Implementasi Akrual Basis Pada Aset Barang Milik Negara

6
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN Diajukan: Manro Manrie Sipayung 144060006301 Kelas 8A STAR - BPKP, No. Absen 18 Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Seminar Manajemen Kekayaan Negara Prodip IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi STAR BPKP Semester VIII Tahun Ajaran 2015

description

Topik akrual basis pada BMN dari sudut pandang penyusutan

Transcript of Implementasi Akrual Basis Pada Aset Barang Milik Negara

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG SELATAN

    Diajukan:

    Manro Manrie Sipayung

    144060006301

    Kelas 8A STAR - BPKP, No. Absen 18

    Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester

    Mata Kuliah Seminar Manajemen Kekayaan Negara

    Prodip IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi STAR BPKP Semester VIII

    Tahun Ajaran 2015

  • Implementasi Akrual Basis Pada Aset Barang Milik Negara

    Implementation of Accrual Basis On State Property Assets

    Manro Manrie Sipayung

    STAN, Bintaro Jaya Sektor V, Tangerang Selatan, Indonesia,

    [email protected]

    Abstrak

    Penerapan Sistem Akuntansi Berbasis Akrual mulai diwacanakan semenjak

    tahun 2008. Namun dalam perjalanannya mengalami banyak kendala, hingga

    pada tahun 2010 diterbitkan PP 70 Tahun 2010 yang memberikan waktu 5 tahun

    untuk membenahi dan mempersiapkan diri menyongsong sistem akuntansi

    berbasis akrual. Penulis menggunakan metode studi pustaka dari berbagai

    peraturan, literatur, perundang-undangan dan sumber-sumber yang lain.

    Simpulan yang ditemukan bahwa perubahan basis akrual terhadap aset

    pemerintah perlu dilakukan penganggaran dan penyusutan dengan seksama

    untuk menyajikan nilai yang sesungguhnya dari aktiva tetap.

    Kata Kunci: sistem akuntansi, basis akrual, aset pemerintah.

    Pendahuluan

    Pengelolaan Keuangan Negara secara eksplisit dinyatakan pada Undang-

    Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mewajibkan

    Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan

    atas Kementerian/Instansi/Badan/Lembaga yang dipimpinnya. Hal ini didukung

    dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

    menyatakan bahwa Laporan Keuangan disusun dengan basis akrual hingga

    diterbitkannya Buletin Teknis yang berbasis akrual. Pada dasarnya pemerintah

    menyusun Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dengan tujuan

    untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan mulai dari

    penganggaran, pencatatan, hingga pada penyampaian laporan keuangan. Selain

    itu, transparansi atas pelaksanaan anggaran dan akuntabilitas laporan keuangan

    menjadi harapan besar bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan

    melihat tolak ukur opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

    atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) pada beberapa tahun ini.

  • Pemerintah telah berupaya untuk menindaklanjuti temuan aset tersebut. Aset

    merupakan salah satu akun neraca yang nilainya sangat material dalam

    penyajian laporan keuangan. Oleh sebab itu, sudah saatnya pemerintah

    menyajikan kewajaran nilai aset dengan sesungguhnya berdasarkan ketentuan

    dan peraturan yang akrual. Mulai dari tahun pembuatan neraca awal sampai

    dengan tahun 2012, aset yang disajikan dalam neraca pemerintah pusat

    merupakan penyajian berdasarkan nilai historis. Penyusutan Laporan Keuangan

    Pemerintah Pusat (LKPP) baru pertama sekali dilakukan pada tahun 2013.

    Analisis dan Pembahasan

    Penyusutan pada aset tetap pemerintah menurut Sistem Akuntansi

    Pemerintah Berbasis Akrual (Lampiran I PP 71/2010) bersifat mandatori (wajib).

    Hal tersebut tertuang dalam PMK No. 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan

    Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat,

    sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini dilaksanakan mulai Tahun

    Anggaran 2013. Penyusutan itu penting karena definisi keuangan pemerintahan

    termasuk hampir uang, piutang, aset tetap dan persediaan, maka penggunaan

    uang dalam bentuk penyusutan AT perlu dilaporkan1 setara penggunaan uang

    tunai. Selain isu penyusutan, penganggaran yang selama ini dijalankan oleh

    pemerintah adalah sistem pengangaran yang berbasis kas. Namun, sesuai

    dengan target yang sudah ditetapkan pemerintah berdasarkan PP 71 Tahun

    2010, maka pada tahun 2015 ini sudah selayaknya pemerintah menerapkan

    sistem penganggaran yang akrual. Perubahan sistem pencatatan transaksi

    keuangan menjadi Akrual Basis berpengaruh dalam pencatatan transaksi Barang

    Milik Negara (BMN). Berikut ini penjabaran yang diperoleh terkait dengan

    pencatatan dalam sistem penganggaran yang berbasis akrual terhadap Aset

    BMN :

    1. Pengadaan Aset (Assets Acquisition)

    Dalam sistem penganggaran akrual basis, perolehan aset dilakukan

    dengan menunjukkan informasi apakah aset tersebut diperoleh secara tunai

    1 Mengambil gagasan amandemen Traesury Regulations, Victoria 1988, James Guthrie,

    Lee Parker, David Shand; The Public Sector; Contemporary Readings in Accounting and Auditing, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, 1990; hal 231.

  • atau secara kredit. (Commonwealth of Australia, 1996). Nilai bersih dari aset

    diakui dengan cara mengurangi depresiasi aset pada tahun berjalan dari nilai

    historis (nilai perolehan) aset tersebut.

    2. Pengunaan Aset (Assets Usage)

    Pengakuan nilai depresiasi atas penggunaan aset selama tahun berjalan

    harus diakui dengan membuat mata anggaran untuk nilai yang terdepresiasi.

    Nilai depresiasi dianggarkan dengan membagi estimasi sumber daya yang

    digunakan untuk memperoleh aset tersebut berdasarkan umur manfaat aset

    yang sesuai dengan peraturan pemerintah.

    3. Pelepasan Aset (Disposal of Assets)

    Pada tahap akhir penggunaan Aset Barang Milik Pemerintah (BMN) ialah

    pada saat aset tersebut sudah usang atau tidak digunakan lagi. Harga jual

    aset akan dinyatakan sebagai kas. Surplus dan defisit di dapat dari selisih

    antara harga jual dan niai buku yang tercatat (harga beli dikurangi dengan

    nilai depresiasi).

    Terkait dengan isu penyusutan, yang kerap menjadi masalah dalam akuntansi

    penyusutan suatu aset tetap pada umumnya adalah penentuan jenis aset yang

    disusutkan, jumlah yang dapat disusutkan, metode penyusutan yang ideal, dan

    penentuan umur manfaat suatu aset. Dengan menyadari permasalahan tersebut,

    dalam menyajikan nilai bersih aset harus dilakukan beberapa point berikut :

    1. Mengidentifikasi aset suatu aset tetap yang kapasitas dan manfaatnya

    menurun

    Untuk dapat melakukan penyusutan, langkah awal yang harus dilakukan

    adalah dengan melakukan identifikasi sifat dan karakteristik dari suatu

    aset. Aset tetap memiliki sifat kapasitas yang cenderung menurun dan

    aset yang sifatnya tidak menurun beserta manfaatnya. Aset yang

    kapasitas dan manfaatnya menurun adalah peralatan, mesin, gedung,

    dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan. Sedangkan aset yang tidak

    menurun kapasitas dan manfaatnya adalah adalah tanah dan konstruksi

    dalam pengerjaan. Aset tetap yang memiliki sifat dan karakteristik

    penurunan kapasitas harus disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya.

  • Dalam menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat, setiap instansi

    memiliki komitmen yang kuat untuk mengidentifikasikan ulang aset tetap

    berdasarkan karateristiknya untuk kemudian dilakukan penyusutan

    terhadap aset yang memiliki sifat dan karakter yang mengalami

    penurunan tersebut.

    2. Menetapkan nilai yang dapat disusutkan

    Nilai aset yang disusutkan adalah berdasarkan nilai historisnya. Nilai buku

    diperoleh dari nilai perolehan setelah dikurangi dengan nilai akumulasi

    penyusutan. Dalam hal ini, seluruh bukti-bukti perolehan yang dikeluarkan

    untuk memperoleh aset tersebut merupakan salah satu bukti yang valid

    untuk menetapkan nilai historis aset. Bendahara BMN pada setiap

    instansi pusat beserta staf pendukung membantu dalam menyiapkan

    semua dokumen berkaitan dengan perolehan aset tersebut.

    3. Menetapkan masa (umur) manfaat dari suatu aset tetap beserta

    kapasitasnya

    Masa manfaat suatu aset berbeda-beda, ada yang dapat diukur dengan

    indikator terkuantifikasi dan ada yang tidak. Masa manfaat akan

    bergantung dari karakteristik fisik atau teknologi, cara pemanfaatan, atau

    intensitas pemanfaatannya. Semua karakteristik diatas ditempuh untuk

    menetapkan suatu metode penyusutan.

    Ketiga prasayarat tersebut bersifat mutlak. Artinya, tanpa syarat pertama,

    maka kedua prasyarat berikutnya akan menjadi tidak relevan untuk

    melakukan penyusutan suatu aset tetap.

    Simpulan

    1. Berdasarkan pemaparan diatas, dalam penganggaran yang berbasis

    akrual yang perlu diperhatikan terkait dengan Aset BMN dimulai dari

    tahap pengadaan aset, penggunaan hingga pelepasan aset tersebut.

    2. Implementasi akrual basis mewajibkan pemerintah untuk melakukan

    penyusutan atas aset tetapnya dengan cara mengidentifikasi berdasarkan

    karakteristik kapasitas dan manfaatnya, kemudian menetapkan nilai

    penyusutan serta penetapan masa (umur) manfaatnya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Commonwealth of Australia. 1996. Accounting Framework of The

    Commonwealth: Current and Proposed.

    James, at all, Traesury Regulations. 1988. The Public Sector; Contemporary

    Readings in Accounting and Auditing

    Oktaviani, dkk. 2014 Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi : Overview

    Implementasi Accrual Based-Budgeting pada Entitas Pemerintah : Studi

    Literatur

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

    Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

    Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

    Pemerintah.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PKM.05/2013 tentang Sistem akuntansi

    dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PKM.6/2014 tentang Perubahan atas

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PKM.6/2013 tentang Penyusutan

    Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitias Pemerintah Pusat.

    Keputusan Menteri Keuangan Nomor 145/KM.6/2014 tentang Perubahan atas

    Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KM.6/2013 tentang Modul

    Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitias

    Pemerintah Pusat.

    Buletin Teknis Nomor 18 tentang Akuntansi Penyusutan Berbasis Akrual.