IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

100
IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG (MAULID BESAR DI CIKOANG) TERHADAP MASYARAKAT DI KELURAHAN MANONGKOKI KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : HABRIANI IMASWATI 10538330815 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2019

Transcript of IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

Page 1: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG (MAULID BESAR DI

CIKOANG) TERHADAP MASYARAKAT DI KELURAHAN MANONGKOKI

KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

HABRIANI IMASWATI

10538330815

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

2019

Page 2: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …
Page 3: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …
Page 4: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …
Page 5: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …
Page 6: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

vi

MOTTO

“KEGAGALAN, Tetapi Adalah Ketika Berhenti Dan

Menyerah Sebelum Merasakan KEBERHASILAN”

Kupersembahkan Skripsi Ini, Sebagai Wujud Cinta dan Baktiku

Serta Ungkapan Kasih Sayang Ku Kepada

“KEDUA ORANG TUA TERHEBAT KU”

Yang Senang Tiasa Meneteskan Keringatnya Untukku

Page 7: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

vii

ABSTRACT

Habriani Imaswati, 2019 Implementation of the Maudu Customary’ Lompoa ri Cikoang

(Large Maulid in Cikoang) to the Community in Manongkoki Village, Polongbangkeng

Utara District, Takalar Regency. Thesis. Departement of Sociology Education Faculty of

Teacher Training and Education Muhammadiyah University Makassar. With Supervisor I

Yumriani and as Supervisor II Ruliaty.

The main problem of this research is What is the Meaning of Maudu’ Lompoa ri

Cikoang according to Sayyid to the people of Sayyid and Cultural Impact related to the

traditional Maudu’ tradition’ Lompoa ri Cikoang to the Sayyid followers in Manongkoki

Village. The research aims to find out the meaning of Maudu’ Lompoa ri Cikoang

according to the Sayyids towards the followers of sayyid followers in Manongkoki

Village and to find out the Socio-Cultural Impact related to Maudu’ traditional Lompoa

ri Cikoang to the Sayyid followers in the Manongkoki Village.

This type of research is qualitative, using a descriptive approach. The technique

of determining informants was done by using purposive sampling technique of 9 people.

Data collection technique were carried out through observation, in-depth interviews and

documentation. The data analysi, namely thhe presentation of data in written form and

explaining what is in accordance with the data obtained from the reseach results.

The results of this study found that the implementation of the custom of Maudu’

Lompoa ri Cikoang to the followers in Manongkoki in the application of the meaning of

the meaning of Maudu’ Lompoa ri Cikoang implied that a special message to the

community was contained in 4 meanings, namely: Shari’a, Tarikat, Hakikat and Makrifat

and implied also the main message during the celebration, the most important in this

traditional tradition is a form of love for the people of Manongkoki to the Prophet

Muhammad. Social and Cultural views of the community related to the traditional

tradition of Maudu’Lompoa ri Cikoang towards the Sayyid Followers Community in

Manongkoki Village. The Manongkoki community as a follower of Sayyid, raises a

negative view for the general public, but for Sayyid Followers is an implementation of te

birthday celebration of the Prophet Muhammad. The linkage between social and cultural

relations with relagion is based on the willingness of the Manongkoki community as

followers of Sayyid to continue to remember the teachings of the Prophet Muhammad,

especially about love, brotherhood, social justice.

Keywords: Maudu’ Lompoa ri Cikoang, Society, Sayyid Followers.

Page 8: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

x

KATA PENGANTAR

Asaalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur penulis ucapkan kepasa Allah SWT. berkat Rahmat dan

Hidayah-Nya penulis dapat meneyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua

pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril

maupun materil. Karena penulis yakin tanpa banuan dan dukungan tersebut, sulit

rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disamping itu,

izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd.,

M.Pd., Ph.D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si dan

Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, S.Pd.,

M.Pd., Ph.D, beserta seluruh staffnya.

3. Ibu Dr. Yumriani, M.Pd., sebagai pembimbing I (satu) dan Ibu Dr. Hj.

Ruliaty, M.M., selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

x

4. Bapak Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis,

semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah

SWT. sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian

hari.

5. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis

haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua peulis

yang tercinta, Ayahanda Usman dan Ibunda Nurhayati serta kakak dan adik

penulis dengan segala pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan

atas jasa-jasa mereka. Do’a restu, nasihat dan petunjuk dari mereka yang

merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis

hingga saat ini.

6. Keluarga Besar Kantor Kelurahan Manongkoki Bapak Subair, S.Sos

Beserta para staffnya yang telah memberikan bantuan bagi penulis untuk

mendapatkan informasi mengenai data-data kemasyarakatan di Kelurahan

Manongkoki, yang mendukung penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Pusat, Perpustakaan

Fakultas dan Keguruan, atas segala kemudahan yang telah diberikan kepada

penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi

ini.

8. Kawan-kawanku Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi

khususnya kawan-kawan seperjuangan Kelas D yang selalu memberikan

support kepada penulis.

Page 10: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

x

9. Seseorang terdekat dan terkasih Ismail Rahmat, yang selalu mendukung

penyelesaian skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari

semua piihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini mendapatkan balasan pahala dari rahmatAllah SWT. Semoga apa yang

telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya

Rabbal a’lamin.

Unismuh Makassar, September 2019

Habriani Imaswati

Page 11: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..………………………………………........................ i

HALAMAN PENGESAHAN ..………………………………..…...…........ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..………………………..……..….….... iii

SURAT PERNYATAAN ..………………………………………................ iv

SURAT PERJANJIAN ..……………………………………….................... v

MOTTO DAN PEMBAHASAN ..…………………………………....….... vi

ABSTRAK ..…………………………………….......................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL………………………………………………........…..... xiv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………............................ xv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………...…...... 1

A. Latar Belakang ………………………………………………...…..... 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………........... 8

C. Tujuan Penelitian …………………………………............................ 8

D. Manfaat Penelitian ……………………………….…………............. 9

E. Defenisi Operasional ……………………………....……................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………….......... 14

A. Kajian Konsep ……………………………………………………... 14

B. Landasan Teori …………………………………………………….. 32

C. Kerangka Pikir …………………………………………………….. 36

D. Penelitian Relevan ……………….………………………………... 37

Page 12: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

xi

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………….......… 39

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ………………………………....... 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………........ 39

C. Fokus Penelitian …………………………………………………... 40

D. Informan Penelitian ……………………………………………….. 40

E. Jenis dan Sumber Data ………………………………………….… 40

F. Instrumen Penelitian …………………………………………….… 41

G. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………... 41

H. Teknik Analisis Data …………………………………………….... 42

BAB IV GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN ................ 44

A. Sejarah Lokasi Penelitian ………………………………………… ..44

B. Keadaan Geografis dan Demografi ………………………………... 44

C. Keadaan Penduduk ………………………………………………... 48

D. Keadaan Pendidikan ………………………………………………. 54

BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................. 56

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 56

B. Pembahasan ....................................................................................... 67

1. Arti Makna Maudu’Lompoa ri Cikoang sesuai Kaum Sayyid

terhadap Masyarakat Manongkoki …........................................... 72

2. Pandangan Sosial Budaya Maudu’Lompoa ri Cikoang

terhadap Masyarakat Manongkoki …………………………...... 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 81

A. Kesimpulan …………………………………………………….......81

Page 13: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

xi

B. Saran ……………………………………………………………… 82

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………….... 85

RIWAYAT HIDUP …………………………………………………...... 106

Page 14: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Tabel Halaman

Gambar

Gambar II.1 Skema Kerangka Pikir …………………….….. 36

Gambar IV.1 Peta Kelurahan Manongkoki ............................. 47

Page 15: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Nama Tabel Halaman

Tabel IV.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis

Kelamin di Kelurahan Manongkoki Kecamatan

Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

Tahun 2019 …………………………………………………… 46

Tabel IV.2 Distribusi Penduduk Hasil Berdasarkan Jumlah

Rumah Tangga di Kelurahan Manongkoki

Kecamatan Polongbangkeng Utara

Kabupaten Takalar Tahun 2019 ……………………………… 49

Tabel IV.3 Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan

Jenis Kelamin di Kelurahan Manongkoki

Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

Tahun 2019 …………………………………………………… 50

Tabel IV.4 Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Manaongkoki

Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

Tahun 2019 …………………………………………………… 52

Tabel IV.5 Keadaan Tingkat Pendidikan Masyarakat

Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng

Utara Kabupaten Takalar Tahun 2019 ……………………….. 55

Page 16: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia pada dasarnya adalah sebuah Negara yang dicirikan oleh

kemajemukan masyarakatnya yang terdiri dari sejumlah besar suku bangsa

yang masing-masing mendukung tradisi dan kebudayaan yang beraneka

ragam latar belakangnya, beraneka ragam ras, serta memeluk agama dan

kepercayaan yang berbeda.

Keberagaman budaya (culture diversity) adalah keniscayaan yang ada

di bumi Indonesia. Kebudayaan dari Bahasa Sangsekerta yaitu buddhayah

yang merupakan bentuk jamak “buddhi”yang berarti budi atau akal.

Sedangkan menurut bahasa asing kebudayaan adalah colore, artinya

mengolah atau megerjakan, yaitu tanah atau bertani. Jadi, kebudayaan

adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat dan lain-lain serta kebiasaan-kebiasaan yang

didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam konteks

pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok, suku

bangsa masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah

bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan

kelompok yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Menurut Koetnajaraningrat dalam Mattulada menyatakan bahwa,

kebudayaan adalah keseluruhan seluruh total dari apa yang pernah dihasilkan

Page 17: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

2

oleh makhluk manusia yang menguasai planet ini sejak zaman ia muncul di

muka bumi ini kira-kira empat juta tahun yang lalu. Adney memberikan

defenisi mengenai kebudayaan adalah suatu system terpadu dari

kepercayaan-kepercayaan (mengenai Allah, atau kenyataan atau makna

hakiki), dari nilai-nilai (mengenai apa yang benar, baik, indah, dan normatif).

Indonesia sendiri yang telah mengalami kemajuan pesat dalam

pembangunannya telah mengalami perubahan-perubahan nilai-nilai dalam

lingkungan kebudayaan etis, yang disebabkan oleh tata pergaulan modern

yang bersifat rasional. Secara sosial budaya, masyarakat Indonesia

mempunyai jalinan sejarah dinamika interkasi antara kebudayaan yang

dirangkai sejak dulu sampai sekarang. Hubungan antar manusia didalam

suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan tidak lepas dari

dirumuskannya norma-norma masyarakat untuk mengaturnya yang pada

mulanya norma-norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja, namun lama

kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar.

Setiap daerah mempunyai budaya atau tradisi dimana tradisi tersebut

telah menjadi ciri khas yang membedakan antara satu dengan yang lainnya,

dann merupakan warisan dari budaya leluhur mereka secara turun-temurun.

Upacara Adat tradisional yang menghasilkan seni merupakan bagian yang

integral dari kebudayaan masyarakat pendukungnya yang berfungsi sebagai

pengokoh norma-norma serta nilai-nilai budaya yang telah berlaku dalam

masyarakat secara turun temurun. Kerja sama dalam penyelenggaraan

upacara adat tradisional jelas dapat mengikat rasa solidaritas warga

Page 18: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

3

masyarakat yang merasa memiliki kepentingan bersama (Manyambeang,

1984: 3).

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi

kegenarasi. Kebudayaan merupakan suatu kearifan lokal suatu daerah dapat

terlihat jelas dari Provinsi Bali dan Kabupaten Tanah Toraja di Provinsi

Sulawesi Selatan, yang dikenal dengan julukan Land of the Heavenly Kings

memiliki keunikan yang mungkin tidak ditemukan ditempat lain di dunia dan

masih hidup hingga sekarang sebagai warisan nenek moyang orang Toraja,

sebagai unsur kebudayaan yang tampak dalam fenomena sosial sampai

sekarang sekalipun ada pengaruh dari Islam maupun Kristen, selain itu di

luar Sulawesi Selatan yakni daerah Bali pun juga memiliki keunikan

tersendiri. Dari kedua kebudayaan Indonesia tersebut terlihat bahwa

kebudayaan telah terbentuk sejak lama yang secara turun temurun dipercaya

dan diyakini walaupun ada pengaruh dari agama lain. Sedangkan dalam

mengembangkan potensi budaya adat Islam hanya sebagian kecil yang

muncul dipermukaan. Dari segi potensi sejarah kebudayaan islam,

peninggalan-peninggalannya pun tak kalah banyak dan Islam merupakan

Agama Mayoritas di Indonesia dan terbesar ketiga di dunia.

Kabupaten Takalar merupakan salah satu Kabupaten yang ada di

Sulawesi Selatan yang cukup kaya dengan unsur-unsur budaya seni dan

tradisi, dapat dilihat dalam segi budaya spiritual. Tradisi ini merupakan

sebuah tradisi dari masyarakat Desa Cikoang, yang letaknya di Desa

Page 19: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

4

Cikoang, Kecamatan, Mangngarabombang, Kabupaten Takalar, adat istiadat

mereka ini telah dikenal bukan hanya di masyarakat Lokal sendiri, akan

tetapi bahkan juga di mancanegara, ini merupakan sesuatu hal yang unik

sebab tiap tahunnya perayaan maudu’ Lompoa ini kerap didatangi oleh para

wisatawan atau turis-turis.

Desa Cikoang dihuni oleh penduduk asli suku Makassar dan kaum

Sayyid. Desa Cikoang memiliki sebuah sungai yang bermuara ke laut.

Masyarakat setempat meyebut sungai itu sesuai dengan nama desa tersebut,

yaitu Sungai Cikoang. Menurut sejarah, disinilah bermulanya pendaratan

Sayyid Djalaluddin bin Muhammad Al- Aidid sebagai seorang yang

diagungkan oleh masyarakat desa. Beliau adalah seorang ulama besar Aceh,

cucu Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam, keturunan Arab Selatan, dan

masih keturunan Nabi Muhammad SAW. yang ke-29. Hal ini merupakan

salah satu bukti penyebaran syiar agama Islam di Cikoang adalah dengan

Kehadiran tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang (Maulid Besar di

Cikoang), karena telah menyebarkan Agama Islam dan mengajarkan fungsi

dan makna Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Cikoang.

Kemudian upacara adat maulidini berkembang dan dilakukan oleh

seluruh umat Islam di dunia, termasuk masyarakat Islam di Sulawesi Selatan

pada khususnya masyarakat Cikoang dan masyarakat lainnya. Secara

substansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan

kepada Nabi Muhammad SAW bagi Sayyid dan pengikut sayyid serta bagi

Page 20: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

5

masyarakat Kabupaten Takalar tradisi adat maulid ini dikenal dengan sebutan

maudu’.

Selepas dengan makna kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW .

Perayaan maudu’ ini mengandung arti makna tentang falsafah hidup yang

erat hubungannya dengan kejadian alam semesta dan permulaan dan

penciptaan roh manusia atau lebih di kenal dengan konsep Nur Muhammad.

Konsep tersebut di uraikan oleh Sayyid Djalaluddin Al-Aidid yang

mengajarkan tentang tiga hal penting yang kemudian menjadi faktor utama

terwujudnya upacara adat Maudu’ Lompoa, yaitu Al-marifah, Al-imam, dan

Al-mahabbah. Dimana isi dari ketiga faktor tersebut Sayyid Djalaluddin

menekankan bahwa dalam memperingati kecintaan kepada Rasulullah bukan

hanya proses kelahirannya melainkan juga proses kejadiannya.

Sejalan dengan hal demikian bagi masyarakat Cikoang sebagai Kaum

Sayyid di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan perayaan maudu’ bukan

hanya sekedar peringatan tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW,

melainkan sebuah upacara adat maudu’ yang merupakan sebuah kebudayaan

adat yang bermaknakan atas budaya dan agama. Adanya perpaduan nilai

budaya dan nilai agama yang memiliki makna tertentu yang diyakini

memiliki keistimewaan khusus bagi si pelaku yang memperadakannya

terutama bagi Kaum Sayyid. Adanya makna tertuang rasa cinta, rasa senang

yang amat mendalam kepada Nabi Muhammad SAW bagi para Kaum

Sayyid tersebut, dengan palaksanaan perayaan adat maudu’Lompoa tersebut

Page 21: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

6

sehingga tercipta suatu gambaran rasa cinta dan rasa senang kepada Nabi

Muhammad SAW.

Sebenarnya tradisi adat Maulid Nabi Muhammad SAW juga

dilaksanakan oleh seluruh masyarakat di berbagai daerah di Sulawesi Selatan

seperti di Kabupaten Gowa, Kabupaten Jenepono dan Kabupaten Bantaeng,

namun ada perbedaan diantaranya. Dari ketiga Kabupaten tersebut

merupakan Kabupaten yang cukup berdekatan dengan Kabupaten Takalar.

Namun peneliti memfokuskan penelitiannya di Kabupaten Takalar karena

daerah tersebut merupakan Kabupaten penelliti bertempat tinggal dan juga

karena tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang dirayakan oleh

Masyarakat Manongkoki selaku Pengikut Sayyid ini belum pernah ada yang

mengangkatnya sehingga penelti sangat berkeinginan untuk mengungkap

tradsi adat tersebut.Masyarakat Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng

Utara Kabupaten Takalar yang merupakan Ana’Gurunna (pengikut Sayyid)

dari Anrong Gurunna (Sayyid) yang merupakan para tokoh pelaku atau

pemegang peranan penting dalam pelaksanaan perayaan hari Maudu’

Lompoari Cikoang atau Maulid Besar di Cikoang. Selain itu acara Maudu’

Lompoa di Desa Cikoang ini di jadikan sebagai ajang silaturahmi antara

masyarakat Kelurahan Manongkoki dengan masyarakat Desa Cikoang serta

masyarakat di berbagai daerah lainnya.

Masyarakat Manongkoki, Kecamatan Polongbangkeng Utara,

Kabupaten Takalar di daerah ini, sekitar 75% masyarakatnya dikenal sebagai

pengikut sayyid atau yang kerap disebut dengan istilah papinawang sayyid

Page 22: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

7

sedangkan Kaum Sayyid nya disebut dengan istilah Anrong gurunna (Petua

Adat/Kaum Sayyid). Kebudayaan yang sering dilaksanakan dengan kegiatan

Upacara tradisional adat perayaan hari maudu’ Lompoa atau maulid besar.

Masyarakat Manongkoki sebagai pengikut Sayyid yang berbondong-

bondong ikut serta turut meramaikan dan sebagai pemeran dalam ritual adat

Maudu’ Lompoa ri Cikoang, sebelum hari perayaan terjadi mereka tinggal

bersama beberapa hari sebelum pelaksanaan hari tersebut dirayakan.

Hasil penerapan adat maudu’Lompoa ri Cikoang terhadap masyarakat

Manongkoki menimbulkan rasa cinta keistimewaan tersendiri dalam

mengadakan dan melaksanan prosesi tahap demi tahap perayaan adat

Maudu’Lompoa tersebut. Dalam pemanfaatan sungaipun dapat menjadi salah

satu daya tarik Desa Cikoang. Sebab, perahu yang berisi bakul maulid berada

di tepi pinggir sungai Cikoang. Maudu’ Lompoa ri Cikoang ini memiliki

keunikan tersendiri yaitu terdapat pada puncak perayaan yakni diantaranya

dari baku siram air oleh para pengikut Sayyi dan kaum Sayyid, terdapat

sebuah tontonan gratis berupa pertunjukan aksi silat atau a’mancak (seni bela

diri), pertujukan musik tradisional yang mengiringi pengarak-arakan bakul

maulid, pengangkatan kapal perahu yang berisikan bakul maulid, serta sesi

A’rate’ (Zikir) atau pembacaan buku al-kitab tuntunan Kaum Sayyid

Cikoang disertai dengan bacaan surah ayat-ayat Al-Qur’an. Ini yang

merupakan sebuah rangkaian hal unik dari seluruh prosesi perayaan puncak

Maulid Nabi Muhammad SAW.

Page 23: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

8

Perayaan pelaksanaan adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang mempunyai

dampak yang cukup besar bagi kehidupan sosial budaya terhadap masyarakat

Manongkoki. Pengaruh yang di timbulkannya secara sosiologis, didalam

setiap sistem kemasyarakatan terjadi hubungan antar pribadi, maupun antar

pribadi dengan kelompok dan sebaliknya.

Hal ini yang mendasari peneliti untuk mengkaji tentang Maulid Besar

Cikoang di Desa Cikoang, Kecamatan Mangngarabombang, Kabupaten

Takalar dengan judul “Implementasi Adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang

(Maulid Besar di Cikoang) Terhadap Masyarakat di Kelurahan

Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka masalah

yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Arti Makna Maudu’ Lompoa ri Cikoang menurut Sayyid

terhadap masyarakat Pengikut Sayyid di Kelurahan Manongkoki ?

2. Bagaimanakah Pandangan masyarakat terkait Sosial Budaya tradisi adat

Maudu’ Lompoa ri Cikoang terhadap Masyarakat Pengikut Sayyid di

Kelurahan Manongkoki?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 24: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

9

1. Untuk mengetahui Arti makna Maudu’ Lompoa ri Cikoang menurut

Sayyid terhadap masyarakat Pengikut Sayyid di Kelurahan Manongkoki?

2. Untuk mengetahui Pandangan masyarakat terkait Sosial Budaya tradisi

adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang terhadap Masyarakat Pengikut Sayyid

Kelurahan Manongkoki ?

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kajian antar

budaya khususya mengenai memaknai makna nilai religious yang

terkandung dari adat budaya Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang berada di

Desa Cikoang terhadap masyarakat Kelurahan Manongkoki dan

merupakan salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Penelitian ini bukan hanya berguna bagi masyarakat Kelurahan

Manongkoki dan akan tetapi dapat berguna bagi masyarakat luas sehingga

dalam menerima dan memahami makna yang terkandung dalam perayaan

Maudu’ Lompoa ri Cikoang ini bukan hanya dari pesan yang tampak

namun juga pesan yang tersembunyi dari dalam tradisi adat tersebut.

b. Bagi Pemerintah

Page 25: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

10

Sebagai bahan untuk pemerintah dalam pemberdayaan budaya terkait

adat Maudu’ Lompoa ri cikoangdi Desa Cikoang Kabupaten Takalar.

c. Bagi Peneliti

Sebagai referensi yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan oleh

peneliti selanjutnya.

E. Defenisi Operasional

a. Kebudayaan

Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang diartikan sebagai hal-hal yang

berkaitan dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah

kultur yang berasal dari bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin cultura.

Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi

keutuhhan hidupya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan,

seni, susila, hukum adat serta setiap kecakapan dan kebiasaan.

b. Adat

Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai

kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim

dilakukan di suatu daerah.

c. Tradisional

Tradisi adalah suatukebiasaan yang merupakan sebuah warisan yang

turun temurun, sehinnga menjadi sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak

lama dan telah sudah menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok

Page 26: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

11

masyarakat, yang biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu atau agama

yang sama.

d. Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup bersama,

bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah memiliki

tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam

lingkungannya.

e. Maudu’ Lompoa

Maudu’ Lompoa merupakan acara peringatan kelahiran Nabi

Muhammad SAW atau dikenal dengan Maulid Nabi yang diadakan oleh para

masyarakat Cikoang dan masyarakt Kelurahan Manongkoki di Desa Cikoang,

Kab Takalar setiap tahunnya. Acara ini berbeda dengan acara maulid yang

pada umumnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Jika kebanyakan

peringatan Maulid Nabi diadakan di Masjid, maka lain halnya dengan

Maudu’ Lompoa yang diadakan di sekitar sungai. Atribut-atribut yang

digunakan pun beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada hiasan bunga, tapi

juga berbagai macam layar dengan beraneka warna yang dibentangkan diatas

perahu maulidnya (julung-julung).

f. Kaum Sayyid

Keturunan Kaum Sayyid adalah golongan keturunan al-Husain, cucu

Nabi Muhammad SAW, mereka bergelar Habib bagi anak laki-laki dan anak

perempuan bergelar Habibah. Golongan Kaum Sayyid adalah penduduk

Page 27: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

12

terbesar jumlahnya di Hadramaut . mereka membentuk kebangsawanan yang

beragama yang sangat dihormati. Secara moral mereka sangat berpengarh

pada penduduk yang tinggal disekitar kediamannya dan bahkan diluar

wilayah pedesaannya. Para Kaum Sayyid selalu mempertahankan kekuatan

hukum Islam. Bagi Kaum Sayyid, hukum dan agama Islam merupakan suatu

kesatuan, lemahnya hukum dikhawatirkan berakiibat hilangnya

penghormatan rakyat sebagai pengikut atau penganut Kaum Sayyid termasuk

masyarakat Kelurahan Manongkoki dan lunturnya kepercayaan rakyat

terhadap keturunan Nabi Muhamma SAW di Desa Cikoang.

g. Pengikut Sayyid

Pengikut Sayyid adalah sebagai Ana’Gurunna (Pengikut), yang

merupakan bukan keturunan dari golongan Kaum Sayyid, pengikut Sayyid ini

merupakan orang biasa yakni orang-orang yang bermukim secara

berkelompok. Jawi (pengikut Sayyid) merupakan pelaku atau pemegang

peran penting dalam pelaksanaan perayaan hari Maudu’ Lompoa atau Maulid

Besar di Cikoang. Pengikut yang taat, dalam arti hal ini mereka yang percaya

dan patuh terhadap ajaran Kaum Sayyid serta jawi (pengikut Sayyid)

merupakan sekelompok orang-orang yang taat mempercayai dan ikut

melestarikan adat.

h. Ritual

Ritual adalah berkenan dengan ritus (tata cara upacara keagamaan),

bersifat mistik dan mungkin sulit dipahami orang-orang diluar komunitas

tersebut. Namun ritual yang dimaksud dari penelitian inni merupakan

Page 28: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

13

kebiasaan masyarakat saat pelaksanaan sebelum dan sesudah ritual

Maudu’Lompoa.

Page 29: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Kebudayaan

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 149), disebutkan

bahwa: “budaya” adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang

“kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)

manusia, seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Ahli sosiologi

mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak,

kesenian, ilmu dll).

Ditinjau dari sudut Bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari

kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti

budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan : hal-hal yang

bersangkutan dengan akal. Ada sarjana yang mengupas kata budaya sebagai

suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi.

Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan.

Defenisi yang paling tua dapat diketahui dari E.B. Tylor yang

dikemukakan di dalam bukunya Primitive Culture (1871). Menurut Tylor,

kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan ,

kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan lain

(Ratna, 2005: 5).

Page 30: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

15

Soemardjan dan Soemardi (Soekanto, 2006) merumuskan,

kebudaayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya

masyarakat menghasilkan teknologi kebudayaan kebendaan atau kebudayaan

jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai

alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk

keperluan. Sedangkan Roucek dan Werren (Sukidin, 2005) mengatakan

bahwa kebudayaan bukan saja merupakan seni dalam hidup, tetapi juga

benda-benda yang terdapat di sekeliling manusia yang dibuat manusia.

Dengan demikian ia mendefinisikan kebudayaan sebagai cara hidup yang

dikembangkan oleh sebuah masyarakat yang memenuhi keperluan dasarnya

untuk dapat bertahan hidup, meneruskan keturunan dan mengatur

pengalaman sosialnya. Hal-hal tersebut adalah pengumpulan bahan-bahan

kebendaan, pola organisasi sosial, cara tingkah laku yang dipelajari, ilmu

pengetahuan, kepercayaan, dan kegiatan lain yang berkembang dalam

pergaulan manusia.

Wujud kebudayaan ada tiga macam, yaitu kebudayaan sebagai

kompleks ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan kebudayaan sebagai suatu

kompleks aktivitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat dan benda-

benda sebagai karya manusia (Koentjaraningrat, 2009: 83).

Kluckon dalam Kuswarno (2008: 9) mejelaskan bahwa pengelompokan

kebudayaan yang umumnya ada pada tiap masyarakat yang berbudaya, yang

dikenal dengan tujuh unsur-unsur kebudayaan, diantaranya : a) Bahasa: b)

Sistem pengetahuan: c) Sistem Peralatan hidup: d) Organisasi Sosial: e)

Page 31: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

16

Sistem Mata Pencaharian: f) Kesenian: g) Religi:Dapat disimpulkan bahwa

kebudayaan untuk secara umum adalah merupakan hasil cipta, rasa dan

karsa, manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang

mencakup tentang pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat istiadat

serta setiap kecakapan, dan kebiasaan.

2. Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang yang

berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat

berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan

berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia atau orang-orang

yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah masyarakat yang saling

berinteraksi. Suatu kesatuan manusia yang dapat mempunyai prasarana

dengan melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi.

Menurut Ralph Linton (Soekanto, 2006: 22) masyarakat merupakan

setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama,

sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka

sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan

jelas sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan (Soekanto, 2006: 22)

adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan

mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan,

tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.

Defenisi lain yang menyatakan masyarakat adalah sebagi kesatuan

hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu

Page 32: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

17

yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki ciri Interkasi

yang intens antar warga-warganya, Adat istiadat, Kontinuitas waktu, dan

rasa identitas kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009:

115-118).

Peter L. Berger menefenisikan masyarakat merupakan suatu

keseluruhan kelompok hubungan manusia yang sifatnya luas. Menurut

Koentjaraningrat dalam Adang (2003: 173) dalam tulisannya mengatakan

memberikan pengertian bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia atau

kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem dan adat

istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terkait dengan rasa identitas

bersama.

Dalam pengertian lain tentang masyarakat diartikan bahwa masyarakat

adalah sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta

berfikir tentang diri mereka sendiri serta sebagai suatu kelompok yang

berbeda Smith, Stanley dan Shores dalam Adang (2003: 173).

Sesuai dengan Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan

karena setiap anggota kelompok yang merasa dirinya terikat satu dengan

yang lainnya (Soekanto, 2006: 22). Dari beberapa defenisi diatas dapat

disimpulkan bahwa masyarakat yang memiliki arti keiikutsertaan atau

berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengansociety.

SehinggaBisa ditarik kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan

manusia yang saling berinteraksi di dalam suatu hubungan sosial mereka,

Page 33: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

18

yang mempunyai kesamaan budaya, wilayah tempat tinggal, kesamaan suku

dan identitas,mempunyai kebiasaan, tradisi, adat, sikap, dan perasaan

persatuan yang diikat oleh kesamaan.

3. Masyarakat Manongkoki Sebagai Pengikut Sayyid

Terlepas dari beberapa pemahaman mengenai arti kebudayaan dan

masyarakat menurut paham diatas, terkait adanya kebudayaan suatu

Masyarakat di Kabupaten Takalar. Masyarakat Manongkoki Kecamatan

Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar merupakan masyarakat yang

tinggal di daerah dataran rendah, seperti didesa-desa lainnya, penduduk desa

ini pun beraktivitas seperti biasa. Mata pencaharian masyarakat didesa ini

beragam diantaranya: petani, buruh, pengusaha meubel, wiraswasta, Pegawai

Negeri Sipil (PNS) dan sebagainya. Di daerah ini ada masyarakat yang

tergolong dalam pengelompokan Khalawatiyah, Muhammadiyah, penduduk

biasa, dan bahkan lebih kebanyakan yang terikat sebagai pengikut Sayyid di

Desa Cikoang.

Masyarakat Manongkoki yang di atas namakan sebagai Pengikut

Sayyid ini yang terkenal akan tradisi adat maulidnya yang diadakan di Desa

Cikoang. Masyarakat Manongkoki yang cukup berpegang teguh pada nilai-

nilai religious terdapat pada kebudayaannya, yang diperoleh dari ajaran

Kaum Sayyid. Dalam hal ini kebudayaan yang di kembangkannya dari turun

temurun sejak nenek moyang mereka hingga sampai saat ini dan masih di

jaganya. Kebudayaan yang dimaksudkan dalam hal ini berupa adat tradisi

Page 34: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

19

Maudu’ Lompoa ri Cikoang. Masyarakat Manongkoki sebagai Pengikut

Sayyid.

Pengikut Sayyid ini yang ikut mengembangkan dan mempertahankan

adat tradisi kebudayaan yang ada di Desa Cikoang yakni pada hari lahir Nabi

Muhammad SAW atau pada perayaan Maudu’ Lompoa atau Maulid Besar

yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal.Kemudian tradisi adat Maudu’

Lompoa ini berkembang dan dilakukan oleh seluruh umat Islam di dunia,

termasuk masyarakat Kelurahan Manongkoki pada umumnya dan pada

khususnya masyarakat Desa Cikoang.

4. Maudu’ Lompoa ri Cikoang

Maudu’ Lompoa secara bahasa adalah Maulid Besar. Artinya, Maudu’

Lompoa adalah prosesi peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW

yang diisi dengan berbagai kegiatan ritual. Tradisi ini ditunjukkan untuk

menanamkan rasa kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dan

keluarganya.

Kata “Maulid” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti “anak

kecil”, tempat, waktu beranak, lahir”. Kemudian “Maulid” berubah

ucapannya “Maudu’” dalam bahasa Makassar. Dalam perubahan ucapan ini

terjadi perubahan, perubahan-perubahan ini disesuaikan dengan ucapan-

ucapan yang berlaku dalam bahasa Makassar. Berdasarkan arti tersebut

diatas, maka nyata bahwa tradisi adat Maudu’ adalah sebuah tradisi adat

memperingati hari Kelahiran Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

Page 35: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

20

Menurut sejarah pada abad XI M, yaitu pada saat terjadinya perang

salib antara umat Islam dan umat Kristen, timbul gejala-gejala menurunnya

semangat umat Islam. Oleh Karena itu pemimpin umat Islam beusaha

mencari daya untuk membangkitkan kembali semangat umat Islam.

Disamping timbulnya gejala kemunduran semangat tersebut, terdapat pula

adanya gejala-gejala penambahan dalam agama, yang pada mulanya tidak

ada. Untuk memurnikan semangat Islam dan memurnikan kembali ajaran-

ajarn Nabi Muhammad SAW, maka timbullah ide dari Salahuddin Al-

Ayyubi untuk mengungkap kembalu peristiwa-peristiwa kelahiran dan

perjuangan serta semangat dari Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian

pada dasarnya, adat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah untuk

membangkitkan kembali semangat perjuangan umat Islam serta untuk

memurnikan ajaran-ajaran Islam yang mulai banyak tambahan-tambahannya

akibat persentuhan dengan kebudayaan-kebudayaan setempat.

(Manyambeang, 1984: 56-57).

Bagi masyarakat Desa Cikoang dan masyarakat Manongkoki perayaan

adat Maudu’ bukan hanya sekedar membangkitkan semangat umat Islam

dan memurnikan ajaran Islam melainkan lebih dari hal tersebut. Perayaan

maudu’ (maulid) secara besar-besaran (Maudu’Lompoa), adalah salah satu

manifestasi dari makrifat yang menjadi dasar dari segala keaktifan manusia,

termasuk pada Kaum Sayyid dan Pengikut Sayyid. Sebab Tradisi ini sebut

adat Maudu’ Lompoa atau Maulid Besar karena dirayakan secara besar-

besaran dan penuh kemeriahan. Pesertanya pun makin banyak dari tahun

Page 36: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

21

ketahun karena diikuti oleh seluruh warga masyarakat Cikoang yakni Kaum

Sayyid pada khususnya dan pada umumnya masyarakat Manongkoki atau

paraPengikut Sayyid, pesertanya bukan saja masyarakat yang berdiam di

dalam daerah melainkan banyak juga yang berasal dari luar Kabupaten

Takalar. Semua warga Kaum Sayyid yang berada di daerah lain seperti di

Jeneponto, Maros, Bantaeng, dan lainnya berusaha mengikuti upacara adat

tersebut. Karena dengan banyaknya tamu atau pengunjung lokal dan

mancanegara yang menyaksikan jalannya acara tardisi adat Maudu’ Lompoa

ini, serta besarnya alat-alat yang dipergunakan untuk mangantar Baku’Kanre

Maudu’ (Bakul Maulid) maka penyelenggaraan tradisi adat ini dilakukan

dilapangan yang tertentu.

Sehubungan dengan banyak dan ramainya para pengunjung dan adanya

peserta dari daerah lain, maka penyelenggaraan tradisi adat biasanya

dilakukan dipinggir pantai, di muara sungai Cikoang. Penempatan tempat

penyelenggaraan tradisi adat Maudu’Lompoa ri Cikoang di pinggir pantai di

muara sungai Cikoang, erat hubungannya dengan para peserta upacara adat.

Sebab, sebelum tahap prosesi A’rate’ (Zikir), para peserta maulid hendak

biasanya wajid sirang-sirang je’ne (baku siram). Masyarakat Manongkoki

sebagai pengikut Sayyid yang juga merupakan peserta tradisi adat Maudu’

Lompoa yang bukan berasal dari Desa Cikoang ini yang kemudian menuju ke

Cikoang pada saat perayaan adat berlangsung. Mereka itulah yang mengantar

Baku’ Kanre Maudu’nya (bakul Maulidnya) dengan perahu yang disebut

julung-julung, (desain perahu). Sebab mereka juga termasuk sebagai peserta

Page 37: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

22

acara tradisi adat maulid besar. Baku’Kanre Maudu’ (bakul maulid)yang

diletakkan di tempatnya di atas dua buah perahu. Keempat kaki tempat Baku’

Kanre Maudu’ (Bakul maulid) tersebut masing-masing bertumpuh pada

perahu julung-julung. Itulah sebabnya sehingga Baku’Kanre Maudu’ (bakul

maulid) itu disebut Baku Kanre Maudu’ julung-julung’ (bakul maulid

bertumpuh diatas perahu).

Tempat Baku’ kanre maudu’ (bakul maulud) itu sendiri disebut

gadawari, yaitu sebuah rumah-rumah kecil yang bertiang empat. Tempat

peletakkan baku’kanre maudu’ bersegi empat. Bila di daratan disebut

bembengang (benda yang bisa di giring). Setiap bembengang atau gandawari

dapat memuat satu baku’kanre maudu’ yang berisi 200 sampai 400 liter

beras bersama dengan segala hiasannya. Tradisi adat Maudu’Lompoa ri

Cikoang ini merupakan puncak tradisi adat maulid besar di Cikoang

Kabupaten Takalar.

5. Pengertian Maudu’ Lompoa Menurut Kaum Sayyid

Bagi masyarakat Pengikut Sayyidatau penduduk Masyarakat

Manongkoki, kaum Sayyid di Desa Cikoang, merupakan kelompok kaum

masyarakat yang dipercaya dan diyakini akan kepemiminannya dalam

penyebaran syiar agama Islam. Kaum Sayyid yang sebagai pemuka atau

penghulu bagi masyarakat Manongkoki. Pasalnya perayaan tradisi adat

Maudu’ Lompoa (Maulid Besar) bukan hanya sekedar kebudayaan yang

bermaknakan atas Budaya dan Agama dan sebuah peringatan tentang

Page 38: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

23

kelahiran Nabi Muhammad SAW, melainkan tradisi adat Maudu´ itu

mengandung makna yang lebih jauh.

Perayaan Maudu’ Lompoa mengandung falsafah hidup yang erat

hubungannya dengan kejadian alam semesta serta dengan permulaan

penciptaan roh manusia. Sejalan dengan hal tersebut, kemudian masyarakat di

Kelurahan Manongkoki sebagai Pengikut Sayyidyang kemudian tidak

tanggung-tanggung dan perhitungan dalam hal menjalankan perayaan tradisi

adat Maudu’ Lompoa ri Cikoangyang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Adanya hubungan saling bersilaturahmi antara sayyid dan pengikutnya

sehingga melahirkan keakraban.

Selanjutnya menurut Kaum Sayyid, tentang gambaran pengertian

Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang sesuai dengan falsafah hidup serta

permulaan penciptaan roh manusia yang diantaranya terbagi atas 3 (tiga)

bagian yakni :

a. Kaniakkang (Keberadaan)

Kaniakkang berasal dari bahasa Makassar kata “Niak” yang berarti

“ada/berada”. Kemudian kata “Niak” mendapat awalan “ka” dan akhirnya

“kang”, sehingga menjadi kaniakkang (keberadaan/eksistensi) erat

hubungannya dengan paham makrifat yang dianut oleh masyarakat sayyid

pada khususnya.

Paham makrifat adalah usaha pemahaman rohaniah secara hakiki

terhadap Allah SWT. Untuk mengetahui hal ini perlu pemahaman secara

mendalam tentang hakekat kelahiran Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

Page 39: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

24

Menurut paham masyarakat Desa Cikoang terutama kaum Sayyid, Nabi

Muhammad Rasulullah SAW mengalami dua proses kelahiran yang pertama

yang disebut kaniakkang dan proses kelahirannya yang kedua yang disebut

kalassukang. Yang di maksud dengan kaniakkang adalah proses

diciptakannya atau diwujudkannya Nabi Muhammad Rasulullah SAW untuk

pertama kalinya sebelum beliau dilahirkan oleh ibunya. Penciptaan pertama

ini masih berada di dalam abstrak. Penciptaan pertama ini disebut “Nur

Muhammad”. Dari Nur Muhammad ini diciptakan Nabi Adam Alaihissalam

bersama anak cucunya.

Berdasarkan paham makrifat, makrifat ini maka Nur Muhammad

merupakan sumber dari segalanya yang ada di alam nyata. Oleh karena itu

sebelum alam semsesta ini bersama isinya tercipta maka yang ada adalah :

Nur Allah, Nur Muhammad dan Nur Adam. Nur Muhanmmad kemudian

disebut “Alamurrah” (alam roh), dan Nur Adam disebut “Alamuljism” (alam

jasmani). Pendapat makrifat yang mereka anut ini bahwa Nabi Muhammad

SAW dalam wujud pertamanya adalah “Nur” yang diciptakan oleh Allah dari

“Nur– Nya” dan merupakan sumber kejadian dari makhluk-makhluk lainnya

dialam semesta ini.

Berdasarkan hadis tersebut, maka menurut paham kaum Sayyid,

masyarakat Desa Cikoang dan para pengikut Sayyid yakni masyarakat

Kelurahan Manongkoki, beranggapan bahwa seluruh alam ini bersama isinya

diciptakan oleh Allah SWT dari “Nur Muhammad” . Penciptaan yang

Page 40: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

25

pertama inilah yang merupakan sumber segala-segala di alam semesta dan hal

inilah yang disebut “ kaniakkang” (keberadaan, perwujudan dan eksistensi).

b. Kalassukang(Kelahiran)

Di atas telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW

mengalami dua proses kelahiran, yaitu kelahiran didalam gaib (abstrak) yang

disebut kaniakkang (keberadaan, perwujudan dan eksistensi) dan kelahiran

yang kedua adalah kelahirannya didalam nyata yang disebut kalassukang

(kelahiran). Kata kalassukang berasal dari bahasa Makassar (Lassu’) yang

berarti lahir. Kemudian kata ini mendapat awalan ka dan akhiran ang

sehingga menjadi ka + lassu’ + ang (kalassukang) yang berarti kelahiran.

Kalassukang atau kelahiran dalam arti yang kedua ini adalah kelahiran Nabi

Muhammad SAW ke lam-alam yang nyata, yaitu lahirnya beliau kedunia

melalui perut ibunya, Sitti Aminah.

Kelahiran Nabi Muhammad Rasulullah SAW pada proses pertama

(kaniakkang) bersifat abstrak sehingga tidak dapat diketahui prosesnya secara

tepat. Hal ini yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan antara

pendapat dan penafsiran sesuai tingkat makrifat dan pengenalan seorang

hamba. Sedang proses kelahiran yang kedua, dapat diketahui dengan jelas,

baik waktu maupun tempatnya. Berdasarkan pada pengertian kalassukang

tersebut, maka semua proses kelahiran yang sama dengan proses kalassukang

termasuk dalam kategori maulid. Jadi Nabi Muhammad SAW yang bertubuh,

yang perwujudannya didunia dengan melalui proses kelahiran yang melalui

Page 41: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

26

dari perut ibunya yang dalam hal ini termasuk maulid. Demikian pulalah

dengan kelahiran Nabi Adam serta bersama dengan seluruh anak cucunya.

Menurut Kaum Sayyid bahwa bila kelahiran Nabi Muhammad SAW

yang pertama itu adalah merupakan sumber perwujudan dari segala sesuatu

yang diatas dunia ini, maka kelahirannya yang kedua (kalassukang) ke alam

dunia ini yang merupakan sumber atau pembawa kebenaran mutlak yang

harus diikuti dan dipegang. Hal ini yang berarti bahwa kelahiran beliau

adalah pula yang merupakan kelahiran dari kebenaran yang mutlak.

c. Pakaramula (Permulaan)

Selain pengertian Maulid seperti disebutkan diatas oleh masyarakat

Desa Cikoang, maulid berarti pula “pakaramula” . Pakaramula adalah kata

bahasa Makassar yang mempunyai arti permulaan. Pakaramula atau

permulaan adalah mula adanya suatu wujud (keberadaan) tanpa didahului

oleh wujud lainnya. Hal ini berarti bahwa seluruh wujud selain dari pada

wujud Allah adalah wujud yang telah didahului oleh wujud lainnya, seperti

wujud Nur Muhammad didahului oleh Allah atau Nur Allah. Selain dari pada

itu pakaramula (permulaan) dapat pula berarti awal adanya dan tampaknya

sesuatu bagi panca indera manusia. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang

tampak dialami semesta inimengalami proses maulid atau pakaramula

kecuali khalik atau sang pencipta yaitu Allah. Jadi seluruh makhluk ada dan

dapat dicapai oleh panca indera karena diadakan dan hal ini termasuk maulid.

Seperti telah disebutkan di atas bahwa masalah peringatan maulid Nabi

Muhammad SAW muncul pada abad XI M, ketika umat Islam terlibat dalam

Page 42: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

27

perang salib. Kemudian tradisi adat ini berkembang keseluruh pelosok dunia

dan dirayakan oleh seluruh umat Islam termasuk warga masyarakat

Manongkoki sebagai Pengikut Sayyid. Setiap daerah yang merayakan

maulid, memiliki keunikan masing-masing. Di Sulawesi Selatan, tradisi adat

maudu’ ini dirayakan juga dimana-mana dan cara pelaksanaannya hampir

sama. Perbedaan perayaan maudu’ itu memiliki keunikan tersendiri yang

mungkin tidak ada di daerah lain. Disebut unik karena perayaan maudu’

tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan sosial budaya

masyarakat. Selain itu perayaan itu dirayakan secara besar-besaran dan

meriah sehingga disebut Maudu’ Lompoa (Maulid Besar).

Di Pulau Jawa ditemukan pula perayaan Maulid yang dirayakan secara

besar-besaran. Perayaan Maulid ini dilakukan di Kraton oleh para Sultan

yang disebut dengam “Sekaten” . Di Yogyakarta perayaan sekaten dilakukan

dengan disponsori oleh orang-orang kraton dan atas fasilitas kraton pula.

Dalam upacara sekaton riwayat Nabi Muhammad SAW dibacakan,

disamping itu diadakan pula Penabuhan Gamelang dengan irama khusus yang

sangat menarik perhatian masyarakat untuk mengikuti upacara tersebut.

Rupanya upa cara sekaten di Yogyakarta sama dengan Maudu’ Lompoa di

Sulawesi Selatan. Perbedaannya terletak pada pelaksanaannya.

6. Pandangan Sosial Budaya Masyarakat terkait Maudu’ Lompoa ri

Cikoang

Sosial Budaya terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial

berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat sekitar.

Sedangkan budaya berasal bodhya yang artinya pikiran dan akal budi.

Page 43: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

28

Budaya juga diartikan sebagai segala hal yang dibuat manusia berdasarkan

pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta dan rasa. Jadi

kesimpulannya adalah sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan

manusia dengan kehidupan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.

Secara etimologis, dalam budaya ada dampak yang berarti pelanggaran,

tubrukan, atau benturan. Oleh karena itu, dampak pada sistem sosial budaya

dapat diartikan sebagai pelanggaran terhadap sistem sosial budaya, tubrukan

terhadapnya ataupun benturan. Hal itu berarti bahwa dalam keadaan-keadaan

tertentu terjadi masalah-masalah yang mengganggu berfungsinya sistem

sosial budaya tersebut.

Secara sosiologis, di dalam setiap sistem kemasyarakatan terjadi

hubungan antarpribadi, antarkelompok maupun antara pribadi dengan

kelompok dan sebaliknya. Apabila terjadi interaksi sosial yang berulang kali

sehinga menumbuhkan pola tertentu, akan timbul kelompok sosial. kehidupan

berkelompok di dalam kelompok-kelompok sosial tersebut cenderung

menghasilkan kebudayaan. Kebudayaan tadi merupakan hasil karya, hasil

cipta, dan hasil rasa yang semuanya didasarkan pada karsa. Hasil karya

merupakan bagian kebudayaan yang dinamakan kebudayaan kebendaan atau

kebudayaan material. Hasil cipta menimbulkan ilmu pengetahuan, hasil rasa

menimbulkan ilmu kesenian, sedangkan karsa menghasilkan kaidah-kaidah

atau norma-norma.

Page 44: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

29

Subsistem yang ada dalam dampak sosial budaya yang merupakan

struktur dan proses dalam suatu wadah tertentu yang mempunyai unsur-unsur

pokok, diantaranya :a)Kepercayaan yang merupkan pemahaman terhadap

semua aspek alam semesta yang di anggap sebagai suatu kebenaran (mutlak);

b)Perasaan dan pikiran, yakni suatu keadaan kejiwaan manusia yang

menyangkut keadaan sekelilingnya. Baik yang bersifat alamiah maupun

sosial; c)Tujuanyang merupakan suatu cita-cita yang harus dicapai dengan

cara mengubah sesuatu atau mempertahankannya; d)Kaidah atau norma yang

merupakan pedoman untuk berperilaku pantas; e)Kedudukan dan peranan;

krdudukan (status) merupakan posisi-posisi tertentu secara vertikal,

sedangkan peranan (role) adalah hak-hak dan kewajiban baik secara

structural maupun prosesual; f)Pengawasan, merupakan proses yang

bertujuan untuk mengajak, mendidik atau bahkan memaksa warga

masyarakat menaati norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat: g)Sanksi, yakni persetujuan atau penolakan terhadap perilaku

tertentu: h)Fasilitas merupakan saran untuk mencapai tujuan yang hendk

dicapai, dan telah ditentukan terlebih dahulu; i)Kelestarian dan kelangsungan

hidup; dan j)Keserasian antara kualitas kehidupan dengan kualitas

lingkungan;

Pada umumnya pandangan masyarakat terkait sosial budaya

Maudu’Lompoa ri Cikoang yang merupakan suatu kebudayaan dalam suatu

masyarakat, terutama masyarakat pedesaan, yang didasarkan pada sosial

budaya masyarakat pengikut Sayyid. Pada masyarakat Manongkoki sebagai

Page 45: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

30

pengikut Sayyid, meskipun agama Islam itu membawa unsur demokrasi bagi

kehidupan manusia, namun tidak mempengaruhi sistem pelapisan sosial dan

sistem kemasyarakatan secara mencolok. Untuk lebih lanjut secara sosial

budaya perayaan adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang merupakan suatu

peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. perayaan tersebut memiliki

keterkaitan antara hubungan sosial budaya dengan agama, adanya. Peringatan

ini didasarai atas kemauan Penganut Islam terutama Kaum Sayyid dan Para

Pengikut Sayyid untuk terus mengingat ajaran Nabi Muhammad SAW,

utamanya tentang cinta kasih, persaudaraan, keadilan sosial. Dibawah ini

merupakan pandangan positif dan negatif masyarakat terkait Maudu’ Lompoa

ri Cikoang :

a. Dampak Positif Sosial Budaya Maudu’ Lompoa ri Cikoang

Adapun Nilai-nilai keagamaan bersifat positif yang muncul dari tradisi

adat Maudu’Lompoa Menurut salah satu Anrong Guru (Pemimpin adat),

mengatakan “Tradisi Maudu’ Lompoa ini tidak ada sesuatu yang akan

berbahaya, atau bersifat menyimpang atau bertentangan dengan fundamental

agama yang saya imani.

Kemudian melanjutkan penuturan perasaannya terhadapa Maulid yang

diantaranya : 1)Ketaatan kepada Allah SWT. dalam arti bahwa mengikuti dan

mencintai Rasulullah SAW merupakan perintah Allah yang harus ditaati:

2)Kecintaan merayakan Maudu’ merupakan bagian dari rasa cinta kepada

Nabi Muhammad SAW. 3)Keikhlasan yakni pengorbanan baik harta, tenaga

dan waktu adalah bentuk keikhlasan: 4)Kebersamaan: kehadiran masyarakat

Page 46: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

31

Kaum Sayyid, masyarakat Cikoang, dan masyarakat Manongkoki atau

pengikut Sayyid secara bersama-sama merupakan bentuk kebersamaan yang

memperkuat tatanan sosial: 5)Persaudaraan; undanagan yang juga tak lupa

hadir dari pihak pemerintahn mulai dari Camat, Bupati, Kepala Dinas

Parawisata, Gubernur, dan bahkan masyarakat anatara daerah di Indonesia

lainnya, dari masing-masing keluarga masyarakat Cikoang, masyarakat

Manongkoki sebagi pengikut Sayyid dan yang berkemungkinan mempererat

ikatan sosial. f)Persamaan; semangat dapat dilihat dari pada saat maulid tidak

memandangstatus sosial dan perekonomi, orang tua dan juga anak-anak

semua itu ikut hadir.

b. Dampak Negatif Sosial Budaya Maudu’ Lompoa ri Cikoang

Sejalan dengan penjelasan dan pemahaman yang bersifat positif yang

telah dijabarkan oleh penulis terkait tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang

ini, terdapat juga beberapa kejanggala-kejanggalan yang menuai akan

penilaian para masyarakat khalayak umum yang tidak tahu menahu akan

keistimewaan tradisi adat ini. Disamping itu, para masyarakat manongkoki

selaku pengikut Sayyid dan kaum Sayyid yang beranggapan bahwa perayaan

hari maulid besar ini juga merupakan sesuatu hal yang sangat amat baik dan

bernilai ibadah dalam agama Islam. Namun hal demikian berbeda dengan apa

masyarakat khalayak umum biasanya, sebab karena mereka akan

beranggapan bahwa diantaranya : 1)Sesuatu hal yang dapat merugikan bagi

yang merayakan: 2)Pemborosan dalam bidang perekonomian: 3)Melebih-

lebihkan sesuatu yang tidak pantas dan sewajarnya: 4)termasuk Sesuatu yang

Page 47: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

32

tidak di wajibkan di dalam ajaran agama Islam: dan 5) Sebagai jembatan yang

akanmenuju Kemiskinan. Hal demikianlah yang sering menjadi perbincangan

dan perdebatan antara masyarakat Manongkoki sebagai Pengikut Sayyid dan

bukan.

B. Landasan Teori

Sejalan dengan tradisi adat Maudu’Lompoa ri Cikoang terhadap

masyarakat di Kelurahan Manongkoki, yang ada keterkaitannya dalam hal ini

merupakan sebuah kebudayaan yang bermaknakan atas budaya dan agama.

Hal ini dapat menjadikan sebuah hal yang menarik di lingkungan masyarakat.

Dalam hal ini Max Weber yang merupakan salah satu tokoh Sosiologi dalam

teori Sosiologi Klasik. Max Weber dalam tindakan sosial ini membedakan

tindakan sosial manusia kedalam 4 (empat) tipe yaitu diantaranya: Tindakan

rasionalitas instrumental, Tindakan rasional nilai, Tindakan Afektif, dan

Tindakan Tradisional. Untuk itu adapun teori yang menyakut dengan suatu

kebudayaan yang ada dalam hal ini yang merupakan adat tradisi masyarakat

Manongkoki selaku Pengikut Sayyid Maudu’Lompoa ri Cikoang . Teori

yang Relevan akan tradisi adat ini yaitu :

Teori Tindakan Tradisonal/ Traditional.

Menurut Max Weber (1864 – 1920) mengatakan bahwa dalam tindakan jenis

ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang

diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan.

Sehubungan dengan tradisi adat Maudu’ lompoa ri Cikoang yang di

anut oleh masyarat Manongkoki sebagai Pengikut Sayyid. Terkait dengan

Page 48: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

33

teori yang dikemukakan oleh Max Weber sehingga dapat dikaitkan bahwa

adat Maudu’Lompoa ri Cikoang merupakan suatu warisan kebudayaan

tradisional yang sudah menjadi sesuatu hal kebiasaan yang sudah di lakukan

atau di rayakan oleh nenek moyang terdahulu hingga masih terjaga dan

berkembang hingga saat ini, Maudu’Lompoa ri Cikoang yang dilestarikan

oleh paraketuruan Nabi Muhammad SAW yakni Kaum Sayyid serta

berkembang pesat terhadap masyarakat Manongkoki sebagai Pengikut

Sayyid.

Terkait teori Tindakan Tradisional yang dikemukakan oleh Max Weber.

Weber melakukan studi tentang otoritas politik dan bagaimana kekuasaan

berfungsi dalam masyarakat bukan karena legitimasi moral, teori Weber

tersebut dikenal dengan tipe ideal (ideal typus). Weber membedakan tiga tipe

ideal dan keabsahannya, yang dapat melekatkan suatu hubungan dominasi

yaitu tradisonal, karismatik, dan legal rasional (Ritzer dan Goodman, 2005).

Untuk itu adapun teori dapat menjadi pendukung dari Max Weber atas

tradisi adat yang sebelumnya dibahas yakni dari Teori Struktur Otoritas

berupa yakni:

a. Tipe Otoritas Tradisonal

Menurut Max Weber Tipe Otoritas Tradisonal adalah merupakan suatu

bentuk otoritas yang didasarkan pada kesakralaan dan tradisi kuno yang

dianut dalam suatu masyarakat. Objek kepatuhan masyarakat kepada indibidu

yang berkuasa didasarkan pada tradisi kuno tersebut. Dibeberapa masyarakat

Page 49: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

34

pedesaan terdapat beberaapa seseorang yang biasa ditunjuk sebgai pemimpin

karena memiliki pemahaman tentang kesakralan dan memiliki kewibawaan

sebagai unsur yang dianggap sangat penting untuk memegang suatu jabatan

(otoritas). Bentuk lain dari otoritas tradisional adalah adanya bentuk

kepemimpinan yang didsarkan pada tradisi turun temurun ke genrasi menurut

aturan adat atau tradisi, pemimpin tradisional diangkat sebgai pemimpin

berdsarkan keputusan adat, darah keturunan atau dari suku tertentu.

b. Tipe Kharismatik

Menurut Max Weber Tipe Kharismatik adalah merupakan tipe otoritas

yang berdasarkan kepada kemampuan dan ciri-ciri khas yang luar biasa

dimiliki seseorang yang diyakini oleh masyarakat kepada pemegang otoritas

adalah kemampuan atau kelebihan khusus atau kualitas personal yang tidak

dimiliki oleh orang lain, masyarakat atau masyarakat yang lain .kharismatik

oleh Weber didefenisikan sebagai sifat tertentu dari suatu kepribadian

seseorang individu yang luar biasa, memiliki sifat-sifat gaib atau sifat-sifat

yang unggul, paling sedikit memiliki kekuatan yang khas dan luar biasa.

Dari beberapa uraian tentang paham teori pendukung diatas yang di

kemukakan oleh Max Weber sehingga dapat dikaitkan dengan tradisi adat

Maudu’Lompoa ri Cikoang yang berfokuskan kepada masyarakat

Manongkoki sebagai Pengikut Sayyid bahwa dalam penerapan suatu

kebudayaan didalam masyarakat pedesaan, ada sesuatu yang tetanam melekat

pada kepribadianyang diperoleh atau diterima oleh masyarakat Manongkoki

sebagai Pengikut Sayyid. Sesuatu hal yang diterimanya dapat berupasesuatu

Page 50: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

35

yang bersifat positif menurut pemahaman mereka sendiri, adanya perasaan

keberkahan yang diperoleh selama menjalankan tradisi adat Maudu’Lompoa

ri Cikoang sertaselain merayakan suatu kebudayaan yang membawa seni

tradisional juga sangat erat kaitannya dengan agama, mereka menganggap

bahwa Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki makna bersifar positif, yang

mendalam berupa nilai ibadah, sebagai bekal amalan diakhirat nanti, di Mata

Tuhan Yang Maha Esa.

C. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir merupakan kerangka penalaran logis, urutan berpikir

logis sebegai suatu ciri dari suatu dari cara berpikir secara ilmiah, yang

digunakan dengan mengunakan logika untuk mencegah masalah kerangka

berpikir atau kerangka penularan logis yang di gunakan untuk mengatahui

nilai agama yang terkandung dalam adat Maudu’ Lompoa tersebut.

Memahami dan melihat konsep atau teori yang telah diuraikan di atas sebagai

acuan atau landasan, maka dapatlah dijadikan sebagai kerangka berpikir,

dibawah ini.

Page 51: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

36

Adapun skema berfikir di bawah ini sebagai berikut:

(Gambar II.1 Kerangka Pikir)

Adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang

Kaum Sayyid

Falafah Budaya dan Agama

Masyarakat Manongkoki

Page 52: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

37

D. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:

1. Nur Yani Alifaty yang berjudul Makna Penghargaan Dalam Rutual

Maudu Lompoa di Desa Cikoang, Kecamatan Mangngarabombang,

Kabupaten Takalar 2007. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode Kualitatif, dengan memakai pendekatan penelitian

deskriptif kualitatif dengan informan dapat berasal dari tokoh adat

maupun masyarakat Desa Cikoang yang dinilia memiliki kompetensi

berdasarkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Persamaan metedologi penelitian juga terdapat dalam teknik

pengambilan sampel purposive sampling dengan teknik analisis data

menggunakan Reduksi Data, Penyajian Data, dan Menarik kesimpulan

atau Verifikasi.Dari hasil penelitian bahwa Representasi dari ritual maudu

lompoa dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang telah di ajarkan oleh

Syekh Djalaluddin kepada masyarakat Desa Cikoang, ritual maudu

lompoa tersirat pesan-pesan khusus yang ingin disampaikan. Perbedaan

yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh penulis ini adalah dari

segi masyarakatnya, dimana masyarakat disini adalah masyarakat di

Kelurahan Manongkoki yang sekaligus menjadi peserta adat ini dan

merupakan para pengikut Sayyid. Hal ini menjadi sesuatu hal menarik

bagi penulis.

2. Sudirman yang berjudul Ganrang Pamanca’dalam Upacara Tradisional

Maudu’Lompoa di Desa Cikoang Kabupaten Takalar 2012. Metode

Page 53: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

38

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif, dengan

memakai pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dengan informan

dapat berasal dari dari tokoh adat maupun masyarakat Desa Cikoang yang

dinilia memiliki kompetensi berdasarkan teknik pengumpulan data

melalui kajian pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Persamaan metedologi penelitian juga terdapat dalam teknik pengambilan

sampel purposive sampling dengan teknik analisis data menggunakan

Reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan dan Verifikasi. Dari

hasil penelitian bahwa Ganrang pamanca’bukan hanya sebagai

pengiring permainan silat dan pengantar julung-julung menuju tempat

upacara dilaksanakan. Melainkan terdengarnya musik Ganrang

pamanca’dalam masyarakt Cikoang pertanda bahwa dalam kampong

tersebut terjadi keramaian atau diadakannya pesta dalam kampung

tersebut dan ketika tabuhan musik Ganrang pamanca’dalam upacara

Maudu’Lompoa dapat membangkitkan semangat kepada para remaja

dan dewasa untuk melaksanakan upacara maudu’ dan timbul rasa

keberanian untuk mempertunjukkan Pamannca’. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dari segi

Page 54: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Kualitatif. Bodgan dan Tylor mengemukakan bahwa metode kualitatif

merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi dari

orang-orang atau perilaku, dalam bentuk kata-kata, baik lisan maupun tulisan

(Moleong, 1995).

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan Deskriptif, dimana data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata

gambar dan bukan angka-angka. Data-data tersebut lebih banyak bercerita

mengenai objek penelitian sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Sehingga dalam penelitian Implementasi Adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang

(Maulid Besar di Cikoang) terhadap Masyarakat di Kelurahan Manongkoki

Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar menggunakan

penelitian Deskriptif Kualitatif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitan ini adalah dikawasan pemukiman Kaum

Sayyid dan masyarakat Pengikut Sayyid di Kelurahan Manongkoki,

Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dan akan

dilaksanakan jika surat persetujuan penelitian, dengan alasan lokasi ini

sangat amat sesuai dengan target penelitian rekonstruksi etika dan moral

berbahasa. Dengan pertimbangan bahwa untuk mengetahui Implementasi

Page 55: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

40

Adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang terhadap Masyarakat di Kelurahan

Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah terhadap Masyarakat di Kelurahan

Manongkoki sebagai Pengikut Sayyid.

D. Informan Penelitian

Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling.

Purposive Sampling merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam

posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Karena itu,

menentukan subjek atau orang-orang terpilih harus sesuai dengan ciri-ciri

khusus yang diimiliki oleh sampel tersebut (Silalahi, MA. 2012:272).

Informan penelitian adalah orang yang dianggap mengetahui objek

penelitian yang dikaji dan dijadikan sumber data yaitu, tokoh (1) Kaum

Sayyid; (2) Karaeng Opua atau petua adat;dan (3) Masyarakat Manongkoki

sebagai Pegikut Sayyid yang ikut serta dalam perayaan Maudu’ Lompoa ri

Cikoang.

E. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang bersumber dari survey atau pengamatan

langsung di lapangan kawasan penelitian dalam hal ini Kaum Sayyid dan

tokoh masyarakat Manongkoki sebagai pengikut Sayyid serta pihak

masyarakat Lokal lainnya yang memberikan informasi terkait tentang adat

Maudu’ Lompoa ri Cikoang.

Page 56: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

41

2. Data Sekunder

Data yang bersumber dari dinas ataupun isntansi yang terkait dan

penelusuran terhadap beberapa bahan pustaka literature yang relevan sesuai

dengan masalah yang akan diteliti.

F. Instrumen Penelitian

1. Pedoman Observasi

Adapun, observasi yang penulis gunakan adalah observasi biasa.

Observasi biasa adalah suatu prosedur dimana peneliti mengamati subyek

penelitian dalam fenomena sosial tanpa melakukan partisipasi terhadap

kegiatan subyek penelitian dalam lingkungan dan fenomena sosialnya.

2. Pedoman Wawancara.

Pedoman pertanyaan atau pedoman wawancara umumnya berisi daftar

pertanyaan yang sifatnya terbuka, atau jawaban yang lebih luas serta

mendalam.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data-data menggunakan

cara sebagai berikut:

1. Observasi

Satori, M.A. Djamán & Komariah,M.Pd.Aan (2014: 105) observasi

penelitian kualitatif adalah Pengamatan langsung (observasi) terhadap objek

untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam

upaya mengumplkan data penelitian. Dalam melakukan observasi diperlukan

seorang peneliti yang profesional, hasil yang diperoleh melalui observasi

Page 57: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

42

sangat tergantung dari kualitas seorang peneliti. Dalam hal ini dimaksudkan

untuk mengetahui implementasi adat Maudu’Lompoa ri Cikoang terhadap

masyarakat Manongkoki sebagai penambah wawasan bahwa Kaum Sayyid

sudah semakin meluaskan ajarannya terhadap masyarakat Manongkoki di

Kabupaten Takalar.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumplan data yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan

berhadapan maka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada di

peneliti. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh

melalui observasi (Mardalis, 2007: 64).

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto pada saat

observasi dan wawancara berlangsung dilapangan bersama narasumber yang

ditemui. Satori, M.A Djam’an & Komariah,M.Pd.Aan (2-14: 155) foto dapat

menangkap “membekukan” suatu situasi pada detik tertentu dan dengan

demikian memberikan bahan deskriptif yang berlaku bagi saat itu. Foto dapat

dijadikan bahan pelengkap penelitian karena foto dapat menggambarkan

situasi sebenarnya.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian Kualiatif, untuk analisis data dilakukan

ketika pertama kali terjun ke lokasi penelitian setelah semua data-data yang

didapat dari lapangan terkumpul, maka dilakukan penngolahan data dengan

Page 58: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

43

cara menuliskan, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi dan kemudian

dilanjutkan dengan penyajian.

Page 59: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

44

BAB IV

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Secara Astronomis, Kabupaten Takalar terletak antara 5º30’-5º38’

Lintang Selatan dan 119º22’-119º39’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi

geografis Kabupaten Takalar memiliki batas-batas diantaranya: (a) Sebelah

Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan jeneponto (b) Sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan (c) Sebelah Barat dan Selatan

berbatasan dengan Selat Makassar dan Laut Flores.

Kabupaten Takalar adalah sebuah Kabupaten yang ada di Provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia. Dengan Ibukotanya terletak di Kecamatan

Pattallassang, kemudian Kabupaten Takalar yang terdiri dari 100

Desa/Kelurahan yang terletak di 9 (Sembilan) Kecamatan yang ada di

dalamnya di antaranya yakni Pattallassang, Polongbangkeng Selatan,

Polongbangkeng Utara, Galesong, Galesong Selatan, Galesong Utara,

Sanrobone, Mappakasunggu dan Mangngarabombang.

B. Keadaan Geografis dan Demografi

1. Keadaan Geografis

Luas Wilayah Kabupaten Takalar tercatat 566.51 km² dan

berpendudukan sebanayak ± 250.000 jiwa. Jarak Ibukota dari Kabupaten

Takalar dengan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan mencapai dengan jarak 45

km kemudian, jarak yang melalui Kabupaten Gowa dari Kota Makassar,

yang terdiri dari wilayah kawasan hutan seluas 8.254 Ha, kemudian sawah

Page 60: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

45

seluas 16.436 Ha, kemudian perkebunan dengan seluas 14.265 Ha, dan lain-

lainnya dengan seluas 7.892 Ha. Adapun Sebagian dari wilayah Kabupaten

Takalar yang merupakan daerah pesisir, yaitu dari sepanjang 74 kilometer

yang juga difasilitasi dengan pelabuhan dan walaupun masih pelabuhan

sederhana sehingga Kabupaten Takalar yang memiliki akses perdagangan

regional, nasional, bahkan Internasional.

Pada wilayah di Kelurahan Manongkoki, Kecamatan Polongbangkeng

Utara, Kabupaten Takalar yang secara adminitrasi terdiri dari atas empat (4)

lingkungan, uyang diantaranya yaitu terdapat Lingkungan Manongkoki I,

Lingkungan Manongkoki II, Lingkungan Bontorita, dan Lingkungan

Pa’bentengang. Kemudian wilayah Kelurahan Manongkoki memiliki luas

wilayah yaitu 428 Ha.

Menurut jaraknya, maka letak masing-masing Kelurahan Manongkoki

memiliki dengan luas daerah persawahan yang berkisar 178,61 Ha, akan

tetapi di Kelurahan Manongkoki ini tidak memiliki daerah perkebunan.

Selain daerah sektor persawahan, ada juga yang memiliki daerah perikanan

dengan luas berkisar 7 Ha.

Adapun batas wilayah Kelurahan Manongkoki, dimana tiitik lokasi tiap

wilyah desa adalah:

(a) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bajeng

(b) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa

(c) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Panrannuangku

(d) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Panrannuangku

Page 61: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

46

2. Keadaan Demografi

Kependudukan Demografi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan, baik dari segi jumlah (kuantitas),

pertumbuhan, struktur umur, mobilitas dan mata pencaharian penduduk.

Berdasarkan data sekunderdidapatkan, dari Kantor Kelurahan

Manongkoki diketahui bahwa di Kelurahan Manongkoki, data yang didapat

penduduk yang berjumlah 4.217 jiwa dan memiliki 1.212 KK (Kepala

Keluarga) tersebar di wilayah Kelurahan Manongkoki dari keempat (4)

lingkungan tersebut, yaitu Lingkungan Manongkoki I, Lingkungan Bontorita,

Lingkungan Manongkoki II, dan Lingkungan Pa’bentengang.

Tabel IV. 1

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan

Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

Tahun 2019

Lingkungan Jumlah Jiwa Total

Laki-laki Perempuan

Manongkoki I 414 425 839

Bontorita 564 570 1.134

Manongkoki II 612 664 1.276

Pa’bentengang 471 497 968

Total 2.061 2.156 4.217

Sumber: Data dari Kantor Lurah Manongkoki Tahun 2019

Berdasarkan dari tabel I dapat diketahui bahwa Kelurahan Manongkoki

memiliki penduduk yang berjenis kelamin perempuan yang lebih banyak

Page 62: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

47

dibandingkan penduduk dengan berjenis kelamin laki-laki. Penduduk laki-

laki dengan sebanyak 2.061 jiwa dan penduduk perempuan dengan sebanyak

2.156 jiwa kemudian dengan total secarakeseluruhan penduduk di Kelurahan

Manongkoki adalah 4.217 jiwa.

Dibawah ini Merupakan Gambar Peta Wilayah Kelurahan Manongkoki

(Gambar IV.1 Peta Kelurahan Manongkoki)

Page 63: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

48

C. Keadaan Penduduk

1. Keturunan

Mayoritas masyarakat di Kelurahan Manongkoki bersuku asli

Makassar, hal tersebut dapat dilihat dari bahasa yang mereka gunakan sehari-

hari ada juga yang pernah tinggal lama dan bekerja di Makassar sehingga

bahasa Makassar di Kelurahan Manongkoki ini sangat kental dirasakan, dan

keseluruhan masyarakat Manongkoki beragama Islam. Masyarakat

Manongkoki juga masih meletarikan adat istiadat berupa perayaan Hari

Maulid Nabi Muhammad SAW. adat istiadat yang lain ada yang dicampur

dengan kehidupan modern. Sehingga adanya melahirkan perpaduan antara

kehidupan tradisional dan modern dalam penerapan adat istiadat masyarakat

yang ada di wilayah Kelurahan Manongkoki. Kemudian Budaya adat istiadat

yang masih melekat hingga sekarang ini adalah Maudu’(maulid), sedangkan

ada lagi budaya antara lain, Pa’buntingang (pesta pernikahan), dan Sunna’

(Khitanan), kemudian secara besar-besaran dengan menggunakan daging

ternak besar seperti sapi, kerbau atau kuda sebagai menu utama yang

dihidangkan dalam pesta. Kebiasaan pesta yang seperti ini tidak terbatas pada

warga masyarakat Manongkoki dengan tingkat ekonomi yang tinggi, namun

masyarakat Manongkoki dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah juga

mengadakan pesta tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi di wilayah Lingkungan

Bontorita di bidang pertanian telah menjadi mata pencaharian masyarakat

secara turun-temurun, baik bagi penduduk yang memiliki lahan sendiri

Page 64: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

49

maupun sebagai buruh tani. Kemudian dalam kehidupan sehari-hari yang

terjadi di Wilayah Manongkoki I dan Wilayah Manongkoki II di bidang

mebel telah menjadi mata pencaharian masyarakat secara turun-temurun.

Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari di wilayah Pa’bentengang mata

pencaharian mereka di Pemerintahan.

Kondisi Demografis dalam suatu wilayah yang memiliki keterkaiatan

dengan beberapa unsur di dalam kependudukannya, antara lain adalah

mengenai jumlah penduduk dan komposisi penduduknya. Pada Kondisi

demografisnya di dalam suatu wilayah tersebut ini, dapat dijadikan sebagai

sebuah patokan dalam menentukan kebijaksanaan pembangunan suatu

pemerintah.

Tabel IV. 2

Distribusi Penduduk Hasil Berdasarkan Jumlah Rumah Tangga di

Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten

Takalar Tahun 2019

Lingkungan Jumlah Rumah Tangga

Manongkoki I 252

Bontorita 328

Manongkoki II 359

Pa’bentengang 273

Total 1.212

Sumber: Data dari Kantor Lurah Manongkoki Tahun 2019

Page 65: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

50

Berdasarkan pada tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa di wilayah

Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten

Takalar yang memiliki jumlah rumah tangga dengan sebanyak 1.212 rumah

tangga. kemudian dengan Jumlah rumah tangga yang terbanyak terdapat

pada di Lingkungan Manongkoki II yakni dengan sebanyak 359 rumah

tangga kemudian yang paling sedikit terdapat pada di Lingkungan

Manongkoki I yakni sebanyak 252 rumah tangga.

Tabel IV. 3

Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin di

Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten

Takalar Tahun 2019

Lingkungan Jumlah Kepala Keluarga

Laki-laki Perempuan

Manongkoki I 191 61

Bontrita 271 57

Manongkoki II 309 50

Pa’bentengang 221 52

Total 992 220

Sumber: Data dari Kantor Lurah Manongkoki Tahun 2019

Berdasarkan tabel 3 dapat di ketahui bahwa di Kelurahan Manongkoki

Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar memiliki jumlah

kepala keluarga sebanyak 1.212 kepala keluarga. Jumlah kepala keluarga

yang berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 992 kepala keluarga dan

Page 66: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

51

jumlah kepala keluarga yang berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak

220. Kemudian pada Jumlah kepala keluarga yang berjenis laki-laki

terbanyak yakni di Lingkungan Manongkoki II sebanyak 309 kepala keluarga

dan jumlah kepala keluarga yang berjenis perempuan terbanyak yakni di

Lingkungan Manongkoki I sebanyak 61 kepala keluarga.

2. Mata Pencaharian

Kelurahan Manongkoki yang memiliki luas daerah persawahan

berkisar 178,61 Ha dan luas daerah perikanan berkisar 7 Ha, sebagian besar

masyarakatanya bermata pencaharian di industri Meubel. Industri Meubel ini

merupakan sumber mata pencaharian utama, selain itu, masyarakat

Kelurahan Manongkoki juga berprofesi sebagai petani, nelayan, pertukangan

(batu, kayu), usaha kios, dan lain-lain.

Sebagian Masyarakat Kelurahan Manongkoki yang bermata

pencaharian di Industri Meubel berlokasi di rumah masing-masing dan bahan

utama dari pembuatan Meubel itu sendiri di peroleh dari luar daerah. Selain

itu, berbagai macam konsumen Meubel tersebar di hampir seluruh wilayah di

Sulawesi maupun luar Sulawesi.

Dalam kehidupan sehari-hari khususnya yang terjadi di wilayah

Kelurahan Manongkoki tepatnya di Lingkungan Bontorita, bidang pertanian

telah menjadi mata pencaharian masyarakat secara turun-temurun, baik bagi

penduduk yang memiliki lahan sendiri maupun sebaga buruh tani. Kehidupan

masyarakat di Kelurahan Mnaongkoki ini, yang erat denggan pertanian

memberikan keuntungan bagi usaha ternak sapi di wilayah tersebut. Limbah

Page 67: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

52

pertanian dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pakan sapi.karena

selain bertani, masyarakat juga berternak sebagai usaha Sembilan. Hewan

yang diternak sebagai itik, ayam, kerbau dan sapi. Kemudian di Sektor

pertanian yang memiliki peranan sebagai pemasok terbesar sebagai bahan

baku utama pekan ternak.

Tabel IV. 4

Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Manaongkoki Kecamatan

Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar Berdasarkan Jenis Mata

Pencaharian Tahun 2019

Pekerjaan

Utama/

Sampingan

Lingkungan

Manongkoki

I

Lingkungan

Bontorita

Lingkungan

Manongkoki

II

Lingkungan

Pa’bentengang

Petani 30 149 55 60

Nelayan 1 1 0 0

Pedagang 7 5 3 27

Pns/Tni/Polri 43 11 24 56

Pegawai

Swasta 52 27 48 70

Wiraswasta 14 10 1 11

Pensiunan 1 55 7 7

Pekerja

Lepas 80 55 196 20

Lainnya 0 0 0 0

Tidak

Bekerja 24 15 25 22

Total 252 328 359 273

Sumber: Data Dari Kantor Kelurahan Manongkoki Tahun 2019.

Page 68: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

53

Berdasarkan tabel 4 dapat di ketahui bahwa di Kelurahan Manongkoki

Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar di wilayah lingkungan

Bontorita memiliki jumlah berdasarkan mata pencaharian yang paling

banyak adalah bidang petani dengan jumlah 149 sedangkan di wilayah

lingkungan Manongkoki II memiliki jumlah berdasarkan mata pencaharian

yang paling sedikit adalah bidang wiraswasta dengan jumlah 1.

3. Sosial Budaya

Pada umumnya latar belakang sosial budaya suatu masyarakat terutama

masyarakat pedesaan didasarkan pada suatu struktur sosial atau stratifikasi

masyarakat yang bersangkutan. Hal tersebut dianggap sangat penting untuk

menilai latar belakang kehidupan, watak dan sifat-sifat yang mendasar pada

masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan Manongkoki. Di dalam dunia

realitas masyarakat tradisional, proses kelahiran pelapisan sosial banyak

ditentukan oleh faktor yang bersifat mitos. Meskipun demikian pelapisan

sosial itu tidak terlepas dari unsur karakteristik dari tiap-tiap suku bangsa itu.

Pada masyarakat Makassar, meskipun agama Islam itu membawa unsur

demokrasi bagi kehidupan manusia, namun tidak mempengaruhi sistem

pelapisan sosial dan sistem kemasyarakatan secara mencolok.

Kemudian Kehidupan sosial budaya masyarakat di Kelurahan

Manongkoki, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, tidak

jauh berbeda dengan kondisi kehidupan sosial budaya di daerah lain yang ada

di wilayah Kabupaten Takalar, dimana masyarakat masih sering menjunjung

tinggi adat istiadat setempat seperti saling membantu jika ada kegiatan-

Page 69: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

54

kegiatan besar seperti acara pesta pernikahan, sunatan, membangun rumah

dan lain-lain. Ketika ada pesta,, sebagian besar keluarga saling membantu

dengan tujuan untuk meringankan beban keluarga misalnya keluarga

membawa beras, sarung, gula, uang, dan lain-lainnya.

D. Keadaan Pendidikan

Pendidikan adalah hal yang utama dalam kemajuan Bangsa untuk

kedepannya, pendidikan yang sangat penting bagi jiwa muda penerus bangsa

dari generasi kegenerasi berikutnya. Pendidikan yang didapatkan diperkotaan

jauh labih baik dibandingan pendidikan yang diterima di pedesaan. Tepat di

daerah pedesaan yakni sebagian besar dari mereka masyarakat yang adadi

wilayahKelurahan Manongkoki yang merupakan tamatan Sekolah Menengah

Atas (SMA), dan yang kemudian sebagiannya lagi adalah tamatan dari

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan ada juga

bahkan yang sampai ke Perguruan Tinggi (PT) baik Negeri maupun

swasta.Selain itu, bahkan ada juga yang beberapa dari mereka tidak pernah

mengenal sekolah sama sekali dan bahkan ada juga yang sampai putus

sekolah. Bukan hanya sebagian besardari mereka yang bisa melanjutkan

sampai ke Perguruan Tinggi. Berdasarkan dengan hasil dari kegiatan

Pendataan diatas, pada rata-rata tingkat pendidikan pada keluarga miskin

yang hanya mempu menempuh dengan pendidikan dasar, dan bahkan lagi

banyak yang tidak tamat sekolah dasar. Kemudian hal ini dikarenakan

dipengaruhi oleh faktor ekonomi, faktor lingkungan dan bahkan faktor

rendahnya kemauan anak-anak untuk menuntut ilmu. Kemudian selain itu

Page 70: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

55

banyak juga anak-anak yang putus sekolah dikarenakan oleh pernikahan di

usia muda yang semakin meningkat.

Tabel IV. 5

Keadaan Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Manongkoki

Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar Tahun 2019

Kategori

Pendidikan

Lingkungan

Manongkoki

I

Lingkungan

Bontorita

Lingkungan

Manongkoki

II

Lingkungan

Pa’bentengang

Tidak

Sekolah 87 171 152 118

Tidak

Tamat SD 37 156 92 38

Masih SD 96 142 146 90

Tamat SD 118 247 257 149

Masih SLTP 46 69 77 48

Tamat SLTP 83 96 150 75

Masih SLTA 39 62 46 58

Tamat SLTA 240 150 241 236

Masih PT 22 18 43 34

Tamat PT 71 23 134 60

Sumber: Data Dari kantor Kelurahan Manongkoki Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa di Kelurahan Manongkoki memiliki jumlah

penduduk yang Tamat Sekolah Dasar paling banyak di Lingkungan Manongkoki

II. Sedangkan jumlah penduduk yang masih tahap bangku perkuliahan di

Perguruan Tinggi paling terendah terdapat di wilayah Lingkungan Bontorita.

Page 71: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

56

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab v ini didasarkan pada seluruh data yang berhasil

pada saat penulis melakukan penelitian lapangan di wilayah Kelurahan

Manongkoki, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Data yang

dimaksud dalam halaman ini merupakan data primer dan bersumber dari jawaban

para informan dengan menggunakan pedoman observasi, wawancara atau

wawancara secara langsung dan dokumentasi sebagai media pengumpulan data

yang dipakai untuk keperluan penelitian.

Dari data ini diperoleh beberapa jawaban menyangkut tentang bagaimana

Impementasi Adat Maudu’Lompoa ri Cikoang (Maulid Besar di Cikoang)

terhadap Masyarakat di Kelurahan Manongkoki, Kecamatan Polongbbangkeng

Utara, Kabupaten Takalar.

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Manongkoki,

Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Penulis dengan

memperoleh data-data guna untuk menjawab semua rumusan masalah yang

ada yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan

masalah yang telah diuraikan di awal sebelumnya. Mengenai Penelitian ini

untuk menjawab tujuan penelitian, yang diantaranya memahami arti makna

Maudu’ Lompoa ri Cikoang menurut Kaum Sayyid terhadap masyarakat

Pengikut Sayyid di Kelurahan Manongkoki dan mengetahui Dampak Sosial

Page 72: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

57

Budaya terkait tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang terhadap Masyarakat

Pengikut Sayyid di Kelurahan Manongkoki. Data yang telah diperoleh dalam

penelitian ini maka dilakukan dengan melalui proses wawancara mendalam

(indepth interview) kemudian dengan situasi yang non formal pada tokoh

masyarakat yang telah di jadikan sebagai informan. Selain itu, observasi

lapangan juga dilakukan untuk memperkuat data yang di peroleh selama di

lapangan.

Dalam melakukan proses penelitian, penulis memperoleh data dari

beberapa informan atau narasumber yang berasal dari beberapa kalangan

yang berbeda. Penentuan informan didasarkan pada kriteria masing-masing

narasumber yang tentunya harus memiliki kompetensi atau pengetahuan

relevan yang menyangkut masalah tradisi adat Maudu’Lompoa ri Cikoang

terhadap masyarakat di Kelurahan Manongkoki. Syarat Pelaku masyarakat

Manongkoki dalam mengikuti prosesi tradisi adat Maudu’Lompoa ri Cikoang

sendiri, harus memiliki pengalaman dalam kehidupannya selama hidup di

dunia. Adapun informan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Petua Adat atau Karaeng Opu atau Keturunan Kaum Sayyid Bangsawan

Petua Adat atau Karaeng Opu atau Keturunan Kaum Sayyid

Bangsawan yang memahami tradisi adat istiadat Maudu’ Lompoa ri Cikoang

dan bersedia memberikan informan mengenai tradisi adat atau prosesi tradisi

adat Maudu’ Lompoa. Dalam peneltian ini, dipilih 1 (satu) orang sebagai

sumber data atau informan yang kerap di sebut Karaeng Opua (Petua Adat).

Page 73: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

58

Hal ini di dasarkan oleh kenyataan bahwa setiap orang memiliki pemahaman

tersendiri terkait tradisi adat Maudu’ Lompa ri Cikoang.

b. Tokoh Adat atau Anrong Guru atau Keturunan Sayyid.

Tokoh Adat atau Anrong Guru atau Keturunan Sayyid adalah seseorang

yang berketurunan darah Sayyid namun berbeda dengan golongan Karaeng

Opu, namun masih keturunan Sayyid Cikoang. Informan kali ini merupakan

orang-orang yang tinggal di daerah tempat pelaksaaan Maudu’ Lompoa

berlansung.

c. Tokoh Pengikut Sayyid atau Masyarakat Kelurahan Manongkoki yang

sering melaksanakan Maudu’Lompoa ri Cikoang.

Tokoh pengikut Sayyid dalam hal ini adalah orang-orang dari

masyarakat Manongkoki yang berdiam di wilayah Kelurahan Manongkoki

merupakan masyarakat yang setia menjadi pengikut Sayyid di Cikoang,

masyarakat Manongkoki selaku pengikut sayyidyang turut mengembangkan

tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang dengan maksud kecintaan dengan

merayakannya di Hari Kelahiran Sang Nabi Muhammad SAW. Informan

dalam penelitian ini adalah pengikut Sayyid merupakan orang-orang dari

masyarakat Manongkoki.

Sejarah awal kehadiran dari tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang

berkembang dan berbeda dengan daerah lain. Maudu’ Lompoa ri Cikoang

terkenal akan kaitannya budaya dan agama, hal itu memiliki arti bagi para

pelaksana. Dalam melestarikan kebudayaan kadang kala banyak hal yang

menjadi perbincangan khalayak masyarakat umum, tanggapan-tanggapan

Page 74: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

59

mereka dari segi positif maupaun negatif. pemahaman mereka sesuai dengan

cerita yang diberikan oleh orang tuanya.

Demikian denngan hasil wawancara dengan salah satu informan

bernama Bapak Tuan Lembang (41 Tahun) selaku Kaum Sayyid, mengatakan

bahwa:

“Dulu itu ada namanya Sayyed Djalaluddin. Waktunya dulu itu Dia

hanya bisa pake bahasa Arab kalo berbicara. Kemudian berlayarki

menggunakan sajadah dan bawa cerek tempat wuduhnya,dalam

keadaan sujud dan bersandarki di sungai Cikoang dibawahnya pohan

asam dan disitmi perayaan maudu’ lompoa ri Cikoang itu ditempatkan.

Dia itu satu-satunya orang yangmengajarkan agam Islam”.

(Wawancara mendalam, selasa 13 Agustus 2019)

Seperti yang dijelaskan oleh inform Bapak TL (41 Tahun) di atas, salah

satu informan yang telah diwawancarai bernama Bapak KC (34 Tahun) yang

selaku Kaum Sayyid, juga mengatakan bahwa:

“Awal nya Maudu’ Lompoa ri Cikoang itu dibawa oleh Sayyed

Djalaluddin, dulunya itu Cikoang diberi nama sebutan Cikondong lalu

berubah nama jadi Cikoang. Sayyed Djalaluddin yang membawa

maudu’ pertama kalina. Ada itu Pelajaran diberikan kepada kami

sebagai Sayyed trus kami itu ajarkan juga iamiantu Papinawang

sayyedka(pengikut Sayyid) ri Manongkoki, ini ajarannga tidak bersifat

umumngi, tapi khusus.Kah didalmnya itu ada maknana nakandung 4

(empat) makna pertama itu ada dibilang Syari’at, syar’at ini yang

umum yang banyak naketahui orang-orang umum, kedua itu ada

dibilang Tarikat, ketiga itu ada Hakikat, trakhir itu dibilang Ma’arifat,

inimi ini yang tersembunyi atau khususki. Yang disiapkan itu telur,

Page 75: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

60

kelapa, beras, bakulsebagai wadahnya. tapi Sebelum itu dilaksankan

acaramaudu’, haruski dulu je’ne-je’ne Sappara’ (Mandi Syafar) untuk

mensucikan dirita untuk melakukan kegiatanmaudu’ ini. Terus Beras

itu ibarat sebagai Tubuh, Ayam ibarat Nyawa, telur bersifat Rahasia

dan Bakul sebagai wadah beras. “

(Wawancara Mendalam, selasa, 13 Agustus 2019)

Hal yang senada dengan informan Bapak KC (34 Tahun), salah satu

informan yang telah diwawancarai bernama KK (78 Tahun), selaku Karaeng

Opua (petua adat Maudu’ lompoa ri Cikoang), sebagaimana pertanyaan yang

sama dan saling mendukung satu sama lain mengatakan bahwa:

“Pasnya maulid Nabi, itu orang-orang biasa bilang Maudu’Lompoa ri

Cikoang (maulid besar). Itu kalomenjelang sebelum hari maulid ada

syarat-syarat yang harus terpenuhi para Papinawang Sayyed ka

(pengikut sayyid). Diantaranya itu kaya’1 gantang beras. 1 ekor ayam

kampung, itu ayam harus perkepala, 1 butir telur dan 1 kelapa.

Biasanya itu Papinawang Sayyed itu, yang tidak dikampung biasa

pulangi, alasannya hanya untuk merayakan maudu’nya di Cikoang”.

(Wawancara mendalam, sealsa 13 Agustus 2019).

Senada dengan informan Bapak KK (78 Tahun), selaku Karaeng Opua,

salah satu informan yang diwawanacarai bernama SA (23 Tahun), sebagaimana

pertanyaan yang saling mendukung satu sama lain mengatahakan bahwa

berikut ini:

“sesuai dongeng yang sering diceritakan yang bawaki Maulid itu

Sayyed Djalaluddin, mengendarai sejadahnya saja Beliau membawa

Cerek tempat ambil wudhunya dan memakai Cincin yang bisa

membawa kebaikan. Dulu ada 2 orang namanya Danda dan Bunrang

Page 76: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

61

dianggap tokoh masyarakat Cikoang memiliki paham agama, kedua

orang mimpi dalam tidurnya akan datangi seseorang yang bawa’

kabaikan, lalu kedua orang ini itu saling bertukarki cerita tentang

mimpina. Trus saat ada orang toh yang liat sesuatu dari sungai Cikoang,

naliatki sesuatu anu aneh yang Nampaki besar sekali dari jauh kaya’

kapalki yang besar sekali, trus orang ini napanggilmi Danda dan

Bunrang. Sampena orang ini didekat laut, mereka nayakini mimpinya,

saat nalihatmiberkataminabilang benda apa ini kenapa dari jauh na

terlihat besar sekali baru sewaktuna mendejat tiba-tiba kecilki. Jadi

waktuna Sayyed Djalaluddin mendekat ini kedua orange heran sekali,

kah tadi itu naliatki benda yang terbang di laut sangat besar nah

ternyata Manusia yang menaiki sejadah sembahyangnya, dan cerek

tempat berwudhunya. Dibawahnyami itu pohon asam”.

(Wawancara mendalam, Selasa 21 Agustus 2019)

Dri pemaparan di atas dari beberapa infrorman maka dapat di

simpulkan bhawa menurut sejarah yang berkembang Syekh Djalaluddin

merupakan orang yang berperan penting dalam ajaran Agama Islam di

Cikoang. Kaum Sayyid menganggap beliau merupakan seorang ulama petuah

dari Aceh yang selama hidupnya merantau dari pulau satu ke pulau lainnya

dengan tujuan mengajarkan hal baik. Pada mulanya Syekh Djalaluddin

bertemu dengan seorang Raja Gowa di daerah Banjar. Kemudian Raja Gowa

tersebut memperkenalkan putrinya kepada Syekh Djalaluddin, dan akhirnya

Ia melamar putri Raja tersebut untuk dijadikan istri. Selang beberapa tahun ia

dan istrinya berlayar ke beberapa pulau. Saat ia dikaruniai 3 orang anak yang

terdiri dari dua anak laki-laki dan satu orang perempuan yang bernama

Sayyid Umar, Sahabuddin, dan Syarifah Nur,kemudian ia kembali ke Gowa

Page 77: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

62

dan menetap di kampung halaman istrinya dan pada akhirnya Syekh

Djalaluddin berlayar sampai ke muara sungai Cikoang.

Maulid Nabi atau Maudu’ Lompoa ri Cikoang dilaksanakan pada 12

Rabiul Awal dalam penanggalan Islam. Maulid pertama diadakan dibawah

pohon asam.Setelah Syekh Djalaluddin menetap di Cikoang, beliau

berkeliling desa dan mengajarkan ajaran Agama Islam. Kisaran pada tahun

1625 pertamanya maulid dilakukan, yang dipimpin oleh Syekh Djalaluddin

Beliau mengajarkan kepada masyarakat tentang kehidupan dan cara

bersyukur kepada Khaliq dan para Nabinya. Kemudian dijaga, dipertahankan

dan diteruskan oleh Sayyid Cikoang dan kemudian juga diajarkan kepada

paraPengikut Sayyid yakni Masyarakat Manongkoki.Saat acara itu

hidangannya sederhana seperti Kaddo Minynyak’ (Nasi Ketan) yang

dilengkapi dengan lauk ayam goreng. Kemudian akan diadakan pembacaaan

Kitab Tuntunan Sayyid, dan bacaan surah-surah dari Al-Qur’an. Semakin hari

pengikut Syekh Djalaluddin bertambah banyak yang diantaranya Pengikut

Sayyid dari masyarakat Manongkoki.Demikianlah sejarah dilaksanakannya

Maudu’ Lompoa ri Cikoang di desa Cikoang yang dimana masyarakat

Manongkoki juga sebagai peserta Maulid dan pengikut sayyid, yang cukup

menjaga dan ikut mengembangkan tradisi adat tersebut.

Selanjutnya pertanyaan akan di paparkan oleh para Masyarakat

Manongkoki sebagai Pengikut Sayyid. Implementasi adat Maudu’ Lompoa ri

Cikoang telah berkembang terhadap Masyarakat di Kelurahan Manongkoki,

adanya ketertarikan dari para pengikut Sayyid. Adapun pertanyaan

Page 78: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

63

sebelumnya, penulis telah mendapatkan informasi dari para informan yang

telah dipilih. Informan kali ini telah diungkapkan oleh Ibu Cendo’ dg Te’ne

(82 Tahun), masyarakat Manongkoki sebagai pengikut sayyid, sebagaimana

pertanyaan dengan wawancara yang mengatakan bahwa :

“Nakke papinawang sayyedka, alasangku njo kah ri Cikoangi turun

tunipaturungia, anjomi naku erok anjari papinawang sayyed, nah iya

tongmi poeng naku a’maudu’saggena kamma-kamma anne,

nasaba’tau toaku injipi riolo appakamma anne. Sayyed Djalaluddin

angngerangi, siagang poeng sayyed rikamma-kammaya anne ri

Cikoang ampangngajarangi mae ri nakke siagang bija-bijangku

anrinni ri Manongkoki. Panggappangku nakke kah anjo sayyedka

angngerangi anu baji’, pagngajara’baji’ annemi ri Cikoang minang

baji punna ni kana maudu’ja. Kah anjomi anne Nabbiya, Nabi

Muhammad, aiaminjo naku erok sanna kujagana anne adataka ri

Cikoang”

Terjemahannya :

“saya adalah pengikut sayyid, alasanku karena di Cikoang datangnya

seorang pemukah yang paham akan ajaran agama, itulah sebabnya

saya mau menjadi pengikut sayyid, sebab itupula saya bermaulid

sampai sekarang, sebab dari orang tuaku terdahulu. Sayyed

Djalaluddin yang membawanya, kemudian sayyid yang sekarang di

Cikoang yang telah mengajarkan kepada saya dan seluruh keluarga di

Manongkoki. Pendapatku sayyid lah yang mengajarkan tentang hal

kebaikan seperti di Cikoang yang baik akan maulid. Karena Nabi

Muhammad sehingga saya menjaga adat ini di Cikoang” (Wawancara,

selasa 13 Agustus 2019).

Seperti yang dijelaskan oleh informan Ibu CT (82 Tahun) di atas, salah

satu informan yang telah diwawancarai bernama Bapak ML (79 Tahun)

Page 79: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

64

masyarakat Manongkoki sebagai pengikut sayyid, sebagaimana pertanyaan

dengan wawancara yang mengatakan bahwa:

“Lanri nikana pangngaingku mange ri Nabbiya Muhammad SAW

ebarak nikana teai nabbiya tena ki a’maudu’ nah tena tong maudu’ri

linoa. Apa-apa eroka nipasadia antu bayao, ase basse, siagang apa-

apa ri maraengannaya, naku kulle a’maudu’ ri Cikoang lanri lekbakku

a’bunting siagang turiballa, rioloangnganna a’maudu’ja mingka

anjoengja ri dato’ tenapa nakuammuntulu’nikana sayyed nia’pi tuang

Mino’ammantang ripa’rasanganga, nampa ri Cikoangi a’maudu’

punna nakke tong annemi maudukku paling baji paling tinggi amala’na

untuk mange nikana urusan aherat. Punna niak angkana kodi, tena

kupeduli passangmi apa nakana taua, nasaba nakke kukana anu baji,

attagalaki ri kuntutojeng”.

Terjemahan :

“ Sebab adanya rasa cintaku kepada Nabi Muhammad SAW ibarat

bukan Beliaulah maulid tidak ada didunia. Hal-hal yang perlu

disediakan seperti telur, padi, dan lain sebagainya, alasan saya

bermaulid di Cikoang dikarenakan setelah saya menikah dengan istriku,

sebelumnya saya sudah bermaulid di dato’ jauh sebelum saya

menemukan sayyid. Setelah datangnya Tuan Mino’ tinggal dikampung,

lalu beliau di Cikoang bermaulid, pribadi saya maulidlah yang paling

tinggi amalan ibadahnya menuju akhirat. Jika ada mengatakan ini

negatif, saya tidak perduli yang orang lain kataakan, sebab ini sesuatu

yang baik. Memegang keyakinan”.

(Wawancara mendalam, selasa 20 Agustus 2019)

Seperti yang dijelaskan oleh informan Bapak ML (80 Tahun) di atas,

salah satu informan yang telah diwawancarai bernama Ibu HN (44 Tahun)

Page 80: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

65

masyarakat Manongkoki sebagai pengikut sayyid, sebagaimana pertanyaan

dengan wawancara yang mengatakan bahwa:

“Dari pahamku ndik,,yang bawaki itu Sayyed Djalaluddin baru

nateruskanmi sayyedka.Perananku saya dalam tradisi adat Maudu’

Lompoa ri Cikoang itu semata-mata menjadi Papinawang Sayyed atau

Pengikut Sayyid. Bermaulidka di Cikoang karena di Cikoang memang

tempatnya yang baik bagiku. Jadi tentu kita sebagai pengikut Sayyid

yang harus kesana di Cikoang, ada rasa senangku dan cinta ku kepada

Nabi Muhammad, makanya saya mau bermaulid di Cikoang. Karena

Maudu’ Lompoa ri Cikoang jadi kita disana selaluki bersilaturahmi dan

lebih menguatkan hubungan persaudaraan dengan keluarga yang lain

serta bersama Sayyid Cikoang dan masyarakatnya.”

(Wawancara mendalam, Selasa, 20 Agustus 2019)

Seperti yang dijelaskan oleh informan Ibu HN (44 Tahun) di atas, salah

satu informan yang telah diwawancarai bernama Bapak KT (45 Tahun)

masyarakat Manongkoki sebagai pengikut sayyid, sebagaimana pertanyaan

dengan wawancara yang mengatakan bahwa:

“ rile’bakku a’bunting siagang amma’na, nakke tena mantong ku

a’maudu rioloangganna, nakke tena sikali panggappangku nikana

maudu’mingka saggena kuasseng angkana anu baji tenamo naku

tale’ba tanggaukangi tulima sanna rannuku punna lantama’mange ri

bulang pa’maudukanga. Kah kusa’ring anne pakkasia’pangngaingku

mange ri Nabbi Muhammad. Iami antu nirayakangi allo

kalassukangna iami antu a’maudu ri Cikoang”.

Terjemahan :

“sesudah saya menikah dengan ibunya, saya sama sekali tidak pernah

bermaulid sebelumnya, saya tidak memiliki pengetahuan terkait maulid

tapi, semenjak saya mengetahui bahwa ini adalah sesuatu yang baik

Page 81: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

66

tiap tahunnya saya selalu melakukannya, perasaannku senang sekali

jika mengahmpiri bulan maulid sebab ini perasaanku rasa cintaku

kepada Nabi Muhammad. Itulah hari kelahirannya hari perayaan dari

maulid di Cikoang

(Wawancara mendalam, selasa 20 Agustus 2019)

Seperti yang dijelaskan oleh informan Bapak KT (45 Tahun) di atas,

salah satu informan yang telah diwawancarai bernama RR (21 Tahun)

masyarakat Manongkoki sebagai pengikut sayyid, sebagaimana pertanyaan

dengan wawancara yang mengatakan bahwa :

“Papinawangki kita, mengikutki di Sayyed kah, setiap tahun orang

tuaku sellu najarka untuk ikut ke Cikoang merayakan Maudu’ Lompo.

Biasaka saya pergika antar bakul maulid itu yang biasa kaya’ julung-

julung. Maulid itu menurut cerita yang selalu diperdengarkan, Semua

itu sebetulnya berkaitan dengan proses kehidupan nya manusia di

dunia ini dan itu jumlah pengeluaran buat perayaan Maudu’lompoa ri

Cikoang ini tidak sedikit .”

(Wawancara mendalam, Selasa 20 Agustus 2019)

Dri pemaparan di atas dari beberapa informan maka dapat di simpulkan

bahwa dimana perkembangan, pelaksanaan, dan pemahaman tentang

Maudu’ Lompoa ri Cikoang hingga saat ini masih terjaga tanpa mengalami

beberapa pergeseran dibenak para pengikut sayyid yakni masyarakat

Manongkoki, diantaranya dari segi kuantitas, baik pengunjung ataupun

atribut. Perlu diketahui bahwa adanya ajaran Sayyid yang diajarkan Tuan

Mino kepada masyarakat Manongkoki yang mengakibatkan terjadinya

implementasi antar keduanya, adanya ketertarikan dan kemauan yang

Page 82: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

67

didasari oleh rasa sadar dari masyarakat Manongkoki sehingga tercipta rasa

ingin mengembangkan tradisi adat ini. kemudian Adanya kepercayaan dan

keyakinan yang dimiliki para pengikut sayyid, rasa cinta kasih saying kepada

Nabi Muhammad SAW sehingga masih tercipta, terjaga kelesetarian tradisi

adat tersebut. Dengan merayakan hari Mualid inilah bentuk rasa

kecintaannya masyarakat Manongkoki dengan merayakan hari kelahiran sang

Nabi. Jadi sebagai pengikut sayyid kemudian dengan adanya tradisi Maudu’

Lompoa ri Cikoang ini dapat menumbuhkan rasa rali persaudaraan antar

sesama umat mnsuia, memberikan ruang silaturahmi yang luas.

B. PEMBAHASAN

Gambaran hasil penelitian dengan teori yang digunakan, teori yang

digunakan itu adalah teori Tindakan Tradisional. Adapun permasalahnnya a)

Arti Makna Maudu’ Lompoa ri Cikoang Menurut Kaum Sayyid terhadap

Masyarakat Pengikut Sayyid di Kelurahan Manongkoki dan b) Dampak

Sosial Budaya terkait tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang terhadap

Masyarakat Pengikut Sayyid di Kelurahan Manongkoki. Dari permasalahan

yang ada diatas, dalam hal Implementasinya masyarakat Manaongkoki

selaku pengikut sayyid dalam tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang

bahwa adat tersebut merupakan sebuah tindakan Tradisional dari Max Weber

atau dalam bukunya Teori Sosiologin Klasik, Modern, Posmodern, Saintifik,

Hermeneutik, Kritis, Evaluatif dan Itegratif.

Di Sulawesi Selatan pun banyak daerah yang selalu merayakan hari

kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beberapa diantaranya yaitu: Kabupaten

Page 83: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

68

Gowa, Kabupaten Maros dan Kabupaten Takalar. Dari ketiga daerah

tersebut memiliki perbedaan dan keunikan tersendiri dalam melaksanakan

perayaan hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Terfokus di Kabupaten Gowa

perayaan maulid setiap tahunnya selalu rutin menggelar peringatan maulid,

bahkan setiap tahunnya bertambah, artinya bertambah jumlah bakulnya dan

bertambah antusias masyarakat Kabupaten Gowa sehingga akan banyak pula

yang tau makna dari maulid ini seperti apa. Pada peringatan Mualid Besar

Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal ini jadi spesial karena

ribuan warga yang berdatangan memang sengaja datang untuk melihat

keramaian tersebut. Bahkan dua bakul raksasa ini menjadi sasaran

masyarakat saling berebut telur hias dan hasil bumi yang dianggap sebagai

berkah pada setiap peringatan ritual adat maulid Nabi tersebut.

Tak tanggung-tanggung pihak Kecamatan, Desa, dan Kelurahan

menyiapkan total hingga 3.000 bakul maulid. Dimana perdesa menyapkan

minimal maksimal 15 bakul bahkan ada yang lebih. Sehingga dikali dengan

167 desa dan kelurahan di Gowa, maka ada 2.505 bakul, ditambah lagi

dengan lainnya jadi total bisa mencapai 3.000 bakul maulid. Ditempat yang

sama, pihak pemerintah Kabupaten Gowa menuturkan bahwa ini salah satu

syiar Islam untuk mengajak seluruh jajaran Pemkab Gowa mulai dari

pemerintah Desa agar selalu berbagi kepada masyarakat melalui maulid ini.

Olehnya pengharapan ini berharap dengan adanya kegiatan ini Pemkab Gowa

dan masyarakat bisa menjalin kebersamaan dan menjaga kekompakannya.

Selain menunjukkan kevintaan kepada Allah dan Muhammad SAW tetapi

Page 84: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

69

juga sekaligus menunjukkan kecintaan kita terhadap sesame untuk bisa saling

berbagi di Maulid ini, dan semoga di momentum inikita tetap terjaga

menjaga kebersamaan dan kekompakan dengan masyarakat. Sekadar di

ketahui pada peringatan maulid di Gowa yang di rayakan di Balla Lompoa

dilaksanakan lomba hias bakul maulid tingkat Kecamatan wilyah Kabupaten

Gowa.

Sama halnya maulid yang dirayakan oleh masyarakat di Kabupaten

Maros tepatnya di Kecamatan Marusu Desa Temmappadue. Peringatan hari

lahir Nabi besar Muhammad SAW dengan berbagai kegiatan keagamaan

yang dipadu dengan unsur ritual budaya menjadi tradisi adat bagi umat Islam

di Indonesia, dan serubu jamaah tarikat Khalawatiah Samman di Patte’ne

sejak minggu lalu sudah mulai berbenah untuk puncak acara. Penyandingan

dengan Haul (wafatnya) Syekh Muhammad Saleh Puang Turu (1862-1967

M), salah seorang penyebar tarikat tersebut di sulsel. Aroma Islam sudah

tercium ketka memasuki Dusun Patte’ne, Kelurahan Temmappadua,

Kecamatan Marusu, Kabupetan Maros. Aktivitas keagamaan, seperti zikir,

mengaji dan beberapa aktivitas menjadi warna tersendiri di dusun itu. Dusun

yang selalunya sunyi senyap tersebut, tiba-tiba seakan tersihir menjadi

sebuah kota besar denga tingkat keramaian yang tidak main-main. Maklum

jemaah yang datang untuk mengikuti peringatan maulid tersebut bukan saja

berasal dari Makassar atau Sulsel. Tapi lebih dari itu, ratusan jemaah ini

justru bersal dari luar Sulsel, Seperti Kalimantan, Sultra, Jawa dan beberapa

jemaah yang datang dari luar Indonesia, seperti Malaysia dan Brunei

Page 85: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

70

Darussalam, Mesir dan Arab Saudi. Rasa panas dan sesak tidak menjadi

penghalang bagi jemaah Khalawatiah untuk tetap khususk melantunkan zikir.

Sehari sebelum puncak acara yang jatuh pada tersebut. Seluruh jemaah

Khalawatiah Samman berkumpul di Masjid Patte’ne. setelah melakukkan

shalat magrib berjamaah, tanpa diperintah jammah tetap melantunkan Asma

Allah dan meminta keselamatan bagi Nabi Muhammad SAW bersama

keluarga dan sahabat-sahabatnya. Indah benar alunan zikir tadinya ribut

berhenti senejak. Yang terdengar hanya alunan zikir, pujian kepada Allah

dan permohonan keselamatan.

Setelah semalaman berzikir bersama, keesokan harinya adalah punvak

acara perayaan Maulid. Terharapkan kepada seluruh umat Islam yang ada di

Sulsel untuk tetap menjaga nilai-nilai silaturahmi dengan cara menerapkan

dan mengaplikasikan ajaran dan sekaligus akhlak Nabi Muhammad SAW

“Perbedaan adalah hal yang wajar. Yang trpenting adalah bagaimana kita

(umat Islam) tetap mengikuti petunjuk dan ajaran Islam berdasar Alquran

dan Hadist dan juga berusaha mengikuti akhlak Rasulullah”, dan sekedar

untuk diketahui, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW menjadi agenda

tetap bagi jemaah Khalawatiah Samman di Kabupaten Maros.

Implementasi atau pelaksanaan pada masyarakat Manongkoki dalam

perayaan tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang tertuang pada pandangan

masyarakat Manongkoki dalam catatan riwayat hidup masyarakat tersebut,

tradisi adat maulid itu sudah berjalan lama selang waktu saat pendahulu

mereka sekitar 92 tahun lalu. Namun perayaannya biasa saja, Maulid yang

Page 86: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

71

kerap dirayakannya itu dilaksanakan di rumah salah satu tokoh agama sebut

saja keluarga kerabat Bangsawan yang merupakan sosok tokoh dipercayai

akan nilai budaya yang dituturkannya. Saat itu, sebagian masyarakat

Manongkoki belum mengenal sosok Kaum Sayyid yang mengajarkan nilai-

nilai kebaikan lebih baik lagi. Berselang waktu kemudian sekitar ± 69 tahun

yang lalu Awal masuknya perkenalan Maudu’ Lompoa ri Cikoang terhadap

masyarakat Manongkoki itu ditandai dengan kedatangan Sayyid Mino’ yang

berdiam tinggal di wilayah Kelurahan Manongkoki beliau merupakan salah

satu PNS yang bekerja di kecamatan, karena persoalan jarak antar tempat

tinggal aslinya dengan tempat kerjanya sehingga beliau memilih Kelurahan

Manongkoki sebagai tempat tinggal sementara.

Kedatangan Sayyid Mino’ ini, memberikan pemahaman yang lebih

baik akan tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang. Setelah Tuan Mino’ dan

masyarakat Manongkoki saling berinteraksi satu sama lain, pada akhirnya

saling bertukar pemahaman terhadap keyakinanan ajaran agama Islam tiada

lain akan hal perayaan Maulid, dan semenjak hal itulah Masyarakat

Manongkoki ini yang tertarik dan bahkan masyarakat Manongkoki yang

dulunya tidak merayakan Maulid di Cikoang akhirnya melaksanaan Maulid

di Cikoang. Dengan berbekal nilai agama dan budaya yang ada pada tradisi

adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang diajarkan oleh Kaum Sayyid pada

akhirnya semakin hari Pengikut Sayyid pun semakin bertambah. Sehingga

demikian penulis akhirnya memiliki ketertarikan untuk menuliskan dalam

peneltian ini, untuk menggambarkan semua yang telah didapatkan dari

Page 87: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

72

lapangan, dari implementasi adat ini melahirkan arti makna Maudu’ lompoa

ri Cikoang menurut Kaum sayyid terhadap Masyarakat Manongkoki. Dalam

hal ini penulis akhirnya telah menguraikan hasil permasalahan yang

sebelumnya telah dipaparkan.

1. Arti Makna Maudu’Lompoa ri Cikoang menurut Kaum Sayyid

terhadap Masyarakat Manongkoki

Prosesi tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang di rayakan oleh

Kaum Sayyid dan pengikut sayyid masyarakat Manongkoki yang memiliki

makna dan pesan yang terkandung bagi para pengikut Sayyid. Sebelumnya

telah dijelaskan arti Maudu’Lompoa ri Cikoang menurut Kaum Sayyid,

namun dibalik penjelasan itu terkandung makna didalamnya. Hal ini yang

merupakan sesuatu yang sulit dipahami oleh masyarakat pada umumnya.

Karena pemahaman tersebut tertuang dalam tradisi adat Maudu’ Lompoa ri

Cikoang, sebagai suatu sistem tradisi budaya yang komples, untuk mengatur

tingkah laku dan kebudayaan bagi para Sayyid dan para Pengikut Sayyid.

Pelaksanaan Maudu’ Lompoa ri Cikoang merupakan bentuk rasa syukur

kepada sang Pencipta dan Nabinya khususnya Nabi Muhammad SAW karena

telah diberi kehidupan, rejeki, kesehatan, dan bermaksud untuk mempererat

tali persaudaraan dengan cara silaturahmi antar para Sayyid selaku

masyarakat Cikoang dan Para pengikut Sayyid yakni masyarakat

Manongkoki.

Hal ini ditunjukkan oleh masyarakat Manongkoki, karena adanya

ajaran para Kaum Sayyid kepada masyarakat Manongkoki, sebab mereka

punya pandangan tersendiri terkait perayaan Maudu’ Lompoa ri Cikoang

Page 88: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

73

yang bukan hanya sekedar sebagai artefak kebudayaan. Namun, melainkan

tradisi adat ini bernyawa dalam menjalani kehidupan, dan menjadikan tradisi

adat yang dinilai sakral dari nilai religious dikalangan para Sayyid dan

masyarakat Manongkoki.Maudu’ Lompoa ri Cikoang merupakan tradisi adat

dalam praktek kehidupan sehari-hari dimana sebelum berkegiatan akan lebih

baiknya membaca do’a, persiapan dan perilaku yang juga sering digunakan

dalam prosesi ibadah sehari-hari. Proses tradisi adat Maudu’ Lompoa ri

Cikoang ini merupakan penggabungan antara nilai keagamaan dengan nilai-

nilai budaya yang menjadi perayaan tahunan bagi Kaum Sayyid dan

pengikut sayyid Masyarakat di Kelurahan Manongkoki.

Dalam proses perayaannya ini terdapat makna dari Arti Makna Maudu’

Lompoa ri Cikoangmenurut Kaum Sayyid yang kemudian sebelumnya sudah

diuraikan didalam penejelasannya itu, dari ketiga arti itu diantaranya

Kaniakkang (keberadaan), Kalassukang (kelahiran), dan Pakaramula

(permulaan). Hal ini yang dimaksudkan tertuang sarat akan makna dari

ketiga itu, sehingga sangat penting diketahui makna dari arti tradisi adat

Maudu’ Lompoa ri Cikoang menurut Kaum Sayyid sesuai dengan Falsafah

hidup serta permulaan penciptaan roh manusia yang di haturkan oleh kaum

Sayyid kepada para pengikutnya terhadap Masyarakat Manongkoki yakni

diantaraya :

a). Syari’at merupakan hukum, ikatan, hubungan, komunikasi,

kelompok, persekutuan, dan aturan dalam agama Islam yang mengatur

seluruh sendi kehidupan umat muslim. Misalnya serikat daging dengan

Page 89: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

74

orang-orang yang bersepakat untuk menjalani perdagangan bersama.

Sarikat disini dapat dinisbatkan dari kaum Sayyid kepada masyarakat

Manongkoki.

b). Tarikat merupakan kelompok (dalam hal ini bisa termasuk serikat)

umum dalam tradisi tertentu yang diyakini member manfaat ketika

melaksanakan amalan-amalan lahir dan batin bertujuan untuk

membawa seseorang lebih bertaqwa. Misalnya membiasakan diri

membaca surah al-ikhlas, dan meyakini bahwa al-ikhlas adalah inti dari

Al-qur’an dengan manfaat dapat mendekatkan diri pada Allah. Tarikat

bisa dinisbatkan pada paraktek pelaziman dalam perayaan tradisi

maulid atau perayaan tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang.

c). Hakikat merupakan makna batin yang mampu diserap oleh akal

dan hati seseorang dari segala gerak ataupun sesuatu yang terjadi.

Misalnya hakikat salat, puasa, salawat yang intinya bukan pada

gerakannya namun pada maknanya, makna tersebut berurusan dengan

pencapaian akal, hati dan jiwa. Hakikat bisa dinisbatkan pada

kepercayaan akan makna penting pelaksanaan tradisi adat Maudu’

Lompoa ri Cikoang.

d). Makrifat merupakan ilmu yang dicapai dari ilahia. Maksudnya

ilmu yang didapatkan dari kehendak Yang Maha Kuasa. Makrifat bisa

dinisbatkan pada sumber inspirasi dan dasar pelaksanaan dari Maudu’

Lompoa ri Cikoang.

Page 90: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

75

Kemudian dalam perayaan Maudu’ Lompoa ri Cikoang ini memiliki

ciri khas dalam perayaannya, bagi masayarakat yang menjalankannya

terkhusus kaum Sayyid dan masyarakat Manongkoki menganggap sistem

pengetahuan yang bersumber melalui budaya masyarakat, keunikan dari pada

tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang yakni masyarakat menjalankan

syarat-syarat untuk menyambut hari yang suci. Sebulan sebelum datangnya

Maudu’ Lompoa ri Cikoang kaum Sayyid dan pengikut sayyid yakni

masyarakat Manongkoki melaksakan kegiatan mandi syaffar, yang bertujuan

untuk mensucikan diri dalam memasuki acara menjelang kegiatan Maudu’

Lompoa ri Cikoang, lalu mengurung ayam selama sebulan lamanya yang

bertujuan untuk mensucikan ayam sebelum dipotong pada hari yang telah

ditentukan.

Kemudian tiga minggu menjelang maulid, pengikut Sayyid selaku

masyarakat Manongkoki akan berbondong-bondong ke rumah para Sayyid

untuk melakukan kegiatan menumbuk padi hingga menjadi beras, proses

penumbukan dilakukan dengan tradisional dengan mengandalkan tenaga

manusia setelah itu, kemudian tahap pembuatan minyak goreng dari kelapa

tua yang akan dipakai nantinya untuk menggoreng ayam. Dua hari mendekati

sebelum puncak acara Maudu’ Lompoa ri Cikoang, saatnya pemotongan

ayam serta menggoreng ayam yang tadinya dikurung selama ± sebulan.

Kemudian sehari sebelum acara perayaan, beras yang tadinya akan

dikukus setengah matang dengan menggunakan fasilitas tradisional

diantaranya memasak beras menggunakan kendi tanah liat, beras tersebut

Page 91: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

76

dikukus setengah matang serta pada malam harinya puncak malam tusuk

telur dan menghiasi bakul, dan hiasan lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa beras dimaksud merupakan sebuah

kehidupan. Kelapa dimaksud merupakan pencapaian dari nilai kehidupan.

Ayam dan telur disimpulka sebagai Nabi Muhammad yang memiliki jiwa

(Nur Muhammad) dan wujud dari Muahmmad (ketika lahir). Serta bakul

dimaksud merupakan wadah dimanan akan melingkupi pencipta (Tuhan).

Kemudian adapun arti nilai-nilai budaya yang ada pada tradisi adat

Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang telah diajarkan oleh kaum Sayyid yang

sudah melekat kuat dikalangan masyarakat Manongkoki diwujudkan dengan

melaksanakan tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang. Hal itu dibuktikan

karena yang dimilikinya identitas berani, ulet, luges, cerdas, mengedepankan

persaudaraan, ramah dan santun yang terlihat jelas dalam pelaksanaan

prosesi tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang. Sikap gotong royong,

tenggang rasa, dan nilai-nilai kebudayaan lainnya menjadi dasar

terlaksananya tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang.

Setelah penulis telah menguraikan pokok permasalahan pertama yang

telah diuraikan, kini penulis merunjuk permasalahan yang kedua terkait

Maudu’ Lompoa ri Cikoang. Sebelum itu penulis telah memaparkan dampak

sosial budaya dalam penjelasan sebelumnya kemudian permasalahan kali ini

yang dimaksudkan penulis adalah penjelasan dari dampak sosial budaya

terkait tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang.

Page 92: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

77

2. Pandangan Sosial Budaya Maudu’Lompoa ri Cikoang terhadap

Masyarakat Manongkoki

Di dalam setiap sistem kemasyarakatan terjadi hubungan antarpribadi

antarkelompok maupun antara pribadi dengan kelompok dan sebaliknya.

Apabila terjadi interaksi sosial yang berulang kali sehinga menumbuhkan

pola tertentu, akan timbul kelompok sosial. kehidupan berkelompok di dalam

kelompok-kelompok sosial tersebut cenderung menghasilkan kebudayaan.

Pada latar belakang sosial budaya suatu masyarakat terutama masyarakat

dipedesaan tertuju di masyarakat Manongkoki didasarkan pada struktur

sosial masyarakat yang bersangkutan.

Umumnya ada dampak sosial budaya Maudu’Lompoa ri Cikoang yang

merupakan kebudayaan dalam suatu masyarakat, yang didasarkan pada sosial

budaya masyarakat pengikut Sayyid. Untuk lebih lanjut secara sosial budaya

perayaan adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang merupakan suatu peringatan hari

lahir Nabi Muhammad SAW. perayaan tersebut memiliki keterkaitan antara

hubungan sosial budaya dengan agama, adanya peringatan ini didasarai atas

kemauan Penganut Islam terutama Sayyid dan Para Pengikut Sayyid untuk

terus mengingat ajaran Nabi Muhammad SAW, utamanya tentang cinta

kasih, persaudaraan, keadilan sosial.

Hal tersebut dianggap sangat penting untuk menilai latar belakang

kehidupan watak dan sifat-sifat mendasar pada masyarakat khususnya

masyarakat Manongkoki sebagai Pengikut Sayyid. Mengenai hal demikian

para Pengikut Sayyid memiliki pandangaan positif terkait tradisi adat

Page 93: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

78

Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang telah diajarkan oleh Kaum Sayyid dan

telah dianutya, namun hal demikian tak bisa dipungkiri karena perbedaan

pandangan adanya dampak negatif yang ditimbulkannya menurut khayalak

masyarakat umum.

Sebelumnya telah diberikan pemahaman dampak yang negatif yang

dikritisi oleh masyarakat khayak umum yang berupa menimbulkan sikap

keburukan, lantaran banyak yang beranggapan bahwa hal demikian hanyalah

bersifat pemborosan semata, dan melebih-lebihkan sesuatu yang tak

sepantasnya dalam ajaran agama. Namun dari beberapa banyaknya kritikan

yang ditunjukkan khalayak umum terkait pada kegiatan penyelenggaran

Maudu’ Lompoa ri Cikoang dalam perayaan kebudayaan ini. Tapi pada

kenyataannya tidak melunturkan hati para Pengikut Sayyid untuk terus ikut

mengembangkannya, sebab bagi mereka hal demikian itu bersifat baik

karena penyelenggaraan Maudu’ Lompoa ri Cikoang tiada lain hanya untuk

Nabi Rasulullah Muhammad SAW. Sesuai dengan tujuan tradisi adat

Maudu’ Lompoa ri Cikoang, hubungan sosial budaya yang di tunjukkan

kaum Sayyid terhadap pengikutnya yakni masyarakat Manongkoki adanya

hubungan silaturahmi antar keduanya. Kemudian tidak kurang pula

pantangan-pantangan yang di keluarkan Kaum Sayyid yang harus dihindari

oleh para Pengikut Sayyid yakni Masyarakat Manongkoki pantangan tersebut

telah terpenuhi oleh Pengikut Sayyid yakni Masyarakat Manongkoki dari

awal tahap persiapan samapai hari perayaannya. Pantangan-pantangan itu

Page 94: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

79

kebanyakan berlaku pada bahan yang akan dipakai dalam perayaan tradisi

adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang.

Seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa tradisi adat Maudu’

Lompoa ri Cikoang, didasari sifat kesucian atau taharah. Semua benda yang

akan dipakai dalam tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang harus bersih dan

suci karena akan disuguhkan kepada Ciptaan Tuhan Yang paling Mulia dan

terhormat, yaitu Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu semua benda yang

disuguhkan haruslah memenuhi syarat, terutama dalam hal taharah (bersih).

Telah disebutkan pula bahwa bahan materi yang akan dipakai dalam tradisi

adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang haruslah bahan yang baik dan terpilih serta

dapat dijadikan bibit. Ini menunjukkan bahwa sangat dipantangkan

menggunakan bahan yang kurang baik atau bahan yang busuk atau rusak

karena hal yang demikian tidak wajar disuguhkan kepada orang yang

termulia Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Demikian pula sisa-sisa dari

bahan yang dipakai pantang sekali dimakan atau dijilat oleh manusia atau

binatang. Dengan adanya jilatan binatang atau karena dimakan bukan lagi

merupakan sesuatu yang asli atau utuh melainkan merupakan sisa-sisa dari

manusia atau binatang. Hal yang demikian ini tidak pantas disuguhkan

kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Oleh karena itu pantangam-

pantangan ini harus dijaga sehingga segala bahan yang akan dijadikan

perlengkapan dalam tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang terjamin

kebersihan dan keutuhannya, mulai dari persiapan sampai pada

pelaksanaannya.

Page 95: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

80

Adapun yang dilahirkan dari pada tradisi adat Maudu’ Lompoa ri

Cikoang dalam menjalin hubungan kemasyarakatan, warga masyarakat

Manongkoki tidak hanya terpaku pada kerukunan yang dijalankan oleh

masyarakat setempat dalam sebuah wilayah, namun sebagaimana

menciptakan suatu kelompok adat, kebudayaan maupun yang lain agar

kerukunan tidak hanya terjalin dalam satu waktu, akan tetapi dalam jangka

panjang akan terjadi secara turun temurun.Dalam kebiasaan yang dilakukan

secara turun temurun, hal demikianlah yang diharapkan oleh para leluhur

dalm menciptakan suasana yang penuh dengan kebersamaan dan mempererat

tali silaturahmi yang dituangkan dalam tradisi adat Maudu’ Lompoa ri

Cikoang yang sengaja diciptakan agar terjalin hubungan dalam mencapai

suatu keinginan yang bersifat positif. Dalam menjalin hubungan

kebersamaan dengan diadakannya tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang

dapat dijadikan sebgai salah satu alternatif untuk dapat menyatukan satu

keluarga dengan keluarga lain antar desa. Hal ini dapat menjadikan sebuah

alasan terjadinya Implementasi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang terhadap

Masyarakat Kelurahan Manongkoki sebagai Pengikut Sayyid.

Page 96: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

81

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, Implementasi adat Maudu’ Lompoa ri

Cikoang (Maulid Besar dii Cikoang) terhadap masyarakat di Kelurahan

Maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan untuk menjawab

masalah yangdapat ditarik olehpenulis yaitu:

1). Arti MaknaMaudu’ Lompoa ri Cikoang menurut kaum sayyid terhadap

masyarakat Pengikut Sayyid di Kelurahan Manongkoki. Tersirat pesan-

pesan khusus dan utama, secara khusus tertuang kedalam 4 makna

Pertama, Syari’at, Tarikat, Hakikat dan Makrifat. Kemudian tersirat

pesan utama yang ingin diungkapkan saat perayaan adat, yaitu

pengharapan kepada atas segala keselamatan, kemudahan rejeki dan

paling penting dalam tradisi adat ini merupakan bentuk rasa cinta sayyid

dan masyarakat Manongkoki kepada Nabinya yakni Nabi Muhammad

SAW.

2). Pandangan Sosial Budaya masyarakat terkait tradisi adat Maudu’ Lompoa

ri Cikoang terhadap Masyarakat Pengikut Sayyid di Kelurahan

Manongkoki. Masyarakat Manongkoki sebagai pengikut Sayyid,

menimbulkan pandangan yang negatif bagi masyarakat umum,tapi bagi

Pengikut Sayyid merupakan suatu pelaksanaan perayaan hari lahir Nabi

Muhammad. Keterkaitan hubungan sosial budaya dengan agama ini

didasariatas kemauan masyarakat Manongkoki sebagai pengikut sayyid

Page 97: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

82

untuk terus mengingat ajaran Nabi Muhammad SAW, utamanya tentang

cinta kasih, persaudaraan, keadilan sosial.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1). Diharapkan kepada Sayyid dan Masyarakat Manongkoki Pengikut Sayyid

lebih terbuka dalam memberikan informasi kepada masyarakat khalayak

umum yang kurang memahami mengenai tradisi adat Maudu’ Lompoa ri

Cikoang dan hendaknya tetap menjaga dan melestarikan tradisi adat

tersebut, baik dari segi pelaksanaannya ataupun makna yang terkandung

dalam tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang sudah sesuai dengan

perkembangan zaman dan mengarah kepada Allah SWT. saat prosesi

tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang sedang berlangsung

dengan tujuan untuk mengenalkan tradisi adat kepada generasi muda

sebagai penerus.

2). Diharapkan kepada masyarakat khalayak umum yang tidak mengenal dan

memahami Maudu’ Lompoa ri Cikoang yang sesungguhnya, sekiranya

harus memiliki pandangan yang positif dan jauh dari pandangan kata

ghibah. Sebab Sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang ghibah

terhadap sesama.

3). Kepada Aparat Pemerintah khususnya Dinas Sosial Kebudayaan dan

Parawisata Kabupaten Takalar untuk tetap ikut menjaga dan

Page 98: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

83

melestarikan perkembangan tradisi adat Maudu’ Lompoa ri Cikoang

agar tardisi adat ini tetap terkenal diluar bahkan dunia serta bisa

menjadikan seuah ifen wisatawan yang bertujuan untuk menambah

devisa Negara.

Page 99: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

84

DAFTAR PUSTAKA

Alifanty, Nur Yani. 2017. Makna Penghargaan Dalam Ritual Maudu’

Lompoa di Desa Cikoang, Kecamatan Mangngarabombang,

Kabupaten Takalar. Jurnal Ilmu Komunikas Volume10 , Nomor

3.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Upacara Tradisional Darah

Sulawesi Selatan: Direktorat Jenderal Kebudayaan. Proyek

Intervestarisi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Sulawesi

Selatan: Tahun 1981/1982.

Ebing, Kang. Sekilas Tentang Kearifan Lokal Mayarakat. (online)

http://kangebink.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Mei

2019.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2019. Panduan Penulisan

Proposal dan Skripsi. Makassar. Unismuh Makassar.

Kamus Besar Bahasa Indonesia: http;//brainly.co.id. Pengertian

Kebudayaan : Diakses pada tanggal 12 Mei 2019.

Manyambeang, Abd Kadir.1984. Upacara Tradisional Dengan Alam dan

Kepercayaan di Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mattaliti. 1980. Budaya Lokal. (online) http;towarani1407.blogsot.com.

Diakses pada tanggal 12 Mei 2019.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT

Remaja Rosda.

M, Rina. 2015. Kearifan Lokal Masyarakat Cikoang Dalam

Pengembangan Parawisata Kabupaten Takalar. Skripsi Tidak

Diterbitkan. Makassar. Fakultas FKIP Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Nurinna, 2015. Tradisi Pattumateang Pada Masyarakat Jeneponto (Studi

Kasus Di Desa Arrungkeke Kecamatan Arungkeke Kabupaten

Jeneponto). Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar. Fakultas Ilmu

Sosial. Universitas Negeri Makassar.

Nursalam, Suardi, Syarifuddin. 2016. Teori Sosiologi Klasik, Modern,

Posmodern, Saintifik, Hermeneutik, Kritis, Evaluatif, dan

Integratif. Penerbit Writing Revolution.

Nonci, 2010. Upacara Maudu’ Lompoa Patorani dan Songka Bala.

Makassar. Cv Aksara.

Page 100: IMPLEMENTASI ADAT MAUDU’ LOMPOA RI CIKOANG …

85

Rahmawati. 2015. Perilaku Sosial Penganut Sayyid Pada Masyarakat

Cikoang Kabupaten Takalar. Skripsi Tidak Diterbitkan.

Makassar. Fakultas FKIP Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Ratna. 2005. Defenisi Kebudayaan menurut E. B Tylordalam bukunya

Primitive Culture. (1781).

Satori, M. A., Komariah, Aan. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Alfabeta.

Silalahi, Uber. 2012. Metodologi Penelitian Sosial, edisi ketiga. Bandung.

PT. Refika Utama.

Soekanto, Soerjono, 2007. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sudirman. 2012. Ganrang Pamanca’ dalam Upacara Tradisional Maudu’

Lompoa di Desa Cikoang Kabupaten Takalar. Jurnal Studi

Sendratasik Universitas Negeri Makassar Volume 12, Nomor 2

Tato, Syahrir. Warisan Budaya Lokal Indonesia. (online) http:// pustaka

warisan budaya lokal Indonesia/ Syahrianto’s.blog.html.

Diakses pada tanggal 13 Mei 2019.

Zulkifli, Potensi Pariwisata Kabupaten Takalar. (online)

http://infosulawesiselatan.blogsot.com. Diakses pada tanggal 12

Mei 2019.