Immuno Modulator
Transcript of Immuno Modulator
MAKALAH
IMUNOLOGI
“ SEDIAAN SISTEM IMUN ”
OLEH :
SEPTARIA (1001090)
DOSEN PEMBIMBING :
Dra. Sylfia Hasti,M,Farm,Apt.
PROGRAM STUDI S-1
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada Penulis sehingga Penulis mampu menyelesaikan
makalah dengan judul “ Sediaan Sitem Imun ”.
Makalah ini berisi tentang Sistem imun manusia yang dilengkapi dengan
contoh – contoh sediaan sistem imun yang beredar. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan koreksi, saran, dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca demi perbaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua pada umumnya dan bagi
penulis sendiri khususnya.
Pekanbaru, November 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan
kegiatan dan tidak pernah melalaikan tugasnya adalah sistem kekebalan tubuh
atau biasa kita sebut dengan sistem imun. Sistem ini melindungi tubuh sepanjang
waktu dari semua jenis penyerang yang berpotensi menimbulkan penyakit pada
tubuh kita. Ia bekerja bagi tubuh bagaikan pasukan tempur yang mempunyai
persenjataan lengkap.
Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili
keseluruhan di dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan
dalam sistem akan menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat sangat
diperlukan bagi tubuh kita. Sistem imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan
organ yang terdiri atas :
Pertahanan lini pertama tubuh
Merupakan bagian yang dapat dilihat oleh tubuh dan berada pada permukaan
tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air liur, bulu hidung, keringat, cairan
mukosa, rambut.
Pertahanan lini kedua tubuh
Merupakan bagian yang tidak dapat dilihat seperti timus, limpa, sistem
limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/ leukosit, antibodi, dan hormon.
Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan masuknya
virus, bakteri, jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki tubuh melalui kulit,
hidung, mulut, atau bagian tubuh lain. Sistem imun kita tersebar di seluruh tubuh
dan tidak berada di bawah perintah otak, tetapi bekerja melalui rangkaian
informasi pada tiap bagian dari sistem imun. Jumlah sel-sel imun lebih banyak 10
kali lipat dari sistem saraf dan mengeluarkan empat puluh agen imun yang
berbeda-beda untuk melindungi tubuh dari penyakit. Sistem pertahanan tubuh
pada manusia atau lebih kita kenal sebagai sistem imun sering diartikan sebagai
suatu efektor dalam menghalau ‘musuh’ yang terdiri atas zat asing yang akan
memasuki tubuh. Istilah “Imun” berasal dari suatu istilah pada era Romawi yang
berarti suatu keadaan “bebas hutang”. Dengan demikian, sistem imun lebih tepat
diartikan sebagai suatu sistem yang menjamin terjalinnya komunikasi antara
manusia dan lingkungan yaitu media hidupnya secara setara dan tidak saling
merugikan.
Secara umum, sistem imun manusia dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun
alamiah (innate/natural immunity) dan sistem imun adaptif (spesific immunity).
Sistem imun alamiah terdapat sejak kita lahir dan merupakan pertahanan pertama
tubuh terhadap masuknya zat-zat asing yang mengancam tubuh kita dimana
sistem imun alamiah ini terentang luar mulai dari air mata, air liur, keringan, bulu
hidung, kulit, selaput lendir, laktoferin dan asalm neuraminik (pada air susu ibu),
sampai asam lambung.
Di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat komponen
sistem imun alamiah (innate/natural immunity) antara lain terdiri atas fasa cair
seperti IgA (immunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim, atau juga CRP
(C-Reactive Protein). Selain itu, fasa selular terdiri atas sel-sel pemangsa (fagosit)
seperti sel darah putih (PMN-Polimorfonuklear), sel-sel mononuklear (monosit
dan makrofag) sel pembunuh alamiah (natural killer), dan sel-sel dendritik.
Sedangkan pada sistem imun adaptif (spesific immunity) terdapat sistem
dan struktur fungsi yang lebih kompleks dan beragam. Sistem imun adaptif terdiri
atas sub-sistem seluler, yaitu keluarga sel limfosit T (T helper dan T sitotoksik)
dan keluarga sel mononuklear. Sub-sistem kedua yaitu sub-sistem humoral yang
terdiri dari kelompok protein globulin terlarut (fasa cair), yaitu Immunoglobulin
G, A, M, D, dan E. Immunoglobulin dihasilkan oleh sel limfosit B melalui proses
aktivasi khusus yang bergantung pada karakteristik antigen yang dihadapi. Secara
berkesinambungan dalam jalinan koordinasi yang harmonis, sistem imun, baik
yang alamiah maupun adaptif, senantiasa bahu-membahu menjaga keselarasan
interaksi antara sistem tubuh manusia dan media hidupnya (ekosistem).
Sistem imun menyediakan kekebalan terhadap suatu penyakit yang disebut
imunitas. Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi
respon terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
Sistem pertahanan tubuh terbagi atas 2 bagian yaitu:
A. Pertahanan non spesifik
Merupakan garis pertahan pertama terhadap masuknya serangan dari luar.
Pertahanan non spesifik terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. Pertahanan fisik :kulit, mukosa membran
2. Pertahanan kimiawi: saliva, air mata, lisozim (enzim penghancur)
3. Pertahanan biologis: sel darah putih yang bersifat fagosit
(neutrofil,monosit,acidofil), protein antimikroba dan respon
pembengkakan (inflammatory).
B. Pertahanan spesifik
Dilakukan oleh sel darah putih yaitu sel darah putih Limfosit. Disebut
spesifik karena: dilakukan hanya oleh sel darah putih Limfosir, membentuk
kekebalan tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga terjadi
pembentukan antibodi dan setiap antibodi spesifik untuk antigen tertentu.
Limfosit berperan dalam imunitas yang diperantarai sel dan anibodi.
BAB II
PEMBAHASAN
I. IMMUNOMODULATOR
1.1 Definisi
Immunomodulator adalah sebuah bahan alamiah atau sintetis yang akan
membantu tubuh kita dalam meregulasi atau menormalisasi sistem kekebalan
tubuh. Immunomodulator membantu memperbaiki sistem kekebalan tubuh atau
menenangkan sistem kekebalan yang over aktif. Namun immonomodulator tidak
meningkatkan sistem kekebalan seperti yang dilakukan oleh immunostimulant
(seperti contohnya Echinacea). Immunomodulator direkomendasikan untuk
orang-orang dengan penyakit autoimun dan secara luas digunakan pada penyakit-
penyakit kronik untuk mengembalikan sistem kekebalan dalam rangka membantu
orang-orang yang mengkonsumsi antibiotik atau terapi anti virus jangka panjang
(termasuk terapi antiretroviral untuk pengobatan HIV). Immunomodulator bekerja
dengan cara menstimulasi sistem pertahanan natural atau adaptif, seperti
contohnya mengaktifkan sitokin yang secara alamiah akan membantu tubuh dalam
memperbaiki sistem kekebalan tubuh.
1.2 Golongan Obat – obat Imunomodulator
1. Imunomodulator Alamiah
Immunomodulator alamiah termasuk ginseng, chamomile tea, minuman lemon
atau zaitun, ekstrak jamur resihi dan esktrak daun zaitun.
2. Imunomodulator Sintetis
Tacrolimus
Komposisi :
Tacrolimus
Indikasi :
Tacrolimus dapat digunakan pada preparat topikal untuk terapi dermatitis
atopik berat, terbukti efektif digunakan pada pasien dengan eczema,
vitiligo dan nickel allergy.
Mekanisme kerja :
Tacrolimus merupakan hasil fermentasi dari Streptomyces tsukubaensis
dan diisolasi pertama kali pada tahun 1984. Tacrolimus bekerja dengan
menghambat transkripsi gen pembentuk sitokin pada limfosit T.
Tacrolimus memiliki aktivitas immunosupresif seperti cyclosporine,
namun dengan volume yang sama tacrolimus memiliki daya yang lebih
kuat.
Efek samping :
Efek samping pemberian immunomodulator termasuk diantaranya adalah
mual, muntah, diare, radang perut, ruam, malaise dan peradangan hati.
Nama paten :
Protopic
Bentuk sediaan dan Dosis :
Salep 0.03% x 10 g
Salep 0.1% x 10 g.
Dewasa : oleskan tipis (kandungan salep 0.03% – 0.1%) pada daerah kulit
yang terkena, lanjutkan sampai satu minggu hingga gejala dan tanda dari
dermatitis atopik hilang.
Anak (usia kurang dari 2 tahun) : oleskan tipis (kandungan salep 0.03%)
pada daerah kulit yang terkena, lanjutkan sampai satu minggu hingga
gejala dan tanda dari dermatitis atopik hilang.
II. IMUNOSUPRESAN
2.1 Definisi
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan
respons imun seperti pencegah penolakan transplantasi, mengatasi penyakit
autoimun, dan mencegah hemolisis rhesus pada neonatus. Sebagian dari
kelompok obat ini bersifat sitotoksik dan digunakan sebagai antikanker.
Imunosupresan digunakan untuk 3 indikasi utama, yaitu:
a. Transplantasi organ
b. Pencegahan hemolisis rhesus pada neonates
c. Pengobatan penyakit autoimun
Penyakit autoimun berkembang bila sistem imun mengalami sensitisasi
oleh protein endogen dan menganggapnya sebagai protein asing. Hal ini
merangsang pembentukan antibodi atau perkembangan sel T yang dapat bereaksi
dengan antigen endogen ini. Efektivitas terapi imunosupresan tergantung dari
jenis penyakit, dan umumnya kurang efektif dibanding dengan pencegahan reaksi
transplantasi atau pencegahan reaksi hemolitik rhesus. Berbagai penyakit
autoimun seperti ITP (idiopathic thrombocytopenic purpura), anemia hemolitik
autoimun, dan glomerulonefritis akut, umumnya memberi respon cukup baik
terhadap pemberian prednisone saja. Untuk kasus berat dierlukan penambahan
obat sitotoksik.
II.2 Golongan Obat – obat Imunosupresan
Empat kelompok obat imunosupresan yang digunakan di klinik adalah
kortikosteroid, penghambat kalsineurin, sitotoksik, dan antibodi.
1. Golongan Kortikosteroid
Kortikosteroid (glukokortikoid) digunakana sebagai obat tunggal atau
dalam kombinasi dengan imunosupresan lain untuk mencegah reaksi penolakan
transplantasi dan untuk mengatasi penyakit autoimun. Prednison dan prednisolon
merupakan glukokortikoid yang paling sering digunakan.
Glukokortikoid dapat menurunkan jumlah limfosit secara cepat, terutama
bila diberikan dalam dosis besar. Studi terbaru menunjukkan bahwa kortikosteroid
menghambat proliferasi sel limfosit T, imunitas seluler, dan ekspresi gen yang
menyandi berbagai sitokin (IL-1, IL-2, IL-6, IFN-α, dan TNF-α). Terdapat bukti
bahwa berbagai gen sitokin memiliki glucocorticoid response element yang bila
berikatan dengan kortikosteroid akan menyebabkan hambatan transkripsi gen IL-
2. Kortikoteroid juga memiliki efek antiinflamasi nonspesifik dan antiadhesi.
Kortikosteroid biasanya digunakan bersama imunosupresan lain dalam
mencegah penolakan transplantasi. Selain itu, kortikosteroid juga digunakan untuk
berbagai penyakit autoimun.
Penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang sering menimbulkan
berbagai efek samping seperti meningkatnya risiko infeksi, ulkus
lambung/duodenum, hiperglikemia, dan osteoporosis.
Betamethasone
Komposisi :
Betamethasone
Indikasi :
Kortikosteroid yang tidak retensi terhadap air, digunakan sebagai, salep
krim, lotion, atau gel untuk mengobati gatal-gatal.
Mekanisme kerja :
Bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di
organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan perubahan dalam sintetis protein lain.
Efek samping :
Diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.
Nama paten :
Alphacort, benzema, benoson, betagentam, betason, betopic, bevalex,
celestamine, digenta, derticort, garasone, lotriderm,dsb.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Bentuk sediaan oral (sirup, tablet, tablet effervescent):
Dewasa dan remaja: Dosis dapat berkisar 0,25-7,2 miligram per hari,
sebagai dosis tunggal atau dibagi menjadi beberapa dosis.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Bentuk sediaan oral long-acting (tablet extended-release):
Dewasa dan remaja: Dosis dapat berkisar 1,2-12 mg disuntikkan ke dalam,
sendi, otot vena, atau sesering yang diperlukan, sebagaimana ditentukan
oleh dokter.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Bentuk sediaan injeksi:
Dewasa dan remaja: 2 sampai 6 mg sehari.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Budenoside
Komposisi :
Budenoside
Indikasi :
Kortikosteroid untuk pengobatan asma, hidung mampet non infeksi,
pengobatan dan pencegahan polyposis hidung, serta penyakit Crohn atau
radang usus.
Mekanisme kerja :
Bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di
organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan perubahan dalam sintetis protein lain.
Efek samping :
Diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.
Nama paten :
Budenbofalk, cycortide, inflammide, pulmicort, pulmicort respules,
rhinocort aqua, symbicort.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Bentuk sediaan oral (extended-release kapsul):
Dewasa: Pada dosis pertama 9 miligram (mg) per hari sampai delapan
minggu. Kemudian dokter dapat menurunkan dosis 6 mg sehari. Setiap
dosis harus diambil pada pagi hari sebelum sarapan.
Anak-anak: Penggunaan dan dosis harus ditentukan oleh dokter.
Kortison
Komposisi :
Kortison
Indikasi :
Hormon steroid yang diproduksi oleh kelenjar adrenal untuk merespon
stres dan glukokortikoid yang rendah dalam darah. Fungsi utamanya
adalah untuk meningkatkan gula darah, menekan sistem kekebalan tubuh,
dan membantu metabolisme lemak, protein dan karbohidrat.
Mekanisme kerja :
Bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di
organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan perubahan dalam sintetis protein lain.
Efek samping :
Diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.
Nama paten :
Cortison asetat.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Bentuk sediaan oral (suspensi oral, tablet):
Dewasa dan remaja:20-800 miligram (mg) setiap satu atau dua hari,
sebagai dosis tunggal atau dibagi menjadi beberapa dosis.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Bentuk sediaan injeksi:
Dewasa dan remaja-5 hingga 500 mg disuntikkan ke dalam lesi, sendi,
otot, atau vena, atau di bawah kulit sesering yang diperlukan, sebagaimana
ditentukan oleh dokter.
Anak-anak Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Deksametasone
Komposisi :
Deksametasone
Indikasi :
Kortikosteroid untuk obat anti radang dan menekan sistem kekebalan
tubuh atau imunosupresan.
Mekanisme kerja :
Bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di
organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan perubahan dalam sintetis protein lain.
Efek samping :
Diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.
Nama paten :
Adrekon, alegi, alerdex, alletrol, asonfen, bidaxtam, carbidu,tazimut,
trifason, zecaxon, trodex, selexon, ramadexon, dsb.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Bentuk sediaan oral ( larutan oral, tablet):
Dewasa dan remaja: 0,5 sampai 10 miligram (mg) diambil sesering yang
diperlukan, sebagaimana ditentukan oleh dokter.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Bentuk sediaan injeksi:
Dewasa dan remaja: 20-40 mg disuntikkan ke dalam otot vena, atau
sesering yang diperlukan, sebagaimana ditentukan oleh dokter.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Hydrokortison
Komposisi :
Hydrocortison
Indikasi :
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal untuk merespon stres.
Mekanisme kerja :
Bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di
organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan perubahan dalam sintetis protein lain.
Efek samping :
Diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.
Nama paten :
Hufacort, kemiderm, indoson, nufacort, omnicort, zolacort, solacort,
brentan, anusol hc, armacort, dsb.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Bentuk sediaan oral (tablet):
Dewasa dan remaja: 25 hingga 300 miligram (mg) per hari, sebagai dosis
tunggal atau dibagi menjadi beberapa dosis.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Bentuk sediaan injeksi:
Dewasa dan remaja: 20 sampai 300 mg sehari, disuntikkan ke dalam otot.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Prednisolon
Komposisi :
Prednicolone
Indikasi :
Kortikosteroid untuk pengobatan berbagai macam kondisi peradangan dan
gangguan sistem kekebalan tubuh yang luas.
Mekanisme kerja :
Bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di
organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan perubahan dalam sintetis protein lain.
Efek samping :
Diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.
Nama paten :
Borraginol-s, cendo pnp, cendocetapred, chloramfecort h, colipred,
eltazon, etacortin, hexacort, klorfeson, pehacort.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Bentuk sediaan oral (larutan oral, sirup, tablet):
Dewasa dan remaja: 5 hingga 200 miligram (mg) diambil sesering yang
diperlukan, sebagaimana ditentukan oleh dokter.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Bentuk sediaan injeksi:
Dewasa dan remaja:2 hingga 100 mg disuntikkan ke dalam, bersama lesi,
otot vena, atau sesering yang diperlukan, sebagaimana ditentukan oleh
dokter Anda.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter Anda.
Prednisone
Komposisi :
Prednisone
Indikasi :
Kortikosteroid sintetik yang berfungsi menekan sistem kekebalan tubuh
atau imunosupresan.
Mekanisme kerja :
Bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di
organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan perubahan dalam sintetis protein lain.
Efek samping :
Diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.
Nama paten :
Erlanison, ifison, inflason, lexacort, prednicap, prednison berllco,
prednisone, remacort, trifacort.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Bentuk sediaan oral (larutan oral, sirup, tablet) :
Dewasa dan remaja:5 hingga 200 miligram (mg) setiap satu atau dua hari,
sebagai dosis tunggal atau dibagi menjadi beberapa dosis.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Triamcinolone
Komposisi :
Triamcinolone
Indikasi :
Kortikosteroid yang digunakan untuk mengobati eksim, psoriasis, arthritis,
alergi, maag, lupus, oftalmia simpatik, arteritis temporalis, uveitis, dan
peradangan mata selama vitrectomy serta pencegahan serangan asma.
Mekanisme kerja :
Bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di
organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan perubahan dalam sintetis protein lain.
Efek samping :
Diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.
Nama paten :
Flamicort, kenacort, nasacort, ketricin, omenacort, tridez, trilac, triamcort.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Bentuk sediaan oral (sirup, tablet):
Dewasa dan remaja: 2 hingga 60 miligram (mg) per hari, sebagai dosis
tunggal atau dibagi menjadi beberapa dosis.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
Bentuk sediaan injeksi:
Dewasa dan remaja: 0.5 sampai 100 mg disuntikkan ke dalam lesi, sendi,
atau otot, atau di bawah kulit sesering yang diperlukan, sebagaimana
ditentukan oleh dokter.
Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan atau ukuran dan harus
ditentukan oleh dokter.
2. Golongan Penghambat kalsineurin
Siklosporin
Komposisi :
Siclosporin
Indikasi :
Siklosporin sangat berperan meningkatkan keberhasilan transplantasi.
Siklosporin juga bermanfaat pada beberapa penyakit autoimun seperti
sindrom Behcet, uveitis endogen, psoriasis, dermatitis atopic, rematoid
arthritis, penyakti Crohn, dan sindrom nefrotik. Siklosporin diberikan jika
terapi standar dengan kortikosteroid gagal. Dalam banyak kasus di atas,
sikloporin dikombinasi dengan kortikosteroid.
Mekanisme kerja :
Yaitu menghambat kalsineurin. Di dalam sitoplasma limfosit T (CD4),
siklosporin berikatan dengan siklofilin, sedangkan takrolimus dengan
FK506-binding protein(FKBP). Ikatan ini selanjutnya menghambat fungsi
kalsineurin. Kalsineurin adalah enzim fosfatase dependent kalsium dan
memegang peranan kunci dalam defosforilasi protein regulator di sitosol,
yaitu NFATc (nuclear factor of activated T cell). Siklosporin juga
mengurangi produksi IL-2 dengan cara meningkatkan ekspresi TGF-β
yang mrupakan penghambat kuat aktivasi limfosit T oleh IL-2.
Meningkatnya ekspresi TGF-β diduga memegang peranan penting pada
efek imunosupresan siklosporin.
Efek samping :
Efek samping utama siklosporin adalah gangguan fungsi ginjal yang dapat
terjadi pada 75% pasien yang mendapat siklosporin. Gangguan fungsi
ginjal juga seirng menjadi factor utama penghentian pemberian
siklosporin.
Nama paten :
Sandimmun, sandimmun neoral.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Sediaan i.v terdapat dalam bentuk larutan dalam ethanol-polyoxyethylated
castor oil kadar 50 mg/m.
Sediaan kapsul lunak 25-100 mg dan laritan oral 100 mg/mL.
Takrolimus
Komposisi :
Tacrolimus
Indikasi :
Takrolimus digunakan dengan indikasi yang sama dengan siklosporin,
terutama untuk transplantasi hati, ginjal, dan jantung. Takrolimus kira-kira
100x lebih aktif dibandingkan siklosporin.
Mekanisme kerja :
Yaitu menghambat kalsineurin. Di dalam sitoplasma limfosit T (CD4),
takrolimus berikatan dengan FK506-binding protein(FKBP). Ikatan ini
selanjutnya menghambat fungsi kalsineurin. Kalsineurin adalah enzim
fosfatase dependent kalsium dan memegang peranan kunci dalam
defosforilasi protein regulator di sitosol, yaitu NFATc (nuclear factor of
activated T cell).
Efek samping :
Takrolimus menunjukkan toksisitas yang mirip dengan siklosporin.
Nefrotoksisitas merupakan efek samping utama. Efek jangka panjang sama
dengan obat imunosupresan lain.
Nama paten :
Protopic
Bentuk sediaan dan Dosis :
Dosis i.v untuk dewasa 25-50 mg/kgBB/hari. Anak – anak 50-100
mg/kgBB/hari.
Dosis oral untuk dewasa 150-200 mg/kgBB/hari. Anak – anak 200-300
mg/kgBB/hari.
3. Golongan Sitotoksik
Sebagian besar obat sitotoksik digunakan sebagai antikanker. Beberapa
diantaranya digunakan sebagai imunosupresan untuk mencegah penolakan
transplantasi dan pengobatan penyakit autoimun. Obat kelompok ini menghambat
perkembangan sel limfosit B dan T.
Azatioprin
Komposisi :
Azatioprin
Indikasi :
Mencegah penolakan transplantasi, lupus nefritis, glomerulonefritis akut,
artritis rematoid, penyakit Crohn, dan sklerosis multipel.
Mekanisme kerja :
Adalah antimetabolit golongan purin yang merupakan prekursor 6-
merkaptopurin. Azatioprin dalam tubuh diubah menjadi 6-merkaptopurin
(6-MP) yang merupakan metabolit aktif yang bekerja menghambat sintesis
de novo purin. Yang terbentuk adalah Thio-IMP, kemudian selanjutnya
diubah menjadi Thio-GMP, kemudian Thio-GTP, interkalasi Thio-GTP
dalam DNA akan menyebabkan kerusakan DNA.
Efek samping :
Tergantung dosis, durasi, dan obat lain yang digunakan :
SSP : Demam, malaise;
Dermatologi : Alopesia, rash;
GI : Diare, mual, muntah, pankreatitis.;
Hematology :Pendarahan, leucopenia, anemia makrositis, pansitopenia,
trombositopenia;
Hati : Hepatotoksisitas, hepatik vena-okulsif, steatorrhea;
Otot dan skeletal : Arthalgia, myalgia;
Pernafasan : Penumositis interstitial;
Miscelleneous : Hipersensitivitas, infeksi sekunder imunosupresan
neoplasia.
Nama paten :
Azathioprine, imuran.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Tersedia dalam bentuk tablet 50 mg dan sediaan i.v 100 mg/vial.
Dosis untuk profilaksis 3-10 mg/kgBB/hari 1 atau 2 hari sebelum
transplantasi. Dosis pemeliharaan 1-3 mg/kgBB/hari.
Mikofenolat mofetil
Komposisi :
Mikofenolat mofetil
Indikasi :
Obat ini digunakan untuk mencegah penolakan transplantasi ginjal.
Indikasi lain adalah Lupus nefritis, arthritis rematoid, dan berbagai
kelainan dermatologis.
Mekanisme kerja :
Merupakan derivat semisintetik dari asam mikofenolat yang diisolasi dari
jamur Penicillium glaucum. Asam mekofenolat adalah penghambat kuat
inosin monofosfat dehidrogenase, suatu enzim penting pada sintesis de
novo purin.
Efek samping :
Gangguan gastrointestinal ( mual, muntah, diare, sakit perut ), dan
mielosupresi ( terutama neutropenia ).
Nama paten :
Cellcept.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg, tablet 500 mg, dan bubuk 500 mg
untuk injeksi.
Siklofosfamide
Komposisi :
Siklofosfamide
Indikasi :
Dalam dosis besar, obat ini digunakan sebagai antikanker. Pada dosis yang
lebih kecil digunakan sebagai pengobatan penyakit autoimun seperti SLE,
granulomatosis Wegener, ITP, arthritis rematoid, dan sindrom nefrotik.
Mekanisme kerja :
Merupakan alkilator golongan mustar nitrogen yang menyebabkan alkilasi
pada DNA sehingga menghambat sintesis dan fungsi DNA. Sel B dan T
sama-sama dihambat tetapi toksisitasnya lebih besar pada sel B sehingga
efek obat ini lebih nyata pada penekanan imunitas humoral.
Efek samping :
Mual, muntah, depresi sumsum tulang.
Nama paten :
Cyclophosphamide, cytoxan, endoxan, neosar.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Tersedia dalam bentuk tablet 25 dan 50 mg. Larutan untuk injeksi i.v 100
mg/vial 20 cc, vial 1 dan 2 gram, bubuk 100, 200 dan 500 mg.
Dosis 1,5 – 3 mg/kgBB per hari.
Metotreksat
Komposisi :
Metotreksat
Indikasi :
Metotreksat merupakan obat antikanker yang digunakan sebagai obat
tunggal atau kombinasi dengan sikloposin untuk mencegah penolakan
transplantasi. Obat ini juga berguna untuk mengatasi penyakit autoimun
dan merupakan lini kedua pengobatan arthritis rematoid dan psoriasis yang
refrakter terhadap terapi standar.
Mekanisme kerja :
Obat ini bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase,
sehingga menghambat sintesisi timidilat dan purin. Obat ini bekerja
spesifik pada fase S siklus sel.
Efek samping :
Pada pemberian jangka panjang dosis rendah seperti pada psoriasis terjadi
sirosis dan fibrosis hati pada 30-40% pasien.
Nama paten :
Methotrexate, Methotrexate 50 mg/2ml, dbl , texorate.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Tersedia dalam bentuk tablet 2,5 mg.
4. Golongan Antibodi
Antibodi monoclonal dan poliklonal terhadap antigen yang ada di
permukaan limfosit digunakan secara luas untuk mencegah penolakan
transplantasi (mayoritas) dan pada berbagai penyakit autoimun, ataupun
pengobatan kanker.
Antibodi poliklonal terdiri dari ATG (antithymocyte globulin),
immunoglobulin intravena (IGIV). Antibody monoclonal terdiri dari anti CD 3
dan Rh0 (D) immunoglobulin. Sedangkan antibody monoclonal lainnya adalah
trastuzumab, rituksimab, daklizumab, basiliksimab, absiksimab, infliksimab, dan
adalimumab.
a. Antibodi poliklonal
ATG (antithymocyte globulin)
Komposisi :
ATG (antithymocyte globulin)
Indikasi :
Mengobati reaksi penolakan transplantasi ginjal, jantung atau organ lain.
Juga digunakan sebagai profilaksis sebelum transplantasi.
Mekanisme kerja :
Merupakan antibodi poliklonal yang dapat berikatan pada berbagai
molekul permukaan limfosit T dan molekul kelas HLA kelas I dan II.
Efek samping :
Efek samping yang relatif sering serum sickness dan nefritis. Efek
samping lain demam, menggigil, leukopenia, trombositopenia, dan ruam
kulit.
Nama paten : -
Bentuk sediaan dan Dosis :
Sediaan 25 mg/vial untuk suntikan i.v. Biasanya seecara i.v sentral 10-30
mg/kgBB.
Dosis untuk transplantasi 1,5 mg/kgBB/ hari (dalam infus 4-6 jam) selama
7-14 hari.
Immunoglobulin intravena (IGIV)
Komposisi :
Immunoglobulin
Indikasi :
Pengobatan respiratory sinotitial virus, sitomegalovirus, varicella zoster,
human herpes virus 3, hepatitis B, rabies, dan tetanus.
Mekanisme kerja :
Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan pengurangan jumlah sel T helper,
peningkatan jumlah sel T supresor, dan mengurangi produksi
imunoglobulin.
Efek samping : -
Nama paten : -
Bentuk sediaan dan Dosis :
Tersedia dalam bentuk larutan 5 dan 10%, bubuk 2,5 gram dan 12 gram
untuk injeksi.
b. Antibodi monoklonal
Anti CD3
Komposisi :
Indikasi :
Digunakan pada transplantasi ginjal, hati dan jantung. Selain itu juga
digunakan untuk mengurangi jumlah sel T sebelum transplantasi sumsum
tulang.
Mekanisme kerja :
Berikatan dengan molekul CD3, yaitu komponen reseptor sel T yang
berperan pada fase pengenalan antigen.
Efek samping :
Cytokine release syndrome, yang dapat terjadi pada dosis awal dan
bervariasi mulai dari flu like syndrome sampai syok berat yang
mengancam nyawa.
Nama paten : -
Bentuk sediaan dan Dosis :
Tersedia dalam bentuk ampul 5 mg/5 mL.
Dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/hari, secara i.v dalam dosis tunggal
selama 10 – 14 hari.
Rh0 (D) immunoglobulin
Komposisi :
Imunoglobulin
Indikasi :
Digunakan pada ibu Rhesus negatif untuk mencegah sensitisasi terhadap
antigen Rhesus yang berasal dari janin.
Mekanisme kerja :
Data farmakokinetika belum lengkap.
Efek samping : -
Nama paten : -
Bentuk sediaan dan Dosis :
Sediaan injeksi diberikan secara i.m.
Trastuzumab
Komposisi :
Trastuzumab
Indikasi :
Digunakan pada kanker payudara metastatik pada pasien dengan ekspresi
HER-2/neu berlebihan.
Mekanisme kerja :
Berikatan dengan antigen yang terdapat pada permukaan sel tumor atau sel
kanker dan mengaktifkan sistem komplemen, sehingga menyebabkan
sitolisis. Disamping itu reseptor yang terikat pada bagian Fc dari antibodi
dapat merangsang sel – sel efektor seperti sel NK, makrofag dan granulosit
untuk menangkap kompleks antigen antibodi pada permukaan sel tumor,
sehingga dapat membunuh sel tumor melalui antibody-dependent cell-
mediated cytotoxicity.
Efek samping : -
Nama paten :
Herceptin
Bentuk sediaan dan Dosis :
Tersedia sediaan vial, dosis 1 vial 440 mg 1 vial 10 mL.
Dosis 4 mg/kgBB/hari secara i.v selama > 90 menit.
III. IMUNOSTIMUULAN
3.1 Definisi
Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-
kondisi imunosupresi. Kelompok obat ini dapat memperngaruhi respon imun
seluler maupun humoral. Kelemahan obat ini adalah efeknya menyeluruh dan
tidak bersifat spesifik untuk jenis sel atau antibodi tertentu. Selain itu efek
umumnya lemah. Indikasi imunostimulan antara lain AIDS, infeksi kronik, dan
keganasan terutama yang melibatkan sistem lifatik. (Widianto B Matildha. 1987)
Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan
mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan
terjadi induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral.
Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini disebut paramunitas, dan zat
berhubungan dengan penginduksi disebut paraimunitas. Induktor semacam ini
biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar
bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada
imunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit, limfosit T dan B, karena
induktor paramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler.
Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung (misalnya melalui
sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon atau enzim
lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan makro. Mekanisme
pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Dalam
hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan mungkin terjadi, hingga
mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek.
3.2 Mekanisme kerja obat – obat imunostimulan
Imunostimulator secara tidak langsung berkhasiat mereaktivasi system imun
yang rendah dengan meningkatkan respon imun tak spesifik antara lain
perbanyakan limfo T4, NK-cell dan magrofag distimulasi olehnya, juga pelepasan
interferon dan interleukin. Sebagai efek akhir dari reaksi kompleks itu, zat asing
dapat dikenali dan dimusnahkan. Pada sel –sel tumor ekspresi antigen
transplantasi diperkuat olehnya sehingga lebih dikenali oleh TNF dan sel – sel
sytotoksis.
3.3 Golongan Obat – obat Imunostimulan
Ada dua kelompok obat – obat imunostimulan, antara lain sebagai berikut :
1. Golongan Adjuvan Natural
Levamisol
Komposisi :
Levamisol
Indikasi :
Membasmi berbagai jenis cacing, pada penyakit Hodgkin meningkatkan
jumlah sel T in vitro dan memperbaiki reaktivitas tes kulit, artritis
rematoid, dan adjuvan pada terapi kanker kolorektal.
Mekanisme kerja :
Obat ini diabsorpsi dnegan cepat dengan kadar puncak 1-2 jam. Obat ini
didistribusikan luas ke berbagai jaringan dan dimetabolisme di hati.
Efek samping :
Efek samping yang harus diperhatikan adalah mual, muntah, urtikaria, dan
agranulositosis.
Nama paten :
Askamex, kam cek san, obat cacing kancisan cap, pedang.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Tersedia dalam bentuk tablet 25,40,50 mg. Diberikan dengan dosis 2,5
mg/kgBB per oral selama 2 minggu, kemudian dosis pemeliharaan
beberapa hari per minggu.
Isoprinosin ( Inosipleks )
Komposisi :
Isoprinosin
Indikasi :
Obat ini disetujui penggunaannya untuk berbagai penyakit
imunodifesiensi, megurangi resiko infeksi pada HIV tahap lanjut.
Mekanisme kerja :
Disebut juga inosiplex (ISO), adalah bahan sintetis yang mempunyai sifat
antivirus dan meningkatkan proliferasi dan toksisitas sel T. Sebagai
imunostimulator isoprinosin berkhasiat meningkatkan penggandaan sel T,
meningkatkan toksisitas sel T, membantu produksi IL-2 (limfokin) yang
berperan dalam diferensiasi limfosit dan makrofag, serta meningkatkan
fungsi sel NK..
Efek samping : -
Nama paten : -
Bentuk sediaan dan Dosis :
Diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB.
Vaksin BCG
Komposisi :
Dipeptida muramil
Indikasi :
BCG digunakan untuk mengaktifkan sel T, memperbaiki produksi
limfokin, dan mengaktifkan sel NK. Untuk penderita TBC.
Mekanisme kerja :
BCG dan komponen aktifnya merupakan produk bakteri yang emmeiliki
efek imunostimulan. Penggunaan BCG dalam imunostimulan bermula
dari pengamatan bahwa penderita tuberkulosis kelihatan lebih kebal
terhadap infeksi oleh jasad renik lain. Dalam imunomodulasi BCG
digunakan untuk mengaktifkan sel T, memperbaiki produksi limfokin, dan
mengaktifkan sel NK.
Efek samping :
Efek samping meliputi reaksi hipersensitivitas, syok, menggigil, lesu, dan
penyakit kompleks imun.
Nama paten :
Vaksin BCG kering Bio Farma, Vaksin Bacillus Calmette-Guerin.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Live unlyophilized, Live lyophilized, killed lyophilized.
Pemberian secara intradermal, i.v, intralesi, intravesika, oral, dan goresan.
2. Golongan Sitokin
Interleukin-2
Komposisi :
Protein
Indikasi :
Perbaikan fungsi pada kondisi – kondisi imunosupresi.
Mekanisme kerja :
Merangsang produksi sel T helper dan sel T sitotoksik.
Efek samping :
Hipotensi berat dan toksisitas kardiovaskuler.
Nama paten :
Interleukin-2 (IL-2)
Bentuk sediaan dan Dosis :
Infus kontinyu dan injeksi secara s.c, i.v, dan i.m.
Interferon (IFN)
Komposisi :
Protein (Interferon / IFN)
Indikasi :
Dalam klinik, digunakan dalam berbagai kanker seperti melanoma,
karsinoma sel ginjal, leukemia mielositik kronik, dsb.
Mekanisme kerja :
Interferon langung mengaktifkan beberapa sel kekebalan lainnya, seperti
makrofag dan sel – sel NK.
Efek samping :
Demam, menggigil, lesu, mialgia, mielosupresi, sakit kepala, dan depresi.
Nama paten :
Alfanative, interferon alfanative.
Bentuk sediaan dan Dosis :
Pemberian secara s.c, dosis bersifat individualistik.
Colony stimulating factor (CSF)
Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF), seperti filgrastim dan
levograstim telah disetujui penggunaannya untuk mencegah neutropenia
akibat kemoterapi kanker. Granulocyte macrophage colony stimulating
factor (GM-CSF) digunakan untuk penyelamatan kegagalan transplantasi
sumsum tulang dan untuk mempercepat pemulihan setelah transplantasi
sumsum tulang autolog.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistim imun adalah gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan
dalam resistensi terhadap infeksi. Ada 3 kelompok sediaan sistem imun, yaitu
immunomodulator, imunosupresan, dan imunostimulan.
1. Immunomodulator adalah sebuah bahan alamiah atau sintetis yang akan
membantu tubuh kita dalam meregulasi atau menormalisasi sistem
kekebalan tubuh. Contoh sediaan : Immunomodulator alamiah termasuk
ginseng, chamomile tea, minuman lemon atau zaitun, ekstrak jamur resihi
dan esktrak daun zaitun. Immunomodulator sintetik salah satunya adalah
Tacrolimus.
2. Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan
respons imun seperti pencegah penolakan transplantasi, mengatasi penyakit
autoimun, dan mencegah hemolisis rhesus pada neonatus. Contoh sediaan :
Golongan Kortikosteroid, Penghambat kalsineurin, Sitotoksik, dan
Antibodi.
3. Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan
mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan
terjadi induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun
humoral. Contoh sediaan : Golongan Adjuvan Natural dan Golongan
Sitokin.
3.2 SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak,baik itu
penulis maupun pembaca. Setelah mempelajari dan memahami isi dari makalah
ini, kami berharap dapat memnerikan tambahan ilmu dan pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahui dan belum dipelajari. Kami menyadari isi makalah
ini jauh dari kesempurnaan, dan belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung G, Bertram,2001,Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi I,Jakarta Salemba
Medika.
Radji Maksum.2010.Imunologi & Virologi.Jakarta:PT. ISFI Penerbitan.
Sukandar Elin Yulinah.,Andrajati Retnosari.,Sigit Joseph I.,Adnyana I
Ketut.,Setiadi A.Adji Prayitno.,Kusnandar.2008.ISO
Farmakoterapi.Jakarta:PT ISFI Penerbitan.
Tjay Tan Hoan, Kirana Rahardja.2007.Obat-Obat Penting.Jakarta:PT Elex Media
Komputindo.