IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

15
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Jun 2017: 85 - 99 ISSN 2085-6091 Terakreditasi No r 709/Akred/P2Ml-LlPl/1 0/201 5 PENDAHULUAN Kajian ini dilakukan dalam rangka mengevaluasi kebijakan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi (Pemen DPDTT) Nomor I Tahun 2015 Tentang Pedoman Ker.venangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Keu'enangan Lokal Berskala Desa.Tahapan awalnya dilakukan melalui identifikasi jr--nis-jenis kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan IMPLEMENTASI KEWENANGAN DESA: DINAMIKA, MASALAH, DAN SOLUSI KEBIJAKAN IMPLEMENTATIO AT O F VILLAGE AUTHORITY: DYNAMICS, PROBLEMS, AATD SOLUTION POLICY Gunarvan Pusat Penelitian Pemerintahan Umum dan Kependr-rdukan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri, J1. Kramat Raya No. 132 - Sencn" Jakarta. Indonesia email : r'vgbppkemendagri(ggmai1.com. wa\\'[email protected] Diserahkan : 25r01 i201 7. Diperb atki : 26i01i2017. Disetigui : 2410512017 Abstrak Berdasarkan Unrtang-Undang Nomor 6 Tahun 20 l4 tentang Desa. Desa memiliki 4 (empatl jenis ker,venangan. Namun dalam implcmentasi kervenangan desa tersebut. seringkali terjadi distorsi yairu berupa perbedaan pemahaman dan penafsiran. schingga menimbulkan gesekan ataupun sengketa dengan pihak lain. Studi ini bertujr"ran mengevaluasi Peraturan Menteri Desa, Pen.rbangunan DaerahTertinggal. dan Transmigrasi Nomor I Tahun 20 l5 Tentang Tentang Pedoman Kewcnangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa serta mengetahui sejar-rh mana irnplementasi beserta implikasi kewenangan desa, khususnya ke'uvenangan desa yang berasal dari hak asal usul dan kewenangan desa berskala lokal dcsa. Penelitian menggunakan metode kualitatit--deskriptif. Lokus srudi adalah 6 (enam) desa dan3(tiga)nagariyangdipilihsecarapulposifdantersebardi3(tiga)kabupatenpada3 (tiga)provinsi.Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sosialiasi regulasi tentang ke."i,'enangan desa sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan DacrahTertinggal, dan Transmigrasi Nomor I Tahun 20 l5 belum diselenggarakan sampai pada tataran desa. Sampai saat ini. masih terdapat perbedaan persepsi dalam menafsirkan ker'venangan desa, seringnya terjadi sengketa antara ke."venangan kabupaten dengan kcwenangan desa sefta kervenangan desa dengan pihak slvasta. Direkomendasikan untuk merer iu regulasi/kebijakan tentang kewenangan desa dan melakukan sosialisasi sccara intensif sampai ke tataran pclaksana dengan mengikutsertakan pcmangku kepentingan dan masyarakat di desa. Kata kunci : Implementasi. kebrjakan, kervenangan,desa. Abstract Ba.setl on Lav' lr[o. 6 4'2014 about [rillage (desa), there are Jbur t1'pes of outhority in village (desa) aclministration. In L'illage Administration implemenlalictn, there's alv'a1,s interpretotion distortion that couses contradiction v'ith other stakeholders. This studt ctim to discover how.far does the implementotion and implication of L'illage ,4.dministration authorities, specioll authorities thut corne lrom loc'al village administration rights oJ'orign. The Studv use cluolitative-de.scriptive approac'h. Main stud,- locu.s is on 6 district (clesa) and 3 nagari (.similar to deso) that purpo.sivel.v chosen ancl locttted in three regencies in three provinces. This study conclude that the regulation of hllage Authorities as stated in The ttillage, Rural Area Development and Transmigration Minis;ter Decree 1 , 201 5 hasn't reac'h and/or implemented in the I/illage level. Currently, there's still perception di/lbrence.s in interpreting the Village Authorities, ttncl ttlso dispute bett'een Regencie.s ancl Village Authoritie.s and beht'een Village and privttte .\ector.\ authorities. It is highl,t recommended to reviev'the Villoge Atfthoritie,\ regtrlotions and to intensit,ely social'-e the regulation to the village olJicials thrcugh village stakeholder.s uncl sttcieties purtic ipttrion. Key wo rds : imp I em en tat ion, p o I ic't', aut ho r i h,, v i I I age s. keu,enangan lokal berskala desa. Kaj ian ini diupayakan menjadi referensi dalam perumusan peraturan menteri dalam negeri (Permendagri) tentang ker,venangan desa, karena sampai saat ini Permendagri tentang kew'enangan desa belum terwuj ud sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah(PP) Nomor ,17 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pernerintah Nomor ,13 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undan_e-Undang Nomor 6 85

Transcript of IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

Page 1: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Jun 2017: 85 - 99

ISSN 2085-6091 Terakreditasi

No r 709/Akred/P2Ml-LlPl/1 0/201 5

PENDAHULUANKajian ini dilakukan dalam rangka

mengevaluasi kebijakan Peraturan Menteri Desa,Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi(Pemen DPDTT) Nomor I Tahun 2015 TentangPedoman Ker.venangan Berdasarkan Hak Asal Usuldan Keu'enangan Lokal Berskala Desa.Tahapanawalnya dilakukan melalui identifikasi jr--nis-jeniskewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan

IMPLEMENTASI KEWENANGAN DESA:DINAMIKA, MASALAH, DAN SOLUSI KEBIJAKAN

IMPLEMENTATIO AT O F VILLAGE AUTHORITY:DYNAMICS, PROBLEMS, AATD SOLUTION POLICY

GunarvanPusat Penelitian Pemerintahan Umum dan Kependr-rdukan,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri,J1. Kramat Raya No. 132 - Sencn" Jakarta. Indonesia

email : r'vgbppkemendagri(ggmai1.com. wa\\'[email protected] : 25r01 i201 7. Diperb atki : 26i01i2017. Disetigui : 2410512017

AbstrakBerdasarkan Unrtang-Undang Nomor 6 Tahun 20 l4 tentang Desa. Desa memiliki 4 (empatl jenisker,venangan. Namun dalam implcmentasi kervenangan desa tersebut. seringkali terjadi distorsi yairu berupaperbedaan pemahaman dan penafsiran. schingga menimbulkan gesekan ataupun sengketa dengan pihak lain.Studi ini bertujr"ran mengevaluasi Peraturan Menteri Desa, Pen.rbangunan DaerahTertinggal. danTransmigrasi Nomor I Tahun 20 l5 Tentang Tentang Pedoman Kewcnangan Berdasarkan Hak Asal Usul danKewenangan Lokal Berskala Desa serta mengetahui sejar-rh mana irnplementasi beserta implikasikewenangan desa, khususnya ke'uvenangan desa yang berasal dari hak asal usul dan kewenangan desaberskala lokal dcsa. Penelitian menggunakan metode kualitatit--deskriptif. Lokus srudi adalah 6 (enam) desadan3(tiga)nagariyangdipilihsecarapulposifdantersebardi3(tiga)kabupatenpada3 (tiga)provinsi.Hasilpenelitian ini membuktikan bahwa sosialiasi regulasi tentang ke."i,'enangan desa sebagaimana ditetapkandalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan DacrahTertinggal, dan Transmigrasi Nomor I Tahun 20 l5belum diselenggarakan sampai pada tataran desa. Sampai saat ini. masih terdapat perbedaan persepsi dalammenafsirkan ker'venangan desa, seringnya terjadi sengketa antara ke."venangan kabupaten dengankcwenangan desa sefta kervenangan desa dengan pihak slvasta. Direkomendasikan untuk merer iuregulasi/kebijakan tentang kewenangan desa dan melakukan sosialisasi sccara intensif sampai ke tataranpclaksana dengan mengikutsertakan pcmangku kepentingan dan masyarakat di desa.Kata kunci : Implementasi. kebrjakan, kervenangan,desa.

AbstractBa.setl on Lav' lr[o. 6 4'2014 about [rillage (desa), there are Jbur t1'pes of outhority in village (desa)aclministration. In L'illage Administration implemenlalictn, there's alv'a1,s interpretotion distortion thatcouses contradiction v'ith other stakeholders. This studt ctim to discover how.far does the implementotionand implication of L'illage ,4.dministration authorities, specioll authorities thut corne lrom loc'al villageadministration rights oJ'orign. The Studv use cluolitative-de.scriptive approac'h. Main stud,- locu.s is on 6district (clesa) and 3 nagari (.similar to deso) that purpo.sivel.v chosen ancl locttted in three regencies in threeprovinces. This study conclude that the regulation of hllage Authorities as stated in The ttillage, Rural AreaDevelopment and Transmigration Minis;ter Decree 1 , 201 5 hasn't reac'h and/or implemented in the I/illagelevel. Currently, there's still perception di/lbrence.s in interpreting the Village Authorities, ttncl ttlso disputebett'een Regencie.s ancl Village Authoritie.s and beht'een Village and privttte .\ector.\ authorities. It is highl,trecommended to reviev'the Villoge Atfthoritie,\ regtrlotions and to intensit,ely social'-e the regulation to thevillage olJicials thrcugh village stakeholder.s uncl sttcieties purtic ipttrion.Key wo rds : imp I em en tat ion, p o I ic't', aut ho r i h,, v i I I age s.

keu,enangan lokal berskala desa. Kaj ian inidiupayakan menjadi referensi dalam perumusanperaturan menteri dalam negeri (Permendagri) tentangker,venangan desa, karena sampai saat ini Permendagritentang kew'enangan desa belum terwuj udsebagaimana amanat Peraturan Pemerintah(PP)Nomor ,17 Tahun 2015 Tentang Perubahan AtasPeraturan Pernerintah Nomor ,13 Tahun 2014 TentangPeraturan Pelaksanaan Undan_e-Undang Nomor 6

85

Page 2: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor '1 Juni 2017; 85 - 99

Tahun 20 I 4 Tentang Desa.Evaluasi terhadap keberadaan Permen DPDTT

Nomor 1 Tahun 2015 dilakukan seiring banyaknyakeluhan Kepala Desa dalam implementasinya.Seringkali terjadi multi tafsir dalam memaknaikewenangan desa berdasarkan Undang-Undang (UU)Nomor 6 Tahun 2014 Teltang Desa maupun PP

Nomor 43 Tahun 2014 sebagai peraturanpelaksanaannya. Persoalan menjadi berlambah karena

para kepala desa berharap dan menunggu Permendagriyang mengatur tentang kewenangan desa namunhingga penelitian ini dilakukan belum kunjungditetapkan. Di sisi lain, Kementerian DPDTT lebihdulu menetapkan dan mengundangkan Peraturan

Mcnteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

TransmigrasiNomor I Tahun 2015 Tentang Pedoman

Kelvenangan Berdasitrkan Hak Asal Usul dan

Kewenangan Lokal Berskala Desa.Perbedaan multi tafsir terhadap Peraturat-t

Pemerintah 43 Tahun 2015 Tentang PeraturanPelaksanaan Undang-Undang 6 Tahun 2014 Tentang

Desa didasari dengan adanya Peraturan Presiden 1 1

tahun 2015 Tentang Tugas Pokok Kementerian DalamNegeri menitik beratkan pada sektor Pemerintahandesa sedangkan Peraturan Presiden 12 Tahun 2015

Tentang Tugas Pokok Kementerian Desa.Pembangunan daerah Tertinggal dan Transtnigrasimenitik beratkan pada sektor pembangunan dan

kemasyarakatan, dalam pelaksanaannya terjadiperbedaan penafsirkan dalam menterjemahkan aturan

tersebut, hal ini dapat terjadi dalam terhadapperbedaan penafsiran dalam pelaksaan pada tingkatbawah atau desa. Perbedaan penafsiran dalammenerjemahkan kebrjakan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 Tentang Desa dan Peraturan Pemerintah43'Tahun 2015 Tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yairudalam Pasal 34 pada kalimat "ketentuan lebih lanjutmengenai penetapan kewenangan desa diatur dengan

peraturan menteri". Makna dari kalirnat tersebut dapat

diartikan bahwa yang membuat dan menindaklanjutidari kedua kementerian. baik itu Kementerian Desa.

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transrnisrasimaupun Kementerian Dalam Negeri. sebab.pemahamannya adalah yang menangani desa saat iniada pada 2 tdua t ketnenterian.

Terjadi perbedaan penafsiran dalam menter-jemahkan, yaitu pada kalirnat "penetapan kewenangandesa diatur dengan peraturan menteri", hal ini cukupberalasan karena Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa (UU Desa) yang diundangkan pada

tanggal 15 Januari 2014 dan Peraturan PemerintahNomor 43 Tahun 2014 ini diundangkan pada tanggal 3

Juni 2014 sebelum pengumuman terbentuknyasusunan Kabinet Presiden Joko Widodo pada hariMinggu tanggal 26 Oktober 2014 sebagaimana

diberitakan oleh media masa solopos.com,ditindaklanjuti dengan Peraturan Presiden (Perpres)

Nomor 165 Tahun 2014 Tentang Penataan Tugas dan

Fungsi Kabinet Kerja, tanggal 27 Oktober 2014, Jikakita mencetmati tanggal urutan penetapan UU desa

dan PP Nomor 43 Tahun 2014, maka dapatdiperkirakan bahwa Undang-Undang Desa dan PP

Nomor 43 Tahun 2014 itu ada sebelum tersusunnyaKabinet Kerja, sejatinya maksud dari amanat tersebut

sesungguhnya pada 1 (satu) kementerian saja, yaituKementerian Dalam Negeri yang menangani hal ihwalpemerintahan desa. Namun kehendak berkata lain,Pemerintah dengan susunan kabinet Jokowi terdapat 2(dua) kementerian yang menangani desa. yaituKementerian Dalam Negeri dengan DirektoratJenderal Bina Pemerintahan Desa (Diden BPD) dan

Kcmenterian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggaldan Transmigrasi. dan pengisian personil pada

Kementerian Desa, Pertbangunan Daerah Terlinggaldan Transmigrasi (DPDTT) merupakan sebagian daripersonil Direktorat Jenderal PemberdayaanN,f asyarakat dan Pemerintahan Desa (PMD)Kementerian Dalam Negeri. Melalui keberadaan

sumber daya manusia (SDM) aparatur yang dimilikiitulah terlihat Kementerian DPDTT lebih dulu dalammenyiapkan regulasi dan tindak lanjut dari Undang-Undang Desa dan PP Nomor 43 Tahun 2014. karena

perbedaan penat-siran itu Kementerian DPDTT terlihatingin mendahului Kementerian Dalam Negeri (siapa

cepat dia dapat).Atas terjadinya perbedaan penafsiran tersebut,

maka munculah Peraturan Menteri Desa, Pemba-

ngunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1

Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenanganberdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokalberskaladesa, yang mengatur tentang jenis dan kriteriaKelvenangan berdasarkan hak asal usul dankew'enangan lokal berskala desa, Permendes inisebagai petunjuk teknis yang mengatur tentang jenis-jenis kewenangan, kriteria kewenangan, dan tahap dan

tata cara kewenangan, serta kewenangan pungutan

desa dan larangannnya dan penetapan kewenangandesa.

Setelah Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Terlinggal dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun

2015 Tentang Pedornan Kewenangan BerdasarkanHak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala Desa

cliundangkan pada tanggal 30 Januari 2015, pada

tahun yang sama tepatnya pada tanggal 30 Juni 2015

diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 47

Tahun 2015 Tentang Perubahan Peraturan PemerintahNomor 43 Tentang Peraturan Pelaksanaan UndangNomor 6 Tahun 2014, yang memberi jawaban atas

perbedaan penafiiran tersebut pada pasal 39 secarajelas bahwa yang menetapkan jenis keu'enangan desa

dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri. sebagaimana

86

Page 3: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

pasal tersebut berbunyi "ketentuan lebih lanjutmengenai penetapan kewenangan diatur denganperaturan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri".

Berdasarkan penjelasan diatas maka sesung-guhnya yang berwenang dalan-r menetapankan aruranjenis kewenangan adalah Kementerian Dalam Ne,geri.Namun hingga saat ini peraturan nrenteri untukmenetapkan jenis kervenangan desa masih dalamproses pembahasan. sedangkan peraturan lncntcridalam negeri yang mengafur tentang jenis ker.r.enanganyang merupakan mutlak menjadi urusan desa. Padatingkat pelaksanaan di lapangan masih sering terjaditarik menarik antara melepas dan tidak kervenangankepada desa. sehingga permenda_9ri tersebut drtungguoleh daerah sebagai pedoman dalam menyusun danmenetapkan jenis keu enangan yang menjadi urusan didesa.

Berdasarkan amanat Peraturan PemerintahNomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan PeraturanPemerintah Nomor,13 Tentang Peraturan PelaksanaanUndang Nomor 6 Tahun 2014 itu merupakan amanatyang diperuntukan bagi Kementerian Dalam Negerisecara tegas danjelas, untuk itu maka penyelenggaraanurusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalamnegeri dapat segera menetapkan jenis kewenangandesa sesuai dengan situasi. kondisi, dan kebutuhanlokal. Peraturan Menteri Dalarn Negeri inilah yan-unantinya menjadi acuan bagi daerah dalam membuarrumusan aturan di daerahnya terkait dengankewenangan desa.

Oleh karena itu ra;tian ini menjadi pentin_e untukdilakukan sebagai masukan dalam menyusunperaturan menteri dalam negeri terkait dengankewenangan desa. Kajian ini menjadi harapan besarbagi masyarakat, khususnya para kepala desa danpemerintah daerah dalam menentukan kewenangandesa yang menjadi urusan desa dan menjadi urusanSKPD Kabupaten.

Sebagaimana halnya dengan kewenangansetempat atau local, dengan mengacu kepada Pasal IAngka 2 Peraturan Menteri Desa. PembangunanDaerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor I Tahun2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan HakAsal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desadinyatakan bahwa kelvenangan desa adalahkewenangan yang dimiliki desa meliputi kewenangandibidang penyelenggaraan pemerintahan desa.pelaksanaan pembangunan desa, pembinaankemasyarakatan desa. dan pemberdayaan rnasyarakatdesa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul.dan adat istiadat desa.

Secara spesifik. regulasi tersebut hanyamengatur 2 (dua) jenis kew.enangan, yakni: 1)kewenangan berdasarkan hak asal usul: dan 2)kewenangan lokal berskala desa. Keu,enangan

lmplementasi Kewenangan Desa: Dinamika, ft/asalah, dan Solusi Kebijakan(Gunawan)

berdasarkan hak asal usul adalah hak yang merupakanwarisan yang masih hidup dan prakarsa desa atauprakarsa masyarakat desa sesuai dengan perkem-bangan kehidupan masyarakat. Adapun kewenanganlokal berskala desa adalah kewenangan untukmengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desayang telah dijalankan oleh desa atau mampu danefektif dijalankan oleh desa atau yang muncul karenaperkembangan desa dan prakarsa masyarakat desa.

Mengacu pada Pasal I Angka 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang AdministrasiPemerintahan dinyatakan bahwa kewenanganpernerintahan yang selanjutnya disebut kewenanganadalah kekuasaan Badan dan/atau Pejabat Pemerin-tahan atau penyelenggara negara lainnya untukbetindak dalam ranah hukum publik. Peftanyaannya,apakah ker.venangan desa yang dilakukan olehPemerintah Desa juga mengacu kepada regulasitersebut? Sejauhmana manfaat keberadaan kewe-nangan desa dan bagaimana pula implikasi yangdiprediksi akan timbul terkait implementasikervenangan yang diatur oleh 2 (dua) undang-undang.

Kelvenangan desa yang sesuai dengan situasi,kondisi, dan kebutuhan menurut Undang-Undang 6Tahun 20 1 4 Tentang Desa, pada Pasal I 8 kewenangandesa rneliputi kewenangan di bidang penyelenggaraanpemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaanmasyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat,hak asal usul, dan adat istiadat Desa. dan dalam Pasall9 Kewenangan Desa meliputi: a) kewenanganberdasarkan hak asal usul; b) kewenangan lokalberskala desa; c) kewenangan yang ditugaskan olehpemerintah, pemerintah daerah provinsi, ataupemerintah daerah kabupaten/kota, dan d) kewe-nangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintahkab/kota, Pemerintah Daerah Provinsi. ataupemerintah. pada huruf a dan b diatur dan diurus olehdesa.

Kewenangan desa lainnya yang menjadi fokusdalam kajian ini adalah kewenangan lokal berskaladesa. Kewenangan ini adalah kewenangan untukmengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desayang telah dijalankan oleh desa atau mampu danefektif dijalankan oleh desa atau yang muncul karenaperkembangan desa dan prakarsa masyarakat desa.Kewenangan lokal berskala desa meliputi; 1)pengelolaan tambatan perahu; 2) pengelolaan pasardesa; 3) pengelolaan tempat pemandian umum; 4)pen_qelolaan jaringan iri_easi: 5) pengelolaanlingkungan permukiman masyarakat desa; 6)pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pospelayanan terpadu: 7) pengembangan dan pembinaansanggar seni dan belajar; 8) pengelolaan perpustakaandesa dan taman bacaan; 9) pengelolaan embung desa;l0) pengelolaan air minum berskala desa; dan 11)

81

Page 4: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Juni 2017 85 - 99

pembuatan jalan desa antar peffnukiman ke rvilayah Desa, Pembangunan Daerah Tertiggal danpertanian. Transmigrasi Nomor I Tahun 2015 Tentang Pedoman

Dalam implementasi ker.venangan desa terdapat Keu'enangan berdasarkan Hak Asal Usul dan Lokalbanyakhalyangbersifatkontradiktif. Sekalipundalam Berskala Desa (permendes). Selain itu juga tujuanPasal l9 Undang-Undang tentang Desa telah kajian ini untuk mengidentiflkasi jenis-jenismenetapkan bahwa yang mengurus dan mengatur kelvenangan desa berdasarkan hak asal usul dan

pasar desa sebagaimana amanat Undang-Undang keu'enangan lokal berskala desa yang sudah diatur dan

tentang Desa dalam pengelolaannya diserahkan desa. di urus oleh Pemerintah desa.

namun dalam implementasinya pemerintah Penlasalahan di lapangan menjadi menarikkabupaten/kota dan bahkan pemerintah provinsi untuk diteliti karena hingga saat ini masih terdapat

belum berkenan melepaskan kewenangannya. Dalam perbedaan penafsiran terhadap penetapan kewenangankonteks ini, pemerintah kabupaten/kota beranggapan desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokalbahwa jika urusan tersebut diserahkan kepada desa. berskala desa. Secara administratif praktis, kondisi inimaka dikhawatirkan pendapatan kabupaten/kota akan menimbulkan multitafsir antar pejabat pemerintahanmenurun. Penyerahan pasar desa selain amanat y'ang berkompeten mengelola pemerintahan desa

Undang-Undang Desa juga diatur dalam Perafuran denganparakepaladesa.Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 30 Selain itu. terjadi pula sengketa antaraTahun 2006 Tentang Penyerahan Urusan Peme- kcrvenangan desa dan ketvenangan kabupaten dalamrintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa. Secara penetapan ker'r'enangan desa berdasarkan hak asal usulkhusus, dalam Pasal 2 Permendagri tersebut dan kewenangan lokal berskala desa. Begitu puladinyatakan terdapat 3l Jenis urusan pemerintahan dalam implementasi kervenangan desa. Bila situasi iniyang mestinya diserahkan ke desa. Keterkaitan diabaikan. maka diprediksi akan terjadi penyalah-

kewenangan pengelolaan pasar desa dengan 31 jenis gunaan kewenangan, kemelut internal, dan bahkanurusan didesa antara lain dengan bidang penataan konflikdirnasyarakat.ruang karena yang mengetahui betul wilayahnya Memerhatikan situasi tersebut, kajian iniadalah pemerintah desa. dilakukan untuk mengevaluasi dan menelaah terhadap

Bidang lainnya adalah pada bidang perin- irnplementasi Peraluran Menteri Desa, Pembangunandustrian dan perdagangan, sebagaimana diketahui Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor I Tahun

didalam pasar pasti terjadi perdagangan, yaitu 20l5tentangPedomanKewenanganBerdasarkanHaktransaksi jual beli produk barang atau jasa, setiap Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa.

perdagangan akan terkait pula dengan koperasi, usaha Dalam konteks ini, akan dilakukan identifikasi,kecil, dan menengah atau KUKM. Hal ini pun menjadi inr.entarisasi, dan pemetaan jenis-jenis kewenangan,semakin menarik karena di dalam pasar terjadi proses terutama keu'enangan berdasarkan hak asal usul dan

penanaman modal, dimana hal ini sekaligus kervenangan lokal berskala desa yang menjadimemberdayakan masyarakat desa. Pada akhirnya, kew'enangan mutlak pemerintah desa dan berupayaseluruh aktivitas tersebut akan berimplikasi terhadap rnernberikan rekomendasi untuk penyempurnaanpeningkatan pendapatan perkapita penduduk desa, regulasi/kebijakan yang mengatur tata kelolasemakin meningkatkan pendapatan asli desa (PADes), kervenangan desa.

dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan desa. Kewenangan merupakan amanat dalam bentukSelain kewenangan pengelolaan pasar yang penugasan yang harus dilaksanakan, dapat juga

tidak atau belum diserahkan dari pemerintah diartikan sebagai kekuasaan, pengertian kewenangankabupaten/kota kepada pemerintah desa. juga akan adalah hak seseorang pejabat untuk mengambil

berdampak pada pemasukan daerah sebagai sumber tindakan yang diperlukan agar lugas sefta tanggungpendapatan daerah,jika dalarn pengelolaan pasar saja jawabnya dapat dilaksanakan dengan baik, dapatjugatidak diserahkan kepada desa bukan tidak mungkin diartikan bahwa kekuasaan atau hak yang diperolehmasih ada lagi urusan-urusan yang rnestinya menjadi berdasarkan pelimpahan atau pemberian, serta

umsan desa akan tetapi belum atau tidak diserahkan kekuasaan untuk mempertimbangkan atau menilaioleh kabupaten/kota kepada desa. Selain pengelolaan melakukan tindakan atau memerintah secara sah,

kewenangan pasar belum diserahkan ke desa masih dengan kewenangan tersebut seseorang atau lembagaterdapat urusan-unlsan lain yang belum diserahkan dapatmengambil keputusansecarasah.dari kabupaten ke desa dengan berbagai perlim- Atas dasar teori yang ada maka wewenang itubangan. tidak lepas dari kekuasaan dan hak. wewenang

Berdasarkan latar belakang tersebut maka merupakan langkah awal atau modal dalam melakukantujuan kajian ini untuk mengetahui sampai sejauh tindakan,dandidalamnyamengandungkekuasaandanmana aparafur daerah dari tingkat prorrnsi sainpai hakuntukmengatlrrbaikkekuasaanitudiperolehdarikepada aparatur desa terhadap Peraturan Menteri perintah undang-undang. delegasi maupun

88

Page 5: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

pelimpahan, tanpa kewenangan seseorang atauorganisasi tidak dapat berbuat banyak. Dengankewenangan inilah secara tidak langsung akan diikutidengan anggaran dalam mengelola kewenangantersebut.

Selain teori yang digunakan sebagai referensiuntuk mendukung kajian ini, terdapat beberapa jr.rmal

dari media elektronik. Teori dan anahsis dari beberapajurnal yang diutamakan adalah hasil penelitian dariinstitusi yang terkait dengan kervenangan di desa.Sebagai contoh: efektrvitas ar.l i-q-au ig dalarnpengaturan kehidupan masyarakat nelay'an di PantaiKedonganan Bali.Tujuan penelitian ini untukmenganalisis dalam menetapkan ef-ektir itas ari irr-awig pengafuran kehidupan masyarakat nelayan.awig-awig merupakan pranata sosial di Bali dan suatuperaturan yang drj alankan.

Awig-arvig dibentuk oleh penduduk lokalsebagai pedoman untuk berperilaku dalam interaksisocial, awig-awig merupakan sekumpulan aturan,terlulis atau tidak tertulis berlandaskan filosofi HinduTri Hita Karana.

Penelitian yang dilakukan Tyas Widyastini danArya Hadi Dhannawan dalam Jurnal SosiologiPedesaan April 2013, penelitian ini ber-tujuan untukmengetahui tentang pengetahuan, pemahaman. danimplementasi nelayan terhadap alvig-awig yangmengatur kehidupan masyarakat nelayan. hasilpenelitian ini adalah efektivitas au'ig-au'ig dapatdiketahui dari jurnlah pelanggaran atlrran. saksi yangtegas, sosialisasi yang intensit'. petugas yangmelakukan kontrol. dan penghargaan terhadapnelayan.

Penelitian yang di lakukan oleh Tyas Widyastinidan Arya Hadi Dharmawan berbeda dengan penelitianyang penulis lakukan, " walaupun ada beberapakemiripan yang menyoroti pada awig-awig. namunpenulis hanya memfokuskan pada peran besar ari,'ig-awig yang membatasi proses pelaksanaan kehidupandi desa.

Jurnal Sofi Nur Ariyati dan Sofyan Sjaf.Sodality tentang efektivitas kelembagaan desa dalampraktik demokrasi di Desa Kelangdepok. Pernalang.Jawa Tengah, ef-ektivitas kelernbagaan desa dalampraktik pemilihan kepala daerah dipengaruhi olehempat faktor yaitu f-aktor kelembagaan. faktoranggota kelembagaan. faktor saranaifasilitaspendukung, dan faktor sosial masyarakat. Faktoranggota kelembagaan mempunlai pengaruh palingsignifikan terhadap trngkat et-ektivitas, hasilpenelitian, anggota informal diperkirakan menjadilebih dilibatkan lagi dan anggota formal kinerjanyalebih ditingkatkan.

Penelitian yang dilakLrkan Sof-i Nur Ariyati danSofyan Sjaf penekanan pada ke empat laktor yangmempengaruhi proses pemilihan kepala daerah,

lmplementasr Kewenangan Desa: Dinamrka, Masalah, dan Solusi Kebqakan(Gunawan)

namun yaflg membedakan penelitian ini adalahpenekananny a pada pelaksanaan kewenangan kepaladesa setelah dilakukan pemilihan.

}tETODE PENELITIANPenelitran ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan analisis deskriptif. Sebagaimanapendapat Masyhuri dan Zainudin, 2008 bahwapenelitian kualitatifadalah sebuah proses inquiri yangrrenyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaandengan tradrsi metodologi yang berbeda. Dinyatakanpula bahrva peneliti membangun sebuah gambarany'ang kornpleks dan holistik, menganalisa kata-kata,rnelaporkan pandangan atau opini para informan, dankeseluruhan studi berlangsung dalam latar situasialarniah wajar (natural setting).

Pemilihan lokasi berorientasi pada desa-desayang masih memiliki nilai-nilai adat tradisionil danadat yang kental dengan ciri-ciri yang didasarkan pada:1) pengelolaan dan kepemilikan atas tanah adat;2)sengketa tanah; 3) hak-hak atas tanah; ,1) hubunganinteraksi sosial; 5) penegakan hukum adat; 6)penyelesaian sengketa adat; dan 7) kelembagaan adat.Locu.s penelitian dipilih secara purposif di 6 (enam)desa dan 3 (tiga) nagari pada 3 (tiga) kabupaten di 3

(tiga) provinsi, yakni: Kabupaten Padang Pariaman diSumatera Barat, Kabupaten Gianyar di Bali, danKabupaten Lombok Tengah di Nusa Tenggara Barat(NTB). Keenam desa tersebut adalah: I ) DesaSerongga; 2) Desa Batu Bulan; 3) Desa Blahbatuh; 4)Desa Bedudu; 5) Bunut Baok; dan 6) Desa MerlakTombo. Selain itu. tiga nagari yang dipilih adalah: l)Nagari Pekandangan; 2) Nagari Parit Melintang; dan3) NagariToboh Ketek.

Pengumpulan data dilakukan melalLri observasi,wa\!'ancara, studi kepustakaan, dan penelusuranintemet. Informan dalam studi ini adalah representasipara pemangku kepentingan di desa, yakni: kepaladesaiwali nagari, ketuaianggota badan permusya-waratan desa (BPD). pejabat pemerintahan daerahyang berkompeten di bidang pemerintahan desa, tokohadat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASANTata kelola kebijakan ker,venangan desa

mengalami dinamika yang sangat pesat. Sekalipunmenimbulkan sejumlah permasalahan di lapangan,namun keberadaan kewenangan desa telahrnemberikan penguatan kepada perangkat desa danrnasyarakat desa. Beberapa hal menarik yangditemukan selama melakukan penelitian dianalisis dandibahas untuk mendapatkan solusinya. Pembahasandilakukan secara komprehensif terhadap dinamikapenye len g-earaan kewenangan de sa, prob I ernati ka dankendala yang timbul, dan solusi kebijakan yangdiperlukan. terutama di lokasi kajian,yakni: Provinsi

89

Page 6: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume'12 Nomor 1 Juni 2017 85 - 99

*

Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, dan Sumatera B arat.

Dinamika Kewenangan DesaBeberapa hal penting yang perlu diketahui dari

berbagai informasi adalah pengetahuan informantentang Undang-Undang Desa adalah suatu peraturanyang dibuat oleh Pemerintah bersama DPR yangmengatur tentang kewenangan desa dan berdampakpositif terhadap pemerintahan desa (masyarakat desa)

serta dengan adanya Undang-Undang 6 Tahun 2015Tentang Desa, maka desa mendapat perhatian yangserius dari pemerintah, selanjutnya pengetahuantentang wewenang adalah kekuasaan, wewenan-u jugaadanya pemberian hak dan kekuasaan dalammenentukan kebij akan, selanj Lrtnya den-ean we\\'enangdesaadalah kekuasaaan desa dalam mengatur danmengurus desa, dan wewenang desa adalah suatupemerintahan desa yang memiliki hak dan kekuasaandalam mengatur dirinya berdasarkan potensi dan asalusul desa tersebut.

Kemudian pengetahuan informan yangberkaitan dengan wewenang asal usul adalah yangmerupakan warisan yang dibentuk oleh masyarakatdesa itu sendiri sesuai dengan adat atau tradisimasyarakat setempat yang ditinggalkan para leluhurberupa adat isitiadat serta kebiasanaan kebiasanaanmasyarakat menjadi penentu arah kebijakan yangkemudian menjadi sebuah peraturan yang sejatr 1'angdimiliki oleh desa dan bukan pemberian daripemerintah pusat. Selanjutnya pcngetahuan tentangwe\venang lokal berskala desa adalah \L,ewenang yangsifatnya hanya mengatur persoalan tertenlu yanghanya sudah menjadi kebiasaan masyarakat desatersebut. Selanjutnya adalah kewenangan desa dalamturut serta membangun desanya dan mengaturkepentingan masyarakat desa dan' menguruskepentingan dari masyarakat itu sendiri.

Wewenang yang ada telah dilaksanakan olehdesa informan menjaw'ab sejak desa ada dan juga sejakjaman nenek moyang kita dan adajuga yang menjau'absej ak tahun 20 I 3, kemudian apakah mamplrdilaksanakan sebagian menjawab sudah cukupmaksimal namun masih terbentur dengan peraturandaerah maupun peraturan provinsi, dan perdaiperbupbelum dibuat payung hukum kewenangan desa.Tentang wewenang inijuga diperoleh pemahaman danpengetahuan informan tentang wewenang padaumumnya adalah seputar wewenang yang dikemasmenurut penulis yang mendekati kepada defenisi yan-e

diperoleh dari beberapa pakar maupun dari peraturanpemndang undangan. adalah sebagai berikut

Wewenang adalah kekuasaan. wer,venang jugaadanya pemberian hak dan kekuasaan dalammenentukan kebijakan. dan kekuasaan untukmcngatur yang di amanatkan peraturan perundang-undangan. berisi tugas dan pokok desa. dan sekaligus

menjadi dasar kepala desa di dalammemimpin desa,

bukan lagi menjadi objek pembangunanjustru menjadisubjek pembangunan, adanya pelimpahan kekuasandari prmpinan kepada bawahan dalam bentuk hakdiserlai dengan rasa tanggungjawab untuk mengeloladan mengurus.

Wewenang desa adalah kekuasaaan desa dalammengatur dan mengurus desa, dan selanjutnyawewenang desa adalah suatu pemerintahan desa yangmemiliki hak dan kekuasaan dalam mengatur dirinyaberdasarkan potensi dan asal usul desa tersebut,kekuasaan mengatur desa yang telah di amanatkanoleh peraturan perundang-undangan yang ada. berisitueas pokok. fungsinl.a untuk mengatur dan mengurusdesany'a kondrsi berdasarkan peraturanyang ada, desa

mempuny'ai hak otonomi desa dan diberikankc-u'e-nangan untuk mengatur dan mengurus rumahtangganya sendiri. adanya pelimpahan kekuasaan daripemerintah pusatiprovinsi/kabupaten kepada desa/nagari dalam mengatur dan mengurus desa/nagarisesuai dengan tugas pokoknya dan berlaku padalingkup dcsainagarinya saja "lain lubuk lain ikannya,lain padang lain belalang".

Wewenang desa berdasarkan asal usul adalahkekuasaan mengatur yang di berikan peraturanperundangan sesuai dengan kondisi dan sejarah datayang sudah dilaksanakan secara turun-menurunmerupakan warisan yang masih hidup berkaitandengan adat istiadat, dengan demikian desa dapatmengindentifikasi, menginveftarisasi potensi desa,ketika dia ingin mengembangkan tentu mengacukepada asal-usul desa sehingga muaranya muncul onevilluge, one product. Sebagai identitas desa, kekuasaanuntuk mengatur dan mengurus kearifan lokal''minangkabau" yang telah ada secara turun temurunatau terdahlrlu telah ada menjadi adat tradisional, danmenjadi aturan baik tertulis mapun tidak tefiulis,dalarr benfuk kebiasaan kearifan lokal.

\!'ervenang desa berdasarkan lokal berskaladcsa yaitu \!'ewenang yang sifatnya hanya mengaturpersoaian tertentu yang hanya sudah menjadikebiasaan masyarakat desa tersebut selanjutnya adalahkewenangan desa dalam turut sefta membangundesanya dan mengatur kepentingan masyarakat desa

dan mengums kepentingan dari masyarakat itu sendiri,keleluasaan mengatur dan mengurus kepentinganmasyarakat desa dan telah dijalankan secara efektifyang di berikan peraruran perundangan kepada desayang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki olehdesa tersebut berdasarkan prakarsa masyarakat,kekuasaan yang mengatur tentang kepentingandesa/nagari atas dasar prakarsa desa pada lingkup desaitu sendiri untuk kepentingan masyarakat desai nagari.

Pengetahuan tentang Permen DPDTT Nomor 1

Tahun 2015 Tentang Pedoman Kew'enangan DesaBerdasarkan Hak Asal Usul dan Keu'enangan Desa

90

Page 7: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

Lokal Berskala Desa sebagian besar pada kalanganPemerintahan telah mengetahuinya, namun dalampelaksanaannya sering menimbulkan multi tafsirseperli khususnya Pasal 22. dimana desa dilarangmemungut jasa surat pengantar. surat rekomendasi.surat keterangan, sedangkan dari pengurusan surat itudesa mendapat sumber penghasilan. ada juga y,angberpendapat lain bahrva belum sepenuhnyapemerintah desa diberikan w.ewenang dalarnmenentukan kebijakan sesuai dengan adat atau tradisidi masing-masing desa, adanya tumpang tindih antarahukum adat yang disini dituangkan dalarn perdesdengan peraturan daerah (perbup). rnasih lemah atautidak ada payung hukum yang menangani hukum adattersebut.

Selanjutnya terdapat kewenangan lain yangdiburuhkan pada bidang pemerintahan desa, yaitukewenangan yang bersifat lebih komprehensiftermasuk dalam bidang hukum dan sosial, bidangpembangunan desa, yaitu pembangunan yang bersifatmenyeluruh baik sumber daya manusia (SDM) dansumber daya alam (SDA) karena merupakan hal yangberjalan bersama-sama, kemudian adanya penjelasankriteria pekerjaan fisik yang harus didanai olehdesa.bidang pelayanan dasar kepada masyarakat. yairupelayanan yang didasarkan pada asal usul.bidangprasarana dan sarana masih banyak sarana danprasarana yang belum layak, 1,an_e masih membu-tuhkan dana. bidang pengembangan ekononti localmasih membutuhkan dana simpan pinjarn danabergulir. bidang kemasyarakatan desa tidak menjau,'ab.

Dalam upaya mendukung kervenangan desa.terdapat beberapa teori yang dijadikan rujukan untukmempermudah dan mernpeftajam analisis dalamkajian ini, antara lain beberapa defenisi renrangkewenangan ini,' menurut H.D. Stoud kewenanganadalah: Bevoegheid ytet kctn v,orden omscreyenals hetgeheel van besftutrechttelijke bevoegdheden doorpLrbliekrec:hteliike rechtssubjecten in hetbestuurechttelijke rechtsverkeer. (Wewenang dapatdijelaskan sebagai keseluruhan aturan-atlrran yangberkenaan dengan perolehan dan penggunaanwewenang pemerintah oleh subjek hukum publikdalam hukum publik).

Hal ini senada dengan studi Rokhim (2013)bahwa terkait dengan kewenangan. patut diketahuipula sumber dan cara memperoleh wewenang organpemerintahan, karena berkenaan dengan perlanggung-jawaban hukum (rechtelijke veranyroording) dalampenggunaan wewenang, sejalan dengan salah satuprinsip dalam negara hukum "tidak ada kewenangantanpa pertanggungjaw.aban" (geen bevoegctheidzonder vercrn-w'oorclelif kheitl atau there is no qttlhoritt'w'ithorrt responsibi/itt'). Ar-tinya, di clalarn setiappernberian ker,venangan kepada pejabat pemerintahantefientu tersirat pertanggunglaw.aban dari pejabat yang

lmplementasi Kewenangan Desa: Dinamika, Masalah, dan Solusi Kebijakan

(Gunawan)

bersangkutan.Berikut diperkuat oleh Lukman Hakim dalam

jurnalnya berjudul Kewenangan Organ Negara DalamPenyelenggaraan Pemerintahan, yang menyimpulkanbahwa dalam menyelenggarkan roda pemerintahan"kekuasaan" dan "wewenang" adalah dianggappenting. Dalam ihnu hukum tata negara dan hukumadrninistrasi istilah "kekuasaan" dan "wewenang"terkait erat dengan pelaksanaan fungsi pemerintahan.

Untuk menentukan seseorang atau suatu badansebagai pejabat yang mengikat administrasi, tidakditentukan semata-mata dari kedudukan dalamstruktur pemerintahan. Sedangkan pengundanganasas-asas legalitas itu tidak hanya dalam tindakanpemerintah yang bersifal eingrif.fventaltung, tetapirnencakup juga pada yang bersifat leistungsvervvaltung, karena bagaimanapun tindakaneingrif/venvaltung mungkin dalam keadaan teftentudapat juga dirasakan tidak adil oleh pihak lain,misalnya rnelanggar asas persamaan perlakuan dariasas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yanglayak.

Sehingga antara kewenangan dan kekuasaanrrerupakan hal yang berbeda namun saling berkaitanerat. menurut hemat penulis terdapat tiga pilar yangsaling berkaitan erat yaitu "kewenangan", "kekua-saan" dan "kebijakan", ketiga pilar tersebut salingrnemperkuat dan saling berpengaruh satu samalainnya. Kebrjakan merupakan produk atau hasil darikekuasaan, atau brsa juga disebut kekuasaanrnenghasilkan suatu kebijakan dengan kebrjakantersebut rnemiliki kewenangan.

Berikut tanggapan informan terkait denganbidang-bidang tersebut mengapa wewenang tersebutrnasih diburuhkan karena sebenarnya yang paling tahukebutuhan dasar maSyarakatnya adalah perangkatdesa/masyarakat desa itu sendiri, bukan presiden ataumenteri dan masyarakat mempunyai banyak usulan,kalau tidak ada wewenang tidak mungkin kita dapatmenjawabnya, dan bila diberi kewewenangan harusdisertai dengan pembiayaan, kami pasti mampurnelaksanakan dan lnsya Alloh masyarakat desa sudahpaham dan masyarakat desa sudah memilikipendidikan yang relatif lebih tinggi. Kewenangantersebut selama ini juga sudah dilaksanakan padainstansi lain yang memiliki wewenang dan anggarany'ang cukup besar sementara desa belum, untukmendapatkan kew,enangan tersebut desa berusahamenyampaikan persoalan ini ke pihak-pihak terkaitterutama ke DPR dan pemerintah pusat.

Perbedaan persepsi terhadap penerapan PPNomor 43 Tahun 2011 yang dilakukan KementerianDesa. Pembangunan Daerah Tertin_qal, danTransmigrasi dalam Pasal 39 dimaknai dengan multitafiir. karena pada pasal tersebut hanya disebutkanpenetapan jenis kewenangan desa akan diatur oleh

9t

Page 8: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume '12 Nomor 1 Junr 2017r 85 - 99

peraturan menteri. Namun pada PP Nomor 47 Tahun

2015 dengan j elas disebutkan bahw'a yang menetapkanjenis kewenangan desa dibuat oleh KementerianDalam Negeri, sebagaimana pasal tersebut berbunyi"ketentuan lebih lanjut mengenai penetapankewenangan diatur dengan peraturan menteri yang

menyelenDgarakan urusan pemerintahan di bidangPemerintahan dalam negeri".Karena KementerianDalam Negeri tidak dapat mencabut atau membatalkanperaturan yang setingkat kementerian. ada baiknyaKementerian Desa Pembangunan Daerah Terlinggaldari Transmigrasi untuk mencabut atau membatalkanPermendes Nomor I Tahun 2015 tentang Pedoman

Keu,enangan berdasarkan hak asal usul dankewenangan lokal berskala desa. Walaupun sebagain

besar informan di Provinsi Bali telah mengetahui,namun isi yang terkandung dalam kewenangan-kewenangan yang ada belum dapat dirnengerti dan

dipahami.Selama kementerian Dalam Negeri belum

mengeluarkan aturan peraturan menteri dalam ne-Qeri

tentang kewenangan berdasarkan hak asal usul dan

kewenangan lokal berskala desa, agar tetap mengacukepada Peraturan Bupati Nomor 71 Tahun 2013

Tentang Penyerahan Sebagian Urusan PemerintahanKabupaten Kepada Pemerintahan Desa di dalamaturan tersebut mengacu kepada Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 Tentang Tata

Cara Penyerahan Urusan PemerintahanKabupaten/Kota Kepada Desa yang membagi ke

dalam beberapa bidang.Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasr Nomor 1 Tahun 2015

Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan HakAsalUsul dan Kewenangan Berdasarkan Lokal Berskala

' Desa dikeluarkan sebelum munculnya Peraturan

Pemerintah 41 Tahun 2015, dengan demikiankhususnya masyarakat pada lokasi penelitianKabupaten Padang Pariaman bahwa yang mengetahuiPeraturan Menteri Desa Pembangunan DaerahTertinggal dan Transmigrasi Nomor I Tahun 2015

Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal

Usul dan Kewenangan Berdasarkan Lokal BerskalaDesa hanya sebagian aparatlrr saja yang berada diKabupaten Padang Pariaman sedangkan pada rvilayahpedesaan belum mengetahui.

Sosialisasi terhadap Peraturan Menteri Desa

Pembangunan Daerah Terlinggal dan TransmigrasiNomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman KewenanganBerdasarkan Hak Asal Usul dan Ker,venangan

Berdasarkan Lokal Berskala Desa unluk di ProvinsiSumatera Barat khususnya di Kabupaten Padang

Pariaman pada umumnya sudah mengetahui Petmen

tersebut. nafitun pelaksanaan dan implernentasinyadan isi yang terkandung didalamnya tidak diketahuisecara jelas. Masyarakat pedesaan lebih mengenal

Peraturan Menteri Desa Pembangunan DaerahTerlinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015

Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana-DesaTahun 20 I 5.

Menyikapi fenomena pada ketiga lokasi kajian,pada dasarnya masyarakat wilayah pedesaan sudah

tahu adanya Permendes Nomor 1 Tahun 2015 namunimplementasi dan implikasi dari Permendes tersebutbelr.rm dirasakan manfaatnya. Terkait denganPermendes i Tahun 2015 sebagai penjabaran dariPerafuran Pemerintah 43 Tahun 2014 khususnya pada

Pasal 39 jelas disebut bahwa ketentuan lebih lanjutmengenai penetapan kewenangan desa diatur dengan

Peraturan Menteri, tidak lama kemudian munculPeraturan Pemerintah ,17 Tahun 2015 ditegaskankembali pada pasal yang sama yaitu 39 secara jelas

diubah menjadi ketentuan lebih lanjut mengenaipenetapan keu'enangan diatur dengan peraturan

menteri -v

an-s menyel enggarakan urusan Pemerintahandr bidang Pernerintahan dalam negeri.Maksud dariPasal 39 tersebut, rnenjadi sebuah pertanyaan besar

apakah kementerian desa pembangunan daerahtertinggal dan transmigrasi menyelenggarakan urusan

Pemerintahan di bidang Pemerintahan dalam negeri.jika itu jau'abannya adalah benar maka secara hukurnPermendes 1 Tahun 2015 Tentang PedomanKeu''enangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan

Keu'enangan Lokal Berskala Desa tetap ada dan

rnenjadi produk hukum di Indonesia. Namunsebaliknya jika Kementerian Desa PembangunanDaerah Tertinggal tidak menyelenggarakan urusan

Pemerintahan di bidang Pemerintahan dalam negeri.dan hanya dilakukan oleh Kementerian Dalam Negerimaka secara hukum Petmen DPDTT Nomor 1 Tahun201 5 disesuaikan.

' EvaluasiPetmen DPDTT Nomor I Tahun 2015

Tentang Pedoman Kew'enangan Berdasarkan HakAsal-usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa.

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD)Provinsi di 3 (tiga) Provinsi, yakni: Sumatera Barat,Bali, NTB. Ada sosialisasi, pada tingkat provinsiPermasalahan: Pemahaman tentang substansi (materipokok) Peraturan Menteri DPDTT masih kuranghnplikasi: Tidak dapat menjelaskan isi petmendes

kepada aparat dibawahnya dan masyarakat, faktorpenyebab: Kurang mendalam Sosialisasi tentangPermen DPDTT Nomor I Tahun 2015, sedangkan

pada Bapermas Kabupaten (Kabupaten PadangPariaman Provinsi Sumatera Barat, KabupatenLombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat,Kabupaten Gianyar Provinsi Bali) telahdisosialisasikan, Petmasalahan Pemahaman tentangPennendes masih kurang (Bali dan Sumbar) kecualiNusa Tenggara Barat masalahnya Pasal 22 tentangdilarang memungut layanan jasa administrasi.sementara terdapat aturan yang membolehkan

92

Page 9: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

memungut layanan jasa administrasi. Di sisi lain, jikamenilik dalam Peraturan Menteri DPDTT tersebut.pada Provinsi Sumatera Barat sulit dilaksanakan dimasyarakat, implikasinya akan mengurangiPendapatan Asli Desa (PADes) di Sumatera Baratbutuh musyawarah di desa, thktor penyebabnyaPeraturan Menteri DPDTT tersebut befientangandengan aturan lokal.

Evaluasi Permen DPDTT Nomor I Tahun 2015Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan HakAsal-usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desaterhadap kepala desaiaparat desa di tiga Pror,'insi(Sumatera Barat, Bali. dan NTB) tidakrbelum adasosialisasi kepada kepala desa/aparat desa, keclraliNTB, mengatakan bahwa belum sepenuhnya peme-rintah desa diberikan wewenang dalam menentukankebijakan sesuai dengan adat istiadatitradisi danterjadi multi tafsir antara pemda dan desa serta perluada batasan atau pengeftian yang mendalam ketikabicara hak asal usul, implikasi tumpang tindih antarahukum adat dan aturan yang dituangkan dalam perdesdan perda, adanya dua aturan yang berbeda permendesdan perda dan perdes, menghambat kegiatan. belumada pemahaman tentang hak asal usul, faktor penyebabtidak ada payung hukum yang menaungi hukum adattersebut.

Masalah Kelvenangan DesaSecara spesifik, problematika yang digali dalam

implementasi kewenangan desa dibatasi hanya padakewenangan desa berdasarkan hak asal usul dankewenangan lokal berskala desa. Pembahasankewenangan desa dibatasi pada beberapa kewenanganyang memiliki permasalahan dan sifatnya krusial.Artinya, penulis hanya membahas pada seputarkewenangan desa yang meniinbulkan sengketa ataumemicu kendala sefta berdampak terhadap aktivitasPemerintahan desa. Data/informasi disarikan dari hasilwawancara dengan para informan di desa.

Hasil observasi dan pengumpulan datar'informasi tentang problematika kew'enangan desa dilokasi penelitian ditabulasikandan disajikan dalamTabel 1.

Mencermati Tabel l. terbukti bahwa kerve-nangan desa yang mengalami sengketa dengan instansilain dapat dilihat pada tabel tersebut. Persengketaanmaupun benturan antar desa dengan pemerintahkabupaten maupun dengan instansi swasta dapatdipetakan permasalahan kew,enangan berdasarkan hakasal usul di tiga lokasi (Nusa Tenggara Barat, Bali,Sumatera Barat) seba_sai berikut: 1) Penataan SistemOrganisasi dan Kelembagaan Nlasvarakat Adat.Penataan sistem organisasi dan kelemba_qaanmasyarakat adat di ketiga lokasi pada umumnva sudahberjalan sebagaimana mestinya. bahkan sebelumUndang-Undang Desa 6 Tahun 20 1,1. penataan sistern

lmplementasi Kewenangan Desa: Dinamika, Masalah, dan Solusi Kebijakan(Gunawan)

organisasi dan kelembagaan masyarakat adat telahdulu ada. Namun keberadaan sistem organisasi dankelembagaan adat banyak yang belum terdaftar ditingkat pusat, menyikapi pernyataan ini jelas memangjika system itu tidak bisa didaftarkan baik di pusatmaupun di tingkat daerah, seperti contoh systemperairan persar.vahan di Provinsi Bali, cara atauoperasional dari pusat air sampai kepada persawahanmasyarakat itu sudah diatur oleh juru subalc/orangyang dianggap dapat menjadi pengelola dan mengurussubak. Keinginan dari masyarakat atau informanadalah kelembagaan atau organisasi yang telah adaturun temurun tersebut dapat didaftarkan sehinggadapat dijadikan atau dianggarkan pada AnggaranPendapatan dan Belanja Desa, sehingga penggunaandan belanja untuk keperluan pemeliharaan keber-langsungan kelembagaan adat dapat berlangsung danbertahan tanpa tergerlrs oleh waktu. Lain lagipersoalan yang dihadapi organisasi dan kelembaganmasyarakat adat provinsi Sumatera Barat, yaifu paraninik mamak dan pemangku adat dan penghulu adatbanyak yan-e meninggalkan area atau wilayah adatnya,hal iru akan menghambat ketika terjadi musyawarahdan mufakat, hasil keputusan dari musayawarahtersebut menjadi dangkal dan tidak berkualitassehingga kurang dihargai dan dihormati karena paraninik mamak dan pemangku adat banyak yang tidakhadir dalam musyawarah tersebut. 2) PembinaanKelembagaan Masyarakat dan PengembanganPeran Nlasl'arakat Desa. Kelernbagaan masyarakatdan pengembangan peran masyarakat desa kurangmenladi perhatian, hal itu disebabkan karenakurangnya perhatian pemerintah terhadapkelembagaan dan pengembangan peran masyarakatdesa, sebagai kelembagaan tidak akan berkembangtanpa ada yang mengelola. Keberadaan kelembagaanmasyarakat di desa diharapkan dapat memberikanmanfaat yang besar terhadap pembangunan danperkembangan desa, namun hal itu akan menjadiberbeda jika masyarakat sudah tidak perduli lagidengan kelembagaannya, apabila perut yang menjadilatar belakang pengurus sebagai suatu pilihan,sehingga tidak bersemangat lagi dalam menguruskelembagaannya, masyarakat lebih baik mencarinafkah untuk keluarganya dari pada menguruskelembagaannya. 3) Pembinaan Lembaga danHukum Adat. Seharusnya lembaga hukum adatrnendapat pembinaan dari pemerintah, di lokasi kajianini keberadaan lembaga dan hukum adat sudah tidaklagi mendapat perhatian. nyatanya masyarakat dalamrnenyelesaikan konfliknya banyak yang langsungrnelalui hukurn positip melalui sidang pengadilan,sedangkan dimasa terdahulu banyak persoalan yangterjadi di masyarakat diselesaikan melalui adat terlebihdahuiu, dan segala keputusan yang dihasilkan rnelaluiadat merupakan final. Namun sekarang ini sangat

93

Page 10: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

JURNAL Kebijakan Pembangunan Voiume 12 Nomor 1 Juni 20'17: 85 - 99

Tabcl 1. Persengketaan Jenis Ke."venangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul Dalam Perspektif Kepala Desa/Aparat

Desa Dan Tokoh Adat)

KewenanganNo. Desa (HakAsal

Usul)

Kondisi Terkini

BerjalanEfektif

Stagnan

Problema/Kendala

Implikasi/Dampak

FaktorPenyebab

Solusi yangDitawarkan

I.I

Di Provinsi BaliPembinaanKe lernbagaan

N{asyarakat

PerrgelolaanTanah kas Desa

PengembanganPeran MasyarakatDesa

U, Di Provinsi Sumatera Barat

Sistem OrganisasiN'las.varakat Adat

PembinaanKelembagaanN{asyarakat

PembinaanLembaga dan

Hukum Adat

PengelolaanTanah kas Desa

PengembanganPeran MasyarakatDesa

III. Di Provinsi NTB

Pembinaan tidaketektif

Belum 'TidakBersertitlkat

Partisipasi Menurun

Tidak beryerann-vaninik mamak.Banyak parapenghulu diperantauan

Tidak ada fbrmatpembinaanTidak dilibatkantokoh adat ataru

agama

Pembinaan lembagaadat dilakukan ditingkat Kabupaten

Be[urn TidakBerseniflkat

Pembinaan bantakdilakukan olehlembaga resrr.ri

Kadang serin-t

bersengketa dengan

hukurn positif

2

Banl-akkelembagaanhanya papan namir

s a.ja

Kurangnvapendampinganberupa dana

Adanya pembinaanbaik dari Kabupatcndan Pror insi dalarnmemupukkelembagaan yan-r

ada didesaDiben penegasan

hak kepada para

Adat

Kegiatan yangterkait dengan

Pemerintahan desamengikut seftakantokoh-tokoh agama

dan adat

Tidak BebasDikelolaTidak ada

kepastianKegiatan terfbkuspada kegiatankeagamaan danadat

Banyak yang lupatatanan asliPrinsip gotongroyong hampirpunah

Tidak sebagaiobjek pajak

Nlasyarakat lebihteftarik jikakegiatan berkaitandengankeagamaan dan

adat

J

Peran penghulutidak sekuat masa

lalu karcna diperantauan

Dikembalikansebagian peranpenghuluPemberian sangsiyang melanggarhukumAdanya alih generasikepada yang mudamuda

Dialokasikan dana

khusus untuklembaga adat

Diberi penegasaq

hak kepada para

Adat

N{enghidupkankembali tradisitradisi yang telahditinggalkan para

pendahulu adat

Hukum adatjugadrjadikan hukumpositifTercermin dalamprosesi pernikahan,garap (pembuktianantara iarn pada halpenctirianpengantin )

) kelembagaanmenjadi tidakberkcmbang

Tdk sen.rua

penghulu terlibatdhn pengambilankeputusanTidak BebasDikelolaTidak adakepastianPeran penghuiusemakintemarjinalkan

Pembuat hukun.r

di BAP pihakkepolisian

Banyak ninikmamak alirnulama yangmerantau daritanahkelahirannyaKeterbatasanDanir

Tidak sebagai

objek pajak

Lembaga2berperan dalampengcmbanganmasyarakat.banyakmengabaikan parapenghulu

Karenabersengketadengan hukumpositif

J

4

5

I PembinaanLernbaga danHukurn Adat

Sumber: Data Diolah. 201 5

94

I

Page 11: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

berbeda banyak masyarakat telah meninggalkan caracara seperli itu, dengan berbagai alasan seperlikeputusan melalui adat tidak adil karena masihmementingkan kerabat terlebih yang rnenjadi konflikmasih terdapat pemilik sanak kemenakan. 4)Pengelolaan Tanah Kas Desa. Tanah kas desamerupakan asset desa yang harus dijaga dan dtkeloladengan sebaik-baiknya. Namun dalarn pelaksana-annya kemampuan dan pengetahuan SDM ntanusia didesa masih sangat terbatas untuk itu perlu adanyabimbingan dari Pemerintah pusat maupun Pernerintahkabupaten. bahkan pada suatu desa ada yang tidakmemiliki kas desa.

Data pada Tabel 2 menunjukkan adanyasengketa kewenangan lokal berskala desa di ketigalokasi penelitian (Sumatera Barat. Bali dan NusaTenggara Barat). Diternukan 5 (lima) jenis sengkerakewenangan desa, yang relatif dominan. yakni: 1)Pengelolaan Tambatan Perahu. Pengelolaan

lmplementasi Kewenangan Desa: Dinamika, Masalah, dan Solusi Kebijakan(Gunawan)

tambatan perahu ini hanya ada di Provinsi Bali,sengketa yang terjadi adalah bukan antara desa dengankabupaten, tetapi antara masyarakat desa yanagberprofesi sebagai nelayan dengan pemilik hotel untukmengelola tambatan perahu, tambatan perahu yangberada di hotel secara kebetulan masuk dalam area atauwilayah desa sehingga menimbulkan sengketa. Untukitulah Pemerintah setempat hendaknya memfasilitasidan menegosiasi antara keinginan warga masyarakatnelayan dengan kepentingan pemilik hotel. 2)Pengelolaan Pasar Desa. Dalam pengelolaan pasardesa terjadi sengketa antara nagarildesa denganKerapatan Adat Nagari (KAN) hal ini didasari bahwayang memiliki tanahjaman dahulu adalah berdasarkanwarisan dari leluhur ninik mamak. Untuk itu perlu adafasilitasi antara Pemerintah kabupaten maupunprovinsi untuk mencari solusinya denganmempertemukan antara nagari dan Kerapatan AdatNagari dan menjelaskan bahwa yang memiliki wilayah

Tabel 2. Sengketa Keu'enangan Desalokal Berskaia Desa (Menurut Kepala DesaiAparat Desa dan Tokoh Adat)

No.KewenanganDesa Lokal

Berskala Desa

Kondisi Terkini

BerjalanEfektif Sengketa

Problema/Kendala

Implikasi/Dampak

FaktorPenyebab

Solusi yangDitawarkan

I.

I

IT.

I

III.I

Di Provinsi Bali

PcngelolaanTarnbatan Pcrahu

Pcngelolaan PasarDesa

Pcngelolaankawasan w'isata

skala desa

Di Provinsi Sumatera BaratPcngelolaan Pasar .l-Desa

Tambang batuandengan tidakrnenggunakan alatberat

Di Provinsi NTBPcngelolaan PasarDesa

2. Pengclolaan jalan

Adasengketa

Beberapadesamcngelolapasar desa

Hakpcmbangunan lalandesa

Hotel seringmcngklaim pantaiiu miliknva

Bcrebutkeu enangan

Scngketakelvcnan_9an antardesa dan batasdesa yanr trdakj elas

K,\N tidak rnaurncnycrahkanpasar tcrsebut kcnagariTarnbang LiarGolongan C

Lokasi bcrada didesa namun dcsatidak n-remiliki danmengelola desa

vang bcrada didaerahnya

Desa belun.rmendapatintbrrnasiklasifikasi jalan

Ada tiiksidcngan hotcl

Ada friksi desadengan pemda

Konflikperbatasan antardesa

Ada kcnggananPcn.rerintah dcsauntukmembahasnya.selalu kalahdalam diskusi diKabupaten.Kebimbanganuntukrnembangunjalan

Bercbut r

scngketari ilayah

Uang

Uang,, PADesdari bangunanHotel

KANberpcndapatpasar dcsa

Sulitmendapatkanpcrserujuan danlingkungan

Perlu pendampingannelayan

Perlu perjanjian dcsadan pemda

Perlu koordinasiantar desa

Mcngembalikanpasar ke nagari

Dikoordinasikanoleh dcsa dengankeputusan resmi

Ada

Ada)

J

2

\hngmcmbangunpasar adalahPemkab.

Ketidakjelasan,'pemaha

rnzrn clesa

Adanya pembagianyang jclaspemasukan dariretribusi

SKPD PekerjaanUmum membcrikanpcnjclasan kritcriajalan

Sumber: Data diolah, 2015

95

Page 12: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume '12 Nomor 1 Juni 2017: 85 - 99

adalah nagari sedangkan Kerapatan Adat Nagari

merupakan bagian dari kelembagaan desa yang harus

dibina dan dilestarikan keberadaannnya. Pulau Balipengelolaan pasar ini sebagian besar tanah yang

dimiliki di Pulau Bali adalah milik adat sehingga jikadibangun di tanah adat maka pasar tersebut menjadi

milik adat. Pengelolaan pasar walaupun berada ditanah milik adat namun hasil retribusi dari pasar

tersebut merupakan bagian dari desa dinas atar"r

pemerintahan yang akan digunakan pendapatan asli

desa dan desa adat (pakraman). Kedua pernyataan itumerupakan suatu indikasi bahrva pada jaman terdahulukeberadaan ninik mamak dan penghulu maupun raja

raja dahulu yang mewariskan tanahnya kepadaketurunannya hingga kini pemahaman tersebut masih

kuat, sehingga beranggapan tanah tanah tersebut masih

menjadi milik adat. Berdasarkan persengketaan

tersebut menunjukan bahwa kepentingan adat masihkuat khusus di dua Provinsi Sumatera Barat dan Balisehingga pemerintah daerah harus melakukan mediasi

dan rnemfasilitasi dengan pertimbangan tidakmemihak dan merada pada netral, demi keutuhan dan

kesejahteraan bersama antara desa dinas dankepentingan adat. 3) Pengelolaan Jarigan Irigasi.Pada dasarnya pengelolaan irigasi tetap berada di

wilayah pedesaan, yang berguna untuk mengelola dan

membagi air ke persarvahan, namun besar kecilnyapengelolaan itu bergantung daerahnya masing-masing, seperti di Provinsi Bali pengelolaan jaringan

irigasi diurus oleh Subak, lembaga inilah yang

mengafur aliran irigasi hingga semua masyarakatmendapatkan air persawahan. Sedangkan di ProvinsiSumatera Barat hampir mirip dengan pengelolaan

irigasi di Provinsi Bali, namun di Provinsi Sumatera

Barat tidak ada petugas yang secara khusus mengelolairigasi, pembagian air irigasi dikendalikanberdasarkan hasil musyawarah unsur masyarakat dan

perangkat desa. Kedua model tersebut merupakanminiatur dari pengelolaan irigasi di desa desa secara

umumnya di Indonesaia, untuk menerapkannya dapat

di kondisikan model yang cocok dengan daerahnya

masing-masing. 4) Pengelolaan Kawasan WisataSkala Desa. Batas yang jelas diserlai dengan titikkoordinat, hal ini akan menyangkut denganpendapatan aslidesa (PAD) bila tidak jelas maka akan

menimbulkan konflik untuk itu perlu ada koordinasiyang rutin antar desa. Kelemahan penentuan batas-

batas desa pada saat ini hanya dengan pohon. sungai

maupun patok-patok batas yang sewaktu-sewaktudapat berubah seiring perjalanan waktu. Untukmengurangi gesekan antar desa dalam memperebutkandaerah wisata menjadi sumber pendapatan asli desa.

pemerintah harus mengadakan negosiasi antara desa-

desa yang menimbulkan konflik. salah satr-rnya adalah

penentuan batas yang jelas dengan titik koordinat. 5)

Pembuatan Jalan Desa Antarpermukiman ke

Wila,v-ah Pertanian. Pembuatan jalan desa antarpermukiman ke wilayah pertanian mengalamisengketa khususnya antara SKPD Dinas Pekerjaan

Umum terkait dengan pemerintahan desa. walaupunjalan tersebut berada didesa namun dalampelaksanaannya Dinas Pekerjaan Umum masihmengerjakan jalan tersebut, sehingga pekerjaan yang

sudah dianggarkan oleh desa menjadi mentah kembali.Pemerintah desa tidak mengetahui secara jelas kriteriaatau batasan jalan, seperti jalan desa, jalan kabupaten,jalan provinsi, dan jalan negara. Dalam konteks ini,pemerintah provinsi harus mengklasifikasi dengan

tegas batasan status jalan yang berada diwilayahnya,sehingga tidak ada lagi pembangunan yang doubleperencanaan

Solusi KebijakanMemperhatikan dinamika dan problematika

implementasi kewenangan desa, terbersit beberapa

solusi kebijakan yang harus segera dirumuskan. Solusi

kebrjakan dimaksud diharapkan dapat mereduksi

kesalahan (mal administrasi), meniadakan multitafsir.mempersingkat w'aktu dan meningkatkan kualitaspelayanan, serta meningkatkan kesejahteraan.Beberapa solusr kebijakan yang ditawarkan adalah: 1)

Eksistensi Permen DPDTT Nomor I Tahun 2015.

Keberadaan Petmen DPDTT Nomor 1 Tahun 2015

Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan HakAsal-Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa telah

diketahui para Kepala Badan PemberdayaanMasyarakat Desa (BPMD) Provinsi dan Kabupatenlokus penelitian. Namun belum dilakukan sosialisasiPermen DPDTT kepada Kepala Desa, PerangkatDesa.dan kelembagaan yang ada di desa. Hal initentlrnya berimplikasi terhadap tingkat pemahaman

para pemangku kepentingan di desa terkait materikervenangan desa sebagaimana diatur dalam Permen

DPDTT Nomor 1 Tahun 2015. Selain itu, terdapat

beberapa kelemahan dalam materi pengaturannya,

antara lain: a) batasan atau pengerlian mengenai hak

asal usul kurang spesifik, tegas, dan jelas; b) susah

dipaharni dan menirnbulkan rnulti tafsir; c)memunculkan tumpang tindih antara aturan yang

diatLrr dalarn Perda dan hukum adat, sehingga Permen

DPDTT Nomor 1 Tahun 2015 berlentangan dengan

aturan lokal dan dalam prakteknya justru kontraproduktif, karena menghambat pelaksanaan kegiatany'ang terkait dengan keu'enangan di desa; d) kebijakan

ini belum memberikan pengaturan secara spesifikbagaimana langkah/tindakan yang wajib dilakukanpara Kepala Desa ketika hendak melakukanidentifikasi. inventarisasi, dan memetakan jeniskewenangan yang ada di desanya; dan e) relatif belurn

mengakomodasi implikasi yang diprediksi akan

timbul ketika terjadi penyalahgunaan dani atau

sengketa kewenangan di desa. 2) Kewenangan

96

Page 13: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

Berdasarkan Hak Asal Usul. Kervenanganberdasarkan hak asal usul di semua provinsi masihberjalan sesuai norrna yang ada baik itu norma adatmaupun norna hukum positif. Secara khusus, diProvinsi Sumatera Barat, kewenangan berdasarkanhak asal usul dengan kriteria sistem organisasimasyarakat, peran ninik mamak relatif berkurang. Halini disebabkan banyaknya para penghulu lang pergimerantau keluar dari nagari dan menetap di berbagaikota besar. Implikasinya, relatif banyak pula paraperantau yag lupa terhadap tatanan asli, seperli prinsipgotong-royong menjadi hampir punah. Penyebabnya.peran penghulu tidak sekuat di masa lalu. Solusr daripermasalahan tersebut adalah adanya kesadaran darininik mamak, alim ulama. cerdik pandai untukmembangun desanya yang sudah lama tergerus olehwaktu agar dibangun kembali serta memelihara nilai-nilai adat. Kemudian pemerintah daerah mendukungdan membina serta memfasilitasi kegiatan yangbersifat mempertahankan nilai-nilai budaya dan adat.Pembinaan kelembagaan masyarakatilembaga hukumadat di semua provinsi terdapat beberapakecenderungan firenurun. Sebab, tidak ada fonnatpembinaan dan tidak dilibatkannya tokoh adat atauagama serta penghulu dalam pengambilan keputusanha1 ini disebabkan tidak adanya ketersediaan dana.Permasalahan pembinaan ini yan-u rnenjadi utama.pembinaan pemerintah daerah selain membina dalarnbentuk dukungan anggaran untuk mempefiahankanadat dan budaya serta memberi dukun_ean politikmelalui regulasi-regulasi agar keberlangsungan adatdan budaya tetap dilestarikan.Pennasalahan lainadalah dalam mengelola tanah kas desa, dilokasi kajiankhususnya di Provinsi Bali dan Sumatera Baratsebagian besar tanah kas desa belum/tidakbersertifikat, hal ini akan berimplikasi pada prosespenggarapan dan pengolahan tanah kas desa tidakbebas dikelola dan tidak ada kepastian hukum tentangtanah kas desa, Penyebab tanah kas desa tidak dapatdisertihkatkan oleh SKPD pemerintah kabupatenikotadikarenakan tanah kas desa bukan sebagai objek pajak.Berkenaan dengan itu Pemerintah daerahkabupaten/kota membuap kebijakan untukmenjembatani kepentingan Pemerintah desa dalamkepemilikan tanah kas desa dapat digunakan untukkebutuhan pemerintah desa. 3) SengketaKewenangan Berdasarkan Kewenangan LokalBerskala Desa. Pengelolaan kewenangan desaseringkali bermuara pada sengketa kervenangan desa.Dalam studi ini ditemukan sengketa kewenangan desaantara lain sengketa dalam pengelolaan tambatanperahu antara desa dengan pengelola hotel yang beradadi kawasan desa pantai. Pemilik hotel mengklaimpantai sebagai miliknya, sehingga menirnbulkan friksiyang berbeda dalam memperebutkan w'ilayah pantai.Solusi kebij akannya adalah menyarnpaikan penj e lasan

lmplementasi Kewenangan Desa: Dinamika, Masalah, dan Solusi Kebijakan

(Gunawan)

kepada pihak pengelola hotel terkait keberadaankewenangan desa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Desa dan peraturan pelaksanaannya.Selanjutnya, dilakukan perumusan secara bersama-sama untuk pengaturan terhadap batas-bataskepemilikan hotel yang dapat dikelola. Selain itu,diperlukan fasilitasi pemerintah kabupaten untuklxempertemukan para pihak agar terdapat sinkronisasidan harmonisasi antara kebutuhan pemerintah desa

sesuai kewenangan yang diperolehnya dengankepentingan pemilik hotel dalam upayapengembanganusaha

Ditemukan pula sengketaantara kewenangandesa dengan pemerintah daerah. Sengketa kewe-nangan terjadi dalam pengelolaan pasar desa yangberada diwilayah desa dengan pemerintah daerahsebagai perumus kebijakan (decision maker) yangmerupakan kewenangan pemerintah daerah kabu-paten. Dalam konteks ini, solusi yang ditarvarkanadalah agar perumus kebijakan membuat pengaturanatau kesepakatan antara pemerintah daerah kabupatendengan desanya. Pengaturan dilakukan terkait bagihasil atas pendapatan yang diperoleh pasar desatersebut.

Sengketa pengelolaan pasar desa yang lainadalah antara Kerapatan Adat Nagari (KAN) dengannagari karena KAN tidak mau menyerahkan pasartersebut ke nagari. ICAN berpendapat bahwa pasardesa bukanlah rnilik nagari. Solusi kebijakan yangditawarkan adalah pemerintah daerah kabupatenrnemfasilitasi kedua belah pihak antara Nagari danI(AN. mencari jalan keluar dengan hasil yang dapatmemenangkan kedua belah pihak yang bersengketa(x' in vt' in .s o I ul i o n').

Sengketa selanjutnya dalam kajian ini adalahkewenangan dalam pengelolaan kawasan wisata skaladesa antar desa dikarenakan batas desa yang tidakjelas, sehingga menimbulkan konflik dikarenakanmengurangi pendapatan asli desa (PADES). Dalamkonteks ini diperlukan perjanjian antar desa mengenaipengelolaan kawasan desa. Solusi yang ditawarkanadalah pemerintah daerah kabupaten memediasi antaradesa-desa bersengketa dalam memperebutkan daerahkawasan r,visata dengan rnemberikan batas-batas yangtegas dengan titik koordinat.

Sengketa selanjutnya adalah kewenangandalam pengaturan pengelolaan tambang batuan danalat berat dan pengaturan tambang liar golongan Cdengan pencemaran lingkungan yang berada di desa.Pencemaran lingkungan yang diakibatkan adanyapenggalian dan penambangan dengan menggunakanalat-alat berat yang menimbulkan pencemaran udaradan pencemaran air. Solusinya, pemerintah daerahkabupaten agar memmuskan penpaturan yang tegasdan jelas dalam peratlrran daerah (perda) sertamemberikan sanksi tegas terhadap pengelola tarnbang

97

Page 14: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume '12 Nomor 1 Juni 2017: 85 - 99

batuan dan alat berat serta pengelola tambang liargolongan C yang melanggar ketentuan peraturanperundang-undangan.

KE SIMPULAN DAN REKOMENDASI

KesimpulanHasil evaluasi membuktikan Permen DPDTT

Nomor I Tahun 2015 Tentang Pedoman KewenanganBerdasarkan Hak Asal-usul dan Kewenangan LokalBerskala Desa, belum diselenggarakan sarnpai padatataran desa, sehingga rnenimbulkan berbagaipendapat dan dalam menterjemahkan aruran tersebut.Selain itu, juga aturan tersebut belum memfbmru-lasikan pengerlian hak asal usul dan terjadi multi tafsirdan belum memperhatikan aspek hukum adat dankearifan loka1.

Penyelenggaraan ker.venangan desa oleh parakepala desa dan perangkatnya berlangsung dinarnis.Namun, dalam implementasinya juga diikuti sejumiahproblematika. Mulai dari penafsiran hingga terjadini,asengketa/konflik kewenangan. Kondisi ini menuntutadanya solusi kebijakan sebagai alter:natif pemecahanmasalah secara komprehensif dan tuntas,seperti padakewenangan berdasarkan hak asal usul dankewenangan lokal berskala desa. Kervenangan desatersebut meliputi penataan sistem organisasi &kelembagaan masyarakat adat, kelemba-saanmasyarakat dan pengembangan peran masyarakat desasefta pembinaan lembaga hukum adat dan pen-eelolaanpasar desa.

Bila ditinjau dari perspektif nomenklaturorganisasinya, maka pengelolaan desa rnenjadi rugasdan fungsi 2 (dua) institusi pemerintahan setin_skatkementerian, yakni : Kementerian Desa. PembangunanDaerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT) danKementerian Dalam Negeri. Dalam konteks ini.Pemerintah menerapkan manajemen matriks dalamupaya pengelolaan desa dan percepatan pencapaiantujuan organisasi. Kebersamaan ini idealnya harusdiikuti pula dengan langkah konkrit berupakoordinatif-konsultatif. Selanjutnya, kehadiran suatukebijakan akan menjadi lebih bermakna ketikadidahului dengan proses diseminasi dantatausosialisasi kepada para kepala desa selakuimplementornya. sehin_uga terdapat kesamaanpemahaman, lebih akornodatif. dan dapat mereduksibias irnplementasi n1 a.

RekomendasiPemerintah dalam hal ini Kementerian Desa.

Pembangunan Daerah Tertinggal. dan Transmigrasidapat segera melakukan reviu terhadap PeraturanMenteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal. danTransmigrasi Nomor 1 Tahun 2015. Untuk segeramerevierv terhadap substansi materi kebijakan.

terutama yang terkait dengan eksistensi kewenangandesa. tata cara diperolehnya. tata kelola, implikasi dandampak irang ditimbulkan, dan penanganan sengketaatau penyalahgunaan kewenangan desa sertamekanisme per-tanggLrngj aw'abannya.

Idealnya pelaksanaan reviu kebijakan tersebutturut mengikut sertakan beberapa per-wakilan daridesa. antara lain: 1) Kepala Desa; 2) Kepala BadanPr,-rrnu S).a\\'aratan D e sa ( BPD) ; 3 ) Tokoh Masyarakat;-1t Tokoh Adat: dan 5) Pejabat Pemerintah Daerah yangberkompeten dan memiliki tugas, fungsi, dantanggung jau'ab dalam pengelolaan desa. Perwakilandipilih secara selektif-komprehensif, sehingga dapatmerepresentasikan kelembagaan desa dan berdasarkankarakteristik ker,r'ilayahan desa maupun desa adat baikrang terdapat di wilayah terisolasi, tertinggal, terluar,dan'atau terdepan rvilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI).

Faktor penting yang tidak dapat diabaikanadalah pen-eaw'alan sebagai wujud pembinaanterhadap desa. Operasionalisasinya dapat diwujudkanrnelalui aktivitas: 1) sosialisasi; 2) asistensi; 3)supen isr:4) edukasi penyuluhan;5) pendampingan; 6)adr okasi: dan 7) er''aluasi berkala dan berkesi-nambungan oleh pejabat dan satuan kerja perangkatdaerah(SKPD) kabLrpaten,'kota yang memiliki desaatau sebLrtan lainny'a.

UCAPANTERIN,IAKASIHPenulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.

Drs. Herie Saksono, M.Si.. Peneliti Madya pada PusatPenelitian dan Pengembangan AdministrasiKeri'ilayahan. Pemerintahan Desa, Kependudukan,dan Pencatatan Sipil Badan Penelitian danPengemban-ean (BPP) Kementerian Dalam Negeri ataspemikiran dan dedikasinya dalam membin-rbing dan 'mengarahkan, sehingua mempertajam analisis,memperkuat pembahasan, dan memperkaya substansimateriarlikel ini.

DAFTAR PUSTAI'A

Hakim, Lukman. 2011. Ketrenengqn Organ NegarcrD a I am P e nt, e I e n g gq r q ct n P e m e r i nt q h an. JurnalKonstitusi. Vol. IV No. l" Juni 2011. Halamanl 03- 1 30.

Masyhuri dan Zainudin (2008:19). MetodologiPenelitian Sosiql dcrn Ekonomi. Teori danA p I i ka s i. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang DesaPakraman.

Peraturan Menteri Desa. Pembangunan DaerahTerlinggal, dan Transmigrasi Nomor I Tahun2015 tentang Pedoman Kewenangan Berda-sarkan Hak Asal Usul dan Kervenangan LokalBerskala Desa.

98

Page 15: IMPLEMENTASI DESA: DINAMIKA, SOLUSI

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor6 Tahun 20 1 4 Tentang Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentangPerubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor43 Tahun 2014 tentang Peraturan PelaksanaanUndang-Undang Nornor 6 Tahun 2014 TentangDesa.

Rokhim, Abdul. 2013. Kew'enangan PemerintahanDqlam Konteks l{egara Kesejahteroan (WelfbreState). Jurnal Ilmiah Dinarnika Hukum.Fakultas Hukum Universitas Islam Malan_e. Vol.XIX No. 36, Pebruari-Mei 2013. Halaman 136-148.

Sofi Nur Ariyati. Solyan Sjai. 2014, EfektivirasKelembagaan De.sa Dalam Praktik DentokrasiDi Desa Kelangdepok, Pemalong Jau.w Tengah,

lmplementasi Kewenangan Desa: Dinamika, Masalah, dan Solusi Kebijakan(Gunawan)

Sodality : Jumal Sosiologi Pedesaan Vol. 2, No.3 Desember20l4. hal 200 -209

Stout HD, De Betekenissen Lhn De Wet, clalam IrfanFqchruddin, "Pengawasan Peradilan Adminis-trasi terhadap Tindakan Pemerintah," Bandung,Alumni, 2004,hal.4.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentangAdministrasi Pemerintahan.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 20 l4 tentang Desa.Widyastini. Tyas., danArya Hadi Dharmawan. 2013.

E.fbktivitu.s Art'ig-Att'ig Dalam PengaturanKehitlupan Masyarakat !'[ela1:ttn di PantaiKedongancrn Bal/. Sodality: Jumal SosiologiPedesaan, Vol. 0 t., No. 01., April 2013,hal 37 -51.

99