam House of Quality, Green House, Cost House, dan Concept Comparison House. Dari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan keramik, alternatif terbaik pemanfaatan limbah sebagai bahan baku tambahan produk kerajinan keramik, atribut produk kerajinan keramik yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan konsumen (customer needs and wants), ramah lingkungan serta ekonomis, sehingga nantinyaa produk UKM dapat bersaing di dalam ataupun luar negeri. Kata kunci : Green QFD II, Kerajinan Keramik, UKM, Ramah Lingkungan ABSTRACT Industrial sectors have contribute significantly to the environment impact. Industrial sectors in are characterized by UKM’s dominance. Globally, this sector has most influence to the environment. In the fact, UKM disable to compete in global market. This condition was caused disability of using environmental issues being a strength to be market winner which started to be a green industry. Therefore, it needs UKM to be strengthen with environmental awareness such as green product development. In this research Green Quality Function Deployment methodology is proposed to use for evaluation quality, environment and cost factors consideration are represented by House of Quality, Green House, and Concept Comparison House. According to the analysis, production impact of ceramics product, the best alternative of waste reusing, attribute of ceramics product which considered in customer needs and wants, environmental-friendly, saving cost have known. So that, UKM’s product able to compete in local or global market. Key words : Green QFD II, Ceramics Product, UKM, Environmental-Friendly 1. Pendahuluan Lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam berbagai hal di tengah kondisi bumi sekarang. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan konsumsi sumber daya alam dan terjadinya penurunan daya dukung bumi terhadap limbah serta pencemaran. Apalagi di tengah perkembangan pesat pada sektor industri yang bukan hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi melainkan berdampak pula pada keseimbangan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya perlindungan lingkungan diterapkan dan telah menjadi isu yang cukup banyak diperbincangkan di masyarakat bahkan di kalangan industri maupun peneliti. Meskipun demikian, kepedulian terhadap lingkungan diharapkan tidak saja terbatas pada permasalahan pencemaran dari proses produksi (Afida, 2008). Akan tetapi pada dampak lingkungan sepanjang siklus hidup dari produk, jasa serta perekonomian. Oleh karena itu diperlukan suatu identifikasi lingkungan untuk mengetahui kontibutor terbesar terhadap

Transcript of IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik...

Page 1: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

1

IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT II (GQFD II)

UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK RAMAH LINGKUNGAN DI UPT ANEKA

INDUSTRI & KERAJINAN SURABAYA (SUB UPT KERAMIK-MALANG)

Yulniar Pribadi, Udisubakti Ciptomulyono

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: [email protected] ; [email protected]

Abstrak

Sektor yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam keseimbangan lingkungan adalah

sektor industri. Sektor industri di Indonesia didominasi oleh sektor usaha kecil dan menengah (UKM).

Keberadaan sektor ini memiliki peranan penting pada lingkungan secara global. Akan tetapi, realita

yang terjadi UKM belum mampu bersaing dengan sektor industri berskala besar dikarenakan belum

mampu mempergunakan isu-isu lingkungan menjadi kekuatan untuk dapat memenangkan pangsa

pasar yang saat ini mulai mengarah pada konsep green. Oleh karna itu, diperlukan suatu upaya

peningkatan keunggulan UKM dengan tetap melibatkan isu lingkungan yaitu pengembangan produk

ramah lingkungan. Pada penelitian ini digunakan metodologi GQFD II. Metode ini digunakan untuk

mengevaluasi dengan mempertimbangkan aspek kualitas, lingkungan dan biaya ke dalam matriksnya

yang dijelaskan dalam House of Quality, Green House, Cost House, dan Concept Comparison House.

Dari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan keramik, alternatif terbaik

pemanfaatan limbah sebagai bahan baku tambahan produk kerajinan keramik, atribut produk

kerajinan keramik yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan konsumen (customer needs and wants),

ramah lingkungan serta ekonomis, sehingga nantinyaa produk UKM dapat bersaing di dalam ataupun

luar negeri.

Kata kunci : Green QFD II, Kerajinan Keramik, UKM, Ramah Lingkungan

ABSTRACT Industrial sectors have contribute significantly to the environment impact. Industrial sectors in are

characterized by UKM’s dominance. Globally, this sector has most influence to the environment. In

the fact, UKM disable to compete in global market. This condition was caused disability of using

environmental issues being a strength to be market winner which started to be a green industry.

Therefore, it needs UKM to be strengthen with environmental awareness such as green product

development. In this research Green Quality Function Deployment methodology is proposed to use for

evaluation quality, environment and cost factors consideration are represented by House of Quality,

Green House, and Concept Comparison House. According to the analysis, production impact of

ceramics product, the best alternative of waste reusing, attribute of ceramics product which

considered in customer needs and wants, environmental-friendly, saving cost have known. So that,

UKM’s product able to compete in local or global market.

Key words : Green QFD II, Ceramics Product, UKM, Environmental-Friendly

1. Pendahuluan

Lingkungan merupakan salah satu

faktor penting yang harus dijadikan bahan

pertimbangan dalam berbagai hal di tengah

kondisi bumi sekarang. Hal ini juga dipengaruhi

oleh adanya peningkatan konsumsi sumber daya

alam dan terjadinya penurunan daya dukung

bumi terhadap limbah serta pencemaran.

Apalagi di tengah perkembangan pesat pada

sektor industri yang bukan hanya berdampak

pada pertumbuhan ekonomi melainkan

berdampak pula pada keseimbangan lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya

perlindungan lingkungan diterapkan dan telah

menjadi isu yang cukup banyak

diperbincangkan di masyarakat bahkan di

kalangan industri maupun peneliti. Meskipun

demikian, kepedulian terhadap lingkungan

diharapkan tidak saja terbatas pada

permasalahan pencemaran dari proses produksi

(Afida, 2008). Akan tetapi pada dampak

lingkungan sepanjang siklus hidup dari produk,

jasa serta perekonomian. Oleh karena itu

diperlukan suatu identifikasi lingkungan untuk

mengetahui kontibutor terbesar terhadap

Page 2: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

2

lingkungan serta berbagai upaya perlindungan

lingkungan dengan penerapan konsep green.

Upaya untuk mengurangi dampak

lingkungan oleh industri akan berpengaruh pada

biaya (cost). Meskipun demikian, terdapat

keuntungan dari upaya yang diambil yaitu

optimalisasi konsumsi energi dan material

(DeMendoca, 2001). Alasan inilah yang

mengakibatkan semakin pesatnya

perkembangan green industry. Permasalahan

lingkungan menjadi topik utama sejak tahun

1990-an hampir di seluruh dunia. Untuk

mendukung permasalahan lingkungan, terdapat

beberapa kebijakan lingkungan yang semakin

ketat. Salah satunya yaitu dengan menentukan

standar internasional melalui sertifikasi ISO

14000. Selain itu, saat ini telah berkembang

suatu perubahan bahwa produk yang dihasilkan

merupakan green product di beberapa negara

atau sering disebut ecolabelling (North, 1992).

Setiap industri memberikan potensi

dampak pada lingkungan. Apabila dampak tiap-

tiap industri yang ada di akumulasikan, dapat

memberikan dampak yang cukup signifikan

pada lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi pula

pada sektor industri di Indonesia yang

berjumlah sekitar 39 juta (BPS, 2007). Sektor

ini didominasi oleh 90% usaha kecil dan

menengah (UKM). Keberadaan UKM memiliki

peranan penting pada lingkungan secara global,

baik segi perekonomian nasional, penyediaan

lapangan pekerjaan maupun penguatan sektor

industri nasional. Akan tetapi, realita yang

terjadi UKM belum mampu bersaing dengan

sektor industri berskala besar. Hal ini

dikarenakan UKM belum mampu

mempergunakan isu-isu lingkungan menjadi

senjata untuk dapat memenangkan pangsa pasar

yang sekarang mulai cenderung mengarah pada

green. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya

partisipasi dan kepedulian UKM terhadap

pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu,

diperlukan suatu upaya peningkatan keunggulan

UKM untuk dapat bersaing di pasar dengan

melibatkan isu-isu lingkungan. Salah satu

upayanya adalah pengembangan produk ramah

lingkungan.

Upaya penyelamatan lingkungan perlu

didorong oleh adanya peningkatan kesadaran

masyarakat serta penetuan strategi perancangan

dan pengembangan produk dengan

memerhatikan dampak negatif lingkungan.

Masyarakat atau konsumen merupakan faktor

yang tidak dapat dipisahkan dari pembuatan

suatu produk. Hal ini dikarenakan konsumen

sebagai tujuan/target dari pembuatan suatu

produk.

Salah satu produk UKM yang cukup

potensial yaitu kerajinan keramik. Hal tersebut

dapat dilihat pada pertumbuhan rata-rata industri

keramik sekitar 6% dan perolehan devisa negara

mencapai US$ 220 juta pada tahun 2008 atau

meningkat dari tahun 2007 yang hanya sebesar

US$ 212 juta serta penyerapan tanga kerja lebih

dari 200.000 orang (Direktorat Jenderal Industri

Agro dan Kimia Departemen Perindustrian,

2009). Peningkatan nilai ekonomi produk

kerajinan keramik ditengarai dapat

menimbulkan dampak pada lingkungan.

Karenanya, Peneliti melakukan life cycle

assessment untuk melihat dampak lingkungan

proses pembuatan produk kerajinan keramik.

Dari hasil pengolahan life cycle assessment

tampak bahwa proses pembakaran berkontribusi

paling besar pada dampak lingkungan di

sepanjang siklus hidup produk kerajinan

keramik sebesar hamper 82% dari total

keseluruhan dan single score impact yang

diberikan paling besar adalah fossil fuels,

respiratory inorganics, climate change.

Melihat karakteristik lingkungan proses

pembuatan produk kerajinan keramik,

diperlukan upaya untuk merancang produk

kerajinan keramik yang lebih ramah lingkungan,

namun tetap memuaskan keinginan konsumen.

Untuk itu, green quality function deployment II

berpotensi untuk diimplementasikan.

Adapun tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dampak lingkungan

yang ditimbulkan dari produksi

kerajinan keramik.

2. Mendapatkan besarnya dampak

lingkungan yang ditimbulkan dari

produksi kerajinan keramik

3. Mendapatkan karakteristik produk

kerajinan keramik yang dapat

memenuhi kebutuhan, keinginan

konsumen, ramah lingkungan dan

ekonomis.

4. Mendapatkan alternatif terbaik sesuai

dengan kebutuhan, keinginan

konsumen, ramah lingkungan dan

ekonomis dengan pendekatan Green

QFD II (Green Quality Function

Deployment II).

Adapun ruang lingkup dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Page 3: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

3

Batasan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Pembobotan tingkat kepentingan

lingkungan dilakukan oleh ahli

lingkungan.

Asumsi dalam penelitian ini adalah :

1. Aktivitas bisnis utama dan proses

kegiatan intern perusahaan tidak

mengalami perubahan selama dilakukan

penelitian.

2. Teknologi yang digunakan tidak

mengalami perubahan.

3. Pola data waktu pada masa lalu akan

berulang lagi pada waktu yang akan

datang

2. Metodologi Penelitian

2.1 Tahap Identifikasi Masalah

2.1.1 Identifikasi Masalah

Tahap ini mempelajari kondisi

perusahaan yang menjadi obyek amatan

sehingga dapat ditentukan rumusan masalah

yang akan diselesaikan dalam penelitian ini.

Pada tahap ini diberikan gambaran mengenai

latar belakang, perumusan masalah, penetapan

tujuan, asumsi, dan batasan yang digunakan

dalam penelitian ini. Untuk mendukung hal itu

diperlukan studi pustaka dan studi lapangan.

2.1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi,

mengetahui cara untuk mereduksi dampak

lingkungan yang ditimbulkan dari produksi

kerajinan keramik. Selain itu untuk mengetahui

karakteristik produk kerajinan keramik yang

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen, ramah lingkungan dan ekonomis,

serta memilih alternatif terbaik sesuai dengan

kebutuhan, keinginan konsumen, ramah

lingkungan dan ekonomis dengan pendekatan

Green QFD II (Green Quality Function

Deployment II).

2.1.3 Penentuan Tujuan

Penetapan tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mendapatkan alternatif terbaik sesuai

dengan kebutuhan, keinginan konsumen, ramah

lingkungan dan ekonomis dengan pendekatan

green QFD II (Green Quality Function

Deployment II) seperti yang telah dijelaskan

pada Bab I.

2.1.4 Studi Pustaka dan Studi Lapangan

Untuk mendapatkan gambaran yang harus

dilakukan dalam penelitian ini, maka diperlukan

studi pustaka dan studi lapangan terlebih dahulu.

Identifikasi Awal

Identifikasi Data

yang diperlukan

Studi Lapangan Studi Literatur

Survey

Pendahuluan

Desain Kuisioner

Perumusan

Masalah &

Penetapan Tujuan

Pengambilan

kesimpulan dan

saran

Identifikasi

Potential Waste

Reduction

Kuisioner

Layak?

Integrasi LCA ke

QFD

Data

Sekunder

Data Primer

House of Quality Green House Cost House

Concept

Comparison

House

PENGUMPULAN DATA

PENGOLAHAN DATA

Analisis Faktor

Kualitas

Analisis Faktor

LIngkungan

Analisis Faktor

Biaya

ANALISIS & INTERPRETASI

Gambar 2.1 Flowchart metodologi penelitian

a. Menentukan Atribut Kualitas Produk

Atribut adalah segala sesuatu yang akan

menjadi obyek amatan penelitian. Penentuan

atribut kualitas produk kerajinan keramik dalam

penelitian mengacu pada beberapa kerangka

teoritis yaitu:

Performance meliputi daya tahan produk

kerajinan keramik,yaitu produk kerajinan

keramik tidak mudah retak/pecah

Feature meliputi warna keramik dan motif

kerajinan keramik

Conformance meliputi ketepatan

ukuran/dimensi dan sisi

Environmental meliputi dampak

lingkungan. Atribut ini merupakan

tambahan yang diberikan peneliti sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan

kualitas produk.

2.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan

Data

2.2.1 Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini melakukan pengumpulan data

yang dibutuhkan

a. Pengumpulan dan Pengolahan Data Kualitatif

Pengumpulan data kualitatif merupakan

cara untuk mengetahui respon spesifikasi teknis

dari produk kerajinan keramik dan pengumpulan

suara pelanggan. Metode yang dilakukan adalah

wawancara kepada konsumen dan pengrajin.

b. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengembangan Produk

Pengumpulan data kuantitatif pada tahapan

ini dilakukan dengan cara melakukan survei

dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan

pada konsumen. Data yang dikumpulkan berupa

Page 4: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

4

data primer yang didapatkan dari jawaban

responden terhadap kuisioner yang disebarkan

dengan metode simple random sampling.

c. Identifikasi Potential Waste

Informasi yang diperoleh walk through

survey, digunakan untuk mengidentifikasi

permasalahan yang berkaitan dengan adanya

limbah yang berlebih dari proses produksi

sehingga memiliki potensi untuk direduksi.

d. Green Quality Function Deployment II

Desain Kuisioner

Setelah mengumpulkan informasi tentang

produk dan mengidentifikasi variable-variabel

yang berpengaruh, tahap selanjutnya merupakan

mendesain kuisioner.

Survei Pendahuluan

Dalam tahap ini, dilakukan survey

pendahuluan dengan menyebarkan kuisioner

yang telah didesain.

Uji Validitas Kuisioner

Berdasarkan hasil survey pendahuluan,

dilakukan uji kelayakan atas kuisioner yang

telah disebar. Apabila kuisioner tersebut

memenuhi uji kelayakan, maka desain kuisioner

tidak berubah dan dapat dilakukan survey

selanjutnya. Sebaliknya, apabila kuisioner tidak

memenuhi uji kelayakan, maka desain kuisioner

harus diganti.

2.2.2 Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan

terhadap data yang telah dikumpulkan. Atribut-

atribut yang telah diperoleh di olah kedalam

rumah kualitas (house of quality), green house,

cost house, sehingga nantinya dapat diolah pada

concept comparison house untuk memilih

konsep terbaik yang mempertimbangkan faktor

kualitas, lingkungan dan biaya.

2.2.3 Tahap Analisis dan Interpretasi Data

Pada tahap ini akan dilakukan analisis

terhadap pengolahan data yang telah dilakukan.

Analisis dilakukan dengan melakukan

pemahaman secara analitik terhadap hasil

pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis

dan interpretasi data dapat digunakan sebagai

dasar untuk mengambil kesimpulan dari

pengembangan produk ramah lingkungan.

2.2.4 Tahap Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini akan ditarik berbagai

kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan

yang diangkat dalam penelitian. Selain itu juga

diberikan saran sebagai masukan untuk

penelitian selanjutnya.

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.1 Pengumpulan Data

3.1.1 Keramik

Pada awalnya keramik berasal dari

bahasa Yunani keramikos yaitu suatu bentuk

dari tanah liat yang telah mengalami proses

pembakaran. Kamus dan ensiklopedi tahun

1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu

hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan

barang dari tanah liat yang dibakar, seperti

gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik

lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua

keramik berasal dari tanah liat. Terdapat definisi

keramik terbaru yang mencakup semua bahan

bukan logam dan anorganik yang berbentuk

padat.

3.1.2 Pembuatan Kuisioner

Kuisioner digunakan untuk

menidentifikasi tingkat kepentingan dan

kebutuhan konsumen terhadap produk kerajinan

keramik. Hal ini dilakukan agar didapatkan hasil

yang lebih objektif. Dalam pembuatan kuisioner

ini ada tiga hal yang ingin diketahui dari

responden, yaitu atribut-atribut yang diniginkan

konsumen, tingkat kepentingan dan kepuasan

konsumen terhadap produk kerajinan keramik.

3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Identifikasi Potential Waste

Pengumpulan data awal dengan

melakukan proses identifikasi proses produksi

produk kerajinan keramik mulai dari cradle to

grave. Selain itu polutan yang dikeluarkan

selama proses siklus hidupnya seperti limbah

cair (TSS, BOD, dll), limbah gas/bau (metan,

SH 2 , 3NH , dll), dan sebagainya.

Persiapan komposisi bahan

keramik

Penghalusan Bahan Baku

Landfill

Ekstraksi Bahan Baku

Casting

Kaolin Pasir Kuarsa Felspard

Moulding Pressing

Pembakaran & Glasier

Penggunaan Keramik

Input

Energi

&

Mesin

Environmental

Impacts

System Boundary

Storage

Bahan Baku

Transportasi

Dekorasi

Pengeringan

Gambar 3.1 Diagram Alir Kerajinan Keramik

Page 5: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

5

Siklus hidup produk kerajinan keramik

dari ekstraksi bahan baku hingga disposal

menghasilkan banyak limbah di setiap proses.

Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi

limbah yang dihasilkan di setiap proses produksi

kerajinan keramik. Energi

tenaga listrik, minyak, gas alam, LPG

Proses Produksi Kerajinan Keramik

Waste

Penggunaan filter, penggunaan cetakan

palster, limbah kemasan, debu yang

terakumulasi, partikel-partikel

Panas Berlebih

Emisi ke udara

Debu, Nox, Sox, HF, HCl, Co, Co2

(logam berat)

Bising

Bahan Baku

Kaolin, Kuarsa,Feldspar

Bahan Pendukung

Kemasan, plaster

Air

Produk Kerajinan

Keramik

Gambar 3.2 Aliran Input-Output Kerajinan Keramik

3.2.2 Life Cycle Impact Produk

Pada penelitian ini, pengelompokkan

dampak lingkungan didasarkan pada metode

EDIP (Environmental Design Industrial of

Product) (Wenzel, 1997). Kriteria tersebut

adalah:

Dampak Global :

Global Warming

Dampak Regional :

Pembentukan fotokimia ozon

Acidification

Nitritient enrichment

Persistent toxicity

Human Toxicity (water)

Human Toxicity (air)

Chronic Ecotoxicity (Water)

Chronic Ecotoxicity (air)

Dampak Lokal :

Acute Ecotoxicity (water) Tabel 3.1 Karakteristik Dampak Produksi Kerajinan

Keramik

3.2.2.1 Perhitungan Bobot Prioritas Dampak

Potensial

Dari hasil karakterisasi dampak,

kemudian dibuat sebagai dasar untuk

memberikan penilaian mengenai dampak yang

diprioritaskan untuk ditangani. Nilai tersebut

kemudian diletakkan dalam kolom prioritas

dampak. Dalam tahap ini melibatkan expert

judgement dengan ahli lingkungan, sehingga

diketahui perbandingan berpasangan antar

karakteristik dampak potensial. Tabel 3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan

Keterangan:

A : Global Warming

B : Acidification

C : Pengkayaan Fotokimia Ozon

D : Pengkayaan Nutrisi

E : Human Toxicity (Water)

F : Human Toxicity (Soil)

G : Chronic Ecotoxicity (Water)

H : Chronic Ecotoxicity (Soil)

I : Human Toxicity (Air)

Tabel 3.3 Bobot Karakteristik Dampak Kerajinan

Keramik

3.2.2.2 Perhitungan Aspek Lingkungan

Penting

Pada matriks green house diperlukan

jumlah dampak signifikan di setiap tahao siklus

produk. Perhitungan jumlah dampak signifikan

yang diakibatkan oleh produk dengan cara

sebagai berikut:

Menentukan tahap siklus hidup produk

Menentukan dampak lingkungan potensial

Menentukan penyebab

Memberi bobot

Page 6: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

6

Tabel 3.4 Penetapan Aspek Lingkungan Signifikan

Kerajinan Keramik

3.2.2.3 Perhitungan Life Cycle Costing

Biaya-biaya yang terjadi selama siklus

produk kerajinan keramik mulai dari hulu ke

hilir. Tabel 3.3 Biaya Produk 1 Unit Kerajinan Keramik

3.2.2.4 Penentuan Bobot Prioritas Kriteria

Pemilihan Produk

Bagi perusahaan, terdapat beberapa

kriteria yang digunakan untuk memilih produk.

Kriteria-kriteria tersebut merupakan kriteria

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen,

dampak yang ditimbulkan produk terhadap

perusahaan dan biaya produk. Oleh karena itu

perlu diketahui penilaian perusahaan terhadap

kriteria-kriteria tersebut. Data hasil survei

ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 3.4 Matriks Perbandingan Berpasangan

Dari data tersebut kemudian dicari

bobot prioritas tiap kriteria. Hasil perhitungan

untuk mencari bobot prioritas kriteria sebagai

berikut:

Tabel 3.5 Bobot Prioritas Kriteria

3.2.2 Kuisioner

Pengumpulan data penelitian dilakukan

dengan menggunakan bantuan instrumen

penelitian kuisioner melalui dua tahap yaitu

kuisioner awal dan kuisioner akhir.

Kuisioner awal dilakukan unutk

menggali informasi terhadap konsumen. Dalam

kuisioner awal ini digunakan kuisioner dengan

jawaban terbuka, artinya responden diberikan

kebebasan untuk menjawab semua faktor-faktor

yang dianggap pentting sebagai pertimbangan

dalam membeli produk kerajinan keramik.

Contoh kuisioner dapat dilihat pada Lampiran

A.

Responden dalam penelitian

pendahuluan sebanyak 30 responden.

Berdasarkan hasil kuisioner awal

dikelompokkan faktor-faktor yang paling

banyak disebut sebagai pertimbangan dalam

pembelian produk kerajinan keramik yaitu

faktor performance, faktor feature, dan faktor

conformance. Faktor performance terdiri atas

daya tahan (tidak mudah retak/pecah), faktor

feature terdiri atas warna kerajinan keramik dan

motif kerajinan keramik dan faktor conformance

terdiri atas ketepatan dimensi/ukuran, kelurusan

sisi. Selain itu dampak lingkungan juga

termasuk dalam atibut kuisioner.

Sedangkan kuisioner akhir merupakan

penjabaran dari kuisioner awal yang telah

menetapkan atribut-atribut yang dianggap

penting dalam pemilihan produk kerajinan

keramik. Pada kuisioner akhir meliputi penilaian

responden/konsumen atas tingkat kepentingan

atribut dan tingkat kepuasan responden atas

atribut. Penilaian menggunakan skala ordinal

yaitu skala penilaian bertingakat untuk menilai

tingkat kepuasan konsumen terhadap produk

kerajinan keramik. Contoh kuisioner akhir bisa

dilihat pada lampiran..

Pada penilaian tingkat kepentingan

atribut menggunakan skala AHP 1 sampai

dengan 9. Kategori masin-masing skala AHP

sebagao berikut:

Angka1 : Apabila atribut sama penting

dengan atribut lainnya

Angka3 : Apabila atribut cukup penting

dengan atribut lainnya

Page 7: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

7

Angka 5 : Apabila lebih penting

Angka 7 : Apablia sangat penting

Angka 9 : Apabila mutlak peenting

Sedangkan pada penilaian tingkat

kepuasan, skala yang dipergunakan merupakan

skala 1 sampai 5. Kategori masing-masing skala

unutk penilaian tingkat kepuasan sebagai

berikut:

Angka 1: Sangat tidak puas

Angka 2: Tidak puas

Angka 3: Cukup

Angka 4: Puas

Angka 5: Sangat Puas

Jumlah responden yang diambil

sebanyak 70 orang pada kuisioner lanjutan.

Meskipun demikian, setelah dilakukan

pemeriksaan ulang terhadap jawaban responden,

maka jumlah kuisioner yang lengkap sebanyak

67 responden.

3.2.2.1 Uji Kecukupan Data

Uji pertama yang harus dilakukan

merupakan uji kecukupan data. Bentuk uji

kecukupan data yang dilakukan dengan

menggunakan rumus (Walpole, 1995):

Untuk populasi terbatas :

N)x e()σ x Z(

xNσ x Z n

222

α

2

(1)

Untuk populasi tak terbatas:

n = 2

22

e

xZ (2)

Apabila ditentukan selang kepercayaan

(CI) sebesar 95% nilai Z = 1.645. Sedangkan

error sebesar 5%, 2

= 0.891 maka diperoleh

jumlah sampel minimum yang seharusnya

diambil sebanyak 32 responden.

Jumlah kuisioner yang disebarkan

sebanyak 70 responden. Akan tetapi, setalah di

verifikasi kuisioner yang terisi lengkap hanya

berjumlah 63 responden. Meskipun demikian,

jumlah responden tersebut memenuhi peryaratan

uji kecukupan data.

3.2.2.2 Uji Validitas Data

Validitas menunjukkan kemampuan suatu

instrumen (kuisioner) dalam mengungkapkan

objek (variabel) yang diukurnya. Kuisioner yang

digunakan untuk pengumpulan data penelitian

harus dapat mengukur apa yang ingin diukur

(Simamora, 2002). Uji validitas dilakukan

terhadap masing-masing pertanyaan yang

membentuk variable penelitian. Untuk

mengukur validitas digunakan korelasi product

moment pearson. Pengujian validitas dilakukan

terhadap data hasil penyebaran kuisioner awal

dengan tujuan untuk memperoleh atribut-atribut

mana saja yang valid dan dapat digunakan utnuk

melakukan penyebaran kuisioner lanjutan yaitu

penyebaran kuisioner akhir/resmi. Pengujian

validitas dilakukan dengan taraf signifikansi

yang digunakan sebesar 5%. Pada dasarnya

pengujian ini adalah menghitung korelasi antar

skor penilaian seluruh responden setiap atribut

dengan skor total jumlah seluruh atribut.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan

Ms.Excel, data dikatakan valid apabila koefisien

korelasi product momentnya lebih besar dari

nilai kritis yang diperoleh dari tabel. Untuk data

yang diperoleh dari kuisioner dengan n=63 dan

α=5%, maka nilai r tabel sebesar 0.248. Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas

Hasil perhitungan dapat diketahui

bahwa semua atribut memiliki nilai validitas

yang lebih besar dari r kritis tabel, sehingga

dinyatakan valid.

3.2.2.3 Uji Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas data,

maka langkah selanjutnya merupakan uji

reliabilitas dengan menggunakan reliability

analysis dari software SPSS. Analisis ini

bertujuan untuk menguji apakah alat ukur yang

digunakan dapat dipercaya dan diandalkan

(Singarimbun dan Effendi, 1995). Keandalan

tersebut dari instrumen pengumpulan data,

dimana beberapa kali pertanyaan atau atribut

yang ditanyakan kepada responden yang

berlainan hasilnya tidak akan menyimpang

terlalu jauh dari rata-rata.

Reliabilitas menunjukkan konsistensi

keandalan dari kuisioner yang digunakan. Suatu

kuisioner dikatakan reliable (andal) jika jawaban

responden terhadap pertanyan-pertanyaan yang

ada dalam kuisioner merupakan konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur

reliabilitas digunakan nilai cronbach alpha, jika

koefisien cronbach alpha lebih besar dari 0.6

maka instrument dianggap reliable. Untuk

menguji reliabilitas tersebut digunakan software

SPSS dan berikut merupakan hasil uji

reliabilitas instrumen:

Page 8: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

8

Tabel 3.7 Uji Reliabilitas

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa

nilai cronbach alpha untuk kerajinan keramik

sebesar 0.607. Setiap nilai cronbach alpha

tersebut lebih besar dari 0.6, sehingga dapat

disimpulkan nilai yang ditunjukkan menyatakan

bahwa skala pengukuran yang digunakan cukup

reliable dan dapat digunakan untuk semua jenis

kerajinan keramik yang digunakan sebagai

objek penelitian.

3.2.3 Data Voice of Customer dan Pengolahan

House of Quality

Data-data suara konsumen, respon

teknis dari tim pengembang dan data lain yang

mendukung pembuatan QFD akan ditampilkan

pada sub bab ini.

3.2.3.1 Voice of Customer

Tahap awal proses pengumpulan data,

yaitu mengumpulkan data atribut produk

berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen

(voice of customer). Untuk membangkitkan

voice of customer dilakukan melalui survei

terhadap konsumen. Hasil survei terhadap

konsumen untuk membangkitkan atibut kualitas

produk menurut persepsi konsumen ditampilkan

dalam tabel: Tabel 3.8 Parameter Voice of Customer

Setelah menentukan parameter voice of

customer, selanjutnya menjabarkannya ke dalam

kualitas voice of customer yang terlihat pada:

Tabel 3.9 Kualitas Voice of Customer

Data pendapat konsumen mengenai

tingkat kepentingan atribut produk dan kepuasan

konsumen terhadap kerajinan keramik diperoleh

melalui survey sampel ke konsumen. Metode

survei yang digunakan dengan simple random

sampling.

3.2.3.2 Planning Matrix

Untuk melakukan pengolahan data,

diperlukan data pendukung, sehingga pada

matriks ini dapat dilakukan analisis data. Data

tersebut berisi voice of customer secara

kuantitatif yaitu berisi kuantifikasi tingkat

kepentingan atribut produk yang diinginkan oleh

konsumen dan tingkat kepuasan konsumen

terhadap produk berdasar tiap atribut. Selain itu

diperlukan juga nilai goal dan sales point yang

diharapkan perusahaan (UPT Kerajinan

Keramik). Nilai goal merupakan level dari

customer performance yang ingin dicapai untuk

memenuhi kebutuhan setiap konsumen.

Sedangkan sales point merupakan informasi

mengenai kemampuan menjual produk atau jasa

(pelayanan) berdasarkan seberapa baik customer

needs dipenuhi.

Nilai untuk sales point:

1 = tidak ada titik penjualan

1.2 = titik penjualan menengah

1.5 = titik penjualan kuat Tabel 3.10 Simbol dalam Relationship Matrix

Perhitungan Importance to Customer

Importance to customer diperoleh dari hasil

kuisioner tingkat kepentingan yang berisi nilai

dari atribut yang dipentingkan customer

Page 9: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

9

terhadap produk kerajinan keramik. Nilainya

diperoleh dari rata-rata tingkat kepentingan

setiap atribut.

Perhitungan Customer Satisfaction

Performance

Customer satisfaction performance

diperoleh dari hasil kuisioner tingkat kepuasan

yang berisi nilai kepuasan customer dari atribut

produk kerajinan keramik. Nilainya diperoleh

dari rata-rata tingkat kepuasan setiap atribut.

Goal

Goal diperoleh dari penetapan performansi

konsumen yang diharapkan oleh perusahaan.

Penjelasan tentang planning matrix

tampak pada Gambar 3.3

3.2.3.3 Technical Response

Pernyataan konsumen dijabarkan lagi ke

dalam voice of customer dengan model yang

berbeda. Pada penyusunan voice of customer ini

melibatkan tim pengembang untuk

mendefinisikan fungsi, reliability, target value

yang dicapai dan substitute quality

characteristic (SQC) atau technical response. Tabel 3.11 Technical Response Kerajinan Keramik

3.2.3.4 House of Quality

Hasil perhitungan sebelumnya

kemudian diringkas ke dalam sebuah matriks

house of quality yang berisi relationship matrix,

technical correlation, dan technical matrix. Dari

perhitungan akan diperoleh target untuk respon

teknis sebagai masukan dalam mendesain

produk kerajinan keramik nantinya.

Pada Gambar 3.4 terdapat hubungan

antara matriks atribut yang diinginkan dan

dibutuhkan customer dengan respon teknis.

Terdapat 3 jenis hubungan tiap elemen pada

rumah kualitas produk kerajinan keramik, yaitu

kuat, sedang, kemungkinan ada hubungan.

3.2.3.5 Green House

Terdapat 9 kriteria dampak lingkungan

didasarkan pada metode EDIP (Environmental

Design Industrial of Product) (Wenzel, 1997)

yang memasukkan unsur-unsur dampak

lingkungan ke dalam green house. Data dalam

green house diperoleh dari expert judgement

dan brainstorming dengan ahli.

3.2.3.6 Cost House

Dalam tahap ini biaya yang ada di setiap

life cycle kerajinan keramik dimasukkan ke

dalam matriks-matriks cost house/ Tujuan dari

tahap ini yaitu mengurangi biaya suatu item.

Gambar 3.3 Planning Matrix Produk Kerajinan

Keramik

Gambar 3.4 House of Quality Produk Kerajinan

Keramik

Gambar 3.5 Green House Produk Kerajinan Keramik

Gambar 3.6 Cost House Produk Kerajinan Keramik

Page 10: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

10

4. Analisis dan Interpretasi Data

Pada tahap ini, akan dilakukan analisis hasil

pada bab sebelumnya. Analisis data diawali dari

hasil pengolahan QFD. LCA dan LCC. Selain

itu dilakukan analisis terhadap produk dengan

menggunkan matriks concept comparison house

yang merupakan cara untuk mengevaluasi

konsep produk yang mengintegrasikan kriteria

kualitas yang didasarakan pada suara konsumen,

dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh

produk, dan biaya yang terjadi selama siklus

hidup produk.

4.1 Kualitas Produk Berdasarkan Kebutuhan

Konsumen

Untuk mendapatkan data kebutuhan dan

keinginan konsumen terhadap kualitas produk,

dilakukan dengan cara survei ke konsumen.

Cara pengambilan data dengan metode

wawancara dan penyebaran kuisioner. Tabel 3.12 Atribut Kualitas Kerajinan Keramik

Hasil uji validitas dan reliabilitas

kuisioner menunjukkan bahwa semua atribut

kualitas valid dan tiap dimensinya bisa

diandalkan. Hal ini ditunjukkan dengan

besarnya nilai validitas dan reliabilitas untuk

tingkat kepuasan dan kepentingan lebih dari

nilai r tabel. Selain itu dari pertanyaan

tersebut,jika ditanyakan kepada orang yang

sama pada waktu yang berbeda ataupun dalam

waktu yang sama ditanyakan kepada orang yang

berbeda, akan memiliki pemahaman yang sama.

Dari Tabel 3.11 dapat diketahui urutan

prioritas kebutuhan konsumen berdasarkan

tingkat kepentingan. Semakin tinggi nilai

masing-masing atribut, menunjukkan bahwa

atribut tersebut semakin dipentingkan oleh

konsumen. Atribut kualitas yang paling

dipentingkan oleh konsumen berdasarkan urutan

yaitu daya tahan (tidak mudah retak/pecah), sisi,

warna menarik, motif, dampak lingkungan, dan

dimensi.

4.2 Importance to Customer

Importance to customer merupakan

nilai kepentingan atribut produk kerajinan

keramik menurut konsumen. Nilai tingkat

kepentingan ini menyatakan seberapa penting

atribut produk kerajinan keramik mempengaruhi

konsumen dalam menentukan keputusan

pembelian. Importance to customer

menunjukkan urutan atribut mulai dari yang

paling penting dipertimbangkan konsumen

dalam pemilihan produk kerajinan keramik. Tabel 3.13 Atribut Berdasarkan Tingkat Kepentingan

Raw weight merupakan nilai sintesa dari

tingkat kepentingan konsumen, improvement

ratio dan sales point. Improvement ratio

merupakan perbandingan nilai goal dengan

tingkat kepuasan konsumen. Goal menunjukkan

nilai kondisi lapangan saat ini. Sedangkan sales

point menunjukkan kontribusi tiap atribut

terhadap tingkat penjualan. Nilai raw weight

yang paling besar menunjukkan pentingnya

atribut tersebut untuk diperhatikan oleh

perusahaan. Sehingga aspek warna, retak (daya

tahan) dan motif menjadi poin utama dalam

desain kerajinan keramik.

4.2 Customer Satisfaction

Customer satisfaction merupakan persepsi

kualitas produk keramik menurut knsumen

seperti yang dirasakan. Hal ini berhubungan

dengan penilaian konsumen terhadap masing-

masing atribut produk kerajinan keramik

berdasarkan tingkat kepuasan konsumen. Tabel 3.14 Atribut Berdasarkan Tingkat Kepuasan

Ditinjau dari tingkat kepuasan

konsumen terhadap produk kerajinan keramik,

atribut produk daya tahan/tidak retak/pecah

berada pada urutan pertama.

4.3 Technical Response

Berdasarkan analisis house of quality

seperti yang sudah dijelaskan diatas, terdapat

beberapa atribut kualitas kerajinan keramik yang

baik yang diinginkan oleh konsumen. Untuk

memenuhi keinginan konsumen terdapat

beberapa tindakan yang harus dilakukan utnuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Penentuan

prioritas respon teknis yang harus diperhatikan

dapat dilihat dari nilai kontribusi prioritas yang

Page 11: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

11

diperoleh. Pada Tabel 5.4 dapat dilihat

kontribusi prioritas tiap-tiap respon teknis yang

dapat digunakan untuk pemilihan tindakan. Tabel 3.15 Kontribusi Prioritas Respon Teknis

Berdasarkan Tabel 3.13 respon teknis

yang harus diperhatikan sesuai dengan prioritas

yaitu:

1. Jenis Bahan

2. Desain Produk

3. Kualitas Bahan

4. Komposisi Bahan

5. Pengolahan Bahan

6. Finishing

7. Setting mesin/cetakan/tungku

pembakaran

8. Penggunaan sumber daya

4.4 Matriks Hubungan

Upaya untuk meningkatkan kualitas dari

suatu produk salah satunya dengan mengetahui

hubungan antara respon teknis yang dimiliki

perusahaan dengan keinginan dan kebutuhan

konsumen. Hubungan ini sangat penting

diperhatikan utnuk mengetahui seberapa kuat

hubungannya. Hubungan antara respon teknis

dan customer needs seperti pada Gambar 4.19

yang memiliki nilai kuat, antara lain:

Atribut daya tahan/retak dengan komposisi

bahan

Prosentase komposisi bahan

memepengaruhi kualitas (daya tahan) kerajinan

keramik. Apabila komposisinya sesuai standar

dapat menghasilkan komposisi yang mudah

dihaluskan. Sedangkan apabila komposisinya

tidak homogen dapat mengakibatkan kerajinan

keramik mudah rapuh. Misalnya apabila

kelebihan atau kekurangan bahan clay akan

mempengaruhi kekentalan (viskositas).

Atribut daya tahan dan dimensi dengan

setting mesin press sesuai dengan bentuk

dan ukuran

Stroke mesin press apabila di setting kurang

sesuai akan menghasilkan struktur body dengan

bahan yang berlapis-lapis, sehingga dapat

mengakibatkan daya tahan kerajinan keramik

berkurang. Selain itu, apabila tekanannya

kurang sesuai dapat mempengaruhi kepadatan

badan keramik, sehingga mengakibatkan

perubahan variasi dimensi.

Atribut warna menarik dengan setting

parameter temperatur pembakaran

Parameter tempertur pembakaran harus

disetting dengan benar. Karena, apabila

temperature terlalu tinggi dapat mengakibatkan

permukaan menjadi semakin mengkilat/glose,

sehingga warna kerajinan keramik cenderung

semakin lebih kusam (tidak tampak). Sebaliknya

apabila temperatur terlalu rendah dapat

mengakibatkan permukaan menjadi lebih

kusam, sehingga warna cenderung lebih

mencolok/tajam.

Atribut sisi dengan menyesuaikan kondisi

cetakan

Apabila kondisi cetakan tidak baik, maka

hasik cetakan menjadi tidak rata, ukuran tidak

tepat dan sisinya menjadi tidak halus

Atribut motif dengan menyesuaikan proses

motif dengan desain

Atribut warna keramik dengan penyesuaian

parameter engobe, gelasir dan pasta

Atribut warna akan mempengaruhi engobe

yang bersifat seperti meni pada cat kayu,

sehingga apabila engobe tidak sempurna dapat

mengakibatkan permukaan menjadi tidak rata

dan halus. Sedangkan warna dasarnya menjadi

tidak menonjol. Gelasir dapat mempengaruhi

gelap atau terangnya permukaan dan kekuatan

permukaan terhadap goresan. Selain itu, pasta

dapat mempengaruhi sesuai atau tidaknya warna

gambar sesuai yang diinginkan.

4.5 Dampak Lingkungan Kerajinan Keramik

Pada siklus hidup produk kerajinan

keramik dapat mengakibatkan dampak terhadap

lingkungan. Secara umum, dampak siklus hidup

produk kerajinan keramik terhadap gangguan

kesehatan manusia berasal dari debu sebesar

52.55% (melalui proses produksi feldspar,

kuarsa, dan bahan baku lainnya). Pada kategori

kualitas ekosistem dapat menimbulkan ketidak

seimbangan sebesar 32.83% berasal dari emisi

NO x dan sebesar 44.71% berasal dari distribusi

produk jadi. Sedangkan pada kategori sumber

daya dapat menimbulkan kerusakan sebesar

52.79% berasal dari penggunaan gas alam dan

sebesar 32.43% (European Commission, 2007).

4.5.1 Kandungan Bahan Baku

Bahan baku keramik merupakan

mineral yang banyak mengandung unsur-unsur

non- radioaktif maupun radioaktif yang berasal

dari dalam bumi. Pembuatan keramik secara

Page 12: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

12

langsung maupun tidak langsung berhubungan

dengan pekerja (terutama tangan) mulai dari

proses pengolahan tanah liat, pembentukan pola

keramik, pembakaran, penggelasiran hingga

pemberian warna.

Setiap jenis bahan baku yang digunakan

dalam produksi kerajinan keramik mengandung

unsur-unsur yang bersifat non-radioaktif dan

radioaktif, antara lain aluminium (Al), arsenik

(As), cobalt (Co), copper (Cu), lead (Pb),

merkuri (Hg), zirconium (Zr), platinum (Pt),

silicon (Si), silver (Ag), sulphur (S), emas (Au),

oksigen (O), nitrogen (N), potassium (K),

thorium (Th), dan uranium (U). Beberapa unsur

tersebur digolongkan sebagai logam berat

(seperti Pb, Hg), berbentuk gas (seperti S, O,

dan N), bersifat radioaktif (deret uranium, deret

thorium dan potassium-40).

Unsur-unsur yang bersifat radioaktif

berasal dari dalam bumi sejak terbentuknya

bumi dan berpotensi memancarkan radiasi peng-

ion. Terdapat variasi kadar radioaktif alam

dalam berbagai jenis tanah dan batuan. Tabel 3.16 Kadar Radionuklida

Bahan baku keramik mempunyai kadar

radionuklida Th228dan Ra226

cukup tinggi,

terutama K40sehingga sangat berpotensi

menimbulkan radiasi bagi pekerja.

Terdapat beberapa kemungkinan

terjadinya dampak akibat pengolahan bahan

baku keramik, antara lain radiasi eksternal (di

luar tubuh) dan internal (di dalam tubuh).

Radiasi eksternal dapat terjadi pada pekerja

kerajinan keramik yang mengolah bahan baku

secara langsung dengan menggunakan tangan.

Selain itu, radiasi internal juga dapat terjadi

pada pekerja kerajinan keramik melalui

pencernaan makanan (mulut) dan saluran

pernapasan (hidung). Dampak eksternal dan

internal yang ditimbulkan juga dapat terjadi

pada masyarakat melalui produk jadi kerajinan

keramik, misalnya gelas, piring, hiasan rumah

dan sebagainya. Radionuklida alam yang

terkandung dalam produk kerajinan keramik

dapat memberikan kontribusi radiasi di dalam

ruangan, terutama ruangan yang kurang

ventilasinya. Bahan keramik yang mengandung

Th228dan Ra226

dalam peluruhannya akan

menghasilkan gas radon Rn222dan thoron

Th220. Gas ini bersifat inerst, toksik, dan

mudah lepas ke lingkungan secara emanasi dari

permukaan keramik. Gas radon dan thoron yang

lepass dari keramik ke lingkungan dapat

memberikan potensi radiasi internal melalui

saluran pernapasan

4.5.2 Proses Produksi

Proses produksi kerajinan keramik

dapat mengakibatkan dampak lingkungan,

antara lain emisi udara, air, tanah, bising serta

bau. Menurut European Comission dalam

dokumen Ceramic Manufacturing Industry,

jenis polusi udara, jumlah polusi udara, limbah

cair dan padat bergantung pada parameter yang

berbeda yaitu penggunaan bahan baku, energi

dan teknik produksinya. Analisis dampak yang

ditimbulkan dari proses produksi kerajinan

keramik, yaitu:

Adanya emisi udara

Emisi udara dapat disebabkan oleh emisi

gas karbon oksida, nitrogen oksida, sulfur

oksida, florin in-organik, logam berat yang

dapat mengalami peningkatan akibat proses

produksi kerajinan keramik.

Adanya emisi air

Emisi air dapat disebabkan oleh limbah cair

pada sepanjang siklus hidup kerajinan keramik

yang mengandung bahan mineral dan in-

organik.

Waste

Waste dapat disebabkan oleh hilangnya

proses yang berasal dari produksi kerajinan

keramik, antara lain residu (sisa) dalam bentuk

padat, limbah kemasan, dan sebagainya.

Konsumsi energi

Dalam produksi kerajinan keramik

diperlukan konsumsi energi yang cukup besar,

antara lain penggunaan bahan bakar LPG

(propane dan butana) pada proses pembakaran

antara temperatur 800-2000°C. Hal ini dapat

mengakibatkan emisi senyawa gas (SO x , NO x ,

HF, HCl, logam berat) dan berpotensi

menimbulkan polusi udara.

Hal terpenting dalam penerapan life

cycle assessment pada produk kerajinan keramik

adalah pengurangan emisi udara, air; efisiensi

energi; pengurangan penggunaan bahan baku,

air; perbaikan dan daur ulang hilangnya proses

atau waste; adanya proses pengolahan limbah

cair yang efektif.

Page 13: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

13

4.5.3 Green House

Produk kerajinan keramik di sepanjang

siklus hidupnya memberikan dampak

lingkungan terutama pada tahap pengolahan raw

material, pengangkutan dan finishing. Oleh

karena itu perlu dilakukan analisis green house

untuk dapat mengetahui parameter dampak

lingkungan. Pada Gambar 3.5 menunjukkan

emisi udara menempati prioritas pertama yang

memberikan kontribusi dampak lingkungan

sebesar 28.7%, sehingga respon teknis emisi

udara penting untuk di pertimbangkan dalam

penentuan perbaikan. Tabel 3.17 Penanganan Limbah Industri

4.5.4 Cost House

Semakin meningkatnya industri keramik

di Indonesia menyebabkan permintaan akan

bahan bakunya juga meningkat. Bahan baku

keramik meliputi feldspar, kaolin, kuarsa yang

berasal dari sumber daya alam dengan

keterbatasan cadangan. Oleh karena itu,

diperlukan alternatif lain untuk menambah

bahan baku lainnya ke dalam komposisi

kerajinan keramik dengan harga yang relatif

murah tanpa mengurangi mutu kerajinan

keramik tersebut. Tabel 3.18 Ketersediaan Bahan Baku Keramik

(Sumber: Direktorat Jenderal Industri Agro dan

Kimia Departemen Perindustrian, 2009)

Pada penelitian yang dilakukan oleh

Heni Dwi Kurniasari (2008) menghasilkan

alternatif penambahan bahan baku kerajinan

keramik yaitu limbah alumina dan sand blasting

dalam komposisi kerajinan keramik, sehingga

menghasilkan produk kerajinan keramik ramah

lingkungan (eco-friendly) dan berkelanjutan

(sustainable/renewable). Selain karena harga

yang relatif murah, pemanfaatan limbah sebagai

bahan baku dapat meminimalisir jumlah limbah

yang terbuang. Harga limbah alumina dan sand

blasting dibawah harga kaolin, yaitu sebesar Rp.

150/kg sedangkan harga kaolin sebesar

Rp.7500/kg. Pada Tabel 4.10 menunjukkan

biaya produk 1 unit kerajinan keramik sebesar

Rp. 8.821. Dengan adanya penambahan bahan

baku lainnya ke dalam komposisi produksi

kerajinan keramik dapat menghemat biaya

sebesar Rp. 1.613/buah. Semakin banyaknya

penggunaan limbah dalam komposisi kerajinan

keramik maka biaya produksi kerajinan keramik

semakin rendah. Biaya yang lebih rendah

menunjukkan tingkat efektivitas dari produksi

kerajinan keramik. Selain itu, ditinjau dari aspek

lingkungan penambahan limbah ke dalam

komposisi kerajinan keramik sangat baik karena

memberikan nilai tambah pada limbah dan dapat

meminimalisir dampak lingkungan dari

pembuangan limbah B3. Akan tetapi,

pemanfaatan limbah ini harus disertai dengan

pengolahan yang baik dan benar, sehingga tidak

membahayakan lingkungan. Biaya terbesar

dalam produksi kerajinan keramik terdapat pada

biaya manufaktur. Sedangkan pada produsen

hampir tidak terdapat biaya yang dikeluarkan,

sehingga pengurangan biaya dari perubahan

komposisi bahan baku dapat menghasilkan

dampak yang signifikan.

4.5.5 Concept Comparison House

Berdasarkan analisis dampak

lingkungan, biaya, dan lain-lain dilakukan

pengembangan produk kerajinan keramik

melalui concept comparison house.

Metode pemilihan produk terbaik

diperoleh dari matriks tersebut. Matiks ini di

adopsi dari house of quality yang di dalamnya

berisi kriteria kualitas berdasarkan atas

kepuasan dan kebutuhan konsumen, dampak

yang ditimbulkan dan biaya yang terjadi selama

siklus hidupnya.

Dari hasil evaluasi sebelumnya,

dimasukkan ke dalam matriks concept

comparison house ini, perlu dilakukan

brainstorming untuk memutuskan produk yg

dipilih. Hasil konsep produk diketahui bahwa

terdapat beberapa respon teknis yang harus

diperhatikan sesuai kolom kualitas yang

diperoleh dari house of quality.

Skala yang digunakan untuk member

skor berkisar antara 1 sampai 10. Nilai 1 berarti

Page 14: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

14

kualitas produk buruk dan 10 berarti kualitas

produk yang baik. Demikian juga untuk aspek

lingkungan dan biaya.

Dari pengolahan concept comparison

house tersebut diketahui hasil kepuasan terhadap

konsep desain baru sangat signifikan disetiap

parameter baik kualitas, biaya dan lingkungan.

4.5.6 Total Quality Environmetal Management

Usaha kerajinan keramik merupakan

salah satu usaha yang potensial khususnya di

wilayah Jawa Timur. Kerajinan keramik tidak

saja untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri

melainkan menjadi komoditas ekspor ke

berbagai negara.

Industri kerajinan keramik mengalami

pertumbuhan cukup baik baik ditinjau dari

utilisasi kapasitas maupun perolehan devisa. Tabel 3.19 Ketersediaan Bahan Baku Keramik

(Sumber: Direktorat Jenderal Industri Agro dan

Kimia Departemen Perindustrian, 2009)

Akan tetapi, saat ini industri kerajinan

keramik dihadapkan pada berbagai tantangan

yang diakibatkan dari berbagai hal. antara lain:

1. Keberlangsungan pasokan bahan baku..

2. Peraturan

3. Kesenjangan kualitas SDM

4. Rendahnya produktivitas

5. Kesenjangan pengetahuan tentang

hubungan dengan pasar internasional

6. Rendahnya inovasi dan pengambangan

produk

Melihat berbagai permasalahan yang

masih dihadapi oleh industri kerajinan keramik

dan penurunan daya saing yang dimiliki oleh

industri kerajinan keramik nasional di pasar

ekspor perlu adanya perbaikan sistem

manajemen usaha kecil dan menengah yang

melibatkan semua pihak terkait, namun tidak

melupakan komitemen awal dalam menjaga

lingkungan.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian penelitian

ini adalah:

1. Produk kerajinan keramik menghasilkan

berbagai dampak baik di sepanjang siklus

hidupnya (mulai raw material hingga

disposal) serta memberikan dampak

lingkungan secara luas (perekonomian),

antara lain emisi udara, tanah, rusaknya

ekosistem, dan sebagainya.

2. Atribut yang dipentingkan konsumen

terhadap produk kerajinan keramik

berdasarkan prioritas utamanya adalah

atribut warna menarik, daya tahan (retak),

motif, dimensi, dampak lingkungan dan sisi.

3. Atribut produk kerajinan keramik

berdasarkan tingkat kepuasan konsumen

kerajinan keramik adalah daya tahan (retak),

motif, dampak lingkungan, dimensi, warna

menarik, dan sisi.

4. Respon teknis yang harus diperhatikan

UKM berdasarkan prioritas adalah jenis

bahan, desain produk, kualitas bahan,

komposisi bahan, pengolahan bahan,

finishing, setting mesin/cetakan/tungku

pembakaran, dan penggunaan sumber daya.

5. Produk kerajinan keramik dengan

menggunakan bahan baku tambahan dapat

memenuhi aspek kualitas, lingkungan dan

biaya.

6. Produk kerajinan dengan menggunakan

bahan baku tambahan dapat memberikan

nilai tambah pada limbah dan dapat

meminimalisir dampak lingkungan dari

pembuangan limbah B3. Selain itu,

alternatif tersebut merupakan terbaik

diantara kedua alternatif yang ada.

5.2 Saran

Saran dari penelitian penelitian ini

adalah:

1. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat

membandingkan beberapa alternatif

kerajinan keramik tidak terbatas pada

penambahan bahan baku lain dalam

komposisi kerajinan keramik.

2. Penelitian selanjutnya hendaknya

diperbanyak penelitian terhadap industri

kerajinan keramik untuk mengembangkan

industri tersebut terutama UKM sehingga

dapat bersaing di pasar lokal maupun

global.

6. Daftar Pustaka

Afida, Novita. 2008. Peningkatan

Produktivitas Melalui Usaha Waste

Reduction Dengan Pendekatan Green

Productivity di PT. Ecco Tannery

Indonesia. Laporan Penelitian Jurusan

Teknik Industri. Institut Teknologi

Sepuluh Nopember, Surabaya

Page 15: IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT … · gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat

15

Akao, Yoji. 1991. Quality Function

Deployment : Integrating Customer

Requirements in to Product Design.

Productivity Press. Portland, Oregon

Astuti, Septin. 2004. Evaluasi Konsep

Produk Lampu dalam Proses Desain dan

Pengembangan Produk Lmapu dengan

Pendekatan Green Quality Function

Deployment II. Tesis Jurusan Teknik

Industri. Institut Teknologi Sepuluh

Nopember, Surabaya

Billatos, Samir B. & Basalay, Nadia

A.1997. Green Technology and Design

For The Environment. Taylor & Francis,

Ltd

Broca, Mita. 2008. A Comparative Analysis

of The Environmental Impacts of

Ceramic Plates and Biodegradable

Plates (Made of Corn Starch) Using The

Life Cycle Assessment Tool. TERI

University

Curran, Mary Ann. 1996. Environmental

Life Cycle Assessment. Mc Gaw Hill

De Mendonca, M. & Baxter, T.E. 2001.

Design for The Environment (DFE) An

Approach to Achieve The ISO 14000

International Standardization.

Environmental Management and Health.,

Vol. 12 No. 1, pp. 51-56

Handfield, Robert B., Walton, Steve V.,

Seegers, Lisa K., dan Melynk, Steven A.

1997. Green Value Chain Practices in

The Furniture Industry. Journal of

Operation Management., Vol. 15.pp 293-

315.an

Largestedt, Jessica., dan Luttropp, Conrad.

2001. Functional Priorities in Eco-

Design-Quality Function Deployment,

Value Analysis and Functional Profile.

13th

International Conference On

Engineering Design, ICED, Glasgow

Saaty, T. L., 1993. Pengambilan Keputusan

Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka

Binaman Pressindo. Jakarta

Ulrich, Karl. T., dan Eppinger, Steven. D.

2001. Perancangan dan Pengambangan

Produk. Salemba Teknika. Jakarta

Zhang, Y., Wang, H.-P,. Zhang, C. 1999.

Green QFD-II: Life Cycle Approach for

Environmentally Conscious

Manufacturing by Integrating LCA and

LCC into QFD Matrices. International

Journal Production Research., Vol. 37, pp

1075-1091