IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM...

115
IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 12 SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh: LAILATUN NAZILAH NIM: 3104016 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM...

Page 1: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 12 SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

LAILATUN NAZILAH

NIM: 3104016

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lailatun Nazilah

NIM : 3104016

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, Juni 2011

NIM. 3104016

Page 3: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

iii

Page 4: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

iv

Page 5: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

v

Page 6: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

vi

ABSTRAK

Judul : Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang Penulis : Lailatun Nazilah NIM : 3104016

Skripsi ini membahas tentang implementasi cooperative learning dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang. Kajian ini dilatarbelakangi oleh keengganan kalangan institusi pendidikan yang melaksanakan cooperative learning dalam pembelajaran PAI. Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana implementasi konsep cooperative learning melalui metode pembelajaran mencari pasangan (make a match), debat aktif (active debate), diskusi kelompok kecil (small group discussion), dan tukar delegasi antar kelompok (jigsaw) dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang. Permasalahan ini dibahas melalui penelitian lapangan yang dilaksanakan di SMA Negeri 12 Semarang. Sekolah tersebut dijadikan sumber data untuk mendapatkan potret implementasi cooperative learning dalam pembelajaran PAI. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara observasi, interview dan dokumentasi. Semua data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi cooperative learning dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang yang terwujud dalam empat bentuk metode pembelajaran yaitu mencari pasangan (make a match), debat aktif (active debate), diskusi kelompok kecil (small group discussion), dan tukar delegasi antar kelompok ( jigsaw) secara keseluruhan sudah mendekati teori yang ada meskipun masih terdapat sedikit kekurangan. Penerapan model cooperative learning ini dibuktikan dengan terbentuknya sikap kerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran baik kerjasama antar siswa dengan siswa ataupun antara siswa dengan guru, sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berinteraksi sosial dan berusaha saling membantu untuk pencapaian tujuan bersama. Dalam hal evaluasi, penilaian yang dilakukan guru baik secara individu maupun secara kelompok, menurut penulis pengajar sudah memenuhi standar evaluasi model cooperative learning, karena guru telah menerapkan sistem penilaian cooperative learning sesuai standar yang ada. Nilai kelompok diolah sedemikian rupa sehingga nantinya dari hasil kelompok tersebut berpengaruh pada nilai individu, dan begitu juga sebaliknya. Dari proses inilah setiap siswa mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi bagi kelompoknya. Siswa lamban tak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka, karena mereka juga bisa memberikan sumbangan. Malahan mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka dan dengan demikian maka akan menaikkan nilai pribadi mereka sendiri.

Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan dan bisa menjadi bahan informasi dan masukan bagi semua pihak yang membutuhkan terutama di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Page 7: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

vii

MOTTO

.…والعدوان وتعاونوا على البر والتقوى وال تعاونوا على اإلثم.… (٢: لمائدةا )

“....Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...”. (Q.S Al-

Ma’idah: 2).*

* Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Special for Woman, (Jakarta: PT.

Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 106

Page 8: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

viii

PERSEMBAHAN

Dengan semangat, do’a dan ridha Allah swt., akhirnya skripsi ini dapat

Penulis Selesaikan. Berbagai rintangan yang penulis hadapi alhamdulillah

dapat diatasi. Hali ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi

penulis. Sebagai rasa syukur skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Orang tuaku tercinta (Bapak Muhtadi dan Ibu Munfaatun) yang tiada

lelahnya memberikan bimbingan, motivasi dan do’a restunya kepada

penulis dalam menempuh studi hingga jenjang S.1.

Suamiku tercinta yang tak hentinya memberikan support dan do’anya.

Adik-adikku tersayang Yuni Nur Afifah, Imam Kharisuddin, Laili

Malida Dilla Sabila dan M. Kafa Rizqi Alfiyan yang selalu memberi

semangat.

Keluarga besarku tercinta yang senantiasa memberikan do’a dan

dukungannya.

Sahabat-sahabat seperjuanganku PAI ’04 terima kasih untuk semangat

dan kerjasamanya.

Sahabat-sahabat PMII Rayon Tarbiyah.

Teman-teman PPL dan KKN serta teman-teman semua di lingkungan

IAIN Walisongo Semarang.

Page 9: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt., yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,

hidayah dan inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada suri tauladan Nabi Muhammad

saw., sahabat-sahabat dan para pengikutnya yang setia.

Penulis tertarik mengangkat judul implementasi cooperative learning dalam

pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang karena selama ini banyak institusi

pendidikan yang merasa enggan untuk mengimplementasikan cooperative learning

khususnya dalam pembelajaran PAI. Hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya

minimnya seorang guru akan pengetahuannya tentang model–model pembelajaran.

Padahal cooperative learning sangat banyak manfaatnya, baik bagi diri siswa, guru

ataupun institusi pendidikan.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tak akan terselesaikan tanpa

uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materiil maupun

spiritual. Dengan hati yang tulus mendalam disertai rasa hormat, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang berjasa khususnya

kepada Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. Dr.

Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Dra. Hj.

Musrifah selaku dosen wali studi yang telah mendahului kita, terima kasih arahan dan

bimbingannya, semoga amal beliau diterima di sisi Allah swt. Drs. Ahmad Sudja’i,

M.Ag. dan Ismail SM, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan fikirannya dan telah memberikan bimbingan, motivasi, masukan

dan saran yang sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Para dosen dan staf karyawan di lingkungan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan. Drs. Nasikhun selaku

kepala sekolah dan Drs. Mahmudi selaku guru PAI SMA Negeri 12 Semarang

beserta keluarga besar SMA Negeri 12 Semarang yang telah memberikan waktunya

untuk memberikan informasi dalam penelitian ini. Ayahanda, Ibu, adik-adik dan

suamiku tercinta serta keluarga besar yang tak lelahnya memberikan motivasi dan

do’a restunya. Tak lupa kawan-kawan seperjuangan PAI 2004, kawan-kawan PPL,

KKN, sahabat-sahabat PMII Rayon Tarbiyah dan seluruh kawan di lingkungan

Page 10: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

x

IAIN Walisongo Semarang serta kepada semua pihak yang tak mampu penulis

sebutkan satu persatu. Atas jasa-jasa dan pengorbanan mereka, penulis hanya bisa

berdo’a semoga amal mereka dibalas oleh Allah swt. serta mendapat kebaikan baik di

dunia maupun kelak di akhirat. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritik

konstruktif sangat penulis harapkan demi kemajuan ke arah yang lebih baik.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.

Semarang, Juni 2011

Penulis

Page 11: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ...................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................... vi

MOTTO ................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN .................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................. ix

DAFTAR ISI ........................................................................................... xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………. 1

B. Penegasan Istilah…………………………………………… 9

C. Perumusan Masalah………………………………………… 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………. 11

E. Tinjauan Pustaka…………………………………………… 11

F. Metodelogi Penelitian……………………………………… 13

G. Sistematika Penulisan Skripsi……………………………… 17

BAB II : KONSEP COOPERATIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PAI

A. Cooperative Learning ......................................................... 19

1. Definisi Cooperative Learning ..................................... 19

2. Latar Belakang Cooperative Learning .......................... 21

3. Dasar-Dasar Pemikiran Cooperative Learning ............. 23

4. Unsur-Unsur Cooperative Learning ............................. 25

5. Tujuan Cooperative Learning ...................................... 28

6. Pengelolaan Kelas Cooperative Learning ...................... 29

7. Evaluasi dalam Cooperative Learning .......................... 32

Page 12: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

xii

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............................. 33

1. Definisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam……… 33

2. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran PAI………....... 34

C. Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran

PAI pada Jenjang SMA……………………………………. 40

BAB III : IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 12 SEMARANG

A. Gambaran Umum SMA Negeri 12 Semarang

3. Tinjauan Historis……………………………………… 47

4. Letak Geografis………………………………………. 48

5. Struktur Organisasi……………………………………. 49

6. Visi dan Misi………………………………………….. 49

7. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa…………………. 50

8. Sarana dan Prasarana…………………………………. 50

B. Sistem Pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

1. Tujuan…………………………………………………. 52

2. Materi…………………………………………………. 52

3. Metode………………………………………………… 52

4. Media………………………………………………….. 53

5. Evaluasi……………………………………………….. 53

C. Implementasi Cooperative Learning dalam pembelajaran PAI di

SMA Negeri 12 Semarang

1. Metode Mencari Pasangan (Make A Match)…………… 55

2. Debat Aktif (Active Debate)……………………………. 56

3. Diskusi Kelompok Kecil (Small Group Discussion)…… 57

4. Tukar Delegasi Antar Kelompok (Jigsaw)……………... 58

Page 13: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

xiii

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran PAI di

SMA Negeri 12 Semarang

1. Metode Mencari Pasangan (Make A Match)…………… 63

2. Debat Aktif (Active Debate)……………………………. 64

3. Diskusi Kelompok Kecil (Small Group Discussion)…… 65

4. Tukar Delegasi Antar Kelompok (Jigsaw)……………... 65

B. Faktor penunjang dan Penghambat Implementasi

Cooperative Learning dalam Pembelajaran PAI di

SMA Negeri 12 Semarang………………………………... 67

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………….. 71

B. Saran-Saran……………………………………………….. 72

C. Penutup………………………………………………….... 73

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lahirnya era globalisasi menyisakan sejumlah tantangan tersendiri

bagi bangsa Indonesia. Perkembangan ilmu dan teknologi telah

mengakibatkan perubahan-perubahan yang secara nyata berdampak pada

kondisi kehidupan manusia. Kenyataan yang harus dihadapi yaitu rapuhnya

sendi-sendi kehidupan akibat modernisasi antara lain terlihat dari kemampuan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih rendah, derajat kehidupan yang

masih menyedihkan dan hilangnya self identity dalam kultur global. Di sisi

lain, kita juga sedang mengalami kemunduran budaya kolektivitas lokal yang

sarat dengan nilai-nilai luhur seperti kegotongroyongan, yang merupakan

akibat dari bangunan sistem pendidikan kita yang belum mampu menyiapkan

siswa menjadi adaptable dengan seperangkat nilai dalam berbagai dimensi

kehidupan.2

Dalam kehidupan global kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka

kelompok yang ada, tetapi kita dituntut untuk belajar hidup bersama dan

bekerja sama dengan mereka. Tiap kelompok memiliki latar belakang

pendidikan, kebudayaan dan tradisi yang berbeda. Agar bisa bekerja sama dan

hidup rukun, kita harus banyak belajar hidup bersama, being sociable

(berusaha membina kehidupan bersama).3

Sekolah merupakan suatu lembaga yang bertujuan mempersiapkan

anak untuk hidup sebagai anggota masyarakat yang sanggup berpikir dan

berbuat efektif.4 Selain itu sekolah harus bisa mengembangkan peserta didik

untuk hidup secara bersama yang disertai prinsip semangat kerjasama dan

2Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Misaka Galiza,

2003), Cet. 2, hlm. 1. 3Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2004) Cet. 2, hlm. 203. 4S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, hlm.

124.

Page 15: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

2

solidaritas sosial karena dalam proses belajar seorang siswa juga

membutuhkan rasa aman. Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman

adalah menjalin hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari

kelompok.5 Perasaan saling memiliki ini memungkinkan siswa untuk

menghadapi tantangan. Ketika mereka belajar bersama teman, mereka

mendapatkan hubungan emosional dan intelektual yang memungkinkan

mereka melampaui ambang pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

“Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif”6 dan

mengembangkan kreativitas siswa. Kreativitas siswa akan dapat

dikembangkan bila pembelajaran tidak menggunakan pendekatan teacher

centered.7 Pendidik tidak mendominasi proses komunikasi belajar, tetapi ia

lebih banyak membimbing, memberi arahan dan memberi inspirasi pada

peserta didik agar mereka dapat mengembangkan kreativitas melalui berbagai

kegiatan belajar. Rasa percaya diri, rasa aman, rasa dilindungi, rasa

diikutsertakan dan diakui merupakan prasarat dalam menciptakan hubungan

kerjasama yang penuh kehangatan (warmness).8 Dengan demikian akan

tercipta iklim belajar kondusif yang dapat mengoptimalkan hasil belajar dan

kreativitas seorang siswa.

Nampaknya prinsip kerjasama di sekolah belum tertanam secara

maksimal. Hal ini bisa dilihat pada proses sekolah dewasa ini yang senantiasa

menekankan pengembangan siswa sebagai individu. Mulai dari tugas-tugas

harian, tanya jawab dan diskusi di kelas sampai evaluasi akhir hasil studi.

5Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung::

Nusamedia dan Nuansa, 2004), Cet. 1, hlm. 24. 6Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung::

Nusamedia dan Nuansa, 2004), Cet. 1, hlm. 25. 7Teacher Centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

satu arah, dimana seorang guru sebagai pusat belajar mengajar. Guru menyampaikan pelajaran dengan ceramah. Gurulah yang merencanakan, mengendalikan dan melaksanakan segala sesuatu. Sedangkan anak didik hanya mendengarkan dan mencatat (pasif). Pola ini banyak memiliki kelemahan, yakni suasana kelas kaku, guru cenderung otoriter sebab hubungan guru dengan seorang anak seperti majikan dan bawahan, mengerti atau tidak mengertinya anak didik tidak dengan cepat diketahui guru. Lihat Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Rasail, 2004), hlm. 137-138.

8Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), Cet. 1, hlm. 63.

Page 16: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

3

Dalam persaingan untuk mencapai prestasi diantara siswa ini, sekolah sama

sekali tidak menanamkan semangat kerjasama dan solidaritas sosial. Layaknya

pada persaingan bebas di dunia ekonomi siapa yang kuat maka dia yang akan

berkembang, demikian pula di dunia pendidikan. Penekanan pada

pengembangan siswa secara individual menyebabkan kesenjangan hasil

pendidikan.9

Selain itu ada juga persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia

pendidikan yang menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk

mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan

pengetahuan. Dalam hal ini siswa sebagai sebuah botol kosong yang bisa diisi

dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh sang

maha guru.10 John Locke dalam bukunya Lie dengan teorinya yang sangat

terkenal juga mengatakan bahwa “pikiran seorang anak seperti kertas kosong

yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya”.11 Model

pendidikan demikian oleh Paulo Freire dalam bukunya Shofan dikritik sebagai

banking education atau pendekatan gaya bank.12 Pendekatan gaya bank

memiliki asumsi bahwa anak didik adalah obyek yang kosong akan

pengetahuan, sehingga harus diisi. Dalam konsep ini pengetahuan merupakan

sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya

berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak berpengetahuan apa-apa.

Pendidikan adalah sebuah pembebasan, sehingga dalam konteks ini

menurutnya menganggap bodoh secara mutlak kepada orang lain merupakan

ciri dari ideologi penindasan. Dalam pendidikan seperti ini kreativitas dan

kritisisme dari seorang siswa akan sulit ditemukan.

Senada dengan Freire, ada sebuah pandangan tentang pendidikan yang

dikemukakan oleh mantan Presiden Tanzania Julius K Nyerere dalam bukunya

9“Paradigma Pendidikan Masa Depan: Kebersamaan Dalam Belajar Untuk

Menghilangkan Ketimpangan”, http://pakguruonline.pendidikan.net/ 10“Mengenal Lebih Dekat Cooperative Learning”, http://assalam.or.id/, Minggu, 12

November 2006. 11Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 1, hlm. 2. 12Moh. Shofan, The Realistic Education: Menuju Masyarakat Utama, (Yogyakarta:

IRCiSoD, 2007), Cet. 1, hlm. 18.

Page 17: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

4

Supeno yang disampaikan dalam pidatonya, ia mengemukakan bahwa:

“Pendidikan bertujuan untuk pembebasan karena itu juga merupakan

pendidikan untuk kerjasama antara manusia, karena hanya dalam kerjasama

antara manusia bisa membebaskan dirinya dari hambatan-hambatan alam dan

hambatan yang diciptakan dan ditimpakan orang lain kepada dirinya.”13

Sebuah pendidikan harus memberi kesempatan pada siswa untuk

saling bekerjasama dalam pembelajaran, karena pada dasarnya pengajaran

yang efektif menuntut kesediaan kerjasama dari siswa.14 Selain itu, “alur

proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Akan tetapi siswa

juga bisa saling mengajar sesama siswa lainnya (peer teaching)”.15 Ini

merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan sesama siswa

untuk bekerjasama dalam tugas-tugas yang terstruktur. Keberhasilan seorang

siswa ditentukan oleh kerjasama antar mereka dalam pembelajaran. Jika

kerjasama yang saling memberi dan menerima antar siswa bisa berjalan

dengan lancar maka akan membuahkan hasil pembelajaran yang optimal.

Saat ini pendidikan dituntut untuk dapat memainkan perannya sebagai

basis dan benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan

moral bangsa. Pendidikan merupakan suatu media sosialisasi nilai-nilai luhur

yang akan lebih efektif bila diberikan kepada anak (siswa) sejak dini.16

Pendidikan agama Islam yang notabenenya sebagai landasan moral

dalam kehidupan sehari-hari, kini belumlah membuahkan hasil sebagaimana

yang diharapkan yaitu membangun karakter dan moralitas anak bangsa.

Tawuran antar siswa, kekerasan fisik dan tindak kriminalitas bahkan terjadi

di mana-mana. Kerisauan dan kegalauan akan moralitas anak bangsa telah

mengindikasikan kegagalan pembelajaran PAI selama ini. Hal ini

mengundang perhatian berbagai pihak untuk menoleh secara lebih serius

13Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), Cet. 1, hlm. 44. 14J. Donald Walters, Education for Life, terj. Agnes Widyastuti, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2004), Cet. 1, hlm. 69. 15“Mengenal Lebih Dekat Cooperative Learning”, http://assalam.or.id/, Minggu, 12

November 2006. 16Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Misaka Galiza,

2003), Cet. 2, hlm. 14.

Page 18: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

5

terhadap PAI. Banyak aspek yang dapat dievaluasi sebagai faktor yang

memberi kontribusi terhadap kegagalan ini, diantaranya durasi waktu yang

sangat singkat, pembelajaran yang sangat kaku, berpegang dengan buku teks,

cenderung tidak membawa peserta didik ke alam kehidupan sosial nyata baik

dalam tataran konsep maupun pengalaman keagamaan.

Masalah krusial juga dalam pembelajaran PAI ialah dalam hal

penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi

pelajaran. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran. Hal ini dapat

dilihat pada kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan

metode pembelajaran.17

Berdasarkan kondisi PAI yang ada, ternyata masih banyak pendidik

yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam

memilih serta menggunakan berbagai metode pembelajaran yang mampu

mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar.

Pemilihan metode yang kurang tepat dapat mengakibatkan PBM PAI

berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan

kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Untuk itu perlu dicari alternatif

model pembelajaran yang memungkinkan proses sosialisasi dan internalisasi

nilai-nilai keagamaan yang diharapkan lebih kuat tertanam pada pribadi siswa.

Atas dasar berbagai problematika di atas, maka upaya peningkatan

kualitas proses belajar mengajar PAI merupakan suatu kebutuhan yang sangat

mendesak untuk dilakukan. Salah satu model pembelajaran yang dapat

menjembatani keresahan tersebut adalah model pembelajaran cooperative

learning.

Cooperative learning merupakan “sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam

tugas-tugas terstruktur”.18 Model pembelajaran ini memberi kesempatan siswa

17Arief Achmad Mangkoesapoetra, “Implementasi Model Cooperative Learning Dalam

Pendidikan IPS di Tingkat Persekolahan”, http://researchengines.com/ 16 Agustus 2005. 18Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 1, hlm. 12

Page 19: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

6

dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan

nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama (kerja

kelompok), saling tolong menolong dan saling mendistribusikan ilmunya di

antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas

dan perolehan belajar. Hadits dari Ibnu Majah dan Muslim:

رواه ابن (ملسم الاهخ اھملع یما ثمل عملسم الءرم الملعت ینا ةقد الصلضفا

)ماجھ “Shodaqoh yang paling utama adalah orang Islam yang belajar ilmu kemudian ia mengajarkan kepada saudaranya sesama Islam.” (HR. Ibnu Majah)19 Hadits tersebut menjelaskan bahwa orang yang memiliki ilmu maka ia

wajib mengamalkannya kepada orang lain, ini merupakan shodaqoh yang

paling utama, karena sesungguhnya apa yang ada dalam diri kita sebagian

adalah hak orang lain. Dengan demikian maka ilmu kita akan menjadi ilmu

yang bermanfaat dunia dan akhirat

Hadits tentang tolong-menolong juga dijelaskan dari Muslim:

)رواه مسلم ( ھیخ انو عى فدبع الانا ك مدبع النو عى فاهللاو … "…dan Allah akan menolong hambaNya apabila hamba tersebut menolong saudaranya…” (HR. Muslim)20 Hadits di atas menjelaskan bahwa seseorang yang mau menolong

saudaranya dengan dilandasi keikhlasan maka Allah kelak juga akan

menolong orang tersebut. Kita sebagai manusia juga harus yakin bahwa

pertolongan Allah pasti akan datang, hanya saja tak seorangpun yang tahu

kapan pertolongan itu akan tiba.

Menurut Michaels sebagaimana dikutip Etin Solihatin “cooperative

learning is more effective in increasing motive and performance students” 21,

19as-Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtar al-Ahadits an-Nabawiyyah, (Indonesia: Daar

Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, 1948), hlm. 30. 20Imam Yahya bin Syarofiddin an-Nawawiy, al-Arba’in an-Nawawiyah, (Semarang:

Toha Putera, 676 H), hlm. 22.

Page 20: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

7

yakni pembelajaran kooperatif lebih efektif dalam meningkatkan motivasi dan

performen siswa.

Senada itu, Henry juga mengungkapkan bahwa “committee work is

also a useful way of spreading participation. It is a way of giving children

opportunities to learn how work cooperatively and to think for themselves” 22(Bekerja sama juga merupakan cara yang berguna untuk meningkatkan

partisipasi. Ini adalah sebuah cara memberikan kesempatan anak untuk belajar

bagaimana bekerja sama dan berfikir untuk diri mereka sendiri).

Model cooperative learning mendorong peningkatan kemampuan

mahasiswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama

pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dalam

menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi

pelajaran yang dihadapi.

Cooperative learning menciptakan kondisi pembelajaran yang bersifat

gotong royong, saling menolong dan bekerjasama. Hal ini bukanlah hal baru

dalam dunia Islam, karena Islam sendiripun menganjurkan untuk saling

tolong-menolong.23 Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 71:

) ٧١:التوبة( …والمؤمنون والمؤمنات بعضھم آولیاء بعض “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain….”. (QS. at-Taubah: 71)24

21Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 1, hlm. 5. 22Henry Clay Lindgreen, Educational Psychology In The Classroom, (New York: John

Wiley and Sons, Inc, 1960), p. 349. 23Disebutkan dalam al-Qur’an: … (المائدة:٢) م والعدوانوتعاونوا على البر والتقوى وال تعاونوا على اإلث …

“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan….”. (QS. Al-Maidah: 2). Lihat Depag RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda, 2005), hlm. 107. Dijelaskan oleh Majid bahwa fitrah manusia sejak kelahirannya adalah kebutuhan dirinya

kepada orang lain. Kita tidak mungkin dapat berkembang dan survive kecuali ada kehadiran orang lain. Bila seorang filsuf Barat berkata ‘cogito ergo sum’ yang artinya “aku ada karena aku berpikir”, maka kita dapat mengatakan “aku ada karena aku memberikan makna bagi orang lain”. lihat Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006), Cet. 2, hlm. 81.

24Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Special for Woman, (Jakarta: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 1٩٨.

Page 21: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

8

Ayat di atas menjelaskan bahwa kita sebagai orang yang beriman harus

saling tolong-menolong diantara sesama, karena sesunggunya kita semua

adalah bersaudara. Barang siapa mau menolong diantara sesama maka kelak

Allah juga akan memberi pertolongan kepada kita. Selain itu Allah juga berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 85:

ھ لنك یةئی سةاعف شعفش ین ما وھن مبیصھ ن لنك یةنس حةاعف شعفش ینم

) ٨٥:ساءالن.… ( اھن ملفك“Barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)nya….”. (QS. An-Nisa’: 85)25 Ayat tersebut memberi anjuran jika kita menolong orang lain

hendaknya kita harus memberi pertolongan yang baik dengan dilandasi rasa

ikhlas, karena kelak pahala yang tak terkira akan kita dapatkan.

Kerjasama merupakan hal sangat urgen bagi kelangsungan hidup.

Tanpa kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau bahkan

sekolah. Tanpa kerja sama kehidupan kan tiada.

Dengan mengaplikasikan prinsip kerjasama yang termodifikasi dalam

model cooperative learning ke dalam pembelajaran PAI, diharapkan proses

sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai keagamaan lebih kuat tertanam pada

pribadi siswa, sehingga pembangunan karakter (character building) dan etika

moral anak bangsa akan dapat terjunjung tinggi. Selain itu dengan adanya

cooperative learning ini, diharapkan pula pembelajaran PAI akan lebih

menarik, aktual dan hidup serta meningkatkan minat dan prestasi belajar.

Di tengah keengganan kalangan institusi pendidikan menggunakan

cooperative learning dalam pembelajaran PAI karena berbagai macam

kekhawatiran, SMA Negeri 12 Semarang telah menerapkan model

pembelajaran ini, meskipun baru beberapa metode yang diimplementasikan.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis berusaha untuk mengetahui lebih jauh

25Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Special for Woman, (Jakarta: PT.

Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 91.

Page 22: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

9

kegiatan pembelajaran PAI melalui model cooperative learning yang

terkonsep dalam judul “IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 12 SEMARANG.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul di atas,

maka penulis akan memberikan penjelasan beberapa istilah yang berkaitan

dengan masalah yang akan diteliti. Adapun istilah-istilah yang penulis

jelaskan ialah:

1. Implementasi

Implementasi yaitu pelaksanaan atau penerapan.26 Implementasi di

sini maksudnya adalah bagaimana pelaksanaan cooperative learning

dalam pembelajaran PAI yang diterapkan oleh SMA Negeri 12 Semarang.

2. Cooperative Learning

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen.27 Senada dengan itu, Lie

berpendapat bahwa cooperative learning merupakan sistem pengajaran

yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan

sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.28 Ada 5 unsur model

pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan untuk mencapai hasil

yang maksimal, yaitu ketergantungan positif, tanggung jawab

perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses

kelompok.29 Model cooperative learning ini menjelma ke dalam banyak

metode, misalnya metode mencari pasangan (make a match), kepala

26Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 327. 27Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS,

(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. 1, hlm. 4. 28Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), Cet. 1, hlm. 12. 29Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), Cet. 1, hlm. 31.

Page 23: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

10

bernomor (numbered heads), debat aktif (active debate), diskusi kelompok

kecil (small group discussion), dua tinggal dua tamu (two stay two stray),

jigsaw, dan lain-lain. Dari sekian banyaknya metode dalam model

cooperative learning, penulis hanya akan menggunakan empat metode

yang akan diteliti yang diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam (PAI), yaitu metode mencari pasangan (make a match), debat aktif

(active debate), diskusi kelompok kecil (small group discussion), dan

tukar delegasi antar kelompok ( jigsaw).

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.30 pembelajaran juga

berarti proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa

dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan,

ketrampilan dan sikap.31 Pembelajaran yang dimaksud adalah

pembelajaran yang dimaknai sebagai learning to think, learning to do,

learning to be, learning how to learn, dan learning to live together.32

Pendidikan agama Islam (PAI) menurut Zakiah Darajat

sebagaimana dikutip oleh Muntholi’ah mendefinisikan sebagai suatu usaha

untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.33 Sedangkan menurut Ibnu Hajar yang dikutip

Muntholi’ah mendefinisikan PAI sebagai sebutan yang diberikan pada

salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam

30Depdiknas RI, UU Sistem Pendidikan Nasional 2003, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,

2003), hlm. 4. 31Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud bekerjasama

dengan Rineka Cipta, 1999), Cet. 1, hlm. 157. 32A. Atmadi dan Y. Setyaningsih, Tranformasi Pendidikan: Memasuki Millenium Ketiga,

(Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 7. 33Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2004), hlm. 130.

Page 24: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

11

menyelesaikan pendidikannya dalam tingkatan tertentu.34 Yang dimaksud

PAI di sini adalah suatu bidang studi yang ada di SMA Negeri 12

Semarang yang diberikan kepada siswa muslim sebagai upaya

mempersiapkan anak didik yang berkualitas baik sebagai orang yang

beragama, berbangsa dan bernegara.

Dari uraian di atas, yang dimaksud pembelajaran PAI oleh penulis

adalah proses interaktif yang diselenggarakan oleh pendidik untuk

membelajarkan bidang studi PAI kepada peserta didik yang berorientasi

mengajarkan pengetahuan agama Islam dan untuk meningkatkan keimanan

dan ketakwaan serta pembinaan akhlak yang mulia dan berbudi pekerti

luhur.

C. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu: Bagaimana implementasi cooperative learning dalam

pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi cooperative learning dalam

pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang.

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Secara teoritis

Dengan adanya penelitian ini, maka penulis dapat mengetahui

konsep cooperative learning dan implementasinya, khususnya dalam

pembelajaran PAI di sekolah yang penulis teliti yaitu SMA Negeri 12

Semarang.

34Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati dan

Yayasan Al-Qalam, 2002), hlm. 12.

Page 25: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

12

2. Secara praktis

a. Sebagai motivator pembaca untuk dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran PAI di manapun berada.

b. Sebagai rujukan pendidik dalam mengelola pembelajaran PAI dengan

model dan metode pembelajaran yang lebih tepat untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

c. Sebagai khazanah pengembangan ilmu PAI, khususnya bidang metode

pembelajaran.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini penulis akan mendeskripsikan beberapa

skripsi yang ada relevansinya dengan judul penelitian di atas, yaitu:

1. Skripsi yang ditulis oleh Yayuk Afiana (Nim: 3199248), mahasiswi

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2004 dengan

judul “Penerapan Metode Diskusi pada Pembelajaran PAI di SMU N

Jumantono Karangayar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

metode diskusi mampu membangun kreatifitas dan daya kritis siswa dalam

mempelajari mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMUN

Jumantono. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan siswa untuk berargumen

dalam kelompok maupun diskusi kelas.35

2. Skripsi yang ditulis oleh Nur Khamidah (NIM: 3100043), mahasiswi

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2005 dengan

judul “Implementasi Azas Kooperatif dalam Pembelajaran PAI di SMP

Negeri 1 Comal”. Skripsi ini membahas bagaimana implementasi azas

kooperatif dalam pembelajaran PAI yang diterapkan oleh SMP Negeri 1

Comal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP Negeri 1 Comal telah

mengimplementasikan azas kooperatif dalam pembelajaran PAI.

Implementasi azas kooperatif ini dapat terlihat pada beberapa metode

pembelajaran yang diterapkan yaitu belajar kelompok, diskusi serta

35Yayuk Afiana, “Penerapan Metode Diskusi pada Pembelajaran PAI di SMU N Jumantono Karangayar”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2004), t.d.

Page 26: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

13

pemberian tugas. Ketiga metode tersebut telah sesuai dengan azas

kooperatif. Ini disebabkan karena pembelajaran tersebut mengutamakan

prinsip kerjasama, gotong royong. Penerapan azas kooperatif ini

menunjukkan hasil belajar yang signifikan dan peningkatan aktivitas

peserta didik dalam proses pembelajaran.36

3. Skripsi yang ditulis oleh Yuni Ifayati (NIM: 3102232), mahasiswi

Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo Semarang pada tahun 2006 dengan

judul “Implementasi Model cooperative learning dalam Pembelajaran PAI

di SMP Semesta Semarang”. Skripsi ini membahas bagaimana

implementasi model pembelajaran cooperative learning dalam

pembelajaran PAI yang diterapkan oleh SMP Semesta Semarang. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa SMP Semesta telah menerapkan

cooperative learning dalam pembelajaran PAI. Implementasi model

cooperative learning ini diterapkan dalam beberapa metode pembelajaran,

yaitu belajar kelompok, diskusi kelompok, tutor sebaya dan jigsaw. Pada

prakteknya, kegiatan pembelajaran PAI melalui metode-metode

cooperative learning sudah hampir mendekati teori yang ada di penerapan

cooperative learning ini juga meningkatkan aktifitas dan hasil belajar

siswa.37

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, jika skripsi-skripsi di atas

dalam mengimplementasikan model kooperatif masih menggunakan metode-

metode yang tradisional (belajar kelompok, diskusi, pemberian tugas, tutor

sebaya dan jigsaw), maka dalam penulisan skripsi ini penulis lebih

menitikberatkan pada metode-metode yang lebih modern, yaitu make a match

(mencari pasangan), active debate (debat aktif), small group discussion

(diskusi kelompok) dan jigsaw. Bagaimana SMA Negeri 12 Semarang

36Nur Khamidah, “Implementasi Azas Kooperatif dalam Pembelajaran PAI di SMPN 1

Comal”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2004), t.d.

37Yuni Ifayati, “Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pembelajaran PAI di SMP Semesta Semarang”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), t.d.

Page 27: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

14

menerapkan keempat metode cooperative learning tersebut dalam

pembelajaran PAI

F. Metodelogi Penelitian

1. Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini akan mengkaji bagaimana implementasi

cooperative learning dalam pembelajaran PAI.

Sedangkan ruang lingkup yang akan diteliti yaitu SMA Negeri 12

Semarang yang menerapkan model cooperative learning dalam

pembelajaran PAI, yang meliputi aspek:

a. Pendidik dan peserta didik

b. Proses belajar mengajar

c. Kurikulum yang diterapkan

d. Milleu, termasuk sarana dan prasarana.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan

kualitatif. Bodgan dan Taylor (1975: 5) dalam bukunya Moleong

mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.38 Penelitian kualitatif

merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan manusia. Jadi penelitian ini

akan menghasilkan deskripsi tentang gejala-gejala yang diamati yang tidak

berupa angka.

Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif,39 yakni menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada dalam proses belajar mengajar PAI di SMA

38Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), Cet. 24, hlm. 4. 39Penelitian yang bersifat deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran

merupakan hal yang cukup penting untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pelaksanaan model dan metode pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. Lihat Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian

Page 28: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

15

Negeri 12 Semarang. Jadi penelitian kualitatif deskriptif ini akan mampu

mengungkap informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan penuh

nuansa, yang lebih berharga dari pada sekedar pernyataan jumlah ataupun

frekuensi dalam bentuk angka.

3. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain.40 Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah, waka kurikulum, humas, guru PAI, siswa dan dokumentasi

sekolah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan beberapa metode, yaitu:

a. Metode Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.41 Dalam

hal ini observasi dilakukan dengan menggunakan teknik observasi

secara langsung. Caranya peneliti mengamati gejala atau proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model

cooperative learning yang dilakukan oleh SMA Negeri 12 Semarang

dengan mengikuti kegiatan belajar mengajar dan mengamati keadaan

guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran.

b. Interview

Interview (wawancara) adalah metode pengumpulan data

dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan dengan sistematis

dan berlandaskan pada tujuan penelitian.42

Pendidikan, (Bandung: Program Pasca Sarjana UPI bekerjasama dengan Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 72.

40Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 24, hlm. 157.

41S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 128 42Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.

218.

Page 29: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

16

Peneliti dalam hal ini berkedudukan sebagai interviewer,

mengajukan pertanyaan, menilai jawaban, meminta penjelasan,

mencatat dan mengadakan prodding (menggali keterangan lebih

mendalam). Di pihak lain, sumber informasi (interviewee) menjawab

pertanyaan, memberi penjelasan dan terkadang juga membalas

pertanyaan.43

Interview ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari

berbagai pihak di lingkungan sekolah guna untuk mengumpulkan data

tentang penerapan cooperative learning dalam pembelajaran PAI di

SMA Negeri 12 Semarang.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat dan

sebagainya.44

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh dokumen-

dokumen dan kebijakan yang terkait dalam penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lain-lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. sedangkan untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan

berupaya mencari makna (meaning).45

Dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh, penulis

menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode

penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi)

43Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.

218. 44Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2002), Cet. 17, hlm. 160. 45Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),

Cet. 7, hlm. 104.

Page 30: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

17

mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.46 Dalam analisis

deskriptif, laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi

gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah

interview, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau

memo dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian,

peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin

dalam bentuk aslinya. Ini dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap

bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa,

alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh

penulis. Dengan demikian peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu

itu sudah memang demikian keadaannya.47

Data yang terkumpul selanjutnya dikelompokkan sesuai fokus

penelitian, kemudian dilakukan triangulasi (pemeriksaan sumber data).

Dalam hal ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, yang

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif.48 Di samping itu, agar penelitian ini tidak berat

sebelah maka penulis menggunakan teknik members check.49 Langkah

selanjutnya adalah menyusun data tersebut dengan menggambarkan

penerapan model cooperative learning dalam pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang seperti apa adanya.

46Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),

hlm. 18. 47Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), Cet. 24, hlm. 11. 48Lexy merujuk pada Patton menambahkan bahwa teknik ini bisa dicapai dengan jalan

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil interview, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 24, hlm. 330-331.

49Member Check yaitu memeriksa laporan sementara kepada subjek penelitian agar mereka dapat memberikan informasi baru lagi atau dapat menyetujui kebenarannya sehingga hasil penelitian dapat lebih dipercaya. Lihat Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 54.

Page 31: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

18

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Bagian awal berisi: halaman judul, pernyataan keaslian, halaman

pengesahan, halaman nota pembimbing, abstrak, motto, persembahan, kata

pengantar dan daftar isi.

2. Bagian inti berisi:

BAB I: Bab ini berisi pendahuluan yang menguraikan tentang latar

belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II: Bab ini berisi landasan teori yang terdiri dari tiga sub bab. Sub

bab pertama tentang cooperative learning meliputi definisi

cooperative learning, latar belakang cooperative learning,

dasar-dasar pemikiran cooperative learning, unsur-unsur

cooperative learning, tujuan cooperative learning, pengelolaan

kelas cooperative learning, dan evaluasi cooperative learning.

Sub bab kedua berisi tentang pembelajaran pendidikan agama

Islam yang meliputi definisi pembelajaran pendidikan agama

Islam dan komponen pelaksanaan pembelajaran PAI. Sub bab

ketiga berisi tentang implementasi cooperative learning dalam

pembelajaran PAI pada jenjang SMA.

BAB III: Bab ini berisi kajian objek penelitian yang terdiri dari 3 sub

bab. Sub bab pertama berisi tentang gambaran umum SMA

Negeri 12 Semarang yang meliputi tinjauan historis, letak

geografis, struktur organisasi, visi dan misi, keadaan guru,

karyawan dan siswa, sarana dan prasarana SMA Negeri 12

Semarang. Sub bab kedua berisi tentang sistem pembelajaran

PAI di SMA Negeri 12 Semarang yang meliputi tujuan

pembelajaran PAI, materi dan metode pembelajaran PAI dan

media pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang. Sub

Page 32: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

19

bab ketiga berisi tentang implementasi cooperative learning

dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

BAB IV: Bab ini berisi tentang analisis hasil penelitian yang terdiri dari

dua sub bab. Sub bab pertama menguraikan tentang

implementasi cooperative learning dalam pembelajaran PAI di

SMA Negeri 12 Semarang yang meliputi metode mencari

pasangan (make a match), debat aktif (active debate), diskusi

kelompok kecil (small group discussion), dan tukar delegasi

antar kelompok (jigsaw). Sub bab kedua menguraikan tentang

faktor penunjang dan penghambat implementasi cooperative

learning dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 12

Semarang.

BAB V : Bab ini berisi penutup yang terdiri dari sub bab kesimpulan,

saran-saran dan penutup.

3. Bagian akhir berisi daftar pustaka, tabel-tabel, gambar-gambar, lampiran-

lampiran dan daftar riwayat hidup.

Page 33: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

20

BAB II

KONSEP COOPERATIVE LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PAI

A. Cooperative Learning

1. Definisi Cooperative Learning

Dalam proses belajar mengajar dewasa ini dikenal istilah

cooperative learning atau pembelajaran gotong royong. Cooperative

learning terdiri dari dua kata dasar yaitu cooperative dan learning.

Cooperative berarti “working together with others towards a shared

aim”.50 Basyiruddin Usman mendefinisikan cooperative sebagai “belajar

kelompok atau bekerja bersama”.51 Jadi, cooperative bisa diartikan sebagai

cara individu mengadakan relasi atau bekerjasama dengan individu lain

untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan learning adalah “the process through which experience

causes permanent change in knowledge or behavior”, yakni proses melalui

pengalaman yang menyebabkan perubahan permanen dalam pengetahuan

dan perilaku.52 Senada dengan hal itu, Clifford T. Morgan mengemukakan

bahwa “Learning as any relatively permanent change in behavior which

occurs as a result of experience or practice”53, yakni belajar sebagai

perubahan yang relatif permanen dalam perilaku yang terjadi merupakan hasil

dari pengalaman atau latihan. Sedangkan menurut Arthur T. Jersild yang

dikutip Syaiful Sagala, mendefinisikan bahwa learning adalah

“modification of behavior through experience and training”, yakni

pembentukan perilaku melalui pengalaman dan latihan. Dia menambahkan

50Sally Wehmeier, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, (New York: Oxford

University Press, 2000), hlm. 276. 51Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), hlm. 14. 52Anita E. Woolfolk, Educational Psychology, (USA: Allyn & Bacon, 1995), hlm. 196. 53Clifford T. Morgan, Introduction To Psychology, (New York: McGraw-Hill, 1971),

hlm. 63.

Page 34: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

21

learning sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan, perilaku dan

keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar.54

S{a>lih} ‘Abdul ‘Aziz dan ‘Abdul Azi’z ‘Abdul Majid

mengemukakan, bahwa:

فيها ثفيحد سابقة ةربخ على يطرأ املتعلم ذهن ىف تغيري هو التعلم أن… ٥٥.جديدا تغيريا

“....sesungguhnya belajar merupakan perubahan di dalam orang yang belajar (peserta didik) yang bersumber atas pengalaman lama yang menimbulkan perubahan baru.”

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning

adalah usaha mengubah perilaku atau mendapatkan pengetahuan dan

keterampilan secara gotong royong atau kerjasama.

Roger dan David Johnson mendefinisikan “cooperative learning is

the instructional use of small groups so that students work together to

maximize their own and each other's learning”56, yakni pembelajaran

kooperatif adalah pengajaran yang berbentuk kelompok-kelompok kecil

sehingga siswa bekerja sama untuk memaksimalkan pembelajaran mereka

sendiri dan masing-masing yang lainnya. Asep Gojwan mendefinisikan

pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran yang

menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk

kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan

berbagai macam aktivitas belajar, guna meningkatkan kemampuan siswa

dalam memahami materi pelajaran dan memecahkan masalah secara

kolektif.57

Inti dari cooperative learning ini adalah konsep synergy, yakni energi

atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena

54Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 12. 55S{a>lih} ‘Abdul ‘Azi>z dan ‘Abdul Azi>z ‘Abdul Maji>d, at-Tarbiyatu wa T}uruqu at-

Tadri>s, Juz. 1, (Mesir: Da>rul Ma’a>rif, 1968), hlm. 169. 56Roger T. Johnson and David W. Johnson, “Cooperative Learning”, http://www.co-

operation.org/pages/cl.html 57Asep Gojwan, “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama”, http://pk.sps.upi.edu/abstrakpk/abstrakpk04.html

Page 35: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

22

kehidupan yang terjadi di masyarakat.58 Jadi, cooperative learning

dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama atau gotong royong

dalam dengan yang lainnya, terbentuknya sikap dan perilaku yang

demokratis serta tumbuhnya produktivitas kegiatan belajar siswa.

2. Latar Belakang Cooperative Learning

Ada beberapa alasan penting mengapa cooperative learning perlu di

terapkan di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, terjadi juga

transformasi sosial, ekonomi dan demografis yang mengharuskan sekolah-

sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-

keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat

sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam dunia yang cepat berubah dan

berkembang pesat.59 Berikut penjelasan tentang alasan tersebut:

a. Transformasi sosial

Karena pengaruh modernisasi, struktur keluarga berubah drastis.

Semakin banyak anak yang dibesarkan dalam keluarga inti tanpa

kehadiran penuh kedua orangtua. Tingkat mobilitas dan isolasi keluarga

makin meningkat dengan semakin bertambahnya kaum ibu yang

berkarier. Banyak anak tumbuh dengan sedikit sekali pengasuhan dari

orang tua. Yang lebih menyedihkan lagi, anak bisa meluangkan lebih

banyak waktu di depan telivisi dari pada di sekolah. Stasiun televisi

boleh saja membantah hasil penelitian mengenai pengaruh anti sosial

televisi, namun yang jelas menonton televisi adalah kegiatan solitair.

Pada saat mata terpaku pada layar, hilanglah kesempatan untuk

mengembangkan interaksi sosial dan ketrampilan berkomunikasi.

Spencer Kagan masih dalam bukunya Lie mengatakan bahwa anak usia

SD menonton televisi rata-rata 15 kali lebih lama dari pada berbicara

dengan ayah mereka.

58Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm.

177. 59Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 12-14.

Page 36: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

23

Di tengah-tengah tranformasi sosial yang membawa makin

banyak dampak negatif, sekolah seharusnya merasa terpanggil untuk

memperhatikan perkembangan moral dan sosial anak didik. Dalam

sistem pengajaran tradisional, siswa dipaksa untuk bekerja

secara individu atau kompetitif tanpa ada banyak kesempatan untuk

berinteraksi dan bekerja sama dengan sesama.

b. Transformasi Ekonomi

Derasnya arus informasi sudah tidak memungkinkan lagi bagi

guru untuk bersikap maha tahu dan beranggapan bahwa siswa perlu

dimasuki dengan berbagai fakta pengetahuan dan informasi. Agar bisa

lebih siap memasuki era informasi, siswa perlu diajar bagaimana

caranya untuk mendapatkan informasi sendiri, apakah itu dari guru,

teman, bahan-bahan pelajaran, ataupun sumber-sumber lain.

Selain itu, keterkaitan (interdependence) merupakan ciri lain

dari transformasi ekonomi. Pada kebanyakan pekerjaan, kepandaian

atau kemampuan individu bukanlah yang terpenting. Kemampuan untuk

bekerjasama dalam tim lebih dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan

keberhasilan suatu usaha. Sebagai pendidik yang bertanggungjawab,

guru perlu melihat lebih jauh dari pada sekadar nilai-nilai tes dan ujian.

Seharusnyalah, para guru lebih merasa terpanggil untuk mempersiapkan

anak didiknya agar bisa berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang

lain dalam berbagai macam situasi sosial.

c. Transformasi Demografis

Urbanisasi membawa implikasi-implikasi serius dalam

perubahan nilai-nilai sosial dan proses sosialisasi. Kompetisi dan

eksploitasi merupakan bagian dari kehidupan perkotaan mewarnai

evaluasi karakter dan nilai-nilai sosial. Ternyata, urbanisasi telah

memegang peranan dalam penciptaan homo homini lupus. Sekolah

seharusnya bisa berbuat lebih banyak dalam mengubah arah evolusi

nilai-nilai sosial. Sebagai keluarga kedua, sekolah bisa merupakan

tempat untuk menanamkan sikap-sikap cooperative dan mengajarkan

Page 37: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

24

cara-cara bekerjasama. Sekolah bisa memegang peranan yang lebih

penting dalam pembentukan anak didik menjadi homo homini socius.

Kebinekaan suku bangsa dan ras merupakan ciri-ciri lain dari

transformasi demografis. Sebagai bagian dari masyarakat, sekolah-

sekolah juga merupakan tempat pertemuan anak-anak dari berbagai

macam suku dan ras. Tanpa penanganan yang bijaksana, siswa-siswa

bisa terjatuh dalam ketegangan antarsuku dan sikap-sikap rasialis.

Seorang siswa bisa saja duduk di satu kelas yang sama dengan siswa

lain yang berbeda suku atau ras selama bertahun-tahun. Namun, jika

siswa ini tidak diajari untuk berinteraksi dengan teman sekelas yang

berbeda ras atau suku sebagai seorang individu dengan segala nuansa

kemanusiaannya. Yang dia lihat tidak akan lebih dari stereotip-stereotip

yang sangat mungkin menjurus pada sikap-sikap prejudice dan rasialis.

3. Dasar-Dasar Pemikiran Cooperative Learning

Cooperative learning menampakkan wujudnya dalam bentuk

kelompok. Menurut Bimo Walgito, dasar bentuk pembelajaran ini dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu:60

a. Dasar Pedagogis

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional pasal 3 yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.61 Kalau ditinjau lebih dalam, tujuan pendidikan nasional adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

60Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset,

1995), hlm. 103-104. 61Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal

3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 5-6.

Page 38: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

25

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia berbudi luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan

kebangsaan. Untuk mencapai tujuan semacam itu sistem pendidikan

harus berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasar

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.62 Melalui cooperative

learning inilah anak-anak lebih dapat dibentuk menjadi manusia utuh

seperti yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional.

b. Dasar Psikologi

Dasar psikologis tersebut akan terlihat pada diri manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Manusia mempunyai kebutuhan untuk

berhubungan dengan orang lain,63 karena pada dasarnya salah satu

naluri manusia yang terbentuk dalam jiwanya secara individual adalah

kemampuan dasar yang disebut para ahli psikologi sosial sebagai instink

gregorius (naluri untuk hidup berkelompok) atau hidup bermasyarakat.

Dan dengan naluri ini, tiap manusia secara individual ditinjau dari segi

antropologi sosial disebut homosocius artinya makhluk yang

bermasyarakat dan saling tolong menolong dalam rangka

mengembangkan kehidupannya disegala bidang.64

Walgito menjelaskan bahwa kegiatan manusia digolongkan

menjadi tiga, yaitu:

1) Kegiatan yang bersifat individual

2) Kegiatan yang bersifat sosial

62Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:

Kerjasama Pusat Perbukuan Depdikbud dengan PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, hlm. 124. 63“Kebutuhan” ini akan terlihat ketika kita ada pada situasi “sendiri” sepanjang hari atau

ketika kita menjadi “orang baru” dalam sebuah komunitas/group. Perasaan sendiri sebenarnya adalah jenis kecemasan (anxiety). Anxiety diartikan oleh Rollo May sebagai “the fear of becoming nothing”. Kecemasan dalam kesendirian ini menunjukkan betapa pentingnya orang lain bagi eksistensi kita sebagai individu. Tanpa ada orang lain kita merasa cemas dan merasa tidak bermakna. Lihat Henry Clay Lindgren, Educational Psychology in the classroom, (New York: John Wiley and Sons Inc, 1960), hlm. 109.

64Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 2.

Page 39: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

26

3) Kegiatan yang bersifat ketuhanan65

Kegiatan atau hubungan sosial antara seseorang dengan yang

lainnya merupakan suatu keharusan, karena hanya dengan kontak-

kontak sosial seseorang dapat mengembangkan pribadinya.66 Kegiatan

sosial dalam poin kedua itulah yang menjadi landasan pelaksanaan

cooperative learning. Selain itu disebutkan dalam al-Qur’an, surat al-

Ma>’idah ayat 2:

…وتعاونوا على البر والتقوى وال تعاونوا على اإلثم والعدوان… (املائدة:٢)

“....Dan tolong menolonglah dalam hal kebaikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong di dalam hal berbuat dosa dan pelanggaran...”. (Q.S Al-Ma>’idah: 2).67 Dalam tafsir Al Misbah, Quraisy Syihab menyatakan bahwa ayat

inilah yang menjadi prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dan saling

membantu selama tujuannya adalah kebaikan dan ketaqwaan.68 Maka

jelaslah bahwa ayat ini sangat mendukung adanya model cooperative

learning dimana ide dasar dalam model ini adalah kerjasama dan saling

membantu dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan

pengetahuan bersama.

4. Unsur-Unsur Cooperative Learning

Roger dan David Johnson dalam bukunya Anita Lie mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative

learning. Untuk mencapai hasil maksimal, ada lima unsur model

pembejaran gotong royong yang harus diterapkan, yaitu saling

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,

65Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset,

1995), hlm. 104. 66Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik

Kurikulum PBM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 7, hlm. 34. 67Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Special for Woman, (Jakarta: PT.

Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 106. 68M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Volume 3, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 14.

Page 40: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

27

komunikasi antaranggota dan evaluasi proses kelompok.69 Berikut

penjelasan unsur-unsur tersebut:

a. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada setiap

anggotanya. Untuk mengkondisikan terjadinya interdependensi di antara

mahasiswa dalam kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan

materi dan tugas-tugas pelajaran sehingga siswa memahami dan mungkin

untuk melakukan hal itu dalam kelompoknya. Guru harus merancang

struktur kelompok dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap

mahasiswa untuk belajar dan mengevaluasi dirinya dan teman

kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami materi

pelajaran. Kondisi belajar ini memungkinkan siswa untuk merasa

tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam

mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.70

b. Tanggungjawab Perseorangan atau Akuntabilitas Individual (Individual

Accountability)

Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak diperkenankan

mendominasi atau menggantungkan diri pada siswa lain. Karena tiap

anggota kelompok dituntut untuk memberikan kontribusi bagi

keberhasilan kelompok. Hal ini dilakukan, karena nilai hasil belajar

kelompok ditentukan oleh rata-rata nilai hasil belajar individual.

Penilaian terhadap prestasi individual yang berpengaruh terhadap prestasi

kelompok inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.71

c. Tatap Muka (Face to Face Interaction)

Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok

belajar dapat saling tatap muka, sehingga mereka dapat berdialog tidak

hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama mereka. Interaksi

69Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 31. 70Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 1, hlm. 7. 71Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:

Kerjasama Pusat Perbukuan Depdikbud dengan PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, hlm. 122.

Page 41: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

28

semacam itu diharapkan dapat memungkinkan anak-anak menjadi

sumber belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering

merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada belajar dari guru.72

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka.

Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan bagi kelompoknya. Hasil

pemikiran beberapa orang tentunya lebih kaya dari hanya seorang saja,

di samping lebih efisien dari sisi waktu dan biaya. Inti dari sinergi ini

adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi

kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar

belakang pengalaman, keluarga, sosial dan ekonomi yang berbeda.

Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam memperkaya

pengetahuan antar kelompok.73

d. Komunikasi Antar Anggota (Group Communication)

Komunikasi menjadi kunci keberhasilan suatu kerja. Dalam

cooperative learning ini masing-masing anggota berlatih diri untuk bisa

berbicara, mengemukakan ide-idenya dan berlatih mendengarkan secara

aktif temannya yang sedang berpendapat. Bagaimana cara menyanggah

pendapat dengan sikap halus dan menghargai pendapat orang lain.

Berkomunikasi dengan efektif adalah keterampilan hidup yang sangat

penting yang harus dimiliki setiap anak didik dan untuk melatih hal ini

butuh proses yang panjang. Seorang guru bisa sekreatif mungkin untuk

membuat tim itu menjadi dinamis dan anak didik mendapatkan

pengalaman belajar, pengalaman mental dan emosi dengan model

pembelajaran seperti ini.74

72Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:

Kerjasama Pusat Perbukuan Depdikbud dengan PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, hlm. 122. 73“Mengenal Lebih Dekat Cooperative Learning”, http://assalam.or.id/, Minggu, 12

November 2006. 74“Mengenal Lebih Dekat Cooperative Learning”, http://assalam.or.id/, Minggu, 12

November 2006.

Page 42: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

29

e. Evaluasi Antar Kelompok (Group Evaluation)

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok

untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka

agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi

tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan

selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam

kegiatan pembelajaran cooperative learning.75

5. Tujuan Cooperative Learning

Belajar dalam suatu kelompok dengan prinsip kooperatif memiliki

tujuan yang tercakup dalam tiga aspek, yaitu:

a. Aspek Kognitif

Dengan pemanfaatan kelompok dalam proses pembelajaran

memungkinkan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan dalam

belajar bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara

utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila

dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok belajar yang

terstruktur dengan baik.76 Dengan adanya perbaedaan dari berbagai hal

maka akan semakin memperkaya pengetahuan individu dalam

kelompok. Selain itu, dengan prinsip kooperatif yang saling

menguntungkan maka prestasi akademis siswa akan tercapai secara

optimal.

b. Aspek Psikomotorik

Model cooperative learning ini diaplikasikan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai

permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena sioswa dapat

bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan

75Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa. Ada

contoh dua format evaluasi proses kelompok untuk dua kelompok usia atau kelas yang berbeda. Lihat Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 35-36.

76Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 1, hlm. 5.

Page 43: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

30

alternatif pemecahan terhadap problem materi pelajaran yang

dihadapi.77

c. Aspek Afektif

Dari sisi afektif, cooperative learning bertujuan melatih siswa

untuk menghargai pendapat orang lain, menghargai keberadaan teman,

meminimalisir sifat egois, memupuk sikap tenggang rasa, saling tolong-

menolong dan meminimalisir sikap dominasi siswa pintar dalam

kelompok.78 Dalam cooperative learning bukan hanya siswa pintar saja

yang dihargai, melainkan siswa yang memiliki kemampuan pas-pasan

juga mendapatkan tempat untuk lebih dihargai, karena sesuai dengan

kapasitasnya ia dapat memberikan kontribusi bagi kelompoknya.

Sehingga sedikit banyak hal ini dapat meningkatkan kepercayaan

dirinya. Jadi dalam model cooperative learning ini, sekecil apapun

kontribusi dari semua anggota layak untuk dihargai.

6. Pengelolaan Kelas Cooperative Learning

Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan

kelas model cooperative learning, yakni pengelompokan, semangat gotong

royong dan penataan ruang kelas.79

a. Pengelompokan

Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok

harus bersifat heterogen sehingga interaksi kerjasama yang terjadi

merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda.80

Dengan demikian, kelompok memiliki anggota yang tergolong

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.81 Dalam suasana belajar

seperti itu akan tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral dan perilaku

77Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 1, hlm. 5.

78Saidah Mardiana, “Cooperative Learning: Memberdayakan Siswa”, http://www.mbeproject.net/, Juli 2006.

79Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 38

80Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 1, hlm. 8.

81Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Kerjasama Pusat Perbukuan Depdikbud dengan PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, hlm. 125.

Page 44: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

31

siswa. Kondisi ini merupakan media yang sangat baik bagi siswa untuk

mengembangkan kemampuan dan melatih keterampilan dirinya dalam

suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

Ada banyak teknik dalam membentuk kelompok, yaitu dengan

jam perjanjian,82 berdasarkan sosiometri, kesamaan nomor dan teknik

acak berstrata.83

b. Semangat Gotong Royong

Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda agar mereka dapat

bekerjasama dalam rangka saling membutuhkan. Keberadaan orang

pandai adalah untuk membantu orang bodoh, orang kaya membantu

orang miskin dan yang kuat membantu yang lemah. Melalui berbagi

profesi yang dipilih oleh tiap manusia sesuai dengan potensi mereka

memungkinkan terjalinnya hubungan kerjasama, dan melalui kerjasama

tersebut maka akan terjadi evolusi kultural yang memungkinkan

meningkatnya kualitas pengabdian manusia kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa.84

Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses

pembelajaran gotong royong, masing-masing anggota kelompok perlu

mempunyai semangat gotong royong. Semangat ini tidak bisa diperoleh

dalam sekejap. Semangat gotong royong ini bisa dirasakan dengan

membina niat dan kiat siswa dalam bekerjasama dengan siswa-siswa

lainnya.

Niat siswa bisa dibina dengan beberapa kegiatan yang bisa

membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat, antara lain

82Jam perjanjian adalah cara membentuk kelompok berpasangan, bertiga ataupun

berempat dengan relatif cepat. Jam perjanjian ini bisa dipakai terus sepanjang tahun ajaran. Guru bisa mengubah komposisi kelompok dengan cepat dan siswa pun menyukainya karena mereka bisa iktu memutuskan dengan siapa mereka membuat janjindan bertanya-tanya siapa pasangan berikutnys. Lihat Anita Lie Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 44.

83Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Kerjasama Pusat Perbukuan Depdikbud dengan PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, hlm. 125-126.

84Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Kerjasama Pusat Perbukuan Depdikbud dengan PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, hlm. 120.

Page 45: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

32

dengan kesamaan kelompok, identitas kelompok, sapaan dan sorak

kelompok.85 Berikut penjelasanya:

1) Kesamaan Kelompok

Kelompok akan merasa bersatu jika mereka bisa menyadari

kesamaan yang mereka punyai. Hal ini bisa dilakukan dengan

beberapa kegiatan yang bersifat permainan, misalnya dengan

wawancara kelompok, lempar bola dan jendela kesamaan.

2) Identitas Kelompok

Berdasarkan kesamaan mereka, kelompok bisa merundingkan

dengan tepat identitas kelompok mereka, misalnya “Albert Enstein

Bermain Layang-layang.” Setiap anggota kelompok harus dimintai

pendapat dan keputusan tidak boleh dibuat jika ada yang tidak setuju

dengan nama yang dipilih.

3) Sapaan dan Sorak Kelompok

Untuk lebih mempererat hubungan dalam kelompok, siswa bisa

disuruh menciptakan sapaan dan sorak khas kelompok. Menyapa

tidak harus berjabat tangan. Siswa bisa didorong mengembangkan

kreativitas mereka dengan menciptakan cara menyapa rekan-rekan

dalam satu kelompok mereka. Demikian pula dengan sorak

kelompok, siswa bisa membuat ungkapan sederhana namun meriah,

misalnya “Hebat… hebat… hebat… sehebat Einstein!”

c. Penataan Ruang Kelas

Dalam metode pembelajaran cooperative learning, penataan

ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu

ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru atau

papan tulis dengan jelas, bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan

baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.

Kelompok bisa dekat satu sama lain, tetapi tidak mengganggu kelompok

85Disarikan dari Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning

di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 47-51.

Page 46: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

33

yang lain dan guru bisa menyediakan sedikit ruang kosong di salah satu

bagian kelas untuk kegiatan lain.

Ada kemungkinan beberapa model penataan bangku yang bisa

dipakai, antara lain: meja tapal kuda, meja panjang, meja laboratorium,

meja berbaris.86

7. Evaluasi dalam Cooperative Learning87

Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok.

Siswa bekerjasama dalam model pembelajaran ini. Mereka saling

membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing

mengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi.

Untuk penilaian kelompok bisa dilakukan dengan beberapa cara,

pertama, nilai kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh

siswa dalam kelompok. Kedua, nilai kelompok juga bisa diambil dari rata-

rata nilai semua anggota kelompok, dari “sumbangan” setiap anggota.

Kelebihan kedua cara tersebut adalah semangat gotong royong yang

ditanamkan. Dengan cara ini, kelompok bisa berusaha lebih keras untuk

membantu semua anggota dalam mempersiapkan diri untuk tes. Namun,

kekurangannya adalah perasaan negatif dan tidak adil. Siswa yang mampu

akan merasa dirugikan oleh nilai rekannya yang rendah, sedangkan siswa

yang lemah mungkin bisa merasa bersalah karena sumbangan nilainya

paling rendah.

Untuk menjaga rasa keadilan ada cara lain yang bisa dipilih. Setiap

anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka sendiri.

Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 60 dan kali ini dia mendapat 65, dia

akan menyumbangkan 5 poin untuk kelompok. Ini berarti setiap siswa,

pandai ataupun lamban, mempunyai kesempatan untuk memberikan

kontribusi. Siswa lamban tak akan merasa minder terhadap rekan-rekan

mereka, karena mereka juga bisa memberikan sumbangan. Malahan mereka

86Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 52-53. 87Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 88-89.

Page 47: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

34

akan merasa terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka dan dengan

demikian maka akan menaikkan nilai pribadi mereka sendiri. Metode

pembelajaran dan penilaian gotong royong perlu lebih sering dipakai

dalam dunia pendidikan. Agar bisa kondusif bagi proses pendewasaan

dan pengembangan siswa, sistem belajar perlu memperhatikan pula aspek-

aspek afektif. Sistem peringkat hanya menekankan pada hasil belajar yang

bersifat kognitif, sedangkan sistem individu mulai memperhatikan aspek

afektif untuk mencapai hasil-hasil kognitif. Namun patut disadari, sistem

individu ini bisa membawa dampak negatif lainnya. Sistem pendidikan

gotong royong merupakan alternatif menarik yang bisa mencegah

tumbuhnya keagresifan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek

kognitif.

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Definisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.88 Pembelajaran juga

berarti “proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa

dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan,

keterampilan dan sikap”.89 Pembelajaran yang dimaksud adalah

“pembelajaran yang dimaknai sebagai learning to think, learning to do,

learning to be, learning how to learn, dan learning to live together.” 90

Pendidikan agama Islam menurut Zakiah Darajat sebagaimana

dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani, mendefinisikan sebagai suatu

usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

88Redaksi Sinar Grafika, UU Sistem Pendidikan Nasional 2003, (Jakarta: Sinar Grafika,,

2005), Cet. 2, hlm. 4. 89Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud bekerja sama

dengan Rineka Cipta, 1999), Cet. 1, hlm. 157. 90A. Atmadi dan Y. Setyaningsih, Tranformasi Pendidikan: Memasuki Millenium Ketiga,

(Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 7.

Page 48: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

35

pandangan hidup.91 Sedangkan menurut Ibnu Hajar yang dikutip

Muntholi’ah, mendefinisikan PAI sebagai sebutan yang diberikan pada

salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam

menyelesaikan pendidikannya dalam tingkatan tertentu.92

Dari uraian di atas, pembelajaran pendidikan Islam oleh penulis

adalah proses interaktif yang diselenggarakan oleh pendidik untuk

membelajarkan bidang studi pendidikan agama Islam kepada peserta didik

yang berorientasi mengajarkan pengetahuan agama Islam dan untuk

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta pembinaan akhlak yang mulia

dan berbudi pekerti luhur. Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata

pelajaran yang bermuatan ajaran Islam dan tatanan nilai kehidupan Islami,

maka pembelajaran pendidikan agama Islam perlu diupayakan melalui

perencanaan yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan

pengembangan kehidupan peserta didik.

Pembelajaran pendidikan agama Islam diharapkan mampu

mewujudkan ukhuwah islamiyah, ini karena pendidikan agama Islam bukan

hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam yang berhenti pada

aspek kognitif saja tetapi aspek afektif dan psikomotorik, sehingga ajaran-

ajaran Islam dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Proses pembelajaran dalam pendidikan agama Islam sebenarnya

menggunakan prinsip-prinsip umum proses pembelajaran yang dikemas

secara Islami. Komponen-komponen yang terlibat dalam pelaksanaan

pembelajaranpun juga sama, yaitu mencakup tujuan, materi, siswa guru,

metode, media dan evaluasi. Berikut penjelasan tentang komponen

pelaksanaan pembelajaran PAI:

91Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2004), Cet. 1, hlm. 130.

92Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati dan Yayasan Al-Qalam, 2002), hlm. 12.

Page 49: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

36

a. Tujuan PAI

Di dalam GBPP PAI sekolah umum dijelaskan bahwa tujuan

pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang

agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat dan bernegara.93

Tujuan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat az|

Z|ariya>t ayat 56 :

)٥٦: الذريات. (ليعبدون إال واإلنس الجن خلقت ماو“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. (QS. az| Z|ariya>t: 56)94

Syeikh M. Abduh sebagaimana dikutip Quraisy Syihab

menyatakan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia dengan tujuan

agar supaya mereka menyembahNya. Ibadah disini bukan hanya sekedar

ketaatan dan ketundukan, tetapi ibadah adalah satu bentuk ketundukan

dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan

dalam jiwa seseorang terhadap siapa kepadanya ia mengabdi. Ia juga

merupakan dampak dari keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada

yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau arti hakikatnya.95

Jika dihubungkan dengan tujuan PAI diatas, maka rumusan

tersebut mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam

yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan

kognitif, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan

nilai-nilai yang terkandung dalam Islam, untuk selanjutnya menuju ke

93Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2002), Cet. 2, hlm.78. 94Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Special for Woman, (Jakarta: PT.

Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 523. 95M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Volume 3, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 55-

56.

Page 50: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

37

tahapan afektif, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai

agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya.

Tahapan afektif ini terkait erat dengan kognitif, dalam arti penghayatan

dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan

pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan

afektif ini diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan

tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan

psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya.96 Dengan

demikian akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan

berakhlaq mulia dimana tujuan akhirnya adalah untuk beribadah kepada

Allah SWT.

b. Materi PAI

Inti pokok ajaran agama Islam meliputi aqidah (masalah

keimanan), syari’ah (masalah keislaman), dan ihsan (masalah akhlaq),

maka desain materi atau kurikulum PAI setidaknya juga diarahkan pada

ketiga aspek tersebut.

Masalah keimanan bersifat i’tikad batin. Dengan keimanan,

siswa dapat diajarkan tentang keesaan Allah. Masalah keislaman dapat

juga mengantarkan siswa dengan amal sholeh dalam rangka menta’ati

semua peraturan dan hukum Allah dengan mengatur pergaulan hidup

dan kehidupan manusia. Masalah ihsan, mengajarkan siswa tentang

amal yang bersifat pelengkap atau penyempurna bagi kedua amal

(akidah dan syari’ah) dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan

hidup manusia.97

Dalam penerapannya, penentuan materi atau bahan kurikulum

PAI yang mengandung tiga ajaran pokok tersebut harus

mempertimbangkan kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan siswa.

Karena itu cakupan kurikulum PAI harus dibedakan pada masing-

masing tingkatan dan jenis sekolah yang ada. Salah satu kelemahan

96Muhaimin et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2002), Cet. 2, hlm. 78-79.

97Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 2003), hlm. 36

Page 51: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

38

pengajaran PAI yang berimplikasi pada akhlak di sekolah adalah

terjebak pada verbalisme atau hanya berorientasi secara kognitif, bukan

penanaman nilai, sehingga tidak sampai pada tahap aplikasi dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk itu desain kurikulum PAI paling tidak harus mengacu

pada pilar-pilar pembelajaran: “learning how to think, learning how to

learn, learning how to do, learning how to be, dan learning how to live

together.” 98

c. Siswa

Sebagai subjek utama pendidikan, siswa memegang peran yang

sangat penting dan strategis. Siswa yang belajar PAI diharapkan

memiliki karakteristik tersendiri sebagai ciri khas PAI yang dipelajari.

Dengan demikian mereka akan menjadi sosok yang unik dan luhur

dalam penampilan, bicara, pergaulan, ibadah, hak dan tanggung jawab,

pola hidup, kepribadian, watak, semangat, dan cita-cita serta aktivitas.

d. Guru

Guru agama sebagai pengemban amanah pembelajaran PAI

haruslah orang yang memiliki pribadi yang shaleh. Hal ini merupakan

konsekuensi logis, karena dialah yang akan mencetak anak didiknya

menjadi anak yang shaleh. Menurut Al Ghazali yang dikutip Mukhtar,

seorang guru agama sebagai penyampai ilmu semestinya dapat

menggetarkan jiwa atau hati siswanya sehingga semakin dekat kepada

Allah dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah di bumi. Semua ini

tercermin melalui perannya sebagai pembimbing, model (uswah),

maupun sebagai penasehat dalam proses pembelajaran.99

Selain itu guru agama dalam proses pendidikan agama Islam

sangat diharapkan mampu menata lingkungan psikologis ruang belajar,

sehingga mengandung atmosfer (suasana perasaan) iklim kondusif yang

98A. Atmadi dan Y. Setyaningsih, Tranformasi Pendidikan: Memasuki Millenium Ketiga,

(Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 7. 99 Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 2003), hlm. 93.

Page 52: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

39

memungkinkan para siswa mengikuti proses belajar dengan tenang dan

bergairah.100

e. Metode

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan

guru dengan peserta didik. Berbagai model pendekatan yang

digunakan dalam pembelajaran agama Islam harus dijabarkan dalam

metode yang bersifat prosedural. Metode (T}ariqa>h) diartikan sebagai

rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis

dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan.101 Dalam kitab Ru>h}u

at-Tarbiyah wat-Ta’lim dinyatakan bahwa metode adalah:

اية يف الدروس من درس اي التالميذ لتفهيم تتبعها اليت الوسيلة هي الطريقة ١٠٢.املواد من مادة

(Perantara yang mengikutinya untuk memahamkan seorang murid terhadap pelajaran yang dipelajari dalam segala materi)

Dalam proses belajar pendidikan agama Islam, kita bisa

menemukan beberapa jenis metode belajar yang digunakan oleh para

siswa. Diantara metode belajar dalam Islam adalah menghafal, debat

dan diskusi. Alqur’an mensinyalir masalah ini pada salah satu ayatnya,

yaitu:

عبيل إلى ادس بكة رعظة بالحكموالمة ونسالح مادلهجبالتي و هي نسإن أح كبر وه لمأع نل بمض نبيله عس وهو لمأع دينتهبالم .

)١٢٥: النحل(”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

100Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006), hlm. 17 101Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi

Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm 132. 102Muhammad ‘At}iyah al-Ibrasi, Ru>h}u at-Tarbiyah wat-Ta’li>m, (Arabiyah: Da<r al-

Ihya al-Kutub, 1950), hlm. 267.

Page 53: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

40

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl: 125).103 Ayat tersebut diawali dengan perintah untuk menyampaikan

sesuatu secara ma’ruf. Implikasi selanjutnya adalah perintah untuk

membahas (berdebat atau berdiskusi) secara ma’ruf pula.104

Metode apapun yang digunakan oleh pendidik dalam proses

pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh

terhadap prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar (KBM)..

f. Media

Media pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai ”alat

bantu yang diterapkan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan

secara optimal”.105 Dalam hal ini, yang dimaksud adalah alat bantu yang

digunakan oleh guru PAI dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran

PAI dan tidak bertentangan dengan agama Islam.

Sebagaimana yang dirumuskan oleh Raharjo bahwa media:106

1) Sebagai wadah dari pesan yang oleh sumbernya akan diteruskan

pada sasaran pesan tersebut.

2) Materi yang ingin disampaikan adalah pesan pengajaran dan tujuan

yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.

Dengan demikian media merupakan sesuatu yang bersifat

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan

kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif oleh pendidik

akan meningkatkan performance mereka sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai.

103Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Special for Woman, (Jakarta: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 281.

104Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 122.

105Rahardjo. “Media Pendidikan”, dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM-PAI di Sekolah: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar PAI, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1998), Cet. 1, hlm. 268.

106Rahardjo. “Media Pendidikan”, dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM-PAI di Sekolah: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar PAI, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1998), Cet. 1, hlm. 269

Page 54: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

41

g. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu tindakan berdasarkan pertimbangan yang

arif dan bijaksana untuk menentukan nilai sesuatu, baik secara

kuantitatif dan kualitatif.107 Evaluasi juga bisa diartikan sebagai

penetapan baik-buruk terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu

yang disepakati sebelumnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Davies,

sebagaimana dikutip oleh Dimyati dan Mujiono mengemukakan bahwa

evaluasi merupakan proses sederhana dengan memberikan atau

menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-

kerja, proses, obyek, dan sebagainya.108 Jika demikian evaluasi bisa

diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu

(tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan lain-

lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.

Evaluasi bisa diwujudkan dalam bentuk tes tertulis dan non

tertulis. Tes yang dilakukan tidak sekedar mengukur kecerdasan kognitif

tetapi juga perlu memperhatikan kecerdasan afektif dan psikomotorik

siswa, sehingga penilaian yang dilakukan tersebut benar-benar

menghargai berbagai potensi yang dimiliki siswa.

Dalam konteks pembelajaran ini, jenis evaluasi yang akan

penulis sampaikan yaitu evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil

pembelajaran:

C. Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran PAI di SMA

Sebelum penulis menguraikan tentang Implementasi cooperative

learning dalam Pembelajaran PAI di SMA, terlebih dahulu dikemukakan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan ruang lingkup materi PAI di SMA.

Standar Kompetensi Lulusan & Ruang Lingkup Materi PAI SMA109

107Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2000), Cet.1, hlm. 207. 108Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, (Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 203. 109Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penilaian Pendidikan, ”Panduan

Materi Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2004/2005 Pendidikan Agama Islam

Page 55: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

42

1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia

sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

2. Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui

pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna

3. Berperilaku terpuji seperti hasnuzzhan, taubat dan raja dan meninggalkan

perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah

4. Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan

hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam

5. Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode

Madinah serta perkembangan Islam di Indonsia dan di dunia.

Ada banyak metode yang menggunakan prinsip kooperatif, namun di

sini penulis hanya akan menguraikan empat metode, berikut contoh materi

PAI yang disesuaikan dengan SKL dan ruang lingkup materi di atas.

a. Mencari Pasangan (Make a Match)

Metode belajar mengajar mencari pasangan (Make a Match)

dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan metode

ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep

atau topik dalam suasana yang menyenangkan.110

Salah satu SKL di SMA adalah Memahami sumber hukum Islam

dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum

keluarga dalam Islam Materi PAI yang penulis contohkan yang sesuai

dengan SKL tersebut adalah materi tentang “sumber hukum Islam”. Materi

ini terdapat pada jenjang SMA kelas X semester I. Adapun langkah-

langkahnya, sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik, misalnya topik tentang sumber hukum Islam.

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

SMA/MA/SMK−Kurikulum1994”,http://puspendik.com/ebtanas/ujian2005/PDF/PAMSMA94AgamaIslam.pdf

110 Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 55-56

Page 56: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

43

3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan al-

Qur’an akan berpasangan dengan pemegang kartu yang bertuliskan

Hadits. Pemegang kartu yang berisi hadits Mutawatir akan

berpasangan dengan pemegang kartu yang berisi hadits Ah}ad. Siswa

bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang

kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu hadits S}ah}i>h} akan

membentuk kelompok dengan pemegang kartu hadits H}asan dan

hadits D}a’i>f.

4) Guru memberi pertanyaan seputar materi yantg tertulis di kartu.

5) Siswa pemegang kartu yang cocok mendiskusikan materi yang didapat,

kemudian jubir mempresentasikan.

6) Kelompok lain memberi tanggapan.

7) Guru memberi klarifikasi, kesimpulan/refleksi.

b. Debat Aktif (Active Debate)

Debat bisa menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong

pemikiran dan perenungan, terutama kalau siswa dapat mempertahankan

pendapat yang bertentangan dengan keyakinanya sendiri. Ini merupakan

strategi yang secara aktif melibatkan setiap siswa di dalam kelas, bukan

hanya para pelaku debatnya.

Salah satu SKL di SMA adalah Memahami sumber hukum Islam

dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum

keluarga dalam Islam. Materi PAI yang penulis contohkan yang sesuai

dengan SKL tersebut adalah materi tentang “Munakahat”. Materi ini

terdapat pada jenjang SMA kelas XII semester II. Adapun langkah-

langkahnya, sebagai berikut:111

1) Guru memberi pertanyaan kontroversial yang berkaitan dengan materi.

Misalnya, kasus yang sedang up to date saat ini, yaitu kasus tentang

111Hisyam Zaini, dkk., Desain Pembelajaran Di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSD

IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm. 141-142.

Page 57: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

44

2) pernikahan kontroversial antara Syeikh Puji dengan gadis belia 12

tahun (Ulfa), setujukah dengan pernikahan antara Syeikh Puji dengan

Ulfa dan bagaimana hukumnya?

3) Guru membagi kelas menjadi dua tim, yakni kelompok pro dan kontra.

4) Berikutnya, guru membuat dua hingga empat sub kelompok dalam

masing-masing kelompok debat. Setiap sub kelompok diminta untuk

mengembangkan argumen yang mendukung masing-masing posisi

atau menyiapkan urutan daftar argumen yang bisa mereka diskusikan

dan seleksi. Pada akhir diskusi, setiap sub kelompok memilih seorang

juru bicara.

5) Siapkan dua hingga empat kursi (bergantung pada jumlah sub

kelompok yang ada) untuk para juru bicara pada kelompok pro dengan

jumlah kursi yang sama untuk kelompok kontra. Siswa lainnya duduk

di belakang para juru bicara. Mulailah perdebatan dengan para juru

bicara mempresentasikan pandangan mereka. Proses ini disebut

argumen pembuka.

6) Setelah mendengarkan argumen pembuka, hentikan perdebatan dan

kembali ke sub kelompok. Setiap sub kelompok mempersiapkan

argumen untuk menyanggah argumen pembuka dari kelompok lawan.

Setiap kelompok memilih juru bicara yang baru.

7) Lanjutkan kembali perdebatan. Juru bicara yang saling berhadapan

diminta untuk memberikan sanggahan argumen. Ketika perdebatan

berlangsung, peserta lainnya didorong untuk memberikan catatan yang

berisi usulan argumen atau bantahan. Mintalah mereka untuk bersorak

atau bertepuk tangan untuk masing-masing argumen dari para wakil

kelompok.

8) Pada saat yang tepat akhiri perdebatan. Tidak perlu menentukan

kelompok mana yang menang. Kemudian buatlah kelas dengan posisi

melingkar. Pastikan bahwa kelas terintegrasi. Untuk itu, mereka

diminta untuk berdampingan dengan mereka yang berada di kelompok

lawan. Diskusikan sesuatu yang dapat dipelajari siswa dari pengalaman

Page 58: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

45

perdebatan tersebut. Mintalah siswa untuk mengidentifikasi argumen

yang paling baik menurut mereka.

c. Diskusi Kelompok Kecil (Small Group Discussion)

Diskusi merupakan strategi penting untuk menciptakan proses

belajar aktif. Mendengarkan dan memperhatikan berbagai pandangan yang

berbeda akan menantang pemikiran siswa. Dalam strategi tersebut peran

guru adalah memfasilitasi proses diskusi serta mengatur lalu lintas gagasan

dan komentar siswa agar berjalan dengan lancar.112 Diskusi memiliki arti

penting dalam mengembangkan pemahaman. Hal ini disebabkan diskusi

membawa siswa mengubahnya menjadi bentuk ekspresi yang cukup

menyenangkan.113

Guru bisa menggabungkan dua materi PAI untuk menerapkan

metode ini. Penulis menyajikan materi “jual beli” dan “riba” yang

disesuaikan dengan SKL SMA no. 4 yaitu memahami sumber hukum

Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum

keluarga dalam Islam. Materi ini terdapat pada jenjang SMA kelas XI

semester I. Adapun langkah-langkah penerapannya, sebagai berikut: 114

1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok, misalnya ada 7 kelompok

dalam satu kelas.

2) Guru membagikan teks bacaan untuk masing-masing kelompok.

Misalnya, definisi dan dasar hukum jual beli, rukun dan syarat, jenis

dan hikmah jual beli, definisi dan dasar hukum riba, jenis riba dan

hikmah riba.

3) Siswa mendiskusikan teks bacaan tersebut.

4) Masing-masing kelompok menunjuk juru bicara (jubir).

5) Jubir mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

112Hisyam Zaini, dkk., Desain Pembelajaran Di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSD

IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm. 134-135. 113Sri Hayati, “Pendekatan Joyful Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan

Hidup”, http://www.pakguruonline.pendidikan.net/pendekatan%20joyful%20learning.rtf 114Tim Teaching, Model Strategi Pembelajaran Aktif, disampaikan pada pelatihan TOT

(Training of Teacher) bagi mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, Semarang, 24 Nopember 2007.

Page 59: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

46

6) Kelompok lain bertanya atau memberi tanggapan.

7) Guru memberi klarifikasi/kesimpulan/refleksi.

d. Tukar Delegasi Antar Kelompok (Jigsaw)

Metode mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al.

sebagai model cooperative learning. Metode ini bisa digunakan dalam

pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Metode

ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan

berbicara. Jigsaw bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran,

seperti: ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika,

agama, dan bahasa.115

SKL SMA no 2 ialah meningkatkan keimanan kepada Allah

sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul

Husna. Dalam hal ini, penulis mencontohkan materi imam kepada Allah,

karena sesuai dengan SKL tersebut. Materi ini terdapat pada jenjang SMA

kelas X semester I.

Dalam teknik ini, guru menanyakan kepada peserta didik apa yang

mereka ketahui mengenai topik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap

menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.116 Selain itu, siswa bekerja

dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Adapun

langkah-langkah Jigsaw dengan penerapan materi PAI di atas, sebagai

berikut:117

1) Guru memilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa

segmen/bagian, misalnya empat segmen.

115Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet. 3, hlm. 69 116Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 89. 117Tim Teaching, Model Strategi Pembelajaran Aktif, disampaikan pada pelatihan TOT

(Training of Teacher) bagi mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, Semarang, 24 Nopember 2007.

Page 60: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

47

2) Bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan

mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran, misalnya

tentang iman kepada Allah. Pengajar bisa menuliskan topik di papan

tulis dan menanyakan apa siswa ketahui mengenai topik tersebut.

Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata

siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

3) Siswa dibagi dalam kelompok berempat dan masing-masing mendapat

bahan yang berbeda. Bagian pertama, bahan diberikan siswa yang

pertama (misalnya tentang sifat Wajib Allah Wujud sampai

Wahdaniyyah), sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang

kedua (sifat Wajib Allah Qudroh sampai Kalam). Siswa ketiga

mendapat bahan tentang sifat Muhal Allah ‘Adam sampai Ta’addud

dan siswa keempat tentang sifat Muhal Allah ‘Ajzun sampai Abkamun.

4) Siswa disuruh membaca dan memahami materi masing-masing.

5) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok, kemudian

apa yang didapat pada kelompok lain siswa menyampaikan pada

kelompok masing-masing.

6) Kembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian tanyakan

sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

Page 61: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

48

BAB III

IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 12

SEMARANG

A. Gambaran Umum SMA Negeri 12 Semarang

1. Tinjauan Historis118

SMA Negeri 12 Semarang didirikan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:

37156/A2.I.2/KP. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1985 yang terletak di

Jalan Raya Gunungpati – Semarang. Pada awalnya sekolah ini bergabung

dengan SLTP 22 Semarang. Satu tahun kemudian SMA Negeri 12

Semarang sudah bisa mendirikan gedung sendiri meskipun baru tiga kelas

yang dicapai.

SMA Negeri 12 Semarang telah mengalami perkembangan yang

cukup pesat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Semakin

bertambahnya siswa dan semangat anak untuk belajar semakin tinggi maka

saat ini bangunan gedung SMA Negeri 12 Semarang juga semakin banyak

mencapai 21 ruang kelas dan beberapa gedung lainnya. 21 ruang kelas

terdiri dari 7 kelas X, 7 kelas XI (3 kelas XI. IPA, 3 kelas XI. IPS dan 1

kelas XI. Bahasa), 7 kelas XII (3 kelas XII. IPA, 3 kelas XII. IPS dan 1

kelas XII. Bahasa). SMA Negeri 12 Semarang membuka 3 jurusan, yaitu

Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa. Dengan

demikian diharapkan sekolah mampu mengembangkan kemampuan sesuai

bakat dan minat dari siswa didiknya.119

118Hasil dari dokumen dan interview dengan humas SMA Negeri 12 Semarang (Ibu

Suparmi), Kamis tanggal 22 Januari 2009, pukul 08.15 WIB. 119Hasil dari dokumen dan interview dengan humas SMA Negeri 12 Semarang (Ibu

Suparmi), Kamis tanggal 22 Januari 2009, pukul 08.30 WIB.

Page 62: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

49

Tujuan dari SMA Negeri 12 Semarang untuk mencetak out put

generasi muda yang berkreasi dan berprestasi di bidang akademik.

Sehingga dalam sekolah ini telah diajarkan keterampilan-keterampilan

yang dapat dijadikan modal dasar bagi lulusannya yang tidak mampu

untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Selain itu bidang prestasi

akademik juga selalu diunggulkan untuk menciptakan generasi muda yang

berprestasi dalam bidang keahliannya.

SMA Negeri 12 Semarang merupakan satu-satunya sekolah tingkat

Menengah Atas yang berada di kecamatan Gunungpati jauh sebelum

berada SMA Semesta. Karena warga belajar SMA Semesta adalah orang

menengah ke atas maka para wali murid banyak yang menyekolahkan

anaknya di SMA Negeri 12 Semarang karena notabenenya masyarakat

Gunungpati adalah masyarakat menengah ke bawah. Meskipun para

peserta didik berasal dari masyarakat menengah ke bawah, akan tetapi

kualitas belajar mereka juga tidak kalah saing. Peserta didik yang ingin

memasuki gerbang SMA Negeri 12 Semarang juga melalui seleksi yang

sangat ketat, sehingga nantinya diharapkan peserta didik SMA Negeri 12

Semarang adalah peserta didik yang handal yang memiliki kualitas belajar

yang bagus dan berprestasi serta out put yang dihasilkan juga sangat

bagus.

Untuk mengembangkan potensi siswa, sekolah memberikan pilihan

ekstrakurikuler yang terdiri dari bidang ilmiah, seni dan olahraga. Dalam

usaha meningkatkan kualitas anak didiknya SMA Negeri 12 selalu aktif

mengikuti berbagai lomba mata pelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler

seperti seni dan olahraga. Sedangkan untuk menambah kualitas dan

profesionalitas tenaga pengajar sekolah selalu mengirimkan guru ke

berbagai penataran dari tingkat dasar sampai tingkat nasional.

2. Letak Geografis

Berdasarkan observasi dapat dijelaskan bahwa SMA Negeri 12

Semarang merupakan Sekolah Menengah Atas yang sampai sekarang

Page 63: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

50

masih tetap berdomisili di Jalan Raya Gunungpati – Semarang.120

Letaknya sangat strategis tepat berada di pinggir jalan raya, sehingga

memudahkan jangkauan dari berbagai wilayah sekitarya. Sekolah ini

dibangun di atas lahan persawahan dengan luas tanah 14.435 m dan luas

bangunan 3390,25 m, sehingga dengan lahan yang cukup luas tersebut

sangat memungkinkan bagi sekolah untuk mengembangkan lokasi yang

ada sebagai sarana penunjang aktivitas belajar siswa.121

Adapun letak geografis SMA Negeri 12 Semarang dibatasi oleh :122

Sebelah Utara : Sawah

Sebelah Timur : Sawah

Sebelah Selatan : Jalan Raya

Sebelah Barat : SD Negeri 1 Plalangan

3. Struktur Organisasi123

Untuk menghasilkan suatu kerja yang efektif dan efisien, maka

SMA Negeri 12 Semarang dalam menjalankan tugasnya membuat struktur

organisasi dan pembagian tugas yang jelas. Struktur organisasi tersebut

bisa dilihat pada tabel 1. (Terlampir)

4. Visi dan Misi SMA Negeri 12 Semarang124

a. Visi SMA Negeri 12 Semarang

Berprestasi dan berakhlak mulia

b. Misi SMA Negeri 12 Semarang

1). Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

120Observasi di SMA Negeri 12 Semarang pada hari Selasa tanggal 20 Januari 2009,

pukul 08.00 WIB. 121Dokumen SMA Negeri 12 Semarang, diakses pada hari Selasa tanggal 20 Januari 2009

pukul 09.15 WIB. 122Observasi di SMA Negeri 12 Semarang pada hari Selasa tanggal 20 Januari 2009,

pukul 08. 20 WIB. 123Hasil dari dokumen dan interview dengan humas SMA Negeri 12 Semarang (Ibu

Suparmi), Kamis tanggal 22 Januari 2009, pukul 08.40 WIB. 124Hasil dari dokumen dan interview dengan kepala sekolah SMA Negeri 12 Semarang

(Bp. Nasikhun), Senin tanggal 02 Februari 2009, pukul 08.15 WIB.

Page 64: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

51

2). Membentuk budi pekerti luhur dan berakhlak mulia serta

lingkungan yang kondusif dalam upaya meningkatkan mutu

pembelajaran dan hasil belajar.

3). Mengembangkan sikap kerjasama, kekeluargaan dan komitmen

seluruh warga sekolah terhadap tugas dan fungsinya.

4). Menunmbuhkembangkan semangat berprestasi dalam bidang

akademik dan non akademik.

5). Menerapkan manajemen berprestasi dengan warga sekolah, komite,

dan stakeholder dalam upaya meningkatkan mutu dn pelayanan

pendidikan.

6). Mengembangkan sistem informasi manajemen berbasis komputer

(Computer Based Information System) sebagai sarana pendukung

pendidikan di era global.

7). Mewujudkan peningkatan sarana prasarana sekolah menuju standar

nasional pendidikan.

5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa125

a. Keadaan Guru SMA Negeri 12 Semarang

Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri

12 Semarang, maka diperlukan adanya sosok guru. Guru di SMA

Negeri 12 Semarang bejumlah 62 orang dengan latar belakng

pendidikan, agama dan daerah yang bervariasi. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 2. (Terlampir)

b. Keadaan Karyawan SMA Negeri 12 Semarang

SMA Negeri 12 Semarang dibantu 19 karyawan untuk

mendukung pelaksanaan kegiatan sekolah. Karyawan ini terdiri dari 8

pegawai tetap dan 11 pegawai tidak tetap. Mereka juga berasal dari

latar belakang pendidikan yang berbeda. Hal ini bisa dilihat pada tabel

3. (Terlampir)

125Hasil dari dokumen dan interview dengan waka kurikulum SMA Negeri 12 Semarang

(Dra. Agnes SBU, M.Pd), Senin tanggal 19 Januari 2009, pukul 08.10 WIB

Page 65: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

52

c. Keadaan Siswa SMA Negeri 12 Semarang

Berdasarkan data yang diperoleh melalui interview dan

dokumentasi, maka bisa diketahui bahwa siswa pada tahun ajaran

2008/2009 berjumlah 809 siswa yang terdiri dari 342 siswa laki-laki

dan 467 siswa perempuan. Kelas X berjumlah 279 siswa, kelas XI

berjumlah 256 siswa dan kelas XII berjumlah 274 siswa. Keterangan

lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 4. (Terlampir)

6. Sarana dan Prasarana126

Sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA

Negeri 12 Semarang merupakan salah satu aspek yang mempunyai peran

sangat penting. Untuk mengoptimalkan dan membantu kegiatan belajar

mengajar, SMA Negeri 12 Semarang mempunyai sarana dan prasarana

yang sudah cukup memadai. Dengan adanya sarana dan prasarana

yang cukup memadai tersebut sekolah berharap akan dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar di sekolah, karena sarana

diindikasikan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi semangat

siswa untuk belajar dan dengan sarana yang ada siswa juga akan dapat

menyalurkan bakat serta minat yang mereka miliki.

Sarana dan prasarana SMA Negeri 12 Semarang terdiri atas :

a. 1 ruang kepala sekolah

b. 1 ruang guru

c. 1 ruang tata usaha

d. 1 ruang bimbingan konseling

e. 1 ruang perpustakaan

f. 21 ruang kelas

g. 2 ruang laboratorium

h. 1 ruang OSIS

i. 1 ruang mushola

j. 1 ruang koperasi siswa

126Hasil dari dokumen dan interview dengan humas SMA Negeri 12 Semarang (Ibu

Suparmi), Rabu tanggal 28 Januari 2009, pukul 08.15 WIB.

Page 66: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

53

k. 3 ruang kamar kecil guru

l. 11 ruang kamar kecil siswa

m. 1 ruang keterampilan

n. 1 ruang computer

o. 1 ruang dapur

p. 3 ruang gudang

q. 2 ruang tempat parker

r. 2 ruang kantin

s. 2 ruang hall depan dan hall TU

t. 1 ruang ganti

u. 2 ruang lapangan olahraga

Di samping itu SMA Negeri 12 Semarang juga memiliki berbagai

macam media dan sarana olahraga untuk mendukung kegiatan di sekolah

tersebut. Diantaranya OHP, komputer dengan fasilitas internet, televisi,

radio, tape, globe, buku referensi, majalah, kliping, dan lain sebagainya.

B. Sistem Pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang127

1. Tujuan Pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

Sebuah pembelajaran pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

Menurut hasil interview, tujuan umum yang ingin dicapai SMA Negeri 12

Semarang dalam pembelajaran PAI yaitu untuk meningkatkan keimanan

dan ketaqwaan kepada Allah swt melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, pemahaman, penghayatan, pengamalan peserta didik

tentang agama Islam Sedangkan tujuan khususya yaitu untuk membentuk

budi pekerti yang luhur dan berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Selain melalui pembelajaran mata pelajaran PAI, pencapaian

tujuan PAI di SMA Negeri 12 Semarang didukung juga melalui berbagai

macam kegiatan keagamaan, diantaranya shalat berjamaah, tadarus

127Hasil observasi dan interview dengan guru PAI SMA Negeri 12 Semarang (Drs.

Mahmudi), Rabu tanggal 21 Januari 2009, pukul 08.20 WIB.

Page 67: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

54

bersama, infak, buka bersama, zakat dan lain-lain. Hal ini dilakukan

supaya keberhasilan pembelajaran PAI tidak hanya sampai pada sisi teori

saja namun impelementasi dalam kehidupan sehari-hari juga berhasil

dicapai. Dengan demikian maka akan terbentuk manusia muslim yang

beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia dimana tujuan akhirnya adalah

untuk beribadah kepada Allah swt.

2. Materi Pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

Materi pendidikan agama Islam di SMA Negeri 12 Semarang

meliputi al-Qur’an dan Hadits, keimanan, akhlak, fiqih dan sejarah

kebudayaan Islam. Desain materi ini diarahkan sesuai ketiga aspek inti

pokok ajaran agama Islam yang meliputi aqidah (keimanan), syari’ah

(keislaman) dan ihsan (akhlak).

Dalam penerapannya, penentuan materi atau bahan kurikulum PAI

di SMA Negeri 12 Semarang disesuaikan dengan tingkat perkembangan

siswa.

3. Metode Pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

Untuk menyajikan materi ajar maka diperlukan adanya metode

belajar. Beberapa metode belajar yang digunakan dalam pembelajaran PAI

di SMA Negeri 12 Semarang diantaranya :

a. Metode konvensional yang terdiri dari metode ceramah dan tanya

jawab.

b. Metode modern terdiri dari metode mencari pasangan (make a match),

debat aktif (active debate), diskusi kelompok kecil (small group

discussion) dan tukar delegasi antar kelompok (jigsaw).

4. Media Pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

Media yang digunakan SMA Negeri 12 Semarang

bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan

kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar

pada dirinya. Media tersebut diantaranya OHP, televisi, radio, tape, buku

referensi, koran dan majalah. Penggunaan media ini disesuaikan dengan

bahan materi yang akan diajarkan.

Page 68: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

55

5. Evaluasi Pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

Evaluasi sebagai bagian dari proses pendidikan merupakan proses

penilaian terhadap kemajuan dan perkembangan anak. Evaluasi

pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang diwujudkan dalam bentuk

tes tertulis dan non tertulis. Tes yang dilakukan tidak sekedar mengukur

kecerdasan kognitif tetapi juga perlu memperhatikan kecerdasan afektif

dan psikomotorik siswa, sehingga penilaian yang dilakukan tersebut benar-

benar menghargai berbagai potensi yang dimiliki siswa.

C. Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang

Cooperative learning merupakan sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam

tugas-tugas terstruktur. Model pembelajaran ini memberi kesempatan siswa

dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan

nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama (kerja

kelompok) diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,

produktivitas dan perolehan belajar.

Hal ini dilakukan oleh SMA Negeri 12 Semarang demi kelangsungan

kehidupan sosial di kelas pada khususnya dan di sekolah pada umumnya,

karena manusia sebagai individu juga bagian dari kehidupan sosial yang selalu

membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Sikap kerjasama ini juga

dituangkan SMA Negeri 12 Semarang dalam misinya.

Dengan adanya model cooperative learning di SMA Negeri 12

Semarang, termasuk dalam pembelajaran PAI maka akan terjadi hubungan

antar siswa dan guru yang dirasakan harmonis serta dapat mewujudkan apa

yang dijadikan tujuan akhir dalam pendidikan agama Islam.

Ada beberapa hal penting kaitannya dengan penerapan cooperative

learning dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang, antara lain

persiapan guru PAI dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Dalam

menerapkan Cooperative Learning perlu persiapan yang matang dari seorang

Page 69: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

56

guru. Guru harus tahu dan paham persiapan dan penerapan metode, serta baik

atau buruknya metode tersebut. Persiapan ini dapat dilakukan dengan dua

cara, yakni persiapan tertulis dan non tertulis. Persiapan tertulis meliputi

persiapan Satuan Pelajaran, Rencana Pembelajaran, administrasi kelas dan

lain-lain. Sedangkan persiapan tidak tertulis meliputi persiapan mental,

penguasaan bahan, dan lain sebagainya. Persiapan guru PAI SMA Negeri 12

Semarang secara tertulis adalah:

a. Mempersiapkan Rencana Pembelajaran, yang didalamnya terdapat

skenario pembelajaran yang sesuai dengan metode-metode yang

digunakan untuk menyampaikan materi.

b. Mempersiapkan bahan/materi ajar dalam bentuk segmentasi teks atau

tugas yang disesuaikan dengan silabus. Beliau memilih bahan atau materi

ajar yang dapat didiskusikan atau tidak, maupun mempertimbangkannya

dengan metode-metode dalam model cooperative learning yang lain.

c. Setelah bahan ajar, persiapan selanjutnya adalah persiapan sarana dan

prasarana yang menunjang pembelajaran PAI yang sesuai dengan materi.

Hal ini berkaitan dengan media yang digunakan untuk menyampaikan

materi.

d. Langkah selanjutnya adalah membagi siswa dalam kelompok. Pembagian

kelompok cooperative learning dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri

12 Semarang meliputi kelompok informal, formal dan permanen.

Kelompok informal berlangsung hanya dalam satu periode pelajaran

karena pengelompokan ini digunakan untuk memperdalam pengetahuan

tentang suatu materi. Kelompok formal dibentuk jika ada tugas yang harus

diselesaikan oleh kelompok dalam beberapa hari, misalnya resume materi

fiqh tentang pernikahan yang diambil dari berbagai sumber (internet,

perpustakaan, koran dan lain-lain). Sedangkan kelompok permanen yang

dibentuk untuk satu tahun sebagai kelompok belajar permanen, guru PAI

Page 70: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

57

SMA Negeri 12 Semarang mengikuti pengelompokan yang dilakukan oleh

sekolah.128

Setelah diketahui persiapan guru PAI SMA Negeri 12 Semarang dalam

menerapkan cooperative learning secara global, selanjutnya penulis akan

paparkan persiapan guru PAI SMA Negeri 12 Semarang dalam menggunakan

metode mencari pasangan (make a match), debat aktif (active debate), diskusi

kelompok kecil (small group discussion), dan tukar delegasi antar kelompok

(jigsaw) sebagai implementasi model cooperative learning dalam

pembelajaran PAI, yaitu:

1. Metode Mencari Pasangan (Make A Match)129

Dalam metode ini siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Metode ini bisa diterapkan Dalam mempelajari semua materi PAI. Guru

PAI SMA Negeri 12 Semarang menerapkan metode ini untuk mempelajari

materi Qur’an Hadist tentang ilmu tajwid yang diambil dari surat Fatir : 32

(bab kompetensi dalam kebaikan).

Langkah-langkah penerapan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep, yaitu

kartu pertama berisi bacaan Idzhar dan kartu kedua berisi hukum

bacaan mendengung. Kartu ketiga berisi bacaan Idgham bi Ghunnah

sedangkan kartu keempat berisi hukum bacaan jelas, begitu seterusnya

sampai jumlah kartu tersebut dibuat sesuai jumlah siswa.

b. Setiap siswa diberi satu buah kartu. Contoh: Siswa bernama Nurul

mendapatkan kartu pertama, sedangkan siswa bernama Ilham

mendapat kartu nomer empat.

128Hasil observasi dan interview dengan guru PAI SMA Negeri 12 Semarang (Drs.

Mahmudi), Rabu tanggal 21 Januari 2009, pukul 08.20 WIB. 129Hasil observasi pembelajaran PAI di kelas dan interview dengan guru PAI SMA Negeri

12 Semarang (Drs. Mahmudi), Rabu tanggal 28 Januari 2009, pukul 08.30 WIB.

Page 71: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

58

c. Setiap siswa mencari pasangan sesuai dengan kartu yang sama. Di sini

karena Nurul dan Ilham mendapatkan kartu yang cocok maka Nurul

berpasangan dengan Ilham.

d. Guru memberi pertanyaan seputar materi yang tertulis di kartu

(Apakah benar bacaan idzhar itu jelas?)

e. Siswa pemegang kartu yang cocok mendiskusikan materi yang didapat,

kemudian jubir mempresentasikan,

f. Kelompok lain memberi tanggapan.

g. Guru memberi klarifikasi, kesimpulan dan tindak lanjut.

2. Debat Aktif (Active Debate)130

Peserta didik dalam metode ini mencari argumentasi yang kuat

dalam memecahkan masalah yang kontroversial. Mereka berdebat secara

aktif, melakukan pemikiran dan perenungan yang mendalam, akan tetapi

mereka saling menghormati dan menghargai terhadap perbedaan pendapat

yang ada. Dalam hal ini guru menerapkan metode dalam materi

aqidah/keimanan (bab iman kepada Nabi dan Rasul).

Langkah-langkah penerapan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Guru memberi pertanyaan kontroversial dalam suatu topik yang

relevan dengan SK/KD/Indikator (Setujukan Anda tentang masyarakat

muslim di Indonesia yang sudah tidak percaya lagi terhadap kenabian

Rasulullah sebagai nabi akhir zaman dengan indikasi munculnya

beberapa orang yang mengaku sebagai nabi terakhir?).

b. Guru membagi kelas menjadi dua tim, yakni kelompok pro dan

kelompok kontra.

c. Guru meminta setiap kelompok untuk menunjuk wakil mereka, dua

atau tiga orang sebagai juru bicara dengan posisi duduk atau berdiri

saling berhadapan.

d. Masing-masing juru bicara mengawali debat dengan mengemukakan

pendapatnya secara bergantian.

130Hasil observasi pembelajaran PAI di kelas dan interview dengan guru PAI SMA Negeri 12 Semarang (Drs. Mahmudi), Rabu tanggal 04 Februari 2009, pukul 08.30 WIB.

Page 72: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

59

e. Juru bicara kembali ke kelompoknya masing-masing untuk meminta

pendapat dan mengatur strategi untuk membuat bantahan pada

kelompok lainnya.

f. Karena sudah merasa cukup, maka akhirnya guru menghentikan debat

pada saat puncaknya.

g. Masing-masing kelompok menulis kesimpulan.

3. Diskusi Kelompok Kecil (Small Group Discussion)131

Salah satu tujuan metode ini adalah untuk menciptakan proses

belajar secara aktif, selain itu agar peserta didik memiliki ketrampilan

memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi

dalam kehidupan sehari- hari. Materi yang digunakan oleh guru adalah

materi tentang akhlak (bab menyantuni kaum dhuafa’).

Langkah-langkah penerapan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil (6 kelompok,

ada yang 5 siswa dan ada yang 6 siswa), dengan menunjuk ketua dan

sekretaris.

b. Guru memberi soal studi kasus sesuai dengan SK/KD. Contoh salah

satu soal studi kasus yang disajikan oleh guru: “Kemiskinan di negeri

Indonesia setiap tahunnnya terus merangkak naik. Angka ini terus

diitunjukkan dengan membludaknya masyarakat untuk berebut sesuatu

yang gratis yaitu berupa zakat dan bantuan langsung tunai. Bahkan

kejadian tersebut sampai menimbulkan korban jiwa. Keadaan yang

memprihatinkan ini membuat pemerintah untuk mengubah cara

penyantunan dhuafa’ dengan sistem terorganisir seperti ditangani oleh

lembaga zakat.. Nah, bagaimana pendapatmu tentang cara

penyampaian santunan kepada kaum dhuafa’ secara baik?”

c. Masing-masing kelompok mendiskusikan jawaban soal tersebut (setiap

anggota kelompok berpartisipasi aktif di dalamnya).

d. Masing-masing kelompok menunjuk juru bicara (jubir).

131Hasil observasi pembelajaran PAI di kelas dan interview dengan guru PAI SMA Negeri

12 Semarang (Drs. Mahmudi), Rabu tanggal 11 Februari 2009, pukul 08.30 WIB.

Page 73: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

60

e. Jubir mempresentasikan hasil diskusi.

f. Kelompok lain memberi tanggapan.

g. Guru memberi klarifikasi, kesimpulan dan tindak lanjut.

4. Tukar Delegasi Antar Kelompok (Jigsaw)132

Metode ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja dengan siswa

lainya dalam suasana gotong rotong dan mempunyai banyak kesempatan

untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Meskipun dilakukan dalam suasana gotong royong, namun masing-masing

siswa bertanggungjawab secara individu untuk memahamkan materi

kepada teman sekelasnya. Materi yang digunakan dalam metode ini adalah

materi aqidah (keimanan) tentang iman kepada Nabi dan Rasul.

Langkah-langkah penerapan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Guru memilih materi yang dibagi menjadi 5 segmen, yaitu

keistimewaan Rasul Ulul ‘Azmi Musa a.s., Ibrahim a.s., Nuh a.s., Isa

a.s., Muhammad saw.

b. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (ada yang 7 siswa dan 6

siswa).

c. Setiap anggota kelompok bertugas membaca dan memahami materi.

d.. Setiap kelompok mendiskusikan materi.

e. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok, kemudian

apa yang didapat pada kelompok lain siswa menyampaikan pada

kelompok masing-masing.

f. Guru mengembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian siswa

menanyakan persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

g. Guru memberi klarifikasi, kesimpulan dan tindak lanjut.

Setelah pelaksanaan metode-metode cooperative learning, langkah

selanjutnya adalah evaluasi sebagai hasil akhir dari proses belajar

mengajar di kelas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini

132Hasil observasi pembelajaran PAI di kelas dan interview dengan guru PAI SMA Negeri

12 Semarang (Drs. Mahmudi), Rabu tanggal 18 Februari 2009, pukul 08.30 WIB.

Page 74: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

61

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan dengan metodemetode cooperative learning di

mana secara otomatis akan diketahui apakah metode yang diterapkan

berhasil atau tidak. Adapun evaluasi dalam pembelajaran PAI dengan

model cooperative learning adalah sebagai berikut:133

a. Kuis

Bentuk kuis ini digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip

dari pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat dan

dilakukan sebelum pelajaran. Sebelum proses belajar mengajar, guru

menanyakan pertanyaan singkat kepada siswa (biasanya selama 10 menit).

Siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari guru akan mendapat point

nilai tersendiri yang akan dicatat khusus oleh guru

b. Penilaian proses

Penilaian ini digunakan untuk mengukur keberhasilan proses

belajar mengajar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku

yang positif (psikomotorik positif).

Cara mengevaluasi dengan penilaian proses ini dilakukan pada

waktu pelaksanaan metode pembelajaran di dalam kelas maupun di luar

kelas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana partisipasi dan

keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar PAI secara kooperatif.

Siswa akan mendapat nilai atau penghargaan jika selalu berpartisipasi aktif

dan melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing

dalam proses belajar kelompok PAI. Sedangkan nilai atau penghargaan

kelompok juga akan diperoleh jika kelompok tersebut menunjukkan

prestasinya dengan kesuksesannya mengorganisir anggota maupun

terselesaikannya tugas dengan baik.

c. Penilaian Performance

133Hasil observasi pembelajaran PAI di kelas dan interview dengan guru PAI SMA Negeri

12 Semarang (Drs. Mahmudi), Rabu tanggal 18 Februari 2009, pukul 10.00 WIB.

Page 75: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

62

Penilaian ini berhubungan erat dengan ranah psikomotorik siswa

dimana melalui penilaian ini, guru akan mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa dalam mempraktekkan materi pelajaran.

Penilaian performance ini merupakan cara mengevaluasi tingkah

laku siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Penilaian jenis ini dilakukan karena siswa tidak mungkin mendapat

penilaian mutlak hanya dengan tingkat intelektual dan pengetahuannya

saja. Tetapi tingkah laku sehari-hari juga dapat dijadikan ukuran dalam

mengevaluasi siswa karena PAI bertujuan selain sebagai peningkatan iman

dan taqwa juga bertujuan membentuk kepribadian muslim yang utama

serta berakhlak mulia.

d. Tes Tertulis

Cara mengevaluasi dengan tes tertulis merupakan tes yang sering

digunakan baik secara individual maupun kelompok. Di SMA Negeri 12

Semarang, biasanya tes ini dilakukan pada akhir pembelajaran satu pokok

bahasan. Tes ini bisa berbentuk pilihan ganda maupun essay yang

bermanfaat sebagai alat ukur keberhasilan dalam ranah kognitif dan

afektif.

e. Penilaian produk

Penilaian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana daya

tangkap siswa dalam proses belajar mengajar. Cara ini tidak bisa

dipandang sebelah oleh guru karena biasanya sumber informasi dari tes

produk ini tidak hanya diperoleh dari dalam kelas saja tetapi juga dari luar

kelas. Tes ini biasanya berbentuk pembuatan laporan resume materi secara

kelompok.

f. Tes Perbuatan

Tes ini dilakukan untuk menilai peserta didik terhadap kemampuan

yang membutuhkan praktek. Penilaian tersebut bisa dilakukan pada saat

proses pembelajaran berlangsung, misalnya materi PAI pada aspek ibadah

yang membahas tentang sholat. Guru bisa dibantu oleh siswa dalam

penilaian karena biasanya materi ini disampaikan melalui tutor sebaya.

Page 76: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

63

g. Portofolio

Portofolio adalah koleksi suatu tugas yang dikerjakan peserta didik.

Portofolio digunakan sebagai alat yang dapat mengetahui kemajuan

kompetensi peserta didik. Penilaian berbentuk portofolio bidang studi PAI

di SMA Negeri 12 Semarang hanya berupa kumpulan tugas yang

dikerjakan secara individu, dengan mencari informasi lewat majalah,

koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan materi PAI.

Kemudian tugas tersebut dibuat kliping dan makalah yang biasanya

dipresentasikan secara kelompok.

Beberapa tes yang dilakukan oleh guru PAI di atas digunakan

untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang terjadi di kelas, serta untuk

mengetahui keefektifan metode-metode yang diterapkan dalam pengajaran

yang terwujud dalam pencapaian prestasi siswa.

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Page 77: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

64

A. Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang

Cooperative learning merupakan model pembelajaran dalam

pendidikan yang menekankan adanya kerjasama antar beberapa individu.

Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, model cooperative learning

memiliki peranan yang tidak sedikit bagi keberlangsungan proses belajar

mengajar, tercapainya tujuan pendidikan dan pembentukan pribadi yang

mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Dengan adanya kerjasama yang baik antar

peserta proses belajar mengajar (guru dan siswa) maka bukan tidak mungkin

akan semakin memudahkan tercapainya tujuan pendidikan secara tepat dan

efisien.

Suatu model pembelajaran ataupun proses pengajaran lainnya dapat

dikategorikan sebagai model cooperative learning apabila didalamnya

mengandung unsur-unsur model pembelajaran ini. Unsur-unsur model

pembelajaran ini harus muncul dalam metode pembelajaran yang sangat

mengharuskan pelaku untuk bekerjasama. Seperti halnya dalam metode

mencari pasangan, debat aktif, diskusi kelompok kecil, tukar delegasi antar

kelompok.

Sebagaimana telah dibahas dalam bab sebelumnya bahwa penerapan

model cooperative learning ini beranjak dari konsep Dewey “classroom

should mirror the large society and be a laboratory for real life learning”,

yakni ruangan kelas menjadi cermin masyarakat luas dan menjadi sebuah

percobaan untuk pembelajaran kehidupan nyata. Begitu pula dengan SMA

Negeri 12 Semarang, sekolah ini menerapkan model cooperative learning

untuk memanfaatkan fenomena kerjasama/gotong royong dalam pembelajaran

yang menekankan terbentuknya hubungan antara siswa yang satu dengan

siswa yang lainnya, terbentuknya sikap dan perilaku yang demokratis dan

tumbuhnya produktivitas kegiatan belajar siswa.

Page 78: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

65

Berkaitan dengan model tersebut di atas, Guru SMA Negeri 12

Semarang telah mengimplementasikan model pembelajaran ini dalam

pembelajaran

pendidikan agama Islam. Implementasi model cooperative learning

tersebut terwujud dengan adanya metode mencari pasangan (make a

match), metode debat aktif (active debate), metode diskusi kelompok kecil

(small group discussion) dan metode tukar delegasi antar kelompok

(jigsaw).

Untuk lebih jelasnya penulis akan menyajikan analisis tentang

implementasi Cooperative Learning dalam pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang:

1. Metode Mencari Pasangan (Make A Match)

Salah satu model cooperative learning yaitu metode mencari

pasangan (make a match). Dalam metode ini diperlukan adanya

kerjasama antara siswa pemegang kartu yang sesuai.

Dalam metode mencari pasangan (make a match) ini, penulis

menganalisa bahwa metode ini sudah sangat tepat digunakan guru

PAI SMA Negeri 12 Semarang dalam mempelajari materi Qur’an

Hadits tentang penerapan ilmu tajwid yang diambil dari surat Fatir :

32 (bab kompetensi dalam kebaikan ). Apalagi materi ini bisa di buat

menjadi beberapa pertanyaan yang bisa di tuangkan dalam kartu

berpasangan. Sebenarnya semua mata pelajaran dan materi juga bisa

menggunakan metode ini, karena pada hakeketnya semua materi bisa

dijadikan bahan soal jawab atau bahan yang bisa dipasangkan.

Untuk langkah-langkah yang digunakan guru PAI SMA

Negeri 12 Semarang dalam menerapkan metode mencari pasangan

(make a match) juga sangat sesuai dengan prosedur metode mencari

pasangan (make a match) pada umumnya. Materi yang digunakan

juga sudah relevan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan

indikator dan sudah pernah diajarkan ke siswa. Namun ketika guru

memberi pertanyaan seputar materi yang tertulis di kartu, guru tidak

Page 79: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

66

memperluas pertanyaan yang ada. Guru hanya memberi pertanyaan

sebatas apa yang ada di kartu tersebut. Kalau menurut penulis,

sebaiknya guru memperluas pertanyaan yang ada sehingga

siswa juga bisa mengembangkan pemikirannya tentang pengetahuan

yang ada dalam materi yang telah disajikan.

Dalam menerapkan metode ini sebaiknya seorang guru

memperhatikan hal-hal berikut ini: [1] Kartu-kartu tersebut jangan

diberi nomor urut, [2] Kartu-kartu tersebut dibuat dalam ukuran yang

sama, [3] Jangan memberi “tanda kode” apapun pada kartu-kartu

tersebut, [4] Kartu-kartu tersebut terdiri dari “beberapa bahasan” dan

dibuat dalam jumlah yang banyak atau sesuai dengan jumlah

mahasiswa atau siswa, [5] Materi yang ditulis dalam kartu-kartu

tersebut telah diajarkan dan telah dipelajari oleh mahasiswa atau

siswa.

2. Debat Aktif (Active Debate)

Menurut penulis, metode debat aktif (active debate)

merupakan salah satu metode yang sangat disukai siswa-siswi SMA

Negeri 12 Semarang, karena pada saat guru menerapkan metode ini

suasana kelas menjadi sangat hidup dan ramai. Hal ini disebabkan

karena ketika mereka memecahkan suatu masalah yang

kontroversial, mereka masing-masing kelompok mengadu argumen

yang sangat kuat dengan suara yang sangat lantang, namun mereka

juga tetap memperhatikan kondisi kenyamanan kelas agar tidak

mengganggu kelas yang lainnya. Mereka juja tetap saling

menghormati dan menghargai pendapat teman yang lainnya.

Guru PAI SMA Negeri 12 Semarang dalam memilih materi

untuk menerapkan metode debat aktif (active debate) sudah tepat,

karena dalam menerapkan metode ini guru menyajikan materi yang

kontroversial, yaitu aqidah/keimanan (bab iman kepada Nabi dan

Rasul tentang ketidakpercayaan lagi masyarakat muslim di Indonesia

terhadap kenabian Rasulullah sebagai nabi akhir zaman dengan

Page 80: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

67

indikasi munculnya beberapa orang yang mengaku sebagai nabi

terakhir). Materi yang digunakan juga sudah relevan dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dan sudah pernah

diajarkan ke siswa. Langkah-langkah yang diterapkan dalam

mengaplikasikan metode ini juga sudah sesuai prosedur yang ada.

Akan tetapi, menurut penulis masih ada beberapa hal yang

perlu dibenahi, diantaranya ketika guru menghentikan debat pada

saat puncak perdebatan ia tidak menyisakan waktu sebagai follow up

dari kasus yang diperdebatkan. Dalam hal ini sebaiknya guru

menyisakan waktu sebagai follow up dari kasus yang diperdebatkan,

karena dimungkinkan masih banyak permasalahan yang terdapat

dalam perdebatan yang belum terselesaikan. Selain itu, menurut

penulis ketika observasi, masih banyak siswa yang belum puas

dengan jawaban ataupun pernyataaan yang diungkapkan oleh juru

bicara masing-masing kelompok. Pada saat langkah terkhir, guru

juga sebaiknya harus memberi klarifikasi, kesimpulan ataupun tindak

lanjut agar siswa juga lebih puas dan akhirnya memahami apa yang

sebenarnya diinginkan dari materi yang diperdebatkan.

3. Diskusi Kelompok Kecil (Small Group Discussion)

Metode diskusi kelompok kecil (small group discussion)

sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk melatih memecahkan

masalah ataupun persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari.

Materi yang digunakan guru PAI SMA Negeri 12 Semarang

dalam menerapkan metode ini sudah relevan dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dan sudah pernah

dipelajari bersama di dalam kelas, yaitu tentang akhlak (bab

menyantuni kaum dhuafa’). Soal studi kasus yang dimunculkan juga

merupakan materi yang ringan yang sangat sesuai jika dijadikan

bahan diskusi kelompok kecil. Dalam mengaplikasikan metode ini,

langkah-langkah yang diterapkan guru PAI juga sudah sesuai

Page 81: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

68

prosedur. Dalam hal ini masing-masing kelompok juga

mendiskusikan jawaban soal tersebut dengan baik dan setiap anggota

kelompok juga telah menghidupkan suasana berpartisipasi aktif di

dalamnya. Namun menurut penulis ketika guru menerapkan langkah

pembelajaran yang pertama yaitu guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok kecil, guru tidak menunjuk ketua dan sekretaris

kelompok. Karena jika ini dilakukan oleh guru biasanya siswa yang

ditunjuk bersifat monoton. Hal ini bisa memunculkan kecemburuan

sosial diantara siswa yang nantinya akan berdampak negatif pada

beberapa hal lainnya. Untuk meminimalisir agar hal ini tidak terjadi,

sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjuk

ketua dan sekretaris kelompok agar mereka lebih leluasa dalam

memilihnya.

4. Tukar Delegasi Antar Kelompok (Jigsaw)

Tidak berbeda dengan beberapa metode yang diterapkan oleh

guru PAI SMA Negeri 12 Semarang metode ini juga digemari oleh

banyak siswa, karena dalam metode ini siswa mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan berkomunikasi.

Dalam pelaksanaannya, guru PAI SMA Negeri 12 Semarang

sudah sesuai dalam memilih materi untuk menerapkan metode tukar

delegasi antar kelompok (jigsaw), karena materi yang diberikan bisa

dibagi menjadi beberapa segmen yang nantinya bisa dibagi ke dalam

beberapa kelompok. Materi tersebut juga sudah relevan dengan

standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Langkah-

langkah yang diterapkannyapun juga sudah sesuai prosedur yang ada.

Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok,

kemudian apa yang didapat pada kelompok lain siswa

menyampaikan pada kelompok masing-masing. Namun pada saat

kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

Page 82: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

69

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok, muncul

ketidakpuasan diantara beberapa siswa, karena pada saat itu ada

beberapa siswa yang tidak menguasai materi yang diberikan. Hal ini

sebaiknya tidak dilakukan, semua siswa harus memahami dan

menguasai materi yang diberikan agar nantinya ketika menjelaskan

kepada kelompok lain mereka merasa puas dan paham apa yang

disampaikan. Peran guru dalam hal ini sangat penting, karena

nantinya pada saat akhir pembelajaran guru harus memberikan

penjelasan yang lebih detail agar semua siswa juga mengerti tentang

materi yang di berikan.

Dari observasi yang telah dilakukan penulis dapat diketahui

bahwa SMA Negeri 12 Semarang memang sudah

mengimplementasikan model cooperative learning dalam

pembelajaran PAI meskipun dalam proses pelaksanaannya mash

terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan teori yang ada.

Penerapan cooperative learning ini terbukti dengan adanya

kerjasama, musyawarah, dan gotong royong antara guru dan siswa

maupun siswa dengan siswa. Selain itu dapat dilihat dari hilangnya

dominasi penuh guru dalam pembelajaran dimana guru tidak

menempatkan diri sebagai sumber utama yang maha tahu tetapi

sebagai fasilitator dan rekan belajar.

Dalam hal evaluasi, penilaian yang dilakukan guru baik secara

individu maupun secara kelompok, menurut penulis pengajar sudah

memenuhi standar evaluasi model cooperative learning, karena guru

telah menerapkan sistem penilaian cooperative learning sesuai standar

yang ada. Nilai kelompok diolah sedemikian rupa sehingga nantinya

dari hasil kelompok tersebut berpengaruh pada nilai individu, dan

begitu juga sebaliknya. Dari proses inilah setiap siswa mempunyai

kesempatan untuk memberikan kontribusi bagi kelompoknya. Siswa

lamban tak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka, karena

mereka juga bisa memberikan sumbangan. Malahan mereka akan

Page 83: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

70

merasa terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka dan dengan

demikian maka akan menaikkan nilai pribadi mereka sendiri.

Penerapan model cooperative learning ini dimaksudkan

untuk pembentukan sikap kerja sama dalam mencapai tujuan

bersama. Belajar pada dasarnya adalah adanya perubahan positif,

saling memberi dan menerima, saling menghargai pendapat orang

lain, menyadari kelebihan dan kelemahan orang lain, dan berusaha

saling membantu untuk pencapaian tujuan. Untuk itulah diterapkan

cooperative learning, dimana guru perlu memberikan semacam

problematika atau persoalan untuk dipecahkan oleh siswa secara

bersama-sama. Tujuannya adalah menumbuhkan sikap kerjasama,

demokrasi, saling menghargai, toleransi, memberi dan menerima dan

terampil berinteraksi sosial.

Meski yang diterapkan adalah tentang nilai-nilai kooperatif

tetapi didalamnya perlu ada nilai kompetisi. Ini dimaksudkan untuk

saling bersaing dalam mencapai prestasi bersama, memberi

keuntungan dan manfaat bersama, dan berbuat yang utama.

Kompetisi ini bukan bersifat kompetisi individual tetapi harus

bersifat kompetisi kelompok dan dalam kompetisi ini jangan sampai

merusak tatanan kerjasama yang sudah mapan dalam kelompok.

Dengan kata lain unsur kooperatif dan kompetitif harus ditempatkan

pada situasi yang proporsional sehingga keduanya dapat memberikan

dinamika belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa implementasi

cooperative learning dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 12

Semarang, meskipun di beberapa titik masih terdapat kekurangan

namun secara keseluruhan telah sesuai prosedur dan unsur-unsur

cooperative learning.

Page 84: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

71

B. Faktor Penunjang dan Penghambat Pelaksanaan Cooperative Learning

dalam Pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

Implementasi cooperative learning dalam pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 semarang menurut penulis sudah cukup baik dan sesuai dengan

unsur-unsur model cooperative learning. Meskipun dalam pelaksanaanya

masih terdapat beberapa kekurangan, akan tetapi langkah menuju

kesempurnaan tetap terus diupayakan dengan memaksimalkan faktor

penunjang dan meminimalisir faktor penghambat.

Dalam pengamatan penulis, faktor-faktor yang menunjang

keberhasilan penerapan model cooperative learning dalam pembelajaran PAI

di SMA Negeri 12 Semarang adalah:

1. Guru

Profesionalitas guru merupakan salah satu hal yang menunjang

keberhasilan penerapan pengolahan kelas di SMA Negeri 12 Semarang.

Profesionalitas ini terwujud dalam persiapan baik berupa pemilihan materi

ataupun pembentukan kelompok yang guru lakukan untuk menerapkan

metode-metode cooperative learning. Tanpa adanya persiapan yang

sungguh-sungguh atau dengan kata lain metode-metode tersebut

dilaksanakan secara asal-asalan, tentunya tujuan pembelajaran akan sulit

tercapai.

Hal lain yang mendukung dari sisi guru adalah kreatifitas mereka

dalam mengembangkan materi secara mandiri ataupun mengadopsi dari

rekan-rekan lainnya yang telah lebih dulu memiliki kreatifitas dalam

mencoba menerapkan model pembelajaran tertentu kemudian dimodifikasi

dan dikembangkan lebih jauh. Hal ini diketahui penulis dari Bapak Drs.

Mahmudi bahwa sedikit banyak metode-metode cooperative learning yang

diterapkan merupakan hasil adopsi dari guru mata pelajaran lain dan

diikuti dengan diskusi yang matang untuk menetapkan apakah metode

tersebut cocok diterapkan dalam mata pelajaran PAI, sehingga mampu

membangkitkan kecerdasan dan potensi siswa dalam belajar.

Page 85: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

72

2. Siswa

Antusiasme dan rasa ingin tahu yang tinggi dari para siswa

merupakan faktor penunjang pelaksanaan model cooperative learning. Ini

terlihat manakala mereka diberi tugas untuk dikerjakan bersama-sama

dengan mengedepankan unsur gotong royong ataupun semangat mereka

untuk tampil menjadi kelompok yang terbaik dalam setiap presentasi

kelompok di depan kelas. Hal ini juga terlihat dalam proses kelompok

dimana mereka selalu mengutarakan pendapatnya dan terlibat aktif dalam

aktifitas kelompok.

3. Pimpinan Sekolah

Empati pimpinan sekolah terhadap pelaksanaan program menjadi

penyemangat para pengajar. Bahkan tidak jarang pimpinan sekolah turun

tangan sendiri untuk menjelaskan program-program pengajaran secara

langsung.

4. Orang tua siswa

Partisipasi orang tua murid dan kerjasama mereka sangat

dibutuhkan oleh pihak sekolah, karena orang tua meliki peran yang sangat

penting untuk membentuk anak menjadi manusia yang terbaik.

5. Iklim sosial

Seluruh warga sekolah (guru, murid, pimpinan dan staff) saling

membangun hubungan yang sangat harmonis, sehingga sangat

memungkinkan terlaksananya model cooperative learning dengan baik.

6. Sarana dan prasarana

Adanya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMA Negeri 12

Semarang antara lain kelas multimedia, internet dan lain-lain semakin

mendukung terlaksananya pembelajaran PAI dengan menggunakan model

cooperative learning.

Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan model cooperative

learning dalam pembelajaran PAI di SMP Semesta antara lain adalah murid,

mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda baik dari kecerdasan,

tingkat ekonomi, maupun status sosialnya. Ini memicu tenaga dan pikiran

Page 86: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

73

yang ekstra untuk menanganinya secara manusiawi dan adil. Selanjutnya

adalah guru, terkadang guru juga kurang matang mempersiapkan perangkat-

perangkat pembelajaran yang sebenarnya tidak sedikit dan membutuhkan

ketelitian.

Dengan berbagai macam faktor pendukung maupun penghambat,

penulis beranggapan bahwa model cooperative learning sangat efektif untuk

diterapkan dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang ataupun

materi dan sekolah lainnya. Ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar

siswa yang sebelumnya banyak yang belum paham mereka lebih memahami

dan menguasai materi. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar juga

semakin meningkat, ini terlihat antusiasme mereka yang sangat tinggi untuk

selalu berpartisipasi dan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan

kelompoknya. Menurut para siswa SMA Negeri 12 Semarang model

cooperative learning ini juga sangat bagus dan tepat digunakan dalam

pembelajaran materi apapun, apalagi jika diterapkan dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam, ini sangat relevan. Karena pembelajaran pendidikan

agama Islam yang notabenenya merupakan pembelajaran yang sangat

menjenuhkan, ketika sudah diterapkan model cooperative learning maka akan

berubah menjadi pembelajaran yang sangat menyenangkan. Selain itu

fenomena kerjasama atau gotong royong dalam pembelajaran, terbentuknya

sikap dan perilaku yang demokratis serta tumbuhnya produktifitas kegiatan

belajar siswa juga tercapai dengan diterapkannya model pembelajaran

cooperative learning.

Page 87: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 19

Januari 2009-21 Februari 2009, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

implementasi cooperative learning dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri

12 Semarang yang terwujud dalam empat bentuk metode pembelajaran yaitu

mencari pasangan (make a match), debat aktif (active debate), diskusi

kelompok kecil (small group discussion) dan tukar delegasi antar kelompok

(jigsaw) secara keseluruhan sudah mendekati teori yang ada meskipun masih

terdapat sedikit kekurangan. Penerapan model cooperative learning ini

dibuktikan dengan terbentuknya sikap kerja sama dalam mencapai tujuan

pembelajaran baik kerjasama antar siswa dengan siswa atupun antara siswa

dengan guru, sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai

pendapat orang lain, toleransi, berinteraksi sosial dan berusaha saling

membantu untuk pencapaian tujuan bersama. Dalam hal evaluasi, penilaian

yang dilakukan guru baik secara individu maupun secara kelompok, menurut

penulis pengajar sudah memenuhi standar evaluasi model cooperative

learning, karena guru telah menerapkan sistem penilaian cooperative learning

sesuai standar yang ada. Nilai kelompok diolah sedemikian rupa sehingga

nantinya dari hasil kelompok tersebut berpengaruh pada nilai individu, dan

begitu juga sebaliknya. Dari proses inilah setiap siswa mempunyai

kesempatan untuk memberikan kontribusi bagi kelompoknya. Siswa lamban

tak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka, karena mereka juga

bisa memberikan sumbangan. Malahan mereka akan merasa terpacu untuk

meningkatkan kontribusi mereka dan dengan demikian maka akan menaikkan

nilai pribadi mereka sendiri.

Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang menekankan

aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil untuk

mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan berbagai macam aktifitas

Page 88: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

75

belajar guna meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran

dan memecahkan masalah secara kolektif. Cooperative learning dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,

baik secara individu maupun kelompok. Selain itu, model ini juga dapat

membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat

bagi kehidupan di masyarakat.

Tidak semua belajar secara bersama (kelompok) bisa dianggap sebagai

cooperative learning. Sebuah pembelajaran kelompok bisa dianggap sebagai

cooperative learning jika memenuhi lima unsur yaitu saling ketergantungan

positif (positive interdependence), tanggungjawab perseorangan (individual

accountability), tatap muka (face to face interaction), komunikasi antar anggota

(group communication) dan evaluasi antar kelompok (group evaluation).

Model cooperative learning diwujudkan ke dalam beberapa metode

pembelajaran, diantaranya: metode mencari pasangan (make a match), debat aktif

(active debate), diskusi kelompok kecil (small group discussion) dan tukar

delegasi antar kelompok (jigsaw). Metode-metode ini dapat diterapkan dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islam yang

notabenenya sebagai landasan moral dalam kehidupan sehari-hari memang perlu

menerapkan model cooperative learning dalam proses pembelajarannya. Dengan

penerapan model pembelajaran ini yang menekankan prinsip kerjasama dengan

berbagai unsurnya, diharapkan dapat mengoptimalkan penguasaan siswa dalam

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu, proses internalisasi nilai-nilai

keagamaan diharapkan lebih kuat tertanam pada pribadi siswa, sehingga berbagai

tindak amoral yang tidak sesuai dengan ajaran agama dapat diminimalisir.

B. Saran-Saran

Dari analisa yang telah menghasilkan kesimpulan diatas maka

ijinkanlah penulis untuk memberikan saran-saran kepada pihak yang

berkepentingan, antara lain:

1. Kepala sekolah hendaknya selalu menghimbau kepada para pengajar untuk

menerapkan model cooperative learning sesuai dengan prosedur

penerapannya serta harus terpenuhi unsur-unsurnya karena jika

Page 89: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

76

cooperative learning diterapkan asal-asalan maka tercapainya tujuan

pembelajaran adalah sebuah kemustahilan.

2. Bagi guru PAI hendaknya ketika mengimplementasikan model

cooperative learning harus mempersiapkan dahulu segala sesuatunya, baik

dalam hal pemilihan materi ataupun metode pembelajaran yang akan

digunakan. Selain itu langkah-langkah penerapannya juga harus

disesuaikan dengan prosedurnya agar tujuan pembelajaran tercapai secara

maksimal. Pemantauan proses pembelajaran dan pengaturan transisi

kelompok di dalam kelas juga harus dilakukan agar kelas terhindar dari

“kekacauan”.

3. Siswa hendaknya mengerti dan paham tujuan penerapan model cooperative

learning dalam pembelajaran PAI demi mendukung terlaksananya

pembelajaran dengan baik dan tidak tumbuh perasaan “merugi” untuk

berbagi ilmu dengan sesama. Selain itu siswa juga harus mengikuti

langkah-langkah yang diterapkan dalam mengimplementasikan model

cooperative learning.

4. Seluruh warga SMA Negeri 12 Semarang hendaknya selalu berusaha untuk

menciptakan iklim sosial yang harmonis untuk mendukung terlaksananya

model cooperative learning di SMA Negeri 12 Semarang.

C. Penutup

Akhirnya tiada kata yang terucap selain rasa syukur kehadirat Allah

swt., karena hanya dengan petunjukNyalah skripsi tentang “Implementasi

Cooperative Learning dalam Pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 semarang”

ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini

masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif yang dapat

menunjang skripsi ini ke arah yang lebih baik. Akhirnya semoga skripsi ini

dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.

Page 90: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

77

DAFTAR PUSTAKA

‘Azi>z, S{a>lih} ‘Abdul dan ‘Abdul Azi>z ‘Abdul Maji>d, at-Tarbiyatu wa

T}uruqu at-Tadri>s, Juz. 1, Mesir: Da>rul Ma’a>rif, 1968.

Abdurrahman, Mulyana, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:

Kerjasama Pusat Perbukuan Depdikbud dengan PT Rineka Cipta, 2003,

Cet. 2.

Afiana, Yayuk, “Penerapan Metode Diskusi pada Pembelajaran PAI di SMU N

Jumantono Karangayar”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang, 2004, t.d.

Al-Hasyimi, as-Sayyid Ahmad, Mukhtar al-Ahadits an-Nabawiyyah, Indonesia:

Daar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, 1948.

Al-Ibrasi, Muhammad ‘At}iyah, Ru>h}u at-Tarbiyah wat-Ta’li>m, Arabiyah:

Da<r al-Ihya al-Kutub, 1950.

Atmadi, A dan Y. Setyaningsih, Tranformasi Pendidikan: Memasuki Millenium

Ketiga, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Special for Woman, Jakarta:

PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009.

__________________, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Al-Huda, 2005.

Page 91: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

78

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penilaian Pendidikan,

”Panduan Materi Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2004/2005 Pendidikan

Agama Islam SMA/MA/SMK−Kurikulum 1994”,

http://puspendik.com/ebtanas/ujian2005/PDF/PAMSMA94AgamaIslam.p

df.

Depdiknas RI, UU Sistem Pendidikan Nasional 2003, Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2003.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Depdikbud bekerja

sama dengan Rineka Cipta, 1999, Cet. 1.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2000, Cet.1.

Gunawan, Adi W., Genius Learning Strategy, Jakarta: Gramedia, 2003.

Gojwan, Asep, “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama”,

http://pk.sps.upi.edu/abstrakpk/abstrakpk04.html.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid 2, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.

Hayati, Sri, “Pendekatan Joyful Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan

Lingkungan Hidup”,

Page 92: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

79

http://www.pakguruonline.pendidikan.net/pendekatan%20joyful%20learni

ng.rtf.

Ifayati, Yuni, “Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pembelajaran

PAI di SMP Semesta Semarang”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, 2006, t.d.

Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Johnson, Roger T., and David W. Johnson, “Cooperative Learning”,

http://www.co-operation.org/pages/cl.html.

Khamidah, Nur, “Implementasi Azas Kooperatif dalam Pembelajaran PAI di

SMPN 1 Comal”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

2004, t.d.

Lie, Anita, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: PT Grasindo, 2004, Cet. 1.

Lindgreen, Henry Clay, Educational Psychology In The Classroom, New York:

John Wiley and Sons, Inc, 1960.

Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja

Rosadakarya, 2004.

Page 93: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

80

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi

Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006, Cet. 2.

Mangkoesapoetra, Arief Achmad, “Implementasi Model Cooperative Learning

dalam Pendidikan IPS di Tingkat Persekolahan”,

http://researchengines.com/.

Mardiana, Saidah, “Cooperative Learning: Memberdayakan Siswa”,

http://www.mbeproject.net/.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Mengenal Lebih Dekat Cooperative Learning”, http://assalam.or.id/.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002, Cet. 17.

______, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007,

Cet. 24.

Morgan, Clifford T., Introduction To Psychology, New York: McGraw-Hill,

1971.

Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Rosdakarya, 2002, Cet. 2.

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,

1996, Cet. 7.

Page 94: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

81

Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV. Misaka

Ealiza, 2003, Cet. 2.

Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, Semarang: Gunungjati

dan Yayasan Al-Qalam, 2002.

Nasution, S., Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. 1.

Paradigma Pendidikan Masa Depan: Kebersamaan Dalam Belajar Untuk

Menghilangkan Ketimpangan”, http://pakguruonline.pendidikan.net/.

Rahardjo. “Media Pendidikan”, dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM-

PAI di Sekolah: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar PAI, Yogyakarta:

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan

Pustaka Pelajar, 1998, Cet. 1.

Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2003.

Sahertian, Piet A., Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset, 1994,

Cet. 1.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Misbah Volume 3, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shofan, Moh., The Realistic Education: Menuju Masyarakat Utama, Yogyakarta:

IRCiSoD, 2007, Cet. 1.

Silberman, Melvin L., Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung:

Nusamedia dan Nuansa, 2004, Cet. 1.

Page 95: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

82

Solihatin, Etin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran

IPS, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, Cet. 1.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. 2.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Program

Pasca Sarjana UPI bekerjasama dengan Remaja Rosdakarya, 2005.

Supeno, Hadi, Potret Guru, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, Cet. 1.

Suprijono, Agus, Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009, Cet. 1.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Syukur, Fatah, Teknologi Pendidikan, Semarang: Rasail, 2004.

Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik

Kurikulum PBM, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, Cet. 7.

Tim Teaching, Model Strategi Pembelajaran Aktif, Disampaikan pada Pelatihan

TOT (Training of Teacher) bagi Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang

Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, Semarang: Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI

IAIN Walisongo, 2007.

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006.

Page 96: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

83

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,

Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset,

1995.

Walters, J. Donald, Education for Life, terj. Agnes Widyastuti, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2004, Cet. 1.

Wehmeier, Sally, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, New York: Oxford

University Press, 2000.

Woolfolk, Anita E., Educational Psychology, USA: Allyn & Bacon, 1995.

Yahya, Imam bin Syarofiddin an-Nawawiy, al-Arba’in an-Nawawiyah,

Semarang: Toha Putera, 676 H.

Zaini, Hisyam, dkk., Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Yogyakarta:

CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002.

Page 97: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

84

PEDOMAN WAWANCARA

No Hari/Tanggal Jam/Tempat Interviewee Materi

1. Kamis/22

Januari

2009&Rabu/

28 Januari 2009

08.15-09.00

WIB./SMA

Negeri 12

Semarang

Humas

(Suparmi)

a. Tinjauan historis SMA

Negeri 12 Semarang

Sejarah berdirinya

SMA Negeri 12

Semarang

Perkembangan SMA

Negeri 12

Semarang

Page 98: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

85

Tujuan didirikannya

SMA Negeri 12

Semarang

b. Visi dan misi

c. Struktur organisasi

d. Sarana dan prasarana

2. Senin/02

Februari 2009

08.15-08.50

WIB./SMA

Negeri 12

Semarang

Kepala Sekolah

(Drs. Nasikhun)

a. Visi dan misi

b. Sistem Pendidikan yang

dipakai

3. Senin/19

Januari 2009

08.10-09.00

WIB./SMA

Negeri 12

Semarang

Wakakur

(Dra. Agnes

SBU, M.Pd.)

a. Kurikulum pendidikan

Bidang studi secara

umum

Bidang studi PAI

b. Model-model

pembelajaran

c. Keadaan guru

d. Keadaan Karyawan

e. Keadaan siswa

4. Rabu/21,28

Januari2009&0

4,11,18

Februari 2009

08.00-10.00

WIB./SMA

Negeri 12

Semarang

Guru PAI

(Drs. Mahmudi)

a. Sistem pembelajaran

PAI meliputi:

kurikulum, tujuan,

materi, metode, media

dan evaluasi.

b. Implementasi

cooperative learning

dalam pembelajaran PAI

Pertimbangan

diterapkan

cooperative learning

Page 99: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

86

Tujuan diterapkan

cooperative learning

Persiapan sebelum

menerapkan

cooperative learning

Metode-metode

cooperative learning

yang diterapkan

Pelaksanaan

cooperative learning

dengan metode yang

diterapkan

Evaluasi cooperative

learning

Faktor pendukung

dan penghambat

Pengaruh

mengimplementasik

an cooperative

learning

5. Rabu/11

Februari 2009

10.00-10.30

WIB./SMA

Negeri 12

Semarang

Siswa

(Nurul Hidayati

dan Ilham

Wicaksono)

a. Pendapat tentang

cooperative learning

b. Aktivitas ketika

diterapkan cooperative

learning

c. Pengaruh cooperative

learning

Page 100: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

87

HASIL WAWANCARA

A. Humas

1. Bagaimana sejarah berdirinya SMA Negeri 12 Semarang dan bagaimana

perkembangannya?

SMA Negeri 12 Semarang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor :

37156/A2.I.2/KP. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1985 yang terletak di

Jalan Raya Gunungpati – Semarang. Pada awalnya sekolah ini bergabung

dengan SLTP 22 Semarang. Satu tahun kemudian SMA Negeri 12

Page 101: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

88

Semarang sudah bisa mendirikan gedung sendiri meskipun baru tiga kelas

yang dicapai.

SMA Negeri 12 Semarang telah mengalami perkembangan yang cukup

pesat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Semakin bertambahnya

siswa dan semangat anak untuk belajar semakin tinggi maka saat ini

bangunan gedung SMA Negeri 12 Semarang juga semakin banyak

mencapai 21 ruang kelas dan beberapa gedung lainnya. SMA Negeri 12

Semarang membuka 3 jurusan, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Bahasa. Dengan demikian diharapkan sekolah

mampu mengembangkan kemampuan sesuai bakat dan minat dari siswa

didiknya.

2. Apa tujuan didirikannya SMA Negeri 12 Semarang?

Tujuan dari SMA Negeri 12 Semarang untuk mencetak out put generasi

muda yang berkreasi dan berprestasi di bidang akademik

3. Apa visi dan misi SMA Negeri 12 Semarang?

a. Visi SMA Negeri 12 Semarang: berprestasi dan berakhlak mulia

b. Misi SMA Negeri 12 Semarang:

1). Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

2). Membentuk budi pekerti luhur dan berakhlak mulia serta

lingkungan yang kondusif dalam upaya meningkatkan mutu

pembelajaran dan hasil belajar.

3). Mengembangkan sikap kerjasama, kekeluargaan dan komitmen

seluruh warga sekolah terhadsap tugas dan fungsinya.

4). Menunmbuhkembangkan semangat berprestasi dalam bidang

akademik dan non akademik.

5) Menerapkan manajemen berprestasi dengan warga sekolah, komite,

dan stakeholder dalam upaya meningkatkan mutu dn pelayanan

pendidikan.

Page 102: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

89

6). Mengembangkan sistem informasi manajemen berbasis komputer

(Computer Based Information System) sebagai sarana pendukung

pendidikan di era global.

7). Mewujudkan peningkatan sarana prasarana sekolah menuju standar

nasional pendidikan.

4. Bagaimana struktur organisasi SMA Negeri 12 Semarang?

Terlampir (Lampiran 1)

5. Sarana dan prasarana apa saja yang disediakan SMA Negeri 12 Semarang

untuk menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar?

1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang

bimbingan konseling, 1 ruang perpustakaan, 21 ruang kelas, 2 ruang

laboratorium, 1 ruang OSIS, 1 ruang mushola, 1 ruang koperasi siswa, 3

ruang kamar kecil guru, 11 ruang kamar kecil siswa, 1 ruang keterampilan,

1 ruang computer, 1 ruang dapur, 3 ruang gudang, 2 ruang tempat parkir, 2

ruang kantin, 2 ruang hall depan dan hall TU, 1 ruang ganti dan 2 ruang

lapangan olahraga.

B. Kepala Sekolah

1. Apa visi dan misi SMA Negeri 12 Semarang?

a. Visi SMA Negeri 12 Semarang: berprestasi dan berakhlak mulia

b. Misi SMA Negeri 12 Semarang:

1). Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

2). Membentuk budi pekerti luhur dan berakhlak mulia serta

lingkungan yang kondusif dalam upaya meningkatkan mutu

pembelajaran dan hasil belajar.

3). Mengembangkan sikap kerjasama, kekeluargaan dan komitmen

seluruh warga sekolah terhadsap tugas dan fungsinya.

4). Menunmbuhkembangkan semangat berprestasi dalam bidang

akademik dan non akademik.

Page 103: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

90

5) Menerapkan manajemen berprestasi dengan warga sekolah, komite,

dan stakeholder dalam upaya meningkatkan mutu dn pelayanan

pendidikan.

6). Mengembangkan sistem informasi manajemen berbasis komputer

(Computer Based Information System) sebagai sarana pendukung

pendidikan di era global.

7). Mewujudkan peningkatan sarana prasarana sekolah menuju standar

nasional pendidikan.

2. Bagaimana sistem pendidikan yang dipakai SMA Negeri 12 Semarang?

Sistem pendidikan SMA Negeri 12 Semarang mengacu pada Departemen

Pendidikan Nasional (Depdknas) dengan menggunakan kurikulum KTSP.

C. Wakakur

1. Bagaimana kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 12 Semarang dan

apakah pada bidang studi PAI juga diterapkan kurikulum tersebut?

kurikulum SMA Negeri 12 Semarang menggunakan kurikulum KTSP,

begitu juga dengan bidang studi PAI.

2. Model-model pembelajaran apa saja yang diterapkan dalam proses belajar

mengajar?

a. Model pembelajaran tradisional: ceramah dan tanya jawab

b. Model pembelajaran modern: metode mencari pasangan (make a

match), debat aktif (active debate), diskusi kelompok kecil (small

group discussion), tukar delegasi antar kelompok (jigsaw) dan dua

tinggal dua tamu (two stay two stray)

3. Bagaimana keadaan guru di SMA Negeri 12 Semarang?

Guru di SMA Negeri 12 Semarang bejumlah 62 orang dengan latar

belakng pendidikan, agama dan daerah yang bervariasi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.

4. Bagaimana keadaan karyawan di SMA Negeri 12 Semarang?

SMA Negeri 12 Semarang dibantu 19 karyawan untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan sekolah. Karyawan ini terdiri dari 8 pegawai tetap

Page 104: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

91

dan 11 pegawai tidak tetap. Mereka juga berasal dari latar belakang

pendidikan yang berbeda. Hal ini bisa dilihat pada lampiran 3.

5. Bagaimana keadaan siswa di SMA Negeri 12 Semarang?

Siswa pada tahun ajaran 2008/2009 berjumlah 809 siswa yang terdiri dari

342 siswa laki-laki dan 467 siswa perempuan. Kelas X berjumlah 279

siswa, kelas XI berjumlah 256 siswa dan kelas XII berjumlah 274 siswa.

Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 4.

D. Guru PAI

Sistem pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

1. Kurikulum apa yang diterapkan dalam pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang?

Kurikulum pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang

menggunakan Kurikulum KTSP.

2. Apa tujuan pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang?

Tujuan pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang yaitu untuk

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt melalui

pemberian dan pemupukan pengetahuan, pemahaman, penghayatan,

pengamalan peserta didik tentang agama Islam Sedangkan tujuan

khususya yaitu untuk membentuk budi pekerti yang luhur dan

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

3. Materi apa saja yang diajarkan dalam pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang?

Materi PAI di SMA Negeri 12 Semarang meliputi al-Qur’an dan

Hadits, keimanan, akhlak, fiqih dan sejarah kebudayaan Islam. Desain

materi ini diarahkan sesuai ketiga aspek inti pokok ajaran agama Islam

yang meliputi aqidah (keimanan), syari’ah (keislaman) dan ihsan

(akhlak).

4. Metode apa saja yang diterapkan dalam pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang?

Page 105: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

92

a. Metode konvensional yang terdiri dari metode ceramah dan tanya

jawab.

b. Metode modern terdiri dari metode mencari pasangan (make a

match), debat aktif (active debate), diskusi kelompok kecil (small

group discussion), tukar delegasi antar kelompok (jigsaw) dan dua

tinggal dua tamu (two stay two stray)

5. Media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang?

Media tersebut diantaranya OHP, televisi, radio, tape, komputer,

internet, buku referensi, koran dan majalah.

6. Bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang?

Evaluasi pembelajaran PAI di SMA Negeri 12 Semarang diwujudkan

dalam bentuk tes tertulis dan non tertulis.

Implementasi cooperative learning dalam pembelajaran PAI di SMA

Negeri 12 Semarang

1. Pertimbangan apa yang digunakan dalam mengimplementasikan

cooperative learning dalam pembelajaran PAI?

Pertimbangan yang digunakan diantaranya masalah kurikulum,

efisiensi waktu dan manfaat atau hasil dari cooperative learning itu

sendiri.

2. Apa tujuan mengimplementasikan cooperative learning dalam

pembelajaran PAI?

a. Agar siswa tidak merasa jenuh dengan model-model pembelajaran

yang diterapkan

b. Agar prestasi siswa khususnya mata pelajaran PAI meningkat, baik

dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.

c. Menumbuhkan sikap kerjasama, demokrasi, saling menghargai,

toleransi, memberi dan menerima dan terampil berinteraksi sosial.

3. Hal apa saja yang dipersiapkan sebelum mengimplementasikan

cooperative learning dalam pembelajaran PAI?

Page 106: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

93

Rencana pembelajaran, materi, sarana dan prasarana yang akan

digunakan.

4. Metode cooperative learning apa saja yang diterapkan dalam

pembelajaran PAI?

a. Metode konvensional yang terdiri dari metode ceramah dan tanya

jawab.

b. Metode modern terdiri dari metode mencari pasangan (make a

match), debat aktif (active debate), diskusi kelompok kecil (small

group discussion) dan tukar delegasi antar kelompok (jigsaw).

5. Materi apa saja yang sesuai dengan masing-masing metode tersebut?

Semua materi PAI yang meliputi al-Qur’an dan Hadits, keimanan,

akhlak, fiqih dan sejarah kebudayaan Islam.

6. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan masing-masing metode

tersebut?

a. Metode mencari pasangan (make a match):

- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep

- Setiap siswa diberi satu buah kartu.

- Setiap siswa mencari pasangan sesuai dengan kartu yang sama.

- Guru memberi pertanyaan seputar materi yang tertulis di kartu

- Siswa pemegang kartu yang cocok mendiskusikan materi yang

didapat, kemudian jubir mempresentasikan,

- Kelompok lain memberi tanggapan.

- Guru memberi klarifikasi, kesimpulan dan tindak lanjut.

b. Debat aktif (active debate)

- Guru memberi pertanyaan kontroversial dalam suatu topik yang

relevan dengan SK/KD/Indikator

- Guru membagi kelas menjadi dua tim, yakni kelompok pro dan

kelompok kontra.

- Guru meminta setiap kelompok untuk menunjuk wakil mereka,

dua atau tiga orang sebagai juru bicara dengan posisi duduk

atau berdiri saling berhadapan.

Page 107: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

94

- Masing-masing juru bicara mengawali debat dengan

mengemukakan pendapatnya secara bergantian.

- Juru bicara kembali ke kelompoknya masing-masing untuk

meminta pendapat dan mengatur strategi untuk membuat

bantahan pada kelompok lainnya.

- Karena sudah merasa cukup, maka akhirnya guru

menghentikan debat pada saat puncaknya.

- Masing-masing kelompok menulis kesimpulan.

c. Diskusi kelompok kecil (small group discussion)

- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dengan

menunjuk ketua dan sekretaris.

- Guru memberi soal studi kasus sesuai dengan SK/KD.

- Masing-masing kelompok mendiskusikan jawaban soal tersebut

(setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif di dalamnya).

- Masing-masing kelompok menunjuk juru bicara (jubir).

- Jubir mempresentasikan hasil diskusi.

- Kelompok lain memberi tanggapan.

- Guru memberi klarifikasi, kesimpulan dan tindak lanjut.

d. Tukar delegasi antar kelompok (jigsaw)

- Guru memilih materi yang dibagi menjadi 5 segmen.

- Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (ada yang 7 siswa

dan 6 siswa).

- Setiap anggota kelompok bertugas membaca dan memahami

materi.

- Setiap kelompok mendiskusikan materi.

- Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain

untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di

kelompok, kemudian apa yang didapat pada kelompok lain

siswa menyampaikan pada kelompok masing-masing.

Page 108: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

95

- Guru mengembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian

siswa menanyakan persoalan yang tidak terpecahkan dalam

kelompok.

- Guru memberi klarifikasi, kesimpulan dan tindak lanjut.

7. Bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran PAI dengan

menggunakan metode-metode tersebut?

Penilaian yang dilakukan dengan cara kuis, penilaian proses, penilaian

performance, tes, tertulis dan portofolio.

8. Hal apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat ketika

mengimplementasikan cooperative learning dalam pembelajaran PAI?

a. Pendukung: profesionalitas dan kreatifitas guru, antusiasme dan

rasa ingin tahu yang tinggi dari para siswa, empati pimpinan

sekolah terhadap pelaksanaan program, partisipasi orang tua murid,

Iklim sosial yang harmonis dan sarana prasarana yang cukup

memadai.

b. Penghambat: latar belakang siswa yang berbeda dan dan persiapan

guru yang kurang matang.

9. Bagaimana pengaruh yang dihasilkan dari pelaksanaan masing-masing

metode cooperative learning yang diterapkan dalam pembelajaran

PAI?

Pengaruh yang dihasilkan dari pelaksanaan metode cooperative

learning adalah pengaruh positif, yaitu: meningkatkan prestasi

belajar baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik;

menumbuhkan sikap kerjasama, demokrasi, saling menghargai dan

terampil berinteraksi sosial; meningkatkan sikap anak yang positif terhadap

sekolah dan guru; meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

E. Siswa

1. Apa yang Anda ketahui tentang model pembelajaran cooperative

learning?

Page 109: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

96

Model pembelajaran cooperative learning yaitu model pembelajaran yang

menekankan pada kerjasama antar siswa dengan menggunakan berbagai

aktivitas belajar dan memperhatikan unsur-unsur yang ada.

2. Bagaimana aktivitas Anda dalam kelompok ketika guru memberi tugas

pada masing-masing kelompok?

Aktivitas saya dalam kelompok memahami materi yang diberikan guru

kemudian mendiskusikannya bersama kelompok.

3. Apa pengaruh bagi Anda ketika guru menerapkan model cooperative

learning dalam pembelajaran PAI?

- Meningkatkan prestasi belajar

- Meningkatkan retensi tentang materi yang diajarkan

- Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif

- Menumbuhkan sikap kerjasama, tolong-menolong dan gotog royong

- Menumbuhkan keterampilan berinteraksi sosial

Page 110: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

97

PEDOMAN OBSERVASI

No Hari/Tanggal Jam/Tempat Hal yang diobservasi Tidak Ya Hasil

1.

2.

3.

Selasa / 20

Januari 2009

Rabu / 21

Januari 2009

Rabu/21

Januari 2009

08.00 WIB./SMA

Negeri 12 Semarang

08.20 WIB./SMA

Negeri 12 Semarang

08.40 WIB./SMA

Negeri 12 Semarang

a. Letak geografis SMA

Negeri 12 Semarang

b. Sistem pembelajaran

PAI di SMA Negeri

12 Semarang

c. Implementasi

cooperative learning

dalam pembelajaran

PAI di SMA Negeri

12 Semarang

v

v

v

Sebelah Utara dibatasi sawah,

sebelah Timur dibatasi sawah,

sebelah Selatan dibatasi jalan raya dan sebelah Barat

dibatasi SD Negeri 1 Plalangan.

Sistem pembelajaran dilakukan di dalam kelas dan di

luar kelas dengan menggunakan model-model

pembelajaran tradisional dan modern. Kurikulum yang

digunakan adalah KTSP.

Implementasi cooperative learning dalam pembelajaran

PAI diwujudkan dalam 4 metode, yaitu: mencari

pasangan (make a match), debat aktif (active debate),

diskusi kelompok kecil (small group discussion) dan

tukar delegasi antar kelompok (jigsaw)

Page 111: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

98

4.

5.

Rabu/28

Januari 2009

Rabu/04

Februari 2009

08.30 WIB./SMA

Negeri 12 Semarang

08.30 WIB./SMA

Negeri 12 Semarang

08.30 WIB./SMA

Negeri 12 Semarang

d. Implementasi

cooperative learning

dengan metode

mencari pasangan

(make a match)

dalam pembelajaran

PAI di SMA Negeri

12 Semarang

e. Implementasi

cooperative learning

dengan metode debat

aktif (active debate)

dalam pembelajaran

PAI di SMA Negeri

12 Semarang

f. Implementasi

cooperative learning

v

v

v

Implementasi cooperative learning dengan metode

mencari pasangan (make a match) dalam pembelajaran

PAI sudah sesuai teori, namun ketika guru memberi

pertanyaan seputar materi yang tertulis di kartu,

sebaiknya guru memperluas pertanyaan yang ada,

sehingga siswa juga bisa mengembangkan

pemikirannya tentang pengetahuan yang ada dalam

materi yang telah disajikan.

Implementasi cooperative learning dengan metode debat

aktif (active debate) dalam pembelajaran PAI sudah

sesuai teori, namun ketika guru menghentikan debat

sebaiknya guru menyisakan waktu sebagai follow up dari

kasus yang diperdebatkan.

Implementasi cooperative learning dengan metode

diskusi kelompok kecil (small group discussion) dalam

Page 112: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

99

6.

7.

Rabu/11

Februari 2009

Rabu/18

Februari 2009

08.30 WIB./SMA

Negeri 12 Semarang

dengan metode

diskusi kelompok

kecil (small group

discussion) dalam

pembelajaran PAI di

SMA Negeri 12

Semarang

g. Implementasi

cooperative learning

dengan metode tukar

delegasi antar

kelompok (jigsaw)

dalam pembelajaran

PAI di SMA Negeri

12 Semarang

v

pembelajaran PAI sudah sesuai teori, namun ketika guru

membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil guru

tidak menunjuk ketua dan sekretaris, sebaiknya

kesempatan ini diberikan kepada siswa.

Implementasi cooperative learning dengan metode tukar

delegasi antar kelompok (jigsaw) dalam pembelajaran

PAI sudah sesuai teori, namun pada saat kelompok

mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di

kelompok, muncul ketidakpuasan diantara beberapa

siswa, karena pada saat itu ada beberapa siswa yang tidak

menguasai materi yang diberikan. Hal ini sebaiknya tidak

dilakukan, semua siswa harus memahami dan menguasai

materi yang diberikan.

Page 113: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

100

8. Rabu/18

Februari 2009

10.00 WIB./SMA

Negeri 12 Semarang

h. Evaluasi cooperative

learning dalam

pembelajaran PAI di

SMA Negeri 12

Semarang

v Evaluasi cooperative learning dalam pembelajaran PAI

sudah memenuhi standar evaluasi model cooperative

learning, karena guru telah menerapkan sistem penilaian

cooperative learning sesuai standar yang ada. Nilai

kelompok diolah sedemikian rupa sehingga nantinya dari

hasil kelompok tersebut berpengaruh pada nilai individu,

dan begitu juga sebaliknya.

Page 114: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

101

PEDOMAN DOKUMENTASI

No. Hari/Tanggal Jam/Tempat Hal yang diambil

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kamis/22 Januari 2009

Kamis/22 Januari 2009

Senin/02 Februari 2009

Senin/19 Januari 2009

Rabu/28 Januari 2009

Rabu/21,28

Januari2009&04,11,18

Februari 2009

08.15 WIB./SMA Negeri 12 Semarang

08.40 WIB./SMA Negeri 12 Semarang

08.15 WIB./SMA Negeri 12 Semarang

08.10 WIB./SMA Negeri 12 Semarang

08.15 WIB./SMA Negeri 12 Semarang

08.00-10.00 WIB./SMA Negeri 12

Semarang

a. Tinjauan historis SMA Negeri 12 Semarang

b. Struktur organisasi SMA Negeri 12 Semarang

c. Visi dan misi SMA Negeri 12 Semarang

d. Keadaan guru, karyawan dan siswa SMA Negeri 12

Semarang

e. Sarana dan prasarana SMA Negeri 12 Semarang

f. Proses belajar mengajar PAI dengan menggunakan

cooperative learning

Page 115: IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/102/jtptiain-gdl... · sikap saling memberi dan menerima, saling menghargai ... Teman-teman

115

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI

1. Nama Lengkap : Lailatun Nazilah

2. Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 20 April 1987

3. Alamat Rumah : Jl. Pongangan 01 Rt 02 Rw 01 Gunungpati

Semarang 50224

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pendidikan Formal

a. RA Miftahul Hidayah Pongangan Lulus Tahun 1992

b. MI Miftahul Hidayah Pongangan Lulus Tahun 1998

c. MTs Al-Islam Gunungpati Semarang Lulus Tahun 2001

d. MAN 2 Semarang Lulus Tahun 2004

e. IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah Semarang Angkatan Tahun 2004

2. Pendidikan Non Formal

- Pon-pes Al-Itqon Tlogosari Semarang Lulus Tahun 2004

Semarang, Juni 2011 Penulis Lailatun Nazilah NIM. 3104016