IMPLEMENTASI FATWA MUI NO.4 TAHUN 2003 TENTANG ...

89
IMPLEMENTASI FATWA MUI NO.4 TAHUN 2003 TENTANG STANDARDISASI FATWA HALAL TERHADAP PEMBUATAN PRODUK OLAHAN BREM DI MADIUN (Studi Kasus Di Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa) SKRIPSI Oleh: MAULIDINA DWI CHOIRUN NISAA NIM: 210217118 Pembimbing: Hj. ATIK ABIDAH, M.S.I NIP 197605082000032001 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2021

Transcript of IMPLEMENTASI FATWA MUI NO.4 TAHUN 2003 TENTANG ...

IMPLEMENTASI FATWA MUI NO.4 TAHUN 2003 TENTANG

STANDARDISASI FATWA HALAL TERHADAP

PEMBUATAN PRODUK OLAHAN BREM DI MADIUN

(Studi Kasus Di Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa)

SKRIPSI

Oleh:

MAULIDINA DWI CHOIRUN NISAA

NIM: 210217118

Pembimbing:

Hj. ATIK ABIDAH, M.S.I

NIP 197605082000032001

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2021

i

ABSTRAK

Nisaa, Maulidina Dwi Choirun 2021. Implementasi Fatwa MUI No.4 Tahun

2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal Terhadap Pembuatan Produk

Olahan Brem di Madiun (Studi Kasus di Industri Rumah Tangga Brem

Suling Istimewa). Skripsi. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

Pembimbing Hj. Atik Abidah, M.S.I.

Kata Kunci: Makanan Halal, Proses Pembuatan, Standar Kehalalan, Fatwa MUI

Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa merupakan salah satu unit

usaha yang bergerak dalam bidang produk olahan brem yang ada di Madiun.

Pada praktik pembuatan brem terdapat proses fermentasi tape ketan selama 7-8

hari lalu diambil airnya. Air yang diambil dari proses tersebut mengandung kadar

alkohol tinggi mengingat proses fermentasinya memerlukan estimasi yang lama.

Mengenai hal tersebut, kadar alkohol dalam air tape sudah tertera pada Fatwa

MUI No.4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal yaitu tidak boleh

melebihi 1% dan tidak boleh memabukkan. Selain itu, proses pembuatannya juga

harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada dalam fatwa tersebut.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana implementasi

Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal terhadap proses

pembuatan brem Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun, dan

bagaimana implementasi Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi

Fatwa Halal terhadap standar kehalalan produk olahan brem Industri Rumah

Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun.

Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian case study research (studi kasus) dan bersifat deskriptif. Adapun teknik

pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah metode induktif yaitu metode

yang menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan

pengamatan tersebut.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi terhadap

proses pembuatan brem Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun

sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa MUI No.4 Tahun 2003. Bahan-bahan dan

alat-alat yang digunakan bersih dan halal tanpa ada kontaminasi silang dengan

bahan atau sesuatu yang haram sehingga prosesnya sesuai dengan ketentuan

fatwa. Adapun terkait dengan standar kehalalan produk olahan brem Industri

Rumah Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun, sudah sesuai dengan ketentuan

fatwa. Hal itu dikarenakan, terdapat proses pemasakan dan pemambahan soda kue

setelah proses fermentasi. Sehingga kadar alkohol dalam air tape yang semula

sebesar 3,9% mengalami penyusutan menjadi 0,2% dengan bentuk brem padat

dan menurut teori sadh al-dhari’ah, bahwa produk olahan brem memiliki sisi

mas}lah}at dominan baik dari segi konsumtif, ekonomis, maupun sosial.

ii

iii

iv

v

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Halal berasal dari bahasa arab (al h}ala>l). Secara etimologi berarti

melepas ikatan, dibolehkan, tidak dilarang menurut agama. Halal dalah

sesuatu yang diperbolehkan oleh syariat untuk dilakukan, digunakan, atau

diusahakan karena telah terurai tali atau ikatan yang mencegahnya atau unsur

yang membahayakannya dengan disertai perhatian cara memperolehnya,

bukan dengan hasil muamalah yang dilarang.1

Secara etimologi makan berarti memasukkan sesuatu melalui mulut,

sedangkan makanan ialah segala sesuatu yang boleh dimakan. Menurut Ibnu

Manz}ur dan Ensiklopedia al-Qur‘a>n, T{a‘a>m adalah kata yang digunakan

untuk semua jenis yang dimakan. Sebagian lain berpendapat bahwa semua

yang diairi lalu tumbuh, sebab itu tumbuh tanaman air tersebut menurut Ibnu

Kas|ir, semua yang termasuk dalam kategori biji-bijian seperti gandum dan

kurma.2 Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makanan

adalah segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang

membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau

mengatur semua proses dalam tubuh.3

1 Muchtar Ali,”Konsep Makanan Hala>l Dalam Tinjauan Syariah Dan Tanggung jawab

Produk Atas Produsen Industri Halal ”,Ahkam,2(2016), 292. 2 Huzaemah Tahido Yanggo, “Makanan Dan Minuman Dalam Perspektif Hukum

Islam,” Tahkim , 2 (2013),2. 3 Ebta Setiawan, “KBBI Online”, dalam https://kbbi.web.id/makan, (diakses pada

tanggal 18 Desember 2020, jam 10.35).

2

Dalam aspek makanan, minuman, dan barang gunaan, halal adalah

makanan atau barang gunaan yang tidak dilarang untuk dimakan atau

digunakan oleh umat Islam.4 Adapun yang haram ialah makanan atau barang

yang diharamkan atau tidak diizinkan (dilarang) untuk dimakan atau

digunakan oleh umat Islam. Sebagai seseorang yang beragama Islam tentu

saja diwajibkan untuk mengkonsumsi makanan halal. Seperti yang ada di

dalam firman Alla>h Swt tentang keharusan mengkonsumsi yang halal

“Hai sekalian manusia ! makanlah yang halal baik dari apa yang terdapat di

bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena

sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi mu”.5

QS.Al-Baqarah ayat 168 di atas menunjukkan bahwa tidak hanya

umat Islam, tetapi juga umat-umat yang lainya harus mengonsumsi pangan

yang halal lagi baik. Hal ini diakui oleh pengamat masalah Islam di Inggris,

Hakimul Ikhwan menyatakan bahwa “dalam perkembangannya, makanan

halal tidak semata soal Islam, tetapi juga soal makanan yang sehat, healthy

meat or healthy food.”6

Untuk menentukan standar kehalalan pada suatu produk dan juga

untuk mencegah kekhawatiran umat Islam terkait dengan kualitas produk jika

ditinjau dari aspek kehalalannya, Majelis Ulama Indonesia (MUI)

mengeluarkan Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa

4 Sofyan Hasan, Sertifikasi Halal Dalam Hukum Positif (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,

2014), 138. 5 Al-Qur‘à>n,2:168.

6 Sofyan Hasan, Sertifikasi Halal Dalam Hukum Positif, 258-259.

3

Halal. Fatwa tersebut menjelaskan tentang syarat-syarat dan kriteria produk

yang bisa dikategorikan halal, baik dari segi bahan yang digunakan, tata cara

penyembelihan hewan, penggunaan nama produk, media pertumbuhan dan

lain sebagainya.

Seperti halnya di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten

Madiun. Terdapat aktivitas produksi yang dilakukan oleh masyarakat guna

meningkatkan perekonomian di lingkungan tersebut, yaitu sebagai sentra

industri rumah tangga brem. Brem merupakan produk pangan dengan bahan

baku air perasan tape ketan putih atau air dari fermentasi ketan putih. Brem

merupakan makanan tradisional khas yang berasal dari Desa Kaliabu,

Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun.7

Air tape dibahas dalam Fatwa MUI No 4 Tahun 2003 terkait dengan

kadar alkoholnya. Air tape dibuat dari sari ketan putih yang sudah

difermentasi sehingga dalam proses tersebut dapat menghasilkan kandungan

alkohol di dalamnya. Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 menyatakan bahwa

minuman yang termasuk kategori khamr adalah minuman yang mengandung

ethanol (C2H5OH) minimal 1%,8 sehingga minuman yang mengandung

kadar alkohol melebihi 1% termasuk dalam kategori khamr dan haram untuk

dikonsumsi. Memang jika dilihat dari segi konsumtifnya bahwa alkohol

mempunyai dampak negatif jika dikonsumsi melebihi kadar 1% karena dapat

memabukkan.

7 Yuli Tri Wulan Sari, Hasil Wawancara, Madiun, 12 Desember 2020.

8 FMU INDONESIA, “Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa

Halal ,” Dalam http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/Standarisasi-Fatwa-Halal .pdf,

(Diakses Pada Tanggal 18 Desember 2020, Pukul 07.23).

4

Selain keterangan di atas, dalam Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang

Standardisasi Fatwa Halal terdapat penjelasan bahwa minuman keras yang

dibuat dari air perasan tape dengan kandungan ethanol minimal 1% termasuk

kategori khamr. Tape dan air tape tidak termasuk khamr, kecuali apabila

memabukkan.9 Dengan demikian, air perasan tape yang mengandung ethanol

yang tidak melebihi 1% dan tidak memabukkan maka air tape tersebut halal

untuk dikonsumsi.

Pada bagian kedua dari Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 menjelasakan

bahwa penggunaan etanol yang merupakan senyawa murni dan bukan berasal

dari industri khamr untuk proses produksi industri pangan hukumnya mubah,

apabila dalam hasil produk akhirnya tidak terdeteksi. Hukumnya haram,

apabila dalam hasil produk akhirnya masih terdekteksi.10

Dalam proses pembuatannya, ketan putih dicampur ragi dengan

perbandingan satu butir ragi untuk satu kilogram beras ketan putih.

Selanjutnya difermentasi selama tujuh hari atau satu minggu sampai ketan

putih berubah dari segi tekstur, rasa, dan bau menjadi tape. Setelah itu, tape

diperas dan air perasan tersebut direbus sampai mengental. Setelah mengental

lalu diaduk dan dituang ke tempat yang sudah disiapkan. Selanjutnya dicetak

dan didiamkan selama semalam atau 12 jam.11

Berdasarkan penelitian tape ketan yang dilaporkan pada jurnal ilmiah

International Journal of Food Science and Nutrition volume 52 halaman 347-

9 Ibid.

10 FMU INDONESIA, Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa

Halal. 11

Djairah, Hasil Wawancara, Madiun, 12 Desember 2020.

5

357 pada tahun 2001, bahwa kadar etanol yang diperoleh berdasarkan

pengukuran dengan menggunakan kit yang diperoleh dari Boehringer

Mannheim:12

1. Kadar ethanol (0%) pada 0 jam fermentasi tidak terdeteksi

2. Setelah 5 jam fermentasi kadar alkoholnya 0,165%

3. Setelah 15 jam 0,391%

4. Setelah 24 jam 1,762%

5. Setelah 36 jam 2,754%

6. Setelah 48 jam 2,707%

7. Setelah 60 jam 3,380%

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian, mengkaji serta meneliti permasalahan tersebut dengan

menuliskannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Implementasi Fatwa

MUI No.4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal terhadap

Pembuatan Produk Olahan Brem di Madiun (Studi Kasus di Industri Rumah

Tangga Brem Suling Istimewa)”.

12

Fitri Febrianti, M.Abdurahman, Maman Surahman, “Tinjauan Fatwa MUI Nomor 4

Tahun 2004 tentang Standarisasi Halal Terhadap Makanan yang Dibuat Dari Ketan (Studi Kasus

Desa Sukasenang Kec.Bayongbong Garut),”Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah, 2017

6

B. Rumusan Masalah

Agar pembahasan ini tersusun secara sistematis, perlu dirumuskan

permasalahan. Berdasarkan kronologi permasalahan yang disampaikan dalam

latar belakang di atas. Maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang

Standardisasi Fatwa Halal terhadap proses pembuatan brem Industri

Rumah Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun?

2. Bagaimana implementasi Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang

Standardisasi Fatwa Halal terhadap standar kehalalan produk olahan

brem Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan implementasi Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang

Standardisasi Fatwa Halal terhadap proses pembuatan brem Industri

Rumah Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun.

2. Untuk menjelaskan implementasi Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang

Standardisasi Fatwa Halal terhadap standar kehalalan produk olahan

brem Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

pengembangan suatu ilmu. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

7

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

ilmiah, pemahaman teori, dan pengetahuan khususnya dalam penerapan

standardisasi makanan halal bagi masyarakat. Selain itu, dapat dijadikan

sebagai bahan perbandingan dari segi teori untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Internal

Secara praktis hasil peneliatian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat ke dalam (internal) baik kepada mahasiswa

Fakultas Syariah IAIN Ponorogo sebagai acuan praktik dan acuan

penelitian, maupun kepada Fakultas Syariah IAIN Ponorogo untuk

kepentingan akreditasi.

b. Manfaat Eksternal

Secara praktis hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan manfaat ke luar (eksternal) yaitu dapat menjadi

referensi atau pedoman tentang kriteria makanan halal dan

bagaimana memperoses produk yang halal bagi produsen brem,

terutama kepada Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa.

Selain itu, agar dapat memberikan kenyamanan kepada konsumen

brem tanpa meragukan kehalalan brem.

E. Telaah Pustaka

Kajian terdahulu dalam hal ini menjadi landasan menentukan posisi

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil penelusuran penulis terkait

8

tema penelitian, sudah banyak referensi yang membahas tentang standardisasi

makanan halal. Adapun penelitian terdahulu yang dapat peneliti sertakan

diantaranya ialah:

Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Risky Darmawan Rianto mahasiswa

jurusan Hukum Perdata Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Sunan Ampel Surabaya berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli

Air Tape Ketan Di Desa Siman Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri”.13

Rumusan masalah dalam skripsi ini yakni: 1) Bagaimana praktik jual beli air

tape ketan di Desa Siman, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri? 2)

Bagaimana analisis hukum Islam terhadap jual beli air tape ketan di Desa

Siman, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri? Dari hasil penelitian pada

skripsi ini, terdapat kesimpulan atau hasil bahwa praktik jual beli air tape

tersebut menggunakan akad salam. Air tape ketan adalah minuman fermentasi

apabila didiamkan lebih dari tiga hari, minuman tersebut berubah menjadi

minuman yang mempunyai kadar alkohol dan pembeli kebanyakan

menyalahgunakan air tape ketan tersebut menjadi minuman yang

memabukkan. Dengan alasan sadd adh-dhari’ah, maka jual beli air tape ketan

ini tidak diperbolehkan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan peneliti yaitu pada analisis data. Adapun perbedaan terletak pada

lokasi yang diangkat teori yang digunakan. Skripsi tersebut terfokus

menggunakan teori jual beli dan sadd adh-dhari’ah.

13

Risky Darmawan Rianto, Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air Tape Ketan Di

Desa Siman Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri,Skripsi (Surabaya : Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya,2019).

9

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Abdulasis Sani mahasiswa program

studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Ar-Raniry Darussalam berjudul “Metode Penetapan Standarisasi

Produk Makanan Halal (Studi Perbandingan Majelis Permusyawaratan Ulama

Aceh Dan Majelis Agama Islam Patani)”.14

Rumusan masalah dalam skripsi

ini yakni: 1) Bagaimana metode penetapan standarisasi produk makanan alal

oleh Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Dan Majelis Agama Islam Patani

2) Bagaimana metode yang digunakan oleh Majelis Permusyawaratan Ulama

Aceh Dan Majelis Agama Islam Patani dan mengistinbathkan hukum produk

halal. Dari hasil penelitian pada skripsi ini terdapat kesimpulan bahwa

Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh dalam penetapan standarisasi produk

makanan halal adalah dengan proses penyelidikan LPPOM yaitu: bimbingan,

pemeriksaan lapangan perusahaan, menyerahkan hasil kepada Majelis

Permusyawaratan Ulama dan mengeluarkan fatwa terhadap produk makan

Halal tersebut dan ternyata standarisasi produk halal di Aceh dan Patani tidak

jauh berbeda. Perbedaannya adalah di Aceh cara mendapatkan sertifikat halal

tidak terkait dengan pusat negara Indonesia sehingga dapat mengeluarkan

produk halal dengan secara mandiri. Sedangkan di Patani harus mengajukan

kepada pusat Thailand yang akan terdapat sertifikat untuk produk makanan

halal dan akan di fatwa oleh ulama provinsi Patani. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan peneliti pada pembahasan masalah yaitu

standar makanan halal, adapun perbedaan terletak dari sub permasalahan dan

14

Abdulasis Sani, Metode Penetapan Standarisasi Produk Makanan Halal (Studi

Perbandingan Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh dan Majelis Agama Islam Patani).Skripsi

(Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam,2017).

10

lokasi yang diangkat. Skripsi tersebut terfokus pada metode penetapan

standardisasi makanan halal.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Minawati Surahman mahasiswa

jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islan

Negeri Ponorogo berjudul “Tinjauan Mas}lah}ah dan Perundang-undangan

Produksi Pangan Terhadap legalitas Produsen Brem Di Desa Kaliabu

Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun”.15

Rumusan masalah dalam skripsi

ini yaitu: 1) Bagaimana tinjauan mas}lah}ah dan perundang-undangan produksi

pangan para produsen brem? 2) Bagaimana tinjauan mas}lah}ah dan

perundang-undangan produksi pangan terhadap legalitas pencantuman label

tulisan halal pada produk brem? Hasil dari penelitian skripsi ini adalah

Mas}lah}ah dalam penggunaan nomor P-IRT secara bersamaan yang dilakukan

oleh para produsen, yaitu masuk dalam mas}lah}ah h}ajiyyah yang bertujuan

penggunaan nomor P-IRT secara umum tersebut adalah untuk memudahkan

produsen industri rumah tangga brem dalam memproduksi produknya.

Selanjutnya, pada aturan perundang-undangan produksi pangan dalam hal ini

para produsen masih belum mematuhi aturan yang telah ditetapkan mas}lah}ah

pada pencantuman label halal yang dilakukan oleh produsen masuk ke dalam

golongan mas}lah}ah dharu>riyah, karena berkaitan dengan kemas}lah}atan di

dunia dan akhirat dan mencakup pada pemeliharaan agama, akal, dan harta.

Selanjutnya, berdasarkan aturan perundang-undangan mengenai produksi

15

Minawati Surahman, Tinjauan Mas}lah}ah dan Perundang-Undangan Produksi Pangan

Terhadap legalitas Produsen Brem Di Desa Kaliabu Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun.

Skripsi ( Ponorogo: Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2019).

11

pangan para produsen industri rumah tangga brem mengenai pencantuman

label halal pun masih belum memenuhi kewajiban dan mematuhi aturan yang

berada dalam undang-undang yang ditetapkan. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan peneliti pada objek permasalahan yaitu

brem dan lokasi yang diangkat, adapun perbedaan terletak dari teori yang

digunakan untuk penelitian. Skripsi tersebut menggunakan teori mas}lah}ah

dan perundang-undangan.

Berdasarkan penjelasan kajian penelitian terdahulu diketahui bahwa

penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki perbedaan dengan penelitian

sebelumnya. Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya yaitu dalam

penggunaan metode penelitian jenis lapangan dan pendekatan kualitatif.

Perbedaan dalam penelitian sebelumnya yaitu dalam fokus permasalahan dan

juga teori yang digunakan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

dengan jenis penelitian case study research (studi kasus) dan bersifat

deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan atau penelusuran

untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral.16

Studi kasus

adalah sebuah eksploitasi dari suatu sistem yang terikat atau suatu kasus

atau beragam kasus yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data

yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya

16

Bachtiar, Metode Penelitian Hukum (Banten:Unpam Press,2018), 130.

12

dalam suatu konteks. Fokus studi kasus adalah spesifikasi kasus dalam

suatu kejadian baik itu yang mencakup individu, kelompok, budaya

ataupun suatu potret kehidupan.17

Teknik pengumpulan datanya diperoleh

dengan cara dokumentasi, observasi serta wawancara.18

Data yang berupa

kata-kata atau teks tersebut kemudian dianalisis. Hasil analisis itu dapat

berupa penggambaran atau deskripsi atau dapat pula berbentuk tema-

tema.19

Dalam hal ini peneliti akan menjelaskan implementasi Fatwa MUI

No 4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal terhadap proses

pembuatan produk olahan brem dan standar kehalalan produk brem.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai observer. Peneliti

melakukan observasi langsung dan mewawancarai pemilik usaha industri

rumah tangga produk brem di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan,

Kabupaten Madiun dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai

proses pembuatan brem. Selama penelitian berlangsung, pemilik usaha

industri rumah tangga produk brem dalam memberikan informasi berperan

menjadi narasumber sehingga peneliti dapat memperoleh data tentang

proses pembuatan brem. Dalam hal ini yang menjadi subyek penelitian

adalah industri rumah tangga Brem Suling Istimewa.

17

Sri Wahyuningsih, Metode Penelitian Studi Kasus (Madura: UTM Press,2013), 3. 18

Bachtiar, Metode Penelitian Hukum (Banten:Unpam Press,2018), 130. 19

Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan

Keunggulan (Jakarta: Grasindo, 2010), 7.

13

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Suling Istimewa

yang beralamat di Desa Kaliabu, RT.22 RW.05 Kecamatan Mejayan,

Kabupaten Madiun. Lokasi tersebut dipilih karena menjadi sentral produk

makanan khas Madiun yaitu brem.

4. Data dan Sumber Data

a. Data

Data merupakan sesuatu yang diketahui sebagai fakta yang

isinya menggambarkan suatu keadan atau persoalan. Data yang

diperoleh dari observasi dengan pihak produsen Brem di Desa

Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun berasal dari

sumber data primer dan sumber data sekunder. Data dari penelitian

ini yaitu data tentang proses pembuatan produk brem dan data

berupa Laporan Hasil Uji (LHU) air tape dan brem padat.

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kata-kata

atau informasi yang peneliti dapatkan dari narasumber. Data

primer adalah data yang diperoleh seorang peneliti langsung dari

objeknya.20

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari

wawancara kepada narasumber dan observasi tentang proses

20

Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, 137.

14

pembuatan produk brem serta data berupa Laporan Hasil Uji

(LHU) air tape dan brem padat.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh seorang

peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui

sumber lain baik lisan maupun tulisan. Misalnya, buku-buku,

teks, jurnal, majalah, koran, dokumen, peraturan perundangan,

dan lain sebagainya.21

Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan artikel yang terkait dengan

air tape, fatwa MUI, dan yang menyangkut tentang

permbahasan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan

digunakan peneliti adalah :

a. Wawancara (interview)

Wawancara adalah sebuah percakapan antara dua orang atau

lebih yang pertanyaannya ditujukan oleh peneliti kepada subjek atau

sekelompok subjek penelitian untuk dijawab.22

Dalam hal ini peneliti

melakukan wawancara kepada pemilik dan karyawan di industri

rumah tangga Brem Suling Istimewa Madiun, serta beberapa

narasumber dari industri pengolahan produk brem yang lain terkait

21

Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, 137. 22

Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2013), 29.

15

dengan bahan serta alat-alat yang digunakan dalam proses

pembuatan produk brem dan tentang proses pembuatannya. Selain

itu, dalam penelitian ini melakukan wawancara kepada pengajar

bidang Kimia di SMAN 1 Saradan terkait dengan penjelasan alkohol

dalam air tape maupun brem serta wawancara kepada konsumen.

b. Observasi

Observasi adalah peneliti yang secara sadar mengumpulkan

data indrawi melalui penglihatan, pendengaran, rasa, bau, dan

sentuhan. Observasi merupakan cara yang penting untuk

mendapatkan informasi yang pasti tentang orang, karena apa yang

dikatakan orang belum tentu sama dengan apa yang dikerjakan.23

Objek observasi dalam penelitian ini adalah brem. Peneliti

mengamati beberapa aspek yang dilaksanakan di lapangan, yaitu

tentang proses pembuatan brem di industri rumah tangga Brem

Suling Istimewa di Madiun.

c. Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.24

Dokumentasi bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumentasi ini merupakan pelengkap

dari observasi serta wawancara dalam penelitian kualitatif.

23

Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, 148. 24

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2019), 314.

16

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

di informasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada

orang lain.25

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif model Miles and Huberman. Analisis data dengan model ini

dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya jelas.26

Aktivitas dalam analisis data terdiri atas:

a. Data Reduction yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

b. Data Display yaitu penyajian data, untuk memudahkan memahami

apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami tersebut.

25

Ibid., 319. 26

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 321.

17

c. Conlusion Drawing/Verification yaitu penarikan kesimpulan yang

mana dalam penelitian awal bersifat sementara dan akan berubah

bila ditemukan data-data yang baru dan bukti-bukti kuat

dilapangan.27

Dalam hal ini peneliti berusaha untuk mengumpulkan data

sebagaimana tersebut di atas lalu menganalisisnya dengan Fatwa MUI No

4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal dan sadh al-dhari’ah.

Kemudian dijadikan pedoman dalam menganalisis pembuatan brem

industri rumah tangga Brem Suling Istimewa di Madiun untuk kemudian

ditarik kesimpulan bersifat khusus yaitu apakah produk olahan brem telah

sesuai dengan Fatwa MUI No 4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa

Halal.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif

menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian

kualitatif meliputi uji credibility (validasi internal), transferability

(validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability

(objektifitas).28

Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data

menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Perpanjangan pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti peneliti kembali

kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber

27

Ibid., 322-329. 28

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 364.

18

data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dalam perpanjangan

pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya

difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh,

apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali kelapangan

data sudah benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek

kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu

perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.29

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara

pasti dan sistematis.30

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu.31

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

triangulasi sumber, yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

G. Sistematika Pembahasan

Rencana pembahasan dalam penelitian ini dibagi kedalam beberapa

bab yang masing-masing bab mempunyai sub-sub bab, dan masing-masing

rangkaian satuan pembahasan.

29

Ibid., 365. 30

Ibid., 367. 31

Ibid., 369.

19

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : Konsep Makanan Halal dan Fatwa MUI No 4 Tahun 2003

tentang Standardisasi Fatwa Halal

Bab ini berisi uraian mengenai landasan teori yang digunakan

untuk menganalisis permasalahan yang diangkat dalam skripsi

ini yaitu menguraikan makanan halal, Fatwa MUI No.4 Tahun

2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal dan sadh al-dhari’ah

terhadap pembuatan produk olahan brem industri rumah tangga

Brem Suling Istimewa di Madiun.

BAB III : Praktik Pembuatan Produk Olahan Brem Industri Rumah

Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun

Dalam bab ini, peneliti mendeskripsikan gambaran umum

tentang industri rumah tangga Brem Suling Istimewa, proses

pembuatan brem baik dari bahan maupun media alat yang

dipergunakan dan hasil uji laboratorium terhadap kandungan

alkohol di dalam bahan pembuatan brem.

BAB IV : Analisis Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang Standardisasi

Fatwa Halal Terhadap Pembuatan Produk Olahan Brem

20

Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa di Madiun

Dalam bab ini, peneliti membahas tentang analisis Fatwa MUI

No.4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal terhadap

proses pembuatan brem industri rumah tangga Brem Suling

Istimewa di Madiun dan Implementasi Fatwa MUI No.4 Tahun

2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal terhadap standar

kehalalan produk olahan brem di industri rumah tangga Brem

Suling Istimewa di Madiun.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran dan penutup dari hasil

penelitian yang telah dibahas oleh peneliti.

21

BAB II

KONSEP MAKANAN HALAL DAN FATWA MUI NO 4 TAHUN 2003

TENTANG STANDARDISASI FATWA HALAL

A. Konsep Makanan Halal

1. Pengertian Makanan Halal

Produk adalah barang dan atau jasa yang terkait dengan makanan,

minuman, obat kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk

rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau

dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk halal adalah produk yang telah

dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.1

Dalam ajaran Islam, halal dan haram merupakan persoalan yang

sangat penting, karena setiap muslim yang akan melakukan atau

menggunkan sesuatu, terlebih lagi mengonsumsi sesuatu sangat dituntut

oleh agama untuk memastikan terlebih dahulu kehalalan dan

keharamannya. Halal dan t}ay>ib adalah satu kesatuan yang tidak bisa

dipisahkan. T{ay>ib disini artinya baik, baik dari segi gizi dan juga aman

dimakan. Suatu makanan yang halal pastinya t }ay>ib, sedangkan jika

makanan itu tidak t}ay>ib maka bisa menjadi tidak halal. Demikian halnya

jika suatu bahan pangan dapat meracuni tubuh, maka bahan pangan itu

juga tidak halal. Makanan yang t}ay>ib belum tentu halal.2

1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

2 Sofyan Hasan, Sertifikasi Halal Dalam Hukum Positif (Yogyakarta : Aswaja

Pressindo, 2014), 136.

22

2. Dasar Hukum Makanan Halal

a. Al Quran

“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan

judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa

manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada

manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa

yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “kelebihan (dari apa

yang diperlukan). “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

kepadamu agar kamu memikirkannya.”3

Maksudnya, kaum mu’min bertanya kepadamu wahai Rasul

tentang hukum-hukum khamr dan judi, dimana pada zaman

ja>hili>yyah kedua hal disebut sering dilakukan dan juga pada awal-

awal Islam. Seolah-olah terjadi kesulitan memahami kedua perkara

tersebut. Karena itu, mereka bertanya kepadamu tentang hukum-

hukumnya, maka Alla>h Swt memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk

menjelaskan manfaat-manfaatnya dan kemudaratannya kepada

mereka, agar hal tersebut menjadi pendahuluan untuk

pengharamannya dan wajib meninggalkan kedua perbuatan tersebut

secara total.4

3 Al-Qur‘à>n,2:219

4 Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di>, Sa’ad bin Fawwaz asy-Syumail, Tafsir Al-

Qur’a>n (Jakarta : Darul Haq, 2016)297-298.

23

Alla>h Swt mengabarkan bahwa dosa dan mudarat keduanya

serta apa yang diakibatkan oleh keduanya, seperti hilangnya ingatan,

harta, dan menghalangi dari berdzikir kepada Alla>h Swt, dari shalat,

(menimbulkan) permusuhan dan saling benci, yang semua ini adalah

lebih besar dari apa yang mereka sangka sebagai manfaatnya, berupa

mendapatkan harta dengan berjual beli khamr atau memperolehnya

dengan cara judi atau sesuka hati saat melakukannya.5

Dan penjelasan ini merupakan pencegahan dari kedua

perbuatan tersebut, karena seorang yang berakal akan lebih meilih

sesuatu yang kemas}lah}atannya lebih besar. Akan tetapi, ketika

mereka sudah begitu terbiasa dengan kedua perkara tersebut dan sulit

untuk meninggalkannya secara total pada awal-awalnya, maka Alla>h

Swt memulai hal tersebut dengan ayat ini sebagai pendahuluan

menuju kepada pengharaman secara mutlak yang disebutkan dalam

firman-Nya pada surat Al-Ma>’idah : 90-91.6

5 Ibid., 297-298.

6 Ibid.

24

“(90) Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (91)

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan

permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)

khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat

Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan

pekerjaan itu).”7

b. Hadith

ثن مالك بن أنس عن إسحاق ث نا إساعيل بن عبد الل قال حد حد عنه قال كنت بن عبد الل بن أب طلحة عن أنس بن مالك رضي الل

أسقي أب عب يدة وأب طلحة وأب بن كعب من فضيخ زهو وتر فجاءهم آت ف قال إن المر قد حرمت ف قال أبو طلحة قم ي أنس

ت ها ها فأهرق فأهرق

“Telah menceritakan kepada kami Isma>'il bin ‘Abdullah dia

berkata; telah menceritakan kepadaku Ma>lik bin Anas dari Ish}a>q bin Abdullah bin Abu T{alh}ah dari Anas bin Ma>lik radhiallahu'anhu

dia berkata, "Aku pernah menuangkan minuman dari fadlih

(minuman keras dari perasan kurma muda) dan tamr (minuman

keras dari perasan kurma kering) kepada Abu 'Ubaidah, Abu T{alh}ah, Ubay bin Ka'b, tiba-tiba seseorang datang sambil berkata,

"Sesungguhnya khamr telah diharamkan." Lantas Abu T{alh}ah

berkata, "Wahai Anas, bangunlah dan tumpahkanlah!." Maka aku

pun menumpahkan khamr tersebut."8

7 Al-Qur‘à>n,5:90-91.

8 Muhammad bin Isma>i>l al-Bukha>ri, Dalam Ensiklopedia hadith kitab 9 imam, Lidwa

Pustaka, 2018, hadith no.5154.

25

B. Konsep Makanan Halal dalam Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang

Standardisasi Fatwa Halal

1. Sekilas Tentang Majelis Ulama Indonesia (MUI)

MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah Lembaga Swadaya

Masyarakat yang mewadahi ulama, zu‟ama, dan cendekiawan Islam di

Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin

di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal 7

Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta.9

MUI berdiri sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para

ulama, zu‟ama dan cendekiawan Islam yang datang dari penjuru tanah

air. Antara lain, meliputi 26 orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di

Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari

ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu NU (Nahd}atul Ulama>),

Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al Was}liyah, Matla’ul Anwa>r,

GPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani

Islam, Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan POLRI

serta 13 tokoh atau cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.10

Dari musyawarah tersebut, dihasilkan sebuah kesepakatan untuk

membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama, zu‟ama dan

cedekiawan muslim yang tertuang dalam sebuah “Piagam Berdirinya

MUI” yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang

kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I. Momentum berdirinya

9Komisi Informasi dan Komunikasi MUI, “Sejarah MUI” Dalam

https://mui.or.id/sejarah-mui/, ( diakses pada tanggal 18 Februari 2021 pukul 10.13 WIB). 10

Ibid.

26

MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase

kebangkitan kembali setelah 30 tahun merdeka, dimana energi bangsa

telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok kurang peduli

terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.11

Dalam perjalanannya, selama 25 tahun, MUI sebagai wadah

musyawarah para ulama, zu‟ama dan cedekiawan muslim berusaha untuk

memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia

dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang

diridhoi Alla>h Swt, memberikan nasehat dan fatwa mengenai masalah

keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan masyarakat,

meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan

kerukunan antar umat beragama dalam memantapkan persatuan dan

kesatuan bangsa, menjadi penghubung antar ulama dan pemerintah dan

penterjemah timbal balik antar umat dan pemerintah guna mensukseskan

pembangunan nasional, meningkatkan hubungan serta kerja sama antar

organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslim dalam memberikan

bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dengan mengadakan

konsultasi dan informasi secara timbal balik.12

2. Pedoman Penetapan Fatwa MUI

Lembaga Fatwa Majelis Ulama Indonesia merupakan lembaga

independen yang terdiri dari para ahli ilmu dan merupakan kelompok

yang berkompeten dan memiliki otoritas yang memadai untuk

11

Ibid. 12

Ibid.

27

memberikan keputusan-keputusan ilmiah. Untuk itu, lembaga ini dengan

seluruh anggotanya selalu berpegang pada dasar-dasar yang baku dan

menjadi aturan yang dijadikan pedoman penetapan fatwa.

Dasar-dasar dan prosedur penetapan fatwa yang dilakukan oleh

MUI dirumuskan dalam pedoman penetapan fatwa Majelis Ulama

Indonesia Nomor : U-596/MUI/X/1997 yang ditetapkan pada tanggal 2

Oktober 1997. Dasar-dasar penetapan fatwa dituangkan pada bagian

kedua pasal 2 yang berbunyi :

a. Setiap keputusan fatwa harus mempunyai dasar atas Kitabullah dan

Sunnah Rasul yang mu‟tabarah, serta tidak bertentangan dengan

kemaslahatan umat.

b. Jika tidak terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul sebagaimana

ditentukan pada pasal 2 ayat (1), keputusan fatwa hendaklah tidak

bertentangan dengan ijma’, qiyas yang mu’tabar, dan dalil-dalil

hukum yang lain, seperti istihsa>n, mas}lah}ah mursalah, dan sadh al-

dhari’ah.

c. Sebelum pengambilan keputusan fatwa, hendaklah ditinjau

pendapat-pendapat para imam madhab terdahulu, baik yang

berhubungan dengan dalil-dalil hukum maupun yang berhubungan

dengan dalil yang dipergunakan oleh pihak yang berbeda pendapat.

28

d. Pendapat tenaga ahli dalam bidang masalah yang akan diambil

keputusan fatwanya dipertimbangkan.13

3. Pengertian Fatwa

Fatwa adalah ialah suatu perkataan dari bahasa Arab yang

memberi arti pernyataan hukum mengenai suatu masalah yang timbul

kepada siapa yang ingin mengetahuinya. Barang siapa yang inigin

mengetahui sesuatu hukum syara‟ tentang masalah agama, maka perlu

bertanya kepada orang yang dipercayai dan terkenal dengan keilmuannya

dalam bidang ilmu agama (untuk mendapat keterangan mengenai hukum

tentang masalah itu). Menurut kamus Lisa>n al-‘arabiy, memberi fatwa

tentang sesuatu perkara berarti menjelaskan kepadanya. Dengan

demikian pengertian fatwa berarti menerangkan hukum-hukum Alla>h

Swt berdasarkan pada dalil-dalil syariah secara umum dan menyeluruh.

Keterangan hukum yang telah diberikan itu dinamakan fatwa. Orang

yang meminta atau menanyakan fatwa disebut mustafti, sedang yang

dimintakan untuk memberikan fatwa disebut mufti.14

4. Makanan halal menurut Fatwa MUI No.4 Tahun 2003

Menurut para ahli di LPPOM MUI kriteria makanan halal

didasarkan pada bahan baku yang digunakan, bahan tambahan, bahan

penolong, proses produksi dan jenis pengemas produk makanan. Produk

halal yang dimaksud adalah :

13

Komisi Informasi dan Komunikasi MUI, “Sejarah MUI”, Dalam

https://mui.or.id/sejarah-mui/, (diakses pada tanggal 18 Februari 2021 pukul 10.13 WIB) 14

Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2014) 7-8.

29

a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi

b. Tidak mengandung bahan-bahan yang berasal dari organ manusia,

darah, kotoran-kotoran dan lain sebagainya

c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih

menurut tata cara syariat Islam

d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan dan

transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah

digunakan untuk babi barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu

harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam syariat Islam.

e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamr.15

Dalam ajaran Islam, halal dan haram merupakan persoalan yang

sangat penting, karena setiap muslim yang akan melakukan atau

menggunakan sesuatu, terlebih lagi mengonsumsi sesuatu sangat dituntut

oleh agama untuk memastikan kehalalan dan keharamannya. Berikut

adalah beberapa substansi yang terdapat dalam Fatwa MUI No 4 Tahun

2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal:

a. Khamr

Khamr artinya adalah semua yang memabukkan lagi

menghilangkan akal pikiran dan menutupinya, dari apapun

macamnya. Khamr bisa berupa jus (sari buah) atau rendaman dari

anggur atau lainnya, atau dalam keadaan dimasak atau tidak

15

Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikasi Halal

(Malang : UIN MALIKI Press, 2011), 141.

30

dimasak.16

Sebagian ulama memberikan pengertian khamr dengan

labih menonjolkan unsur yang memabukkan. Artinya segala sesuatu

yang memabukkan disebut khamr. Quraish Shihab dalam tafsir al-

Misbah mendefinisikan “Khamr adalah segala sesuatu yang

memabukkan, apapun bahan mentahnya. Minuman yang berpotensi

memabukkan bila diminum dengan kadar normal oleh seorang

normal, baik banyak maupun serta baik ia diminum memabukkan

secara faktual atau tidak”.17

Dalam kajian MUI pada bulan Agustus 2001, komisi fatwa

MUI memutuskan bahwa minuman keras adalah minuman yang

mengandung alkohol (etanol) minimal 1 persen. Dengan ijtihad

tersebut bahwa yang diharamkan bukan karena keberadaan alkohol

(etanol) dalam bahan pangan semata, akan tetapi lebih kepada berapa

kadarnya.18

Sebagaimana yang dijelaskan menurut Fatwa MUI No 4

Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal, “Khamr adalah

setiap yang memabukkan baik berupa minuman, makanan maupun

lainnya. Hukum khamr adalah haram. Minuman yang termasuk

dalam kategori khamr adalah minuman yang mengandung etanol

(C2H5OH) minimal 1%, minuman yang termasuk dalam kategori

khamr adalah najis.

16

Syaikh S{alih bin Abdul Aziz Alu asy-Syaikh, Fikih Muyassar, terj. Izzudin Karimi,

(Jakarta : Darul Haq, 2016), 591. 17

Syaiful Rahmat Panggabean, “Khamar dan Alkohol; Sebuah Rekonstruksi

Pemahaman.” Dalam Scholar.google.co.id , (diakses pada tanggal 14 April 2021, jam 15.05) 18

Ibid.

31

Setidaknya ada beberapa proses dalam pengharaman khamr,

yaitu sebagai berikut :

1) Proses perenungan dalam surat An-Nahl ayat 67

“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang

memabukkan dan rezki yang baik. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi

orang yang memikirkan.”19

Kurma dan anggur adalah komoditas ekonomi negara

Arab sejak dahulu kala. Komoditi tersebut selain

diperdagangkan secara natural (alami) juga diolah menjadi

minuman yang memabukkan. Seperti halnya buah aren bisa

diolah menjadi tuak yang memabukkan ayau menjadi gula

merah yang digunakan dalam berbagai keperluan rumah tangga.

Dalam ayat ini Alla>h Swt menyatakan secara tersirat bahwa dari

kedua buah tersebut dapat diolah menjadi rezeki yang baik

(perdagangan alami) dan hal yang tidak baik (minuman yang

memabukkan).20

19

Al-Qur‘à>n,16:67 20

Syaiful Rahmat Panggabean, “Khamar dan Alkohol; Sebuah Rekonstruksi

Pemahaman.” Dalam Scholar.google.co.id , (diakses pada tanggal 14 April 2021, jam 15.05)

32

2) Proses informasi dalam surat Al-Baqarah ayat 219

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.

Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan

beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih

besar dari manfaatnya”21

Ayat ini turun disebabkan oleh Umar bin Khattab berserta

sahabat yang lain bertanya kepada Rasulullah SAW perihal

minuman yang memabukkan dan menghilangkan akal. Dalam

masyarakat saat ini, jika ditanya secara jujur tentang manfaat

dari miras akan didapatkan jawaban bahwa miras itu

menimbulkan problem-problem sosial yang bersifat negatif

bahkan destruktif. Maka pernyataan beberapa sahabat ini

menunjukkan munculnya kesadaran sosial bahwa di dalam efek

khamr terdapat hal-hal yang tidak baik dalam masyarakat.22

3) Proses pengharaman temporer dalam surat An-Nisa> ‘ ayat 43

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang

kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang

kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu

dalam keadaan junub.”23

21

Al-Qur‘à>n,2:219 22

Syaiful Rahmat Panggabean, “Khamar dan Alkohol; Sebuah Rekonstruksi

Pemahaman.” Dalam Scholar.google.co.id , (diakses pada tanggal 14 April 2021, jam 15.05) 23

Al-Qur‘à>n,4:43

33

Dari ayat diatas disimpulkan bahwa konsumsi khamr

masih dibolehkan dengan batasan tidak boleh mendirikan salat

kalau sedang mabuk, dan juga dibolehkan minum khamr selama

tidak menghilangkan kesadaran.24

4) Proses pengharaman total dalam surat Al-Ma>idah ayat 90

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka

jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan”25

Pada ayat ini, Alla>h Swt menyatakan bahwa khamr

merupakan perbuatan setan yang harus dijauhi. Penggunaan kata

“jauhi” adalah sebagai simbol pengharaman secara halus

sehingga tidak terbesit niat untuk mengkonsumsinya.26

Oleh karena itu, ada beberapa tahapan proses pengharaman

dari khamr yang terbagi oleh 4 tahap yaitu yang pertama adalah

proses perenungan pengharaman, proses informasi, proses

pengharaman temporal, dan proses pengharaman total.

Minuman keras yang dibuat dari air perasan tape dengan

kandungan etanol minimal 1% termasuk kategori khamr. Serta

24

Syaiful Rahmat Panggabean, “Khamar dan Alkohol; Sebuah Rekonstruksi

Pemahaman.” Dalam Scholar.google.co.id , (diakses pada tanggal 14 April 2021, jam 15.05) 25

Al-Qur‘à>n,5:90 26

Ibid.,

34

terdapat penjelasan bahwa tape dan air tape tidak termasuk khamr,

kecuali apabila memabukkan. Fatwa MUI No.4 di atas juga

diperkuat dengan fatwa MUI No.10 Tahun 2018 tentang Produk

makanan dan minuman yang mengandung alkohol atau etanol yang

menyatakan “produk makanan yang ditambahkan khamr adalah

haram”.27

b. Etanol dan Ragi

Ketentuan etanol dalam Fatwa MUI No 4 Tahun 2003

tentang Standardisasi Fatwa Halal yaitu etanol yang merupakan

senyawa murni yang bukan berasal dari industri khamr adalah suci.

Ada beberapa hukum Islam dalam penggunaan etanol, yaitu

penggunaan etanol yang merupakan senyawa murni yang bukan

berasal dari industri khamr untuk proses produksi industri pangan

hukumnya mubah apabila dalam hasil produk akhirnya tidak

terdeteksi. Apabila dalam hasil produk akhirnya masih terdeteksi,

maka hukumnya haram. Serta penggunaan etanol yang merupakan

senyawa murni yang berasal dari industri khamr untuk proses

produksi industri hukumnya haram.

Ragi adalah pulung yang dikeraskan dan dibuat dari beras,

bawang putih, bawang merah, kayu manis, lombok, lengkuas, dan

sebagainya untuk membuat tape, arak, adonan roti, dan sebagainya.28

27

Fatwa MUI No.10 Tahun 2018 tentang Produk Makanan dan Minuman yang

Mengandung Alkohol/Etanol. 28

Ebta Setiawan, “KBBI Online”, dalam https://kbbi.web.id/makan, (diakses pada

tanggal 18 Desember 2020, jam 10.35).

35

Menurut Fatwa MUI No 4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa

Halal, Ragi yang dipisahkan dari proses pembuatan khamr setelah

dicuci sehingga hilang rasa, bau dan warna khamr -nya, hukumnya

halal dan suci.

c. Masalah Penggunaan Nama dan Bahan

Dalam Fatwa MUI No 4 Tahun 2003 juga menjelaskan

mengenai penggunaan nama produk dalam produksinya, yaitu tidak

boleh mengkonsumsi dan menggunakan nama dan atau simbol-

simbol makanan atau minuman yang mengarah kepada kekufuran

dan kebatilan. Tidak boleh mengkonsumsi dan menggunakan

nama dan atau simbol-simbol makanan atau minuman yang

mengarah kepada nama-nama benda atau binatang yang diharamkan

terutama babi dan khamr, kecuali yang telah mentradisi (‘urf) dan

dipastikan tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan seperti

nama bakso, bakmi, bakwan, bakpia dan bakpao. Tidak boleh

mengkonsumsi dan menggunakan bahan campuran bagi komponen

makanan atau minuman yang menimbukan rasa atau aroma (flavour)

benda-benda atau binatang yang diharamkan, seperti mie instan rasa

babi, bacon flavour. Tidak boleh mengkonsumsi makanan atau

minuman yang menggunakan nama- nama makanan atau minuman

yang diharamkan seperti whisky, brandy, beer dan lain sebagainnya.

Karakteristik atau profil produk tidak boleh memiliki

kecenderungan bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram

36

atau yang telah dinyatakan haram berdasarkan fatwa MUI. Merk

atau nama produk yang didaftarkan untuk disertifikasi tidak boleh

menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan

atau ibadah yang tidak sesuai dengan syariah Islam.29

d. Media Pertumbuhan

Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan

yang suci dan halal, hukumnya adalah halal dan mikroba yang

tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang najis dan haram,

hukumnya adalah haram. Produk mikrobial yang langsung

dikonsumsi yang menggunakan bahan- bahan yang haram dan najis

dalam media pertumbuhannya, baik pada skala penyegaran, skala

pilot plant, dan tahap produksi, hukumnya haram. Produk mikrobial

yang digunakan untuk membantu proses memproduksi produk lain

yang langsung dikonsumsi dan menggunakan bahan-bahan haram

dan najis dalam media pertumbuhannya, hukumnya haram.30

Jadi, dalam Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang

Standardisasi Fatwa Halal ketentuan dalam penggunaan produk

mikrobial untuk membantu proses memproduksi produk lain harus

dilihat terlebih dahulu media pertumbuhan dari mikroba yang ingin

digunakan. Media pertumbuhannya harus berasal dari bahan yang

29

LPPOM-MUI, “Persyaratan Sertifikasi Halal MUI”, Dalam https://www.halal

mui.org/mui14/main/page/persyaratan-sertifikasi-halal -mui, (diakses pada tanggal 19 Desember

2020, jam 07.39 WIB) 30

FMU INDONESIA, “Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa

Halal,” Dalam http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/Standarisasi-Fatwa-Halal .pdf,

(Diakses Pada Tanggal 18 Desember 2020, jam 07.23).

37

suci dan halal serta tidak menggunakan media yang najis dan

haram.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa syarat makanan

dilihat dari segi penamaan suatu produk dan bahan yang digunakan

yaitu:

a. Menggunakan bahasa penamaan yang tidak diharamkan

Penamaan produk makanan tidak boleh menggunakan nama

dan atau simbol-simbol makanan atau minuman yang mengarah

kepada kekufuran dan kebatilan. Tidak boleh menggunakan nama

dan atau simbol-simbol makanan atau minuman yang mengarah

kepada nama-nama benda atau binatang yang diharamkan terutama

babi dan khamr, kecuali yang telah mentradisi (u~rf). Tidak boleh

menggunakan nama-nama makanan atau minuman yang

diharamkan.

b. Menggunakan dzāt atau bahan yang halal

Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk tidak

boleh berasal dari bahan haram atau najis makanan yang dari

dasarnya halal untuk dikonsumsi.31

Dan telah ditetapkan

kehalalannya dalam Al- Qur’>an dan hadith. Contohnya adalah

daging sapi, ayam, kambing, buah-buahan.32

31

LPPOM-MUI, “Persyaratan Sertifikasi Halal MUI”, Dalam https://www.halal

mui.org/mui14/main/page/persyaratan-sertifikasi-halal -mui, (diakses pada tanggal 19 Desember

2020, jam 07.39 WIB) 32

Republika, “Definisi Halal ” Dalam https://m.republika.co.id/amp/na385a, (diakses

pada tanggal 4 Februari 2021, jam 05.01 WIB)

38

c. Halal cara memperoleh bahan

Makanan yang diperoleh dengan cara yang baik dan sah.

Makanan yang akan menjadi haram apabila cara memperolehnya

dengan jalan yang batil karena bisa merugikan orang lain dan

dilarang oleh syariat. Contoh cara memperoleh makanan dengan cara

yang baik adalah dengan cara membeli dengan uang halal. Adapun

makanan yang diperoleh dari cara yang batil adalah dengan cara

mencuri, merampok, menyamun.33

d. Halal dalam memproses bahan

Makanan yang semula halal dan akan menjadi haram apabila

cara pengolahannya tidak sesuai dengan syariat agama. Banyak

sekali makanan yang asalnya halal, tetapi karena pengolahannya

tidak benar sehingga menyebabkan makanan itu menjadi haram.34

Contohnya buah anggur, makanan ini halal tetapi karena telah diolah

menjadi minuman keras maka anggur yang diolah menjadi minuman

keras ini menjadi haram.

Dalam prosesnya tentunya juga memerlukan fasilitas

produksi yang harus menjamin tidak adanya kontaminasi silang

dengan bahan yang haram atau najis. Fasilitas produksi dapat

digunakan secara bergantian untuk menghasilkan produk dan

produk tidak mengandung bahan yang berasal dari babi atau

33

Berpendidikan, “Pengertian Dan Hukum Makanan Yang Halal Dan Haram” Dalam

https://www.berpendidikan.com/2017/05/pengertian-dan-hukum-makanan-yang-halal .html,

(diakses pada tanggal 4 Februari 2021, jam 05.14 WIB) 34

Ibid.

39

turunannya, namun harus ada prosedur yang menjamin tidak

terjadi kontaminasi silang.35

Tempat pengolahan wajib memisahkan antara penampungan

bahan, penimbangan bahan, pencampuran bahan, pencetakan

produk, pemasakan produk untuk yang tidak halal. Alat pengolahan

wajib memenuhi persyaratan:

1) Tidak menggunakan alat pengolahan secara bergantian dengan

yang digunakan untuk pengolahan produk tidak halal.

2) Menggunakan sarana yang berbeda untuk yang halal dan tidak

halal dalam pembersihan alat.

3) Menggunakan sarana yang berbeda untuk yang halal dan tidak

halal dalam pemeliharaan alat

4) Memiliki tempat penyimpanan alat sendiri untuk halal dan tidak

halal. 36

Jadi, dalam menentukan produk tersebut Halal atau haram,

tidak hanya dilihat dari ketika hasil produk tersebut sudah menjadi

barang jadi melainkan juga harus ditinjau dari bahan-bahan yang

digunakan di dalamnya serta fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk

proses pembuatan produk tersebut. Diantaranya bahan-bahan harus

berasal dari bahan yang sah, halal dan didapat dengan cara yang

35

LPPOM-MUI, “Persyaratan Sertifikasi Halal MUI”, Dalam https://www.halal

mui.org/mui14/main/page/persyaratan-sertifikasi-halal -mui, (diakses pada tanggal 19 Desember

2020, jam 07.39 WIB) 36

Abi Jam‟an Kurnia, “Penggunaan Alat Pengolahan dan Penyajian Produk Halal

dengan Tidak Halal”,Dalam https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/penggunaan-alat-

pengolahan-dan-penyajian-produk-halal -dengan-tidak-halal (diakses pada tanggal 18 Februari

2021 pukul 10.36 WIB)

40

halal pula, serta alat-alat yang digunakan haruslah sesuai dengan

ketentuan syariat Islam yaitu harus bebas dari kontaminasi silang

antara bekas bahan yang haram dan yang tidak haram.

C. Konsep Sadh al-Dhari’ah

Sadh al-dhari’ah adalah metode penerapan hukum dengan cara

menutup suatu perbuatan (jalan) yang dianggap akan mengantarkan pada

perbuatan yang mendatangkan mafsadat dan terlarang. Jadi pada

hahikatnya sadh al-dhari’ah adalah suatu upaya melarang sesuatu yang

hukum asalnya diperbolehkan agar tidak jatuh pada hal-hal yang

dilarang.37

Pada Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa

Halal, ketentuan pertama nomor 4 yaitu menyatakan “minuman yang

mengandung ethanol dibawah 1% sebagai hasil fermentasi yang

direkayasa adalah haram atas dasar sadh al-dhari’ah (preventif), tapi tidak

najis.

Untuk menentukan status hukum sadh al-dhari’ah harus

memandang pada tujuan yang akan dicapai. Jika tujuannya mengarah

kepada sesuatu yang baik, maka harus dibuka jalan yang lebar bagi

al-dhari’ah sebagai pengantar kepada kemaslahatan.38

Ibnu Al-Qayyim membagi sesuatu yang dapat mengantar kepada

kerusakan menjadi dua bagian yaitu yang pertama, sesuatu yang memang

ditetapkan untuk mengantar kepada mafsadat dan kedua, sesuatu yang

37

Imam Fawaid,”konsep sadh al-dhari’ah dalam perspektif Ibnu al-Qayyim al-

jauziah,” jurnal lisan al-hal, 2 (2019) 333. 38

Ibid., 333.

41

semestinya ditetapkan untuk mengantar kepada suatu yang mubah atau

sunnah, akan tetapi dijadikan perantara untuk mencapai tujuan yang

haram, baik secara sengaja atau secara tidak sengaja.39

Bagian kedua ini tercabang lagi menjadi dua bagian yaitu

mafsadatnya lebih dominan dari maslahatnya dan sisi kemaslahatannya

lebih dominan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembagian al-dhari’ah

menurut Ibnu al-Qayyim ada empat macam, yaitu:

1. Sesuatu yang sejak semula dapat mengantar kepada mafsadat,

misalnya minum khamr dapat membuat mabuk, menuduh zina dapat

mengantar kepada membuat kedustaan, berzina dapat menyebabkan

tercampurnya nasab.

2. Sesuatu yang pada dasarnya merupakan media sesuatu yang boleh

akan tetapi dijadikan perantara mencapai mafsadat, misalnya berakad

nikah seraya bermaksud menghalalkan mantan suami yang mentalak

tiga, melakukan jual beli dengan tujuan memperkenankan riba.

3. Sesuatu yang pada dasarnya merupakan media sesuatu yang mubah

tanpa disertai tujuan mencapai mafsadat, akan tetapi lebih dominan

cenderung mengantar kepada mafsadat, misalnya shalat sunnah di

waktu-waktu terlarang, mencaci sesembahan orang musryik di depan

mata mereka, shalat didepan kuburan, beriasnya perempuan pada

masa „iddah karena wafatnya suami.

39

Ibid.

42

4. Sesuatu yang pada dasarnya merupakan media sesuatu yang mubah

tanpa disertai tujuan mencapai mafsadat serta terdapat kemungkinan

mengantar kepada mafsadat akan tetapi sisi maslahatnya lebih

dominan, misalnya memandang kepada perempuan yang dipinang,

melihat perempuan ketika bertransaksi, berkata jujur dihadapan

penguasa yang dhalim. 40

Untuk bagian yang pertama, semua ulama sepakat bahwa

hukumnya haram atau hanya sebatas makruh sesuai dengan kadar

mafsadat yang ditimbulkan. Bagian yang keempat juga disepakati

kebolehannya, atau sunnah, atau bahkan wajib sebanding dengan tingkatan

kemaslahatan yang dihasilkan. Ibnu Qayyim menegaskan bahwa sadh al-

dhari’ah tidak dapat ditetapkan ketika mengabaikan kemaslahatan atau

menimbulkan mafsadat yang lebih besar. Sebagai contoh ialah melihat

perempuan diharamkan karena dapat mengantarkan kepada perbuatan keji,

akan tetapi larangan ini tidak berlaku jika terdapat kebutuhan (hajat) dan

kemaslahatan untuk melihat semisal untuk meminang, bertransaksi,

bersaksi, dan sebagainya.41

40

Imam Fawaid,”konsep sadh al-dhari’ah dalam perspektif Ibnu al-Qayyim al-

jauziah,” jurnal lisan al-hal, 2 (2019) 334. 41

Ibid.,337.

43

BAB III

PRAKTIK PEMBUATAN PRODUK OLAHAN BREM INDUSTRI

RUMAH TANGGA BREM SULING ISTIMEWA DI MADIUN

A. Gambaran Umum Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa di

Madiun

1. Sejarah Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa

Brem merupakan makanan khas dari Kabupaten Madiun. Bahan

pokok dari pembuatan brem adalah beras ketan putih yang difermentasi

dan diambil sarinya. Melihat terdapat nilai ekonomis dari produk olahan

tersebut, brem dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Madiun untuk

dijadikan lahan bisnis. Salah satunya adalah industri rumah tangga Brem

Suling Istimewa. Industri ini merupakan salah satu industri rumah tangga

brem yang ada di Kabupaten Madiun atau lebih tepatnya di Desa Kaliabu

RT.22 RW.05 Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Berdiri sejak

1979 dan didirikan oleh Suwadji dengan dibantu oleh keluarga serta

beberapa karyawan.

Awal mula didirikannya industri ini, dilihat dari segi pemasaran

masih belum luas. Suwadji memasarkan produk bremnya hanya

dikalangan pengecer saja bahkan langsung kepada konsumen. Tetapi

secara perlahan terjadi perkembangan yang cukup baik, yang awal mula

pemasaran hanya dilingkup pengecer sekarang sudah merambah ke toko-

toko grosir baik di dalam kota maupun di luar kota. Tidak sedikit pula

44

pembeli yang berasal dari luar pulau untuk memesan brem Suwadji.

Karena sudah memanfaatkan media sosial untuk strategi pemasarannya.1

Suwadji memproduksi brem dalam estimasi 9 hari proses

pembuatannya, dan pengemasan dalam satu hari. Dalam sekali produksi

beliau dapat membuat brem sebanyak 3000 keping sampai 5000 keping

brem yang selanjutnya dikirim ke pemesan. Pada proses pembuatan brem

tersebut menghabiskan 1 kwintal beras ketan yang dipesan dari petani.

Dengan perkembangan tersebut, Suwadji mendaftarkan produknya ke

Dinas Kesehatan (DINKES) Kabupaten Madiun untuk keperluan

legalitas usaha yaitu berupa sertifikat P-IRT (Produksi Pangan Industri

Rumah Tangga) pada tahun 2020.2

Namun, dengan adanya pandemi Covid-19 industri rumah tangga

Brem Suling Istimewa milik Suwadji mengalami penurunan yang sangat

drastis dalam penjualannya. Presentase penurunannya mencapai 75% dari

pendapatan sebelumnya. Suwadji mendapatkan omset sebanyak

Rp.13.000.000. Namun, dengan adanya pandemi Covid-19 menjadi

menurun drastis sebanyak Rp.3.000.000 dan yang awal mulanya sanggup

memperkerjakan dua orang sebagai karyawan, semenjak pandemi hanya

mampu memperkerjakan satu orang. Dengan adanya musibah tersebut

industri brem mengalami masa kritis yang sangat berdampak bagi

perintis usaha brem khususnya di Desa Kaliabu.3

1 Suwadji, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

2 Suwadji, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

3 Yuli Tri Wulan Sari, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

45

2. Lokasi Industri

Industri rumah tangga Brem Suling Istimewa ini beroperasi di

desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Lokasinya

berada di antara pemukiman penduduk, yang tidak lain juga

memproduksi brem. Kawasan tersebut memang sudah terkenal sebagai

pusatnya industri pangan brem. Suwadji merupakan salah satu warga

desa Kaliabu yang mengadu nasibnya pada pengolahan brem dan beliau

merupakan pemilik dari industri brem. Sedangkan Suwadji memasarkan

sekaligus menjual produk brem di dalam daerah Madiun dan di luar

daerah Madiun.4

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah menentukan bagaimana pekerjaan

dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Adapun

struktur organisasi yang ada pada perusahaan sebagai berikut :

a. Manajer

Manajer yaitu menyelesaikan tugas melalui individu lain.

Mereka membuat keputusan mengalokasikan sumber daya dan

mengatur aktivitas anak buatnya untuk mencapai tujuan. Dalam hal

ini manajer juga diposisikan sebagai marketing, karena beliau yang

memasarkannya dan dibantu dengan istri dan anaknya. Selain itu

juga sebagai pelaksana proses produksi brem.

4 Yuli Tri Wulan Sari, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

46

b. Karyawan

Tugas karyawan adalah sebagai pelaksana proses produksi

industri rumah tangga Brem Suling Istimewa. Pada industri rumah

tangga ini terdapat tiga sampai empat karyawan, tergantung dengan

banyaknya permintaan dari konsumen.5

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa

4. Tujuan Pendirian Industri

Tujuan dari pendirian industri rumah tangga ini adalah sebagai

sumber pendapatan bagi pemilik usaha. Selain dari unsur finansialnya,

tujuan Suwadji membuka industri adalah untuk membuka lapangan kerja

bagi warga sekitar. Meskipun resep brem didapat secara turun temurun

dari nenek moyang, keluarga Suwadji merintis merintis usahanya dengan

5Suwadji, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

Manajer

Bapak Suwadji

B

Karyawan

B

Karyawan

B

47

penuh perjuangan dan industri rumah tangga brem milik Suwadji adalah

salah satu industri yang besar di daerah desa Kaliabu. 6

5. Produk Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa

Tabel 3.1 Daftar Produk Brem di Industri Rumah Tangga Brem Suling

Istimewa7

Jenis Produk Berat Harga

Brem Original Besar 5 Keping

Rp. 10.000

Brem Original Sedang 3 Keping

Rp. 5.000

Brem Original Kecil 3 Keping kecil

Rp. 2.500

Brem Original Pouch 4 Keping

Rp. 4.000

Brem Aneka Rasa Toples 500 gram Rp. 20.000

Brem Aneka Rasa Pouch 15 Keping

Rp. 10.000

6. Legalitas Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa

Industri rumah tangga Brem Suling Istimewa milik Suwadji

sudah mengantongi Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

(SPP-PIRT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. Adapun bukti

legalitasnya sebagai berikut 8:

a. No. PIRT : 20635190111302-25

6 Djairah, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

7 Narti, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

8 Hasil dokumentasi di IRT Brem Suling Istimewa, tanggal 6 Januari 2021

48

b. Nama IRT : Brem Suling Istimewa

c. Merk Dagang : Brem Suling Istimewa

d. Nama Pemilik : Suwadji

e. Alamat : Dsn. Kaliabu RT.021/RW.005 Desa

Kaliabu Kec.Caruban Kab.Madiun

f. Jenis Pangan : Tepung dan Hasil Olahannya

g. Kemasan Primer : Plastik

SPP-PIRT adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati

atau Walikota terhadap pangan produksi Industri Rumah Tangga Pangan

(IRTP) di wilayah kerjanya yang telah memenuhi persyaratan dalam

rangka peredaran pangan. Jenis pangan produksi IRTP yang diizinkan

untuk memperoleh SPP-PIRT adalah :

a. Pangan sebagaimana yang tercantum pada Lampiran II Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 22

Tahun 2018, yaitu hasil olahan daging kering, hasil olahan ikan

kering, hasil olahan unggas kering, hasil olahan sayur kering, hasil

olahan kelapa, tepung dan hasil olahan tepung, minyak dan lemak,

selai dan sejenisnya, gula, kembang gula, madu, kopi, teh kering,

bumbu, hasil olahan buah, hasil olahan biji-bijian, hasil olahan

kacang-kacangan, hasil olahan umbi, minuman serbuk.

49

b. Pangan yang merupakan hasil proses produksi IRTP di wilayah

Indonesia, bukan pangan impor.

c. Pangan yang mengalami pengemasan kembali terhadap produk

pangan yang telah memiliki SPP-IRT dalam ukuran besar.9

Industri rumah tangga Brem Suling Istimewa telah memiliki SPP-

PIRT dengan kategori tepung dan hasil olahan tepung. Dalam SPP-PIRT

tersebut hanya melegalkan operasional industri terkait dan bukan

terfokus pada produk yang diproduksi seperti halnya terkait dengan

masalah halal dan haramnya produk tersebut. Sehingga Suwadji selain

memiliki SPP-PIRT juga harus memiliki Sertifikat Halal yang

dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. Akan tetapi, industri rumah

tangga Brem Suling Istimewa milik bapak Suwadji masih belum

mengantongi Sertifikat Halal dari MUI. Seperti keterangan dari Yuli:

“untuk perizinan usaha, bapak sudah mendaftarkan ke dinas

kesehatan Kabupaten Madiun untuk mendapatkan Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau biasanya disebut

SPP-PIRT. Namun kami belum mendapatkan Sertifikat Halaldari

MUI, karena dulu pernah ingin mendaftarkan brem kami tapi ada

kendala finansial jadi ditunda dulu, soalnya biayanya mahal dan

katanya sekarang sudah ada keringanan. Kemungkinan kami juga

ingin mengurus Sertifikat Halalbrem kami.”10

9 Dinas Kesehatan, Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-PIRT),

dalam https://dinkes.slemankab.go.id (diakases pada tanggal 12-4-2021 pukul 10.01 WIB) 10

Yuli Tri Wulan Sari, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

50

7. Distribusi

Gambar 3.2 Saluran Distribusi Industri Rumah Tangga Brem Suling

Istimewa

Dari gambar di atas menginterprestasikan pola saluran distribusi

produk brem pada industri rumah tangga Brem Suling Istimewa yang

terdiri dari tiga pola saluran. Pola saluran pertama adalah industri brem

kepada pedagang grosir, kemudian dari pedagang grosir disalurkan kepada

pengecer, selanjutnya dari pengecer disalurkan kepada konsumen. Pola

saluran kedua adalah industri brem kepada pengecer, kemudian dari

pengecer disalurkan kepada konsumen. Pola saluran ketiga adalah dari

industri brem langsung disalurkan kepada konsumen untuk dikonsumsi.11

8. Promosi dan Pemasaran

Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, pemasaran

industri brem Suwadji selain dapat bertemu secara langsung dengan

11

Yuli Tri Wulan Sari, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

Konsumen Pengecer Grosir

Industri Brem Konsumen Pengecer

Konsumen

51

pembeli, beliau juga memasarkan produk bremnya lewat media sosial

yaitu Lazada, Toko Pedia, Shopee.12

Jadi dalam proses pemasaran produk brem milik Suwadji tidak

hanya memasarkan produknya melalui cara-cara tradisional atau bertemu

langsung dengan pembeli. Tetapi juga melalui media sosial yang tidak

lain bisa menjadi peluang untuk penjualan di skala nasional bahkan

internasional.

9. Permodalan

Industri rumah tangga Brem Suling Istimewa merupakan usaha

perseorangan yang dimiliki satu pemodal. Modal berasal dari milik

pribadi tanpa pinjaman dari lembaga keuangan. Dalam menangani

masalah keuangan Suwadji di bantu dengan istrinya Djariyah dengan

menggunakan cara sederhana. Pencatatan yang dibukukan, semua dicatat

dalam buku kecil untuk mengkalkulasikan modal yang dikeluarkan, hasil

penjualan, dan laba bersihnya.

Tabel 3.2 Laporan Keuangan Industri rumah tangga Brem Suling

Istimewa Bulan Januari 2021

No Uraian Kredit Debit Saldo

1. Pendapatan Rp. 3.740.000 Rp. 3.740.000

2. Bahan Baku Rp. 1.100.000 Rp. 2.640.000

12

Yuli Tri Wulan Sari, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

52

Tabel 3.2 Lanjutan

No Uraian Kredit Debit Saldo

3. Tenaga Kerja Rp. 160.000 Rp. 2.480.000

4. Bahan Bakar Rp. 50.000 Rp. 2.430.000

5. Transportasi Rp. 200.000 Rp. 2.230.000

Jumlah Rp. 1.510.000 Rp. 3.740.000 Rp. 2.230.000

Laporan di atas adalah laporan keuangan industri rumah tangga

Brem Suling Istimewa pada bulan Januari tahun 2021 dimana pendapatan

Rp. 3.740.000 kemudian diambil biaya produksi sebesar Rp. 1.510.000

jadi total pendapatan bersih adalah Rp. 2.230.000.13

10. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang handal

dan telaten, jam kerja yang digunakan yaitu dari pukul 08.00 sampai

dengan pukul 14.00 WIB. Selain karyawan, Suwadji juga dibantu oleh

istrinya Djariyah dan anak beliau Yuli dalam memproduksi.14

13

Yuli Tri Wulan Sari, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021 14

Suwadji, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

53

B. Proses Pembuatan Brem Industri Rumah Tangga Brem Suling

Istimewa di Madiun

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan brem di industri rumah

tangga Brem Suling Istimewa adalah sebagai berikut:

a. Beras Ketan Putih (Bahan Pokok)

Beras ketan yang dipakai adalah beras ketan yang diperoleh

atau dibeli dari petani dan sekali pesan bisa mencapai 1 kwintal.

Dalam sekali proses produksi, dapat mencapai 100 kg beras ketan

yang dipakai. Seperti keterangan dari Djairah “Untuk sekali produksi

biasanya kita memesan beras ketannya dulu dari petani sekitar satu

Kwintal dan kami memesan beras ketan yang kualitasnya terbaik. nah

kalau ada yang pesan order brem, kita produksinya memakai sekitar

100 kg beras ketan dan itu bisa jadi 3000-an keping brem”.15

b. Ragi Tape

Dalam sekali proses pembuatan brem, diperlukan ragi tape

sebanyak 15 butir. Ragi tape diperoleh atau dibeli di pasar. Ragi tape

digunakan untuk menfermentasi beras ketan. Seperti perkataan dari

Djairah “Setiap produksi kami memakai sekitar 15 bulatan ragi tape

yang kami beli di pasar dengan satu kilogram beras ketan putih, kalau

15

Djairah, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

54

melihat perbandingannya berarti sekitar 1 kilogram beras ketan

banding 1,5 bulatan ragi tape”.16

c. Soda Kue

Soda kue yang diperlukan pada proses pembuatan brem yaitu

sebanyak satu sendok makan. Soda kue digunakan sebagai bahan

pengembang setelah air tape dimasak.17

2. Alat Pembuatan dan Perawatannya

Alat-alat dalam proses pembuatan brem di industri rumah tangg

Brem Suling Istimewa, yaitu:

a. Tungku Api

b. Kayu bakar

c. Panci besar

d. Wadah atau Bak

e. Diesel

f. Mesin Pencuci Beras Ketan

g. Meja Cetakan

h. Alat pres

i. Mesin Mixer

j. Alat Pemotong18

Alat-alat yang digunakan untuk proses produksi brem dilakukan

sterilisasi dengan cara dicuci sampai bersih sebelum digunakan

16

Djairah, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021 17

Hasil Observasi di IRT Brem Suling Istimewa, Madiun, 6 Februari 2021 18

Hasil Observasi di IRT Brem Suling Istimewa, Madiun, 6 Februari 2021

55

sebagaimana mestinya. Seperti halnya panci besar setelah sebelum

maupun sesudah dipakai akan dicuci dengan air mengalir. Semua alat-

alat yang digunakan dalam proses pembuatan brem dilakukan sterilisasi

terlebih dahulu baik sebelum digunakan maupun sesudah digunakan.

Seperti keterangan dari Lono karyawan Suwadji, yaitu:

“alat-alatnya ya seperti, alat molen/ mesin pencuci beras, panci

besar itu buat memasak beras ketannya sama air tape, kita

memasaknya masih pakai cara tradisional mbak pakai tungku api

bahan bakarnya kayu bakar, alat press untuk memeras tapenya,

wadah/bak untuk tempat air tape setelah di press, mesin mixer

untuk mengocok air tape, meja cetakan sama pakai kayu untuk alat

pemotongnya.”19

3. Mekanisme Pembuatan Brem

Proses pembuatan brem peneliti melakukan wawancara dan

observasi langsung ke lokasi pembuatan brem di industri rumah tangga

Brem Suling Istimewa. Peneliti melakukan observasi langsung ke tempat

pembuatan. Cara pembuatan brem padat adalah sebagai berikut :

a. Pencucian dan perendaman beras ketan

Tujuan dari proses pencucian adalah untuk menghilangkan

kotoran yang menempel pada bahan baku. Sedangkan perendaman

bertujuan untuk memudahkan proses gelatinasi20

dengan hidrasi

molekul pati. beras ketan ditakar satu kwintal dan dimasukkan

kedalam mesin pencuci beras. Masukkan air kemudian direndam

19

Lono, Hasil Wawancara, Madiun 12 April 2021 20

Gelatinasi adalah proses mengubah suatu bahan menjadi gelatin.

56

selama tiga atau empat jam, lebih bagusnya direndam selama

semalam.21

b. Pengukusan beras ketan

Tujuan dari pengukusan adalah mensterilkan bahan baku dan

memasakkan beras ketan menjadi ketan. Pengukusan dilakukan

selama 60 sampai 120 menit atau sampai beras berubah menjadi nasi

ketan. Suwadji menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan

tungku api yang berbahan bakar kayu untuk proses pengukusan

karena dapat menghemat biaya dan juga untuk mendapatkan cita rasa

tradisional pada produk bremnya.22

c. Peragian dan fermentasi

Sesudah proses pengukusan nasi ketan di masukkan ke

wadah atau bak untuk proses pendinginan. Sebelum proses peragian,

ketan dibiarkan sampai benar-benar dingin terlebih dahulu. Setelah

dingin ditambahkan ragi yang sudah dihaluskan. Presentase ragi

pada proses peragian adalah 0,6 gram dengan 1 kg ketan. Ragi tape

yang dipakai untuk proses tersebut berkomposisi berupa beras,

bawang putih, cabe jawa, lada putih dan adas. Setelah itu dibiarkan

selama 7 sampai 8 hari dan didiamkan menggunakan wadah yang

21

Hasil Observasi di Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa, Madiun, 6

Februari 2021 22

Hasil Observasi di Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa, Madiun, 6

Februari 2021

57

tertutup. Proses fermentasi terjadi setelah penambahan ragi pada

ketan.23

d. Pengepresan dan pemekatan

Setelah melewati proses fermentasi selama 7 sampai 8 hari

nasi ketan putih berubah menjadi tape ketan putih. Kemudian tape

ketan putih dimasukkan ke alat pengepresan untuk diambil airnya.

Air tape kemudian dipekatkan dengan cara pemasakan. Air tape

dimasak hingga mengental dan berwarna sedikit kecoklatan.24

Pengadukan dan pencetakan

Air tape yang sudah melewati proses pemasakan akan

berubah teksturnya menjadi kental, kemudian diaduk menggunakan

mesin mixer yang digerakkan dengan tenaga diesel, karena

mengingat sekali produksi Suwadji menggunakan 1 kwintal beras

ketan. Pengadukan bertujuan untuk meratakan suhu larutan sehingga

terbentukkan brem yang berpori dan mudah padat. Pada proses

pengadukan ini ditambah dengan soda kue dan untuk brem yang

aneka rasa bisa ditambah perisa rasa makanan. Pengadukan juga

membantu proses pengeringan brem karena udara masuk ke dalam

adonan sehingga brem lebih cepat padat. Kemudian brem dicetak

23

Hasil Observasi di Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa, Madiun, 6

Februari 2021 24

Hasil Observasi di Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa, Madiun, 6

Februari 2021

58

menggunakan meja cetakan yang sudah di desain untuk pembuatan

brem.25

e. Penyajian Brem

Dalam penyajiannya setelah dicetak dan menjadi brem padat,

brem dipotong sesuai dengan skala kemasan produk yang sudah

disiapkan. Industri rumah tangga milik Suwadji mengunakan

kemasan semacam kertas kardus dan dibungkus lagi dengan plastik.

Kemasan brem yang berukuran kotak besar dengan isi lima keping

besar brem rasa original, kemasan brem yang berukuran kotak

sedang dengan isi tiga keping besar brem original, kemasan brem

yang berukuran kotak kecil dengan isi tiga keping kecil brem

original, kemasan plastik isi empat keping kecil brem original,

kemasan toples dengan berat 500 gram berisi brem aneka rasa,

kemasan plastik pouch dengan isi 15 biji brem aneka rasa.

f. Penyimpanan Brem

Setelah dimasukkan dalam kemasan, kemudian brem di

simpan dalam kardus box besar yang berisi 30 kemasan brem besar

dan selanjutnya akan dikirim kepada pemesan.26

Penjelasan singkat tentang pembuatan brem sebagaimana

keterangan yang disampaikan dari Suparno karyawan Suwadji dan hasil

dari observasi peneliti ke tempat pembuatan brem. Proses fermentasi air

25

Hasil Observasi di Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa, Madiun, 6

Februari 2021 26

Hasil Observasi di Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa, Madiun, 6

Februari 2021

59

tape yang sudah diperas tidak terlebih dahulu dicek berapa kadar alkohol

di dalamnya melainkan langsung masuk ke tahap pemasakan, yaitu:

“Proses dari pembuatan brem yaitu yang pertama dilakukan

mencuci beras ketan sampai benar-benar bersih. Setelah itu, beras

ketan direndam terlebih dahulu selama kurang lebih dua jam.

Setelah perendaman selesai masuk ke tahap pemasakan atau

pengukusan beras ketan selama sampai benar-benar matang. Jika

sudah benar-benar matang jangan dikasih ragi dahulu, tapi tunggu

sampai nasi ketan dingin soalnya bakteri raginya akan mati jika

nasi terlalu panas. Ketika nasinya sudah dingin baru boleh

dicampur dengan ragi sampai rata, lalu di tunggu selama tujuh hari

sampai delapan hari. Setelah tujuh hari nasi ketannya sudah jadi

tape dan masuk ke tahap pengepresan, tape ketan diperas dengan

menggunakan alat pres dan diambil air tapenya yang kemudian

dimasak sampai mendidih dan mengental. Sesudahnya, air tape

yang sudah matang mengental di aduk dengan alat mixer dan diberi

soda kue supaya mengembang. Dan akhirnya dicetak di meja

pencetak brem.”27

Selain itu juga dalam pembuatan brem mayoritas dilakukan dengan

cara yang sama antara industri rumah tangga brem yang satu dengan yang

lain, tidak terkecuali industri rumah tangga merk Suling Gading Asli milik

Heru yang memiliki cara pembuatan brem yang sama:

“beras ketan direndam dahulu selama delapan hari, lalu

setelahnya beras ketan dipususi atau dicuci sampai bersih

setelahnya didang (dimasak ) itu lo mbak sampai beras ketan

berubah menjadi nasi ketan, nah setelahnya nasi ketan

didinginkan dengan cara diler atau didinginkan terlebih dahulu

sebelum nanti dikasih ragi, raginya setiap produksinya memakai 8

biji ragi untuk 25 kilogram beras ketan. Beras ketan yang sudah

dikasih ragi ditaruh di bak lalu didiamkan selama 8 hari, setelah 8

hari sudah jadi tape, tape itu diperas lalu dimasak sampai

warnanya berubah menjadi kuning biasanya waktu memasaknya

tidak sampai 30 menitan, setelah dimasak air tape itu masukkan

ke mixer lalu diaduk disana sampai mengental, dalam proses itu

dikasih bahan tambahan berupa soda kue, lalu diratakan di meja

dan dicetak”.28

27

Suparno, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021 28

Heru,Hasil Wawancara, Madiun 22 April 2021

60

C. Hasil Uji Laboratorium terhadap Kandungan Kadar Alkohol pada Air

Tape dan Brem

Contoh sampel dari air tape dan brem milik Suwadji telah melewati

tahap pengujian kadar alkohol di laboratorium kimia milik Balai Riset dan

Standardisasi Industri Surabaya (BARISTAND SURABAYA) dengan proses

pengujian menggunakan metode uji Destilasi. Destilasi yaitu pemisahan dari

komponen-komponen campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan

pada perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat dalam campuran.

Menggunakan metode tersebut sampel dari air tape dan brem yang sudah

dikirim telah dilakukan uji kalibrasi alkohol dengan identitas sampel sebagai

berikut:

Tabel 3.3 Identitas Sampel Air Tape dan Brem Padat29

No Nama Jenis Pabrik Jumlah Komposisi Parameter Uji

1. Air Tape Cair Perusahaan

Brem

Suling

Istimewa

330 ml Beras Ketan,

Ragi

Alkohol

29

Hasil Observasi di Industri Rumah Tangga Brem Suling Istimewa, Madiun 15

Februari 2021

61

Tabel Lanjutan No Nama Jenis Pabrik Jumlah Komposisi Parameter Uji

2. Brem Padat Perusahaan

Brem

Suling

Istimewa

500 gram Beras

Ketan,

Ragi, Soda

Kue

Alkohol

Berdasarkan tabel identitas sampel di atas ada dua sampel uji yaitu

yang pertama, air tape berbentuk cair sebanyak 330 ml dengan komposisi

beras ketan dan ragi milik perusahaan brem suling istimewa dengan

permohonan parameter uji alkohol. Kedua, sampel berupa brem berbentuk

padat seberat 500 gram dengan komposisi beras ketan, ragi dan soda kue

produk dari perusahaan brem suling istimewa dengan permohonan parameter

uji alkohol. Berikut laporan hasil uji air tape dan brem:

Tabel 3.4 Laporan Hasil Uji Air Tape dan Brem30

No Nama Parameter Uji Satuan Hasil Uji Metode Uji

1. Air Tape Alkohol Persen (%) 3.9 Destilasi

2. Brem Alkohol Persen (%) 0.2 Destilasi

30

Hasil Dokumentasi Balai Riset dan Standardisasi Industri Surabaya, Madiun 6

Februari 2021.

62

Penjelasan dari tabel di atas adalah pada pengujian air tape dengan

parameter uji alkohol didapatkan data yang tertulis berupa Laporan Hasil Uji

(LHU) dari Balai Riset dan Standardisasi Surabaya yaitu terdapat kadar

alkohol yang melebihi dari 1%. Dengan uraian dalam 330 ml air tape

terdapat 12,87 ml akohol atau jika dipersentasekan berarti terdapat 3,9 %

alkohol dalam 100% air tape. Adapun dalam 500 gram brem padat terdapat 1

gram alkohol atau jika dipresentasekan berarti terdapat 0,2 % alkohol dalam

100% brem padat. Alkohol yang terkandung dalam air tape dan brem padat

tersebut bukan senyawa murni. Seperti keterangan dari Suharto :

“ethanol murni itu biasanya persentasenya hampir 100%. Tapi kalau

melihat dari Laporan Hasil Uji (LHU) hanya sekitar 2 sampai dengan

3 %, itu artinya masih jauh untuk masuk dalam kategori senyawa

murni. Kalau kadarnya 2% itu artinya dalam 100 ml terdapat 2 ml

ethanol dan 98 ml air. Jadi, bisa dikatakan bahwa alkohol yang kamu

teliti masih belum bisa dikategorikan sebagai ethanol murni atau

senyawa murni.”31

Jadi, Air tape merupakan hasil dari fermentasi beras ketan putih yang

dicampur dengan ragi tape. Proses fermentasi tersebut dilakukan dengan

estimasi waktu sampai tujuh hari atau 168 jam. Sehingga selama tujuh hari

proses fermentasi ketan putih tersebut didapat presentase kandungan alkohol

sebesar 3,9% bukan senyawa murni. Air tape tersebut setelahnya diolah

kembali dan masuk ke tahap pemasakan dan menjadi brem padat yang

berbentuk kotak seperti lempengan. Setelah diuji kadar alkohol, brem

memiliki kandungan alkohol sebesar 0,2%.

31

Suharto, Hasil Wawancara, Madiun 13 April 2021.

63

Suharto juga memberikan keterangan bahwa terdapat perbedaan kadar

alkohol antara air tape dan brem yang tertera seperti pada gambar. Menurut

Suharto, terjadinya penyusutan kadar alkohol dari wujud cair yaitu air tape

dengan kadar 3.9% menjadi wujud padat yaitu brem padat dengan kadar

alkohol, dikarenakan ada proses pemasakan air tape dan juga ditambahkannya

bahan tambahan berupa soda kue yang secara langsung dapat bereaksi dengan

alkohol di dalam air tape tersebut. Sehingga ketika sudah berbentuk brem

padat kadar alkoholnya menyusut. Suharto menerangkan sebagai berikut:

“sekarang ada dua proses yaitu penyulingan air tape dan penyulingan

brem, itu saja sudah berbeda bahannya. Kalau brem itukan air tape

yang sudah ditambah bahan lain, sehingga wajar walau kadar

alkoholnya lebih rendah. Pada brem, soda kue itu dapat bereaksi

dengan alkohol sehingga kadarnya turun. Reaksi kimia antara soda

kue dengan alkohol ( C2H5OH + 2NaHCO3 → H2O + 2NaCO3 +

C2H6 ) dan dalam proses pemasakan juga bisa mempengaruhi

turunnya kadar alkohol dalam air tape.”32

Sehingga efek yang ditimbulkan ketika dikonsumsi tidak

menyebabkan kepala pusing, mual dan muntah, berjalan sempoyongan,

bicara tidak jelas, pandangan kabur ataupun efek yang biasanya ditimbulkan

ketika mengkonsumsi alkohol. Brem yang siap makan memiliki rasa yang

manis dengan sedikit asam, teksturnya padat dan kering serta memiliki warna

putih kekuningan. Seperti keterangan yang disampaikan oleh Dyah Ayu

konsumen dari industri rumah tangga Brem Suling Istimewa :

“saya sering beli brem miliknya Yuli, saya juga termasuk pencinta

brem dan seringnya makan brem yang rasa original, yang tidak ada

bahan campuran rasa buah. Saya suka rasa dari brem di industri rumah

tangga Brem Suling Istimewa memiliki rasa yang manis dan sedikit

32

Suharto, Hasil Wawancara, Madiun 20 April 2021

64

rasa susu, setelah makan brem saya juga tidak merasa mual, padangan

kabur ataupun pusing di kepala yang intinya tidak membuat saya

mabuk, ya seperti makan jajanan yang manis”.33

Keterangan dari konsumen brem industri rumah tangga Brem Suling

Istimewa Diah Novitasari :

“sering beli brem rasa original, reviewnya dari segi rasa enak, ada rasa

manis kayak ada rasa susunya. Bremnya mbak Yuli beda rasanya

sama yang lain, tidak ada rasa kecut ataupun bau menyengat, saya

tidak merasakan efek-efek yang mengarah ke memabukkan. Seperti

yang mbak sebutkan, kayak mual, pusing, ataupun bau yang

menyengat karena yang saya rasakan setelah makan brem hanya ada

rasa manis .”34

Dari pihak pemilik industri rumah tangga juga menyampaikan bahwa

brem yang diproduksi sudah layak untuk dikonsumsi dengan alasan sudah

memiliki Sertifikat Perizinan Produksi Industri Rumah Tangga. Sebagaimana

hasil wawancara dengan Suwadji yaitu:

“saya rasa brem yang saya buat sudah memenuhi standar makanan,

karena secara perizinan, kami sudah memiliki Sertifikat PIRT dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun contoh sampel bremya waktu

pendaftaran untuk mendapatkan Sertifikat perizinan industri itu juga

dibawa untuk dicek di Dinas Kesehatan dan Alhamdulillah kami

mendapatkan sertifikat tersebut untuk perizinan operasional produksi

di industri kami. Tetapi untuk waktu di cek di Dinas Kesehatan saya

tidak tau apakah bremnya juga dicek mengenai kadar alkoholnya yang

saya tahu hanya mengirimkan sampelnya ke Dinas Kesehatan.”35

33

Dyah Ayu Kartiko Wulan Purwaningsih, Hasil Wawancara, Madiun 14 April 2021. 34

Diah Novitasari, Hasil Wawancara, Madiun 21 April 2021. 35

Suwadji, Hasil Wawancara, Madiun 22 April 2021.

65

Hal yang sama juga disampaikan dari Heru pemilik industri rumah

tangga Brem Suling Gading Asli, yaitu:

“Menurut saya, brem saya sudah layak untuk dimakan dan dikonsumsi

masyarakat, soalnya ya saya gak pakai bahan apa-apa, maksudnya

dalam pembuatannya gak pakai bahan yang haram, saya pakai beras

ketan, ragi sama soda kue saja dan tidak ada bahan tambahan yang

lain, dan juga industri saya juga sudah memiliki sertifikat dari

DINKES, sertifikat untuk perizinan usaha. Namun, air tape memang

langsung saya masak jadi tidak ada pengecekan kadar. Untuk air

tapenya kadang-kadang juga pekerja atau tetangga saya ada yang

minta tapi tidak tau buat apa, mungkin buat obat katanya”.36

Dengan demikian menurut pemilik industri rumah tangga brem baik

Brem Suling Istimewa milik Suwadji dan Brem Suling Gading milik Heru,

produk brem yang diproduksi oleh masing-masing pihak telah memenuhi

standar kelayakan makanan dan kehalalannya dengan alasan bahwa mereka

telah memiliki sertifikat untuk perizinan usaha yang didapat dari Dinas

Kesehatan. Mereka berpendapat bahwa dalam segi bahan mereka

menggunakan bahan-bahan yang tidak diharamkan oleh agama.

36

Heru, Hasil Wawancara, Madiun 22 April 2021.

66

BAB IV

ANALISIS FATWA MUI NO.4 TAHUN 2003 TENTANG

STANDARDISASI FATWA HALAL TERHADAP PEMBUATAN

PRODUK OLAHAN BREM INDUSTRI RUMAH TANGGA BREM

SULING ISTIMEWA DI MADIUN

A. Analisis Fatwa MUI No 4 Tahun tentang Standardisasi Fatwa Halal

Terhadap Proses Pembuatan Brem di Industri Rumah Tangga Brem

Suling Istimewa

Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal. Dalam

fatwa tersebut menjelaskan mengenai bahan yang boleh digunakan maupun

yang tidak boleh atau haram digunakan untuk produk pangan. Oleh karena

itu, fatwa MUI No.4 Tahun 2003 menjadi tolak ukur untuk menilai kehalalan

suatu produk makanan maupun minuman. Terkait dengan pembuatan produk

makanan halal yang berupa bahan dan fasilitas maupun alat diatur dalam

ketentuan umum keempat, kelima dan ketujuh.

Ketentuan yang keempat nomor 3 menyatakan “tidak boleh

mengkonsumsi dan menggunakan bahan campuran bagi komponen makanan

atau minuman yang menimbulkan rasa atau aroma benda-benda atau binatang

yang diharamkan”.1 Ketentuan yang kelima nomor 1 menyatakan “mikroba

yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal adalah

halal, dan mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang

1 Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal

67

najis dan haram adalah haram”. Ketentuan yang ketujuh nomor 3 menyatakan

“suatu peralatan tidak boleh digunakan bergantian antara produk babi dan non

babi meskipun sudah melalui proses pencucian”.2

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara kepada

beberapa narasumber, bahwa pembuatan produk olahan brem di industri

rumah tangga Brem Suling Istimewa sudah sesuai dengan ketentuan umum

nomor 4 Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal.

Ketentuan keempat nomor 3 menyatakan “tidak boleh mengkonsumsi dan

menggunakan bahan campuran bagi komponen makanan atau minuman yang

menimbulkan rasa atau aroma benda-benda atau binatang yang diharamkan”.

Pada praktik pembuatan brem di industri rumah tangga Brem Suling Istimewa

menggunakan bahan-bahan yang halal dan suci serta sesuai dengan ketentuan

nomor 3 tersebut, karena bahan yang digunakan dalam pembuatan brem

tidak berasal dari bahan haram atau najis seperti halnya beras ketan yang

menjadi bahan pokok dari pembuatan brem.3

Ketentuan kelima nomor 1 menyatakan “mikroba yang tumbuh dan

berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal adalah halal, dan

mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang najis dan

haram adalah haram”. Sedangkan pada praktiknya industri rumah tangga

Brem Suling Istimewa menggunakan bahan mikrobial berupa ragi tape yang

sesuai dengan ketentuan kelima nomor 1 Fatwa MUI No.4 Tahun 2003

tentang Standardisasi Fatwa Halal, karena ragi tape yang digunakan untuk

2 Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal

3 Djairah, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

68

memfermentasikan beras ketan dengan komposisi berupa beras, bawang

putih, cabe jawa, lada putih dan adas4. Dalam komposisinya tidak memakai

enzim dari babi yaitu substrat brain heart infusion (BHI) yang biasanya

digunakan untuk kultivasi bakteri, ragi, dan kepang.5 Bahan lainnya adalah

soda kue yang digunakan sebagai pengembang juga pada dasarnya adalah

halal dan suci. Bahan-bahan tersebut tidak tercampur dengan bahan-bahan

yang dikategorikan najis atau haram, seperti halnya kotoran atau bahan yang

diharamkan.6

Ketentuan ketujuh nomor 3 menyatakan “suatu peralatan tidak boleh

digunakan bergantian antara produk babi dan non babi meskipun sudah

melalui proses pencucian”. Menyangkut dengan ketentuan diatas, menurut

para ahli di LPPOM MUI produk halal tidak hanya dilihat dari bahannya saja

tetapi juga fasilitas berupa alat-alat yang digunakan seperti semua tempat

penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan dan transportasinya tidak boleh

digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi dan barang yang

tidak halal lainnya, terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang

diatur dalam syariat Islam. Pada praktiknya alat-alat yang digunakan oleh

industri rumah tangga Brem Suling Istimewa sudah sesuai dengan ketentuan

ketujuh nomor 3 Fatwa MUI No.4 Tahun 2003, karena alat yang digunakan

dalam proses pembuatan brem sudah memenuhi syarat dengan dibuktikan

dengan setiap akan melakukan produksi semua alat-alat yang digunakan

4 Adas/Foeniculum vulgare adalah tumbuhan bergetah yang tingginya kira-kira 1,5

meter, bijinya dijadikan minyak untuk obat 5 IB, “Mengenal Produk Mikrobial”, Dalam https://halalcorner.id/mengenal-produk-

mikrobial/. (diakses pada tanggal 15 April 2021, jam 20.36) 6 Yuli Tri Wulan Sari, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

69

dalam proses pembuatan brem akan dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu,

baik ketika akan digunakan maupun setelah selesai digunakan. Untuk meja

cetakan dan alat pemeras tape akan dilapisi dengan plastik supaya terjamin

kebersihannya. Alat-alat tersebut terbebas dari kontaminasi silang dengan

bahan atau produk yang haram dan tidak yang berasal dari babi atau

turunannya.

Sebagaimana data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Lono,

selaku karyawan yang ada di industri rumah tangga Brem Suling Istimewa.

Beliau menyampaikan bahwa dalam penggunaan fasilitas maupun alat dalam

pembuatan brem sebelum dipakai maupun sesudah dipakai akan ada

sterilisasi terlebih dahulu atau pembersihan.7

Pada proses pembuatannya setelah melewati tahap fermentasi selama

8 hari, nasi ketan berubah menjadi tape ketan lalu diperas dengan

menggunakan alat press dan berubah menjadi air tape. Sehingga ada

kesengajaan untuk mengambil air tape untuk digunakan sebagai bahan dasar

pembuatan brem dan sebelum masuk ketahap pemasakan air tape tersebut

tidak dicek kadar alkoholnya terlebih dahulu. Sebagaimana data yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan Yuli menyatakan bahwa setelah

diperas air tape langsung dimasak tanpa adanya cek kadar alkohol

didalamnya.8 Sehingga peneliti mengirim contoh sampel air tape ke Balai

Riset dan Standardisasi Industri Surabaya serta mendapat hasil laporan uji

bahwa air tape mengandung kadar alkohol sebanyak 3,9%. Secara otomatis

7 Lono, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

8 Yuli Tri Wulan Sari, Hasil Wawancara, Madiun, 6 Februari 2021

70

air tape tersebut sudah bisa dikatakan sebagai khamr dan tentunya sesuai

dengan ketentuan pertama nomor 5 yang menyatakan “ minuman keras yang

dibuat dari air perasan tape dengan kandungan ethanol minimal 1% termasik

kategori khamr”, karena melebihi kadar 1% seperti yang dijelaskan.

Namun, sebagaimana hasil wawancara dengan Suparno menyatakan

bahwa setelah tape diperas dan menjadi air tape, air tape masih berlanjut ke

tahap pemasakan dan pemberian bahan soda kue. Karena dalam proses

tersebut terjadi penyusutan kadar alkohol yang semula 3.9% menjadi 0,2%

sehingga tidak termasuk dalam kategori khamr, sebagaimana pendapat

Suharto yang menyatakan bahwa karena ada proses pemasakan dan

pemberian bahan tambahan berupa soda kue yang membuat penyusutan kadar

alkohol. Sebagaimana dalam firman Alla>h Swt dalam surat An-Nahl ayat 67:

“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan

dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.”9

Dalam ayat ini Alla>h Swt menyatakan secara tersirat bahwa dari kedua

buah tersebut dapat diolah menjadi rezeki yang baik (perdagangan alami) dan

hal yang tidak baik (minuman yang memabukkan) dan dalam hal disebut

sebagai proses perenungan.10

Oleh karena itu, dalam lingkup air tape pada

proses pembuatan brem, Proses perenungan pengharaman yaitu apabila air

9 Al-Qur‘à>n,16:67

10 Syaiful Rahmat Panggabean, “Khamar dan Alkohol; Sebuah Rekonstruksi

Pemahaman.” Dalam Scholar.google.co.id , (diakses pada tanggal 14 April 2021, jam 15.05)

71

tape tersebut langsung diminum tanpa ada proses pemasakan maupun

penambahan soda kue sehingga kadar alkoholnya masih di atas 1% dan hal

tersebut membuat air tape haram. Sedangkan apabila air tape tersebut

diproses kembali atau diolah sehingga kadar alkohol di dalamnya menjadi

menyusut dan berbeda wujudnya menjadi padat, hal tersebut dapat

memberikan manfaat ekonomis serta halal untuk dikonsumsi.

Dalam pemaparan pada bab III telah dijelaskan tentang pembuatan

brem di industri rumah tangga Brem Suling Istimewa. Dalam praktiknya,

pembuatan brem ada beberapa tahapan proses yang sesuai dengan ketentuan

Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal, dari segi

bahannya proses pembuatan brem menggunakan bahan-bahan yang halal dan

suci dan sesuai dengan ketentuan keempat nomor 3, menggunakan bahan

mikrobial berupa ragi tape yang sesuai dengan ketentuan kelima nomor 1, dan

dari segi alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan brem sudah

memenuhi syarat yaitu alat-alat tersebut terbebas dari kontaminasi silang

dengan bahan atau produk yang haram dan tidak yang berasal dari babi dan

turunannya.

Oleh karena itu dari segi proses pembuatan produk olahan brem di

industri rumah tangga Brem Suling Istimewa sesuai dengan Fatwa MUI No.4

Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal, hal tersebut dikarenakan

proses pembuatan produk olahan brem sudah sesuai dengan ketentuan dalam

fatwa, baik dilihat dari segi bahan maupun alat yang digunakan dalam proses

pembuatan brem.

72

B. Analisis Fatwa MUI No 4 Tahun tentang Standardisasi Fatwa Halal

Terhadap Standar Kehalalan Produk Olahan Brem Industri Rumah

Tangga Suling Istimewa di Madiun

Kehalalan produk pangan menjadi salah satu standar konsumsi

masyarakat, terutama masyarakat muslim. Majelis Ulama Indonesia telah

mengeluarkan beberapa fatwa yang mengatur terkait tentang kehalalan

produk. Salah satu fatwanya adalah Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang

Standardisasi Fatwa Halal. Produk makanan halal bisa dinilai layak dari segi

halalnya apabila sudah sesuai ketentuan syariat, salah satunya sesuai dengan

Fatwa MUI No.4 Tahun 2003. Dalam fatwa ini menjelaskan mengenai

khamr, tape dan air tape yang tertera pada ketentuan pertama dan ketentuan

kedua.

Ketentuan pertama nomor 1 dan 3 menyatakan bahwa “khamr adalah

setiap yang memabukkan, baik berupa minuman, makanan maupun lainnya.

Hukumnya adalah haram. Minuman yang termasuk dalam kategori khamr

adalah najis”. Ketentuan yang kedua nomor 1 dan 2 menyatakan bahwa

“etanol yang merupakan senyawa murni yang bukan berasal dari industri

khamr adalah suci. Penggunaan etanol yang berupakan senyawa murni yang

bukan berasal dari industri khamr untuk proses produksi industri pangan

hukumnya mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak terdeteksi dan

haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih terdeteksi”.11

11

Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal

73

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

Suharto yang mengetahui tentang data yang diperoleh dari Laporan Hasil Uji

air tape dan brem, menyatakan bahwa alkohol yang terkandung dalam air tape

dan brem padat tersebut bukan senyawa murni karena alkohol (etanol) yang

bersenyawa murni memiliki persentase hampir 100%, sedangkan kandungan

alkohol (etanol) yang terdapat pada 330 ml air tape terdapat 12,87 ml akohol

atau jika dipersentasekan berarti terdapat 3,9 % alkohol dalam 100% air tape.

Adapun dalam 500 gram brem padat terdapat 1 gram alkohol atau jika

dipresentasekan berarti terdapat 0,2 % alkohol dalam 100% brem padat.

Artinya masih jauh untuk masuk dalam kategori senyawa murni. 12

Sebagaimana ketentuan kedua nomor 2 pada Fatwa MUI No.4 Tahun

2003 menyatakan bahwa “Penggunaan etanol yang merupakan senyawa

murni yang bukan berasal dari industri khamr untuk proses produksi industri

pangan hukumnya mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak

terdeteksi dan haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih

terdeteksi”.13

Oleh karena itu, air tape yang digunakan untuk proses

pembuatan brem tidak termasuk dalam kategori etanol dengan senyawa

murni. Sehingga sesuai dengan ketentuan kedua Fatwa MUI No.4 Tahun

2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal, yaitu tidak terdeteksi adanya alkohol

(etanol) yang bersenyawa murni baik dalam bahan mentah maupun pada hasil

produk akhirnya.

12

Suharto, Hasil Wawancara, Madiun 13 April 2021 13

Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal

74

Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Hasil Uji laboratorium

di Balai Riset dan Standardisasi Industri Surabaya, dapat diketahui bahwa

contoh sampel 330 ml air tape dan 500 gram brem yang sudah diujikan

terdapat kadar alkohol melebihi 1 % yaitu 3.9 %, yang berarti air tape

tersebut bisa dikatakan sebagai khamr sesuai dengan ketentuan Fatwa MUI

No.4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal yang pertama nomor 5.

sehingga hukumnya haram seperti ketentuan yang ada pada nomor 1 yaitu

“khamr adalah setiap yang memabukkan, baik berupa minuman, makanan

maupun lainnya. Hukumnya adalah haram”. Hal tersebut diperkuat juga fatwa

MUI No.10 Tahun 2018 tentang Produk Makanan dan Minuman yang

Mengandung Alkohol/Etanol yang menyatakan “produk makanan yang

ditambahkan khamr adalah haram”.14

Namun, pada ketentuan pertama nomor 4 yaitu menyatakan

“minuman yang mengandung ethanol dibawah 1% sebagai hasil fermentasi

yang direkayasa adalah haram atas dasar sadh al-dhari’ah (preventif), tapi

tidak najis. Sebagaimana konsep sadh al-dhari’ah menurut 4 pembagian al-

dhari’ah menurut Ibnu al-Qayyim yaitu salah satunya pada bagian yang

keempat yang juga disepakati oleh jumhur ulama atas kebolehannya, atau

sunnah, atau bahkan wajib sebanding dengan tingkatan kemaslahatan yang

dihasilkan, yaitu “Sesuatu yang pada dasarnya merupakan media sesuatu

yang mubah tanpa disertai tujuan mencapai mafsadat serta terdapat

kemungkinan mengantar kepada mafsadat akan tetapi sisi maslahatnya lebih

14

Fatwa MUI No.10 Tahun 2018 tentang Produk Makanan dan Minuman yang

Mengandung Alkohol/Etanol

75

dominan.”15

Dalam pembuatan produk olahan brem tidak memiliki tujuan

memabukkan karena air tape yang sebelumnya haram dan memiliki kadar

alkohol sebesar 3.9%. Setelah melalui proses tahapan produksi pada hasil

akhir menjadi brem padat yang memiliki kadar alkohol sebesar 0,2%. Selain

tidak menimbulkan efek memabukkan. Penjelasan di atas sebagaimana juga

teori Ibnu Qayyim pada bagian pertama, yaitu “Sesuatu yang sejak semula

dapat mengantar kepada mafsadat, misalnya minum khamr dapat membuat

mabuk”.16

Selain dari keterangan di atas brem juga dapat dimanfaatkan dari sisi

ekonomisnya yaitu diperjual belikan untuk memenuhi kebutuhan, dan juga

industri rumah tangga yang bergerak dibidang produk olahan brem

terkhususnya industri rumah tangga Brem Suling Istimewa dapat membuka

lapangan pekerjaan bagi warga sekitar dalam arti membantu untuk menekan

nilai pengangguran yang ada di kabupaten Madiun.

Sebagaimana data yang sudah peneliti peroleh dari hasil wawancara

dengan Suharto, menyatakan bahwa terjadinya penyusutan kadar alkohol dari

wujud cair yaitu air tape dengan kadar 3.9% menjadi wujud padat yaitu brem

padat dengan kadar alkohol dikarenakan ada proses pemasakan air tape dan

juga ditambahkannya bahan tambahan berupa soda kue yang secara langsung

dapat bereaksi dengan alkohol di dalam air tape tersebut sehingga ketika

sudah berbentuk brem padat kadar alkoholnya menyusut, jadi tidak

15

Imam Fawaid,”konsep sadh al-dhari’ah dalam perspektif Ibnu al-Qayyim al-jauziah,” jurnal lisan al-hal, 2 (2019) 333.

16 Ibid.,

76

menimbulkan efek yang memabukkan.17

Sebagaimana firman Alla>h Swt

dalam surat An-Nisa> ‘ ayat 43:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam

Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan

pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub.”18

Dari ayat diatas disimpulkan bahwa konsumsi khamr masih

dibolehkan dengan batasan tidak boleh mendirikan salat kalau sedang mabuk,

dan juga dibolehkan minum khamr selama tidak menghilangkan kesadaran.19

Dengan demikian dalam konteks air tape pada proses pembuatan brem dan

masih memiliki kadar alkohol serta memiliki efek memabukkan, maka tidak

boleh diminum dalam arti haram dikonsumsi dan apabila tidak menimbulkan

efek yaitu dalam bentuk brem padat boleh dikonsumsi atau halal untuk

dikonsumsi. Sebagaimana keterangan dari konsumen Brem Suling Istimewa

baik Dyah Ayu dan Diah Novitasari menyatakan bahwa brem yang beliau

makan memiliki rasa yang manis, namun tidak membuat pusing atau efek-

efek lainnya karena memabukkan.

Oleh karena itu standar kehalalan produk olahan brem di industri

rumah tangga Brem Suling Istimewa sesuai dengan Fatwa MUI No.4 Tahun

2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal, karena ditinjau dari teori sadh al-

17

Suharto, Hasil Wawancara, Madiun 20 April 2021. 18

Al-Qur‘à>n,4:43 19

Syaiful Rahmat Panggabean, “Khamar dan Alkohol; Sebuah Rekonstruksi

Pemahaman.” Dalam Scholar.google.co.id , (diakses pada tanggal 14 April 2021, jam 15.05)

77

dhari’ah yang terdapat pada ketentuan pertama nomor 4 produk olahan brem

memiliki sisi mas}lah}at yang dominan menurut Ibnu Qayyim pada bagian

keempat dan juga telah disepakati oleh ulama atas kebolehannya, atau

sunnah, atau bahkan wajib sebanding dengan tingkatan kemaslahatan yang

dihasilkan. Dengan alasan dari segi proses pembuatan tidak ada niat untuk

membuat brem menjadi khamr atau memabukkan, disisi lain brem dapat

dimanfaatkan dari sisi ekonomisnya yaitu diperjual belikan untuk memenuhi

kebutuhan, dan juga industri rumah tangga yang bergerak dibidang produk

olahan brem terkhususnya industri rumah tangga Brem Suling Istimewa dapat

membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar dalam arti membantu untuk

menekan nilai pengangguran yang ada di kabupaten Madiun. Produk olahan

brem tidak menimbulkan efek memabukkan sehingga sesuai dengan

ketentuan fatwa pertama nomor 1 dan 3.

78

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, adapun kesimpulan

analisis implementasi Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi

Fatwa Halal terhadap pembuatan produk olahan brem di Industri Rumah

Tangga Brem Suling Istimewa adalah sebagai berikut:

1. Bahwa proses pembuatan brem di Industri Rumah Tangga Suling

Istimewa sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa MUI No.4 Tahun 2003

Tentang Standardisasi Fatwa Halal. Karena dilihat dari segi bahannya,

proses pembuatan brem menggunakan bahan yang halal dan tanpa ada

unsur haram. Alat-alat yang digunakan juga terbebas dari kontaminasi

silang dengan bahan atau produk yang haram, baik yang berasal dari

babi dan turunannya.

2. Bahwa standar kehalalan produk olahan brem di Industri Rumah Tangga

Suling Istimewa sesuai dengan Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 Tentang

Standardisasi Fatwa Halal. Karena terjadinya penyusutan kadar alkohol

yaitu, air tape yang semula terdapat kadar alkohol sebesar 3,9%

menyusut menjadi 0,2% yang berupa brem padat. Penyusutan dapat

terjadi karena setelah adanya proses pemasakan dan penambahan soda

kue dalam air tape tersebut. Apabila ditinjau dari teori sad dhariah,

bahwa dalam pembuatan brem tidak bertujuan untuk kemafsadatan,

namun berpotensi mengantarkan kepada mafsadat akan tetapi sisi

79

maslahatnya lebih dominan, yaitu brem tidak memabukkan, dan menjadi

sebagai sumber pendapatan bagi semua warga desa Kaliabu.

B. SARAN

1. Diperlukan adanya pelatihan dan atau sosialisasi dari Majelis Ulama

Indonesia terkait dengan proses pembuatan produk halal dan sosialisasi

terkait dengan pendaftaran sertifikat halal MUI kepada produsen brem di

Madiun. Khususnya kepada perusahaan Brem Suling Istimewa agar

ketentuan-ketentuan yang ada dalam Fatwa MUI No.4 Tahun 2003

tentang Standardisasi Fatwa halal dapat terlaksana dan tidak ada

keraguan di masyarakat terkait dengan kehalalan produk olahan brem.

2. Diharapkan pihak perusahaan Brem Suling Istimewa untuk mempelajari

lebih lanjut literatur-literatur terkait dengan proses pembuatan pangan

yang sesuai dengan syariat, supaya dapat terus belajar dan berbenah

untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pengembangan produk makanan

halal khususnya produk brem.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di. Tafsir Al-Qur’an (Jakarta : Darul Haq, 2016)

Ali, Muchtar. ”Konsep Makanan Halal Dalam Tinjauan Syariah Dan Tanggung

jawab Produk Atas Produsen Industri Halal”, Ahkam, 2 (2016).

Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Bekasi : Cipta Bagus Segara, 2013.

Bachtiar. Metode Penelitian Hukum (Banten:Unpam Press,2018)

Berpendidikan, “Pengertian Dan Hukum Makanan Yang Halal Dan Haram”

Dalam https://www.berpendidikan.com/2017/05/pengertian-dan-hukum-

makanan-yang-Halal.html, (diakses pada tanggal 4 Februari 2021, jam 05.14

WIB).

Dewan Syariah Nasional MUI. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah (Jakarta :

Penerbit Erlangga, 2014).

Dinas Kesehatan. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-

PIRT), dalam https://dinkes.slemankab.go.id (diakases pada tanggal 12-4-

2021 pukul 10.01 WIB)

Fatwa MUI No.10 Tahun 2018 tentang Produk Makanan dan Minuman yang

Mengandung Alkohol/Etanol.

Fatwa MUI No.4 Tahun 2003 tentang Standardisasi Fatwa Halal

Fawaid, Imam. ”konsep sadh al-dhari’ah dalam perspektif Ibnu al-Qayyim al-

jauziah,” jurnal lisan al-hal, 2 (2019)

Febrianti,Fitri. “Tinjauan Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2004 tentang Standarisasi

Halal Terhadap Makanan yang Dibuat Dari Ketan (Studi Kasus Desa

Sukasenang Kec.Bayongbong Garut),”Prosiding Keuangan dan Perbankan

Syariah, 2017

FMU Indonesia, “Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa

Halal,” Dalam http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/Standarisasi-

Fatwa-Halal.pdf, (Diakses Pada Tanggal 18 Desember 2020, jam 07.23).

Ghony, M.Djunaidi. Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2012).

Hasan, Sofyan. Sertifikasi Halal Dalam Hukum Positif (Yogyakarta :Aswaja

Pressindo,2014).

Herdiansyah, Haris. wawancara, observasi, dan focus groups (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2013)

IB, “Mengenal Produk Mikrobial”, Dalam https://halalcorner.id/mengenal-

produk-mikrobial/. (diakses pada tanggal 15 April 2021, jam 20.36)

Komisi Informasi dan Komunikasi MUI, “Sejarah MUI” Dalam

https://mui.or.id/sejarah-mui/, ( diakses pada tanggal 18 Februari 2021 pukul

10.13 WIB)

Kurnia, Abi Jam‟an. “Penggunaan Alat Pengolahan dan Penyajian Produk Halal

dengan Tidak Halal”,Dalam https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan

/penggunaan -alat-pengolahan-dan-penyajian-produk-Halal-dengan-tidak-

Halal/ (diakses pada tanggal 18 Februari 2021 pukul 10.36 WIB).

LPPOM-MUI, “Persyaratan Sertifikasi Halal MUI”, Dalam

https://www.Halalmui.org/mui14/main/page/persyaratan-sertifikasi-Halal-

mui, (diakses pada tanggal 19 Desember 2020, jam 07.39 WIB)

Qardhawi, Yusuf. Halal dan Haram dalam Islam (Solo: Era Intermedia,2003)

R. Semiawan, Conny. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan

Keunggulan (Jakarta: Grasindo, 2010)

Rahmat, Syaiful. “Khamar dan Alkohol; Sebuah Rekonstruksi Pemahaman.”

Dalam Scholar.google.co.id , (diakses pada tanggal 14 April 2021, jam

15.05)

Republika. “Definisi Halal” Dalam https://m.republika.co.id/amp/na385a, (diakses

pada tanggal 4 Februari 2021, jam 05.01 WIB)

Rianto, Risky Darmawan. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air Tape

Ketan Di Desa Siman Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Skripsi

(Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,2019)

Saefullah, Asep, dkk. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah I’lamul Muwaqi’in Panduan

Hukum Islam (Jakarta: Pustaka Azam,2010)

Sani, Abdulasis. Metode Penetapan Standarisasi Produk Makanan Halal (Studi

Perbandingan Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh dan Majelis Agama

Islam Patani). Skripsi (Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Darussalam,2017)

Setiawan, Ebta. “KBBI Online”, dalam https://kbbi.web.id/makan, (diakses pada

tanggal 18 Desember 2020, jam 10.35).

Shalih bin Abdul Aziz Alu asy-Syaikh, Izzudin Karimi, Fikih Muyassar (Jakarta :

Darul Haq, 2016)

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:

Alfabeta,2019)

Surahman, Minawati. Tinjauan Mas}lah}ah dan Perundang-Undangan Produksi

Pangan Terhadap legalitas Produsen Brem Di Desa Kaliabu Kecamatan

Mejayan Kabupaten Madiun. Skripsi (Ponorogo : Institut Agama Islam

Negeri Ponorogo, 2019)

Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, Indahnya Syariat Islam. Terj. Saleh Faisal

(Jakarta:Gema Insani Press,2006)

Wahyuningsih, Sri. Metode Penelitian Studi Kasus (Madura: UTM Press,2013)

Yanggo, Huzaemah Tahido. “Makanan Dan Minuman Dalam Perspektif Hukum

Islam,”Tahkim,2(2013)